98
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011 SKRIPSI Oleh : UTORO WAHYU SANTOSA X7109118 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

SKRIPSI

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA

X7109118

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN

DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA

REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO

KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011

Oleh :

UTORO WAHYU SANTOSA

NIM. X7109118

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

Page 4: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

Page 5: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Peningkatan Kemampuan

Menjumlahkan Dua Angka Bilangan Bulat Melalui Media Realita Pada

Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran

2010/2011. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sebelas Maret Surakarta: Maret 2011.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan

menjumlahkan melalui media realita kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan

Teras Kabupaten Boyolali.

Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, sedangkan variable tindakan

yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan

selama 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan

tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas I

SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang berjumlah 23

siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas

ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, dan variabel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita. Teknik pengumpulan data

dilakukan dengan cara observasi, tes, dokumen. Teknik analisis data yang

digunakan adalah model analisis dan interaktif yang mempunyai tiga buah

komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau

verifikasi.

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tindakan kelas pada

siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan ditandai

meningkatnya kemampuan pada materi menjumlahkan cara pendek diperoleh

rata-rata kelas 66,08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM

63 sebanyak 15 siswa (65.08%), sedangkan untuk kemampuan menjumlahkan

cara panjang diperoleh rata-rata kelas 61,52 dengan persentase siswa yang

mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52). Untuk materi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun

panjang diperoleh rata-rata kelas 66.08 dengan persentase siswa yang mendapat

nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,21%). Untuk materi penjumlahan

cara panjang diulang pada siklus II dan menunjukkan adanya peningkatan yang

cukup berarti, yang semula rata-rata kelas 77,60 dengan persentase siswa yang

mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 19 siswa (82,60), dan pada akhir siklus

II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

atas KKM 63 sebanyak 20 siswa (86,95). Dengan demikian, dapat diajukan suatu

rekomendasi bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpan melalui media realita dapat meningkatkan

kemampuan siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali tahun ajaran

2010/2011.

Kata Kunci : Hasil Belajar, Media Realita

Page 6: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRACT

Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Increasing Ability of Two Round

Number Through the Reality Media in Elementary School Students Class I

Kadireso Boyolali District School Year 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Faculty of

Teacher Training and Education, Sebelas Maret University: March 2011.

The purpose of this research is to improve the ability of adding up through

the the media reality of grade Teras Elementary School District Kadireso

Boyolali district.

The variables that become the changes targeted in this classroom action

research to increas the ability to add, while the variable action that used in this

research is the use of reality media.

The form of this classroom action research that held by using 2 cycles. Each

cycle consists of four stages. They are: planning, implementation of the action,

observation, and reflection. As a research subjects are the students class I

Kadireso Sub Terrace Elementary School District Boyolali which consist of 23

students. Variable as a target of changement in the classroom action research is

substraction, and variable this research is using real media. The data collection is

held by observation, test, document. The data analysis techniques that used are

analytical and interactive model which have three components, they are data

reduction, data presentation, and conclusion or verification.

According on the results, concluded that a class action in the cycle I

showed an increase in the ability to add up that marked by the increasing ability of

the sum material adding up by short compound way obtained by a class average

66.08 with the students percentage that receive who score above KKM 63 were 15

students (65.08%), the sum of material for the ability to add up with a long

compound way the average grade obtained by 61.52 with the students percentage

who score above KKM 63 were 13 students (56.52). the sum of material for two

digit numbers without saving techniques with a long compound way obtained by

a class average of 66.08 with a percentage grade students who scored above

KKM 63 were 15 students (65.21%). For the sum of material that used long

compound way repeated in the second cycles and indicate a significant

improvement that valuable, which the original value an average grade 77.60 with

the students percentage who scored above the KKM 63 of 19 students (82.60),

and at the end of the second cycle reached an average of 80.65 with a percentage

grade students who scored above KKM 63 by 20 students (86.95). so, it can be put

forward a recommendation that the sum learning of mathematics material of two

digit numbers without saving techniques through the reality medium can

improving the students ability of class I Elementary School District Kadireso

Boyolali academic year 2010/2011.

Keyword: Increasing Of Ability, Reality Medium

Page 7: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

MOTTO

’’Man jadda wa jadda’’

Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil

(Pepatah Bangsa Arab)

Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk

mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan cara

menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah terjadi

(David J. Schartz)

’’Dadio uwong kang koyo blarak aji’’

(Pepatah Jawa)

’’Tan sopo seneng mlaku bakalan tinemu’’

’’Tan sopo seneng melek bakalan pikolek’’

’’Tan sopo seneng luwih bakalan linuwih’’

(Penulis)

Keinginan dan harapan tidak mungkin dapat tercapai tanpa ada usaha dan

doa

(Penulis)

Mudahlah tersenyum dalam segalanya karena dengan senyuman niscaya

akan membuka rejeki dan mempermudah urusan kita.

(Penulis)

“Tak ada perjuangan yang tanpa hasil”

(Penulis)

Page 8: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Dengan segenap hati yang terdalam, karya ini saya persembahkan kepada:

1. Ayah, Ibu, dan adik-adik tercinta.

2. Keluarga dan saudara-saudaraku tercinta.

3. Keluarga besar SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Boyolali.

4. Teman – teman di PGSD.

5. Orang-orang terdekatku yang aku sayangi.

6. Almamaterku.

Page 9: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya

sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan.

Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Melalui

Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun

Ajaran 2010/2011ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar

sarjana.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil

tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam

penyusunan skripsi ini. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun

berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab

itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD dan Drs.

Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program StudiPGSD Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dra. Rukayah, M.Hum.

selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan

dalam penyusunan Skripsi ini.

5. Sri Widati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SD Negeri

Kadireso Teras kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak

dapat penulis sebutkan satu – persatu.

Page 10: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.

Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat

menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.

Surakarta, Juni 2011

Penulis

Page 11: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv

ABSTRAK .......................................................................................................... v

MOTTO ............................................................................................................ vii

PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii

KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix

DAFTAR ISI …………………………………………………………………..xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

A. Latar Belakang ........................................................................................ 1

B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5

C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5

D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6

E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6

F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 8

A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8

1. Tinjauan tentang penjumlahan dalam matematika ............................ 8

2. Tinjauan tentang media realita ........................................................ 31

B. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 34

C. Kerangka Berfikir.................................................................................. 35

D. Hipotesis ................................................................................................ 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 37

A. TempatdanWaktu Penelitian ................................................................. 37

B. Bentukdan Strategi Pelaksanaan Penelitian .......................................... 38

Page 12: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

C. SubjekPenelitian .................................................................................... 39

D. Sumber Data .......................................................................................... 39

E. TeknikPengumpulan Data ..................................................................... 39

F. Validitas Data ........................................................................................ 41

G. Anilis Data ............................................................................................ 42

H. Indikator Kinerja ................................................................................... 44

I. ProsedurPenelitian................................................................................. 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50

A. Deskripsi Tempat Penelitian .................................................................. 50

B. Deskripsi Kondisi Awal ………………………………………………51

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……………………………………..53

1. Pelaksanaan Siklus I………………………………………………53

2. Pelaksanaan Siklus II ........................................................................ 65

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 75

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 81

A. Simpulan ............................................................................................... 81

B. Implikasi ................................................................................................ 82

C. Saran ...................................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84

LAMPIRAN ...................................................................................................... 87

Page 13: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ............................................................. 36

Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral ....................................................... 38

Gambar 3. Model Analisis Interaktif ............................................................. 43

Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 49

Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ................................... 52

Gambar 6. Operasi penjumlahan cara bersusun pendek ................................ 54

Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ........................... 56

Gambar 8. Operasi penjumlahan cara bersusun panjang ............................... 57

Gambar 9. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I pertemuan 2 ........................... 58

Gambar10. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I ................ 61

Gambar11. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ............................. 66

Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan

Siklus II Pertemuan 1 .................................................................. 67

Gambar13. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ............................ 69

Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan

Siklus II Pertemuan 2…………………………………….........70

Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahan

Siklus II....................................................................................... 73

Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan,

Siklus I dan Siklus II ................................................................... 78

Gambar 17. Grafik Rata-rata Ketuntasan Sebelum Tindakan,

Siklus I dan Siklus II ................................................................... 79

Page 14: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Kondisi Awal

Sebelum Tindakan ............................................................................ 52

Tabel2. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 1 ...................................................................................... 55

Tabel 3. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Pertemuan 2 ………………………...................................................58

Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus I ………………………………………………………60

Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-1 …………………………………………..67

Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada

Siklus I Pertemuan Ke-2 …………………………………………..70

Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa

Pada Siklus II ................................................ ………………………72

Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……...75

Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……….76

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan,

Siklus I dan Siklus II ……………………………………………...78

Page 15: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Waktu Penelitian ………………………………………87

Lampiran 2. Silabus ..................................................................................... . 88

Lampiran 3. RPP Siklus I ............................................................................... 91

Lampiran 4. RPP Siklus II ........................................................................... 106

Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I.............................. 119

Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................ 124

Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ............................ 127

Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................... 132

Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan

Dua Angka Sebelum Tindakan ................................................ 135

Lampiran 10. Nilai Penjumlahan Bersusun Pendek Siklus I

Pertemuan 1 …………………………………………………136

Lampiran 11. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus I

Pertemuan 2 …………………………………………………137

Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan

Dua Angka Siklus I................................................................. 138

Lampiran 13. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II

Pertemuan 1 …………………………………………….......139

Lampiran 14. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II

Pertemuan 2 ………………………………………………...140

Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan

Dua Angka Siklus II ............................................................... 141

Lampiran 16. Gambar Media Realita ............................................................. 142

Lampiran 17. Foto Kegiatan Pembelajaran Penelitian................................... 143

Page 16: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari

sakolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,

analisis, sistimatis, kritis dan kreatif serta berkemampuan bekerja sama.

Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemapuan

memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada

keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.

Johnson dan Rising dalam Ruseffeandi (1994: 28) mengemukakan

matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasi pembuktian yang

logis, matematika itu adalah bahasa akurat dengan simbol yang padat

lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari dari bunyi; matematika

adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori

dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang didefinisikan,

aksioma-aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya;

matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau

ide;matematika adalah seni, keindahannya terdapat pada keturunan dan

keharmonisan. Sedangkan Kline dalam Ruseffendi (1994: 28)

mengemukakan secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan

tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu

bahasa dan suatu alat, karenanya matematika bukan penegtahuan yang

sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam

memahami dam menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.

Adapun Reys dkk dalam Ruseffendi (1994: 28) adapun mengatakan

bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan

atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.

Potret pendidikan sekolah di Indonesia masih menyedihkan bila dilihat

dari prestasinya. Meskipun banyak dari peserta didiknya yang menjurai berbagai

lomba tingkat nasional maupun internasional dibidang kecakapan akademik dan

lain-lain. Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan

disekolah pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan di sekolah pada umumnya

masih banyak kekurangan disana sini dalam rangka mewujud kantujuan

pendidikan sekolah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.

Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku

seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalaui proses

Page 17: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

pengajaran dan pelatihan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun

1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan “Pendidikan adalah

upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapakan peserta didik melalui kegiatan

pengajaran bimbingan atau latihan bagi peranannya di mas yang akan datang”.

Sedang pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal menyebutkan “Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses

pembelajaran agar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,

masyarakat dan bangsa”.

Masalah sampai saat ini banyak siswa mengalami kesulitan dalam

menerima pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika tentang berhitung

penjumlahan, menurut anggapan sebagian siswa, memiliki tingkat kesukaran lebih

tinggi dan menjadi momok dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lainnya

karena nilai pelajaran matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran

lain(IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS).Secara umum kenyataan ini dapat dilihat

dari nilairapor semester I pada mata pelajaran matematika masih rendah di

banding mata pelajaran yang lain.

Berdasarkan observasi awal penyebab rendahnya nilai ulangan

matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali yaitu guru dalam

pembelajaran masih dengan metode ceramah dan belum menggunakan media

dalam pembelajaran dengan maksimal. Guru lebih sering menggunakan metode

ceramah lebih banyak dari pada melaksanakan praktek langsung menggunakan

media dengansiswa. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang disampaikan

oleh guru. Perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya lebih mudah

menerima materi yang disampaikan melalui media realita benda konkret dari pada

ceramah.

Data menunjukkan dari sejumlah 23 siswa pada semester I tahun ajaran

2010/2011 siswa kelas I di SDN Kadireso Boyolali menunjukan adanya

Page 18: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

kekurangmampuan penguasaan kompetensi dasar melakukan penjumlahan

bilangan dua angka tidak baik, artinya penguasaan pada kompetensi tersebut yang

menjadi dasar syarat penguasaan kompetensi dasar berikut tidak tuntas dikuasai

oleh siswa kelas I, data dari 23 siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63

ke atas hanya 8 siswa (35%), sedangkan yang lain yaitu sebanyak 15 siswa (65%)

belum tuntas dengan nilai rata-rata 52, sedangkan KKM 63.

Sebagai seorang guru tentunya sudah memahami betul bahwa untuk

mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20

Tahun 2003, bukanlahhal yang mudah. Belum lagi guru dihadapkan pada

permasalahan baru dengan adanya Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan yang

lebih dikenal dengan KTSP, pada kurikulum tersebut guru dituntut harus bisa

menyusun sendiri kurikulum tersebut agar dapat dilaksanakan pada sekolah yang

menjadi tempatnya tersendiri.

Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus

mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan dari pembelajaran matematika dan

mewujudkan perkembangan kepribadian siswa.Gurubertugasmembimbingsiswa

agar siswa memiliki pengetahuan dan paham akan nilai dalam pendidikan

matematika, melaksanakan proses matematika, serta menumbuhkan rasa senang

dan cinta akan belajar matematika di kalangan siswa, sebab selama ini dalam

berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran

yang sulit serta tidak disukai oleh para siswa.

Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran

matematika karena penjumlahan merupakan dasar untuk mempelajari materi lain

seperti perkalian dan pembagian. Maka siswa menguasai penjumlahan dengan

baik. Rendahnya kemampuan siswa di SDN Kadireso dalam menguasai materi

penjumlahan akan menghambat siswa dalam belajarnya kelak. Oleh sebab itulah

guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai

materi berhitung.

Tidak sedikit guru yang beranggapan bahwa pola pikir siswa terutama

siswa kelas I sekolah dasar sama dengan pola pikir guru, sehingga banyak guru

menganggap bahwa apa yang dijelaskan di depan kelas dapat dipahami dengan

Page 19: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

baik oleh siswa. Padahal anggapan itu tidak selalu benar dan dapat menyesatkan

guru. Sesuai dengan teori belajar Bruner, pembelajaran matematika di sekolah

dasar terutama di kelas rendah sangat memerlukan benda konkrit atau nyata

(realita) yang dapat diamati dan dipegang langsung oleh siswa ketika melakukan

aktivitas belajar. Oleh karena itu, peranan media dalam pembelajaran sangat

membantu dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak boleh

dilupakan.

Media sebagai alat bantu yang dalam proses belajar mengajar merupakan

suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena dapat menjembatani konsep

abstrak matematika dengan dunia nyata. Dengan begitu siswa lebih mudah dalam

memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru dalam mengajarkan

penjumlahan harus menggunakan media. Salah satu media yang digunakan oleh

guru adalah media realita yang ada disekitar, biasa siswa lihat dan

menggunakannya dengan begitu punya daya tarik untuk siswa terutama kelas I.

Media realita kurang mendapat perhatian dari para guru matematika,

media realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa

perubahan. Sebagian besar dari mereka enggan menggunakan media realita

sebagai salah satu alat bantu mengajar materi penjumlahan, hal ini mungkin

disebabkan oleh keterbatasan pengadaan media realita matematika yang ada.

Padahal media pembelajaran sangat membantu dalam proses penyampaian materi

dalam pembelajaran termasuk media realita dalam penelitian ini sangat membantu

siswa dalam menjumlahkan karena siswa dapat langsung menerapkan untuk

menghitung penjumlahan.Meskipun media telah tersedia di sekolah-sekolah,

tetapi kenyataannya media realita ini jarang sekali digunakan dalam pembelajaran

matematika. Hal ini disebabakan oleh sangat terbatasnya ketrampilan guru dalam

mengoperasionalkan atau keinginan mendayagunakannya yang relatif rendah.

Padahal untuk siswa kelas I tidak lepas dari yang namanya sesuatu yang pasti

dapat dilihat, dipegang dan nyata. Hal itu yang kadang tanpa disadari tidak

diterapkan oleh guru sebagai pendidik. Masalah ini bukan hanya terjadi pada salah

satu lembaga pendidikan, tetapi hampir terjadi di semua lembaga pendidikan

Page 20: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

khususnya lembaga-lembaga di bawah naungan Depdiknas, termasuk di SDN

Kadireso Boyolali.

Dengan keadaan tersebut, nampak bahwa ada permasalahan dalam

penggunaan dan pemanfaatan media realita dalam pembelajaran matematika yang

belum maksimal dalam pemaikaiannya. Secara fungsional, pembelajaran

matematika akan lebih efektif manakala media realita dimanfaatkan, namun

kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik,

sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik

untuk melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan

media pembelajaran matematika, khususnya media realita. Adapun judul yang

diangkat dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan

DuaAngkaBilanganBulatMelalui Media Realita Pada Siswa Kelas ISDNKadireso

Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diindetifikasi beberapa

permasalahan sebagai berikut:

1. Guru dalam pembelajaran belum menggunakan media dalam pembelajaran

matematika.

2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan.

3. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit.

4. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih secara konvensional ceramah.

5. Siswa kurang tertarik memperhatikan penjelasan guru dan ramai sendiri.

6. Siswa belum memahami tentang cara menjumlahkan dua angka bilangan bulat.

7. Rendahnya hasil belajar siswa.

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini dibatasi pada:

1. Peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat.

Page 21: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

2. Penggunaan media realita dalam pembelajaran penjumlahan dua angka

bilangan bulat.

D. Rumusan Masalah

Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah

melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan

duaangkabilanganbulatpada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali tahun ajaran

2010/2011?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan

melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali.

Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk: Meningkatkan kemampuan

menjumlahkan dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso

melalui media realita.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai acuan peneliti lain dalam

menyusun karya ilmiah (PTK) yang melaksanakan penelitian serupa.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan

pemikiran pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Guru

1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.

2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena

menggunakan media pembelajaran.

3) Kesulitan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat

disederhanakan melaui media realita.

b. Bagi Siswa

1) Meningkatnya kemampuan siswa kelas I dalam menjumlahkan.

Page 22: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

2) Lebih memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran karena

menggunakan media pembelajaran.

c. Bagi Sekolah

1) Memberikan masukan dalam pembelajaran matematika penjumlahan

kelas I SD.

2) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

3) Menjadikan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.

4) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.

Page 23: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

BAB II

PENDAHULUAN

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan tentang Matematika

a. Hakikat Matematika

Mata pelajaran adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang

bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu

sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk

menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan

berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih

mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan

matematika.

Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau

definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti)

dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat,

karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin

bercampur satu sama lain.

Adapun pendapat dari Herman Hudojo mengatakan bahwa

matematika merupakanide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun

secara hirarki dan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu

merupakan kegiatan mental yang tinggi.

(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran

matematika)

Menurut Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252) matematika

disamping sebagai bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara

bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Pendapat

lain dari James dan Jame dalam Ruseffendi (1994; 27) dalam kamus

matematika mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika

mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling

berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke

Page 24: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan menurut

Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1-5) bahwa “belajar matematika

adalah belajar mengenai komsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang

terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan

antara konsep-konsep dan struktur matematika itu”. Adapun menurut Reys

dalam Endah Murniati (2008: 46) mengatakan matematika adalah telaah

tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu

bahasa dan suatu alat. Suatu pendapat lain dari Reys dkk dalam Ruseffendi

(1994; 28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaahan

tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu

bahasa dan suatu alat.

Pendapat dari Aims dan Scope dalam jurnal internasional

berpendapat. “In the international journal of mathematics, arithmetic or

mathematics is a purely formal science that has an inverse relationship

between addition, pangurangan, and multiplication and division as well as

having important implications in relation to the flexible and efficient in

computation and for the assessment of students' conceptual understanding”.

Dalam jurnal internasional matematika, aritmatika atau matematika merupakan

ilmu murni formal yang mempunyai hubungan terbalik antara penambahan,

pangurangan, dan perkalian dan pembagian serta memiliki implikasi penting

dalam kaitannya dengan fleksibel dan efisien dalam perhitungan dan untuk

penilaian konseptual siswa dalam pemahaman.

(http://www.tandf.co.uk/journals/pdf/TMES_virtualissue.pdf).

Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil

kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah ilmu logika

bentuk, susunan, besaran dan konsep dengan cara bernalar deduktif dan

induktif. Merupakan juga bahasa akurat dengan simbol, toeri deduktif,

aksioma, sebagai alat bantu deduktif yang jelaskebenarannya.

Page 25: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

b. Karakteristik Matematika

Menurut Sumardyono (2004: 31) karakteristik umum matematika di

antaranya sebagai berikut:

1) Memiliki objek kajian yang abstrak

Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak

setiap objek abstrak adalah matematika.Sementara beberapa matematikawan

menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka

kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek

mental atau pikiran.Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi

(relasi), konsep dan prinsip.

2) Bertumpu pada kesepakatan

Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan

atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati

dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah

dilakukan dan dikomunikasikan.

3) Berpola Pikir yang Deduktif

Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang deduktif. Pola pikir

deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari

hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat

khusus.

4) Konsisten dalam Sistemnya

Dalam matematika terdapat berbagai sistem yang dibentuk dari beberapa

aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan

ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.

5) Memiliki simbol yang kosong dari arti

Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol yang berupa huruf Latin,

huruf Yunani,maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut

membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model

matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan

maupun fungsi.Selain itu ada pula model matematika yang berupa gambar

seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram.

Page 26: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

6) Memperhatikan Semesta Pembicaraan

Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka

bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup

pembicaraannya.Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa

sempit bisa juga luas.Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka

simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.

Adapun menurut Chilmiy dalam (htttp://matematika-mania.blogspot.

com), karakteristik matematika meliputi: (1) kemampuan mengerti konsep dan

istilah matematika; (2) kemapuan untuk mencatat kesamaan, perbedaaan dan

analogi; (3) kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan

memilih prosedur yang benar; (4) kemempuan untuk mengetahui hal yang

tidak berkaitan; (5) kemampuan untuk menaksir dan menganalisis; (6)

kemampuan untuk memvisualisasi dana menginterpretasi kuatitas atau ruang;

(7) kemempuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh; (8)

kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui; (9) mempunyai

keberanian diri yang cukup dan merasa senang terhadap materinya.

Adapun beberapa karakteristik matematika menurut R. Soedjadi

(2000: 13) adalah:(1) memiliki objek kajian abstrak; (2) bertumpu pada

kesempatan; (3) berpola pikir deduktif; (4) memiliki simbol yang kosong dari

arti; (5) memperhatikan semesta pembicaraan; (6) konsisten dalam sistemnya.

Adapun menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki ciri-ciri sebagai

berikut: (1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola pikir

deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK). (htt://www.Syarifartikel.blogspot.com)

Berdasarkan pemaparan diatas jelas sekali bahwa mata pelajaran

matematika mempunyai karakteristik sebagai mata pelajaran yang

menggunakan bilangan dan simbol-simbol, sifat atau teori kebenaran,

aksioma, seni, abstrak dan konsisten sistemnya.

Page 27: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c. Tujuan Pembelajaran Matematika

Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling

penting di dalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan

pembelajaran matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam

rencana pembelajaran matematika.Tujuan matematika di SD menurut

Kurikulum KTSP SD/MI 2007 (Depdiknas, 2007: 19) adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika,

menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau

algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masala; (2)

menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi

matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan

gagsan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi

kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikanmodel dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)

mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain

untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai

kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,

perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan

percaya diri dalam pemecahan masalah.

Tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan

dalam: (1) menggunakan alogaritma; (2) melakukan manipulasi secara

matematika; (3) mengorganisasi data; (4) memanfaatkan simbol, tabel, diagram

dan grafik; (5) mengenal dan menemukan pola; (6) menarik kesimpulan; (7)

membuat kalimat atau model matematika; (8) membuat interprestasi bangun

dalam bidang dan ruang; (9) memahami pengukuran dan satuan-satuannya;

(10) menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika (Asep Jihad,

2008:153). Adapun pendapat lain dari menurut Fatimah (2009: 9)

mengemukakan tujuan pembelajaran matematika adalahsebagai berikut: (1)

anak pandai menyelesaikan permasalahan. Hal ini dapat dicapai apabila dalam

pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran matematika duaarah

yaitu: (1) anak-anak akan dapat menguasai konsep-konsep matematika

Page 28: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

denganbaik; (2) anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan

perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Hal ini dapat

dicapai bila anak:

a) memahami operasi dasar matematika dan hubungan diantaranya;

b) menghafal fakta dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian,

pembagian);

c) melakukan perhitungan dengan terstruktur dan efisien, coretan dilakukan

dengan rapi sehingga mudah diperiksa kembali;

d) melakukan mekanisme pengecekan ulang, melakukan perhitungan

dengan cara yang berbeda untuk memastikan kebenaran jawaban atau

mengurangi kemungkinan kesalahan karena ketidak telitian.

Sedangkan tujuan matematika di SD sesuai dengan (Depdiknas,

2004) yaitu mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum

pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu: (a)

mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan dalam

kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, malalui latihan bertindak atas

dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;

(b)mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir

matematika dalam kahidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai

ilmu pengetahuan.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

matematika di SD yaitu pada dasarnya matematika merupakan salahsatu

bidang studi yang digunakan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan

membentuk pribadi siswa yang bersumber pada perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan tersebut antara lain: dengan

matematika manusia dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari,

seperti berhitung, mencari luas volume benda dan sebagainya.

d. Prinsip Pembelajaran Matematika

Menurut Mulyono Abdurahman (2003: 272), berpendapat prinsip

pengajaran matematika mencakup: (1) menyiapkan anak untuk belajar

Page 29: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

matematika; (2) mulai dari yang konkret ke yang abstrak; (3) penyediaan

kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang; (4) generalisasi ke

dalam situasi yang baru; (5) bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa; (6)

perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan ketrampilan

matematika; (7) penyediaan program matematika yang seimbang (8)

penggunaan kalkulator. Dalam Kurikulum (2004) pembelajaran matematika

menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip Pedagogis (pendidikan);

(2) kontruktivisme; (3) pendekatan pemecahan masalah; (4) variasi strategi

pembelajaran; (5) variasi pengelolaan siswa; (6) lingkungan fisik, sosial, dan

budaya; (7) masalah konstektual sebagai titik pangkal (starting point); (8)

kelompok siswa normal, sedang, dan tinggi.

(http://pmatandy.blogspot.com/2008/12/prinsip-prinsip-pembelajaran-

matematika.html).

1) Menyiapkan anak untuk belajar Matematika

Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya

adalah kurangya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut.

Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar siswa

tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika. Berbagai

bentuk kegiatan belajar dalam membangun kesiapan siswa belajar matematika

diantaranya adalah sebagai berikut: (1) mengelompokkan benda-benda

menurut sifatnya, (2) mengenal jumlah anggota kelompok benda, (3)

menghitung benda-benda, (4) memberi nama angka yang muncul setelah

tertentu, (5) menulis angak dari 0 sampai 10 dalam urutan yang besar, (6)

mengukur dan membelah, (7) mengurutkan benda dari yang besar ke yang

kecil, panjang ke yang pendek, (8) menyusun bagian-bagian menjadi

keseluruhan.

2) Maju dari yang konkret ke abstrak.

Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika

pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Guru hendaknya merancang

tiga tahapan belajar: (1) konkret, (2) representasional, dan (3) abstrak. Pada

tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajaran

Page 30: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

keterampilan. Pada tahap representasional, suatu gambar dapat mewakili objek

nyata. Pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau simbol

grafis.

3) Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.

Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep

secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan.

Ada banyak cara menyediakan latihan dan guru hendaknya menggunakan

banyak variasi.

4) Generalisai ke situasi baru.

Siswa hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk

generalisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.Sebagai

contohnya, siswa dapat membuat komputasi dengan banyak soal sendiri.

Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan

mengaplikasikan operasi-operasi komputasioanal terhadap situasi yang

berbeda-beda.

5) Menyadari kekutan dan kelemahan siswa.

Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan

untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan

ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaaan matematika dan operasi-operasi

yang dapat dilakukan siswa.

6) Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan

matematika.

Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokh tentang

konsep dan keterampilan. Fondasi yang kokoh tersebut dapat diperoleh jika

guru: (1) menekankan pembelajaran matematika lebih pada pemberian jawaban

atas berbagai persoalan daripada menghafal tanpa pemahaman, (2)

memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk melakukan

generalisasi ke berbagai macam aplikasi dan pengalaman dengan berbagai cara

memecahkan masalah apa yang dipelajari, (3) mengajarkan matematika secara

koheren, yang mengaitkan antara topik yang satu dengan topik yang lain, (4)

menyajikan pembelajaran yang seksama sehingga siswa memperoleh latihan

Page 31: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

yang diperlukan, dan (5) menggunakan program yang sistematis yang

memungkinkan konsep dan keterampilan yang akan diajarkan berdiri di atas

konsep dan keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.

7) Menyajikan program matematika seimbang.

Program matematika yang seimbang mancakup kombinasi antar tiga

elemen: (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan masalah. Ketiga elemen

tersebut harus diajarkan secara seimbang dan saling terkait.

8) Penggunaan kalkulator.

Kalkulator dapat digunakan siswa memiliki keterampilan kalkulasi.

Dengan demikian, penggunaan kalkulator bukan untuk menanamkan penalaran

matematika. Dengan menggunakan kalkulator anak dapat terbebas dari

memahami untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun proses matematika

yang kompleks, dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa pekerjaan

sendiri (self checking).

Menurut beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa prinsip

pembelajaran matematika mencakup persiapan anak untuk belajar dimulai dari

yang konkret ke abstrak, adanya kesempatan untuk berlatih dan mengulang,

generalisasi situasi baru, melihat kekuatan dan kelemahan siswa sebagai

fondasi

e. Langkah-langkah pembelajaran Matematika di SD

Pendapat Heruman (2007: 2) konsep-konsep pada kurikulum

matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (1)

pemahaman konsep dasar (penanaman konsep); (2) pemahaman konsep, dan;

(3) pembinaan keterampilan.

1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep),

Penanaman konsep dasar/penanaman konsep yaitu pembelajaran

suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari

konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan

jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa

yang konkret baru matematika yang abstrak. Dalam pembelajaran konsep

Page 32: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

dasar ini, media atau alat peraga diaharapkan dapat digunakan untuk

membantu kemampuan pola pikir siswa.

2) Pemahaman Konsep,

Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman

konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep

matematika.Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.Pertama,

merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu

pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan

pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan penanaman

konsep. Pada pertemuan tersebut dianggap sudah disampaikan pada

pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

3) Pembinaan Keterampilan,

Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari

penanaman konsep dan pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan

keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan

berbagai konsep matematika.

Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan

juga terdiri dari dua pengertian.Pertemuan, merupakan kelanjutan dari

pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu

pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan

dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan kelanjutan

dari penanaman dan pemahaman konsep.Pada pertemuan tersebut,

penanaman konsep dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan

pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.

