Upload
frenkybae-abi-na-hafidz
View
792
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PURWOHARJO
KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI
SKRIPSI
OLEH DWI YANI LESTARI
NIM 104211472066
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA,
DAN DAERAH AGUSTUS 2008
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS X.2 SMA NEGERI 1 PURWOHARJO
KABUPATEN BANYUWANGI DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI
SKRIPSI
Diajukan kepada Universitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Sarjana
Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah
Oleh Dwi Yani Lestari
NIM 104211472066
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA
JURUSAN SASTRA INDONESIA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA,
DAN DAERAH Agustus 2008
ABSTRAK
Lestari, Dwi Yani. 2008. Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dr. Sunaryo Hs, S.H., M.Hum.
Kata kunci: kemampuan menulis, deskripsi, gambar, imajinasi. Berdasar pada Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006,
keterampilan menulis telah diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga jenjang SMA/MA. Siswa SD/MI hingga SMA/MA diharapkan memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam bentuk tulisan deskripsi. Meski telah dilaksanakan pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, hasil pembelajaran menulis deskripsi di kelas tersebut tidak maksimal. Dari kegiatan studi pendahuluan, diketahui adanya permasalahan dalam proses pembelajaran menulis deskripsi dan kelemahan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi, baik pada aspek isi, organisasi, dan kebahasaan, sehingga nilai yang diperoleh belum mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan, yakni 65%..
Untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan, peneliti bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi merencanakan tindakan melalui penelitian dengan rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Dengan menggunakan gambar dan imajinasi, diharapkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan, baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, sehingga nilai yang diperoleh mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April―Mei 2008 di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, dengan subjek penelitian siswa kelas X.2. Penelitian ini difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Data penelitian ini adalah data hasil wawancara, rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, dan hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi. Sumber data penelitian ini adalah siswa dan guru Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa dengan mengacu pada pedoman penyekoran dan standar keberhasilan yang telah ditentukan, diketahui bahwa pada tahap pretes, yakni sebelum menggunakan gambar dan imajinasi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa hanya mencapai i ii
45,79% sehingga belum mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Setelah diberikan tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan sebesar 18,61% sehingga mencapai 64,40%. Pada siklus II, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan sebesar 14,06% dari siklus I sehingga mencapai 78,46%. Dari hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa setelah menggunakan gambar dan imajinasi, kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 32,67% dan mampu mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan. Hasil penelitian juga menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada setiap aspeknya, setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Setelah menggunakan gambar dan imajinasi, kemampuan menulis karangan deskripsi siswa mengalami peningkatan pada: (1) aspek isi, dengan peningkatan sebesar 38,46% pada subaspek kesesuaian, 23,59% pada subaspek kerincian, dan 44,62% pada subaspek kreativitas imajinasi; (2) aspek organisasi, dengan peningkatan sebesar 15,38%; dan (3) aspek kebahasaan, dengan peningkatan sebesar 31,28% pada subaspek kalimat, 35,38% pada subaspek diksi, dan 40% pada subaspek ejaan.
Berdasarkan penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia disarankan: (1) menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi, (2) menggunakan langkah-langkah pembelajaran sebagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dan (3) membimbing siswa untuk melakukan tahapan-tahapan dalam menghasilkan sebuah karangan dalam setiap pembelajaran menulis, yakni tahap prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, dan publikasi. Untuk peneliti lanjutan disarankan melaksanakan penelitian dengan menggunakan gambar dan imajinasi untuk meningkatkan kemampuan siswa pada keterampilan menulis yang lain.
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis haturkan kehadirat Allah SWT atas restu, ridha, kasih
sayang, dan nikmat-Nya Yang Luar Biasa sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi
berjudul Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi.
Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, ucapan terima kasih dan penghargaan tiada terkira penulis sampaikan kepada pihak-
pihak sebagai berikut.
1. Dr. Dawud, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Sastra UM dan Dr. Maryaeni, M.Pd. selaku Ketua
Jurusan Sastra Indonesia UM yang telah memberikan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Dr. Sunaryo Hs, S.H., M.Hum. selaku Dosen Pembimbing yang banyak memberikan
bimbingan dan kemudahan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Dr. Sumadi, M.Pd. selaku Dosen Penguji I dan Dra. Martutik, M.Pd. selaku Dosen Penguji II
yang telah memberikan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lebih baik.
4. Kepala SMA Negeri 1 Purwoharjo Banyuwangi; Ibu Sri Utami, S.Pd.; dan siswa siswi kelas
X.2 yang telah memberikan bantuan dan kerjasamanya sehingga penulis dapat
melaksanakan penelitian dengan baik dan lancar.
5. Bapak, Ibu, Mas Bibit, dan Adik Tri tercinta di Banyuwangi sebagai motivasi utama bagi
penulis dalam penyelesaian skripsi ini, yang selalu memberikan kasih sayang, doa, serta
kepercayaan sehingga penulis bisa menjadi lebih dewasa dan bertanggung jawab dalam
mengemban amanat keluarga.
6. Na Yoja di Pulau Dewata yang banyak memberikan dukungan dan pelajaran selama
penyelesaian skripsi ini, serta kepercayaan, kasih sayang, dan kesabaran yang luar biasa
untuk menerima dan mendampingi penulis dalam “kondisi apapun” sehingga bisa menjadi
lebih kuat dan tabah menghadapi “segalanya”.
7. Bapak Ibu Guru, Dosen, dan Guru Mengaji yang pernah memberikan bimbingan dan ilmu
yang bermanfaat untuk mengantarkan penulis meraih harapan dan cita-cita sehingga
penulis bisa menjadi orang yang “lebih baik”.
8. Sahabat terdekat, Mbak Devi dan Dik Eri, yang tidak pernah lelah berbagi dan membantu
penulis dalam suka dan duka selama kuliah, dan merupakan teman diskusi dan penenang
yang baik dalam menyelesaikan skripsi ini.
9. Saudara seatap di rumah kedua TERAM 12 F, khususnya adik sekamar Yupi, Henot, dan
Rere yang suka mengganggu tetapi juga membantu, juga CeCe Pie-Pie, CeCe Nikman, Ita,
Risa, Yuni, dan semua yang pernah memberikan dukungan, bantuan, ataupun semangat
dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman-teman Sasindo UM angkatan 2004; sahabat PMII Komisariat Sunan Kalijaga
Malang; rekan KKN Wajar Dikdas Wongsorejo-Banyuwangi semester pendek 2007; dan
rekan PPL SMP Negeri 1 Malang semester genap 2008 yang pernah berjuang bersama
sehingga bisa lebih siap menghadapi “dunia nyata”.
11. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Sebagai manusia biasa, penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesikan
skripsi ini, dan apabila masih terdapat kesalahan atau kekurangan, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak,
khususnya dalam dunia pendidikan.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR................................................................................... iii
DAFTAR ISI.................................................................................................. v
DAFTAR TABEL.......................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR..................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. x
DAFTAR KODE NAMA SISWA ................................................................ xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Masalah..................................................................................... 5
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah ....................................................... 5
1.2.2 Rumusan Masalah ................................................................. 6
1.3 Tujuan Penelitian....................................................................... 7
1.4 Kegunaan Penelitian.................................................................. 7
1.5 Asumsi Penelitian ..................................................................... 8
1.6 Definisi Operasional.................................................................. 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kemampuan Menulis................................................................ 11
2.1.1 Pengertian Menulis ............................................................... 11
2.1.2 Menulis sebagai Suatu Proses .............................................. 13
2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Menulis ............................................. 16
2.2 Menulis Deskripsi..................................................................... 20
2.2.1 Pengertian Tulisan Deskripsi ............................................... 20
2.2.2 Macam-macam Deskripsi ..................................................... 22
2.2.3 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi ................... 24
2.3 Pembelajaran Menulis ............................................................. 27
2.3.1 Hakikat Pembelajaran Menulis ............................................ 27
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis .............................................. 29
2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Menulis ..................... 31
2.4 Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Gambar
dan Imajinasi ...........................................................................
34
2.4.1 Pengertian Gambar dan Imajinasi ........................................ 34
2.4.2 Dasar Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Menulis
Karangan Deskripsi .............................................................. 38
2.4.3 Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Pembelajaran
Menulis Deskripsi di Kelas..................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian................................................................ 45
3.2 Tahap-tahap Penelitian.............................................................. 46
3.2.1 Studi Pendahuluan.................................................................. 49
3.2.2 Perencanaan Tindakan .......................................................... 50
3.2.3 Pelaksanaan Tindakan ........................................................... 51
3.2.4 Observasi atau Pengamatan ................................................... 52
3.2.5 Refleksi.................................................................................. 53
3.3 Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian........................................ 54
3.3.1 Lokasi Penelitian ................................................................... 54
3.3.2 Waktu Penelitian ................................................................... 55
3.3.3 Subjek Penelitian.................................................................... 55
3.4 Data dan Sumber Data............................................................... 56
3.4.1 Data ....................................................................................... 56
3.4.2 Sumber Data .......................................................................... 56
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................ 56
3.6 Teknik Analisis Data................................................................. 58
3.7 Prediksi Hasil............................................................................ 61
3.8 Pengecekan Keabsahan Data..................................................... 61
BAB IV PAPARAN DATA
4.1 Studi Pendahuluan .................................................................... 63
4.1.1 Observasi Awal ..................................................................... 63
4.2 4.1.2 Pretes ................................................................................... 64
4.2 Pelaksanaan Tindakan .............................................................. 73
4.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I .............................................. 73
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II ............................................ 95
4.3 Hasil Tindakan.......................................................................... 114
4.3.1 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan
Gambar dan Imajinasi pada Siklus I .......................................................................... 115
4.3.2 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan
Gambar dan Imajinasi pada Siklus II ........................................................................ 123
BAB V PEMBAHASAN
5.1 Temuan Proses Pembelajaran................................................... 133
5.2 Temuan Hasil Penelitian .......................................................... 140
BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan................................................................................... 152
6.2 Saran.......................................................................................... 153
DAFTAR RUJUKAN................................................................................ 155
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... 158
LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................. 159
BAB I
PENDAHULUAN
Pada Bab I ini dibahas tentang (1) latar belakang dilaksanakan penelitian peningkatan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi, (2)
masalah penelitian, (3) tujuan penelitian, (4) kegunaan penelitian, (5) asumsi penelitian, dan (6)
definisi operasional yang terkait dengan penelitian.
1.1 Latar Belakang
Kemampuan menulis sangat penting bagi kehidupan manusia. Seseorang yang mampu
menulis, dapat memanfaatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
tulisan. Dengan tulisan, mereka dapat mengungkapkan berbagai pikiran, perasaan, dan
kemauan kepada orang lain tanpa harus berhadapan langsung (Nurchasanah & Widodo,
1993:5).
Menulis merupakan salah satu aspek keterampilan yang tercakup dalam ruang lingkup mata
pelajaran Bahasa Indonesia. Salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia adalah siswa dapat memiliki kemampuan menulis. Hal ini sesuai dengan Keputusan
Menteri nomor 22, 23, dan 24 tahun 2006 yang menerangkan bahwa pembelajaran Bahasa
Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk berkomunikasi
dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan maupun tulis, serta
menumbuhkan apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia Indonesia (BSNP, 2006:260).
Berdasar pada Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006,
keterampilan menulis telah diajarkan mulai jenjang SD/MI hingga jenjang SMA/MA. Siswa
SD/MI hingga SMA/MA diharapkan memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk,
termasuk dalam bentuk tulisan deskripsi. Selain siswa SD/MI, kompetensi dasar menulis
deskripsi juga diajarkan pada siswa SMA/MA, khususnya pada siswa kelas X semester 1. Acuan
tersebut tertuang dalam kurikulum mata pelajaran Bahasa Indonesia untuk SMA/MA kelas X
semester 1, yang isi kompetensi dasarnya adalah Menulis hasil observasi dalam bentuk
paragraf deskriptif (BSNP, 2006:262). Oleh karena itu, pembelajaran menulis deskripsi juga
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
Meski telah dilaksanakan di sekolah, selama ini pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum terlaksana dengan maksimal. Berdasarkan hasil
wawancara peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia, diketahui bahwa
pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tidak
diajarkan secara mendalam kepada siswa. Guru hanya sedikit memberikan materi tentang
tulisan deskripsi, kemudian siswa langsung diberi tugas menulis karangan deskripsi sehingga
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi tidak maksimal. Guru juga enggan
memanfaatkan berbagai media untuk merangsang siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran
menulis deskripsi. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran.
Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi satu arah, yaitu dari guru pada siswa sehingga siswa
lebih banyak mendengar materi dari guru daripada melaksanakan aktivitas belajar. Padahal
menurut Dalvi (2006:60), metode pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah
cenderung menjadikan suasana belajar kaku, monoton, dan kurang menggairahkan sehingga
siswa menjadi kurang aktif dan tidak bersemangat dalam belajar.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri
1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, diketahui bahwa siswa kurang mampu menyusun
karangan deskripsi dengan baik. Pendeskripsian objek dalam karangan siswa tidak fokus dan
tidak sesuai dengan judul yang ditulis sehingga pembaca kesulitan untuk memahami karangan
secara utuh. Siswa juga hanya mengembangkan hasil pengamatan berdasarkan indera
penglihatan saja. Siswa kurang memanfaatkan indera yang lain seperti pendengaran,
penciuman, pencecapan, ataupun perabaan untuk mengembangkan karangan deskripsi
sehingga pembaca kurang dapat melihat dan merasakan apa yang ditulis siswa melalui
pancainderanya. Selain itu, siswa belum mampu menggunakan ejaan dengan tepat. Masih
banyak terdapat kesalahan penulisan ejaan dalam karangan deskripsi siswa, baik dalam
penggunaan kata depan, imbuhan, maupun tanda baca.
Bertolak pada permasalahan di atas, perlu diupayakan berbagai cara untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Pembelajaran menulis di sekolah perlu
dilakukan dengan cara yang lebih baik, di antaranya dengan memilih media pembelajaran yang
sesuai dan bervariasi. Interaksi positif antara guru dan siswa juga dapat dibentuk dengan
pemilihan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan siswa. Penelitian-penelitian
dalam upaya perbaikan dalam pembelajaran menulis juga perlu dilaksanakan sebagai upaya
pembaharuan dalam penelitian dan pembelajaran Bahasa Indonesia, serta perbaikan dalam
pembelajaran menulis karangan deskripsi.
Berbagai penelitian pernah dilaksanakan untuk meningkatkan kemampuan menulis
siswa. Penelitian-penelitian tersebut antara lain berjudul Peningkatan Kinerja Siswa Kelas V
SDN Taman 02 Bondowoso dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Media Gambar oleh
Citria Nilam Asri Cipto Wijaya, dan penelitian yang dilaksanakan oleh Rohmah Alyunusia yang
berjudul Penggunaan Media Gambar dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis Puisi Siswa
Kelas 1 MTs YKUI Maskumambang Dukun-Gresik Tahun Pelajaran 2002/2003. Wijaya (2005)
memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan kinerja siswa dalam menulis deskripsi,
sedangkan Alyunusia (2003) memanfaatkan media gambar untuk meningkatkan keterampilan
menulis puisi siswa. Kedua penelitian tersebut menunjukkan bahwa media gambar dapat
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Menurut Nurhaeni (1997:15), gambar merupakan
media pendidikan yang mudah didapatkan dan dapat diberikan kepada pembelajar dengan
berbagai usia, dari anak-anak sampai dengan orang dewasa. Selain itu, penggunaan gambar
lebih sederhana dan efisien sehingga dapat diterapkan dalam segala kondisi.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini perlu dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian-penelitian sebelumnya adalah jika dalam penelitian sebelumnya hanya digunakan
gambar saja, maka dalam penelitian ini digunakan gambar dan imajinasi untuk memudahkan
siswa dalam menulis karangan deskripsi. Perbedaan lain terletak pada subjek dan fokus
penelitian. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi. Pemilihan ini didasarkan pada hasil pengamatan yang menunjukkan bahwa di SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum pernah diadakan penelitian dalam upaya
perbaikan kualitas pengajaran dan peningkatan kemampuan menulis siswa. Penelitian ini
difokuskan pada kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan
alam. Pemokusan ini didasarkan pada hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa
pada saat studi pendahuluan yang menunjukkan bahwa objek yang dideskripsikan siswa dalam
karangannya mayoritas berupa tempat atau pemandangan. Selain itu, juga disesuaikan dengan
usia subjek penelitian, yakni siswa SMA, yang dianggap mampu melibatkan perasaan atau
menyertakan opini dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam.
1.2 Masalah
1.2.1 Ruang Lingkup Masalah
Kompetensi menulis deskripsi merupakan salah satu kompetensi dalam Kurikulum 2006
atau Standar Isi BSNP mata pelajaran Bahasa Indonesia yang harus dicapai oleh siswa mulai dari
jenjang SD hingga SMA. Pada jenjang SMA, kompetensi menulis deskripsi salah satunya
diajarkan di kelas X semester 1 dengan kompetensi dasar Menulis hasil observasi dalam bentuk
paragraf deskriptif (BSNP, 2006:262).
Pembelajaran menulis deskripsi bukan hanya ditekankan pada hasil yang akan dicapai oleh
siswa, tetapi juga proses yang dilaksanakan siswa untuk menghasilkan sebuah karangan
deskripsi. Oleh karena itu, diupayakan berbagai cara untuk mengajarkan dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, salah satunya dengan menggunakan
gambar dan imajinasi.
Masalah dalam penelitian ini meliputi pelaksanaan dan hasil pembelajaran. Masalah
dalam pelaksanaan pembelajaran terkait dengan proses atau kegiatan yang dilakukan oleh
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi untuk menghasilkan sebuah
karangan deskripsi, sedangkan masalah dalam hasil pembelajaran terkait dengan hasil karya
siswa yang berupa karangan deskripsi dengan tema keindahan alam.
1.2.2 Rumusan Masalah
Secara umum, rumusan masalah penelitian ini adalah “Seberapakah peningkatan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi?”. Secara khusus, rumusan masalah
penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi setelah menggunakan gambar
dan imajinasi?
(2) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi setelah menggunakan
gambar dan imajinasi?
(3) Seberapakah peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan setelah menggunakan
gambar dan imajinasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah, tujuan umum penelitian ini adalah mengetahui
peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi, sedangkan tujuan khusus
penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi setelah menggunakan gambar
dan imajinasi.
(2) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi setelah menggunakan
gambar dan imajinasi.
(3) Mengetahui peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan setelah menggunakan
gambar dan imajinasi.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini mempunyai beberapa kegunaan, antara lain sebagai berikut.
(1) Kegunaan teoritis
Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar untuk pengembangan
teori pembelajaran menulis serta menambah kajian-kajian teoritis tentang menulis.
(2) Kegunaan praktis
Secara praktis, hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi siswa, guru, sekolah, juga bagi
peneliti, di antaranya sebagai berikut.
(a) Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi diri untuk
mengetahui kekurangan atau kesulitan dalam menulis karangan deskripsi, serta alternatif
pemecahannya.
(b) Bagi guru, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan evaluasi pembelajaran
Bahasa Indonesia sekaligus sebagai alternatif pemecahan masalah dalam proses
pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis deskripsi.
(c) Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan dalam upaya
meningkatkan kualitas proses belajar mengajar dalam rangka perbaikan pembelajaran di
sekolah.
(d) Bagi peneliti, hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengalaman dalam hal
pembelajaran Bahasa Indonesia, serta meningkatkan kesiapan diri peneliti sebagai calon
guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
1.5 Asumsi Penelitian
Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Kurikulum 2006, Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khusus mata
pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA kelas X semester 1 memuat kompetensi dasar menulis
deskripsi.
(2) Menulis karangan deskripsi diajarkan di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi.
(3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam
menulis karangan deskripsi perlu ditingkatkan.
(4) Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
belum pernah melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar
dan imajinasi.
1.6 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan sejumlah istilah yang dapat digunakan sebagai acuan
dasar dalam menentukan arah penelitian. Kejelasan arah penelitian dapat membantu dalam
menyamakan pemahaman dan pemokusan dalam penelitian. Beberapa definisi operasional
terkait dengan istilah-istilah dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.
(1) Peningkatan adalah bentuk perubahan yang ditunjukkan berdasarkan keadaan sebelumnya
dan keadaan setelahnya, yang dalam penelitian ini peningkatan yang dimaksud adalah
perubahan kemampuan siswa (dari yang kurang baik menjadi lebih baik) setelah diberi
tindakan.
(2) Kemampuan menulis adalah kemampuan seseorang dalam mengungkapkan buah pikirannya
melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang lain.
(3) Karangan deskripsi adalah karangan yang bertujuan menggambarkan atau menyampaikan
informasi yang berupa sifat dan semua perincian wujud dari suatu objek kepada pembaca
agar pembaca seolah-olah dapat melihat atau merasakan sendiri objek yang diceritakan.
(4) Gambar adalah sebuah alat atau media dalam bentuk lukisan yang menampakkan orang,
tempat, atau benda, baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau hasil seni fotografi dalam
berbagai macam bentuk, warna, dan
ukuran, untuk menyampaikan serangkaian informasi atau menyatakan maksud dari
seseorang kepada orang lain.
(5) Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau
menciptakan gambar-gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan
kenyataan atau pengalaman seseorang.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Pada Bab II ini dipaparkan kajian pustaka yang dijadikan landasan teoritis penelitian
peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan
imajinasi. Hal-hal pokok yang dibahas meliputi (1) kemampuan menulis, (2) menulis deskripsi,
(3) pembelajaran menulis, dan (4) pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi.
2.1 Kemampuan Menulis
2.1.1 Pengertian Menulis
Menulis merupakan keterampilan berbahasa yang produktif dalam menuangkan pikiran
dan gagasan, serta menyusun informasi dalam bentuk karangan. Kegiatan menulis bisa berasal
dari membaca atau menyimak suatu informasi. Selain itu, menulis dapat juga berasal dari
berbagai kejadian-kejadian yang dialami oleh penulis sendiri maupun orang lain.
Tulisan merupakan salah satu media yang digunakan untuk mengungkapkan pikiran, gagasan,
perasaan, atau kemauan seorang penulis. Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:2), menulis
adalah proses menuangkan atau memaparkan informasi yang berupa pikiran, perasaan, atau
kemauan dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai
dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. Sebagaimana diungkapkan oleh Whiteman
(dalam Nurchasanah & Widodo, 1993:2), menulis pada dasarnya merupakan pertimbangan
dalam mempresentasikan kesatuan fenomena melalui seperangkat proses. Hasil proses menulis
itu berupa wacana atau teks. Unsur-unsur yang bersifat kontekstual digunakan dalam menulis.
Unsur-unsur itu semacam sistem notasi atau tanda yang digunakan dalam ilmu pengetahuan
yang dimanipulasikan, seperti diagram, kode, peta, dan sebagainya. Pertimbangan
mempresentasikan kesatuan fenomena yang dimaksud tentunya dinyatakan dalam bentuk
bahasa tulis.
Gie (2002:3) mengungkapkan bahwa dalam bahasa Indonesia kata menulis dan
mengarang merupakan suatu kata padanan yang mempunyai arti yang sama. Menulis artinya
semula ialah membuat huruf, angka, nama, dan sesuatu tanda kebahasaan apapun dengan
sesuatu alat tulis pada suatu halaman tertentu. Kini dalam pengertiannya yang luas, menulis
merupakan kata sepadan yang mempunyai arti yang sama seperti mengarang (Gie, 2002:3).
Menurut Gie (2002:9), mengarang adalah segenap rangkaian kegiatan seseorang
mengungkapkan buah pikirannya melalui bahasa tulis untuk dibaca dan dimengerti oleh orang
lain. Buah pikiran ini diungkapkan dan disampaikan kepada pihak lain dengan wahana berupa
bahasa tulis, yakni bahasa yang tidak menggunakan peralatan bunyi dan pendengaran
melainkan berwujud berbagai tanda dan lambang yang harus dibaca.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa menulis adalah proses
menuangkan pikiran, gagasan, perasaan, atau kemauan untuk dibaca dan dimengerti oleh
orang lain dengan menggunakan wahana bahasa tulis berdasarkan tataan tertentu sesuai
dengan kaidah bahasa yang digunakan penulis. 2.1.2 Menulis sebagai Suatu Proses
Menulis merupakan suatu proses. Oleh karena merupakan suatu proses, penulis harus
mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan, tahap revisi, dan tahap pengakhiran. Tahap ini
dibedakan dalam tahap pratulis, tahap penulisan, tahap penyuntingan, dan tahap pengakhiran
atau penyelesaian (Parera, 1993:3). Akhadiah, dkk. (1988:2) membedakan proses penulisan
menjadi tiga tahapan, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap revisi.
Menurut Akhadiah, dkk. (1988:3), dalam tahap prapenulisan ditentukan hal-hal pokok yang
akan mengarahkan penulis dalam seluruh kegiatan penulisan itu; dalam tahap penulisan
dilakukan apa yang telah ditentukan, yaitu mengembangkan gagasan dalam kalimat-kalimat,
satuan paragraf, bab atau bagian, sehingga selesailah buram (draf) yang pertama; dan dalam
tahap revisi, yang dilakukan ialah membaca dan menilai kembali apa yang sudah ditulis,
memperbaiki, mengubah, bahkan jika perlu memperluas tulisan.
Menurut DePorter & Hernacki (2002:191), tahap-tahap proses penulisan yang lengkap adalah:
(1) sebelum menulis, yaitu proses membangun suatu fondasi untuk topik yang berdasarkan
pada pengetahuan, gagasan, dan pengalaman, (2) draf kasar, yakni kegiatan menelusuri dan
mengembangkan gagasan-gagasan, (3) berbagi, yaitu kegiatan bertukar pendapat dan saling
memberikan umpan balik dengan rekan tentang draf tulisan yang telah dibuat, (4) perbaikan
(revisi), adalah kegiatan pemilihan terhadap umpan balik yang diberikan oleh teman pada tahap
berbagi, menentukan mana yang baik dan mana yang perlu digarap lagi, mengulangi, dan
memperbaiki, (5) penyuntingan, yakni kegiatan memperbaiki semua kesalahan ejaan, tata
bahasa, tanda baca, serta memperhatikan penggunaan kata dan kalimat-kalimat, (6) penulisan
kembali, yaitu proses penulisan kembali tulisan sebelumnya dengan memasukkan isi yang baru
dan perubahan-perubahan penyuntingan, dan (7) evaluasi, yaitu tahap yang menandai akhir
pemeriksaan yang merupakan kegiatan memastikan bahwa tulisan yang telah dibuat selesai
sesuai dengan apa yang direncanakan dan ingin disampaikan.
Tompkins (dalam Kurniawan, 2007:3) menyajikan lima tahapan dalam proses menulis,
yakni sebagai berikut.
(1) Tahap pramenulis, meliputi kegiatan menulis topik berdasarkan pengalaman sendiri,
melakukan kegiatan-kegiatan latihan sebelum menulis, mengidentifikasi pembaca tulisan
yang akan mereka tulis, mengidentifikasi tujuan kegiatan menulis, dan memilih bentuk
tulisan yang tepat berdasarkan pembaca dan tujuan yang telah ditentukan.
(2) Tahap pembuatan draf, meliputi kegiatan membuat draf kasar, dengan lebih menekankan isi
daripada tata tulis.
(3) Tahap merevisi, meliputi kegiatan berbagi tulisan dengan teman-teman (kelompok),
berpartisipasi secara konstruktif dalam diskusi tentang tulisan teman-teman sekelompok
atau sekelas, mengubah tulisan mereka dengan memperhatikan reaksi dan komentar baik
dari pengajar maupun teman, dan membuat perubahan yang substantif pada draf
berikutnya, sehingga menghasilkan draf akhir.
(4) Tahap menyunting, meliputi kegiatan membetulkan kesalahan bahasa tulisan mereka
sendiri, membantu membetulkan kesalahan bahasa dan tata tulis tulisan mereka
sekelas/sekelompok, dan mengoreksi kembali kesalahan-kesalahan tata tulis tulisan mereka
sendiri.
(5) Tahap berbagi (sharing) atau publikasi, meliputi kegiatan mempublikasikan (memajang)
tulisan mereka dalam suatu bentuk tulisan yang sesuai, atau berbagi tulisan yang dihasilkan
dengan pembaca yang telah mereka tentukan.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas, maka dalam penelitian ini digunakan
empat tahapan dalam proses menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar
imajinasi, yakni sebagai berikut.
(1) Tahap prapenulisan
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap prapenulisan dalam penelitian ini adalah
menyepakati tema, mengamati gambar, menetukan judul, dan mengisi tabel hasil imajinasi
indera. Tema karangan dalam penelitian ini sudah ditentukan, yakni keindahan alam.
(2) Tahap penulisan
Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada tahap penulisan dalam penelitian ini adalah
kegiatan menulis karangan awal, yakni mengembangkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi
indera ke dalam kalimat-kalimat dan paragraf sehingga menjadi karangan deskripsi yang utuh.
(3) Tahap penyuntingan dan revisi
Kegiatan yang dilakukan oleh siswa pada tahap penyuntingan dan revisi adalah (a) saling
mengoreksi tulisan teman terkait dengan ejaan, tata kalimat, dan organisasi, serta
menyeleksi tulisan dan menentukan mana yang baik dan mana yang perlu diperbaiki, dan
(b) memperbaiki karangan awal menjadi karangan baru sesuai koreksi dan komentar dari
teman dengan memperhatikan syarat karangan yang baik.
(4) Tahap publikasi
Kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa pada tahap publikasi dalam penelitian ini adalah
membacakan hasil karangan yang telah diperbaiki di depan kelas, dan menempelkannya di
papan tulis dan dinding kelas.
2.1.3 Prinsip-prinsip dalam Menulis
Gie (2002:33―36) menyebutkan adanya tiga asas utama dalam kegiatan menulis, yang
dalam bahasa Inggris dikenal dengan 3C, yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan
correctness (ketepatan). Ketiga asas tersebut diuraikan sebagai berikut.
1) Kejelasan
Asas mengarang yang pertama dan utama dalam kegiatan menulis ialah kejelasan. Hasil
perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh
pembaca. Tanpa asas kejelasan sesuatu karangan sukar dibaca dan sulit dimengerti oleh para
pembacanya. Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi juga
karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak samar-
samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan tampak nyata oleh
pembaca.
2) Keringkasan
Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan berarti
bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak
mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam menyampaikan
suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan. Menurut Harry Shaw (dalam Gie,
2002:36), penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya dan kata-kata yang hemat,
bukan kebalikannya ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi, sesuatu karangan adalah ringkas
bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah pikiran dalam kata-kata yang sedikit.
3) Ketepatan
Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat
menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya seperti
yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, agar karangannya tepat, setiap penulis harus
menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda baca, dan
kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.
Tiga asas yang telah disebutkan di atas merupakan asas-asas utama yang harus
diindahkan dan dilaksanakan dalam kegiatan menulis karangan apapun, sehingga dapat
menghasilkan suatu tulisan yang baik dan pasti dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca.
Selain ketiga asas utama tersebut, menurut Gie (2002:36―37), masih terdapat tiga asas
mengarang lainnya yang perlu diindahkan agar dapat dihasilkan karangan yang baik. Ketiga asas
itu antara lain (1) unity (kesatupaduan), (2) coherence (pertautan), dan (3) emphasis
(penegasan), yang akan diuraikan sebagai berikut.
