Upload
phamduong
View
247
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 21
PERAN DAN FUNGSI IBU RUMAH TANGGA
DALAM RANAH ”PENDIDIKAN KARAKTER ANAK-ANAK”
SEBAGAI GENERASI PENERUS
FX. Sudjatmoko
1
Bambang Martin Baru2
Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Merdeka Madiun
Abstract :
”Children character education” is afield of famili role and function, espesially for
housewives in society . That every family has developed history also find the form itself, so
priciple and implementation process of character education for children that born in family
environment is particular concerned family of childrenstic, cannot be detached family
characteristic. Those characteristic cannot be detached from reality when developed family
start from defferent characteristic between husband (man) and wife (woman) and attach
each other to deal-agreement known hosehold. Based on observation result that
researcher did on field regarding children character education in families, more of facts
are founded that; 1. Dealy education in most of family, in general housewive have more
role compare to fathers; 2. In term of closeness and affection, children are closer with
mother than to their father; 3. Most of children needs can be fulfilled by mothers efforts; 4.
Those condition, occur whether for housewife that work as well as for pure housewife; and
5. Most of fathers “acknowledge” that condition as reality , with various reason and
consideration.
Keyword: The role and function, housewives, character education, the next generation
A. Pendahuluan
Merunut tentang karakter (watak)
manusia secara umum, tidak dapat
dilepaskan dari keadaan dan kenyataan
yang tampak ketika terjadi interaksi antara
manusia yang satu dengan manusia yang
lain, ter-utama dalam artian individual.
Interaksi antar manusia, merupakan acuan
pokok bagi siapapun diri ma-nusia yang
terlibat di dalamnya secara individu,
sehingga terjadi dan/atau timbul saling
memahami atau-pun mengerti antara satu
terhadap yang lainnya. Karakter (watak)
yang saling berbeda tersebut, bukan
menjadi 21 id a 21 yang menyebabkan
saling menjauh tetapi sebaliknya menjadi
rangsangan dan mendorong setiap individu
untuk dapat mengenal di antara mereka
melalui keterlibatan di dalam interaksi.
Keadaan dan kenyataan seperti itu, adalah
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 18
sebuah peristiwa alamiah, dalam hal mana,
disadari dan/atau tidak di-sadari setiap
individu manusia memiliki karakter
(watak)-nya sendiri sejak dirinya terlahir
di dunia yang dikenal sebagai “bawaan
lahir”. Berangkat dari pernyataan
demikian, sangat sering terdengar adanya
ung-kapan yang menyatakan “bahwa jika
seseorang bertemu dengan seseorang yang
lain, hal itu mencermin-kan pertemuan
antar karakter (watak)”.
B. Landasan Teori
Tidak mungkin dan/atau tidak dapat
dihindari bahwa pengaruh lingkungan
merupakan peristiwa-peristiwa yang selalu
terjadi sebagai fenomena sosial-
kemasyarakatan yang berpengaruh
terhadap pola in-teraksi antar individu
manusia yang terlibat di dalamnya.
Berdasar kepada keadaan seperti itu,
pelak-sanaan “pendidikan karakter anak-
anak” sebagai generasi penerus secara
umum berlaku di dalam karak-teristik
keluarga-keluarga, bagi terbentuknya sikap
dan/atau perilaku setiap individu anak-
anak (laki-laki ataupun wanita) antara satu
terhadap yang lainnya, merupakan
pekerjaan dan tugas bersama antar warga
masyarakat sebagai langkah pematangan
karakter anak-anak melalui pergaulan
sehari-hari hingga mereka beranjak dan
menjadi dewasa, dengan terbentuknya
kepribadian masyarakat sebagai ujud nilai,
harapan, dan kepercayaan.
1. Kajian yang pernah dilakukan
Berkaitan dengan persoalan itu,
keadaan dan kenyataan tersebut juga
menggelayut di dalam be-nak para ibu
rumah tangga, selaku pemegang peran dan
fungsi pada ranah “pendidikan karakter
anak-anak” tidak terpisah dari persoalan
umum yang ju-ga harus mendapat
perhatian tersendiri. Dalam hal ini,
perkembangan peran dan fungsi ibu rumah
ta-ngga telah memberi warna bagi
hubungan-hubu-ngan sosial-
kemasyarakatan di berbagai lini kehi-
dupan sebagaimana karakteristik keluarga-
keluar-ga, melalui kegiatan-kegiatan yang
berpeluang untukberaktualisasi diri di
dalam masyarakat. Arti-nya, bahwa
kemajuan yang dapat dicapai secara umum
di dalam masyarakat tidak lepas dari peran
dan fungsi ibu rumah tangga dalam ranah
“pendi-dikan karakter anak-anak”
dimaksud.
Secara lebih luas peristiwa hubungan
demikian, berlangsung di dalam
masyarakat sebagai interaksi antara
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 19
manusia dengan lingkungannya, dan tidak
mungkin dapat dihindarkan dari
digunakannya enerji yang terujudkan pada
tindakan tertentu, baik secara individu
maupun secara bersama-sama oleh
manusia, dalam hal mana, seluruhnya
tergantung kepada apa, mengapa, dan
bagaimana tindakan di-maksud
dilaksanakan. Dapat dipahami bahwa di
dalam menganalisis secara perspektif
tentang apa, mengapa, dan bagaimana
manusia menen-tukan keputusan untuk
melakukan tindakan, … manusia memiliki
kehendak kompleks yang me-lekat di
dalam hidupnya … melalui berbagai ke-
giatan atau aktivitas yang mereka lakukan
… . Meskipun lekatan tersebut menjadi
hak manu-sia, tetapi … kegiatan atau
aktivitas yang dila-kukan menjadi tidak
sama (FX. Sudjatmoko, 2009).
Dengan karakteristik keluarga-
keluarga, setiap individu manusia memiliki
identitasnya masing-masing, sebagai
bagian dari kelompok tertentu (ke-luarga
dan/atau kekerabatan), memiliki peran, po-
sisi, dan fungsi tertentu sehingga
kemampuan me-lakukan adaptasi serta
adopsi dari setiap individu terhadap
terpaan yang datang pada diri mereka me-
rupakan kekuatan tersendiri, sesuai dengan
karak-teristik keluarga dari mana individu
berasal dan tentunya kerakter pribadi
masing-masing.
2. Kajian pustaka tentang
perkembangan peran dan fungsi
ibu rumah tangga
Setiap individu manusia memiliki
kemampuan dalam mengambil keputusan
untuk setiap saat me-nyesuaikan diri
terhadap individu manusia yang la-in di
dalam berinteraksi, melalui cara-cara dan
ke-mampuan berpikir, menggunakan akal
budi, dan menyatakan kehendak maka
langkah menyesuaikan diri menjadi nilai-
nilai kehidupan sosial-kemasya-rakatan
yang tidak mungkin dapat dihindari oleh
setiap individu manapun. Keadaan seperti
itu, dida-sarkan pengetahuan bahwa sejak
dilahirkan sampai akhir hayatnya, manusia
berada di dalam keadaan “bebas” sebagai
individu, dan tidak dapat diganggu gugat
oleh siapapun sekalipun oleh masyarakat,
bahkan oleh negara. Keadaan bebas
tersebut, tidak dapat diimplementasikan
secara bebas karena manusia dipertemukan
kepada kenyataan berlakunya norma-
norma, kaidah dan nilai yang harus dihor-
mati serta dipatuh-taati. Artinya, bahwa
manusia sebagai warga masyarakat
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 20
memiliki kewajiban-ke-wajiban yang
harus dilakukan selama hidupnya, dan
dengan demikian di sepanjang hidupnya
manu-sia harus mampu memanfaatkan
pengetahuannya melalui pola-pola yang
dipahami sebagai prinsip-prinsip hidup.
Peran dan fungsi ibu rumah tangga,
yang paling menonjol adalah di dalam
kegiatan-kegiatan sektor domestik atau
keluarga sebagai ikatan dalam lem-baga
perkawinan, dalam mana, peran dan fungsi
ibu rumah tangga salah satu di antaranya
yaitu; me-ngasuh dan mendidik anak-anak.
