21
Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393 Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012 367 PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM MENINGKATKAN KINERJA UMKM KERAJINAN KERAMIK Sri Hadiati [email protected] Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajayana, Malang ABSTRACT Ceramics of Malang are expected to have competitive advantage in both domestic and international market since its has uniqueness, however free trade through ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) can change market structure that affect competitiveness and performance of micro, small, and medium-sized enteprises (MSMEs) of ceramics. The purpose of this research was to analyze the role of market structure and competitive- ness in increasing performance of MSMEs of ceramics in Malang. Data were collected from 30 artisans at Dinoyo as the ceramic production center in Malang then analyzed using Generalized Structured Component Analysis (GSCA) software with market structure as the exogenuos variable, competitiveness as the intervening variables, and performance of MSMEs of ceramic as the endogenuos variable. The result of the study showed that market structure has insignificant impact on competitiveness and performance of MSMEs of ceramic in Malang. Competitiveness have not enough evidence as intervening variables between market structure and performance of ceramic enteprises, meanwhile it has significant direct effet on performance of MSMEs ceramic in Malang. This finding indicate that costs of production, quality products, and production technology are the competitive- ness variables that play important role in increasing performance of MSMEs ceramic in Malang. Key words: ceramic, market structure, competitiveness, performance, MSMEs ABSTRAK Produk kerajinan keramik Kota Malang diharapkan mampu bersaing di pasar demestik maupun internasional karena memiliki ciri khas, tetapi perdagangan bebas melalui ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) dapat mengubah struktur pasar yang akan memengaruhi daya saing dan kinerja usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) keramik. Penelitian ini bertujuan menganalisis peran struktur pasar dan daya saing dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik di Kota Malang. Data dikumpulkan dari 30 pengrajin keramik di Dinoyo sebagai pusat produksi keramik di Kota Malang, dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis meng- gunakan model Generalized Structured Component Analysis dengan struktur pasar sebagai variabel eksogen, daya saing sebagai variabel intervening, dan kinerja UMKM kerajinan keramik sebagai variabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar tidak signifikan pengaruhnya terhadap daya saing dan kinerja kerajinan keramik di Kota Malang. Daya saing juga tidak memediasi pengaruh struktur pasar terhadap kinerja UMKM kerajinan keramik, tetapi secara signifikan berpengaruh langsung terhadap kinerja keramik di Kota Malang. Temuan ini mengindikasikan bahwa biaya produksi, kualitas, dan teknologi produksi adalah variabel-variabel daya saing yang berperan penting dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik. Kata kunci: kerajinan keramik, struktur pasar, daya saing, kinerja UMKM PENDAHULUAN Kota Malang selain dikenal sebagai kota pendidikan, juga dikenal sebagai kota penghasil berbagai macam produk keramik. Produk keramik Malang dihasilkan oleh usaha kecil dan rumah tangga. Melihat potensinya yang cukup besar maka Peme- rintah Daerah Kota Malang mengembang- kan konsep Tri Bina Cita, yaitu pendidikan, pariwisata, dan industri. Pengrajin keramik menghasilkan berbagai bentuk produk cindera mata dari keramik seperti pot, vas

PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan ISSN 1411 - 0393Akreditasi No. 80/DIKTI/Kep/2012

367

PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAMMENINGKATKAN KINERJA UMKM KERAJINAN KERAMIK

Sri [email protected]

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Gajayana, Malang

ABSTRACT

Ceramics of Malang are expected to have competitive advantage in both domestic and international market sinceits has uniqueness, however free trade through ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) can changemarket structure that affect competitiveness and performance of micro, small, and medium-sized enteprises(MSMEs) of ceramics. The purpose of this research was to analyze the role of market structure and competitive-ness in increasing performance of MSMEs of ceramics in Malang. Data were collected from 30 artisans atDinoyo as the ceramic production center in Malang then analyzed using Generalized Structured ComponentAnalysis (GSCA) software with market structure as the exogenuos variable, competitiveness as the interveningvariables, and performance of MSMEs of ceramic as the endogenuos variable. The result of the study showed thatmarket structure has insignificant impact on competitiveness and performance of MSMEs of ceramic in Malang.Competitiveness have not enough evidence as intervening variables between market structure and performanceof ceramic enteprises, meanwhile it has significant direct effet on performance of MSMEs ceramic in Malang.This finding indicate that costs of production, quality products, and production technology are the competitive-ness variables that play important role in increasing performance of MSMEs ceramic in Malang.

Key words: ceramic, market structure, competitiveness, performance, MSMEs

ABSTRAK

Produk kerajinan keramik Kota Malang diharapkan mampu bersaing di pasar demestik maupuninternasional karena memiliki ciri khas, tetapi perdagangan bebas melalui ASEAN-China Free TradeAgreement (ACFTA) dapat mengubah struktur pasar yang akan memengaruhi daya saing dan kinerjausaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) keramik. Penelitian ini bertujuan menganalisis peranstruktur pasar dan daya saing dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik di KotaMalang. Data dikumpulkan dari 30 pengrajin keramik di Dinoyo sebagai pusat produksi keramik diKota Malang, dengan menggunakan kuesioner. Data yang terkumpul selanjutnya dianalisis meng-gunakan model Generalized Structured Component Analysis dengan struktur pasar sebagai variabeleksogen, daya saing sebagai variabel intervening, dan kinerja UMKM kerajinan keramik sebagaivariabel endogen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur pasar tidak signifikan pengaruhnyaterhadap daya saing dan kinerja kerajinan keramik di Kota Malang. Daya saing juga tidak memediasipengaruh struktur pasar terhadap kinerja UMKM kerajinan keramik, tetapi secara signifikanberpengaruh langsung terhadap kinerja keramik di Kota Malang. Temuan ini mengindikasikanbahwa biaya produksi, kualitas, dan teknologi produksi adalah variabel-variabel daya saing yangberperan penting dalam meningkatkan kinerja UMKM kerajinan keramik.

Kata kunci: kerajinan keramik, struktur pasar, daya saing, kinerja UMKM

PENDAHULUANKota Malang selain dikenal sebagai

kota pendidikan, juga dikenal sebagai kotapenghasil berbagai macam produk keramik.Produk keramik Malang dihasilkan olehusaha kecil dan rumah tangga. Melihat

potensinya yang cukup besar maka Peme-rintah Daerah Kota Malang mengembang-kan konsep Tri Bina Cita, yaitu pendidikan,pariwisata, dan industri. Pengrajin keramikmenghasilkan berbagai bentuk produkcindera mata dari keramik seperti pot, vas

Page 2: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

368 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

bunga, tempat payung, guci dan cinderamata lainnya dalam berbagai bentuk danukuran. Produk keramik memiliki potensiuntuk dikembangkan terutama karenamenggunakan bahan baku lokal sehinggamenjadi basis daya saing menghadapi per-saingan yang makin ketat baik pasar do-mestik maupun internasional.

Hasil penelitian Nurhajati dan Wahab(2007) menunjukkan bahwa para pengusahakerajinan keramik di Kota Malang belumberorientasi pada penciptaan kemampuanbersaing. Kemampuan bersaing menentu-kan kinerja usaha (Rodriguez et al., 2011),yang dapat dilihat dari jumlah penjualan,penerimaan, dan pendapatan usaha.Kurangnya orientasi pada penciptaan dayasaing dapat menjadi ancaman bagi usahamikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke-rajinan keramik di Indonesia, termasukKota Malang di era perdagangan bebasASEAN.

Integrasi ekonomi antara negara-negaraASEAN dan Cina melalui ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement) pada 1 Januari2010 membentuk skema penurunan tarifimpor dalam kerangka CEPT (CommonEffecive Preferental Tariff). Salah satu skemadalam CEPT tersebut adalah diberlakukan-nya penurunan tarif impor di antara negara-negara anggota ASEAN dan China hinggamencapai 0-5% pada tahun 2011. Skema iniakan berdampak positif dan negatif baginegara-negara yang terlibat dalam ACFTA.Geib dan Pfaff (2012) melihat ACFTA ber-dampak positif karena ASEAN dan Chinamemiliki karakter dalam pembentukanintegrasi ekonomi regional yang homogen,walaupun sangat ditentukan oleh depth danspeed dari integrasi yang terjadi. Untuk itu,menurut Endoh (2009) diperlukan tahapan-tahapan integrasi meliputi: free trade in goodsand services; free transfer of capital; labourmobility; supraregional institutions; monetarycoordinations; dan fiscal integration.

Salah satu dampak penting dari pem-bentukan ACFTA tersebut adalah adanyatrade creation dan trade diversion, yang dapatbersifat positif dan negatif bagi kesejah-

teraan hidup suatu negara (Patunru danLuebke, 2010; Tambunan dan Chandra,2014), namun demikian dalam perkemba-ngannya, proses integrasi ekonomi dikawasan ASEAN dan China tersebut masihberada dalam tahapan awal, yakni free tradearea/free trade zone. Pada tahapan integrasiini, setiap negara anggota ASEAN-Chinadapat melakukan transaksi perdaganganintra ASEAN dengan menikmati adanyapenghapusan tariff barrier. Di sisi lain, inter-aksi perdagangan dengan negara di luarASEAN-China masih dikenakan tarif sesuaidengan ketentuan masing-masing negara.

Penurunan, bahkan penghapusan, tarifimpor antara negara-negara ASEAN denganChina, bertujuan meningkatkan aliran bebasbarang sehingga akan meningkatkan kinerjaekonomi di kawasan ASEAN. Aliran masukbarang dari negara lain, khususnya kera-mik, ke Indonesia dapat mengubah strukturpasar keramik Indonesia, termasuk di KotaMalang. Struktur pasar dicirikan oleh jum-lah penjual dan pembeli, konsentrasi pasar,produk yang homogen atau tidak, dan ke-bebasan masuk-keluar pasar (Ambastha danMomaya, 2012). Pada struktur pasar per-saingan sempurna, di mana terdapat ba-nyak penjual dan pembeli, tidak ada konsen-trasi pasar, produk bersifat homogen, danpelaku ekonomi (penjual dan pembeli)bebas-keluar masuk pasar, maka produsenyang dalam hal ini adalah pengrajin kera-mik berperilaku sebagai penerima harga(price taker). Dalam struktur pasar sepertiini, pengrajin keramik tidak akan mampumenentukan harga jual produknya, olehkarena itu, meningkatnya aliran produkkeramik dari negara lain termasuk Tiong-kok yang masuk ke Indonesia dapat me-nurunkan hasil penjualan keramik domes-tik. Pada akhirnya, pendapatan yang di-terima pengrajin keramik domestik punberkurang.

Salah satu sektor yang mendapatkanprioritas dalam implementasi integrasi eko-nomi di ASEAN adalah sektor UMKM.Menurut Sriningsih (2011), implementasiACFTA dapat mengurangi daya saing

Page 3: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 369

produk dari sektor UMKM di Indonesia.Selama ini, tercatat hanya 15% pelaku usahaUMKM yang memiliki daya saing tinggi dikawasan ASEAN, sedangkan UMKM yanglain memiliki daya saing yang rendah. Apa-bila dikaitkan dengan keberadaan China dipasar regional ASEAN, maka daya saingpelaku usaha UMKM terhadap produk-produk yang dipasarkan hanya sekitar 7%yang mampu bersaing dengan produk dariChina.

Dalam struktur perekonomian daerahdi Kota Malang, kontribusi sektor UMKMini cukup besar terhadap PDRB daerah.Salah satu bidang usaha di sektor UMKM diKota Malang adalah kerajinan keramik.Produk ini dapat dijumpai pada kluster-kluster usaha yang ada seperti di daerahDinoyo dan Merjosari Kota Malang. Dikawasan tersebut banyak tersebar beranekaragam disain dan produk yang berbasiskeramik yang memiliki segmen pasar baikdi lokal Malang, nasional dan bahkaninternasional, namun demikian, implemen-tasi ACFTA membawa dampak tersendiribagi keberadaan UMKM keramik khusus-nya bagi peningkatan daya saing dankinerja industri keramik di Kota Malang.

Sampai saat ini, belum ada publikasitentang peran struktur pasar dalam imple-mentasi ACFTA dan dampaknya terhadapdaya saing dan kinerja UMKM khususnyaproduk keramik Indonesia. Publikasi yangditemukan terkait dengan dampak perdaga-ngan bebas ASEAN umumnya bersifat ma-kro seperti yang telah dilakukan olehMadani (2001), Mutakin dan Salam (2008),Park (2007), Gumilang et al. (2011), dan Geiband Pfaff (2012). Penelitian yang lebihspesifik tentang UMKM dilakukan olehRahutami dan Kekalih (2011) bertujuanuntuk mengetahui kondisi UMKM JawaTengah, apakah akan memperkuat kondisiekonomi internal ataukah mencari peluangekspor karena neraca perdagangan JawaTengah negatif atau defisit terhadap China.Penelitian tentang UMKM juga dilakukanoleh Ferrianta et al. (2012) yang menyimpul-kan bahwa ACFTA memberikan dampak

negatif terhadap UMKM di Indonesiakhususnya komoditas jagung. Belum adapublikasi hasil-hasil penelitian yang meng-analisis produk keramik secara khusus,terutama yang berkaitan dengan strukturpasar, daya saing dan kinerjanya. Artikel inimerupakan upaya untuk mengisi kesenja-ngan tersebut.

Berdasarkan uraian yang telah di-kemukakan, maka masalah penelitian da-lam artikel ini dapat dirumuskan sebagaiberikut: Apakah struktur pasar dan dayasaing berperan secara signifikan dalammeningkatkan kinerja UMKM kerajinankeramik di Kota Malang?. Dengan demi-kian, tujuan penelitian ini adalah meng-analisis peran struktur pasar dan daya saingdalam meningkatkan kinerja UMKM keraji-nan keramik di Kota Malang.

TINJAUAN TEORETISStruktur pasar adalah berbagai aspek

yang dapat mempengaruhi tingkah lakudan kinerja perusahaan di pasar komoditiyang dihasilkan perusahaan yang ber-sangkutan, seperti jumlah perusahaan, skalaproduksi, dan jenis produksi. Unsur-unsurstruktur pasar meliputi konsentrasi, diferen-siasi produk, ukuran perusahaan, hambatanmasuk, dan integrasi vertikal serta diversifi-kasi. Berbagai struktur pasar yang terbentukmemiliki kelemahan dan kekuatan masing-masing.

Struktur pasar ditentukan oleh jumlahpenjual dan pembeli, produk yang bersifathomogen atau tidak, dan ada kebebasanbagi pembeli dan penjual untuk masuk ataukeluar pasar (Ambastha dan Momaya,2012). Berdasarkan faktor-faktor tersebut,struktur pasar secara umum dikelompok-kan ke dalam pasar persaingan sempurna,pasar persaingan monopolistik, oligopoli,dan pasar monopoli. Struktur pasar per-saingan sempurna (struktur pasar yangpaling ideal karena struktur pasar ini akandapat menjamin berlangsungnya aktivitasproduksi dengan tingkat efisiensi yangtinggi) terjadi apabila (a) ada penjual danpembeli dengan jumlah yang sangat banyak

Page 4: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

370 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

sehingga masing-masing pembeli dan pen-jual secara sendiri–sendiri tidak mampumempengaruhi harga pasar, (b) produkyang dihasilkan setiap perusahaan bersifathomogen menurut pandangan konsumen,(c) pembeli dan penjual memiliki informasiyang sempurna (perfect knowledge) tentangsituasi pasar, (d) harga ditentukan olehmekanisme pasar (kekuatan permintaandan penawaran) dan (e) setiap perusahaan(penjual) bebas masuk-keluar pasar (freeentry and exit). Struktur pasar termasuk kedalam persaingan monopolistik apabila me-miliki ciri (a) terdapat penjual dan pembelidengan jumlah yang agak banyak sehinggamasing-masing penjual mempunyai pe-ngaruh atas harga meskipun tidak besar, (b)penjual bebas masuk-keluar pasar, (c) pro-duk yang diperjual-belikan adalah produkyang terdiferensiasi yang sengaja dibedakanmenurut merk, bentuk, ukuran, warnameskipun mutunya sama, dan (d) merk me-megang peranan penting meskipun untukitu diperlukan tambahan biaya. Pada pasarini sering terjadi persaingan iklan danharga. Pasar oligopoli dicirikan oleh penjualyang jumlahnya hanya beberapa, sementarapembeli jumlahnya banyak. Karakteristikdari pasar ini adalah (a) masing-masingpenjual mempunyai pengaruh atas hargabarang yang dijual, (b) ada saling keter-gantungan antara perusahaan yang satudengan yang lainnya, (c) untuk menguasaiharga dan konsumen (pembeli), perusahaanmenggunakan merk dagang tertentu (diffe-rentiated product) dengan mutu dan rasayang sedikit berbeda, dan (d) oligopolis ber-sedia bekerja sama dengan pesaing melaluikebijakan harga dan output untuk mem-peroleh laba maksimum (membentuk kar-tel). Pasar monopoli adalah pasar denganhanya satu penjual sehingga bebas me-nentukan harga (price maker), sedangkanjumlah pembelinya banyak sehingga me-nerima harga yang ditentukan monopolis(price taker). Faktor-faktor yang menyebab-kan terbentuknya pasar monopoli adalahteknologi tinggi yang dikuasai oleh per-usahaan (penjual), proses produksi me-

merlukan modal yang tinggi, peraturan pe-merintah (undang-undang) yang memberi-kan lisensi kepada perusahaan tertentu un-tuk bertindak sebagai satu-satunya produ-sen, produk yang dihasilkan perusahaansangat spesifik.

Perdagangan bebas antara ASEAN danChina melalui ACFTA akan cenderungmembentuk struktur pasar persaingan sem-purna produk keramik karena jumlahpenjual dan pembeli akan bertambah ba-nyak, serta bebas masuk dan keluar pasar.Dalam struktur pasar ini, produsen adalahprice taker (Ambastha dan Momaya, 2012),karena jumlah penjual demikian banyaksehingga satu penjual tidak memiliki ke-kuatan untuk mempengaruhi harga yangterjadi di pasar. Dengan kata lain yang lebihsederhana, produsen tidak memiliki kekuat-an untuk menentukan harga. Peluang bagiprodusen keramik untuk menentukan hargaadalah apabila mampu menghasilkan pro-duk yang berbeda (diferensiasi produk).Ciri khas produk keramik akan menjadisalah satu kekuatan bagi pengrajin keramikuntuk dapat menentukan harga jual produkmereka.

ACFTA sebagai salah satu bentuk inte-grasi ekonomi merupakan bagian dariupaya suatu negara untuk meningkatkankesejahteraan (Moberg, 2015) dengan caramembebaskan perdagangan dari segalabentuk proteksi dan restriksi, dengan men-ciptakan area perdagangan bebas (free tradearea). Park et al. (2008) mendefinisikan inte-grasi ekonomi sebagai berikut ini …econo-mic integration as the discriminatory removal ofall trade impediments between at least twoparticipating countries and the establishment ofcertain element of co-ordination and co-opera-tion between them.. Dengan demikian dapatdisimpulkan bahwa integrasi ekonomi me-ngandung implikasi penghapusan berbagairestriksi dalam perdagangan antar negaradan digantikan dengan adanya koordinasidan kerjasama ekonomi yang saling meng-untungkan. Integrasi ekonomi menunjuk-kan gabungan sekelompok negara yangmemiliki kedekatan geografis untuk mem-

Page 5: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 371

bangun suatu trade union dengan tujuanmencapai manfaat ekonomi di antaranegara-negara anggota dan membatasi pene-trasi negara lain dalam sebuah free trade zone(Leong, 2013). Upaya ini juga dimaksudkanuntuk mencapai pertumbuhan ekonomi me-lalui penciptaan perluasan pasar, internali-sasi increasing return to scale dalam produksidan konsumsi, dan meningkatkan standarhidup masyarakat sekaligus mengurangitingkat disparitas di antara sesama negaraanggota (Wang, 2013). Manfaat dari pem-bentukan integrasi ekonomi akan semakinbesar manakala terdapat keunggulan kompa-ratif yang hampir sama, negara anggotamemiliki small market size, dan pengenaantarif terhadap negara bukan anggota adalahrendah (Rizwanulhassan dan Shafiqurreh-man, 2015). Secara teoritis terdapat berbagaibentuk/kriteria dari integrasi ekonomi.Chia (2011) memberikan klasifikasi menge-nai tingkatan dari integrasi ekonomi men-jadi 5 tingkatan, yakni: (i) free trade area; (ii)costom union; (iii) common market; (iv) econo-mic union; (v) total economic integration. Freetrade area ditandai oleh adanya perdaganganbebas tanpa adanya hambatan tarif diantara negara anggota tetapi masing-masingnegara anggota masih dibolehkan mengena-kan tarif untuk negara bukan anggota.Custom union menerapkan pengurangantarif impor dari sesama negara anggota danmenerapkan hambatan perdagangan yangsama terhadap negara bukan anggota me-lalui kebijakan Common External Tariff(CET). Common market merupakan perluas-an dari custom union dengan adanya tambahan pergerakan bebas atas faktor produksi(barang, modal, tenaga kerja dan jasa) diantara sesama negara anggota.

