Upload
annisaaislam
View
49
Download
9
Embed Size (px)
DESCRIPTION
diuretik penghambat karbonik anhidrese
Citation preview
PENGHAMBAT KARBONIK ANHIDRASE
Karbonik anhidrase adalah enzim yang terdapat di dalam sel korteks renalis, pankreas,
mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma. Derivat sulfonamid
yang juga dapat menghambat kerja enzim ini adalah asetazolamid dan diklorofenamid.
FARMAKODINAMIK
Efek farmakodinamik yang utama dari asetozolamid adalah penghambatan karbonik
anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan perubahan terbatas pada
organ tempat enzim tersebut berada.
1) Ginjal.
2) Susunan cairan plasma.
3) Mata.
4) Susunan Saraf Pusat.
5) Pernafasan.
FARMAKOKINETIK
Asetazolamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai
dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam.
EFEK NONTERAPI DAN KONTRAINDIKASI
Intoksikasi asetazolamid jarang terjadi. Pada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk
yang terus-menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya
ekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat. Asetazolamid sebaiknya tidak
diberikan selama kehamilan, kerena pada hewan cobra obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.
INDIKASI
Penggunaan asetazolamid yang utama ialah untuk menurunkan tekanan intraokuler pada
penyakit glaukoma. Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk
alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.
SEDIAAN DAN POSOLOGI
Asetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral. Dosis
antara 250-500 mg per kali, dosis untuk chronic simple glaucoma yaitu 250-1000 mg per hari.
Dosis dewasa untuk acute mountain sickness yaitu 2 kali sehari 250 mg, dimulai 3-4 hari
sebelum mencapai ketinggian 3000 m atau lebih, dan dilanjutkan untuk beberapa waktu sesudah
dicapai ketinggian tersebut.
Dosis untuk paralisis periodik yang bersifat familier (familial periodic paralysis) yaitu 250-
750 mg sehari dibagi dalam 2 atau 3 dosis, sedangkan untuk anak-anak 2 atau 3 kali sehari 125 mg.
Diklorofenamid dalam tablet 50 mg, efek optimal dapat dicapai dengan dosis awal 200 mg
sehari, serta metazolamid dalam tablet 25 mg dan 50 mg dan dosis 100-300 mg sehari, tidak terdapat
dipasaran.
1. Inhibitor karbonik anhidraseKarbonik anhidrase adalah enzim yang mengkatalis reaksi CO2 + H2O H2CO3.
Enzim ini terdapat antara lain dalam sel korteks renalis, pankreas, mukosa lambung, mata, eritrosit dan SSP, tetapi tidak terdapat dalam plasma.Inhibitor karbonik anhidrase adalah obat yang digunakan untuk menurunkan tekanan intraokular pada glaukoma dengan membatasi produksi humor aqueus, bukan sebagai diuretik (misalnya, asetazolamid). Obat ini bekerja pada tubulus proksimal (nefron) dengan mencegah reabsorpsi bikarbonat (hidrogen karbonat), natrium, kalium, dan air semua zat ini meningkatkan produksi urine.Yang termasuk golongan diuretik ini adalah asetazolamid, diklorofenamid dan meatzolamid.
AsetazolamidFarmakodinamikaEfek farmakodinamika yang utama dari asetazolamid adalah penghambatan karbonik anhidrase secara nonkompetitif. Akibatnya terjadi perubahan sistemik dan pearubahan terbatas pada organ tempat enzim tersebut berada.Asetazolamid memperbesar ekskresi K+, tetapi efek ini hanya nyata pada permulaan terapi saja, sehingga pengaruhnya terhadap keseimbangan kalium tidak sebesar pengaruh tiazid.FarmakokinetikAsetazolamid diberikan per oral.Asetozalamid mudah diserap melalui saluran cerna, kadar maksimal dalam darah dicapai dalam 2 jam dan ekskresi melalui ginjal sudah sempurna dalam 24 jam. Obat ini mengalami proses sekresi aktif oleh tubuli dan sebagian direabsorpsi secara pasif. Asetazolamid terikat kuat pada karbonik anhidrase, sehingga terakumulasi dalam sel yang banyak mengandung enzim ini, terutama sel eritrosit dan korteks ginjal. Distribusi penghambat karbonik anhidrase dalam tubuh ditentukan oleh ada tidaknya enzim karbonik anhidrase dalam sel yang bersangkutan dan dapat tidaknya obat itu masuk ke dalam sel. Asetazolamid tidak dimetabolisme dan diekskresi dalam bentuk utuh melalui urin.
Efek Samping dan kontraindikasiPada dosis tinggi dapat timbul parestesia dan kantuk yang terus-menerus. Asetazolamid mempermudah pembentukan batu ginjal karena berkurangnya sekskresi sitrat, kadar kalsium dalam urin tidak berubah atau meningkat.Asetazolamid dikontraindikasikan pada sirosis hepatis karena menyebabkan disorientasi mental pada penderita sirosis hepatis.Reaksi alergi yang jarang terjadi berupa demam, reaksi kulit, depresi sumsum tulang dan lesi renal mirip reaksi sulfonamid.Asetazolamid sebaiknya tidak diberikan selam kehamilan karena pada hewan percobaan obat ini dapat menimbulkan efek teratogenik.IndikasiPenggunaan utama adalah menurunkan tekanan intraokuler pada penyakit glaukoma. Asetazolamid juga efektif untuk mengurangi gejala acute mountain sickness.Asetazolamid jarang digunakan sebagai diuretik, tetapi dapat bermanfaat untuk alkalinisasi urin sehingga mempermudah ekskresi zat organik yang bersifat asam lemah.Sediaan dan posologiAsetazolamid tersedia dalam bentuk tablet 125 mg dan 250 mg untuk pemberian oral