Upload
opik24
View
347
Download
17
Embed Size (px)
Citation preview
I. LATAR BELAKANG MASALAH
Seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dunia, kebutuhan manusia yang
harus dipenuhi secara global juga meningkat termasuk kebutuhan akan energi.
Kemajuan dibidang teknologi juga menuntut tersedianya energi yang
berkesinambungan, misalnya kebutuhan listrik. Pada kenyataanya semua energi yang
kita gunakan dimuka bumi ini berasal dari matahari. Batubara yang kita bakar, bensin
yang kita gunakan untuk kendaraan, angin yang berhembus melintasi negara, hujan
yang turun membasahi bumi semua melepaskan energi. Batubara atau bahan bakar
minyak berasal dari tumbuhan, tanaman atau organisme yang membusuk. Tanaman
pada dasarnya tumbuh pada bumi dan menyimpan energi yang diperoleh dari
matahari. Dengan berlalunya waktu dimana tanaman ini tertimbun namun tetap
menyimpan energinya. Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) merupakan
pembangkit listrik tenaga termal yang banyak digunakan, karena efisiensinya baik
sehingga menghasilkan energi listrik yang ekonomis. Oleh karena itu perlu adanya
pengkajian tentang PLTU yang selama ini menjadi salah satu pembangkit listrik
andalan di indonesia. Taufik dan Wisnu (2010 : I-1).
Prinsip kerja dari PLTU adalah mengubah energi thermal yang dimiliki oleh uap
(steam) menjadi energi listrik, melalui pememanfaatan air laut untuk menghasilkan
steam bertekanan yang akan digunakan sebagai penggerak generator untuk
menghasilkan listrik dengan media turbin untuk mengubah energi thermal menjadi
energi mekanik.
Gambar 1. Konversi Energi di PLTU
Sumber: Suryalaya, PT PLN (Persero) PUSDIKLAT (2010:4)
Komponen-komponen utama dari PLTU antara lain
coal handling system,
pulverizer,
air preheater,
boiler,
condensate,
pompa,
electrostatic presipitator,
turbin dan
generator.
1.1. PULVERIZER
Pulverizer berfungsi untuk menggiling bongkahan batubara menjadi serbuk halus,
agar lebih mudah bercampur dengan udara pembakaran didalam ketel/boiler sehingga
proses pembakaran sempurna akan berlangsung lebih cepat. Selain itu juga pulverizer
berfungsi sebagai pengering batu bara dengan cara dihembuskan udara dengan
temperature tertentu yang akan mengeringkan batu bara serta mengirim batu bara
menuju ruang bakar. Jadi proses yang terjadi pada pulverizer itu mengaitkan ketiga
unsur yaitu, panas, bahan bakar dan udara. Oleh sebab itu pulverizer sangat rentan
berpotensi terjadi kebakaran bahkan ledakan ini yang akan menyebabkan keamanan
serta kenyamanan orang bekerja akan terganggu dan juga bisa berakibat fatal terhadap
suplai listrik yang dihasilkan karena pulverizer merupakan alat penting pada PLTU,
serta bisa berakibat naiknya biaya perbaikan dan perawatan equiment tersebut.
Adapun spesifikasi pulverizer yang digunakan oleh PT. Cirebon Power Services
adalah sebagai berikut
Tabel 1. Spesifikasi Pulverizer
Type : Vertical (Bowl & Roller)
Model : XHP 1163
Maker : Doosan
Capacity : 86.6 ton/hr at design coal
Fineness : Above 70% thru 200 mesh screen
Motor Power : 790 kw
Classifier : Static Type
Journal Loading : Spring
Gear Box : Bevel, Planetary & Sun Gear
Discharge Valve : Knife Gate
Pyrite Hopper : Water Eject
PT. Cirebon Power Services mempunyai 6 pulverizer dengan kapasitas masing-
masing 20% yang berfungsi dijalankan bergantian sesuai jadwal dan juga berfungsi
untuk meminimalisir unit/plant shutdown akibat jadwal perbaikan equipment yang
dilakukan.
1.2. Main Komponen
Pulverizer terdiri dari beberapa main komponen. Adapun main komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
Gambar 1. Main Komponen Pulverizer
Sumber: Doosan (2010:6)
1. PC PIPE
Berfungsi sebagai sebagai pipa keluar (outlet) setelah batu bara dihaluskan
didalam pulverizer yang menuju tiap burner.
2. Raw Coal Feed Pipe
Berfungsi sebagai pipa masuk batu bara dari coal feeder yang akan
digerus oleh pulverizer.
3. Discharge Valve
Valve ini berjumlah empat yang ditempatkan pada pipa saluran keluaran
Pulverizer yang berfungsi untuk mengisolasi pulverizer dari furnance atau
ruang bakar pada saat unit sedang beroperasi dan juga berfungsi untuk
mengisolasi ketika sedang dilakukan perbaikan pada pulverizer pada saat
keadaan unit beroperasi.
4. Classifier
Mekanisme yang berfungsi untuk menyaring outlet pulverizer menjadi
200 mesh atau sesuai desain yang diinginkan berdasarkan kemampuan
pulverizer.
5. Separator Top
Berfungsi sebagai tumpuan dimana diletakkannya pipa masuk serta pipa
keluar.
6. Journal Loading System
Sistem yang berfungsi untuk menumpu grinder pulverizer serta berfungsi
untuk mengatur ketinggian/jarak antara grinder (roller) dan bowl yang
berjumlah 3 buah.
7. Roller
Berfungsi sebagai grinder agar batu bara menjadi halus tetapi komponen
ini tidak berputar akibat penggerak hanya sebagai follower akibat gesekan
antara batubara dan grinding table yang berputar.
8. Grinding table
Adalah equipment yang berfungsi untuk menghaluskan batubara dengan
cara diputar oleh motor yang akan bergesekan dengan batubara dan roller.
9. Vane Wheel Assembly
Mekanisme yang berfungsi untuk mengatur flow primary air fan yang
masuk ke grinding table dengan mendistribusikan udara transport
langsung ke bowl dan inner cone/separator body.
10. Bowl Hub
Berfungsi sebagai penghubung bowl dengan motor penggerak.
11. Scraper
Berfungsi untuk menyapu reject coal yang turun dari proses pulverizer
menuju pyrite hoper.
12. Planetary Gear box
Sistem yang berfungsi untuk memperkuat torsi motor untuk memutar
pulverizer juga berfungsi mengubah putaran dari horizontal menjadi
vertikal.
1.3. Sistem Operasi
Untuk sistem kerja atau operasi pulverizer adalah sebagai berikut:
Gambar 2. Flow Proses Operasi
1. Raw Coal Input
Pertama batu bara masuk melalui pipa inlet yang diatur rate kecepatannya oleh
coal feeder
2. Grinding
Grinding adalah proses dimana batubara yang dimasukkan kedalam pulverizer
kemudian digerus atau dihaluskan sesuai dengan desain classifier. Grinding
dilakukan oleh roller dan grinding table yang digerakkan oleh motor.
3. Drying-Transporting
Proses pengeringan batubar dengan cara dihembuskan udara dengan temperature
tertentu selain proses pengeringan drying juga berfungsi sebagai udara transport
agar batubara yang sudah digerus dan ukurannya sesuai dengan desain classifier
bisa dikirm ke furnance untuk dibakar. Adapun sumber udara yang dipakai
sebagai drying dan transport batu bara berasal dari primary air fan.
4. Classifying
Mekanisme pemilihan atau seperti penyaringan agar batu bara yang sudah halus
yang sesuai dengan desain yang bisa melewati saringan tersebut dan akan lansug
dialirkan ke ruang bakar/furnance.