Proses pencapaian tujuan pembelajaran matematika di SD dalam

KTSP dikembangkan melalui langkah-langkah pembelajaran yang terdiri

dari tiga tahap (kegiatan awal, inti, dan penutup). Di dalam langkah-langkah

pembelajaran harus tercermin metode yang digunakan berikut alokasi waktu

pada setiap tahap serta harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai

dan materi pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam

menentukan langkah-langkah pembelajaran adalah: (1) sesuai tujuan

Page 33: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

pembelajaran; (2) sesuai dengan materi; (3) sesuai dengan karakteristik

peserta didik; (4) kelengkapan langkah dan sesuaia dengan waktu. Adapun

pendapat dari Nyimas Aisyah (2007: 8-15) langkah-langkah pembelajaran

matematika di SD adalah sebagai berkut: (1) kesesuaian dengan tujuan

pembelajaran; (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran; (3) kesesuaian

dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah-langkah dan

kesesuaian dengan alokasi waktu.

Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah

pembelajaran matematika di SD harus dapat menanamkan konsep,

pemahaman konsep, pembinaan keterampilan serta harus sesuai dengan

tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik peserta didik dan

langkah-langkah yang tepat dengan alokasi waktu.

f. Kemampuan

Menurut El Zul Fajri (2008: 707) menyatakan bahwa “kemampuan

adalah kesanggupan, kecakapan, dalam berusaha”. Pendapat lain dari

Poerwadarminto(2007: 497-498) menyatakan bahwa “kemampuan adalah

kesanggupan, menguasai. Sedangkan begitu juga menurut pendapat lain dari

Chaplin (1997, p.34) “ability” (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,

kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu

perbuatan. (http://digilib.petra.ac.id.id/viewer.php?submit.x).

Kemampuan oleh One Look dianggap sebagai kualitas mampu

melakukan, kualitas yang memungkinkan atau memudahkan pencapaian

prestasi. Memiliki kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan untuk

melakukan sesuatu ataumendapatkan sesuatu.Your Dictionary mengatakan

kemampuan sebagai kekuatan untuk melakukan (sesuatu yang bersifat fisik

atau mental), keterampilan, kemahiran, atau bakat.

(http://translate.geoogle.co.id/translate?hl=iddanlangpair=en/iddanu=http://a

dvertt.com/definition/meaning-of-ability)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan

adalah kesanggupan, kekuatan atau tenaga, kecakapan untuk menguasai

Page 34: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

sesuatu atau keterampilan yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan

hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.

g. Menjumlahkan

Menjumlah berasal dari kata yang mendapat awalan me-Jumlah

(banyaknya) berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu,

sedangkan menjumlah adalah menghitung (berapa banyaknya). (http/www.sms-

anda.com/Indonesia/kamus/Indonesia-gratis lengkap).Operasi yang pertama

diajarkan pertama-taman diajarkan kepada anak-anak ialah penjumlahan.

Operasi hitung itu dilakukan terhadap dua bilangan, dengan kata lain operasi

binar. Penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang mengaitkan

setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b

bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan

dengan “a + b”yang di baca “a tambah b”atau”jumlah dari a dan b”. Jumlah

dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan himpunan

yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunnan yang mempunyai b

anggota, asalkan kedua himpunan terssebut tidak mempunyai unsur

persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan

tersebut a + b.

Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan

benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau bilangan baku

dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+) untuk

menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut.

Depdiknas (2005: 408) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah

proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Sedangkan menurut El Zul Fajri (2008:

406) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah menyatukan bilangan atau

sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu”. Menurut ensiklopedia matematika

ST. Nugroho dan B. Harahap (1998: 271) mengatakan penjumlahan yaitu

operasi yang dipergunakan untuk memperoleh jumlah dari dua bilangan.

Page 35: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Penambahan adalah bentuk paling sederhana dan menggabungkan dua

angka, seperti 1 + 1 = 2.

(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/arithmetic).

Dalam (http://id.wilkipedia.org/wiki/penjumlahan) Khabi Bur Rahman

mengatakan, bahwa penjumlahan merupakan penambahan sekelompok

bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.Adapun

menurut Gatot Muhsetyo (2008: 3.12) menyatakan bahwa proses

penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan sebagai penjumlahan.

Pendapat lain dari David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add, substract,

multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to

problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika

berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, menggali dan membagi

bilangan yang digunakan untuk menyelesaian masalah sehari-hari. Adapun

menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/) berhitung secara

harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menjumlah

adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda, bilangan atau

sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.

h. Bentuk Kegiatan Menjumlah

Sebelum kegiatan dimulai, haruslah menyiapkan media yang akan

digunakan. Dalam hal ini benda realita yang dipakai dengan menggunakan

benda nyata berupa kelereng atau sedotan. Adapun langkah-langkah dalam

menjumlahkan sebagai berikut:(1) mengenalkan himpunan benda; (2)

mengenalkan simbol penjumlahan himpunan benda union (U); (3)

mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang pertama; (4)

mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang kedua; (5)

menghitung kelompok benda yang pertama; (6) menghitung kelompok benda

yang kedua; (7) menggabungkan atau menjumlahkan dua kelompok himpunan

benda; (8) menghitung semua benda yang telah digabungkan.

Page 36: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

2. Tinjauan tentang media

a. Pengertian Media Pembelajaran

Media menurut pendapat Arif S. Sadiman (1993: 6)berasal dari bahasa

latin dan merupakan jamak dari kata medium yang berati perantara atau

pengantar pesan dari pengirim ke penarima pesan. Sedangkan Menurut M.

Djauhar Siddiq (2009: 1-36) Kata media berasal dari kata “medium” yang

berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi

media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar

penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran, karena sering

digunakan guru menjadi perantara dalam menyampaikan pesan-pesan bidang

studi, yaitu matematika, IPA, IPS, Bahasa, PKn dan sebagainya.

Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media.

Mc. Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada

hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia

untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu

tertentu. NEA (National Education Association) menyebutkan bahwa media

adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau

dibicarakan beserta instrument yang dilakukan untuk kegitan tersebut.Menurut

Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3) media adalah semua bentuk perantara yang

dipakai orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide/gagasan itu sampai pada

penerima.(www.wordpress.com/2009/05/18/media).

Adapun menurut Aims dan Scope dalam jurnal internasional

berpendapat. ” Educational Media International (EMI) is a scholarly journal

that publishes research, evaluation, and development studies addressing the

issues, successes and challenges faced in the design, development,

implementation and evaluation of educational media”. Media pendidikan telah

membuat dampak yang cukup besar pada sekolah-sekolah, lembaga pendidikan

dan penyedia pendidikan terbuka dan jarak jauh.Pendidikan Media

Internasional (EMI) adalah jurnal ilmiah yang menerbitkan penelitian, evaluasi,

dan pengembangan mengatasi masalah, keberhasilan dan tantangan yang

Page 37: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

dihadapi dalam pengembangan, implementasi desain, dan evaluasi media

pendidikan.

(http://www.tandf.co.uk/journals/access/emt.pdf).

Sedangkan menurut Hujair AH.Sanaky (2009: 3) berpendapat bahwa

media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk

menyampaikan pesan pembelajaran.Adapun menurut Heinich, dkk dalam

Azhar Arsyad (2004: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah media

yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau

mengandung maksud-maksud pengajaran.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang

dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi saluran yang

membawa pesan atau informasi yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran

dapat tercapai dengan sempurna.

b. Fungsi Media Pembelajaran

Menurut pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007: 15)

mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan

membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.Sedangkan menurut

Livie dan Lentz dalam Hujair AH.Sananky (2009: 6) mengemukakan empat

fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi

atensi, fungsi afektif, fungsi kogniti, dan fungsi kompensatoris.

Secara umum bahan pembelajaran dalam bentuk media mempunyai

fungsi sebagai berikut:

1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk

kata-kata, baik tulis maupun lisan).

2) Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, karena menyajikan

berbagai stimulasi dalam pembelajaran (semua indera terstimulasi secara

optimal).

Page 38: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

3) Mengatasi ruang, waktu dan daya indera (objek yang besar dapat

dikecilkan, yang bergerak cepat dapat diperlambat, lambat dapat menjadi

cepat, kejadian lampau dapat ditampilkan lagi).

4) Mengaktifkan siswa dalam belajar (belajar lebih bergairah, terjadi

interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan serta

memungkinkan siswa belajar secara sendiri).

5) Menyeragamkan pemahaman/persepsi siswa terhadap materi yang

dipelajari menggunakan media.

Adapun Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007: 16)

mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,

yaitu fungsi: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; (4) fungsi

kompensatoris.Menurut pendapat lain dari Seomarsono (2007: 70)

mengemukakan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan,

mempertinggi kegiatan belajar mengajar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media

pembelajaran adalah sebagai sarana yang dapat membangkitkan motivasi,

keinginan, minat baru dan menimbulkan rangsangan belajar, bahkan membawa

pengaruh psikologis terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

c. Kriteria Pemilihan Media

Salah satu penyebab mengapa orang memilih media adalah untuk

memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Sekiranya sutu

media yang ada telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka media

tersebut dapat dimanfaatkan.Pendapat secara singat tentang kriteria pemilihan

media pembelajaran dalam buku Arif S. Sadiman (1993: 85) mengatakan

bahwa pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media

merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Selain

pendapat diatas pendapat lain menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam

Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 150) mengemukakan rumusan pemilihan

media dengan kiteria sebagai berikut: (1) ketepatannya dengan tujuan-tujuan

pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan

Page 39: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

pembelajaran yang tealah ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi materi

pembelajaran, artinya materi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan

generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami, (3)

kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah

diperoleh setidak-tidaknya mudah untuk dibuat oleh guru pada waktu

pembelajaran, (4) keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media

yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam

proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya

akan tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selam

proses pembelajaran berlangsung, (5) sesuai dengan taraf berfikir siswa,

memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.

Faktor-faktor dalam kriteriapemilihan media yang harus

dipertimbangkan antara lain: (1) Karakteristik siswa; (2) Strategi belajar

mengajar; (3) Organisasi kelompok belajar; (4) Alokasi waktu dan sumber; (5)

Serta prosedur penilaian.Pendapat tersebut didukung dari pendapat Basuki

Wibawa (2009: 99) bahwa alasan orang memilih media adalah untuk

memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan.Dengan demikian

pemilihan media dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.

Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 100)

mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih

media, adalah: (1) Tujuan; (2) Karakter Media; (3) Alokasi Waktu; (4)

Ketersediaan; (5) Efektivitas; (6) Kompatibilitas.

1) Tujuan

Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak

seperti video, film atau TV merupakan pilihan yang sesuai.sedangkan

kalau yang ingin diajarkan adlah suatu keterampilan dalam menggunakan

alat tertentu, maka benda sesungguhnya atau mock ip-nya merupakan

pilihan yang sesuai. Kalau tujuannya hanya ingin memperkenalkan faktor

atau konsep tertentu, maka media foto, slide, atau realita mungkin

merupakan pilihan yang tepat.

Page 40: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2) Karakteristik Siswa

Dalam pemilihan media harus memperhatikan berapa jumlah

siswanya, dimana lokasi atau tempat media tersebut digunakan, gaya

dalam belajarnya, serta berbagai karakteristik lainnya yang mempengaruhi

pemilihan media.

3) Karakteristik Media

Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan

keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu kurang

sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan terlalu

mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat dijelaskan

menggunakan slide.

4) Alokasi Waktu

Dalam hal ini perlu memperhatikan masalah tentang waktu untuk

kegiatan perancangan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian

cukup tidakkah. Semua hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam

memilih media.

5) Ketersediaan

Ketersediaan media yang di sekolah atau memungkinkan guru

untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, merupakan hal perlu

dipertimbangkan.

6) Efektivitas

Perlu diperhatikan efektif tidakkah penggunaan media apabila

secara sistematis disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan,

merupakan hal yang harus dipertimbangkan.

7) Kompatibilitas

Harus diperhatikan apakah dalam penggunaan media sesuai

dengan norma-norma yang berlaku, tersediakah sarana penunjang (suku

cadang dsb) dalam pengoperasiannya, praktis dan luweskah dalam

penggunaanya, semua unsur tersebut perlu dipertimbangkan dalam

pemilihan media.

8) Biaya

Page 41: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Masalah biaya harus melihat biaya yang akan dikeluarkan dalam

pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaan media harus seimbang dengan

hasil yang akan dicapai.

Melihat beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

bahwa kriteria pemilihan media harus dengan pertimbangan seperti

melihat tujuan, karakteristik siswa, karakteristik media, alokasi waktu,

ketersediaan, efektivitas, kompatibilitas, biaya.

d. Jenis-jenis Media Pembelajaran

Rudi Brets dalam Asra, dkk (2007: 5-7) mengklasifikasikan media

pembelajaran dalam tujuh kalsifikasi, sebagai berikut: (1) media audio visual

diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara dan sound slide, (2) media

audio semi gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televise, televise

dan animasi, (3) media visual gerak, seperti: film bisu, (4) media visual diam,

seperti: halaman cetak, foto, mikrophon, slide biru, (5) media audio, seperti:

radio dan pita video, (6) media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri,

(7) media semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara. Sedangkan menurut Wina

Sanjaya (2006: 170-171) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi

beberapa menurut sudut penglihatannya, (1) Dilihat dari sifatnya media dibagi

menjadi: (a) Media Auditif yaitu media yang hanya didengar saja seperti radio

dan rekaman suara, (b) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja

seperti Film Slide, Foto, Transparasi, Lukisan, Gambar dan lain-lain, (c) Media

Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga

mengandung unsur gambar yang dapat dilihat misalnya rekaman Video,

Telavisi dan lain-lain. (2) Jika dilihat dari kemampuan jangkauannya, media

dapat dibagi dalam: (a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak

seperti radio dan televise, (b) Media yang memiliki daya liput yang terbatas

oleh ruang dan waktu seperti Film Slide, Film, Video dan sebagainya. (3) Bila

dilihat dari teknik pemakaiannya, media dibagi dalam: (a) Media diproyeksikan

seperti Film, Slide, Film Strip, Transparasi dan sebagainya, (b) Media yang

tiadak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan dan sebagainya.

Page 42: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Adapaun menurut pendapat dari Deni Darmawan, Asra, Cepi Riana

(2007: 5-8) menyatakan bahwa media terdiri atas: (1) media visual, (2) media

audi, (3) media audio visual,(4) multimedia, (5) media realita.

Adapun penjabaran dari macam-macam media diatas menurut Deni,

Asra, Cepi adalah sebagai berikut:

1) Media Visual

“Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam simbol-simbol

komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera penglihatan. Simbol-

simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian peasan

dapat berhasil efisien (Arif S. Sadiman. 2009: 28). Contoh media visual

adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik, sketsa,poster, peta dan lain-lain.

Kelebihan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa tidak

dapat dibawa ke kelas; (2) merangsang dan mengembangkan kemampuan

imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan; (3) meningkatkan keaktifan

dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan materi dalam bentuk gambar.

Kekurangan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) ukuranya

terbatas untuk kelompok yang besar; (2) memerlukan ketersediaan sumber

dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat memanfatkan.

a) Media visual yang tidak diproyeksikan

Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang sederhana, tidak

membutuhkan projectorda alayar untuk memproyeksikan.Media ini

digunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatan maupun

penggunaannya. Termasuk dalam jenis ini antara lain: gambar mati atau

gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar,

realita dan model, berbagai jenis papan.

b) Media visual yang diproyeksikan

Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat diproyeksikan

pada layar melalui suatu pesawat projektor.Media iini terdiri dari dua unsur

yang tidak dapat dipisahkan, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak.

Media visual ini banyak jenisnya, akan tetapi pada buku ini hanya akan

Page 43: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

ditampilkan beberapa jenis yang banyak digunakan dilapangan. Adapun

jenis-jenisnya media yang visual yang diproyeksikan yaitu: Overhead

Projector (OHP), Slide (film bingkai), Filmstrip (film rangkai), Opaque

Projector.

Jenis-jenis media yang dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam

media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan

potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparasi, proyektor, dan

tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan

globe.

2) Media Audio

Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke

penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang

auditif verbal, non verbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat

dengan indera pendengaran (Basuki dan Farida, 2001: 35). Pendapat yang lain

dari Ronald H. Anderson (1987: 127) mengatakan bahwa media audio

merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah

disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta

urutan penyajiannya jadi tetap, pasti, dan dapat berfungsi sebagai media

instruksional untuk belajar sendiri.

