37
  EQUILIBRIUM, Jurnal Bisnis & Akuntansi, Universitas Kristen Immanuel, Volume IV Nomor 1 April 2010 1 PERANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM MANAJEMEN STRATEGIK DALAM P ENCAPAIAN SASARAN STRATEGIK JANGKA PANJANG (Studi Kasus Pada PT Perkebunan Nusantara XIII Persero Pontianak) CREATING BALANCED SCORE CARD AS STRATEGI C MANAGE MENT SYSTEM IN ORDE R TO ACHI E VE LONG-TERM STRATEGIC GOALS (Case Study in the PT Perkebunan Nusantara XIII Persero, Pontianak)  Astrid Paramitha Sinaga Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung  Candra Sinuraya Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung  Strategic management system has give information for company to run their business activity appropriate to the strategies which has been decided for achieving the strategic goal and promising the growth of company to enter the competitive and turbulent business environment. Balanced  scorecard as a strategic managemen t system creates the growth of financial and non financial  performance of the company . Balanced scorecar d can translate vision, mission, and strategic into comprehensive, coherent, balanced and measurable strategic goals. The researcher did the research in the PT Perkebunan Nusantara XIII Persero, Pontianak, which is not yet implementing balanced  scorecard as their strategic management system. This research has done to measure the indicator for achieving the strategic goals of PTPN XIII with the implementation of balance scorecard. The methodology used in this research was descriptive method with case study. Moreover, the data collection method was using observation, interview and literature study. The result of the research  showed that the implementation of vision, mission of PTPN XIII needs improveme nts in the  performance for achieving their vision and mission, on the other hand, the researche r t ried to create balanced scorecard of PTPN XIII by translating balanced scorecard of PTPN XIII and used six steps, which are: (1) identification of organization foundation, (2) development of company strategy, (3) explanation the strategy into the four perspective (strategic goals), (4) creating strategic map which connected to the strategic objective with four perspective, (5) measurement of business strategic, and the last (6), determining target and creating initiatives which are needed for the implementation of the  strategy  Kata kunci: Balanced score card, vision, mision, str ategic, strategis management system, financial and non financial performance Pendahuluan Sistem manajemen strategik sebagai suatu media teknologi informasi, dibutuhkan oleh sebuah  perusahaan untuk mengelola strategi-strategi perusahaan. Sistem manajemen strategik akan memberikan informasi-informasi bagi perangkat perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya sesuai dengan strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran strategiknya, serta menjanjikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dalam memasuki lingkungan bisnis yang kompetitif dan turbulen. Dampak lain dari teknologi informasi ini, yaitu rerangka balanced  scorecard  dapat digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai sasaran strategik yang akan diwujudkan di masa depan oleh organisasi.  Balanced sco recard  memberikan kemudahan bagi seluruh  personel perusahaan di dalam mengkoordinasikan perwujudan berbagai sasaran strategik perusahaan melalui komunikasi, persuasi, dan trust  (Mulyadi, 2001).  Balanced scorecard  mampu menerjemahkan strategi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang komprehensif, koheren, se imbang, dan terukur. Manajemen perusahaan yang mampu memahami dan

Perancangan Balanced Scorecard Sebagai Sistem Manajemen Strategik Dalam Pencapaian Sasaran Strategik Jangka Panjang

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Balance Scorecard

Citation preview

  • EQUILIBRIUM, Jurnal Bisnis & Akuntansi, Universitas Kristen Immanuel, Volume IV Nomor 1 April 2010

    1

    PERANCANGAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI SISTEM MANAJEMEN

    STRATEGIK DALAM PENCAPAIAN SASARAN STRATEGIK JANGKA PANJANG (Studi Kasus Pada PT Perkebunan Nusantara XIII Persero Pontianak)

    CREATING BALANCED SCORECARD AS STRATEGIC MANAGEMENT SYSTEM IN ORDER

    TO ACHIEVE LONG-TERM STRATEGIC GOALS

    (Case Study in the PT Perkebunan Nusantara XIII Persero, Pontianak)

    Astrid Paramitha Sinaga Alumni Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung

    Candra Sinuraya Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntansi Universitas Kristen Maranatha Bandung

    Strategic management system has give information for company to run their business activity

    appropriate to the strategies which has been decided for achieving the strategic goal and promising

    the growth of company to enter the competitive and turbulent business environment. Balanced

    scorecard as a strategic management system creates the growth of financial and non financial

    performance of the company. Balanced scorecard can translate vision, mission, and strategic into

    comprehensive, coherent, balanced and measurable strategic goals. The researcher did the research

    in the PT Perkebunan Nusantara XIII Persero, Pontianak, which is not yet implementing balanced

    scorecard as their strategic management system. This research has done to measure the indicator for

    achieving the strategic goals of PTPN XIII with the implementation of balance scorecard. The

    methodology used in this research was descriptive method with case study. Moreover, the data

    collection method was using observation, interview and literature study. The result of the research

    showed that the implementation of vision, mission of PTPN XIII needs improvements in the

    performance for achieving their vision and mission, on the other hand, the researcher tried to create

    balanced scorecard of PTPN XIII by translating balanced scorecard of PTPN XIII and used six steps,

    which are: (1) identification of organization foundation, (2) development of company strategy, (3)

    explanation the strategy into the four perspective (strategic goals), (4) creating strategic map which

    connected to the strategic objective with four perspective, (5) measurement of business strategic, and

    the last (6), determining target and creating initiatives which are needed for the implementation of the

    strategy

    Kata kunci: Balanced scorecard, vision, mision, strategic, strategis management system, financial

    and non financial performance

    Pendahuluan

    Sistem manajemen strategik sebagai suatu media teknologi informasi, dibutuhkan oleh sebuah

    perusahaan untuk mengelola strategi-strategi perusahaan. Sistem manajemen strategik akan

    memberikan informasi-informasi bagi perangkat perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya

    sesuai dengan strategi-strategi yang telah ditetapkan untuk mencapai sasaran strategiknya, serta

    menjanjikan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan dalam memasuki lingkungan bisnis

    yang kompetitif dan turbulen. Dampak lain dari teknologi informasi ini, yaitu rerangka balanced

    scorecard dapat digunakan untuk mengkomunikasikan berbagai sasaran strategik yang akan

    diwujudkan di masa depan oleh organisasi. Balanced scorecard memberikan kemudahan bagi seluruh

    personel perusahaan di dalam mengkoordinasikan perwujudan berbagai sasaran strategik perusahaan

    melalui komunikasi, persuasi, dan trust (Mulyadi, 2001).

    Balanced scorecard mampu menerjemahkan strategi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang

    komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur. Manajemen perusahaan yang mampu memahami dan

  • memanfaatkan sasaran-sasaran strategik yang komprehensif, koheren, seimbang, dan terukur itu akan

    memiliki kemampuan untuk menghasilkan outstanding financial returns dalam jangka panjang. Akan

    tetapi, hal tersebut menjadi terhambat oleh kelemahan-kelemahan manajemen, seperti: (1) kurangnya

    kesadaran tentang tujuan utama perusahaan sebagai institusi pencipta kekayaan; (2) kurangnya

    kemampuan manajemen dalam menciptakan outstanding financial returns dalam jangka panjang; (3)

    kurangnya kesadaran manajemen tentang pentingnya sistem manajemen sebagai alat untuk

    merealisasikan ide-ide cemerlang dalam menjalankan bisnis; (4) kurangnya keberanian manajemen

    dalam melakukan eksperimen pemanfaatan balanced scorecard sebagai alat untuk membangun

    perusahaan dalam menghasilkan outstanding financial returns dalam jangka panjang. Masih banyak

    manajer-manajer perusahaan yang menjalankan usahanya dengan sistem manajemen yang seakan-

    akan berorientasi pada masa yang lalu dan belum berorientasi pada masa depan (Mulyadi, 2001).

    Sistem manajemen yang dilaksanakan oleh banyak perusahaan sekarang ini lebih memfokuskan

    pada kinerja keuangan yang diukur secara periodik dimana indikator-indikator yang terpenting adalah

    biaya-biaya yang dikeluarkan. Padahal, menurut Mulyadi (2001), untuk memasuki lingkungan bisnis

    yang kompetitif dan turbulen, perusahaan memerlukan tipe perencanaan yang tidak sekadar merespon

    perubahan yang diperkirakan akan terjadi di masa depan, tetapi tipe perencanaan yang menciptakan

    masa depan perusahaan melalui perubahan-perubahan yang dilaksanakan sejak sekarang. Oleh karena

    itu, setiap manajemen perusahaan memerlukan sistem manajemen sebagai suatu alat ukur untuk

    mengetahui seberapa baik kinerja perusahaan dan dapat digunakan untuk membuat peta perjalanan

    bisnis dalam membangun masa depan perusahaan. Balanced scorecard sebagai salah satu produk

    dari kemajuan teknologi informasi yang dapat diterapkan pada sistem manajemen strategik

    perusahaan, mampu menerjemahkan visi, misi, dan strategi perusahaan ke dalam sasaran dan tujuan

    strategik serta ukuran kinerja operasional. Balanced scorecard memberikan rerangka yang jelas dan

    masuk akal bagi seluruh personel perusahaan untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui

    perwujudan berbagai kinerja nonkeuangan, dan melalui teknologi informasi, balanced scorecard

    dikomunikasikan ke seluruh personel, serta koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran

    strategik yang telah ditetapkan dapat dilakukan (Mulyadi, 2001).

    Penerapan balanced scorecard sejauh ini sudah dilaksanakan di berbagai sektor. Menurut

    Darwanto (2003) banyak organisasi swasta, pemerintah dan nirlaba yang telah menggunakan

    balanced scorecard, 60% dari 1000 organisasi dalam Fortune menggunakan balanced scorecard.

    Perusahaan yang menunjukkan keberhasilan luar biasa setelah menerapkan balanced scorecard

    adalah antara lain: MOBIL Oil yang pada tahun 1993 menempati posisi ke-6 dalam provitability,

    kemudian menjadi nomor satu pada periode 19951998; CIGNA pada tahun 1993 rugi $275 M, tahun 1994 menjadi untung sebesar $15 M dan tahun 1997 sebesar $98 M; BROWN & ROOT ENG. tahun

    1993 rugi namun tahun 1996 menjadi nomor satu dalam pertumbuhan profit. Balanced scorecard

    sudah diterapkan di banyak lembaga pemerintah, baik pada tingkat pusat maupun daerah. Di Amerika

    Serikat, instansi federal yang menggunakan balanced scorecard antara lain adalah Department of

    Agriculture, Natural Resource Conservation, Forrest Service, Department of Commerce, Fish &

    Wildlife Service, Bureau of Reclamation, Environmental Protection Agency, Council on

    Environmental Quality. Pada tingkat lokal, setingkat kecamatan di Indonesia, balanced scorecard

    sudah dipergunakan di 39 Counties, 277 Cities, 44 Sewer Districts, 125 Water Districts, 36 Irrigation

    Districts, 32 Public Utility Districts, 14 Port Districts, 48 Conservation Districts, dan 170 Municipal

    Water Suppliers.

