Upload
butet-daulay
View
1.281
Download
16
Embed Size (px)
Citation preview
PENILAIAN MUTU PELAYANAN KEBIDANANJONI RASMANTO
Unsur Indeks Kepuasan Masy arakat• Berdasarkan prinsip pelayanan sebagaimana telah ditetapkan dlm Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003, yg kemudian dikembangkan menjadi 14 unsur yg “relevan, valid & reliable
1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; 2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis & administratif yg diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya;
3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya); 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku;
5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan; 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas dlm memberikan/menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat; 7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan;
8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan golongan/status masyarakat yg dilayani; 9. Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling menghargai & menghormati;
10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan; 11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yg dibayarkan dengan biaya yg telah ditetapkan; 12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dgn ketentuan yg telah ditetapkan;
13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana & prasarana pelayanan yg bersih, rapi & teratur sehingga dpt memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan; 14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yg digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yg diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NO KEP/ 25/ M. PAN /2/2004 TAN GGAL 24 FEBRU ARI 2004 TEN TAN G PEDO MAN UMU M PEN YU
SU NAN INDEK S K EPU ASAN MASY AR AKAT UNIT PEL AY ANAN INSTA NSI PEME RINTA H
• Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat sebagaimana tersebut dlm Lampiran Keputusan ini merupakan bagian yg tidak terpisahkan dari keputusan ini & digunakan sebagai acuan bagi unit pelayanan instansi pemerintah dlm melakukan penyusunan indeks kepuasan masyarakat.
• Untuk mengetahui perkembangan kinerja unit pelayanan, Instansi Pemerintah perlu melakukan kegiatan penyusunan indeks kepuasan masyarakat secara periodik terhadap unit pelayanan di lingkungan instansi pemerintah.
• Pedoman Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat dimaksudkan sebagai acuan bagi Unit Pelayanan instansi pemerintah dlm menyusun indeks kepuasan masyarakat, dgn tujuan untuk mengetahui tingkat kinerja unit pelayanan secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan kebijakan dlm rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, Indeks Kepuasan Masyarakat dpt digunakan sebagai gambaran ttg kinerja pelayanan unit yg bersangkutan.
• Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM) adalah data & informasi tentang tingkat kepuasan masyarakat yg diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif & kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan publik dgn membandingkan antara harapan dan kebutuhannya
Unsur Indeks Kepuasan Masyarakat1. Prosedur Pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yg diberikan kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan; 2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yg diperlukan untuk mendapatkan pelayanan sesuai dgn jenis pelayanannya;
3. Kejelasan Petugas Pelayanan, yaitu keberadaan & kepastian petugas yg memberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan & tanggung jawabnya); 4. Kedisiplinan Petugas Pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dlm memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yg berlaku;
5. Tanggung Jawab Petugas Pelayanan, yaitu kejelasan wewenang & tanggung jawab petugas dlm penyelenggaraan & penyelesaian pelayanan; 6. Kemampuan Petugas Pelayanan, yaitu tingkat keahlian & ketrampilan yg dimiliki petugas dlm memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada masyarakat;
7. Kecepatan Pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dpt diselesaikan dlm waktu yg telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan; 8. Keadilan mendapatkan Pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dgn tidak membedakan golongan/status masyarakat yg dilayani;
9. Kesopanan & Keramahan Petugas, yaitu sikap & perilaku petugas dlm memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan & ramah serta saling menghargai dan menghormati;
10. Kewajaran Biaya Pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yg ditetapkan oleh unit pelayanan;
11. Kepastian Biaya Pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan; 12. Kepastian Jadwal Pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan;
13. Kenyamanan Lingkungan, yaitu kondisi sarana & prasarana pelayanan yg bersih, rapi & teratur sehingga dpt memberikan rasa nyaman kpd penerima pelayanan; 14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yg digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko yg diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.
PENGUKURAN KEPUASAN PASIEN• SARANA FISIK• Indra penglihatan
• KEHANDALAN• Kemampuan pelayanan • Kualitas pelayanan
• KETANGGAPAN• Kecepatan pelayanan
• JAMINAN/KEYAKINAN• Rasa percaya
• KEPEDULIAN• Perlakuan komunikasi
METODE PENGUKURANKottler, 1993.
• Sistem keluhan dan saran • Ghost shoping• Pemburu berita “keluhan”
• Kotak saran, penyediaan hotline
• Lost Customer Analysis
• Survey Kepuasan Pelanggan
• Analisa status “DO” atau “Unmet Need” • Kuisioner, checklist, wawancara
PELUANGKUADRAN IV KUADRAN I
KELEMAHAN INTERNALKUADRAN III
KEKUATAN INTERNALKUADRAN II
ANCAMAN
• Kuadran I (strengths-opportunities strategy), strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran organisasi yaitu dgn memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut & memanfaatkan peluang sebesar-besarnya, • Kuadran II (strengths-threats strategy), strategi yg menggunakan kekuatan organisasi untuk mengatasi ancaman,
• Kuadran III (weaknesses-opportunities strategy), strategi yg memanfaatkan peluang yg ada dgn cara meminimalkan kelemahan yg ada, & • Kuadran IV (weaknesses-threats strategy), strategi ini didasarkan pada kegiatan yg bersifat strategi defensif & berusaha meminimalkan kelemahan yg ada & menghindari ancaman (Rangkuti, 1999).
PELAKSANAANa. Adanya komitmen untuk mutu; b. Meningkatkan mutu pelayanan & asuhan pasien secara berkesinambungan; c. Memberikan pelayanan dgn pendekatan yg berfokus pada pasien; d. Mencegah clinical medical errror;
Program Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik• Melakukan kajian & pengembangan ttg sistem manajemen publik dlm mewujudkan Good Governance di pusat & daerah; • Mengembangkan sistem informasi dlm meningkatkan pelayanan publik; • Melakukan kajian & penyusunan RPP & Keppres di bidang kepegawaian; • Melakukan deregulasi & debirokratisasi di bidang pelayanan publik; • Melakukan korporatisasi unit pelayanan publik (inventarisasi & pemetaan fungsi-fungsi pelayanan publik);
• Melakukan sosialisasi penerapan jaringan teknologi informasi elektronik pada instansi pemerintah pusat & daerah (E-Government); • Mengembangkan memanfaatkan E-Government bagi instansi pelayanan publik (menfasilitasi dlm rangka optimalisasi pemanfaatan E-Government, termasuk sarana & prasarananya; membudayakan pemanfaatan komputer telekomunikasi di lingkungan pemerintah); • Meningkatkan partisipasi masyarakat dlm pelayanan publik (melibatkan masyarakat/LSM dlm penilaian pengawasan kinerja pelayanan instansi pemerintah; menindaklanjuti pengaduan masyarakat mengenai pelayanan publik; menerapkan pedoman indeks kepuasan masyarakat); • Menerapkan sistem penghargaan pengenaan sanksi bagi unit kerja pelayanan publik (menetapkan pedoman pemberian penghargaan; meningkatkan partisipasi masyarakat dlm penilaian unit pelayanan); • Meningkatkan sarana & prasarana untuk mendukung peningkatan kualitas pelayanan;
• Menetapkan standar pelayanan publik/ pelayanan minimal oleh pemerintah pusat; • Menyusun RUU tentang Pelayanan Publik; • Mengembangkan unit pelayanan terpadu; • Melakukan inventarisasi & pemetaan fungsifungsi pelayanan publik; • Melakukan pembinaan sistem kebijakan kearsipan nasional di instansi pemerintah pusat & daerah; • Melanjutkan
pelaksanaan akuisisi nasional arsip orde baru & kabinet reformasi; & • Meningkatkan penerapan budaya kerja aparatur negara.
PEMERIKSAAN• Root Cause Analityc • Fish Bone • Audit
PERBAIKAN• • • • • • Learning by doing Improvement Do not legal action Reward and funishment TQM Up date ketrampilan & ilmu pengetahuan • Survei Kepuasan Pelanggan • dll
MUTU• Tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yg sedang diamati • Sifat yang dimiliki oleh suatu program • Totalitas dari wujud serta ciri dari suatu barang & jasa yg didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman atau pemenuhan kebutuhan pengguna • Kepatuhan terhadap standar yg telah ditetapkan
PENILAIAN MUTU• • • • Identifikasi masalah Penentuan prioritas masalah Pernyataan masalah Pembentukan kelompok pemecah masalah • Memahami proses lokasi masalah • Penentuan penyebab masalah • Pengumpulan data penyebab masalah
• Penentuan penyebab masalah terpilih • Penentuan alternatif pemecahan masalah • Penentuan pemecahan masalah terpilih • Penyusunan rencana pemecahan masalah • Penerapan pemecahan masalah • Pemantauan & evaluasi
Monitoring & Meningkatkan Pelayanan:a. Konsultasi yg melibatkan pasien; b. Manajemen resiko klinis; c. Audit medis; d. Riset & efektivitas; e. Pengorganisasian & manajemen staf medis; f. Pendidikan, pelatihan & pengembangan profesi berkelanjutan (Continuing Professional Development/CPD); g. Memanfaatkan informasi tentang pengalaman, proses & outcome;
OBSERVASI• Observasi: suatu penyelidikan yg dijalankan secara sistematis & sengaja diadakan dgn menggunakan alat indra terutama mata terhadap kejadian-kejadian yg langsung (Bimo Walgito, 1987:54) • Observasi: suatu tehnik untuk mengamati secara langsung maupun tidak langsung gejala-gejala yg sedang /berlangsung baik di dlm (di luar) sekolah (Djumhur, 1985:51). • Observasi sebagai alat pengumpul data : pengamatan yg memiliki sifat-sifat (depdikbud:1975:50):• • • • • dilakukan sesuai dgn tujuan yg telah dirumuskan lebih dulu. direncanakan secara sistematis. hasilnya dicatat & diolah sesuai dgn tujuannya. dpt diperiksa validitas, reliabilitas & ketelitiannya. bersifat kwantitatif.
WAWANCARA• Kartono (1980: 171) interview (wawancara) : suatu percakapan yg diarahkan pd suatu masalah ttt; ini merupakan proses tanya jawab lisan, dimana 2 orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik. • Dlm proses interview terdapat 2 pihak dgn kedudukan yg berbeda. pertama berfungsi
sebagai penanya, disebut pula sebagai interviewer, lainnya berfungsi sebagai pemberi informasi (Information supplyer), interviewer atau informan. • Interviewer mengajukan pertanyaan-pertanyaan, meminta keterangan (penjelasan), sambil menilai jawabanjawabannya. Sekaligus ia mengadakan paraphrase (menyatakan kembali isi jawaban interviewee dgn kata-kata lain), mengingat-ingat & mencatat jawaban-jawaban. Disamping itu dia juga menggali keterangan-keterangan lebih lanjut & berusaha melakukan “probing” (rangsangan, dorongan) .
DOKUMEN• Sebuah dokumen: sebuah tulisan yg memuat informasi. Biasanya, dokumen ditulis di kertas & informasinya ditulis memakai tinta baik memakai tangan atau memakai media elektronikhttp://id.wikipedia.org/wiki/Dokumen
• Dokumen, naskah. • Dokumen ini terdiri dlm dua bentuk, yg pertama dlm bentuk hardcopy, dan kedua dlm bentuk softcopy. • Hardcopy biasanya dlm bentuk hasil cetakan, seperti yg biasa kita lihat pada kertas misalnya. • Sedangkan softcopy, adalah dlm bentuk yg tidak bisa dilihat oleh manusia secara langsung, melalui alat bantu, seperti penyimpanan data pada file di disket, sehingga dokumen tersebut bisa dilihat dgn bantuan komputer.
• Menulis: suatu kegiatan untuk menciptakan suatu catatan atau informasi pd suatu media dgn menggunakan aksara. • biasa dilakukan pd kertas dgn menggunakan alatalat seperti pena atau pensil. Pada awal sejarahnya, menulis dilakukan dgn menggunakan gambar, contohnya tulisan hieroglif (hieroglyph) pd zaman Mesir Kuno. • Tulisan dgn aksara muncul sekitar 5000 tahun lalu. Orang-orang Sumeria (Irak saat ini) menciptakan tanda-tanda pd tanah liat. Tanda-tanda tersebut mewakili bunyi, berbeda dgn huruf-huruf hieroglif yg mewakili kata-kata atau benda. • Kegiatan menulis berkembang pesat sejak diciptakannya teknik percetakan, yg menyebabkan orang makin giat menulis karena karya mereka mudah diterbitkan.
KONSEP PDCA• Plan • Do • Check • Action
REKAM MEDIK• sebagai “ Keterangan tertulis & terekam tentang identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, radiologi, diagnosa & terapi “, yg bertujuan menunjang tercapainya tertib adm dlm rangka upaya peningkatan yankes, pemantapan perencanaan & mendukung aspek medicolegal di unit pelayanan. • Isi : mrpkn dokumen resmi yg mencatat semua yankes di unit pelayanan & sangat bermanfaat bagi aspek administrasi, medis, hukum, keuangan, penelitian, pendidikan, dokumentasi, perencanaan serta pemanfaatan sumber daya.
• • • • •
DASAR HUKUM REKAM MEDIK
Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992: Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 No 100 Tambahan Lembaran Negara No 3495); Undang-undang Nomor 29 tahun 2004: Praktek Kedokteran Permenkes: 749a/MenKes/PER/XII/1989: Rekam Medik Pedoman Pengelolaan
Rekam Medik di Rumah Sakit Permenkes: 575/ MENKES/PER/IX/89 Tahun 1989: Persetujuan Tindakan Medik
UNTUK AMANNYA• TULISLAH APA YANG DIKERJAKAN, dan • KERJAKAN APA YANG TERTULIS
makalah organisasi dan manajemen kebidanan BAB I
PENDAHULUAN
Abstrak
Bidan dalam pelayanan kbidanan mempunyai peranan penting dalam
menurunkan angka kematian ibu dan anak dan sebagai ujung tombak pemberi
asuhan kebidanan .Dalam memberi asuhan bidan sebagai individu yang memegang
tanggung jawab terhadap tugas kliennya,bio-psiko sosial .Di tengah
masyarakat ,bidan juga berperan dalam memberi pendidikan kesehatan dan
mengubah prilaku masyarakat terhadap pola hidup dan gaya hidup yag tidak
sehat .Jadi tidak hanya memberi asuhan pada individu tapi juga terhadap keluerga
dan masyarakat .Oleh karena itu ,bidan harus mempunyai pendekatan manajemen
agar dapat mengorganisasikan semua unsur unsur yang terlibatdalam
pelayanannya dengan baik dalam rangka menuunkan angka kematian ibu dan anak
.
Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan
sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori
ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis
untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-
langkah tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa diaplikasikan dalam
semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam
tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Mengingat pentingnya seorang bidan menguasai manajemen kebidanan
maka,dalam makalah ini akan kami bahas tentang dasar dasarnyaantara lain
tentang: langkah langkah dalam manajemen pelayanan kebidanan,perencananaan
dalam pelayaanan kebidanan,dan pemantauan pelayanan kebidanan (kohort
Ibu ,bayi , balita, dan PWS KIA) .
