21
Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di K-13 Peneliti : Setyawan Raharjo (702012020) Hanita Yulia M.Pd Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Juli 2017

Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

  • Upload
    dodiep

  • View
    246

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

(Project Based Learning) pada Bimbingan TIK (BKTIK) di

K-13

Peneliti :

Setyawan Raharjo (702012020)

Hanita Yulia M.Pd

Program Studi Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Juli 2017

Page 2: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Page 3: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Page 4: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Page 5: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek
Page 6: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

1. Pendahuluan

Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi sekaligus

berbasis karakter (competency and character based curriculum), yang dapat

membekali peserta didik dengan berbagai sikap dan kemampuan yang sesuai dengan

tuntutan perkembangan zaman dan tuntutan teknologi[1]. Pada Kurikulum 2013 (K-

13) peserta didik dapat lebih terlibat aktif dalam membangun pengetahuan melalui

kegiatan belajar yang menyenangkan sekaligus bermakna, sehingga diharapkan bangsa

ini menjadi bangsa yang bermartabat, dan masyarakatnya memiliki nilai tambah (added

value) dan nilai jual, untuk mampu bersaing, bersanding, bahkan bertanding dengan

bangsa-bangsa lain dalam percaturan global.

Integrasi TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) dalam pembelajaran

merupakan salah satu syarat dalam penerapan K-13[2]. Untuk mengintegrasikan TIK

dalam semua mata pelajaran, diharapkan baik pendidik maupun siswa memiliki

kemampuan dalam bidang TIK. Oleh karena itu, diperlukan sebuah pelatihan atau

bimbingan TIK, yang salah satunya dilaksanakan melalui mata pelajaran TIK. Dalam

K-13 ini, pelatihan dan bimbingan TIK yang sebelumnya disebut mata pelajaran TIK

di Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diubah menjadi bimbingan konseling

TIK (BKTIK) yang dapat dilakukan secara klasikal maupun individual.

Diperlukan suatu usaha oleh pendidik untuk dapat memaksimalkan pelatihan

dan bimbingan TIK mengingat kemampuan TIK sangat diperlukan oleh siswa dalam

mengikuti semua mata pelajaran yang terintegrasi oleh TIK. Salah satu upaya untuk

memaksimalkan BKTIK secara klasikal adalah melalui penggunaan metode

pembelajaran yang tepat. Melalui metode pembelajaran yang tepat, diharapkan siswa

dapat memperoleh kegiatan belajar yang bermakna, sekaligus pengetahuan dan

ketrampilan yang dibutuhkan, dalam hal ini adalah ketrampilan TIK seperti yang

diharapkan untuk menjadi tujuan di K-13. Salah satu metode pembelajaran yang dapat

meningkatkan minat, kerjasama, pemahaman, dan hasil belajar siswa adalah

pembelajaran berbasis proyek (PjBL). Penggunaan metode pembelajaran berbasis

proyek ini dirasa tepat digunakan karena PjBL mengandung kegiatan pembelajaran

yang bermakna, dapat meningkatkan ketrampilan dan menambah pengetahuan[3].

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Nofita (2011) ditemukan bahwa

penggunaan pembelajaran berbasis proyek dapat memberikan pengalaman kepada

peserta didik berupa pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi proyek, serta

membuat suasana belajar menjadi menyenangkan sehingga peserta didik maupun

pendidik menikmati proses pembelajaran. Selain itu siswa dibuat untuk mengikuti

pembelajaran aktif seperti melakukan kegiatan praktek langsung yang memberikan

suatu pengalaman yang nyata bagaimana belajar cara menggunakan teknologi untuk

menambah keterampilan, maupun dengan cara peserta didik diberi kesempatan untuk

menggali sendiri informasi melalui membaca berbagai buku secara langsung dan

mengkomunikasikan hasil aktivitasnya kepada orang lain guna menambah

Page 7: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

pengetahuan dan pemahaman[4]. Akan tetapi, permasalahanya adalah apakah PJBL

efektif diterapkan pada BKTIK di K13, yang memiliki bentuk berbeda dengan mata

pelajaran TIK di kurikulum sebelumnya belum diketahui. Artinya, apakah PjBL di

BKTIK dapat mendukung tercapainya pembelajaran bermakna, peningkatan

pengetahuan dan keterampilan serta efisiensi waktu akan dilihat melalui penelitian ini.

Dalam pembelajaran BKTIK pada K-13 memiliki jam tatap muka secara

klasikal yang tidak sebanyak pada mata pelajaran TIK di KTSP. Padahal biasanya PjBL

diterapkan pada pelajaran yang memiliki jam tatap muka lebih banyak. Mengingat

adanya perubahan bentuk mata pelajaran TIK ke BKTIK di K-13, maka penelitian ini

bertujuan untuk melihat apakah metode PjBL efektif diterapkan di BKTIK dalam K-

13 dilihat dari aspek pembelajaran bermakna, peningkatan pengetahuan, peningkatan

keterampilan, dan efisiensi waktu.

2. Tinjauan Pustaka

Integrasi TIK kedalam mata pelajaran lain adalah untuk memberikan peluang

bagi berkembangnya kreativitas dan kemandirian peserta didik. Pembelajaran dengan

dukungan TIK memungkinkan peserta didik menghasilkan karya-karya baru yang

orisinil, memiliki nilai tinggi, dan dapat dikembangkan lebih jauh untuk kepentingan

yang lebih bermakna. Melalui TIK, peserta didik akan memperoleh berbagai informasi

dalam lingkup yang lebih luas dan mendalam sehingga meningkatkan wawasannya.

Hal ini memberikan peluang untuk mengembangkan dan memanfaatkan TIK dalam

pembelajaran. Dengan terintegrasinya TIK dengan mata pelajaran lain maka beberapa

manfaat yang diperoleh, yaitu: 1) TIK sebagai gudang ilmu pengetahuan sebagai

referensi ilmu pengetahuan terkini. 2) TIK sebagai alat bantu pembelajaran, 3) TIK

sebagai Fasilitas Pembelajaran, 4) TIK sebagai Infrastruktur Pembelajaran[5]. Tetapi

dalam K-13 TIK itu sendiri tidak menjadi matapelajaran yang utuh, melainkan

terintegrasi kedalam mata pelajaran lain dan menjadi sebuah layanan bimbingan

konseling TIK.

