37
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN JONI RASMANTO Unsur Indeks Kepuasan Masy arakat • Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dlm Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yg kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yg “relevan, valid & reliable 1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; 2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis & administratif yg diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya; 3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya); 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku; 5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan; 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas dlm memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; 7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan golongan/status masyarakat yg dilayani; 9. Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling menghargai & menghormati;

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANANJONI RASMANTO

Unsur Indeks Kepuasan Masy arakat• Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dlm Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yg kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yg “relevan, valid & reliable

1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; 2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis & administratif yg diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya;

3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya); 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku;

5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan; 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas dlm memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; 7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;

8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan golongan/status masyarakat yg dilayani; 9. Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling menghargai & menghormati;

10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan; 11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yg dibayarkan dengan biaya yg telah ditetapkan; 12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dgn ketentuan yg telah ditetapkan;

13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana & prasarana pelayanan yg bersih, rapi & teratur sehingga dpt memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; 14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yg digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yg diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NO KEP/ 25/ M. PAN /2/2004 TAN GGAL 24 FEBRU ARI 2004 TEN TAN G PEDO MAN UMU M PEN YU

Page 2: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

SU NAN INDEK S K EPU ASAN MASY AR AKAT UNIT PEL AY ANAN INSTA NSI PEME RINTA H

• Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat sebagaimana tersebut dlm Lampiran Keputusan ini merupakan bagian yg tidak terpisahkan dari keputusan ini & digunakan sebagai acuan bagi unit pelayanan instansi pemerintah dlm melakukan penyusunan indeks kepuasan masyarakat.

• Untuk mengetahui perkembangan kinerja unit pelayanan, Instansi Pemerintah perlu melakukan kegiatan penyusunan indeks kepuasan masyarakat secara periodik terhadap unit pelayanan di lingkungan instansi pemerintah.

• Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dlm menyusun indeks kepuasan masyarakat, dgn tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dlm rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dpt digunakan sebagai gambaran ttg kinerja pelayanan unit yg bersangkutan.

• Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data & informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yg diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif & kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dgn membandingkan antara harapan dan kebutuhannya

Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; 2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yg diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya;

3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya); 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku;

5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan; 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas dlm memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;

7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan golongan/status masyarakat yg dilayani;

9. Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling menghargai dan menghormati;

Page 3: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yg ditetapkan oleh unit pelayanan;

11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan; 12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;

13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana & prasarana pelayanan yg bersih, rapi & teratur sehingga dpt memberikan rasa nyaman kpd penerima pelayanan; 14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yg digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yg diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.

PENGUKURAN KEPUASAN PASIEN• SARANA FISIK• Indra penglihatan

• KEHANDALAN• Kemampuan pelayanan • Kualitas pelayanan

• KETANGGAPAN• Kecepatan pelayanan

• JAMINAN/KEYAKINAN• Rasa percaya

• KEPEDULIAN• Perlakuan komunikasi

METODE PENGUKURANKottler, 1993.

• Sistem keluhan dan saran • Ghost shoping• Pemburu berita “keluhan”

• Kotak saran, penyediaan hotline

• Lost Customer Analysis

• Survey Kepuasan Pelanggan

• Analisa status “DO” atau “Unmet Need” • Kuisioner, checklist, wawancara

PELUANGKUADRAN IV KUADRAN I

Page 4: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

KELEMAHAN INTERNALKUADRAN III

KEKUATAN INTERNALKUADRAN II

ANCAMAN

• Kuadran I (strengths-opportunities strategy), strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dgn memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut & memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, • Kuadran II (strengths-threats strategy), strategi yg menggunakan kekuatan organisasi untuk mengatasi ancaman,

• Kuadran III (weaknesses-opportunities strategy), strategi yg memanfaatkan peluang yg ada dgn cara meminimalkan kelemahan yg ada, & • Kuadran IV (weaknesses-threats strategy), strategi ini didasarkan pada kegiatan yg bersifat strategi defensif & berusaha meminimalkan kelemahan yg ada & menghindari ancaman (Rangkuti, 1999).

