If you can't read please download the document
Upload
doankhanh
View
295
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
i
PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII
SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG
KALIMANTAN BARAT
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Oleh:
Maria Susana
NIM: 091124019
PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan kepada:
Kedua orangtuaku yaitu Bapak Makarius dan Ibu Fransiska Astina serta
saudara-saudaraku Marselinus Ade, Triponius Anggel, dan Vebryanus Verry
yang telah memberi motivasi, semangat, dan dukungan finansial kepada saya
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Para pembimbing dan dosen yang telah membimbing, memotivasi, dan selalu
sabar selama mendampingi saya dalam belajar di Kampus IPPAK.
Para guru dan siswa SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan
Barat yang telah membantu dan memberikan kesempatan untuk saya
mengadakan penelitian dalam penulisan skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
MOTTO
Berilah orang bijak nasihat, maka ia akan menjadi lebih bijak,
ajarilah orang benar, maka pengetahuannya akan bertambah
(Amsal 9:9)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
ABSTRAK
Skripsi ini berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT. Judul ini dipilih berdasarkan kesan dari penulis melalui pengamatan sepintas terhadap pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang masih bersifat monoton. Hal ini mengakibatkan masih ada siswa yang malas mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik pada saat di kelas.
Persoalan pokok dari skripsi ini adalah menemukan jawaban sejauh mana peranan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dalam membantu perkembangan iman siswa. Masalah ini ditanggapi oleh penulis pertama-tama dengan menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang meliputi: hakikat, tujuan, konteks, model, dan pelaku Pendidikan Agama Katolik. Selanjutnya supaya jawaban terhadap persoalan semakin jelas dan sungguh bertolak dari kenyataan, penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode observasi partisipatif, penyebaran kuesioner, dan wawancara dengan guru Pendidikan Agama Katolik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendidikan Agama Katolik sudah cukup berperan dalam membantu perkembangan iman siswa sehingga siswa aktif mengikuti kegiatan Gereja. Akan tetapi Pendidikan Agama Katolik di sekolah masih perlu ditingkatkan karena tujuan Pendidikan Agama Katolik belum tercapai sepenuhnya sehingga masih ada siswa yang malas mengikuti pelajaran Pendidikan Agama Katolik. Oleh sebab itu, penulis mengusulkan program berupa matrik program yang bisa dipahami sebagai silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Melalui program ini diharapkan tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah dapat tercapai dan proses pembelajaran di kelas terlaksana secara kreatif dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga siswa semakin berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
ABSTRACT
This thesis was entitled THE ROLE OF RELIGIOUS EDUCATION IN CHATOLIC SHOOL ON THE DEVELOPMENT OF FAITN IN EIGHT GRADE OF SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, WEST KALIMANTAN. This title was chosen by the impression of the writer through casual observation of the situation of Chatolic religious education implementation at SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, West Borneo. Their learning processes are very bored. That process influence many student became lazy to study in the class.
The main issue of this thesis is to find answer the important role of religious education in the school in helping their progress to develop the student faith. The problem addresses by the writer with used the basic method that includes: the nature, purpose, context, models, and the teacher of religious education school. Then to solve the problem and clear the answer, the writer conducted a studying using participant observation, distribute questionnaires, and interviews with Catholic religious education teacher.
The results of this study showed that Chatolic religious education has been quite effective in the development of faith in students and students are more active to take part in church activities. But Chatolic religious education needs to be more improved because the purpose of Chatolic religious education has not been achieved so that there is some student still lazy to attend classes at time of Chatolic religious education class. Therefore, the writer proposes a matrix program that can be understood as the syllabus and lesson plans. This program is expected to achieve the goal of Catholic religious education in the school and the learning processes in the classroom are fun and creative as well in accordance with the needs of the student. So, the student can be more develop in their mind, act, and faith.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, oleh
karena berkat kasih karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini
berjudul PERANAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
TERHADAP PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1
SEPAUK, KABUPATEN SINTANG, KALIMANTAN BARAT.
Penulis menyadari bahwa banyaknya dukungan dan dorongan dari berbagai
pihak dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh sebab itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. FX. Heryatno W. W., S.J., M. Ed. selaku Kaprodi IPPAK Universitas
Sanata Dharma dan sekaligus sebagai dosen pembimbing utama yang selalu
sabar mendampingi dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. B. Agus Rukiyanto, SJ. selaku dosen pembimbing akademik dan dosen
penguji kedua penulis yang telah membimbing serta memberi arahan untuk
memeriksa dan menguji skripsi ini serta membimbing penulis selama kuliah di
Kampus IPPAK.
3. Drs. L. Bambang Hendarto., Y. M. Hum. selaku dosen penguji ketiga yang telah
berkenan mendampingi dan menguji skripsi ini.
4. Segenap staf dosen dan seluruh staf karyawan prodi IPPAK Universitas Sanata
Dharma yang secara tidak langsung telah memberikan dorongan kepada penulis
5. Keluarga tercinta: bapak, mama, adik, dan pacar yang selalu memberikan
motivasi, semangat, arahan, serta mendokan penulis selama menyelesaikan
skripsi ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. iv
MOTTO ....................................................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...................................................... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ....................................... vii
ABSTRAK ................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR ................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xviii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang .................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 9
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 9
D. Manfaat Penulisan ............................................................................. 10
E. Metode Penulisan .............................................................................. 10
F. Sistematika Penulisan ....................................................................... 11
BAB II. PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI TERWUJUDNYA PERKEMBANGAN
IMAN SISWA ................................................................................ 13
A. Pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ....................... 14
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik ....................................... 14
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik ............................................. 19
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah: Inti Segala
Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah ..................... 20
b. Tujuan Formal Jangka Panjang: Kedewasaan Iman ............. 21
c. Iman yang Dihayati Membebaskan Manusia ........................ 21
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik ........................................... 22
a. Sosialisasi Menuju Pribadi yang Lebih Matang.................... 22
b. Sosialisasi Menuju Hidup Beriman yang Dewasa ................ 23
c. Proses Sosialisasi Memerlukan Edukasi yang Bersifat
Kritis ..................................................................................... 24
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik .................................. 25
a. Tiga Unsur Pokok Pendidikan Agama Katolik ..................... 25
1) Pengalaman Hidup Peserta Didik.................................... 25
2) Visi dan Kisah Kristiani (Harta Kekayaan Iman Gereja) 26
3) Komunikasi Hidup Konkret Peserta dengan Visi dan
Kisah/Tradisi Kristiani .................................................... 27
b. Beberapa Model Pendidikan Agama Katolik ........................ 28
1) Model Transmisi/Transfer .............................................. 28
2) Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ..................... 28
5. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik Memandang Siswa
Sungguh Baik, Diciptakan Menurut Gambar dan Rupa Tuhan .. 29
a. Antropologi Kristiani: Manusia Sungguh Baik ..................... 29
b. Implikasi Antropologi Positif bagi Pengembangan Sikap
Hidup Para Guru .................................................................... 30
1) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Siswa ........................ 30
2) Tetap Yakin dan Penuh Harapan pada Siswa .................. 30
3) Mengasihi Siswa .............................................................. 31
4) Menghormati Siswa Sebagai Subjek ............................... 32
5) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggungjawab
Siswa................................................................................ 32
B. Perkembagan Iman ............................................................................ 33
1. Pengertian Perkembangan ........................................................... 33
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
2. Iman ............................................................................................ 36
a. Pengertian Iman ..................................................................... 36
b. Iman Kristen dalam Tiga Dimensi ........................................ 38
1) Iman Sebagai Kegiatan Meyakini .................................. 38
2) Iman Sebagai Kegiatan Mempercayakan ....................... 39
3) Iman Sebagai Kegiatan Melakukan ................................ 40
c. Iman: Kepercayaan-tanpa-jaminan ................................... 40
1) Allah Serentak Sebagai Tujuan Sasaran Iman dan
Dasar/Alasan Iman ........................................................ 40
2) Mencapai Kepastian dengan, dalam dan karena
Peng-amin-an .................................................................. 41
3) Iman Kepercayaan yang Bertanya-tanya ........................ 41
3. Perkembangan Remaja ................................................................ 42
a. Masa Remaja ......................................................................... 42
b. Perkembangan Sosial Remaja ............................................... 43
c. Perkembangan Moral Remaja ............................................... 43
d. Perkembangan Iman Remaja ................................................. 44
C. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah yang
Mendukung Terwujudnya Perkembangan Iman Siswa .................... 45
BAB III. PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT DAN PERANANNYA
TERHADAPPERKEMBANGAN IMAN SISWA ................... 49
A. Gambaran Umum Keadaan SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat .............................................. 50
1. Sejarah, Visi, dan Misi SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........................................ 50
a. Sejarah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten sintang,
Kalimantan Barat dan Perkembangannya ............................. 50
