Upload
others
View
13
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN
DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA
REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
UTORO WAHYU SANTOSA
X7109118
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENINGKATAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN
DUA ANGKA BILANGAN BULAT MELALUI MEDIA
REALITA PADA SISWA KELAS I SD NEGERI KADIRESO
KABUPATEN BOYOLALI TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh :
UTORO WAHYU SANTOSA
NIM. X7109118
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Mendapatkan Gelar Sarjana
Pendidikan Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Peningkatan Kemampuan
Menjumlahkan Dua Angka Bilangan Bulat Melalui Media Realita Pada
Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran
2010/2011. Skipsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Sebelas Maret Surakarta: Maret 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
menjumlahkan melalui media realita kelas I SD Negeri Kadireso Kecamatan
Teras Kabupaten Boyolali.
Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, sedangkan variable tindakan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita.
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
selama 2 siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu: perencanaan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas I
SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali yang berjumlah 23
siswa. Variabel yang menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas
ini adalah peningkatan kemampuan menjumlahkan, dan variabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penggunaan media realita. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara observasi, tes, dokumen. Teknik analisis data yang
digunakan adalah model analisis dan interaktif yang mempunyai tiga buah
komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tindakan kelas pada
siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan menjumlahkan ditandai
meningkatnya kemampuan pada materi menjumlahkan cara pendek diperoleh
rata-rata kelas 66,08 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di atas KKM
63 sebanyak 15 siswa (65.08%), sedangkan untuk kemampuan menjumlahkan
cara panjang diperoleh rata-rata kelas 61,52 dengan persentase siswa yang
mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52). Untuk materi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun
panjang diperoleh rata-rata kelas 66.08 dengan persentase siswa yang mendapat
nilai di atas KKM 63 sebanyak 15 siswa (65,21%). Untuk materi penjumlahan
cara panjang diulang pada siklus II dan menunjukkan adanya peningkatan yang
cukup berarti, yang semula rata-rata kelas 77,60 dengan persentase siswa yang
mendapat nilai di atas KKM 63 sebanyak 19 siswa (82,60), dan pada akhir siklus
II mencapai rata-rata kelas 80,65 dengan persentase siswa yang mendapat nilai di
atas KKM 63 sebanyak 20 siswa (86,95). Dengan demikian, dapat diajukan suatu
rekomendasi bahwa pembelajaran matematika materi penjumlahan bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpan melalui media realita dapat meningkatkan
kemampuan siswa kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali tahun ajaran
2010/2011.
Kata Kunci : Hasil Belajar, Media Realita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Utoro Wahyu Santosa. NIM X7109118. Increasing Ability of Two Round
Number Through the Reality Media in Elementary School Students Class I
Kadireso Boyolali District School Year 2010/2011. Skipsi, Surakarta: Faculty of
Teacher Training and Education, Sebelas Maret University: March 2011.
The purpose of this research is to improve the ability of adding up through
the the media reality of grade Teras Elementary School District Kadireso
Boyolali district.
The variables that become the changes targeted in this classroom action
research to increas the ability to add, while the variable action that used in this
research is the use of reality media.
The form of this classroom action research that held by using 2 cycles. Each
cycle consists of four stages. They are: planning, implementation of the action,
observation, and reflection. As a research subjects are the students class I
Kadireso Sub Terrace Elementary School District Boyolali which consist of 23
students. Variable as a target of changement in the classroom action research is
substraction, and variable this research is using real media. The data collection is
held by observation, test, document. The data analysis techniques that used are
analytical and interactive model which have three components, they are data
reduction, data presentation, and conclusion or verification.
According on the results, concluded that a class action in the cycle I
showed an increase in the ability to add up that marked by the increasing ability of
the sum material adding up by short compound way obtained by a class average
66.08 with the students percentage that receive who score above KKM 63 were 15
students (65.08%), the sum of material for the ability to add up with a long
compound way the average grade obtained by 61.52 with the students percentage
who score above KKM 63 were 13 students (56.52). the sum of material for two
digit numbers without saving techniques with a long compound way obtained by
a class average of 66.08 with a percentage grade students who scored above
KKM 63 were 15 students (65.21%). For the sum of material that used long
compound way repeated in the second cycles and indicate a significant
improvement that valuable, which the original value an average grade 77.60 with
the students percentage who scored above the KKM 63 of 19 students (82.60),
and at the end of the second cycle reached an average of 80.65 with a percentage
grade students who scored above KKM 63 by 20 students (86.95). so, it can be put
forward a recommendation that the sum learning of mathematics material of two
digit numbers without saving techniques through the reality medium can
improving the students ability of class I Elementary School District Kadireso
Boyolali academic year 2010/2011.
Keyword: Increasing Of Ability, Reality Medium
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
’’Man jadda wa jadda’’
Barang siapa bersungguh-sungguh pasti akan berhasil
(Pepatah Bangsa Arab)
Ujian bagi seseorang yang sukses bukanlah pada kemampuannya untuk
mencegah munculnya masalah, tetapi pada waktu menghadapi dan cara
menyelesaikan setiap kesulitan saat masalah terjadi
(David J. Schartz)
’’Dadio uwong kang koyo blarak aji’’
(Pepatah Jawa)
’’Tan sopo seneng mlaku bakalan tinemu’’
’’Tan sopo seneng melek bakalan pikolek’’
’’Tan sopo seneng luwih bakalan linuwih’’
(Penulis)
Keinginan dan harapan tidak mungkin dapat tercapai tanpa ada usaha dan
doa
(Penulis)
Mudahlah tersenyum dalam segalanya karena dengan senyuman niscaya
akan membuka rejeki dan mempermudah urusan kita.
(Penulis)
“Tak ada perjuangan yang tanpa hasil”
(Penulis)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
PERSEMBAHAN
Dengan segenap hati yang terdalam, karya ini saya persembahkan kepada:
1. Ayah, Ibu, dan adik-adik tercinta.
2. Keluarga dan saudara-saudaraku tercinta.
3. Keluarga besar SD Negeri Kadireso Kecamatan Teras Boyolali.
4. Teman – teman di PGSD.
5. Orang-orang terdekatku yang aku sayangi.
6. Almamaterku.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya
sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan Melalui
Media Realita Pada Siswa Kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun
Ajaran 2010/2011ini diajukan untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar
sarjana.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak akan berhasil
tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam
penyusunan skripsi ini. Banyak hambatan dalam penulisan skripsi ini, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak maka hambatan ini dapat diatasi. Oleh sebab
itu pada kesempatan yang baik ini diucapkan terimakasih yang tulus kepada :
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. KRT. Rusdiana Indianto, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. Hadi Mulyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD dan Drs.
Hasan Mahfud, M.Pd. selaku Sekretaris Program StudiPGSD Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Dra. Lies Lestari, M.Pd. selaku Pembimbing I dan Dra. Rukayah, M.Hum.
selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan
dalam penyusunan Skripsi ini.
5. Sri Widati, S.Pd selaku Kepala Sekolah dan Bapak/Ibu Guru SD Negeri
Kadireso Teras kabupaten Boyolali yang telah memberikan ijin penelitian.
6. Berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini yang tidak
dapat penulis sebutkan satu – persatu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
Disadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat diharapkan.
Semoga penelitian ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan dapat
menjadi bahan bacaan yang menarik dan mudah dipahami.
Surakarta, Juni 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i
HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iv
ABSTRAK .......................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………..xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................ 5
C. Pembatasan Masalah ............................................................................... 5
D. Rumusan Masalah ................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian .................................................................................... 6
F. Manfaat Penelitian .................................................................................. 6
BAB II LANDASAN TEORI ............................................................................ 8
A. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 8
1. Tinjauan tentang penjumlahan dalam matematika ............................ 8
2. Tinjauan tentang media realita ........................................................ 31
B. Penelitian Yang Relevan ....................................................................... 34
C. Kerangka Berfikir.................................................................................. 35
D. Hipotesis ................................................................................................ 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.......................................................... 37
A. TempatdanWaktu Penelitian ................................................................. 37
B. Bentukdan Strategi Pelaksanaan Penelitian .......................................... 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. SubjekPenelitian .................................................................................... 39
D. Sumber Data .......................................................................................... 39
E. TeknikPengumpulan Data ..................................................................... 39
F. Validitas Data ........................................................................................ 41
G. Anilis Data ............................................................................................ 42
H. Indikator Kinerja ................................................................................... 44
I. ProsedurPenelitian................................................................................. 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .................................. 50
A. Deskripsi Tempat Penelitian .................................................................. 50
B. Deskripsi Kondisi Awal ………………………………………………51
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ……………………………………..53
1. Pelaksanaan Siklus I………………………………………………53
2. Pelaksanaan Siklus II ........................................................................ 65
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ............................................. 75
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN .......................................... 81
A. Simpulan ............................................................................................... 81
B. Implikasi ................................................................................................ 82
C. Saran ...................................................................................................... 83
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 84
LAMPIRAN ...................................................................................................... 87
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berfikir ............................................................. 36
Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral ....................................................... 38
Gambar 3. Model Analisis Interaktif ............................................................. 43
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas ................................................... 49
Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan ................................... 52
Gambar 6. Operasi penjumlahan cara bersusun pendek ................................ 54
Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I Pertemuan 1 ........................... 56
Gambar 8. Operasi penjumlahan cara bersusun panjang ............................... 57
Gambar 9. Grafik Nilai Tes Kognitif Siklus I pertemuan 2 ........................... 58
Gambar10. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I ................ 61
Gambar11. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ............................. 66
Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan
Siklus II Pertemuan 1 .................................................................. 67
Gambar13. Operasi Penjumlahan Cara Bersusun Panjang ............................ 69
Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan
Siklus II Pertemuan 2…………………………………….........70
Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahan
Siklus II....................................................................................... 73
Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II ................................................................... 78
Gambar 17. Grafik Rata-rata Ketuntasan Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II ................................................................... 79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Kondisi Awal
Sebelum Tindakan ............................................................................ 52
Tabel2. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I
Pertemuan 1 ...................................................................................... 55
Tabel 3. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus I
Pertemuan 2 ………………………...................................................58
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa
Pada Siklus I ………………………………………………………60
Tabel 5. Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada
Siklus I Pertemuan Ke-1 …………………………………………..67
Tabel 6. Daftar Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa Pada
Siklus I Pertemuan Ke-2 …………………………………………..70
Tabel 7. Data Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siswa
Pada Siklus II ................................................ ………………………72
Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……...75
Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II ……….76
Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum Tindakan,
Siklus I dan Siklus II ……………………………………………...78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Jadwal Waktu Penelitian ………………………………………87
Lampiran 2. Silabus ..................................................................................... . 88
Lampiran 3. RPP Siklus I ............................................................................... 91
Lampiran 4. RPP Siklus II ........................................................................... 106
Lampiran 5. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus I.............................. 119
Lampiran 6. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ............................ 124
Lampiran 7. Lembar Observasi Aktivitas Guru Siklus II ............................ 127
Lampiran 8. Lembar Observasi Aktivitas Siswa Siklus II ........................... 132
Lampiran 9. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan
Dua Angka Sebelum Tindakan ................................................ 135
Lampiran 10. Nilai Penjumlahan Bersusun Pendek Siklus I
Pertemuan 1 …………………………………………………136
Lampiran 11. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus I
Pertemuan 2 …………………………………………………137
Lampiran 12. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan
Dua Angka Siklus I................................................................. 138
Lampiran 13. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II
Pertemuan 1 …………………………………………….......139
Lampiran 14. Nilai Penjumlahan Bersusun Panjang Siklus II
Pertemuan 2 ………………………………………………...140
Lampiran 15. Rekapitulasi Nilai Materi Penjumlahan Bilangan
Dua Angka Siklus II ............................................................... 141
Lampiran 16. Gambar Media Realita ............................................................. 142
Lampiran 17. Foto Kegiatan Pembelajaran Penelitian................................... 143
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai dari
sakolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berfikir logis,
analisis, sistimatis, kritis dan kreatif serta berkemampuan bekerja sama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemapuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti dan kompetitif.
Johnson dan Rising dalam Ruseffeandi (1994: 28) mengemukakan
matematika adalah pola berpikir, pola mengorganisasi pembuktian yang
logis, matematika itu adalah bahasa akurat dengan simbol yang padat
lebih berupa bahasa simbol mengenai arti dari dari bunyi; matematika
adalah pengetahuan struktur yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori
dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang didefinisikan,
aksioma-aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya;
matematika adalah ilmu tentang pola, keteraturan pola atau
ide;matematika adalah seni, keindahannya terdapat pada keturunan dan
keharmonisan. Sedangkan Kline dalam Ruseffendi (1994: 28)
mengemukakan secara simpel matematika diartikan sebagai telaahan
tentang pola dan hubungan suatu jalan atau pola pikir, suatu seni, suatu
bahasa dan suatu alat, karenanya matematika bukan penegtahuan yang
sendiri, tetapi keberadaannya untuk membantu manusia dalam
memahami dam menguasai permasalahan sosial, ekonomi dan alam.
Adapun Reys dkk dalam Ruseffendi (1994: 28) adapun mengatakan
bahwa matematika adalah telaah tentang pola dan hubungan, suatu jalan
atau pola berpikir, suatu seni, suatu bahasa dan suatu alat.
Potret pendidikan sekolah di Indonesia masih menyedihkan bila dilihat
dari prestasinya. Meskipun banyak dari peserta didiknya yang menjurai berbagai
lomba tingkat nasional maupun internasional dibidang kecakapan akademik dan
lain-lain. Hal tersebut tidak seluruhnya mencerminkan keberhasilan pendidikan
disekolah pada umumnya. Pelaksanaan pendidikan di sekolah pada umumnya
masih banyak kekurangan disana sini dalam rangka mewujud kantujuan
pendidikan sekolah sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang.
Pendidikan diartikan sebagai proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang atau kelompok dalam usaha mendewasakan manusia melalaui proses
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
pengajaran dan pelatihan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, menyebutkan “Pendidikan adalah
upaya sadar yang diarahkan untuk mempersiapakan peserta didik melalui kegiatan
pengajaran bimbingan atau latihan bagi peranannya di mas yang akan datang”.
Sedang pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanal menyebutkan “Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan susana belajar dan proses
pembelajaran agar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekutan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya,
masyarakat dan bangsa”.
Masalah sampai saat ini banyak siswa mengalami kesulitan dalam
menerima pelajaran matematika. Materi pelajaran matematika tentang berhitung
penjumlahan, menurut anggapan sebagian siswa, memiliki tingkat kesukaran lebih
tinggi dan menjadi momok dibandingkan dengan pelajaran-pelajaran lainnya
karena nilai pelajaran matematika lebih rendah dibanding nilai mata pelajaran
lain(IPA, PKn, Bahasa Indonesia, IPS).Secara umum kenyataan ini dapat dilihat
dari nilairapor semester I pada mata pelajaran matematika masih rendah di
banding mata pelajaran yang lain.
Berdasarkan observasi awal penyebab rendahnya nilai ulangan
matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali yaitu guru dalam
pembelajaran masih dengan metode ceramah dan belum menggunakan media
dalam pembelajaran dengan maksimal. Guru lebih sering menggunakan metode
ceramah lebih banyak dari pada melaksanakan praktek langsung menggunakan
media dengansiswa. Jadi siswa tidak bisa menerima pelajaran yang disampaikan
oleh guru. Perkembangan siswa usia sekolah dasar pada hakikatnya lebih mudah
menerima materi yang disampaikan melalui media realita benda konkret dari pada
ceramah.
Data menunjukkan dari sejumlah 23 siswa pada semester I tahun ajaran
2010/2011 siswa kelas I di SDN Kadireso Boyolali menunjukan adanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
kekurangmampuan penguasaan kompetensi dasar melakukan penjumlahan
bilangan dua angka tidak baik, artinya penguasaan pada kompetensi tersebut yang
menjadi dasar syarat penguasaan kompetensi dasar berikut tidak tuntas dikuasai
oleh siswa kelas I, data dari 23 siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63
ke atas hanya 8 siswa (35%), sedangkan yang lain yaitu sebanyak 15 siswa (65%)
belum tuntas dengan nilai rata-rata 52, sedangkan KKM 63.
Sebagai seorang guru tentunya sudah memahami betul bahwa untuk
mencapai tujuan pendidikan nasional sebagaimana diamanatkan oleh UU No 20
Tahun 2003, bukanlahhal yang mudah. Belum lagi guru dihadapkan pada
permasalahan baru dengan adanya Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan yang
lebih dikenal dengan KTSP, pada kurikulum tersebut guru dituntut harus bisa
menyusun sendiri kurikulum tersebut agar dapat dilaksanakan pada sekolah yang
menjadi tempatnya tersendiri.
Dalam pencapaian tujuan belajar tersebut guru sebagai pengajar harus
mengutamakan tercapainya tujuan-tujuan dari pembelajaran matematika dan
mewujudkan perkembangan kepribadian siswa.Gurubertugasmembimbingsiswa
agar siswa memiliki pengetahuan dan paham akan nilai dalam pendidikan
matematika, melaksanakan proses matematika, serta menumbuhkan rasa senang
dan cinta akan belajar matematika di kalangan siswa, sebab selama ini dalam
berbagai penelitian menunjukkan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran
yang sulit serta tidak disukai oleh para siswa.
Penjumlahan adalah salah satu materi pokok dalam mata pelajaran
matematika karena penjumlahan merupakan dasar untuk mempelajari materi lain
seperti perkalian dan pembagian. Maka siswa menguasai penjumlahan dengan
baik. Rendahnya kemampuan siswa di SDN Kadireso dalam menguasai materi
penjumlahan akan menghambat siswa dalam belajarnya kelak. Oleh sebab itulah
guru harus berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai
materi berhitung.
Tidak sedikit guru yang beranggapan bahwa pola pikir siswa terutama
siswa kelas I sekolah dasar sama dengan pola pikir guru, sehingga banyak guru
menganggap bahwa apa yang dijelaskan di depan kelas dapat dipahami dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
baik oleh siswa. Padahal anggapan itu tidak selalu benar dan dapat menyesatkan
guru. Sesuai dengan teori belajar Bruner, pembelajaran matematika di sekolah
dasar terutama di kelas rendah sangat memerlukan benda konkrit atau nyata
(realita) yang dapat diamati dan dipegang langsung oleh siswa ketika melakukan
aktivitas belajar. Oleh karena itu, peranan media dalam pembelajaran sangat
membantu dalam proses pembelajaran matematika di sekolah dasar tidak boleh
dilupakan.
Media sebagai alat bantu yang dalam proses belajar mengajar merupakan
suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri karena dapat menjembatani konsep
abstrak matematika dengan dunia nyata. Dengan begitu siswa lebih mudah dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru. Guru dalam mengajarkan
penjumlahan harus menggunakan media. Salah satu media yang digunakan oleh
guru adalah media realita yang ada disekitar, biasa siswa lihat dan
menggunakannya dengan begitu punya daya tarik untuk siswa terutama kelas I.
Media realita kurang mendapat perhatian dari para guru matematika,
media realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya tanpa
perubahan. Sebagian besar dari mereka enggan menggunakan media realita
sebagai salah satu alat bantu mengajar materi penjumlahan, hal ini mungkin
disebabkan oleh keterbatasan pengadaan media realita matematika yang ada.
Padahal media pembelajaran sangat membantu dalam proses penyampaian materi
dalam pembelajaran termasuk media realita dalam penelitian ini sangat membantu
siswa dalam menjumlahkan karena siswa dapat langsung menerapkan untuk
menghitung penjumlahan.Meskipun media telah tersedia di sekolah-sekolah,
tetapi kenyataannya media realita ini jarang sekali digunakan dalam pembelajaran
matematika. Hal ini disebabakan oleh sangat terbatasnya ketrampilan guru dalam
mengoperasionalkan atau keinginan mendayagunakannya yang relatif rendah.
Padahal untuk siswa kelas I tidak lepas dari yang namanya sesuatu yang pasti
dapat dilihat, dipegang dan nyata. Hal itu yang kadang tanpa disadari tidak
diterapkan oleh guru sebagai pendidik. Masalah ini bukan hanya terjadi pada salah
satu lembaga pendidikan, tetapi hampir terjadi di semua lembaga pendidikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
khususnya lembaga-lembaga di bawah naungan Depdiknas, termasuk di SDN
Kadireso Boyolali.
Dengan keadaan tersebut, nampak bahwa ada permasalahan dalam
penggunaan dan pemanfaatan media realita dalam pembelajaran matematika yang
belum maksimal dalam pemaikaiannya. Secara fungsional, pembelajaran
matematika akan lebih efektif manakala media realita dimanfaatkan, namun
kenyataannya media sulit diadakan atau tidak dioperasionalkan dengan baik,
sehingga media yang ada tidak memberikan hasil yang optimal.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka peneliti merasa tertarik
untuk melakukan penelitian tentang masalah-masalah yang berhubungan dengan
media pembelajaran matematika, khususnya media realita. Adapun judul yang
diangkat dalam penelitian ini adalah “Peningkatan Kemampuan Menjumlahkan
DuaAngkaBilanganBulatMelalui Media Realita Pada Siswa Kelas ISDNKadireso
Boyolali Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diindetifikasi beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Guru dalam pembelajaran belum menggunakan media dalam pembelajaran
matematika.
2. Rendahnya kemampuan siswa dalam menghitung penjumlahan.
3. Sebagian besar siswa beranggapan bahwa mata pelajaran matematika sulit.
4. Guru dalam melaksanakan pembelajaran masih secara konvensional ceramah.
5. Siswa kurang tertarik memperhatikan penjelasan guru dan ramai sendiri.
6. Siswa belum memahami tentang cara menjumlahkan dua angka bilangan bulat.
7. Rendahnya hasil belajar siswa.
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu penelitian ini dibatasi pada:
1. Peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
2. Penggunaan media realita dalam pembelajaran penjumlahan dua angka
bilangan bulat.
D. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah
melalui media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan
duaangkabilanganbulatpada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali tahun ajaran
2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menjumlahkan
melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali.
Penelitian ini dilaksanakan bertujuan untuk: Meningkatkan kemampuan
menjumlahkan dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso
melalui media realita.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a. Manfaat teoritis dari penelitian ini sebagai acuan peneliti lain dalam
menyusun karya ilmiah (PTK) yang melaksanakan penelitian serupa.
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan
pemikiran pada dunia pendidikan khususnya pembelajaran matematika.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1) Dapat meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar.
2) Memudahkan guru dalam menyampaikan pelajaran karena
menggunakan media pembelajaran.
3) Kesulitan materi yang disampaikan oleh guru kepada siswa dapat
disederhanakan melaui media realita.
b. Bagi Siswa
1) Meningkatnya kemampuan siswa kelas I dalam menjumlahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
2) Lebih memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran karena
menggunakan media pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Memberikan masukan dalam pembelajaran matematika penjumlahan
kelas I SD.
2) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.
3) Menjadikan pembelajaran yang menyenangkan di sekolah.
4) Menciptakan pembelajaran yang menyenangkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
BAB II
PENDAHULUAN
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan tentang Matematika
a. Hakikat Matematika
Mata pelajaran adalah kumpulan bahan kajian dan pelajaran tentang
bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu
sama lain, sehingga dapat meningkatkan ketajaman penalaran siswa untuk
menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dan kemampuan
berkomunikasi dengan menggunakan bilangan dan simbol-simbol serta lebih
mengembangkan sikap logis, kritis, cermat, disiplin dan menghargai kegunaan
matematika.
Matematika adalah terjemahan dari Mathematic. Namun arti atau
definisi yang tepat dari matematika tidak dapat diterapkan secara eksak (pasti)
dan singkat. Definisi dari matematika makin lama makin sukar untuk dibuat,
karena cabang-cabang matematika makin lama makin bertambah dan makin
bercampur satu sama lain.
Adapun pendapat dari Herman Hudojo mengatakan bahwa
matematika merupakanide-ide abstrak yang diberi simbol-simbol itu tersusun
secara hirarki dan penalaran deduktif, sehingga belajar matematika itu
merupakan kegiatan mental yang tinggi.
(http://muttaqinhasyim.wordpress.com/2009/06/14/tujuan-pembelajaran
matematika)
Menurut Kline dalam Mulyono Abdurahman (2003: 252) matematika
disamping sebagai bahasa simbolis dan ciri utamanya adalah penggunaan cara
bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara bernalar induktif. Pendapat
lain dari James dan Jame dalam Ruseffendi (1994; 27) dalam kamus
matematika mengatakan bahwa matematika adalah ilmu tentang logika
mengenai bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep yang saling
berhubungan satu sama lainnya dengan jumlah yang banyaknya terbagi ke
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri. Sedangkan menurut
Bruner dalam Nyimas Aisyah, dkk (2007: 1-5) bahwa “belajar matematika
adalah belajar mengenai komsep-konsep dan struktur-struktur matematika yang
terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan
antara konsep-konsep dan struktur matematika itu”. Adapun menurut Reys
dalam Endah Murniati (2008: 46) mengatakan matematika adalah telaah
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa dan suatu alat. Suatu pendapat lain dari Reys dkk dalam Ruseffendi
(1994; 28) dalam bukunya mengatakan bahwa matematika adalah telaahan
tentang pola dan hubungan, suatu jalan atau pola berpikir, suatu seni, suatu
bahasa dan suatu alat.
Pendapat dari Aims dan Scope dalam jurnal internasional
berpendapat. “In the international journal of mathematics, arithmetic or
mathematics is a purely formal science that has an inverse relationship
between addition, pangurangan, and multiplication and division as well as
having important implications in relation to the flexible and efficient in
computation and for the assessment of students' conceptual understanding”.
Dalam jurnal internasional matematika, aritmatika atau matematika merupakan
ilmu murni formal yang mempunyai hubungan terbalik antara penambahan,
pangurangan, dan perkalian dan pembagian serta memiliki implikasi penting
dalam kaitannya dengan fleksibel dan efisien dalam perhitungan dan untuk
penilaian konseptual siswa dalam pemahaman.
(http://www.tandf.co.uk/journals/pdf/TMES_virtualissue.pdf).
Berdasarkan beberapa definisi di atas maka peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah ilmu logika
bentuk, susunan, besaran dan konsep dengan cara bernalar deduktif dan
induktif. Merupakan juga bahasa akurat dengan simbol, toeri deduktif,
aksioma, sebagai alat bantu deduktif yang jelaskebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Karakteristik Matematika
Menurut Sumardyono (2004: 31) karakteristik umum matematika di
antaranya sebagai berikut:
1) Memiliki objek kajian yang abstrak
Matematika memiliki objek kajian yang bersifat abstrak, walaupun tidak
setiap objek abstrak adalah matematika.Sementara beberapa matematikawan
menganggap objek matematika itu “konkret” dalam pikiran mereka, maka
kita dapat menyebut objek matematika secara lebih tepat sebagai objek
mental atau pikiran.Ada empat objek kajian matematika, yaitu fakta, operasi
(relasi), konsep dan prinsip.
2) Bertumpu pada kesepakatan
Simbol-simbol dan istilah-istilah dalam matematika merupakan kesepakatan
atau konvensi yang penting. Dengan simbol dan istilah yang telah disepakati
dalam matematika maka pembahasan selanjutnya akan menjadi mudah
dilakukan dan dikomunikasikan.
3) Berpola Pikir yang Deduktif
Dalam matematika hanya diterima pola pikir yang deduktif. Pola pikir
deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran yang berpangkal dari
hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal yang bersifat
khusus.
4) Konsisten dalam Sistemnya
Dalam matematika terdapat berbagai sistem yang dibentuk dari beberapa
aksioma dan memuat beberapa teorema. Ada sistem-sistem yang berkaitan
ada pula sistem-sistem yang dapat dipandang lepas satu dengan lainnya.
5) Memiliki simbol yang kosong dari arti
Di dalam matematika banyak sekali terdapat simbol yang berupa huruf Latin,
huruf Yunani,maupun simbol-simbol khusus lainnya. Simbol-simbol tersebut
membentuk kalimat dalam matematika yang biasanya disebut model
matematika. Model matematika dapat berupa persamaan, pertidaksamaan
maupun fungsi.Selain itu ada pula model matematika yang berupa gambar
seperti bangun-bangun geometrik, grafik, maupun diagram.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
6) Memperhatikan Semesta Pembicaraan
Sehubungan dengan kosongnya arti dari simbol-simbol matematika, maka
bila kita menggunakannya kita seharusnya memperhatikan pula lingkup
pembicaraannya.Lingkup atau sering disebut semesta pembicaraan bisa
sempit bisa juga luas.Bila kita berbicara tentang bilangan-bilangan, maka
simbol-simbol tersebut menunjukkan bilangan-bilangan pula.
Adapun menurut Chilmiy dalam (htttp://matematika-mania.blogspot.
com), karakteristik matematika meliputi: (1) kemampuan mengerti konsep dan
istilah matematika; (2) kemapuan untuk mencatat kesamaan, perbedaaan dan
analogi; (3) kemampuan untuk mengidentifikasi elemen terpenting dan
memilih prosedur yang benar; (4) kemempuan untuk mengetahui hal yang
tidak berkaitan; (5) kemampuan untuk menaksir dan menganalisis; (6)
kemampuan untuk memvisualisasi dana menginterpretasi kuatitas atau ruang;
(7) kemempuan untuk memperumum berdasarkan beberapa contoh; (8)
kemampuan untuk berganti metode yang telah diketahui; (9) mempunyai
keberanian diri yang cukup dan merasa senang terhadap materinya.
Adapun beberapa karakteristik matematika menurut R. Soedjadi
(2000: 13) adalah:(1) memiliki objek kajian abstrak; (2) bertumpu pada
kesempatan; (3) berpola pikir deduktif; (4) memiliki simbol yang kosong dari
arti; (5) memperhatikan semesta pembicaraan; (6) konsisten dalam sistemnya.
Adapun menurut Depdikbud (1993: 1) matematika memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (1) memiliki objek kajian yang abstrak, (2) memiliki pola pikir
deduktif dan konsisten, dan (3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi (IPTEK). (htt://www.Syarifartikel.blogspot.com)
Berdasarkan pemaparan diatas jelas sekali bahwa mata pelajaran
matematika mempunyai karakteristik sebagai mata pelajaran yang
menggunakan bilangan dan simbol-simbol, sifat atau teori kebenaran,
aksioma, seni, abstrak dan konsisten sistemnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
c. Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan pembelajaran matematika merupakan komponen yang paling
penting di dalam rencana pembelajaran matematika, karena tujuan
pembelajaran matematika mendasari hampir semua komponen lain di dalam
rencana pembelajaran matematika.Tujuan matematika di SD menurut
Kurikulum KTSP SD/MI 2007 (Depdiknas, 2007: 19) adalah agar peserta didik
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika,
menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau
algoritma secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masala; (2)
menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi
matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti atau menjelaskan
gagsan dan pernyataan matematika; (3) memecahkan masalah yang meliputi
kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikanmodel dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4)
mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain
untuk memperjelas keadaan atau masalah; (5) memiliki sikap menghargai
kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu,
perhatian dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan
percaya diri dalam pemecahan masalah.
Tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan
dalam: (1) menggunakan alogaritma; (2) melakukan manipulasi secara
matematika; (3) mengorganisasi data; (4) memanfaatkan simbol, tabel, diagram
dan grafik; (5) mengenal dan menemukan pola; (6) menarik kesimpulan; (7)
membuat kalimat atau model matematika; (8) membuat interprestasi bangun
dalam bidang dan ruang; (9) memahami pengukuran dan satuan-satuannya;
(10) menggunakan alat hitung dan alat bantu matematika (Asep Jihad,
2008:153). Adapun pendapat lain dari menurut Fatimah (2009: 9)
mengemukakan tujuan pembelajaran matematika adalahsebagai berikut: (1)
anak pandai menyelesaikan permasalahan. Hal ini dapat dicapai apabila dalam
pembelajaran menerapkan prinsip-prinsip pembelajaran matematika duaarah
yaitu: (1) anak-anak akan dapat menguasai konsep-konsep matematika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
denganbaik; (2) anak pandai dalam berhitung. Anak mampu melakukan
perhitungan dengan benar dan tepat (cepat bukan tujuan utama). Hal ini dapat
dicapai bila anak:
a) memahami operasi dasar matematika dan hubungan diantaranya;
b) menghafal fakta dasar (penjumlahan, pengurangan, perkalian,
pembagian);
c) melakukan perhitungan dengan terstruktur dan efisien, coretan dilakukan
dengan rapi sehingga mudah diperiksa kembali;
d) melakukan mekanisme pengecekan ulang, melakukan perhitungan
dengan cara yang berbeda untuk memastikan kebenaran jawaban atau
mengurangi kemungkinan kesalahan karena ketidak telitian.
Sedangkan tujuan matematika di SD sesuai dengan (Depdiknas,
2004) yaitu mempunyai tujuan umum dan tujuan khusus. Tujuan umum
pembelajaran matematika di jenjang pendidikan dasar yaitu: (a)
mempersiapkan siswa agar sanggup mengahadapi perubahan keadaan dalam
kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang, malalui latihan bertindak atas
dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif;
(b)mempersiapkan siswa agar dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kahidupan sehari-hari, dan dalam mempelajari berbagai
ilmu pengetahuan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
matematika di SD yaitu pada dasarnya matematika merupakan salahsatu
bidang studi yang digunakan untuk menumbuh kembangkan kemampuan dan
membentuk pribadi siswa yang bersumber pada perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Alasan-alasan tersebut antara lain: dengan
matematika manusia dapat berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari,
seperti berhitung, mencari luas volume benda dan sebagainya.
d. Prinsip Pembelajaran Matematika
Menurut Mulyono Abdurahman (2003: 272), berpendapat prinsip
pengajaran matematika mencakup: (1) menyiapkan anak untuk belajar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
matematika; (2) mulai dari yang konkret ke yang abstrak; (3) penyediaan
kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengulang; (4) generalisasi ke
dalam situasi yang baru; (5) bertolak dari kekuatan dan kelemahan siswa; (6)
perlunya membangun fondasi yang kuat tentang konsep dan ketrampilan
matematika; (7) penyediaan program matematika yang seimbang (8)
penggunaan kalkulator. Dalam Kurikulum (2004) pembelajaran matematika
menganut prinsip-prinsip sebagai berikut: (1) prinsip Pedagogis (pendidikan);
(2) kontruktivisme; (3) pendekatan pemecahan masalah; (4) variasi strategi
pembelajaran; (5) variasi pengelolaan siswa; (6) lingkungan fisik, sosial, dan
budaya; (7) masalah konstektual sebagai titik pangkal (starting point); (8)
kelompok siswa normal, sedang, dan tinggi.
(http://pmatandy.blogspot.com/2008/12/prinsip-prinsip-pembelajaran-
matematika.html).
1) Menyiapkan anak untuk belajar Matematika
Banyak anak berkesulitan belajar matematika yang penyebabnya
adalah kurangya kesiapan siswa untuk mempelajari bidang studi tersebut.
Diperlukan banyak waktu dan tenaga untuk membangun kesiapan belajar siswa
tidak mengalami banyak masalah dalam bidang studi matematika. Berbagai
bentuk kegiatan belajar dalam membangun kesiapan siswa belajar matematika
diantaranya adalah sebagai berikut: (1) mengelompokkan benda-benda
menurut sifatnya, (2) mengenal jumlah anggota kelompok benda, (3)
menghitung benda-benda, (4) memberi nama angka yang muncul setelah
tertentu, (5) menulis angak dari 0 sampai 10 dalam urutan yang besar, (6)
mengukur dan membelah, (7) mengurutkan benda dari yang besar ke yang
kecil, panjang ke yang pendek, (8) menyusun bagian-bagian menjadi
keseluruhan.
2) Maju dari yang konkret ke abstrak.
Siswa dapat memahami konsep-konsep matematika dengan baik jika
pengajaran mulai dari yang konkret ke abstrak. Guru hendaknya merancang
tiga tahapan belajar: (1) konkret, (2) representasional, dan (3) abstrak. Pada
tahapan konkret, siswa memanipulasi berbagai objek nyata dalam belajaran
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
keterampilan. Pada tahap representasional, suatu gambar dapat mewakili objek
nyata. Pada tahap abstrak, angka akhirnya menggantikan gambar atau simbol
grafis.
3) Menyediakan kesempatan untuk berlatih dan mengulang.
Jika siswa dituntut untuk mampu mengaplikasikan berbagai konsep
secara hampir otomatis, maka mereka memerlukan banyak latihan dan ulangan.
Ada banyak cara menyediakan latihan dan guru hendaknya menggunakan
banyak variasi.
4) Generalisai ke situasi baru.
Siswa hendaknya memperoleh kesempatan yang cukup untuk
generalisasikan keterampilan mereka ke dalam banyak situasi.Sebagai
contohnya, siswa dapat membuat komputasi dengan banyak soal sendiri.
Tujuannya adalah untuk memperoleh keterampilan dalam mengenal dan
mengaplikasikan operasi-operasi komputasioanal terhadap situasi yang
berbeda-beda.
5) Menyadari kekutan dan kelemahan siswa.
Sebelum membuat keputusan tentang teknik yang akan digunakan
untuk mengajar siswa, guru harus memahami kemampuan dan
ketidakmampuan siswa, termasuk penguasaaan matematika dan operasi-operasi
yang dapat dilakukan siswa.
6) Membangun fondasi yang kokoh tentang konsep dan keterampilan
matematika.
Belajar matematika harus dibangun atas fondasi yang kokh tentang
konsep dan keterampilan. Fondasi yang kokoh tersebut dapat diperoleh jika
guru: (1) menekankan pembelajaran matematika lebih pada pemberian jawaban
atas berbagai persoalan daripada menghafal tanpa pemahaman, (2)
memberikan kesempatan yang cukup kepada siswa untuk melakukan
generalisasi ke berbagai macam aplikasi dan pengalaman dengan berbagai cara
memecahkan masalah apa yang dipelajari, (3) mengajarkan matematika secara
koheren, yang mengaitkan antara topik yang satu dengan topik yang lain, (4)
menyajikan pembelajaran yang seksama sehingga siswa memperoleh latihan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
yang diperlukan, dan (5) menggunakan program yang sistematis yang
memungkinkan konsep dan keterampilan yang akan diajarkan berdiri di atas
konsep dan keterampilan yang telah dikuasai dengan baik.
7) Menyajikan program matematika seimbang.
Program matematika yang seimbang mancakup kombinasi antar tiga
elemen: (1) konsep, (2) keterampilan, (3) pemecahan masalah. Ketiga elemen
tersebut harus diajarkan secara seimbang dan saling terkait.
8) Penggunaan kalkulator.
Kalkulator dapat digunakan siswa memiliki keterampilan kalkulasi.
Dengan demikian, penggunaan kalkulator bukan untuk menanamkan penalaran
matematika. Dengan menggunakan kalkulator anak dapat terbebas dari
memahami untuk menghitung fakta-fakta dasar maupun proses matematika
yang kompleks, dan dapat digunakan untuk latihan atau memeriksa pekerjaan
sendiri (self checking).
Menurut beberapa pendapat diatas disimpulkan bahwa prinsip
pembelajaran matematika mencakup persiapan anak untuk belajar dimulai dari
yang konkret ke abstrak, adanya kesempatan untuk berlatih dan mengulang,
generalisasi situasi baru, melihat kekuatan dan kelemahan siswa sebagai
fondasi
e. Langkah-langkah pembelajaran Matematika di SD
Pendapat Heruman (2007: 2) konsep-konsep pada kurikulum
matematika SD dapat dibagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu: (1)
pemahaman konsep dasar (penanaman konsep); (2) pemahaman konsep, dan;
(3) pembinaan keterampilan.
