KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu
of 15/15
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020 ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092 http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt 77 KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu Kajian Peranan Pemerintah Dalam Pengentasan Kemiskinan) Josef Papilaya [email protected]FKIP Universitas Pattimura Jln Dr.Latumetan Kampus PGSD-Ambon Abstrak. Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan. Perubahan tersebut membawa dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem nilai dalam tatanan kehidupan sosial bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh pembangunan membawa dampak yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks, karena ternyata telah melahirkan keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu Kata Kunci :Kebijakan Publik, Kemiskinan Ketika kita membicarakan tentang kebijakan maka pasti pikiran kita akan ditujukan pada kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang digunakan kedalam perangkat peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap dinamika social dlam masyarakat, yang akan dijadikan acuan rumusan kebijakan agar tercipta hubungan sosial yang harmonis. Thomas R. Dye (dalam Hasbani Pasalong: 2007:39), mengatakan bahwa kebijakan public adalah ‘apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan. Dye mengatakan bahwa bila pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya (Objektifnya) dan semata- mata merupakan pernyatan keinginan pemerintah atau pejabat pemerintah saja. Demikian halnya ketika kita bicara soal kemiskinan merupakan salah satu permasalahan ekonomi yang perlu ditangani oleh pemerintah untuk mengurangina. Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja perekonomian agar mampu menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi seluruh rakyat yang pada gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan salah satu penyakit dalam
KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu
Text of KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENGENTASAN KEMISKINAN (Suatu
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
77
(Suatu Kajian Peranan Pemerintah Dalam Pengentasan
Kemiskinan)
Josef Papilaya
Abstrak.
Pembangunan di Indonesia saat ini telah membawa banyak perubahan
dalam berbagai aspek
di masyarakat, baik pada kawasan pedesaan maupun perkotaan.
Perubahan tersebut membawa
dampak tidak hanya terhadap lingkungan fisik, tapi juga sistem
nilai dalam tatanan kehidupan sosial
bermasyarakat. Namun sayangnya perubahan yang diciptakan oleh
pembangunan membawa dampak
yang menyertainya sangat mengerikan dan kompleks, karena ternyata
telah melahirkan
keterbelakangan dan kemiskinan dalam masyarakat. Permasalahan
kemiskinan memang merupakan
permasalahan yang kompleks dan bersifat multidimensional. Oleh
karena itu, upaya pengentasan
kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif, mencakup berbagai
aspek kehidupan masyarakat,
dan dilaksanakan secara terpadu
Ketika kita membicarakan tentang kebijakan maka pasti pikiran kita
akan ditujukan pada
kewenangan pemerintah dalam pembuatan suatu kebijakan yang
digunakan kedalam perangkat
peraturan hukum. Kebijakan tersebut bertujuan untuk menyerap
dinamika social dlam masyarakat,
yang akan dijadikan acuan rumusan kebijakan agar tercipta hubungan
sosial yang harmonis.
Thomas R. Dye (dalam Hasbani Pasalong: 2007:39), mengatakan bahwa
kebijakan public adalah
‘apapun yang dipilih pemerintah untuk dilakukan atau tidak
dilakukan. Dye mengatakan bahwa bila
pemerintah memilih untuk melakukan sesuatu maka harus ada tujuannya
(Objektifnya) dan semata-
mata merupakan pernyatan keinginan pemerintah atau pejabat
pemerintah saja.
Demikian halnya ketika kita bicara soal kemiskinan merupakan salah
satu permasalahan ekonomi
yang perlu ditangani oleh pemerintah untuk mengurangina.
Permasalahan kemiskinan memang merupakan permasalahan yang kompleks
dan bersifat
multidimensional. Oleh karena itu, upaya pengentasan kemiskinan
harus dilakukan secara
komprehensif, mencakup berbagai aspek kehidupan masyarakat, dan
dilaksanakan secara terpadu
Salah satu tujuan pembangunan nasional adalah meningkatkan kinerja
perekonomian agar mampu
menciptakan lapangan kerja dan menata kehidupan yang layak bagi
seluruh rakyat yang pada
gilirannya akan mewujudkan kesejahteraan penduduk Indonesia. Salah
satu sasaran pembangunan
nasional adalah menurunkan tingkat kemiskinan. Kemiskinan merupakan
salah satu penyakit dalam
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
78
upaya pengentasan kemiskinan harus dilakukan secara komprehensif,
mencakup berbagai aspek
kehidupan masyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu. Dengan dasar
klasifikasi tersebut di atas,
definisi dari berbagai ahli akan dibagi(dikluster) sesuai dengan
lapis pemaknaan tersebut. Namun,
secara luas, penulismembagi definisi baik definisi langsung maupun
dari artikel-- berdasarkan focus
efisiensi kerjanya sebuah kebijakan publik. Artinya, di ranah mana
sebuah formula kebijakan
diperkuat. Dari pemerintah, pelaku (legislasi), ataukah pada
masyarakatnya,
sehingga kebijakan tersebut dapat berjalan sesuai kebutuhan.