    Salah satu contoh organisasi pemerintah yang telah menerapkan balanced scorecard di AS

    menurut Gaspersz (2002) adalah pemerintahan Kota Charlotte, North Carolina, Amerika Serikat,

    sekaligus sebagai pelopor penerapan balanced scorecard. Pemerintah kota menetapkan dan

    menganggap kantor pusat pemerintahan (kantor walikota) sebagai korporat dan semua departemen

    atau instansi yang berada di bawahnya sebagai unit-unit bisnis kunci. Scorecard yang diterapkan

    pemerintah Kota Charllote dinamakan corporate scorecard. Pengimplementasiannya melalui

    penetapan tujuan yang memperhatikan area fokus strategik, seperti: (1) area fokus keamanan

    masyarakat direpresentasikan melalui tujuan korporat, seperti: menurunkan kejahatan dan

    meningkatkan persepsi tentang keamanan dengan memperkuat lingkungan pemukiman; (2) area fokus

    pembangunan ekonomi direpresentasikan melalui tujuan mempromosikan kesempatan ekonomi; (3)

  • area fokus restrukturisasi pemerintah diperhatikan melalui tujuan meningkatkan kualitas pelayanan

    dan mempertahankan tingkat pajak yang kompetitif, serta tujuan lain yang ada dalam corporate

    scorecard; (4) area fokus transportasi direpresentasikan melalui tujuan menyediakan transportasi yang

    aman dan nyaman. Balanced scorecard telah memberikan fokus dan mengurangi banyak ukuran di

    Kota Charllote. Scorecard telah memungkinkan penerjemahan strategi Kota Charllote ke dalam

    tujuan dan ukuran korporat yang konkrit. Scorecard memberikan pandangan yang cepat namun

    komprehensif tentang area fokus strategis dewan kota dan empat perspektif, yaitu: pelanggan,

    keuangan, proses internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Scorecard telah memberikan suatu

    alat yang dapat digunakan oleh organisasi Kota Charllote untuk memantau kemajuan menuju tujuan

    pelanggan dan keuangan, mengevaluasi pencapaian pembangunan kapasitas organisasi untuk

    pencapaian masa mendatang, dan memberikan suatu format yang mudah dipahami dalam melaporkan

    kemajuan organisasi. Melalui scorecard pula, Kota Charllote telah memberikan komitmen sekitar 1,5

    kali fulltime equivalent untuk mengkoordinasikan proyek balanced scorecard lingkup kota sejak

    tahun 1994 (Gaspersz, 2002:).

    Selain organisasi pemerintah, Lumban Gaol (2007) mengungkapkan bahwa balanced scorecard

    juga dirancang di Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS). PPKS adalah lembaga penelitian kelapa

    sawit yang cikal bakalnya telah berdiri sejak 1916. Hasil penelitian PPKS yang berupa produk,

    inovasi teknologi, dan jasa pelayanan telah banyak diaplikasikan untuk menunjang keberhasilan usaha

    di bidang perkelapasawitan. Penelitian-penelitian yang dilakukan mencakup aspek kultur teknis,

    pengolahan minyak, permesinan dan sosial ekonomi. PPKS juga secara aktif memberikan layanan

    teknis pada industri kelapa sawit. Dalam melaksanakan tugasnya, PPKS membutuhkan perancangan

    ukuran kinerja yang dapat membantu karyawan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya. Untuk

    sampai kepada perancangan ukuran kinerja dimaksud, manajemen PPKS perlu menetapkan

    komponen-komponen strategik, berupa visi, misi, dan tujuan strategik. Mulanya, pengukuran kinerja

    PPKS hanya berdasarkan indikator keuangan saja sehingga tidak memberikan gambaran yang jelas

    tentang kinerja yang sebenarnya. Selain itu, belum ada prioritas perspektif kinerja yang ingin dinilai,

    serta tidak ada gambaran atau informasi yang jelas bagaimana kinerja PPKS berdasarkan perspektif

    keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, serta perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan. Oleh karena itulah dirancang balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja di PPKS.

    Pada intinya, rancangan balanced scorecard harus selalu disesuaikan PPKS pada setiap

    perubahan atau penambahan tolok ukur kinerja. PPKS juga selalu melakukan evaluasi terhadap

    sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan, minimal setiap tahun, untuk menyesuaikan penetapan

    target perusahaan. Inisatif yang telah ditentukan untuk memicu pencapaian sasaran evaluasi terhadap

    sasaran-sasaran strategis yang telah ditetapkan, minimal setiap tahun, untuk menyesuaikan penetapan

    target perusahaan. Inisiatif strategik yang telah ditentukan untuk memicu pencapaian sasaran

    strategik, juga selalu dijabarkan lebih lanjut ke dalam program dan anggaran perusahaan untuk lebih

    memperjelas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi perusahaan (Lumban Gaol, 2007). Berdasarkan

    dampak-dampak yang terjadi pada organisasi yang telah menerapkan balanced scorecard seperti yang

    dijelaskan di atas, penulis ingin mencoba merancang balanced scorecard pada perusahaan yang

    belum menerapkannya. Seperti PPKS yang bergerak di bidang perkelapasawitan, PT Perkebunan

    Nusantara (PTPN), khususnya PTPN XIII, juga merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara

    yang bergerak pada bidang usaha agroindustri dengan komoditas utamanya adalah kelapa sawit dan

    karet. Dalam upaya mewujudkan visinya, sejak Mei 2001 hingga sekarang PTPN XIII melakukan

    Program Transformasi Bisnis (PTB) untuk meningkatkan pola kerja konvensional menjadi perusahaan

    berbasis ilmu pengetahuan standar kelas dunia. Regulasi dan kebijakan PTPN XIII sepenuhnya diatur

    dalam birokrasi pemerintah karena merupakan BUMN pemerintah. Saat ini, kebijakan sistem yang

    ditetapkan pemerintah untuk digunakan PTPN XIII dalam mengelola sistem manajemen strategiknya

    adalah dengan metode baldrige. Konsep baldrige yang digunakan sebagai bagian dari PTB ini

    menjadi penting karena menjadi pijakan untuk melakukan lompatan bisnis dalam keseluruhan

    operasional perusahaan. PTPN XIII sampai dengan akhir tahun ini mempekerjakan karyawan tetap

    dan honorer sebanyak 13 ribuan orang. Dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN XIII telah

    menunjukkan pertumbuhan kinerja yang konsisten.

  • Sehubungan dengan hal di atas, penulis mencoba mengaitkan visi, PTB, dan pertumbuhan

    kinerja yang konsisten dari PTPN XIII dengan konsep balanced scorecard. Walaupun sulit untuk

    menerapkan sistem lain pada perusahaan yang secara birokratis telah diatur pemerintah, menurut

    pihak Bagian Perencanaan dan Pengendalian PTPN XIII, sah-sah saja untuk menerima penawaran

    penerapan sistem-sistem manajemen lain yang sudah semakin berkembang. Karena bila penawaran

    tersebut dirasakan mampu untuk diterapkan, bisa saja diterapkan dua sistem sekaligus. Oleh karena

    itu, penulis juga terpacu untuk mencoba merancang sekaligus menawarkan sistem balanced scorecard

    sebagai sistem manajemen strategik PTPN XIII. Balanced scorecard juga dianggap baik oleh penulis

    untuk diterapkan di PTPN XIII karena PTPN XIII merupakan perusahaan padat karya dimana konsep

    tenaga kerja adalah pemangku kerja dan biaya terbesar sehingga diperlukan alat atau tools yang lebih

    baik untuk menilai produktivitas masing-masing individu guna melaksanakan sistem penilaian karya,

    dan kompetisi antar karyawan dengan sendirinya akan meningkatkan daya saing perusahaan dalam

    jangka pendek dan jangka panjang. Selain itu, seperti yang telah diuraikan penulis, keberhasilan

    perusahaan-perusahaan baik disektor pemerintah, swasta, maupun BUMN yang telah menerapkan

    balanced scorecard sebagai sistem manajemen strategiknya turut mendukung keinginan penulis untuk

    melakukan penelitian di PTPN XIII.

    Untuk itu, penulis tertarik untuk merancang dan memperkenalkan konsep balanced scorecard

    sebagai sistem manajemen strategik kepada PTPN XIII yang belum menggunakan balanced

    scorecard, yang diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi perusahaan untuk mencapai sasaran

    strategik jangka panjang. Berdasarkan hal ini maka masalah yang ingin diteliti dalam hal ini dapat

    dirumuskan dalam bentuk pertanyaan: (1) Bagaimana visi, misi, dan strategi PTPN XIII diterapkan

    dengan konsep balanced scorecard sehingga tujuan strategik jangka panjang perusahaan dapat

    tercapai? (2) bagaimana ukuran/indikator yang akan digunakan sebagai pengukur keberhasilan

    pencapaian sasaran strategik jangka panjang PTPN XIII, (3) bagaimana perancangan peta strategi

    yang sesuai bagi PTPN XIII untuk mengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik jangka

    panjang PTPN XIII?

    Penelitian ini memiliki beberapa tujuan yaitu (1) mendeskripsikan visi, misi, dan strategi PTPN

    XIII diterapkan dengan konsep balanced scorecard, (2) menentukan ukuran/indikator yang akan

    digunakan sebagai pengukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik PTPN XIII, (3) merancang

    model peta strategi untuk menerjemahkan hubungan antara visi, misi, dan strategi PTPN XIII dengan

    sasaran strategik dari masing-masing perspektif balanced scorecard, kemudian menentukan

    ukuran/indikator keberhasilan dan inisiatifnya.

    Rerangka Teoritis

    Menurut Mulyadi (2001), balanced scorecard merupakan contemporary management tool yang

    digunakan untuk mendongkrak kemampuan organisasi dalam melipatgandakan kinerja keuangan. Oleh

    karena organisasi pada dasarnya adalah institusi pencipta kekayaan, penggunaan balanced scorecard

    dalam pengelolaan menjanjikan peningkatan signifikan kemampuan organisasi dalam menciptakan

    kekayaan. Konsep balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan implementasi

    konsep tersebut.

    Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang menunjukkan ke arah mana perusahaan itu akan

    berjalan. Menurut Mulyadi (2001), strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk

    mewujudkan visi organisasi melalui misi. Strategi membentuk pola pengambilan keputusan dalam

    mewujudkan visi perusahaan. Selanjutnya Mulyadi (2001) mengatakan bahwa, pada awalnya,

    balanced scorecard diciptakan untuk mengatasi masalah tentang kelemahan sistem pengukuran

    kinerja eksekutif yang berfokus pada aspek keuangan. Kemudian balanced scorecard mengalami

    perkembangan implementasi, tidak hanya sebagai alat pengukur kinerja eksekutif, namun meluas

    sebagai pendekatan dalam penyusunan rencana strategik. Dengan demikian konsep dan penerapan

    balanced scorecard telah mengalami perubahan pesat sejak saat diperkenalkan pertama kali di

    Amerika Serikat.

  • Balanced scorecard telah mengalami perkembangan pesat selama satu dekade sejak saat

    diujicobakan pertama kali pada tahun 1990. Pada awal tahun 2000, balanced scorecard telah menjadi

    inti sistem manajemen strategik, tidak hanya bagi eksekutif, namun bagi seluruh personel perusahaan,

    terutama dalam perusahaan yang telah memanfaatkan secara intensif teknologi informasi dalam

    operasi bisnisnya. Balanced scorecard memberikan rerangka yang jelas dan masuk akal bagi seluruh

    personel untuk menghasilkan kinerja keuangan melalui perwujudan berbagai kinerja nonkeuangan.

    Dengan teknologi informasi, balanced scorecard dikomunikasikan ke seluruh personel, dan dengan

    teknologi informasi, koordinasi dalam mewujudkan berbagai sasaran strategik yang telah ditetapkan

    dapat dilakukan. Teknologi komputer dan telekomunikasi hanya akan produktif di tangan pekerja yang

    mengandalkan pengetahuan, sehingga di masa depan, pekerja yang akan dominan dalam perusahaan

    adalah knowledge workers, yaitu pekerja yang menggunakan pengetahuannya dalam menghasilkan

    produk dan jasa bagi pelanggan. Pada perkembangannya yang terakhir ini, balanced scorecard sudah

    dimanfaatkan untuk menghasilkan konsensus dari knowledge workers dalam menetapkan berbagai

    sasaran strategik yang akan diwujudkan oleh organisasi dalam mewujudkan visi organisasi. Balanced

    scorecard memberikan kemudahan bagi seluruh personel perusahaan di dalam mengkoordinasikan

    perwujudan berbagai sasaran strategik perusahaan melalui komunikasi, persuasi, dan trust.

    Pengertian Balance Scorecard

    Balanced scorecard is a measurement and management system that views a business units performance from four perspectives: financial, customer, internal business process, and learning and

    growth. (Anthony, dkk (1997) dalam Yuwono, dkk. (2004)). (2) Menurut Gaspersz (2002) balanced

    scorecard merupakan suatu konsep manajemen yang membantu menerjemahkan strategi ke dalam

    tindakan. Balanced scorecard adalah lebih dari sekedar suatu sistem pengukuran operasional atau

    taktis. Pengertian lain menurut Kaplan dan Norton (1996) dalam Yuwono, dkk. (2004) Balanced

    scorecard is.....a set of measures that gives top managers a fast but comprehensive view of the

    business...includes financial measures that tell the results of actions already taken...complements the

    financial measures with operational measures on customer satisfaction, internal processes, and the

    organizations innovation and improvement activities-operational measures that are the drivers of future financial performance.