Kelebihan media audio menurut pendapat Ronald H. Anderson (1987:

132) antara lain: (1) materi pelajaran sudah tetap, terpatri, dan dapat

direproduksi dalam bentuk yang sama; (2) produksi dan reproduksi sangat

ekonomis, dan mudah didistribusikan; (3) peralatan program audio termasuk

yang paling murah dibandingkan dengan media audio-visual lainnya; (4)

dengan berbagai teknik perekaman audio, bentuk-bentuk pengajaran

terprogram dapat digunakan untuk pengajaran mandiri, memungkinkan setiap

siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, memberikan penguatan

dan pengetahuan dengan penampilan langsung; (5) untuk bentuk program

pengajaran mandiri yang canggih, sudah ada peralatan yang dapat

menyelaraskan visual dengan program audio yang terekam, dan alat yang dapat

berhenti sendiri, sehingga siswa berkesempatan untuk berinteraksi dengan

Page 44: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

program tersebut kemudian melanjutkan program jika sudah siap; (6) suasana

dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik atau suara

latar belakang dan efek suara.

Kekurangan media audiomenurut pendapat Ronald H. Anderon (1987:

132-133) antara lain: (1) perlu berhati-hati apabila hanya audio yang

digunakan, karena waktu yang lama tanpa memberikan rangsangan visual

dapat menbosankan dan akan mengganggu pengajaran dengan kecepatan

sendiri; (2) perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman induk baru

dan dibuatnya copy rekaman yang baru. Hal ini akan memakan waktu dan

biaya yang besar; (3) masalah pendistribusian akan timbul bila produksi

gambar diselaraskan dengan audio. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman

perangkat keras yang ada dan yang digunakan di berbagai tempat latihan.

Pengembangan pelajaran harus mengetahui perlengkapan yang ada untuk

disesuaikan dengan perangkat lunaknya (software); (4) pengembangan naskah

audio yang baik (terutama yang akan digunakan untuk menunjang visual) dapat

menyita waktu, dan membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus; (5) perlu

berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal.

Seandainya bahan disajikan terlalu cepat, atau pengajaran yang rumit diberikan

terlalu, maka para siswa akan kehilangan jejak atau bingung. Dalam beberapa

hal sebaiknya diberikan pengulangan kembali melalui peringatan visual,

misalnya dituliskan kembali dalam perlengkapan buku kerja atau ditampilkan

pada gambar diam; (6) siswa dapat menemukan kesulitan dan kebingungan,

bila mereka menggunakan audio dan visual yang diselaraskan tetapi ternyata

menyimpang dari keselarasan.

3) Media Audio Visual

Media audio visual adalah jenis media yang menggabungkan unsur

suara dan gambar. Penggunaan media audio visual akan lebih baik, apabila

menggunakan unsur gambar gerak. Sebagaimana pendapat Basuki Wibawa

(2001: 67) kemampuan akan meningkat lagi apabila audio visual ini

dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media audio visual dalam

pembelajaran memberikan kelebihan dan kelemahan.

Page 45: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain: (1)

memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti

pembelajaran, (2) mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan

gambar, suara, dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.

Kekurangan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) biaya

relatif mahal, (2) memerlukan peralatan yang kompleks dan, (3) memerlukan

keahlian khusus.

Jenis-jenis media pembelajaran yang tergolong dalam media audio

visual diam antara lain “slow scan TV”, “Time shared TV”, “TV diam, film

rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang

tergolong dalam media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video,

film TV, TV, Holografi, Video tapes dan gambar bersuara.

4) Multimedia

Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara

lengkap (Asra dkk. 2007: 5-14), seperti suara, animasi, video, grafis dan

film.Multimedia sendiri sering diidentikkan dengan computer, internet dan

pembelajaran berbasis computer (CBI).

5) Media relita

Media realita adalah suatu media yang menggunakan benda-benda

nyata seperti apa adanya ataupun aslinya tanpa perubahan. Dengan

menggunakan media realita dalam proses pembelajran siswa akan lebih aktif,

dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan

akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk

menggunakan sumber-sumber belajar yang serupa.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media realita yang

berupa sedotan atau kelereng.Alasan peneliti menggunakan media realita

berupa sedotan atau kelereng dalam penelitian ini karena mudah didapat dan

murah oleh karena itu dapat dijangkau oleh para siswa.

Berdasarkan uraian jenis-jenis media diatas, maka media realita

termasuk dalam media visual diam yang tidak diproyeksikan.

Page 46: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

e. Media Realita

Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya,

tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa

akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi,

mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan

siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Realita atau benda

sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media diatas

(Audio, Visual, Audio Visual). Adapun menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 48)

mengatakan realita adalah benda nyata yang dapat dihadirkan di ruang kuliah

untuk keperluan proses pembelajaran. Sedangkan menurut Asra dkk (2007: 5-

14) berpendapat media realita yaitu semua benda nyata yang ada dilingkungan

alam, secara digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan.

Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah.

Pendapat dari Peter Salim dan Yeny Salim (1991: 1245) realita berarti

kenyataan atau suatu hal yang benar-benar atau nyata terwujud. Penggunaan

media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat

menampilkan ukuran, suara dan gerakan (Basuki Wibawa dan Farida Mukti,

2001: 81).

Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 81) mengatakan

bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam

mempergunakan realita sebagai media pembelajaran, antara lain:(1) karena

benda ralita atau nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda hidup sampai

benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau mahluk hidup apakah

yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimanakah

caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar mengajar di kelas; (3)

dari manakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.

Ketiga hal tersebut harus dipertimbangkan agar pemanfaatan media

realita sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan

kualitas proses belajar mengajar efektif.

Media realita ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:

1) Sifatnya konkrit.

Page 47: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

2) Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan

media verbal semata.

3) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,

objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa

bila anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat

mengatasinya.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media realita

yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan dalam proses pembelajaran yang ada

dilingkungan alam dan bisa digunakan dalam keadaan hidup maupun mati

untuk membantu meningkatkan proses belajar siswa.

f. Tujuan Media Realita

Penggunaan media realita atau benda nyata (real life materials) di

dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan

suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek suatu studi tertentu, atau

bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Nana Sudjana dan

Ahmad Rivai, 2001: 207). Sedangkan menurut Aristo Rahadi ( 2003: 24)

mengemukakan media realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam

bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan

kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya.

Beberapa contoh fungsi dari realita atau benda nyata yang

dipergunakan dalam pelajaran adalah dengan cara memperkenalkan unit,

penjelasan proses, menjawab pertanyaan, melengkapi perbandingan, dan unit

akhir. Tujuan penggunaan suatu media membuat guru menyampaikan pesan

secara lebih mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai pesan

tersebut lebih cepat dan akurat. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru

dalam penggunaan media dimaksudkan agar siswa yang terlibat dalam kegiatan

belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.

Penggunaan media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab

realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan. Para siswa akan lebih

banyak belajar, contohnya tentang tanaman yang dibawa ke kelas untuk

Page 48: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

dipelajari, dibandingkan dengan melihatnya digambar (Basuki Wibawa dan

Farida Mukti, 2001: 81).

Berdasarkan dari penadapat diatas disimpulkan bahwa tujuan media

realita dalam pembelajaran untuk memperkenalkan suatu unit pembelajaran

tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-

aspek lain yang diperlukan untuk menampilkan ukuran, suara dan gerakan.

g. Langkah-langkah Penggunaan Media Realita

Guru menggunakan media realita untuk memudahkan siswa dalam

melakukan kegiatan menjumlahkan dengan langkah-langkah sbb:

1) Guru mendemonstrasikan cara menggunakan media realita secara

langsung dihadapan siswa sebagai contoh untuk menjumlahkan 12

ditambah 6 dengan media kelereng atau sedotan, yaitu langkahnya

mengambil kelereng atau sedotan yang sejumlah 12 kemudian mengambil

6 kelereng atau sedotan untuk kemudian dijadikan satu dengan kelereng

atau sedotan yang berjumlah 12 tadi. Selanjutnya dihitung jumlah

keseluruhannya kelereng atau sedotansehingga didapat sejumlah 18

kelereng atau sedotan.

2) Untuk menjumlahkan bentuk panjang adalah penjumlahan puluhan dan

satuan, sebagai contoh 15 ditambah 16 dengan media kelereng atau

sedotan. Ambil kelereng atau sedotan yang berjumlah 15 dan 16 kemudian

kita pisahkan untuk dijadikan puluhan dan satuan yaitu 15 kelereng atau

sedotan kita ambil 10 sebagai puluhan dan kita sisihkan yang 5 sebagai

satuan, begitu juga yang 16 kelereng atau sedotan kita ambil 10 sebagai

puluhan yang tersisa 6 kelereng atau sedotan kita jadikan sebagai satuan.

Untuk yang menjadi sisa yaitu 5 dan 6 kelereng atau sedotan kita jadikan

satu sehingga berjumlah 11 yang selanjutnya kita ambil 10 untuk puluhan

dan tersisa 1 sebagai satuan. Jadi dari keseluruhan tadi kita dapatkan total

semuanya ada 3 puluhan dan 1 satuan kelereng atau sedotan yang jika

ditambahkan 30 + 1 = 31 kelereng atau sedotan.

Page 49: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

3) Begitu juga dengan cara pendek yaitu tinggal menambahkan saja tanpa

menggolongkan puluhan dan satuan, sebagai contoh 25 + 14 langkahnya

yaitu 25 kelereng atau sedotan kita ambil, kemudian kita juga mengambil

14 kelereng atau sedotan lalu kita jadikan satu selanjutnya kita hitung total

kelereng atau sedotan tersebut yang akan kita peroleh sejumlah 39

kelereng atau sedotan (25 + 14 = 39).

4) Guru melakukan peragaan dengan mengikut sertakan beberapa siswa,

sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.

5) Guru melatih siswa dalam melakukan penjumlahan dengan media realita

kelereng atau sedotan secara berulang-ulang agar siswa lancar dalam

menggunakan benda realita.

Jadi penerapan penggunaan media realita dalam pembelajaran

penjumlahan yaitu dengan siswa melakukan kegiatan menjumlahkan

menggunakan sedotan atau kelereng.

B. Penelitian yang Relevan

Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini

yaitu:

Joko Muryono dengan judul “Penggunaan Media Realita Untuk

Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang Pada

Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Ketaon Boyolali Tahun Pelajaran

2009”. Menyimpulkan bahwa penggunaan media realita berhasil meningkatkan

kemampuan belajar matematika siswa. Hal ini dilihat dari indikator

keberhasilan yang mengalami peningkatan pada kemampuan belajar berupa

nilai sebesar 0,5 dari rata-rata nilai awal. Disamping itu kemampuan siswa

memahami konsep pengukuran mencapai ketuntasan 60%.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas dapat dijadikan

tolak ukur dan pembanding dengan peneliti yang telah dilakukan, yaitu terbukti

dengan penggunaan media reealita dalam pembelajaran mampu meningkatkan

proses maupun hasil pembelajaran. Secara khusus penggunaan media realita

dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam menjumlahkan.

Page 50: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

Dalam penelitian ini lebih meningkatkan kemampuan menjumlahkan

melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali Tahun Ajaran

2010/2011.

C. Kerangka Berfikir

Bidang studi matematika sangatlah abstrak, dalam hal ini adalah

materi penjumlahan. Apalagi untuk anak SD kelas satu yang dalam

perkembangan masih belum mengerti sesuatu yang abstrak. Siswa kelas satu

yang pada dasarnya merupakan masa peralihan dari TK menuju jenjang SD

yang secara kurikulum dan materi yang diajarkan berbeda. Dalam masa-masa

inilah siswa mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan cara

belajar yang berbeda pula.

Dengan adanya perbedaan tersebut, tidak sedikit siswa yang

mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diajarkan terutama

penjumlahan. Hal itu ditunjukkan dengan guru kelas dalam mengajarkan

terutama mata pelajaran matematika materi penjumlahan masih dengan cara

konvensional atau ceramah sehingga banyak siswa yang kurang mau

memperhatikan dan kurang mengerti yang hasilnya mengakibatkan

kemampuan menjumlahkan siswa kelas I yang rendah.Oleh karena itu guru

harus pandai dalam menyiasati masalah tersebut. Salah satu yang dapat

digunakan oleh guru pada saat pembelajaran matematika materi menjumlahkan

yaitu dengan cara menerapkan media realita. Dalam hal ini media realita yang

digunakan berupa sedotan atau kelereng.

Melalui penggunaan media realita ini diharapkan dapat membantu

siswa dalam menerima konsep abstrak menjumlahkan menjadi lebih konkret

atau nyata yang diterapkan melalui penggunaan media realita dalam

pembelajaran. Dengan begitu siswa dapat belajar dengan menarik dan

menyenangkan. Penggunaan media realita berupa sedotan atau kelereng yang

sesuai dengan materi dan tingkat perkembangan siswa dapat memberikan

pengalaman langsung kepada siswa dalam menjumlahkan, karena siswa dapat

melihat, memegang, dan memindahkan media sedotan yang secara langsung

Page 51: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

dapat memicu berfikir siswa sehingga kemampuan siswa dalam menjumlahkan

dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh kerangka

penelitian yaitu kegiatan siswa secara langsung dalam menjumlahkan dengan

media realita berupa sedotan dapat mengembangkan keterampilan intelektual

dan psikis siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan

uraian diatas, maka diperoleh kerangka penelitian yang dapat dilihat pada

gambar 1 berikut.

Gambar 1. Bagan kerangka berfikir

D. Hipotesis

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah

diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian kelas sebagai berikut:

“Penggunaan media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan

dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten

Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”.

Kondisi

awal

Tindakan

Guru masih menggunakan

metode mengajar

konvensional belum

menggunakan

media yang sesuai dengan

materi pembelajaran

Siswa kurang memperhatikan

dan kurang mengerti dalam

pembelajaran materi

menjumlahkan kemampuan

menjumlahkan siswa rendah

Siklus I

Siswa dapat menjumlahkan

tanpa teknik menyimpan cara

pendek dan panjang melalui

media realita

Dalam pembelajaran materi

menjumlahkan guru

menggunakan media realita

Dengan menggunakan media

realita kemampuan siswa

dalam menjumlahkan

meningkatdengan ketuntasan

≤ KKM 63 sebesar 80%

Kondisi

akhir

Siklus II

Siswa dapat menjumlahkan

tanpa teknik menyimpan cara

panjang melalui media realita

Page 52: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kadireso Boyolali. Penelitian ini

dilaksanakan di SDN Kadireso Boyolali dengan pertimbangan peneliti sebagai

guru wiyata bakti jadi mengenal betul permasalahan yang dialami siswa terutama

kelas I yaitu dalam pembelajaran Matematika. Selain itu sangat memudahkan

peneliti dalam melaksanakan penelitian karena jaraknya dekat dengan tempat

tinggal sehingga memudahkan peneliti, lebih hemat biaya, sehingga dapat

terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini pada tahun pelajaran 2010/2011 dilaksanakan selama

5 bulan yaitu mulai bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 201. Untuk

alokasi waktu penelitian di deskripsikan sebagai berikut:

Penyusunan dan pengajuan laporan dilaksanakan mulai dari bulan Januari

2011 pada minggu pertama sampai dengan bulan Februari 2011 minggu keempat,

sedangkan untuk mengurus izin penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2011

yaitu tepatnya mingggu pertama dan kedua, adapun untuk persiapan penelitian

dilaksanakan pada bulan Maret 2011 tepatnya minggu ketiga, untuk pelaksanaan

penelitian siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2011 minggu terakhir sampai

bulan April 2011 tepatnya minggu pertama. Selanjutnya untuk pelaksaan

penelitian siklus II dilaksanakan pada bulan April 2011 minggu kedua dan ketiga,

pelaksana ananalis data dimulai pada bulan April 2011 yaitu minggu keempat

sampai dengan bulan Mei 2011 minggu ketiga, untuk selanjutnya penyusunan

laporan dilaksanakan pada bulan Mei tepatnya pada minggu ketiga dan keempat,

dan yang terkhir untuk pelaksanaan ujian dan revisi dilaksanakan pada bulan Juni

2011.

Page 53: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

B. Bentukdan Strategi Pelaksaan Penelitian

Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action

research). I G A K Wardhani, dkk (2007: 1.3) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK),

yaitusuatu Action Research yang dilakukan dikelas.

Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri

yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, siswa, kepala sekolah dan partisipan

lain) didalam suatu situasi sosial (pembelajaran yang bertujuan untuk

membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: (a) praktik sosial dan

pembelajaran yang mereka lakukan;(b) pemahaman mereka terhadap praktek-

praktek pembelajaran; (c) situasi dan institusi yang terlibat didalamnya ( Stephen

kemmis dan Wilf Carr dalam Mulyasa (2009: 5). Penelitian Tindakan Kelas dapat

diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan

tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok siswa

(Mulyasa, 2009: 10).

Dengan menggunakan bentuk penelitian ini, peneliti berharap akan

mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik-

praktik pembelajaran dikelas secara profesional.Adapun model Penelitian

Tindakan Kelas ini menggambarkan sebagai serangkaian langkah yang

membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah memiliki empat tahap,

yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan

refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2.

Planning Ackting

Reflecting Observasi

Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral (Mulyasa, 2009: 112)

Page 54: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten

Boyolali pada tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 23 siswa, dengan

rincian 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dan ada 1 anak berkebutuhan

khusus yaitu siswa tersebut dalam setiap mata pelajaran tidak dapat menerima

karena keadaaannya yang autis.

D. Sumber Data

Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji

dalam penelitian ini berupa kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai

sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian meliputi:

1. Informan atau nara sumber yaitu guru dan siswa kelas I SDN Kadireso

Kabupaten Boyolali Tahun 2010/2011.

2. Dokumen yang berupa silabus, foto kegiatan pembelajaran dannilai ulangan

hasil pengamatan (observasi) pelaksanaan pembelajaran dengan media realita.

3. Hasil tes yaitu dilaksanakan pada waktu tes awal sebelum tindakan penelitian,

tes individu tiap-tiap akhir pertemuan pada tiap siklus baik siklus I dan siklus

II. Pelaksanaan tes dilaksanakan pada tiap-tiap pertemuan pada tiap siklus,

yaitu siklus I dilihat sudah mencapai dan sesuai target belum, sekiranya

belum sesuai target dilanjutkan pelaksanaan tes pada siklus II.

E. Teknik Pengumpulan Data

Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang

dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah:

1. Observasi

Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 127) menjelaskan bahwa “observasi

adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh

efek tindakan telah mencapai sasaran”. Observasi dilakukan untuk memantau

proses pembelajaran matematika (KD Penjumlahan dan Pengurang Bilangan

Dua Angka) yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini bertujuan untuk

Page 55: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak

sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir

tindakan.

Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang

diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, serta

dengan observasi yang dilakukan ini peneliti akan memperoleh data-data

mengenai seluruh aktivitas atautingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu

data tentang sikap (perilaku) dan aktivitas siswa dalam pembelajaran

matematika dalam menjumlahkan. Observasi yang dilakukan yaitu secara

langsung (direct observation) adalah observasi tanpa perantara (secara

langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan pada siswa

kelas I SDN Kadireso Boyolali untuk mengetahui kemampuan berhitung

menjumlahkan siswa dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berhitung

menjumlahkan berlangsung yaitu sebelum tindakan dan pada tindakan siklus I

serta siklus II dengan menggunakan media realita.

Dalam penelitian peran peneliti adalah melaksanakan pembelajaran

dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan cara berkolaborasi

bersama guru kelas yang berperan sebagai pengamat jalannya kegiatan

pembelajaran dikelas. Dalam hal ini pengamat mengambil posisi duduk di

belakang, mengamati jalanya proses pembelajaran sambil mencatat segala

sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu

pengamat juga mengamati kerja peneliti dalam mengelola kelas serta dalam

menerapkan media realita dalam pembelajaran matematika. Observasi siswa

difokuskan pada hasil belajar matematika (KD Penjumlahan dan Pengurang

Bilangan Dua Angka) selama pembelajaran matematika berlangsung.

Sedangkan untuk observasi guru difokuskan pada kemampuan guru dalam

menerapkan pembelajaran matematika penjumlahan dengan media realita.

2. Tes

Tes adalah suatu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang

dipergunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi

Page 56: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Arikunto, 2006: 150). Sedangkan senada dengan pendapat Sarwiji Suwandi

(2009: 59) Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang

diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes berhitung

menjumlahkan diberikan pada awal sebelum penelitian yaitu sebagai tes awal

penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam

menjumlahkan. Selain itu tes juga dilakukan pada tiap pertemuan pada setiap

akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil berhitung menjumlahkan

siswa. Dengan pengertian lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui

tingkat perkembangan kemampuan menjumlahkan siswa SDN Kadireso

Boyolali sesuai dengan siklus yang ada yaitu siklus I jika belum berhasil sesuai

target yang diharapkan maka dilanjutkan ke siklus II.

3. Dokumen

Dokumen merupakan sumber data tertulis dan arsip yang sering

memiliki posisi yang penting dalam suatu penelitian kualitatif Yin dalam H.B.

Sutopo, (2002: 69). Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan

administrasi siswa yang sudah ada.

Dokumen yang dikaji adalah arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut

antara lain kurikiulum (silabus), nilai formatif yaitu berupa hasil tes pada awal

sebelum penelitian dilaksanakan, kemudian hasil nilai pada tiap-tiap pertemuan

tiap siklus baik siklus I maupun siklus II tentang hasil menjumlahkan siswa,

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses

pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan

siswa.

F. Validitas Data

Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data

dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik

kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas yaitu triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan validitas data dengan memanfaatkan

sarana diluar data itu keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut (Lexy

J. Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009: 60). Triangulasi sumber data berarti

Page 57: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

untuk mendapatkan data dari sumber-sumber yang berbeda-beda dengan teknik

yang sama, yaitu dari siswa dan guru. Dengan mengenali data dari sumber yang

berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itupun data sejenis

bisa tertuju kemantapan dan kebenarannya.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi data dan

triangulasi metode.

1. Triangulasi Data

Triangulasi data juga sering disebut triangulasi sumber. Cara ini

mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data menggunakan beragam

sumber data yang tersedia. Selain juga bisa memanfaatkan jenis sumber data

yang berbeda-beda. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data

kemampuan menjumlahkan yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus

pertama dan data tes siklus kedua pada materi operasi penjumlahan pada siswa

kelas I SDN Kadireso Boyolali yang berjumlah 23 siswa pada tahun ajaran

2010/2011 digunakan instrumen tes menjumlahkan.

2. Triangulasi Metode

Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan

menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi kemudian

hasilnya diuji dengan menggunakan teknik tes dan dokumentasi pada pelaku

kegiatan. Dari data yang diperoleh tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat

ditarik kesimpulan data yang validitasnya kuat. Dalam hal ini seperti data

tentang kesulitan siswa dalam mempelajari materi penjumlahan pada siswa

kelas I SDN Kadireso Boyolali yang diperoleh dari observasi, tes, dan

dokumentasi.

G. Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model

kegiatan, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan atau

Page 58: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

verifikasi yang membentuk proses atau siklus bersama secara berkaitan. Langkah-

langkah analisis:

1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul

dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama

proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu dipilih dan

disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak diperlukan

dihilangkan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang hasilnya baik diambil

sedangkan yang kurang baik dihilangkan.

Dalam penelitian yang dilaksanakan dikelas I SDN Kadireso peneliti

memperoleh beberapa data berupa nilai tes berhitung menjumlahkan siswa,

observasi kegiatan siswa, lembar observasi aktivitas guru. Semua data tersebut

digunakan dalam hasil penelitian.

2. Penyajian data atau pembuatan display data yaitu dengan menyusun data-data

yang diperoleh pada saat reduksi data. Dari sajian data tersebut kita dapat

menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa nilai-

nilai pada saat evaluasi maupun observasi.

3. Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan penelitian. Dari

sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan

selamapenelitian.Kesimpulan-kesimpulan yang diambil yaitu bahwa penerapan

media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan pada siswa kelas

I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali. Analisis data dapat dilihat pada gambar 3

berikut.

( Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 1992: 20)

Pengumpulan

data

Reduksi

data Kesimpulan-kesimpulan:

Penarikan/verifikasi

Penyajian

data

Page 59: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

H. Indikator Kinerja

Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan

atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Indikator

kinerja dalam penelitian ini yaitu: apabila nilai kemampuan menjumlahkan siswa

kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali baik siklus I dan siklus II

mengalami peningkatan nilai lebih dari atau sama dengan KKM 63 sebanyak 80%

(18siswa dari 23 siswa) serta tercapainya rata-rata kelas 80.

I. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap

siklus dilaksanakan sesuai denganperubahan yang dicapai, seperti yang telah

didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan

yang menyebabkan rendahnya kemampuan berhitung pada palajaran matematika

siswa kelas I SDN Kadireso dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran

yang dilakukan oleh guru.

Berdasarkan observasi dan temuan-temuan dikelas, maka peneliti

mengambil langkah yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan

menjumlahkan adalah dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung

dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh siswa.

Sehubungan hal tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan

penerapan menggunakan media benda realita dalam menjelaskan konsep

menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan

panjang dalam pembelajaran matematika.

Berdasarkan uraian diatas, maka prosedur pelaksanaan penelitian

tindakan kelas ini mencakup: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalm

setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam

uraian sebagai berikut:

SIKLUS I

1). Tahap perencanaan

Page 60: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

a. Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan observasi beserta lembar

observasinya.

b. Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana

pembelajaran (RPP).

c. Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media realita.

d. Menyiapkan media realita berupa sedotan atau kelereng.

e. Menyiapkan soal tes untuk tes proses dan akhir.

f. Menyiapkan lembar penilaian.

2). Tahap pelaksanaan tindakan

a. Memberikan materi pembelajaran tentang menjumlahkan.

Menerangkan materi tentang menjumlahkan dengan menjelaskan

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara

bersusun pendek dan panjang. Dengan menerangkan menjumlahkan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek, maka siswa

mempunyai gambaran tentang konsep menjumlahkan bilangan dua angka

tanpa teknik menyimpan bersusun pendek danpanjang.

b. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media realita.

Setelah guru menerangkan konsep menjumlahkan bilangan dua angka

tanpa teknik menyimpan bersusun pendek, kemudian guru menerapkan

atau mendemonstrasikan penggunaan media realita, supaya siswa lebih

paham tentang cara menggunakan media realita dalam menjumlahkan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan

panjang. Dalam demonstrasi penggunaan media realita yang dilaksanakan

oleh guru dengan melibatkan sebagian siswa diajak lansung menggunakan

media realita dan pemberian soal-soal untuk dikerjakan.

c. Siswa belajar dengan menggunakan media realita

Setelah guru mendemonstrasikan penggunaan media realita, kemudian

siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang konsep

menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun

pendek dan panjang dengan media realita. Setelah siswa sudah mampu

menggunakan media realita dengan benar, kemudian guru memberikan soal

Page 61: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

tentang konsep menjumlahkan dengan pemecahan menggunakan media

realita.

d. Membantu siswa jika menemui kesulitan

Dengan memantau siswa jika ada yang terlihat dan mengalami kesulitan

dalam menggunakan media untuk mengerjakan soal. Kemudian guru

membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.

e. Menilai hasil dari kemampuan siswa menggunakan media realita

Melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan

media realita dari pelaksanaan mengerjakan soal matematika tentang

konsep menjumlahkan.

3). Tahap observasi

a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran

Melaksanakan pengamatan ketika siswa menggunakan media realita dalam

mengerjakan soal. Pada saat melaksanakan pengamatan guru

menyimpulkan bahwa siswa sudah tepat atau belum dalam menggunakan

media realita serta mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan

oleh guru apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran.

b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika mengalami kesulitan

dalam menerapkan media realita. Dengan pengarahan guru, siswa

melanjutan menggunakan media realita dalam mengerjakan soal.

c. Mengobservasi hasil penilaian.

4). Tahap refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran, bila hasil refleksi dan

evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

menjumlahkan tanpa teknik meminjam dengan cara bersusun pendek dan

panjang pada siswa kelas I tidak perlu dilanjutkan ke siklus II. Akan tetapi

apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan

menjumlahkan baik dengan cara pendek dan panjang maka dilanjutkan ke

siklus II yang meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan

Page 62: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

tindakan, tahap observasi. Selanjutnya sampai mendapati kemampuan

menjumlahkan matematika meningkat.

SIKLUS II

1). Tahap perencanaan

a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada

siklus I.

b. Mengumpulkan data yang mungkin masih kurang pada siklus I kemarin

melalui observasi disertai lembar observasi.

c. Membuat rencana perbaikan pembelajaran yang didasarkan pada

kekurangan yang ditemukan pada siklus I.

d. Menyiapkan media realita yang akan digunakan yaitu sedotan atau

kelereng.

e. Menyiapkan soal tes untuk dilaksanakan setelah pembelajaran.

f. Menyiapkan lembar penilaian.

2). Tahap pelaksanaan tindakan

a. Pada bagian ini guru memberikan materi pembelajaran tentang

penjumlahan. Dengan media realita guru menjelaskan kepada siswa

tentang menjumlahkan dengan cara panjang dan memberikan apersepsi

dengan mengingat kembali materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa

teknik menyimpan cara panjang.

b. Seperti minggu kemarin guru menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan media realita tentang konsep menjumlahkan cara panjang,

kemudian guru menerapkan atau mendemonstrasikan penggunaan media

realita supaya siswa lebih menguasai tentang cara penggunaan media

realita ditambah dengan mengerjakan lebih banyak soal-soal latihan untuk

dikerjakan.

c. Siswa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media

realita.Guru mendemonstrasikan penggunakan media realita, kemudian

siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang menjumlahkan

dengan menggunakan media realita sampai siswa paham dan mampu

melaksanakan pembelajaran dengan media realita. Setelah itu guru

Page 63: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

memberikan soal tentang konsep menjumlahkan bilangan dua angka tanpa

teknik meminjam dengan cara panjang.

d. Membantu siswa jika ada yang menemui kesulitan dengan cara mendekati

siswa jika ada yang mengalami kesulitan dalam menggunakan media

untuk mengerjakan soal, kemudian guru membantu memecahkan masalah

yang dihadapi oleh siswa.

e. Menilai hasil dari kemampuan siswa menggunakan media realita dan

melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan

media realita dari pelaksanaan mengerjakan soal matematika tentang

menjumlahkan bilangan dua angka cara panjang.

3). Tahap observasi

a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran

Melaksanakan pengamatan kepada siswa ketika siswa menggunakan

media benda realita dalam mengerjakan soal. Saat melaksanakan

pengamatan guru menyimpulkan bahwa siswa sudah tepat atau belum

dalam menggunakan media realita dan juga mengamati pelaksanaan

pembelajaran yang dilakukan oleh guru apakah sudah sesuai dengan

rencana pelaksanaan pembelajaran.

b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran

Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa mengalami

kesulitan dalammenerapkanmedia realita. Dengan pengarahan dari guru,

siswa melanjutkan media realita dalam mengerjakan soal.

c. Mengobservasi hasil penilaian.

4). Tahap refleksi

Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran, bila hasil refleksi dan

evaluasi siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan

menjumlahkan, maka siswa kelas I tidak perlu dilanjutkan ke siklus II. Akan

tetapi apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan

menjumlahkan baik dengan cara pendek atau panjang maka dilanjutkan ke

siklus III yang meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan

Page 64: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

tindakan, tahap observasi. Selanjutnya sampai mendapati kemampuan

menjumlahkan matematika meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai

berikut pada gambar 4.

Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas

(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, 2008: 74)

Permasalahan

Permasalahan

baru hasil

refleksi

Apabila

permasalahan

belum

terselesaikan

Perencanaan

Tindakan I

Perencanaan

Tindakan II

Refleksi I

Refleksi II

Dilanjutkan ke

siklus

berikutnya

Pelaksanaan

Tindakan II

Pelaksanaan

Tindakan I

Pengamatan/

Pengumpulan data

I

Pengamatan/

Pengumpulan data

II

Siklus I

Siklus II

Page 65: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan yaitu Sekolah

Dasar Negeri Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.SDN

Kadireso Boyolali didirikan pada tahun 1953 dan merupakan salah satu suatu

Lembaga Pendidikan Dasar yang mempunyai visi cerdas, berkualitas, beretika dan

mempunyai misi yaitu: (1) melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,

kretaif, efisen dan menyenangkan, (2) mengembangkan potensi akademik atau

non akademik siswa secara optimal, (3) menciptakan suasana santun, ramah dan

saling menghormati antar warga sekolah. SDN Kadireso berusaha untuk

meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang belajar siswa. Dari tahun ke

tahun SDN Kadireso selalu mengalami peningkatan baik dalam kualitas maupun

kuantitas. Tenaga-tenaga pengajarnyapun profesional di bidangnya.

SDN Kadireso dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan tenaga

pengajar yang berjumlah seluruhnya ada 8 orang yaitu 5 guru kelas yang sudah

pegawai negeri dan 1 guru kelas wiyata bakti, 1 guru Bahasa Inggris wiyata bakti,

1 guru Agama Islam yang sudah pegawai negeri, 1 guru Olah Raga yang sudah

pegawai negeri, dan 2 orang karyawan wiyata bakti.

Untuk demi kelancaran program-program sekolah dan semakin

meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, oleh karena itu segenap komponen

pengelola baik kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan senantiasa

berusaha melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tanggung

jawabnya masing-masing sebagaimana telah ada dalam program kerja yang sudah

direncanakan pada setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola

SDN Kadireso tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari kepala

sekolah.

Dilihat dari fasilitas yang ada disekolah ini boleh dibilang cukup

memadai. Alat peraga sudah cukup memadai termasuk media pembelajarannya

juga.Dalam pembelajaran matematika yang dilaksankan di SDN Kadireso

Page 66: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

khususnya kelas I belum pernah menggunakan media realita dalam materi

penjumlahan. Hal ini menimbulkan satu pertanyaan mengapa hampir semua siswa

belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditargetkan seperti

diatas. Untuk menjawab hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian di

kelas I dengan menggunakan media realita dalam hal ini media realita yang

digunakan oleh peneliti yaitu sedotan atau kelereng dalam pembelajaran

penjumlahan.

B. Deskripsi Kondisi Awal

Sebelum melaksanakan proses penelitian keadaan nyata yang ada di

lapangan, yaitu rendahnya kemampuan pemahaman matematika khususnya dalam

penjumlahan yang ditunjukkan rendahnya nilai siswa. Berdasarkan data hasil

pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Maret 2011

dimana (peneliti juga sebagai guru wiyata bhakti di SDN Kadireso), terhadap

pelaksanaan pelakasanaan pembelajaran matematika mengenai menghitung,

sebagai gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas I masih terdapat banyak

kekurangan, antara lain penyampaian materi kurang dapat perhatian dari siswa

karena guru dalam melaksanakan pembelajaran belum menggunakan media

pembelajaran yang sesuai sehingga suasana belajar kurang menyenangkan,

aktivitas siswa kurang, dan ketuntasan belajar mengenai materi penjumlahan pada

siswa kelas I SDN Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali belum

berhasil. Berikut tabel 1 hasil perolehan nilai siswa sebelum tindakan.Data nilai

penjumlahan sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 8.

Page 67: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Kemampuan Menjumlahkan

Sebelum Tindakan.

Nilai Sebelum Tindakan

No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)

1 30-35 2 32.5 65 8.69%

2 36-41 3 38.5 115.5 13.04%

3 42-47 2 44.5 89 8.69%

4 48-53 3 50.5 151.5 13.04%

5 54-59 2 56.5 113 8.69%

6 60-65 10 62.5 625 43.47%

7 66-71 1 68.5 68.5 4.35%

Jumlah 23 1227.5 100%

Rata-rata 53.36

Berdasarkan Tabel 1. Data nilai tes awal kemampuan menjumlahkan sebelum

tindakan dapat digambarkan pada grafik gambar 5.

Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Kemampuan Menjumlahkan Sebelum Tindakan

Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan,

siswa dengan rentang nilai 30-35 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang

nilai 36-41 sebanyak 3 siswa (13,04%), siswa dengan rentang nilai 42-47

sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 48-53 sebanyak 3 siswa

(13,04%), siswa dengan rentang nilai 54-59 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa

dengan rentang nilai 60-65 sebanyak 10 siswa (43,47%), siswa dengan rentang

nilai 66-71 sebanyak 1 siswa (4,35%).Pada hasil nilai tes sebelum tindakan siswa

yang tuntas sebanyak 8 siswa atau (34,78%) sedangkan siswa yang tidak tuntas 15

atau (65,21%). Data nilai tes sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 8.

0

5

10

15

30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65 66-71

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Persentase

Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan

Page 68: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

1. Pelaksanaan Siklus I

Tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama 2 minggu, sebanyak 2

kali pertemuan dalam tiap minggu. Tiap pertemuan 2x35 menit yaitu

dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai 5 April 2011.Peneliti

menggunakan metode penelitian yang terdiri dari 2 siklus. Adapun tahap yang

dilakukan sebagai berikut:

a. Tahap perencanaan

Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Paendidikan

(KTSP) berhitung penjumlahan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk

merencanakan pembelajaran melalui media realita antara lain:

1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan materi

penjumlahan. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut adalah:

a. Pokok bahasan/indikator tentang penjumlahan belum menggunakan

media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam

pembelajaran matematika tentang penjumlahan pada kelas I, sehingga

materi yang disampaikan kurang begitu dikuasai oleh siswa kelas I,

karena hal tersebut kemampuan menjumlahkan siswa kelas I juga kurang.

b. Pokok bahasan/indikator tentang materi penjumlahan belum

menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu para siswa

dalam melakukan penjumlahan.

c. Pokok bahasan/indikator tentang materi penjumlahan tersebut untuk

nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2) Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.

Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti dengan memuat 2 kali

pertemuan, masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran

dilaksanakan dalam minggu yang berbeda dengan alokasi waktu masing-

masing 2x35 menit. Mengenai langkah-langkah dan susunan rencana

pembelajaran siklus I pertemuan 1 terlampir pada lampiran 3.

3) Menyiapkan instrumendan media realita yang akan digunakan dalam

pembelajaran yaitu sedotan atau kelerang.

Page 69: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

b. Pelaksanaan Tindakan

Dalam tahap tindakan ini guru menerapkan pembelajaran dengan

menggunakan media realita sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah

disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan

media realita dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama

materi yang diajarkan yaitu penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan

dengan cara pendek dan untuk pertemuan kedua materinya masih penjumlahan

dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang hal ini untuk

memantapkan kemampuan siswa.

1) Pertemuan ke-1

Pada pertemuan ke-1 materi yang diajarkan yaitu tentang penjumlahan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek. Sebagai

kegiatan awal guru menagajak siswa bernyanyi lagu “satu ditambah satu” hal

ini bermaksud untuk memusatkan perhatian siswa dan memunculkan semangat

dan rasa senang pada hati siswa untuk mengikuti pembelajaran.

Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang penjumlahan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun pendek pendek.

Guru mendemonstrasikan dengan menggunakan media realita yaitu sedotan

atau kelereng. 25 + 10 = . . . . 25 (dengan cara bersusun pendek)

10 +

35

Gambar 6. 25 sedotan ditambah 10 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan.

+

Page 70: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

Hal ini diulang-ulang sampai beberapa kali serta mengadakan tanya

jawab seputar materi yang disampaikan. Kemudian tiap siswa diberikan 50

lebih sedotan untuk digunakan dalam melakukan penjumlahan. Siswa

menggunakan media realita untuk melakukan penjumlahan tanpa teknik

menyimpan cara bersusun pendek.

Selanjutnya guru memberikan tes awalkepada siswa untuk menghitung

penjumlahan dengan menggunakan media realita yang telah ada dengan

dibimbing oleh guru. Sementara aktivitas guru dalam pembelajaran diamati dan

dinilai oleh teman sejawat. Dalam hal ini guru mengawasi cara menggunakan

media realitanya dalam proses menghitung. Guru sambil menilai bagaimana

individu siswa dalam megerjakan soal yang diberikan.

Setelah selesai kemudian hasil tes awal dikumpulkan untuk kemudian

guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali tentang tes

tadi ada yang kesulitan tidak. Setelah dirasa cukup paham guru memberikan

lembar tes untuk dikerjakan lagi secara individu dengan menggunakan media

realita yang telah ada berupa sedotan atau kelereng.

Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan

setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai penjumlahan

cara pendek siklus I dapat dilihat pada lampiran 12.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I

pertemuan 1

Siklus I pertemuan 1

No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)

1 50-56 2 53 106 8.69%

2 57-63 6 60 360 26.08%

3 64-70 12 67 804 52.17%

4 71-77 1 74 74 4.35%

5 78-84 1 81 81 4.35%

6 85-91 1 88 88 4.35%

Jumlah 23 1513 100%

Rata-rata 65.78

Page 71: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

Berdasarkan Tabel 2. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1

dapat digambarkan pada grafik gambar 7.

Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I Pertemuan 1

Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1 diatas

tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 sebanyak 2 siswa

(8,69%), siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 6 siswa (26,08%), siswa

dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 12 siswa (52., %), siswa dengan rentang nilai

71-77 sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak 1

siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa (4,35%) . Data

nilai kemampuan menjumlahkancara pendek siklus I pertemuan 1 dapat dilihat

pada lampiran 10.

2) Pertemuan ke-2

Pada pertemuan ke-2 ini materi pembelajaran matematika yang

disampaikan oleh guru tentang penjumlahan dengan indikator menjumlahkan

bilangan dua angka bersusun panjang tanpa teknik menyimpan. Sebagai kegiatan

awalnya guru mengajak siswa menyanyikan lagu “satu-satu” dan guru

memberikan gambaran cerita tentang permasalahan sehari-hari yang berhubungan

dengan penjumlahan sebagai penyampaian tujuan pembelajaran dan siswa

memperhatikan dan menanggapi permasalahan yang ada dengan bertanya dan

menjawab pertanyaan tentang penjumlahan. Tidak lupa pula guru memberikan

motivasi kepada siswa sebagai penyemangat siswa.

0

5

10

15

50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Prosentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 1

Page 72: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Pada kegiatan inti guru memberikan contoh cara menjumlahkan dengan

menggunakan media realita yaitu sedotan atau kelereng sebagai sarana untuk

mempermudah pemahaman siswa dalam menjumlah bilangan dua angka tanpa

teknik menyimpan dengan cara panjang. Untuk interaksi guru memberikan

pancingan pertanyaan tentang penjumlahan. Sebagai contohnya guru

menjumlahkan dengan media realita yang ada yaitu 20 + 15 = . . . .dikerjakan

dengan cara panjang 20 + 15 = . . .(dengan cara bersusun panjang). Berikut

langkahnya dapat dilihat pada gambar 8.

20 = 20 + 0

15 = 10 + 5 +

= 30 + 5

= 35

Gambar 8. 20 sedotan ditambah 15 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan.

Setelah sekiranya semua siswa paham guru menuliskan soal dipapan

tulis untuk dikerjakan oleh siswa tentang penjumlahan bersusun panjang

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, guru sambil membimbing dan

menilai individu siswa tentang bagaimana tiap-tiap siswa cara mengerjakan

dan menyelesaikannya dengan lembar penilaian observasi, setelah itu bagi

siswa yang selesai duluan diminta untuk menuliskan dipapan tulis. Jika ada

siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan terutama dalam

menggunakan media realita dalam hal menjumlah. Setelah selesai

dikumpulkan, untuk selanjutnya guru membagikan lagi lembar soal evaluasi

yang dikerjakan tiap-tiap individu siswa.

20 = + 0

15 = + +

Page 73: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan

setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai

menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I

pertemuan 2

Siklus I pertemuan 2

No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)

1 50-56 7 53 371 30.43%

2 57-63 3 60 180 13.04%

3 64-70 9 67 603 39.13%

4 71-77 2 74 148 8.69%

5 78-84 1 81 81 4.35%

6 85-91 1 88 88 4.35%

Jumlah 23 1471 100%

Rata-rata 63.95

Berdasarkan Tabel 3. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I

pertemuan 2 dapat digambarkan pada grafik gambar 9.

Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I pertemuan 2

Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 2 diatas

tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 yaitu sebanyak 7

siswa (30,43%), siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 3 siswa (13,04%),

siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 9 siswa (39,13%), siswa dengan

rentang nilai 71-77 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 78-84

sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa

0

2

4

6

8

10

50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Prosentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 2

Page 74: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

(4,35%). Data nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat

pada lampiran 11.

c. Observasi

Dalam hal ini observer yaitu guru kelas I mengobservasiguru yang

sekaligus sebagai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran matematika

penjumlahan tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan panjang dengan

menggunakan media realitaserta menggunakan alat bantu penilaian yaitu berupa

lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui

seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan media realita yang

dilaksanakan oleh guru atau peneliti dapat menghasilkan dampak perubahan yang

positif pada kemampuan menjumlahkan matematika siswa kelas I.

Hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh

observer. Adanya peningkatan aktifitas dan keaktifan guru yang juga sebagai

peneliti pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan menggunakan

media realita. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, dengan penjelasannya

yaitu sebagai berikut, aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor 2

(cukup)yaitu: (1) persiapan pembelajaran, (2) penggunaan berbagai sumber, (3)

memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan

aktivitas guru sebagai peneliti yangmendapat skor 3 (baik) yaitu: (1) membuka

pelajaran, (2) kejelasan dan sistematika penyampaian materi, (3) kemampuan

menggunakan media, (4) ketepatan waktu sesuai perencanaan, (5)melakukan

penilaian proses observasi, (6) memberi penilaian pada proses observasi, (7)

memberikan tindak lanjut. Adapun aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat

skor sangat 4 (sangat baik) yaitu: (1) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media,

(2) penuh perhatian kepada siswa, (3) melakukan penilaian hasil belajar/evaluasi.

Oleh karena itu jika dilihat secara umum berdasarkan lampiran 5 aktivitas guru

masuk dalam kriteria memuaskan dengan total skor 3,0.

Selanjutnya guru yang sekaligus peneliti mengobservasi aktifitas yang

dilaksanakan oleh para siswa yang pertama adalah mempelajari materi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek

dan panjang secara individu dengan menggunakan media realita yaitu sedotan

Page 75: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

atau kelereng. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan ditunjukkan pada

lampiran 6, menunjukkan bahwa aktifitas yang dilaksanakan oleh siswa dikatakan

cukup. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata total skor yaitu 2,2 berarti

sesuai dengan kriteria, skor 2,2 dikatakan dalam kriteria skor cukup.

Penjelasan yang didapat dari lampiran 6, adalah sebagai berikut, keaktifan

siswa dapat dikatakan cukup aktif yaitu: (1) aktif memperhatikan penjelasan dari

guru, (2) aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, (3) adanya rasa ingin tahu

dan keberanian siswa yang meningkat, (4) aktif dalam mengerjakan tugas

individu. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang tergolong aktif yaitu: (1)aktif

dalam menggunakan media realita.

Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan media realita

dalam pembelajaran dan diperoleh kenaikan peningkatan keaktifan siswa maka

diperoleh data hasil penilaian belajar siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada

lampiran 11. Dari lampiran 12 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 4.

Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Frekuensi Nilai Tes Kemampuan

Menjumlahkan Siswa Kelas I SDN Kadireso Pada Siklus I.