Dalam kamus ilmiah populer, kata Miskin mengandung arti tidak
berharta (harta yang ada tidak
mencukupi kebutuhan) atau bokek. Adapun kata fakir diartikan
sebagai orang yang sangat miskin.
Secara Etimologi makna yang terkandung yaitu bahwa kemiskinan sarat
dengan masalah konsumsi.
Hal ini bermula sejak masa neo-klasik di mana kemiskinan hanya
dilihat dari interaksi negatif
(ketidakseimbangan) antara pekerja dan upah yang diperoleh.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
perkembangan arti definitif dari
pada kemiskinan adalah sebuah keniscayaan. Berawal dari sekedar
ketidakmampuan memenuhi
kebutuhan konsumsi dasar dan memperbaiki keadaan hingga pengertian
yang lebih luas yang
memasukkan komponen-komponen sosial dan moral. Misal, pendapat yang
diutarakan oleh Ali
Khomsan bahwa kemiskinan timbul oleh karena minimnya penyediaan
lapangan kerja di berbagai
sektor, baik sektor industri maupun pembangunan. Senada dengan
pendapat di atas adalah
bahwasanya kemiskinan ditimbulkan oleh ketidakadilan faktor
produksi, atau kemiskinan adalah
ketidakberdayaan masyarakat terhadap sistem yang diterapkan oleh
pemerintah sehingga mereka
berada pada posisi yang sangat lemah dan tereksploitasi. Arti
definitif ini lebih dikenal dengan
kemiskinan struktural.keren.web.id
Deskripsi lain, arti definitif kemiskinan yang mulai bergeser misal
pada awal tahun 1990-an
definisi kemiskinan tidak hanya berdasarkan tingkat pendapatan,
tapi juga mencakup
ketidakmampuan di bidang kesehatan, pendidikan dan perumahan. Di
penghujung abad 20-an telah
muncul arti definitif terbaru, yaitu bahwa kemiskinan juga mencakup
kerentanan, ketidakberdayaan
dan ketidakmampuan untuk menyampaikan aspirasi.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
79
Kemiskinan sebagai suatu penyakit sosial ekonomi tidak hanya
dialami oleh negara-negara yang
sedang berkembang, tetapi juga negara-negara maju, seperti Inggris
dan Amerika Serikat. Negara
Inggris mengalami kemiskinan di penghujung tahun 1700-an pada era
kebangkitan revolusi industri
yang muncul di Eropa. Pada masa itu kaum miskin di Inggris berasal
dari tenaga-tenaga kerja pabrik
yang sebelumnya sebagai petani yang mendapatkan upah rendah,
sehingga kemampuan daya belinya
juga rendah. Mereka umumnya tinggal di permukiman kumuh yang rawan
terhadap penyakit sosial
lainnya, seperti prostitusi, kriminalitas, pengangguran.
Amerika Serikat sebagai negara maju juga dihadapi masalah
kemiskinan, terutama pada masa
depresi dan resesi ekonomi tahun 1930-an. Pada tahun 1960-an
Amerika Serikat tercatat sebagai
negara adi daya dan terkaya di dunia. Sebagian besar penduduknya
hidup dalam kecukupan. Bahkan
Amerika Serikat telah banyak memberi bantuan kepada negara-negara
lain. Namun, di balik keadaan
itu tercatat sebanyak 32 juta orang atau seperenam dari jumlah
penduduknya tergolong miskin.
Kemiskinan dapat dibedakan menjadi tiga pengertian: kemiskinan
absolut, kemiskinan relatif dan
kemiskinan kultural. Seseorang termasuk golongan miskin absolut
apabila hasil pendapatannya
berada di bawah garis kemiskinan, tidak cukup untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum: pangan,
sandang, kesehatan, papan, pendidikan. Seseorang yang tergolong
miskin relatif sebenarnya telah
hidup di atas garis kemiskinan namun masih berada di bawah
kemampuan masyarakat sekitarnya.
Sedang miskin kultural berkaitan erat dengan sikap seseorang atau
sekelompok masyarakat yang
tidak mau berusaha memperbaiki tingkat kehidupannya sekalipun ada
usaha dari pihak lain yang
membantunya.
BAPPENAS (1993) mendefisnisikan keimiskinan sebagai situasi serba
kekurangan yang terjadi
bukan karena kehendak oleh si miskin, melainkan karena keadaan yang
tidak dapat dihindari dengan
kekuatan yang ada padanya. Levitan (1980) mengemukakan kemiskinan
adalah kekurangan barang-
barang dan pelayanan-pelayanan yang dibutuhkan untuk mencapai suatu
standar hidup yang layak.
Faturchman dan Marcelinus Molo (1994) mendefenisikan bahwa
kemiskinan adalah ketidakmampuan
individu dan atau rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.
Menurut Ellis (1994)
kemiskinan merupakan gejala multidimensional yang dapat ditelaah
dari dimensi ekonomi, sosial
politik. Menurut Suparlan (1993) kemiskinan didefinisikan sebagai
suatu standar tingkat hidup yang
rendah, yaitu adanya suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah
atau segolongan orang
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
80
dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam
masyarakat yang bersangkutan.
Reitsma dan Kleinpenning (1994) mendefisnisikan kemiskinan sebagai
ketidakmampuan seseorang
untuk memenuhi kebutuhannya, baik yang bersifat material maupun non
material. Friedman (1979)
mengemukakan kemiskinan adalah ketidaksamaan kesempatan untuk
memformulasikan basis
kekuasaan sosial, yang meliptui : asset (tanah, perumahan,
peralatan, kesehatan), sumber keuangan
(pendapatan dan kredit yang memadai), organisiasi sosial politik
yang dapat dimanfaatkan untuk
mencapai kepentingan bersama, jaringan sosial untuk memperoleh
pekerjaan, barang atau jasa,
pengetahuan dan keterampilan yang memadai, dan informasi yang
berguna. Dengan beberapa
pengertian tersebut dapat diambil satu poengertian bahwa kemiskinan
adalah suatu situasi baik yang
merupakan proses maupun akibat dari adanya ketidakmampuan individu
berinteraksi dengan
lingkungannya untuk kebutuhan hidupnya.(
http://profsyamsiah.wordpress.com/2009/04/23/49/
Soekanto (1990), mengartikan tentang kemiskinan sebagai suatu
keadaan dimana seseorang tidak
sanggup memelihara dirinya sesuai dengan taraf kehidupan kelompok
dan juga tidak mampu
memanfaatkan tenaga, mental maupun fisiknya dalam kelompok
tersebut.
Kenyataan menunjukkan bahwa kemiskin-an masih terdapat pada
penduduk negara-negara
berkembang termasuk di Indonesia. Kemiskinan sering dihubungkan
dengan keterbelakangan dan
ketertinggalan. Di samping itu kemiskinan juga merupakan salah satu
masalah social yang amat
serius. Untuk mencari solusi yang relevan dalam pemecahan masalah
kemiskinan, perlu dipahami
sebab musabab dan menelusuri akar permasalahan kemiskinan itu, agar
dapat digali potensi
sebenarnya yang terkandung dalam sumberdaya masyarakat tani.
Kemiskinan pada hakekatnya adalah situasi serba kekurangan yang
terjadi bukan karena
dikehendaki oleh si miskin, tetapi karena tidak bisa dihindari
dengan kekuatan yang ada padanya.
Kemiskinan antara lain ditandai dengan sikap dan tingkah laku yang
menerima keadaan yang seakan-
akan tidak bisa diubah, yang tercermin di dalam lemahnya kemauan
untuk maju, rendahnya
produktivitas, ditambah lagi oleh terbatasnya ,msodal yang
dimiliki, rendahnya pendidikan dan
terbatasnya kesempatan untuk berpartisipasi dalam pembangunan (Dep
Tan, 1996).