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.Manajemen Pelayanan Kebidanan
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan kepada
klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan anak ,kepuasan
pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Pengelola pelayanan kebidanan memiliki standar asuhan/manajemen
kebidanan yang ditetapkan sebagai pedoman dalam memberikan pelayanan
kepada pasien.
Defenisi operasional:
Ada Standar Manajemen Asuhan Kebidanan (SMAK) sebagai pedoman dalam
memberikan pelayanan kebidanan.
Ada format manajemen kebidanan yang terdapat pada catatan medik.
Ada pengkajian asuhan kebidanan bagi setiap klien.
Ada diagnosa kebidanan.
Ada rencana asuhan kebidanan .
Ada dokumen tertulis tentang tindakan kebidnan
Ada catatan perkembangn klien dalam asuhan kebidanan.
Ada evaluasi dalam memberikan asuhan kebidanan.
Ada dokumentasi utuk kegiatan manajemen kebidanan.
Langkah Langkah dalam Manajemen Pelayanan Kebidanan.
Manajemen pelayanan kebidanan tentu saja mengambil sistem manajemen pada
umumnya.Dalam pelayanannya juga melaksanakan aktifitas manajemen yaitu
perencanaan,pengorganisasian , pengarahan ,kordinasi ,dan pengawasan (supervisi
dan evaluasi).
Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap
dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :
1.Anamnesa
Biodata
Riwayat Menstruasi
Riwayat Kesehatan
Riwayat Kehamilan, Persalinan & Nifas
Biopsikospiritual
Pengetahuan Klien
2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital
3.Pemeriksaan Khusus
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Perkusi
4.Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Catatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam
manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasi
Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua
sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal
yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap
dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut)
karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau
pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen
dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada
dokter.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah
berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang
telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan
masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup
praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosa kebidanan.
Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :
1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3.Memiliki cirri khas kebidanan
4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan
5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat
didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah
sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi
oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai
diagnosa.
Sebagai contoh :
Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”
Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :
Wanita hamil Trimester III
Merasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda
lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa
kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan
pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa
takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil
pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :
Masalah Dasar
Wanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamil
Ibu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan
masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan Dasar
Ibu menyenangi Binatang
Kebutuhan :
Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilan
Pemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain
berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan
antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan
dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada
langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus
mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan
tersebut, misalnya:
o Besar dari masa kehamilan
oIbu dengan diabetes kehamilan, atau
oKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya
dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum
yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.
Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-
siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk
resusitasi. Bidan juga sebaiknya waspada terhadap kemungkinan wanita menderita
infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya
peningkatan partus premature atau bayi kecil.
Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat
kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap
simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran
kencing terjadi.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan
Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk
dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain
sesuai dengan kondisi klien.
Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen
kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-
menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin
mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk
kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau
perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan
tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang
dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan
kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter
.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan
perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi
atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial,
ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan
harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa
konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-
langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap
diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini
informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah
teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga
dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang
diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling,
dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan
sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.
Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal
yang berkaitan dengan semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan
rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah
merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama
klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus
rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date
serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan
pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar
yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang
lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan
pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias
dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan
sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya.
(misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien
yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan
bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan
bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat
waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang
benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana
tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.
B.Perencanaan Dalam Manajemen Pelayanan kebidanan.
Perencanaan dalan manajemen pelayanan kebidanan merupakan bagian dari
administrasi kesehatan,yang mana terdiri atas 3 unsur pokok yaitu:
Input
Semua hal yang diperlukan untuk terselenggaranya suatu pelayanan
kesehatan .Unsur masukan yang terpenting adalah tenaga ,dana dan
sarana .Secara umum di sebutkan apabila tenaga dan sarana kuantitas dan
kualitas.tidak sesuai standar yang ditetapkan ,serta jika dana yang tersedia
tidak sesuai dengan kebutuhan ,maka sulitlah diharapkan bermutunya
pelayanan kesehatan .
Proses
Semua tindakan yang dilakukan pada waktu menyelenggarakan pelayanan
kesehatan .Tindakan tersebut dapat dibedakan atas dua macam,yakni
tindakan medis dan tindakan non medis .secara umum disebutkan apabila
kedua tindakan ini tidak sesuai dengan standar yang di tetapkan ,maka
sulitlah di harapkan bermutunya pelayanan kesehatan.
Output
Yaitu yang menunjuk pada penampilan (perfomance) pelayanan kesehatan
Penampilan daat di bedakan atas dua macam .Pertama ,penampilan aspek
medis pelayanan kesehatan .Kedua,penampilan aspek non medis pelayanan
kesehatan.Secara umum di sebutkan apabila kedua penampilan ini tidak
sesuai dengan standar yang telah di tetapkan maka berarti pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan bukan pelayanan kesehatan yang bermutu.
C.Pemantauan pelayanan Kebidanan
Kohort Ibu dan Balita
Pengertian
Register kohort adalah sumber data pelayanan ibu hamil, ibu nifas,
neonatal, bayi dan balita.
