Upload
sumoharjo
View
2.166
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
PENGEMBANGAN AKUAKULTUR LANJUTAN
Dosen : Prof. Dr. Ir. Enang Harris S., MS : Prof. Dr. Ir. Komar S., M.Sc Editor : Sumoharjo, S.Pi
I. Pendahuluan
Akuakultur adalah sektor produksi pangan yang berkembang dengan
cepat, dengan rata-rata pertumbuhan 8.9 % per tahun, jika dibandingkan dengan
penangkapan hanya 1,2 % dan produksi daging hewan darat yang hanya 2.8 %
pada periode yang sama (FAO, 2004). Dibandingkan dengan akuakultur,
penangkapan secara keseluruhan sudah tidak berkembang, meskipun belum
menurun hingga era 1990-an, tetapi secara umum stok perikanan laut sudah
overfished . menurunnya stok perikanan laut dunia dan pesatnya pertumbuhan
populasi manusia adalah harga yang harus dibayar oleh pertumbuhan akuakultur
selanjutnya, atas dasar inilah akuakultur menjadi solusi bagi ketahanan pangan
protein di masa yang akan datang. Selain itu, sektor produksi akuakultur harus
meningkat 5 kali lipat lagi untuk dua dekade berikutnya sehingga dapat
memenuhi kebutuhan protein minimum untuk nutrisi manusia (FAO, 2004).
Secara umum, strategi pengembangan akuakultur dunia termasuk
Indonesia adalah :
Fisheries bussiness
Aquaculture bussiness“based on domesticated or
controlled stock”
Capture fisheries“based on wild stock
management”
Developing aquaculture Controlling capture
Faktor utama yang harus dipertimbangkan oleh pelaku akuakultur jika
produknya dapat bersaing dengan produk pangan lain adalah menitik beratkan
pada keadaan dan gaya hidup manusia di masa yang akan datang, yang mana :
1. Semakin sibuk, semakin tidak punya waktu sehingga lebih cenderung
mengkonsumsi makanan siap saji
2. Populasi urban yang semakin tergantung pada makanan yang disuplai
oleh pasar.
3. harapan hidupnya lebih lama dan perlu makanan yang
menyehatkan/mencegah penyakit degeneratif
4. Kebiasaan makan di luar rumah meningkat
5. Generasi mudanya tidak dibesarkan dalam lingkungan yang menyukai
aquatic food.
Dari tinjauan ini dapat dikatakan bahwa akuakultur sebagai sektor produksi
harus mempertimbangkan bahwa produk yang dihasilkan harus laku dijual
(jangan memproduksi barang yang tidak laku dijual). Oleh karena itu, industri
pengolahan dan pemasok aquatic food seharusnya :
1. menyiapkan, yang berarti : makanan harus siap saji, siap
masak/dihangatkan, memiliki variasi produk yang banyak, dan dikemas
dengan baik serta pantas dibawa.
2. semua makanan dan kemasannya memenuhi “food savety”
3. semua produk dipasarkan secara agresif seperti produk kedelai
Dengan demikian, karakter bahan baku industri dan pemasok makanan
akuatik harus; massal, kontinyu, seragam, aman, dan trace ability.
Istilah akuakultur berkelanjutan dan berkualitas menurut FAO :
Syarat untuk berkelanjutan :
∗ Menguntungkan (economic viable)
∗ Diterima masyarakat setempat (sociopoliticly acceptable)
∗ Dapat padu dengan lingkungan (environmentally compatible)
Syarat untuk berkualitas, memberikan manfaat bukan hanya pelaku budidaya :
∗ Penyerapan tenaga kerja
∗ Pendapatan yang layak
∗ Peningkatan kesejahteraan II. Perkembangan Akuakultur Secara defenisi, akuakultur sendiri mengalami perkembangan, yakni :
1. Aquaculture is the farming and husbandry of aquatic organisms (Bardach et
al, 1972). Konsep ini merupakan akuakultur tradisional yang hanya
mengandalkan pakan alami, sehingga teknologinya daya dukungnya
(carrying capacity) dapat dinaikkan dengan meningkatkan pakan alami, maka
teknologinya hanya pemupukkan dan aplikasi budidaya berbasis potensi
sumber daya alamnya. Contoh; budidaya ikan rawa di daerah rawa, dan lain-
lain.
