129
HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI Oleh MONIKHA INDRYANI SITANGGANG NIM : 141000540 PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2019 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

  • Upload
    others

  • View
    22

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

1

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Oleh

MONIKHA INDRYANI SITANGGANG

NIM : 141000540

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 2: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

2

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN

DAN KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA

ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

MONIKHA INDRYANI SITANGGANG

NIM : 141000540

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2019

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 3: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

i

Pernyataan Keaslian Skripsi

Saya menyatakan dengan ini bahwa skripsi saya yang berjudul

“HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN

PELAKSANAAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN

KESEHATAN KERJA DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN

TAHUN 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya

tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai

dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang

secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas

pernyataan ini, saya siap menanggung risiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada

saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan

dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Januari 2019

Monikha Indryani Sitanggang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 4: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 5: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

iii

Telah diuji dan dipertahankan

Pada tanggal : 8 Januari 2019

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Ir. Kalsum, M.Kes

Anggota : 1. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes

2. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 6: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

iv

Abstrak

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan faktor

yang memegang peranan penting dalam pelayanan rumah sakit. Dengan adanya

SMK3, diharapkan pihak rumah sakit menyelenggarakan upaya-upaya kesehatan

dan keselamatan kerja yang dapat mengendalikan dan meminimalisasi potensi-

potensi bahaya yang mungkin timbul dan mengancam jiwa dan kehidupan para

karyawan rumah sakit, para pasien, maupun para pengunjung yang ada di

lingkungan rumah sakit. Namun, sampai saat ini pelaksanaan SMK3 di rumah

sakit masih belum terlaksana dengan baik. Hal ini dikarenakan terdapat berbagai

faktor penghambat yang memengaruhi pelaksanaan program SMK3 di rumah

sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara faktor

penghambat dengan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Penelitian ini bersifat analitik dengan rancangan cross sectional dengan besar

sampel adalah 87 orang yang diambil dengan teknik stratified random sampling.

Data yang diolah berupa data primer menggunakan angket yang dibagikan kepada

pekerja. Untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel

dependen dilakukan uji statistik menggunakan korelasi somers’d. Hasil uji

statistik dengan taraf signifikansi 5% (α = 0,05) menunjukkan terdapat hubungan

yang bermakna antara variabel kualitas SDM, komitmen manajemen dan pekerja,

pengawasan K3, dan pelaksanaan law enforcement dengan variabel pelaksanaan

SMK3 dengan nilai p-value yang diperoleh dari setiap variabel < 0,05. Saran

kepada pihak manajemen rumah sakit untuk lebih meningkatkan pengawasan

terhadap K3 di rumah sakit, agar pengawasan terhadap K3 dapat dilaksanakan

secara kontinyu dan dilaksanakan di semua unit kerja rumah sakit dan juga pihak

rumah sakit untuk menerapkan dengan tegas peraturan atau ketentuan K3

sehingga pelaksanaan law enforcement lebih meningkat.

Kata kunci : Faktor penghambat, pelaksanaan SMK3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 7: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

v

Abstract

Occupational Health and Safety Management System (OHSMS) is an important

role in medical treatment at the hospital. By means of OHSMS, the hospital is

expected to make efforts health and safety to control and minimize the dangerous

potential that may happen and threaten the safety of the patients and employees in

the hospital. However, the implementation of OHSMS in the hospital has not yet

been carried out well. This is caused by a variety of inhibiting factors that

obstructs the implementation of OHSMS. The purpose of study is to look the

connection between the inhibiting factor with the implementation of OHSMS in

Elisabeth hospital. This study is an analytical with cross sectional draft with 87

samples were taken with stratified random sampling. The processed data was

obtained of primary data using a questionnaire that distributed to the worker. To

determine the correlation between independent variables with dependent variable

tested using the somers’d correlation statistic. The result with statistic with a

significance level of 5% (α = 0,05) mean there was a significant association

between quality of human resources, commitment of management and worker,

supervision OHS, and implementation law enforcement with implementation

OHSMS with p-value obtained from each variables < 0,05. Recommended for

management of hospital, that supervision OHS carried out continuously and

carried out in all work units and management of hospital firmly apply regulation

or rules of OHS so that implementation of OHSMS more increase.

Key words : Inhibiting factor, implementation of OHSMS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 8: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

vi

Kata Pengantar

Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi dengan judul Hubungan antara Faktor Penghambat dengan

Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2018, guna memenuhi salah satu

syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Selama proses penulisan dan penyelesaian skripsi ini, penulis banyak

mendapat bimbingan, doa dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini dan

juga menempuh pendidikan di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara, yaitu kepada :

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor

Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Ir. Gerry Silaban, M.Kes. selaku Ketua Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara dan sebagai anggota

Penguji I yang telah membimbing dan memberikan saran serta

kritikan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 9: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

vii

4. Ir. Kalsum, M.Kes. sebagai Dosen Pembimbing dan Ketua

Penguji yang telah meluangkan waktu, memberikan ilmu,

mendidik, membimbing dan memberikan saran serta kritikan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

5. Arfah Mardiana Lubis, S.Psi, M.Psi. sebagai anggota Penguji II

yang telah membimbing dan memberikan saran serta kritikan

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai.

6. Isyatun Mardiyah Syahri, SKM, M.Kes. sebagai Dosen

Penasehat Akademik selama penulis menjalani perkuliahan di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

7. Para Dosen dan Staf Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara, terkhusus Departemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

8. Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, Kepala Unit

PPSDM dan seluruh staf, khususnya Tim P2K3 yang telah

membantu penulis dalam proses pengumpulan data.

9. Kedua orang tua terkasih, Ayahanda Drs. Rellus Sitanggang,

M.Kes dan Ibunda Melinda Situmorang yang telah mendidik

penulis hingga menjadi seperti sekarang ini serta memberikan

semangat, doa, dukungan kepada penulis terutama dalam

penyelesaian skripsi ini.

10. Saudara-Saudari penulis Naslina Klarita Juliana Sitanggang,

SP, Ricky Andy Jeremia Sitanggang, S.Pd, Deasy Maria

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 10: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

viii

Natalia Sitanggang, SP, dan Dewi Evelyn Maria Sitanggang,

S.Pd. yang memberikan dukungan, semangat, serta doa

sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi dengan baik.

11. Seluruh sahabat-sahabat penulis yang memberikan semangat,

bantuan, dan kerjasamanya dalam penyelesaian skripsi ini.

Penulis berharap agar skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

pengetahuan kepada pembaca. Demikianlah yang penulis dapat sampaikan, atas

segala kesalahan dan kekurangannya penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Medan, Januari 2019

Monikha Indryani Sitanggang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 11: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

ix

Daftar Isi

Halaman

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahan ii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi ix

Daftar Tabel xii

Daftar Gambar xiv

Daftar Lampiran xv

Daftar Istilah xvi

Riwayat Hidup xvii

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 9

Tujuan Penelitian 9

Tujuan umum 9

Tujuan khusus 9

Manfaat Penelitian 10

Tinjauan Pustaka 11

Faktor Penghambat Pelaksanaan SMK3 11

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) 18

Definisi K3 18

Tujuan K3 20

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS 20

Definisi, tujuan, manfaat, dan sasaran 20

Penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan 22

Kerja Rumah Sakit (K3RS)

Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja 22

Rumah Sakit (K3RS)

Pelaksanaan rencana Keselamatan dan Kesehatan 23

Kerja Rumah Sakit (K3RS)

Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan 25

Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

Peninjauan dan peningkatan kinerja Keselamatan dan 26

Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

Langkah-Langkah Penyelenggaraan Sistem Manajemen 26

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit

Rumah Sakit 29

Definisi rumah sakit 29

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 12: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

x

Jenis dan klasifikasi rumah sakit 30

Tugas dan fungsi rumah sakit 34

Kewajiban rumah sakit 34

Kerangka Konsep 36

Hipotesis Penelitian 37

Metode Penelitian 38

Jenis Penelitian 38

Lokasi dan Waktu Penelitian 38

Populasi dan Sampel Penelitian 38

Populasi 38

Sampel 38

Variabel dan Definisi Operasional 40

Metode Pengumpulan Data 41

Metode Pengukuran 42

Metode Analisis Data 45

Hasil Penelitian 46

Gambaran Umum 46

Profil rumah sakit 46

Sejarah singkat RS Santa Elisabeth Medan 47

Visi dan misi rumah sakit 48

Struktur organisasi RS Santa Elisabeth Medan 49

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan 49

Gambaran Umum Karakteristik Responden 51

Gambaran umum responden berdasarkan usia 51

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin 52

Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan 52

Gambaran umum responden berdasarkan lama kerja 53

Analisis Univariat 53

Distribusi responden berdasarkan variabel independen 54

(faktor penghambat SMK3)

Distribusi responden berdasarkan variabel dependen 56

(pelaksanaan SMK3)

Analisis Bivariat 57

Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 57

Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan 58

pelaksanaan SMK3

Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 59

Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan 60

pelaksanaan SMK3

Pembahasan 61

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan 61

Hubungan antara Faktor Penghambat dengan Pelaksanaan 63

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 13: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xi

Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 63

Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan 65

pelaksanaan SMK3

Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 67

Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan 69

pelaksanaan SMK3

Kesimpulan dan Saran 72

Kesimpulan 72

Saran 72

Daftar Pustaka 74

Lampiran

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 14: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xii

Daftar Tabel

No Judul Halaman

1 Jumlah Sampel Tiap Strata (Sub Populasi) 40

2 Jumlah Tempat Tidur di RS Santa Elisabeth Medan 46

3 Jumlah Tenaga Kerja di RS Santa Elisabeth Medan 46

4 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden 51

Berdasarkan Usia Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

5 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 52

Jenis Kelamin Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

6 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 52

Pendidikan Terakhir Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

7 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan 53

Lama Kerja Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas SDM 54

di RS Santa Elisabeth Medan

9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komitmen 55

Manajemen dan Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan K3 55

di RS Santa Elisabeth Medan

11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan 56

Law Enforcement di RS Santa Elisabeth Medan

12 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan 57

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

13 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Kualitas SDM dengan 57

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

14 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Komitmen Manajemen 58

dan Pekerja dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth

Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 15: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xiii

15 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengawasan K3 59

dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

16 Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pelaksanaan Law 60

Enforcement dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth

Medan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 16: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xiv

Daftar Gambar

No Judul Halaman

1 Kerangka Konsep 36

2 Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan 50

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 17: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xv

Daftar Lampiran

Lampiran Judul Halaman

1 Surat Izin Penelitian 77

2 Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian 78

3 Surat Selesai Penelitian 79

4 Angket Penelitian 80

5 Master Data 86

6 Hasil Uji Korelasi Somers’d dengan SPSS 99

7 Struktur Organisasi P2K3 103

8 Program-Program K3 104

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 18: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xvi

Daftar Istilah

ILO International Labour Organization

K3 Keselamatan dan Kesehatan Kerja

KAK Kecelakaan Akibat Kerja

PAK Penyakit Akibat Kerja

SMK3 Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

RS Rumah Sakit

SDM Sumber Daya Manusia

Kemenkes Kementrian Kesehatan

Depkes Departemen Kesehatan

UU Undang-Undang

K3RS Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

P2K3 Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

APD Alat Pelindung Diri

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 19: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

xvii

Riwayat Hidup

Penulis bernama Monikha Indryani Sitanggang berumur 22 tahun,

dilahirkan di Deli Tua pada tanggal 7 Juni 1996. Penulis beragama Katolik, anak

kelima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Drs. Rellus Sitanggang, M.Kes

dan Ibu Melinda Situmorang.

Pendidikan sekolah dasar di SD Swasta Katolik Budi Murni Deli Tua

tahun 2002-2008, sekolah menengah pertama di SMPN 1 Deli Tua tahun 2008-

2011, sekolah menengah atas di SMAN 1 Deli Tua tahun 2011-2014, selanjutnya

penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, Januari 2019

Monikha Indryani Sitanggang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 20: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

1

Pendahuluan

Latar Belakang

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan masalah kesehatan yang

semakin penting. Menurut data yang diperoleh dari International Labour

Organization (ILO) pada tahun 2013, didapat setiap 15 detik, 160 pekerja

mengalami kecelakaan terkait dengan pekerjaan. Setiap hari rata-rata 6.000 orang

meninggal akibat kecelakaan kerja atau penyakit terkait kerja dan lebih dari 2,2

juta kematian per tahun.

Undang-Undang RI No 36 Tahun 2009 tentang kesehatan pasal 164

menyatakan bahwa upaya kesehatan kerja ditujukan untuk melindungi pekerja

agar hidup sehat dan terbebas dari ga ngguan kesehatan serta pengaruh buruk yang

diakibatkan oleh pekerjaan. Upaya kesehatan kerja tersebut meliputi pekerja di

sektor formal dan informal, serta berlaku bagi setiap orang selain pekerja yang

berada di lingkungan tempat kerja. Jika memerhatikan isi dari UU tersebut, maka

jelaslah bahwa Rumah Sakit (RS) termasuk salah satu dalam pekerjaan sektor

formal yang perlu mendapat perhatian.

Menurut Mauliku (2011) yang mengutip pendapat Wicaksana, rumah sakit

sebagai industri jasa merupakan sebuah industri yang mempunyai beragam

persoalan tenaga kerja yang rumit dengan berbagai risiko terkena penyakit akibat

kerja bahkan kecelakaan akibat kerja sesuai dengan jenis pekerjaannya, sehingga

rumah sakit berkewajiban menerapkan upaya Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(K3RS). Upaya pembinaan K3RS dirasakan semakin mendesak mengingat

beberapa perkembangan. Perkembangan tersebut antara lain dengan makin

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 21: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

2

meningkatnya pendayagunaan obat atau alat dengan risiko bahaya kesehatan

tertentu untuk tindakan diagnosis, terapi maupun rehabilitasi di sarana kesehatan.

Terpaparnya tenaga kerja (medis & non medis) di sarana kesehatan pada

lingkungan tercemar bibit penyakit yang berasal dari penderita yang berobat atau

dirawat, adanya transisi epidemiologi penyakit dan gangguan kesehatan, oleh

karena itu upaya keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit tidak dilihat

sebagai sesuatu yang mahal, tapi seharusnya menjadi nilai tambah bagi rumah

sakit itu sendiri.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit menyatakan bahwa potensi

bahaya yang terdapat di rumah sakit disebabkan oleh faktor fisik, kimia, biologi,

ergonomi, psikososial, mekanikal, elektrikal, dan limbah yang menyebabkan

risiko tinggi terjadi Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakaan Akibat Kerja

(KAK) sehingga perlu adanya standar perlindungan bagi pekerja yang ada di

rumah sakit. Standar keselamatan dan keamanan di rumah sakit bertujuan untuk

mencegah terjadinya kecelakaan dan cedera serta mempertahankan kondisi yang

aman bagi sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien,

pengunjung, maupun lingkungan rumah sakit.

Hasil laporan National Safety Council (NSC) melaporkan bahwa pada

tahun 2015 dari 98 rumah sakit terdapat 2.947 pekerja rumah sakit mengalami

kejadian luka tusuk akibat jarum suntik atau needle stick injury (NSI), terkilir,

sakit pinggang, tergores/terpotong, luka bakar, penyakit infeksi dan lain-lain.

Hasil laporan Bureau Labor Statistics USA (2009) bahwa tingkat kejadian hilang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 22: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

3

hari kerja di rumah sakit terjadi akibat cedera terpeleset (slip), tersandung (trip),

dan terjatuh (fall). Slip, trip, and fall terjadi 38,2 per 10.000 pekerja rumah sakit.

Dalam aktivitas pekerjaannya, tenaga kesehatan di rumah sakit mengalami slip,

trip, and fall sering terjadi cedera yang serius hingga berakibat hari kerja hilang,

produktivitas menurun, kompensasi yang mahal, dan kemampuan berkurang

dalam merawat pasien (Putri, dkk, 2018).

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes) 2007, diketahui risiko bahaya

yang dialami oleh pekerja di rumah sakit adalah infeksi HIV (0,3%), risiko

pajanan membran mukosa (1%), risiko pajanan kulit (<1%) dan sisanya tertusuk

jarum, terluka akibat pecahan gigi yang tajam, dan bor metal ketika melakukan

pembersihan gigi, low back pain akibat mengangkat beban melebihi batas,

gangguan pernafasan, dermatitis, dan hepatitis (Putri, dkk, 2018). Hasil penelitian

Sarastuti (2016), di Rumah Sakit Universitas Gadjah Mada Yogyakarta didapat

bahwa karakterisitik SDM yang mengalami kecelakaan kerja terbanyak yaitu di

usia 26-35 tahun, jenis kelamin perempuan, dengan masa kerja ≤ 1 tahun.

Kecelakaan kerja yang sering terjadi menurut jenis cedera terbanyak yaitu kontak

dengan benda tajam seperti jarum suntik, pisau, dan benda tajam lainnya sebanyak

69,6%.

Berbagai potensi bahaya dan risiko tersebut, perlu upaya-upaya untuk

mengendalikannya, meminimalisasinya, dan bila mungkin meniadakannya, oleh

karena itu K3RS perlu dikelola dengan baik. Agar penyelenggaraan K3RS lebih

efektif, efisien dan terpadu maka diperlukan sebuah manajemen K3 di rumah sakit

baik bagi pengelola maupun pekerja rumah sakit. SMK3 merupakan faktor yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 23: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

4

memang tidak berhubungan langsung dengan pasien, tetapi memegang peranan

penting dalam pelayanan rumah sakit. Pelayanan rumah sakit dapat dikatakan

bermutu apabila memerhatikan kesehatan dan keselamatan pasien, pengunjung

rumah sakit, tenaga pemberi pelayanan kesehatan, pelaksana serta pengelola

rumah sakit (Kemenkes, 2007).

SMK3 sudah dianggap penting dalam setiap aspek kegiatan namun

didalam pelaksanaannya masih ditemui hambatan yang menyebabkan pelaksanaan

SMK3 tidak berjalan dengan baik. Beberapa penelitian membuktikan bahwa

terdapat hubungan antara faktor penghambat dengan pelaksanaan SMK3 yaitu

penelitian yang dilakukan oleh Awuy, dkk (2017) tentang faktor-faktor

penghambat pelaksanaan SMK3 pada proyek konstruksi kota Manado diperoleh

bahwa, terdapat beberapa faktor penghambat dalam pelaksanaan SMK3 seperti,

kurangnya kesadaran diri pekerja menggunakan APD dengan baik, tidak

dilaksanakannya UU K3 secara konsisten, kurangnya pelatihan mengenai K3, dan

tidak ada unit yang mengurusi K3. Hasil ini menunjukkan bahwa, dengan adanya

faktor penghambat tersebut menyebabkan pelaksanaan SMK3 tidak berjalan

optimal.

Penelitian yang dilakukan oleh Taufani (2007) tentang hubungan antara

faktor penghambat SMK3 dengan pelaksanaan SMK3 di RSUD Balung

Kabupaten Jember didapatkan hasil variabel faktor penghambat yang meliputi

kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), tingkat upah dan jaminan sosial, data dan

informasi yang berkaitan dengan K3 dan pelaksanaan law enforcement, memiliki

nilai p < 0,05. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan adanya faktor

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 24: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

5

penghambat tersebut menyebabkan pelaksanaan SMK3 tidak berjalan baik.

Keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit sampai saat ini belum menjadi

prioritas penting bagi rumah sakit. Rumah sakit masih lebih mementingkan

kelangsungan usaha, keuntungan, pemenuhan kebutuhan logistik, sumber daya

manusia, dan pengembangan jenis pelayanan baru.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang dideklarasikan pada tanggal 19

November 1930 merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan, yang selain

melaksanakan pelayanan kesehatan kuratif dan rehabilitatif, juga melaksanakan

pelayanan kesehatan promotif dan preventif. Sebagai fasilitas pelayanan kesehatan

kuratif dan rehabilitatif, tentunya Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan merupakan

salah satu tempat yang mempunyai risiko bahaya kesehatan, tidak hanya bagi

pasien dan pengunjung rumah sakit, melainkan juga bagi tenaga kesehatan di

rumah sakit, sehingga sangat diperlukan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang baik di rumah sakit untuk meminimalisasi potensi bahaya

yang ada di rumah sakit dan meningkatkan derajat kesehatan pasien, pengunjung

rumah sakit, dan tenaga kesehatan di rumah sakit.

Data awal yang diperoleh peneliti saat survei pendahuluan, Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan sudah mempunyai Panitia Pembina Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (P2K3). Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan juga sudah ada.

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berpedoman pada beberapa peraturan

perundangan seperti Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

432/MENKES/SK/IV/2007 tentang Pedoman Manajemen Kesehatan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 25: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

6

Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit, Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66

Tahun 2016 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, dan

beberapa peraturan yang lainnya. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan juga

memiliki program-program atau kegiatan yang terkait dengan K3, namun

program-program tersebut tidak terlaksana dengan baik, karena kurang

terkoordinir dan tidak tertata sebagai suatu manajemen K3RS. Mekanisme kerja

tim P2K3 rumah sakit bekerja secara tim dan bekerja secara fungsional atau

bekerja secara rangkap jabatan. Tim P2K3 rumah sakit bekerja secara rangkap

jabatan dalam arti bahwa tim P2K3 tidak fokus dalam menangani K3, sehingga

pekerjaan Tim P2K3 dalam melaksanakan kerjanya hampir tidak terlihat.

Kejadian kecelakaan kerja yang terjadi di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan pada tahun 2017 yaitu tertusuk jarum pada perawat sebanyak 3 orang

perawat, sedangkan sampai pada Maret 2018 terdapat 1 kecelakaan kerja yang

terjadi pada dokter yaitu tersayat pisau saat melakukan operasi. Dari wawancara

yang dilakukan dengan Tim P2K3 kecelakaan kerja tersebut terjadi karena

beberapa faktor diantaranya kelalaian dari karyawan, kurangnya konsentrasi

karyawan dalam bekerja, dan tidak menggunakan APD saat bekerja. Menurut Tim

P2K3 masih terdapat beberapa kecelakaan kerja yang lainnya terjadi pada

karyawan, namun tidak pernah dilaporkan.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti dengan tim P2K3, dalam

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan berupa program-program atau

kegiatan K3 tidak berjalan dengan baik. Beberapa pelaksanaan K3 seperti

penyuluhan K3 kepada semua karyawan dengan tujuan untuk menambah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 26: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

7

pengetahuan K3 pada karyawan tidak berjalan, karena tidak semua karyawan

mendapatkan penyuluhan tentang K3 yang menyebabkan pengetahuan karyawan

terhadap K3 rendah. Pelatihan K3 yaitu mengikutsertakan karyawan dalam

pelatihan atau seminar K3 sebagai upaya update pengetahuan di bidang K3 juga

tidak konsisten dilakukan. Pemeriksaan dan pengawasan tidak dilakukan oleh tim

P2K3 (karena memiliki jabatan lain). Pelaksanaan SMK3 tidak berjalan dengan

baik di Rumah Sakit Santa Elisabeth tersebut, disebabkan oleh faktor penghambat.

Menurut Konradus (2012), faktor-faktor penghambat pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yaitu kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah, tidak ada/rendahnya komitmen

manajemen dan pekerja terhadap pelaksanaan K3, pengawasan terhadap K3 yang

rendah, kurang optimalnya law enforcement terhadap pelanggaran K3, sikap dan

perilaku pekerja yang enggan menggunakan APD, fasilitas K3 yang tidak

memadai, fasilitas K3 tidak memenuhi standar K3 nasional, pimpinan masih

terjebak pada paradigma berpikir yang salah. Dari faktor-faktor penghambat

pelaksanaan SMK3 yang dikemukakan oleh Konradus (2012), faktor penghambat

yang menyebabkan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

tidak berjalan dengan baik yaitu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang

relatif rendah, tidak ada/rendahnya komitmen manajemen dan pekerja terhadap

pelaksanaan K3, pengawasan terhadap K3 yang rendah, kurang optimalnya law

enforcement terhadap pelanggaran K3.

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Rumah Sakit Santa Elisabeth

Medan relatif rendah, masih ada beberapa pekerja bekerja tidak sesuai dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 27: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

8

kemampuan mereka. Pada saat survei pendahuluan, peneliti mendapatkan pekerja

pada bagian pelayanan umum tidak puas dengan pekerjaannya. Komitmen

manajemen dan pekerja terhadap pelaksanaan K3 rendah. Komitmen dari

manajemen yang rendah dilihat dari Tim P2K3 yang dibentuk untuk mengurusi

hal-hal yang berkaitan dengan K3 tidak bekerja dengan baik, Tim P2K3 memiliki

rangkap jabatan, dimana fokus utama bekerja bukan mengurus K3. Komitmen

dari pekerja yang rendah, peneliti lihat dari pekerja dalam bekerja tidak sesuai

dengan Standar Prosedur Operasional (SPO) yang sudah ditetapkan dalam

pekerjaannya, seperti pada pekerja di gudang farmasi pada bagian pencampuran

obat, pekerja wajib menggunakan APD tetapi tidak menggunakannya.

Pengawasan K3 yang rendah dilihat dari pemantauan dan pemeriksaan

yang dilakukan oleh Tim P2K3. Pemantauan yang setiap hari wajib dilakukan

oleh Tim P2K3 tidak terlaksana dan tidak menyeluruh di setiap unit kerja.

Pelaksanaan law enforcement kurang optimal, dilihat dari tidak adanya sanksi

yang diberikan kepada pekerja yang bekerja tidak sesuai dengan aturan yang

ditetapkan. Sanksi yang diberikan berupa teguran dan nasihat, dan berlanjut pada

surat peringatan jika teguran dan nasihat tidak didengar oleh pekerja.

Peneliti ingin melakukan penelitian mengenai hubungan antara faktor

penghambat dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, karena pelaksanaan SMK3

belum berjalan dengan baik di rumah sakit tersebut yang disebabkan oleh faktor

penghambat. Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai wacana

atau pandangan awal terhadap faktor penghambat pelaksanaan SMK3 di Rumah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 28: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

9

Sakit Santa Elisabeth Medan dapat diminimalisir sehingga SMK3 dapat

diterapkan dan dikelola dengan baik. Pelaksanaan/penyelenggaraan SMK3 yang

terkelola dengan baik, diharapkan upaya-upaya keselamatan dan kesehatan kerja

yang diselenggarakan dapat mengendalikan, meminimalisasi, dan mungkin

meniadakan potensi-potensi bahaya yang mungkin timbul dan mengancam jiwa

dan kehidupan para karyawan RS, para pasien, maupun para pengunjung yang ada

di lingkungan rumah sakit.

Perumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah “Apakah ada hubungan antara

faktor penghambat dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan?”

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Untuk mengetahui hubungan antara faktor penghambat

dengan pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja di

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Tujuan khusus. Untuk mengetahui hubungan antara kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan,

untuk mengetahui hubungan antara komitmen manajemen dan pekerja dengan

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan, untuk mengetahui hubungan

antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan,

untuk mengetahui hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 29: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

10

Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti

Untuk memperluas wawasan dan pengalaman peneliti terhadap situasi lingkungan

terutama di bidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (K3RS)

sekaligus sebagai bekal untuk mengadakan penelitian lebih lanjut, dalam rangka

mengembangkan ilmu Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3).

2. Bagi peneliti lain

Sebagai referensi/acuan bagi peneliti lain yang ingin mengkaji masalah yang sama

untuk ditingkatkan lebih lanjut.

3. Bagi pihak manajemen rumah sakit

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi, saran, dan

masukan bagi pihak pengurus rumah sakit untuk lebih meningkatkan pelaksanaan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit

Santa Elisabeth Medan.

4. Bagi institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan sumber referensi bagi

institusi yang menaungi penelitian, yaitu Perguruan Tinggi Universitas Sumatera

Utara.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 30: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

11

Tinjauan Pustaka

Faktor Penghambat Pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3)

Menurut Fahmi (2014), kinerja (performance) dari pekerja merupakan

resultant dari tiga komponen keselamatan dan kesehatan kerja yaitu kapasitas

kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja yang dapat menjadi beban tambahan pada

pekerja.

Kapasitas kerja adalah kemampuan seorang pekerja untuk menyelesaikan

pekerjaannya dengan baik pada suatu tempat kerja dalam waktu tertentu.

Kemampuan pekerja tersebut bergantung pada status kesehatan sebelum bekerja,

postur tubuh, tinggi badan, gender, umur, status gizi, dan lain sebagainya. Beban

kerja adalah suatu kondisi yang membebani pekerja baik secara fisik dan non fisik

dalam menyelesaikan pekerjaannya. Kondisi tersebut dapat diperberat oleh

kondisi lingkungan yang tidak mendukung secara fisik atau non fisik. Kondisi

yang membebani pekerja secara fisik seperti mengungkit, mendorong, mengebor,

memikul, mengangkat, menurunkan, mengendalikan mesin, dan lain-lain. Kondisi

yang membebani pekerja secara non fisik seperti berpikir, rapat, diskusi,

pekerjaan kantor, dan lain-lain. Lingkungan kerja adalah kondisi lingkungan

tempat kerja yang meliputi faktor fisik, kimia, biologi, ergonomi, dan psikososial

yang memengaruhi pekerja dalam melaksanakan tugasnya. Lingkungan kerja fisik

seperti pencahayaan, kebisingan, radiasi pengion, kelembapan, suhu lingkungan.

Lingkungan kerja kimia seperti gas karbonmonoksida, nitrogen oksida, H2S,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 31: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

12

H2SO4, toksin binatang maupun tumbuhan. Lingkungan kerja biologi seperti

bakteri, mikroorganisme, virus, jamur, cacing tambang, dan parasit lainnya.

Bila ketiga komponen tersebut berinteraksi dan serasi maka bisa dicapai

suatu kesehatan pekerja yang optimal dan peningkatan produktivitas. Sebaliknya

bila terdapat ketidakserasian dapat menimbulkan masalah kesehatan kerja berupa

penyakit ataupun kecelakaan akibat kerja yang pada akhirnya akan menurunkan

produktivitas kerja. Menurut Konradus (2012), penerapan SMK3 masih belum

dapat berjalan dengan baik disebabkan oleh adanya faktor-faktor penghambat

antara lain :

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang relatif rendah. Sumber

Daya Manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik,

perilaku dan sifat, ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Menurut Ndraha

yang dikutip oleh Rachmawati (2008) menyatakan bahwa kualitas sumber daya

manusia yang memiliki kualitas yang tinggi adalah sumber daya manusia yang

mampu menciptakan bukan saja nilai komparatif tetapi juga nilai kompetitif, dan

inovatif dengan menggunakan energi seperti intelligence, creativity, dan

imagination.

Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam

keberhasilan suatu organisasi, semakin tinggi kualitas SDM manusia semakin baik

prestasi kerja yang dihasilkan. Sumber daya manusia yang cukup memiliki

kemampuan menciptakan dan menghasilkan gagasan, memiliki kreativitas,

berinisiatif, berkemampuan memecahkan masalah, memiliki wawasan ke depan,

keterampilan dan keahlian merupakan wujud dari manusia yang potensial dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 32: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

13

berkualitas, yang harus dimiliki oleh organisasi agar dapat mewujudkan organisasi

yang sudah ditetapkan (Leuheri dan Rensya, 2018).

Menurut Matutina yang dikutip oleh Leuheri dan Rensya (2018), kualitas

sumber daya manusia mengacu pada :

a. Pengetahuan (knowledge) yaitu kemampuan yang dimiliki oleh pekerja yang

lebih berorientasi pada intelejensi dan daya fikir serta penguasaan ilmu yang

luas dimiliki pekerja.

b. Keterampilan (skill), kemampuan dan pengetahuan teknis operasional di

bidang tertentu yang dimiliki pekerja.

c. Abilities yaitu kemampuan yang terbentuk dari sejumlah kompetensi yang

dimiliki seorang pekerja y ang mencakup loyalitas, kedisiplinan, kerja sama,

dan tanggung jawab.

Kualitas SDM merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian

organisasi, karena kualitas SDM dipandang mampu untuk meningkatkan peran

serta anggota atau pekerja terhadap organisasi. Kualitas SDM mempunyai

pengaruh dan signifikan terhadap kinerja perusahaan. Adanya kualitas SDM juga

menumbuhkan keinginan para pekerja untuk tetap tinggal dalam organisasi.

Kualitas SDM (pekerja) dapat dinilai dari kinerjanya. Menurut Robbins (2015),

faktor-faktor yang memengaruhi efektivitas dan efisiensi kinerja pekerja dalam

organisasi secara keseluruhan yaitu sebagai berikut :

a. Kemangkiran yaitu ketidakhadiran di kantor tanpa izin.

b. Perputaran pekerja yaitu kemunduran diri permanen pekerja dari suatu

organisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 33: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

14

c. Perilaku menyimpang di tempat kerja yaitu perilaku yang melanggar norma

organisasi yang signifikan dan mengancam kesejahteraan anggotanya.

d. Kepuasaan kerja yaitu perasaan positif tentang pekerjaan seseorang yang

merupakan hasil dari evaluasi karakteristik-karakteristiknya.

Sumber daya manusia yang jumlahnya besar, apabila dapat diberdayakan

secara efektif dan efisien, akan bermanfaat untuk menunjang gerak lajunya

organisasi. Melimpahnya sumber daya manusia saat ini mengharuskan

perusahaan/tempat kerja berpikir bagaimana agar dapat memanfaatkannya secara

optimal, sehingga terwujud sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk

menjamin ketersediaan sumber daya manusia yang berkualitas di tempat kerja,

diperlukan pendidikan yang berkualitas, fasilitas sosial, dan lapangan kerja yang

memadai. Saat ini kualitas sumber daya manusia dinilai masih rendah baik dari

segi kemampuan intelektual maupun keterampilan teknis. Persoalan kini yang

dihadapi adalah bagaimana menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas

sehingga menghasilkan kinerja yang optimal dan tujuan dari organisasi/tempat

kerja dapat tercapai (Sholihah dan Wahyudi, 2011).

Rendahnya komitmen manajemen dan pekerja. Komitmen adalah

tekad yang kuat, yang mendorong seseorang untuk mewujudkannya. Komitmen

dapat dikatakan sebagai ujung tombak terlaksananya suatu sistem manajemen,

karena inti dari pelaksanaan program-program yang dibuat adalah komitmen.

Komitmen harus dimulai dari direktur utama (manajemen puncak). Komitmen

diwujudkan dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta

diketahui oleh seluruh karyawan (Ivana, dkk, 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 34: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

15

Berdasarkan penelitian Siagian yang dikutip oleh Noviandini, dkk (2015)

komitmen manajemen dapat dilihat dari beberapa aspek antara lain keterlibatan

pimpinan, adanya kebijakan K3 secara tertulis, serta kebijakan yang

disosialisasikan kepada seluruh pekerja, sehingga jika manajemen puncak sudah

memiliki komitmen yang baik terhadap pelaksanaan K3, maka pekerja juga akan

memiliki komitmen yang baik dalam bekerja.

Berdasarkan Penelitian Mowday at al yang dikutip oleh Adhi (2015),

pengukuran komitmen pekerja menggunakan empat indikator yaitu sebagai

berikut :

Keinginan kuat untuk tetap sebagai anggota. Pekerja bangga berkerja di

perusahaan, dan menganggap perusahaan tersebut sebagai tempat yang baik untuk

bekerja.

Keinginan berusaha keras dalam bekerja. Adanya perasaan nyaman yang

dirasakan pekerja membuat pekerja termotivasi untuk selalu berprestasi lebih baik

lagi.

Penerimaan nilai organisasi. Pekerja merasa nilai-nilai yang diterapkan

dan berlaku di perusahaan sama dengan yang dianut oleh pekerja tersebut.

Penerimaan tujuan organisasi. Keinginannya untuk tetap berada di

perusahaan membuat pekerja berusaha keras dalam melaksanakan tugas supaya

tujuan perusahaan tercapai.

Komitmen direktur utama (manajemen puncak) terhadap pelaksanaan

SMK3 di perusahaan/tempat kerja masih dalam prioritas yang rendah dan

dianggap tidak penting dalam perusahaan/tempat kerja. Pelaksanaan SMK3 hanya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 35: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

16

dilakukan apabila ada dana sisa setelah program yang lain selesai, padahal

pelaksanaan SMK3 akan mampu untuk mendukung tercapainya tujuan perusahaan

(Sholihah dan Wahyudi, 2011).

Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang rendah.

Pengawasan adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan

untuk menjamin agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan

rencana yang telah ditentukan. Fungsi pengawasan dalam sistem manajemen K3

merupakan fungsi untuk mengetahui sejauh mana pekerja mematuhi

kebijakan/peraturan yang telah ditetapkan oleh pimpinan untuk meningkatkan

kinerja dari pekerja, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan kerja serta

dijadikan dasar penilaian untuk sertifikasi (Fahmi, 2014). Penerapan

kebijakan/peraturan yang tidak disertai dengan pengawasan dan sanksi yang ketat

dan kontinu, maka kebijakan/peraturan tersebut tidak akan bisa berjalan sesuai

dengan yang diharapkan (Sholihah dan Wahyudi, 2011). Banyak kasus

kecelakaan kerja terjadi atau indikasi kemungkinan terjadinya bencana kerja tidak

dilaporkan karena lemahnya pengawasan internal perusahaan/tempat kerja.

Pengawasan harus dilakukan secara komprehensif (menyeluruh), namun

pengawasan K3 yang dilakukan masih belum menyeluruh, sehingga menyebabkan

pelaksanaan K3 tidak berjalan dengan baik.

Kurang optimalnya law enforcement terhadap pelanggaran

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Berdasarkan ketentuan UU No 1

Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja ditetapkan bagi yang melanggar ketentuan

K3 dapat diancam hukuman pidana. Penegakan law enforcement dapat mendidik,

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 36: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

17

menyehatkan, dan mendisiplinkan baik perusahaan/tempat kerja, pimpinan, dan

pekerja yang secara bersama untuk mendukung K3. Namun pada nyatanya

penegakan law enforcement kurang optimal, sehingga perusahaan/tempat kerja,

pimpinan, dan pekerja bekerja tidak berdasarkan prosedur/peraturan K3 yang

telah ditetapkan.

Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan Alat

Pelindung Diri (APD). Sikap dan perilaku pekerja yang enggan menggunakan

Alat Pelindung Diri (APD) yaitu sikap dan perilaku dari pekerja yang enggan

menggunakan APD yang disediakan oleh perusahaan/tempat kerja disebabkan

karena tingkat pendidikan pekerja rendah, mental dan budaya K3 belum dihayati

oleh pekerja.

Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) yang tidak

memadai. Fasilitas K3 yang tidak memadai yaitu penyediaan fasilitas K3 belum

dipahami oleh perusahaan/tempat kerja. Padahal, sarana dan prasarana itu mampu

memperpanjang usia kerja para pekerja perusahaan/tempat kerja dan

meningkatkan produktivitas kerja. Penyebab lain adalah belum diperhatikannya

faktor oleh sejumlah perusahaan/tempat kerja, karena berkaitan dengan biaya

(cost). Biaya untuk membeli peralatan K3 relatif mahal.

