23
Pengertian Kardiomiopati Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833) Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril dan mengganggu metabolisme jantung. (Ignatavicus et al,1995:918) Jadi dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah penyakit miokard yang primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang ditandai dengan dilatasi dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel. Gejala Penyakit Kardiomiopati 1.Penyakit arteri koroner yang meluas. Penyakit arteri koroner ini mengakibatkan pasokan darah yang tidak memadai ke otot jantung, yang bisa menyebabkan cedera yang menetap. Otot jantung yang tidak terkena, selanjutnya akan meregang untuk mengkompensasi kemampuan memompa yang hilang. Jika peregangan ini tidak dapat mengkompensasi dengan baik, terjadilah kardiomiopati kongestif yang melebar. 2. Peradangan otot jantung akut (miokarditis) karena infeksi virus akan memperlemah otot jantung dan menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar (kadang-kadang disebut kardiomiopati virus). Di AS, infeksi coxsackievirus B merupakan penyebab yang paling sering dari kardiomiopati virus. 3. Gangguan hormonal menahun tertentu seperti diabetes dan penyakit tiroid, pada akhirnya dapat menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar. 4. Obat-obat seperti alkohol, kokain dan anti depresi. Kardiomiopati alkohol bisa timbul setelah sekitar 10 tahun pemakaian alkohol dalam jumlah banyak. 5. Meskipun jarang, kehamilan atau penyakit jaringan ikat (seperti artritis rematoid) juga bisa menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar. Gejala Penyakit Kardiomiopati

Pengertian Kardiomiopati

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengertian Kardiomiopati

Pengertian Kardiomiopati

Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau pembesaran

rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam

ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833)

Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril  dan mengganggu metabolisme

jantung. (Ignatavicus et al,1995:918)

Jadi dari pengertian diatas  dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah  penyakit miokard yang

primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang ditandai dengan

dilatasi dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran

antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.

Gejala Penyakit Kardiomiopati

1.Penyakit arteri koroner yang meluas.

Penyakit arteri koroner ini mengakibatkan pasokan darah yang tidak memadai ke otot jantung, yang bisa

menyebabkan cedera yang menetap. Otot jantung yang tidak terkena, selanjutnya akan meregang untuk

mengkompensasi kemampuan memompa yang hilang. Jika peregangan ini tidak dapat mengkompensasi

dengan baik, terjadilah kardiomiopati kongestif yang melebar.

2.   Peradangan otot jantung akut (miokarditis) karena infeksi virus akan memperlemah otot jantung dan

menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar (kadang-kadang disebut kardiomiopati virus). Di

AS, infeksi coxsackievirus B merupakan penyebab yang paling sering dari kardiomiopati virus.

3.  Gangguan hormonal menahun tertentu seperti diabetes dan penyakit tiroid, pada akhirnya dapat

menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar.

4.  Obat-obat seperti alkohol, kokain dan anti depresi. Kardiomiopati alkohol bisa timbul setelah sekitar

10 tahun pemakaian alkohol dalam jumlah banyak.

5.   Meskipun jarang, kehamilan atau penyakit jaringan ikat (seperti artritis rematoid) juga bisa

menyebabkan kardiomiopati kongestif yang melebar.

Gejala Penyakit Kardiomiopati

Biasanya gejala pertama adalah sesak nafas pada saat melakukan aktivitas dan mudah lelah, sebagai

akibat dari melemahnya kerja pompa jantung (gagal jantung). Jika penyebabnya infeksi, gejala

pertamanya bisa berupa demam mendadak dan gejala-gejala yang menyerupai flu.

Apapun penyebabnya, akan terjadi:

- denyut jantung menjadi cepat

- tekanan darah normal atau rendah

- penimbunan cairan di tungkai dan perut

- penimbunan cairan di paru-paru.

Pembesaran jantung menyebabkan katup jantung membuka dan menutup secara tidak sempurna dan

keadaan ini sering menyebabkan kebocoran ventrikel (katup mitral dan trikuspidalis). Penutupan katup

yang tidak sempurna menyebabkan terjadinya murmur, yang dapat didengar melalui stetoskop.

Kerusakan dan peregangan otot jantung bisa menyebabkan irama jantung menjadi cepat atau lambat

secara abnormal. Hal ini selanjutnya akan mempengaruhi kerja pompa jantung.

Pengobatan penyakit Kardiomiopati

Mengobati penyebab yang spesifik seperti penyalahgunaan alkohol atau infeksi dapat menyelamatkan

penderita. Jika penyalahgunaan alkohol merupakan penyebab, penderita harus dibebaskan dari alkohol.

Jika infeksi bakteri menyebabkan peradangan seketika pada otot jantung, diobati dengan antibiotik.

Page 2: Pengertian Kardiomiopati

Pada penderita dengan penyakit arteri koroner, berkurangnya aliran darah ke otot jantung dapat

menyebabkan angina (nyeri dada karena penyakit jantung). Pada keadaan ini diberikan nitrat, beta-

blocker atau penghambat saluran kalsium. Beta-blocker dan penghambat saluran kalsium bisa

mengurangi kekuatan kontraksi jantung.

Istirahat dan tidur yang cukup serta menghindari stress membantu mengurangi tekanan terhadap jantung.