PELAKSANAANa. Adanya komitmen untuk mutu; b. Meningkatkan mutu pelayanan & asuhan pasien secara berkesinambungan; c. Memberikan pelayanan dgn pendekatan yg berfokus pada pasien; d. Mencegah clinical medical errror;

Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik• Melakukan kajian & pengembangan ttg sistem manajemen publik dlm mewujudkan Good Governance di pusat & daerah; • Mengembangkan sistem informasi dlm meningkatkan pelayanan publik; • Melakukan kajian & penyusunan RPP & Keppres di bidang kepegawaian; • Melakukan deregulasi & debirokratisasi di bidang pelayanan publik; • Melakukan korporatisasi unit pelayanan publik (inventarisasi & pemetaan fungsi-fungsi pelayanan publik);

• Melakukan sosialisasi penerapan jaringan teknologi informasi elektronik pada instansi pemerintah pusat & daerah (E-Government); • Mengembangkan memanfaatkan E-Government bagi instansi pelayanan publik (menfasilitasi dlm rangka optimalisasi pemanfaatan E-Government, termasuk sarana & prasarananya; membudayakan pemanfaatan komputer telekomunikasi di lingkungan pemerintah); • Meningkatkan partisipasi masyarakat dlm pelayanan publik (melibatkan masyarakat/LSM dlm penilaian pengawasan kinerja pelayanan instansi pemerintah; menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai pelayanan publik; menerapkan pedoman indeks kepuasan masyarakat); • Menerapkan sistem penghargaan pengenaan sanksi bagi unit kerja pelayanan publik (menetapkan pedoman pemberian penghargaan; meningkatkan partisipasi masyarakat dlm penilaian unit pelayanan); • Meningkatkan sarana & prasarana untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan;

• Menetapkan standar pelayanan publik/ pelayanan minimal oleh pemerintah pusat; • Menyusun RUU tentang Pelayanan Publik; • Mengembangkan unit pelayanan terpadu; • Melakukan inventarisasi & pemetaan fungsifungsi pelayanan publik; • Melakukan pembinaan sistem kebijakan kearsipan nasional di instansi pemerintah pusat & daerah; • Melanjutkan

Page 5: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

pelaksanaan akuisisi nasional arsip orde baru & kabinet reformasi; & • Meningkatkan penerapan budaya kerja aparatur negara.

PEMERIKSAAN• Root Cause Analityc • Fish Bone • Audit

PERBAIKAN• • • • • • Learning by doing Improvement Do not legal action Reward and funishment TQM Up date ketrampilan & ilmu pengetahuan • Survei Kepuasan Pelanggan • dll

MUTU• Tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yg sedang diamati • Sifat yang dimiliki oleh suatu program • Totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang & jasa yg didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan pengguna • Kepatuhan terhadap standar yg telah ditetapkan

PENILAIAN MUTU• • • • Identifikasi masalah Penentuan prioritas masalah Pernyataan masalah Pembentukan kelompok pemecah masalah • Memahami proses lokasi masalah • Penentuan penyebab masalah • Pengumpulan data penyebab masalah

• Penentuan penyebab masalah terpilih • Penentuan alternatif pemecahan masalah • Penentuan pemecahan masalah terpilih • Penyusunan rencana pemecahan masalah • Penerapan pemecahan masalah • Pemantauan & evaluasi

Monitoring & Meningkatkan Pelayanan:a. Konsultasi yg melibatkan pasien; b. Manajemen resiko klinis; c. Audit medis; d. Riset & efektivitas; e. Pengorganisasian & manajemen staf medis; f. Pendidikan, pelatihan & pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD); g. Memanfaatkan informasi tentang pengalaman, proses & outcome;

OBSERVASI• Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung (Bimo Walgito, 1987:54) • Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah (Djumhur, 1985:51). • Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat (depdikbud:1975:50):• • • • • dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu. direncanakan secara sistematis. hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya. dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya. bersifat kwantitatif.

WAWANCARA• Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. • Dlm proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi

Page 6: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. • Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai jawabanjawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) .