Proses dan prose-dur yang berlaku di
dalam kehidupan sosial-kema-syarakatan,
dijalankan melalui berbagai kegiatan yang
berlangsung secara berkelanjutan di dalam
lingkungan keluarga. Senyampang dengan
itu, pro-ses pembentukan karakter secara
individu berdasar-kan sikap dan/atau
perilaku di dalam rangkaian ke-giatan-
kegiatan yang berlangsung, sebagaimana
ka-rakteristik keluarga tatkala ditemukan
persoalan-persoalan yang menimbulkan
hambatan dan/atau kendala bagi
kelangsungan kegiatan dimana indivi-du
tersebut terlibat. Dengan demikian,
kemampuan (berani dan bersedia)
didukung karakter yang dimi-liki oleh
setiap individu manusia selaku warga ma-
syarakat niscaya memiliki identitas pribadi
dan/ atau kelompok masing-masing di
dalam lapisan dan tingkatan sosial-
kemasyarakatan. Berdasarkan ke-giatan-
kegiatan, pemikiran-pemikiran, dan pe-
ngalaman-pengalaman manusia di dalam
inter-aksinya dengan lingkungan
merupakan keku-atan yang mendukung
manusia untuk berhim-pun dan
bekerjasama guna mewujudkan kehen-dak
kompleks (keinginan, harapan, cita-cita,
idam-idaman, impian, tuntutan, kebutuhan,
ke-pentingan, dan tujuan) di dalam hidup.
… ma-nusia dapat bekerjasama dengan
sesamanya merupakan perwujudan
terbentuknya masyara-kat (FX.
Sudjatmoko, 2009).
Ketersediaan manusia menyerahkan
sebagian hak dan kewajibannya kepada
masyarakat, memi-liki arti bahwa
masyarakat berwenang mengatur sisi-sisi
kehidupan manusia sebagai individu dan
sosial, dengan pemahaman bahwa
pengaturan ter-sebut bertujuan untuk
mewujud-nyatakan kehendak kompleks
(keinginan, harapan, impian, idam-idam-
an, cita-cita, tuntutan, kebutuhan,
kepentingan, dan tujuan). Keadaan
tersebut, memberikan jaminan ba-gi
terciptanya keseimbangan hak dan
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 21
kewajiban dan keteraturan hubungan-
hubungan yang terjadi di dalam
masyarakat dapat terjaga, pada hal mana,
menghormati, mentaati dan mematuhi
norma-nor-ma, kaidah dan nilai yang
berlaku di dalam masya-rakat juga
memiliki arti menghormati, mentaati dan
mematuhi diri sendiri sebagaimana
kemampuan manusia untuk berhimpun dan
bekerjasama.
3. Studi kepustakaan tentang
karakteristik (perwa-takan)
keluarga
Karakteristik (perwatakan) keluarga,
merupa-kan ciri khas bagi kesepakatan dan
keterikatan su-atu lembaga perkawinan
yang melibatkan dua orang berlawanan
jenis (laki-laki dan wanita) untuk hidup
bersama di dalam mahligai rumah tangga.
Sebagai akibat logis dari padanya, kedua
belah pi-hak terlibat di dalam upaya
melepaskan diri dari keterbatasan-
keterbatasan karakter (watak) masing-
masing, melibatkan cara berpikir dan
cakrawala pe-mikiran bagi terciptanya
kesesuaian prinsip-prinsip yang bersifat
individu ke dalam sifat kebersamaan.
Dengan demikian, tidak hanya
mengetahui sebagai koqnisi belaka tetapi
juga memahami dan mengerti tentang apa,
bagaimana, mengapa, dan kemana se-gala
sesuatu yang ada dan/atau terjadi itu berpe-
ngaruh serta bermanfaat bagi kehidupan
manusia. Bahwa suatu masyarakat dengan
segala keleng-kapan kultur … telah
menegaskan keberlang-sungan … norma-
norma karakter atau ciri-ciri pembawaan,
personalitas, dan corak-corak ke-
lembagaan …, demi preservasi situasi-
situasinya agar tetap menentu, terarah dan
terkendali. Segala ganjaran atau
penghargaan dan sanksi-sanksi yang
berlaku dalam masyarakat itu men-dorong
demikian besar gerakan-gerakan masya-
rakat agar menerima dan mentaati norma-
nor-ma kebiasaannya … perilaku tetap
tidak me-nyimpang dari peraturan-
peraturan hidup … (G. Kartasapoetra dan
LJB. Kreimers, 1987).
Terbentuknya mahligai rumah
tangga selain merupakan kekuatan yang
tercipta oleh adanya ke-sepakatan dari dua
pihak yang terlibat (suami-istri), juga
merupakan pertautan dua karakter yang
ber-beda baik asal-usul maupun
kemampuan cara ber-fikir masing-masing.
Kendati demikian, kelengkap-an kultur
sebagaimana diutarakan menjadi pema-
haman yang bersifat melengkapi,
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 22
mengingat bahwa masyarakat merupakan
basis nilai-nilai yang harus mendapat porsi
perhatian di dalam upaya mengen-dalikan
bahtera rumah tangga dan perilaku tidak
menyimpang dari peraturan-peraturan
hidup.
Sebagai salah satu akibat dari
padanya, ialah ter-bentuknya hubungan-
hubungan kekeluargaan yang cenderung
kepada sikap-sikap saling berkeinginan
untuk menciptakan kepribadian dalam
kebersama-an. Artinya, dalam berbagai
kesempatan dapat sa-ling bertemu dan
berdialog antara individu yang satu dengan
individu yang lainnya di dalam keluar ga
dan/atau kelompok kekerabatan. Keadaan
seper-ti itu, merupakan kebutuhan yang
tidak mungkin ditinggalkan meski disadari
bahwa setiap individu memiliki peran,
posisi, dan fungsi masing-masing di dalam
keluarga, namun terdapat kesadaran ada-
nya saling membutuhkan.
Di dalam setiap keluarga, kebiasaan
merupakan karakteristik sebagai ciri khas
dan tidak mudah ba-gi individu yang
berasal dari suatu keluarga ter-sebut dapat
berubah atau merubahnya. Kenyataan itu,
merupakan suatu hal yang wajar terjadi
meng-ingat hubungan saling pengaruh-
mempengaruhi tidak mungkin dihindarkan
selama proses sosial di dalam keluarga
berlangsung. Interaksi sosial meru-pakan
kebutuhan yang tidak terelakkan bagi ang-
gota keluarga, sehingga saling
menyesuaikan diri antar individu di dalam
keluarga disadari atau tidak disadari harus
berlaku. …, interaksi sosial ber-langsung
secara terus-menerus sehingga terjadi
saling pengertian, saling memahami, dan
saling mengenal antara individu yang satu
dengan in-dividu yang lainnya secara
realistis. Dengan fungsinya tersebut,
pendidikan sangat mungkin menghasilkan
interaksi sosial yang bersifat aso-siatif
(kooperatif - konflik) maupun bersifat di-
sosiatif (kompetitif - konflik), pada hal
mana, sifat seperti itu wajar terjadi
mengingat setiap individu memiliki latar
belakang, kemampuan dan kemauan,
pengalaman dan tujuan yang va-riatif (FX.
Sudjatmoko, 2009).
Interaksi sosial yang terbentuk di
dalam kelu-arga, dapat dilihat dari
kepatuh-taatan mereka ter-hadap nilai dan
norma yang berlaku bagi masing-masing
individu, melalui kegiatan-kegiatan yang
dilakukan. Hal itu, dilakukan secara apa
adanya (wajar) dengan tujuan untuk
memelihara keteratur-an hubungan-
hubungan baik secara internal mau-pun
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 23
secara eksternal, di lingkungan sosial-
kema-syarakatan dimana keluarga tersebut
berada.
Jadi, keluarga merupakan pertautan
erat antara kemauan dengan interaksi
sosial yang tidak dapat dipisahkan
meskipun keduanya memiliki arti dan
peran yang sama sekali berbeda, namun
kenyataan seperti itu merupakan dua unsur
yang membentuk karakteristik keluarga.
Di satu sisi, kemauan seba-gai dorongan
keinginan pada setiap individu manu-sia di
dalam proses pembentukan dan merealisasi
diri. Di lain sisi, interaksi sosial
merupakan upaya yang dilakukan setiap
individu bagi terciptanya ke-selarasan
antara kepentingan individu dengan ke
pentingan bersama, sebagai sebuah
keluarga. Ma-nusia itu harus mengadakan
pengaturan diri (regulasi diri) terhadap
badan dan kehidupan psikisnya, manusia
harus membatasi diri, harus mengatur dan
menguasai diri … Dengan demi-kian akan
tercipta dunia manusia yang teratur, dalam
mana dia dapat membatasi diri, yaitu;
secara individual dengan kemauannya, dan
secara kolektif dengan norma-norma
sosial, konvensi hukum (Kartini Kartono,
1990).
