Upload
others
View
21
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS DISKUSI
DENGAN MEDIA TEKA TEKI SILANG
PADA SISWA KELAS VIII-A SMP SHALAHUDDIN
SKRIPSI
OLEH:
NOVA AYU FEBRIANTI
NIM 135110700111017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMAHAMI TEKS DISKUSI
DENGAN MEDIA TEKA TEKI SILANG
PADA SISWA KELAS VIII-A SMP SHALAHUDDIN
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Brawijaya
untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
dalam Memperoleh Gelar Sarjana
OLEH:
NOVA AYU FEBRIANTI
NIM 135110700111017
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2017
HALAMAN PERSETUJU
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan
judul Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi Dengan Media Teka-teki
Silang pada Siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan di Universitas Brawijaya. Skripsi ini mendeskripsikan tentang
peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan menggunakan media teka
teki silang. Media Teka-teki silang digunakan dalam proses pemberian materi,
penugasan, dan pembentukan karakter bagi siswa kelas VIII-A. dengan
menggunakan media ini, peneliti berusaha memberikan jalan keluar bagi kesulitan
belajar siswa dan membentuk karakter bagi siswa.
Skripsi ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa adanya bantuan dan
dorongan dari berbagai pihak telah memberikan sumbangan yang sangat berarti
dalam proses pengerjaan yang panjang. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Lilik Wahyuni dan Bapak Moch Sifak, mereka adalah orang tua saya
tercinta yang menjadi motivasi utama saya dalam menyelesaikan skripsi.
2. Bapak Nanang Bustanul Fauzi, M.Pd., Ketua Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Brawijaya.
3. Dr. Eti Setiawati, M.Pd., dosen pembimbing skripsi yang selalu sabar dalam
memberikan bimbingan dan motivasi agar skripsi saya cepat terselesaikan.
4. Dr. Warsiman, M.Pd., dosen penguji yang saya harapkan dan sebagai bapak
panutan terbaik bagi saya.
5. Drs. H. Mashuri B.Sc., Kepala Sekolah SMP Shalahuddin yang telah
memberikan izin untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.
6. Ibu Lia Noviana Qostantia, M.Pd., guru bahasa Indonesia kelas VIII-A
SMP Shalahuddin dan sebagai observer pelaksanaan penelitian.
7. Siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin yang telah bersedia mengikuti
pembelajaran dalam penelitian peningkatan kemampuan memahami teks
diskusi dengan media teka-teki silang.
8. Hanikara D. Rahman dan Misti Madyarini yang telah memberikan semangat
dan menemani dan membantu saya selama melaksanakan penelitian di
lapangan.
9. Hanikara D. Rahman, Rizki Taufani Putri dan Elan Cendekiawati yang telah
menjadi teman, kakak, adek, dan penyemangat saya dalam hari-hari saya
selama proses pengerjaan skripsi.
10. Misti Madyarini, Octa Dwi Saputra, Oppy Nindia Rani, M Zacky Mubarrok,
M. Ayyina Yusron, dan Ervia Wahyu. Sebagai teman satu bimbingan yang
menjadi penyemangat saya.
11. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia FIB
UB 2013/2014.
12. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih atas
semua masukan, saran, dan motivasi yang diberikan.
vi
13. Nova Ayu Febrianti (diri saya Sendiri) terimakasih karena telah berusaha
dengan keras, tetap berjuang, dan tidak menyerah untuk menyelesaikan
skripsi ini.
Semoga bantuan dalam bentuk doa, motivasi, dan dukungan yang telah
diberikan dapat menjadi amalan yang baik dan diterima Allah SWT. Adanya kritik
dan saran yang membangun akan berguna dalam kesempurnaan skripsi ini. Semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Malang, 07 Juli 2017
Nova Ayu Febrianti
vii
ABSTRAK
Febrianti, Nova Ayu. 2017. Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi
dengan Media Teka-teki silang pada Siswa Kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Ilmu Budaya,
Universitas Brawijaya. Pembimbing: Dr. Eti Setiawati, M.Pd
Kata Kunci : PTK, teks diskusi, teka-teki silang, pendidikan karakter
Kemampuan memahami merupakan kemampuan paling dasar yang harus
dikuasai siswa kelas VIII-A. Hampir seluruh siswa akan menjawab “paham” ketika
guru bertanya. Namun, banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah KKM pada
saat penugasan. Hal itu, menunjukkan bahwa siswa belum memahami materi yang
diberikan, tetapi siswa menjawab paham agar pembelajaran cepat selesai dan dapat
bermain dengan temannya.
Tujuan dalam penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan peningkatan proses
dan peningkatan hasil belajar siswa, dan (2) mengetahui dampak penggunaan media
pada pendidikan karakter siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Penelitian ini
menggunakan model PTK Kemmis dan Mc Taggart dengan pendekatan kualitatif.
Sumber datanya adalah siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Data penelitian
diperoleh dari hasil observasi guru, hasil observasi siswa, dan hasil observasi
karakter siswa. Analisis data dilakukan dengan menganalisis persentase
peningkatan proses dan hasil pembelajaran, serta analisis persentase dampak
penggunaan media teka-teki silang (TTS) terhadap pendidikan karakter siswa.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan memahami teks diskusi
oleh siswa kelas VIII-A dinyatakan meningkat setelah menggunakan media TTS.
Pemerolehan persentase kegiatan pembelajaran memahami teks diskusi adalah
92,64%, artinya proses pembelajaran di kelas VIII-A telah terlaksana dengan sangat
kondusif dan pada hasil pemerolehan siswa memperoleh persentase tahap prasiklus
adalah 54,54%, persentase pada siklus I adalah 72%, dan persentase pada siklus II
adalah 100%. Peningkatan persentase tersebut menunjukkan bahwa penggunaan
media TTS membuat siswa antusias dalam mengisi jawaban pada kolom lajur
mendatar dan lajur menurun, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
itu, dapat ditunjukkan dengan pemerolehan persentase sebesar 85% pada dampak
penggunaan media TTS terhadap pembentukan karakter siswa.
viii
ABSTRACT
Febrianti, Nova Ayu. 2017. Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi
dengan Media Teka-teki silang pada Siswa Kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
Study Program of Education Language and Indonesian Literature, Faculty of
Cultural Studies, Brawijaya University. Advisor: Dr. Eti Setiawati, M.Pd
Key Word : PTK, Discussion Text, Crossword, Character Building.
The ability of understanding is the basic skill which should be acquired by
VIII-A class. In learning process, many students will answer “understand, ma’am!”
when the teacher asks about the material. However, in the end of learning, most of
them get under the standard score. It shows that students do not understand with
the material given, but they respond differently in order to complete the learning
process quickly. The rowdy class makes students difficult to understand the material
provided.
Th This research aims to, (1) describe the improvement of learning process
and enhancement of learning outcomes, (2) know the impact of media usage on the
student character building of VIII-A class of SMP Shalahuddin. This research uses
“PTK” of Kemmis and Mc Taggart with qualitative approach. The data source is
the students of VIII-A class of SMP Shalahuddin Malang. The data research are
obtained from the observation of students and their characters. The data is analyzed
by percentage analysis to the improvement of teaching learning, learning
achievement, and the impact of media usage of TTS (Teka-Teki Silang) on student
character building.
The result showed that the ability to understand the discussion text by the
students of VIII-A class increased after using TTS media. The percentage of
learning process was 92.64%, it meant the learning process in VIII-A class had
been done very conducive. The result of the percentage improvement of the
students’ ability in understanding the discussion text at the pre-cycle was 54.54%,
the percentage in cycle I was 72% and cycle II was 100%. The percentage
enhancement showed that the usage of TTS can simplify and make the students
enthusiastic in learning, so as to improve the student learning outcomes. It was
proved with the percentage by 85% on the impact of TTS media usage on the student
character building.
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................ i
PERSYARATAN KEASLIAN ............................ Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................. Error! Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR ......................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiiiv
BAB I. PENDAHULUAN ................................... Error! Bookmark not defined.
1.1 Latar Belakang............................................ Error! Bookmark not defined.
1.2 Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.3 Tujuan Penelitian ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.4 Asumsi Penelitian ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.5 Manfaat Penelitian ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.5.1 Manfaat Teoretis ...................................... Error! Bookmark not defined.
1.5.2 Manfaat Praktis ........................................ Error! Bookmark not defined.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ........................... Error! Bookmark not defined.
1.7 Definisi Operasional ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB II. KAJIAN PUSTAKA .............................. Error! Bookmark not defined.
2.1 Penelitian Terdahulu ................................... Error! Bookmark not defined.
2.2 Landasan Teori ........................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.1 Memahami Teks ....................................... Error! Bookmark not defined.
2.2.2 Teks Diskusi ............................................. Error! Bookmark not defined.
2.2.3 Struktur Teks Diskusi ............................... Error! Bookmark not defined.
2.2.4 Ciri Kebahasaan Teks Diskusi .................. Error! Bookmark not defined.
2.3 Media Pembelajaran ................................... Error! Bookmark not defined.
2.3.1 Media Teka-Teki Silang ........................... Error! Bookmark not defined.
x
2.3.2 Langkah-Langkah Memproduksi Media Teka-Teki Silang ............... Error!
Bookmark not defined.
2.3.3 Langkah-Langkah Penerapan Media Teka-Teki Silang ..Error! Bookmark
not defined.
2.3.4 Kelebihan Penggunaan Media Teka-Teki Silang ..... Error! Bookmark not
defined.
2.4 Pendidikan Karakter ................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III. METODE PENELITIAN ...................... Error! Bookmark not defined.
3.1 Rancangan Penelitian .................................. Error! Bookmark not defined.
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian ...................... Error! Bookmark not defined.
3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ............ Error! Bookmark not defined.
3.4 Jenis Data ................................................... Error! Bookmark not defined.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian. Error! Bookmark not
defined.
3.6 Analisis Data .............................................. Error! Bookmark not defined.
3.7 Refleksi Kegiatan Pembelajaran .................. Error! Bookmark not defined.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data ....................... Error! Bookmark not defined.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ............. Error! Bookmark not defined.
4.1 Hasil Penelitian .......................................... Error! Bookmark not defined.
4.1.1 Pelaksanaan Tahap Prasiklus ................... Error! Bookmark not defined.
4.1.1.1 Deskripsi Pembelajaran Memahami Teks Diskusi Tahap Prasiklus
............................................................ Error! Bookmark not defined.
4.1.1.2 Deskripsi Pemerolehan Nilai Siswa Tahap Prasiklus ..Error! Bookmark
not defined.
4.1.1.3 Temuan Kekurangan pada Tahap Prasiklus ........ Error! Bookmark not
defined.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I ................................ Error! Bookmark not defined.
4.1.2.1 Perencanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus I ............ Error! Bookmark not defined.
4.1.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus I ............ Error! Bookmark not defined.
4.1.2.3 Pendidikan Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Siklus I ............... Error!
Bookmark not defined.
4.1.2.4 Refleksi Kegiatan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan
Media Teka-Teki Silang pada Siklus I .. Error! Bookmark not defined.
xi
4.1.3 Pelaksanaan Siklus II ............................... Error! Bookmark not defined.
4.1.3.1 Perencanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus II ........... Error! Bookmark not defined.
4.1.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus II ........... Error! Bookmark not defined.
4.1.3.3 Pendidikan Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Siklus II .......... Error!
Bookmark not defined.
4.1.3.3 Refleksi Kegiatan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan
Media Teka-Teki Silang pada Siklus II Error! Bookmark not defined.
4.2 Pembahasan Penelitian ............................... Error! Bookmark not defined.
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi dengan Media Teka-
Teki Silang pada Siswa Kelas VIII-A ..... Error! Bookmark not defined.
4.2.2 Dampak Penggunaan Media Teka-Teki Silang pada Pembentukan
Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Pembelajaran Memahami Teks
Diskusi ................................................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2.1 Karakter Kedisiplinan .......................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2.2 Karakter Ketertiban .............................. Error! Bookmark not defined.
4.2.2.3 Karakter Tanggung Jawab .................... Error! Bookmark not defined.
4.2.2.4 Karakter Komunikatif .......................... Error! Bookmark not defined.
BAB V. PENUTUP ............................................. Error! Bookmark not defined.
5.1 Simpulan .................................................... Error! Bookmark not defined.
5.2 Saran ........................................................... Error! Bookmark not defined.
DAFTAR PUSTAKA .......................................... Error! Bookmark not defined.
LAMPIRAN ................................................................................................... 115
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Kriteria Ketuntasan Pembelajaran .................................................... 42
Table 4.1 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tahap Prasiklus ....................... 52
Table 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Tindak Siklus I ....................... 62
Table 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindak Siklus I ...................... 63
Table 4.4 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tindakan Siklus I .................... 65
Table 4.5 Hasil Observasi Karakter Siswa pada Tindak Siklus I ...................... 68
Table 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Tindak Siklus II ...................... 80
Table 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindak Siklus II ..................... 82
Table 4.8 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tindakan Siklus II .................... 84
Table 4.9 Hasil Observasi Karakter Siswa pada Tindak Siklus II ...................... 85
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Teks Diskusi .................................................................. 16
Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan Mc Teggart .......................................... 36
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara Observasi ............................................... 120
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Siklus I .................................................. 121
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Siklus II .................................................. 122
Lampiran 4 Angket Respon Siswa ............................................................... 123
Lampiran 5 Pedoman Observasi Guru .......................................................... 124
Lampiran 6 Pedoman Observasi Siswa ......................................................... 125
Lampiran 7 Penilaian Karakter ..................................................................... 128
Lampiran 8 RPP Memahami Teks Diskusi ................................................... 130
Lampiran 9 Tabel Penilaian ........................................................................ 147
Lampiran 10 Dokumentasi ........................................................................... 158
1
BAB I
PENDAHULUAN
Pada pendahuluan ini dideskripsikan tentang (1) latar belakang, (2) rumusan
masalah, (3) tujuan penelitian, (4) asumsi penelitian, (5) manfaat penelitian, (6)
ruang lingkup penelitian, dan (7) definisi oprasional.
1.1 Latar Belakang
Fenomena pembelajaran yang terjadi saat ini memperlihatkan ketika guru
bertanya “sudah paham?” lalu siswa menjawab “iya paham” atau “paham bu”.
Namun, ketika siswa mengerjakan soal siswa tidak bisa mengerjakan dengan baik
dan siswa tidak bisa mendapatkan nilai yang baik. Siswa yang tidak dapat
mengerjakan tugas menunjukkan bahwa siswa tersebut hanya menjawab paham,
tetapi siswa sebenarnya tidak paham dengan pertanyaan dan materi yang telah
disampaikan oleh guru. Hal itu, disebabkan oleh siswa yang belum mengerti materi
yang disampaikan tetapi siswa sudah merasa bosan dan ingin cepat menyelesaikan
pembelajaran.
Permasalahan di atas sering ditemui oleh peneliti di sekolah tempat peneliti
melaksanakan Progam Pengalaman Lapangan (PPL) yaitu SMP Shalahuddin.
Permasalahan di atas banyak ditemukan pada siswa kelas VIII SMP Shalahuddin.
Banyaknya siswa yang menjawab “paham”, tetapi siswa tidak bisa menjawab ketika
diminta menjelaskan maksud dari pertanyaan yang diberikan oleh guru.
Ketidakmampuan siswa dalam menjawab pertanyaan dan penugasan yang telah
diberikan membuat siswa mendapatkan nilai yang kurang maksimal. Permasalahan
dalam memahami materi dapat datang dari luar dan dari dalam diri siswa.
2
Permasalahan dari dalam diri siswa berupa kondisi siswa yang belum siap
menerima materi atau adanya permasalahan lain yang sedang dihadapi oleh siswa
yang membuat siswa tidak fokus terhadap pembelajaran yang dilaksanakan.
Permasalahan dari luar bisa terjadi karena cara menyampaikan materi yang
membosankan yang membuat siswa bosan dan tidak tertarik pada materi yang
disampaikan atau materi yang disampaikan terlalu sulit.
Permasalahan yang berasal dari dalam diri siswa hanya bisa diselesaikan
dengan kasih sanyang dan memberikan perhatian terhadap siswa. Siswa yang
diberikan kasih sayang dan perhatian akan merasa bahwa dirinya berharga, akan
merasa senang, dan akan memberikan usaha yang terbaik untuk membalah kasih
sayang dan perhatian yang telah diterima. Sedangkan permasalahan dari luar dapat
diselesaikan dengan menggunakan metode atau media yang menarik dalam proses
pembelajaran.
Berpatokan dari pengalaman dan hasil observasi awal menunjukkan bahwa
siswa kelas VIII memang lebih sulit untuk dikondisikan. Hal itu, disebabkan karena
siswa kelas VIII merasa bahwa mereka sudah menjadi kakak tingkat karena sudah
memiliki adik tingkat. Menjadi kakak tingkat membuat mereka merasa memiliki
kekuasaan dan berani melanggar peraturan. Siswa kelas VIII memiliki ketakutan
akan tidak lulus dalam menghadapi ujian nasional seperti siswa kelas IX. Dua faktor
tersebut membuat siswa kelas VIII menjadi lebih berani dan lebih sulit untuk
dikondisikan.
Di samping itu, terdapat aspek materi yang menjadi salah satu faktor siswa
kesulitan dalam belajar. Materi pembelajaran yang terlalu sulit membuat siswa
3
tidak memahami materi yang disampaikan, sehingga membuat kemampuan siswa
dalam memahami suatu teks menjadi tidak maksimal. Kesulitan dalam menguasai
kemampuan memahami dialami siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin, khususnya
pada Kompetensi Dasar (KD) memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan baik secara lisan ataupun tulisan. KD pada teks diskusi dinilai lebih
sulit karena kegiatan berdiskusi merupakan kegiatan yang dilakukan secara spontan
dan tidak direncanakan. Siswa merasa kesulitan pada tahap penentuan
permasalahan, cara memberikan argumen dan cara memberikan simpulan serta
menggunakan pilihan bahasa dalam ranah berdiskusi.
Kesulitan siswa kelas VIII-A dalam memahami teks diskusi dapat dibuktikan
dengan hasil nilai yang diperoleh siswa kelas VIII-A dari tahap prasiklus. Rata-rata
nilai yang diperoleh siswa kelas VIII-A adalah 70,87, nilai tersebut masih berada
di bawah KKM mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 75. Tidak hanya
pemerolehan rata-rata nilai yang renda, persentase kelulusan yang dicapai hanya
54,54%. Persentase yang diperoleh masih berada di bawah persentase ketuntasan
hasil belajar siswa yaitu 80%. Data rata-rata nilai dan data persentase di atas
menunjukkan bahwa materi memahami teks diskusi tergolong materi yang sulit
dikuasai oleh siswa kelas VIII-A.
Penyebab kesulitan belajar dalam memahami teks diskusi disebabkan kondisi
kelas pada proses KBM. Informasi mengenai kesulitan belajar siswa diketahui dari
kegiatan wawancara dengan Ibu Lia Noviana Qostantia selaku guru Bahasa
Indonesia kelas VIII SMP Shalahuddin pada tanggal 4 November 2016. Dari hasil
wawancara diketahui bahwa proses pembelajaran di kelas VIII-A dinilai tidak
4
kondusif. Hal itu, disebabkan oleh siswa yang ramai ketika proses KBM
berlangsung. Kondisi kelas yang ramai membuat siswa tidak fokus terhadap materi
yang disampaikan dan menganggu siswa yang lain. Pemerolehan materi yang tidak
maksimal berdampak pada pemerolehan nilai siswa kelas VIII-A yang tidak tuntas.
Berbagai kesulitan yang dialami oleh siswa dalam memahami teks diskusi
dapat diatasi dengan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan. Pada
penelitian ini, peneliti tidak hanya menggunakan media pembelajaran yang menarik
dan menyenakan, tetapi menggunakan media yang dapat membantu siswa dalam
mengatasi kesulitan belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan
media dapat pula menciptakan kondisi lingkungan belajar yang kondusif, sehingga
dapat membentuk kegiatan belajar yang efektif dan efisien
Pernyataan di atas selaras dengan definisi media pembelajaran yang diartikan
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari
sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di
mana penerima dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif (Munadi,
2013, hal.vii). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai upaya meningkatkan kemampuan memahami teks diskusi
dengan menggunakan media Teta-Teki Silang (TTS) pada kelas VIII-A SMP
Shalahuddin.
Media TTS adalah permainan menebak kata dengan mengisi jawaban pada
kotak lajur menurun dan lajur mendatar. Media TTS dimodifikasi dengan ukuran
yang lebih besar dan diisi dengan materi mengenai KD memahami teks diskusi.
Kegiatan belajar dan bermain membuat siswa tidak mudah bosan dan antusias
5
dalam mengikuti KBM. Selain itu, penggunaan media TTS membuat siswa dapat
mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih lama.
Media TTS juga memiliki kelebihan dapat membentuk karakter disiplin dan
tertib bagi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Penggunaan media TTS
juga dapat membentuk karakter tanggung jawab siswa terhadap guru, teman,
materi, dan tugas yang diterima, dapat membentuk karanter siswa yang
komunikatif. Karakter komunikatif dibutuhkan siswa untuk berlatih berdiskusi
secara berkelompok. Pembentukan keempat karakter di atas sangat dibutuhkan dan
dapat memberikan pengaruh yang baik bagi siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
Penelitian yang relevan dengan penelitian Peningkatan Kemampuan
Memahami Teks Diskusi Melalui Media TTS Pada Siswa Kelas VIII SMP
Shalahuddin yaitu penelitian yang dilakukan oleh Indah Setyowati (2015) dalam
skripsinya yang berjudul Peningkatan Kemampuan memahami Aspek Kebahasaan
Teks Biografi melalui media Monopoli pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Batu.
Penelitian yang relevan selanjutnya adalah penelitian mengenai media TTS yang
dilakukan oleh Elviza, Emidar, dan Noveria dalam jurnal dengan judul
Peningkatan Penguasaan KosakataMelalui Teknik Permainan Teka-Teki Silang Di
Kelas VII.A SMPN 2 Sungai Penuh. Kedua penelitian di atas memperoleh hasil
kemampuan memahami siswa penting untuk ditingkatkan dan penggunaan media
pembelajaran mampu meningkatkan hasil belajar siswa.
Penelitian peningkatan kemampuan pada ranah memahami dan penelitian
yang menggunakan media TTS dalam pembelajaran belum banyak dilakukan,
sehingga penelitian ini menarik untuk dilaksanakan. Dengan penggunaan media
6
TTS, peneliti ingin membentuk karakter disiplin, tertib, tanggung jawab, dan
komunikatif bagi siswa. Ketiga faktor di atas membuat peneliti melakukan
penelitian pada peningkatan kemampuan memahami teks diskusi melalui media
TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, rumusan masalah pada penelitian ini
sebagai berikut.
(1) Bagaimanakah peningkatan kemampuan memahami teks diskusi melalui
media TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin?
(2) Bagaimanakah dampak penggunaan media TTS pada pembelajaran
memahami teks diskusi terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII-A
SMP Shalahuddin?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan penelitian ini sebagai berikut.
(1) Untuk mendeskripsikan peningkatan kemampuan memahami teks diskusi
melalui media TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
(2) Untuk mendeskripsikan dampak penggunaan media TTS pada pembelajaran
memahami teks diskusi terhadap pembentukan karakter siswa kelas VIII-A
SMP Shalahuddin.
1.4 Asumsi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan berdasarkan asumsi berikut:
(1) Kompetensi dasar memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan diajarkan pada kelas VIII SMP Shalahuddin di semester genap.
7
(2) Kemampuan memahami merupakan kemampuan kompetensi yang paling
dasar mempelajari teks pada kuikulum 2013 yang harus dikuasai siswa
dengan tuntas sebelum menguasai kompetensi selanjutnya.
(3) Media pembelajaran TTS merupakan media belajar sambil bermain.
1.5 Manfaat Penelitian
Penelitian Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi Melalui Media
TTS pada Siswa Kelas VIII SMP Shalahuddin diharapkan dapat memberikan
manfaat teoretis dan manfaat praktis.
1.5.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmu pengetahuan
mengenai keberagaman media pembelajaran interaktif yang menyenangkan,
khususnya pada penggunaan media TTS. Penelitian ini juga diharapkan mampu
mengisi keberagaman penelitian pada kemampuan memahami teks diskusi yang
belum banyak dilakukan.Karena penelitian pada teks diskusi, lebih banyak
dilakukan pada KD Menulis Teks diskusi.
1.5.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini ditujukan bagi guru, siswa, dan peneliti lain.
Bagi guru, penelitian ini diharapkan menjadi pedoman dalam proses mengajar di
kelas dengan menggunakan media-media yang inovatif seperti halnya penggunaan
media TTS pada pembelajaran teks diskusi yang mampu membuat siswa antusias
dalam mengikuti proses belajar mengajar. Antusiasme siswa juga dapat membantu
guru agar lebih mudah mengkondisikan kelas sehingga guru dapat lebih mudah
memberikan materi dan mencapai tujuan pembelajaran.
8
Bagi siswa, penelitian ini diharapkan menigkatkan kemampuan siswa dalam
memahami teks diskusi dengan mendiskusikan masalah yang diterima dan mencari
solusinya. Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kenyamanan bagi
siswa dalam proses belajar. Penggunaan media TTS dapat membantu siswa dalam
belajar sekaligus menjadi sarana bermain bagi siswa. Siswa dapat mengisi kota-
kotak jawaban yang disediakan dengan lajur mendatar dan menurun. Jawaban huruf
teka-teki dengan jumlah yang sesuai dapat lebih menyenangkan bagi siswa. Siswa
yang mengikuti pembelajaran dengan nyaman dan menyenangkan dapat lebih
mudah menerima materi dan mengingat materi dalam jangka waktu yang lebih
lama, siswa juga dapat lebih kondusif dalam proses pembelajaran. Dengan
demikian kompetensi yang diharapkan dapat lebih muda tercapai.
Bagi peneliti lain, diharapkan menjadi referensi dan inspirasi dalam
melaksanakan penelitian yang serupa, serta diharapkan mampu menjadi dasar dan
dapat mengembangkan hasil penelitian yang dapat dilakukan dengan hasil yang
positif yang berkesesuaian.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini berfokus pada pembelajaran KD 3.1 memahami teks diskusi
baik secara lisan maupun tulisan. KD ini membahas mengenai struktur dan ciri
kebahasan teks diskusi yang harus dikuasai siswa kelas VIII. Peneliti ingin
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami materi struktur teks diskusi
yang membahas mengenai empat hal yaitu isu atau permasalahan, argumentasi
mendukung, argumentasi menolak, dan simpulan atau saran, sedangkan, materi ciri
9
kebahasaan teks diskusi yang ingin ditingkatkan peneliti ini mencakup konjungsi
perlawanan, kohesi leksikal, kohesi gramatikal, dan penggunaan modalitas.
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin
Malang. Sekolah ini beralamatkan di Jl. Jaksa Agung Suprapto, Klojen, Kota
Malang. Siswa kelas VIII-A dipilih karena dalam memahami materi memahami
teks diskusi belum tuntas mencapai KKM. Kemudian, dari hasil wawancara juga
diketahui sebagian siswa di kelas VIII-Amerupakan siswa yang sulit mengikuti
pelajaran dengan kondusif dan beberapa siswa memiliki karakter yang kurang baik
yang ditunjukan saat pelajaran berlangsung.
Adapun solusi yang digunakan peneliti adalah menggunakan media TTS pada
proses pembelajaran. Media TTS merupakan media belajar sekaligus bermain yang
dapat membuat siswa antusias, aktif, dan kreatif dalam menemukan jawaban teka-
teki yang diberikan. Media ini dapat dimainkan sesuai dengan sistematika
permainan TTS tetapi dengan materi memahami teks diskusi.
1.7 Definisi Operasional
Agar menghindari kesalahan tafsir penelitian dengan judul Peningkatan
Kemampuan Memahami Teks Diskusi Dengan Media TTS pada Siswa KelasVIII-
A SMP Shalahuddin memiliki difinisi operasional sebagai berikut.
(1) Peningkatan
Peningkatan adalah adanya nilai tambah dari hasil yang diperoleh siswa
setelah diterapkan suatu media tertentu sebagai upaya menyelesaikan kesulitan
belajar siswa dalam poses pembelajaran.
10
(2) Kemampuan Memahami
Kemampuan memahami adalah kemampuan untuk memperoleh pemahaman,
pengetahuan, dan kejelasan secara menyeluruh dari materi pada proses
pembelajaran.
(3) Teks Diskusi
Teks diskusi merupakan teks yang berisikan dua pendapat yang berbeda (pro
dan kontra) mengenai suatu permasalahan dan bertujuan untuk mencari jalan keluar
masalah tersebut.
(4) Stuktur Teks Diskusi
Struktur teks diskusi adalah susunan/kerangka awal yang membangun teks
diskusi. Teks diskusi disusun isu/permasalahan, argumentasi mendukung,
argumentasi menolak, dan simpulan/saran.
(5) Ciri Kebahasaan Teks Diskusi
Ciri kebahasaan teks diskusi adalah bahasa khas yang ada dalam teks diskusi
meliputi: konjungsi perlawanan (tetapi, namun, melainkan); kohesi leksikal
(kepaduan pemilihan kata, pengulangan, sinonim, antonim, hiponim); kohesi
gramatikal (rujukan, subsitusi, dan elipsis); dan penggunaan modalitas (kata yang
bermakna kemungkinan, kenyataan, dan keharusan, seperti, akan, harus).
(6) Media Teka-Teki Silang
Media TTS adalah media tebak huruf yang diisikan pada kolom yang sudah
disediakan. Jawaban pada kolom memiliki dua lajur yaitu lajur menurun dan lajur
mendatar. Jawaban yang sudah ditemukan harus dimasukkan pada kolom TTS. Jika
jumlah huruf tidak sesuai, siswa harus mencari jawaban lain yang ada di bacaan.
11
Agar lebih menarik, peneliti menambahkan gambar-gambar yang sesuai dengan
topik diskusi. Semua jawaban TTS ini dapat berkaitan dengan struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan
Memahami Teks Diskusi Dengan Media TTS pada Siswa Kelas VIII-A SMP
Shalahuddin akan diartikan sebagai adanya nilai tambah mengenai pemahaman,
pengetahuan, dan kejelasan secara menyeluruh dari materi teks yang berisikan dua
pendapat yang berbeda meliputi susunan dan bahasa khas pada teks, melalui media
tebak huruf yang diisikan pada kolom mendatar dan menurun yang sudah
disediakan.
12
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Terdahulu
Penelitian Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi melalui Media
TTS pada Siswa Kelas VIII SMP Shalahuddin berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan teks memiliki kesesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setyowati (2015), dengan judul Peningkatan Kemampuan Memahami Aspek
Kebahasaan Teks Biografi Melalui Media Monopoli pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Batu. Data siklus I menunjukkan bahwa 76,7% nilai siswa tidak tuntas
pada proses pembelajaran memahami aspek kebahasaan pada teks biografi.
Penelitian tersebut menggunakan media monopoli untuk meningkatkan
kemampuan siswa dalam memahami aspek kebahasaan teks biografi.
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi, tes, penyebaran
angket, dan wawancara. Teknis analisis data yang digunakan yaitu statistik
deskriptif dengan cara mencari nilai rata-rata siswa sebagai persentase hasil belajar.
Peningkatan aktivitas siswa dari prasiklus ke siklus I sebesar 43%, sedangkan
peningkatan aktivitas siswa dari siklus1 ke siklus II sebesar 17%, data tersebut
menunjukkan bahwa siswa melakukan aktivitas pembelajaran dengan antusias dan
optimal.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat peningkatan dari
prasiklus ke siklus1 sebesar 41,22%, sementara peningkatan nilai siswa dari siklus1
ke siklus2 sebesar 25,8%, dari hasil tersebut diketahui bahwa siswa sudah mampu
13
menentukan dan menjelaskan kata hubung, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk,
sesuai dengan hakikat, ciri-ciri, dan contohnya.
Penelitian yang sesuai berikutnya dilakukan oleh Pramesti (2015) dengan
judul Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam Keterampilan
Membaca Melalui Teka-Teki Silang. Berawal dari permasalahan yang ditemukan di
lapangan mengenai kesulitan siswa dalam menguasai kosakata bahasa Indonesia,
ditunjukkan dengan rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Penelitian Pramesti
memiliki tujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata siswa.
Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus, setiap siklus terdiri dari tiga pertemuan.
Hasil tes awal menunjukkan nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 45, tes di
akhir siklus menunjukkan nilai rata-rata 61, dan tes pada akhir siklus kedua
menunjukkan nilai yang diperoleh siswa rata-rata mencapai 80,6. Berdasarkan
indikator keberhasilan, menunjukan penggunaan media teka-teki silang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kosakata bahasa Indonesia.
Selain Pramesti, penelitian Penggunaan media TTS inijuga pernah diteliti
oleh Eliza dkk (2013) dengan judul Peningkatan Penguasaan Kosakata Melalui
Teknik Permainan TTS di Kelas VII.A SMPN 2 Sungai Penuh. Penelitian tersebut
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menguasai kosakata dan keterampilan
dalam berbahasa dengan menggunakan media pembelajaran TTS. Pada tahap
prasiklus diperoleh data siswa dengan nilai tes kurang dari 70 berjumlah 32 dari 40
siswa (80%).
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan penguasaan
sinonim sebesar 80,25%, antonim 70,5%, dan penguasaan makna istilah sebesar
14
57,75%. Meskipun demikian nilai penugasan yang diperoleh siswa VII-A belum
mencapai KKM yaitu 70. Pada siklus kedua diperoles hasil peningkatan sinonim
sebesar 81,75%, antonim 74,75%, dan penguasaan makna istilah sebesar 69,25%.
Nilai siswa VII-A sudah mencapai KKM 70. Berdasarkan penelitian Eliza (2013)
dapat diketahui bahwa penggunaan media TTS dapat meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran kosakata di kelas VII-A SMP Negeri 2 Sungai Penuh.
2.2 Landasan Teori
Pada pembahasan ini peneliti dapat menjabarkan beberapa landasan teori
meliputi memahami teks, teks diskusi (struktur teks diskusi, dan ciri kebahasaan
teks diskusi), media pembelajaran (media teka-teki silang, langkah-langkah
memproduksi media teka-teki silang, langkah-langkah penerapan media teka-teki
silang, dan kelebihan penggunaan media teka-teki silang), dan pendidikan karakter.
2.2.1 Memahami Teks
Proses pembelajaran yang bermutu memerlukan pemahaman yang baik, baik
pemahaman dalam berproses ketika belajar, ataupun pemahaman mengenai materi
yang disampaikan, penjelasan di atas sesuai dengan pendapat Mulyasana (2010,
hal.120) mengatakan pendidikan bermutu adalah pendidikan yang mampu
melakukan proses pematangan kualitas peserta didik yang dikembangkan dengan
cara membebaskan peserta didik dari ketidaktahuan, ketidakmampuan,
ketidakberdayaan, ketidakbenaran, ketidakjujuran, buruknya akhlak dan keimanan.
Buruknya akhlak dan keimanan dapat diselesaikan dengan pendidikan karakter dan
pendidikan agama. Namun, ketidakmampuan dan ketidakberdayaan memiliki
kebutuhan belajar yang berbeda, dan hanya dapat terselesaikan melalui proses
15
belajar. Proses belajar dapat dilakukan di berbagai tempat, salah satunya adalah
dengan mengikuti KBM di sekolah. Proses KBM disekolah dapat diperoleh dengan
baik jika siswa memahami materi yang disampaikan dengan baik pula.
Proses memahami yang baik dapat dilakukan dengan kegiatan mendengar
yang dilanjutkan dengan proses menyimak. Selain mendengar dan menyimak,
siswa dapat pula memperoleh pemahaman dari kegiatan membaca. Pada saat
pembelajaran, keberhasilan dalam proses menyimak dan membaca ditentukan oleh
berbagai hal. Beberapa faktor tersebut adalah:rendahnya minat dan motivasi siswa,
metode pembelajaran yang digunakan kurang menarik, kurang tersedianya alat
bantu atau media pembelajaran, paradigma karakter dan prilaku guru terhadap
kegiatan pembelajaran yang tidak benar (Khalilullah, 2012, hal.15).
2.2.2 Teks Diskusi
Teks diskusi merupakan teks keempat dalam K13 yang dipelajari pada
jenjang kelas VIII SMP. KD pertama dalam teks diskusi adalah memahami teks
diskusi baik secara lisan atau tulisan. KD memahami teks diskusi terdiri atas
definisi, struktur, dan unsur kebahasaan. Uraian mengenai ketiga aspek teks diskusi
adalah sebagai berikut.
Pengertian memahami teks diskusi dapat dibagi menjadi pengertian teks dan
diskusi. Pengertian dari sebuah teks menurut Amertawengrum (2010, hal.1) adalah
kata-kata yang membentuk karya dan yang disusun dengan cara sedemikian rupa
untuk membelokkan arti yang tetap dan seunik mungkin.
Adapun pengertian secara umum mengenai diskusi yakni salah satu kegiatan
berbicara yang dapat menambah banyak pengetahuan dan informasi baru yang
16
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari. Hal itu, sesuai dengan penjelasan dari
Zabadi dan Sutejo (2014, hal.117) yang menyatakan pengertian diskusi adalah
pertukaran pikiran, gagasan, pendapat antara dua orang atau lebih secara lisan.
Tujuan diskusi adalah mencari kesepakatan atau kesepahaman gagasan atau
pendapat. Diskusi dapat dilakukan dengan satu lawan bicara dua orang atau dapat
pula dilakukan dengan beberapa orang yang disebut sebagai diskusi kelompok.
Dalam diskusi kelompok dibutuhkan seorang pemimpin yang disebut sebagai ketua
diskusi yang bertugas memimpin jalannya diskusi. Berdasarkan beberapa uraian
diatas, teks diskusi dapat diartikan sebagai susunan kata-kata yang berisi dua
pendapat persoalan yang berbeda dan dibicarakan olehdua orang atau lebih yang
bertujuan untuk mencapai sebuah kesepakatan.
2.2.3 Struktur Teks Diskusi
Struktur teks diskusi merupakan bagian yang menyusun teks diskusi sehingga
menjadi satu rangkaian teks yang utuh. Berikut gambar untuk struktur teks diskusi.
Gambar 2.1 Struktur Teks Diskusi
Teks diskusi dibentuk melalui tiga struktur meliputi isu atau masalah,
argumen, dan simpulan atau saran. Masing-masing struktur tersebut menjelaskan
bagian-bagian yang berbeda. Zabadi dan Sutejo (2014, hal.121) menjelaskan bahwa
pada bagan isu, penulis teks dapat memperkenalkan isu yang dapat dibahas. Isu atau
Struktur Teks Diskusi
Isu/Masalah
Argumen
Argumen Mendukung
Argumen Menentang
Simpulan/Saran
17
masalah di dalam teks diskusi berisi masalah yang dapat didiskusikan lebih lanjut.
Jika ingin menulis sebuah teks diskusi, lebih baik memilih topik permasalahan yang
nantinyaakan memunculkan banyak argumen yang mendukung dan argumen yang
menentang. Argumen pendukung berisikan penjabaran mengenai permasalahan
yang sedang didiskusikan, sedangkan argumen yang menentang atau bertentangan
berisikan pendapat yang berbeda atau pendapat lain yang dinilai lebih baik dan
memberikan hasil yang positif bagi permasalahan yang sedang didiskusikan.
Pada bagian simpulan (conclusion), penulis menyimpulkan dan
merekomendasikan posisi atau pendapat akhir penulis mengenai isu yang dapat
dibahas. Pada bagian itu, lebih baik mengambil jalan tengah mengenai masalah
yang sedang dibahas agar simpulan yang diambil tidak lagi menimbulkan masalah
baru.
2.2.4 Ciri Kebahasaan Teks Diskusi
Ciri kebahasaan dalam teks diskusi terdiri dari penggunaan konjungsi
perlawanan, penggunaan kohesi leksikal dan gramatikal, serta penggunaan
modalitas. Ketiga aspek tersebut menjelaskan materi yang berbeda. Konjungsi
memiliki beberapa macam seperti konjungsi sebab yang berisikan menjelaskan
suatu peristiwa yang terjadi karena hal tertentu. Meliputi apabila, jika, sebab, dan
karena. Konjungsi akibat menjelaskan setiap peristiwa yang terjadi memiliki
dampak (dampak positif dan dampak negatif) yang ditimbulkan. Konjungsi dalam
ciri kebahasaan teks diskusi meliputi sehingga, sampai, maka, dan akibatnya.
Konjungsi penegasan berisikan hal yang menegaskan atau mengutamakan suatu
pendapat, konjungsinya seperti bahkan, malah, lagipula, jangankan, dan selain itu.
18
Konjungsi perlawanan adalah konjungsi yang berisikan pertentangan dengan
pendapat yang sudah diberikan. Contoh konjungsi pertentangan adalah tetapi,
sedangkan, tidak-tetapi, lagipula, bukan- melainkan, dan sebaliknya.
Ciri kebahasaan teks diskusi berikutnya adalah kohesi leksikal dan kohesi
gramatikal, Zabadi dan Sutejo (2014, hal.122) menjelaskan kohesi leksikal adalah
kepaduan yang dicapai melalui pemilihan kata. Kohesi leksikal dapat berbentuk
kohesi bentuk pengulangan, yaitu adanya hal yang dinyatakan berulang-ulang,
contohnya pembangunan itu tidak baik dilakukan, hal itu dapat memberikan
dampak yang tidak baik untuk lingkungan kita ini.
Kohesi bentuk sinonim (persamaan kata) contohnya memandang perempuan
di depan panggung, wanita itu terlihat anggun dan memiliki paras yang cantik.
Kemudian kohesi bentuk antonim merupakan kata yang memiliki makna
berlawanan, contohnya laki-laki itu pekerja keras sedangkan wanita sangat piawai
mengurus keluarga. Terakhir kohesi leksikal bentuk hiponim yaitu bersifat umum-
khusus, contohnya Indonesia kaya dapat jenis bunga, mulai dari bunga matahari,
bunga mawar, bunga anggrek, dan bunga lainnya. Selain kohesi leksikal juga
terdapat kohesi lain dalam ciri kebahasaan teks diskusi yaitu kohesi gramatikal.
Menurut Zabadi dan Sutejo (2014, hal.123) kohesi gramatikal antara lain dapat
terbentuk melalui rujukan, substitusi, dan elipsis.
Unsur ciri kebahasaan teks diskusi yang terakhir adalah modalitas, yaitu kata-
kata yang memiliki makna kemungkinan, keharusan, kenyataan, dan lainnya. Hal
itu, sesuai dengan pendapat Zabadi dan Sutejo (2014, hal.123) mengatakan
modalitas adalah kata yang mempunyai makna kemungkinan, kenyataan, dan
19
sebagainya yang dinyatakan dalam kalimat. Dalam bahasa Indonesia modalitas
dinyatakan dengan kata-kata seperti harus, akan, akan, ingin, dan mungkin.
2.3 Media Pembelajaran
Media pembelajaran memiliki peranan penting dalam mempermudah
jalannya proses KBM. Berbagai media pembelajaran yang sederhana dan mudah
penggunaannya dapat akan digunakan oleh guru untuk mencapai hasil belajar yang
lebih baik. Media secara umum dapat diartikan sebagai pengantar dan perantara
suatu pesan yang ingin disampaikan. Kustandi (2011, hal.9) menjelaskan
pengertian media pembelajaran adalah alat yang membantu proses belajar mengajar
dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat
mencapai tujuan pembelajaran dengan lebih lebih baik dan sempurna. Pendapat
yang lain menurut Arsyiad (2014:4) media pembelajaran dapat pula disebut sebagai
teknologi. Selain itu, Munadi (2013:7) juga menjelaskan media pembelajaran dapat
dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan
dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif di
mana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif. Dari
beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah
alat bantu dalam penyampaian materi pembelajaran baik dalam bentuk yang
sederhana maupun dalam bentuk teknologi digital yang digunakan untuk mencapai
tujuan pembelajaran.
20
2.3.1 Media Teka-Teki Silang
Tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan pelaksanaan proses KBM yang
menyenangkan bagi siswa. Hal itu, dapat dicapai dengan menggunakan media
pembelajaran pada proses KBM salah satunya adalah penggunaan media TTS.
Berikut dapat dijelaskan mengenai definisi, langkah-langkah membuat, dan
langkah-langkah menerapkan media TTS.
Pada dasarnya media TTS adalah media permainan huruf yang biasa
dimainkan oleh orang dewasa. Untuk dapat menyelesaikan permainan ini
membutuhkan konsentrasi, ketelitian, dan wawasan yang luas, keberhasilan dalam
menjawab pertanyaan dengan benar dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi
para pemainnya. Pengertian TTS menurut Khalilullah (2012:15) adalah sebuah
permainan yang cara permainannya yaitu mengisi ruang-ruang kosong yang
berbentuk kotak dengan huruf-huruf sehingga membentuk sebuah kata yang sesuai
dengan petunjuk.
TTS dapat diartikan sebagai salah satu bentuk permainan di mana kita
mengisi ruang-ruang kosong dengan huruf-huruf yang merupakan jawaban dari
pertanyaan mendatar dan menurun. Media TTS yang digunakan peneliti hampir
sama dengan definisi di atas hanya saja ada penambahan aspek dua dimensi, dengan
ukuran yang lebih besar dan dengan tampilan yang lebih menarik.
2.3.2 Langkah-Langkah Memproduksi Media Teka-Teki Silang
Media TTS merupakan media belajar yang digunakandalam kegiatan inti.
Media ini digunakan sebagai stimulus untuk memicu semangat dan memunculkan
21
kembali ingatan siswa saat menerima pelajaran. Media TTS ini dibuat dengan cara
yang sederhana. Berikut cara membuat media TTS.
1) Bahan-bahan Media Teka-teki Silang
a) Laptop dengan aplikasi Coreldraw.
b) Kertas poster ukuran A3 1 lembar.
c) Kertas stiker 1 lembar.
d) Kertas karton, potong ukuran A2.
e) Tali pita. secukupnya
f) Gunting dan
g) Lem.
2) Cara Membuat Media Teka-teki Silang
a) Langkah pertama adalah membuat sketsa dan model TTS menggunakan
aplikasi Coreldraw dengan ukuran kertas A2. Sketsa disesuaikan dengan
jawaban masing-masing pertanyaan.
b) Membuat sketsa kotak-kotak berisikan setiap huruf pada aplikasi
Coreldraw untuk jawaban TTS sesuai dengan ukuran sketsa dan model
yang telah dibuat.
c) Membuat model stiker yang berisikan poin (nilai atau bertuliskan hadiah
berupa alat tulis) sesuai dengan tingkat kesulitan jawaban pada aplikasi
Coreldraw.
d) Selanjutnya semua sketsa dan model di print pada kertas poster ukuran A2
dan huruf-huruf pada kertas A3.
22
e) Hasil print model TTS kemudian ditempelkan pada kertas karton ukuran
A2. Pada setiap kolom jawaban, buatlah dengan menggunakan potongan
karton yang direkatkan dengan lem untuk tempat meletakkan deskripsi
jawaban.
f) Membuat sayatan kecil pada setiap kolom jawaban huruf untuk
meletakkan huruf-huruf jawaban TTS.
g) Potonglah huruf-huruf jawaban TTS kemudian selipkan huruf-huruf
tersebut secara terbalik.
h) Memasukkan setiap deskripsi jawaban pada kolom yang sudah tersedia.
i) Membuat dua lubang di sisi atas media dan talikan pita yang dapat
berfungsi untuk mengantungkan media.
2.3.3 Langkah-Langkah Penerapan Media Teka-Teki Silang
Proses belajar mengajar dapat dilaksanakan sesuai dengan kurikulum 2013.
Ketikan proses KBM berlangsung, peneliti dapat menggunakan beberapa stimulus
yang dapat membuat siswa mempelajari materi yang ada pada media TTS. Berikut
rincian langkah-langkah penerapan media TTS dalam pembelajaran KD memahami
struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan
teks.
1) Pendahuluan
a) Siswa dan guru melakukan orientasi dengan mngucapkan salam dan
menanyakan kabar.
b) Guru memberikan apersepsi berupa pertanyaan guna membangkitkan
ingatan dan penglaman siswa mengenai teks diskusi.
23
c) Siswa menakan motivasi dari guru.
d) Siswa menyimak tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
2) Kegiatan Inti
a) Siswa dan guru melakukan kegiatan tanya jawab mengenai kegiatan dalam
kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan materi yang dapat dipelajari.
b) Siswa ditanya mengenai pengetahuan siswa tentang pengertian teks
diskusi.
c) Siswa ditanya mengenai struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi.
d) Siswa dapat mendeskripsikan jawaban yang telah dibuka dan
membuktingan kesesuaian rincian jawaban dengan mengambil deskripsi
jawaban yang sudah diletakkan di kolom-kolom materi yang disediakan.
Setelah itu siswa diminta membacakan deskripsi jawaban dengan keras
agar siswa-siswa yang lain mampu mengerti jawaban dengan benar. Siswa
yang menjawab dengan benar dan berani membacakan deskripsi materi
dapat diberikan poin tambahan oleh guru.
e) Siswa dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengerjakan tugas yang
dapat diberikan oleh guru.
f) Siswa menakan tugas mengenai KD memahami struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi.
g) Siswa mengerjakan tugas kelompok dengan berdiskusi, tetapi setiap siswa
mendapatkan lembar kerjanya masing-masing. Tugasakan dikerjakan
sesuai dengan waktu yang diberikan.
24
h) Setelah selesai, setiap perwakilan kelompok dapat mempresentasikan hasil
pekerjaannya.
i) Guru menyimpulkan seluruh jawaban siswa agar memperluas wawasan
siswa mengenai materi yang dipelajari menjadi luas.
3) Penutup
a) Siswa diberikan penguatan berupa pujian atas presentasi dan hasil
pekerjaan siswa yang bagus serta memberikan semangat kepada siswa
yang belum menakan pujian agar belajar lebih giat.
b) Siswa dan guru melakukan tahap refleksi untuk membangkitkan skemata
pembelajaran yang telah didapat.
c) Siswa ditanya mengenai hambatan dan kendala yang dialami siswa selama
kegiatan belajar mengajar berlangsung.
d) Guru menanyakan harapan siswa setelah mempelajari KD memahami teks
diskusi.
e) Siswa memperoleh informasi mengenai tugas dan materi yang dapat
dipelajari pada pertemuan berikutnya.
f) Guru menutup pertemuan dan menyampaikan salam.
2.3.4 Kelebihan Penggunaan Media Teka-Teki Silang
Media TTS dirancang menjadi media kegiatan inti yang menyenangkan.
Siswa dapat diajak bermain dan belajar tanpa meninggalkan materi dan tetap
menjaga karakter sebagai pelajar yang baik, sopan, jujur, disiplin, bertanggung
jawab, dan bekerjasama untuk saling membantu. Siswa dapat merasa antusias dan
lebih termotivasi dengan adanya poin tambahan ketika siswa mampu menjawab
25
dengan benar. Selain digunakan sebagai media kegiatan inti, media ini dapat
digunakan sebagai media penyampaian ulang materi pada tahap refleksi ataupun
media penugasan baik dalam berkelompok maupun individu. Pelaksanaan dan
penggunaan media yang mudah membuat media TTS dapat digunakan dalam kapan
saja dengan berbagai situasi belajar.
Proses pembuatan media TTSjuga sangat mudah, karena masih menggunakan
metode manual, dalam proses pembuatannya tidak membutuhkan banyak
keterampilan. Bahan-bahan pembuatan mudah ditemukan dan dengan harga yang
terjangkau.
2.4 Pendidikan Karakter
Pada era modern ini, pendidikan karakter pada masyarakat mulai berkurang.
Banyak konflik yang timbul dikarenakan karakter yang kurang baik dari
masyarakat. Oleh sebab itu, sekolah memiliki peranan penting untuk membentuk
karakter yang baik bagi siswa dimulai sedini mungkin. Penambahan pendidikan
karakter pada setiap mata pelajaran dapat memberikan kontribusi pada pendidikan
karakter dan kepribadian siswa. Hal itu dapat diterapkan oleh peneliti pada
pembelajaran bahasa Indonesia yang dapat diajarkan menggunakan media
pembelajaran TTS.
Pengertian pendidikan karakter bermacam-macam, berikut ini beberapa
pengertian mengenai karakter menurut para ahli, salah satunya adalah Kuswantoro
(2015, hal.36) mengartikan karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau
moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang
menjadipendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain.
26
Sedangkan menurut Samani (2014, hal.37) karakter adalah nilai dasar yang
membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan
dalam karakter dan prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Samani (2014, hal.vii)
mengatakan bahwa Bapak pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara menyatakan
bahwa pendidikan merupakan upaya menumbuhkan budi pekerti (karakter), pikiran
(intellect), dan tubuh anak. Menurut Ki Hajar pendidikan karakter merupakan
bagian yang penting dalam menyempurnakan pertumbuhan anak.
Menurut Samani (2014, hal.37) pendidikan karakter memiliki definisi cara
berpikir dan prilaku yang khas setiap individu untuk hidup dan komunikatif, baik
dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Selain itu Zubaedi (2011,
hal.14) menyatakan pendidikan karakter adalah usaha kita secara sengaja dari
seluruh dimensi sekolah untuk membantu pengembangan karakter secara optimal.
dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah suatu pendidikan yang
mampu menjadi pendorong yang membangun pribadi seseorang menuju arah yang
lebih baik dengan menyerap nilai-nilai yang diperoleh dari lingkungan ataupun
sekolah.
Menurut Kurniawan (2016, hal. 127) pendidikan karakter di sekolah yang
mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan ahklak mulia peserta didik
secara utuh, terpadu, dan seimbang, sesuai standart kompetensi lulusan. Nilai-nilai
pendidikan karakter di lingkungan sekolah terbagi menjadi 18 karakter, meliputi
karakter religius, jujur, toleransi, disiplin, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin
tahu, semangat kebangsaan, menghargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta
27
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan tanggung jawab.
Berikut empat karakter dari 18 nilai pendidikan karakter menurut Zabadi dan Sutejo
di sekolah.
(1) Disiplin merupakan tindakan yang menunjukkan perilaku
tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. (2) Tertib
adalah prilaku melaksanakan suatu tindakan dengan runtut dan
rapi. (3) Bekerjasama merupakan cara berpikir dan melakukan
sesuatu untuk menghasilkan cara atau hasil baru dari sesuatu yang
telah dimiliki. Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca
berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi dirinya. (4)
Tanggung Jawab merupakan karakter dan perilaku seseorang
untuk melaksanakan tugas dan kewajibannya, yang seharusnya
dia lakukan, terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.
Nilai-nilai pendidikan karakter di atas tidak akan ada artinya apabila hanya
jadi tanggung jawab guru semata dalam menanamkannya kepada siswa, perlu
bantuan dari seluruh komponen masyarakat untuk mewujukan terciptanya tatanan
komunitas yang dijiwai oleh sebuah sistem pendidikan berbasis karakter (Sahlan,
2016, hal 40). Selain 18 nilai penidikan karakter yang ditentukan oleh Zabadi dan
Sutejo di atas, terdapat pulai nilai-nilai pendidikan karakter menurut Samani (2014,
hal.47) diklasifikasikan menjadi lima jangkauan karakter dan lima prilaku dan
butir-butir nilai budi pekerti.
Empat karakter utama yang dibutuhkan dalam penelitian ini dan dibutuhkan
dalam memahami teks diskusi, tiga karakter yang diambil dari 18 karakter di
lingkungan sekolah dan tabel budi pekerti Samani, sertasatu karakter tertib yang
diambil untuk menjadi penguat dari karakter disiplin yang sangat dibutuhkan oleh
siswa kelas VIII-A. Ke-empat karakter tersebut adalah disiplin, tertib, tanggung
jawab, dan komunikatif. Kedisplinan dibutuhkan siswa untuk menghargai waktu
28
dan peraturan yang ada. Selanjutnya adalah ketertiban yang dibutuhkan siswa untuk
menghargai pembelajaran dan dibutuhkan agar siswa lebih fokus dalam belajar.
Kemudian siswa harus bertanggung jawab dalam kegiatan belajarnya, baik kepada
guru, teman, atau kepada tugasnya. Terakhir adalah komunikatif yang sangat
diperlukan dalam kegiatan berdiskusi dan bekerja kelompok.
Melalui nilai-nilai pendidikan karakter, siswa diharapkan mampu secara
mandiri meningkatkan dan menggunakan wawasannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Dengan demikian, pendidikan karakter memiliki tujuan untuk
membentuk karakter siswa menjadi siswa yang berani dan bertanggung jawab serta
menjunjung nilai-nilai karakter dan budi pekerti sebagai upaya membentuk karakter
bangsa yang dapat ditanamkan dalam kehidupan sehari-hari khususnya dalam
proses pembelajaran.
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Rancangan Penelitian
Pada sub bab ini berisi pendekatan dan jenis penelitian. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini cenderung menggunakan pendekatan kualitatif. Hal
itu, sesuai dengan pernyataan Kunandar (2012, hal.46) bahwa PTK termasuk
penelitian kualitatif meskipun data yang dikumpulkan bisa saja kuantitatif, di mana
uraiannya bersifat deskriptif dalam bentuk kata-kata, proses sama pentingnya
dengan produk. Pendekatan kualitatif lebih banyak menerangkan dan
menggambarkan segala hal yang terjadi di lapangan. Penelitian ini juga memiliki
data yang kuantitatif yang dapat digunakan dalam tahap penghitungan persentase
belajar siswa, perhitungan dari hasil tersebut dapat menunjukkan seberapa jauh
peningkatan kemampuan memahami yang diperoleh siswa pada saat pembelajaran
memahami teks diskusi menggunakan media TTS.
Jenis penelitian ini adalah PTK yang dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks
menggunakan media TTS. Menurut Suyadi (2012, hal.3) PTK adalah pencermatan
dalam bentuk tindakan terhadap kegiatan belajar yang sengaja dimunculkan dan
terjadi di dalam sebuah kelas secara bersamaan. Kunandar (2012, hal 42)
mengatakan PTK adalah sebuah bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh
pelaku pendidikan dalam sustu situasi pendidikan. Selain itu, Muslich (2013,
hal.10) menyatakan PTK bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas
pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan
30
masalah pembelajaran di sekolah. Kunandar (2012, hal.47) mengatakan PTK harus
dilakukan di kelas yang sehari-hari diajar, bukan kelas yang diajar oleh guru lain
meskipun masih dalam satu sekolah. Berdasarkan hakikat menurut para ahli, PTK
dapat diartikan sebagai penelitian yang berpusat pada guru yang dilaksanakan guna
mencari solusi atau jawaban yang dialami siswa dan dilaksanakan secara bersiklus
dalam suatu kelas pembelajaran. Dalam penelitian ini, PTK bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan memahami teks berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin dengan media
pembelajaran TTS.
Pelaksanaan PTK untuk mengatasi kesulitan dalam kemampuan memahami
siswa kelas VIII-A menggunakan model PTK teori Kemmis dan Mc Taggart yang
mengandung empat tahap. Menurut Kemmis dan Mc Taggart (dalam Kunandar
2012, hal.70) memaparkan PTK dilakukan melalui proses yang dinamis dan
komplementari yang terdiri dari empat “momentum” esensial, yaitu penyusunan
rencana, tindakan, observasi dan refleksi. Tahap penyusunan rencana merupakan
tahap awal yang dilakukan peneliti dengan membuat rencana untuk kegiatan KBM
yang dilaksanakan pada setiap siklus. Perencanaan tersebut dapat berupa
pembuatan RPP, pedoman wawancara, angket respon siswa, pedoman observasi
guru dan siswa, media yang dapat digunakan, dan beberapa instrumen penelitian
lain yang dibutuhkan. Selain itu, rencana PTK hendaknya fleksibel agar dapat
diadaptasi dengan pengaruh yang tidak diduga dan kendala-kendala yang belum
dihadapi. Rencana PTK hendaknya disusun dari pengalaman yang sudah dimiliki
peneliti, misalnya pengalaman pada kegiatan observasi awal, pengalaman tersebut
31
dapat memberikan kemudahan dalam pembuatan RPP dan membatu dalam
menemukan kesulitan belajar siswa serta solusi dari kesulitan tersebut.
Tahap kedua adalah tindakan atau pelaksanaan, tindakan merupakan kegiatan
pengaplikasian rencana yang sudah dibuat pada tahap I. Tindakan yang dimaksud
di sini adalah tindakan dalam proses belajar yang dilakukan secara sadar dan
terkendali yang dinilai oleh orang lain guna memberikan perbaikan pada
kekurangan yang dilakukan guru pengajar atau peneliti. Pada pelaksanaan di
lapangan, tahap kedua berjalan seiring dengan tahap ketiga yaitu tahap observasi
atau pengamatan. Tahap observasi atau pengamatan ini memerlukan pedoman
observasi guru dan siswa sebagai alat tolak ukur keberhasilan KBM pada setiap
siklus. Peneliti dapat mengumpulkan data mengenai tindakannya selama proses
pembelajaran dengan cara berkolaborasi. Kolaborasi dapat dilakukan dengan
kolaborator (guru mitra dan teman sejawat) agar mendapatkan hasil yang optimal
pada akhir PTK nanti.
Tahap terakhir refleksi adalah kegiatan mengingat dan merenungkan suatu
tindakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi (Kunandar, 2012, hal.75)
kegiatan refleksi bertujuan untuk berusaha memahami proses, permasalahan,
persoalan, dan kendala yang nyata dalam tindakan pembelajaran. Refleksi biasanya
dibantu oleh para kolaborator seperti guru mitra dan teman sejawat. Melalui diskusi,
peneliti dapat memperoleh kritik dan saran yang menjadi dasar perbaikan rencana
pada siklus berikutnya.
Berdasarkan uraian mengenai PTK yang digunakan untuk mengatasi
kesulitan siswa kelas VIII-A dalam mempelajari materi memahami teks diskusi
32
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks dengan media TTS dapat disimpulkan
bahwa peneliti menggunakan model PTK menurutKemmis dan McTaggart yang
terdiri atas empat tahap pelaksanaan PTK yaitu penyusunan rencana, tindakan,
observasi, dan refleksi.
3.2 Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas VIII-A SMP Shalahuddin yang beralamat
di Jl. Jaksa Agung Suprapto, Klojen, Kota Malang dan merupakan SMP yang
menerapkan pendidikan karakter bermuatan pendidikan Islam. SMP Shalahuddin
juga sudah menerapkan pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dengan konsep
fullday. Pelaksanaan KBM di SMP Shalahuddin dimulai pukul 07.00-16.00 WIB.
SMP Shalahuddin memiliki kelas berjumlah tujuh belas, yaitu enam kelas pada
jenjang VII SMP, enam kelas pada jenjang VIII SMP, dan lima kelas pada jenjang
IX SMP dengan rata-rata siswa berjumlah 30 siswa setiap kelasnya.
Tahapan yang dilakukan berikutnya adalah menentukan subjek penelitian.
Subjek dalam penelitian ini adalah siswakelas VIII-A SMP Shalahuddin Malang
yang berjumlah 35 siswa dengan rincian 20 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.
Analisis permasalahan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa kebanyakan
siswa terbiasa tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru sesuai waktu yang
diberikan sehingga siswa membutuhkan waktu tambahan pada pertemuan
berikutnya.
33
3.3 Prosedur Penelitian Tindakan Kelas
Prosedur PTK meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi, serta pelaksanaan PTK dapat dilaksanakan minimal hanya dua siklus saja.
Hal itu, sesuai dengan pendapat Suyadi (2012, hal 19) yang menyebutkan setiap
siklus terdiri dari empat tahap, yakni perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Pada siklus pertama, khususnya pada tahap refleksi menjadi dasar pada
siklus kedua. Demikian pula pada siklus kedua, refleksi juga menjadi dasar pada
siklus berikutnya seperti gambar di bawah ini.
Gambar 3.1 Siklus PTK Kemmis dan Mc Teggart
Tahap perencanaan pada penelitian ini diawali dengan menyusun RPP dari
siklus per siklus dalam KBM materi memahami teks diskusi berdasarkan struktur
dan ciri kebahasaan teks dengan media TTS, menyiapkan pedoman observasi, dan
menyiapkan instrumen penilaian. Dalam hal ini, semua aspek yang ada pada RPP
dapat diaplikasikan dalam pembelajaran yaitu mengenai tahapan-tahapan
melaksanakan penggunaan media TTS kepada siswa kelas VIII-A SMP
Shalahuddin.
Setelah tahap rancangan, tahapan kedua adalah tahap pelaksanaan. Tahap
pelaksanaan adalah menerapkan apa yang telah direncanakan pada tahap
perencanaan, yaitu bertindak di kelas sesuai dengan perencanaan (Suyadi 2012, hal
Siklus
I
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan Siklus
Ke-n
Refleksi
Perencanaan
Pelaksanaan
Pengamatan
34
24). Dalam hal ini, semua aspek yang ada di dalam RPP diaplikasikan secara nyata
ke dalam kegiatan pembelajaran memahami teks diskusi menggunakan media TTS.
Pada tahap pelaksanaan, secara otomatis dapat turut serta tahap pengamatan.
Bertujuan untuk mengumpulkan data dan mengamati seberapa jauh efek
penggunaan media pembelajaran TTS dalam mencapai sasaran. Pengamatan
dilakukan selama KBM di kelas berlangsung. Alat bantu yang dapat digunakan
dalam tahap pengamatan adalah pedoman observasi yang sudah dibuat pada tahap
perencanaan.
Tahap terakhir adalah tahap refleksi. Menurut Suyadi (2012, hal 24) refleksi
adalah kegiatan mengemukakan kembali apa yang telah dilakukan. Tahap refleksi
dalam PTK dilakukan dengan cara bertanya mengenai kritik dan saran kepada guru
mitra dan teman sejawat yang turut serta dalam proses pembelajaran. Setelah itu,
dapat pula dilakukan tindakan dengan cara merenung dan memikirkan upaya
evaluasi terhadap implementasi tindakan dan hasil observasi. Berdasarkan
observasi perbaikan tindakan dan evaluasi yang telah dilakukan, peneliti dapat
menemukan solusi sebagai jawaban persoalan yang dihadapi dan dapat mampu
merencanakan perbaikan pada siklus selanjutnya. jika keberhasilan dirasa sudah
diakan, maka peneliti dapat melakukan penyusunan laporan PTK secara sistematis
sesuai dengan pedoman penyusunan penelitian PTK yang telah ditentukan.
3.4 Jenis Data
Data dalam penelitian ini terbagi menjadi tiga, yaitu data proses KBM, data
hasil belajar, dan data karakter siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin yang
diperoleh dari data tes dan nontes (wawancara, pengamatan/observasi, dan
35
dokumentasi). Data proses KBM merupakan data untuk menganalisis
keberlangsungan proses pembelajaran dari hasil observasi dan dokumentasi
kegiatan pembukan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Data proses KBM dapat
memberikan peneliti gambaran lengkap dari proses KBM yang terjadi pada setiap
siklusnya. Data yang sudah diperoleh pada proses KBM dapat digambarkan dengan
runtut sesuai dengan kegiatan nyata yang terjadi selama proses KBM dari siklus I
sampai siklus II. Data proses KBM ini dapat dianalisis dengan pendekatan
kualitatif.
Data berikutnya adalah data hasil. Data hasil proses KBM berupa data hasil
tes atau nilai yang diambil dari penugasan memahami teks diskusi yang menjadi
tolak ukur dari kemampuan memahami siswa. Nilai-nilai hasil pengerjaan tugas
siswa pada setiap pertemuan dapat dianalisis peneliti untuk mengetahui sejauh
mana tingkat kemajuan kemampuan siswa dalam memahami teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan yang telah diperoleh. Data hasil ini dapat
disajikan dalam bentuk persentase peningkatan kemampuan memahami siswa yang
dapat dianalisis menggunakan pendekatan kualitatif.
Data ketiga merupakan data karakter siswa kelas VIII-A. Data karakter
diperoleh dari observasi atau pengamatan karakter atau sikap siswa selama proses
KBM berlangsung. Data karakter siswa dianalisis menggunakan pendekatan
kualitatif guna mendeskripsikan karakter siswa selama berlangsungnya proses
KBM setiap siklus. Pengamatan tersebut dapat dilakukan dengan mengamati siswa
sesuai isi dari pedoman oabservasi siswa dan membuat catatan lapangan. Dari data
36
tersebut, peneliti dapat mengetahui perkembangan karakter siswa sebagai hasil dari
penerapan pendidikan karakter.
Sumber data dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin
sebagai individu atau kelompok dan guru Bahasa Indonesia di kelas VIII-A.
Sumber data yang lain adalah guru dan pengamat, dalam hal ini informasi, pendapat
dan saran guru dan pengamat terhadap dampak penerapan media TTS pada
pembelajaran memahami teks diskusi diperlukan untuk mengetahui persentase
peningkatan kemampuan siswa dalam memahami teks diskusi.
3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data proses dan data
karakter berupa wawancara, observasi kegiatan guru, observasi kegiatan siswa,
menyebarkan angket respon siswa, dan teknik catatan lapangan yang dilakukan
untuk menilai proses pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS.
Wawancara dilakukan dengan Ibu Lia Noviana Qostantia selaku guru bahasa
Indonesia kelas VIII-A SMP Shalahuddin untuk mendapatkan informasi awal
mengenai pelaksanaan pembelajaran di kelas VIII-A, permasalahan apa saja yang
dihadapi dan persepsi guru mitra mengenai penggunaan media TTS pada
pembelajaran memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri bahasa teks.
Instrumen dalam tahap wawancara ini menggunakan pedoman wawancara.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengambil data permasalahan yang
dihadapi siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Pedoman wawancara juga
digunakan untuk mengetahui kegiatan guru dalam proses pembelajaran dan
persepsi guru pada proses pembelajaran jika menerapkan media TTS pada materi
37
memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks pada setiap
siklus.
Teknik observasi kegiatan guru dan observasi kegiatan siswa bertujuan untuk
mengumpulkan data mengenai kegiatan guru (peneliti) dalam mengajar dan siswa
dalam mengikuti proses pembelajaran menggunakan media TTS. Data tersebut
dapat diperoleh dengan menggunakan intrumen penelitian berupa pedoman
observasi guru dan pedoman observasi siswa. Lembar observasi guru dan siswa
dapat berisi data pemantauan kegiatan guru dan siswa dalamproses pembelajaran,
sehingga peneliti dapat mengetahui perkembangan siswa dan tingkat efektifitas
penggunaan media TTS dalam pembelajaran
Teknik angket respon siswa dapat diperoleh menggunakan instrumen angket
respon siswa yang dapat diisi siswa kelas VIII-A setelah proses pembelajaran, hal
itu bertujuan untuk mengetahui respon siswa dan pandangan siswa mengenai
berhasil tidaknya penggunaan media TTS pada pembelajaran memahami teks
diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks. Penggunaan teknik catatan
lapangan juga diperlukan oleh peneliti untuk mengetahui kegiatan guru (peneliti)
dalam pelaksanaan KBM. Instrument yang dapat digunakan adalah catatan
lapangan, catatan lapangan dapat dicatat sendiri oleh peneliti dan dapat dibantu oleh
teman sejawat guna memberikan masukan untukmenyempurnakan proses KMB
pada siklus selanjutnya.
Selain teknik pengumpulan data proses dan data hasil, penelitian ini juga
menggunakan teknik pengumpulan data hasil berupa tes pada siswa dengan
instrument penelitian soal tes/penugasan. Tes diberikan pada kegiatan inti
38
pembelajaran baik dalam bentuk berkelompok maupun individu. Tes/tugas yang
diberikan berupa TTS yang ditambahkan beberapa tugas uraian. Tes atau tugas
yang telah dikerjakan dapat dinilai oleh guru dan nilai tersebut dapat menjadi data
analisis hasil pembelajaran.
3.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data kualitatif.
Analisis data kualitatif digunakan untuk menganalisis proses KBM pada setiap
siklus, sedangkan analisis data kuantitatif digunakan untuk menghitung persentase
keberhasilan belajar siswa. Persentase keberhasilan dapat dibandingkan sesuai
dengan hasil pelaksanaan setiap siklus. Keberhasilan siswa dalam menguasai
kemampuan memahami teks diskusi dilihat dari peningkatan nilai yang dicapai dari
siklus ke siklus hingga mencapai persentase sebesar 80% dari jumlah siswa yang
mendapatkan nilai di atas KKM.
Data yang diperoleh pada kegiatan observasi guru dan siswa dari setiap proses
pembelajaran memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks
dapat dianalisis secara deskriptif dengan menggunakan teknik persentase untuk
melihat kecenderungan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Selain itu, peneliti
juga melakukan analisis pada perkembangan karakter siswa kelas VIII-A dalam
proses pembelajaran pada setiap siklus. Karakter siswa dinilai dari karakter siswa
dalam menerima pelajaran, karakter dan tindakan siswa pada saat bekerjasama
mengerjakan tugas, tanggung jawab siswa dalam mengerjakan tugas dan tanggung
jawab terhadap kelompok.
39
Nilai penugasan yang sudah diperoleh kemudian dicari nilai rata-rata dengan
cara menjumlah suluruh nilai siswa, kemudian dibagi sejumlah siswa di dalam
kelas. Jika 80% nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM yaitu 75, maka
penelitian ini dapat berhasil karena sudah mencapai tujuan. Untuk menilai tingkat
ketuntasan siswa kelas VIII-A dalam mempelajari materi memahami teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks menggunakan media TTS, peneliti
menggunakan kriteria penilaian di dekolah SMP Shalahuddin sebagai berikut.
Tabel 3.6 kriteria ketuntasan pembelajaran siswa
Tabel di atas menunjukkan kriteria-kriteria yang dapat didapatkan siswa
sesuai dengan nilai yang diperoleh. Siswa dikatakan “sangat baik” apabila mampu
memahami teks diskusi dengan benar dan lengkap meliputi struktur dan ciri
kebahasaan teks dan mendapatkan nilai sebesar 90-100. Siswa dikatakan “baik”
apabila mampu memahami teks diskusi dengan benar namun kurang lengkap
meliputi struktur dan ciri kebahasaan teks dan mendapatkan nilai sebesar 70-80.
Siswa dikatakan “cukup baik” apabila siswa mampu memahami teks diskusi
dengan kurang benar dan kurang tepat meliputi struktur dan ciri kebahasaan teks
dan mendapatkan nilai sebesar 50-60. Siswa dikatakan “kurang baik” apabila siswa
tidak mampu memahami teks diskusi dengan benar dan lengkap tanpa meliputi
struktur dan ciri kebahasaan teks dan mendapatkan nilai sebesar 30-40. Terakhir,
siswa dinyataka “tidak baik” apabila mendapat nilai sebesar 10-20.
No Benar soal Nilai Kategori Nilai Kriteria
1. 9-10 90-100 Sangat Baik A
2. 7-8 70-80 Baik B
3. 5-6 50-60 Cukup Baik C
4. 3-4 30-40 Kurang Baik D
5. 1-2 10-20 Tidak Baik E
40
Disamping itu, penilaian dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMP
Shalahuddin juga menggunakan skor atau nilai secara langsung dengan perhitungan
nilai dari 0 sampai 100. Penilaian ini dapat digunakan apabila penugasan tidak
menggunakan sistem 10 soal karena penugasan dinilai kurang maksimal jika
diberikan dalam 10 soal saja. Penilaian ini biasanya digunakan untuk penilaian
penugasan berkelompok. Penilaian ini dapat disusun dengan aspek-aspek yang akan
dinilai pada penugasan yang disusun sendiri oleh guru. Batas ketuntasan penugasan
berpatokan pada KKM Bahasa Indonesia yaitu 75.
Berdasarkan ke dua sistem penilaian di atas, dapat disimpulkan bahwa
penelitian ini dapat dikatakan telah berhasil apabila telah mencapai persentase
ketuntasan kelas mencapai 80%. Rata-rata nilai yang harus di dapatkan oleh siswa
kelas VIII-A sudah sesuai dengan KKM atau sebanyak 26 siswa mendapat nilai 75
atau lebih. Keberhasilan penelitian ini juga diimbangi dengan diimbangi perubahan
empat karanter, yaitu kedisiplinsan, ketertiban, tanggung jawab, dan karakter
komunikatif siswa yang lebih baik selama mengikuti proses KBM memahami teks
diskusi.
3.7 Refleksi Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan refleksi pada penelitian ini mengacu pada keefektifan penggunaan
media dalam meningkatkan kemampuan memahami teks diskusi berdasarkan
struktur dan ciri kebahasaan pada penelitian tindakan setiap siklus. Jika tindakan
yang dilakukan dinilai belum efektif sesuai dengan tujuan dan nilai yang
diharapkan, maka peneliti perlu melakukan releksi terhadap faktor apakah yang
41
terjadi dan menimbulkan hambatan atas ketercapaian tujuan yang diharapkan, serta
mencari solusi sebagai jawaban mengapa hambatan itu terjadi.
Peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan media TTS
dikatakan berhasil apabila 75% siswa kelas VIII-A memperoleh nilai diatas KKM
yaitu 78. Pada kegiatan refleksi, peneliti merenungkan tindakan-tindakan
perbaikan apa saja yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keefektifan
penggunaan media TTS untuk diterapkan pada siklus selanjutnya. Pada tahap ini
peneliti meminta kritik dan saran dari guru mitra dan teman sejawat yang turut serta
dalam proses pembelajaran.
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Pemeriksaan keabsahan data pada penelitian ini bertujuan untuk menyanggah
apa yang dituduhkan bahwa dikatakan penelitian kualitatif merupakan penelitian
yang tidak ilmiah. Pengecekan keabsahan data pada penelitian kualitatif merupakan
usaha untuk meningkatkan derajat kepercayaan data (Moleong, 2007, hal.320).
Pengecekan keabsahan data penelitian peningkatan kemampuan memahami teks
diskusi dengan media TTS dilakukan dengan tiga cara, yaitu ketekunan
pengamatan, pemeriksaan sejawat, dan triangulasi.
3.7.1 Ketekunan Pengamat
Ketekunan pengamat dilakukan dalam mencari ciri-ciri dan unsur-unsur yang
sesuai dengan permasalahan yang dihadapi, dengan kata lain peneliti berusaha lebih
dalam untuk menguasai segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian yang
dilakukan. Pengamatan dapat dilakukan pada factor-faktor permasalahan penelitian
dengan lebih teliti dan rinci pada data penelitian. Untuk keperluan itu, Teknik ini
42
menuntut agar peneliti mampu menguraikan secara rinci bagaimana proses
penemuan dan penelaahan dapat dilakukan (Moleong, 2004, hal.330).
3.7.2 Pemeriksaan sejawat
Pemeriksaan sejawab dilakukan dengan mengemukakan hasil sementara atau
hasil akhir dengan cara berdiskusi dengan reka-rekan sejawat. Pada penelitian ini,
peneliti mengemukakan data sementara dan data hasil akhir dengan dua rekan
sejawat, yaitu Misti Madyarini dan Hanikara D. Rahman. Kedua rekan tersebut
merupakan rekan satu angkatan proses pembelajaran di bangku S1 Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia. Pemeriksaan sejawat ini memiliki beberapa tujuan.
Pertama, untuk membuat peneliti tetap mempertahankan karakter terbuka dan
kejujuran.
Kedua, untuk memberikan suatu kesempatan awal untuk menggali lebih
dalam pemikiran perumusan penelitian yang ada di pikiran peneliti. pada dasarnya
tidak ad acara yang pasti untuk melakukan diskusi dengan rekan sejawat. Dengan
berdiskusi dengan rekan sejawat, akan membagi pengetahuan yang telah dimiliki
satu sama lain dan menemukan jalan keluar untuk permasalahan yang ditemukan
(Moleong, 2004, hal.332-333).
3.7.3 Triangulasi Data
Pengecekan data triangulasi adalah tahap membandinkan sejumlah tiga data
nilai yang diperoleh. Hal itu, sesuai dengan Moleong (2004, hal.330) yang
menyatakan bahwa triangulasi adalah Teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data itu untuk melakukan pengecekan data.
43
Triangulasi pada penelitian ini dapat terlihat pada perbandingan data yang diperoleh
dari tahap prasiklus, pelaksanaan siklus I, dan siklus II. Dalam hal ini, jika analisis
sudah menguraikan pola, hubungan, dan menyertakan penjelasan yang muncul dari
analisis, maka peneliti perlu menjelaskan perbandingan yang telah ditemukan
tersebut. Cara triangulasi merupakan cara terbaik untuk memeriksa kembali
temuannya dengan jalan membandingkan data dengan berbagai sumber, metode,
atau teori. Pemeriksaan tersebut dapat peneliti lakukan dengan mengajukan
berbagai pertanyaan, memeriksa kembali dengan sumber data, dan memanfaatkan
berbagai metode.
44
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada bab ini dipaparkan hasil yang diperoleh dari tahap prasiklus, siklus I,
dan siklus II. Tahap prasiklus digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan
penelitian peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan media TTS
siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Tindakan siklus I dan siklus II digunakan
sebagai perbandingan data untuk menentukan keberhasilan penelitian ini. Berikut
ini paparan hasil penelitian tentang peningkatan keterampilan memahami teks
diskusi dengan media TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
4.1.1 Pelaksanaan Tahap Prasiklus
Tahap prasiklus dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Januari 2017 pada siswa
kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Kegiatan prasiklus ini dilaksanakan dengan
mengamati proses mengajar guru Bahasa Indonesia di kelas VIII-A yang terdiri atas
35 siswa pada jam pelajaran kedua sampai jam pelajaran ketiga yaitu pukul 07.15
sampai dengan pukul 08.45 WIB. Kegiatan prasiklus bertujuan untuk memperoleh
data awal yaitu adanya permasalahan dalam memperoleh kemampuan memahami
teks diskusi pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Pada kegiatan prasiklus,
Ibu Lia Noviana Qostantia selaku guru mitra bertindak sebagai pengajar, sedangkan
peneliti sebagai pengamat. Peneliti mengamati dan mencatat semua peristiwa dalam
kegiatan pembelajaran dengan menggunakan catatan lapang.
45
4.1.1.1 Deskripsi Pembelajaran Memahami Teks Diskusi Tahap Prasiklus
Tahap prasiklus melewati tahapan yang sama dengan pelaksanaan siklus
yang dilakukan oleh peneliti, yaitu meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan,
pengamatan, dan menemukan kekurangan pembelajaran. Tahap perencanaan
digunakan untuk menyusun RPP yang nantinya digunakan pada saat mengajar oleh
guru mitra. Pada tahap pelaksanaan dan pengamatan dalam pengajaran materi
memahami teks diskusi tahap prasiklus, guru mitra menerapkan tiga tahap di dalam
RPP ke dalam kegiatan pembelajaran kemampuan memahami teks diskusi yang
terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti, kegiatan penutup. Hasil dari pelaksanaan
pada tahap prasiklus adalah sebagai berikut.
Guru mitra mengawali pembelajaran memahami teks diskusi pada siswa
kelas VIII-A dengan mengucapkan salam dan menanyakan kabar siswa. Sebelum
melakukan apersepsi, guru mitra terlebih dahulu menyiapkan materi dan
mengkondusifkan para siswa yang ramai dan belum duduk pada tempat duduk
masing-masing. Setelah kelas kondusif, guru mitra mempresensi siswa kelas VIII-
A. Setelah itu, guru mitra menanyakan mengenai definisi teks diskusi dengan cara
menulis pertanyaan itu di papan tulis. Kemudian ada dua siswa yang menjawab
pertanyaan guru dengan menuliskan jawaban di papan tulis. Setelah kedua jawaban
ditulis di papan tulis, guru bertanya lagi kepada siswa jawaban mana yang lebih
tepat. Lalu guru menuliskan pengertian teks diskusi secara terperinci dan diikuti
siswa menulis pengertian teks diskusi di buku tulis. Guru mitra melanjutkan
pembelajaran dengan menjelaskan struktur meliputi isu, argumen, simpulan dan ciri
kebahsaan teks diskusi meliputi konjungsi, kohesi, modalitas kepada para siswa.
46
Pada kegiatan inti, guru mitra (ibu Lia) meminta siswa mengerjakan soal
yang telah dipersiapkan sebelumnya yang berjumlah sepuluh soal uraian. Soal-soal
tersebut berisi pertanyaan mengenai pengertian, struktur, dan ciri kebahasaan teks
diskusi. Guru mitra memberikan waktu mengerjakan sebanyak 30 menit.Siswa
dipersilahkan berdiskusi namun tetap menjawab dengan jawaban mereka sendiri.
Jawaban yang sama persis dapat dikurangi nilainya sejumlah 10 dari nilai akhir
yang diperoleh siswa. Selain memberikan potongan nilai, guru mitra juga berjanji
memberi tambahan nilai untuk 3 siswa pertama yang selesai mengerjakan tugas. 30
menit waktu pengerjaan sudah selesai, namun semua siswa belum selesai
mengerjakan tugas yang diberikan. Guru mitra memberi tambahan waktu 10 menit
dan meniadakan nilai tambahan yang dijanjikan sebelumnya. Satu persatu siswa
mulai mengumpulkan tugas yangsudah selesai dikerjakan.
Pada kegiatan penutup, guru mitra meminta siswa untuk mengulangi
kembali apa yang dipelajari pada tahap prasiklus. Siswa menjawab secara beramai-
ramai mengenai struktur yang meliputi isu, argumen, dan simpulan. Menjawab
mengenai ciri kebahasaan teks diskusi mengenai konjungsi, kohesi, dan modalitas.
Pada akhir pertemuan kemampuan memahami teks diskusi guru mitra
mengucapkan terimakasih kepasa seluruh siswa dan menutup pembelajaran dengan
mengucapkan salam.
Pada kegiatan penutup guru tidak menanyakan hambatan atau kendala yang
dialami siswa selama proses pembelajaran kemampuan memahami teks diskusi
agar guru mengetahui tercapai atau tidaknya tujuan pembelajaran. Guru tidak
menanyakan harapan siswa untuk pembelajaran pada pertemuan selanjutnya dan
47
tidak menanyakan apa yang diperoleh siswa setelah kegiatan belajar memahami
teks diskusi selesai. Selain itu, jawaban dari siswa juga dapat digunakan oleh guru
mitra untuk menyiapkan perangkat perangkat pembelajaran yang lebih menarik dan
inovatif agar siswa lebih bersemangat dalam mengikuti kegiatan memahami teks
diskusi.
Berdasarkan uraian kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup
dalam memahami teks diskusi dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan pembelajaran
memahami teks diskusi belum sepenuhnya menerapkan langkah-langkah yang ada
di RPP ke dalam kegiatan pembelajaran. Dari awal pembelajaran, sudah terlihat
kondisi siswa di dalam kelas yang tidak kondusif. Cara mengajar guru yang hanya
menggunakan metode cerama dirasa kurang efektif, sehingga guru memerlukan
waktu yang lebih lama untuk membuat kelas menjadi kondusif. Guru mitra belum
memberikan penguatan dan motivasi kepada siswa agar siswa bersemangat dalam
mengikuti pembelajaran mengenai memahami teks diskusi. Pada kegiatan inti,
pengerjaan tugas yang langsung dikumpulkan tanpa pembahasan jawaban secara
bersama-sama membuat siswa tidak mengetahui apakah jawaban yang telah diisi
pada lembar jawaban adalah jawaban yang tepat dan benar atau jawaban yang salah.
Degan mengetahui kebenaran jawaban, siswa dapat lebih mudah mengingat dan
mampu memberikan jawaban yang benar jika menjumpai tugas dengan soal yang
serupa. Penyampaian materi dan penugasan yang dilaksanakan dengan metode
ceramah dirasa kurang dapat mengatasi ketidak kondusifan kelas VIII-A,
penggunaan metode atau media yang menarik serta inovatif dapat lebih baik
digunakan pada proses mengajar teks diskusi di kelas VIII-A.
48
4.1.1.2 Deskripsi Pemerolehan Nilai Siswa Tahap Prasiklus
Kemampuan menjawab soal dengan lengkap dan benar, menjawab soal
dengan benar namun kurang lengkap, dan menjawab soal dengan kurang benar dan
kurang lengkap. Data nilai siswa dalam memahami teks diskusi pada tahap
prasiklus dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil kemampuan memahami teks diskusi
tahap prasiklus dapat diketahui dari nilai siswa dalam tugas memahami teks diskusi
yang dikerjakan secara individu. Dalam proses penilaiannya, peneliti mengoreksi
hasil pekerjaan siswa dengan acuan rubik penilaian penugasan yang sudah tertera
di dalam RPP. Terdapat tiga aspek penilaian yang digunakan oleh guru mitra dalam
menilai pekerjaan siswa meliputi
Table 4.1 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tahap Prasiklus
Rata-rata Nilai:70,87 Criteria B: 18 siswa
jumlah siswa tuntas KKM 75:18 siswa dari 33 siswa Criteria C: 9 siswa
Persentase kelulusan :54,54% Criteria D: 6 siswa
Keterangan: 1. Skor maksimal setiap soal = 3 dan Jumlah skor maksimal = 30
2. Criteria A = Sangat BaikB = BaikC = CukupD = Kurang
3. Keterangan T = tuntas dan TT = Tidak Tuntas
Data nilai siswa diperoleh setelah siswa mengerjakan tugas yang diberikan
oleh guru (guru mitra) yang kemudian dikoreksi oleh peneliti. Tabel 4.1
menunjukkan hasil berupa nilai yang diperoleh siswa dalam memahami teks diskusi
pada tahap prasiklus, terdapat 33 siswa yang memperoleh nilai tugas dan 2 siswa
yang tidak ada nilai tugas. Kedua siswa tidak memperoleh nilai karena tidak
mengikuti pembelajaran yang dilaksanakan pada tahap prasiklus. Berkurangnya
jumlah siswa dari 35 menjadi 33 turut merubah pembagi rata-rata nilai siswa, yaitu
dibagi menjadi 33 siswa. Nilai tertinggi yang diperoleh siswa kelas VIII-A adalah
80 dan nilai terendah yang diperoleh siswa kelas VIII-A adalah 50. Siswa
49
mendapatkan nilai 50 karena siswa tidak mengerjakan tugas yang diberikan dengan
lengkap.
Berdasarkan tebel 4.1 dapat pula diketahi nilai rata-rata yang diperoleh
siswa dalam memahami teks diskusi adalah 71. Dari 33 siswa terdapat 18siswa yang
memperoleh nilai ≥75 dengan persentase 54,54% dan dinyatakan “Tuntas” dalam
memahami struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi. Selanjutnya ada 15 siswa
memperoleh nilai <75 dengan persentase 45,46% dan dinyatakan “Tidak Tuntas”
dalam memahami struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi. Sebagian besar siswa
yang tidak tuntas dikarenakan siswa tidak bisa menjawab soal mengenai struktur
dan ciri kebahasaan teks diskusi dan kurang aktif dalam proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil tersebut, dapat dikatakan bahwa nilai yang diperoleh siswa kelas
VIII-A dalam tahap prasiklus belum mencapai nilai rata-rata yaitu 75 dan masih
berada di bawah persentase yang diinginkan yaitu 80%. Dengan demikian,
persentase dan rata-rata nilai yang harus dicapai siswa perlu ditingkatkan
4.1.1.3 Temuan Hasil Pengamatan pada Tahap Prasiklus
Temuan-temuan kekurangan tahap prasiklus diperoleh dari pengamatan
yang dilakukan pada proses pembelajaran dan hasil nilai penugasan yang diperoleh
siswa. Ada beberapa aspek yang belum terlaksana susuai dengan RPP, aspek-aspek
tersebut meliputi waktu pembelajaran, konsentrasi siswa, dan tanggung jawan siswa
dalam mengerjakan tugas.
Pada tahap prasiklus, guru membutuhkan waktu lama untuk membuat siswa
kondusis. Setelah siswa kondusif, guru menyampaikan materi dan memberikan
50
penugasan kepada siswa. Banyak waktu yang terpakai untuk membuat siswa
kondusif membuat guru tidak maksimal dalam menyampaikan materi.
Selain itu, siswa kesulitan berkonsentrasi pada pembelajaran karena kondisi
kelas yang tidak kondusif. Kelas yang tidak kondusif dapat berpengaruh pada
proses penyerapan materi memahami teks diskusi. Rata-rata nilai yang diperoleh
siswa belum mencapai KKM yaitu 75. Rata-rata yang belum mencapai KKM
membuat persentase ketuntasan belum mencapai 80%.
Pengamatan yang dilakukan pada tahap prasiklus menunjukkan bahwa
siswa selalu ramai dan beberapa siswa tidak mengumpulkan tugas tepat waktu.
Siswa ramai dinilai tidak bertanggung jawab kepada materi, guru, dan teman yang
sedang belajara. Selain itu siswa dinilai tidak bertanggung jawab pada tugas yang
telah diperoleh.
Tiga Aspek yang dijelaskan di atas merupakan kekurangan-kekurangan yang
ditemukan pada tahap prasiklus dan perlu diperbaiki pada siklus berikutnya. Aspek
pengaturan waktu tidak dapat tercapai karena siswa yang tidak kondusif, siswa
perlu didisiplinkan dan ditertipkan dalam mengikuti proses pembelajaran. aspek
yang ke dua adalah konsentrasi siswa. Jumlah rata-rata nilai siswa yang belum
mencapai KKM dan jumlah persentase ketuntasaan siswa yang masih di bawah
80% perlu ditingkatkan dengan penerapan tindakan perbaikan pada tindakan siklus
I. aspek yang ketiga adalah tanggung jawab siswa dalam mengikuti dan
mengumpulkan tugas tepat waktu. Penerapan tindakan perbaikan aspek ketiga
meliputi penggunaan media pembelajaran dan perubahan metode dalam mengajar
di kelas VIII-A. Pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan kemampuan
51
memahami teks diskusi siswa sebagai pembelajaran yang aktif namun dengan kelas
yang tetap kondusif.
4.1.2 Pelaksanaan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan pada hari Selasa, 11 April 2017 pada siswa
kelas VIII-A SMP Shalahuddin. Tindakan siklus I ini dilaksanakan untuk
memberikan pelajaran yang aktif, menyenangkan, tetap kondusif, dan
meningkatkan nilai dari kemampuan siswa dalam memahami struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi dengan menggunakan media TTS. Serta untuk
memperbaiki karakter siswa meliputi karakter disiplin, tertib, tanggung jawab, dan
komunikatif selama mengikuti proses pembelajaran memahami teks diskusi
menggunakan media TTS. Tindakan siklus I ini dilaksanakan berdasarkan model
PTK teori Kemmis dan Mc Taggart yang mengandung empat tahap yaitu
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi di akhir pelaksanaan siklus.
4.1.2.1 Perencanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus I
Perencanaan ini dilakukan dengan menyiapkan RPP, media TTS untuk
materi pembelajaran, lembar kerja TTS, lembar observasi, angket respon siswa, dan
pedoman wawancara. perencanaan pembelajaran berisikan perubahan metode
mengajar menjadi berkelompok baik saat menerima materi atau saat mengerjakan
tugas. Media TTS dibuat dengan tujuan dapat menarik perhatian siswa sehingga
siswa lebih mudah berkonsentrasi agar tercipta suasana pembelajaran yang
kondusif. Suasana pembelajaran yang kondusif akan tercita dengan prilaku siswa
yang disiplin dan berkonsentrasi dalam mengikuti pembelajaran.
52
Saat pembelajaran berlangsung, penelitimemberikan lembar observasi
meliputi lembar observasi guru (peneliti), lembar observasi siswa, dan lembar
observasi karakter siswa kepada pengamat. Lembar observasi guru dapat membantu
guru untuk menemukan kekurangan-kekurangan mengenai tindakan yang belum
disampaikan. Lembar observasi siswa dapat membantu peneliti untuk memantau
perubahan karakter siswa mengenai tindakan-tindakan yang sudah dilaksanakan
oleh siswa sesuai dengan isi lembar observasi siswa. Lembar observasi karakter
siswa dapat membantu peneliti untuk memantau perubahan karakter siswa dari
siklus ke siklus, karakter siswa yang diamati meliputi disiplin, tertib, tanggung
jawab, dan komunikatif.
Lembar-lembar observasi tersebut nantinya dapat diisi sesuai dengan hasil
pengamatan pengamat selama pelaksanaan pembelajaran. Setelah pembelajaran
usai, guru dapat membagikan angket respon siswa untuk mengetahui respon siswa
selama dan setelah mengikuti pembelajaran, serta untuk mengetahui harapan siswa
untuk pembelajaran berikutnya. Dengan perencanaan yang telah dipersiapkan,
peneliti berharap kekurangan-kekurangan yang ditemukan pada tahap prasiklus
dapat diperbaiki pada pelaksanaan siklus I.
4.1.2.2 Pelaksanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus I
Tindakan siklus I pada siswa kelas VIII-A SMP Shalauddin dilaksanakan
dalam 1 pertemuan pada hari selasa, 11 April 2017 pada jam pelajaran kedua dan
ketiga yaitu pukul 07.30 sampai 09.00 WIB. Tindakan siklus I ini dilaksanan
dengan bantuan dua pengamat yaitu guru mitra ibu Lia Noviana Qostantia dan
53
teman sejawat oleh Misti Madyarini yang nantinya dapat mengamati dan
memberikan catatan mengenai pelaksanaan tindakan siklus I. Tindakan siklus I ini
bertujuan untuk memperoleh hasil kemampuan siswa dalam memahami struktur
dan ciri kebahasaan teks diskusi setelah menggunakan media TTS. Hasil yang
sudah diperoleh dapat dibandingkan dengan hasil prasiklus untuk melihat sejauh
mana peningkatan yang telah diperoleh siswa kelas VIII-A dalam memahami
struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi menggunakan media TTS.
Pada proses peningkatan kemampuan memahami teks diskusi pada tindakan
siklus I, peneliti menerapkan tiga aspek di dalam RPP yang terdiri atas kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang dapat dijabarkan sebagai berikut.
Peneliti mengawali pembelajaran pada tindakan siklus I dengan
mengucapkan salam dan memperkenalkan diri kepada siswa. Pada saat perkenalan,
peneliti melakukan presensi sambil memberikan beberapa pertanyaan mengenai
kabar, kegiatan, hobi kepada siswa dan siswa menjawab dengan dengan senang.
Selanjutnya peneliti menanyakan beberapa hal mengenai diskusi dan membahas
jawaban siswa secara bersama-sama.
Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi tentang struktur teks diskusi yang
terdiri atas isu, argumen, dan penutup serta mengenai ciri kebahasaan yang terdiri
dari konjungsi, kohesi, dan modalitas. Langkah berikutnya peneliti memberikan
motivasi mengenai berdiskusi dengan membahasa film yang sedang disukai oleh
siswa yaitu film Danur, peneliti menulis dan membahas setiap jawaban yang
diberikan siswa. Kemudian peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran kepada
siswa mengenai pembelajaran memahami teks diskusi.
54
Berdasarkan kegiatan pembuka tersebut, peneliti terlalu cepat dalam
menyampaikan motivasi kepada siswa agar siswa dapat memahami motivasi
tersebut dan semangat dalam mengikuti pembelajaran. peneliti juga kurang
menyampaikan tujuan pembelajaran secara menarik agar siswa mengetahui apa
yang ingin dicapai. Pelaksanaan kegiatan pendahuluan dari pembelajaran pada
tindakan siklus I juga dinilai kurang kondusif karena siswa yang belum fokus dan
ramai dalam mengikuti pendahuluan dari pembelajaran memahami struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi menggunakan media TTS pada siswa kelas VIII-A SMP
Shalahuddin.
Pada kegiatan inti, peneliti membagi siswa menjadi lima kelompok dengan
anggota tujuh siswa. Siswa mengikuti pembelajaran secara berkelompok dari awal
sampai akhir pembelajaran. Setelah siswa berkumpul dengan kelompoknya,
peneliti menunjukkan media TTS untuk memberikan materi kepada siswa, materi
teks diskusi ini diberikan dengan cara bermain.
Peneliti menjelaskan sistematika pembelajaran kepada siswa dengan
memberikan contoh jawaban dari pertanyaan yang ada di lajur mendatar yang ada
pada media TTS. Peneliti membahas contoh jawaban yaitu “teks diskusi” dan
menjelaskan pengertian dari teks diskusi kepada siswa. Lalu guru melanjutkan pada
pertanyaan berikutnya, kelompok yang menjawab menuliskan jawaban pada media
TTS dan harus menjelaskan jawaban kepada kelompok lain agar kelompok lain
mengerti jawaban yang telah diberikan. Siswa berebut menjawab setiap pertanyaan
yang diberikan, beberapa perwakilan yang tidak bias menjawab memperoleh
bantuan dari kelompoknya untuk menjawab. Kelompok yang berhasil menjawab
55
dan menjelaskan jawaban menerima poin dari peneliti. Seluruh siswa sangat
antusias dalam mengikuti pembelajaran sampai semua pertanyaan dan materi
selesai dibahas.
Pembelajaran kemudia berlanjut pada penugasaan kelompok dan individu.
Peneliti membagikan media TTS dalam bentuk lembar kerja pada setiap kelompok.
Setiap kelompok diberikan waktu selama 20 menit. Dalam pelaksanaan tugas,
setiap anggota kelompok antusias mengerjakan lembar kerja TTS yang diberikan.
Guru bertanya kesulitan siswa dalam mengerjakan tugas yang diberikan pada setiap
kelompok, pada saat itu peneliti menemukan adanya kesalahan jumlah kolom pada
salah satu jawaban. Karena jumlah kolom yang tidak sesuai, peneliti memberikan
bonus pada kolom yang tidak sesuai dan menginformasikan kepada seluruh
kelompok.
Setelah menjawab TTS secara berkelompok, siswa mulai mengerjakan tugas
individu yang ada di balik TTS. Kelompok yang paling cepat selesai dapat
mendapatkan poin tambahan dan mendapatkan hadiah dari peneliti. Siswa kelas
VIII-A antusias dalam mengerjakan tugas memahami teks diskusi menggunakan
lembar kerja TTS secara kelompok dan dilanjutkan pengerjaan secara individu.
Penggunaan TTS pada penugasan siswa dapat membuat siswa tertarik dan antusias
dalam pengerjaannya. Antusiasme siswa terjadi karena TTS menarik sehingga
dapat membuat siswa ingin tahu bahwa jawaban yang sudah terpikirkan belum tentu
benar, perlu disesuaikan dengan jumlah kolom yang ada pada TTS. Penambahan
poin bagi kelompok yang paling cepat menyelesaikan tugas juga membuat siswa
semangat dan ingin jadi yang terbaik. Kelompok yang tercepat menyelesaikan
56
pekeerjaan kelompok dan individunya dalam waktu 25 menit, memperoleh poin
tambahan dari peneliti. Dalam waktu 30 menit seluruh kelompok sudah
mengumpulkan tugas yang telah diberikan.
Pada proses pengerjaan tugas, waktu 20 menit yang diberikan tidak cukup,
sehingga siswa membutuhkan waktu tambahan sebanyak 10 menit. Pemberian
waktu tambahan telah mengurangi waktu untuk kegiatan selanjutnya. Peneliti
seharusnya dapat membagi waktu dengan baik ketika proses penyampaian materi
agar siswa menakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas memahami
struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi.
Pada kegiatan penutup, peneliti menanyakan kembali ada berapa unsur dalam
struktur teks diskusi dan menanyakan ciri-ciri kebahasaan yang ada pada teks
diskusi. Kemudian peneliti menyampaikan simpulan dari pembelajaran memahami
struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi. Kemudian peneliti menyampaikan materi
yang harus dipelajari untuk pertemuan selanjutnya. Peneliti menutup pembelajaran
dengan mengucapkan salam dan ucapan terima kasih. Setelah menutup
pembelajaran, peneliti meminta siswa untuk mengisi angket kebutuhan siswa dan
membagikan hadiah pada kelompok yang mengumpulkan poin paling banyak.
Pada kegiatan penutup, peneliti cenderung terburu-buru dalam
menyampaikan simpulan kegiatan pembelajaran memahami teks diskusi karena
pada kegiatan penutup peneliti hanya memiliki waktu lima menit. Peneliti juga
terlupa untuk menanyakan harapan siswa untuk pembelajaran berikutnya agar
menjadi lebih baik. Peneliti seharusnya mampu membagi waktu dengan baik
selama proses pembelajaran memahami teks diskusi di kelas VIII-A agar semua
57
aspek yang tercantum di dalam RPP dapat dilaksanakan dengan baik ketika
pembelajaran memahami teks diskusi berlangsung.
Hasil dari pembelajaran kemampuan memahami teks diskusi siswa kelas
VIII-A pada tindakan siklus I dibagi menjadi tiga, yaitu dari proses, data hasil, dan
data karakter. Data proses diperoleh dari pegamatan yang telah dilakukan oleh
peneliti, guru mitra dan teman sejawat, diperoleh dari hasil lembar observasi guru
dan siswa, serta dokumentasi berupa video yang telah diambil selama proses
pembelajaran berlangsung. Data hasil diperoleh dari nilai yang diakankan siswa
dari tugas berupa tes yang telah diberikan. Data karakter bertujuan untuk melihat
perbaikan karakter siswa, data karakter diperoleh dari lembar penilaian karakter
yang telah diisi oleh guru mitra dan teman sejawat. Deskripsi dari ketiga data
tersebut adalah sebagai berikut.
Hasil dari data proses diperoleh dari pengamatan yang telas dilakukan
dalam pelaksanaan tindakan siklus I. pengamatan tersebut berupa pengamatan
secara langsung maupun pengamatan ulang dari video pelaksanaan tindakan siklus
I, pengisian lembar observasi guru, dan siswa oleh pengamat. Terdapat dua
observer dalam penelitian ini, yaitu guru mitra Ibu Lia Noviana Qostantia (O1) dan
teman sejawat oleh Misti Madyarini (O2). Pengamat mencatat kegiatan
pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS pada tindakan siklus I
mulai dari awal dingga akhir pembelajaran.
Subjek yang diamati adalah guru (peneliti) dan siswa. Pengamatan terhadap
guru berhubungan dengan kegiatan guru dalam menyampaikan materi memahami
teks diskusi menggunakan media TTS, sedangkan kgiatan siswa yang diamati
58
adalah prilaku siswa selama mengikuti pembelajaran memahami teks diskusi. Hasil
observasi kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran memahami teks diskusi
dengan media TTS pada tindakan siklus I dapat dilihat dalam table 4.2.
Table 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Tindak Siklus I
Tahap Jumlah skor O1+O2 Persentase
Kegiatan Awal 42 = 42 x 100 = 75 %
56
Kegiatan Inti 50 = 50 x 100 = 78,12 %
64
Kegiatan Penutup 35 = 35 x 100 = 72,9 %
48
Persentase hasil observasi kegiatan guru pada tindakan siklus I
127 x 100 = 75,5% (Baik)
168
Berdasarkan tabel 4.2 hasil observasi guru pada tindakan siklus I dapat
diketahui bahwa persentase hasil observasi guru dalam mengajar materi memahami
teks diskusi dengan media TTS adalah 75% dan termasuk dalam kategori “Baik”.
Namun, pada kegiatan penutup, peneliti kurang maksimal dalam melaksanakan
kegiatan sesuai dengan RPP dikarenakan waktu pembelajaran yang sudah habis dan
pengaturan waktu dalam pelaksanaan pembelajaran teks diskusi harus diperbaikan
pada pelaksanaan siklus berikutnya. Dalam hal itu, secara keseluruhan peneliti
mampu mengendalikan kegiatan dalam pelaksanaan pembelajaran memahami teks
diskusi dengan menggunakan media TTS.
Selain hasil observasi kegiatan guru, hasil kegiatan pembelajaran siswa
diamati pula dalam lembar observasi kegiatasn siswa oleh para pengamat. Hasil dari
kegiatan belajar siswa kelas VIII-A dalam pelaksanaan proses pembelajaran teks
diskusi menggunakan media TTS dapat dilihat pada tabel 4.3.
59
Table 4.3 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindak Siklus I
Tahap Jumlah skor O1+O2 Persentase
Kegiatan Awal 27 = 27 x 100 = 84,37 %
32
Kegiatan Inti 48 = 48 x 100 = 85,71 % 56
Kegiatan Penutup 34 = 34 x 100 = 75 %
48
Persentase hasil observasi kegiatan siswa pada tindakan siklus I 111 x 100 = 81,61% (Baik)
136
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa persentasse pada kegiatan
penutup merupakan kegiatan dengan persentase yang paling rendah yaitu 75%,
persentase ini rendah dikarenakan siswa sudah tidak kondusif lagi dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran dan ingin segera istirahat. Guru juga mengalami kesulitan
dalam kegiatan penutup ini, waktu yang sudah habis membuat guru terburu-buru
dan kesulitan mengontro kondisi kelas agar tetap kondusif. Namun, meskipun
persentase pada kegiatan penutup rendah, secara keseluruhan persentase hasil
observasi kegiatan siswa dalam proses pembelajaran memahami teks diskusi
menggunakan media TTS pada tindakan siklus I adalah 81,61% dan termasuk
dalam kategori “Baik”.
Hasil observasi kegiatan siswa pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa
secara garis besar siswa sudah mengikuti pembelajaran memahami teks diskusi
dengan baik. Pada awal pembelajaran siswa memang kurang antusias dan kurang
aktif. Namun, saat menerima materi siswa menjadi aktif dan antusias mengikuti
pembelajaran dengan mengerjakan TTS pada media TTS. Hal itu ditunjukkan pada
reaksi siswa saat mengerjakan tugas yang diberikan, siswa fokus untuk berdiskusi
dengan anggota kelompoknya dan berusaha menyelesaikan tugas secepatnya.
60
Ketika ada pertanyaan dari guru, siswa berebut menjawab pertanyaan agar siswa
memperoleh poin dan menjadi juara dalam pembelajaran sambil bermain dengan
media TTS ini.
Pada kegiatan penutup guru hanya memiliki sisa waktu lima menit dan
menyebabkan waktu istirahat siswa terganggu, kurangnya keterampilan peneliti
dalam membagi waktu juga berdampak pada penyampaian refleksi pembelajaran
memeahami teks diskusi pada tindakan siklus I. Refleksi disampaikan dengan
terburu-buru sehingga sebagian siswa tidak mendengar dengan baik apa yang
disampaikan oleh peneliti. Oleh karena itu, pada pelaksanaan siklus selanjutnya
seharusnya peneliti dapat membagi waktu dengan baik sehingga kegiatan
memahami teks diskusi dengan menggunakan media TTS dapat berjalan dengan
baik dan tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Untuk menilai kemampuan siswa dalam memahami struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi pada tindakan siklus I terdiri dari dua penugasan, yaitu
penugasan kelompok dan penugasan individu. Penugasan kelompok merupakan
penugasan untuk mengerjakan TTS yang memiliki bobot nilai sebesar 40% dan
tugas individu adalah penugasan dalam bentuk uraian yang bertujuan untuk
mengetahu tingkat pemahaman siswa terhadap materi memahami teks diskusi.
Tugas individu ini memiliki bobot nilai sebesar 60% dari total nilai akhir. Kedua
penugasan tersebut terdiri dari 50% soal mengenai struktur dan 50% soal mengenai
ciri kebahasaan dalam memahami teks diskusi. pada penilaian siklus I, peneliti
melakukan perubahan pada system penilaian yang dilakukan, hal itu, dilakukan
berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan dengan guru mitra.
61
Kegiatan berdiskusi yang telah dilakukan oleh peneliti dan guru mitra
memperbolehkan peneliti untuk langsung menilai dengan penilaian dari 10 sampai
100, peneliti diperbolehkan untuk tidak menggunakan sistem pengskoran apabilah
sistem penskoran tersubut dinilai kurang susuai dengan penugasan yang dapat
diberikan. Sistem penilaian dengan menggunakan skor dapat sulit diaplikasikan
pada penugasan yang memuan nilai kelompok dan nilai individu. Data nilai siswa
kelas VIII-A dalam memahami struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi pada
tindakan siklus I dapat dilihat dalam table 4.4.
Table 4.4 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tindakan Siklus I
Kriteria
Aspek yang dinilai
TTS
Kelompok
Pengertian
teks diskusi
Pengertian
struktur
Pengertian ciri
kebahasaan
Unsur
Struktur
Unsur ciri
kebahasaan
Jumlah
Skor 1400 203 283 161 314 238
Skor
Maksimal 1400 350 350 350 525 525
Persentase
Nilai 100% 58% 81% 46% 60% 45%
Rata-rata Nilai : 74.2 Criteria B: 24 siswa
jumlah siswa tuntas KKM 75: 24 siswa Criteria C: 6 siswa
Persentase kelulusan: 72% Criteria D: 3 siswa
Berdasarkan table 4.4 dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam
karakter komunikatif di dalam kelompok dinilai sangat baik dan dapat
menyelesaikan soal TTS dengan dengan benar. Hasil pengerjaan tugas secara
kelompok berbeda dengan hasil pengerjaan tugas secara individu. Tugas individu
pada soal no 1 menanyakan pengertian siswa mengenai teks diskusi, persentase
kemampuan menjawab siswa mencapai 58%. Persentase nilai 58% diakankan siswa
karena rata-rata siswa menjawab penjelasan mengenai pengertian dari diskusi
bukan menjawab pengertian dari teks diskusi. Karena jawaban siswa yang kurang
62
sesuai, siswa mendapatkan skor dibawah skor maksimal yang bisa diakankan pada
soal ini.
Selanjutnya, pemerolehan nilai pada pemahaman struktur lebih tinggi bila
dibangingkan dengan pemerolehan persentase nilai pada pemahaman mengenai ciri
kebahasaan teks diskusi. Untuk soal memahami pengertian struktur dari teks diskusi
siswa memperoleh persentase nilai sebesar 79% dan memahami bagian struktur
dengan persentase nilai 62%. Rata-rata siswa menjawab pengertian struktur teks
diskusi dengan menuliskan kata kunci seperti “kerangka” atau “bagian-bagian
teks”. Siswa sudah mengerti pengertian struktur teks diskusi, hanya saja siswa
masih kesulitan untuk menjelaskan dalam tulisan. Untuk soal mengenai bagian-
bagian teks diskusi siswa sudah mampu memberikan jawaban seperti isu, argumen,
dan simpulan, namun hanya beberapa siswa saja yang memberikan penjelasan
mengenai ketiga bagian dari struktur teks diskusi.
Berbeda dengan persentase pada soal memahami pengertian dan memahami
bagian-bagian dari ciri kebahasaan teks diskusi siswa memperoleh persentase nilai
sebesar 47% dan 44%. Siswa masih kesulitan untuk menjelaskan bagian-bagian
dari ciri kebahasan meliputi konjungsi, kohesi, dan modalitas. Selain itu beberapa
siswa menjelaskan pengertian dari ciri kebahasaan teks diskusi dengan menjawab
ketiga bagian ciri kebahasaan tersebut. Berdasarkan data tersebu, dapat diketahui
perbandingan persentase antara nilai struktur dan nilai ciri kebahasaan yang
diperoleh siswa menunjukkan bahwa siswa lebih sulit dalam memahami ciri
kebahasaan teks diskusi dan lebih muda memahami struktur teks diskusi.Nilai yang
63
diperoleh siswa dalam memahami ciri kebahasaan teks diskusi perlu diperbaiki
pada siklus berikutnya.
Table 4.4 juga menunjukkan rata-rata nilai yang diperoleh siswa kelas VIII-
A dalam memahami teks diskusi pada tindakan siklus I adalah 74,2. Rata-rata nilai
merupakan hasil dari penjumlahan seluruh nilai yang diperoleh siswa kemudian
dibagai 33 siswa yang mengikuti pembelajaran. Rata-rata nilai yang diperoleh siswa
kelas VIII-A belum mencapai nilai KKM yaitu 75. Dari 33 siswa kelas VIII-A SMP
Shalahuddin terdapat 24 siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 dengan persentase 72%
dan dinyatakan “Tuntas” dalam memahami teks diskusi. terdapat 24 siswa kelas
VIII-A yang memperoleh nilai dengan kategori “Baik” dan dinyatakan dengan
Kriteria “B”. Terdapat enam siswa yang memperoleh nilai dengan kategori “Cukup
Baik” dan dinyatakan dengan kriteria “C” serta tiga orang siswa yang memperoleh
nilai kategori “Kurang Baik” dan dinyatakan dengan kriteria “D”.
Kesembilansiswa memperoleh nilai <75 dan dinyatakan “Tidak Tuntas” dalam
memahami teks diskusi dengan media TTS pada tindakan siklus I.
4.1.2.3 Pendidikan Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Siklus I
Hasil data mengenai karakter atau karakter siswa diperoleh dari lembar
observasi karakter siswa yang telah diisi oleh kedua pengamat setelah melakukan
pengamatan karakter siswa dalam pembelajaran siklus I. Terdapat empat karakter
siswa yang menjadi penilaian utama oleh peneliti, diantaranya adalah kedisiplinan,
ketertiban, tanggung jawab, dan komunikatif. Keempat karakter itu dipilih karena
keempat karakter tersebut dapat digunakan ketika berdiskusi danbekerja dalam
kelompok pada saat pembelajaran berlangsung. Data penilaian observasi siswa
64
dapat dinilai berdasarkan skor yang telah ditentukan yaitu skor 1, 2, 3, 4, atau 5.
Data skor dan persentase nilai karakter siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin dalam
mengikuti pembelajaran memahami teks diskusi menggunakan media TTS dapat
dilihat pada tabel berikut.
Table 4.5 Hasil Observasi Karakter Siswa pada Tindak Siklus I
Karakter Jumlah skor O1+O2 Persentase
Disiplin 38 = 38 x 100 = 76 %
50
Tertib 36 = 36 x 100 = 72%
50
Tanggung jawab 37 = 37 x 100 = 74 % 50
Komunikatif 38 = 38 x 100 = 76 %
50
Persentase hasil observasi kegiatan guru pada tindakan siklus I
149 x 100 = 74,5% (baik) 200
Berdasarkan tabel 4.5 menunjukkan bahwa keseluruhan penilaian karakter
siswa memperoleh rata-rata persentase sebesar 74,5% dengan kategori “baik”. rata-
rata persentase sebesar 74,5% terdiri dari keempat karakter siswa dengan persentase
yang berbeda-beda. Karakter disiplin siswa dilihat dari ketepatan waktu siswa
dalam mengerjakan tugas dampai mengumpulkan tugas yang telah selesai
dikerjakan mendapatkan persentase sebesar 76 % dengan kategori baik. Dalam
mengerjakan tugas kelompok, ada beberapa kelompok yang belum selesai tepat
waktu dan membutuhkan 10 menit waktu tambahan. Berikutnya adalah karakter
tertib, keteriban siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas
mendapatkan persentase nilai sebesar 72% dengan kategori “cukup baik”.
Persentase nilai ini perlu ditingkatkan mengingat kondisi kelas yang sulit
dikondisikan pada tahap awal pembelajaran dan siswa yang telalu aktif dalam
proses pemberian materi.
65
Selanjutnya adalah tanggung jawab siswa terhadap guru, teman, dan tugas
yang diperoleh mendapatkan persentase sebesar 74% dengan kategori “cukup
baik”. Tanggung jawab siswa juga perlu ditingkatkan untuk mencapai pembelajaran
yang kondusif dan efektif dengan mengerjakan tugas yang diberikan,
memperhatikan dan menghormati guru serta teman disekitarnya. Terakhir adalah
karakter komunikatif yang menakan persentase nilai sebesar 76% dengan kategori
“baik”. Dalam pengerjaan tugas kelompok mengenai TTS, siswa sudah mulai
komunikatif untuk mengerjakan tugas. Namun ada beberapa siswa yang hanya
memperhatikan bahkan berjalan-jalan ke kelompok yang lain, beberapa siswa
tersebut dinilai belum dapat komunikatif dengan baik dengan kelompoknya.
4.1.2.4 Refleksi Kegiatan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan
Media Teka-Teki Silang pada Siklus I
Hasil pemerolehan data pada tindakan siklus I menunjukkan bahwa pada
kegiatan pendahuluan pembelajaran berjalan dengan baik, namun peneliti kurang
maksimal dalam memberikan motivasi kepada siswa. Kemudian pada kegiatan inti,
pada tahap pemberian materi peneliti terlalu banyak berperan dalam pemilihan soal
TTS, seharusnya peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk memili soal
mana yang ingin dikerjakan terlebih dahulu. Pada tahap ini, peneliti mengalami
kesulitan untuk menentukan kelompok mana yang harus menjawab soal dan
mendapatkan poin. Semua kelompok antusias untuk menjawab dan beberapa
kelompok sudah mengatakan jawaban soal.
Pada pembelajaran berikutnya, peneliti harus mengatur sistematika
pengerjaan TTS secara bersama-sama agar semua kelompok menjawab secara
66
merata. Pada tahap pengerjaan tugas secara berkelompok, perlu adanya perbaikan
pada soal dalam penugasan. Soal harus ditata kembali agar penilaian kemampuan
setiap individu dapat terambil dengan baik. Selain itu, pada kegiatan penutup
peneliti melaksanakantindakan refleksi dengan terburu-buru, karena waktu mata
pelajaran Bahasa Indonesia yang telah selesai. Dalam hal ini, peneliti seharusnya
dapat membagi waktu dengan baik sehingga semua aspek yang terdapat dalam RPP
dapat terlaksana baik dan lancar.
Persentase ketuntasan siswa dalam memahami teks diskusi menggunakan
media TTS pada tindakan siklus I adalah 72% atau sebanyak 24 siswa. Berdasarkan
data tersebut, penelitian peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan
media TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin pada tindakan siklus I belum
dinyatakan berhasil. Karena persentase yang diperoleh belum mencapai persentase
yang diinginkan yaitu 80% dan membutuhkan tambahan 8% atau 3 siswa yang
harus memperoleh nilai ≥ 75 dan dinyatakan tuntas.Penelitian peningkatan
kemampuan memahami teks diskusi pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin ini
dapat dikatakan berhasil dengan pencapaian sebesar 80% atau sebanyak 27 siswa
dinyatakan tuntas dengan memperoleh nilai di atas KKM yaitu 75.
4.1.3 Pelaksanaan Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari Rabu,26 April 2017 pada jam
pelajaran kedua dan ketiga atau sekitar pukul 07.15 sampai 09.00 WIB. Tindakan
siklus II dilaksanakan sebagai tindakan perbaikan terhadap kekurangan yang
ditemukanpada siklus I. pembelajaran pada tindakan siklus II dapat tetap
menggunakan TTS sebagai media pembelajaran siswa, penggunaan media TTS ini
67
diharapkan dapat meningkatan nilai dan karakter siswa meliputi kedisiplinan,
ketertiban, tanggung jawab, dan komunikatif dengan signifikan. Pembahasan pada
subbab ini dapat dijelaskan sesuai dengan teori model-model PTK menurut
Kemmis dan Mc Taggart yang mengandung empat tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi di akhir pelaksanaan siklus.
4.1.3.1 Perencanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus II
Perencanaan pada siklus II ini dilaksanakan dengan menyiapkan RPP untuk
siklus II. RPP yang disiapkan ditambahkan beberapa perubahan diantaranya
dengan mengubah cara mengajar dengan menggunakan media power point teks
(PPT), mengubah sistematika penyampaian materi, di mana siswa dapat memilih
sendiri nomer berapa yang dapat dikerjakan terlebih dahulu. Peneliti juga merubah
bobot soal pada penugasan individu dan kelompok agar sesuai dengan penugasan
yang akan dikerjakan siswa. Perubahan penggunaan media PPT betujuan agar siswa
dapat menerima materi dengan lebih baik dan mampu memahami materi yang
disampaika pada poin-poin dan gambar yang ada di PPT. selanjutnya pada siklus I
peneliti memilih dan membacakan soal yang harus dijawab siswa, pada siklus II
siswa dapat memilih sendiri soal yang ingin dijawab pada TTS.
Selain penambahan materi di PPT dan pemilihan no soal sendiri, bobot soal
pada penugasan juga dirubah dengan perhitungan nilai akhir terdiri dari 50% nilai
dari tugas kelompok dan 50% nilai dari tugas individu. Setiap soal dapat dibuat
lebih sulit dari soal yang digunakan pada siklus I dengan pengerjaan satu soal untuk
satu siswa. Dengan demikian setiap siswa dalam satu kelompok dapat mengerjakan
68
soal yang berbeda. Ketiga perubahan yang ada pada RPP memiliki tujuan untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami teks diskusi baik dalam bentuk
proses, hasil, dan karakter siswa dalam mengikuti pembelajaran.
Pada tahap perencanaan ini peneliti juga menyiapkan lembar observasi yang
dapat diisi oleh pengamat pada saat proses pembelajaran dilaksanakan. Ada tiga
lembar observasi yang disiapkan peneliti, yaitu lembar observasi guru digunakan
untuk memantau kegiatan guru selama proses pembelajaran. Kemudian lembar
observasi siswa, digunakan untuk memantau kegiatan siswa selama mengikuti
kegiatan pembelajaran. Ketiga adalembar observasi karakter siswa yang digunakan
untuk melihat perkembangan empat karakter siswa selama mengikuti pembelajaran
pada siklus II. Pada tahap ini, peneliti juga menyiapkan angket respon siswa yang
digunakan untuk mengetahui reaksi siswa setelah menggunakan media TTS dalam
proses pembelajaran. setelah pembelajaran selesai, peneliti dapat membagikan
angket respon siswa untuk mengetahui harapan siswa untuk media atau
pembelajaran selanjutnya.
Peneliti tidak hanya mempersiapkan RPP dan lembar observasi, tetapi juga
mempersiapkan materi pada PPT dan media pembelajaran yang dapat digunakan
pada tindakan siklus II. Peneliti menyiapkan materi secara singkat, padat, dan jelas
di dalam PPT dengan menggunakan beberapa kata kunci yang nantinya dapat
diingat siswa. Peneliti juga memperbaiki media TTS yang dapat digunakan dengan
membuat formasi penyusunan soal mendatar dan soal menurun yang baru pada
TTS, namun tetap meliputi isi dari materi memahami teks diskusi. Peneliti
menambahkan tema pemandangan dengan suasana langit dengan desain yang
69
sederhana agar media lebih menarik sehingga dapat membuat siswa lebih tertarik
untuk memainkan media TTS ini. Penggunakann dan perancangan media yang
menarik dapat membuat siswa senang dalam penggunaannya sehingga materi yang
disampaikan dapat lebih mudah dipahami siswa.
4.1.3.2 Pelaksanaan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siklus II
Tindakan siklus dua yang dilaksanakan pada hari Rabu, 26 april 2017
dibantu dengan dua pengamat yaitu guru mitra ibu Lia Noviana Qostantia dan
teman sejawat oleh Misti Madyarini yang nantinya dapat mengamati dan
memberikan catatan mengenai pelaksanaan tindakan siklus II. Tindakan siklus II
dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai ketuntasan siswa kelas VIII-A dalam
memahami teks diskusi baik dari segi proses, hasil dan karakter siswa yang belum
dapat dicapai pada tindakan siklus I. hasil yang sudah diperoleh pada siklus II dapat
dibandingkan dengan hasil yang sudah diperoleh pada siklus I. Hal itu, dilakukan
untuk melihat sejauh mana peningkatan yang telah diperoleh siswa kelas VIII-A
dalam memahami struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi menggunakan media
TTS pada tindakan siklus II.
Pada proses peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan media
TTS pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin tindakan siklus II peneliti
menerapkan tiga aspek di dalam RPP yang terdiri atas kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup yang dapat dijelaskan sebagai berikut.
Peneliti mengawali pembelajaran pada tindakan siklus II dengan
memberikan salam kepada siswa dan melanjutkan dengan melakukan presensi,
70
rekan peneliti mulai menyiapkan peralatan laptop dan LCD untuk menayangkan
materi yang ada pada PPT. kemudian guru juga menanyakan kabar dan kegiatan
yang dapat dilakukan siswa selama libur Ujian Nasional yang dapat datang pada
minggu berikutnya. Secara tidak langsung, peneliti atau guru dan siswa mulai
berdiskusi membicarakan liburan yang dapat siswa lakukan. Siswa mulai menjawab
pertanyaan mengenai liburan yang diberikan peneliti, lalu peneliti munulis satu
persatu kegiatan yang dapat dilakukan siswa pada saat libur ujian nasional.
Selanjutnya peneliti melakukan apersepsi dengan mengulas salah satu
usulan siswa mengenai kegiatan mengisi liburan dengan jalan-jalan. Peneliti
menanyakan kepada siswa lain apakah ada yang ingin bergabung untuk jalan-jalan
untuk mengisi waktu liburan? Lalu siswa mulai menjawab, beberapa siswa
menjawab untuk ikut, dan beberapa siswa memberikan usulan yang lain. Setelah
itu, peneliti mulai menerangkan kepada siswa bahwa siswa dan peneliti telah
melakukan kegiatan berdiskusi.
Peneliti dan siswa telah berdiskusi membeicarakan kegiatan yang dapat
dilaksanakan untuk mengisi libur ujian nasional. Peneliti juga menjelaskan bahwa
siswa sudah memberikan argumen sesuai dengan struktur teks diskusi yaitu
argument mendukung dan argument menentang. Peneliti memberikan motivasi
kepada siswa dengan mengatakan bahwa berdiskusi itu mudah dan kita sudah
terbisa melakukannya. Peneliti kemudian menyampaikan tujuan pembelajaran
memahami teks diskusi yaitu agar siswa mampu memahami unsur yang terdapat
pada struktur dan ciri kebahasaan teks diskusi baik secara lisan ataupun tulisan.
Setelah menyampaikan tujuan pembelajaran, peneliti menyampaikan langkah-
71
langkah pembelajaran dalam penyampaian materi dan pemberian tugas pada
tindakan siklus II kepada siswa.
Berdasarkan kegiatan pembukaan di atas, diketahui bahwa peneliti sudah
memberikan apersepsi, motivasi, dan penyampaian tujuan pembelajaran secara
runtut dan sesuai dengan perencanaan yang ada di RPP. Kegiatan pembuka pada
tindakan siklus II dinilai lebih baik jika dibandingkan dengan kegiatan pembuka
pada tindakan siklus I. Pada kegiatan ini siswa lebih memperhatikan dan lebih fokus
pada apersepsi yang diberikan oleh guru.
Pada kegiatan inti, peneliti mulai memeriksa persiapan untuk menampilkan
materi yang ada di PPT. Namun, terdapat kendala di mana aliran listrik sekolah
diputus untuk sementara karena ada perbaikan. Dalam beberapa saat peneliti
dibantu guru mitra untuk memastikan bahwa listrik belum bisa digunakan. Agar
tidak membuang banyak waktu peneliti berinisiatif melanjutkan pelajaran.
Peneliti mulai menerangkan materi kepada siswa dengan cara menulis di
papan tulis poin-poin yang dapat dibahas. Beberapa poin yang dituliskan peneliti
adalah pengertian teks diskusi, pengertian dari struktur dan ciri kebahasaan.
Dilanjutkan dengan bagian-bagian struktur yang meliputi isu, argumen, dan
simpulan atau solusi. Dilanjutkan dengan menuliskan bagian-bagian dari ciri
kebahasaan yang meliputi konjungsi, kohesi, modalitas. Setelah menuliskan semua
poin, peneliti menanyakan poin-poin tersebut kepada siswa. Satu persatu siswa
mulai menjawab, setiap jawaban siswa ditulis oleh peneliti di papan tulis. Lalu
peneliti memberikan jawaban yang benar agar diketahui siswa.
72
Pada tindakan siklus I, diketahui bahwa siswa lebih sulit untuk memahami
ciri kebahasaan teks diskusi mengenai pengertian dan bagian-bagiannya. Untuk itu
pada penyampaian materi pada siklus II inipeneliti lebih menekankan pemberian
materi mengenai teks diskusi. Peneliti juga memberikan pengertian yang mudah
mengenai perbedaan antara kohesi leksikal dan kohesi gramatikal yang sebelumnya
masih belum dipahami oleh siswa.
Setelah selesai mengulas materi, peneleiti mengajak siswa untuk berlati
mengerjakan TTS sebelum mengerjakan tugas. Peneliti menjelaskan sistematika
permainan TTS kepada siswa dengan memberikan contoh jawaban dari pertanyaan
yang ada di lajur menurun yang ada pada media TTS. Peneliti membahas contoh
jawaban yaitu “KONJUNGSI” dan menjelaskan pengertian dari konjungsi kepada
siswa. Lalu guru melanjutkan pada pertanyaan berikutnya, siswa yang menjawab
dan menuliskan jawaban pada media TTS, siswa harus menjelaskan jawaban aga
rsiswa yang lain mengerti jawaban yang telah diberikan.
Siswa yang berani maju dan menjawab pertanyaan dengan benar
mendapatkan hadiah berupa permen dari peneliti sebagai. Siswa kemudia diberi
tahu agar tidak makan makanan apapun di dalam kelas dan hadiah baru boleh
dimakan pada saat istirahat. Pemberian hadiah membuat seluruhsiswa antusias
dalam mengikuti pembelajaran sampai semua pertanyaan terjawab.
Setelah membahas pertanyaan pada media TTS secara bersama-sama,
peneliti melanjutkan pembelajaran dengan membagi siswa menjadi lima kelompok.
Setiap kelompok dapat mendapatkan tugas dalam bentuk TTS yang harus
dikerjakan secara kelompok dan individu. Peneliti kemudian menjelaskan
73
sistematika pengerjaan tugas kepada siswa dan memberikan waktu mengerjakan
sebanyak 30 menit. terdapat dua tugas yang harus dikerjakan oleh siswa, yaitu tugas
TTS yang harus dikerjakan secara berkelompok dan beberapa soal uraian yang
harus dikerjakan oleh masing-masing anggota kelompok. Peneliti juga menjelaskan
bahwa ada dua hadiah bagi dua kelompok dengan kategori kelompok yang pealing
cepat menyelesaikan TTS dan kelompok yang paling cepat menyelesaikan seluruh
tugas yang diberikan.
Siswa sangat antusias dan melaksanakan kerja kelompok dengan sangat
baik. Setiap anggota saling berdiskusi dan komunikatif untuk menyelesaikan tugas
yang telah diberikan. Terbukti dengan selesainya kelompok satu dalam
mengerjakan TTS dalam waktu 11 menit 28 detik dan kelompok lima yang berhasil
menyelesaikan seluruh soal dalam waktu 22 menit 37 detik. Setelah mengetahui
adanya kelompok yang sudah selesai, kelompok yang lain berusaha lebih cepat
untuk menyelesaikan pekerjaannya. Sehingga belum sampai 30 menit seluruh
kelompok sudah menyelesaikan dan mengumpulkan pekerjaannya kepada peneliti.
Setelah semua kelompok selesai. Peneliti membagikan hadiah kepada dua
kelompok yang menyelesaikan kedua kategori paling cepat.
Berdasarkan penjabaran di atas pelaksanaan kegiatan inti dinilai kurang
susuai dengan rencana yang sudah dibuat di RPP dikarenakan kendala pada tidak
adanya aliran listrik untuk menanyangkan materi yang ada pada RPP. Namun,
hambatan tersebut tidak menghalangi peneliti untuk melanjutkan tindakan siklus II.
Dalam pelaksanaan kegiatan inti pada siklus ini, peneliti mampu membagi waktu
dengan baik, sehingga pengerjaan TTS pemberian materi dan pengerjaan tugas TTS
74
individu dan kelompok dapat selasai tepat waktu tanpa mengurangi waktu kegiatan
pembuka ataupun kegiatan penutup.
Pada kegiatan penutup, peneliti memberikan pujian atas proses
pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kemudian peneliti menanyakan kembali
materi memahami teks diskusi yang telah dipelajari siswa sebagai tindakan refleksi.
Peneliti menanyakan kembali ada berapa unsur dalam struktur teks diskusi dan
menanyakan ciri-ciri kebahasaan yang ada pada teks diskusi. Selain menanyakan
kembali materi yang telah dipelajari, peneliti juga menanyakan hambatan dan
kesulitan siswa dalam mempelajari materi memahami teks diskusi. Rata-rata siswa
menjawab lebih senang dan lebih muda dalam memahami materi dan mengerjakan
tugas.
Peneliti juga menanyakan mengenai harapan siswa, beberapa siswa
menjawab senang dan berharap kedepannya agar ada penggunaan berbagai media
disetiap pembelajaran. peneliti menjawab harapan siswa dengan adanya
kemungkinan tercapainya harapan mereka, selanjutnya peneliti menyampaikan
materi yang harus dipelajari siswa untuk pertemuan berikutnya dan dilanjutkan
dengan menutup pertemuan memahami teks diskusi dengan media TTS pada
tindakan siklus II dengan mengucapkan salam. Setelah itu peneliti meminta bantuan
siswa untuk mengisi angket respon siswa guna mengetahui perasaan dan
antusiasme siswa selama mengikuti pembelajaran pada siklus II.
Berdasarkan penjabaran kegiatan penutup tersebut, dapat diketahui bahwa
peneliti telah melaksanakan semua kegiatan yang tercantum dalam RPP. Peneliti
melaksanakan seluru kegiatan dengan baik dan tidak terburu-buru. Selama proses
75
pembelajaran memahami teks diskusi kelas dirasa cukup kondusif dan siswa
mampu mengikuti tahap refleksi dengan baik.
Deskripsi data pada tindakan siklus II pembelajaran kemampuan memahami
teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks terbagi menjadi tiga,
yaitu data proses yang dapat menjabarkan rangkaian kegiatan pembelajaran pada
tindak siklus II, data hasil yang merupakan nilai yang telah diperoleh siswa dalam
penugasanpada tindak siklus II, dan data karakteryang menjelaskan karakter atau
karakter siswa selama mengikuti pembelajaran. Ketiga data tersebut dapat
dijabarkan sebagai berikut.
Pelaksanaan pembelajaran pada tindak siklus II diamati oleh dua pengamat
yang melakukan pengamatan dan penilaian pada lembar observasi, kedua pengamat
tersebut adalah guru mitra ibu Lia Noviana Qostantia sebagai O1 dan teman sejawat
oleh Misti Madyarini sebagai O2. Proses pembelajaran meliputi lembar observasi
guru dan lembar observasi siswa.
Pada lembar observasi guru, pengamat dapat mengamati dan menilai
karakter dan kinerja guru dalam proses pembelajaran memahami teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks menggunakan media TTS apakah
sudah sesuai atau belum sesuai dengan rencana yang sudah dibuat dalam RPP.
Kemudian lembar observasi siswa juga dapat diisi selama kedua pengamat tersebut
mengamati dan menilai kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran sesuai
dengan poin-poin yang ada pada lembar observasi kegiatan siswa. Data observasi
guru dan siswa dapat dilihat dalam tabel 4.6 dan tabel 4.7.
76
Table 4.6 Hasil Observasi Kegiatan Guru pada Tindak Siklus II
Tahap Jumlah skor O1+O2 Persentase
Kegiatan Awal 51 = 51 x 100 = 91 % 56
Kegiatan Inti 59 = 59 x 100 = 92,1 % 64
Kegiatan Penutup 43 = 43 x 100 = 89,58 %
48
Persentase hasil observasi kegiatan guru pada tindakan siklus II
153 x 100 = 91% (Sangat Baik) 168
Berdasarkantabel 4.6 memperlihatkan bahwa hasil observasi guru pada
pembelajaran memahami teks diskusi tindakan siklus II adalah 91% dan termasuk
dalam kategori “Sangat Baik”. Persentase tersebut diperoleh guru (peneliti) karena
peneliti dinilai telah melaksanakan seluruh kegiatan yang ada pada RPP.
Pelaksanaan tersebut teriri atas tiga tahap, yaitu kegiatan awal, kegiatan inti,
kegiatan penutup. Pada kegiatan awal, peneliti memperoleh persentase sebesar
91%. Dengan melaksanakan kegiatan mulai dari memberikan salam, mempresensi,
menanyakan kabar siswa, melakukan apersepsi, memberikan motiwasi belajar
kepada siswa, menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyampaikan langkah-
langkah pembelajaran.
Pada kegiatan inti, peneliti memperoleh persentase sebesar 92,1%.
Persentase pada kegiatan inti merupakan persentase tertinggi yang diperoleh di
observasi guru. Peneliti mendapatkan persentase sebesar 92,1% karena peneliti
dinilai cukup mampu mengkondusifkan kelas, membuat siswa aktif, dan tepat
waktu dalam mengerjakan tugas. Selain itu, peneliti juga mampu mengontrol diri
saat terjadi kesalahan teknis dengan adanya pemahaman listrik sehingga tidak dapat
menggunakan LCD untuk menampilkan materi yang ada di PPT dan dengan cepat
77
mencari solusi untuk masalah tersebut. Peneliti tetap menyampaikan materi dengan
cara menuliskan materi dipapan dan mengajak siswa untuk turut serta menulis
materi yang dapat disampaikan dengan topik apa sajayang mereka inginkan.
pada tahap penutup peneliti menperoleh persentase sebesar 89,58%. Pada
tahap penutupeneliti menanyakan perasaan siswa selama mengikuti pembejaran
denganmedia TTS dan menanyakan harapan siswa untuk pelaksanaan pembelajaran
berikutnya. Siswa mengaku senang melaksanakan pembelajaran menggunakan
media TTS dan menantikan pembelajaran dengan media-media yang menarik.
Kemudian penetili menutup pembelajaran dengan ucapan terima kasih dan salam
kepada siswa.
Selaih hasil observasi guru, juga terdapat hasil observasi kegiatan siswa
yang diamati selama proses pembelajaran memahami teks diskusi berlangsung.
Pada hasil observasi siswa, peneti tidak turut serta menilai dalam lembar observasi
siswa, peneliti hanya membuat catatan atas temuan segala kegiatan siswa yang
ditemukan peneliti selama proses pembelajaran memahami teks diskusi
berlangsung. Catata-catatan tersebut dapat didiskusikan dengan kedua pengamat
pada tahap refleksi di akhir penelitian tindakan siklus II selesai. Hasil dari kegiatan
belajar siswa kelas VIII-A dalam pelaksanaan proses pembelajaran teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks dengan menggunakan media TTS
pada tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel 4.7.
78
Table 4.7 Hasil Observasi Kegiatan Siswa pada Tindak Siklus II
Tahap Jumlah skor O1+O2 Persentase
Kegiatan Awal 30 = 30x 100 = 93,75 % 32
Kegiatan Inti 52 = 52 x 100 = 92,85 %
56
Kegiatan Penutup 44 = 44 x 100 = 91,66 %
48
Persentase hasil observasi kegiatan siswa pada tindakan siklus II
126 x 100 = 92,64% (Baik)
136
Berdasarkan tabel 4.7 dapat diketahui bahwa persentase hasil observasi siswa
dalam mengikuti pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS pada
tindakan siklus II adalah 92,64% dan termasuk dalam kategori “Sangat Baik”.
Hasil kegiatan observasi siswa pada tindakan siklus II menunjukkan bahwa siswa
mampu megikuti pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS dengan
baik. Hal itu dapat terlihat dari kedisiplinan siswa dalam mengerjakan tugas dan
mengumpulkan tugas tepat waktu. Selain itu pada tindakan siklus II siswa dinilai
lebih kondusif dan lebih mudah untuk menerima pelajaran sesuai dengan materi
yang disampaikan oleh peneliti.
Adanya kesalahan teknis yaitu padamnya listrik membuat siswa lebih bijaksana
dalam bertanggungjawab kepada guru dan temannya. siswa membantu guru untuk
mencari solusi untuk kegiatan penyampaian materi walaupun tidak menggunakan
PPT. Siswa menjadi lebih aktif dan atusias dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan oleh peneliti. Dalam mengerjakan tugas memahami teks diskusi
secara kelompok dan individu, siswa mengerjakan dengan antusias agar selesai
paling cepat dan mendapatkan hadiah dari peneliti. pemberian hadiah itulah yang
79
memotivasi siswa untuk mengerjakan tugas memahami teks diskusi dengan baik,
lengkap, tepat, dan cepat.
Hasil kemampuan siswa dalam memahami teks diskusi dengan media TTS
pada siklus II dapat diketahui dari nilai siswa dari pengerjaan tugas memahami teks
diskusi secara kelompok dan individu yang telah diberikan oleh peneliti. Data nilai
memahami teks diskusi dengan media TTS pada tindakan siklus II dapat dilihat
dalam tabel 4.8
Table 4.8 Nilai Memahami Teks Diskusi pada Tindakan Siklus II
Kriteria
Aspek yang dinilai
TTS
Kelompok
Pengertian
teks diskusi
Pengertian
struktur
Pengertian
ciri
kebahasaan
Unsur
Struktur
Unsur ciri
kebahasaan
Jumlah
Skor 1650 270 280 245 270 248
Skor
Maksimal 1650 330 330 330 330 330
Persentase
Nilai 100% 81.81% 84.84% 74.24% 81.81% 75.15%
Rata-rata Nilai:89.78 Kriteria A:17 siswa
jumlah siswa tuntas KKM 75 :33 siswa Kriteria B:16 siswa
Persentase kelulusan KELAS :100%
Berdasarkan tabel 4.8 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata siswa dalam
memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks dengan media
TTS pada tindakan siklus II adalah 89,78. Dari 33 siswa yang hadir dalam
pembelajaran memahami teks diskusi terdapat 33 siswa yang memperoleh nilai ≥75
dengan persentase 100% dan dinyatakan “tuntas” dalam memahami teks diskusi.
Adapula dua siswa memperoleh nilai <75 dengan persentase 5,72% dan dinyatakan
“Tidak Tuntas” dalam memahami teks diskusi berdasarkan struktur dan ciri
kebahasaan teks.
80
17 siswa kelas VIII-A yang memperoleh nilai dengan kategori “Sangat Baik”
dan dinyatakan dengan Kriteria “A”. terdapat 16 siswa yang memperoleh nilai
dengan kategori “Baik” dan dinyatakan dengan kriteria “B”. selain itu hasil
kemampuan siswa dalam memahami teks diskusi dinilaiberdasarkan penugasaan
yang dikerjakan secara berkelompok dan individu, penilaian tugas individuterdiri
atas lima aspek dari segi pengertian dan bagian-bagian dari struktur dan ciri
kebahasaan teks diskusi.
Persentase aspek I (kemampuan memahami pengertian teks diskusi) pada
tindakan siklus II yaitu 81.8%. Persentase tersebut diperoleh siswa karena siswa
menjawab pengertian teks diskusi dengan baik. Jawaban siswa sudah menjelaskan
teks diskusi secara keseluruhan dan tidak hanya menjelaskan pengertian diskusi.
Pada aspek II yaitu pengertian dari struktur teks diskusi yang memperoleh
persentase 84.8% dan menjadi persentase tertinggi dari kelima aspek penilaian
memahami teks diskusi pada tindakan siklus II, siswa dinilai sudah mampu
menjelaskan pengertian struktur teks diskusi dan sudah mengetahui ketiga bagian
yang ada pada struktur teks diskusi.
Pada aspek III yaitu menjelaskan pengertian memahami ciri kebahasaan teks
diskusi, siswa memperoleh persentase sebesar 74.2%. Sebagian besar siswa sudah
dapat menjelaskan pengertian dari ciri kebahasaan teks diskusi dan beberapa siswa
yang menyebutkan kata kuncinya saja. Siswa yang hanya menyebutkan kata kunci
memperoleh nilai 5 dan siswa yang menjelaskan ciri kebahasaan dengan baik
memperoleh nilai 10. Persentase memahami pengertian ciri kebahasaan merupakan
81
persentase terendah dari kelima aspek penilai memahami tek diskusi dengan
menggunakan media TTS pada tindakan siklus II.
Selanjutnya pada aspek ke IV memahami bagian-bagian struktur teks diskusi,
siswa memperoleh persentase sebesar 81.8%. Siswa kelas VIII-A dinilai sudah
memahami struktur teks diskusi dengan baik. Aspek kelima adalah aspek
memahami bagian-bagian dari ciri kebahasaan teks diskusi, meliputi konjungsi,
kohesi, dan modalitas yang memperoleh persentase sebesar 75.1%. Siswa sudah
menjawab dengan menebutkan, menjelaskan, dan memberikan contoh dari ketiga
bagian ciri kebahasaan tersebut.
4.1.3.3 Pendidikan Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Siklus II
Data pendidikan karakter siswa diperoleh dari lembar observasi karakter siswa
yang telah diisi oleh kedua pengamat saat melakukan pengamatan karakter siswa
dalam proses pembelajaran siklus II. terdapat empat karakter siswa yang menjadi
penilaian utama oleh peneliti, diantaranya adalah disiplin, tertib, tanggung jawab,
dan komunikatif. Data skor dan persentase nilai dari karakter siswa kelas VIII-A
SMP Shalahuddin dalam mengikuti pembelajaran memahami teks diskusi
menggunakan media TTS pada tindakan siklus II dapat dilihat pada tabel berikut.
Table 4.9 Hasil Observasi Karakter Siswa pada Tindak Siklus II
Karakter Jumlah skor O1+O2 Persentase
Disiplin 42 = 42 x 100 = 84 %
50
Tertib 45 = 45 x 100 = 90%
50
Tanggung jawab 41 = 41 x 100 = 82 % 50
Komunikatif 42 = 42 x 100 = 84 % 50
Persentase hasil observasi kegiatan guru pada tindakan siklus II
170 x 100 = 85% (Baik)
82
200
Berdasarkan tabel 4.9 menunjukkan bahwa keseluruhan penilaian karakter
siswa memperoleh rata-rata persentase sebesar 85% dengan kategori “Baik”. Rata-
rata persentase sebesar 85% terdiri dari keempat karakter siswa dengan persentase
yang berbeda-beda. Karakter disiplin siswa dilihat dari ketepatan waktu siswa
dalam mengerjakan tugas sampai mengumpulkan tugas mendapatkan persentase
sebesar 84% dengan kategori “baik”. Dalam mengerjakan tugas kelompok, ada dua
kelompok yang menyelesaikan tugas dengan catatan waktu yang paling cepat yaitu
22 dan 24 menit. Setelah itu kelompok lain menyusul untuk mengumpulkan tugas
dengan catatan waktu kurang dari 30 menit. Kecepatan siswa dalam mengerjakan
kelompok juga menakan nilai yang baik yang dapat dilihat pada pembahasan hasil
nilai siswa.
Berikutnya adalah karakter tertib, keteriban siswa dalam mengikuti
pembelajaran dan mengerjakan tugas mendapatkan persentase nilai sebesar 90%
dengan kategori “Sangat Baik”. Persentase nilai ini merupakan persentase penilaian
karakter yang paling tinggi. Hal itu, disebankan karena ketertiban siswa pada siklus
II ini dinilai sangat kondusif dan tenang namun siswa tetap memperhatikan materi
dan pembelajaran yang diberikan oleh guru. Meskipun siswa sempat tidak fokus
pada hambatan yang terjadi yaitu pemadaman listrik, tetapi tidak lama kemudian
siswa mampu mengendalikan diri dan kembali mengikuti pembelajaran dengan
baik. Guru mitra juga mengatakan bahwa siswa lebih kondusif pada pembelajaran
memahami teks diskusi dengan media TTS pada tindakan siklus II ini.
83
Selanjutnya adalah tanggung jawab siswa terhadap guru, teman, dan tugas
yang diperoleh mendapatkan persentase sebesar 82% dengan kategori “Baik”.
Siswa dinilai bertanggung jawab dengan apa yang diterima di dalam kelas. Siswa
mampu mengendalikan diri dengan tidak ramai agar temannya yang lain dapat
belajar dengan baik. Siswa memperhatikan penjelasan materi dan tugas yang
diberikan oleh guru. Siswa mampu menyelesaikan seluruh tugas yang diberikan
dengan tepat waktu. Siswa juga bertanggung jawab saat menggunakan media
pembelajaran dengan tidak mencoret-coret media atau merusak media.
Terakhir adalah karakter komunikatif yang menakan persentase nilai sebesar
84% dengan kategori “baik”. Dalam pengerjaan tugas kelompok memahami teks
diskusi dengan media TTS, siswa sudah mulai komunikatif untuk mengerjakan
tugas. Siswa sudah menerapkan cara pembagian tugas kepada seluruh anggota
kelompok. Pembagian tugas yang dilakukan membuat seluruh anggota
mengerjakan tugas yang diberikan dan tidak ada anggota yang tidak mengerjakan.
Pembagian tugas tersebut juga membuat tugas yang dikerjakan menjadi lebih cepat
selesai kurang dari waktu yang ditentukan yaitu 30 menit. Seluru anggota
mengumpulkan tugas tepat waktu dan menakan nilai yang baik dari tugas yang
dikerjakan.
4.1.3.3 Refleksi Kegiatan Pembelajaran Memahami Teks Diskusi dengan
Media Teka-Teki Silang pada Siklus II
Refleksi kemampuan memahami teks diskusi dengan menggunakan media
TTS dilakukan dengan melihat proses, hasil nilai siswa, dan karakter siswa dalam
pembelajaran. Proses pembelajaran memahami teks diskusi dengan menggunakan
media TTS siklus II dapat dilihat dari hasil observasi guru dan siswa. Kegiatan
84
observasi guru pada tindakan siklus II memperoleh persentase sebesar 91% dan
persentase hasil observasi siswa sebesar 92,64%. Berdasarkan kedua hasil observasi
tersebut dapat dikatakan bahwa media TTS efektif digunakan dalam pembelajaran
memahami teks diskusi. Hal itu, dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
memperoleh nilai diatas KKM, yaitu pada tindakan siklus I terdapat 26 siswa yang
memperoleh nilai ≥75 sedangkan pada tindakan siklus II terdapat 33 siswa yang
memperoleh nilai ≥75.
Dari hasil wawancara dengan teman sejawat, pelaksanaan pembelajaran
memahami teks diskusi pada tindakan siklus II dari kegiatan pembuka, kegiatan
inti, dan kegiatan penutup dinilai telah terlaksana dengan baik. Baik peneliti
ataupun siswa telah mengikuti pembelajaran dengan baik dan sesuai dengan RPP
yang telah dibuat. Walaupun terdapat kendala pemadaman listrik pada kegiatan inti,
pembelajaran tetap dapat dijalankan dengan memberikan materi yang diberikan
oleh peneliti diikuti keaktifan dan antusias siswa untuk membantu jalannya
pembelajaran pada tindakan siklus II.
Setelah peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran memahami teks
diskusi dengan menggunakan media TTS pada tindakan siklus I dan II, peneliti
melakukan wawancara kepada guru mitra megenai pembelajaran yang telah
dilaksanakan. Dalam hal ini guru mitra mengungkapkan bahwa peneliti sudah
menerapkan media pembelajaran TTS kepada siswa kelas VIII-A untuk
meningkatkan kemampuan memahami teks sidkusi dengan baik karena nilai siswa
kelas VIII-A sudah meningkat serta 33 siswa sudah mampu memahami teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks. Penggunaan media TTS juga dinilai
85
mampu mempermudah siswa dalam memahami teks diskusi baik digunakan secara
individu ataupun berkelompok.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kedua pengamat dan didukung
dengan hasil konsultasi dengan dosen pembimbing tentang hasil pelaksanaan
pembelajaran memahami teks diskusi pada tindakan siklus II, dapat disimpulkan
bahwa tindakan siklus dengan menerapkan media TTS dalam pembelajaran
memahami teks dikusi dapat dihentikan. Hal itu terjadi karena penelitian ini
menerapkan batas keberhasilan penelitian sebesar 80% atau sebanyak 27 siswa
yang harus dinyatakan tuntas dalam memahami teks diskusi. Hasil pembelajaran
memahami teks diskusi pada siklus II telah memperoleh persentase ketuntasan
indikator yang diinginkan yaitu 100% atau sebanyak 33 siswa dinyatakan “Tuntas”
dalam memahami teks diskusi dengan menggunakan media TTS.
4.2 Pembahasan Penelitian
Pada pembahasan ini memaparkan tentang hal menarik dan unik dari
penelitian peningkatan kemampuan memahami teks diskusi dengan median teka-
teki silang pada siswa kelas VIII-A SMP Shalahuddin pada tindakan siklus I dan
tindakan siklus II. Temuan-temuan tersebut juga dapat memaparkan dampak
penggunaan media TTS pada pembentukan empat karakter bagi siswa kelas VIII-
A SMP Shalahuddin. Pembentukan karakter tersebut meliputi kedisiplinan,
ketertiban, tanggung jawab, dan karakter komunikatif.
86
4.2.1 Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang pada Siswa Kelas VIII-A
Proses pembelajaran memahami teks diskusi mengalami peningkatan yang
dapat dilihat pada pelaksanaan pembelajaran pada siklus I dan siklus II. Kedua
siklus tersebut dapat dibandingan dengan pelaksanaan pembelajaran pada tahap
prasiklus yang menjadi patokan awal penelitian. Hal tersebut dapat diketahui dari
hasil observasi guru, hasil observasi siswa, hasil wawancara, dan hasil angket siswa
yang telah dilaksanakan pada kedua siklus di kelas VIII-A.
Penelitian peningkatan memahami teks diskusi ini mengalami peningkatan
dari segi proses pembelajaran. siswa menjadi lebih kondusil pada setiap siklusnya.
Penelitian yang menunjukkan hasil yang sama dilakukan oleh Pramesti (2015)
dengan judul Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam
Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang.
Berawal dari permasalahan yang ditemukan di lapangan mengenai
kesulitan siswa dalam menguasai kosakata bahasa Indonesia,
ditunjukkan dengan hasil observasi siswa yang diperoleh.
Penelitian ini tujuan untuk meningkatkan kemampuan penguasaan
kosa kata siswa baik dari segi proses maupun dari segi hasil agar
mendapatkan hasil yang diinginkan.
Siswa-siswa kelas VIII-A adalah siswa yang memiliki permasalahan dalam
hal karakter ketika mengikuti pembelajaran, siswa kelas VIII-A juga merupakan
siswa yang sangat aktif sehingga perlu beberapa hal yang menarik untuk membuat
siswa mau mengikuti pelajaran. Meskipun sulit untuk mengajar di kelas VIII-A,
namun penggunaan media TTS menunjukkan hasil yang meningkat pada
pelaksanaan siklus II, peningkatan tersebut dapat dijabarkan dalam persentase yang
diperoleh dari hasil observasi guru dan siswa sebagai berikut.
87
Diagram di atas menjelaskan bahwa persentase hasil observasi kegiatan
guru pada siklus I sebesar 75,5%, persentase tersebut mengalami peningkatan pada
pelaksanaan siklus II sebesar 91%. Peningkatan yang diperoleh pada siklus II
meningkat sebesar 15,5% dari persentase yang diperoleh pada siklus I. Peningkatan
persentase tersebut diperoleh karena proses pembelajaran siklus II meliputi
kegiatan pembuka, kegiatan inti, dan kegiatan penutup yang terlaksana dengan
lebih baik dibandingkan dengan pelaksanaan siklus I.
Pelaksanaan kegiatan pembuka pada siklus II, peneliti dinilai lebih cepat
dalam mengkondusifkan kelas jika dibandingkan dengan siklus I. Hal ini dapat
dilihat dari pemerolehan persentase kegiatan pembuka observasi guru pada siklus I
sebesar 75% dan mengalami peningkatan sebesar 16%, Pada siklus II menjadi 91%.
Selain peningkatan persentase kegiatan pembuka yang telah dicapai, peningkatan
persentase juga dicapai pada kegiatan inti siklus II. Pada kegiatan inti di siklus II
peneliti dinilai sudah baik dalam memberikan materi dan memberikan tugas padda
75% 78.12%72.9% 75.5%
91% 92.1% 89.58% 91%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kegiatan Pembuka Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Seluruh Kegiatan
Diagram Observasi Guru
Sikus I Siklus II
88
siswa kelas VIII-A, peningkatan persentase juga diperoleh karena peneliti
menambahkan beberapa perubahan pada pelaksanaan siklus II. Peneliti merubah
tingkat kesulitan penugasan siswa dan pembagian penugasan pada setiap siswa.
Perubahan tingkat kesulitan tugas dilakukan karena adanya
kesalahpahaman di beberapa kelompok ketika mengerjakan tugas. Ada bebrapa
kelompok yang sudah mengerti dan langsung mengerjakan, ada pula beberapa
kelompok yang salah dalam mengerjakan tugas. Pada pelaksanaan siklus I, tugas
yang diberikan adalah tugas TTS yang dikerjakan secara berkelompok dan
dilanjutkan menjawab soal secara individu. Soal yang diberikan berjumlah lima
soal yang harus dikerjakan setiap anggota kelompok, bukannya satu soal untuk satu
anggota. Jadi setiap anggota kelompok dapat mengumpulkan lima jawaban atas
lima soal yang sama.
Setelah menjelaskan penugasan yang harus dikerjakan oleh siswa, peneliti
berkeliling untuk mengamati siswa saat proses kerja kelompok terlaksana. Tidak
lama kemudia, peneliti menemukan adanya kelompok yang salah dalam pengerjaan
tugas. Beberapa kelompok membagi soal satu orang satu soal, sehingga ada anggota
kelompok yang tidak mengerjakan soal yang hanya berjumlah lima soal saja.
Kesalahpahaman yang terjadi pada siswa membuat siswa membuatuhkan wantu
tambahan untuk mengerjakan seluruh soal yang diberikan. Penambahan waktu
tersebut membuat siswa tidak tepat waktu saat mengumpulkan tugas.
Kesalahpahaman yang terjadi pada siklus I diperbaiki pada siklus II dengan
merubah tingkat kesulitan soal dan sistematika pengerjaan soal. Peneliti membuat
soal dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dengan sistematika pengerjaan satu
89
siswa satu soal. Untuk menanggulangi ketidaktahuan anggota atas soal yang tidak
dikerjakan, peneliti memberi arahan agar soal dikerjakan dengan berdiskusi dengan
seluruh anggota kelompok. Perubahan tingkat kesulitan dan sistematika pengerjaan
tugas pada siklus II memberikan hasil yang lebih baik. Seluruh anggota kelompok
mampu mengerjakan penugasan yang diberikan kurang dari waktu yang telah
ditentukan. Perubahan yang telah dilakukan oleh peneliti memberikan hasil
persentase pada kegiatan inti observasi guru tindakan siklus II meningkat sebesar
16,89% dari 78,12% persentase kegiatan inti pada siklus II sebesar 92,1%. Hasil
persentase observasi siswa dapat dilihat pada diagram berikut.
Pelaksanaan kegiatan penutup pada observasi guru juga mengalami
peningkatan persentase sebesar 16,68% dari kegiatan penutup pada siklus I sebesar
72.9% menjadi 89,58% pada kegiatan penutup tindakan siklus II. Peningkatan
persentase ini diperoleh karena guru melaksanakan setiap aspek pada kegiatan
penutup dengan tepat waktu dan peneliti tidak memotong waktu dari pembelajaran
berikutnya. Selain pemerolehan peningkatan pada hasil obervasi guru, peningkatan
juga dicapai pada hasil observasi siswa pada tindakan siklus II yang dapat dilihat
pada diagram berikut.
90
Persentase yang diperoleh pada tindakan siklus I adalah 81,61%, meningkat
sebesar 11,03% pada siklus II menjadi 92,64%. Peningkatan tersebut diperoleh
karena pada tindakan siklus II seluruh siswa dapat mengikuti seluruh kegiatan
pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS dengan baik.
Pada kegiatan pembuka siswa dinilai lebih cepat masuk ke dalam kelas dan
kondusif dalam memperhatikan presensi serta kegiatan apersepsi yang dilakukan
oleh peneliti. siswa juga membantu peneliti untuk menyiapkan kelas agar siap
menerima pembelajaran. selanjutnya, pada kegiatan pembuka pada sikus II
memperoleh peningkatan sebesar 9,38% dari persentase 84,37% yang diperoleh
pada siklus I menjadi 93,75% yang diperoleh pada siklus II. Kemudian siswa
melaksanakan kegiantan inti, meskipun ada satu kendala yang terjadi pada kegiatan
inti yaitu pemadaman listrik, hal tersebut tidak berpengaruh banyak pada siswa.
Siswa tetap dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, menerima materi, dan
mengerjakan tugas dengan baik serta tepat waktu. Hal tersebut membuat persentase
84.37% 85.71%
75%81.61%
93.75% 92.85% 91.66% 92.64%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Kegiatan Pembuka Kegiatan Inti Kegiatan Penutup Seluruh Kegiatan
Diagram Observasi Siswa
Sikus I Siklus II
91
yang diperoleh hari kegiatan observasi ssiwa pada kegiatan inti meningkat sebesar
7,14% dari persentase kegiatan inti yang diperoleh pada observasi siswa siklus I
sebesar 85,71% menjadi 92,85 padakegiatan inti siklus II.
Selain kegiatan inti, peneliti juga melakukan observasi siswa pada kegiatan
penutup. Observasi siswa pada kegiatan penutup siklus II memperoleh persesntase
yang lebih baik jika dibandingkan dengan observasi siswa pada kegiatan penutup
siklus I. Persentase ini meningkat sebesar 16,66% dari persentase observasi siswa
pada kegiatan penutup siklus I yaitu 75% menjadi 91,66% pada observasi siswa
kegiatan penutup siklus II. Peningkatan ini diperoleh karena siswa kelas VIII-A
telah mengikuti kegiatan penutup dengan baik, tepat waktu, dan kondusif.
Selain pemerolehan peningkatan persentase pada observasi guru dan siswa
yang telah dijabarkan di atas, keberhasilan pelaksanaan pembelajaran memahami
teks diskusi pada siklus II juga dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru
mitra dan dari hasil angket yang telah diisi oleh siswa pada setiap akhir siklus yang
telah dilakukan. Pada proses wawancara siklus I, guru memberikan saran untuk
memperbaiki media dan sistematika pelaksanaan media. Saran guru telah
dilaksanakan pada siklus II dan memperoleh hasil yang baik pada proses
pelaksanaannya.
Kemudia peneliti melakukan wawancara lagi dan gurumitra menyatakan
bahwa pembelajaran sudah berlangsung dengan baik, anak-anak jadi lebih kondusif
jika dibandingkan dengan pembelajaran yang sebelumnya. Dari hasil tersebut dapat
diketahui bahwa guru mitra merasa pembelajaran yang dilakukan sudah baik dan
tidak perlu dilakukan perbaikan lagi. Guru mitra juga menyatakan bahwa beliau
92
merasa senang dengan adanya penelitian ini karena dapat membuat siswa lebih
antusias dalam belajar.
Setelah itu, dari hasil angket mengenai hasil penggunaan media TTS pada
pembelajaran memahami teks diskusi dapat diketahui bahwa hasil perolehan angket
kebutuhan siswa pada siklus II mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan
hasil yang diperoleh pada siklus I. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan media
TTS telah berhasil membuat siswa menyukai dan tertarik untuk belajar. Hal yang
sama dikatakan pula oleh Pramesti (2015) yang menyatakan penggunaan media
teka-teki silang dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kosakata
bahasa Indonesia.menunjukan penggunaan media teka-teki silang dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai kosakata bahasa Indonesia.
Hasil yang diperoleh pada akhir pelaksanaan siklus II, hampir seluruh siswa
mengisi angket dengan poin 3 dan 4 yang menyatakan “setuju” dan “sangat setuju”
berbeda dengan akhir pelaksanaan siklus I, di mana masih banyak ditemukan siswa
mengisi dengan poin 2, 3, dan beberapa mengisi poin 4. Poin bernilai 2 menyatakan
bahwa siswa “cukup setuju” dengan aspek yang ditanyakan. Pada pemberian
akngket siklus I, beberapa siswa memberikan saran atas kekurangan pada
pembelajaran siklus I. Berbeda dengan hasil tersebut, pada kolom komentar siklus
II, sudah tidak ditemukan adanya pemberian kritik, saran atau masukan. Seluruh
siswa menyatakan senang dan mengharapkan pengajaran yang sama yaitu
pembelajaran yang menyenangkan dengan menggunakan media pembelajaran.
Penggunaan media TTS dapat meningkatkan kemampuan memahami teks
diskusi siswa kelas VIII-A dalam pembelajaran memahami teks diskusi
93
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks. Peningkatan hasil pembelajaran
memahami teks pada kurikulum 2013 juga ditunjukkan dalam hasil penelitian
Setiawati (2015), dengan judul Peningkatan Kemampuan Memahami Aspek
Kebahasaan Teks Biografi Melalui Media Monopoli pada Siswa Kelas VIII SMP
Negeri 1 Batu.
Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat
peningkatan dari prasiklus ke siklus1 sebesar 41,22%, sementara
peningkatan nilai siswa dari siklus1 ke siklus2 sebesar 25,8%, dari
hasil tersebut diketahui bahwa siswa sudah mampu menentukan dan
menjelaskan kata hubung, kalimat tunggal, dan kalimat majemuk,
sesuai dengan hakikat, ciri-ciri, dan contohnya.
Disamping penelitian Setiawati, ada pula penelitian lain yang menunjukkan
adanya peningkatan kemampuan belajar siswa dengan menggunakan media TTS.
Peningkatan hasil pembelajaran dengan menggunakan media TTS juga ditunjukkan
dalam hasil penelitian yang dilakukan oleh Eliza dkk (2013) dengan judul Peningkatan
Penguasaan Kosakata Melalui Teknik Permainan TTS di Kelas VII.A SMPN 2 Sungai
Penuh.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan adanya peningkatan
penguasaan sinonim sebesar 80,25%, antonim 70,5%, dan
penguasaan makna istilah sebesar 57,75%. Meskipun demikian nilai
penugasan yang diperoleh siswa VII-A belum mencapai KKM yaitu
70. Pada siklus kedua diperoles hasil peningkatan sinonim sebesar
81,75%, antonim 74,75%, dan penguasaan makna istilah sebesar
69,25%. Nilai siswa VII-A sudah mencapai KKM 70. Berdasarkan
penelitian Eliza (2013) dapat diketahui bahwa penggunaan media
TTS dapat meningkatkan proses dan hasil pembelajaran kosakata di
kelas VII-A SMP Negeri 2 Sungai Penuh.
Melalui media TSS siswa tidak hanya diajak belajar, tetapi juga diajak
bermain. Mayoritas siswa kelas VIII sangat menyukai permainan dibandingkan
94
pembelajaran, dan penggunaan media TTS mampu menarik perhatian siswa untuk
mempelajari materi yang diberikan dan mengerjakan tugas yang diberikan. Siswa
menjadi lebih antusias dan bersaing untuk menjadi yang tercepat dalam
menyelesaikan tugas. Tidak hanya cepat, siswa juga mampu mendapatkan nilai
yang baik dalam hasil pengerjaan tugas memahami teks diskusi menggunakan
media TTS. Hal itu dapat diketahui dari hasil pengerjaan tugas pada tindakan siklus
I dan siklus II. Data mengenai peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat pada
diagram berikut.
Pada diagram di atas, tindakan siklus I persentase hasil belajar siswa kelas
VIII-A memperoleh persentase sebesar 72%, data persentase tersebut meningkat
sebesar 17,46% dari pemerolehan persentase pada tahap prasiklus yaitu 54,54%.
Sedangkan pada pelaksanaan siklus II persentase yang diperoleh peningkatan yang
signifikan yaitu meningkat sebesar 28%, persentase siklus II yang diperoleh
menjadi 100%. Peningkatan-peningkatan persentase tersebur diperoleh karena
54.54%
72%
100%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Prasiklus Siklus I Siklus II
Diagram Hasil Penilaian
Prasiklus Siklus I Siklus II
95
peneliti memberikan perubahan-perubahan pada setiap pelaksanaan siklus
pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS.
Penggunaan media TTS dalam pembelajaran memahami teks diskusi
dengan memberikan vasiasi dalam bentuk permainan TTS dalam memberikan
materi dan penugasan siswa dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami materi yang diberikan. Hal itu dapat dibuktikan dengan hasil penelitian
Penggunaan media TTS yang memiliki tujuan agar siswa lebih mudah dan
dapat belajar dengan menyenangkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Daryanto
(2013, hal.4-5) yang menyatakan media berfungsi untuk menimbulkan semangat
belajar, interaksi lebih langsung antara murid dengan sumber belajar,
memungkinkan anak belajar mandiri sesuai dengan bakat dan kemampuan visual,
serta membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik.
Penggunaan TTS pada media pemberian materi membuat siswa antusias dan
menumbuhkan rasa penasaran siswa dalam mengulas materi yang ada yaitu materi
mengenai memahami teks diskusi. pemahaman siswa kemudia diuji dengan
pemberian penugasan kepada siswa. Penugasan yang diberikan terbagi menjadi
dua, yaitu penugasan secara berkelompok dengan mengerjakan TTS yang telah
dipersiapkan oleh peneliti, dan penugasan individu dengan mengisi soal-soal untuk
melihat kemampuan memahami setiap siswa.
Penugasan dengan media TTS yang dikerjakan secara berkelompok pada
tindakan siklus I dan siklus II berhasil dikerjakan dengan baik dan benar dengan
pemerolehan persentase sebesar 100%. Seluruh kelompok mampu menjawab
seluruh pertanyaan yang ada pada kolom lajur menurun dan lajur mendatar.
96
Penggunaan media TTS dapat dikatakan sangat membantu siswa dalam pengerjaan
tugas dan pembelajaran berdiskusi dengan setiap anggota kelompok.
Berbeda dengan tugas yang dikerjakan secara berkelompok, Tugas yang
dikerjakan secara individu memberikan hasil yang berbeda. Dalam penugasan
individu, peneliti dapat akan melihat soal-soal mana yang benar-benar belum
dikuasai oleh setiap siswa. Hal itu dapat dilihat dari nilai yang diperoleh siswa dari
setiap aspek yang dinilai.
Penugasan individu yang diberikan pada tindakan siklus I dan siklus II
peneliti menilai dengan lima aspek dasar dalam memahami teks diskusi. aspek yang
pertama adalah menilai kemampuan siswa dalam memahami pengertian dari teks
diskusi. Pada pelaksanaan tindakan siklus I persentase keberhasilan yang dapat
diperoleh siswa adalah 58% sedangkan persentase yang diperoleh pada siklus II
adalah 81,8%. Pemerolehan nilai pada silkus I terbilang rendah karena rata-rata
siswa menjawab berdasarkan pengertian diskusi saja dan belum digabung dengan
pengertian teks sehingga jawaban belum membentuk pengertian teks diskusi secara
utuh. Pada penugasan yang dilaksanakan pada siklus II, sebagian besar siswa telah
mampu menjawab pengertian teks diskusi dengan benar dan utuh.
Aspek ke-dua pada penilaian memahami teks diskusi adalah memahami
pengertian dari struktur teks diskusi. pemerolehan persentase pada siklus I adalah
79% dan pada siklus II meningkan menjadi 84%. Persentase yang diperoleh
termasuk dalam kategori “Baik” yaitu siswa dinilai sudah mampu dalam memahami
pengertian struktur teks diskusi. pada pelaksanaan tindakan siklus II, persentase
97
yang diperoleh siswa meningkat sebesar 5% yang artinya terdapat tambahan dua
siswa yang dinyatakan lulus dalam memahami pengertian struktur teks diskusi.
Aspek penilaian yang ke-tiga dalam memahami pengertian dari ciri
kebahasaan teks diskusi. terdapat dua aspek penilaian mengenai ciri kebahasaan
dan aspek ciri kebahasaan teks diskusi yang terdapat pada aspek ketiga dan aspek
yang kelima. Kedua aspek tersebut menjadi aspek penilaian yang dinilai paling sulit
untuk dikuasai siswa.
Pada aspek pengertian ciri kebahasaan teks diskusi pada tindakan siklus I,
persestase keberhasilan yang diperoleh siswa adalah 47% kemudian meningkat
pada pemerolehan keberhasilan dalam memahami pengertian ciri kebahasaan pada
siklus II yaitu sebesar 74,2%. Kecilnya persentase yang diperoleh pada siklus I
diperoleh karena siswa kesulitan untuk menjelaskan pengertian dari ciri
kebahasaan. Kemudian pada pelaksanaan tindakan siklus II, peneliti memberikan
materi pengertian ciri kebahasaan dan mempersilahkan siswa untuk memberikan
pengertian sendiri pada ciri kebahasaan. Peneliti menginginkan agar siswa benar-
benar mengerti dan mengingat lebih lama mengenai pengertian ciri kebahasaan.
Peneliti juga memberikan kata kunci pengertian ciri kebahasaan pada soal yang ada
pada media TTS. Pemberian kata kunci diharapkan siswa lebih mudah mengingat
dan berani untuk menjabarkan kata kunci yang telah diperoleh pada soal yang
terdapat pada media penugasan TTS.
Aspek ke-empat pada penugasan individu adalah pemahaman siswa
mengenai bagian-bagian dari struktur kebahasaan. Bagian bagian tersebut meliputi
isu, argumrn mendukung, argumen menentang, dan simpulan. Pada pelaksanaan
98
tindakan siklus I, rata-rata siswa sudah mampu untuk menjawab dan menjalaskan
bagian bagian mengenai struktur teks diskusi, namun ada beberapa siswa yang
belum bias menjelaskan bagian-bagian teks diskusi. pemerolehan persentase
keberhasilan siswa dalam memahami bagian-bagian struktur teks diskusi pada
siklus I adalah 62%.
Untuk meningkatkan persentase keberhasilan siswa dalam memahami
struktur teks diskusi. Pada pelaksanaan siklus II, peneliti meminta siswa untuk
menjelaskan contoh dari setiap bagian-bagian struktur teks diskusi. Dengen
memberikan contoh, siswa diharapkan lebih mengerti dan memiliki ingatan jangka
panjang mengenai struktur teks diskusi. Strategi pemberian contoh dari setiap
bagian-bagian struktur teks diskusi yang dilakukan pada pelaksanaan siklus II
memperoleh peningkatan persentase keberhasilan sebesar 19,8% menjadi 81,8%
dan dinyatakan tuntas dalam memahami bagian-bagian struktur teks diskusi
Aspek yang ke-lima adalah memahami bagian-bagian dari ciri kebahasaan
teks diskusi. Bagian-bagian dari ciri kebahasaan teks diskusi meliputi konjungsi,
kohesi leksikal, kohesi gramatikal, dan modalitas. Seperti yang telah dijelaskan
pada aspek ketiga, siswa juga mengalami kesulitan dalam memahami dan
menjawab pertanyaan mengenai bagian-bagian dari ciri kebahasaan teks diskusi.
pada pelaksanaan siklus I persentase keberhasilan yang diperoleh siswa adalah
44%. Persentase keberhasilan tersebut dinilai sangat kurang untuk memenuhi
persentase keberhasilan yang diinginkan.
Untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memahami bagian-bagian dari ciri
kebahasaan teks diskusi, peneliti memberikan materi menganai bagian-bagian dari
99
ciri kebahasaan dengan lebih menyenangkan dan lebih ringkas. Peneliti
memberikan kata kunci dari setiap bagian-bagian ciri kebahasaan teks diskusi,
selain itu peneliti juga meminta siswa untuk memberikan contoh dari setiap bagian-
bagian ciri kebahasaan yang dicantumkan dalam penugasan individu pada tindakan
siklus II. Strategi tersubut memberikan peningkantan yang signifikan dalam
pemerolehan persentase keberhasilan yaitu sebesar 31,1 %. Total persentase
keberhasilan yang diperoleh siswa kelas VIII-A dalam memahami bagian-bagian
dari ciri kebahasaan teks diskusi pada pelaksanaan tindakan siklus II adalah 75,1%
dan dinyatakan “tuntas”. Peningkatan kelima aspek dalam penugasan siswa di atas
dapat dilihat pada diagram berikut.
Penjabaran data struktur dan ciri kebahasaan diatas menunjukkan bahwa
materi memahami struktur teks diskusi dinilai lebih muda dikuasai siswa,
sedangkan materi ciri kebahasaan teks diskusi adalah materi yang paling sulit
dikuasai siswa, baik dari memahami pengertian maupun bagian-bagian dari ciri
58%
79%
47%
62%
44%
81.8% 84%
74.2%81.8%
75.1%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
Aspek 1 Aspek 2 Aspek 3 Aspek 4 Aspek 5
Diagram Lima Aspek Penilaian
Siklus Siklus II
100
kebahasaan teks diskusi. materi memahami struktur lebih mudah dikuasai siswa
karena menjelaskan bagian-bagian yang membangun suatu teks diskusi.
Sedangkan materi ciri kebahasaan dinilai lebih sulit untuk dikuasai siswa
karena siswa kesulitan dalam memahami setiap perbedaan dari konjungsi, kohesi
leksikal, kohesi gramatikal, dan modalitas. Namun hal itu dapat diatasi dengan
memberikan materi yang mengandung kata-kunci pada setiap pertanyaan
yangterdapat pada media pemberian materi dengan TTS. Selain itu peneliti juga
menambahakan pertanyaan pada media penugasan TTS siswa dengan
menambahkan tugas membuat contohpada pelaksanaan tindakan siklus II. adanya
tugas yang mengharuskan siswa untuk memberikan contoh pada setiap bagian-
bagian dari ciri kebahasaan membantu siswa dalam meningkatkan nilai sebagai
persentase keberhasilan siswa sehingga mengalami peningkatan yang signifikan.
Peningkatan persentase tersebut tercapai pada penilaian hasil belajar siswa dengan
perolehan persentase sebesar 100 % atau sebanyak 33 siswa memakankan nilai
diatas KKM yaitu >75. Dengan demikian, PTK dapat dihentikan karena persentase
ketuntasan siswa sudah mencapai ≥80%.
4.2.2 Dampak Penggunaan Media Teka-Teki Silang pada Pembentukan
Karakter Siswa Kelas VIII-A pada Pembelajaran Memahami Teks
Diskusi
Pembentukan karanter siswa perlu diterapkan dalam pembelajaran di kelas
VIII-A untuk membentuk prilaku yang baik bagi siswa. Hal ini sesuai dengan
pendapat Kesuma (2013, hal.5) yang mengungkapkan bahwa pendidikan karakter
adalah pembelajaran yang mengarah pada penguatan dan pengembangan prilaku
anak secara utuh yang didasarkan pada suatu nilai tertentu yang dirujuk oleh
101
sekolah. Pembentukan karakter siswa dapat membangun kepribadian yang
dibangun dalam lingkungan sekolah sesuai dengan yang dinyatakan Samani (2014,
hal.37) karakter adalah nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk
baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan, yang
membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam karakter dan prilaku
dalam kehidupan sehari-hari. Bedasarkan kedua pendapat di atas, menunjukkan
bahwa pendidikan karakter di sekolah sangat berpengaruh pada pendidikan karakter
siswa. Peningkatan persentase karakter siswa dari siklus I ke siklus II dapat dilihat
pada diagram berikut.
Penggunaanmedia TTS pada pemberian materi dan penugasan secara
berkelompok dalam pembelajaran memahami teks diskusi dapat membentuk
karakter disiplin, tertib, tanggung jawab, dan komunikatif. pada siswa kelas VIII-A
SMP Shalahuddin. hal ini dapat dilihat dari pemerolehan persentase karakter siswa
pada siklus I adalah 74,5%, dengan kategori “cukup baik” sedangkan pada siklus II
mengalami peningkatan sebesar 10,5% menjadi 85% dengan kategori “baik”.
76% 72% 74% 76% 74.5%84%
90%82% 84% 85%
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
Disiplin Tebtib Tanggung jawab Komunikatif PersentaseKeseluruhan
Diagram Persentase Karakter Siswa
Siklus I Siklus II
102
Uraian mengenai keempat aspek pembentukan karakter siswa kelas VIII-A dalam
memahami teks diskusi dengan media TTS adalah sebagai berikut.
4.2.2.1 Karakter Kedisiplinan
Pembentukan karakter kedisiplinan diperlukan agas siswa lebih patuh dalam
mengikuti pelajaran dan mengerjakan tugas dengan tepat waktu, sejalan dengan
pendapat Zubaedi (2011, hal 75) yang menyatakan disiplin adalah tindakan yang
menunjukkan prilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan.
Penggunaan media Siswa yang disiplin dapat memiliki moral yang baik dan bisa
menghargai orang lain. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lickona (2012, hal.218)
bagian-bagian yang hakiki dari disiplin berdasarkan karakter ialah pelaksanaan
yang membuat para murid selalu bertanggung jawab kepada aturan-aturan melalui
konsekuensi-konsekuensi yang adil dan tegas.
Media TTS mampu membuat siswa merasa ingin tahu dan fokus terhadap
pembelajaran yang diberikan. TTS dalam pembelajaran memahami teks diskusi
dapat membentuk karakter siswa dalam berdisiplin, tertib, tanggung jawab, dan
komunikatif. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengamatan atau observasi karakter
siswa yang telah dilakukan selama pelaksanaan tindakan siklus I dan siklus II.
Pada tindakan siklus I persentase yang diperoleh pada penilaian karakter
disiplin siswa adalah 76 % dengan kategori “baik” dan pada siklus II pemerolehan
persentase karakter disiplin siswa adalah 84% dengan kategori “baik” terjadi
peningkatan persentase dari siklus I ke siklus II yaitu sebesar 8%.Siswa dinilai
disiplin dalam mengikuti pelaksanaan pembelajaran memahami teks diskusi dengan
media TTS. Rasa ingin tahu dan antusiasme siswa dalam mengikuti pembelajaran
103
dapat membentuk karakter disiplin pada siswa kelas VIII-A. Siswa mengikuti
pembelajaran dengan baik, menjawab pertanyaan dari guru dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan pembelajaran dari peneliti.
Pembentukan karakter disiplin tidak hanya ditunjukkan ketika siswa
meenerima materi yang diberikan oleh peneliti tetapi juga ditunjukkan dalam
kegiatan mengerjakan tugas baik secara berkelompok maupun secara individu.di
mana siswa mampu mengerjakan dengan benar dan mampu menyelesaikan tugas
dengan cepat. Dalam hal ini siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugas dengan
tepat waktu. Peneliti memberikan tugas mengenai struktur dan ciri kebahasaan teks
diskusi
4.2.2.2 Karakter Ketertiban
Pembentukan karakter yang ke dua adalah tertib, tertip dibahas tersendiri
dari disiplin karena peneliti ingin menilai sejauh mana perkembangan karakter
tertip siswa selama mengikuti pembelajaran. Penilaian ketertiban siswa ini lebih
banyak membahas kondisi kelas yang kondusif ketika mengikuti pembelajaran.
pada tahap prasiklus, peneliti turut serta mengikuti pembelajaran bahasa Indonesia
yang diampuh oleh guru mitra. Ketika berada di kelas, peneliti mengamati jalannya
pembelajaran. setelah melakukan pengamatan pada tahap prasiklus, peneliti
menemukan bahwa siswa kelas VIII-A tergolong sulit mengikuti pembelajaran
dengan kondusif. terdapat beberapa siswa yang ramai, berjalan dan berlarian selama
pembelajaran, tidur-tiduran, dan kegiatan lain yang membuat pembelajaran menjadi
tidak kondusif.
104
Peneliti menggunakan media TTS yang dapat membuat siswa kelas VIII-A
kondusif dalam mengikuti pembelajaran. untuk pengamatan perkembangan
karakter siswa, peneliti menggunakan media lembar observasi karakter siswa.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, diketahui persentase karakter siswa dalam hal
ketertiban pada siklus I adalah 72%, dengan kategori “cukup baik”. Persentase ini
termasuk cukup baik bila dibandingkan kondisi kelas pada tahap prasiklus. Pada
tahap siklus I terdapat beberapa siswa yang ramai namun tetap antusias mengikuti
pembelajaran, siswa antusian untuk belajar sambil bermain dengan media TTS.
Antusiasme siswa yang terlalu besar membuat peneliti merasa kesulitan untuk
mengendalikan kelas.
Pada pelaksanaan siklus II, penilaian terhadap karakter ketertiban siswa
meningkan dengan siknifikan yaitu sebesar 18% menjadi 90 % dengan kategori
“sangat baik”. Peningkatan tersebut diperoleh karena kondisi pembelajaran pada
siswa kelas VIII-A berlangsung dengan kondusif. Karakter siswa menjadi lebih
tenangn namun tetap mengikuti pembelajaran dengan baik jika dibandingkan
dengan siklus I. Pada pelaksanaan siklus I guru membagi kelompok saat
memberikan materi, hal tersebut membuat setiap kelompok berlomba-lomba
menjawab partanyaan dari materi yang dapat diberikan. Sedangkan pada
pelaksanaan siklus II siswa menjadi tenang karena peneliti memberikan materi
tanpa membagi kelompok terlebih dahulu.
Ketertiban siswa kelas VIII-A juga terlihat pada saat pengerjaan tugas yang
diberikan oleh peneliti. masing-masing kelompok melakukan diskusi untun
mengerjakan tugas. Diskusi dilaksanakan dengan baik tanpa ada anggota kelompok
105
yang tidak membantu atau tidak menghiraukan. Seluruh anggota memperhatikan,
membantu, dan mampu menyelesaikan tugas denga tetap waktu.
4.2.2.3 Karakter Tanggung Jawab
Pendidikan karakter ketiga yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah
tanggung jawab. Menurut Zubaedi (2011, hal.76) mengatakan tanggung jawab
adalah wkarakter dan prilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan kewajiban,
yang seharusnya dilakukan terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosoal, dan budaya), negara dan tuhan yang maha Esa. Tanggungjawab dipilih
karena dari hasil pengamatan pada tahap prasiklus, banyak siswa yang kurang
bertanggung jawab baik pada materi, pada guru, pada teman, dan pada tugas yang
diperoleh. Siswa dikatakan kurang bertanggung jawab pada materi yang diterima
karena siswa tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru pada tahap
prasiklus. Kemudia siswa ramai sendiri tanpa memperhatika guru ketika mengajar
dan tidak menghiraukan teman yang sedang belajar. Pada saat menerima tugas,
beberapa siswa tidak mengerjakan dan terpaksa harus mengumpulkan pada
pertemuan berikutnya.
Dari beberapa temuan tersebut, terdapat peningkatan karakter
tanggungjawab siswa terhadap materi yang diterima, terhadap guru, terhadap
sesame siswa, dan terhadap tugas yang diterima selama melaksanakan
pembelajaran memahami teks diskusi dengan media TTS. Hal itu dapat dilihat dari
persentase yang diperoleh siswa dari pengamatan karakter tanggung jawab siswa.
Pada pelaksanaan siklus I persentase yang diperoleh adalah 74% dengan kategori
“cukup baik” dan pada pelaksanaan siklus II memperoleh persentase sebesar 82%.
106
Dari pelaksanaan siklus I ke siklus II terdapat peningkatan pemerolehan persentase
sebesar 8%.
Pada pelaksanaan siklus I siswa dinilai sudah antusias dalam menerima
materi yang diberikan oleh peneliti dan mampu komunikatif dengan temannya
dalam mengerjakan tugas. Namun masih ada ±5 siswa yang berbicara sendiri
danpada tahap pengumpulan tugas, siswa kelas VIII-A tidak menyelesaikan tugas
tetap waktu dan membutuhkan waktu tambahan selama 10 menit. Berbeda dengan
pelaksanaan siklus I, pada pelaksanaan siklus II siswa kelas VIII-A dinilai sudah
bertanggung jawab dalam menerima dan memperhatikan materi yang disampaikan
oleh guru. Bertanggung jawab kepada teman dengan tidak ramai dan kondusif
selama pembelajaran berlangsung. Serta siswa kelas VIII-A dinilai bertanggung
jawab terhadap tugas yang diberikan dengan mengerjakan tugas TTS dengan baik
dan mengumpulkan tugas TTS tepat waktu.
4.2.2.4 Karakter Komunikatif
Karakter ke empat yang ingin dikembangkan dalam penelitian peningkatan
memahami teks diskusi dengan media TTS adalah karakter komunikatif. Menurut
Zubaedi (2011, hal.75) komunikatif adalah tindakan yang memperlihatkan rasa
senang berbicara, bergaul, dan komunikatif dengan orang lain. Pada penilaian
karakter ini peneliti mengfokuskan pada prilaku komunikatif yang dapat di
butuhkan dan direalisasikan siswa dalam mengerjakan tugas kelompok dan
berdiskusi dengan anggota kelompok. Karakter komunikatif sangat diperlukan
dalam pembelajaran memahami teks diskusi. Pelatihan berdiskusi selama
mengikuti pembelajaran dapat membantu siswa dalam berdiskusi dalam kehidupan
107
sehari-hari. Hal ini sesuai dengan tindakan pemberian tugas yang dikerjakan secara
berkelompok, namun setiap siswa tetap memiliki pekerjaan masing-masing. Tugas
yang dikerjakan secara berkelompok dapat memudakan siswa untuk komunikatif
dan berkomunikasi. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Saptono (2011, hal.68)
yang menyatakan bahwa setiap anggota umumnya memiliki karakter tanggap serta
kesediaan untuk menyumbangkan kemampuan terbaik yang mereka milikiuntuk
mencapai tujuan-tujuan mereka sendiri maupun tujuan-tujuan kelompok.
Saptono (2011, hal.68) juga menyatakan bahwa lebih dari itu, pembelajaran
kooperatif dirancang sedemikian rupa agar kegiatan dalam kelompok bisa
berdampak positif terhadap peningkatan prestasi akademik dan perkembangan
kepribadian siswa. Siswa yang memiliki karakter komunikatif khususnya pada
prilaku komunikatif dapat lebih mudah dan berani dalam menyampaikan
gagasannya, dapat lebih muda dalam bergaul dan komunikatif dengan orang lain
baik disekolah atau di dalam kehidupan sehari-hari.
Penggunaan media TTS dalam pembelajaran memahami teks diskusi
berdasarkan struktur dan ciri kebahasaan teks pada siswa kelas VIII-A dapat
meningkatkan karakter komunikatif siswa kelas VIII-A. Hal ini dapat dilihat dari
pemerolehan persentase penilaian karakter komunikatif siswa pada pelaksanaan
siklus I dan siklus II. Pada pelaksanaan siklus I memperoleh persentase sebesar 76%
dengan kategori “baik” dalam meningkat sebesar 8% pada pelaksanaan siklus II
menjadi 84% dengan kategori “baik”.
Pada pelaksanaan siklus I, ada beberapa siswa yang tidak turut serta dalam
berdiskusi mengerjakan tugas. Siswa lebih fokus pada masing-masing tugas yang
108
diterima. Namun pada pelaksanaan siklus II, karakter komunikatif siswa kelas VIII-
A sudah meningkat. Dengan media TTS dapat membuat siswa menjadi kompak,
seluruh siswa sudah melaksanakan diskusi dalam pengerjaan tugas. Siswa berani
untuk menjawab pertanyaan dari peneliti. bahkan ada beberapa siswa yang tidak
ragu-ragu berdiskusi dengan kelompoknya untuk menjawab pertanyaan.
Kekompakan siswa mendapat apresiasi dari peneliti berupa hadiah untuk dua
kelompok yang paling kompak dan yang menyelesaikan tugas paling cepat.
109
BAB V
PENUTUP
Bab ini memaparkan simpulan dan saran dari hasil Penelitian Peningkatan
Kemampuan Memahami Teks Diskusi dengan Media Teka-Teki Silang Pada Siswa
Kelas VIII-A SMP Shalahuddin.
5.1 Simpulan
Setelah melakukan penelitian, menjabarkan hasil dan membahas temuan
dalam penelitian Peningkatan Kemampuan Memahami Teks Diskusi dengan Media
Teka-Teki Silang Pada Siswa Kelas VIII-A SMP Shalahuddin yang telah terlaksana
pada pelaksanaan siklus I dan siklus II dapat disimpulkan.
1) Proses pembelajaran memahami teks diskusi melalui media TTS dapat
membuat siswa kelas VIII-A melaksanakan pembelajaran dengan kondusif.
Hasil pengamatan pada tahap prasiklus menunjukkan bahwa siawa sangat
sulit mengikuti pembelajaran dengan kondusif. Namun pada pelaksanaan
siklus I dan siklus II, siswa mengikuti pembelajaran dengan lebih kondusif.
Penggunaan media TTS membuat siswa lebih fokus, lebih antusias, dan lebih
disiplin dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu, dapat dilihat dari
pemerolehan persentase penilaian proses pembelajaran dengan hasil
persentase siklus I sebesar 75% dan presentase penilaian proses meningkat
menjadi 91% pada pelaksanaan siklus II. Penggunaan media TTD dapat
meningkatkan kemampuan memahami teks diskusi pada siswa kelas VIII-A.
Hal itu, dapat terlihat dari peningkatan pemerolehan persentase dari setiap
siklus. Peningkatan persentase hasil nilai siswa tersebut meliputi pelaksanaan
110
tahap prasiklus memperoleh persentase sebesar 54,54%, pelaksanaan siklus
I memperoleh persentase sebesar 72%, dan pelaksanaan siklus II dengan
perolehan persentase sebesar 100%. Peningkatan persentase-persentase di
atas diperoleh karena penggunaan media TTS yang dapat membuat
pembelajaran memahami teks diskusi menjadi lebih mudah dan
menyenangkan. Dengan bermain media TTS membuat siswa antusias dalam
belajar sehingga siswa dapat lebih mudah menerima materi dan mengerjakan
tugas yang telah diberikan.
2) Penggunaan media TTS dalam pembelajaran memahami teks diskusi
berdampak pada pembentukan karakter siswa kelas VIII-A. Karakter siswa
yang dapat terbentuk meliputi karakter disiplin, tertib, tanggung jawab, dan
komunikatif dalam mengikuti pembelajaran. Hal itu, dapat diketahui dari
peningkatan pemerolehan persentase penilaian karakter pada pelaksanaan
siklus I dan siklus II. Peningkatan persentase karakter siswa pada siklus I
adalah 74,5% dan mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 85%.
Dengan menggunakan media TTS membuat siswa menjadi disiplin dan tertib
dalam memperhatikan materi yang diberikan, siswa bertanggung jawab
terhadap penugasan yang diberikan, secara bersama-sama siswa dapat
mengerjakan tugas kelompok dan menyelesaikan tugas tepat waktu.
111
5.2 Saran
Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian tentang Peningkatan Kemampuan
Memahami Teks Diskusi dengan Media Teka-Teki Silang Pada Siswa Kelas VIII-
A SMP Shalahuddin yang telah dilakukan, terdapat beberapa saran bagi guru,
siswa, dan peneliti lain.
1) Bagi guru, hendaknya guru memberikan sedikit variasi baik pada media
mengajar maupun pada metode mengajar. Siswa SMP Shalahuddin adalah
siswa yang sangat aktif, siswa dapat lebih menyukai pembelajaran yang
interaktif dan menyenangkan agar materi dapat tersampaikan dengan baik dan
tujuan pembelajaran dapat tercapai. Guru hendaknya lebih mengerti kemauan
dan kondisi siswa dalam belajar, karena tipe belajar siswa sangat beragam,
guru dapat mencoba berbagai gaya mengajar pada siswa.
2) Bagi siswa, siswa hendaknya lebih tenang dan kondusif dalam kegiatan
belajar, sehingga terbentuk karakter disiplin dan tertib dalam belajar. Siswa
hendaknya lebih mudah fokus dalam kegiatan membahas materi
pembelajaran. Hal itu, menunjukkan bahwa siswa bertanggung jawab
terhadap materi, guru, teman, dan tugas yang telah diperoleh. Pada saat
mengerjakan tugas, siswa hendaknya dapat lebih komunikatif dan saling
peduli dalam mengerjakan tugas, agar tugas kelompok dapat selesai tepat
waktu dan mendapatkan nilai yang maksimal.
3) Bagi peneliti lain, penelitian ini adalah penelitian dalam ranah memahami
teks, teks diskusi, dan media TTS. Semoga penelitian ini dapat menjadi
referensi pada penelitian selanjutnya. Karena penelitian ini dapat menjadi
dasar bagi penelitian selanjutnya, hendaknya peneliti lain dapat melakukan
112
penelitian lanjutan dari penelitian ini. Apabila menemukan kekurangan atau
data yang kurang maksimal, peneliti lain hendaknya dapat memperbaiki agar
penelitian dengan tema yang sama dapat menghasilkan data yang telah
diperbarui agar data menjadi lebih baik.
113
DAFTAR PUSTAKA
Amertawengrum, I. P. 2010. “Teks dan Intertekstualitas”. Diakses pada tanggal 20
Februari 2017 dari http://download.portalgaruda.org/article.php?article=
253156&val=6820
Arsyiad, A. 2014. “Media Pembelajaran”, Edisi Revisi. Jakarta:PT Raja Grafindo
Persada
Daryanto. 2013. Media Pembelajaran Peranan Sangat Penting Dalam Mencapai
Tujuan Pembelajaran. Yogyakarta:Penerbit Gava Media
Eliza, Y. Dkk. 2013. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Melalui Teknik
Permainan TTS di Kelas VII.A SMPN 2 Sungai Penuh”. Padang: FBS
Universitas Negeri Padang
Kesuama. D, Triatna. C, Pernama. J. 2013. Pendidikan Karakter. Bandung:PT
Remaja Rosda karya
Khalilullah. 2012. “Permainan TTS sebagai Media Dalam Pembelajaran Bahasa
Arab (Mufradat)” Jurnal Pemikiran Islam; Vol. 37, No. 1 Januari-Juni
2012
Kunandar. 2012. Langkah Muda Penelitian Tindakan Kelas sebagai
Pengembangan Profesi Guru. Jakarta:PT Raja Grafindo Offset
Kurniawan, S. 2016. Pendidikan Karakter: Konsepsi terpadu di lingkungan
keluarga, sekolah, perguruan tinggi, dan masyarakat. Jakarta:Ar-Ruzz
Media
Kustandi, C dan Sutjipto, B. 2013. Media Pembelajaran, Manual dan Dijital.
Bogor:Ghalia Indonesia
Kuswantoro, A. 2015. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan.
Jakarta:Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
Lickona, T. 2012. Pendidikan Karakter. Bantul: Kreasi Wacana Offset.
Moleong, L, J. 2004. Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya
Mulyasa. 2015. Revolusi Mental dalam Pendidikan. Bandung:PT Remaja
Rosdakarya.
Munadi, Y. 2013. Media Pembelajaran (Sebuah Pendekatan Baru). Jakarta:GP
Press Group.
Muslich, M. 2013. Melaksanakan PTK Itu Mudah (Classrom Action Research).
Jakarta:Remaja Rosdakarya
Pramesti, U. D. 2015. “Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia dalam
Keterampilan Membaca Melalui Teka-Teki Silang”. Jurnal Puitika. Vol.
11, No. 1. April 2015.
114
Rahayu, S. 2016. “Peningkatan Keterampilan Memproduksi Teks Ulasan Film
Melalui teknik Circuit Learning pada Siswa kelas XI MIA Negeri 2 Batu”.
Malang:FIB Universitas Brawijaya.
Sahlan, A, Prasetyo, A. T. 2016. Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan
Karakter. Jogjakarta:Ar-Ruzz Media
Samani, M dan Heriyanto. 2014. Pendidikan Karakter melalui Publick Speaking.
Jogjakarta:Graha Ilmu.
Saptono. 2011. Dimensi-dimensi Pendidikan Karakter-Wawasan Strategi, dan
Wawasan Praktis. Jakarta:Erlangga Group.
Setyowati, I. 2015. “Peningkatan Kemampuan memahami Aspek Kebahasaan Teks
Biografi melalui media Monopoli pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1
Batu”. Malang:FIB Universitas Brawijaya.
Suyadi. 2012. Buku Panduan Guru Profesional. Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Yogyakarta:Andi Offset.
Zabadi. F, Sutejo. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan.
Jakarta:Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan Karakter. Konsepsi dan Aplikasi dalam
Lembaga Pendidikan. Jakarta:Prenada Group.