Layanan BKTIK didalam K-13 memfasilitasi siswa dalam rangka

memperoleh keterampilan dan pengetahuan TIK. Layanan bimbingan yang dilakukan

oleh guru TIK dalam implementasi kurikulum 2013 berbeda dengan konselor seperti

biasanya, memang guru TIK beralih peran menjadi pembimbing atau fasilitator, yang

akan membimbing atau memfasilitasi sesama guru dan tenaga kependidikan untuk

meningkatan kompetensi-kompetensi yang berkaitan dengan TIK. Selain itu guru TIK

juga memberikan bimbingan kepada siswa untuk dipersiapkan agar dapat

memaksimalkan kemampuannya dalam TIK untuk mengikuti semua mata pelajaran

yang terintegrasi oleh TIK[2]. Didalam kegiatan BKTIK tersebut dibagi menjadi

klasikal dan individu. Bimbingan secara klasikal adalah bimbingan yang terjadi

langsung secara tatap muka didalam kelas secara massal. Pada bimbingan secara

klasikal sekarang ini terjadi pengurangan jam tatap muka. Perubahan bentuk mata

pelajaran dalam K-13, menjadikan jam tatap muka dalam BKTIK pun berkurang tidak

Page 8: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

seperti dahulu mata pelajaran TIK. Untuk memaksimalkan BKTIK, tentu saja

dibutuhkan sebuah metode pembelajaran yang sesuai. Salah satu metode pembelajaran

yang dikenal memiliki beberapa keuntungan atau manfaat adalah project based

learning.

Project based learning atau Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola

pembelajaran di kelas dengan melibatkan kerja proyek. Kerja proyek memuat tugas-

tugas yang kompleks berdasarkan kepada pertanyaan dan permasalahan (problem)

yang sangat menantang, dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah,

membuat keputusan, melakukan kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerja secara mandiri[6]. Tujuannya adalah agar siswa

mempunyai kemandirian dalam menyelesaikan tugas yang dihadapinya.

Project Based Learning adalah pendekatan pembelajaran yang memiliki

karakteristik sebagai berikut: peserta didik membuat keputusan tentang sebuah

kerangka kerja, adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada peserta

didik, peserta didik mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau

tantangan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif bertanggung jawab untuk

mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi

dijalankan secara kontinyu, peserta didik secara berkala melakukan refleksi atas

aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara

kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan[7].

Langkah-langkah pembelajaran dalam Project Based Learning terdiri dari:

Pertama, dimulai dengan pertanyaan yang esensial diajukan untuk memancing

pengetahuan, tanggapan, kritik dan ide siswa mengenai tema proyek yang akan

diangkat. Kedua, perencanaan aturan pengerjaan proyek yang berisi tentang aturan

main, pemilihan aktivitas yang dapat mendukung dalam menjawab pertanyaan

esensial. Ketiga, membuat jadwal aktifitas dalam menyelesaikan proyek. Jadwal ini

disusun untuk mengetahui berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pengerjaan

proyek. Keempat, memonitoring perkembangan proyek siswa, Pendidik

bertanggungjawab untuk melakukan monitor terhadap aktivitas peserta didik selama

menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara menfasilitasi peserta didik

pada setiap proses. Kelima, penilaian hasil kerja siswa dilakukan untuk membantu

pendidik dalam mengukur ketercapaian standar selain itu berperan dalam mengevaluasi

kemajuan masing-masing peserta didik, memberi umpan balik tentang tingkat

pemahaman yang sudah dicapai peserta didik, membantu pendidik dalam menyusun

strategi pembelajaran berikutnya. Keenam, evaluasi pengalaman belajar siswa pada

akhir proses pembelajaran. Pendidik dan peserta didik melakukan refleksi terhadap

aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi dilakukan baik secara

individu maupun kelompok. Pada tahap ini peserta didik diminta untuk

mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama menyelesaikan proyek[8].

Page 9: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Penggunaan metode pembelajaran berbasis proyek pada pembelajaran umunya

mengandung kegiatan pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan keterampilan

dan menambah pengetahuan[3]. Oleh karena itu, efektivitas PjBL di BKTIK dalam

penelitian ini akan dilihat dari ketiga aspek diatas dimana ketiga aspek diatas juga

merupakan tujuan dari K-13. Pada aspek pembelajaran bermakna, menurut Christina,

pembelajaran dapat dikatakan bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam

pembelajaran BKTIK, mempunyai inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok,

mempunyai keingintahuan yang tinggi untuk dapat berfikir secara kritis terhadap tugas

atau materi yang diberikan, mampu berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun

tertulis untuk memecahkan masalah secara individu maupun kelompok[9]. Selanjutnya

menurut Maharani, aspek peningkatan ketrampilan dapat dilihat melalui pelaksanaan

praktek dengan prosedur, ketelitian, dan performa yang telah di tentukan guna

menambah kemampuan pada penggunaan komputer[3]. Menurut Rina, pada aspek

bertambahnya pengetahuan peningkatan dapat dilihat melalui perubahan pada nilai tes

dan non tes yang dilaksanakan setiap kompetensi dasar[10]. Selain dilihat dari ketiga

aspek diatas, dalam penelitian ini efektivitas PjBL dalam penerapan BKTIK di K-13

juga akan dilihat dari segi efisiensi waktu. Dikarenakan menurut Kamdi metode PjBL

membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode pembelajaran

konvensional[11].

3. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang menggabungkan pendekatan

kuantitatif dan kualitatif dan menggunakan desain Concurrent Rent Transformative

Strategy (campuran metode kedua untuk memperkuat metode pertama) dengan metode

pertama yaitu metode kuantitatif untuk mencari hasil pengukuran dari aspek

peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta penggunaan metode kedua yaitu

metode kualitatif untuk mencari hasil pada aspek pembelajaran bermakna dan melihat

efisiensi waktu, serta sebagai pelengkap aspek peningkatan pengetahuan dan

keterampilan dimana pada metode kuantitatif dilaksanakan eksperimen pada

pembelajaran PjBL pada kelas sampel dipenelitian ini. Penelitian dilaksanakan di SMP

Negeri 1 Salatiga. Mengingat sekolah ini sudah menerapkan K-13 dan sudah

melaksanakan BKTIK. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII di SMP

Negeri 1 Salatiga. Teknik sampling yang digunakan dalam metode kuantitatif adalah

teknik Purposive Sampling. Purposive sampling digunakan karena diberikan arahan

oleh guru pengampu kelas untuk menggunakan kelas yang diampunya saja dengan

pertimbangan waktu. Penggunaan purposive sampling ini diterapkan kepada siswa

kelas VIII F dan H SMP N 1 Salatiga untuk melaksanakan penelitian eksperimental

tentang penggunaan PjBL dalam BKTIK. Teknik pengumpulan data yang digunakan

adalah tes, angket, wawancara, dan observasi. Berikut ini adalah tabel teknik

pengumpulan data penelitian mengenai efektivitas PJBL dalam BKTIK di K-13.

Page 10: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Tabel 1 Tabel teknik pengumpulan data mengenai efektivitas PjBL dalam BKTIK di

K-13.

No Aspek Efektifitas Teknik

pengumpulan Waktu Penilaian

1. Pembelajaran bermakna

Terlibat aktif dalam BKTIK. (1-5)

Angket &

Wawancara

Akhir pembelajaran

Bekerjasama dalam kegiatan kelompok.

(6-10)

Berfikir Kritis. (11-15)

Memiliki Kemampuan Problem

Solving. (16-20)

2. Pengetahuan

Pemahaman konsep pembuatan desain

poster dengan Coreldraw.

Tes

Akhir Pembelajaran

Kejelasan proses pembuatan desain

kaos dengan coreldraw Persentasi Proyek

& Pengamatan Akhir Pembelajaran

3. Keterampilan

Terampil saat menggunakan tool didalam

coreldraw pada saat pembuatan desain kaos.

Pengamatan &

Wawancara

Awal sampai akhir

pembelajaran

4 Efektivitas waktu Pengamatan Awal sampai akhir

pembelajaran

Pada penelitian ini proses pengamatan dilaksanakan pada saat pembelajaran

berlangsung sampai dengan pembelajaran berakhir lalu dilanjutkan dengan wawancara

yang dilaksanakan kepada lima orang siswa tiap kelas dengan cara mengambil sampel

random untuk memberikan kesannya terhadap pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Teknik pengumpulan data untuk mendapatkan hasil tentang bertambahnya

pengetahuan yaitu menggunakan dua cara, yang pertama adalah tes dan yang kedua

adalah presentasi proyek. Pada tahapan tes sendiri dilaksanakan sebelum dan sesudah

pengaplikasian PJBL dimana hasilnya dipergunakan untuk mencari peningkatan

pemahaman siswa. Presentasi proyek digunakan untuk mengukur peningkatan

pemahaman sebagai indikator peningkatan pengetahuan siswa baik kelas kontrol

maupun kelas eksperimen. Penilaian pada saat presentasi proyek menggunakan rubrik

penilaian sebagai berikut:

Page 11: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Tabel 2 Rubrik presentasi proyek.

Aspek yang

dinilai

Skor

3 2 1

Isi presentasi Isi presentasi yang

ditampilkan lengkap, terdapat

langkah langkah pembuatan

proyek, hasil proyek, dan

masalah yang dihadapi serta

solusi pemecahan masalahnya

yang disampaikan dengan

jelas.

Isi presentasi yang

ditampilkan lengkap,

terdapat langkah langkah

pembuatan proyek, hasil

proyek, dan masalah yang

dihadapi serta solusi

pemecahan masalahnya

namun, disampaikan

dengan kurang jelas.

Isi presentasi tidak

lengkap hanya 1 poin atau

2 poin dari 3 poin.

Terdapat langkah langkah

pembuatan proyek, hasil

proyek, dan masalah yang

dihadapi serta solusi

pemecahan masalahnya

namun disampaikan

dengan tidak jelas.

Data hasil rubrik penilaian persentasi proyek ini dianalisis dengan

menggunakan rumus sebagai berikut:

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 3 Kategori penilaian persentasi proyek.

Skor Kategori

80 - 100 Sangat Baik

70 -79 Baik

60 - 69 Cukup Baik

45 - 59 Kurang Baik

≤ 45 Tidak Baik

Angket diberikan kepada siswa untuk mendapatkan feedback dari siswa tentang

proses pembelajaran tersebut apakah pembelajaran tersebut bermakna atau tidak. Pada

angket tersebut berisikan 20 butir pernyataan yang berkaitan dengan indikator untuk

pembelajaran bermakna, antara lain: 1) Terlibat aktif dalam BKTIK, 2) Berkerjasama

dalam kegiatan kelompok, 3) Berfikir kritis, 4) Memiliki kemampuan dalam problem

solving[9]. Penghitungan pada angket dilaksanakan dengan menggunakan skala likert

dengan pemberian skor 1-5 pada tiap jawaban dari sangat tidak setuju, tidak setuju,

ragu-ragu, setuju, sangat setuju. Hasil tersebut kemudian dijumlahkan dan dibagi

dengan hasil maksimal yang semestinya didapat, selanjutnya dikategorikan

menggunakan kategori sebagai berikut:

Page 12: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Tabel 4 Kategori pembelajaran bermakna.

