Upload
vindy-foniastuti
View
22
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Sains Teknologi dan Masyarakat
Citation preview
PERAN SAINS, TEKNOLOGI, DAN HUBUNGANNYA DENGAN BUDAYA DALAM
MEMBANGUN MASYARAKAT MODERN
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Sains, Teknologi dan Masyarakat
Yang dibina Bapak Kadim Masjkur, Ibu Metri Dian Insani dan Ibu Vita Ria Mustikasari
Oleh:
1. Ardiansyah F. Firdaus 120351402866
2. Gilda Ayu Ross P. 120351410912
3. Mymo Putriani 120351410910
4. Vindy Foniastuti 120351410906
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
PROGAM STUDI PENDIDIKAN IPA
Januari, 2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Perkembangan sains dan teknologi sangat cepat saat ini. Tujuan utama perkembangan
sains dan teknologi adalah perubahan kehidupan masa depan manusia yang lebih baik,
mudah, cepat dan aman. Dalam penerapannya, sains secara otomatis menghasilkan
teknologi dan teknologi mempengaruhi perkambangan sains, jadi sains dan teknologi
adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Paada hakikatnya, sains dipelajari untuk
mengembangkan dan memperkokoh eksistensi manusia di bumi. Teknologi diciptakan
unutk meringankan pekerjaan manusia. Akhirnya, perkembangan sains dan teknologi
dapat mempengaruhi budaya kehidupan manusia, seperti alat komunikasi yang
berkembang. Jika dulu menggunakan surat saat ini sudah ada handphone, ada televisi
yang memberitaukan informasi yang jauh lebih cepat.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi sains?
2. Apa definisi teknologi?
3. Bagaimana karakteristik sains dan teknologi?
4. Apa definisi budaya?
5. Apa maksud dari dinamika masyarakat?
6. Bagaimana dinamika masyarakat terhadap sains dan teknologi?
7. Bagaimana hubungan Sains, teknologi dan budaya?
1.3 Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui definisi sains.
2. Mahasiswa dapat mengetahui definisi teknologi.
3. Mahasiswa dapat mengetahui karakteristik sains dan teknologi.
4. Mahasiswa dapat mengetahui definisi budaya.
5. Mahasiswa dapat mengetahu maksud dari dinamika masyarakat.
6. Mahasiswa dapat mengetahui dinamika masyarakat terhadap sains dan teknologi.
7. Mahasiswa dapat mengetahui hubungan sains, teknologi dan budaya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Sains
Sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan
tentang pola-pola dan keteraturan maupun ketidakteraturan dari gejala yang diamati
dengan seksama. Sedangkan hakikat Sains dalam perspektif yang lebih luas, yaitu:
1. Sains sebagai kumpulan pengetahuan (body of knowledge)
Sains sebagaikumpulanpengetahuan mengacu pada kumpulan berbagai konsep
sains yang sangat luas. Sains dipertimbangkan sebagai akumulasi berbagai
pengetahuan yang telah ditemukan sejak zaman dahulu sampai penemuan
pengetahuan yang baru. Pengetahuan tersebut berupa fakta, konsep, teori, dan
generalisasi yang menjelaskan tentang alam.
2. Sains sebagai suatu proses
Sains sebagai suatu proses penelusuran umunnya merupakan suatu pandangan
yang menghubungkan gambaran sains yang berkaitan erat dengan kegiatan
laboratorium beserta perangkatnya. Sains dipandang sebagai sesuatu yang memiliki
disiplin yang ketat, objektif, dan suatu proses yang bebas nilai dari kegiatan
pengamatan, inferensi, hipotesis, dan percobaan dalam alam. Ilmuwan memberikan
berbagai gagasan yang melibatkan proses metode ilmiah dalam melakukan
kegiatannya.
3. Sains sebagai kumpulan nilai
Sains sebagai kumpulan nilai berhubungan erat dengan penekanan sains sebagai
proses. Bagaimanapun juga pandangan ini menekankan pada aspek nilai ilmiah
yang melekat dalam sains. Ini termasuk didalamnya nilai kejujuran, rasa ingin tahu,
dan keterbukaan akan berbagai fenomena yang baru sekalipun.