4. Studi kepustakaan tentang
pendidikan karakter anak
Berpijak pada kajian terkait dengan
karakteris-tik setiap keluarga yang tumbuh
dan berkembang di dalam masyarakat,
sebagai ciri khas masing-masing tidak
terlepas dari kesepakatan dan persetujuan
an-tara laki-laki dengan wanita yang saling
berbeda, bersedia untuk bersatu serta
menjalin ikatan hubu-ngan mereka,
melalui lembaga perkawinan. De-ngan
tertautan antara kemauan yang satu
terhadap kemuauan yang lainnya, diikuti
tuntutan bagi ter-ciptanya keseimbangan di
dalam interaksi sosial se-bagai sebuah
keluarga, maka saling menyesuaikan diri
merupakan proses sosial yang berlangsung
se-cara terus-menerus.
Untuk itu, ketika mereka masih
menyandang se-butan sebagai anak-anak
sangat memerlukan bim-bingan dan arahan
oleh orang-orang dewasa yang terdekat di
sekitarnya, terutama oleh orangtua me-
lalui pendidikan yang menjadi kewajiban
untuk mengupayakan dan mewujud-
nyatakannya. Keluar-ga merupakan inti
dan awal bagi berlangsungnya pendidikan
karakter anak-anak, sebelum menyadari
dan memahami tentang keberadaan serta
siapa diri mereka sebenarnya. Guna
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 24
menumbuh-kembang-kan karakter
manusia, pendidikan merupakan wahana
dan sarana utama di dalam kehidupan
manusia yang juga menentukan tinggi-
rendah-nya kualitas hidup manusia dan
kehidupan di dalam pergaulan dengan
sesamanya. … pem-bentukan karakter
(watak) manusia, pendidik-an merupakan
landasan utama yang tidak da-pat
diabaikan oleh manusia sendiri. …
manusia dapat mengembangkan gagasan
atau ide serta mereduksinya menjadi
prinsip-prinsip kehidup-an pribadi masing-
masing individu (FX. Sudjat-moko, 2004).
Pendidikan di lingkungan keluarga
melalui bimbingan dan arahan oleh
orangtua, merupakan pokok utama
sebelum seseorang mengarungi kehi-dupan
yang lebih luas dan kompleks, serta berin-
teraksi dengan individu-individu dari
lingkungan keluarga yang lainnya di dalam
masyarakat. Karak-ter (watak) individu
seseorang tidak dapat dilepas-kan dari latar
belakang keluarga dan lingkungan so-sial-
kemasyarakatan yang membentuknya di
dalam interaksi sosial yang berlangsung
terus-menerus. Pendidikan berperan dalam
kerangka pembentukan sikap dan rasa
tanggung jawab, serta merupakan langkah
pengenalan seseorang terhadap lingkung-
annya, semenjak dari kecil sampai
seseorang me-ngenal dirinya sendiri.
Selanjutnya, mengenai peran dan
fungsi ibu ru-mah tangga di dalam ranah
“pendidikan karakter anak-anak” sebagai
generasi penerus merupakan kenyataan
yang tidak dapat disangkal keadaannya.
Anak-anak memiliki sifat dan kebiasaan
yang sama sekali berbeda, tentunya dapat
disadari oleh orang-tua di dalam
perjalanan pelaksanaan pendidikan di
lingkungan keluarga, pada hal mana,
perbedaan-perbedaan seperti itu dapat
menjadi pemicu mun-culnya kendala tetapi
sebaliknya dapat juga men-jadi pendorong
bagi terciptanya kemudahan-kemu-dahan.
Artinya, bahwa di dalam keluarga-
keluarga dilingkungan sosial-
kemasyarakatan ditemukan adanya;
pertama pendidikan sehari-hari di dalam
kebanyakan keluarga, secara umum para
ibu rumah tangga lebih berperan jika
dibandingkan dengan pe-ran para bapak;
kedua di dalam hal kedekatan dan kasih-
sayang, anak-anak lebih dekat dengan ibu
da-ripada kedekatan dengan bapak mereka;
ketiga se-bagian besar dari keperluan
anak-anak dapat tercu-kupi oleh upaya-
upaya yang dilakukan para ibu; keempat
keadaan seperti itu, berlaku baik bagi ibu
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 25
rumah tangga yang bekerja maupun murni
sebagai ibu rumah tangga; dan kelima
sebagian besar para bapak pada
“mengakui” bahwa keadaan seperti itu
sebagai kenyataan, dengan berbagai alasan
dan per-timbangan.
Setiap keluarga memiliki sejarah
terbangun serta terbentuknya sendiri,
sehingga prinsip dan proses penerapan
pendidikan karakter bagi anak-anak
yang terlahir di dalam lingkungan keluarga
meru-pakan karakteristik (perwatakan)
khas keluarga yang bersangkutan.
Mengenai “pendidikan karakter anak-
anak” sebagai ranah peran dan fungsi
keluar-ga-keluarga, utamanya bagi para
ibu rumah tangga di dalam masyarakat,
baik secara phisik maupun secara psikhis
merupakan keadaan yang bersifat naluriah
dan berkelanjutan. Karakter atau watak
manusia di dalam proses penumbuh-
kembang-annya, diperlukan langkah-
langkah pendidikan sebagai wahana dan
sarana utama … Berawal dari lingkungan
keluarga, pendidikan berlang-sung dalam
bentuk-bentuk bimbingan dan pem-binaan
dasar oleh orangtua kepada anak-anak
selaku individu, sebagai bekal yang harus
be-nar-benar diresapi … (FX. Sudjatmoko
dan Bam-bang Martin Baru, 2012).
Bimbingan dan pembinaan dari
lingkungan ke-luarga, terbentuknya
karakter atau watak secara in-dividu
sebagai warga masyarakat tidak dapat dile-
paskan dari latar belakang serta
lingkungan masya-rakat yang
mempengaruhi dan membentuknya. Ka-
rakter atau watak juga menentukan tinggi,
sedang, dan/atau rendahnya kualitas
kepribadian individu seseorang di dalam
kehidupan sehari-hari di ling-kungan
sosial-kemasyarakatan dimana seseorang
berada.
Kenyataan demikian, merupakan
petunjuk atau gambaran tentang
kesanggupan individu seseorang di dalam
bersikap serta berperilaku selama yang
bersangkutan terlibat pada setiap kegiatan
yang berlangsung di lingkungan sosial-
masyarakat, sehi-ngga dapat diketahui juga
tentang kemampuan un-tuk
bertanggungjawab terhadap lingkungan
dan ter-hadap diri sendiri. Untuk itu,
pendidikan karakter bagi anak-anak (laki-
laki - wanita), juga menjadi gambaran
terkait dengan karakteristik keluarga dari
mana seseorang secara individu tersebut
berasal, baik dalam bersikap dan/atau
berperilaku, menen-tukan keputusan,
bertindak, maupun bertanggung-jawab
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 26
terhadap keterlibatan seseorang di dalam
se-tiap kegiatan yang berlangsung.
C. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Mengenai jenis penelitian, peneliti
mengguna-kan jenis diskriptif, yaitu
sebuah proses dan prose-dur yang
bertujuan memberikan gambaran, melu-
kiskan, dan/atau menjelaskan keadaan
terkait de-ngan subyek atau obyek
penelitian secara sistema-tis, aktual, dan
akurat. Berikut peneliti kemukakan
bebarapa pendapat yang berhubungan
dengan pene-litian diskriptif, seperti
berikut.
Hadari Nawawi, di dalam bukunya
yang ber-judul “Metode Penelitian Bidang
Sosial” menya-takan bahwa “ … penelitian
diskriptif adalah prosedur pemecahan
masalah yang diselidiki dengan
menggambarkan atau melukiskan kea-daan
subyek atau obyek penelitian” (Hadari Na-
wawi, 2001). Selanjutnya, Moh. Nasir di
dalam bukunya yang berjudul “Metodologi
Penelitian” memberikan penjelasan bahwa
“ … suatu metode penelitian status
kelompok manusia dalam sua-tu proses,
kondisi sistem pemikiran dan kelas
peristiwa pada saat sekarang serta
tujuannya adalah membuat diskripsi atau
gambaran atau lukisan sistematis, aktual,
akurat mengenai fak-ta-fakta, sifat-sifat,
serta hubungan antara feno-mena yang
diselidiki” (Moh. Nasir, 1988).
2. Variabel dan Indikator Penelitian
Variabel dan indikator penelitian,
sangat berarti bagi proses pelaksanaan
penelitian karena tanpa adanya variabel
dan indikator maka penelitian tidak dapat
terlaksana secara baik, sedangkan
munculnya variabel dan indikator
penelitian memberi kemu-dahan-
kemudahan kepada peneliti di dalam
pelak-sanaan penelitian, utamanya
pembahasan terhadap data, fakta,
fenomena, dan gejala yang berhasil di-
himpun (pengolahan dan analisa). Dalam
persoalan ini, Suharsimi Arikunto melalui
buku yang berjudul “Prosedur Penelitian
suatu Pendekatan Prak-tek” menyatakan
bahwa “ … variabel adalah gejala yang
bervariasi yang menjadi obyek pe-nelitian,
sedangkan yang dimaksud dengan in-
dikator adalah pemecahan-pemecahan dari
pa-da variabel atau sub variabel yang
merupakan kategori-kategori data dalam
penelitian, katego-ri-kategori data ini dapat
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 27
diartikan sebagai in-dikator variabel”
(Suharsimi Arikunto, 1992).
Penelitian ini terdiri dari dua variabel
yaitu va-riabel bebas dan variabel terikat,
dan yang menjadi variabel bebas adalah;
Peran dan fungsi ibu ru-mah tangga,
dengan indikator variabel seperti ber-ikut.
A. Indikator: Peran ibu rumah tangga; a)
Ke-mampuan menyelesaikan pekerjaan
sehari-hari di dalam lingkungan keluarga;
b) Kemampuan me-nyelesaikan
permasalahan yang muncul di dalam
lingkungan keluarga; c) Kemampuan
menyesuai-kan diri di dalam pergaulan
sehari-hari secara indi-vidu di lingkungan
sosial terdekat (saudara, famili, tetangga,
pekerjaan, organisasi); dan d) Kemampu-
an melakukan kegiatan yang berlangsung
di ling-kungan keluarga, pada umumnya.
B. Indikator: Fungsi ibu rumah tangga; a)
Keterlibatan ibu ru-mah tangga di dalam
kegiatan internal keluarga se-bagai ujud
interaksi sosial di dalam kehidupan se-
hari-hari; b) Keterlibatan kaum wanita di
dalam ke-giatan interal keluarga sebagai
sarana dan wahana pergaulan kekerabatan;
c) Keterlibatan ibu rumah tangga di dalam
kegiatan di lingkungan sosial-ke-
masyarakatan dimana keluarga yang
bersangkutan berada; dan d) Keterlibatan
ibu rumah tangga di dalam kegiatan terkait
pendidikan karakter anak-anak sebagai
generasi penerus.
Variabel terikat adalah; Pendidikan
karakter anak-anak sebagai generasi
penerus, dengan in-dikator variabel seperti
berikut. A. Indikator: Seca-ra phisik; a)
Perkembangan dan peningkatan kese-hatan
anak-anak dari waktu ke waktu, dan
menda-pat pengakuan seutuhnya oleh
masyarakat; b) Ber-sedia melakukan
kegiatan-kegiatan di lingkungan keluarga,
sebagaimana bimbingan dan binaan ibu
mereka tanpa adanya rasa terpaksa; dan c)
Keterli-batan anak-anak di dalam kegiatan
sosial-kemasya-rakatan sesuai dengan
kepatuh-taatan terhadap tata nilai yang
berlaku. B. Indikator: Secara psikhis; a)
Kemampuan untuk berlaku disiplin di
dalam men-jalankan tugas yang diberikan
oleh orangtua, seba-gai kepatuh-taatan
terkait dengan terbentuknya ke-biasaan
menuju kepada jiwa suka bekerja; b) Ke-
mampuan untuk memberi pertolongan
kepada sesa-ma teman dengan harapan
anak-anak memiliki ke-pekaan dan/atau
kepedulian terhadap lingkungan
sekitarnya; c) Kemampuan untuk saling
mengerti terhadap keturunan-sekandung di
dalam lingkung-an internal keluarga; dan
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 28
d) Kemampuan untuk sa-ling mengerti
terhadap teman sepergaulan di ling-kungan
eksternal keluarga.
3. Populasi dan Sampel
Di dalam penelitian ini, yang
menjadi sasaran penelitian dalam rangka
menghimpun data dan in-formasi
penelitian atau dikenal dengan sebutan po-
pulasi sebagai keseluruhan subyek
penelitian ada-lah warga masyarakat.
Berkaitan dengan persoalan ini, Sugiyono
melalui buku yang berjudul “Metode
Penelitian Administrasi”, mengungkapkan
bahwa populasi adalah “ … wilayah
generalisasi yang terdiri dari obyek atau
subyek yang mempunyai kwantitas dan
karakteristik tertentu yang dite-tapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemu-dian
ditarik kesimpulan (Sugiyono, 2001).
Ber-dasarkan pernyataan tersebut,
populasi penelitian di dalam penelitian ini
adalah para ibu rumah tangga di wilayah
Kecamatan Kartoharjo Kota Madiun yang
secara administratif pemerintahan terbagi
ke dalam 9 (sembilan) wilayah kelurahan,
yaitu; 1. Kelurahan Kartoharjo; 2.
Kelurahan Kelun; 3. Ke-lurahan
Pilangbango; 4. Kelurahan Kojo; 5. Kelu-
rahan Oro Oro Ombo; 6. Kelurahan
Sukosari; 7. Kelurahan Tawangrejo; 8.
Kelurahan Kanigoro Selo; dan 9.
Kelurahan Rejomulyo.
Selanjutnya, jumlah penduduk
berdasarkan jenis kelamin memiliki
perbandingan 48% penduduk la-ki-laki dan
52% penduduk wanita, sehingga setelah
dilakukan perhitungan ditemukan bahwa
jumlah penduduk laki-laki sebanyak;
48/100 x 50.180 jiwa = 24.086 (duapuluh
empat ribu delapanpuluh enam) jiwa, serta
penduduk wanita sebesar 52/100 x 50.180
jiwa = 26.094 (duapuluh enam ribu sem-
bilanpuluh empat) jiwa, sehingga terdapat
selisih antara jumlah penduduk wanita
dengan laki-laki se-besar 2.008 jiwa.
Cakupan wilayah penelitian meliputi 9
(sembi-lan) kelurahan yang berada di
kecamatan Karto-harjo kota Madiun, maka
ditetapkan sampel pene-litian berdasarkan
“purposive sampling” yang me-liputi;
1. Kel. Kelun, sebanyak : 15 orang
2. Kel. Tawangrejo, sebanyak: 15 orang
3. Kel. Kartoharjo, sebanyak : 15 orang
Jumlah : 45 orang
Berdasarkan populasi sebagaimana
terungkap, maka peneliti menentukan
sampel penelitian yang tidak lain adalah
para ibu rumah tangga yang mene tap
(penduduk) di kecamatan Kartoharjo kota
Ma-diun, sebanyak 45 (empatpuluh lima)
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 29
orang yang bertempat tinggal di 3 (tiga)
kelurahan wilayah ke-camatan Kartoharjo.
4. Sumber Data
a. Data Primer
Di dalam penelitian, data primer
dapat ditemu-kan dan dihimpun melalui
sumber pertama atau responden
penelitian secara langsung di lapangan
penelitian, pada hal mana, Hadari
Nawawi dan Martini Nawawi
menjelaskan bahwa data primer
merupakan “ … data autentik atau data
langsung dari tangan pertama tentang
masalah yang di-ungkapkan” (Hadari
Nawawi dan Martini Nawa-wi, 1990).
Untuk itu, data variabel yang diteliti di-
peroleh melalui kuesioner atau angket
yang disusun berdasarkan skala ordinal.
b. Data Sekunder
Seperti umumnya penelitian yang
dilakukan, selain memerlukan data
primer juga tidak dapat meninggalkan
data sekunder yang berasal dari re-
ferensi, seperti; buku-buku literatur,
thesis atau skripsi, laporan-laporan
penelitian, dokumen-doku-men, surat
khabar, majalah, bulletin, dan terbitan
lainnya dengan relevansi terhadap
masalah pene-litian yang memadai guna
mendukung penyelesaian penelitian,
serta wawancara dengan pihak-pihak
terkait.
c. Studi Kepustakaan
Guna mendapat dan menghimpun
data akurat serta informasi aktual
berhubungan dengan ilmu-ilmu sosial
dan bersangkut paut dengan persoalan
peran dan fungsi ibu rumah tangga
secara umum, keterlibatan di dalam
kegiatan, karakteristik keluar-ga, dan
sosial-kemasyarakatan.
d. Tehnik Pengumpulan Data
Selanjutnya, tehnik yang
mendukung upaya mencari,
menemukan, dan menghimpun data
dapat dikemukakan seperti berikut:
a. Kuesioner
Kuesioner, di dalam proses
penelitian merupa-kan tehnik
dan/atau cara yang digunakan
peneliti untuk mencari, menemukan,
dan menghimpun data akurat dan
informasi aktual secara langsung
dalam bentuk serangkaian
pernyataan dan/atau pertanyaan yang
disampaikan kepada para responden.
