153
PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN THINK-PAIR-SHARE (Penelitian Tindakan Pada Kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana (S. Pd) Oleh UNUY NURHASANAH NIM: 809018300701 PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH DUAL MODE SYSTEM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2013

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI PENDEKATAN THINK ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/29809/1/UNUY... · BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI

Embed Size (px)

Citation preview

  • PENINGKATAN HASIL BELAJAR PKn

    MELALUI PENDEKATAN THINK-PAIR-SHARE

    (Penelitian Tindakan Pada Kelas IV MI Cibeureum Legok

    Kabupaten Sukabumi)

    Skripsi

    Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

    Untuk Memenuhi Syarat mencapai Gelar Sarjana (S. Pd)

    Oleh

    UNUY NURHASANAH

    NIM: 809018300701

    PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

    DUAL MODE SYSTEM

    FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

    UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

    SYARIF HIDAYATULLAH

    JAKARTA

    2013

  • ABSTRAK

    Nurhasanah Unuy, 2014. Peningkatan Hasil Belajar PKn Melalui

    Pendekatan Think-Pair-Share. Skripsi, Program Studi Kependidikan Islam,

    Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Dual Mode System,

    Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta.

    Penelitian ini dilaksanakan di MI Cibeureuem Legok Kabupaten Sukabumi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil belajar PKn melalui

    pendekatan Think-Pair-Share. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV Tahun

    Pelajaran 2012-2013 dengan jumlah 36 siswa.

    Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian

    tindakan kelas (PTK) yang terdiri dari dua siklus yang terdiri atas empat

    pertemuan dengan tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan refleksi.

    Berdasarkan data yang diperoleh, analisis data yang diperoleh, bahwa pada

    siklus I peningkatan yang diraih siswa pada perolehan nilai pretes dan postes

    untuk kategori rendah yaitu 72.22% sedangkan untuk kategori sedang meningkat

    mencapai 27.78%. Sedangkan pada siklus II peningkatan yang diraih siswa untuk

    kategori sedang yaitu sebesar 50% dan untuk kategori tinggi meningkat menjadi

    50%.

    Kata kunci: Hasil belajar, PKn, Think-pair-share

    i

  • ABSTRACT

    Nurhasanah Unuy, 2014. Improving Learning Result of Civics Education by

    Approach Think-Pair-Share. The Thesis, Educational Studies Program,

    Department of Teacher Education Elementary School Dual Mode System,

    Faculty of Tarbiyah and Teaching, State Islamic University Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    The research was conducted in MI Cibeureuem Legok Sukabumi. This study

    aims to determine the effect of efforts to Learning Result of Civics Education by

    Approach Think-Pair-Share. The subjects of this study were fourth grade students

    in academic year 2012-2013 with 36 students.

    The method used in this research is a classroom action research (CAR),

    which consisted of two cycles of four meetings with the stages of planning, action,

    observation and reflection.

    Based on the data obtained, analysis of the data obtained, that in the first

    cycle of the rise coming students in grades pre-test and post-test for the low

    category is 72.22% while for the category being increased to 27.78%. While in

    the second cycle of the rise coming students for middle category that is equal to

    50% and for the high category increased to 50%.

    Keywords: Learning Result, Civics Educaion, Think-pair-share

    ii

  • KATA PENGANTAR

    Alhamdulillah segala puji syukur hanya bagi Allah Tuhan sekalian alam

    yang menguasai semua makhluk dengan segala kebesaran-Nya yang senantiasa

    melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah serta karunia-Nya kepada kita semua,

    sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: Upaya

    Meningkatkan Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share.

    Sholawat serta salam semoga Allah selalu melimpahkan kepada beliau

    Nabi Muhammad SAW, para keluarga, sahabat dan para pengikutnya yang telah

    membawa petunjuk kebenaran kepada umat manusia dan cahaya kebenaran yaitu

    agama Islam.

    Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk melengkapi dari keseluruhan

    kegiatan perkuliahan yang telah dicanangkan oleh Universitas Islam Negeri Syarif

    Hidayatullah Jakarta sebagai bentuk pertanggung jawaban penulis menjadi

    mahasiswa serta untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar

    Sarjana Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah disini.

    Skripsi ini disusun dengan bekal ilmu pengetahuan yang terbatas dan jauh

    dari kesempurnaan, sehingga tanpa bantuan pembimbing, dorongan dan petunjuk

    dari berbagai pihak, maka sulit untuk menyelesaikanya. Oleh karena itu dengan

    segala kerendahan hati dan penuh rasa syukur penulis ingin menyampaikan rasa

    hormat serta ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:

    1. Ibu Nurlena Rifai, MA, Ph.D, Dekan FITK UIN Syarif Hidayatullah

    Jakarta.

    2. Bapak Moch. Noviadi Nugroho, M. Pd, selaku dosen pembimbing yang

    telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan

    bimbingan, nasehat, motivasi, dan arahan kepada penulis sehingga skripsi

    ini dapat diselesaikan.

    3. Bapak/Ibu Dosen dan Staff di UIN Syarif Hidayatullah khususnya di

    Jurusan PGMI (Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah) yang telah

    memberikan bantuan dan dukunganya.

    iii

  • 4. Bapak Jaya, S. Pd. I selaku Kepala Sekolah MI Cibeureuem Legok

    Kabupaten Sukabumi.

    5. Keluarga besar MI Cibeureuem Legok yang telah banyak membantu.

    6. Kepada suami tercinta yang telah memberikan seluruh kepercayaan penuh

    dalam proses penyusunan skripsi ini. Bantuan materil dan moril yang

    selalu diberikan dengan ikhlas semoga menjadikannya Imam yang

    senantiasa selalu membimbing keluarga penulis.

    7. Kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

    Tiada kata yang patut penulis ucapkan selain ucapan terima kasih yang

    sebesar-besarnya dan doa yang tulus semoga apapun yang telah disumbangkan

    kepada penulis, sekecil apapun wujudnya tercatat sebagai amal yang diterima oleh

    Allah SWT.

    Dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa penulisan

    skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu segala saran dan kritik yang

    membangun dari semua pihak sangat kami harapkan demi perbaikan skripsi ini.

    Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis khususnya dan

    bagi pembaca pada umumnya.

    Sukabumi, Januari 2014

    Penulis,

    Unuy Nurhasanah

    iv

  • DAFTAR ISI

    ABSTRAK ..... i

    KATA PENGANTAR ...... iii

    DAFTAR ISI .... v

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah .

    B. Identifikasi Area dan Fokus Penelitian ...

    C. Pembatasan Fokus Penelitian .

    D. Perumusan Masalah Penelitian ...

    E. Tujuan dan Kegunaan Hasil Penelitian ..

    1

    1

    5

    5

    6

    6

    BAB II KAJIAN TEORITIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL

    INTERVENSI TINDAKAN

    A. Hasil Belajar Siswa .

    1. Pengertian Hasil Belajar ...

    2. Ranah Hasil Belajar ..

    3. Faktor-faktor Yang Mempengauhi Hasil Belajar .

    B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) ..

    1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) .

    2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan (PKn) ..

    C. Pembelajaran Kooperatif

    1. Pengertian Pembalajaran Kooperatif

    2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

    3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif

    4. Pengertian Metode Think-Pair-Share ..

    5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share ...

    6. Kelebihan dan Kekuranga Metode Think-Pair-Share ..

    D. Hasil Penelitian Yang Relevan ...

    E. Kerangka Berfikir ..

    8

    8

    8

    9

    15

    17

    17

    17

    19

    19

    20

    30

    30

    31

    32

    35

    37

    v

  • F. Hipotesis Tindakan .

    39

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN ..

    A. Tempat dan Waktu Penelitian .

    B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian .

    C. Subjek Penelitian

    D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .

    E. Tahapan Intervensi Tindakan..

    F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ..

    G. Data dan Sumber Data

    H. Instrumen Pengumpulan Data ....

    I. Teknik Pengumpulan Data .

    J. Teknik Pemeriksaan Kepercayaan ..

    K. Analisis Data dan Interpretasi Data

    L. Pengembangan Perencanaan Tindakan ..

    40

    40

    40

    43

    44

    44

    47

    47

    48

    48

    49

    52

    53

    BAB IV DESKRIPSI, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ..

    A. Deskripsi Data

    1. MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi ...

    a. Sejarah Singkat ....

    b. Keadaan Siswa MI Cibeureum Legok .

    c. Jumlah Rombongan Belajar di MI Cibeureum Legok

    d. Data Pendidik Dan Tenaga Kependidikan ..

    2. Deskripsi Data Penelitian .

    a. Siklus I .

    b. Siklus II ...

    B. Analisis Data ...

    1. Siklus I .

    2. Siklus II

    C. Pembahasan

    54

    54

    54

    54

    54

    54

    55

    55

    55

    61

    67

    67

    75

    84

    vi

  • BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .

    A. Kesimpulan .

    B. Saran ...

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN-LAMPIRAN

    88

    88

    88

    90

    92

    vii

  • DAFTAR TABEL

    Tabel 2.1 Pembelajaran Think-Pair-Share . 32

    Tabel 4.1 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok 54

    Tabel 4.2 Jumlah Rombel Tiga Tahun Terakhir 54

    Tabel 4.3 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan . 55

    Tabel 4.4 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I ... 67

    Tabel 4.5 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I . 68

    Tabel 4.6 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I ... 69

    Tabel 4.7 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus I Pertemuan I .

    71

    Tabel 4.8 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II .. 71

    Tabel 4.9 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II ... 72

    Tabel 4.10 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II . 74

    Tabel 4.11 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus I Pertemuan II

    75

    Tabel 4.12 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I .. 76

    Tabel 4.13 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I ... 77

    Tabel 4.14 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II .. 78

    Tabel 4.15 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus II Pertemuan I

    79

    Tabel 4.16 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II . 80

    Tabel 4.17 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II .. 81

    Tabel 4.18 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II 82

    Tabel 4.19 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus II Pertemuan II .