b. Visi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
Kalimantan Barat ................................................................... 52
c. Misi SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat ................................................................... 52
B. Gambaran Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........ 54
1. Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, kalimantan Barat ... 54
2. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat ........................................ 56
C. Penelitian Tentang Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
dan Pengaruhnya Terhadap Perkembangan Iman Siswa .................. 57
1. Desain Penelitian ......................................................................... 57
a. Latar Belakang Penelitian ..................................................... 57
b. Tujuan Penelitian ................................................................... 59
c. Jenis Penelitian ...................................................................... 59
d. Instrumen Pengumpulan Data ............................................... 61
e. Responden ............................................................................. 62
f. Waktu Pelaksanaan dan Cara Pengumpulan Data ................. 62
g. Variabel Penelitian ................................................................ 63
h. Kisi-kisi Instrumen ................................................................ 63
2. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian ................................. 64
a. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui
Kuesioner ............................................................................... 64
1) Laporan Penelitian Melalui Kuesioner ............................. 64
2) Pembahasan Hasil Penelitian Melaui Kuesioner .............. 74
b. Laporan dan Pembahasan Hasil Penelitian Melalui
Wawancara ............................................................................ 88
3. Kesimpulan Penelitian ................................................................. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
BAB IV. UPAYA MENINGKATKAN PELAKSANAAN
PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI PERKEMBANGAN IMAN SISWA KELAS
VIII SMP NEGERI 1 SEPAUK, KABUPATEN SINTANG,
KALIMANTAN BARAT ........................................................... 96
A. Spiritualitas Guru Pendidikan Agama Katolik dalam Pelaksanaan
Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat .............................................. 97
B. Upaya Meningkatkan Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat .............................................................................. 100
1. Model yang Berpusat Pada Hidup Peserta ................................. 100
2. Model Praksis ............................................................................. 100
3. Model Naratif Eksperiensial ...................................................... 101
C. Usulan Program Pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik
di Sekolah ......................................................................................... 102
1. Latar Belakang ............................................................................ 102
2. Tujuan Program ........................................................................... 103
3. Materi Program ........................................................................... 103
4. Matrik Usulan Program ............................................................... 105
5. Pengembangan Program ............................................................. 110
BAB V. PENUTUP ...................................................................................... 116
A. Kesimpulan ....................................................................................... 116
B. Saran .................................................................................................. 117
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 119
LAMPIRAN ................................................................................................. 121
Lampiran 1 : Surat Permohonan Penelitian ................................................. (1)
Lampiran 2 : Surat Untuk Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk .............. (2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
Lampiran 3 : Surat Sudah Melaksanakan Penelitian .................................... (3)
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian ............................................................... (4)
Lampiran 5 : Pertanyaan wawancara Guru Pendidikan Agama Katolik ...... (7)
Lampiran 6 : Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Katolik .............. (12)
Lampiran 7 : Nama-nama Siswa-Siswi SMP Negeri 1 Sepauk .................... (13)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xviii
DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH
A. Singkatan Dokumen Resmi Gereja
LG : Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatik Konsili Vatikan II tentang Gereja,
21 November 1964
GE : Gravissimum Educationis, Dokumen Konsili Vatikan II tentang
Pendidikan Kristen yang dikeluarkan pada tanggal 7 Desember 1965
B. Singkatan Lain
Hal. : Halaman
PAK : Pendidikan Agama Katolik
RPP : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
SMP : Sekolah Menengah Pertama
KWI : Konferensi Waligereja Indonesia
Kis : Kisah Para Rasul
OMK : Orang Muda Katolik
PIR : Pembinaan Iman Remaja
PIA : Pembinaan Iman Anak
C. Istilah
Hakikat : Hal yang mendasar
Konteks : Ruang lingkup
Model : Pendekatan atau Pola
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xix
Liturgia : Peribadatan
Diakonia : Pelayanan Kemasyarakatan
Koinonia : Persekutuan
Kerygma : Pewartaan
Paguyuban : Komunitas
Apostolik : Bersifat Rasuli
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Heryatno (2008: 14) berpendapat Pendidikan Agama Katolik harus bervisi
spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan
inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik
secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalam hidup peserta didik,
memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Pendidikan Agama Katolik
juga berusaha membantu peserta didik memperkembangkan jiwa dan interioritas
hidup mereka. Jiwa merupakan tempat dimana Allah bersemayam dan karena itu
membuat manusia merasa rindu kepada-Nya dan peduli kepada hidup sesamanya.
Sedang interioritas berhubungan dengan kesadaran, kedalaman dan nilai hidup
yang dipegang dan diwujudkan. Karena itu, Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah tidak hanya mengejar prestasi akademis, tetapi juga memperkembangkan
kejujuran, kepekaan, kebijaksanaan, dan hati nurani peserta didik.
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik (1991) sebagaimana
dikutip oleh Dapiyanta mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus demi perubahan
batin dan pembaharuan hidup secara langsung bagi kaum muda, baik di sekolah
negeri maupun swasta Katolik. Secara langsung maksudnya di dalam Pendidikan
Agama Katolik iman kepada Kristus dibicarakan dan diolah bersama. Di sekolah
negeri Pendidikan Agama Katolik merupakan satu-satunya sarana perwartaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
secara langsung bagi perserta didik yang percaya kepada Kristus. Adapun di
sekolah swasta Katolik Pendidikan Agama Katolik merupakan satu kemungkinan
pewartaan secara langsung, di samping pewartaan tidak langsung kepada seluruh
peserta didik di sekolah itu. Pewartaan tidak langsung itu ialah pengajaran agama
yang dipadukan ke dalam seluruh pelajaran dan kehidupan komunitas sekolah
Katolik.
Di Indonesia, agama dalam kehidupan masyarakat sangat berperan penting.
Agama diyakini dapat membantu manusia mempunyai tujuan hidup yang jelas,
oleh sebab itu setiap orang beriman bebas menentukan pilihan dalam memeluk
agamanya. Manusia secara umum memang tidak bisa tanpa menganut agama,
karena agama dipercaya agar orang bisa berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam
agama Katolik, ada banyak hal yang perlu dilakukan agar iman umat berkembang,
misalnya mengikuti doa bersama pada bulan Rosario dan bulan Maria,
mengunjungi tempat ziarah seperti Gua Maria, mengikuti Misa di Gereja, serta
memberi kesaksian. Manusia hidup berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada
Tuhan, oleh sebab itu agama akan mengantar manusia agar sampai kepada Tuhan.
Tuhan memang tidak kelihatan, tetapi melalui kepercayaannya manusia
merasakan kehadiran Tuhan melalui cinta kasih terhadap sesama. Cinta kasih
terhadap sesama seringkali dirasakan manusia melalui kebersamaan dalam hidup
sehari-hari antar umat beragama serta mendorong umat manusia agar saling
menghargai antara satu dengan yang lainnya.
Hal tersebut juga dirasakan oleh masyarakat di Kalimantan Barat
khususnya kecamatan Sepauk, Kabupaten Sintang di mana masyarakat aslinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
adalah suku Dayak. Pada awalnya masyarakat disana belum mengenal agama dan
sangat kental dengan hal-hal mistis. Oleh sebab itu, banyak para misionaris
terutama misionaris yang datang dari luar negeri tertarik untuk menyebarkan
agama Katolik disana sehingga pada akhirnya masyarakat Dayak mempunyai
kesadaran dalam dirinya dan menganut agama Katolik. Agama Katolik menjadi
agama mayoritas. Setelah masyarakat mempunyai kepercayaan dalam hidupnya,
banyak perubahan positif yang terjadi pada masyarakat Sepauk, Kabupaten
Sintang, Kalimantan Barat terutama dalam kehidupan menggereja. Masyarakat
bergotong-royong membangun Gereja dan mengadakan banyak kegiatan pada
hari-hari tertentu khususnya Natal dan Paska sehingga rasa persaudaraan semakin
terjalin di antara masyarakat Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Selain itu, para misionaris juga membangun biara, paroki, dan gedung untuk
pertemuan Orang Muda Katolik (OMK), Pembinaan Iman Anak (PIA), dan
Pembinaan Iman Remaja (PIR) agar membantu perkembangan iman anak sejak
dini dan sebagai generasi penerus Gereja di masa mendatang.
Perkembangan iman anak sejak dini berawal dari agama yang berkembang
di dalam keluarga. Seorang anak akan mengenal agama yang menjadi
kepercayaannya dari orangtua. Orangtua mengajarkan kepada anak-anaknya
tentang agama sejak dini agar anak dapat tumbuh dan berkembang serta
mempunyai kepercayaan yang dapat membantu anak tersebut untuk terus beriman
kepada Tuhan. Perkembangan iman seorang anak akan semakin berkembang
ketika anak tersebut semakin percaya kepada Tuhan dan mengamalkannya di
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya saling mengasihi, bekerjasama, serta saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
meghargai antar pemeluk agama. Pendidikan Agama Katolik di dalam keluarga
yang dilakukan oleh orangtua kepada anaknya merupakan kewajiban orangtua dan
hak bagi anaknya. Kewajiban orangtua selain memberi nafkah juga mendidik
anaknya agar semakin berkembang baik dalam berperilaku juga dalam iman.
Seorang anak dapat berkembang baik dalam keluarga maupun dalam masyarakat
karena anak tersebut juga merasakan kasih di dalam keluarga. Orangtua sangat
berperan penting dalam perkembangan iman anak karena orangtua merupakan
pendidik utama dalam keluarga sehingga apa yang sudah diajarkan oleh orangtua
kepada anaknya akan terus melekat dalam diri anak tersebut dimanapun ia berada.
Supriyati (2013: 10-16) berpendapat bahwa masa remaja adalah transisi ke
taraf kedewasaan. Masa remaja adalah suatu periode transisi sebagai perluasan
dari masa individu menjadi matang secara seksual sampai mencapai kematangan
secara legal. Masa ini berawal dari masa pra remaja pada usia antara 10-11 tahun
untuk putri dan 11-12 tahun untuk putra. Masa remaja berlangsung antara usia 11-
12 tahun sampai dengan 18-19 tahun. Masa pubertas lebih menunjuk pada masa
kematangan seksual, sedangkan masa remaja menunjuk pada seluruh fase
kematangan. Remaja sering dicap irreligious atau kurang beriman. Secara umum
beriman dapat dilihat dari kesetiaan atau keyakinan yang didasari kepercayaan.
Kesadaran beragama remaja lebih berkaitan dengan pertambahan minat beragama
yang dapat membimbing seseorang pada suatu kesadaran merekonstruksi kembali
tingkah laku dan keyakinan beragamanya. Dalam hal kesadaran beragama bagi
remaja, ada dua macam, ialah kesadaran secara bertahap dan kesadaran secara
mengejutkan. Kesadaran pertama biasanya dialami oleh kelompok masyarakat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
dengan keadaan sosial ekonomi tinggi, sedangkan kesadaran ke dua dialami
golongan sosial ekonomi rendah. Pada kesadaran yang mengejutkan, remaja
mengalami badai atau goncangan atau pengalaman tidak sehat.
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 156) mengungkapkan
bahwa munculnya pubertas membawa serta suatu revolusi dalam kehidupan fisik
dan emosional. Remaja membutuhkan suatu cermin untuk mengawasi
pertumbuhan dalam minggu-minggu ini, cermin untuk menjadikan terbiasa
dengan perubahan baru pada tubuh. Perubahan yang terjadi pada laki-laki adalah
raut muka menjadi agak persegi, tidak montok lagi, kasar tidak mulus; dan pada
perempuan rupa tubuhnya semakin elok dan bagian-bagian tertentu menonjol.
Tetapi dengan satu cara baru (secara kualitatif), orang muda juga mencari cermin-
cermin jenis yang lain. Remaja, laki-laki atau perempuan, membutuhkan mata dan
telinga orang lain yang dapat dipercayai. Mata untuk melihat gambaran
kepribadian yang sedang muncul dan telinga untuk mendengarkan perasaan,
pengertian, kecemasan dan komitmen baru yang sedang terbentuk dan yang
sedang mencari pengungkapannya.
Siswa kelas VIII dapat dikelompokkan sebagai usia tahap remaja, dimana
tahap remaja sangat rentan dipengaruhi oleh teman sebayanya. Pada masa remaja
ini siswa akan bertumbuh baik fisik maupun mental. Melalui teman sebayanya,
siswa akan mendapat banyak tantangan baik tantangan dari dalam dirinya maupun
dari luar dirinya, misalnya siswa tersebut melakukan hal-hal atau perbuatan di luar
kehendak dirinya agar dapat diakui oleh teman-teman dalam kelompoknya.
Tantangan yang dilalui inilah merupakan proses perjalanan hidup serta akan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
mempengaruhi perkembangan iman. Jika seorang siswa mempunyai kepercayaan
yang kuat maka tidak akan mudah goyah dan akan terus dipupuk dalam
pertumbuhan imannya. Tahap remaja juga berkaitan erat dengan kenakalan remaja
karena pada masa remaja inilah seorang siswa ingin dirinya mempunyai pengaruh
bagi orang lain.
Oleh sebab itu, guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat secara rutin melibatkan siswa
dalam kegiatan Gereja misalnya tugas koor, lektor, dan mazmur pada hari
minggu. Kegiatan ini diharapkan dapat membantu siswa semakin aktif dalam
kegiatan menggereja serta menambah pengalaman siswa sehingga siswa dapat
berinteraksi secara positif dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Pengalaman yang telah dilalui membantu iman siswa akan terus berkembang.
Iman yang berkembang tidak akan terbentuk tanpa adanya bimbingan dari
orangtua dan sekolah serta masyarakat luas. Siswa belajar dari pengalamannya
dan akan terus dikembangkan baik fisik maupun mentalnya. Dalam kehidupan
menggereja, iman yang berkembang sangat berguna bagi pertumbuhan Gereja,
karena di dalam kehidupan menggereja, umatlah yang menjadi pusat utama
Gereja. Tanpa umat, Gereja tidak akan berkembang. Supaya siswa dapat menjadi
generasi penerus Gereja, maka sangat pentinglah perkembangan iman setiap siswa
agar Gereja terus berkembang.
Iman siswa dapat dilihat dari perbuatannya. Perbuatan tersebut akan terus
dilakukan selagi mengandung hal yang positif dan tidak merugikan orang yang
berada di sekitarnya. Oleh sebab itu, manusia merupakan mahkluk yang saling
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
membutuhkan antara satu dengan yang lainnya. Melalui perbuatan yang dilakukan
oleh siswa baik di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat, maka iman
yang ada dalam diri siswa akan menjadi penopang hidupnya. Agama yang dianut
dan dipercayai oleh siswa akan terus digunakan selama hidupnya mengarah
kepada Tuhan. Siswa juga merasa terbantu dengan Pendidikan Agama Katolik
yang telah diberikan orangtua di rumah dan guru di sekolah serta pengetahuan lain
di Gereja. Setiap siswa mempunyai peranannya masing-masing, sehingga
perkembangan iman siswa juga berdasarkan pemahaman dari pribadi siswa, bukan
pengendalian dari orang lain di sekitarnya.
Buku Iman Katolik (1996: 129) mengungkapkan bahwa dalam iman,
manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak terbatas berkenan
memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman
berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang
menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri
kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan
pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti
penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah,
pertemuan dengan Allah. Manusia dari dirinya sendiri tak mungkin mengenal
Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus.
Tidak seorang pun mengenal Bapa, selain Anak dan orang yang kepadanya Anak
berkenan menyatakan-Nya (Mat 11:27).
Selain keluarga dan sekolah serta masyarakat di sekitar, Gereja juga
berperan penting dalam perkembangan iman remaja. Gereja mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
iman remaja melalui Pembinaan Iman Remaja (PIR), dengan adanya Pembinaan
Iman Remaja (PIR) ini para remaja Katolik akan terlibat aktif di dalam kegiatan
Gereja, misalnya koor, lektor, menjadi pembina Pembinaan Iman Anak (PIA),
serta menjadi panitia Natal dan Paska. Kegiatan tersebut secara langsung akan
membentuk iman para remaja menjadi berkembang karena para remaja
mempunyai kepercayaan yang ada di dalam dirinya melalui pengaruh yang positif
dari Gereja. Remaja yang bergabung dalam Pembinaan Iman Remaja (PIR)
merupakan generasi penerus Gereja di masa yang akan datang. Generasi ini
berawal dari bayi yang baru dibaptis. Melalui baptisan tersebut anak menjadi
Katolik. Ketika anak tersebut sudah memasuki usia anak-anak, maka Gereja
membina anak-anak dengan Pembinaan Iman Anak (PIA), sampailah pada masa
remajanya, anak dibina dan diteguhkan imannya dengan komuni pertama.
Komuni pertama akan mengantar para remaja sampai pada pemahaman Katolik
yang sesungguhnya, sehingga para remaja semakin percaya kepada Tuhan dan
dikuatkan dalam iman.
Berdasarkan uraian di atas, Pendidikan Agama Katolik yang diberikan
kepada siswa di tengah keluarga, sekolah, Gereja dan masyarakat luas dalam
meningkatkan perkembangan imannya dapat membantu mereka mencapai
kepercayaan sejati di dalam dirinya. Selain itu Pendidikan Agama Katolik juga
mempengaruhi tingkah laku siswa. Iman yang ada pada diri siswa membuat siswa
bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang terpilih dan telah diniatkan.
Oleh karena itu, skripsi ini dibatasi pada Peranan Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah Terhadap Perkembangan Iman Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Dengan demikian, skripsi ini akan lebih
melihat pengaruh yang ditimbulkan dari peranan Pendidikan Agama Katolik
terhadap perkembangan iman siswa khususnya siswa kelas VIII SMP Negeri 1
Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis dalam uraian di atas, penulis
merumuskan 3 masalah skripsi sebagai berikut:
1. Apa hubungan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah dengan
perkembangan iman?
2. Sejauh mana Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat telah sungguh membantu perkembangan
iman siswa dan apa yang menjadi faktor pendukung serta penghambatnya?
3. Apa yang perlu diusahakan agar Pendidikan Agama Katolik sungguh
membantu perkembangan iman siswa?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk:
1. Menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah dan
perkembangan iman siswa
2. Menggambarkan sejauh mana Pendidikan Agama Katolik di Sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat telah sungguh
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
membantu perkembangan iman siswa dan seberapa besar faktor yang menjadi
pendukung dan penghambat
3. Menemukan usaha agar Pendidikan Agama Katolik sungguh membantu
perkembangan iman siswa
D. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini antara lain:
1. Bagi Guru Pendidikan Agama Katolik
Skripsi ini diharapkan membantu guru Pendidikan Agama Katolik dalam
proses belajar mengajar di kelas serta bisa meningkatkan mutu Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah.
2. Bagi Siswa
Skripsi ini diharapkan membantu siswa dalam mengembangkan imannya agar
lebih percaya kepada Tuhan, mandiri, dan berahlak mulia.
3. Bagi Penulis
Dengan melaksanakan penelitian ini diharapkan penulis bisa lebih
berkembang dalam pemahaman dan pengetahuan serta bisa menjadi bekal ketika
sudah menjadi guru Agama Katolik.
E. Metode Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif
analitis. Melalui metode ini, penulis menggambarkan sejauh mana peranan tujuan
Pendidikan Agama Katolik, keadaan Pendidikan Agama Katolik, pokok-pokok
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
Pendidikan Agama Katolik terhadap perkembangan iman siswa kelas VIII SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Dari metode yang
digunakan, penulis juga mencoba untuk memahami peranan Pendidikan Agama
Katolik di Sekolah terhadap perkembangan iman siswa. Untuk mengetahui
peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah terhadap perkembangan iman
siswa, penulis menyebarkan kuesioner kepada siswa kelas VIII, melakukan
wawancara dengan 1 orang guru Pendidikan Agama Katolik, pengamatan,
penelitian kualitatif, dan studi pustaka. Data-data yang dihasilkan akan dianalisis
guna mengetahui peranan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah terhadap
perkembangan iman siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang,
Kalimantan Barat.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh gambaran yang lebih jelas mengenai skripsi ini,
penulis akan menyampaikan pokok-pokok uraian sebagai berikut:
Bab I memaparkan pendahuluan yang berisikan latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan tentang pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di
sekolah yaitu hakikat, tujuan, konteks, model, dan pelaku Pendidikan Agama
Katolik untuk membantu perkembangan iman siswa.
Bab III membahas tentang gambaran sejauh mana Pendidikan Agama
Katolik di sekolah SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat
telah sungguh membantu perkembangan iman siswa. Dalam bab ini terdapat dua
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
bagian yaitu pertama, gambaran umum keadaan SMP Negeri 1 Sepauk,
Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang meliputi sejarah singkat, visi-misi,
pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik dan sosok guru Pendidikan Agama
Katolik. Kedua, mencakup penelitian yaitu latar belakang penelitian, tujuan
penelitian, jenis penelitian, instrumen pengumpulan data, responden penelitian,
waktu pelaksanaan dan cara pengumpulan data, variabel penelitian, kisi-kisi
instrumen, dan pembahasan serta kesimpulan hasil penelitian.
Bab IV menguraikan spiritualitas guru Pendidikan Agama Katolik dan
upaya meningkatkan pelaksanaan Pendidikan Agama Katolik di sekolah SMP
Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat.
Bab V merupakan bab terakhir dari seluruh pembahasan mengenai peranan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah terhadap perkembangan iman siswa kelas
VIII SMP Negeri 1 Sepauk, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat yang meliputi
kesimpulan dan saran.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
BAB II
PENYELENGGARAAN POKOK-POKOK PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
DEMI TERWUJUDNYA PERKEMBANGAN IMAN SISWA
Pada bab II ini penulis menguraikan pokok-pokok Pendidikan Agama
Katolik di sekolah yang memiliki kesinambungan dengan pembahasan pada bab
sebelumnya. Penulis melihat bahwa Pendidikan Agama Katolik di Sekolah belum
terlaksana secara maksimal, karena guru lebih mengutamakan perkembangan
kognitif (pikiran) daripada perkembangan iman siswa, sehingga siswa yang
kurang mendapat pendampingan dari orangtua di rumah, imannya tidak
berkembang secara maksimal sehingga mudah dipengaruhi secara negatif oleh
teman sebayanya di sekolah. Pendidikan Agama Katolik di Sekolah haruslah
mengutamakan perkembangan iman siswa karena remaja akan banyak
menghadapi persoalan untuk mencapai proses pendewasaan diri. Jika dibekali
iman yang tangguh maka siswa dapat menghadapi berbagai persoalan dengan
baik. Tetapi Pendidikan Agama Katolik di Sekolah tidak begitu saja melupakan
segi kognitif (pikiran) karena hal ini bisa membantu pengetahuan siswa dengan
wawasan yang luas. Oleh sebab itu, Pendidikan Agama Katolik di sekolah
diharapkan mampu memberikan secara seimbang segi koginitif, afeksi, dan
praksis sehingga mampu membantu perkembangan iman siswa.
Bab II merupakan kajian pustaka. Pada bab ini penulis membagi uraian
menjadi tiga bagian, yaitu pada bagian pertama penulis menjelaskan pengertian
pokok-pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah. Pada bagian kedua penulis
menjelaskan perkembangan iman siswa di sekolah sebagai salah satu tujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Pendidikan Agama Katolik. Pada bagian ketiga penulis menjelaskan pokok-pokok
Pendidikan Agama Katolik di sekolah yang mendukung terwujudnya
perkembangan iman siswa.
A. Pokok-Pokok Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
1. Pengertian Pendidikan Agama Katolik
Penulis menyampaikan pengertian Pendidikan Agama Katolik dari para
ahli yakni Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 15) yang
menyatakan bahwa hakikat dasar Pendidikan Agama Katolik sebagai komunikasi
iman, bukan pengajaran agama. Komunikasi iman dapat menumbuhkembangkan
kepercayaan dalam diri manusia sedangkan pengajaran agama hanya sebagai
pengetahuan manusia serta membantu manusia untuk menerapkannya. Sangat
perlulah komunikasi iman antar sesama melalui sharing pengalaman. Sharing
pengalaman dapat membantu seseorang agar imannya berkembang.
Mangunwijaya sebagaimana dikutip Heryatno (2008: 16) mengungkapkan bahwa:
Sebagai komunikasi iman Pendidikan Agama Katolik perlu menekankan sifatnya yang praktis, artinya bermula dari pengalaman penghayatan iman, melalui refleksi dan komunikasi menuju kepada penghayatan iman baru yang lebih baik. Bersifat praktis juga berarti Pendidikan Agama Katolik lebih menekankan tindakan (kehidupan) daripada konsep atau teori. Dengan sifatnya yang praktis, Pendidikan Agama Katolik menjadi mediasi transformasi iman yang berlangsung secara terus-menerus.
Refleksi tidak dapat dipisahkan dari komunikasi iman karena dengan
adanya refleksi yang dilakukan oleh siswa di sekolah, maka siswa dapat
melakukan komunikasi iman dengan orang-orang yang berada di sekitarnya.
Refleksi juga membantu siswa dalam menghayati pengalaman imannya sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
siswa semakin percaya kepada Tuhan. Perkembangan iman siswa dibantu melalui
pengalaman iman yang direfleksikan karena dengan refleksi siswa mampu
menemukan pengalaman imannya sehingga siswa bisa melakukan komunikasi
iman terhadap sesama serta semakin mengimani Kristus sebagai Anak Allah.
Siswa yang percaya kepada Tuhan selalu mengandalkan Tuhan dalam hidupnya.
Pendidikan Agama Katolik di sekolah lebih menekankan tindakan nyata daripada
teori karena Pendidikan Agama Katolik bertujuan untuk mengembangkan iman
siswa secara konkrit dalam hidup siswa, hal ini dimaksudkan agar perkembangan
iman siswa bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri tetapi juga berguna bagi
orang-orang yang ada di sekitarnya.
Senada dengan pemikiran Mangunwijaya, Jacobs sebagaimana dikutip
oleh Dapiyanta (2011: 4) mengungkapkan bahwa Pendidikan Agama Katolik di
sekolah merupakan salah satu bentuk komunikasi iman yang meliputi unsur
pengetahuan, pergumulan, dan penghayatan dalam pelbagai bentuk. Komunikasi
iman yang meliputi unsur pengetahuan dimaksudkan bahwa Pendidikan Agama
Katolik di sekolah tidak begitu saja melupakan pengetahuan karena dengan
pengetahuan yang dimiliki, siswa mampu melakukan tindakan nyata. Pengetahuan
juga membantu siswa memahami apa yang harus mereka lakukan dan tidak
merugikan diri sendiri serta orang lain. Pendidikan Agama Katolik di sekolah juga
merupakan bentuk komunikasi berupa pergumulan dan penghayatan berbagai
bentuk. Hal ini diartikan bahwa siswa tidak hanya mengetahui atau memahami
saja tetapi siswa diharapkan mampu menghayati serta merangkul sesama dalam
iman dan perbuatan, sehingga siswa semakin terbantu dalam mengembangkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
imannya dan mengimani Kristus sebagai sumber kehidupan. Heryatno (2008: 14-
15) berpendapat bahwa:
Pendidikan Agama Katolik harus bervisi spiritual. Yang dimaksud spiritual disini adalah hal-hal yang berhubungan dengan inti hidup manusia. Maka bervisi spiritual berarti Pendidikan Agama Katolik secara konsisten terus berusaha memperkembangkan kedalaman hidup peserta didik, memperkembangkan jati diri atau inti hidup mereka. Dengan bervisi spiritual, Pendidikan Agama Katolik diharapkan dapat
membantu perkembangan iman siswa melalui kepercayaan yang ada dalam diri
siswa. Hal ini sangat penting untuk ditanamkan kepada siswa di sekolah agar
siswa mendapatkan nilai-nilai yang bisa menopang kepercayaan yang terkandung
di dalam Pendidikan Agama Katolik. Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat
membantu siswa dalam menghadapi berbagai masalah pada masa remajanya.
Pendidikan Agama Katolik mengajarkan kepada siswa agar pengetahuan dapat
diterapkan dalam perbuatan nyata dan keduanya haruslah seimbang.
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana
dikutip oleh Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama
Katolik di sekolah merupakan sarana atau pelaksanaan pewartaan Kristus. Sarana
merupakan alat agar manusia menjadi pewarta Kristus di dunia. Setiap orang
mempunyai cara yang berbeda sebagai pewarta misalnya berbuat baik dan saling
mengasihi sesama. Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana agar
siswa dapat mengenal Kristus sebagai pewarta iman yang sejati. Sarana yang
diberikan guru terhadap siswa berupa pengetahuan dari materi yang disampaikan
serta pekerjaan rumah (PR) agar siswa dapat menerapkannya di tengah keluarga,
Gereja, dan masyarakat luas.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Lokakarya mengenai tempat dan peranan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah yang diadakan oleh Komkat KWI di Malino sebagaimana dikutip oleh
Dapiyanta (2011: 4) mengemukakan bahwa Pendidikan Agama Katolik
merupakan bagian dari katekese yang berusaha membantu siswa agar dapat
menggumuli hidupnya dari segi pandangan Kristiani. Katekese merupakan
pelayanan sabda dengan fungsi khas pendidikan iman. Pelayanan sabda yang
dilakukan melalui pengajaran Pendidikan Agama Katolik di sekolah diupayakan
dapat membantu siswa menemukan jati dirinya serta beriman kepada Kristus.
Siswa yang beriman kepada Kristus akan senantiasa melayani sesama dengan
sepenuh hati.
Berdasarkan pengertian di atas, penulis lebih tertarik dengan pernyataan
Ajaran dan pedoman Gereja tentang Pendidikan Katolik sebagaimana dikutip oleh
Dapiyanta yakni Pendidikan Agama Katolik di sekolah merupakan sarana atau
pelaksanaan pewartaan Kristus. Sarana merupakan alat, dimana alat tersebut dapat
digunakan guru di sekolah untuk mendidik siswanya menjadi berkembang, baik
berkembang dalam rohani maupun jasmani. Pendidikan Agama Katolik di
Sekolah membantu siswa agar mampu mengenal dan mencintai Kristus. Sarana
juga membantu siswa agar mewartakan kasih Allah. Selain itu, Pendidikan Agama
Katolik menjadi tolak ukur siswa dalam perkembangan imannya. Berbagai cara
dapat dilakukan dalam melaksanakan pewartaan Kristus, misalnya berdoa. Berdoa
merupakan sarana agar manusia dapat berkomunikasi dengan Tuhan. Di dalam
Pendidikan Agama Katolik di sekolah, berdoa juga diajarkan guru kepada para
muridnya, bahkan sebelum memulai dan mengakhiri kegiatan selalu diawali
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
dengan berdoa. Semuanya merupakan sarana agar manusia dekat dengan Tuhan
serta mewartakan kasih Kristus.
Suradibrata (1984: 2) mengungkapkan bahwa mendidik adalah kegiatan
untuk membantu sesama agar jadi orang, dengan segala keterbatasannya, secara
berangsur-angsur, dalam kebersamaan dengan orang lain. Guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah menempatkan diri sebagai guru yang mempunyai jiwa
pendidik yang sepenuh hati mendidik siswanya agar siswa tersebut mendapat
pengetahuan dan perkembangan iman yang utuh dan penuh sehingga dapat
berguna bagi orang-orang yang ada di sekitarnya. Guru Pendidikan Agama
Katolik di sekolah mempunyai keunikan masing-masing dalam mendidik
siswanya agar dapat berkembang. Berbagai macam cara dilakukan agar siswa
dapat memahami materi yang disampaikan dan dapat mewujudnyatakan dalam
kehidupannya di tengah masyarakat luas. Groome (2010: 37) mengungkapkan
bahwa:
Pendidikan Agama Kristen adalah kegiatan politis bersama para peziarah dalam waktu yang secara sengaja bersama mereka memberi perhatian pada kegiatan Allah di masa kini kita, pada cerita komunitas iman Kristen, dan Visi Kerajaan Allah, benih-benih yang telah hadir diantara kita. Pada jaman dahulu Yesus menjadi guru bagi para murid-Nya dan
mengajarkan nilai-nilai Kerajaan Allah. Tentu saja Yesus tidak hanya
memberikan pengetahuan kepada para murid-Nya tetapi memberikan harapan
agar para murid-Nya dapat menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah di tengah dunia.
Begitu pula Pendidikan Agama Katolik di sekolah, guru memberikan pengetahuan
kepada siswa dengan harapan siswa mampu melaksanakan nilai-nilai Kerajaan
Allah dalam kehidupan sehari-hari. Silabus (2010: 1) menyatakan bahwa:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, dengan tetap memperhatikan penghormatan terhadap agama lain dalam hubungan kerukunan antarumat beragama dalam masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional. Pendidikan Agama Katolik di sekolah bertujuan agar siswa mampu
memahami dan melakukan kegiatan sesuai dengan ajaran Gereja Katolik, kegiatan
yang dilakukan dapat membantu mengembangkan iman dan kepercayaan siswa.
Siswa juga diajarkan untuk menghargai dan menghormati agama lain sejak dini
baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah agar siswa dapat
menjalin komunikasi yang baik antar sesama. Guru terlibat aktif dalam proses
perkembangan siswa di sekolah agar siswa melakukan kegiatan secara terarah dan
mempunyai dorongan yang kuat dari guru tersebut.
2. Tujuan Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 23) mengungkapkan bahwa tujuan Pendidikan Agama
Katolik bersifat holistik artinya, sesuai dengan kepentingan hidup peserta didik,
tujuan Pendidikan Agama Katolik di sekolah harus mencakup segi kognitif, afeksi
dan praksis. Segi kognitif (pikiran), afeksi (perasaan), dan praksis (tindakan)
tidak dapat dipisahkan karena saling mendukung dalam perkembangan siswa,
sehingga ketiganya diberikan secara seimbang oleh guru Pendidikan Agama
Katolik kepada masing-masing siswa. Kemampuan siswa di kelas sangatlah
beragam, oleh sebab itu guru Pendidikan Agama Katolik haruslah mempunyai
kemampuan dalam mendidik siswanya, misalnya memberikan materi Pendidikan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Agama Katolik dengan cara yang mudah ditangkap dan menyenangkan oleh
semua siswa, sehingga kreativitas guru sangat penting dalam mendidik. Berikut
ini disampaikan 3 tujuan Pendidikan Agama Katolik yaitu 1) demi terwujudnya
nilai-nilai Kerajaan Allah: inti segala tujuan Pendidikan Agama Katolik di
sekolah, 2) tujuan formal jangka panjang: kedewasaan iman, 3) iman yang
dihayati membebaskan manusia.
a. Demi Terwujudnya Nilai-nilai Kerajaan Allah: Inti Segala Tujuan Pendidikan Agama Katolik di Sekolah
Heryatno (2008: 25) mengungkapkan bahwa: Sifat holistik tujuan Pendidikan Agama Katolik dapat lebih konkret kalau diletakkan pada inti dari segala tujuan proses penyelenggaraannya, yang sering disebut metapurpose yaitu untuk memperjuangkan terwujudnya nilai-nilai kerajaan Allah di dalam Yesus Kristus. Yesus Kristus di dalam sabda, karya dan seluruh hidup-Nya mempunyai keprihatinan pokok mewartakan serta mewujudkan kerajaan Allah. Dapat juga dikatakan bahwa Yesus adalah kerajaan Allah. Yesus telah bersabda dalam hidup manusia. Yesus diutus Allah ke dunia
dengan sabda, karya, serta menyerahkan seluruh hidup-Nya untuk manusia. Nilai-
nilai Kerajaan Allah yang ditanamkan Yesus kepada manusia adalah nilai-nilai
kebaikan, cinta kasih, saling menghargai, serta melayani sesama. Selama hidup di
tengah dunia, Yesus berusaha mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah, melalui
sabda dan karya-Nya. Guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah mengajarkan
tentang karya Yesus di dunia agar siswa semakin mengenal dan mencintai Yesus.
Tujuan Pendidikan Agama Katolik dalam proses penyelenggaraannya
dimaksudkan tidak hanya untuk mengetahui dan memahami saja tetapi tindakan
nyata merupakan salah satu cara untuk mewujudkan nilai-nilai Kerajaan Allah.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
b. Tujuan Formal Jangka Panjang: Kedewasaan Iman
Heryatno (2008: 29) mengungkapkan bahwa iman yang dewasa juga
diartikan sebagai iman yang berkembang semakin matang secara penuh dan
bersifat holistik karena mencakup segi pemikiran, hati, dan praksis. Siswa yang
memasuki masa remajanya membutuhkan proses untuk mencapai iman yang
dewasa. Iman yang dewasa diartikan sebagai iman yang berkembang karena
mencakup segi pemikiran, hati, dan praksis, artinya setiap siswa yang mempunyai
keinginan untuk berkembang dalam iman akan mengandalkan pemikiran, hati,
dan perasaan karena ketiganya merupakan penunjang agar siswa mampu
melaksanakan sesuatu didasari oleh dorongan dalam diri mereka. Jika segi
pemikiran, hati, dan perasaan berjalan secara seimbang, maka siswa akan lebih
terbantu dalam proses pendewasaan iman serta mampu mengendalikan dirinya.
Seseorang yang dianggap dewasa dalam iman adalah seseorang yang mampu
mengendalikan dirinya sendiri dari hal-hal negatif atau yang merugikan dirinya
sendiri serta orang di sekitarnya.
c. Iman yang Dihayati Membebaskan manusia
Heryatno (2008: 33) mengungkapkan bahwa kebebasan merupakan
kondisi utama bagi manusia untuk menghayati dan memperkembangkan imannya.
Hanya di dalam suasana hati yang bebas manusia dapat sungguh menghayati dan
mewujudkan imannya. Melakukan pekerjaan tanpa adanya paksaan dari orang
lain sangat menyenangkan bagi manusia, hal inilah yang dimaksud dengan
kebebasan. Kebebasan merupakan kondisi utama bagi manusia untuk menghayati
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
dan memperkembangkan imannya. Hal ini dimaksudkan bahwa suasana hati yang
bebas sangat dibutuhkan oleh semua orang karena manusia melakukan sesuatu
berdasarkan kehendak dari diri sendiri bukan karena adanya paksaan dari orang
lain. Tentu saja bebas tidak diartikan secara individualitas karena bebas disini
adalah bebas untuk mengasihi sesama, bebas untuk melaksanakan nilai-nilai
Kerajaan Allah, bebas menanggapi cinta kasih Allah. Iman manusia akan
berkembang menjadi lebih baik dengan adanya kebebasan.
3. Konteks Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 40) mengungkapkan bahwa para guru Pendidikan
Agama Katolik diharapkan mengenal dengan baik keadaan hidup peserta didiknya
dan memiliki perhatian personal kepada mereka. Guru di sekolah diharapkan
mampu untuk mengenal siswa secara personal agar dapat membantu proses
perkembangan siswa baik rohani maupun jasmani. Guru tidak hanya memberikan
materi di kelas, tetapi guru juga memberikan dorongan atau motivasi sehingga
siswa dapat berkembang di masa remajanya. Guru Pendidikan Agama Katolik di
sekolah memiliki perhatian personal bagi para siswa, artinya dengan segala
kekurangan dan kelebihan yang siswa miliki, guru senantiasa membantu siswa
untuk berkembang.
a. Sosialisasi Menuju Pribadi yang Lebih Matang
Heryatno (2008: 41) mengungkapkan bahwa: Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup di mana seseorang memasukkan diri atau dimasukkan ke dalam etos hidup
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
bersama. Di dalam proses tersebut sebagai manusia kita menghadapi dan menanggapi pengaruh konteks sosial yang berupa tatanan hidup, nilai yang dianut, corak tingkah laku yang diharapkan, dll. Sosialisasi merupakan proses yang berlangsung seumur hidup, artinya
sepanjang hidupnya manusia akan terus melakukan sosialisasi karena manusia
selalu berinteraksi dengan sesama. Dalam lingkungan keluarga anak mulai belajar
bersosialisasi dengan orangtua dan saudaranya, jika anak tersebut mampu
melakukan sosialisasi dengan keluarganya maka kebiasaan tersebut akan
membawa dampak yang baik ketika sudah berada atau berinteraksi di lingkungan
sekolah serta masyarakat luas. Anak menjadi pribadi yang lebih matang ketika
anak mampu menyesuaikan diri di tengah masyarakat luas maka nilai-nilai yang
sudah ditanamkan oleh orangtuanya di rumah terus melekat dalam dirinya.
Sosialisasi menjadi suatu kebutuhan bagi hidup manusia karena dengan adanya
sosialisasi setiap manusia menjumpai banyak orang yang dapat mengubah dirinya
menjadi lebih dewasa dalam bersikap.
b. Sosialisasi Menuju Hidup Beriman yang Dewasa
Heryatno (2008: 43) mengungkapkan bahwa: Untuk menjadi lebih Kristiani kita membutuhkan komunikasi dengan sesama umat Kristiani. Di dalam komunikasi dengan sesama umat Kristiani tersebut kita menjumpai cara hidup umat, harta kekayaan dan pengakuan iman mereka. Di dalam proses yang sama itu, kita mempelajari harta kekayaan iman Gereja, kita berkenalan dan mengambil bagian di dalam cara hidup umat sehingga kita makin mencintai, meyakini dan menghayati iman umat. Sosialisasi terhadap sesama umat Kristiani dengan cara menjalin relasi
yang baik dengan sesama, secara tidak langsung membantu proses pendewasaan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
iman seseorang. Hal ini dapat dilakukan melalui keterlibatan atau partisipasi umat
dalam kehidupan menggereja, misalnya mengikuti pendalaman iman di
lingkungan. Setiap mengikuti pendalaman iman di lingkungan, umat bisa saling
bertukar pengalaman iman mereka dengan cara mensharingkannya, dari sharing
tersebut umat saling memperkaya dan meneguhkan satu sama lain, pada akhirnya
iman umat semakin diperkuat dan dipersatukan dalam nama Yesus. Untuk
menjadi lebih Kristiani kita membutuhkan komunikasi dengan sesama umat
Kristiani, artinya menjalin komunikasi antar umat Kristiani akan membantu setiap
umat untuk berkembang.
c. Proses Sosialisasi Memerlukan Edukasi yang Bersifat Kritis
Heryatno (2008: 47) mengungkapkan bahwa: Dalam membantu memperkembangkan iman siswa Pendidikan Agama Katolik secara serentak memerlukan baik proses sosialisasi maupun edukasi yang bersifat kritis. Pendidikan Agama Katolik di sekolah memang harus bersifat kontekstual dan secara serius bertolak dari kenyataan hidup beriman siswa dan menanggapi kebutuhan mereka baik di masa sekarang maupun di masa yang akan datang. Dalam membantu memperkembangkan iman siswa Pendidikan Agama
Katolik secara serentak memerlukan baik proses sosialisasi maupun edukasi yang
bersifat kritis, hal ini dimaksudkan bahwa guru Pendidikan Agama Katolik di
sekolah membantu siswa dengan cara memberikan pendidikan kepada siswa,
dimana pendidikan tersebut mampu membantu siswa untuk menemukan sendiri
apa yang menjadi kebutuhan mereka berdasarkan hati nurani siswa. Edukasi yang
bersifat kritis sangat diperlukan dalam bersosialisasi, artinya Pendidikan Agama
katolik di sekolah membantu siswa untuk berkembang dalam iman dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
dibekali pendidikan agar siswa mampu menjadi dirinya sendiri sehingga tidak
terjadi keseragaman antar siswa. Siswa dapat saling melengkapi dengan segala
perbedaan yang ada dalam diri mereka.
4. Model-Model Pendidikan Agama Katolik
Heryatno (2008: 49) mengungkapkan bahwa istilah model perlu
dimengerti sebagai suatu pendekatan tertentu yang memiliki suatu kerangka yang
tertentu pula untuk suatu proses kegiatan penyelenggaraan pendidikan dalam iman
dengan langkah-langkah yang kurang lebih tetap. Pendidikan Agama Katolik di
sekolah menempatkan siswa sebagai subjek dan guru sebagai fasilitator. Model
perlu dimengerti sebagai suatu pendekatan hal ini dimaksudkan bahwa ada banyak
cara atau pendekatan yang dilakukan oleh seorang guru agar siswanya dapat
memahami apa yang disampaikan guru di kelas sehingga membantu siswa untuk
berkembang, perkembangan tersebut tentu saja berasal dari dorongan yang ada
dalam diri siswa sehingga guru dengan berbagai cara pula membantu dan
mengarahkan siswanya dalam bertindak.
a. Tiga Unsur Pokok Pendidikan Agama Katolik
1) Pengalaman Hidup Peserta Didik
Heryatno (2008: 50) mengungkapkan bahwa pengalaman hidup
mencakup seluruh kenyataan hidup peserta. Melalui refleksi terhadap pengalaman
hidupnya peserta didik mengenali kehadiran Allah yang melimpahkan rahmat-
Nya dan mengundang mereka untuk menanggapinya. Pengalaman hidup dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
refleksi memang tidak dapat dipisahkan karena dalam kehidupan sehari-hari setiap
orang akan mengalami banyak hal yang membuat manusia merefleksikannya baik
pengalaman yang menyenangkan maupun pengalaman yang tidak menyenangkan.
Hal ini merupakan suatu proses pembelajaran hidup menuju suatu perkembangan
iman manusia. Dalam Pendidikan Agama Katolik di sekolah, guru selalu
membiasakan siswanya agar merefleksikan semua pengalaman yang sudah siswa
dapatkan baik dalam pelajaran maupun dalam kegiatan siswa sehari-hari. Refleksi
melatih siswa agar mampu memperbaiki yang menjadi kekurangannya dan
mempertahankan apa yang menjadi kelebihan atau bakatnya serta menanggapi
kehadiran Allah dalam hidupnya. Pengalaman hidup membawa setiap orang untuk
berkembang dalam pikiran, perbuatan, dan iman sehingga seseorang semakin
percaya dan mengimani Kristus di tengah dunia.
2) Visi dan Kisah Kristiani (Harta Kekayaan Iman Gereja)
Heryatno (2008: 51) mengungkapkan bahwa visi dan kisah hidup
Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman hidup konkret peserta,
agar peserta menyadari makna pengalamannya dan dihantar untuk sampai pada
pengakuan iman Katolik yang lebih personal dan otentik. Visi dan kisah hidup
Kristiani menjadi kerangka untuk menafsirkan pengalaman hidup konkret peserta,
artinya setiap orang pasti mengalami pengalaman iman dalam hidupnya. Dari
pengalaman iman tersebut seseorang menyadari makna pengalaman imannya
bahwa pengalaman iman mampu mengubah hidup manusia menjadi lebih baik.
Dalam kehidupan menggereja setiap umat yang sudah dibaptis percaya bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Tuhan selalu hadir di tengah hidup manusia. Pengalaman dibaptis merupakan
pengalaman iman karena manusia menyadari akan kehadiran Tuhan melalui
baptisan tersebut. Setelah dibaptis setiap orang akan semakin diperteguh imannya
dan hidup dalam nama Yesus sebagai Anak Allah. Hal inilah yang dimaksud
dengan pengakuan Katolik yang lebih personal dan otentik karena setiap orang
yang memutuskan dirinya untuk dibaptis maka orang tersebut siap dengan segala
konsekuensinya mengikuti Kristus.