Tujuan-nya adalah untuk
mengungkap pengetahuan dan/ atau
keyakinan pribadi responden
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 30
berdasarkan self-report atau laporan
tentang diri-sendiri yang ber-kaitan
dengan permasalahan yang diteliti.
b. Dokumentasi
Tehnik pengumpulan data
berikutnya adalah dokumentasi,
digunakan sebagai melengkapi anali-
sa data penelitian, baik berupa hasil
penelitian ter-dahulu, literatur,
dan/atau catatan-catatan lain yang
memiliki relevansi dengan proses
penelitian yang dilakukan di
lapangan penelitian. Sebagai pernya-
taan pendukungnya adalah bahwa
dokumentasi me-rupakan “ … cara
mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, terutama berupa
arsip-ar-sip dan termasuk juga buku-
buku tentang pen-dapat, teori, dalil
atau hukum-hukum dan lain-lain
yang berhubungan dengan
penyelidikan” (Hadari Nawawi,
2001).
c. Observasi
Tehnik pengumpulan data
yang digunakan pe-neliti selanjutnya
adalah observasi, yaitu dengan
melakukan pengamatan yang diikuti
pencatatan ter kait keperluan
terhadap data penelitian. Untuk itu,
hasil-hasil sementara dari
pengamatan dicatat seca-ra berurutan
serta saling terkait karena data akurat
tentang unsur dan/atau elemen dari
subyek ataupun obyek penelitian
harus diperlakukan secara obyek-tif
dan netral. Mengenai hal ini,
observasi dinyata-kan sebagai “ …
studi yang disengaja dan sis-tematis
tentang fenomen sosial dan gejala-
gejala kompleks dalam po-la-pola
kultural-kultural tertentu” (Kartini
Kar-tono, 1996).
d. Pengolahan dan Analisa Data
una menyajikan penjelasan
terkait hasil pene-litian, maka langkah
awal yang harus ditempuh oleh peneliti
adalah pengolahan data (penggolong-
an, pembandingan, pengujian,
penyusunan nilai bobot), kemudian
setelahnya dilakukan analisa data
terkait dengan penginterpretasian sesuai
dengan proses pengumpulan data, yaitu
menitik-beratkan penggunaan tehnik
kuesioner.
Perlu ditetapkan bahwa kategori
jawaban yang kelak menjadi pilihan
para responden terdapat 3 (tiga)
kategori, bertujuan menetapkan range
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 31
(jarak jangkauan) dengan variasi skor
seperti berikut.
a. Skor 3 (tiga) menunjukkan pada
kategori a, klasifikasi baik.
b. Skor 2 (dua) menunjukkan pada
kategori b, klasifikasi cukup.
c. Skor 1 (satu) menunjukkan pada
kategori c, klasifikasi kurang.
Berdasarkan skala ukur seperti
itu, data disaji-kan dalam bentuk
tabulasi dengan muatan kategori
jawaban pilihan bagi para responden
dengan tujuan untuk mempermudah di
dalam menganalisa serta
menginterpretrasikan data. Perolehan
nilai rata-rata dan skor variabel
penelitian melalui perhitungan-
perhitungan, dari jumlah ke-seluruhan
skor indikator yang ada di dalam setiap
variabel penelitian, sehingga diketahui
besaran interval pada setiap responden
yang diklasifikasi berdasar besar-
kecilnya hasil perhitungan.
Senyampang dengan hasil perhitungan
itu, dapat diketahui posisi setiap
responden bahwa yang bersangkutan
termasuk pada klasifikasi yang mana
sesuai dengan besar-kecilnya hasil
perhitungan (interval). Penentuan
klasifikasi besar-kecilnya interval
tersebut, digunakan rumusan berikut.
Lebar interval
Jarak pengukuran (R)
i = __________________
Jarak interval (I)
Keterangan:
i : lebar interval
R :angka tertinggi dari pengukuran
dikurangi angka terendah dari
pengukuran
I : jumlah interval (Sutrisno Hadi,
1981)
D. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Sajian dan Analisa Data Penelitian
Memperhatikan data akurat dan
informasi aktu-al yang berhasi peneliti
himpun, baik data maupun informasi
variabel bebas serta variabel terikat di
dalam penelitian maka berikut paparan
data dan analisanya secara rinci. Adapun
rincian sajian dan analisa data tersebut,
adalah seperti berikut.
Memperhatikan paparan data yang
tertabulasi di dalam indikator variabel
bebas (peran ibu rumah tangga dan fungsi
ibu rumah tangga) berdasarkan rincian
yang terangkai melalui kuesioner
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 32
berbentuk pernyataan dan/atau pertanyaan
penelitian, sesuai dengan data yang
terhimpun melalui jumlah pilihan jawaban
pada katagori jawaban oleh responden pe-
nelitian sebanyak 45 (empatpuluh lima)
orang. Ber-dasarkan data yang tertabulasi,
telah dilakukan ana-lisa data secara umum
terhadap keadaan setiap ta-bel terkait
dengan pilihan jawaban pada setiap kata-
gori jawaban yang tersedia di dalam
pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian
yang diajukan oleh peneliti kepada
responden penelitian dimaksud.
1. Data Variabel Bebas
Mengenai pemahaman terhadap
data berdasar-kan analisa secara umum
sebagaimana terurai-rin-cikan
sebelumnya, maka pertama sekali
dilakukan kajian bagi variabel bebas ini
melalui data terkait berdasarkan
kepada; a) Data yang telah terhimpun
dan dilakukan penggolongan,
perbandingan, pengo-lahan, dan
simpulan data terkait; b) Perbandingan
antar responden penelitian sebagaimana
terungkap di dalam menentukan
distribusi masing-masing ni-lai (skor)
yang dimiliki oleh setiap responden
pene-litian, berada pada posisi
sebagaimana nilai (skor) tersebut; c)
Menetapkan skala ukur sesuai dengan
range (jangkauan) untuk kepentingan
penetapan ni-lai (skor), baik nilai (skor)
rata-rata indikator vari-abel maupun
total nilai (skor) rata-rata variabelnya;
dan d) Hasil penghitungan nilai (skor)
masing-masing responden penelitian
yang diklasifikasikan sesuai dengan
tinggi-rendahnya penghitungan yang
diperoleh.
Variabel bebas menunjukkan bahwa
dari 45 (empatpuluh lima) orang responden
penelitian, total nilai (skor) masing-masing
responden penelitian sa-ngat bervariasi,
dalam hal mana, nilai (skor) teren-dah
adalah sebesar 54 dan nilai (skor) tertinggi
se-besar 72. Dengan demikian, dapat
diperhitungkan distribusi nilai (skor) dan
untuk mengetahui posisi setiap responden
penelitian berdasarkan total nilai (skor)
masing-masing berdasarkan hasil akhir
penghitungannya.
Adapun penghitungan jarak interval
nilai (skor) dan klasifikasi sesuai dengan
tinggi-rendahnya nilai (skor) yang dimiliki
oleh setiap responden peneli-tian,
dilakukan dengan menggunakan rumus ber-
ikut.
Jarak Pengukuran (R)
i = Jumlah Interval (I)
i = Lebar Interval
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 33
R = Nilai (skor) tertinggi dikurangi nilai
(skor)
terendah
I = Jarak Interval
Dengan demikian, dapat dilakukan
penghitung-an terkait jarak interval masing-
masing nilai (skor) berdasarkan kepada 3 (tiga)
jenis katagori jawaban pada pernyataan
dan/atau pertanyaan penelitian, maka dapat
dilakukan penghitungan lebar interval-nya,
seperti berikut.
72,5 – 53,5 18
i = = = 6 3 3
Berdasarkan lebar interval sebagaimana
hasil akhir penghitungan jarak interval
tersebut, maka dapat diketahui klasifikasi
masing-masing respon-den penelitian ke dalam
3 (tiga) kategori, yaitu;
a. Katagori baik = 66 – 72
b. Katagori sedang = 60 – 65
c. Katagori kurang = 54 – 59
Setelah diketahui besaran range
atau jarak in-terval, maka dapat diketahui
distribusi nilai (skor) masing-masing
responden penelitian dan termasuk pada
katagori yang mana, berikut diuraikan berda-
sarkan tabel distribusi berikut.
Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi variabel
bebas
Klasifikasi Frekwensi Prosentase
a. Baik (66-72) b. Sedang (60-65)
c. Kurang (54-59)
34 8
3
75,56 17,78
6,66
Jumlah 45 100,00
Sumber: Data variabel bebas yang diolah
Berdasarkan data klasifikasi nilai (skor)
yang ada di dalam tabel, diketahui bahwa dari
sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang
responden penelitian terdistribusi kepada
sebanyak 34 (tigapuluh empat) orang
responden penelitian atau sebesar 75,56%
berada pada klasifikasi baik. Sementara itu,
klasifi-kasi sedang terdistribusi kepada
sebanyak 8 (dela-pan) orang responden
penelitian atau sebesar 17,78%. Sedangkan
untuk klasifikasi kurang, ter-disitribusi kepada
sebanyak 3 (tiga) orang respon-den penelitian
atau sebesar 6,66%.
Berdasarkan klasifikasi nilai (skor) dan distri-
businya sebagaimana termuat di dalam tabel,
me-nunjukkan bahwa variabel bebas terkait
Peran dan Fungsi Ibu Rumah Tangga, telah
dinyatakan de-ngan klasifikasi baik
berdasarkan prosentase yang terbaca yaitu dari
sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang
responden penelitian, sebagian besar dari pa-
danya yakni sebanyak 34 (tigapuluh empat)
orang atau sebesar 75,56% termasuk pada
klasifikasi baik tersebut. Variabel bebas
tentang peran dan fungsi ibu ru-mah tangga
yang peneliti kemukakan, merupakan kajian
terhadap keadaan setiap tabulasi data yang
tersaji secara statistik deskriptif sebagaimana
ada-nya, yaitu melalui proses sistematis dalam
melacak dan/atau mengatur hasil-hasil
pengamatan, kuesi-oner, dokumentasi, serta
informasi-informasi akurat lain yang
terhimpun.
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 34
Berdasarkan bahasan singkat seperti itu,
hasil akhir dari interpretasi data pada variabel
bebas telah dikemukakan, yaitu; a) Klasi-
fikasi baik, dengan jarak interval 6 (enam)
dike-tahui melalui jumlah nilai (skor) antara
66 – 72, dan diperoleh sebanyak 34 (tigapuluh
empat) orang responden penelitian atau
sebesar 75,56% dengan rincian domisili
masing-masing; b) Klasifikasi se-dang,
berdasarkan jumlah nilai (skor) antara 60 – 65
didapati sebanyak 8 (delapan) orang responden
penelitian atau sebesar 17,78% serta rincian
domi-sili masing-masing; dan c) Klasifikasi
kurang, de-ngan jumlah nilai (skor) 54 – 59,
diketemukan se-banyak 3 (tiga) orang
responden penelitian atau se-besar 6,66%
diikuti rincian domisili masing-ma-sing.
2. Data Variabel Terikat
Data variabel terikat menjadi pokok
perhatian dengan proses atau alur
pemikiran yang kurang-le-bih sama. Pada
proses atau alur data yang termuat di dalam
setiap tabel, analisa data secara umum se-
suai dengan keadaan terkait dengan pilihan
jawab-an pada setiap katagori jawaban
yang tersedia di dalam pernyataan dan/atau
pertanyaan penelitian yang diajukan.
Mengenai alur pemikiran dimaksud,
berdasarkan kepada; a) Data yang telah
terhimpun dan dilakukan penggolongan,
perbandingan, pengo-lahan, dan simpulan
data terkait; b) Perbandingan antar
responden penelitian sebagaimana
terungkap di dalam menentukan distribusi
masing-masing ni-lai (skor) yang dimiliki
oleh setiap responden pene-litian, berada
pada posisi sebagaimana nilai (skor)
tersebut; c) Menetapkan skala ukur sesuai
dengan range (jangkauan) untuk
kepentingan penetapan ni-lai (skor), baik
nilai (skor) rata-rata indikator vari-abel
maupun total nilai (skor) rata-rata
variabelnya; dan d) Hasil penghitungan
nilai (skor) masing-ma-sing responden
penelitian yang diklasifikasikan se-suai
dengan tinggi-rendahnya penghitungan
yang diperoleh.
Berdasarkan tampilan data variabel
terikat terse-but, dapat diketahui bahwa
total nilai (skor) ma-sing-masing responden
penelitian adalah bervariasi yaitu total nilai
(skor) terendah sebesar 40 dan total nilai
(skor) tertinggi sebesar 63. Selanjutnya,
untuk penghitungan range (lebar) interval
guna menen-tukan klasifikasi masing-
masing responden peneli-tian dan
distribusinya digunakan rumus statistik
deskriptif sebagaimana digunakan pada
data varia-bel bebas, seperti berikut.
Jarak pengukuran (R)
i = Jumlah interval (I)
i = Lebar interval
R = Nilai (skor) tertinggi dikurangi nilai (skor) terendah
I = Jarak interval
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 35
Memperhatikan rumusan seperti itu,
maka da-pat diperhitungkan jarak interval
antar nilai (skor) yang dicapai oleh masing-
masing responden pene-litian, berdasarkan
klasifikasi dan distribusi nilai (skor)
sebagaimana tertuang di dalam tabel data pa-
da variabel terikat.
63,5 – 39,5 24 i = = = 8
3 3
Dengan penghitungan lebar interval
yang te-lah dilakukan seperti pada rumus
statistik deskriptif tersebut, diketemukan
bahwa lebar interval adalah sebesar 8.
Selanjutnya, berdasarkan lebar interval yang
demikian maka dapat ditentukan klasifikasi
responden penelitian (baik, sedang, rendah)
beserta distribusinya, sebagai berikut.
a. Klasifikasi baik = 56 – 63
b. Klasifikasi sedang = 48 – 55
c. Klasifikasi kurang = 40 – 47
Setelah penetapan distribusi nilai (skor)
berda-sarkan 3 (tiga) klasifikasi (baik, sedang,
rendah) maka dapat diketengahkan distribusi
masing-ma-sing klasifikasi terkait posisi
responden penelitian di dalam data variabel
terikat ini. Adapun distribusi nilai (skor)
berdasarkan klasifikasinya, dapat diper-hatikan
pada tampilan data berikut.
Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi variabel
terikat
Klasifikasi Frekwensi Prosentase
a. Baik (56- 39 86,67
63)
b. Sedang (48-
55)
c. Kurang (40-
47)
-
6
00,00
13,33
Jumlah 45 100,00
Sumber: data variabel terikat yang diolah
Klasifikasi nilai (skor) dan distribusi
sebagai-mana termuat di dalam tabel,
menunjukkan bahwa variabel terikat yang
membahas tentang Pendidikan Karakter Anak
sebagai generasi penerus, telah di-nyatakan
dengan klasifikasi baik berdasarkan pro-
sentase yang terbaca yaitu dari sebanyak 45
(em-patpuluh lima) orang responden
penelitian, sebagi-an yaitu sebanyak 39
(tigapuluh sembilan) orang atau sebesar
86,67% terklasifikasi baik.
Variabel terikat yang membahas tentang
Pendi-dikan Karakter Anak sebagai generasi
penerus se-perti dikemukakan, merupakan
kajian terhadap ke-adaan setiap tabulasi data
yang tersaji secara statis- tik deskriptif
sebagaimana adanya, yaitu melalui proses
sistematis dalam melacak dan/atau mengatur
hasil-hasil pengamatan, kuesioner,
dokumentasi, serta informasi-informasi akurat
lain yang terhim-pun. Melalui bahasan seperti
itu, hasil akhir dari variabel terikat berdasarkan
hasil penghitungan; a) Klasifikasi baik, dengan
jarak interval 8 (delapan) diketahui melalui
jumlah nilai (skor) antara 56 – 63, dan
diperoleh sebanyak 39 (tigapuluh sembilan)
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 36
orang responden penelitian atau sebesar
86,67% dengan rincian domisili masing-
masing; b) Klasifi-kasi sedang, berdasarkan
jumlah nilai (skor) antara 48 – 55 tidak
didapati seorangpun responden pene-litian atau
sebesar 00,00% yang terklasifikasi seba-
gaimana dimuat di dalam tabel; dan c)
Klasifikasi kurang, dengan jumlah nilai (skor)
40 – 47 dike-temukan sebanyak 6 (enam)
orang responden pene-litian atau sebesar
13,33% diikuti rincian domisili.
