16
JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 207 Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran Konsep Sifat Koligatif Larutan Di Kelas XII IPA-1 SMAN 1 Jogorogo Oleh : SUYADI Email : [email protected] ABSTRAK Dalam pembelajaran kimia di SMA, konsep sifat koligatif larutan banyak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, teknologi dan lingkungan mempunyai cakupan yang luas. Namun demikian konsep tersebut sulit dipahami oleh kebanyakan siswa kelas XII IPA, karena sebagian besar konsepnya bersifat abstrak. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan dalam upaya mengatasi masalah tersebut di atas. Tindakan penggunaan siklus belajar dan peta konsep dalam pembelajaran konsep sifat koligatif larutan diharapkan dapat memperbaiki kualitas pembelajaran konsep tersebut, ditinjau dari dimensi guru dan siswa. Penelitian perbaikan pembelajaran ini dirancang dalam dua siklus. Pada siklus I tindakan dikenakan terhadap pembelajaran konsep sifat koligatif larutan non-elektrolit karena pemahaman konsep sifat koligatif larutan dimulai dari konsep tersebut. Pada siklus II konsep yang harus dipelajari adalah sifat koligatif larutan elektrolit. Berdasar refleksi siklus I, ada dua fokus masalah pada penelitian perbaikan pembelajaran siklus II ini. Pada siklus I hasil tes ulangan harian untuk konsep sifat koligatif larutan non-elektrolit menunjukkan perolehan rerata nilai yang kurang memuaskan. Banyak siswa yang tidak bisa memenuhi KKM 75. Pada siklus II hasil tes ulangan harian untuk konsep sifat koligatif larutan elektrolit menunjukkan kenaikan yang signifikan. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 27 orang dari 35 orang yang ikut ulangan. Mencapai 77 % dibanding siklus I yang hanya 17 %. Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : (1) penggunaan siklus belajar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran konsep sifat koligatif larutan dari dimensi guru dan siswa; (2) penggunaan siklus belajar dan peta konsep dapat menunjang pencapaian tujuan khusus pelajaran kimia untuk konsep sifat koligatif larutan; (3)dan penggunaan siklus belajar dan peta konsep membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa. Kata-kata kunci : siklus belajar, peta konsep, sifat koligatif larutan A. PENDAHULUAN Dalam proses belajar-mengajar, pembelajaran mengandung arti suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru dan para siswa secara bersama-sama. Inti dari pembelajaran tersebut adalah

Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

  • Upload
    others

  • View
    9

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 207

Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk Peningkatan Kualitas

Pembelajaran Konsep Sifat Koligatif Larutan Di Kelas XII IPA-1

SMAN 1 Jogorogo

Oleh :

SUYADI

Email : [email protected]

ABSTRAK

Dalam pembelajaran kimia di SMA, konsep sifat koligatif larutan banyak

berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, teknologi dan lingkungan mempunyai

cakupan yang luas. Namun demikian konsep tersebut sulit dipahami oleh

kebanyakan siswa kelas XII IPA, karena sebagian besar konsepnya bersifat

abstrak.

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dilakukan dalam upaya mengatasi

masalah tersebut di atas. Tindakan penggunaan siklus belajar dan peta konsep

dalam pembelajaran konsep sifat koligatif larutan diharapkan dapat memperbaiki

kualitas pembelajaran konsep tersebut, ditinjau dari dimensi guru dan siswa.

Penelitian perbaikan pembelajaran ini dirancang dalam dua siklus. Pada

siklus I tindakan dikenakan terhadap pembelajaran konsep sifat koligatif larutan

non-elektrolit karena pemahaman konsep sifat koligatif larutan dimulai dari

konsep tersebut. Pada siklus II konsep yang harus dipelajari adalah sifat koligatif

larutan elektrolit. Berdasar refleksi siklus I, ada dua fokus masalah pada penelitian

perbaikan pembelajaran siklus II ini.

Pada siklus I hasil tes ulangan harian untuk konsep sifat koligatif larutan

non-elektrolit menunjukkan perolehan rerata nilai yang kurang memuaskan.

Banyak siswa yang tidak bisa memenuhi KKM 75. Pada siklus II hasil tes ulangan

harian untuk konsep sifat koligatif larutan elektrolit menunjukkan kenaikan yang

signifikan. Jumlah siswa yang mendapat nilai di atas 75 sebanyak 27 orang dari

35 orang yang ikut ulangan. Mencapai 77 % dibanding siklus I yang hanya 17 %.

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah : (1)

penggunaan siklus belajar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan dari dimensi guru dan siswa; (2) penggunaan siklus belajar dan

peta konsep dapat menunjang pencapaian tujuan khusus pelajaran kimia untuk

konsep sifat koligatif larutan; (3)dan penggunaan siklus belajar dan peta konsep

membuat pembelajaran lebih bermakna bagi siswa.

Kata-kata kunci : siklus belajar, peta konsep, sifat koligatif larutan

A. PENDAHULUAN

Dalam proses belajar-mengajar,

pembelajaran mengandung arti suatu

kegiatan yang dilakukan oleh guru dan

para siswa secara bersama-sama. Inti

dari pembelajaran tersebut adalah

Page 2: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 208

terjadi proses “pemberian kemudahan”

dan “pencari materi” dan diakhiri

dengan evaluasi yang sengaja dilakukan

oleh para guru untuk mengetahui

seberapa jauh tingkat perolehan materi

oleh siswa. Tingkat perolehan siswa

sangat dipengaruhi oleh faktor internal

dan eksternal dari siswa.

Makna “pemberian kemudahan”

di dalam pembelajaran kimia di SMA,

guru berperan sebagai individu yang

menyiapkan situasi yang mampu

menggiring para siswa untuk bertanya,

mengamati, mengadakan eksperimen

dan akhirnya menemukan sendiri fakta

dan konsep. Para guru di dalam hal

tersebut berlaku sebagai fasilitator yang

memberikan segala kemudahan bagi

para siswa untuk memperoleh

kemampuan tertentu sesuai dengan

tujuan pembelajaran yang telah

direncanakan sebelumnya. Dalam

memperoleh kemampuan tertentu siswa

diberikan pengalaman belajar terus-

menerus, dari yang mudah dan

sederhana menuju ke yang lebih sukar

dan kompleks. Pengalaman belajar ini

dihayati sendiri oleh siswa dengan

bimbingan guru sebagai fasilitator.