1) Penanaman Konsep Dasar (Penanaman Konsep),
Penanaman konsep dasar/penanaman konsep yaitu pembelajaran
suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari
konsep tersebut. Pembelajaran penanaman konsep dasar merupakan
jembatan yang harus dapat menghubungkan kemampuan kognitif siswa
yang konkret baru matematika yang abstrak. Dalam pembelajaran konsep
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
dasar ini, media atau alat peraga diaharapkan dapat digunakan untuk
membantu kemampuan pola pikir siswa.
2) Pemahaman Konsep,
Pemahaman konsep yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman
konsep, yang bertujuan agar siswa lebih memahami suatu konsep
matematika.Pemahaman konsep terdiri atas dua pengertian.Pertama,
merupakan kelanjutan dari pembelajaran penanaman konsep dalam satu
pertemuan. Sedangkan kedua, pembelajaran pemahaman konsep dilakukan
pada pertemuan yang berbeda, tetapi masih merupakan lanjutan penanaman
konsep. Pada pertemuan tersebut dianggap sudah disampaikan pada
pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
3) Pembinaan Keterampilan,
Pembinaan keterampilan yaitu pembelajaran lanjutan dari
penanaman konsep dan pemahaman konsep.Pembelajaran pembinaan
keterampilan bertujuan agar siswa lebih terampil dalam menggunakan
berbagai konsep matematika.
Seperti halnya pada pemahaman konsep, pembinaan keterampilan
juga terdiri dari dua pengertian.Pertemuan, merupakan kelanjutan dari
pembelajaran penanaman konsep dan pemahaman konsep dalam satu
pertemuan.Sedangkan kedua, pembelajaran pembinaan keterampilan
dilakukan pada pertemuan yang berbeda, tapi masih merupakan kelanjutan
dari penanaman dan pemahaman konsep.Pada pertemuan tersebut,
penanaman konsep dan pemahaman konsep dianggap sudah disampaikan
pada pertemuan sebelumnya, di semester atau kelas sebelumnya.
Proses pencapaian tujuan pembelajaran matematika di SD dalam
KTSP dikembangkan melalui langkah-langkah pembelajaran yang terdiri
dari tiga tahap (kegiatan awal, inti, dan penutup). Di dalam langkah-langkah
pembelajaran harus tercermin metode yang digunakan berikut alokasi waktu
pada setiap tahap serta harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai
dan materi pembelajaran. Prinsip-prinsip yang digunakan dalam
menentukan langkah-langkah pembelajaran adalah: (1) sesuai tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pembelajaran; (2) sesuai dengan materi; (3) sesuai dengan karakteristik
peserta didik; (4) kelengkapan langkah dan sesuaia dengan waktu. Adapun
pendapat dari Nyimas Aisyah (2007: 8-15) langkah-langkah pembelajaran
matematika di SD adalah sebagai berkut: (1) kesesuaian dengan tujuan
pembelajaran; (2) kesesuaian dengan materi pembelajaran; (3) kesesuaian
dengan karakteristik peserta didik; (4) kelengkapan langkah-langkah dan
kesesuaian dengan alokasi waktu.
Dari pengertian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa langkah
pembelajaran matematika di SD harus dapat menanamkan konsep,
pemahaman konsep, pembinaan keterampilan serta harus sesuai dengan
tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, karakteristik peserta didik dan
langkah-langkah yang tepat dengan alokasi waktu.
f. Kemampuan
Menurut El Zul Fajri (2008: 707) menyatakan bahwa “kemampuan
adalah kesanggupan, kecakapan, dalam berusaha”. Pendapat lain dari
Poerwadarminto(2007: 497-498) menyatakan bahwa “kemampuan adalah
kesanggupan, menguasai. Sedangkan begitu juga menurut pendapat lain dari
Chaplin (1997, p.34) “ability” (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat,
kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu
perbuatan. (http://digilib.petra.ac.id.id/viewer.php?submit.x).
Kemampuan oleh One Look dianggap sebagai kualitas mampu
melakukan, kualitas yang memungkinkan atau memudahkan pencapaian
prestasi. Memiliki kualitas (terutama kualitas mental) yang diperlukan untuk
melakukan sesuatu ataumendapatkan sesuatu.Your Dictionary mengatakan
kemampuan sebagai kekuatan untuk melakukan (sesuatu yang bersifat fisik
atau mental), keterampilan, kemahiran, atau bakat.
(http://translate.geoogle.co.id/translate?hl=iddanlangpair=en/iddanu=http://a
dvertt.com/definition/meaning-of-ability)
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kesanggupan, kekuatan atau tenaga, kecakapan untuk menguasai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
sesuatu atau keterampilan yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan
hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk melakukan suatu perbuatan.
g. Menjumlahkan
Menjumlah berasal dari kata yang mendapat awalan me-Jumlah
(banyaknya) berarti bilangan atau sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu,
sedangkan menjumlah adalah menghitung (berapa banyaknya). (http/www.sms-
anda.com/Indonesia/kamus/Indonesia-gratis lengkap).Operasi yang pertama
diajarkan pertama-taman diajarkan kepada anak-anak ialah penjumlahan.
Operasi hitung itu dilakukan terhadap dua bilangan, dengan kata lain operasi
binar. Penjumlahan pada bilangan cacah merupakan aturan yang mengaitkan
setiap pasang bilangan cacah dengan bilangan cacah yang lain. Jika a dan b
bilangan cacah, maka jumlah dari kedua bilangan tersebut dilambangkan
dengan “a + b”yang di baca “a tambah b”atau”jumlah dari a dan b”. Jumlah
dari a dan b diperoleh dengan menentukan bilangan cacah gabungan himpunan
yang mempunyai sebanyak a anggota dan himpunnan yang mempunyai b
anggota, asalkan kedua himpunan terssebut tidak mempunyai unsur
persekutuan. Jika a dan b bilangan cacah, maka definisi penjumlahan bilangan
tersebut a + b.
Menjumlah adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan
benda atau bilangan sehingga terjadi himpunan benda atau bilangan baku
dengan menggunakan lambang (U) atau tanda tambah (+) untuk
menggabungkan himpunan benda atau bilangan tersebut.
Depdiknas (2005: 408) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah
proses, cara, perbuatan menjumlahkan. Sedangkan menurut El Zul Fajri (2008:
406) menyatakan bahwa “penjumlahan adalah menyatukan bilangan atau
sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu”. Menurut ensiklopedia matematika
ST. Nugroho dan B. Harahap (1998: 271) mengatakan penjumlahan yaitu
operasi yang dipergunakan untuk memperoleh jumlah dari dua bilangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Penambahan adalah bentuk paling sederhana dan menggabungkan dua
angka, seperti 1 + 1 = 2.
(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/arithmetic).
Dalam (http://id.wilkipedia.org/wiki/penjumlahan) Khabi Bur Rahman
mengatakan, bahwa penjumlahan merupakan penambahan sekelompok
bilangan atau lebih menjadi suatu bilangan yang merupakan jumlah.Adapun
menurut Gatot Muhsetyo (2008: 3.12) menyatakan bahwa proses
penggabungan dalam konsep himpunan dapat diartikan sebagai penjumlahan.
Pendapat lain dari David Glover (2007: 26) In Arithmetic you add, substract,
multiply, and divide numbers. You use arithmetic to find the answer to
problems and sums. See also addition, and subtraction. Aritmatika
berhubungan dengan menjumlah, mengurangi, menggali dan membagi
bilangan yang digunakan untuk menyelesaian masalah sehari-hari. Adapun
menurut Riyanto dalam (http://rumahlaili.blogspot.com/) berhitung secara
harfiah berarti cara menghitung dengan menggunakan angka-angka.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa menjumlah
adalah menggabungkan dua atau lebih anggota himpunan benda, bilangan atau
sesuatu yang dikumpulkan menjadi satu.
h. Bentuk Kegiatan Menjumlah
Sebelum kegiatan dimulai, haruslah menyiapkan media yang akan
digunakan. Dalam hal ini benda realita yang dipakai dengan menggunakan
benda nyata berupa kelereng atau sedotan. Adapun langkah-langkah dalam
menjumlahkan sebagai berikut:(1) mengenalkan himpunan benda; (2)
mengenalkan simbol penjumlahan himpunan benda union (U); (3)
mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang pertama; (4)
mengenalkan gambar benda pada kelompok atau himpunan yang kedua; (5)
menghitung kelompok benda yang pertama; (6) menghitung kelompok benda
yang kedua; (7) menggabungkan atau menjumlahkan dua kelompok himpunan
benda; (8) menghitung semua benda yang telah digabungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2. Tinjauan tentang media
a. Pengertian Media Pembelajaran
Media menurut pendapat Arif S. Sadiman (1993: 6)berasal dari bahasa
latin dan merupakan jamak dari kata medium yang berati perantara atau
pengantar pesan dari pengirim ke penarima pesan. Sedangkan Menurut M.
Djauhar Siddiq (2009: 1-36) Kata media berasal dari kata “medium” yang
berarti perantara atau pengantar dalam menyampaikan pesan komunikasi. Jadi
media pembelajaran adalah segala bentuk perantara atau pengantar
penyampaian pesan dalam proses komunikasi pembelajaran, karena sering
digunakan guru menjadi perantara dalam menyampaikan pesan-pesan bidang
studi, yaitu matematika, IPA, IPS, Bahasa, PKn dan sebagainya.
Ada banyak pengertian yang dikemukakan para ahli tentang media.
Mc. Luhan menyebutkan bahwa media adalah canel atau saluran karena pada
hakikatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia
untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas jarak, ruang dan waktu
tertentu. NEA (National Education Association) menyebutkan bahwa media
adalah segala benda yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau
dibicarakan beserta instrument yang dilakukan untuk kegitan tersebut.Menurut
Hamijaya (dalam Rohani, 1998: 3) media adalah semua bentuk perantara yang
dipakai orang untuk menyebarkan ide, sehingga ide/gagasan itu sampai pada
penerima.(www.wordpress.com/2009/05/18/media).
Adapun menurut Aims dan Scope dalam jurnal internasional
berpendapat. ” Educational Media International (EMI) is a scholarly journal
that publishes research, evaluation, and development studies addressing the
issues, successes and challenges faced in the design, development,
implementation and evaluation of educational media”. Media pendidikan telah
membuat dampak yang cukup besar pada sekolah-sekolah, lembaga pendidikan
dan penyedia pendidikan terbuka dan jarak jauh.Pendidikan Media
Internasional (EMI) adalah jurnal ilmiah yang menerbitkan penelitian, evaluasi,
dan pengembangan mengatasi masalah, keberhasilan dan tantangan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
dihadapi dalam pengembangan, implementasi desain, dan evaluasi media
pendidikan.
(http://www.tandf.co.uk/journals/access/emt.pdf).
Sedangkan menurut Hujair AH.Sanaky (2009: 3) berpendapat bahwa
media pembelajaran adalah sebuah alat yang berfungsi dan digunakan untuk
menyampaikan pesan pembelajaran.Adapun menurut Heinich, dkk dalam
Azhar Arsyad (2004: 4) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah media
yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan instruksional atau
mengandung maksud-maksud pengajaran.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media adalah alat yang
dapat membantu proses belajar mengajar yang berfungsi saluran yang
membawa pesan atau informasi yang disampaikan sehingga tujuan pengajaran
dapat tercapai dengan sempurna.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut pendapat Hamalik dalam Azhar Arsyad (2007: 15)
mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar
mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,
membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan
membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.Sedangkan menurut
Livie dan Lentz dalam Hujair AH.Sananky (2009: 6) mengemukakan empat
fungsi media pembelajaran yang khususnya pada media visual, yaitu fungsi
atensi, fungsi afektif, fungsi kogniti, dan fungsi kompensatoris.
Secara umum bahan pembelajaran dalam bentuk media mempunyai
fungsi sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat verbalitas (dalam bentuk
kata-kata, baik tulis maupun lisan).
2) Membuat pembelajaran menjadi lebih menarik, karena menyajikan
berbagai stimulasi dalam pembelajaran (semua indera terstimulasi secara
optimal).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
3) Mengatasi ruang, waktu dan daya indera (objek yang besar dapat
dikecilkan, yang bergerak cepat dapat diperlambat, lambat dapat menjadi
cepat, kejadian lampau dapat ditampilkan lagi).
4) Mengaktifkan siswa dalam belajar (belajar lebih bergairah, terjadi
interaksi antar siswa dan interaksi siswa dengan lingkungan serta
memungkinkan siswa belajar secara sendiri).
5) Menyeragamkan pemahaman/persepsi siswa terhadap materi yang
dipelajari menggunakan media.
Adapun Levie dan Lentz dalam Azhar Arsyad (2007: 16)
mengemukakan empat fungsi media pembelajaran, khususnya media visual,
yaitu fungsi: (1) fungsi atensi; (2) fungsi afektif; (3) fungsi kognitif; (4) fungsi
kompensatoris.Menurut pendapat lain dari Seomarsono (2007: 70)
mengemukakan media pembelajaran adalah untuk meningkatkan,
mempertinggi kegiatan belajar mengajar.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fungsi media
pembelajaran adalah sebagai sarana yang dapat membangkitkan motivasi,
keinginan, minat baru dan menimbulkan rangsangan belajar, bahkan membawa
pengaruh psikologis terhadap siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
c. Kriteria Pemilihan Media
Salah satu penyebab mengapa orang memilih media adalah untuk
memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan. Sekiranya sutu
media yang ada telah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka media
tersebut dapat dimanfaatkan.Pendapat secara singat tentang kriteria pemilihan
media pembelajaran dalam buku Arif S. Sadiman (1993: 85) mengatakan
bahwa pemilihan media tidak terlepas dari konteksnya bahwasanya media
merupakan komponen dari sistem instruksional secara keseluruhan. Selain
pendapat diatas pendapat lain menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai dalam
Syaiful Bahri dan Aswan Zain (2002: 150) mengemukakan rumusan pemilihan
media dengan kiteria sebagai berikut: (1) ketepatannya dengan tujuan-tujuan
pembelajaran, artinya media pembelajaran dipilih atas dasar tujuan-tujuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
pembelajaran yang tealah ditetapkan, (2) dukungan terhadap isi materi
pembelajaran, artinya materi pelajaran yang sifatnya fakta, prinsip, konsep dan
generalisasi sangat memerlukan bantuan media agar lebih mudah dipahami, (3)
kemudahan dalam memperoleh media, artinya media yang diperlukan mudah
diperoleh setidak-tidaknya mudah untuk dibuat oleh guru pada waktu
pembelajaran, (4) keterampilan guru dalam menggunakan apapun jenis media
yang diperlukan syarat utama adalah guru dapat menggunakannya dalam
proses pembelajaran. Nilai dan manfaat yang diharapkan bukan pada medianya
akan tetapi dampak dari penggunaannya dalam interaksi bagi siswa selam
proses pembelajaran berlangsung, (5) sesuai dengan taraf berfikir siswa,
memilih media pembelajaran harus sesuai dengan taraf berfikir siswa.
Faktor-faktor dalam kriteriapemilihan media yang harus
dipertimbangkan antara lain: (1) Karakteristik siswa; (2) Strategi belajar
mengajar; (3) Organisasi kelompok belajar; (4) Alokasi waktu dan sumber; (5)
Serta prosedur penilaian.Pendapat tersebut didukung dari pendapat Basuki
Wibawa (2009: 99) bahwa alasan orang memilih media adalah untuk
memenuhi kebutuhan atau mencapai tujuan yang diinginkan.Dengan demikian
pemilihan media dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Pemilihan media harus sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
Dick dan Carey dalam Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 100)
mengemukakan beberapa kriteria yang perlu dipertimbangkan dalam memilih
media, adalah: (1) Tujuan; (2) Karakter Media; (3) Alokasi Waktu; (4)
Ketersediaan; (5) Efektivitas; (6) Kompatibilitas.
1) Tujuan
Kalau yang ingin diajarkan adalah suatu proses, media gerak
seperti video, film atau TV merupakan pilihan yang sesuai.sedangkan
kalau yang ingin diajarkan adlah suatu keterampilan dalam menggunakan
alat tertentu, maka benda sesungguhnya atau mock ip-nya merupakan
pilihan yang sesuai. Kalau tujuannya hanya ingin memperkenalkan faktor
atau konsep tertentu, maka media foto, slide, atau realita mungkin
merupakan pilihan yang tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
2) Karakteristik Siswa
Dalam pemilihan media harus memperhatikan berapa jumlah
siswanya, dimana lokasi atau tempat media tersebut digunakan, gaya
dalam belajarnya, serta berbagai karakteristik lainnya yang mempengaruhi
pemilihan media.
3) Karakteristik Media
Dalam pemilihan media perlu mempertimbangkan kelebihan dan
keterbatasan masing-masing media itu. Media foto misalnya tentu kurang
sesuai untuk mengajarkan gerakan. Sebaliknya media TV akan terlalu
mahal untuk mengajarkan fakta yang tak bergerak yang dapat dijelaskan
menggunakan slide.
4) Alokasi Waktu
Dalam hal ini perlu memperhatikan masalah tentang waktu untuk
kegiatan perancangan, pengembangan, pengadaan ataupun penyajian
cukup tidakkah. Semua hal ini menjadi bahan pertimbangan dalam
memilih media.
5) Ketersediaan
Ketersediaan media yang di sekolah atau memungkinkan guru
untuk mendesain sendiri media yang akan digunakan, merupakan hal perlu
dipertimbangkan.
6) Efektivitas
Perlu diperhatikan efektif tidakkah penggunaan media apabila
secara sistematis disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan,
merupakan hal yang harus dipertimbangkan.
7) Kompatibilitas
Harus diperhatikan apakah dalam penggunaan media sesuai
dengan norma-norma yang berlaku, tersediakah sarana penunjang (suku
cadang dsb) dalam pengoperasiannya, praktis dan luweskah dalam
penggunaanya, semua unsur tersebut perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan media.
8) Biaya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
Masalah biaya harus melihat biaya yang akan dikeluarkan dalam
pengadaan, pengelolaan, dan pemeliharaan media harus seimbang dengan
hasil yang akan dicapai.
Melihat beberapa uraian pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan
bahwa kriteria pemilihan media harus dengan pertimbangan seperti
melihat tujuan, karakteristik siswa, karakteristik media, alokasi waktu,
ketersediaan, efektivitas, kompatibilitas, biaya.
d. Jenis-jenis Media Pembelajaran
Rudi Brets dalam Asra, dkk (2007: 5-7) mengklasifikasikan media
pembelajaran dalam tujuh kalsifikasi, sebagai berikut: (1) media audio visual
diam, seperti: film rangkai suara, halaman suara dan sound slide, (2) media
audio semi gerak, seperti: film bersuara, pita video, film pada televise, televise
dan animasi, (3) media visual gerak, seperti: film bisu, (4) media visual diam,
seperti: halaman cetak, foto, mikrophon, slide biru, (5) media audio, seperti:
radio dan pita video, (6) media cetak, seperti: buku, modul, bahan ajar mandiri,
(7) media semi gerak, seperti: tulisan jauh bersuara. Sedangkan menurut Wina
Sanjaya (2006: 170-171) media pembelajaran dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa menurut sudut penglihatannya, (1) Dilihat dari sifatnya media dibagi
menjadi: (a) Media Auditif yaitu media yang hanya didengar saja seperti radio
dan rekaman suara, (b) Media Visual yaitu media yang hanya dapat dilihat saja
seperti Film Slide, Foto, Transparasi, Lukisan, Gambar dan lain-lain, (c) Media
Audio Visual yaitu jenis media yang selain mengandung unsur suara juga
mengandung unsur gambar yang dapat dilihat misalnya rekaman Video,
Telavisi dan lain-lain. (2) Jika dilihat dari kemampuan jangkauannya, media
dapat dibagi dalam: (a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak
seperti radio dan televise, (b) Media yang memiliki daya liput yang terbatas
oleh ruang dan waktu seperti Film Slide, Film, Video dan sebagainya. (3) Bila
dilihat dari teknik pemakaiannya, media dibagi dalam: (a) Media diproyeksikan
seperti Film, Slide, Film Strip, Transparasi dan sebagainya, (b) Media yang
tiadak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan dan sebagainya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Adapaun menurut pendapat dari Deni Darmawan, Asra, Cepi Riana
(2007: 5-8) menyatakan bahwa media terdiri atas: (1) media visual, (2) media
audi, (3) media audio visual,(4) multimedia, (5) media realita.
Adapun penjabaran dari macam-macam media diatas menurut Deni,
Asra, Cepi adalah sebagai berikut:
1) Media Visual
“Media visual” adalah jenis media yang dituangkan ke dalam simbol-simbol
komunikasi visual yang berkaitan erat dengan indera penglihatan. Simbol-
simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampaian peasan
dapat berhasil efisien (Arif S. Sadiman. 2009: 28). Contoh media visual
adalah gambar, foto, diagram, bagan, grafik, sketsa,poster, peta dan lain-lain.
Kelebihan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) mengatasi
keterbatasan ruang dan waktu karena semua benda, objek atau peristiwa tidak
dapat dibawa ke kelas; (2) merangsang dan mengembangkan kemampuan
imajinasi terhadap hal-hal yang sedang disajikan; (3) meningkatkan keaktifan
dan kreatifitas guru untuk dapat menyampaikan materi dalam bentuk gambar.
Kekurangan penggunaan dari media visual, antara lain: (1) ukuranya
terbatas untuk kelompok yang besar; (2) memerlukan ketersediaan sumber
dan keterampilan, serta kejelian guru untuk dapat memanfatkan.
a) Media visual yang tidak diproyeksikan
Media visual yang tidak diproyeksikan adalah media yang sederhana, tidak
membutuhkan projectorda alayar untuk memproyeksikan.Media ini
digunakan oleh guru karena lebih mudah pembuatan maupun
penggunaannya. Termasuk dalam jenis ini antara lain: gambar mati atau
gambar diam, ilustrasi, karikatur, poster, bagan, diagram, grafik, peta datar,
realita dan model, berbagai jenis papan.
b) Media visual yang diproyeksikan
Media ini juga merupakan suatu media visual, namun dapat diproyeksikan
pada layar melalui suatu pesawat projektor.Media iini terdiri dari dua unsur
yang tidak dapat dipisahkan, yaitu perangkat keras dan perangkat lunak.
Media visual ini banyak jenisnya, akan tetapi pada buku ini hanya akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
ditampilkan beberapa jenis yang banyak digunakan dilapangan. Adapun
jenis-jenisnya media yang visual yang diproyeksikan yaitu: Overhead
Projector (OHP), Slide (film bingkai), Filmstrip (film rangkai), Opaque
Projector.
Jenis-jenis media yang dapat digolongkan atau diklasifikasikan ke dalam
media visual diam antara lain: foto, ilustrasi, flash card, gambar pilihan dan
potongan gambar, film bingkai, film rangkai, transparasi, proyektor, dan
tachitoscopes, serta grafik, bagan, diagram, poster, gambar kartun, peta dan
globe.
2) Media Audio
Media audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari sumber ke
penerima pesan. Pesan yang disampaikan dituangkan dalam lambang-lambang
auditif verbal, non verbal maupun kombinasinya. Media audio berkaitan erat
dengan indera pendengaran (Basuki dan Farida, 2001: 35). Pendapat yang lain
dari Ronald H. Anderson (1987: 127) mengatakan bahwa media audio
merupakan sumber bahan ajaran yang ekonomis, menyenangkan, dan mudah
disiapkan untuk digunakan oleh siswa. Sekali dikemas, materi pelajaran serta
urutan penyajiannya jadi tetap, pasti, dan dapat berfungsi sebagai media
instruksional untuk belajar sendiri.
Kelebihan media audio menurut pendapat Ronald H. Anderson (1987:
132) antara lain: (1) materi pelajaran sudah tetap, terpatri, dan dapat
direproduksi dalam bentuk yang sama; (2) produksi dan reproduksi sangat
ekonomis, dan mudah didistribusikan; (3) peralatan program audio termasuk
yang paling murah dibandingkan dengan media audio-visual lainnya; (4)
dengan berbagai teknik perekaman audio, bentuk-bentuk pengajaran
terprogram dapat digunakan untuk pengajaran mandiri, memungkinkan setiap
siswa belajar sesuai dengan kecepatan masing-masing, memberikan penguatan
dan pengetahuan dengan penampilan langsung; (5) untuk bentuk program
pengajaran mandiri yang canggih, sudah ada peralatan yang dapat
menyelaraskan visual dengan program audio yang terekam, dan alat yang dapat
berhenti sendiri, sehingga siswa berkesempatan untuk berinteraksi dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
program tersebut kemudian melanjutkan program jika sudah siap; (6) suasana
dan perilaku siswa dapat dipengaruhi melalui penggunaan musik atau suara
latar belakang dan efek suara.
Kekurangan media audiomenurut pendapat Ronald H. Anderon (1987:
132-133) antara lain: (1) perlu berhati-hati apabila hanya audio yang
digunakan, karena waktu yang lama tanpa memberikan rangsangan visual
dapat menbosankan dan akan mengganggu pengajaran dengan kecepatan
sendiri; (2) perbaikan biasanya menuntut diproduksinya rekaman induk baru
dan dibuatnya copy rekaman yang baru. Hal ini akan memakan waktu dan
biaya yang besar; (3) masalah pendistribusian akan timbul bila produksi
gambar diselaraskan dengan audio. Hal ini disebabkan oleh adanya keragaman
perangkat keras yang ada dan yang digunakan di berbagai tempat latihan.
Pengembangan pelajaran harus mengetahui perlengkapan yang ada untuk
disesuaikan dengan perangkat lunaknya (software); (4) pengembangan naskah
audio yang baik (terutama yang akan digunakan untuk menunjang visual) dapat
menyita waktu, dan membutuhkan keterampilan-keterampilan khusus; (5) perlu
berkali-kali dalam memperkirakan kecepatan penyajian materi verbal.
Seandainya bahan disajikan terlalu cepat, atau pengajaran yang rumit diberikan
terlalu, maka para siswa akan kehilangan jejak atau bingung. Dalam beberapa
hal sebaiknya diberikan pengulangan kembali melalui peringatan visual,
misalnya dituliskan kembali dalam perlengkapan buku kerja atau ditampilkan
pada gambar diam; (6) siswa dapat menemukan kesulitan dan kebingungan,
bila mereka menggunakan audio dan visual yang diselaraskan tetapi ternyata
menyimpang dari keselarasan.
3) Media Audio Visual
Media audio visual adalah jenis media yang menggabungkan unsur
suara dan gambar. Penggunaan media audio visual akan lebih baik, apabila
menggunakan unsur gambar gerak. Sebagaimana pendapat Basuki Wibawa
(2001: 67) kemampuan akan meningkat lagi apabila audio visual ini
dilengkapi dengan karakteristik gerak. Media audio visual dalam
pembelajaran memberikan kelebihan dan kelemahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Kelebihan penggunaan media audio visual, antara lain: (1)
memusatkan perhatian dan meningkatkan motivasi siswa dalam mengikuti
pembelajaran, (2) mengatasi keterbatasan waktu dan ruang, (3) menampilkan
gambar, suara, dan gerak, (4) menghindari pembelajaran yang verbalistik.
Kekurangan penggunaan media audio visual, antara lain: (1) biaya
relatif mahal, (2) memerlukan peralatan yang kompleks dan, (3) memerlukan
keahlian khusus.
Jenis-jenis media pembelajaran yang tergolong dalam media audio
visual diam antara lain “slow scan TV”, “Time shared TV”, “TV diam, film
rangkai bersuara, halaman bersuara, dan buku bersuara. Sedang yang
tergolong dalam media audio visual gerak adalah film bersuara, pita video,
film TV, TV, Holografi, Video tapes dan gambar bersuara.
4) Multimedia
Multimedia adalah media yang dapat menyajikan unsur media secara
lengkap (Asra dkk. 2007: 5-14), seperti suara, animasi, video, grafis dan
film.Multimedia sendiri sering diidentikkan dengan computer, internet dan
pembelajaran berbasis computer (CBI).
5) Media relita
Media realita adalah suatu media yang menggunakan benda-benda
nyata seperti apa adanya ataupun aslinya tanpa perubahan. Dengan
menggunakan media realita dalam proses pembelajran siswa akan lebih aktif,
dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi, mendiskusikan dan
akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan siswa untuk
menggunakan sumber-sumber belajar yang serupa.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media realita yang
berupa sedotan atau kelereng.Alasan peneliti menggunakan media realita
berupa sedotan atau kelereng dalam penelitian ini karena mudah didapat dan
murah oleh karena itu dapat dijangkau oleh para siswa.
Berdasarkan uraian jenis-jenis media diatas, maka media realita
termasuk dalam media visual diam yang tidak diproyeksikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
e. Media Realita
Realita adalah benda-benda nyata seperti apa adanya atau aslinya,
tanpa perubahan. Dengan memanfaatkan realita dalam proses belajar siswa
akan lebih aktif dapat mengamati, menangani (handle), memanipulasi,
mendiskusikan dan akhirnya dapat menjadi alat untuk meningkatkan kemauan
siswa untuk menggunakan sumber-sumber belajar serupa. Realita atau benda
sebenarnya mempunyai karakteristik yang berbeda dengan media diatas
(Audio, Visual, Audio Visual). Adapun menurut Hujair AH. Sanaky (2009: 48)
mengatakan realita adalah benda nyata yang dapat dihadirkan di ruang kuliah
untuk keperluan proses pembelajaran. Sedangkan menurut Asra dkk (2007: 5-
14) berpendapat media realita yaitu semua benda nyata yang ada dilingkungan
alam, secara digunakan dalam keadaan hidup maupun sudah diawetkan.
Misalnya tumbuhan, batuan, binatang, insectarium, herbarium, air, sawah.
Pendapat dari Peter Salim dan Yeny Salim (1991: 1245) realita berarti
kenyataan atau suatu hal yang benar-benar atau nyata terwujud. Penggunaan
media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab realita dapat
menampilkan ukuran, suara dan gerakan (Basuki Wibawa dan Farida Mukti,
2001: 81).
Menurut Basuki Wibawa dan Farida Mukti (2001: 81) mengatakan
bahwa ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan oleh guru dalam
mempergunakan realita sebagai media pembelajaran, antara lain:(1) karena
benda ralita atau nyata itu banyak macamnya, mulai dari benda hidup sampai
benda mati, maka perlu dipertanyakan benda-benda atau mahluk hidup apakah
yang mungkin dapat dimanfaatkan di kelas secara efisien; (2) bagaimanakah
caranya agar benda-benda itu sesuai dengan pola belajar mengajar di kelas; (3)
dari manakah kita dapat memperoleh benda-benda itu.
Ketiga hal tersebut harus dipertimbangkan agar pemanfaatan media
realita sebagai media pengajaran dan sebagai bagian dari upaya peningkatan
kualitas proses belajar mengajar efektif.
Media realita ini memiliki beberapa kelebihan antara lain:
1) Sifatnya konkrit.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
2) Gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan
media verbal semata.
3) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda,
objek atau peristiwa dapat dibawa ke dalam kelas, dan tidak selalu bisa
bila anak-anak dibawa ke objek/peristiwa tersebut. Untuk itu gambar dapat
mengatasinya.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa media realita
yaitu benda nyata yang dapat dihadirkan dalam proses pembelajaran yang ada
dilingkungan alam dan bisa digunakan dalam keadaan hidup maupun mati
untuk membantu meningkatkan proses belajar siswa.
f. Tujuan Media Realita
Penggunaan media realita atau benda nyata (real life materials) di
dalam proses belajar mengajar terutama bertujuan untuk memperkenalkan
suatu unit pelajaran tertentu, proses kerja suatu objek suatu studi tertentu, atau
bagian-bagian serta aspek-aspek lain yang diperlukan (Nana Sudjana dan
Ahmad Rivai, 2001: 207). Sedangkan menurut Aristo Rahadi ( 2003: 24)
mengemukakan media realita dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam
bentuk sebagaimana adanya tidak perlu dimodifikasi, tidak ada pengubahan
kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan aslinya.
Beberapa contoh fungsi dari realita atau benda nyata yang
dipergunakan dalam pelajaran adalah dengan cara memperkenalkan unit,
penjelasan proses, menjawab pertanyaan, melengkapi perbandingan, dan unit
akhir. Tujuan penggunaan suatu media membuat guru menyampaikan pesan
secara lebih mudah kepada siswa, sehingga siswa dapat menguasai pesan
tersebut lebih cepat dan akurat. Proses belajar mengajar yang dilakukan guru
dalam penggunaan media dimaksudkan agar siswa yang terlibat dalam kegiatan
belajar itu terhindar dari gejala verbalisme.
Penggunaan media realita dalam proses belajar itu sangat baik sebab
realita dapat menampilkan ukuran, suara dan gerakan. Para siswa akan lebih
banyak belajar, contohnya tentang tanaman yang dibawa ke kelas untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
dipelajari, dibandingkan dengan melihatnya digambar (Basuki Wibawa dan
Farida Mukti, 2001: 81).
Berdasarkan dari penadapat diatas disimpulkan bahwa tujuan media
realita dalam pembelajaran untuk memperkenalkan suatu unit pembelajaran
tertentu, proses kerja suatu objek studi tertentu, atau bagian-bagian serta aspek-
aspek lain yang diperlukan untuk menampilkan ukuran, suara dan gerakan.
g. Langkah-langkah Penggunaan Media Realita
Guru menggunakan media realita untuk memudahkan siswa dalam
melakukan kegiatan menjumlahkan dengan langkah-langkah sbb:
1) Guru mendemonstrasikan cara menggunakan media realita secara
langsung dihadapan siswa sebagai contoh untuk menjumlahkan 12
ditambah 6 dengan media kelereng atau sedotan, yaitu langkahnya
mengambil kelereng atau sedotan yang sejumlah 12 kemudian mengambil
6 kelereng atau sedotan untuk kemudian dijadikan satu dengan kelereng
atau sedotan yang berjumlah 12 tadi. Selanjutnya dihitung jumlah
keseluruhannya kelereng atau sedotansehingga didapat sejumlah 18
kelereng atau sedotan.
2) Untuk menjumlahkan bentuk panjang adalah penjumlahan puluhan dan
satuan, sebagai contoh 15 ditambah 16 dengan media kelereng atau
sedotan. Ambil kelereng atau sedotan yang berjumlah 15 dan 16 kemudian
kita pisahkan untuk dijadikan puluhan dan satuan yaitu 15 kelereng atau
sedotan kita ambil 10 sebagai puluhan dan kita sisihkan yang 5 sebagai
satuan, begitu juga yang 16 kelereng atau sedotan kita ambil 10 sebagai
puluhan yang tersisa 6 kelereng atau sedotan kita jadikan sebagai satuan.
Untuk yang menjadi sisa yaitu 5 dan 6 kelereng atau sedotan kita jadikan
satu sehingga berjumlah 11 yang selanjutnya kita ambil 10 untuk puluhan
dan tersisa 1 sebagai satuan. Jadi dari keseluruhan tadi kita dapatkan total
semuanya ada 3 puluhan dan 1 satuan kelereng atau sedotan yang jika
ditambahkan 30 + 1 = 31 kelereng atau sedotan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
3) Begitu juga dengan cara pendek yaitu tinggal menambahkan saja tanpa
menggolongkan puluhan dan satuan, sebagai contoh 25 + 14 langkahnya
yaitu 25 kelereng atau sedotan kita ambil, kemudian kita juga mengambil
14 kelereng atau sedotan lalu kita jadikan satu selanjutnya kita hitung total
kelereng atau sedotan tersebut yang akan kita peroleh sejumlah 39
kelereng atau sedotan (25 + 14 = 39).
4) Guru melakukan peragaan dengan mengikut sertakan beberapa siswa,
sehingga pembelajaran menjadi bermakna dan menyenangkan.
5) Guru melatih siswa dalam melakukan penjumlahan dengan media realita
kelereng atau sedotan secara berulang-ulang agar siswa lancar dalam
menggunakan benda realita.
Jadi penerapan penggunaan media realita dalam pembelajaran
penjumlahan yaitu dengan siswa melakukan kegiatan menjumlahkan
menggunakan sedotan atau kelereng.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian ini
yaitu:
Joko Muryono dengan judul “Penggunaan Media Realita Untuk
Meningkatkan Kemampuan Belajar Matematika Konsep Bangun Ruang Pada
Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Ketaon Boyolali Tahun Pelajaran
2009”. Menyimpulkan bahwa penggunaan media realita berhasil meningkatkan
kemampuan belajar matematika siswa. Hal ini dilihat dari indikator
keberhasilan yang mengalami peningkatan pada kemampuan belajar berupa
nilai sebesar 0,5 dari rata-rata nilai awal. Disamping itu kemampuan siswa
memahami konsep pengukuran mencapai ketuntasan 60%.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diatas dapat dijadikan
tolak ukur dan pembanding dengan peneliti yang telah dilakukan, yaitu terbukti
dengan penggunaan media reealita dalam pembelajaran mampu meningkatkan
proses maupun hasil pembelajaran. Secara khusus penggunaan media realita
dapat meningkatkan minat dan kemampuan siswa dalam menjumlahkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Dalam penelitian ini lebih meningkatkan kemampuan menjumlahkan
melalui media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Boyolali Tahun Ajaran
2010/2011.
C. Kerangka Berfikir
Bidang studi matematika sangatlah abstrak, dalam hal ini adalah
materi penjumlahan. Apalagi untuk anak SD kelas satu yang dalam
perkembangan masih belum mengerti sesuatu yang abstrak. Siswa kelas satu
yang pada dasarnya merupakan masa peralihan dari TK menuju jenjang SD
yang secara kurikulum dan materi yang diajarkan berbeda. Dalam masa-masa
inilah siswa mulai menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru dan cara
belajar yang berbeda pula.
Dengan adanya perbedaan tersebut, tidak sedikit siswa yang
mengalami kesulitan dalam memahami apa yang diajarkan terutama
penjumlahan. Hal itu ditunjukkan dengan guru kelas dalam mengajarkan
terutama mata pelajaran matematika materi penjumlahan masih dengan cara
konvensional atau ceramah sehingga banyak siswa yang kurang mau
memperhatikan dan kurang mengerti yang hasilnya mengakibatkan
kemampuan menjumlahkan siswa kelas I yang rendah.Oleh karena itu guru
harus pandai dalam menyiasati masalah tersebut. Salah satu yang dapat
digunakan oleh guru pada saat pembelajaran matematika materi menjumlahkan
yaitu dengan cara menerapkan media realita. Dalam hal ini media realita yang
digunakan berupa sedotan atau kelereng.
Melalui penggunaan media realita ini diharapkan dapat membantu
siswa dalam menerima konsep abstrak menjumlahkan menjadi lebih konkret
atau nyata yang diterapkan melalui penggunaan media realita dalam
pembelajaran. Dengan begitu siswa dapat belajar dengan menarik dan
menyenangkan. Penggunaan media realita berupa sedotan atau kelereng yang
sesuai dengan materi dan tingkat perkembangan siswa dapat memberikan
pengalaman langsung kepada siswa dalam menjumlahkan, karena siswa dapat
melihat, memegang, dan memindahkan media sedotan yang secara langsung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
dapat memicu berfikir siswa sehingga kemampuan siswa dalam menjumlahkan
dapat meningkat. Berdasarkan uraian diatas, maka diperoleh kerangka
penelitian yaitu kegiatan siswa secara langsung dalam menjumlahkan dengan
media realita berupa sedotan dapat mengembangkan keterampilan intelektual
dan psikis siswa yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Berdasarkan
uraian diatas, maka diperoleh kerangka penelitian yang dapat dilihat pada
gambar 1 berikut.
Gambar 1. Bagan kerangka berfikir
D. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran yang telah
diuraikan diatas dapat dirumuskan hipotesis penelitian kelas sebagai berikut:
“Penggunaan media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan
dua angka bilangan bulat pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten
Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011”.
Kondisi
awal
Tindakan
Guru masih menggunakan
metode mengajar
konvensional belum
menggunakan
media yang sesuai dengan
materi pembelajaran
Siswa kurang memperhatikan
dan kurang mengerti dalam
pembelajaran materi
menjumlahkan kemampuan
menjumlahkan siswa rendah
Siklus I
Siswa dapat menjumlahkan
tanpa teknik menyimpan cara
pendek dan panjang melalui
media realita
Dalam pembelajaran materi
menjumlahkan guru
menggunakan media realita
Dengan menggunakan media
realita kemampuan siswa
dalam menjumlahkan
meningkatdengan ketuntasan
≤ KKM 63 sebesar 80%
Kondisi
akhir
Siklus II
Siswa dapat menjumlahkan
tanpa teknik menyimpan cara
panjang melalui media realita
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDN Kadireso Boyolali. Penelitian ini
dilaksanakan di SDN Kadireso Boyolali dengan pertimbangan peneliti sebagai
guru wiyata bakti jadi mengenal betul permasalahan yang dialami siswa terutama
kelas I yaitu dalam pembelajaran Matematika. Selain itu sangat memudahkan
peneliti dalam melaksanakan penelitian karena jaraknya dekat dengan tempat
tinggal sehingga memudahkan peneliti, lebih hemat biaya, sehingga dapat
terhindar dari kemungkinan adanya penelitian ulang.
2. Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini pada tahun pelajaran 2010/2011 dilaksanakan selama
5 bulan yaitu mulai bulan Januari 2011 sampai dengan bulan Mei 201. Untuk
alokasi waktu penelitian di deskripsikan sebagai berikut:
Penyusunan dan pengajuan laporan dilaksanakan mulai dari bulan Januari
2011 pada minggu pertama sampai dengan bulan Februari 2011 minggu keempat,
sedangkan untuk mengurus izin penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2011
yaitu tepatnya mingggu pertama dan kedua, adapun untuk persiapan penelitian
dilaksanakan pada bulan Maret 2011 tepatnya minggu ketiga, untuk pelaksanaan
penelitian siklus I dilaksanakan pada bulan Maret 2011 minggu terakhir sampai
bulan April 2011 tepatnya minggu pertama. Selanjutnya untuk pelaksaan
penelitian siklus II dilaksanakan pada bulan April 2011 minggu kedua dan ketiga,
pelaksana ananalis data dimulai pada bulan April 2011 yaitu minggu keempat
sampai dengan bulan Mei 2011 minggu ketiga, untuk selanjutnya penyusunan
laporan dilaksanakan pada bulan Mei tepatnya pada minggu ketiga dan keempat,
dan yang terkhir untuk pelaksanaan ujian dan revisi dilaksanakan pada bulan Juni
2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
B. Bentukdan Strategi Pelaksaan Penelitian
Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action
research). I G A K Wardhani, dkk (2007: 1.3) “Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
yaitusuatu Action Research yang dilakukan dikelas.
Penelitian Tindakan Kelas adalah sebuah bentuk penelitian refleksi diri
yang melibatkan sejumlah partisipan (guru, siswa, kepala sekolah dan partisipan
lain) didalam suatu situasi sosial (pembelajaran yang bertujuan untuk
membuktikan kerasionalan dan keadilan terhadap: (a) praktik sosial dan
pembelajaran yang mereka lakukan;(b) pemahaman mereka terhadap praktek-
praktek pembelajaran; (c) situasi dan institusi yang terlibat didalamnya ( Stephen
kemmis dan Wilf Carr dalam Mulyasa (2009: 5). Penelitian Tindakan Kelas dapat
diartikan sebagai penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan
tujuan untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil belajar sekelompok siswa
(Mulyasa, 2009: 10).
Dengan menggunakan bentuk penelitian ini, peneliti berharap akan
mendapatkan informasi yang sebanyak-banyaknya untuk meningkatkan praktik-
praktik pembelajaran dikelas secara profesional.Adapun model Penelitian
Tindakan Kelas ini menggambarkan sebagai serangkaian langkah yang
membentuk siklus atau putaran tindakan. Setiap langkah memiliki empat tahap,
yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan
refleksi (reflecting). Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada gambar 2.
Planning Ackting
Reflecting Observasi
Gambar 2. Model Tindakan Kelas Spiral (Mulyasa, 2009: 112)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten
Boyolali pada tahun ajaran 2010/2011 dengan jumlah siswa 23 siswa, dengan
rincian 14 siswa laki-laki dan 9 siswa perempuan dan ada 1 anak berkebutuhan
khusus yaitu siswa tersebut dalam setiap mata pelajaran tidak dapat menerima
karena keadaaannya yang autis.
D. Sumber Data
Data atau informasi yang paling penting untuk dikumpulkan dan dikaji
dalam penelitian ini berupa kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai
sumber data yang akan dimanfaatkan dalam penelitian meliputi:
1. Informan atau nara sumber yaitu guru dan siswa kelas I SDN Kadireso
Kabupaten Boyolali Tahun 2010/2011.
2. Dokumen yang berupa silabus, foto kegiatan pembelajaran dannilai ulangan
hasil pengamatan (observasi) pelaksanaan pembelajaran dengan media realita.
3. Hasil tes yaitu dilaksanakan pada waktu tes awal sebelum tindakan penelitian,
tes individu tiap-tiap akhir pertemuan pada tiap siklus baik siklus I dan siklus
II. Pelaksanaan tes dilaksanakan pada tiap-tiap pertemuan pada tiap siklus,
yaitu siklus I dilihat sudah mencapai dan sesuai target belum, sekiranya
belum sesuai target dilanjutkan pelaksanaan tes pada siklus II.
E. Teknik Pengumpulan Data
Sesuai bentuk Penelitian Tindakan Kelas dan jenis sumber data yang
dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Observasi
Suharsimi Arikunto, dkk (2006: 127) menjelaskan bahwa “observasi
adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh
efek tindakan telah mencapai sasaran”. Observasi dilakukan untuk memantau
proses pembelajaran matematika (KD Penjumlahan dan Pengurang Bilangan
Dua Angka) yang sedang berlangsung di kelas. Observasi ini bertujuan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
mengamati kegiatan yang dilakukan guru dan siswa di dalam kelas sejak
sebelum melaksanakan tindakan, saat pelaksanaan tindakan sampai akhir
tindakan.
Observasi ini digunakan untuk mendapatkan data-data yang
diperlukan sebagai dasar untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut, serta
dengan observasi yang dilakukan ini peneliti akan memperoleh data-data
mengenai seluruh aktivitas atautingkah laku siswa dalam pembelajaran yaitu
data tentang sikap (perilaku) dan aktivitas siswa dalam pembelajaran
matematika dalam menjumlahkan. Observasi yang dilakukan yaitu secara
langsung (direct observation) adalah observasi tanpa perantara (secara
langsung) terhadap objek yang diteliti. Observasi ini dilakukan pada siswa
kelas I SDN Kadireso Boyolali untuk mengetahui kemampuan berhitung
menjumlahkan siswa dan kegiatan siswa selama proses pembelajaran berhitung
menjumlahkan berlangsung yaitu sebelum tindakan dan pada tindakan siklus I
serta siklus II dengan menggunakan media realita.
Dalam penelitian peran peneliti adalah melaksanakan pembelajaran
dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas dengan cara berkolaborasi
bersama guru kelas yang berperan sebagai pengamat jalannya kegiatan
pembelajaran dikelas. Dalam hal ini pengamat mengambil posisi duduk di
belakang, mengamati jalanya proses pembelajaran sambil mencatat segala
sesuatu yang terjadi selama proses pembelajaran berlangsung. Selain itu
pengamat juga mengamati kerja peneliti dalam mengelola kelas serta dalam
menerapkan media realita dalam pembelajaran matematika. Observasi siswa
difokuskan pada hasil belajar matematika (KD Penjumlahan dan Pengurang
Bilangan Dua Angka) selama pembelajaran matematika berlangsung.
Sedangkan untuk observasi guru difokuskan pada kemampuan guru dalam
menerapkan pembelajaran matematika penjumlahan dengan media realita.
2. Tes
Tes adalah suatu serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan, pengetahuan intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok (Suharsimi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Arikunto, 2006: 150). Sedangkan senada dengan pendapat Sarwiji Suwandi
(2009: 59) Tes dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh hasil yang
diperoleh siswa setelah kegiatan pemberian tindakan. Tes berhitung
menjumlahkan diberikan pada awal sebelum penelitian yaitu sebagai tes awal
penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam
menjumlahkan. Selain itu tes juga dilakukan pada tiap pertemuan pada setiap
akhir siklus untuk mengetahui peningkatan hasil berhitung menjumlahkan
siswa. Dengan pengertian lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui
tingkat perkembangan kemampuan menjumlahkan siswa SDN Kadireso
Boyolali sesuai dengan siklus yang ada yaitu siklus I jika belum berhasil sesuai
target yang diharapkan maka dilanjutkan ke siklus II.
3. Dokumen
Dokumen merupakan sumber data tertulis dan arsip yang sering
memiliki posisi yang penting dalam suatu penelitian kualitatif Yin dalam H.B.
Sutopo, (2002: 69). Data yang diperoleh dari dokumen yaitu keadaan
administrasi siswa yang sudah ada.
Dokumen yang dikaji adalah arsip atau dokumen yang ada. Dokumen tersebut
antara lain kurikiulum (silabus), nilai formatif yaitu berupa hasil tes pada awal
sebelum penelitian dilaksanakan, kemudian hasil nilai pada tiap-tiap pertemuan
tiap siklus baik siklus I maupun siklus II tentang hasil menjumlahkan siswa,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), foto-foto selama proses
pembelajaran berlangsung. Hal ini untuk mengetahui peningkatan kemampuan
siswa.
F. Validitas Data
Validitas data merupakan kebenaran dari proses penelitian. Validitas data
dipertanggung jawabkan dan dapat dijadikan dasar yang kuat dalam menarik
kesimpulan. Teknik yang digunakan untuk memeriksa validitas yaitu triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaaan validitas data dengan memanfaatkan
sarana diluar data itu keperluan pengecekan atau pembanding data tersebut (Lexy
J. Moleong dalam Sarwiji Suwandi (2009: 60). Triangulasi sumber data berarti
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
untuk mendapatkan data dari sumber-sumber yang berbeda-beda dengan teknik
yang sama, yaitu dari siswa dan guru. Dengan mengenali data dari sumber yang
berbeda-beda dan juga teknik pengumpulan data yang berbeda itupun data sejenis
bisa tertuju kemantapan dan kebenarannya.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan triangulasi data dan
triangulasi metode.
1. Triangulasi Data
Triangulasi data juga sering disebut triangulasi sumber. Cara ini
mengarahkan agar di dalam mengumpulkan data menggunakan beragam
sumber data yang tersedia. Selain juga bisa memanfaatkan jenis sumber data
yang berbeda-beda. Data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu data
kemampuan menjumlahkan yang berasal dari data nilai awal, data tes siklus
pertama dan data tes siklus kedua pada materi operasi penjumlahan pada siswa
kelas I SDN Kadireso Boyolali yang berjumlah 23 siswa pada tahun ajaran
2010/2011 digunakan instrumen tes menjumlahkan.
2. Triangulasi Metode
Triangulasi metode yaitu teknik mengumpulkan data sejenis dengan
menggunakan metode pengumpulan data yang berbeda. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan metode pengumpulan data melalui observasi kemudian
hasilnya diuji dengan menggunakan teknik tes dan dokumentasi pada pelaku
kegiatan. Dari data yang diperoleh tersebut hasilnya dibandingkan dan dapat
ditarik kesimpulan data yang validitasnya kuat. Dalam hal ini seperti data
tentang kesulitan siswa dalam mempelajari materi penjumlahan pada siswa
kelas I SDN Kadireso Boyolali yang diperoleh dari observasi, tes, dan
dokumentasi.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
analisis interaktif Miles dan Huberman (1992: 20) yang mempunyai tiga model
kegiatan, yaitu: (1) reduksi data; (2) penyajian data; (3) penarikan kesimpulan atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
verifikasi yang membentuk proses atau siklus bersama secara berkaitan. Langkah-
langkah analisis:
1. Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul
dari catatan-catatan tertulis di lapangan. Reduksi data ini dilakukan selama
proses penelitian berlangsung. Data yang dikumpulkan lalu dipilih dan
disederhanakan, mana yang penting diambil dan yang tidak diperlukan
dihilangkan. Dalam penelitian ini dokumentasi yang hasilnya baik diambil
sedangkan yang kurang baik dihilangkan.
Dalam penelitian yang dilaksanakan dikelas I SDN Kadireso peneliti
memperoleh beberapa data berupa nilai tes berhitung menjumlahkan siswa,
observasi kegiatan siswa, lembar observasi aktivitas guru. Semua data tersebut
digunakan dalam hasil penelitian.
2. Penyajian data atau pembuatan display data yaitu dengan menyusun data-data
yang diperoleh pada saat reduksi data. Dari sajian data tersebut kita dapat
menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Sajian data ini berupa nilai-
nilai pada saat evaluasi maupun observasi.
3. Penarikan kesimpulan akhir atau verifikasi sebagai temuan penelitian. Dari
sajian-sajian data selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan-kesimpulan
selamapenelitian.Kesimpulan-kesimpulan yang diambil yaitu bahwa penerapan
media realita dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan pada siswa kelas
I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali. Analisis data dapat dilihat pada gambar 3
berikut.
( Gambar 3. Model Analisis Interaktif Miles dan Huberman 1992: 20)
Pengumpulan
data
Reduksi
data Kesimpulan-kesimpulan:
Penarikan/verifikasi
Penyajian
data
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan acuan
atau tolak ukur dalam menentukan keberhasilan/keefektifan penelitian. Indikator
kinerja dalam penelitian ini yaitu: apabila nilai kemampuan menjumlahkan siswa
kelas I SD Negeri Kadireso Kabupaten Boyolali baik siklus I dan siklus II
mengalami peningkatan nilai lebih dari atau sama dengan KKM 63 sebanyak 80%
(18siswa dari 23 siswa) serta tercapainya rata-rata kelas 80.
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari siklus-siklus. Tiap-tiap
siklus dilaksanakan sesuai denganperubahan yang dicapai, seperti yang telah
didesain dalam faktor-faktor yang diselidiki. Untuk mengetahui permasalahan
yang menyebabkan rendahnya kemampuan berhitung pada palajaran matematika
siswa kelas I SDN Kadireso dilakukan observasi terhadap kegiatan pembelajaran
yang dilakukan oleh guru.
Berdasarkan observasi dan temuan-temuan dikelas, maka peneliti
mengambil langkah yang paling tepat untuk meningkatkan kemampuan
menjumlahkan adalah dengan penanaman konsep melalui pengalaman langsung
dan menghubungkannya dengan konsep lain yang telah dikuasai oleh siswa.
Sehubungan hal tersebut, maka tindakan yang diduga paling tepat adalah dengan
penerapan menggunakan media benda realita dalam menjelaskan konsep
menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan
panjang dalam pembelajaran matematika.
Berdasarkan uraian diatas, maka prosedur pelaksanaan penelitian
tindakan kelas ini mencakup: perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi dalm
setiap siklus.
Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam
uraian sebagai berikut:
SIKLUS I
1). Tahap perencanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
a. Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan observasi beserta lembar
observasinya.
b. Merencanakan skenario pembelajaran dengan cara membuat rencana
pembelajaran (RPP).
c. Merencanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media realita.
d. Menyiapkan media realita berupa sedotan atau kelereng.
e. Menyiapkan soal tes untuk tes proses dan akhir.
f. Menyiapkan lembar penilaian.
2). Tahap pelaksanaan tindakan
a. Memberikan materi pembelajaran tentang menjumlahkan.
Menerangkan materi tentang menjumlahkan dengan menjelaskan
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara
bersusun pendek dan panjang. Dengan menerangkan menjumlahkan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek, maka siswa
mempunyai gambaran tentang konsep menjumlahkan bilangan dua angka
tanpa teknik menyimpan bersusun pendek danpanjang.
b. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan media realita.
Setelah guru menerangkan konsep menjumlahkan bilangan dua angka
tanpa teknik menyimpan bersusun pendek, kemudian guru menerapkan
atau mendemonstrasikan penggunaan media realita, supaya siswa lebih
paham tentang cara menggunakan media realita dalam menjumlahkan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan
panjang. Dalam demonstrasi penggunaan media realita yang dilaksanakan
oleh guru dengan melibatkan sebagian siswa diajak lansung menggunakan
media realita dan pemberian soal-soal untuk dikerjakan.
c. Siswa belajar dengan menggunakan media realita
Setelah guru mendemonstrasikan penggunaan media realita, kemudian
siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang konsep
menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan bersusun
pendek dan panjang dengan media realita. Setelah siswa sudah mampu
menggunakan media realita dengan benar, kemudian guru memberikan soal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tentang konsep menjumlahkan dengan pemecahan menggunakan media
realita.
d. Membantu siswa jika menemui kesulitan
Dengan memantau siswa jika ada yang terlihat dan mengalami kesulitan
dalam menggunakan media untuk mengerjakan soal. Kemudian guru
membantu memecahkan masalah yang dihadapi siswa.
e. Menilai hasil dari kemampuan siswa menggunakan media realita
Melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan
media realita dari pelaksanaan mengerjakan soal matematika tentang
konsep menjumlahkan.
3). Tahap observasi
a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran
Melaksanakan pengamatan ketika siswa menggunakan media realita dalam
mengerjakan soal. Pada saat melaksanakan pengamatan guru
menyimpulkan bahwa siswa sudah tepat atau belum dalam menggunakan
media realita serta mengamati proses pembelajaran yang dilaksanakan
oleh guru apakah sudah sesuai dengan rencana pembelajaran.
b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika mengalami kesulitan
dalam menerapkan media realita. Dengan pengarahan guru, siswa
melanjutan menggunakan media realita dalam mengerjakan soal.
c. Mengobservasi hasil penilaian.
4). Tahap refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran, bila hasil refleksi dan
evaluasi siklus I menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
menjumlahkan tanpa teknik meminjam dengan cara bersusun pendek dan
panjang pada siswa kelas I tidak perlu dilanjutkan ke siklus II. Akan tetapi
apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan
menjumlahkan baik dengan cara pendek dan panjang maka dilanjutkan ke
siklus II yang meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
tindakan, tahap observasi. Selanjutnya sampai mendapati kemampuan
menjumlahkan matematika meningkat.
SIKLUS II
1). Tahap perencanaan
a. Mengidentifikasi dan merumuskan masalah berdasarkan masalah pada
siklus I.
b. Mengumpulkan data yang mungkin masih kurang pada siklus I kemarin
melalui observasi disertai lembar observasi.
c. Membuat rencana perbaikan pembelajaran yang didasarkan pada
kekurangan yang ditemukan pada siklus I.
d. Menyiapkan media realita yang akan digunakan yaitu sedotan atau
kelereng.
e. Menyiapkan soal tes untuk dilaksanakan setelah pembelajaran.
f. Menyiapkan lembar penilaian.
2). Tahap pelaksanaan tindakan
a. Pada bagian ini guru memberikan materi pembelajaran tentang
penjumlahan. Dengan media realita guru menjelaskan kepada siswa
tentang menjumlahkan dengan cara panjang dan memberikan apersepsi
dengan mengingat kembali materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa
teknik menyimpan cara panjang.
b. Seperti minggu kemarin guru menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan media realita tentang konsep menjumlahkan cara panjang,
kemudian guru menerapkan atau mendemonstrasikan penggunaan media
realita supaya siswa lebih menguasai tentang cara penggunaan media
realita ditambah dengan mengerjakan lebih banyak soal-soal latihan untuk
dikerjakan.
c. Siswa melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan media
realita.Guru mendemonstrasikan penggunakan media realita, kemudian
siswa melaksanakan pembelajaran matematika tentang menjumlahkan
dengan menggunakan media realita sampai siswa paham dan mampu
melaksanakan pembelajaran dengan media realita. Setelah itu guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
memberikan soal tentang konsep menjumlahkan bilangan dua angka tanpa
teknik meminjam dengan cara panjang.
d. Membantu siswa jika ada yang menemui kesulitan dengan cara mendekati
siswa jika ada yang mengalami kesulitan dalam menggunakan media
untuk mengerjakan soal, kemudian guru membantu memecahkan masalah
yang dihadapi oleh siswa.
e. Menilai hasil dari kemampuan siswa menggunakan media realita dan
melaksanakan penilaian terhadap kemampuan siswa dalam menggunakan
media realita dari pelaksanaan mengerjakan soal matematika tentang
menjumlahkan bilangan dua angka cara panjang.
3). Tahap observasi
a. Melakukan pengamatan pada proses pembelajaran
Melaksanakan pengamatan kepada siswa ketika siswa menggunakan
media benda realita dalam mengerjakan soal. Saat melaksanakan
pengamatan guru menyimpulkan bahwa siswa sudah tepat atau belum
dalam menggunakan media realita dan juga mengamati pelaksanaan
pembelajaran yang dilakukan oleh guru apakah sudah sesuai dengan
rencana pelaksanaan pembelajaran.
b. Mengarahkan siswa dalam pelaksanaan pembelajaran
Memberikan pengarahan kepada semua siswa ketika siswa mengalami
kesulitan dalammenerapkanmedia realita. Dengan pengarahan dari guru,
siswa melanjutkan media realita dalam mengerjakan soal.
c. Mengobservasi hasil penilaian.
4). Tahap refleksi
Mengadakan refleksi dan evaluasi dari pembelajaran, bila hasil refleksi dan
evaluasi siklus II menunjukkan adanya peningkatan kemampuan
menjumlahkan, maka siswa kelas I tidak perlu dilanjutkan ke siklus II. Akan
tetapi apabila belum memperlihatkan adanya peningkatan kemampuan
menjumlahkan baik dengan cara pendek atau panjang maka dilanjutkan ke
siklus III yang meliputi tahap perencanaan tindakan, tahap pelaksanaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
tindakan, tahap observasi. Selanjutnya sampai mendapati kemampuan
menjumlahkan matematika meningkat.
Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai
berikut pada gambar 4.
Gambar 4. Alur Penelitian Tindakan Kelas
(Suhardjono dalam Suharsimi Arikunto, 2008: 74)
Permasalahan
Permasalahan
baru hasil
refleksi
Apabila
permasalahan
belum
terselesaikan
Perencanaan
Tindakan I
Perencanaan
Tindakan II
Refleksi I
Refleksi II
Dilanjutkan ke
siklus
berikutnya
Pelaksanaan
Tindakan II
Pelaksanaan
Tindakan I
Pengamatan/
Pengumpulan data
I
Pengamatan/
Pengumpulan data
II
Siklus I
Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di suatu lembaga pendidikan yaitu Sekolah
Dasar Negeri Negeri Kadireso Kecamatan Teras Kabupaten Boyolali.SDN
Kadireso Boyolali didirikan pada tahun 1953 dan merupakan salah satu suatu
Lembaga Pendidikan Dasar yang mempunyai visi cerdas, berkualitas, beretika dan
mempunyai misi yaitu: (1) melaksanakan pembelajaran yang aktif, inovatif,
kretaif, efisen dan menyenangkan, (2) mengembangkan potensi akademik atau
non akademik siswa secara optimal, (3) menciptakan suasana santun, ramah dan
saling menghormati antar warga sekolah. SDN Kadireso berusaha untuk
meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang belajar siswa. Dari tahun ke
tahun SDN Kadireso selalu mengalami peningkatan baik dalam kualitas maupun
kuantitas. Tenaga-tenaga pengajarnyapun profesional di bidangnya.
SDN Kadireso dipimpin oleh seorang kepala sekolah dengan tenaga
pengajar yang berjumlah seluruhnya ada 8 orang yaitu 5 guru kelas yang sudah
pegawai negeri dan 1 guru kelas wiyata bakti, 1 guru Bahasa Inggris wiyata bakti,
1 guru Agama Islam yang sudah pegawai negeri, 1 guru Olah Raga yang sudah
pegawai negeri, dan 2 orang karyawan wiyata bakti.
Untuk demi kelancaran program-program sekolah dan semakin
meningkatnya mutu pendidikan di sekolah, oleh karena itu segenap komponen
pengelola baik kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan senantiasa
berusaha melaksanakan tugas dan kewajibannya sesuai dengan tanggung
jawabnya masing-masing sebagaimana telah ada dalam program kerja yang sudah
direncanakan pada setiap tahun pelajaran. Mekanisme kerja segenap pengelola
SDN Kadireso tersebut berada di bawah koordinasi dan pengawasan dari kepala
sekolah.
Dilihat dari fasilitas yang ada disekolah ini boleh dibilang cukup
memadai. Alat peraga sudah cukup memadai termasuk media pembelajarannya
juga.Dalam pembelajaran matematika yang dilaksankan di SDN Kadireso
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
khususnya kelas I belum pernah menggunakan media realita dalam materi
penjumlahan. Hal ini menimbulkan satu pertanyaan mengapa hampir semua siswa
belum mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang ditargetkan seperti
diatas. Untuk menjawab hal tersebut, maka peneliti mengadakan penelitian di
kelas I dengan menggunakan media realita dalam hal ini media realita yang
digunakan oleh peneliti yaitu sedotan atau kelereng dalam pembelajaran
penjumlahan.
B. Deskripsi Kondisi Awal
Sebelum melaksanakan proses penelitian keadaan nyata yang ada di
lapangan, yaitu rendahnya kemampuan pemahaman matematika khususnya dalam
penjumlahan yang ditunjukkan rendahnya nilai siswa. Berdasarkan data hasil
pengamatan langsung yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 24 Maret 2011
dimana (peneliti juga sebagai guru wiyata bhakti di SDN Kadireso), terhadap
pelaksanaan pelakasanaan pembelajaran matematika mengenai menghitung,
sebagai gambaran awal kegiatan pembelajaran di kelas I masih terdapat banyak
kekurangan, antara lain penyampaian materi kurang dapat perhatian dari siswa
karena guru dalam melaksanakan pembelajaran belum menggunakan media
pembelajaran yang sesuai sehingga suasana belajar kurang menyenangkan,
aktivitas siswa kurang, dan ketuntasan belajar mengenai materi penjumlahan pada
siswa kelas I SDN Kadireso, Kecamatan Teras, Kabupaten Boyolali belum
berhasil. Berikut tabel 1 hasil perolehan nilai siswa sebelum tindakan.Data nilai
penjumlahan sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Awal Kemampuan Menjumlahkan
Sebelum Tindakan.
Nilai Sebelum Tindakan
No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)
1 30-35 2 32.5 65 8.69%
2 36-41 3 38.5 115.5 13.04%
3 42-47 2 44.5 89 8.69%
4 48-53 3 50.5 151.5 13.04%
5 54-59 2 56.5 113 8.69%
6 60-65 10 62.5 625 43.47%
7 66-71 1 68.5 68.5 4.35%
Jumlah 23 1227.5 100%
Rata-rata 53.36
Berdasarkan Tabel 1. Data nilai tes awal kemampuan menjumlahkan sebelum
tindakan dapat digambarkan pada grafik gambar 5.
Gambar 5. Grafik Nilai Tes Awal Kemampuan Menjumlahkan Sebelum Tindakan
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sebelum dilaksanakan tindakan,
siswa dengan rentang nilai 30-35 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang
nilai 36-41 sebanyak 3 siswa (13,04%), siswa dengan rentang nilai 42-47
sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 48-53 sebanyak 3 siswa
(13,04%), siswa dengan rentang nilai 54-59 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa
dengan rentang nilai 60-65 sebanyak 10 siswa (43,47%), siswa dengan rentang
nilai 66-71 sebanyak 1 siswa (4,35%).Pada hasil nilai tes sebelum tindakan siswa
yang tuntas sebanyak 8 siswa atau (34,78%) sedangkan siswa yang tidak tuntas 15
atau (65,21%). Data nilai tes sebelum tindakan dapat dilihat pada lampiran 8.
0
5
10
15
30-35 36-41 42-47 48-53 54-59 60-65 66-71
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Persentase
Grafik Nilai Tes Awal Sebelum Tindakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
C. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
1. Pelaksanaan Siklus I
Tindakan pada siklus ini dilaksanakan selama 2 minggu, sebanyak 2
kali pertemuan dalam tiap minggu. Tiap pertemuan 2x35 menit yaitu
dilaksanakan pada tanggal 31 Maret sampai 5 April 2011.Peneliti
menggunakan metode penelitian yang terdiri dari 2 siklus. Adapun tahap yang
dilakukan sebagai berikut:
a. Tahap perencanaan
Dengan berpedoman pada Kurikulum Tingkat Satuan Paendidikan
(KTSP) berhitung penjumlahan, peneliti melakukan langkah-langkah untuk
merencanakan pembelajaran melalui media realita antara lain:
1) Memilih pokok bahasan atau indikator yang sesuai dengan materi
penjumlahan. Alasan memilih pokok bahasan atau indikator tersebut adalah:
a. Pokok bahasan/indikator tentang penjumlahan belum menggunakan
media pembelajaran yang dapat menarik perhatian siswa dalam
pembelajaran matematika tentang penjumlahan pada kelas I, sehingga
materi yang disampaikan kurang begitu dikuasai oleh siswa kelas I,
karena hal tersebut kemampuan menjumlahkan siswa kelas I juga kurang.
b. Pokok bahasan/indikator tentang materi penjumlahan belum
menggunakan media pembelajaran yang dapat membantu para siswa
dalam melakukan penjumlahan.
c. Pokok bahasan/indikator tentang materi penjumlahan tersebut untuk
nantinya dapat dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
2) Menyusun rencana pembelajaran berdasarkan indikator yang telah dibuat.
Rencana pembelajaran yang disusun oleh peneliti dengan memuat 2 kali
pertemuan, masing-masing pertemuan dalam waktu 2 jam pelajaran
dilaksanakan dalam minggu yang berbeda dengan alokasi waktu masing-
masing 2x35 menit. Mengenai langkah-langkah dan susunan rencana
pembelajaran siklus I pertemuan 1 terlampir pada lampiran 3.
3) Menyiapkan instrumendan media realita yang akan digunakan dalam
pembelajaran yaitu sedotan atau kelerang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
b. Pelaksanaan Tindakan
Dalam tahap tindakan ini guru menerapkan pembelajaran dengan
menggunakan media realita sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun. Pembelajaran yang telah disusun pada siklus I dengan menggunakan
media realita dilaksanakan dalam 2 kali pertemuan. Untuk pertemuan pertama
materi yang diajarkan yaitu penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan
dengan cara pendek dan untuk pertemuan kedua materinya masih penjumlahan
dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang hal ini untuk
memantapkan kemampuan siswa.
1) Pertemuan ke-1
Pada pertemuan ke-1 materi yang diajarkan yaitu tentang penjumlahan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek. Sebagai
kegiatan awal guru menagajak siswa bernyanyi lagu “satu ditambah satu” hal
ini bermaksud untuk memusatkan perhatian siswa dan memunculkan semangat
dan rasa senang pada hati siswa untuk mengikuti pembelajaran.
Kegiatan inti dimulai dengan guru menjelaskan tentang penjumlahan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun pendek pendek.
Guru mendemonstrasikan dengan menggunakan media realita yaitu sedotan
atau kelereng. 25 + 10 = . . . . 25 (dengan cara bersusun pendek)
10 +
35
Gambar 6. 25 sedotan ditambah 10 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan.
+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Hal ini diulang-ulang sampai beberapa kali serta mengadakan tanya
jawab seputar materi yang disampaikan. Kemudian tiap siswa diberikan 50
lebih sedotan untuk digunakan dalam melakukan penjumlahan. Siswa
menggunakan media realita untuk melakukan penjumlahan tanpa teknik
menyimpan cara bersusun pendek.
Selanjutnya guru memberikan tes awalkepada siswa untuk menghitung
penjumlahan dengan menggunakan media realita yang telah ada dengan
dibimbing oleh guru. Sementara aktivitas guru dalam pembelajaran diamati dan
dinilai oleh teman sejawat. Dalam hal ini guru mengawasi cara menggunakan
media realitanya dalam proses menghitung. Guru sambil menilai bagaimana
individu siswa dalam megerjakan soal yang diberikan.
Setelah selesai kemudian hasil tes awal dikumpulkan untuk kemudian
guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya kembali tentang tes
tadi ada yang kesulitan tidak. Setelah dirasa cukup paham guru memberikan
lembar tes untuk dikerjakan lagi secara individu dengan menggunakan media
realita yang telah ada berupa sedotan atau kelereng.
Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan
setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai penjumlahan
cara pendek siklus I dapat dilihat pada lampiran 12.
Tabel 2. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I
pertemuan 1
Siklus I pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)
1 50-56 2 53 106 8.69%
2 57-63 6 60 360 26.08%
3 64-70 12 67 804 52.17%
4 71-77 1 74 74 4.35%
5 78-84 1 81 81 4.35%
6 85-91 1 88 88 4.35%
Jumlah 23 1513 100%
Rata-rata 65.78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Berdasarkan Tabel 2. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1
dapat digambarkan pada grafik gambar 7.
Gambar 7. Grafik Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I Pertemuan 1
Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 1 diatas
tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 sebanyak 2 siswa
(8,69%), siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 6 siswa (26,08%), siswa
dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 12 siswa (52., %), siswa dengan rentang nilai
71-77 sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak 1
siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa (4,35%) . Data
nilai kemampuan menjumlahkancara pendek siklus I pertemuan 1 dapat dilihat
pada lampiran 10.
2) Pertemuan ke-2
Pada pertemuan ke-2 ini materi pembelajaran matematika yang
disampaikan oleh guru tentang penjumlahan dengan indikator menjumlahkan
bilangan dua angka bersusun panjang tanpa teknik menyimpan. Sebagai kegiatan
awalnya guru mengajak siswa menyanyikan lagu “satu-satu” dan guru
memberikan gambaran cerita tentang permasalahan sehari-hari yang berhubungan
dengan penjumlahan sebagai penyampaian tujuan pembelajaran dan siswa
memperhatikan dan menanggapi permasalahan yang ada dengan bertanya dan
menjawab pertanyaan tentang penjumlahan. Tidak lupa pula guru memberikan
motivasi kepada siswa sebagai penyemangat siswa.
0
5
10
15
50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Prosentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Pada kegiatan inti guru memberikan contoh cara menjumlahkan dengan
menggunakan media realita yaitu sedotan atau kelereng sebagai sarana untuk
mempermudah pemahaman siswa dalam menjumlah bilangan dua angka tanpa
teknik menyimpan dengan cara panjang. Untuk interaksi guru memberikan
pancingan pertanyaan tentang penjumlahan. Sebagai contohnya guru
menjumlahkan dengan media realita yang ada yaitu 20 + 15 = . . . .dikerjakan
dengan cara panjang 20 + 15 = . . .(dengan cara bersusun panjang). Berikut
langkahnya dapat dilihat pada gambar 8.
20 = 20 + 0
15 = 10 + 5 +
= 30 + 5
= 35
Gambar 8. 20 sedotan ditambah 15 sedotan sehingga berjumlah 35 sedotan.
Setelah sekiranya semua siswa paham guru menuliskan soal dipapan
tulis untuk dikerjakan oleh siswa tentang penjumlahan bersusun panjang
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, guru sambil membimbing dan
menilai individu siswa tentang bagaimana tiap-tiap siswa cara mengerjakan
dan menyelesaikannya dengan lembar penilaian observasi, setelah itu bagi
siswa yang selesai duluan diminta untuk menuliskan dipapan tulis. Jika ada
siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan terutama dalam
menggunakan media realita dalam hal menjumlah. Setelah selesai
dikumpulkan, untuk selanjutnya guru membagikan lagi lembar soal evaluasi
yang dikerjakan tiap-tiap individu siswa.
20 = + 0
15 = + +
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Pembelajaran diakhiri dengan pemberian evaluasi selama 15 menit dan
setelah itu guru memberikan penilaian secara individu. Data nilai
menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.
Tabel 3. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I
pertemuan 2
Siklus I pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)
1 50-56 7 53 371 30.43%
2 57-63 3 60 180 13.04%
3 64-70 9 67 603 39.13%
4 71-77 2 74 148 8.69%
5 78-84 1 81 81 4.35%
6 85-91 1 88 88 4.35%
Jumlah 23 1471 100%
Rata-rata 63.95
Berdasarkan Tabel 3. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus I
pertemuan 2 dapat digambarkan pada grafik gambar 9.
Gambar 9. Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I pertemuan 2
Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus I pertemuan 2 diatas
tersebut dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 50-56 yaitu sebanyak 7
siswa (30,43%), siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 3 siswa (13,04%),
siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 9 siswa (39,13%), siswa dengan
rentang nilai 71-77 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 78-84
sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 1 siswa
0
2
4
6
8
10
50-56 57-63 64-70 71-77 78-84 85-91
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Prosentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
(4,35%). Data nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus I dapat dilihat
pada lampiran 11.
c. Observasi
Dalam hal ini observer yaitu guru kelas I mengobservasiguru yang
sekaligus sebagai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran matematika
penjumlahan tanpa teknik menyimpan bersusun pendek dan panjang dengan
menggunakan media realitaserta menggunakan alat bantu penilaian yaitu berupa
lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pembelajaran dengan menggunakan media realita yang
dilaksanakan oleh guru atau peneliti dapat menghasilkan dampak perubahan yang
positif pada kemampuan menjumlahkan matematika siswa kelas I.
Hal tersebut bisa dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
observer. Adanya peningkatan aktifitas dan keaktifan guru yang juga sebagai
peneliti pada pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan menggunakan
media realita. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 5, dengan penjelasannya
yaitu sebagai berikut, aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor 2
(cukup)yaitu: (1) persiapan pembelajaran, (2) penggunaan berbagai sumber, (3)
memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran. Sedangkan
aktivitas guru sebagai peneliti yangmendapat skor 3 (baik) yaitu: (1) membuka
pelajaran, (2) kejelasan dan sistematika penyampaian materi, (3) kemampuan
menggunakan media, (4) ketepatan waktu sesuai perencanaan, (5)melakukan
penilaian proses observasi, (6) memberi penilaian pada proses observasi, (7)
memberikan tindak lanjut. Adapun aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat
skor sangat 4 (sangat baik) yaitu: (1) melibatkan siswa dalam pemanfaatan media,
(2) penuh perhatian kepada siswa, (3) melakukan penilaian hasil belajar/evaluasi.
Oleh karena itu jika dilihat secara umum berdasarkan lampiran 5 aktivitas guru
masuk dalam kriteria memuaskan dengan total skor 3,0.
Selanjutnya guru yang sekaligus peneliti mengobservasi aktifitas yang
dilaksanakan oleh para siswa yang pertama adalah mempelajari materi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek
dan panjang secara individu dengan menggunakan media realita yaitu sedotan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
atau kelereng. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan dan ditunjukkan pada
lampiran 6, menunjukkan bahwa aktifitas yang dilaksanakan oleh siswa dikatakan
cukup. Hal ini ditunjukkan dengan perolehan rata-rata total skor yaitu 2,2 berarti
sesuai dengan kriteria, skor 2,2 dikatakan dalam kriteria skor cukup.
Penjelasan yang didapat dari lampiran 6, adalah sebagai berikut, keaktifan
siswa dapat dikatakan cukup aktif yaitu: (1) aktif memperhatikan penjelasan dari
guru, (2) aktif dalam menjawab pertanyaan dari guru, (3) adanya rasa ingin tahu
dan keberanian siswa yang meningkat, (4) aktif dalam mengerjakan tugas
individu. Sedangkan untuk aktivitas siswa yang tergolong aktif yaitu: (1)aktif
dalam menggunakan media realita.
Setelah dilaksanakan tindakan siklus I dengan menerapkan media realita
dalam pembelajaran dan diperoleh kenaikan peningkatan keaktifan siswa maka
diperoleh data hasil penilaian belajar siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada
lampiran 11. Dari lampiran 12 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Nilai Frekuensi Nilai Tes Kemampuan
Menjumlahkan Siswa Kelas I SDN Kadireso Pada Siklus I.
No Interval Frekuensi Persentase Kategori
1 50-56 7 30% Sangat Kurang
2 57-63 3 13% Kurang
3 64-70 10 43% Cukup
4 71-77 2 9% Baik
5 78-84 1 4% Istimewa
Jumlah 23 100%
Rata-rata 63.80
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan pada siklus
I, siswa yang memperoleh nilai dengan kategori sangat kurang yaitu sebanyak 7
siswa atau (30%), kategori kurang sebanyak 3 siswa atau (13%), kategori cukup
yaitu sebanyak 10 sebanyak siswa (43%), katergori baik sebanyak 2 siswa (9%),
sedangkan untuk katergori istimewa sebanyak 1 siswa (4%). Jumlah keseluruhan
siswa yang memperoleh nilai diatas 63sebanyak 15 siswa atau (65,21%). Data
nilai matematika menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso siklus I pada tabel 4
dapat dilihat pada lampiran 12.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Berdasarkan Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan
Siswa Pada Siklus I dapat digambarkan pada grafik gambar 10.
Gambar 10. Grafik Frekuensi Nilai Tes Kemampuan MenjumlahkanSiklus I
Berdasarkan lampiran 12, pelaksanaan pada siklus I ini dicapai nilai rata-
rata kelas 63,80 pada pertemuan pertama rata-rata kelas 66,08 dan rata-rata kelas
pada pertemuan kedua 61,52. Melihat nilai rata-rata kelas pada siklus I yaitu 63,80
berarti belum mencapai ketuntasan yang sesuai harapan yaitu siswa yang berhasil
tuntas belum mencapai KKM 63 atau lebih yaitu 80% (18 siswa dari 23 siswa)dan
rata-rata kelas belum mencapai 80 mengenai materi penjumlahan bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpancara bersusun panjang perlu dilanjutkan ke siklus
II.
Pencapaian hasil penelitian dikatakan berhasil apabila tercapainya nilai
KKM yaitu 63 atau lebih yaitu sebanyak 80% (18 siswa dari 23 siswa) dengan
rata-rata kelas 80 pada materi yang diajarkan yaitu penjumlahan bilangan dua
angka dengan cara bersusun pendek dan panjang. Pada siklus I pertemuan ke-1
untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara
pendek sudah mencapai kriteria yang diharapkan yaitu dengan perolehan rata-rata
kelas 66,08 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari KKM 63 sebanyak
65% (15 siswa), sedangkan yang kurang dari KKM 63 sebanyak 34% (8
siswa)jadi sesuai dengan target indikator kinerja yaitu 65% (15 siswa), sedangkan
untuk materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara
panjang belum mencapai kriteria yang diharapkan karena baru mencapai rata-rata
0
5
10
15
50-56 57-63 64-70 71-77 78-84
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Kategori
Persentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kelas 61,52 dengan siswa yang mencapai KKM 63 sebanyak 56% (13 siswa), dan
yang kurang dari KKM 63 sebanyak 43% (10 siswa). Maka dari itu sesuai
denganindikator pencapaian yang telah dibuat, penelitian akan dilanjutkan pada
siklus II dengan target siswa mendapat nilai sama atau di atas KKM sebesar 80%
(18 siswa dari 23 siswa)dengan rata-rata kelas 80 untuk materi penjumlahan
bilangan dua angka.
d. Refleksi
Data yang diperoleh dari pembelajaran materi penjumlahan bilangan dua
angka melalui observasi kemudian dikumpulkan dan dianalisis. Berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan selama proses pelaksanaan tindakan yang terlampir pada
lampiran5 dan 6, pembelajaran matematika telah menunjukkan peningkatan pada
aktivitas siswa yaitu pada penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan pada
siklus I. Perubahan menjadi lebih baik dikarenakan guru dalam melaksanakan
pembelajaran pada penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan
mulai dari penjumlahan dengan cara bersusun pendek sudah menggunakan media
realita dengan baik serta menggunakan langkah-langkah yang tepat, hal tersebut
membuat siswa lebih mudah memahami materi, karena siswa belajar dengan cara
yang menyenangkan dan menarik. Selain itu siswa juga ikut aktif dalam
pembelajaran dengan melihat secara langsung apa yang dipelajari dengan
menggunakan media realita. Hal ini menunjukkan adanya kesesuaian penggunaan
media realita dalam pembelajaran matematika mengenai penjumlahan dua angka
dengan carabersusun pendek dan panjang.
Untuk materi penjumlahan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan
carabersusunpanjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, hal
tersebut akan dituntaskan dengan pada siklus berikutnya yaitu pada siklus II.
Berdasarkan kegiatan siklus I belum tuntasnya pembelajaran matematika tentang
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan carabersusun
panjang dikarenakan siswa belum memahami hubungan penggunaan media realita
dalam penjumlahan carabersusun panjang serta siswa belum mengenal operasi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun
panjang. Siswa sendiri dalam hal ini memerlukan waktu untuk dapat memahami
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
materi dan lebih mengenal penjumlahan dengan carabersusun panjang. Guru harus
menggunakan langkah-langkah yang mudah untuk dipahami oleh siswa pada
pembelajaran siklus II karena materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa
teknik menyimpan dengan cara panjang memerlukan pemahaman materi lebih
banyak dibandingkan dengan materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa
teknik menyimpan dengan cara pendek. Hal tersebut dapat diuraikan sebagai
berikut:
Pertemuan : 1 (satu)
Indikator :Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun pendek tanpa
teknik meminjam.
Media : Realita berupa sedotan atau kelereng.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
siswa cukup aktif memperhatikan penjelasan guru, namun beberapa siswa masih
belum mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan dengan cara panjang karena masih baru mengenal cara tersebut. Hal
ini dikarenakan masih ada beberapa siswa yang belum mengetahui cara
menggunakan media realita berupa sedotan atau kelereng, kerikil, permen atau
batu dengan tepat.
Kemampuan pemahaman siswa dapat dikatakan baik untuk materi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun
pendek, sehingga hasil belajar siswa pada siklus I pertemuan ke-2 materi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun
panjang belum menunjukkan adanya perubahan yang berarti, karena nilai rata-rata
kelas baru mencapai61,52 dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63adalah
10siswa (43,47%) dan yang telah mencapai lebih dari 63 sebanyak 13 siswa
(56,52%) dari 23 siswa. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang
siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.
Pembelajaran penjumlahan berhasil apabila siswa mendapat nilai sama
atau di atas KKM sebesar 65% (15 siswa dari 23 siswa), adapun pada siklus
Ipertemuan ke-1 siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63sebanyak 8 siswa
(34,78%), dan siswa yang memperoleh nilai sama lebih dari KKM 63 sebanyak 15
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
siswa (65,21%). Dengan demikian nilai rata-rata kelas yang mencapai 66,08
menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita dikatakan
berhasil. Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara pendek siklus I dapat dilihat
pada lampiran 10.
Pertemuan : ke-2
Indikator : Penjumlahan bilangan dua angka secara bersusun panjang tanpa
teknik meminjam.
Media : realita yaitu berupa sedotan atau kelereng.
Berdasarkan hasil pengamatan selama proses pembelajaran berlangsung
siswa terlihat cukup aktif, namun ada beberapa siswa yang masih belum bisa
mendalami materi penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan
cara bensusun panjang karena siswa baru mengenal cara tersebut. Hal ini
dikarenakan siswa belum mengetahui cara menggunakan media realita berupa
sedotan atau kelereng dengan benar dan tepat.
Dari pemantauan hasil belajar diperoleh nilai rata-rata kelas yang baru
mencapai 61.52 dengan siswa yang memperoleh nilai lebih dari 63 sebanyak 13
siswa (56,52%) dari 23 siswa kelas 1.
Pembelajaran berhasil apabila siswa mendapat nilai sama atau di atas
KKM 63 sebanyak 80% (15 siswa dari 23 siswa) berhasil tuntas. Dengan
demikian data nilai rata-rata kelas mencapai 61,52dan siswa yang memperoleh
nilai kurang dari 63 sebanyak 10 siswa (43,47%) dan siswa yang memperoleh
nilai sama atau lebih dari KKM 63 sebanyak 13 siswa (56,52%), dengan demikian
menunjukkan bahwa pembelajaran yang menggunakan media realita pada materi
penjumlahan bilangan dua angka dengan teknik menyimpan cara bersusun
panjang yang dilakukan belum berhasil untuk mencapai target 80% (15 siswa
yang berhasil) dan perlu dilanjutkan pada siklus ke II. Daftar nilai kemampuan
menjumlahkan bersusun panjang siklus I dapat dilihat pada lampiran 11.
Dari perhitungan rata-rata kelas dan jumlah siswa yang memperoleh nilai
rata-rata kelas dalam setiap pembelajaran dengan menggunakan media realita
pada siklus I dapat diketahui bahwa 1 (satu) dari 2 (dua) pertemuan telah
menunjukkan perubahan yang signifikan pada kemampuan menjumlahkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
bilangan dua angka siswa kelas I. Sebagai catatan, untuk siswa yang memperoleh
nilai kurang dari rata-rata kelas harus diadakan perbaikan dengan menambah jam
belajar dan diadakan bimbingan yang insentif agar kemampuan berhitung siswa
dalam hal menjumlahkan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan
cara bersusun panjang dapat meningkat.
Karena dari dua pertemuan pembelajaran yang menggunakan media
realita hanya satu pembelajaran yang telah dapat menunjukkan perubahan yang
signifikan pada peningkatan nilai belajar matematika serta aktivitas siswa kelas 1,
maka harus dilanjutkan pada siklus II untuk materi penjumlahan bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang.
2. Pelaksanaan Siklus II
PelaksaaanSiklus II dalam waktu dua minggu yaitu dilaksanakan selama
dua minggu pada bulan April2011 pada minggu kedua dan ketiga, yaitu tepatnya
pada tanggal 14 April 2011 dan tanggal 19 April 2011 yang sebanyak 2 kali.
a. Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi dan evaluasi pelaksanaan tindakan pada
siklus I diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan media realita
yang telah dilaksanakan pada pertemuan ke-1 tentang materi penjumlahan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang
belum selesai. Oleh karena itu peneliti kembali melaksanakan penyusunan
rencana pembelajaran dengan menggunakan media realita yaitu dengan
indikator penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpandengan
carabersusun panjang. Adapun indikator yang dibuat sebagai dasar penyusunan
rencana pembelajaran pada siklus II adalah sebagai berikut:
1. Penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara
bersusun panjang.
Mengingat hasil analisis terhadap pekerjaan siswa pada siklus I
tersebut ternyata sebagian siswa masih mengalami kesalahan dalam menjawab,
maka rancangan kegiatan belajar mengajar lebih menekankan pada pemahaman
penggunaan media realita yang digunakan sebagai alat dalam menghitung
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun
panjang. Jadi semua kegiatan ditujukan untuk memantapkan serta memperluas
pengetahuan siswa yang telah dipelajari sekaligus merupakan pengulangan dari
kegiatan pada pertemuan ke-1 siklus I.
Pembelajaran direncanakan dalam dua kali pertemuan 2 jam pelajaran.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita sesuai
dengan rencana pembelajaran yang telah disusun.
1) Pertemuan ke-1
Guru mengawali pembelajaran dengan berdoa bersama dahulu, kemudian
guru bersama siswa menyanyikan lagu “satu-satu”. Selanjutnya guru memulai
pelajaran dengan menjelaskan penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan cara bersusun panjang dengan menekankan pada dasar penjumlahan
bilangan dua angka, guru mendemonstrasikan penggunaan media realita untuk
bilangan. Contoh 32 + 12 = . . . . . (cara bersusun panjang). 30= 30 + 0
Berikut langkahnya dapat dilihat pada gambar 11. 12= 10 + 2 +
= 40 + 2
= 42
Gambar 11. Penjumlahan sedotan 30 ditambah 12 sedotan sehingga berjumlah 42
sedotan.
+ 0
+ +
+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Memberikan soal-soal berhitung penjumlahan tanpa teknik menyimpan
dengan carabersusun panjang kepada masing-masing siswa. Daftar nilai
kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada
lampiran 13. Dari lampiran 13 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II
pertemuan 1.
Siklus II pertemuan 1
No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)
1 57-63 4 60 240 17.39%
2 64-70 2 67 134 8.69%
3 71-77 2 74 148 8.69%
4 78-84 2 81 162 8.69%
5 85-91 11 88 968 47.82%
6 92-98 2 95 190 8.69%
Jumlah 1842 100%
Rata-rata 80.08
Berdasarkan Tabel 5. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus II
pertemuan 1 dapat digambarkan pada grafik gambar 12.
Gambar 12. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1.
Dari data nilai kemampuan menjumlahkan siklus II pertemuan 1 diatas
dapat dilihat bahwa siswa dengan rentang nilai 57-63 sebanyak 4 siswa (17,39%),
siswa dengan rentang nilai 64-70 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang
nilai 71-77 sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 78-84 sebanyak
2 siswa (8,69%), siswa dengan rentang nilai 85-91 sebanyak 11 siswa (47,82%),
0
5
10
15
20
25
57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98 Jumlah
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Persentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
sedangkan siswa dengan rentang nilai 92-98 sebanyak 2 siswa (8,69%) . Data nilai
kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada
lampiran 13.
2) Pertemuan ke-2
Pada kegiatan awal pembelajaran, setelah berdoa guru mengajak siswa
untuk menyanyikan lagu “dua mata saya” dan mengadakan tanya jawab tentang
pelajaran kemarin sebagai apersepsi.
Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut:
1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang penjumlahan bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun panjang. Guru menjelaskan
bahwa dasar penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara
bersusun bersusun panjang adalah dengan menjumlahkan puluhan dengan
puluhan dan satuan dengan satuan sehingga siswa perlu memperhatikan
operasi penjumlahan puluhan dan satuan tersebut.
2) Guru mendemonstrasikan penggunaan media realita berupa sedotan atau
kelereng dalam operasi penjumlahan dengan cara bersusun panjang yang
didemonstrasikan oleh guru. Sebagai contoh operasi bilangan dua angka
bersusun panjang dari 32 + 15 = 47
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Cara pengerjaannya bersusun panjang yaitu: 32 = 30 + 2
15 = 10 + 5 +
= 40 + 7
= 47
Gambar 13. Penjumlahan sedotan 32 ditambah 15 sedotan sehingga berjumlah
47 sedotan.
3) Guru membimbing siswa ketika menggunakan media realita dalam
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru.
Kegiatan tersebut agar siswa memahami betul mengenai penjumlahan bilangan
dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang yang
menggunakan dasar penjumlahan bilangan puluhan dan satuan. Kegiatan
dilanjutkan dengan membagikan lembar kerja dan siswa mengerjakan secara
individu. Setelah selesai siswa mengerjakan soal-soal evaluasi secara individu.
Daftar nilai kemampuan menjumlahkan cara panjang siklus II pertemuan 1 dapat
dilihat pada lampiran 14. Dari lampiran 14 diperoleh data seperti terlihat pada
tabel 6.
+
+ +
+
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II
pertemuan 2.
Siklus II pertemuan 2
No Interval Frekuensi (fi) Nilai tengah (xi) fi.xi Prosentase (%)
1 57-63 3 60 180 13.04%
2 64-70 3 67 201 13.04%
3 71-77 2 74 148 8.69%
4 78-84 1 81 81 4.347%
5 85-91 10 88 880 43.47%
6 92-98 4 95 380 17.39%
Jumlah 1870 100%
Rata-rata 81.30
Berdasarkan Tabel 6. Data nilai tes kemampuan menjumlahkan siklus II
pertemuan 2 dapat digambarkan pada grafik gambar 14.
Gambar 14. Grafik Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2
c. Observasi
Observer dalam tahap siklus II ini yaitu guru kelas I yang
mengobservasi guru sekaligus sebagai peneliti dalam pelaksanaan
pembelajaran matematika penjumlahan tanpa teknik menyimpan bersusun
panjang dengan menggunakan media realita serta menggunakan alat bantu
penilaian yaitu berupa lembar observasi dan kamera foto. Observasi ini untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh pembelajaran dengan menggunakan
media realita yang dilaksanakan oleh guru atau peneliti sehingga dapat
0
5
10
15
20
25
57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98 Jumlah
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Persentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II Pertemuan 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
menghasilkan dampak perubahan yang positif pada kemampuan menjumlahkan
matematika siswa kelas I.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan dan ditujukan kepada
guru yang juga sebagai peneliti yaitu terlampir pada lampiran 7, menunjukkan
bahwa aktivitas dan keaktifan guru atau peneliti sudah masuk dalam kriteria
sangatmemuaskan/sangat aktif dengan rata-rata skor total 3,75. Hal tersebut
bisa dilihat dari hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh observer. Adanya
peningkatan aktifitas dan keaktifan guru yang juga sebagai peneliti pada
pembelajaran matematika materi penjumlahan dengan menggunakan media
realita. Hal tersebut dapat dilihat pada lampiran 7, dengan penjelasannya yaitu
sebagai berikut, aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat skor 3 (baik)
yaitu: (1) persiapan pembelajaran, (2) membuka pelajaran, (3) ketepatan waktu
sesuai perencanaan. Sedangkan aktivitas guru sebagai peneliti yang mendapat
skor 4 (sangat baik) yaitu: (1) kejelasan dan sistematika penyampaian materi,
(2)kemampuan penggunaan media, (3) melibatkan siswa dalam pemanfaatan
media, (4) penggunaan berbagai sumber, (5) penuh perhatian kepada siswa,
(6)memantau kemajuan belajar siswa selama proses pembelajaran,
(7)melakukan penilaian proses observasi, (8) melakukan penilaian hasil
belajar/evaluasi, (9) pemberian tindak lanjut. Oleh karena itu jika dilihat secara
umum berdasarkan lampiran 7 aktivitas guru masuk dalam kriteria sangat
memuaskan dengan total skor 3,75.
Dalam tahap ini guru sekaligus sebagai peneliti melaksanakan
observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran yaitu dengan menggunakan
media realita yang berupa sedotan atau kelereng pada tiap-tiap pertemuan.
Observasi ini ditujukan pada aktivitas siswa dalam pembelajaran yang
dilaksanakan serta hasil pembelajaran berhitung menjumlahkan.
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilaksanakan dan ditujukan
pada aktivitas siswa dalam pelaksanaan pembelajaran mengalami
peningkatan.Hal tersebut dapat diketahui dan dilihat dari penjelasan yang
terdapat pada lampiran 8. Untuk penjelasan dari lampiran 8 yaitu keaktifan
siswa yang tergolong cukup hanya satu kegiatan yaitu: aktif mengerjakan tugas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
individu. Sedangkan untuk keaktifan siswa yang tergolong aktif yaitu: (1) aktif
memperhatikan penjelasan dari guru, (2) aktif dalam menggunakan media
realita, (3) aktif menjawab pertanyaan guru, (4) keberanian mengerjakan di
depan kelas.
Setelah terlaksananya tindakan pada siklus II dengan penerapan
penggunaan media realita pada pembelajaran matematika dengan diperoleh
peningkatan aktivitas siswa yang signifikan serta diperoleh data hasil penilaian
kemampuan siswa kelas I SDN Kadireso siklus II yang terdapat pada lampiran
15. Maka berdasarkan lampiran 15 diperoleh data seperti terlihat pada tabel 7.
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan
Kelas I SDN Kadireso Pada Siklus II.
No Interval Frekuensi Persentase Katergori
1 57-63 3 13.04% Sangat Kurang
2 64-70 3 13.04% Kurang
3 71-77 2 8.69% Cukup
4 78-84 1 4.35% Baik
5 85-91 10 43.47% Baik Sekali
6 92-98 4 17.39% Istimewa
Jumlah 23 100%
Rata-rata 80.10
Dari tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa setelah dilaksanakan tindakan
pada siklus II, maka didapatkan hasil keseluruhan nilai siswa yang diatas 63
yaitu sebagai berikut. Yang memperoleh kategori istimewa sebanyak 4 siswa
(17,39%), siswa yang mendapatkan kategori baik sekali sebanyak 10 siswa
(43,47%), siswa yang mendapatkan kategori cukup sebanyak 8 siswa (35%),
adapun yang mendapat kategori hampir baik sebanyak 1 siswa (4,35%), siswa
yang mendapat kategori cukup sebanyak 2 siswa (8,69%), siswa yang
mendapat kategori kurang sebanyak 3 siswa (13,04%), sedangkan untuk siswa
yang mendapat kategori sangat kurang sebanyak 3 siswa (13,04). Jadi jumlah
keseluruhan siswa yang memperoleh nilai di atas 63 sebanyak 19 siswa
(82.60%). Data nilai matematika materi penjumlahan siklus II siswa kelas I
SDN Kadireso pada tabel 7 dapat dilihat pada lampiran 15.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
Berdasarkan tabel 7. Data Frekuensi Nilai Tes Kemampuan Menjumlahkan
Siswa Pada Siklus II dapat digambarkan padagarfik gambar 15.
Gambar 15. Grafik Frekuensi Nilai Kemampuan Menjumlahkan siklus II.
Pelaksanaan pada siklus II ini dicapai nilai siswa yang tuntas yaitu
sebesar 82,60% (19 siswa dari 23 siswa) dengan rata-rata kelas 80,10 tentang
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara panjang. Pada
pertemuan 1 nilai rata-rata kelas diperoleh 77,61 dan pada pertemuan ke 2
diperoleh rata-rata kelas 80,65. Jadi dari kedua pertemuan pada siklus II
diperoleh rata-rata kelas keseluruhan yaitu 80,10.
Pencapaian hasil yang diharapkan adalah tercapainya KKM yaitu 63
atau lebih serta adanya perolehan nilai siswasama atau di atas KKM yaitu 80%
(18 siswa dari 23 tuntas) dengan rata-rata kelas 80 pada materi penjumlahan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara bersusun panjang.
Keseluruhan data yang diperoleh dalam kegiatan ini termasuk pencatatan hasil
tes akan digunakan sebagai bahan masukan untuk menganalisis perkembangan
kemampuan siswa pada penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan dengan cara bersusun panjang.
c. Refleksi
Hasil analisis data terhadap pelaksanaan pembelajaran dengan
menggunakan media realita pada siklus II secara umum telah menunjukkan
perubahan yang signifikan, dimana aktivitas ataupun partisipasi siswa yang
telah mengalami peningkatan.Siswa lebih banyak memperhatikan dan aktif
0
5
10
15
57-63 64-70 71-77 78-84 85-91 92-98
Fre
ku
ensi
Nilai Siswa
Kategori
Persentase
Grafik Nilai Kemampuan Menjumlahkan Siklus II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
menjawab pertanyaan guru, lebih berinisiatif dan kreatif dalam penerapan
penggunaan media. Pemahaman pada kemampuan menjumlahkan lebih
meningkat, yang tentunya sangat berpengaruh terhadap hasil belajar
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan dengan cara
bersusun panjang siswa. Dengan partisipasi siswa dalam pembelajaran yang
semakin meningkat, suasana kelas juga terasa lebih hidup dan menyenangkan.
Dari analisis hasil tes pada siklus II diketahui bahwa pada pertemuan
ke-1 mencapai nilai rata-rata kelas 77,61 dan siswa yang memperoleh nilai
lebih dari 63 yaitu sebanyak 19 siswa (82,60%) sedangkan siswa yang
memperoleh nilai kurang dari 63 yaitu sebanyak 4siswa (17,39%). Adapun
pada pertemuan ke-2 diperoleh nilai rata-rata kelas yang mencapai 80,65
dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas 63 sebanyak 20 siswa
(86,95%), sedangkan untuk siswa yang memperoleh nilai kurang dari 63
sebanyak 3 siswa (13,04%). Maka dari kedua pertemuan tersebut maka
diperoleh rata-rata kelas 80,10 dengan jumlah siswa yang mendapat nilai diatas
63 yaitu sebanyak 19 siswa berhasil tuntas atau (82,60%) dari 23 jumlah siswa.
Dari penelitian ini dapat dilihat pembelajaran dikatakan berhasil
apabila partisipasi siswa dalam pembelajaran menjumlahkan bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpan cara panjang mengalami peningkatan. Selain
itu hasil nilai yang dicapai siswa melalui tes akhir pembelajaranyang tuntas
mendapatkan nilai di atas KKM 63 sebanyak 82,60% (19 siswa dari 23 siswa)
dengan rata-rata kelas 80,10. Jadi penelitian ini dikatakan berhasil karena telah
mencapai lebih dari target yang ditentukan dalam indikator yaitu siswa yang
tuntas diatas KKM 63 sebanyak 80% (18 siswa dari 23 siswa) serta tercapainya
rata-rata kelas 80.
Atas dasar ketentuan hasil yang telah diperoleh pada masing-masing
pertemuan, maka pembelajaran melalui media realita yang dilaksanakan pada
siklus II dikatakan berhasil, sehingga tidak perlu dilanjutkan pada siklus
berikutnya.Namun guru masih harus tetap melaksanakan bimbingan belajar
untuk kemampuan siswa yang mendapatkan dibawah rata-rata kelas khususnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kepada satu siswa yang berkebutuhan khusus dan melaksanakan pengayaan
untuk siswa yang memperoleh nilai diatas rata-rata kelas sebagai tindak lanjut.
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat dilihat
adanya peningkatan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Selain aktivitas juga
diperoleh peningkatan kemampuan menjumlahkan dengan media realita pada
siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali.
Peningkatan aktivitas siswa dari siklus 1 ke siklus 2 dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Aktivitas Siswa Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
No Aspek yang diamati
Siklus I Siklus II
Skor Skor
1 2 3 1 2 3
1 Aktif memperhatikan
penjelasan guru √
√
2
Aktif dalam
menggunakan media
realita
√ √
3 Aktif menjawab
pertanyaan guru √ √
4
Keberanian waktu
mengerjakan didepan
kelas
√ √
5 Aktif mengerjakan tugas
individu √ √
Jumlah 8 3 2 12
Total 11 14
Rata-rata 2,2 2,8
Banyak siswa yang
mendapat skor 3 13 7 0 10 13
Persentase 13% 56,5% 30,4% 0% 43,4% 56,5%
Melihat tabel 8 diatas maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I
dan siklus II. Dapat dilihat pada siklus I keaktifan siswa dengan perolehan nilai
rata-rata yaitu 2,2 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang
mencapai 2,8 dengan demikian maka keaktifan siswa dalam pembelajaran sudah
ada peningkatan kenaikan aktifitas dengan tercapainya nilai rata-rata 2,8.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
Dilihat dari tabel 8 diatas pada siklus I diperoleh 7 siswa (30,4%) dengan
kriteria baik, sedangkan13 siswa (56,5%) dengan kriteria cukup, serta 3 siswa
(13%) dengan kriteria kurang dari rata-rata untuk siklus I. Sedangkan pada siklus
II diperoleh 13 siswa dengan kriteria baik dan 10 siswa dengan kriteria cukup
dengan rata-rata 2,8. Dilihat dari tabel 8, dengan demikian keaktifan siswa dalam
pembelajaran matematika materi penjumlahan sudah ada peningkatan kenaikan.
Setelah dilaksanakan penilaian keaktifan siswa maka keaktifan guru
dalam melaksanakan pembelajaran juga dinilai dan dapat dilihat pada tabel 9.
Tabel 9. Aktifitas Guru Dalam Pembelajaran Siklus I dan Siklus II.
No Aspek yang diamati
Hasil Observasi Hasil
Observasi
Siklus I Siklus II
1 2 3 4 1 2 3 4
1 Persiapan pembelajaran
2 Membuka pelajaran
3 Kejelasan dan sistematika penyampaian materi
4 Kemampuan penggunaan media
5 Melibatkan siswa dalam pemanfaatan media
6 Penggunaan beragai sumber
7 Ketepatan waktu sesuai perencanaan
8 Penuh perhatian kepada siswa
9 Memantau kemajuan siswa belajar selama
proses pembelajaran
10 Melakukan penilaian proses observasi
11 Melakukan penilaian hasil belajar/evaluasi
12 Pemberian tindak lanjut
Jumlah skor 6 18 12 9 36
Total skor 36 45
Rata-rata skor (Total skor : 12) 3,0 3,75
Dilihat dari tabel 9 maka diperoleh jumlah skor penilaian pada siklus I
dan siklus II. Pada siklus I keaktifan guru dengan perolehan nilai rata-rata yaitu
3.0 sedangkan pada siklus II diperoleh nilai rata-rata yang mencapai 3,75. Oleh
karena demikian maka keaktifan dalam pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru
sudah ada peningkatan yaitu keaktifan siswa dengan tercapainya nilai rata-rata
3,75.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Dari tabel 8 dan 9, maka dapat diketahui peningkatan aktifitas siswa dan
guru dalam pembelajaran antara lain sebagai berikut:
a. Peningkatan aktifitas siswa:
1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.
2. Siswa aktif dalam menggunakan media realita.
3. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.
4. Keberanian mengerjakan didepan kelas.
Aktifitas siswa yang belum meningkat adalah: mengerjakan tugas
individu.
b. Peningkatan aktifitas guru:
1. Persiapan guru sebelum pembelajaran.
2. Kejelasan dan sistematika guru dalam penyampaian materi.
3. Kemampuan guru dalam menggunakan media.
4. Guru melibatkan siswa dalam pemanfaatan media.
5. Guru lebih aktif menggunakan berbagai sumber.
6. Pemberian perhatian yang dilakukan guru dalam pembelajaran.
7. Guru memantau kemajuan belajarsiswaselama proses pembelajaran.
8. Guru melakukan penilaian observasi.
9. Guru melakukan penilaian hasil belajar /evaluasi.
10. Pemberian tindak lanjut yang diberikan oleh guru.
Aktivfitas guru yang belum meningkat adalah; (1) membuka pelajaran,
(2) ketepatan waktu sesuai dengan perencanaaan.
Dari lampiran 6 dan 8 serta tabel 8 diatas, maka dapat diketahui
peningkatan aktifitas siswa dalam pembelajaran yaitu antara lain:
c. Peningkatan aktivitas siswa:
1. Siswa lebih aktif memperhatikan penjelasan guru.
2. Siswa aktif dalam menggunakan media realita.
3. Siswa aktif menjawab pertanyaan guru.
4. Keberanian siswa untuk dalam mengerjakan di depan kelas.
Peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I dapat dilihat
dengan adanya peningkatan persentase siswa yang memperoleh nilai diatas 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
serta tercapainya rata-rata kelas 80 atau lebih seperti yang tercantum dalam tabel
frekuensi nilai kemampuan menjumlahkan siswa kelas I SDN Kadireso sebelum
tindakan, sesudah tindakan siklus I, dan sesudah tindakan siklus II.
Secara lebih rinci perkembangan kemampuan menjumlahkan siswa kelas
I SDN Kadireso dalam penelitian dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Rekapitulasi Nilai Rata-rata Kelas Sebelum, Sesudah Tindakan Siklus I
dan Siklus II.
No Materi
Rata-rata Nilai Kelas Rata-rata Ketuntasan (%)
Sebelum Siklus
I
Siklus
II Sebelum
Siklus
I
Siklus
II
1 Penjumlahan
bilangan tanpa
teknik menyimpan
dengan cara
bersusun pendek
dan panjang
53.69 63.80 80.10 34.78 65.21 78.26
Berdasarkan tabel 10, dapat dibuat nilai sebelum tindakan, siklus I, siklus II
sebagai berikut:
Gambar 16. Grafik Rata-rata Nilai Kelas Sebelum Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II.
0
20
40
60
80
100
Sebelum Siklus I Siklus II
Rata-rata Nilai Kelas
Rata
-rata
Kondisi
53.69 63.80 80.10
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
Gambar 17. Grafik Rata-rataKetuntasan Sebelum Tindakan, Siklus I,
dan Siklus II
Dari tabel 10 di atas dapat dilihat bahwa pembelajaran dengan
menggunakan media realita yang dilaksanakan oleh peneliti sudah
memperlihatkan peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa pada bilangan dua
angka tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan panjang. Hal ini secara
klasikal dibuktikan dari perolehan rata-rata nilai kelas sebelumtindakan yang
semula 53 dengan rata-rata ketuntasan sebesar (35%), sesudah diadakan tindakan
siklus I diperolehpeningkatan rata-rata nilai kelasyaitu 63,80 dengan rata-rata
ketuntasan sebesar (65%), kemudian tindakanpada siklus siklus II diperoleh
peningkatan lagipada rata-rata nilai kelas yaitu 80 dengan rata-rata ketuntasan
sebesar (78%).
Hambatan-hambatan yang ditemui pada penelitian ini, diantaranya:
hambatan yang dijumpai yakni siswa belum familier atau belum pernah diajarkan
dalam pembelajaran menggunakan media realita yang mungkin ada disekitarnya
serta cara penggunaan media realita dalam hal ini menggunakan sedotan untuk
materi penjumlahan bilangan dua angka. Selain itu materi itu merupakan materi
yang baru untuk siswa kelas I jadi perlu adanya penerapan pembelajaran yang
menyenangkan dan membuat tertarik siswa.
Dari keseluruhan tindakan atau siklus yang telah dilaksanakan, maka
dapat disimpulkan bahwa peningkatan kemampuan menjumlahkan siswa kelas I
SDN Kadireso dapat dilakukan melalui media realita. Hal ini nampak jelas dengan
0
20
40
60
80
Sebelum Siklus I Siklus II
Rata-rata Ketuntasan
Rata
-rata
Kondisi
35%
65% 78%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
adanya peningkatan aktifitas siswa, dan peningkatan nilai rata-rata kelas pada
setiap siklus sebagaimana terlihat pada tabel 8.
Dengan demikian dapat diajukan suatu rekomendasi bahwa pembelajaran
dengan menggunakan media realita dapat meningkatkan kemampuan
menjumlahkan pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dan
sekolah-sekolah dasar pada umumnya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan
dalam dua siklus selama 4 kali pertemuan dengan menerapkan pembelajaran
matematika materi penjumlahan dua angka bilangan bulat dengan menggunakan
media realita pada siswa kelas I SDN Kadireso Kabupaten Boyolali dapat dibuat
kesimpulan sebagai berikut:
Hasil penelitian tindakan kelas pada siklus I menunjukkan adanya
peningkatan kemampuan menjumlahkan dua angka bilangan bulat tanpa teknik
menyimpan dengan ditandai meningkatnya hasil belajar matematika untuk materi
penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara
pendek dan cara panjang yang nilai rata-rata siswa mencapai 63,80 dengan
persentase siswa yang mencapai nilai diatas 63 adalah sebanyak 65,21%
(15siswa). Akan tetapi untuk materi menjumlahkan dua angka bilangan bulat
tanpa teknik menyimpan dengan cara panjang nilai rata-rata baru mencapai 61,52
dengan persentase siswa perolehan nilai siswa yang diatas 63 sebanyak 56,52%
(13 siswa) sehingga untuk materi penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa
teknik menyimpan dengan cara panjang harus diulang pada siklus II. Hasil pada
siklus II telah menunjukkan peningkatan yang cukup berarti, semula nilai rata-rata
pada siklus I yaitu 63,80 dengan persentase 15 siswa yang mendapat nilai di atas
63 hanya (65,21%), sedangkan pada siklus II nilai rata-rata mencapai 80,10
dengan persentase siswa yang memperoleh nilai di atas 63 yaitu sebanyak 19
siswa (82,60%).
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas dengan menggunakan 2
siklus selama 4 kali pertemuan yang terdiri dari 2 kali pertemuan pada siklus I dan
2 kali pertemuan pada siklus II tersebut diatas, artinya bahwa ternyata dengan
menerapkan pembelajaran dengan menggunakan media realita dalam
pembelajaran matematika dapat meningkatkan kemampuan menjumlahkan dua
angka bilangan bulat siswa dalam pembelajaran matematika pada siswa kelas I
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
SDN Kadireso Kabupaten Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011. Dalam hal ini
media realita yang digunakan berupa sedotan atau kelereng dengan cara warna
yang berbeda yang fungsinya untuk membedakan antara puluhan dan satuan baik
untuk penjumlahan bersusun pendek maupun bersusun panjang. Dengan demikian
pembelajaran matematika dengan menggunakan media realita dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan kemampuan pembelajaran matematika di kelas I sehingga
kemampuan berhitung siswa dapat meningkat.
B. Implikasi
Penetapan pembelajaran dan prosedur dalam penelitian ini didasarkan
pada pembelajaran dengan penggunaan media realita dalam pembelajaran
matematika. Model yang dipakai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model
siklus, adapun prosedur penelitiannya terdiri dari 2 (dua) siklus. Siklus I
dilaksanakan selama 2(dua) minggu untuk mengulang satu materi penjumlahan
dua angka bilangan bulat tanpa teknik menyimpan dengan cara pendek dan
panjang, sedangkan untuk siklus II dilaksanakan selama dua minggu juga untuk
mengulang satu materi yaitu penjumlahan dua angka bilangan bulat tanpa teknik
menyimpan dengan cara panjang yang belum berhasil pada siklus I.
Dalam setiap tindakan atau siklus terdiri dari 4 (empat) tahapan
kegiatan, yaitu perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan
refleksi. Kegiatan ini dilaksanakan berdaur ulang.
Sebelum melaksanakan tindakan dalam tahap siklus, perlu
perencanaan. Perencanaan ini selalu memperhatikan setiap perubahan yang
dicapai pada siklus sebelumnya terutama pada setiap tindakan yang dapat
meningkatkan kemampuan belajar siswa. Hal ini didasarkan pada hasil analisis
perkembangan dari pertemuan yang satu ke pertemuan yang lain dalam satu siklus
pertama sampai kedua.
Berdasarkan kriteria temuan dan pembahasan hasil penelitian seperti
yang diuraikan pada bab IV, maka penelitian ini layak dipergunakan untuk
membantu guru dalam menghadapi permasalahan yang sejenis. Di samping itu
perlu penelitian lanjut tentang upaya guru mempertahankan atau menjaga dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
meningkatkan prestasi belajar siswa. Pembelajaran dengan menggunakan media
realita pada hakikatnya layak digunakan dan dikembangkan oleh guru yang
menghadapi permasalahan yang sejenis, terutama untuk mengatasi maslah
peningkatan kemampuan berhitung siswa, yang pada umumnya dimiliki oleh
sebagian besar siswa. Adanya kendala yang dihadapi dalam pembelajaran
matematika dengan menggunakan media realita harus diatasi semaksimal
mungkin. Oleh karena itu kreativitas dan keaktifan guru sangat diperlukan untuk
meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
C. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian, maka ada beberapa saran yang dapat
dipergunakan sebagai bahan pertimbangan dan sebagai uraian penutup skripsi ini
antara lain:
1. Bagi Guru
Peneliti menyarankan kepada para guru untuk mempertimbangkan
menggunakan media realita dalam pembelajaran matematika pada materi
penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan cara bersusun
pendek dan panjang pada Sekolah Dasar (SD).
2. Bagi Siswa
Hendaknya ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran dengan
penggunaan media realita dan selalu mengerjakan tugas-tugas yang diberikan
guru serta meningkatkan usaha belajar sehingga kemampuan menjumlahkan
pada pembelajaran matematika dapat tercapai dengan baik.
3. Bagi Sekolah
Peneliti menyarankan penyediaan media realita sebagai media
alternatif materi penjumlahan pada pembelajaran matematika di Sekolah
Dasar (SD).