Oleh karena itu dalam pengentasan rakyat dan kemiskinan adalah
terlebih dahulu menyadarkan
mereka bahwa sesungguhnya tingkat kehidupan mereka itu sangat
rendah, serta meyakinkan mereka
bahwa sesungguhnya kondisi mereka itu masih bisa diperbaiki dan
ditingkatkan. Dengan kata lain
upaya penanggulangan kemiskinan harusnya dimulai dengan
memberdayakan si miskin, yang
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
81
sendiri dan berlandaskan pada peningkatan kemampuan menghasilkan
pendapatan, sehingga mereka
mampu menjangkau terhadap fasilitas/ kemudahan-kemudahan
pembangunan yang tersedia dalam
aspek sumberdaya, permodalan, teknologi dan pasar.Batasan
kemiskinan umumnya diukur dengan
membandingkan tingkat pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi
kebutuhan hidup minimum
atau layak. Selanjutnya dikatakan bahwa tingkat pendapatan minimum
itulah yang dipergunakan
sebagai pembatas antara keadaan miskin dan tidak miskin yang
disebut poverty line (garis
kemiskinan). Bagi masyarakat Indonesia, beras dipandang sebagai
komoditi kebutuhan pokok yang
besar pengaruhnya. Komoditi ini elastis, artinya perubahan harga
beras mempengaruhi komoditi
lainnya. Oleh karena itu beras dapat digunakan sebagai dasar
penentuan garis kemiskinan. Adapun
indikator kemiskinan menurut Sayogyo dalam Sutrino (1997)
berdasarkan pendapatan setara dengan
beras per orang per tahun
KEBIJAKAN PUBLIK
sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah-masalah publik atau
pemerintah. Menurutnya,
kebijakan publik merupakan bentuk intervensi negara untuk
melindungi kepentingan masyarakat
(kelompok) yang kurang beruntung. Dari definisi Chandler dan Plano,
kebijakan publik masuk dalam
lapis pemaknaan kebijakan publik sebagai intervensi dari
pemerintah. Optimalisasi kebijakan public
kemudian ada pada ranah sumber daya berupa sistem dalam
masyarakatnya, sehingga kebijakan
publik akan menghasilkan output yang berfungsi
mensinergikankebijakan tersebut.
Easton (1969), kebijakan publik sebagai pengalokasian nilai-nilai
kekuasaan untuk
seluruhmasyarakat yang keberadaannya mengikat. Sehingga cukup
pemerintah yang dapatmelakukan
sesuatu tindakan kepada masyarakat dan tindakan tersebut
merupakanbentuk dari sesuatu yang dipilih
oleh pemerintah yang merupakan bentuk daripengalokasian nilai-nilai
kepada masyarakat. Dari
definisi Easton, maka kebijakan publik merupakan proses pengambilan
keputusan (decision making).
Berdasarkan definisinya, sebuah kebijakan publik akanefisien ketika
berada dalam ranah
pemerintahan. Artinya, kekuasaan negara dalamkebijakan publik ini
sangat besar.
Anderson (1975), kebijakan publik sebagai kebijakan-kebijakan yang
dibangun oleh badan-badan
dan pejabat-pejabat pemerintah, dimana implikasi dari kebijakan itu
adalah;
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
82
berorientasi pada tujuan;
3) kebijakan publik merupakan apa yang benar-benar dilakukan oleh
pemerintah, jadibukan
merupakan apa yang masih dimaksudkan untuk dilakukan;
4) kebijakan publik yang diambil bisa bersifat positif dalam arti
merupakan tindakan pemerintah
mengenai segala sesuatu masalah tertentu, atau bersifat negatif
dalam arti merupakan keputusan
pemerintah untuk tidak melakukan sesuatu;
5) kebijakan public pemerintah setidak-tidaknya dalam arti yang
positif didasarkan pada peraturan
perundangan yang bersifat mengikat dan memaksa.
Dari definisi Anderson, kebijakan publik merupakan serangkaian fase
kerja pejabat publik
(kebijakan publik sebagai proses manajemen). Dan itu artinya,
penekanan atau fokus efisiensinya ada
pada ranah legislasi (pelaku kebijakan)
Berbeda dengan pendapat yang dikemukan oleh Arief Ramelan Karseno
bahwa kebijakan publik
dipahami sebagai kebijakan, baik politik, ekonomi, dan sosial yang
diambil secara kolektif, demi
kepentingan/ keuntungan masyarakat secara bersamasama
(kolektif). Kebijakan Publik itu bisa berbentuk “aturan atau
rambu-rambu” perdagangan dalam
hubungan ekonomi antara anggota masyarakat; bisa berbentukpembuatan
atau penyediaan barang
yang akan dipakai bersama (disebut barang
publik) atau bahkan, bisa berbentuk hukum dan kode etik hubungan
antara manusiasebangsa yang
sering kita sebut dengan budaya yang diterima secara umum dalam
masyarakat it
Ir. Dharma Gupta. Gupta, dalam tulisannya menekankan perlunya
sosialisasi pejabat terhadap
kebijakanpublik yang dibuat. Dicontohkan tentang kebijakan dalam
penentuan nilai ebtanas dan
rencana strategis pembangunan suatu wilayah. Ketika itu tidak
disosialisasikan, makakebijakan itu
tidak lagi menjadi kebijakan publik. Sehingga kebijakan publik
artinya semata peraturan dan
ketentuan yang diciptakan oleh pemerintah saja. Dari tulisannya,
kebijakan publik diklasifikasikan
sebagai serangkaian kerja pejabat publik. Dalam artian, kebijakan
publik akan efisien jika difokuskan
pada fungsi managementnya. Menurut Gupta, ketika sosialisasi
program dapat merata, masyarakat
dapat mengimplementasikan kebijakan dengan tujuan serta
aturan-aturan yang jelas.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
83
Ratih Pratiwi Anwar. Dari artikelnya, dapat dilihat bahwa Ratih
cenderung mengartikan kebijakan
public sebagai proses pengambilan keputusan. Dia menitikberatkan
sebuah kebijakan pada cara
pemerintah menciptakan sebuah kebijakan yang menguntungkan bagi
rakyat banyak. Dicontohkan
dalam artikelnya tentang perlindungan terhadap obat lokal. Masuknya
obat-obat modern dan gaya
hidup masyrakat yang mulai menimbulkan nilai lokalitas membuat
Ratih berpikir harus ada institusi
yang berani menciptakan kebijakan yang melindungi pembuat obat
tradisional. Dan di situlah negara
dan pejabat public diperlukan.8
making, untuk memutuskan apakah kebijakan perlindungan obat
tradisional benar-benar diperlukan.
Djoko Wintolo, kebijakan publik masuk dalam klasifikasi intervensi
pemerintah. Cukup jelas
dalam tulisannya, dicontohkan maslah pendidikan. Di sini pendidikan
adalah proses pengenalan
terhadap kebijakan itu sendiri. Dengan menjadikan masyarakat
sebagai manusia yang berpendidikan,
diharapkan masyarakat menjadi sosok yang mampu menghargai atau
memberi apresiasi terhadap
sebuah profesi sehingga tidak perlu banyak kebijakan untuk
membuatnya tetap diterima. Kebijakan
publik kemudian menjadi lebih fokus pada prosedur kerja sistem
sosial, bukan pada prosedur tatanan
orang-orang yang melakukan kebijakan tersebut. Dengan masyarakat
yang berpendidikan, artinya,
intervensi pemerintah dalam sebuah perubhan struktur masyarakat
begitu besar. Dan itu artinya,
langsung atau tidak, akan ada efek kebijakan untuk problem solving
sebuah struktur masyarakat.
Intinya, pendidikan itu sendiri harus mampu menyesuaikan dengan
sistem sosial yang tepat untuk
menghasilkan kebijakan yang tepat pula.keren.idb
Indikator-indikator Kemiskinan
Untuk menuju solusi kemiskinan penting bagi kita untuk menelusuri
secara detail indikator-
indikator kemiskinan tersebut.
lain sebagi berikut:
1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang,
pangan dan papan).
2. Tidak adanya akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya
(kesehatan, pendidikan, sanitasi, air
bersih dan transportasi).
3. Tidak adanya jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk
pendidikan dan keluarga).
4. Kerentanan terhadap goncangan yang bersifat individual maupun
massa.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
84
5. Rendahnya kualitas sumber daya manusia dan terbatasnya sumber
daya alam.Kurangnya apresiasi
dalam kegiatan sosial masyarakat.
6. Tidak adanya akses dalam lapangan kerja dan mata pencaharian
yang berkesinambungan.
7. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun
mental.
8. Ketidakmampuan dan ketidaktergantungan sosial (anak-anak
terlantar, wanita korban kekerasan
rumah tangga, janda miskin, kelompok marginal dan terpencil).
1. 3 Indikator kesenjangan Pendapatan
Adapun indikator-indikator kesenjangan Pendapatan, antara lain
sebagi berikut:
1. UMR yang ditentukan pemerintah antara pegawai swasta dan pegawai
Pemerintah yang sangat
berbeda
2. PNS (golongan atas) lebih sejahtera dibandinkan petani Pertanian
kalah jauh dalam meyuplai
Produk Domestik Bruto (PDB) yang hanya sekitar 9,3% ditahun 2011,
padahhal Indonesia
merupakan Negara agraris
Bagaimana perkembangan tingkat kemiskinan di Indonesia?
