13
PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN INDONESIA ( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION ) Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR, Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785 Email : [email protected] Vaksin sebagai Agen Preventif Penularan Penyakit Gambar 1. Vaksin (Sumber: https://www.liputan6.com/health/read/711170/berikan-vaksin-yang- tepat-agar-terhindar-rabies) Vaksin adalah produk biologi yang berasal dari virus, bakteri, atau kombinasi keduanya yang dilemahkan, kemudian diberikan kepada individu guna merangsang munculnya kekebalan tubuh untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Penggunaan vaksin sebagai agen preventif telah meluas ke berbagai belahan dunia dan dianggap berhasil dalam menekan jumlah kematian akibat penyakit (Sopi dan Mau, 2014). Vaksinasi telah lama menjadi cara yang efektif untuk mengurangi beban penyakit pada hewan dan merupakan alat utama dalam menjaga kesehatan dan juga kesejahteraan hewan. Vaksin terus memainkan peran yang semakin vital dalam program pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah vaksin baru dikenal pada tahun 1796 ketika vaksin cacar pertama kali ditemukan, sebenarnya tindakan pencegahan ini telah dilakukan sejak tahun 429 SM pada masa Yunani kuno. Ahli sejarah Yunani menemukan bahwa orang-orang yang sembuh dari cacar tidak akan terserang penyakit cacar kembali.

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

  • Upload
    others

  • View
    21

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Vaksin sebagai Agen Preventif Penularan Penyakit

Gambar 1. Vaksin (Sumber: https://www.liputan6.com/health/read/711170/berikan-vaksin-yang-tepat-agar-terhindar-rabies)

Vaksin adalah produk biologi yang berasal dari virus, bakteri, atau kombinasi keduanyayang dilemahkan, kemudian diberikan kepada individu guna merangsang munculnya kekebalantubuh untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Penggunaan vaksin sebagai agen preventiftelah meluas ke berbagai belahan dunia dan dianggap berhasil dalam menekan jumlah kematianakibat penyakit (Sopi dan Mau, 2014). Vaksinasi telah lama menjadi cara yang efektif untukmengurangi beban penyakit pada hewan dan merupakan alat utama dalam menjaga kesehatandan juga kesejahteraan hewan. Vaksin terus memainkan peran yang semakin vital dalam programpencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakitzoonosis.

Sejarah VaksinMeski istilah vaksin baru dikenal pada tahun 1796 ketika vaksin cacar pertama kali

ditemukan, sebenarnya tindakan pencegahan ini telah dilakukan sejak tahun 429 SM pada masaYunani kuno. Ahli sejarah Yunani menemukan bahwa orang-orang yang sembuh dari cacar tidakakan terserang penyakit cacar kembali.

Page 2: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Sebelum dikenal dengan istilah vaksinasi, tindakan pencegahan serupa disebut denganvariolasi. Variolasi adalah vaksinasi primitif yang dilakukan dengan memindahkan virus cacarsapi dari lesi penderita ke orang yang sehat dengan tujuan mencegah penyakit tersebut. Cara inidilakukan oleh orang-orang Cina sejak tahun 900 dan masif dilakukan hingga abad ke-10.

Variolasi menyebar ke Eropa pada abad ke-18 ketika wabah cacar telah menewaskanseperlima penderitanya. Dengan dilakukannya variolasi ini, wabah cacar berhasil ditekan secaradramatis. Keberhasilan variolasi cacar di tanah Eropa membuat cara ini secara cepat menyebarke seluruh belahan dunia.

Gambar 2. Penemu Vaksin Edward Jenner. (Sumber :https://www.wartaiptek.com jenner-penemu-vaksin-cacar.html /2018/07/edward-)

Secara modern, variolasi yang kemudian disebut dengan vaksinasi ditemukan pada tahun1796 oleh seorang dokter di Berkeley, bernama Edward Jenner. Vaksin berasal dari bahasa latinvacca yang berarti sapi. Hal ini dikarenakan Jenner melakukan inovasi variolasi pada penyakitcacar sapi yang banyak menyerang penduduk. Penyakit cacar sapi banyak menyerang penduduklokal yang mayoritas bermata pencaharian sebagai peternak. Para pemerah susu sapi seringmenderita penyakit ini, sehingga muncul lesi bernanah pada tangan. Jenner melakukan inovasipada variolasi yang telah dikenal luas di Eropa. Ia mengambil nanah dari lesi penderita cacar sapikemudian menginokulasinya dengan menggunakan jarum pada dua titik di lengan seorang anaklaki-laki bernama James Phipps. Enam minggu kemudian, Jenner kembali melakukan variolasipada Phipp, dan hasilnya anak laki-laki tersebut tetap sehat karena telah terkena cacar sapisebelumnya. Dengan cara ini Jerner berhasil membuktikan bahwa kekebalan terhadap cacar

Page 3: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

benar-benar terjadi setelah dilakukan variolasi yang kemudian dikenal sebagai vaksinasi.Pencapaian ini kemudian menjadi gerbang penelitian-penelitian terbarukan mengenai vaksinasi.

Perkembangan VaksinSejak penemuan dan pengembangan vaksin cacar oleh Edwad Jenner, pada abad ke-18

hingga abad ke-19 imunisasi cacar digalakkan. Bahkan telah dilakukan pula programpemberantasan cacar secara global, hingga pada tahun 1956 WHO menyatakan telah berhasilmenghapuskan cacar dan tahun 1980 penyakit cacar dinyatakan telah tereradikasi. Setelahkemunculan vaksin cacar, dilakukan penelitian untuk menemukan vaksin-vaksin lain yangmampu mencegah penyebaran penyakit menular dengan risiko kematian tinggi.

Gambar 3. Penemu Vaksin Rabies Louis Pasteur. (Sumber :https://saintif.com/louis-pasteur-penemu-vaksin/#.XMPCc-gzbDc)

Penemuan vaksin bergengsi lainnya adalah vaksin rabies yang berhasil ditemukan olehseorang ahli kimia bernama Louis Pasteur di tahun 1980-an. Berkembangnya penyakit di duniamembuat Louis terus melakukan penelitian dan pengembangan. Dengan metode khusus yangtelah dilakukan, Louis telah berhasil menciptakan vaksin hidup pertama rabies untuk diujicobakan dan selanjutnya dipakai oleh manusia serta hewan. Louis juga berhasil menemukanberbagai vaksin baru, yaitu vaksin untuk penyakit kolera dan antraks.

Selain Louis, ilmuwan lain yang juga menyumbangkan penemuan vaksinnya adalahJerman Emil von Behring. Behring menemukan vaksin untuk penyakit difteri dan tetanus padatahun 1890-an. Maurice Hilleman juga menambah daftar panjang daftar vaksin dengan

Page 4: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

penemuan vaksin untuk pneumonia, meningitis, hepatitis A, hepatitis B, campak, gondok, dancacar air. Vaksin polio juga berhasil ditemukan setelah pengembangan metode kultur jaringanvirus sejak tahun 1950 sampai 1985. Selanjutnya ditemukan pula vaksin HPV (HumanPapilloma Virus) yang mampu mencegah terjadinya kanker serviks. Pengembangan vaksin inidiinisiasi setelah Prof. Harald zur Hausen menemukan bahwa kanker serviks disebabkan olehvirus yang disebut HPV.

Di Indonesia sendiri, dalam perkembangan vaksin terutama dalam berbagai penyakitterus berkembang dengan munculnya berbagai variasi vaksin baru. Salah satu vaksin terbaruyang dibuat di Indonesia adalah vaksin untuk mencegah H9N2. Virus H9N2 yang merupakanAvian Influenza tidak mematikan namun diam-diam menggerogoti tubuh ayam sehingamenyebabkan penurunan produksi telur. Sejak awal ditemukannya virus ini 2016 lalu, Kementanberupaya menyiapkan vaksin namun sulit. Tetapi pemerintah tetap berusaha membuat vaksintersebut karena ingin menggunakan vaksin lokal, bukan impor. Sifat patogenis yang rendahmembuat peneliti kesulitan dalam mengambil isolat. Sehingga diperlukan waktu lama untukmendapatkan vaksin. Tahap pengujian terhadap ayam petelur juga membuat waktu penelitiancukup lama (Riska, 2018). Pada bulan Oktober 2018 Kementerian Pertanian meluncurkan vaksinAfluvet H9N2. Vaksin Afluvet H9N2 merupakan vaksin pertama di Indonesia dan telahmendapatkan nomor registrasi (ijin edar) dari Kementerian Pertanian. Vaksin tersebut diproduksioleh Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) yang merupakan Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bawahDirektorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Pusvetma merupakan satu-satunyainstansi pemerintah yang memproduksi vaksin Afluvet H9N2 dan telah memperoleh izin edarvaksin hewan dari Kementerian Pertanian (Anonim, 2019).

Pro-Kontra Pemberian VaksinDi samping berkembangnya penelitian mengenai vaksin, masih terdapat masyarakat yang

kurang setuju dengan adanya vaksinasi khususnya terhadap hewan. Hal ini dapat terjadi karenaminimnya wawasan mengenai pentingnya vaksinasi sehingga pemikiran yang berkembang dimasyarakat yaitu anggapan bahwa vaksinasi adalah hal yang tidak perlu, karena tubuh telahdianugerahi oleh Tuhan kekebalan yang alami. Padahal, vaksinasi dimaksudkan untuk membantutubuh membentuk kekebalan terhadap penyakit yang bersifat spesifik. Dengan kata lain,vaksinasi sebagai pertahanan kedua selain imunitas alami sehingga hewan dapat terbebas daripenyakit. Selain itu, manfaat dari adanya vaksinasi kepada hewan diantaranya mampu

Page 5: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

mengendalikan zoonosis seperti rabies dan membantu mengendalikan AMR (AntimicrobiaResistance) sehingga pada kasus tertentu kebutuhan akan perawatan antibiotik dapat dikurangi.

Permasalahan ekonomi juga menjadi faktor masyarakat enggan melakukan imunisasibaik untuk diri sendiri maupun untuk hewan peliharaan. Pemerintah memang telah melakukansubsidi untuk beberapa vaksin, namun masih banyak vaksin yang tidak mendapat subsidi dandibanderol dengan harga yang mahal. Dalam hal ini pemerintah perlu melakukan tindakansosialisasi akan pentingnya pencegahan dan menanamkan pemikiran bahwa sejatinya mencegahlebih murah dari pada mengobati, sehingga masyarakat terdorong untuk lebih peduli padakesehatan diri dan sekitarnya. Tak hanya sosialisasi, pemberlakuan subsidi pada vaksin jugaperlu diperluas sehingga masyarakat mampu melakukan vaksinasi.

Vaksin pada HewanSelain pada manusia, vaksinasi juga perlu dilakukan pada hewan, terutama pada hewan

kesayangan yang secara langsung berinteraksi dengan manusia. Vaksin pada hewan dilakukanuntuk mencegah terjadinya penyakit pada hewan, terutama penyakit yang bersifat zoonosis yangmampu menular pada manusia. Kesadaran para pemilik hewan di Indonesia akan pentingnyavaksinasi pada hewan masih tergolong rendah apabila dibandingkan dengan negara-negara lain.Rendahnya kesadaran akan vaksinasi turut menjadi faktor tingginya kejadian penyakit zoonosisdi Indonesia.

Salah satu kejadian penyakit zoonosis paling meresahkan masyarakat baru-baru iniadalah terjadinya wabah rabies di Kabupaten Dompu yang kemudian ditetapkan sebagai KLB(Kejadian Luar Biasa). Kementerian Pertanian melalui Kepmentan Nomor 316 Tahun 2017menyatakan bahwa Provinsi Nusa Tenggara Barat Bebas Dari Anjing Gila (Rabies). Namun, diawal tahun 2019, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB melaporkan sebanyak 825 wargadi Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi korban gigitan anjing. Kasus rabies pertama kali munculdi Kabupaten Dompu dengan korban terkena gigitan Hewan Penular Rabies (HPR) sebanyak 735orang. Dari jumlah tersebut, 32 sampel korban terkena gigitan terindentifikasi positif rabies dan6 warga Dompu diantaranya meninggal dunia (Septia, 2019). Kasus ini juga telah meluas keKabupaten Sumbawa dengan teridentifikasinya 27 warga terkena gigitan anjing dan 4 sampeldiantaranya teridentifikasi positif rabies (Pangeran, 2019).

Page 6: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Kejadian ini telah memakan banyak korban tewas dan positif rabies setelah mengalamigigitan anjing. Tak hanya menyebabkan tingginya penderita rabies, penduduk juga mengakutrauma terhadap anjing dan merasa tidak aman ketika keluar dari rumah. Akibat peristiwa inimasyarakat tak segan melakukan tindak kekerasan terhadap anjing-anjing liar seperti melemparbatu atau kayu, bahkan melakukan pembantaian anjing secara massal untuk mencegah terjadinyarabies. Virus rabies seringkali ditularkan secara langsung pada hewan, maupun manusia melaluigigitan, goresan, serta jilatan pada kulit yang luka atau membran mukosa. Hewan yang sudahterinfeksi rabies akan menunjukkan gejala klinis seperti gelisah, tidak mau makan, muntah,demam ringan, dilatasi pupil, hipersensitif dan hipersalivasi. Walaupun pada beberapa kasushewan lain tidak menyebabkan perubahan tingkah laku. Misanya pada kucing yang gejalanyadiawali dengan ataksia dan diikuti dengan paralisa, pada kuda akan menampakkan gejala kolikserta pada sapi akan mengalami paralisa pada laring yang mengakibatkan perubahan nada suara(Bronnet 2007).

Kasus ini tidak semata-mata karena rendahnya kesadaran masyarakat untuk melakukanvaksinasi. Keadaan setempat yang menyangkut pola pemeliharaan anjing, pemahaman,partisipasi, dan perilaku masyarakat seperti kebiasaan masyarakat membawa anjing antar pulaudari daerah tertular ke daerah bebas juga berperan dalam penyebaran penyakit (Dibia et al.,2014). Selain itu meningkatnya lalu lintas orang, hewan serta barang berdampak pada semakincepatnya perpindahan orang atau hewan dalam masa inkubasi penyakit rabies berpindah ketempat lain dan berperan dalam penyebaran penyakit zoonosis seperti rabies di daerah baru(Lankau et al., 2014). Tingginya kasus rabies yang menyebar dengan cepat ini menunjukkanadanya campur tangan manusia yang sering berpindah tempat dan ikut membawa anjingpeliharaannya dari daerah tertular ke daerah bebas rabies serta seringnya masyarakat menerobossistem karantina yang ada saat ini terutama melalui jalur pelabuhan penyeberangan (ASDP) danjalur pelabuhan tradisional (Dibia et al., 2014), di samping lemahnya pengawasan oleh aparatkarantina (Septianingsih, 2017).

Page 7: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Gambar 4. Warga di Kecamatan Hu'u, Kabupaten Dompu, NTB membawa anjing peliharaanmereka untuk vaksinasi anti rabies (Sumber:

https://www.antaranews.com/berita/801645/kementan-kirim-vaksin-14000-dosis-kendalikan-rabies-ntb)

Melihat kejadian tersebut, berbagai upaya dilakukan pemerintah untuk mencegahmeluasnya wabah rabies ini. Pemerintah telah mencanangkan berbagai program, salah satunyamelalui implementasi Indonesia Bebas Rabies 2020, serta Kementerian Pertanian mencanangkanprogram baru yakni PrestasIndonesia 2030 atau Pembebasan Rabies Bertahap Seluruh Indonesia2030, mengingat sampai saat ini sebanyak 24 provinsi di Indonesia masih endemis rabies.Melalui program tersebut, pemerintah menggulirkan gerakan vaksinasi massal terhadap hewanpenular rabies (HPR) secara berkelanjutan.Dalam upaya mencegah meluasnya kasus rabies diNTB, pemerintah melalui Kementan telah mengirimkan 14.000 dosis vaksin ke NTB, yakni9.000 dosis ke Dompu, 2.000 dosis ke Bima, dan 3000 dosis ke Sumbawa. Contoh lainnya yaituvaksinasi rabies untuk satwa secara gratis dilakukan oleh Pemerintahan Kota Yogyakarta padaFebruari 2019 silam. Program ini tentu diharapkan mampu meningkatkan kepedulian masyarakatakan pentingnya vaksinasi dan menunjukkan kepedulian pemerintah akan pentingnya tindakanpreventif terhadap penyakit (Febriani, 2019).

