16
PENGEMBANGAN AKUAKULTUR LANJUTAN Dosen : Prof. Dr. Ir. Enang Harris S., MS : Prof. Dr. Ir. Komar S., M.Sc Editor : Sumoharjo, S.Pi I. Pendahuluan Akuakultur adalah sektor produksi pangan yang berkembang dengan cepat, dengan rata-rata pertumbuhan 8.9 % per tahun, jika dibandingkan dengan penangkapan hanya 1,2 % dan produksi daging hewan darat yang hanya 2.8 % pada periode yang sama (FAO, 2004). Dibandingkan dengan akuakultur, penangkapan secara keseluruhan sudah tidak berkembang, meskipun belum menurun hingga era 1990-an, tetapi secara umum stok perikanan laut sudah overfished . menurunnya stok perikanan laut dunia dan pesatnya pertumbuhan populasi manusia adalah harga yang harus dibayar oleh pertumbuhan akuakultur selanjutnya, atas dasar inilah akuakultur menjadi solusi bagi ketahanan pangan protein di masa yang akan datang. Selain itu, sektor produksi akuakultur harus meningkat 5 kali lipat lagi untuk dua dekade berikutnya sehingga dapat memenuhi kebutuhan protein minimum untuk nutrisi manusia (FAO, 2004). Secara umum, strategi pengembangan akuakultur dunia termasuk Indonesia adalah : Fisheries bussiness Aquaculture bussiness “based on domesticated or controlled stock” Capture fisheries “based on wild stock management” Developing aquaculture Controlling capture Faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh pelaku akuakultur jika produknya dapat bersaing dengan produk pangan lain adalah menitik beratkan pada keadaan dan gaya hidup manusia di masa yang akan datang, yang mana :

Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

PENGEMBANGAN AKUAKULTUR LANJUTAN

Dosen : Prof. Dr. Ir. Enang Harris S., MS : Prof. Dr. Ir. Komar S., M.Sc Editor : Sumoharjo, S.Pi

I. Pendahuluan

Akuakultur adalah sektor produksi pangan yang berkembang dengan

cepat, dengan rata-rata pertumbuhan 8.9 % per tahun, jika dibandingkan dengan

penangkapan hanya 1,2 % dan produksi daging hewan darat yang hanya 2.8 %

pada periode yang sama (FAO, 2004). Dibandingkan dengan akuakultur,

penangkapan secara keseluruhan sudah tidak berkembang, meskipun belum

menurun hingga era 1990-an, tetapi secara umum stok perikanan laut sudah

overfished . menurunnya stok perikanan laut dunia dan pesatnya pertumbuhan

populasi manusia adalah harga yang harus dibayar oleh pertumbuhan akuakultur

selanjutnya, atas dasar inilah akuakultur menjadi solusi bagi ketahanan pangan

protein di masa yang akan datang. Selain itu, sektor produksi akuakultur harus

meningkat 5 kali lipat lagi untuk dua dekade berikutnya sehingga dapat

memenuhi kebutuhan protein minimum untuk nutrisi manusia (FAO, 2004).

Secara umum, strategi pengembangan akuakultur dunia termasuk

Indonesia adalah :

Fisheries bussiness

Aquaculture bussiness“based on domesticated or

controlled stock”

Capture fisheries“based on wild stock

management”

Developing aquaculture Controlling capture

Faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh pelaku akuakultur jika

produknya dapat bersaing dengan produk pangan lain adalah menitik beratkan

pada keadaan dan gaya hidup manusia di masa yang akan datang, yang mana :

Page 2: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

1. Semakin sibuk, semakin tidak punya waktu sehingga lebih cenderung

mengkonsumsi makanan siap saji

2. Populasi urban yang semakin tergantung pada makanan yang disuplai

oleh pasar.

3. harapan hidupnya lebih lama dan perlu makanan yang

menyehatkan/mencegah penyakit degeneratif

4. Kebiasaan makan di luar rumah meningkat

5. Generasi mudanya tidak dibesarkan dalam lingkungan yang menyukai

aquatic food.