Perbandingan analisa data Variabel
Bebas de-ngan Variabel Terikat Setelah alur
pembahasan pada varibel bebas dan variabel
terikat sebagaimana diutarakan sebelum-nya,
lembaran berikut peneliti coba bahas menge-
nai perbandingan antara data yang termasuk ke
da-lam variabel bebas dengan data yang
terliput pada variabel terikat.
Hubungan data variabel bebas dengan
variabel terikat
Klasifikasi
Variabel Bebas Variabel Terikat
Frekwensi Prosentase Frekwensi Prosentase
a. Baik
b. Sedang
c. Kurang
34
8
3
75,56
17,78
6,66
39
-
6
86,67
00,00
13,33
Jumlah 45 100,00 45 100,00
Sumber: data variabel
bebas dan terikat yang diolah
Memperhatikan data di dalam tabel
tersebut, pertama-tama peneliti ungkapkan
data yang me-nunjuk pada klasifikasi dan
distribusi nilai (skor), sebagai hasil
penghitungan nilai (skor) tersebut ber-
dasarkan jarak interval yaitu sebesar 6 (enam)
de-ngan ditemukannya klasifikasi masing-
masing (ba-ik, sedang, kurang), serta
distribusinya kepada res-ponden penelitian
yang menjadi gambaran data va-riabel bebas.
Untuk klasifikasi baik ditunjukkan
berdasarkan rentang nilai (skor) antara 66 – 72
dengan jarak interval 6 (enam), terdistribusi
kepada sebanyak 34 (tigapuluh empat) orang
responden pe-nelitian atau 75,56% dari
sebanyak 45 (empatpuluh lima) orang
responden penelitian. Pada klasifikasi yang
sama (baik), dengan rentang nilai (skor) an-
tara 56 – 63 dengan jarak interval 8 (delapan)
diketemukan distribusinya kepada sebanyak 39
(ti-gapuluh sembilan) orang responden
penelitian atau sebesar 86,67%, termuat pada
data variabel terikat.
Sementara itu responden penelitian
dengan kla-sifikasi sedang, pada variabel
bebas terdistribusi kepada sebanyak 8
(delapan) orang responden pe-nelitian atau
sebesar 17,78%, dengan rentang nilai (skor)
antara 60 – 65 berdasarkan jarak interval 6
(enam). Kemudian, klasifikasi yang sama pada
data variabel terikat dengan rentang nilai
(skor) antara 48 – 55 berdasarkan jarak
interval 8 (delapan), tidak seorangpun
responden penelitian atau sebesar 00,00%
yang terdistribusi klasifikasi sedang.
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 37
Sementara itu, untuk klasifikasi sedang dengan
rentang nilai (skor) antara 60 – 65 berdasarkan
jarak interval 6 (enam), terdistribusi kepada
seba-nyak 8 (delapan) orang responden
penelitian atau sebesar 17,78% pada variabel
bebas tidak berpe-ngaruh kepada klasifikasi
sedang pada data variabel terikat, dalam hal
mana, rentang nilai (skor) antara 48 – 55
dengan jarak interval 8 (delapan) ternyata
tidak terdapat distribusinya kepada seorangpun
res-ponden penelitian atau sebesar 00,00%.
Artinya, bahwa pertautan antara kemampuan
dengan penge-tahuan ibu-ibu rumah tangga di
dalam mengelola kehidupan rumah tangga,
baik di lingkungan in-ternal maupun di
lingkungan eksternal keluarga da-pat
memberikan pemahaman tentang apa,
mengapa, dan bagaimana memilah dan
memilih sikap dan/ atau perilaku yang
disampaikan dan menjadi con-toh bagi anak-
anak.
Berdasarkan ulasan singkat
sebagaimana me-ngemuka, dapat diartikan
bahwa Peran dan Fungsi Ibu Rumah Tangga di
dalam ranah “Pendidikan Karakter Anak”
sebagai generasi penerus, memiliki kekuatan
strategis bagi terbentuknya karakteristik di
lingkungan internal keluarga. Setiap
karakteristik keluarga yang tercermin melalui
karakter anak-anak (laki-laki - wanita) yang
diperlihatkan oleh sikap dan/atau perilaku
mereka di dalam pergaulan sehari-hari di
lingkungan eksternal keluarga, berda-sarkan
kepatuh-taatan terhadap tata nilai yang ber-
laku di setiap lingkungan.
E. Penutup
Memperhatikan pembahasan dan/atau
kajian yang telah diungkap dari bab ke bab
terkait peran dan fungsi ibu rumah tangga di
dalam ranah “pendidikan karakter anak”
sebagai generasi penerus, dapat dike-
tengahkan beberapa pokok pikiran sebagai
hasil penelitian, di dalam kurun waktu 6
(enam) bulan terakhir.
Mengenai pokok-pokok pikiran
dimaksud, tertuang ke dalam simpulan dan
jika mungkin diberikan saran-saran yang
dirasa perlu untuk diungkapkan (nomor 13, 15,
19, 20, dan 23) menjadi pedoman bagi ibu-ibu
rumah tangga di da-lam memilah dan
memilih antara kemampuan dekaitan dengan
pendidikan secara phisik tersebut, dapat
diketahui berdasarkan hasil data pada vari-abel
terikat dan menyatakan, bahwa klasifikasi baik
dengan rentang nilai (skor) antara 56 – 63 dan
jarak interval 8 (delapan), diketemukan
distribusinya ke-pada sebanyak 39 (tigapuluh
sembilan) orang res-ponden penelitian atau
sebesar 86,67%. Kemudian, klasifikasi sedang
dengan rentang nilai (skor) an-tara 48 – 55 dan
jarak interval 8 (delapan), tidak se-orangpun
responden penelitian atau sebesar 00,00%
yang terdistribusi. Sedangkan pada klasifikasi
ku-rang, rentang nilai (skor) antara 40 – 47
dan jarak interval 8 (delapan) didapati
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 38
sebanyak 6 (enam) orang responden penelitian
atau sebesar 13,33%, dari sebanyak 45
(empatpuluh lima) orang respon-den
penelitian.
Dari segi psikis, para responden
penelitian yang berkaitan dengan sebanyak 12
(duabelas) pernyata-an dan/atau pertanyaan
penelitian yang diajukan 34 – 45 (kuesioner
terlampir), terdapat sebanyak 4 (empat) buah
pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian
pokok (nomor 35, 36, 37, dan 38) yang ber-
pengaruh terhadap ibu-ibu rumah tangga di
dalam menentukan pilihan jawaban mereka.
Hal demiki-an, menunjukkan bahwa sikap
dan/atau perilaku le-bih mengedepan sebagai
pemberian contoh, pada hal mana, ibu
(bersama bapak) selaku orangtua me-rupakan
figur percontohan bagi anak-anak (laki-laki-
wanita), dan pendidikan dilaksanakan dengan
berpegang kepada prinsip-prinsip asuh, asah,
asih secara wajar dan sesuai dengan azas
kepatutan. Ke-adaan demikian, secara utuh
dapat diperhatikan melalui hasil kajian pada
data variabel terikat seba-gaimana terungkap
sebelumnya, yaitu klasifikasi baik dengan
rentang nilai (skor) antara 56 – 63 dan jarak
interval 8 (delapan), diketemukan distribusi-
nya kepada sebanyak 39 (tigapuluh sembilan)
orang responden penelitian atau sebesar
86,67%. Kemudian, klasifikasi sedang dengan
rentang nilai (skor) antara 48 – 55 dan jarak
interval 8 (delapan), tidak seorangpun
responden penelitian atau sebesar 00,00%
yang terdistribusi. Sedangkan pada klasifi-kasi
kurang, rentang nilai (skor) antara 40 – 47 dan
jarak interval 8 (delapan), didapati adanya
distribu-si kepada 6 (enam) orang responden
penelitian atau sebesar 13,33%, dari sebanyak
45 (empat puluh lima) orang responden
penelitian.
Peristiwa demikian berlaku, mengingat
bahwa mengarungi hidup berumah tangga
merupakan perjalanan yang panjang sehingga
pengaturan di dalam bersikap dan/atau
berperilaku sangat diperlukan, dalam hal
mana, proses pembentukan karakteristik
keluarga selalu mengalami pasang-surut.
