of 94 /94
PERAN EKONOMI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Disusun Oleh: AHMAD FAUZI NIP: 102046125279 KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM) FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429H

PERAN EKONOMI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

Embed Size (px)

Text of PERAN EKONOMI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

  • PERAN EKONOMI ISLAM DALAM PENGENTASAN

    KEMISKINAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

    Disusun Oleh:

    AHMAD FAUZI

    NIP: 102046125279

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HDAYATULLAH

    JAKARTA

    2008 M/1429H

  • LEMBAR PERNYATAAN

    Dengan ini saya menyatakan bahwa:

    1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

    salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri

    (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

    sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)

    Syarif Hidayatullah Jakarta.

    3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau

    merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

    sanksi yang berlaku Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    Jakarta 13 Mei 2007 M

    13 Jumidil Akhir 1428 H

    Ahmad Fauzi

  • PERAN EKONOMI ISLAM DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN

    MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

    Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)

    Disusun Oleh:

    AHMAD FAUZI

    NIP: 102046125279

    Dibawah bimbingan

    KAMARUSDIANA. Sag. M.Hum

    NIP: 150 285 972

    KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH

    PROGRAM STUDI MUAMALAT (EKONOMI ISLAM)

    FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

    SYARIF HDAYATULLAH

    JAKARTA

    2008 M/1429 H

  • PENGESAHAN PANITIA UJIAN

    Sekripsi yang berjudul PERAN EKONOMI ISLAM DALAM

    PENGENTASAN KEMISKINAN MENURUT PEMIKIRAN IBN KHALDUN

    Telah di ujikan dalam siding Munaqasah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif

    hidayatullah Jakarta pada Tanggal 22 Mei 2008. Sekripsi ini telah di terima sebagai

    salahsatu syarat untuk memperoleh gelar sarjana program strata 1 ( S1) pada jurusan

    Muamalat.

    Jakarta, 5 Juni 2008

    Mengesahkan,

    Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

    Prof. Dr.H..M. Amin Suma, SH.,MA,.MM NIP. 195505051982031012

    PANITIA SIDANG MUNAQASAH

    1. Ketua :Euis .Amalia M.Ag. (

    ) NIP. 150 289 264

    2. Sekretaris : Ah Azharuddin Latif M.Ag (

    )

    NIP. 150 318 308

    3. Pembimbing : Kamarusdiana M.Ag. M.Hum (

    )

    NIP. 150 285 972

    4. Penguji I : Dr, H. Supriadi Ahmad. MA (

    ) NIP. 150 270 613

    5. Penguji II : Dr. Euis Nurlaelawati, MA. Ph.D (

    )

    NIP. 150277 992

  • KATA PENGANTAR

    egala puji sukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

    melimpahkan segala Rahmat-Nya, hingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat

    dan salam selalu tercurahkan kepada junjungan alam Baginda Besar Nabi

    Muhammad SAW.

    Penulisan karya Ilmiah dalam bentuk sekripsi ini merupakan salah satu bagian

    syarat untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh gelar Sarjana

    Ekonomi Islam (SEI) di Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta. Kebahagiaan yang tak ternilai bagi penulis secara pribadi adalah dapat

    mempersembahkan yang terbaik kepada kedua orangtua, seluruh keluarga dan pihak-

    pihak yang telah ikut andil dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

    Sebagai bentuk penghargaan yang tidak terlukiskan, penulis sampaikan

    ucapan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

    1. Prof. Dr Komarudin Hidayat. MA. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    2. Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH., MA., MM. Dekan Fakultas

    Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    3. Dr. Euis Amalia, M. Ag, Ketua Program Studi Muamalat dan Ah. Azharuddin

    Lathif, M. Ag, Sekretaris Program Studi Muamalat yang telah membantu

    penulis secara tidak langsung dalam menyiapkan skripsi ini.

    f

  • 4. Kamarusdiana Sag. MHum, Dosen pembimbing yang telah meluangkan

    waktunya memberikan bimbingan dan pengarahan serta bantuan literatur

    dalam proses penyelesaian tugas akhir ini.

    5. Ibu Lilik Istiqoriyah, S.Ag, SS kaur perpustakaan Fakultas Syariah dan

    Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, beserta setaf-setafnya yang tak

    bosan-bosanya melayani penulis dalam proses penulisan sekripsi ini.

    6. Segenap pengurus dan pegawai Perpustakaan Utama Universitas Islam Negeri

    Jakarta yang telah membantu penulis dalam mencari data-data yang

    diperlukan.

    7. Rasa ta`dzim dan terima kasih yang mendalam kepada Ayah handa dan

    Ibunda atas dukungan moril dan materiil, kesabaran, keikhlasan, perhatian,

    serta cinta dan kasih sayang yang tidak habis-habisnya bahkan Doa-doa

    munajatnya yang tak henti-hentinya siang dan malam kepada Allah SWT.

    Dan akhirnya penulis akhiri dengan rasa Syukur kepada Allah SWT, Raja dari

    segala Raja, pencipta Jagad Raya dan penguasa Ilmu Pengetahuan, Dengan segala

    kelemahan dan kekurangan, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis

    khususnya dan bagi para pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT senantiasa

    meridloi setiap langkah kita. Amin.

    Jakarta, 13 Mei 2008 M

    6 Jumadil Akhir 1428 H

    Ahmad Fauzi

  • DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR ..............................................................................vi

    DAFTAR ISI .............................................................................................x

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .................................................1

    B. Tujuan dan Kegunaan Penelitian.....................................9

    C. Pembatasan dan Perumusan Masalah ..............................9

    D. Metode Peneletian ..........................................................9

    E. Sistematika Penulisan ...................................................10

    BAB II GAMBARAN UMUM EKONOMI ISLAM

    A. Pengertian Ekonomi Islam............................................13

    B. Dasar-dasar Ekonomi Islam..........................................16

    C. Karakteristik Ekonomi Islam.......................................26

    D. Tujuan Ekonomi Islam .................................................37

    BAB III GAMBARAN UMUM KEMISKINAN

    A. Pengertian Kemiskinan.................................................40

    B. Sebab-sebab Terjadinya Kemiskinan ............................43

    C. Faktor yang mempengaruhi kemiskinan........................50

    D. Latar belakang adanya kemiskinan ...............................52

    BAB IV KONSEP EKONOMI ISLAM IBN KHALDUN DALAM

    MENGENTASKAN KEMISKINAN

    A. Riwayat Hidup Ibn Khaldun.........................................60

  • B. Pemikiran Ekonomi Islam Ibn Khaldun........................66

    C. Analisis .......................................................................80

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan..................................................................85

    B. Saran............................................................................85

    DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................

    LAMPIRAN .............................................................................................

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Kemiskinan merupakan suatu keadaan, sering dihubungkan dengan

    kebutuhan, kesulitan dan kekurangan di berbagai keadaan hidup. Sebagian orang

    memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya

    melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya

    dari sudut ilmiah yang telah mapan. Istilah "negara berkembang" biasanya

    digunakan untuk merujuk kepada negara-negara yang "miskin".1

    Kemiskinan dipahami dalam berbagai cara. Pemahaman utamanya

    mencakup:

    1. Gambaran kekurangan materi, yang biasanya mencakup kebutuhan pangan

    sehari-hari, sandang, perumahan, dan pelayanan kesehatan. Kemiskinan dalam

    arti ini dipahami sebagai situasi kelangkaan barang-barang dan pelayanan

    dasar.

    2. Gambaran tentang kebutuhan sosial, termasuk keterkucilan sosial,

    ketergantungan, dan ketidakmampuan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.

    Hal ini termasuk pendidikan dan informasi. Keterkucilan sosial biasanya

    1http://www.asiafoundation.org/pdf/Civil_Society_Initiative_Against_Poverty_Indonesia.pdf.

  • dibedakan dari kemiskinan, karena hal ini mencakup masalah-masalah politik

    dan moral, dan tidak dibatasi pada bidang ekonomi.

    3. Gambaran tentang kurangnya penghasilan dan kekayaan yang memadai.

    Makna "memadai" di sini sangat berbeda-beda melintasi bagian-bagian politik

    dan ekonomi di seluruh dunia.

    Dalam ilmu ekonomi pembangunan kita mengenal istilah kemiskinan

    struktural yang melanda negara-negara dunia ketiga. Kemiskinan struktural

    adalah kemiskinan yang bukan disebabkan oleh rajin tidak rajinnya individu

    bekerja, tetapi disebabkan oleh adanya sistem atau struktur yang mencegah

    sebagian besar orang untuk menjadi kuat, sejahtera, bahkan kaya. Sekuat apa pun

    seseorang bekerja, dia tidak bisa meningkatkan taraf hidupnya karena struktur

    mencegah dia untuk berkembang.2

    Sistem ekonomi yang sangat liberal menghalalkan sebagian kecil rakyat

    untuk memiliki menimbun kekayaan dan aset yang berlebih (monopoli). Dalam

    struktur yang monopolis seperti ini, kecil kemungkinan rakyat jelata untuk

    meningkatkan taraf hidupnya. Dia hanya bekerja sekadar mempertahankan hidup,

    bukannya mengembangkan kualitas hidup ke arah yang lebih baik.

    Kemiskinan merupakan masalah sosial terbesar umat manusia saat ini.

    Akibatnya, banyak yang mulai mempertanyakan kembali sistem ekonomi

    kapitalisme liberal yang 20 tahun terakhir dijadikan platform utama. IMF dan

    Bank Dunia telah gagal menjalankan fungsinya membantu problematika ekonomi

    2http://www.asiafoundation.org/pdf/Civil_Society_Initiative_Against_Poverty_Indonesia.pdf.

  • dan keuangan banyak negara dunia ketiga. Alih-alih resepnya manjur dan bisa

    membangkitkan perekonomian, yang terjadi malah pasiennya yang terdiri dari

    banyak negara miskin harus diamputasi atau dibiarkan sekarat.

    Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah-tengah masyarkat

    secara layak sebagai manusia. sekurang-kurangnya memenuhi kebutuhan pokok

    yang berupa sandang pangan, memperoleh pekerjaan dan mampu membina

    keluarganya dengan bekal yang cukup. Dengan demikian sesorang akan mampu

    melaksanakan kewajiban terhadap allah dan tugas-tugas lainnya. Seseorang tidak

    akan menjadi gelandangan atau pengemis yang tidak memiliki sesuatu apapun.

    Dalam islam seseorang tidak boleh membiarkan orang sekalipun orang kafir

    zimmi yang hidup dalam maysarkat, dalam keadaan lapar, tanpa pakaian, hidup

    gelandangan tak menentu, tidak memiliki tempat tinggal serta problem lainnya.

    Kebebasan hak milik merupakan salah satu ide dasar kapitalis dalam

    mengatur kepemilikan. Menurut ide ini, setiap individu berhak memiliki barang-

    barang yang termasuk dalam pemilikan umum (public property) seperti ladang-

    ladang minyak, tambang-tambang besar, pelabuhan, jalan, barang-barang yang

    menjadi hajat hidup orang banyak, dan lain-lain.