DOKUMEN• Sebuah dokumen: sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas & informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokumen

• Dokumen, naskah. • Dokumen ini terdiri dlm dua bentuk, yg pertama dlm bentuk hardcopy, dan kedua dlm bentuk softcopy. • Hardcopy biasanya dlm bentuk hasil cetakan, seperti yg biasa kita lihat pada kertas misalnya. • Sedangkan softcopy, adalah dlm bentuk yg tidak bisa dilihat oleh manusia secara langsung, melalui alat bantu, seperti penyimpanan data pada file di disket, sehingga dokumen tersebut bisa dilihat dgn bantuan komputer.

• Menulis: suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pd suatu media dgn menggunakan aksara. • biasa dilakukan pd kertas dgn menggunakan alatalat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dgn menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pd zaman Mesir Kuno. • Tulisan dgn aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pd tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dgn huruf-huruf hieroglif yg mewakili kata-kata atau benda. • Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yg menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.

KONSEP PDCA• Plan • Do • Check • Action

REKAM MEDIK• sebagai “ Keterangan tertulis & terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, radiologi, diagnosa & terapi “, yg bertujuan menunjang tercapainya tertib adm dlm rangka upaya peningkatan yankes, pemantapan perencanaan & mendukung aspek medicolegal di unit pelayanan. • Isi : mrpkn dokumen resmi yg mencatat semua yankes di unit pelayanan & sangat bermanfaat bagi aspek administrasi, medis, hukum, keuangan, penelitian, pendidikan, dokumentasi, perencanaan serta pemanfaatan sumber daya.

• • • • •

DASAR HUKUM REKAM MEDIK

Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992: Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No 100 Tambahan Lembaran Negara No 3495); Undang-undang Nomor 29 tahun 2004: Praktek Kedokteran Permenkes: 749a/MenKes/PER/XII/1989: Rekam Medik Pedoman Pengelolaan

Page 7: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Rekam Medik di Rumah Sakit Permenkes: 575/ MENKES/PER/IX/89 Tahun 1989: Persetujuan Tindakan Medik

UNTUK AMANNYA• TULISLAH APA YANG DIKERJAKAN, dan • KERJAKAN APA YANG TERTULIS

makalah organisasi dan manajemen kebidanan BAB I

PENDAHULUAN

Abstrak

Bidan dalam pelayanan kbidanan mempunyai peranan penting dalam

menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi

asuhan kebidanan .Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang

tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial .Di tengah

masyarakat ,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan

mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak

sehat .Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga

dan masyarakat .Oleh karena itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen

agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam

pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak

.

Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan

sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori

ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis

untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-

langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam

semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam

tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Page 8: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan

maka,dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain

tentang: langkah langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan

dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort

Ibu ,bayi , balita, dan PWS KIA) .

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Manajemen Pelayanan Kebidanan

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan

pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada

klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan

pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen

kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan

kepada pasien.

Defenisi operasional:

Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam

memberikan pelayanan kebidanan.

Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.

Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.

Ada diagnosa kebidanan.

Ada rencana asuhan kebidanan .

Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan

Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.

Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.

Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.

Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.

Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada

umumnya.Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu

Page 9: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

perencanaan,pengorganisasian , pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi

dan evaluasi).

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap

dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.

Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :

1.Anamnesa

Biodata

Riwayat Menstruasi

Riwayat Kesehatan

Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas

Biopsikospiritual

Pengetahuan Klien

2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital

3.Pemeriksaan Khusus

Inspeksi

Palpasi

Auskultasi

Perkusi

4.Pemeriksaan penunjang

Laboratorium

Catatan terbaru dan sebelumnya

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam

manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi

Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua

sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal

yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap

dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut)

karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau

pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen

dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada

dokter.

Langkah II : Interpretasi Data Dasar

Page 10: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah

berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang

telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan

masalah yang spesifik.

Diagnosa Kebidanan

Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup

praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.

Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :

1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi

2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan

3.Memiliki cirri khas kebidanan

4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan

5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat

didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah

sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai

diagnosa.

Sebagai contoh :

Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”

Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya

Contoh lain :

Wanita hamil Trimester III

Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda

lagi

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa

kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan

pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa

takut.

