Upload
donhi
View
231
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
PENGGUNAAN MEDIA KANTONG NILAI UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I
PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh:
ZANI ROHFATKHUL JANNAH
NIM X7107092
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGGUNAAN MEDIA KANTONG NILAI UNTUK MENINGKATKAN
PENGUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN
MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE
THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I
PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2010/2011
Oleh:
ZANI ROHFATKHUL JANNAH
NIM X7107092
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan
gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA KANTONG NILAI UNTUK
MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN DAN
PENGURANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I
PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN 2010/2011” oleh:
Nama : Zani Rohfatkhul Jannah
NIM : X7107092
Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta,
pada:
Hari : Rabu
Tanggal : 15 Juni 2011
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Peduk Rintayati, M.Pd Dra. Sularmi, M.Pd
NIP. 19540224 198203 2 001 NIP. 19571101 198403 2 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi dengan judul “PENGGUNAAN MEDIA KANTONG NILAI
UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP PENJUMLAHAN
DAN PENGURANGAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS I
SD NEGERI I PRACIMANTORO WONOGIRI TAHUN AJARAN
2010/2011” oleh:
Nama : Zani Rohfatkhul Jannah
NIM : X7107092
Telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, dan diterima untuk
memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, pada:
Hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. Hadi Mulyono, M. Pd ………………..
Sekretaris : Drs. Hasan Mahfud, M. Pd ...………………
Penguji I : Dr. Peduk Rintayati, M.Pd ………………..
Penguji II : Dra. Sularmi, M.Pd .………………..
isahkan oleh
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
ABSTRAK
Zani Rohfatkhul Jannah. X7107092. PENGGUNAAN MEDIA KANTONG
NILAI UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KONSEP
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN MELALUI MODEL
PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS)
PADA SISWA KELAS I SD NEGERI I PRACIMANTORO WONOGIRI
TAHUN AJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Juni 2011.
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada siswa kelas I SD Negeri
I Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011.
Bentuk metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
tindakan kelas (PTK) sebanyak dua siklus yaitu empat kali pertemuan. Prosedur
penelitian ini terdiri dari empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi, dan refleksi. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas I A SD
Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011 sebanyak 24 siswa
yang terdiri dari 12 siswa laki-laki, 12 siswa perempuan. Teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Teknik analisis data
yang digunakan adalah model analisis interaktif yang mempunyai tiga komponen
yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada peningkatan
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan setelah diadakan tindakan
kelas dengan menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS). Peningkatan nilai rata-rata penguasaan
konsep penjumlahan dan pengurangan tersebut yaitu: pada keadaan awal adalah
58,29 kemudian meningkat pada siklus I menjadi 73,25, dan pada siklus II
meningkat menjadi 85,75. Sebelum dilaksanakan penelitian, siswa yang
memperoleh nilai penjumlahan dan pengurangan yang mencapai KKM 70
sebanyak 7 siswa (21,17%), pada siklus I menjadi 16 siswa (66,67%), dan pada
siklus II meningkat menjadi 20 siswa (83,33%). Dengan demikian, media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat
digunakan untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran
2010/2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
ABSTRACT
Zani Rohfatkhul Jannah. X7107092. THE USE OF NUMBER BAG MEDIA
TO IMPROVE MASTERING OF SUMMATION AND SUBTRACTION BY
USING COOPERATIVE LEARNING MODEL TIPE THINK PAIR SHARE
(TPS) AMONG 1ST
GRADE STUDENTS OF SD NEGERI 1
PRACIMANTORO OF WONOGIRI REGENCY OF 2010/2011
ACADEMIC YEAR. Minithesis. Teacher Training and Education Faculty of
Sebelas Maret University of Surakarta, June 2011.
The purpose of the research is to improve mastering of summation and
subtraction concept by using number bag media and cooperative learning model
tipe think pair share (TPS) among 1st grade students of SD Negeri 1 Pracimantoro
of Wonogiri Regency of 2010/2011 Academic Year.
The research uses classroom action research method consisting of two
cycles and four meetings. The research procedure comprises four stages, namely,
planning, action implementation, observation and reflection. Subject of the
research students of class 1 A of SD Negeri Pracimantoro of Wonogiri Regency
of 2010/2011 Academic. The class 1 A had 24 students consisting 12 male
students and 12 female students. Data is collected by using observation, test and
documentation techniques. Data validity is tested by using data and method
triangulations. The research uses an analysis-interactive model with three
components, namely, data reduction, data presentation, and conclusion drawing or
verification.
Based on results of the research, it can be concluded that there was an
increased mastering of summation and subtraction concept after classroom action
had been implemented by using number bag media and cooperative learning
model tipe think pair share (TPS). The enhancement of average score of
mastering of summation and subtraction concept were: 58.29 in initial condition
and then, it increased to 73.25 in cycle I, and 85.75 in cycle II. Before the research,
students who had KKM 70 in summation and subtraction lesson were 7 students
(21.17%). Then, it increased to 16 students (66.67%) in cycle I and 20 students
(83.33%) in cycle II. Accordingly, number bag media and cooperative learning
model tipe think pair share (TPS) can be use to improve mastering of summation
and subtraction method among students of class 1A of SD Negeri I Pracimantoro
of Wonogiri Regency of 2010/2011 academic year.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
MOTTO
Tidak ada daya dan upaya selain hanya dari Allah SWT.
Terimalah bagian yang telah diberikan Allah SWT kepadamu dengan
senang hati, maka engkau akan menjadi orang yang paling kaya.
(Dr.’Aidh al-Qarni)
Tidakkah kau tahu, bahwa kesulitan itu selalu diiringi oleh kemudahan,
seperti kesabaran yang selalu diiringi oleh kesenangan.
“… sabar narimo najan pasa-pasan, kabeh tinakdir saking Pengeran…”
(Gus Dur)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya sederhana ini ku persembahkan kepada:
Ayah dan Ibuku tercinta, atas segala cinta, kasih sayang, pengorbanan
yang luar biasa, dan doa yang tak terbatas yang telah diberikan dengan
tulus kepadaku.
Kakak-kakakku tercinta (Mas Git, Mbak Nenik, Mas Mamat, Mbak
Pipit, Dek Intan), yang selalu memberikan dukungan, motivasi,
perhatian, serta kasih sayang kekeluargaan yang begitu indah.
Bapak Suharto dan Ibu Sri Harjanti terimakasih atas segala kasih
sayang, perhatian, dan pelukan kekeluargaan yang begitu hangat.
Teman-temanku Mahasiswa PGSD angkatan 2007, terimakasih atas
semangat persahabatan kalian yang mewarnai hidupku.
FKIP Universitas Sebelas Maret, almamaterku tercinta yang telah
memberikan ilmu dan berbagai pengalaman yang berguna bagi masa
depanku yang cerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat, hidayah, karunia dan nikmat yang luar biasa kepada
penulis. Tidak lupa sholawat serta salam senantiasa tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Penggunaan Media Kantong Nilai untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan melalui Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) pada Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun
Ajaran 2010/2011” guna memenuhi persyaratan mendapat gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam kesempatan ini, peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua
pihak yang telah ikut membantu serta mendukung penulisan proposal ini,
terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan izin
menyusun skripsi.
2. Drs. R. Indianto, M. Pd, Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan persetujuan skripsi.
3. Drs. Hadi Mulyono, M. Pd, Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar yang telah memberikan izin menyusun skripsi.
4. Drs. Hasan Mahfud, M. Pd, Sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar.
5. Dr. Peduk Rintayati, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan dengan baik dan lancar.
6. Dra. Sularmi, M. Pd, selaku Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan
dengan baik dan lancar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
7. Drs. Samino Sangaji, M.Pd selaku Pembimbing Akademik yang selalu
memberikan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar.
8. Sejarjo S. Pd, Kepala SD Negeri I Pracimantoro Kabupaten Wonogiri yang
telah memberikan izin kepada penulis melakukan penelitian tindakan kelas.
9. Dwiyanti, S. Pd, Guru Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Kabupaten
Wonogiri yang telah memberikan bantuan serta arahan kepada penulis selama
melakukan penelitian tindakan kelas.
10. Orang tua tercinta, yang telah memberi dukungan moril maupun materiil.
11. Teman-teman PGSD angkatan 2007 yang telah memberikan dukungan,
motivasi, dan kerjasama selama ini.
12. Pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu yang telah
membantu dalam penulisan skripsi ini.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan peneliti di
kemudian hari sangat peneliti butuhkan. Peneliti berharap skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Surakarta, 14 Juni 2011
Zani Rohfatkhul Jannah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL …..…………………………………………………...... i
HALAMAN PENGAJUAN ………………………………….…………….... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………………………………… iii
HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………………….. iv
HALAMAN ABSTRAK …………………………………………………….. v
HALAMAN ABSTRACT …………………………………………………… vi
HALAMAN MOTTO ……………….………………………………………. vii
HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………….. viii
KATA PENGANTAR ……………………………………………………….. ix
DAFTAR ISI …………………………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL …………………………………………………………… xiii
DAFTAR GAMBAR ……………….……………………………………....... xv
DAFTAR LAMPIRAN …………………….………………………………… xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………..... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 5
C. Tujuan Penelitian ……………………………………………………..... 5
D. Manfaat Penelitian ……………………………………………………... 5
BAB II LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka …………………………………………………………. 7
1. Tinjauan Tentang Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan dalam Pembelajaran Matematika …………………….. 7
2. Tinjauan Tentang Media Kantong Nilai ……………………………. 14
3. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) ..................................................................... 25
B. Penelitian yang Relevan ......................................................................... 34
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
C. Kerangka Berpikir .................................................................................. 36
D. Hipotesis Tindakan ................................................................................. 36
BAB III METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................ 38
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ............................................................... 39
C. Sumber Data ........................................................................................... 39
D. Subjek Penelitian ................................................................................... 39
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................... 40
F. Validitas Data ........................................................................................ 41
G. Analisis Data ......................................................................................... 42
H. Indikator Kinerja ................................................................................... 43
I. Prosedur Penelitian ............................................................................... 43
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian …………………………………………..................... 50
B. Pembahasan Hasil Penelitian ………………………………………… 73
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan ……………………………………………………………... 79
B. Implikasi ……………………………………………………………... 79
C. Saran …………………………………………………………………. 80
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………. 83
LAMPIRAN ………………………………………………………………… 86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Media Kantong Nilai ……………………………………………………….. 22
2. Contoh Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan …………………………... 23
3. Contoh Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam …………………………..... 24
4. Indikator Kinerja …………………………………………………………..... 44
5. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) pada siklus I ………………….……………………. 56
6. Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) pada siklus I ………………………………………. 57
7. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I
SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus I ……………………………………. 58
8. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus I ………. 59
9. Tabel Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Kondisi
Awal dan pada Siklus I …………………………………………………….... 60
10. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Penjumlahan dan PengurangaN
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) pada Siklus II ……………….................................... 62
11. Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Think Pair Share (TPS) pada Siklus II ……………………………………..... 68
12. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II ……………………….... 69
13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus II ……... 70
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
14. Tabel Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus I dan
pada Siklus II ……………………………………………………………….... 71
15. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan Siklus II ……..... 73
16. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II ………………………………………… 75
17. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro
pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II …………………………………... 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Media Kantong Nilai …………..…………………………………………….. 19
2. Peragaan Media Kantong Nilai (Penjumlahan) …………………………........ 20
3. Peragaan Media Kantong Nilai (Pengurangan) ……………………………… 21
4. Alur Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 37
5. Model PTK Pengembangan ………………………………………………….. 39
6. Gambar Analisis Interaktif Milles dan Huberman ………………..……..…... 43
7. Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A
SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus I ……………..……………………… 59
8. Grafik Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal dan pada Siklus I ……………………………………………… 61
9. Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A
SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II…………..………………………… 70
10. Grafik Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II …………………………………………. 72
11. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan
dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II …………………………………………. 76
12. Grafik Peningkatan Ketuntasan Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II …………………………………………………………………... 77
13. Guru Menjelaskan Materi Pelajaran dengan Menggunakan Media
Kantong Nilai ………………………………………………………………… 112
14. Siswa Melakukan Tahap Thinking (Berpikir) ……………………………….. 112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
15. Siswa Melakukan Pairing (Berpasangan) dan Menghitung dengan
Menggunakan Media Kantong Nilai ………………………………………… 112
16. Guru Membimbing Siswa yang Mengalami Kesulitan ……………………… 112
17. Siswa Melakukan Diskusi dan Menggunakan Media Kantong Nilai
Dengan Baik …………………………………………………………………. 113
18. Siswa Melakukan Sharing (Berbagi) dengan Siswa Lain ……………………. 113
19. Siswa Terlihat Sungguh-sungguh dalam Mengerjakan Tes …………………. 113
20. Siswa Mengumpulkan Hasil Pekerjaannya ………………………………….. 113
21. Guru Menjelaskan Cara Menggunakan Media Kantong Nilai ………………. 136
22. Guru Membagikan Media Kantong Nilai dan Lembar Kerja ………………... 136
23. Siswa Antusias Menggunakan Media Kantong Nilai ……….……………….. 136
24. Guru Membimbing Siswa dalam Mengerjakan Soal dengan Menggunakan
Media Kantong Nilai ………………………………………………………… 137
25. Siswa Mengerjakan Tes dengan Sungguh-sungguh …………………………. 137
26. Guru Menutup Pelajaran …………………………………………………….. 137
27. Siswa Mendengarkan Pesan-pesan yang Disampaikan oleh Guru ………….. 137
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan ………………………………………… 86
2. Daftar Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan ……………………… 87
3. Tabel Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Tes Awal Penguasaan Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro
Pada Kondisi Awal ………………………………………………………… 88
4. Gambar Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro padaKondisi Awal …….…………….. 89
5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ………………………............ 90
6. Soal Evaluasi Siklus I ……………………………………………………… 101
7. Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) pada Siklus I ……………………………………… 103
8. Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I ………………………. 106
9. Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) pada Siklus I ………………………………………. 107
10. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I ……………………… 110
11. Daftar Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I
Pracimantoro Pada Siklus I …………………………………………………. 111
12. Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar pada Siklus I ……………. 112
13. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ………………………………. 114
14. Soal Evaluasi Siklus II ……………………………………………………… 126
15. Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
Think Pair Share (TPS) pada Siklus II ……………………………………… 127
16. Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II …………………….. 130
17. Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS) pada Siklus II ……………………………………… 131
18. Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II …………………….. 134
19. Daftar Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II ………………………... 135
20. Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar pada Siklus II …………… 136
21. Materi Ajar Mata Pelajaran Matematika Materi Penjumlahan dan
Pengurangan Kelas I ………………………………………………………… 138
22. Jurnal Internasional Cooperative Learning Methods ……………………….. 144
23. Hasil Pekerjaan Siswa pada Tes Evaluasi Akhir Siklus I dan Siklus II…….... 146
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan zaman yang begitu pesat, telah berpengaruh pada
dunia pendidikan kita saat ini. Setiap individu di era global dituntut
mengembangkan kemampuannya secara optimal, kreatif dan mampu
beradaptasi dengan situasi global yang sangat kompleks.
Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era
global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan
berkembangnya keterampilan intelektual, sosial dan personal. Pendidikan
harus menumbuhkan berbagai kompetensi peserta didik. Keterampilan
intelektual, sosial dan personal dibangun tidak hanya berlandaskan rasio dan
logika saja, tetapi juga inspirasi, kreativitas, moral, intuisi (emosi) dan
spiritual. Sekolah sebagai institusi pendidikan perlu mengembangkan
pembelajaran sesuai dengan tuntutan kebutuhan era global. (Agus Suprijono,
2009: vi).
Pendidikan merupakan salah satu dasar bagi perkembangan
intelektual seseorang. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang dibutuhkan bagi dirinya, masyarakat dan bangsa.”
Tujuan setiap proses pembelajaran adalah diperolehnya hasil yang
optimal. Hal ini akan dicapai apabila siswa terlibat secara aktif baik fisik,
mental, maupun emosional dalam suatu pembelajaran. Guru sebagai
fasilitator bertugas memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik
agar peserta didik memiliki kemampuan dalam bidang matematika pada
khususnya, menyukai mata pelajaran matematika dan mampu berkembang
secara optimal sesuai dengan kemampuannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan peserta didik
dipengaruhi oleh cara guru dalam menyampaikan materi tersebut. Sebagian
besar dari peserta didik tidak mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan.
Peserta didik memiliki kesulitan untuk memahami konsep akademik karena
mereka biasa diajarkan dengan menggunakan sesuatu yang abstrak dan
menggunakan metode ceramah saja. Pembelajaran seharusnya menjadi
aktivitas bermakna yang dapat menjadi tempat untuk mengaktualisasikan
seluruh potensi kemanusiaan yang dimiliki oleh peserta didik.
Melalui kegiatan observasi dan tes awal yang dilakukan peneliti
sebelum melakukan tindakan, peneliti memperoleh data bahwa masih
banyak siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro yang nilai matematikanya
(materi penjumlahan dan pengurangan) belum mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) yang sudah ditentukan oleh sekolah untuk mata pelajaran
Matematika yaitu 70. Hal ini dapat dilihat dari hasil tes awal (Lampiran 2
halaman 87) materi penjumlahan dan pengurangan yang diberikan peneliti
pada siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro sebelum melaksanakan
tindakan. Dari seluruh siswa kelas I A yang berjumlah 24, masih ada 17
siswa atau 70,83% siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang sudah
ditentukan sekolah untuk mata pelajaran Matematika yaitu 70.
Seiring dengan adanya upaya untuk memperbaiki kualitas
pendidikan, maka guru harus berani memaksimalkan peran model, metode
maupun media sebagai sarana untuk dapat mewujudkan peserta didik yang
berkualitas. Untuk itu, diperlukan usaha yang gigih melalui berbagai cara
untuk dapat mewujudkan tujuan pendidikan yang diharapkan.
Matematika merupakan ilmu dasar yang harus dikuasai oleh peserta
didik. Tetapi sering kali matematika menjadi mata pelajaran yang tidak
disukai oleh banyak siswa. Matematika menjadi beban psikologis para siswa
di setiap jenjang pendidikan karena mereka menganggap bahwa matematika
itu adalah pelajaran yang dianggap sulit. Hal itu bisa saja dipengaruhi oleh
gaya mengajar guru yang masih konvensional. Guru dalam mengajar hanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
menggunakan metode ceramah saja tanpa menggunakan media atau alat
peraga yang dianggap guru lebih mudah dan praktis karena dilaksanakan
tanpa harus menggunakan persiapan. Model pembelajaran yang
konvensional seperti ini sebenarnya akan membuat siswa menjadi kesulitan
dalam memahami konsep pelajaran matematika. Selain itu siswa juga akan
merasa bosan karena tidak melakukan aktivitas apa-apa selain
mendengarkan ceramah dari guru dan mengerjakan tugas-tugas saja.
Sehingga hal itu juga akan berpengaruh pada hasil belajarnya, terutama pada
mata pelajaran matematika.
Penjumlahan dan pengurangan adalah salah satu materi pokok
dalam mata pelajaran matematika karena penjumlahan dan pengurangan
merupakan dasar untuk mempelajari materi lainnya seperti perkalian dan
pembagian. Maka siswa harus menguasai penjumlahan dan pengurangan
dengan baik. Masih rendahnya kemampuan siswa kelas I di SD Negeri I
Pracimantoro dalam menguasai materi penjumlahan dan pengurangan akan
menghambat siswa dalam belajarnya kelak. Oleh sebab itulah guru harus
berusaha untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai materi
berhitung, terutama pada siswa yang berkesulitan belajar.
Untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan pada siswa kelas I Sekolah Dasar, perlu adanya suatu
perubahan dalam gaya mengajar. Siswa Sekolah Dasar yang umurnya masih
bekisar antara 7-13 tahun, mereka berada pada fase operasional konkret.
Kemampuan yang tampak pada fase ini adalah kemampuan dalam proses
berpikir untuk mengoperasikan kaidah-kaidah logika, meskipun masih
terikat dengan objek yang bersifat konkret yang dapat ditangkap oleh panca
indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak, siswa memerlukan
alat bantu berupa media yang dapat memperjelas apa yang akan
disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan dimengerti oleh
siswa. Dalam pembelajarannya guru harus lebih kreatif dan inovatif dalam
menggunakan model dan media.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Untuk itulah, dalam kegiatan pembelajaran peneliti menerapkan
model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dan
menggunakan media kantong nilai. Metode think-pair-share (TPS) berpikir-
berpasangan-berbagi merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Sesuai dengan yang
dikutip Arends (dalam Trianto, 2007:61) Frank Lyman menyatakan bahwa
think-pair-share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi
suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan,
dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share dapat memberi siswa
lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu.
Sedangkan media yang digunakan adalah media kantong nilai.
Media kantong nilai adalah sebuah alat pembelajaran yang memanfaatkan
prinsip nilai tempat untuk mengajarkan materi penjumlahan dan
pengurangan yang berbentuk kantong. Alat peraga dibuat dari bahan kertas
atau kantong plastik transparan dan dibentuk sesuai dengan urutan nilai
tempat. (Murtinem, 2006: 35).
Pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
dengan model pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dan
penggunaan media kantong nilai, merupakan salah satu upaya tepat karena
dengan model dan media pembelajaran tersebut, siswa dapat berbagi dengan
teman yang menjadi pasangan diskusinya dalam menyelesaikan soal yang
diberikan guru dengan menggunakan media kantong nilai yang
mempermudah siswa dalam melakukan operasi penjumlahan dan
pengurangan. Sehingga dapat meningkatkan penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I semester II SD Negeri I
Pracimantoro.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka akan diadakan penelitian
tindakan kelas dengan judul ”Penggunaan Media Kantong Nilai untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan melalui
Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran
2010/2011”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut: ”Apakah dengan menggunakan media
kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
pada siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri tahun ajaran
2010/2011?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk meningkatkan
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada
siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri tahun ajaran 2010/2011.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah sebagai acuan bagi penulis
lain dalam menyusun karya ilmiah mengenai penggunaan media
kantong nilai dan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS) untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan
dan pengurangan pada siswa kelas I SD.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
1) Dapat meningkatkan keprofesionalan peneliti dalam mengajar.
2) Peneliti dapat berbagi media dalam mengajar, terutama media
kantong nilai dalam mengajarkan penjumlahan dan pengurangan.
3) Memudahkan peneliti dalam menyampaikan materi pelajaran
karena menggunakan media pembelajaran.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
b. Bagi Siswa
1) Dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan.
2) Dapat memudahkan siswa dalam menerima materi pelajaran
penjumlahan dan pengurangan karena menggunakan media
pembelajaran.
3) Dapat berinteraksi dengan pasangan diskusinya dan bekerja sama
dengan baik.
c. Bagi Sekolah
1) Meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya mata
pelajaran matematika.
2) Tumbuhnya iklim pembelajaran siswa aktif di sekolah.
3) Tumbuhnya pembelajaran yang menyenangkan di dalam kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pusataka
1. Tinjauan Tentang Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan dalam Pembelajaran Matematika
a. Hakikat Penguasaan Konsep
Penguasaan adalah proses, cara, perbuatan menguasai atau
menguasakan. Penguasaan juga diartikan sebagai pemahaman atau
kesanggupan untuk menggunakan pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya.
(www.artikata.com/arti-369095-penguasaan.html di akses pada tanggal 14
Mei 2011)
Konsep adalah kesepakatan bersama untuk penamaan sesuatu dan
merupakan alat intelektual yang membantu kegiatan berpikir dan
memecahkan masalah (Faqih Samlawi&Bunyamin Maftuh, 2001: 10).
Konsep menurut B. Othanel Smith dan Robert H. Ehnis (dalam Abdul Azis
Wahab, 2007: 127) “The chief landmarks of the intellectual terrain are its
concepts”. Yang dimaksud dengan konsep adalah kumpulan pengertian
abstrak yang berkaitan dengan simbol untuk kelas dari suatu benda, kejadian
atau gagasan. Konsep bukan suatu verbalisme tetapi lebih bersifat
pemahaman abstrak tentang atribut umum suatu kelas.