    Pembangunan yang bersandar pada paradigma ini jelas mengakibatkan

    terjadinya ketimpangan sosial. Akan terjadi akumulasi kekayaan yang melimpah-

    ruah pada segelintir orang, sementara mayoritas masyarakat tidak dapat

    menikmati hasil pembangunan. Di samping itu, kesalahan dalam menggunakan

    tolak-ukur pembangunan berakibat cukup fatal. Sebuah negara dinilai berhasil

  • melaksanakan pembangunan bila pertumbuhan ekonomi dan pendapatan

    perkapita masyarakatnya cukup tinggi.

    Banyak terjadi, sebagian kecil orang di dalam suatu negara memiliki

    kekayaan yang melimpah, sedangkan sebagian besar lainnya justru hidup dalam

    kemiskinan. Kritik tajam lain ditujukan terhadap peran negara. Dalam ekonomi

    kapitalis, peran negara secara langsung di bidang sosial dan ekonomi harus

    diupayakan seminimal mungkin. Bahkan diharapkan negara hanya berperan

    dalam fungsi pengawasan dan penegakan hukum. Peran minimalis ini telah

    menjadikan negara kehilangan fungsi utamanya sebagai pemelihara urusan rakyat.

    Negara juga akan kehilangan kemampuannya dalam menjalankan fungsi

    pemelihara urusan rakyat. Sebab tidak semua rakyat memiliki kemampuan

    kompetisi dan sumber daya ekonomi yang sama.

    Islam memiliki sistem ekonomi yang secara fundamental berbeda dari

    sistem ekonomi lainnya ia memiliki akar dalam syariat yang membentuk

    pandangan dunia sekaligus sasaran-sasaran dan strategi (maqashid asy-syariah)

    yang berbeda dari sistem-sistem sekuler yang yang menguasai dunia saat ini.

    Sasaran-sasaran yang dikehendaki Islam secara mendasar bukan materil, mereka

    didasarkan atas konsep-konsep Islam sendiri tentang kebahagiaan manusia (falah)

    dan kehidupan yang baik (hayatan thayyibah) yang sangat menekankan aspek

    persaudaraan (ukhuwah), keadilan sosio ekonomi dan kebutuhan-kebutuhan

    spiritual manusia. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan bahwa ummat

    manusia memiliki kedudukan yang sama sebagai khalifah Allah di muka bumi

  • dan sekaligus sebagai hamba-Nya, yang tidak akan mendapatkan kebahagian dan

    ketenangan bathin, kaecuali jika kebahagiaan sejati telah dicapai melalui

    pemenuhan kebutuhan-kebutuhan materildan spiritual. Tujuan-tujuan syariat

    mengandung semua yang diperlukan manusia untuk merealisasikan falah dan

    hayatan thayyibah dalam batas-batas syariat.3

    Kajian dan tingkah laku ekonomi dalam Islam merupakan ibadah kepada

    Allah SWT, selama hal itu dilakukan dengan ikhlas dan tidak melanggar aturan-

    aturan Islam. Kekayaan ekonomi adalah suatu alat yang dapat digunakan untuk

    memenuhi kebutuhan dan kepuasan hidup manusia dan dalam rangka

    meningkatkan kemampuannya agar dapat mengabdi kepada Allah SWT. Mencari

    kekayaan atau pendapatan yang lebih baik untuk dinikmati tidaklah tercela atau

    dikutuk Allah, sepanjang hal itu diakui sebagai amanah dan karunia Allah. Yang

    tercela adalah apabila kekayaan itu dianggap segala-galanya, sehingga dalam

    usaha untuk memperoleh dan membelanjakannya tidak lagi mengindahkan

    norma-norma agama. Iman dan taqwa kepada Allah memberi corak pada dunia

    ekonomi dan segala aspeknya. Corak ini menampilkan arah dan pembangunan

    yang menyatu antara pembangunan sector ekonomi dan pembangunan sektor

    agama, di mana Islam merupakan sumber dari sumber nilai (central

    values).Dengan demikian maka kegiatan-kegiatan ekonomi, baik di bidang

    3 M. Umer Chapra. Islam dan tantangan Ekonomi ( terj ) Ikhwan Abidin dari judul asli Islam

    and Economic challenge, ( Jakarta: Gema Insani Press. 2000 ). Cet. Ke-I. Hal. 7 )

  • produksi, konsumsi, maupun distribusi haruslah menggunakan pertimbangan nilai

    Islam.4

    Sesungguhnya Islam sama sekali tidak pernah melupakan unsur materi,

    pentingnya materi bagi kemakmuran dunia, kemajuan umat manusia, realisasi

    kehidupan yang baik baginya dan mebantu dalam melaksanakan kewajibannya.

    Akan tetapi Islam senantiasa mempertegas bahwa kehidupan ekonomi yang baik

    walaupun merupakan tujuan Islam yang dicita-citakan tetapi bukanlah akhir dari

    segalanya, ia pada hakekatnya adalah sarana untuk mencapai tujuan yang lebih

    besar. Ekonomi Islam menjadikan tujuan dibalik kesenangan dan kesejahteraan

    kehidupan adalah meningkatkan jiwa dan ruh menuju kepada Tuhannya. Manusia

    tidak boleh disibukkan semata-mata oleh usha pencarian kesenangan dan materi,

    sehingga lupa akan marifah kepada Allah, ibada kepada-Nya, berhuungan baik

    dengan-Nya, dan mempersiapkan diri untuk menghadapi kehidupan yang lebih

    baik dan lebih kekal.

    Islam mengakui kebebasan kepemilikan dan hak milik pribadi yang

    dijadikan sebagai landasan pembangunan ekonomi, apabila berpegang teguh pada

    kerangka yang diperbolehkan dan sejalan pula dengan ketentuan Allah. Pemilikan

    itu harus diperoleh melalui jalan yang halal, demikian pula mengembangkannya

    harus dengan cara-cara yang dihalalkan dan disyariatkan. Islam mewajibkan atas

    kepemilikan ini sejumlah kewajiban dan perintah yang bermacam-macam, seperti

    4 Muhammad Nejatullah Siddiqi. Pemikiran Ekonomi Islam, suatu penelitian kepustakaan

    masa kaini ( terj ) AM. Saefudin dari judul asli Muslim Economic Thinking: A survey of Literature, (

    Jakarta: LIPPM, 1986 ) cet ke-I. hal.14

  • kewajiban zakat, memberi nafkah kepada kaum kerabat, menolong orang yang

    mendapatkan musibah, dan yang membutuhkan, berpartisipasi dalam

    menanggulangi berbagai persoalan masyarakat, seperti jihad dengan harta dan

    kerjasama merealisasikan rasa sepenaggungan antara sesame anggota

    masyarakat.5

    Dalam buku Politik-Ekonomi Islam yang diterjemahkan oleh Ibnu Sholah,

    Syekh Abdurrahman Al Maliki menyebutkan beberapa peran penting negara

    untuk mengatasi kemiskinan. Pertama, menjamin pemenuhan kebutuhan pokok

    (pangan, papan, sandang, kesehatan, pendidikan, dan keamanan). Jika seseorang

    tidak mampu memenuhi kebutuhan pokoknya dan keluarganya, kewajiban itu

    beralih kepada kerabatnya mulai yang terdekat. Jika tidak mencukupi, diambilkan

    dari harta zakat. Jika belum mencukupi, kewajiban itu beralih ke negara, yakni

    wajib atas Baitul Mal memenuhinya. Negara bisa memberikannya dalam bentuk

    harta secara langsung maupun dengan memberi pekerjaan.

    Kedua, pengaturan negara agar semua rakyat dapat menggapai kebutuhan

    pelengkap sesuai kadar kemampuan masing-masing dalam batas ketentuan

    syariat. Hal ini dilakukan dengan menyediakan lapangan kerja dan segala

    kemudahan berusaha kepada rakyat dalam berbagai bentuk bantuan usaha berupa

    modal maupun keahlian dan pasar.

    5 Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam ( terj ) Didin

    Hafidudin. Dari judul asli Daurul Qiam wal Akhlaqfil Iqtishadil Islami, ( Jakarta: Rabbani Press, 1997,

    cet. Ke-I, hal. 14

  • Misalnya membantu pemilik tanah memproduktifkan tanah itu sesuai

    dengan kemampuan maksimal yang dimiliki oleh rakyat seperti dengan

    mendirikan industri alat-alat pertanian, pupuk, memberi bantuan teknis, keahlian,

    membangun saluran air, sarana transportasi, dan sebagainya; memberikan

    berbagai bantuan kepada para pedagang untuk melakukan perdagangan baik di

    dalam negeri maupun perdagangan luar negeri; serta memberikan kemudahan

    agar semua rakyat dapat memanfaatkan kepemilikan umum.

    Ketiga, pengaturan negara terhadap kepemilikan individu dan kepemilikan

    umum. Karena itu, negara melarang individu atau swasta menguasai pemilikan

    umum seperti tambang minyak dan emas . Sebab minyak dan emas merupakan

    pemilikan umum yang seharusnya dikelola negara untuk kepentingan rakyat

    banyak.

    Mengatasi kemiskinan tentu saja tidak bisa secara parsial, namun harus

    lewat perubahan sistem yang menyeluruh, yakni mengganti sistem kapitalisme

    yang menjadi penyebab utama kemiskinan masyarakat dengan sistem Islam. Di

    sinilah kecemerlangan Islam dalam menuntaskan problem kemiskinan. Artinya,

    Islam tidak memandang bahwa kemiskinan merupakan urusan individu semata,

    tetapi melibatkan negara dan sistemnya.

    Permasalahan kemiskinan yang begitu kompleks yang melanda dunia

    ketiga, sehingga tidak luput bahwa negara Indonesia juga termasuk negara yang

    penduduknya tidak sedikit mengalami kemiskinan. Oleh karena itulah penulis

  • tertarik untuk mengangkat masalah tersebut. Kemudian agar bagaimana tulisan ini

    dapat diaplisakan dalam masyarakat.

    B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah

    Mengingat banyaknya teori ekonomi Islam yang merumuskan

    pengentasan kemiskinan yang digagas oleh para pemikir ekonomi Islam, maka

    kiranya perlu ada pembatasan dan perumusan masalah, untuk mencapai penulisan

    karya ilmiah yang sitematis dan terarah, maka pada tema karya ilmiah yang akan

    diangkat pada penulisan skripsi ini akan di batasi pada pemikiran ekonomi Islam

    Ibnu Khaldun mengenai upaya mengentaskan kemiskinan.