Fasilitas Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tidak memenuhi

standar nasional. Fasilitas K3 tidak memenuhi standar nasional yaitu alat-alat

atau fasilitas perlindungan kerja yang digunakan sudah tidak aman lagi atau

kadaluwarsa dan tidak memenuhi standar K3 nasional.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 37: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

18

Pimpinan perusahaan/tempat kerja masih terjebak pada berpikir

yang salah. Pimpinan perusahaan/tempat kerja masih terjebak pada berpikir yang

salah yaitu bahwa pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja

merupakan komponen biaya dan bukan investasi. Mereka belum melihat manfaat

dari pelaksanaan program K3.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Definisi K3. Menurut Sholihah dan Wahyudi (2011), keselamatan kerja

adalah suatu kondisi yang bebas dari risiko kecelakaan atau kerusakan atau

kondisi dengan risiko yang relatif sangat kecil, di bawah tingkat tertentu.

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No 66 Tahun 2016,

pengertian keselamatan kerja adalah upaya peningkatan dan pemeliharaan derajat

kesehatan yang setinggi-tingginya bagi pekerja di semua jabatan, pencegahan

penyimpangan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan, perlindungan

pekerja dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan, penempatan dan

pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang mengadaptasi antara

pekerjaan dengan manusia dan manusia dengan jabatannya.

Menurut Widayana (2014) kesehatan kerja adalah suatu ilmu yang

penerapannya dilakukan untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui

peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit akibat kerja yang diwujudkan

melalui pemeriksaan kesehatan, pengobatan dan asupan makanan yang bergizi.

Menurut Notoatmodjo (2011), kesehatan kerja adalah aplikasi kesehatan

masyarakat di dalam suatu tempat kerja (perusahaan, pabrik, kantor, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 38: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

19

sebagainya) dan yang menjadi pasien dari kesehatan kerja adalah masyarakat

pekerja dan masyarakat sekitar perusahaan tersebut.

Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan upaya atau pemikiran serta

penerapannya yang ditujukan untuk menjamin keutuhan dan kesempurnaan baik

jasmaniah maupun rohaniah tenaga kerja khususnya dan manusia pada umumnya,

hasil karya dan budaya, untuk meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja (Sunaryo,

2014). Berdasarkan penelitian oleh Lovita (2016) yang mengutip pendapat

Tasliman, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah sistem yang

berhubungan semua unsur yang berada dalam aktivitas kerja, diantaranya

melibatkan orang yang melakukan pekerjaan, bahan kerja atau benda-benda atau

barang-barang yang dikerjakan, alat-alat kerja yang digunakan berupa mesin dan

peralatan lainnya. Selain itu K3 juga menyangkut lingkungan kerja baik manusia

maupun benda dan barang di area pekerjaan.

Berdasarkan Kemenkes (2007), keselamatan dan kesehatan kerja

merupakan upaya untuk memberikan jaminan keselamatan dan meningkatkan

derajat kesehatan para pekerja/buruh dengan cara pencegahan kecelakaan dan

penyakit akibat kerja, pengendalian bahaya di tempat kerja, promosi kesehatan,

pengobatan, dan rehabilitasi.

Pada prinsipnya dasar-dasar Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menekankan

pada beberapa hal, yaitu sebagai berikut :

a. Setiap pekerja berhak memperoleh jaminan atas keselamatan kerja, agar

terhindar dari kecelakaan.

b. Setiap orang yang berada di tempat kerja harus dijamin keselamatannya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 39: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

20

c. Tempat pekerjaan dijamin selalu dalam keadaan aman.

Tujuan K3. Tujuan utama dari Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3),

menurut Sunaryo (2014) adalah sebagai berikut :

a. Mengamankan suatu sistem kegiatan/pekerjaan mulai input, proses sampai

dengan output. Kegiatan yang dimaksud bisa kegiatan produksi di dalam

industri maupun di luar industri seperti di sektor publik dan lainnya.

b. Penerapan program keselamatan kerja juga diharapkan dapat meningkatkan

kesejahteraan (well-being).

Menurut Suma’mur (2009), hakekat dan tujuan dari keselamatan dan

kesehatan kerja (K3) yaitu :

a. Sebagai alat untuk mencapai derajat kesehatan tenaga kerja seoptimal

mungkin, pada pekerja/buruh, petani, nelayan, pegawai negeri, dan

pengusaha; dengan dimaksud untuk tujuan menyejahterakan tenaga kerja.

b. Sebagai alat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas, yang

berlandaskan pada perbaikan daya kerja dan produktivitas faktor manusia

dalam produksi.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit (SMK3)

Definisi, tujuan, manfaat, dan sasaran. Menurut Peraturan Menteri

Kesehatan Nomor 66 tahun 2016, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Rumah Sakit adalah bagian dari manajemen rumah sakit secara keseluruhan

dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan aktivitas proses kerja di

rumah sakit guna terciptanya lingkungan kerja yang sehat, selamat, aman, dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 40: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

21

nyaman bagi sumber daya rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,

maupun lingkungan rumah sakit.

Tujuan dari Sistem Manajemen K3RS adalah terciptanya cara kerja,

lingkungan kerja yang sehat, aman, nyaman dan dalam rangka meningkatkan

derajat kesehatan karyawan RS (Kemenkes, 2007). Sedangkan menurut Peraturan

Menteri Kesehatan Nomor 66 Tahun 2016, tujuan umum dari sistem manajemen

K3RS adalah terwujudnya penyelenggaraan K3RS secara optimal, efektif, efisien,

dan berkesinambungan. Sedangkan tujuan khususnya adalah :

a. Menciptakan tempat kerja yang sehat, selamat, aman, dan nyaman bagi

sumber daya manusia rumah sakit, pasien, pendamping pasien, pengunjung,

maupun lingkungan rumah sakit sehingga proses pelayanan berjalan baik dan

lancar.

b. Mencegah timbulnya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK), Penyakit Akibat Kerja

(PAK), penyakit menular dan penyakit tidak menular bagi seluruh sumber

daya rumah sakit.

Manfaat dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) Rumah Sakit (Pedoman Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

di Rumah Sakit, Depkes 2007) adalah sebagai berikut :

a. Bagi rumah sakit

1. Meningkatkan mutu pelayanan.

2. Mempertahankan kelangsungan operasional RS.

3. Meningkatkan citra RS.

b. Bagi karyawan rumah sakit

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 41: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

22

1. Mencegah terjadinya Kecelakaan Akibat Kerja (KAK).

2. Melindungi karyawan dari Penyakit Akibat Kerja (PAK).

c. Bagi pasien dan pengunjung

1. Mutu layanan yang baik.

2. Kepuasan pasien dan pengunjung.

Sasaran dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja RS yaitu :

a. Pimipinan dan manajemen rumah sakit.

b. SDM rumah sakit.

c. Pasien.

d. Pengunjung/pengantar pasien.

Penetapan kebijakan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah

Sakit (K3RS). Dalam pelaksanaan K3RS, pimpinan rumah sakit harus

berkomitmen untuk merencanakan, melaksanakan, meninjau dan meningkatkan

pelaksanaan K3RS secara tersistem dari waktu ke waktu dalam setiap aktivitasnya

dengan melaksanakan manajemen K3RS yang baik. Adapun komitmen rumah

sakit dalam melaksanakan K3RS diwujudkan dalam bentuk :

a. Penetapan kebijakan dan tujuan dari program K3RS secara tertulis.

b. Penetapan organisasi K3RS.

c. Dukungan pendanaan, sarana dan prasarana.

Perencanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah Sakit

(K3RS). Rumah sakit harus membuat perencanaan K3RS yang efektif agar

tercapai keberhasilan penyelenggaraan K3RS dengan sasaran yang jelas dan dapat

diukur. Perencanaan K3RS dilakukan untuk menghasilkan perencanaan strategi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 42: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

23

K3RS, yang diselaraskan dengan lingkup manajemen rumah sakit. Perencanaan

K3RS tersebut disusun dan ditetapkan oleh pimpinan rumah sakit dengan

mengacu pada kebijakan pelaksanaan K3RS yang telah ditetapkan dan selanjutnya

diterapkan dalam rangka mengendalikan potensi bahaya dan risiko K3RS yang

telah teridentifikasi dan berhubungan dengan operasional rumah sakit. Dalam

rangka perencanaan K3RS perlu mempertimbangkan peraturan perundang-

undangan, kondisi yang ada serta hasil identifikasi potensi bahaya keselamatan

dan kesehatan kerja.

Pelaksanaan rencana Keselamatan dan Kesehatan Kerja Rumah

Sakit (K3RS). Program K3RS dilaksanakan berdasarkan rencana yang telah

ditetapkan dan merupakan bagian pengendalian risiko keselamatan dan kesehatan

kerja. Adapun pelaksanaan K3RS meliputi :

a. Manajemen risiko K3RS.

b. Keselamatan dan keamanan di rumah sakit.

c. Pelayanan kesehatan kerja.

d. Pengelolaan Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) dari aspek keselamatan dan

kesehatan kerja.

e. Pencegahan dan pengendalian kebakaran.

f. Pengelolaan prasarana rumah sakit dari aspek keselamatan dan kesehatan

kerja.

g. Kesiapsiagaan menghadapi kondisi darurat atau bencana.

Pelaksanaan rencana K3RS harus didukung oleh sumber daya manusia di

bidang K3RS, sarana dan prasarana, dan anggaran yang memadai. Sumber Daya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 43: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

24

Manusia di bidang K3RS merupakan suatu komponen penting dalam pelaksanaan

K3RS karena sumber daya manusia sebagai pelaksana dalam aktivitas manajerial

dan operasional pelaksanaan K3RS. Elemen lain di rumah sakit, seperti sarana,

prasarana, dan modal lainnya tidak akan bisa berjalan dengan baik tanpa adanya

campur tangan dari sumber daya manusia K3RS. Oleh karena itu sumber daya

manusia K3RS menjadi faktor penting agar pelaksanaan K3RS dapat berjalan

secara efisien, efektif, dan berkesinambungan. Adapun sumber daya K3RS

meliputi :

a. Tenaga manusia dibidang Keselamatan dan Kesehatan Kerja, atau S2 dibidang

kesehatan yang telah mendapatkan pelatihan tambahan tentang K3RS atau

jabatan fungsional pembimbing kesehatan kerja.

b. Tenaga dokter spesialis okupasi atau dokter kesehatan kerja atau dokter umum

terlatih kesehatan kerja dan diagnosis penyakit akibat kerja.

c. Tenaga kesehatan masyarakat S1 jurusan/peminatan keselamatan dan

kesehatan kerja atau tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan

fungsional pembimbing kesehatan kerja.

d. Tenaga S1 di bidang lainnya yang terlatih keselamatan dan kesehatan kerja

konstruksi, keselamatan dan kesehatan kerja radiasi, dan keselamatan dan

kesehatan kerja kelistrikan, dan lain-lain.

e. Tenaga DIII/DIV jurusan/peminatan keselamatan dan kesehatan kerja atau

tenaga kesehatan lain yang terlatih K3RS atau jabatan fungsional pembimbing

kesehatan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 44: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

25

Pemantauan dan evaluasi kinerja Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Rumah Sakit (K3RS). Rumah sakit harus menetapkan dan melaksanakan

program K3RS, selanjutnya untuk mencapai sasaran harus dilakukan pencatatan,

pemantauan, evaluasi serta pelaporan. Penyusunan program K3RS difokuskan

pada peningkatan kesehatan dan pencegahan gangguan kesehatan serta

pencegahan kecelakaan yang dapat mengakibatkan kecelakaan personil dan

cedera, kehilangan kesempatan berproduksi, kerusakan peralatan dan

kerusakan/gangguan lingkungan dan juga diarahkan untuk memastikan bahwa

seluruh personil mampu menghadapi keadaan darurat. Kemajuan program K3RS

ini dipantau secara periodik guna dapat ditingkatkan secara berkesinambungan

sesuai dengan risiko yang telah teridentifikasi dan mengacu pada rekaman

sebelumnya serta pencapaian sasaran K3RS yang lalu. Penerapan inspeksi tempat

kerja dengan persyaratan, antara lain :

a. Inspeksi tempat kerja dan cara kerja dilaksanakan secara teratur.

b. Inspeksi dilaksanakan bersama oleh dan wakil organisasi/unit yang telah

memperoleh orientasi dan/atau workshop dan/atau pelatihan mengenai

identifikasi potensi bahaya.

c. Inspeksi mencari masukan dari petugas yang melakukan tugas ditempat yang

diperiksa.

d. Daftar periksa tempat kerja telah disusun untuk digunakan pada saat inspeksi.

e. Laporan inspeksi diajukan pada organisasi/unit yang bertanggung jawab di

bidang K3RS sesuai dengan kebutuhan.

f. Tindakan korektif dipantau untuk menentukan efektifitasnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 45: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

26

g. Pimpinan rumah sakit atau organisasi/unit yang bertanggung jawab di bidang

K3RS menetapkan penanggung jawab untuk pelaksanaan tindakan perbaikan

dari hasil laporan pemeriksaan/inspeksi.

Peninjauan dan peningkatan kinerja Keselamatan dan Kesehatan

Kerja Rumah Sakit (K3RS). Hasil peninjauan dan kaji ulang ditindaklanjuti

dengan perbaikan berkelanjutan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.

Kinerja K3RS dituangkan dalam indikator kinerja yang akan dicapai dalam setiap

tahun. Indikator kinerja K3RS yang dapat dipakai antara lain :

a. Menurunkan absensi karyawan karena sakit.

b. Menurunkan angka kecelakaan kerja.

c. Menurunkan prevalensi penyakit akibat kerja.

d. Meningkatkan produktivitas kerja rumah sakit.

Langkah-Langkah Penyelenggaraan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) di Rumah Sakit

Untuk memudahkan penyelenggaraan K3 di rumah sakit, maka perlu

langkah-langkah penerapannya (Kemenkes,2007) yaitu :

a. Tahap persiapan

1. Menyatakan Komitmen

Komitmen harus dimulai dari direktur utama/direktur rumah sakit

(manajemen puncak). Pernyataan komitmen oleh manajemen puncak tidak

hanya dalam kata-kata, tetapi juga harus tindakan nyata , agar dapat

diketahui, dipelajari, dihayati, dan dilaksanakan oleh seluruh staf dan

petugas RS.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 46: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

27

2. Menetapkan cara penerapan K3 di RS

Bisa menggunakan jasa konsultan atau tanpa menggunakan jasa konsultan

jika RS memiliki personil yang cukup mampu untuk mengorganisasikan

dan mengarahkan orang.

3. Pembentukan organisasi/unit pelaksana K3RS

4. Membentuk kelompok kerja penerapan K3

Anggota kelompok kerja biasanya terdiri atas seorang wakil dari setiap

unit kerja, biasanya manajer unit kerja. Peran, tanggung jawab dan tugas

anggota kelompok kerja perlu ditetapkan. Sedangkan mengenai kualifikasi

dan jumlah anggota kelompok disesuaikan dengan kebutuhan rumah sakit.

5. Menetapkan sumber daya yang diperlukan.

Sumber daya di sini mencakup orang (mempunyai tenaga K3), sarana,

waktu, dan dana.

b. Tahap pelaksanaan

1. Penyuluhan K3 ke semua petugas RS.

2. Pelatihan K3 yang disesuaikan dengan kebutuhan individu dan kelompok

didalam organisasi RS. Fungsinya memproses individu dengan perilaku

tertentu agar berprilaku sesuai dengan yang ditentukan sebelumnya

sebagai produk akhir dari pelatihan.

3. Melaksanakan program K3 sesuai dengan peraturan yang berlaku

diantaranya :

a) Pemeriksaan kesehatan petugas (prakarya, berkala, khusus).

b) Penyediaan alat pelindung diri dan keselamatan kerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 47: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

28

c) Penyiapan pedoman pencegahan dan penanggulangan keadaan darurat.

d) Penempatan pekerja pada pekerjaan sesuai dengan kondisi kesehatan.

e) Pengobatan pekerja yang menderita sakit.

f) Menciptakan lingkungan kerja yang higienis secara teratur, melalui

monitoring lingkungan kerja dan hazard yang ada.

g) Melaksanakan biological monitoring.

h) Melaksanakan surveilans kesehatan pekerja.

c. Tahap pemantauan dan evaluasi

Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi K3 di RS adalah satu fungsi

manajemen K3RS yang berupa suatu langkah yang diambil untuk mengetahui dan

menilai sampai sejauh mana proses kegiatan K3RS itu berjalan, dan

mempertanyakan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan dari suatu kegiatan K3RS

dalam mencapai tujuan yang ditetapkan. Pemantauan dan evaluasi meliputi :

1. Pencatatan dan pelaporan K3 terintegrasi ke dalam sistem pelaporan RS :

a) Pencatatan dan pelaporan K3

b) Pencatatan semua kegiatan K3

c) Pencatatan dan pelaporan KAK

d) Pencatatan dan pelaporan PAK

2. Inspeksi dan pengujian

Inspeksi K3 merupakan suatu kegiatan untuk menilai keadaan K3 secara

umum dan tidak terlalu mendalam. Inspeksi K3 di RS dilakukan secara

berkala, terutama oleh petugas rumah sakit sehingga kejadian PAK dan

KAK dapat dicegah sedini mungkin. Kegiatan lain adalah pengujian baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 48: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

29

terhadap lingkungan maupun pemeriksaan terhadap pekerja berisiko

seperti biological monitoring (pemantauan secara biologi).

3. Melaksanakan audit K3

Audit K3 meliputi falsafah dan tujuan, administrasi dan pengelolaan,

karyawan dan pimpinan fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur,

pengembangan karyawan dan program pendidikan, evaluasi dan

pengendalian. Tujuan audit K3:

a) Untuk menilai potensi bahaya, gangguan kesehatan dan keselamatan.

b) Memastikan dan menilai pengelolaan K3 sudah dilaksanakan sesuai

ketentuan.

c) Menentukan langkah untuk mengendalikan bahaya potensial serta

pengembangan mutu.

Perbaikan dan pencegahan didasarkan atas hasil temuan dari audit,

identifikasi, penilaian risiko direkomendasikan kepada manajemen puncak.

Tinjauan ulang dan peningkatan oleh pihak manajemen secara berkesinambungan

untuk menjamin kesesuaian dan keefektifan dalam pencapaian kebijakan dan

tujuan K3.

Rumah Sakit

Definisi rumah sakit. Rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem

pelayanan kesehatan secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat

berupa pelayanan kesehatan mencakup pelayanan medis, pelayanan penunjang

medis, rehabilitasi medis dan pelayanan perawatan. Pelayanan tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 49: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

30

dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan dan unit rawat inap

(Herlambang dan Arita, 2012).

Menurut UU RI Nomor 44 tahun 2009 menyebutkan bahwa rumah sakit

adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan,

dan gawat darurat.

Rumah sakit (RS) sebagai salah satu subsistem pelayanan kesehatan

menyelenggarakan dua jenis pelayanan, yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan

administrasi. Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan medis, penunjang medis,

rehabilitasi medis, dan layananan keperawatan. Keempat jenis pelayanan tersebut

dilaksananakan Unit Pelayanan Teknis (UPT), seperti Unit Gawat Darurat, Unit

Rawat Jalan, Unit Rawat Inap, Unit Transfusi darah, Unit Farmasi, dan

sebagainya. Pelayanan administratif mencakup semua jenis pelayanan yang

bersifat administratif, termasuk administrasi keuangan yang fungsi utamanya

adalah membantu kelancaran pelaksanaan pelayanan kesehatan (Muninjaya,

2010).

Jenis dan klasifikasi rumah sakit. Menurut Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit dapat dibagi

berdasarkan jenis pelayanan dan pengelolaannya.

Berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan. Berdasarkan jenis

pelayanan yang diberikan, rumah sakit dikategorikan dalam rumah sakit umum

dan rumah sakit khusus.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 50: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

31

Rumah sakit umum. Rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan

pada semua bidang dan jenis penyakit.

Rumah sakit khusus. Rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada

satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan

umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Berdasarkan pengelolaannya. Berdasarkan pengelolaannya, rumah sakit

dapat dibagi menjadi rumah sakit publik dan rumah sakit privat.

Rumah sakit publik . Sebagaimana dimaksud dapat dikelola oleh

pemerintah, pemerintah daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah

sakit publik yang dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah

diselenggarakan berdasarkan pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rumah sakit publik yang

dikelola oleh pemerintah dan pemerintah daerah tidak dapat dialihkan menjadi

rumah sakit privat.

Rumah sakit privat. Rumah sakit privat dikelola oleh badan hukum

dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

Dalam rangka penyelenggaraan kesehatan secara berjenjang dan fungsi

rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus diklasifikasikan berdasarkan

fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah sakit. Menurut Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit, rumah sakit

umum diklasifikasikan sebagai berikut :

a. Rumah Sakit Umum Kelas A

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 51: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

32

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 5 (lima) spesialis

penunjang medis, 12 (dua belas) spesialis lain dan 13 (tiga belas) subspesialis.

b. Rumah Sakit Umum Kelas B

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar, 4 (empat) spesialis

penunjang medis, 8 (delapan) spesialis lain, dan 2 (dua) subspesialis dasar.

c. Rumah Sakit Umum Kelas C

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis paling sedikit 4 (empat) spesialis dasar dan 4 (empat)

spesialis penunjang medis.

d. Rumah Sakit Umum Kelas D

Adalah rumah sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan

pelayanan medis paling sedikit 2 (dua) spesialis dasar.

Klasifikasi rumah sakit khusus terdiri atas :

a. Rumah Sakit Khusus Kelas A

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai

kekhususan yang lengkap.

b. Rumah Sakit Khusus Kelas B

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai

kekhususan yang terbatas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 52: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

33

c. Rumah Sakit Khusus Kelas C

Adalah rumah sakit khusus yang mempunyai fasilitas dan kemampuan paling

sedikit pelayanan medis spesialis dan pelayanan medis subspesialis sesuai

kekhususan yang minimal.

Menurut Herlambang dan Arita (2012), di Indonesia dikenal 3 jenis

rumah sakit sesuai dengan kepemilikannya, jenis pelayanan dan kelasnya.

a. Berdasarkan kepemilikannya rumah sakit dibedakan menjadi 3 macam yaitu :

1. Rumah sakit pemerintah, terdiri dari :

a) Rumah sakit pusat

b) Rumah sakit provinsi

c) Rumah sakit kabupaten

2. Rumah sakit BUMN/ABRI

3. Rumah sakit swasta yang menggunakan dana investasi dari sumber dalam

negeri (PMDN) dan sumber dana luar negeri (PMA)

b. Berdasarkan jenis pelayanannya rumah sakit dibedakan menjadi :

1. Rumah sakit umum

2. Rumah sakit jiwa

3. Rumah sakit khusus (mata, paru, rehabilitasi, kanker, dan sebagainya)

c. Berdasarkan jenis kelasnya rumah sakit dibedakan menjadi :

1. Rumah sakit kelas A

2. Rumah sakit kelas B (pendidikan dan non kependidikan)

3. Rumah sakit kelas C

4. Rumah sakit kelas D

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 53: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

34

Tugas dan fungsi rumah sakit. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44

Tahun 2009, tugas rumah sakit yaitu memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna. Sedangkan fungsi rumah sakit menurut UU RI No

44 Tahun 2009, adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan sesuai

dengan standar pelayanan rumah sakit.

b. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan perorangan melalui pelayanan

kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuai kebutuhan medis.

c. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia dalam

rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan kesehatan.

d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi

bidang kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan

memerhatikan etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.

Kewajiban rumah sakit. Ada dua kewajiban rumah sakit (Herlambang

dan Arita, 2012) yaitu :

a. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen dalam pengelolaan rumah sakit melalui

hospital by laws agar tercipta “Good Corporate Governance”.

b. Menerapkan fungsi-fungsi manajemen klinis yang baik sesuai standar

pelayanan medis dan standard operating procedure yang telah ditetapkan agar

tercipta “Good Clinical Governance”.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009,

rumah sakit memiliki beberapa kewajiban yaitu sebagai berikut :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 54: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

35

a. Memberikan informasi yang benar tentang pelayanan rumah sakit kepada

masyarakat.

b. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, anti diskriminasi, dan

efektif dengan mengutamakan kepentingan pasien sesuai dengan standar

pelayanan rumah sakit.

c. Memberikan pelayanan gawat darurat kepada pasien sesuai dengan

kemampuan pelayanannya.

d. Berperan aktif dalam memberikan pelayanan kesehatan pada bencana, sesuai

dengan kemampuan pelayanannya.

e. Menyediakan sarana dan pelayanan bagi masyarakat tidak mampu atau

miskin.

f. Melaksanakan fungsi sosial antara lain dengan memberikan fasilitas pelayanan

pasien tidak mampu/miskin, pelayanan gawat darurat tanpa uang muka,

ambulan gratis, pelayanan korban bencana dan kejadian luar biasa, atau bakti

sosial bagi misi kemanusiaan.

g. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu pelayanan kesehatan di

rumah sakit sebagai acuan dalam melayani pasien.

h. Menyelenggarakan rekam medis.

i. Menyediakan sarana dan prasarana umum yang layak antara lain sarana

ibadah, parkir, ruang tunggu, sarana untuk orang cacat, wanita menyusui,

anak-anak, dan lanjut usia.

j. Melaksanakan sistem rujukan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 55: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

36

k. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan standar profesi dan etika

serta peraturan perundang-undangan.

l. Memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kewajiban

pasien.

m. Menghormati dan melindungi hak-hak pasien.

n. Melaksankan etika rumah sakit.

o. Memiliki sitem pencegahan kecelakaan dan penanggulangan bencana.

p. Melaksanakan program pemerintah dibidang kesehatan baik secara regional

maupun nasional.

q. Membuat daftar tenaga medis yang melakukan praktik kedokteran atau

kedokteran gigi dan tenaga kesehatan lainnya.

r. Menyusun dan melaksanakan peraturan internal rumah sakit.

Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 1. Kerangka konsep

Gambar 1 menunjukkan bahwa faktor penghambat merupakan indikator

yang dapat memengaruhi secara langsung terhadap pelaksanaan SMK3 RS. Faktor

penghambat tersebut dapat menyebabkan pelaksanaan SMK3 RS tidak dapat

Faktor penghambat 1. Kualitas SDM

2. Komitmen

manajemen dan

pekerja

3. Pengawasan K3

4. Pelaksanaan law

enforcement

Pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 56: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

37

berjalan optimal atau sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Faktor-faktor

penghambat yang menyebabkan tidak optimalnya pelaksanaan SMK3 RS yaitu :

kualitas SDM, komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan

pelaksanaan law enforcement.

Peneliti hanya meneliti empat faktor penghambat sebagai variabel bebas

dari beberapa faktor penghambat menurut Konradus (2012), dikarenakan

informasi yang tersedia untuk empat variabel yang diteliti lebih banyak sehingga

kemungkinan memperoleh data lebih lengkap dan peneliti berasumsi empat faktor

penghambat yang diteliti lebih erat kaitannya dengan pelaksanaan SMK3 pada

rumah sakit yang diteliti. Sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan SMK3 RS.

Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian

sehingga memerlukan bukti-bukti dan faktor-faktor untuk dapat dinyatakan

kebenarannya. Hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Adanya hubungan antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 di RS

Santa Elisabeth Medan.

b. Adanya hubungan antara komitmen manajemen dan pekerja dengan

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.

c. Adanya hubungan antara pengawasan K3 yang berkaitan dengan pelaksanaan

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.

d. Adanya hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 57: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

38

Metode Penelitian

Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif yang merupakan penelitian

dimana datanya berupa angka lalu diolah dengan menggunakan rumus statistik

tertentu, dan diintrepetasikan dalam rangka menguji hipotesis yang sudah

disiapkan lebih dulu, serta lazim bertujuan mencari sebab akibat (kausalitas)

sesuatu. Berdasarkan desainnya, penelitian ini adalah penelitian survei analitik

yang merupakan suatu analisis korelasi, sehingga dapat diketahui seberapa jauh

kontribusi dari sebuah faktor risiko, untuk dapat menimbulkan faktor efek (Imron

dan Amrul, 2010). Menurut waktu, penelitian ini bersifat cross sectional yaitu

penelitian yang dilakukan pada suatu saat yang bersamaan pada jangka waktu

yang telah ditetapkan.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan yang

berlokasi di JL. Haji Misbah Nomor 7 Medan. Sedangkan untuk waktu penelitian

ini dilaksanakan pada bulan Maret 2018 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pekerja (tetap dan

honorer) RS Santa Elisabeth Medan baik petugas medis dan nonmedis yang

berjumlah 682 orang.

Sampel. Sampel dalam penelitian ini adalah pekerja di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan yang diambil dengan teknik stratified random sampling, dimana

populasi sasaran pertama-tama dibagi dalam strata yang berbeda menurut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 58: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

39

karakteristik tertentu. Anggota sampel ditarik dari setiap strata (sub populasi).

Untuk besar sampel yang diambil adalah dengan perhitungan sebagai berikut

menurut Taro Yamane yang dikutip oleh Imron dan Amrul (2010) :

N

n =

Nd2 + 1

Keterangan :

n = Jumlah sampel

N = Jumlah populasi

d2 = presisi yang ditetapkan (presisi yang ditetapkan 10%)

Sehingga jumlah sampel yang diperoleh sebesar :

682 682

N = = = 87,2 = 87

682 x 0,12 + 1 7,82

Menurut Sugiyono yang dikutip oleh Imron dan Amrul (2010), rumus untuk

teknik penarikan sampel pada tiap strata (sub populasi) dengan menggunakan

metode proporsional yakni :

Ni

ni = . n

N

Keterangan :

ni = jumlah sampel menurut stratum

n = Jumlah sampel seluruhnya

Ni = jumlah populasi menurut stratum

N = jumlah populasi seluruhnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 59: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

40

Sehingga jumlah sampel tiap strata (sub populasi) yang diperoleh adalah sebesar :

Tabel 1

Jumlah Sampel Tiap Strata (Sub Populasi)

Unit Kerja RS Elisabeth Medan Jumlah Jumlah Sampel

Pelayanan darah

Laboratorium

Farmasi

Fisioterapi

Radiologi

Rekam medis

Instalasi gizi

Maternal perinatal

Ruang Operasi

ICU

Hemodialisa

Pelayanan keperawatan

Pelayanan keuangan

Pelayanan umum

6

19

37

13

15

15

48

30

28

36

11

262

38

124

1

2

5

2

2

2

6

4

4

4

1

33

5

16

Variabel dan Definisi Operasional

Variabel. Variabel dalam penelitian ini, terdiri dari variabel independen

dan variabel dependen.

Variabel independen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

kualitas sumber daya manusia, komitmen manajemen dan pekerja terhadap

pelaksanaan K3, pengawasan K3, pelaksanaan law enforcement.

Variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah

pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Definisi operasional. Definisi operasional dalam penelitian ini yaitu

sebagai berikut :

a. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) adalah kapasitas dan atau kemampuan

pekerja dalam melaksanakan pekerjaannya di rumah sakit.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 60: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

41

b. Komitmen manajemen dan pekerja adalah tanggung jawab manajemen untuk

menetapkan sasaran yang strategis serta sebagai faktor pendorong untuk

memotivasi pekerja agar berupaya meningkatkan kualitas yang

berkesinambungan.

c. Pengawasan K3 adalah kegiatan yang dilakukan oleh personel yang terlibat

langsung dan berinteraksi dengan pekerjaan di lapangan, termasuk masalah

yang berkaitan dengan K3.

d. Pelaksanaan law enforcement adalah ketentuan/peraturan terkait K3 serta

sanksi yang bersifat mengikat terhadap setiap pelanggaran

ketentuan/perundangan tersebut.

e. Pelaksanaan SMK3 adalah pelaksanaan sistem manajemen keselamatan dan

kesehatan kerja di rumah sakit sesuai dengan standar/aturan yang ditetapkan.

Metode Pengumpulan Data

Data primer. Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari

objek yang diteliti, baik dari objek individual (responden) maupun dari suatu

instansi yang dengan sengaja melakukan pengumpulan data dari instansi-instansi

atau badan lainnya untuk keperluan penelitian dari pengguna (Sugiyono, 2010).

Data primer pada penelitian ini, mengenai hubungan faktor penghambat dengan

pelaksanaan SMK3 diperoleh langsung dari responden menggunakan angket.

Angket adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan

tertulis untuk dijawab secara tertulis oleh responden. Daftar pertanyaan sudah

disusun sedemikian rupa, sehingga responden hanya memberikan jawaban dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 61: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

42

memberikan tanda-tanda atau simbol atau mencontreng dari pilihan jawaban yang

telah disediakan.

Data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan, berupa profil kelembagaan Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan, data pekerja, data Tim P2K3, dan data lainnya yang

mendukung.

Metode Pengukuran

Kualitas sumber daya manusia. Pengukuran kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM) terhadap pelaksanaan SMK3 pada pekerja dengan menggunakan

angket yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 8

pertanyaan.

Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item

adalah sebagai berikut :

a. Ya (1)

b. Tidak (0)

Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi : 8

b. Nilai terendah : 0

Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009) :

a. Jumlah skor ≥ 6 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)

b. Jumlah skor < 6 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)

Komitmen manajemen dan pekerja. Pengukuran komitmen manajemen

dan pekerja terhadap pelaksanaan SMK3 diukur dengan menggunakan angket

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 62: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

43

yang sudah dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan.

Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item

adalah sebagai berikut :

a. Ya (1)

b. Tidak (0)

Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi : 3

b. Nilai terendah : 0

Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):

a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)

b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)

Pengawasan K3. Pengukuran pengawasan K3 terhadap pelaksanaan

SMK3 diukur dengan menggunakan angket yang sudah dilakukan pada penelitian

sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan. Untuk pertanyaan dengan 2 pilihan

jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah sebagai berikut :

a. Ya (1)

b. Tidak (0)

Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi : 3

b. Nilai terendah : 0

Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):

a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)

b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 63: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

44

Pelaksanaan law enforcement. Pengukuran pelaksanaan law enforcement

terhadap pelaksanaan SMK3 diukur dengan menggunakan angket yang sudah

dilakukan pada penelitian sebelumnya. Terdiri dari 3 pertanyaan. Untuk

pertanyaan dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah

sebagai berikut :

a. Ya (1)

b. Tidak (0)

Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi : 3

b. Nilai terendah : 0

Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):

a. Jumlah skor ≥ 2 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)

b. Jumlah skor < 2 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)

Pelaksanaan SMK3. Terdiri dari 15 pertanyaan. Untuk pertanyaan

dengan 2 pilihan jawaban, pemberian skor pada tiap item adalah sebagai berikut :

a. Ya (1)

b. Tidak (0)

Kategorisasi pada bagian ini adalah sebagai berikut :

a. Nilai tertinggi : 15

b. Nilai terendah : 0

Maka ketentuannya bila skor total (Arikunto, 2009):

a. Jumlah skor ≥ 11,25 dianggap baik (≥ 75% jawab ya)

b. Jumlah skor < 11,25 dianggap tidak baik (< 75% jawab ya)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 64: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

45

Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan pada penelitian ini melalui tahapan

sebagai berikut :

Analisis univariat. Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian seperti distribusi

frekuensi dan persentase dari setiap variabel. Analisis univariat dalam penelitian

ini gambaran karakteristik berupa umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja,

faktor penghambat, dan pelaksanaan SMK3.

Analisis bivariat. Analisis bivariat dapat dilakukan setelah analisis

univariat. Pada penelitian ini analisis bivariat digunakan karena diduga ada

hubungan atau korelasi antara dua variabel yaitu variabel independen (faktor

penghambat) dengan variabel dependen (pelaksanaan SMK3). Berdasarkan jenis

data pada penelitian ini merupakan jenis data ordinal, maka untuk menguji

hubungan dua variabel tersebut digunakan uji somers’d. Variabel faktor

penghambat dan pelaksanaan SMK3, dapat disimpulkan memiliki hubungan yang

bermakna jika pada interval kepercayaan 95% nilai p < 0,05.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 65: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

46

Hasil Penelitian

Gambaran Umum

Profil rumah sakit. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan diresmikan pada

tanggal 19 November 1930. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan terletak di Jl.

Haji Misbah Nomor 7 Medan, Kecamatan Medan Maimun, Provinsi Sumatera

Utara dan merupakan rumah sakit kelas madya dengan tipe B. Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan merupakan rumah sakit yang dikelola oleh Kongregasi

Fransiskanes Santa Elisabeth Medan. Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

menyediakan 289 tempat tidur, dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2

Jumlah Tempat Tidur di RS Santa Elisabeth Medan

Jenis Ruang Jumlah (Tempat Tidur)

Ruang eksekutif 1

Ruang inap super VIP + VIP 45

Ruang inap kelas I 33

Ruang inap kelas II 44

Ruang inap kelas III 115

Ruang bayi baru lahir 12

Ruang stroke 11

Ruang ICU + ICCU + PICU 19

Ruang isolasi 1

Ruang intermediate 8

Jumlah 289

Tenaga kerja di RS Santa Elisabeth Medan terdiri dari tenaga medis dan

tenaga non medis. Rincian tenaga kerja di RS Santa Elisabeth sebagai berikut :

Tabel 3

Jumlah Tenaga Kerja di RS Santa Elisabeth Medan

Kategori Tenaga Kerja Jumlah (orang)

Dokter 30

Tenaga kerja medis dan paramedis 400

Tenaga kerja non medis 252

Jumlah 682

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 66: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

47

Sejarah singkat RS Santa Elisabeth Medan. Sejarah berdirinya Rumah

Sakit Santa Elisabeth tidak dapat dipisahkan dari kehadiran Suster FSE di

Indonesia dengan tujuan untuk mengembangkan pelayanan sosial. Pada tanggal

29 Agustus 1925, empat suster (Sr.Pia, Sr.Philothea, Sr.Gonzaga dan

Sr.Antonette) berangkat dari negeri Belanda dan tiba di Medan 29 September

1925. Rencana semula mereka akan membantu di rumah sakit pemerintah, tetapi

karena tidak diterima akhirnya mereka melayani penderita sakit dan menolong

persalinan dari rumah ke rumah. Pelayanan ini kurang efektif karena sangat

terbatas, sehingga diputuskan membeli sebuah rumah unuk tempat suster-suster

sekaligus tempat merawat orang sakit dari rumah ke rumah.

Pelayanan ini semakin berkembang, karena itu diputuskan mendirikan

sebuah rumah sakit di daerah Polonia dan pada tanggal 11 Februari 1929 diadakan

peletakan batu pertama. Pembangunan rumah sakit berjalan lancar dan sejak Mei

1930 sebagian rumah sakit mulai difungsikan untuk menampung 25 pasien yang

dirawat pertama sekali. Pada tanggal 19 November 1930 pembangunan rumah

sakit rampung, dan saat itu juga rumah sakit diresmikan dan diberi nama :

“Rumah Sakit Santa Elisabeth”.

Rumah sakit yang sudah berjalan dengan baik, terpaksa harus dikosongkan

karena situasi perang. Jepang meminta agar suster-suster menyerahkan rumah

sakit untuk dijadikan markas tentara. Suster-suster meninggalkan rumah sakit dan

ada yang ditawan. Pada tanggal 14 Agustus 1945, suster-suster dibebaskan dari

tahanan dan dikembalikan ke Medan, tapi mereka tidak dapat kembali ke rumah

sakit, karena rumah sakit sudah dikuasai Badan Pemerintah Belanda yang disebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 67: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

48

Diens van Volks Gezondheid (DVG). Suster-suster hanya dibenarkan bekerja di

rumah sakit sebagai karyawan. Akhirnya atas kesepakatan dr.T.Mansur dengan

Diens van Volks Gezondheid (DVG) secara resmi rumah sakit diserahkan kembali

kepada suster-suster pada tanggal 4 Mei 1950.

Kemudian tahun 1950 mulai dikenal istilah direktur seorang dokter yang

pertama sekali dijabat oleh dr.T.Mansur, tugasnya hanya menandatangani surat

yang bersifat teknis medis. Tahun 1966 terjadi perubahan besar, dengan

terbentuknya struktur kepemimpinan yang baru di rumah sakit dan adanya

pemisahan yang jelas antara pimpinan rumah sakit dan pemimpin kongregasi

(biara). Pada tanggal 28 September 1970 dibentuk Badan Pengurus Yayasan yang

disebut “Yayasan Eksploitasi Rumah Sakit Santa Elisabeth”. Yayasan inilah yang

mengelola rumah sakit, sedangkan untuk pengelola harian rumah sakit diangkat

Badan Direksi. Pada tanggal 25 November 1977 Anggaran Dasar diperbaharui

dan disahkan. Nama Yayasan dirubah menjadi: “ Yayasan Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan” dan sekarang menjadi “ Yayasan Santa Elisabeth”.

Visi dan misi rumah sakit. Visi RS Santa Elisabeth Medan adalah

“Menjadi tanda kehadiran Allah di tengah dunia dengan membuka tangan dan hati

untuk memberikan pelayanan kasih yang menyembuhkan orang-orang sakit dan

menderita sesuai dengan tuntutan zaman”. Misi RS Santa Elisabeth Medan

adalah:

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas atas dasar kasih.

b. Meningkatkan sumber daya manusia secara professional untuk memberikan

pelayanan kesehatan yang aman dan berkualitas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 68: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

49

c. Meningkatkan sarana dan prasarana yang memadai dengan tetap

memerhatikan masyarakat lemah.

Struktur organisasi RS Santa Elisabeth Medan. Struktur organisasi

adalah susunan yang terdiri atas bagian-bagian di dalam perkumpulan untuk

mencapai tujuan tertentu. Kegunaannya adalah untuk menggambarkan

kepemimpinan dan komando kerja atau tata kerja dalam suatu kelembagaan dan

untuk menggambarkan prosedur kerja dan batas-batas uraian tugas dan

wewenang. Struktur organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dapat dilihat

pada Gambar 2.

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan. Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan sudah melaksanakan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3). Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berpedoman pada

beberapa peraturan perundangan yang terkait dengan K3, yaitu diantaranya

Keputusan Menteri Kesehatan RI No 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang

Pedoman Manajemen Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di Rumah Sakit,

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 66 Tahun 2016 tentang

Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit, dan beberapa peraturan

lainnya. Pengelola K3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berupa tim yang

disebut Tim P2K3 (Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja). Tim

P2K3 RS Santa Elisabeth terdiri dari ketua, wakil ketua, koordinator dari setiap

seksi serta anggotanya. Setiap Tim P2K3 mempunyai tugas dan wewenang

masing-masing. Secara umum tugas dari Tim P2K3 di rumah sakit yaitu saling

bekerja sama mengusahakan pelaksanaan K3 dapat berjalan dengan baik.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 69: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

50

Bagan Struktur Organisasi

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Keterangan :

Bagian yang diarsir merupakan bagian yang diteliti oleh peneliti

Gambar 2. Struktur Organisasi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Lampiran: Surat Keputusan Nomor : 009-

A/YSE/SK/III/2014

Tanggal : 01 Maret 2014

Pembina Yayasan Santa

Elisabeth

Pengawas Yayasan

Santa Elisabeth

Pengurus Yayasan Santa Elisabeth

Direktur Rumah Sakit Santa Elisabeth Sekretariat

Informasi

Marketing Komite

Keperawatan

Komite

Medik

Wa.Dir.Pel

Medis

Wa.Dir.Pel

Keperawatan

Wa.Dir.Pel

Keuangan

Wa.Dir.Pel

Umum &

Operasional

S M F

Panitia Mutu dan

Keselamatan

Pasien

Panitia Penelitian

Dan

Pengembangan

Panitia

Pencegahan dan

Pengendalian

Infeksi PanitiaKeselamatandan

KesehatanKerja

Panitia

RekamMedik

Panitia

Farmasi Terapi

Panitia

Transfusi

Darah

Panitia

Rekam

Medik

Panitia

Farmasi

Terapi

Panitia

Transfusi

Darah

Panitia

Keselamatan

dan

Kesehatan

Kerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 70: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

51

Menurut PMK RI No 66 Tahun 2016, SMK3 rumah sakit meliputi penetapan

kebijakan K3RS, perencanaan K3RS, pelaksanaan rencana K3RS, pemantauan

dan evaluasi kinerja K3RS serta peninjauan dan peningkatan kinerja K3RS.

Pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan berupa program-

program K3 yang sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh direktur rumah sakit,

seperti pencegahan dan pengendalian kebakaran, keamanan pasien, pengunjung,

dan karyawan, pemeriksaan kesehatan karyawan, pengelolaan Bahan Berbahaya

dan Beracun (B3), sertifikasi kalibrasi sarana & prasarana, serta pendidikan &

pelatihan K3.

Gambaran Umum Karakteristik Responden

Gambaran umum responden berdasarkan usia. Berdasarkan data-data

angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja, diperoleh data mengenai

gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan persentase gambaran umum

responden berdasarkan usia pekerja dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini :

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Pekerja di RS

Santa Elisabeth Medan

Usia (tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)

≤ 32 45 51,7

>32 42 48,3

Jumlah 87 100

Karakteristik responden berdasarkan usia pekerja pada tabel 4

dikategorikan menjadi usia ≤ 32 tahun dan > 32 tahun berdasarkan nilai median.

Berdasarkan tabel 4 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerja berada pada tingkat

usia ≤ 32 tahun yaitu sebanyak 45 orang atau sebesar 51,7% .

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 71: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

52

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin. Berdasarkan

data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja, diperoleh data

mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan persentase

gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin pekerja dapat dilihat pada

tabel 5 berikut ini

Tabel 5

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

Jenis Kelamin Frekuensi (F) Persentase (%)

Laki-laki 20 23

Perempuan 67 77

Jumlah 87 100

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin pekerja pada tabel 5

dapat diketahui bahwa dari 87 responden yang menjadi sampel penelitian,

frekuensi jenis kelamin pekerja perempuan lebih besar yaitu sebanyak 67 orang

atau sebesar 77%. Hal ini menunjukkan bahwa pekerja di RS Santa Elisabeth

Medan didominasi oleh perempuan.

Gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir.

Berdasarkan data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja,

diperoleh data mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan

persentase gambaran umum responden berdasarkan pendidikan terakhir pekerja

dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini :

Tabel 6

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan

Pendidikan Terakhir Frekuensi (F) Persentase (%)

SMA/Sederajat 24 27,6

Diploma 49 56,3

Sarjana 14 16,1

Jumlah 87 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 72: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

53

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir pekerja pada

tabel 6 dapat diketahui bahwa mayoritas pekerja di RS Santa Elisabeth telah

menempuh pendidikan diploma yaitu sebanyak 49 orang atau sebesar 56,3%

diikuti pekerja dengan pendidikan terakhir SMA/Sederajat sebanyak 24 orang

atau sebesar 27,6%.

Gambaran umum responden berdasarkan lama kerja. Lama kerja

dihitung sejak awal kerja sampai dengan pada saat penelitian dilakukan.

Berdasarkan data-data angket yang telah disebarkan kepada 87 orang pekerja,

diperoleh data mengenai gambaran umum responden penelitian. Jumlah dan

persentase gambaran umum responden berdasarkan lama kerja pekerja dapat

dilihat pada tabel 7 berikut ini :

Tabel 7

Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Kerja Pekerja

di RS Santa Elisabeth Medan

Lama Kerja (Tahun) Frekuensi (F) Persentase (%)

≤ 8 46 52,9

> 8 41 47,1

Jumlah 87 100

Karakteristik responden berdasarkan lama kerja pada tabel 7

dikategorikan menjadi umur ≤ 8 tahun dan > 8 tahun berdasarkan nilai median.

Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa pekerja yang memiliki lama kerja ≤ 8

tahun sebanyak 46 orang (52,9%) dan > 8 tahun sebanyak 41 orang (47,1%).

Analisis Univariat

Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

distribusi frekuensi dan persentase dari variabel independen dan variabel

dependen. Variabel independen yang meliputi faktor penghambat SMK3 (kualitas

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 73: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

54

sumber daya manusia, komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3,

pelaksanaan law enforcement), dan variabel dependen yaitu pelaksanaan SMK3.

Distribusi responden berdasarkan variabel independen (faktor

penghambat SMK3). Distribusi responden berdasarkan variabel independen

(faktor penghambat SMK3) meliputi kualitas Sumber Daya Manusia (SDM),

komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan pelaksanaan law

enforcement.

Distribusi responden berdasarkan kualitas Sumber Daya Manusia

(SDM). Dalam penelitian ini kualitas Sumber Daya manusia (SDM) dikategorikan

menjadi dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

kualitas SDM dapat dilihat pada tabel 8 berikut ini :

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kualitas SDM di RS Santa

Elisabeth Medan

Kualitas SDM Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 79 90,8

Tidak baik 8 9,2

Jumlah 87 100

Pengukuran kualitas SDM pada pekerja dikategorikan menjadi kualitas

SDM baik apabila hasil jawaban dari angket kualitas SDM ≥ 6 dan kualitas SDM

tidak baik apabila hasil jawaban dari angket kualitas SDM < 6. Berdasarkan tabel

8 dapat diketahui bahwa mayoritas distribusi frekuensi kualitas SDM berada pada

kategori baik sebesar 90,8%.

Distribusi responden berdasarkan komitmen manajemen dan pekerja.

Dalam penelitian ini komitmen manajemen dan pekerja dikategorikan menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 74: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

55

dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan

komitmen manajemen dan pekerja dapat dilihat pada tabel 9 berikut ini :

Tabel 9

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Komitmen Manajemen dan Pekerja

di RS Santa Elisabeth Medan

Komitmen Manajemen dan Pekerja Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 74 85,1

Tidak baik 13 14,9

Jumlah 87 100

Pengukuran komitmen manajemen dan pekerja dikategorikan menjadi

komitmen manajemen dan pekerja baik apabila hasil jawaban dari angket

komitmen manajemen dan pekerja ≥ 2 dan komitmen manajemen dan pekerja

tidak baik apabila hasil jawaban dari angket komitmen manajemen dan pekerja <

2. Berdasarkan tabel 9 dapat diketahui bahwa mayoritas distribusi frekuensi

komitmen manajemen dan pekerja berada pada kategori baik sebesar 85,1%.

Distribusi responden berdasarkan pengawasan K3. Dalam penelitian ini

pengawasan K3 dikategorikan menjadi dua yaitu baik dan tidak baik. Distribusi

frekuensi responden berdasarkan pengawasan K3 dapat dilihat pada tabel 10

berikut ini :

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengawasan K3 di RS Santa

Elisabeth Medan

Pengawasan K3 Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 55 63,2

Tidak baik 32 36,8

Jumlah 87 100

Pengukuran pengawasan K3 dikategorikan menjadi pengawasan K3 baik

apabila hasil jawaban dari angket pengawasan K3 ≥ 2 dan pengawasan K3 tidak

baik apabila hasil jawaban dari angket pengawasan K3 < 2. Berdasarkan tabel 10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 75: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

56

dapat diketahui bahwa responden yang menyatakan pengawasan K3 baik

sebanyak 55 orang (63,2%) dan tidak baik sebanyak 32 orang (36,8%).

Distribusi responden berdasarkan pelaksanaan law enforcement. Dalam

penelitian ini pelaksanaan law enforcement dikategorikan menjadi dua yaitu baik

dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan law

enforcement dapat dilihat pada tabel 11 berikut ini :

Tabel 11

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan Law Enforcement di

RS Santa Elisabeth Medan

Pelaksanaan law enforcement Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 43 49,4

Tidak baik 44 50,6

Jumlah 87 100

Pengukuran pelaksanaan law enforcement dikategorikan menjadi

pelaksanaan law enforcement baik apabila hasil jawaban dari angket pelaksanaan

law enforcement ≥ 2 dan pelaksanaan law enforcement tidak baik apabila hasil

jawaban dari angket pelaksanaan law enforcement < 2. Berdasarkan tabel 11 dapat

diketahui bahwa responden yang menyatakan pelaksanaan law enforcement baik

sebanyak 43 orang (49,4%) dan pelaksanaan law enforcement tidak baik sebanyak

44 orang (50,6%).

Distribusi responden berdasarkan variabel dependen (pelaksanaan

SMK3). Dalam penelitian ini tingkat pelaksanaan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dikategorikan menjadi dua yaitu baik

dan tidak baik. Distribusi frekuensi responden berdasarkan pelaksanaan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dapat dilihat pada tabel

12 berikut ini :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 76: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

57

Tabel 12

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa

Elisabeth Medan

Pelaksanaan SMK3 Frekuensi (F) Persentase (%)

Baik 56 64,4

Tidak baik 31 35,6

Jumlah 87 100

Pengukuran pelaksanaan SMK3 dikategorikan menjadi pelaksanaan

SMK3 baik dan tidak baik. Berdasarkan tabel 12 dapat diketahui bahwa

responden yang menyatakan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56 orang (64,4%)

dan pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 31 orang (35,6%).

Analisis Bivariat

Untuk mengetahui hubungan antara faktor penghambat (kualitas SDM,

komitmen manajemen dan pekerja, pengawasan K3, dan pelaksanaan law

enforcement) dengan pelaksanaan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3), peneliti menggunakan Uji Korelasi Somers’d dikarenakan jenis

data pada penelitian ini merupakan jenis data ordinal.

Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3. Hasil penelitian

mengenai hubungan antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 dapat dilihat

pada tabel 13 berikut ini :

Tabel 13

Distribusi Frekuensi Hubungan antara Kualitas SDM dengan Pelaksanaan SMK3

di RS Santa Elisabeth Medan

Kualitas

SDM

Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p

Baik Tidak baik

Baik n

%

56

64,4

23

26,4

79

90,8

0,258 0,001

Tidak baik n

%

0

0

8

9,2

8

9,2

Jumlah n %

56 64,4

31 35,6

87 100

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 77: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

58

Berdasarkan tabel 13 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang

menyatakan kualitas SDM baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56

orang (64,4%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 23 orang

(26,4%). Hasil uji statistik antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3

diperoleh p = 0,001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara kualitas SDM dengan

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi

antara kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,258 yang artinya

memiliki hubungan yang lemah.

Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan

SMK3. Hasil penelitian mengenai hubungan antara komitmen manajemen dan

pekerja dengan pelaksanaan SMK3 dapat dilihat pada tabel 14 berikut ini :

Tabel 14

Distribusi Frekuensi Hubungan antara Komitmen Manajemen dan Pekerja

dengan Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

Komitmen

Manajemen

dan Pekerja

Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p

Baik Tidak baik

Baik n

%

54

62,1

20

23,0

74

85,1

0,319 0,001

Tidak baik n

%

2

2,3

11

12,6

13

14,9

Jumlah n

%

56

64,4

31

35,6

87

100

Berdasarkan tabel 14 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang

menyatakan komitmen manajemen dan pekerja baik dengan pelaksanaan SMK3

baik sebanyak 54 orang (62,1%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik

sebanyak 20 orang (23,0%). Hasil uji statistik antara komitmen manajemen dan

pekerja dengan pelaksanaan SMK3 diperoleh p = 0,001. Hasil tersebut

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 78: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

59

menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan

yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi antara

komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,319

yang artinya memiliki hubungan yang lemah.

Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3. Hasil

penelitian mengenai hubungan antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3

dapat dilihat pada tabel 15 berikut ini :

Tabel 15

Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pengawasan K3 dengan Pelaksanaan

SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

Pengawasan

K3

Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p

Baik Tidak baik

Baik n

%

40

46,0

15

17,2

55

63,2

0,230 0,035

Tidak baik n

%

16

18,4

16

18,4

32

36,8

Jumlah n

%

56

64,4

31

35,6

87

100

Berdasarkan tabel 15 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang

menyatakan pengawasan K3 baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 40

orang (46,0%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 15 orang

(17,2%). Hasil uji statistik antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3

diperoleh p = 0,035. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p < 0,05 sehingga dapat

disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan

pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi

antara pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,230 yang artinya

memiliki hubungan yang lemah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 79: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

60

Hubungan pelaksanaan law enfoecement dengan pelaksanaan SMK3.

Hasil penelitian mengenai hubungan antara pelaksanaan law enforcement dengan

pelaksanaan SMK3 dapat dilihat pada tabel 16 berikut ini :

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Hubungan antara Pelaksanaan Law Enforcement dengan

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

Pelaksanaan

Law

Enforcement

Pelaksanaan SMK3 Jumlah r p

Baik Tidak baik

Baik n

%

38

43,7

5

5,7

43

49,4

0,517 0,0001

Tidak baik n

%

18

20,7

26

29,9

44

50,6

Jumlah n

%

56

64,4

31

35,6

87

100

Berdasarkan tabel 16 di atas, dari 87 pekerja diperoleh responden yang

menyatakan pelaksanaan law enforcement baik dengan pelaksanaan SMK3 baik

sebanyak 38 orang (43,7%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak

5 orang (5,7%). Hasil uji statistik antara pelaksanaan law enforcement dengan

pelaksanaan SMK3 diperoleh p = 0,0001. Hasil tersebut menunjukkan bahwa p <

0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara

pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth

Medan (Ho ditolak). Koefisien korelasi antara pelaksanaan law enforcement

dengan pelaksanaan SMK3 yaitu r = 0,517 yang artinya memiliki hubungan yang

sedang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 80: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

61

Pembahasan

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

Pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan yang meliputi program-

program K3 yang sudah ditetapkan dan ditandatangani oleh Direktur RS belum

semuanya terlaksana dengan optimal. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada

pekerja mengenai pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan didapatkan

hasil pada tabel 12 bahwa pelaksanaan SMK3 rumah sakit dalam kategori baik

yaitu sebesar 64,4% dan sisanya pekerja menyatakan pelaksanaan SMK3 masuk

dalam kategori tidak baik sebesar 35,6%. Hal tersebut menunjukkan pelaksanaan

SMK3 pada rumah sakit tersebut belum terlaksana dengan dengan baik. Dari

pertanyaan-pertanyaan yang diajukan kepada pekerja melalui angket, ada

beberapa pertanyaan dimana rata-rata pekerja memberikan nilai paling rendah

pada pertanyaan pelaksanaan SMK3, antara lain dalam penggunaan APD,

mengikuti seminar/diklat di bidang K3, mengikuti pelatihan K3, pemeriksaan

kesehatan, pemeriksaan kondisi lingkungan kerja dan pengawasan kondisi

lingkungan kerja.

Pekerja memberikan nilai terendah berdasarkan kondisi yang mereka

alami. Pekerja rata-rata menjawab tidak sering menggunkan APD dalam bekerja,

padahal APD sudah tersedia lengkap dan mencukupi untuk semua pekerja serta

sudah tertuang dalam kebijakan-kebijakan K3 yang ditetapkan di rumah sakit agar

pekerja menggunakan APD setiap bekerja. Pada pertanyaan mengenai pernah

mengikuti seminar/diklat K3, beberapa pekerja juga menjawab tidak pernah

mengikuti seminar/diklat K3, yang menyebabkan pengetahuan serta keterampilan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 81: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

62

pekerja dalam bekerja rendah. Dalam kebijakan K3 yang ditetapkan, tertuang

bahwa setiap pekerja minimal satu kali dalam satu tahun mengikuti seminar/diklat

tentang K3. Namun, pada nyatanya ada beberapa pekerja yang tidak mengikuti

seminar/diklat di bidang K3 pada pekerja di rumah sakit. Hal ini juga menjadi

salah satu faktor penyebab banyak pekerja yang tidak menggunakan APD saat

bekerja, karena kurangnya pengetahuan tentang keselamatan dan kesehatan kerja

dalam bekerja dan pentingnya APD digunakan saat bekerja.

Pada pertanyaan mengenai pemeriksaan kesehatan, beberapa pekerja rata-

rata menjawab tidak pernah ikut dalam pemeriksaan kesehatan, terutama

pemeriksaan kesehatan berkala dan pemeriksaan kesehatan khusus. Dalam

peraturan perundangan tertuang bahwa pemeriksaan kesehatan berkala pada

pekerja sekurang-kurangnya dilakukan 1x dalam setahun, namun ada beberapa

pekerja menjawab mereka tidak ikut dalam pemeriksaan kesehatan berkala dalam

1 tahun terakhir. Begitu juga dalam pemeriksaan kesehatan khusus, yang

dilakukan terhadap pekerja yang terkena bahaya yang tinggi, seperti pada pekerja

di laboratorium, radiologi, hemodialisis, dan instalasi gizi. Unit kerja tersebut

merupakan unit kerja yang mempunyai bahaya yang tinggi, sehingga pekerja yang

bekerja pada unit tersebut, umumnya harus sering mendapatakan pemeriksaan

kesehatan secara khusus. Misalnya pekerja yang bekerja di unit radiologi, sebelum

bekerja harus diperiksa dahulu kesehatannya lalu setelah selesai bekerja diperiksa

lagi kesehatannya.

Pengawasan kondisi lingkungan kerja, beberapa pekerja memberikan

jawaban bahwa pengawasan tidak kontinyu dilakukan. Hal ini juga yang menjadi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 82: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

63

penyebab pekerja dalam bekerja tidak menggunakan APD, karena pengawasan

yang tidak ada, sehingga pekerja dalam bekerja tidak mengikuti ketentuan yang

sudah ditetapkan. Pengawasan K3 yang tidak dilakukan berkaitan dengan kinerja

dari Tim P2K3, karena yang menangani K3 pada rumah sakit tersebut yaitu Tim

P2K3. Tim P2K3 tidak melaksanakan tugasnya secara maksimal dalam K3 karena

setiap personil P2K3 memiliki jabatan atau pekerjaan masing-masing di rumah

sakit yang menjadikan tiap personil P2K3 memiliki rangkap jabatan sehingga

mereka tidak fokus dalam melaksanakan tugasnya sebagai Tim P2K3. Akibat

tidak dilaksanakannya beberapa kegiatan-kegiatan pelaksanaan SMK3 tersebut

akan menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja.

Hubungan antara Faktor Penghambat dengan Pelaksanaan SMK3 di RS

Santa Elisabeth Medan Tahun 2018

Hubungan kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3. Kualitas Sumber

Daya Manusia (SDM) adalah kemampuan terpadu dari daya fikir dan daya fisik,

perilaku dan sifat, ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Kualitas SDM yang

diteliti dalam penelitian ini adalah kemampuan dan keterampilan dari pekerja

yang memengaruhi pekerja tersebut dalam bekerja. Sumber daya manusia yang

berkualitas adalah sumber daya manusia yang mempunyai nilai kompetitif dan

inovatif dengan menggunakan energi seperti intelligence, creativity, dan

imagination (Rachmawati, 2008). Kualitas SDM juga sangat dipengaruhi oleh

tingkat pendidikan yang ditempuh oleh pekerja. Semakin tinggi tingkat

pendidikan pekerja maka semakin tinggi juga kemampuan dan keterampilan

pekerja tersebut dalam bekerja.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 83: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

64

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden

yaitu sebanyak 79 dari 87 orang sudah menyatakan bekerja sesuai dengan

keterampilan, kemampuan, dan pendidikan mereka, sehingga kualitas SDM di RS

Santa Elisabeth Medan termasuk dalam kategori baik. Berdasarkan analisis

bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja diperoleh responden yang

menyatakan kualitas SDM baik dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 56

orang (64,4%) dan terhadap pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 23 orang

(26,4%). Berdasarkan hasil uji korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil

yang signifikan untuk terjadinya hubungan p = 0,001 lebih kecil dari titik kritis (p

< 0,05) hal ini menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara kualitas SDM

dengan pelaksanaan SMK3, nilai r = 0,258 yang berarti hubungan tersebut lemah.

Kualitas Sumber Daya Manusia merupakan faktor penting dalam

keberhasilan suatu organisasi, semakin tinggi kualitas SDM manusia semakin baik

prestasi kerja yang dihasilkan (Leuheri dan Rensya, 2018). Hal ini berarti bahwa

jika pekerja mempunyai kualitas SDM tinggi, maka akan semakin baik pekerja

dalam melaksanakan pekerjaannya termasuk dalam melaksanakan SMK3. Hasil

penelitian kualitas SDM dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth Medan

menunjukkan bahwa kualitas SDM berpengaruh terhadap pelaksanaan SMK3.

Pekerja di RS Santa Elisabeth Medan sudah ditempatkan bekerja pada posisi

sesuai dengan kemampuan dan keterampilan mereka, pekerja puas dengan posisi

kerja yang mereka tempati sehingga memengaruhi pekerja untuk bekerja dengan

nyaman dan melaksanakan semua pekerjaanya dengan baik, termasuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 84: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

65

melaksanakan SMK3 seperti akan patuh terhadap semua peraturan dan ketentuan

yang sudah diberlakukan dalam pekerjaannya.

Kualitas SDM juga dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang ditempuh

oleh pekerja, dengan pendidikan yang tinggi maka pengetahuan pekerja akan

bertambah, begitu juga pekerja di RS Santa Elisabeth Medan umumnya sudah

memiliki tingkat pendidikan terakhir yang cukup baik, dan posisi pekerja dalam

bekerja semua disesuaikan dengan tingkat pendidikan yang mereka tempuh,

sehingga pekerja dapat menikmati dan puas akan pekerjaannya. Dengan tingkat

pendidikan yang baik tersebut maka kualitas SDM dari pekerja baik, dan dalam

pelaksanaan SMK3 seharusnya akan semakin baik, walaupun masih ada pekerja

dengan kualitas SDM yang baik namun tidak melaksanakan SMK3 dengan baik.

Penelitian Ivana, dkk (2014) di RS Prima Medika Pemalang didapatkan hasil

bahwa kualitas SDM di rumah sakit memengaruhi pekerja dalam hal pengetahuan

untuk melaksanakan K3 dengan baik. Pada penelitian ini, kualitas SDM di rumah

sakit tersebut masih rendah, sehingga pekerja juga dalam melaksanakan K3 masih

rendah.

Hubungan komitmen manajemen dan pekerja dengan pelaksanaan

SMK3. Komitmen adalah tekad yang kuat yang mendorong seseorang untuk

mewujudkannya. Komitmen dapat dikatakan sebagai ujung tombak terlaksananya

suatu sistem manajemen, karena inti dari pelaksanaan program-program yang

dibuat adalah komitmen. Komitmen harus dimulai dari manajemen puncak

(direktur utama). Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas

responden yaitu sebanyak 74 dari 87 orang sudah menyatakan mempunyai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 85: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

66

komitmen yang baik terhadap pelaksanaan SMK3, baik dari komitmen

manajemen puncak (direktur utama) dan pekerja. Komitmen manajemen puncak

(direktur utama) rumah sakit terlihat dari adanya kebijakan-kebijakan K3 yang

ada di rumah sakit. Menurut Ivana, dkk (2014) bahwa komitmen diwujudkan

dalam bentuk kebijakan tertulis, jelas dan mudah dimengerti serta diketahui oleh

seluruh karyawan.

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja

diperoleh responden yang menyatakan komitmen manajemen dan pekerja baik

dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 54 orang (62,1%) dan terhadap

pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 20 orang (23,0%). Berdasarkan hasil uji

korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya

hubungan p = 0,001 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja dengan

pelaksanaan SMK3, dan nilai r = 0,319 yang berarti hubungannya lemah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lovita, A (2016)

menunjukkan bahwa ada hubungan antara komitmen K3 dengan pelaksanaan

SMK3 di PT. Kubota Indonesia dimana p = 0,013 (< 0,05). Hasil ini menunjukkan

bahwa perusahaan yang sudah mempunyai komitmen K3 akan melaksanakan

SMK3 dengan baik sehingga termasuk dalam kategori yang memuaskan. Hasil

penelitian yang lain yaitu penelitian yang dilakukan oleh Toding, dkk (2016) di

RSIA Kasih Ibu Manado, dimana komitmen manajemen memengaruhi

pelaksanaan SMK3 di rumah sakit tersebut. Komitmen manajemen di rumah sakit

tersebut masih lemah dan belum menyeluruh, dimana keputusan-keputusan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 86: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

67

tentang K3 secara tertulis belum ada, sehingga pelaksanaan SMK3 oleh pekerja

juga tidak baik dan belum menyeluruh kepada semua pekerja. Pekerja hanya

melaksanakan SMK3 yang memang sudah ditetapkan oleh pihak manajemen

seperti mewajibkan setiap pekerja menggunakan APD dalam bekerja karena

adanya sosialisasi kepada pekerja, Pelaksanaan SMK3 yang lainnya belum

dilaksanakan karena belum ada komitmen dari manajemen rumah sakit.

Komitmen manajemen puncak (direktur utama) di RS Santa Elisabeth

Medan baik. Pemimpin rumah sakit mempunyai keterlibatan dan kebijakan-

kebijakan K3 secara tertulis ada di rumah sakit serta disosialisasikan kepada

setiap unit kerja rumah sakit, sehingga pekerja mengetahui apa saja yang harus

mereka lakukan dalam bekerja dan apa yang harus mereka tidak lakukan dalam

bekerja. Adanya komitmen dari direktur utama rumah sakit akan memengaruhi

pekerja, sehingga pekerja juga akan berkomitmen untuk melaksanakan semua

kebijakan-kebijakan yang sudah ditetapkan. Dengan komitmen manajemen

puncak (direktur utama) RS Santa Elisabeth yang sudah baik, maka pelaksanaan

SMK3 oleh pekerja di rumah sakit secara keseluruhan juga sudah baik, walaupun

masih ada beberapa hal yang belum dilaksanakan sepenuhnya oleh pekerja.

Hubungan pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3. Pengawasan

adalah proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh kegiatan untuk menjamin

agar semua pekerjaan yang dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah

ditentukan. Fungsi pengawasan dalam sistem manajemen K3 merupakan fungsi

untuk mengetahui sejauh mana pekerja mematuhi kebijakan/peraturan yang telah

ditetapkan oleh pimpinan untuk meningkatkan kinerja dari pekerja, khususnya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 87: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

68

yang berkaitan dengan kesehatan kerja serta dijadikan dasar penilaian untuk

sertifikasi (Fahmi, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa mayoritas responden

yaitu sebanyak 55 orang dari 87 orang jumlah pekerja menyatakan pengawasan

K3 sudah dalam kategori baik. Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa

dari 87 pekerja diperoleh responden yang menyatakan pengawasan K3 baik

dengan pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 40 orang (46,0%) dan terhadap

pelaksanaan SMK3 tidak baik sebanyak 15 orang (17,2%). Berdasarkan hasil uji

korelasi somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya

hubungan yaitu p = 0,035 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini

menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan

pelaksanaan SMK3 dan r = 0,230 yang berarti hubungan lemah.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ramadhan, A

(2012) pada pembangunan jalan rawa menyatakan bahwa lemahnya pengawasan

yang dilakukan oleh perusahaan seperti masih terdapat beberapa rambu K3 tidak

terpasang dengan baik memengaruhi pekerja dalam melaksanakan SMK3. Karena

tidak ada rambu-rambu K3, maka pekerja juga tidak akan berhati-hati dalam

bekerja sehingga dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan kerja.

Hasil penelitian pengawasan K3 dengan pelaksanaan SMK3 di RS Santa

Elisabeth Medan menunjukkan bahwa pengawasan K3 berpengaruh terhadap

pelaksanaan SMK3. Pelaksanaan SMK3 masuk dalam kategori baik, namun

masih ada beberapa pekerja yang belum melaksanakan SMK3 dengan baik,

seperti masih ada pekerja yang tidak menggunakan APD, pekerja tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 88: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

69

mendapatkan seminar/pelatihan bidang K3, dan pekerja tidak ikut dalam

pemeriksaan kesehatan yang dilakukan. Hal tersebut terjadi salah satu

penyebabnya adalah karena pengawasan K3 yang lemah. Pengawasan K3 tidak

dilakukan secara kontinyu dan tidak diterapkan dengan baik, sehingga pekerja

dalam bekerja sesuai dengan kemauannya sendiri tanpa mematuhi kebijakan yang

sudah ditetapkan.

Hubungan pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3.

Pelaksanaan law enforcement adalah penegakan sanksi yang tegas kepada setiap

orang yang melanggar/tidak mematuhi aturan-aturan yang sudah ditetapkan.

Pelaksanaan law enforcement dapat mendidik dan mendisiplinkan baik

perusahaan/tempat kerja, pimpinan, dan pekerja yang secara bersama untuk

mendukung K3. Pemberian sanksi yang tegas kepada setiap pekerja yang

melanggar aturan akan mendisiplinkan pekerja tersebut, karena mendapatkan

sanksi sehingga akan memberikan efek jera kepada pekerja untuk tidak melanggar

aturan lagi yang sudah ditetapkan, dan kepada pekerja yang belum melanggar

aturan akan menjadi peringatan agar mematuhi semua aturan K3.

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dilihat bahwa sebanyak 44 orang

menyatakan pelaksanaan law enforcement tidak baik dan 43 orang menyatakan

pelaksanaan law enforcement baik. Hasil tersebut menunjukkan bahwa

pelaksanaan law enforcement di RS Santa Elisabeth Medan masih lemah.

Berdasarkan analisis bivariat menunjukkan bahwa dari 87 pekerja diperoleh

responden yang menyatakan pelaksanaan law enforcement baik dengan

pelaksanaan SMK3 baik sebanyak 38 orang (43,7%) dan terhadap pelaksanaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 89: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

70

SMK3 tidak baik sebanyak 5 orang (5,7%). Berdasarkan hasil uji korelasi

somers’d yang dilakukan didapat hasil yang signifikan untuk terjadinya hubungan

yaitu p = 0,0001 lebih kecil dari titik kritis (p < 0,05) hal ini menunjukkan ada

hubungan yang bermakna antara pelaksanaan law enforcement dengan

pelaksanaan SMK3 dan r = 0,517 yang berarti hubungan sedang.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Awuy, T (2017)

pada proyek konstruksi di Kota Manado yang menyatakan bahwa tidak

diberikannya sanksi kepada pekerja yang tidak melaksanakan K3 seperti tidak

diberikannya sanksi kepada pekerja yang tidak menggunakan APD termasuk

merupakan faktor penghambat pelaksanaan SMK3. Karena pelaksanaan law

enforcement tidak tegas maka pekerja akan bekerja sesuai dengan kemauannya

sendiri tanpa mengikuti aturan yang sudah ditetapkan.

Hasil penelitian pelaksanaan law enforcement dengan pelaksanaan SMK3

di RS Santa Elisabeth Medan menunjukkan bahwa pelaksanaan law enforcement

berpengaruh terhadap pelaksanaan SMK3. Secara keseluruhan pelaksanaan SMK3

masuk dalam kategori baik, namun masih ada beberapa pekerja yang belum

melaksanakan SMK3 dengan baik, seperti masih ada pekerja yang tidak

menggunakan APD, pekerja tidak mendapatkan seminar/pelatihan bidang K3, dan

pekerja tidak ikut dalam pemeriksaan kesehatan yang dilakukan.Hal tersebut salah

satunya disebabkan karena tidak ada sanksi yang tegas dari pihak manajemen

terhadap kebijakan yang sudah berlaku. Pengaruh pengawasan K3 dan

pelaksanaan law enforcement terhadap pelaksanaan SMK3 di RS Santa Elisabeth

Medan cukup kuat, dibanding dengan faktor penghambat lainnya. Hal ini sesuai

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 90: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

71

dengan yang peneliti dapatkan pada rumah sakit tersebut, dimana pengawasan K3

yang tidak dilakukan oleh Tim P2K3 dan pemberian sanksi yang tegas terhadap

pelanggaran kebijakan K3 belum terlaksana. Pekerja yang melakukan pelanggaran

terhadap kebijakan K3 pada hari ini akan melakukan pelanggaran yang sama

secara berulang-ulang di kemudian hari, karena tidak adanya sanksi yang

diberlakukan, sehingga tidak menimbulkan efek jera pada pekerja tersebut.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 91: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

72

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan

antara faktor penghambat dengan pelaksanaan SMK3 di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan Tahun 2018, maka dapat disimpulkan bahwa :

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara kualitas SDM dengan pelaksanaan

SMK3

b. Terdapat hubungan yang bermakna antara komitmen manajemen dan pekerja

dengan pelaksanaaan SMK3

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengawasan K3 dengan

pelaksanaan SMK3

d. Terdapat hubungan yang bermakna antara pelaksanaan law enforcement

dengan pelaksanaan SMK3

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat

diberikan oleh peneliti yaitu :

a. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk menerapkan dengan tegas peraturan

atau ketentuan K3 untuk meningkatkan pelaksanaan law enforcement di RS

Santa Elisabeth Medan sehingga diharapkan pada akhirnya kesadaran

karyawan untuk melaksanakan semua aturan yang sudah ditetapkan semakin

meningkat.

b. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk lebih meningkatkan pengawasan

terhadap K3 di rumah sakit, agar pengawasan terhadap K3 dilakukan secara

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 92: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

73

kontinyu dan dilakukan di seluruh unit kerja rumah sakit, tidak hanya di unit

tertentu saja, sehingga tingkat kepatuhan semua pekerja untuk melaksanakan

peraturan/ketentuan K3 semakin meningkat.

c. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk meningkatkan kinerja dari Tim

P2K3 yang bertugas menangani K3 di rumah sakit, agar Tim P2K3 lebih

fokus untuk menangani program-program K3 sehingga pelaksanaannya dapat

berjalan dengan baik.

d. Bagi pihak manajemen rumah sakit untuk faktor kualitas sumber daya

manusia serta komitmen manajemen dan pekerja, yang sudah cukup baik,

perlu dipertahankan dan ditingkatkan untuk menjadi lebih baik di masa yang

akan datang.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 93: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

74

Daftar Pustaka

Adhi, G. (2015). Pengaruh kepuasan kerja dan komitmen karyawan terhadap

kinerja karyawan PT. Kusuma Yogyakarta (Skripsi, Universitas Negeri

Yogyakarta). Diakses dari

eprints.uny.ac.id/27715/1/GilangAdhiPrabowo_09408144044.pdf.

Arikunto, S. (2009). Manajemen penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Awuy, dkk. (2017). Faktor-faktor penghambat penerapan sistem manajemen K3

pada proyek konstruksi di Kota Manado. Jurnal Sipil Statistik, 5 (4), 187-

194. https://media.neliti.com/media/publications/132097-ID-faktor-faktor-

penghambat-penerapan-siste.pdf.

Fahmi, U. (2014). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali

Pers.

Herlambang, S & Arita. (2012). Manajemen kesehatan dan rumah sakit.

Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Imron & Amrul. (2010). Metodologi penelitian bidang kesehatan. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Ivana, dkk. (2014). Analisa komitmen manajemen Rumah Sakit (RS) terhadap

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) pada RS Prima Medika Pemalang.

Jurnal Kesehatan Masyyarakat, 2 (1), 35-41.

https://www.scribd.com/document/359903299/ipi173840-pdf.

Konradus, D. (2012). Keselamatan kesehatan kerja membangun SDM pekerja

yang sehat, produktif dan kompetitif edisi revisi. Jakarta: Bangka Adinatha

Mulia.

Leuheri, F & Rensya. (2018). Pengaruh kualitas sumber daya manusia, disiplin

kerja, dan pengembangan karir terhadap prestasi kerja pegawai dinas

perhubungan Provinsi Maluku. Jurnal, 5 (2), 119-129.

https://ojs.unpatti.ac.id/index.php/sosoq/article/download/307/231.

Lovita, A. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan dengan penerapan Sistem

Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) PT. Kubota

Indonesia (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Semarang). Diakses dari

repository.unimus.ac.id/25/1/Full%20Skripsi%201.pdf.

Mauliku, N. E. (2011). Kajian analisis penerapan sistem manajemen K3RS di

Rumah Sakit Immanuel Bandung. Jurnal Kesehatan.

stikesayani.ac.id/publikasi/e-journal/files/2011/201104/201104-005.pdf.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 94: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

75

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2009). Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Jakarta: Anonim.

Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia. (2009). Undang-

Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah sakit. Jakarta: Anonim.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Peraturan Menteri Kesehatan RI

Nomor 66 Tahun 2016 tentang Keselamatan dan kesehatan kerja rumah

sakit. Jakarta: Anonim.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Keputusan Menteri Kesehatan RI

Nomor 432/MENKES/SK/IV/2007 tentang pedoman manajemen

Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di rumah sakit. Jakarta: Anonim.

Muninjaya, A.A.G. (2010). Manajemen kesehatan edisi ketiga. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan masyarakat: Ilmu & seni edisi revisi 2011.

Jakarta: PT Rineka Cipta.

Noviandini, dkk. (2015). Analisis komitmen pimpinan terhadap penerapan Sistem

Manajemen K3 (SMK3) di PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Jurnal

Kesehatan Masyarakat, 3 (3), 640-650.

https://media.neliti.com/media/publications/18591-ID-analisis-komitmen-

pimpinan-terhadap-penerapan-sistem-manajemen-k3-smk3-di-pt-kra.pdf.

Putri, dkk. (2018). Pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap

kejadian kecelakaan kerja perawat rumah sakit. Jurnal Endurance, 3 (2),

271-277.

http://ejournal.kopertis10.or.id/index.php/endurance/article/view/2686.

Rachmawati, I. (2008). Manajemen sumber daya manusia. Yogyakarta: Andi

Publisher.

Ramadhan, A. (2012). Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan jalan rawa,

Cengkareng (skripsi, Universitas Indonesia). Diakses dari

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20306378-S42224-

Penerapan%20sistem.pdf.

Republik Indonesia. (1970). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang

Keselamatan kerja. Jakarta: Anonim.

Robbins, S. (2015). Perilaku organisasi 2 edisi 16. Jakarta: Salemba Empat.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 95: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

76

Sarastuti, D. 2016. Analisis kecelakaan kerja di Rumah Sakit Universitas Gadjah

Mada Yogyakarta (Skripsi, Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Diakses dari eprints.ums.ac.id/46459/1/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf.

Sholihah, Q & Wahyudi. (2011). Keselamatan kesehatan kerja. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Sugiyono. (2010). Metode penelitian endidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Suma’mur. (2009). Higiene perusahaan dan kesehatan kerja. Jakarta: PT Toko

Gunung Agung.

Sunaryo, W. (2014). Ergonomi dan K3: kesehatan keselamatan kerja. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Taufani, T. (2007). Hubungan antara faktor penghambat Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dengan pelaksanaan sistem

manajemen keselamatan dan kesehatan kerja (Skripsi, Universitas

Jember). Diakses dari

http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/17692/gdl%20%2

83%29aa.pdf?sequence=1.

Toding, dkk. (2016). Analisis penerapan Sistem Manajemen Kesehatan dan

Keselamatan Kerja (SMK3) di RSIA Kasih Ibu Manado. Jurnal Ilmiah

Farmasi, 5 (1), 284-289.

https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/article/view/11317.

Widayana, I. (2014). Kesehatan dan keselamatan kerja. Singaraja: Graha Ilmu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 96: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

77

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 97: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

78

Lampiran 2. Surat Keterangan Balasan Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 98: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

79

Lampiran 3. Surat Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 99: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

80

Lampiran 4. Angket Penelitian

ANGKET PENELITIAN

HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN PELAKSANAAN

SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI

RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2018

Nomor Responden :

Tanggal Pengisian :

Karakteristik Responden

1. Nama :

2. Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan

3. Umur : tahun

4. Unit kerja :

5. Pendidikan terakhir :

6. Lama bekerja :

PETUNJUK : Isilah pertanyaan berikut sesuai dengan kondisi yang sebenarnya

dengan memberi tanda (X) pada jawaban yang sesuai dan mengisi pertanyaan

yang disediakan oleh peneliti.

A. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

1. Apakah menurut anda pekerjaan anda saat ini sudah sesuai dengan

kemampuan, keterampilan dan pendidikan anda?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda selalu mengerjakan tugas yang diberikan oleh atasan anda

dengan baik dan tepat waktu?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 100: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

81

3. Apakah dalam menyelesaikan tugas, anda selalu mencari cara yang paling

mudah dan cepat?

a. Ya

b. Tidak

4. Apakah anda selalu masuk kerja selain hari libur dan cuti dalam kurun waktu

1 tahun terakhir?

a. Ya

b. Tidak

5. Apakah anda tidak mempunyai keinginan untuk bekerja di tempat lain?

a. Ya

b. Tidak

6. Apakah anda puas dengan pekerjaan anda?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah anda dapat mengoperasikan berbagai peralatan terkait dengan

pekerjaan anda sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda selalu melaksanakan program-program K3 (seperti ikut

pemeriksaan kesehatan, ikut simulasi pencegahan dan penggulangan

kebakaran, dan lainnya) yang ada di RS?

a. Ya

b. Tidak

B. Komitmen Manajemen dan Pekerja

1. Apakah menurut anda Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan adalah tempat

kerja yang baik dan bagus untuk anda?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 101: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

82

2. Apakah anda setuju dengan aturan-aturan K3 yang sudah ditetapkan di RS

Santa Elisabeth Medan ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah aturan-aturan K3 yang ada di RS memotivasi anda untuk selalu

berusaha untuk bekerja dengan baik ?

a. Ya

b. Tidak

C. Pengawasan K3

1. Apakah selalu dilakukan pengawasan dari pihak rumah sakit terhadap

penerapan K3 (seperti pengawasan terhadap penggunaan APD) di unit kerja

anda ?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah pengawas selalu menegur anda jika ada pekerjaan anda yang salah

atau anda bekerja tidak sesuai dengan prosedur ?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah anda merasa lebih diperhatikan dan dihargai oleh pemimpin, dengan

adanya pengawasan yang dilakukan terhadap pekerjaan anda oleh tim

pengawas ?

a. Ya

b. Tidak

D. Pelaksanaan Law enforcement

1. Apakah ketentuan atau aturan tertulis tentang K3 di Rumah Sakit Santa

Elisabeth Medan telah disosialisasikan/disebarluaskan di unit kerja anda?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 102: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

83

2. Apakah ketentuan atau aturan tertulis tersebut mudah untuk anda mengerti dan

pahami?

a. Ya

b. Tidak

3. Apakah ada sanksi yang diberlakukan kepada pekerja apabila melanggar

setiap ketentuan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) atau prosedur terkait

K3?

a. Ya

b. Tidak

E. Pelaksanaan SMK3

1. Apakah di RS Santa Elisabeth Medan pernah dilakukan penyuluhan, diklat/

seminar dibidang K3?

a. Ya

b. Tidak

2. Apakah anda pernah mengikuti diklat/seminar dibidang K3 di lingkungan RS

Santa Elisabeth Medan maupun di luar rumah sakit?

a. Ya

b. Tidak

3. Sebelum diterima bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, apakah anda

melakukan pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu?

a. Ya

b. Tidak

4. Selama bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, apakah anda melakukan

pemeriksaan kesehatan secara berkala?

a. Ya

b. Tidak

5. Selama bekerja di RS Santa Elisabeth Medan ini, bila terjadi Kecelakaan

Akibat Kerja (KAK) atau Penyakit Akibat Kerja (PAK) apakah anda

melakukan pemeriksaan kesehatan secara khusus?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 103: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

84

6. Apakah di tempat anda tersedia Alat Pelindung Diri (APD)?

a. Ya

b. Tidak

7. Apakah anda menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) tersebut?

a. Ya

b. Tidak

8. Apakah anda dalam bekerja sesuai dengan jadwal kerja anda?

a. Ya

b. Tidak

9. Apakah ada kebijakan rolling (pertukaran tugas antara karyawan satu dengan

karyawan lain) ketika anda berada dalam kondisi tertentu seperti hamil, tinggi

kadar radiasi dalam tubuh melebihi batas untuk petugas radiologi, dsb?

a. Ya

b. Tidak

10. Apakah anda tidak pernah mengalami Kecelakaan Akibat Kerja (KAK) seperti

terpeleset, tertusuk jarum, dll?

a. Ya

b. Tidak

11. Apakah anda mendapatkan pengobatan dari rumah sakit atas KAK yang anda

alami?

a. Ya

b. Tidak

12. Apakah anda tidak pernah mengalami Penyakit Akibat Kerja (PAK) seperti

infeksi saluran nafas, TBC, atau tertular penyakit lain selama bekerja di rumah

sakit?

a. Ya

b. Tidak

13. Apakah anda mendapatkan pengobatan dari rumah sakit atas PAK yang anda

alami?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 104: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

85

14. Apakah di unit kerja anda dilakukan pemeriksaan kondisi lingkungan kerja (

seperti pemeriksaan alat/mesin yang digunakan untuk berkerja, pemeriksaan

APAR, pemeriksaan hydrant, pemeriksaan lantai, pemeriksaan suhu ruangan,

pemeriksaan pencahayaan ruangan, pemeriksaan tata letak alat/mesin untuk

kerja, dan lainnya) untuk mencegah terjadinya PAK dan KAK?

a. Ya

b. Tidak

15. Apakah di unit kerja anda dilakukan pengawasan kondisi lingkungan kerja (

seperti pengawas melakukan pengawasan terhadap penggunaan APD,

pengawas melakukan pengawasan terhadap cara kerja sudah sesuai dengan

standart operasional pelaksanaan, pengawas menegur anda jika melakukan

pekerjaan tidak sesuai aturan, dan lainnya) untuk mencegah terjadinya PAK

dan KAK?

a. Ya

b. Tidak

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 105: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

86

Lampiran 5. Master Data

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P Total Kategori

1 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

2 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik

3 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

4 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik

5 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik

6 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

7 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

8 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

9 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

10 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

11 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

12 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

13 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

14 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

15 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

16 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

17 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

18 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

19 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

20 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

21 1 1 1 1 0 1 1 0 6 Baik

22 1 1 1 1 0 1 1 0 6 Baik

23 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

24 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

25 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik

26 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

27 1 1 1 1 1 1 0 1 7 Baik

28 1 1 1 0 1 0 1 1 6 Baik

29 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

30 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

31 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

32 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

33 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

34 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik

35 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

36 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

37 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

38 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

39 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

40 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

41 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 106: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

87

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

42 1 1 1 0 0 0 0 0 3 Tidak baik

43 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

44 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

45 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik

46 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik

47 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

48 1 1 1 1 1 0 1 1 7 Baik

49 1 0 0 0 0 1 1 1 4 Tidak baik

50 1 1 1 0 0 0 1 1 5 Tidak baik

51 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

52 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

53 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik

54 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

55 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

56 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

57 1 1 0 1 1 1 1 1 7 Baik

58 1 1 1 1 0 0 1 1 6 Baik

59 1 1 1 1 1 0 1 1 7 Baik

60 0 1 0 1 1 1 1 1 6 Baik

61 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Baik

62 1 1 1 0 0 1 1 1 6 Baik

63 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

64 0 1 0 0 0 0 0 0 1 Tidak baik

65 1 1 1 1 0 0 1 0 5 Tidak baik

66 1 1 1 1 0 1 1 1 7 Baik

67 1 1 1 1 1 1 1 0 7 Baik

68 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

69 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

70 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

71 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

72 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

73 0 1 1 1 0 0 1 1 5 Tidak baik

74 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

75 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

76 1 1 1 0 1 1 1 1 7 Baik

77 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

78 1 0 1 1 1 1 1 1 7 Baik

79 1 1 1 1 1 1 0 1 7 Baik

80 1 1 1 0 0 0 0 1 4 Tidak baik

81 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

82 0 1 1 1 0 1 1 1 6 Baik

83 0 1 1 1 1 1 1 1 7 Baik

84 1 1 1 1 0 1 0 1 6 Baik

85 1 1 1 1 1 1 1 1 8 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 107: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

88

Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)

86 1 1 1 0 1 1 0 1 6 Baik

87 0 0 1 0 0 0 0 1 2 Tidak baik

Komitmen Manajemen dan Pekerja

NO P1 P2 P3 P Total Kategori

1 1 1 1 3 Baik

2 0 1 1 2 Tidak baik

3 1 1 1 3 Baik

4 1 1 1 3 Baik

5 1 1 1 2 Tidak baik

6 1 1 1 2 Tidak baik

7 1 1 1 3 Baik

8 1 1 1 3 Baik

9 1 1 1 3 Baik

10 1 1 1 3 Baik

11 1 1 1 3 Baik

12 1 1 1 3 Baik

13 1 1 1 3 Baik

14 1 1 1 3 Baik

15 1 1 1 3 Baik

16 1 1 1 3 Baik

17 1 1 1 3 Baik

18 1 1 1 3 Baik

19 1 1 1 3 Baik

20 1 1 1 3 Baik

21 1 1 1 3 Baik

22 1 1 1 3 Baik

23 1 1 1 3 Baik

24 1 1 1 3 Baik

25 1 1 1 3 Baik

26 1 1 1 3 Baik

27 1 1 1 2 Tidak baik

28 1 0 0 3 Baik

29 1 0 1 3 Baik

30 1 1 1 3 Baik

31 1 0 1 3 Baik

32 1 0 0 3 Baik

33 1 1 1 3 Baik

34 1 1 1 3 Baik

35 1 1 1 3 Baik

36 1 1 1 3 Baik

37 1 1 1 3 Baik

38 1 1 1 3 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 108: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

89

Komitmen Manajemen dan Pekerja

39 1 1 1 3 Baik

40 1 1 1 3 Baik

41 1 1 1 3 Baik

42 0 0 0 0 Tidak baik

43 1 1 1 3 Baik

44 1 1 1 3 Baik

45 1 1 1 3 Baik

46 1 1 1 3 Baik

47 1 1 1 3 Baik

48 1 1 1 3 Baik

49 1 0 0 1 Tidak baik

50` 0 0 0 0 Tidak baik

51 1 1 1 3 Baik

52 1 1 1 3 Baik

53 1 1 1 3 Baik

54 1 1 1 3 Baik

55 1 1 1 3 Baik

56 1 1 1 3 Baik

57 1 1 1 3 Baik

58 1 1 1 3 Baik

59 1 1 1 3 Baik

60 1 1 1 3 Baik

61 1 1 1 3 Baik

62 1 1 1 3 Baik

63 1 1 0 2 Tidak baik

64 1 0 0 1 Tidak baik

65 1 1 0 2 Tidak baik

66 1 1 1 3 Baik

67 1 0 0 1 Tidak baik

68 1 1 1 3 Baik

69 1 1 1 3 Baik

70 1 1 1 3 Baik

71 1 1 1 3 Baik

72 1 1 1 3 Baik

73 1 1 1 3 Baik

74 1 1 1 3 Baik

75 1 1 1 3 Baik

76 1 1 1 3 Baik

77 1 1 1 3 Baik

78 1 1 1 3 Baik

79 1 1 1 3 Baik

80 0 1 1 2 Tidak baik

81 1 1 1 3 Baik

82 1 1 1 3 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 109: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

90

Komitmen Manajemen dan Pekerja

83 1 1 1 3 Baik

84 1 1 1 3 Baik

85 1 1 1 3 Baik

86 1 1 1 3 Baik

87 1 0 0 1 Tidak baik

Pengawasan K3

NO P1 P2 P3 P Total Kategori

1 1 1 1 3 Baik

2 1 1 0 3 Baik

3 1 1 0 2 Tidak baik

4 1 1 1 3 Baik

5 0 0 1 3 Baik

6 1 1 0 3 Baik

7 1 1 0 2 Tidak baik

8 1 1 0 2 Tidak baik

9 0 0 1 1 Tidak baik

10 0 0 1 1 Tidak baik

11 1 1 1 3 Baik

12 1 1 1 1 Tidak baik

13 0 0 1 1 Tidak baik

14 0 0 1 1 Tidak baik

15 1 1 1 3 Baik

16 0 0 1 1 Tidak baik

17 1 1 1 3 Baik

18 1 1 1 3 Baik

19 1 1 1 3 Baik

20 0 0 1 1 Tidak baik

21 1 1 0 2 Tidak baik

22 1 1 0 2 Tidak baik

23 1 1 1 3 Baik

24 1 1 1 3 Baik

25 0 1 1 2 Tidak baik

26 1 1 1 3 Baik

27 1 1 1 3 Baik

28 0 0 0 1 Tidak Baik

29 1 1 1 3 Baik

30 1 1 1 3 Baik

31 1 1 1 3 Baik

32 1 1 1 3 Baik

33 0 1 1 2 Tidak baik

34 1 1 1 3 Baik

35 1 1 1 3 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 110: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

91

Pengawasan K3

36 1 1 1 3 Baik

37 1 1 1 3 Baik

38 1 1 1 3 Baik

39 1 1 1 3 Baik

40 1 1 1 3 Baik

41 0 0 0 0 Tidak baik

42 0 0 1 3 Baik

43 1 1 1 3 Baik

44 1 1 1 3 Baik

45 1 1 1 3 Baik

46 1 1 1 3 Baik

47 1 1 1 3 Baik

48 1 1 1 3 Baik

49 0 0 1 1 Tidak baik

50 0 0 1 3 Baik

51 1 1 1 3 Baik

52 1 1 1 3 Baik

53 1 1 1 3 Baik

54 0 1 0 1 Tidak baik

55 0 1 1 3 Baik

56 1 1 1 3 Baik

57 1 1 1 3 Baik

58 1 1 1 3 Baik

59 0 1 1 2 Tidak baik

60 1 1 1 1 Tidak baik

61 1 1 1 3 Baik

62 1 1 1 1 Tidak baik

63 1 1 1 3 Baik

64 0 0 1 1 Tidak baik

65 0 0 1 1 Tidak baik

66 1 1 1 3 Baik

67 0 0 1 1 Tidak baik

68 1 1 1 3 Baik

69 1 1 1 3 Baik

70 1 1 1 3 Baik

71 1 1 1 3 Baik

72 1 1 1 3 Baik

73 0 0 0 2 Tidak baik

74 1 1 1 3 Baik

75 1 1 1 3 Baik

76 1 1 1 3 Baik

77 1 1 1 2 Tidak baik

78 1 1 1 3 Baik

79 1 1 1 3 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 111: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

92

Pengawasan K3

80 1 1 0 2 Tidak baik

81 0 1 1 2 Tidak baik

82 0 1 1 2 Tidak baik

83 1 1 1 3 Baik

84 1 1 1 3 Baik

85 1 1 1 2 Tidak baik

86 1 1 1 2 Tidak baik

87 0 0 1 1 Tidak baik

Pelaksanaan law enforcement

No P1 P2 P3 P Total Kategori

1 1 1 0 2 Tidak baik

2 1 1 0 2 Tidak baik

3 1 1 0 2 Tidak baik

4 1 1 0 2 Tidak baik

5 1 1 0 2 Tidak baik

6 1 1 1 3 Baik

7 1 1 0 2 Tidak baik

8 1 1 0 2 Tidak baik

9 1 1 1 2 Tidak baik

10 1 1 1 3 Baik

11 1 1 1 3 Baik

12 1 1 1 2 Tidak baik

13 1 0 0 1 Tidak baik

14 1 0 0 0 Tidak baik

15 1 1 1 3 Baik

16 1 0 0 1 Tidak baik

17 1 1 1 3 Baik

18 0 1 0 1 Tidak baik

19 1 1 1 3 Baik

20 1 1 1 3 Baik

21 1 1 1 2 Tidak baik

22 1 1 1 2 Tidak baik

23 1 1 1 3 Baik

24 1 1 1 3 Baik

25 0 0 1 1 Tidak baik

26 1 1 0 2 Tidak baik

27 1 1 1 2 Tidak baik

28 1 0 0 1 Tidak baik

29 1 1 1 3 Baik

30 1 1 1 3 Baik

31 1 1 1 3 Baik

32 1 1 1 3 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 112: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

93

Pelaksanaan law enforcement

33 1 1 0 2 Tidak baik

34 1 1 1 3 Baik

35 1 1 1 3 Baik

36 1 1 1 3 Baik

37 1 1 1 3 Baik

38 1 1 1 3 Baik

39 1 1 1 3 Baik

40 1 1 1 3 Baik

41 1 1 1 3 Baik

42 1 0 0 1 Tidak baik

43 1 1 1 2 Tidak baik

44 1 1 1 3 Baik

45 1 1 1 3 Baik

46 1 1 1 3 Baik

47 1 1 1 3 Baik

48 1 1 0 2 Tidak baik

49 1 0 0 1 Tidak baik

50 1 0 0 1 Tidak baik

51 1 1 1 3 Baik

52 0 0 0 0 Tidak baik

53 1 1 0 2 Tidak baik

54 1 1 0 2 Tidak baik

55 1 1 0 2 Tidak baik

56 1 1 1 3 Baik

57 1 1 1 3 Baik

58 1 1 1 2 Tidak baik

59 1 1 0 2 Tidak baik

60 1 1 1 3 Baik

61 1 1 1 2 Tidak baik

62 1 1 1 2 Tidak baik

63 1 1 1 3 Baik

64 1 0 0 1 Tidak baik

65 1 0 0 1 Tidak baik

66 1 1 1 3 Baik

67 1 0 0 1 Tidak baik

68 1 1 1 3 Baik

69 1 1 1 3 Baik

70 1 1 1 3 Baik

71 1 1 1 3 Baik

72 1 1 0 2 Tidak baik

73 1 1 0 2 Tidak baik

74 1 1 1 3 Baik

75 1 1 1 3 Baik

76 1 1 0 2 Tidak baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 113: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

94

Pelaksanaan law enforcement

77 1 1 0 2 Tidak baik

78 1 1 1 3 Baik

79 1 1 1 3 Baik

80 1 1 0 2 Tidak baik

81 1 1 1 3 Baik

82 1 1 0 2 Tidak baik

83 1 1 1 3 Baik

84 1 1 1 3 Baik

85 1 1 0 2 Tidak baik

86 1 1 1 3 Baik

87 1 0 0 1 Tidak baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 114: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

Pelaksanaan SMK3

No P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P10

P11 P12

P13 P14 P15 P Total P14

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

2 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 10 Tidak baik

3 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 13 Baik

5 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 11 Tidak baik

6 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 11 Tidak baik

7 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik

8 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 13 Baik

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

10 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

12 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 11 Tidak baik

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

14 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

16 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

18 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 12 Baik

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

21 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Tidak baik

22 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 8 Tidak baik

23 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik

24 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 12 Baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 115: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 Baik

26 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik

27 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 10 Tidak baik

28 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 12 Baik

29 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik

30 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 12 Baik

31 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik

32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

34 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

35 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik

36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

38 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

39 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

42 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 0 4 Tidak baik

43 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 10 Tidak baik

44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

45 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 15 Baik

47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 14 Baik

49 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 3 Tidak baik

50 1 0 0 0 `1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 4 Tidak baik

51 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 10 Tidak baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 116: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 14 Baik

53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 12 Baik

54 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik

55 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 9 Tidak baik

56 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 12 Baik

57 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 12 Baik

58 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 9 Tidak baik

59 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 12 Baik

60 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 10 Tidak baik

61 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 10 Tidak baik

62 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 10 Tidak baik

63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 14 Baik

64 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 0 1 0 1 0 7 Tidak baik

65 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 0 5 Tidak baik

66 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 13 Baik

67 1 1 1 0 0 0 0 1 1 0 0 1 0 0 0 6 Tidak baik

68 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 14 Baik

69 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

70 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

71 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

72 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 Tidak baik

73 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 0 0 0 0 7 Tidak baik

74 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 14 Baik

75 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 Baik

76 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 11 Tidak baik

77 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 11 Tidak baik

78 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 11 Tidak baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 117: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

79 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 13 Baik

80 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 0 8 Tidak baik

81 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik

82 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 12 Baik

83 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 14 Baik

84 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 12 Baik

85 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 8 Tidak baik

86 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 10 Tidak baik

87 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 0 0 0 1 1 5 Tidak baik

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 118: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

99

Lampiran 6. Hasil Uji Korelasi Somers’d Menggunakan SPSS

Hubungan antara Kualitas SDM dengan Pelaksanaan SMK3

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Kualitas SDM *

Pelaksanaan SMK3

87 100.0% 0 .0% 87 100.0%

Kualitas SDM * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation

Pelaksanaan SMK3

Total baik tidak baik

Kualitas SDM Baik Count 56 23 79

% of Total 64.4% 26.4% 90.8%

Tidak baik Count 0 8 8

% of Total .0% 9.2% 9.2%

Total Count 56 31 87

% of Total 64.4% 35.6% 100.0%

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers'

d

Symmetric .378 .065 3.213 .001

Kualitas SDM

Dependent

.258 .079 3.213 .001

Pelaksanaan SMK3

Dependent

.709 .051 3.213 .001

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 119: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

100

Hubungan antara Komitmen Manajemen dan Pekerja dengan Pelaksanaan

SMK3

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Komitmen manajemen

dan pekerja *

Pelaksanaan SMK3

87 100.0% 0 .0% 87 100.0%

Komitmen manajemen dan pekerja * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation

Pelaksanaan SMK3

Total baik tidak baik

Komitmen manajemen dan

pekerja

Baik Count 54 20 74

% of Total 62.1% 23.0% 85.1%

Tidak baik Count 2 11 13

% of Total 2.3% 12.6% 14.9%

Total Count 56 31 87

% of Total 64.4% 35.6% 100.0%

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers'

d

Symmetric .411 .091 3.478 .001

Komitmen manajemen

dan pekerja

Dependent

.319 .089 3.478 .001

Pelaksanaan SMK3

Dependent

.576 .113 3.478 .001

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 120: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

101

Hubungan antara Pengawasan K3 dengan Pelaksanaan SMK3

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pengawasan K3 *

Pelaksanaan SMK3

87 100.0% 0 .0% 87 100.0%

Pengawasan K3 * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation

Pelaksanaan SMK3

Total baik tidak baik

Pengawasan K3 Baik Count 40 15 55

% of Total 46.0% 17.2% 63.2%

Tidak baik Count 16 16 32

% of Total 18.4% 18.4% 36.8%

Total Count 56 31 87

% of Total 64.4% 35.6% 100.0%

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers'

d

Symmetric .229 .107 2.110 .035

Pengawasan K3

Dependent

.230 .108 2.110 .035

Pelaksanaan SMK3

Dependent

.227 .107 2.110 .035

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 121: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

102

Hubungan antara Pelaksanaan Law Enforcement dengan Pelaksanaan SMK3

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

Pelaksanaan law

enforcement *

Pelaksanaan SMK3

87 100.0% 0 .0% 87 100.0%

Pelaksanaan law enforcement * Pelaksanaan SMK3 Crosstabulation

Pelaksanaan SMK3

Total baik tidak baik

Pelaksanaan law enforcement Baik Count 38 5 43

% of Total 43.7% 5.7% 49.4%

Tidak baik Count 18 26 44

% of Total 20.7% 29.9% 50.6%

Total Count 56 31 87

% of Total 64.4% 35.6% 100.0%

Directional Measures

Value

Asymp. Std.

Errora

Approx.

Tb

Approx.

Sig.

Ordinal by

Ordinal

Somers'

d

Symmetric .495 .088 5.345 .000

Pelaksanaan law

enforcement

Dependent

.517 .091 5.345 .000

Pelaksanaan SMK3

Dependent

.475 .089 5.345 .000

a. Not assuming the null hypothesis.

b. Using the asymptotic standard error assuming the null hypothesis.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 122: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

103

Lampiran 7. Struktur Organisasi P2K3

Struktur Organisai

Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3)

Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

Ketua (Direktur)

Sekretaris

1. dr. Tumbur, SpAn

2. dr. Michael, SpRad

3. Sr.M.Gratia Danul FSE

Seksi SDM dan Umum

1. Koord : Sr. Ruth

FSE

2. Lisbeth Tarigan

3. Imelda S

Seksi Penangguilangan Bencana dan Kebakaran

1. Koord : Sumber

2. Datorius T

3. Anton M

Seksi Pelayanan Kesehatan Kerja dan Pencegahan

Pencegahan Akibat Kerja

1. Koord : dr. Adrian

2. dr. Lukas

3. dr. Thomas

4. Imelda S

Seksi Pengawasan

Sanitasi Sarana

Kesehatan

1. Koord : Novriska

2. Yolanda

3. Martha P

4. Sunardi

Seksi Pengamanan Peralatan

Non Medis, Pengamanan &

Keselamatan Bangunan

1. Koord : Johannes

2. Gregorius

3. Tahan S

4. Eddy

Seksi Pengamanan Peralatan Medis, Pengamanan Radiasi

& Limbah

1. Koord : Fr. Robertus

CMM

2. Alfian

3. Posman Manalu

Wakil Ketua

( Wa.Dir.Pel.Medis)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 123: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

104

Lampiran 8. Program-Program K3

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

Disaster Plan 1. Pemeliharaan lampu

darurat / emergency

lamp & rambu

evakuasi

Agar peralatan emergency

siap pakai bila terjadi

bencana

2x setahun RSE Tim K3

2. Latihan evakuasi

pasien

Agar peralatan emergency

siap pakai bila terjadi

bencana

1x setahun RSE Tim K3

Karyawan RSE

3. Sosialisasi Disaster

Plan / BLS

Agar seluruh karyawan

dapat melakukan BLS

2x setahun RSE Karyawan RSE

Pencegahan dan

Pengendalian

Kebakaran

1. Tindakan

pencegahan

kebakaran: tersedia

buku panduan, SPO,

dan juklak

Untuk keselamatan untuk

kewaspadaan terhadap

kebakaran

1x setahun RSE Tim K3

2. Pelatihan

penanggulangan

kebakaran

Agar semua karyawan

mengetahui dan mengerti

cara penanggulangan

kebakaran

1x setahun RSE Tim K3

Karyawan

3. Perawatan &

pengisian APAR

Agar tersedianya APAR

yang memadai & siap pakai di seluruh unit kerja

1x setahun RSE Tim K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 124: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

105

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

4. Perawatan hydrant Agar tersedianya peralatan

hydrant yang memadai &

siap pakai di RS

1x setahun RSE Tim K3

5. Pengadaan APD Untuk melindungi petugas

dari bahaya kebakaran

1x setahun RSE Tim K3

Karyawan

6. Perawatan fire alarm

dan smoke detector

Agar peralatan fire alarm

dan smoke detector layak

dipakai

1x setahun RSE Tim K3

7. Penambahan APAR

& aksesoris

Agar peralatan APAR

tersedia di setiap unit

kerja

1x setahun RSE Pengadaan

8. Safety briefing

(pengarahan /

sosialisasi

keselamatan)

Agar setiap pengunjung /

peserta mengetahui dan

mengerti upaya

keselamatan bila terjadi

bencana atau kebakaran

Disesuaikan Aula RSE Tim K3

PPSDM

Keamanan

pasien,

pengunjung &

karyawan

1. Pemeliharaan

fasilitas keamanan

pasien, pengunjung,

dan karyawan

Untuk menjamin

keselamatan pasien,

pengunjung, dan

karyawan

1x setahun RSE Tim K3

2. Melengkapi rambu-

rambu K3

Agar petugas /

pengunjung mengetahui

area berisiko

1x setahun RSE Tim K3

Pengadaan

3. Pembuatan poster Di tempat yang berisiko 1x setahun RSE Tim K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 125: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

106

dan himbauan K3 berbahaya

4. Pasang sign (tanda)

kawasan bebas asap

rokok

Agar dipatuhi seluruh

petugas dan pengunjung

1x setahun RSE Tim K3

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

5. Pemantauan

pemakaian APD

Menjamin keselamatan

petugas

1x setahun RSE Tim K3

Kesehatan

karyawan

1. Pemeriksaan

kesehatan pra

karyawan

Melaksanakan promosi

dan memelihara kesehatan

fisik, mental, dan sosial

semua pekerja yang

setinggi-tingginya

2x setahun RSE SDM

2. Pemeriksaan

kesehatan berkala

Mendapatkan tenaga kerja

berstatus kesehatan

optimal, semangat kerja

tinggi sehingga efisiensi

dan produktif

1x setahun RSE SDM

3. Pemeriksaan

kesehatan khusus

Mendapatkan tenaga kerja

berstatus kesehatan

optimal pada unit yang

berisiko tinggi

1x setahun RSE SDM

4. Penanganan

kecelakaan kerja

Agar karyawan dapat

melakukan P3K kerja dan

tindak lanjut

Jan - Des RSE SDM

Unit Kerja

Pengelolaan 1. Menyusun kebijakan Agar pengelolaannya Jan Kantor K3 Tim K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 126: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

107

bahan berbahaya

dan beracun (B3)

B3 sesuai dengan standar /

ketentuan yang berlaku

2. Identifikasi B3 Untuk memudahkan

dalam pengelolaan B3

Jan - Farmasi

- K. Operasi

- Radiologi

- Lab

- Laundry

Tim K3

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

3. Penyimpanan dan

penanganan B3

Agar B3 tersimpan

ditempat yang aman dan

sesuai dengan standar

Jan - Des - Farmasi

- K. Operasi

- Radiologi

- Lab

- Laundry

Tim K3

Unit Kerja

4. Penanggulangan

kontaminasi B3:

melengkapi MSDS

dan pembuatan SPO

Agar karyawan di unit

terkait mengetahui cara

penanggulangan bila

terkontaminasi B3

Jan - Des - Farmasi

- K. Operasi

- Radiologi

- Lab

- Laundry

Tim K3

Unit Terkait

Program Sanitasi 1. Penyediaan air bersih Menyediakan air yang

sesuai dengan standar

Nosokomial sehingga

tidak menimbulkan infeksi

baru bagi penderita

Jan - Des RSE Kesling

2. Penyediaan toilet Tersedia toilet yang bersih

dan memenuhi standar

2x sehari RSE CS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 127: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

108

3. Penyediaan kamar

mandi

Tersedia fasilitas kamar

mandi yang aman bagi

pasien

2x sehari RSE CS

4. Penyediaan fasilitas

pembuangan sampah

Agar penanganan sampah

memenuhi standar

2x sehari RSE Kesling

CS

5. Fasilitas

pengendalian tikus

dan serangga

Upaya untuk mengurangi

populasi serangga, tikus,

dan binatang pengganggu

lainnya sehingga

keberadaannya tidak

menjadi vektor penularan

penyakit

1x sebulan RSE Kesling

PT. Anugerah

Bestari

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

Sertifikasi /

kalibrasi sarana

& prasarana

1. Kalibrasi alat Agar peralatan layak

pakai

1x setahun RSE BPFK, Bapeten

2. Program dan

prosedur

pemeliharaan

peralatan kesehatan

dan non kesehatan

Agar peralatan layak

pakai

1x setahun Teknik

Pemeliharaan

Biomedical

3. Manual penggunaan

alat

Agar mudah di

implementasikan oleh petugas

1x setahun Disetiap alat Biomedical

4. Kelengkapan Untuk kelayakan peralatan 1x setahun RSE Depnaker

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 128: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

109

sertifikasi peralatan:

- Izin HO

- Izin IMB

- Izin Hydrant /

proteksi kebakaran

- Izin Penangkal

Petir

- Izin Genset

- Izin Ketel Uap /

Boiler

- Izin Radiasi

- Izin Instalasi

Listrik

- Izin diesel

PROGRAM KEGIATAN TUJUAN JADWAL TEMPAT PELAKSANA

Pengelolaan

limbah padat,

cair & gas

1. Pemeliharaan

instalasi pengelolaan

limbah

Agar pengolahan limbah

memenuhi standar

1x setahun IPAL Kesling

2. Pemantauan IPAL Agar pengolahan limbah

memenuhi standar

Setiap hari IPAL Kesling

Pendidikan &

pelatihan K3

Mengikuti pelatihan /

seminar / uji

kompetensi bidang K3

Agar tersedia SDM yang

professional

1x setahun RSE

Luar RSE

PPSDM

Pengumpulan,

pengelolaan, dan

1. Rekapitulasi dan

evaluasi kecelakaan

Untuk dapat mengambil

keputusan dan upaya

1x setahun Kantor P2K3 SDM

Sekretaris P2K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Page 129: HUBUNGAN ANTARA FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN …

110

pelaporan data kerja / incident

report

tindak lanjut

2. Evaluasi program

dan upaya tindak

lanjut

Untuk dapat mengambil

keputusan dan upaya

tindak lanjut

1x setahun Kantor P2K3 Tim K3

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA