5
25 Peran perawat dalam meningkatkan kualitas peritonial dialisis (Krisna Yetti) Abstrak Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan salah satu terapi pengganti pada Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA). Empat area yang menjadi tanggung jawab perawat CAPD adalah predialisis, rawat inap, sebelum dan selama pelatihan CAPD, serta pada saat pasien di rumah. Merujuk pada empat peran perawat, yaitu sebagai praktisi, pengelola, peneliti, dan pendidik, maka peran perawat CAPD mempunya peran dan fungsi yang berbeda pula pada masing-masing area ini. Tujuan utama peran dan fungsi perawat di setiap area ini adalah agar layanan keperawatan yang diterima oleh pasien menjadi prima. Pada artikel ini dibahas peran perawat sebagai praktisi dan pengelola pelayanan keperawatan. Sedangkan dua peran lagi yaitu pendidik dan peneliti tidak dibahas. Kata kunci: fungsi, peran, dan perawat CAPD Abstract Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) is one of replacement therapy of End Stage Renal Disease (ESRD). CAPD nurse takes the responsibility in four areas. Those are pre-dialysis stage, during hospitalization, before and during peritoneal dialysis training, and patient at home. Refer to the roles of the nurses, as a care provider, manager, educator and researcher, CAPD nurse has a comprehensible role and function. This comprehensible role and function is also applied in this each area in order to get the better quality of life of the CAPD patients. In this article the role of care provider and manager are discussed. However, the other two, educator and researcher roles are not discussed. Key words: CAPD nurse, function and role PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN PERITONIAL DIALISIS Krisna Yetti * PENDAHULUAN Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) sebagai salah satu alternatif terapi pengganti pada Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) telah diintroduksikan sejak tahun 1975 oleh Popovich dan Moncrief (Thomas, 2003). Beberapa tahun berselang negara-negara di Asia mulai menerapkan program CAPD. Demikian juga di Indonesia sejak awal tahun 1980-an telah dilakukan CAPD secara insidentil (Tambunan, 2007). Meskipun telah tiga dekade sejak dikenalkan CAPD dan telah diupayakan pelatihan dan simposium keperawatan sejak awal tahun 1990-an, namun CAPD belum menjadi suatu pilihan terapi pengganti PGTA di Indonesia. TINJAUAN PUSTAKA Peran perawat CAPD meliputi empat peran, yaitu sebagai praktisi atau pelaksana asuhan keperawatan, pengelola pelayanan keperawatan, peneliti dan pendidik. Pada makalah ini, sesuai dengan judul, hanya membahas dua peran yaitu peran perawat sebagai praktisi dan pengelola pelayan keperawatan. Khusus peran perawat sebagai praktisi pendekatan menggunakan modifikasi panduan dari Fresenius Medi- cal Company (FMC) serta rujukan lainnya. PERAN PERAWAT SEBAGAI PRAKTISI ASUHAN KEPERAWATAN Perawat sebagai praktisi berfungsi untuk menjamin program CAPD terlaksana secara prima. Layanan secara prima ini bertujuan agar program CAPD yang

PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

  • Upload
    others

  • View
    12

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

25Peran perawat dalam meningkatkan kualitas peritonial dialisis (Krisna Yetti)

Abstrak

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) merupakan salah satu terapi pengganti pada Penyakit Ginjal Tahap Akhir(PGTA). Empat area yang menjadi tanggung jawab perawat CAPD adalah predialisis, rawat inap, sebelum dan selama pelatihanCAPD, serta pada saat pasien di rumah. Merujuk pada empat peran perawat, yaitu sebagai praktisi, pengelola, peneliti, dan pendidik,maka peran perawat CAPD mempunya peran dan fungsi yang berbeda pula pada masing-masing area ini. Tujuan utama peran danfungsi perawat di setiap area ini adalah agar layanan keperawatan yang diterima oleh pasien menjadi prima. Pada artikel ini dibahasperan perawat sebagai praktisi dan pengelola pelayanan keperawatan. Sedangkan dua peran lagi yaitu pendidik dan peneliti tidakdibahas.

Kata kunci: fungsi, peran, dan perawat CAPD

Abstract

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) is one of replacement therapy of End Stage Renal Disease (ESRD). CAPDnurse takes the responsibility in four areas. Those are pre-dialysis stage, during hospitalization, before and during peritonealdialysis training, and patient at home. Refer to the roles of the nurses, as a care provider, manager, educator and researcher,CAPD nurse has a comprehensible role and function. This comprehensible role and function is also applied in this each area inorder to get the better quality of life of the CAPD patients. In this article the role of care provider and manager are discussed.However, the other two, educator and researcher roles are not discussed.

Key words: CAPD nurse, function and role

PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITASPASIEN PERITONIAL DIALISIS

Krisna Yetti *

PENDAHULUAN

Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis(CAPD) sebagai salah satu alternatif terapi penggantipada Penyakit Ginjal Tahap Akhir (PGTA) telahdiintroduksikan sejak tahun 1975 oleh Popovich danMoncrief (Thomas, 2003). Beberapa tahun berselangnegara-negara di Asia mulai menerapkan programCAPD. Demikian juga di Indonesia sejak awal tahun1980-an telah dilakukan CAPD secara insidentil(Tambunan, 2007). Meskipun telah tiga dekade sejakdikenalkan CAPD dan telah diupayakan pelatihan dansimposium keperawatan sejak awal tahun 1990-an,namun CAPD belum menjadi suatu pilihan terapipengganti PGTA di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Peran perawat CAPD meliputi empat peran, yaitusebagai praktisi atau pelaksana asuhan keperawatan,pengelola pelayanan keperawatan, peneliti danpendidik. Pada makalah ini, sesuai dengan judul, hanyamembahas dua peran yaitu peran perawat sebagaipraktisi dan pengelola pelayan keperawatan. Khususperan perawat sebagai prakt isi pendekatanmenggunakan modifikasi panduan dari Fresenius Medi-cal Company (FMC) serta rujukan lainnya.

PERAN PERAWAT SEBAGAI PRAKTISIASUHAN KEPERAWATAN

Perawat sebagai praktisi berfungsi untuk menjaminprogram CAPD terlaksana secara prima. Layanansecara prima ini bertujuan agar program CAPD yang

Page 2: PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

26 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007; hal 25-29

dijalani pasien terjamin keamanannya sehingga hiduppasien berkualitas. Dengan demikian perawat berfungsisebagai pelindung pasien secara komprehensif. Agartujuan ini tercapai perawat CAPD menjalankanfungsinya pada empat kondisi yang berbeda yaituasuhan pada predialisis, rawat inap, sebelum danselama pelatihan, serta pasien di rumah(Tambunan, 2007). Asuhan/ tindakan keperawatan dantanggung jawab perawat berbeda pada masing-masingkondisi.

Predialisis

Pada kondisi predialisis, perawat CAPD berperanserta untuk memastikan kesesuaian terapi penggantiyang dipilih oleh pasien PGTA. Pemahaman pasien atasterapi pengganti yang dipilih meliputi kelebihan danketerbatasan metoda yang dipilih dan memastikanperawatan yang tepat sebelum implantasi Tenckhoffkateter. Hal ini merupakan tugas perawat CAPD padakondisi predialisis ini. Jika pasien telah menentukanterapi pengganti yang dipilih, maka penyuluhan/ edukasiuntuk memandirikan pasien dapat dimulai sesegeramungkin. Pemahaman pasien dari sejak awal akanmenentukan keberhasilan program CAPD yang akanmempengaruhi kualitas hidup pasien.

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahappredialisis ini adalah:1. Keinginan pasien. Pasien sebaiknya mampu untuk

memilih terapi pengganti yang sesuai untuknya.Pemilihan terapi pengganti didasarkan pada kondisiindividu. Kedua terapi pengganti baik hemodialisis(HD) ataupun CAPD memiliki keuntungan danketerbatasan yang perlu dipahami oleh calon pasienCAPD

2. Pasien diberikan kesempatan untuk memilih HD atauCAPD. Pada keadaan ini hak pasien perludiperhatikan, karena pasienlah yang akan menjalanikehidupan selanjutnya. Jika ada atau tidak adapenyulit perlu diadvokasi pasien dalam memilih pro-gram. Bila hal ini dapat dilaksanakan secara terusmenerus maka pogram CAPD ditempat institusidilaksanakan telah mengedepankan etika dan moral,karena sangat memperhatikan Human Rights.