1) Kesatupaduan
Asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan dalam suatu karangan perlu berkisar
pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan.
18
Untuk keseluruhan karangan yang tersusun dari alinea-alinea, tidak ada uraian yang
menyimpang dan tidak ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok itu. Selanjutnya dalam
setiap alinea hanya dimuat satu butir informasi yang berkaitan dengan gagasan pokok yang
didukung dengan berbagai penjelasan yang bertalian dan bersifat padu.
2) Pertautan
Asas ini menetapkan bahwa dalam sesuatu karangan bagian-bagiannya perlu ”melekat”
secara berurutan satu sama lain. Dalam sebuah karangan antara alinea yang satu dengan alinea
yang lainnya perlu ada saling kait sehingga ada aliran yang logis dari ide yang satu menuju ide
yang lain. Demikian pula antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya dalam suatu
alinea perlu ada kesinambungan yang tertib. Jadi, pada asas pertautan semua alinea dan
kalimat perlu berurutan dan berkesinambungan sehingga seakan-akan terdapat aliran yang
lancar dalam penyampaian gagasan pokok sejak awal sampai akhir karangan.
3) Penegasan
Asas penegasan dalam mengarang menetapkan bahwa dalam sesuatu tulisan butir-butir
informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga
mengesan kuat pada pikiran pembaca.
Hasnun (2006:15) mengungkapkan bahwa dalam suatu karangan, apapun itu, perlu
menggunakan bahasa yang efektif. Menggunakan bahasa secara efektif berarti menggunakan
unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Secara garis besar, Hasnun (2006:15―16) merumuskan
unsur-unsur bahasa yang harus diperhatikan dalam menyusun suatu karangan ke dalam beberapa
unsur, antara lain sebagai berikut.
1) Pemakaian ejaan dan imbuhan
Ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan
sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI). Imbuhan
adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, dan akhiran) pada kata dasar untuk membentu
kata baru. Dalam penulisan karangan perlu diperhatikan kaidah mengenai penempatan tanda
baca, penulisan awalan dan kata depan, penulisan kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan
sebagainya, yang harus sesuai dengan EYD.
2) Pemilihan dan penempatan kata
Kata merupakan faktor penting dalam merancang tulisan. Tulisan yang baik ditentukan
oleh cara penulisan dan penempatan kata. Pemilihan dan penempatan kata mempengaruhi
sekaligus memberikan warna sebuah tulisan. Menurut Mustakim (dalam Hasnun (2006:20),
ketepatan dalam pemilihan kata perlu memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna.
Komponen tersebut saling mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan situasi,
situasi tidak terlepas dengan makna, dan makna tidak terlepas dengan bentuk.
3) Penggunaan kalimat
Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai beberapa kata untuk membentuk
satu pengertian atau makna yang lengkap. Dalam menyusun kata menjadi kalimat seorang
penulis perlu memperhatikan: (a) kecocokan kata yang pertama dengan kata yang
mengikutinya, (b) antara kata pertama dengan kata yang mengikutinya dapat dikembangkan,
dan (c) setiap kata yang ingin dipasang atau dipergunakan mencerminkan tujuan yang ingin
dikembangkan melalui kalimat.
4) Penggunaan paragraf atau alinea
Paragraf adalah kesatuan yang lebih tinggi dari kalimat. Pokok pikiran dalam paragraf
didukung oleh adanya kesatuan arti yang bersumber dari beberapa kalimat. Dalam satu
paragraf, kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya memiliki hubungan yang saling
mendukung atau terkait. Masing-masing paragraf (alinea) memiliki ide pokok yang dapat
muncul dalam salah satu kalimat yang menyusun alinea tersebut. Kalimat yang memuat ide
pokok disebut dengan kalimat topik/kalimat utama, sedangkan kalimat lain yang menyusun
paragraf disebut kalimat penjelas.
2.2 Menulis Deskripsi
2.2.1 Pengertian Tulisan Deskripsi
Tulisan deskripsi ialah tulisan yang berusaha memberikan perincian atau melukiskan dan
mengemukakan objek yang sedang dibicarakan (seperti orang, tempat, suasana, atau hal lain)
dengan tujuan pembaca seolah-olah melihat, mendengar, mencium, atau merasakan objek
yang dilukiskan tersebut (Gunawan, dkk., 1997:13). Deskripsi adalah suatu bentuk tulisan yang
hidup dan berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pengalaman pancaindera
seperti penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasaan (Parera, 1993:5).
Wacana deskripsi merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar
dapat membentuk suatu citra (imajinasi) tentang sesuatu hal (Rani, dkk., 2006:37–38). Menurut
Enre (1988:158), wacana pemerian berfungsi menjadikan pembaca seakan-akan melihat wujud
sesungguhnya dari materi yang disajikan itu, sehingga kualitasnya yang khas dapat dikenal
dengan lebih jelas.
21
Jenis wacana deskripsi yang diutamakan ialah bentuk lahir suatu objek, dengan jalan
memberikan atau mengutarakan renik-renik fisiknya yang khusus. Melalui suatu wacana
pemerian kita melihat suatu objek lebih hidup, kongkret, dan utuh. Wacana dengan susunan
deskripsi itu mengatur suatu urutan yang saling berhubungan secara berjarak tentang suatu
pemandangan, makhluk hidup, benda-benda, hal-hal, ataupun isi alam yang tampak dan
berkesan kepada penulisnya (Ahmadi, dkk., 1980/1981:5).
Ahmadi (1995:25) mengungkapkan bahwa menulis deskripsi bertujuan membangkitkan
impresi/kesan yang dihasilkan oleh aspek orang, aspek tempat, aspek pemandangan atau
lainnya, yang diwarnai oleh interpretasi penulis/pembicara terhadap realita, namun demikian
deskripsi juga bisa bersifat sangat objektif. Menurut Vivian (dalam Ahmadi, 1995:27), tujuan
utama deskripsi adalah untuk menggugah atau membangkitkan kesan yang dihasilkan oleh
aspek tentang seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa dengan itu.
Sedangkan menurut Dawud, dkk. (2004:22), karangan deskripsi adalah karangan yang bertujuan
menggambarkan objek sedemikian rupa sehingga pembaca seolah-olah melihat sendiri objek
tersebut.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa karangan
deskripsi adalah karangan yang bertujuan menggambarkan objek sedemikian rupa berdasarkan
pengalaman pancaindera untuk menggugah atau membangkitkan kesan hidup dalam imajinasi
pembaca sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri objek tersebut dengan
pancainderanya.
22
2.2.2 Macam-macam Deskripsi
Menurut Vivian (dalam Ahmadi, 1995:29), ada dua jenis karangan deskripsi, yaitu
deskripsi teknis dan deskripsi sugestif. Deskripsi teknis adalah deskripsi yang diterapkan pada
karangan yang memberikan uraian yang langsung dan objektif mengenai rupa (appearance),
letak atau struktur dari sesuatu: misalnya tentang tubuh manusia. Deskripsi ini dirancang
terutama untuk memberikan informasi, ditunjukkan kepada intelek pembaca, dan secara
esensial merupakan ekspositori. Deskripsi sugestif adalah deskripsi yang bertujuan untuk
membangkitkan kesan atau impresi tentang suatu tempat, suatu pemandangan, atau orang
yang membentuk atau menyusun suatu wacana yang khusus. Deskripsi sugestif terutama
bersifat emosional dan dalam nada (tone) dan ditandai oleh apa yang disebut tentang
penekanan pada cara menarik perhatian atau imbauan (appeal) yang bersifat menarik.
Seperti halnya Vivian, Gunawan (1997:13−15) juga membedakan tulisan deskripsi
menjadi dua macam, yaitu deskripsi sugestif dan deskripsi teknis (ekspositoris). Menurut
Gunawan (1997:13), deskripsi sugestif yaitu deskripsi yang bertujuan membangkitkan daya
khayal, kesan atau sugesti tertentu, seolah-olah pembaca melihat sendiri objek (yang
dideskripsikan) secara keseluruhan seperti yang dialami secara fisik oleh penulisnya. Deskripsi
sugestif berusaha menciptakan penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca. Objek
yang dapat ditulis menjadi deskripsi sugestif tidak hanya terbatas pada apa yang dapat diserap
oleh pancaindera (dilihat, didengar, dicium, dirasa, atau diraba), tetapi juga hal lain seperti
suasana atau perasaan ketakutan, kecemasan, keengganan,
23
kejijikan, cinta, terharu, dan lain-lain, atau bahkan apa yang kita pikirkan dan kita
rencanakan bisa juga diungkapkan dalam tulisan deskripsi sugestif (Gunawan, 1997:13―14).
Deskripsi teknis yaitu deskripsi yang bertujuan memberikan identifikasi atau informasi objek,
sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau berhadapan dengan objek itu
(Gunawan, 1997:14). Karena sifatnya yang hanya bertujuan menyampaikan informasi teknis,
deskripsi jenis ini memerlukan ketepatan informasi mengenai objek yang telah digarap.
Deskripsi teknis tidak berusaha menciptakan kesan atau imajinasi pada pembaca, tetapi hanya
sekedar berusaha menanamkan pengertian seseorang tentang suatu hal.
Enre (1988:159) membedakan wacana deskripsi yang juga disebut dengan wacana
pemerian ke dalam dua jenis, yaitu pemerian ekspositoris dan pemerian literer. Pemerian
ekspositoris biasa disebut wacana pemerian teknis atau ilmiah, yaitu wacana yang bertujuan
memberi pengertian mengenai hakekat suatu objek. Penyajiannya bersifat analitik dan tidak
bermaksud menggugah perasaan. Ia bersitaf objektif sebagai suatu cara untuk menghargai
objek bersangkutan seperti adanya. Pemerian literer sering disebut wacana pemerian
impresionistik atau stimulatif, yaitu wacana yang bertujuan menjadikan pembaca melihat
sesuatu dengan penuh renak-renik yang menghasilkan kesan dan perasaan. Sifatnya agak
subjektif dan literer. Ia tidak hanya menunjukkan atau mendaftarkan hal-hal menyangkut
sesuatu, tetapi juga menampilkan sifat-sifat khusus objeknya dan sering berusaha memberi
kesan tunggal yang dominan. Pemerian jenis ini sering diperlukan dalam hubungannya dengan
subjek berupa pemandangan ketika matahari terbenam atau air sungai yang mengalir, lorong-
lorong sempit di kota
dan sebagainya, yang memerlukan gambaran realistik dan seakan-akan bergerak (Enre,
1988:161).
Secara garis besar, Parera (1993:10) membedakan tulisan deskripsi menjadi dua macam,
yakni deskripsi eksposiroris dan deskripsi impresionistik atau stimulatif. Tujuan deskripsi
ekspositoris adalah memberikan informasi dan menimbulkan pembaca melihat, mendengar,
dan merasakan apa yang dideskripsikan itu, sedangkan deskripsi impresionistik atau stimulatif
bertujuan membuat pembaca memancainderakan objek dan bereaksi secara emosional akan
apa yang dideskripsikan. Deskripsi ekspositoris umumnya bersifat logis, yakni disusun seperti
katalog dalam urutan yang logis. Berbeda dengan deskripsi impresionistik, yang pengarangnya
harus menentukan dahulu jawaban atau reaksi apa yang ia kehendaki terhadap sebuah objek.
Dengan kata lain, deskripsi impresionistik melibatkan opini pengarangnya dalam menuangkan
tulisan.
Menurut Dawud, dkk. (2004:22), karangan deskripsi ada dua macam, yakni karangan
deskripsi objektif dan karangan deskripsi subjektif. Karangan deskripsi objektif adalah salah satu
jenis karangan deskripsi yang dalam penggambaran objeknya tidak disertai dengan opini
penulis. Karangan deskripsi subjektif merupakan kebalikan dari deskripsi objektif, yaitu
penggambaran objeknya disertai dengan opini penulis.
2.2.3 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi
Menulis karangan deskripsi memerlukan langkah-langkah atau tahapan yang merupakan satu
rangkaian yang harus diperhatikan dan dilaksanakan. Menurut Hasnun (2006:2−11), beberapa
langkah yang perlu dilakukan dalam menyusun karangan adalah: (1) menentukan tema dan
judul, (2) mengumpulkan bahan, (3) menyeleksi bahan, (4) membuat kerangka, dan (5)
mengembangkan kerangka karangan. Gunawan dkk. (1997:16−19) juga membagi tahapan atau
langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi menjadi lima tahapan, yakni (1) menetapkan
tema tulisan, (2) menetapkan tujuan tulisan, (3) mengumpulkan bahan tulisan, (4) menyiapkan
kerangka tulisan, dan (5) mengembangkan tulisan.
Mengacu pada pendapat Hasnun (2006:2−11) dan Gunawan dkk. (1997:16−19), langkah-
langkah dalam menulis karangan deskripsi dalam penelitian ini diuraikan sebagai berikut.
(1) Menetapkan tema dan judul karangan
Tema karangan yaitu gagasan persoalan, pokok permasalahan, ide yang akan
dikemukakan dalam karangan, atau pokok pembicaraan yang mendasari suatu karangan.
Karangan yang hendak dikembangkan dalam penelitian ini berbentuk deskripsi. Oleh karena itu,
tema karangan berupa objek yang akan ditulis, yaitu keindahan alam pegunungan dan pantai.
Jika cakupan tema tidak terlalu luas, maka tema dapat juga dijadikan judul. Karena judul
merupakan kepala karangan, maka kata-katanya harus muncul/tertulis dalam karangan. Judul
yang baik adalah judul yang dapat menyiratkan isi keseluruhan karangan.
(2) Menetapkan tujuan penulisan
Langkah kedua adalah menetapkan tujuan penulisan. Menurut Akhadiah, dkk. (1988:11),
perumusan tujuan penulisan sangat penting dan harus ditentukan terlebih dahulu karena
merupakan titik tolak dalam seluruh kegiatan menulis. Rumusan tujuan penulisan adalah suatu
gambaran penulis dalam kegiatan menulis selanjutnya. Tujuan penulisan siswa dalam penelitian
ini adalah memberikan gambaran dan rincian suatu objek kepada pembaca dengan disertai
opini atau kesan atau perasaan terhadap objek yang digambarkan.
(3) Mengumpulkan dan menyeleksi bahan
Langkah yang ketiga adalah mengumpulkan dan menyeleksi bahan. Bahan penulisan
ialah semua informasi atau data yang dipergunakan untuk mencapai tujuan penulisan
(Akhadiah, dkk. 1988:17). Bahan-bahan untuk menulis karangan deskripsi dalam penelitian ini
diperoleh melalui pengamatan terhadap gambar yang merupakan objek yang akan ditulis,
dengan menggunakan imajinasi kelima indera, yang kemudian didata ke dalam tabel hasil
imajinasi indera.
(4) Menyiapkan kerangka karangan
Langkah keempat ialah menyiapkan kerangka karangan. Kerangka karangan atau outline
dapat diartikan sebagai rancangan atau rencana kerja seorang penulis dalam rangka
menguraikan setiap topik atau masalah. Kerangka karangan disusun berdasarkan bahan-bahan
yang telah terkumpul. Dalam penelitian ini, pengisian tabel hasil imajinasi indera berfungsi
sebagai bahan sekaligus kerangka karangan.
(5) Mengembangkan karangan
Langkah yang terakhir dalam menulis karangan deskripsi adalah mengembangkan
karangan. Pengembangan karangan dalam penelitian ini dikerjakan berdasarkan pengisian tabel
hasil imajinasi indera yang disusun dengan memperhatikan kesatuan dan kebulatan gagasan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pengembangan karangan antara lain organisasi, susunan
kalimat yang menarik, bervariasi, dan efektif, pilihan kata yang tepat, dan penggunaan ejaan.
2.3 Pembelajaran Menulis
2.3.1 Hakikat Pembelajaran Menulis
Pembelajaran merupakan suatu usaha manusia yang dilakukan dengan tujuan
membantu memfasilitasi belajar orang lain (Setyosari, 2001:1). Secara khusus, pembelajaran
merupakan upaya yang dilakukan oleh guru, instruktur, pembelajar, dengan tujuan membantu
siswa atau si belajar agar ia belajar dengan mudah (Gagne & Briggs dalam Setyosari, 2001:1).
Setyosari (2001:4) juga mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah penyajian informasi dan
aktivitas-aktivitas yang dirancang untuk membantu memudahkan siswa atau si belajar dalam
rangka mencapai tujuan khusus yang diharapkan.
Gagne (dalam Setyosari, 2001:75―76) mengemukakan bahwa pembelajaran meliputi
sembilan peristiwa pembelajaran. Kesembilan peristiwa tersebut meliputi: (1) menarik
perhatian, (2) menginformasikan tujuan khusus kepada si belajar, (3) menstimulasi ingatan
untuk belajar pengetahuan prasyarat, (4) menyajikan bahan-bahan stimulus, (5) memberi
bimbingan belajar,
(6) membangkitkan semangat untuk mendapat unjuk kerja, (7) memberikan balikan, (8) menilai
unjuk kerja, dan (9) meningkatkan retensi dan transfer.
Pembelajaran yang ideal adalah pembelajaran yang sepenuhnya mampu memberikan
kesempatan pada anak didik untuk mengekspresikan pengalamannya secara mandiri dan
kreatif dan tugas guru pada dasarnya hanyalah bagaimana dapat menjadi inspirasi tersendiri
bagi peserta didik selama proses pembelajaran agar anak didik mampu menjadi dirinya sendiri
(Suhaidi, 2005:3). Keberhasilan dalam pembelajaran menulis bergantung pada strategi dan
model yang digunakan guru dalam pembelajaran tersebut. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Kadir (2005:20) yang mengungkapkan bahwa kesenangan dalam mengikuti pelajaran
ditentukan dengan bagaimana strategi dan model pembelajaran yang dapat dipakai guru dalam
memberikan materi kepada siswa, karena pada dasarnya kreativitas guru dalam meramu
pembelajaran (dengan model-model yang menyenangkan) akan menjadi bagian penting dalam
pembelajaran.
Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:70―72), hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
mengajarkan kemampuan menulis adalah sebagai berikut.
(1) Prinsip
Menulis adalah keterampilan berbahasa. Keterampilan akan dapat dicapai kalau banyak
berlatih. Oleh karena itu, untuk mencapai keterampilan itu, siswa harus diberi banyak latihan
atau tugas-tugas. Sebelum guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, guru harus menjelaskan
tugas-tugas apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dilakukan dan diperhatikan
siswa.
(2) Pembimbingan
Bimbingan perlu diberikan secara intensif sejak siswa mulai belajar menulis sampai
menghasilkan karangan. Setelah siswa menghasilkan karangan, pengoreksian terhadap
karangan perlu dilakukan dan hasilnya perlu diinformasikan kepada siswa. Guru bersama-sama
siswa bisa mendiskusikan bagaimana pembetulan karangan itu. Dalam hal ini, yang diperlukan
adalah siswa mengetahui bagaimana seharusnya menulis karangan yang baik.
(3) Sifat pengajaran
Pengajaran menulis bisa dilakukan dengan dasar berikut ini.
(a) Pengajaran menulis bisa dimulai dari latihan aspek-peraspek kemampuan menulis,
kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis karangan secara utuh.
(b) Pengajaran menulis bisa dimulai dari teori tentang menulis, kemudian dilanjutkan ke
praktek menulis, atau sebaliknya.
(c) Hal-hal yang ditulis dimulai dengan hal-hal yang dikenal siswa/berada di lingkungan siswa
ke hal-hal yang belum dikenal siswa.
(4) Media
Media pengajaran menulis bisa diambil dari contoh-contoh karangan yang sudah ada,
bisa diambil dari surat kabar atau majalah.
Pembelajaran yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah pembelajaran menulis
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru mengawali pembelajaran dengan
membangun pengetahuan awal siswa tentang tulisan deskripsi. Siswa dengan bimbingan guru
melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi sesuai dengan tahapan dalam proses
menulis yang telah direncanakan. Tema karangan yang ditulis siswa adalah adalah keindahan
alam, dengan objek pegunungan dan pantai. Objek yang akan dideskripsikan siswa dikemas
dalam bentuk media gambar, yang kemudian dikembangkan dengan menggunakan imajinasi
kelima indera.
2.3.2 Tujuan Pembelajaran Menulis
Kemampuan menulis sangat penting bagi kehidupan manusia. Seseorang yang mampu
menulis, dapat memanfaatkan kemampuannya untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui
tulisan. Dengan tulisan, mereka dapat mengungkapkan berbagai pikiran, perasaan, dan
kemauan kepada orang lain tanpa harus berhadapan langsung (Nurchasanah & Widodo,
1993:5).
Tujuan pembelajaran menulis yang ditekankan kepada siswa dapat dilihat dari manfaat
kegiatan menulis yang dilaksanakan. Melalui pembelajaran menulis, diharapkan siswa dapat
memahami manfaat dari kegiatan menulis yang dilaksanakan sehingga siswa mempunyai
kemauan untuk menulis tidak hanya dalam pembelajaran. Bernard Percy (dalam Gie, 2002:21),
mengemukakan tidak kurang dari enam manfaat kegiatan mengarang, yakni sebagai berikut.
(1) Mengarang sebagai suatu sarana untuk pengungkapan diri (a tool for self-expression).
(2) Mengarang sebagai suatu sarana untuk pemahaman (a tool for understanding).
(3) Mengarang sebagai suatu sarana untuk membantu mengembangkan kepuasan pribadi,
kebanggan, dan suatu perasaan harga diri (a tool to help to developing personal satisfaction,
pride, and a feeling of self-worth).
(4) Mengarang sebagai suatu sarana untuk meningkatkan kesadaran dan pencerapan terhadap
lingkungan sekeliling seseorang (a tool for increasing awareness and perception of one’s
environment).
(5) Mengarang sebagai suatu sarana untuk keterlibatan secara bersemangat dan bukannya
penerimaan yang pasrah (a tool for active involvement, not passive acceptance).
(6) Mengarang sebagai suatu sarana untuk mengembangkan suatu pemahaman tentang dan
kemampuan menggunakan bahasa (a tool for developing an understanding of and ability to
use the language).
Menurut Nurchasanah & Widodo (1993:62―66), tujuan pengajaran menulis dapat
ditentukan berdasarkan aspek yang ingin dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut antara lain sebagai
berikut.
(1) Tujuan yang bersifat teoritis dan praktis, biasanya diwujudkan dalam pengajaran menulis
secara serentak, maksudnya dalam pertemuan pengajaran tertentu siswa diharapkan dapat
mencapai tujuan yang bersifat teoritis sekaligus dapat mencapai tujuan yang bersifat
praktis.
(2) Tujuan berdasarkan wujud tulisan/karangan, maksudnya tujuan pengajaran menulis
dapat didasarkan atas wujud tulisan yang diharapkan dikuasai oleh siswa.
(3) Tujuan berdasarkan tingkat kognisi yang dicapai, yaitu tujuan yang bersifat ingatan,
pemahaman, penerapan, analisis, sintesia, dan evaluasi.
(4) Tujuan langsung dan tidak langsung, di mana tujuan langsungnya adalah siswa dapat
menulis secara langsung tanpa melalui tahapan kegiatan prasyarat, sedangkan tujuan tidak
langsungnya adalah siswa dapat menulis dengan melalui tahapan-tahapan kegiatan
prasyarat.
(5) Tujuan yang bersifat diskrit dan pragmatik, yakni pengajaran menulis yang bersifat diskrit
bertujuan ingin melihat aspek-aspek kemampuan menulis secara terpisah-pisah, sedangkan
pengajaran menulis yang bersifat pragmatik bertujuan ingin melihat kemampuan menulis
secara utuh, bukan melihat aspek-peraspek.
2.3.3 Evaluasi Pembelajaran Keterampilan Menulis
Evaluasi adalah penentuan sampai berapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai
(Winkel, 1996:475). Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses
belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar itu. Penilaian
dilakukan untuk memperoleh informasi tentang kemajuan dan hasil belajar dalam ketuntasan
penguasaan kompetensi (Nurhadi, dkk., 2004:109).
Nurhadi, dkk. (2004:109) menyatakan bahwa dalam pelaksanaan penilaian kelas, guru
berwenang untuk menentukan kriteria keberhasilan, cara, dan jenis penilaian. Menurut
Nurhadi, dkk. (2004:109), penilaian kelas berorientasi pada hal-hal sebagai berikut.
(1) Acuan/Patokan
Semua kompetensi perlu dinilai menggunakan acuan kriteria berdasarkan pada indikator
hasil belajar.
(2) Ketuntasan Belajar
Pencapaian hasil belajar ditetapkan dengan ukuran atau tingkat pencapaian kompetensi
yang memadai dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai prasyarat penguasaan kompetensi
lebih lanjut.
(3) Multi Alat dan Cara Penilaian
Penilaian menggunakan berbagai alat dan cara, yaitu tes dan nontes untuk memantau
kemajuan dan hasil peserta didik.
(4) Kriteria Penilaian
Penilaian memberikan informasi yang akurat tentang pencapain kompetensi dasar
peserta didik, adil terhadap semua peserta didik, terbuka bagi semua pihak, dan dilaksanakan
secara terencana, bertahap, dan terus menerus untuk memperoleh gambaran tentang
perkembangan belajar peserta didik.
Salah satu kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan pengukuran. Istilah
“evaluasi” mengandung pengertian yang berbeda dengan “pengukuran”. Pengukuran
merupakan deskripsi kuantitatif tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya atau tentang
perilaku yang nampak pada seseorang, atau tentang prestasi (Winkel, 1996:477). Pengukuran
kemampuan menulis adalah proses atau tindakan untuk menentukan kualitas kemampuan
menulis (Nurhasanah & Widodo, 1993:72). Nurhasanah & Widodo (1993:72-74) memaparkan
ada empat jenis pengukuran untuk mengukur kemampuan menulis, yaitu sebagai berikut.
(1) Pengukuran subjektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara memeriksa langsung
karangan berdasarkan impresi pemeriksa.
(2) Pengukuran objektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara mencocokkan
pekerjaan dengan kunci yang ada.
(3) Pengukuran global, adalah pengukuran yang dilakukan secara global tanpa melihat aspek-
aspek kemampuan menulis yang mendukungnya agar melihat kemampuan menulis secara
utuh.
(4) Pengukuran aspek-peraspek, adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan
melihat kemampuan aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara utuh.
Dalam penelitian ini dilakukan evaluasi selama pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi untuk mengetahui apakah tujuan yang ingin dicapai dalam
pembelajaran sudah terlaksana atau belum. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam
menulis karangan deskripsi, dilakukan pengukuran terhadap aspek-peraspek yang mendukung
kemampuan siswa dalam menyusun karangan deskripsi secara utuh. Aspek-aspek yang diukur
antara lain (1) aspek isi, yang terdiri dari subaspek kesesuaian, kerincian, dan kreativitas
34
imajinasi; (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan, yang terdiri dari subaspek
kalimat, diksi, dan ejaan.
2.4 Pembelajaran Menulis Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi
2.4.1 Pengertian Gambar dan Imajinasi
2.4.1.1 Pengertian Gambar sebagai Media Pembelajaran
Media adalah sarana yang digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke
penerima pesan untuk mencapai tujuan (Wijaya, 2005:19). Media pengajaran diartikan sebagai
segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang
pikiran, perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar
mengajar (Ibrahim & Nana, 2003:112).
Penggunaan media merupakan salah satu unsur yang juga penting dalam pembelajaran.
Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran adalah kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditentukan
dapat tercapai. Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media pengajaran dalam
proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan
motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis
tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:26―27) menyimpulkan beberapa manfaat praktis dari
penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar yaitu: (1) media pengajaran dapat
memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan
proses dan hasil belajar, (2) media pengajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian
anak sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, (3) media pengajaran dapat mengatasi
keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4) media pengajaran dapat memberikan kesamaan
pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan siswa, serta memugkinkan
terjadinya interaksi langsung, antara siswa guru, masyarakat, dan lingkungan.
Brets (dalam Ibrahim & Nana, 2003:114) mengklasifikasikan media berdasarkan adanya
tiga ciri, yaitu suara (audio), bentuk (visual), dan gerak (motion). Kadir (2005:21)
mengungkapkan bahwa kreativitas guru tercermin dalam bentuk inovasi yang dibawa dalam
pembelajaran, baik berupa inovasi materi ataupun model pembelajaran, serta dapat juga
memanfaatkan media yang lain untuk memberikan nuansa baru dalam pembelajaran. Kadir
(2005:21) menyatakan juga bahwa untuk memberikan kesenangan pada siswa, guru dapat
menggunakan kartu, gambar, atau perangkat teknologi modern yang lainnya (sebagai media).
Dari pernyataan tersebut, dapat diketahui bahwa gambar dapat dimanfaatkan sebagai media
pembelajaran.
Gambar fotografi termasuk pada gambar tetap atau still picture yang terdiri dari dua kelompok,
yaitu: pertama, flat opaque picture atau gambar datar tidak tembus pandang, misalnya gambar
fotografi, gambar dan lukisan tercetak; kedua, transparent picture atau gambar tembus
pandang, misalnya film slides, film strips dan transparencies (Sudjana & Rivai, 2005:71). Wijaya
(2005:20) menyimpulkan bahwa gambar ialah lukisan yang menampakkan orang, tempat, atau
benda baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau gambar hasil seni fotografi. Menurut Musbar
(2006:5), gambar merupakan sebuah alat untuk menyatakan maksud dari seseorang kepada
orang lain yaitu merupakan serangkaian informasi yang diungkapkan melalui bermacam-macam
garis dalam berbagai macam bentuk, warna, dan ukuran. Nurhaeni (1997:17) menyatakan
bahwa gambar merupakan suatu media untuk merangsang kebutuhan yang tinggi terhadap
pengungkapan suatu masalah dengan kemampuan bahasa yang terbatas. Gambar merupakan
media pendidikan yang mudah didapatkan dan dapat diberikan kepada siswa dalam
pembelajaran.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa gambar adalah
sebuah alat atau media dalam bentuk lukisan yang menampakkan orang, tempat, atau benda
baik hasil lukisan tangan yang dicetak atau hasil seni fotografi dalam berbagai macam bentuk,
warna, dan ukuran, untuk menyampaikan serangkaian informasi atau menyatakan maksud dari
seseorang kepada orang lain.
2.4.1.2 Pengertian Imajinasi
Secara umum, yang dimaksud dengan imajinasi adalah daya untuk membentuk
gambaran (imaji) atau konsep-konsep mental yang tidak secara langsung didapatkan dari
sensasi (penginderaan). Oleh karena merupakan suatu daya, maka imajinasi berkaitan langsung
dengan manusia yang memiliki daya tersebut. Proses mengimajinasikan merupakan proses
membentuk gambaran tertentu, dan terjadi secara mental (Tedjoworo, 2001:21).
Dalam penulisan puisi, istilah imajinasi biasa disebut dengan imaji (imaje). Jabrohim, dkk.
(2003:36) mengungkapkan bahwa dalam penulisan puisi, untuk memberi gambaran yang jelas,
menimbulkan suasana khusus, membuat hidup (lebih hidup) gambaran dalam pikiran dan
penginderaan, untuk menarik perhatian, untuk memberikan kesan mental atau bayangan visual
penyair menggunakan gambaran-gambaran angan. Gambaran-gambaran angan, gambaran
pikiran, kesan mental atau bayangan visual dan bahasa yang menggambarkannya biasa disebut
imaji (imaje).
Menurut Ricoeur (dalam Tedjoworo, 2001:55), hanya bahasa yang berimajinasilah yang
sanggup “memperkaya” realitas, dan mendekatkan pengetahuan pada kekayaan realitas itu
sendiri. Ricoeur juga menambahkan bahwa imajinasi mendorong kreativitas dalam bahasa.
Tedjoworo (2001:53―56) mengemukakan tiga fungsi imajinasi dalam bahasa, yaitu
sebagai berikut.
(1) Terhadap kemungkinan penciutan pengalaman, imajinasi memberi konteks keseluruhan
tertentu pada pengalaman, agar pengalaman tidak sekedar dibahasakan melainkan lebih-
lebih digambarkan.
(2) Terhadap kemungkinan generalisasi oleh bahasa, imajinasi melengkapi bahasa dengan
prinsip-prinsip di luar analogi dan asosiasi, yakni prinsip “posibilitas-logis”.
(3) Terhadap tendensi pendefinisian realitas yang juga berakibat terhadap pendefinisian
kebenaran, imajinasi berfungsi mengisi bahasa.
Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa imajinasi adalah daya
pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar-gambar (lukisan,
karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang. Dalam
penelitian ini, siswa dibimbing untuk menggunakan imajinasi dalam menulis karangan deskripsi,
dengan tujuan siswa dapat memberi gambaran yang jelas dan membuat lebih hidup gambaran
dalam pikiran dan penginderaan mengenai objek yang akan dideskripsikan, untuk menarik
perhatian, dan untuk memberikan kesan mental kepada pembaca.
2.4.2 Dasar Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Menulis Karangan Deskripsi
2.4.3 2.4.2.1 Dasar Menggunakan Gambar
Gambar dalam penelitian ini dipilih berdasarkan beberapa keuntungan gambar jika
digunakan dalam pembelajaran. Gambar fotografi pada dasarnya membantu para siswa
membangkitkan minatnya pada pelajaran. Membantu mereka dalam mengembangkan
kemampuan berbahasa, kegiatan seni, dan pernyataan kreatif dalam bercerita, dramatisasi,
bacaan, penulisan, melukis, dan menggambar, serta membantu mereka menfsirkan dan
mengingat-ingat isi materi bacaan dari buku teks (Sudjana & Rivai, 2005:70).
Beberapa alasan diuraikan oleh Nurhaeni (1997:15) sebagai dasar menggunakan
gambar, yaitu:
(1) gambar bersifat kongkret,
(2) gambar mengatasi ruang dan waktu,
(3) gambar mengatasi kekurangan daya mampu pancaindera manusia,
(4) gambar dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah,
(5) gambar mudah didapat dan murah, serta
(6) gambar mudah digunakan, baik untuk perseorangan maupun untuk kelompok siswa.
Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari gambar fotografi dalam hubungannya
dengan kegiatan pengajaran antara lain:
(1) mudah dimanfaatkan di dalam kegiatan belajar mengajar, karena praktis tanpa
memerlukan perlengkapan apa-apa,
(2) harganya relatif lebih murah daripada jenis-jenis media pengajaran lainnya,
(3) gambar fotografi bisa dipergunakan dalam banyak hal, untuk berbagai jenjang
pengajaran dan berbagai disiplin ilmu,
(4) gambar fotografi dapat menerjemahkan konsep atau gagasan yang abstrak menjadi lebih
realistik (Sudjana & Rivai, 2005:71–72).
Meskipun mempunyai beberapa kelebihan jika dimanfaatkan dalam pembelajaran,
tetapi gambar juga mempunyai beberapa kelemahan. Menurut Sudjana & Rivai (2005:72),
kelemahan gambar fotografi antara lain:
(1) beberapa gambarnya sudah cukup memadai, akan tetapi tidak cukup besar ukurannya bila
dipergunakan untuk tujuan pengajaran kelompok besar,
(2) gambar fotografi berdimensi dua, sehingga sukar untuk melukiskan bentuk sebenarnya yang
berdimensi tiga,
(3) gambar fotografi bagaimanapun indahnya tetap tidak memperlihatkan gerak seperti halnya
gambar hidup.
2.4.2.2 Dasar Menggunakan Imajinasi
Penggunaan imajinasi dalam penelitian ini didasarkan pada pengertian wacana deskripsi
menurut beberapa ahli. Rani, dkk. (2006:37―38) menyatakan bahwa wacana deskripsi
merupakan jenis wacana yang ditujukan kepada penerima pesan agar dapat membentuk suatu
citra (imajinasi) tentang sesuatu hal. Menurut Enre (1988:165), karena pemerian berhubungan
dengan penginderaan, maka sebaiknya kata-kata atau ungkapan yang mengandung perasaan
atau penginderaan dan membangkitkan gambaran yang hiduplah yang lebih banyak dipakai.
Penggunaan imajinasi juga didasarkan pada pernyataan Vivian (dalam Ahmadi, 1995:30)
mengenai tulisan deskripsi tentang tempat dan pemandangan, yang menyatakan bahwa di
dalam mendeskripsikan suatu tempat atau suatu pemandangan, penulis pertama-tama harus
menentukan atau memastikan efek emosional utama atau kesan/impresi yang diinginkan untuk
dibangkitkan. Kemudian, penulis harus menyeleksi rincian-rincian atau seluk-beluk (details)
yang akan secara efektif mengembangkan impresi dan menyajikannya sejauh mungkin penulis
itu dapat membuat deskripsinya hidup. Ia harus tetap menjaga imajinasinya: waspada, siap
siaga, mata hatinya dan mata pikirannya terbuka, yang berarti bahwa ia harus
memvisualisasikan pemandangan yang dilukiskannya itu menjadi jelas dengan sendirinya agar
menghasilkan suatu sajian lukisan atau gambaran yang jelas dan terang.
Beberapa kelemahan gambar juga mendasari penggunaan imajinasi dalam menulis karangan
deskripsi dengan tema keindahan alam. Menurut Tedjoworo (2001:56), bahasa baru hidup dan
berarti ketika imajinasi manusia bermain-main dalam tiap diskursusnya. Suatu definisi akan
menjadi “realitas” yang digambarkannya ketika dibantu oleh imajinasi manusia yang menyertai
gerak pemahaman di dalamnya. Tedjoworo (2001:57) menyatakan bahwa sebagai daya
reproduktif, imajinasi menghadirkan kembali imaji-imaji yang pernah dibatinkan melalui proses
inderawi terhadap realitas, kongkretnya melalui pengalaman. Imaji yang tepat akan lebih hidup,
lebih segar terasakan, lebih ekonomis, dan dekat dengan hidup kita sehingga diharapkan
pembaca atau pendengar turut merasakan dan hidup dalam pengalaman batin penyair
(Jabrohim, dkk., 2003:36). Scholes (dalam Junus, 1983:3) mengungkapkan bahwa orang tidak
mungkin melihat suatu realitas tanpa interpretasi pribadi yang mungkin berhubungan dengan
imajinasi, dan orang tidak mungkin berimajinasi tanpa pengetahuan suatu realitas. Imajinasi
selalu terikat kepada realitas, sedangkan realitas tidak mungkin lepas dari imajinasi.
DePorter & Hernacki (2002:191) mengungkapkan bahwa dengan imajinasi, dengan
teknik “mengubah bukan memberitahukan (Show Not Tell)”, dapat mengubah kalimat-kalimat
kering menjadi deskripsi yang menakjubkan. Menurut DePorter & Hernacki (2002:190),
penjelasan yang hidup adalah alat yang ampuh bagi para penulis. Ketika seseorang belajar
menulis deskripsi, dia akan mampu mengembangkan gambaran visual dalam benak para
pembaca, dan mengubah pernyataan-pernyataan yang kering mengenai fakta menjadi ilustrasi
yang mempesonakan. Orang tidak hanya akan membaca dan memahami, tetapi mereka akan
menghubungkan dan bereaksi.
Berdasarkan pernyataan beberapa ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa imajinasi juga
mempunyai peran dalam proses menulis karangan deskripsi, khususnya dalam menulis
karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Oleh karena itu, gambar yang hanya
berdimensi dua dan tidak memperlihatkan gerak seperti halnya gambar hidup, dideskripsikan
dengan cara mengimajinasikannya dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, pencecapan, dan perabaan, agar hasil deskripsi siswa menjadi lebih hidup sesuai
dengan realitas yang mungkin pernah dilihat, dialami, atau dirasakan sehingga apa yang
dideskripsikan dapat dirasakan juga oleh pembaca.
2.4.3 Menggunakan Gambar dan Imajinasi dalam Pembelajaran Menulis Deskripsi di Kelas
Gambar dalam penelitian ini dimanfaatkan sebagai media untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Gambar yang digunakan adalah gambar
dengan tema keindahan alam. Selain gambar, dalam penelitian ini juga digunakan tabel hasil
imajinasi indera untuk membantu siswa mengembangkan imajinasinya. Imajinasi dalam
penelitian ini dibagi berdasarkan kelima indera, yaitu indera penglihatan, pendengaran,
penciuman, pencecapan, dan perabaan.
Dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, siswa
terlebih dahulu mengamati gambar untuk dikembangkan menjadi karangan deskripsi,
kemudian memanfaatkan imajinasinya untuk mendeskripsikan gambar. Siswa dibimbing untuk
menggunakan imajinasinya melalui kelima indera, agar ketika menyusun karangan deskripsi
berdasarkan gambar yang diamati, siswa tidak hanya mendeskripsikan apa yang dilihat, tetapi
juga mampu mendeskripsikan apa yang didengar, dicium, dicecap, dan diraba. Pengimajinasian
dilaksanakan dengan cara mengisi tabel hasil imajinasi indera yang telah disediakan oleh guru,
yang terdiri dari lima kolom, yakni kolom indera “penglihatan”, “pendengaran”, “penciuman”,
“pencecapan”, dan “perabaan”. Setelah mengisi tabel hasil imajinasi indera, siswa
mengembangkan pengisian tabel hasil imajinasi indera ke dalam bentuk karangan deskripsi
dengan memperhatikan syarat-syarat karangan deskripsi yang baik, baik dari segi isi, oganisasi,
maupun kebahasaan. Karangan yang disusun siswa berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi
indera harus diperbaiki setelah diadakan kegiatan
penyuntingan antar teman. Setelah karangan diperbaiki berdasarkan hasil penyuntingan,
karangan deskripsi siswa dipublikasikan melalui pembacaan di depan kelas dan penempelan di
dinding kelas.
Untuk lebih jelasnya, langkah-langkah kegiatan menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi dapat dilihat pada bagan berikut.
LANGKAH-LANGKAH MENULIS KARANGAN DESKRIPSI
DENGAN MENGGUNAKAN GAMBAR DAN IMAJINASI
Gambar 2.1 Langkah-langkah Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Gambar dan Imajinasi
Menyusun draf awal karangan
berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera
Mengamati gambar
Mengimajinasikan gambar
berdasarkan pengamatan kelima indera
Meyunting karangan teman
terkait dengan ejaan, diksi, kalimat, dan organisasi (Penyuntingan)
1. TAHAP PRAPENULISAN
2. TAHAP PENULISAN
Memperbaiki karangan
berdasarkan hasil penyuntingan dan komentar teman
dengan memperhatikan ejaan, diksi, kalimat, dan organisasi (Revisi)
Memperbaiki judul karangan
dengan memperhatikan kesesuaiannya dengan isi karangan
Mengisi tabel hasil imajinasi indera
(penglihatan, pendengaran, penciuman, pencecapan, perabaan)
4. TAHAP PUBLIKASI
Membacakan karangan di depan kelas
Menempelkan karangan di dinding kelas
3. TAHAP PENYUNTINGAN DAN REVISI
Menentukan judul karangan
BAB III
METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini disajikan metode yang digunakan dalam penelitian peningkatan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
Secara garis besar, pada bagian ini dijelaskan tentang (1) rancangan penelitian, (2) tahap-tahap
penelitian, (3) lokasi, waktu, dan subjek penelitian, (4) data dan sumber data, (5) teknik
pengumpulan data, (6) teknik analisis data, (7) prediksi hasil, dan (8) pengecekan keabsahan
data.
3.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi. Berdasarkan tujuan tersebut, rancangan yang digunakan adalah
rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan merupakan kegiatan yang
dilakukan oleh guru atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan
mengubah cara, metode, pendekatan, atau teknik yang berbeda dari biasanya (Arikunto, dkk.,
2007:11). Wiriaatmadja (2006:13) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah
bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktek pembelajaran mereka,
dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan
perbaikan dalam praktek pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.
Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah bentuk penelitian yang dilakukan secara
kolaboratif dan partisipatif (Wiriaatmadja, 2006:83). Suhardjono (dalam Arikunto, dkk.,
2007:63) menyatakan bahwa salah satu ciri khas PTK adalah adanya kolaborasi (kerjasama)
antara praktisi (guru, kepsek, siswa, dan lain-lain) dan peneliti (dosen, widyaiswara) dalam
pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan, pengambilan keputusan yang akhirnya
melahirkan kesamaan tindakan (action). Kerjasama (kolaborasi) antara guru dengan peneliti
sangat penting dalam bersama menggali dan mengkaji permasalahan nyata yang dihadapi.
Kolaborasi atau kerjasama dalam melaksanakan penelitian dapat dilakukan dengan: mahasiswa;
sejawat dalam jurusan/sekolah/lembaga yang sama; sejawat dari lembaga/sekolah lain; sejawat
dengan wilayah keahlian yang berbeda (misalnya antara guru dan pendidik guru, antara guru
dan peneliti, antara guru dan manajer); sejawat dalam disiplin ilmu yang berbeda (misalnya
antara guru bahasa asing dan guru bahasa ibu); dan sejawat di negara lain (Wallace dalam
Madya, tanpa tahun).
Penelitian ini dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, Ibu Sri Utami,
S.Pd. Kolaborasi dilaksanakan dalam setiap tahap penelitian, mulai dari tahap identifikasi
masalah hingga refleksi.
3.2 Tahap-tahap Penelitian
Seperti yang telah dijelaskan pada subbab sebelumnya, penelitian ini dilaksanakan secara
kolaboratif dengan guru untuk menyamakan pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan,
serta pengambilan keputusan yang akhirnya melahirkan kesamaan tindakan (action). Peneliti
bekerjasama dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi dalam melaksanakan setiap tahap penelitian, yaitu (1) perencanaan
tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, (4) dan refleksi.
Penentuan tahap-tahap dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Suhardjono
(dalam Arikunto, dkk., 2007:74) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Maka setelah diketahui masalah yang
ditemukan dalam studi pendahuluan, penelitian dilanjutkan pada empat tahap berikutnya,
yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan
(4) refleksi, yang terangkai dalam satu siklus. Empat tahap yang dilaksanakan setelah studi
pendahuluan merupakan rangkaian tahap dalam siklus I. Apabila melalui kegiatan refleksi sudah
diketahui letak keberhasilan dan kekurangan atau permasalahan dari tindakan yang
dilaksanakan pada siklus I, peneliti bersama guru melanjutkan penelitian pada siklus II. Sebagai
bentuk penguatan, kegiatan pada siklus II pada dasarnya sama dengan kegiatan pada siklus I.
Jika tujuan pada siklus I belum tercapai atau masih terdapat kekurangan, maka setelah
diidentifikasi permasalahan atau hambatannya, pada siklus II peneliti dan guru melakukan
perbaikan. Tahap-tahap dalam penelitian ini dapat dilihat dalam bagan alur penelitian tindakan
kelas sebagai berikut.
STUDI PENDAHULUAN
Tahap 1
• Pengamatan karangan deskripsi siswa dari pembelajaran sebelumnya bersama guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia
• Wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Banyuwangi
Tahap 2
• Pretes untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan deskripsi, dan
mengidentifikasi permasalahan
SIKLUS I
PERENCANAAN TINDAKAN I
• Menyusun rencana tindakan
• Menyusun RPP
• Mempersiapkan teks karangan deskripsi
• Menyiapkan media pembelajaran
• Menyusun instrumen
PELAKSANAAN TINDAKAN I
• Implementasi gambar dan imajinasi dalam pembelajaran
• Tahap implementasi RPP Siklus I: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap
penyuntingan dan revisi, dan
(4) tahap publikasi
REFLEKSI SIKLUS I
Analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan siklus I
Permasalahan baru hasil refleksi siklus I
SIKLUS II
PERENCANAAN TINDAKAN II
• Menyusun rencana perbaikan tindakan
• Menyusun RPP
PENGAMATAN SIKLUS II
Pengumpulan data pembelajaran melalui pengamatan KBM (pelaksanaan tindakan I) dan data
hasil tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat
REFLEKSI SIKLUS II
Analisis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan siklus II
PELAKSANAAN TINDAKAN II
• Implementasi gambar dan imajinasi dalam pembelajaran
• Tahap implementasi RPP Siklus II: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap
penyuntingan dan revisi, dan
(4) tahap publikasi
PENGAMATAN SIKLUS I
Pengumpulan data pembelajaran melalui pengamatan KBM (pelaksanaan tindakan I) dan data
hasil tindakan dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat
Gambar 3.1 Alur Penelitian Tindakan (diadaptasi dari Suhardjono dalam Arikunto, dkk.,
2007:74)
Permasalahan baru hasil refleksi siklus II
Berhasil
Simpulan
SIKLUS KE-n
3.2.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan kegiatan awal yang dilaksanakan untuk mengidentifikasi
permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi. Studi pendahuluan juga dilaksanakan untuk meyakinkan peneliti bahwa
pembelajaran menulis deskripsi di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
mempunyai permasalahan yang perlu dipecahkan atau membutuhkan adanya perbaikan.
Winarno (dalam Arikunto, 2002:39) menyatakan bahwa setelah studi pendahuluan peneliti
menjadi lebih jelas terhadap masalah yang dihadapi, dari aspek historis, hubungan dengan ilmu
yang lebih luas, situasi dewasa ini, dan kemungkinan-kemungkinan yang akan datang, dan lain-
lain. Arikunto (2002:40) juga menambahkan adanya manfaat lain dari studi pendahuluan, yaitu
peneliti menjadi yakin bahwa penelitiannya perlu dan dapat dilaksanakan.
Kegiatan studi pendahuluan dalam penelitian ini dilaksanakan dua tahap. Studi
pendahuluan tahap pertama merupakan tahap observasi awal yang dilaksanakan dengan (1)
menganalisis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi dari tugas yang diberikan oleh guru dalam pembelajaran sebelumnya dan (2)
wawancara atau tanya jawab dengan guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Studi pendahuluan tahap kedua merupakan pelaksanaan
pretes menulis karangan deskripsi. Pretes dalam penelitian ini dilaksanakan dengan
pertimbangan bahwa pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pernah dilaksanakan. Studi pendahuluan
tahap pertama dilaksanakan sebagai tahap identifikasi awal yang bertujuan mengetahui
permasalahan dalam pembelajaran menulis deskripsi di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo,
sedangkan studi pendahuluan tahap kedua dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal
siswa dalam menulis karangan deskripsi tanpa menggunakan gambar dan imajinasi.
Berdasarkan pengamatan karangan deskripsi siswa, wawancara dengan guru dan siswa,
refleksi terhadap pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan oleh guru, dan
berdasarkan hasil pretes, peneliti bersama guru secara kolaboratif berupaya meningkatkan
kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
3.2.2 Perencanaan Tindakan
Setelah melaksanakan studi pendahuluan, tahap selanjutnya yang dilaksanakan dalam
penelitian adalah perencanaan tindakan. Tahap perencanaan tindakan dilaksanakan pada
masing-masing siklus, yakni siklus I dan siklus II. Perencanaan pada siklus I dilaksanakan untuk
menyusun rencana tindakan setelah mengetahui masalah yang ditemukan dalam studi
pendahuluan, sedangkan perencanaan pada siklus II dilaksanakan untuk menyusun rencana
tindakan berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. Dalam tahap menyusun rancangan, peneliti
menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapatkan perhatian khusus untuk
diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti
merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung (Arikunto, dkk., 2007:18).
Pada tahap perencanaan ini, peneliti bekerjasama dengan guru merancang tindakan
untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa, dengan
menggunakan gambar dan imajinasi. Rencana pembelajaran pada siklus I direncanakan dalam
dua kali pertemuan yang terbagi menjadi empat tahap proses menulis yang harus dilalui siswa,
yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4)
tahap publikasi.
Rencana tindakan disusun berdasarkan program dan jadwal yang telah disusun bersama
guru, dan disesuaikan dengan kondisi di sekolah. Selain menyusun Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), peneliti bersama guru juga menyusun instrumen pengumpul data yang
akan digunakan dalam observasi atau pengamatan terhadap proses pembelajaran, pedoman
penyekoran hasil menulis karangan deskripsi untuk mengetahui kemampuan siswa, serta
menentukan media yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi
dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
3.2.3 Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap pelaksanaan tindakan, rancangan teknik dan skenario penerapan
pembelajaran akan diterapkan (Suhardjono dalam Arikunto, dkk., 2007:76). Pada tahap ini,
gambar dan imajinasi digunakan dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi, sesuai
dengan rencana yang telah disusun.
Berdasarkan rancangan yang telah disusun, tindakan dalam penelitian ini terdiri dari
tindakan I dan II, yang masing-masing tindakan mencakup empat rangkaian kegiatan proses
menulis, yakni (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi,
dan (4) tahap publikasi. Tindakan I
dan II masing-masing dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Masing-masing pertemuan
mempunyai alokasi waktu dua jam pelajaran (2x45 menit). Pertemuan pertama adalah tahap
prapenulisan dan tahap penulisan, sedangkan pertemuan kedua adalah tahap penyuntingan
dan revisi, dan tahap publikasi.
3.2.4 Observasi atau Pengamatan
Observasi atau pengamatan dilaksanakan bersamaan dengan tahap pelaksanaan
tindakan. Observasi atau yang disebut juga dengan pengamatan meliputi kegiatan pemuatan
perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indera (Arikunto,
2002:133). Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua hal yang
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Observasi dilakukan mulai awal
pembelajaran hingga akhir pembelajaran, baik pada pelaksanaan tindakan siklus I maupun
siklus II. Hasil dari kegiatan pengamatan ini akan dijadikan acuan untuk melaksanakan refleksi.
Pada tahap observasi, peneliti berkolaborasi dengan guru mengamati jalannya
pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dengan
dibantu oleh seorang observer. Data untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru dalam
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dikumpulkan
dengan menggunakan lembar observasi, catatan lapangan, dan dokumentasi.
Selain pengamatan terhadap proses pembelajaran, kegiatan pengamatan juga
dilaksanakan terhadap hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi. Pengamatan terhadap
hasil karya siswa dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi, serta mengetahui pencapaian keberhasilan tindakan.
3.2.5 Refleksi
Refleksi dilakukan pada setiap selesai dilaksanakannya kegiatan pembelajaran. Tahap ini
dimaksudkan untuk mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan
(Suhardjono dalam Arikunto, dkk., 2007:80). Data yang telah terkumpul pada tahap observasi
dievaluasi pada tahap refleksi.
Tahap ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan dalam pembelajaran sudah
tercapai atau sebaliknya. Pada tahap ini juga dilakukan identifikasi masalah untuk mengetahui
kekurangan atau kelemahan dalam pembelajaran yang telah dilaksanakan. Identifikasi masalah
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses dan hasil tindakan. Refleksi pada hasil
tindakan mengacu pada tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Apabila
setelah dievaluasi ternyata indikator keberhasilan belum tercapai, maka perlu dilaksanakan
perbaikan pada siklus berikutnya.
Refleksi ini juga dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang telah dilakukan telah
memberi peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi sebelum
digunakannya gambar dan imajinasi. Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi dapat dilihat dari selisih perolehan nilai pada tahap pretes (sebelum menggunakan
gambar dan imajinasi), dengan perolehan nilai setelah diberi tindakan (setelah menggunakan
gambar dan imajinasi). Jika berdasarkan kriteria yang ditetapkan menunjukkan bahwa hasil
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi setelah diberi tindakan lebih
54
baik dari dari hasil sebelum diberi tindakan, dapat diambil kesimpulan bahwa
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan.
3.3 Lokasi, Waktu, dan Subjek Penelitian
3.3.1 Lokasi Penelitian
Penelitian tentang peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan
menggunakan gambar dan imajinasi dilaksanakan di SMA Negeri 1 Purwoharjo yang beralamat
di Jalan Slamet Cokro Purwoharjo Kecamatan Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Jumlah
ruang kelas yang terdapat di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sebanyak 18
kelas yang terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu kelas X, XI, dan XII. Masing-masing tingkatan
mempunyai enam ruang kelas.
Pemilihan SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sebagai lokasi penelitian
didasarkan pada pengamatan peneliti terhadap proses pembelajaran di SMA tersebut,
terutama pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sejauh pengamatan peneliti, guru Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi masih menggunakan metode
ceramah dan kurang memanfaatkan media dalam pembelajaran. Selain itu, di SMA ini belum
pernah diadakan penelitian dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis siswa, padahal
kemampuan menulis siswa masih kurang. Oleh karena itu, peneliti berkolaborasi dengan guru
Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi berupaya melaksanakan
perbaikan pembelajaran, dengan tujuan meningkatkan kemampuan menulis siswa, khususnya
dalam menulis karangan deskripsi.
3.3.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil, yakni bulan Desember 2007, dan pada
semester genap, yakni bulan April sampai bulan Mei 2008 tahun ajaran 2007/2008. Penelitian
pada semester ganjil dilaksanakan untuk mengidentifikasi masalah atau observasi awal,
sedangkan penelitian pada semester genap dilaksanakan untuk kegiatan pretes dan
pelaksanaan tindakan. Pemilihan waktu penelitian disesuaikan dengan jadwal kegiatan belajar
mengajar di sekolah, dan diupayakan tidak mengganggu proses belajar mengajar yang
sebenarnya. Dalam menentukan waktu penelitian, peneliti berdiskusi dengan guru mata
pelajaran Bahasa Indonesia dan meminta ijin kepada Kepala Sekolah.
3.3.3 Subjek Penelitian
Siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tahun ajaran
2007/2008 merupakan subjek dalam penelitian ini. Tindakan diberikan pada seluruh siswa kelas
X.2 yang terdiri dari 19 siswa putra dan 20 siswa putri.
Dasar pemilihan siswa kelas X.2 sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas X.2
dianggap telah siap untuk melaksanakan pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi. Pemilihan ini juga berdasarkan anjuran dari guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X.2, dengan mempertimbangkan waktu penelitian.
3.4 Data dan Sumber Data
3.4.1 Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data studi
pendahuluan, data pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan. Data awal adalah data hasil
wawancara, data rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis
deskripsi tanpa menggunakan gambar dan imajinasi, dan karangan deskripsi siswa sebelum
diberi tindakan, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai
dasar menyusun rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan adalah data rekaman aktivitas
guru dan siswa selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar
dan imajinasi. Data hasil tindakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi
dengan menggunakan gambar dan imajinasi, setelah dilaksanakannya tindakan siklus I dan
siklus II.
3.4.2 Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa dan guru mata pelajaran Bahasa
Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan
analisis dokumen.
(1) Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan lisan
kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang diberikan
dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala sesuatu yang ingin diungkap dapat digali
dengan baik (Susetyo, 2005:4). Teknik wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak
berstruktur dan bersifat informal. Pertanyaan tentang pandangan, sikap, keyakinan subjek, atau
keterangan lainnya diajukan secara bebas dan disesuaikan dengan kondisi saat wawancara.
Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan untuk memperoleh data berupa informasi
terkait dengan pembelajaran menulis deskripsi yang pernah dilaksanakan, sekaligus pendapat
mereka tentang pembelajaran tersebut.
(2) Pengamatan atau Observasi
Pengamatan atau observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana
peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (Susetyo, 2005:1). Observasi dalam penelitian
ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni observasi awal dan observasi pelaksanaan tindakan.
Observasi awal dilaksanakan pada tahap studi pendahuluan untuk mengidentifikasi
permasalahan sebelum dilaksanakan tindakan, sedangkan observasi pelaksanaan tindakan
bertujuan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pembelajaran menulis deskripsi
dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Peneliti menggunakan lembar observasi atau
catatan lapangan untuk mencatat setiap aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran
berlangsung.
(3) Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi. Dokumen yang digunakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan deskripsi.
Analisis dokumen juga dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan
siswa dalam menulis karangan deskripsi setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar
dan imajinasi.
3.6 Teknik Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut.
(1) Menelaah data terkumpul.
(2) Mereduksi data, yakni menyeleksi, memfokuskan, dan menyederhanakan semua data yang
diperoleh.
(3) Menyimpulkan data yang telah direduksi dan disajikan secara naratif.
Sebelum menyimpulkan data, peneliti melakukan penyusunan informasi secara naratif
yang berdasarkan hasil reduksi data dengan tujuan dapat menarik simpulan tentang proses
pembelajaran, perkembangan kemampuan siswa, kesulitan yang dialami siswa, serta hasil yang
diperoleh setelah diberikan tindakan. Tahap penyimpulan dilaksanakan dengan mengacu pada
data yang disajikan dan merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan menggunakan
gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi.
Untuk menganalisis kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi, dilaksanakan
penilaian terhadap karangan deskripsi siswa. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor
terlebih dahulu terhadap karangan deskripsi siswa, sesuai dengan indikator yang telah
ditentukan dalam pedoman penyekoran. Pedoman penyekoran hasil menulis karangan
deskripsi siswa dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Pedoman Penyekoran Hasil Menulis Karangan Deskripsi Siswa
No Aspek Subaspek Indikator Skor
1 2 3 4 5
1. Isi Kesesuaian Isi karangan sesuai dengan judul dan
tujuan penulisan
Kerincian Isi karangan menggambarkan objek
dengan rinci atau sedetail-detailnya
sehingga pembaca seolah-olah bisa
merasakan secara nyata apa yang
dirasakan penulisnya
Kreativitas
imajinasi
Isi karangan dikembangkan
berdasarkan imajinasi kelima indera
(penglihatan, pendengaran,
penciuman, pencecapan, dan
perabaan) dan didukung oleh opini
atau kesan penulis terhadap objek
2 Organisasi Organisasi Karangan disusun dengan runtut, saling
terkait, dan terarah
3. Kebahasaan Kalimat Kalimat yang digunakan bervariasi,
efektif, dan terbebas dari kesalahan
tata bahasa
Diksi Perbendaharaan kata bervariasi dan
digunakan secara tepat dan efektif
Ejaan Pilihan kata, kata depan, huruf kapital,
tanda baca, dan imbuhan digunakan
secara tepat (sesuai dengan EYD)
Keterangan:
Skor 1 : Sangat Kurang (SK)
Skor 2 : Kurang (K)
Skor 3 : Cukup (C)
Skor 4 : Baik (B)
Skor 5 : Sangat Baik (SB)
Skor maksimal: 35
(Sumber: diadaptasi dari Basuki, 1997:38―40)
Setelah ditemukan skor pada masing-masing subaspek karangan deskripsi siswa berdasarkan
tabel 3.1, kemudian dihitung nilai siswa atau persentase pencapaiannya dengan rumus sebagai
berikut.
Nilai = %100xmaksimalSkordiperolehyangSkor
(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:236)
Dari nilai yang diperoleh, siswa dikatakan mampu apabila nilai yang diperoleh dapat
mencapai standar keberhasilan minimal dengan mengacu pada pedoman standar keberhasilan
yang telah ditentukan. Berikut pedoman yang digunakan untuk mengetahui tingkat
keberhasilan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Tabel 3.2 Pedoman Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi
Pencapaian (%) Kualifikasi Kategori Nilai Tingkat Keberhasilan
Angka Huruf
80−100 5 A Baik Sekali Berhasil
65−79 4 B Baik Berhasil
56−64 3 C Cukup Tidak berhasil
40−55 2 D Kurang Tidak berhasil
20−39 1 E Gagal Tidak berhasil
(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:245)
Keterangan: Pedoman standar keberhasilan minimal yang harus dicapai siswa (Tabel 3.2) telah
disesuaikan dengan standar ketuntasan minimal (SKM) mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, yakni 65%.
Peningkatan kemampuan siswa dapat dilihat dari perbandingan nilai pretes siswa
(karangan deskripsi sebelum menggunakan gambar dan imajinasi) dengan nilai siklus I dan nilai
siklus II (karangan deskripsi setelah menggunakan gambar dan imajinasi). Jika diperoleh hasil
bahwa nilai siswa pada siklus II lebih baik dari dari nilai siklus I, dan nilai siklus I lebih baik dari
nilai pretes, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kemampuan siswa mengalami peningkatan.
3.7 Prediksi Hasil
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini secara umum adalah adanya peningkatan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi sehingga nilai yang diperoleh mampu
mencapai standar keberhasilan atau standar ketuntasan minimal (SKM) yang telah ditentukan,
yakni 65%. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap aspeknya,
yakni pada (1) aspek isi, yang meliputi (a) kemampuan dalam menyesuaikan isi dengan judul
dan tujuan penulisan, (b) kemampuan dalam merinci objek yang dideskripsikan, (c) kemampuan
dalam mengimajinasikan objek menggunakan kelima indera; (2) aspek organisasi, yakni
kemampuan dalam mengorganisasikan gagasan dengan runtut, terkait, dan terarah; dan (3)
aspek kebahasaan, yang meliputi (a) kemampuan dalam menyusun kalimat, (b) kemampuan
dalam menggunakan diksi atau pilihan kata, dan (c) kemampuan dalam menggunakan ejaan.
3.8 Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data bertujuan memperoleh data yang sahih dan absah yang
diperoleh dari hasil wawancara, observasi, dan analisis dokumen. Pengecekan keabsahan data
dalam penelitian ini menggunakan dua cara, yaitu ketekunan pengamatan dan pemeriksaan
mitra peneliti (kolaborator dan observer). Ketekunan pengamatan adalah pengecekan
keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahap yang direncanakan dengan tahap yang
telah
dilaksanakan dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan
imajinasi. Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti adalah ketika melaksanakan
penelitian, peneliti dibantu oleh kolaborator dan observer dalam mengumpulkan data.
Kolaborator yang dimaksud adalah guru Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi, sedangkan observernya adalah rekan sejawat peneliti. Pengecekan
keabsahan data dengan mitra peneliti bertujuan memperoleh hasil interpretasi data secara
objektif.
BAB IV
PAPARAN DATA
Pada Bab IV ini disajikan paparan data berdasarkan penelitian peningkatan kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan imajinasi yang telah
dilaksanakan. Paparan data yang disajikan meliputi paparan tentang (1) studi pendahuluan, (2)
pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II, dan (3) hasil tindakan siklus I dan siklus II.
4.1 Studi Pendahuluan
4.1.1 Observasi Awal
Kegiatan awal yang dilakukan sebelum pelaksanaan tindakan adalah observasi awal.
Observasi awal bertujuan mengidentifikasi permasalahan dalam pembelajaran menulis
deskripsi di kelas X, khususnya di kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi.
Observasi awal dilaksanakan pada bulan Desember 2007, dengan meminta ijin terlebih dahulu
kepada Kepala SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Kegiatan yang dilaksanakan
dalam observasi awal adalah (1) mengamati secara langsung proses pembelajaran Bahasa
Indonesia di kelas X.2, (2) wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan siswa
kelas X.2 terkait dengan pembelajaran menulis, khususnya dalam pembelajaran menulis
deskripsi yang pernah dilaksanakan, dan (3) pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa
berdasarkan tugas yang telah diberikan guru dalam pembelajaran menulis deskripsi
sebelumnya.
Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara, guru masih menggunakan metode
ceramah dalam proses pembelajaran. Guru belum memanfaatkan berbagai media untuk
merangsang siswa agar lebih aktif dalam pembelajaran menulis. Guru tidak berupaya
membimbing siswa untuk menciptakan pemahaman sendiri terhadap kompetensi yang akan
dicapai dalam pembelajaran. Selain itu, juga diketahui bahwa pembelajaran menulis deskripsi di
kelas X SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi tidak diajarkan secara mendalam
kepada siswa. Siswa langsung diberi tugas menulis karangan deskripsi tanpa dibimbing untuk
melakukan kegiatan sesuai tahapan yang sebaiknya dilakukan dalam proses menulis, seperti (1)
prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan revisi, dan (4) publikasi. Berdasarkan
pengamatan terhadap hasil karya siswa, diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi tidak maksimal.
4.1.2 Pretes
4.1.2.1 Perencanaan Pretes
Perencanaan pretes dilaksanakan berdasarkan hasil observasi awal. Tujuan pelaksanaan
pretes adalah mengetahui lebih detail tentang permasalahan dan kesulitan yang dihadapi siswa
kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi.
Kegiatan pretes juga untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam menulis karangan
deskripsi tanpa mengunakan gambar dan imajinasi.
Pretes dilaksanakan dengan memberikan tugas menulis karangan deskripsi pada siswa tanpa
menggunakan gambar dan imajinasi. Tugas yang diberikan pada siswa difokuskan pada
penulisan karangan deskripsi dengan tema keindahan alam. Pemokusan ini didasarkan pada
hasil pengamatan terhadap karangan deskripsi siswa dari tugas yang diberikan guru dalam
pembelajaran menulis deskripsi yang pernah dilaksanakan, yang menunjukkan bahwa objek
yang digambarkan dalam karangan deskripsi siswa mayoritas berupa objek tempat atau
pemandangan. Selain itu, juga disesuaikan dengan usia subjek penelitian, yakni siswa SMA,
yang dianggap mampu melibatkan perasaan atau menyertakan opini dalam menulis karangan
deskripsi dengan tema keindahan alam.
Dalam kegiatan pretes ini, peranan peneliti hanya sebagai pengamat. Pembelajaran
menulis deskripsi dilakukan sendiri oleh guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2.
Setelah itu, peneliti dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mendiskusikan langkah
selanjutnya yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang muncul selama pembelajaran
menulis deskripsi dan berupaya meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi.
4.1.2.2 Pelaksanaan Pretes
Kegiatan pretes dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, yaitu pada hari Rabu tanggal
23 April 2008 dengan alokasi waktu 2x45 menit. Dalam kegiatan ini, guru meminta siswa
menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan alam tanpa menggunakan gambar dan
imajinasi. Sebelum siswa melaksanakan kegiatan menulis, guru membangun ingatan siswa
terkait dengan materi tulisan deskripsi yang pernah dipelajari pada semester sebelumnya.
Dialog 1: Pembukaan dan Penggalian Skemata Siswa tentang Tulisan Deskripsi (Pretes/Rabu,
23 April 2008)
Guru : “Selamat siang, anak-anak.”
Siswa : “Selamat siang, Bu.”
Guru : “Apa kabar semuanya? Sudah siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia hari ini?
Siswa : “Sudah....”
Guru : “Anak-anak, kita pernah mempelajari tentang tulisan deskripsi. Kalian juga pernah
mencoba menulis tulisan deskripsi. Masih ingatkah kalian apa yang dimaksud dengan
tulisan deskripsi?”
Siswa : (saling berbisik dengan siswa lainnya)
Guru : “Ayo, siapa yang masih ingat dengan pengertian tulisan deskripsi?”
Siswa : “Tulisan yang menggambarkan suatu objek.”
Guru : “Ada yang ingin menambahkan lagi?”
Siswa : (diam)
Guru : “Baik, Ibu jelaskan lagi. Tulisan deskripsi adalah tulisan yang menggambarkan atau
menceritakan suatu objek, baik itu benda, manusia, ataupun tempat, sehingga pembaca
seolah-olah dapat melihat atau merasakan sendiri objek yang diceritakan tersebut.
Bagaimana, sudah mengerti semuanya anak-anak?”
Siswa : “Sudah....”
Guru : “Ada yang ingin ditanyakan?”
Siswa : “Tidak, Bu....”
Guru : “Baik, jika kalian sudah mengerti, sekarang Ibu ingin kalian menulis sebuah karangan
deskripsi dengan tema keindahan alam. Kalian boleh mendeskripsikan sekolah kita,
tempat tinggal kalian, atau tempat-tempat rekreasi yang pernah kalian kunjungi. Bisa
dimengerti anak-anak?”
Siswa : “Bisa....”
Guru : “Baik, kerjakan mulai dari sekarang!”
Selama pretes, siswa melaksanakan kegiatan menulis karangan deskripsi seperti pada
pembelajaran sebelumnya, tanpa adanya bimbingan dari guru. Dalam kegiatan menulis, siswa
tidak melalui tahap-tahap proses menulis mulai dari prapenulisan hingga publikasi. Meskipun
tema telah ditentukan, guru tidak membimbing siswa untuk menentukan dan memahami topik
atau objek yang akan dideskripsikan, memahami tujuan penulisan, mengumpulkan bahan, dan
menentukan judul, sebagai langkah awal dalam menulis karangan deskripsi. Padahal, kegiatan-
kegiatan tersebut perlu dilaksanakan untuk membantu siswa mengembangkan karangan
deskripsi dengan baik. Kegiatan penyuntingan dan perbaikan juga tidak dilaksanakan sehingga
siswa tidak mengetahui di mana letak kekurangan hasil karangannya, dan bagaimana menulis
karangan deskripsi yang baik, baik dari segi isi, organisasi, maupun kebahasaan.
Setelah dua jam pelajaran berjalan, semua hasil karangan siswa langsung dikumpulkan
tanpa dikoreksi atau diberikan balikan baik dari sesama siswa maupun guru. Siswa juga tidak
melaksanakan kegiatan publikasi, baik melalui pembacaan di depan kelas ataupun
menempelkannya di dinding kelas. Padahal, kegiatan ini juga perlu dilaksanakan agar siswa
mengetahui manfaat kegiatan menulis yang telah dilaksanakan.
4.1.2.3 Hasil Evaluasi Pretes
Pretes dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan detail permasalahan
yang dihadapi siswa dalam menulis karangan deskripsi sebelum diberikan tindakan.
Kemampuan awal siswa dapat diketahui dari hasil penilaian terhadap karangan deskripsi siswa
yang ditulis pada tahap pretes. Penilaian karangan deskripsi siswa mengacu pada pedoman
penyekoran hasil menulis karangan deskripsi yang telah disusun. Setelah memberikan skor
pada setiap subaspek pada masing-masing aspek karangan deskripsi siswa, guru memberikan
nilai pada karangan deskripsi siswa secara utuh, yang kemudian ditentukan tingkat
keberhasilannya.
Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada tahap pretes (Lampiran 11a), dapat
disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada tahap pretes
masih kurang. Nilai rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada tahap pretes hanya mencapai 45,79%. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada tahap pretes
masih di bawah standar keberhasilan yang telah ditetapkan, yakni 65%. Tingkat keberhasilan
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan
deskripsi pada tahap pretes dapat dilihat pada tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Tahap Pretes
No. Kualifikasi Jumlah Siswa Persentas
e
Tingkat Keberhasilan
1 A (Baik Sekali) - - Berhasil
2 B (Baik) 2 5,13
3 C (Cukup) 5 12,82 Tidak Berhasil
4 D (Kurang) 24 61,54
5 E (Gagal) 8 20,51
Berdasarkan tabel 4.1, dapat diketahui bahwa pada tahap pretes, tidak ada siswa yang
memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali). Bahkan, dari jumlah siswa keseluruhan,
hanya dua siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik). Sebagian besar siswa
memperoleh nilai dengan kualifikasi D (kurang), yakni sebanyak 24 siswa atau 61,54% dari
jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C (cukup) sebanyak
lima siswa atau 12,82% dari jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan
kualifikasi E (gagal) sebanyak 8 siswa atau 20,51% dari jumlah siswa keseluruhan. Jadi, pada
tahap pretes, hanya 5,13% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang mampu mencapai standar
keberhasilan yang ditetapkan, sedangkan 94,87% siswa lainnya masih belum mampu mencapai
standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, kemampuan menulis karangan
deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi perlu ditingkatkan.
Penilaian yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi dilihat dari tiga aspek, yakni: (1) aspek isi yang meliputi subaspek (a) kesesuaian, (b)
kerincian, dan (c) kreativitas imajinasi; (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang
meliputi subaspek (a) kalimat, (b) diksi, dan (c) ejaan. Penilaian dilaksanakan dengan
memberikan skor pada setiap subaspek dengan rentangan 1—5 sesuai dengan kriteria
pencapaian indikatornya. Skor 5 merupakan skor tertinggi dengan kriteria “sangat baik”, skor 4
dengan kriteria “baik”, skor 3 dengan kriteria “cukup”, skor 2 dengan kriteria “kurang”, dan skor
1 dengan kriteria “sangat kurang”. Penguasaan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi berdasarkan rentangan skor dalam menulis karangan deskrispi pada
setiap subaspek pada tahap pretes dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Tabel 4.2 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Tahap Pretes
No Aspek Subaspek Rata-Rata
Kemampuan Siswa
Jumlah Siswa
(%) Skor 1
Sangat
Kurang
Skor 2
Kurang
Skor 3
Cukup
Skor
4
Baik
Skor 5
Sangat
Baik
1 Isi Kesesuaian 44,62 9 17 8 5 -
Kerincian 58,46 - 11 20 8 -
Kreativitas
Imajinasi
40 12 15 12 - -
2 Organisasi Organisasi 50,77 4 12 21 2 -
3 Kebahasaa
n
Kalimat 46,67 9 13 12 5 -
Diksi 37,44 16 14 7 2 -
Ejaan 42,56 15 12 4 8 -
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek pada tahap
pretes masih kurang. Pada penilaian setiap subaspek, 23,81% siswa dari jumlah siswa
keseluruhan memperoleh skor 1 (sangat kurang); 34,43% siswa memperoleh skor 2 (kurang);
30,77% siswa memperoleh skor 3 (cukup); dan hanya 10,99% siswa yang memperoleh skor 4
(baik). Dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai, tidak ada satupun siswa yang
memperoleh skor 5 (sangat baik). Bahkan pada subaspek kreativitas imajinasi, tidak ada
satupun siswa yang memperoleh skor 4 (baik). Skor tertinggi yang diperoleh siswa pada
subaspek kreativitas imajinasi adalah 3 (cukup). Oleh karena itu, kemampuan siswa kelas X.2
SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi perlu
ditingkatkan, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan.
4.1.2.4 Refleksi Pretes
Setelah melaksanakan evaluasi pada tahap pretes, guru melaksanakan refleksi. Melalui
kegiatan refleksi, diharapkan dapat diketahui kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran
yang telah dilaksanakan. Dalam kegiatan refleksi, guru mengidentifikasi masalah-masalah yang
muncul selama pembelajaran menulis karangan deskripsi berlangsung. Identifikasi masalah
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan
deskripsi siswa.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran pada tahap pretes, pada
dasarnya siswa sudah mengetahui tentang konsep tulisan deskripsi. Beberapa siswa masih ingat
tentang pengertian dan karakteristik tulisan deskripsi yang pernah diajarkan oleh guru. Namun,
pengetahuan yang diperoleh siswa terkait dengan tulisan deskripsi hanya diperoleh dari guru.
Siswa tidak dibimbing untuk menciptakan pemahaman sendiri sehingga siswa hanya sebatas
tahu tentang tulisan deksripsi tanpa diimbangi dengan kemampuan dalam menuangkan ide
dalam bentuk karangan deskripsi. Siswa juga tidak diberikan pemahaman mengenai macam-
macam deskripsi dan bagaimana menulis deskripsi dengan disertai opini agar dapat
menumbuhkan imajinasi pembaca.
Kegiatan penulisan siswa tidak melalui tahap-tahap dalam proses menulis, yakni tahap
prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, dan publikasi. Siswa tidak memahami
langkah-langkah yang baik dalam menghasilkan sebuah karangan sehingga karangan yang
dihasilkan tidak maksimal. Siswa masih kesulitan dalam menuangkan ide ke dalam bentuk
karangan deskripsi yang baik, baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan. Hal ini
didasarkan pada hasil penilaian karangan deskripsi siswa pada tahap pretes yang menunjukkan
bahwa nilai yang diperoleh sebagian besar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi belum dapat mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan.
Secara rinci, permasalahan atau kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis
deskripsi pada tahap pretes adalah sebagai berikut.
(1) Masih ada beberapa karangan siswa yang mengandung pola pengembangan narasi, baik dari
judul maupun isinya. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih belum mamahami wujud
karangan deskripsi yang sebenarnya.
(2) Siswa belum mampu mengembangkan isi karangan sesuai dengan judul karangan. Bahkan,
ada beberapa siswa yang tidak memberikan judul dalam karangannya.
(3) Isi karangan siswa tidak fokus pada suatu objek atau pendeskripsian objeknya kurang
terarah sehingga sulit dirasakan oleh pembaca.
(4) Siswa mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan indera penglihatan saja, tanpa
mengembangkan berdasarkan indera yang lain sehingga karangan yang dihasilkan kurang
rinci atau detail dan pembaca juga tidak mampu mengimajinasikan dengan kelima indera.
(5) Siswa belum mampu menyertakan opini atau kesan dalam menulis karangan deskripsi
dengan tema keindahan alam.
(6) Perbendaharaan diksi dalam karangan siswa kurang sehingga sering terjadi pengulangan
kata atau kalimat yang sama.
(7) Masih banyak siswa yang mengalami kesalahan penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
(8) Siswa tidak memahami bahwa kegiatan menulis merupakan suatu proses sehingga
menganggap bahwa setelah karangan dikumpulkan, tidak ada kegiatan lanjutan yang harus
dilakukan. Siswa puas dengan hasil karangan yang telah dibuat tanpa adanya perbaikan atau
penyuntingan untuk memaksimalkan hasil karangannya.
(9) Siswa tidak mengetahui manfaat kegiatan menulis yang dilaksanakan sehingga karangannya
tidak maksimal. Hal ini dikarenakan karangan siswa hanya sekedar dikumpulkan tanpa ada
kegiatan publikasi.
Berdasarkan beberapa permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran menulis deskripsi
pada tahap pretes, maka guru merencanakan tindakan untuk mengatasinya. Penerapan
tindakan dari seluruh rencana pembelajaran akan direncanakan dalam dua siklus. Namun,
apabila dalam dua siklus belum juga mengalami peningkatan yang signifikan, maka akan
ditindaklanjuti pada siklus selanjutnya. Rencana pembelajaran menulis deskripsi siklus I
dirancang untuk mengatasi segala permasalahan yang ditemukan pada tahap studi
pendahuluan (pretes), sedangkan rencana pembelajaran menulis deskripsi siklus II dan siklus
ke-n dirancang untuk mengatasi permasalahan yang masih ditemukan pada siklus sebelumnya.
4.2 Pelaksanaan Tindakan
4.2.1 Pelaksanaan Tindakan Siklus I
4.2.1.1 Perencanaan Tindakan Siklus I
Setelah melaksanakan kegiatan studi pendahuluan, kegiatan perencanaan pembelajaran
siklus I dilaksanakan. Tindakan yang diberikan pada siklus I bertitik tolak pada permasalahan
yang ditemukan pada saat observasi dan hasil pretes pada tahap studi pendahuluan.
Pembelajaran siklus I dilaksanakan untuk mengatasi masalah-masalah yang ditemukan pada
tahap studi pendahuluan.
Pada tahap perencanaan ini, disusun rencana tindakan untuk meningkatkan kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa. Beberapa tindakan yang akan dilaksanakan pada siklus I
untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi pada tahap studi pendahuluan antara lain
sebagai berikut.
(1) Guru menggunakan gambar dan tabel hasil imajinasi indera dalam pembelajaran menulis
deskripsi, yang diharapkan dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi dengan tema keindahan alam.
(2) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan pengamatan terhadap gambar sebagai
langkah awal dalam menulis karangan deskripsi. Gambar berfungsi sebagai objek yang akan
dideskripsikan sehingga hasil karangan siswa nantinya menjadi lebih fokus dan terarah.
(3) Guru membimbing siswa untuk mengisi tabel hasil imajinasi indera. Pengisian tabel hasil
imajinasi indera merupakan bentuk realisasi dari hasil pengamatan
terhadap gambar. Hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera merupakan bahan sekaligus
kerangka yang digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi. Dengan tabel hasil
imajinasi indera, karangan deskripsi siswa nantinya menjadi lebih rinci dan tidak hanya
berdasarkan apa yang dilihat saja, tetapi juga berdasarkan hasil imajinasi kelima indera.
Bentuk tabel hasil imajinasi indera yang harus diisi siswa sebagai dasar penulisan karangan
deskripsi pada siklus I adalah sebagai berikut.
Tabel 4.3 Tabel Hasil Imajinasi Indera Siklus I
PENGLIHAT PENDENGAR PENCIUM PERASA PERABA
(4) Dalam menghasilkan sebuah karangan deskripsi, siswa harus melaksanakan proses
menulis yang terdiri dari 4 tahap, yaitu (1) prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan
revisi, dan (4) publikasi. Setiap tahap dalam proses menulis karangan deskripsi dilakukan
sendiri oleh siswa dengan bimbingan dari guru. Urutan kegiatan dalam proses menulis siswa
tidak harus terpaku pada urutan tahap yang telah ditentukan. Namun, keempat tahap tetap
harus dilalui oleh siswa agar siswa lebih memahami tentang konsep karangan deskripsi dan
tujuan penulisannya sehingga karangannya menjadi lebih baik.
(5) Guru berupaya menggunakan berbagai media dalam menyampaikan materi agar siswa
mampu menciptakan pemahaman sendiri tentang konsep karangan deskripsi. Metode ceramah
minim dilakukan. Dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan
imajinasi, guru hanya bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam
melaksanakan kegiatan menulis. Kegiatan menulis menjadi milik siswa seutuhnya sehingga
siswa menjadi lebih aktif dan tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran.
Tindakan siklus I direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi
waktu 2x45 menit pada masing-masing pertemuan. Dengan beberapa tindakan yang akan
diberikan, disusun rencana pembelajaran pada siklus I. Berikut ini rencana pembelajaran
menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I.
(1) Guru menggali kembali pengetahuan siswa tentang tulisan deskripsi. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui tingkat pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi. Sebagai penguatan, guru
menjelaskan kembali pengertian tulisan deskripsi. Untuk memantabkan pengetahuan siswa
dan mengurangi kesalahan siswa pada tahap pretes, guru menyajikan contoh karangan
deskripsi dan narasi.
(2) Guru menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan gambar
dan imajinasi. Guru menunjukkan contoh gambar, contoh pengisian tabel hasil imajinasi
indera, dan contoh karangan deskripsi yang dikembangkan berdasarkan hasil pengisian
tabel hasil imajinasi indera. Dari contoh yang sama, guru menunjukkan tulisan deskripsi
yang disertai dengan opini atau kesan penulis terhadap objek yang dideskripsikan. Kegiatan
ini dilakukan dengan tujuan siswa memahami langkah-langkah dalam menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dan menciptakan pemahaman siswa
terkait macam-macam deskripsi.
76
(3) Guru memberikan tema keindahan alam kepada siswa. Guru membagikan gambar
pegunungan dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Pemilihan gambar pegunungan
didasarkan pada lingkungan terdekat siswa yang berada di desa, yang masih tampak gunung
dan persawahan. Selanjutnya, siswa mengamati gambar, menentukan judul, dan mengisi
tabel hasil imajinasi indera berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar. Pengisian tabel
hasil imajinasi indera merupakan tahap pengumpulan bahan agar siswa tidak kesulitan
dalam mengembangkan karangan deskripsi sehingga karangan deskripsi siswa menjadi lebih
rinci dan detail. (Tahap Prapenulisan)
(4) Setelah tabel hasil imajinasi indera diisi oleh siswa, guru membimbing siswa untuk
mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera dan
judul yang telah ditentukan. (Tahap Penulisan)
(5) Guru menyajikan karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada tahap pretes, dengan
membacakannya di depan kelas, dan menuliskannya di papan tulis. Siswa diberikan
kesempatan untuk mengomentari karangan deskripsi yang disajikan. Siswa dengan
bimbingan guru menemukan kesalahan yang terdapat dalam karangan yang disajikan.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang bagaimana
menulis karangan deskripsi yang baik dan pentingnya melaksanakan kegiatan penyuntingan
dan revisi.
(6) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi.
Kegiatan penyuntingan dilaksanakan dengan menukarkan hasil karangan siswa dengan
siswa lainnya. Setiap siswa mengoreksi dan memberikan komentar atau saran perbaikan
terhadap hasil karangan teman, baik dari segi isi maupun kebahasaannya. Setelah setiap
karangan dikoreksi dan dikomentari, masing-masing karangan direvisi berdasarkan koreksi
dan komentar atau saran dari teman.
(Tahap Penyuntingan dan Revisi)
(7) Siswa melaksanakan kegiatan publikasi dengan membacakan hasil karangan deskripsinya
di depan kelas. Guru juga membimbing siswa untuk menempelkan hasil karangan
deskripsinya di dinding kelas. Kegiatan ini dilaksanakan agar siswa memahami manfaat
kegiatan menulisnya, dan bangga terhadap hasil tulisannya. (Tahap Publikasi)
4.2.1.2 Proses Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan pada siklus I mengacu pada perencanaan tindakan yang telah
disusun pada tahap sebelumnya. Tindakan dalam siklus I merupakan tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi permasalahan siswa dalam menulis karangan deskripsi yang ditemukan pada
saat studi pendahuluan. Siklus I dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada tahap pretes
belum menunjukkan penguasaan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Nilai yang dicapai
oleh siswa dalam menulis karangan deskripsi masih rendah dan di bawah standar keberhasilan
yang ditetapkan. Tindakan siklus I diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dan
meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada tahap pretes, baik dari aspek
isi, organisasi, maupun kebahasaan.
Tindakan siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit
pada masing-masing pertemuan, dengan rangkaian proses menulis seperti yang telah
direncanakan, yaitu (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan
revisi, dan (4) tahap publikasi. Proses pelaksanaan tindakan pada siklus I akan diuraikan sebagai
berikut.
78
4.2.1.2.1 Pertemuan Pertama Siklus I
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada
pertemuan I siklus I dilaksanakan hari Rabu tanggal 7 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45
menit. Kegiatan pembelajaran pertemuan I siklus I dilaksanakan pada dua jam pelajaran
terakhir, yakni pada jam ke 7―8, mulai pukul 11.45 hingga 13.15. Berdasarkan kesepakatan
dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2, pelaksanaan tindakan pada siklus I
dilaksanakan sendiri oleh peneliti. Jadi, peneliti bertindak sebagai guru dalam pembelajaran
menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam. Sebelum memulai
pembelajaran, guru mempresensi siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis
deskripsi pada pertemuan I. Setelah mempresensi semua siswa dan menanyakan kabar mereka,
guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia. Guru juga
menggali pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi yang pernah mereka terima dalam
pembelajaran menulis deskripsi sebelumnya. Berikut dialog yang dilaksanakan oleh guru
dengan siswa untuk mengetahui pengetahuan awal siswa terkait dengan tulisan deskripsi.
Dialog 2: Pembukaan dan Penggalian Skemata Siswa tentang Tulisan Deskripsi (Siklus I
Pertemuan I/Pendahuluan/Rabu, 7 Mei 2008)
Guru : “Assalamualaikum Wr. Wb.”
Siswa : “Waalaikumsalam….”
Guru : “Selamat siang semuanya. Bagaimana khabarnya hari ini?”
Siswa : “Baik, Bu.”
Guru : “Seperti yang telah Bu Sri katakan, dalam beberapa pertemuan ke depan kalian akan
belajar bersama Ibu. Sudah siap mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia hari ini bersama
Ibu?”
Siswa : “Siap, Bu....”
Guru : “Sebelumnya Ibu ingin bertanya, apa kalian pernah mempelajari tentang tulisan
deskripsi?”
Siswa : “Pernah ....”
Guru : “Kalian pernah menulis karangan deskripsi?”
Siswa : “Pernah ....”
Guru : “Berarti kalian pasti paham tentang karangan deskripsi. Apa yang dimaksud dengan
karangan deskripsi?”
Siswa : (secara serentak) “1) Karangan yang dikembangkan berdasarkan suatu objek. 2) Karangan
yang menggambarkan suatu objek.
Guru : “Anak-anak, Ibu ingin kalian mengungkapkan pendapat dengan tertib. Coba biasakan
mengangkat tangan sebelum menyampaikan pendapat kalian. Baik, ada lagi yang ingin
menambahkan?”
Siswa : (salah satu siswa mengangkat tangan) “Karangan yang menceritakan suatu objek
berdasarkan apa yang dilihat, dirasa, dan dialami.”
Guru : “Bagus! Ada lagi yang masih ingat tentang pengertian karangan deskripsi?”
Siswa : (Diam)
Berdasarkan dialog 2, guru dapat mengetahui bahwa pada dasarnya siswa sudah mengetahui
konsep dasar tulisan deskripsi. Siswa juga sudah pernah menulis karangan deskripsi. Dengan
begitu, guru menjadi lebih mudah untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran dan membimbing
siswa untuk menulis deskripsi karena siswa telah mempunyai bekal dari pembelajaran menulis
deskripsi sebelumnya. Namun, guru tetap menjelaskan kembali tentang pengertian tulisan
deskripsi kepada siswa. Penjelasan yang diberikan oleh guru didasarkan pada jawaban siswa
yang telah dirangkum dan ditulis di papan tulis sehingga siswa lebih mudah mengingat dan
memahaminya karena mereka sendiri yang menemukan. Hal ini dilakukan guru sebagai
penguatan atau memantabkan pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi. Agar siswa tidak
mengulangi kesalahan yang dilakukan dalam menyusun karangan deskripsi sebelumnya, guru
menyajikan dua contoh kutipan karangan siswa dari pembelajaran menulis deskripsi
sebelumnya. Satu contoh karangan yang dikembangkan menggunakan pola pengembangan
deskripsi, dan satu contoh karangan yang dikembangkan menggunakan pola pengembangan
narasi (Lampiran 7). Siswa dibimbing untuk menemukan perbedaan karangan deskripsi dan
narasi dari kedua contoh yang disajikan.