Penimbunan darah di dalam jantung yang membesar dapat menyebabkan terbentuknya bekuan darah di

dalam dinding ruang jantung. Untuk mencegah terbentuknya bekuan darah, biasanya diberikan obat

antikoagulan. Sebagian besar obat yang digunakan untuk mencegah irama jantung abnormal diberikan

dalam dosis kecil dan dosisnya ditingkatkan secara perlahan, karena obat ini bisa mengurangi

kekuatan kontraksi jantung.

Gagal jantung juga diterapi dengan obat, yaitu penghambat ACE yang sering disertai dengan diuretik.

Tetapi jika penyebabnya tidak bisa diatasi, gagal jantung cenderung berakibat fatal.

Pantangan pengidap penyakit Kardiomiopati

Pantangan ini harus dihindari dengan disiplin untuk mengurangi resiko penyakit jantung bisa jadi lebih

parah. Bahkan pantangan ini harus diperhatikan untuk kita yang belum mengalami penyakit jantung.

Supaya serangan jantung bisa diperkecil kemungkinannya.

Inilah pantangan yang harus dihindari penderita penyakit jantung dan stroke, antara lain :

1.   Makanan mengandung kolesterol. Cumi, udang, kepiting, otak sapi, daging kambing, daging

berlemak, organ dalam hewan, bebek, belut, kuning telur, susu sapi, kulit ayam, makanan kemasan olahan

daging ayam. Kolesterol adalah musuh utama jantung. Siapa pun bisa bangkrut jika kolesterol

menyumbat di pembuluh darah jantung dan kepala (stroke). 1 otak sapi kandungan kolesterolnya sama

dengan 1 tubuh sapi.

2.    Makanan mengandung trigleserin. Trigleserida merupakan lemak jahat dari tumbuhan. Minyak

goreng, santan, kelapa dan margarin

3.      Makanan mendangung gula alkoholik. Minuman alkohol, durian dan tape.

Itulah beberapa pantangan yang harus dihindari penderita penyakit jantung dan stroke yang harus

dihindari. Konsumsi kalsium jenis asam amino dapat membantu mempertahan kesehatan jantung dan

terhindar dari resiko aritmia jantung.

Page 3: Pengertian Kardiomiopati

Askep Kardiomiopati

1.   Pengertian

Kardiomiopati kongestif/Dilatasi adalah suatu penyakit miokard yang primer atau idiopatik yang ditandai

dengan dilatasi ruangan-ruangan jantung dan gagal jantung kongestif. (FKUI,1996:1072)

Kardiomiopati kongestif adalah bentuk kardiomiopati yang ditandai adanya dilatasi atau pembesaran

rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam

ventrikel. (Smeltzer and Bare,Alih bahasa Agung Waluyo,2001:833)

Kardiomiopati dilatasi (DCM) adalah kerusakan yang luas pada miofibril  dan mengganggu metabolisme

jantung. (Ignatavicus et al,1995:918)

Jadi dari pengertian diatas  dapat disimpulkan bahwa kardiomiopati adalah  penyakit miokard yang

primer atau idiopatik dengan adanya kerusakan yang luas pada miofibril jantung yang ditandai dengan

dilatasi dilatasi atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot, pembesaran

antrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel.

2.   Etiologi

Tidak ada etilogi yang pasti dari kardimiopati, tetapi kemungkinan ada hubungan dengan beberapa hal,

yaitu:

a.    Primer  (penyakit otot jantung tanpa diketahui penyebabnya)

b.   Sekunder (penyakit otot  dengan adanya penyebab  atau kemungkinan penyebab), yaitu:

§         Kelainan autoimun

§         Hipertensi sistemik

§         Autoantibodi yaitu antimyocardial antibodies

§         Proses infeksi (infeksi bakteri/virus)

§         Gangguan metabolik (defisiensi thiamine dan scurvy)

§         Gangguan imunitas (leukimia)

§         Kehamilan dan kelainan post partum

§         Toxic proses (alkohol dan chemoterapi)

§         Proses infiltrasi (amyloidosis dan kanker)

3.   Manifestasi Klinis

a.    Kelelahan dan kelemahan

b.   Dispneu saat beraktivitas

c.    Paroksimal Nokturnal Dispneu

d.   Batuk dan mudah lelah

e.    Distensi vena jugularis

f.     Kongesti vena sistemik

g.    Disritmia atau blok jantung

h.    Gagal jantung (bagian kiri)

i.      Emboli sistemik/ pulmonary

j.     Kardiomegali sedang-berat

k.   Suara S3 dan S4  gallop pada auskultasi jantung

l.      Insufisiensi mitral dan trikuspid

m.  Tekanan darah normal/turun

n.    Hepatomegali

o.   Asites

p.   Pittimg edema pada bagian tubuh bawah, Kulit dingin

Page 4: Pengertian Kardiomiopati

4.   Patofisiologi

Kardiomiopati Dilatasi mengakibatkan disfungsi pada ventrikel kiri dan kanan sehingga kekuatan

kontraksi jantung menurun yang akan disertai penurunan kardiak outut. Penurunan kardiak autput dapat

berakibat pada beberapa hal yaitu :

�       Penurunan CO akan meningkatkan preload sehingga kongestif paru juga meningkat yang

menyebabkan darah residu di ventrikel kanan berlebihan. Karena darah residu di darah berlebihan maka

tekanan di ventrikel kanan juga meningkat sehingga aliran darah di atrium kanan terganggu, aliran balik

vena kava serta vena hepatika menjadi terhambat yang berefek pada peningkatan tekanan partial dan

statis darah di vena portal. Stasis  darah yang berada di vena porta lama kelamaan menyebabkan vena di

hepar semakin membesar sehingga terjadilah hepatomegali. Hepatomegali yang terjadi pada klien dengan

kardiomiopati dilatasi akan mengkibatkan menurunnya fungsi hepar sebagai pembentuk protein plasma

yang mengatur perpindahan tekanan osmotik koloid dari cairan intraseluler ke ekstraseluler.