2. Aquaculture is the science which deal with methods of growing (cultivation)
animal and vegetable live in water. Definisi ini mengacu pada akuakultur semi
intensif, dimana kultivan sudah diberikan pakan buatan (pelet) sehingga
peran pakan alami dikurangi (khususnya pembesaran), sehingga pakan alami
bukan lagi sebagai faktor pembatas tetapi oksigen dan bahan berracun
seperti; NH3 dan CO2. Maka, teknologi berperan untuk menyuplai oksigen
dan menghilangkan toksin seperti running water/flow through system, seperti
kolam air deras dan KJA.
3. Aquaculture is profit-oriented commercial farming of aquatic organisms in
controlled water (Hertrapf, 1991). Defenisi ini merupakan paradigma baru
dalam akuakultur, dimana organisme yang dibudidayakan adalah yang laku
dijual, limbah akuakultur diolah dan dimanfaatkan kembali untuk akuakultur
itu sendiri dengan melalui penyesuaian kondisi alam, contoh; sistem
resirkulasi dan filtrasi.
Oleh Hirata (2002), perkembangan akuakultur tersebut diterjemahkan ke
dalam paradigma; (1) aquaculture for yesterday, (2) aquaculture for today, dan
(3) aquaculture for tomorrow.
Di dalam praktek akuakultur dengan tujuan mendapatkan keuntungan
secara ekonomi ini, maka ada dua hal utama yang harus dipertimbangkan, yakni;
laku dijual (marketable product) dan berbiaya rendah (low cost atau feasible
cost). Oleh karena itu, diprioritaskan pemilihan spesies organisme air yang
memiliki prospek pasar berdasarkan atas data harga dan total produksinya, serta
pemilihan spesies didasarkan pada kebutuhan biologisnya sehingga dapat
dilakukan penentuan lokasi yang tepat. Selain itu, pertimbangannya juga
didasarkan pada kebiasaan makannya (herbivora, omnivora, atau karnivora),
biaya benih (fekunditas tinggi), dan teknik budidaya yang didasarkan pada
kebiasaan ikan untuk dapat menentukan tingkat kepadatan serta konstruksi
media budidayanya.
Pernyataan akuakultur berorientasi keuntungan dapat diterjemahkan ke
dalam skema berikut ini :
Profit = Benefit - Cost
Marketable product
Feed cost
Low cost or feasible cost
Seed cost
Cultured technique based on fish behaviour
High fecundityDetritus feederHerbivoraOmnivoruscarnivorus
Cultured technique based on fish behaviour
To select priority of cultured species
Market prospect based on data of total production and average unit price
Selected species
Standard requirements of the selected spesies
Site selection
Profit = Benefit - Cost
Marketable product
Feed cost
Low cost or feasible cost
Seed cost
Cultured technique based on fish behaviour
High fecundityDetritus feederHerbivoraOmnivoruscarnivorus
Cultured technique based on fish behaviour
To select priority of cultured species
Market prospect based on data of total production and average unit price
Selected species
Standard requirements of the selected spesies
Site selection
Sebagai contoh, pertimbangan dalam memilih antara ikan mas dan ikan
jelawat. Dimana pertimbangan antara fekunditas, teknologi, dan harga dapat
ditabulasikan dalam matriks berikut :
Fekunditas Teknologi Harga Contoh
Tinggi Dikuasai Murah Ikan Mas
Tinggi Tidak dikuasai Mahal Ikan Jelawat
Rendah Dikuasai Mahal Ikan Arwana
III. Oksigen sebagai faktor pembatas (limiting factor) Kandungan oksigen dalam air merupakan faktor pembatas dalam
akuakultur karena akan mempengaruhi parameter kimia air lainnya. Jika oksigen
berkurang, maka pH akan turun dan CO2 meningkat, sehingga konsentrasi CO2
dalam darah tidak dapat diekskresikan dan pH darah menjadi asam. Pada
oksigen 50 % jenuh ikan sudah mengalami stress dan tidak mau makan
Oksigen terlarut (dissolved oxygen) adalah jumlah konsentrasi okseigen
dalam air per satu liter air (mg/L atau ppm Kelarutan oksigen sangat dipengaruhi
oleh suhu dan tekanan oksigen (oxigen tension).