    Dengan adanya pembatasan masalah tersebut, penulis kemudian akan

    merumuskan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini adalah :

    o Bagaimanakah pemikiran ekonomi Islam Ibn Khaldun dalam

    mengentaskan kemiskinan

    C. Tujuan Penelitian

    Ada beberapa tujuan yang ingin penulis capai dalam penelitian ini, antara lain:

    1. Untuk mengetahui konsep ekonomi islam Ibn Khaldun dalam mengentaskan

    kemiskinan

    2. Bagaimana karya ini dapat diterapkan dalam masyarakat

    D. Metode Penelitian

    Untuk mencapai penulisan karya ilmiah yang sistematis, maka dalam

    penulisan ini sudah selayaknya menggunakan metode, dan untuk mengumpulkan

    data penulisan, penulis akan menggunakan metode penelitian pustaka (Library

  • Research) sehingga penilaiannya adalah kualitatif. Dalam hal ini penulis akan

    menggunakan dua macam data yaitu data primer dan data sekunder. Data primer

    yaitu data yang diambil dari buku karya Ibn Khaldun, buku-buku ekonomi Islam,

    atau buku-buku yang membahas tentang kemiskinan, sedangan data-data

    sekunder yaitu data-data yang diambil dari surat kabar, artikel, makalah atau

    sumber tulisan lain yang berhubungan dengan masalah ini.

    Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis,

    yaitu dengan memaparkan data-data yang diperoleh dari berbagai sumber dan

    kemudian dianalisa. Proses analisa dimulai dari membaca, menelaah dan

    mempelajari data-data tersebut secara seksama, selanjutnya dari proses analisa

    tadi kemudian penulis mengambil suatu kesimpulan dari masalah yang bersifat

    umum kepada masalah yang bersifat khusus (deduktif).

    Mengenai teknik penulisan penulis mengacu pada buku Pedoman

    Penulisan Skripsi, Tesis Dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

    E. Sistematika Penelitian

    Skripsi ini terdiri dari lima (V) bab, masing-masing bab memuat masalah

    pokok yang akan di bahas. Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

    BAB I Pendahuluan, terdiri dari Latar Belakang Masalah, Pembatasan

    dan Perumusan Masalah, Tujuan penelitian, Metode Penelitian,

    Sistematika Penelitian.

  • BAB II Pandangan Umum Tentang Ekonomi Islam, yang berisikan

    tentang: Pengertian Ekonomi Islam, Dasar-Dasar Ekonomi Islam,

    karakteristik Ekonomi Islam, dan tujuan Ekonomi Islam.

    BAB III GAMBARAN UMUM KEMISKINAN, yang berisi tentang

    Pengertian Kemiskinan, Sebab-Sebab Terjadinya Kemiskinan,

    faktor yang mempengaruhi kemiskinan, dan latar belakang adanya

    kemiskinan.

    BAB IV PERAN EKONOMI ISLAM DALAM MENGENTASKAN

    KEMISKINAN (MENURUT IBN KHALDUN), yang

    menjelaskan tentang: Riwayat Hidup Ibn Khaldun, Pemikiran

    Ekonomi Islam Ibn Khaldun, dan analisis.

    BAB VI PENUTUP, ini merupakan bab terakhir yang berisikan

    Kesimpulan Dan Saran-Saran

  • BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Umum Bank Syariah

    1. Pengertian Bank Syariah

    Secara umum pengertian Bank dalam kamus besar ilmu pengetahuan

    Bank (bank) adalah lembaga keuangan yang usahanya mencakup deposito,

    diskonto, Investasi dan beberapa jenis financial lainya 6

    Istilah Bank secara literal tidak di kenal. Istilah Bank secara bahasa di

    ambil dari bahasa Itali, yaitu Banco Istilah lain yang di gunakan untuk

    sebutan bank islam adalah bank syariah, secara akademik istilah islam dan

    syariah mempunyai pengertian berbeda, Namun secara teknis untuk

    penyebutan bank islam dan bank syariah mempunyai pengertian yang sama.

    Dalam Ensiklopedi Islam. Bank islam di artikan adalah lembaga

    keuangan yang usaha pokoknya memberi kredit dan jasa-jasa dalam lalulintas

    pembayaran serta peredaran uang yang pengoprasianya di sesuaikan dengan

    prinsi prinsip syariah islam7.

    6 Save M. Dagun , Kamus besar Ilmu pengetahuan, (Jakarta: Lembaga Pengkajian

    Kebudayaan Nusantara (LPK N), 1997), Cet 1, h.96

    7 Warkum Sumitro, Asas Asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga terkait, (Jakarta:

    Raja Grafindo Persada, 2002), h.5.

  • Pengertian bank syariah adalah bank islam, bank yang melaksanakan

    kegiatan usahanya berdasarkan prinsip islam, yaitu aturan perjanjian (akad)

    antara bank dengan pihak lain (nasabah) berdasarkan hukum islam. Sehingga

    perbedaan antara bank islam (syariah) dengan bank konvensional terletak

    pada prinsip dasar oprasinya yang tidak menggunakan bunga, akan tetapi

    mengunakan prinsip bagi hasil, jual beli dan prinsip lain yang sesuai dengan

    syariah islam, karena bunga di yakini mengandung unsur riba yang di

    haramkan atau di larang oleh agama islam.

    Bank syariah merupakan lembaga intermediasi dan penyedia jasa

    keuangan yang bekerja berdasarkan etika dan system nilai islam, khususnya

    yang bebas dari bunga (riba), bebas dari kegiatan spekulatif seperti perjudian

    (maisir), bebas dari hal-hal yang tidak jelas dan meragukan (gharar),

    berprinsip keadilan, dan hanya membiayai kegiatan usaha yang halal.8

    Syarif Arbi dalam bukunya juga mengenalkan bank syariah adalah bank

    yang didirikan untuk memenuhi kebutuhan manusia akan jasa perbankan

    dengan teknik perbankan yang di lakukan jauh dari yang bertentangan dengan

    ajaran islam 9

    8 Veithzal rivai, andria pramata veithzal, ferryN, Financial Bank (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2007), h. 758.

    9 Syarif Arbi, Mengenal Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank, (Jakarta: Djambatan,

    2003), h. 211

  • Berdasarkan rumusan tersebut Bank Islam atau bank syariah dapat kita

    artikan bank yang tata cara pengoprasianya didasarkan pada tata cara

    muamalat secara islam, yakni mengacu pada ketentuan ketentuan Al-Quran

    dan Al-Hadis sedangkan muamalat, ketentuan ketentuan yang mengatur

    hubungan manusia dengan manusia baik hubungan pribadi maupun hubungan

    antar perseorangan dengan masyaraklat.10

    Pada Undang-undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan,

    menyabutkan Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usaha

    berdasarkan prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri Bank Umum

    Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.11

    Didalam oprasionalisasinya, bank syariah harus mengikuti dan atau

    berpedoman kepada praktik-praktik usaha yang di lakukan di zaman

    Rasulullah, Bentuk-bentuk usaha yang telah ada sebelumnya tetapi tidak di

    larang oleh para ulama atau cedikiawan muslim yang tidak menyimpang dari

    Al-Quran dan Al-Hadis.

    2. Landasan Hukum Perbankan Syariah di Indonesia

    Bank syariah di Indonesia mendapatkan pijakan yang kokoh setelah

    adanya deregulasi sektor perbankan pada tahun 1983. Hal ini karena sejak

    saat itu diberikan keleluasaan penentuan tingkat suku bungan termasuk nol

    10 Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-lembaga Terkait, Op. Cit.

    11 Undang-undang No. 21 Tahun 2008

  • persen (perniagaan bunga sekaligus). Sungguhpun demikian kesempatan ini

    belum termanfaatkan karena tidak diperkenankannya pembukaan kantor bank

    baru. Hal ini berlangsung sampai tahun 1988 dimana pemerintah

    mengeluarkan Pakto 1988 yang memperkenankan berdirinya bank-bank baru.

    Kemudian posisi perbankan syariah semakin pasti setelah disahkannya UU

    Perbankan No. 7 Tahun 1992 dimana bank diberikan kebebasan untuk

    menentukan jenis imbalan yang akan diambil dari nasabahnya baik bunga

    ataupun keuntungan-keuntungan bagi hasil.

    Dengan terbitnya PP No.7 Tahun 1992 Tentang Bank bagi hasil yang

    secara tegas memberikan batasan bahwa bank bagi hasil tidak boleh

    melakukan kegiatan usaha yang tidak berdasarkan prinsip bagi hasil ( bunga )

    sebaliknya pula bank yang kegiatan usaha tidak berdasarkan prinsip bagi hasil

    tidak diperkenankan melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip bagi

    hasil ( pasal 6) maka jalan bagi operasional perbankan syariah semakin luas.

    Kini titik kulminasi telah tercapai dengan disahkannya UU No.21 Tahun 2008

    Tentang Perbankan Syariah, yang membuka kesempatan bagi siapa saja yang

    akan mendirikan bank syariah maupun yang ingin menkonversi dari sistem

    konvensional menjadi sistem syariah.

    a. Pendirian kantor cabang atau di bawah kantor cabang baru, atau

    b. Pengubahan kantor cabang atau di bawah kantor cabang yang melakukan

    kegiatan usaha secara konvensional menjadi kantor yang melakukan

    kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah.

  • B. Sistem dan Mekanisme Penghitungan Bagi Hasil

    1. Sistem Penghitungan Bagi Hasil

    Sistem perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan

    syariah terdiri dari dua sistem, yaitu:

    a) Pengertian Profit Sharing

    Istilah profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan

    kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan

    biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan

    tersebut.12

    Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah

    profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai

    pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas

    hasil usaha yang telah dilakukan.

    b) Pengertian Revenue Sharing

    Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh

    bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif,

    yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih

    atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank.13

    Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok

    12Tim Pengembangan Perbankan Syariah IBI, Konsep, Produk dan Implementasi

    Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Djambatan, 2001), h. 264

    13 Ibid

  • penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan

    tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah

    dengan keuntungannya (profit).

    2. Mekanisme Perhitungan Bagi Hasil

    Belum adanya standar pola operasi yang dikeluarkan oleh otoritas

    moneter menjadikan bank-bank syariah yang pada saat ini sudah beroperasi

    melakukan adopsi atau menyusun pola operasi secara sendiri-sendiri. Ketidak

    seragaman pola operasi yang diterapkan yang pada akhirnya akan

    mempersulit otoritas moneter, pemilik dana serta bank yang bersangkutan

    melakukan kontrol serta mengukur tingkat kepatuhan dan keberhasilan dari

    usaha bank-bank tersebut.

    Pada umumnya bank-bank syariah di Indonesia dalam perhitungan bagi

    hasilnya menggunakan sistem bobot pada setiap dana investasi, dengan

    mengalikan prosentase bobot tersebut dengan saldo rata-rata. Semakin labil

    investasi tersebut semakin kecil bobot yang dikenakan, dan semakin stabil

    investasi maka semakin besar bobot yang dikenakan pada investasi tersebut,

    hal ini diterapkan sebagai bentuk dari pengamanan risiko pada setiap dana

    invesatasi. Bobot akan mempengaruhi besarnya bagi hasil yang akan

    didistribusikan sehingga akan berdampak pada bagi hasil yang akan diterima

    oleh pemilik dana.14

    14 Akmal Yahya, Profit Distribution, artikel diakses pada tanggal 4 november 2009

    http//www.ifibank.go.id

  • Setiap produk syariah dapat dimanfaatkan, baik untuk penggalangan dana

    maupun penyaluran dana. Namun tidak semua produk tersebut berfungsi dua

    hal tersebut. Segi penyaluran dana (financing) adalah sumber penghasilan

    bank, yaitu berupa earning assets. Dan dari earning assets inilah yang pada

    gilirannya akan dibagihasilkan oleh bank kepada nasabah pihak ketiga

    (pemilik rekening giro,deposito, dan tabungan).

    C. Laporan Keuangan Bank Syriah

    Dalam Islam pencatatan suatu transaksi sangatlah penting dan dianjurkan

    sebagaimana dalam suarat Al-Baqarah ayat 282

    Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermu'amalah tidak secara

    tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. dan

    hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar.

    dan janganlah penulis enggan menuliskannya sebagaimana Allah

    mengajarkannya, meka hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang

    berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia

    bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun

    daripada hutangnya.15

    .

    1. Pengertian Laporan Keuangan

    Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha

    suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu. 16

    adapun jenis

    15 Al-Quran Al-Karim dan terjemahnya Departemen Agama RI

    16 Syafri Harahap, Sofyan Laporan Keuangan: Analisis Kritis, (Jakarta: Raja Grafindo

    Persada, 2004), h.105

  • laporan keuangan yang lazim dikenal adalah: Neraca atau Laporan Laba/Rugi

    atau hasil usaha, Laporan Arus Kas Laporan Perubahan posisi Keuangan.17

    Suatu laporan keuangan bermanfaat apabila informasi yang di sajikan

    dalam laporan keuangan terebut dapat di pahami, relevan andal dan dapat di

    perbandingkan. Akan tetapi perlu di sadari pula bahwa laporan keuangan

    menyediakan semua informasi yang mungkin di butuhkan oleh pihak-pihak

    yang berkepentingan dengan bank karena secara umum laporan keuangan

    hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masalalu dan tidak

    wajib menyediakan informasi non keuangan walaupun demikian dalam

    beberapa hal bank perlu menyediakan informasi yang mempunyai pengaruh

    keuangan masa depan18

    Sedangkan bagi para analis laporan keuangan merupakan media yang

    paling penting untuk menilai prestasi dan kondisi ekonomis suatu perusahaan.

    Dan seandainya di lakukan iapun tidak akan dapat mengetahui banyak tentang

    situasi perusahaan oleh karena itu yang paling penting adalah media laporan

    keuangan, laporan keuangan inilah yang menjadi bahan sarana informasi

    (screen) bagi analis dalam proses pengambilan keputusan. Laporan keuangan

    dapat mengambarkan posisi keuangan perusahaan dalam priode tertentu.

    17 Ibid.

    18 Syafri Harahap, Sofyan, Wiroso Muhammad Yusuf Akuntansi Perbankan Syariah

    (Jakarta: Lembaga Pengembangan Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti (LPFE Usakti), 2005), Cet I,

    h. 22

  • Laporan keuangan menggambarkankondisi keuangan dan hasil usaha

    suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangkawaktu tertentu.

    2. Jenis laporan Keuangan

    Adapun jenis- jenis laporan keuangan yang lazim di kenal di antaranya

    sebagai berikut:19

    a. Daftar neraca yang mengambarkan posisi keuangan perusahaan pada

    satu tanggal tertentu.

    b. Perhitungan Laba/Rugi yang mengambarkan jumlah hasil, biaya dan

    Laba/Rugi perusahaan pada suatu priode tertentu.

    c. Laporan sumber dan penggunaan dana. Di sini di muat sumber dana

    pengeluaran perusahaan selama satu priode.

    d. Laporan Arus Kas. Di sini di gambarkan sumber dan penggunaan kas

    dalam satu priode.

    e. Laporan Laba Ditahan, menjelaskan posisi laba di tahan yang tidak di

    bagikan kepada pemilik saham.

    f. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik

    saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan.

    3. Laporan Neraca

    Laporan neraca atau daftar neraca di sebut juga laporan posisi keuangan

    perusahaan. Laporan ini menggambarkan posisi aktiva, kewajiban dan modal

    19 Syafri Harahap, Sofyan, Laporan Keuangan: Analisis Kritis, Op.Cit.

  • pada saat tertentu. Laporan ini bias di susun setiap saat dan merupakan

    opname situasi posisi keuangamn pada saat itu. Isi laporan neraca sebagai

    berikut20

    - Asset (Harta Aktiva)

    - Liabilities (Kewajiban / Utang)

    - Off Balance Sheet

    4. Laporan Laba/Rugi

    Dalam literature akuntansi, laporan laba rugi di turunkan dari istilah

    Profit and loss statement, earning statement, operations statement, income

    atau statement.21

    Setiap jangka waktu tertentu, umumnya satu tahun, perusahaan perlu

    memperhitungkan hasil usaha perusahaan yang di tuangkan dalam bentuk

    laporan laba rugi. Hasil usaha di dapat dengan cara membandingkan

    penghasilan dan biaya selama jangka waktu tertentu. Besarnya laba atau rugi

    akan di ketahui dari hasil perbandingan tersebut

    D. Aspek Modal Bank Syariah

    1. Modal Inti

    Modal inti (Tier 1) terdiri dari22

    :

    20 Ibid, h. 107

    21 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta: Media Grafika, 2006), h.31

  • a. Modal Setor, yaitu modal yang di setor secara efektif oleh pemilik.

    Bagi bank memiliki koperasi , modal setor terdiri dari simpanan

    pokok dan simpanan wajib para anggotanya.

    b. Agio Saham, yaitu selisih lebih dari harga saham dengan nilai

    nominal saham.

    c. Modal sumbangan, yaitu modal yang di peroleh kembali dari

    sumbangan saham, termasuk selisih nilai yang tercatat dengan

    harga (apabila saham tersebut di jual)

    d. Cadangan Umum, yaitu cadangan yang di bentuk dari penyisihan

    laba yang di tahan dengan persetujuan RUPS.

    e. Cadangan Tujuan, yaitu bagian laba setelah pajak yang di sisihkan

    untuk tujuan tertentu atas persetujuan RUPS.

    f. Laba Ditahan, yaitu saldo laba bersih setelah pajak yang oleh

    RUPS di putuskan untuk tidak dio bagikan

    g. Laba Tahun Lalu, yaitu laba bersih tahun lalu setelah pajak, yang

    belum di tetapkan penggunaanya oleh RUPS; jumlah laba tahun

    lalu hanya di perhitungkan sebesar 50% sebagai modal inti. Bila

    tahun lalu rugi harus di kurangkan terhadap modal inti.

    22 Arifin, Zaenal, Dasar- dasar Manajemen Bank Syariah,( Jakarta: Raja Grafindo Persada,

    2002), Cet.1, h.140.

  • h. Laba Tahun Berjalan, yaitu laba sebelum pajak yang di peroleh

    dalam tahun berjalan. Laba ini di perhitungkan hanya 50% sebagai

    modal inti

    i. Bagian kekayaan bersih anak perusahaan yang laporan

    keuanganya dikonsulidasikan, yaitu modal inti anak perusahaan

    setelah dikompensasikan dengan penyertaan bank pada anak

    perusahaan tersebut.

    2. Modal Pelengkap

    Modal pelengkap (tier 2) terdiri atas cadangan-cadangan yang di bentuk

    bukandari laba setelah pajak serta pinjaman yang sifatnya dipersamakan

    dengan modal. Secara terinci modal pelengkap dapat berupa23

    :

    a. Cadangan revaluasi aktiva tetap

    b. Cadangan penghapusan aktiva yang di klasifikasikan.

    c. Modal pinjaman yang mempunyai cirri-ciri:

    1. Tidak di jamin oleh bank yang bersangkutan dan di

    persamakan dengan modal dan telah di bayar penuh.

    2. Tidak dapat di lunasi atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan

    BI.

    3. Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal

    memikul kerugian bank.

    23 Ibid, h. 141

  • d. Pinjaman subordinasi yang memenuhi syarat-syarat berikut:

    1. Ada pinjaman tertulis antara pemberi pinjaman dengan bank.

    2. Mendapat persetujuan BI.

    3. Tidak di jamain oleh bank yang bersangkutan.

    4. Minimal berjangkawaktu 5 tahun.

    5. Pelunasan pinjaman harus dengan persetujuan BI.

    6. Hak tinggi dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir

    (kedudukanya sama dengan modal).

    Modal pelengkap ini hanya dapat di perhitungkan sebagai modal setinggi-

    tingginya 100% dari jumlah modal inti.

    Khusus menyangkut modal pinjaman dan pinjaman subordinasi,bank

    syariah tidak dapat mengkategorikanya sebagai modal, karena pinjaman harus

    tunduk pada prinsip qard dan qard tidak boleh di beri syarat-syarat seperti

    cirri-ciri di atas atau syarat-syarat yang di haruskan dalam ketentuan tersebut.

    3. Fungsi Modal Bank

    Modal bank mempunyai tiga fungsi di antaranya:

    a. Sebagai penyangga untuk menyerap kerugian oprasional dan kerugian

    lain nya. Dalam fungsi ini modal memberikan perlindungan terhadap

    kegagalan atau kerugian bank dan perlindungan terhadap kepentingan

    para deposan

    b. Sebagai dasar bagi penetapan batas maksimum pemberian kredit. Hal ini

    merupakan pertimbangan oprasional bagi bank sentral sebagai regulator

  • untuk membatasi jumlah pemberian kredit kepada setiap individu

    nasabah bank. Melalui pembatasan ini bank sentral memaksa bank untuk

    melakukan diverifikasi kredit mereka agar dapat melindungi diri terhadap

    kegagalan kredit dari satu individu debitur.

    c. Modal menjadi dasar perhitungan bagi para partisipan pasar untuk

    mengevaluasi tingkat kemampuan bank secara relative dalam meng

    hasilkan keuntungan. Tingkat keuntungan bagi para investor di

    perkirakan dengan membandingkan keuntungan bersih dengan ekuitas.

    para partisipan pasar membandingkan Return on Investment di antara

    bank-bank yang ada.

    Sedangkan menurut Brenton C. Leavitt, Staf Dewan Gubernur Federal

    Reserve, sebagaimana yang di kutip oleh zainul Arifin ada empat fungsi

    modal Bank.24

    a. Untuk melindungi Deposan yang tidak di asuransikan, pada saat bank

    dalam keadaan Insolvable dan Liquidasi.

    b. Untuk menyerap kerugian yang tidak di harapkan guna menjaga

    kepercayaan kepercayaan masyarakat bahwa bank dapat terus beroprasi.

    c. Untuk memperoleh sarana fisik dan kebutuhan dasar lainya yang di

    perlukan guna menawarkan pelayanan bank.

    24 Ibid, h. 136.

  • d. Sebagai alat pelaksana peraturan pengendalian ekspansi aktiva yang tidak

    tepat.

    E. Pengakuan Pendapatan

    Saat pengakuan pendapatan merupakan penentuan yang sangat kritis bagi

    suatu perusahaan, mengingat kesalahan dalam penentuan metode pengakuan

    pendapatan yang di gunakan akan berakibat pada kelayakan laba priodik. Proses

    terbentuknya pendapatan berjalan bersamaan dengan semua tahap kegiatan

    operasi perusahaan dan pengaruh tiap tahap kegiatan terhadap pendapatan adalah

    sebanding dengan biaya yang melekat pada elemen kegiatan tersebut.

    Pendapatan dan biaya bank merupakan suatu ukuran seberapa besar kegiatan

    oprasional perbankan yang telah di lakukan selama satu priode. Besarnya

    pendapatan bank mencerminkan sejauh mana manajemen telah berprestasi dalam

    menciptakan semakin giat manajemen dalam menciptakan pendapatan bagi bank.

    Pada dasarnya pengakuan pendapatan erat hubungan dengan dua hal yaitu

    arus masuk dan waktu. Berdasarkan hal ini timbul pengakuan pendapatan dengan

    metode cash basis dan metode accrual basis.25

    1. Metode Cash Basis

    Pengakuan pendapatan dengan metode cash basis, hanya di lakukan jika

    terdapat ketidak pastian yang besar mengenai pengumpulan piutang yang

    25 Tuti Lestari, Dampak Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban Terhadap Laba yang

    di peroleh, (Bandung: 2000, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tridarma), h.24.

  • timbul dari penjualan barang dan jasa, misalnya belum berpindahnya hak

    atas barang. Dalam metode cash basis pendapatan di akui pada saat kas di

    terima atau di bayarkan.

    Pendapatan dari penjualan dapat diakui setelah di terima uang secara

    tunai bias di laukukan dalam kondisi jika nilai aktiva yang di terima sebagai

    pembayaran produk yang di serahkan tidak dapat di ukur secara tepat dan

    jika masih ada biaya yang materi jumlahnya yang masih di lakukan dan

    biaya-biaya ini tidak dapat di taksir jumlahnya secara tepat.26

    2. Metode Accrual Basis

    Untuk mencapai tujuanya laporan keuangan di susun berdasarkan atas

    dasar akrual basis. Dengan dasar ini, pengeruh transaksi dan peristiwa lain di

    akui pada saat terjadi perpindahan barang dan jasa bukan pada saat uang di

    terima dan di catat dalam catatan akuntansi dan di laporkan dalam priode

    akuntansi yang bersangkutan.27

    Ikatan Akuntansi Indonesia, dalam standar Akuntansi Keuangan, 1996,

    hal.1.2, menyatakan yang di kutip oleh Tuti Lestari Menyatakan bahwa28

    Pengakuan aktiva Kewajiban, Pendapatan, dan beban serta

    perubahanya di akui pada saat terjadi, tidak pada saat uang di terima

    26 Ibid, h.25

    27 Slamet Wiyono, Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah Berdasarkan

    PSAK dan PAPSI, (Jakarta: Grasindo, 2005), h. 29.

    28 Tuti Lestari, Dampak Perlakuan Akuntansi Pendapatan dan Beban Terhadap Laba yang di

    peroleh, Lok Cit. h.25

  • atau di bayarkan, dan di catat dan berpengaruh pada laporan

    keuangan pada priode berjalan.

    Pendapatan dari transaksi penjualan dapat di akui pada saat perpindahan

    barang dan jasa bias di lakukan bila harga produk sudah pasti, prodak telah

    berada di luar perusahaan dan aktiva baru sudah menggantikanya, biaya

    pembuatan produk dan biaya pelepasan sudah dapat ditemukan.

    Dasar akrual menyatakan bahwa dalam menentukan laba priodik dan

    posisi keuangan suatu unit usaha, akuntansi mendasarkan diri pada

    pengukuran dan penandingan secara ekonomik pendapatan dan beban.

    Menurut Sprouse dan Moonitz yang di kutip Tuti Lestari mengemukakan

    konsepnya sebagai berikut29

    Pendapatan harus di hubungkan dengan priode di mana kegiatan

    ekonomi di perlukan guna menghasilkan dan mengeluarkan barang

    atau jasayang telah selesai, dengan syarat bahwa pengakuan secara

    objektif atas hasil kegiatan tersebut telah di capai. Kedua kndisi ini

    yaitu pencapaian kegiatan ekonomi utama dan objektivitas

    pengukuran, dapat di penuhi pada tahapan kegiatan yang berbeda

    pada kasus yang berbeda, kadang-kadang pada saat pengiriman

    barang atau penyerahan jasa atau dalam kasus lain dapat terjadi

    pada titik waktu yang lebih awal.

    Konsep di atas menganjurkan bahwa pendapatan dapat di akui pada saat

    pencapaian kegiatan ekonomi utama dan pengukuranya telah di tentukan

    secara objektif. Alternatif lain dalam masalah pengakuan pendapatan pada

    saat pencapaian kegiatan ekonomi utama adalah dengan konsep saat krisis

    telah di ambil atau pekerjaan yang sulit telah di lakukan.

    29 Ibid.

  • Untuk menentukan kapan pendapatan dari hasil kegiatan perusahaan

    tersebut diakui, di perlukan suatu keputusan yang tepat sehingga memenuhi

    syarat-syarat tertentu yang sesuai dengan jenis, sifat, serta aktivitas

    perusahaan, missalnya pendapatan dan beban bunga di akui secara akrual

    kecuali pendapatan bunga dari kredit dan aktiva produktif lainya yang non

    perfoming. Artinya pendapatan dari aktiva produktif non perfoming yang

    belum di terima tidak dapat di akui sebagai pendapatan dalam priode

    laporan.

    Secara umum pendapatan di akui pada saat realisasinya. Yang dapat di

    jabarkan lebih lanjut sebagai berikut:

    a. Pendapatan dari transaksi penjualan produk di akui pada tanggal

    penjualan, biasanya tanggal penyerahan produk kepada langganan

    menjadi patokan.

    b. Pendapatan atas jasa yang di berikan oleh perusahaan jasa di akui pada

    saat jasa tersebut di lakukan dan dapat dibuatkan fakturnya. Dalam hal

    adanya uang muka di akui sebagai hutang.

    c. Imbalan yang diperoleh atas penggunaan aktiva atau sumber ekonomi

    perusahaan oleh pihak lain seperti pendapatan bunga, sewa, royalti, di

    akui sejalan dengan berjalanya waktu atau pada saat di gunkanya

    aktiva yang bersangkutan.

    d. Menurut PSAK No. 23 Pendapatan dari penjualan barang di akui bila

    kondisi-kondisi sebagai berikut terpenuhinya yaitu:

  • 1. Perusahaan telah memindahkan risiko secara siknifikan dan telah

    memindahkan manfaat kepemilikan barang kepada pembeli.

    2. Perusahaan tidak lagi mengelola atas barang yang di jual.

    3. Jumlah pendapatan tersebut dapat di ukur dengan andal.

    4. Besar kemungkinan manfaat ekonomi yang di hubungkan dengan

    transaksi akan mengelir kepada perusahaan tersebut.

    5. Biaya yang terjadi atau yang akan terjadi sehubungan dengan

    transaksi penjualan dapat di ukur dengan andal.

    Pendapatan dari penjualan aktiva di luar barang dagangan seperti,

    penjualan aktiva tetap atau surat berharga di akui pada tanggal

    penjualan

    Dari teori pendapatan di atas dapat disimpulkan bahwa syarat pengakuan

    pendapatan adalah:

    1. Captured / terikat. Di mana pendapatan tersebut di akui kalau

    pendapatan tersebut sudah / terikat pada si pembeli yang biasanya di

    dasarkan pada suatu perjanjian antara pembeli dan penjual yan di buat

    sedemikian rupa sehingga kalau salahsatu pihak membatalkanya akan

    mendapatkan sangsi yang berat. Dengan demikian bias dikatakana

    bahwa perjanjian itu tidak akan di batalkan.

    2. Measubrable / dapat diukur. Di mana barang atau jasa yanga dijual

    dapat diukur karena adanya kepastian dan biasanya pengukuran

  • tersebut di jabarkan dalam bentuk uang dalam hal ini pengukuranya

    adalah rupiah.

    3. Erned / terhimpun. Di mana prestasi dari sipenjual telah / hampir di

    nikmati pembeli atau dengan kata lain penjual sudah berhak atas

    pendapatan tersebut tanpa melihat apakah sudah di bayar atau belum.

    F. Laba

    Bagi perusahaan yang bertujuan untuk mencari keuntungan laba merupaskan

    hal penting sekaligus menjadi tujuan pokok pendirian perusahaan. Untuk dapat

    mencapai laba yang di harapkan, diperlukan perhatian yang cermat terdapat

    pendapatan dan biaya sebagai unsure-unsur laba. Dan juga di butuhkan

    pengukuran yang wajar atas keduanya agar dapat di peroleh perhitungan

    perhitungan laba yang tetapsetiap priode.

    Pada dasarnya laba merupakan kelebihan pendapatan atas biaya yang terjadi

    selam satu priode akuntansi. Semua perhitungan ini akan terlihat dalam laporan

    laba rugi perusahaan.

    1. Pengertian Laba

    Di lihat dari segi penghasilanya laba dapat di bagi kedalam dua bagian

    yaitu:

    a. Laba yang sudah di realisasikan. Yaitu laba yang sudah bias di akui yang

    terjadi karena adanya transaksi penjualan.

  • b. Laba yang belum di realisasikan. Yaitu laba yang terjadi karena

    peningkatan kekayaan, sebagai akibat dari kenaikan aktiva dan belum

    terjadi transaksi penjualan.

    Laba di anggap sebagai pedoman bagi kebijakan deviden dan penahan laba

    perusahaan. Laba di akui sebagai indicator dari jumlah maksimum yang harus

    di bagikan kepada deviden dan di tahan untuk perluasan perusahaan atau

    investasi perusahaan dan sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan.

    Selain itu laba juga di pandang sebagai ukuran efisiensi dan ukuran

    kepengurusan manajemen atas sumber daya suatu kesatuan.

    Menurut Syofyan Syarif dalam bukunya, Teori Akuntansi, 1999, hal 147,

    mendefinisikan laba sebagai berikut:

    Perbedaan revenue yang di realisasi yang timbul dari transaksi

    pada priode tertentu di harapkan dengan biaya yang di keluarkan

    pada priode tersebut.30

    Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa laba merupakan suatu

    kelebihan pendapatan atau keuntungan yang layak di terima oleh perusahaan,

    karena perusahaan tersebut telah melakukan pengorbanan untuk kepentingan

    pihak lain pada jangka waktu tertentu.

    Dalam perhitungan laba rugi dikenal dua konsep yang dapat dipakai.

    Konsep tesebut adalah:

    30 Sofyan Syarif, Teori Akuntansi, (Jakarta: Lembaga Pengembangan Fakultas Ekonomi

    Universitas Trisakti (LPFE Usakti)1999), h.147.