    Menurut Kaplan dan Norton (2000) bahwa perusahaan menggunakan fokus pengukuran

    scorecard untuk menghasilkan berbagai proses manajemen penting yang nantinya akan menjadi aksi

    atau tindakan nyata dalam operasional perusahaan, seperti: (1) memperjelas serta menerjemahkan visi

    dan strategi, (2) mengomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategik, (3)

    merencanakan, menetapkan sasaran, dan menyelaraskan berbagai inisiatif strategik, (4) meningkatkan

    umpan balik dan pembelajaran strategik.

    Balanced scorecard semula merupakan aktivitas tersendiri yang terkait dengan penentuan

    sasaran, tetapi kemudian diintegrasikan dengan sistem manajemen strategik. Balanced scorecard

    bahkan dikembangkan lebih lanjut sebagai sarana untuk berkomunikasi dari berbagai unit dalam

    perusahaan dan sebagai alat bagi perusahaan untuk berfokus pada strategi. Menurut Gaspersz (2002),

    balanced scorecard memberi manajemen perusahaan suatu pengetahuan, ketrampilan, dan sistem yang

    memungkinkan personelnya belajar dan berkembang terus-menerus (perspektif pembelajaran dan

    pertumbuhan) dalam berinovasi untuk membangun kapabilitas strategik yang tepat serta efisien

    (perspektif proses bisnis internal) agar mampu menyerahkan nilai spesifik ke pasar (perspektif

    pelanggan) dan selanjutnya mengarah pada nilai saham yang terus-menerus meningkat (perspektif

    keuangan).

    Dari definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa balanced scorecard tidak hanya mengukur

    kinerja suatu perusahaan dari perspektif keuangan saja, melainkan juga dari perspektif nonkeuangan

    seperti perspektif pelanggan, proses bisnis, serta pembelajaran dan pertumbuhan perusahaan. Oleh

    karena itu, balanced scorecard membantu perusahaan untuk mencapai tujuan strategik jangka

    panjangnya melalui ukuran-ukuran yang telah diselaraskan dengan visi, misi, nilai, dan strategi

    perusahaan.

  • Hubungan Balanced Scorecard dengan Visi, Misi, dan Strategi

    Sistem pengukuran kinerja menurut Yuwono, dkk (2004:18) harus dapat memotivasi para personel

    untuk mengimplementasikan strategi unit bisnisnya. Perusahaan yang dapat menerjemahkan

    strateginya ke dalam sistem pengukuran akan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam

    menjalankan strategi tersebut, sebab mereka telah mengkomunikasikan tujuan dan targetnya kepada

    para personelnya. Komunikasi ini akan memfokuskan mereka pada pemicu-pemicu kritis,

    memungkinkan mereka untuk mengarahkan investasi, inisiatif, dan tindakan-tindakan dengan

    menyempurnakan tujuan-tujuan strategis.

    Gambar 1. Balanced Scorecard sebagai Suatu Sistem Manajemen Kinerja Sumber: Gaspersz (2002:3)

    Menurut Gaspersz (2002:3-4,9), gambar 1. menunjukkan bahwa balanced scorecard dimulai

    dari visi dan strategi perusahaan, di mana dari sini berbagai faktor kesuksesan yang penting

    didefinisikan. Visi, misi, dan strategi dijabarkan terlebih dahulu, selanjutnya diterjemahkan secara

    seimbang ke dalam empat perspektif, yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta

    pembelajaran dan pertumbuhan. Balanced scorecard memberi manajemen organisasi suatu

    pengetahuan, ketrampilan, dan sistem yang memungkinkan karyawan dan manajemen untuk belajar

    dan berkembang terus-menerus (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) dalam berinovasi untuk

    membangun kapabilitas strategik yang tepat serta efisien (perspektif proses bisnis internal) agar

    mampu menyerahkan nilai spesifik ke pasar (perspektif pelanggan) dan selanjutnya akan mengarah

    pada nilai saham yang terus-menerus meningkat (perspektif keuangan).

    Empat Perspektif Balanced Scorecard

    Balanced scorecard menerjemahkan visi, misi, dan strategi ke dalam berbagai sasaran dan ukuran

    strategik yang tersusun ke dalam empat perspektif, yaitu: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal,

    serta pertumbuhan dan pembelajaran. Penjabaran keempat bperspektif tersebut adalah sebagai berikut:

    1. Perspektif Keuangan

    Untuk membangun suatu balanced scorecard, unit-unit bisnis harus dikaitkan dengan tujuan keuangan

    yang berkaitan dengan strategi perusahaan. Tujuan keuangan berperan sebagai fokus bagi tujuan-

    Perspektif Pelanggan

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Perspektif Pelanggan

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Perspektif Keuangan

    Tujuan Ukuran Target Inisiatif

    Visi

    &

    Strategi

  • tujuan strategis dan ukuran-ukuran semua perspektif dalam balaced scorecard. Setiap ukuran yang

    dipilih seyogianya menjadi bagian dari suatu kerterkaitan hubungan sebab akibat yang memuncak

    pada peningkatan kinerja keuangan (Gazpersz, 2002). Balance Scorecard harus menjelaskan strategi

    perusahaan, dimulai dengan tujuan finansial jangka panjang kemudian mengaitkannya dengan

    berbagai urutan tindakan yang harus diambil berkenaan dengan proses finansial, pelanggan, proses

    internal, dan para pekerja serta sistem untuk menghasilkan kinerja ekonomis jangka panjang yang

    diinginkan perusahaan. Ketika pengembangan perspektif keuangan balanced scorecard dimulai, para

    eksekutif unit bisnis harus menentukan ukuran finansial yang sesuai untuk strategi mereka. Tujuan dan

    ukuran keuangan harus memainkan peran ganda, menentukan kinerja finansial yang diharapkan dari

    strategi, dan menjadi sasaran akhir tujuan dan ukuran perspektif scorecard lainnya (Kaplan dan

    Norton, 2000).

    2. Perspektif Pelanggan Menurut Gaspersz (2002), dalam perspektif pelanggan balanced scorecard, perusahaan harus

    mengidentifikasi pelanggan dan segmen pasar di mana mereka akan berkompetisi. Perusahaan harus

    mengidentifikasi secara tepat kebutuhan pelanggan dengan menyusun kebutuhan-kebutuhan spesifik

    pelanggan dalam daftar kebutuhan pelanggan. Untuk melakukan analisis pelanggan, perusahaan perlu

    mengidentifikasi pelanggan berdasarkan beberapa pertimbangan atau karakteristik seperti

    pertimbangan geografi, aktivitas umum pembeli, posisi atau tanggung jawab pembeli, dan karakter

    pribadi pembeli. Kebutuhan spesifik pelanggan dapat didaftarkan melalui pemahaman yang tepat

    mengenai karakteristik pelanggan. Perspektif pelanggan, menurut Kaplan dan Norton (2000:55),

    memungkinkan perusahaan menyelaraskan berbagai ukuran pelanggan penting, seperti kepuasan,

    loyalitas, retensi, akuisisi, dan profitabilitas, dengan pelanggan dan segmen pasar sasaran. Perspektif

    pelanggan juga memungkinkan perusahaan melakukan identifikasi dan pengukuran, secara eksplisit,

    prosposisi nilai yang akan diberikan perusahaan kepada pelanggan dan pasar sasaran.

    3. Perspektif Proses Bisnis Internal Pada perspektif proses bisnis internal, manajemen mengidentifikasi proses internal bisnis yang kritis

    yang harus diunggulkan perusahaan. Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk

    mengetahui seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa mereka sesuai

    dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain dengan hati-hati oleh mereka yang paling

    mengetahui misi perusahaan yang mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar (Yuwono, dkk,

    2004). Banyak perusahaan memfokuskan pelaksanaan peningkatan proses-proses operasional. Yang

    biasa digunakan dalam balanced scorecard adalah model rantai nilai proses bisnis internal, yang

    menurut Garpersz (2002), terdiri dari tiga komponen utama, yaitu:

    a. Proses Inovasimengidentifikasi kebutuhan pelanggan masa kini dan masa mendatang, serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan.

    b. Proses Operasionalmengidentifikasi sumber-sumber pemborosan dalam proses operasional serta mengembangkan solusi masalah yang terdapat dalam proses operasional itu demi meningkatkan

    efisiensi produksi, meningkatkan kualitas produk dan proses, memperpendek waktu siklus

    sehingga meningkatkan penyerahan produk berkualitas tepat waktu, dan lain-lain.

    c. Proses Pelayananberkaitan dengan pelayanan kepada pelanggan, seperti: pelayanan purna jual, menyelesaikan masalah yang timbul pada pelanggan dalam kesempatan pertama secara cepat,

    melakukan tindak lanjut secara proaktif dan tepat waktu, dan lain-lain.

    4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Perspektif ini mengembangkan tujuan dan ukuran-ukuran yang mengendalikan pembelajaran dan

    pertumbuhan organisasi. Tujuan-tujuan yang ditetapkan dalam perspektif keuangan, pelanggan, dan

    proses bisnis internal mengidentifikasi di mana organisasi harus unggul untuk mencapai terobosan

    kinerja, sementara tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan memberikan infrastruktur

    yang memungkinkan tujuan-tujuan ambisius dalam ketiga perspektif itu tercapai. Tujuan dalam

    perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merupakan pengendali untuk mencapai keunggulan

    outcome ketiga perspektif keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal. Ada tiga kategori yang

  • sangat penting dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yaitu: kompetensi karyawan,

    infrastruktur teknologi, dan kultur perusahaan, seperti: motivasi, pemberdayaan, dan keselarasan

    (Gaspersz, 2002).

    Peran Balanced Scorecard Dalam Sistem Manajemen Strategik

    Balanced scorecard menempati posisi strategik dalam sistem manajemen strategik pada tahap-tahap

    berikut (Mulyadi, 2001):

    1. Tahap Perumusan Strategi Strategi dapat dirumuskan melalui tujuh tahap utama berikut ini: identifikasi lingkungan yang akan

    dimasuki di masa depan; penentuan visi, misi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan tujuan; analisis

    SWOT; analisis portofolio; perumusan peluang dan masalah utama; identifikasi dan evaluasi

    alternatif strategi; dan perumusan strategi. Dalam tahap ini, balanced scorecard berperan dalam

    memperluas perspektif yang dicakup dalam penafsiran dampak trend perubahan lingkungan makro

    dan industri, serta memperluas perspektif yang dicakup dalam analisis SWOT.

    2. Tahap Perencanaan Strategik Strategi yang telah dirumuskan untuk mewujudkan visi dan tujuan kemudian diterjemahkan ke

    dalam rencana strategik yang terdiri dari tiga komponen, yaitu: sasaran strategik, target, dan

    inisiatif strategik. Balanced scorecard berperan menjadikan komprehensif dan koheren sasaran,

    target, dan inisiatif strategik yang telah ditetapkan dalam perencanaan strategik.

    Kekomprehensivan dan kekoherenan sasaran dan inisiatif strategik ini menjanjikan pelipatgandaan

    kinerja keuangan dalam jangka panjang.

    3. Tahap Penyusunan Program Penyusunan program adalah proses penjabaran inisiatif strategik ke dalam rencana laba jangka

    panjang yang berisi langkah-langkah strategik yang dipilih untuk mewujudkan sasaran strategik

    tertentu beserta taksiran sumber daya yang diperlukan untuk dan diperoleh dari langkah-langkah

    tersebut. Balanced scorecard berperan dalam menjadikan komprehensif program yang dihasilkan

    dalam penyusunan program.

    4. Tahap Penyusunan Anggaran Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana laba jangka pendek yang berisi langkah-

    langkah yang ditempuh oleh perusahaan dalam melaksanakan sebagian dari program. Dalam

    penyusunan anggaran dijabarkan program tertentu ke dalam rencana kegiatan yang akan

    dilaksanakan dalam tahun anggaran. Balanced scorecard berperan dalam menjadikan

    komprehensif anggaran yang dihasilkan dalam penyusunan anggaran.

