28
PENGAWASAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU TERHADAP PRODUK HUKUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU (Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014) NASKAH PUBLIKASI Oleh : DEDIT PERMANA NIM : 080565201016 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI TANJUNGPINANG 2016

PENGAWASAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU TERHADAP …jurnal.umrah.ac.id/wp-content/uploads/gravity_forms/1-ec61c9cb232a... · Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan

  • Upload
    doandan

  • View
    224

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

PENGAWASAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

TERHADAP PRODUK HUKUM KABUPATEN/KOTA

DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014)

NASKAH PUBLIKASI

Oleh :

DEDIT PERMANA

NIM : 080565201016

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI

TANJUNGPINANG

2016

ABSTRAK

Pemberian otonomi kepada daerah tentu berimplikasi pada berhaknya tiap-tiap daerah dalam mengurus dan mengatur sendiri urusan daerah, pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia Salah satu implikasi yang menjadi titik berat disini adalah di mana daerah diberi hak dan wewenang untuk membentuk dan menetapkan produk hukum daerahnya sendiri. Akibat dari adanya otonomi ini, banyak daerah yang berlomba lomba ingin membangun daerahnya sendiri dengan membuat Produk hukum sebagai landasan dalam menjalankan kebijakannya. Adapun yang termasuk dalam Produk Hukum Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah yaitu produk hukum yang berbentuk peraturan meliputi Peraturan Daerah atau nama lainnya, Perkada, PB KDH, Peraturan DPRD dan yang berbentuk keputusan meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD, dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD. Agar isi dan prosedur pembentukannya tidak bertentangan dengan prinsip negara kesatuan dan hukum nasional, maka terhadap produk hukum perlu diadakan pengawasan. Pengawasan tersebut merupakan implikasi dari adanya hubungan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pengawasan terhadap produk hukum daerah dan kebijakan kepala daerah dilakukan secara preventif dan represif agar tujuan yang ingin dicapai bisa terwujud.

Adapun teori yang penulis gunakan adalah Teori Pengawasan, Teori Pemerintahan Daerah dan Teori Peraturan Perundang-undangan. Sedangkan untuk memperkuat teori tersebut penulis menggunakan Konsep Operasional yang terdiri dari beberapa dimensi dan indikator yaitu menetapkan standar, mengadakan penilaian, dan Mengadakan tindakan perbaikan. Dalam Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau khususnya Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014, Gubernur Kepulauan Riau telah mengevaluasi dan mengklarifikasi beberapa Rancangan Peraturan Daerah dan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014 tersebut. Rancangan Peraturan Daerah yang dievaluasi oleh Gubernur Kepulauan Riau sebanyak 3 (tiga) Rancangan Peraturan Daerah, yang difasilitasi sebanyak 2 (dua) Rancangan Peraturan Daerah, dan yang diklarifikasi sebanyak 2 (dua) Peraturan Daerah. Pada Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014 yang diklarifikasi, ada 1 (satu) Peraturan Daerah yang melanggar Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014. Peraturan Daerah tersebut melanggar tertib regulasi yang meliputi tertib kewenangan, tertib prosedur, tertib substansi, dan tertib implementasi. Kata Kunci : Pengawasan Perda, Pengawasan Produk Hukum

ABSTRACT Provision of autonomy to the region certainly has implications on the right

of each region in managing and managing its own regional affairs, Government and the interests of local communities in the system of the Unitary State of the Republic of Indonesia. One of the major implications of this is where the regions are granted the right and authority to establish and establish their own legal products. As a result of this autonomy, many regions are competing to build their own territory by making legal products as the foundation in carrying out its policies. As regulated in the Regional Law Products according to the Regulation of the Minister of Home Affairs Number 01 Year 2014 concerning the Formation of Regional Law Products namely legal products in the form of regulations including Regional Regulations or other names, Perkada, PB KDH, DPRD Regulations and in the form of decisions include the Decision of the Head of Region, DPRD Decisions, DPRD Leadership Decisions, and Decrees of Honorary Board of DPRD. In order to make the contents and procedures of its formation not contradictory to the principle of unitary state and national law, then the law products should be supervised. Such supervision is an implication of the relationship between the Central Government and Local Government. Supervision of local legal products and policies of the head of the region carried out preventively and repressively so that the goals to be achieved can be realized.