Tekanan oksigen merupakan daya larut oksigen sebagai tekanan parsial
atmosfir yang diperlukan untuk menahan konsentrasi oksigen (O2) di dalam air.
Pada tekanan standar OT = 760 mmHg x 0.2095 = 159.2 mmHg, sehingga jika
diketahui DO = 4.4 ppm dan suhu 20 °C, maka OT =
mmHg 79.2159.2x8.844.4OT ==
Nilai 8.84 adalah nilai standar tabel DO air murni pada suhu 20 °C.
Semakin besar OT semakin banyak oksigen yang tertahan dalam air.
Tabel standar nilai DO dalam air murni
Suhu °C DO (mg/L) 0 14.18 5 12.37
10 10.92 15 9.76 20 8.84 25 8.11 30 7.53 35 7.04
DO seimbang atau jenuh (saturated) pada suhu kamar (20 °C) menjadi
standar perhitungan, yakni :
Kejenuhan oksigen (SO) = %001100x8.848.84
= jenuh (saturated)
Sehingga, jika DO = 5.15 mg/L, maka
Kejenuhan oksigen = %64100x8.845.15
= jenuh (undersaturated)
Tabel kisaran DO dalam air dalam beberapa temperatur dan salinitas, pada tekanan 1 ATM
salinitas Suhu °C 0 10 20 30 35 18 9.5 8.9 8.4 7.9 7.7 20 9.1 8.6 8.1 7.6 7.4 22 8.7 8.2 7.8 7.3 7.1 24 8.4 7.9 7.5 7.2 6.9 26 8.1 7.7 7.2 6.8 6.6 28 7.8 7.4 7.0 6.6 6.4 30 7.6 7.1 6.8 6.4 6.2 32 7.3 6.9 6.5 6.2 6.0 34 7.0 6.7 6.2 6.0 5.8
3.1. Hubungan Konsumsi Oksigen dan feeding rate Tingkat konsumsi oksigen ikan dapat ditekan dengan menurunkan tingkat
metabolismenya. Karena ikan adalah poekilothermal (tidak dapat mengatur suhu
tubuh sendiri) bukan homothermal seperti mamalia, sehingga tingkat
metabolismenya sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan, jika suhu rendah
maka metabolismenya akan turun (hibernasi) demikian pula sebaliknya, jika suhu
meningkat metabolisme meningkat sehingga konsumsi oksigen meningkat,
demikian pula dengan CO2 dan NH3, maka DO akan berkurang.
Kondisi metabolisme pada organisme akuatik terbagi atas :
1. Hibernation metabolism (pseudohibernate), dimana metabolisme ikan terhenti
atau berjalan lambat karena tidur atau akibat penurunan suhu, dll
2. Basal metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan berjalan lambat pada saat
tidak makan dan tidak bergerak bebas (biasanya untuk penelitian ikhtiologi)
3. Standard metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang tidak makan
tetapi dapat bergerak bebas (biasa dalam penelitian akuakultur)
