13
Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013 [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO 99 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO (Studi Kasus: BNI Cabang Tangerang) Ismail H Asrul 1 , Siska Trisnaeny 2 1,2) Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila [email protected] Abstrak Formless hadir untuk memudahkan nasabah dan memberikan layanan yang berbeda terhadap nasabah bank. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan formless di BNI masih terdapat beberapa masalah ditandai dengan adanya keluhan dari nasabah mengenai penggunaan sistem formless. Untuk memperbaiki sistem formless dikembangkan sebuah model proses dengan pendekatan manajemen risiko. Pendekatan risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen risiko ISO 31000. Penilitian ini meliputi tahapan menentukan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, sampai perancangan perlakuan risiko. Metode yang digunakan dalam identifikasi risiko penelitian ini adalah Risk Breakdown Structure (RBS). Respon perlakuan risiko pada penelitian ini adalah memperbaiki model proses sistem formless yang sudah ada. Salah satu hasil penelitian ini menghasilkan interface resi tanda terima yang baru disertai cekbox konfirmasi pada dokumen transaksi. Katakunci : ISO 31000, Formless, Model Proses, Risk Breakdown Structure, Manajemen Resiko 1. PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang perkembangan di segala bidang sedang mengalami pertumbuhan yang berkembang pesat. Hal tersebut pun terlihat di dalam industri perbankan. Hampir semua bank di Indonesia memliki produk tabungan dengan fitur yang sama, fasilitas e-chanel yang sama, suku bunga yang kompetitif, serta undian berhadiah yang ditawarkan kepada nasabahnya. Dengan semakin banyaknya bank yang berdiri maka akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat dalam memperoleh nasabah baru maupun mempertahankan nasabah. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut maka pihak bank harus mengerti dan memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan nasabah. Lingkungan yang selalu mengalami perubahan menjadi harapan nasabah terhadap kualitas jasa yang terus mengalami dinamika. Harapan dan keinginan nasabah akan menjadi umpan balik bagi bank dan hal tersebut dapat dilihat dari

Pengembangan Model Proses Sistem Formless Pada Transaksi Perbankan Berbasis Management Resiko

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Essay for freesemoga bermanfaat

Citation preview

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    99

    PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN

    BERBASIS MANAJEMEN RESIKO (Studi Kasus: BNI Cabang Tangerang)

    Ismail H Asrul1, Siska Trisnaeny2

    1,2)Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Pancasila [email protected]

    Abstrak

    Formless hadir untuk memudahkan nasabah dan memberikan layanan yang berbeda terhadap nasabah bank. Namun seiring dengan berjalannya waktu, penggunaan formless di BNI masih terdapat beberapa masalah ditandai dengan adanya keluhan dari nasabah mengenai penggunaan sistem formless. Untuk memperbaiki sistem formless dikembangkan sebuah model proses dengan pendekatan manajemen risiko. Pendekatan risiko yang digunakan dalam penelitian ini adalah manajemen risiko ISO 31000. Penilitian ini meliputi tahapan menentukan konteks, identifikasi risiko, analisis risiko, evaluasi risiko, sampai perancangan perlakuan risiko. Metode yang digunakan dalam identifikasi risiko penelitian ini adalah Risk Breakdown Structure (RBS). Respon perlakuan risiko pada penelitian ini adalah memperbaiki model proses sistem formless yang sudah ada. Salah satu hasil penelitian ini menghasilkan interface resi tanda terima yang baru disertai cekbox konfirmasi pada dokumen transaksi. Katakunci : ISO 31000, Formless, Model Proses, Risk Breakdown Structure, Manajemen Resiko

    1. PENDAHULUAN Di era globalisasi sekarang perkembangan di segala bidang sedang mengalami pertumbuhan yang berkembang pesat. Hal tersebut pun terlihat di dalam industri perbankan. Hampir semua bank di Indonesia memliki produk tabungan dengan fitur yang sama, fasilitas e-chanel yang sama, suku bunga yang kompetitif, serta undian berhadiah yang ditawarkan kepada nasabahnya. Dengan semakin banyaknya bank yang berdiri maka akan mengakibatkan terjadinya persaingan yang sangat ketat dalam memperoleh nasabah baru maupun mempertahankan nasabah. Agar dapat memenangkan persaingan tersebut maka pihak bank harus mengerti dan memahami apa yang menjadi keinginan dan harapan nasabah. Lingkungan yang selalu mengalami perubahan menjadi harapan nasabah terhadap kualitas jasa yang terus mengalami dinamika. Harapan dan keinginan nasabah akan menjadi umpan balik bagi bank dan hal tersebut dapat dilihat dari

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    100 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    tanggapan nasabah terhadap jasa pelayanan yang telah diberikan oleh pihak bank.

    Pelayanan adalah harapan yang terbesar yang di harapkan nasabah dalam bertransaksi di dalam bank. Jika nasabah dilayani dengan baik maka respon yang positif pun akan diterima oleh bank dan akan berdampak positif bagi penambahan dana pihak ketiga (DPK) dan berimbas kedalam image bank tersebut di masyarakat. Apabila bank tidak memperhatikan aspek-aspek pelayanan tersebut maka dapat mengakibatkan berpindahnya nasabah ke bank lain yang dianggap lebih dapat memenuhi keinginan dalam pelayanan. Hal ini tentu saja akan merugikan pihak bank yang bersangkutan. Maka dari itu dalam hal memberikan pelayanan yang cepat dan maksimal dalam melayani nasabahnya BNI menggunakan sistem formless dalam bertransaksi perbankan. Sistem formless digunakan untuk mempercerpat pelayanan dalam hal menabung dan transfer uang ke rekening BNI.

    Namun dalam kenyataannya implementasi sistem formless masih menimbulkan banyak masalah. Adanya keluhan nasabah atas transaksinya yang menggunakan sistem formless. Selain itu adanya risiko opersional yang dikarenakan kesalahan dalam menyebutkan nomer rekening oleh nasabah sehingga menimbulkan kesalahan dalam pendokumentasian transaksi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan sistem formless yang dapat meminimalisasikan risiko yang akan terjadi. Tujuan dalam penelitian ini adalah mengembangkan model sistem formless yang lebih baik dari sistem yang berjalan sekarang sehingga keluhan nasabah mengenai penggunaan formless dalam transaksi perbankan berkurang.

    2. STUDI KEPUSTAKAAN 2.1. Teori tentang Formless

    Transaksi Formless adalah suatu cara bertransaksi yang dilakukan antara nasabah dengan Bank tanpa mempergunakan atau mengisi dokumen aplikasi/formulir transaksi yang disediakan Bank, namun permintaan transaksi dilakukan antara nasabah dengan Bank melalui komunikasi lisan/verbal, dan atas transaksi tersebut Bank menerbitkan resi sebagai bukti [2].

    2.2. Manajemen Risiko Berbasis ISO 31000

    Proses manajemen risiko hendaknya merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen umum. Proses manajemen risiko meliputi lima kegiatan, yaitu komunikasi dan konsultasi, menentukan konteks, asesmen risiko, perlakuan risiko, monitoring dan review [1]. Asesmen risiko terdiri dari identifikasi risiko,analasis risiko, dan evaluasi risiko.

    Metodologi manajemen risiko tidak hanya dikeluarkan oleh ISO saja, namun Project Management Institute juga mengeluarkan metodologi manajemen risiko. Namun metodologi manajemen risiko yang dikeluarkan oleh PMI fokus pada fase proyek saja [4]. Sedangkan ISO 31000:2009 walaupun terkesan lebih generik namun meliputi baik fase proyek maupun operasional. Tahapannya pun

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    101

    sangatlah mirip, dimana pada Project Management Body of Knowledge 4th pada bagian Project Management Process dikenal terdapat 6 proses pada manajemen risiko, yaitu: Plan Risk Management, Identify Risk, Perform Qualitative Risk Analysis, Perform Quantitative Risk Analysis, Plan Risk Responses, dan Monitoring and Control Risk.

    3. METEDOLOGI PENELITIAN Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan tahapan yang berlaku pada ISO 31000, sedangkan metode pemodelan proses menggunakan flow chart.

    Gambar 1. Metodologi Manajemen Risiko berdasarkan ISO 31000:2009

    Dalam Penelitian ini, penulis melakukan studi kasus di Bank Negara Indonesia kantor cabang Tangerang. Studi kasus dilakukan di unit teller BNI kantor cabang Tangerang. Objek studi kasus adalah nasabah yang melakukan transaksi pengiriman dan penyimpanan uang di teller. Data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data keluhan, data waktu transaksi,dan tingkat akurasi. Data keluhan didapat dari keluhan-keluhan yang datang dari nasabah mengenai transaksi formless. Data ini berasal dari record keluhan yang di terima customer service setiap harinya.

    3.1. Menentukan Konteks

    Menentukan batasan atau parameter internal dan eksternal yang dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan risiko dalam kegiatan perbaikan sistem. Selain batasan internal dan eksternal, pendekatan-pendekatan manajemen risiko lainnya perlu didefinisikan pada tahap ini seperti: matrik risiko, selera risiko, definisi dampak, definisi kemungkinan, dan lain-lain.

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    102 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    3.2. Identifikasi Risiko

    Dalam penelitian ini metode identifikasi risiko yang digunakan adalah Risk Breakdown Structure (RBS). Namun sebelum risiko dapat diidentifikasi sebelumnya perlu dipetakan proses bisnis pada sistem yang diamati. Metode flow chart digunakan dalam memetakan proses bisnis pada penelitian ini.

    3.3. Analisis Risiko

    Menganalisis dampak dan peluang risiko yang telah teridentifikasi ditahap identifikasi risiko. Kemudian risiko teridentifikasi tersebut diperingkatkan dengan cara menghitung risk event-nya (mengalikan nilai kemungkinan terhadap nilai dampaknya).

    3.4. Evaluasi Risiko

    Evaluasi Risiko bertujuan untuk membantu dalam menentukan strategi perlakuan risiko dengan mengenali penyebab serta sumber risiko yang teridentifikasi.

    3.5. Perlakuan Risiko

    Pada tahap ini diperlukan sebuah tindakan untuk memilih strategi perlakuan risiko dan mengimplementasikan perlakuan tersebut. Terdapat 4 respon utama dalam manajemen risiko yaitu avoid, transfer, mitigatio, dan accept.

    3.6. Pemodelan Sistem Usulan

    Perlakuan risiko yang telah dirancang kemungkinan besar dapat mengubah proses bisnis saat ini. Sehingga proses bisnis baru yang diperoleh setelah risiko-risiko teridentifikasi dikelola diyakini merupakan sistem yang lebih baik dari sebelumnya. Sehingga pada tahap ini dilakukan perancangan model proses usulan sistem formless baru yang memiliki proses-proses yang dapat mencegah dan atau mengurangi kemungkinan terjadinya risiko negatif serta dampak buruk pada sistem formless. Dan model usulan untuk perbaikan di masa yang akan datang mempertimbangkan kondisi di BNI KCU Tangerang.

    4. PENGUMPULAN DATA Hasil survey tim diperoleh data transaksi pada bulan Mei s/d Juni 2007 dari seluruh transaksi, transaksi setoran tunai memiliki komposisi paling besar yakni 71,8% sedangkan sisanya 28,2% adalah pemindahbukuan, pemidahbukuan dengan passbook, pembayaran pinjaman dan pemimdahbukuan cek. Transaksi-transaksi tersebut sebagaian besar dilakukan dengan menggunakan slip atau form yakni sebesar 98,36%, sedangkan sisanya sebesar 1,64% tanpa slip atau formless. Namun seiringnya perkembangan layanan jasa perbankan, maka prosentase layanan formless juga semakin meningkat mengingat sistem ini lebih efisien dan efektif dibandingkan sistem konvensional.

    Namun layanan formless ini ternyata masih jauh dari sempurna tergambar pada jumlah keluhan nasabah terhadap kesalahan transaksi pada sistem ini. Data keluhan dalam tiga bulan terakhir yaitu bulan Oktober sampai dengan Desember 2012 adalah sebagai berikut :

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    103

    Tabel 1. Data keluhan Oct-Des 2012

    Bulan Jumlah Keluhan Jumlah Nominal Transaksi Oktober 2012 5 keluhan Rp.22.870.000

    November 2012 8 keluhan Rp.9.874.000

    Desember 2012 12 keluhan Rp. 62.019.000 Sumber: Data olahan

    Penelitian ini difokuskan pada proses transaksi pengiriman uang, dimana dari berbagai transaksi pada unit teller transaksi inilah yang mendapatkan keluhan terbanyak. Menurut dugaan sementara, hal ini disebabkan oleh transaksi ini yang tidak melibatkan penghitungan uang tunai (bandingkan dengan transaksi setor maupun tarik tunai) sehingga proses verifikasinya pun lebih sedikit. Pada Gambar 2 di bawah ini proses bisnis dipetakan dengan menggunakan flowchart.

    Sist

    em

    Info

    rmas

    iTe

    ller

    Nas

    abah

    Gambar 2. model proses sistem formless saat ini di BNI Tangerang

    Flowchart di atas sudah dapat mewakili tiga transaksi utama pada teller (transfer, tarik, setor). Apabila nasabah ingin melakukan transaksi setor, maka pada proses interview teller melakukan proses tambahan yaitu menerima dan menghitung uang. Apabila transaksi tarik, maka proses tambahan teller adalah menghitung uang dan menyerahkan ke nasabah.

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    104 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    Gambar 3. Resi atau form bukti transaksi saat ini

    Pada Transaksi formless nasabah akan mendapatkan sebuah dokumen bukti transaksi (dapat dilihat pada Gambar 3 di atas) yang tercetak langsung oleh sistem ketika teller sudah mengkonfirmasi transaksi.

    5. PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.1. Menetapkan Konteks

    Dengan ditetapkannya konteks berarti manajemen organisasi menentukan batasan atau parameter internal dan eksternal yang akan dijadikan pertimbangan dalam pengelolaan risiko, menentukan lingkup kerja dan kriteria risiko untuk proses-proses selanjutnya. Konteks yang ditetapkan haruslah meliputi semua parameter internal dan eksternal yang relevan dan penting bagi organisasi.

    Konteks eksternal pada kasus ini meliputi regulasi Bank Indonesia, hubungan dengan bank lain, serta nilai kepuasan nasabah. Sedangkan konteks internal meliputi sistem yang akan diperbaiki hanya sistem formless BNI cabang Tangerang, visi misi BNI, kebijakan BNI, dan SOP sistem formless.

    3.1.1. Menentukan Definisi Kemungkinan dan Dampak

    Kemungkinan sering dinyatakan dengan probabilitas yang diwakili skala 1 s/d 5, yaitu suatu angka diantara 1 dan 5. Angka 1 menyatakan bahwa kejadian yang dimaksud tidak mungkin terjadi. Sebaliknya,angka 5 menyatakan bahwa hal tersebut hampir pasti terjadi. Akan tetapi, untuk dapat menentukan beberapa angka probabilitas yang tepat tidaklah sederhana. Oleh sebab itu penggunaan subjective probability yang berarti angka kemungkinan yang diberikan oleh seorang ahli dengan melalui teknik expert interview dan hasilnya sering disebut expert judgement. Dibawah ini dibuatkan tabel kemungkinan yang terjadi di bagian formless, probabilitas ditentukan menurut selera penelitian ini.

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    105

    Tabel 4. Definisi kemungkinan Kriteria Probabilitas Skala Uraian Frekwensi/ bulan Sangat kecil 1-19% 1 Hampir tidak mungkin terjadi 0-2 Kejadian Kecil 20-39% 2 Mungkin terjadi 2-5 Kejadian

    Sedang 40-59% 3 Mungkin terjadi,dapat juga tidak terjadi. 5-8 Kejadian

    Besar 60-79% 4 Besar terjadi 8-10 Kejadian Besar sekali 80-99% 5 Hampir pasti terjadi >10 Kejadian

    Perlu diingat bahwa risiko punya karakteristik yang berbeda, sehingga definisi kemungkinan berdasarkan frekwensi kejadian juga perlu didefinisikan. Hal yang sama dilakukan untuk mendefinisikan dampak. Besaran dampak yang akan digunakan dalam analisis risiko pada setiap transaksi formless dapat dilihat pada Tabel 5 di bawah ini.

    Tabel 5. Definisi dampak

    Sebutan Nilai Financial Non Financial Biaya Kerugian

    Reputasi eksternal dan internal Compliance Customer Servive

    Sangat ringan 1

    Rp.1 Juta 5 juta Tidak berdampak Tidak berdampak Tidak berdampak

    Ringan 2 Rp.6 Juta 10 juta Keluhan nasabah dimedia Ketidak patuhan pada kebijakan atau prosedur internal

    Terjadi ganguan dan ketidak-nyamanan namun dapat segera diatasi.

    Sedang 3 Rp.11 Juta 25 juta

    -Artikel kritis pada media utama. -Menurunnya pencapaian target > 5 %

    Ketidak patuhan terhadap prosedur internal dan eksternal

    Ketidak nyamanan pada 10% -20% nasabah.

    Berat 4 Rp.25 Juta 50 juta

    -Pemberitaan utama pada media -Menurunnya pencapaian target >10%

    Ketidakpatuhan terhadap kebijakan internal dan eksternal

    Ketidak nyamanan selama 24 jam

    Ekstrem 5 Lebih dari Rp.50 Juta

    -Menjadi sorotan utama media. -Hilangnya kepercayaan public. -Menurunnya pencapain target >20%.

    Pelanggaran hokum dan Undang-undang, Peraturan BI yang kritikal.

    Ketidak nyamanan pada > 20% nasabah.

    Sumber: Data olahan

    Masing-masing organisasi memiliki definisi dampak yang berbeda, maka definisi dampak ini diperoleh dari kebijakan risiko perbankan pada umumnya. Modifikasi dilakukan untuk menjaga kerahasiaan organisasi.

    5.3. Menentukan Probability Impact Matrix

    Matriks kemungkinan dan dampak (probability impact matrix) adalah matriks yang memberikan besaran-besaran yang ditentukan untuk menentukan besarnya istilah kualitatif yang digunakan.

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    106 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    Tabel 6. Probability impact matrix

    Keterangan:

    - Low risk: kelompok risiko dimana aspek positif dan negatif risiko tersebut terlalu kecil dan dapat diterima (nilai 1 5)

    - Medium risk: Kelompok risiko dimana perlu ada tindakan preventive action (nilai 6 - 10).

    - High risk: Kelompok risiko dimana perlu ada tindakan corrective dan preventive action (nilai 11 25).

    Tabel 7. Peta Selera Risiko

    Kemungkinan Dampak 1 2 3 4 5

    5 Accept Accept Mitigasi transfer, mitigasi Avoid

    4 Accept Accept Mitigasi transfer, mitigasi transfer, mitigasi

    3 Accept Accept Accept Mitigasi Mitigasi

    2 Accept Accept Accept Accept Accept

    1 Accept Accept Accept Accept Accept

    Strategi Accept perlu dilakukan jika range nilai kejadian risiko (risk event) antara 1-10. Sehingga risiko yang muncul hanya diterima saja dan tidak melakukan perlakuan atas risiko tersebut. Hal ini disebabkan apabila risiko tersebut direspon kemungkinan biaya yang keluar atas risiko itu lebih besar.

    Risiko dengan risk event antara 11-15 dirasa perlu untuk dilakukan Mitigasi. Karena risiko ini termasuk dalam kategori risiko yang sedang sehingga perlu ada tindakan preventive action atas risiko yang muncul.

    Transfer dan Mitigasi dilakukan jika hasil perkalian angka probabilitas antara kemungkinan dan dampak berada diangka 16 20 nilainya. Kelompok risiko yang muncul pada angka ini perlu ada tindakan yang tidak hanya mengurangi timbulnya risiko, atau mengurangi dampak risiko bila terjadi, atau mengurangi keduanya namun apabila bisa di alihkan ke pihak ketiga.

    Avoid adalah Perlakuan terhadap risiko tersebut melakukan penundaan atau penggagalan terhadap aktivitas yang dapat menghasilkan risiko tersebut.

    ***

    **

    1 2 3 4 55 5* 10** 15*** 20*** 25***4 4* 8** 12*** 16*** 20***3 3* 6** 9** 12*** 15***2 2* 4* 6** 8** 10**1 1* 2* 3* 4* 5*

    Kemungkinan Dampak

    *

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    107

    3.2. Identifikasi Risiko

    Metode RBS digunakan terutama dalam upaya melakukan ketegorisasi masing-masing risiko. RBS adalah pengelompokkan risiko dalam suatu komposisi hirarkis risiko organisasi yang logis, sistematis, dan terstruktur secara alami sesuai dengan proses bisnis. Maka sebelum RBS dibentuk perlu pemetaan proses bisnis terlebih dahulu (lihat Gambar 2). Berikut akan digambarkan RBS pada sistem formless.

    Gambar 4. Risk Breakdown Structure Formless

    3.3. Analisis Risiko

    3.3.1. Memperingkatkan Risiko

    Setelah diidentifikasi, risiko-risiko tersebut kemudian diperingkatkan berdasarkan nilai kemungkinan dan nilai dampaknya. Setelah risk event-nya diperoleh, maka risiko-risiko itu digolongkan menjadi 3 (high, medium, low). Dari tabel peta selera risiko (Tabel 7) diperoleh 3 risiko yang tergolong high yang perlu direspon.

    Tabel 8. Risiko yang tergolong High Risk RISIKO KEMUNGKINAN DAMPAK RISK EVENT

    Kesalahan input nominal 4 5 20***

    Kesalahan input no.rekening 4 5 20***

    Terputusnya jaringan internet 5 4 20***

    Tabel diatas berisi risiko yang tergolong high risk dari hasil analisis risiko yang telah dijelaskan sebelumnya. Risk event adalah angka yang didapat dari perkalian antara nilai kemungkinan dan dampak. Nilai dampak dijelaskan di tabel 5 yang berhubungan dengan dampak yang ditimbulkan dari risiko tersebut yang berdampak secara financial maupun non financial. sedangkan nilai kemungkinan menujukan angka probabilitas yang sesuai dengan kriteria risiko dan frekwensi terjadinya risiko yang dijelaskan di Tabel 4.

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    108 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    3.3.2. Analisis Sebab Akibat

    Gambar 5. Fishbone Diagram Risiko kesalahan input nominal

    Gambar 6. Fishbone Diagram Risiko kesalahan no. rekening

    Gambar 7. Fishbone Diagram Risiko terputusnya jaringan internet

    Gambar gambar fishbone diatas menjelaskan penyebab dari risiko-risiko yang perlu direspon. Gambar fishbone menjelaskan apa yang menyebabkan risiko-risko tersebut dapat terjadi dalam sistem formless.

    3.4. Evaluasi Risiko

    Setelah dilakukannya analisis risiko kemudian evaluasi risiko-risiko tersebut dilakukan yang mana hasil evaluasi tersebut akan menjadi masukan bagi proses pengambilan keputusan perlakuan risiko. Dari tabel tabel dapat disusun tingkat risiko mana yang memerlukan penanganan jenis apa.

    Tabel 9. Evaluasi risiko RISIKO KEMUNGKINAN DAMPAK RISK EVENT KETERANGAN

    Kesalahan input nominal 4 5 20 Transfer, mitigasi

    Kesalahan input no.rekening 4 5 20 Transfer, mitigasi

    Terputusnya jaringan internet 5 4 20 Transfer, mitigasi

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    109

    Tabel 9 menjelaskan evaluasi risiko yang didapat sehingga mengetahui perlakuan atas risiko tersebut. Jika hasil risk event dari risiko tersebut bernilai 1-10 maka risiko yang muncul dapat di accept oleh manajemen, berbeda jika nilai yang didapat 11-15 perlu adanya tindakan mitigasi untuk mengurangi kemungkinan timbulnya risiko tersebut . Dari hasil evaluasi diperoleh kesimpulan bahwa risiko-risiko yang bernilai 20, tindakan mitigasi dilakukan untuk risiko-risiko tersebut dan tidak dilakukan tindakan transfer, karena tidak ada pihak ketiga yang diteruskan dari pihak manajemen guna mengatasi risiko-risiko tersebut.

    3.5. Perlakuan Risiko

    Hasil dari evaluasi risiko adalah suatu daftar yang berisi peringkat risiko yang memerlukan perlakuan lebih lanjut seperti pada Tabel 10, perlakuan risiko.

    Tabel 10. Perlakuan risiko what source cause (why) who

    Prev

    Pelatihan mengetik yang cepat dan akurat,Pada saat penerimaan teller barudipastikan bahwa seorang teller harusmemiliki hasil psikotes yang memiliki nilaitinggi di bidang ketelitian.

    Penyelia teller

    Corr

    Apabila kesalahan disadari sesaat setelahtransaksi, maka dilakukan transaksi ulangtanpa antrian (diutamakan). Apabilakesalahan dilakukan pihak bank setelahnasabah meninggalkan bank, maka akandirevisi melalui Customer Service.

    Customer Service(Call Center 021-57899999)

    Nasabah salah sebut Prev Penambahan proses konfirmasi sebelumdan setelah teller memasukkan data

    Business Development Unit

    Nasabah tidak aware Corr

    dibutuhkan sebuah dokumen tertuliskonfirmasi kesesuaian nasabah

    Business Development Unit

    Prev Perlu dijadwalkan perawatan berkala IT Unit

    CorrPerlu adanya stock cadangan keyboard danmouse di setiap cabang Customer Service

    Prev

    Pada saat penerimaan teller baru dipastikan bahwa seorang teller harus memiliki hasil psikotes yang memiliki nilai tinggi di bidang ketelitian. Peningkatan skill dan keterampilan dalam melayani nasabah dan pelatihan secara berkala. Pelatihan dan jika masih sering terjadi kesalahan, maka diperlukan pergantian posisi teller.

    Penyelia teller

    Corr

    Apabila kesalahan disadari sesaat setelahtransaksi, maka dilakukan transaksi ulangtanpa antrian (diutamakan). Apabilakesalahan dilakukan pihak bank setelahnasabah meninggalkan bank, maka akandirevisi melalui Customer Service (Call: )

    Customer Service

    Nasabah salah sebut Prev Penambahan proses konfirmasi sebelumdan setelah teller memasukkan dataBusiness Development Unit

    Nasabah tidak aware Corr

    dibutuhkan sebuah dokumen tertuliskonfirmasi kesesuaian nasabah

    Business Development Unit

    PrevPenambahan proses konfirmasi keakuratanrekening sebelum dan setelah tellermemasukkan data

    Business Development Unit

    Corr Apabila Teller mengetahui nasabah lupa,maka transaksi wajib dibatalkan.

    Business Development Unit

    Terputusnya jaringan internet Merekam data Jaringan terputus Prev Pemilihan provider internet IT development

    Teller tidak teliti dan tidak terampil

    Nasabah tidak ingat no rek yang dituju

    Kesalahan input no.rekening

    Proses memasukkan data

    Kesalahan input nominal

    Proses memasukkan data

    Sistem ataupun sistem pendukung tidak berfungsi sebagaimana

    How

    Teller tidak terampil mengetik

    Sumber: Data Olahan

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    110 PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO | [Ismail H. Asrul]

    Perlakuan risiko ini menjelaskan respon yang akan diambil dari adanya risiko-risiko yang telah dijelaskan sebelumnya. Selain itu, dalam menentukan perlakuyan risiko juga ditetapkan PIC yang bertanggung jawab untuk mengatasi risiko yang muncul. Pada Tabel di atas terdapat respon untuk membuat sebuah dokumen bukti dengan konfirmasi tertulis kesesuaian data, hal ini bertujuan agar secara hukum nasabah bertanggung jawab terhadap kesalahan yang dilakukan nasabah sendiri.

    3.6. Pemodelan Sistem Usulan

    Seperti yang telah disebutkan pada tabel perlakuan risiko di atas bahwa perlu adanya tindakan konfirmasi tambahan sebelum dan setelah proses memasukkan data serta diperlukan sebuah dokumen tertulis konfirmasi kesesuaian, maka dirancang sebuah model proses bisnis baru.

    Sist

    em

    Info

    rmas

    iTe

    ller

    Nas

    abah

    Gambar 8. Usulan Pemodelan Sistem

    Gambar 9. Usulan resi tanda terima yang baru untuk system formless

    Telah dilakukan konfirmasi

  • Jurnal Sistem Industri Volume 7 nomor 1 2013

    [Ismail H. Asrul] | PENGEMBANGAN MODEL PROSES SISTEM FORMLESS PADA TRANSAKSI PERBANKAN BERBASIS MANAJEMEN RESIKO

    111

    Dalam pemodelan system usulan ada proses baru yang ditambahkan yaitu konfirmasi hasil interview antara teller dengaan nasabah sebelum masuk ke dalam proses memasukkan data. Selain itu, ada penambahan checkbox pada resi tanda terima yang baru untuk konfirmasi dalam bertransaksi sebelum nasabah menandatangani resi tersebut, nasabah harus menceklis checkbox tersebut untuk memastikan bahwa teller telah melakukan konfirmasi guna mengurangi dampak dari risiko yang terjadi akibat kesalahan nasabah.

    6. KESIMPULAN DAN SARAN 1) Perlu dilakukan perubahan SOP formless dengan menambah sebuah

    aktivitas konfirmasi sebelum proses pencatatan data.

    2) Penambahan checkbox pada bukti transaksi diharapkan dapat meningkatkan awareness nasabah pada proses konfirmasi karena semua bentuk kesalahan setelah checkbox tercentang menjadi tanggung jawab nasabah.

    3) Pelatihan kepada petugas teller agar lebih trampil dan teliti dalam menjalankan transaksi dengan menggunakan formless.

    4) Konfirmasi dalam bertransaksi dengan nasabah harus dilaksanakan semaksimal dan seefektif mungkin.

    Untuk penelitian lanjutan diperlukan studi yang mendalam di wilayah studi waktu sehingga sistem baru yang dihasilkan tidak saja akurat tapi juga efisien, serta dapat mengatasi masalah antrian pada sebuah sistem formless.

    DAFTAR PUSTAKA

    [1] Susilo Leo J.; Kaho Victor Riwu, Manajemen Resiko berbasis ISO 31000, Jakarta: PPM, 2011

    [2] ___; Standard Operating Procedure Setoran Tunai Formless Versi 1.0, Bank Nasional Indonesia, 2012

    [3] ___; Risk management Principle and Guidelines, ISO 31000:2009 (diunduh tanggal 27 September 20012 dari: www.iso.org/iso/home/standards/iso31000.htm)

    [4] ___; Project Management Body of Knowledge 4th, Project Management Institute, 2008