  • a. All Inclusive Concept Of Income, merupakan konsep yang menyajikan

    laba, dimana didalamya ditujukan keseluruhan pendapatan dan biaya

    yang berasala dari operasi normal perusahaan, serta pendapatan dan

    biaya yang berasal dari luar perusahaan.

    b. Current Operating Concept Of Income, merupakan konsep yang

    menyajikan laba, di mana didalamnya hanya di perlihatkan pendapatan

    dan biaya dari oprasi normal perusahaan. Pada bentuk all inclusive

    concept of income, pendapatan dan biaya dari luar oprasi normal di

    masukkan juga dalam perhitungan laba rugi, karena laba bersih di

    anggap mencakup semua transaksi yang berhubungan dan

    mempengaruhi naik turunya pemilikan modal. Kecuali pembagian

    deviden dan transaksi modal lainya, sedangkan dalam bentuk current

    oprating concept of income, pendapatan dan biaya dari luar oprasi

    normal disajikan tersendiri dalam laporan laba di tahan.

    2. Komponen Komponen Laba

    Smith dan sekousen menyebutkan bahwa komponen-komponen laba adalah

    sebagai berikut:

    a. Pendapatan.

    Arus masuk atau penambahan lain atau aktiva suatu entitis atau

    penyelesaian kewajibannya ( kombinasi keduanya) yang berasal dari

    penyerahan atau produksi barang pemberian jasa, atau aktifitas lain yang

    merupakan oprasi utama atau oprasi yang berkelanjutan dari suatu entitas.

  • b. Beban.

    Arus keluar atau pemakaian lain aktiva atau terjadinya kewajiban

    (kombinasi keduanya) yang berasal dari penyerahan atau produksi

    barang, pemberian jasa, atau aktifitas lain yang merupakan oprasi utama

    perusahaan.

    c. Keuntungan.

    Kenaikan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi yang

    feriferal atau isidental pada suatu entitas dan transaksi lain serta

    situasi lain yang mempengaruhi entitas kecuali yang di hasilkan

    dari pendapatan dan investasi pemilik.

    d. Kerugian.

    Penurunan ekuitas atau aktiva bersih yang berasal dari transaksi feriferal

    atau isidental pada suatu entitas serta situasi lain yang mempengaruhi

    entitas kecuali dari beban atau distribusi kepada pemilik.

    3. Tujun Pengukuran Laba

    Pelaporan laba suatu perusahaan mempunyai dua tujuan yaitu tujuan utama

    dan tujuan khusus. Tujuan utama dari pelaporan laba ini adalah untuk

    memberikan informasi yang berguna bagi yang paling yang berkepentingan

    dengan laporan keuangan.

    Sedangkan khususnya adalah:

    a. Penggunaan laba sebagai pengukuran efesiensi manajemen.

  • b. Penggunaan angka laba untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan

    distribusi deviden dimasa datang.

    c. Penggunaan untuk perhitungan pajak .

    d. Penggunaan laba sebagai pengawasan perusahaan yang berhubungan

    dengan kepentingan umum.

    e. Penggunaan laba sebagai sarana bagi ekonomi untuk mengevaluasi sumber

    daya.

    G. Kecukupan Modal / Capital Adquacy Ratio (CAR) Pada Bank

    1. Pengertian CAR

    Definisi Kecukupan modal dapat di artikan sebagai jumlah modal minimal

    yang harus di miliki oleh suatu bank sehingga kepentingan para deposan dapat

    di lindungi dari ancaman terjadinya Insolvensi kegiatan usaha perbankan,

    namun demikian sejauh ini belum ada ukuran baku terhadap modal yang sehat

    (capital adequacy ) yang berlaku secara universal, ini sisebabkan antara lain:

    a. adanya perbedaan dalam menerjemahkan komponen-komponen yang

    dapat di kategorikan sebagai modal.

    b. Pengertian adequacy yang relative jumlah modal 10% dari keseluruhan

    aktifa dinilai cukup bagi suatu bank, namun tidak cukup bagi bank lain.

    c. Perbedaan dalam pengukuran risiko Insolvensi, risiko insolvensi banyak

    di pengaruhi oleh kualitas protofolio.

  • Capital Adequacy Ratio atau CAR adalah rasio kewajiban pemenuhan

    modal minimum yang harus di miliki oleh Bank.

    Untuk saat ini minimal CAR sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut

    risiko (ATMR) atau di tambah dengan risiko oprasional ini tergantung pada

    kondisi bank yang bersangkutan.

    Manajemen permodalan (Capital Adequacy Ratio dan LDR) dan BI

    menetapkan standar penilaian permodalan dengan menggunakan CAR. CAR

    untuk mengukur kemampuan permodalan yang ada serta menutup

    kemungkinan kerugian dalam kegiatan perkreditan dan perdagangan surat surat

    berharga. Semakin besar ketentuan minimum CAR yang di tetapkan oleh BI

    maka semakin besar pula modal yang harus di sediakan.

    2. Ketentuan Standar CAR

    Ketentuan setandar Capital Adequacy Ratio (CAR) pada perbankan

    nasional pada saat ini adalah sebesar 8 persen nilai ini di peroleh dengan

    memperhitungkan kebutuhan modal di dasarkan pada ATMR

    (AktivaTertimbang Menurut Risiko) pengertian aktiva dalam perhitungan ini

    mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca on balance sheet maupun

    aktiva yang bersifat administratif off balance sheet sebagaimana tercermin

    pada kewajiban yang masih bersifat kontijen dan atau komitmen yang di

    sediakan oleh bank bagi pihak ketiga.

    Penghitungan kebutuhan modal bank di lakukan sebagai berikut:

  • a. Kebutuhan modal minimum bank dihitung berdasarkan ATMR yang

    merupakan penjumlahan ATMR aktiva neraca dan ATMR aktiva

    administrativ.

    b. ATMR aktiva neraca di peroleh dengan cara mengalikan nilai nominal

    aktiva yang bersangkutan dengan bobot resiko masing-masing aktiva.

    c. ATMR aktiva administratif di peroleh dengan cara mengalihkan nilai

    nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan risiko.

    d. Rasio modal bank di hitung dengan cara membandingkan modal bank

    (modal inti dan modal pelengkap) dengan ATMR.

    e. Dari hasil perbandingan tersebut pada huruf (d) akan dapat di ketahui

    apakah bank yang bersangkutan memenuhi ketentuan penyediaan modal

    minimum bank atau tidak31

    Islamic Financial Services Board menerbitkan standar rasio kecukupan

    modal minimum (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 8 persen yang berlaku

    efektif tahun 2007.32

    Bank Indonesia pun demikian menetapkan standar

    kecukupan moda CAR sebesar 8 persen, artinya jika bank memiliki modal Rp

    31 Dalan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan, (Jakarta: Lembaga Pengembangan

    Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPFEUI), 1999), Edisi kedua, h.116-117

    32 http://www2.kompas.com

    Modal Inti (Tier 1) +Modal Pelengkap (Tier 2)

    Sehingga CAR =

    ATMR on balance sheet + ATMR of balance sheet

  • 8 Milyar maka ia diperkenankan untuk menghimpun dana hingga sebesar Rp

    92 milyar dari masyarakat. Pada 1993, CAR pada BMI tercatat sebesar 75,9%

    dan pada 1994 turun menjadi 41,9 %. ini berarti bahwa BMI masih mempunyai

    kesempatan yang cukup besar untuk menghimpun dana masyarakat. Tapi ini

    juga berarti bahwa bank masih tergantung pada modal sendiri, karena modal

    sendiri masih sebesar 41,9 % dari dana yang tersedia di tangan untuk

    dipinjamkan.33

    H. Macam-macam Risiko

    Dalam melakukan kegiatan bisnis secara normal, sesuatu perusahaan

    perbankan menghadapi kemungkinan resiko serius yang dapat mengancam

    keadaan statutory solvency nya. Resiko resiko yang dapat mempengaruhi

    solvabilitas tersebut dapat dikelompokkan kedalam empat kategori resiko yang

    luas, yang dikenal sebagai contingency risk, atau C risk. untuk melindungi

    kemampuan keuangan perusahaan perbankan, para financial manager memuaskan

    perhatian mereka pada pengelolaan risiko risiko tersebut.

    C 1 risk atau assets risk adalah risiko rugi pada suatu investasi untik alasan

    selain dari pada perubahan suku bunga pasar. Contoh dari C 1 risk adalah

    saham yang dimiliki suatu perusahaan akan kehilangan nilai pasarnya dan

    risiko dimana penerbit obligasi melakukan wanprestasi dan tidak memnuat

    jadual pembayaran obligasi. Perusahan perbankan mengelola risiko asset

    33 Dawam Rahardjo, Islam dan Transformasi Sosial Ekonomi, (Yogyakarta: Lembaga Studi

    Agama dan Filsafat (LSAF), 1999) h.415.

  • dengan mengevaluasi kemungkinan investasi secra hati hati,

    menginvestasikan asset mereka dengan jumlah yang besar di dalam investasi

    yang bernutu tinggi, serta mengalokasikan dana untuk seluruh kategori

    investasi yang berbeda.

    C -2 risk atau pricing risk, disebut juga insurance risk (risiko perbankan

    yaitu risiko dimana pengalaman nyata perusahaan perbankan dalam tingkat

    kematian atau biaya biaya akan sangat berbeda dari perkiraan, menyebabkan

    perusahaan perbankan tersebut menderita kerugian material atas produk

    tersebut. Perusahan perbankan jiwa menglola C 2 risk dengan merancang

    dan menetapkanharga produk sercara pantas, menjaga praktek praktek

    underwriting dan reperbankan yang baik, serta megendalikan pengeluaran

    pengeluaran mereka secara hati hati.

    C 3 risk atau interest rate risk adalah resiko kerugian yang disebabkan

    oleh perubahan suku bunga pasar. Contoh interest rate risk adalah (1)

    kerugian penjualan suatu obligasi pada saat pada saat suku bunga pasar naik,

    (2) ketidakmampuan suatu perusahaan perbankan untuk memperoleh tingkat

    pendapatan asetnya yang sama dengan atau lebih besar dari pada suku bunga

    yang dijamin di dalam kontrak perbankannya, dan (3) disintermediation

    (disintermediasi) yang merupakan suatu fenomena dimana nasabah memindah

    uangnya dari suatu perusahaan perantara keuangan (dalam hal ini perusahaan

    perbankan) ke perusahaan perantara lain untuk menghasilkan bunga yang

  • lebih tinggi. Perusahaan perbankan mengelola C 3 risk melalui praktek

    praktek asset- liability management yang efektif.

    C 4 risk adalah general business risk, yaitu risiko kerugian yang

    diakibatkan oleh praktek praktek bisnis umum yang tidak efektif atau faktor-

    faktor lingkungan di luar kendali perusahaan. Contoh dari general bussiness

    risk adalah manajemen yang tidak efisien, kerugian karena adanya pemalsuan

    dan litigasi, perubahan undang undang perpajakan, penurunan ekonomi dan

    bencana alam. Perusahan mengendalikan beberapa C 4 risk dengan

    menugaskantim manajemen yang bermutu tinggi dan berpengalaman untuk

    mengendalikan biaya usaha, melaksanakan pertimbangan manajerial yang

    sesuai, mendukung perilaku etis, memantau hasil hasil keuangan serta

    melakukan audit internal dan eksternal.

    Untuk memantau solvabilitas setiap perusahan perbankan untuk

    mengidentifikasikan perusahan yang memiliki kemungkinan untuk mengalami

    masalah, maka digunakan rasio modal tertimbang.