Gagne berpendapat bahwa konsep adalah ide abstrak yang
memungkinkan kita mengelompokkan benda-benda ke dalam contoh dan
bukan contoh, seperti suatu segitiga dengan yang bukan segitiga, antara
bilangan asli dan yang bukan bilangan asli, dan seterusnya. Sedangkan
menurut Dienes “konsep adalah struktur matematika yang mencakup konsep
murni, konsep notasi, dan konsep terapan.” (Karso, dkk, 2009: 1.18)
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian penguasaan dan
pengertian konsep di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
penguasaan konsep adalah suatu proses, cara, perbuatan yang dilakukan
7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
untuk menguasai sejumlah kumpulan pengertian abstrak yang berkaitan
dengan simbol untuk kelas dari suatu benda, kejadian atau gagasan.
b. Hakikat Penjumlahan
Pengerjaan jumlah atau penjumlahan merupakan pengerjaan hitung
yang pertama kali dikenal anak-anak. Bukan saja di sekolah tetapi juga di
masyarakat sebelum anak mengenal sekolah. Penjumlahan adalah proses
menjumlahkan. (Karso, dkk, 2009: 2.17).
Penjumlahan adalah cara menemukan jumlah total dua bilangan
atau lebih. “Tanda + dibaca tambah. Simbol + digunakan untuk
menjumlahkan lambang bilangan. Hasil penjumlahan sama dengan banyak
seluruh benda.” (Kismiantini&Dyan Indrawati, 2008: 36).
Penambahan adalah bentuk paling sederhana dan menggabungkan
dua angka, seperti 1 +1 = 2.
(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Arithmetic diakses pada
tanggal 2 Maret 2011).
Dapat disimpulkan bahwa penjumlahan adalah suatu cara untuk
menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih yang menggunakan tanda
“+” sebagai simbol bahwa bilangan-bilangan tersebut ditambah atau
dijumlahkan.
Sifat-sifat operasi hitung penjumlahan, yaitu:
a) Sifat pertukaran (komunitatif), jika a dan b bilangan cacah, maka
berlaku a + b = b + a
b) Sifat pengelompokan (assosiatif), jika a, b, dan c adalah bilangan cacah,
maka (a + b) + c = a + (b + c)
c) Sifat identitas pada bilangan 0, jika a adalah bilangan cacah, maka
a + 0 = 0 + a = a
d) Sifat ketertutupan penjumlahan, jika a dan b bilangan cacah, maka
(a + b) adalah bilangan cacah. (Tatang Herman, Karlimah, dan
Komariah, 2007: 150).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
c. Hakikat Pengurangan
“Pada penjumlahan kita mencari jumlahnya, misal 4 + 3 = 7
(jumlah). Sedangkan pada pengurangan kita mencari selisihnya, misal
5 – 3 = 2 (selisih), kita harus mencari bilangan yang bila ditambah 3
hasilnya 5, yaitu 2.” (Karso, dkk, 2009: 2.26). “Simbol – dibaca dikurangi.”
(Purnomosidi, dkk., 2008: 21). Dalam pengurangan, “simbol - digunakan
saat mengurangkan lambang bilangan.” (Kismiantini&Dyan Indrawati, 2008:
48).
Operasi pengurangan pada dasarnya merupakan kebalikan atau
invers dari operasi hitung penjumlahan. Jika a dikurangi b sama dengan c
(dilambangkan dengan a – b = c), maka operasi penjumlahan yang terkait
adalah b + c = a. Operasi pengurangan tidak mempunyai sifat-sifat yang
dimiliki oleh operasi penjumlahan.
Pengurangan adalah proses menemukan perbedaan antara dua
nomor kuantitas, seperti 5 - 3 = 2.
(http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Arithmetic diakses pada
tanggal 2 Maret 2011).
Dapat disimpulkan bahwa pengurangan adalah suatu proses, cara
mengurangi atau mengurangkan untuk menemukan perbedaan nomor
kuantitas atau selisih. Tanda “-” dalam pengurangan menunjukkan bahwa
bilangan tersebut dikurangi.
d. Hakikat Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan
Penjumlahan dan pengurangan merupakan materi dasar dalam
pembelajaran matematika yang harus dikuasai oleh peserta didik sebelum
mempelajari materi-materi dalam pokok bahasan lainnya. Materi dalam
pembelajaran matematika saling berkaitan dan berurutan, apabila siswa
belum menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan, siswa akan
mengalami kesulitan dalam mempelajari materi lain yang lebih kompleks,
misalnya seperti perkalian dan pembagian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangn adalah suatu
proses, cara, perbuatan yang dilakukan untuk menguasai sekumpulan
pengertian abstrak yang berkaitan dengan simbol matematika yang
mencakup penjumlahan dan pengurangan. Penjumlahan adalah suatu cara
untuk menemukan jumlah total dua bilangan atau lebih. Sedangkan
pengurangan adalah suatu proses perbuatan mengurangi atau mengurangkan
untuk menemukan perbedaan nomor kuantitas atau selisih.
e. Hakikat Pembelajaran Matematika
Matematika disebut ratunya ilmu,karena matematika adalah bahasa,
ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, ilmu tentang struktur yang
terorganisasikan dengan baik dan merupakan alat serta pelayan ilmu lainnya.
Jonson dan Rising mengemukakan bahwa matematika adalah pola
berfikir, pola mengorganisasikan pembuktian yang logis, matematika itu
adalah bahasa, bahasa yang menggunakan istilah yang didefiniskan dengan
cermat, jelas, akurat dengan simbol yang padat, lebih berupa bahasa simbol
mengenai arti dari pada bunyi, matematika adalah pengetahuan struktur
yang terorganisasi, sifat-sifat atau teori-teori dibuat secara deduktif
berdasarkan kepada unsur yang didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang
telah dibuktikan kebenarannya, matematika adalah ilmu tentang seni,
keindahannya terdapat pada keterurutan dan keharmonisan. (Asep Jihad,
2008:152).
Mathematics is the discipline that deals with concepts such us
logical reasoning, from the shapes and motions of physical objects.
Mathematicians explore such concepts, aiming to formulate new
conjectures and establish their truth by rigorous deducation from
appropriately chosen axioms and definition. Matematika adalah
disiplin ilmu yang berhubungan dengan konsep nalar seperti alasan
logis, mulai dari bentuk dan pergerakan dari benda-benda fisik.
Matematikawan mengeksplorasi konsep tersebut, yang bertujuan
untuk merumuskan dugaan baru dan menciptakan kebenaran
mereka dengan dedikasi dari definisi yang sudah jelas
kebenarannya. (www.Mathematic.transdigit.com mathematic
diakses pada tanggal 4 Maret 2011).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Matematika adalah ilmu deduktif dan universal yang terbagi ke
dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis dan geometri yang kebenaran
generalisasinya harus dibuktikan secara deduktif bukan berdasarkan pada
observasi, eksperimen, coba-coba seperti ilmu pengetahuan alam dan ilmu
pengetahuan lainnya. Dalam pembahasannya matematika memiliki dua
objek garapan yakni objek langsung yang terdiri dari: fakta, konsep, prinsip
dan prosedur operasi. Sementara objek tidak langsung adalah implikasi dari
proses pembelajaran matematika, yakni kebiasaan bekerja baik, sikap positif,
kemampuan mengalihgunakan cara kerja (memanipulasi dalam arti positif),
serta membangun konsep mental (akhlak) yang baik seperti kejujuran (Asep
Jihad, 2008: 153).
Mulyono Abdurrahman (2003: 252) menyatakan bahwa “bidang
studi matematika yang diajarkan di SD mencakup tiga cabang yaitu
aritmatika, aljabar, dan geometri”.
Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu
proses interaksi antara guru dengan siswa yang sengaja dirancang dengan
tujuan untuk menciptakan suasana belajar di dalam kelas mengenai konsep-
konsep dan struktur-struktur matematika yang terdapat dalam materi
pelajaran matematika.
1) Karakteristik Matematika
Dengan memperhatikan arti matematika, maka jelas sekali bahwa
matematika berbeda dengan mata pelajaran lain dalam hal; (1) objek
pembicaraannya abstrak, sekalipun dalam pengajaran disekolah anak
diajarkan benda konkrit, siswa tetap didorong untuk melakukan abstraksi; (2)
pembahasan mengandalkan tata nalar, artinya info awal berupa pengertian
dibuat seefisien mungkin, pengertian lain harus dijelaskan kebenarannya
dengan tata nalar yang logis; (3) pengertian/konsep atau pernyataan sangat
jelas berjenjang sehingga terjaga konsistensinya; (4) melibatkan perhitungan
(operasi); (5) dapat dipakai dalam ilmu yang lain serta dalam kehidupan
sehari-hari (Asep Jihad, 2008: 152-153).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
2) Tujuan Bidang Studi Matematika
Tujuan siswa mempelajari matematika yakni memiliki kemampuan
dalam: (1) menggunakan alogaritma; (2) melakukan manipulasi secara
matematika; (3) mengorganisasi data; (4) memanfaatkan simbol, tabel,
diagram dan grafik; (5) mengenal dan menemukan pola; (6) menarik
kesimpulan; (7) membuat kalimat atau model matematika; (8) membuat
interprestasi bangun dalam bidang dan ruang; (9) memahami pengukuran
dan satuan-satuannya; (10) menggunakan alat hitung dan alat bantu
matematika (Asep Jihad, 2008: 153).
3) Kegunaan Matematika di Sekolah
Menurut Ruseffendi (1992: 56-57) ada enam alasan mengapa
matematika berguna untuk dipelajari di sekolah yaitu sebagai berikut:
a) Dengan belajar matematika, manusia dapat menyelesaikan persoalan
yang ada di masyarakat yaitu dalam berkomunikasi sehari-hari seperti
dapat berhitung, dapat menghitung luas, isi dan berat; dapat
mengumpulkan, mengolah, menyajikan dan menafsirkan data; dapat
menyelesaikan persoalan bidang studi lain; dapat menggunakan
kalkulator dan komputer; dapat berdagang dan berbelanja; berkomunikasi
melalui tulisan/gambar seperti membaca grafik dan presentase, dapat
membuat catatan-catatan dengan angka; dan lain-lain.
b) Matematika diajarkan di sekolah karena matematika dapat membantu
bidang studi lain seperti fisika, kimia, arsitektur, farmasi, geografi,
ekonomi, statistika, dan sebagainya.
c) Dengan mempelajari geometri ruang, siswa dapat meningkat kemampuan
pemahaman ruang sehingga berpikir logik dan tepat di dimensi tiga.
Dengan mempelajari aljabar dapat meningkatkan kemampuan berpikir
kritis, logis, dan sistematis dalam merumuskan asumsi, definisi,
generalisasi, dan lain-lain.
d) Matematika selain dapat dipergunakan untuk memperlihatkan fakta dan
menjelaskan persoalan, juga dapat dipakai sebagai alat ramal/perkiraan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
seperti prakiraan cuaca, pertumbuhan penduduk, keberhasilan belajar dan
lain-lan.
e) Matematika berguna sebagai penunjang pemakaian alat-alat canggih
seperti kalkulator dan komputer.
f) Matematika diajarkan di sekolah seperti ilmu lainnya, yaitu untuk
terpeliharanya matematika itu sendiri demi peningkatan kebudayaan.
Dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu universal yang
sangat penting untuk dipelajari, karena matematika adalah ilmu yang
mendasari ilmu-ilmu pengetahuan yang lain dan memberikan manfaat dan
keguanaan yang besar dalam kehidupan sehari-hari.
4) Teori Belajar Matematika
Teori belajar matematika yang diungkapkan oleh Karso, dkk (2009:
1.12) dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Matematika 1, diantaranya
adalah teori belajar Bruner. Jerome S. Bruner menganggap bahwa belajar
penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia,
dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri
untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya,
menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. (Dahar dalam
Trianto, 2007: 26).
Bruner membagi proses belajar menjadi tiga tahapan, yaitu:
a) Tahap enaktif atau tahap kegiatan (enactive)
Tahap pertama anak belajar konsep adalah berhubungan dengan benda-
benda real atau mengalami peristiwa di dunia sekitarnya. Pada tahap ini
anak masih dalam gerak reflek dan coba-coba.
b) Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (iconic)
Pada tahap ini, anak telah mengubah, menandai, dan menyimpan
peristiwa atau benda dalam bentuk bayangan mental.
c) Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap ini, anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut
dalam bentuk simbol dan bahasa. Pada tahap ini, anak sudah mampu
memahami simbol-simbol dan menjelaskan dengan bahasanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
Untuk mempermudah pemahaman dan keberhasilan anak pada
pembelajaran matematika haruslah secara bertahap. Sebenarnya ketiga
tahapan belajar dari Bruner ini sudah sejak lama kita terapkan pada
pembelajaran matematika di SD, misalnya seperti berikut:
Tahap 1. Setiap kita melakukan pembelajaran tentang konsep, fakta
atau prosedur dalam matematika yang bersifat abstrak biasanya diawali dari
persoalan sehari-hari yang sederhana (peristiwa di dunia sekitarnya), atau
menggunakan benda-benda real/nyata/fisik. (kita mengenal sebagai model
konkret).
Tahap 2. Setelah memanipulasikan benda secara nyata melalui
persoalan keseharian dari dunia sekitarnya, dilanjutkan dengan membentuk
modelnya sebagai bayangan mental dari benda atau peristiwa keseharian
tersebut. Model (model matematika) di sini berupa gambaran dari bayangan.
(model semi konkret atau model semi abstrak).
Tahap 3. Pada tahap ke-3 yang merupakan tahap akhir haruslah
digunakan simbol-simbol (lambang-lambang) yang bersifat abstrak sebagai
wujud dari bahasa matematika.(Karso, dkk, 2009: 1.12).
2. Tinjauan Tentang Media Kantong Nilai
a. Hakikat Media
Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah
berarti tengah, perantara, atau pengantar. Dalam bahasa Arab, media adalah
perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan.
Gerlach & Ely mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis
besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang
membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.
(Azhar Arsyad, 2004:3).
Schramm, mengatakan media adalah teknologi pembawa informasi
atau pesan instruksional. Sedangkan Y.Miarso, mengatakan bahwa media
adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk merangsang pikiran,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
perasaan, perhatian dan kemajuan pembelajar sehingga dapat mendorong
terjadinya proses belajar pada diri pembelajarnya. Maka secara umum
media adalah “alat bantu” yang digunakan dalam proses pembelajaran.
(Hujair AH. Sanaky, 2009:3-4).
Media adalah sebuah alat yang mempunyai fungsi menyampaikan
pesan pembelajaran. Banyak batasan atau pengertian yang dikemukakan
para ahli tentang media, diantaranya adalah: Asosiasi Teknologi dan
Komunikasi Pendidikan (Association of Education and Communication
Technology (AECT)) di Amerika, membatasi media sebagai segala bentuk
dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.
Gagne (1970), mengatakan bahwa media adalah berbagai jenis komponen
atau sumber belajar dalam lingkungan pembelajar yang dapat merangsang
pembelajar untuk belajar. Briggs (1970), mengatakan media adalah segala
wahana atau alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang
pembelajar untuk belajar. National Education Association (NEA),
mengatakan bahwa media adalah suatu bentuk-bentuk komunikasi baik
tercetak maupun audio-visual serta peralatannya. Media hendaknya dapat
dimanipulasi, dapat dilihat, didengar dan dibaca. (Arief S. Sadiman, dkk,
2002: 6).
Dari uraian mengenai pengertian media di atas, dapat disimpulkan
bahwa media adalah sarana pendidikan yang dapat digunakan sebagai
perantara dalam proses pembelajaran untuk mempertinggi efektifitas dan
efisiensi dalam mencapai tujuan pengajaran. Dalam pengertian yang lebih
luas media pembelajaran adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan
dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara
pengajar dan pembelajar dalam proses pembelajaran di kelas. (Hujair AH.
Sanaky, 2009: 4).
1) Manfaat Media Pembelajaran
Nana Sudjana dan Ahmad Rivai menyebutkan beberapa manfaat
media sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran yaitu sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
a) Pengajaran lebih menarik perhatian pembelajar sehingga dapat
menumbuhkan motivasi belajar.
b) Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih
dipahami pembelajar, serta memungkinkan pembelajar menguasai tujuan
pengajaran dengan baik.
c) Metode pembelajaran bervariasi, tidak semata-mata hanya komunikasi
verbal melalui penuturan kata-kata lisan pengajar, pembelajar tidak bosan,
dan pengajar tidak kehabisan tenaga.
d) Pembelajar lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya
mendengarkan penjelasan dari pengajar saja, tetapi juga aktivitas lain
yang dilakukan seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan,dan
lain-lain. (Hujair AH. Sanaky 2009: 5).
2) Kriteria Pemilihan Media
Kriteria pemilihan media menurut Azhar Arsyad (2004: 75-76)
antara lain:
a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan
tujuan instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu
kepada salah satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Tujuan ini dapat digambarkan dalam bentuk tugas yang
harus dikerjakan/dipertunjukkan oleh siswa, seperti menghafal,
melakukan kegiatan yang melibatkan kegiatan fisik atau pemakaian
prinsip-prinsip seperti sebab dan akibat, melakukan tugas yang
melibatkan pemahaman konsep-konsep atau hubungan-hubungan
perubahan, dan mengejakan tugas-tugas yang melibatkan pemikiran pada
tingkatan lebih tinggi.
b) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep,prinsip,
atau generalisasi. Media yang berbeda, misalnya film dan grafik
memerlukan simbol dan kode yang berbeda, dan oleh karena itu
memerlukan proses dan keterampilan mental yang berbeda untuk
memahaminya. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara efektif,
media harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kemampuan mental siswa. Televisi misalnya, tepat untuk
mempertunjukkan proses dan transformasi yang memerlukan manipulasi
ruang dan waktu.
c) Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber
daya lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan. Media yang
mahal dan memakan waktu lama untuk memproduksinya bukanlah
jaminan sebagai media yang terbaik. Kriteria ini menuntun para
guru/instruktur untuk memilih media yang ada, mudah diperoleh, atau
mudah dibuat sendiri oleh guru. Media yang dipilih sebaiknya dapat
digunakan di mana pun dan kapan pun dengan peralatan yang tersedia di
sekitarnya, serta mudah dipindahkan dan dibawa ke mana-mana.
d) Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan salah satu kriteria utama.
Apa pun media itu, guru harus mampu menggunakannya dalam proses
pembelajaran. Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang
menggunakannya. Proyektor transparansi (OHP), proyektor slide dan
film, komputer, dan peralatan canggih lainnya tidak akan mempunyai arti
apa-apa jika guru belum dapat menggunakannya dalam proses
pembelajaran sebagai upaya mempertinggi mutu dan hasil belajar.
e) Pengelompokan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar
belum tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau
perorangan. Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok
sedang, kelompok kecil, dan perorangan.
f) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus
memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus
jelas dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan
tidak boleh terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.
b. Hakikat Media Kantong Nilai
Kantong adalah pundi-pundi, saku, atau tempat membawa sesuatu
yang terbuat dari kain atau plastik. Sedangkan nilai adalah harga. Dari dua
pengertian tersebut, dapat diartikan bahwa yang dimaksud kantong nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
adalah saku tempat membawa sesuatu yang terbuat dari kain atau plastik
yang mempunyai nilai tertentu. Kantong nilai termasuk dalam alat peraga
operasi aritmetika. ([email protected] di akses pada tanggal 6 Maret
2011).
Media kantong nilai adalah sebuah alat pembelajaran yang
memanfaatkan prinsip nilai tempat untuk mengajarkan materi penjumlahan
yang berbentuk kantong. Alat peraga atau model dibuat dari bahan kertas
atau kantong plastik transparan dan dibentuk sesuai dengan urutan nilai
tempat (Murtinem, 2006: 35).
Kantong nilai adalah sebuah alat peraga pembelajaran matematika
yang berbentuk kantong-kantong yang menunjukkan nilai tempat suatu
bilangan. Kantong nilai merupakan media pembelajaran yang digunakan
untuk menjumlahkan dan mengurangkan suatu bilangan, baik dengan teknik
menyimpan ataupun teknik meminjam. Dengan menggunakan kantong nilai
sebagai media pembelajaran matematika dalam pokok bahasan penjumlahan
dan pengurangan akan mempermudah siswa dalam menguasai konsep
penjumlahan dan pengurangan serta mempermudah guru dalam
menyampaikan materi.
Penjumlahan tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa
teknik meminjam, bukanlah termasuk topik yang sulit diajarkan di Sekolah
Dasar. Akan tetapi, dalam mengajarkan topik tersebut guru harus
menggunakan media pembelajaran yang benar, agar siswa dapat
membangun dan menemukan sendiri teknik penyelesaiannya.
Menurut Heruman (2007: 7) ada serangkaian kegiatan yang
merupakan langkah-langkah pemberian konsep matematika yang benar,
yang terdiri atas penanaman konsep, pemahaman konsep, dan pembinaan
keterampilan. Pemberian konsep ini dilakukan melalui alat peraga yang
sederhana, tetapi tepat pada sasaran sehingga konsep tersebut akan lebih
cepat dipahami dan dimengerti oleh siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
1) Penanaman Konsep Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan
Media yang diperlukan:
a) Beberapa kantong plastik transparan sebagai saku penyimpan yang
diletakkan pada selembar kain.
b) Sedotan limun atau lidi.
Untuk lebih jelasnya, gambar media kantong nilai dapat dilihat
pada Gambar 1 sebagai berikut:
Kegiatan pembelajaran: Andaikan akan dicari hasil penjumlahan
34 + 23 = ....
Tempat menyimpan
Tiap 10 biji sedotan diikat untuk menyatakan
satu puluhan.
Gambar 1. Media Kantong Nilai
Ratusan Puluhan
Satuan
Saku hasil
kain
Gambar 1. Media Kantong Nilai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
Langkah-langkah peragaan:
1) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya. Puluhan pada
tempat puluhan, satuan pada tempat satuan.
2) Siswa kemudian membaca bilangan yang ditunjukkan oleh jumlah
sedotan.
3) Sebagai implementasi dari operasi penjumlahan, gabungkan sedotan-
sedotan tersebut, satuan dengan satuan dan puluhan dengan puluhan.
4) Hitung jumlah sedotan pada saku hasil.
5) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada lembar
jawaban.
6) Sebaiknya, kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan bilangan yang
berbeda, agar siswa benar-benar memahaminya. Ini dapat dilakukan
dengan bimbingan guru ataupun dicoba sendiri oleh siswa, baik secara
berkelompok maupun perorangan. Teknik peragaan penjumlahan
tanpa teknik menyimpan dengan menggunkan media kantong dapat
dilihat pada Gambar 2 sebagai berikut:
Ratusan Puluhan
Satuan
3 4
2 3
5 7
Gambar 2. Peragaan Media Kantong Nilai (Penjumlahan)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
2) Penanaman Konsep Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam
Media yang diperlukan:
a) Beberapa kantong plastik transparan sebagai saku penyimpan yang
diletakkan pada selembar kain.
b) Sedotan limun atau lidi.
Kegiatan Pembelajaran: Andaikan akan dicari hasil pengurangan
25 – 12 = ….
Langkah-langkah peragaan
a) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, puluhan pada
tempat puluhan, satuan pada tempat satuan.
b) Siswa kemudian menyebutkan bilangan yang ditunjukkan oleh jumlah
sedotan.
c) Selanjutnya, siswa memindahkan sedotan sebanyak bilangan
pengurang pada saku pengurang.
d) Pindahkan sedotan yang tersisa pada saku hasil.
e) Siswa kemudian menghitung sedotan yang tersisa pada saku hasil, dan
menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.
7) Ulangi peragaan tersebut beberapa kali hingga siswa benar-benar
paham. Teknik peragaan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan
menggunkan media kantong dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut:
Gambar 3. Peragaan Media Kantong Nilai (Pengurangan)
Ratusan Puluhan
Satuan
5 satuan diambil 2 satuan
2 puluhan diambil 1 puluhan
Sisa: 3 satuan dan 1
puluhan
2 5
1 2
1 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Selain peragaan penjumlahan dan pengurangan dengan
menggunakan media kantong nilai yang telah diungkapkan oleh Heruman,
Marsudi Raharjo juga menjelaskan peragaan penjumlahan dan pengurangn
dengan kantong nilai. Marsudi (2004: 7) menjelaskan bahwa kantong-
kantong yang menunjukkan nilai tempat yang terdiri dari tiga pasang
kantong puluhan dan satuan ditambah satu kantong puluhan untuk tempat
menyimpan/meminjam. Sementara yang akan di isikan ke dalam kantong-
kantong itu adalah beberapa satuan sedotan (tanpa di ikat) yang
memperlihatkan nilai satuan dan beberapa ikatan sedotan (tiap ikat berisi 10
buah sedotan) yang memperlihatkan nilai puluhan. Satuan ditempatkan di
kantong satuan dan ikatan puluhan ditempatkan di kantong puluhan.
Gambar media kantong nilai yang disertai keterangan oleh Marsudi Raharjo
(2004: 7) dapat dilihat pada Tabel 1 sebagai berikut:
Tabel 1. Media Kantong Nilai
Bentuk Peragaan Keterangan
PULUHAN SATUAN
Baris paling atas berupa sebuah
kantong puluhan (dibuat lebih besar
daripada kantong satuan) merupakan
tempat untuk
meminjam/menyimpan.
Barisan pertama (yang posisinya
tepat di bawahnya) adalah tempat
untuk memperagakan bilangan
pertama.
Barisan kedua adalah tempat untuk
memperagakan bilangan kedua, dan
Barisan ketiga adalah tempat untuk
memperagakan bilangan hasil
operasinya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Pada Tabel 1 di atas, telah ditunjukkan gambar media kantong nilai
yang dilengkapi dengan kantong sebagai tempat meminjam atau menyimpan.
Tetapi, untuk materi penjumlahan dan pengurangan kelas I yang akan
diteliti tidak menggunakan teknik menyimpan maupun meminjam. Sehingga,
pembuatan media kantong nilai tidak ditambahkan kantong yang berfungsi
sebagai tempat untuk menyimpan maupun meminjam. Peragaan
penjumlahan suatu bilangan tanpa teknik menyimpan dengan menggunakan
media kantong nilai dapat ditunjukkan pada Tabel 2 sebagai berikut:
Tabel 2. Contoh Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan
Penjumlahan
yang
Diperagakan
Bentuk Peragaan
Proses Peragaan
2 4
1 3
……..
Langkah I:
Peragakan bilangan I = 24
dengan menempatkan 2 ikat
puluhan dan 4 satuan yang
tak diikat di tempat yang
sesuai (pada baris pertama).
Peragakan bilangan II = 13
dengan menempatkan 1 ikat
puluhan dan 3 satuan yang
tak diikat di tempat yang
sesuai (pada baris kedua).
Langkah II:
Tanyakan pada siswa
bagaimana
menjumlahkannya. Jawaban
yang diharapkan adalah
satuan digabung satuan
kemudian diletakkan di
kantong hasil. Demikian
pula untuk yang puluhan
dengan puluhan. Hasilnya =
37. Itu berarti 24
13 +
37
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Contoh peragaan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan
media kantong nilai dapat dilihat pada Tabel 3 sebagai berikut:
Tabel 3. Contoh Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam
Pengurangan
yang
Diperagakan
Bentuk Peragaan
Proses Peragaan
3 7
1 2
…….
Langkah I :
Peragakan bilangan I =
37. Pada baris I,
masukkan 3 ikat sedotan
(yang menunjukkan
puluhan) ke dalam
kantong puluhan.
Kemudian 7 buah
sedotan (yang
menunjukkan satuan) ke
dalam kantong satuan.
3 7
1 2
2 5
Langkah II:
Kurangkan dari peragaan
di baris I = 37 dengan
mengambil 1 ikat
puluhan dan 2 satuan
untuk
ditempatkan/dimasukkan
di baris II (merupakan
peragaan untuk
pengurangan sebanyak
12).
Sisa satuan sebanyak 5
dan sisa puluhan
sebanyak 2 dimasukkan
ke dalam kantong hasil
(baris III). Tampak
bahwa sisanya 25, itu
berarti 37
12 _
25
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
3. Tinjauan tentang Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair
Share (TPS)
a. Hakikat Model
Menurut Ana Retnoningsih dan Suharso (2005: 324), model
merupakan contoh, pola, acuan, ragam, macam, dan sebagainya; barang
yang kecil dan tepat seperti yang ditiru. Mill berpendapat bahwa model
adalah bentuk representasi akurat sebagai proses aktual yang
memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak
berdasarkan model itu. (Agus Suprijono 2009: 45). Model merupakan
interpretasi terhadap hasil observasi dan pengukuran yang diperoleh dari
beberapa sistem. Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang
digunakan untuk merepresentasikan sesuatu hal. Sesuatu yang nyata dan
dikonversi untuk sebuah bentuk yang lebih komprehensif. (Meyer, W.J.
dalam Trianto 2010: 21). Dari pendapat tersebut, dapat diperoleh pengertian
model adalah suatu pola sebagai acuan yang akurat yang memungkinkan
seseorang bertindak sesuai dengan model itu.
b. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran berdasarkan makna leksikal berarti proses, cara,
perbuatan mempelajari. Pada pembelajaran guru mengajar diartikan sebagai
upaya guru mengorganisir lingkungan terjadinya pembelajaran. Guru
mengajar dalam perspektif pembelajaran adalah guru menyediakan fasilitas
belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya. Jadi, subjek
pembelajaran adalah peserta didik. Pembelajaran berpusat pada peserta
didik. Pembelajaran adalah dialog interaktif. Pembelajaran merupakan
proses organik dan konstruktif, bukan mekanis seperti halnya pengajaran.
(Agus Suprijono, 2009:13).
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar seperti yang tercantum
dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Guru dan Dosen Pasal 1 ayat 20.
Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidik untuk membantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran adalah
terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan
ppeserta didik. (Isjoni, 2010: 11).
Gagne dalam Isjoni (2010: 50) berpendapat “An active process and
suggests that teaching involves facilitating active mental process by
students”, bahwa dalam proses pembelajaran siswa berada dalam posisi
proses mental yang aktif, dan guru berfungsi mengkondisikan terjadinya
pembelajaran. “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun
meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan
prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.”
(Oemar Hamalik, 2010: 57).
Sedangkan menurut Gagne, Briggs, dan Wager dalam Udin S.
Winataputra, dkk (2007: 1.19), pembelajaran adalah serangkaian kegiatan
yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa.
Instruction is a set of events that affect learners in such a way that learning
is facilitated.
Dari uraian mengenai pengertian pembelajaran di atas dapat di
simpulkan, pembelajaran adalah proses interaksi antara guru, siswa dan
sumber belajar yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
c. Hakikat Model Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial. Menurut
Arends (dalam Agus Suprijono, 2009: 46), model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas. Model pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
Menurut Joyce (dalam Trianto, 2007: 5) model pembelajaran
adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman
dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam
tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk
di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum, dan lain-lain. Model
pembelajaran juga mengarahkan kita ke dalam mendesain pembelajaran
untuk membantu peserta didik sedemikian rupa sehingga tujuan
pembelajaran tercapai.
Joice dalam Isjoni (2010:50) memaparkan model pembelajaran
adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa
dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan
memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnya.
Sedangkan Soekamto berpendapat bahwa model pembelajaran
adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis
dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan
belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar
mengajar. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Eggen dan
Kauchak bahwa model pembelajaran memberikan kerangka dan arah bagi
guru untuk mengajar. (Trianto, 2007: 5).
Dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu pola
atau bentuk perencanaan pembelajaran yang digunakan guru (pendidik)
sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan
pembelajaran di dalam kelas untuk membantu peserta didik sedemikian rupa
sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan
pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
d. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative learning berasal dari kata cooperative yang artinya
mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu
sama lainnya sebagai suatu kelompok atau satu tim. (Isjoni, 2010: 15).
“Pembelajaraan kooperatif (Cooperative learning) adalah
pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil
siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mancapai tujuan belajar.” (Sugiyanto, 2009: 37).
Menurut Abdurahman dan Bintoro (dalam Poppy Kamalia Devi,
2009: 26) pembelajaran kooperatif adalah suatu sistem yang di dalamnya
terdapat elemen-elemen yang saling terkait yakni saling ketergantungan
positif, interaksi tatap muka, akuntabilitas individu dan keterampilan untuk
menjamin hubungan antar pribadi atau keterampilan sosial yang sengaja
diajarkan.
Johnson (dalam Isjoni, 2010: 15) mengemukakan “Cooperanon
means working together to accomplish shared goals. Within cooperative
activities individuals seek outcomes that are beneficial to all other groups
members. Cooperative learning is the instructional use of small groups that
allows students to work together to maximize their own and each other as
learning.” Berdasarkan uraian tersebut, cooperative learning mengandung
arti bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan
kooperatif, siswa mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota
kelompok. Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok itu.
Cooperative learning adalah suatu strategi belajar-mengajar yang
menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau
membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur
dalam kelompok, yang terdiri atas dua orang atau lebih.
Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap
anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini, siswa
merupakan bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai
hasil yang optimal dalam belajar. Keberhasilan belajar dalam
pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
secara utuh, melainkan perolehan itu akan lebih baik bila dilakukan
secara bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur
dengan baik. (Poppy Kamalia Devi, 2009:27).
Dari uraian-uraian pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model
pembelajaran yang berlandaskan gotong royong atau kerja sama antar
individu di dalam suatu kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih.
Cooperative learning dapat dirumuskan sebagai kegiatan pembelajaran
kelompok yang terarah, terpadu, efektif, efisien, dalam mencari atau
mengkaji sesuatu melalui proses kerjasama dan saling membantu sehingga
tercapai proses dan hasil belajar yang maksimal. Keberhasilan belajar dalam
pendekatan ini bukan hanya ditentukan oleh kemampuan individu secara
utuh, melainkan perolehan itu akan lebih baik bila dilakukan secara
bersama-sama dalam kelompok kecil yang terstruktur dengan baik.
1) Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Menurut Poppy Kamalia Devi (2009: 30), ada tiga tujuan
pembelajaran kooperatif diantaranya, (1) membantu siswa memahami
konsep-konsep yang sulit. Dengan strategi kooperatif diharapkan terjadi
interaksi antar siswa untuk saling memberi pengetahuannya dalam
memecahkan suatu masalah yang disajikan guru sehingga semua siswa akan
lebih mudah memahami berbagai konsep. (2) Membuat suasana penerimaan
terhadap sesama siswa yang berbeda latar belakang misalnya suku, sosial,
budaya, dan kemampuan. Hal ini memberi kesempatan yang sama kepada
semua siswa terlepas dari latar belakang serta menciptakan kondisi untuk
bekerja sama dan saling ketergantungan yang positif satu sama lain dalam
menyelesaikan tugas-tugas. (3) Mengajarkan keterampilan bekerja sama
atau kolaborasi dalam memecahkan permasalahan. Keterampilan ini sangat
penting bagi siswa sebagai bekal untuk hidup bermasyarakat. Selain itu,
para siswa belajar untuk saling menghargai satu sama lain.
Cooperative learning dapat meningkatkan cara belajar siswa
menuju belajar lebih baik, sikap tolong-menolong dalam beberapa perilaku
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
sosial. Tujuan utama dalam penerapan model belajar mengajar cooperative
learning adalah agar peserta didik dapat belajar secara berkelompok
bersama teman-temannya dengan cara saling menghargai pendapat dan
memberikan kesempatan kepada orang lain untuk mengemukakan
gagasannya dengan menyampaikan pendapat mereka secara berkelompok.
(Isjoni, 2010: 21).
Dari beberapa pendapat mengenai tujuan pembelajaran kooperatif
diatas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif
dikembangkan untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik,
toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.
2) Prinsip-Prinsip Pembelajaran Kooperatif
Menurut Roger dan David Johnson (dalam Rusman, 2010: 212) ada
lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperative learning),
yaitu sebagai berikut:
a) Prinsip ketergantungan positif (positive interpendence), yaitu dalam
pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas
tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut.
Keberhasilan kerja kelompok ditentukan oleh kinerja masing-masing
anggota kelompok. Oleh karena itu, semua anggota dalam kelompok
akan merasakan saling ketergantungan.
b) Tanggung jawab perseorangan (individual accountability), yaitu
kebersamaan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota
kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai
tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok
tersebut.
c) Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu
memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok
untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
d) Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih
siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan
pembelajaran.
e) Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi
kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja
sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
3) Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran
Berorientasi Standar Proses Pendidikan (2010: 249-251) menyebutkan
beberapa keunggulan dan kelemahan model pembelajaran kooperatif
sebagai suatu strategi pembelajaran di antaranya:
a) Keunggulan Model Pembelajaran Kooperatif
(1) Melalui strategi pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu
menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan
kemampuan berpikir sendiri, menemukan informasi dari berbagai
sumber, dan belajar dari siswa yang lain.
(2) Strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan
mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata-kata secara verbal dan
membandingkannya dengan ide-ide orang lain.
(3) Strategi pembelajaran kooperatif dapat membantu anak untuk respek
pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta
menerima segala perbedaan.
(4) Strategi pembelajaran dapat membantu memperdayakan setiap siswa
untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar.
(5) Strategi pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi yang cukup
ampuh untuk meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan
sosial, termasuk mengembangkan rasa harga diri, hubungan
interpersonal yang positif dengan yang lain, mengembangkan
keterampilan me-manage waktu, dan sikap positif terhadap sekolah.
(6) Melalui strategi pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan
kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan masalah
tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat adalah
tanggung jawab kelompoknya.
(7) Strategi pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan
siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi
nyata (riil).
(8) Interaksi selama kooperatif berlangsung dapat meningkatkan motivasi
dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Hal ini berguna untuk
proses pendidikan jangka panjang.
b) Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif
(1) Untuk memahami dan mengerti filosofis strategi pembelajaran
kooperatif memang butuh waktu. Sangat tidak rasional kalau kita
mengharapkan secara otomatis siswa dapat mengerti dan memahami
filsafat cooperative leraning. Untuk siswa yang dianggap memiliki
kelebihan, contohnya, mereka akan merasa terhambat oleh siswa yang
dianggap kurang memiliki kemampuan. Akibatnya, keadaan semacam
ini dapat mengganggu iklim kerja sama dalam kelompok.
(2) Ciri utama dari strategi pembelajaran kooperatif adalah bahwa siswa
saling membelajarkan. Oleh karena itu, jika tanpa peer teaching yang
efektif, dibandingkan dengan pengajaran langsung dari guru, bisa
terjadi cara belajar yang demikian apa yang seharusnya dipelajari dan
dipahami tidak pernah dicapai siswa.
(3) Penilaian yang diberikan dalam strategi pembelajaran kooperatif
didasarkan kepada hasil kerja kelompok. Namun demikian, guru perlu
menyadari, bahwa sebenarnya hasil atau prestasi yang diharapkan
adalah prestasi setiap individu siswa.
(4) Keberhasilan strategi pembelajaran kooperatif dalam upaya
mengembangkan kesadaran berkelompok memerlukan periode waktu
yang cukup panjang. Dan hal ini tidak mungkin dapat tercapai hanya
dengan satu kali atau sekali-sekali penerapan strategi ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
(5) Walaupun kemampuan bekerja sama merupakan kemampuan yang
sangat penting untuk siswa, akan tetapi banyak aktivitas dalam
kehidupan yang hanya didasarkan kepada kemampuan secara individual.
Oleh karena itu, idealnya melalui strategi pembelajaran kooperatif
selain siswa belajar bekerja sama, siswa juga harus belajar bagaimana
membangun kepercayaan diri. Untuk mencapai kedua hal itu dalam
strategi pembelajaran kooperatif memang bukan pekerjaan yang mudah.
e. Hakikat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share
(TPS)
Think Pair Share (Berpikir-Berpasangan-Berbagi) merupakan
metode sederhana tetapi sangat bermanfaat yang dikembangkan oleh Frank
Lyman dari University of Maryland. (Robert E. Slavin, 2009:257). Metode
think-pair-share (TPS) berpikir berpasangan berbagi merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi
siswa. Sesuai dengan yang dikutip Arends (dalam Trianto, 2007:61) Frank
Lyman menyatakan bahwa think-pair-share merupakan suatu cara yang
efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas
secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think-pair-share
dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan
saling membantu.
Teknik ini memberi siswa kesempatan untuk bekerja sendiri serta
bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah
optimalisasi partisipasi siswa, yaitu memberi kesempatan delapan kali lebih
banyak kepada setiap siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi
mereka kepada orang lain. ( Lie dalam Isjoni, 2010: 78).
Langkah-langkah (fase) think-pair-share adalah sebagai berikut:
1) Langkah 1: Berpikir (Thinking)
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
berpikir sendiri jawaban atau masalah. Siswa membutuhkan penjelasan
bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir.
2) Langkah 2: Berpasangan (Pairing)
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan
apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan
dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau
menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi.
Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk
berpasangan.
3) Langkah 3: Berbagi (Sharing)
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi
dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif
untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan dan melanjutkan
sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk
melaporkan (Arends dalam Triono, 2007:61-62).
Dapat disimpulkan bahwa ketika guru menyampaikan pelajaran di
dalam kelas, para siswa duduk berpasangan dengan timnya masing-masing.
Guru memberikan pertanyaan kepada seluruh kelas. Siswa diminta untuk
memikirkan sebuah jawaban dari mereka sendiri, lalu berpasangan dengan
pasangannya untuk mencapai sebuah kesepakatan terhadap jawaban.
Akhirnya, guru meminta para siswa untuk berbagi jawaban yang telah
mereka sepakati kepada semua siswa di kelas.
B. Penelitian yang Relevan
Ada beberapa penelitian yang dipandang relevan dengan penelitian
ini diantaranya yaitu:
Fitroh Amalia Solechah (2009) mengadakan penelitian tentang
peningkatan kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan melalui
permainan dengan alat peraga kantong nilai pada siswa kelas I SD Negeri II
Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2009/2010. Dari hasil
penelitian yang dilakukan terbukti bahwa pembelajaran dengan menerapkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
permainan dengan alat peraga kantong nilai berhasil dilakukan. Hal ini
dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata siswa yang melebihi 65 dan prosentase
siswa yang memperoleh nilai lebih dari atau sama dengan KKM lebih dari
80%. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah sama-sama mengkaji pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
pada iswa kelas I dan menggunakan alat peraga kantong nilai. Perbedaannya
terletak pada model pembelajaran yang dipakai.
Lita Melati Sari (2010) mahasiswa FKIP PGSD UNS dalam
skripsinya yang berjudul: “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman
dengan Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada siswa kelas V SD
Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta.” Penelitian ini menyimpulkan
bahwa penggunaan model kooperatif tipe Think Pair Share dapat
meningkatkan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas V SD
Negeri Pajang I No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Hal
ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa yang mencapai
nilai ketuntasan belajar (KKM > 65) sebanyak 15 siswa atau 30% pada
kondisi awal sebelum dilaksanakan tindakan menjadi 36 siswa atau 72%
pada siklus I, dan 44 siswa atau 88% pada siklus II. Nilai rata-rata siswa tiap
siklusnya juga mengalami peningkatan, yaitu pada kondisi awal sebelum
dilaksanakan tindakan sebesar 60,32 menjadi 69,70 pada siklus I, dan 79,08
pada siklus II. Dengan demikian penggunaaan model kooperatif tipe Think
Pair Share dapat meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa
kelas V. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang peneliti lakukan
adalah sama-sama menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) dalam upaya mengatasi permasalahan yang ditemukan.
Perbedaannya terletak pada bentuk permasalahan yang dihadapi.
Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan diatas dapat
dijadikan sebagai tolok ukur bagi penulis untuk melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
C. Kerangka Berpikir
Matematika merupakan mata pelajaran dasar yang harus dikuasai
oleh siswa terutama materi penjumlahan dan pengurangan untuk siswa kelas
I Sekolah Dasar. Siswa masih terikat dengan objek konkret yang dapat
ditangkap oleh panca indera. Dalam pembelajaran matematika yang abstrak,
siswa memerlukan alat bantu berupa media yang dapat memperjelas apa
yang akan disampaikan oleh guru sehingga lebih cepat dipahami dan
dimengerti oleh siswa. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan bukanlah
termasuk topik yang terlalu sulit diajarkan di Sekolah Dasar. Akan tetapi,
dalam mengajarkan materi tersebut guru harus menggunakan media
pembelajaran yang benar dan model pembelajaran yang dapat merangsang
keaktifan siswa. Sehingga siswa dapat membangun dan menemukan sendiri
teknik penyelesaiaanya.
Melalui penggunaan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think-pair-share (TPS) dalam pembelajaran matematika
diharapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan pada siswa kelas I SD. Karena siswa dapat melihat, meraba,
memegang dan mengoperasikan kantong nilai serta menyelesaikan soal-soal
yang berkaitan dengan penjumlahan dan pengurangan secara berpasangan.
Dengan media kantong nilai, selain mempermudah penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan, juga menumbuhkan rasa sosial, saling
menghargai, dan saling berinteraksi dengan individu lain melalui model
kooperatif tipe think-pair-share yang diterapkan guru.
Pada kondisi akhir setelah menggunakan media kantong nilai dan
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) dalam
pelaksanaan pembelajaran dapat meningkatkan penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan. Untuk mengetahui rencana jalannya
penelitian, perlu digambarkan sebuah alur kerangka berpikir. Dalam
penelitian ini, alur kerangka berpikir dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berpikir yang telah di
uraikan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan kelas.
Jika dalam pembelajaran menggunakan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe think-pair-share (TPS), penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro
Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011 akan meningkat.
Gambar 4. Alur Kerangka Berpikir
Penguasaan konsep penjumlahan
dan pengurangan siswa dalam
pembelajaran matematika masih
rendah
TINDAKAN
Guru belum menggunakan
media kantong nilai dan
model pembelajaran
kooperatif tipe (TPS)
KONDISI
AWAL
Penggunaan media kantong nilai dapat
meningkatkan penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan melalui
model pembelajaran kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS)
KONDISI AKHIR
Penjumlahan dan
pengurangan dengan media
kantong nilai melalui model
pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)
Penjumlahan dan
pengurangan dengan media
kantong nilai melalui model
pembelajaran kooperatif
tipe Think Pair Share (TPS)
SIKLUS I
SIKLUS II
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan di ruang kelas I A SD
Negeri I Pracimantoro yang beralamatkan di desa Ngulu Wetan, Kelurahan
Pracimantoro, Kecamatan Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. Sekolah ini
terdiri dari 12 kelas mulai dari kelas I sampai kelas VI yang masing-masing
kelas terdiri dari dua lokal (A dan B) dengan jumlah siswa tiap kelas
berkisar antara 22 sampai 35 siswa. SD Negeri I Pracimantoro terletak di
daerah kota kecamatan sehingga sarana transportasi cukup mudah dan
lancar. Sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran antara lain
blackboard, alat peraga, perpustakaan, ruang seni karawitan, dan
laboratorium komputer.
2. Waktu Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dilaksanakan pada semester genap
tahun ajaran 2010/2011, selama 6 bulan, mulai dari Januari 2011 sampai
dengan Juni 2011. Tahap perencanaan dan persiapan dilaksanakan pada
bulan Januari sampai Maret 2011. Pelaksanaan pembelajaran penjumlahan
dan pengurangan dilaksanakan pada bulan April 2011 dengan perincian
siklus I dilaksanakan dua kali pertemuan selama satu minggu pada minggu
kedua. Siklus II juga dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan selama satu
minggu yaitu pada minggu ketiga. Pelaksanaan disesuaikan dengan jadwal
pelajaran Matematika di kelas I A.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
1. Bentuk Penelitian
Berdasarkan masalah yang akan diteliti, mengenai perbaikan proses
yang dilakukan di dalam kelas maka bentuk penelitian yang tepat untuk
39
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa
sebuah tindakan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas
secara bersamaan (Sarwiji Suwandi, 2008: 15).
2. Strategi Penelitian
Sarwiji Suwandi (2008: 34) mengemukakan langkah-langkah
pelaksanaan PTK dilakukan melalui empat tahap, yaitu perencanaan
(planning), tindakan (acting), pengamatan (observing), dan refleksi
(reflecting). Secara jelas langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada
Gambar 5 sebagai berikut :
C. Sumber Data
Sumber data yang dapat digali untuk mendapatkan sejumlah
informasi guna memperlancar penelitian, yaitu pertama dari informan, yaitu
guru kelas I A SD Negeri I Pracimantoro yaitu ibu Dwiyanti, S. Pd. Kedua,
proses pembelajaran penjumlahan dan pengurangan di dalam kelas.
Kemudian sumber yang terakhir yaitu data dan dokumen yang berupa daftar
nilai hasil belajar penjumlahan dan pengurangan pada kondisi awal, siklus I
dan siklus II, lembar observasi guru dan siswa, dokumentasi kegiatan
belajar mengajar penjumlahan dan pengurangan di kelas.
D. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro Kabupaten Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011 yang
Gambar 5. Langkah-Langkah Pelaksanaan PTK
(Sarwiji Suwardi, 2008: 35)
Plan
Reflect Act
Observe
Plan
Reflect Act
Observe
Siklus 1 Siklus 1
dst
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
berjumlah 24 siswa terdiri dari 12 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan
yang mempunyai kelemahan dalam menguasai konsep penjumlahan dan
pengurangan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
antara lain yaitu:
1. Observasi
Menurut Iskandar (2009: 181) observasi adalah pengamatan
terhadap objek-objek yang dapat dijadikan sebagai sumber pengamatan.
Observasi dilakukan untuk mengamati perkembangan proses pembelajaran
matematika materi penjumlahan dan pengurangan yang dilakukan oleh
siswa kelas I, sebelum pelaksanaan tindakan, saat tindakan, dan sampai
akhir tindakan. Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
observasi langsung yaitu peneliti dan guru kelas I sebagai pengamat melihat
dan mengadakan pengamatan secara langsung pada kegiatan pembelajaran
siswa, kemudian mencatat kegiatan siswa dan peristiwa yang terjadi pada
keadaan yang sebenarnya.
Hasil observasi didiskusikan bersama guru pengampu untuk
kemudian di analisis bersama untuk mengetahui berbagai kelemahan untuk
kemudian diupayakan solusinya. Solusi yang telah disepakati bersama
antara peneliti dan guru pengampu dapat dilaksanakan pada siklus
berikutnya. Observasi terhadap guru difokuskan pada perilaku guru saat
mengajar, obsevasi ini difokuskan pada perilaku para siswa sebelum
tindakan dan ketika tindakan berlangsung berkaitan dengan peningkatan
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan.
2. Tes
Menurut Arikunto (2006: 150) tes adalah serentetan pertanyaan
atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan,
intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh seseorang maupun
kelompok. Menurut Jihad dan Haris (2008: 67) tes merupakan himpunan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi atau tugas yang harus
dilaksanakan oleh orang yang dites. Tes digunakan untuk mengukur sejauh
mana seorang peserta didik telah menguasai pelajaran yang disampaikan
terutama meliputi aspek pengetahuan dan keterampilan.
Tes ini dimaksudkan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan
yang dimiliki siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro dalam pembelajaran
matematika khususnya dalam materi penjumlahan dan pengurangan.
Dengan diketahuinya hasil tes ini maka peneliti dapat merencanakan
kegiatan yang akan dilakukan agar dapat memperbaiki proses pembelajaran.
Selain itu, tes juga digunakan untuk mengetahui perkembangan dan
keberhasilan pelaksanaan tindakan.
3. Dokumentasi
Iskandar (2009: 181) menjelaskan dokumentasi adalah
pengumpulan dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian
tindakan kelas yang sedang dilaksanakan.
Pengambilan dan pengamatan dokumen-dokumen dan arsip-arsip
yang ada di sekolah dilakukan untuk memperoleh data yang berupa nama
siswa kelas I, daftar nilai matematika siswa kelas I, silabus kelas I, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran, serta foto-foto yang diambil pada saat proses
pembelajaran berlangsung.
F. Validitas Data
Data yang telah berhasil digali, dikumpulkan, dan dicatat dalam
kegiatan penelitian, harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik triangulasi data dan
triangulasi metode.
Triangulasi data mengarahkan peneliti agar di dalam
mengumpulkan data, menggunakan sumber data yang tersedia. Artinya, data
yang sama atau sejenis, akan lebih mantap kebenarannya bila digali dari
beberapa sumber data yang berbeda. Melalui teknik triangulasi data dapat
memberikan informasi yang tepat sesuai dengan keadaan siswa kelas I A SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
Negeri I Pracimantoro. Pada saat menggali dan mengumpulkan data di SD
Negeri I Pracimantoro, dilakukan dengan cara membandingkan hasil
pengamatan langsung dari penelti dengan isi dokumen yang terkait (arsip-
arsip yang berupa daftar nilai, absensi, RRP, dan lainnya). Dalam triangulasi
data, data yang dikumpulkan sama tetapi diperoleh dari sumber data yang
berbeda. Sumber dari penelitian ini adalah kepala sekolah, guru, dan siswa.
Triangulasi metode bisa dilakukan peneliti dengan mengumpulkan
data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang
berbeda. Penggunaan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda
diusahakan mengarah pada sumber data yang sama untuk menguji
kemantapan informasinya. (St. Y. Slamet dan Suwarto, 2007: 54). Dalam
penelitian ini, peneliti membandingkan hasil observasi yang dilakukan oleh
observer dan hasil observasi yang dilakukan peneliti yang bertindak sebagai
guru. Peneliti menggunakan teknik observasi, dari hasil observasi tersebut
diuji dengan menggunakan teknik dokumentasi yang dilakukan selama
proses pembelajaran berlangsung. Peneliti memperoleh hasil yang sama,
tetapi menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda yaitu melalui
tes dan observasi.
G. Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
model analisis interaktif. Analisis ini terdiri dari tiga komponen utama, yaitu
(1) reduksi data, (2) penyajian data, (3) penarikan simpulan (verifikasi) dan
refleksi.
1) Reduksi Data
Menurut H.B. Sutopo (2002: 91) reduksi data merupakan proses seleksi,
pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data dari fieldnote. Dalam
reduksi data yang diperoleh dari hasil observasi yang ditulis dalam
bentuk data, dikumpulkan, dirangkum dan dipilih hal-hal yang pokok,
kemudian dicari polanya. Jadi, data sebagai bahan data mentah singkat
disusun lebih sistematis, ditonjolkan pokok-pokok yang penting sehingga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
lebih tajam hasil pengamatan dalam penelitian ini, juga mempermudah
peneliti untuk mencatat kembali data yang diperoleh bila diperlukan.
2) Penyajian Data
Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi
dalam bentuk narasi yang memungkinkan simpulan penelitian dapat
dilakukan. Pada tahap ini data yang telah direduksi dan dikelompokkan
dalam berbagai pola dideskripsikan dalam bentuk kata-kata yang berguna
untuk melihat gambaran keseluruhan atau bagian tertentu. Penyajian data
ini ditulis dalam paparan data.
3) Penarikan Simpulan (Verifikasi) dan Refleksi
Seluruh hasil analisis yang terdapat dalam reduksi data maupun
penyajian data diambil suatu simpulan. Penarikan simpulan tentang
peningkatan yang terjadi dilaksanakan secara bertahap mulai dari
simpulan sementara, simpulan yang ditarik pada akhir siklus I dan siklus
II. Simpulan yang pertama sampai dengan yang terakhir harus saling
terkait. Setelah hasil simpulan terkumpul semua barulah dilakukan
refleksi untuk menentukan atau menyusun rencana tindakan berikutnya.
Gambar 6. Model Analisis Interaktif Milles dan Huberman
H. Indikator Kinerja
Indikator kinerja merupakan rumusan kinerja yang akan dijadikan
acuan dalam menentukan keberhasilan atau keefektifan penelitian. Indikator
kinerja dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4 sebagai berikut:
Pengumpulan Data Sajian Data
Reduksi Data Penarikan Kesimpulan/Verifikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
Tabel 4. Indikator Kinerja
Aspek yang Diukur Pencapaian Siklus
Terakhir
Cara Mengukur
Penguasaan konsep
penjumlahan dan
pengurangan yang diukur
melalui tes. Tes ini
meliputi:
1) Dapat menjumlahkan
dua bilangan tanpa
teknik menyimpan.
2) Dapat mengurangkan
dua bilangan tanpa
teknik meminjam.
3) Memecahkan
persoalan yang
berkaitan dengan
penjumlahan dan
pengurangan.
80 % dari 24 siswa
(19 siswa)
Dihitung dari jumlah
siswa yang mendapat
nilai ketuntasan belajar
atau mencapai Kriteria
Ketuntasan Minimal
(KKM) sesuai dengan
yang ditetapkan
sekolah yaitu 70
I. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan meliputi tahap-tahap
sebagai berikut:
1. Tahap Pengenalan Masalah
Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap ini yaitu:
a. Mengidentifikasi masalah pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
pada siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri. Dalam tahap ini,
peneliti melakukan pengamatan terlebih dahulu pada siswa dan guru
berkaitan dengan pembelajaran penjumlahan dan pengurangan.
b. Menganalisis masalah secara mendalam yang berkaitan dengan
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan yang berpedoman pada teori
yang relevan.
c. Menyusun bentuk tindakan yaitu penggunaan media kantong nilai dan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam upaya
meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
d. Menyusun lembar observasi guru dan siswa serta tes penjumlahan dan
pengurangan.
2. Tahap Persiapan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan yang meliputi:
a. Penyusunan jadwal penelitian tindakan pertama.
b. Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran matematika pokok
bahasan penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong nilai dan
model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS).
c. Penyusunan evaluasi berupa lembar observasi guru dan siswa serta tes
kemampuan berhitung penjumlahan dan pengurangan.
3. Tahap Penyusunan Rencana Tindakan
Dalam penelitian ini rencana tindakan disusun dalam dua siklus,
setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu rencana tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, serta tahap analisis dan refleksi.
4. Tahap Implementasi Tindakan
Peneliti melakukan hipotesis tindakan yaitu untuk meningkatkan
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I SD
Negeri I Pracimantoro Kabupaten Wonogiri dengan media kantong nilai
melalui model pembelajaran kooperatif (TPS). Tindakan dalam penelitian
ini dilaksanakan sebanyak dua siklus.
a. Siklus I
1) Merencanakan tindakan yang dilaksakan pada siklus I
Skenario pembelajarannya meliputi:
Pertemuan I
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang
berkaitan dengan nilai tempat.
3. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan sedikit
informasi mengenai materi yang akan dipelajari.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
1. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai media
kantong nilai dan cara penggunaannya.
2. Guru menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan, serta memberikan contoh kepada siswa.
3. Guru menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik
meminjam, serta memberikan contoh kepada siswa.
4. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
5. Guru melakukan tanya jawab seputar cara penggunaan media
kantong nilai. Kemudian guru menulis dua contoh soal
(penjumlahan dan pengurangan) dan meminta siswa untuk
melakukan thinking (berpikir).
6. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan contoh soal
tersebut dengan kantong nilai di depan kelas. Siswa lain
memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
7. Guru membagikan media dan lembar soal kepada setiap meja
dan meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya untuk mengerjakan soal yang sudah dibagikan.
- Elaborasi
8. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal dengan
kantong nilai.
- Konfirmasi
9. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang
lain. Teman yang lain memperhatikan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru mengaitkan pembelajaran dengan materi
pertemuan kemarin.
3. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengajak siswa untuk bernyanyi lagu “satu ditambah satu”.
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
1. Guru melakukan tanya jawab seputar penjumlahan dan
pengurangan dengan kantong nilai. Kemudian guru menulis satu
soal dan meminta siswa untuk melakukan thinking (berpikir).
2. Guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya.
3. Guru membagikan media dan lembar soal kepada setiap
kelompok. Dan menyuruh siswa mengerjakan soal dengan
pasangannya.
- Elaborasi
4. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal.
- Konfirmasi
5. Guru memilih secara acak dari beberapa pasangan diskusi untuk
melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang lain. Teman
yang lain memperhatikan.
6. Guru membagikan soal evaluasi individu. Siswa mengerjakan
dengan serius.
7. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2) Melaksanakan perencanaan siklus I
Guru menerapkan skenario pembelajaran yang telah
direncanakan pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan.
Siklus I dilaksanakan sebanyak dua kali pertemuan. Pada tahap ini
juga dilaksanakan kegiatan observasi terhadap dampak tindakan yang
telah dilakukan.
3) Melakukan observasi terhadap pelaksanaan pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan pada siklus I.
Guru dan peneliti melakukan pengamatan terhadap pelaksanaan
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif (TPS) sesuai dengan skenario
pembelajaran yang diterapkan untuk memperoleh data mengenai
kekurangan dan kelebihan skenario yang diterapkan.
4) Membuat refleksi pada siklus I
Dilakukan analis dan refleksi oleh peneliti dari hasil pengamatan
atas tindakan yang telah dilakukan. Apabila terdapat kekurangan maka
perlu dilakukan perbaikan dan apabila terdapat tujuan yang sudah
tercapai maka diperlukan adanya peningkatan lagi.
b. Siklus II
Pada siklus II dilaksanakan dengan tahapan-tahapan seperti pada
siklus I tetapi didahului dengan perencanaan ulang berdasarkan hasil-
hasil yang diperoleh pada siklus I (refleksi). Sehingga kelemahan yang
terjadi pada siklus I tidak terjadi pada siklus II.
5. Tahap Pengamatan
Peneliti melakukan pengamatan dalam pelaksanaan tindakan pada
siklus I dan siklus II. Peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa pada
saat proses pembelajaran pokok bahasan penjumlahan dan pengurangan
dengan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share (TPS).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
6. Tahap Penyusunan Laporan
Setelah semua kegiatan penelitian selesai, tahap terakhir yang
dilakukan peneliti adalah menyusun laporan. Laporan tersebut merupakan
uraian tentang semua kegiatan yang dilakukan peneliti selama proses
penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Lokasi Penelitian
SD Negeri I Pracimantoro berdiri pada tahun 1916. Sejak awal
berdiri, status SD Negeri I Pracimantoro adalah Sekolah Dasar Negeri
dengan Nomor Statistik Sekolah (NIS) 101031201001. Kepala Sekolah
yang menjabat saat ini adalah Sejarjo, S. Pd yang menjabat sejak tahun 2004.
SD Negeri I Pracimantoro ini merupakan salah satu SD favorit di
Kecamatan Pracimantoro yang mempunyai 339 siswa, yang terdiri dari
siswa laki-laki 176 dan perempuan 163 siswa.
Secara geografis, SD Negeri I Pracimantoro ini beralamat di Jalan
Pawonsari, Ngulu Wetan, Kelurahan Pracimantoro, Kecamatan
Pracimantoro, Kabupaten Wonogiri. SD Negeri I Pracimantoro terletak di
kota kecamatan yang tidak jauh dari pusat kota kecamatan, sehingga
transportasinya cukup mudah.
SD Negeri I Pracimantoro Tahun Ajaran 2010/2011 memiliki 11
guru yang telah berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS), 5 Guru Tidak Tetap
(GTT), 1 penjaga perpustakaan yang masih Wiyata Bakti, dan 1 penjaga
sekolah yang sudah pegawai negeri. Jumlah seluruh siswa di SD Negeri I
Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran 2010/2011 adalah 339 siswa yang
terdiri dari 176 siswa laki-laki dan 163 siswa perempuan. Siswa terbagi
dalam 12 kelas yakni kelas I sebanyak 72 siswa, kelas II sebanyak 44, kelas
III sebanyak 38 siswa, kelas IV sebanyak 60 siswa, kelas V sebanyak 69
siswa, dan kelas VI sebanyak 56 siswa. Siswa berasal dari latar belakang
sosial dan ekonomi yang berbeda-beda. Sebagian besar orang tua mereka
bekerja sebagai wiraswasta.
Ruangan yang ada di SD Negeri I Pracimantoro secara keseluruhan
sudah cukup memadai untuk berlangsungnya Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM). Ruangan yang ada meliputi 12 ruang kelas, ruang Kepala Sekolah,
50
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
ruang guru, perpustakaan, ruang karawitan, laboratorium komputer,
mushola, kantin sekolah, dan 6 kamar mandi. SD Negeri I Pracimantoro
mempunyai halaman yang sangat luas yang digunakan untuk upacara,
olahraga, dan kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah serta tempat
untuk bermain bagi para siswa ketika jam istirahat.
Fasilitas pendidikan yang ada di SD Negeri I Pracimantoro ini
cukup memadai. Beberapa media/alat peraga pembelajaran tersedia, ada
yang diletakakan di dalam kelas, ada pula yang diletakkan di ruang guru
maupun perpustakan dan laboratorium komputer. Selain alat peraga, buku-
buku penunjang proses pembelajaran juga tersedia di perpustakaan. Hal ini
merupakan salah satu usaha sekolah untuk meningkatkan pengetahuan serta
informasi bagi para siswa melalui kegiatan membaca.
2. Deskripsi Awal Tindakan
Kegiatan awal yang dilakukan peneliti yaitu mengadakan kegiatan
survei awal untuk mengetahui keadaan sebenarnya serta mencari informasi
dan menemukan berbagai kendala yang dihadapi sekolah dalam proses
pembelajaran Matematika khususnya kelas I. Setelah peneliti melakukan
pendekatan dengan guru kelas I dan mengamati keadaan siswa melalui
observasi pembelajaran di kelas, peneliti mengetahui bahwa pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan masih dirasa sulit oleh siswa karena
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan siswa yang masih rendah.
Hal ini menyebabkan kemampuan siswa dalam berhitung penjumlahan dan
pengurangan masih rendah.
Hasil tes awal (dapat dilihat pada Lampiran 2 halaman 87) yang
dilakukan peneliti sebelum melakukan tindakan diperoleh data bahwa dari
seluruh siswa kelas I yang berjumlah 24, masih ada 17 siswa atau sekitar
70,83% yang nilainya masih dibawah KKM yang sudah ditentukan sekolah
untuk mata pelajaran matematika yaitu 70. Rendahnya penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan menunjukkan ada kelemahan yang dihadapi
siswa dalam berhitung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti berusaha untuk
meningkatkan kemampuan siswa dalam menguasai konsep penjumlahan dan
pengurangan dengan mengadakan penelitian di kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro dengan menggunakan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dalam materi
penjumlahan dan pengurangan. Hal ini bertujuan untuk membantu siswa
dalam menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan yang masih rendah,
agar lebih meningkat sehingga hasil pembelajarannya juga lebih
memuaskan.
3. Deskripsi Tindakan Penelitian
a. Tindakan Siklus I
Tindakan siklus I dilaksanakan selama dua kali pertemuan. Setiap
pertemuan terdiri dari dua jam pelajaran (2 x 35 menit). Siklus I
dilaksanakan selama satu minggu pada tanggal 8 April 2011 dan 9 April
2011. Tahapan-tahapan yang dilakukan pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan tindakan, peneliti melakukan observasi
terhadap proses pembelajaran di dalam kelas yang meliputi kegiatan guru
dan siswa. Hal ini bertujuan untuk mengetahui proses pembelajaran yang
berlangsung, serta penggunaan metode, model, dan media pembelajaran
yang digunakan oleh guru. Peneliti juga mencatat nilai hasil belajar yang
diperoleh masing-masing siswa khususnya materi penjumlahan dan
pengurangan.
Berdasarkan pengamatan terhadap pembelajaran serta hasil belajar
tersebut diperoleh informasi sebagai data awal. Hasil tersebut menunjukan
bahwa dari 24 siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro, hanya 7 siswa
atau 29,17 % yang mencapai Kriteria Kentuntasan Minimal (KKM) 70.
Sedangkan sebanyak 17 siswa atau 70,83 % masih dibawah KKM 70.
Urutan tindakan yang direncanakan akan dilakukan dalam siklus I
adalah sebagai berikut: (1) menentukan Kompetensi Dasar serta indikator
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
yang sesuai dengan materi penjumlahan dan pengurangan kelas I semester 2,
(2) menyiapkan Rencana Pelaksanaaan Pembelajaran (RPP) menggunakan
media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif (TPS) untuk siklus I,
(3) menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang diperlukan, termasuk
membuat media kantong nilai, (4) membuat lembar observasi siswa dan
guru pada siklus I, untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di
kelas I A yang meliputi kegiatan guru dan siswa pada saat proses
pembelajaran menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS), (5) membuat instrumen penjumlahan
dan pengurangan, (6) membuat soal evaluasi untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan setelah guru
menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS) dalam materi penjumlahan dan pengurangan dalam
siklus I.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Seperti yang telah direncanakan, tindakan siklus I dilaksanakan
dalam dua kali pertemuan yaitu pada hari Jumat, 8 April 2011 dan Sabtu, 9
April 2011 di ruang kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri.
Pertemuan pertama dan kedua masing-masing selama 2 x 35 menit. Pada
tahap ini, peneliti bertindak sebagai praktikan dan guru kelas sebagai
observer. Pada tahap ini, guru melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS) sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama pada tindakan siklus I dilaksanakan pada
hari Jumat, 8 April 2011 pada jam ketiga dan keempat yaitu pukul 08.40-
09.50 WIB. Pada pertemuan siklus I ini, materi yang diajarkan adalah
materi penjumlahan (melakukan operasi penjumlahan dua bilangan tanpa
teknik menyimpan). Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru
meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
awal, guru memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas,
kemudian guru memberi salam dan melakukan presensi kehadiran siswa.
Selanjutnya guru melakukan apersepsi yang berkaitan dengan nilai
tempat. Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan
pembelajaran yaitu melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan
dengan media kantong nilai dan memecahkan persoalan yang berkaitan
dengan penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan benar.
Guru memulai kegiaan inti dengan melakukan tanya jawab
dengan siswa mengenai media kantong nilai dan cara penggunaannya.
Kemudian guru menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, serta
memberikan contoh kepada siswa. Setelah materi penjumlahan, guru
menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam operasi pengurangan
bilangan dua angka tanpa teknik menyimpan, serta memberikan contoh
kepada siswa. Guru melakukan tanya jawab seputar cara penggunaan
media kantong nilai. Kemudian guru menulis dua contoh soal
(penjumlahan dan pengurangan) dan meminta siswa untuk melakukan
thinking (berpikir). Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan
contoh soal tersebut dengan kantong nilai di depan kelas. Siswa lain
memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Guru membagikan media dan
lembar soal kepada setiap meja dan meminta siswa untuk pairing
(berpasangan) dengan temannya untuk mengerjakan soal yang sudah
dibagikan. Siswa terlihat sangat antusias dan tertarik menggunakan
media kantong nilai, karena sebelumnya memang tidak pernah
menggunakannya. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal
dengan kantong nilai. Pada awalnya siswa masih kebingungan dengan
cara menggunakannya, hal ini membuat beberapa siswa gaduh. Tetapi
guru dapat mengatasi kegaduhan itu, dan dengan bimbingan guru siswa
dapat mengerjakan soal menggunakan media kantong nilai. Setelah
kegiatan diskusi selesai, guru meminta tiap pasangan melakukan sharing
(berbagi) dengan teman yang lain. Dan teman yang lain memperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut,
guru memberikan pesan supaya rajin belajar.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 9 April 2011
pada jam kedua dan ketiga yaitu pada pukul 08.05-09.15 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan materi dan
indikator yang sama.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru pada
pertemuan kedua yaitu kegiatan awal yang dimulai dengan guru
membuka pelajaran dengan salam, dilanjutkan dengan mengkondisikan
kelas. Guru melakukan apersepsi tentang materi kemarin dengan tanya
jawab seputar penggunaan media kantong nilai. Guru memberi motivasi
kepada siswa dengan mengajak siswa bernyanyi lagu “Satu ditambah
satu”.
Guru memulai kegiatan inti dengan melakukan tanya jawab
seputar penjumlahan dan pengurangan dengan kantong nilai. Guru
menuliskan contoh soal dan meminta siswa untuk memikirkan
jawabannya (thinking). Guru menunjuk siswa secara acak untuk
mengerjakan contoh soal tersebut di depan kelas. Guru meminta siswa
untuk pairing (berpasangan) dengan temannya. Sebelum melakukan
diskusi, guru membagikan media dan lembar kerja kepada setiap
kelompok dan menyuruh siswa mengerjakan lembar kerja tersebut
dengan pasangannya. Guru membimbing siswa yang mengalami
kesulitan dalam mengerjakan soal. Setelah diskusi selesai, guru memilih
secara acak dari beberapa pasangan diskusi untuk melakukan sharing
(berbagi) dengan teman yang lain dan teman yang lain memperhatikan.
Kemudian guru membagikan soal evaluasi individu dan meminta siswa
untuk mengerjakannya secara individu, untuk mengetahui tingkat
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan siswa. Siswa
mengerjakan dengan serius.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan memberikan
tindak lanjut dengan mengingatkan siswa supaya rajin berlatih dan
menghafalkan penjumlahan dan pengurangan.
3) Tahap Observasi
Observasi dilakukan saat pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) berlangsung. Dalam tahap observasi
ini peneliti mengadakan kolaborasi dengan guru kelas dalam melaksanakan
observasi terhadap proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi siswa dan guru, serta pengambilan dokumentasi selama proses
pembelajaran berlangsung. Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan
guru dan kegiatan siswa dalam pembelajaran penjumlahan dan pengurangan.
Hasil observasi siswa pada pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) siklus I dapat dilihat pada Tabel 5
berikut:
Tabel 5. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
No Variabel Kriteria
1. Kedisiplinan siswa Baik
2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran Baik
3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Cukup
4. Kemampuan siswa melakukan diskusi Cukup
5. Kemampuan siswa menggunakan media kantong nilai Baik
6. Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Baik
7. Kemampuan siswa mengerjakan soal Cukup
Berdasarkan Tabel 5 diatas, menunjukkan hasil observasi siswa
pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada
siklus I secara keseluruhan sudah baik. Tetapi, untuk keaktifan siswa,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
kemampuan siswa melakukan diskusi, dan kemampuan siswa mengerjakan
soal masih dalam kriteria cukup, sehingga perlu ditingkatkan.
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus I dapat
dilihat pada Tabel 6 sebagai berikut:
Tabel 6. Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus I.
No Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai pelajaran Baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas Baik
3. Kemampuan guru dalam mengelola waktu Cukup
4. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi Baik
5. Kemampuan guru dalam membimbing diskusi Cukup
6. Perhatian guru terhadap siswa Cukup
7. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran Baik
Berdasarkan Tabel 6 diatas, menunjukkan hasil observasi guru
pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada
siklus I sudah baik, tetapi kemampuan guru dalam mengelola kelas,
membimbing diskusi, serta perhatian guru terhadap siswa masih dalam
kriteria cukup, sehingga perlu ditingkatkan lagi.
4) Tahap Refleksi
Hasil pengamatan dan penilaian yang diperoleh dari tindakan siklus
I kemudian dianalisis. Dari hasil analisis ini, nantinya digunakan sebagai
langkah yang akan dilakukan pada siklus berikutnya. Berdasarkan hasil tes
materi penjumlahan dan pengurangan, dapat dilihat penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan mengalami peningkatan dibandingkan
dengan kondisi awal sebelum tindakan. Nilai hasil penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro
pada siklus I dapat dilihat pada Tabel 7 berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 7. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus I
No Nama Nilai Keterangan
1. Diky Istana 70 Di atas KKM
2. Ade Yahya Abdillah 60 Di bawah KKM
3. Akbar Firmansyah 90 Di atas KKM
4. Al Fuston Ferdy Pamungkas 70 Di atas KKM
5. Alfa Vegananda 60 Di bawah KKM
6. Amanda Enggal Agesti 90 Di atas KKM
7. Amanda Putri Yuda Ardiatama 90 Di atas KKM
8. Ashari Dwi Astuti 70 Di atas KKM
9. Aulia Ranum Putri Natali 60 Di bawah KKM
10. Azahra Aura Shifa Salsabila 40 Di bawah KKM
11. Bagas Yuwana 80 Di atas KKM
12. Beladriyani 70 Di atas KKM
13. Beni Syahriar 70 Di atas KKM
14. Brilian Vectore 60 Di bawah KKM
15. Dafa Putra Ramadhan 70 Di atas KKM
16. Danik Astika Dewi 40 Di bawah KKM
17. Dera Fridea Sari 70 Di atas KKM
18. Desta Mahendramukti 70 Di atas KKM
19. Diki Setiyawan 60 Di bawah KKM
20. Esa Putri Diartha 80 Di atas KKM
21. Febi Radika 70 Di atas KKM
22. Febriana Tri Astuti 70 Di atas KKM
23. Lutvia Novita Sari 40 Di bawah KKM
24. Nabilla Felicia Az zahra 100 Di atas KKM
Dari Tabel 7 di atas, dapat dilihat daftar nilai hasil tes penjumlahan
dan pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro yang
mengalami peningkatan dibandingkan dengan kondisi awal sebelum
tindakan. Berikut merupakan tabel distribusi frekuensi penilaiaan hasil
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan yang dapat dilihat pada
Tabel 8 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan
dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus I
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) Fi(xi)
Prosentase
(%) Keterangan
1. 40-49 3 44,5 133,5 12,5 Di bawah KKM
2. 50-59 0 54,5 0 0 Di bawah KKM
3. 60-69 5 64,5 322,5 20,83 Di bawah KKM
4. 70-79 10 74,5 745 41,67 Di atas KKM
5. 80-89 2 84,5 169 8,33 Di atas KKM
6. 90-99 3 94,5 283,5 12,5 Di atas KKM
7. 100-109 1 104,5 104,5 4,17 Di atas KKM
Jumlah 24 1758 100
Nilai rata-rata = 1758 : 24 = 73,25
Ketuntasan klasikal = 16 : 24 x 100% = 66,67%
Dari Tabel 8 diatas dapat disajikan dalam bentuk grafik yang dapat
dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut:
Gambar 7. Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus I.
F
r
e
k
u
e
n
s
i
12
10
8
6
4
2
0
3
40-49 50-59
60-69 70-79 80-89
Interval Nilai
90-99 100-109
0
5
10
2
3
1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Pada Tabel 7 terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 100, dan nilai
terendah adalah 40, sedangkan nilai rata-rata kelas yang ditunjukkan pada
Tabel 8 adalah 73,25. Apabila dibandingkan dengan nilai pada kondisi awal
sebelum tindakan (dapat dilihat pada Lampiran 3 halaman 88), nilai rata-rata
kelas yang semula 58,29 meningkat menjadi 73,25. Jumlah siswa yang
nilainya sudah mencapai KKM 70 juga mengalami peningkatan yaitu dari 7
siswa atau 29,17% meningkat menjadi 16 atau 66,67% itu berarti
mengalami peningkatan sebesar 37,5%. Peningkatan penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A ini akan tampak jelas pada
tabel perbandingan nilai penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada kondisi awal dan siklus I
yang dapat dilihat pada Tabel 9 di bawah ini:
Tabel 9. Tabel Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Kondisi
Awal dan pada Siklus I
No Interval Nilai Frekuensi
Keterangan Kondisi Awal Siklus I
1. 30-39 2 0 Di bawah KKM
2. 40-49 3 3 Di bawah KKM
3. 50-59 6 0 Di bawah KKM
4. 60-69 6 5 Di bawah KKM
5. 70-79 5 10 Di atas KKM
6. 80-89 1 2 Di atas KKM
7. 90-99 1 3 Di atas KKM
8. 100-109 0 1 Di atas KKM
Jumlah 24 24
Rata-rata 58,29 73,25
Berdasarkan Tabel 9 di atas, dapat dilihat dengan jelas
perbandingan nilai hasil penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
pada kondisi awal dan siklus I. Pencapaian nilai siswa mengalami
peningkatan, rata-rata nilai yang semula (sebelum dilaksanakan tindakan)
adalah 58,29 meningkat menjadi 73,25 (setelah dilaksanakan siklus I). Nilai
siswa yang masih di bawah KKM juga mengalami penurunan, dari 17 siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
menjadi 8 siswa. Peningkatan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan pada siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro akan tampak
lebih jelas apabila digambarkan dalam bentuk grafik. Berikut ini adalah
grafik perbandingan nilai penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
yang dapat dilihat dalam Gambar 8 sebagai berikut:
Gambar 8. Grafik Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal dan pada Siklus I.
Berdasarkan Tabel 9 dan Gambar 7 di atas dapat dilihat dengan
jelas bahwa terjadi peningkatan nilai penjumlahan dan pengurangan siswa
dari kondisi awal ke siklus I. Hal ini berpengaruh terhadap peningkatan
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD
Negeri I Pracimantoro Wonogiri.
Berdasarkan hasil observasi yang dilaksanakan selama proses
pelaksanaan tindakan siklus I, maka dapat dikatakan proses pembelajaran
telah menunjukkan perubahan, baik pada kegiatan siswa maupun pada
pencapaian hasil belajar penjumlahan dan pengurangan yang mengalami
peningkatan.
F
r
e
k
u
e
n
s
i
12
10
8
6
4
2
0 30-39 40-49
50-59 60-69 70-79
Interval Nilai
80-89 90-99
0
2
3 3
6
0
6 5 5
10
1
2
0 1
Kondisi Awal
Siklus I
99-109
1
3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Meskipun terjadi peningkatan dalam menguasai konsep
penjumlahan dan pengurangan, tetapi masih ada beberapa siswa yang
nilainya belum mencapai KKM 70. Hal tersebut antara lain dikarenakan (1)
siswa masih belum paham betul cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi pengurangan, sehingga dalam mengerjakan soal yang berkaitan
dengan pengurangan masih banyak yang salah, (2) keseriusan siswa dalam
mengerjakan soal masih kurang, karena masih ada siswa yang ramai sendiri
(3) siswa kurang teliti dalam menghitung maupun menuliskan jawaban.
Berdasarkan analisis diatas, maka refleksi dari kekurangan yang
terdapat dalam proses pembelajaran yaitu: (1) guru menjelaskan kembali
mengenai cara menggunakan media kantong nilai khususnya dalam operasi
pengurangan tanpa teknik meminjam, (2) guru memberikan perhatian lebih
kepada siswa yang membuat gaduh dan berusaha mengendalikan kelas agar
pembelajarannya lebih kondusif (3) guru memberi bimbingan kepada setiap
siswa dan mengecek bagaimana cara mereka menghitung dengan media
kantong nilai dan menuliskan jawabannya dalam lembar kerja siswa.
Berdasarkan hasil analisis dan refleksi di atas, tindakan yang
dilakukan pada siklus I dikatakan berhasil, karena sudah ada peningkatan
nilai rata-rata kelas. Namun, hasil yang diperoleh belum mencapai hasil
yang maksimal karena masih kurang dari indikator ketercapaian yang
ditentukan pada siklus terakhir yaitu 19 siswa atau 80 % siswa yang nilainya
mencapai KKM 70. Oleh karena itu, perlu dilakukan siklus II sebagai
langkah perbaikan dalam proses pembelajaran siklus I.
b. Tindakan Siklus II
Pada siklus I, hasil pembelajaran penjumlahan dan pengurangan
belum maksimal. Oleh karena itu, kegiatan penelitian tindakan kelas ini
dilanjutkan ke siklus II dengan harapan pada siklus II dapat memperbaiki
kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam proses pembelajaran siklus I,
sehingga tujuan untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) dapat terwujud.
Kegiatan penelitian pada siklus II dilaksanakan dua kali pertemuan
atau empat jam pelajaran. Setiap pertemuan masing-masing dua jam
pelajaran atau 2 x 35 menit. Siklus II dilaksanakan selama satu minggu yaitu
pada hari Jumat, 15 April 2011 dan Sabtu, 16 April 2011. Kegiatan pada
siklus II ini adalah sebagai berikut:
1) Tahap Perencanaan Tindakan
Tindakan yang akan dilakukan pada siklus II ini rencananya akan
dilakukan beberapa langkah perbaikan pada siklus I, yaitu: (1) guru
menjelaskan kembali mengenai cara menggunakan media kantong nilai
khususnya dalam operasi pengurangan tanpa teknik meminjam, (2) guru
memberikan perhatian lebih kepada siswa yang membuat gaduh dan
berusaha mengendalikan kelas agar pembelajarannya lebih kondusif (3)
guru memberi bimbingan kepada setiap siswa dan mengecek bagaimana
cara mereka menghitung dengan media kantong nilai dan menuliskan
jawabannya dalam lembar kerja siswa.
Urutan langkah-langkah yang dilakukan pada siklus II adalah
sebagai berikut: (1) menentukan Kompetensi Dasar dan indikator, (2)
menyiapkan rencana pembelajaran dengan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) untuk siklus II dengan
langkah perbaikan, (3) menyiapkan alat dan bahan pelajaran yang
diperlukan, (4) membuat lembar observasi siswa dan guru pada siklus I,
untuk melihat bagaimana kegiatan belajar mengajar di kelas I A yang
meliputi kegiatan guru dan siswa pada saat proses pembelajaran
menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe
think pair share (TPS), (5) membuat instrumen penjumlahan dan
pengurangan, (6) membuat soal evaluasi untuk mengetahui kemampuan
siswa dalam menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan setelah guru
menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
think pair share (TPS) dalam materi penjumlahan dan pengurangan pada
siklus II.
2) Tahap Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti mengulang materi penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) yang dilaksanakan dalam dua kali
pertemuan.
a) Pertemuan Pertama
Pertemuan pertama dilaksanakan pada hari Jumat, 15 April 2011
pada jam pada jam ketiga dan keempat yaitu pukul 08.40-09.50 WIB.
Pada pertemuan ini yang diajarkan adalah penjumlahan dua bilangan
tanpa teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru meliputi kegiatan
awal, kegiatan inti, dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru
memeriksa kesiapan siswa dan mengkondisikan kelas, kemudian guru
memberi salam dan melakukan presensi kehadiran siswa. Selanjutnya
guru melakukan apersepsi dengan mengaitkan materi yang akan dibahas
dengan materi yang sudah dipelajari siswa pada pertemuan kemarin.
Kegiatan dilanjutkan dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran
yaitu melakukan penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan media
kantong nilai dan memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan benar. Untuk
menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti pembelajaran, guru
mengajak siswa untuk bernyanyi lagu “di sini senang di sana senang”.
Pada kegiatan inti dimulai dengan guru melakukan tanya jawab
tentang penggunaan media kantong nilai dalam operasi penjumlahan dan
pengurangan. Kemudian guru menjelaskan cara menghitung dengan
kantong nilai dalam operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa
teknik menyimpan dan pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik
meminjam, serta memberikan contoh kepada siswa. Dengan contoh soal
yang lebih banyak, diharapkan siswa akan lebih memahami dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan. Guru menuliskan
beberapa contoh soal di papan tulis dan meminta siswa untuk
memikirkan jawabannya (thinking). Kemudian guru meminta siswa
(secara acak) untuk mengerjakan contoh soal tersebut dengan kantong
nilai di depan kelas (mempraktekkannya). Siswa yang lain
memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Karena siswa sudah mengerti,
guru kemudian membagikan media dan lembar soal untuk setiap meja.
Selanjutnya guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya dan mengerjakan soal yang sudah dibagikan. Selama proses
diskusi berlangsung, guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan
dalam mengerjakan lembar kerja. Guru mengecek pekerjaan siswa,
apakah penulisan jawaban sudah benar atau belum. Kemudian guru
meminta tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang
lain. Teman yang lain memberi tanggapan.
Pada kegiatan akhir, guru bersama siswa menyimpulkan
kegiatan pembelajaran dan melakukan refleksi. Sebagai tindak lanjut,
guru memberikan pesan supaya rajin belajar.
b) Pertemuan Kedua
Pertemuan kedua dilaksanakan pada hari Sabtu, 16 April 2011
pada jam kedua dan ketiga yaitu pada pukul 08.05-09.15 WIB. Pada
pertemuan ini guru memberikan pembelajaran dengan materi yang sama,
tetapi dengan indikator berbeda. Pada pertemuan kedua ini indikatornya
adalah memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengurangan tanpa
teknik meminjam dan penjumlahan tanpa teknik menyimpan.
Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan guru sama
dengan pertemuan pertama yaitu meliputi kegiatan awal, kegiatan inti,
dan kegiatan akhir. Pada kegiatan awal, guru memeriksa kesiapan siswa
dan mengkondisikan kelas, kemudian guru memberi salam dan
melakukan presensi kehadiran siswa. Selanjutnya guru melakukan
apersepsi dengan guru mengingatkan kembali tentang materi
penjumlahan dengan kantong nilai yang sudah di bahas kemarin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Selanjutnya guru mengajak siswa untuk bernyanyi dan melakukan
gerakan sederhana.
Kegiatan inti dimulai dengan guru melakukan tanya jawab
seputar teknik pengurangan dengan kantong nilai. Karena hasil pekerjaan
siswa yang berkaitan dengan materi pengurangan masih menunjukkan
hasil yang kurang memuaskan. Kemudian guru menuliskan beberapa
contoh soal pengurangan di papan tulis dan meminta siswa untuk
melakukan thinking (berpikir). Guru menunjuk siswa secara acak untuk
mengerjakan contoh soal tersebut dengan media kantong nilai di depan
kelas. Setelah siswa mengerti tentang materi yang telah disampaikan
guru, kemudian guru membagikan media dan lembar soal untuk setiap
meja. Guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya dan mengerjakan soal yang sudah dibagikan. Guru
membimbing siswa yang mengalami kesulitan. Tiap pasangan melakukan
sharing (berbagi) dengan teman yang lain. Teman yang lain
memperhatikan. Setelah kegiatan sharing selesai, guru membagikan soal
evaluasi individu dan meminta siswa untuk mengerjakannya secara
individu. Siswa mengerjakan dengan serius. Setelah waktu habis, guru
meminta siswa untuk mengumpulkan hasil pekerjaannya.
Pada kegiatan akhir, guru melakukan refleksi dan memberikan
tindak lanjut agar siswa rajin belajar dan menghafal penjumlahan dan
pengurangan. Guru menutup pelajaran dengan salam.
3) Tahap Observasi
Observasi dilakukan saat pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif (TPS) berlangsung. Yaitu pada hari Jumat, 15 April 2011 pada
jam pada jam ketiga dan keempat (pukul 08.40-09.50 WIB) dan hari Sabtu,
16 April 2011 pada jam kedua dan ketiga (pukul 08.05-09.15 WIB).
Observasi yang dilakukan meliputi kegiatan guru dan kegiatan siswa dalam
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan menggunakan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS). Pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
siklus II, guru berusaha melaksanakan langkah perbaikan yang telah
direncanakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi pada pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan.
Hasil observasi siswa pada pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) siklus II dapat dilihat pada Tabel10
sebagai berikut:
Tabel 10. Hasil Observasi Siswa dalam Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II
No Variabel Kriteria
1. Kedisiplinan siswa Baik
2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran Sangat Baik
3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Baik
4. Kemampuan siswa melakukan diskusi Baik
5. Kemampuan siswa menggunakan media kantong nilai Sangat Baik
6. Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Baik
7. Kemampuan siswa mengerjakan soal Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 10 di atas, menunjukkan hasil observasi siswa
pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong
nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada
siklus II yang menunjukkan peningkatan pada keaktifan siswa dalam
pembelajaran, kemampuan siswa dalam melakukan diskusi, serta
kemampuan siswa dalam mengerjakan soal sudah dalam kriteria baik.
Bahkan untuk kesiapan siswa dalam menerima pelajaran, kemampuan siswa
menggunakan media kantong nilai, kemampuan siswa mengerjakan soal
sudah dalam kriteria sangat baik. Ini berarti pembelajaran yang terjadi di
dalam kelas dapat dikatakan berhasil.
Berikut ini tabel hasil observasi guru pada pembelajaran
penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong nilai dan model
pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada siklus II yang
dapat dilihat pada Tabel 11 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Tabel 11. Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II.
No Variabel Kriteria
1. Persiapan guru memulai pelajaran Sanagat Baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas Sangat Baik
3. Kemampuan guru dalam mengelola waktu Baik
4. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi Baik
5. Kemampuan guru dalam membimbing diskusi Baik
6. Perhatian guru terhadap siswa Baik
7. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran Sangat Baik
Berdasarkan Tabel 10 di atas, menunjukkan adanya peningkatan
pada kegiatan guru, kemampuan guru mengelola waktu, kemampuan guru
dalam membimbing diskusi, serta perhatian guru terhadap siswa meningkat
dari kriteria cukup menjadi baik.
4) Tahap Refleksi
Tindakan siklus II sudah dilakukan sesuai dengan Rencana
Pelaksaan Pembelajaran yang sebelumnya sudah disusun. Begitu juga
dengan kegiatan observasi yang telah dilakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Dalam kegiatan observasi, peneliti yang bertindak sebagai
guru dibantu oleh guru kelas yang bertindak sebagai observer yang
mengamati dan memberi penilaian sesuai dengan indikator yang sudah
ditentukan peneliti. Dalam akhir pertemuan siklus II, peneliti memberikan
soal sebagai evaluasi sebagai tes akhir siklus II. Berdasarkan hasil tes yang
dilakukan pada pertemuan kedua siklus II, diperoleh nilai hasil penguasaan
konsep penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro Wonogiri pada siklus II yang dapat dilihat pada Tabel 12
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Tabel 12. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II
No Nama Nilai Keterangan
1. Diky Istana 80 Di atas KKM
2. Ade Yahya Abdillah 80 Di atas KKM
3. Akbar Firmansyah 100 Di atas KKM
4. Al Fuston Ferdy Pamungkas 90 Di atas KKM
5. Alfa Vegananda 60 Di bawah KKM
6. Amanda Enggal Agesti 100 Di atas KKM
7. Amanda Putri Yuda Ardiatama 100 Di atas KKM
8. Ashari Dwi Astuti 80 Di atas KKM
9. Aulia Ranum Putri Natali 70 Di atas KKM
10. Azahra Aura Shifa Salsabila 60 Di bawah KKM
11. Bagas Yuwana 90 Di atas KKM
12. Beladriyani 70 Di atas KKM
13. Beni Syahriar 90 Di atas KKM
14. Brilian Vectore 80 Di atas KKM
15. Dafa Putra Ramadhan 90 Di atas KKM
16. Danik Astika Dewi 60 Di bawah KKM
17. Dera Fridea Sari 90 Di atas KKM
18. Desta Mahendramukti 70 Di atas KKM
19. Diki Setiyawan 70 Di atas KKM
20. Esa Putri Diartha 90 Di atas KKM
21. Febi Radika 80 Di atas KKM
22. Febriana Tri Astuti 90 Di atas KKM
23. Lutvia Novita Sari 60 Di bawah KKM
24. Nabilla Felicia Az zahra 100 Di atas KKM
Dari Tabel 12 diatas, terlihat bahwa nilai tertinggi yang diperoleh
siswa adalah 100, sedangkan nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 40.
Siswa yang nilainya belum mencapai KKM 70 ada 4 siswa, sedangkan 20
siswa lainnya sudah mendapatkan nilai sama dengan KKM bahkan lebih
dari KKM yang sudah ditentukan yaitu 70. Untuk lebih jelasnya, akan
disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi penilaian pada Siklus II
yang dapat dilihat pada Tabel 13 sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan
dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada Siklus
II
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) Fi(xi)
Prosentase
(%) Keterangan
1. 60-69 4 64,5 258 16,67 Di bawah KKM
2. 70-79 4 74,5 298 16,67 Di atas KKM
3. 80-89 5 84,5 422,5 20,83 Di atas KKM
4. 90-99 7 94,5 661,5 29,16 Di atas KKM
5. 100-109 4 104,5 418 16,67 Di atas KKM
Jumlah 24 2058 100
Nilai rata-rata = 2058 : 24 = 85,75
Ketuntasan klasikal = 20 : 24 x 100% = 83,33%
Dari Tabel 13 di atas, terlihat adanya peningkatan perolehan nilai
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro. Dari
Tabel 13 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada
Gambar 9 sebagai berikut:
Gambar 9. Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A
SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II.