No Interval Frekuensi Persentase Kategori

1 50-56 7 30% Sangat Kurang

2 57-63 3 13% Kurang

3 64-70 10 43% Cukup

4 71-77 2 9% Baik

5 78-84 1 4% Istimewa

Jumlah 23 100%

Rata-rata 63.80

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus

I, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang yaitu sebanyak 7

siswa atau (30%), kategori kurang sebanyak 3 siswa atau (13%), kategori cukup

yaitu sebanyak 10 sebanyak siswa (43%), katergori baik sebanyak 2 siswa (9%),

sedangkan untuk katergori istimewa sebanyak 1 siswa (4%). Jumlah keseluruhan

siswa yang memperoleh nilai diatas 63sebanyak 15 siswa atau (65,21%). Data

nilai matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada tabel 4

dapat dilihat pada lampiran 12.

Page 76: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

Berdasarkan Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan

Siswa Pada Siklus I dapat digambarkan pada grafik gambar 10.

Gambar 10. Grafik Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I

Berdasarkan lampiran 12, pelaksanaan pada siklus I ini dicapai nilai rata-

rata kelas 63,80 pada pertemuan pertama rata-rata kelas 66,08 dan rata-rata kelas

pada pertemuan kedua 61,52. Melihat nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 63,80

berarti belum mencapai ketuntasan yang sesuai harapan yaitu siswa yang berhasil

tuntas belum mencapai KKM 63 atau lebih yaitu 80% (18 siswa dari 23 siswa)dan

rata-rata kelas belum mencapai 80 mengenai materi penjumlahan bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpancara bersusun panjang perlu dilanjutkan ke siklus

II.

Pencapaian hasil penelitian dikatakan berhasil apabila tercapainya nilai

KKM yaitu 63 atau lebih yaitu sebanyak 80% (18 siswa dari 23 siswa) dengan

rata-rata kelas 80 pada materi yang diajarkan yaitu penjumlahan bilangan dua

angka dengan cara bersusun pendek dan panjang. Pada siklus I pertemuan ke-1

untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara

pendek sudah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu dengan perolehan rata-rata

kelas 66,08 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63 sebanyak

65% (15 siswa), sedangkan yang kurang dari KKM 63 sebanyak 34% (8

siswa)jadi sesuai dengan target indikator kinerja yaitu 65% (15 siswa), sedangkan

untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara

panjang belum mencapai kriteria yang diharapkan karena baru mencapai rata-rata

0

5

10

15

50-56 57-63 64-70 71-77 78-84

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Kategori

Persentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I

Page 77: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

kelas 61,52 dengan siswa yang mencapai KKM 63 sebanyak 56% (13 siswa), dan

yang kurang dari KKM 63 sebanyak 43% (10 siswa). Maka dari itu sesuai

denganindikator pencapaian yang telah dibuat, penelitian akan dilanjutkan pada

siklus II dengan target siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM sebesar 80%

(18 siswa dari 23 siswa)dengan rata-rata kelas 80 untuk materi penjumlahan

bilangan dua angka.

d. Refleksi

Data yang diperoleh dari pembelajaran materi penjumlahan bilangan dua

angka melalui observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil

observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan yang terlampir pada

lampiran5 dan 6, pembelajaran matematika telah menunjukkan peningkatan pada

aktivitas siswa yaitu pada penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan pada

siklus I. Perubahan menjadi lebih baik dikarenakan guru dalam melaksanakan

pembelajaran pada penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan

mulai dari penjumlahan dengan cara bersusun pendek sudah menggunakan media

realita dengan baik serta menggunakan langkah-langkah yang tepat, hal tersebut

membuat siswa lebih mudah memahami materi, karena siswa belajar dengan cara

yang menyenangkan dan menarik. Selain itu siswa juga ikut aktif dalam

pembelajaran dengan melihat secara langsung apa yang dipelajari dengan

menggunakan media realita. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian penggunaan

media realita dalam pembelajaran matematika mengenai penjumlahan dua angka

dengan carabersusun pendek dan panjang.

Untuk materi penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan

carabersusunpanjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, hal

tersebut akan dituntaskan dengan pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.

Berdasarkan kegiatan siklus I belum tuntasnya pembelajaran matematika tentang

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan carabersusun

panjang dikarenakan siswa belum memahami hubungan penggunaan media realita

dalam penjumlahan carabersusun panjang serta siswa belum mengenal operasi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun

panjang. Siswa sendiri dalam hal ini memerlukan waktu untuk dapat memahami

Page 78: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

materi dan lebih mengenal penjumlahan dengan carabersusun panjang. Guru harus

menggunakan langkah-langkah yang mudah untuk dipahami oleh siswa pada

pembelajaran siklus II karena materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa

teknik menyimpan dengan cara panjang memerlukan pemahaman materi lebih

banyak dibandingkan dengan materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa

teknik menyimpan dengan cara pendek. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai

berikut:

Pertemuan : 1 (satu)

Indikator :Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun pendek tanpa

teknik meminjam.

Media : Realita berupa sedotan atau kelereng.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung

siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun beberapa siswa masih

belum mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik

menyimpan dengan cara panjang karena masih baru mengenal cara tersebut. Hal

ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mengetahui cara

menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng, kerikil, permen atau

batu dengan tepat.

Kemampuan pemahaman siswa dapat dikatakan baik untuk materi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun

pendek, sehingga hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan ke-2 materi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun

panjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata

kelas baru mencapai61,52 dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63adalah

10siswa (43,47%) dan yang telah mencapai lebih dari 63 sebanyak 13 siswa

(56,52%) dari 23 siswa. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang

siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.

Pembelajaran penjumlahan berhasil apabila siswa mendapat nilai sama

atau di atas KKM sebesar 65% (15 siswa dari 23 siswa), adapun pada siklus

Ipertemuan ke-1 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63sebanyak 8 siswa

(34,78%), dan siswa yang memperoleh nilai sama lebih dari KKM 63 sebanyak 15

Page 79: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

siswa (65,21%). Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,08

menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita dikatakan

berhasil. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara pendek siklus I dapat dilihat

pada lampiran 10.

Pertemuan : ke-2

Indikator : Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun panjang tanpa

teknik meminjam.

Media : realita yaitu berupa sedotan atau kelereng.

Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung

siswa terlihat cukup aktif, namun ada beberapa siswa yang masih belum bisa

mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan

cara bensusun panjang karena siswa baru mengenal cara tersebut. Hal ini

dikarenakan siswa belum mengetahui cara menggunakan media realita berupa

sedotan atau kelereng dengan benar dan tepat.

Dari pemantauan hasil belajar diperoleh nilai rata-rata kelas yang baru

mencapai 61.52 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari 63 sebanyak 13

siswa (56,52%) dari 23 siswa kelas 1.

Pembelajaran berhasil apabila siswa mendapat nilai sama atau di atas

KKM 63 sebanyak 80% (15 siswa dari 23 siswa) berhasil tuntas. Dengan

demikian data nilai rata-rata kelas mencapai 61,52dan siswa yang memperoleh

nilai kurang dari 63 sebanyak 10 siswa (43,47%) dan siswa yang memperoleh

nilai sama atau lebih dari KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52%), dengan demikian

menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita pada materi

penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan cara bersusun

panjang yang dilakukan belum berhasil untuk mencapai target 80% (15 siswa

yang berhasil) dan perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Daftar nilai kemampuan

menjumlahkan bersusun panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.

Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai

rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan media realita

pada siklus I dapat diketahui bahwa 1 (satu) dari 2 (dua) pertemuan telah

menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menjumlahkan

Page 80: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

bilangan dua angka siswa kelas I. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh

nilai kurang dari rata-rata kelas harus diadakan perbaikan dengan menambah jam

belajar dan diadakan bimbingan yang insentif agar kemampuan berhitung siswa

dalam hal menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan

cara bersusun panjang dapat meningkat.

Karena dari dua pertemuan pembelajaran yang menggunakan media

realita hanya satu pembelajaran yang telah dapat menunjukkan perubahan yang

signifikan pada peningkatan nilai belajar matematika serta aktivitas siswa kelas 1,

maka harus dilanjutkan pada siklus II untuk materi penjumlahan bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang.

2. Pelaksanaan Siklus II

PelaksaaanSiklus II dalam waktu dua minggu yaitu dilaksanakan selama

dua minggu pada bulan April2011 pada minggu kedua dan ketiga, yaitu tepatnya

pada tanggal 14 April 2011 dan tanggal 19 April 2011 yang sebanyak 2 kali.

a. Perencanaan

Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada

siklus I diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan media realita

yang telah dilaksanakan pada pertemuan ke-1 tentang materi penjumlahan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang

belum selesai. Oleh karena itu peneliti kembali melaksanakan penyusunan

rencana pembelajaran dengan menggunakan media realita yaitu dengan

indikator penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpandengan

carabersusun panjang. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan

rencana pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:

1. Penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara

bersusun panjang.

Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I

tersebut ternyata sebagian siswa masih mengalami kesalahan dalam menjawab,

maka rancangan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pemahaman

penggunaan media realita yang digunakan sebagai alat dalam menghitung

Page 81: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun

panjang. Jadi semua kegiatan ditujukan untuk memantapkan serta memperluas

pengetahuan siswa yang telah dipelajari sekaligus merupakan pengulangan dari

kegiatan pada pertemuan ke-1 siklus I.

Pembelajaran direncanakan dalam dua kali pertemuan 2 jam pelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita sesuai

dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.

1) Pertemuan ke-1

Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama dahulu, kemudian

guru bersama siswa menyanyikan lagu “satu-satu”. Selanjutnya guru memulai

pelajaran dengan menjelaskan penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik

menyimpan cara bersusun panjang dengan menekankan pada dasar penjumlahan

bilangan dua angka, guru mendemonstrasikan penggunaan media realita untuk

bilangan. Contoh 32 + 12 = . . . . . (cara bersusun panjang). 30= 30 + 0

Berikut langkahnya dapat dilihat pada gambar 11. 12= 10 + 2 +

= 40 + 2

= 42

Gambar 11. Penjumlahan sedotan 30 ditambah 12 sedotan sehingga berjumlah 42

sedotan.

+ 0

+ +

+

Page 82: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Memberikan soal-soal berhitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan

dengan carabersusun panjang kepada masing-masing siswa. Daftar nilai

kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada

lampiran 13. Dari lampiran 13 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 5.

Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II

pertemuan 1.

Siklus II pertemuan 1

No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)

1 57-63 4 60 240 17.39%

2 64-70 2 67 134 8.69%

3 71-77 2 74 148 8.69%

4 78-84 2 81 162 8.69%

5 85-91 11 88 968 47.82%

6 92-98 2 95 190 8.69%

Jumlah 1842 100%

Rata-rata 80.08

Berdasarkan Tabel 5. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus II

pertemuan 1 dapat digambarkan pada grafik gambar 12.

Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1.

Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus II pertemuan 1 diatas

dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 4 siswa (17,39%),

siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang

nilai 71-77 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak

2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 11 siswa (47,82%),

0

5

10

15

20

25

57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98 Jumlah

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Persentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1

Page 83: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

sedangkan siswa dengan rentang nilai 92-98 sebanyak 2 siswa (8,69%) . Data nilai

kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada

lampiran 13.

2) Pertemuan ke-2

Pada kegiatan awal pembelajaran, setelah berdoa guru mengajak siswa

untuk menyanyikan lagu “dua mata saya” dan mengadakan tanya jawab tentang

pelajaran kemarin sebagai apersepsi.

Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:

1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang penjumlahan bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun panjang. Guru menjelaskan

bahwa dasar penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara

bersusun bersusun panjang adalah dengan menjumlahkan puluhan dengan

puluhan dan satuan dengan satuan sehingga siswa perlu memperhatikan

operasi penjumlahan puluhan dan satuan tersebut.

2) Guru mendemonstrasikan penggunaan media realita berupa sedotan atau

kelereng dalam operasi penjumlahan dengan cara bersusun panjang yang

didemonstrasikan oleh guru. Sebagai contoh operasi bilangan dua angka

bersusun panjang dari 32 + 15 = 47

Page 84: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Cara pengerjaannya bersusun panjang yaitu: 32 = 30 + 2

15 = 10 + 5 +

= 40 + 7

= 47

Gambar 13. Penjumlahan sedotan 32 ditambah 15 sedotan sehingga berjumlah

47 sedotan.

3) Guru membimbing siswa ketika menggunakan media realita dalam

menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.

Kegiatan tersebut agar siswa memahami betul mengenai penjumlahan bilangan

dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang yang

menggunakan dasar penjumlahan bilangan puluhan dan satuan. Kegiatan

dilanjutkan dengan membagikan lembar kerja dan siswa mengerjakan secara

individu. Setelah selesai siswa mengerjakan soal-soal evaluasi secara individu.

Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat

dilihat pada lampiran 14. Dari lampiran 14 diperoleh data seperti terlihat pada

tabel 6.

+

+ +

+

Page 85: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II

pertemuan 2.

Siklus II pertemuan 2

No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)

1 57-63 3 60 180 13.04%

2 64-70 3 67 201 13.04%

3 71-77 2 74 148 8.69%

4 78-84 1 81 81 4.347%

5 85-91 10 88 880 43.47%

6 92-98 4 95 380 17.39%

Jumlah 1870 100%

Rata-rata 81.30

Berdasarkan Tabel 6. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus II

pertemuan 2 dapat digambarkan pada grafik gambar 14.

Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2

c. Observasi

Observer dalam tahap siklus II ini yaitu guru kelas I yang

mengobservasi guru sekaligus sebagai peneliti dalam pelaksanaan

pembelajaran matematika penjumlahan tanpa teknik menyimpan bersusun

panjang dengan menggunakan media realita serta menggunakan alat bantu

penilaian yaitu berupa lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini untuk

mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran dengan menggunakan

media realita yang dilaksanakan oleh guru atau peneliti sehingga dapat

0

5

10

15

20

25

57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98 Jumlah

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Persentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2

Page 86: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

menghasilkan dampak perubahan yang positif pada kemampuan menjumlahkan

matematika siswa kelas I.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan ditujukan kepada

guru yang juga sebagai peneliti yaitu terlampir pada lampiran 7, menunjukkan

bahwa aktivitas dan keaktifan guru atau peneliti sudah masuk dalam kriteria

sangatmemuaskan/sangat aktif dengan rata-rata skor total 3,75. Hal tersebut

bisa dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer. Adanya

peningkatan aktifitas dan keaktifan guru yang juga sebagai peneliti pada

pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan menggunakan media

realita. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 7, dengan penjelasannya yaitu

sebagai berikut, aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor 3 (baik)

yaitu: (1) persiapan pembelajaran, (2) membuka pelajaran, (3) ketepatan waktu

sesuai perencanaan. Sedangkan aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat

skor 4 (sangat baik) yaitu: (1) kejelasan dan sistematika penyampaian materi,

(2)kemampuan penggunaan media, (3) melibatkan siswa dalam pemanfaatan

media, (4) penggunaan berbagai sumber, (5) penuh perhatian kepada siswa,

(6)memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran,

(7)melakukan penilaian proses observasi, (8) melakukan penilaian hasil

belajar/evaluasi, (9) pemberian tindak lanjut. Oleh karena itu jika dilihat secara

umum berdasarkan lampiran 7 aktivitas guru masuk dalam kriteria sangat

memuaskan dengan total skor 3,75.

Dalam tahap ini guru sekaligus sebagai peneliti melaksanakan

observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menggunakan

media realita yang berupa sedotan atau kelereng pada tiap-tiap pertemuan.

Observasi ini ditujukan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran yang

dilaksanakan serta hasil pembelajaran berhitung menjumlahkan.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dan ditujukan

pada aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami

peningkatan.Hal tersebut dapat diketahui dan dilihat dari penjelasan yang

terdapat pada lampiran 8. Untuk penjelasan dari lampiran 8 yaitu keaktifan

siswa yang tergolong cukup hanya satu kegiatan yaitu: aktif mengerjakan tugas

Page 87: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

individu. Sedangkan untuk keaktifan siswa yang tergolong aktif yaitu: (1) aktif

memperhatikan penjelasan dari guru, (2) aktif dalam menggunakan media

realita, (3) aktif menjawab pertanyaan guru, (4) keberanian mengerjakan di

depan kelas.