Gambar 3. Overview sistem operasi pulverizer sistem
Sumber: Doosan (2010:3)Gambar diatas merupakan overview pada pulverizer sistem dengan sistem
penunjangnya seperti:
1. Coal bunker, tempat untuk menampung batubara sebelum digerus di
pulverizer.
2. Coal knife gate valve, berfungsi untuk meng-isolasi batu bara agar tidak
turun ke coal feeder.
3. Coal feeder, berfungsi sebagai pengatur rate atau kecepatan pulverizer.
4. Primary cold dan primary hot, berfungsi untuk transport dan drying
batubara pada pulverizer.
5. Burner, tempat pembakar batubara yang disuplai oleh pulverizer biasanya
pada burner ini ada juga mekanisme untuk mengatur proses pembakaran
berupa damper-damper yang bisa naik turun sesuai kebutuhan.
6. Furnance adalah ruang bakar yang terdiri dari pipa-pipa.
Gambar 4. Sistem Operasi batu bara
Sumber: Doosan (2010:26)Pada gambar diatas bisa dilihat batu bara yang diturun dari coal feeder kemudian
digerus di pulverizer hingga halus sesuai ukuran set classifier. Jadi hanya batubara
yang sesuai ukuran classifier yang bisa masuk ke furnance atau ruang bakar.
II. Kegagalan, analisa dan solusi awal
Permasalahan utama adalah terjadi ledakan pada pulverizer, Akibat dari adanya
tiga elemen (fire triangle) yaitu bahan bakar, panas, dan oksigen pada proses operasi
pulverizer yang akan menghasilkan api akibat dari penggunaan kadar atau konsentrasi
dari ketiga elemen tersebut digunakan secara tidak tepat. Tetapi resiko dan bahaya
dalam sistem kerja operasi tidak itu saja juga melibatkan explosion pentagon yaitu
bahan bakar, panas, oksigen, kurungan atau bekerja dalam ruangan dan suspension
bahan bakar. Jika kelima elemen tersebut muncul dengan waktu bersamaan maka bisa
mengakibatkan ledakan. Oleh karena itu pengaturan fire triangle dan explosion
pentagon harus dilakukan dengan cara yang tepat agar ledakan dan api tidak akan
muncul. Dibalik itu semua pulverizer masih menjadi pilihan utama untuk
mempermudah pembakaran batubara di furnace atau ruang bakar untuk mendapatkan
effisiensi yang tinggi.
Pada PLTU berbahan bakar batubara sudah menjadi mandatory bahwa pulverizer
menjadi equipment utama untuk menunjang proses operasi dari pembangkit tersebut.
Ledakan pada pulverizer di PT. Cirebon Power Services sudah terjadi 3 kali ini
berlangsung ketika proses shutdown dan changeover pulverizer.
Ducting Primary air fan menuju
pulverizer disekitar venturi
Bagian Bawah
Bagian atas
Flexible joint antara Pulverizer dan
pulverizer
Ducting Primary Air Fan sebelum
VenturiBarigade scafolding yang rusak akibat
ledakan dari pulverizer
Tabel 2. Foto-foto ledakan Puverizer
Ledakan yang terjadi di pulverizer mengakibatkan ducting dari primary air
menjadi terdeformasi bahkan rusak yang menyebabkan unit harus shutdown untuk
melakukan perbaikan. Ini yang akan mengakibatkan keandalan serta efisiensi dari unit
akan terganggu akibat dari banyakny perbaikan yang dilakukan pada ducting tersebut
karena kegagalan yang terjadi pada pulverizer.
Fenomena yang terjadi pada pulverizer ini sangat membahayakan bagi orang
yang bekerja pada pulverizer dan disekitar pulverizer dan bisa mengakibatkan
kecelakaan kerja bahkan kematian.
Permasalahan ini bisa saja diakibatkan oleh:
a. Ledakan terjadi akibat fuel ratio yang beroperasi di dalam ambang aman.
b. Primary air dengan set point temperature terlalu tinggi.
c. Adanya percikan atau bunga api yang terjadi pada proses operasi
pulverizer yang mengakibatkan munculnya api kemudian di susul dengan
ledakan
2.1. Fungsi bagian sistem
Beberapa fungsi utama dan fungsi bagian pada pulverizer sistem:
a. Unit load master
Unit load master berfungsi sebagai controller yang berfungsi untuk
menaikan load yang akan berpengaruh terhadap boiler master dan turbin
master.
b. Boiler master
Controller yang berfungsi untuk mengatur 3 element yaitu feedwater
demand, total air flow demand dan fuel demand
c. Load cell Feeder
Berfungsi untuk mengatur speed rate kecepatan pulverizer menggerus
batu bara dengan satuan Ton per Hour. Load cell mendapatkan inputan
dari boiler master, unit load master serta bisa di input secara manual.
Gambar 5. Load Cell
d. Cold Primary Air Gate
Berfungsi untuk mengisolasi cold primary air agar tidak bisa mengalir ke
pulverizer.
e. Hot Primary Air Gate
Berfungsi untuk mengisolasi hot primary air agar tidak bisa mengalir ke
pulverizer.
f. Cold primary air damper
Berfungsi sebagai pengatur debit untuk cold primary air yang masuk ke
pulverizer dan mengacu kepada temperature inlet dari primary air.
g. Hot Primary air damper
Berfungsi sebagai pengatur debit untuk hot primary air yang masuk ke
dalam pulverizer dan mengacu kepada debit masuk primary air serta
kompensasi dari cold primary air yang berfungsi mengatur temperature
inlet.
h. Inerting sistem
Berfungsi sebagai proteksi pada saat terjadi kebakaran yang mengacu
kepada outlet temperature yang tinggi dan juga berfungsi sebagai sistem
transport coal sisa menuju furnance. Media inerting menggunakan steam
bertekanan 20 kg/cm2 dengan temperature 265 0C. Inerting sistem
dioperasikan dalam mode auto atau mode manual.
2.2. Alternatif solusi penanggulangan
a. Mengatur fuel ratio pada controller boiler master mengacu kepada data
aktual operasi yang diambil ketika ledakan terjadi.
b. Menurunkan set point inlet primary air agar temperature di pulverizer
tidak terlalu tinggi.
c. Mengatur komposisi transport sistem, yang terdiri dari damper cold air
dan inerting sistem meliputi debit, temperatur dan tekanan.
d. Memeriksa clearance antara roller dan grinding table.
e. Mengatur speed rate feeder ketika akan proses shutdown.
f. Transport pyrite hopper secara berkala agar tidak terjadi akumulasi batu
bara di pulverizer.
g. Mencegah plugging batu bara pada inlet pulverizer dengan cara
menggunakan vibrator yang bisa menggangu fuel ratio diakibatkan batu
bara yang menempel pada dinding pipa inlet karena keadaan batu bara
yang basah.
2.3. Variasi konsep
a. Konsep 1
Mengatur fuel ratio pada controller boiler master serta menurunkan set
point outlet pulverizer.
b. Konsep 2
Pada proses shutdown speed rate feeder sesuai fuel ratio yang tepat serta
dilakukan inerting sistem untuk menghindari fire triangle dan explosion
pentagon muncul pada saat bersamaan dengan kadar yang sesuai. Karena
inerting berfungsi juga sebagai pemutus ketiga element serta kelima
elemen.
c. Konsep 3
Mengatur clearance grinder dan grinding table agar tidak terjadi gesekan
yang mengakibatkan bunga api (percikan api) yang bisa mengakibatkan
ledakan, serta melakukan transport pyrite hopper secara berkala agar tidak
adanya batu bara yang terakumulasi di pulverizer karena ini bisa
mengakibatkan fuel ratio terganggu.
d. Konsep 4
Menggunakan vibrator pada inlet pulverizer dan mengatur fuel ratio sesuai
dengan data aktual.
2.4. Pemilihan konsep penanggulangan