ProgramPembangunan Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB)meluncurkan laporan tahunan Pembangunan manusia
(Human Development
Report) 2006 yang bertajuk Beyord scarcity; power, poverty dan the
global water. Laporan ini
menjadi rujukan perencanaan pembangunan dan menjadi salah satu
Indikator kegagalan atau
keberhasilan sebuah negara menyejahterakan rakyatnya. Selama satu
dekade ini Indonesia berada
pada Tier Medium Human Development peringkat ke 110, terburuk di
Asia Tenggara setelah
Kamboja.ke Pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk
dengan pengeluaran per
kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai
28,07 juta orang (11,37 persen),
berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk
miskin pada September 2012 yang
sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen). Selama periode September
2012-Maret 2013, jumlah
penduduk miskin di daerah perkotaan berkurang 0,18 juta orang (dari
10,51 juta orang pada
September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013), sementara
di daerah perdesaan
berkurang 0,35 juta orang (dari 18,09 juta orang pada September
2012 menjadi 17,74 juta orang pada
Maret 2013). Selama periode September 2012-Maret 2013, persentase
penduduk miskin di daerah
perkotaan dan perdesaan tercatat mengalami penurunan. Persentase
penduduk miskin di daerah
perkotaan pada September 2012 sebesar 8,60 persen, turun menjadi
8,39 persen pada Maret 2013.
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
85
Sementara penduduk miskin di daerah perdesaan menurun dari 14,70
persen pada September 2012
menjadi 14,32 persen pada Maret 2013. Peranan komoditi makanan
terhadap Garis Kemiskinan jauh
lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan,
sandang, pendidikan, dan
kesehatan). Sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis
Kemiskinan pada Maret 2013
tercatat sebesar 73,52 persen, kondisi ini tidak jauh berbeda
dengan kondisi September 2012 yang
sebesar 73,50 persen. jauh berbeda dengan kondisi September 2012
yang sebesar 73,50 persen.
Komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap nilai Garis
Kemiskinan di perkotaan relatif sama
dengan di perdesaan, diantaranya adalah beras, rokok kretek filter,
telur ayam ras, mie instan, gula
pasir, tempe, dan bawang merah. Sedangkan, untuk komoditi bukan
makanan diantaranya adalah
biaya perumahan, listrik, pendidikan, dan bensin.
Pada periode September 2012-Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan penurunan. Ini
mengindikasikan bahwa rata-rata
pengeluaran penduduk miskin cenderung semakin mendekati Garis
Kemiskinan dan ketimpangan
pengeluaran penduduk miskin juga semakin menyempit.
Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan
Persoalan kemiskinan bukan hanya sekadar berapa jumlah dan
persentase penduduk miskin.
Dimensi lain yang perlu diperhatikan adalah tingkat kedalaman dan
keparahan kemiskinan. Selain
upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan penanggulangan
kemiskinan juga terkait
dengan bagaimana mengurangi tingkat kedalaman dan keparahan
kemiskinan.
Pada periode Maret 2011–Maret 2012, Indeks Kedalaman Kemiskinan
(P1) dan Indeks
Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks
Kedalaman Kemiskinan
turun dari 2,08 pada bulan Maret 2011 menjadi 1,88 pada Maret 2012.
Demikian pula Indeks
Keparahan Kemiskinan turun dari 0,55 menjadi 0,47 pada periode yang
sama (Tabel 16.2).
Penurunan nilai kedua indeks ini mengindikasikan bahwa ada
peningkatan pengeluaran penduduk
miskin yang semakin mendekati garis kemiskinan. Selain itu
ketimpangan pengeluaran penduduk
miskin juga menjadi semakin kecil.
Tabel 1
Penduduk Miskin Menuerut Daerah Maret-September 2013
Daerah /Tahun Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk
Miskin ( Juta orang )
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
86
Perkotaan
Maret 2013 28.07 11.37
September 2013 28.53 11.47
Sumber : Berita Resmi Badan Pusat Statistik No. 06/01/Th. XVII, 2
Januari 2014
Beberapa factor terkait dengan peningkatan jumlah dan persentase
kemiskinan periode Maret-
September 2013 antara lain :
a. Selama periode Maret-september 2013 terjadi inflasi yang cukup
tingi yaitu sebesar 5,02%yang
disebabkan karena kenaikan BBM pada bulan Juni 2013
b. Secara nasional harga beras rata-rata mengalami peningkatan,
tercatat padaMaret 2013 sebesar
Rp 10.748 per/kg dan pada September 2013 Rp 10.969/ per kg .
c. Selama Periode Maret 2013- sampai September 2013 harga eceran
beberapa komoditas bahan-
bahan pokok mengalami kenaikkan seperti daging ayam ras, telur ayam
ras, cabai merah yaitu
masing-masing naik sebesar 21,8 persen , 8,2 persen dan 15,1
persen.
d. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Agutus 2013
mengalami peningkatan
dibanding Februari 2012 sebesar 5,92 persen dan Agustus 2013
sebesar 6,14 persen.( Berita
Resmi Statistik No. 06/0 1/Th. XVII, 2 Januari 2014 )
Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Pulau September
2013
Tabel 2 menunjukkan jumlah dan persentase penduduk miskin menurut
pulau September 2013. Dari
table tersebut Nampak bahswa pendududk miskin terbesar ada pada
pulau Maluku dan Papua yaitu
sebesar 24,24 persen, sementara penduduk miskin terrendah ada pada
pulau Kalimantan yaitu sebesar
6,66 persen.
Jumlah Penduduk Miskin (000) orang Persentase penduduk miskin
(%)
Pulau Perkotaan Pedesaan Perkotaan+
+Pedesan
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
87
Sumatera 2 054,75 4 135,31 6 190,06 9,73 12,70 11.53
Jawa 7234.61 8312.33 15 546,94 8.64 14.35 10.98
Bali dan Nusa
Sulawesi 374.05 1765.53 2 139,58 6.08 14.63 11.75
Maluku dan
120.43 1580.12 1 700,55 5.78 32.04 24.24
Sumber : Berita Resmi Badan Pusat Statistik No. 06/01/Th. XVII, 2
Januari 2014
Dari sisi jumlah, sebagian besar jumlah penduduk miskin berada
dipulau Jawa ( 15.55 juta orang)
sementara jumlah penduduk miskin terendah dipulau Kalimantan ( 0,98
juta orang)
Perkembangan Tingkat Kemiskinan Tahun 2004–September 2013
Jumlah dan persentase penduduk miskin menurun dari tahun 2004 dan
2005 namun pada tahun
2006 jumlah penduduk miskin mengalami kenaikkan karena harga
kebutuhan bahan-bahan pokok
saat itu mengalami naik sangat tinggi yang digambarkan dengan
kenaikkan inflasi umum sebesar
17,95 persen .Namu sejak Maret 2007 sampai Maret 2013 jmlah maupun
persentase kemiskinan
mengalami penurunan. Selanjutnya pada periode Maret-September 2013,
jumlah dan persentase
penduduk miskin mengalami kenaikkan kembali. Perkembangan
kemiskinan dari tahun 2004 sampai
September 2013 dapat dilihat pada gambar berikut:
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
88
Sumber : Berita Resmi Badan Pusat Statistik No. 06/01/Th. XVII, 2
Januari 2014
Kebijakan Pemerinath dalam Pengentasan Kemiskinan
Upaya penanggulangan kemiskinan Indonesia telah dilakukan dan
menempatkan
penanggulangan kemiskinan sebagai prioritas utama kebijakan
pembangunan nasional. Kebijakan
kemiskinan merupakan prioritas Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) 2004-2009 dan
dijabarkan lebih rinci dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) setiap
tahun serta digunakan sebagai
acuan bagi kementrian, lembaga dan pemerintah daerah dalam
pelaksanaan pembangunan tahunan.
Sebagai wujud gerakan bersama dalam mengatasi kemiskinan dan
mencapai Tujuan
pembangunan Milenium, Strategi Nasional Pembangunan Kemiskinan
(SPNK) telah disusun melalui
proses partisipatif dengan melibatkan seluruh stakeholders
pembangunan di Indonesia. Selain itu,
sekitar 60 % pemerintah kabupaten/ kota telah membentuk Komite
penanggulangan Kemiskinan
Daerah (KPKD) dan menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan
Daerah (SPKD) sebagai dasar
arus utama penanggulangan kemiskinan di daerah dan mendorong
gerakan sosial dalam mengatasi
kemiskinan.keren.web.id
Adapun langkah jangka pendek yang diprioritaskan antara lain
sebagai berikut:
1. Mengurangi kesenjangan antar daerah dengan; (i) penyediaan
sarana-sarana irigasi, air bersih dan
sanitasi dasar terutama daerah-daerah langka sumber air bersih.
(ii) pembangunan jalan, jembatan,
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
89
2. Perluasan kesempatan kerja dan berusaha dilakukan melalui
bantuan dana stimulan untuk modal
usaha, pelatihan keterampilan kerja dan meningkatkan investasi dan
revitalisasi industri.
3. Khusus untuk pemenuhan sarana hak dasar penduduk miskin
diberikan pelayanan antara lain (i)
pendidikan gratis sebagai penuntasan program belajar 9 tahun
termasuk tunjangan bagi murid yang
kurang mampu (ii) jaminan pemeliharaan kesehatan gratis bagi
penduduk miskin di puskesmas
dan rumah sakit kelas tiga.
Di bawah ini merupakan contoh dari upaya mengatasi kemiskinan di
Indonesia.
Contoh lain dari upaya pengentasan kemiskinan yang dilakukan oleh
pemerintah antaralain adalah:
1. BLT: Bantuan Langsung Tunai yang di berikan pemerintah kepada
masyarakat golongan bawah
(miskin)
2. BOS: Bantuan Oprasional Sekolah yang diberikan pemerintah kepada
anak-anak didik dari tingkat
SD SLTP
3. RASKIN/BUlOG: Beras degan harga murah yang dialokasikan untuk
masyarakat kelas bawah
(miskin)
4. BBM bersubsidi
Namun bila kita jeli dan melihat dilapangan apa yang sebenarnya
terjadi sungguh sangat
disayangkan. Semuanya itu jauh dari harapan pemerintah dan
masyarakat. Misalnya:
1. BLT .
Banyak terjadi penyelewengan dana, dan kurangnya control yang
dilakukan pemerintah seingga
BLT yang diperuntukan bagi kaum masyarakat kelas bawah dinikmati
olah sebaian besar
masyarakat golongan mampu, bahkan ada BLT yang tak tersalurkan
kepada masayarakat kurang
mampu.
bantuan yang diberikan tidak sebanding dengan prestasi dan juga
banyak menimbulkan
masalah,serta memberi ruang bagi sekolah untuk memungut biaya-biaya
yang tidak objektif
kegunaannya.
3. RASKIN/BULOG
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
90
Banyak dari kalangan masyarakat kelas bawah yang mengeluhkan
meskipun harganya rendah,
namun kualitas beras RASKIN/BULOG jauh dari kata layak. Sehngga
pemerintah
4. BBM bersubsidi
Banyaknya kaum kelas atas yang menikmati, dan tiadak adanya kontrol
dari pemerintah, serta tidak
adanya UU yang mengatur pelarangan pembelian BBM bersubsudi bagi
Masyarakat mampu.
Sehingga membrikan kerugian bagi Negara karena minimnya, atau
kurangnya masyarakat mampu
yang pembeli Pertamax.
melihat dari sisi pendapataan yang diterima perkapita, namun perlu
adaya pendekataan yang
menyeluruh dalam memandang kemiskinan dari sisi ekonomi, sosial,
budaya dan letak geografis
suatu daerah. Tidak bisa lagi menerapkan kebijakan penanggulangan
kemiskinan secara umum,
namun kebijakan tersebut harus dirancang sesuai dengan
karakteristik kemiskinan di daerah tertentu.
Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik kemiskinan di suatu
daerah berbeda dengan daerah
lainnya baik dari segi ekonomi, social, letak geografis dan budaya.
Dengan melihat karakteristik
kemiskinan yang berbeda antara daerah satu dengan daerah lainnya
yang berbeda dapat diperoleh
informasi yang lengkap tentang potret kemiskinan yang
sesungguhya.
Daftar Rujukan
Departemen Pertanian. 1996. Metodologi Penanggulangan Kemiskinan di
Indonesia. Badan
Pendidikan dan Latihan Pertanian. Jakarta.
Soedjatmoko. 1983. Dimensi Manusia Dalam Pembangunan. LP3ES.
Jakarta.
Soekanto S. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT Raja Grafindo
Persada. Jakarta
Harbani Paselong 2007, Teori Administrasi Publik, Alfabeta.
Hessel Nogi S. Tangkilisan, MSi, 2003, Kebijakan Publik Yang
Membumi, Lukman Offset & YPAPI,
Yogyakarta,
…………Dari Jogja Untuk Indonesia : Sebuah Wacana Kebijakan Publik,
PT. Hanindita Graha
Widya dan INSPECT, Yogyakarta,
Jurnal Bimbingan dan Konseling Terapan Volume 04 Number 01 2020
ISSN: Print 2549-4511 – Online 2549-9092
http://ojs.unpatti.ac.id/index.php/bkt
91
Laporan Bulanan Data Sosial Ekonomi BPS, Edisi 27, Agustus
2012
http://id.shvoong.com/socialsciences/sociology/2177548-konsep-dan-definisi
/ #ixzz2EDc6oFom
http://www.antaranews.com/berita/390875/angka-kemiskinan-2013-tercatat-1137-persen