Berdasarkan pengalaman

mengajar lebih dari 20 tahun di SMA

Negeri 1 Jogorogo Kabupaten Ngawi,

selama ini guru kurang bisa kreatif

menerapkan inovasi-inovasi baru dalam

pembelajaran kimia. Hal ini terjadi

karena guru dibebani oleh target waktu

dan materi kurikulum serta target

pencapaian Nilai Ujian Nasional

(NUN) kimia yang tinggi. Akibatnya

guru terpaksa mengajar dengan sistem

konvensional yang ditandai dengan

penggunaan metode ceramah dan cara-

cara siswa belajar dengan menghafal

menjadi lebih dominan. Keadaan

seperti ini tentu sangat tidak diharapkan

dalam pembelajaran kimia dengan

pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) dan Pendekatan Ketrampilan

Proses (PKP) serta menyalahi hakekat

ilmu Kimia sebagai produk dan proses.

Akibat lebih lanjut dari hal tersebut

ialah tujuan pembelajaran mata

pelajaran kimia yakni “siswa dapat

memahami konsep-konsep kimia dan

saling keterkaitannya untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari” menjadi kurang tercapai.

Pembelajaran dengan strategi

siklus belajar ini terdiri atas tiga tahap

yakni : tahap eksplorasi, tahap

pengenalan konsep dan tahap

penerapan konsep.

Dalam tahap eksplorasi, siswa

dikenalkan pada pengalaman yang

konkrit dan relevan dengan konsep

yang akan dipelajari. Kegiatan ini bisa

berupa kegiatan laboratorium yang

merupakan ciri khas dalam

pembelajaran kimia. Dalam tahap

pengenalan konsep, siswa dikenalkan

dengan konsep yang konkrit dalam

bentuk pertanyaan. Sedangkan dalam

tahap penerapan konsep, siswa

menerapkan konsep yang telah

dipelajari dalam situasi baru. Beberapa

penelitian tentang siklus belajar untuk

Page 3: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 209

pembelajaran IPA di SD sudah

dilakukan dengan hasil yang

“menjanjikan” adanya perbaikan.

Dalam pada itu menurut Dahar

(1994) peta konsep merupakan cara

baru bagi guru untuk mengetahui

bagaimana siswa membangun

pengetahuannya.

Dalam peta konsep siswa menyiapkan

pengetahuan yang dimiliki sebagai

pengetahuan proporsional. Dalam

kaitannya dengan pembelajaran kimia

peta konsep dapat digunakan guru

untuk menolong/membantu siswa

belajar kimia dan sebagai evaluasi

untuk mengetahui bagaimana belajar

terjadi dalam kegiatan laboratorium.

Ada 4 (empat) hal mengapa

konsep sifat koligatif larutan dipilih

dalam penelitian ini. Pertama, sifat

koligatif larutan terkait erat dengan

konsep-konsep larutan sebelumnya,

misalnya konsep larutan asam-basa.

Kedua, konsep tersebut memilki

penerapan yang luastersebut memilki

penerapan yang luas dalam kehidupan

masyarakat sehari-hari, teknologi dan

lingkungan hidup. Ketiga, konsep

tersebut diperlukan untuk memahami

konsep-konsep mata pelajaran biologi.

Keempat, konsep tersebut kebanyakan

sulit dipahami oleh siswa kelas XII

karena sifatnya yang abstrak.

Berdasarkan hal-hal yang telah

diuraikan di atas, secara rinci masalah

yang diajukan dalam penelitian ini

adalah :

1. Apakah penggunaan siklus belajar

dan peta konsep dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan dari dimensi guru ?

2. Apakah penggunaan siklus belajar

dan peta konsep dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan dari dimensi siswa ?

3. Apakah penggunaan siklus belajar

dan peta konsep membuat

pembelajaran konsep sifat koligatif

larutan lebih bermakna bagi siswa ?

Penelitian ini diharapkan berhasil

meningkatkan kualitas pembelajaran

dilihat dari dimensi guru dan siswa

dengan cara penerapan/penggunaan

pendekatan pembelajaran sains yang

relatif baru yakni pendekatan siklus

belajar dan peta konsep, khususnya

untuk konsep-konsep sifat koligatif

larutan. Dari dimensi siswa

peningkatan kualitas pembelajaran ini

akan sangat bermakna untuk

mengembangkan pengetahuannya, baik

untuk pendidikan yang lebih tinggi

maupun sebagai bekal untuk hidup di

masyarakat. Sedangkan dari dimensi

guru peningkatan kualitas pembelajaran

ini akan sangat berguna sebagai

pengalaman baru dalam rangka

meningkatkan keprofesionalannya.

Bagi guru, siswa, teman sejawat,

sekolah manfaat dari penelitian ini

adalah : Bagi guru sebagai pekerja

profesional, penelitian ini merupakan

pengalaman baru untuk melakukan

upaya perbaikan dan inovasi

pembelajaran atas prakarsa sendiri

Page 4: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 210

sehingga tidak mudah berpuas diri

dalam jebakan rutinitas, Bagi siswa,

pengalaman belajar dengan

menggunakan peta konsep dan siklus

belajar akan merupakan pengalaman

yang sangat bermakna untuk terus-

menerus mengembangkan cara-cara

belajarnya. Bagi teman sejawat,

penelitian ini merupakan wahana untuk

mengakrabi lapangan dan

mencocokkan antara teori di modul

dengan praktik di sekolah.

B. KAJIAN PUSTAKA

1. Pembelajaran Kimia di SMA

Pembelajaran mengandung arti

suatu kegiatan yang dilakukan guru dan

siswa secara bersama-sama. Dalam

konsep pembelajaran dengan

pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif

(CBSA) dan Pendekatan Ketrampilan

Proses (PKP) guru berperan sebagai

fasilitator dan siswa berperan sebagai

subyek belajar.