    Biasanya perusahaan perbankan menetapkan sasaran modal mereka

    jauh diatas tingkat minimum yang dipersyaratkan regulator perbankan.

    Sasaran solvabilitas lainnya adalah menjaga peringkat industri perusahan, atau

    mencapai peringkat yang lebih tinggi, yang diberikan oleh lembaga

    pemeringkat perbankan. Lembaga pemeringkat sangat menekankan

  • solvabilitas dan peringkat yang mereka berikan biasanya mencerminkan

    modal perusahaan perbankan.

    I. Aktifa Tertimbang Menurut Risiko (ATMR)

    ATMR adalah salah satu instrumen yang dapat meningkatkan modal bank,

    ATMR adalah faktor pembagi (denominator)dari modal bank (nomerator) yang di

    gunakan untuk mengukur CAR bank, seberapa besar kemampuan modal bank

    mampu mengcover aktiva-aktiva beresiko bank.

    Dalam membiayai aktivanya modal bank di Hadapkn pada tingkat risiko

    aktiva, baik yang beresiko rendah maupun resikonya lebih tinggi tingkat risiko

    tersebut di bedakan kedalam empat kategori yaitu:

    1. Kategori 1 (0 %) merupakan meliputi aktiva yang tidak berresiko (risik-free

    assets) seperti: Uang kas dan faluta asing, emas, tagihan yang dijamin oleh

    pemerintah.

    2. Kategori 2 (20 %) berupa aktiva yang beresiko yang sangat kecil (Very low-

    risik assets) seperti: kas dalam tagihan, tagihan yang di jamin oleh

    pemerintah daerah atau lembaga yang diseponsori oleh pemerintah.

    3. Kategori 3 (50 %) yaitu aktiva yang lebih beresiko ( Risik assets) seperti:

    pendapatan obligasi, atau tagihan sejenis yang berasal dari kewajiban

    pemerintah atau pemerintah daerah.

  • 4. Kategori 4 (100 %) yaitu aktiva dalam kategori risiko tinggi seperti: seluruh

    tagihan swaktu , semua aktiva tetap, peralatan, dan lainnya yang sejenis.34

    Dalam menelaah ATMR pada bank syariah terlebih dahulu harus di

    pertimbangkan bahwa aktifa bank syariah dapat di bagi atas:35

    1. Aktifa yang didanai oleh modal bank dan / atau liabilitas (wadiah atau qard

    dan sejenisnya)

    2. Aktiva yang didanai oleh rekening bagi hasil (Profit and Loss Sharing

    Investment Account) yaitu mudhorobah (Mudhorobah muqayadah yang di

    catat pada rekening administrative / off balance sheet)

    J. Return On Equity (ROE)

    Return on equity atau yang sering di sebut rentabilitas modal, adalah

    perbandingan antara jumlah laba yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu

    pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut. Di lain

    pihak laba yang di perhitungkan untuk mengukur REO adalah laba yang tersedia

    bagi pemegang saham perusahaan.

    Pemilik sebagai orang yang sangat bertanggung jawab terhadap keberadaan

    perusahaan tentunya menginginkan rentabilitas yang tinggi untuk itu maka

    34 Hatif Hadikoesomo, Deposito Mudhorobah Sebagai Kuasi Modal Bagi Bank Syariah;

    Suatu tinjauan teoritis dan kemungkinan penerapanya, makalah pendidikan sekolah staf dan pimpinan

    BI angkatan XXV, Jakarta:2002, Perpustakaan Riset BI, h.15.td

    35 Tazkiya Institute dan BI, Kajian Regulasi dan Prodak Perbankan Syariah sebagai Bahan

    Rancangan Undang-Undang Perbankan Syariah, Jakarta: 2003, h.37-40. td.

  • pemilihan untuk sumber-sumber pembelanjaan yang di lakukan hendaknya dapat

    mempertinggi rentabilitas modal sendiri.

    REO juga dapat di artikan laba yang di tahan atau di Investasikan kembali,

    laba tersebut bias menghasilkan tingkat keuntungan.

    Sementara itu sutrisno (2000:267) menyatakan ROE yaitu kemampuan

    perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang di miliki,

    sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai rentabilitas modal sendirilaba yang

    di perhitungkan adalah laba bersih setelah di potong pajak atau earning after

    taxes.

  • BAB III

    DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN

    A. Sejarah Singkat PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk didirikan pada tahun 1991, diprakarsai

    oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai

    kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen

    Ikatan Cendikiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha

    Muslim, pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk juga menerima dukungan

    dari masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham perseroan senilai Rp.

    84 miliar pada saat penandatanganan akta Pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada

    acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh

    tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal

    senilai Rp. 106 miliar.

    Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya berselang dua tahun setelah didirikan,

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berhasil menyandang predikat sebagai Bank

    Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi perseroan sebagai bank

    syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk

    yang terus dikembangkan.

    Pada akhir tahun 1990-an, negara Indonesia dilanda krisis moneter yang

    memporak-porandakan pula sebagian besar perekonomian negara-negara di Asia

  • Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen

    korporasi. PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk pun terimbas dampak krisis. Di

    tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan

    mencatat rugi sebesar Rp. 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp.

    39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal disetor.

    Dalam upaya memperkuat permodalannya, PT. Bank Muamalat Indonesia,

    Tbk mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic

    Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS

    tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham PT.

    Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999

    sampai dengan tahun 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan

    sekaligus keberhasilan bagi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Dalam kurun

    waktu tersebut, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk berhasil membalikkan

    kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap kru Muamalat, di

    tunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat,

    serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.

    B. Visi dan Misi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    Visi

    Menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual,

    dikagumi di pasar rasional.

    Misi

  • Menjadi ROLE MODEL Lembaga Keuangan Syariah dunia dengan

    penekanan pada semangat kewirausahaan, keunggulan manajemen dan orientasi

    investasi yang inovatif untuk memaksimumkan nilai bagi stakeholder.

    Pada tahun 2003, PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk membuat sebuah

    komitmen untuk memurnikan proses perbankan dan layanannya agar sepenuhnya

    sesuai dengan tatanan perbankan syariah. Berbagai kebijaksanaan, tata laksana

    dan produk PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk dikaji secara menyeluruh untuk

    dibandingkan dengan kaidah syariah yang telah digariskan. Pada tahun 2004,

    upaya pemurnian PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk telah selangkah lebih maju.

    Berangkat dari visi dan misi diatas, BMI menyusun nilai-nilai pokok spiritual

    sebagai panduan bagi seluruh anggota kru dalam bertindak dan bertingkah laku.

    C. Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    1. Dewan Pengawas Syariah

    Ketua : KH. Sahal Mahfudz

    Anggota : KH. Ma`ruf Amin

    Anggota : Prof. DR. H. Muardi Chatib

    Anggota : Prof. DR. H. Umar Shihab

    2. Dewan Komisaris

    Komisaris Utama : Drs. H. Abbas Adhar

    Komisaris : Drs. H. Syaiful Amir, Ak. MBA

    Komisaris : Prof. H. Korkut Ozal

  • Komisaris : H. Iskandar Zulkarnain, SE, Msi.

    Komisaris : H. Zainul Bahar Noor, SE

    3. Dewan Direksi

    President Director : H. A. Riawan Amin, MSc

    Finance and Administration Director : H. M. Hidayat, SE, Ak.

    Business Director : Ir. H. Arviyan Arifin

    Compliance and Corporate Support Director : Ir. H. Andi Buchari, MM

    Director : Drs. U. Saefuddin Noer

    Director : Ir. H. Herbudhi S. Tomo

  • Gambar 3.1

    Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    Sumber : PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Laporan Tahunan 2007

    Shareholders Meeting

    Board of Commissioners Sharia Supervisory Board

    President Director

    Business Unit

    Opr. Head Office Coord.Branches

    Offices

    DPLK

    KPNO

    IAG

    Business

    (Policy & Support)

    Compliance & Corporate

    Support

    Business

    (Net & Alliance)

    Business (Funding &

    Individual)

    Resident Auditor Adm & IT System Data Control Financing & Treasury Monitoring & Audit Analysis Administration

    & Financing

    Network & Alliance

    Network Alliances (POS, Da`i

    Muamalat,

    Pegadaian)

    Shar-e & Gerai Optimizing

    Virtual Banking Operation

    Business

    Development

    System Developm &

    SOP

    Product Dev & Maintenance

    Administration

    MIS & Tax Personel Adm &

    Logistic

    Informaation & Technology

    Technical Support & Data Center

    Opr. Supervision & SOP

    Financing & Settlement

    Financing Supervision & SOP F.I & Sharia Financial

    Institution

    Compliance & Risk Management

    KYC Unit

    Corporate Support

    Sommunication & Public Relation

    Corp. Legal & Investor Relation

    Protocolar & Internal Relation

    Corporate Planning

  • Keterangan Struktur Organisasi PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk:

    1. Sharia Supervisory Board

    Badan ini berfungsi memeriksa dan mengawasi apakah perbankan tersebut

    melakukan aktivitas operasionalnya sesuai dengan nilai-nilai syariah

    2. Board of Commissioners

    Badan ini bertugas mengawasi perseroan serta memeriksa laporan dari

    presiden direktur sekaligus melaporkannya secara tahunannya ke Rapat

    Umum Pemegang Saham (RUPS)

    3. Board of Director

    a. President Director

    Pejabat pelaksana yang secara langsung bertanggung jawab atas

    kelancaran kegiatan operasional bank dan pengambilan keputusan

    tertinggi yang membawahi direktur muda

    b. Business Director

    Pejabat yang bertanggung jawab mengambil keputusan di bidang bisnis

    c. Compliance and Corporate Support Director

    Bertanggung jawab memastikan kepatuhan bank dalam beroperasi sesuai

    dengan prosedur dan aturan-aturan yang berlaku, serta membuat laporan

    yang akan diajukan ke Bank Indonesia, dalam hal ini Compliance &

    Corporate Support Director tidak melakukan aktivitas bisnis maupun

    aktivitas lainnya atau tidak terjun langsung dalam operasional untuk

    membantu tugasnya, maka dibentuklah tim kerja dengan struktur

  • tersendiri. Didalamnya yakni Corporate Support Group dan kumpulan

    beberapa orang yang dijadikan staff pembantu untuk Compliance.

    4. Internal Auditor

    Bertanggung jawab ke President Director, memberikan data ke Compliance

    and Corporate Support Director dan melakukan monitoring, memeriksa dan

    menilai kualitas kerja dalam melaksanakan tanggung jawab yang efektif atau

    kehandalan sistem pengendalian intern maupun perbaikan pelaksanaan.

    Dalam melaksanakan tugasnya, dibentuklah satuan kerja Audit Internal yang

    bersifat independen dengan bagian lainnya dan mampu berkomunikasi

    langsung dengan dewan komisaris

    5. Corporate Support Group

    Menyiapkan dan melaksanakan legal action atas kebijakan manajemen,

    memberikan masukan dalam penyusunan manual, akad dan keputusan

    perusahaan yang terkait dengan aspek hukum, meningkatkan pengetahuan dan

    pemahaman positif terhadap PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk meraih

    dukungan moril dan materiil dari stakeholders maupun new investors,

    membangun kedekatan dan citra positif PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk.

    6. Financing and Settlement Group

    Mempromosikan produk baru, mengumpulkan opini dari Syariah Supervision

    Board, membangun hubungan dengan institusi luar, melaporkan anggaran dan

    jurnal laporan tahunan, mengevaluasi portofolio, memonitor NPL.

    7. Business Development Group

  • Menjaga likuiditas pada posisi stabil, mencapai target posisi funding and

    lending, meningkatkan customerbased sector retail, meningkatkan kualitas

    layanan di front office, mengembangkan produk funding, meningkatkan

    competitiveness and product image, menyusun manual operasi baik untuk

    produk funding, produk lending maupun layanan.

    D. Prinsip Operasional PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk sebagai lembaga perbankan Islam,

    dalam menjalankan kegiatan usahanya mempunyai tiga prinsip operasional, yaitu:

    1. Sistem bagi hasil

    Sistem bagi hasil merupakan suatu sistem yang meliputi tata cara

    pembagian hasil usaha antara penyedia dana dan pengelola dana.36

    Pada

    pembagian hasil usaha ini dapat terjadi antara penyimpan dana dengan bank

    sebagai pihak yang mengelola dana. Pembagian hasil usaha ini juga dapat

    terjadi antara bank dengan nasabah pengguna dana sebagai pihak yang

    mengelola dana yang disediakan oleh bank, untuk menjalankan usaha atau

    proyeknya.

    Penerapan sistem bagi hasil ini merupakan faktor yang membedakan PT.

    Bank Muamalat Indonesia, Tbk dengan bank konvensional. Berbeda dengan

    bank konvensional yang menerapkan sistem bunga, maka pada PT. Bank

    36 Karnaen Perwataatmadja (A) dan Muhammad Syafi`i Antonio, Apa dan Bagaimana Bank

    Islam, (Jogjakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1992), hal. 1-2

  • Muamalat Indonesia, Tbk dengan sistem bagi hasil, besarnya keuntungan atau

    laba yang akan diperoleh tidak dapat dipastikan sebelumnya. Pada sistem bagi

    hasil ini, besar kecilnya keuntungan atau bahkan kerugian tergantung dari

    hasil usaha nasabah penerima dana.

    2. Sistem jual beli dengan margin keuntungan

    Menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Muhammad Syafi`i Antonio,

    yang dimaksud dengan sistem jual beli dengan margin keuntungan adalah:

    Sistem yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank mengangkat

    nasabah sebagai agen bank dan nasabah dalam kapasitasnya sebagai agen

    bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian bank akan

    bertindak sebagai penjual akan menjual barang tersebut kepada nasabah

    dengan harga sejumlah harga beli di tambah keuntungan bagi bank (margin/

    mark up).37

    Dalam menyalurkan dananya ke masyarakat, bank syariah sedapat

    mungkin menyalurkannya dalam bentuk barang modal dan hanya dalam hal

    tertentu saja memberikannya dalam bentuk uang tunai. Hal ini bertujuan agar

    dana yang disalurkan oleh bank syariah tersebut dapat dimanfaatkan dengan

    efektif dan langsung dapat dipergunakan untuk menjalankan usaha dari

    nasabah. Selain itu, hal ini dilakukan oleh bank syariah sebagai upaya untuk

    menghindari terjadinya penyimpangan dalam memanfaatkan dana pinjaman

    tersebut.

    37 Karnaen Perwataatmadja (A) dan Muhammad Syafi`i Antonio, hal. 5

  • 3. Sistem jasa

    Prinsip operasional PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk yang ketiga

    adalah sistem fee (jasa). Sistem ini meliputi seluruh layanan perbankan non-

    pembiayaan yang diberikan oleh bank. Dalam pelaksanaannya, sistem fee ini

    tetap mengutamakan prinsip penghindaran dari adanya unsur riba.

    E. Produk dan Jasa PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    1. Produk Penghimpunan Dana Funding Product

    Produk-produk penghimpunan dana PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk

    adalah sebagai berikut:

    a. Tabungan Ummat Ummat Saving

    Merupakan investasi tabungan dengan akad mudharabah di counter

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk di seluruh Indonesia maupun di Gerai

    Muamalat yang penarikannya dapat dilakukan di seluruh counter PT.

    Bank Muamalat Indonesia, Tbk, ATM Muamalat, jaringan ATM

    BCA/PRIMA, dan jaringan ATM Bersama. Tabungan Ummat dengan

    kartu Muamalat juga berfungsi sebagai akses debit di seluruh merchant

    debit BCA/PRIMA di seluruh Indonesia. Nasabah memperoleh bagi hasil

    yang berasal dari pendapatan bank atas dana tersebut.

    b. Tabungan Arafah Arafah Saving

    Merupakan tabungan yang dimaksudkan untuk mewujudkan niat

    nasabah untuk menunaikan ibadah haji. Produk ini akan membantu

  • nasabah untuk merencanakan ibadah haji sesuai dengan kemampuan dan

    waktu pelaksanaan yang diinginkan. Dengan fasilitas asuransi jiwa, insya

    Allah pelaksanaan ibadah haji tetap terjamin. Dengan keistimewaan

    tersebut, nasabah Tabungan Arafah bisa memilih jadwal waktu

    keberangkatannya sendiri dengan setoran tetap setiap bulan,

    keberangkatan nasabah terjamin dengan nasabah asuransi jiwa.

    Apabila penabung meninggal dunia, maka ahli waris dapat berangkat.

    Tabungan haji Arafah juga dapat menjamin nasabah untuk mendapatkan

    porsi keberangkatan (sesuai den gan ketentuan Departemen

    Agama) dengan jumlah dana Rp. 20 juta, karena PT. Bank Muamalat

    Indonesia, Tbk telah on line dengan siskohat Departemen Agama

    Republik Indonesia. Tabungan haji Arafah memberikan keamanan lahir

    bathin karena dana yang disimpan akan dikelola secara syariah.

    c. Deposito Mudharabah Mudharabah Deposit

    Merupakan jenis investasi bagi nasabah perorangan dan badan hukum

    dengan bagi hasil yang menarik. Simpanan dana ini akan dikelola melalui

    pembiayaan kepada sektor riil yang halal dan baik saja, sehingga

    memberikan bagi hasil yang halal. Tersedia dalam jangka waktu 1, 3, 6

    dan 12 bulan.

    d. Deposito Fulinves Fulinves Deposit

    Merupakan jenis investasi yang dikhususkan bagi nasabah perorangan,

    dengan jangka waktu 6 dan 12 bulan dengan nilai nominal Rp. 2.000.000;

  • atau senilai USD 500 dengan fasilitas asuransi jiwa yang dapat

    diperpanjang secara otomatis (automatic roll over) dan dapat

    dipergunakan sebagai jaminan pembiayaan atau untuk referensi PT. Bank

    Muamalat Indonesia, Tbk. Nasabah memperoleh bagi hasil yang menarik

    setiap bulan.

    e. Giro Wadi`ah Wadi`ah Current Account

    Merupakan titipan dana pihak ketiga berupa simpanan giro yang

    penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek,

    bilyet, giro, dan pemindahbukuan. Diperuntukkan bagi nasabah pribadi

    maupun perusahaan untuk mendukung aktivitas usaha. Dengan fasilitas

    kartu ATM dan Debit, tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan

    ATM BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000

    merchant Debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat (Phone Banking

    24 jam untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi,

    transfer antar rekening sampai dengan Rp. 50 juta dan berbagai

    pembayaran).

    f. Dana Pensiun Muamalat Muamalat Pension Fund

    Dana Pensiun Muamalat dapat diikuti oleh mereka berusia minimal 18

    tahun, atau sudah menikah, dan pilihan usia pensiun 45-46 tahun dengan

    iuran yang sangat terjangkau, yaitu minimal Rp. 20.000; perbulan dan

    pembayarannya dapat di debet secara otomatis dari rekening PT. Bank

    Muamalat Indonesia, Tbk atau dapat di transfer dari bank lain. Peserta

  • juga dapat mengikuti program WASIAT UMMAT, dimana selama masa

    kepesertaan, peserta dilindungi asuransi jiwa sebesar nilai tertentu dengan

    premi tertentu. Dengan asuransi ini, keluarga peserta memperoleh dana

    pensiun sebesar yang diproyeksikan sejak awal jika peserta meninggal

    dunia sebelum memasuki masa pensiun.

    g. Shar-e

    Shar-e adalah tabungan instan investasi syariah yang memadukan

    kemudahan akses ATM, Debit dan Phone Banking dalam satu kartu dan

    dapat dibeli di kantor pos di seluruh Indonesia. Hanya dengan Rp.

    125.000; langsung dapat diperoleh satu paket kartu Shar-e dengan saldo

    awal tabungan Rp. 100.000; sebagai sarana menabung dan berinvestasi di

    PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk. Shar-e dapat dibeli di kantor pos.

    Diinvestasikan hanya untuk usaha halal dengan bagi hasil kompetitif.

    Tarik tunai bebas biaya di lebih dari 8.888 jaringan ATM

    BCA/PRIMA dan ATM Bersama, akses di lebih dari 18.000 merchant

    debit BCA/PRIMA dan fasilitas SalaMuamalat. (Phone banking 24 jam

    untuk layanan otomatis cek saldo, informasi histori transaksi, transfer

    antar rekening sampai dengan Rp. 50 juta dan berbagai pembayaran)

    2. Produk Penanaman Dana Investment Product

    Produk-produk penanaman dana PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk adalah

    sebagai berikut:

  • a. Konsep Jual-beli Sales-Purchase Concept

    1) Murabahah

    Adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan

    yang disepakati. Harga jual tidak boleh berubah selama masa

    perjanjian (Q.S An-Nisaa : 29)

    2) Salam

    Adalah pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari dimana

    pembayaran dilakukan dimuka, tunai (Q.S. Al-Baqarah : 282)

    3) Istishna`

    Adalah jual-beli barang dimana shani` (produsen) ditugaskan untuk

    membuat suatu barang (pesanan) dari mustashni` (pemesan). Istishna`

    sama dengan salam yaitu dari segi objek pesanannya yang harus dibuat

    atau dipesan terlebih dahulu dengan ciri-ciri khusus. Perbadaannya

    hanya pada sistem pembayarannya yakni pada istishna` pembayaran

    dapat dilakukan diawal, ditengah, atau di akhir pesanan.

    b. Konsep Bagi-hasil Profit Sharing Concept

    1) Musyarakah

    Adalah kerjasama antara dua belah pihak atau lebih untuk suatu usaha

    tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana

    dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan resiko akan ditanggung

    sesuai kesepakatan (Q.S. Shaad : 24)

    2) Mudharabah

  • Adalah kerjasama antara bank dan dengan mudharub

    (nasabah/pengelola) yang mempunyai keahlian atau keterampilan

    untuk mengelola usaha. Dalam hal ini shabibul maal menyerahkan

    modalnya kepada pekerja atau pengelola un