4. Sains sebagai suatu cara untuk mengenal dunia
Proses sains dipengaruhi oleh cara di mana orang memahami kehidupan dan
dunia di sekitarnya. Sains dipertimbangkan sebagai suatu cara dimana manusia
mengerti dan memberi makna pada dunia di sekeliling mereka.
”Science is a body of knowledge, formed by a process of continuous inquiry,
and encompassing the people who are enganged in the scientific enterprice”.
Berdasarkan pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains
ditempuh melalui berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang
berkontribusi dengan berbagai cara untuk membentuk sistem yang unik. Berdasarkan
pada definisi tersebut, karakteristik sains yang khas adalah sains ditempuh melalui
berbagai proses penyelidikan secara berkelanjutan, yang berkontribusi dengan berbagai
cara untuk membentuk sistem yang unik.
2.2 Definisi Teknologi
Penggunaan teknologi oleh manusia diawali dengan pengubahan sumber daya alam
menjadi alat-alat sederhana. Penemuan prasejarah tentang kemampuan
mengendalikan api telah menaikkan ketersediaan sumber-sumber pangan, sedangkan
penciptaan roda telah membantu manusia dalam beperjalanan dan mengendalikan lingkungan
mereka. Perkembangan teknologi terbaru, termasuk di antaranya mesin cetak, telepon,
dan Internet, telah memperkecil hambatan fisik terhadap komunikasi dan memungkinkan
manusia untuk berinteraksi secara bebas dalam skala global. Tetapi, tidak semua teknologi
digunakan untuk tujuan damai, pengembangan senjata penghancur yang semakin hebat telah
berlangsung sepanjang sejarah, dari pentungan sampai senjata nuklir.
Teknologi telah memengaruhi masyarakat dan sekelilingnya dalam banyak cara. Di
banyak kelompok masyarakat, teknologi telah membantu
memperbaiki ekonomi (termasuk ekonomi global masa kini) dan telah memungkinkan
bertambahnya kaum senggang. Banyak proses teknologi menghasilkan produk sampingan
yang tidak dikehendaki, yang disebut pencemar, dan menguras sumber daya alam, merugikan
dan merusak Bumi dan lingkungannya. Berbagai macam penerapan teknologi telah
memengaruhi nilai suatu masyarakat dan teknologi baru seringkali mencuatkan pertanyaan-
pertanyaan etika baru. Sebagai contoh, meluasnya gagasan tentang efisiensi dalam konteks
produktivitas manusia, suatu istilah yang pada awalnynya hanya menyangku permesinan,
contoh lainnya adalah tantangan norma-norma tradisional. Keadaan ini membahayakan
lingkungan dan mengucilkan manusia, penyokong paham-paham
seperti transhumanisme dan tekno-progresivisme memandang proses teknologi yang
berkelanjutan sebagai hal yang menguntungkan bagi masyarakat dan kondisi manusia. Tentu
saja, paling sedikit hingga saat ini, diyakini bahwa pengembangan teknologi hanya terbatas
bagi umat manusia, tetapi kajian-kajian ilmiah terbaru mengisyaratkan bahwa primata lainnya
dan komunitas lumba-lumba tertentu telah mengembangkan alat-alat sederhana dan belajar
untuk mewariskan pengetahuan mereka kepada keturunan mereka.
2.3 Karakteristik Sains dan Teknologi
Dalam dua abad setelah revolusi industri, terjadi perubahan pada kehidupan manusia
yang jauh lebih besar dan berdampak luas dari pada peradaban manusia sebelumnya. Derap
perubahan yang lebih cepat itu disebabkan oleh kemajuan umat manusia dicerminkan oleh
kemajuan teknologi yang bersandar pada sains.
Kemajuan dalam penguasaan sains meningkatkan kemajuan teknologi. Sebaliknya
taraf penguasaan teknologi yang maju akan meningkatkan penguasaan sains lebih lanjut.
Sains dan teknologi saling membutuhkan karena sains tanpa teknologi bagai pohon tak
berbuah, sedangkan teknologi tanpa sains bagaikan pohon tak berakar.
Ada dua pilar yang menopang sains yaitu observasi dan konseptualisasi. Sains
berhubungan dengan fakta dan bukan dengan pertimbangan nilai – nilai. Value judgements
tidak terletak dalam wewenang sains. Sifat sains adalah bebas nilai, obyektif dan netral. Lain
halnya dengan teknologi, sekalipun pada taraf netral, dalam situasi tertentu dapat tidak netral
lagi karena mengandung potensi merusak dan potensi kekuasaan. Hal ini sangat wajar karena
teknologi paling banyak diterapkan pada sistem produksi yang dipengaruhi oleh sistem
ekonomi, politik dan sosial budaya.
2.4 Definisi Budaya
Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak
dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang
bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi (Taylor) yang merumuskan definisi
tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah dalam bukunya : “Primitive Culture”, bahwa
kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta
kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat. (Ranjabar, 2006).
Definisi lain tentang budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat istiadat,
bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni. Budaya adalah suatu pola hidup
menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak, dan luas. Banyak aspek budaya turut
menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-budaya ini tersebar dan meliputi
banyak kegiatan sosial manusia.
2.5 Dinamika Masyarakat
Dalam kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan dinamika dalam ruang
lingkup sosial adalah gerak masyarakat secara terus-menerus yang menimbulkan perubahan
dalam tata hidup masyarakat yang bersangkutan. Jadi yang dimaksud dengan Dinamika
Masyarakat adalah proses-proses pergeseran kebudayaan masyarakat.
2.6 Dinamika Masyarakat terhadap Sains dan Teknologi
Penemuan dan pembaruan (invention and innovation) menyebabkan berkembangnya
peradaban manusia. Kemajuan teknologi telah meningkatkan manusia ke taraf peradaban
yang lebih tinggi. Selanjutnya peradaban yang lebih tinggi mendorong ditemukannya
teknologi yang lebih canggih. Bangsa yang maju teknologinya dan kuat basis sainsnya
mempunyai potensi berkembang dengan percepatan pembangunan yang lebih tinggi
dibandingkan yang masih tertinggal. Hal ini dapat dilihat dari gejala makin jauhnya negara
negara maju meninggalkan negara-negara berkembang.
Toffler (1980) dalam bukunya The Third Wave menyatakan ada tiga gelombang
peradaban manusia. Gelombang pertama (BC-1790) dinamakan masa peradaban pertanian,
yaitu masa dimana budi daya utama manusia adalah teknologi pertanian. Gelombang kedua
(1790-1970) dinamakan masa peradaban industri, dimana memuncaknya penghamburan
sumber daya alam dan manusia. Gelombang ketiga (1970-2000) adalah masa peradaban
informasi.
Sekarang ini peradaban modern sudah diidentikan dengan peradaban Barat. Ilmu
pengetahuan dan teknologi modern berasal dari Barat. Peradaban industrial dan informasi
(industrial and information civilization) sekarang ini adalah peradaban Barat. Negara-negara
Asia yang baru maju, bisa maju karena belajar serta mengadopsi sains dan teknologi yang
bersumber dari Barat.
Dari sejarah kita mengetahui bahwa sains dan teknologi yang sekarang disinonimkan
dengan peradaban Barat, tidak seluruhnya bersumber dari dunia Barat. Jauh sebelum sains
dan teknologi menancap dengan kuat di bumi Barat, bagian-bagian dunia lain seperti India
dan Cina telah sangat berkembang dengan sangat maju. Wujud kemajuan India dan Cina
tersebut sekarang dinamakan pengetahuan dan teknologi tradisional. Tetapi dalam
perkembangan selanjutnya, kemajuan yang gemilang tersebut seolah tiba-tiba berhenti. Dunia
Timur bagaikan air yang surut dan tak pernah naik lagi (Kartasasmita, 1996: 270).
Mokyr (1990) melihat fenomena itu dari berbagai segi tetapi argumentasinya yang
paling meyakinkan adalah pengaruh dari perkembangan perilaku yang mencerminkan
perkembangan kebudayaan suatu masyarakat. Dalam hal ini, Mokyr menempatkan hirarki
nilai (hierarchy of values) sebagai yang paling menentukan. Hirarki nilai tersebut
mencerminkan sistem prioritas suatu masyarakat. Bagaimana suatu masyarakat memberikan
suatu penghargaan (valuation) terhadap suatu fungsi atau kegiatan menentukan ke arah mana
upaya yang didahulukan dan penggunaan sumber daya yang diprioritaskan. Jenjang atau
relative prestige ini berbeda pada berbagai masyarakat. Rendahnya penghargaan yang
diberikan pada kegiatan ekonomi membawa akibat yang sangat tidak menguntungkan pada
perkembangan kemajuan teknologi dalam masyarakatnya.
Salah satu faktor penyebab perubahan sistem dalam masyarakat adalah dari institusi
yang amat penting dan besar pengaruhnya yaitu negara atau kekuasaan politik. Institusi
politik ini adalah juga wujud kebudayaan yang pada gilirannya sangat mempengaruhi wujud
dan perkembangannya. Contohnya adalah kemunduran Cina yang berbarengan dengan
tampilnya dinasti Ming yang bersifat sangat represif dan inward looking. Penyebab lain yang
bersifat menghambat penyaluran bakat dan energi ke arah yang kreatif adalah sifat
ketertutupan masyarakat serta pertentangan yang menyebabkan perpecahan. Yang amat
berpengaruh dalam pada perkembangan peradaban Barat adalah berkembangnya kreativitas
dan inovasi melalui perkembangan demokrasi. Perkembangan sains dan teknologi yang pesat
di dunia Barat berjalan bersamaan dengan perkembangan demokrasinya. Negara yang
akhirnya menjadi paling kuat ekonomi dan teknologinya yaitu Amerika Serikat, dilahirkan di
atas landasan demokrasi. Dari pengalaman sejarah ilmu pengetahuan dan teknologi bangsa-
bangsa di dunia dapat dilihat betapa eratnya kaitan antara demokrasi, kreativitas, dan
kemajuan ekonomi (Kartasasmita, 1996: 268-273).
Dalam satu dekade yang lalu telah berkembang teori yang disebut Atlas Teknologi
(technology atlas) yang menjelaskan bagaimana keberhasilan pemanfaatan suatu teknologi
ditentukan oleh empat komponen yang kait-mengkait, dimana ketidakhadiran salah satu
komponen saja akan menyebabkan sistem tidak dapat berfungsi dengan baik. Komponen-
komponen dari Atlas Teknologi tersebut adalah :
1. Technoware (object-embodied technology)
Berkaitan dengan wujud peralatan seperti peralatan manual, peralatan elektronik, mesin-
mesin, serta fasilitas lain yang terintegrasi.
2. Humanware (person-embodied technology)
Berkaitan dengan wujud kemampuan sumber daya manusia seperti kemampuan pemasangan,
pengoperasian, perbaikan, pemeliharaan, peningkatan, dan lain-lain.
3. Orgaware (institution-embodied technology)
Berkaitan dengan wujud organisasi seperti keterkaitan hubungan indivual, kolektif,
departemental, industrial, nasional, internasional, dan lain-lain.
4. Infoware (document-embodied technology)
Berkaitan dengan wujud informasi seperti spesifikasi, utilisasi, generalisasi, cara-cara
memperoleh data dan informasi, serta kegiatan lainnya yang berkaitan dengan upaya
menghasilkan suatu informasi yang akurat secara efektif dan efisien. Dari Atlas Teknologi
tersebut jelas terlihat bahwa unsur manusia sebagai pribadi maupun masyarakat sangat
berpengaruh bahkan mendominasi efektifitas teknologi secara umum. Transformasi
kebudayaan melalui teknologi adalah bagian dari proses modernisasi. Namun setiap upaya
mengembangkan teknologi, harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat tempat teknologi
itu berkembang. Konflik kebudayaan karena upaya pengenalan teknologi yang asing bagi
suatu masyarakat adalah suatu hal yang wajar karena teknologi itu sendiri adalah wujud dari
kebudayaan. Model-model dari masyarakat yang sekarang sudah maju tidak mungkin kita
contoh begitu saja. Koentjaraningrat (1974 : 32-36) menguraikan bahwa suatu bangsa yang
hendak mengintensifkan usaha pembangunan harus memiliki mentalitas pembangunan.
Mentalitas pembangunan tersebut haruslah dilandasi :
- Nilai budaya yang berorientasi ke depan, dan dengan demikian bersifat hemat untuk bisa
teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan.
- Nilai budaya yang berhasrat untuk mengeksplorasi lingkungan alam dan kekuatan-
kekuatan alam untuk mempertinggi kapasitas berinovasi.
- Nilai budaya yang menilai tinggi hasil dari suatu karya manusia (achievement orientation).
- Nilai budaya yang menilai tinggi usaha orang yang dapat mencapai hasil atas usahanya
sendiri, percaya kepada diri sendiri, disiplin, dan berani bertanggungjawab.
2.7 Hubungan antara Sains, Teknologi, dan Budaya
Sains dan teknologi telah menuntun manusia menuju peradaban yang lebih maju dan
merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan masyarakatnya. Pada era globalisasi
sekarang ini, penguasaan sains dan teknologi merupakan indikator signifikan dalam
percepatan pertumbuhan atau pembangunan suatu bangsa. Upaya mengejar ketertinggalan
sains dan teknologi bangsa-bangsa yang sedang membangun terhadap bangsa-bangsa yang
sudah maju bukanlah suatu hal yang mudah karena kondisinya sangat dipengaruhi oleh nilai-
nilai kebudayaan masyarakat setempat.
Ilmu adalah bagian dari pengetahuan yang dapat berupa sains. Untuk mendapatkan ilmu
diperlukan cara-cara tertentu yaitu memerlukan suatu metode dan mempergunakan sistem,
mempunyai obyek formal dan obyek material yang kemudian dapat ditunjang dengan adanya
teknologi. Pengetahuan adalah unsur dari kebudayaan, maka ilmu yang merupakan bagian
dari pengetahuan dengan sendiriya juga merupakan salah satu unsur kebudayaan. Selain ilmu
merupakan unsur dari kebudayaan, antara ilmu dan kebudayaan terdapat hubungan pengaruh
timbal-balik. Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan
perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan
kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung. Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat
berkembang dengan subur. Disini ilmu mempunyai peran ganda yakni mendukung
pengembangan kebudayaan dan mengisi pembentukan watak bangsa.
Berikut adalah penjelasan masing-masing hubungan antara sains, teknologi, dan ilmu :
Hubungan antara sains dan teknologi
Sains memegang peranan penting bagi negara-negara berkembang dalam proses
peningkatan standar hidup, kesejahteraan, dan melindungi sumber daya alam dan
keanekaragaman hayati. Negara-negara berkembang menghadapi berbagai tantangan jangka
pendek dan jangka panjang.
Sains dan teknologi memiliki kaitan struktur yang jelas. Sains dan teknologi merupakan
dua hal yang tak terpisahkan dalam peranannya untuk memenuhi kebutuhan insani. Sains
digunakan untuk mengetahui “apa” sedangkan teknologi mengetahui “bagaimana”. Sains
sebagai suatu badan pengetahuan sedangkan teknologi sebagai seni yang berhubungan
dengan proses produksi, berkaitan dalam suatu sistem yang saling berinteraksi. Teknologi
merupakan penerapan sains, sementara teknologi mengandung sains di dalamnya. Ilmu
pengetahuan mendorong teknologi, teknologi mendorong penelitian, penelitian yang
menghasilkan ilmu pengetahuan baru. Ilmu pengetahuan baru mendorong teknologi baru.
Hubungan antara sains dan budaya
Dalam unsur budaya terdapat adanya sistem pengetahuan, dimana sains dan teknologi
termasuk di dalamnya. Dengan demikian sains sendiri merupakan bagian dari budaya. Sains
dan budaya mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi. Pada satu pihak
perkembangan sains dalam satu masyarakat tergantung dari kondisi budaya masyarakat
tersebut, dan juga perkembangan sains akan mempengaruhi berkembangnya budaya
masyarakat. Sumbangan sains terhadap budaya adalah pada nilai yang terkandung dalam
ilmu, yakni tentang etika, estetika dan logika. Selain itu menurut Rene Dubos dalam bukunya
Reasong Awake : Science for man, ilmu turut membentuk profil budaya bukan saja lewat
aspek-aspek teknisnya, melainkan juga dengan jalan memberikan pandangan-pandangan baru
yang membuahkan sikap yang baru.