3) Komunikasi Hidup Konkret Peserta dengan Visi dan Kisah/Tradisi Kristiani
Heryatno (2008: 51) mengungkapkan bahwa salah satu tugas utama
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah mendialogkan atau mempertemukan
pengalaman hidup dengan harta kekayaan iman Katolik. Dialog membantu siswa
semakin menghayati imannya sebagai pribadi yang mengimani Krsitus. Tujuan
Pendidikan Agama Katolik di sekolah adalah mendialogkan pengalaman hidup
dengan harta kekayaan iman Katolik. Hal ini dimaksudkan agar Pendidikan
Agama Katolik sungguh-sungguh membantu siswa agar mampu memaknai
pengalaman hidupnya sehingga mampu menghayati dirinya sebagai anggota
Gereja Katolik. Pengakuan dirinya sebagai anggota Gereja Katolik diwujudkan
dalam kehidupannya sehari-hari yang selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
Kerajaan Allah di tengah hidup manusia dan menghayati semangat injili dalam
dirinya. Dialog diharapkan dapat memperkembangkan hidup siswa artinya siswa
menyadari dan memaknai pengalaman hidupnya sehingga mampu membantu
dirinya untuk mewujudnyatakan pengalaman hidup secara kontekstual
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
b. Beberapa Model Pendidikan Agama Katolik
1) Model Transmisi/Transfer
Heryatno (2008: 55) mengungkapkan bahwa model ini berpusat pada
guru yang mentransfer (mengoper) seluruh pengetahuannya pada siswa dengan
menerapkan relasi guru dengan siswa. Model transmisi/transfer merupakan cara
lama yang digunakan para guru dalam mengajar. Model ini kurang efektif karena
tidak melibatkan siswa dalam kegiatan mengajar/memberikan materi. Dalam
mengikuti pelajaran di kelas ada jarak antara guru dan siswa sehingga guru tidak
kreatif dalam menyampaikan materi dan siswa kurang aktif mengikuti pelajaran di
kelas. Hal ini tidak membantu perkembangan siswa baik secara kognitif maupun
dalam iman karena guru tidak memberikan apa yang menjadi kebutuhan siswa.
2) Model yang Berpusat pada Hidup Peserta
Heryatno (2008: 57) mengungkapkan bahwa model pendidikan yang
berpusat pada hidup peserta ini merupakan reaksi yang ekstrem terhadap model
pendidikan yang bersifat dogmatis. Pada jaman era globalisasi seperti saat ini,
para guru Pendidikan Agama Katolik di sekolah hanya sebagai fasilitator dengan
berpusat pada hidup peserta/peserta didik. Model ini diyakini mampu
memperkembangkan pengetahuan dan iman siswa secara utuh. Siswa terlibat aktif
dalam kegiatan pengajaran di kelas dengan cara tanya jawab dan kerja
kelompok/sharing pengalaman, pada akhir pelajaran siswa diajak untuk
merefleksikan pengalaman mereka selama mengikuti pelajaran di kelas berkaitan
dengan pengalaman hidup mereka secara konkrit.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
Kedua model di atas masing-masing mempunyai kekurangan dan
kelebihan, oleh sebab itu kedua model di atas saling melengkapi. Guru Pendidikan
Agama Katolik di sekolah bukan hanya sebagai fasilitator tetapi guru juga
memberikan pengetahuan/informasi sehingga membantu perkembangan kognitif
siswa dan memfasilitasi siswa agar siswa aktif di kelas serta membantu
perkembangan iman mereka.
5. Sosok Guru Pendidikan Agama Katolik Memandang Siswa Sungguh Baik, Diciptakan Menurut Gambar Dan Rupa Tuhan
a. Antropologi Kristiani: Manusia Sungguh Baik
Heryatno (2008: 101) mengungkapkan bahwa manusia diciptakan supaya
dapat mengasihi Allah dan sesamanya. Manusia selalu berada di dalam relasinya
dengan Tuhannya, sesamanya dan seluruh alam semesta lingkungannya. Manusia
diciptakan agar saling mengasihi Allah, sesamanya dan alam semesta, artinya
setiap umat manusia harus saling mengasihi sebagaimana Allah mengasihi
manusia serta menjaga alam semesta yang diciptakan Allah untuk manusia agar
manusia hidup berkecukupan di dunia ini. Manusia diciptakan Allah dengan
segala keunikannya, artinya manusia diciptakan Allah dengan segala perbedaan
agar manusia saling melengkapi dan bekerjasama dengan sesama serta menjalin
hubungan yang baik dengan sesama, karena Allah menciptakan manusia menurut
citra-Nya maka Allah memandang manusia sungguh baik. Walaupun manusia
dapat berdosa dan berbuat jahat akan tetapi Allah selalu mengampuni manusia.
Hal inilah bukti bahwa Allah sungguh mengasihi manusia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
b. Implikasi Antropologi Positif bagi Pengembangan Sikap Hidup para Guru
1) Meneguhkan Pribadi dan Jati Diri Siswa
Heryatno (2008: 104) menyatakan bahwa sikap dasar guru Pendidikan
Agama Katolik, yang meneguhkan dan menghormati lebih-lebih siswanya yang
bermasalah, lemah dan nakal, diharapkan dapat mendorong dan memberdayakan
siswa agar mereka (sendiri) dapat memperkembangkan hidupnya. Manusia
diciptakan Tuhan dengan kekurangan dan kelebihan yang dimiliki setiap orang.
Sikap dasar guru Pendidikan Agama Katolik, yang meneguhkan dan menghormati
siswanya yang bermasalah, lemah, dan nakal dimaksudkan bahwa guru
Pendidikan Agama Katolik mampu mengenal siswa secara personal, sehingga
guru dapat mendorong dan memberdayakan siswanya dengan cara memahami
kebutuhan siswa tanpa memandang latar belakang mereka. Guru Pendidikan
Agama Katolik membantu siswa berkembang dengan melihat bakat-bakat yang
mereka miliki. Melalui bakat-bakat yang ada dalam diri siswa tersebut maka guru
dengan kerendahan hatinya mendampingi siswa, menaruh harapan dan
kepercayaan agar siswa berkembang menjadi lebih baik serta bersikap lembut dan
murah hati apabila menghadapi siswa yang bermasalah, lemah, dan nakal serta
berusaha mendampingi para siswa untuk berkembang.
2) Tetap Yakin dan Penuh Harap pada Siswa
Heryatno (2008: 104) menyatakan bahwa: Sebagai guru kita tidak pernah kehilangan pengharapan dan keyakinan bahwa semua siswa dapat berkembang sesuai dengan bakat-bakat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
mereka terima dari Allah mereka; karena kebaikan dan kemurahan hati-Nya semua siswa dapat sampai pada kelimpahan dan kepenuhan hidup. Sebagai pendidik guru tidak pernah kehilangan pengharapan dan
keyakinan terhadap siswanya, artinya guru tidak hanya melihat kekurangan yang
siswa miliki tetapi guru percaya bahwa di balik kekurangan ada kelebihan dalam
diri siswa. Melalui kepercayaan tersebut guru sungguh-sungguh mempunyai
keinginan yang tulus untuk membantu siswa dalam berkembang. Guru membantu
siswa untuk menemukan bakat-bakat yang ada dalam diri siswa serta membantu
siswa untuk mengembangkan bakat tersebut. Guru meyakini bahwa setiap anak
bisa berkembang menjadi lebih baik ketika ia tersebut mempunyai keyakinan
yang kuat bahwa dirinya mampu dan bisa melakukan apa yang menjadi cita-
citanya.
3) Mengasihi Siswa
Heryatno (2008: 105) menyatakan bahwa beriman, berharap dan
mengasihi hidup siswa itulah yang menjadi sikap, tekad dan kesadaran yang wajib
mereka wujudkan di dalam menunaikan tugas panggilan mereka sebagai guru
Pendidikan Agama Katolik. Guru mengasihi siswanya seperti Yesus mengasihi
para murid-Nya. Guru mengasihi siswa dengan tulus hati mendampingi siswa dan
rela berkorban demi terwujudnya perkembangan iman siswa. Beriman, berharap
dan mengasihi hidup siswa menjadi sikap dasar sebagai guru Pendidikan Agama
Katolik. Hal ini dimaksudkan bahwa iman dilandasi dengan pengharapan dan
diwujudnyatakan melalui kasih seorang guru kepada siswa. Guru memadukan
keutamaan sifat-sifat ayah dan ibu, sifat ayah yang selalu tegar, kuat, serta rela
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
berkoban dan sifat ibu yang lemah lembut, sabar, serta rendah hati. Sifat-sifat
inilah yang membantu seorang guru dalam meperkembangkan hidup siswa.
4) Menghormati Siswa Sebagai Subjek
Heryatno (2008: 106) menyatakan bahwa dengan memperlakukan mereka
sebagai subjek, para guru Pendidikan Agama Katolik juga akan memberdayakan
mereka sebagai pelaku pendidikan yang aktif, kreatif serta realistis. Guru
Pendidikan Agama Katolik memberdayakan siswa sebagai pelaku pendidikan
yang aktif, kreatif, serta realistis artinya guru memfasilitasi siswa di kelas dengan
penuh kepercayaan memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif
menemukan apa yang menjadi kebutuhan mereka. Guru juga memotivasi serta
mempermudah siswa sehingga siswa mempunyai kreativitas dalam
mengembangkan kemampuan-kemampuan yang mereka miliki. Hal ini secara
realistis membantu perkembangan iman siswa secara utuh.
5) Menghormati Kebebasan, Hak dan Tanggungjawab Siswa
Heryatno (2008: 107) menyatakan bahwa kebebasan terwujud kalau para
guru Pendidikan Agama Katolik menghormati hidup siswa sebagai pribadi di
dalam totalitasnya dan mendorong mereka untuk bersikap serta bertindak berdasar
hati nuraninya. Setiap orang perlu menentukan pilihan dalam hidupnya
berdasarkan hati nurani. Kebebasan terwujud apabila guru Pendidikan Agama
Katolik menghormati hidup siswa sebagai pribadi serta bertindak berdasarkan hati
nurani, artinya bahwa guru berkewajiban mendidik siswa tetapi guru tidak berhak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
menentukan pilihan dalam hidup siswa. Siswa hanya dimotivasi dan difasilitasi
agar siswa mampu menetukan pilihannya sendiri secara kontekstual, dengan
penuh kesadaran bahwa apa yang menjadi pilihannya adalah yang terbaik dalam
hidupnya. Kebebasan yang dimiliki oleh siswa berdasarkan kesadaran dan hati
nurani tanpa adanya paksaan dari guru atau orang lain.
B. Perkembangan Iman
1. Pengertian Perkembangan
Nagel sebagaimana dikutip Singgih (1981: 29) mengemukakan bahwa
perkembangan merupakan struktur yang teroganisasikan dan mempunyai fungsi-
fungsi tertentu, dan karena itu bilamana terjadi perubahan struktur baik dalam
organisasi maupun dalam bentuk, akan mengakibatkan perubahan fungsi.
Perkembangan yang dimaksud di atas diibaratkan dengan anggota tubuh manusia
yang mempunyai satu kesatuan. Jika anggota tubuh yang satu sakit atau tidak
berfungsi lagi maka akan berakibat pada anggota tubuh yang lain. Suatu
perkembangan dalam hidup manusia dimulai dari sebuah kemauan atau tekat yang
besar dari diri sendiri. Dalam berkembang, manusia mempunyai banyak faktor
dari dalam dan luar dirinya, baik faktor yang mendukung maupun faktor yang
kurang mendukung. Oleh sebab itu setiap orang harus mampu mengendalikan diri
sehingga dapat mencapai sesuatu yang diinginkan dalam hidupnya.
Scbneirla sebagaimana dikutip Singgih (1981: 29) mengungkapkan bahwa
perkembangan adalah perubahan-perubahan progresif dalam organisasi pada
organisme, dan organisme ini dilihat sebagai sistem fungsional dan adaptif
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
sepanjang hidupnya. Perubahan-perubahan progresif ini meliputi dua faktor, yakni
kematangan dan pengalaman. Kematangan dan pengalaman menjadi faktor
dalam perkembangan karena setiap orang yang tumbuh baik jasmani dan rohani
akan mengalami perubahan yang sangat signifikan. Berkembang melalui berbagai
proses sehingga seseorang akan banyak mengalami pengalaman dan membantu
proses kematangan dalam dirinya.
Senada dengan Scbneirla sebagaimana dikutip oleh Singgih, Hurlock,
(1989: 2) mengungkapkan bahwa perkembangan berarti serangkaian perubahan
progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman.
Semakin banyak pengalaman yang dilalui oleh setiap orang maka semakin matang
dan berkembang orang tersebut, karena setiap pengalaman mempunyai nilai atau
kesan tersendiri bagi setiap orang sehingga mengajak orang tersebut untuk
merefleksikannya sebagai proses pendewasaan diri serta secara perlahan
mengajak seseorang tersebut untuk berubah.
Siti Rahayu (1989: 2) mengungkapkan bahwa perkembangan juga
berhubungan dengan proses belajar. Terutama isinya, yaitu mengenal apa yang
akan berkembang berkaitan dengan tingkah belajar. Perkembangan berhubungan
dengan proses belajar artinya dalam kehidupan sehari-hari setiap orang akan
mengalami berbagai pengalaman sehingga pengalaman tersebut dapat membantu
menuju pada perkembangan dalam diri seseorang. Hal inilah yang disebut dengan
proses belajar karena dalam berproses setiap orang mengalami pengalaman yang
berbeda sehingga ada yang cepat mengalami perkembangan dan ada yang lama
mengalami perkembangan. Tentu semua itu tergantung dari setiap individu serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
orang-orang yang berada disekitarnya. Setiap orang yang sedang berproses akan
cepat mengalami perkembangan apabila mendapat dukungan dari orang sekitar.
Oleh sebab itu, setiap orang yang berkembang mengenal isinya, yaitu mengenal
apa yang akan berkembang berkaitan dengan tingkah belajar. Hal ini
dimaksudkan bahwa setiap orang yang mempunyai keinginan untuk berkembang
mempunyai tujuan agar hidupnya menjadi lebih baik.
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 24) mengungkapkan
bahwa kepercayaan eksistensial bukanlah sekedar kegiatan pemberian arti, tetapi
juga proses dinamis pemberian arti itu sendiri. Proses tersebut terwujud dalam
urutan sejumlah tahap perkembangan kepercayaan. Setiap orang yang
mempunyai kemauan untuk berkembang pasti ada kepercayaan yang kuat dalam
dirinya. Kepercayaan inilah yang mendorong orang tersebut untuk terus maju.
Manusia merupakan mahkluk yang dinamis atau berubah-ubah sehingga akan
dimudahkan dalam berkembang jika dimotivasi untuk berubah menjadi lebih baik.
Berdasarkan ungkapan para ahli di atas tentang pengertian perkembangan,
penulis lebih tertarik pada pendapat Siti Rahayu yang mengungkapkan bahwa
perkembangan berhubungan dengan proses belajar. Hal ini dimaksudkan bahwa
jika seseorang mengalami perkembangan dalam hidupnya berarti seseorang
tersebut sudah melalui berbagai macam pembelajaran. Masing-masing individu
mempunyai tingkatan kesulitan yang berbeda dalam perkembangan karena
berkembang berdasarkan kebutuhan dari individu tersebut. Pengalaman seseorang
mampu mengubah orang tersebut untuk berkembang karena melalui
pengalamanlah manusia bisa merefleksikannya dalam kehidupan sehari-hari.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
Selain itu kepercayaan yang ada dalam diri kita juga membawa perubahan yang
baik bagi kita karena percaya diri sangat membantu setiap orang untuk
berkembang.
2. Iman
a. Pengertian Iman
Buku Iman Katolik (1996: 127) mengungkapkan bahwa: Dilihat dari pihak manusia yang menanggapi wahyu dan menyerahkan diri kepada Allah, iman adalah pertemuan yang sama. Dalam iman, manusia menyadari dan mengakui bahwa Allah yang tak-terbatas berkenan memasuki hidup manusia yang serba terbatas, menyapa dan memanggilnya. Iman berarti jawaban atas panggilan Allah, penyerahan pribadi kepada Allah yang menjumpai manusia secara pribadi juga. Dalam iman manusia menyerahkan diri kepada Sang Pemberi Hidup. Pengalaman religius memang merupakan pengalaman dasar, kendati belum berarti pertemuan dengan Allah dalam arti penuh. Di atas pengalaman dasar itulah dibangun iman, penyerahan kepada Allah, pertemuan dengan Allah. Umat Kristen mengenal Allah secara pribadi sebagai Bapa, melalui Yesus. Dalam kegiatan menggereja setiap umat yang beriman kepada Tuhan
menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan. Penyerahan diri seutuhnya kepada
Tuhan karena manusia mempunyai kepercayaan dalam dirinya bahwa hanya
Tuhanlah jalan keselamatan bagi manusia. Setiap orang beriman pasti mempunyai
pengalaman iman yang berbeda-beda sehingga mereka sungguh-sungguh percaya
bahwa Tuhan selalu hadir dalam hidup manusia. Melalui Yesus Kristus umat
Kristen mengenal Allah sebagai Bapa. Yesus yang kita sambut melalui Ekaristi
merupakan bukti nyata bahwa Allah bersemayam di dalam hati semua umat
manusia yang percaya kepada-Nya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
Fowler sebagaimana dikutip Supratiknya (1995: 8) mengungkapkan bahwa
iman adalah suatu cara manusia bersandar atau berserah diri serta menemukan
atau memberikan makna terhadap berbagai kondisi atau keadaan hidupnya.
Ketika manusia dihadapkan dengan berbagai persoalan hidup, manusia yang
beriman hanya bersandar kepada Tuhan sehingga dapat menyelesaikan atau
melalui masalah dengan baik dan mendapat pengalaman yang berharga dari
persoalan tersebut. Banyak pengalaman yang membuat manusia lebih dewasa
dalam iman dan semakin percaya kepada Tuhan.
Banawiratma (1991: 49) mengungkapkan bahwa beriman Kristiani berarti
memilih makna kehidupan yang ditentukan oleh Yesus Kristus dengan
keprihatinan tunggal Kerajaan Allah. Penghayatan iman Kristiani terjadi dalam
paguyuban atau persekutuan iman dengan ajaran maupun ibadahnya. Banyak hal
yang dapat dilakukan untuk memperkuat iman manusia misalnya dengan
mengikuti pendalaman iman di lingkungan. Dalam pendalaman iman, ada sharing
pengalaman iman dan refleksi, keduanya mampu membantu manusia untuk
berkembang dalam imannya. Begitu pula pada saat mengikuti kegiatan Gereja
misalnya koor, umat dapat ambil bagian dalam kemajuan Gereja. Semuanya
dilakukan karena umat percaya kepada Tuhan sang pemberi hidup.
Suradibrata (1984: 2) mengungkapkan bahwa iman sebagai kegiatan
manusiawi menyangkut potensi manusia untuk mengerti, maka iman mengarah
pada kegiatan pemahaman. Intellectualitas merupakan kebutuhan penyempurnaan
dan aktualisasi tindak beriman. Iman tidak hanya semata-mata mengandalkan
perasaan manusia saja tetapi juga menyangkut pengetahuan manusia. Setiap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJIPLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
manusia yang beriman mengetahui kepada siapa ia percaya dan mampu menjalin
relasi yang baik dengan sesama.
Dari pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa iman merupakan
penyerahan diri manusia secara utuh dan penuh kepada Allah. Dengan iman dan
kepercayaan itulah manusia dapat mencintai Allah melalui sesama. Pendidikan
Agama Katolik di sekolah mengajarkan kepada siswa agar mempunyai iman yang
tangguh sehingga tidak mudah terpengaruh oleh masalah apapun yang ada di
dalam maupun di luar diri kita. Setiap orang beriman percaya bahwa hanya
kepada Tuhanlah segala masalah dapat terselesaikan dengan baik,