Terganggunya perpindahan CIS ke CES akan mengakibatkan terjadinya asites.

�       Penurunan CO akan diikuti penurunan suplai darah dan Oksigen ke tubuh sehingga sup[lai dan

kebuthan darah sera oksigen yang diperlukan tubuh menjadi tidak seimabng dan perfusi jaringan menjadi

terganggu yang berdampak pada kelemahan dan kelelahan pada klien. Kelemahan dan kelelahan yang

dialami klien menyebabkan  intoleransi aktivitas sehingga klien immobilisasi. Immobilisasi yan terlalu

lama akan mengakibatka penekanan yang menetap apda daerah yang ,menonjol sehingga sirkulasi

jaringan pada area tersebut akan terhambat dan terjadi hipoksia jaringan yang jika dibiarkan akan terjadi

gangguan pada integritas kulit.

�       Penurunan CO mengakibatkan darah residu pada ventrikel kiri bertambah sehingga tekanan dalam

ventrikel kiri dan atrium kiri akan meningkat. Peningkatan tekanan ventrikel kanan dan atrium kiri akan

menghambat darah dari paru-pariu sehingga tekanan kapiler paru akan meningkat melebihi tekanan

osmotik koloid pada jaringan. Darah yang terhamabt akan menjadi transudat intertisisal alveolar yang

akan berdampak sesak pada klien.

�       Pada penurunan CO mengakibatkan suplai darah ke ginjal menurun sehingga perfusi ginjal juga

menurun yang akan disertai penurunan filtrasi glomelurus. Hal-hal tersebut menyebabkan vasokontrikasi

pembuluh darah ginjal sehingga aldosteron meningkat. Peningkatan aldosteron dan retensi natrium akan

menyebbakan udema.

�       Penurunan CO diiukti oleh penurunan suplai darah ke otak. Jika suplai darah ke otak menurun

menyebabkan perfusi di otak atau serebral terganggu yang dapat berakibat pada perubahan status mental.

Gambaran Kardiomiopati Dilatasi

(Ignatavicius et al,1995:919)

1.   Dampak Terhadap Sistem Tubuh berkaitan Dengan Kebutuhan Dasar Manusia

a.    Dampak Terhadap Sistem Tubuh

1)   Sistem Pernafasan

Batuk dapat terjadi akibat darah kembali ke belakang entrikel menujupulmonary vessels. Abnormalitas

ketiaknyamanan bernafas atau dispneu dapat terjadi disebabkan menurunnya pengisian ventrikel kiri,

meningkatnya tekanan vena pulmonar dan pulmonar kongestif.

Dispneu terjadi akibat penimbunan cairan dalam alveoli yang mengganggu pertukaran gas. Dispneu

bahkan dapat terjadi saat istirahat matau dicetuskan oleh gerakan yang minimal atau sedang. Dapat terjadi

orttopnu, kesulitan bernafas saat berbaring. Pasien yang mengalami ortopneu tidak akan mau berbaring,

tetapi akan menggunakan bantal agar bisa tegak di tempat tidur atau duduk di kursi, bahkan saat tidur.

Page 5: Pengertian Kardiomiopati

2)   Sistem Kardiovaskuler

Nyeri dada yang kemungkinan disebabkan adanya iskemik miokard. Adanya penurunanya curah jantung,

gangguan sirkulasi, dan pembuangan produk sampah katabolisme yang tidak adekuat dari jaringan

menyebabkan kelemahan.

3)   Sistem Pencernaan

Hepatomegali dan nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen terjadi akibat pembesaran vena di hepar.

Bila proses ini berkembang maka tekanan dalam pembuluh portal meningkat nsehingga cairan terdorong

keluar rongga abdomen, suatu kondisi yang dinamakan asites. Pengumpulan cairan dalam rongga

abdomen ini dapat menyebabkan tekanan pada diafragma dan disstres pernafasan.

Anoreksia (hilangnya selera makan) dan mual terjadi akibat pembesaran vena dan stasis vena di dalam

rongga abdomen.

4)   Sistem  Muskuloskeletal

Mudah lelah terjadi akibat curah jantung yang kurang yang menghambat jaringan dari sirkulasi normal

dan oksigen serta menurunnya pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga terjadi akibat meningkatnya

energi yang digunakan untuk bernafas dan insomnia yang terjadi akibat distres pernafasan dan batuk.

5)   Sistem Persyarafan

Menurunnya perfusi serebral akibat menurunnya cardiac out put menyebabkan terjadinya perubahan

mental status.

6)   Sistem Integumen

Edema dimulai pada kaki dan tumit (edema dependen) dan secara bertahap bertambah ke atas tungkai dan

paha dan akhirnya ke genetalia ekstyerna dan tubuh bagian bawah. Edema sakral sering jarang terjadi

pada pasien yang berbaring lama, karena daerah sakral menjadi daerah yang dependen. Pitting edema

adalah edema yang akan tetap cekung bahkan setelah penekanan ujung jari, baru jelas terlihat setelah

terjadi retensi cairan paling tidak sebanyak 4,5 kg.

7)   Sistem Perkemihan

Nokturia, atau rasa ingin kencing pada malam hari, terjadi karena perfusi renal didukung oleh posisi

penderita pada saat berbaring. Diuresis terjadi paling sering malam hari karena curah jantung akan

membaik dengan istirahat.

b.   Dampak Terhadap Psikososial

Kegelisahan dan kecemasan terjadi akibat gangguan oksigenasi jaringan, stres akibat kesakitan bernafas

dan pengetahuan bahwa jantung tidak berfungsi dengan baik. Begitu terjadi kecemasan, terjadi juga

dispneu, yang pada gilirannya memperberat kecemasan, menciptakan lingkaran setan.

2.   Penatalaksanaan Medis

a.    Obat Digitalis

Cardiak Output seperti digitalis mempunyai efek isotropic positif dan digunakan untuk meninngalkan

miokardium contractility dan cardiac output. Kegiatan mereka dengan peningkatan cardiac output

berlanjut dengan waktu kondisi, dan peningkatan refractory period . Permulaan obat-obat tersebut

diberikan dalam digitalis dosis untuk memperoleh efisiensi cardiac output yang maksimal. Jika efektivitas

obat itu diperoleh sangat besar, dosis lebih rendah digunakan untuk pemeliharaan.  Efek samping obat ini

adalah mual dan muntah.

Page 6: Pengertian Kardiomiopati

b.   Vasodilator

Vasodilator menyebabkan relaksasi otot secara halus oleh karena mempersatukan vena, menurunkan

resistensi peripheral, dan akhirnya menurunkan daya kerja jantung. Vasodilator dalam dosis rendah

adalah aktivitas penurunan kapiler pulmonary dan ventrikel kiri sudut tekanan, dalam dosis tinggi, hal itu

menurunkan kelebihan daya. Efek samping obat ini diantaranya hipotensi, mual, muntah, sakit kepala

atau compensatory.

c.    Istirahat

Pasien harus diletakan pada posisi untuk menghindari ketidakperluan membuang energi. Jika pasien

dalam ortopneu harus didukung dalam posisi fowler yang tingi. Pasien harus dimobilisasi secara teratur

untuk meningkatkan sirkulasi dan mencegah robeknyajaringan dikarenakan tekanan dari edema.

d.   Pemenuhan oksigen ke jaringan

Penambahan oksigen digunakan untuk menjamin secara adekuat oksigen ke sel-sel. Selama pemberian

oksigen ini, harus diobservasi warna, respirasi dan tanda-tanda vital.

e.    Menurunkan volume darah

Bila payah jantung, hal itu menyulitkan sirkulasi darah, dan akumulasi cairan di dalam jaringan. Volume

darah dapat diturunkan dengan menggunakan diuretic, diet pembatasan sodium. Bila perlu dilakukan

paracentesisi untuk mengangkat kelebihan cairan di operut. Perubahan CVP, berat badan dan tekanan

artery pulmonary adalah kemajuan yangbaik dalam indikasi mengurangi volume darah. Seperti volume

darah diturunkan penguatan kardiak akan meningkat dan oksigen ke sel-sel diperbaiki.

f.     Terapi dengan diuretic

Diuretik digunakan untuk meningkatkan pengeluaran cairan secara cepat. Bila pasien diberi diuretic,

biasanya pasien menjadi lemah atau kebimbangan. Harus diobservasi kehilangan elektrolit, ketika diuretic

digunakan. Kehilangan tersebut dapat berupa kehilangan potassium, klorida, sodium, dan calsium.

Kehilangan pitasium dan klorida dapat menajdi asidosis metabolic. Observasi juga tanda-tanda

kehilangan elektrolit yaitu haus, kram, pada poerut, lemah, banyak tidur, kejang otot.

g.    Diet pembatasan sodium

Membatasi pemasukan sodium dalam cara lain, sehingga darah dapat diturunkan. Sodium menyeabkan

retensi air, sumber eliminasi diet dari sodium dapat mencegah dan mengontrol rtensi cairan.

h.    Rotating tourniquets

Memberikan tourniquet pada tungkai menurunkan kembalinya darah vena. Sirkulasi darah vena di

tungkai bawah dibatasi, dan muatan kerja dari jantung diperkecil/dikurangi. Tourniquet biasanya

digunakan selama dekompensasi dan edema pulmonary keras dan hanya sampai kekuatan kardiak

ditingkatkan. Beberapa ahli menentang penggunaan ini karena menyebabkan darah berkumpul pada

ekstremitas bagian bawah, tergantung pada posisi.

i.      Pembedahan

Transplantasi jantung adalah pilihan pengobatan pada klien dengan kardiomiopati dilatasi berat (DCM)

Kriteria untuk seleksi dilakukannya transplantasi jantung adalah:

§      Harapan hidup kurang dari 1 tahun

§      Umur lebih muda dari 65 tahun

§      New York Heart Association (NYHA) kelas III-IV

§      Normal atau dengan peningkatan resistensi pulmonal yang sedikit

§      Tidak adanya infeksi aktif

§      Status psikososial yang stabil

§      Tidak adanya penyalahgunaan obat atau alkohol

Page 7: Pengertian Kardiomiopati

8)      Data Penunjang

(a)  Pemeriksaan Laboratorium

Radiologi: Pada foto rontgen dada, terlihat adanya kardiomegali, terutama ventrikel kiri. Juga ditemukan

adanya bendungan paru dan efusi pleura

Elektrokardiografi: ditemukan adanya sinus takikardia, aritmia atrial dan ventrikel, kelainan segmen ST

dan gelombang T dan gangguan konduksi intraventrikular.  Kadang-kadang ditemukan voltase QRS yang

rendah, atau gelombang Q patologis, akibat nekrosis miokard.

Ekokardiografi : Tampak ventrikel kiri membesar, disfungsi ventrikel kiri, dan kelainan katup mitral

waktu diastolik, akibat complience dan tekanan pengisian yang abnormal.

Bila terdapat insufisiensi trikuspid, pergerakan septum menjadi paradoksal. Volume akhir diastolik dan

akhir sistolik membesar dan parameter fungsi pompa ventrikel, fraksi ejeksi (EF) mengurang. Penutupan

katup mitral terlambat dan penutupan katup aorta bisa terjadi lebih dini dari normal. Trombus ventrikel

kiri dapat ditemukan dengan pemeriksaan 2D-ekokardiografi, juga aneurisma ventrikel kiri dapat

disingkirkan dengan pemeriksaan ini.

Radionuklear: pada pemeriksaan radionuklear tampak ventrikel kiri disertai fungsinya yang berkurang.

Sadapan jantung: pada sadapan jantung ditemukan ventrikel kiri membesar serta fungsinya berkurang,

regurgitasi mitral dan atau trikuspid, curah jantung berkurang dan tekanan pengisian intraventrikular

meninggi dan tekanan atrium meningkat.

Bila terdapat pula gagal ventrikel kanan, tekanan akhir diastolik ventrikel kanan, atrium kanan dan

desakan vena sentralis akan tinggi. Dengan angiografi ventrikel kiri dapat disingkirkan dana neurisma

ventrikel sebagai penyebab gagal jantung.

c.       Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah suatu penyimpangan yang menggunakan respon manusia (status kesehatan,

pola interaksi, baik aktual maupun potensial sebagai individu atau kelompok dimana perawat dapat

mengidentifikasi dan melaksanakan intervensi secara legal untuk mempertahankan status kesehatan).

Adapun diagnosa yang muncul adalah :

1.   Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan

inotropik, perubahan frekuensi,irama dan konduksi listrik, perubahan structural ( mis kelainan katup,

aneurisme ventricular )

2.   Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,

kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.

3.   Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya

curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.

4.   Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-alveolus,

contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli )

5.   Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan

perfusi jaringan.

6.   Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang

pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.

Page 8: Pengertian Kardiomiopati

1. Perencanaan

Perencanaan keperawatan adalah menyusun rencana tindakan keperawatan yang dilaksanakan untuk

menanggulangi masalah dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukan dengan tujuan terpenuhinya

kebutuhan pasien.      Perawatan pada  klien dengan kardiomiopati sama dengan pasien dengan gagal

jantung (Ignatavicius et al, 1995: 919) Menurut Doengoes, (alih bahasa I Made Kariasa, 2000:762)

adalah:

a.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan

inotropik, perubahan frekuensi,irama dan konduksi listrik, perubahan structural ( mis kelainan katup,

aneurisme ventricular )

Tujuan : Curah jantung tidak menurun

Kriteria hasil :

-   Menunjukkan tanda vital yang dapat diterima ( disritmia terkontrol atau hilang )

-   Menunjukan tanda gagal jantung ( mis: parameter hemodinamik dalam batas normal, haluaran urine

adekuat )

-   Menunjukkan penurunan episode dipsnea

-   Menunjukkan penurunan episode angina

-   Ikur serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung

Intervensi Rasional

1.   Auskultasi nadi apical : kaji frekuensi,

irama jantung ( dokumentasikan disritmia bila

tersedia telemetri )

2.   Catat bunyi jantung

3.   Palpasi nadi perifer

4.   Pantau TD

5.   Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis

1.       Biasanya terjadi takhikardi ( meskipun

pada saat istirahat ) untuk mengkompensasi

penurunan kontraktilitas ventricular.

Disritmia ventricular yang tidak responsive

terhadap obat didugaaneurisma ventricular.

2.       S1 dan S2 mungkin lemah karena

menurunnya kerja pompa. Irama gallops

umum ( S3 dan S4 ) dihasilkan sebagai aliran

darah ke dalam serambi yang distensi. Mur-

mur dapat menunjukkaninkompetensi/

stenosis katup.

3.       Penurunan curah jantung dapat

menunjukkan menurunnya nadi radial,

popliteal, dorsalis pedis dan postibial. Nadi

mungkin cepat hilang atau tidak teraturuntuk

dipalpasi dan pulsus alternan ( denyut kuat

lain dan denyut lemah ) mungkin ada.

4.       Pada GJK dini, sedang dan kronis TD

dapat meningkat sehubungan dengan SVR.

Pada GJK lanjut tubuh tidak mampu lagi

mengkompensasi  dan hipotensi tidak dapat

normal lagi

5.       Pucat menunjukkan menurunnya

perfusi perifer sekunder terhadap tidak

Page 9: Pengertian Kardiomiopati

11.     Kolaborasi pemberian oksigen

tambahan dengan kanula nasal/masker sesuai

indikasi

12.     Kolaborasi pemberian obat :

Diuretik : contoh furosemid (lasix),

asam etakrinik (Edecrin) ,bumetamid

(Bumex), spironolaton (Aldakton).

Vasodilator : contoh  nitrat (nitro-dur,

isodril), arteriodilator, contoh

hidralazin (Apresoline), kombinasi

obat, contoh prazosin (Minippres)

Digoksin ( Lanoxin )

Captopril ( Capoten ), lisinopril

( Prinivil ), enalapril ( Vasotec )

Morfin Sulfat

Transquilizer/sedatif

Antikoagulan, contoh heparin dosis

rendah, warfarin ( Coumadin )

13.     Kolaborasi pemberian cairan IV,

pembatasan jumlah total sesuai indikasi.

Hindari cairan garam

15.     Kolaborasi EKG dan perubahan foto

dada.

16.     Kolaborasi pemeriksaan laboratorium,

contoh BUN, kreatinin. Pemeriksaan fungsi

hati ( AST, LDH ). PT/APTT/Pemeriksaan

koagulasi

adekuatnya curah jantung, vasokonstriktsi dan

anemia. Sianosis dapat terjadi sebagai

refaktoriGJK. Area yang sakit sering

berwarna biru atau belang karena peningkatan

kongestif vena.

11.   Meningkatkan sediaan oksegen untuk

kebutuhanmiokard melawan efek

hipoksia/iskemia.

12.

Tipe dan dosis diuretic tergantung

pada derajat gagal jantung dan fungsi

ginjal. Penurunan preload paling

banyak digunakan dalam mengobati

pasien dengan curah jantung relatif

normal ditambah dengan gejala

kongesti. Diuretik blik reabsorbsi

diuretic, sehingga mempengaruhii

reabsorbsi natrium dan air.

Vasodilator digunakan untuk

meningkatkan curah jantung,

menurunkan volume sirkulasi

( vasodilator ) dan tahanan vaskuler

sistemik ( arteriodilator ), juga kerja

ventrikel.

Meningklatkan kekuatan kontraksi

miokard dan memperlambat frekuensi

jantung dengan menurunkan konduksi

dan memperlama periode refaktori

pada hubungan AV untuk

meningkatkan efisiensi/curah jantung.

Inhibitor HCE dapat digunakan untuk

mengontrol gagal jantung dengan

menghambat konversi angiotensin

dalam paru dan menurunkan

vasokonstriksi, SVR dan tekanan

darah.

Penurunan tahan vaskuler dan aliran

balik vena menurunkan kerja miokard.

Menghilangkan cemas dan

mengistirahatkan siklus umpan balik

cemas/pengeluaran

katekolamin/cemas.

Meningkatkan istirahat/relaksasi dan

Page 10: Pengertian Kardiomiopati

menurunkan kebutuhan oksegen dan

kerja miokard. Catatan : Ada ‘on trial’

oral yang analog dengan amrinon

( inocor ) agen inotropik positif,

disebut milrinon yang dapat cock

untuk penggunaan jangka panjang.

Dapat digunakan secara

profilaksisuntuk mencegah

pembentukkan thrombus/emboli pada

adanya factor resiko seperti stasis

vena, tirah baring, disritmia jantung

dan riwayat episode trombolik

sebelumnya.

13.   Karena adanya peningkatan tekanan

ventrikel kiri, pasien tidak dapat mentoleransi

peningkatan volume cairan ( preload ). Pasien

GJK juga mengeluarkan sedikit natrium yang

menyebabkan retensi cairan dan

meningkatkan kerja miokard.

15.   Depresi segmen ST dan datarnya

gelombang T dapat terjadi karena

peningkatan kebutuhan oksigen miokard,

meskipun tak ada penyakit arteri koroner.

Foto dada dapat menunjukkan pembesaran

jantung dan perubahan kongestif pulmonal.

16.   Peningkatan BUN/Kreatinin

menunjukkan hiperfungsi/gagal ginjal.

AST/LDH dapat meningkat sehubungan

dengan kongesti hati dan menunjukkan

kebutuhan untuk obat dengan dosis lebih kecil

yang didetoksikasi oleh hati. Mengukur

perubahan pada proses koagulasi atau

keefektifan terapi antikoagulan.

b.   Aktivitas intoleran berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/kebutuhan,

kelemahan umum, tirah baring lama/immobilisasi.

Tujuan : Aktivitas terpenuhi

Kriteria hasil :

-      Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan,

-      Memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.

-      Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan

dan kelelahan

-      Tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.

Page 11: Pengertian Kardiomiopati

Intervensi Rasional

1.       Periksa tanda vital sebelum dan

sesudah segera aktivitas, khususnya bila

pasien menggunakan vasodilator, diuretic,

penyekat beta.

2.       Catat respon kardiopulmonal

terhadap aktivitas, catat takikardi,

disritmia, dipsnea, berkeringat, pucat.

4.       Evaluasi peningkatan intoleran

aktivitas.

6.       Kolaborasi program rehabilitasi

jantung/aktivitas.

1.    Hipotensi ortostatik dapat terjadi

dengan aktivitas karena efek obat

( vasodilasi ), perpindahan cairan

( diurestik ) atau pengaruh fungsi jantung.

2.    Penurunan/ketidakmampuan

miokardium untuk meningkatkan volume

sekuncup selama aktivitas, dapat

menyebabkan peningkatan segera pada

frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen,

juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.

4.    Dapat menunjukkan peningkatan

dekompensasi jantung daripada kelebihan

aktivitas.

6.    Peningkatan bertahap pada aktivitas

menghindari kerja jantung/konsumsi

oksigen berlebihan. Penguatan dan

perbaikan fungsi jantung dibawah stress,

bila disfungsi jantung tidak dapat membaik

kembali.

c.    Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus ( menurunnya

curah jantung )/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium /air.

Tujuan : volume cairan dalam batas normal/ adekuat

Kriteria hasil :

-   Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran,

-   Bunyi nafas bersih/jelas

-   Tanda vital dalam rentang yang dapat diterima

-   Berat badan stabil

-   Tak ada edema

-   Menyatakan pemahaman tentang/pembatasan cairan individual.

Intervensi Rasional

1.   Pantau haluaran urine, catat jumlah dan

warna saat hari dimana diuresis terjadi.

5.   Kaji distensi leher dan pembuluh

perifer. Lihat area tubuh dependen untuk

edema dengan/tanpa pitting ; cata adanya

edem tubuh umum ( anasarka ).

7.   Auskultasi bunyi nafas, catat penurunan

dan/atau bunyi tambahan. Contoh krekels,

mengi. Catat adanya peningkatan dispnea,

1.       Haluaran urine mungkin sedikit dan

pelkat ( khususnya selama sehari ) karena

penurunan perfusi ginjal. Posisi telentang

membantu diuresis : sehingga haluaran

urine dapat ditingkatkan pada

malam/selama tirah baring.

5.       Retensi cairan berlebihan dapat

dimanifestasikan oleh pembendungan vena

dan pembentukan edema. Edema perifer

Page 12: Pengertian Kardiomiopati

takipnea, ortopnea, dipsnea nocturnal

paroksismal, batuk persisten.

9.   Pantau TD dan CVP ( bila ada ).

16.   Kolaborasi pemberian obat sesuai

indikasi : diuretic, thiazid dan tambahan

kalium .

18.   Konsul dengan ahli diet.

19.   Kolaborasi foto torak

mulai pada kaki/mata kaki ( atau area

dependen ) dan meningkat sebagai

kegagalan paling buruk. Edema pitting

adalah gambaran secara umum hanya

setelah retensi sedikitnya 5 kg cairan.

Peningkatan kongesti vascular

( sehubungan dsengan gagal jantung

kanan ) secara nyata mengakibatkan edema

jaringan sistemik.

7.       Kelebihan volume cairan sering

menimbulkan kongesti paru. Gejala edema

paru dapat menunjukan gagal jantung kiri

akut. Gejala pernafasan pada gagal jantung

kanan ( dispnea, batuk, ortopnea ) dapat

timbul lambat tetapi lebih sulit membaik.

9.       Hipertensi dan peningkatan CVP

menunjukan kelebihan volume cairan dan

dapat menunjukan terjadinya/peningkatan

kongesti paru, gagal jantung.

16.    Meningkatkan laju aliran urine dan

dapat menghambat reabsorpsi

natrium/klorida pada tubulus ginjal.

Meningkatkan diuresis tanpa kehilangan

kalium berlebihan. Mengganti kehilangan

kalium sebagai efek samping terapi diuretic

yang dapat mempengaruhi fungsi jantung.

18.    Perlu memberikan diet yang dapat

diterima pasien yang memenuhi kebutuhan

kalori dalam pembatasan cairan.

19.    Menunjukan perubahan indikasif

peningkatan/perbaikan kongesti paru.

d.   Resiko tinggi kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ( perubahan membran kapiler-alveolus,

contoh pengumpulan/perpindahan cairan kedalam area interstitial/alveoli )

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan pertukaran gas

Kriteria hasil :

-   Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan

-   GDA/oksimetri dalam rentang normal

-    bebas gejala distress pernafasan

-   Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/situasi.

Intervensi Rasional

1.        Auskultasi bunyi nafas, catat krekels, 1.    Menyatakan adanya kongesti

Page 13: Pengertian Kardiomiopati

mengi.

2.        Anjurkan pasien batuk efektif, nafas

dalam.

3.        Dorong perubahan posisi sering.

4.        Pertahankan duduk di kursi/tirah

baring dengan kepala tempat tidur tinggi 20-

30 derajat, posisi semi fowler. Sokong

tangan dengan bantal.

5.        Kolaborasi pemeriksaan GDA, nadi

oksimetri.

6.        Kolaborasi pemberian oksigen

tambahan sesuai indikasi.

7.        Berikan obat sesuai indikasi :

Diuretik dan bronkodilator

paru/pengumpulan secret menunjukan

kebutuhan untuk intervensi lanjut.

2.    Membersihkan jalan nafas dan

memudahkan aliran oksigen.

3.    Membantu mencegah ateletaksis dan

pneumonia.

4.    Menurunkan konsumsi

oksigen/kebutuhan dan meningkatkan

inflamasi paru maksimal.

5.    Hipoksemia dapat menjadi berat

selama edema paru. Perubahan kompensasi

biasanya ada pada GJK kronis.

6.    Meningkatkan konsentrasi oksigen

alveolar yang dapat memperbaiki

/menurunkan hipoksemia jaringan.

7.   Menurunkan kongesrti alveolar,

meningkatkan pertukaran gas.

Meningkatkan aliran oksigen dengan

mendilatasi jalan nafas kecil dan

mengeluarkan efek diuretic ringan untuk

menurunkan kongesti paru.

e.    Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema, penurunan

perfusi jaringan.

Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Kriteria hasil :

-   Mempertahankan integritas kulit

-   Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit

Intervensi Rasional

1.      Kaji kulit , catat penonjolan tulang,

adanya edema, area sirkulasinya

terganggu/pigmentasi, atau

kegemukan/kurus.

2.      Pijat area kemerahan atau yang

memutih.

3.      Ubah posisi sering di tempat

tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak

pasif/aktif.

4.      Berikan perawatan kulit sering ,

meminimalkan dengan

kelembaban/ekskresi.

1.       Kulit beresiko karena gangguan

sirkulasi perifer, immobilitas fisik dan

gangguan status emosi.

2.       Meningkatkan aliran darah,

meminimalkan hipoksia jaringan.

3.       Memperbaiki sirkulasi/menurunkan

waktu satu area yang mengganggu aliran

darah.

4.       Terlalu kering atau lembab merusak

kulit dan mempercepat kerusakan.

5.       Edema dependen dapat menyebabkan

sepatu terlalu sempit, meningkatkan resiko

Page 14: Pengertian Kardiomiopati

5.      Periksa sepatu kesempitan/sandal dan

ubah sesuai kebutuhan.

6.      Hindari obat intramuskuler.

7.      Kolaborasi berikan tekanan

alternatif/kasur, kulit domba, perlindungan

siku/tumit.

tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.

6.       Edema interstitial dan gangguan

sirkulasi memperlambat absorpsi obat dan

predisposisi untuk kerusakan

kulit/terjadinya infeksi.

7.       Menurunkan tekanan pada kulit, dapat

memperbaiki sirkulasi.

f.     Kurangnya pengetahuan mengenai kondisi, program pengobatan berhubungan dengan kurang

pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal.

Tujuan : Pengetahuan klien bertambah tentang kondisi dan program pengobatan.

Kriteria hasil :

-   Mengidentifikasi hubungan terapi ( program pengobatan ) untuk menurunkan episode berulang dan

mencegah komplikasi

-   Menyatakan tanda dan gejala yang memerlukan intervensi cepat

-   Mengidentifikasi stress pribadi/factor resiko dan beberapa teknik untuk menangani

-   Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.

Intervensi Rasional

1.       Diskusikan fungsi jantung normal.

Meliputi informasi sehubungan dengan

perbedaan dari fungsi normal. Jelaskan

perbedaan antra serangan jantung dan GJK

2.       Kuatkan rasional pengobatan.

3.       Diskusikan pentingnya menjadi seaktif

mungkin tanpa menjadi kelelahan dan

istirshat diantara aktivitas.

4.       Diskusikan pentingnya pembatasan

natrium.

5.       Diskusikan obat, tujuan dan efek

samping. Berikan instruksi secara verbal dan

tertulis.

6.       Anjurkan makan diet pada pagi hari.

7.       Anjurkan dan lakukan demonstrasi

ulang kemampuan mengambil dan mencatat

nadi harian dan kapan memberi tahu pemberi

perawatan.

8.       Jelaskan dan diskusikan peran pasien

dalam mengontrol factor resiko (merokok)

dan factor pencetus  atau pemberat( diet

tinggi garam, tidak aktif/terlalu aktif,

terpajan pada suatu ekstrem )

1.        Pengetahuan proses penyakit dan

harapan dapat memudahkan ketaatan pada

program pengobatan.

2.        Pemahaman program, obat dan

pembatasan dapat meningkatkan kerjasama

untuk mengontrol gejala.

3.        Aktivitas fisik berlebihan dapat

berlanjut menjadi melemahkan jantung,

eksaserbasi kegagalan.

4.        Pemasukkan diet natrium diatas 3

gr/hari akan menghasilkan efek diuretic.

5.        Pemahaman kebutuhan terapeutik

dan pentingnya upaya pelaporan efek

samping obat dapat mencegah terjadinya

komplikasi obat.

6.        Memberikan waktu adekuat untuk

efek obat sebelum waktu tidur untuk

mencegah /membatasi menghentikan tidur.

7.        Meningkatkan pemantauan sendiri

pada kondisi/efek obat. Deteksi dini

perubahan memungkinkan intervensi tepat

waktu dan mencegah komplikasi seperti

toksisitas digitalis.

Page 15: Pengertian Kardiomiopati

8.        Menambah pengetahuan dan

memungkinkan pasien untuk membuat

keputusan berdasarkan informasi

sehubungan dengan kontrol kondisi dan

mencegah berulang/komplikasi.