3. Pasien juga mampu secara mandiri untuk melalukanpenggantian cairan diálisis. Dari semula pogramCAPD dikenalkan pada calon pasien dan keluarga,komponen ini menjadi bagian dari pengkajian. Jikapasien tidak mampu melakukan penggantian cairandan tidak ada dari keluarga yang dapatamelaksanakan, sedangkan CAPD sebagai pilihanterbaik untuknya, maka seyogianya telah diciptakansuatu agen yang mempunyai sumber daya manusiaterlatih untuk membantu pelaksanaan programCAPD di rumah. Dengan demikian calon pasienCAPD dan keluarga mendapat bantuan, di lain pihaktercipta lapangan kerja baru. Jiwa kewirausahaandiperlukan untuk menjawab tantangan dan peluanguntuk membantu pasien CAPD.

4. Calon pasien CAPD bertoleransi terhadappenambahan berat badan akibat pemasukan cairanpada rongga peritoneum. Pengkajian akan jumlahcairan yang mungkin ditolerir pasien diprediksi dariawal. Satu setengah liter atau dua literkah cairanyang akan digunakan bagai dialysate.

5. Memperhatikan penyulit-penyulit sehingga CAPDbukan menjadi opsi. Jika pasien didiagnosamengalami nyeri punggung, hernia, gastroesophagealreflux, hemorrhoids atau beberapa bentuk penyakitlain maka, pasien tidak mungkin menjalani programCAPD.

Rawat Inap

Tujuan utama pasien menjalani rawat inap adalahuntuk implantasi Tenckhoff kateter dan inisiasi pro-gram CAPD sesuai dengan perencanaan medis. Edukasiterstruktur (Yetti, 2004) dapat dilanjutkan pada tahapini. Intervensi keperawatan terkait pascaoperasi danperawatan khusus pada exit site merupakan tanggungjawab perawat CAPD. Dengan demikian perawatCAPD memberikan asuhan keperawatan lintas ruangrawat. Perawat CAPD memberikan asuhankeperawatan dari suatu ruangan ke ruangan lain. Jikabelum tercipta sistem seperti ini, maka perlu dibuat suatumekanisme, sehingga perawat CAPD tidak merasaasing untuk mendatangi ruang rawat untuk merawatpasien CAPD. Bila hal ini terlaksana, maka keberadaan(eksistensi diri) perawat CAPD secara tidak sengajaakan tercipta.

Page 3: PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

27Peran perawat dalam meningkatkan kualitas peritonial dialisis (Krisna Yetti)

Sebelum dan Selama Pelatihan

Tujuan pelatihan adalah untuk memperoleh hidupyang berkualitas (Yetti, 2004). Hal ini dapat dicapai bilaperawat CAPD memiliki ilmu pengetahuan danketerampilan psikomotor yang memenuhi kriteria. Disamping itu perawat CAPD memiliki integritas pribadiyang kokoh sehingga memiliki emosi yang stabil dalammenghadapi pasien dan keluarga dari waktu ke waktu.Oleh karena itu perawat CAPD perlu mengembangkandiri dalam segala dimensi sehingga menjadi peneduh bagipasien CAPD dan keluarganya.Berbagai kriteria harus ditentukan dan dibuat sebelumpasien memulai program CAPD. Kriteria ini menjadijaminan untuk keamanan pasien. Selain itu terapi yangdipilih menjadikan pasien untuk memperoleh kepuasanyang tinggi. Kriteria untuk menentukan hidup pasienCAPD berkualitas, antara lain:

1. Adequate dialysis. Pengeluaran zat-zat yangtidak dibutuhkan tubuh antara dialysate danpembuluh darah pasien terjadi pada kapiler. Jadikapiler bertindak sebagai media pemisah untukantara pembuluh darah dan dialysate. Secarasederhana dapat disimpulkan bahwa cairan danzat-zat terlarut melewati baik ke atau dari dialy-sate- pembuluh darah dengan cara diffusi,ultrafiltrasi, atau osmosis. Membahas adekuasidialisis berarti membahas fungsi dari yangmenggantikan fungsi ginjal. Dalam hal ini adalahterapi pengganti yaitu CAPD. Dialisis dapatdisebut adekuat bila pasien mengkonsumsi diitprotein yang tepat dan tidak terjadi tanda-tandauremia. Di samping itu keseimbangan cairan,elektrolit asam basa, sejahtera fisik, kepatuhanterhadap program pengobatan dan toleransitehadap program terapi pengganti merupakanbagian dari adekuat dialisis. Secara konvensionalpengukuran adekuasi didasarkan pada Kt/V.Secara umum nilai Kt/v adalah 2.0. Penilaian yangjuga dapat mencerminkan dialisis yang adekwatadalah Peritoneal Equilibration Test (PET)(Twardowski, 1989, dalam Thomas, 2003).

2. Adequate fluid balance. Data dasar diperlukanuntuk mengetahui keseimbangan cairan pada tubuhpasien CAPD. Data ini keseimbangan cairan ini

dikaji secara berkala. Penambahan berat badanakibat penambahan massa otot atau lemak tubuhperlu dibedakan dari penambahan berat badanakibat kelebihan cairan. Penimbangan berat badansetiap pagi, penimbangan cairan dalam kantung yangdikeluarkan dari rongga peritoneum perlu dilakukansecara teliti.

3. Adequate nutrition. Ahli Gizi berwenang untukmenyampaikan program diit dan menindaklanjutinya.Akan tetapi karena pasien lebih banyak berhubungandengan perawat, maka perawat perlu dibekalidengan pengetahuan dasar tentang diit. Kewenanganperawat dalam konteks diit perlu jelas. Artikatastandar dan guideline untuk memandu perawatdalam memberikan intervensi nutrisi harus ada.

4. Prevention of complications. Ada tiga komplikasiyang terkait dengan CAPD: mekanikal, medikal, daninfeksi (DeVore, http://www.uspharmacist).Mekanikal: yaitu berbagai komplikasi yang terkaitpemasangan kateter. Nyeri karena ketidakstabilanpemasangan plester pada awal-awal implantasi(akibat lanjut terjadi kebocoran di sekitar exit site),obstruksi pada inflow-outflow atau kinkingmerupakan contoh-contoh komplikasi mekanikal.Medikal: berbagai komplikasi dapat terjadi padapasien CAPD. Misalnya malnutrisi, fibrosisperitoneum pleural effusion. Infeksi: Peitonitis,infeksi pada exit site atau tunnel merupakankomplikasi yang sering terjadi. Dari ketigakomplikasi ini peran perawat yang paling nyata adalahuntuk mencegah terjadinya infeksi. Meskipundemikian dua komplikasi lainnya mekanikal danmedikal tidak boleh luput dari pemantauan perawat.

Pasien di rumah

Tujuan asuhan keperawatan pasien dirumah adalahagar pasien dapat secara mandiri menjalani programCAPD. Beberapa langkah berikut dapatdipertimbangkan untuk dilaksanakan (Tambunan, 2007),adalah follow up melalui telpon, handphone ataupunemail; follow up saat pasien melakukan kunjungan keklinik CAPD; kunjungan ke rumah oleh perawat CAPD;jika memungkinkan berkordinasi dengan perawatkomunitas.

Page 4: PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

28 Jurnal Keperawatan Indonesia, Volume 11, No.1, Maret 2007; hal 25-29

Dokumentasi

Dokumentasi bertujuan agar kedua pihak perawat/tim kesehatan dan pasien memperoleh jaminan keamanansecara hukum. Asuhan keperawatan yang telah dilakukanperawat dicatat disuatu format yang telah disahkan.Demikian juga apa yang dilakukan pasien atau yangmembantu dicatat. Catatan hendaknya akurat tidakberlebihan dan juga tidak kurang. Kejelasan materi yangdicatat perlu mendapat pengesahan oleh suatu badan.Tujuan lain dari dokumentasi adalah menjadi sumber ilmupengetahuan. Dapat menjadi bahan perbandingan,ataupun penelitian. Oleh karena itu budaya mencatatperlu didengung-dengungkan dari waktu kewaktu.

Komponen-komponen asuhan keperawatan yangdidiskusikan merupakan sebagian dari keseluruhanA suhan K eperawatan/ Nursing Care. Banyakkomponen-komponen lain yang menjadi pertimbangan,akan tetapi tidak mungkin dibahas pada waktu yangterbatas ini. Pelatihan-pelatihan merupakan wadah lebihlanjut untuk membahas nursing care yang lebihcomprehensive.

PERAN SEBAGAI PENGELOLA PELAYANANKEPERAWATAN

Telah dibahas tentang nursing care pada Romawi2, berikut ini dibahas secara umum tentangmanajement nursing care yang ikut menentukankeberhasilan nursing care, antara lain: sistem kerja,standar asuhan, pendekatan holistik, Kriteria danpengakuan sebagai perawat CAPD, dan prasarana

Sistem kerja

Diperlukan suatu tata kerja yang mengaturoperasional program CAPD. Penjelasan peran dan fungsimasing-masing anggota tim, kordinator CAPD, serta alurkomunikasi diatur pada sistem kerja ini. Bentukpencatatan, siapa saja yang mencatat juga perlu ditata.

Standar asuhan.

Standard asuhan merupakan suatu cerminan unjukkerja minimal yang dilengkapi dengan kriteria yang dapatdiukur. Unjuk kerja ini dibuat dan diaudit dari waktu.Standard ini akan memberi arahan terhadap tampilan

kerja, menjadi acuan bagi pengelola serta menjadipertimbangan hukum yang menjamin keselamatan pasien.Oleh karena itu perlu suatu badan untuk membuat,mengevaluasi dan merevisi Standard ini. Pada tingkat yanglebih tinggi kegiatan benchmarking keinstitusi lain perludikembangkan.

Pendekatan Holistik

Perlu dilakukan suatu pendekatan yang komprehensifuntuk menjamin mutu layanan. Total patient care perludipertimbangkan oleh pengelola CAPD untuk menjawabholistic approach ini. Sebagai contoh perawat CAPDmerawat pasien dari mulai datang sampai rumah,termasuk jika pasien tersebut menjalani rawat inap. rawatjalan, dan pasien dirumah.

Kriteria dan Pengakuan sebagai perawat CAPD.

Sudah waktunya ada pengakuan secara formalterhadap perawat CAPD. Misalnya dengan pencantumangelar dibelakang nama. Untuk itu perlu dibuat suatu kriteriayang menentukan siapa saja yang berhak menyandanggelar tersebut.

Prasarana

Kelengkapan alat melaksanakan program CAPD,serta pelatihan menjamin terlaksanya program yang baik.Tim pengadaan barang perlu memenuhi sarana ini,sehingga perawat CAPD lebih berfokus pada asuhan danlayanan keperawatan.

KESIMPULAN

Asuhan dan layanan keperawatan seperti suatu matauang logam yang saling melengkapi. Tanpa layanankeperawatan yang baik dipastikan asuhan keperawatantidak dapat memenuhi stndar minimal yang dapatdibenarkan. Pemahaman perawat CAPD untukmeningkatkan asuhan dan layanan keperawatan akanmemberikan dampak pada kualitas hidup pasien CAPD(HH).

* Krisna Yetti, SKp., M.App.Sc: Staf AkademikKelompok Keilmuan Dasar Keperawatan danKeperawatan Dasar Universitas Indonesia

Page 5: PERAN PERAWAT DALAM MENINGKATKAN KUALITAS PASIEN

29Peran perawat dalam meningkatkan kualitas peritonial dialisis (Krisna Yetti)

KEPUSTAKAAN

DeVore. http://www.uspharmacist.com. Diunduh pada7 September 2007

Fresenius Medical Company. Makalah FMC: tidakdipublikasikan

Tambunan, R. (2007). Kecenderungan perawatmenjadi spesialistik. Bahan ajar pada mata ajartrend dan issue Program Pascasarjana FIK-UI:tidak dipublikasikan

Thomas, N. (2003). (Ed.). Renal nursing. China:Bailliere Tindall

Yetti, K. (2004). Edukasi pada pasien yangmengalami PGTA. Bahan ajar pelatihan perawatginjal pada RS Cipto Mangunkusumo dan RS PGICikini: tidak dipublikasikan