Dari tinjauan ini dapat dikatakan bahwa akuakultur sebagai sektor produksi

harus mempertimbangkan bahwa produk yang dihasilkan harus laku dijual

(jangan memproduksi barang yang tidak laku dijual). Oleh karena itu, industri

pengolahan dan pemasok aquatic food seharusnya :

1. menyiapkan, yang berarti : makanan harus siap saji, siap

masak/dihangatkan, memiliki variasi produk yang banyak, dan dikemas

dengan baik serta pantas dibawa.

2. semua makanan dan kemasannya memenuhi “food savety”

3. semua produk dipasarkan secara agresif seperti produk kedelai

Dengan demikian, karakter bahan baku industri dan pemasok makanan

akuatik harus; massal, kontinyu, seragam, aman, dan trace ability.

Istilah akuakultur berkelanjutan dan berkualitas menurut FAO :

Syarat untuk berkelanjutan :

∗ Menguntungkan (economic viable)

∗ Diterima masyarakat setempat (sociopoliticly acceptable)

∗ Dapat padu dengan lingkungan (environmentally compatible)

Syarat untuk berkualitas, memberikan manfaat bukan hanya pelaku budidaya :

∗ Penyerapan tenaga kerja

∗ Pendapatan yang layak

∗ Peningkatan kesejahteraan II. Perkembangan Akuakultur Secara defenisi, akuakultur sendiri mengalami perkembangan, yakni :

1. Aquaculture is the farming and husbandry of aquatic organisms (Bardach et

al, 1972). Konsep ini merupakan akuakultur tradisional yang hanya

Page 3: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

mengandalkan pakan alami, sehingga teknologinya daya dukungnya

(carrying capacity) dapat dinaikkan dengan meningkatkan pakan alami, maka

teknologinya hanya pemupukkan dan aplikasi budidaya berbasis potensi

sumber daya alamnya. Contoh; budidaya ikan rawa di daerah rawa, dan lain-

lain.

2. Aquaculture is the science which deal with methods of growing (cultivation)

animal and vegetable live in water. Definisi ini mengacu pada akuakultur semi

intensif, dimana kultivan sudah diberikan pakan buatan (pelet) sehingga

peran pakan alami dikurangi (khususnya pembesaran), sehingga pakan alami

bukan lagi sebagai faktor pembatas tetapi oksigen dan bahan berracun

seperti; NH3 dan CO2. Maka, teknologi berperan untuk menyuplai oksigen

dan menghilangkan toksin seperti running water/flow through system, seperti

kolam air deras dan KJA.

3. Aquaculture is profit-oriented commercial farming of aquatic organisms in

controlled water (Hertrapf, 1991). Defenisi ini merupakan paradigma baru

dalam akuakultur, dimana organisme yang dibudidayakan adalah yang laku

dijual, limbah akuakultur diolah dan dimanfaatkan kembali untuk akuakultur

itu sendiri dengan melalui penyesuaian kondisi alam, contoh; sistem

resirkulasi dan filtrasi.

Oleh Hirata (2002), perkembangan akuakultur tersebut diterjemahkan ke

dalam paradigma; (1) aquaculture for yesterday, (2) aquaculture for today, dan

(3) aquaculture for tomorrow.

Di dalam praktek akuakultur dengan tujuan mendapatkan keuntungan

secara ekonomi ini, maka ada dua hal utama yang harus dipertimbangkan, yakni;

laku dijual (marketable product) dan berbiaya rendah (low cost atau feasible

cost). Oleh karena itu, diprioritaskan pemilihan spesies organisme air yang

memiliki prospek pasar berdasarkan atas data harga dan total produksinya, serta

pemilihan spesies didasarkan pada kebutuhan biologisnya sehingga dapat

dilakukan penentuan lokasi yang tepat. Selain itu, pertimbangannya juga

didasarkan pada kebiasaan makannya (herbivora, omnivora, atau karnivora),

biaya benih (fekunditas tinggi), dan teknik budidaya yang didasarkan pada

kebiasaan ikan untuk dapat menentukan tingkat kepadatan serta konstruksi

media budidayanya.