Setelah terlaksananya tindakan pada siklus II dengan penerapan

penggunaan media realita pada pembelajaran matematika dengan diperoleh

peningkatan aktivitas siswa yang signifikan serta diperoleh data hasil penilaian

kemampuan siswa kelas I SDN Kadireso siklus II yang terdapat pada lampiran

15. Maka berdasarkan lampiran 15 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 7.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan

Kelas I SDN Kadireso Pada Siklus II.

No Interval Frekuensi Persentase Katergori

1 57-63 3 13.04% Sangat Kurang

2 64-70 3 13.04% Kurang

3 71-77 2 8.69% Cukup

4 78-84 1 4.35% Baik

5 85-91 10 43.47% Baik Sekali

6 92-98 4 17.39% Istimewa

Jumlah 23 100%

Rata-rata 80.10

Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan

pada siklus II, maka didapatkan hasil keseluruhan nilai siswa yang diatas 63

yaitu sebagai berikut. Yang memperoleh kategori istimewa sebanyak 4 siswa

(17,39%), siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sebanyak 10 siswa

(43,47%), siswa yang mendapatkan kategori cukup sebanyak 8 siswa (35%),

adapun yang mendapat kategori hampir baik sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa

yang mendapat kategori cukup sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa yang

mendapat kategori kurang sebanyak 3 siswa (13,04%), sedangkan untuk siswa

yang mendapat kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa (13,04). Jadi jumlah

keseluruhan siswa yang memperoleh nilai di atas 63 sebanyak 19 siswa

(82.60%). Data nilai matematika materi penjumlahan siklus II siswa kelas I

SDN Kadireso pada tabel 7 dapat dilihat pada lampiran 15.

Page 88: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

Berdasarkan tabel 7. Data Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan

Siswa Pada Siklus II dapat digambarkan padagarfik gambar 15.

Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan siklus II.

Pelaksanaan pada siklus II ini dicapai nilai siswa yang tuntas yaitu

sebesar 82,60% (19 siswa dari 23 siswa) dengan rata-rata kelas 80,10 tentang

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara panjang. Pada

pertemuan 1 nilai rata-rata kelas diperoleh 77,61 dan pada pertemuan ke 2

diperoleh rata-rata kelas 80,65. Jadi dari kedua pertemuan pada siklus II

diperoleh rata-rata kelas keseluruhan yaitu 80,10.

Pencapaian hasil yang diharapkan adalah tercapainya KKM yaitu 63

atau lebih serta adanya perolehan nilai siswasama atau di atas KKM yaitu 80%

(18 siswa dari 23 tuntas) dengan rata-rata kelas 80 pada materi penjumlahan

bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang.

Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil

tes akan digunakan sebagai bahan masukan untuk menganalisis perkembangan

kemampuan siswa pada penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik

menyimpan dengan cara bersusun panjang.

c. Refleksi

Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan

menggunakan media realita pada siklus II secara umum telah menunjukkan

perubahan yang signifikan, dimana aktivitas ataupun partisipasi siswa yang

telah mengalami peningkatan.Siswa lebih banyak memperhatikan dan aktif

0

5

10

15

57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98

Fre

ku

ensi

Nilai Siswa

Kategori

Persentase

Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II

Page 89: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif dalam penerapan

penggunaan media. Pemahaman pada kemampuan menjumlahkan lebih

meningkat, yang tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara

bersusun panjang siswa. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang

semakin meningkat, suasana kelas juga terasa lebih hidup dan menyenangkan.

Dari analisis hasil tes pada siklus II diketahui bahwa pada pertemuan

ke-1 mencapai nilai rata-rata kelas 77,61 dan siswa yang memperoleh nilai

lebih dari 63 yaitu sebanyak 19 siswa (82,60%) sedangkan siswa yang

memperoleh nilai kurang dari 63 yaitu sebanyak 4siswa (17,39%). Adapun

pada pertemuan ke-2 diperoleh nilai rata-rata kelas yang mencapai 80,65

dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 63 sebanyak 20 siswa

(86,95%), sedangkan untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63

sebanyak 3 siswa (13,04%). Maka dari kedua pertemuan tersebut maka

diperoleh rata-rata kelas 80,10 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas

63 yaitu sebanyak 19 siswa berhasil tuntas atau (82,60%) dari 23 jumlah siswa.

Dari penelitian ini dapat dilihat pembelajaran dikatakan berhasil

apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpan cara panjang mengalami peningkatan. Selain

itu hasil nilai yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaranyang tuntas

mendapatkan nilai di atas KKM 63 sebanyak 82,60% (19 siswa dari 23 siswa)

dengan rata-rata kelas 80,10. Jadi penelitian ini dikatakan berhasil karena telah

mencapai lebih dari target yang ditentukan dalam indikator yaitu siswa yang

tuntas diatas KKM 63 sebanyak 80% (18 siswa dari 23 siswa) serta tercapainya

rata-rata kelas 80.

Atas dasar ketentuan hasil yang telah diperoleh pada masing-masing

pertemuan, maka pembelajaran melalui media realita yang dilaksanakan pada

siklus II dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus

berikutnya.Namun guru masih harus tetap melaksanakan bimbingan belajar

untuk kemampuan siswa yang mendapatkan dibawah rata-rata kelas khususnya

Page 90: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

kepada satu siswa yang berkebutuhan khusus dan melaksanakan pengayaan

untuk siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.

D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat

adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain aktivitas juga

diperoleh peningkatan kemampuan menjumlahkan dengan media realita pada

siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali.

Peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada tabel 8.

Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.

No Aspek yang diamati

Siklus I Siklus II

Skor Skor

1 2 3 1 2 3

1 Aktif memperhatikan

penjelasan guru √

2

Aktif dalam

menggunakan media

realita

√ √

3 Aktif menjawab

pertanyaan guru √ √

4

Keberanian waktu

mengerjakan didepan

kelas

√ √

5 Aktif mengerjakan tugas

individu √ √

Jumlah 8 3 2 12

Total 11 14

Rata-rata 2,2 2,8

Banyak siswa yang

mendapat skor 3 13 7 0 10 13

Persentase 13% 56,5% 30,4% 0% 43,4% 56,5%

Melihat tabel 8 diatas maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I

dan siklus II. Dapat dilihat pada siklus I keaktifan siswa dengan perolehan nilai

rata-rata yaitu 2,2 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang

mencapai 2,8 dengan demikian maka keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah

ada peningkatan kenaikan aktifitas dengan tercapainya nilai rata-rata 2,8.

Page 91: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

Dilihat dari tabel 8 diatas pada siklus I diperoleh 7 siswa (30,4%) dengan

kriteria baik, sedangkan13 siswa (56,5%) dengan kriteria cukup, serta 3 siswa

(13%) dengan kriteria kurang dari rata-rata untuk siklus I. Sedangkan pada siklus

II diperoleh 13 siswa dengan kriteria baik dan 10 siswa dengan kriteria cukup

dengan rata-rata 2,8. Dilihat dari tabel 8, dengan demikian keaktifan siswa dalam

pembelajaran matematika materi penjumlahan sudah ada peningkatan kenaikan.

Setelah dilaksanakan penilaian keaktifan siswa maka keaktifan guru

dalam melaksanakan pembelajaran juga dinilai dan dapat dilihat pada tabel 9.

Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.

No Aspek yang diamati

Hasil Observasi Hasil

Observasi

Siklus I Siklus II

1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan pembelajaran

2 Membuka pelajaran

3 Kejelasan dan sistematika penyampaian materi

4 Kemampuan penggunaan media

5 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media

6 Penggunaan beragai sumber

7 Ketepatan waktu sesuai perencanaan

8 Penuh perhatian kepada siswa

9 Memantau kemajuan siswa belajar selama

proses pembelajaran

10 Melakukan penilaian proses observasi

11 Melakukan penilaian hasil belajar/evaluasi

12 Pemberian tindak lanjut

Jumlah skor 6 18 12 9 36

Total skor 36 45

Rata-rata skor (Total skor : 12) 3,0 3,75

Dilihat dari tabel 9 maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I

dan siklus II. Pada siklus I keaktifan guru dengan perolehan nilai rata-rata yaitu

3.0 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang mencapai 3,75. Oleh

karena demikian maka keaktifan dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru

sudah ada peningkatan yaitu keaktifan siswa dengan tercapainya nilai rata-rata

3,75.

Page 92: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

Dari tabel 8 dan 9, maka dapat diketahui peningkatan aktifitas siswa dan

guru dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:

a. Peningkatan aktifitas siswa:

1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.

2. Siswa aktif dalam menggunakan media realita.

3. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.

4. Keberanian mengerjakan didepan kelas.

Aktifitas siswa yang belum meningkat adalah: mengerjakan tugas

individu.

b. Peningkatan aktifitas guru:

1. Persiapan guru sebelum pembelajaran.

2. Kejelasan dan sistematika guru dalam penyampaian materi.

3. Kemampuan guru dalam menggunakan media.

4. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.

5. Guru lebih aktif menggunakan berbagai sumber.

6. Pemberian perhatian yang dilakukan guru dalam pembelajaran.

7. Guru memantau kemajuan belajarsiswaselama proses pembelajaran.

8. Guru melakukan penilaian observasi.

9. Guru melakukan penilaian hasil belajar /evaluasi.

10. Pemberian tindak lanjut yang diberikan oleh guru.

Aktivfitas guru yang belum meningkat adalah; (1) membuka pelajaran,

(2) ketepatan waktu sesuai dengan perencanaaan.

Dari lampiran 6 dan 8 serta tabel 8 diatas, maka dapat diketahui

peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran yaitu antara lain:

c. Peningkatan aktivitas siswa:

1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.

2. Siswa aktif dalam menggunakan media realita.

3. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.

4. Keberanian siswa untuk dalam mengerjakan di depan kelas.

Peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I dapat dilihat

dengan adanya peningkatan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 63

Page 93: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

serta tercapainya rata-rata kelas 80 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel

frekuensi nilai kemampuan menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso sebelum

tindakan, sesudah tindakan siklus I, dan sesudah tindakan siklus II.

Secara lebih rinci perkembangan kemampuan menjumlahkan siswa kelas

I SDN Kadireso dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10.

Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum, Sesudah Tindakan Siklus I

dan Siklus II.

No Materi

Rata-rata Nilai Kelas Rata-rata Ketuntasan (%)

Sebelum Siklus

I

Siklus

II Sebelum

Siklus

I

Siklus

II

1 Penjumlahan

bilangan tanpa

teknik menyimpan

dengan cara

bersusun pendek

dan panjang

53.69 63.80 80.10 34.78 65.21 78.26

Berdasarkan tabel 10, dapat dibuat nilai sebelum tindakan, siklus I, siklus II

sebagai berikut:

Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II.

0

20

40

60

80

100

Sebelum Siklus I Siklus II

Rata-rata Nilai Kelas

Rata

-rata

Kondisi

53.69 63.80 80.10

Page 94: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

Gambar 17. Grafik Rata-rataKetuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I,

dan Siklus II

Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan

menggunakan media realita yang dilaksanakan oleh peneliti sudah

memperlihatkan peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa pada bilangan dua

angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan panjang. Hal ini secara

klasikal dibuktikan dari perolehan rata-rata nilai kelas sebelumtindakan yang

semula 53 dengan rata-rata ketuntasan sebesar (35%), sesudah diadakan tindakan

siklus I diperolehpeningkatan rata-rata nilai kelasyaitu 63,80 dengan rata-rata

ketuntasan sebesar (65%), kemudian tindakanpada siklus siklus II diperoleh

peningkatan lagipada rata-rata nilai kelas yaitu 80 dengan rata-rata ketuntasan

sebesar (78%).

Hambatan-hambatan yang ditemui pada penelitian ini, diantaranya:

hambatan yang dijumpai yakni siswa belum familier atau belum pernah diajarkan

dalam pembelajaran menggunakan media realita yang mungkin ada disekitarnya

serta cara penggunaan media realita dalam hal ini menggunakan sedotan untuk

materi penjumlahan bilangan dua angka. Selain itu materi itu merupakan materi

yang baru untuk siswa kelas I jadi perlu adanya penerapan pembelajaran yang

menyenangkan dan membuat tertarik siswa.

Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan, maka

dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I

SDN Kadireso dapat dilakukan melalui media realita. Hal ini nampak jelas dengan

0

20

40

60

80

Sebelum Siklus I Siklus II

Rata-rata Ketuntasan

Rata

-rata

Kondisi

35%

65% 78%

Page 95: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

adanya peningkatan aktifitas siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada

setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.

Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran

dengan menggunakan media realita dapat meningkatkan kemampuan

menjumlahkan pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dan

sekolah-sekolah dasar pada umumnya.

Page 96: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan

dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran

matematika materi penjumlahan dua angka bilangan bulat dengan menggunakan

media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dapat dibuat

kesimpulan sebagai berikut:

Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya

peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat tanpa teknik

menyimpan dengan ditandai meningkatnya hasil belajar matematika untuk materi

penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara

pendek dan cara panjang yang nilai rata-rata siswa mencapai 63,80 dengan

persentase siswa yang mencapai nilai diatas 63 adalah sebanyak 65,21%

(15siswa). Akan tetapi untuk materi menjumlahkan dua angka bilangan bulat

tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang nilai rata-rata baru mencapai 61,52

dengan persentase siswa perolehan nilai siswa yang diatas 63 sebanyak 56,52%

(13 siswa) sehingga untuk materi penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa

teknik menyimpan dengan cara panjang harus diulang pada siklus II. Hasil pada

siklus II telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, semula nilai rata-rata

pada siklus I yaitu 63,80 dengan persentase 15 siswa yang mendapat nilai di atas

63 hanya (65,21%), sedangkan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 80,10

dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 63 yaitu sebanyak 19

siswa (82,60%).

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2

siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan

2 kali pertemuan pada siklus II tersebut diatas, artinya bahwa ternyata dengan

menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media realita dalam

pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dua

angka bilangan bulat siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I

Page 97: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

SDN Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam hal ini

media realita yang digunakan berupa sedotan atau kelereng dengan cara warna

yang berbeda yang fungsinya untuk membedakan antara puluhan dan satuan baik

untuk penjumlahan bersusun pendek maupun bersusun panjang. Dengan demikian

pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita dapat dilaksanakan

untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran matematika di kelas I sehingga

kemampuan berhitung siswa dapat meningkat.

B. Implikasi

Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan

pada pembelajaran dengan penggunaan media realita dalam pembelajaran

matematika. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model

siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Siklus I

dilaksanakan selama 2(dua) minggu untuk mengulang satu materi penjumlahan

dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan

panjang, sedangkan untuk siklus II dilaksanakan selama dua minggu juga untuk

mengulang satu materi yaitu penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik

menyimpan dengan cara panjang yang belum berhasil pada siklus I.

Dalam setiap tindakan atau siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan

kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan

refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.

Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu

perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang

dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat

meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis

perkembangan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus

pertama sampai kedua.

Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti

yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk

membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu

perlu penelitian lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan

Page 98: PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN DUA ANGKA …eprints.uns.ac.id/6106/1/209421111201107001.pdf · II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media

realita pada hakikatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang

menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi maslah

peningkatan kemampuan berhitung siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh

sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran

matematika dengan menggunakan media realita harus diatasi semaksimal

mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

C. SARAN

Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai uraian penutup skripsi ini

antara lain:

1. Bagi Guru

Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan

menggunakan media realita dalam pembelajaran matematika pada materi

penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun

pendek dan panjang pada Sekolah Dasar (SD).

2. Bagi Siswa

Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan

penggunaan media realita dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan

guru serta meningkatkan usaha belajar sehingga kemampuan menjumlahkan

pada pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.

3. Bagi Sekolah

Peneliti menyarankan penyediaan media realita sebagai media

alternatif materi penjumlahan pada pembelajaran matematika di Sekolah

Dasar (SD).