Upload
onee-blank
View
199
Download
27
Embed Size (px)
DESCRIPTION
keris
Citation preview
PENGENALAN KERIS
Waktu terus berlalu tahun terus berganti dan sekarang kita telah memasuki abad ke dua
puluh satu, jaman telah berubah sehingga perlu kita sadari bahwa perlu dilakukan pelestarian
hasil karya seni kebudayaan para leluhur kita agar tidak terkikis akan perkembangan jaman. Bila
kita melihat hasil karya seni para leluhur kita yang telah dibuat beberapa abad yang lalu cukup
membanggakan serta mempunyai nilai seni dan makna yang tinggi. Salah satu peninggalan hasil
karya tersebut berupa Tosan Aji yang berwujut keris dan tombak.
Tosan Aji atau Besi Aji maknanya seperti dengan namanya merupakan besi yang
selayaknya diaji-aji (nilai penghormatan). Maksud dari disini bukan berarti harus disembah-
sembah tetapi selayaknya dihormati karena merupakan warisan budaya nenek moyang kita
yang bernilai tinggi.
Bila kita mengetahui bahwa pada saat pembuatannya para empu tidak hanya
menciptakan suatuhasil karya yang berupa senjata untuk membunuh atau menyakiti tetapi
mempunyai tujuan yanglain seperti untuk yang diyakini menambah kewibawaan dan rasa
percaya diri. Ini semua dapat dilihat dari proses pembuatannya yang harus menempuh laku tapa
dan sesaji serta mencari bahan baku yang prosesnya cukup lama.Posisinya sebagai pusaka tosan
aji mendapat perlakuan khusus mulai dari proses menyimpan, membuka dari sarung sampai
dengan merawatnya, hal ini sudah merupakan seni budaya sendiri.
Dengan segala kerendahan hati serta sebagai suatu upaya dari kami untuk ikut
melestarikan hasil karya para leluhur kita tersebut, maka kami mencoba untuk menyusun
beberapa bahan dan sumber mengenai tosan aji dalam suatu diktat. Harapan kami ini akan
sedikit memberikan gambaran dan wawasan mengenai dasar-dasar pengenalan tosan aji. Kami
sadar bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunannya, untuk itu kritik dan saran yang
sifatnya membangun sangat kami harapkan. Selanjutnya harapan kami diktat ini dapat
bermanfaat dan sedikit memberikan dasar pengenalan tentang tosan aji warisan leluhur harus
tetap kita jaga kelestarianya.
I. RONGKO BUSANA TOSAN AJI KERIS
Warangko keris terdiri dari 2 macam bentuk :
1. Rongko Gayaman 2. Rongko Ladrang/Branggah
Perlengkapan Busana Rongko keris terdiri dari beberapa bagian:
1. Ukiran/Pegangan keris
2. Gandar
3. Mendak
4. Selut
5. Pendok
Busana Keris dan Ricikannya bermakna sebagai berikut :
1. Ukiran maknanya Gusti Maha Luhur melebihi apa saja
2. Warangka maknanya Pasti hidup tidak mati
3. Godhong maknanya Dua jiwa bersatu, Gusti dan kawula itu harus seia sekata
4. Agkup maknanya Hamba yang berserah diri pada Tuhan
5. Latha maknanya Kotoran anak rambut dipelipis
6. Ri cangkring maknanya Pundak
7. Gandar maknanya sosok tubuh kita spt sudah kodrat
8. Pendok maknanya Benar sopan santun kita
9. Kandelan maknanya Dalam hati harus tebal kepercayaan kepada Tuhan
10. Kethekan maknanya Penantian ke-Esaan Tuhan
11. Mendak maknanya Harus bisa menundukkan hati
Bahan Rongko keris dapat terbuat dari bermacam-macam bahan antara lain seperti :
1. Kayu Sonokeling 9. Kayu Cendono Wangi
2. Kayu Trembalu 10. Kayu Gembol Jati
3. Kayu Akasia 11. Kayu Nogosari
4. Kayu Awar-awar 12. Kayu Dewadaru
5. Kayu Galih Asem 13. Tanduk Kerbau
6. Kayu Timoho 14. Gading Gajah
7. Kayu Kemuning 15. Geraham Gajah
8. Kayu Cendana Jawa
II. MEMILIH HARI BAIK UNTUK MBUSANANI KERIS TOSAN AJI
Dalam membuat rongko keris untuk mbusanani keris tosan aji berdasarkan pupuh 20 serat
Centini jilid IV terdapat ketentuan memilih hari baik dan hari pantangan sebagai berikut
Hari yang baik :
1. Selasa Pahing
2. Rabu Pon
3. Rabu Pahing
4. Kamis Pahing
5. Kamis Pon
Hari Pantangan :
1. Rabu Kliwon wafatnya Pangeran Sedayu
2. Senen Legi wafatnya Pangeran Sendang
3. Senen Wage wafatnya Pangeran Welang
4. Akhad Wage wafatnya Pangeran Cindheamoh
III. PEDOMAN MEMBUAT KERIS
Menurut Ki Kapalang, membuat keris selalu dimulai dengan mengukur panjang ganja. Kemudian
bilah keris diukur berapa kali panjang ganja.Pengukuran selalu dimulai dari pangkal(bongkot),
diluar pesi,hingga pucuk.hitungnya :CAKRA-GUNDHALA-GUNUNGGUNTUR- SEGARA-MADU.
Yang baik jika jatuh Gunung,Segara dan Madu.Jika pengukurannya dibalik,jadi dari pucuk
ke bongkot,yang terbaik jika jatuh pada gunung. Adapun pedoman membuat tangkai tombak
adalah: Ukurlah panjang tangkai tombak itu dengan kepal tangan pemilik tombak.Urutannya:
SANGGA-RUNGGI-SARAH-WATANG-SANGGA dst.Yang terbaik jika jatuh Sangga.
IV. RICIKAN KERIS
Ricikan merupakan cirri dhapur keris. Tidak semua keris memiliki ricikan yang lengkap
sehingga kita bisa membedakan dhapur keris. Sebuah keris dalam garis besarnya dapat dibagi
dalam beberapa bagian yaitu :
1. Pesi (tangkai bilah}
2. Ganja (bagian tengah keris)
3. Wilah (Bilah)
V. EMPU PEMBUAT KERIS TOSAN AJI
1 Jenggala tahun 1119 Saka. Raja Prabu Lembu Miluhur
Kerajaan Jenggala Raja Prabu Lembu Miluhur Empu Kerajaan Jenggala :
Empu Joyosemito
Empu Joiruno
Empu Supowinangun
2.Pajajaran tahun 1170 - 1284 Saka.
Kerajaan Pajajaran :
Prabu Surya Miluhur
Prabu Banjaran Sekar
Prabu Mundhingsari
Prabu Sri Pamekas
Prabu Siyung Wanara
Empu kerajaan Pajajaran :
Empu Andaya Jenggala
Empu Widusarpa
Empu Ajatsari
Empu Marcukundha,Ki Macan,Ki Kuwung
3.Majapahit tahun 1303 - 1429 Saka
Kerajaan Majapahit :
Prabu Brawijaya
Prabu Brawijaya Terakhir
Prabu Sah Akbar Alam
Empu Kerajaan Majapahit :
Empu Supodriyo
Empu Jokosupa (pangeran sedayu)
SILSILAH EMPU DARI ZAMAN MAJAPAHIT, EMPU SURO
1 Majapahit
2 Majapahit
3 Tuban
4 Tuban
5 Mataram
6 Mataram
7 Mataram
8 Kartasura
9 Kartasura
10 Surakarta
11 Ngentho-entho (Yogya)
12 Ngentho-entho (Yogya)
13 Jenggalan
14 Jenggalan
15 Jenggalan
16 Beranak
Empu Supodriyo
Empu Jokosupa (pangeran sedayu)
Empu Supoanom
Empu Sektilanang
Ny. Panjang Emas (Empu P. Panjang Emas)
Empu Cindeamoh
Empu Suponyang
Empu Entowayang
Mas Ayu Kadarsih (Empu P. Hangabei)
Raden Ayu Pandit (Empu Pandit)
Ny. Badur (Empu Badur)
Empu Kertoyudo
Empu Joyosemito
Empu Joiruno
Empu Supowinangun:
Putri
Yoso Pangarso
Genyo Diharjo
Wignyo Sokoyo
Jeno Harumbrojo
VI. RAGAM PAMOR DAN DAYA PERBAWAN
Pembuatan pamor tergantung pada permintaan pemesan, fungsi pusaka yang dibuat, dan cita
rasa
empu yang bersangkutan. Paling tidak, jenis pamor di pakai sesuai dengan keperluan untuk
tujuan apa keris itu diciptakan. Karena itu dapat di duga bahwa ragam pamor juga seiring
dengan
ragam tujuan pembuatan keris.
Adapun yang sudah tercatat baru 19 jenis pamor, dengan daya perbawan masing-masing.Jenis
pamor dan daya perbawa dari 19 macam itu antara lain :
Jenis Pamor Daya Kewibawaan
1. Bala Pandita Keselamatan dan disayangi sesama
2. Benda Segada Banyak orang berguru padanya
3. Tundung Menolak Orang Jahat
4. Pancuran Mas Mudah Mencari Harta Benda dan kesulitan
5. Dandang Ngelak Yang Punya berhati keras, banyak musuh.
6. Kul Buntet Pusaka Bagi Para Prajurit
7. Pengasih Penangkal Kejahatan dan gangguan hewan buas
8. Rajah Untuk tumbal Rumah,terhindar dari niat jahat
9. Pulo Tirta Menolak Kejahatan Musuh, Menimbulkan keteguhan
10. Segara Wedi Baik bagi Penguasa, Pejabat Negara
11. Batu Lapak Untuk Keselamatan
12. Blarak Sineret Berwibawa sekalipun tidak di keluarkan
13. Prabawa Besar Kewibawaannya
14. Wulan Lima Memperoleh Kehormatan dari sesamanya
15 Manggada Keselamatan
16. Sumber Untuk pedagang/pengusaha agar lekas jadi besar
17. Pulo Duyung Dicintai sesama
18. Sanubari Baik Bagi Pinisepuh, Guru, Ulama,dll
19. Gunung Guntur Penangkal penyakit
VII. RAGAM PAMOR TOSAN AJI
Setiap Empu akan tersohor karena hasil pekerjaannya memperlihatkan ciri khas. Ciri
khas karya seorang empu, secara umum dapat dikenali lewat apa yang bagi kalangan peminat
keris pusaka di sebut sebagai Penanguhan. Secara khas dan khusus lagi, setiap empu yang sudah
jadi dan mapan, dia mampu melahirkan model pamor baru yang belum pernah di kenal
sebelumnya. Meskipun dia menggarap keris pusaka dengan model pamor yang sudah ada,akan
tetapi pamor hasil garapan empu tersebut juga memperlihatkan ciri dan corak khas.
Dari sejumlah sumber tertulis dan lisan yang sempat terekam di samping 80 model
pamor hasil
gambarannya, adalah sebagai berikut :
1. Pamor Bugis 41. Pamor Guladata
2. Pamor Mrambat 42. Pamor Pulotirto
3. Pamor Gajih 43. Pamor Manggada
4. Pamor Sanak 44. Pamor Segara Wedi
5. Pamor Brojol 45. Pamor Bala Pandita
6. Pamor Pejetan 46. Pamor Gunung
7. Pamor Byor 47. Pamor Batu Lapak
8. Pamor Buntal Mayit 48. Pamor Lintang Johar
9. Pamor Kulit Semangka 49. Pamor Lintang Kumukus
10. Pamor Beras Wutah 50. Pamor Songsong
11. Pamor Udan Mas 51. Pamor Sungsum
12. Pamor Blarak Sineret 52. Pamor Camar
13. Pamor Ron Kendhuru 53. Pamor Kembang Lo
14. Pamor Sada Sak-Ler 54. Pamor Sinom Robyong
15. Pamor Putri Tumurun 55. Pamor Payung Kunarpo
16. Pamor Rajah 56. Pamor Dandang Ngelak
17. Pamor Walang Sinundukan 57. Pamor Tambal
18. Pamor Kenongga Ginugah 58. Pamor Bonang Sarenteng
19. Pamor Tambal Wengkon 59. Pamor Bendha Segada
20. Pamor Unthuk Banyu 60. Pamor Ganggeng Kanyut
21. Pamor Sekar Lampes 61. Pamor Dwi Warna
22. Pamor Sekar Pala 62. Pamor Ujung Gunung
23. Pamor Mlinjo 63. Pamor Kul Buntet
24. Pamor Kendagan 64. Pamor Wulan Lima
25. Pamor Adeg Rambut 65. Pamor Prabowo
26. Pamor Pandan Iris 66. Pamor Tundung
27. Pamor Lawe Satukel 67. Pamor Pulo Duyung
28. Pamor Mayang Mekar 68. Pamor Pancuran Mas
29. Pamor Kara Welang 69. Pamor Sumber
30. Pamor Trithik 70. Pamor Pengasih
31. Pamor Tumpal Keli 71. Pamor Sanubari
32. Pamor Pedaringan Kebak 72. Pamor Bawang Sebungkal
33. Pamor Sumur Sinaba 73. Pamor Manggar
34. Pamor Sekar Kopi 74. Pamor Melati Rinonce
35. Pamor Ron Pakis 75. Pamor Mrutu Sewu
36. Pamor Ri Wader 76. Pamor Lar Gangsir
37. Pamor Sumur Bandung 77. Pamor Jarot Asem
38. Pamor Tiban 78. Pamor Putri Kinurung
39. Pamor Telaga Membeng 79. Pamor Rojo Gumbolo
40. Pamor Teja Kinurung 80. Pamor Tunggak Semi
Nama pamor disesuaikan dengan karaktristik nama benda yang diambil sebagai nama
pamor itu. Umpama daya cipta empu yang membuat pamor ternyata mirip blarak yang di
seret, daun kelapa yang di seret diatas tanah berdebu, yang menimbulkan bekas khas dan
menimbulkan daya tarik. Karena itu pamor yang di buat dengan pola model tersebut
dinamakan pamor Blarak Sineret. Pamor yang dibuat mengambil pola model daun
kendhuru, karena itu pamor tersebut di beri nama Ron Kendhuru. Begitu seterusnya.
Satu hal jelas, seorang empu keris pusaka tanah jawa sejak dahulu kala di kenal sangat
akrab dengan alam,tumbuhan,alam binatang,dan alam benda.Tapi mengapa empu kiris
pusaka tanah jawa dalam kreasinya memanfaatkan adonan berbagai ungsur metal, baja,besi,
nikel, dan titanium pada masa dulu hingga kini, karena mereka tidak cukup bila berasal dari
satu dimensi pe-ngetahuan modern belaka.
VIII. IDENTIFIKASI DHAPUR KERIS
Dhapur adalah bentuk/model/wujud baku yang telah turun-temurun sebagai patokan pembuat
keris. Seorang empu dalam mebuat keris tidak akan meninggalkan bentuk baku.
Dalam garis besarnya dapat dibedakan dua macam dapur keris, yaitu berdapur lurus dan yang
berdapur luk atau kelokan/bergelombang. Jumlah kelokan selalu diambil gasal, tidak genap. Jadi
selalu berjumlah 1, 3, 5, 7, 9 dst.
Dalam perdagangan keris nama dhapur sering dipermudah sebagai berikut:
1. Keris lurus disebut Jalak
2. Keris Luk 3 disebut Jangkung
3. Keris Luk 5 disebut Pendhawa
4. Keris Luk 7 disebut Sempana atau Sumpana
5. Keris Luk 9 disebut Jigja
6. Keris Luk 11 disebut Sabuk inten atau Carita
7. Keris Luk 13 disebut Sengkelat
Dhapur keris lurus:1 Panji Anom
2 Jaka Tuwo
3 Bethok
4 Karna Tinandhing
5 Semar Bethak
6 Regol
7 Kebo Teki
8 Jalak Nguwuh
9 Sempani
10 Jamang Murub
11 Tumenggung
12 Tilam Upih
13 Pasopati
14 Condhong Campur
15 Jalak Dhinding
16 Jalak Ngore
17 Jalak Sangu Tumpeng
18 Mendarang
19 Mesem
20 Semar Tinandhu
21 Ron Teki
22 Sujen Ampel
23 Kelap Lintah
24 Yuyu Rumpung
25 Brojol
26 Laler Mengeng
27 Puthut
28 Jalak Sumelang Gandring
29 Mangkurat
30 Mayat Miring
31 Kalam Munyeng
32 Pinarak
33 Marak
34 Jalak Tilamsari
35 Tilamsari
36 Jalak Lola
37 Wora-wari
38 Wora-wari
39 Sinom
40 Kala Misani
Dhapur luk tiga Dhapur Luk Lima
1 Jangkung Pacar
2 Maesa Soka
3 Maesa Nempuh
4 Mayat
5 Jangkung Pacar
6 Tebu Sauyun
7 Bango Dholok
8 Manglar Munya
9 Campur Bawur
10 Segara Winotan
11 Jangkung Cinarita
1 Sinarasah
2 Pudhak Sategal
3 Pulanggeni
4 Pandhawa
5 Anoman
6 Kebo Dhengen
7 Kalanadhah
8 Pandhawa lare
9 Urap-urap
10 Naga Salira
11 Kebo Dhendheng
12 Pandhawa Cinarita
Dhapur Luk Tujuh Dhapur Luk Sebelas
1 Balebang
2 Murma Malela
3 Crubuk
4 Jaran Goyang
5 Naga-Kras
6 Sempana Punjul
7 Sempana Bungkem
8 Crita Casapta
1 Carita Bungkem
2 Carita Prasaja
3 Carita Kaprabon
4 Carita Daleman
5 Sabuk Inten
6 Cluring Regol
7 Carita Genengan
8 Carita Gandhu
9 Sabuk Tali
10 Jaka Wuru
Dhapur Luk Sembilan Dhapur Luk Tigabelas
1 Kidang Mas
2 Panji Sekar
3 Sempana
4 Jaruman
5 Jarudheh
6 Paniwen
7 Panimbal
8 Kidang Soka
9 Carang Soka
10 Sabuk Tampar
11 Buto Ijo
12 Sempana Kalenthang
13 Crita Kanawa
1 Caluring
2 Sangkelat
3 Johan Mangan Kala
4 Nagasasra
5 Parungsari
6 Kantar
7 Luk Gandhu
8 Sepokal
9 Karawelang
10 Naga Selumen
11 Bima Kurdha
Dhapur Luk 17, 19, 21, 25, dan 29
Luk
17
Ngamper Buta
Lancingan
Luk
19
Trimurda
Kala Tinantang
Luk
21
Drajit
Trisirah
Luk
25 Bima Kurdha
Luk
27 Taga Wirun
Luk
29 Kalabendu
Keris-keris pusaka keraton hanya sampai berluk13 saja. Keris yang berluk lebih dari 13
disebut keris Kalawijen atau Palawijan, yang tidak termasuk Pusaka Keraton.
IX. SEKILAS TENTANG PROSES MARANGI
Tujuan marangi untuk membersihkan besi aji dari karat.Memberi efek keindahan pada
besi aji.Besi tampak lebih hitam dari bagian pamor.Mewarangi secara tepat untuk
mengawetkan tosan aji supaya tidak beracun.Jika berkarat segera diwarangi,walaupun
belum bulan Sura.
Tosan Aji merupakan besi untuk diaji-aji.Bukan untuk disembah tapi untuk dihormati
dan dijaga kelestariannya karena merupakan warisan leluhur yang bernilai
tinggi.Waktu pembuatan keris oleh para empu bukan hanya mencipta senjata untuk
membunuh dan melukai. Tapa dan sesaji mengiringi pembuatan tosan aji keris.
Besi(tosan) aji tidak berfungsi sebagai alat pembunuh,tetapi sebagai pusaka dan
pelengkap busana.Sebagai pusaka ,besi aji diperlakukan istimewa.Mulai dari
menyimpan,membuka dari sarung sampai merawatnya diiringi rasa hormat.
Banyak yang kurang setuju jika tosan aji diperlakukan dengan penemuan-penemuan
baru .Seperti pengolesan tosan aji denga PVA(polyvinyl Acetate) agar awet.Dari segi
konservasi benda budaya pengolesan polimer adalah cara tepat.Dari segi pelestarian itu
tidak tepat,karena tosan aji kehilangan kegagahan dan kewingitannya.
Kebiasan menganin-angin wayang kulit secara rutin dapat mengawetkan benda dari
kerusakan.Seperti keris,tombak,pedung,wedhung,kudi dan sebagainya jika dirawat
dengan baik dapt menahan kikisan cuaca dan jaman.Tosan aji yang disimpan di kraton
Yogya masih tampak baru walaupun telah ratusan tahun.
Cara pemeliharaan tosan aji adalah marangi atau menyirami.Marangi dari kata
warangan,artinya arsenikum, sebuah racun. Dalam proses marangi menggunakan
warangan.
X. KANDUNGAN KOMPOSISI TOSAN AJI
Besi aji dilengkapi dengan pamor yang berasal dari meteor,dan pelikan.Dibanding
dengan besi,bagian pamor lebih tahan korosi(pengaratan).Para empu menyembulkan
bagian pamorlebih tinggi dari besinya.Besi lebih cepat terkena oksidasi dari pada
pamor.Karat besi awal dari ausnya besi,kecuali jika diawetkan. Secara kimiawi
marangi adalah upaya membentuk lapisan pelindung berwarana hitam terdiri dari
arsenat besi yang tahan karat. Karat terjadi karena lembab dan sisa-sisa asam waktu
mewarangi.Bisa juga karena asam butirat sebagai peruraian minyak kelapa untuk
meminyaki besi aji.Mewarangi adalah proses pemberian coating perlindungan bilah
tosan aji.
XI. MACAM-MACAM WARANGAN
Proses marangi dengan mengoles permukaan bilahbesi aji dengan larutan jeruk
nipis(citrus aurantifolia) dengan warangan.Buah jeruk masak mengandung 7% asam
sitrun(C6H8O7) dan asam organik lain.
Warangan alami terdapat realgar(AS2S2),arsenikkies(FeSAs),glans kobalt(COSAs),
auri pigment(AS2S3)dan lainnya.Kandungan warangan dalam pelikan sekitar 6-10%.
Warangan alami yang baik berwarna jingga sampai ungu.Lebih ungu lebih baik seperti
kembang telasih.Warangan apotek terdiri dari arsen trioksida (AS2O3),berwarna putih
bersih dan sangat beracun.
Warngan Murni ada dua macam:
1.Jenis PA(Pro Analyse)kadar 99,5% AS
2.Jenis warangan teknis,kadar 75%.Biasanya tercampur dengan AS2S3 berwarna
merah muda. Sebelum diwarangi kupas kulitnya sebelum diperas.Pencemaran kulit
jeruk menyebabkan besi menjadi hijau atau kuning kehijauan.
XII. SAJEN PROSES MARANGI
Beras dalam mangkuk dengan telur ayam kampung diatasnya.Gula jawa satu
tangkap.Sebutir kelapa/kelapa muda.Pisang raja satu pasang.Ayam hidup satu/dua
ekor.Jenang katul; putih, merah,kuning, hitam, merah putih, palang, putih dengan
parutan kelapa dan gula jawa(manca warna).Nasi gurih (resulan)dengan ingkung
ayam.Tumpeng :robyong, asrep-asrepan. Jajan pasar.Pala
kependhem,kesimpar,gantung.Buaha-buahan rujak-rujakan.Sirih lengkap.Cerutu atau
rokok siong.Segelas kopi hitam dan segelas the kental.Kembang setaman.Kemenyan
madu.Kembang telon atau manca warna. Sesaji sebagai sarana mohon kepada Tuhan
YME agar selama marangi berjalan lancar dan sebagai sarana penghormatan para
empu,leluhur,dan arwah nenek moyang.
Kelapa untuk persediaan jika terjadi keracunan, air kelapa dapat diminum untuk
menangkal racun warangan.
XIII. PERSIAPAN PROSES MARANGI
Marangi biasanya dilakukan pada bulan sura pada hari selasa kliwon, jum’at kliwon /
jum’at legi / bisa juga selasa legi, sehari sebelumnya biasanya berpuasa terlebih
dahulu. Selama proses marangi semua petugas yang terlibat diharuskan berbusana
kejawen dan pantang makan, minum, merokok dsb. Selama marangi harus membisu
tidak boleh berbicara. Jaman sekarang hal itu sudah jarang dilakukan. Peralatan yang
harus disediakan ember air bersih, ember air bunga, dan ember kosong untuk limbah,
sikat-sikat khusus untuk marangi dan memutihkan, jeruk nipis yang telah dikupas
kulitnya, warangan, minyak kelapa, krengsengan 200 cc dan minyak cendana 20
cc/lebih. Kawul iratan bambu / kertas tisu. Lap-lap yang bersih. Dan tak lupa lerak
(sapindus rarak) yang telah dihancurkan dalam air. Kalau terpaksa dapat digunakan
deterjen.
Jeruk yang telah dikupas kulitnya diiris-iris dan diperas dengan kain bersih dan
ditampung dalam dua tempat khusus. Sebuah untuk memutihkan bilah besi aji dan
sebuah lagi untuk melarutkan warangan.
Warangan alami harus ditumbuk halus terlebih dahulu sebelum dilarutkan dalam air
jeruk. Sedangkan perbandingan larutan jeuk dan warangan, baik murni/alami dikirakira
saja. Dapat digunakan imbangan 1 sendok the dan 50 cc air jeruk/lebih. Untuk
mempercepat pelarutan dapat ditambahkan sedikit larutan basa seperti NaOH/KOH.
Dapat pula dengan memanaskan sedikit di atas api.
Besi aji yang akan diwarangi sebaiknya dilepas dari sarungnya dan hulunya. Keris dan
tombak banyak yang dijabung dengan lak pada hulunya.Untuk melepasnya mudah
sekali, yaitu panaskan pada bagian bawah bilah diatas lampu teplok / lilin. Dengan alas
sebuah lap bersih putar pelan-pelan bilah itu keluar dari hulunya. Dalam keadaan
sudah berkarat sekali dapat ditolong dengan meneteskan minyak rem mobil pada
celah-celah antara bilah dan pegangan selama 24 jam / lebih.
Besi aji yang sudah kelewat karatan dapat direndam dalam air kelapa yang sudah
diberi irisan jeruk nipis dan pace (mengkudu) yang sudah masak. Rendaman itu bisa
semalam tetapi dapat juga lebih dari dua hari tergantung pada tingkat karatnya. Hal itu
dilakukan menjelang siraman.
XIV. PROSES MARANGI
Marangi paling baik jika dilakukan diwaktu pagi dalam udara cerah. Lakukan didalam
rumah yang bebas dari gangguan anak-anak dan lalu lintas keluarga. Sebaiknya
diserambi rumah.
Semua perlengkapan disediakan diatas tikar yang digelar. Sesaji dipisah khusus,
berdekatam dengan alat-alat untuk marangi. Selama marangi sebaiknya dilakukan
dengan duduk bersila agar keamanan lebih terjaga.
Awal pekerjaan dimulai dengan membakar kemenyan. Ujubnya mohon kepada Tuhan
YME agar pekerjaan berjalan lancar dan selamat. Disamping mohon berkah pangestu
kepada arwah-arwah empu dan para leluhur semoga besi aji memberi kegunaan yang
lebih bagi pemiliknya.
Tata cara marangi berlangsung sbb:
1.Besi Aji dipegang dan di guyur dengan air kembang setaman,
setelah itu dicuci (disikat) dengan air lerak (deterjen) supaya bebas
dari minyak langsung di lap hingga kering.
2.Sikat khusus mulailah pemutihan. Sikat dari rambut kuda.
Celupkan sikat sedikit ke dalam perasan jeruk, sikat dari bilah besi
aji. Jangan sikat bolak balik, tapi satu arah saja, dari bongkot atau
pangkal ke ujung bilah keris atau tombak. Diamkan selama
beberapa menit hingga bilah berwarna hijau hitam. Sikat lagi.
Diamkan beberapa menit. Lakukan terus menerus sampai karatkaratnya
melepas hingga bilah berwarna agak kuning kehijauan
kemudian jadi hitam. Guyur dengan air, sikat hingga bilah menjadi
putih seperti almunium. Cepat-cepat cuci dengan air bersih dan lap
dengan kawul atau tissue caranya cukup ditekan tekan saja, jangan
digosok. Angin-anginkan hingga kering, jangan dijemur!
3.Besi aji yang kering dijatuhi larutan warangan pakailah sikat
khusus atau kuas bersih. Ambil sedikit oleskan pada bilah dalam
satu arah. Ujung bilah menghadap miring kebawah dilakukan
berkali-kali hingga besi tampak hitam. Guyur dengan air berulangulang
dan sikat terus. Guyur sambil disikat dengan air bersih
sampai sisa asam dan warangan habis. Lalu keringkan dengan
kawul atau tissue seperti tahap (2).
4.Tahap akhir adalah memberi olesan minyak, dilakukan setelah
kering betul atau saat semua bilah dikembalikan pada hulu dan
tangkainya. Untuk mengawetkan warangan keris sebaiknya dalam
meminyaki jangan terlalu basah lalu angin-anginkan hingga betulbetul
kering.
XV. METODE SIRAMAN
Ada metode siraman dengan cara yang lain :
1.Cara NYEK, sediakan larutan jeruk nipis yang diberi warangan
dan “cemengan” yaitu air bekas cucian marangi yang sudah
menghitam. Keris yang telah diputihkan dijemur antara jam 8-11
pagi. Jika sudah panas celupkan jari tangan dalam larutan
warangan diatas kemudian pijatlah besi aji dari pangkal ke ujung,
bilah akan mulai menghitam. Jika sudah hitam guyur dengan iar
dan sikat dengan abu gosok, tahap ini disebut dikeplok. Sikat
dengan hati-hati agar hitam tidak luntur setelah bersih lap hingga
kering lalu dijemur lagi, begitu seterusnya diulang sampai pamor
didapat. Tahap terakhir mencuci dengan landha abu jangkang
dengan maksud sisa asam jeruk hilang kemudian cuci dengan air
bersih keringkan dan jemur. Pelumasan dilakukan setelah besi aji
benar-benar kering.
2.Cara BLONYON (konyoh), tidak ada bedanya dengan cara diatas
hanya besi aji tidak dipijat dengan jari tangan tetapi dioles dengan
sikat yang dicelupkan dalam larutan warangan, jika telah
mendapat warna hitam segera dikeplok dengan abu gosok, diulang
sampai pamor tampak menyala.
3.Cara KOLOH, dengan memakai tempat lain besi aji yang telah
diputihkan dimasukkan dalam larutan warangan jeruk nipis encer
yang diberi cemengan. Setelah beberapa menit besi aji diambil
ditaruh miring agar larutan tuntas. Setelah itu disikat dan dibilas
dengan air seterusnya dikeplok. Hal ini diulang-ulang bilah tak
usah dijemur. Keberhasilan cara ini terletak pada teknik
mengeploknya. Warna hitam pada besi didapat secara berlahan
tetapi lebih merasuk dalam besi daripada cara yogya.
XVI. PEMELIHARAAN
Tosan aji yang baik mewaranginya dapat bertahan bertahun-tahun. Kebiasaan kuno
setiap selasa kliwon / jum’at kliwon besi aji diberi olesan minyak cendana encer.
Menaruh keris sebaiknya jangan ditempat yang lembab jika terpaksa disimpan dalam
almari pakaian taruh pada rak paling atas sebaiknya dalam posisi berdiri/miring.
Minyak kelapa oleh proses fermentasi akan dipecah menjadi asam butiran dan asam
lain, pencegahannya ialah dengan sedikit mencampurnya dengan minyak gandapura,
perbandingannya : 100 cc minyak kelapa dapat dipakai 10-15 cc minyak gandapura.
Selain cendana dapat digunakan pewangi kanthil, melati (jasmin) / kenanga. Untuk
keraton Yogya perbandingan 1:1, artinya 100 cc minyak kelapa menggunakan 100 cc
minyak cendana. Untuk cara solo perbandingannnya 25 minyak krengsengan : 10
bagian minyak kenanga : 3 bagian minyak gandapura.
Minyak senjata juga bisa dipakai tetapi banyak ahli esoteri keris mengatakan
penggunaan minyak mineral akan sangat mengurangi esoteri keris sendiri, jika tidak
dalam keadaan terpaksa penggunaan minyak jenis ini dihindari.
Jangan sekali-kali menjemur besi aji karena akan merubah struktur logamnya dan akan
mengurangi daya kegaibannya. Penyikatan harus hati-hati terutama keris yang
diserasah dengan emas. Jangan sekali-kali merendam tosan aji dalam air kelapa
akibatnya dapat mengeroposkan besi aji.
XVII, SARAN DAN PETUNJUK TENTANG TATACARA MENAYUH KERIS
Ada 3 cara tahapan yang perlu dilakoni seseorang yang ingin berkomunikasi dengan
yoni alias isi keris pusaka. Tapi tidak cukup hanya diomongkan lisan atau ditulis di
atas kertas sebagai pengetahuan pasif. Rupanya memang selamanya orang omong
lebih gampang ketimbang orang nglakoni. Dalam usaha memenuhi keingintahuan yoni
keris pusaka itulah diperlukan laku orang bersangkutan dan menjadi langkah awal
sebagai penghayatan kongkret untuk ditempuh.
Adapun 3 tahap tersebut sebagai berikut :
1.Menjalani puasa mutih. Orang tidak makan garam atau makanan
yang mengandung garam, tapi hanya makan nasi putih dan minum
air putih. Lamanya 3 hari 3 malam. Dapat juga orang puasa
ngebleng, tak makan dan tak minum 3 hari 3 malam. Keris pusaka
yang komplit sandangannya, memakai warangka-mendak-ukiran
diletakkan di atas bantal. Si penayuh harus selalu berdoa kepada
Tuhan. Dengan tatacara itu, mungkin seseorang sudah dapat
mengetahui yoni keris pusaka yang ditayuh, dia dapat
berkomunikasi pada waktu sedang tidur atau sedang jaga, atau
dalam keadaan sonyaruri – antara tidur dan jaga. Namun bila
maksud semula belum kesampaian, dia dapat meneruskan usaha
dengan menjalankan tahap kedua.
2.Keris yang hendak ditayuh, dihunus dari warangka, dikeluarkan
dari sarungnya, mendak & ukiran tidak dicopot. Keris pusaka
dalam keadaan ligan ditaruh di bawah bantal, dipakai alas tidur.
Mungkin dengan tatacara ini, orang sudah dapat mengetahui yoni
yang terdapat pada keris pusaka yang ditayuh. Akan tetapi,
seandainya tahap kedua ini orang bersangkutan belum juga dapat
bersua dengan si yoni, maka tahap ketiga perlu ditempuh.
3.Keris ligan yang sudah dilepaskan dari warangka, perlu dilepaskan
dari ukiran dan mendaknya. Keris itu dalam keadaan nglegena
alias telanjang bulat. Dia ditaruh di bawah bantal sebagai alas
tidur, yang juga dilakukan selama 3 malam. Melenging tekad
tertuju kepada Tuhan. Laku itu dijalani dengan sepenuh hati. Niat
ingsun mengetahui yoni keris pusaka yang ditayuh.
XVIII, CARA MEMAKAI KERIS
* Cara Memakai keris yang
benar menurut cara Jogjakarta
*Jika tengah gandar disebelah
kiri tulang punggung disebut
MANGKING kurang pantas
dipakai
* Jika Warangka menyentuh
sabuk disebut NETEP kurang
pantas dipakai karena
dianggap berani dgn siapa
saja.
* Dipakai oleh prajurit yang
bersenjata pedang dan penari
klana gagah gaya Yogya
* Kurang sopan dipakai karena
dianggap akan mbalelo
* Jika letak gandar keris di
sebelah kanan tulang punggung
disebut NGOGLENG juga
kurang baik untuk dikenakan
dianggap sombong oleh
pemakai.
* Dipakai waktu bepergian atau oleh prajurit yang
membawa bedil.
* Dipakai untuk bepergian dan para
prajurit Daeng
* Dipakai waktu naik kuda dan kendaraan
* Biasa dipakai oleh para ulama, resi, pendeta
DAFTAR PUSTAKA
Ki Sumidi Adisasmita, Pustaka Centhini Selayang Pandang , penerbit
U.P.Indonesia,Yogyakarta, 1974.
Yasandalem K.G.P.A.A.Amangkunegoro III (Ingkang Sinuwun Paku Buwono V) ing
surakarta, Serat Centhini Latin jilid I s.d. jilid V, dilatinkan menurut aslinya oleh Kamajaya,
penerbit Pustaka Centhini oleh Yayasan Centhini, Yogyakarta, 1985-1988.
Koleksi Tjokrosuharto Arts & Crafts
Sarasehan Pametri wiji, Siraman Tosan Aji,1983-1986.
Linus Suryadi AG, Regol Megal Megol,fenomena Kosmogoni Jawa, penerbit Andi
Offset,Yogyakarta.