Skor (%) Kategori

81 - 100 Sangat Bermakna

61 - 80 Bermakna

41 - 60 Cukup Bermakna

21 - 40 Kurang Bermakna

≤ 20 Tidak Bermakna

Observasi juga dilakukan untuk melihat bagaimana perkembangan

keterampilan siswa dalam TIK dan diukur dengan menggunakan rubrik penilaian

keterampilan, sebagai berikut:

Tabel 5 Rubrik penilaian ketrampilan.

Indikator

penilaian

Skor

1 2 3

Ketelitian Tidak memperhatikan

detail detail kecil pada

tugas yang diberikan

pada saat praktek.

Memperhatikan detail

detail kecil pada tugas yang

diberikan pada saat praktek.

Sangat memperhatikan

detail detail kecil pada

tugas yang diberikan

pada saat praktek.

Kesesuaian Pekerjaan tidak sesuai

dengan materi yang

diberikan pada saat

praktek.

Pekerjaan hanya memiliki

satu atau dua poin yang

sesuai dengan materi yang

diberikan pada saat praktek.

Pekerjaan hanya sangat

sesuai dengan materi

yang diberikan pada saat

praktek.

Prosedur Prosedur yang

dilaksanakan pada saat

praktek tidak urut atau

melewati urutan yang

dicontohkan pada saat

praktek.

Prosedur yang dilaksanakan

pada saat praktek urut

tetapi sekali atau dua kali

melewati urutan yang

dicontohkan pada saat

praktek.

Prosedur yang

dilaksanakan pada saat

praktek urut dan tidak

melewati urutan yang

dicontohkan pada saat

praktek.

Performa Pada saat praktek siswa

sangat lambat dalam

mengerjakan materi yang

dicontohkan pada saat

praktek dan sesuai

dengan apa yang

dicontohkan.

Pada saat praktek siswa

terkadang cepat dan

terkadang lambat dalam

mengerjakan materi yang

dicontohkan pada saat

praktek dan sesuai dengan

apa yang dicontohkan.

Pada saat praktek siswa

sangat cepat dalam

mengerjakan materi yang

dicontohkan pada saat

praktek dan sesuai

dengan apa yang

dicontohkan.

Kerapian Hasil kerja pada saat

praktek sangat tidak rapi

sesuai dengan contoh

materi yang diberikan.

Hasil kerja pada saat

praktek cukup rapi tapi

masih terdapat satu atau

dua bagian yang kurang

rapi seperti dengan contoh

materi yang diberikan.

Hasil kerja pada saat

praktek sangat rapi dan

sangat sesuai dengan

contoh materi yang.

Sumber dari RPP Mata Pelajaran BKTIK SMP N 1 Salatiga, 2016-2017[12].

Page 13: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Data hasil rubrik penilaian dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai

berikut:

Nilai = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ

𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 x 100 %

Hasil perhitungan nilai tersebut, dimasukkan ke dalam kategori sebagai berikut:

Tabel 6 Kategori penilaian ketrampilan.

Skor (%) Kategori

67-100 Sangat Terampil

34-66 Terampil

0-33 Kurang Terampil

Pada data nilai tes siswa digunakan untuk memperoleh hasil bertambahnya

pengetahuan. Data wawancara dan angket direduksi untuk menjadi hasil dalam

pembelajaran bermakna dengan cara memberikan skor kepada tiap butir jawaban. Lalu

data pada saat observasi keterampilan akan menjadi hasil perkembangan ketrampilan

siswa. Dan pada tahap akhir adalah membuat kesimpulan mengenai apakah

penggunaan metode PjBL yang diterapkan pada BKTIK efektif atau belum efektif.

Keabsahan data dari penelitian ini diperoleh dari ketekunan pada saat melakukan

penelitian, melaksanakan uji validitas data, melaksanakan pengamatan ulang pada hasil

hasil yang ditemukan, dan teknik triangulasi data dengan mengecek data dari hasil

wawancara dan angket dengan data observasi dilapangan.

4. Hasil Penelitian

Pada penelitian yang dilaksanakan di SMP Negeri 1 Salatiga subjek penelitian

adalah siswa kelas VIII F sebagai kelas kontrol dan VIII H sebagai kelas eksperimen.

Pada kelas kontrol memiliki desain pembelajaran yang sering diterapkan pada SMP N

1 Salatiga dengan tidak menggunakan PJBL sebagai metode pembelajarannya.

Penggunaan desain pembelajarannya mengacu pada RPP yang dibuat oleh guru mata

pelajaran. Pertama, guru mengarahkan peserta didik untuk melakukan tanya jawab

mengenai materi sebelumnya selanjutnya guru memberikan arahan kepada siswa

tentang tujuan dan urutan kegiatan pembelajaran selama satu kompetensi dasar. Kedua,

guru menjelaskan langkah langkah dalam pembuatan desain kaos, lalu disaat

bersamaan siswa dan siswi memperhatikan dan setelah satu langkah selesai mereka

mencoba mempraktekanya. Ketiga, ditahap ini guru mencoba berkeliling untuk melihat

hasil praktek dari siswa dan bila siswa kesulitan atau ada pertanyaan mengenai

pembelajaran guru menjawab atau membantu siswa tersebut. Keempat, setelah

melaksanakan pembelajaran guru mulai merefleksi aktivitas yang telah dilaksanakan

dengan bertanya ke pada siswa tentang apa yang dipelajari hari ini. Kelima, sebelum

Page 14: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

menutup pelajaran guru memberikan gambaran kasar tentang materi yang akan

disampaikan pada pertemuan selanjutnya.

Pada kelas eksperimen digunakan metode PJBL sebagai metode

pembelajarannya. Kelas eksperimen ini memiliki desain pembelajaran sebagai berikut:

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Pendahuluan

Pra Pembelajaran

1. Guru mengkondisikan kelas dalam suasana kondusif untuk berlangsungnya

pembelajaran.

2. Guru memberikan motivasi tentang pentingnya bimbingan TIK.

3. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.

4. Guru menginformasikan tentang proses pembelajaran yang akan dilakukan

termasuk aspek-aspek yang dinilai selama proses pembelajaran berlangsung.

5. Guru melakukan apersepsi dengan melakukan pertanyaan secara klasikal

yang bersifat menuntun dan menggali.

Inti

Fase-1: Penentuan Pertanyaan Mendasar

Guru mengemukakan pertanyaan esensial yang bersifat eksplorasi pengetahuan yang

telah dimiliki siswa berdasarkan pengalaman belajarnya yang bermuara pada

penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas.

Bagaimana cara membuat desian T-Shirt dengan menggunakan coreldraw

?

Sebutkan fungsi dari tools tools yang digunakan ?

Fase-2.Mendesain Perencanaan Proyek

Guru Mengorganisir siswa kedalam kelompok-kelompok yang heterogen

(4-5) orang. Heterogen berdasarkan tingkat kognitif dan jenis kelamin.

Guru memfasilitasi setiap kelompok untuk menentukan ketua secara

demokratis, dan mendeskripsikan tugas kepada masing-masing anggota

kelompok.

Guru dan peserta didik membicarakan aturan main untuk disepakati

bersama dalam proses penyelesaian proyek. Hal-hal yang disepakati: pemilihan

aktivitas, waktu maksimal yang direncanakan, sanksi yang dijatuhkan pada

pelanggaran aturan main, tempat pelaksanaan proyek, hal-hal yang dilaporkan,

serta alat dan bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek

Fase-3. Menyusun Jadwal

Guru memfasilitasi peserta didik untuk membuat jadwal aktifitas yang

mengacu pada waktu maksimal yang disepakati.

Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyusun langkah alternatif, jika

ada sub aktifitas yang molor dari waktu yang telah dijadwalkan.

Guru meminta setiap kelompok menuliskan alasan setiap pilihan yang telah

dipilih.

Fase-4. Memonitor peserta didik dan kemajuan proyek

Guru memonitor siswa dengan melakukan pengecekan terhadap setiap

kelompok dengan menanyakan adakah masalah yang dihadapi dan apakah siswa

dapat mengerjakan dengan baik, selain itu guru selalu mengamati siswa dan bila

siswa mendapatkan kesulitan guru selalu siap untuk menfasilitasi.

Guru memonitoring terhadap aktivitas peserta didik selama menyelesaikan

proyek dengan cara melakukan skaffolding jika terdapat kelompok membuat

langkah yang tidak tepat dalam penyelesaian proyek.

Page 15: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Kegiatan Deskripsi Kegiatan

Fase-5. Menguji Hasil

Guru telah melakukan penilaian selama monitoring dilakukan dengan

mengacu pada rubrik penilaian. yang bertujuan: mengukur ketercapaian standar,

berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta didik, memberi

umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai peserta didik,

membantu pengajar dalam menyusun strategi pembelajaran berikutnya.

Fase-6. Mengevaluasi Pengalaman

peserta didik secara berkelompok melakukan refleksi terhadap aktivitas dan

hasil proyek yang sudah dijalankan. Hal-hal yang direfleksi adalah kesulitan-

kesulitan yang dialami dan cara mengatasinya dan perasaan yang dirasakan pada

saat menemukan solusi dari masalah yang dihadapi dengan menyampaikan nya

dengan cara persentasi di depan kelas.

Penutup Guru memfasilitasi peserta didik untuk menyimpulkan hasil temuan barunya.

Efektivitas penggunaan metode pembelajaran PjBL pada BKTIK di K-13

dalam penelitian ini dilihat dari 4 aspek (terdapat pembelajaran bermakna,

bertambahnya pengetahuan, peningkatan keterampilan, efisiensi waktu). Berikut ini

akan dijabarkan hasil penelitian dari tiap-tiap aspek tersebut.

Pada aspek pembelajaran bermakna pengambilan data penelitian

dilaksanakan setelah dilaksanakannya pembelajaran. Disaat semua proses

pembelajaran telah usai pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, angket disebar

untuk untuk mengetahui berapa persen tingkat pembelajaran yang telah dilaksanakan

tersebut bermakna bagi siswa. Adapun hasil dari angket pembelajaran bermakna yang

diisi oleh siswa disajikan dalam tabel 7 berikut ini:

Tabel 7 Skor Aspek pembelajaran bermakna.

Aspek Pernyataan

Hasil Rata-Rata

Per Aspek Kategori

KK KE KK KE KK KE

1 Terlibat Aktif

di dalam

BKTIK

Setiap kali guru memberikan waktu untuk

bertanya, saya selalu memanfaatkanya untuk

menanyakan hal-hal yang belum saya

ketahuai.

92% 85%

89% 81% SB SB Saya selalu memperhatikan guru saat

memberikan materi maupun tugas

94% 88%

Tugas yang diberikan oleh guru di kelas

selalu saya kerjakan dan dikumpulkan tepat

waktu

92% 86%

Sebelum pertemuan di kelas saya selalu

mempelajari materi yang akan diberikan

79% 67%

2 Bekerjasama

dalam

kelompok

Saya lebih senang berkerja dalam kelompok 84% 78%

87% 83% SB SB

Saya senang bila dapat membantu teman

yang mengalami kesulitan dalam

pembelajaran

88% 87%

Saya selalu mendiskusikan solusi dari sebuah

masalah yang ada pada saat kerja kelompok

85% 82%

Belajar secara berkelompok membantu saya

lebih memahami pelajaran.

90% 85%

Page 16: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

3 Berfikir Kritis Saya selalu mencari sumber materi lain selain

dari materi yang diberikan oleh guru

77% 70%

81% 76% SB B

Pada pembelajaran ini ada hal-hal yang

merangsang rasa ingin tahu saya

88% 83%

Saya merasa selalu terpanggil untuk bertanya

bila terdapat suatu materi yang belum saya

mengerti dalam pengerjaan obyek

78% 73%

Setiap akhir pembelajaran saya dapat

menyimpulkan apa yang saya pelajari pada

waktu itu

81% 78%

4 Memiliki

kemampuan

memecahkan

masalah

Saya selalu melaksanakan kegiatan diskusi

kelompok untuk mencari solusi dari sebuah

permasalahan

81% 78%

74% 69% B B Dapat merencanakan pemecahan masalah

dengan baik tanpa adanya bantuan dari guru

maupun teman

72% 68%

Saya dapat memahami masalah dengan baik

tanpa adanya penjelasan dari guru

65% 60%

Permasalahan yang ada didalam kelompok

dapat saya pecahkan dengan baik

90% 82%

Rata-rata seluruh aspek 83% 77% SB B

Keterangan:

KK: Kelas Kontrol, KE: Kelas Eksperimen

SB: Sangat Bermakna, B: Bermakna, CB: Cukup Bermakna, TB: Tidak Bermakna, STB: Sangat Tidak Bermakna

Melihat tabel diatas terlihat bahwa pada tiap aspek pembelajaran bermakna,

kelas kontrol lebih unggul dibandingan pada kelas eksperimen dengan rata-rata seluruh

aspek 83% pada kelas kontrol dan 77% pada kelas eksperimen, dengan pengkategorian

sangat bermakna pada kelas kontrol dan bermakna pada kelas eksperimen. Pada aspek

terlibat aktif dalam BKTIK terlihat pada pernyataan kedua adalah pernyataan dengan

skor tertinggi pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen, bahwa 94% siswa pada

kelas kontrol dan 88% pada kelas eksperimen selalu memperhatikan guru pada saat

materi diberikan. Hasil tersebut dikuatkan dengan wawancara yang dilakukan kepada

lima orang siswa pada kelas kontrol maupun eksperimen bahwa mereka

memperhatikan guru saat materi diberikan walau beberapa siswa masih belum

mengerti tentang materi tersebut. Pada aspek bekerja sama dalam kelompok pada dasar

nya kelas kontrol maupun kelas eksperimen merasa bahwa bekerjasama didalam

kelompok dapat membuat mereka lebih mudah dalam mempelajari suatu materi,

mereka senang membantu teman yang memiliki kesusahan pada suatu materi, dan juga

mereka senang dalam melakuakan diskusi tentang apa yang sedang mereka kerjakan.

Pada aspek berfikir kritis pernyataan pada butir kedua memilik skor tertinggi sebesar

88% pada kelas kontrol dan 83% pada kelas eksperimen, dimana para siswa merasa

ada hal-hal yang merangsang keingintahuan mereka tentang materi yang sedang

diberikan. Pada saat wawancara yang ditujukan kepada lima orang siswa pada kelas

kontrol maupun kelas eksperimen, siswa menjelaskan bahwa siswa merasa guru selalu

memberikan petunjuk-petunjuk bila siswa ingin lebih tahu tentang materi diluar apa

yang telah diajarkan oleh guru tersebut. Pada aspek memiliki kemampuan

menyelesaikan masalah (problem solving) pada dasarnya mereka senang dengan cara

Page 17: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

memecahkan masalah didalam kelompok tetapi pada saat pemecahan masalah mereka

masih membutuhkan penjelasan dari guru mereka tentang bagaimana cara yang tepat

untuk menyelesaikannya.

Selanjutnya adalah aspek peningkatan pengetahuan. Data pada aspek

peningkatan pengetahuan diperoleh melalui dua upaya yaitu: Tes dan Non Tes

(persentasi proyek). Pada aspek peningkatan pengetahuan ini dilihat peningkatan dari

sebelum dan sesudah pembelajaran yang disajikan pada tabel 8 berikut ini.

Tabel 8 Skor Aspek Pengetahuan.

Aspek Kelas Kontrol Kelas Eksperimen

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Tes 70.4 75 69.5 70

Nilai Non Tes (Presentasi) 80 80 80 86

Dapat dilihat pada tabel tersebut pada aspek tes, terlihat hasil tes pada kedua

kelas terjadi peningkatan tetapi peningkatan cukup signifikan terjadi pada kelas kontrol

yang tidak menggunakan metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan

pembelajaran dalam kelas kontrol siswa diberikan materi yang menyeluruh dan urut

sesuai dengan kompetensi dasar yang telah diberikan, jadi dalam kelas kontrol materi

yang diberikan lebih tepat sasaran. Dan pada kelas eksperimen yang menggunakan

metode pembelajaran PJBL juga terjadi peningkatan tetapi tidak terlalu signifikan

dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil wawancara yang dilaksanakan pada

penggunaan PjBL dikelas eksperimen membuat siswa merasa lebih leluasa mencari

materinya sendiri, tetapi terdapat kelemahan yaitu karena siswa dapat menemukan

materi dari banyak sumber justru membuat siswa bingung untuk mengambil sumber

mana yang dapat dipercaya.

Selanjutnya pada aspek non tes dengan mengambil nilai dari presentasi

peningkatan dapat dilihat terjadi pada hanya kelas eksperimen yang menggunakan

metode pembelajaran PjBL. Dilihat dari hasil pengamatan hal tersebut terjadi

dikarenakan pada kelas eksperimen mereka merasakan proses pada saat pembuatan

proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi yang akan dipresentasikan.

Dengan adanya data diatas maka dapat disimpulkan bahwa kedua metode pembelajaran

dapat meningkatkan aspek pengetahuan walaupun tidak signifikan karena, hanya

meningkat 6% pada kelas eksperimen. Melainkan pada kelas kontrol tidak terjadi

perubahan nilai dikarenakan siswa hanya beranggapan bahwa mengulang presentasi

sesuai dengan sebelumnya sudah cukup untuk mendapat nilai.

Aspek selanjutnya adalah aspek peningkatan keterampilan, dimana pada

aspek ini pengukuran menggunakan rubrik yang terdapat pada RPP yang telah

disiapkan. Pengukuran ini berdasarkan pada ketelitian, kesesuaian, prosedur, performa,

dan kerapian yang hasilnya disajikan pada tabel 9 berikut ini.

Page 18: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

Tabel 9 Skor Aspek Ketrampilan.