Sebelum melanjutkan kegiatan pembelajaran, guru terlebih dahulu menjelaskan
kompetensi yang akan dicapai dalam pembelajaran serta manfaat pencapaian kompetensi.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk meningkatkan motivasi siswa dalam menulis karangan
deskripsi.
Dialog 3: Penjelasan Kompetensi yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran dan Manfaat
Pencapaian Kompetensi (Siklus I Pertemuan I/Pendahuluan/Rabu, 7 Mei 2008)
Guru : “Baik anak-anak, Ibu yakin kalian sudah pandai tentang karangan deskripsi. Pada
pembelajaran kali ini kita akan kembali belajar tentang karangan deskripsi. Kita juga
akan mencoba kembali menulis karangan deskripsi.”
Siswa : (saling menggumam) “Ya...h, kok deskripsi lagi seh Bu?”
Guru : “Tunggu sebentar, tunggu sebentar... Kali ini kita akan belajar menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi. Sudah pernah belajar menulis deksripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi?”
Siswa : “Belum.... Memang bagaimana caranya Bu?”
Guru : “Nanti, Ibu akan memberikan gambar kepada kalian. Gambar itu berfungsi sebagai objek
yang nantinya harus kalian deskripsikan. Ketika kalian mendeskripsikan gambar, kalian
harus menggunakan imajinasi kelima indera kalian.”
Siswa : (Diam memperhatikan)
Guru : “Selain itu, kegiatan menulis deskripsi kalian nanti juga tidak hanya sekedar menulis saja,
tetapi hasil tulisan deskripsi kalian nantinya akan dipublikasikan dengan
membacakannya di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas. Kita akan
membuat mading di kelas kalian. Jadi, hasil karangan kalian akan bermanfaat. Kalian
mau kan jika tulisan kalian dipublikasikan?”
Siswa : “Mau Bu, mau sekali....”
Dari dialog 3, dapat diketahui bahwa dengan menjelaskan terlebih dahulu kompetensi yang
akan dicapai dalam pembelajaran dan mengarahkan siswa untuk memahami manfaat kegiatan
penulisan yang dilaksanakan, siswa menjadi lebih bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
yang dilaksanakan. Karena siswa telah memiliki semangat untuk mengikuti pembelajaran
menulis deskripsi bersama guru, guru melaksanakan kegiatan pembelajaran selanjutnya.
2) Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti, guru memberikan tindakan untuk mengatasi kesulitan siswa dalam
mengembangkan karangan deskripsi pada tahap pretes. Guru menggunakan gambar dan
imajinasi dalam proses menulis siswa.
Sebelum siswa memulai proses menulis, guru terlebih dahulu memberitahukan bahwa
fokus penulisan deskripsi yang akan dilaksanakan oleh siswa adalah penulisan karangan
deskripsi dengan tema keindahan alam, seperti yang telah dilaksanakan pada tahap pretes.
Guru kemudian menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi, dalam bentuk transparansi (Lampiran 8). Kegiatan ini dilaksanakan
dengan tujuan siswa memahami langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi. Dengan menggunakan contoh karangan yang sama, guru
menciptakan pemahaman siswa terkait macam-macam deskripsi. Guru mengenalkan siswa
tentang deskripsi yang disertai dengan opini atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan.
Melalui kegiatan ini, siswa diharapkan mampu mendeskripsikan objek dengan disertai opini
atau kesan terhadap objek yang dideskripsikan.
Pada tahap prapenulisan, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah (1) mengamati gambar,
(2) menentukan judul karangan, dan (3) mengisi tabel hasil imajinasi indera. Guru terlebih
dahulu membagikan gambar dan tabel hasil imajinasi indera kepada masing-masing siswa.
Seperti yang telah direncanakan, gambar yang digunakan pada siklus I adalah gambar
pegunungan. Guru kemudian memberikan perintah kepada siswa untuk memulai kegiatan
prapenulisan. Guru mengamati dan membimbing siswa selama kegiatan prapenulisan. Siswa
dibimbing untuk menentukan judul karangan berdasarkan gambar yang diamati. Kegiatan
prapenulisan juga merupakan kegiatan pengumpulan bahan yang bertujuan memudahkan
siswa untuk mengembangkan idenya ke dalam karangan deskripsi. Selama kegiatan
prapenulisan, tidak ada siswa yang bertanya. Siswa tampak dengan tekun mengamati gambar.
Siswa juga mulai mengisi tabel hasil imajinasi indera berdasarkan imajinasi kelima indera
mereka, dengan mengacu pada gambar yang diamati. Ada beberapa siswa yang dengan cepat
menyelesaikan pengisian tabel hasil imajinasi indera, tetapi juga masih banyak siswa yang
membutuhkan waktu lama untuk menyelesaikan pengisian tabel hasil imajinasi indera. Banyak
siswa yang masih terlihat bingung atau kesulitan untuk mengembangkan imajinasi kelima
indera mereka.
Setelah tahap prapenulisan, proses menulis siswa dilanjutkan pada tahap penulisan.
Guru membagikan lembar kerja yang akan digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi.
Pada tahap penulisan, siswa mulai mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian
tabel hasil imajinasi indera dan judul yang telah dipilih. Siswa diberikan kebebasan untuk
menyusun karangan deskripsi berdasarkan hasil imajinasinya dengan bimbingan guru. Seperti
pada tahap prapenulisan, pada tahap penulisan beberapa siswa dengan lancar
mengembangkan karangan deskripsi. Namun, ada juga beberapa siswa yang masih bingung
untuk mengembangkan karangan deskripsi, meski mereka telah mempunyai bahan penulisan
berupa hasil imajinasi indera.
3) Kegiatan Penutup
Lima menit sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru mengingatkan siswa untuk
mengakhiri kegiatan menulis dan mengumpulkan karangan ke depan karena waktu yang
diberikan hampir habis.
Dialog 4: Perintah Pengumpulan Karangan Deskripsi Siswa (Siklus I Pertemuan
I/Penutup/Rabu, 7 Mei 2008)
Guru : “Anak-anak, waktunya tinggal lima menit lagi. Bagi yang karangannya sudah selesai,
silahkan dikumpulkan di meja Ibu.”
Siswa : (bersama-sama dan gaduh) “Iya, Bu....”
Siswa : (bersama-sama dan gaduh) “Yah...Bu, belum Bu....”
Siswa : “Bu, kapan karangannya dibacakan di depan kelas dan ditempel?”
Guru : “Nanti Ibu jelaskan. Sekarang bagi yang belum selesai, segera diselesaikan! Ibu beri waktu
lima menit lagi.”
Dari dialog 4, tampak beberapa siswa dengan antusias mengumpulkan hasil karangan
awal, tetapi ada juga siswa yang masih belum menyelesaikan karangan sehingga berupaya
menyelesaikannya dengan tergesa-gesa. Ada siswa yang masih bersemangat untuk melanjutkan
kegiatan pembelajaran, meski jam pelajaran sudah hampir habis. Siswa antusias untuk
melanjutkan kegiatan pada tahap publikasi, yakni membacakan hasil karangan di depan kelas
dan menempelkannya di dinding kelas.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi pembelajaran. Guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran.
Guru juga meminta siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami atau belum
dimengerti oleh siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan
selanjutnya. Guru memberikan penjelasan kepada siswa terkait dengan kegiatan yang akan
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Di akhir pertemuan, guru menutup kegiatan
pembelajaran dengan doa dan salam.
4.2.1.2.2 Pertemuan Kedua Siklus I
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada
pertemuan II siklus I dilaksanakan hari Sabtu tanggal 10 Mei 2008, dengan alokasi waktu yang
sama dengan pembelajaran pada pertemuan I, yaitu 2x45 menit. Seperti halnya pembelajaran
pada pertemuan I siklus I, kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus I juga dilaksanakan
pada dua jam pelajaran terakhir. Namun, kegiatan pembelajaran pada pertemuan II dilaksanakan
pada jam ke 5―6, yakni mulai pukul 10.15 hingga 11.45. Hal ini disebabkan di SMA Negeri 1
Purwoharjo jumlah jam pelajaran pada hari Rabu berbeda dengan jumlah jam pelajaran pada hari
Sabtu. Jika hari Rabu, jumlah jam pelajaran di SMA Negeri 1 Purwoharjo adalah delapan jam
pelajaran, sedangkan pada hari Sabtu jumlah jam pelajarannya hanya enam jam pelajaran.
1) Kegiatan Pendahuluan
Kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus I diawali guru dengan mengucapkan
salam kepada siswa dan menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya
dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru juga
tidak lupa mempresensi siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Seluruh siswa
hadir dalam pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan II.
Setelah mempresensi siswa, guru mengajak siswa untuk mengingat kembali kegiatan
pembelajaran menulis deskripsi yang telah dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan
ini dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pertemuan sebelumnya
sebagai bekal untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Secara singkat, guru menggali kembali
pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi dan langkah-langkah menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Secara umum siswa masih ingat dengan
kegiatan pembelajaran menulis deskripsi yang telah dilaksanakan pada pertemuan I. Siswa juga
mampu menyebutkan langkah-langkah mengembangkan karangan deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi. Hal ini memudahkan guru untuk membimbing siswa
melaksanakan kegiatan selanjutnya. Guru juga memberikan penjelasan kepada siswa tentang
kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan II, yakni kegiatan (1) penyuntingan dan revisi,
dan (2) publikasi.
Sebelum siswa memulai kegiatan penyuntingan dan revisi, guru menyajikan beberapa
hasil karya siswa dari pembelajaran menulis deskripsi pada tahap pretes. Guru membacakan
dan menuliskannya di papan tulis. Karangan yang dibacakan adalah karangan milik RAL, dan
karangan yang ditulis di papan tulis adalah karangan milik DD. Berikut contoh karangan
deskripsi milik RAL dan DD yang disajikan di guru depan kelas.
1) Karangan RAL
Suasana Pantai grajakan
Bunyi gelombang mendebarkan hatiku. Semilir angin membelai rambutku. Hari minggu adalah
hari yang tepat untuk tamasya. Pukul 08.00 pagi aku dan teman-temanku berkumpul di rumahku. Kira-
kira ada 10 orang saling berboncengan. Pukul 09.25 tepat aku dan teman-teman mulai berangkat dari
rumah. Kami semua terdiri dari 5 cewek dan 5 cowok. Tapi kami hanya teman sebaya waktu SMP.
Di tengah perjalanan kami menemui sebuah pohon yang besar jatuh di tengah jalan. Akhirnya
macetpun terjadi, 3 jam kami menunggu. Lama-kelamaan pohon besar itu dapat di singkirkan dari jalan.
Kamipun senang dan langsung melewatinya. Satu jam lamanya kami menempuh perjalanan menuju
pantai grajakan. .... Pukul 16.50 kami sampai rumah. Dan setelah itu kami mulai pisah untuk menuju
rumah kita masing-masing.
2) Karangan DD
... (tanpa judul)
Di belakang rumah saya terdapat kebun yg ditanami jeruk, dan disana saya memelihara kelinci
saya, saya sangat suka dg Pekarangan belakang rumah saya. disana udaranya masih segar dan bersih,
saya sering dg teman2 saya bermain di Pekarangan belakang rumah saya sambil makan jeruk dan beri
kelinci saya.
Jadi Pekarangan belakang rumah saya adalah yg paling baik dan Paling seru
Dari contoh karangan yang disajikan, siswa dengan guru mengoreksinya secara bersama-
sama. Guru membimbing siswa untuk mengidentifikasi kekurangan karangan yang disajikan
sekaligus hal-hal yang perlu diperbaiki dalam karangan. Kegiatan ini dilaksanakan dengan tujuan
siswa dapat mengetahui kegiatan yang perlu dilakukan dalam penyuntingan dan revisi, serta
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyuntingan dan revisi. Siswa lebih mudah
memahaminya karena dari contoh yang ditampilkan, siswa telah belajar melaksanakan kegiatan
penyuntingan dan revisi.
Dari karangan milik RAL, siswa mengetahui bahwa karangan tersebut perlu diperbaiki
dari segi isinya. Siswa dapat menemukan adanya urutan waktu dalam karangan milik RAL yang
merupakan ciri karangan narasi, meski dari judul sudah tampak adanya ciri karangan deskripsi.
Sedangkan dari karangan milik DD, siswa menyadari akan pentingnya penulisan judul dalam
karangan. Selain itu, siswa juga menjadi tahu bagaimana penulisan ejaan yang benar terkait
dengan penulisan kata, kata depan, imbuhan, ataupun tanda baca. Dengan bimbingan guru,
siswa dapat memperbaiki penulisan ejaan milik DD.
2) Kegiatan Inti
Pada tahap inti, guru mengembalikan karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada
pertemuan I. Guru terlebih dahulu memberikan penjelasan bahwa kegiatan publikasi juga bisa
dilakukan untuk memperoleh masukan orang lain. Guru meminta salah satu siswa, yakni GA,
membacakan karangannya di depan kelas. Guru memilih GA untuk membacakan karangannya
dengan alasan karangan GA sudah sesuai dengan indikator yang diharapkan. Setelah GA selesai
membacakan karangannya, guru memberikan balikan. Sebelumnya, guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk memberikan komentar secara lisan atas pembacaan karangan
oleh GA. Beberapa siswa memberikan komentar terkait dengan isi maupun teknik pembacaan.
Dari kegiatan ini, siswa menjadi tahu akan pentingnya kegiatan publikasi atau berbagi. Siswa
juga mengetahui bahwa setiap tahap dalam proses menulis bisa menjadi putaran yang berulang
untuk menghasilkan sebuah karangan yang baik. Misalnya, kegiatan publikasi atau berbagi tidak
hanya dapat dilaksanakan setelah revisi, tetapi juga bisa dilaksanakan sebelum penyuntingan
dan revisi, untuk memperoleh masukan dari orang lain. Untuk mengefektifkan waktu, guru
hanya meminta satu siswa yang membacakan karangan sebelum penyuntingan. Kegiatan
publikasi dilanjutkan setelah siswa merevisi karangannya.
Kegiatan pertama yang dilaksanakan pada tahap inti adalah penyuntingan. Guru meminta siswa
menukarkan karangannya dengan siswa lain. Agar lebih yakin bahwa siswa telah paham dengan
kegiatan yang harus dilakukan siswa pada tahap penyuntingan, guru kembali menanyakan
kepada siswa terkait kegiatan yang harus dilaksanakan dan hal-hal yang perlu diperhatikan
siswa pada tahap penyuntingan.
Dialog 5: Tanya Jawab tentang Kegiatan Penyuntingan (Siklus I Pertemuan II/Inti/Sabtu, 10
Mei 2008)
Guru : “Karangannya sudah ditukarkan semua anak-anak?”
Siswa : (bersama-sama) “Sudah, Bu ....”
Guru : “Apa tugas kalian?”
Siswa : “Mengoreksi dan memberikan komentar ....”
Guru : “Lalu, apa saja yang harus kalian perhatikan dalam penyuntingan?””
Siswa : (bersama-sama) “Ejaan, tanda baca, kalimat, isi ....”
Guru : “Baik, jangan lupa menuliskan nama komentatornya ya!”
Siswa : “Di mana, Bu?”
Guru : “Di bawah saja, ada yang belum tahu tugasnya anak-anak?”
Siswa : (diam)
Guru : “Sudah paham semuanya?”
Siswa : “Sudah ....”
Dari dialog 5, guru mengetahui bahwa siswa telah memahami tugas yang harus
dilaksanakan pada tahap penyuntingan. Pada tahap penyuntingan, siswa diberikan kebebasan
untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Guru mengijinkan siswa mengoreksi karangan milik
teman dengan cara memberikan coretan pada karangan dan memberikan komentar atau saran
perbaikan di bawah karangan. Coretan dan komentar dari teman itulah yang nantinya dijadikan
acuan bagi siswa untuk merevisi karangannya. Guru berkeliling untuk mengontrol kegiatan
siswa. Beberapa siswa dengan serius memberikan koreksi dan komentar terhadap karangan
temannya, namun ada juga beberapa siswa yang hanya sekedar menjalankan tugas sehingga
hasil koreksi dan komentarnya tidak maksimal.
Setelah penyuntingan, guru mengajak siswa untuk melanjutkan kegiatan pada tahap revisi.
Guru meminta siswa mengembalikan karangan yang disunting kepada pemiliknya masing-
masing, kemudian guru kembali membagikan kertas pada siswa. Kertas yang diberikan oleh
guru berbeda dengan kertas pada tahap penulisan awal. Kertas yang diberikan guru pada tahap
revisi adalah kertas HVS berwarna agar siswa lebih termotivasi untuk meperbaiki karangannya
karena akan ditempel di dinding kelas. Pada tahap revisi, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa
adalah memperbaiki karangan awal dengan mengacu pada hasil koreksi dan komentar teman.
Saat proses perevisian, beberapa siswa memberikan hiasan berupa gambar-gambar pada kertas
revisi karangannya sehingga tampilan karangannya menjadi lebih menarik. Ketika waktu yang
diberikan oleh guru habis, semua siswa telah menyelesaikan revisinya.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap publikasi. Sebelumnya, guru telah menempelkan
dua kertas manila besar di papan tulis sebagai alas untuk menempelkan karangan siswa di
dinding kelas. Pada tahap publikasi, kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah (1)
membacakan karangannya di depan kelas dan (2) menempelkan karangan yang telah dibaca
pada kertas manila yang telah guru siapkan di papan tulis. Guru juga memberikan kesempatan
siswa untuk memberikan komentar terhadap pembacaan karangan oleh teman mereka.
Mulanya, siswa enggan maju ke depan kelas dengan kemauan sendiri. Beberapa siswa ragu-
ragu untuk meju ke depan meski tampak ada kemauan. Akhirnya, guru sedikit memaksa siswa
untuk maju ke depan kelas dengan cara memberikan permainan kecil. Setelah ada salah satu
siswa membacakan karangan deskripsinya di depan kelas, beberapa siswa lain mau maju ke
depan tanpa dipaksa lagi. Karena keterbatasan waktu, siswa yang maju ke depan untuk
mempublikasikan karangan dengan membacakan dan menempelkannya di papan tulis hanya
lima orang, yaitu YBA, FM, DSM, DFD, dan CDS. Siswa lainnya melanjutkan kegiatan publikasi di
luar jam pelajaran, dengan menempelkan karangannya pada lembar manila yang masih kosong.
Berdasarkan panduan guru, setelah semua karangan siswa ditempelkan pada dua lembar
manila, lembar manila yang berisi karangan ditempelkan di dinding kelas bagian belakang.
Penempelan karangan dikoordinir oleh ketua kelas. Namun sebelum ditempelkan, seluruh
karangan siswa dikumpulkan terlebih dahulu kepada guru untuk diberikan penilaian.
3) Kegiatan Penutup
Setelah memberikan panduan terkait kegiatan yang harus dilaksanakan siswa untuk
melanjutkan kegiatan publikasi, guru menutup kegiatan pembelajaran. Guru membimbing
siswa melakukan refleksi proses pembelajaran pada pertemuan I dan II. Dengan panduan guru,
siswa mengingat dan menyimpulkan kembali keseluruhan materi dari kegiatan pembelajaran
yang telah dilaksanakan dalam dua pertemuan. Guru juga menanyakan kepada siswa tentang
kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi. Sebagian besar siswa mengaku kesulitan dalam mengisi tabel hasil
imajinasi indera dan mengembangkan hasil imajinasi ke dalam kalimat-kalimat. Beberapa siswa
juga menanyakan kembali tentang penulisan ejaan.
Di akhir pembelajaran, guru memberikan nasehat kepada siswa agar tetap semangat
dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia. Kemudian, guru menutup kegiatan pembelajaran
dengan doa dan mengucapkan salam.
4.2.1.3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus I
Seperti pada tahap pretes, pada siklus I juga dilaksanakan kegiatan penilaian untuk mengetahui
kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis
karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Berdasarkan hasil penilaian
karangan deskripsi siswa pada siklus I (Lampiran 11b), diketahui nilai rata-rata kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I mencapai 64,40%. Namun, nilai rata-rata
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa secara keseluruhan masih dibawah standar
keberhasilan yang disyaratkan. Tingkat keberhasilan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I dapat dilihat pada tabel
4.4 berikut.
Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus I
No. Kualifikasi Jumlah Siswa Persentas
e
Tingkat Keberhasilan
1 A (Baik Sekali) 1 2,56 Berhasil
2 B (Baik) 17 43,59
3 C (Cukup) 15 38,46 Tidak Berhasil
4 D (Kurang) 6 15,39
5 E (Gagal) - -
Berdasarkan tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pada siklus I, sudah ada siswa yang memperoleh
nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), meski hanya satu siswa. Siswa yang memperoleh nilai
dengan kualifikasi B sebanyak17 siswa atau 43,59% dari jumlah siswa keseluruhan. Siswa yang
memperoleh nilai dengan kualifikasi C (cukup) sebanyak 15 siswa atau 38,46% dari jumlah siswa
keseluruhan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi D (kurang) hanya enam siswa atau
15,39% dari jumlah siswa keseluruhan. Pada siklus I, tidak ada siswa yang memperoleh nilai
dengan kualifikasi E (gagal). Jadi, pada siklus I, jumlah siswa yang mampu mencapai standar
keberhasilan yang ditetapkan adalah 46,15% siswa dari jumlah siswa keseluruhan sehingga
kemampuan menulis deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi masih perlu ditingkatkan karena 53,85% siswa lainnya masih belum mampu
mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan.
Tabel 4.5 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Siklus I
No Aspek Subaspek Rata-Rata
Kemampuan Siswa
(%)
Jumlah Siswa
Skor 1
Sangat
Kurang
Skor 2
Kurang
Skor 3
Cukup
Skor
4
Baik
Skor 5
Sangat
Baik
1 Isi Kesesuaian 65,64 - 3 23 12 1
Kerincian 71,79 - 1 16 20 2
Kreativitas
Imajinasi
74,87 - - 17 15 7
2 Organisasi Organisasi 55,90 - 13 21 5 -
3 Kebahasaa
n
Kalimat 57,95 1 13 14 11 -
Diksi 58,97 1 5 28 5 -
Ejaan 65,64 2 6 10 21 -
Berdasarkan tabel 4.5, dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai siswa kelas X.2
SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5
(sangat baik). Pada penilaian setiap subaspek kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi pada siklus I, hanya 1,47% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang memperoleh skor
1 (sangat kurang); sedangkan 15,02% siswa memperoleh skor 2 (kurang); 47,25% siswa
memperoleh skor 3 (cukup); 32,60% siswa memperoleh skor 4 (baik); dan 3,66% siswa
memperoleh skor 5 (sangat baik). Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan
deskripsi pada subaspek kesesuaian, kerincian, kreativitas imajinasi, dan ejaan pada siklus I
sudah baik. Namun, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis deskripsi pada subaspek
organisasi, kalimat, dan diksi masih termasuk dalam kategori cukup. Dengan kata lain, siswa
masih lemah dalam ketiga subaspek ini. Oleh karena itu, kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi pada setiap subaspek masih perlu ditingkatkan, terutama pada subaspek
organisasi, kalimat, dan diksi.
4.2.1.4 Refleksi Tindakan Siklus I
Setelah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan hingga
tahap evaluasi, dilaksanakan kegiatan refleksi. Dalam kegiatan refleksi, ketercapaian tujuan
pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran pada siklus I diidentifikasi. Guru juga
mengidentifikasi masalah, kelemahan, atau kekurangan pada tindakan siklus I. Identifikasi
didasarkan pada hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan
deskripsi siswa setelah diberi tindakan pada siklus I.
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi tidak hanya
berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa untuk menciptakan pemahaman
sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan. Pengetahuan yang diperoleh siswa
terkait dengan tulisan deskripsi tidak hanya diperoleh dari guru, tetapi juga dari siswa, sehingga
siswa lebih memahami dan menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran, pada siklus I siswa lebih memahami
tentang konsep dan wujud karangan deskripsi. Siswa tidak lagi bingung untuk membedakan
antara karangan deskripsi dengan karangan narasi dari contoh yang diberikan oleh guru. Hal ini
diketahui dari hasil karangan deskripsi seluruh siswa yang sudah tidak mengandung pola
pengembangan karangan narasi. Selain itu, meski belum maksimal, siswa juga sudah mampu
melibatkan perasaan atau menyertakan opininya dalam mendeskripsikan objek pegunungan
sehingga tujuan penulisannya dapat tercapai.
Dari proses menulis yang dilaksanakan, siswa dapat memahami langkah-langkah yang
perlu dilakukan dalam menghasilkan sebuah karangan agar karangan yang dihasilkan menjadi
lebih baik. Namun, pada tahap prapenulisan siswa masih kesulitan dalam mengisi tabel hasil
imajinasi indera atau mengembangkan imajinasinya. Panduan yang diberikan oleh guru masih
kurang sehingga ada beberapa siswa yang belum mengerti makna kolom dalam tabel hasil
imajinasi indera dan salah memasukkan hasil imajinasinya. Pada tahap penulisan, siswa masih
kesulitan mengembangkan hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera ke dalam kalimat-kalimat.
Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada siklus I, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa
belum mampu mencapai standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Dari jumlah siswa
keseluruhan, masih ada 53,85% siswa yang belum berhasil. Secara rinci, permasalahan atau
kendala yang dihadapi dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar
dan imajinasi pada siklus I adalah sebagai berikut.
(1) Pada tahap prapenulisan, masih terjadi kesalahan dalam pengisian tabel hasil imajinasi
indera, terutama dalam pengisian kolom “indera perasa”.
(2) Siswa belum mampu membuat judul yang spesifik sesuai dengan topik atau objek yang
dideskripsikan.
(3) Siswa masih kesulitan menyusun kalimat dengan struktur kalimat yang tepat, efektif, dan
tidak menimbulkan kerancuan makna.
(4) Siswa masih kesulitan dalam membuat karangan dengan organisasi yang baik. Keruntutan
dan keterkaitan antar kalimat dalam paragraf masih kurang.
(5) Perbendaharaan kata yang digunakan siswa masih kurang. Masih ada beberapa siswa yang
sering mengulang-ulang kata atau kalimat yang pernah ditulis.
\(6) Masih ada beberapa siswa yang belum bisa menggunakan ejaan dengan tepat.
(7) Pada tahap revisi, siswa belum memahami pentingnya memperbaiki karangan. Siswa
hanya sekedar menyalin karangan tanpa berupaya membuat karangannya menjadi lebih
baik.
4.2.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II
4.2.2.1 Perencanaan Tindakan Siklus II
Pada tahap perencanaan, disusun rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
siklus II dengan mengacu pada permasalahan yang ditemukan pada siklus I. Rencana
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi siklus II dirancang
untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada siklus I agar kemampuan menulis
deskripsi siswa mengalami peningkatan.
Rencana pembelajaran pada siklus II disusun dengan beberapa perubahan tindakan
sebagai perbaikan dari siklus I. Seperti pada tindakan siklus I, tindakan siklus II juga
direncanakan dilaksanakan dua kali pertemuan dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masing-
masing pertemuan. Rencana pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar
dan imajinasi pada siklus II adalah sebagai berikut.
(1) Guru memberikan evaluasi hasil penilaian pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. Hal ini dilakukan agar siswa mengetahui
kesalahan atau kekurangan dalam karangan deskripsi mereka pada siklus I sehingga tidak
terjadi lagi pada siklus II.
(2) Siswa diberikan penjelasan tentang cara merumuskan judul dan syarat judul yang baik.
Siswa diberikan karangan tanpa judul, kemudian diajak untuk menentukan judul dari karangan
tersebut dan menuliskannya di depan kelas untuk menerima balikan dari guru. Guru
menginformasikan bahwa judul karangan dapat diperbaiki setelah karangan selesai ditulis agar
judul karangan benar-benar sesuai dengan topik dan isi karangan.
(3) Dengan karangan yang sama, siswa diajak memperhatikan penggunaan kata dan kalimat,
serta organisasi dalam karangan tersebut. Siswa diberi arahan untuk menyusun rincian dengan
dukungan opini agar kalimatnya tidak menimbulkan kerancuan makna dan organisasi setiap
gagasan dalam karangannya menjadi runtut dan terarah. Kegiatan ini bertujuan mengarahkan
siswa tentang hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi.
(4) Guru menjelaskan langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi sekaligus manfaat masing-masing langkah, serta makna masing masing
kolom pada tabel hasil imajinasi indera. Pada siklus II, peneliti dan guru memperbaiki judul
masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera agar siswa tidak lagi mengalami
kebingungan dalam mengisi tabel. Bentuk tabel hasil imajinasi indera pada siklus II adalah
sebagai berikut.
Tabel 4.6 Tabel Hasil Imajinasi Indera Siklus II
PENGLIHATAN PENDENGARAN PENCIUMAN PENCECAPAN PERABAAN
(5) Guru memberikan tema yang sama kepada siswa, seperti dalam pembelajaran menulis
deskripsi pada siklus I, yaitu keindahan alam. Guru membagikan gambar dan tabel hasil
imajinasi indera kepada siswa. Selanjutnya, siswa memulai kegiatan prapenulisan, yakni
mengamati gambar, menentukan judul, dan mengisi tabel hasil imajinasi indera. Namun,
gambar yang digunakan pada siklus II adalah gambar pantai. Pemilihan gambar pantai pada
siklus II didasarkan pada banyaknya karangan deskripsi siswa dari pembelajaran sebelumnya
dan pada tahap pretes yang objeknya berupa pantai. Selain itu, lingkungan terdekat siswa
setelah desa adalah pantai. (Tahap Prapenulisan)
(6) Guru membimbing siswa untuk mengembangkan draf awal karangan deskripsi berdasarkan
hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera dan judul yang telah ditentukan. (Tahap Penulisan)
(7) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi seperti
yang telah dilaksanakan pada siklus I. Sebelumnya, siswa diberikan karangan yang terdapat
banyak kesalahan, dan diajak untuk belajar menyunting karangan tersebut dengan
memperhatikan teknik penulisan dan organisasi yang baik. Guru menginformasikan
pentingnya kegiatan
98
penyuntingan dan revisi. Guru menginformasikan bahwa kegiatan revisi bukan hanya
menyalin karangan tetapi memperbaiki karangan awalnya dengan memperhatikan ejaan,
kalimat, dan organisasi sehingga karangannya mudah dipahami. (Tahap Penyuntingan dan
Revisi)
(8) Siswa melaksanakan kegiatan publikasi dengan membacakan hasil karangan deskripsinya
di depan kelas. Kegiatan publikasi dengan penempelan di dinding kelas dilaksanakan di luar
jam pelajaran, namun tetap dengan pengawasan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia.
(Tahap Publikasi)
4.2.2.2 Proses Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada perencanaan tindakan yang telah
disusun pada tahap sebelumnya. Siklus II dilaksanakan karena hasil yang diperoleh pada siklus I
masih terdapat kelemahan atau kekurangan dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I. Tindakan siklus II merupakan tindakan yang
dilaksanakan untuk memperbaiki dan menemukan solusi dari permasalahan yang ditemukan
pada siklus I. Tindakan siklus II diharapkan dapat memperbaiki kekurangan dan meningkatkan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus I, khususnya dalam hal ejaan,
penyusunan kalimat, dan organisasi.
Seperti halnya pada siklus I, tindakan siklus II juga dilaksanakan dua kali pertemuan
dengan alokasi waktu 2x45 menit pada masing-masing pertemuan, dengan rangkaian proses
menulis: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4)
tahap publikasi. Berikut pelaksanaan tindakan pada siklus II pada pertemuan I dan pertemuan
II.