    82

    Tabel 4.20 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I 84

    Tabel 4.21 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II .. 86

    viii

  • DAFTAR GAMBAR

    Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ... 41

    ix

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) . 92

    Lampiran 2 Soal Tes 104

    Lampiran 3 Kunci Jawaban . 107

    Lampiran 4 Lembar Aktivitas Siswa .. 108

    Lampiran 5 Lembar Aktivitas Guru 109

    Lampiran 6 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif 110

    Lampiran 7 Pembelajaran Think-Pair-Share .. 111

    Lampiran 8 Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) . 112

    Lampiran 9 Teknik Penskoran Tiga Aspek Ranah Belajar . 112

    Lampiran 10 Uji Validitas dan Reliabilitas .. 113

    Lampiran 11 Rumus Normal Gain (N-Gain) 116

    Lampiran 12 Data Siswa Kelas I-VI MI Cibeureum Legok . 116

    Lampiran 13 Jumlah Rombel 3 Tahun Terkahir ... 116

    Lampiran 14 Data Pendidik dan Tenaga Kependidikan 117

    Lampiran 15 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan I 117

    Lampiran 16 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan I .. 118

    Lampiran 17 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan I . 119

    Lampiran 18 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus I Pertemuan I ..

    120

    Lampiran 19 Lembar Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan II 120

    Lampiran 20 Lembar Aktivitas Guru Siklus I Pertemuan II . 121

    Lampiran 21 Nilai Postes Siklus I Pertemuan II ... 123

    Lampiran 22 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus I Pertemuan II .

    124

    Lampiran 23 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan I 124

    Lampiran 24 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan I . 125

    Lampiran 25 Nilai Pretes Siklus I Pertemuan II 126

    Lampiran 26 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus II Pertemuan I

    127

    x

  • Lampiran 27 Lembar Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan II .. 128

    Lampiran 28 Lembar Aktivitas Guru Siklus II Pertemuan II 128

    Lampiran 29 Nilai Postes Siklus II Pertemuan II . 130

    Lampiran 30 Frekuensi Perolehan Nilai Pretes Siswa Metode Think-

    pair-share Siklus II Pertemuan II

    131

    Lampiran 31 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus I .. 131

    Lampiran 32 Penghitungan Nilai Pretest dan Postest Siklus II . 133

    Lampiran 33 Media Pembelajaran 135

    Lampiran 34 Foto-foto Kegiatan .. 136

    xi

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Laju transformasi dunia karena revolusi teknologi, telekomunikasi dan

    komputer menjadi agenda utama perubahan dunia saat ini. Dunia tidak lagi dapat

    dipandang sebagai benua-benua yang terpisah atau kumpulan negara yang

    terpisah, melainkan dunia menjadi sarat global telekomunikasi dan komputer.

    Kepesatan perkembangan teknologi telekomunikasi dan komputer telah

    mengantarkan masyarakat memasuki era global.

    Globalisasi ditandai oleh kompleksitas keragaman kehidupan masyarakat.

    Aktivitas hidup lebih banyak bermula dan berlangsung pada interaksi-interaksi

    antar individu yang diprakarsai individu itu sendiri. Setiap individu di era global

    dituntut mengembangkan kapasitasnya secara optimal, kreatif dan

    mengadaptasikan diri kedalam situasi global yang amat bervariasi dan cepat

    berubah. Setiap individu dituntut melakukan daya nalar kreatif dan kepribadian

    yang tidak sederhana, melainkan kompleks. Untuk itu ketrampilan yang harus

    dimiliki individu adalah keterampilan intelektual, sosial, dan personal.

    Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global

    harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh kembangnya keterampilan

    intelektual, sosial dan personal. Keterampilan-keterampilan tersebut dibangun

    tidak hanya dengan landasan rasio dan logika saja, tetapi juga inspirasi,

    kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan spiritual.

    Sekolah sebagai institusi pendidikan dan miniatur masyarakat perlu

    mengembangkan pembelajaran yang sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global.

    Karena Proses pembelajaran yang baik akan dapat menciptakan prestasi yang

    berkualitas. Oleh karena itu guru sebagai salah satu komponen penting

    keberhasilan pembelajaran, harus mampu menempatkan dirinya sebagai sosok

    yang mampu membangkitkan hasrat siswa untuk terus belajar.

    1

  • 2

    MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi adalah salah satu lembaga

    pendidikan yang sangat menjunjung keberhasilan pembelajaran, sehingga siswa

    yang dihasilkan mampu berperan dalam persaingan global. Usaha ke arah tersebut

    sudah banyak dilakukan oleh pihak sekolah terkait, seperti pemenuhan sarana

    prasarana, media pembelajaran, guru yang profesional serta komponen lain yang

    mampu meningkatkan kualitas pendidikan yang dijalankan, dengan harapan akan

    mampu menciptakan manajemen pembelajaran dengan baik, yang pada ujungnya

    akan menjadikan sekolah yang berkualitas.

    Namun ternyata saat ini masih banyak permasalahan-permasalahan yang

    muncul di sekolah ini, di antaranya yaitu salah satu metode yang digunakan dalam

    pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan adalah ceramah, tanya jawab, dan

    diskusi. Metode ceramah masih menjadi pilihan dalam penyampaian materi,

    sehingga siswa cenderung bosan, dan kurang bersemangat untuk belajar. Hal ini

    akan membuat kualitas pembelajaran menjadi rendah, dan memungkinkan

    penguasaan mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan siswa akan menurun.

    Metode tanya jawab kurang efektif karena hanya siswa yang pintar dan

    aktif yang mau menjawab pertanyaan yang diberikan, sehingga terjadi

    kesenjangan antara siswa yang pintar dan siswa yang kurang pintar. Sedangkan

    dalam metode diskusi tidak semua topik dapat disajikan dengan metode diskusi.

    Hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat didiskusikan.

    Diskusi yang mendalam memerlukan banyak waktu, sulit untuk

    menentukan batas luas atau kedalaman suatu uraian diskusi. Biasanya tidak semua

    siswa berani menyatakan pendapat, sehingga waktu akan terbuang karena

    menunggu siswa mengemukakan pendapat. Pembicaraan dalam diskusi mungkin

    didominasi oleh siswa yang berani dan telah terbiasa berbicara. Siswa pemalu dan

    pendiam tidak akan menggunakan kesempatan untuk berbicara, dan

    memungkinkan timbulnya rasa permusuhan antar kelompok atau menganggap

    kelompoknya sendiri lebih pandai dan serba tahu dari pada kelompok lain atau

  • 3

    menganggap kelompok lain sebagai saingan, lebih rendah, remeh, atau lebih

    bodoh.

    MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi belum pernah menerapkan

    metode kooperatif Think-Pair-Share; dimana penerapan metode kooperatif Think-

    Pair-Share ini bertujuan untuk meningkatkan partisipasi siswa dalam kelas

    melalui diskusi. Baik dengan pasangannya maupun dengan seluruh kelas. Siswa

    akan terbiasa menemukan jawaban dari pertanyaan yang diajukan, memahami

    konsep serta terlatih untuk bisa belajar secara mandiri, secara berpasangan,

    maupun berbagi dengan teman sekelas.

    Dari permasalahan yang dijelaskan di atas, maka dibutuhkan tindakan

    yang mampu menjadi jalan keluarnya. Salah satu solusinya adalah penggunaan

    metode yang tepat, yaitu metode yang mampu membuat seluruh siswa terlibat

    dalam suasana pembelajaran. Metode mengajar merupakan salah satu cara yang

    dipergunakan guru dalam membelajarkan siswa. Oleh karena itu, peranan metode

    mengajar sebagai alat untuk menciptakan proses belajar mengajar.1

    Salah satu alternatif yang dapat dilakukan oleh seorang guru guna

    menjawab dari permasalahan-permasalan pembelajaran tersebut serta untuk lebih

    mengaktifkan pembelajaran di kelas adalah dengan menerapkan pembelajaran

    kooperatif dengan metode ThinkPairShare. Pembelajaran kooperatif dengan

    metode Think-Pair-Share terdiri dari tiga tahap kegiatan siswa yang menekankan

    pada apa yang dikerjakan siswa pada setiap tahapannya. Tahap yang pertama

    adalah berfikir (Think). Pada tahap ini guru mengajukan pertanyaan yang terkait

    dengan pelajaran dan siswa berfikir sendiri mengenai jawaban tersebut. Waktu

    berfikir ditentukan oleh guru. Pada tahap selanjutnya siswa berpasangan (pair)

    dengan temannya dan mendiskusikan mengenai jawaban masing-masing.

    Sedangkan pada tahap terakhir, siswa berbagi (share) yaitu guru meminta

    pasangan-pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerja sama dengan kelas secara

    keseluruhan untuk mengungkapkan mengenai apa yang telah mereka diskusikan.

    1 Suryasubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah (Jakarta: Rineka Cipta,1997), hal: 43

  • 4

    Dengan berdiskusi dan berfikir sendiri dengan teman, diharapkan siswa lebih bisa

    memahami konsep, menambah pengetahuannya serta dapat menemukan

    kemungkinan solusi dari permasalahan.2

    Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

    yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan

    mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara

    Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila

    dan Undang-undang Dasar 1945.3

    Dari pengertian di atas, maka Mata Pelajaran Pendidikan

    Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai

    berikut:

    1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.

    2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

    cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta anti-

    korupsi.

    3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

    berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

    bersama dengan bangsa-bangsa lain.

    4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

    langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi

    dan komunikasi.4

    Upaya untuk mewujudkan sosok manusia seperti yang tertuang dalam

    definisi dan tujuan pendidikan diatas tidaklah terwujud secara tiba-tiba. Upaya itu

    harus melalui proses pendidikan dan kehidupan, khususnya pendidikan bernegara

    dan kehidupan bernegara. Proses itu berlangsung seumur hidup, di lingkungan

    keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat.

    2 Agus Suprijono, Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM (Yogyakarta:

    Pustaka Pelajar 2009), hal: 58 3 Tim Penyusun KTSP MI Cibeureum Legok, KTSP MI CIbeureum Legok Kabupaten

    Sukabumi Tahun Pelajaran 2012-2013. (Sukabumi: 2012). Hal. 78 4 Ibid. hal. 78-79.

  • 5

    Salah satu masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan kewarganegaraan

    saat ini, adalah bagaimana cara penyampaian materi pelajaran pada mata pelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan tersebut kepada peserta didik sehingga memperoleh

    hasil semaksimal mungkin.

    Berpijak pada uraian latar belakang di atas, maka perlu kiranya diadakan

    suatu tindakan melalui penelitian pendidikan. Dalam hal ini, penulis mengangkat

    satu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, yaitu: Peningkatan

    Hasil Belajar PKn Melalui Pendekatan Think-Pair-Share

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasar pada latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas, maka

    peneliti dapat mengidentifikasi masalah penelitian, sebagai berikut:

    1. Metode pembelajaran yang sering digunakan oleh guru adalah metode

    konvensional berupa ceramah, tanya jawab, diskusi.

    2. Di MI Ciberureum Legok belum pernah menggunakan metode Think-Pair-

    Share dalam penyampaian materi pelajaran kepada siswa.

    3. Metode konvensional yang selalu digunakan oleh guru tidak mampu untuk

    meningkatkan hasil belajar PKn siswa di kelas IV MI Cibeureum Legok

    Kapbupaten Sukabumi.

    4. Apa yang telah dipelajari siswa tidak diaplikasikan ke dalam

    kehidupannya sehari-hari, baik itu di sekolah, rumah, keluarga, maupun

    lingkungan masyarakat tempat ia tinggal.

    5. Nilai rata-rata hasil belajar PKn siswa kelas IV belum memenuhi nilai

    KKM yang telah ditentukan sekolah.

    C. Pembatasan Masalah

    Berdasar pada identifikasi masalah yang telah disampaikan di atas, maka

    kali ini peneliti dapat membatasi fokus penelitian, sebagai berikut:

    1. Pada penelitian ini menggunakan pendekatan Think-Pair-Share.

  • 6

    2. Pokok bahasan yang akan disampaikan pada penelitian ini adalah Materi

    Pengaruh Globalisasi pada mata pelajaran PKn Kelas IV semester II.

    3. Penelitian akan dilaksanakan di MI Cibeureum Legok Kabupaten

    Sukabumi.

    4. Hasil belajar siswa dibatasi pada hasil belajar kognitif C1 (hapalan), C2

    (pemahaman) dan C3 (penerapan).

    D. Perumusan Masalah

    Berdasarkan pada pembatasan masalah yang telah disampaikan diatas,

    maka diperoleh rumusan masalah yaitu:

    1. Bagaimana penerapan pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS

    (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn kelas IV MI

    Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?

    2. Seberapa efektifkah pembelajaran kooperatif melalui pendekatan TPS

    (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar PKn siswa kelas IV

    MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi?

    E. Tujuan dan Manfaat Penelitian

    1. Tujuan Penelitian

    a. Untuk mengetahui penerapan pembelajaran kooperatif melalui

    pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar

    PKn kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.

    b. Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif melalui

    pendekatan TPS (Think-Pair-Share) dalam meningkatkan hasil belajar

    PKN kelas IV MI Cibeureum Legok Kabupaten Sukabumi.

    2. Manfaat Penelitian

    a. Manfaat Teoritis

    1) Bagi Peneliti

    Memberikan tambahan pengetahuan dan keilmuan dalam

    melaksanakan pembelajaran di sekolah. Selain itu dapat

  • 7

    memberikan informasi terhadap penggunaan metode pembelajaran

    yang digunakan dalam penelitian.

    2) Bagi Pembaca

    Menambah wawasan dan keilmuan dalam proses pembelajaran

    yang akan dilaksanakannya.

    3) Bagi Siswa

    Dapat meningkatkan keaktifan belajar pada Mata Pelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan.

    b. Manfaat Praktis

    1) Bagi Guru

    a) Memberi wawasan bagi guru pentingnya penerapan metode

    TPS (Think-Pair-Share) dalam proses pembelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan khususnya pada Materi

    Pengaruh Globalisasi.

    b) Dapat menemukan solusi untuk meningkatkan hasil belajar

    PKn siswa kelas IV.

    2) Bagi Sekolah

    Menemukan solusi untuk meningkatkan penguasaan mata pelajaran

    Pendidikan Kewarganegaraan dengan menerapkan metode

    pembelajaran TPS (Think-Pair-Share).

    3) Bagi UIN Syarif Hidayatullah

    a) Dapat menjalin kerjasama yang baik dengan beberapa lembaga

    yang dapat menunjang dalam kemajuan pendidikan.

    b) Untuk memenuhi program kurikulum yang telah ditentukan.

  • 8

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Hasil Belajar Siswa

    1. Pengertian Hasil Belajar

    Belajar adalah satu kata yang sudah akrab dengan semua lapisan

    masyarakat lingkungan akademik seperti di lingkungann sekolah, pelajar, siswa

    dan siswi serta mahasiswa yang mempunyai tugas untuk belajar. Karena kegiatan

    belajar merupakan kegiatan yang tak mungkin dapat dipisahkan dari mereka.

    Beberapa para ahli telah mengungkapkan arti dari belajar itu sendiri,

    salah satunya adalah seperti yang diungkapkan oleh Gagne bahwa belajar adalah

    suatu proses di mana satu organism berubah perilakunya sebagai akibat

    pengalaman.1

    Sedangkan hasil dapat dikatakan kemampuan yang dimiliki soswa

    setelah menerima pelajaran. Menurut Oemar Hamalik, bahwa hasil belajar tampak

    sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan

    diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.2

    Belajar merupakan suatu proses yang benar-benar bersifat internal.

    Belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dilihat dengan nyata, proses itu

    terjadi didalam diri seseorang yang sedang mengalami belajar. Menurut Good dan

    Brophy bukan tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah prosesnya yang

    terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh

    hubungan-hubungan baru.3

    Hubungan-hubungan baru itu dapat berupa: antara perangsang-

    perangsang, antara reaksi-reaksi, atau antara perangsang dan reaksi. Faktor-faktor

    penting yang sangat erat hubungannya dengan proses belajar ialah: kematangan,

    penyesuaian diri/adaptasi, menghafal/mengingat, pengertian, berpikir dan latihan.

    1 Masitoh dan Laksmi Dewi, Strategi Pembelajaran, (Jakarta: 2009), h. 3.

    2 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta:

    Bumi Aksara, 2009), h. 155. 3 M. Ngalim Purwanto. Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,

    2000), h. 85.

    8

  • 9

    Para ahli mencoba membuat kategori jenis-jenis belajar yang dikenal

    dengan taksonomi belajar salah satu yang terkenal adalah taksonomi yang disusun

    oleh Benyamin S. Bloom.4 Tujuan pendidikan dapat dirumuskan pada tiga

    tingkatan, pertama, tujuan umum pendidikan yang menentukan perlu tidaknya

    suatu program diadakan. Kedua, tujuan yang di dasarkan atas tingkah laku, yang

    dimaksud berhasilnya pendidikan dalam bentuk tingkah laku yang dimaksud

    dengan taksonomi. Ketiga, tujuan yang lebih jelas yang dirumuskan secara

    operasional. Kaum behavioris berpendapat bahwa taksonomi yang dikemukakan

    oleh Bloom dan kawan-kawan adalah bersifat mental.5 Taksonomi ini merupakan

    kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasikan mutu tujuannya.

    Salah satu manfaat taksonomi adalah bahwa guru didorong untuk bertanya adakah

    dia menekankan segi tertentu atau tidak.

    2. Ranah Hasil Belajar

    Taksonomi Bloom terdiri dari tiga kategori yaitu yang dikenal sebagai

    domain atau ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik. Yang dimaksud

    dengan ranah-ranah ini oleh Bloom adalah perilaku-perilaku yang memang

    diniatkan untuk ditunjukkan oleh peserta didik atau pelajar dalam cara-cara

    tertentu, misalnya bagaimana mereka berpikir (kognitif), bagaimana mereka

    bersikap dan mereka merasakan sesuatu (afektif), dan bagaimana mereka berbuat

    (psikomotorik).6 Dalam mengukur kemampuan seorang siswa maka para guru

    harus memperhatikan ketiga ranah tersebut.

    a. Ranah Kognitif

    Ranah kognitif memiliki enam taraf mulai pengetahuan sampai

    evaluasi.

    1) Menghapal mencakup ingatan dan pengenalan,

    2) Pemahaman mencakup interpretasi, pemberian contoh, klasifikasi,

    meringkas, menyimpulkan, membandingkan, menjelaskan,

    4 A. Suhaenah Suparno. Membangun Kompetensi Belajar, (Jakarta: Dirjen

    PendidikanTinggi Depdiknas, 2001), h. 6. 5Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Yogyakarta: Bumi Aksara,

    2002), h. 115. 6A. Suhaenah Suparno. loc. cit.

  • 10

    3) Aplikasi mencakup melakukan, implementasi,

    4) Analisis mencakup membedakan, mengorganisasikan dan

    memberikan atribut,

    5) Mengevaluasi mencakup pengecekan, memberi kritik,

    6) Mencipta mencakup membangkitkan, merencanakan, memproduksi.

    b. Ranah Afektif

    Ranah afektif dibagi menjadi lima taraf, yaitu:

    1) Memperhatikan, taraf ini mengenai kepekaan siswa terhadap

    fenomena-fenomena dan perangsang-perangsang tertentu, yaitu

    menyangkut kesediaan siswa untuk memperhatikannya.

    2) Merespon, Pada taraf ini siswa memiliki motivasi yang cukup untuk

    merespon.

    3) Menghayati nilai, siswa sudah menghayati nilai tertentu.

    4) Mengorganisasikan, siswa menghadapi situasi yang mengandung

    lebih dari satu nilai.

    5) Memperhatikan nilai atau seperangkat nilai, siswa sudah dapat

    digolongkan sebagai orang yang memegang nilai atau seperangkat

    nilai tertentu.

    c. Ranah Psikomotorik

    Ranah Psikomotorik, meliputi hal-hal:

    1) Persepsi, langkahnya melakukan kegiatan yang bersifat motoris ialah

    menyadari objek, sifat atau hubungan-hubungan melalui indera,

    2) Persiapan, kesiapan untuk melakukan suatu tindakan atau bereaksi

    terhadap suatu kejadian menurut

    3) Respon terbimbing, pada tahap ini penekanan pada kemampuan-

    kemampuan yang merupakan bagian dari keterampilan yang lebih

    kompleks.

    4) Respons mekanis, siswa sudah yakin akan kemampuannya dan

    sedikit banyak terampil melakukan suatu perbuatan,

  • 11

    5) Respons kompleks, taraf ini individu dapat melakukan perbuatan

    motoris yang dianggap kompleks, karena pola gerakan yang dituntut

    sudah kompleks.

    Dalam kehidupan sehari-hari tak ada seseorang berbuat tanpa

    melibatkan pikiran dan perasaan walaupun kecil porsinya. Setiap orang

    merespon dalam berbagai bentuk aktivitas sebagai makhluk yang utuh.

    Kategori jenis belajar ini disusun untuk mengetahui sejauh mana

    keberhasilan pembelajaran yang mereka lakukan.

    Indikator hasil belajar merupakan target pencapaian kompetensi

    secara operasional dari kompetensi dasar dan standar kompetensi. Ada

    tiga aspek kompetensi yang harus dinilai untuk mengetahui seberapa

    besar capaian kompetensi tersebut, yaitu penilaian terhadap:7

    a. Hasil Belajar Penguasaan Materi Akademik (Kognitif)

    Domain kognitif meliputi kemampuan menyatakan kembali konsep

    atau prinsip yang telah dipelajari dan kemampuan-kemampuan

    intelektual, seperti mengaplikasikan prinsip atau konsep, menganalisis,

    mensintesis, dan mengevaluasi. Sebagian besar tujuan-tujuan

    instruksional berada dalam domain kognitif. Pada ranah kognitif terdapat

    enam jenjang proses berfikir, mulai dari yang tingkatan rendah sampai

    tinggi, yakni: Pengetahuan/ingatan (knowledge), Pemahaman

    (comprehension), Penerapan (aplication), Analisis (analysis), Sintesis

    (synthesis) dan Evaluasi (evaluation).

    Kemampuan-kemampuan yang termasuk domain kognitif oleh

    Bloom dkk. Dikategorikan lebih rinci ke dalam enam jenjang

    kemampuan, yaitu:

    1) Hafalan (C1)

    Jenjang hafalan meliputi kemampuan menyatakan kembali fakta,

    konsep, prinsip dan prosedur yang telah dipelajarinya.

    2) Pemahaman (C2)

    7Ahmad Sofyan, Tonih Feronika, Burhanudin Milama, Evaluasi Pembelajaran IPA

    BerbasisKompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h.13-24.

  • 12

    Jenjang pemahaman meliputi kemampuan menangkap arti dari

    informasi yang diterima, misalnya dapat menafsirkan bagan, diagram

    atau grafik.

    3) Penerapan (C3)

    Yang termasuk jenjang penerapan adalah kemampuan menggunakan

    prinsip, aturan, metode yang dipelajarinya pada situasi baru atau situasi

    konkrit.

    4) Analisis (C4)

    Jenjang analisis meliputi kemampuan menguraikan suatu informasi

    yang dihadapi menjadi komponen-komponennya sehingga struktur

    informasi serta hubungan antar komponen informasi tersebut menjadi

    jelas.

    5) Sintesis (C5)

    Yang termasuk jenjang sintesis ialah kemampuan untuk

    mengintegrasikan bagian-bagian yang terpisah-pisah menjadi suatu

    keseluruhan yang terpadu. Termasuk di dalamnya kemampuan

    merencanakan eksperimen, menyusun cara baru untuk

    mengklasifikasikan obyek-obyek, peristiwa dan informasi lainnya.

    6) Evaluasi (C6)

    Kemampuan pada jenjang evaluasi ialah kemampuan untuk

    mempertimbangkan nilai suatu pernyataan, uraian, pekerjan, berdasarkan

    kriteria tertentu yang ditetapkan.

    b. Hasil Belajar Yang Bersifat Proses Normatif (Afektif)

    Domain afektif mencakup pemilikan minat, sikap, dan nilai yang

    ditanamkan melalui proses belajar mengajar. Hasil belajar proses

    berkaitan dengan sikap dan nilai, berorientasi pada penguasaan dan

    pemilikan kecakapan proses atau metode. Ciri-ciri hasil belajar ini akan

    tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku, seperti: perhatian

    terhadap pelajaran, kedisiplinan, motivasi belajar, rasa hormat kepada

    guru dan sebagainya. Ranah afektif dirinci menjadi lima jenjang, yakni:

    Perhatian, Tanggapan, Penilaian, Pengorganisasian, dan Karakterisasi

  • 13

    terhadap suatu atau beberapa nilai. Untuk menilai hasil belajar dapat

    digunakan instrumen evaluasi yang bersifat non tes, misalnya kuesioner

    dan observasi.

    c. Hasil Belajar Aplikatif (Psikomotor)

    Hasil belajar ini merupakan ranah yang berkatian dengan

    keterampilan (skill) atau kemampuan bertindak setelah seseorang

    menerima pengalaman belajar tertentu. Hasil belajar psikomotor

    merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif, akan tampak

    setelah siswa menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai

    dengan makna yang terkandung pada kedua ranah tersebut dalam

    kehidupan sehari-hari. Ranah ini diklasifikasikan kedalam tujuh kategori

    yakni: Persepsi (perception), Kesiapan (set), Gerakan terbimbing (guided

    response), Gerakan terbiasa (mechanism), Gerakan kompleks (complex

    overt response), Penyesuaian pola gerakan (adaptation),

    Kreatifitas/keaslian (Creativity/origination).

    Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada

    diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan

    pengetahuan sikap dan keterampilan. Perubahan tersebut dapat diartikan

    terjadinya peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan

    dengan sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, sikap kurang

    sopan menjadi sopan, dan sebagainya.8

    Menurut Sudjana perbedaan hasil belajar di kalangan para siswa

    disebabkan oleh dua faktor yakni faktor dari dalam diri siswa terutama

    kemampuan yang dimilikinya dan faktor yang datang dari luar diri siswa

    atau faktor lingkungan. Disamping faktor kemampuan yang dimiliki

    siswa, juga ada faktor lain, seperti motivasi belajar, minat, dan perhatian,

    sikap dan kebiasaan belajar, ketekunan, sosial PKn, faktor fisik dan

    psikis.9

    8Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem,

    (Jakarta:Bumi Aksara, 2001), h. 155 9Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Sinar Baru

    Algensindo,2002), Cet. Ke-VI. h. 39.

  • 14

    Sedangkan menurut Oemar Hamalik hasil belajar dikalangan siswa

    disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor kematangan akibat

    dari kemajuan umur kronologis, latar belakang pribadi masing-masing,

    sikap, dan bakat terhadap suatu bidang pelajaran yang diberikan.10

    Penilaian hasil belajar bertujuan untuk melihat kemajuan belajar

    peserta didik dalam hal penguasaan materi pengajaran yang telah

    dipelajarinya sesuai dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.

    a. Sasaran Penilaian

    Sasaran atau objek evaluasi hasil belajar adalah perubahan tingkah

    laku yang mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotor secara

    seimbang. Masing-masing bidang terdiri dari sejumlah aspek. Aspek-

    aspek tersebut sebaiknya dapat diungkapkan melalui penilaian tersebut.

    Dengan demikian dapat diketahui tingkah laku mana yang sudah

    dikuasainya oleh peserta didik dan mana yang belum sebagai bahan bagi

    perbaikan dan penyempurnaan program pengajaran selanjutnya.

    b. Alat Penilaian

    Penggunaan alat penilaian hendaknya komprehensif meliputi tes dan

    bukan tes sehingga diperoleh gambaran hasil belajar yang objektif.

    Penilaian hasil belajar sebaiknya dilakukan secara berkesinambungan

    agar diperoleh hasil yang menggambarkan kemampuan peserta didik

    yang sebenarnya.

    c. Prosedur Pelaksanaan Tes

    Penilaian hasil belajar dilaksanakan dalam bentuk formatif dan

    sumatif. Penilaian formatif dilakukan pada setiap pengajaran

    berlangsung, yakni pada akhir pengajaran. Hasilnya dicatat untuk bahan

    penilaian dan untuk menentukan derajat keberhasilan peserta didik

    seperti untuk kenaikan tingkat. Penilaian sumatif biasanya dilakukan

    pada akhir suatu program atau pertengahan program. Hasilnya digunakan

    10

    Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2001), h. 183.

  • 15

    untuk mengetahui program mana yang belum dikuasai oleh peserta

    didik.11

    3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

    Hasil belajar merupakan perolehan dari proses belajar peserta didik sesuai

    dengan tujuan pengajaran (ends are being attained).12

    Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya dipengaruhi oleh

    berbagai faktor tersebut. Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal

    sebagai berikut:

    a. Faktor Internal

    Adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam diri individu, meliputi:

    1) Faktor Fisiologis

    Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap

    kemampuan belajar seseorang. Menurut Noehi, kondisi pancaindra

    (mata, hidung, pengecap, telinga, dan tubuh) sangat penting, terutama

    mata sebagai alat untuk melihat dan telinga untuk mendengar.13

    Karena

    sebagian besar peserta didik belajar dengan membaca, melihat contoh

    atau model, melakukan observasi, dan mendengarkan keterangan guru.

    2) Faktor Psikologis

    Faktor-faktor psikologi yang utama mempengaruhi proses dan hasil

    belajar peserta didik adalah sebagai berikut:

    (a) Kecerdasan Peserta Didik

    M. Dalyono secara tegas mengatakan bahwa seseorang yang

    memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar

    dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya, orang yang

    intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam

    belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi belajarnya pun rendah.

    Karenanya Walter B. Kolesnik dalam buku Syaiful Bahri Djamarah

    mengatakan bahwa: In most cases there is a fairy high correlation

    11

    Ahmad Rohani, Pengelolaan Pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), Cet. Ke-

    II. h.179. 12

    Purwanto, Evaluasi Hasil Belajar, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), hlm. 45. 13

    Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2011), h. 189.

  • 16

    between ones IQ, and his scholastics success. Usually, the higher a

    persons IQ, the higher the grades he receives.14

    (b) Motivasi

    Motivasi adalah kondisi psikologis yang mendorong seseorang

    untuk melakukan sesuatu. Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang

    turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Bahkan menurut Slameto,

    sering kali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena

    tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin.15

    (c) Minat

    Minat adalah suatu rasa lebih suka pada suatu hal atau aktivitas,

    tanpa ada yang menyuruh.16

    Peserta didik yang mempunyai

    keinginan yang kuat di dalam usaha belajarnya akan lebih baik

    dibanding dengan peserta didik yang tidak punya atau kurang minat

    dalam belajar.

    (d) Kemampuan Kognitif

    Kemampuan kognitif yaitu persepsi, mengingat, dan berpikir.

    Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau

    informasi ke dalam otak manusia. Guru harus menanamkan

    pengertian sejelas-jelasnya, sehingga tidak terjadi kesalahan persepsi

    pada peserta didik. Mengingat adalah suatu aktivitas kognitif,

    dimana orang menyadari bahwa pengetahuannya berasal dari masa

    lampau atau berdasarkan kesan-kesan yang diperoleh di masa

    lampau.17

    Sedangkan berpikir adalah kelangsungan tanggapan-

    tanggapan yang disertai dengan sikap pasif dari subjek yang berpikir.

    (e) Bakat

    Setiap peserta didik memiliki bakat yang berbeda, menurut

    Sunarto dan Hartono bakat memungkinkan seseorang untuk

    mencapai prestasi dalam bidang tertentu, akan tetapi diperlukan

    14

    Ibid, h. 194. 15

    Ibid, h. 200. 16

    Ibid, h. 191. 17

    Ibid, h. 202-203.

  • 17

    latihan, pengetahuan, pengalaman, dan dorongan atau motivasi agar

    bakat itu dapat terwujud.18

    B. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

    Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran

    yang memfokuskan pada pembentukan warga Negara yang memahami dan mapu

    melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga Negara Indonesia

    yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan

    Undang-undang Dasar 1945.19

    Selain itu istilah PKn yang menggunakan dengan N atau huruf kapital

    merupakan singkatan dari singkatan dari pendidikan kewarganegaraan

    Pendidikan kewarganegaraan (PKn ) merupakan pendidikan yang menyangkut

    status formal warganegara yang di atur dalam UU NO 2 tahun 1949, UU NO 62

    Tahun 1958, UU NO 12 tahun 2006 tentang status kewarganegara yang telah

    berlaku mulai tanggal 1 Agustus 2006.20

    2. Tujuan dan Ruang Lingkup Pembelajaran PKn

    a. Tujuan Pembelajaran PKn

    Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta

    didik memiliki kemampuan sebagai berikut:21

    1) Berfikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu.

    2) Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara

    cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta

    anti-korupsi.

    3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

    berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup

    bersama dengan bangsa-bangsa lain.

    18

    Ibid, h. 197. 19

    KTSP MI Cibeureum Legok, hal: 78. 20

    Paket 1 hakekat pembelajaran Pkn MI 21

    Ibid, hal: 78-79.

  • 18

    4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara

    langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknilogi informasi

    dan komunikasi.

    b. Ruang Lingkup PKn

    Ruang Lingkup Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi

    aspek-aspek sebagai berikut:

    1) Persatuan dan Kesatuan Bangsa, meliputi: Hidup rukun dalam perbedaan,

    cinta lingkungan, Kebanganggaan sebagai bangsa Indonesia, Sumpah

    Pemuda, Keutuhan Negara Kesatuan republik Indonesia, Partisipasi

    dalam pembelaan Negara, Sikap Positif terhadap Negara Kesatuan

    Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

    2) Norma, hukum dan peraturan, meliputi: Tertib dalam kehidupan

    keluarga, Tata tertib Sekolah, Norma yang berlaku di masyarakat,

    Peraturan-peraturan daerah, Norma-norma dalam kehidupan berbangsa

    dan bernegara, Sistem Hukum dan peradilan Nasional, Hukum dan

    peradilan Internasional.

    3) Hak asasi manusia meliputi: Hak dan kewajiban anak, Hak dan

    Kewajiban anggota Masyarakat, Instrumen nasional dan internasional

    HAM, Pemajuan, penghormatan dan perlindungan HAM.

    4) Kebutuhan Warga Negara meluputi: Hidup Gotong Royong, Harga Diri

    sebagai warga masyarakat, Kebebasan Berorganisasi, Kemerdekaan

    mrngeluarkan pendapat, Menghargai keputusan bersama, Prestasi diri,

    Persamaan kedudukan warga Negara.

    5) Konstitusi Negara meliputi: Proklamasi dan konstitusi yang pertama,

    Konstitusi-konstitusi yang pernah dugunakan di Indonesia, Hubungan

    dasar Negara dengan Konstitusi.

    6) Kekuasaan dan Politik, meliputi: Pemerintahan Desa dan Kecamatan,

    Pemerintah daerah dan Otonomi, Pemerintah Pusat, Demokrasi dan

    system politik, Budaya Politik, Budaya demokrasi menuju masyarakat

    Madani, Sistem pemerintahan, Pers dalam masyarakat Demokrasi.

  • 19

    7) Pancasila meliputi: kedudukan Pancasila sebagai dasar Negara dan

    ideology Negara, Proses perumusan Pancasila sebagai dasar Negara,

    Pengamalan Nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, Pancasila

    sebagai ideology terbuka.

    8) Globalisasi meliputi: Globalisasi di lingkungannya, Politik luar negeri

    Indonesia di era globalisasi, Dampak Glabalisasi, Hubungan

    Internasional dan Organisasi Internasional, dan Mengevaluasi

    Globalisasi.

    C. Pembelajaran Kooperatif

    1. Pengertian Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) merupakan strataegi

    pembelajaran melalui kelompok kecil siswa yang saling bekerja sama dalam

    memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar.22

    Istilah cooperative learning dalam pengertian bahasa Indonesia dikenal

    dengan nama pembelajaran kooperatif. Menurut Johnson pembelajaran kooperatif

    adalah pemanfaatan kelompok kecil (2-5 orang) dalam pembelajaran yang

    memungkinkan siswa bekerjasama untuk memaksimalkan belajar mereka dan

    belajar anggota lainnya dalam kelompok.23

    Selain itu pembelajaran kooperatif dapat didefinisikan sebagai system

    kerja/belajar kelompok yang terstruktur.24

    Dari uraian-uraian di atas dapat diketahui tentang pengertian pembelajaran

    kooperatif (cooperative learning) adalah pembelajaran yang mengutamakan

    adanya kelompok-kelompok kecil atau tim yang di dalamnya terdiri dari 2-5

    orang. Dalam proses pembelajaran kooperatif siswa dituntut untuk bekerjasama

    dan bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru,

    dengan memaksimalkan kondisi belajar dalam mencapai tujuan belajar.

    22

    Kokom Komalasari, Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi, (Bandung: PT

    Refika Aditama, 2011), Cet. II, h. 62. 23

    Ibid. 24

    Masitoh, op.cit, h. 232.

  • 20

    Dalam hubungannya dengan pembelajaran, teori yang ada mengacu pada

    kegiatan pembelajaran yang harus melibatkan partisipasi peserta didik. Sebagai

    realisasi maka dalam pembelajaran siswa haruslah bersifat aktif. Pembelajaran

    kooperatif adalah model pembelajaran yang aktif dan partisipatif.

    2. Macam-macam Pembelajaran Kooperatif

    Pembelajaran kooperatif sungguh banyak macam dan ragamnya. Beberapa

    ahli pendidikan terdahulu telah memberikan sumbangsihnya dalam

    menyampaikan macam-macam metode pembelajaran tersebut, yaitu sebagai

    berikut:

    a. TAI (Team Assisted Individualization atau Team Accelerated Instruction)

    Tipe model pembelajaran kooperatif yang satu ini sebenarnya adalah

    penggabungan dari pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran

    individual.25

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe TAI, siswa

    mengikuti tingkatan yang bersifat individual berdasarkan tes penempatan,

    dan kemudian dapat maju ke tahapan selanjutnya berdasarkan tingkat

    kecepatannya belajar. Jadi, setiap anggota kelompok sebenarnya belajar

    unit-unit materi pelajaran yang berbeda. Rekan sekelompok akan

    memeriksa hasil pekerjaan rekan sekelompok lainnya dan memberikan

    bantuan jika diperlukan. Tes kemudian diberikan diakhir unit tanpa

    bantuan teman sekelompoknya dan diberikan skor. Lalu setiap minggu

    guru akan menjumlahkan total unit materi yang diselesaikan suatu

    kelompok dan memberikan sertifikat atau penghargaan bila mereka

    berhasil melampaui kriteria yang telah ditetapkan, dan beberapa poin

    tambahan untuk kelompok yang anggotanya mendapat nilai sempurna.

    Kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini adalah karena siswa

    bertanggungjawab untuk memeriksa pekerjaan rekannya yang lain, maka

    guru mempunyai waktu yang lebih banyak untuk membantu kelompok-

    kelompok kecil yang menemui banyak hambatan dalam belajar yang

    merupakan kumpulan dari anggota-anggota kelompok yang berada pada

    25

    Muhammad Faiq, Jenis-jenis Model Pembelajaran Kooperatif untuk Diterapkan di

    Kelas Anda, http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-

    kooperatif.html, h. 1.

    http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.htmlhttp://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/02/tipe-model-pembelajaran-kooperatif.html

  • 21

    tingkatan unit materi pelajaran yang sama. Banyak penelitian melaporkan

    bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TAI ini sangat efektif untuk

    digunakan dalam pembelajaran.

    b. STAD (Student Teams Achievement Division)

    Pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran

    yang mengelompokkan siswa secara heterogen, kemudian siswa yang

    pandai menjelaskan pada anggota lain sampai mengerti.26

    Dengan diterapkannya pembelajaran koopertaif tipe Student Team

    Achievement ini peneliti berharap keaktifan dan prestasi belajar siswa

    dapat meningkat karena gagasan utama STAD adalah memicu siswa agar

    saling mendorong dan membantu satu sama lain.

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini siswa

    dikelompokkan ke dalam kelompok kecil yang disebut tim. Kemudian

    seluruh kelas diberikan presentasi materi pelajaran. Siswa kemudian

    diberikan tes. Nilai-nilai individu digabungkan menjadi nilai tim. Pada

    model pembelajaran kooperatif tipe ini walaupun siswa dites secara

    individual, siswa tetap dipacu untuk bekerja sama untuk meningkatkan

    kinerja dan prestasi timnya. Bila pertama kali digunakan di kelas anda,

    maka ada baiknya guru terlebih dahulu memperkenalkan model

    pembelajaran kooperatif STAD ini kepada siswa.

    c. Round Table atau Rally Table

    Untuk menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Round table

    atau Rally Table ini guru dapat menyampaikan tujuan, menjelaskan tugas

    yang akan didiskusikan, membagikan kertas kerja, siswa mengerjakan

    tugas dengan menuangkan idenya di atas kertas kerja secara bergilir searah

    jarum jam, kesimpulan, penyajian hasil, feed back oleh guru dan

    evaluasi.27

    d. Jigsaw

    26

    Komalasari, op.cit, h. 63. 27

    I Wayan Kasub Abadi, Kegiatan Belajar Mengajar: Model Pembelajaran,

    http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/model-pembelajaran.html, (Bali: 2008), h. 17.

    http://guru-kbm.blogspot.com/2008/05/model-pembelajaran.html

  • 22

    Yaitu sebuah teknik yang dipakai secara luas yang memiliki kesamaan

    dengan teknik pertukaran dari kelompok ke kelompok (group-to-group

    exchange) dengan suatu perbedaan penting: setiap peserta didik

    megajarkan sesuatu.28

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw ini ketergantungan

    antara siswa sangat tinggi. Setiap siswa dalam model pembelajaran

    kooperatif ini adalah anggota dari dua kelompok, yaitu (1) kelompok asal

    (home group) dan (2) kelompok ahli (expert group). Kelompok asal

    dibentuk dengan anggota yang heterogen. Di kelompok asal ini mereka

    akan membagi tugas untuk mempelajari suatu topik. Setelah semua

    anggota kelompok asal memperoleh tugas masing-masing, mereka akan

    meninggalkan kelompok asal untuk membentuk kelompok ahli. Kelompok

    ahli adalah kelompok yang terbentuk dari anggota-anggota kelompok yang

    mempunyai tugas mempelajari sebuah topik yang sama (berdasarkan

    kesepakatan mereka di kelompok asal). Setelah mempelajari topik tersebut

    di kelompok ahli, mereka akan kembali ke kelompok asal mereka masing-

    masing dan saling mengajarkan topik yang menjadi tanggungjawab

    mereka ke anggota kelompok lainnya secara bergantian.

    e. NHT (Numbered Heads Together)-Kepala Bernomor Bersama

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT, minta siswa untuk

    menomori diri mereka masing-masing dalam kelompoknya mulai dari 1

    hingga 4. Metode pembelajaran Numbered Heads Together (NHT)

    dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992 dimana setiap siswa

    diberi nomor kemudian dibuat suatu kelompok kemudian secara acak guru

    memanggil nomor dari siswa.29

    Ajukan sebuah pertanyaan dan beri batasan waktu tertentu untuk

    menjawabnya. Siswa yang mengangkat tangan jika bisa menjawab

    pertanyaan guru tersebut. Guru menyebut suatu angka (antara 1 sampai 4)

    dan meminta seluruh siswa dari semua kelompok dengan nomor tersebut

    28

    Mel Silberman, Active Learning: 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yogyakarta:

    Pustaka Insan Madani, 2009), cet-9, h. 168.

    29 Komalasari, op.cit, h. 62.

  • 23

    menjawab pertanyaan tadi. Guru menandai siswa-siswa yang menjawab

    benar dan memperkaya pemahaman siswa tentang jawaban pertanyaan itu

    melalui diskusi.

    f. TGT (Team Game Tournament)

    Model pembelajaran kooperatif tipe TGT mirip dengan model

    pembelajaran kooperatif tipe STAD, tetapi bedanya hanya pada kuis yang

    digantikan dengan turnamen mingguan (Slavin, 1994).30

    Pada model

    pembelajaran kooperatif ini, siswa-siswa saling berkompetisi dengan siswa

    dari kelompok lain agar dapat memberikan kontribusi poin bagi

    kelompoknya. Suatu prosedur tertentu digunakan untuk membuat

    permainan atau turnamen berjalan secara adil. Penelitian menunjukkan

    bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TGT terbukti efektif

    meningkatkan hasil belajar siswa.

    g. Three-Step Interview (Wawancara Tiga Langkah)

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe three-step interview (disebut

    juga three problem-solving) dilakukan 3 langkah untuk memecahkan

    masalah.31

    Pada langkah pertama guru menyampaikan isu yang dapat

    memunculkan beragam opini, kemudian mengajukan beberapa pertanyaan-

    pertanyaan kepada seluruh siswa di kelas. Langkah kedua, siswa secara

    berpasangan bermain peran sebagai pewawancara dan orang yang

    diwawancarai. Kemudian, di langkah yang ketiga, setelah wawancara

    pertama dilakukan maka pasangan bertukar peran: pewawancara berperan

    sebagai orang yang diwawancarai dan sebaliknya orang yang tadi

    mewawancarai menjadi orang yang diwawancarai. Setelah semua

    pasangan telah bertukar peran, selanjutnya setiap pasangan dapat

    membagikan atau mempresentasikan hasil wawancara mereka kepada

    seluruh kelas secara bergiliran. Tipe model pembelajaran kooperatif ini

    (three-step interview) ini efektif untuk mengajarkan siswa problem solving

    (pemecahan masalah).

    30

    Muhammad Faiq, op.cit, h. 2. 31

    Ibid.

  • 24

    h. Three-Minute Review (Reviu Tiga Langkah)

    Model pembelajaran kooperatif tipe three-step review efektif untuk

    digunakan saat guru berhenti pada saat-saat tertentu selama sebuah diskusi

    atau presentasi berlangsung, dan mengajak siswa mereviu apa yang telah

    mereka ungkapkan saat diskusi di dalam kelompok mereka.32

    Siswa-siswa

    dalam kelompok-kelompok itu dapat bertanya untuk mengklarifikasi

    kepada anggota lainnya atau menjawab pertanyaan-pertanyaan dari

    anggota lain. Misalnya setelah diskusi tentang proses-proses kompleks

    yang terjadi di dalam tubuh manusia misalnya pencernaan makanan, siswa

    dapat membentuk kelompok-kelompok dan mereviu proses diskusi dan

    mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk mengklarifikasi.

    i. GI (Group Investigasi)

    Model Group investigation seringkali disebut sebagai metode

    pembelajaran kooperatif yang paling kompleks. Hal ini disebabkan oleh

    metode ini memadukan beberapa landasan pemikiran, yaitu berdasarkan

    pandangan konstruktivistik, democratic teaching dan kelompok belajar

    kooperatif.33

    Berdasarkan pandangan konstruktivistik, proses pembelajaran dengan

    model group investigation memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada

    siswa untuk terlibat secara langsung dan aktif dalam proses pembelajaran

    mulai dari perencanaan sampai cara mempelajari suatu topik melalui

    investigasi. Democratic teaching adalah proses pembelajaran yang

    dilandasi oleh nilai-nilai demokrasi, yaitu penghargaan terhadap

    kemampuan, menjunjung keadilan, menerapkan persamaan kesempatan,

    dan memperhatikan keberagaman peserta didik.

    j. Reciprocal Teaching (Pengajaran Timbal Balik)

    Model pembelajaran kooperatif tipe reciprocal teaching (pengajaran

    timbal balik) dikembangkan oleh Brown & Paliscar (1982). Pengajaran

    timbal balik atau reciprocal teaching ini juga merupakan sebuah model

    32

    Ibid. 33

    Ibid.

  • 25

    pembelajaran kooperatif yang meminta siswa untuk membentuk pasangan-

    pasangan saat berpartisipasi dalam sebuah dialog (percakapan atau diskusi)

    mengenai sebuah teks (bahan bacaan).34

    Setiap anggota pasangan akan

    bergantian membaca teks dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan,

    menerima dan memperoleh umpan balik (feedback). Model pembelajaran

    tipe reciprocal teaching ini memungkinkan siswa untuk melatih dan

    menggunakan teknik-teknik metakognitif seperti mengklarifikasi,

    bertanya, memprediksi, dan menyimpulkan. Model pembelajaran

    kooperatif tipe reciprocal teaching ini dikembangkan atas dasar bahwa

    siswa dapat belajar secara efektif dari siswa lainnya.

    k. Snowball Throwing

    Snowball throwing yaitu metode pembelajaran yang didalamnya

    terdapat unsur-unsur pembelajaran kooperatif sebagai upaya dalam rangka

    mengarahkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan oleh

    guru.

    Hal yang pertama kali dilakukan adalah dengan meminta siswa untuk

    menuliskan pertanyaan dalam kertas kemudian diremas sehingga

    membentuk bola seperti bola salju. Langkah selanjutnya adalah

    menyerahkan setiap pertanyaan yang ditulis siswa kepada guru, kemudian

    guru akan melemparkannya kepada anggota kelas secara acak.

    l. CIRC (Cooperative Integrated Reading Composition)

    Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC (cooperative integrated

    reading composition) adalah sebuah model pembelajaran yang sengaja

    dirancang untuk mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan

    keterampilan-keterampilan berbahasa lainnya baik pada jenjang

    pendidikan tinggi maupun jenjang dasar.35

    Pada tipe model pembelajaran

    kooperatif yang satu ini siswa tidak hanya mendapat kesempatan belajar

    melalui presentasi langsung oleh guru tentang keterampilan membaca dan

    34

    Bungs Education, Metode Pembelajaran,

    http://wbungs.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html, (Jawa

    Timur, 2009), h. 1. 35

    Muhammad Faiq, op.cit. h. 3.

    http://wbungs.blogspot.com/2012/07/normal-0-false-false-false-en-us-x-none_16.html

  • 26

    menulis, tetapi juga teknik menulis sebuah komposisi (naskah). CIRC

    dikembangkan untuk menyokong pendekatan pembelajaran tradisional

    pada mata pelajaran bahasa yang disebut kelompok membaca berbasis

    keterampilan. Pada model pembelajaran CIRC ini siswa berpasang-

    pasangan di dalam kelompoknya. Ketika guru sedang membantu sebuah

    kelompok-membaca (reading group), pasangan-pasangan saling mengajari

    satu sama lain bagaimana membaca-bermakna dan keterampilan menulis

    melalui teknik reciprocal (timbal balik). Mereka diminta untuk saling

    bantu untuk menunjukkan aktivitas pengembangan keterampilan dasar

    berbahasa (misalnya membaca bersuara (oral reading), menebak konteks

    bacaan, mengemukakan pertanyaan terkait bacaan, menyimpulkan,

    meringkas, menulis sebuah komposisi berdasarkan sebuah cerita, hingga

    merevisi sebuah komposisi). Setelah itu, buku kumpulan komposisi hasil

    kelompok dipublikasikan pada akhir proses pembelajaran. Semua

    kelompok (tim) kemudian diberikan penghargaan atas upaya mereka

    dalam belajar dan menyelesaikan tugas membaca dan menulis.

    m. The Williams

    Tipe model pembelajaran kooperatif The Williams mengajak siswa

    melakukan kolaborasi untuk menjawab sebuah pertanyaan besar yang

    merupakan sebuah tujuan pembelajaran.36

    Pada model pembelajaran ini

    siswa dikelompok-kelompoknya secara heterogen seperti pada tipe STAD.

    Kemudian setiap kelompok diberikan pertanyaan yang berbeda-beda

    dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif yang

    memungkinkan siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut.

    n. TPS (Think Pairs Share)

    Model pembelajaran kooperatif tipe TPS (think pairs share) mulanya

    dikembangkan oleh Frank T. Lyman. Tipe model pembelajaran kooperatif

    ini memungkinkan setiap anggota pasangan siswa untuk berkontemplasi

    terhadap sebuah pertanyaan yang diajukan. Setelah diberikan waktu yang

    cukup mereka selanjutnya diminta untuk mendiskusikan apa yang telah

    36

    Ibid, h. 4.

  • 27

    mereka pikirkan tadi (hasil kontemplasi) dengan pasangannya masing-

    masing. Setelah diskusi dengan pasangan selesai, guru kemudian

    mengumpulkan tanggapan atau jawaban atas pertanyaan yang telah

    diajukan tersebut dari seluruh kelas.

    o. TPC (Think Pairs Check)

    Model pembelajaran kooperatif tipe think pairs-check adalah

    modifikasi dari tipe think pairs share, di mana penekanan pembelajaran

    ada pada saat mereka diminta untuk saling cek jawaban atau tanggapan

    terhadap pertanyaan guru saat berada dalam pasangan.

    p. TPW (Think Pairs Write)

    Tipe model pembelajaran kooperatif TPW (Think Pairs Write) juga

    merupakan variasi dari model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think

    Pairs Share). Penekanan model pembelajaran kooperatif tipe ini adalah

    setelah mereka berpasangan, mereka diminta untuk menuliskan jawaban

    atau tanggapan terhadap pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Model

    pembelajaran kooperatif tipe TPW ini sangat cocok untuk pelajaran

    menulis.

    q. Tea Party (Pesta Minum Teh)

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe tea party, siswa membentuk

    dua lingkaran konsentris atau dua barisan di mana siswa saling berhadapan

    satu sama lain. Guru mengajukan sebuah pertanyaan (pada bidang mata

    pelajaran apa saja) dan kemudian siswa mendiskusikan jawabannya

    dengan siswa yang berhadapan dengannya. Setelah satu menit, baris

    terluar atau lingkaran terluar bergerak searah jarum jam sehingga akan

    berhadapan dengan pasangan yang baru. Guru kemudian mengajukan

    pertanyaan kedua untuk mereka diskusikan. Langkah-langkah seperti ini

    terus dilanjutkan hingga guru selesai mengajukan 5 atau lebih pertanyaan

    untuk didiskusikan. Untuk sedikit variasi dapat pula siswa diminta

    menuliskan pertanyaan-pertanyaan pada kartu-kartu untuk catatan nanti

    bila diadakan tes.

    r. Write Around (Menulis Berputar)

  • 28

    Model pembelajaran kooperatif tipe write around ini cocok digunakan

    untuk menulis kreatif atau untuk menulis kesimpulan. Pertama-tama guru

    memberikan sebuah kalimat pembuka (contohnya: Bila kamu akan

    berulang tahun, maka kamu akan meminta hadiah berupa...). Mintalah

    semua siswa dalam setiap kelompok untuk menyelesaikan kalimat

    tersebut. Selanjutnya mereka ia menyerahkan kertas berisi tulisannya

    tersebut ke sebelah kanan, dan membaca kertas lain yang mereka terima

    setelah diserahkan oleh kelompok lain, kemudian menambahkan satu

    kalimat lagi. Setelah beberapa kali putaran, maka akan diperoleh 4 buah

    cerita atau tulisan (bila di kelas dibentuk 4 kelompok). Selanjutnya beri

    waktu bagi mereka untuk membuat sebuah kesimpulan dan atau mengedit

    bagian-bagian tertentu, kemudian membagi cerita atau kesimpulan itu

    dengan seluruh kelas. Write around adalah modifikasi dari model

    pembelajaran kooperatif go around.

    s. Round Robin Brainstorming atau Rally Robin

    Contoh pelaksanaan model pembelajaran kooperatif Round Robin

    Brainstorming misalnya: berikan sebuah kategori (misalnya nama-nama

    sungai di Indonesia) untuk didiskusikan. Mintalah siswa bergantian untuk

    menyebutkan item-item yang termasuk ke dalam kategori tersebut.

    t. LT (Learnig Together)

    Orang yang pertama kali mengembangkan jenis model pembelajaran

    kooperatif tipe Learning Together (Belajar Bersama) ini adalah David

    Johnson dan Roger Johnson di Universitas Minnesota pada tahun 1999.

    Pada model pembelajaran kooperatif tipe Learning Together, siswa

    dibentuk oleh 4-5 orang siswa yang heterogen untuk mengerjakan sebuah

    lembar tugas. Setiap kelompok hanya diberikan satu lembar kerja. Mereka

    kemudian diberikan pujian dan penghargaan berdasarkan hasil kerja

    kelompok. Pada model pembelajaran Kooperatif dengan variasi seperti

    Learning Together ini, setiap kelompok diarahkan untuk melakukan

    kegiatan-kegiatan untuk membangun kekompakan kelompok terlebih

  • 29

    dahulu dan diskusi tentang bagaimana sebaiknya mereka bekerjasama

    dalam kelompok.

    u. Student Team Learning (STL-Kelompok Belajar Siswa)

    Model pembelajaran kooperatif tipe student team learning ini

    dikembangkan di John Hopkins University-Amerika Serikat. Lebih dari

    separuh penelitian tentang pembelajaran kooperatif di sana menggunakan

    student team learning. Pada dasarnya model pembelajaran kooperatif yang

    satu ini sama saja dengan model pembelajaran kooperatif yang lain yaitu

    adanya ide dasar bahwa siswa harus bekerjasama dan turut

    bertanggungjawab terhadap pembelajaran siswa lainnya yang merupakan

    anggota kelompoknya. Pada tipe STL ini penekanannya adalah bahwa

    setiap kelompok harus belajar sebagai sebuah tim. Ada 3 konsep sentral

    pada model pembelajaran kooperatif tipe STL ini, yaitu: (1) penghargaan

    terhadap kelompok; (2) akuntabilitas individual; (3) kesempatan yang

    sama untuk memperoleh kesuksesan. Pada sebuah kelas yang menerapkan

    model pembelajaran ini, setiap kelompok dapat memperoleh penghargaan

    apabila mereka berhasil melampaui ktiteria yang telah ditetapkan

    sebelumnya. Akuntabilitas individual bermakna bahwa kesuksesan sebuah

    kelompok bergantung pada pembelajaran yang dilakukan oleh setiap

    individu anggotanya. Pada model pembelajaran tipe STL, setiap siswa baik

    dari kelompok atas, menengah, atau bawah dapat memberikan kontribusi

    yang sama bagi kesuksesan kelompoknya, karena skor mereka dihitung

    berdasarkan skor peningkatan dari pembelajaran mereka sebelumnya.

    v. Two Stay Two Stray

    Model pembelajaran kooperatif two stay two stray ini sebenarnya

    dapat dibuat variasinya, yaitu berkaitan dengan jumlah siswa yang tinggal

    di kelompoknya dan yang berpencar ke kelompok lain. Misalnya: (1) one

    stay three stray (satu tinggal tiga berpencar); dan (2) three stay one stray

    (tiga tinggal satu berpencar). Model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay

    Two Stray dikembangkan pertama kali oleh Spencer Kagan (1990).

    Dengan struktur kelompok kooperatif seperti tipe two stay two stray ini

  • 30

    dapat memberikan kesempatan kepada tiap kelompok untuk saling berbagi

    informasi dengan kelompok-kelompok lain.37

    3. Fungsi Metode Pembelajaran Kooperatif

    Pada dasarnya pembelajaran kooperatif dikembangkan setidak-tidaknya

    memiliki fungsi dalam pembelajaran, yaitu: hasil belajar akademik, penerimaan

    terhadap individu, penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda

    berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuan, serta

    pengembangan keterampilan sosial. 38

    a. Hasil belajar akademik

    Beberapa ahli berpendapat bahwa metode ini unggul dalam membantu

    siswa memahami konsep-kosep yang sulit. Model struktur penghargaan

    kooperatif dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan

    perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar.

    b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

    Penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan

    ras, budaya, kelas sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. Dari hal ini

    siswa akan belajar untuk saling menghargai.

    c. Pengembangan keterampilan individu

    Fungsi penting dari pembelajaran kooperatif adalah mengajarkan

    kepada siswa keterampilan bekerjasama dan kolaborasi.

    4. Pengertian Metode Think-Pair-Share

    Think-pair-share adalah suatu metode pembelajaran kooperatif yang

    memberi siswa waktu untuk berfikir dan merespon serta saling bantu satu sama

    lain. Metode ini memperkenalkan ide waktu berfikir atau waktu tunggu yang

    menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon

    pertanyaan. Pembelajaran Kooperatif model Think-pair-share ini relatif lebih

    sederhana karena tidak menyita waktu yang lama untuk mangatur tempat duduk

    37

    Ibid. 38

    Ujang Nurdin, Tekinik dan Tujuan Pembelajaran Kooperatif, http://style-

    lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.html, Juni 2013.

    http://style-lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.htmlhttp://style-lecture.blogspot.com/2012/09/teknik-dan-tujuan-pembelajaran.html

  • 31

    ataupun mengelompokkan siswa. Pembelajaran ini melatih siswa untuk berani

    berpendapat dan menghargai pendapat teman.39

    Think-pair-share (TPS) adalah strategi diskusi kooperatif yang

    dikembangkan oleh Frank Lyman dan kawan-kawannya dari Universitas

    Maryland pada tahun 1981. TPS mampu mengubah asumsi bahwa metode resitasi

    dan diskusi perlu diselenggarakan dalam setting kelompok kelas secara

    keseluruhan. Think-pair-share memberikan kepada siswa waktu untuk berpikir

    dan merespon serta saling bantu satu sama lain.

    Think-pair-share memiliki prosedur yang secara eksplisit untuk member

    siswa waktu untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain. Dengan

    demikian diharapkan siswa mampu bekerja sama, saling membutuhkan, dan saling

    bergantung pada kelompok kecil secara kooperatif.

    5. Langkah-langkah Metode Think-Pair-Share

    Setiap metode pembelajaran kooperatif tentunya memiliki langkah-

    langkah tertentu sesuai dengan model tersendiri. Begitu pula dengan metode TPS

    ini memiliki langkah-langkah penerapannya, yaitu sesuai dengan yang

    diungkapkan oleh Susilo, bahwa TPS memiliki tahapan demi tahapan yang

    dilakukan pada pelaksanaan Think-pair-share, antara lain:

    a. Tahap satu, think (berpikir).

    Pada tahap ini guru memberikan pertanyaan yang terkait dengan

    materi pelajaran. Proses TPS dimulai pada saat ini, yaitu guru

    mengemukakan pertanyaan yang menggalakkan berpikir ke seluruh kelas.

    Pertanyaan ini hendaknya berupa pertanyaan terbuka yang memungkinkan

    dijawab dengan berbagai macam jawaban.

    b. Tahap dua, pair (berpasangan).