Aspek Kelas Kontrol

Peningkatan Kelas Eksperimen

Peningkatan Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

Ketelitian 88% 100% 12% 88% 83% -5%

Kesesuaian 96% 100% 4% 97% 83% -14%

Prosedur 94% 74% -20% 96% 77% -19%

Performa 73% 60% -13% 69% 57% -12%

Kerapian 63% 59% -4% 72% 57% -15%

Rata- rata 83% 79% -4% 84% 71% -13%

Kategori Sangat

terampil Terampil

Sangat

terampil Terampil

Penelitian yang dilaksanakan pada saat pembelajaran praktek ini menunjukkan

bahwa baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen terjadi penurunan. Pada kelas

kontrol yang tidak menggunakan metode pembelajaran PJBL terdapat peningkatan

pada aspek ketelitian dan kesesuaian menjadi nilai dengan persentase sempurna, tetapi

dalam aspek prosedur, performa, dan kerapian terjadi penurunan yang cukup drastis.

Dilihat dari hasil pengamatan hal ini dikarenakan para siswa sangat memperhatikan

apa yang dicontohkan oleh guru yang membuat aspek ketelitian dan kesesuaian proyek

yang dibuat sama seperti yang dicontohkan, tapi pada aspek prosedur yang mereka

jalankan agak sedikit berantakan karena mereka melewatkan beberapa langkah yang

seharusnya telah mereka kerjakan dan hal tersebut juga yang mempengaruhi performa

siswa dikarenakan kurang tanggapnya mereka terhadap materi yang sedang

dicontohkan di depan kelas serta kerapian pada proyek mereka berkurang. Hal berbeda

terjadi pada kelas eksperimen yang menggunakan metode PjBL penurunan terdapat

pada semua aspek dan hal tersebut terlihat pada saat pengamatan dikarenakan siswa

merasa tidak terbiasa dengan metode pembelajaran PjBL yang mengharuskan mereka

mencari cara atau tutorial mereka masing masing tanpa adanya petunjuk-petunjuk

pasti, dan dikarenakan mereka berkelompok menjadikan mereka kurang dapat

membagi porsi waktu pada saat praktek.

Pada aspek efisiensi waktu dan dari hasil pengamatan saat pelaksanaan

pembelajaran menggunakan metode PjBL, waktu terasa sangat kurang efisien

dikarenakan membutuhkan setidaknya lima kali pertemuan dengan satu jam mata

pelajaran setiap pertemuannya untuk melaksanakan pembelajaran dari awal mendesain

proyek, pembagian tugas proyek, memonitor siswa, menguji hasil dengan presentasi

dan tes, dan merefleksikan tentang penugasan proyek. Berbeda dengan metode

pembelajaran konvensional yang hanya membutuhkan tiga pertemuan dengan satu jam

matapelajaran tiap pertemuan untuk melaksanakan pembelajaran dengan tes dan

persentasi dan melaksanakan kegiatan praktek bersamaan dengan pemberian materi

kepada siswa. Jadi pada aspek efisiensi waktu penggunaan metode PjBL kurang efisien

jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

Page 19: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

5. Pembahasan

Pada dasarnya penggunaan metode project based learning memiliki beberapa

manfaat karena PjBL mengandung pembelajaran yang bermakna, dapat meningkatkan

ketrampilan dan menambah pengetahuan (Maharani, 2014). Akan tetapi jika diterapkan

pada BKTIK di K-13 dan dibandingkan dengan pembelajaran konvensional, ditemukan

beberapa hal yang berbeda. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil penelitian yang telah

dilaksanakan.

Pada penelitian yang dilaksanakan Christina, pembelajaran dapat dikatakan

bermakna bila siswa mampu terlibat aktif dalam pembelajaran BKTIK, mempunyai

inisiatif untuk bekerja sama didalam kelompok, mempunyai keingintahuan yang tinggi

untuk dapat berifikir secara kritis terhadap tugas atau materi yang diberikan, mampu

berkomunikasi dengan efektif baik lisan maupun tertulis untuk memecahkan masalah

secara individu maupun kelompok[9]. Pengunaan PjBL pada BKTIK memang dapat

memberikan pembelajaran bermakna. Akan tetapi, ternyata penggunaan metode

konvensional pun juga dapat memberikan pembelajaran bermakna bagi siswa, bahkan

skornya lebih tinggi. Dengan kata lain, tanpa PjBL pun, pembelajaran bermakna juga

tetap bisa didapatkan pada kelas kontrol.

Jika dilihat dari peningkatan pengetahuan, ditemukan bahwa dengan

menggunakan PjBL terdapat peningkatan nilai walaupun tidak signifikan. Akan tetapi,

untuk pemahaman siswa yang diketahui dari nilai presentasi, ternyata siswa menjadi

lebih paham ketika mereka mengunakan metode PjBL karena mereka mengalami

proses pada saat pembuatan proyek, jadi mereka dapat mengerti lebih dalam isi materi

yang akan mereka presentasikan. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yan dilakukan

oleh Maharani yang menyatakan bahwa project based learning dapat meningkatan

pemahaman.[3]

Selanjutnya, jika dilihat dari peningkatan keterampilan, PjBL kurang efektif

karena ternyata tidak ada peningkatan keterampilan, justru malah terjadi penurunan

nilai keterampilan. Hal ini kurang sejalan dengan hasil penelitian Maharani yang

menyatakan bahwa PjBL dapat meningkatan keterampilan siswa[3]. Menurunnya

keterampilan ini disebabkan banyak hal. Dari hasil pengamatan ditemukan bahwa

dengan adanya kelompok mereka kurang mendapat bagian pada saat praktek didepan

computer. Kedua, terlalu lama nya mereka dalam mengerjakan sebuah proyek, serta

terlalu fokus pada contoh yang diberikan guru daripada apa yang mereka kerjakan juga

menjadi alasan terjadinya penurunan pada aspek ini. Beberapa contoh diatas adalah

pengganggu dalam pembelajaran pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen.

Perubahan bentuk mata pelajaran dalam K-13, menjadikan jam tatap muka

dalam BKTIK pun berkurang tidak seperti dahulu mata pelajaran TIK. Pernyataan

tersebut yang membuat apakah PjBL dapat efektif bila dilaksanakan dalam BKTIK.

Hasilnya adalah metode PjBL kurang efektif bila dilaksanakan pada BKTIK hal ini

Page 20: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

disebabkan karena sangat minimnya jam tatap muka antara guru dan siswa secara

langsung. Dalam penggunaan nya secara langsung pun PjBL sangat membutuhkan

waktu tatap muka lima kali satu jam mata pelajaran. Dibandingkan dengan metode

pembelajaran konvensional yang menggunakan tiga kali satu jam mata pelajaran. Hal

ini sejalan dengan penelitian yang dialaksanakan oleh Kamdi yang menyebutkan

bahwa metode PjBL membutuhkan waktu lebih banyak dibandingkan dengan metode

pembelajaran konvensional[11].

6. Kesimpulan dan Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan metode pembelajarn project based learning (PJBL) pada BKTIK kelas

VIII di SMP N 1 Salatiga efektif untuk diterapkan pada BKTIK akan tetapi hanya

dalam beberapa aspek. Project based learning efektif dilaksanakan dalam aspek

pembelajaran bermakna dan peningkatan pengetahuan tapi tidak efektif untuk

peningkatan keterampilan dan efisiensi waktu. Akan tetapi bila dibandingkan dengan

kelas yang menggunakan metode konvensional, metode konvensional lebih efektif

dibandingkan PjBL dalam aspek efisiensi waktu yang sangat berpengaruh dalam

sebuah pembelajaran. Berdasarkan kesimpulan diatas disarankan untuk menggunakan

project based learning pada pembelajaran yang memiliki intensitas tatap muka yang

memiliki jam matapelajaran relatif lebih lama atau dengan menambah jam BKTIK

diluar jam sekolah, mungkin juga dapat dengan melaksanakan sistem pembelajaran

online. Mengingat banyaknya informasi di internet, dalam mencari sumber seharusnya

guru lebih memberikan petunjuk yang jelas kepada siswa sehingga tidak menimbulkan

kebingungan siswa. Untuk penelitian selanjutnya, disarankan untuk meneliti aspek-

aspek yang lain atau menggunakan metode pembelajaran yang lain dengan

menggunakan aspek penelitian yang sama dan membandingkannya untuk membantu

pengajar dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat di BKTIK dalam K-13.

7. Daftar Pustaka [1] Mulyasa. 2013. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

[2] Kemendikbud. 2013. Permendikbud No. 45 tahun 2015 tentang Peran Guru TIK

dalam Kurikulum 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Diakses

dari http://jdih.kemdikbud.go.id/new/public/produkhukum, pada tanggal 18 oktober

2016

[3] Maharani, Hevy Risqi. 2014. “Nilai-Nilai Karakter Dakan Pembelajaran Project Based

Learning Materi Statistika SMP”. Jurnal Pendidikan Matematika FKIP Unissula, Vol.

2, No. 2: 199-217. (Online). Diakses dari

http://research.unissula.ac.id/file/publikasi/211313016/9232Jurnal_hevy_PMAT_201

4_Vol_2_No_2.pdf, pada tanggal 10 Januari 2017.

[4] Sari, Dewi Nofita. 2011. “Penerapan model Project Based Learning untuk

meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas IV SDN Ketawanggede 2

Malang”. (Skripsi). Malang: Universitas Negeri Malang, S1 Program Studi S1 PGSD.

Page 21: Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek Bimbingan …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/13963/1/T1_702012020_Full... · Penggunaan Metode Pembelajaran Berbasis Proyek

(Online). Diakses dari http://library.um.ac.id/ptk/indexphp?mod=detail&id=48610,

pada tanggal 12 Januari 2017.

[5] Mawardi, Imam. 2013. “ICT (Information And Communication Technology) Sebagai

Wahana Transformasi Pendidikan”. (Online) Diakses dari

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=114626&val=5247, pada 13

Januari 2017

[6] Bender, William N. 2012. Project based learning: Differentiating Instruction for the

21st Century. California: Corwin.

[7] Shobirin, Ma’as. 2016. Konsep dan Implementasi Kurikulum 2013 di Sekolah Dasar.

Yogyakarta: Deepublish

[8] Lestari, Tyas. 2015. ”Penerapan Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)

Pada Kompetensi Dasar Melakukan Proses Fermentasi Dan Enzimitas Pada Berbagai

Olahan Ubi Jalar”. (Skripsi). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Diakses

dari http://repository.upi.edu/20189/, pada 15 Januari 2017.

[9] Ismaniati, Christina. 2013. “Pengaruh Strategi Pembelajaran dan Motivasi Belajar

terhadap Pemahaman IPS Siswa Kelas V Sekolah Dasar”. Yogyakarta: UNY.

[10] Rezeki, Rina Dwi. 2015. “Penerapan Metode Pembelajaran Project Based Learning

(PjBL) disertai dengan Peta Konsep Untuk Meningkatkan Prestasi dan Aktivitas

Belajar Siswa Pada Materi Redoks Kelas X-3 SMA Negeri Kebakkramat Tahun Ajaran

2013/2014”. Jurnal Pendidikan Kimia, Vol. 4, No. 1: 68-73. (Online). Diakses dari

http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/kimia, pada tanggal 16 Juni 2017.

[11] Kamdi, Waras. 2010. “Implementasi Project-Based Learning di Sekolah Menengah

Kejuruan”. Jurnal Pendidikan dam Pembelajaran, Vol 17, No 1: 98-110. (Online).

Diakses dari http://journal.um.ac.id/index.php/pendidikan-dan-

pembelajaran/article/view/3229, pada 14 Agustus 2017.

[12] Rancangan Pelaksanaa Pembelajaran Mata Pelajaran BKTIK Kelas VIII Semester 2.

2016. Salatiga: SMP N 1 Salatiga.