F
r
e
k
u
e
n
s
i
12
10
8
6
4
2
0 60-69 70-79 80-89
Interval Nilai
90-99 100-109
4 4
5
7
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Pada Tabel 12 terlihat bahwa nilai tertinggi adalah 100, dan nilai
terendah adalah 60, sedangkan nilai rata-rata yang ditunjukkan pada Tabel
13 adalah 85,75. Apabila dibandingkan dengan nilai pada siklus I, nilai rata-
rata kelas meningkat dari 73,25 menjadi 85,75. Jumlah siswa yang nilainya
sudah mencapai KKM 70 juga mengalami peningkatan yaitu dari 16 siswa
atau 66,67% pada siklus I meningkat menjadi 20 siswa atau 83,33% pada
siklus II. Peningkatan yang terjadi dari siklus I ke siklus II sebesar 16,66%.
Peningkatan penguasaan konsep penjumlahan dan penngurangan siswa
kelas I A ini akan tampak jelas pada tabel perbandingan nilai penguasaan
konsep penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro pada siklus I dan siklus II yang dapat dilihat pada Tabel 14
sebagai berikut:
Tabel 14. Tabel Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan pada Siklus II
No Interval
Nilai
Frekuensi
Keterangan Kondisi
Awal Siklus I Siklus II
1. 30-39 2 0 0 Di bawah KKM
2. 40-49 3 3 0 Di bawah KKM
3. 50-59 6 0 0 Di bawah KKM
4. 60-69 6 5 4 Di bawah KKM
5. 70-79 5 10 4 Di atas KKM
6. 80-89 1 2 5 Di atas KKM
7. 90-99 1 3 7 Di atas KKM
8. 100-109 0 1 4 Di atas KKM
Jumlah 24 24 24
Rata-rata 58,29 73,25 85,75
Berdasarkan Tabel 14, dapat dilihat bahwa nilai penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro mengalami
peningkatan. Dari Tabel 14 di atas dapat disajikan dalam bentuk grafik
perbandingan nilai penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
Negeri I Pracimantoro Wonogiri pada kondisi awal sebelum tindakan, siklus
I dan siklus II yang dapat dilihat pada Gambar 10 sebagai berikut:
Gambar 10. Grafik Perbandingan Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan
Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II.
Berdasarkan Tabel 14 dan Gambar 10, dapat dilihat dengan jelas
bahwa terjadi peningkatan nilai penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I
A SD Negeri I Pracimantoro Kabupaten Wonogiri. Hal ini juga berpengaruh
terhadap penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan siswa.
Jumlah siswa yang nilainya sudah mencapai ketuntasan belajar
dengan KKM ≥ 70 adalah 20 siswa atau 83,33%. Jumlah tersebut sudah
berada di atas indikator ketercapaian yang ingin dicapai peneliti yaitu 19
siswa atau 80%. Hal ini berarti tindakan yang dilakukan peneliti sudah
berhasil.
Penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A
SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri mengalami peningkatan. Hal ini bisa
dilihat dari tercapainya indikator penjumlahan dan pengurangan yang telah
F
r
e
k
u
e
n
s
i
12
10
8
6
4
2
0 30-39 40-49
50-59 60-69 70-79
Interval Nilai
80-89 90-99
3
2
3
0
6 5
6 5 5
10
1
2
0
3
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
0 0
4 4 4
5
7
90-99
0 0 1 1
4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
ditetapkan pada awal tindakan yaitu: (1) kemampuan melakukan
penjumlahan dua bilangan tanpa teknik menyimpan, (2) kemampuan
melakukan pengurangan dua bilangan tanpa teknik meminjam, (3)
memecahkan persoalan yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan. Selain itu, kekurangan yang terjadi pada siklus I dapat
diperbaiki pada siklus II. Pencapaian nilai tes penjumlahan dan pengurangan
yang diperoleh siswa pada siklus II sudah sesuai dengan indikator
ketercapaian yang dirumuskan sebelum tindakan, maka penelitian ini
diakhiri. Berikut ini rekapitulasi ketercapaian indikator penelitian siklus I
dan siklus II yang dapat dilihat dalam Tabel 15 sebagai berikut:
Tabel 15. Rekapitulasi Ketercapaian Indikator Penelitian Siklus I dan Siklus II
No Indikator Prosentase yang Dicapai
Siklus I Siklus II
1.
2.
3.
Dapat menjumlahkan dua
bilangan tanpa teknik
menyimpan.
Dapat mengurangkan dua
bilangan tanpa teknik meminjam.
Memecahkan persoalan yang
berkaitan dengan penjumlahan
dan pengurangan
66,67% 83,33%
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data yang ada, dapat
dilihat adanya peningkatan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri dalam
pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan pengurangan sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
1. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan
Siswa Kelas I A pada Kondisi Awal sebelum Tindakan
Dari daftar nilai yang sudah ada, dapat diketahui nilai hasil
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan pada kondisi awal
sebelum tindakan (pada Lampiran 3 halaman 88) yaitu siswa yang
mendapat nilai antara 30-39 ada 2 siswa, 40-49 ada 3 siswa, 50-59 ada 6
siswa, 60-69 ada 6 siswa, 70-79 ada 5 siswa, 80-89 ada 1 siswa, 90-99
ada 1 siswa, dan yang mendapatkan nilai antara 100-109 belum ada.
Dengan demikian nilai rata-rata siswa pada kondisi awal adalah 58,29.
Siswa yang mendapat nilai < KKM 70 sebanyak 17 siswa atau 70,83%
dan siswa yang mendapat nilai ≥ KKM 70 ada 7 siswa atau 29,17%.
2. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan
Siswa Kelas I A pada Siklus I
Berdasarkan hasil tes akhir penjumlahan dan pengurangan pada
siklus I dapat diketahui hasilnya, nilai terendah yang diperoleh siswa
yaitu 40, sedangkan nilai tertinggi adalah 100. Rinciannya yaitu sebagai
berikut: yang mendapat nilai antara 40-49 ada 3 siswa, yang mendapat
nilai 50-59 tidak ada, yang mendapat nilai 60-69 ada 5 siswa, yang
mendapat nilai 70-79 ada 10 siswa, yang mendapat nilai 80-89 ada 2
siswa, yang mendapat nilai 90-99 ada 3 siswa, sedangkan yang mendapat
nilai antara 100-109 ada 1 siswa. Nilai rata-rata pada siklus I yaitu
sebesar 73,25. Siswa yang mendapat nilai < KKM 70 sebanyak 8 siswa
atau 33,33% dan siswa yang mendapat nilai ≥ KKM 70 ada 16 siswa atau
sebanyak 66,67%.
3. Data Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan
Siswa Kelas I A pada Siklus II
Berdasarkan hasil tes penjumlahan dan pengurangan yang
diberikan pada akhir pertemuan siklus II, dapat diketahui hasil yang
diperoleh siswa kelas I A. Nilai terendah yang diperoleh siswa adalah 60
dan nilai tertingginya adalah 100. Pada siklus II, sudah tidak ada siswa
yang mendapatkan nilai dibawah 60. Rincian nilai yang diperoleh siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
kelas I A pada siklus II yaitu sebagai berikut: yang mendapat nilai antara
60-69 ada 4 siswa, yang mendapat nilai 70-79 juga ada 4 siswa, yang
mendapat nilai 80-89 ada 5 siswa, yang mendapat nilai 90-99 ada 7 siswa,
sedangkan yang mendapat nilai antara 100-109 ada 4 siswa. Nilai rata-
rata pada siklus II yaitu sebesar 85,75. Siswa yang mendapat nilai <
KKM 70 sebanyak 4 siswa atau 16,67% dan siswa yang mendapat nilai ≥
KKM 70 ada 20 siswa atau sebanyak 83,33%.
Dengan melihat hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwa
terjadi peningkatan proses pembelajaran matematika dalam materi
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I setelah penggunaan media
kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share
(TPS). Peningkatan terlihat dari perhitungan nilai hasil penguasaan konsep
penjumlahan dan pengurangan yang diperoleh siswa pada kondisi awal
sebelum tindakan dilakukan dan setelah dilakukan tindakan siklus I dan
siklus II yang masing-masing siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Nilai
rata-rata hasil penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan dapat
dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut:
Tabel 16. Rekapitulasi Rata-rata Nilai Hasil Penguasaan Konsep Penjumlahan
dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada
Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No.
Pembelajaran
Penjumlahan dan
Pengurangan
Sebelum Tindakan
Setelah Dilaksanakan
Tindakan
Siklus I Siklus II
1. Nilai Rata-rata 58,29 73,25 85,75
Berdasarkan Tabel 16 di atas menunjukkan bahwa nilai rata-rata
penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro
mengalami peningkatan yang signifikan. Nilai rata-rata pada kondisi awal
sebelum tindakan adalah 58,29, kemudian pada siklus I mengalami
peningkatan menjadi 73,25. Sedangkan pada akhir siklus II, nilai rata-rata
penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan meningkat menjadi
85,75. Adanya peningkatan tersebut membuktikan bahwa penggunaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair
Share (TPS) dapat digunakan untuk membantu meningkatkan penguasaan
konsep penjumlahan dan pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran penjumlahan dan
pengurangan dengan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) yang dilaksanakan oleh peneliti
dinyatakan berhasil.
Peningkatan rata-rata nilai hasil penguasaan konsep penjumlahan
dan pengurangan siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri dapat
disajikan dalam bentuk grafik yang dapat diliahat pada Gambar 11 sebagai
berikut:
Gambar 11. Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Hasil Penguasaan Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
N
i
l
a
i
90
80
70
60
50
40
30
20
10
0
Kondisi Awal Siklus I
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
73,25
58,29
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
85,75
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
Perbandingan antara jumlah siswa yang mencapai ketuntasan
belajar materi penjumlahan dan pengurangan pada kondisi awal sebelum
tindakan, siklus I, dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 17 sebagai berikut:
Tabel 17. Rekapitulasi Ketuntasan Belajar Siswa Kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro pada Kondisi Awal, Siklus I dan Siklus II
No Ketuntasan Kondisi Awal Siklus I Siklus II
Jumlah % Jumlah % Jumlah %
1. Tuntas 7 29,17 16 66,67 20 83,33
2. Tidak Tuntas 17 70,83 8 33,33 4 16,67
Berdasarkan Tabel 17, terlihat adanya peningkatan pada ketuntasan
belajar siswa pada pembelajaran penjumlahan dan pengurangan yaitu pada
kondisi awal jumlah siswa yang tuntas hanya 7 siswa atau 29,17%,
kemudian pada siklus I meningkat menjadi 16 siswa atau 66,67%, dan pada
siklus II meningkat menjadi 20 siswa atau 83,33%. Data dari Tabel 17 di
atas dapat disajikan dalam bentuk grafik yang dapat dilihat pada Gambar 12
sebagai berikut:
J
u
m
l
a
h
S
i
s
w
a
24
20
16
12
8
4
0 Kondisi Awal Siklus I
Pelaksanaan Tindakan
Siklus II
7
Kondisi Awal
Siklus I
Siklus II
10
20
Gambar 12. Grafik Peningkatan Ketuntasan Nilai Penjumlahan dan Pengurangan
Siswa Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Kondisi Awal, Siklus I,
dan Siklus II.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Dengan demikian maka dapat diketahui bahwa salah satu upaya
untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
siswa kelas I SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri yaitu dengan
menggunakan media kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe
Think Pair Share (TPS). Hal ini terjadi karena pembelajaran dengan
menggunakan media kantong nilai mempermudah siswa untuk memahami
dan menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan. Dengan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) siswa dapat berinteraksi
dan bekerja sama dengan siswa yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa penggunaan media
kantong nilai dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS)
dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan pengurangan
pada siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun Ajaran
2010/2011. Hal ini ditunjukkan dengan adanya peningkatan jumlah siswa
yang mencapai nilai ketuntasan belajar atau KKM yang sudah ditentukan
sekolah yaitu 70. Pada kondisi awal sebelum tindakan sebanyak 7 siswa
atau 21,17% meningkat menjadi 16 siswa atau 66,67% pada siklus I, itu
berarti ada peningkatan sebesar 37,5%. Dan 20 siswa atau 83,33% pada
siklus II itu berarti apabila dibandingkan dengan siklus I mengalami
peningkatan sebesar 16,67%. Nilai rata-rata siswa tiap siklusnya juga
mengalami peningkatan, yaitu pada kondisi awal sebelum dilaksanakan
tindakan sebesar 58,29 menjadi 73,25 pada siklus I, dan 85,75 pada siklus II.
Dengan demikian, penggunaan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif (TPS) dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun
Ajaran 2010/2011.
B. Implikasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan, dapat
diketahui bahwa penggunaan media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif (TPS) dapat meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan siswa kelas I A SD Negeri I Pracimantoro Wonogiri Tahun
Ajaran 2010/2011. Tindakan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua
siklus. Setiap pelaksanaan siklus terdapat empat langkah kegiatan, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Berkaitan
79
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
dengan hasil penelitian ini maka dapat dikemukakan implikasi hasil
penelitian sebagai berikut:
1. Memberikan informasi bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) serta memanfaatkan media
kantong nilai dalam pembelajaran Matematika materi penjumlahan dan
pengurangan untuk meningkatkan penguasaan konsep penjumlahan dan
pengurangan siswa.
2. Mendorong guru untuk menggunakan berbagai media dan model
pembelajaran, salah satunya media kantong nilai dan model pembelajaran
kooperatif tipe think pair share (TPS) yang dapat menumbuhkan
partisipasi siswa serta menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif
sehingga membuat siswa merasa senang selama mengikuti proses
pembelajaran.
3. Memotivasi siswa untuk memiliki kemauan bekerja sama dengan
kelompok, kemampuan berinteraksi dengan guru maupun dengan siswa
lain, keterampilan menggunakan media kantong nilai, serta aktif dalam
kegiatan pembelajaran.
4. Menumbuhkan kesadaran guru tentang pentingnya mengenali berbagai
kendala yang timbul dalam pembelajaran sedini mungkin serta mencari
berbagai alternatif dalam usaha mengatasi masalah yang ada dalam
proses pembelajaran.
C. SARAN
Berdasarkan simpulan dan implikasi di atas, maka peneliti
memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah
a. Hendaknya sekolah dapat memberi motivasi pada guru untuk
melakukan pembelajaran yang aktif, menarik dan kondusif. Bisa
melalui pengguanaan media kantong nilai yang mempermudah siswa
untuk menguasai konsep penjumlahan dan pengurangan serta
penggunaan model pembelajaran yang bervariasi seperti model
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) yang dapat
menumbuhkan rasa sosial, interaksi dan kerjasama dengan orang lain.
b. Hendaknya sekolah memenuhi sarana dan prasarana yang dapat
mendukung berlangsungnya proses pembelajaran siswa, seperti
penyediaan media pembelajaran yang lengkap, sehingga tujuan
pembelajaran yang dirumuskan dapat tercapai.
2. Bagi Guru
a. Hendaknya guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
menggunakan media kantong nilai serta dalam menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS) pada
pembelajaran penjumlahan dan pengurangan.
b. Hendaknya memotivasi siswa serta menarik perhatian siswa dalam
mengikuti pembelajaran matematika khususnya materi penjumlahan
dan pengurangan, bisa dengan penggunaan media yang bervariasi dan
menarik serta penggunaan model pembelajaran yang dapat
menumbuhkan semangat siswa untuk mengikuti kegiatan
pembelajaran.
c. Hendaknya lebih mengaktifkan siswa dalam pembelajaran matematika
khususnya penjumlahan dan pengurangan dengan media kantong nilai
dan model pembelajaran kooperatif tipe think pair share (TPS).
3. Bagi Siswa
a. Diharapkan dapat lebih banyak berlatih dan menghafal penjumlahan
dan pengurangan sehingga dapat menguasai konsep penjumlahan dan
pengurangan dengan baik.
b. Hendaknya dapat lebih aktif dalam pembelajaran sehingga mudah
menyerap ilmu pengetahuan serta informasi yang disampaikan guru
dalam pembelajaran.
c. Hendaknya selalu rajin dalam belajar sehingga dapat memperoleh
hasil belajar yang optimal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
4. Bagi Peneliti yang Akan Datang
a. Hendaknya dapat mengembangkan pemilihan media maupun model
pembelajaran yang sesuai dengan permasalahan yang timbul dalam
pembelajaran matematika materi penjumlahan dan pengurangan
khususnya kelas I SD.
b. Hendaknya dapat lebih kreatif dalam membuat media pembelajaran
matematika khususnya dalam materi penjumlahan dan pengurangan.
c. Hendaknya dapat menggunakan model atau metode pembelajaran
yang belum pernah dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK),
sehingga akan muncul metode dan model pembelajaran yang inovatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
DAFTAR PUSTAKA
. 2003. Undang-Undang Nomor 20 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Jakarta: BP. Cipta Jaya.
Abdul Azis Wahab. 2009. Metode dan Model-model Mengajar Ilmu Pengetahuan
Sosial (IPS). Bandung: Alfabeta.
Agus Suprijono. 2009. Cooperative Learning: Teori dan Apikasi PAIKEM.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Arief S. Sadiman, dkk. 2002. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Asep Jihad. 2008. Pengembangan Kurikulum Matematika. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Asep Jihad, Abdul Haris. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: Multi
Pressindo.
Azhar Arsyad. 2004. Media Pembelajaran. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Faqih Samlawi dan Bunyamin Maftuh. 2001. Konsep Dasar IPS. Bandung:
Maulana.
Fitroh Amalia Solechah. 2009. Peningkatan Kemampuan Berhitung Penjumlahan
dan Pengurangan melalui Permainan dengan Alat Peraga Kantong Nilai
Pada Siswa Kelas I SD Negeri II Pracimantoro Kabupaten Wonogiri
Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Tidak Dipublikasikan. Surakarta: UNS.
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.
Heruman. 2008. Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar. Bandung:
Rosdakarya.
Hujair AH. Sanaky. 2009. Media Pembelajaran. Yogyakarta: Safiria Insania Press.
Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Bandung: Alfabeta.
Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Gaung Persada.
Karso, dkk. 2009. Pendidikan Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
Kismiantini, Dyan Indrawati. 2008. Dunia Matematika: untuk Kelas I SD/ MI.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Lita Melati Sari. 2010. Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman dengan
Model Kooperatif Tipe Think Pair Share pada Kelas V SD Negeri Pajang
No. 93 Laweyan Surakarta Tahun Ajaran 2009/2010. Sripsi Tidak
Dipublikasikan. Surakarta: UNS.
Marsudi Raharjo. 2004. Bilangan Asli. Cacah dan Bulat. Yogyakarta: Pusat
Pengembangan Penstaran Guru (PPPG) Matematika.
Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif : Buku Sumber Tentang
Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjejep Rohendi Rohidi, Jakarta : UI
Press.
Mulyono Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Murtinem. 2006. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas III SDN
Kertasinduyasa 03 Brebes dalam Pokok Bahasan Penjumlahan Dengan
Teknik Menyimpan melalui Alat Peraga Kantong Nilai Plastik Transparan.
Skripsi Tidak Dipublikasikan. Semarang. UNNES.
Oemar Hamalik. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Oemar Hamalik. 2003. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara.
Poppy Kamalia Devi. 2009. Model Pembelajaran Langsung dan Kooperatif:
untuk Guru SMP. Bandung: Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan
Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ilmu Pengetahuan Alam (PPPPTK
IPA).
Purnomosidi, Wiyanto, Endang Supadminingsih. 2008.Matematika I untuk SD/
MI kelas I. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Robert E. Slavin. 2009. Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: Wacana
Prima.
Rusman. 2010. Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Russeffendi. 1992. Pendidikan Matematika 3. Jakarta: Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan.
Sarwiji Suwandi. 2009. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan Penulisan Karya
Tulis Ilmiah. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS
Surakarta.
St. Y. Slamet dan Suwarto. 2007. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kualitatif.
Surakarta: UPT Penerbitan dan Percetakan UNS (UNS Press).
Sugiyanto. 2009. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia
Sertifikasi Guru Rayon 13 FKIP UNS Surakarta.
Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep,
Landasandan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Udin S. Winataputra, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wina Sanjaya. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana.
http://www.newworldencyclopedia.org/entry/Arithmetic (di akses pada tanggal 2
Maret 2011)
www.Mathematic.transdigit.com mathematic (di akses pada tanggal 4 Maret 2011)
([email protected]) (di akses pada tanggal 6 Maret 2011)
(www.artikata.com/arti-369095-penguasaan.html) (di akses pada tanggal 14 Mei
2011)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Lampiran 1
Rincian Waktu dan Jenis Kegiatan
No. Kegiatan Januari Februari Maret April Mei Juni
1. Persiapan
penelitian X
a. Persiapan
survei awal X
b. Penyusunan
proposal X X X
c. Mengurus
perizinan X
d. Koordinasi
dengan Guru X
e. Mendiskusikan
masalah teknik
pelaksanaan
tindakan
X
2. Pelaksanaan
Tindakan X
a. Mempersiapkan
media
pembelajaran
X
b. Pelaksanaan
siklus I&II X
c. Penganalisisan
data X X
3. Penyusunan
laporan X X
4. Ujian skripsi X
5.
Revisi,
penggandaan,
penjilidan, dan
pengiriman
laporan
X
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Lampiran 2
Daftar Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I A SD Negeri I
Pracimantoro Pada Kondisi Awal Sebelum Tindakan
Keterangan:
Jumlah siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 7 siswa
Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 17 siswa
Wonogiri, 2 April 2011
Guru Kelas I A Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
NO NAMA NILAI KETERANGAN
1. Diky Istana 60 Di bawah KKM
2. Ade Yahya Abdillah 50 Di bawah KKM
3. Akbar Firmansyah 70 Di atas KKM
4. Al Fuston Ferdy Pamungkas 60 Di bawah KKM
5. Alfa Vegananda 40 Di bawah KKM
6. Amanda Enggal Agesti 70 Di atas KKM
7. Amanda Putri Yuda Ardiatama 80 Di atas KKM
8. Ashari Dwi Astuti 60 Di bawah KKM
9. Aulia Ranum Putri Natali 50 Di bawah KKM
10. Azahra Aura Shifa Salsabila 50 Di bawah KKM
11. Bagas Yuwana 70 Di atas KKM
12. Beladriyani 40 Di bawah KKM
13. Beni Syahriar 60 Di bawah KKM
14. Brilian Vectore 50 Di bawah KKM
15. Dafa Putra Ramadhan 50 Di bawah KKM
16. Danik Astika Dewi 30 Di bawah KKM
17. Dera Fridea Sari 60 Di bawah KKM
18. Desta Mahendramukti 40 Di bawah KKM
19. Diki Setiyawan 60 Di bawah KKM
20. Esa Putri Diartha 70 Di atas KKM
21. Febi Radika 70 Di atas KKM
22. Febriana Tri Astuti 50 Di bawah KKM
23. Lutvia Novita Sari 30 Di bawah KKM
24. Nabilla Felicia Az zahra 90 Di atas KKM
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Lampiran 3
Tabel Distribusi Frekuensi Penilaian Hasil Tes Awal Penguasaan Konsep
Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I Pracimantoro Pada
Kondisi Awal
No Interval
Nilai
Frekuensi
(fi)
Nilai
Tengah (xi) Fi(xi)
Prosentase
(%) Keterangan
1. 30-39 2 34,5 69 8,33 Di bawah KKM
2. 40-49 3 44,5 133,5 12,5 Di bawah KKM
3. 50-59 6 54,5 327 25 Di bawah KKM
4. 60-69 6 64,5 387 25 Di atas KKM
5. 70-79 5 74,5 372,5 20,83 Di atas KKM
6. 80-89 1 84,5 84,5 4,17 Di atas KKM
7. 90-99 1 94,5 94,5 4,17 Di atas KKM
Jumlah 24 1399 100
Nilai rata-rata = 1399 : 24 = 58,29
Ketuntasan klasikal = 7 : 24 x 100% = 21,17%
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
Lampiran 4
Gambar Grafik Distribusi Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Kondisi Awal.
F
r
e
k
u
e
n
s
i
12
10
8
6
4
2
0
2
40-49 50-59
60-69 70-79 80-89
Interval Nilai
90-99 30-39
3
6 6
5
1 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Lampiran 5
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Siklus I
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pracimantoro
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : I/2
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan)
I. Standar Kompetensi
4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka
dalam pemecahan masalah.
II. Kompetensi Dasar
4.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
III. Indikator
1. Melakukan penjumlahan dua bilangan tanpa teknik menyimpan
dengan media kantong nilai.
2. Melakukan pengurangan dua bilangan tanpa teknik meminjam dengan
media kantong nilai.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Melalui penjelasan guru, siswa dapat melakukan penjumlahan tanpa
teknik menyimpan dengan media kantong nilai secara tepat.
2. Melalui penjelasan guru, siswa dapat melakukan pengurangan tanpa
teknik meminjam dengan media kantong nilai dengan tepat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
V. Dampak Pengiring
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diharapkan mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan penjumlahan dan
pengurangan dalam kehidupan sehari-hari.
VI. Materi Pelajaran
1. Penjumlahan dua bilangan tanpa teknik menyimpan
Perhatikan contoh berikut:
25 + 12 = ….
a. Pengerjaan dengan kantong nilai
Masukkan 2 ikat sedotan (1 ikat = 10 sedotan) yang bernilai
puluhan ke dalam kantong puluhan, 5 sedotan yang bernilai satuan
ke dalam kantong satuan (kantong paling atas/baris I). Kemudian
masukkan 1 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan dan 2 sedotan
ke dalam kantong satuan (kantong tengah/baris II). Setelah itu,
jumlahkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, puluhan dengan
puluhan, satuan dengan satuan. Sehingga akan diperoleh hasil, 3
ikat sedotan dalam kantong puluhan dan 7 buah sedotan dalam
kantong satuan, hasilnya 3 puluhan dan 7 satuan = 37 (25 + 12 =
37).
PULUHAN SATUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
b. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan menggunkan cara
bersusun pendek.
2 5
1 2
3 7
Satuan ditambah dengan satuan
Puluhan ditambah dengan puluhan
2. Pengurangan dua bilangan tanpa teknik meminjam.
Perhatikan contoh berikut:
35 - 14 = ….
a. Pengerjaan dengan kantong nilai
Masukkan 3 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan, 5 sedotan
kedalam kantong satuan (pada baris I). Dan 1 ikat sedotan
kedalam kantong puluhan, 4 sedotan kedalam kantong satuan
(pada baris II). Kemudian kurangkanlah masing-masing
bilangan sesuai dengan nilai tempatnya (satuan dengan satuan,
puluhan dengan puluhan), hasilnya masukkan ke dalam
kantong hasil (baris III). Yaitu, masukkan 1 sedotan ke dalam
kantong satuan dan 2 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan
(35 – 14 = 21).
PULUHAN SATUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
b. Pengurangan tanpa teknik meminjam dengan menggunakan cara
bersusun pendek.
3 5
1 4
2 1
Satuan dikurangkan dengan satuan
Puluhan dikurangkan dengan puluhan
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : kooperatif tipe think pair sahare (TPS)
2. Metode : ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi.
VIII. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru memberikan pertanyaan kepada siswa yang
berkaitan dengan nilai tempat.
3. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan sedikit
informasi mengenai materi yang akan dipelajari.
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
4. Guru melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai media
kantong nilai dan cara penggunaannya.
5. Guru menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan, serta memberikan contoh kepada siswa.
6. Guru menjelaskan cara menggunakan kantong nilai dalam
operasi pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan, serta memberikan contoh kepada siswa.
7. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
8. Guru melakukan tanya jawab seputar cara penggunaan media
kantong nilai. Kemudian guru menulis dua contoh soal
(penjumlahan dan pengurangan) dan meminta siswa untuk
melakukan thinking (berpikir).
9. Guru meminta salah satu siswa untuk mengerjakan contoh soal
tersebut dengan kantong nilai di depan kelas. Siswa lain
memperhatikan dengan sungguh-sungguh.
10. Guru membagikan media dan lembar soal kepada setiap meja
dan meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya untuk mengerjakan soal yang sudah dibagikan.
- Elaborasi
11. Guru membimbing siswa dalam mengerjakan soal dengan
kantong nilai.
- Konfirmasi
12. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang
lain. Teman yang lain memperhatikan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal (10 menit)
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru mengaitkan pembelajaran dengan materi
pertemuan kemarin.
3. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengajak siswa untuk bernyanyi lagu “satu ditambah satu”.
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
1. Guru melakukan tanya jawab seputar penjumlahan dan
pengurangan dengan kantong nilai.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
2. Guru menuliskan contoh soal dan meminta siswa untuk
memikirkan jawabannya (thinking). Guru menunjuk siswa
secara acak untuk mengerjakan contoh soal tersebut di depan
kelas.
3. Guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya.
4. Guru membagikan media dan lembar soal kepada setiap
kelompok. Dan menyuruh siswa mengerjakan soal dengan
pasangannya.
- Elaborasi
5. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan soal.
- Konfirmasi
6. Guru memilih secara acak dari beberapa pasangan diskusi untuk
melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang lain. Teman
yang lain memperhatikan.
7. Guru membagikan soal evaluasi individu. Siswa mengerjakan
dengan serius.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
IX. Media dan Sumber Belajar
1. Media : kantong nilai
2. Sumber belajar : a. Silabus KTSP kelas 1
b. Buku Dunia Matematika untuk kelas 1 SD/MI,
BSE, Pusat Perbukuan Depdiknas, halaman
137-176.
c. Buku Matematika untuk SD/MI kelas 1, BSE,
Pusat Perbukuan Depdiknas, halaman 121-142.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
X. Penilaian
1. Prosedur Tes : Tes proses dan tes akhir
2. Jenis Tes : Tes Tertulis
3. Bentuk : Uraian
4. Instrumen : Soal tes, kunci jawaban dan kriteria penilaian
Wonogiri, 8 April 2011
Guru Kelas I A Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
Mengetahui,
Kepala SD Negeri I Pracimantoro
Sejarjo, S. Pd
NIP. 19540403 1975512 1 010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Lampiran
Lembar Kerja Siswa (Pertemuan I)
Kerjakan soal di bawah ini dengan kelompokmu !
1. 12 + 17 = …. 5. 45 + 32 = …. 9. 32 – 12 =….
2. 33 + 34 = …. 6. 24 – 12 = …. 10. 35 – 12
= …
3. 35 + 41 = …. 7. 22 – 11 = ….
4. 37 + 42 = …. 8. 27 – 20 = ….
Nama :
No. absen :
Kelas :
Nama :
No. absen :
Kelas :
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Kunci Jawaban:
1. 29 6. 12
2. 67 7. 11
3. 76 8. 7
4. 79 9. 20
5. 77 10. 23
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
Lembar Kerja Siswa (pertemuan II)
Kerjakan soal di bawah ini dengan kelompokmu !
1. 14 + 15 = …. 5. 45 + 42 = …. 9. 49 – 36 = ….
2. 25 + 33 = …. 6. 38 – 15 = …. 10. 57 – 35
= ….
3. 35 + 34 = …. 7. 46 – 15 = ….
4. 32 + 42 = …. 8. 54 – 22 = ….
Nama :
No. absen :
Kelas :
Nama :
No. absen :
Kelas :
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
Kunci Jawaban:
1. 29 6. 23
2. 58 7. 31
3. 69 8. 32
4. 74 9. 13
5. 87 10. 22
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
Lampiran 6
Soal Evaluasi Siklus I
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar!
1. 17 + 12 = …. 5. 46 + 53 = …. 9. 67 – 34 = ….
2. 26 + 31 = …. 6. 33 – 12 = …. 10. 64 – 21 =
3. 28 + 30 = …. 7. 45 – 14 = ….
4. 35 + 42 = …. 8. 55 – 22 = ….
Nama :
No. absen :
Kelas :
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
Kunci jawaban:
1. 29 6. 21
2. 57 7. 31
3. 58 8. 33
4. 77 9. 33
5. 99 10. 43
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
Lampiran 7
Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
Nama Praktikan : Zani Rohfatkhul Jannah
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
NO.
VARIABEL
INDIKATOR
KRITERIA
K C B SB
1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa tepat waktu masuk
kelas sebelum pelajaran di
mulai
2. Siswa memberikan salam
pada guru sebelum
pelajaran dimulai
3. Siswa berdoa sebelum
pelajaran di mulai
4. Siswa bersikap sopan
selama proses pembelajaran
berlangsung
2.
Kesiapan siswa
dalam menerima
pelajaran
1. Siswa menyiapkan buku
tulis
2. Siswa menyiapkan alat-alat
tulis
3. Siswa menyiapkan buku
pelajaran
4. Siswa menyiapkan alat-alat
yang digunakan untuk
diskusi bersama teman
sebangku
3. Keaktifan siswa
dalam
pembelajaran
1. Siswa mengikuti proses
pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan baik
2. Siswa berani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
mengemukakan
pendapatnya
3. Siswa berani bertanya
bila mengalami kesulitan
4. Siswa berinteraksi aktif
dengan pasangan
diskusinya
4.
Kemampuan siswa
melakukan diskusi
1. Siswa melakukan diskusi
sesuai dengan langkah-
langkah yang ada
2. Siswa melakukan diskusi
dengan urut
3. Siswa melakukan diskusi
dengan baik
4. Siswa melakukan diskusi
sesuai waktu yang
disediakan
5. Kemampuan siswa
menggunakan
media kantong nilai
1. Siswa tertarik
menggunakan media
kantong nilai
2. Siswa merasa senang
dalam mengikuti pelajaran
karena menggunakan
media kantong nilai
3. Siswa mampu mengerjakan
soal penjumlahan dan
pengurangan dengan media
kantong nilai
4. Siswa terampil dalam
berhitung dengan
menggunakan media
kantong nilai
6. Keadaan siswa
dengan lingkungan
belajar
1. siswa antusias dalam
mengikuti pelajaran
2. siswa merasa senang dalam
mengikuti pelajaran
3. siswa cepat menerima
materi dalam pembelajaran
4. siswa mampu mengikuti
pelajaran dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
7. Kemampuan siswa
mengerjakan soal
1. siswa mampu mengerjakan
soal post test secara
individu
2. siswa mampu mengerjakan
soal post test dengan serius
3. siswa mampu mengerjakan
soal post test sesuai dengan
waktu yang disediakan
4. siswa mengumpulkan soal
post test tepat waktu
Wonogiri, 7 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
Lampiran 8
Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
NO. VARIABEL KRITERIA
1. Kedisiplinan siswa Baik
2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran Baik
3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Cukup
4. Kemampuan siswa melakukan diskusi Cukup
5. Kemampuan siswa menggunakan media kantong nilai Baik
6. Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Baik
7. Kemampuan siswa mengerjakan soal Cukup
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
Wonogiri, 9 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
Lampiran 9
Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) pada Siklus I
Nama Praktikan : Zani Rohfatkhul Jannah
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
NO.
VARIABEL
INDIKATOR
KRITERIA
K C B SB
1. Persiapan guru
memulai pelajaran
1. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran
2. Guru menyampaikan garis
besar materi pelajaran
3. Guru menyampaikan ruang
lingkup materi
4. Guru menyampaikan waktu
pembelajaran
2.
Kemampuan guru
dalam mengelola
kelas
1. Guru mengelompokkan
siswa dalam melakukan
diskusi
2. Guru membimbing siswa
dalam berdiskusi
3. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam
menggunakan media
kantong nilai
4. Guru mengawasi siswa
selama diskusi berlangsung
3. Kemampuan guru
dalam mengelola
waktu
1. Guru memulai pelajaran
tepat waktu
2. Guru memberikan batas
waktu dalam melakukan
diskusi
3. Guru menggunakan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
secara efisien
4. Guru melakukan
pembelajaran sesuai
dengan waktu yang
direncanakan
4.
Kemampuan guru
dalam
menyampaikan
materi
1. Guru menjelaskan materi
pelajaran
2. Guru menjelaskan cara
mengoperasikan kantong
nilai
3. Guru melakukan tanya
jawab dengan siswa
tentang materi
4. Guru menyampaikan
materi dengan jelas
5. Kemampuan guru
dalam
membimbing
diskusi
1. Guru memusatkan
perhatian siswa untuk
diskusi
2. Guru menjelaskan materi
yang akan didiskusikan
3. Guru membagi kelompok
diskusi
4. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
berpartisipasi
6. Perhatian guru
terhadap siswa
1. Guru memusatkan perhatian
siswa secara menyeluruh
2. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan
3. Guru menumbuhkan
motivasi siswa untuk
bekerja sama dalam diskusi
4. Guru memberikan
penjelasan
7. Kemampuan guru
dalam menutup
pelajaran
1. Guru bersama siswa
membuat kesimpulan
2. Guru memberikan motivasi
siswa untuk belajar
3. Guru memberikan tindak
lanjut berupa pekerjaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
rumah
4. Guru berpesan kepada
siswa untuk mengulang
materi yang telah
disampaikan di rumah
Wonogiri, 9 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
Lampiran 10
Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus I
NO. VARIABEL KRITERIA
1. Persiapan guru memulai pelajaran Baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas Baik
3. Kemampuan guru dalam mengelola waktu Cukup
4. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi Baik
5. Kemampuan guru dalam membimbing diskusi Cukup
6. Perhatian guru terhadap siswa Cukup
7. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran Baik
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
Wonogiri, 9 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Lampiran 11
Daftar Nilai Penjumlahan dan Pengurangan Siswa Kelas I SD Negeri I
Pracimantoro Pada Siklus I
NO. NAMA NILAI KETERANGAN
1. Diky Istana 70 Di atas KKM
2. Ade Yahya Abdillah 60 Di bawah KKM
3. Akbar Firmansyah 90 Di atas KKM
4. Al Fuston Ferdy Pamungkas 70 Di atas KKM
5. Alfa Vegananda 60 Di bawah KKM
6. Amanda Enggal Agesti 90 Di atas KKM
7. Amanda Putri Yuda Ardiatama 90 Di atas KKM
8. Ashari Dwi Astuti 70 Di atas KKM
9. Aulia Ranum Putri Natali 60 Di bawah KKM
10. Azahra Aura Shifa Salsabila 40 Di bawah KKM
11. Bagas Yuwana 80 Di atas KKM
12. Beladriyani 70 Di atas KKM
13. Beni Syahriar 70 Di atas KKM
14. Brilian Vectore 60 Di bawah KKM
15. Dafa Putra Ramadhan 70 Di atas KKM
16. Danik Astika Dewi 40 Di bawah KKM
17. Dera Fridea Sari 70 Di atas KKM
18. Desta Mahendramukti 70 Di atas KKM
19. Diki Setiyawan 60 Di bawah KKM
20. Esa Putri Diartha 80 Di atas KKM
21. Febi Radika 70 Di atas KKM
22. Febriana Tri Astuti 70 Di atas KKM
23. Lutvia Novita Sari 40 Di bawah KKM
24. Nabilla Felicia Az zahra 100 Di atas KKM
Keterangan:
Jumlah siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 16 siswa
Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 8 siswa
Wonogiri, 9 April 2011
Guru Kelas I A Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
Lampiran 12
Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar pada Siklus I
Gambar 11. Guru Menjelaskan
Materi Pelajaran dengan Menggunakan
Media Kantong Nilai
Gambar 12. Siswa Melakukan Tahap
Thinking (Berpikir)
Gambar 13. Siswa Melakukan Pairing
(Berpasangan) dan Menghitung dengan
Menggunakan Kantong Nilai
Gambar 14. Guru Membimbing Siswa yang
Mengalami Kesulitan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
Lampiran 18
Gambar 15. Siswa Melakukan Diskusi dan
Menggunakan Media Kantong Nilai dengan
Baik
Gambar 16. Siswa Melakukan Sharing
(Berbagi) dengan Siswa Lain
Gambar 17. Siswa Terlihat Sungguh-sungguh
dalam Mengerjakan Tes
Gambar 18. Siswa Mengumpulkan Hasil
Pekerjaannya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
Lampiran 13
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)
Siklus II
Nama Sekolah : SD Negeri 1 Pracimantoro
Mata Pelajaran : Matematika
Kelas/Semester : I/2
Alokasi Waktu : 4 x 35 menit (2 x pertemuan)
I. Standar Kompetensi
4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka
dalam pemecahan masalah.
II. Kompetensi Dasar
4.4. Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka.
III. Indikator
1. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pengurangan tanpa
teknik meminjam dengan media kantong nilai.
2. Memecahkan persoalan yang berkaitan dengan penjumlahan tanpa
teknik menyimpan dengan media kantong nilai.
IV. Tujuan Pembelajaran
1. Siswa dapat memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
pengurangan tanpa teknik meminjam dengan benar.
2. Siswa dapat memecahkan persoalan yang berkaitan dengan
penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan benar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
V. Dampak Pengiring
Setelah kegiatan pembelajaran selesai, siswa diharapkan mampu
menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan dalam
kehidupan sehari-hari.
VI. Materi Pelajaran
1. Penjumlahan dua bilangan tanpa teknik menyimpan
Perhatikan contoh berikut:
22 + 12 = ….
a. Pengerjaan dengan kantong nilai
Masukkan 2 ikat sedotan (1 ikat = 10 sedotan) yang bernilai
puluhan ke dalam kantong puluhan, 2 buah sedotan yang bernilai
satuan ke dalam kantong satuan (kantong paling atas/baris I).
Kemudian masukkan 1 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan dan
2 sedotan ke dalam kantong satuan (kantong tengah/baris II).
Setelah itu, jumlahkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya,
puluhan dengan puluhan, satuan dengan satuan. Sehingga akan
diperoleh hasil, 3 ikat sedotan dalam kantong puluhan dan 4 buah
sedotan dalam kantong satuan, hasilnya 3 puluhan dan 4 satuan =
34 (22 + 12 = 34).
PULUHAN SATUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
b. Penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan menggunkan cara
bersusun pendek.
2 2
1 2
3 4
Satuan ditambah dengan satuan
Puluhan ditambah dengan puluhan
2. Pengurangan dua bilangan tanpa teknik meminjam.
Perhatikan contoh berikut:
i. - 11 = ….
a. Pengerjaan dengan kantong nilai
Masukkan 3 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan, 2 sedotan
kedalam kantong satuan (pada baris I). Dan 1 ikat sedotan
kedalam kantong puluhan, 1 biji sedotan kedalam kantong
satuan (pada baris II). Kemudian kurangkanlah masing-masing
bilangan sesuai dengan nilai tempatnya (satuan dengan satuan,
puluhan dengan puluhan), hasilnya masukkan ke dalam
kantong hasil (baris III). Yaitu, masukkan 1 sedotan ke dalam
kantong satuan dan 2 ikat sedotan ke dalam kantong puluhan
(32 – 11 = 21).
PULUHAN SATUAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
b. Pengurangan tanpa teknik meminjam dengan menggunakan
cara bersusun pendek.
3 2
1 1
2 1
Satuan dikurangkan dengan satuan
Puluhan dikurangkan dengan puluhan
VII. Model dan Metode Pembelajaran
1. Model : kooperatif tipe think pair sahare (TPS)
2. Metode: ceramah, tanya jawab, penugasan, demonstrasi.
VIII. Langkah-Langkah Perbaikan
Setelah siklus I dilaksanakan, ternyata masih ada beberapa siswa yang
masih mengalami kesulitan dalam menghitung menggunakan kantong
nilai. Kebanyakan siswa kurang teliti dalam menghitung dan menulis
hasilnya. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan yang dilakukan
pada siklus II.
Pertemuan Pertama
Langkah Perbaikan
1. Guru menjelaskan kembali tentang materi penjumlahan tanpa
teknik menyimpan dan pengurangan tanpa teknik meminjam
menggunakan media kantong nilai.
2. Guru melakukan tanya jawab mengenai materi tersebut.
3. Guru memberikan contoh soal lebih banyak (dibandingkan siklus
I) agar siswa lebih memahaminya.
Pertemuan Kedua
Langkah Perbaikan
1. Guru menjelaskan kembali tentang materi pengurangan tanpa
teknik meminjam dengan menggunakan kantong nilai.
2. Guru memberikan contoh soal pengurangan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
IX. Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan I
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru mengaitkan materi yang akan dibahas dengan
materi yang sudah dipelajari siswa pada pertemuan kemarin.
3. Motivasi: guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan
mengajak siswa untuk bernyanyi lagu “di sini senang di sana
senang”.
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
1. Guru melakukan tanya jawab tentang menghitung menggunakan
kantong nilai.
2. Guru menjelaskan cara menghitung dengan kantong nilai dalam
operasi penjumlahan bilangan dua angka tanpa teknik
menyimpan dan pengurangan bilangan dua angka tanpa teknik
meminjam, serta memberikan contoh kepada siswa.
3. Guru menuliskan beberapa contoh soal di papan tulis dan
meminta siswa untuk memikirkan jawabannya (thinking).
4. Guru meminta siswa (secara acak) untuk mengerjakan contoh
soal tersebut dengan kantong nilai di depan kelas
(mempraktekkannya). Siswa lain memperhatikan dengan
sungguh-sungguh.
5. Guru membagikan media dan lembar soal untuk setiap meja.
Guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan) dengan
temannya dan mengerjakan soal yang sudah dibagikan.
- Elaborasi
6. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan dalam
mengerjakan lembar kerja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
- Konfirmasi
7. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang
lain. Teman yang lain memberi tanggapan.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
Pertemuan II
a. Kegiatan Awal
1. Guru mengkondisikan kelas.
2. Apersepsi: guru mengingatkan kembali tentang materi
penjumlahan dengan kantong nilai yang sudah di bahas kemarin.
3. Motivasi: guru mengajak siswa untuk bernyanyi dan melakukan
gerakan sederhana.
b. Kegiatan Inti
- Eksplorasi
1. Guru melakukan tanya jawab seputar teknik pengurangan
dengan kantong nilai. Kemudian guru menuliskan beberapa
contoh soal pengurangan di papan tulis dan meminta siswa
untuk melakukan thinking (berpikir).
2. Guru menunjuk siswa secara acak untuk mengerjakan contoh
soal tersebut dengan media kantong nilai di depan kelas.
3. Guru membagikan media dan lembar soal untuk setiap meja.
Kemudian guru meminta siswa untuk pairing (berpasangan)
dengan temannya dan mengerjakan soal yang sudah dibagikan.
- Elaborasi
4. Guru membimbing siswa yang mengalami kesulitan.
- Konfirmasi
5. Tiap pasangan melakukan sharing (berbagi) dengan teman yang
lain. Teman yang lain memperhatikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
6. Guru membagikan soal evaluasi individu. Siswa mengerjakan
dengan serius.
7. Guru meminta siswa mengumpulkan hasil pekerjaannya.
c. Kegiatan Akhir
1. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya.
2. Guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran.
3. Guru melakukan refleksi.
X. Media dan Sumber Belajar
1. Media: kantong nilai
2. Sumber belajar : a. Silabus KTSP kelas 1
b. Buku Dunia Matematika untuk kelas 1 SD/MI,
BSE, Pusat Perbukuan Depdiknas, halaman
137-176.
c. Buku Matematika untuk SD/MI kelas 1, BSE,
Pusat Perbukuan Depdiknas, halaman 121-142.
XI. Penilaian
1. Prosedur Tes : Tes proses dan Tes akhir
2. Jenis Tes : Tes Tertulis
3. Bentuk : Uraian
4. Instrumen : Soal tes, kunci jawaban dan kriteria penilaian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
Wonogiri, 15 April 2011
Guru Kelas I A Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
Mengetahui,
Kepala SD Negeri I Pracimantoro
Sejarjo, S. Pd
NIP. 19540403 1975512 1 010
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
Lampiran
Lembar Kerja Siswa (Pertemuan I)
Kerjakan soal di bawah ini dengan kelompokmu !
1. 27 + 21 = …. 5. 24 + 24 = …. 9. 44 - 23 = ….
2. 11 + 15 = …. 6. 27 - 12 = …. 10. 56 - 32 = …
3. 13 + 20 = …. 7. 26 - 14 = ….
4. 22 + 25 = …. 8. 34 - 22 = ….
Nama :
No. absen :
Kelas :
Nama :
No. absen :
Kelas :
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Kunci jawaban:
1. 49 6. 15
2. 26 7. 12
3. 33 8. 12
4. 47 9. 21
5. 48 10. 24
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
Lembar Kerja Siswa (Pertemuan II)
Kerjakan soal di bawah ini dengan kelompokmu !
1. 36 + 21 = …. 5. 52 + 42 = …. 9. 64 – 33 = ….
2. 31 + 27 = …. 6. 46 – 24 = …. 10. 67 – 42
= ….
3. 46 + 30 = …. 7. 57 – 22 = ….
4. 58 + 41 = …. 8. 54 – 13 = ….
Nama :
No. absen :
Kelas :
Nama :
No. absen :
Kelas :
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
… ...
… …
… …
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
Kunci jawaban:
1. 57 6. 22
2. 58 7. 35
3. 76 8. 41
4. 99 9. 31
5. 94 10. 45
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
Lampiran 14
Soal Evaluasi Siklus II
Kerjakan soal di bawah ini dengan benar!
1. 36 + 50 = ….
2. 42 + 54 = ….
3. 57 + 42 = ….
4. 64 + 35 = ….
5. 52 + 44 = …
6. 76 – 24 = ….
7. 57 – 26 = ….
8. 48 – 13 = ….
9. 86 – 33 = ….
10. 86 – 42 = ….
Kunci jawaban:
1. 86 6. 52
2. 96 7. 31
3. 99 8. 35
4. 99 9. 53
5. 96 10. 44
Kriteria Penilaian = Jawaban benar X 10 = 100
Nama :
No. absen :
Kelas :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
Lampiran 15
Lembar Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II
Nama Praktikan : Zani Rohfatkhul Jannah
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
NO.
VARIABEL
INDIKATOR
KRITERIA
K C B SB
1. Kedisiplinan siswa 1. Siswa tepat waktu masuk
kelas sebelum pelajaran di
mulai
2. Siswa memberikan salam
pada guru sebelum
pelajaran dimulai
3. Siswa berdoa sebelum
pelajaran di mulai
4. Siswa bersikap sopan
selama proses pembelajaran
berlangsung
2.
Kesiapan siswa
dalam menerima
pelajaran
1. Siswa menyiapkan buku
tulis
2. Siswa menyiapkan alat-alat
tulis
3. Siswa menyiapkan buku
pelajaran
4. Siswa menyiapkan alat-alat
yang digunakan untuk
diskusi bersama teman
sebangku
3. Keaktifan siswa
dalam
pembelajaran
1. Siswa mengikuti proses
pembelajaran dari awal
sampai akhir dengan baik
2. Siswa berani
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
128
mengemukakan
pendapatnya
3. Siswa berani bertanya bila
mengalami kesulitan
4. Siswa berinteraksi aktif
dengan pasangan
diskusinya
4.
Kemampuan siswa
melakukan diskusi
1. Siswa melakukan diskusi
sesuai dengan langkah-
langkah yang ada
2. Siswa melakukan diskusi
dengan urut
3. Siswa melakukan diskusi
dengan baik
4. Siswa melakukan diskusi
sesuai waktu yang
disediakan
5. Kemampuan siswa
menggunakan
media kantong nilai
1. Siswa tertarik
menggunakan media
kantong nilai
2. Siswa merasa senang dalam
mengikuti pelajaran karena
menggunakan media
kantong nilai
3. Siswa mampu mengerjakan
soal penjumlahan dan
pengurangan dengan media
kantong nilai
4. Siswa terampil dalam
berhitung dengan
menggunakan media
kantong nilai
6. Keadaan siswa
dengan lingkungan
belajar
1. Siswa antusias dalam
mengikuti pelajaran
2. Siswa merasa senang
dalam mengikuti pelajaran
3. Siswa cepat menerima
materi dalam pembelajaran
4. Siswa mampu mengikuti
pelajaran dengan baik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
129
7. Kemampuan siswa
mengerjakan soal
1. Siswa mampu mengerjakan
soal post test secara
individu
2. Siswa mampu mengerjakan
soal post test dengan serius
3. Siswa mampu mengerjakan
soal post test sesuai dengan
waktu yang disediakan
4. Siswa mengumpulkan soal
post test tepat waktu
Wonogiri, 16 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
130
Lampiran 16
Lembar Hasil Observasi Siswa pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II
NO. VARIABEL KRITERIA
1. Kedisiplinan siswa Baik
2. Kesiapan siswa dalam menerima pelajaran Sangat Baik
3. Keaktifan siswa dalam pembelajaran Baik
4. Kemampuan siswa melakukan diskusi Baik
5. Kemampuan siswa menggunakan media kantong nilai Sangat Baik
6. Keadaan siswa dengan lingkungan belajar Baik
7. Kemampuan siswa mengerjakan soal Sangat Baik
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
Wonogiri, 16 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
131
Lampiran 17
Lembar Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan Pengurangan
dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think
Pair Share (TPS) pada Siklus II
Nama Praktikan : Zani Rohfatkhul Jannah
Kriteria : Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
NO.
VARIABEL
INDIKATOR
KRITERIA
K C B SB
1. Persiapan guru
memulai pelajaran
1. Guru menyiapkan rencana
pembelajaran
2. Guru menyampaikan garis
besar materi pelajaran
3. Guru menyampaikan ruang
lingkup materi
4. Guru menyampaikan waktu
pembelajaran
2.
Kemampuan guru
dalam mengelola
kelas
1. Guru mengelompokkan
siswa dalam melakukan
diskusi
2. Guru membimbing siswa
dalam berdiskusi
3. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam
menggunakan media
kantong nilai
4. Guru mengawasi siswa
selama diskusi berlangsung
3. Kemampuan guru
dalam mengelola
waktu
1. Guru memulai pelajaran
tepat waktu
2. Guru memberikan batas
waktu dalam melakukan
diskusi
3. Guru menggunakan waktu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
132
secara efisien
4. Guru melakukan
pembelajaran sesuai dengan
waktu yang direncanakan
4.
Kemampuan guru
dalam
menyampaikan
materi
1. Guru menjelaskan materi
pelajaran
2. Guru menjelaskan cara
mengoperasikan kantong
nilai
3. Guru melakukan tanya
jawab dengan siswa tentang
materi
4. Guru menyampaikan materi
dengan jelas
5. Kemampuan guru
dalam
membimbing
diskusi
1. Guru memusatkan perhatian
siswa untuk diskusi
2. Guru menjelaskan materi
yang akan didiskusikan
3. Guru membagi kelompok
diskusi
4. Guru memberi kesempatan
kepada siswa untuk
berpartisipasi
6. Perhatian guru
terhadap siswa
1. Guru memusatkan perhatian
siswa secara menyeluruh
2. Guru membantu siswa yang
mengalami kesulitan
3. Guru menumbuhkan
motivasi siswa untuk
bekerja sama dalam diskusi
4. Guru memberikan
penjelasan
7. Kemampuan guru
dalam menutup
pelajaran
1. Guru bersama siswa
membuat kesimpulan
2. Guru memberikan motivasi
siswa untuk belajar
3. Guru memberikan tindak
lanjut berupa pekerjaan
rumah
4. Guru berpesan kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
133
siswa untuk mengulang
materi yang telah
disampaikan di rumah
Wonogiri, 16 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
134
Lampiran 18
Lembar Hasil Observasi Guru pada Pembelajaran Penjumlahan dan
Pengurangan dengan Media Kantong Nilai dan Model Pembelajaran
Kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) pada Siklus II
NO. VARIABEL KRITERIA
1. Persiapan guru memulai pelajaran Sanagat Baik
2. Kemampuan guru dalam mengelola kelas Sangat Baik
3. Kemampuan guru dalam mengelola waktu Baik
4. Kemampuan guru dalam menyampaikan materi Baik
5. Kemampuan guru dalam membimbing diskusi Baik
6. Perhatian guru terhadap siswa Baik
7. Kemampuan guru dalam menutup pelajaran Sangat Baik
Kriteria:
Kurang (K) bila hanya 1 indikator yang tampak
Cukup (C) bila 2 indikator tampak
Baik (B) bila 3 indikator tampak
Sangat Baik (SB) bila semua indikator tampak
Wonogiri, 16 April 2011
Mengetahui
Observer Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
135
Lampiran 19
Daftar Nilai Penguasaan Konsep Penjumlahan dan Pengurangan Siswa
Kelas I A SD Negeri I Pracimantoro pada Siklus II
NO. NAMA NILAI KETERANGAN
1. Diky Istana 80 Di atas KKM
2. Ade Yahya Abdillah 80 Di atas KKM
3. Akbar Firmansyah 100 Di atas KKM
4. Al Fuston Ferdy Pamungkas 90 Di atas KKM
5. Alfa Vegananda 60 Di bawah KKM
6. Amanda Enggal Agesti 100 Di atas KKM
7. Amanda Putri Yuda Ardiatama 100 Di atas KKM
8. Ashari Dwi Astuti 80 Di atas KKM
9. Aulia Ranum Putri Natali 70 Di atas KKM
10. Azahra Aura Shifa Salsabila 60 Di bawah KKM
11. Bagas Yuwana 90 Di atas KKM
12. Beladriyani 70 Di atas KKM
13. Beni Syahriar 90 Di atas KKM
14. Brilian Vectore 80 Di atas KKM
15. Dafa Putra Ramadhan 90 Di atas KKM
16. Danik Astika Dewi 60 Di bawah KKM
17. Dera Fridea Sari 90 Di atas KKM
18. Desta Mahendramukti 70 Di atas KKM
19. Diki Setiyawan 70 Di atas KKM
20. Esa Putri Diartha 90 Di atas KKM
21. Febi Radika 80 Di atas KKM
22. Febriana Tri Astuti 90 Di atas KKM
23. Lutvia Novita Sari 60 Di bawah KKM
24. Nabilla Felicia Az zahra 100 Di atas KKM
Keterangan:
Jumlah siswa yang nilainya di atas KKM sebanyak 20 siswa
Jumlah siswa yang nilainya di bawah KKM sebanyak 4 siswa
Wonogiri, 16 April 2011
Guru Kelas I A Peneliti
Dwiyanti, S. Pd Zani Rohfatkhul Jannah
NIP. 19590219 197701 2 003 NIM. X7107092
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
136
Lampiran 20
Gambar Pelaksanaan Kegiatan Belajar Mengajar pada Siklus II
Gambar 19. Guru Menjelaskan Cara Menggunakan Media Kantong Nilai
Gambar 21. Siswa Antusias Menggunakan
Media Kantong Nilai
Gambar 20. Guru Membagikan Media
Kantong Nilai dan Lembar Kerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
137
Gambar 22. Guru Membimbing Siswa dalam
Mengerjakan Soal dengan Menggunakan
Media Kantong Nilai
Gambar 23. Siswa Mengerjakan Tes dengan
Sungguh-sungguh
Gambar 24. Guru Menutup Pelajaran Gambar 25. Siswa Mendengarkan Pesan-
pesan yang disampikan oleh Guru
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
138
Lampiran 21
MATERI AJAR MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI
PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN KELAS I
A. Nilai Tempat Puluhan dan Satuan
Penulisan bilangan dua angka dapat ditentukan nilai puluhan dan
satuannya.
Penulisan jumlah puluhan dan satuannya
Perhatikan bilangan berikut ini:
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
31 32 33 34 35 36 37 38 39 40
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
51 52 53 54 55 56 57 58 59 60
61 62 63 64 65 66 67 68 69 70
71 72 73 74 75 76 77 78 79 80
81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
91 92 93 94 95 96 97 98 99 100
amati bilangan 10 sampai 30
ada berapa angka pada bilangan 18
18 = 10 + 8 = 1 puluhan + 8 satuan
Ada berapa angka pada bilangan 28
28 = 20 + 8 = 2 puluhan + 8 satuan
Ada berapa angka pada bilangan 12
1 2 = 10 + 2 = 12 = 1 puluhan + 2 satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
139
B. Operasi Bilangan dengan Media Kantong Nilai
1. Penjumlahan Tanpa Teknik Menyimpan
a. Penanaman Konsep
Media yang diperlukan:
1) Beberapa kantong plastik transparan sebagai saku penyimpan yang
diletakkan pada selembar kain.
2) Sedotan limun atau lidi.
Untuk lebih jelasnya, gambar media kantong nilai dapat dilihat
pada di bawah ini:
Tiap 10 biji sedotan diikat untuk menyatakan
satu puluhan.
Gambar 1. Media Kantong Nilai
Saku hasil
kain
Ratusan Puluhan
Satuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
140
Kegiatan pembelajaran: Andaikan akan dicari hasil penjumlahan
34 + 23 = ....
Langkah-langkah peragaan:
1) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya. Puluhan pada
tempat puluhan, satuan pada tempat satuan.
2) Siswa kemudian membaca bilangan yang ditunjukkan oleh jumlah
sedotan.
3) Sebagai implementasi dari operasi penjumlahan, gabungkan
sedotan-sedotan tersebut, satuan dengan satuan dan puluhan dengan
puluhan.
4) Hitung jumlah sedotan pada saku hasil.
5) Siswa kemudian menuliskan hasil yang diperoleh pada lembar
jawaban.
6) Sebaiknya, kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan bilangan
yang berbeda, agar siswa benar-benar memahaminya. Ini dapat
dilakukan dengan bimbingan guru ataupun dicoba sendiri oleh
siswa, baik secara berkelompok maupun perorangan. Teknik
peragaan penjumlahan tanpa teknik menyimpan dengan
menggunakan media kantong dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:
Ratusan Puluhan
Satuan
3 4
2 3
5 7
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
141
b. Pemahaman Konsep
Setelah peragaan tadi, tentunya kita ingin mengetahui apakah
siswa benar-benar memahami penjumlahan tersebut atau tidak. Untuk
mengetahui hal itu, dapat disajikan beberapa contoh dengan jawaban
yang benar dan salah sebagai berikut:
Benarkah hasil penjumlahan di bawah ini? Jika benar beri tanda ( √ ),
jika salah tuliskan jawaban yang benar!
26 14 37 52 45
22 + 45 + 41 + 47 + 44 +
48 49 78 98 89
Pemberian soal dengan jawaban salah berguna untuk
mengetahui apakah siswa benar-benar memahami konsep
penjumlahan ini atau tidak. Pada umumnya, setelah menjelaskan suatu
topik matematika guru langsung memberikan latihan-latihan, tanpa
memberikan kegiatan pada siswa untuk , mengetahui pemahaman
siswa tentang topik yang telah disajikan. Siswa yang paham akan
mengatakan “salah” pada contoh soal dengan jawaban salah, dan
selanjutnya ia diharapkan dapat memperbaiki jawaban yang salah
tersebut.
b. Pembinaan Keterampilan
Setelah siswa memahami topik penjumlahan, barulah mereka
diberikan latihan-latihan soal untuk lebih memantapkan pemahaman
siswa. Pada awalnya, latihan soal disajikan secara tertulis, agar siswa
memiliki waktu untuk berpikir. Selanjutnya, latihan soal dapat
dilakukan dengan cara mencongak.
2. Pengurangan Tanpa Teknik Meminjam
a. Penanaman Konsep
Media yang diperlukan:
1) Beberapa kantong plastik transparan sebagai saku penyimpan yang
diletakkan pada selembar kain.
2) Sedotan limun atau lidi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
142
Kegiatan Pembelajaran: Andaikan akan dicari hasil pengurangan
25 – 12 = ….
c) Langkah-langkah peragaan
1) Masukkan sedotan sesuai dengan nilai tempatnya, puluhan pada
tempat puluhan, satuan pada tempat satuan.
2) Siswa kemudian menyebutkan bilangan yang ditunjukkan oleh jumlah
sedotan.
3) Selanjutnya, siswa memindahkan sedotan sebanyak bilangan
pengurang pada saku pengurang.
4) Pindahkan sedotan yang tersisa pada saku hasil.
5) Siswa kemudian menghitung sedotan yang tersisa pada saku hasil, dan
menuliskan hasil yang diperoleh pada jawaban.
6) Ulangi peragaan tersebut beberapa kali hingga siswa benar-benar
paham. Teknik peragaan pengurangan tanpa teknik meminjam dengan
menggunkan media kantong dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai
berikut:
Ratusan Puluhan
Satuan
5 satuan diambil 2 satuan
2 puluhan diambil 1 puluhan
Sisa: 3 satuan dan 1
puluhan
2 5
1 2
1 3
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
143
b. Pemahaman Konsep
Setelah peragaan tadi, tentunya kita ingin mengetahui apakah
siswa benar-benar memahami konsep pengurangan tanpa teknik
meminjam ini. Caranya, siswa dapat memberikan contoh soal dengan
jawaban yang benar dan salah. Apabila siswa mengatakan “salah”
pada soal dengan jawaban salah, serta dapat mengoreksi jawaban
salah tersebut, berarti siswa telah memahaminya. Beberapa contoh
berikut dapat digunakan untuk menguji pemahaman siswa.
Benarkan hasil pengurangan di bawah ini? Jika benar beri tanda ( √ ),
jika salah tuliskan jawaban yang benar!
48 67 89 79 58
26 - 32 - 33 - 44 - 45 -
22 36 56 36 93
c. Pembinaan Keterampilan
Setelah siswa memahami topik penjumlahan, barulah mereka
diberikan latihan-latihan soal untuk lebih memantapkan pemahaman
siswa. Pada awalnya, latihan soal disajikan secara tertulis, agar siswa
memiliki waktu untuk berpikir. Selanjutnya, latihan soal dapat
dilakukan dengan cara mencongak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
144
Lampiran 22
Cooperative Learning Methods: A Meta-Analysis
Cooperative learning is one of the most remarkable and fertile areas of
theory, research, and practice in education. Cooperative learning exists when
students work together to accomplish shared learning goals (Johnson & Johnson,
1999). Each student can then achieve his or her learning goal if and only if the
other group members achieve theirs (Deutsch, 1962). In the past three decades,
modern cooperative learning has become a widely used instructional procedure in
preschool through graduate school levels, in all subject areas, in all aspects of
instruction and learning, in nontraditional as well as traditional learning situations,
and even in after-school and non-school educational programs. There is broad
dissemination of cooperative learning through teacher preparation programs, in-
service professional development, and practitioner publications. The use of
cooperative learning so pervades education that it is difficult to find textbooks on
instructional methods, teachers' journals, or instructional materials that do not
mention and utilize it. While a variety of different ways of operationalizing
cooperative learning have been implemented in schools and colleges, there has
been no comprehensive review of the research evidence validating the cooperative
learning methods. The purpose of this review, therefore, is to examine the
empirical support validating the effectiveness of the different methods of
cooperative learning. In order to do so, it is first helpful to discuss why
cooperative learning is so widely used.
The widespread use of cooperative learning is due to multiple factors.
Three of the most important are that cooperative learning is clearly based on
theory, validated by research, and operationalized into clear procedures educators
can use. First, cooperative learning is based solidly on a variety of theories in
anthropology (Mead, 1936) , sociology (Coleman, 1961), economics (Von Mises,
1949), political science (Smith, 1759), psychology, and other social sciences. In
psychology, where cooperation has received the most intense study, cooperative
learning has its roots in social interdependence (Deutsch, 1949, 1962; Johnson &
Johnson, 1989), cognitive-developmental (Johnson & Johnson, 1979; Piaget, 1950;
Vygotsky, 1978), and behavioral learning theories (Bandura, 1977; Skinner, 1968).
It is rare that an instructional procedure is central to such a wide range of social
science theories.
Second, the amount, generalizability, breath, and applicability of the
research on cooperative, competitive, and individualistic efforts provides
considerable validation of the use of cooperative learning, perhaps more than most
other instructional methods (Cohen, 1994a; Johnson, 1970; Johnson & Johnson,
1974, 1978, 1989, 1999a; Kohn, 1992; Sharan, 1980; Slavin, 1977, 1991). There
are over 900 research studies validating the effectiveness of cooperative over
competitive and individualistic efforts. This body of research has considerable
generalizability since the research has been conducted by many different
researchers with markedly different orientations working in different settings and
countries and in eleven different decades, since research participants have varied
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
145
widely as to cultural background, economic class, age, and gender, and since a
wide variety of research tasks and measures of the dependent variables have been
used. The research on cooperative efforts, furthermore, has unusual breath, that is,
it has focused on a wide variety of diverse outcomes. Over the past 100 years
researchers have focused on such diverse outcomes as achievement, higher-level
reasoning, retention, time on task, transfer of learning, achievement motivation,
intrinsic motivation, continuing motivation, social and cognitive development,
moral reasoning, perspective-taking, interpersonal attraction, social support,
friendships, reduction of stereotypes and prejudice, valuing differences,
psychological health, self-esteem, social competencies, internalization of values,
the quality of the learning environment, and many other outcomes. There may be
no other instructional strategy that simultaneously achieves such diverse outcomes.
The diverse and positive outcomes that simultaneously result from cooperative
efforts have sparked numerous research studies on cooperative learning focused
on preventing and treating a wide variety of social problems such as diversity
(racism, sexism, inclusion of handicapped), antisocial behavior (delinquency, drug
abuse, bullying, violence, incivility), lack of prosocial values and egocentrism,
alienation and loneliness, psychological pathology, low self-esteem, and many
more (see reviews by Cohen, 1994a; Johnson & Johnson, 1974, 1989, 1999a;
Johnson, Johnson, & Maruyama, 1983; Kohn, 1992; Sharan, 1980; Slavin, 1991).
For preventing and alleviating many of the social problems related to children,
adolescents, and young adults, cooperative learning is the instructional method of
choice.
The third factor contributing to the widespread use of cooperative
learning is the variety of cooperative learning methods available for teacher use,
ranging from very concrete and prescribed to very conceptual and flexible.
Cooperative learning is actually a generic term that refers to numerous methods
for organizing and conducting classroom instruction. Almost any teacher can find
a way to use cooperative learning that is congruent with his or her philosophies
and practices. So many teachers use cooperative learning in so many different
ways that the operationalizations cannot all be listed here. In assessing the
effectiveness of specific cooperative learning methods, however, there are a
number of "researcherdevelopers" who have developed cooperative learning
procedures, conducted programs of research and evaluation of their method, and
then involved themselves in teacher-training programs that are commonly credited
as the creators of modern-day cooperative learning. The following ten have
received the most attention (see Table 1): Complex Instruction (CI) (Cohen,
1994b), Constructive Controversy (CC) (Johnson & Johnson, 1979), Cooperative
Integrated Reading and Composition (CIRC) (Stevens, Madden, Slavin, & Farnish,
1987), Cooperative Structures (CS) (Kagan, 1985), Group Investigation (GI)
(Sharan & Sharan, 1976, 1992), Jigsaw (Aronson, et al., 1978), Learning Together
(LT) (Johnson & Johnson, 1975/1999), Student Teams Achievement Divisions
(STAD) (Slavin, 1978), Teams-Games-Tournaments (TGT) (DeVries & Edwards,
1974), and Team Assisted Individualization (TAI) (Slavin, Leavey, & Madden,
1982).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
146
(Johnson, David W., Roger T. Johnson, and Mary Beth Stanne. 2000. Cooperative
Learning Methods: A Meta-Analysis diunduh dari
http://www.cooperation.org/pages/cl-methods.html diakses tanggal 14 Juni 2011.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
147
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
148
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
149
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
150