Upload
lamthuan
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang Pasar Jumat Karanganyar
\
P
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna
Mencapai Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jurusan Sosiologi
Oleh :
AYU SRI HARYATI
D0308024
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2013
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
PERSETUJUAN
Telah Disetujui Untuk Dipertahankan Di Hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Dosen Pembimbing
Dra. Suyatmi, M.S. NIP. 19520929 198003 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Pada Hari : Rabu
Tanggal : 2 Januari 2013
Panitia Penguji :
1. Drs. Jefta Leibo, S.U. (……………………) NIP.19501229 199003 1 003 Ketua
2. Dr. Bagus Haryono, M.Si (……………………)
NIP.19611210 198903 1 001 Sekretaris
3. Dra. Suyatmi, M.S. (……………………)
NIP.19520929 198003 2 001 Penguji
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
MOTTO
“Dengan impian hidup akan lebih berarti”
Jadikanlah Sabar dan Salat sebagai penolongmu.
Sesungguhnya yang demikian sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang
khusyuk (Q.S Al.Baqarah : 45)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah,
Puji syukur kehadirat Allah SWT
atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga Skripsi ini dapat penulis selesaikan
Penulis persembahkan skripsi ini untuk :
Ayah dan Ibu tercinta, terima kasih atas segalanya
Kakak-kakakku yang telah memberikan motivasi
Sahabat-sahabat Sosiologi 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
KATA PENGANTAR
AssalamualikumWr. Wb
Puji Syukur Kehadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan petunjuk,
bimbingan dan innayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tulisan yang
berjudul: Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang
Pasar Jumat Karanganyar.
Pasar Jumat merupakan pasar yang hanya ada pada hari Jumat saja dengan
menyediakan berbagai macam kebutuhan masyarakat. Di Pasar Jumat sendiri
terdapat banyak pedagang dengan variasi barang dagangan seperti kebutuhan
pokok dan lainnya. Pasar Jumat mampu memberikan dampak positif baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya. Dilihat dari aspek ekonomi Pasar Jumat
merupakan potensi yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
khususnya masyarakat yang berdagang di Pasar Jumat. Dari aspek sosial Pasar
Jumat dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan karena menjadi tempat
usaha bagi masyarakat. Dari aspek budaya Pasar Jumat dapat digunakan sebagai
sarana wisata belanja yang murah khususnya untuk kalangan menengah ke bawah.
Namun Pasar Jumat cenderung kondisinya semrawut, panas dan tidak rapi
sehingga memberikan atmosfer yang tidak nyaman dalam berbelanja. Kurangnya
promosi penjualan mengakibatkan Pasar Jumat hanya dikenal masyarakat sekitar
Kabupaten Karanganyar dan kurang dikenal masyarakat luas.
Melihat kondisi pasar yang cenderung semrawut dan kurang menarik bagi
masyarakat untuk berkunjung maka pemerintah melakukan program tendanisasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
Program tendanisasi dianggap penting oleh pemerintah karena memiliki tujuan
untuk keindahan dan ketertiban, menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata,
menciptakan kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja dan
memperlancar arus lalu lintas. Dengan adanya tenda diharapkan mampu membuat
kondisi Pasar Jumat lebih baik dan dijadikan media promosi terhadap masyarakat
umum baik masyarakat Kabupaten Karanganyar maupun masyarakat di luar
Kabupaten Karanganyar. Untuk itu saya ingin melihat peran program tendanisasi
dalam meningkatkan pendapatan pedagang.
Dalam laporan penelitian tentang peran program tendanisasi dalam
meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar ini terdiri dari
empat bagian. Di mana bagian yang pertama merupakan bagian pendahuluan
tentang latar belakang kenapa saya memilih untuk permasalahan peran program
tendanisasi. Tujuan dan manfaat dari penelitian juga ikut dicantumkan dalam
bagian pertama. Selain itu diuraikan juga mengenai tinjauan pustaka yang berisi
tentang landasan teori serta konsep apa saja yang digunakan dalam penelitian ini.
Metode penelitian juga dimasukkan dalam bagian pertama dalam penelitian.
Bagian ini menyajikan inti dari kegiatan penelitian yang berisi tentang metode apa
yang akan dipakai serta bagiamana teknik pengumpulan data seperti sampel,
observasi, wawancara maupun studi pustaka yang diambil dari buku maupun
internet. Pada bagian kedua berisi tentang deskripsi dari lokasi penelitian, dan
segala sesuatu tentang lokasi penelitian mulai dari sejarah, kepengurusan, tujuan.
Pada bagian ketiga berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan dari penelitian
yang sudah dilakukan, dapat dikatakan bahwa peran program tendanisasi hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
dirasakan oleh pedagang makanan. Program tendanisasi berperan sebagai media
promosi Pasar Jumat serta mampu meningkatkan jumlah pengunjung.
Kepada semua pihak yang sudah membantu menyelesaikan tulisan ini.
Terima kasih untuk dukungan, doa dan semangat yang telah di berikan. Yang
paling penting terima kasih buat keluarga saya terutama kedua orang tua saya
serta keluarga besar saya. Karya ini saya persembahkan untuk kalian yang selalu
memberikan nasehat, doa dan kesabarannya selama menyelesaikan tulisan ini.
Penulis menyadari kesempurnaan memang masih jauh dalam penyusunan
skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat
bermanfaat dan menambah khasanah keilmuan bagi penulis sendiri dan bagi
pembaca.
Wassalamu’alaikum wr wb
Surakarta, Januari 2013
Penulis
Ayu Sri Haryati
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN ..............................................................................iii
MOTTO.................................................................................................................iv
PERSEMBAHAN..................................................................................................v
KATA PENGANTAR ................................ .........................................................vi
DAFTAR ISI .........................................................................................................ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR BAGAN.. .......................................................................................... .xiv
DAFTAR MATRIK ............................................................................................xv
ABSTRAK ..........................................................................................................xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka....................................................................................... 11
1. Batasan Konsep ..................................................................................11
a. Peran…........................................................................................... 10
b. Program Tendanisasi...................................................................... 13
c. Pasar Tradisional…….…………………………………………... 14
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
d. Pedagang……………………………………………………….... 17
e. Pendapatan……………………………….………………….…… 19
2. Landasan Teori….............................................................................. 21
3. Penelitian Terdahulu......................................................................... 24
F. Definisi Konseptual. ................................................................................ 27
G. Kerangka Berpikir………………………………………………………. 28
H. Metodologi Penelitian ............................................................................. 29
1. Jenis Penelitian .................................................................................. 29
2. Lokasi Penelitian................................................................................ 30
3. Sumber Data..... ................................................................................. 30
4. Teknik Pengambilan Sampel ............................................................. 31
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 31
6. Validitas Data .................................................................................... 33
7. Teknik Analisa Data .......................................................................... 34
BAB II DESKRIPSI LOKASI
A. Profil Kabupaten Karanganyar. ............................................................... 39
1. Sejarah……. ...................................................................................... 39
2. Jumlah Penduduk................................................................................. 40
3. Letak Geografis……………………………………………………… 41
4. Perindustrian dan Perdagangan……………………………………… 42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
B. Potret Pasar Jumat Karanganyar………………………………….…….. 43
1. Sejarah Pasar Jumat Karanganyar...................................................... 43
2. Paguyuban Pasar Jumat...................................................................... 44
3. Kepemilikan Tenda............................................................................ 49
4. Pedagang............................................................................................ 49
5. Retribusi........................................................................................... .. 50
6. Pengunjung atau Konsumen............................................................... 51
BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian........................................................................................ 52
1. Profil dan Karakteristik Informan .................................................... 52
2. Pasar Jumat Karanganyar Sebelum Program Tendanisasi………….. 58
3. Program Tendanisasi Pasar Jumat Karanganyar................................. 65
a. Tendanisasi Pedagang Sektor Timur............................................. 65
b. Tendanisasi Pedagang Sektor Barat.............................................. 79
4. Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan
Pedagang Pasar Jumat Karanganyar………………..………………..82
a. Pedagang Makanan .......................................................................86
1. Peran Yang Seharusnya .....................................................88
2. Peran Yang Senyatanya .....................................................88
b. Pedagang Buah...............................................................................89
1. Peran Yang Seharusnya ......................................................92
2. Peran Yang Senyatanya ......................................................92
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
c. Pedagang Mainan Anak.................................................................93
1. Peran Yang Seharusnya ......................................................94
2. Peran Yang Senyatanya ......................................................95
d. Pedagang Jilbab..............................................................................95
1. Peran Yang Seharusnya ......................................................97
2. Peran Yang Senyatanya ......................................................98
e. Pedagang Kerajinan Rotan.............................................................98
1. Peran Yang Seharusnya ......................................................99
2. Peran Yang Senyatanya ....................................................100
B. Pembahasan .............................................................................................100
1. Peran Yang Seharusnya.......................................................................100
2. Peran Yang Senyatanya.......................................................................103
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 110
B. Implikasi ............................................................................................... 111
1. Implikasi Empiris......................................................................... ..... 111
2. Implikasi Teoritis……..................................................................... 112
3. Implikasi Metodologis…................................................................. .. 114
C. Saran………........................................................................................... 115
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
1.1 Perkembangan Bidang Industri di Kabupaten Karanganyar
Tahun 2008-2009…………………………………………. 3
1.2 Penduduk 10 Tahun Ke Atas Dengan Mata Pencaharian
Pedagang di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2009… 4
2.1 Jumlah Pedagang Berdasarkan Letak Tenda……………… 50
3.1 Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Makanan……. 88
3.2 Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Buah………… 92
3.3 Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Mainan……… 94
3.4 Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Jilbab……….. 97
3.5 Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Kerajinan Rotan 99
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
DAFTAR BAGAN
BAGAN Halaman
1.1 Kerangka Berpikir…………………………………………. 29
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR MATRIK
MATRIK Halaman
3.1 Profil Informan………………………………..…….. 55
3.2 Informan Berdasarkan Pengelolaan Usaha, Jenis Usaha
Lain di Luar Pasar Jumat dan Lama Jualan…………… 57
3.3 Informan Berdasarkan Jenis Dagangan, Besar Kecilnya
Modal Awal dan Pendapatan di Pasar Jumat….………. 64
3.4 Informan Berdasarkan Jenis Dagangan, Besar Kecilnya
Modal dan Pendapatan Setelah Program Tendanisasi..... 76
3.5 Informan Berdasarkan Jenis Dagangan, Besar Kecilnya
Modal Sebelum dan Setelah Program Tendanisasi.......... 90
3.6 Peningkatan Pendapatan Pedagang Sebelum dan
Setelah Program Tendanisasi......................................... 104
3.7 Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan
Pendapatan Pedagang Pasar Jumat Karanganyar............. 106
3.8 Hasil Temuan.............................................................. 108
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
ABSTRAK
AYU SRI HARYATI, D0308024, “Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang Pasar Jumat Karanganyar”, Skripsi, Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2012.
Pasar Jumat mampu memberikan dampak positif meningkatkan pendapatan pedagang dan berpotensi untuk dijadikan sarana wisata belanja yang murah khususnya untuk kalangan menengah ke bawah. Namun kondisi yang semrawut dan tidak tertib mengakibatkan kurangnya minat belanja masyarakat
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peran program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar. Lokasi penelitian ini adalah di Pasar Jumat Karanganyar dimana pemerintah Kabupaten melakukan program tendanisasi. Penelitian ini menggunakan paradigma definisi sosial dengan teori tindakan sosial Weber. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi. Pemilihan informan dipilih secara purposive. Informan dipilih berdasarkan jenis dagangan dan lokasi berdagang. Dari 5 jenis dagangan akan diambil masing-masing 2 pedagang, 1 pedagang sektor timur dan 1 pedagang sektor barat dengan total 10 informan. Teknik analisis data yang digunakan yaitu analisis interaktif. Untuk memperoleh data dengan tingkat validitas yang tinggi digunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian program tendanisasi mampu meningkatkan jumlah pengunjung di Pasar Jumat. Dengan diresmikannya program tendanisasi mampu menjadi sarana publisitas memperkenalkan Pasar Jumat ke masyarakat luas dengan konsep yang lebih rapi dan tertata. Di lain pihak sistem kepemilikan tenda dengan sistem cicilan memberatkan pedagang yang penghasilannya tidak menentu meskipun tidak dapat dipungkiri dengan adanya tendanisasi terjadi peningkatan pengunjung. Program tendanisasi periode pertama lebih berperan bagi semua pedagang di banding tendanisasi ke dua. Jenis dagangan mempengaruhi peningkatan pendapatan pedagang ketika dilakukan program tendanisasi. Dengan adanya program tendanisasi peningkatan pendapatan secara drastis lebih dirasakan pedagang makanan dibanding pedagang non makanan. Karena untuk pedagang non makanan kenaikan pendapatan lebih dipengaruhi musim seperti menjelang lebaran, liburan dan tanggal muda. Pedagang yang menerima tendanisasi kecewa dengan kualitas tenda yang diberikan yang tidak sebanding dengan uang yang harus mereka bayarkan. Karena baru beberapa bulan digunakan tenda sudah rusak dan bocor. Kata kunci: Peran, Program Tendanisasi, Pasar Tradisional, Pendapatan Pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
ABSTRACT AYU SRI HARYATI, D0308024, "Role In Increasing Revenue Program Tendanisasi Friday Karanganyar Market Traders", Thesis, Department of Sociology, Faculty of Social and Political Sciences, University Eleven March, 2012. Friday market is able to provide a positive impact and increase revenue potential traders to be a means of cheap shopping especially for the middle to lower. But the conditions were chaotic and disorderly public spending resulted in a lack of interest.
The purpose of this study was to determine the role of the program in increasing revenue tendanisasi Friday Market traders Karanganyar. What research is in the market Friday Karanganyar district in which the government did tendanisasi program. This study used the social definition paradigm with Weber's theory of social action. This research is a descriptive study with a qualitative approach. Data collection techniques used were in-depth interviews, observation and documentation. Selection of informants selected purposively. Informants selected based on the type and location of merchandise trade. Of 5 types of merchandise to be taken each 2 merchants, 1 trader eastern sector and 1 trader western sector with a total of 10 informants. The data analysis technique used is interactive analysis. To obtain the data with a high level of validity used triangulation of sources.
The results tendanisasi program to increase the number of visitors at the market Friday. The opening program was able to be a means of publicit y tendanisasi market Friday to introduce the public to the concept of a more neat and orderly. On the other hand, the system of ownership tent with burdensome mortgage system traders whose income is uncertain a lthough it can not be denied by the tendanisasi an increase in visitors. Program tendanisasi first period greater role for all merchants tendanisasi second appeal. Types of merchandise affects income trader when done tendanisasi program. With the program tendanisasi drastically increased income more heavily than the food trade non-food vendors. Due to non-food traders influenced the increase in revenue over the season like before Lebaran, holidays and young date. Merchants who accept tendanisasi disappointed with the quality of the tents that were provided were not worth the money they have to pay. Because only a few months use is damaged and leaking tents.
Keywords: Role, Program Tendanisasi, Tradisional Market, Revenue Traders
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembangunan merupakan suatu upaya untuk meningkatkan taraf
hidup dan kesejahteraan penduduk. Untuk itu perlu diperluas usaha-usaha
pemerataan pembagian pendapatan dan pemerataan kesempatan kerja dalam
rangka memperoleh penghidupan yang layak. Hal tersebut dapat dicapai
apabila dalam semua sektor ekonomi terdapat keserasian dan keseimbangan ke
arah pertumbuhan dan penghidupan yang layak. Pembangunan sektor ekonomi
kota diharapkan menyerap dan menampung seluruh angkatan kerja yang ada.
Hal tersebut dapat meningkatkan aktivitas perekonomian daerah setempat. Di
Indonesia penyerapan tenaga kerja sektor informal lebih banyak dibandingkan
dengan sektor formal. Hal ini mencerminkan betapa besar peranan masyarakat
dalam menciptakan lapangan pekerjaan sendiri.
Dalam kurun waktu terakhir ini, pekerjaan sektor informal di
Indonesia menunjukan pertumbuhan yang pesat, terutama di daerah perkotaan.
Akibat terbatasnya kesempatan kerja di luar pertanian di pedesaan maka arus
migrasi desa-kota semakin meningkat, sedangkan sektor pertanian sendiri
sudah mulai menurun kemampuannya dalam menyerap tenaga kerja. Hal ini
dikarenakan masuknya teknologi sehingga pertanian lebih mengandalkan
tenaga mesin daripada tenaga manusia.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 2
Sektor informal dipilih oleh masyarakat yang tidak tertampung di
sektor formal karena sektor ini memiliki persyaratan yang cukup fleksibel.
Sektor informal bisa dimasuki mereka dengan pendidikan terbatas agar tetap
bisa mencukupi kebutuhan keluarga. Berdasarkan jurnal internasional yang
diterbitkan oleh Journal of In ternational Business and Cultural Studies yang
berjudul The Informal Economy in Jamaica menyatakan bahwa:
“Many participants operate within this sector because of limited education, lack of proximity to urban areas, limited formal employment opportunities or family requirements.” (Banyak pelaku beroperasi di dalam sektor ini karena pendidikan yang terbatas, kurangnya peluang di daerah perkotaan, terbatasnya kesempatan kerja formal atau kebutuhan keluarga).
Dari jurnal di atas banyaknya pelaku sektor informal dikarenakan
pendidikan yang rendah, kurangnya peluang kerja di kota, terbatasnya
kesempatan kerja di sektor formal serta tuntutan untuk memenuhi kebutuhan
keluarga. Sehingga oleh pihak yang menggelutinya sektor ini di anggap
sebagai salah satu alternatif mempertahankan hidup dan memperbaiki
keadaan, dengan modal yang pada umumnya tidak terlalu besar.
Sedangkan bagi masyarakat umum sektor informal sangat penting
dengan alasan harga yang ditawarkan jauh lebih rendah dibandingkan yang
ditawarkan oleh sektor formal pada barang yang sama. Sektor informal
menjadi alternatif khususnya bagi masyarakat ekonomi kelas menengah. Fakta
menunjukkan bahwa sektor informal memberikan peranan dalam menyerap
lapangan pekerjaan. Sebagian besar pekerja informal, khususnya di perkotaan
terserap ke dalam sektor perdagangan, di antaranya perdagangan jalanan atau
kaki lima yang masuk ke dalam industri kecil non formal. Ini dapat dilihat dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 3
perkembangan bidang industri yang di dalamnya meliputi industri kecil non
formal di Kabupaten Karanganyar.
Tabel 1.1 Perkembangan Bidang Industri
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2008 dan 2009 Jenis
I. Industri a. Industri menengah
dan besar (non fasilitas)
b. Industri Kecil (formal)
c. Industri Kecil (non formal)
II. Investasi ( Juta Rp.)
a. Industri menengah dan besar (non fasilitas)
b. Industri Kecil (formal)
c. Industri Kecil (non formal)
III. Penyerapan Tenaga
Kerja (orang) a. Industri menengah
dan besar (non fasilitas)
b. Industri Kecil (formal)
c. Industri Kecil (non formal)
s.d 2008
132
743
9.785
2.847.087.330
20.492.066.40
29.357.880
26.661
10.520
30.379
s.d 2009
136
773
10.176
2.850.990.100
20.494.163.599
31.412.932
26.923
10.689
30.835
Perkembangan (%)
3.03
4.04
4
0.14
7.64
7
0.98
1.61
1.5
Sumber: Dinas Perindagkop dan UMKM Kab. Karanganyar, hal 189
Dari tabel 1.1 terlihat bahwa di Kabupaten Karanganyar penyerapan
tenaga kerja paling besar yaitu industri kecil (non formal). Mereka merupakan
pedagang-pedagang kecil yang tidak memiliki surat ijin usaha. Selain itu dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 4
tabel juga dapat dilihat investasi yang mengalami perkembangan yang paling
besar dari ketiga jenis industri ini adalah industri kecil (non formal).
Tabel 1.2 Penduduk 10 tahun ke atas Dengan Mata Pencaharian Pedagang
di Kabupaten Karanganyar Tahun 2004-2009 Tahun Jumlah
2004 37.723
2005 40.002
2006 43.066
2007 44.314
2008 44.763
2009 45.320
Sumber: Olahan Registrasi Penduduk 2009, hal 99
Dari tabel 1.2 diketahui masyarakat Kabupaten Karanganyar yang
berprofesi sebagai pedagang dari tahun ke tahun terus meningkat.
Perkembangan profesi sebagai pedagang di Kabupaten Karanganyar ini tidak
terlepas dari berbagai faktor umum dan salah satunya adalah banyaknya
korban PHK pekerja pabrik. Untuk tetap mencukupi kebutuhan hidupnya
mereka mencoba alternatif lain yang di rasa mampu untuk mereka masuki
sesuai keterbatasan kemampuan yang mereka miliki yaitu di sektor informal
ini. Karena sektor informal mudah di masuki dan tidak memerlukan
keterampilan tinggi.
Ekonomi informal memberikan kontribusi terhadap kegiatan
produksi, penyerapan tenaga kerja dan peningkatan pendapatan. Dalam jurnal
internasional yang diterbitkan International Journal of Business and
Management Tomorrow Vol. 2 No.7 dengan judul The Impact of Informal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 5
Sector Training on Economic Development: Perspectives from Kisii Country,
Kenya dijelaskan bahwa;
“The informal economy contributes significantly to production, consumption, employment and income generation. It is a source of livelihood to a majority o f the poor, unskilled, socially and unemployment insurance especially those lacking skills for formal sector jobs.” (Ekonomi informal memberikan kontribusi signifikan terhadap produksi, penyerapan tenaga kerja, dan peningkatan pendapatan. Ini adalah sumber penghidupan bagi sebagian besar dari orang miskin, tidak terampil, populasi terpinggirkan dan mereka yang tidak memiliki ketrampilan untuk pekerjaan sektor formal)
Namun keberadaan sektor informal ini sering diabaikan, di
kesampingkan bahkan tidak didukung oleh pemerintah. Sektor informal
dianggap banyak mengundang masalah di daerah perkotaan, karena sektor
informal terutama yang beroperasi di tempat strategis di kota dapat
mengurangi keindahan kota dan di duga sebagai penyebab kemacetan lalu
lintas. Karena itu ada pemerintah kota yang telah mengambil kebijaksanaan
membatasi ruang gerak sektor informal (Tadjuddin, 1995:87).
Menurut Rachbini, 1994:8 bahwa kebijakan pembangunan yang tidak
diikuti oleh kesadaran untuk memberikan peluang dan suasana yang
mendukung mereka yang bergerak di sektor informal sehingga tidak
memungkinkan bagi mereka untuk berpartisipasi. Mereka tidak diberi
dorongan untuk mengorganisir diri sendiri agar kepentingannya bisa terjamin,
bahkan hak mereka untuk mengorganisir tidak diberikan sama sekali karena
sangat bersifat politis dan tidak menguntungkan dilihat dari sudut pandang
pemerintah.
Kelompok pedagang kaki lima sebagai bagian dari kelompok usaha
kecil adalah kelompok usaha yang tak terpisahkan dari aset pembangunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 6
nasional yang berbasis kerakyatan. Pedagang kaki lima sebagai bagian dari
usaha sektor informal memiliki potensi untuk menciptakan dan memperluas
lapangan pekerjaan, terutama bagi tenaga kerja yang kurang memiliki
kemampuan dan keahlian yang memadai untuk bekerja di sektor formal
karena rendahnya tingkat pendidikan yang mereka miliki.
Di mata pedagang, berdagang merupakan lahan atau mata
pencaharian satu-satunya yang bisa diharapkan untuk kelangsungan hidupnya.
Selain untuk mencukupi kebutuhan dasar diri sendiri, pada umumnya harus
pula mencukupi kebutuhan keluarganya serta membiayai sekolah anak-
anaknya. Sehingga pedagang akan mencari tempat yang strategis dalam
menjalankan usahanya untuk memperoleh keuntungan yang maksimal.
Dalam penjelasan UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil,
disebutkan bahwa usaha kecil (termasuk pedagang kaki lima) merupakan
kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan
pelayanan ekonomi yang luas kepada masyarakat, dapat berperan dalam
proses pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat serta mendorong
pertumbuhan ekonomi dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional
pada umumnya dan stabilitas ekonomi pada khususnya. Bahkan pedagang
kaki lima, secara nyata mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat yang berpenghasilan rendah.
Dengan demikian bagaimana menata, memberdayakan, mengelola,
memanage, mengatur, dan mendorong pertumbuhannya merupakan hal yang
penting untuk dilakukan dengan pertimbangan tetap mempertahankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 7
kontribusi positif mereka dan meminimalisir akibat negatif yang ditimbulkan
aktivitas bisnis mereka.
Kabupaten Karanganyar sendiri merupakan wilayah yang cukup luas
yang memiliki sejumlah lokasi pedagang kaki lima yang tersebar di sejumlah
tempat umum terutama di pusat-pusat keramaian dimana banyak didatangi
pengunjung seperti di alun-alun, taman kota, dan pasar tiban seperti yang
terjadi di dekat kompleks perkantoran yang hanya ada setiap hari Jumat pagi
dan lebih dikenal dengan istilah Pasar Jumat.
Pasar Jumat merupakan pasar tiban yang dalam perkembangannya
mengalami lonjakan pedagang yang cukup drastis. Pasar ini dimulai sejak
pukul 06.00 sampai 14.00 WIB. Pedagang yang ada di Pasar Jumat juga
merupakan pedagang yang berjualan di pasar tradisional sekitar Karanganyar
seperti pedagang dari Pasar Bejen, Pasar Tawangmangu, Pasar Jongke. Selain
di penuhi oleh para pedagang dari pasar tradisional Pasar Jumat juga di penuhi
pedagang kaki lima yang biasanya berjualan di sekitar wilayah Karanganyar.
Para pedagang kaki lima kesehariannya berjualan di sekolah-sekolah, depan
supermarket, depan perkantoran, terminal dan lain-la in.
Pasar Jumat sendiri mulanya ditujukan sebagai tempat promosi dan
berdagang para penghasil produk pertanian di Karanganyar. Namun dalam
prosesnya tidak berjalan lancar, d ikarenakan produk pertanian yang tidak
tahan lama dan masa panen yang berbeda-beda. Oleh karenanya pasar yang
semula bernama Pasar Tani Jumat Pagi ini mulai terhenti dengan sedikitnya
pedagang yang berjualan. Seiring perkembangannya dengan masuknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 8
pedagang di luar komoditi pertanian maka pasar ini berubah menjadi pasar
yang menyediakan aneka kebutuhan pokok sehari-hari dan tak ubahnya seperti
pasar tiban1. Pasar Jumat menyediakan aneka kebutuhan rumah tangga dengan
harga terjangkau. Adanya proses tawar menawar seperti yang umumnya
terjadi di pasar tradisional menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat.
Pasar Jumat mampu memberikan dampak positif baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya. Dilihat dari aspek ekonomi Pasar Jumat
merupakan potensi yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat khususnya masyarakat yang berdagang di Pasar Jumat. Dari aspek
sosial Pasar Jumat dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan karena
menjadi tempat usaha bagi masyarakat. Dari aspek budaya Pasar Jumat dapat
digunakan sebagai sarana wisata belanja yang murah khususnya untuk
kalangan menengah ke bawah. Namun Pasar Jumat cenderung kondisinya
semrawut, panas dan tidak rapi sehingga memberikan atmosfer yang tidak
nyaman dalam berbelanja. Kurangnya promosi penjualan mengakibatkan
Pasar Jumat hanya dikenal masyarakat sekitar Kabupaten Karanganyar dan
kurang dikenal masyarakat luas.
Melihat pasar yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat yang
berprofesi sebagai pedagang pemerintah Kabupaten Karanganyar melakukan
strategi sebagai pemecahan melalui program tendanisasi. Program tendanisasi 1 Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan Perkebunan dan Kehutanan (Distanbunhut) Kabupaten Karanganyar, Siti Maesyaroch, menuturkan bahwa pihaknya sejak tahun 2004 silam bertindak sebagai penyelenggara awal kegiatan Pasar Jumat. “Waktu itu pasar ini kami gunakan untuk sarana pemasaran hasil bumi masyarakat Karanganyar. Namun ia menyayangkan sejak beberapa tahun terakhir ini Pasar Jumat malah di domisasi para pedagang komoditas ekonomi lain seperti pakaian dan kelontong. (JogloSemar, 13 Februari 2010. Berita tentang:Pasar Jumat akan mulai di tata)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 9
dianggap penting oleh pemerintah karena memiliki tujuan untuk keindahan
dan ketertiban, menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata, menciptakan
kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja dan memperlancar arus
la lu lintas. Dengan adanya tenda diharapkan mampu membuat kondisi Pasar
Jumat lebih baik dan dijadikan media promosi terhadap masyarakat umum
baik masyarakat Kabupaten Karanganyar maupun masyarakat di luar
Kabupaten Karanganyar.
Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai peran program tendanisasi dalam meningkatkan
pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “Bagaimana peran program
tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Jumat
Karanganyar?”
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tu juan dari penelitian ini
adalah untuk mengetahui peran program tendanisasi dalam meningkatkan
pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar.
D. Manfaat Penelitian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini terbagi menjadi dua,
yaitu manfaat teknis dan manfaat praktis
1. Manfaat Teknis
a. Manfaat teknisnya adalah bagaimana penerapan teori-teori sosiologi
sebagai landasan dari penelitian yang dilakukan penulis.
b. Sebagai bahan perbandingan bagi penelitian berikutnya yang sejenis.
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan
dan sumbangan pemikiran bagi pemerintah Kabupaten Karanganyar
berkaitan dengan peran program tendanisasi bagi pedagang.
E. Tinjauan Pustaka
1. Batasan Konsep
a. Peran
Peran (role) merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan
(status). Apabila seseorang melaksanakan hak-hak dan kewajiban-
kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia (lembaga)
menja lankan suatu peranan. Keduanya tidak bisa dipisah-pisahkan,
karena yang satu tergantung yang lain dan sebaliknya. Peranan yang
melekat pada diri seseorang harus dibedakan dengan posisi dalam
pergaulan masyarakat. Posisi seseorang dalam masyarakat merupakan
unsur statis yang menunjukan tempat individu pada organisasi
masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 11
Pentingnya peranan adalah bahwa hal itu mengatur
perikelakuan seseorang atau lembaga dan juga menyebabkan seseorang
atau lembaga pada batas-batas tertentu dapat meramalkan perbuatan-
perbuatan orang lain, sehingga orang atau lembaga yang bersangkutan
akan dapat menyesuaikan perikelakuan sendiri dengan perikelakuan
orang-orang sekelompoknya. Peranan tersebut diatur oleh norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.
Peran lebih banyak menunjukan pada fungsi, penyesuaian diri
dan sebagai suatu proses. Jadi tepatnya adalah bahwa seseorang
(lembaga) menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta
manja lankan suatu peranan. Suatu peran mencakup tiga hal yaitu:
a. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti meliputi
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan kemasyarakatan.
b. Peranan dalam konsep perihal apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
c. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting
bagi struktur masyarakat (Soerjono Soekanto, 2000:269).
Pembahasan peranan-peranan tertentu yang melekat pada
lembaga dalam lembaga masyarakat penting bagi hal-hal sebagai
berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 12
a. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur
masyarakat hendak dipertahankan kelangsungannya.
b. Peranan tersebut seyogyanya diletakkan pada individu-individu yang
oleh masyarakat dianggap mampu untuk melaksanakannya. Mereka
harus terlebih dahulu terlatih dan mempunyai pendorong untuk
melaksanakannya.
c. Dalam masyarakat kadang-kadang dijumpai individu yang tak
mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh
masyarakat, oleh karena mungkin pelaksananya memerlukan
pengorbanan yang terlalu banyak dari kepentingan pribadinya.
d. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan
peranannya, belum tentu masyarakat akan dapat memberikan
peluang-peluang yang seimbang. Bahkan seringkali terlihat betapa
masyarakat terpaksa membatasi peluang-peluang tersebut (Soerjono
Soekanto, 2000: 272).
Peran merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status
sosial. Setiap status sosial secara eksplisit ditetapkan harapan yang
harus dilakukan dalam perilaku individu. (Bambang Santoso, 2008:32-
33). Peran memiliki makna yaitu sesuatu yang menjadi bagian atau
yang memegang pimpinan yang terutama dalam terjadinya sesuatu hal
atau perisiwa. Peran merupakan dinamika dari status atau penggunaan
dari hak dan kewajiban. (Astrid Susanto, 1983:75)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 13
Di dalam peranan terdapat dua macam harapan yaitu harapan-
harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban dari
pemegang peran serta harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang
peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang
berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya.
Sedangkan menurut Hendro Puspito (1989:182) peranan adalah
suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi seseorang (lembaga)
dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan seseorang
(lembaga). Peranan sebagai konsep yang menunjukkan apa yang
dilakukan oleh seseorang atau lembaga.
Peran yang dimaksud dalam penelitian ini lebih mengarah pada
peran sebuah program yang dilakukan oleh pemerintah dengan
menduduki suatu posisi atau tempat dalam masyarakat serta
menjalankan suatu peranan. Peneliti ingin melihat peran dari program
tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang. Untuk melihat
peran dari program tendanisasi ini sendiri dapat dilihat berdasarkan
fungsi program tendanisasi terhadap tujuan yang telah dirumuskan.
b. Program Tendanisasi
Program tendanisasi merupakan program yang dilakukan oleh
pemerintah Kabupaten Karanganyar untuk menjadikan keadaan fisik
Pasar Jumat Karanganyar menjadi lebih baik. Program tendanisasi
dianggap pemerintah penting karena ditujukan untuk keindahan dan
ketertiban, menjadikan Pasar Jumat sebagai wisata belanja, untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 14
kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja. Program
tendanisasi menjadi strategi pemerintah Kabupaten Karanganyar
dengan melihat dampak negatif dan positif dari keberadaan Pasar
Jumat itu sendiri.
Program adalah suatu perencanaan yang berisi usaha-usaha guna
mencapai tujuan yang telah ditentukan, suatu program telah
dicanangkan tidak begitu saja dapat dikategorikan sebagai program
yang baik atau yang sudah sempurna, dan setiap pelaksanaan program
perlu diperhatikan efektifitas dan efisiensi dari program tersebut.
Adakalanya suatu program tampak berjalan dengan baik tetapi setelah
sekian lamanya mulai tampak bahwa pada kenyataannya banyak sekali
kesalahan-kesalahan dalam pelaksanaan program tersebut atau tidak
sesuai dengan tujuan program tersebut.
Program tendanisasi dilakukan pemerintah terkait dampak positif
dan negatif yang timbul dengan adanya Pasar Jumat itu sendiri.
Program tendanisasi ditujukan untuk menjadikan keadaan Pasar Jumat
menjadi lebih baik dengan tetap memperhatikan nasib pedagang ke
depannya. Karena keberadaannya telah menjadi tempat usaha bagi
pedagang bahkan menjadi surga untuk meningkatkan pendapatan guna
mencukupi kebutuhan dirinya maupun keluarganya. Sesuai dengan
latar belakang bahwa Pasar Jumat sendiri mampu meningkatkan
pendapatan masyarakat khususnya masyarakat yang berdagang di sana.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 15
Pada dasarnya sebuah program pemerintah bertujuan untuk
menyejahterakan masyarakat untuk mencapai kualitas hidup yang lebih
baik. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat peran dari
diadakannya program tendanisasi itu sendiri dalam meningkatkan
pendapatan pedagang.
c. Pasar Tradisional
Pasar muncul sebagai pusat tukar-menukar, perdagangan sebagai
kegiatan tukar-menukar yang sebenarnya, dan uang sebagai alat
penukar. Karena perdagangan dituntun oleh harga dan harga adalah
fungsi dari pasar, semua pasar, semua perdagangan adalah
perdagangan di pasar. Pasar adalah pranata pembangkit sedangkan
perdagangan dan uang adalah fungsi-fungsinya. Pasar yakni sebuah
pranata yang melibatkan tindakan barter, serta pembelian dan
penjualan, jika digunakan dengan uang dan dengan demikian akhirnya
menjadi benar-benar diperlukan untuk menawarkan kepada beberapa
individu suatu kesempatan memenuhi kecenderungan mereka
melakukan tawar-menawar. Tukar-menukar, perdagangan, uang dan
pasar sebagai suatu sistem yang membentuk suatu keseluruhan yang
tidak terpisahkan. (Mahendra Wijaya, 2007:83)
Pasar pada umumnya dibedakan menjadi dua, pertama adalah
pasar tradisional, dimana aktivitas jual beli masih sederhana, terjadi
tawar menawar dengan alat pembayaran berupa uang. Kedua adalah
pasar modern, aktivitas jual beli di pasar modern sudah lebih maju,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 16
tidak ada tawar menawar karena harga sudah di tetapkan, alat
pembayaran tidak hanya berupa uang bisa berupa kartu kredit atau alat
pembayaran lainnya.
Menurut Clifford Geertz (1973:30), pasar adalah suatu pranata
ekonomi dan sekaligus cara hidup, maka perdagangan bagi seorang
pedagang merupakan latar belakang yang permanen, dimana hampir
segala kegiatan dilakukannya.
Menurut Damsar (2002:85) pasar mengatur kehidupan sosial,
termasuk ekonomi secara otomatis. Karena pencapaian kepentingan
pribadi dan kesejahteraan individu akan membawa hasil yang terbaik,
tidak hanya mereka sebagai pribadi tetapi juga kepada masyarakat
sebagai keseluruhan. Mekanisme ini dipandang oleh Adam Smith
sebagai “tangan-tangan tersembunyi” (Invisible Hand). Dengan kata
la in, karakteristik dari pasar, dipandang sebagai salah satu mekanisme
yang bekerja dalam kehidupan sosial, adalah pertukaran bebas
terhadap barang dan jasa antara dua partai pada suatu harga yang
disepakati. Dalam kenyataannya, kehidupan sosial termasuk ekonomi,
tidak hanya diatur oleh mekanisme pasar, tetapi juga oleh pengaturan
negara dan mekanisme sosial budaya.
Pasar tiban adalah sekumpulan pedagang berbagai kebutuhan
rumah tangga pada suatu tempat dan waktu tertentu, dimana
masyarakat dapat memilih jenis barang kebutuhan yang diperlukan
dengan harga terjangkau. Pasar tiban cenderung dianggap berdampak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 17
negatif karena tidak adanya pengaturan yang tegas terkait
pelaksanaannya. Munculnya pasar tiban tidak lepas dari pengaruh
buruknya perekonomian masyarakat yang diakibatkan kurangnya
lapangan pekerjaan.
Dalam penelitian ini Pasar Jumat adalah suatu tempat usaha bagi
pedagang yang hanya terjadi setiap Jumat dan berfungsi untuk
menja jakan dagangannya yang ditandai dengan adanya jual-beli secara
langsung yang melibatkan lebih banyak pedagang, masih
menggunakan manajemen sederhana, terdapat proses tawar menawar
serta di bawah pembinaan instansi pemerintah karena awalnya
merupakan program dari pemerintah.
d. Pedagang
Menurut Damsar (2002:95) pedagang adalah orang atau institusi
yang memperjual belikan produk atau barang, kepada konsumen baik
secara langsung maupun tidak langsung. Pedagang dibedakan menurut
ja lur distribusi yang dilakukan yaitu:
1. Pedagang distributor (tunggal) yaitu pedagang yang memegang hak
distribusi satu produk dari perusahaan tertentu.
2. Pedagang (partai) besar yaitu pedagang yang membeli suatu produk
dalam jumlah besar yang dimaksudkan untuk dijual kepada
pedagang lain.
3. Pedagang eceran, yaitu pedagang yang menjual produk langsung
kepada konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 18
Dalam Damsar (2002:95), disimpulkan bahwa pedagang dibagi
atas:
a. Pedagang profesional yaitu pedagang yang menganggap aktivitas
perdagangan merupakan pendapatan dari hasil perdagangan
merupakan sumber utama dan satu-satunya bagi ekonomi keluarga.
Pedagang profesional mungkin saja ia adalah pedagang distributor,
pedagang partai besar, atau pedagang eceran.
b. Pedagang semi professional adalah pedagang yang mengakui
aktivitasnya untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil
perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.
c. Pedagang subsistensi merupakan pedagang yang menjual produk
atau barang dari hasil aktivitas atau subsistensi untuk memenuhi
ekonomi rumah tangga. Hasil dari penjualan dipergunakan untuk
memenuhi kebutuhan-kebutuhan subsistensi.
d. Pedagang semu adalah orang yang melakukan kegiatan
perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau
mengisi waktu luang. Pedagang jenis ini tidak mengharapkan
kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memperoleh uang,
malahan mungkin saja sebaliknya ia akan memperoleh kerugian
dalam berdagang.
Kemudian menurut Ratna Devi (2008:24) pedagang dapat
diartikan orang yang memperjual belikan produk atau barang, kepada
konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung. Selain itu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 19
pedagang juga memiliki tipe, baik menurut jalur distribusi, stratifikasi,
aktifitas perdagangan maupun etnis.
Dari uraian di atas pedagang adalah orang yang
memperjualbelikan produk atau barang kepada konsumen baik secara
langsung maupun tidak langsung dan pada penelitian ini terfokus pada
pedagang Pasar Jumat.
e. Pendapatan
Berbagai jenis aktivitas manusia tentunya mengharapkan
imbalan, apalagi yang bernilai ekonomi tentunya. Imbalan yang
dimaksud adalah pendapatan yang diperoleh pedagang dalam bentuk
uang. Dalam pengertian umum pendapatan adalah hasil pencaharian
usaha. Menurut Winardi (1992:171) pendapatan adalah hasil berupa
uang atau materi lainnya yang dapat di capai dari pada penggunaan
faktor-faktor produksi. Pendapatan secara umum diartikan sebagai
penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan barang atau jasa.
Pendapatan adalah sebagai balas karya yang dapat dibagi
menjadi;
1. Upah atau gaji adalah balas jasa untuk pekerjaan yang dilaksanakan
dengan hubungan kerja dengan orang atau instansi lain.
2. Laba usaha sendiri adalah balas karya untuk pekerjaan yang
dilakukan sebagai “pengusaha” yaitu mengorganisir produksi,
mengambil keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta
menanggung resikonya sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 20
3. Laba perusahaan adalah laba yang diterima perusahaan yang
berbentuk atau berbadan hukum.
Sedangkan dalam penelitian ini pendapatan merupakan laba
usaha sendiri dimana pedagang mengorganisir produksi, mengambil
keputusan tentang kombinasi faktor produksi serta menanggung
resikonya.
Tujuan pokok dijalankannya suatu usaha perdagangan adalah
untuk memperoleh pendapatan, dimana pendapatan tersebut dapat
digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan kelangsungan hidup
usaha perdagangannya. Pendapatan yang diteriman adalah dalam
bentuk uang, dimana uang adalah alat pembayaran atau alat
pertukaran. Pendapatan menunjukkan jumlah seluruh uang yang
diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu
tertentu, dalam penelitian ini berarti pendapatan merupakan jumlah
seluruh uang yang diterima pedagang setiap Jumatnya ketika mereka
berdagang di Pasar Jumat Karanganyar. sedangkan keuntungan atau
profit adalah pendapatan yang diterima oleh seseorang dari penjualan
produk barang maupun produk jasa yang dikurangi dengan biaya-biaya
la in yang dikeluarkan dalam membiayai produk barang maupun
produk jasa tersebut.
Pendapatan dalam penelitian ini terfokus pada pendapatan yang
diperoleh pedagang Pasar Jumat Karanganyar. Sesuai dengan masalah
yang penulis teliti, peneliti ingin melihat adakah perbedaan pendapatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 21
yang di peroleh pedagang sebelum adanya program tendanisasi dan
setelah adanya program tendanisasi.
2. Landasan Teori
Weber merumuskan mengenai paradigma definisi sosial yang di
dalamnya mempelajari tentang tindakan sosial. Paradigma definisi sosial
secara pasti memandang manusia sebagai orang yang aktif menciptakan
kehidupan sosialnya sendiri. Penganut paradigma definisi sosial
mengarahkan perhatian kepada bagaimana caranya manusia mengartikan
kehidupan sosialnya atau bagaimana caranya mereka membentuk
kehidupan sosial yang nyata.
Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial yang dikemukakan
oleh Weber. Tindakan merupakan suatu perbuatan, perilaku, atau aksi
yang dilakukan oleh manusia untuk mencapai tujuan tertentu. Teori
tindakan sosial (Social Action Theory) Weber, mengungkapkan bahwa
semua tindakan manusia diarahkan oleh makna-makna. Jadi untuk
memahami dan menjelaskan tindakan, makna-makna dan motif-motif yang
ada dibalik tindakan itu harus digali dan diapresiasi.
Untuk mengapresiasi motif di balik tindakan tersebut Weber
menganjurkan untuk menggunakan pemahaman atau verstehen. Peneliti
hendaknya menempatkan dirinya dalam posisi si actor serta mencoba
memahami barang sesuatu seperti yang difahami oleh aktor.(George
Ritzer, 1992:46)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 22
Dalam melakukan penelitian mengenai peran program tendanisasi
terhadap pendapatan pedagang, peneliti perlu menggali motif apa yang ada
di balik ketersediaan pedagang untuk mengikuti program tendanisasi.
Disini peneliti ingin mencari jawaban apakah mengikuti program
tendanisasi merupakan tindakan pedagang untuk mencapai tujuannya atau
tendanisasi di jadikan alat bagi pedagang untuk tetap menjalankan
usahanya di Pasar Jumat. Dengan menggali motif ini penulis bisa
mendapatkan informasi sesuai dengan masalah yang penulis ambil.
Tindakan pedagang sektor timur yang merasa keberatan dengan
harga tenda yang terlalu mahal dengan melakukan aksi demo merupakan
wujud dari tindakan rasional instrumental. Menurut tindakan rasional
instrumental, pedagang tidak hanya menilai cara yang baik untuk
mencapai tujuannya, tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
Pedagang lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk
mencapai tujuan yang dipilih tadi yaitu dengan berkumpul dan melakukan
demo. Hasil ini sesuai dengan tujuan pedagang yaitu penurunan harga
tenda.
Pemerintah mengadakan program tendanisasi yang ditujukan untuk
pedagang dengan tujuan-tujuan yang telah di tentukan. Bagi pedagang
sendiri mengikuti program tendanisasi merupakan alat yang mereka pakai
agar tetap dapat melakukan usahanya di Pasar Jumat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 23
Menurut Weber individu melakukan suatu tindakan berdasarkan
atas pengalaman, pemahaman, persepsi atas suatu objek stimulus dan
situasi tertentu. Tindakan individu merupakan tindakan sosial yang
rasional yaitu untuk mencapai tujuan atau sasaran dengan sarana-sarana
yang paling tepat (Ritzer, 1985:46-47). Tindakan tersebut secara nyata
diarahkan untuk orang lain, juga dapat berupa tindakan yang bersifat
subyektif yang mungkin terjadi karena pengaruh positif dari situasi
tertentu atau merupakan tindakan perorangan dengan sengaja sebagai
akibat dari pengaruh situasi yang serupa atau berupa persetujuan secara
pasif dalam situasi tertentu.
Tindakan rasional menurut Weber merupakan pertimbangan sadar
dan pilihan bahwa tindakan itu dinyatakan. Weber membagi rasionalisme
tindakan kedalam empat macam yaitu rasionalitas instrumental,
rasionalitas yang berorientasi nilai, tindakan rasional, dan tindakan afektif.
Rasionalitas instrumental sangat menekankan tujuan tindakan dan alat
yang dipergunakan dengan adanya pertimbangan dan pilihan yang sadar
dalam melakukan tindakan sosial. Dibandingkan dengan rasionalitas
instrumental, sifat rasionalitas yang berorientasi nilai yang penting adalah
bahwa alat–alat hanya merupakan pertimbangan dan perhitungan yang
sadar, tujuan–tujuannya sudah ada dalam hubungannya dengan nilai–nilai
individu yang bersifat absolut atau nilai akhir baginya.
Memahami tindakan ekonomi sebagai bentuk dari tindakan sosial
dapat dirujuk pada konsep tindakan sosial yang di ajukan oleh Weber
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 24
(dalam Damsar, 2009:31), tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai
suatu tindakan sosial se jauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah
laku orang lain. Memberi perhatian ini dilakukan secara sosial dalam
berbagai cara misalnya memperhatikan orang lain, berbicara dengan
mereka, dan memberi senyuman kepada mereka. Lebih jauh Weber
menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakannya kepada
perilaku orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini berarti
bahwa aktor menginterpretasikan (verstehen) kebiasaan-kebiasaan, adat
dan norma-norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang
sedang berlangsung.
3. Penelitian Terdahulu
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk
mempermudah dalam pengumpulan data, metode analisis data yang
digunakan dalam pengolahan data, maka penulis mencantumkan hasil
penelitian terdahulu yang terkait dengan penelitian ini. Hal ini d ilakukan
untuk mendapatkan gambaran dalam menyusun kerangka pemikiran
dengan harapan hasil penelitian dapat tersaji secara akurat dan mudah
dipahami. Di samping itu untuk mengetahui persamaan dan perbedaan dari
beberapa penelitian sebagai kajian yang dapat mengembangkan
wawasan berfikir peneliti.
Dari sekian literatur atau skripsi yang penulis temukan, terdapat
beberapa skripsi yang topiknya sama, namun terdapat persamaan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 25
perbedaan dari sisi pembahasannya. Dan hal ini dapat kita lihat dari
penjelasan di bawah ini:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Sari Hardiyanto dengan
judul Relokasi “Pasar Klithikan” Banjarsari (Studi Evaluasi Pelaksanaan
Program Relokasi Pedagang Kaki Lima di “Pasar Klithikan” Kecamatan
Banjarsari Surakarta). Yang menjadi latar belakang penulis melakukan
penelitian adalah melihat PKL yang sejauh ini masih menjadi satu
komunitas yang belum diuntungkan dan terpinggirkan di dalam proses
pembangunan. PKL yang kebanyakan menempati ruang publik telah
dianggap mengganggu keberadaan komunitas pengguna ruang lainnya.
Maka dari itu diperlukan relokasi. Memang dari apa yang ditemukan di
lapangan program ini cukup berhasil namun masih ada kekurangan yaitu
aspek aksesabilitas, koordinasi dan keterbukaan program ini kepada
khalayak. Penelitian ini menggunakan teknik analisa SWOT dengan
membandingkan antara factor eksternal dengan hasil yaitu peluang
(opportunities) yaitu adanya peran serta dari semua elemen dan ancaman
(threats) berupa isu penyelewengan kios dan juga konflik kepentingan
antara pendatang dan yang di datangi serta faktor internal yaitu kekuatan
(strengths) dan kelemahan (weakness) berupa pembagian kios yang tidak
proporsional.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indra Wijaya dengan judul
“Evaluasi Dampak Sosial Pedagang Dari Proyek Pembangunan Pasar
Ngarsopuro”. Penelitian ini mengevaluasi dampak dari proyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 26
pembangunan Pasar Ngarsopuro secara sosial terhadap para pedagangnya.
Peneliti mengartikan dampak secara sosial berupa dampak interaksi sosial
antar pedagang. Tujuan penelitian ini sendiri adalah untuk mengetahui
keefektifan hasil proyek pembangunan pasar Ngarsopuro secara sosial
dalam mencapai tujuan awal, untuk mengetahui ketercakupan hasil proyek
pembangunan, untuk mengetahui ada tidaknya akibat yang tidak
dikehendaki dari proyek pembangunan, untuk mengetahui ada tidaknya
keuntungan dari segi sosial yang diperoleh pedagang dan pemerintah
Surakarta, dan untuk mengetahui efisiensi pedagang menggunakan sumber
dana dan tenaga dari proyek pembangunan Pasar Ngarsopuro.
Adapun persamaan serta perbedaan antara kedua skripsi di atas
dengan penelitian ini adalah:
1. Persamaan dengan skripsi Sari Hardiyanto (2008) adalah penelitian
terfokus pada pedagang dengan teknik pengambilan sampel purposive
sampling. Sedangkan perbedaannya terlihat dari judul, lokasi, jenis
penelitian, teknik analisa data, tujuan serta hasil penelitian. Skripsi dari
Sari Hardiyanto menggunakan metode evaluasi serta analisa SWOT
untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program relokasi.
Sedangkan penelitian ini lebih terfokus untuk melihat peran dari
program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang. Jenis
penelitian ini deskriptif kualitatif dengan menggunakan analisis
interaktif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 27
2. Persamaan dengan skripsi Indra Wijaya (2010) adalah penelitian
terfokus pada pedagang serta teknik analisa datanya adalah analisis
interaktif. Sedangkan perbedaannya terlihat dari judul, lokasi, tujuan
serta hasil penelitian. Skripsi Indra Wijaya bertujuan untuk mengetahui
apakah proyek pembangunan pasar memberikan dampak sosial
terhadap pedagang di dalamnya. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk
mengetahui peran program tendanisasi dalam meningkatkan
pendapatan pedagang.
F. Definisi Konseptual
1. Peran adalah suatu konsep fungsional yang menjelaskan fungsi seseorang
(lembaga) dan dibuat atas dasar tugas-tugas yang nyata dilakukan
seseorang (lembaga). Peranan sebagai konsep yang menunjukkan apa yang
dilakukan oleh seseorang atau lembaga (Hendro Puspito, 1989:182)
2. Pasar adalah suatu tempat usaha bagi pedagang dan berfungsi untuk
menjajakan dagangannya yang ditandai dengan adanya jual-beli secara
langsung yang melibatkan lebih banyak pedagang, masih menggunakan
manajemen sederhana, terdapat proses tawar menawar (Mahendra Wijaya,
2007:88)
3. Pedagang adalah orang yang memperjualbelikan produk atau barang
kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung dalam
rangka untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pribadi dan keluarganya
(Damsar, 2002:95)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 28
4. Pendapatan adalah hasil berupa uang atau materi lainnya yang dapat di
capai dari pada penggunaan faktor-faktor produksi. Pendapatan secara
umum diartikan sebagai penerimaan yang diperoleh dari hasil penjualan
barang atau jasa (Winardi, 1992:171)
G. Kerangka Berpikir
Pasar Jumat mampu memberikan dampak positif baik secara
ekonomi, sosial maupun budaya. Dilihat dari aspek ekonomi Pasar Jumat
merupakan potensi yang cukup besar dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat khususnya masyarakat yang berdagang di Pasar Jumat. Dari aspek
sosial Pasar Jumat dapat mengurangi pengangguran dan kemiskinan karena
menjadi tempat usaha bagi masyarakat. Dari aspek budaya Pasar Jumat dapat
digunakan sebagai sarana wisata belanja yang murah khususnya untuk
kalangan menengah ke bawah. Namun Pasar Jumat cenderung kondisinya
semrawut, panas dan tidak rapi sehingga memberikan atmosfer yang tidak
nyaman dalam berbelanja. Kurangnya promosi penjualan mengakibatkan
Pasar Jumat hanya dikenal masyarakat sekitar Kabupaten Karanganyar dan
kurang dikenal masyarakat luas.
Melihat keadaan serta potensi pasar yang dapat dijadikan sebagai
wisata belanja maka pemerintah melakukan strategi berupa di adakannya
program tendanisasi. Program tendanisasi sendiri bertujuan untuk keindahan
dan ketertiban, menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata, menciptakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 29
kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja dan memperlancar arus
la lu lintas.
Untuk itu peneliti ingin melihat peran program tendanisasi dalam
meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar. adapun
gambar kerangka pemikiran sebagai berikut:
Bagan 1.1
Kerangka Berpikir
H. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan dilakukan termasuk dalam kategori
penelitian kualitatif berdasarkan metode utamanya yang dipakai yaitu
deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk memberikan uraian
mengenai suatu gejala sosial yang diteliti. Deskriptif kualitatif adalah
mendeskripsikan hal-hal yang sifatnya tidak bisa dihitung, dihafal, d ilihat
jumlahnya tetapi berkaitan dengan kualitas hal tersebut. (Slamet, 2006:8)
2. Lokasi Penelitian
Program Tendanisasi
Pendapatan Pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 30
Lokasi yang dipilih adalah Pasar Jumat Karanganyar. Alasan
dipilihnya Pasar Jumat sebagai lokasi penelitian karena Pasar Jumat
sebagai tempat para pedagang menjual dagangannya untuk memperoleh
keuntungan serta dilakukannya program tendanisasi oleh pemerintah
Kabupaten Karanganyar.
2. Sumber Data
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh secara langsung dari informan yang
diperoleh melalui wawancara mendalam (indept interview). Informan
dalam penelitian ini adalah pedagang buah, pedagang makanan,
pedagang kerajinan rotan, pedagang jilbab dan pedagang mainan anak
di Pasar Jumat Karanganyar. Selain itu informasi juga penulis
dapatkan dari pegawai dinas pertanian selaku tim pembina yang
mencanangkan program tendanisasi.
b. Data Sekunder
Yang dimaksud data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh bukan secara langsung dari sumbernya. Dalam penelitian ini
sumber data sekunder yang dipakai adalah sumber tertulis seperti
sumber buku, koran, internet dan arsip-arsip yang terkait dengan
Pasar Jumat antara lain data iuran bongkar pasang tenda.
3. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yaitu Purposive Sampling, yakni
pemilihan secara sengaja dengan maksud menemukan apa yang sesuai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 31
dengan tujuan penelitian, dan jumlah sampel dianggap telah cukup
representatif bila dirasa telah mendapatkan kebulatan analisa yang
dikehendaki. Adapun alasan memilih purposive sampel adalah untuk
menggali data mengenai peran program tendanisasi dalam meningkatkan
pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar dengan mengambil 10
sampel yang dijadikan sebagai informan. Informan penulis ambil
berdasarkan jenis barang dagangannya baik pedagang sektor timur
maupun pedagang sektor barat yang ikut dalam program tendanisasi.
Adapun pedagang dalam pengambilan sampel ini adalah 2 orang pedagang
buah, 2 orang pedagang makanan, 2 orang pedagang kerajinan rotan, 2
orang pedagang jilbab dan 2 orang pedagang mainan anak.
4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data adalah suatu proses pengadaan data primer untuk
keperluan penelitian. Pengumpulan data adalah langkah yang amat penting
dalam metode ilmiah, karena pada umumnya data yang dikumpulkan
digunakan untuk menguji hipotesa yang sudah dirumuskan.
Dalam penelitian ini, pengumpulan data akan dilakukan langsung
oleh peneliti dalam situasi yang sesungguhnya. Teknik pengumpulan data
dalam penelitian ini yang digunakan adalah data dokumentasi, wawancara
mendalam yang berhubungan dengan data yang diperlukan dan observasi.
1. Observasi tak berperan
Teknik observasi digunakan untuk menggali data dari sumber
data yang berupa peristiwa, tempat atau lokasi, dan benda serta
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 32
rekaman gambar. Observasi dapat dilakukan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pada observasi langsung dapat dilakukan
dengan mengambil peran atau tak berperan (H.B Sutopo, 2002:64)
Sementara observasi tak berperan adalah kegiatan
pengumpulan data yang bersifat nonverbal dimana peneliti tidak
berperan ganda. Peneliti berperan sebagai pengamat belaka. Dia tidak
turut serta sebagai aktor yang melibatkan diri di dalam suatu kegiatan.
2. Wawancara Mendalam
Wawancara ini dilakukan dengan mengarah pada kedalaman
informasi dengan pertanyaan yang semakin memfokus sehingga
informasi yang dikumpulkan cukup mendalam. Kelonggaran cara ini
akan mampu mengorek kejujuran informan untuk memberikan
informasi yang sebenarnya terutama yang bersangkutan dengan
perasaan, sikap, pandangan dan perbuatan mereka (H.B Sutopo,
2002:58).
Wawancara mendalam di lakukan dengan key informan yaitu
Ketua Paguyuban Pasar Jumat yang dianggap mengetahui
permasalahan dengan lengkap serta dapat menunjuk informan lain
yang diperlukan. Adapan sasaran yang akan penulis tuju sebagai
informan adalah pedagang Pasar Jumat. Wawancara dilakukan dengan
tujuan untuk menggali tentang permasalahan yang muncul yaitu
mengenai peran program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan
pedagang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 33
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah salah satu metode pengumpulan data kualitatif
dengan melihat atau menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi
merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan peneliti kualitatif
untuk mendapatkan gambaran dari sudut pandanag subjek melalui
suatu media tertulis dan dukumen lainnya yang ditulis atau dibuat
langsung oleh subjek yang bersangkutan (Herdiansyah, 2009:143).
Sumber data berupa arsip dan dokumen merupakan sumber data pokok
dalam penelitian kualitatif terutama untuk mendukung proses
interpretasi dari setiap peristiwa yang diteliti. Dalam penelitian ini
dokumentasi berupa sumber-sumber tertulis hasil wawancara, arsip
surat-surat dan laporan resmi.
5. Validitas Data
Dalam penelitian ini untuk mencari validitas data digunakan
metode triangulasi. Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk
keperluan pengecekan data atau sebagai pembanding terhadap data itu.
Denzin telah menengarai empat tipe dasar triangulasi yaitu triangulasi
data, triangulasi investigator, triangulasi teori dan triangulasi metodologis.
Metode triangulasi yang digunakan di dalam penelitian ini yaitu
triangulasi data, teknik triangulasi data ini dengan jalan menggunakan
beberapa metode pengumpulan data untuk meneliti kasus tunggal dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 34
melakukan crosscheck dengan beberapa sumber yang berkaitan dengan
penelitian ini. Yaitu dengan cara melakukan wawancara ditambah
observasi, wawancara di tambah observasi di tambah dokumentasi
(Herdiansyah, 2010:202).
6. Teknik Analisa Data
Untuk analisa data pada penelitian ini dipergunakan teknik analisis
data interaktif menurut Miles dan Huberman terdiri atas empat tahapan
yang harus dilakukan. Tahapan pertama adalah tahap pengumpulan data,
tahapan kedua adalah tahap reduksi data, tahapan ketiga adalah tahap
penyajian data dan tahapan keempat adalah tahap penarikan kesimpulan
(Herdiansyah, 2010:164).
a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada proses penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data berlangsung terus-menerus selama kegiatan
penelitian berlangsung di lapangan. Bahkan sebelum data benar-benar
terkumpul, antisipasi akan adanya reduksi data sudah nampak. Selama
pengumpulan data berlangsung, terjadilah tahapan reduksi berikutnya
yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusur tema, membuat
gugus-gugus, membuat pemilihan data, menulis memo. Reduksi data
ini berlanjut terus-menerus sesudah penelitian di lapangan, sampai
laporan akhir lengkap tersusun. Reduksi data merupakan suatu bentuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 35
analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu, dan mengkoordinasikan data dengan cara sedemikian
rupa hingga kesimpulan finalnya dapat di tarik dan diverifikasi.
b. Penyajian Data
Alur penting yang kedua dari kegiatan analisis adalah penyajian
data, penyajian data yang paling sering digunakan pada masa lalu
adalah bentuk teks naratif. Dalam penelitian kita mendapatkan data
yang amat banyak. Data tersebut amatlah tidak praktis bila kita sajikan
semuanya. Teks tersebut terkadang masih terpencar-pencar, tidak
simultan, tersusun kurang baik, dan kadangkala berlebih-lebihan.
Peneliti tidak boleh mengambil kesimpulan yang gegabah,
menyingkirkan hal-hal yang tidak perlu, mengadakan pembobotan,
menyeleksi.
Sekali lagi perlu dicatat di sini, sama halnya dengan reduksi
data, penciptaan dan penggunaan penyajian data tidaklah terpisah dari
analisisnya. Ia merupakan bagian dari analisis.
c. Penarikan Kesimpulan/verifikasi
Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari suatu konfigurasi
yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama penulisan
berlangsung. Verifikasi merupakan tinjauan-tinjauan ulang pada data
yang ada. Singkatnya, makna-makna yang muncul dari data yang harus
diuji kebenaran, kekokohan, dan kecocokan. Hal ini merupakan
validitasnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 36
Adapun penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai
berikut:
a. Persiapan
1. Mengurus perijinan penelitian: Fakultas, Universitas Negeri
Sebelas Maret, Kesbangpolinmas, Bappeda, Dinas Pertanian
Karanganyar, pasar lokasi yaitu Pasar Jumat Karanganyar.
2. Meninjau pasar terpilih sebagai lokasi penelitian untuk secara
sepintas mempelajari keadaannya, serta kemungkinan memilih
informan yang tepat, khususnya para pelaku pasar.
3. Datang ke Dinas Pertanian selaku tim pembina untuk
menanyakan segala sesuatu yang berkaitan dengan program
tendanisasi Pasar Jumat Karanganyar.
4. Menyusun persiapan penelitian, pengembangan pedoman
pengumpulan data (daftar pertanyaan) dan juga penyusunan
jadwal kegiatan secara rinci.
b. Pengumpulan data
1. Mengumpulkan data di lokasi studi dengan melakukan,
wawancara mendalam kepada pedagang Pasar Jumat berdasarkan
jenis dagangan.
2. Mencatat dokumen data sekunder dari Dinas Pertanian dan
paguyuban Pasar Jumat Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 37
3. Melakukan review dan pembahasan beragam informasi yang
telah terkumpul kemudian dipilih data yang sesuai dengan
penelitian yang dilakukan.
4. Menentukan strategi pengumpulan data yang paling tepat, dan
menentukan fokus, serta pendalaman dan pemantapan data, pada
proses pengumpulan data berikutnya.
c. Analisis data
1. Melakukan verivikasi dan validasi data dengan mengkroscekkan
data yang diperoleh dari informan I ke informan selanjutnya dan
berjalan seterusnya hingga informan terakhir. Semua hasil
wawancara direkam dalam flashrecord, yang kemudian dibuat
naratifnya, reduksi dan belum di buat simpulannya.
2. Hasil wawancara tersebut peneliti pilih yang sesuai dengan
konsep yang dipakai dalam penelitian, kemudian peneliti sajikan
dalam bentuk matriks-matriks hasil wawancara. Data yang
dimasukkan ke dalam matriks adalah data yang telah direduksi
(dibuang yang tidak perlu) oleh peneliti.
3. Dari matrik yang telah dibuat peneliti melakukan analisis dan
simpulan. Analisis dilakukan untuk mengetahui peran program
tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang Pasar
Jumat Karanganyar.
d. Penyusunan Laporan penelitian
1. Penyusunan laporan awal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 38
2. Peneliti menyusun semua data dan analisis yang telah dibuat
3. Setelah semua disusun secara sistematis, peneliti
mendiskusikannya dengan dosen pembimbing. Kemudian
diberikan kritik dan masukan oleh dosen pembimbing.
4. Peneliti memperbaiki hal-hal yang kurang sesuai dan
menambahkan masukan yang diberikan oleh dosen pembimbing.
5. Perbanyakan laporan sesuai dengan kebutuhan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 39
BAB II
DESKRIPSI LOKASI
A. Profil Kabupaten Karanganyar
1. Sejarah
Karanganyar lahir sebagai dukuh kecil, tepatnya terjadi pada
tanggal 19 April 1745 atau 16 Maulud 1670. Pencetus nama Karanganyar
adalah Raden Mas Said, atau yang lebih dikenal dengan sebutan Pangeran
Sambernyawa. Cikal bakal daerah Karanganyar berasal dari Raden Ayu
Diponegoro atau Nyi Ageng Karang dengan nama kecil Raden Ayu
Sulbiyah. Pada waktu itu Karanganyar menjadi sebuah dukuh kecil
(badran baru) yang termasuk dalam wilayah Kasunanan Surakarta.
Akibat dari adanya “Perjanjian Giyanti” pada tanggal 13 Februari 1755
antara Sunan Pakubuwono III dengan Pangeran Mangkubumi, yang salah
satu isinya adalah pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua wilayah,
yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dukuh kecil
Karanganyar yang terletak di Sukowati Selatan termasuk ke dalam
wilayah Kasultanan Yogyakarta dan yang berkuasa pada saat itu adalah Sri
Sultan Hamengkubuwono I (Pangeran Mangkubumi) pada tahun 1755-
1792.
Pada tahun 1847, Sri Mangkunegara III di kerajaannya
Mangkunegaran mengadakan tatanan baru, analogi yang berlaku di
Kasunanan Surakarta adalah Staatblat 1847 No.30 yang mulai berlaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 40
pada tanggal 5 Juni 1847, yang salah satu peraturan tersebut menyatakan
bahwa Karanganyar merupakan salah satu wilayah.
Pada tahun 1903 dibentuk Kabupaten Anom Kota Mangkunegaran,
meliputi wilayah kota Sala bagian utara, Wanareja, Kaliyoso, dan
Colomadu. Istilah Onderregentschap diubah menjadi regentschap atau
dalam bahasa Indonesia yang berarti “Kabupaten” oleh Sri Mangkunegoro
VII yang memegang pemerintahan saat itu (1916-1944), tepatnya pada
tanggal 20 November 1917.
Dengan demikian, pada tanggal 20 November 1917, lahirlah
Kabupaten Karanganyar dengan ibukota Karanganyar. Nama Karanganyar
sendiri terbentuk dari tiga kata yang masing-masing mempunyai arti dan
maksud :
Ka : Kawibawaningkang dipun gayuh (kawibawaan yang dicita-
citakan).
Rang : Rangkepanipun lahir bathin pulung lan wahyunipun sampun
turun temurun (rangkapnya lahir dan batin, pulung dan wahyunya turun).
Anyar : Badhe nampi perjanjian anyar/enggal winisudha jumeneng
Mangkunegoro I (akan menerima perjanjian baru yang diangkat menjadi
Mangkunegoro I)
2. Jumlah penduduk
Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasarkan sensus
penduduk 2011 sebanyak 878.588 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 436.832
jiwa dan perempuan 441.756 jiwa. Adapun pertumbuhan rata-rata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
pertahun 0,73 %. Dengan luas Kabupaten Karanganyar 773,78 Km2, maka
rata-rata tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Karanganyar adalah
1.051 jiwa/Km2.
Jumlah Penduduk di Kabupaten Karanganyar berdasakan registrasi
tahun 2010 sebanyak 878.210 jiwa, terdiri dari laki-laki 436.901jiwa dan
perempuan 441.309 jiwa. Dibandingkan tahun 2009, maka terdapat
pertambahan penduduk sebanyak 6.454 jiwa atau mengalami pertumbuhan
sebesar 0,74 %. Kecamatan dengan penduduk terbanyak adalah
Kecamatan Karanganyar, yaitu 77.413 jiwa (8,81 %), kemudian
Kecamatan Jaten, yaitu 71.109 jiwa (8,10 %), dan Kecamatan
Gondangrejo, yaitu 69.897jiwa (7,96 %). Sedangkan kecamatan dengan
jumlah penduduk paling sedikit adalah kecamatan Jenawi, yaitu 27.916
jiwa (3,18 %), kemudian Kecamatan Ngargoyoso,yaitu 35.845 jiwa (4,08
%) dan kecamatan Kerjo, yaitu 37.947 jiwa (4,32 %).
3. Letak Geografis
Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten di
Propinsi Jawa Tengah dengan batas wilayah
- Sebelah Utara : Kabupaten Sragen
- Sebelah Timur : Propinsi Jawa Timur
- Sebelah Selatan : Kabupaten Wonogiri dan Sukoharjo
- Sebelah Barat : Kota Surakarta dan Kabupaten Boyolali
Bila dilihat dari garis bujur dan garis lintang, maka abupaten
Karanganyar terletak antara1100 40” – 1100 70” Bujur Timur dan 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 42
p28”- 70 46” Lintang Selatan. Ketinggian rata-rata 511 meter di atas
permukaan laut serta beriklim tropis dengan temperatur 220 – 310 .
Luas Wilayah Kabupaten Karanganyar adalah 77.378,64 Ha, yang
terdiri dari luas tanah sawah 22.459,80 Ha dan luas tanah kering 54.917,84
Ha. Tanah sawah terdiri dari irigasi teknis12.918,37 Ha, non teknis
7.586,58 Ha, dan tidak berpengairan 1 .955,61 Ha. Sementara itu luas tanah
untukpekarangan/bangunan 21.213,99 Ha dan luas untuk tegalan/kebun
17.836,49 Ha. Di Kabupaten Karanganyar terdapat hutan negara seluas
9.729,50 Ha dan perkebunan seluas 3 .251,50 Ha.
4. Perindustrian dan perdagangan
Perindustrian memegang peran yang sangat penting bagi
peningkatan perekonomian dan taraf hidup masyarakat. Industri terbanyak
dalam masyarakat adalah industri kecil yang dilaksanakan oleh rumah
tangga dengan produksi dan pendapatan relatif lebih rendah. Industri
menengah dan besar relatif lebih sedikit jika dibandingkan dengan industri
kecil baik yang bersifat formal maupun non formal.
Berdasarkan data yang berasal dari Dinas Perindagkop dan UMKM
Kabupaten Karanganyar sampai tahun 2009 industri menengah dan besar
(non fasilitas) telah terjadi peningkatan sebesar 136 jenis eksport dari
sekitar 132 jenis ekspor dari perusahaan industri menengah dan besar (non
fasilitas) pada tahun 2008, atau terjadi peningkatan 3,03 persen.
Peningkatan jenis ekspor dari industri menengah dan besar ataupun
industri kecil ini sudah sangat jelas dapat membantu pemerintah setempat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 43
dalam menangani permasalahan tenaga kerja, selain tentunya jumlah
investasi yang ada di Kabupaten Karanganyar juga mengalami
peningkatan.
Untuk penyerapan tenaga kerja dari tiga jenis industri selama tahun
2009 mencapai 4,09 %, yakni 0,98 % dari jenis industri menengah dan
besar non fasilitas, artinya ada peningkatan tenaga kerja dari 26.661
selama tahun 2008 menjadi 26.923 orang pada kurun waktu 2009.
Sedangkan dari industri kecil formal dan informal terjadi kenaikan sebesar
1,61 % dan 1,51 % atau ada peningkatan jumlah tenaga kerja sebanyak
169 orang dan 456 orang.
Dalam hal investasi terjadi peningkatan yang cukup signifikan
terutama pada industri kecil formal yakni 7 ,64 %, peningkatan 7 % untuk
industri kecil non formal dan 0,14 % untuk industri menengah dan besar.
Peningkatan investasi ini jelas berpengaruh pada perputaran ekonomi dan
iklim investasi di Kabupaten Karanganyar.
B. Potret Pasar Jumat Karanganyar
1. Sejarah Pasar Jumat Karanganyar
Pasar Jumat Karanganyar awalnya merupakan gagasan dari Dinas
Pertanian dengan alasan melihat panjangnya rantai penjualan produk hasil
pertanian. Dimana konsumen mendapatkan produk pertanian setelah
melalui beberapa penjual mulai dari pedagang pengumpul hingga
pedagang eceran yang tentunya harga murah dari petani ketika sampai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 44
kepada konsumen akan menjadi naik. Pada tahun 1993 maka diadakanlah
Pasar Tani Jumat Pagi di depan kompleks perkantoran Cangakan dengan
tujuan lebih mendekatkan antara petani dengan konsumen serta sebagai
pameran produk-produk hasil pertanian Bumi Intan Pari.
Pada tahun 1995 Pasar Tani Jumat Pagi berhenti beroperasi di
karenakan beberapa kendala. Pertama, sulitnya mengumpulkan petani
yang tinggalnya jauh dari lokasi Pasar Tani Jumat Pagi ini. Kedua,
kurangnya partisipasi dari pada para petani dengan berbagai alasan
menurut pandangan mereka. Ketiga, produk pertanian tidak bertahan lama.
Tahun 2004 di adakan kembali dengan pertambahan pedagang di
luar komoditi pertanian. Dan pada akhirnya jumlah pedagang di luar
komoditi pertanian seperti pakaian dan makanan ini terus bertambah
bahkan lebih dominan dibanding pedagang produk pertanian itu sendiri.
Sehingga terjadi perubahan nama dari Pasar Tani Jumat Pagi menjadi
Pasar Jumat. Dalam kurun waktu 2 tahun terakhir ini Pasar Jumat terus
berkembang jika semula batas lokasi hanya dari depan GOR Mini
Karanganyar sampai kantor KPU kenyataan yang terjadi sekarang ini
Pasar Jumat meluas hingga ke alun-alun.
2. Paguyuban Pasar Jumat
Pada tahun 2007 Dinas Pertanian menyarankan untuk dibentuk
paguyuban pedagang Pasar Jumat sehingga disepakati sebagai koordinator
pedagang pasar jumat ialah Ibu Lestari, di bawah pembinaan Dinas
Pertanian Kabupaten Karanganyar. Kemudian Dinas Pertanian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 45
menyarankan kepada paguyuban untuk bisa berdiri sendiri secara mandiri
dalam pengelolaan pasar jumat karena dipandang sudah mampu untuk
melanjutkan kegiatan secara mandiri dan pengelolaan di lepas dari dinas
ke paguyuban.
Paguyuban dibentuk selain memudahkan dinas terkait untuk
mengkoordinir juga untuk memperkuat posisi PKL dalam melakukan
aktivitasnya dan menjadi satu kesatuan (kekeluargaan). Paguyuban juga
berfungsi sebagai wadah untuk menampung aspirasi pedagang demi
kemajuan usahanya dan juga untuk membicarakan konflik internal jika
terjadi. Di dalam paguyuban terdapat tata tertib dimana para anggotanya
harus mematuhi karena merupakan hasil kesepakatan bersama. Selain itu
untuk menjalankan segala kegiatan paguyuban diperlukan tatanan
organisasi dimana terdapat kepengurusan yang terdiri dari perwakilan
anggota yang dianggap mempunyai tanggung jawab serta mampu
menjalankan tugas demi keberlangsungan kegiatan dan tercapainya tujuan
bersama.
Untuk menjalankan segala kegiatan paguyuban diperlukan tatanan
organisasi dimana terdapat kepengurusan yang terdiri dari perwakilan
anggota yang dianggap mempunyai tanggung jawab serta mampu
menjalankan tugas demi keberlangsungan kegiatan dan tercapainya tujuan
bersama. Susunan pengurus Paguyuban Pasar Jumat, yaitu:
1. Ir. Siti Maisyaroch, M.Si : Pelindung
Kepala Dinas Pertanian Kab. Karanganyar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 46
2. Ir. Susilo Haryanto, MM : Pembina I
Kepala UPTD Pembibitan Pertanian
Dinas Pertanian
Kab. Karanganyar
3. Abdul Rachman, SH : Pembina II
Kasubag Umum Dinas Pertanian
Kab. Karanganyar
4. Ketua : Ibu Lestari Sutiman
5. Sekretaris I : Bp. Rante Patasik
6. Sekretaris II : Ibu Agus Sri Ngatini
7. Bendahara I : Ibu Sri Lamto
8. Bendahara II : Ibu Munawaroh
9. Seksi Pemberdayaan Usaha I : Bp. Suyoto
10. Seksi Pemberdayaan Usaha II : Bp. Supratman
11. Seksi Ketertiban I : Bp. Wawan
12. Seksi Ketertiban II : Bp. Kusno
13. Seksi Ketertiban III : Bp.Doso
14. Seksi Humas I : Bp. Sugeng
15. Seksi Humas II : Bp. Sukat
16. Seksi Humas III : Bp. Riyanto
17. Seksi Keamanan (satpam) : Bp. Wawan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 47
Dimana masing-masing pengurus mempunyai tugas dan
bertanggung jawab atas tugas yang mereka emban. Adapaun uraian tugas
pengurus Paguyuban Pasar Jumat, sebagai berikut
1. Pelindung : Melindungi, mengayomi
dan mendukung segala kepentingan yang
diupayakan oleh anggota paguyuban dan
menggunakan kewenangannya sebagai
pelindung paguyuban dari kebijakan-kebijakan
pemerintah maupun instansi terkait demi
keberlangsungan kegiatan paguyuban untuk
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi
masyarakat kecil melalui Pasar Tani Jumat Pagi
di Karanganyar.
2. Pembina I : Memberikan Pembinaan,
Bimbingan, dan arahan kepada pengurus
maupun anggota paguyuban serta membantu
terlaksananya program-program paguyuban
serta memberikan informasi terkait dengan
kebijakan pemerintah daerah maupun instansi
la in yang terkait.
3. Pembina II : Memberikan Pembinaan,
bimbingan dan arahan juga membantu
pengembangan pengadaan sarana dan prasarana
sesuai prigram-program paguyuban dan
mengevaluasi kegiatan dan kewajiban pengurus
maupun anggota paguyuban secara
menyeluruh.
4. Ketua : Memimpin dan mengendalikan
ja lannya kegiatan dan terlaksananya program-
program paguyuban yang mengacu pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 48
peraturan dan tata tertib yang telah tersusun
secara terbuka, disiplin, jujur dan adil.
Mengkoordinasi anggota paguyuban
5. Sekretaris I : Mencatat segala keputusan
rapat dan menyusun laporan maupun notulen
rapat sesuai dengan agenda kegiatan dan
mengelola administrasi.
6. Sekretaris II : Membantu Sekretaris I
dalam pelaksanaan tugas.
7. Bendahara I : Mengelola keuangan serta
melaporkan penggunaan dana paguyuban
sesuai dengan program anggaran yang sudah
ditentukan.
8. Bendahara II : Menghimpun iuran
rutinitas anggota setiap hari Jumat sesuai
dengan kelompok masing-masing anggota.
9. Seksi Pemberdayaan Usaha :
Mengusahakan segala kepentingan
paguyuban yang berupa sarana dan prasarana
yang diperlukan sesuai agenda program.
10. Seksi Ketertiban : Mengatur ketertiban
anggota dalam pelaksanaan kegiatan.
11. Humas : Memberikan informasi
kepada seluruh anggota sehubungan dengan
agenda kegiatan paaguyuban dan instansi
terkait, mengkoordinasi integrasi dan
sinkronasi dengan instansi terkait dan
masyarakat sekitar.
12. Keamanan : Bertugas menciptakan
rasa aman di lingkungan kerja paguyuban,
menegendalikan adanya ancaman kerusakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 49
maupun cekcok antar anggota maupun
pengunjung.
- Mengatur tata letak usaha anggota
- Mengatur lalu lintas usaha di wilayah usaha
paguyuban
3. Kepemilikan Tenda
Melihat perkembangan Pasar Jumat yang sangat pesat dengan tidak
diimbangi pengelolaan yang baik maka diusulkan penataan pasar Jumat
melalui tendanisasi. Adapun tujuan dan maksud dilakukannya tendanisasi
adalah,
- untuk keindahan dan ketertiban Kabupaten Karanganyar sebagai kota
wisata
- menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata di Karanganyar
- menciptakan kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja
- memperlancar arus lalu lintas dan aktifitas perkantoran
Dari bentuknya ada dua macam tenda yaitu tenda kerucut dan tenda
datar yang digunakan di pasar jumat. Tendanisasi ini dibantu oleh Bank
Daerah Kabupaten Karanganyar sebagai kreditur. Untuk tenda dengan
ukuran 3x3 m seharga 2.875.000,-/unit. Sedangkan untuk ukuran 4x2 m
seharga 2.600.000,-/unit. Saat ini ada 73 unit ukuran 3x3 m yang
menghadap selatan dan 50 unit tenda dengan ukuran 4x2 m menghadap ke
utara. Tiap-tiap pedagang yang merasa terlalu berat untuk membayar
secara langsung dapat mengangsurnya sesuai dengan ketentuan yang telah
di sepakati dengan pihak kreditur yaitu BPD BKD.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 50
4. Pedagang
Pedagang di Pasar Jumat Karanganyar awalnya di khususkan pada
warga masyarakat sekitar Karanganyar. Namun seiring dengan
perkembangannya dan semakin populernya Pasar Jumat di kalangan
pedagang muncul pedagang dadakan yang berasal dari luar Karanganyar.
Pedagang-pedagang ini merupakan pedagang yang kesehariannya
berjualan di lingkungan sekitar Karanganyar ditambah dengan pedagang
dadakan yang selalu berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain
yang dirasa ramai.
Tabel 2.1
Jumlah Pedagang Berdasarkan Letak Tenda
No. Letak Tenda Jumlah Pedagang
1. Selatan 78
2. Utara 55
Jumlah 133
Sumber: data pungutan bongkar pasang tenda, tahun 2012
Jika dilihat dari jenis barang dagangannya saat ini Pasar Jumat di
dominasi pedagang pakaian dan makanan. Selain itu juga ada pedagang
tanaman hias, hewan peliharaan, mainan anak, mebel, aksesoris, buah-
buahan dan keperluan sehari-hari lainnya.
5. Retribusi
Pedagang di Pasar Jumat di pungut retribusi sebesar Rp 500,00
untuk biaya angkut sampah ke TPA sesuai Perda Nomor 16 Tahun 2010.
Selain itu juga ditarik iuran paguyuban sebesar Rp 1.500,00 yang di
alokasikan sebagai dana sosial, biaya penunjang kegiatan, jasa keamanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
dan hal-hal mendesak lain terkait kegiatan paguyuban. Serta iuran bongkar
pasang tenda sebesar Rp 5.000,00 untuk setiap tenda yang diminta setiap
Jumat oleh bendahara paguyuban. Sedangkan untuk kebersihan di ambil
dari iuran paguyuban yang kemudian di serahkan kepada petugas DKP
yang menangani masalah kebersihan di Pasar Jumat.
6. Pengunjung/Konsumen
Karena berlokasi di kompleks perkantoran dan sekolah maka
sebagian besar pengunjung yang datang adalah anak-anak sekolah dan
pegawai pemerintahan maupun swasta. Terlebih hari Jumat untuk anak
sekolah dan pegawai pulang lebih awal sehingga mereka biasanya
berkunjung terlebih dahulu ke Pasar Jumat. Lokasi Pasar Jumat ini cukup
strategis karena selain berada di kompleks perkantoran juga di dekat pusat
kota sehingga aksesnya sangatlah mudah.
Selain itu pasar jumat juga berada di seberang pusat perbelanjaan
di Karanganyar seperti MITRA, Amigo, Rahayu, Alfamart, Indomaret
yang merupakan pasar modern. Kehadiran Pasar Jumat yang menjadi satu-
satunya pasar tradisional di antara beberapa pasar modern yang ada
menjadi penarik bagi konsumen atau pengunjung untuk datang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 52
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Profil dan Karakteristik Informan
a. Profil Informan
Informan adalah orang yang dianggap paling mengetahui
permasalahan yang dihadapi dan bersedia memberikan informasi yang
dibutuhkan. Informan dalam penelitian ini adalah orang yang tahu dan
dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan peneliti baik
lisan ataupun tertulis, guna mengetahui peran program tendanisasi
dalam meningkatkan pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar.
Penulis mengambil informan yaitu pedagang berdasarkan jenis
dagangannya serta posisi berdagang. Ini dilakukan karena pedagang
merupakan pihak yang mengalami program, baik program tendanisasi
pertama maupun kedua. Adapun pedagang yang penulis jadikan
informan berjumlah 10 orang dengan 5 orang pedagang sektor timur
yang mengalami program tendanisasi periode pertama dan 5 orang
pedagang sektor barat yang mengalami program tendanisasi periode
kedua, yaitu :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 53
1. Mbak Ayuk, pedagang matengan (30 tahun)
Mbak Ayuk merupakan anak dari Ibu Lestari yang
merupakan Ketua Paguyuban Pasar Jumat. Karena Bu Lestari sibuk
mengkoordinir Pasar Jumat maka jualan matengan di serahkan
kepada mbak Ayuk.. Suaminya bekerja di bengkel bus. Setiap
Jumatnya mbak Ayuk dibantu 3 orang. Bertempat tinggal di
Karanganyar. Mbak ayuk adalah pedagang sektor timur.
2. Mas Iyan, pedagang buah (35 tahun)
Mas Iyan merupakan pedagang buah pisang dan sudah 7
tahun berjualan di Pasar Jumat. Pada hari biasa mas iyan mengaku
bekerja di pabrik. Mas Iyan bisa dibilang berdagang di Pasar Jumat
sejak awal. Dulu selain berdagang buah ia juga berjualan tanaman
hias.
3. Mbak Umi, pedagang mainan anak (32 tahun)
Mbak Umi merupakan pedagang mainan anak dan biasanya
berjualan bersama suaminya. ia sudah berdagang di Pasar Jumat
hampir t3 tahun. Mbak Umi bertempat tinggal di Palur.
4. Mbak Kurnia, pedagang jilbab (39 tahun)
Mbak Kurnia merupakan pedagang kerudung yang sudah 4
tahun berjualan di Pasar Jumat biasanya berjualan bersama suami.
Ia juga menyewa kios di Plasa Palur. Memiliki dua anak yang satu
sekolah SD dan satunya masih 4 tahun. Bertempat tinggal di
Perumnas Palur, Ngringo, Jaten, Karanganyar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 54
5. Bapak Ranto Pasek, pedagang kerajinan rotan (50 tahun)
Bapak Ranto selain berdagang di Pasar Jumat juga berdagang
di taman dan Manahan. Bapak Ranto bertempat tinggal di Bejen,
Karanganyar. Ketika berdagang di Pasar Jumat beliau di bantu
istrinya.
6. Ibu Rahayu, pedagang matengan (42 tahun)
Ibu Rahayu berjualan matengan seperti lauk pauk, nasi, aneka
sayur, minuman dan makanan. Berdagang di Pasar Jumat ia dibantu
dua orang saudara. Ibu Rahayu bertempat tinggal di Cangakan,
Karanganyar. Ibu Rahayu merupakan pedagang sektor barat. Ibu
rahayu juga meminta bantuan tetangga.
7. Bapak Suwito, pedagang buah (48 tahun)
Bapak Suwito bukan masyarakat asli Karanganyar. beliaupun
tinggal di Solo. Bapak Suwito merupakan salah satu pedagang
pendatang yang berada di sektor barat dan telah berjualan di Pasar
Jumat hampir 2 tahun.
8. Bapak Dul, pedagang mainan anak (45 tahun)
Bapak Dul merupakan pedagang sektor barat yang sudah
berjualan di Pasar Jumat hampir 3 tahun. Awalnya ia berdagang di
sebelah timur namun karena dianggap mengganggu pedagang
sebelah timur yang sudah di tenda maka sejak satu tahun lalu ia
pindah ke sebelah barat yang belum ada tenda.
9. Mbak Windu, pedagang jilbab (39 tahun)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 55
Mbak Windu merupakan pedagang sektor barat yang
berjualan bersama temannya. Ia berasal dari Sukoharjo
10. Bapak Tarno, pedagang kerajinan rotan (48 tahun)
Bapak Tarno adalah pedagang kerajinan rotan seperti kursi,
meja, cermin, tempat bunga, ayunan dan perabotan rumah lainnya
yang terbuat dari rotan. Beliau berdagang di Pasar Jumat dengan
menggunakan mobil dan bertempat tinggal di Solo. Berikut adalah
matrik 10 informan yang telah diwawancarai penulis,
Matrik 3.1
Profil Informan
No. Nama Umur Alamat Jenis Dagangan
1. Mbak Ayuk 30 th Karanganyar Matengan
2. Mas Iyan 35 th Karanganyar Buah
3. Mbak Umi 32 th Karanganyar Mainan anak
4. Mbak Kurnia 39 th Karanganyar Jilbab
5. Pak Ranto 50 th Karanganyar Kerajinan rotan
6. Ibu Rahayu 42 th Karanganyar Matengan
7. Bapak Suwito 48 th Solo Buah
8. Bapak Dul 45 th Solo Mainan anak
9. Mbak Windu 39 th Sukoharjo Jilbab
10. Bapak Tarno 48 th Solo Kerajinan rotan
Sumber: data primer
b. Karakteristik Informan
Karakteristik informan perlu untuk diketahui agar peneliti mudah
untuk mengklasifikasikan informan yang ada. Dalam penelitian ini
peneliti mengambil informan dari berbagai jenis barang dagangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 56
Tujuan dari penulis dengan mengambil informan berdasarkan jenis
dagangan adalah untuk mengetahui perbedaan pendapat serta
pengalaman pedagang mengenai peran program tendanisasi dalam
meningkatkan pendapatan selama berdagang di Pasar Jumat
Karanganyar.
Pengambilan informan juga penulis lakukan berdasarkan lokasi
berdagang karena program tendanisasi sendiri d ilaksanakan dua kali.
Informan terdiri dari pedagang sektor timur yang sudah mengalami
program tendanisasi hampir 2 tahun dan juga pedagang sektor barat
yang baru mengalami program tendanisasi. Dari sini penulis ingin
mengetahui adakah perbedaan peran dalam program tendanisasi
periode pertama dan program tendanisasi periode kedua dalam
meningkatkan pendapatan pedagang.
Matrik 3 .2
Informan Berdasarkan Pengelolaan Usaha, Jenis Usaha Lain di Luar Pasar
Jumat dan Lama Jualan di Pasar Jumat
No. Nama Pengelolaan Usaha
Jenis Usaha Lain Lama Jualan
Lokasi
1. Mbak Ayuk
Sendiri dan di bantu tetangga
Jualan di depan Pegadaian
7thn Timur
2. Mas Iyan
Sendiri dan di bantu teman
Bekerja di pabrik 7 thn Timur
3. Mbak Umi
Sendiri dan di bantu suami
Jualan di event-event 4 thn Timur
4. Mbak Kurnia
Sendiri dan di bantu suami
Punya kios di Plasa Palur
4thn Timur
5. Pak Ranto Pasek
Sendiri dan di bantu istri dan adik
Jualan di taman dan Manahan
4thn Timur
6. Ibu Rahayu
Sendiri dan di bantu tetangga
Keliling sekitar Karanganyar
3thn Barat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 57
7. Bapak Suwito
Sendiri Jualan di pasar 3thn Barat
8. Bapak Dul
Sendiri Jualan di event-event 3thn Barat
9. Mbak Windu
Bersama teman Jualan di Manahan 2thn Barat
10. Bapak Tarno
Sendiri dan dibantu istri
Jualan di Manahan 2thn Barat
Sumber: data primer
Berdasarkan tabel 3.2 terlihat bahwa pengelolaan usaha pedagang
semuanya di kelola sendiri, namun dalam pelaksanaannya di bantu oleh
teman atau keluarga. Hal ini membuktikan bahwa Pasar Jumat cukup
menghasilkan bagi para pedagang. Karena jika mereka berjualan sendiri di
rasa kurang mampu untuk melayani pengunjung atau pembeli yang cukup
banyak.
Selain itu pekerjaan utama informan adalah berdagang. Karena pada
hari b iasa informan juga berdagang, berdagang menjadi pekerjaan utama.
Meskipun demikian ada salah satu informan yang juga pegawai pabrik, ini
terjadi karena Pasar Jumat hanya ada sekali dalam satu minggu. Informan
sudah berjualan di Pasar Jumat minimal dua tahun. Sebenarnya ini sengaja
penulis ambil untuk mengetahui seberapa besar perubahan yang dialami
informan sebelum dan sesudah program tendanisasi terutama dalam
perolehan pendapatan.
Informan yang penulis ambil juga bervariasi menurut barang
dagangannya. Hal ini agar penulis bisa mengetahui variasi informasi
berdasarkan pendapat serta pengalaman dari berbagai jenis pedagang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 58
mengenai peran program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan
mereka.
2. Pasar Jumat Karanganyar Sebelum Program Tendanisasi
Pasar Jumat Karanganyar awalnya merupakan gagasan dari Dinas
Pertanian Karanganyar yang ditujukan sebagai tempat promosi untuk
penghasil produk pertanian Kabupaten Karanganyar. Akan tetapi dalam
pelaksanaannya banyak kendala yang di hadapi seperti produk pertanian
yang tidak tahan lama serta masa panen yang berbeda. Karena kendala
tersebut pasar yang semula bernama Pasar Tani Jumat Pagi ini sempat
terhenti karena sedikitnya pedagang yang berjualan. Setelah beberapa lama
Pasar Jumat kembali berkembang dengan masuknya pedagang non
komoditi pertanian yang semakin lama jumlah pedagangnya terus
bertambah. Mayoritas pedagang yang masuk adalah pedagang kebutuhan
pokok yang lama kelamaan keberadaan pedagang produk pertanian sendiri
semakin tertutup.
Adapun pedagang yang berjualan di Pasar Jumat bervariasi
menurut jenis dagangannya baik itu kebutuhan pokok yang berupa
sembako, pakaian, makanan maupun produk-produk lain seperti kerajinan
rotan, mainan anak, jilbab, tanaman hias serta beberapa produk pertanian
maupun hasil olahannya. Keberadaan Pasar Jumat mampu menjadi pusat
ekonomi bagi masyarakat Karanganyar karena menyediakan barang-
barang kebutuhan pokok. Pasar Jumat menjadi daya tarik tersendiri bagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 59
masyarakat di tengah-tengah banyaknya pasar modern di Kabupaten
Karanganyar.
Pasar Jumat yang semula berlokasi dari depan GOR Mini hingga
depan KPU pada awalnya kondisi fisiknya tidaklah seperti saat ini.
Sekitar 4 tahun yang lalu Pasar Jumat masih terlihat semrawut dan
kurang tertib. Kurangnya fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
daerah membuat pedagang berjualan dengan sarana pribadi yang
seadanya. Umumnya mereka menggunakan terpal untuk menutupi
barang dagangannya yang dipasang di atas sebagai atap. Selain itu
terpal juga digunakan sebagai alas barang dagangan mereka. Pedagang
harus datang pagi-pagi untuk memasang terpal. Dari pemerintah sendiri
sebelumnya memang sudah memberikan fasilitas seperti payung tapi
hanya di khususkan untuk pedagang komoditi pertanian saja. Karena
Pasar Jumat awalnya memang ditujukan untuk pedagang hasil bumi.
Seperti pernyataan yang disampaikan oleh Mas Iyan, pedagang
buah sektor timur berikut ini.
“dulu sebelum di adakan program tendanisasi kondisi fisik Pasar Jumat sangatlah tidak rapi dan kurang menarik. Sehingga demi kelancaran usaha dagang para pedagang harus menggunakan sarana swadaya. Dari mereka ada yang datang pagi-pagi untuk memasang terpal. Ketika itu pasar terlihat semrawut dan pengunjungnyapun tidak banyak seperti sekarang ini, dulu kan sebelum diresmikan tendanya oleh Bupati, Pasar Jumat sendiri kurang populer.”(wawancara 13 April 2012). Senada dengan pernyataan dari Mbak Umi, pedagang mainan anak berikut ini; “waktu belum ada tenda, Pasar Jumat panas sekali. Udah gitu kalau dilihat dari jauh kurang menarik. Pengunjungnyapun nggak seramai seperti sekarang. Pedagangnyapun nggak tertib .”(wawancara 13 April 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 60
Keadaan di Pasar Jumat yang cukup panas karena tidak adanya
penutup membuat masyarakat malas untuk berkunjung ke Pasar Jumat.
Terlebih pasar yang terkesan semrawut akan menimbulkan akibat yang
tidak di inginkan terutama bagi lingkungan sekitar pasar berada. Akibat
tersebut berupa mengganggu kelancaran lalu lintas mengingat lokasi Pasar
Jumat yang berada di jalur lambat. Karena sarana yang di pakai oleh
pedagang hanya seadanya membuat pengunjung kurang nyaman untuk
berlama-lama di Pasar Jumat. Akibatnya kebanyakan dari pengunjung
hanya sekedar melihat-lihat tanpa membeli.
Selain itu kondisi Pasar Jumat yang semrawut dianggap
mengganggu kinerja pegawai instansi yang kantornya terletak di sekitar
Pasar Jumat. Pedagang ketika itu tidak tertib mereka berdagang di
sembarang tempat yang mengganggu aktifitas pengguna jalan. Pedagang
menempati ruang-ruang yang seharusnya tidak diperbolehkan untuk
berjualan seperti di trotoar. Kondisi fisiknya jauh dari kesan menarik,
pedagang terkesan berpencar-pencar dengan sarana dagang yang beraneka
ragam. Karena akibat yang tidak diinginkan ini sempat ada wacana untuk
menggeser Pasar Jumat ke hari Minggu yang tentu saja mendapat
penolakan dari pedagang karena jika hari Minggu pedagang sudah
memiliki lokasi berdagang sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 61
Dari gambar di atas terlihat kondisi Pasar Jumat yang kurang
menarik, pedagang menggunakan sarana seadanya yang berupa terpal
untuk menutupi barang dagangannya. Pengunjung yang datangpun masih
terlihat sedikit karena kurangnya kenyamanan. Menurut pernyataan dari
Ibu Lestari selaku Ketua Paguyuban Pasar Jumat di atas, sebelum adanya
program tendanisasi pedagang dalam menjalankan usahanya bersifat
swadaya. Karena inilah Pasar Jumat terlihat tidak rapi dan semrawut
karena tidak adanya keseragaman tempat usaha. Kondisi Pasar Jumat yang
jauh dari rapi mengakibatkan kurangnya kenyamanan bagi pengunjung,
dan ini menjadi faktor utama mengapa pada saat itu Pasar Jumat tidak
seramai sekarang ini. Selain kurang ramainya Pasar Jumat karena keadaan
yang semrawut dan tidak rapi, kendala lain juga di hadapi oleh pedagang.
Gambar 3.1 Kondisi Pasar Jumat Sebelum Tendanisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 62
Kendala tersebut berkaitan dengan tidak adanya bukti tempat usaha.
Pedagang selalu bergeser apabila tempat dagangannya sudah ditempati
oleh pedagang lain dan tidak adanya bukti mengakibatkan mereka harus
pasrah dan mengalah untuk mencari tempat lain. Terlihat sekali pedagang
hanya sekedar memanfaatkan ruang kosong yang terkadang terlihat sangat
memaksakan. Tak diherankan jika terjadi perebutan tempat berdagang.
Karena keinginan pedagang untuk tetap berjualan di Pasar Jumat namun
tidak memiliki tempat yang pasti membuat pedagang terkadang berjualan
di trotoar dimana seharusnya mereka tidak boleh berjualan di sini. Tak
jarang mereka harus terkena gusur oleh Satpol PP, terlebih lokasi Pasar
Jumat sendiri yang terbatas.
Berpindah-pindahnya tempat dagangan ini membuat para pedagang
tidak memiliki langganan tetap. Karena untuk pembeli sendiri jika harus
mencari-cari tempat jualan pedagang yang bersangkutan merasa malas.
Terlebih kondisi fisik Pasar Jumat pada saat itu jauh dari nyaman.
Pedagang yang tidak tertib dan sarana dagang yang seadanya menjadi
faktor sedikitnya pengunjung yang ada. Pasar Jumatpun kurang dikenal
oleh masyarakat luas karena tidak adanya promosi dari pemerintah,
pengunjung hanya mengetahui Pasar Jumat dari mulut ke mulut.
Berpindah-pindahnya pedagang ini terkait tidak adanya bukti hak
kepemilikan bagi masing-masing pedagang dan kurangnya pengawasan.
Pedagang harus benar-benar datang pagi untuk membuka lapak mereka
agar tidak tergusur oleh pedagang lain. Selain itu karena kurang baiknya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 63
sarana dan prasarana yang digunakan pedagang saat itu, pengunjung Pasar
Jumat masih sedikit. Ditambah dengan kondisi Pasar Jumat yang sangat
semrawut sehingga kurang menarik perhatian pengunjung.
Kondisi Pasar Jumat yang semrawut, tidak tertata dan terkesan
kumuh dianggap mengganggu pemandangan dan membuat macet.
Terlebih lokasi pasar yang berada di komplek perkantoran dapat
mengganggu kinerja pegawai instansi yang lokasinya berada di sekitar
Pasar Jumat. Tidak adanya surat ijin usaha juga membuat pedagang rawan
untuk digusur, hanya ada paguyuban yang menjadi wadah mereka.
Meskipun demikian keberadaan Pasar Jumat memberikan
keuntungan yang cukup besar bagi pedagang. Mengingat lokasi Pasar
Jumat sendiri yang sangat strategis dengan aksesnya yang mudah. Dengan
berjualan di Pasar Jumat pedagang mampu mendapatkan keuntungan lebih
di banding mereka berjualan pada hari-hari biasa di luar Pasar Jumat.
Pemerintah sendiri beranggapan apabila di adakan penataan maka Pasar
Jumat ke depannya dapat di jadikan sebagai wisata belanja yang dapat
memberikan keuntungan ekonomi bagi pedagang.
Matriks 3.3
Informan Berdasarkan Jenis Dagangan, Besar Kecilnya Modal Awal dan
Pendapatan di Pasar Jumat
No. Jenis Dagangan Modal Pendapatan
1. Mbak Ayuk 100rb
2. Mas Iyan 100rb
3. Mbak Umi 50 rb
4. Mbak Kurnia >1 jt 100 rb
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 64
5. Bapak Ranto 100 rb
Sumber: data primer pedagang sektor timur
Dari matriks 3 .3 dapat dilihat besar kecilnya modal awal pedagang
ketika berjualan di Pasar Jumat. Besar kecilnya modal berbeda berdasarkan
jenis barang yang dijual. Untuk pedagang makanan seperti matengan dan
buah yang masa bertahan barangnya singkat hanya menggunakan modal
sedikit. Sedangkan untuk pedagang mainan anak, jilbab dan kerajinan rotan
mengeluarkan modal yang besar. Karena mereka tidak memproduksi barang
sendiri melainkan kulakan.
Pendapatan yang diperoleh antara pedagang makanan dengan
pedagang non makanan terlihat tidak berimbang. Karena pedagang makanan
harus membeli barang-barang yang mereka jual setiap minggu. Sedangkan
bagi pedagang non makanan hanya akan kulakan ketika barang dagangan
mereka mulai habis dan berkurang itupun hanya dilakukan dalam kurun
waktu tertentu.
3. Program Tendanisasi Pasar Jumat Karanganyar
a. Tendanisasi Pedagang Sektor Timur
Pasar Jumat telah memberikan keuntungan baik bagi pedagang yang
berjualan di sana maupun bagi masyarakat umum sebagai konsumen.
Pasar Jumat mampu menyediakan barang-barang kebutuhan masyarakat
terutama masyarakat ekonomi kelas menengah. Melihat potensi Pasar
Jumat yang dapat dijadikan sebagai wisata belanja serta untuk mengurangi
dampak negatif dari keberadaan Pasar Jumat itu sendiri mulai pertengahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 65
tahun 2010 pemerintah mencanangkan program tendanisasi bagi pedagang
yang tergabung dalam paguyuban Pasar Jumat dimana program
tendanisasi merupakan kerjasama antara pemerintah kabupaten, pedagang
dan pihak bank dalam penyediaan tenda. Program tendanisasi juga
dimaksudkan sebagai identitas Pasar Jumat dan hanya pedagang yang
mengikuti program tendanisasi yang diperbolehkan untuk tetap berjualan
dan menjalankan usaha di Pasar Jumat.
Dengan diadakannya program tendanisasi sendiri diharapkan dapat
membuat Pasar Jumat menjadi lebih baik. Baik bagi pedagang, lingkungan
sekitar maupun masyarakat secara umum tanpa adanya pihak yang merasa
dirugikan. Karena tidak dapat dipungkiri Pasar Jumat telah membantu
perekonomian masyarakat Kabupaten Karanganyar dengan memperluas
lapangan pekerjaan.
Dengan dilaksanakannya program tendanisasi dimaksudkan mampu
menarik minat masyarakat untuk datang ke Pasar Jumat. Pasar yang
menyediakan berbagai macam kebutuhan ini diharap mampu membantu
masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 66
Gambar di atas menunjukkan antusias masyarakat untuk datang ke
Pasar Jumat. Terlihat begitu banyaknya pengunjung dari berbagai
golongan masyarakat. Adapun maksud dan tujuan dari di adakannya
program tendanisasi sendiri antara lain untuk keindahan dan ketertiban,
menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata, menciptakan kenyamanan
dan meningkatkan minat wisata belanja serta memperlancar arus lalu lintas
dan aktivitas perkantoran. Berikut penuturan dari pihak tim Pembina Pasar
Jumat;
“kalau di tata dengan rapi dan baik serta tertib, Pasar Jumat sangat berpotensi guna dijadikan pasar wisata itu sebabnya diadakan program tendanisasi dengan sistem bongkar pasang atau knock down. Harinya juga tetap Jumat dengan lokasi yang te lah ada dan digunakan selama ini. Karena Pasar Jumat telah menjadi bagian dari masyarakat Karanganyar (wawancara Bapak Margono, pegawai Dinas Pertanian 12 Nopember 2012)
Gambar 3.2 Pengunjung Pasar Jumat Yang Membludak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 67
Pemerintah Kabupaten Karanganyar berkeinginan untuk
menjadikan Pasar Jumat sebagai pasar wisata yang memiliki ciri khas yang
mampu menarik bukan hanya masyarakat Kabupaten Karanganyar tetapi
juga masyarakat luar. Karena tidak dapat di pungkiri bahwa saat ini Pasar
Jumat menjadi pusat perekonomian masyarakat yang mampu memperluas
lapangan pekerjaan serta meningkatkan ekonomi pedagang.
Dalam pelaksanaannya proses tendanisasi sendiri dilaksanakan
melalui beberapa tahapan yaitu dengan diadakannya,
a. Sosialisasi
Melalui ide pemerintah untuk mengembangkan Pasar Jumat
serta mencari solusi terhadap permasalahan yang ada maka melalui
Dinas Pertanian akan diadakan program tendanisasi yang harus diikuti
seluruh pedagang yang berjualan di Pasar Jumat. Maka langkah awal
adalah dengan di adakan sosialisasi kepada paguyuban. Untuk
membahas keberlanjutan program tendanisasi ini diadakan rapat antara
pengurus Paguyuban Pasar Jumat bersama dengan Bank Karanganyar
selaku kreditor serta DKP (Dinas Kebersihan dan Pertamanan) yang
bertanggungjawab dalam penataan serta pemasangan tenda.
Dengan di adakannya program tendanisasi ini merupakan hasil
evaluasi dari pemerintah dalam menganggapi kondisi Pasar Jumat.
Serta untuk mempertimbangkan kelangsungan Pasar Jumat ke
depannya beserta nasib para pedagang. Program tendanisasi ini
merupakan kebijakan yang dibuat oleh pemerintah kabupaten untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 68
meminimalisir akibat yang tidak dikehendaki dengan tetap
memperhatikan nasib pedagang. Dengan diadakan program tendanisasi
diharapkan mampu mencapai tujuan yang telah di tentukan.
Melihat lokasi Pasar Jumat maka solusi yang diajukan adalah
dengan melaksanakan program tendanisasi secara knock down atau
bongkar pasang. Berikut penuturan dari Bapak Margono, selaku
pegawai Dinas Pertanian dimana dinas pertanian menjadi tim Pembina
dalam pelaksanaan Pasar Jumat
“kan dulu saking banyaknya pedagang yang berjualan di Pasar Jumat terlebih tidak sesuai dengan tujuan awal dari Pasar Jumat itu sendiri membuat beberapa pihak merasa terganggu dengan adanya Pasar Jumat. Dan terakhir ada wacana yang menginginkan Pasar Jumat diganti hari Minggu yang langsung mendapat penolakan dari pedagang karena pedagang pada hari Minggu sudah berjualan di tempat lain. Untuk tetap mempertahankan keberadaan Pasar Jumat mengingat banyaknya pedagang yang ada, maka Dinas Pertanian memberikan usulan agar dilakukan program tendanisasi untuk meminimalisir akibat yang tidak dikehendaki. Program tendaisasi ini sendiri juga sudah kami bicarakan dengan bank Karangnyar yang nantinya bersedia menjadi kreditur. Karena tidak adanya dana serta banyaknya pedagang maka program tendanisasi harus melibatkan pedagang”(wawancara 12 Nopember 2012)
Dari hasil wawancara dengan Bapak Margono selaku pegawai
Dinas Pertanian program tendanisasi dilakukan untuk mengurangi
akibat yang tidak dikehendaki dari adanya Pasar Jumat itu sendiri
dengan tetap memperhatikan nasib pedagang. Selain itu karena tidak
adanya dana maka program tendanisasi dilakukan dengan melibatkan
pedagang. Dimana tenda tersebut dibayar dengan menggunakan uang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 69
pedagang yang bersangkutan, pemerintah hanya memfasilitasi melalui
bank Karanganyar selaku penyedia tenda.
Dalam kegiatan sosialisasi harga dan model tenda yang akan
digunakan, pedagang merasa keberatan dengan harga tenda yang
terlalu mahal. Dimana pendapatan pedagang tiap minggunya akan
berkuran untuk membayar iuran bongkar pasang tenda serta cicilan
tenda. Terlebih pendapatan yang pedagang peroleh tidak menentu.
b. Pengambilan keputusan
Sebelum di adakan pengambilan keputusan di adakan rapat
lanjutan dengan agenda membahas harga tenda, sistem pembayaran
serta bongkar pasang tenda. Hasil dari rapat ini kemudian oleh
paguyuban di sosialisasikan kembali kepada seluruh pedagang yang
sudah terdaftar menjadi anggota paguyuban. Namun mayoritas
pedagang masih merasa keberatan dengan hasil rapat yang telah
dilaksanakan. Dimana hasil dari rapat mengharuskan pedagang untuk
membayar tenda secara penuh dan masih di tambah dengan iuran
bongkar pasang tenda.
Dan pada akhirnya perwakilan pedagang bersama-sama kreditor
berkoordinasi langsung di gedung DPRD Karanganyar dan disaksikan
oleh sejumlah anggota komisi III DPRD Karanganyar serta kepala
dinas yang ditunjuk langsung oleh Bupati sebagai tim Pembina (Dinas
Pertanian). Di dapatlah hasil finish dimana pembayaran tenda dapat di
lakukan secara kredit dari Bank Karanganyar dengan cara mengangsur
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 70
selama 36 bulan. Dengan syarat pedagang yang sudah terdaftar sebagai
anggota paguyuban bisa mengangsur kepada petugas yang telah
ditunjuk.
c. Pelaksanaan
Dari hasil kesepakatan antar tim Pembina, pedagang dan bank
Karanganyar selaku kreditur tenda terdiri dari 2 jenis ukuran yaitu
menghadap selatan sebanyak 73 unit dengan ukuran 3x3m seharga Rp
2.875.000,-/unit. Menghadap utara sebanyak 50 unit dengan ukuran
4x2cm seharga Rp 2.600.000,00/unit. Pemasangan tenda bersifat knock
down (bongkar pasang), dimana petugas dari DKP memasang sejak
Kamis malam dan pada Jumat sore sudah mulai dibongkar kembali.
Tiap-tiap pedagang di mintai biaya Rp 5.000,00/tenda sebagai biaya
bongkar pasang yang akan dimintai bendahara paguyuban setiap
Jumatnya.
Program tendanisasi dipandang pemerintah daerah Karanganyar
sebagai hal yang penting. Tendanisasi dilakukan karena pemerintah
melihat potensi Pasar Jumat yang menjadi wisata belanja Kabupaten
Karanganyar. Selain itu dengan adanya tendanisasi dapat mengurangi
kesemrawutan dan kemacetan karena dengan penggunaan tenda Pasar
Jumat akan lebih indah dipandang mata dan terlihat rapi dan membuat
pengunjung menjadi lebih nyaman. Ditambah dengan adanya tenda
pedagang tidak perlu lagi membawa terpal untuk melindungi barang
dagangannya. Pengunjungpun akan lebih tertarik pada barang dagangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 71
yang tertata rapi dan lokasi yang nyaman. Dengan adanya tenda yang di
seragamkan kondisi fisik Pasar Jumat akan lebih menarik.
Program tendanisasi di wajibkan bagi seluruh pedagang di Pasar
Jumat. Pemerintah melakukan program tendanisasi terhadap pedagang
yang telah terdata dan masuk dalam anggota paguyuban. Sedangkan untuk
pedagang yang tidak terdaftar sebagai anggota paguyuban tidak
diikutsertakan dalam program tendanisasi ini. Dengan kata lain pedagang
yang tidak terdaftar dalam program tendanisasi nantinya dilarang berjualan
di Pasar Jumat.
Program tendanisasi ini menjadi ancaman bagi pedagang dadakan
yang juga merupakan pedagang pendatang yang mayoritas tidak terdaftar
sebagai anggota paguyuban. Jika aturan bahwa pedagang yang tidak
bertenda nantinya dilarang berjualan maka akan sangat merugikan mereka.
Pedagang dadakan ini mayoritas berasal dari luar Karanganyar yang
merupakan pedagang sektor barat. Hal ini terjadi karena setiap Jumatnya
banyak pedagang pendatang yang berjualan di Pasar Jumat dan mayoritas
menempati sektor barat yaitu sekitar alun-alun.
Sehingga tendanisasi merupakan dilema tersendiri bagi mereka
pedagang sektor barat, di satu sisi mereka ingin terus berjualan untuk
kelangsungan hidupnya di sisi lain mereka juga harus menghadapi
persoalan baru karena pemerintah akan bertindak tegas pada pedagang
yang tidak memiliki tenda.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
Dapat dikatakan Pasar Jumat sendiri terdapat 2 kelompok yaitu
kelompok sektor timur yang terdiri dari pedagang lama dan sudah di
rekomendasi oleh tim pembina dimana Ibu Lestari merupakan Ketua
Paguyuban. Sedangkan kelompok satunya adalah kelompok sektor barat
yang merupakan pedagang pendatang dan keberadaannya belum di
rekomendasi oleh tim pembina. Keberadaan pedagang sektor barat ini
sempat diperdebatkan oleh beberapa kalangan termasuk kelompok sektor
timur karena menyalahi kesepakatan tempat yang telah di tentukan oleh
pemerintah Kabupaten Karanganyar.
Namun setelah program tendanisasi ini direalisasikan pada
kenyataannya pedagang sector barat yang tidak bertenda masih
diperbolehkan untuk berdagang. Pemerintah tidak dapat bersikap tegas dan
tetap membiarkan pedagang di sektor barat ini berjualan. Bahkan
pemerintah berjanji untuk menyampaikan keadaan pedagang pendatang ini
kepada Bupati agar segera di pikirkan nasib mereka ke depannya agar
tidak menimbulkan konflik-konflik baru.
Sedangkan bagi beberapa pedagang di sektor timur sendiri
membayar angsuran tenda ini cukup berat terlebih mereka hanya
memanfaatkan tenda seminggu sekali yaitu pada hari Jumat saja. Selain itu
tiap Jumatnya mereka di bebani membayar biaya bongkar pasang sebesar
Rp 5.000,00. Seperti yang di ungkapkan oleh Mbak Kurnia yang
merupakan pedagang jilbab,
“Sebenarnya dengan adanya tenda memang kita lebih tertata tapi ya pendapatan kita agak berkurang soalnya tiap bulannya harus
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 73
mengangsur buat bayar cicilan tenda belum lagi tiap Jumat kita juga bayar iuran bongkar pasang tenda Rp 5.000,00. Namun waktu awal-awalan program tendanisasi sekitar satu bulanan itu omzet saya lumayan meningkat soalnya pengunjungnya banyak” (wawancara Mbak Kurnia, pedagang jilbab sektor timur, 27 April 2012) Senada dengan pernyataan dari Mbak Umi, pedagang mainan anak berikut ini “dulu ketika awal-awalan program tendanisasi pengunjung Pasar Jumat membludak. Kayak e masyarakat penasaran kan peresmiannya itu masuk ke koran” (wawancara 9 November 2012)
Program tendanisasi yang dilakukan oleh pemerintah di rasa
memberatkan pedagang. Karena pedagang di wajibkan untuk mencicil
serta membayar iuran bongkar pasang tenda setiap Jumatnya, biaya ini
tentu akan mengurangi pendapatan mereka. Terlebih keadaan Pasar Jumat
yang tidak terus menerus di padati pengunjung membuat pendapatan
mereka tidak menentu dan mengalami pasang surut. Namun program
tendanisasi merupakan wujud publisitas pemerintah dalam meningkatkan
pamor Pasar Jumat yang guna menarik minat pengunjung.
Ketika program tendanisasi sedang berjalan satu bulan memberikan
keuntungan yang cukup signifikan bagi pedagang. Hal ini karena masih
banyaknya masyarakat yang penasaran mengenai keberadaan Pasar Jumat.
Program tendanisasi mampu menjadi media promosi bagi pemerintah
untuk memperkenalkan Pasar Jumat ke masyarakat luas.
“baik program tendanisasi yang sekarang maupun yang dulu diresmikan secara langsung oleh Bupati. Ini karena pemerintah sendiri ke depannya ingin menjadikan Pasar Jumat sebagai wisata belanja Kabupaten Karanganyar” (wawancara Bapak Margono, pegawai dinas pertanian, 12 Nopember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 74
Pemerintah Kabupaten Karanganyar dari awal memang sudah
memiliki rencana untuk menjadikan Pasar Jumat sebagai wisata belanja.
Sehingga program tendanisasi juga merupakan bentuk promosi untuk
memperkenalkan Pasar Jumat ke masyarakat luas. Ketika peresmian
dilakukan banyak wartawan yang meliput dan beritanyapun masuk ke
dalam beberapa koran daerah.
Dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang karena
melihat kondisi Pasar Jumat yang lebih baik tentu membawa hasil positif
bagi pedagang. Semakin banyak pengunjung akan membuat barang
dagangan mereka laris manis sehingga pendapatan yang mereka peroleh
meningkat dibandingkan sebelum diadakannya program tendanisasi.
Pedagang dalam menjalankan usahanya tentu yang ingin mereka
dapat kan adalah pendapatan yang besar untuk mencukupi kebutuhan bagi
dirinya maupun bagi keluarganya. Dengan adanya program tendanisasi
yang mampu mendongkrak popularitas Pasar Jumat pada saat itu yang
diimbangi dengan membludaknya pengunjung tentu member keuntungan
besar bagi pedagang. Pada akhirnya pembeli yang ada jauh lebih banyak
ketimbang sebelum adanya program tendanisasi.
“dengan adanya tenda membuat pengunjung jadi nyaman. Dulu itu saking banyaknya pengunjung sampai mau jalan aja yuk-yuk an, mbak. ya kalau biasanya saya pulang hanya bawa 20rb waktu peresmian dan sekitar sebulan setelahnya saya bisa untung sampai 100rb an.”(wawancara mbak umi, pedagang mainan, 9 Nopember 2012)
Senada dengan penuturan dari informan berikut ini,
“dulu waktu awal-awalan program tendanisasi pendapatan yang saya terima cukup meningkat. Soalnya pengunjungnya pun juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 75
semakin banyak, terlebih kalau tanggal merah terus tanggal muda. (Bapak Ranto, pedagang kerajinan rotan, 9 Nopember 2012)
Dari hasil wawancara di atas program tendanisasi membuat
pengunjung yang datang ke Pasar Jumat menjadi lebih banyak di banding
dengan sebelumnya. Pengembangan pasar harus di imbangi perkembangan
usaha dari masing-masing pedagang karena untuk meningkatkan
keuntungan yang pedagang peroleh.
Matrik 3.4
Informan Berdasarkan Jenis Dagangan, Besar Kecilnya Modal dan
Pendapatan Setelah Program Tendanisasi
No. Jenis Dagangan Modal Pendapatan
1. Mbak Ayuk 300rb
2. Mas Iyan 100rb
3. Mbak Umi 80rb
4. Mbak Kurnia >2 jt 300rb
5. Bapak Ranto 150rb
Sumber: data primer, pedagang sektor timur
Dari matrik 3.4 terlihat perubahan baik dari modal maupun
pendapatan dari sebelum adanya program tendanisasi dan setelah adanya
program tendanisasi. Perubahan yang paling mencolok terjadi pada
pedagang matengan. Sedangkan bagi pedagang lain memang terjadi
peningkatan tetapi sangat sedikit. Ini karena berdagang makanan tidak
dipengaruhi musim, konsumen makananpun mencakup semua orang.
Dengan peningkatan pendapatan akan membuat modal dari pedagang yang
bersangkutan menjadi naik karena pedagang di Pasar Jumat memperoleh
modal dari uang mereka sendiri dimana modal relatif kecil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 76
Pedagang di Pasar Jumat berawal dengan usaha kecil yang
modalnya tidak terla lu besar dengan menggunakan modal pribadi. Namun
dengan adanya pengembangan dari Pasar Jumat yang membuat
pendapatan mereka menjadi semakin meningkat dan pada akhirnya mereka
tabung setelah terpenuhinya kebutuhan pokok dasar. Tabungan yang sudah
terkumpul ini kemudian mereka gunakan sebagai tambahan modal dan
pengembangan usaha.
“ya, karena banyaknya pengunjung yang datang kan pendapatan saya jadi meningkat. Terus sedikit sedikit saya tabung, kan di sini ada tarikan dari BPR.BKD bagi pedagang yang ingin menabung. Dari tabungan tersebut dapat saya jadikan sebagai tambahan modal.”(wawancara Mbak Ayuk, pedagang matengan, 27 April 2012)
Ini juga diperkuat dengan pernyataan dari Mbak Kurnia, pedagang jilbab “setelah dua tahun berdagang di Pasar Jumat saya berani nambah dagangan, mbak. jadi dari keuntungan tiap minggu itu saya kumpulkan sedikit demi sedikit terus lama kelamaan terkumpul saya gunakan buat kulakan. Tiap Jumatnya itu saya bisa nambah dagangan”(wawancara 27 April 2012)
Dari penuturan di atas dapat diartikan dengan dilakukannya
program tendanisasi mampu meningkatkan keinginan belanja masyarakat.
Dari sini pedagang mampu meningkatkan modal dan usaha berdagangnya
dengan menambah barang. Karena modal yang kecil peningkatan usaha
dari pedagang dilakukan secara bertahap.
Sebenarnya untuk pedagang yang ingin mengembangkan usahanya
dapat meminta pinjaman kepada Bank Daerah. Dimana pinjaman tersebut
dapat mereka cicil dari hasil keuntungan setiap minggunya. Namun tidak
banyak pedagang yang mencari pinjaman ini mengingat adanya bunga dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 77
belum pastinya keuntungan yang mereka peroleh. Hal ini sesuai yang
diungkapkan oleh Mbak Ayuk, pedagang matengan berikut ini
“kalau nambah modal dengan pinjaman dari bank itu saya nggak berani. Soalnya nek wong dagang kan untunge ra mesti, mungkin hari ini untungnya cuma bisa buat makan jadi buat setoran gak ada daripada di kejar-kejar gak tenang. Saya mending nunggu dari tabungan kalau udah banyak baru saya berani tambah modal buat tambah dagangan.”(wawancara 27 April 2012)
Dari penuturan di atas pedagang di Pasar Jumat menambah modal
melalui tabungan yang mereka kumpulkan. Mereka baru akan menambah
modal apabila tabungan mereka dianggap cukup. Hal ini dikarenakan
adanya beban untuk mengangsur tenda serta biaya iuran bongkar pasang
tenda.. Dan apabila mereka mengambil kredit lagi untuk menambah modal
tentu akan sangat memberatkan mereka. Terlebih keuntungan yang
pedagang dapatkan tiap Jumatnya tidak tetap.
Sedangkan dari pemerintah sendiri melalui penuturan dari beberapa
pedagang belum memberikan akses lebih besar terhadap sumber
permodalan formal. Walaupun sebenarnya pemerintah telah memberikan
bantuan modal melalui Disperindag namun pengetahuan dan aksesnya,
mayoritas pedagang tidak mengetahuinya. Padahal pedagang yang
berjualan di Pasar Jumat sebagian besar adalah masyarakat asli Kabupaten
Karanganyar.
Sosialisasi dari pemerintah sangat dibutuhkan untuk pedagang
memperoleh modal. Pemerintah melalui dinas terkait bisa memberikan
pembinaan mengenai kewirausahaan kepada para pedagang agar pedagang
mampu mengembangkan usahanya. Selain itu pemberian modal dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 78
diberikan pada pedagang dengan kriteria-kriteria tertentu berdasarkan
prospek usaha ke depannya. Hal ini sangat penting bagi pedagang agar
usaha yang mereka kerjakan bisa berkembang.
b. Tendanisasi Pedagang Sektor Barat
Setelah beberapa lama, kelompok pedagang sektor barat akhirnya
mendapatkan tenda yaitu per tanggal 3 Agustus 2012 kemarin Bupati
Karanganyar telah meresmikannya. Pemerintah telah menambah 93 tenda
untuk pedagang sektor barat sebelumnya pemerintah sudah memfasilitasi
243 tenda untuk pedagang sektor timur. Pemkab Karanganyar tetap
berkomitmen memfasilitasi para pedagang yang berminat berjualan di
Pasar Jumat. Karena dengan adanya Pasar Jumat dapat meningkatkan
perekonomian masyarakat.
Dengan adanya Pasar Jumat mampu menjadi alternative masyarakat
dalam memenuhi kebutuhannya di tengah-tengah berkembangnya pasar
modern. Pasar Jumat yang merupakan pasar tradisional menjadi pusat
ekonomi masyarakat Karanganyar setiap Jumatnya. Karena di pasar ini
pengunjung bisa menjumpai segala macam jenis barang yang mereka
butuhkan tentunya dengan harga yang lebih terjangkau.
Dengan diadakannya program tendanisasi periode ke dua bisa
dilihat betapa antusiasnya masyarakat untuk berdagang di Pasar Jumat. Ini
berarti Pasar Jumat mampu memberikan keuntungan khususnya bagi
pedagang dalam menigkatkan pendapatan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 79
Gambar 3.3 Peresmian Program Tendanisasi Pedagang Sektor Barat
Tendanisasi periode ke-2 disambut gembira oleh pedagang sektor
barat yang selama ini dianggap ilegal. Jika sebelumnya mereka dianggap
pedagang yang tidak resmi karena tidak memiliki tenda maka mereka
dapat bernafas lega setelah keberadaan mereka di resmikan oleh Bupati
Karanganyar melalui pemasangan tenda yang sama dengan pedagang
sektor timur. Ini juga merupakan wujud dari komitmen pemerintah untuk
tetap memfasilitasi masyarakat yang ingin berjualan di Pasar Jumat.
“dengan di resmikannya pedagang sektor barat ini kami senang, soalnya dulu kami seperti pedagang tidak resmi. Padahal saya sendiri sudah berjualan di Pasar Jumat hampir 2 tahun.”(wawancara Bapak Suwito, 9 Nopember 2012) Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Dul, pedagang mainan sektor barat berikut ini; “dengan adanya program tendanisasi ini kami sedikit lega karena status kita sama dengan pedagang sector timur. Jadi kalau ada apa-apa kitapun juga wajib di beri tahu.”(wawancara 9 Nopember 2012) Hal ini berbeda dengan pendapat Mbak Ayuk, pedagang matengan yang merupakan pedagang sektor timur, berikut pernyataannya;
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 80
“gimana ya, mbak. kan dulu katanya yang boleh jualan batasnya hanya sampai depan KPU tapi kenyataannya sekarang yang di depan alun-alun juga diresmikan. Terus katanya tendanya lebih bagus”(wawancara 3 Agustus 2012)
Keberatan serupa dapat terlihat dari penuturan Mas Iyan, pedagang pisang buah sektor timur berikut ini; “dulu kan seharusnya yang diperbolehkan berjualan di sini adalah pedagang komoditi pertanian, namun lama kelamaan keberadaannya mulai tertutup oleh pedagang makanan. Eh, sekarang malah yang sebelah sana juga diresmikan. Terus nasib pedagang buah kayak saya ini gimana”(wawancara 9 Nopember 2012)
Tendanisasi pedagang sektor barat yang akhirnya terealisasikan ini
sistemnya sama dengan program tendanisasi sebelumnya. Dimana BPR
BKD masih berperan sebagai kreditur dan pembayarannya dapat secara
mencicil setiap Jumatnya.Berikut penuturan Bapak Margono selaku tim
pembina
“pada prinsip awalnya, konsep tenda simple, kuat, awet dan murah sehingga tidak membebani pedagang nantinya. Untuk desain dan jenis tenda pedagang yang menentukan sendiri dengan persetujuan pemkab.”(wawancara 9 Nopember 2012)
Sistem tendanisasi periode kedua sama dengan sitem tendanisasi
yang sudah berlaku sebelumnya. Dimana tenda difasilitasi lewat BPR
BKD, dengan ketentuan masing-masing pemilik tenda harus mengangsur
selama 36 bulan. Pada dasarnya keberadaan pedagang sektor barat sendiri
tidak di terima oleh pedagang sektor timur karena sudah menyalahi aturan
awal dimana batas Pasar Jumat hanya dari GOR sampai KPU.
Dengan di resmikannya pedagang sektor barat dimana pemerintah
menambah fasilitas tenda memang akan semakin banyak pedagang yang
mendapatkan keuntungan. Jika dulu Pasar Jumat hanya dikhususkan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 81
masyarakat Karanganyar dengan diresmikannya pedagang sektor barat
yang merupakan pedagang pendatang dan mayoritas berasal dari luar
kabupaten Karanganyar tentu keberadaan Pasar Jumat semakin populer.
Namun bagi pedagang sector barat sendiri dengan adanya program
tendanisasi hanya sekedar melegalkan mereka. Cicilan serta iuran bongkar
pasang tenda menjadi beban bagi mereka. Mengikuti program tendanisasi
pedagang lakukan agar tetap bisa berjualan di Pasar Jumat dan tidak
dianggap sebagai pedagang yang tidak resmi.
4. Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang
Pasar Jumat Kabupaten Karanganyar
Program tendanisasi yang di adakan oleh pemerintah sejak tahun 2010
tentu akan memberikan perubahan bagi pedagang dalam menjalankan
usahanya. Dimana perubahan tersebut dapat bersifat menguntungkan atau
bahkan merugikan, hal ini mengingat Pasar Jumat sendiri yang sudah ada
sejak tahun 2004 sedangkan program tendanisasi baru diadakan pertengahan
tahun 2010. Program tendanisasi tersebut di adakan dua kali dimana program
tendanisasi pertama kali di tujukan bagi pedagang yang tergabung dalam
paguyuban yaitu pedagang sektor timur. Namun mengingat banyaknya
pedagang pendatang yang lokasinya berada di barat dan tidak mungkin untuk
melakukan penggusuran karena keberadaan mereka yang cukup lama maka
pada bulan Agustus 2012 kemarin pemerintah mengadakan penambahan
fasilitas tenda bagi pedagang sektor barat ini yang juga di resmikan oleh ibu
Bupati Karanganyar secara langsung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 82
Program tendanisasi memiliki peran tersendiri bagi pedagang dalam
menja lankan usahanya di Pasar Jumat. Melihat dari tujuan Pasar Jumat itu
sendiri adapun peran dari Pasar Jumat dapat penulis jabarkan sebagai berikut;
Program Tendanisasi Sebagai Identitas Pedagang Pasar Jumat Karanganyar
Telah di jabarkan sebelumnya bahwa yang menjadi kendala bagi pedagang
Pasar Jumat dalam menjalankan usahanya adalah karena tidak adanya ijin
usaha serta bukti tempat dagang. Pedagang harus berpindah dari satu posisi ke
posisi yang lain apabila tempat mereka sudah digunakan oleh pedagang lain.
Dengan adanya program tendanisasi serta bukti kepemilikan tenda pedagang
tidak perlu lagi takut apabila ada penggusuran. Serta tidak akan ada perebutan
tempat dagang karena masing-masing pedagang sudah memiliki tenda.
Program Tendanisasi Sebagai Media Promosi Pasar Jumat Karanganyar
Tendanisasi yang diresmikan secara langsung oleh Bupati Karanganyar yang
diliput beberapa koran daerah membuat Pasar Jumat menjadi cukup terkenal
di kalangan masyarakat luas. Terlebih kondisi pasar yang lebih baik dan rapi
dapat menarik masyarakat untuk datang ke Pasar Jumat. Tenda biru yang
bertuliskan BPR BKD yang terkesan tertib ditambah barang dagangan yang
bervariasi mulai dari kebutuhan pokok, tanaman hias, pakaian, sandal dan
sebagainya menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Program Tendanisasi Mampu Meningkatkan Jumlah Pengunjung Pasar Jumat
Karanganyar
Program tendanisasi menjadi bagian dari promosi pemerintah akan adanya
Pasar Jumat. Sebuah pasar akan lebih berkembang apabila dilakukan promosi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 83
yang dapat memperkenalkan keunggulannya kepada masyarakat luas. Ketika
pasar mulai populer maka akan banyak pengunjung yang datang, dengan
kepopuleran akan menguntungkan pedagang yang menggantungkan hidupnya
dengan berjualan di sana.
Salah satu tujuan di adakannya program tendanisasi adalah untuk
kenyamanan dan miningkatkan minat belanja. Secara tidak langsung tujuan ini
bertujuan untuk menarik pengunjung berkunjung ke Pasar Jumat dan membeli
barang-barang yang di tawarkan oleh pedagang. Dengan di adakannya
program tendanisasi membuat Pasar Jumat menjadi popular bukan sekedar
bagi masyarakat Karanganyar namun juga masyarakat luar. Dengan semakin
banyaknya konsumen maka dapat meningkatkan pendapatan pedagang yang
berjualan di Pasar Jumat.
“program tendanisasi bertujuan untuk menarik minat belanja masyarakat serta menjadikan Pasar Jumat indah dan nyaman. Dengan di resmikannya program tendanisasi dapat menjadi media promosi, kayak peresmian kemarin itu kan banyak wartawan yang datang terus masuk ke surat kabar juga.”(wawancara Bapak Margono, pegawai Dinas Pertanian, 9 Nopember 2012) Dari hasil wawancara di atas dengan pegawai Dinas Pertanian selaku
tim pembina, di resmikannya program tendanisasi dapat menjadi media
promosi bagi keberlangsungan Pasar Jumat itu sendiri. Karena peresmian yang
dilakukan oleh Bupati banyak wartawan yang meliput dan juga masuk ke
berita surat kabar. Dengan begini Pasar Jumat tidak hanya di kenal oleh
masyarakat Kabupaten Karanganyar tetapi juga masyarakat luar kabupaten.
Terlebih kondisi Pasar Jumat yang seragam dengan tenda biru yang
bertuliskan PD. BPR BKD membuat pasar ini terlihat rapi dan nyaman untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 84
dikunjungi. Selain itu bagi pedagang dengan adanya tenda akan
mempermudahkan mereka dalam menjalankan usaha, pedagang tidak perlu
lagi datang pagi-pagi untuk memasang terpal secara swadaya. Pedagang hanya
tinggal datang karena untuk bongkar pasang tenda sendiri sudah dilakukan
oleh DKP selaku pihak yang bertugas dalam bongkar pasang tenda. Selain itu
tempat dagang mereka terlihat rapi dan tertib.
Dengan adanya program tendanisasi di harapkan mampu menarik minat
pengunjung. Sejauh mana peran program tendanisasi itu sendiri dalam
meningkatkan pendapatan pedagang tentu berbeda antara pedagang yang satu
dengan pedagang yang lain.
a. Pedagang Makanan
Di Pasar Jumat terdapat banyak pedagang makanan salah satunya
adalah pedagang matengan yang menjajakan aneka jenis makanan mulai
dari variasi sayur, lauk-pauk, makanan ringan bahkan kolak. Adanya
program tendanisasi dirasa cukup bermanfaat bagi pedagang hal ini karena
dengan adanya tenda pedagang tidak perlu lagi memasang terpal secara
swadaya, mereka tinggal datang dan menata jualannya. Tenda dapat
melindungi barang dagangan dari panas maupun hujan selain itu dengan
adanya tenda akan lebih menarik minat pengunjung karena memberikan
suasana yang lebih nyaman. Berikut penuturan dari Mbak Ayuk yang
merupakan pedagang matengan sektor timur,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 85
“alhamdulillah, sejak diresmikannya pasar melalui program tendanisasi oleh bupati pasar menjadi lebih ramai. Selain itu pengunjung yang datang juga lebih banyak, jika dulu mereka hanya membeli dan dibawa pulang sekarang banyak yang makan di sini jadi sayapun juga harus menambah barang dagangan.” (wawancara, 9 Nopember 2012)
Dari penuturan informan di atas dengan dilakukannya program
tendanisasi mampu meningkatkan jumlah pengunjung. Pengunjung tidak
lagi hanya masyarakat sekitar kabupaten Karanganyar tetapi juga
masyarakat luar seperti dari Sukoharjo dan Kebakkramat. Program
tendanisasi telah mampu mencapai perannya untuk meningkatkan minat
belanja masyarakat serta memberikan kondisi yang lebih nyaman bagi
pengunjung. Dengan semakin banyaknya pengunjung yang datang maka
pedagang mampu meningkatkan usahanya dengan menambah barang
dagangan.
“ya, mungkin dengan adanya tenda seragam ini membuat kondisi pasar menjadi lebih rapi dan untuk saya sendiri membuat pembeli saya menjadi lebih nyaman untuk makan di sini, kan kalau sebelah-sebelahnya rapi dan bersih pembeli saya jadi mau makan disini. Khususnya mereka yang dari jauh” (wawancara Mbak Ayuk, pedagang makanan sektor timur, 9 Nopember 2012)
Hal senada juga diungkapkan oleh Mbak Santi yang merupakan
pedagang matengan yang juga merupakan pedagang sektor barat berikut
penuturannya;
“dengan adanya tenda banyak pengunjung yang ngiras di sini, mbak. Kalau dulu kan cuma beli lauk terus di bawa pulang. Tapi setelah adanya tenda banyak yang nanya bisa nggak makan di sini. Jadi sekarang saya nambah kursi sama meja dari rumah, ya mungkin dulu tempat saya ini kurang menarik tapi setelah ada tenda pembeli merasa nyaman buat makan di sini.”(wawancara 9 Nopember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 86
Program tendanisasi merupakan langkah yang diambil pemerintah
sebagai pemecahan melihat kondisi pasar yang terlihat semrawut dan
kurang menarik. Dengan dilakukannya program tendanisasi ini diharapkan
mampu mencapai perannya yaitu meningkatkan kenyamanan dan minat
belanja masyarakat yang nantinya dapat meningkatkan pendapatan
pedagang yang berjualan di Pasar Jumat. Program tendanisasi berperan
sebagai media promosi dalam memperkenalkan Pasar Jumat itu sendiri
kepada masyarakat luas tidak hanya masyarakat Kabupaten Karanganyar
melainkan juga masyarakat di luar kabupaten.
Tabel 3.1
Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Makanan
Peran Seharusnya Peran Senyatanya
Meningkatkan pendapatan pedagang Dengan kondisi tempat jualan dan
lingkungan sekitar yang bersih dan
rapi membuat pembeli menjadi
nyaman. Sehingga terjadi kenaikan
pendapatan terlebih program
tendanisasi mampu meningkatkan
jumlah pengunjung dan popularitas
pasar
1. Peran seharusnya
Program tendanisasi dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
minat belanja masyarakat dan kenyamanan pengunjung. Dengan
semakin banyaknya pengunjung diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan di Pasar Jumat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 87
2. Peran senyatanya
Bagi pedagang matengan baik pedagang sektor timur maupun pedagang
sektor barat adanya program tendanisasi mampu memberikan hasil
yang positif. Program tendanisasi mampu meningkatkan jumlah
pengunjung. Peningkatan jumlah pengunjung ini berdampak pada
meningkatnya pendapatan yang mereka terima.
b. Pedagang Buah
Pasar Jumat sendiri awalnya ditujukan bagi para petani lokal seperti
petani sayuran dan buah untuk menjual hasil panennya, pedagang buah
dapat dikatakan sebagai pedagang yang pertama kali berjualan di pasar ini.
Namun seiring dengan menyimpangnya tujuan awal Pasar Jumat dengan
masuknya pedagang di luar komoditi pertanian bahkan cenderung
menutupi keberadaan pedagang produk pertanian itu sendiri tentu akan
menimbulkan perubahan yang dirasakan oleh pedagang produk pertanian.
Terlebih dengan diresmikannya keberadaan pedagang melalui program
tendanisasi. Seluruh pedagang di perbolehkan berjualan dengan mentaati
aturan yang telah di buat salah satunya dengan mencicil biaya tenda.
Berikut penuturan pedagang buah, sektor timur, Mas Iyan
“dulu kan pasar ini ditujukan bagi petani lokal untuk menjual hasil panennya, namun seiring perkembangannya kok jadinya kayak gini itu kan juga karena pemerintah mengijinkan jadi kita gak bisa apa-apa.(wawancara 9 Nopember 2012)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 88
Dalam perkembangan Pasar Jumat sendiri terjadi penyelewengan
tujuan dari tujuan awal. Dampak yang paling besar dirasakan oleh
pedagang buah mengingat jika dirujuk kembali dari sejarah dan tujuan
awal pasar yang memang dikhususkan sebagai tempat promosi hasil
pertanian masyarakat lokal. Dengan di perbolehkannya pedagang non
komoditi pertanian yang ternyata jumlahnya lebih banyak ketimbang
pedagang pertanian tentu akan mengurangi pendapatan pedagang produk
pertanian itu sendiri.
Sedangkan bagi pemerintah, melihat kondisi pasar yang kurang
berkembang bahkan sempat terhenti keberadaannya membuat pemerintah
longgar dalam memperbolehkan pedagang yang berjualan. Ini sengaja
pemerintah lakukan agar pasar menjadi lebih ramai dan tetap beroperasi.
Cara lain yang pemerintah lakukan yaitu dengan melakukan program
tendanisasi. Program tendanisasi selain dimaksudkan sebagai identitas
pedagang juga digunakan sebagai media promosi untuk memperkenalkan
Pasar Jumat kepada masyarakat luas. Dengan adanya program tendanisasi
pemerintah ingin menunjukkan konsep baru dimana pasar tidak lagi
terlihat semrawut akan tetapi lebih rapi dan tertib. Dengan begitu maka
masyarakat akan lebih tertarik berkunjung ke Pasar Jumat, sehingga
pendapatan yang diterima pedagangpun juga ikut naik.
“ya, dulu jualan di sini itu hasilnya cukup menjanjikan meskipun pengunjungnya tidak sebanyak seperti sekarang ini. Sekarang meskipun pengunjung banyak tapi yang mereka beli kalau gak makanan ya pakaian. Jadi dengan adanya program tendanisasi tidak terlalu membawa efek baik dalam meningkatkan pendapatan saya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 89
(wawancara, Bapak Suwito, pedagang buah sektor barat, 12 Nopember 2012)
Dari petikan wawancara di atas peran program tendanisasi dalam
meningkatkan pendapatan ternyata tidak dirasakan oleh pedagang buah. Di
akui oleh pedagang buah memang dengan adanya program tendanisasi
pasar menjadi lebih ramai, pengunjung yang datangpun jauh lebih banyak.
namun hal itu tidak terlalu berpengaruh terhadap peningkatan pendapatan
yang mereka rasakan. Hal senada juga diungkapkan oleh Mas Iyan,
pedagang buah sektor barat berikut ini,
“kan buah sendiri adanya tergantung musim ya, mbak. Jadi kalau pengunjung banyak tapi pas waktu nggak musim buah saya juga cuma bisa bawa buah sedikit. terus kalau lagi nggak musimnya kan harga buah juga mahal, pembeli tidak bersedia membeli buah jika harganya masih mahal.” (wawancara 9 Nopember 2012)
Peran program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang
Pasar Jumat tidak dirasakan oleh pedagang buah. Menurut pengakuan baik
dari pedagang buah sektor barat maupun pedagang buah sektor timur,
naiknya jumlah pengunjung tidak berarti mampu meningkatkan pendapatan
mereka karena kebanyakan dari pengunjung datang ke pasar untuk
membeli makanan atau pakaian. Barang yang mereka jualpun sangat
tergantung pada musim, mengingat buah sendiri hanya ada bergantung
musim dan hanya beberapa buah saja yang tidak mengenal musim. Jika
bukan pada musimnya harga buah akan lebih tinggi pembelipun jarang
yang membeli buah ketika harganya masih tinggi, sebaliknya jika sedang
musimnya harga buah akan turun dan banyak masyarakat yang membeli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 90
Tabel 3.2
Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Buah
Peran Yang Seharusnya Peran Yang Senyatanya
Meningkatkan pendapatan
pedagang
Program tendanisasi mampu
meningkatkan jumlah pengunjung
tapi peningkatan pendapatan lebih
bergantung pada musim buah dan
harga buah itu sendiri.
1. Peran seharusnya
Program tendanisasi dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
minat belanja masyarakat dan kenyamanan pengunjung. Dengan
semakin banyaknya pengunjung diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan di Pasar Jumat.
2. Peran senyatanya
Bagi pedagang buah baik pedagang sektor timur maupun pedagang
sektor barat adanya program tendanisasi tidak berperan dalam
peningkatan pendapatan mereka. Besar kecilnya pendapatan yang
mereka dapatkan tergantung pada musim buah itu sendiri. Karena jika
sedang musimnya maka harga buah akan turun sehingga banyak
pembeli. Sedangkan jika harga buah masih tinggi pengunjung tidak
mau untuk membeli mereka lebih memilih untuk membeli makanan.
c. Pedagang Mainan Anak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 91
Pedagang mainan anak di Pasar Jumat menjual beraneka macam
mainan seperti mobil-mobilan, terompet, balon busa dan aneka jenis
mainan lainnya. Pedagang mainan ini juga menyewa tenda untuk
menggelar dagangannya. Adanya program tendanisasi di rasa
memberatkan bagi beberapa pedagang karena diwajibkan mencicil
angsuran tenda serta iuran bongkar pasang tenda setiap minggunya.
Padahal pendapatan yang mereka terima tidak bersifat tetap, terkadang
juga mengalami pasang surut. Berikut penuturan dari Mbak Umi,
pedagang mainan sektor timur
“adanya cic ilan tenda cukup memberatkan bagi saya, soalnya jualan mainan kayak gini untungnya tidak terlalu banyak. Terlebih kan ini saya juga kulakan, jadi untung yang saya ambil juga sedikit. namun dengan adanya program tendanisasi membuat tempat dagang saya menjadi rapi selain itu pengunjung yang datang ke pasar jadi meningkat” (wawancara 21 Nopember 2012)
Hal senada juga diungkapkan oleh Pak Dul pedagang mainan sektor
barat, berikut penuturannya
“sebenarnya program tendanisasi yang mengharuskan pedagang untuk mencicil setiap minggu kurang sesuai terlebih untuk pedagang kecil. Kayak saya ini mainan lakunya cuma pas liburan sama tanggal gajian saja sedangkan untuk hari biasa hanya beberapa saja. Untung dari hari libur sama gajian itu pendapatannya lumayan jadi bisa untuk menutup cicilan.” (wawancara 21 Nopember 2012)
Bagi pedagang mainan baik pedagang sektor timur maupun sektor
barat peningkatan pendapatan lebih di rasakan ketika liburan maupun
tanggal gajian. Meskipun demikian tidak dapat dipungkiri selain cicilan
tenda yang memberatkan, dengan adanya tenda membuat tempat mereka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 92
berdagang menjadi lebih ramai. Semenjak adanya program tendanisasi
pengunjung yang datang ke pasarpun menjadi lebih banyak.
Tabel 3.3
Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Mainan
Peran Seharusnya Peran Senyatanya
Meningkatkan penapatan pedagang Dengan adanya program tendanisasi
pengunjung yang datang jauh lebih
banyak ketimbang sebelum adanya
tendanisasi. Terjadi peningkatan
pendapatan pada hari libur dan
tanggal gajian.
1. Peran seharusnya
Program tendanisasi dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
minat belanja masyarakat dan kenyamanan pengunjung. Dengan
semakin banyaknya pengunjung diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan di Pasar Jumat.
2. Peran senyatanya
Bagi pedagang mainan baik pedagang sektor timur maupun pedagang
sektor barat adanya program tendanisasi mampu meningkatkan jumlah
pengunjung. Peningkatan jumlah pengunjung ini berdampak pada
meningkatnya pendapatan yang mereka terima. Peningkatan
pendapatan yang paling drastis adalah pada hari libur dan juga tanggal
gajian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 93
d. Pedagang Jilbab
Program tendanisasi merupakan langkah yang diambil pemerintah
melihat kondisi pasar yang semrawut serta kurangnya minat belanja
masyarakat. Dengan adanya tendanisasi ini diharapkan agar mampu
menarik minat masyarakat untuk belanja ke Pasar Jumat. dengan
banyaknya pengunjung yang datang akan memberikan hasil positif bagi
pedagang dalam meningkatkan pendapatannya. Namun, seberapa jauh
peran program tendanisasi ini sendiri dalam meningkatkan pendapatan
pedagang dirasakan berbeda antara pedagang yang satu dengan pedagang
yang lain.
Dari hasil wawancara dengan Mbak Kurnia, pedagang jilbab sektor
timur;
“dulu waktu awal-awal di resmikannya program tendanisasi banyak pengunjung yang datang ke sini. Selain itu program tendanisasi juga membuat dagangan saya menjadi lebih rapi dan menarik. Kalau dibandingkan sama sebelum ada program tendanisasi pendapatan saya sedikit naik soalnya dengan adanya tenda masyarakat yang datang ke sini jauh lebih banyak.” (wawancara 9 Nopember 2012)
Dari wawancara di atas dapat dikatakan program tendanisasi
merupakan publisitas pemerintah serta cara pemerintah untuk
mempromosikan Pasar Jumat kepada masyarakat luas. Peresmian program
tendanisasi yang dilakukan oleh Bupati ini di muat dalam surat kabar yang
tentunya di baca oleh banyak orang. Selain itu dengan adanya program
tendanisasi membuat dagangan terlihat lebih rapi dan menarik sehingga
dapat menarik konsumen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 94
Hal ini berbeda dengan pendapat Ibu Retno yang merupakan pedagang
jilbab, sektor barat yang baru Agustus kemarin di resmikan program
tendanisasi. Berikut penuturannya;
“program tendanisasi cukup memberatkan aja bagi saya kan setiap Jumat harus membayar iuran bongkar pasang tenda sebesar Rp 5.000,00 belum nanti biaya untuk menyicil tendanya. Apalagi kan yang jualan jilbab di sini lumayan banyak ditambah konsumen jilbab yang sedikit dan nggak setiap hari. Saya itu ramai kalau mendekati lebaran saja. Kalau mendekati lebaran pendapatan yang saya terima itu bisa jutaan setiap Jumatnya, nah itu nantinya yang saya gunakan untuk menutup angsuran tenda pada minggu sebelumnya.”(wawancara, 9 Nopember 2012)
Dari wawancara di atas terlihat bahwa adanya kewajiban bagi masing-
masing pedagang untuk membayar cicilan tenda serta iuran bongkar pasang
tenda setiap Jumatnya di rasa cukup memberatkan. Karena untuk
konsumen jilbab sendiri hanya ramai ketika menjelang lebaran. Sedangkan
untuk pendapatan yang mereka terima setiap Jumatnya tidak menentu.
Program tendanisasi memang mampu meningkatkan jumlah pengunjung
namun prosedur yang mengharuskan pedagang mencicil uang tenda dirasa
memberatkan.
Ada perubahan sebelum dan setelah dilakukan program tendanisasi,
memang terjadi peningkatan pendapatan karena naiknya jumlah
pengunjung. Namun biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk berjualan di
pasar setiap jumatnya yang lumayan besar telah mengurangi pendapatan
mereka. Biaya-biaya ini dapat tertutup dengan pendapatan yang pedagang
dapatkan selama menjelang lebaran. Karena pendapatan yang diterima
ketika menje lang lebaran berlipat-lipat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 95
Tabel 3.4
Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Jilbab
Peran Yang Seharusnya Peran Yang Senyatanya
Meningkatkan pendapatan pedagang Adanya prosedur untuk mencicil
iuran tenda setiap Jumatnya telah
mengurangi pendapatan pedagang.
Namun lonjakan pengunjung ketika
mejelang lebaran mampu
memberikan pendapatan yang
sangat besar dan cukup untuk
menutup kekurangan sebelumnya
1. Peran seharusnya
Program tendanisasi dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
minat belanja masyarakat dan kenyamanan pengunjung. Dengan
semakin banyaknya pengunjung diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan di Pasar Jumat.
2. Peran senyatanya
Bagi pedagang jilbab baik pedagang sektor timur maupun pedagang
sektor barat adanya program tendanisasi dengan prosedur yang
mengharuskan pedagang mencicil tenda dan membayar iuran tenda
setiap jumatnya telah mengurangi pendapatan pedagang. Namun hal ini
dapat tertutup dengan besarnya pendapatan yang pedagang dapatkan
ketika berjualan menjelang lebaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 96
e. Pedagang Kerajinan Rotan
Keberadaan pedagang kerajinan rotan cukup menarik bagi penulis.
Karena mengingat kerajinan rotan ini jarang diminati pembeli dan
cenderung sepi. Meskipun demikian pedagang kerajinan rotan ini tetap
bertahan dan berjualan di Pasar Jumat, hanya konsumen tertentu yang
tertarik untuk membeli kerajinan rotan ini. Sedangkan bagi mayoritas orang
datang ke Pasar Jumat lebih untuk membeli makanan atau pakaian. Untuk
itu penulis ingin melihat adakan perubahan yang dirasakan pedagang
kerajinan rotan ini sebelum maupun setelah dilakukannya program
tendanisasi.
“ada tidaknya program tendanisasi tidak berpengaruh dalam usaha saya. Namun adanya cicilan tenda malah memberatkan, kan saya jualan kayak gini belum tentu banyak pembeli yang datang paling dari sepuluh orang yang melihat hanya 3 yang membeli. Ini terjadi karena tidak semua orang tertarik dengan kerajinan rotan.”(wawancara Bapak Ranto, pedagang kerajinan rotan sektor timur, 21 Desember 2012)
Hal senada di ungkapkan oleh Pak Tarno, pedagang kerajinan rotan
sektor barat berikut penuturannya;
“dulu memang sebelum tendanisasi pengunjungnya sedikit, terus semenjak di resmikan melalui program tendanisasi ini jadi ramai. Tapi kan kalau kayak yang saya jual ini konsumennya sedikit beda kayak kalau jualan makanan. Jadi ada tidaknya program tendanisasi tidak berpengaruh terhadap pendapatan saya. Saya itu dulu pernah jualan tidak satupun terjual. Jadi di sini cuma duduk-duduk, memang ada beberapa yang mampir tapi mereka hanya melihat-lihat dan tidak jadi membeli.”(wawancara 21 Desember 2012)
Kenaikan pengunjung belum tentu menghasilkan hasil positif bagi
pedagang. Karena pengunjung yang datang ke Pasar Jumat lebih banyak
mencari kebutuhan pokok seperti makanan maupun pakaian. Sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 97
bagi pedagang seperti pedagang kerajinan rotan hanya sedikit pengunjung
yang datang. Bahkan kebanyakan dari mereka hanya melihat-lihat dan
jarang yang membeli. Bagi pedagang kerajinan rotan ini ada tidaknya
program tendanisasi tidak berperan dalam meningkatkan pendapatan
mereka.
Tabel 3.5
Peran Program Tendanisasi Bagi Pedagang Kerajinan Rotan
Peran Yang Seharusnya Peran Yang Senyatanya
Meningkatkan pendapatan pedagang Kenaikan pengunjung yang
dihasilkan dari adanya program
tendanisasi tidak berperan dalam
peningkatan pendapatan pedagang
kerajinan rotan
1. Peran seharusnya
Program tendanisasi dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
minat belanja masyarakat dan kenyamanan pengunjung. Dengan
semakin banyaknya pengunjung diharapkan mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan di Pasar Jumat.
2. Peran senyatanya
Bagi pedagang kerajinan rotan baik pedagang sektor timur maupun
pedagang sektor barat peningkatan jumlah pengunjung tidak
berpengaruh bagi peningkatan pendapatan mereka. Hal ini dikarenakan
kebanyakan pengunjung hanya sekedar melihat-ihat dan jarang yang
membeli.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 98
B. Pembahasan
Memahami tindakan ekonomi sebagai bentuk dari tindakan sosial dapat
dirujuk pada konsep tindakan sosial yang di ajukan oleh Weber (dalam
Damsar, 2009:31), tindakan ekonomi dapat dipandang sebagai suatu tindakan
sosial sejauh tindakan tersebut memperhatikan tingkah laku orang lain.
Memberi perhatian ini dilakukan secara sosial dalam berbagai cara misalnya
memperhatikan orang lain, berbicara dengan mereka, dan memberi senyuman
kepada mereka. Lebih jauh Weber menjelaskan bahwa aktor selalu
mengarahkan tindakannya kepada perilaku orang lain melalui makna-makna
yang terstruktur. Ini berarti bahwa aktor menginterpretasikan (verstehen)
kebiasaan-kebiasaan, adat dan norma-norma yang dimiliki dalam sistem
hubungan sosial yang sedang berlangsung.
1. Peran Yang Seharusnya
Dalam program tendanisasi pedagang merupakan aktor. Aktor selalu
mengarahkan tindakannya kepada perilaku orang lain melalui makna-
makna yang terstruktur. Weber mengemukakan lima ciri pokok konsep
dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial yang menjadi
sasaran penelitian sosiolog.
Pertama, tindakan yang menurut si aktor mengandung makna yang
subyektif. Ini meliputi berbagai tindakan nyata. Dengan mengikuti program
tendanisasi selain mengikuti peraturan yang berlaku agar tetap
diperbolehkan berjualan ada motif lain bagi ke langsungan usaha pedagang.
Dengan adanya tenda akan menjadikan barang dagangannya menjadi rapi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 99
dan lebih menarik. Ini pedagang tujukan untuk menarik minat konsumen.
sebuah tindakan baru dikatakan sebagai tindakan social jika tindakan
tersebut di arahkan pada perilaku orang lain. Sela in itu tindakan lain yang
dilakukan pedagang adalah dengan memasang spanduk di tendanya, inipun
juga pedagang lakukan untuk menarik minat konsumen.
Pedagang yang merupakan aktor tidak hanya sekedar menilai cara
yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari
tujuan itu sendiri. Kaitannya dengan program tendanisasi, program
tendanisasi menjadi alat bagi pedagang untuk tetap dapat menjalankan
usahanya di Pasar Jumat. Hal ini di karenakan adanya aturan dari
pemerintah bahwa hanya pedagang yang bertenda yang diperbolehkan
berjualan di Pasar Jumat. Ketika proses sosialisasi dimana hasil rapat yang
diperoleh masih di rasa memberatkan pedagang, maka pedagang
melakukan tindakan berdemo bersama-sama agar harga tenda bisa
diturunkan. Demo pedagang di arahkan kepada pemerintah Kabupaten dan
pada akhirnya di dapat hasil mediasi di gedung DPRD Karanganyar antara
pedagang dan pemerintah.
Tindakan pedagang sektor timur yang merasa keberatan dengan harga
tenda yang terlalu mahal dengan melakukan aksi demo merupakan wujud
dari tindakan rasional instrumental. Menurut tindakan rasional
instrumental, pedagang tidak hanya menilai cara yang baik untuk mencapai
tujuannya, tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri. Pedagang
la lu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan untuk mencapai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 100
yang dipilih tadi yaitu dengan berkumpul dan melakukan demo.Hasil ini
sesuai dengan tujuan pedagang yaitu penurunan harga tenda.
Dengan bersedia mencicil harga tenda sesuai dengan kesepakatan,
pedagang menginginkan hasil yang terbaik yaitu semakin majunya usaha
yang di jalankan. Karena tenda merupakan identitas bagi pedagang agar
tempat usahanya tidak di pakai orang lain. Dengan adanya program
tendanisasi pedagang berharap adanya peningkatan pengunjung yang
nantinya dapat memberi keuntungan bagi mereka. Meskipun hasil yang di
dapat kurang sesuai dengan tujuan yang diprediksi o leh pedagang.
Program tendanisasi merupakan cara yang digunakan pedagang Pasar
Jumat untuk tetap menjalankan usahanya dengan tujuan meningkatkan
pendapatan. Hal ini tidak terlepas dari pertimbangan terhadap keuntungan
maupun kerugian yang mungkin pedagang dapatkan jika ikut serta dalam
program tendanisasi atau tidak ikut dalam program tendanisasi. Di sini
berarti sesuai dengan apa yang dijabarkan oleh Weber mengenai
werktrational action atau rasionalitas yang berorientasi nilai. Dimana
dalam tindakan ini aktor tidak dapat menilai apakah cara-cara yang
dipilihnya itu merupakan yang paling tepat ataukah lebih tepat untuk
mencapai tujuan lain.
2. Peran Yang Senyatanya
Pedagang bersedia mengikuti program tendanisasi dengan syarat-
syarat yang telah di tentukan tentu di dalamnya terkandung motif bagi
pedagang itu sendiri. Dengan mengikuti program tendanisasi maka
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 101
pedagang diperbolehkan untuk tetap berjualan di Pasar Jumat. Berjualan di
Pasar Jumat memberikan hasil yang lebih baik bagi bagi pedagang dalam
meningkatkan pendapatan di banding ketika mereka berjualan di luar Pasar
Jumat. Oleh karena itu untuk mencapai tujuan tersebut pedagang
melakukan tindakan dengan bersedia ikut dalam program tendanisasi.
Dapat dikatakan dengan mengikuti program tendanisasi merupakan
cara yang dilakukan pedagang untuk mencapai tujuannya. Seberapa jauh
hasil dari pencapai tujuan tersebut dapat dilihat dari seberapa besar peran
program tendanisasi itu sendiri dalam meningkatkan pendapatan pedagang
yang bersangkutan. Bagi masing-masing pedagang tentu peran program
tendanisasi tidak sama antara pedagang yang satu dengan pedagang yang
la in. Program tendanisasi merupakan cara yang digunakan pedagang Pasar
Jumat untuk tetap menjalankan usahanya dengan tujuan meningkatkan
pendapatan.
Hal ini tidak terlepas dari pertimbangan terhadap keuntungan maupun
kerugian yang mungkin pedagang dapatkan jika ikut serta dalam program
tendanisasi atau tidak ikut dalam program tendanisasi. Di sini berarti sesuai
dengan apa yang dijabarkan oleh Weber mengenai werktrational action
atau rasionalitas yang berorientasi nilai. Dimana dalam tindakan ini aktor
tidak dapat menila i apakah cara-cara yang dipilihnya itu merupakan yang
paling tepat ataukah lebih tepat untuk mencapai tujuan lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 102
Matrik 3.5 Peningkatan Pendapatan Pedagang
Sebelum dan Setelah Program Tendanisasi No. Informan Sebelum
Program Tendanisasi
Setelah Program Tendanisasi
Peningkatan Pendapatan
1. Mbak Ayuk 100 rb 300 rb 200 rb 2. Mas Iyan 100rb 100rb - 3. Mbak Umi 50 rb 80 rb 30 rb 4. Mbak Kurnia 100 rb 300 rb 200 rb 5. Bapak Ranto 100rb 150 rb 50 rb 6. Ibu Rahayu 300 rb 500 rb 200 rb 7. Bapak Suwito 100 rb 100rb - 8. Bapak Dul 80 rb 80 rb - 9. Mbak Windu 200 rb 250 rb 50 rb
10. Bapak Tarno 200 rb 300 rb 100 rb Sumber: data primer
Dari matriks 3.6 di ketahui bahwa peran program tendanisasi dalam
meningkatkan pendapatan pedagang tidak di rasakan oleh semua pedagang.
Untuk informan yang merupakan pedagang buah ada tidaknya program
tendanisasi tidak menimbulkan perubahan dalam perolehan pendapatan.
Namun untuk pedagang makanan terjadi peningkatan pendapatan yang
cukup tinggi. Menurut hasil wawancara yang te lah di jelaskan sebelumnya
untuk pedagang jilbab dan mainan anak kenaikan pendapatan terjadi ketika
liburan dan tanggal muda. Sedangkan untuk pedagang kerajinan rotan ada
tidaknya program tendanisasi tidak memberikan perubahan dalam
meningkatkan pendapatan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 103
Matrik 3.7 Peran Program Tendanisasi Dalam Meningkatkan Pendapatan
Pedagang Pasar Jumat Karanganyar
No. Informan Peran Pedagang Sektor Timur
1. Mbak Ayuk program tendanisasi membuat tempat berdagang menjadi bersih dan rapi. Pengunjung yang datangpun semakin banyak, dengan adanya program tendanisasi banyak konsumen yang ngiras dan membuat pendapatan meningkat
2. Mas Iyan ada tidaknya tendanisasi tidak mempengaruhi pendapatan. Tendanisasi hanya membuat pengunjung lebih banyak dan kebanyakan hanya membeli makanan
3. Mbak Umi dengan diresmikannya program tendanisasi membuat pengunjung lebih banyak yang berimbas pada meningkatnya pendapatan, namun peningkatan pendapatan lebih terjadi ketika liburan dan tanggal muda
4. Mbak Kurnia dengan adanya tenda pengunjung yang datang lebih banyak, tetapi untuk peningkatan pendapatan terjadi ketika menje lang lebaran
5. Bapak Ranto tendanisasi hanya membuat pasar menjadi rapi dan tertib . Ketika awal program terjadi peningkatan pendapatan
Pedagang Sektor Barat 6. Ibu Rahayu program tendanisasi mampu menarik minat masyarakat
untuk datang ke Pasar Jumat. Setelah adanya tenda merasakan peningkatan pendapatan
7. Bapak Suwito dengan adanya program tendanisasi terjadi peningkatan jumlah pengunjung sehingga jumlah pembelipun lebih banyak di banding sebelum adanya tendanisasi
8. Bapak Dul tidak adanya perubahan selama adanya program tendanisasi. Peningkatan pendapatan lebih dipengaruhi ketika masa liburan atau tanggal muda
9. Mbak Windu tendanisasi memberatkan pedagang karena cicilan yang harus di bayarkan, tidak seimbang dengan pendapatan yang meningkat hanya ketika menjelang lebaran saja
10. Bapak Tarno terjadi peningkatan pendapatan meskipun sedikit Sumber: hasil wawancara
Dari matrik 3 .7 sesuai dengan hasil wawancara dari informan terlihat
adanya perbedaan mengenai peran program tendanisasi itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 104
Seberapa jauh peran program tendanisasi bagi pedagang dapat dilihat dari
seberapa besar peningkatan pendapatan yang pedagang rasakan sebelum
dan setelah dilaksanakannya program tendanisasi (dapat dilihat dari matrik
3.6). Hasilnya terlihat bahwa peningkatan pendapatan lebih di rasakan oleh
pedagang makanan, sedangkan bagi pedagang lain adanya program
tendanisasi hanya berdampak pada semakin ramainya pasar.
Peran program tendanisasi dalam meningkatkan pendapatan pedagang
secara nyata dirasakan oleh pedagang makanan. Sedangkan bagi mayoritas
pedagang yang lain adanya prosedur yang dikenakan bagi masing-masing
pedagang untuk mencicil angsuran tenda serta iuran bongkar pasang tenda
setiap Jumatnya di anggap memberatkan. Ini mengingat pendapatan yang
mereka terima setiap Jumatnya tidaklah stabil.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 105
Matrik 3.8
Hasil Temuan
Peran yang seharusnya Peran yang senyatanya
Dengan adanya program tendanisasi
ditujukan agar mampu meningkatkan
pendapatan pedagang yang berjualan
di Pasar Jumat
a. Program tendanisasi mampu
menjadi media promosi
keberadaan Pasar Jumat
kepada masyarakat luas
dengan konsep yang lebih
tertata dan rapi
b. Dengan adanya program
tendanisasi mampu
meningkatkan jumlah
pengunjung yang datang
c. Program tendanisasi mampu
menciptakan kenyamanan dan
meningkatkan minat wisata
belanja
d. Setelah dilaksanakan program
tendanisasi, peningkatan
pendapatan lebih di rasakan
oleh pedagang makanan
sedangkan bagi pedagang non
makanan ada tidaknya tenda
tidak terlalu mempengaruhi
pendapatan mereka.
Dari matrik 3.8 adanya perbedaan peran antara peran yang seharusnya
dengan peran yang terjadi secara nyata. Seharusnya program tendanisasi
mampu berperan dalam meningkatkan pendapatan pedagang. Namun pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 106
kenyataannya program tendanisasi mampu menjadi media promosi
keberadaan Pasar Jumat kepada masyarakat luas dengan konsep yang lebih
tertata dan rapi. Dengan adanya program tendanisasi mampu meningkatkan
jumlah pengunjung yang datang. Program tendanisasi mampu menciptakan
kenyamanan dan meningkatkan minat wisata belanja. Setelah dilaksanakan
program tendanisasi, peningkatan pendapatan lebih di rasakan oleh
pedagang makanan sedangkan bagi pedagang non makanan ada tidaknya
tenda tidak terlalu mempengaruhi pendapatan mereka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 107
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Program tendanisasi pemerintah lakukan melihat kondisi Pasar Jumat yang
semrawut dan kurang menarik minat belanja masyarakat.
2. Program tendanisasi dilakukan melalui dua tahap yaitu pada tahun 2010
yang ditujukan untuk pedagang sektor timur yang merupakan pedagang
lama serta tendanisasi periode kedua pada bulan Agustus 2012 bagi
pedagang sektor barat yang merupakan pedagang pendatang.
3. Program tendanisasi mampu menjadi media promosi dan menarik minat
masyarakat untuk datang ke Pasar Jumat.
4. Pengadaan tenda sendiri merupakan kerja sama antara pemerintah, BPR
BKD dan pedagang dengan sistem kredit d imana pedagang dapat mencicil
harga tenda setiap Jumatnya.
5. Cicilan tenda cukup memberatkan pedagang, mengingat pendapatan yang
mereka dapatkan tidak tetap dan mengalami pasang surut.
6. Program tendanisasi lebih menguntungkan bagi pedagang makanan karena
lokasi berdagang yang lebih rapi dan bersih berpengaruh terhadap
kenyaman konsumen makanan. Selain itu berdagang makanan tidak
terpengaruh oleh musim.
7. Bagi pedagang jilbab, buah, mainan dan kerajinan rotan tingkat penjualan
mereka di pengaruhi oleh musim seperti pedagang jilbab yang hanya ramai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 108
ketika menjelang lebaran serta pedagang mainan anak yang ramai ketika
tanggal muda masa liburan. Sedangkan bagi pedagang kerajinan rotan ada
tidaknya tenda tidak memberikan perubahan dalam peningkatan
pendapatan, hanya program tendanisasi mampu meningkatkan jumlah
pengunjung.
8. Pedagang mengeluhkan buruknya kualitas tenda, pasalnya baru beberapa
bulan dipakai tenda sudah mulai bocor dan rusak sehingga mereka
terpaksa memasang terpal lagi di atas tenda.
9. Kualitas tenda yang sangat buruk tidak sebanding dengan harga yang
harus mereka bayarkan
10. Program tendanisasi hanya berperan dalam meningkatkan jumlah
pengunjung. Kebanyakan dari pengunjung, datang ke Pasar Jumat untuk
membeli kebutuhan sehari-hari.
B. Implikasi
1. Implikasi Empiris
Dari hasil temuan di lapangan, program tendanisasi mampu
menciptakan kenyamanan dan meningkatkan wisata belanja bagi
masyarakat. Dengan adanya program tendanisasi mampu meningkatkan
jumlah pengunjung sehingga pedagang memperoleh keuntungan melalui
peningkatan pendapatan. Selain itu dengan adanya tenda dapat
menertibkan pedagang dan juga sebagai identitas pedagang dalam
menjalankan usahanya. Namun peningkatan jumlah pengunjung ini hanya
bersifat sementara. Pedagang yang menerima tendanisasi periode pertama
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 109
mengaku kecewa dengan kualitas tenda yang diberikan, pasalnya baru
beberapa bulan digunakan tenda sudah mulai rusak dan bocor. Pedagang
terpaksa memasang terpal di atas tenda, hal ini tidak seimbang dengan
uang yang harus dikeluarkan pedagang untuk membayar tenda.
Program tendanisasi hanya berperan dalam meningkatkan jumlah
pengunjung. Sedangkan untuk masing-masing pedagang keuntungan dari
adanya tenda lebih memberikan keuntungan bagi pedagang makanan saja.
Karena kondisi tempat jualan yang rapi dan bersih berpengaruh terhadap
kenyamanan konsumen. selain itu berdagang makanan tidak dipengaruhi
musim, sedangkan bagi pedagang jilbab dan mainan anak besar kecilnya
pendapatan yang mereka terima lebih bersifat musiman. Bagi pedagang
jilbab pendapatan mereka naik ketika menjelang lebaran sedangkan bagi
pedagang mainan anak kenaikan pendapatan terjadi ketika liburan dan
tanggal muda.
2. Implikasi teoritis
Penelitian ini menggunakan teori tindakan sosial Weber. Weber
menjelaskan bahwa aktor selalu mengarahkan tindakannya kepada
perilaku orang lain melalui makna-makna yang terstruktur. Ini berarti
bahwa aktor menginterpretasikan (verstehen) kebiasaan-kebiasaan, adat
dan norma-norma yang dimiliki dalam sistem hubungan sosial yang
sedang berlangsung.
Pedagang yang merupakan aktor tidak hanya sekedar menilai cara
yang terbaik untuk mencapai tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 110
tujuan itu sendiri. Kaitannya dengan program tendanisasi, program
tendanisasi menjadi alat bagi pedagang untuk tetap dapat menjalankan
usahanya di Pasar Jumat. Hal ini di karenakan adanya aturan dari
pemerintah bahwa hanya pedagang yang bertenda yang diperbolehkan
berjualan di Pasar Jumat. Ketika proses sosialisasi d imana hasil rapat yang
diperoleh masih di rasa memberatkan pedagang, maka pedagang
melakukan tindakan berdemo bersama-sama agar harga tenda bisa
diturunkan. Demo pedagang di arahkan kepada pemerintah Kabupaten dan
pada akhirnya di dapat hasil mediasi di gedung DPRD Karanganyar antara
pedagang dan pemerintah. Tindakan pedagang sektor timur yang merasa
keberatan dengan harga tenda yang terlalu mahal dengan melakukan aksi
demo merupakan wujud dari tindakan rasional instrumental. Menurut
tindakan rasional instrumental, pedagang tidak hanya menilai cara yang
baik untuk mencapai tujuannya, tetapi juga menentukan nilai dari tujuan
itu sendiri. Pedagang lalu menilai alat yang mungkin dapat dipergunakan
untuk mencapai tujuan yang dipilih tadi yaitu dengan berkumpul dan
melakukan demo. Hasil ini sesuai dengan tujuan pedagang yaitu
penurunan harga tenda.
Dari uraian dapat disimpulkan bahwa pedagang yang merupakan
actor tidak hanya sekedar menilai cara yang terbaik untuk mencapai
tujuannya tetapi juga menentukan nilai dari tujuan itu sendiri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 111
3. Implikasi metodologis
Penelitian ini berbentuk deskriptif kualitatif, dimana penelitian
deskriptif kualitatif adalah suatu penelitian yang bermaksud memberikan
uraian mengenai suatu geja la sosial dengan menggunakan ukuran
perasaan sebagai dasar penelitian. Penelitian deskriptif kualitatif ini
dimaksudkan bukan untuk menguji hipotesis. Penelitian ini menekankan
pada pendeskripsian peran program tendanisasi dalam meningkatkan
pendapatan pedagang Pasar Jumat Karanganyar.
Informan dipilih berdasarkan metode purposive sample, agar
dapat diperoleh informan-informan yang sesuai dengan permasalahan dan
tujuan penelitian. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara
mendalam yang dibantu dengan interview guide yang berupa pertanyaan-
pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya yang digunakan sebagai
panduan dalam melaksanakan wawancara. Wawancara dilakukan secara
informal, yaitu percakapan biasa yang dilakukan secara santai tetapi tetap
bertujuan menggali data sebanyak-banyaknya. Peneliti melakukan
wawancara terhadap pedagang berdasarkan variasi jenis dagangan. Selain
itu juga dilakukan observasi untuk mengetahui kesesuaian antara informasi
yang telah diperoleh dengan peristiwa yang terjadi secara nyata di
lapangan. Data yang diperoleh juga di dukung arsip-arsip dan dokumen
yang berkaitan, yang berasal dari dinas, surat kabar maupun internet.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 112
C. Saran
Mengacu pada hasil dan kesimpulan di atas, penulis
merekomendasikan beberapa hal yang nantinya dapat bermanfaat
1. Bagi Pedagang
a. Pedagang diharapkan selalu berpartisipasi dalam menjaga ketertiban
dan kenyamanan selama Pasar Jumat berlangsung.
b. Pedagang diharapkan melakukan inovasi serta kreatif dalam
mengembangkan usahanya dengan menggunakan peluang yang ada di
Pasar Jumat
2. Bagi Pemerintah
a. Perlu diadakan event atau hiburan di Pasar Jumat untuk menarik minat
pengunjung.
b. Perlu memperhatikan mengenai akses pemberian modal formal bagi
pedagang. Karena peningkatan jumlah pengunjung tanpa diimbangi
peningkatan modal pedagang kurang signifikan terhadap peningkatan
pendapatan pedagang.