Di sisi lain, Economic union terwujudmelalui perjanjian kerjasama ekonomi yangmelibatkan harmonisasi kebijakan ekonominasional dan kebijakan fiskal. Konsep inte-grasi ekonomi yang lain yaitu political unionadalah bentuk integrasi yang melibatkanharmonisasi politik secara lengkap di antarasesama negara anggota, yakni dengan mem-bentuk jurisdiksi politik tunggal di suatu

kawasan integrasi ekonomi. MenurutEndoh (2012), tahapan (i) hingga (iii) me-rupakan bentuk dari shallow integration dantahapan (iv) hingga (v) merupakan bentukdari deep integration.

Salah satu dampak penting dalam pro-ses integrasi ekonomi adalah adanya tradecreation dan trade diversion. Menurut Viner(Vanhnalat et al., 2015), trade creation dantrade diversion tersebut merupakan bentukkesejahteraan yang muncul sebagai dampakdari adanya integrasi ekonomi yang terjadidalam perekonomian. Trade creation dapatdiartikan sebagai pergeseran dalam produkyang dihasilkan dari produsen domestikyang memiliki sumber daya yang berbiayatinggi ke produsen negara-negara anggotakerjasama yang memiliki sumber daya yangberbiaya lebih rendah. Bentuk kesejahteraanyang lainnya, trade diversion dapat di-definisikan sebagai pergeseran dalam pro-duk yang dihasilkan dari produsen bukananggota kerjasama ekonomi yang memilikisumber daya berbiaya rendah ke negaraanggota yang memiliki sumber daya ber-biaya lebih tinggi. Adanya trade creation dantrade diversion tersebut menunjukkan bahwamanfaat integrasi ekonomi bagi setiapnegara di suatu kawasan perdagangan akanberbeda-beda (Kimberly, 2010). Perbedaandalam derajat integrasi ekonomi tersebutmembawa konsekuensi pada mekanismedan pola integrasi ekonomi yang berbeda-beda antar negara, sehingga manfaat yangdirasakan juga akan berbeda-beda antarnegara. Menurut Amiti dan Konings (2007),aspek pasar, faktor produksi dan aspekkebijakan ekonomi merupakan tiga hal pen-ting yang dapat menentukan derajat inte-grasi ekonomi antara beberapa negaradalam suatu kawasan.

Menurut Rizwanulhassan dan Shafiqur-rehman (2015), manfaat trade creation akansemakin besar manakala negara-negarayang terlibat di dalamnya memiliki tingkatpersaingan yang tinggi dalam memenangipersaingan pasar domestic, namun, manfa-at trade creation yang besar hanya akan ter-jadi pada sektor industri yang menghasil-

Page 6: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

372 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

kan produk manufaktur yang kompetitif dipasar (David et al., 2011). Untuk dapat me-menangkan persaingan, sebuah perusahaanharus mampu merealisasikan kapabilitasdan potensinya dalam operasi sehari-hari(Cetindamar dan Kilitcioglu (2013). Reali-sasi tersebut harus diarahkan kepada empatfaktor: biaya, kualitas, waktu, dan fleksibi-litas agar dapat memenangkan persaingan(Cho et al., 2008). Empat hal prioritas inijuga dapat berlaku pada kerajinan keramik,misalnya biaya produksi yang murah ber-dampak pada harga jual produk Cina yanglebih murah. Ini merupakan keunggulankompetitif bagi keramik yang dihasilkanCina. Pengrajin keramik di Kota Malangakan menikmati manfaat trade creationyang besar, jika pengrajin keramik KotaMalang dapat menghasilkan keramik de-ngan biaya yang lebih murah atau menjualkeramik dengan harga yang lebih murahdibanding keramik Cina.

Daya saing dapat diartikan pada ting-kat makro maupun mikro. Pada tingkatmakro, daya saing sebagaimana dikemuka-kan oleh Schwab (2012) bahwa ‘competitive-ness as the set of institutions, policies, andfactors that detemine the level of productivity ofa country’. Sementara dalam skala mikro,Black and Porter (2000:213), menyatakanbahwa Competitive advantage is the ability of afirm to wim consistently over the long term is acompetitive situation. Konsep keunggulankompetitif telah digunakan oleh banyakpeneliti dengan indikator-indikator yangbervariasi. Ambastha dan Momaya (2012)menyatakan bahwa keunggulan kompetitifsebuah perusahaan adalah cara di manaperusahaan menciptakan nilai bagi pelang-gannya. Hal ini dapat dilakukan melaluipenciptaan keunggulan terhadap pesaingdalam berbagai dimensi. Cetindamar danKilitcioglu (2013) mengemukakan bahwaada dua dimensi keunggulan kompetitif,yakni biaya rendah dan diferensiasi.

METODE PENELITIANKota Malang dipilih sebagai lokasi

penelitian karena terdapat sentra produsen

keramik. Keramik Kota Malang telah ter-kenal sejak lama dan telah diperdagangkanke luar daerah Malang. Berbagai macamproduk keramik telah dihasilkan oleh pro-dusen terutama keramik hias yang sangatindah.

Penelitian ini termasuk ke dalam kate-gori penelitian kuantitatif ditinjau dariaspek metode analisisnya, dan, termasukpenelitian eksplanatori bila dilihat daritujuannya. Penelitian eksplanatori adalahpenelitian yang membangun hubungankausal antar variabel dengan penekananpada penjelasan hubungan antar variabel(Saunders et al., 2009). Penelitian ini bertuju-an menjelaskan hubungan kausal antarastruktur pasar dengan daya saing dankinerja UMKM keramik di Kota Malang.Hubungan kausal tersebut dapat bersifatlangsung atau tidak langsung seperti yangdijelaskan berikut ini. Struktur pasar kera-mik yang terbentuk sebagai akibat dariimplementasi ACFTA menjadi penentutingkat daya saing dan kinerja UMKMkeramik, atau kinerja UMKM keramik me-rupakan akibat langsung dari struktur pasaratau tidak langsung melalui daya saing.

Populasi penelitian ini adalah seluruhUMKM (pengrajin) keramik yang berope-rasi di Kota Malang, baik yang terdaftarmaupun yang tidak terdaftar di kantorpemerintah. Daftar pengrajin keramik ber-skala kecil dan menengah diperoleh diDinas Koperasi dan UMKM Kota Malang,tetapi usaha mikro keramik tidak terdaftardi Dinas Koperasi dan UMKM Kota Malangsehingga data tentang usaha keramik skalaini dikumpulkan dari paguyuban pengrajinkeramik di Kelurahan Dinoyo dan Merjo-sari. Dua kelurahan ini merupakan pusatproduksi keramik di Kota Malang. Ber-dasarkan data yang diperoleh, jumlah UM-KM pengrajin keramik adalah 30 unit usaha,oleh karena jumlahnya terbatas, maka se-luruh pengrajin keramik yang ada dijadikansebagai responden penelitian. Dengan demi-kian, penelitian ini menggunakan metodesensus terhadap UMKM pengrajin keramikdi pusat produksi keramik di Kota Malang.

Page 7: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 373

Instrumen yang digunakan dalampengumpulan data adalah kuesioner yangberisi pernyataan dari indikator-indikatorvariabel yang diteliti serta identitas respon-den dan identitas usaha. Data dikumpulkanmelalui wawancara terstruktur dengan parapengrajin keramik berdasarkan pertanyaandan pernyataan yang telah tersusun padakuesioner. Berdasarkan kedudukannya didalam model struktural, maka variabel pe-nelitian ini dapat dikelompokkan sebagaiberikut: (a) variabel eksogen–independen,yaitu struktur pasar (X), (b) variabel endo-gen–intervening, yaitu daya saing (Z), dan(c) variabel endogen–dependen, yaitu ki-nerja UMKM kerajinan keramik (Y).

Struktur Pasar (X) yang dimaksud da-lam penelitian ini adalah pendapat pe-ngrajin keramik di Kota Malang tentangjumlah pelaku usaha yang menghasilkandan menjual produk keramik serta jumlahproduk keramik yang dijual di Kota Ma-lang, termasuk di dalamnya pengadaanbahan baku. Indikator yang digunakan me-liputi: (a) jumlah penghasil keramik diMalang (X11), (b) jumlah penghasil keramikdi Indonesia dan negara-negara ASEANlainnya (X12), jumlah produk keramik yangdijual di ASEAN (X13), jumlah produk kera-mik yang dijual di Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN (X14), dan kemudah-an pengadaan bahan baku (X15) .

Daya Saing (Z) yang dimaksud dalampenelitian ini adalah pendapat pengrajinkeramik tentang tingkat persaingan yangterjadi dalam memperebutkan pasar kera-mik yang ada. Indikator yang digunakanadalah (a) biaya produksi keramik di KotaMalang (Z1), (b) kualitas produk keramikMalang (Z2), dan (c) pemanfaatan teknologidalam proses produksi keramik Malang(Z3).

Kinerja UMKM kerajinan keramik (Y)yang dimaksud adalah tingkat pencapaiankeberhasilan finansial usaha keramik da-lam memenuhi kebutuhan keluarga. Indi-kator yang digunakan adalah (a) hasil usahakeramik membuat pengrajin lebih mampumembiayai pendidikan sekolah anak (Y1);

(b) hasil usaha keramik membuat pengrajinmampu membiayai kesehatan keluarga (Y2);dan (c) hasil usaha keramik membuat pe-ngrajin mampu memenuhi kebutuhan hi-dup yang layak, selain pendidikan anak dankesehatan (Y3).