4. Maintanance metabolism, yakni tingkat metabolisme ikan yang diberi makan,
bergerak bebas, tetapi tidak tumbuh (distanting). Biasanya tingkat pemberian
pakannya (feeding rate, FR) adalah 1 % BW/hari
5. Protection metabolism, yakni ikan yang diberi makan dan juga tumbuh.
Makan dan tumbuh dapat diasumsikan juga dalam dua kategori, yaitu
∗ Makan dan tumbuh secara optimal, pertumbuhannya secara sigmoid seiring
dengan perkembangan biologisnya, biasanya FR = 3 %
∗ Makan dan tumbuh secara maksimal, pertumbuhannya secara linear seiring
dengan banyaknya pakan yang diberikan, biasanya FR = 5 %
Contoh 1
Ikan berukuran awal 100 g diberi pakan 3 % dengan periode
pemeliharaan 15 hari sehingga bobotnya menjadi 130 g.
Pertanyaanya :
∗ Berapa jumlah pakan yang dikonsumsi? = 3% x 100 g x 15 hari = 45 g
∗ Berapa FCR nya? = 5.13045
==∆
ΣW
pakan
∗ Berapa laju pertumbuhan hariannya ??
∗ a = %10010
xWW
t t⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− = %76.1%1001
100130
15 =⎟⎟⎠
⎞⎜⎜⎝
⎛− x
∗ Berapa Feeding Rate sebenarnya? FR = a x FCR = 1.76 % x 1.5 = 2.64 %
Body weight (BW)/hari
Contoh 2 :
Ikan patin sebesar 25 kg dipelihara dalam suatu sistem air mengalir (debit
2.8 L/menit) dengan volume air dalam sistem 900 L dan kandungan DO 10 mg/L,
ikan diberi pakan dengan FR 250 g/hari.
Pertanyaannya :
∗ Berapa kira-kira suhu dalam air ? jawabannya adalah < 18 °C, karena,
pada suhu 18 °C DO hanya 9.5 sementara kandungan DO dalam media
kultur adalah 10 mg/L
∗ FCR nya adalah WFR
g 25000g/hari 250
x 100 % = 1 %
∗ Konsumsi oksigen pada suhu 16 °C atau 17 °C adalah 0.01 kg O2/kg
ikan/hari, sehingga konsumsi O2 adalah 25 kg x 0.01 kg O2/kg ikan/hari
= 0.25 kg O2/hari
∗ Berapa menit ikan akan mati ??
Diketahui, oksigen yang tersedia = 10 mg/L x 900 L = 9000 mg O2
Konsumsi oksigen = 0.25 kg/hari = 250.000 mg/hari = 173.61
mg/jam
Ikan akan mati ketika oksigen dalam air habis, yakni pada saat =
51.84 menit aerasi dihentikan ; dari perhitungan mg/jam 173.61
O mg 9000 2
Ikan tidak mau makan/mulai stress pada saat O2 50 % jenuh =
21.92 menit (0.5 x 51.84)
Contoh 3.
Jika 1 kg pakan/hari dimakan jadi daging, konsumsi oksigen 200-220
gram, feeding rate untuk pertumbuhan adalah 2-4 % BW/hari (3 %), maka :
∗ Berat ikan tersebut adalah 100/3 x 1 kg pakan/hari = 33.3 kg
∗ Konsumsi oksigen per jam adalah : 200 g O2/33.3 kg ikan/hari = 200/4 =
8.3 g O2/33.3 kg ikan/jam = 8300 mg O2/33.3 kg ikan/jam
∗ Jika volume kolam = 600 -1500 L atau 1000 L, dan temperatur = 28 °C,
(konsentrasi O2 tabel = 7.8 mg/L), maka oksigen yang tersedia di kolam
tsb adalah 1000 L x 7,8 mg/L = 7.800 mg O2
∗ Kapan ikan akan mati jika aerator dimatikan??, dalam kurun waktu :
7800 mg O2 / 8300 mg O2/jam = 0.94 jam = 56.4 menit
Hubungan antara oksigen, suhu dan FCR, yakni; jika oksigen dan suhu
naik maka FCR juga akan naik, demikian pula sebaliknya.
Jika suplai oksigen dari aliran air berhenti, maka gangguan pertama
adalah oksigen, tetapi jika oksigen disuplai dengan aerasi, maka gangguan
(faktor pembatas) nya adalah CO2 yang mengakibatkan pH darah menurun
sehingga meningkatkan produksi amonium.
Mediasi/Asimilasi Limbah Nitrogen oleh bakteri dalam sistem akuakultur
Agae Nitrosomonas sp Nitrococcus spSumber N-Organik
NH3-N NH4+-N NO2
+-N NO3+-NN-Anorganik 48 %
Feed particles
Uneaten food
Feces 20 %
Heterobacteria
Degradation rate Menjadi floc, dimakan olehfilter feeder
Heterophobicpopulation
New growth
NH4+-N Uptake rate
Jika tersediakarbon organik
Sumber N-organik
Jika tidak ada C organik hanya CO2
Only 10 jam
24-48 jam
2 %
Agae Nitrosomonas sp Nitrococcus spSumber N-Organik
NH3-N NH4+-N NO2
+-N NO3+-NN-Anorganik 48 %
Feed particles
Uneaten food
Feces 20 %
Heterobacteria
Degradation rate Menjadi floc, dimakan olehfilter feeder
Heterophobicpopulation
New growth
NH4+-N Uptake rate
Jika tersediakarbon organik
Sumber N-organik
Jika tidak ada C organik hanya CO2
Only 10 jam
24-48 jam
2 %
Maksimal 30 % dari protein yang diretensi olah ikan, sisanya dikatabolis
menjadi amonia atau tidak tercerna (feses). Pakan yang diabsorbsi di
metabolisme di hati (anabolisme = daging) dan (katabolisme = energi, HH3, CO2,
dan H2O). Dalam perkembangannya limbah sisa metabolisme ini akan
mengganggu ikan itu sendiri, maupun perairan umum secara luas, khususnya
pada akuakultur sistem terbuka.
Proporsi NH3 NH4 adalah pada pH 9 maka proporsi amoniak adalah
kurang dari 50 %, sedangkan pada amonium > 50 %. Dengan penambahan C
organik, maka amonia dapat diasimilasi oleh bakteri heterotrof dalam rentang
waktu kurang dari 10 jam. Hal ini dikenal dengan istilah Immobilized nitrogen (N-
organik yang diikat oleh bakteri heterotrof. Dalam perkembangannya konsep ini
diterapkan dalam teknologi bioflok (microbial flock)
Jika tidak memungkinkan menggunakan tabel, maka faktor pengali dapat dicari dengan rumus berikut
Albert (1973) : pHpKa
TAN−+
=101
NH3
Emerson, et al (1975) : 273
92.272909018.0++
=T
pKa ; T = °C
MANAJEMEN BENIH
I. Pendahuluan
Selama ini kegiatan akuakultur terlalu berfokus pada kuantitas, akibatnya
muncul masalah terkait dengan :
∗ Kecepatan pertumbuhan melambat, dapat ditanggulangi dengan
pendekatan genetis
∗ Meningkatnya wabah penyakit ; bakteri, virus, dll. Yang mana dapat
ditanggulangi secara fisiologis dengan obat-obatan, immunostimulan,
vaksinasi, dan probiotik
Kualitas Benih
Genetik
Fisiologik
Keragamanukuran
Pemuliaan
Vaksinasi, imunostimulan, feed enrichment
Sortasi/grading
Masalah Solusi
Hal yang perlu diperhatikan bahwa jika selalu mengutamakan kuantitas,
maka kualitas akan menurun, dengan demikian supaya optimal maka perlu
dilakukan upaya perbaikan genetik (pemuliaan).