99
4.2.2.2.1 Pertemuan Pertama Siklus II
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada
pertemuan I siklus I dilaksanakan hari Rabu tanggal 28 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45
menit. Kegiatan pembelajaran pada pertemuan I siklus II dilaksanakan pada dua jam pelajaran
terakhir, yakni pada jam ke 7―8, mulai pukul 11.45 hingga 13.15. Berdasarkan kesepakatan
dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi, pelaksanaan tindakan pada siklus II juga dilaksanakan sendiri oleh peneliti.
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru membuka pertemuan dengan mengucapkan salam. Sebelum memulai
pembelajaran, guru mempresensi siswa. Seluruh siswa hadir dalam pembelajaran menulis
deskripsi pada pertemuan I. Setelah mempresensi semua siswa dan menanyakan kabar mereka,
guru menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan
dilaksanakan.
Dialog 6: Pembukaan dan Tanya Jawab untuk Mengetahui Kesiapan Siswa dalam Mengikuti
Pembelajaran (Siklus II Pertemuan I/ Pendahuluan/Rabu, 28 Mei 2008)
Guru : “Assalamualaikum Wr. Wb.”
Siswa : “Waalaikumsalam….”
Guru : “Selamat siang semuanya. Bagaimana kabarnya hari ini?”
Siswa : “Baik, Bu.”
Guru : “Anak-anak, Ibu akan kembali membimbing kalian dalam mata pelajaran Bahasa
Indonesia.”
Siswa : (Bersorak)
Guru : (Diam) “Sebentar, Ibu tanya terlebih dahulu. Kalian masih ingat pembelajaran kita dalam
pertemuan beberapa waktu lalu?”
Siswa : “Ingat, Bu....”
Guru : “Kita belajar tentang apa anak-anak?”
Siswa : “Menulis karangan deskripsi dengan gambar dan imajinasi....”
Guru : “Baik, kali kita akan kembali belajar menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi. Ibu berharap kalian tidak bosan belajar menulis karangan
deskripsi bersama Ibu lagi.”
Siswa : “Tidak Bu, tidak apa-apa....”
Dari dialog 6, tampak bahwa siswa telah siap mengikuti pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus II. Setelah yakin bahwa siswa telah siap mengikuti
pembelajaran selanjutnya, guru kemudian menggali pengetahuan siswa terkait dengan tulisan deskripsi
yang pernah mereka terima dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan
imajinasi pada siklus I. Dari kegiatan penggalian pengetahuan siswa, guru mengetahui bahwa siswa
masih mengingat materi atau pengetahuan yang diterima dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus I.
Hal ini memudahkan guru untuk melanjutkan kegiatan pembelajaran selanjutnya dan meningkatkan
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Setelah yakin bahwa siswa telah memahami konsep tulisan deskripsi tanpa harus mengulang
materi, guru melanjutkan kegiatan pembelajaran dengan memokuskan materi sesuai permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus I. Guru mengadakan evaluasi terhadap hasil
karangan deskripsi siswa pada siklus I, terkait dengan kekurangan atau kelemahannya, khususnya dalam
organisasi, susunan kalimat, dan diksi. Guru juga mengungkapkan bahwa banyak siswa yang kurang
tepat dalam menentukan judul karangan. Judul karangan siswa masih kurang spesifik dan kurang sesuai
dengan dan topik yang dideskripsikan. Guru kemudian menjelaskan tentang cara merumuskan judul dan
syarat judul yang baik (Lampiran 9). Untuk memantabkan pemahaman siswa, guru memberikan
karangan tanpa judul kepada siswa. Karangan yang diberikan adalah sebagai berikut.
101
?
Menatap langit biru di pagi hari memang menyenangkan. Langit biru yang membentang terlihat
begitu indah. Dari ufuk timur, matahari pagi yang hangat memandikannya dengan cahaya. Beberapa
ekor burung terbang bercengkrama menghiasi luasnya langit biru. Sekelompok gumpalan awan putih
laksana kapas yang lembut dan suci.
Sungguh indah pemandangan pagi itu. Ketenangan suasana pagi diiringi sapaan angin yang
ramah dengan membawa aroma bunga-bunga melati. Hembusan udara yang sejuk mengharumkan
gelembung-gelembung di bawah dedaunan. Suara burung pipit yang berceloteh terdengar menghibur
hati.
Di bawah lindungan langit biru, dari kejauhan terlihat beberapa anak berjalan berbaris mengenakan
seragam sekolah untuk berangkat menuntut ilmu. Wajah yang bersih dengan senyuman manis membuat
hati ikut merasakan kedamaian. Mereka terlihat sangat bersemangat untuk memulai belajar dengan
penuh keceriaan. Desau angin yang menggoyangkan dedaunan semakin tak terdengar, tertutup oleh
teriakan-teriakan mereka.
Dari karangan yang diberikan, guru membimbing siswa untuk menentukan judul pada
karangan tersebut sesuai dengan syarat judul yang baik. Setelah menentukan judul, guru
meminta beberapa siswa menuliskan judul pilihannya di papan tulis untuk mendapatkan
balikan dari guru. Judul-judul yang ditulis siswa di papan tulis adalah sebagai berikut.
(1) Pagiku Yang Indah
(2) Keindahan Alam di Pagi Hari
(3) Indahnya Pagi dan Alam Pegunungan
(4) Hangatnya Pelukan Sang Mentari Pagi
(5) Kehangatan Pagi Menembus Alamku
(6) Kesejukan Alam di Pagi Nan Elok
(7) Suasana Pagi yang Indah
(8) Langit biru Pencerah Jiwa di Pagi hari
(9) Indahnya Pagi Hari dibawah Himpunan Langit Biru yang Luas
(10) Keindahan Suasana Pagi
(11) Di awal pagi yang Indah
(12) Gambar alam yang indah di pagi yang Cerah
Sebelum memberikan balikan, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menentukan
judul yang paling tepat dari judul-judul yang telah ditulis di papan tulis. Dengan beberapa
alasan, siswa memilih judul nomor 2, 4, 7, 9, dan 10. Setelah itu, guru memberikan balikan atau
komentar pada masing-masing judul yang telah ditulis siswa di papan tulis, kemudian memilih
judul yang tepat sesuai dengan isi karangan dan syarat judul yang baik. Guru memilih judul
nomor 8 dan 9, dengan alasan kedua judul tersebut mampu menggambarkan keseluruhan isi
karangan. Namun, guru memberikan perbaikan dengan memperhatikan ejaan dan efektivitas
penulisan judul.
Guru menjelaskan pentingnya organisasi dalam karangan, yang ditandai dengan susunan
gagasan yang runtut, terkait, dan terarah. Guru juga menjelaskan tentang kalimat utama dan
kalimat penjelas beserta fungsinya dalam membentuk organisasi yang baik dalam karangan.
Dari karangan yang sama ketika menentukan judul, siswa diajak untuk memperhatikan
organisasi dalam karangan tersebut. Siswa dibimbing untuk menemukan kalimat utama dan
kalimat penjelasnya. Setelah itu, guru menuliskan beberapa kalimat di papan tulis dan
membimbing siswa untuk menentukan unsur-unsur pembentuk kalimat tersebut. Siswa diberi
arahan menyusun rincian dengan dukungan opini sehingga kalimatnya tidak menimbulkan
kerancuan makna.
2) Kegiatan Inti
Guru memberikan tema yang sama kepada siswa, seperti pada pembelajaran menulis
deskripsi pada siklus I, yaitu keindahan alam. Guru menjelaskan kembali langkah-langkah dalam
menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi sekaligus manfaat
masing-masing langkah, dan makna masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera.
Langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi
dijelaskan menggunakan transparansi dengan bagan yang sesuai dengan gambar 2.1.
Untuk menjelaskan makna masing-masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera, guru
memberikan pertanyaan panduan berdasarkan kelima indera. Hal ini dilakukan agar siswa tidak
mengulangi kesalahan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera seperti yang dilakukan pada
siklus I. Pertanyaan-pertanyaan panduan tersebut adalah sebagai sebagai berikut.
(1) Pertanyaan untuk kolom indera penglihatan
Apa yang kamu lihat dengan mata?
(2) Pertanyaan untuk kolom indera pendengaran
Apa yang kamu dengar dengan telinga?
(3) Pertanyaan untuk kolom indera penciuman
Apa yang kamu cium dengan hidung?
(4) Pertanyaan untuk kolom indera pencecapan
Apa yang kamu rasakan dengan lidah?
(5) Pertanyaan untuk kolom indera perabaan
Apa yang kamu raba dengan kulit?
Setelah menjelaskan langkah-langkah menulis karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi, guru membagikan gambar dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa.
Selanjutnya, siswa memulai kegiatan prapenulisan, yakni (1) mengamati gambar, (2)
mementukan judul karangan, dan (3) mengisi tabel hasil imajinasi indera. Seperti yang telah
direncanakan, guru menggunakan gambar pantai dalam pembelajaran menulis deskripsi siklus
II. Guru membimbing siswa untuk merumuskan judul karangan sesuai dengan topik dan tujuan
penulisan. Pada siklus II, dilaksanakan perubahan tindakan dalam upaya perbaikan dari siklus I
dan untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa, dengan cara
mengubah judul kolom pada tabel hasil imajinasi indera. Siswa mengisi tabel hasil imajinasi
indera berdasarkan pertanyaan panduan yang diberikan oleh guru. Rata-rata siswa
menyelesaikan kegiatan prapenulisan dengan cepat. Siswa tidak lagi bingung atau mengalami
kesulitan dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera.
Setelah tahap prapenulisan, proses menulis siswa dilanjutkan pada tahap penulisan.
Guru membagikan lembar kerja yang akan digunakan siswa untuk menulis karangan deskripsi.
Guru membimbing siswa untuk mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan hasil
pengisian tabel hasil imajinasi indera. Guru mengingatkan siswa untuk tidak mengulangi
kesalahan dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I. Guru mengingatkan siswa tentang
hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, baik dari aspek isi,
organisasi, maupun kebahasaan. Pada tahap penulisan siklus II, semua siswa dengan lancar
mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan pengisian tabel hasil imajinasi indera mereka.
3) Kegiatan Penutup
Lima menit sebelum menutup kegiatan pembelajaran, guru meminta siswa
mengumpulkan karangan deskripsi awalnya di meja guru.
Dialog 7: Perintah Pengumpulan Karangan Deskripsi Siswa (Siklus II Pertemuan
I/Penutup/Rabu, 28 Mei 2008)
Guru : “Sudah selesai semuanya, anak-anak?.”
Siswa : (bersama-sama) “Sudah....”
Siswa : “Sudah dari tadi, Bu....”
Guru : “Baik, sekarang Ibu minta tolong dua orang untuk membantu Ibu mengumpulkan
karangan teman-teman kalian ke depan!”
Siswa : “Bu, nanti karangannya dibacakan lagi ya?”
Siswa : “Ditempel di dinding lagi ya, Bu?”
Guru : “Iya, iya.... kita akan mengadakan kegiatan publikasi seperti dulu lagi pada pertemuan
mendatang.”
Dari dialog 7, tampak seluruh siswa berhasil menyelesaikan karangan awal tepat waktu.
Bahkan, ada beberapa siswa yang dapat menyelesaikan karangan sebelum waktu yang
diberikan habis. Siswa juga masih antusias untuk melanjutkan kegiatan pada tahap publikasi,
yakni membacakan hasil karangan deskripsi di depan kelas dan menempelkannya di dinding
kelas.
Guru menutup kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi pembelajaran. Guru
membimbing siswa untuk menyimpulkan pengetahuan yang diperoleh selama pembelajaran,
khususnya hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis deskripsi, baik pada aspek isi,
organisasi, maupun kebahasaan. Guru meminta siswa menanyakan hal-hal yang kurang
dipahami atau belum dimengerti oleh siswa agar tidak mengalami kesulitan dalam
melaksanakan kegiatan selanjutnya. Siswa mengaku kesulitan dalam menyusun organisasi yang
runtut.
Di akhir kegiatan pembelajaran, guru menutup pertemuan dengan doa dan salam.
Namun sebelumnya, guru memberikan penjelasan kepada siswa terkait dengan kegiatan yang
akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.
4.2.2.2.2 Pertemuan Kedua Siklus II
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada
pertemuan II siklus II dilaksanakan hari Sabtu tanggal 31 Mei 2008, dengan alokasi waktu 2x45
menit. Kegiatan pembelajaran pertemuan II siklus II dilaksanakan pada dua jam pelajaran
terakhir, yakni pada jam ke 5―6, mulai pukul 10.15 hingga 11.45.
1) Kegiatan Pendahuluan
Guru mengawali kegiatan pembelajaran pada pertemuan II siklus II dengan mengucapkan salam
kepada siswa dan menanyakan kesiapan siswa untuk mengikuti kegiatan selanjutnya dalam
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru juga tidak
lupa mempresensi siswa terlebih dahulu sebelum memulai pembelajaran. Seluruh siswa hadir
dalam pembelajaran menulis deskripsi pada pertemuan II.
Setelah mempresensi siswa, guru mengajak siswa untuk mengingat kembali kegiatan
pembelajaran menulis deskripsi yang dilaksanakan pada pertemuan sebelumnya. Kegiatan ini
dilaksanakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa pada pertemuan sebelumnya
sebagai bekal untuk melaksanakan kegiatan selanjutnya. Guru menggali kembali pengetahuan
siswa terkait dengan hal-hal yang harus diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi, baik
pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, serta langkah-langkah menulis karangan
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Guru memberikan penjelasan kepada
siswa tentang kegiatan yang akan dilaksanakan pada pertemuan II.
Seperti yang telah direncanakan, sebelum siswa memulai kegiatan penyuntingan dan
revisi, guru memberikan karangan yang terdapat banyak kesalahan kepada siswa. Karangan
diambil dari hasil karya siswa yang disusun pada siklus I, yang objeknya berupa gambar
pegunungan. Dengan bimbingan guru, siswa diajak untuk belajar menyunting karangan
tersebut. Berikut karangan yang diberikan oleh guru kepada siswa untuk disunting dan direvisi.
Panorama Alam Di Pagi Hari
Terlihat dari kejauhan langit biru di atas gunung yg menjulang tinggi. pepohonan yang tinggi dan
hijau mengisi tanah yang kosong. sungai yang mengalir membawa Kehidupan baru
Suara aliran Sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi Kesunyian pada saat itu. Aroma
bunga kopi yang harum terbawa angin kesetiap celah.
Disana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula yang membuat mata tidak bisa diajak
melanjutkan tidur, & membuat kita untuk giat bekerja.
Hembusan angin yang lembut dapat kita rasakan dan membuat suasana santai. Banyak anak-anak yang
giat itu mengayun sepeda untuk menuntut ilmu dan burung-burung yang beterbangan seakan
mengiringi laju sepeda yang di kayuhnya. Setelah menyunting karangan tersebut, siswa diminta untuk
mengungkapkan kesalahan-kesalahan dan pembetulan karangan tersebut dengan memperhatikan
teknik penulisan dan organisasi yang baik. Guru kemudian memberikan hasil perevisian karangan yang
telah disunting bersama, kepada siswa. Guru menunjukkan organisasi yang runtut dalam karangan yang
telah direvisi dengan menunjukkan kalimat utama dan kalimat penjelasnya. Hasil perevisian dari
karangan tersebut adalah sebagai berikut.
Indahnya Panorama Pegunungan di Pagi Hari
Panorama pegunungan di pagi hari sungguh menampakkan keindahan. Terlihat dari kejauhan,
langit biru di atas gunung yang menjulang tinggi menyambut pagi dan memberikan kedamaian.
Pepohonan yang tinggi dan hijau mengisi tanah yang kosong. Tampak dari ufuk timur, matahari
memancarkan sinarnya menerobos pepohonan menghadirkan silau keemasan.
Keindahan panorama pegunungan di pagi hari seolah dapat menghilangkan rasa malas bagi
siapapun yang menikmatinya. Iringan hembusan angin yang lembut membuat suasana menjadi santai,
namun mampu menambah semangat kerja. Sungai yang mengalir seolah membawa kehidupan baru.
Suara aliran sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi kesunyian pada pagi itu. Aroma bunga
kopi yang harum terbawa angin ke setiap celah. Di sana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula
yang membuat mata tidak bisa diajak melanjutkan tidur.
Sepinya malam yang berganti pagi berubah menjadi keceriaan di area pegunungan yang indah
itu. Tampak anak-anak yang giat sekolah mengayun sepeda untuk menuntut ilmu. Burung-burung yang
beterbangan seakan mengiringi laju sepeda yang dikayuh oleh mereka. Canda dan tawa tulus di antara
mereka mampu menghilangkan rasa hati yang sepi menjadi ceria.
Kegiatan ini dilaksanakan agar siswa memahami pentingnya kegiatan penyuntingan dan
revisi, serta hal-hal yang perlu diperhatikan dan dilaksanakan dalam kegiatan penyuntingan dan
revisi. Dari kegiatan yang dilaksanakan, siswa memahami bagaimana penulisan ejaan yang
benar terkait dengan penulisan kata, kata depan, imbuhan, ataupun tanda baca, serta susunan
kalimat, dan organisasi yang baik dalam karangan.
2) Kegiatan Inti
Kegiatan pertama yang dilaksanakan pada tahap inti adalah penyuntingan. Guru terlebih
dahulu mengembalikan hasil karangan deskripsi siswa yang telah disusun pada pertemuan I dan
meminta siswa menukarkannya dengan siswa lain. Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap
penyuntingan adalah pengoreksian karangan terkait teknis penulisan, seperti organisasi,
kalimat, diksi, dan ejaan, serta pemberian komentar atau saran perbaikan terkait dengan isi
karangan. Guru kembali mengingatkan siswa terkait kegiatan yang harus dilakukan dan hal-hal
yang perlu diperhatikan pada tahap penyuntingan. Pada tahap penyuntingan, siswa diberikan
kebebasan untuk berdiskusi dengan teman sebangku. Seperti pada tahap penyuntingan pada
siklus I, guru mengijinkan siswa mengoreksi karangan milik teman dengan cara memberikan
coretan pada karangan dan memberikan komentar atau saran perbaikan di bawah karangan.
Coretan dan komentar dari teman itulah yang nantinya dijadikan acuan bagi siswa untuk
merevisi karangannya, dengan memperhatikan syarat penulisan karangan yang baik. Guru
berkeliling untuk mengontrol kegiatan siswa. Seperti halnya pada siklus I, pada tahap
penyuntingan siklus II beberapa siswa dengan serius memberikan koreksi dan komentar
terhadap karangan temannya, namun ada juga beberapa siswa yang hanya sekedar
menjalankan tugas sehingga hasil koreksi dan komentarnya tidak maksimal.
Setelah penyuntingan, guru mengajak siswa untuk melanjutkan kegiatan pada tahap revisi.
Guru meminta siswa mengembalikan karangan yang disunting kepada pemiliknya masing-
masing, kemudian guru membagikan kertas HVS berwarna pada siswa. Pada tahap revisi,
kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa adalah perbaikan karangan dengan mengacu hasil
penyuntingan dan kriteria karangan deskripsi yang baik. Sebelum kegiatan revisi dimulai, guru
mengingatkan siswa pada kegiatan yang telah dilaksanakan pada tahap pendahuluan. Guru
menekankan bahwa kegiatan revisi bukan hanya menyalin karangan, tetapi memperbaiki draf
awal karangan dengan memperhatikan ejaan, susunan kalimat, diksi, dan organisasi sehingga
karangan deskripsinya menjadi lebih baik. Siswa melaksanakan kegiatan revisi setelah diberi ijin
oleh guru. Seperti yang dilakukan pada siklus I, sebagian besar siswa kembali memberikan
hiasan berupa gambar-gambar pada kertas revisi karangannya agar tampilannya lebih menarik.
Ketika waktu yang diberikan habis, semua siswa telah menyelesaikan revisinya.
Kegiatan pembelajaran dilanjutkan pada tahap publikasi. Pada tahap publikasi siklus II, siswa
hanya membacakan karangan deskripsinya di depan kelas, tanpa menempelkan di papan tulis
ataupun di dinding kelas. Kegiatan penempelan di dinding kelas dilakukan sendiri oleh siswa di
luar jam pelajaran, seperti yang telah dilakukan pada siklus I, dengan dikoordinir oleh ketua
kelas, dan dengan pengawasan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2. Ketika
membacakan karangan di depan kelas, guru tetap memberikan kesempatan kepada siswa lain
untuk memberikan komentar. Beberapa siswa mau maju ke depan tanpa dipaksa oleh guru.
Namun, hanya tiga orang siswa yang berani maju, yaitu YBA, YEJ, dan PAS. Karena masih ada
sedikit waktu, guru kembali memberikan permainan kecil agar masih ada siswa yang
membacakan karangan deskripsinya di depan kelas. Melalui permainan, empat orang siswa
maju ke depan kelas untuk membacakan karangannya. Empat siswa itu adalah OYS, Is, RN, dan
VW. Di akhir kegiatan publikasi, guru mengingatkan siswa terkait tugas publikasi lanjutan yang
harus dilaksanakan siswa di luar jam pelajaran, yang akan diawasi oleh guru mata pelajaran
Bahasa Indonesia.
3) Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa melakukan refleksi proses pembelajaran pada pertemuan I dan II.
Dengan panduan guru, siswa mengingat dan menyimpulkan kembali keseluruhan materi dari
kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada pertemuan I dan II. Guru juga
menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang mereka alami dalam pembelajaran menulis
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi. Kesulitan siswa tidak lagi dalam hal
pengisian tabel hasil imajinasi indera dan pengembangan hasil imajinasi ke dalam kalimat-
kalimat, tetapi dalam membuat organisasi yang baik dalam karangan. Siswa mengaku sulit
menyusun gagasan dengan runtut dalam karangan.
Di akhir pembelajaran, guru memberikan nasehat kepada siswa agar tetap semangat
dalam mengikuti pelajaran Bahasa Indonesia, dan tidak pernah berhenti untuk menulis.
Kemudian, guru menutup kegiatan pembelajaran dengan doa dan mengucapkan salam.
4.2.2.3 Hasil Evaluasi Tindakan Siklus II
Untuk mengetahui kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi
pada siklus II, guru kembali melaksanakan kegiatan penilaian. Berdasarkan hasil penilaian
karangan deskripsi siswa pada siklus II (Lampiran 11c), diketahui nilai rata-rata kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II mencapai 78,46%. Itu menunjukkan bahwa nilai
rata-rata
111
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II sudah mampu mencapai standar
keberhasilan yang disyaratkan. Tingkat keberhasilan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II dapat dilihat pada tabel
4.7 berikut.
Tabel 4.7 Tingkat Keberhasilan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Siklus II
No. Kualifikasi Jumlah Siswa Persentas
e
Tingkat Keberhasilan
1 A (Baik Sekali) 19 48,72 Berhasil
2 B (Baik) 20 51,28
3 C (Cukup) - - Tidak Berhasil
4 D (Kurang) - -
5 E (Gagal) - -
Berdasarkan tabel 4.7, dapat diketahui bahwa pada siklus II, sebanyak 19 siswa atau
49,72% siswa kelas X.2 memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), dan 20 siswa atau
51,28% siswa dari jumlah siswa keseluruhan memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik). Dari
tabel 4.7 juga dapat diketahui bahwa pada siklus II tidak ada satupun siswa yang memperoleh
nilai dengan kualifikasi C (cukup), D (kurang), maupun E (gagal). Itu berarti bahwa pada siklus II,
100% siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi sudah mampu
mencapai standar keberhasilan yang disyaratkan, yakni 65%.
Tabel 4.8 Penguasaan Siswa Kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Setiap Subaspek Penilaian Siklus II
No Aspek Subaspek Rata-Rata
Kemampuan Siswa
(%)
Jumlah Siswa
Skor 1
Sangat
Kurang
Skor 2
Kurang
Skor 3
Cukup
Skor
4
Baik
Skor 5
Sangat
Baik
1 Isi Kesesuaian 83,08 - - 7 19 13
Kerincian 82,05 - - 6 23 10
Kreativitas
Imajinasi
84,62 - - 7 16 16
2 Organisasi Organisasi 66,15 - 5 20 11 3
3 Kebahasaa
n
Kalimat 77,95 - - 7 29 3
Diksi 72,82 - - 16 21 2
Ejaan 82,56 - - 1 32 6
Berdasarkan tabel 4.8, dari tujuh indikator penilaian yang harus dicapai siswa kelas X.2
SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi, hanya lima siswa yang memperoleh skor 2
(kurang), sedangkan 33 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), 4 (baik), dan 5 (sangat baik).
Tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) pada setiap subaspek penilaian pada
siklus II. Pada penilaian setiap subaspek kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi
pada siklus II, hanya 1,83% siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang memperoleh skor 2
(kurang), yakni hanya pada subaspek organisasi; sedangkan 23,44% siswa memperoleh skor 3
(cukup); 55,31% siswa memperoleh skor 4 (baik); dan 19,42% siswa memperoleh skor 5 (sangat
baik). Dari tabel 4.8 dapat diketahui bahwa rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek,
baik pada aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan, pada siklus II sudah baik.
4.2.2.4 Refleksi Tindakan Siklus II
Setelah seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran pada siklus II dilaksanakan hingga
tahap evaluasi, kegiatan refleksi juga dilaksanakan pada siklus II. Pada tahap refleksi,
diidentifikasi ketercapaian tujuan pembelajaran yang sesuai dengan rencana pembelajaran
pada siklus II. Melalui kegiatan refleksi, diharapkan dapat diketahui kelemahan atau kekurangan
yang terjadi selama proses tindakan siklus II. Refleksi didasarkan pada hasil pengamatan
terhadap proses pembelajaran dan hasil penilaian karangan deskripsi siswa setelah diberi
tindakan siklus II.
Seperti pada siklus I, pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan
imajinasi pada siklus II tidak hanya berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa
untuk menciptakan pemahaman sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan.
Pengetahuan yang diperoleh siswa terkait dengan tulisan deskripsi tidak hanya diperoleh dari
guru, tetapi juga dari siswa sehingga siswa lebih memahami dan menguasai kompetensi yang
ingin dicapai dalam pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan guru selama proses pembelajaran menulis deskripsi pada siklus II,
siswa lebih memahami langkah-langkah menyusun karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi. Pada tahap prapenulisan, siswa tidak lagi kesulitan dalam mengisi tabel
hasil imajinasi indera berdasarkan pengamatan kelima indera. Kesalahan yang dilakukan siswa
dalam mengisi tabel hasil imajinasi indera pada siklus I tidak lagi dilakukan pada siklus II karena
adanya pertanyaan panduan yang diberikan guru. Pada tahap penulisan, siswa juga tidak
mengalami kesulitan dalam mengembangkan tabel hasil imajinasi indera ke dalam kalimat-
kalimat. Seperti pada siklus I, hasil karangan deskripsi seluruh siswa pada siklus II juga tidak
mengandung pola pengembangan karangan narasi. Bahkan, siswa sudah mampu
mengembangkan karangan deskripsi dengan disertai opini atau kesan terhadap objek yang
dideskripsikan berdasarkan imajinasi kelima inderanya.
Kelemahan siswa pada siklus II adalah mereka masih lemah dalam menyusun organisasi
yang baik dalam karangan. Rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan
paling rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada keenam subaspek yang lain. Namun,
kelemahan siswa dalam mengorganisasikan karangan tidak mempengaruhi ketercapaian
keberhasilan mereka dalam menulis karangan deskripsi. Berdasarkan hasil penilaian karangan
deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada siklus II, rata-
rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa sudah mampu mencapai standar
keberhasilan yang telah ditetapkan. Pada siklus II, tidak ada lagi siswa yang memperoleh nilai di
bawah standar keberhasilan yang telah ditetapkan, yakni 65%. Dari jumlah siswa keseluruhan,
100% siswa dikatakan berhasil atau mampu mencapai standar keberhasilan yang telah
ditetapkan.
4.3 Hasil Tindakan
Pada hasil tindakan, aspek yang dinilai dalam karangan deskripsi siswa adalah (1) aspek
isi yang meliputi subaspek (a) kesesuaian, (b) kerincian, dan (c) kreativitas imajinasi; (2) aspek
organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang meliputi subaspek (a) kalimat, (b) diksi, dan (c)
ejaan.
4.3.1 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan
Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus I
Dari beberapa subaspek, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi
pada subaspek kesesuaian, kerincian, kreativitas imajinasi, dan ejaan pada siklus I sudah baik.
Namun, rata-rata siswa lemah pada subaspek organisasi, kalimat, dan diksi. Organisasi dalam
karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi belum
runtut dan terkait. Selain itu, pada subaspek kalimat, masih banyak kalimat siswa yang
menimbulkan kerancuan makna. Pengulangan kata juga masih dilakukan karena
perbendaharaan kata yang kurang.
4.3.1.1 Kemampuan pada Aspek Isi
4.3.1.1.1 Kemampuan pada Subaspek Kesesuaian
Pada siklus I, kemampuan siswa dalam menyusun karangan yang sesuai dengan judul
dan tujuan penulisan sudah cukup. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo pada subaspek kesesuaian mencapai 65,64%. Pada subaspek ini, sebagian besar
siswa memperoleh skor 3 (cukup), yakni sebanyak 23 siswa. Tidak ada siswa yang memperoleh
skor 1 (sangat kurang) pada aspek ini. Siswa yang memperoleh skor 2 (kurang) hanya sebanyak
tiga siswa, yakni EAW, LF, dan RSs. Pada aspek kesesuaian siklus I, sudah ada siswa yang
memperoleh skor 4 (baik), yakni sebanyak 12 siswa. Bahkan, ada yang memperoleh skor 5 (baik
sekali), meski hanya satu siswa, yaitu FM.
Seluruh karangan deskripsi siswa pada siklus I sudah tidak ada yang mengandung pola
pengembangan karangan narasi. Kelemahan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada
subaspek kesesuaian siklus I adalah penentuan judul. Mayoritas siswa sudah mampu
mengembangkan isi karangan sesuai dengan objek atau gambar, yaitu pegunungan. Pada
dasarnya, judul yang dipilih siswa juga sudah sesuai dengan isi, hanya saja masih kurang spesifik
sesuai objek yang dideskripsikan. Berikut contoh kutipan karangan milik siswa yang isi
karangannya sudah cukup sesuai dengan gambar, tetapi judulnya tidak spesifik.
Alam Kita
Di hari yang cerah, langit biru yang membentang luas di atas Gunung Tengger. Hembusan angin
yang menerpa pepohonan menambah indahnya pegunungan. Aktifitas penduduk di kaki gunung
menunjukkan kehidupan manusia yang begitu damai dan tentram. Warna tanah yang terhampar luas
kekuning-kuningan menambah permukaan bumi.
Di tengah hamparan yang luas, terdapat bangunan yang bertulisan “PEPSI”. Burung-burung
berkicau yang bersautan kesana-kemari. Angin yang berhembus menerpa dedaunan membawa udara
sejuk. Dedaunan yang hijau menambah segarnya suasana. Gunung yang menjulang tinggi
mencengkeram cakrawala.