Masalah

Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil

pengkajian atau yang menyertai

Contoh perumusan masalah :

Masalah Dasar

Page 11: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil

Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan

masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data

Contoh kebutuhan :

Kebutuhan Dasar

Ibu menyenangi Binatang

Kebutuhan :

Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan

Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain

berdasarkan rangkaian

masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan

antisipasi, bila

memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan

dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada

langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus

mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan

tersebut, misalnya:

o Besar dari masa kehamilan

oIbu dengan diabetes kehamilan, atau

oKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya

dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum

yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.

Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-

siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk

resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita

infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya

peningkatan partus premature atau bayi kecil.

Page 12: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat

kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap

simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran

kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan

Penanganan Segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk

dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain

sesuai dengan kondisi klien.

Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen

kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau

kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin

mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk

kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau

perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).

Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan

tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang

dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan

kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter

.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan

panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan

perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi

atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,

ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan

harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa

konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-

langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap

diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini

informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Page 13: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah

teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga

dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang

diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,

dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan

sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.

Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal

yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah

disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat

dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan

rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah

merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama

klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.

Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus

rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date

serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.

Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan

pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar

yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang

lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan

pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias

dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian

lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan

sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.

(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).

Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien

yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan

bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan

bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat

waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi

Page 14: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah

diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah

terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam

masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang

benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana

tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.

B.Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.

Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari

administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:

Input

Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan

kesehatan .Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga ,dana dan

sarana .Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan

kualitas.tidak sesuai standar yang ditetapkan ,serta jika dana yang tersedia

tidak sesuai dengan kebutuhan ,maka sulitlah diharapkan bermutunya

pelayanan kesehatan .

Proses

Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan

kesehatan .Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni

tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila

kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka

sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.

Output

Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan

Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek

medis pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan

kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak

sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan

kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.

C.Pemantauan pelayanan Kebidanan

Kohort Ibu dan Balita

Pengertian

Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,

neonatal, bayi dan balita.

Page 15: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Tujuan

Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang

terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.

Jenis registor kohort

1. Register kohort ibu

Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan

bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir

sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun

bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih

difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya

duplikasi informasi.

2. Register kohort bayi

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk

neonatal.

3. Register kohort balita

Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan

sampai dengan 5 tahun

Cara pengisian kohort Ibu

kolom

1. Diisi nomer urut

2. Diisi nomer indeks dari famili folder

3. Diisi nama ibu hamil

4. Diisi nama suami ibu hamil

5. Diisi alamat ibu hamil

6. Diisi umur ibu hamil

7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam

minggu/tanggal HPL

8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun

atau lebih dari 35 tahun

9. Paritas diisi Gravidanya

10. Diisi bila jarak kahamilan <>

11. Diisi bila BB ibu <>

12. Diisi bila TB ibu <>

Page 16: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

13. sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil

dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya

18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil

dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan

19. Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh

Non NAKES.

20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.

23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai

berikut :

K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada

kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung

juga akses dengan rambu-rambu ◙

.K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.

Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan

rambu-rambu Δ

Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan

Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan

pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi

agar tidak kehilangan K4.

Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir

kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan

penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses

apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas

Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak

memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ

35. Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga

kesehatan

36. Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.

37. Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus

38. Diisi lahir mati

39. Diisi BB bila BBL <>

40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram

41. Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat

42. Dijelaskan sakitnya

Page 17: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

43. Diisi sebab kematiaannya

44. Diisi v (rumput)

45. Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan

Cara pengisian kohort Bayi.

Kolom

1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan

nornor urut ibu pada register kohort ibu.

2. Disi nomor indeks dari Family Folder

3. sd 7 jelas

8. Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sd 10 diisi tanggal

pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan

11. Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan

12. sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu :

N = naik,

T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis

merah

24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi

36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.

37.Diisi penyebab kematian bayi tersebut

38. Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.

Cara pengisian kohort Balita

Kolom

1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan

nomor urut ibll pada register kohort ibu

2. Disi nomor indeks dari Family Folder

3. sd 7 jelas

8. sd 31 dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32

sd 35 diisi

tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus

36. Diisi tanggal bila ditemkan sakit

37. Diisi penyebab sakit

38. Diisi tanngal meninggal

39. Diisi sebab meninggal

40. Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang

Page 18: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

41. Diisi jenis kelainan tumbuh kembang.

42. Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.

PWS KIA

Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut

dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat

manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di

suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat

dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan

pelayanan KIA nya masih rendah.

Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan

komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang

berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan

pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga

semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada

akhimya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.

Pendataan Sasaran

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen

yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena

merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari

masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi

serta Tokoh masyarakat.

Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin,

neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang

ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun

bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort

yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki

puskesmas.

Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas

dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap

individu yang ada didaerah tersebut.

Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa

memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil

lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa

ibu dan anak yang dikandung.

Page 19: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator

cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk

kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan

cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal tahun1990-an telah

digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak

(PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan adanya PWS KIA ,data

cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari

semua propinsi.

Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi

gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa

mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari

5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator

outcome .Indikator tersebut antara lain :

Cakupan penanganan kasus obstetri

Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.

Jumlah kematian absolut

Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan

PONED.

Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu

wilayah.

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan

pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan

kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan

anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang

dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan

evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang

lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,

setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas

tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Page 20: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu:

input,poses dan outcome.

Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh

komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat

bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui

situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya

masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.

Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau

berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA)

B.Kritik dan Saran

Sebaiknya buku buku yang di perpustakaan fakultas ilmu kesehatan agar

di tambah lebih banyak lagi ,karena kami mengalami kesulitan dalam

mencari referensi.

Bagi teman – teman agar lebih aktif dalam mengerjakan tugas

perkuliahan .

Bagi dosen ,agar kami diberi waktu yang lebih lama dalam menyusun

sehingga tidak terburu buru.

DAFTAR PUSTAKA

Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor

369/MENKES/SK/III/2007 tentang profesi bidan .

Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan

Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Simatupang,Erna Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan

Kebidanan.Jakarta;EGC.

Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.

MANAJEMEN KEBIDANAN Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)

Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka

Page 21: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.

Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM) tahun 1999

1.Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik2.Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar3.Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien4.Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya5.membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien6.Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual7.Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya8.Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal9.Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan

SASARAN MANAJEMEN KEBIDANANBidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakn asuhan dan pelayanan kebidanan.Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu, akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat dicapai.Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.

Page 22: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Langkah-langkah

I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhanII.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalahIII.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannyaIV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klienV.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnyaVI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan amanVII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif

Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien.Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari setiap langkah :

Langkah I : Pengumpulan Data DasarPada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :1.AnamnesaBiodataRiwayat MenstruasiRiwayat KesehatanRiwayat Kehamilan, Persalinan & NifasBiopsikospiritualPengetahuan Klien2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital3.Pemeriksaan KhususInspeksiPalpasiAuskultasiPerkusi4.Pemeriksaan penunjangLaboratoriumCatatan terbaru dan sebelumnya

Page 23: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasiPada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.

Langkah II : Interpretasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.

Diagnosa KebidananDiagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan.Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan3.Memiliki cirri khs kebidanan4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan

Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.Sebagai contoh :Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya

Contoh lain :Wanita hamil Trimester IIIMerasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi

Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.

Masalah

Page 24: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai

Contoh perumusan masalah :Masalah DasarWanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamilIbu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan

Kebutuhan

Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data

Contoh kebutuhan :

Kebutuhan DasarIbu menyenangi Binatang

Kebutuhan :Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilanPemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang

Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial

Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.

Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:oBesar dari masa kehamilanoIbu dengan diabetes kehamilan, atauoKehamilan kembar

Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya

Page 25: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.

Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.

Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.

Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan

Page 26: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.

Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.

Langkah VII : Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja

Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif. Dalam pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk SOAP.

Page 27: PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANAN

S: Data SubyektifData dari pasien yang didapat dari anamnesa

O: ObyektifHasil Pemeriksaan Fisik serta diaagnostik dan pendukung lain, juga catatan medis lain

A: Assasment (Analisa dan Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan)1. Diagnosa2. Antisipasi Diagnosa / masalah potensial3. Perlunya tindakan segera

P: Planning / PerencanaanMerupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan.Evaluasi didalamnya ternasuk :1.Asuhan Mandiri2.Kolaborasi3.Tes Diagnostik / Lab4.Konseling5.Follow up