    5. Tahap Implementasi Setelah rencana menyeluruh selesai disusun, langkah berikutnya adalah implementasi rencana.

    Dalam tahap implementasi rencana ini, manajemen dan karyawan melaksanakan rencana yang

    tercantuk dalam anggaran ke dalam kegiatan nyata. Dalam implementasi rencana, keterkaitan erat

    di antara implementasi, anggaran, program, inisiatif strategik, sasaran strategik, dan strategik harus

    tetap disadari untuk mempertahankan langkah-langkah rinci yang dilaksanakan dalam tahap

    implementasi tetap dalam rerangka strategi yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi. Pada

    tahap ini, balanced scorecard digunakan untuk mengukur kinerja personel di keempat perspektif.

    6. Tahap Pemantauan Implementasi rencana memerlukan pemantauan. Hasil setiap langkah yang direncanakan perlu

    diukur untuk memberikan umpan balik bagi pemantauan pelaksanaan anggaran, program, dan

    inisiatif strategik. Hasil implementasi strategik juga digunakan untuk memberikan informasi bagi

    pelaksana tentang seberapa jauh target telah berhasil dicapai, sasaran strategi telah berhasil

    diwujudkan, serta tujuan dan visi organisasi dapat dicapai. Hasil pembandingan antara hasil

    pengukuran kinerja dengan target anggaran digunakan untuk mengevaluasi kinerja jangka pendek,

  • sedangkan hasil pembandingan antara hasil pengukuran kinerja dengan target yang ditetapkan

    dalam perencanaan strategik digunakan untuk mengevaluasi kinerja jangka panjang.

    Peran balanced scorecard dalam setiap tahap sistem manajemen strategik tersebut dapat

    digambarkan dalam tabel 1 berikut ini.

    Tabel. 1 Peran Balanced Scorecard Pada Tiap Tahap Sistem Manajemen Strategik

    Peran BSC Sistem Manajemen Strategik Outcomes

    Balanced scorecard berperan

    memperluas perspektif yang

    dicakup dalam menafsirkan

    dampak tren perubahan lingkungan

    makro dan industri, serta analisis

    SWOT.

    Balanced scorecard berperan

    menjadikan komprehensif dan

    koheren sasaran, target, dan

    inisiatif strategik yang telah

    ditetapkan dalam perencanaan

    strategik.

    Balanced scorecard berperan

    dalam menjadikan komprehensif

    program yang dihasilkan dalam

    penyusunan program.

    Balanced scorecard berperan

    dalam menjadikan komprehensif

    anggaran yang dihasilkan dalam

    penyusunan anggaran.

    Balanced scorecard berperan

    memperluas perspektif kinerja

    personel yang diukur dan

    dievaluasi

    Hasil analisis lingkungan

    makro dan industri, visi, misi,

    keyakinan dasar, nilai dasar,

    tujuan, dan strategi

    Sasaran stratgik

    Target

    Inisiatif Strategik

    Program

    Anggaran

    Pelaksanaan Rencana

    Umpan balik tentang

    pelaksanaan rencana

    Sumber: Mulyadi (2001:60)

    Metoda Penelitian

    Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif merupakan

    metode yang bertujuan untuk menggambarkan atau mendefinisikan siapa yang terlibat di dalam suatu

    kegiatan, apa yang dilakukannya, kapan dilakukan, di mana dan bagaimana melakukannya (Cooper

    dan Schindler (2003) dalam Hartono, 2004:12). Sedangkan, untuk mengumpulkan data, penulis

    menggunakan studi lapangan (field research), dimaksudkan untuk memperoleh data primer yang

    berhubungan dengan objek penelitian itu sendiri dilakukan dengan observasi dan wawancara. Penulis

    Sistem

    Perumusan

    Strategi

    Sistem

    Perencanaan

    Strategik

    Sistem

    Perencanaan

    Strategik

    Sistem

    Perencanaan

    Strategik

    Sistem

    Perencanaan

    Strategik

    Sistem

    Perencanaan

    Strategik

  • melakukan tanya jawab langsung dengan pihak-pihak yang berkompeten untuk mendapatkan

    informasi yang relevan dengan penelitian ini. pihak-pihak tersebut antara lain : Bagian Perencanaan

    (terkait visi, misi, strategi perusahaan, dan perspektif proses bisnis internal), Bagian Pemasaran

    (perspektif pelanggan dan proses bisnis internal), Bagian Keuangan (perspektif finansial dan proses

    bisnis internal), Bagian SDM (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan serta proses bisnis internal),

    dan dari tiap-tiap bagian yang diwawancarai adalah 1 (satu) orang kepala urusan dan 1 (satu) orang

    staf.

    Lokasi penelitian dilakukan di Kantor Direksi PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) PTPN

    XIII Jalan Sultan Abdurachman No.11, Pontianak-Kalimantan Barat. Penelitian dilakukan sejak bulan

    September 2008 hingga awal bulan Februari 2009.

    Hasil Pengumpulan Data

    Gambaran Singkat PTPN XIII

    PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) yang menjadi objek penelitian penulis merupakan Badan

    Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang agroindustri dengan komoditas utamanya adalah kelapa

    sawit dan karet. Kantor Direksi PTPN XIII berlokasi di Jl. Sultan Abdurachman No. 11, Pontianak-

    Kalimantan Barat. PTPN XIII belum menerapkan balanced scorecard sebagai sistem manajemen

    strategiknya. Dalam upaya mewujudkan visinya, PTPN XIII melakukan Program Transformasi Bisnis

    (PTB) untuk meningkatkan pola kerja konvensional menjadi perusahaan berbasis ilmu pengetahuan

    standar kelas dunia. Regulasi dan kebijakan PTPN XIII sepenuhnya diatur dalam birokrasi pemerintah

    karena merupakan BUMN pemerintah. Saat ini, kebijakan sistem yang ditetapkan pemerintah untuk

    digunakan PTPN XIII dalam mengelola sistem manajemen strategiknya adalah dengan metode

    baldrige. Konsep baldrige yang digunakan sebagai bagian dari PTB ini menjadi penting karena

    menjadi pijakan untuk melakukan lompatan bisnis dalam keseluruhan operasional perusahaan. PTPN

    XIII sampai dengan akhir tahun ini mempekerjakan karyawan tetap dan honorer sebanyak 13 ribuan

    orang. Dengan dukungan ribuan karyawan tersebut, PTPN XIII telah menunjukkan pertumbuhan

    kinerja yang konsisten.

    Sehubungan dengan hal di atas, penulis mencoba mengaitkan visi, PTB, dan pertumbuhan

    kinerja yang konsisten dari PTPN XIII dengan konsep balanced scorecard. PTPN XIII merupakan

    BUMN pemerintah yang 100% kebijakan operasionalnya diatur oleh pemerintah. Saat ini, kebijakan

    sistem yang ditetapkan pemerintah untuk digunakan PTPN XIII dalam mengelola sistem manajemen

    strategiknya adalah dengan metode baldrige. Oleh karena sudah ditetapkan, PTPN XIII mau tidak

    mau, mampu tidak mampu, harus bisa menyesuaikan aktivitas perusahaan dengan kebijakan-kebijakan

    birokratis yang ditetapkan pemerintah tersebut. Dengan demikian, sulit untuk menerapkan sistem lain

    pada perusahaan yang secara birokratis telah diatur pemerintah. Walaupun sulit, menurut pihak Bagian

    Perencanaan dan Pengendalian PTPN XIII, sah-sah saja untuk menerima penawaran penerapan sistem-

    sistem manajemen lain yang sudah semakin berkembang. Karena bila penawaran tersebut dirasakan

    mampu untuk diterapkan, bisa saja diterapkan dua sistem sekaligus. Oleh karena itu, penulis juga

    terpacu untuk mencoba merancang sekaligus menawarkan sistem balanced scorecard sebagai sistem

    manajemen strategik PTPN XIII. Penulis juga terpacu ingin merancang balanced scorecard PTPN

    XIII karena menurut pihak Bagian Perencanaan dan Pengendalian PTPN XIII, balanced scorecard

    cukup sulit dan rumit perancangannya untuk diterapkan di PTPN XIII. Penulis ingin melihat dan

    membuktikan sejauh mana kesulitan dan kerumitan perancangan dan penerapannya. Balanced

    scorecard juga dianggap baik oleh penulis untuk diterapkan di PTPN XIII karena PTPN XIII

    merupakan perusahaan padat karya dimana konsep tenaga kerja adalah pemangku kerja dan biaya

    terbesar sehingga diperlukan alat atau tools yang lebih baik untuk menilai produktivitas masing-

    masing individu guna melaksanakan sistem penilaian karya, dan kompetisi antar karyawan dengan

    sendirinya akan meningkatkan daya saing perusahaan dalam jangka pendek dan jangka panjang. Selain

    itu, seperti yang telah diuraikan penulis, keberhasilan perusahaan-perusahaan baik disektor

    pemerintah, swasta, maupun BUMN yang telah menerapkan balanced scorecard sebagai sistem

  • manajemen strategiknya turut mendukung keinginan penulis untuk melakukan penelitian di PTPN

    XIII.

    Sampai tahun 2007 PTPN XIII mempekerjakan 13.002 orang tenaga kerja yang terdiri dari

    12.620 orang tenaga kerja tetap, 382 orang tenaga kerja tidak tetap (Perwira Pengamanan, Honorer dan

    Karyawan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu/PKWT). Keahlian khusus tenaga kerja adalah kemampuan

    dalam hal okulasi di pembibitan karet, deres karet, tukang las, maupun operator alat berat yang didapat

    dari pengalaman bekerja. Karyawan tetap PTPN XIII memiliki beberapa jenjang strata jabatan dari

    pejabat puncak hingga karyawan pelaksana.

    Tabel 2. Demografi Tenaga Kerja PTPN XIII Uraian Jumlah (%)

    Tenaga Kerja dikelompokkan menjadi :

    a. Karyawan Tetap

    b. Karyawan Tidak Tetap:

    b.1. Perwira Pengamanan

    b.2. Honorer

    b.3. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)

    97 %

    0,1%

    0,4%

    2,5%

    Komposisi Karyawan Tetap berdasarkan tingkatan jabatan:

    a. Karyawan Pimpinan (Golongan III-IV)

    b. Karyawan Pelaksana (Golongan I-II)

    3,2%

    96,8%

    Komposisi Karyawan berdasarkan lokasi kerja :

    a. Kebun

    b. Pabrik

    c. Rumah Sakit

    d. Kantor Direksi & Unit lain (Administrasi)

    85%

    10,2%

    1,3%

    3,5%

    Komposisi Karyawan berdasarkan pendidikan:

    a. S2/S3

    b. S1

    c. Diploma

    d. SMA

    e. Dibawah SMA

    0,05%

    2,5%

    1,12%

    32,52%

    63,81%

    Komposisi Karyawan berdasarkan Usia:

    a. 50 tahun

    b. 41- 50 tahun

    c. 31-40 tahun

    d. 21-30 tahun

    11,19%

    41,49%

    35,64%

    11,68%

    Sumber: Application Document PTPN XIII (2008:ii)

    Langkah-Langkah Penelitian

    Adapun langkah-langkah penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

    Tabel 3. Langkah-Langkah Penelitian

    No. Keterangan Sumber Data

    1. Memperoleh informasi visi, misi, dan strategi perusahaan Dokumen dan wawancara ke

    bagian perencanaan

    2. Memperoleh informasi kinerja perusahaan dalam

    pengimplementasian visi, misi, dan strategi

    Dokumen dan wawancara ke

    bagian pemasaran, keuangan, dan

    SDM

    3. Penyusunan Balanced Scorecard: Dokumen, wawancara ke bagian

  • 1) Mengidentifikasi landasan organisasi (visi, misi, dan strategi) 2) Pengembangan strategi perusahaan 3) Menguraikan strategi ke dalam komponen-komponen yang

    lebih kecil (sasaran strategik):

    a. perspektif keuangan b. perspektif pelanggan c. perspektif bisnis internal d. perspektif pembelajaran dan pertumbuhan

    4) Membuat peta strategi (strategy map) yang menghubungkan tujuan strategik dengan empat perspektif

    5) Pengukuran strategi bisnis : a. lag indicator, yaitu ukuran hasil yang merupakan tujuan

    akhir dari strategi-strategi yang telah diambil oleh

    perusahaan

    b. lead indicator, yaitu faktor-faktor yang mendorong tercapainya tujuan dalam lag indicator dari masing-

    masing perspektif.

    c. Penentuan inisiatif yang diperlukan dalam pengimplementasian strategi.

    pemasaran, keuangan, dan SDM,

    serta studi kepustakaan

    Visi, Misi, dan Tata Nilai PTPN XIII

    PTPN XIII mempunyai visi Menjadikan PT Perkebunan Nusantara XIII (Persero) sebagai perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi, berkembang, dan tumbuh berkelanjutan. Dan misi Menghasilkan produk dan jasa dalam bidang kelapa sawit, karet, serta industri hilirnya yang berdaya saing tinggi di pasar global dan bermanfaat bagi pemegang saham, karyawan, pekebun, petani,

    masyarakat, dan lingkungan. Serta tata nilai yaitu: (1)Integritas (Integrity), (2) Disiplin (Discipline), (3) Perbaikan terus-menerus (Continual Improvement), (4) Bertindak Segera (Prompt Action), (5)

    Tanggung Jawab (Responsibility), (6) Inovasi (Innovation), (7) Komunikasi (Communication), (8)

    Kerukunan (Harmony).