.... (karangan DFD)
Dari kutipan karangan di atas, dapat diketahui bahwa pada dasarnya isi karangan milik
DFD sudah sesuai dengan gambar yang harus dideskripsikan, yaitu pegunungan. Namun, judul
yang dipilih, yakni Alam Kita kurang spesifik sesuai objek yang dideskripsikan. Seharusnya, judul
yang dipilih lebih dispesifikkan pada gambar atau objek yang dideskripsikan, yakni pegunungan,
agar mampu menggambarkan keseluruhan isi karangan. Contoh judul karangan lain yang masih
belum spesifik di antaranya Pemandangan yang Indah (DD), Hangatnya Dekapan Alam Kita
(EAW), Pemandangan Alam (IPA), Alamku, Inspirasiku (OYS), Pemandangan Alam (RAL),
Alamku, Kenyamananku (Ru), Pesona Alam (VW), Suasana Alam yang Mengagumkan (YLH), dan
beberapa judul lain.
4.3.1.1.2 Kemampuan pada Subaspek Kerincian
Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
pada subaspek kerincian pada siklus I mencapai 71,79%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan siswa dalam merinci objek yang harus dideskripsikan pada siklus I sudah baik.
Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek kerincian, yakni sebanyak 20
siswa. Pada subaspek kerincian ini, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (baik sekali), yakni
FM dan IAP. 16 siswa memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek ini. Siswa yang memperoleh
skor 2 (kurang) hanya satu siswa, yaitu RSs.
Pada siklus I, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan hasil pengamatan
terhadap gambar secara rinci dan mendetail sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat dan
merasakan sendiri apa yang ditulis penulisnya. Namun, masih ada beberapa siswa yang masih
lemah dalam merinci objek yang dideskripsikan. Kelemahan siswa dalam merinci objek adalah
siswa masih menggambarkan objek yang diamati secara umum, belum sampai pada
penggambaran hal-hal atau ciri yang spesifik atau mendetail. Berikut kutipan karangan berjudul
Indahnya Gunung di Pagi Hari yang dalam subaspek kerinciannya masih kurang.
Menatap indahnya langit biru beserta gunung dan tumbuhan di sekitarnya. Pagi itu terdengar
suara kicauan burung. Suara penduduk sedang bekerja di ladang. Suasana yang sangat indah ketika kita
sedang beristirahat dengan menikmati udara di pagi hari. Alangkah senangnya hati ini seandainya bisa
berlibur dengan keluarga dengan mendengar kicauan burung beserta suara penduduk yang sedang
bekerja di sana.
.... (karangan RSs)
Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa objek pegunungan tidak digambarkan RSs secara
rinci atau mendetail. Keindahan pegunungan yang digambarkan tidak ditunjukkan melalui penyebutan
ciri-ciri indahnya gunung yang dideskripsikan seperti apa, mengapa sampai menimbulkan rasa senang,
dan beberapa aspek lain terkait objek yang dideskripsikan sehingga pembaca sulit memahami atau
merasakan apa yang dimaksud penulisnya.
4.3.1.1.3 Kemampuan pada Subaspek Kreativitas Imajinasi
Penilaian pada subaspek kreativitas imajinasi mengacu pada kemampuan siswa dalam
mengembangkan imajinasi kelima inderanya untuk menggambarkan objek. Pada siklus I, rata-rata
kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mencapai 74,87%. Rata-rata kemampuan siswa
pada subaspek ini merupakan rata-rata yang paling tinggi jika dibandingkan dengan kemampuan siswa
pada keenam subaspek yang lain. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang)
maupun 2 (kurang) pada subaspek kreativitas imajinasi pada siklus I. 17 siswa mampu mengembangkan
imajinasi tiga indera mereka sehingga memperoleh skor 3 (cukup). 15 siswa lain mampu
mengembangkan imajinasi empat indera sehingga memperoleh skor 4 (baik). Bahkan, ada tujuh siswa
yang berhasil mengembangkan imajinasi kelima indera mereka sesuai dengan objek yang harus
dideskripsikan sehingga dapat memperoleh skor 5 (baik sekali). Mereka mampu menggambarkan objek
pegunungan berdasarkan imajinasi kelima indera sehingga pembaca seolah-olah dapat merasakan apa
yang dirasakan penulisnya dengan melihat, mendengar, mecium, mencecap, dan meraba sendiri setiap
detail penggambaran objeknya. Ketujuh siswa tersebut adalah AFM, CDS, DD, DSM, DW, PAS, dan YEJ.
4.3.1.2 Kemampuan pada Aspek Organisasi
Kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan pada siklus I masih lemah. Rata-rata
kemampuan siswa pada aspek organisasi pada siklus I hanya mencapai 55,90%. Tidak ada siswa yang
memperoleh skor 5 (sangat baik) pada aspek organisasi, tetapi juga tidak ada siswa yang memperoleh
skor 1 (sangat kurang). Siswa yang memperoleh skor 4 (baik) hanya sebanyak lima siswa, yaitu DSM,
OYS, PAS, PCK, dan VAP. Sedangkan 21 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), dan 13 siswa memperoleh
skor 2 (kurang). Berikut kutipan karangan deskripsi siswa yang memperoleh skor kurang pada aspek
organisasi.
Panorama Alam di Pagi Hari
Terlihat dari kejauhan langit biru di atas gunung yang menjulang tinggi. pepohonan yang tinggi
dan hijau mengisi tanah yang kosong. Sungai yang mengalir membawa kehidupan baru
Suara aliran sungai dan daun pohon yang tertiup angin mengisi kesunyian pada saat itu. Aroma
bunga kopi yang harum terbawa angin ke setiap celah.
Disana dapat dirasakan pahitnya kopi murni tanpa gula yang membuat mata tidak bisa di ajak
melanjutkan tidur, dan membuat kita untuk giat bekerja
.... (karangan AFM)
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa karangan AFM belum menunjukkan organisasi yang
baik dalam karangan deskripsinya. AFM tidak menyajikan adanya kalimat utama dan kalimat
penjelas dari hal yang umum ke hal yang khusus atau sebaliknya sehingga karangan kurang
runtut. Gagasan yang seharusnya terdapat dalam satu paragraf, disusun dalam paragraf yang
lain sehingga antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf kurang
mempunyai keterkaitan. Akibatnya, karangan menjadi kurang terarah. Alat kohesi juga tidak
digunakan dengan tepat. Alat kohesi yang seharusnya digunakan untuk menunjukkan
keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain dalam satu paragraf, digunakan
pada lain paragraf. Contoh kutipan karangan milik AFM menunjukkan lemahnya siswa dalam
aspek organisasi.
4.3.1.3 Kemampuan pada Aspek Kebahasaan
4.3.1.3.1 Kemampuan pada Subaspek Kalimat
Kemampuan siswa pada subaspek kalimat pada siklus I masih lemah. Pada siklus I, rata-
rata kemampuan siswa pada subaspek kalimat hanya mencapai 57,95%. Pada subaspek kalimat,
ada satu siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang), yaitu karangan milik PCK. Tidak ada
siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada subaspek kalimat. Siswa yang memperoleh
skor 4 (baik) sebanyak 11 siswa, sedangkan 14 siswa lain memperoleh skor 3 (cukup), dan 13
siswa memperoleh skor 2 (kurang). Kelemahan siswa pada subaspek kalimat terletak pada
kesalahan tata bahasa dalam kalimat yang disusun. Ada beberapa siswa yang yang kurang tepat
dalam menyusun kalimat berdasarkan pedoman kalimat yang benar, yakni minimal
mengandung unsur Subjek-Predikat (S-P). Siswa tersebut menyusun kalimat yang hanya terdiri
dari unsur subjek saja. Selain itu, kalimat yang disusun siswa juga kurang efektif. Kalimat yang
seharusnya disusun menjadi dua atau tiga kalimat, disusun menjadi satu kalimat oleh siswa.
Contoh kalimat yang dimaksud terletak pada kutipan karangan sebagai berikut.
Menatap indahnya gunung di pagi hari membuat kita menghilangkan beban pikiran kita
ditambah lagi pepohonan yang sangat segar-segar karena terkena embun di pagi hari dan kicauan
burung-burung yang keluar dari pegunungan itu juga kabut disekitar gunung.
.... (karangan berjudul Suasana Gunung di Pagi Hari milik PCK)
4.3.1.3.2 Kemampuan pada Subaspek Diksi
Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I juga lemah pada subaspek
diksi. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi pada siklus I hanya mencapai 58,97%. Hanya lima
siswa yang memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek diksi, yakni AFM, DSM, DRS, RN, dan YBA. Sebagian
besar siswa, yakni sebanyak 28 siswa, memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek diksi. Satu siswa, yakni
ARK, memperoleh skor 1 (sangat kurang), dan lima siswa memperoleh skor 2 (kurang). Kelima siswa
tersebut adalah DD, DW, IPA, PCK, dan RSs.
Diksi yang digunakan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I kurang bervariasi.
Siswa menggunakan diksi yang monoton dan beulang-ulang. Selain itu, penggunaan diksi beberapa siswa
juga kurang tepat sehingga mengganggu pemahaman makna, seperti yang terdapat pada kutipan
karangan siswa berikut.
Di pagi hari yang cerah dan menyejukkan ada beberapa pemandangan alam yang sangat indah.
Aktivitas gunung yang tiada hentinya dan embun pagi yang menyelimuti gunung menandakan pagi yang
sangat sejuk dan cerah. Aktivitas mulai berlangsung kembali sama halnya yang sering dilakukan. Pabrik-
pabrik mulai menjalani aktivitas kembali. Kendaraan yang sebelumnya masih diselimuti kabut sekarang
sudah tampak keramaian jalan tersebut untuk memulai kembali aktivitas semua warga. Dan tampak
sekali aktivitas anak sekolah yang mengikuti kegiatan olahraga dilapangan sepak bola yang masih cuaca
bersahabat. Tak mau ketinggalan juga suara burung yang bersahut-sahutan membuat suasana yang asri
dan masih alam.
.... (karangan berjudul Pesona Alam di Pegunungan milik ARK)
Kelemahan siswa pada kutipan karangan di atas terletak pada diksi yang monoton dan
ketidaktepatan penggunaan kata. Hal itu terlihat dari kata sejuk, cerah, indah, aktivitas, dan
beberapa kata lain yang digunakan berulang-ulang oleh ARK dalam karangannya. Selain itu,
beberapa kata juga digunakan tidak tepat sehingga mengaburkan makna, misalnya kata-kata
yang terletak pada dua kalimat terakhir.
4.3.1.3.3 Kemampuan pada Subaspek Ejaan
Penilaian siswa pada subaspek ejaan dilihat dari kemampuan siswa dalam menuliskan
kata, kata depan, huruf kapital, tanda baca, dan imbuhan yang sesuai dengan EYD dalam
karangan deskripsi. Pada siklus I, kemampuan siswa dalam menyusun karangan dengan ejaan
yang sesuai dengan EYD sama dengan rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian,
yaitu 65,64%. Pada subaspek ini, sebagian besar siswa sudah dapat memperoleh skor 4 (baik),
yakni sebanyak 21 siswa. Tetapi, tidak ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik). Siswa
yang memperoleh skor 3 (cukup) pada subaspek ejaan sebanyak 10 siswa, yakni AAS, ARK,
DEW, EAW, IPA, Is, OYS, RAL, RSs, dan YLH. Pada subaspek ini, masih ada enam siswa yang
meperoleh skor 2 (kurang), di antaranya DD, DW, PAS, PCK, RSy, dan YEJ. Bahkan, ada dua siswa
yang memperoleh skor 1 (sangat kurang), yakni BVS dan FAS.
Pada dasarnya, pada siklus I, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek ejaan sudah
baik. Kesalahan siswa dalam menuliskan kata yang sesuai dengan EYD jarang ditemukan dalam
karangan deskripsi siswa pada siklus I. Kelemahan siswa pada subaspek ejaan terletak pada
kesalahan penggunaan tanda baca dan huruf kapital. Padahal, kesalahan penggunaan tanda
baca yang terlalu sering dalam suatu karangan dapat mengganggu pemahaman makna.
Sebagian besar siswa juga kurang mampu membedakan penulisan kata depan dengan awalan.
Berikut contoh kelemahan siswa dalam subaspek ejaan terkait dengan kesalahan
penggunaan tanda baca, huruf kapital, penulisan kata depan, dan awalan.
Indahnya Alam pegunungan
Terlihat dari jauh warna Biru. begitulah yang nampak dari Gunung ini. Disini terlihat Bukit2 kecil
yang membentang luas, seakan mengelilingi Gunung yang menjulang tinggi itu. Disekitarnya terlihat
pohon-pohon cemara yang berwarna Hijau, Sungai dengan air yg berwarna biru jernih mengaliri diantara
Bebatuan Besar. Langit biru yang memayungi gunung ini terlihat begitu segar.
.... (karangan BVS)
Kutipan karangan di atas menunjukkan kelemahan siswa dalam menggunakan ejaan.
Tampak banyak kesalahan penggunaan ejaan di dalam karangan BVS, terutama dalam
penggunaan huruf kapital dan kata depan di. Hal ini sudah dapat dilihat dari penulisan judul
pada kata pegunungan yang seharusnya menggunakan huruf kapital di awal kata, tetapi BVS
menggunakan huruf kecil. Kesalahan-kesalahan lain juga dapat dilihat pada isi karangan, di
antaranya penggunaan tanda baca dan penulisan kata ulang.
4.3.2 Kemampuan Siswa Kelas X.2 dalam Menulis Karangan Deskripsi dengan
Menggunakan Gambar dan Imajinasi pada Siklus II
Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
dalam menulis karangan deskripsi pada setiap subaspek, baik pada aspek isi, organisasi,
maupun kebahasaan pada siklus II sudah baik. Meski rata-rata kemampuan siswa dalam
mengorganisasikan karangan paling rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada
keenam subaspek yang lain, tetapi kelemahan siswa dalam aspek organisasi tidak
mempengaruhi ketercapaian keberhasilan mereka dalam menulis karangan deskripsi.
4.3.2.1 Kemampuan pada Aspek Isi
4.3.2.1.1 Kemampuan pada Subaspek Kesesuaian
Pada siklus II, kemampuan siswa dalam menyusun karangan yang sesuai dengan judul
dan tujuan penulisan sangat baik. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kesesuaian mencapai 83,08%. Pada
subaspek ini, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 2 (kurang), maupun 1 (sangat
kurang). Siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) hanya tujuh siswa, yaitu AAS, EAW, FAS, GA,
RAL, RSs, dan YI. Pada subaspek kesesuaian pada siklus II, 19 siswa memperoleh skor 4 (baik),
dan 13 siswa memperoleh skor 5 (sangat baik).
Seperti halnya pada siklus I, seluruh karangan deskripsi siswa pada siklus II tidak ada
yang mengandung pola pengembangan karangan narasi. Seluruh siswa sudah mampu
mengembangkan isi karangan sesuai dengan objek atau gambar, yaitu pantai. Kelemahan siswa
dalam menentukan judul juga tidak ditemukan pada siklus II. Judul yang dipilih siswa juga sudah
spesifik sesuai objek yang dideskripsikan sehingga mampu menggambarkan keseluruhan isi
karangan. Berikut contoh kutipan karangan milik siswa yang isi karangannya sudah sesuai
dengan gambar, dengan didukung judul yang spesifik.
Panorama Pantai yang Indah
Di keheningan pagi yang cerah terlihat pemandangan pantai yang begitu indah. Bagaikan surga
yang tercipta didunia. Langit biru yang luas melambangkan keindahan tiada batas. Tarian ombak yang
gumulai seakan mengajak untuk mengikuti iramanya.
Di tepian pantai terlihat pasir putih seakan menikmati tarian ombak tiada henti. Hamparan
rerumputan yang hijau ditepian pantai bagaikan permadani yang terajut indah. Lambaian dahan pohon
kelapa seakan mengajak kita untuk ikut menikmati indahnya pantai itu.
.... (karangan VAP)
Dari kutipan karangan di atas, dapat diketahui bahwa pada isi karangan milik VAP sangat sesuai
dengan gambar yang harus dideskripsikan, yaitu “pantai”. Judul yang dipilih, yakni Panorama Pantai
yang Indah, sudah spesifik sesuai objek yang dideskripsikan. Dengan membaca judulnya saja, pembaca
sudah mampu membayangkan apa yang akan digambarkan dalam karangan. Contoh judul karangan
milik siswa lain di antaranya Keindahan di Pesisir Pantai (ARK), Indahnya Panorama Pantai (YA),
Keelokan Pesisir Pantai (RAL), Pantai Indah di Bawah Lindungan Langit Biru (DRS), Suasana Pantai yang
Indah di Pagi Hari (Is), Kilauan Laut Biru dan Keindahan Pesisir Penentram Hati (FM), dan judul-judul lain
yang juga sudah menunjukkan kesesuaian dan kespesifikan.
4.3.2.1.2 Kemampuan pada Subaspek Kerincian
Seperti pada subaspek kesesuaian, kemampuan siswa dalam merinci objek yang harus
dideskripsikan pada siklus II juga sangat baik. Rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo pada subaspek kerincian pada siklus II mencapai 82,05%. Sebagian besar siswa memperoleh
skor 4 (baik) pada subaspek kerincian, yakni sebanyak 23 siswa. Siswa yang memperoleh skor 3 (cukup)
hanya sebanyak enam siswa, sedangkan 10 siswa lain mampu memperoleh yakni 5 (sangat baik). Enam
orang siswa yang memperoleh skor 3 (cukup) adalah BVS, DEW, DD, EAW, FAS, dan Is, sedangkan siswa
yang mampu mendapatkan skor maksimal adalah DSM, FM, IAP, IPA, LF, OYS, Ru, YBA, YEJ, dan YA.
Pada siklus II, sebagian besar siswa sudah mampu menuliskan hasil pengamatan terhadap
gambar secara rinci dan mendetail sehingga pembaca seolah-olah dapat melihat dan merasakan sendiri
apa yang ditulis penulisnya. Setiap ciri yang terdapat pada gambar atau objek disebutkan secara rinci
oleh
siswa. Berikut kutipan karangan yang menunjukkan bahwa siswa mampu merinci objek secara
mendetail.
Panorama Pantai di Pagi Hari
Menatap pantai di pagi hari sungguh menyenangkan. Laut biru yang membentang terlihat begitu
indah. Ombak yang saling mengejar menghiasi beningnya air panas. Sejauh mata memandang hanya laut
yang terlihat. Kaki langit begitu jelas terlihat karena tidak pulau menghalangi. Butir-butir pasir yang
berkilau bagai intan permata menambah kesan indah pantai pagi itu.
Sungguh indah pemandangan pantai pemandangan pantai pagi itu. Ketenangan suasana pantai
diiringi belaian angin yang mesra membawa aroma khas pantai. Hembusan angin sepoi-sepoi
melambaikan daun kelapa yang hijau. Suara ombak yang bergemuruh terdengar menghibur hati.
.... (karangan AFM)
Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa objek pantai digambarkan AFM dengan
rinci atau mendetail. Setiap ciri yang menunjukkan panorama pantai di pagi hari disebutkan
secara rinci oleh siswa sehingga pembaca lebih mudah memahami objek yang dideskripsikan
dan dapat merasakan apa yang dirasakan penulisnya.
4.3.2.1.3 Kemampuan pada Subaspek Kreativitas Imajinasi
Penilaian pada subaspek kreativitas imajinasi mengacu pada kemampuan siswa dalam
mengembangkan imajinasi kelima inderanya untuk menggambarkan objek. Seperti pada siklus
I, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi pada siklus II merupakan
rata-rata siswa yang paling tinggi dibandingkan dengan keenam subaspek lainnya.
Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi sangat baik, yakni
mencapai 84,62%. Pada siklus II, tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat
kurang) maupun 2 (kurang) pada subaspek kreativitas imajinasi. Pada subaspek ini, hanya tujuh
siswa mengembangkan imajinasi tiga
indera mereka sehingga memperoleh skor 3 (cukup). Rata-rata ketujuh siswa tersebut
mengimajinasikan gambar berdasarkan pengamatan indera penglihatan, pendengaran, dan
perabaan. Mereka kesulitan dalam mengembangkan imajinasi penciuman dan pencecapan.
Ketujuh siswa tersebut adalah CDS, DFD, DW, EAW, IFB, PAS, dan YLH. Namun, 16 siswa lain
sudah mampu mengembangkan imajinasi empat indera, sehingga memperoleh skor 4 (baik).
Bahkan, siswa yang dapat memperoleh skor 5 (baik sekali) karena berhasil mengembangkan
imajinasi kelima indera mereka sesuai dengan objek yang harus dideskripsikan, juga sebanyak
16 siswa. Mereka mampu menggambarkan objek pantai berdasarkan imajinasi kelima indera
sehingga pembaca seolah-olah merasakan apa yang dirasakan penulisnya dengan melihat,
mendengar, mecium, mencecap, dan meraba sendiri setiap detail penggambaran objeknya.
4.3.2.2 Kemampuan pada Aspek Organisasi
Meski rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan pada siklus II
merupakan rata-rata yang paling rendah jika dibandingkan dengan keenam subaspek yang lain,
tetapi rata-rata siswa dalam mengorganisasikan karangan sudah baik. Rata-rata kemampuan
siswa pada aspek organisasi pada siklus II mencapai 66,15%. Pada aspek organisasi pada siklus
II, tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang). Tetapi, masih ada siswa yang
memperoleh skor 2 (kurang), yakni sebanyak lima siswa. Lima siswa tersebut adalah DFD, DW,
GA, Is, dan RAD. Pada siklus II, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat baik) pada
aspek organisasi, meski hanya tiga siswa, yaitu AFM, VW, dan YI. Siswa yang memperoleh skor 4
(baik) sebanyak 11 siswa, dan yang memperoleh skor 3 (cukup) sebanyak 20 siswa. Berikut
kutipan karangan deskripsi siswa yang memperoleh skor kurang.
Indahnya Pesisir Pantai
Menatap langit biru di pesisir pantai memang suatu hal yang sangat mengasyikkan. Ditambah
lagi keindahan pesisir pantai yang dapat menghibur hati yang sedang lara. Langit biru yang membentang
seakan menyelimuti pantai dari terpaan hujan. Pohon nyiur yang melambai-lambai seolah memanggil
para pengunjung untuk menikmatai keindahan pantai itu.
Betapa indahnya pemandangan pesisir pantai itu. Laut yang luas tanpa batas disertai desir
ombak yang menggulung-gulung semakin menambah indah suasana. Desau angin yang sepoi-sepoi
memberikan kedamaian di hati. Asinnya air laut serasa hilang termakan oleh indahnya pantai. Terjalnya
batu karang di pinggir pantai menjadi saksi betapa indahnya pantai itu. Halusnya pasir di pesisir pantai
menjadi alas bagi para penikmat keindahan.
.... (karangan RN)
Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa karangan RN cukup menunjukkan organisasi
yang baik dalam karangan deskripsinya. RN berusaha menyajikan adanya kalimat utama dan
kalimat penjelas dari hal yang umum ke hal yang khusus, meski keterkaitannya masih kurang.
Meski gagasan yang seharusnya terdapat dalam satu paragraf disusun dalam paragraf yang lain,
tetapi RN telah menggunakan alat kohesi dengan tepat dalam setiap paragrafnya, sehingga ada
keterkaitan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainnya, misalnya dengan
menggunakan alat kohesi itu
4.3.2.3 Kemampuan pada Aspek Kebahasaan
4.3.2.3.1 Kemampuan pada Subaspek Tata Bahasa
Berbeda dengan siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kalimat pada siklus II sudah baik.
Pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kalimat mencapai 77,95%. Pada
subaspek kalimat pada siklus II, sudah tidak ada satupun siswa yang memperoleh skor 1 (sangat
kurang) maupun 2 (kurang). Pada siklus II, sudah ada siswa yang memperoleh skor 5 (sangat
baik) pada subaspek kalimat, meski hanya tiga siswa. Ketiga siswa tersebut adalah AS, CDS, dan
DSM. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek ini, yakni sebanyak 29
siswa. Tujuh siswa lain, yaitu DW, FAS, LF, OYS, RAL, RSs, dan YLH, memperoleh skor 3 (cukup).
Siswa yang melakukan kesalahan tata bahasa dalam kalimat seperti yang ditemukan
pada siklus I sudah berkurang pada silkus II. Sebagian besar siswa sudah mampu menyusun
kalimat berdasarkan pedoman kalimat yang benar, yakni minimal mengandung unsur Subjek-
Predikat (S-P). Rata-rata kalimat yang disusun siswa sudah efektif dan tidak menimbulkan
kerancuan makna. Selain itu, variasi kalimat yang disusun siswa juga cukup. Dalam satu
paragraf, siswa mampu menggunakan kalimat sederhana, disertai dengan beberapa kalimat
kompleks. Contoh kalimat siswa tersebut terletak pada kutipan karangan berikut.
Menikmati keindahan di pesisir pantai memang menyenangkan. Keindahan pemandangan pesisir
pantai tampak begitu menawan. Dari kejahuan terlihat pohon-pohon kelapa yang berdiri kokoh di tepi
pantai. Daun-daunnya melambai-lambai dan terdengar gemersik karena tertiup angin pantai yang
semilir.
.... (karangan berjudul Keindahan Pesisir Pantai Solusi Stres milik YI)
4.3.2.3.2 Kemampuan pada Subaspek Diksi
Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II pada subaspek diksi juga
sudah baik. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi pada siklus II mampu mencapai
72,82%. Pada subaspek ini, sudah ada siswa yang mampu memperoleh skor 5 (sangat baik),
meski hanya dua siswa, yaitu DD dan DSM. Sebagian besar siswa, yakni sebanyak 21 siswa,
memperoleh skor 4 (baik) pada subaspek diksi, sedangkan 16 siswa lain memperoleh skor 3
(cukup). Pada siklus II, tidak ada siswa yang memperoleh skor 1 (sangat kurang) maupun 2
(kurang) pada subaspek ini.
Diksi yang digunakan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada siklus II sudah cukup
bervariasi. Perbendaharaan kata yang digunakan siswa cukup luas sehingga siswa jarang
menggunakan diksi yang monoton dan beulang-ulang. Selain itu, penggunaan diksi siswa juga
sudah tepat sehingga tidak mengganggu pemahaman makna. Berikut kutipan karangan siswa
yang menunjukkan kemampuan siswa pada aspek diksi.
Di bawah langit biru yang luas menyelimuti alam raya tampak nyiur hijau melambai-lambai
seolah mengajak siapa saja untuk mendekat menikmati pesona pantai. Hamparan pasir putih bak ladang
kapas menyambut kedatangan kita. Semakin dekat kita menitihkan langkah, akan tampak rumput-
rumput hijau yang bergoyang mengikuti tiupan angin. Barisan batu karang yang terjal mengelilingi
pohon kelapa menjadi tempat yang nyaman untuk menatap luasnya samudra yang seolah tak berujung.
Sejauh mata memandang tampak air laut yang biru dan berkilau.
.... (karangan berjudul Pantai Sejuta Kenangan milik DSM)
Dari kutipan karangan di atas, tampak bahwa perbendaharaan kata DSM sangat luas.
Diksi yang digunakan dalam karangan DSM sangat bervariasi dan jarang terjadi pengulangan
kata. Selain itu, diksi pada karangan DSM juga digunakan secara tepat sehingga tidak
mengaburkan makna.
4.3.2.3.3 Kemampuan pada Subaspek Ejaan
Pada subaspek ejaan pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa mencapai 82,56%. Hal ini
menunjukkan bahwa pada siklus II, kemampuan siswa dalam menyusun karangan deskripsi
dengan ejaan yang sesuai dengan EYD sangat baik. Sebagian besar siswa memperoleh skor 4
(baik) pada subaspek ini, yakni sebanyak 32 siswa. Tidak ada satupun siswa yang memperoleh
skor 1 (sangat kurang) maupun skor 2 (kurang). Bahkan, siswa yang memperoleh skor 3 (cukup)
hanya satu siswa, yakni AAS, sedangkan enam siswa yang lain mampu meperoleh skor 5 (sangat
baik). Enam siswa tersebut antara lain AFM, AS, CDS, DEW, FL, dan YLH.
Pada siklus II, kesalahan siswa yang sering ditemukan pada subaspek ejaan pada siklus I
sudah jarang ditemukan. Bahkan, dalam setiap karangan deskripsi siswa, sedikit sekali
ditemukan kesalahan penggunaan ejaan. Pada siklus II, rata-rata siswa sudah mampu
menuliskan kata, kata depan, dan imbuhan, serta menggunakan huruf kapital dan tanda baca
yang sesuai dengan EYD dalam karangan deskripsinya. Rata-rata siswa juga sudah mampu
membedakan penulisan kata depan dengan awalan. Berikut kutipan karangan siswa yang
menunjukkan kemampuan siswa pada subaspek ejaan, terkait dengan penulisan kata, kata
depan, imbuhan, serta penggunaan huruf kapital dan tanda baca.
Panorama Alam Pantai
Tampak dari kejahuan langit biru di atas lautan yang luas. Ombak yang menggulung
terlihat begitu indah. Pohon-pohon kelapa yang tertiup angin terasa mengisi kesunyian di
pantai itu. Hamparan pasir putih dan karang-karang seakan menyejukkan jiwa. Alunan ombak
dan hembusan angin yang mengenai dedaunan terasa menghidupkan suasana. Bau bangkai
ikan dan rasa asin air laut seakan menjadi hal biasa. Suara burung-burung yang berkicau
terdengar menghibur hati. Di bawah hamparan langit biru yang luas terlihat perahu-perahu
nelayan sedang mencari ikan.
.... (karangan AS)
Kutipan karangan di atas menunjukkan bahwa AS mampu menggunakan ejaan dengan tepat.
Dalam karangan deskripsi AS tidak ditemukan sama sekali kesalahan penggunaan ejaan. Setiap
kata dalam karangannya dituliskan dengan tepat sesuai dengan EYD. Begitu juga dalam
penulisan kata ulang, kata depan di, serta penggunaan tanda baca dan huruf kapital, AS tidak
lagi mengalami kesulitan. Sebagian besar siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi yang lain juga sudah tidak lagi mengalami kesulitan dalam menggunakan ejaan
yang tepat sesuai dengan EYD. Hal ini dapat dilihat dari minimnya kesalahan penggunaan ejaan
pada karangan deskripsi siswa yang lain.
BAB V
PEMBAHASAN
Berdasarkan paparan data pada Bab IV, pada bab V ini disajikan pembahasan penelitian
peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan
imajinasi, yang meliputi (1) temuan proses pembelajaran dan (2) temuan hasil penelitian.
5.1 Temuan Proses Pembelajaran
Penelitian peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan
menggunakan gambar dan imajinasi merupakan penelitian tindakan yang dilaksanakan untuk
meningkatkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
dalam menulis karangan deskripsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto, dkk. (2007:11)
yang menyatakan bahwa penelitian tindakan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh guru
atau peneliti untuk memperbaiki atau meningkatkan hasil dengan mengubah cara, metode,
pendekatan, atau teknik yang berbeda dari biasanya. Dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi dengan tema keindahan
alam.
Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi dilaksanakan
dengan mengacu pada rencana pembelajaran yang telah disusun pada tahap perencanaan.
Dalam pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator yang membimbing siswa dalam melaksanakan kegiatan menulis.
Kegiatan menulis menjadi milik siswa seutuhnya sehingga siswa menjadi lebih aktif dan tidak
merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran, dan mampu menciptakan pemahaman sendiri
terhadap kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran.
Proses menulis karangan deskripsi siswa terdiri dari empat tahap, yaitu (1) tahap
prapenulisan, (2) tahap penulisan, (3) tahap penyuntingan dan revisi, dan (4) tahap publikasi.
Pada tahap prapenulisan, kegiatan siswa difokuskan pada pengumpulan bahan untuk
memudahkan siswa dalam mengembangkan ide pada tahap penulisan. Pada tahap penulisan,
kegiatan siswa difokuskan pada pengembangan bahan yang telah diperoleh pada tahap
prapenulisan. Pada tahap penyuntingan dan revisi, kegiatan siswa difokuskan pada kegiatan
penyuntingan dan perbaikan karangan agar karangan awalnya menjadi lebih baik dengan
mengacu pada hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi. Pada tahap
publikasi, kegiatan siswa difokuskan pada upaya pemublikasian hasil karangan deskripsi siswa
dengan membacakannya di depan kelas dan menempelkannya di dinding kelas agar siswa
mengetahui manfaat kegiatan penulisan yang dilaksanakan. Penentuan tahap proses menulis
siswa dalam penelitian ini didasarkan pada pendapat Tompkins (dalam Kurniawan, 2007:3) yang
menyajikan lima tahap dalam proses menulis, yakni (1) tahap pramenulis, (2) tahap pembuatan
draf, (3) tahap merevisi, (4) tahap menyunting, dan (5) tahap berbagi (sharing) atau publikasi.
Sesuai dengan rencana, penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, yakni siklus I dan siklus II,
dengan empat tahap pada masing-masing siklusnya, mulai dari tahap perencanaan hingga
refleksi. Penentuan empat tahap dalam penelitian ini mengacu pada pernyataan Suhardjono
(dalam Arikunto, dkk., 2007:74) bahwa penelitian tindakan kelas terdiri atas rangkaian empat
kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Maka setelah diketahui masalah yang
ditemukan dalam studi pendahuluan, penelitian dilanjutkan pada empat tahap berikutnya,
yakni (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi atau pengamatan, dan
(4) refleksi. Tindakan yang diberikan adalah penggunaan “gambar” dan “imajinasi” dalam
pembelajaran menulis deskripsi agar kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kemampuan sebelum diberi tindakan. Tindakan
siklus I dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan pada saat studi
pendahuluan, sedangkan tindakan siklus II dilaksanakan untuk mengatasi permasalahan yang
ditemukan pada siklus I.
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaan tindakan,
beberapa kelebihan yang ditemukan selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi adalah sebagai berikut.
(1) Pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi tidak hanya
berpusat pada guru, tetapi lebih pada proses kreatif siswa untuk menciptakan pemahaman
sendiri berdasarkan kegiatan yang telah dilaksanakan sehingga siswa lebih memahami dan
menguasai kompetensi yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
(2) Siswa lebih memahami tentang konsep dan wujud karangan deskripsi. Siswa tidak lagi
bingung untuk membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan narasi. Hal ini
diketahui dari hasil karangan deskripsi seluruh siswa yang sudah tidak mengandung pola
pengembangan karangan narasi.
(3) Dari proses menulis yang dilaksanakan, siswa dapat memahami tahapan yang perlu
dilakukan dalam menghasilkan sebuah karangan agar karangan yang dihasilkan menjadi lebih
baik, yakni (1) prapenulisan, (2) penulisan, (3) penyuntingan dan revisi, dan (4) publikasi.
(4) Siswa lebih memahami hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi,
terutama pada aspek isi dan kebahasaan. Siswa sudah mampu mengembangkan karangan
deskripsi dengan kesesuaian, kerincian, dan kreativitas imajinasi yang baik. Kemampuan
siswa pada aspek kebahasaan juga baik, baik dalam menyusun kalimat, menggunakan diksi,
ataupun ejaan.
(5) Siswa sudah mampu mengembangkan imajinasi kelima inderanya ke dalam tabel hasil
imajinasi indera sehingga dapat menyusun karangan deskripsi dengan disertai opini atau
kesan terhadap objek yang dideskripsikan berdasarkan imajinasi kelima inderanya.
Kekurangan yang ditemukan selama proses pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi adalah kelemahan siswa dalam menyusun organisasi yang
baik dalam karangan. Rata-rata kemampuan siswa dalam mengorganisasikan karangan paling
rendah jika dibandingkan dengan kemampuan pada aspek yang lain. Siswa kurang mampu
menyusun gagasan secara runtut dan terkait dalam karangan deskripsinya. Namun, kelemahan
siswa dalam mengorganisasikan karangan tidak mempengaruhi ketercapaian keberhasilan
mereka dalam menulis karangan deskripsi.
Berdasarkan hasil observasi dan refleksi tindakan yang diberikan dalam pembelajaran
menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I dan siklus II, peneliti
menemukan langkah-langkah pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa. Langkah-langkah pembelajaran yang ditemukan dalam penelitian ini
didasarkan pada kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus I, dan digabungkan
dengan perbaikan pembelajaran yang telah dilaksanakan pada siklus II. Langkah-langkah
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi adalah sebagai
berikut.
(1) Pendahuluan
(a) Guru membangun pemahaman siswa tentang tulisan deskripsi dan macam-
macamnya, dengan menyajikan beberapa contoh agar siswa mengetahui macam-macam
karangan deskripsi dan dapat membedakan antara karangan deskripsi dengan karangan
yang lainnya.
(b) Guru menyajikan contoh pengembangan karangan deskripsi dengan menggunakan
gambar dan imajinasi untuk membangun pemahaman siswa terkait langkah-langkah
dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
(c) Guru menguatkan pemahaman siswa dengan menjelaskan langkah-langkah dalam
menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi mulai dari tahap
prapenulisan, penulisan, penyuntingan dan revisi, hingga publikasi, sekaligus manfaat
masing-masing langkah.
(d) Guru menjelaskan makna masing masing kolom pada tabel hasil imajinasi indera
dengan memberikan pertanyaan panduan untuk memudahkan siswa dalam mengisi
tabel hasil imajinasi indera. Pertanyaan panduan yang diberikan guru mengacu pada
judul kolom pada tabel hasil imajinasi indera yang digunakan dalam menulis karangan
deskripsi.
(e) Guru menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menulis karangan deskripsi,
baik dari aspek isi, organisasi, maupun kebahasaan agar siswa dapat menulis karangan
deskripsi dengan baik.
(f) Guru menjelaskan cara menentukan judul dan kriteria judul yang baik dalam
karangan. Sebagai latihan, guru memberikan karangan tanpa judul kepada siswa,
kemudian siswa diajak untuk menentukan judul dari karangan tersebut, dan
menuliskannya di depan kelas untuk menerima balikan dari guru sesuai dengan syarat
penentuan judul yang baik.
(2) Inti
(a) Guru memberikan tema kepada siswa. Guru membagikan gambar sesuai dengan
tema dan tabel hasil imajinasi indera kepada siswa. Pemilihan gambar didasarkan pada
lingkungan terdekat siswa.
(b) Guru membimbing siswa untuk menentukan judul karangan sesuai dengan topik
(objek) dan tujuan penulisan. Judul dapat diperbaiki di akhir penulisan karangan (pada
tahap revisi) dengan menyesuaikannya dengan isi karangan.
(c) Guru membimbing siswa untuk mengamati gambar dan mengisi tabel hasil imajinasi
indera berdasarkan hasil pengamatan terhadap gambar menggunakan kelima indera.
(Tahap Prapenulisan)
(d) Guru membimbing siswa untuk mengembangkan karangan deskripsi berdasarkan
hasil pengisian tabel hasil imajinasi indera dengan memperhatikan syarat penulisan
karangan deskripsi yang baik. (Tahap Penulisan)
(e) Guru membangun pemahaman siswa terkait hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
tahap penyuntingan dan revisi dengan memberikan contoh karangan yang terdapat
banyak kesalahan pada siswa, dan mengajak siswa untuk belajar menyunting dan
merevisi karangan tersebut dengan memperhatikan aspek isi, organisasi, dan
kebahasaannya.
(f) Guru meminta salah satu siswa untuk membacakan hasil karangannya di depan kelas.
Siswa yang lain bersama guru mengomentari karangan deskripsi yang dibacakan siswa di
depan kelas, terkait dengan hasil karangan dan cara pembacaannya.
(g) Guru membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan penyuntingan dan revisi.
Kegiatan penyuntingan dilaksanakan dengan menukarkan hasil karangan siswa dengan
siswa lainnya. Setiap siswa mengoreksi dan memberikan komentar terhadap hasil
karangan teman, baik dari segi isi, organisasi, maupun kebahasaannya. Setelah setiap
karangan dikoreksi dan dikomentari, masing-masing karangan dikembalikan pada
pemiliknya, kemudian direvisi berdasarkan koreksi dan komentar atau saran perbaikan
dari teman. (Tahap Penyuntingan dan Revisi)
(h) Guru juga membimbing siswa untuk melaksanakan kegiatan publikasi dengan
membacakan hasil karangan deskripsinya di depan kelas dan menempelkannya di
dinding atau di mading kelas. (Tahap Publikasi)
(3) Penutup
(a) Guru bersama siswa melakukan refleksi proses pembelajaran menulis deskripsi
dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
(b) Guru membimbing siswa untuk mengingat dan menyimpulkan keseluruhan materi
dari kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(c) Guru menanyakan kepada siswa tentang kesulitan yang mereka alami dalam
pembelajaran menulis deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi yang telah
dilaksanakan.
5.2 Temuan Hasil Penelitian
Kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi diukur dari pencapaian nilai siswa
berdasarkan standar keberhasilan yang telah ditetapkan. Siswa dikatakan berhasil atau mampu
menulis karangan deskrispsi apabila rata-rata nilai yang diperoleh siswa dapat mencapai
standar keberhasilan yang ditetapkan. Pedoman tingkat keberhasilan siswa disusun oleh
peneliti bersama guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan mengacu pada rujukan yang
ada, dan disesuaikan dengan standar ketuntasan minimal (SKM) mata pelajaran Bahasa
Indonesia di SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi. Berikut pedoman tingkat
keberhasilan yang digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam menulis karangan
deskripsi.
Tabel 5.1 Pedoman Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi
Pencapaian (%) Kualifikasi Kategori Nilai Tingkat Keberhasilan
Angka Huruf
80−100 5 A Baik Sekali Berhasil
65−79 4 B Baik Berhasil
56−64 3 C Cukup Tidak berhasil
40−55 2 D Kurang Tidak berhasil
20−39 1 E Gagal Tidak berhasil
(Sumber: diadaptasi dari Arikunto, 2003:245)
Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap karangan deskripsi siswa, rata-rata kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
mengalami peningkatan setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi.
Jika pada tahap pretes (sebelum diberi tindakan) rata-rata kemampuan awal siswa dalam
menulis karangan deskripsi hanya mencapai 45,79%, rata-rata kemampuan siswa setelah diberi
tindakan siklus I mampu mencapai 64,40%. Itu berarti bahwa kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar 18,61% setelah diberi tindakan siklus I.
Namun, meski sudah mengalami peningkatan, rata-rata kemampuan siswa pada siklus I masih
belum mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan, seperti halnya rata-rata
kemampuan siswa pada tahap pretes. Permasalahan yang dihadapi pada siklus I terletak pada
kelemahan siswa dalam membuat organisasi yang baik, menyusun kalimat, dan menggunakan
diksi dalam karangan deskripsinya. Oleh karena itu, diupayakan perbaikan tindakan pada siklus
II untuk mengatasi permasalahan pada siklus I, yakni dengan pemilihan gambar pantai,
pengubahan tabel hasil imajinasi indera, penggunaan bagan untuk memberikan penjelasan
tentang langkah-langkah dalam menulis karangan deskripsi dengan menggunakan gambar dan
imajinasi, dan pemberian pertanyaan panduan untuk memudahkan siswa dalam mengisi tabel
hasil imajinasi indera. Siswa juga diberikan tambahan materi terkait dengan perumusan judul,
penyusunan kalimat, dan penyusunan organisasi dalam karangan. Dengan perbaikan tindakan
yang diberikan, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 14,06% sehingga mencapai 78,46%. Peningkatan kemampuan
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan
deskripsi dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
Tabel 5.2 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi Sebelum dan
Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Hasil Evaluasi Persentase (%)
Pretes Siklus I Siklus II
Rata-rata Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa dalam Satu Kelas 45,79 64,40 78,46
Berdasarkan hasil penilaian karangan deskripsi siswa, pada tahap pretes, hanya 5,13%
siswa dari jumlah siswa keseluruhan yang berhasil mencapai standar keberhasilan yang
ditetapkan, yakni 65%. Pada tahap pretes, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan
kualifikasi A (baik sekali). Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B (baik) hanya dua
siswa. Namun setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi, jumlah
siswa yang berhasil dalam menulis karangan deskripsi pada siklus I sudah mengalami
peningkatan yang cukup tinggi, yakni sebesar 41,02%. Dari jumlah siswa keseluruhan, 46,15%
siswa sudah mampu mencapai standar keberhasilan yang ditetapkan. Pada siklus I,
143
sudah ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik sekali), meski hanya
satu siswa. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi B ( baik) pada siklus I sebanyak 17
siswa. Peningkatan yang sangat pesat terjadi setelah dilaksanakannya tindakan siklus II, yakni
sebesar 53,85% . Pada siklus II, 100% siswa dari jumlah siswa keseluruhan mampu mencapai
standar keberhasilan yang ditetapkan. Siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi A (baik
sekali) pada siklus II adalah 19 siswa, sedangkan siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi
B (baik) sebanyak 20 siswa.
Penilaian yang dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis
karangan deskripsi dilihat dari tiga aspek, yakni (1) aspek isi yang meliputi subaspek kesesuaian,
kerincian, dan kreativitas imajinasi, (2) aspek organisasi; dan (3) aspek kebahasaan yang
meliputi subaspek kalimat, diksi, dan ejaan. Pedoman penilaian ini mengacu pada panduan
penyekoran atau penilaian karangan menurut Basuki (1997, 38―39), yang menunjukkan bahwa
komponen yang dinilai dalam karangan di antaranya pengembangan topik, organisasi, tata
bahasa, kosa kata, dan ejaan dan tanda baca, yang sudah diadaptasi oleh peneliti.
Dari hasil penilaian karangan deskripsi siswa, dapat diketahui adanya peningkatan rata-
rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada setiap aspek, setelah diberi tindakan dengan menggunakan
gambar dan imajinasi pada siklus I dan siklus II. Peningkatan rata-rata kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa pada setiap aspek adalah sebagai berikut.
1) Peningkatan pada Aspek Isi
Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada aspek isi dilihat dari tiga subaspek,
yakni subaspek (1) kesesuaian, (2) kerincian, dan (3) kreativitas imajinasi. Dari ketiga subaspek
pada aspek isi, kemampuan siswa meningkat pada setiap subaspeknya, setelah menggunakan
gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek isi dapat
dilihat pada tabel 5.3 berikut.
Tabel 5.3 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek Isi
Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa
(%)
Pretes Siklus I Siklus II
Isi Kesesuaian 44,62 65,64 83,08
Kerincian 58,46 71,79 82,05
Kreativitas Imajinasi 40 74,87 84,62
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2
SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kesesuaian mengalami
peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, rata-rata
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada subaspek kesesuaian hanya mencapai
44,62%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I,
kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 21,02% sehingga
mampu mencapai 65,64%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian kembali
mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II,
kemampuan siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 17,44% dari
siklus I sehingga mampu mencapai 83,08%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan
deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek
kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 38,46% setelah menggunakan gambar dan
imajinasi.
Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kerincian juga mengalami peningkatan setelah
menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek
kerincian hanya mencapai 58,46%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan
imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kerincian mengalami peningkatan
sebesar 13,33% sehingga mampu mencapai 71,79%. Rata-rata kemampuan siswa pada
subaspek kerincian juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus
II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek kerincian mengalami peningkatan sebesar
10,26% dari siklus I sehingga mampu mencapai 82,05%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis
karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada
subaspek kerincian mengalami peningkatan sebesar 23,59% setelah menggunakan gambar dan
imajinasi.
Pada aspek isi, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi
mengalami peningkatan yang paling tinggi jika dibandingkan dengan peningkatan kemampuan
siswa pada subaspek kesesuaian dan kerincian. Rata-rata kemampuan menulis karangan
deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek
kreativitas imajinasi
2) Peningkatan pada Aspek Organisasi
Kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis
karangan deskripsi pada aspek organisasi juga mengalami peningkatan setelah menggunakan
gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi pada aspek organisasi
dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. mengalami peningkatan sebesar 44,62% setelah
menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek
kreativitas imajinasi hanya mencapai 40%. Namun setelah diberi tindakan dengan
menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada subaspek kreativitas
imajinasi mengalami peningkatan sebesar 34,87% sehingga mampu mencapai 74,87%. Seperti
halnya pada subaspek kesesuaian dan kerincian, rata-rata kemampuan siswa pada subaspek
kreativitas imajinasi juga mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada
siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek kreativitas imajinasi mengalami
peningkatan sebesar 9,75% dari siklus I sehingga mampu mencapai 84,62%.
Tabel 5.4 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek
Organisasi Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa
(%)
Pretes Siklus I Siklus II
Organisasi Organisasi 50,77 55,90 66,15
Berdasarkan tabel 5.4, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa
kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek organisasi
mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi, baik pada siklus I maupun
siklus II. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek organisasi hanya mencapai
50,77%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I,
kemampuan siswa pada subaspek organisasi mengalami peningkatan sebesar 5,13% sehingga
mampu mencapai 55,90%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek organisasi juga
mengalami peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II,
kemampuan siswa pada subaspek organisasi mengalami peningkatan sebesar 10,25% dari siklus
I sehingga mampu mencapai 66,15%. Jadi, pada aspek organisasi, rata-rata kemampuan
menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi
mengalami peningkatan sebesar 15,38% setelah menggunakan gambar dan imajinasi.
3) Peningkatan pada Aspek Kebahasaan
Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada aspek kebahasaan dilihat dari tiga
subaspek, yakni subaspek (1) kalimat, (2) diksi, dan (3) ejaan. Seperti halnya pada aspek isi, dari
ketiga subaspek pada aspek kebahasaan, kemampuan siswa juga meningkat pada setiap
subaspeknya, setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Peningkatan rata-rata kemampuan
siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan
deskripsi pada aspek kebahasaan dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut.
Tabel 5.5 Perbandingan Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Deskripsi pada Aspek
Kebahasaan Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II
Aspek Subaspek Rata-Rata Kemampuan Siswa
(%)
Pretes Siklus I Siklus II
Kebahasaa
n
Kalimat 46,67 57,95 77,95
Diksi 37,44 58,97 72,82
Ejaan 42,56 65,64 82,56
Berdasarkan tabel 5.5, diketahui bahwa kemampuan menulis karangan deskripsi siswa
kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kalimat mengalami
peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap pretes, rata-rata
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa pada subaspek kalimat hanya mencapai 44,67%.
Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan
siswa pada subaspek kesesuaian mengalami peningkatan sebesar 13,28% sehingga mampu
mencapai 57,95%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek kalimat kembali mengalami
peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa
pada subaspek kalimat mengalami peningkatan sebesar 20% dari siklus I sehingga mampu
mencapai 77,95%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek kalimat mengalami peningkatan
sebesar 31,28% setelah menggunakan gambar dan imajinasi.
Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi pada subaspek diksi juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar
dan imajinasi. Pada tahap pretes, kemampuan siswa pada subaspek diksi hanya mencapai
37,44%. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I,
kemampuan siswa pada subaspek diksi mengalami peningkatan sebesar 21,53% sehingga
mampu mencapai 58,97%. Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek diksi juga mengalami
peningkatan dari siklus I, setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa
pada subaspek diksi mengalami peningkatan sebesar 13,85% dari siklus I sehingga mampu
mencapai 72,82%. Jadi, rata-rata kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA
Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek diksi mengalami peningkatan
sebesar 35,38% setelah menggunakan gambar dan imajinasi.
Seperti halnya pada subaspek kalimat dan diksi, rata-rata kemampuan menulis karangan
deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi pada subaspek
ejaan juga mengalami peningkatan setelah menggunakan gambar dan imajinasi. Pada tahap
pretes, kemampuan siswa pada subaspek ejaan hanya mencapai 42,56%. Namun setelah diberi
tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I, kemampuan siswa pada
subaspek ejaan mengalami peningkatan sebesar 23,08% sehingga mampu mencapai 65,64%.
Rata-rata kemampuan siswa pada subaspek ejaan juga mengalami peningkatan dari siklus I,
setelah diberi tindakan pada siklus II. Pada siklus II, kemampuan siswa pada subaspek ejaan
mengalami peningkatan sebesar 16,92% dari siklus I sehingga mampu mencapai 82,56%.
Peningkatan pada subaspek ejaan merupakan peningkatan yang paling besar pada aspek
kebahasaan, jika dibandingkan dengan subaspek kalimat dan diksi. Setelah menggunakan
gambar dan imajinasi, kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada subaspek ejaan mampu mengalami peningkatan sebesar 40%.
Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa penggunaan gambar dan imajinasi
dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi pada setiap aspek,
yakni aspek isi, organisasi, dan kebahasaan. Hasil penilaian karangan deskripsi siswa kelas X.2
SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi mengalami peningkatan setelah
menggunakan gambar dan imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi pada siklus I
maupun siklus II. Hasil penelitian ini mendukung pendapat Nurhaeni (1997:17) yang
menyatakan bahwa gambar merupakan suatu media untuk merangsang kebutuhan yang tinggi
terhadap pengungkapan suatu masalah dengan kemampuan bahasa yang terbatas. Dengan
menggunakan gambar, siswa dapat lebih mudah dalam menemukan ide atau bahan tulisan
sehingga tidak mengalami kesulitan dalam mengembangkan karangan deskripsi. Selain gambar,
imajinasi juga dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi.
Penggunaan imajinasi sesuai dengan tujuan penulisan karangan deskripsi dalam penelitian ini,
yakni berusaha menciptakan penghayatan terhadap objek melalui imajinasi pembaca
(Gunawan, 1997:13). Penggunaan imajinasi dalam proses menulis karangan deskripsi dapat
memperkaya ide sehingga siswa mampu mengembangkan karangan deskripsi yang lebih hidup
dan dapat diimajinasikan dengan kelima indera. Dengan imajinasi, siswa menjadi lebih kreatif
dalam mengembangkan karangan deskripsi. Hal ini sesuai dengan pendapat Ricoeur (dalam
Tedjoworo, 2001:55) yang menyatakan bahwa imajinasi mendorong kreativitas dalam bahasa.
Menurut Ricoeur, hanya bahasa yang berimajinasilah yang sanggup “memperkaya” realitas, dan
mendekatkan pengetahuan pada kekayaan realitas itu sendiri. Juga pendapat DePorter &
Hernacki (2002:191) yang menyatakan bahwa dengan imajinasi, dengan teknik “mengubah
bukan memberitahukan (Show Not Tell)”, dapat mengubah kalimat-kalimat kering menjadi
deskripsi yang menakjubkan.
BAB VI
PENUTUP
Pada Bab VI ini dipaparkan simpulan dan saran yang berhubungan dengan penelitian
peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan gambar dan
imajinasi.
6.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dipaparkan pada Bab IV dan dibahas pada Bab V,
dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan gambar dan imajinasi, dapat meningkatkan
kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo Kabupaten
Banyuwangi. Setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar dan imajinasi pada siklus I,
rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar
18,61% dari tahap pretes yang hanya mencapai 45,79% sehingga pada siklus I mampu mencapai
64,40%. Pada siklus II, rata-rata kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi
mengalami peningkatan sebesar 14,06% dari siklus I sehingga mampu mencapai 78,46%. Hasil
tersebut menunjukkan bahwa kemampuan siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan sebesar
32,67% dan mampu mencapai standar ketuntasan minimal yang disyaratkan, setelah
menggunakan gambar dan imajinasi.
Peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1
Purwoharjo Kabupaten Banyuwangi setelah menggunakan gambar dan imajinasi juga dapat
dilihat pada setiap aspeknya, dengan simpulan sebagai berikut.
(1) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada aspek isi mengalami peningkatan setelah menggunakan
gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 38,46% pada subaspek kesesuaian,
23,59% pada subaspek kerincian, dan 44,62% pada subaspek kreativitas imajinasi.
(2) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada aspek organisasi mengalami peningkatan setelah
menggunakan gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 15,38%.
(3) Kemampuan menulis karangan deskripsi siswa kelas X.2 SMA Negeri 1 Purwoharjo
Kabupaten Banyuwangi pada aspek kebahasaan mengalami peningkatan setelah
menggunakan gambar dan imajinasi, dengan peningkatan sebesar 31,28% pada subaspek
kalimat, 35,38% pada subaspek diksi, dan 40% pada subaspek ejaan.
6.2 Saran
Berdasarkan simpulan di atas, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia dan peneliti
selanjutnya disarankan sebagai berikut.
1) Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia disarankan untuk menggunakan gambar dan
imajinasi dalam pembelajaran menulis deskripsi, karena berdasarkan hasil penelitian,
kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi mengalami peningkatan dan mampu
mencapai standar ketuntasan minimal 65% setelah menggunakan gambar dan imajinasi.
2) Berdasarkan studi pendahuluan, ditemukan bahwa guru Bahasa Indonesia hanya
menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran dan langsung memberikan tugas
menulis kepada siswa. Oleh karena itu, guru Bahasa Indonesia disarankan untuk
menggunakan langkah-langkah pembelajaran yang mampu mengaktifkan siswa untuk
melaksanakan aktivitas belajar dan menciptakan pemahaman sendiri terhadap kompetensi
yang akan dicapai, sebagaimana langkah-langkah pembelajaran menulis deskripsi dengan
menggunakan gambar dan imajinasi.
3) Guru Bahasa Indonesia disarankan untuk membimbing siswa melakukan tahapan-
tahapan dalam menghasilkan sebuah karangan dalam setiap pembelajaran menulis, sesuai
dengan tahapan-tahapan yang telah dilaksanakan siswa dalam pembelajaran menulis
deskripsi dengan menggunakan gambar dan imajinasi, yakni tahap prapenulisan, penulisan,
penyuntingan dan revisi, dan publikasi.
4) Peneliti lanjutan disarankan untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan
gambar dan imajinasi untuk meningkatkan kemampuan siswa pada keterampilan menulis
yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Ahmadi, M., dkk. 1980/1981. Komposisi Bahasa Indonesia. Malang: P3T IKIP Malang.
Ahmadi, Mukhsin. 1995. Wacana Bahasa Indonesia. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri
Malang.
Akhadiah, S., Arsjad, M.G. & Ridwan, S.H. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Alyunusia, Rohmah. 2003. Penggunaan Media Gambar dalam Meningkatkan Keterampilan
Menulis Puisi Siswa Kelas I MTs YKUI Maskumambang Dukun-Gresik Tahun Pelajaran
2002/2003. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Arikunto, Suharsimi. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka
Cipta.
Arikunto, S., Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Basuki, Imam Agus. 1997. Evaluasi Pengajaran Bahasa Indonesia. Malang: Depdiknas
Universitas Negeri Malang.
BSNP. 2006. Standar Isi (Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006) Badan Standar Nasional
Pendidikan. Jakarta: BSNP.
Dalvi. 2006. Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Siswa dalam Pembelajaran Agama dengan
Menggunakan Metode Belajar Aktif Tipe Kuis Tim Kelas VIB MI Diniyah Puteri Padang
Panjang Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2005/2006. Jurnal Guru: Pembelajaran di
Sekolah Dasar dan Menengah. 3 (1): 59–69.
Dawud, dkk. 2004. Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga.
DePorter, B. & Hernacki, M. 1992. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan
Menyenangkan. Terjemah oleh Alwiyah Abdurrahman. 2002. Bandung: Kaifa.
Enre, Fachruddin Ambo. 1988. Dasar-dasar Keterampilan Menulis. Jakarta: Depdikbud.
Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.
Gunawan, dkk. 1997. Belajar Mengarang: Dari Narasi hingga Argumentasi. Untuk SMU dan
Umum. Jakarta: Erlangga.
Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis untuk Siswa SMP dan SMA.Yogyakarta: Andi.
Ibrahim, R. & Nana, S.S. 2003. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Depdikbud & Rineka Cipta.
Jabrohim,dkk. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Junus, Umar. 1983. Dari Peristiwa ke Imajinasi: Wajah Sastra dan Budaya Indonesia. Jakarta:
Gramedia.
Kadir, Abdul. 2005. Dari KBK ke Inovasi: Menembus Kemandegan Pendidikan Kita. Edukasi:
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan. 2005 (4) :19–23.
Kurniawan, Khaerudin. 2007. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing
Tingkat Lanjut, (Online),
(Http://Www.Ialf.Edu/Kipbipa/Papers/KhaerudinKurniawan.doc, diakses tanggal 12
November 2007).
Madya, Suwarsih. 2007. Penelitian Tindakan Kelas Bagian I (Online).
(http://www.ktiguru.org/index.php/ptk/ptk-1, diakses tanggal 12 November 2007).
Musbar. 2006. Hubungan Hasil belajar Matematika dengan Penguasaan Kompetensi Gambar
Bukaan/Bentangan pada Siswa Kelas II Teknik Pembentukan SMK Karya Padang Panjang.
Jurnal Guru: Pembelajaran di Sekolah Dasar dan Menengah. 3 (1): 49–58.
Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: Fakultas
Sastra Universitas Negeri Malang.
Nurhadi, Yasin, B., & Senduk, A.G. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam
KBK. Malang: UM Press.
Nurhaeni, Nani. 1997. Fungsi Gambar dalam Pengajaran Bahasa Asing. Sumber Belajar: Kajian
Teori dan Aplikasi. 4(4): 15–21.
Parera, Jos Daniel. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga.
157
Rani, A., Arifin, B. & Martutik. 2006. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayumedia Publishing.
Setyosari, Punaji. 2001. Rancangan Pembelajaran Teori dan Praktik. Malang: Elang Mas.
Sudjana, N. & Rivai, A. 2005. Media Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Suhaidi, Mohammad R.B. 2005. Pembelajaran Partisipatif. Edukasi: Jurnal Pendidikan dan
Kebudayaan. 2005 (4): 2–3.
Susetyo, Budi. 2005. Jenis Alat Pengumpul Data, (Online),
(http://www.ditplb.or.id/new/index.php?menu=profile&pro=145, diakses tanggal 12
November 2007).
Tedjoworo, H. 2001. Imaji dan Imajinasi: Suatu Telaah Filsafat Postmodern. Yogyakarta:
Kanisius (Anggota IKAPI)
Wijaya, Citria Nilam Asri Cipto. 2005. Peningkatan Kinerja Siswa Kelas V SDN Taman 02
Bondowoso dalam Pembelajaran Menulis Deskriptif dengan Media Gambar. Skripsi tidak
diterbitkan. Malang: Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang.
Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.
Wiriaatmadja, Rochiati. 2006. Metode Penelitian Tindakan Kelas: untuk Meningkatkan Kinerja
Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya.