Pengukur Curah Hujan Manual

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Pengukur Curah Hujan Manual

Citation preview

Pengukur Curah Hujan Manual (Observatorium/Ombrometer)

Product no.:AD9

List price:Rp1.700.000,00

Your price:Rp1.500.000,00

You save:Rp200.000,00(11%)

Top of FormBUYBottom of FormCurah hujan dapat diukur dengan alat pengukur curah hujan otomatis atau yang manual. Alat-alat pengukur tersebut harus diletakkan pada saerah yang alamiah, sehingga curah hujan yang terukur dapat mewakili wilayah yang luas. Salah satu tipe pengukur hujan manual yang paling banyak dipakai adalah tipe observatorium (obs) atau sering disebut Ombrometer. Data yang didapat dari alat ini adalah curah hujan harian. Curah hujan dari pengukuran alat ini dihitung dari volume air hujan dibagi dengan luas mulut penakar.Alat tipe observatorium ini merupakan alat baku dengan mulut penakar seluas 100 cm2 dan dipasang dengan ketinggian mulut penakar 1-2 m dari permukaan tanah.

Bahan Terbuat dari Galvanis yang dibalut dengan cat anti karat sehingga dapat digunakan bertahun-tahun. Kalibrasi Alat dari BMKG Indonesia sehingga keakuratannya dapat di pertanggungjawabkan. Luas corong sesuai standar pengukur curah hujan.Alat ini sudah dilengkapi gelas ukur.

Read more:http://geo-mining.webnode.com/products/pengukur-curah-hujan-manual-observatorium-ombrometer-/Create your own website for free:http://www.webnode.com

MEMBUAT ALAT PENGUKUR CURAH HUJAN SANGATSEDERHANA1 Vote

Hi teman2!Setelah sekian lama cari penjual alat pengukur curah hujan di kupang, sambil nanya sana sini dan hasilnya tetap nihil(saya nyari info sampai nanya di toko secara random udah hamper enam bulanan loh), bahkan saya googlingeh nemunya selalu di Jawa yang jual, udah gitu harganya mihil bingit. Ya akhirnya saya berfikir kenapa tidak buat sendiri aja, toh sekarang udah musim hujan, dan hujan di musim hujan udah tidak dapat ditunda lagi ( Hujan di Kupang tahun ini udah ditunda loh ama yang diatas mpe akhir desember baru turun hujan), buatku sih ini bonus waktu untuk memperpanjang pencarian alat atau ide pengganti alat ukur CH yang standart, tapi buat para petani dan sebagian besar orang di Kupang pasti ini siksaan yang berat.Oke, sudah cukup basi basinya. Sekarang langsung aja gimana caranya membuat alat pengukur curah hujan yang sederhana, ini untuk sekedar pengetahuan dasar saja. Bahwa curah hujan diukur dalam satuan mm(millimeter), karena curah hujan ini mengacu pada pengukuran jumlah air yang jatuh dipermukaan datar dihitung dalam periode tertentu diatas permukaan horizontal (jika tidak terjadi evaporasi, run off maupun infiltrasi(saya sudah lupa sumbernya dari mana, tetapi saya ingat waktu kuliah dulu kurang lebihnya kayak gitu definisinya). Sehingga pengukuran curah hujan akan dipengaruhi pula oleh luasan penampang alat penampung hujan, selain lebat/tidaknya hujan tersebut tentunya . Sehingga volume air hujan dibagi luas penampang inilah yang akan menghasilkan besaran curah hujan yang turun dalam katakana satu hari(24 jam). Untuk alat ukur CH sederhana kita perlu persiapkan :1. Membuat alat penampung curah hujan, prinsip dari alat penampung ini adalah minimal diameternya 14 cm( itu standar minimal yang disarankan BMKG). Jika tidak digunakan untuk keperluan ilmiah saya rasa dengan diameter kurang dari itu juga dimaafkan, daripada kita kesulitan mencari penampung dengan diameter 14 cm. prinsip saya tak ada rotan, akarpun jadi. Penampung curah hujan ini bisa dibuat dari kaleng margarin( 1 kg-an), botol air mineral dalam kemasan(AMDK) seperti aqua, ades,dsb. Bahkan dalam kondisi terpaksa aqua cup/ sisa gelasan aqua juga bisa dipakai.Alat ini nantinya dipasang di kebun/sawah/ di daerah yang terbuka dengan jarak minimal ke pohon/naungan adalah + 10 meter. Di sini saya akan lebih focus menggunakan botol AMDK.Ini nih contohnya

alat penampung curah huja diameter 14 cm ( r=7)

alat penampung curah hujan dari botol aqua 1,5 liter2. Membuat alat pentera curah hujan. Alat ini dapat berupa gelas ukur(ini lebih praktis dan mudah, tingggal beli di toko toko kimia/lab), botol susu bayi (biasanya botol bayi ada pengukur mili liternya, pilih botol bayi yang ada penanda mili liternya), kalaupun tidak ada bisa membuat sendiri. Bahan bahannya : botol sisa air minum dalam kemasan dipotong bagian atasnya, spuit 12 ml atau minimal 10 ml dan spidol permanen.untuk membuat alat tera ini, :A. kita isi spuit/ suntikan tinta printer dengan air sebanyak 10 ml,B. kemudian air dari spuit kita pindahkan ke botol/cup AMDK, kita beri tanda dengan spidol permanent dengan membuat garis lurus(air yang sudah berada di AMDK jangan dibuang).C. Kita isi spuit lagi sebanyak 10 ml, lalu kita pindahkan air dari spuit ke dalam botol/cup AMDK, sehingga sekarang di dalam botol/cup AMDK volumenya menjadi 20 ml. kita beri tanda garis sama seperti dipoin b.D. Kita ulangi langkah tersebut hingga ketika volume air dalam botol/cup AMDK mencapai 50 ml, dan ketika volume air mencapai 50 ml dan atau kelipatannyakita buat garis melingkar di botol AMDK( ini hanya untuk memudahkan pembacaan alat tera ini).Alat tera sudah jadi dan siap digunakan. Kira kira jadinya seperti ini (maaf tidak rapi).

alat pentera CH3. Membuat daftar kalibrasi. Daftar ini dilakukan dengan memakai dasar prinsip pengukuran curah hujan yang saya sebut di awal, dimana volume dibagi dengan luas penampang alat penampung curah hujan. Karena alat penampung curah hujan berbentuk silinder dengan penampang bulat, maka saya memakai rumus luas penampang = ( r xr).Di sini daftar kalibrasi yang saya beri contoh hanya untuk luas penampang dengan diameter 14 cm, luas penampang AMDK (agua) botol 600 ml yang ternyata juga memiliki luas penampang sama dengan AMDK cup (aqua) dan botol AMDK 1,5liter.

Cara perhitungan :Untuk 100ml lebih dapat menggunakan kalibrasi 100+ kelebihannya (missal 30 ml) = 1.625+0.487=2.112 mm, jadi untuk alat penampung dengan r=7 (atau diameter 14 cm0 ketika volume air yang ditampung adalah 130 ml, maka dalam hitungan besaran curah hujan adalah 2.112 mm.4. Memasang alat penampung curah hujan. Sayarat lokasi yang kita pasangi adalah:A. daerah terbuka/ tanpa naungan, jika ada naungan harus berjarak + 10 meter dari tempat kita memasang alat penampung curah hujan.B. Pastikan alat penampung curah hujan dipasang pada ketinggian minimal 1,2 meter dari permukaan tanah. Hal ini untuk menghindari percikan air dari tanah masuk ke alat penampung.C. Pasang alat penampung curah hujan diletakkan ditempat dengan permukaan yang rata/ datar dan tidak terjatuh/ miring ketika angin berhembus kuat.seperti ini nih contohnya

5. Pengamatan dilakukan setiap hari pada jam yang sama, missal setiap jam 8 pagi( agar periode pengamatan tetap terjaga 24 jam). Setelah pengamatan air (jika ada, dipindah ke alat pen-tera curah hujan, kemudian alat penampung curah hujan kita kembalikan ke tempat semula untuk digunakan pada pengukuran hari berikutnya. Setelah air dipindahkan ke alat pen-tera curah hujan, dilihat berapa ml dan dikalibrasikan menggunakan table diatas, jangan lupa yasetiap pengamatan dicatat. Setelah dicatat, jangan lupa untuk membuang air hujan yang ada di alat pen-tera curah hujan.Dan setiap bulannya direkap/ setiap sepuluh hari sehingga kita bisa memperoleh data CH dalam satu bulan/ dasarian.Form pengamatan sederhana dapat seperti ini :Bulan :Desa/ Lokasi :Tanggal Volume terukur ( ml) Konversi curah hujan (mm)12345678910..sekian semoga bermanfaat, oh ya jangan lupa tinggalkan saran dan kritik yang membangun ya :))Bagaimana cara menghitung curah hujan?2 mengikuti4 jawabanLaporkan PenyalahgunaanJawabanPeringkat

Jawaban Terbaik:curah hujan adalah: jumlah air yang jatuh di permukaan tanah datar selama periode tertentu yang diukur dengan satuan tinggi (mm) di atas permukaan horizontal bila tidak terjadi evaporasi, runoff dan infiltrasi. Satuan CH adalah mm, inch.terdapat beberapa cara mengukur curah hujan:

1. Alat pengukur CH manual :-. Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang ditampung dibagi luas penampang/mulut penakarMengukur CH harian (mm), diukur 1 kali pada pagi hari-. alat yang digunakan yaitu Observatorium/ombrometer dengan tinggi 120 cm, luas mulut penakar 100 cm2-. akhirnya didapatkan Tinggi CH = Volume / luas mulut penakar (Contoh : terukur 200 ml atau 200 cc maka CH = 200 cm3 / 100 cm2 = 2 cm = 20 mm)

2. Alat pengukur CH otomatis dgn menggunakan prinsip :*. Pelampung*. Timbangan*. JungkitanContoh alat pengukur: Hellman dan Tipping-bucket gauge

Keuntungan alat ukur otomatis :-.Lebih teliti-.Dapat mengetahui waktu kejadian dan intensitas hujan-.Periode pencatatan lebih dari sehari dengan kertas piasbiasanya alat pengukur otomatis ini dipadukan dengan kertas pias sehingga bisa mendapatkan tinggi curah hujan setiap jamnya (intensitas)

3. Sensor pasif (satelit) : menduga potensi hujan berdasarkan klasifikasi awan yang dilakukan dengan analisis cluster. Analisis mengunakan range temperature dan nilai kecerahan kanal 1 dan 2 dari NOAA HRPT data.

4. Sensor aktif (radar) : menduga intensitas hujan dengan memancarkan radiasi gelombang mikro dengan panjang gelombang > 1 cm. Butir hujan, kristal es dan hailstones memancarkan balik radiasi yg dipancarkan sensor radarSemakin besar radiasi balik terukur, semakin besar hujan yang terjadiSumber:dasar-dasar klimatologi, Handoko 1994.