Sains dan budaya, keduanya memiliki kaitan erat dengan manusia, karena manusia inilah
yang membentuk budaya, merumuskan ilmu dan menciptakan teknologi, serta
mengembangkan kedua-duanya, karena manusia mempunyai akal dan bahasa. Jadi, antara
sains dan budaya keduanya memiliki keterkaitan. Budaya mempengaruhi ilmu dan ilmu
memepengaruhi budaya. Ilmu dan budaya semuanya dikembangkan manusia. Ilmu
dirumuskan manusia, budaya dibentuk manusia.
Hubungan antara teknologi dan budaya
Teknologi merupakan salah satu komponen kebudayaan. Teknologi menyangkut cara-cara
atau teknik memproduksi, memakai, serta memelihara segala peralatan dan perlengkapan.
Teknologi muncul dalam cara-cara manusia mengorganisasikan masyarakat, dalam cara-cara
mengekspresikan rasa keindahan, atau dalam memproduksi hasil-hasil kesenian. Dengan
semakin majunya perkembangan teknologi, maka hal tersebut akan berdampak pada
perubahan kebudayaan. Dampak tersebut diantaranya adalah perubahan sosial budaya
(sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat) dan
penetrasi kebudayaan (masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya).
Dalam kajian budaya, bidang sains, teknologi, dan kebudayaan tidak dipandang sebagai
sesuatu hal yang terpisah dan parsial tetapi ketiga bidang tersebut dilihat sebagai sebuah
relasi yang lebih luas, kompleks, melingkupi, dan memengaruhi satu sama lain. Dalam
pengertiannya yang paling luas, kebudayaan adalah sebuah struktur total di dalam
masyarakat, dengan subsistem yang membangunnya, yaitu ideologi, struktur sosial, tekno-
ekonomi, dan struktur psikis. Ada pandangan yang berbeda-beda tentang relasi di antara sub-
subsistem kebudayaan itu. Pandangan determinisme teknologi (technological determinism)
melihat perkembangan sains-teknologi merupakan ‘motor’ perubahan pada subsistem
budaya, bukan sebaliknya. Penemuan televisi, misalnya, mengubah cara orang
berkomunikasi, mencari informasi, dan memaknai dunia. Sebaliknya, pandangan determinasi
budaya (cultural determinism) adalah pandangan yang melihat perubahan pada tingkat sosial-
budaya menjadi fondasi perkembangan teknologi. Kebudayaan merangkai ide, gagasan,
imajinasi, nilai, dan makna. Sains dan teknologi merealisasikan semuanya ini melalui produk-
produknya. Dengan demikian, sains dan teknologi adalah ‘refleksi’ dari kebudayaan. Akan
tetapi, ada pandangan lain yang menengahi kedua pandangan di atas, yaitu pandangan
determinisme lunak (soft determinism), yang melihat teknologi tidak merefleksikan budaya
tetapi sebaliknya membentuk budaya, tidak hanya dipengaruhi tetapi sebaliknya
memengaruhi subsistem budaya, tidak hanya dibangun oleh nilai-nilai budaya tetapi
sebaliknya dapat mengubah nilai-nilai itu. Penemuan komputer, misalnya, di satu pihak,
dimungkinkan karena adanya kebutuhan kultural untuk dapat menghitung, mengolah, dan
mengomunikasikan data secara cepat dan massal. Akan tetapi, di pihak lain, penggunaan
komputer secara intens oleh masyarakat dapat mengubah perilaku, cara berpikir, dan
pandangan dunia manusia itu sendiri. Sains dan teknologi tidaklah sekadar kumpulan rumus
ilmiah, prinsip, konsep, alat, dan mesin-mesin, tetapi dibangun di atas sebuah fondasi budaya,
pandangan dunia, atau narasi kehidupan. Akan tetapi, di pihak lain, produk sains dan
teknologi dapat secara fundamental mengubah fondasi budaya, narasi kehidupan, dan
pandangan dunia itu sendiri.
Berbagai kendala sosio-ideologis dalam pengembangan sains dan teknologi dapat
digambarkan berikut ini :
1. Ketidakmampuan menciptakan imajinasi kultural (cultural imagination). Bangsa-bangsa
besar menjadi besar karena kemampuannya membangun imajinasi-imajinasi masa depan,
yang disertai kehendak, rencana, dan usaha sistematis untuk mencapainya.