Keadaan seperti itu dapat diketahui secara
lengkap melalui hasil data pada variabel bebas
yang menyatakan bahwa untuk klasifikasi baik
ditunjukkan melalui rentang nilai (skor) antara
66 – 72 dengan jarak interval 6 (enam),
terdistribusi kepada sebanyak 34 (tigapuluh
empat) orang responden penelitian atau
75,56%. Untuk klasifikasi sedang, terdistribusi
kepada seba-nyak 8 (delapan) orang responden
penelitian atau sebesar 17,78%, dengan
rentang nilai (skor) antara 60 – 65 berdasarkan
jarak interval 6 (enam). Se-lanjutnya,
klasifikasi kurang untuk rentang nilai (skor)
antara 54 – 59 dengan jarak interval 6 (enam)
ditemukan distribusinya kepada sebanyak 3
(tiga) orang responden penelitian atau sebesar
6,66%, dari sebanyak 45 (empatpuluh lima)
orang responden penelitian.
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 39
a. Variabel Terikat: Pendidikan Karakter
Anak sebagai generasi penerus
b. Dari segi phisik, ibu-ibu rumah tangga
(yang bekerja dan murni) selaku responden
penelitian berkaitan dengan 9 (sembilan)
pernyataan dan/atau pertanyaan penelitian
25 – 33 (kuesioner terlam-pir), ditemukan
lebih dari separuhnya yaitu seba-nyak 5
(lima) buah pernyataan dan/atau pertanyaan
penelitian yang diajukan (nomor 25, 26, 27,
28, dan 29), merupakan kekuatan
pendukung di dalam membandingkan
antara kemampuan dengan penge-tahuan
yang dimiliki. Ibu-ibu rumah tangga
dengan pengalaman selama berumah
tangga benar-benar memahami tentang
pembinaan lingkungan internal keluarga,
terutama kemampuan untuk mengajarkan
kepada anak-anak (laki-laki - wanita) di
dalam me-ngerjakan dan menyelesaikan
berbagai pekerjaan rumah tangga, dari yang
sederhana kepada kebiasa-an-kebiasaan
hingga anak-anak dewasa kelak. Ber-
Hubungan Data antara Variabel Bebas
dengan Variabel Terikat.
Hubungan kedua variabel (bebas -
terikat) me-rupakan dua kekuatan yang saling
mempengaruhi, pada hal mana, peran dan
fungsi ibu rumah tangga sebagai variabel
bebas menunjukkan sebuah gam-baran terkait
kemampuan dan pengetahuan yang mereka
miliki telah menjadi andalan bagi upaya-upaya
di dalam mengelola kehidupan internal dan/
atau eksternal lingkungan keluarga. Hal itu,
diperli-hatkan pada klasifikasi baik (66 – 72)
dengan dis-tribusinya kepada sebanyak 34
(tigapuluh empat) orang responden penelitian
atau sebesar 75,56% dengan jarak interval 6
(enam), dari sebanyak 45 (empatpuluh lima)
orang responden penelitian. Ke-adaan
demikian, terlihat kaitan erat terhadap vari-
abel terikat yakni pendidikan karakter anak
sebagai generasi penerus, bahwa upaya-upaya
yang dilaku-kan oleh ibu-ibu rumah tangga di
dalam memben-tuk karakteristik keluarga
(bersama suami) telah memperlihatkan
hasilnya. Dengan klasifikasi baik (56 – 63)
yang terdistribusi kepada sebanyak 39
(tigapuluh sembilan) orang responden
penelitian atau sebesar 86,67%, dan jarak
intervalnya 8 (de-lapan) berarti pertautan
antara kemampuan dengan pengetahuan
merupakan kekuatan pendukung bagi ibu-ibu
rumah tangga bagi berprosesnya pemben-
tukan dan pendidikan karakter anak-anak
(laki-laki - wanita).
Memperhatikan hubungan data antara
variabel bebas dengan variabel terikat,
diberikan gambaran bahwa dukungan yang
terlihat pada klasifikasi baik sebanyak 34
(tigapuluh empat) orang ibu rumah tangga
selaku responden penelitian atau sebesar
75,56%, dukungan pada klasifikasi sedang
seba-nyak 8 (delapan) orang responden
penelitian atau sebesar 17,78%, dan dukungan
pada klasifikasi ku-rang sebanyak 3 (tiga)
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 40
orang responden penelitian atau sebesar
6,66%, di dalam variabel bebas dari sebanyak
45 (empatpuluh lima) orang responden
penelitian. Data tersebut memiliki
keseimbangan dalam hubungannya dengan
data variabel terikat secara siqnifikan, yaitu
ditunjukkan melalui dukungan pada klasifikasi
baik sebanyak 39 (tigapuluh sembilan) orang
responden penelitian atau sebesar 86,67%,
kemudian dukungan pada klasifikasi se-dang
tidak ditemukan tidak ditemukan seorangpun
tidak ditemukan seorangpun responden
penelitian atau sebesar 00,00% termasuk di
dalamnya. Setelah dilakukan penelusuran,
diketahui bahwa dari 8 (de-lapan) orang
responden dengan klasifikasi sedang,
sebagiannya yakni sebanyak 5 (lima) orang
respon-den penelitian atau sebesar 62,50%
berada pada klasifikasi baik, dan sebanyak 3
(tiga) orang res-ponden penelitian atau sebesar
37,50% berada pada klasifikasi kurang.
responden penelitian atau sebesar 00,00%,
sedang-kan dukungan pada klasifikasi kurang
ditemukan sebanyak 6 (enam) orang
responden penelitian atau sebesar 13,33%.
Selanjutnya, di dalam klasifikasi sedang yang
termuat pada data variabel bebas seba-nyak 8
(delapan) orang responden penelitian atau
sebesar 17,78%, terjadi sebaliknya pada data
vari-abel terikat yang menunjukkan klasifikasi
sedang.
DAFTAR PUSTAKA
Literatur:
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian:
suatu pendekatan praktek, edisi
revisi, Rineka Cipta, Jakarta, 2002.
Kartasapoetra, G. dan LJB. Kreimers,
Sosiologi Umum, Bina Aksara, Jakarta,
1987.
Khotifah, Yuliati, Wahyudi Siswanto dan
Leya Cattleya (penyunting), Kebijakan
dan Penganggaran Pendidikan Dasar
Responsif Gender, seri panduan
pengarusutamaan gender bidang pen
didikan, Buku 2, Dinas Pendidikan Jawa
Timur, Surabaya, 2007.
Kartono, Kartini, Pengantar Metodologi Riset
So sial, Mandar Maju, Bandung, 1996.
…...., Kenakalan Remaja Patologi Sosial
2, edisi I, Raja Grafindo Persada, Ja
karta, 2006.
Linton, Ralph, Latar Belakang Kebudayaan
dari Kepribadian, penerjemah Fuad
Hasan, PT. Usaha Penerbit Jaya Sakti,
Jakarta, tt.
Mano, Manasse, Metode Penelitian Sosial,
PAUIS-UI, Jakarta, tt.
Nasir, Mochamad, Metodologi Penelitian,
Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang
Sosi al, cetakan kelima, Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 1991.
Rahmat, Jalaluddin, Psikologi Komunikasi,
PT. Remaja Rosdakarya, Bandung,
2008.
VOLUME 16 Nomor 2, SEPTEMBER 2015 | SOSIAL 41
Soekanto, Surjono, Sosiologi; suatu
pengantar, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 1990.
Sugiyono, Eri Wibowo, Statistika Penelitian,
Alfa beta, Bandung, 2001.
Sujadi, Firman, ST. dan Nursanti Riandini,
Menge nal Tehnologi Informasi dan
Komunikasi, Shakti Sasdiluhung,
Bandung; dan Bee Media, Jakarta,
2008.
Sutrisno, Hadi, Statistik Jilid 1, Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta, 2003.
Zaman, Badrus, dkk., Partisipasi Politik
Perempu an dalam Proses Pembuatan
Kebijakan Publik di Daerah Jawa
Timur, Yayasan Cakrawala Ti mur,
Surabaya, tt.
Penelitian:
Sudjatmoko, FX. dan Bambang Martin Baru,
Iden tifikasi Faktor Budaya Jawa dan
Implikasinya terhadap Peran Gender
Wanita dalam Pembangunan di
Kabupaten Madiun Jawa Timur,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Departe men Pendidikan Nasional,
Jakarta, 2009.
Sudjatmoko, FX., Pola Interaksi Sosial Kaum
Wa nita dalam Perspektif Pergaulan
Bebas Remaja Putri dan Pengaruhnya
terhadap Persepsi Masyarakat, Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Merdeka, Madiun, 2012.