Page 8: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Tidak hanya pencegahan pada hewan, pencegahan pada manusia juga sangat pentingdilakukan. Seluruh korban meninggal umumnya belum sempat mendapatkan Vaksin Anti Rabies(VAR). Hal tersebut dikarenakan masih kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bahayatergigit oleh anjing dan ketidaktahuan masyarakat tentang gejala klinis rabies sehinggapertolongan bagi penderita pun terlambat diberikan (Septianingsih, 2017). Pada manusia yangdigigit anjing di daerah tertular, orang tersebut harus langsung dilakukan post-exporusetreatment dengan Vaksin Anti Rabies (VAR), dan diberikan tambahan Serum Anti Rabies (SAR)di samping vaksin yang telah diberikan jika diperlukan (Suardana, 2016). Vaksinasi pre-exposureseyogyanya dilakukan terhadap orang-orang yang bekerja dengan hewan, dengan memberikanvaksin dari jenis Purified Vero Anti Rabies Vaccine (PVRV) atau Human Diploid Cell Vaccine(HDCV) (Dharmojono 2001; Suardana, 2016). Dalam kasus rabies di NTB, denganbantuan dariKemenkes, Dinkes NTB telah mengirimkan vaksin anti rabies ke wilayah Dompu sebanyak2.609 dosis, Bima 40 dosis, Sumbawa 50 dosis, KSB 10 dosis, Lombok Timur 20 dosis, LombokBarat 10 dosis, dan Kota Mataram 35 dosis (Kompas, 2019). Per 27 Januari 2019, Sebanyak 389orang korban gigitan anjing sudah divaksinasi (Suara NTB, 2019).

Gambar 5.Seorang warga yang digigit anjing diberikan vaksin anti rabies. Selain itupetugas juga memvaksin anjing peliharaan warga di Dompu (Sumber:

https://www.suarantb.com/ntb/2019/01/266569/Kemenkes.Pasok.1.800.Vaksin.Rabies.ke.NTB/)

Tingginya populasi anjing liar dan kurangnya pengendalian penyakit seolah menjadialasan penyebaran penyakit rabies. Tingginya jumlah kasus rabies pada anjing liar disebabkankarena sangat sulit menangkap anjing liar untuk divaksinasi rabies (Putra dan Gunata, 2009).

Page 9: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Anjing yang berpemilik namun hidup bebas juga berisiko terkena rabies dan dapat menularkanrabies baik pada anjing maupun manusia karena anjing tersebut mudah kontak langsung denganHPR lainnya. Anjing yang diliarkan juga membuat cakupan vaksinasi tidak maksimal. Secarateoritis perkiraan cakupan vaksinasi 20-70% mampu menekan wabah rabies (Coleman dan Dye,1996; Hampson et al., 2009). Sehingga hal ini menjadi sebuah tantangan bagi pemerintah dalammemecahkan permasalahan tingginya populasi anjing liar yang dianggap sebagai faktor pentingpenyebab terjadinya wabah rabies.

Pada awal tahun 2019, Dinas KPKP DKI Jakarta menggelar sosialisasi pencegahan rabiesserentak di lima wilayah kota administrasi. Khususnya di Jakarta Barat, sosialisasi dilakukan diKelurahan Jelambar. Masawitry menyebut Kelurahan Jelambar berpotensi menjadi kawasanpenular rabies dengan temuan adanya anjing-anjing di setiap rumah. Selain itu, di kawasantersebut banyak dilaporkan adanya anjing liar (Ramadhan, 2019). Tindakan yang dilakukanterhadap hewan-hewan liat tersebut adalah diamankan, divaksinasi dan disterilkan agar aman danbebas dari rabies. Adapun tindakan euthanasia hanya akan dilakukan terhadap hewan yangterindikasi mengidap penyakit rabies yang berbahaya bagi manusia. Namun hal ini tetap harusmenjadi perhatian lebih bagi pemerintah dan dokter hewan seluruh indonesia dalam menegakananimal welfare, termasuk dalam mengatasi masalah rabies dan vaksinasi.

Banyaknya penyakit zoonosis seharusnya menjadi cambuk bagi masyarakat akanpentingnya vaksinasi baik bagi diri sendiri maupun bagi hewan yang ada di lingkungan sekitar.Menanamkan prinsip mencegah lebih baik dari pada mengobati juga perlu dilakukan untukmemperkecil risiko terjadinya penyakit, terutama penyakit zoonosis yang tidak dapat diprediksi.Vaksinasi yang merupakan program utama pemberantasan rabies perlu terus dilanjutkan dankontak antar hewan penular rabies perlu dihindarkan dengan cara mengandangkan atau mengikatanjing peliharaan di dalam pekarangan rumah, serta lebih meningkatkanpengawasan lalu lintashewan terutama anjing untuk mencegah penularan rabies lebih meluas.Diharapkan pula, programpemerintah yaitu Indonesia Bebas Rabies 2020 maupun program PrestasIndonesia 2030 dapatterlaksana dengan baik, terutama dalam tindakan vaksinasi massal, monitoring dan surveillancedi daerah bebas penyakit, dan memperketat lalu-lintas ternak antar daerah. Tindakan-tindakanpencegahan tersebut tentunya tidak hanya berlaku untuk pencegahan penyakit rabies, namundapat pula diterapkan untuk pencegahan penyakin zoonosis berbahaya lainnya.

Page 10: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2010, 25 November). 5 Mitos Vaksin yang Menyesatkan. Diakses tanggal 24 April2019. Kompas.com:https://lifestyle.kompas.com/read/2010/11/25/15212850/5.mitos.vaksin.yang.menyesatkan

Anonim. (2011, 8 April). Benarkah Vaksin Melemahkan Imun Tubuh?. Diakses tanggal 24 April2019. Kompas.com:https://lifestyle.kompas.com/read/2011/08/04/10272481/benarkah.vaksin.melemahkan.imun.tubuh

Anonim. (2016, 11 September). Vaksin. Diakses tanggal 28 April 2019. Healthforanimals.org:https://healthforanimals.org/vaccines.html

Anonim. (2017, 5 Januari). Vaksinasi untuk Kesehatan Hewan. Diakses pada 28 April 2019.Noah.co.uk: https://www.noah.co.uk/briefingdocument/vaccination-animal-health-overview/

Anonim. (2018, 22 Agustus). Meski Haram, MUI Bolehkan Vaksin MR, Orang Tua TidakTerima. Diakses tanggal 24 April 2019. VOAIndonesia:https://www.voaindonesia.com/a/mui-vaksin-haram-babi-campak-rubella-kontroversi/4538414.html

Anonim. Vaksin. Dikutip 24 April 2019. Wikipedia :https://id.wikipedia.org/wiki/Vaksin

Anonim. 2019. Kementan Luncurkan Vaksin Anti Flu Burung untuk Ayam Petelur. Diaksestanggal 28 April 2019. Kementerian Pertanian Republik Indonesia:http://www.pertanian.go.id/home/?show=news&act=view&id=3448#

Bronet, J., Henry, W., Veera, T., Bonlert, H. T. 2007. Organ Transplantations and rabies transmition. J

Travel Med 14:195-199

Coleman, P.D, Dye, C. 1996. Immunization Coverage Required to Prevent Outbreak of DogRabies. Vaccine 14:185-186.

Dharmojono. 2001. Kapita Selekta Kedokteran Veteriner (Hewan kecil 1). Jakarta: PustakaPopuler Obor.

Page 11: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Dibia, I.N., Diarmita, K., Dartini, N.L., Arsani, N.M. 2014. Analisis Kuantitatif RisikoPenyebaranRabies dari Bali. Buletin Veteriner.26(84): 35-45.

Febriani, Uli. (2019, 3 Februari). Pemkot Kembali Buka Vaksinasi Satwa Gratis, SegeraDaftarkan Hewan Peliharaan Anda. Diakses tanggal 24 April 2019. Jogjapolitan:https://jogjapolitan.harianjogja.com/read/2019/02/03/510/969455/pemkot-kembali-buka-vaksinasi-satwa-gratis-segera-daftarkan-hewan-peliharaan-anda

Foraldy, Thendy. (2017, 5 September). Sejarah Vaksin: Berawal dari Cacar Sapi Hingga keRabies.Diakses tanggal 24 April 2019. HelloSEHAT: https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/sejarah-vaksin-imunisasi/

Hampson, K., Dushoff, J., Cleaveland, S., Haydon, D.T., Kaare, M., Packer, C., Dobson, A.2009. Transmission Dynamics and Prospects for The Elimination of Canine Rabies. PlosBiology.7(3): 462-471.

Kurniawan, L. (2014, 26 Juli). Vaksin Rabies – Sejarah dan Riwayat Vaksin Rabies. Diaksestanggal 28 April 2019. Selukbelukvaksin: selukbelukvaksin.com/vaksin-rabies-sejarah-dan-riwayat-vaksin-rabies/

Lankau, E.W., Cohen, N.J., Jentes, E.S., Adam, L.E., Bell, T.R., Blantan, J.D., Buttke, D.,Galland, G.G.,Maxted, A.M., Tack, D.M., Waterman, S.H., Ruppecht, C.E., Marano, N.2014. Prevention andControl of Rabies in an Age of Global Travel: A Review of Traveland TradeAssociated Rabies Event, United States, 1986-2012. Zoonotic PublicHealth.61(5):305-316.

Pangeran, A. (2019, 2 Februari). 10 Orang Tewas karena Rabies, Warga Dompu Bantai RibuanAnjing Liar. Diakses tanggal 24 April 2019. iNews:https://www.inews.id/daerah/regional/10-orang-tewas-karena-rabies-warga-dompu-bantai-ribuan-anjing-liar/448077

Putra, A.A.G., Gunata, I.K. 2009. Epidemiologi Rabies: Suatu Kajian Terhadap Wabah RabiesdiBali. Makalah disajikan dalam wokrshop Kesehatan Hewan Regional IV yangdiselenggarakan oleh Balai Besar Veteriner Denpasar, bekerjasama dengan DinasPeternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi NTB, di Mataram pada tanggal 09 Juni 2009.

Page 12: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Rachmawati, F. (2019, 14 Februari). Lombok Status Waspada Rabies, Dinkes NTB Sebar DuaRibu Lebih Vaksin. Diakses tanggal 28 April 2019. Kompas.com:https://regional.kompas.com/read/2019/02/14/08380851/lombok-status-waspada-rabies-dinkes-ntb-sebar-dua-ribu-lebih-vaksin?page=2.

Ramadhan, D.N.S. (2019, 9 Januari). Tren Vaksinasi Rabies HPR Jakarta Barat Naik Dua KaliLipat. Diakses tanggal 28 April 2019. Antara News:https://m.antaranews.com/berita/785198/tren-vaksinasi-rabies-hpr-jakarta-barat-naik-dua-kali-lipat

Redaksi. (2019, 19 Januari). Kemenkes Pasok 1.800 Vaksin Rabies ke NTB. Diakses tanggal 28April 2019. Suara NTB:https://www.suarantb.com/ntb/2019/01/266569/Kemenkes.Pasok.1.800.Vaksin.Rabies.ke.NTB/

Riska, P.M. (2018, 16 Juli). Kementan Siapkan Vaksin H9N2. Diakses tanggal 28 April 2019.REPUBLIKA.co.id:https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/pertanian/18/07/16/pbyk6z368-kementan-siapkan-vaksin-h9n2

Sartika, R. E. A. (2018, 16 Agustus). Penemuan yang Mengubah Dunia: Vaksin, Pro KontraTelah Ada Sejak Lama. Diakses tanggal 24 April 2019. Kompas.com:https://sains.kompas.com/read/2018/08/16/213819623/penemuan-yang-mengubah-dunia-vaksin-pro-kontra-telah-ada-sejak-lama?page=all

Septia, K.. (2019, 25 Februari). Dompu NTB KLB Rabies, 825 Warga Jadi Korban GigitanAnjing Gila. Diakses tanggal 24 April 2019.Kompas.com :https://regional.kompas.com/read/2019/02/25/08061571/dompu-ntb-klb-rabies-825-warga-jadi-korban-gigitan-anjing-gila

Septianingsih, R., Kardena, I.M., Batan, I.W. 2017. Penyebaran dan Korelasi Kejadian Rabiespada Anjing dan Manusia di Kabupaten Karangasem Tahun 2009-2014. IndonesiaMedicus Veterinus. 6(3): 188-197.

Page 13: PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERAN HEWAN …€¦ · pencegahan dan pengendalian penyakit pada hewan, terutama dalam pencegahan penyakit zoonosis. Sejarah Vaksin Meski istilah

PENGURUS BESAR IKATAN MAHASISWA KEDOKTERANHEWAN INDONESIA

( INDONESIA VETERINARY STUDENT ASSOSIATION )Sekretariat : Student Center BEM Fakultas Kedokteran Hewan Kampus C UNAIR,

Jl. Mulyorejo, Surabaya 60115. Telepon: (031) 5992785Email : [email protected]

Sopi, I.I.P.B dan Mau, F. 2014. Cakupan Vaksinasi dan Eliminasi Hewan Penular Rabies (HPR)di Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Jurnal Penyakit BersumberBinatang. 2(1) : 45 - 56.

Suardana, I.W. 2016. Zoonosis Penyakit Menular dari Hewan ke Manusia. Yogyakarta: Kanisius.