Indikator dari semua variabel peneliti-an ini diukur dengan lima skala Likert:Sangat tidak setuju (1), tidak setuju (2),tidak tahu (3), setuju (4), dan sangat tidaksetuju (5). Data yang sudah terkumpul danditabulasi, selanjutnya dianalisis denganmodel Generalized Structured ComponentAnalysis (GeSCA). Model ini digunakan se-bagai alat analisis data karena termasukmodel struktural yang bersifat tidak re-kursif sekaligus membedakan pengukuranyang bersifat reflektif atau formatif (Huangdan Takane, 2015) dan dapat digunakanuntuk sampel yang berukuran kecil (Tenen-haus, 2008). Kerangka proses berpikir yangdapat dijadikan acuan dalam pemecahanmasalah, secara sistematis disajikan diGambar 1.

ANALISIS DAN PEMBAHASANGambaran Obyek Penelitian

Gambaran umum UMKM keramikdapat dilihat dari lamanya beroperasi atautahun berdiri, jumlah tenaga kerja, besarnyamodal usaha, dan daerah pemasaran. Duadi antara usaha responden keramik telahberoperasi lebih dari 50 tahun, didirikantahun 1962 dan saat ini dikelola olehturunan kedua. Sebagian besar usaha (20unit usaha atau 60,61%) berdiri setelah 1997.Berkembangnya usaha keramik setelah 1997mengindikasikan bahwa setelah krisis eko-nomi, usaha-usaha kecil yang berbasissumber daya lokal seperti keramik menarikminat banyak anggota masyarakat KotaMalang untuk dijadikan sebagai sumberpendapatan. Jumlah tenaga kerja yang di-gunakan dalam usaha keramik di KotaMalang dengan jelas menunjukkan bahwasebagian besar responden (79%) termasukke dalam kategori usaha rumah tanggayang memiliki tenaga kerja antara 1 sampai5 orang.

Page 8: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

374 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Keterangan:

= Variabel Laten= Indikator= Pengaruh= Direfleksikan

Gambar 1Rerangka Konseptual Penelitian

Sementara sisanya, 12,12% UMKM keramikmemiliki tenaga kerja antara 6–10 orang danhanya 9% UMKM keramik yang mempe-kerjakan antara 11–15 orang. Industri ke-ramik Kota Malang berdasarkan pengguna-an tenaga kerjanya dikategorikan sebagaiusaha rumah tangga karena memiliki modalusaha yang sangat kecil. Proporsi terbesarusaha keramik memiliki modal usaha anta-ra 15–25 juta rupiah. Secara keseluruhan,sekitar 81% responden usaha keramik me-miliki modal usaha kurang dari atau samadengan 100 juta rupiah. Kecilnya modalusaha menjadi salah satu penghambat UM-KM keramik untuk melakukan inovasi gunameningkatkan daya saingnya.

Sejalan dengan skala dan modal usahayang relatif kecil, maka daerah pemasaranusaha keramik juga relatif terbatas. JumlahUMKM keramik yang memasarkan produk-nya di Malang dan Jawa Timur hampirsama dengan jumlah UMKM keramik yang

memasarkan produknya di seluruh Indo-nesia. Hanya 1 responden atau 3% UMKMkeramik saja yang memasarkan produknyake luar negeri atau ekspor. Artinya, usahakeramik di Kota Malang lebih berorientasipada pasar lokal daripada pasar internasi-onal. Dalam kaitan dengan daya saing,UMKM keramik Kota Malang seharusnyamampu menguasai pasar lokal sehinggakonsumen tidak perlu membeli produkkeramik dari negara lain, utamanya Tiong-kok yang produk keramiknya sangatkompetitif melalui harga jual yang lebihmurah dibanding keramik domestik.

Deskripsi VariabelTiga variabel yang dianalisis dalam

penelitian ini adalah struktur pasar, dayasaing, dan kinerja UMKM kerajinan kera-mik. Hasil analisis deskripsi variabel me-nunjukkan bahwa nilai rata-rata pendapatresponden tentang struktur pasar adalah

StrukturPasar (X)

DayaSaing (Z)

KinerjaUMKM (Y)

X3

X4

X5

Z1 Z2

Y2

2

1

3

Z3

Y3

X1

X2 Y1

Page 9: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 375

3,3, yang artinya pengrajin keramik (lebihmendekati) tidak tahu tentang strukturpasar keramik di Kota Malang. Dengan per-kataan lain, pengrajin keramik tidak me-ngetahui jumlah penghasil keramik danjumlah penjualan produk keramik di KotaMalang, di Indonesia dan negara-negaraASEAN lainnya, serta kemudahan pengada-an bahan baku.

Sementara nilai rata-rata pendapatresponden tentang daya saing adalah 3,6,yang artinya pengrajin keramik (lebih men-dekati) setuju terhadap pernyataan yangberkenaan dengan indikator daya saing.Artinya, responden setuju bahwa UMKMkeramik di Kota Malang memiliki dayasaing karena: (a) biaya produksi keramik diMalang lebih murah dibanding di tempatlain, (b) kualitas produk keramik di Malanglebih bagus dibanding keramik dari daerahlain termasuk Tiongkok, dan (c) prosesproduksi dan pemasaran keramik di Ma-lang sudah menggunakan teknologi baruseperti mesin, komputer, dan internet.

Pada akhirnya, nilai rata-rata pendapatresponden tentang kinerja adalah 4,2, arti-nya pengrajin keramik setuju bahwa UM-KM kerajinan keramik memiliki kinerjayang baik. Hasil analisis deskriptif ini me-nunjukkan bahwa: (a) hasil usaha keramikmembuat pengrajin lebih mampu mem-biayai sekolah anak, (b) hasil usaha keramikmembuat pengrajin lebih mampu mem-biayai kesehatan keluarga, dan (c) hasilusaha keramik membuat pengrajin lebihmampu memenuhi kebutuhan hidup layak,selain pendidikan anak dan kesehatankeluarga.

Tabel 1 memuat hasil analisis tiga varia-bel yang diteliti beserta indikator-indi-katornya. Variabel struktur pasar. Sebagianbesar responden menyatakan tidak setujubahwa jumlah penghasil keramik di Malangbanyak. Responden menilai penghasil kera-mik di Kota Malang tidak banyak karenapernah terjadi penurunan jumlah pengrajinkeramik di Kota Malang pada akhir tahun2014 sebagai akibat adanya kenaikan hargaelpiji.

Menurut Ketua Paguyuban PengrajinKeramik Dinoyo, ada 10 pengrajin keramikDinoyo yang beralih menjadi pengrajin gipsakibat kenaikan harga bahan bakar ini.Elpiji sangat penting bagi pengrajin keramikkarena digunakan sebagai bahan bakardalam proses produksi keramik, khususnyapada saat membakar keramik. Sebagai ilus-trasi, perubahan biaya pembelian elpijiuntuk proses produksi keramik karenakenaikan harga elpiji akan dirinci berikutini. Setiap proses pembakaran keramikmemerlukan 6 tabung elpiji ukuran 12 kilo-gram. Dalam satu bulan, pembakaran di-lakukan sebanyak 8 kali. Sebelum meng-alami kenaikan, harga elpiji ukuran 12 kilo-gram adalah Rp 119.000 per tabung, sehing-ga biaya yang dikeluarkan untuk pembelianelpiji adalah Rp 5.712.000 per bulan. Setelahterjadi kenaikan elpiji 12 kilogram menjadiRp 136.000 per tabung, maka biaya yangdikeluarkan untuk pembelian elpiji naikmenjadi Rp 6.528.000 per bulan. Hal inimenyebabkan beberapa usaha keramik ber-skala kecil tidak mampu lagi mempertahan-kan usahanya, sehingga harus beralih keusaha lain. Sebagian besar responden jugatidak mengetahui berapa jumlah produkkeramik dan penghasil keramik di Indo-nesia dan negara-negara lainnya di ASEAN.Sebaliknya, sebagian besar reponden setujubahwa jumlah produk keramik yang dijualdi Malang banyak dan mudah untuk mem-peroleh bahan baku keramik.

Variabel daya saing. Sebagian besarresponden setuju bahwa biaya produksikeramik di Kota Malang lebih murah dankualitas produk yang dihasilkan juga lebihbaik dibanding keramik yang dihasilkan ditempat lain. Bahkan responden juga sangatsetuju bahwa proses produksi dan pemasar-an sudah menggunakan teknologi yanglebih tinggi seperti mesin dan internet. Inimengindikasikan bahwa pengrajin meng-ikuti perkembangan teknologi dalam prosesproduksi keramik.

Variabel kinerja. Responden umum-nya berpendapat bahwa kinerja UMKMkeramik tergolong baik.

Page 10: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

376 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Tabel 1Deskripsi Variabel Struktur Pasar, Daya Saing, dan Kinerja UMKM

Kerajinan Keramik

Variabel dan indikator

Pendapat Responden (%)Sangattidaksetuju

Tidaksetuju

Tidaktahu

Setuju Sangatsetuju

Jumlah

Struktur pasar1. Jumlah penghasil keramik di

Malang banyak3,3 56,7 30,0 10,0 0 100,0

2. Jumlah penghasil keramik diIndonesia dan negara-negara laindi ASEAN banyak

0 6,7 63,3 30,0 0 100,0

3. Jumlah produk keramik yangdijual di Malang banyak

0 6,7 20,0 73,0 0 100,0

4. Jumlah produk keramik yangdijual di Indonesia dan negara-negara lain di ASEAN banyak

0 3,3 50,0 40,0 6,7 100,0

5. Pengadaan bahan baku untukproduksi keramik mudah

3,3 6,7 20,0 56,7 13,3 100,0

Daya Saing1. Biaya produksi keramik di Malang

lebih murah dibanding di tempatlain

6,7 23,3 23,3 46,7 0 100,0

2. Kualitas produk keramik diMalang lebih bagus dibandingkeramik dari daerah lain termasukTiongkok

3,3 26,7 13,3 36,7 20,0 100,0

3. Proses produksi dan pemasarankeramik di Malang sudahmenggunakan teknologi baruseperti mesin, komputer, daninternet

3,3 6,7 10,0 26,7 53,3 100,0

Kinerja1. Hasil usaha keramik membuat

pengrajin lebih mampu membiayaisekolah anak

3,3 0 10,0 43,3 43,3 100,0

2. Hasil usaha keramik membuatpengrajin lebih mampu membiayaikesehatan keluarga

3,3 3,3 13,3 56,7 33,3 100,0

3. Hasil usaha keramik membuatpengrajin lebih mampu memenuhikebutuhan hidup layak, selainpendidikan anak dan kesehatankeluarga

3,3 3,3 6,7 33,3 53,3 100,0

Sumber: Data primer, diolah.

Page 11: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 377

Usaha kerajinan keramik, menurut se-bagian besar responden, memberikan hasilyang baik sehingga mampu membiayai se-kolah anak, membiayai perawatan kesehat-an (bila diperlukan), dan untuk mewujud-kan kehidupan yang layak. Kinerja ini dapatdicapai karena adanya sentra produksi ke-ramik yang diberi nama “Kampung Ke-ramik”. Sentra keramik ini terletak di Ke-lurahan Dinoyo dan difasilitasi pemerintahKota Malang sebagai kampung wisata ke-rajinan keramik. Kebijakan ini berdampakpada banyaknya wisatawan yang mengun-jungi sentra keramik Kota Malang, terutamawisatawan domestik dari berbagai daerahdi Indonesia. Akibat selanjutnya, volumepenjualan keramik juga meningkat. Anekaproduk keramik dijual di tempat ini, mulai

dari peralatan dapur seperti mug, gelas,cangkir, piring kecil, dan poci, maupun ber-bagai perlengkapan terapi seperti cawankecil dan tempat untuk menampung air.Selain itu, produk keramik lainnya yangdijual oleh UMKM di wilayah ini adalahkeramik untuk hiasan rumah seperti vasbunga, asbak, guci, tempat tisu, dan ber-bagai macam hiasan.

Hasil AnalisisHasil analisis statistik menunjukkan

bahwa semua indikator yang digunakanadalah valid, kecuali jumlah penghasil ke-ramik di Kota Malang sebagai indikatorstruktur pasar dinyatakan tidak valid (Tabel2).

Tabel 2Loading, Average Variance Extracted (AVE), dan Reliabilitas Variabel

Variabel dan Indikator Loading AVE Reliabilitas

Struktur Pasar (X) 0,347 0,4951. Jumlah penghasil keramik di Malang banyak (X1) 0.4052. Jumlah penghasil keramik di Indonesia dan negara-negara

lain di ASEAN banyak (X2) 0.517

3. Jumlah produk keramik yang dijual di Malang banyak (X3) 0.6084. Jumlah produk keramik yang dijual di Indonesia dan negara-

negara lain di ASEAN banyak (X4) 0.746

5. Pengadaan bahan baku untuk produksi keramik mudah (X5) 0.617Daya Saing (Z) 0,605 0,6891. Biaya produksi keramik di Malang lebih murah dibandingkan

di tempat lain (Z1)0.788

2. Kualitas produk keramik di Malang lebih bagus dibandingkankeramik dari daerah lain termasuk dari Cina (Z2) 0.721

3. Proses produksi dan pemasaran keramik di Malang sudahmenggunakan teknologi baru, seperti mesin, komputer daninternet (Z3)

0.822

Kinerja (Y) 0,845 0,9081. Hasil usaha keramik membuat pengrajin lebih mampu

membiayai sekolah anak (Y1)0.882

2. Hasil usaha keramik membuat pengrajin mampu membiayaikesehatan keluarga (Y2) 0.973

3. Hasil usaha keramik membuat pengrajin mampu memenuhikebutuhan hidup yang layak, selain pendidikan anak dankesehatan (Y3)

0.900

Sumber: Hasil analisis GeSCA

Page 12: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

378 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

Convergent validity (loading) dinyatakantidak valid, namun parameter ini men-dekati 0,5 sehingga dapat dikatakan bersifatmarjinal. Semua variabel laten yang ditelitidapat dinyatakan valid berdasarkan padaangka Average Variance Extracted (AVE),walaupun nilai ini pada struktur lebih kecil,tetapi masih relatif mendekati 0,5. Secarakeseluruhan dapat dikatakan bahwa modelanalisis termasuk dalam kategori baikkarena internal konsistensi mendekati danlebih besar dari 0,5.

Model of fit structural cukup baik karenaFIT = 0,503, artinya variabel yang diguna-

kan dalam model, mampu menjelaskanfenomena yang diteliti sebesar 50,3%,sedangkan sisanya sebesar 49,7% dijelaskanoleh variabel lain di luar model analisis(Tabel 3). AFIT sebesar 0,462 atau 46,2%menunjukkan bahwa setelah memper-timbangkan jumlah sampel dan variabelbebas atau eksogen, model structural mam-pu menjelaskan variasi kinerja sebesar 46%.Model of fit overall tergolong baik karenaGoodness of Fit Index (GFI = 0,984) ≥ cut-off(0,90) dan Standardized Root Mean SquareResidual (SRMR = 0,079) ≤ cut-off (0,08).

Tabel 3Overall Fit Model

Kriteria Cut-off Hasil dari Model Keterangan

FIT Makin besar makinbaik

0.503 Cukup baikAFIT 0.462 Cukup baikGFI ≤ 0,08 0.988 BaikSRMR ≥ 0,90 0.079 Baik

Sumber: Hasil analisis GeSCA

Hasil analisis model struktural yang meng-gunakan perangkat lunak GeSCA untuk

menjawab tujuan penelitian disajikan padaGambar 2.

Gambar 2Hasil analisis model struktural

Keterangan: : Critical Ratio (CR) signifikan pada α = 5%

Hasil analisis statistik menunjukkanbahwa daya saing berpengaruh signifikanterhadap kinerja UMKM keramik (Tabel 4).Koefisien jalur bertanda positif, artinya

daya saing dan kinerja memiliki hubungansearah. Makin kuat daya saing maka kinerjaUMKM keramik makin tinggi, dengananggapan faktor lain konstan.

StrukturPasar (X)

Daya Saing(Z)

KinerjaUMKM (Y)

0,600

0,566

0,284

(1,0)

0,73

2,22*

Page 13: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 379

Tabel 4Hasil Analisis Model Struktural

No. Hubungan antar variabel Koefisienjalur

CR Kesimpulan

1 Struktur Pasar (X1) Daya saing (Z) 0,600 1,00 Tidaksignifikan

2 Struktur pasar (Y1) Kinerja UMKM (Y) 0,284 0,73 Tidaksignifikan

3 Daya Saing (Z) Kinerja UMKM (Y) 0,566 2,22* Signifikan

Sumber: diringkas dari hasil analisis GeSCA

PembahasanStruktur pasar keramik terbukti tidak

signifikan mempengaruhi kinerja UMKMkerajinan keramik di Kota Malang. Keter-bukaan pasar internasional di tingkat ASE-AN melalui implementasi ACFTA yangdikhawatirkan menimbulkan lonjakan jum-lah keramik asal Tiongkok yang akan ber-edar di pasar keramik Indonesia, termasukdi Kota Malang, sehingga akan membawadampak negatif terhadap UMKM keramik,ternyata tidak terbukti. Hal ini disebabkanantara lain, produk keramik asal Tiongkokyang dijual dengan harga lebih murahdibanding keramik domestik, tidak masukke pasar keramik di Kota Malang. Ada indi-kasi bahwa Kota Malang bukan merupakanpasar tujuan produk keramik asal Tiongkok.Salah satu penyebabnya adalah produkkeramik Malang memiliki karakteristik sen-diri sehingga mampu bersaing dengankeramik asal Tiongkok (Jawa Pos, 2015).Hasil penelitian ini sejalan dengan hasilpenelitian Tambunan (2011) bahwa tidakada indikasi kuat yang menyatakan bahwaliberalisasi perdagangan dunia memilikidampak negatif terhadap kinerja sektorUMKM di Indonesia. Berkurangnya jumlahprodusen keramik di Kota Malang jugatidak signifikan, hanya sekitar 10 produsenyang beralih menjadi pengrajin gips. De-ngan demikian, jumlah pengrajin keramikyang beroperasi di Kota Malang masihrelatif banyak. Temuan ini berbeda denganhasil kajian Mutakin dan Salam (2008) yang

menemukan bahwa biaya produksi dalampasar domestik mengalami kenaikan seiringdengan adanya pemberlakuan ACFTA. Pe-ningkatan biaya produksi pada usaha ke-ramik bukan disebabkan oleh implementasiACFTA, melainkan oleh terjadinya kenaik-an harga elpiji ukuran 12 kg di dalam negeripada akhir tahun 2014, dari Rp 119.000 pertabung menjadi Rp 136.000 per tabung.Akibatnya, biaya pembelian elpiji untukproses pembakaran keramik naik dari Rp5.712.000 menjadi Rp 6.528.000 per bulan.

Meningkatnya biaya produksi keramikdi Indonesia bisa menimbulkan trade creati-on dalam kerangka ACFTA, dan akan meng-untungkan negara ASEAN lain utamanyaTiongkok yang mampu menghasilkan ke-ramik dengan biaya lebih rendah (Aslam,2012). Apabila Indonesia tidak mampumenghasilkan keramik dengan biaya yangbersaing dengan negara lain, ACFTA akanmemberikan manfaat yang lebih besar ke-pada negara lain, terutama Tiongkok (Gibdan Pfaf, 2012). Manfaat trade creation akansemakin besar manakala negara-negarayang terlibat di dalamnya memiliki tingkatpersaingan yang tinggi dalam memenangipersaingan pasar domestik (Francois danWignaraja, 2008; Rizwanulhassan danShafiqurrehman, 2015).

Produk impor asal Tiongkok saat inibenar-benar telah memasuki pasar dalamnegeri dengan jumlah yang sangat besar.Menurut Asosiasi Industri Aneka KeramikIndonesia (Asaki), impor produk keramik

Page 14: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

380 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

asal Tiongkok yang terdaftar tahun lalu(2011) hanya mencapai 6,6 juta meter kubik(m3), namun produk keramik Tiongkokyang beredar di pasar Indonesia pada tahun2012 telah mencapai lebih dari 12 juta m3

atau hampir dua kali lipat dari yang tercatat(Kementerian Perindustrian, 2015). Data se-lanjutnya menunjukkan bahwa impor kera-mik dari Tiongkok selama tahun 2007-2010tercatat telah mencapai nilai rata-rata se-besar US$ 174,6 juta, tetapi pada tahun 2012impor produk ini meningkat tajam menjadiUS$ 278 juta. Indonesia adalah negara peng-impor produk Tiongkok terbesar ketiga diASEAN setelah Singapura dan Malaysia,tetapi pertumbuhan impor Singapura danMalaysia pada tahun 2013 menurun semen-tara nilai impor Indonesia meningkat(Hasan et al., 2014).

Meningkatknya produk impor dariTiongkok telah diprediksi oleh berbagaipihak terutama karena harga jual produkTiongkok umumnya lebih murah dibading-kan produk sejenis di dalam negeri. Efnita(2012) mengidentifikasi produk-produk dariTingkok yang membanjiri pasar Indonesia,diantaranya produk keramik, barang jadikulit, tas, dompet, alas kaki, sepatu casual,kulit, kaca mata, alat musik, mainan anak-anak, alat olah raga, alat tulis, besi dan baja,spare part, alat angkut, glokasia dan alkoho-loid nabati, senyawa organik, antibiotik,kaca, produk-produk pertanian, beras, gula,jagung, produk industri tekstil, dan produkotomotif. Data perdagangan antara Indo-nesia dan ASEAN-China sejak tahun 2005menunjukkan, netto perdagangan ekspor-impor antara Indonesia dan Tiongkok mulaimencatat defisit untuk Indonesia. Bahkan,khusus untuk tahun 2010, defisit perdaga-ngan antara Indonesia dan Tiongkok meng-alami kenaikan 37% per tahun (BPS, 2010).Defisit perdagangan Indonesia bisa semakinbesar mengingat terdapat tiga tahap pe-nurunan tarif perdagangan bebas dalamkerjasama ASEAN yang penerapannya ber-beda-beda seperti disajikan pada Tabel 5.

Dalam ACFTA disepakati bahwa libera-lisasi penuh dilaksanakan pada tahun 2010

bagi ASEAN-6 (Brunai Darussalam, Fili-pina, Indonesia, Malaysia, Thailand, danSingapura) dan China, serta tahun 2015untuk Kamboja, Laos, Myanmar, dan Viet-nam (CLMV). Dengan demikian, sampaidengan tahun 2018 barulah perdaganganbebas ASEAN-China berlaku penuh untuksemua negara anggota ASEAN. Jika di-cermati dalam Tabel 5, produk keramiktermasuk di dalam kelompok yang sangatsensitif sehingga tarif bea masuk maksimal50% pada tahun 2015. Pemerintah Indonesiamasih mempunyai kesempatan untuk me-lindungi produk keramik dalam negerimelalui penetapan tarif bea masuk terhadapproduk keramik dari China atau darisesama negara anggota ASEAN lainnya.

Dalam peta jalan (roadmap) industrikeramik tahun 2009, Pemerintah Indonesiatelah menetapkan beberapa rencana aksitermasuk penetapan tarif bea masuk kera-mik. Sejak awal Januari 2005 Pemerintahtelah ditetapkan kenaikan tarif bea masukkeramik yaitu 30% untuk tableware, 20%untuk ubin dan saniter (China 18%, Malay-sia 30%, Filipina 15%, Thailand 30%, Viet-nam 45%, Kamboja 7%, Laos 5%). Khususuntuk keramik tableware masih dikenakantambahan bea masuk safeguard selama 3(tiga) tahun yaitu tahun 2006 sebesar Rp.1.600/kg, tahun 2007 sebesar Rp.1.400/kgdan tahun 2008 sebesar Rp.1.200/kg (Depar-temen Perindustrian, 2009).

Sebaliknya, Departemen Perindustrian(2009) mengidentifikasi bahwa ekspor pro-duk keramik Indonesia sering dikenai nontarif barrier seperti di Filipina dikenakansafeguard measure untuk keramik tile, diMeksiko dikenakan dumping untuk keramiktableware. Tidak efektifnya pengenaan tarifbea masuk keramik tersebut terutama di-sebabkan oleh meningkatnya impor kera-mik secara ilegal ke Indonesia. Meningkat-nya jumlah produk keramik yang beredar diIndonesia sebesar 40 juta meter persegi,menurut Ketua Asaki adalah ilegal (Tempo,2011).

Keramik-keramik tersebut diduga ma-suk ke Indonesia secara ilegal karena harga-

Page 15: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 381

Tabel 5Tiga Tahap Penurunan Tarif dalam Kerangka Kerjasama ACFTA

Early HarvestProgram (EHP)

Normal Tract (NT) Sensitive Tract (ST)

1. Produk-produk dibawah kategori EHPmencakup chapter01-08: binatang hi-dup, ikan, dairy pro-ducts, tumbuhan, sa-yuran, dan buah-buahan

2. Kesepakatan bilate-ral (produk spesifik)antara lain kopi,minyak kelapa CPO,coklat, barang darikaret, dan perabotan

3. Penurunan tarif di-mulai 1 Januari 2004secara bertahap danakan menjadi 0%pada 1 Januari 2006.

1. Treshold: 40% dengan 0-5% pada tahun 2005; 100%dengan 0% pada tahun 2010; (tarif beberapa produk dantidak lebih dari 150macam tarif akandihapuskan pada2012

2. Jumlah NT II Indo-nesia adalah se-besar 263 pos tarif(HS 6 digit)

3. Dasar hukum NTuntuk tahun 2009sampai dengan2012 telah ditetap-kan oleh Kemen-terian Keuangan

1. Sensitive List (SL)a) Tahun 2012, penurunan/peng-

hapusan tarif bea masuk menjadimaksimal 20%

b) Tahun 2018, penurunan/peng-hapusan tarif bea msuk menjadi0-5%

c) 304 produk (HS 6 digit antaralain: 1) barang jadi kulit: tas,dompet; 2) alas kaki: sepatu sport,casual, kulit; 3) kacamata; 4) alatmusik: tiup, petik, gesek; 5)mainan: boneka; 6) alat olah raga;7) alat tulis; 8) besi dan baja; 9)spare part; 10) alat angkut; 11)glokasida dan alkaloid nabati; 12)senyawa organik; 13) antibiotic;14) kaca; 15) barang-barangplastik

2. Highly Sensitive List (HSL)a) Tahun 2015, penurunan/peng-

hapuran tarif bea masuk menjadimaksimal 50%

b) Produk HSL berjumlah 47 pro-duk (HS 6 digit), yang antara lainterdiri dari produk pertanianseperti beras, gula, jagung, dankedelai; produk industri tekstildan produk tekstil; produk oto-motif, dan produk keramiktableware.

Sumber: Dikompilasi dari Kementerian Perindustrian RI (2012) serta Wahyudi dan Budiono (2014).

harganya terlalu murah, yaitu Rp 65 ribuper meter persegi. Harga ini di bawah hargakeramik poles produksi lokal yang men-capai Rp 100 ribu per meter persegi. Ideal-nya setelah dikenai berbagai biaya danpajak, harga keramik Tiongkok palingmurah Rp 85 ribu per meter persegi. Pajakyang seharusnya dikenakan terhadap pro-duk keramik impor di antaranya PajakPertambahan Nilai sebesar 10 persen, Pajak

Penghasilan sebesar 2,5 persen, dan beamasuk sebesar 20 persen.

Timbulnya praktik impor keramik se-cara ilegal selain didorong oleh harga kera-mik luar negeri (China) yang lebih murahjuga disebabkan fungsi atau penggunaanproduk keramik cukup luas sehingga pasarnya juga besar. Industri keramik meliputiindustri bahan baku, industri bahan pe-nolong, dan industri bahan setengah jadiserta produk keramik seperti tile, saniter,

Page 16: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

382 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

dan tableware dan alat laboratorium yangmeliputi KBLI (Klasifikasi Baku LapanganUsaha Indonesia) 26.201 sampai dengan26209 atau HS (Hamonize System) 6.901 sam-pai dengan 6914 (Departemen Perindustri-

an, 2009). Produk keramik dapat dibagi ke-dalam tiga kelompok, yaitu ubin/tile, sani-ter, dan tableware dengan rincian produk-nya seperti pada Tabel 6.

Tabel 6Pengelompokan Produk Keramik

No. Uraian1. Keramik ubin/tile:

Ubin lantai, ubin perapian atau ubin dinding

2. Keramik Saniter:Bak cuci, wastafel, alas baskom cuci, bak mandi, bidet, bejana kloset, tangki airpembilasan, tempat kencing, dan perlengkapan saniter semacam itu darikeramik, dari porselen atau tanah lempung China

3. Keramik tableware:Perangkat makan, perangkat dapur, perlengkapan rumah tangga lainnya

Sumber: Departemen Perindustrian (2009).

Departemen Perindustrian (2009) meng-identifikasi dua faktor penting yang mempengaruhi produksi keramik di Indonesia.Pertama, bahan baku/penolong sebagianbesar masih diimpor khususnya dari Chinaseperti feldspar, clay, pigmen, dan chinastone. Sebenarnya deposit feldspar ada diBanjarnegara, Pengaribuan, Lampung, Tu-lung Agung dan Lodoyo, Clay di Lampungdan Monterado (Kalimantan Barat), kaolindi Bangka dan Belitung, pasir kuarsa diPacitan, namun sampai saat ini belum di-kelola secara manufaktur. Kedua, bahanbakar yang digunakan adalah gas bumiyang diperoleh dari PT PGN dengan pem-bayaran menggunakan mata uang US$,sedangkan penjualan didalam negeri meng-gunakan mata uang rupiah, oleh sebab ituindustri keramik sering mengalami kerugi-an akibat perubahan kurs. Akibatnya,kinerja dan daya saing keramik Indonesiamasih kalah bersaing dengan produk sejenisdari negara-negara produsen utama yaituChina, Italy, Spanyol, Turki, dan Brazil.

Struktur pasar juga tidak berpengaruhsignifikan terhadap daya saing produkkeramik di Kota Malang. Struktur pasaryang tercipta dengan adanya integrasi pasar

melalui ACFTA seharusnya adalah pasarpersaingan sempurna, namun, strukturpasar kerajinan keramik yang terbentuk diKota Malang adalah pasar persaingan tidaksempurna karena sebagian besar pengrajinkeramik (70%) menyatakan bahwa jumlahpenghasil keramik di Malang relatif sedikitdan sebagian besar (63%) juga tidak me-ngetahui tentang jumlah penghasil keramikdi Indonesia dan negara-negara lain diASEAN.

Dalam upaya meningkatkan daya saingproduk keramik, penghasil keramik se-harusnya meningkatkan pengetahuan ter-kait pasar keramik dengan memanfaatkanteknologi informasi. Penggunaan dan asimi-lasi teknologi informasi dan komunikasioleh UKM adalah sangat penting untukmeningkatkan daya saing (Ongori danMigiro (2009) Selain itu, penggunaan tekno-logi informasi dan komunikasi dalam UKMakan meningkatkan akses ke pasar inter-nasional. Penelitian Guzman et al. (2015)menemukan bahwa UKM yang mengadopsiteknologi informasi memiliki potensi yangbesar untuk meningkatkan daya saing UKMdan akhirnya meningkatkan pertumbuhanekonomi. Bahkan untuk bisa bertahan

Page 17: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 383

dalam pasar yang sangat kompetitif, UKMharus menggunakan teknologi informasidengan lebih efisien daripada usaha besar.Alyahya dan Suhaimi (2013) menyarankanbahwa teknologi informasi menjadi bagiandari model strategi bisnis UKM. Kendalayang seringkali dihadapi oleh UKM adalahketerbatasan kapabilitas sumber dayamanusia, oleh karena itu, untuk mencapaikeunggulan bersaing yang berkelanjutan,pengusaha UKM harus memperoleh tingkatkompetensi teknologi informasi dankomunikasi tertentu melalui pendidikanatau pengalaman dalam teknologi informasidan komunikasi (Ong dan Ismail, 2008).

Struktur pasar juga terbukti tidak ber-pengaruh signifikan terhadap kinerja UM-KM kerajinan keramik Kota Malang. Hasilanalisis secara keseluruhan menemukanbahwa peningkatan kinerja UMKM keramikdi Kota Malang dipengaruhi secara signi-fikan oleh daya saing, bukan oleh strukturpasar dan integrasi ekonomi melaluiACFTA. Struktur pasar produk kerajinankeramik yang terbentuk di Kota Malangadalah pasar persaingan tidak sempurnaterutama karena para pengrajin tidak me-miliki informasi yang memadai tentangjumlah produk keramik yang dijual di pasarnasional maupun internasional. Pengetahu-an informasi ini akan menentukan perilakupengrajin dalam proses produksi dan pe-masaran sehingga bisa lebih efektif danefisien. Selain itu, struktur pasar persaingantidak sempurna didukung oleh adanyaindikasi kuat bahwa produk kerajinan kera-mik sangat bervariasi sehingga tidak homo-gen menurut konsumen. Variasi produkmenjadi basis pengrajin untuk dapat me-nentukan harga, tetapi belum dimanfaatkansecara optimal oleh pengrajin.

Daya saing terbukti berpengaruh signi-fikan terhadap kinerja UMKM keramik diKota Malang. Daya saing UMKM kerajinankeramik diukur dengan (1) biaya produksikeramik di Malang yang lebih murah di-bandingkan di tempat lain, (2) kualitas pro-duk keramik di Malang lebih baik dariproduk dari daerah lain, termasuk dari

China, dan (3) proses produksi dan pe-masaran sudah menggunakan terkologibaru. Indikator kualitas produk dan prosesproduksi berperan lebih besar daripadabiaya produksi dalam daya saing produkkeramik. Sebagian besar pengrajin keramik(56,7%) menyatakan bahwa kualitas produkkeramik di Kota Malang lebih bagus di-bandingkan daerah lain termasuk Cina dan80% pengrajin keramik menyatakan bahwaproses produksi dan pemasaran keramik diKota Malang sudah menggunakan tekno-logi baru yang tidak lagi konvensionalseperti mesin, komputer, dan internet.

Produk kerajinan keramik Kota Malangpada khususnya dan di Indonesia padaumumnya akan lebih memiliki daya saingapabila didukung oleh berbagai programatau kebijakan pemerintah, di antaranyaadalah penetapan Standar Nasional Indo-nesia (SNI) untuk produk keramik. Peme-rintah melalui Badan Standisasi Nasional(BSN) mulai tahun 2014 melakukan per-cepatan penerapan SNI wajib sebanyak 564produk, termasuk produk keramik, yangmerupakan salah satu faktor kunci penentudaya saing (Ahmedova, 2015). Percepatanpemberlakuan SNI wajib dimaksudkanuntuk menjadi pelindung bagi produsendomestik terhadap serbuan barang imporkarena perjanjian perdagangan bebas antaraIndonesia dan negara-negara lain, telah se-makin mempermudah barang-barang im-por untuk masuk ke Indonesia. Faktanya,tidak sedikit produk impor yang beredar diIndonesia adalah barang berkualitas rendahdengan harga yang lebih murah. Produkimpor dengan harga yang lebih murah ini,akan menjadi ancaman bagi produsen do-mestik sehingga memerlukan perlindungan.

Selain perlindungan dari pemerintahmelalui SNI, daya saing UMKM kerajinankeramik dapat dilakukan melalui berbagaiinovasi, termasuk inovasi produk secaraberkelanjutan. Upaya berinovasi diyakiniakan meningkatkan daya saing produkkeramik Indonesia, tidak hanya di pasardomestik, melainkan juga di pasar global,sebagaimana dialami oleh UKM di Malaysia

Page 18: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

384 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

dan Thailand (Wonglimpiyarat, 2011). Me-lalui motif atau desain yang menarik, misal-nya, keramik Indonesia pasti akan lebihdisukai konsumen meski harganya mung-kin lebih tinggi dibandingkan dengan kera-mik produk negara lain. Saat ini, beberapaperusahaan mengembangkan keramik ber-nuansa budaya, yakni keramik dengandesain batik yang merupakan sumberdayalokal yang berdaya saing tinggi (Sok danO’Class, 2011). Pengembangan inovasi pro-duk dan daya saing UKM dapat dilakukanmelalui kerjasama dengan perusahaan besaratau antar UKM (Sen dan Haq, 2011).

Integrasi ekonomi ASEAN melaluiACFTA tidak berpengarih signifikan ter-hadap kinerja kerajinan keramik di KotaMalang. Hal ini terutama disebabkan tidakberedarnya produk keramik asal Tiongkokdi Kota Malang. Pada saat ini, Kota Malangmungkin belum menjadi tujuan pasar pro-duk kerajinan keramik dari Tiongkok. Salahsatu kekuatan lainnya adalah adanya buktibahwa keramik asal Kota Malang memilikikarakteristik tertentu yang diakui palingtidak oleh masyarakat Eropa, yang dinilaiberbeda dengan keramik asal Tiongkok(Jawa Pos, 2015).

SIMPULAN DAN SARANSimpulan

Struktur pasar yang terbentuk melaluiintegrasi ekonomi ASEAN sebagai imple-mentasi ACFTA terbukti tidak signifikanperannya terhadap kinerja UMKM kerajin-an keramik di Kota Malang, baik secaralangsung maupun tidak langsung melaluidaya saing. Produk keramik asal Tiongkoktidak beredar di Kota Malang sehinggatidak mempengaruhi struktur pasar kera-mik di wilayah ini. Keunikan produk kera-mik Kota Malang menjadi salah satu alasanutama tidak beredarnya produk keramikasal Tiongkok di daerah ini. Hasil penelitianjuga menunjukkan bahwa daya saing bukansebagai mediasi antara struktur pasar dankinerja UMKM kerajinan keramik di KotaMalang. Kinerja UMKM keramik di KotaMalang secara signifikan ditentukan hanya

oleh daya saing. Temuan ini menekankanbahwa proses produksi untuk menghasil-kan produk berkualitas dengan biaya yangefisien menjadi penentu utama daya saingkeramik di Kota Malang.

SaranUntuk mempertahankan dan mening-

katkan daya saing produk keramik KotaMalang maupun Indonesia pada umumnya,sebaiknya pemerintah mempercepat pene-rapan SNI khususnya untuk produk kera-mik. Kebijakan ini penting untuk melindu-ngi produsen kecil keramik Indonesia me-lalui hambatan non-tarif, karena implemen-tasi ACFTA tidak memungkinkan bagi negara yang terlibat di dalamnya untuk me-nerapkan kebijakan tarif, termasuk Indo-nesia. Selain itu, pemerintah Indonesia per-lu mengintensifkan penyebarluasan infor-masi pasar bagi semua pelaku pasar kera-mik terkait dengan dampak ACFTA ter-hadap kinerja usaha. Pemerintah hendak-nya memfasilitasi penggunaan inovasi ber-kelanjutan dalam pengembangan produkkeramik.

Keterbatasan PenelitianPenelitian ini terbatas pada sentra

produksi keramik di Kota Malang sehinggahasil penelitian tidak dapat digeneralisasiuntuk UMKM keramik-keramik secara luas.Penelitian di pusat-pusat produksi keramikdi daerah lain di Indonesia akan memberi-kan informasi yang lebih lengkap tentangbagaimana daya saing dan kinerja UMKMkeramik nasional.

Daya saing berperan penting dalammeningkatkan kinerja UMKM keramik diKota Malang. Daya saing dalam penelitianini dilihat dari biaya produksi, kualitas pro-duk, dan proses produksi yang mengguna-kan teknologi. Ketiga indikator ini diukurdengan persepsi pengrajin keramik sehing-ga tidak mampu mengungkapkan prosesproduksi yang dapat menghasilkan produkdengan kualitas dan biaya produksi ter-tentu. Informasi ini akan lebih mampu di-

Page 19: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 385

ungkapkan melalui penelitian dengan pen-dekatan kualitatif.

DAFTAR PUSTAKAAhmedova, S. 2015. Factors for Increasing

the Competitiveness of Small andMedium-Sized Enterprises (SMEs) inBulgaria. Procedia - Social and BehavioralSciences 195: 1104–1112.

Alyahya, M. dan M. A. Suhaimi. 2013. AConceptual Model for Business andInformation Technology StrategicAlignment from the Perspective ofSmall and Medium Enterprises. Inter-naional Journal of Business, Humanitiesand Technology 3(7): 83-90.

Ambastha, A. dan Momaya, K. 2012.Competitiveness of Firms: Review ofTheory, Frameworks, and Models.Singapore Management Review 26(1): 45-61.

Amitim, M. dan J. Konings. 2007. TradeLiberalization, Intermediate Inputs, andProductivity: Evidence from Indonesia.The American Economic Review 97(5):1611-1638.

Aslam, M. 2012. The Impact of ASEAN-China Free Trade Area Agreement onASEAN’s Manufacturing Industry.International Journal of China Studies 3(1):43-78.

Black, J. Stewart dan Lyman W. Porter. 2000.“Management: Meeting New Challenges.”New Jersey: Prentice-Hall Inc.

BPS (Badan Pusat Statistik). 2010. Per-kembangan Ekspor dan Impor Indo-nesia Oktober 2010. Berita Resmi Sta-tistik. No. 74/12/Th. XIII, 1 Desember2010.

Cetindamar, D. dan H. Kilitcioglu. 2013.Measuring the Competitiveness of aFirm for an Award System. Competi-tiveness Review: An International BusinessJournal 22(1): 7-22.

Chia, S. Y. 2011. Association of SoutheastAsian Nations Economic Integration:Development and Challenges. AsianEconomic Policy Forum 6(1): 43-63.

Cho, Y. J., C. S. Leem, dan K. T. Shin. 2008.The Relationships among Manufactur-ing Innovation, Competitiveness, andBusiness Performance in the Manu-facturing Industries of Korea. Inter-national Journal of Advance Manufactur-ing Technology 38: 840–850.

Departemen Perindustrian. 2009. RoadmapIndustri Keramik. Direktorat Jenderalindustry Agro dan Kimia, DepartemenPerindustrian. Jakarta.

David, S. J., M. Christopher., dan N. Dennis.2011. Trade Booms, Trade Bust, andTrade Costs. Journal of International Eco-nomics 83(2): 185-201.

Efnita, Y. 2012. Pengaruh ASEAN ChinaFree Trade Area (ACFTA) TerhadapaPertumbuhan Ekonomi di Indonesia.Jurnal Ekonomi, Manajemen dan Akun-tansi 19(2): 85-101

Endoh, M. 2012. Trade Creation and TradeDiversion on the EEC, the LAFTA andthe CMEA: 1960-1994. Applied Economics31(2): 207:216.

Fancois, J. dan G. Wignaraja. 2008. Econo-mic Implications of Asian Integration.Global Economy Journal 8(3): 1-46.

Ferrianta, Y., N. Hanani, B. Setiawan, danW. Muhaimin. 2012. Impact of TradeLiberalization ASEAN-China FreeTrade Area (ACFTA) on the Perfor-mance of Indonesia Maize Economy.Journal of Basic and Applied ScientificResearch 2(7): 6801-6809.

Geib, P. and L. Pfaff. 2012. China: TradeAgreements and Relationships withSouhteast Asian Nations. Journal ofManagement Policy and Practice 13(2): 56–65.

Gumilang, H., K. Mukhopadhyay, dan P. J.Thomassin. 2011. Economic and Envi-ronmental Impacts of Trade Liberali-zation: The Case of Indonesia. EconomicModelling 28: 1030-1041.

Guzman, G. M., G. C. L. Torres, M. C. M.Serna, dan S.M. Garcia. 2015. Infor-mation Technology and Competitive-ness: the Mexico’s SMEs Context.Proceedings of the International Sympo-

Page 20: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

386 Ekuitas: Jurnal Ekonomi dan Keuangan – Volume 20, Nomor 3, September 2016 : 367 – 387

sium on Emerging Trends in Social ScienceResearch, Chennai-India, 3-5 April 2015paper ID: CF523.

Hasan, M. M., J. H. Cheng, dan L. Xuan.2014. CAFTA: China-ASEAN FreeTrade Aream Implication on Trade andDevelopment. Journal of Economics andSustainable Development 5(15): 48-55.

Huang, H. dan Y. Takane. 2015. GeneralizedStructured Component Analysis: AComponent-Based Approach to StructuralEquation Modeling. CRC Press. NewYork.

Kimberly, A. 2010. Trade Creation andTrade Diversion in the Canada-UnitedStates Free Trade Agreement. CanadianJournal of Economics 34(3): 678-696.

Kementrian Perindustrian. 2015. “InovasiProduk untuk Tingkatkan Daya Saing”.http://www.kemenperin.go.id/artikel/11411, diakses tanggal 14 Juli 2015.

Kementerian Perindustrian Republik Indo-nesia. 2012. Perkembangan KerjasamaASEAN di Sektor Industri (s.d. 2011).Direktorat Jenderal Kerjasama IndustriInternasional, Januari 2012.

Leong, C. K. 2013. Special Economic Zonesand Growth in the People’s Republic ofChina and India: An Empirical Investi-gation. International Economics andEconomic Policy 10(4): 549-567.

Madani, D. H. 2001. Regional Integrationand Industrial Growth among Deve-loping Countries: The Case of ThreeASEAN Members, Policy ResearchWorking Paper, No. 2697, World Bank,Oktober: 1-44

Malang Post. 2015. “Pemkot Malang Goesto Europe”. http://www.malang-post.com/kota-malang/102081-pemkot-malang-goes-to-europe. Diunduh, 22Juli 2015.

Moberg, L. 2015. The Political Economy ofSpecial Economic Zones. Journal of Insti-tutional Economics 11(1): 167-190.

Mutakin, F. dan A. R. Salam. 2008. DampakPenerapan ASEAN China Free TradeAgreement (AC-FTA) bagi Perdaga-

ngan Indonesia. Economic Review 218: 1-11.

Nurhajati dan A. Wahab. 2007. PerilakuWirausaha Industri Keramik BerskalaKecil untuk Meningkatkan Daya Saingdi Malang. Laporan Penelitian Funda-mental, dibiayai oleh DP2M, Dikti.

Ong, J. W. dan H. B. Ismail. 2008. Sustai-nable Competitive Advantage throughInformation Technology Competence:Resource-Based View on Small andMedium Enterprises. Communications ofthe IBIMA 1: 62-70.

Ongori, H. dan S. O. Migiro. 20090. Infor-mation and Communication Techno-logies Adoption in SMEs: LiteratureReview. Journal of Chinese Entrepreneur-ship 2(1): 93-104.

Park, J. H. 1995. New Regionalism andThird World Development, Journal ofDeveloping Societies XI(1): 21–35.

Park, D. 2007. The Prospects of the ASEAN-China Free Trade Area (ACFTA): AQualitative Overview. Journal of the AsiaPacific Economy 12(4): 485-503.

Patunru, A. A. dan C. V. Luebke. 2010.Survey of Recent Developments. Bulle-tin of Indonesian Economic Studies 46(1):7-31.

Rahutami, A. I. dan W. Kekalih. 2011.Strengthening the Domestic Market orSearching Export Opportunities: ADilemma Resulted from the Impact ofACFTA on Small and Medium Enter-prises. China-USA Business Review 10(9):802–815.

Rodriguez, P. J., P. Carbonel, dan A. L.Rodriguez-Escudero. 2011. Speed orQuality? How the Order of MarketEntry Influences the Relationship Bet-ween Market Orientation and NewProduct Performance. International Jour-nal of Research in Marketing 28(20): 145-154.

Rizwanulhassan, M. dan Shafiqurrehman.2015. Economic Integration: An Analy-sis of Major SAARC Countries. SouthAsian Studies 30(1): 95-105.

Page 21: PERAN STRUKTUR PASAR DAN DAYA SAING DALAM …

Peran Struktur Pasar Dan Daya Saing ...– Hadiati 387

Saunders, M., P. Lewis dan A. Thornhill.2009. Research Methods for BusinessStudents. Fifth Edition. Prentice Hall.Harlow-England.

Scwhab, K. 2012. The Global Competitive-ness Report 2012-2103. World Econo-mic Forum. Retrived from www.weforum.org/gcr.

Sen, A. K. dan K. Haq. 2011. Product Inno-vation by Small and Medium-SizedFirms Through Outsourcing and Colla-boration. International Journal of Manage-ment and Marketing Research 4(1): 61-73

Sok, P. and A. O’Class. 2011. AchievingSuperior Innovation-Based Performan-ce Outcomes in SMEs through Inno-vation Resource-Capability Comple-mentarity. Industrial Marketing Manage-ment Journal 40: 1285-1293.

Sriningsih, E. 2011. ACFTA Impact OnSmall and Medium Industries in Indo-nesia, Presented in: One Day Internati-onal Seminar on “Exploring Cultureand Economic System of China”Guandong University Cina 14 Juli.

Tambunan, T. dan A. C. Chandra. 2014.Utilisation Rate of Free Trade Agree-ments (FTAs) by Local Micro, Small-and Medium-Sized Enterprises: A Storyof ASEAN. Journal of International Busi-ness and Economics 2(2): 133-163.

Tempo. 2011. “Impor Keramik Ilegal Mem-banjiri Pasar”. http://bisnis.tempo.co/read/news/2011/02/16/090313919/impor-keramik-ilegal-membanjiri-pasar.Diunduh, tanggal 22 Juli 2015.

Tenenhaus, M. 2008. Component-BasedStructural Equation Modeling. TotalQuality Management and Business Excel-lence 19: 871-886.

Vanhnalat, B., P. Kyouphilavong, A. Phon-visay, B. Songsourivong. 2015. Assee-ment the Effect of Free Trade Agree-ments on Exports of Lao PDR. Inter-national Journal of Economics andFinancial Issues 5(2): 365-376.

Wahyudi, E. dan Budiono. 2014. TheImpact of AC-Free Trade Area on thePerformance of Industrial Sectors inIndonesia. Journal of Economics, Business,and Accountancy Ventura 17(1): 1-12.

Wang, J. 2013. The Economic Impact ofSpecial Economic Zones: Evidence fromthe People’s Republic of China Muni-cipalities. Journal of Development Econo-mics 101: 133-147.

Wonglimpiyarat, J. 2011. Government Pro-grammes in Financing Innovations:Comparative Innovation System Casesof Malaysia and Thailand. Technology inSociety 33:156–164.