2. Kecenderungan minimalisme kultural (cultural minimalism), yaitu keadaan diri dan anak
bangsa yang terjerat di dalam minimalisme perspektif, visi, dan motivasi.
3. Kecenderungan banalitas kebudayaan (banality of culture), yaitu perayaan berlebihan
penampakan luar dan ‘gaya hidup’ yang tidak substansial dan esensial (penampilan,
benda, popularitas, fame) yang melemahkan nilai-nilai pencapaian yang lebih substansial
(achievement) melalui inovasi sains dan teknologi. Rendahnya nilai pencapaian dan
prestasi merupakan cermin dari rendahnya kebutuhan prestasi (need of achievement atau
nAch). Hasrat popularitas menutupi kebutuhan prestasi. Budaya cenderung menghargai
segala yang menghibur atau memberikan provokasi. Modal intelektual cenderung
dijadikan sebagai cara untuk mencari popularitas dan keuntungan ekonomi. Sementara
itu, pereka cipta, inovator, atau inventor dipandang bernilai rendah daripada pencari
sensasi, fame, dan popularitas.
4. Kecenderungan irasionalitas budaya (cultural irrationality), berupa dominasi kekuatan
mistik, supranatural, dan mitos yang mempersempit ruang bagi pengembangan
rasionalitas sebagai fondasi sains dan teknologi. Dalam konteks pengembangan sains dan
teknologi, rasionalitas dipahami sebagai tindakan penciptaan untuk mencapai tujuan
tertentu dengan mengikuti langkah yang terkalkulasi sehingga dapat dihasilkan sebuah
produk teknologi yang efisien dan efektif. Dengan demikian, rasionalitas memerlukan
berbagai perangkat kalkulasi dan perhitungan (efisiensi, keefektifan, produktivitas) untuk
mencapai optimasi produk teknologi. Dalam berbagai aktivitas bertujuan (sosial,
ekonomi, politik), rasionalitas itu sering dikesampingkan dan diganti oleh kekuatan
irasional seperti petunjuk.
5. Kecenderungan budaya konsumtif (culture of consumtive) yang menghambat budaya
produktif (productive culture). Kebudayaan Indonesia masa kini ditandai oleh
kesenjangan antara budaya produksi dan budaya konsumsi. Budaya konsumtif dan gaya
hidup konsumtif cenderung lebih mendapatkan tempat dalam hati masyarakat,
dibandingkan dorongan untuk produksi. Dalam kaitannya dengan produk-produk
teknologi, masyarakat kita cenderung menjadi konsumen produk teknologi daripada
produsernya, menjadi user daripada creator. Misalnya, teknologi internet cenderung
digunakan di dalam masyarakat kita untuk kegiatan konsumtif (hiburan, permainan, dan
tontonan) daripada kegiatan produktif.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sains adalah kumpulan teori-teori yang telah diuji kebenarannya, menjelaskan
tentang pola-pola dan keteraturan maupun ketidakteraturan dari gejala yang diamati
dengan seksama. Teknologi adalah alat yang digunakan untuk mempermudah pekerjaan
manusia. Budaya adalah suatu pola hidup menyeluruh. Budaya bersifat kompleks, abstrak,
dan luas. Banyak aspek budaya turut menentukan perilaku komunikatif. Unsur-unsur sosio-
budaya ini tersebar dan meliputi banyak kegiatan sosial manusia. Dalam kajian budaya,
bidang sains, teknologi, dan kebudayaan dilihat sebagai sebuah relasi yang lebih luas,
kompleks, melingkupi, dan memengaruhi satu sama lain yang dapat membangun masyarakat
modern.
Daftar Pustaka
Toffler, Alvin. 1980. The Third Wave.New York: William Morrow & Company.
Kartasasmita, Ginanjar. 1996. Pembangunan untuk Rakyat :Memadukan Pertumbuhan dan
Pemerataan.Jakarta : CIDES
Koentjaraningrat. 1974. Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan. Jakarta : Gramedia
Mokyr, Joel. 1990. The Lever of Riches : Technological Creativity and Ekonomic Progress.
New York : Oxford University Press
Ranjabar, Jacobus. 2006. Sistem Sosial Budaya Indonesia: Suatu Pengantar. Bogor: Ghalia
Indonesia.