Budidaya/pembesaranBenih
Pakan Sistek
Produk Pasar
Segar
Olahan
Kualitas air Kesehatan/penyakit
Tidakunggul
Unggul
Tidak adapemuliaan
Kerugian
Pertumbuhan baik
SR : tahan penyakit, perubhn lingk. Disukai konsumen
Keinginan pasar
Pemuliaan
Dalam akuakultur, kuncinya adalah apapun jenis dan ukuran ikan yang
ingin dicapai tetap saja yang diinginkan adalah kecepatan pertumbuhan yang
paling baik.
Selain itu yang perlu diperhatikan adalah daya dukung (carrying capacity)
yaitu ketersediaan persyaratan hidup organisme budidaya, contohnya;
penambahan oksigen terlarut, mengurangi CO2 dan NH3. sehingga rekayasa
sistek juga dipelukan.
Pemberian pakan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan, karena
berhubungan dengan kapasitas lambung, sehingga jika diberikan terus menerus,
maka makanan akan terdorong keluar dan tidak sempat dicerna.
2. Membuat Benih SPF dan SPR SPF : Specific pathogen free, dalam penggunaan menerapkan
biosekuritas yang ketat (lingkungan harus steril) SPR : Specific pathogen resistant, merupakan benih yang sangat kuat
sehingga tidak ada masalah dengan lingkungan.
Baik SPF maupun SPR merupakan benih yang berkualitas secara geneti,
yang mana :
∗ Dapat diturunkan
∗ Sehat dan baik secara fisiologis
∗ Ukurannya seragam Pemuliaan dapat dikelompokkan atas :
∗ Metode konvensional, contoh : selective breeding, di negara lain sudah
berlangsung selama 5000 tahun
∗ Metode semi modern, contoh; rekayasa kromosom, hibridisasi, kloning, dll
∗ Metode modern, contohnya ; rekayasa gen ikan transgenik
3. Membuat Benih Cepat Tumbuh Benih cepat tumbuh bobot, hal ini terkait dengan produktifitas,
productivity (kg/ha/MT), produksi, production (kg pada tahun tertentu), dan hasil,
yeald (jumlah produk yang diperoleh saat panen). Benih yang cepat tumbuh
dapat diperoleh melalui cara :
a. Seleksi (selective breeding) :
Seleksi biasanya bertujuan untuk membuat induk yang dapat
menurunkan keunggulannya sehingga akan dapat meningkatkan produksi.
Teknik seleksi harus memperhatikan : umur yang sama, membedakan
secara genetik melalui padat tebar yang rendah supaya tidak ada kompetisi,
pakan yang cukup, dan jumlah induk yang menghasilkan populasi awal harus
banyak (> 25 pasang)
25 ps telur 10.000 larva 6.000 50% hidup 3000 2.400 10%
hasilnya 240 ekor (F1)
Untuk seleksi famili ada 2, yakni :
∗ Within family, ambil yang terbaik dari setiap famili (top 10 saja)
∗ Between family, hasil dari within family dipertandingkan lagi
b. Hibridisasi (kawin silang)
Merupakan perkawinan silang antara varietas X dan varietas Y akan
menghasilkan benih hibrida. Pengaruh hibridisasi antara lain :
∗ Keragaman genetiknya akan ditingkatkan lagi, yang manan telah
berkurang akibat dari selective breeding
∗ Pertumbuhannya akan meningkat akibat hibrid vigour (efek heterosisi)
yang merupakan performa yang baik yang muncul dan lebih baik dari
induknya. Sehingga benih ikan yang ideal adalah hasil dari hibridisasi.
AA X AA
AA inbred
AA x BB
AB
BB x AA
BA
BB x BB
BB inbred
Hibrid vigour = %1002 xBBAA
BBAAAB
+
+−
Biasanya paling sedikit dihasilkan 15 % hibrid vigous
c. Sterilisasi
Sterilisasi ikan biasanya dihasilkan untuk tujuan lain selain konsumsi,
misalnya di Amerika melakukan sterilisasi ikan grass carp dengan tujuan untuk
membersihkan gulma di danau. Sterilisasi merupakan teknik membuat ikan
triploid yang dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :
∗ Secara langsung : melalui metode kejutan panas pada suhu tertentu,
ketika pembelahaan meiosis II yang bertujuan untuk
menahan/membalikkan pelepasan polar body II sehingga menjadi
tambahan set kromosom menjadi 3n
∗ Secara tidak langsung melalui perkawinan ikan tetraploid dengan diploid
(4n x 2 n = 3n)
Sebagai catatan bahwa jumlah kromoson normal adalah 50 (25 set),
organisme tetraploid memiliki 100 kromosom sehingga masing-masing utas
memiliki 25 kromosom. Namun demikian, tetraploid secara alami bisa terjadi
melalui evolusi sehingga hanya terdapat 2 set kromosom yang masing-masing
terdiri atas 50 kromosom.
Mitosis dan Meiosis Pembelahan sel gamet bisa terjadi secara mitosis maupun meiosis.
Secara mitosis pembelahannya menghasilkan sel dengan jumlah kromosom
yang sama dengan induknya. Dalam mitosis sel membelah menjadi dua anak sel
yang identik dan memiliki copy setiap kromosom induk. Prosesnya yaitu;
sebelum mitosis kromosom dicopy kemudian melintir mementuk huruf X
sehingga masing-masing memiliki 2 kromatid lalu mitosis membagi dua kromatid
ini maka masing-masing akan memiliki copy setiap kromosom (2n).
Sedangkan proses meiosis membagi pasangan kromosom yang sama
(homolog) yang terjadi baik di sel sperma maupun sel telur sehingga masing-
masing memiliki 1 copy saja (1n) meiosis. Dengan demikian ketika terjadi
pembuahan maka telur akan memiliki set kromosom penuh (2n)
Meiosisi terjadi dua kali, yaitu :
∗ Meiosis I : membagi pasangan kromosom homolog
∗ Meiosis II : membagi masing-masing kromosom menjadi dua kopy
Pada ikan meiosis II terjadi setelah telur dibuahi oleh sperma.
• Ginogenesis adalah pembentukan organisme baru melalui kejutan sehingga
mencegah terjadinya pelepasan polar body. Generasi I dilakukan kejutan
pada saat mitosis, seperti cara menghasilkan klon. Proses ginogenesis,
spermanya harus diradiasi sehingga anak yang dihasilkan secara genetik
hanya akan mewarisi galur betina. Cara ini dapat digunakan juga untuk
memverifikasi apakah induk betinanya itu homozigot atau heterozigot.
• Androgenesis, kejutan dilakukan pada saat mitosis
• Triploidisasi, kejutan dilakukan pada saat meiosis II
• Tetraploid, kejutan dilakukan pada saat mitosis
c. Teknologi Transgenesis Transgenesis bertujuan untuk membuat populasi ikan yang mempunyai
gen tambahan dari luar (Eksogene). Sebagai contoh yang banyak digunakan
Organisme transgenik disebut juga dengan nama Genetically Modified Organism
(GMO)
Gen GH paling banyak digunakan yang bertujuan untuk memacu
pertumbuhan, caranya melalui konstruksi gen kemudian diinjeksikan ke dalam
embrio yang dapat dideteksi apakah diekspresikan atau tidak pada saat larva.
Organisme ini adalah F0. Untuk mendeteksi apakah gen ini
diturunkan/diwariskan atau tidak maka F0 dikawinkan dengan yang normal = F1.
adalah gen GH (Growth hormone), gen tahan penyakit, tahan dingin, atau gen
yang menghasilkan omega 3 atau omega 6.
Mekaisme konstruksi gen