    Pada tahap ini siswa berpikir secara individu. Guru meminta kepada

    siswa untuk berpasangan dan mulai memikirkan pertanyaan atau masalah

    yang diberikan guru tadi dalam waktu tertentu. Lamanya waktu ditetapkan

    oleh guru berdasarkan pemahaman guru terhadap siswanya, sifat

    39

    Sadijah, Cholis. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair Share TPS (Malang: Lembaga Penelitian UM 2006 ) hal: 12

  • 32

    pertanyaanya, dan skedul pembelajaran. Siswa disarankan untuk menulis

    jawaban atau pemecahan masalah hasil pemikirannya.

    c. Tahap 3, share (berbagi).

    Pada tahap ini siswa secara individu mewakili kelompok atau berdua

    maju bersama untuk melaporkan hasil diskusinya ke seluruh kelas. Pada

    tahap terakhir ini siswa seluruh kelas akan memperoleh keuntungan dalam

    bentuk mendengarkan berbagai ungkapan mengenai konsep yang sama

    dinyatakan dengan cara yang berbeda oleh individu yang berbeda.

    Tabel pembelajaran Think-pair-share adalah sebagai berikut:

    Tabel 2.1

    Pembelajaran Think-Pair-Share

    Tahapan Guru Siswa

    1. Thinking Guru memberikan waktu

    kepada siswa untuk berpikir

    tentang pertanyaan atau

    masalah yang diberikan

    Siswa berpikir sendiri untuk

    menemukan jawaban atas

    pertanyaan atau masalah yang

    diajukan

    2. Pairing Guru memberikan tanda

    kepada siswa untuk mulai

    berpasangan dengan siswa

    lain

    Siswa mulai mencari pasangan

    untuk mendiskusikan dan

    mencapai kesepakatan atas

    jawaban pertanyaan yang

    diajukan guru

    3. Sharing Guru meminta

    pasanganpasangan tersebut

    untuk berbagi jawaban atas

    pertanyaan atau

    permasalahan yang diajukan

    guru

    Siswa berbagi jawaban atas

    pertanyaan atau permasalahan

    yang diajukan guru

    6. Kelebihan dan Kelemahan Metode Think-Pair-Share

    a. Kelebihan Think -Pair-Share

    Kelebihan think-pair-share sebagai berikut:40

    40

    Anonim. Think pair share. http://www.eazhull.org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm.

    diakses pada 12 Desember 2013 Pukul: 14.45WIB.

    http://www.eazhull.org.uk/nlc/think,_pair,_share.htm

  • 33

    1) Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan

    saling membantu satu sama lain.

    2) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota

    kelompok.

    3) Setiap siswa dapat saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan

    sebelum disampaikan di depan kelas.

    4) Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi

    kesempatan untuk berpartisipasi dalam kelas.

    5) Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab

    dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling

    membantu dalam kelompok kecil.

    6) Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu

    materi secara berkelompok dan saling membantu antara satu dengan

    yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta mempresentasikan

    di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan

    pembelajaran yang telah dilakukan.

    7) Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan

    pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang diajarkan karena secara

    tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh

    guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang

    diajarkan.

    8) Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan

    pemikiran dengan temannya untuk mendapatkan kesepakatan dalam

    memecahkan masalah.

    9) Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya

    dalam kelompok, dimana tiap kelompok hanya terdiri dari dua orang.

    10) Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil

    diskusinya dengan seluruh siswa sehingga ide yang ada menyebar.

    11) Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam

    proses pembelajaran.

    12) Memperbaiki kehadiran.

  • 34

    13) Sikap apatis berkurang.

    14) Penerimaan terhadap individu lebih besar.

    15) Hasil belajar lebih mendalam.

    16) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi.

    b. Kekurangan Think-Pair-Share

    Kekurangan think-pair-share sebagai berikut:

    1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.

    2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.

    3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.

    4) Lebih sedikit ide yang muncul.

    5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah.

    6) Menggantungkan pada pasangan.

    7) Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan

    pelaksanaannya.

    8) Metode pembelajaran think-pair-share belum banyak diterapkan di

    sekolah.

    9) Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu

    pembelajaran berlangsung guru melakukan intervensi secara

    maksimal.

    10) Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang

    sesuai dengan taraf berfikir anak.

    11) Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara

    mendengarkan ceramah diganti dengan belajar berfikir memecahkan

    masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi

    siswa.

    12) Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya

    rendah dan waktu yang terbatas.

    13) Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.

    14) Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling

    mengganggu antar siswa karena siswa baru tahu metode TPS.

  • 35

    D. Penelitian Yang Relevan

    Berbagai penelitian telah dilakukan guna membuktikan keefektifan

    pendekatan pembelajaran kooperatif metode think-pair-share dalam

    meningkatkan pemahaman, motivasi, prestasi maupun hasil belajar siswa di

    sekolah. Salah satunya adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Muhammad

    Adib yang mengangkat judul: Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan

    Metode Think-pair-share Dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata

    Pelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab.

    Kediri. Kesimpulan yang didapat dari penelitian tersebut bahwa Adanya

    peningkatan prestasi belajar siswa dapat di ketahui dengan meningkatnya aspek

    afektif, kognitif dan psikomotorik masing-masing siswa. Dari hasil kegiatan

    pembelajaran yang telah dilakukan selama dua siklus, dan berdasarkan seluruh

    pembahasan serta analisa yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1. Penerapan Pembelajaran Kooperatif dengan metode think-pair-share

    memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.

    Ditunjukkan dengan meningkatnya aspek kognitif masing-masing siswa.

    2. Penerapan Pembelajaran koperatif dengan metode think-pair-share sangat

    efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, hal ini ditunjukkan dengan

    adanya peningkatan hasil belajar siswa serta meningkatnya aspek afektif dan

    psikomotorik siswa pada setiap siklus.41

    Selain itu penelitian yang dilaksanakan oleh Meylany Pemugari yang

    mengangkat judul: Penerapan Metode Think-pair-share Untuk Meningkatkan

    Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3

    Margasari-Tegal. Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakannya maka dapat

    diambil kesimpulan bahwa berdasarkan data hasil pengamatan dengan lembar

    observasi didapatkan hasil sebelum dan sesudah penerapan metode think-pair-

    share keaktifan siswa sebesar 32% dengan kategori rendah, pada siklus I

    meningkat sebesar 31% dimana pada siklus I keaktifan belajar siswa menjadi

    41

    Muhammad Adib, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Dengan metode Think-Pair-

    Share dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama

    Islam Kelas IV SDN Manggis I Ngancar Kab. Kediri, Skripsi S1 UIN Malang. (Malang: 2010), h.

    106, tidak dipublikasikan.

  • 36

    63%, dan pada siklus II terjdi peningkatan sebesar 19 % sehingga keaktifan

    belajar siswa menjadi 82%. Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan dengan

    penerapan metode think-pair-share keaktifan belajar siswa meningkat.42

    Penelitian lain yang dilakukan oleh Richard Hamonangan Saragih, yang

    berjudul Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share Dalam Meningkatkan

    Minat Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran PKn Di Kelas X SMA Negeri 1 Raya

    Kahean Tahun Pelajaran 2011/2012. Berdasarkan hasil penelitian dan

    pembahasan, maka dapat disimpulkan:

    1. Model pembelajaran Think Pair Share merupakan model pembelajaran yang

    bersifat diskusi kelompok, dimana siswa diberi waktu untuk berfikir sehingga

    strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir

    siswa. Guru juga memberikan kesempatan siswa untuk menjawab dengan

    asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan

    hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat di diskusikan dan dicari

    pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk satu konsep.

    2. Penerapan model pembelajaran think pair share dapat meningkatkan minat

    belajar pada mata pelajaran PKn kelas X-I di SMA Negeri 1 RayaKahean

    Kabupaten Simalungun Tahun Pelajaraan 2011/2012, hal ini dapat dilihat

    pada siklus I hasil belajar yang diperoleh (tuntas) sebesar 22 siswa atau

    62,29% (lampiran 7), sedangkan pada siklus terdapat peningkatan yang cukup

    signifikan yaitu hasil belajar siswa yang diperoleh sebesar 30 siswa atau

    83,33% (lampiran 9). Jadi peningkatan dari siklus I ke siklus II adalah sebesar

    23,28%

    3. Disamping dapat meningkatkan minat belajar siswa, penerapan model

    pembelajaran Think Pair Share ini juga dapat meningkatkan aktivitas belajar

    siswa. Hal ini terlihat dari tingkat kerjasama siswa dan kreatifitas siswa dalam

    42

    Meylany Pemugari, Penerapan Metode Think-Pair-Share Untuk Meningkatkan

    Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Teori PKK Di SMP Negeri 3 Margasari Tegal,

    Skripsi S1 Universitas Yogyakarta. (Yogyakarta: 2012), h. 65, tidak dipublikasikan.

  • 37

    menyampaikan pendapat dan bertanya berdiskusi dalam kelas mencapai 30

    siswa atau 83% (kriteria sangat baik dan baik).43

    E. Kerangka Berfikir

    Belajar merupakan sebuah proses pengembangan pengetahuan,

    keterampilan dan sikap yang terjadi manakala seseorang melakukan interaksi

    secara intensif dengan sumber-sumber belajar. Sumber belajar tersebut bisa dari

    buku ataupun sumber lainnya. Proses belajar yang baik senantiasa menghasilkan

    hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar yang didapat oleh siswa berupa

    kemampuan-kemampuan tertentu yang diperoleh dari proses belajar. Penelitian ini

    lebih fokus menyoroti hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn. Mata

    pelajaran PKn merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia dalam

    upaya memenuhi kebutuhan hidupnya. Jadi hasil belajar mata pelajaran PKn yaitu

    hasil belajar PKn merupakan hasil yang dicapai siswa berupa kemampuan-

    kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar PKn.

    Hasil belajar tersebut tak luput dari faktor-faktor yang mempengaruhinya.

    Faktor tersebut bisa bersifat dari diri siswa itu sendiri atau dari luar seperti halnya

    lingkungan, sekolah, kelengkapan sarana, bahan ajar, kualitas pengajaran, dan

    lain-lain.

    Untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimal maka kualitas pengajaran

    harus dilakukan secara matang. Mengacu pada tujuan KTSP bahwa pengajaran

    yang berbasis KTSP harus lebih mengutamakan peran aktif siswa. Peran aktif

    siswa tersebut bisa digali dengan menggunakan model-model pengajaran yang

    bervariatif. Sering kali guru melakukan pengajaran secara konvensional. Hal itu

    akan membuat siswa merasa jenuh, selain itu siswa tidak bisa berperan aktif

    karena yang lebih berperan aktif di sini yaitu guru (teacher oriented).

    43

    Richard Hamonangan Saragih, Penerapan Model Pembelajaran Think Pair Share