Upload
meyli-asdarina
View
75
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
kesehatan
Citation preview
Pencegahan Penyakit Difteri
Posted by Iman Zeni t at Kamis, Mei 03, 2012
Pencegahan Penyakit Difteri - Penyakit Difteri - Cara Mencegah
Penyakit Difteri
Selain karena jenis penyakit ini tergolong penyakit berbahaya maka sebagai
bentuk upaya kita harus melakukan upaya pencegahan untuk antisipasi
kemungkinan timbulnya penyakit ini. Jika Anda telah terpapar orang yang
terinfeksi difteri, segeralah pergi ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan
dan pengobatan.
Dokter mungkin akan memberi Anda resep antibiotik untuk mencegah
infeksi penyakit itu. Di samping juga pemberian vaksin difteri dengan dosis
yang lebih banyak. Pemberian antibiotik juga diperlukan bagi mereka yang
diketahui sebagai carrier (pembawa) difteri. Difteri adalah penyakit yang
umum pada anak-anak.
Penyakit ini tidak hanya dapat diobati tetapi juga dapat dicegah dengan
vaksin. Vaksin difteri biasanya dikombinasikan dengan vaksin untuk tetanus
dan pertusis, yang dikenal sebagai vaksin difteri, tetanus dan pertusis.
Versi terbaru dari vaksin ini dikenal sebagai vaksin DTaP untuk anak-anak
dan vaksin Tdap untuk remaja dan dewasa. Pemberian vaksinasi sudah
dapat dilakukan saat masih bayi dengan lima tahapan yakni, 2 bulan, 4
bulan, 6 bulan, 12-18 bulan dan 4-6 tahun.
Vaksin difteri sangat efektif untuk mencegah difteri. Tapi pada beberapa
anak mungkin akan mengalami efek samping seperti demam, rewel,
mengantuk atau nyeri pasca pemberian vaksin. Pemberian vaksin DTaP pada
anak jarang menyebabkan komplikasi serius, seperti reaksi alergi (gatal-
gatal atau ruam berkembang hanya dalam beberapa menit pasca injeksi),
kejang atau shock. Untuk beberapa anak dengan gangguan otak progresif -
tidak dapat menerima vaksin DTaP.
Sumber: kompas.com
Dan berikut dibawah ini artikel-artikel terkait yang juga bisa anda dapatkan
pada postingan sebelumnya dalam pembahasan Penyakit Difteri:
penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari Corynebacterium diphtheriae. Difteri ialah penyakit yang mengerikan di mana masa lalu telah menyebabkan ribuan kematian, dan masih mewabah di daerah-daerah dunia yang belum berkembang. Orang yang selamat dari penyakit ini menderita kelumpuhan otot-otot tertentu dan kerusakan permanen pada jantung dan ginjal. Anak-anak yang berumur satu sampai sepuluh tahun sangat peka terhadap penyakit ini.
PenularanKuman difteri disebarkan oleh menghirup cairan dari mulut atau hidung orang yang terinfeksi, dari jari-jari atau handuk yang terkontaminasi, dan dari susu yang terkontaminasi penderita.
SimptomGejala yang muncul ialah sakit tenggorokan, demam, sulit bernapas dan menelan, mengeluarkan lendir dari mulut dan hidung, dan sangat lemah. Kelenjar getah bening di leher membesar dan terasa sakit. Lapisan(membran) tebal terbentuk menutupi belakang kerongkongan atau jika dibuangkan menutup saluran pernapasan dan menyebabkan kekurangan oksigen dalam darah.
Perawatan dan pencegahanPerawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan menghentikan pengeluaran toksin. Membuat lubang pada pipa saluran pernapasan atas (tracheotomy)
mungkin perlu untuk menyelamatkan nyawa. Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster setiap 10 tahun.
Sumber: Wikipedia Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit
ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi
saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau
tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar
oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus
difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama
dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu,
menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita.
Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang
dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system
kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan
vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
1.2 TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi tugas untuk mata kuliah keperawatan anak
1.3 TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui pengertian difteria
Untuk megetahui etiologi difteria
Untuk mengetahui tanda dan gejala difteria
Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit difteria
Untuk mengetahui askep untuk penyakit difteria
Pengertian Penyakit Difteri – Merupakan Penyakit Paling Membahayakan
Follow any responses to this article Subscribe to entry RSS 2.0 Subscribe to entry RSS 0.92 Subscribe to responses RSS
Health » Pengetahuan kesehatan by Nurrofiq on 01 September 2010
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi akut pada saluran pernafasan bagian atas. Penyakit ini dominan menyerang anak anak, biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring hingga laring yang merupakan saluran pernafasan bagian atas.
Ciri yang khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan yang khas selaput lendir pada saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf.
Diwarta - Lintas post
Penyebab Penyakit Difteri:Penyebab penyakit difteri adalah jenis bacteri yang diberi nama Cornyebacterium diphteriae.
Cara Penularan Penyakit Difteri:Difteri bisa menular dengan cara kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat penderita berbicara, batuk atau bersin membawa serta kuman kuman difteri. Melalui pernafasan kuman masuk ke dalam tubuh orang disekitarnya, maka terjadilah penularan penyakit difteri dari seorang penderita kepada orang orang disekitarnya.
Gejala Penyakit Difteri:• Demam, suhu tubuh meningkat sampai 38,9 derjat Celcius,• Batuk dan pilek yang ringan.• Sakit dan pembengkakan pada tenggorokan• Mual, muntah , sakit kepala.• Adanya pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu abuan kotor.• Kaku leher
Akibat Penyakit Difteri:Setelah melalui masa inkubasi selama 2-4 hari kuman difteri membentuk racun atau toksin yang mengakibatkan timbulnya panas dan sakit tenggorokan. Kemudian berlanjut dengan terbentuknya selaput putih di tenggorokan akan menimbulkan gagal nafas, kerusakan jantung dan saraf.Difteri ini akan berlanjut pada kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina. Komplikasi lain adalah kerusakan otot jantung dan ginjal.
Pengobatan Penyakit Difteri:Pengobatan difteri tidak bisa dilaksanakan sendiri dirumah , segeralah di rawat dirumah sakit jangan sampai terlambat. Karena difteri sangat menular penderita perlu diisolasi. Istirahat total di tempat tidur mutlak diperlukan untuk mencegah timbulnya komplikasi yang lebih parah. Fisioterapi sangat diperlukan untuk penderita yang sarafnya mengalami gangguan sehingga mengakibatkan kelumpuhan. Tindakan trakeotomi diperlukan bagi penderita yang tersumbat jalan nafasnya, dengan membuat lubang pada batang tenggorokan.
Pencegahan Penyakit Difteri :Difteri jenis penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Berikanlah imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan. Jenis imunisasi ini termasuk dalam Lima Imunisasi Dasar Lengkap. Biasanya imunisasi ini berbarengan dengan imunisasi polio, hepatitis B. Sedangkan imunisasi Difteri tergabung dalam Imunisasi D P T atau Difteri, Pertusis dan Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan imunisasi Campak (Morbili) . Segeralah imunisasi anak anda di Posyandu, Puksemas atau pelayanan kesehatan lainnya.
Read more: Pengertian Penyakit Difteri – Merupakan Penyakit Paling Membahayakan | Health
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penyakit difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular
(contagious disease) yang menyerang pada saluran pernafasan bagian atas.
Penyakit ini dominan menyerang anak-anak yang berusia dibawah 15 tahun,
biasanya bagian tubuh yang diserang adalah tonsil, faring, laring, hidung,dan
kadang juga pada kulit. Infeksi ini menyebabkan gejala-gejala lokal dan sistemik
karena eksotoksin yang dikeluarkan oleh mikroorganisme yang berada pada infeksi
tersebut.(Laurentz,DSA: 1993; 1).
Penularan penyakit ini biasanya terjadi melalui percikan ludah dari orang
yang membawa kuman ke orang lain yang sehat.Bahkan dapat melalui hubungan
dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga
melalui batuk dan bersin penderita.
Selain itu penyakit ini juga bisa ditularkan melalui benda atau makanan yang
terkontaminasi.(Rampengan: 1993 ; 3).
Difteri disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphtheriae, suatu bakteri
gram positif yang berbentuk polimorf, tidak bergerak dan tidak membentuk spora.
Gejala utama dari penyakit difteri yaitu adanya bentukan pseudomembran yang
merupakan hasil kerja dari kuman ini. Pseudomembranpseudomembran, kuman ini
juga menghasilkan sebuah racun yang disebut eksotoxin yang sangat berbahaya
karena menyerang otot jantung, ginjal dan jaringan syaraf. sendiri merupakan
lapisan tipis berwarna putih keabu abuan yang timbul terutama di daerah mukosa
hidung, mulut sampai tenggorokan. Disamping menghasilkan
Difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Di Indonesia penyakit ini banyak dijumpai pada daerah padat penduduk dengan
tingkat sanitasi rendah. Namun akhir-akhir ini berkat adanya Program
Pengembangan Imunisasi (PPI), maka angka kematian dan kesakitantelah
menurun.(Vohr: 1986; 77). Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah
penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk
merupakan sumber dan penularan penyakit.
B. Dasar Teori
Gambar penyakit difteri (www.infokedokteran.com : 27/12/2010 ; 20.22)
Penyakit difteri adalah penyakit infeksi akut yang terjadi di saluran
pernafasan bagian atas. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak,dan biasanya
bagian tubuh yang diserang adalah tonsil dan faring yang merupakan saluran
pernafasan bagian atas. Hal tersebut dapat menurunkan sistem imun atau
kekebalan tubuh pada anak.(Laurentz : 1993; 1)
Ciri khusus pada difteri ialah terbentuknya lapisan khas selaput lendir pada
saluran nafas, serta adanya kerusakan otot jantung dan saraf. Penyebab penyakit
ini adalah Corynebacterium diphtheriae.Penyakit difteri dapat menular melalui
kontak langsung maupun tidak langsung. Air ludah yang berterbangan saat
penderita berbicara, batuk, maupun bersin yang membawa kuman-kuman difteri.
Melalui pernafasan kuman itu dapat masuk ke dalam tubuh orang yang berada
disekitarnya.
Gejala dari penyakit difteri ini dapat ditandai dengan adanya suhu tubuh
yang meningkat sampai 38,9 derajad Celcius, batuk pilek ringan, sakit dan
pembengkakan pada tenggorokan, mual, muntah, sakit kepala, dan adanya
pembentukan selaput di tenggorokan berwarna putih ke abu-abuan kotor. Difteri
ini dapat mengakibatkan kerusakan kelenjar limfe, selaput putih mata, vagina,
kerusakan otot jantung dan ginjal.(www.infokedokteran.com : 24/12/2010; 20.13)
Pencegahan penyakit difteri dapat dilakukan dengan cara memberikan
imunisasi pada bayi umur dua bulan sebanyak tiga kali dengan selang satu bulan.
Biasanya imunisasi ini bersamaan dengan imunisasi campak, polio, dan hepatitis B.
Sedangkan imunisai difteri tergabung dalam imunisai D P T atau
Difteri,Pertuisis,Tetanus. Untuk bayi umur sembilan bulan dilengkapi dengan
imunisasi Campak (Morbili).( www.infeksi.com : 24/12/2010 : 20.15)
II. ISI
A. Pengertian Penyakit Difteri
Difteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan
oleh corynebacterium diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran
pada kulit dan atau mukosa.
Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling
sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya
imunisasi aktif pada masa anak-anak dini.
(Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)
Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang
adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya
“pseudomembran”.(Ngastiyah: 1990 ; 41)
Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari
corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas
murosa saluran pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat
dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya
membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan.
(www.podnova.com).
Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil,
faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjungtiva atau vagina. (www.padnova.com)
B. Jenis-jenis Penyakit Difteri
Menurut tingkat keparahannya, penyakit ini dibagi menjadi 3 tingkat yaitu :
a. Infeksi ringan bila pseudomembran hanya terdapat pada mukosa hidung dengan
gejala hanya nyeri menelan.
b. Infeksi sedang bila pseudomembran telah menyerang sampai faring (dinding
belakang rongga mulut) sampai menimbulkan pembengkakan pada laring.
c. Infeksi berat bila terjadi sumbatan nafas yang berat disertai dengan gejala
komplikasi seperti miokarditis (radang otot jantung), paralisisnefritis (radang
ginjal). (kelemahan anggota gerak) dan
Disamping itu, penyakit ini juga dibedakan menurut lokasi gejala yang dirasakan
pasien :
a. Difteri hidung
Penderita mengalami pilek dengan ingus yang bercampur darah. Gejalanya
paling ringan dan jarang terdapat. Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian
secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren.
Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.
b. Difteri faring dan tonsil
Dengan gejala radang akut tenggorokan, demam sampai dengan 38,5 derajat
celsius, nadi yang cepat, tampak lemah, nafas berbau, timbul pembengkakan
kelenjar leher. Pada difteri jenis ini juga akan tampak membran berwarna putih
keabu abuan kotor di daerah rongga mulut sampai dengan dinding belakang mulut
(faring).
c. Difteri laring
Gejalanya tidak bisa bersuara, sesak, nafas berbunyi, demam sangat tinggi
sampai 40 derajat celsius, sangat lemah, kulit tampak kebiruan, pembengkakan
kelenjar leher. Difteri jenis ini merupakan difteri paling berat karena bisa
mengancam nyawa penderita akibat gagal nafas.
d. Difteri kutaneus dan vaginal
Gejala biasanya berupa luka mirip sariawan pada kulit dan vagina dengan
pembentukan membran diatasnya. Namun tidak seperti sariawan yang sangat
nyeri, pada difteri, luka yang terjadi cenderung tidak terasa apa apa.(Laurentz:
1993; 7).
C. Cara Pengobatan
a. Pengobatan Umum
Meliputi perawatan yang baik, istirahat total di tempat tidur, isolasi penderita, dan
makan lunak yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori.
Pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain
pemeriksaan EKG tiap minggu.
b. Pengobatan khusus
a. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari
berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata
penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi
dengan cara besderka.
b. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas
panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75
mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.
b. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi
miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari
selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap. (Moelyono: 1987;
550).
III. Penutup
A. Kesimpulan
Difteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil
racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri
ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring.
Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan
kerusakaan saraf dan juga jantung.
Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan
selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri, dan bahan lainnya,
didekat tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan
bewarna keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapisan
lender dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran
udara secara tiba-tiba bisa terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak
mengalami kesulitan bernafas.
Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan.
Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan
biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi
akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat
melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang
tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan
bersin penderita.
Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri
jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk
meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut.
Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit
yang menyerang saluran pernafasan ini.
DAFTAR PUSTAKA
Rampengan,Laurentz. 1993. Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Jakarta: EGC.
Vohr,BR; William. 1986.Age of DPT Immunization of Special Care Nursery
Graduates. Pediatrics.
Parwati; Moelyono, dkk . 1987. Pengalaman Penggunaan ADS pada Difteri Anak.
Buku Abstrak KONIKA. Jakarta.
www.infokedokteran.com diunduh Sabtu, 24 Desember 2010 ; 20.13 WIB.
www.infeksi.com diunduh Sabtu, 24 Desember 2010 : 20.15 WIB.
www.podnova.com diunduh Senin,19 Desember 2010 ; 18.27 WIB.
makalah difteri BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini
disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran
pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan
laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita
yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat
berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20,
difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai
pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri
sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan
sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai.
Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak
terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap
penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
1.2 TUJUAN UMUM
Untuk memenuhi tugas untuk mata kuliah keperawatan anak
1.3 TUJUAN KHUSUS
Untuk mengetahui pengertian difteria Untuk megetahui etiologi difteria Untuk mengetahui tanda dan gejala difteria Untuk mengetahui pengobatan dan pencegahan penyakit difteria Untuk mengetahui askep untuk penyakit difteria
BAB II
PEMBAHASAN
1. Definisi
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang di sebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheria.mudah menular dan yang di serang terutama traktus respiratorius bagian atas dengan tanda
khas terbentuknya pseudomembran dan di lepaskannya eksotoksin yang dapat menimbulkan gejala
umum dan lokal.
2. Etiologi
Di sebabkan oleh corynebacterium diphtheria,bakteri gram positif yang bersifat polimorf,tidak
bergerak dan tidak membentuk spora.pewarnaan sediaan langsung dapat di lakukan dengan biru
metilen atau biru toluidin.basil ini dapat di temukan dengan langsung dari lesi.
3. Sifat-sifat kuman
Polimorf,gram positif,tidak bergerak dan tidak membentuk spora,mati pada pemanasan 60 c selama
10 menit,tahan sampai beberapa minggu dalam es,air,susu dan lender yang telah mongering.terdapat
3jenis basil yaitu bentuk gravis,mitis dan intermedius atas dasar perbedaan bentuk kolonindalam biakan
agar darah yang mengandung kalium telurit.
Basil dapat membentuk
1. pseudomembran yang sukar diangkat,mudah berdarah dan berwarna putih keabu-abuan yang
meliputi daerah yang terkena terdiri dari fibrin,leukosit,jaringan nekrotik dan basil.
2. eksotoksin yang sangat ganas dan dapat meracuni jaringan setelah beberapa jam di absorbs dan
memberikan gambaran perubahan jaringan yang khas terutama pada otot jantung,ginjal dan jaringan
saraf.satu perlima puluh ml toksin dapat membunuh marmut dan lebih kurang 1/50 dosisi ini di pakai
untuk uji schick.
-Schick tes
Tes kulit ini digunakan untuk menetukan status imunitas penderita.tes ini tidak berguna untuk diagnosis
dini karena baru dapat dibaca beberapa hari kemudian.
Caranya:0,1 ml (1/50 MLD)cairan toksin difteri di suntikkan intradermal.bila
dalam tubuh penderita tidak ada antitoksin,terjadi pembengkakan,eritema dan sakit yang terjadi 3-5
hari setelah suntikan.bila pada tubuh penderita terdapat antitoksin maka toksin akan dinetralisir
sehingga tidak terjadi reaksi kulit.
4. patogenesis
basil hidup dan berkembang pada traktus respitarius bagian atas terlebih-lebih bila terdapat
peradangan kronis pada tonsil,sinus dan lain-lain.tetapi walaupun jarang basil dapat pula hidup pada
daerah vulva,telinga dan kulit.pada tempat ini basil membentuk pseudomembran dan melepaskan
eksotoksin.pseudomembran dapat timbul local atau kemudian menyebar dari faring atau tonsil ke laring
dan seluruh traktus respiratorius bagian atas sehingga menimbulkan gejala yang lebih berat .kelenjar
getah bening sekitarnya akan mengalami hyperplasia dan mengandung toksin.eksotoksin dapat
mengenai jantung dan menyebabkan miokarditis toksik atau mengenai jaringan saraf perifer sehingga
timbul paralisis terutama pada otot-otot pernafasan.toksin juga menimbulkan nekrosis fokal pada hati
dan ginjal,malahan dapat timbul nefritis interstitialis(jarang sekali).kematian terutama di sebabkan oleh
sumbatan membrane pada laring dan trakea,gagal jantung,gagal pernafasanatau akibat komplikasi yang
sering yaitu bronkopneumonia.
5. Epidemiologi
Penularan umumnya melalui udara,berupa infeksi droplet selain itu dapat pula melalui benda atau
makanan yang terkontaminasi.
Klasifikasi
Biasanya pembagian di buat menurut tempat atau lokalisasi jaringan yang terkena
infeksi.pembagian berdasarkan berat ringannya penyakit jug di ajukan oleh beach dkk.(1950) sebagai
berikut:
1. infeksi ringan
Pseudomembran terbatas pada mukosa hidung atau fausial dengan gejala hanya nyeri menelan.
2. infeksi sedang
Pseudomembran menyebar lebih luas sampai ke dinding posterior faring dengan edema ringan
laring yang dapat diatasi dengan pegobatan konservatif.
3. infeksi berat
Di sertai gejala sumbatan jalan nafas yang berat,yang hanya dapat diatasi dengan trakeastomi.juga
gejala komplikasi miokarditis,paralisis ataupun nefritis dapat menyertainya.
6. Gejala klinis
Masa tunas 2-7 hari.selanjutnya gejala klinis dapat di bagi dalam gejala umum dan gejala lokal serta
gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena gejala umum yang timbul berupa demam tidak
terlalu tinggi,lesu,pucat,nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangat lemah
sekali.gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau
nyeri menelan atau sesak nafas dengan serak dan stridor,sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung
kepada jaringan yang terkena seperti miokarditis,paralisis jaringan saraf atau nefritis.
1) Difteri hidung
Gejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%).mula-mula hanya tampak pilek,tetapi
kemudian sekeret yang kluar tercampur darah sedikit yang berasal dari pseudomembran.penyebaran
pseudomembran dapat pula mencapai faring dan laring.penderita diobati seperti penderita difteri
lainnya.
2) Difteri faring dan tonsil (difteri fausial)
Paling sering di jumpai (75%).terdapat radang akut tenggorokan,demam sampai 38,5
cc,takikardi,tampak lemah,napas berbau,timbul pembengkakan kelenjar regional (bull neck).membran
dapat berwarna putih,abu-abu kotor,atau abu kehijauan dengan tepi yang sedikit terangkat.bila
membran diangkat akan timbul pendarahan.tetapi prosedur ini dikontradikasikan memper
cepatpenyerapan toksin.
3) Difteri laring dan trakea
Lebih sering sebagai jalaran difteri faring dan tonsil (3 kali lebih banyak )dari pada primer mengenai
laring.gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stiridor inspirasi jelas dan bila lebih berat
dapat timbul sesak nafas berat,sianosis,demam sampai 40 cc dan tampak retraksi suprasternal serta
epigastrium.pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck.pada pemeriksaan laring
tampak kemerahan,sebab,banyak sekeret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran.bila anak
terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trakeostomi sebagai
pertolongan pertama.
4) Difteri kutaneus
Merupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapatan eng tie (1965)
mendapatkan 30% infeksi kulit yang diperiksanya mengandung kuman difteri.dapat pula timbul di
daerah konjungtiva,vagina dan umbilikus.
7. Diagnosis
Diagnosis dini difteri sangat penting karena keterlambatan pemberian antitoksin sangat
mempengaruhi prognosa penderita.
Diagnosis harus segera ditegakkan berdasarkan gejala-gejala klinik tanpa menunggu hasil
mikrobiologi.karena preparat smear kurang dapat di percaya,sedangkan untuk biakan membutuhkan
waktu beberapa hari.
adanya membran di tenggorok tidak terlalu spesifik untuk difteri,karena beberapa penyakit lain juga
dapat ditemui adanya membran.tetapi membran pada difteri agak berbeda dengan membran penyakit
lain,warna membran pada difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai dengan lebih banyak fibrin
dan melekat dengan mukosa dibawahnya.bila diangkat terjadi pendarahan.biasanya dimulai dari tonsil
dan menyebar ke uvula.
8. Diagnosa banding
Pada difteri nasal perdarahan yang timbul Harus dibedakan dengan perdarahan akibat luka dalam
hidung,korpus alienium atau sifilis kongenital.
a. Tonsilitis folikularis atau lakunaris
terutama bila membran masih berupa bintik-bintik putih.anak harus dianggap sebagai penderita difteri
bila panas tidak terlalu tinggi tetapi anak tampak lemah dan terdapat membran putih kelabu dan mudah
berdarah bila diangkat.tonsilitis lakunaris biasanya disertai panas yang tinggi sedangkan anak tampak
tidak terlampau lemah,faring dan tonsil tampak hiperimis dengan membran putih kekuningan,rapuh dan
lembek,tidak mudah berdarah dan hanya terdapat pada tonsil saja.
b. Angina plaut vincent
penyakit ini juga membentuk membran yang rapuh,tebal,berbau dan tidak mudah berdarah.sediaan
langsung akan menunjukkan kuman fisiformis (gram positif) dan spirila (gram negatif).
c. Infeksi tenggorok oleh mononukleosus infeksiosa
terdapat kelainan ulkus membranosa yang btidak mudah berdarah dan disertai pembengkakan kelenjar
umum.khas pada penyakit ini terdapat peningkatan monosit dalam darah tepi.
d. Blood dyscrasia (misal agranulositosis dan leukemia)
mungkin pula ditemukan ulkus membranusa pada faring dan tonsil.difteri laring harus dibedakan dengan
laringitis akuta,laringotrakeitis,laringitis membranosa(dengan membran rapuh yang tidak berdarah)atau
benda asing pada laring,yang semuanyaakan memberikan gejala stridor inspirasi dan sesak.
9. Pengobatan
a. Pengobatan umum
terdiri dari perawatan yang baik,mutlak ditempat tidur,isolasi penderita dari pengawasan yang ketat
atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG setiap minggu.
b. Pengobatan spesifik
1. Anti diphtheria serum(ADS) diberikan sebanyak 20.000 U/hari selama 2 hari berturut-turut dengan
sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata.bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut,maka
harus dilakukan desensitisasi dengan cara besredka.
2. Antibiotika.di bagian ilmu kesehatan anak FKUI-RSCM jakarta diberikan penisilin prokain 50.000
U/kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas.pada pederita yang dilkukan trakeaostomi,ditambahkan kloram
fenikol 75 mg/kgbb/hari,dibagi 4 dosis.
3. Kortikostiroid.obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat
berbahaya.dapat
diberikanprednison 2 mg/kgbb/hari,selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
10. Komplikasi
1.Saluran pernafasan
obstruksi jalan nafas dengan segala akibatnya,bronkopneumonia atelektasis.
2. Kardiovaskuler
miokarditis akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit ini
3. Urogenital
dapat terjadi nefritis
4. Susunan saraf
kira-kira 10% penderita difteri akan mengalami komplikasi yang mengenai sistem susunan saraf
terutama sistem motorik.
11. Pencegahan
1. Isolasi
penderita penderita difteri harus diisolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan
langsung menunjukkan tidak terdapat corynebacterium diphtheria 2 kali berturut-turut.
2. Imunisasi
imunisasi dasar di mulai pada umur 3 bulan di lakukan 3 kali berturut-turut dengan selang waktu 1
bulan.biasanya di berikan bersama-sama toksoid tetanus dan basil B.pertusis yang telah di matikan
sehingga di sebut tripel vaksin DTP dan diberikan dengan dosis 0,5 ml subcutan atau
intramuskular .vaksinasi ulang dilakukan 1 tahun sesudah suntikan terakhir dari imunisasi dasar atau
kira-kira umur 1 ½ -2 tahun dan pada umur 5 tahun.selanjutnya setiap 5 tahun sampai dengan usia 15
tahun hanya di berikan vaksin difteri dan tetanus (vaksin DT) atau apabila ada kontak dengan penderita
difteri.
3. Pencarian dan kemudian mengobati karier difteri .
dilkukan dengan uji schick,yaitu bila hasil negatif (mungkin penderita karier atau pernah mendapat
imunisasi)mka harus dilakukan hapusan tenggorok.jika ternyata ditemukan corynebacterium
diphtheria,penderita harus diobati dan bila perlu dilakukan tonsilektomi.
12. Prognosis
Nelson berpendapat kematian penderita difteri sebesar 3-5% dan sangat bergantung pada:
1. Umur penderita,karena makin muda umur anak prognosis makin buruk.
2. Perjalanan penyakit,karena makin lanjut makin buruk proknosisnya.
3. Letak lesi difteri
4. Keadaan umum penderita,misalnya prognosisnya kurang baik pada penderita gizi kurang
5. Pengobatan.makin lambat pemberian antitoksin,prognoasis akan makin buruk.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan:
Difteria adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang disebabkan oleh kuman corynebacterium
diphtheria.mudah menular dan yang serang terutama traktus respiratorius bagian atas dengan tanda
khas terbentuknya pseudomembran dan dilepaskannyaeksotoksin yang dapat menimbulkan gejala
umum dan lokal.
Tanda dan gejalanya adalah demam yang tidak terlalau tinggi, lesu, pucat, sakit kepala, anoreksia,
lemah,nyeri telan,sesak napas,serak hingga adanya stridor.
Saran: ,
untuk pembuatan makalah ini saya menyadari masih banyak kekurangan saya berharap bagi
pembacanya untuk mengkritik guna untuk menyempurnakan makalah ini.terima kasih
MAKALAH ANAK DENGAN DIFTERI ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DIFTERI
Disusun Oleh :1. Anung Prapmita (07005) 6. Lusiyana (07026)2. Dedi Sudrajat (07052) 7. Lince Romatua (07071)3. Dewi Nopia (07053) 8. Reni Soraya (07080)4. Evi Aristi Pertiwi (07016) 9. Rina Rizky (07036)5. Frisda Norma (07065) 10. Yunita Hapsari (07046)
AKPER RUMKIT POLPUS RS SOEKANTOJAKARTA 2009 - 2010KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas mata ajar Keperawatan Anak I yang berjudul “Asuhan Keperawatan Anak dengan Difteri”.Dalam menyelesaikan makalah ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik moril maupun materil dari banyak pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. KOMBES POL Yuyun Kurniasih, Skep, Mkep, selaku direktur Akper Rumkit Pol Pus Rs Soekanto Jakarta. 2. AKBP Enida Thamrin, Skm, Skep, selaku koordinator mata ajar keperawatan Anak I.3. Harti Budi L,Skep selaku pembimbing makalah Keperawatan Anak dengan Difteri.4. Semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,Baik susunan maupun isi makalah ini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini di masa yang akan
datangPenulis mengharapkan dengan tersusunnya makalah ini semoga dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan mahasiswa / i Akper Rumkit Polpus Rs Soekanto pada khususnya.
Jakarta, Mei 2009
PenulisiDAFTAR ISI
Kata pengantar …………………………………………………. ( i )Daftar isi ……..………………………………………….. (ii)
BAB I PendahuluanA. Latar Belakang ……….………………………………………… ( 1 )B. Tujuan Penulisan ……….………………………………………… ( 2 )C. Ruang Lingkup ……….………………………………………… ( 2 )D. Metode Penulisan ……….………………………………………… ( 2 )E. Sistematika Penulisan ……….………………………………………… ( 3 )
BAB II Tinjauan TeoriA. Pengertian ………………….……………………………… ( 4 )B. Patofisiologia) Etiologi …………………………………………….…… ( 5 )b) Perjalanan Penyakit ..………………................................... ( 5 )c) Manisfestasi klinis ……………………................................ ( 6 )1.A Klasifikasi ……………………................................ ( 6 )d) Komplikasi ……………………................................ ( 8 )C. Penatalaksanaan ……………………................................ ( 9 )D. Gambar ……………………................................ (10)
BAB III Asuhan Keperawatan A. Pengkajian Keperawatan ………………….................................... (12)B. Diagnosa Keperawatan .……………………................................ (12)C. Perencanaan Keperawatan …………………………………………………… (12)D. Pelaksanaan Keperawatan …………………………………………………… (15)
BAB IV Penutup A. Kesimpulan …………………………………………………… (16)B. Saran …………………………………………………… (17)
Daftar Pustaka
ii
BAB IPENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri corynebacterium diphtheria yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, Nasofaring (bagian antara hidung dan faring atau tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui hubungan dekat, udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.Penderita difteri umumnya anak-anak, usia dibawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda. Penyakit ini juga dijmpai pada daerah padat penduduk dingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan diri sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyptheria, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksi imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksi difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Tujuan Umum
a) Untuk memenuhi tugas Mata Ajar Keperawatan Anak dengan Difterib) Diperoleh pengalaman dalam membuat Asuhan Keperawatan Anak dengan Difteri
2. Tujuan Khusus
a) Mampu melakukan pengkajian pada anak dengan Difterib) Mampu menentukan masalah keperawatan pada klien anak dengan Difteric) Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada anak dengan Difterid) Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien anak dengan Difterie) Mampu melakukan evaluasi keperawatan pada anak dengan Difteri
C. Ruang Lingkup
Dalam penyusuna makalah ini penulis hanya membatasi masalah mengenai Asuhan Keperawatan pada anak dengan Difteri.
D. Metode Penulisan
Dalam penulisan makalah ini, penulis menggunakan metode deskriftif, yaitu dengan mengumpulkan data, menganalisis dan menarik suatu kesimpulan, dan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku, dikatat dan sumber ilmiah lain yang berhubungan dengan judul dan permasalahan dalam karya tulis ini.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terjadi dari 4 bab yang disusun secara sistematika dengan urutan
sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari Latar belakang, Tujuan, Ruang lingkup, Metode penulisan, dan sitematika penulisan.BAB II : Tinjauan Teoritis yang meliputi pengertian, patofisiologi (yang terdiri dari etiolagi, pejalanan penyakit, manifestasi klinis, komplikasi), dan penatalaksanaan.BAB III : Asuhan Keperawatan yang terdiri dari Pengkajian keperawatan, Diagnosa keperawatan,Perencanaan keperawatan, Pelaksanaan keperawatan, Evaluasi keperawatan.BAB IV : Penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran
BAB IITINJAUAN TEORI
1. PengertianDifteri adalah suatu penyakit infeksi toksik akut yang menular, disebabkan oleh corynebacteri um diphtheriae dengan ditandai pembentukan pseudomembran pada kulit dan atau mukosa.Difteri adalah suatu infeksi demam akut, biasanya ditenggorok dan paling sering pada bulan-bulan dingin pada daerah beriklim sedang. Dengan adanya imunisasi aktif pada masa anak-anak dini. (Merensien kapian Rosenberg, buku pegangan pediatric, Hal. 337)Difteri adalah suatu infeksi, akut yang mudah menular dan yang sering diserang adalah saluran pernafasam bagian atas dengan tanda khas timbulnya “pseudomembran”.(Ngastiyah perawatan anak sakit, edisi 2 Hal. 41)Diferi adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari corynebacterium diphtheriae (c. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas murosasaluran
pernafasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat dirasakan ialah sakit letak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tansil serta bagian saluran pernafasan. (www.podnova.com) Difteri adalah suatu penyakit bakteri akut terutama menyerang tansil, faring, laring, hidung, adakalanya menyerang selaput lendir atau kulit serta kadang-kadang konjungtiva atau vagina. (www.padnova.com)2. Patofisiologia. EtiologiPenyebabnya adalah bakteri corynebacterium diphtheriae. Bakteri ini ditularkan melalui percikan ludah yang dari batuk penderita atau benda maupun makanan yang telah terkontaminasi oleh bakteri. Biasanya bakteri berkembang biak pada atau disekitar permukaan selaput lendir mulut atau tenggorokan dan menyebabkan peradangan beberapa jenis bakteri ini menghasilkan teksik yang sangat kuat, yang dapat menyebabkan kerusakan pada jantung dan otak. Masa inkubasi 1-7 hari (rata-rata 3 hari). Hasil difteria akan mati pada pemanasan suhu 60oc selama 10 menit, tetapi tahan hidup sampai beberapa minggu dalam es, air, susu dan lender yang telah mengering. b. Perjalanan Penyakit
c. Manifestasi KlinisMasa tunas 3-7 hari khas adanya pseudo membrane, selanjutnya gejala klinis dapat dibagi dalam gejala umum dan gejala akibat eksotoksin pada jaringan yang terkena. Gejala umum yang timbul berupa demam tidak terlalu tinggi lesu, pucat nyeri kepala dan anoreksia sehingga tampak penderita sangatlemah sekali. Gejala ini biasanya disertai dengan gejala khas untuk setiap bagian yang terkena seperti pilek atau nyeri menelan atau sesak nafas dengan sesak dan strides, sedangkan gejala akibat eksotoksin bergantung kepada jaringan yang terkena seperti iniokorditis paralysis jaringan saraf atau nefritis. a. Klasifikasi :1. Difteria hidungGejalanya paling ringan dan jarang terdapat (hanya 2%). Mula-mula hanya tampak pilek, tetapi kemudian secret yang keluar tercampur sedikit yang berasal dari pseudomembren. Penyebaran pseudomembran dapat pula mencapai foring dan laring.
2. Difteria faring dan tonsil (difteria fausial)Paling sering dijumpai (I 75%). Gejala mungkin ringan. Hanya berupa radang pada selaput pada selaput lendir dan tidak membentuk pseudomembran, dapat sembuh sendiri dan memberikan imunitas pada penderita. Pada penyakit yang lebih berat, mulainya seperti radang akut tenggorok dengan suhu yang tidak terlalu tinggi dapat ditemukan pseudomembran yang mula-mula hanya berapa bercak putih keabu-abuan yang cepat meluas ke nasofaring atau ke laring, nafas berbau dan timbul pembengkakan kelenjar regional sehingga leher tampak seperti leher sapi (bull neck)Dapat terjadi salah menelan dan suara serak serta stridor inspirasi walaupun belum terjadi sumbatan faring. Hal ini disebabkan oleh paresisi palatum mole. Pada pemeriksaan darah dapat terjadi penurunan kadar haemoglobin dan leukositosis, polimorfonukleus, penurunan jumlah eritrosit dan kadar albumin, sedangkan pada urin mungkin dapat ditemukan albuminuria ringan.
3. Diftheria Laring dan tracheaLebih sering sebagai penjalaran difteria faring dan tonsil (3 kali lebih banyak dari pada primer mengenai laring. Gejala gangguan jalan nafas berupa suara serak dan stridor inspirasi jelas dan bila lebih berat dapat timbul sesak nafas hebat. Slanosis
dan tampak retraksi suprastemal serta epigastrium. Pembesaran kelenjar regional akan menyebabkan bull neck. Pada pemeriksaan laring tampak kemerahan sembab, banyak secret dan permukaan ditutupi oleh pseudomembran. Bila anak terlihat sesak dan payah sekali maka harus segera ditolong dengan tindakan trake ostomi sebagai pertolongan pertama.
4. Diftheria FaeraneusMerupakan keadaan yang sangat jarang sekali terdapat. Tan Eng Tie (1965) mendapatlan 30% infeksi kulit yang diperiksanya megandung kuman diphtheria. Dapat pula timbul di daerah konjungtiva, vagina dan umbilicus.
d. Komplikasi
a. Aluran PernafasanObstruksi jalan nafas dengan segala bronkopnemonia atelaktasiob. KardiovaskulerMiokarditir akibat toksin yang dibentuk kuman penyakit inic. Urogenital Dapat terjadi Nefritisd. Susunan darafKira-kira 10% penderita difteria akan mengalami komplikasi yang mengenai system susunan saraf terutama system motorik Paralisis / parese dapat berupa : 1. Paralasis / paresis palatum mole sehingga terjadi rinolalia, kesukaran menelan sifatnya reversible dan terjadi pada minggu ke satu dan kedua. 2. Paralisis / paresis otot-otot mutu, sehingga dapat mengakibatkan strabisinus gangguan akomodasi, dilatasi pupil atau ptosis, yang setelah minggu ke tiga. 3. Paralisis umum yang dapat timbul setelah minggu ke 4, kelainan dapat mengenai otot muka, leher anggota gerak dan yang paling penting dan berbahaya bila mengenai otot pernafasan.
3. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan MandiriTerdiri dari : Perawatan yang baik, istirahat mutlak ditempat tidur, isolasi penderita
dan pengawasan yang ketat atas kemungkinan timbulnya komplikasi antara lain pemeriksaan EKG tiap minggu. 2. Penatalaksanaan Medisa. Anti Diphteria Serum (ADS) diberikan sebanyak 20.000 untuk hari selama 2 hari berturut-turut dengan sebelumnya dilakukan uji kulit dan mata bila ternyata penderita peka terhadap serum tersebut, maka harus dilakukan desentitisasi dengan cara besderkab. Antibiotika diberikan penisilan 50.000 untuk kgbb/hari sampai 3 hari bebas panas. Pada penderita yang dilakukan trakeostomi, ditambahkan kloramfenikol 75 mm/kg bb/hari dibagi 4 dosis.c. Kortikosteroid obat ini di maksudkan untuk mencegah timbulnya komplikasi miokarditis yang sangat berbahaya. Dapat diberikan prednison 2 mg/kkbb/hari selama 3 minggu yang kemudian dihentikan secara bertahap.
4. Gambar Penyakit Difteri
Diftheria Faeraneus
Bull’s neck
Pseudomembrane diphtheria
BAB IIIASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian Keperawatan1. Riwayat Keperawatan; Riwayat terkena penyakit infeksi, status immunisasi2. Kaji tanda-tanda yang terjadi pada Nasa, tonsil/faring, dan laring3. Lihat dari Manifestasi klinis berdasarkan atur patofisiologi
2. Diagnosa Keperawatan1. Tidak efektif bersihan jalan Nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas2. Resiko penyebarluasan infeksi berhubungan dengan organisme virulen3. Resiko kurangnya volume cairan berhubungan dengan proses penyakitnya (metabolisme meningkat, intake cairan menurun).4. Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.
3. Perencanaan Keperawatan1. Tidak efektif bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafasTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan jalan nafas efektifKH : Jalan Nafas Kembali Normal
Intervensi :1. Kaji status pernafasan, observasi irama dan bunyi pernafasan2. Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi3. Suction jalan nafas jika terdapat sumbatan4. Berikan oksigen sebelum dan setelah dilakukan suction5. Lakukan fisioterapi dada.6. Persiapkan anak untuk dilakukan trakeostomi7. Lakukan pemeriksaan Analisa Gas Darah.8. Lakukan Intubasi jika ada indikasi.
Evaluasi : Jalan nafas kembali efektif
2. Resiko Penyebarluasan Infeksi berhubungan dengan organisme VirulenTujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan perluasan infeksi tidak terjadi.KH : Tidak ditemukan perluasan infeksi
Intervensi :1. Tempatkan anak pada ruang khusus2. Pertahankan isolasi yang ketat di RS3. Gunakan Prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak dengan Anak. (APD).4. Berikan Antibiotik sesuai Intruksi dokterEvaluasi : Penyebarluasan infeksi tidak terjadi.
3. Resiko tinggi tejadinya kekurangan volume cairan berhubungan dengan penyakit (Metabolisme meningkat, intake cairan menurun).Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan volume cairan terpenuhi.KH : Anak dapat mempertahankan keseimbangan cairan Dehidrasi tidak terjadi Intervensi : 1. Monitor intake output secara tepat, pertahankan intake cairan dan elektrolit yang tepat.2. Kaji adanya tanda-tanda Dehidrasi (membrane mukosa kering, turgor, kulit kurang, Produksi urin menurun, frekuensi denyut jantung dan pernafasan, meningkat, tekanan darah menurun, fontanel cekung).3. Kolaborasi untuk pemberian cairan parenteral jika pemberian cairan melalui oral tidak memungkinkan.Evaluasi : Keseimbangan cairan dapat dipertahankan
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang kurang.Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.KH : - Berat badan anak bertambah- Turgor kulit baikIntervensi : 1. Kaji ketidakmampuan anak untuk makan2. Pasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak
3. Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral4. Monitor indicator terpenuhi kebutuhan nutrisi (berat badan, lingkar lengan, membran mukosa) yang adekuat.Evaluasi :
Tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
4. Pelaksanaan KeperawatanPada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi (pelaksanaan) perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritas perawatan. Memantau dan mendokumentasikan pelaksanaan perawatan. (Doenges E Marilyn, dkk, 2000).BAB IVPENUTUP
A. KesimpulanDifteri adalah suatu infeksi akut yang disebabkan oleh bakteri penghasil racun corynebacterium diphtheria, dan lebih sering menyerang anak-anak. Bakteri ini biasanya menyerang saluran pernafasan, terutama laring, tonsil, dan faring. Tetapi tidak jarang racun juga menyerang kulit dan bahkan menyebabkan kerusakaan saraf dan juga jantung.Pada serangan difteri berat akan ditemukan psudomembran, yaitu lapisan selaput yang terdiri dari sel darah putih yang mati, bakteri, dan bahan lainnya, didekat tonsil dan bagian faring yang lain. Membrane ini tidak mudah robek dan bewarna keabu-abuan. Jika membran ini dilepaskan secara paksa maka lapsan lender dibawahnya akan berdarah. Membran inilah penyebab penyempitan saluran udaraaau secara tiba-tiba bias terlepas dan menyumbat saluran udara sehingga anak mengalami kesulitan bernafas.Berdasarkan gejala dan ditemukanya membran inilah diagnosis ditegakkan. Tidak jarang dilakukan pemeriksaan terhadap lendir di faring dan dibuatkan biakan dilaboratorium. Sedangkan untuk melihat kelainan jantung yang terjadi akibat penyakit ini dilakukan pemeriksaan dengan EKG. Penularan difteri dapat melalui kontak langsung seperti berbicara dengan penderita, melalui udara yang tercemar oleh carier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.Tetapi sejak diperkenalkan vaksin DPT (Difteri, Pertusis, Tetanus), penyakit difteri jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan system kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
B. Saran
Karena difteri adalah penyebab kematian pada anak-anak, maka disarankan untuk anak-anak wajib diberikan imunisasi yaitu vaksin DPT yang merupakan wajib pada anak, tetapi kekebalan yang diperoleh hanya selama 10 tahun setelah imunisasi. Sehingga orang dewasa sebaiknya menjalani vaksinasi booster (DT) setiap 10 tahun sekali, dan harus dilakukan pencarian dan kemudian mengobati carier difteri dan dilkaukan uji schick.Selain itu juga kita dapat menyarankan untuk mengurangi minum es karena minum minuman yang terlalu dingin secara berlebihan dapat mengiritasi tenggorokan dan menyebabkan tenggorokan tersa sakit. Juga menjaga kebersihan badan, pakaian, dan lingkungan karena difteri mudah menular dalam lingkungan yang buruk dengan tingkat sanitasi rendah. Dan makanan yang dikonsumsi harus bersih yaitu makan makanan 4 sehat 5 sempurna.Sedangkan untuk perawat, penderita dengan difteri harus diberikan isolasi dan baru dapat dipulangkan setelah pemeriksaan sediaan langsung menunjukkan tidak terdapat lagi C. diphtheria 2x berturut-turut. Gunakan prosedur terlindungi infeksi jika melakukan kontak langsung dengan anak (APD).
Daftar Pustaka
Carpentino, Lynda Juall.2001.Buku Saku :Diagnosa keperawatan edisi: 8 Peneterjemah Monica Ester