Tujuan
Untuk mengidentifikasi masalah kesehatan ibu dan neonatal yang
terdeteksi di rumah tangga yang teridentinfikasi dari data bidan.
Jenis registor kohort
1. Register kohort ibu
Register kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan
bersalin, serta keadaan/resiko yang dipunyai ibu yang di organisir
sedemikian rupa yang pengkoleksiaannya melibatkan kader dan dukun
bayi diwilayahnya setiap bulan yang mana informasi pada saat ini lebih
difokuskan pada kesehatan ibu dan bayi baru lahir tanpa adanya
duplikasi informasi.
2. Register kohort bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi, termasuk
neonatal.
3. Register kohort balita
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan balita, umur 12 bulan
sampai dengan 5 tahun
Cara pengisian kohort Ibu
kolom
1. Diisi nomer urut
2. Diisi nomer indeks dari famili folder
3. Diisi nama ibu hamil
4. Diisi nama suami ibu hamil
5. Diisi alamat ibu hamil
6. Diisi umur ibu hamil
7. Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dalam
minggu/tanggal HPL
8. Faktor resiko : diisi v ( rumput) untuk umur ibu kurang dari 20 tahun
atau lebih dari 35 tahun
9. Paritas diisi Gravidanya
10. Diisi bila jarak kahamilan <>
11. Diisi bila BB ibu <>
12. Diisi bila TB ibu <>
13. sd 17 Resiko tinggi : diiisi dengan tanggal ditemukan ibu hamil
dengan resiko tinggi, HB diperiksa dan ditulis hasil pemeriksaannya
18. Pendeteksian faktor resiko : diisi tanggal ditemukan ibu hamil
dengan resiko tinggi oleh tenaga kesehatan
19. Diisi diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi oleh
Non NAKES.
20. sd 22 diisi tanggal immunisasi sesuai dengan statusnya.
23. sd 34 diisi umur kehamilan dalam bulan kode pengisian sebagai
berikut :
K I :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan dimana saja pada
kehamilan I s/d 5 bulan dengan rambu-rambu O dan secara langsung
juga akses dengan rambu-rambu ◙
.K4 : Kunjungan ibu hamil yang keempat kalinya.
Untuk memperoleh K4 dapat memakai rumus 1-1–2 atau 0-2-2 dengan
rambu-rambu Δ
Perhatian: K4 tidak boleh rada usia kehamilan 7 bulan
Pada ibu hamil pertama kali kunjungan pada usia kehamilan 5 bulan
pada bulan berikutnya yaitu 6 bulan harus berkunjung atau dikunjungi
agar tidak kehilangan K4.
Pada ibu hamil yang awalnya periksa diluar kota, dan pada akhir
kehamilannya periksa di wilayah kita karena untuk melahirkan dan
penduduk setempat bisa mendapatkan K1, K4 dan sekaligus Akses
apabila ibu tersebut dapat menunjukan pemeriksaan dengan jelas
Akses :Kontak pertama kali dengan tenaga kesehatan tidak
memandang usia kehamilan dengan rambu-rambuΟ
35. Penolong Persalinan, diisi tanggal penolong persalinan tenaga
kesehatan
36. Diisi tanggal bila yang menolong bukan nakes.
37. Hasil akhir Kehamilan : Abortus diisi tanggal kejadian abortus
38. Diisi lahir mati
39. Diisi BB bila BBL <>
40. Diisi BB bila BBL > 2500 gram
41. Keadaan ibu bersalin,di beri tanda v bila sehat
42. Dijelaskan sakitnya
43. Diisi sebab kematiaannya
44. Diisi v (rumput)
45. Diisi apabila pindah, atau yang perlu diterangkan
Cara pengisian kohort Bayi.
Kolom
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disesuaikan dengan
nornor urut ibu pada register kohort ibu.
2. Disi nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7 jelas
8. Diisi angka berat bayi lahir dalam gram sd 10 diisi tanggal
pemeriksaan neonatal oleh tenaga kesehatan
11. Diisi tanggal pemeriksaan post neonatal oleh petugas kesehatan
12. sd 23 Diisi hasil penimbangan bayi dalam kg dan rambu gizi yaitu :
N = naik,
T = turun, R = Bawah garis titik¬ – titik (BGT), BGM = Bawah garis
merah
24. sd 35 Diisi tanggal bayi tersebut mendapat immunisasi
36.Diisi tanggal bayi ditemukan meninggal.
37.Diisi penyebab kematian bayi tersebut
38. Diisi bila bayi pindah atau ada kolom yang perlu keterangan.
Cara pengisian kohort Balita
Kolom
1. Diisi nomor urut. Sebaiknya nomor urut bayi disestiaikan dengan
nomor urut ibll pada register kohort ibu
2. Disi nomor indeks dari Family Folder
3. sd 7 jelas
8. sd 31 dibagi 2, diisi hasil penimbangan dalam kg dan rambu gizi 32
sd 35 diisi
tanggal pcmberian vit A bulan februari dan Agustus
36. Diisi tanggal bila ditemkan sakit
37. Diisi penyebab sakit
38. Diisi tanngal meninggal
39. Diisi sebab meninggal
40. Diisi tanggal bila ditemukan kelainan tumbuh kembang
41. Diisi jenis kelainan tumbuh kembang.
42. Diisi bila ada kcterangan penting tentang balita tersebut.
PWS KIA
Setiap bulan data di kohort di rekap kedalam suatu laporan yang disebut
dengan PWS KIA atau Pemantauan wilayah setempat yaitu alat
manajemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di
suatu wilayah (puskesmas kecamatan) secara terus menerus agar dapat
dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat terhadap desa yang cakupan
pelayanan KIA nya masih rendah.
Penyajian PWS-KIA juga dapat dipakai sebagai alat motivasi dan
komunikasi kepada sektor terkait, khususnya Pamong setempat yang
berperan dalam pendataan dan penggerakan sasaran agar mendapatkan
pelayanan KIA dan membantu memecahkan masalah nonteknis, sehingga
semua masalah ibu hamil dapat tertangani secara memadai, yang pada
akhimya AKI dan AKB akan turun sesuai harapan.
Pendataan Sasaran
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh komponen
yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat bersangkutan, karena
merekalah yang paling dekat dan mengetahui situasi serta keadaan dari
masyarakat tersebut. Sumber daya masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi
serta Tokoh masyarakat.
Bersama-sama dengan Bidan desa, pendataan ibu hamil, ibu bersalin,
neonatal, bayi dan balita dapat diIakukan. Dengan mendata seluruh ibu hamil yang
ada di suatu komunitas tanpa terIewatkan yang dilakukan oleh kader dan dukun
bayi kemudian bidan desa memasukan seluruh data ibu hamil ke dalam kohort
yang telah disediakan di Pusesmas, sehingga data yang ada di desa pun dimiliki
puskesmas.
Dengan Puskesmas juga memiliki data dasar, bidan desa dan Puskesmas
dalam hal ini bidan puskesmas dan timnya dapat memonitor dan mengikuti setiap
individu yang ada didaerah tersebut.
Dengan puskesmas memiliki seluruh data ibu hamil dan bidan desa
memberikan pemeriksaan seluruh ibu hamil tanpa melihat apakah ibu hamil
lersebut mempunyai faktor resiko atau tidak, sehingga dapat menyelamatkan jiwa
ibu dan anak yang dikandung.
Dalam memantau program kesehatan ibu ,dewasa ini digunakan indikator
cakupan ,yaitu :cakupan layanan Antenatal (K1 untuk akses dan K4 untuk
kelengkapan layanan antenatal),cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan
cakupan kunjungan neonatus /nifas .Untuk itu ,sejak awal tahun1990-an telah
digunakan alat pantau berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak
(PWS KIA) ,yang mengikuti program jejak imunisasi.Dengan adanya PWS KIA ,data
cakupan layanan proram kesehatan Ibu dapat diperoleh setiap tahunnya dari
semua propinsi.
Walau demikian ,disadari bahwa indikator cakupan tersebut belum cukup memberi
gambaran untuk menilai kemajuan menurunkan angka AKI.Mengingat bahwa
mengukur AKI ,Sebagai indikator dampak ,secara berkala dalam waktu kurang dari
5-10 tahun tidak realistis ,maka pakar dunia menganjurkan pemakaian indikator
outcome .Indikator tersebut antara lain :
Cakupan penanganan kasus obstetri
Case fatality rate kasus obstetri yang di tangani.
Jumlah kematian absolut
Penyebaran fasilitas pelayanan obstetri yang mampu PONEK dan
PONED.
Persentase bedah sesar terhadap seluruh persalinan di suatu
wilayah.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Dalam pelayanan kebidanan ,manajemen adalah proses pelaksanaan
pemberian pelayanan kebidanan untuk memberikan asuhan kebidanan
kepada klien dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi ibu dan
anak ,kepuasan pelanggan dan kepuasan bidan sebagai provider.
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang
dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka yang
lengkap yang bisa diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi,
setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas
tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Perencanan dalam pelayanan kebidanan memperhatikan 3 unsur ,yaitu:
input,poses dan outcome.
Pendataan suatu masyarakat yang baik bilamana dilakukan oleh
komponen yang merupakan bagian dari komunitas masyarakat
bersangkutan, karena merekalah yang paling dekat dan mengetahui
situasi serta keadaan dari masyarakat tersebut. Sumber daya
masyarakat itu adaIah Kader dan dukun bayi serta Tokoh masyarakat.
Untuk membantu dalam melakukan pendataan digunaka alat pantau
berupa Pemantauan Wilayah Setempat –Kesehatan Ibu Anak (PWS KIA)
B.Kritik dan Saran
Sebaiknya buku buku yang di perpustakaan fakultas ilmu kesehatan agar
di tambah lebih banyak lagi ,karena kami mengalami kesulitan dalam
mencari referensi.
Bagi teman – teman agar lebih aktif dalam mengerjakan tugas
perkuliahan .
Bagi dosen ,agar kami diberi waktu yang lebih lama dalam menyusun
sehingga tidak terburu buru.
DAFTAR PUSTAKA
Keputusan Mentri Kesehatan Republik Indonesia nomor
369/MENKES/SK/III/2007 tentang profesi bidan .
Saifuddin,Abdul Bari.dkk.2006.Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal.Jakarta:Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Simatupang,Erna Juliana. 2008.Manajemen Pelayanan
Kebidanan.Jakarta;EGC.
Soepardan ,Suryani. 2007.Konsep Kebidanan. Jakarta;EGC.
MANAJEMEN KEBIDANAN Manajemen kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan –penemuan, ketrampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang terfokus pada klien. (Varney, 1997)
Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah tersebut membentuk kerangka
yang lengkap yang bias diaplikasikan dalam semua situasi. Akan tetapi, setiap langkah tersebut bias dipecah-pecah kedalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesuai dengan kondisi klien.
Prisip Proses Manajemen Kebidanan Menurut American College of Nurse Midwife (ANCM) tahun 1999
1.Secara sistematis mengumpulkan dan memperbaharui data yang lengkap dan relevan dengan melakukan pengkajian yang komprehensif terhadap kesehatan setiap klien, termasuk mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik2.Mengidentifikasi masalah dan membuat diagnosa berdasarkan interpretasi data dasar3.Mengidentifikasi kebutuhan terhadap asuhan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan asuhan kesehatan bersama klien4.Memberikan informasi dan support sehingga klien dapat membuat keputusan dan tanggung jawab terhadap kesehatannya5.membuat rencana asuhan yang komprehensif bersama klien6.Secara pribadi bertanggungjawab terhadap implementasi rencana individual7.Melakukan konsultasi, perencanaan dan melaksanankan manajemen dengan berkolaborasi dan merujuk klien untuk mendapatkan asuhan selanjutnya8.Merencanakan manajemen terhadap komplikasi tertentu, dalam situasi darurat dan bila ada penyimpangan dari keadaan normal9.Melakukan evaluasi bersama klien terhadap pencapaian asuhan kesehatan dan merevisi rencana asuhan sesuai dengan kebutuhan
SASARAN MANAJEMEN KEBIDANANBidan sesuai dengan perannya sebagai tenaga kesehatan memiliki kewajibsan memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu dan anak dari gangguan kesehatan. Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode pendekatan yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk mendalami permasalahan yang dialami oleh pasien atau klien dan kemudian merumuskan permasalahan tersebut, serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya. Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan didalam melaksanakn asuhan dan pelayanan kebidanan.Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan kebidanan pada individu, akan tetapi dapat juga diterapkan didalam pelaksanakan pelayanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan masyarakat.Manajemen kebidanan mendorong bidan menggunakan cara yang teratur dan rasional, sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam memecahkan masalah pasien dan kliennya. Dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi ibu atau anak yang sehat, dapat dicapai.Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa permasalahan kesehatan ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggung jawab bidan, maka sasaran manajemen kebidanan ditujukan baik kepada individu ibu dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan didalam melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan tanggung jawabnya.
Langkah-langkah
I.Mengumpulkan semua data yang dibutuhkan, menilai keadaan klien secara keseluruhanII.Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalahIII.Mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi penangannyaIV.Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan lain serta berdasarkan kondisi klienV.Menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah yang selanjutnyaVI.Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan amanVII.Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan dengan mengulang kembali manajemen proses untuk aspek-aspek asuhan yang tidak efektif
Melihat penjelasan diatas, maka proses manajemen kebidanan merupakan langkah sistematis yang merupakn pola piker bidan dalam melaksanakan asuhan kepada klien. Diharapkan dengan pendekatan pemecahan masalah yang bsistematis dan rasional, maka seluruh aktifitas/tindakan yang diberikan oleh bidan kepada klien akan efektif. Terhindar dari tindakan yang bersifat coba-coba yang akan merugikan klien.Untuk kejelasan langkah-langkah diatas maka dalam pembahasan ini akan dijelaskan dari setiap langkah :
Langkah I : Pengumpulan Data DasarPada langkah ini dilakukan pegumpulan informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara :1.AnamnesaBiodataRiwayat MenstruasiRiwayat KesehatanRiwayat Kehamilan, Persalinan & NifasBiopsikospiritualPengetahuan Klien2.Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan tanda-tanda vital3.Pemeriksaan KhususInspeksiPalpasiAuskultasiPerkusi4.Pemeriksaan penunjangLaboratoriumCatatan terbaru dan sebelumnya
Bila klien mengalami komplikasi yang perlu dikonsultasikan kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsultasiPada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.. Pada keadaan tertentu dapat terjadi langkah pertama akan overlap dengan langkah 5 dan 6 (atau menjadi bagian dari langkah-langkah tersebut) karena data yang diperlukan diambil dari hasil pemeriksaan laboratorium atau pemeriksaan diagnostik yang lain. Kadang-kadang bidan perlu memulai manajemen dari langkah 4 untuk mendapatkan data dasar awal yang perlu disampaikan kepada dokter.
Langkah II : Interpretasi Data DasarPada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa atau masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan. Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik.
Diagnosa KebidananDiagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan oleh bidan dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnopsa kebidanan.Standar Nomenklatur Diagnosa Kebidanan :1.Diakui dan telah disyahkan oleh profesi2.Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan3.Memiliki cirri khs kebidanan4.Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan5.Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Rumusan diagnosa dan masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan seperti diagnosa tetapi tetap membutuhkan penenganan. Masalah sering berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami oleh wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai diagnosa.Sebagai contoh :Diperoleh diagnosa “kemungkinan wanita hamil”Masalah : wanita tsb tidak menginginkan kehamilannya
Contoh lain :Wanita hamil Trimester IIIMerasa takut terhadap persalinan dan melahirkan yang sudah tidak dapat ditunda lagi
Perasaan takut tidak termasuk dalam kategori standart nomenklatur diagnosa kebidanan tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengkajian lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa takut.
Masalah
Adalah hal-hal berkaitan dengan pengalaman klien yang ditemukan dari hasil pengkajian atau yang menyertai
Contoh perumusan masalah :Masalah DasarWanita tidak menginginkan kehamilan Wanita mengatakan belum ingin hamilIbu hamil trimester III merasa takut Ibu mengatakan takut menghadapi persalinan
Kebutuhan
Adalah hal-hal yang dibutuhkan klien dan belum teridentifikasi dalam diagnosa dan masalah yang didapatkan dengan melakukan analisa data
Contoh kebutuhan :
Kebutuhan DasarIbu menyenangi Binatang
Kebutuhan :Penyuluhan bahaya binatang terhadap kehamilanPemeriksaan TORCH Ibu mengatakan sekeluarga menyayangi binatang
Langkah III : Mengidentifkasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosa potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa/masalah potensial ini benar-benar terjadi. Pada langkah ini penting sekali melakukan asuhan yang aman.
Contoh : Seorang wanita dengan pembesaran uterus yang berlebihan. Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian uterus yang berlebihan tersebut, misalnya:oBesar dari masa kehamilanoIbu dengan diabetes kehamilan, atauoKehamilan kembar
Kemudian dia harus mengantisipasi, melakukan perencanaan untuk mengatasinya dan bersiap-siap terhadap kemungkinan tiba-tiba terjadi perdarahan postpartum yang disebabkan oleh atonia uteri karena pembesaran uterus yang berlebihan.Pada persalinan dengan bayi besar, bidan sebaiknya mengantisipasi dan bersiap-siap terhadap kemungkinan terjadinya distosia bahu dan juga kebutuhan untuk resusitasi. Bidan juga sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kencing yang menyebabkan tingginya kemungkinan terjadinya peningkatan partus premature atau bayi kecil.Persiapan yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium terhadap simptomatik terhadap bakteri dan segera memberi pengobatan jika infeksi saluran kencing terjadi.
Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang Memerlukan Penanganan Segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan/atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien.Langkah keempat mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan, terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau nilai APGAR yang rendah).Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukkan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokter, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari pre-eklampsia, kelainan panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius, bidan perlu melakukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.Dalam kondisi tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli gizi, atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan klien.
Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh, ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah dididentifikasi atau diantisipasi. Pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial-ekonomi, kultural atau masalah psikologis.Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan
semua aspek asuhan. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien merupakan bagian dari pelaksanaan rencana tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan yang menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengethuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.Rasional berarti tidak berdasarkan asumsi, tetapi sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang benar dan memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang lengkap, dan bisa dianggap valid sehingga menghasilkan asuhan klien yang lengkap dan tidak berbahaya.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bias dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain. Jika bidan tidak melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. (misalnya: memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana). Dalam situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien adalah bertanggung jawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
Langkah VII : Evaluasi
Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaiman atelah diidentifikasi di dalam masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaanya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif.Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum, maka perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif serta melakukan penyesuaian pada rencana asuhan tersebut.Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja
Langkah ini sebagai pengecekan apakah rencana asuhan tersebut efektif. Dalam pendokumentasian/catatan asuhan kebidanan diterapkan dalam bentuk SOAP.
S: Data SubyektifData dari pasien yang didapat dari anamnesa
O: ObyektifHasil Pemeriksaan Fisik serta diaagnostik dan pendukung lain, juga catatan medis lain
A: Assasment (Analisa dan Interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat kesimpulan)1. Diagnosa2. Antisipasi Diagnosa / masalah potensial3. Perlunya tindakan segera
P: Planning / PerencanaanMerupakan gambaran pendokumentasian dari tindakan.Evaluasi didalamnya ternasuk :1.Asuhan Mandiri2.Kolaborasi3.Tes Diagnostik / Lab4.Konseling5.Follow up
http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:1_OWd23SWRgJ:www.scribd.com/doc/7073620/Penilaian-Mutu-Pelayanan-Kebidanan+perencanaan+dalam+manajemen+pelayanan+kebidanan&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id&client=firefox-a
http://diar13-midyuin08.blogspot.com/2010/02/makalah-organisasi-dan-manajemen.html
http://fikunik.blogspot.com/2009/07/manajemen-kebidanan.html