    Menurut penulis untuk mempermudah penyusunan balanced scorecard, maka penulis mencoba

    merumuskan kembali visi dan misi PTPN XIII yaitu: visi: Menjadi perusahaan agrobisnis yang

    berdaya saing tinggi, berkembang, dan tumbuh berkelanjutan di tahun 2011. Misi: Menghasilkan

    produk yang berdaya saing tinggi di pasar global melalui penetapan kompetensi inti, peningkatan

    produktivitas dan kualitas produk, serta pengembangan usaha industri hilir yang mengarahkan

    perusahaan untuk tumbuh berkelanjutan.

    Langkah-langkah Penyusunan Balanced Scorecard pada PTPN XIII

    Mengidentifikasi Landasan Organisasi

    Langkah awal penyusunan balanced scorecard adalah mengidentifikasi landasan organisasi. Landasan

    organisasi dapat diidentifikasi melalui visi, misi, tata nilai, paradigma kebijakan strategik, budaya

    perusahaan, sasaran strategik, analisis SWOT, dan lain-lain. PTPN XIII memiliki paradigma bisnis

    yang meliputi: (1) menciptakan nilai tambah dalam bekerja sehari-hari, (2) mengutamakan kebutuhan

    pasar dan pelanggan serta mencermati persaingan, (3) melakukan kegiatan perusahaan dengan cepat,

    sederhana, dan berani mengambil resiko, (4) bekerja dengan prinsip efisien dan efektif, (5) bekerja

    sama dan rukun serta saling mengingatkan dalam tugas berdasarkan pengetahuan, (6) menghargai hasil

    karya dan prestasi kerja untuk menjadi karyawan yang sejahtera dan terhormat, (6) memberi manfaat

    kepada alam dan lingkungan sekitar.

    Analisis SWOT

    Setelah dilakukan penetapan visi, misi, tata nilai, dan paradigma perusahaan, langkah selanjutnya

    adalah melakukan analisa SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) terdapat dalam

    perusahaan. Penulis membuat SWOT analysis dari PTPN XIII berdasarkan data dan informasi yang

    diperoleh dan digambarkan dalam tabel Matriks SWOT PTPN XIII dibawah ini:

  • Tabel 4. Matriks SWOT PTPN XIII

    Kekuatan (Strength)

    Kelemahan (Weakness)

    Peluang

    (Opportunity)

    Hubungan dengan pelanggan baik, sehingga pelanggan loyal kepada

    perusahaan

    Adanya persediaan TBS dan bokar dari kebun plasma

    Motivasi karyawan tinggi

    Kebutuhan manusia terhadap minyak sangat tinggi

    Penggunaan biodiesel sebagai pengganti bahan bakar minyak agar

    tetap bisa beroperasi

    Pengembangan usaha industri hilir sebagai peluang perusahaan untuk

    tetap bisa berkompetitif

    Areal tanaman inti dan plasma cukup luas, sehingga membutuhkan lebih banyak lagi

    tenaga kerja dan otomatis biaya tenaga

    kerja yang dikeluarkan lebih besar lagi

    Komposisi pendidikan belum ideal. Lebih dari 50% karyawan PTPN XIII tidak tamat

    SMA. Peluangnya, PTPN XIII bisa

    memanfaatkan tenaga mereka dalam proses

    penanaman, pemanenan, penorehan,

    dengan upah yang murah.

    Ancaman

    (Threat)

    Produktivitas kompetitor seperti perkebunan Malaysia lebih tinggi.

    Walaupun demikian, Malaysia juga

    mengimpor dari Indonesia untuk

    memenuhi persediaannya.

    Usaha berkaitan dengan alam, sehingga tidak bisa bergantung 100%

    Produktivitas tanaman plasma rendah, karena luas arealnya lebih kecil

    Tidak bisa berhubungan langsung dengan pelanggan karena pemasaran dan penjualan

    produk diserahkan kepada KPB

    Jenis perusahaan padat karya yang membutuhkan banyak karyawan, sehingga

    banyak mengeluarkan biaya upah/gaji

    Kesulitan mencari tenaga high skill dan high education untuk ditempatkan di unit,

    karena tidak ada yang mau ditempatkan di

    daerah perkebunan

    Etos kerja (karakter) sebagian karyawan belum baik. Hal ini berhubungan dengan

    budaya masyarakat setempat

    Kompetitor seperti perkebunan swasta memperluas areal kebunnya, sehingga

    lahan kebun untuk PTPN XIII semakin

    terbatas

    Sumber: Hasil wawancara dengan pihak bagian Perencanaan dan Pengendalian, 2008

    PTPN XIII juga memiliki komitmen yang kuat pada standar Tata Kelola Perusahaan (Good

    Corporate Governance) dengan memastikan transparansi dan kualitas keterbukaan yang selalu

    dievaluasi dan diukur setiap tahunnya. Penerapan Tata Kelola (Good Corporate Governance) juga

    merupakan bagian yang tak terpisahkan dari seluruh kegiatan usaha PTPN XIII. Komitmen yang kuat

    ini mendapat predikat baik setelah dievaluasi oleh badan independen yaitu BPKP perwakilan

    Kalimantan Barat.

    Mengembangkan Strategi Perusahaan

    Strategi adalah pola tindakan utama yang dipilih untuk mewujudkan visi melalui misi. Strategi

    membentuk pola pengambilan keputusan dalam mewujudkan visi organisasi.

    Proses perencanaan strategis dan pengembangan strategi PTPN XIII dilakukan dengan

    tahapan sebagai berikut:

  • a. Tahap I: Penghimpunan Informasi. Dewan komisaris dan direksi memberikan informasi mengenai kebijakan pemerintah dan informasi yang berkembang saat ini dan prediksi ke depan, serta

    mempertimbangkan informasi kondisi internal perusahaan sebagai fokus penyusunan rencana

    jangka panjang.

    b. Tahap II: Pengembangan Strategi. Informasi yang telah diperoleh kemudian dianalisa untuk diselaraskan dengan kemampuan penyediaan sumber daya internal dan peluang yang dapat

    dimanfaatkan. Hasil analisa dituangkan menjadi rencana jangka panjang dan rencana kerja

    anggaran perusahaan.

    c. Tahap III: Implementasi Strategi. Rencana kerja anggaran perusahaan diterjemahkan menjadi program dan rencana kerja bulanan, triwulanan, dan target individu.

    d. Tahap IV: Review Kinerja, Evaluasi, dan Perbaikan. Secara berkala, realisasi kinerja di kaji ulang dan dievaluasi untuk melihat penyimpangan terhadap program dan rencana kerja yang telah

    ditetapkan. Untuk mencapai kinerja yang diharapkan, maka dilakukan perbaikan dan penyesuaian

    terhadap penyimpangan yang terjadi.

    PTPN XIII menetapkan kebijakan-kebijakan strategis agar visi perusahan dapat tercapai dengan

    tepat. Kebijakan-kebijakan strategis tersebut antara lain:

    a. Fokus pada fasilitas-fasilitas yang dapat langsung berdampak terhadap peningkatan produksi, seperti: infrastruktur melalui peningkatan jalan dan jembatan; peningkatan produktivitas kebun

    dengan sasaran untuk mencapai atau setidaknya mendekati potensi; dan perbaikan pabrik dengan

    target meminimalkan stagnasi.

    b. Pengarahan pengembangan usaha pada pengembangan horisontal dan vertikal yang lebih progresif, seperti: perluasan kebun serta pengembangan industri hilir berbasis kelapa sawit dan karet agar

    mempunyai nilai tambah yang tinggi.

    c. Penataan organisasi serta pejabat yang menduduki posisinya disesuaikan dengan kondisi lingkungan usaha dan geografi perusahaan; pemberdayaan distrik; memantapkan pelaksanaan

    manajemen satu atap untuk mengelola plasma; serta pelatihan yang diarahkan untuk membentuk

    karakter yang lebih baik.

    Akan tetapi, untuk mempermudah penyusunan balanced scorecard PTPN XIII, penulis

    mencoba merumuskan kembali kebijakan-kebijakan strategik PTPN XIII tersebut dengan memberi

    beberapa tambahan sebagai berikut:

    a. Pemenuhan ekspektasi pemegang saham dengan peningkatan pendapatan melalui peningkatan produktivitas dan kualitas produk serta pengendalian biaya yang disesuaikan dengan anggaran.

    b. Pemenuhan ekspektasi pasar dan pelanggan, seperti: menghimpun dan memahami kebutuhan dari masing-masing pelanggan dan hal-hal lain yang dapat mempengaruhi keputusan pelanggan untuk

    terus melakukan hubungan bisnis dengan perusahaan melalui kantor pemasaran bersama.

    c. Pengelolaan proses bisnis internal perusahaan dengan melakukan pengembangan-pengembangan usaha dan inovasi-inovasi untuk memenuhi ekspektasi pemegang saham dan pelanggan.

    d. Penataan dan pembenahan organisasi, sumber daya manusia, dan budaya kerja perusahaan untuk meningkatkan loyalitas keseluruhan tenaga kerja perusahaan.

    Menguraikan Strategi ke Dalam Komponen Sasaran Strategik

    Kebijakan-kebijakan strategis yang sudah ditetapkan dijabarkan kembali untuk mewujudkan tujuan

    dan visi organisasi ke dalam sasaran-sasaran strategik yang komprehensif dan koheren. Sasaran

    strategik merupakan pernyataan kualitatif tentang kondisi yang akan diwujudkan di masa depan, yang

    merupakan penjabaran tujuan organisasi (Mulyadi, 2001). Penulis merumuskan sasaran-sasaran

    strategik PTPN XIII sebagai berikut:

    1. Peningkatan pendapatan melalui peningkatan nilai penjualan dan volume penjualan 2. Peningkatan hubungan yang baik dengan pelanggan dengan:

    a. membangun komunikasi yang baik b. memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan c. meningkatkan loyalitas pelanggan

    3. Pengembangan usaha dengan:

  • a. menjajaki peraihan tambahan lahan b. penjajakan kerjasama industri hilir dan pendukung

    4. Peningkatan kualitas produksi dan kompetensi inti 5. Inovasi melalui event inovasi tahunan 6. Penataan dan pembenahan organisasi, sumber daya manusia, dan budaya kerja dengan:

    a. membangun karakter seluruh karyawan dan memajukan budaya organisasional yang kondusif b. mengembangkan kompetensi dan keahlian karyawan c. meningkatkan kesejahteraan dan loyalitas karyawan

    Sasaran-sasaran strategik ini kemudian dijabarkan lagi ke dalam empat perspektif balanced

    scorecard seperti pada Tabel 5.

  • Perspektif Sasaran Strategik Inisiatif Strategik

    Perspektif Keuangan

    (Apa hasil-hasil finansial yang

    dibutuhkan untuk memenuhi

    ekspektasi pemegang saham?)

    Perspektif Pelanggan

    (Apa kebutuhan pelanggan yang

    harus dipenuhi untuk memenuhi

    ekspektasi pelanggan?)

    Perspektif Proses Bisnis Internal

    (Apa proses-proses yang harus

    dilaksanakan untuk memenuhi

    ekepektasi pelanggan dan ekspektasi

    pemegang saham?)

    Peningkatan pendapatan dengan peningkatan nilai

    penjualan dan volume penjualan

    Peningkatan hubungan baik dengan pelanggan dengan:

    1. Membangun komunikasi yang baik

    2. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan

    3. Meningkatkan loyalitas pelanggan

    1. Pengembangan usaha dengan:

    menjajaki peraihan tambahan lahan

    penjajakan kerjasama industri hilir dan pendukung

    2. Peningkatan kualitas produksi

    - Meningkatkan produktivitas kebun; - Meningkatkan kualitas produk sesuai standar kualitas (tabel 4.8); - Menekan harga pokok produksi dibawah harga jual pasar -

    - Memperkuat posisi pasar dengan mempertahankan pasar tradisional dan memperluas jaringan pemasaran pada pasar nontradisional;

    - Mengamati reaksi pasar serta memahami kebutuhan dan suara pelanggan yang diperoleh melalui survei pelanggan;

    - Membangun jalur komunikasi dengan pelanggan melalui customer relationship management

    - Merespon persyaratan dan values priority yang diinginkan pelanggan yang diperoleh melalui survei pelanggan;

    - Melakukan perbaikan dengan cepat sesuai skala prioritas (tabel 7 dan 8)

    - Melakukan survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan untuk mendapatkan masukan

    - Memperluas areal kebun denga membuka areal baru dan mengelola kebun plasma dengan manajemen pola satu atap untuk meningkatkan produksi

    tandan buah segar dan karet

    - Diversifikasi produk kelapa sawit menjadi produk turunannya, seperti sabun, margarin, minyak goreng beromega tiga, kandungan dalam

    kosmetik, biolilin, biodiesel, dll.

    - Memproduksi produk berkualitas sesuai standar kualitas (Tabel 4.8); - Cepat merespon permintaan dan keluhan pelanggan; - Melakukan survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan agar dapat

    dilakukan perbaikan kualitas produk

    Tabel 5. Sasaran Strategik PTPN XIII Tahun Anggaran 2009-2011

  • Sumber: Diolah dari data PTPN XIII tahun 2005-2007

    Perspektif Pertumbuhan dan

    Pembelajaran

    (Apa nilai-nilai organisasional yang

    terpenting untuk memenuhi sasaran

    strategik perusahaan?)

    3. Mempertahankan Kompetensi Inti

    4. Inovasi melalui event inovasi tahunan

    Penataan serta pembenahan organisasi, SDM, & budaya

    kerja dengan:

    2. Membangun karakter seluruh karyawan dan memajukan budaya organisasi

    3. Mengembangkan kompetensi dan keahlian karyawan

    4. Meningkatkan kesejahteraan dan loyalitas karyawan

    - Penetapan kompetensi inti; - Workshop setiap tahun dihadiri seluruh senior leader untuk evaluasi dan

    redefinisi kebijakan ke depan termasuk visi&misi

    - Selalu meningkatkan peluang untuk berinovasi dan mengadakan perubahan-perubahan di segala bidang;

    - Workshop setiap tahun dihadiri seluruh senior leader untuk evaluasi & redefinisi kebijakan ke depan termasuk visi & misi

    -

    - - Pengembangan ide budaya & pola pikir dari komunitas; - Pengelolaan SDM dengan basis teach and learn; - Mengadakan pekan inovasi setiap tahun; - Mengadakan pelatihan-pelatihan & program pengembangan diri &

    kedisiplinan dasar yang diarahkan pada pembentukan karakter

    - Mengadakan pelatihan-pelatihan yang diarahkan pada pengembangan kompetensi & keahlian karyawan serta etos kerja profesional;

    - Pengelolaan SDM dengan basis teach and learn

    - Menganalisis kekuatan tenaga kerja yang efektif & efisien dalam upaya strategi peningkatan produktivitas individu;

    - Pemberian kompensasi, tunjangan & fasilitas kesejahteraan yang memadai bagi karyawan; Mengadakan sistem promosi & pengembangan

    karir berdasarkan kompetensi karyawan

  • Membuat Peta Strategi

    Peta strategi memungkinkan suatu organisasi untuk mendeskripsikan dengan bahasa yang

    jelas dan umum, tujuan, rencana tindakan, dan target; tolok ukur yang digunakan untuk

    menilai kinerja perusahaan (seperti pangsa pasar dan survei pelanggan) dan kaitan-kaitan

    yang merupakan fondasi untuk arahan strategik (Tunggal, 2001). Hubungan sebeb-akibat

    antara sasaran-sasaran strategik PTPN XIII dalam keempat perspektif balanced scorecard

    dapat digambarkan dalam bentuk model peta strategi seperti pada Gambar 2.

    Gambar 2. menunjukkan rancangan peta strategi PTPN XIII. Agar dapat

    menjalankan misi untuk mencapai visinya, PTPN XIII harus membangun budaya

    organisasional secara kondusif dengan mendapatkan keberagaman ide budaya dan pola

    pikir dari komunitas. Dengan terbangunnya budaya organisasional yang kuat, karakter

    karyawan pun dapat dibangun. Setelah itu, PTPN XIII harus memotivasi karyawannya

    agar dapat berkinerja dengan baik, serta berusaha mempertahankan karyawannya dengan

    memberikan kompensasi yang terbaik bagi karyawannya. Dengan begitu, perusahaan

    dapat melakukan pengembangan dan pembelajaran terhadap karyawannya untuk

    meningkatkan loyalitas dan kepuasan karyawan.

    Loyalitas dan kepuasan karyawan yang tinggi sangat berperan dalam proses bisnis

    internal, seperti: peningkatan kualitas produksi, pemahaman dan pengutamaan kebutuhan

    pasar dan pelanggan, inovasi melalui event inovasi tahunan, serta melakukan

    pengembangan usaha. Untuk memenuhi ekspektasi pelanggan serta meningkatkan

    kepuasan pelanggan, setelah dilakukannya proses bisnis internal, PTPN XIII harus

    dapat mempelajari dan menetapkan pasar dan pelanggannya dengan tepat, membangun

    komunikasi yang baik dengan pelanggannya, serta mampu menghimpun dan memahami

    kebutuhan pelanggannya. Konsumen yang puas akan loyal terhadap perusahaan.

    Pelanggan yang loyal akan tetap mempertahankan PTPN XIII sebagai penyedia

    kebutuhannya yang terbaik. Hal ini akan sangat mempengaruhi tingkat produksi dan

    penjualan PTPN XIII. Tingkat produksi dan penjualan yang terus meningkat akibat

    permintaan pasar yang tinggi disertai dengan pengendalian biaya yang disesuaikan

    dengan anggaran akan meningkatkan pendapatan PTPN XIII yang akan memenuhi

    ekspektasi pemegang saham.

    Menentukan Ukuran Sasaran Strategik

    Pengukuran penting bagi peningkatan suatu kemajuan/perubahan ke arah yang lebih baik

    (Gasperz, 2003:68). Sasaran-sasaran strategik yang telah ditetapkan akan diukur dengan

    menggunakan alat ukur, (1) outcome (lagging) measurements merupakan ukuran yang

    menggambarkan apa yang dihasilkan. (2) performance driver (leading) measurements

    adalah ukuran-ukuran yang menjadi pemicu outcome dimasa yang akan datang.

    Tabel 5. berikut ini memperlihatkan lag indicator dan lead indicator masing-

    masing sasaran strategik pada keempat perspektif balanced scorecard. Penentuan ukuran

    ini diharapkan dapat mengukur keberhasilan dari sasaran-sasaran strategik setiap

    perspektif balanced scorecard. Ukuran keberhasilan sasaran-sasaran strategik tersebut

    dirumuskan sebagai berikut:

  • Sumber: Diolah dari data PTPN XIII 2005-2007

    Gambar 2. Bagan Peta Strategi PTPN XIII Tahun Anggaran 2009-2011

    Perspektif

    Keuangan

    Perspektif

    Pelanggan

    Perspektif

    Proses

    Bisnis

    Internal

    Perspektif

    Pertumbuhan dan

    Pembelajaran

    Visi PTPN XIII Menjadi perusahaan agrobisnis yang berdaya saing tinggi, berkembang, dan tumbuh berkelanjutan di tahun 2011

    Peningkatan pendapatan dengan peningkatan nilai

    penjualan dan volume penjualan

    Meningkatkan

    loyalitas pelanggan

    Memberikan

    pelayanan terbaik

    kepada pelanggan

    Membangun

    komunikasi

    yang baik

    Peng

    emba

    ngan

    usaha

    Inovasi

    melalui

    event

    inovasi

    tahunan

    Peningka

    tan

    kualitas

    produksi

    Membangun karakter seluruh

    SDM dan memajukan budaya

    organisasi

    Meningkatkan kesejahteraan

    dan loyalitas SDM

    Meningkatkan kompetensi dan

    keahlian SDM

    Pening

    katan

    Kompe

    tensi

    Inti

    Misi PTPN XIII Menghasilkan produk yang berdaya saing tinggi di pasar global melalui penetapan kompetensi inti, peningkatan produktivitas dan kualitas produk, serta pengembangan usaha industri hilir yang mengarahkan perusahaan untuk

    tumbuh berkelanjutan.

  • Tabel 6. Ukuran Sasaran Strategik PTPN XIII Tahun Anggaran 2009-2011

    Sasaran Strategik Lag Indicator Lead Indicator Hasil s.d 2007 Target 2009-2011

    Perspektif Keuangan

    Peningkatan pendapatan dengan

    peningkatan nilai penjualan dan

    volume penjualan

    Perspektif Pelanggan

    Peningkatan hubungan baik dengan

    pelanggan dengan:

    1. Membangun komunikasi yang

    baik

    2. Memberikan pelayanan terbaik

    kepada pelanggan

    3. Meningkatkan loyalitas pelanggan

    % peningkatan nilai

    penjualan, rata-rata 20% per

    tahun; % peningkatan

    volume penjualan,

    min.15%/tahun

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    % loyalitas pelanggan 90

    skala 100

    Kenaikan harga jual di pasar

    - Persyaratan produk yang diminta pelanggan (Tabel 8);

    - Nilai pelanggan berdasarkan prioritas (Tabel 8);

    - Jumlah kunjungan ke pelanggan

    - Jumlah keluhan pelanggan 0 (nol);

    - Persyaratan produk yang diminta pelanggan (Tabel 8);

    - Nilai pelanggan berdasarkan prioritas (Tabel 8)

    Jumlah peningkatan

    pelanggan

    - Tahun 2007 nilai penjualan meningkat 44,14% dari tahun

    2006;

    - Volume penjualan kelapa sawit menurun 8,96% dan

    karet meningkat 14,36%

    dibanding 2006

    - Pelanggan karet sebesar 10, pelanggan kelapa sawit

    sebesar 22;

    - Indeks kepuasan pelanggan 80%

    - Masih ada keluhan dalam hal layanan purna jual seperti

    kemasan produk dan kualitas

    produk dalam pengiriman;

    - Indeks kepuasan pelanggan 80%

    - Pelanggan karet sebesar 10, pelanggan kelapa sawit

    sebesar 22

    - Nilai penjualan tumbuh min. 40% per tahun;

    - Volume penjualan tumbuh min. 10% per tahun

    Pelanggan tetap bertambah

    sebesar 20 pelanggan

    Tidak ada keluhan

    Pelanggan tetap bertambah

    sebesar 20 pelanggan

  • Perspektif Proses Bisnis Internal

    1. Pengembangan usaha dengan:

    menjajaki peraihan tambahan lahan

    penjajakan kerjasama industri hilir dan pendukung

    2. Peningkatan kualitas produksi

    3. Mempertahankan Kompetensi Inti

    4. Inovasi melalui event inovasi tahunan

    Jumlah penambahan lahan,

    min. 15.000 ha per tahun

    Jumlah pembangunan dan

    pengoperasian industri hilir,

    min, 1 industri hilir sudah

    dibangun

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    % loyalitas pelanggan;

    90 skala 100

    Implementasi visi, misi, dan

    kebijakan strategik tercapai

    Jumlah peningkatan

    produktivitas kebun Kelapa

    sawit: 10%/ha/tahun

    Karet : 5%/ha/tahun

    Jumlah peningkatan

    produktivitas kebun Kelapa

    sawit: 10%/ha/tahun

    Karet : 5%/ha/tahun

    Standar kualitas produk

    (Tabel 9)

    Standar kualitas produk

    (Tabel 9);

    Suara positif dan negatif dari

    pelanggan

    Kinerja perusahaan yang

    semakin baik;

    Pemenuhan pencapaian

    sasaran strategik perusahaan

    - Tahun 2007 telah dilakukan penjajakan lahan di Kalbar

    dan Kaltim;

    - Perolehan lahan 20.000 ha tahun 2008

    - Penjajakan pembangunan industri hilir dan pendukung

    telah selesai 50% di tahun

    2007 dan diperkirakan

    selesai 100% tahun 2008

    - Kualitas produk sesuai standar kualitas (Tabel 9);

    - Tidak ada komplain

    - Pelanggan karet sebesar 10, pelanggan kelapa sawit

    sebesar 22, indeks loyalitas

    pelanggan 80%

    - Visi & misi tercapai; - Persiapan pembangunan satu

    industri hilir;

    - Jumlah peserta pekan inovasi menurun hanya 25 orang

    Penambahan lahan minimal

    40.000 ha

    Pembangunan min. dua

    industri hilir

    - Kualitas produk sesuai standar kualitas (Tabel 9);

    - Tidak ada komplain

    - Kompetensi inti mendorong pencapaian visi dan misi;

    - Jumlah pelanggan tetap bertambah sebesar 20

    pelanggan

    - Visi & misi tercapai; - Inovasi dalam pengembangan

    usaha 2 industri hilir

  • Perspektif Pertumbuhan dan

    Pembelajaran

    Penataan serta pembenahan

    organisasi, SDM, & budaya kerja

    dengan:

    1. Membangun karakter seluruh karyawan dan memajukan budaya

    organisasi

    2. Mengembangkan kompetensi dan keahlian karyawan

    3. Meningkatkan kesejahteraan dan loyalitas karyawan

    Jumlah keterlibatan

    karyawan dalam pelatihan,

    min. 30% dari jumlah

    keseluruhan karyawan

    Jumlah pelatihan untuk

    pengembangan diri

    karyawan, min. 48.000 man

    hour per tahun

    % Loyalitas karyawan,

    90 skala 100

    Jumlah pelatihan untuk

    pengembangan diri

    karyawan, min. 48.000 man

    hour per tahun

    Jumlah keterlibatan

    karyawan dalam pelatihan,

    min. 30%, rata-rata 3900

    karyawan

    % kenaikan gaji dan promosi

    kenaikan jabatan sehubungan

    dengan kinerja

    - Jumlah karyawan yang mencapat surat teguran menurun menjadi 7

    orang;

    - Hasil penerapan GCG adalah menjadi pemenang dalam Annual

    Report Award kategori BUMN

    nonkeuangan tidak tercatat 2007 dan

    kontes BUMN Award on Agro

    Industry 2005

    - Jumlah karyawan yang terlibat dalam proses pembelajaran dan

    pengembangan tahun 2007 sebesar

    3500 orang.

    - Peningkatan penghasilan karyawan tahun 2007

    - Pembangunan beberapa rumah karyawan di kebun

    - Rehabilitasi perumahan dan prasarana lainnya; Indeks loyalitas

    karyawan 80%

    - Tercipta budaya organisasi yang kondusif dengan paradigma dan

    value perusahaan;

    - Tercipta karakter dan etos kerja yang baik

    - - Tercipta knowledge worker menuju

    knowledge company;

    - Jumlah karyawan yang terlibat dalam proses pembelajaran dan

    pengembangan sebesar 3900 orang

    dengan 48.000 man hour

    - Kinerja karyawan semakin baik/meningkat;

    - karyawan loyal pada perusahaan; Produktivitas individu atas

    pendapatan perusahaan semakin

    meningkat setiap tahun.

    Sumber: Diolah dari data PTPN XIII Tahun 2005-2007

  • Menetapkan Target dan Merumuskan Inisiatif Strategik

    Dalam tabel 6. berikut ini, diuraikan target-target serta program atau inisiatif

    strategik PTPN XIII dalam upaya mencapai sasaran-sasaran strategiknya di setiap

    perspektif balanced scorecard. Penulis mencoba menetapkan target-target yang mungkin

    akan bisa dicapai perusahaan dengan beberapa program-program pendukung. Walaupun

    demikian, penulis tidak dapat menjamin tingkat realisasi target-target dan program-

    program tersebut, karena penulis tidak melakukan penelitian lebih dalam sehingga

    penulis tidak dapat mencantumkan kepastian angka indeks yang ingin dicapai

    perusahaan.

  • Tabel 7. Target dan Inisiatif Strategik PTPN XIII Tahun Anggaran 2009-2011

    Sasaran Strategik Lag Indicator Lead Indicator Target

    2009-2011

    Inisiatif Strategik

    Perspektif Keuangan

    Peningkatan pendapatan

    dengan peningkatan nilai

    penjualan dan volume

    penjualan

    % peningkatan nilai

    penjualan, rata-rata 20% per

    tahun; % peningkatan volume

    penjualan, min.15%/tahun

    Kenaikan harga jual di pasar Nilai penjualan

    tumbuh min. 40% per

    tahun; Volume

    penjualan tumbuh min.

    10% per tahun

    - Meningkatkan produktivitas kebun; Meningkatkan kualitas

    produk sesuai standar kualitas

    (tabel 4.8);

    Menekan harga pokok produksi

    dibawah harga jual pasar

    Perspektif Pelanggan

    Peningkatan hubungan

    baik dengan pelanggan

    dengan:

    1. Membangun komunikasi yang baik

    2. Memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    Persyaratan produk yang

    diminta pelanggan (Tabel 8);

    Nilai pelanggan berdasarkan

    prioritas (Tabel 8);

    Jumlah kunjungan ke

    pelanggan

    Jumlah keluhan pelanggan 0

    (nol);

    Persyaratan produk yang

    diminta pelanggan (Tabel 8);

    Nilai pelanggan berdasarkan

    prioritas (Tabel 8);

    Jumlah peningkatan

    pelanggan

    Pelanggan tetap

    bertambah sebesar 20

    pelanggan

    Tidak ada keluhan

    - Memperkuat posisi pasar dengan mempertahankan pasar

    tradisional dan memperluas

    jaringan pemasaran pada pasar

    nontradisional;

    - Mengamati reaksi pasar serta memahami kebutuhan dan

    suara pelanggan yang diperoleh

    melalui survei pelanggan;

    - Membangun jalur komunikasi dengan pelanggan melalui

    customer relationship

    management

    - Merespon persyaratan dan values priority yang diinginkan

    pelanggan yang diperoleh

    melalui survei pelanggan;

    - Melakukan perbaikan dgn cepat sesuai skala prioritas

    (tabel 8)

    - Melakukan survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan untuk

  • 3. Meningkatkan loyalitas pelanggan

    % loyalitas pelanggan 90

    skala 100

    Pelanggan tetap

    bertambah sebesar 20

    pelanggan

    mendapatkan masukan

    Perspektif Proses Bisnis

    Internal

    1. Pengembangan usaha dengan:

    menjajaki peraihan tambahan lahan

    penjajakan kerjasama industri hilir dan

    pendukung

    2. Peningkatan kualitas produksi

    3. Mempertahankan Kompetensi Inti

    Jumlah penambahan lahan,

    min. 15.000 ha per tahun

    Jumlah pembangunan dan

    pengoperasian industri hilir,

    min, 1 industri hilir sudah

    dibangun

    % kepuasan pelanggan, 90

    skala 100

    % loyalitas pelanggan;

    90 skala 100

    Jumlah peningkatan

    produktivitas kebun

    Kelapa sawit: 10%/ha/tahun

    Karet : 5%/ha/tahun

    Jumlah peningkatan

    produktivitas kebun

    Kelapa sawit: 10%/ha/tahun

    Karet : 5%/ha/tahun

    Standar kualitas produk

    (Tabel 6)

    Standar kualitas produk

    (Tabel 6);

    Masukan dari pelanggan

    Penambahan lahan

    minimal 40.000 ha

    Pembangunan min. 2

    industri hilir

    Kualitas produk sesuai

    standar kualitas (Tabel 6)

    Tidak ada komplain

    Kompetensi inti

    mendorong pencapaian

    visi-misi;

    Jumlah pelanggan tetap

    bertambah sebesar 20

    - Memperluas areal kebun dgn membuka areal baru & mengelola

    kebun plasma dengan manajemen

    pola satu atap untuk meningkatkan

    produksi TBS dan karet

    - Diversifikasi produk kelapa sawit menjadi produk turunannya,

    seperti sabun, margarin, minyak

    goreng beromega tiga, kandungan

    dalam kosmetik, biolilin,

    biodiesel, dll.

    - Memproduksi produk berkualitas sesuai standar kualitas (Tabel 4.8);

    - Cepat merespon permintaan dan keluhan pelanggan;

    - Melakukan survei kebutuhan dan kepuasan pelanggan agar dapat

    dilakukan perbaikan kualitas

    produk

    - Penetapan kompetensi inti; - Workshop setiap tahun dihadiri

    seluruh senior leader untuk

    evaluasi & redefinisi kebijakan ke

    depan termasuk visi & misi

  • 4. Inovasi melalui event inovasi tahunan

    Implementasi visi, misi, dan

    kebijakan strategik tercapai

    Kinerja perusahaan yang

    semakin baik;

    Pemenuhan pencapaian

    sasaran strategik perusahaan

    pelanggan

    Visi & misi tercapai;

    Inovasi dalam

    pengembangan usaha

    industri hilir

    - Selalu meningkatkan peluang untuk berinovasi&selalu

    mengevaluasi kinerja serta

    mengadakan perubahan-perubahan

    di segala bidang;

    - Workshop setiap tahun dihadiri seluruh senior leader untuk

    evaluasi & redefinisi kebijakan ke

    depan termasuk visi & misi

    Perspektif Pertumbuhan

    dan Pembelajaran

    Penataan serta pembenahan

    organisasi, SDM, & budaya

    kerja dengan:

    1. Membangun karakter seluruh SDM dan

    memajukan budaya

    organisasi

    2. Mengembangkan kompetensi dan keahlian

    SDM

    Jumlah keterlibatan

    karyawan dalam pelatihan,

    min. 30% dari jumlah

    keseluruhan karyawan

    Jumlah pelatihan untuk

    pengembangan diri

    karyawan, min. 48.000 man

    Jumlah pelatihan untuk

    pengembangan diri

    karyawan, min. 48.000 man

    hour per tahun

    Jumlah keterlibatan

    karyawan dalam pelatihan,

    min. 30%, rata-rata 3900

    Tercipta budaya

    organisasi yang kondusif

    dengan paradigma dan

    value perusahaan;

    Tercipta karakter dan

    etos kerja yang baik

    Terciptanya knowledge

    worker menuju

    knowledge company

    - Pengembangan ide budaya dan pola pikir dari komunitas;

    - Pengelolaan SDM dengan basis teach and learn;

    - Mengadakan pekan inovasi setiap tahun;

    - Mengadakan pelatihan-pelatihan dan program

    pengembangan diri &

    kedisiplinan dasar yang

    diarahkan pada pembentukan

    karakter

    - Mengadakan pelatihan-pelatihan yang diarahkan pada

    pengembangan kompetensi

  • 3. Meningkatkan kesejahteraan dan

    loyalitas SDM

    hour per tahun

    % Loyalitas karyawan,

    90 skala 100

    karyawan

    % kenaikan gaji dan promosi

    kenaikan jabatan sehubungan

    dengan kinerja

    Kinerja karyawan

    semakin baik/meningkat;

    karyawan loyal pada

    perusahaan;

    Produktivitas individu

    atas pendapatan

    perusahaan semakin

    meningkat setiap tahun

    dan keahlian karyawan serta

    etos kerja profesional;

    - Pengelolaan SDM dengan basis teach and learn

    - Menganalisis kekuatan tenaga kerja yang efektif dan efisien

    dalam upaya strategi

    peningkatan produktivitas

    individu;

    - Pemberian kompensasi yang sesuai bagi karyawan;

    - Pemberian tunjangan dan fasilitas kesejahteraan yang

    memadai bagi karyawan;

    - Mengadakan sistem promosi dan pengembangan karir

    berdasarkan kompetensi

    karyawan

    Sumber: Diolah dari data PTPN XIII tahun 2005-2007

  • Target-target dan program atau inisiatif strategik jangka panjang PTPN XIII pada tabel 7

    dapat diuraikan sebagai berikut:

    1. Perspektif Keuangan Target dari sasaran strategik dalam hal peningkatan pendapatan adalah meningkatnya nilai penjualan

    minimal 40% setiap tahunnya dan volume penjualan meningkat 10% setiap tahunnya. Untuk

    mencapai target ini, PTPN XIII dapat melakukan beberapa inisiatif, seperti: meningkatkan

    produktivitas kebun dan kualitas produk yang sesuai dengan standar kualitas (tabel 4.8), menekan

    harga pokok produksi dibawah harga jual pasar, dan meminimasi pemakaian biaya secara keseluruhan

    sesuai anggaran. Peningkatan produktivitas kebun dilakukan untuk memenuhi permintaan pasar,

    sehingga persediaan di pasar tidak pernah habis. Akan tetapi, peningkatan produktivitas ini harus juga

    disertai dengan peningkatan kualitas produk yang dihasilkan, di mana, pemerintah telah menetapkan

    standar kualitas produk untuk industri perkebunan. PTPN XIII harus bisa mencapai standar tersebut

    (tabel 8).

    2. Perspektif Pelanggan Untuk menjaga hubungan komunikasi yang baik dengan pelanggan, agar pelanggan puas atas produk

    perusahaan, pertama-tama, PTPN XIII harus mengamati reaksi pasar serta memahami kebutuhan dan

    suara pelanggan yang diperoleh melalui survei pelanggan. Selanjutnya, PTPN XIII memperkuat posisi

    pasarnya dengan mempertahankan pasar tradisional dan memperluas jaringan pemasaran pada pasar

    nontradisional. PTPN XIII memahami suara pelanggan yang diperoleh dari survei kepuasan

    pelanggan sesuai karakteristik produk yang dilakukan setiap tahun. Dari survei ini, perusahaan dapat

    mengetahui prioritas syarat produk (tabel 8) seperti apa yang diinginkan pelanggan sehingga

    perusahaan bisa berfokus pada pemenuhan kebutuhan pelanggan, evaluasi mutu, dan pengembangan

    produk. Selain itu, untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada pelanggannya, PTPN XIII juga

    harus tanggap dalam merespon values priority (tabel 8) yang diinginkan pelanggan yang diperoleh

    melalui survei pelanggan. Values priority ini dapat menjadi acuan untuk lebih fokus pada pelanggan,

    memuaskan kebutuhan dan keinginan pelanggan, dan agar lebih fokus kepada peluang berinovasi

    serta melakukan perbaikan-perbaikan terus-menerus sesuai skala prioritasnya, seperti: identifikasi

    kontinuitas mutu produk dan layanan sesuai standar mutu dan keinginan pelanggan, evaluasi seluruh

    kesepakatan yang telah diatur dalam kontrak penjualan, evaluasi layanan purna jual khususnya dalam

    penyelesaian komplain, meninjau ulang efektivitas jalur komunikasi, serta meninjau ulang kuesioner

    survei kepuasan pelanggan untuk menggali informasi lebih jauh atas harapan pelanggan. PTPN XIII

    juga harus memberikan pelayanan yang terbaik bagi pelanggan dengan sering melakukan kunjungan

    kepada pelanggan serta membangun jalur komunikasi yang mempertemukan perusahaan dengan

    pelanggan dan calon pelanggan untuk mempermudah mereka mendapatkan informasi, baik yang

    bersifat umum maupun informasi yang bersifat lebih teknis. Inisiatif ini dapat dilakukan melalui

    customer relationship management.

    Dari hasil survei kepuasan pelanggan, dapat juga diperoleh jumlah pelanggan yang puas dan tidak

    puas serta penyebabnya. Penyebab ketidakpuasan pelanggan kemudian segera ditindaklanjuti dengan

    proses perbaikan di bidang mutu, layanan, serta ketepatan waktu penyerahan di bidang tugas/unit

    terkait sesuai skala prioritasnya. Keluhan pelanggan ini dapat digunakan sebagai input untuk

    perbaikan proses kerja. Input negatif disampaikan ke unit dan dipergunakan untuk melakukan

    perbaikan dari mulai proses produksi sampai dengan pemberian layanan purna jual, sedangkan input

    positif dipertahankan dan dievaluasi untuk ditingkatkan agar tercapai kepuasan pelanggan. Untuk

    menjamin bahwa keluhan tersebut telah diselesaikan dengan efektif dan cepat, dilakukan upaya

    pengecekan kembali kepada pelanggan maupun kepada unit bagian, terkait sejauh mana tindak lanjut

    terhadap penanganan atau perbaikan yang telah dilakukan, sehingga tidak ada lagi keluhan dari

    pelanggan. Perusahaan melakukan evaluasi terhadap hasil survei kepuasan pelanggan dengan

    mempertimbangkan masukan, harapan, serta keinginan pembeli secara berkesinambungan. Perubahan

    atas keinginan pembeli yang relevan dapat segera ditindaklanjuti sesuai dengan skala prioritasnya,

    seperti:

    Pelanggan CPO: berfokus pada ketersediaan produksi. Selalu dilakukan komunikasi dua arah antara unit dengan bagian pemasaran sehingga pelanggan tidak menunggu produk terlalu lama.

  • Sumber: Application Document PTPN XIII, 2008

    Tabel 9. Standar Kualitas

    Bagian pemasaran melakukan penjadwalan kapal untuk melaksanakan terciptanya kontinuitas

    ketersediaan produk.

    Pelanggan inti kelapa sawit: berfokus pada masalah kebersihan dan mutu produk. Bagian pemasaran selalu memonitor kadar kotoran dan air pada produk inti sawit sehingga apabila

    terdapat mutu yang tidak sesuai dapat segera diambil tindakan.

    Pelanggan karet: berfokus pada masalah kualitas. Keluhan pelanggan adalah mutu karet yang belum matang. Untuk menjamin perbaikan mutu, pada setiap kesempatan audit mutu selalu

    dilakukan inspeksi pada karet yang akan diserahkan ke pelanggan. Jika terjadi komplain maka

    unit terkait melakukan evaluasi dan pemeriksaan serta perbaikan.

    Hal-hal tersebut di atas dilakukan untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas pelanggan. Tidak

    adanya keluhan dan komplain dari pelanggan, serta bertambahnya pelanggan tetap PTPN XIII

    sebanyak 20 pelanggan di tahun 2011 menunjukkan tingkat kepuasan dan loyalitas pelanggan, yang

    ditargetkan 90% di tahun 2011.

    Tabel 8. Persyaratan Pelanggan dan Nilai Pelanggan Berdasarkan Prioritas No Pelanggan Persyaratan

    (Berdasarkan Prioritas)

    Nilai Pelanggan

    (Berdasarkan Prioritas)

    1 CPO a. Persediaan Produksi b. Kualitas produk c. Harga

    d Layanan Pelanggan

    a. Persediaan Produksi b. Kualitas produk

    c. Penyerahan tepat waktu

    2 Kernel a. Kualitas produk b. Harga c. Layanan Pelanggan

    d. Persediaan produksi

    a. Kualitas produk b. Harga

    c. Layanan Pelanggan

    3 Karet a. Kualitas produk b. Harga c. Layanan Pelanggan

    d. Persediaan Produksi

    a. Kualitas produk b. Harga c. Persediaan Produksi d. Layanan Pelanggan

    Sumber: Application Document PTPN XIII, 2008

    No Produk / Uraian Standar

    1

    CPO:

    ALB

    Kadar Air

    Kadar Kotoran

    Max 5%

    Max 0,02%

    Max 0,15%

    2

    KERNEL:

    ALB

    Kadar Air

    Kadar Kotoran

    Max 2%

    Max 6%

    Max 7%

    3

    SIR:

    Dirt Content

    Ash Content

    Volatile Metil

    Plastisity (Po)

    PRI

    Mooney Viscosity

    Max. 0,2%

    Max. 1,0%

    Max. 0,8%

    Min. 30

    Min. 70

    75 85

    4 RSS Diameter gelembung Kadar Kotoran,

    Kadar Abu.

  • 3. Perspektif Proses Bisnis Internal

    Proses kerja utama PTPN XIII adalah penanaman, pengolahan dan pemasaran. Keterkaitan proses

    kerja utama berkontribusi dalam memberi nilai kepada pelanggan, profitabilitas, serta kesuksesan

    dan keberlanjutan organisasional. Proses pendukung yang berkontribusi terhadap proses kerja

    utama meliputi akuntansi, keuangan, teknologi informasi, sekretaris korporat, SDM, pengadaan

    barang dan pergudangan.

    Untuk mengembangkan usahanya, PTPN XIII menjajaki peraihan tambahan lahan dan

    kerjasama industri hilir. Di tahun 2011, PTPN XIII harus bisa menambah areal kebunnya sebesar

    minimal 40.000 ha. Sebagai penunjang peningkatan produktivitas kebun, PTPN XIII harus

    memperluas areal perkebunannya untuk memperbanyak penanaman, sehingga bahan baku produk

    yang dihasilkan akan lebih banyak, terutama apabila ada replanting. Bekas tanah yang sudah

    pernah ditanami belum bisa langsung ditanami. Oleh karena itu, perusahaan harus memperbanyak

    arealnya supaya produktivitas dapat semakin ditingkatkan. Penambahan areal juga dapat

    dilakukan dengan manajemen pola satu atap dalam mengelola kebun plasma (kebun petani yang

    dimodali, diatur, dikelola, dan dipasarkan hasilnya, dan petani mendapatkan bagian dari

    keuntungan penjualan) yang dapat menggantikan suplai persediaan bahan baku dari lahan yang

    replanting. Selain itu, agar tetap bisa berkompetisi di pasar dan tetap mampu meningkatkan

    pemenuhan kebutuhan pasar dan pelanggan, PTPN XIII dapat mengembangkan industri hilir

    dengan melakukan diversifikasi produk turunan, seperti biodiesel dari minyak sawit sebagai

    sumber energi alternatif, minyak goreng, sabun transparan dari asam lemak sawit, serta biolilin

    dari asam lemak sawit, dan lain-lain. Pengembangan produk-produk ini selain ramah lingkungan

    bisa juga dijadikan peluang ekspor.

    Dalam hal berkompetensi, PTPN XIII menetapkan kompetensi intinya dengan

    mempertimbangkan visi, misi, keinginan pemegang saham, peta proses bisnis, serta masukan dari

    pelanggan. Proses penetapan kompetensi inti yang melibatkan setiap manajemen unit/bagian ini

    meliputi: pengidentifikasian kemampuan dan keunggulan bisnis perusahaan, penyeleksian

    kompetensi sesuai misi, dan penetapan kompetensi inti. Sampai saat ini, kompetensi inti PTPN

    XIII adalah:

    a. Penghasil produk kelapa sawit (TBS) dan karet kering b. Penghasil produk Crude Palm Oil (CPO), Kernel, Ribbed Smoke Sheet (RSS), dan

    Standard Indonesian Rubber (SIR)-20 sesuai standar serta menjual produk-produk tersebut

    sesuai kebutuhan pasar.

    PTPN XIII menetapkan persyaratan proses kerja dan memadukan masukan dari pelanggan

    sejak menetapkan kompetensi inti. Untuk memenuhi persyaratan utama proses, PTPN XIII

    mendesain dan menginovasi proses kerja yang mengarah pada peningkatan kinerja perusahaan

    dengan cara: menetapkan standar mutu, melakukan pengukuran, mereview dan menetapkan

    standard operating procedu