Sebagai fasilitator guru berperan

memberi kemudahan kepada siswa

untuk memperoleh kemampuan tertentu

sesuai dengan rumusan tujuan yang

telah direncanakan. Siswa secara aktif

untuk membangun pengetahuannya

dengan sedikit mungkin bantuan guru.

Indikator keberhasilan pembelajaran

yang efektif dan bermakna adalah bila

proses pembelajaran dapat memberikan

keberhasilan dan kepuasan baik bagi

siswa maupun guru.

Hasil penelitian RUT VI tahun

pertama yang dilakukan oleh

Radyastuti Winarno dan kawan-kawan

pada tahun 1997/1998 menunjukkan

bahwa di dalam pembelajaran sains di

SMA, guru sains (termasuk guru kimia)

sangat terbebani oleh target kurikulum

dan pencapaian NUN yang tinggi.

Target kurikulum mensyaratkan

pencapaian materi dan waktu

pembelajaran sesuai dengan tuntutan

GBPP. Target pencapaian NUN yang

tinggi lebih berorientasi kepada prestise

(gengsi) sekolah. Kedua target tersebut

menyebabkan pembelajaran kimia di

SMA dilihat dari dimensi guru lebih

banyak diwarnai dengan pemberian

informasi, sedangkan dilihat dari

dimensi siswa lebih banyak diwarnai

belajar dengan carai dimensi siswa

lebih banyak diwarnai belajar dengan

cara menghafal. Kreatifitas guru untuk

mengembangkan profesinya menjadi

kurang. Kondisi seperti ini juga

didukung oleh hasil penelitian M. Nur

pada tahun 1994 yang menyatakan

kemampuan guru dan siswa SLTP

maupun SMA dalam ketrampilan

proses masih rendah.

Kondisi seperti di atas ditinjau

dari pencapaian tujuan pembelajaran

kimia di SMA menjadi kurang. Seperti

diketahui tujuan pembelajaran kimia di

SMA adalah agar siswa mampu

memahami konsep-konsep kimia dan

saling keterkaitannya untuk

memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari (GBPP Kimia, Kurikulum

SMA 1994). Demikian juga tujuan

pembelajaran kimia yang tercantum

Page 5: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 211

dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP), tujuannya sama

seperti di atas. Menurut M. Nur (1995)

mengajar IPA (Kimia, Fisika, Biologi)

terbatas pada produk atau fakta, konsep

dan teori saja belum lengkap, karena

baru mengajarkan salah satu komponen

saja. Pembelajaran kimia dengan

pemberian informasi sebanyak-

banyaknya dari guru dan siswa belajar

dengan cara menghafalnya akan

menyalahi hakekat ilmu kimia sebagai

produk, proses dan sikap ilmiah. Untuk

mengatasi masalah di atas berbagai

upaya telah dilakukan oleh para ahli

pembelajaran IPA di Indonesia dengan

mengenalkan berbagai pendekatan baru

di dalam pembelajaran IPA.

Pendekatan baru itu antara lain

pendekatan siklus belajar (Learning

Cyclus), Peta Konsep, Sains-

Teknologi-Masyarakat (STM) dan lain-

lain.

2. Siklus Belajar

Model pembelajaran siklus

belajar, peta konsep dan STM

mendasarkan diri pada teori belajar

konstruktivistik. Menurut Lawson

(dalam Dasna, 1997) model

pembelajaran dengan pendekatan siklus

belajar terdiri atas tiga tahap yaitu tahap

eksplorasi, tahap identifikasi konsep

dan tahap penerapan konsep. Dalam

tahap eksplorasi siswa dikenalkan pada

pengalaman konkrit yang relevan

dengan konsep yang akan dipelajari.

Kegiatan ini dapat berupa kegiatan

laboratorium yang merupakan ciri khas

pembelajaran kimia. Dalam tahap

pengenalan konsep, siswa dikenalkan

dengan konsep konkrit dalam

pertanyaan. Sedangkan dalam tahap

penerapan siswa menerapkan konsep

yang telah dipelajari pada situasi baru.

Situasi baru tersebut dapat berupa

pemecahan masalah, soal-soal test,

kehidupan sehari-hari, teknologi dan

lingkungan.

Menurut Alan Cohen dan Michel

P Clough (The Science Teacher 1991)

siklus belajar merupakan strategi “jitu”

untuk pembelajaran sains di SLTP dan

SMA karena dapat dilakukan secara

fleksibel (luwes) dan menempatkan

kebutuhan nyata bagi guru dan siswa.

Beberapa penelitian tentang penerapan

siklus belajar dalam pembelajaran IPA

di Sekolah Dasar sudah dilakukan

dengan hasil yang “menjanjikan”

adanya perbaikan.

Dilihat dari dimensi guru,

penerapan siklus belajar memberi

keuntungan karena mendorong guru

memperluas wawasannya dan lebih

kreatif dalam merencanakan kegiatan

pembelajaran IPA. Sedangkan ditinjau

dari dimensi siswa, penerapan siklus

belajar akan memberikan keuntungan

sebagai berikut :

a. meningkatkan motivasi belajar

siswa karena dapat memberikan

kesempatan kepada siswa terlibat

secara aktif dalam pembelajaran.

Page 6: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 212

b. membantu mengembangkan sikap

ilmiah dan ketrampilan proses

siswa.

c. pembelajaran lebih bermakna

karena siswa secara langsung

mengalami proses pemerolehan

konsep dan memahami aplikasinya

dalam kehidupan sehari-hari.

Kekurangan penerapan siklus belajar

dalam pembelajaran antara lain ialah :

a. tujuan pembelajaran tidak tercapai

jika guru kurang menguasai materi

dan langkah-langkah pembelajaran

yang mengacu pada siklus belajar.

b. menuntut kesungguhan dan

kreativitas guru dalam merancang

dan menerapkan kegiatan

pembelajaran.

c. memerlukan pengelolaan kelas

yang lebih terencana dan

terorganisir.

d. memerlukan waktu dan tenaga

lebih banyak dalam menyusun

rencana dan pelaksanaan

pembelajaran.

Berdasarkan uraian di atas, penerapan

model siklus belajar dalam

pembelajaran kimia dapat digunakan

sebagai alternatif untuk meningkatkan

kualitas pembelajaran kimia.

3. Peta Konsep

Disisi lain menurut Danar (1994)

peta konsep dapat merupakan cara baru

bagi guru untuk mengetahui bagaimana

siswa membangun pengetahuannya.

Pembuatan peta konsep menuntut siswa

menyajikan pengetahuannya yang

dimiliki sebagai pengetahuan yang

proporsional. Dalam pembelajaran

kimia, peta konsep dapat digunakan

guru untuk membantu siswa belajar

kimia dan sebagai evaluasi untuk

mengetahui bagaimana belajar terjadi di

laboratorium.

Penggunaan peta konsep di dalam

pembelajaran kimia membuat siswa

belajar menjadi lebih bermakna karena:

a. struktur kognitif diatur secara

hirarkis (Ausubel),

b. konsep-konsep dalam struktur

kognitif siswa mengalami

diferensiasi progresif yang

c. membuat siswa terus dan “betah”

belajar,

d. siswa menyadari akan perlunya

hubungan antar konsep dan

penerapannya.

Hasil peta konsep yang dibuat oleh

setiap siswa dapat berbeda karena

mengikuti azas perbedaan individual

dalam pembelajaran.

Menurut Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan (KTSP) salah satu

tujuan mata pelajaran kimia di

SMA/MA adalah agar peserta

didik/siswa memiliki kemampuan

memperoleh pengalaman dalam

menerapkan metode ilmiah melalui

percobaan atau eksperimen, dimana

peserta didik melakukan pengujian

hipotesis dengan merancang percobaan

melalui pemasangan instrumen,

pengambilan, pengolahan dan

penafsiran data, serta menafsirkan hasil

percobaan secara lisan dan tertulis.

Page 7: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 213

Pada Kompetensi Dasar Silabus

KTSP disebutkan : Membandingkan

antara sifat koligatif larutan

nonelektrolit dengan sifat koligatif

larutan elektrolit yang konsentrasinya

sama berdasarkan data percobaan.

Pembelajaran konsep ini menuntut

peserta didik berpikir abstrak. Dalam

hal ini peserta didik harus mempelajari

konsep mol, konsep larutan

nonelektrolit, konsep larutan elektrolit,

konsep ionisasi, konsep fraksi mol,

konsep molalitas, konsep molaritas,

konsep penurunan tekanan uap, konsep

penurunan titik beku, konsep kenaikan

titik didih, konsep tekanan osmosis.

Keberhasilan pembelajaran konsep-

konsep tersebut sangat dipengaruhi oleh

rencana pembelajaran yang dibuat guru.

Dalam kaitan ini adalah pengalaman

belajar apa saja yang harus diberikan

kepada peserta didik agar pemahaman

konsep-konsep tersebut menjadi lebih

bermakna bagi peserta didik.

Tinjauan Konsep Sifat Koligatif

Larutan

Kajian terhadap Silabus mata

pelajaran kimia KTSP pada Standar

Kompetensi 3 dan Kompetensi Dasar

3.1 (kelas X semester 2) menunjukkan

bahwa konsep sifat-sifat larutan

nonelektrolit dan larutan elektrolit

sudah diperkenalkan. Dalam konsep

tersebut telah diperkenalkan sifat-sifat

larutan baik yang nonelektrolit maupun

elektrolit melalui percobaan daya

hantar larutan. Dalam pembelajaran

sifat larutan disajikan dalam eksplorasi

melalui kegiatan praktikum di

laboratorium. Pengenalan konsep dan

penerapan konsep dicoba melalui media

LKS dan diikuti dengan metode diskusi

kelompok dan diskusi kelas. Atas dasar

uraian di atas siklus pertama dalam

penelitian ini dimulai dari konsep sifat

koligatif larutan nonelektrolit (Standar

Kompetensi 1 dan Kompetensi Dasar

1.1 Silabus KTSP).

Konsep sifat koligatif larutan

nonelektrolit meliputi : penurunan

tekanan uap, penurunan titik beku,

kenaikan titik didih dan tekanan

osmosis (Kompetensi Dasar 1.1 Silabus

KTSP). Strategi pembelajaran dengan

eksplorasi di laboratorium dapat

dikenakan terhadap penurunan titik

beku larutan dengan percobaan

menggunakan bahan es lilin yang biasa

ditemukan dalam kehidupan sehari-

hari. Sehingga siswa bisa membawa

bahan percobaan dari rumah yang

sangat mudah didapat dan hasil

percobaan bisa dinikmati.

Berdasarkan uraian di atas, siklus

kedua akan dikenakan terhadap konsep

sifat koligatif larutan elektrolit (Standar

Kompetensi 1, Kompetensi Dasar 1.2

Silabus KTSP), melalui kegiatan

eksplorasi di laboratorium

menggunakan bahan dalam kehidupan

sehari-hari seperti garam dapur, batu

kapur dan lain-lain. Percobaan ini dapat

dilakukan di rumah atau di

laboratorium secara berkelompok.

Melalui percobaan ini diharapkan siswa

Page 8: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 214

memahami bahwa ilmu kimia itu sangat

berguna dan tidak lepas dari kehidupan

sehari-hari. Pada akhirnya diharapkan

siswa semakin menyenangi ilmu kimia.

Sesuai dengan tujuan pengajaran

ilmu kimia di SMA yakni agar

siswa/peserta didik “menguasai konsep-

konsep kimia dan saling

keterkaitannya, serta penerapan baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun

teknologi”, pada setiap akhir

pembelajaran siswa diminta membuat

peta konsepnya. Peta konsep buatan

siswa merupakan refleksi dari

penguasaan konsep-konsep kimia yang

telah dipelajari siswa. Hasil peta konsep

buatan siswa ini kemudian dievaluasi

bersama.

Peneliti hanya menggunakan dua

siklus dengan alasan sesuai dengan

petunjuk yang ada dalam modul/buku

panduan IDIK 4501, Pemantapan

Kemampuan Profesional (PKP). Dan

peneliti dalam hal ini sebagai

mahasiswa UT adalah masih dalam

taraf belajar.

C. PELAKSANAAN PENELITIAN

PERBAIKAN

PEMBELAJARAN

Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini diadakan di

SMA Negeri 1 Jogorogo Kabupaten

Ngawi. Waktu yang dipakai adalah

mulai bulan Agustus sampai dengan

bulan Oktober tahun 2012, semester

gasal tahun pelajaran 2012/2013. Mata

pelajaran yang dipakai penelitian

adalah Kimia. Subjek penelitian adalah

siswa kelas XII IPA-1 yang berjumlah

35 orang dengan rincian 10 orang anak

laki-laki dan 25 orang anak perempuan.

Deskripsi per siklus

Rencana

Pada tahap penyusunan rencana

tindakan perbaikan pembelajaran,

mula-mula guru bersama-sama dengan

teman sejawat dan supervisor

mengidentifikasi konsep-konsep kimia

yang sukar dikuasai siswa. Cara yang

ditempuh untuk kepentingan ini ialah

dengan memeriksa kembali rerata nilai

ulangan harian, jurnal guru dan silabus

pelajaran kimia KTSP. Berdasarkan

masalah yang disepakati, sebagai acuan

implementasi tindakan dipilih konsep

sifat koligatif larutan.

Setelah konsep-konsep

teridentifikasikan dari silabus KTSP,

guru bersama teman sejawat/supervisor

menyusun rancangan pembelajaran.

Rancangan pembelajaran ini memuat

pengalaman belajar siswa dengan

pendekatan siklus belajar siswa dan

peta konsep. Pada akhir pelajaran siswa

diberi tugas membuat peta konsep

sebagai cerminan atau refleksi dari

hasil belajarnya. Pengetahuan siswa

mengenai peta konsep ini telah

diberikan oleh guru pada pembelajaran

konsep sebelumnya. Peta konsep

buatan siswa diperiksa oleh guru dan

teman sejawat/supervisor.

Pelaksanaan

Page 9: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 215

Pelaksanaan tindakan dimulai

dengan pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan nonelektrolit.

Pembelajaran dilakukan di

laboratorium kimia SMA Negeri 1

Jogorogo Kabupaten Ngawi. Kegiatan

pembelajaran di laboratorium ini

merupakan tahap eksplorasi dalam

penerapan siklus belajar. Tahap

pengenalan konsep dan penerapan

konsep dilaksanakan dengan metode

diskusi, tanya jawab dan pemberian

tugas.

Pengamatan

Selama pembelajaran

berlangsung dilakukan observasi untuk

memperoleh bahan penyusunan

refleksi. Observasi dilakukan oleh

teman sejawat dan supervisor. Fokus

observasi dilakukan terhadap

pelaksanaan eksplorasi, pengenalan

konsep dan penerapan konsep

dipandang dari dimensi siswa dan guru.

Hasil observasi dicatat sebagai catatan

bebas atau format khusus yang

disepakati bersama. Balikan siswa

tentang pengalaman belajar dengan peta

konsep dijaring dengan angket bentuk

inventori dan jawaban bebas.

Pengumpulan data dilakukan

dengan cara observasi selama

pembelajaran berlangsung dari setiap

siklus. Observasi dilakukan bersama-

sama dengan teman sejawat/supervisor.

Data hasil observasi dicatat sebagai

catatan bebas atau dalam format khusus

yang disetujui bersama. Kesan guru

mengenai pengalaman pembelajaran

siswanya dengan menggunakan siklus

belajar dan peta konsep untuk konsep

sifat koligatif larutan dicatat dalam

catatan tersendiri. Data mengenai kesan

guru ini diperoleh dari hasil wawancara

dan catatan dari guru sendiri.

Dari dimensi siswa ada jenis data

yang dikumpulkan. Data jenis pertama

yakni pengalaman belajar siswa

menggunakan peta konsep,

dikumpulkan melalui angket bentuk

inventori. Angket berisi 35 pertanyaan

dengan lima pilihan jawaban dan

pertanyaan dengan jawaban bebas.

Adapun kisi-kisinya adalah sebagai

berikut:

Tabel 1 : Kisi-Kisi Inventori Peta Konsep

NO MATERI PERNYATAAN

POSITIF

PERNYATAAN

NEGATIF

1.

2.

3.

4.

5.

Perasaan terhadap peta konsep

Kegiatan pembuatan peta konsep

Perasaan terhadap tugas membuat

peta konsep

Pemanfaatan peta konsep untuk

pembelajaran sifat koligatif

Pemanfaatan peta konsep untuk

pembelajaran pada umumnya

10 ; 14

5 ; 6 ; 35

7 ; 9 ; 12 ; 16 ; 17

33 ; 34

3 ; 13 ; 26 ; 26

1 ; 2 ; 4 ; 15 ; 22

24 ; 25

11 ; 18

Data jenis kedua yakni data

mengenai hasil belajar siswa dijaring

melalui hasil tes. Soal tersebur dibuat

oleh guru sendiri. Data hasil tes ini

Page 10: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 216

diperlukan untuk mengetahui

ketuntasan hasil belajar siswa.

Disamping tes data hasil belajar siswa

juga dikumpulkan melalui hasil peta

konsep buatan siswa.

Refleksi

Kegiatan refleksi diawali dengan

memeriksa catatan hasil observasi.

Pemeriksaan dilakukan bersama-sama

antara guru dan teman

sejawat/supervisor. Kesan guru sendiri

dalam melaksanakan pembelajaran

dengan pendekatan siklus belajar dan

peta konsep dibuat sebagai catatan

tersendiri melengkapi hasil observasi.

Hasil pemeriksaan ini kemudian dikaji

dan dievaluasi bersama melalui diskusi.

Data hasil angket balikan siswa

mengenai pengalaman belajar dengan

peta konsep diolah dengan persentasi

dan rangking. Hasil-hasil di atas

kemudian dirumuskan sebagai refleksi

pembelajaran siklus I.

D. HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

Deskripsi per siklus

Dara hasil observasi

pembelajaran dianalisis bersama-sama,

kemudian ditafsirkan berdasarkan

kajian pustaka dan pengalaman guru.

Hasil belajar siswa dianalisis

berdasarkan ketuntasan belajar siswa

yakni 80 % dari jumlah siswa sudah

mencapai 65 % taraf penguasaan

konsep-konsep yang diberikan.

Sedangkan untuk masing-masing siswa

dikatakan berhasil bila telah mencapai

skor minimal 75 % dari hasil

ulangannya. Dan dikatakan gagal jika

skor yang dicapai di bawah 75 %.

Data dari hasil angket bentuk

inventori dianalisis dengan statistik

deskriptif (persentasi dan rangking).

Untuk mengetahui kesan siswa positif

atau tidak terhadap pengalaman belajar

mereka menggunakan peta konsep,

dilakukan dengan cara membandingkan

skor rata-rata harapan (Mi) dengan skor

rata-rata hitung (Mh). Kesan siswa

positif bila Mh˃Mi dan sebaliknya

mesan siswa negatif bila Mh˂Mi. Skor

Mi dihitung dengan rumus :

Xrh + Xrt

Mi = ----------- (Suryabrata, 1989)

2

Sedangkan standar durasinya dihitung

dengan rumus :

Xrh - Xrt

SD = ------------

6

dimana Xrh = skor tertinggi harapan dan

Xrt = skor terendah harapan.

Selanjutnya untuk mengetahui

sejauh mana kesan siswa terhadap

pengalaman belajar mereka dengan

menggunakan peta konsep dilakukan

klasifikasi sebagai berikut :

1. Sangat Baik (SB) bila Mi˃Mh +

1,5SD

2. Baik (B) bila Mi + 0,5SD˂Mh˂Mi +

1,5SD

Page 11: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 217

3. Cukup Baik (CB) bila Mi –

0,5SD˂Mh˂Mi + 0,5SD

4. Sedang (S) bila Mi – 0,5SD˂Mh˂Mi

- 1,5SD

5. Kurang (K) bila Mh˂Mi - 1,5SD

Hasil analisis dengan cara di atas

melengkapi hasil wawancara tertutup

tentang kesan siswa terhadap

pengalaman belajar mereka dengan peta

konsep.

Data kesan siswa terhadap

pengalaman belajar mereka

menggunakan peta konsep dijaring

melalui angket bentuk inventori.

Angket berisi 35 pertanyaan dengan

lima pilihan jawaban. Angket ini

melengkapi wawancara tertutup

terhadap siswa. Data kemudian

dianalisis dengan cara sebagaimana

tersebut di atas. Selanjutnya hasil

analisis data mengenai hal tersebut

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2 : Kesan Siswa Terhadap Peta Konsep

No. KESAN Mi Mh Mh : Mi Kesimpulan

1.

2.

3.

4.

5.

Perasaan terhadap peta konsep

Kegiatan pembuatan peta konsep

Perasaan terhadap tugas membuat

peta konsep

Pemanfaatan peta konsep

Pemanfaatan peta konsep untuk

pembelajaran pada umumnya

18

24

6

26

21

18, 10

21, 71

7

32, 74

23, 94

˃

˂

˃

˂

˃

Positif

Negatif

Positif

Negatif

Positif

Berdasarkan data pada tabel tersebut

dapat dikatakan umumnya kesan siswa

terhadap pengalaman belajar

menggunakan peta konsep positif.

Adapun kualifikasi kesan siswa

terhadap pengalaman belajar

menggunakan peta konsep dapat dilihat

pada tabel berikut.

Tabel 3 : Kualifikasi Kesan Siswa Terhadap Peta Konsep

No. KESAN KUALIFIKASI (%)

KET SB B CB S K

1.

2.

3.

4.

5.

Perasaan terhadap peta konsep

Kegiatan pembuatan peta

konsep

Perasaan terhadap tugas

membuat peta konsep

Pemanfaatan peta konsep

Pemanfaatan peta konsep

untuk pembelajaran pada

umumnya

8,06

5,00

16,13

3,32

10,12

32,25

24,59

32,25

27,13

50,67

21,48

29,03

30,65

29,03

19,25

29,00

33,06

17,74

29,29

15,67

9,60

7,70

3,32

9,93

3,22

Page 12: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 218

Dari tabel dapat dilihat bahwa

kesan perasaan siswa terhadap peta

konsep tidak baik (4,78 %). Kesan

siswa terhadap kegiatan pembuatan

peta konsep cukup baik (58,63 %).

Kesan siswa mengenai perasaan

terhadap tugas membuat peta konsep

umumnya baik (79,03 %). Sedangkan

kesan siswa terhadap pemanfaatan peta

konsep cukup baik (59,39 %). Adapun

kesan siswa terhadap pemanfaatan peta

konsep untuk pembelajaran pada

umumnya adalah baik (80,39 %).

Secara keseluruhan kesan siswa

terhadap penggunaan peta konsep

dalam pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan adalah baik. Kesan

baik ini juga diperoleh dari hasil

wawancara dengan siswa.

Pembahasan dari setiap siklus

Hasil penelitian ini dapat

dikemukakan kedalam dua siklus. Pada

setiap siklus dikemukakan hasil

penelitian mengenai pelaksanaan

penerapan siklus belajar, pembuatan

peta konsep dan hasil belajar siswa

untuk pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan serta temuan-temuan

penting hasil penelitian ini.

1. Siklus I

Dalam pembelajaran siklus I,

konsep-konsep yang diajarkan

teridentifikasikan cukup jelas. Konsep-

konsep itu adalah penurunan tekanan

uap, penurunan titik beku, kenaikan

titik didih dan tekanan osmosis.

Konsep-konsep terkait erat dengan

konsep sifat koligatif larutan elektrolit

yang akan diajarkan pada pembelajaran

siklus II. Ketrampilan proses yang

dilatihkan kepada siswa juga

teridentifikasi cukup jelas yakni

mengamati, menafsirkan,

mengklasifikasi, mengkomunikasikan

dan menarik kesimpulan.

Ditinjau dari tahap eksplorasi

dalam penerapan siklus belajar,

pembelajaran sudah berorientasi pada

aktivitas siswa. Aktivitas siswa tersebut

berupa kegiatan praktikum penurunan

titik beku larutan yang dilakukan secara

berkelompok. Sebagai panduan belajar

siswa digunakan Lembar Kerja Siswa

(LKS) buatan sendiri. Waktu yang

tersedia untuk melakukan kegiatan

oksplorasi ini cukup. Indikator

mengenai hal ini ialah kegiatan

praktikum selesai sesuai dengan alokasi

waktu yang disediakan. Interaksi

murid-murid (M-M) pada kegiatan

ekplorasi ini ialah hasil percobaan yang

bersifat lualitatif belaka.

Pada tahap pengenalan konsep,

pembelajaran dilakukan dengan metode

diskusi kelas. Materi diskusi

dikembangkan dari hasil kegiatan

eksplorasi. Dalam kegiatan diskusi ini

salah satu kelompok diminta untuk

mengkomunikasikan hasil

percobaannya. Kelompok lain

menanggapinya berdasarkan hasil

catatan-catatan yang ada di LKS-nya.

Guru mengembangkan hasil diskusi

untuk memperkuat pemahaman konsep-

konsep yang diperoleh dari

Page 13: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 219

percobaannya. Pengembangan hasil

diskusi dilakukan dengan metode

konsep dan ilustrasi (Metode Konil).

Setiap konsep yang dikenalkan kepada

siswa selalu disertai contoh-contoh

beserta penjelasannya sehingga mudah

dipahami oleh siswa.

Dalam tahap penerapan konsep,

siswa nampaknya kurang dapat

menerapkan konsep-konsep yang telah

dipelajari dalam situasi baru, baik

dalam kehidupan sehari-hari maupun

teknologi. Demikian juga hampir tidak

ada penggunaan aktivitas yang

memadai untuk menerapkan dan

memantapkan pemahaman konsep-

konsep yang telah dipelajari.

Pemeriksaan terhadap peta

konsep buatan siswa menunjukkan

masih banyak kekurangan yang harus

dibenahi. Kekurangan itu antara lain

adanya salah konsep, tidak ada kata

penghubung antar konsep, kurang

lengkap (tidak sempurna) dan

sebagainya.

Hasil tes ulangan harian untuk

konsep sifat koligatif larutan

nonelektrolit menunjukkan perolehan

rerata nilai yang kurang memuaskan.

Banyak siswa yang tidak bisa

memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) 75. Jumlah siswa yang

mencapai nilai di atas 75 sebanyak 6

orang dari jumlah siswa 35 orang. Atau

persentase ketuntasan hanya 17 % saja.

Sehingga tidak memenuhi target yang

ditetapkan dalam KTSP.

Ada dua hal penting yang dapat

direfleksikan dari hasil penelitian siklus

I ini. Pertama, penerapan siklus belajar

terutama tahap penerapan konsep perlu

diperbaiki karena masih banyak

kekurangan (belum mantap). Kedua

siswa perlu diberi pengalaman belajar

membuat peta konsep lagi karena peta

buatan siswa masih banyak

kekurangannya (belum memenuhi

harapan). Selanjutnya kedua hal

tersebut akan menjadi fokus masalah

pada penelitian pembelajaran siklus II.

2. Siklus II

Sesuai silabus KTSP, konsep

yang harus dipelajari pada penelitian

pembelajaran siklus II ini adalah sifat

koligatif larutan elektrolit. Berdasar

refleksi siklus I, ada dua fokus masalah

pada penelitian pembelajaran siklus II

ini. Kedua fokus masalah tersebut dapat

dirumuskan dengan perumusan masalah

sebagai berikut :

a. Bagaimana penerapan siklus

belajar khususnya tahap penerapan

konsep diperbaiki untuk

pembelajaran konsep sifat koligatif

larutan elektrolit.

b. Bagaimana membelajarkan siswa

membuat peta konsep yang lebih

baik dari peta konsep buatan siswa

pada siklus I.

Untuk menjawab kedua permasalahan

tadi dipilih alternative tindakan

penerapan kembali siklus belajar dan

pembuatan peta konsep. Dalam

penerapan kembali siklus belajar,

Page 14: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 220

perbaikan pembelajaran diutamakan

pada tahap penerapan konsep sifat

koligatif larutan elektrolit. Sedangkan

untuk memperbaiki peta konsep buatan

siswa dilakukan penjelasan kembali

peta konsep buatan siswa pada siklus I.

Langkah selanjutnya siswa diberi tugas

membuat peta konsep sifat koligatif

larutan elektrolit pada akhir

pembelajaran siklus II. Berdasarkan

uraian di atas pada siklus II dapat

dikemukakan hipotesis penelitian

“perbaikan tahap penerapan konsep

dalam penggunaan siklus belajar dan

peta konsep dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan elektrolit”.

Sebagaimana pada siklus I, dalam

siklus II scenario pembelajaran dimulai

dengan tahap eksplorasi, diikuti dengan

tahap pengenalan konsep dan tahap

penerapan konsep untuk sifat koligatif

larutan elektrolit. Pada akhir

pembelajaran siswa diberi tugas

menyusun peta konsep sifat koligatif

larutan elektrolit. Observasi dilakukan

selama proses belajar berlangsung.

Kesan guru sebagai subyek penelitian

direkam tersendiri untuk melengkapi

data hasil observasi. Peta konsep buatan

siswa diperiksa bersama-sama teman

sejawat/supervisor. Selanjutnya hasil

penelitian pembelajaran pada siklus II

dapat dikemukakan sebagai berikut.

Pada tahap eksplorasi,

pembelajaran berorientasi pada

aktivitas siswa. Aktivitas siswa berupa

kegiatan praktikum di laboratorium

dengan menggunakan LKS untuk

menyelidiki penurunan titik beku dan

kenaikan titik didih larutan elektrolit.

Kemudian hasilnya dibandingkan

dengan sifat koligatif larutan

nonelektrolit. Dalam tahap eksplorasi

tidak ada masalah yang berarti dalam

pembelajaran.

Pelaksanaan tahap pengenalan

konsep dilakukan dengan

mengembangkan hasil kegiatan

praktikum (tahap eksplorasi). Metode

yang digunakan dalam tahap ini adalah

metode diskusi-informasi yang

dipimpin oleh guru. Dalam tahap ini

kepada siswa dikenalkan konsep baru.

Konsep baru tersebut adalah Faktor van

Hoff. Contoh-contoh diberikan sebagai

ilustrasi untuk memantapkan

pemahaman siswa.

Tahap penerapan konsep

dikembangkan melalui dua cara. Cara

pertama dilakukan dengan menerapkan

konsep-konsep sifat koligatif larutan

elektrolit untuk

memecahkan/menyelesaikan soal-soal

teori dan perhitungan. Cara kedua

dilakukan dengan member tugas kepada

siswa untuk mencari contoh tekanan

osmosis dalam kehidupan sehari-hari.

Cara kedua ini dapat menarik perhatian

siswa dan membuat siswa lebih

antusias untuk melakukannya.

Pemeriksaan terhadap peta

konsep buatan siswa menunjukkan hasil

yang sudah lebih baik dari peta konsep

buatan siswa pada siklus I. Peta konsep

yang dihasilkan sudah lebih lengkap

Page 15: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 221

dan lebih sempurna. Pemilihan kata

penghubung untuk menghubungkan

konsep satu dengan lainnya sudah lebih

baik (tepat dan efisien, tidak lebih dari

3 kata).

Hasil tes ulangan harian untuk

konsep sifat koligatif larutan elektrolit

menunjukkan kenaikan yang signifikan.

Jumlah siswa yang mendapat nilai di

atas 75 sebanyak 27 orang dari 35

orang yang ikut ulangan. Atau

mencapai 77 % disbanding siklus I

yang hanya 17 %.

Walaupun belum mencapai 85 %

tingkat ketuntasan, secara keseluruhan

hasil penelitian pembelajaran ini sudah

memenuhi harapan yakni adanya

peningkatan kualitas pembelajaran dan

hasil belajar. Dari dimensi siswa, siswa

menjadi lebih aktif, mempunyai

partisipasi tinggi serta dapat

menghayati ilmu kimia dalam

kehidupan sehari-hari. Walaupun

demikian dari dimensi guru

pengalaman pembelajaran tersebut

merupakan pengalaman baru. Untuk

memantapkan pengalaman akan dicoba

penerapan siklus belajar dan peta

konsep pada pembelajaran konsep

redoks dan elektrokimia.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

TINDAK LANJUT

Kesimpulan

1. Ditinjau dari dimensi guru dan

siswa, penggunaan siklus belajar dan

peta konsep dapat meningkatkan

kualitas pembelajaran konsep sifat

koligatif larutan.

2. Penggunaan siklus belajar dan peta

konsep membuat pembelajaran

konsep sifat koligatif larutan lebih

bermakna bagi siswa.

3. Penggunaan siklus belajar dan peta

konsep dapat menunjang pencapaian

tujuan khusus pengajaran kimia

konsep sifat koligatif larutan.

4. Walaupun dari hasil angket siswa

menunjukkan sikap positif terhadap

peta konsep, sebagian besar siswa

masih belum merasakan peta konsep

sebagai kebutuhan untuk

mengorganisasikan konsep-konsep

yang telah dipelajarinya.

Saran Tindak Lanjut

1. Penggunaan siklus belajar dan peta

konsep perlu digalakkan dan

diperluas untuk konsep kimia lain, di

kelas lain dan SMA lain.

2. Dalam rangka menunjang

pencapaian tujuan penguasaan

konsep-konsep kimia dan saling

keterkaitannya penggunaan peta

konsep perlu lebih dipopulerkan

kepada siswa.

3. Dalam rangka peningkatan

keprofesionalan guru kimia dan

perbaikan kualitas pembelajaran

kimia hasil penelitian ini perlu

dikomunikasikan ke sejawat lain,

melalui seminar di MGMP atau

SPKG.

DAFTAR PUSTAKA

Page 16: Penggunaan Siklus Belajar Dan Peta Konsep Untuk

JIPE Vol. I No. 2 Edisi September 2016 /p-ISSN2503-2542 e-ISSN 2503-2550 222

Allard, David W. And Charles R.

Borman. 1994, The Learning

Cycle as an Alternative Method

for College Science Teaching.

Jurnal Bio Science Vol. 44 No. 4.

Amin. M. 1984, Pembelajaran dengan

Pendekatan Laboratorium. Jakarta

P2LPTK.

Colbum, Alan and Michael P. Clough.

1997. Implementing the Learning

Cycle. The science teacher May

1997.

Dahar, R. W. 1994. Berbagai

Permasalahan dalam

Meningkatkan Mutu Penelitian

Pendidikan Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam di LPTK.

Makalah, disajikan dalam

Seminar Nasional Hasil Penelitian

Pendidikan MIPA III di Ujung

Pandang 12 – 27 Juli 1994.

Dasna, I.W. 1997. Siklus Pembelajaran

(Learning Cycle) sebagai Suatu

Model Inkuari dalam

Pembelajaran Kimia. Makalah,

disajikan pada Seminar Jurusan

Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP

Malang 2 Agustus 1997.

Dorough, Donna K. And James A.Rye

1997. Mapping for

Understanding. The Science

Teacher Vol. 64 No. 1, January

1997.

Nur, M. 1994. Pengembangan Model

PBM IPA Berorientasi PKP untuk

Meningkatkan Daya Nalar Siswa

dalam Rangka Menyongsong

Masyarakat IPTEK pada

Pembangunan Jangka Panjang

Tahap Kedua. Makalah, disajikan

pada Seminar Nasional Hasil

Penelitian Pendidikan MIPA III di

Ujung Pandang 23 – 27 Juli 1994.

Odom, Louis A. And Paul V. Kelly.

1998. The Unionof Concept

Mapping and the Learning Cycle

Improves Science Achievenment,

MAKING LEARNING

MEANINGFUL, The Science

Teacher. Vol. 65 No. 4, 4 April

1998.

Purwadi, S. dan Tiksno M. 1995. Daur

Belajar Pengajaran Bidang Studi.

Jakarta Proyek Pengembangan

Pendidikan Guru SD Depdikbud.

Tim FKIP, Pemantapan Kemampuan

Profesional, PGSM, Buku

Panduan IDIK4501. Universitas

Terbuka.

Wardani, I.G.A.K. Dr. Dkk, Penelitian

Tindakan Kelas, Pusat Penerbitan

Universitas Terbuka, 2003.