Pernyataan akuakultur berorientasi keuntungan dapat diterjemahkan ke

dalam skema berikut ini :

Page 4: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Profit = Benefit - Cost

Marketable product

Feed cost

Low cost or feasible cost

Seed cost

Cultured technique based on fish behaviour

High fecundityDetritus feederHerbivoraOmnivoruscarnivorus

Cultured technique based on fish behaviour

To select priority of cultured species

Market prospect based on data of total production and average unit price

Selected species

Standard requirements of the selected spesies

Site selection

Profit = Benefit - Cost

Marketable product

Feed cost

Low cost or feasible cost

Seed cost

Cultured technique based on fish behaviour

High fecundityDetritus feederHerbivoraOmnivoruscarnivorus

Cultured technique based on fish behaviour

To select priority of cultured species

Market prospect based on data of total production and average unit price

Selected species

Standard requirements of the selected spesies

Site selection

Sebagai contoh, pertimbangan dalam memilih antara ikan mas dan ikan

jelawat. Dimana pertimbangan antara fekunditas, teknologi, dan harga dapat

ditabulasikan dalam matriks berikut :

Fekunditas Teknologi Harga Contoh

Tinggi Dikuasai Murah Ikan Mas

Tinggi Tidak dikuasai Mahal Ikan Jelawat

Rendah Dikuasai Mahal Ikan Arwana

III. Oksigen sebagai faktor pembatas (limiting factor) Kandungan oksigen dalam air merupakan faktor pembatas dalam

akuakultur karena akan mempengaruhi parameter kimia air lainnya. Jika oksigen

berkurang, maka pH akan turun dan CO2 meningkat, sehingga konsentrasi CO2

dalam darah tidak dapat diekskresikan dan pH darah menjadi asam. Pada

oksigen 50 % jenuh ikan sudah mengalami stress dan tidak mau makan

Oksigen terlarut (dissolved oxygen) adalah jumlah konsentrasi okseigen

dalam air per satu liter air (mg/L atau ppm Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi

oleh suhu dan tekanan oksigen (oxigen tension).

Tekanan oksigen merupakan daya larut oksigen sebagai tekanan parsial

atmosfir yang diperlukan untuk menahan konsentrasi oksigen (O2) di dalam air.

Page 5: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Pada tekanan standar OT = 760 mmHg x 0.2095 = 159.2 mmHg, sehingga jika

diketahui DO = 4.4 ppm dan suhu 20 °C, maka OT =

mmHg 79.2159.2x8.844.4OT ==

Nilai 8.84 adalah nilai standar tabel DO air murni pada suhu 20 °C.

Semakin besar OT semakin banyak oksigen yang tertahan dalam air.

Tabel standar nilai DO dalam air murni

Suhu °C DO (mg/L) 0 14.18 5 12.37

10 10.92 15 9.76 20 8.84 25 8.11 30 7.53 35 7.04

DO seimbang atau jenuh (saturated) pada suhu kamar (20 °C) menjadi

standar perhitungan, yakni :

Kejenuhan oksigen (SO) = %001100x8.848.84

= jenuh (saturated)

Sehingga, jika DO = 5.15 mg/L, maka

Kejenuhan oksigen = %64100x8.845.15

= jenuh (undersaturated)

Tabel kisaran DO dalam air dalam beberapa temperatur dan salinitas, pada tekanan 1 ATM

salinitas Suhu °C 0 10 20 30 35 18 9.5 8.9 8.4 7.9 7.7 20 9.1 8.6 8.1 7.6 7.4 22 8.7 8.2 7.8 7.3 7.1 24 8.4 7.9 7.5 7.2 6.9 26 8.1 7.7 7.2 6.8 6.6 28 7.8 7.4 7.0 6.6 6.4 30 7.6 7.1 6.8 6.4 6.2 32 7.3 6.9 6.5 6.2 6.0 34 7.0 6.7 6.2 6.0 5.8

3.1. Hubungan Konsumsi Oksigen dan feeding rate Tingkat konsumsi oksigen ikan dapat ditekan dengan menurunkan tingkat

metabolismenya. Karena ikan adalah poekilothermal (tidak dapat mengatur suhu

Page 6: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

tubuh sendiri) bukan homothermal seperti mamalia, sehingga tingkat

metabolismenya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jika suhu rendah

maka metabolismenya akan turun (hibernasi) demikian pula sebaliknya, jika suhu

meningkat metabolisme meningkat sehingga konsumsi oksigen meningkat,

demikian pula dengan CO2 dan NH3, maka DO akan berkurang.

Kondisi metabolisme pada organisme akuatik terbagi atas :

1. Hibernation metabolism (pseudohibernate), dimana metabolisme ikan terhenti

atau berjalan lambat karena tidur atau akibat penurunan suhu, dll

2. Basal metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan berjalan lambat pada saat

tidak makan dan tidak bergerak bebas (biasanya untuk penelitian ikhtiologi)

3. Standard metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang tidak makan

tetapi dapat bergerak bebas (biasa dalam penelitian akuakultur)

4. Maintanance metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang diberi makan,

bergerak bebas, tetapi tidak tumbuh (distanting). Biasanya tingkat pemberian

pakannya (feeding rate, FR) adalah 1 % BW/hari

5. Protection metabolism, yakni ikan yang diberi makan dan juga tumbuh.

Makan dan tumbuh dapat diasumsikan juga dalam dua kategori, yaitu

∗ Makan dan tumbuh secara optimal, pertumbuhannya secara sigmoid seiring

dengan perkembangan biologisnya, biasanya FR = 3 %

∗ Makan dan tumbuh secara maksimal, pertumbuhannya secara linear seiring

dengan banyaknya pakan yang diberikan, biasanya FR = 5 %

Contoh 1

Ikan berukuran awal 100 g diberi pakan 3 % dengan periode

pemeliharaan 15 hari sehingga bobotnya menjadi 130 g.

Pertanyaanya :

∗ Berapa jumlah pakan yang dikonsumsi? = 3% x 100 g x 15 hari = 45 g

∗ Berapa FCR nya? = 5.13045

==∆

ΣW

pakan

∗ Berapa laju pertumbuhan hariannya ??

∗ a = %10010

xWW

t t⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛− = %76.1%1001

100130

15 =⎟⎟⎠

⎞⎜⎜⎝

⎛− x

∗ Berapa Feeding Rate sebenarnya? FR = a x FCR = 1.76 % x 1.5 = 2.64 %

Body weight (BW)/hari

Page 7: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Contoh 2 :

Ikan patin sebesar 25 kg dipelihara dalam suatu sistem air mengalir (debit

2.8 L/menit) dengan volume air dalam sistem 900 L dan kandungan DO 10 mg/L,

ikan diberi pakan dengan FR 250 g/hari.

Pertanyaannya :

∗ Berapa kira-kira suhu dalam air ? jawabannya adalah < 18 °C, karena,

pada suhu 18 °C DO hanya 9.5 sementara kandungan DO dalam media

kultur adalah 10 mg/L

∗ FCR nya adalah WFR

g 25000g/hari 250

x 100 % = 1 %

∗ Konsumsi oksigen pada suhu 16 °C atau 17 °C adalah 0.01 kg O2/kg

ikan/hari, sehingga konsumsi O2 adalah 25 kg x 0.01 kg O2/kg ikan/hari

= 0.25 kg O2/hari

∗ Berapa menit ikan akan mati ??

Diketahui, oksigen yang tersedia = 10 mg/L x 900 L = 9000 mg O2

Konsumsi oksigen = 0.25 kg/hari = 250.000 mg/hari = 173.61

mg/jam

Ikan akan mati ketika oksigen dalam air habis, yakni pada saat =

51.84 menit aerasi dihentikan ; dari perhitungan mg/jam 173.61

O mg 9000 2

Ikan tidak mau makan/mulai stress pada saat O2 50 % jenuh =

21.92 menit (0.5 x 51.84)

Contoh 3.

Jika 1 kg pakan/hari dimakan jadi daging, konsumsi oksigen 200-220

gram, feeding rate untuk pertumbuhan adalah 2-4 % BW/hari (3 %), maka :

∗ Berat ikan tersebut adalah 100/3 x 1 kg pakan/hari = 33.3 kg

∗ Konsumsi oksigen per jam adalah : 200 g O2/33.3 kg ikan/hari = 200/4 =

8.3 g O2/33.3 kg ikan/jam = 8300 mg O2/33.3 kg ikan/jam

∗ Jika volume kolam = 600 -1500 L atau 1000 L, dan temperatur = 28 °C,

(konsentrasi O2 tabel = 7.8 mg/L), maka oksigen yang tersedia di kolam

tsb adalah 1000 L x 7,8 mg/L = 7.800 mg O2

∗ Kapan ikan akan mati jika aerator dimatikan??, dalam kurun waktu :

7800 mg O2 / 8300 mg O2/jam = 0.94 jam = 56.4 menit

Hubungan antara oksigen, suhu dan FCR, yakni; jika oksigen dan suhu

naik maka FCR juga akan naik, demikian pula sebaliknya.

Page 8: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Jika suplai oksigen dari aliran air berhenti, maka gangguan pertama

adalah oksigen, tetapi jika oksigen disuplai dengan aerasi, maka gangguan

(faktor pembatas) nya adalah CO2 yang mengakibatkan pH darah menurun

sehingga meningkatkan produksi amonium.

Mediasi/Asimilasi Limbah Nitrogen oleh bakteri dalam sistem akuakultur

Agae Nitrosomonas sp Nitrococcus spSumber N-Organik

NH3-N NH4+-N NO2

+-N NO3+-NN-Anorganik 48 %

Feed particles

Uneaten food

Feces 20 %

Heterobacteria

Degradation rate Menjadi floc, dimakan olehfilter feeder

Heterophobicpopulation

New growth

NH4+-N Uptake rate

Jika tersediakarbon organik

Sumber N-organik

Jika tidak ada C organik hanya CO2

Only 10 jam

24-48 jam

2 %

Agae Nitrosomonas sp Nitrococcus spSumber N-Organik

NH3-N NH4+-N NO2

+-N NO3+-NN-Anorganik 48 %

Feed particles

Uneaten food

Feces 20 %

Heterobacteria

Degradation rate Menjadi floc, dimakan olehfilter feeder

Heterophobicpopulation

New growth

NH4+-N Uptake rate

Jika tersediakarbon organik

Sumber N-organik

Jika tidak ada C organik hanya CO2

Only 10 jam

24-48 jam

2 %

Maksimal 30 % dari protein yang diretensi olah ikan, sisanya dikatabolis

menjadi amonia atau tidak tercerna (feses). Pakan yang diabsorbsi di

metabolisme di hati (anabolisme = daging) dan (katabolisme = energi, HH3, CO2,

dan H2O). Dalam perkembangannya limbah sisa metabolisme ini akan

mengganggu ikan itu sendiri, maupun perairan umum secara luas, khususnya

pada akuakultur sistem terbuka.

Proporsi NH3 NH4 adalah pada pH 9 maka proporsi amoniak adalah

kurang dari 50 %, sedangkan pada amonium > 50 %. Dengan penambahan C

organik, maka amonia dapat diasimilasi oleh bakteri heterotrof dalam rentang

waktu kurang dari 10 jam. Hal ini dikenal dengan istilah Immobilized nitrogen (N-

organik yang diikat oleh bakteri heterotrof. Dalam perkembangannya konsep ini

diterapkan dalam teknologi bioflok (microbial flock)

Page 9: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Jika tidak memungkinkan menggunakan tabel, maka faktor pengali dapat dicari dengan rumus berikut

Albert (1973) : pHpKa

TAN−+

=101

NH3

Emerson, et al (1975) : 273

92.272909018.0++

=T

pKa ; T = °C

Page 10: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

MANAJEMEN BENIH

I. Pendahuluan

Selama ini kegiatan akuakultur terlalu berfokus pada kuantitas, akibatnya

muncul masalah terkait dengan :

∗ Kecepatan pertumbuhan melambat, dapat ditanggulangi dengan

pendekatan genetis

∗ Meningkatnya wabah penyakit ; bakteri, virus, dll. Yang mana dapat

ditanggulangi secara fisiologis dengan obat-obatan, immunostimulan,

vaksinasi, dan probiotik

Kualitas Benih

Genetik

Fisiologik

Keragamanukuran

Pemuliaan

Vaksinasi, imunostimulan, feed enrichment

Sortasi/grading

Masalah Solusi

Hal yang perlu diperhatikan bahwa jika selalu mengutamakan kuantitas,

maka kualitas akan menurun, dengan demikian supaya optimal maka perlu

dilakukan upaya perbaikan genetik (pemuliaan).

Budidaya/pembesaranBenih

Pakan Sistek

Produk Pasar

Segar

Olahan

Kualitas air Kesehatan/penyakit

Tidakunggul

Unggul

Tidak adapemuliaan

Kerugian

Pertumbuhan baik

SR : tahan penyakit, perubhn lingk. Disukai konsumen

Keinginan pasar

Pemuliaan

Page 11: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Dalam akuakultur, kuncinya adalah apapun jenis dan ukuran ikan yang

ingin dicapai tetap saja yang diinginkan adalah kecepatan pertumbuhan yang

paling baik.

Selain itu yang perlu diperhatikan adalah daya dukung (carrying capacity)

yaitu ketersediaan persyaratan hidup organisme budidaya, contohnya;

penambahan oksigen terlarut, mengurangi CO2 dan NH3. sehingga rekayasa

sistek juga dipelukan.

Pemberian pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan, karena

berhubungan dengan kapasitas lambung, sehingga jika diberikan terus menerus,

maka makanan akan terdorong keluar dan tidak sempat dicerna.

2. Membuat Benih SPF dan SPR SPF : Specific pathogen free, dalam penggunaan menerapkan

biosekuritas yang ketat (lingkungan harus steril) SPR : Specific pathogen resistant, merupakan benih yang sangat kuat

sehingga tidak ada masalah dengan lingkungan.

Baik SPF maupun SPR merupakan benih yang berkualitas secara geneti,

yang mana :

∗ Dapat diturunkan

∗ Sehat dan baik secara fisiologis

∗ Ukurannya seragam Pemuliaan dapat dikelompokkan atas :

∗ Metode konvensional, contoh : selective breeding, di negara lain sudah

berlangsung selama 5000 tahun

∗ Metode semi modern, contoh; rekayasa kromosom, hibridisasi, kloning, dll

∗ Metode modern, contohnya ; rekayasa gen ikan transgenik

3. Membuat Benih Cepat Tumbuh Benih cepat tumbuh bobot, hal ini terkait dengan produktifitas,

productivity (kg/ha/MT), produksi, production (kg pada tahun tertentu), dan hasil,

yeald (jumlah produk yang diperoleh saat panen). Benih yang cepat tumbuh

dapat diperoleh melalui cara :

a. Seleksi (selective breeding) :

Seleksi biasanya bertujuan untuk membuat induk yang dapat

menurunkan keunggulannya sehingga akan dapat meningkatkan produksi.

Page 12: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Teknik seleksi harus memperhatikan : umur yang sama, membedakan

secara genetik melalui padat tebar yang rendah supaya tidak ada kompetisi,

pakan yang cukup, dan jumlah induk yang menghasilkan populasi awal harus

banyak (> 25 pasang)

25 ps telur 10.000 larva 6.000 50% hidup 3000 2.400 10%

hasilnya 240 ekor (F1)

Untuk seleksi famili ada 2, yakni :

∗ Within family, ambil yang terbaik dari setiap famili (top 10 saja)

∗ Between family, hasil dari within family dipertandingkan lagi

b. Hibridisasi (kawin silang)

Merupakan perkawinan silang antara varietas X dan varietas Y akan

menghasilkan benih hibrida. Pengaruh hibridisasi antara lain :

∗ Keragaman genetiknya akan ditingkatkan lagi, yang manan telah

berkurang akibat dari selective breeding

∗ Pertumbuhannya akan meningkat akibat hibrid vigour (efek heterosisi)

yang merupakan performa yang baik yang muncul dan lebih baik dari

induknya. Sehingga benih ikan yang ideal adalah hasil dari hibridisasi.

AA X AA

AA inbred

AA x BB

AB

BB x AA

BA

BB x BB

BB inbred

Hibrid vigour = %1002 xBBAA

BBAAAB

+

+−

Biasanya paling sedikit dihasilkan 15 % hibrid vigous

c. Sterilisasi

Sterilisasi ikan biasanya dihasilkan untuk tujuan lain selain konsumsi,

misalnya di Amerika melakukan sterilisasi ikan grass carp dengan tujuan untuk

membersihkan gulma di danau. Sterilisasi merupakan teknik membuat ikan

triploid yang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :

∗ Secara langsung : melalui metode kejutan panas pada suhu tertentu,

ketika pembelahaan meiosis II yang bertujuan untuk

menahan/membalikkan pelepasan polar body II sehingga menjadi

tambahan set kromosom menjadi 3n

Page 13: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

∗ Secara tidak langsung melalui perkawinan ikan tetraploid dengan diploid

(4n x 2 n = 3n)

Sebagai catatan bahwa jumlah kromoson normal adalah 50 (25 set),

organisme tetraploid memiliki 100 kromosom sehingga masing-masing utas

memiliki 25 kromosom. Namun demikian, tetraploid secara alami bisa terjadi

melalui evolusi sehingga hanya terdapat 2 set kromosom yang masing-masing

terdiri atas 50 kromosom.

Mitosis dan Meiosis Pembelahan sel gamet bisa terjadi secara mitosis maupun meiosis.

Secara mitosis pembelahannya menghasilkan sel dengan jumlah kromosom

yang sama dengan induknya. Dalam mitosis sel membelah menjadi dua anak sel

yang identik dan memiliki copy setiap kromosom induk. Prosesnya yaitu;

sebelum mitosis kromosom dicopy kemudian melintir mementuk huruf X

sehingga masing-masing memiliki 2 kromatid lalu mitosis membagi dua kromatid

ini maka masing-masing akan memiliki copy setiap kromosom (2n).

Page 14: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Sedangkan proses meiosis membagi pasangan kromosom yang sama

(homolog) yang terjadi baik di sel sperma maupun sel telur sehingga masing-

masing memiliki 1 copy saja (1n) meiosis. Dengan demikian ketika terjadi

pembuahan maka telur akan memiliki set kromosom penuh (2n)

Meiosisi terjadi dua kali, yaitu :

∗ Meiosis I : membagi pasangan kromosom homolog

∗ Meiosis II : membagi masing-masing kromosom menjadi dua kopy

Pada ikan meiosis II terjadi setelah telur dibuahi oleh sperma.

• Ginogenesis adalah pembentukan organisme baru melalui kejutan sehingga

mencegah terjadinya pelepasan polar body. Generasi I dilakukan kejutan

pada saat mitosis, seperti cara menghasilkan klon. Proses ginogenesis,

spermanya harus diradiasi sehingga anak yang dihasilkan secara genetik

hanya akan mewarisi galur betina. Cara ini dapat digunakan juga untuk

memverifikasi apakah induk betinanya itu homozigot atau heterozigot.

• Androgenesis, kejutan dilakukan pada saat mitosis

• Triploidisasi, kejutan dilakukan pada saat meiosis II

• Tetraploid, kejutan dilakukan pada saat mitosis

c. Teknologi Transgenesis Transgenesis bertujuan untuk membuat populasi ikan yang mempunyai

gen tambahan dari luar (Eksogene). Sebagai contoh yang banyak digunakan

Page 15: Pengembangan Akuakultur Lanjutan

Organisme transgenik disebut juga dengan nama Genetically Modified Organism

(GMO)

Gen GH paling banyak digunakan yang bertujuan untuk memacu

pertumbuhan, caranya melalui konstruksi gen kemudian diinjeksikan ke dalam

embrio yang dapat dideteksi apakah diekspresikan atau tidak pada saat larva.

Organisme ini adalah F0. Untuk mendeteksi apakah gen ini

diturunkan/diwariskan atau tidak maka F0 dikawinkan dengan yang normal = F1.

adalah gen GH (Growth hormone), gen tahan penyakit, tahan dingin, atau gen

yang menghasilkan omega 3 atau omega 6.

Mekaisme konstruksi gen

Page 16: Pengembangan Akuakultur Lanjutan