The theory that the authors use is the Theory of Supervision, Theory of Regional Government and the Theory of Legislations. While to strengthen the theory the author uses the concept of Operational consisting of several dimensions and indicators that set standards, make assessments, and Make corrective action.

In the Supervision of Legal Products of Regency / City in Kepulauan Riau Province especially the draft of Regional Regulation and Regional Regulation of Natuna Regency 2014, Riau Islands Governor has evaluated and clarified some of the draft of Regulation and Regulation of Natuna Regency Year 2014. The draft regional regulation evaluated by Riau Islands Governor is 3 (three) draft of regional regulation, facilitated by 2 (two) draft local regulation, and clarified by 2 (two) regional regulation. In the regulation of Natuna Regency Year 2014 which is clarified, there is 1 (one) Local Regulation that violates the higher Legal Regulation namely the Regulation of Natuna Regency Number 15 Year 2014. The Regional Regulation violates the orderliness of regulations which includes the orderliness of authority, orderly procedure, orderly substance, and orderly implementation Keywords: Perda Supervision, Supervision of Local Law Products

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemberian otonomi kepada daerah tentu berimplikasi pada berhaknya

tiap-tiap daerah dalam mengurus dan mengatur sendiri urusan daerah,

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Salah satu implikasi yang menjadi titik berat

disini adalah di mana daerah diberi hak dan wewenang untuk membentuk dan

menetapkan produk hukum daerahnya sendiri. Adapun yang termasuk dalam

Produk Hukum Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01

Tahun 2014 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah yaitu produk

hukum yang berbentuk peraturan meliputi Peraturan Daerah atau nama

lainnya, Perkada, PB KDH, Peraturan DPRD dan yang berbentuk keputusan

meliputi Keputusan Kepala Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan

DPRD, dan Keputusan Badan Kehormatan DPRD.

Gubernur merupakan perpanjangan tangan Pemerintah yang ada di

daerah dan diberikan wewenang dalam Undang-undang untuk mengawasi

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah khususnya penyelenggaraan

Pemerintah Kabupaten/Kota yang ada dibawahnya. Dalam hal pengawasan

terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota, Gubernur dapat

melakukan pembinaan dan masukan terhadap Rancangan Peraturan Daerah

tersebut agar tidak bertentangan dengan kepentingan umum dan Peraturan

yang lebih tinggi. Gubernur juga diberikan wewenang untuk membatalkan

Peraturan Daerah Kabupaten/Kota melalui Keputusan Gubernur jika Peraturan

Daerah tersebut bertentangan dengan peraturan yang lebih tinggi.

Pada tahun 2014, Pemerintah Kabupaten Natuna bersama Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Natuna telah membuat 15 (lima belas)

Peraturan Daerah. Untuk itu Gubernur Kepulauan Riau harus mengoptimalkan

peran dan fungsinya sebagai pengawas kebijakan Pemerintah Kabupaten/Kota

di Provinsi Kepulauan Riau. Fungsi Pengawasan Gubernur Kepulauan Riau

dalam perumusan kebijakan kabupaten/kota dilakukan oleh Biro Hukum

Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau dan Satuan Kerja Perangkat

Daerah lainnya sebagai unsur pembantu Gubernur dalam melaksanakan

penyelenggaran pemerintahan daerah yaitu yang pertama dengan

mengevaluasi Rancangan Peraturan Daerah sebelum ditetapkan dan

diundangkan kedalam Lembaran Daerah, yang kedua dengan mengklarifikasi

Peraturan Daerah setelah ditetapkan dan diundangkan kedalam Lembaran

Daerah, dan yang ketiga dengan memfasilitasi Pemerintah Kabupaten/Kota

dalam pembuatan Peraturan Daerah.

B. Perumusan Masalah

Dari gambaran identifikasi permasalahan diatas, maka dapat

dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut : “Bagaimana Pengawasan

Gubernur Kepulauan Riau Terhadap Produk Hukum Kabupaten/Kota di

Provinsi Kepulauan Riau (Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tahun 2014)?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Mengetahui Pengawasan Gubernur Kepulauan Riau Terhadap Produk

Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (Studi Kasus

Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014).

b. Mengetahui hambatan-hambatan dalam Pengawasan Gubernur

Kepulauan Riau Terhadap Produk Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tahun 2014)

2. Kegunaan Penelitian

a. Secara Akademis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna

memperkaya hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan kinerja

pegawai, dan dapat memberikan referensi dan data untuk penelitian-

penelitian berikutnya.

b. Secara Praktis: Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai

masukan kepada Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan

Riau, berkaitan dengan pelaksanaan kinerja pegawai sehingga ke

depan dapat memiliki sumber daya manusia yang baik.

D. Kerangka Teoritis

Menurut S. Prayudi Atmasudirjo (1995 : 84), “pengawasan adalah

proses kegiatan-kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan,

dilaksanakan, atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki,

direncanakan, atau diperintahkan. Hasil pengawasan harus dapat menunjukkan

sampai di mana terdapat kecocokan atau ketidakcocokan, dan apakah sebab-

sebabnya”.

Menurut Manullang (2004 : 173), pengawasan adalah suatu proses untuk

menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan mengoreksi

bila perlu dengan maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana-

rencana semula.

Dari beberapa defenisi menurut para ahli diatas, dapat ditarik

kesimpulan bahwa pengawasan merupakan suatu usaha yang sistematis dalam

melakukan pengamatan apakah pekerjaan yang dilakukan sudah sesuai standar

yang ditentukan.

E. Konsep Operasional

Dalam memahami penelitian ini, perlu diberikan acuan guna untuk

memberikan pemahaman. Untuk lebih mempermudah menghimpun data yang

diperlukan di dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan pendapat ahli

tentang tahapan atau langkah-langkah pelaksanaan pengawasan menurut

Manullang (2004 : 84): Adapun konsep operasional dalam penelitian ini terdiri

dari beberapa dimensi dan indikator sebagai berikut :

1. Menetapkan standar, adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan

patokan bagi pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang

diawasi berjalan dengan semestinya atau tidak yaitu adanya rencana yang

telah ditetapkan dan ketentuan yang berlaku dengan cara mengetahui :

a. Perencanaan standar program pengawasan

b. Standarisasi yang ditetapkan sebelumnya.

2. Mengadakan penilaian yaitu membandingkan hasil kerja dengan standar

yang telah ditentukan.

3. Mengadakan tindakan perbaikan yaitu tindakan yang diambil untuk

menyesuaikan hasil pekerjaan nyata yang menyimpang agar sesuai dengan

standar atau rencana yang telah ditentukan sebelumnya supaya mencapai

hasil yang sama seperti yang direncanakan dengan menyesuaikan segala

sesuatu yang dianggap perlu serta mengadakan tindakan perbaikan jika

ditemukan masalah-masalah yang terjadi

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Menurut Sugiyono (2008:147) “penelitian deskriptif adalah

penelitian yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara

mendeskripsikan atau gambarankan data yang telah terkumpulkan

sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku

untuk umum atau generalisasi”. Dengan kata lain tujuan penelitian deskriptif

secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

daerah tertentu. Dengan demikian, penelitian ini bermaksud untuk

mengumpulkan data tentang Pengawasan Gubernur Kepulauan Riau

Terhadap Produk Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau

(Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014), kemudian

hasilnya dideskripsikan atau digambarkan secara jelas sebagaimana

kenyataan di lapangan. Dengan penelitian ini, juga dimaksudkan untuk

mendapatkan informasi yang seluas-luasnya untuk mengungkapkan

berbagai gambaran dan permasalahan dalam Peran Gubernur Kepulauan

Riau Dalam Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi

Kepulauan Riau (Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun

2014).

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan Pada Biro Hukum Sekretariat Daerah

Provinsi Kepulauan Riau. Alasan pengambilan lokasi penelitian karena

Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepulauan Riau merupakan

SKPD yang menangani secara teknis tentang pengawasan produk hukum

kabupaten/kota di lingkungan Provinsi Kepulauan Riau.

3. Informan

Informan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini berjumlah 3

orang dari Pegawai Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri, 1

orang dari Pegawai Biro Administrasi Pemerintahan Sekretariat Daerah

Provinsi Kepri, 1 orang pegawai dari Pemerintah Kabupaten Natuna dan 1

orang dari masyarakat Kabupaten Natuna.

4. Jenis dan Sumber Data

a. Data Primer

Yaitu data yang diperoleh melalui wawancara langsung dengan

para narasumber, data yang didapat diantaranya yaitu data Mekanisme

Pengawasan Gubernur Kepulauan Riau Terhadap Produk Hukum

Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (Studi Kasus Peraturan

Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014) dan data tentang kendala-

kendala dalam Pengawasan Gubernur Kepulauan Riau Terhadap

Produk Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau (Studi

Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014).

b. Data Sekunder

Data yang diperoleh dengan tidak melalui wawancara, namun

melalui dokumen-dokumen dan literatur, seperti data kewenangan

Gubernur dan Tim Kepanitiaan dalam Pengawasan Produk Hukum

Kabupaten/Kota, data Peraturan Daerah Kabupaten Natuna, data

Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna dan data

Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Natuna pada tahun 2014.

5. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data

a. Penelitian kepustakaan

Yaitu melalui penelusuran peraturan perundang-undangan, dokumen-

dokumen maupun buku-buku ilmiah yang sesuai dengan objek yang

akan diteliti

b Wawancara,

yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan informan kunci.

Dengan mengunakan pedoman wawancara yang telah disusun terlebih

dahulu. Wawancara dilakukan secara lansung dengan informan.

6. Teknik Analisis Data

Moleong (2004:35) menyatakan analisa dan kualitatif adalah

proses pengorganisasian, dan penguratan data kedalam pola dan kategori

serta satu uraian dasar, sehingga dapat dikemukakan tema yang seperti

disarankan oleh data.

Adapun langkah – langkah analisa data yang dilakukan adalah :

a. menelaah dari semua data yang tersedia dari berbagai sumber,

b. menyusun data kedalam satuan-satuan,

c. pengkategorian data sambil membuat koding,

d. mengadakan pemeriksaaan keabsahan data, dan

e. penafsiran data secara deskriptif. Jadi teknis analisis kualitatif adalah

teknis analisis yang digunakan untuk mengetahui.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengawasan

1. Pengertian Pengawasan

George R. Terry (2006:395) mengartikan bahwa pengawasan

sebagai mendeterminasi apa yang telah dilaksanakan, maksudnya

mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan tindakan-

tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan.

Pengawasan terhadap Pemerintah Daerah merupakan hal yang

sangat penting dalam penyelenggaraan pemerintahan. Produk Hukum

seperti Peraturan Daerah merupakan suatu Peraturan yang sifatnya

mengatur yang dibuat oleh Pemerintah Daerah itu. Karena ada

keterkaitanya antara yang mengatur dan yang diatur, maka terhadap suatu

produk hukum harus diawasi dalam penyusunannya.

2. Jenis – Jenis Pengawasan

a. Pengawasan Preventif

Menurut Sujamto (1986 : 85) “Pengawsan Preventif adalah

pengawasan yang dilakukan sebelum pelaksanaan, yakni pengawasan

yang dilakukan terhadap sesuatu yang bersifat rencana”.

b. Pengawasan Represif

Pengawasan Represif merupakan pengawasan yang dilakukan

setelah pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Dapat pula dikatakan

bahwa pengawasan represif sebagai salah satu bentuk pengawasan

atas jalannya pemerintahan (Sujamto, 1986 : 87). Contohnya :

penangguhan dan atau pembatalan Peraturan Daerah, Peraturan Kepala

Daerah, Keputusan Kepala Daerah yang bertentangan dengan

kepentingan umum.

3. Tujuan Pengawasan

Pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan

standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang

system informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan

standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur

penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang

diperlukan.

B. Pemerintahan Daerah

Syafrudin (1991:23) mengatakan bahwa “otonomi mempunyai makna

kebebasan dan kemandirian tetapi bukan kemerdekaan.” Kebebasan terbatas

atau kemandirian itu adalah wujud pemberian kesempatan yang harus

dipertanggungjawabkan. Secara implisit definisi otonomi tersebut

mengandung dua unsur, yaitu : Adanya pemberian tugas dalam arti sejumlah

pekerjaan yang harus diselesaikan serta kewenangan untuk melaksanakannya;

dan Adanya pemberian kepercayaan berupa kewenangan untuk memikirkan

dan menetapkan sendiri berbagai penyelesaian tugas itu.

C. Peraturan Perundang-undangan

1. Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Defenisi dari Pembentukan Peraturan Perundang-undangan dapat

dilihat dari Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011

tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, yaitu

“Pembentukan Peraturan Perundang-undangan adalah pembuatan

Peraturan Perundang-undangan yang mencakup tahapan perencanaan,

penyusunan, pembahasan, pengesahan atau penetapan, dan

pengundangan”.

2. Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Dalam pembentukan peraturan perundang-undangan dikenal

dengan teori jenjang hukum (Stufentheorie) yang dikemukakan oleh Hans

Kelsen. Maria Farida Indrati Soeprapto (2010 : 41) mengutip dalam teori

Hans Kelsen tersebut berpendapat bahwa :

”norma-norma hukum itu berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu hierarki (tata susunan) dalam arti suatu norma yang lebih tinggi berlaku, bersumber dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi, demikian seterusnya sampai pada suatu norma yang tidak dapat ditelusuri lebih lanjut dan bersifat hipotetis dan fiktif, yaitu Norma Dasar (Grundnorm). Norma Dasar merupakan norma tertinggi dalam suatu sistem norma tersebut tidak lagi dibentuk oleh suatu norma yang lebih tinggi lagi, tetapi Norma Dasar itu ditetapkan terlebih dahulu oleh masyarakat sebagai Norma Dasar yang merupakan gantungan bagi norma-norma yang berada di bawahnya, sehingga suatu Norma Dasar itu dikatakan pre-supposed.” Teori tersebut kita aplikasikan dalam Undang-Undang Nomor 12

Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Dalam

pasal 2 dinyatakan bahwa “sumber segala sumber hukum negara adalah

Pancasila.” Pancasila inilah yang disebut Norma Dasar (Grundnorm) oleh

Hans Kelsen dan Norma Fundamental Negara (Statfundamentalnorm)

menurut Hans Nawiasky.

Bagan 2.1 Jenis dan Hierarki Peraturan Perundang-undangan

Sumber : Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011

UUD 1945

Ketetapan MPR

Undang – undang / Perppu

Peraturan Pemerintah

Peraturan Presiden

Peraturan Daerah Provinsi

Peraturan Daerah Kabupaten / Kota

1

2

3

4

5

6

7

3. Peraturan Daerah

Produk Hukum Daerah adalah produk hukum berbentuk peraturan

meliputi Peraturan Daerah atau nama lainnya, Perkada, PB KDH,

Peraturan DPRD dan berbentuk keputusan meliputi Keputusan Kepala

Daerah, Keputusan DPRD, Keputusan Pimpinan DPRD, dan Keputusan

Badan Kehormatan DPRD (Pasal 1 angka 16 Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 1 Tahun 2014). Peraturan Daerah (PERDA) adalah suatu

Produk Hukum Daerah yang merupakan bagian dari hierarki peraturan

perundang-undangan yang dibentuk oleh pemerintah daerah, dalam hal ini

Gubernur atau Bupati/Walikota bersama dengan Dewan Perwakilan

Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi atau Kabupaten/Kota yang mencakup

tahapan perencanaan, penyusunan, pembahasan, pengesahan atau

penetapan, pengundangan, dan penyebarluasan.

BAB III

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Mekanisme Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota

1. Pembentukan Tim Kepanitiaan

Untuk mengawasi Produk Hukum Kabupaten/Kota Se-Provinsi

Kepulauan Riua Tahun 2014, Gubernur Kepulauan Riau membentuk tim.

Adapun bentuk dari penetapan tim ini dengan Keputusan Gubernur dibagi

menjadi 2 (dua) kelompok. yaitu :

1) Tim Kepanitian Khusus Kegiatan Evaluasi Produk Hukum

Kabupaten/Kota Se-Provinsi Kepri Tahun Anggaran 2014 dengan

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 104 Tahun 2014 tanggal

3 Januari 2014

2) Tim Panitia Pelaksana Kegiatan Pendampingan Penyusunan Materi

Muatan Produk Hukum Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 20`5 dengan

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 210 Tahun 2015 tanggal

5 Januari 2015

Bagan 3.1

Proses Pembentukan Tim Kepanitian Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota Tahun 2014

2. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah dan Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Kota

Untuk melaksanakan fungsi pengawasannya terhadap Produk

Hukum Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Riau, Gubernur melalui

Sekretaris Daerah setiap awal tahunnya mengirimkan surat kepada

Bupati/Walikota Se-Provinsi Kepulauan Riau.

B. Data Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota

1. Data Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Sekretaris Daerah Provinsi Kepri

Asisten Administrasi Pemerintahan

Biro Hukum Setda Provinsi Kepri

Draft di paraf Kepala Biro Hukum dan disampaikan ke Asisten Administrasi Pemerintahan

Draft di Paraf Asisten Administrasi Pemerintahan, selanjutnya

diteruskan ke Sekda

Sekda menandatangani Draft Keputusan Gubernur, selanjutnya

dikembalikan ke Biro Hukum

Tabel 3.1 Jumlah Peraturan Daerah berdasarkan tahun (2001 s/d 2014)

No Tahun Jumlah Peraturan Daerah 1. 2001 25 Peraturan Daerah 2. 2002 28 Peraturan Daerah 3. 2003 10 Peraturan Daerah 4. 2004 13 Peraturan Daerah 5. 2005 28 Peraturan Daerah 6. 2006 26 Peraturan Daerah 7. 2007 44 Peraturan Daerah 8. 2008 42 Peraturan Daerah 9. 2009 5 Peraturan Daerah

10. 2010 12 Peraturan Daerah 11. 2011 9 Peraturan Daerah 12. 2012 14 Peraturan Daerah 13. 2013 7 Peraturan Daerah 14. 2014 15 Peraturan Daerah

Jumlah Perda sampai 2014 278 Peraturan Daerah Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

Tabel 3.2 Daftar Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

No Nomor Perda

Judul Perda

1. 01 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014

2 02 Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Natuna Kepada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nusa Kabupaten Natuna

3 03 Bangunan Gedung 4. 04 Pengelolaan Pertambangan Dan Batu Bara 5. 05 Pengelolaan Air Tanah 6. 06 Sistem Pengelolaan Pembangunan Fartisifatif

Kabupaten Natuna 7. 07 Pengelolaan Barang Milik Daerah 8. 08 Penyelenggaraan Perlindungan Anak Kabupaten

Natuna 9. 09 Badan Permusyawaratan Desa

10. 10 Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

11. 11 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Natuna

12. 12 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Natuna

13. 13 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014

14. 14 Pembentukan Kecamatan Bunguran Batubi, Kecamatan Pulau Tiga Barat Dan Kecamatan Suak Midai

15. 15 Pembentukan Desa, Desa Mahligai, Desa Teluk Baruk, Desa Air Batu, Desa Pantai Ria, Desa Penyong, Desa Sebintang, Desa Setenggar, Desa Sekalong, Desa Nusa Jaya, Desa Pasir Timah, Desa Teluk Melam, Desa Air Bunga , Desa Danau, Desa Batu Berian Utara, Desa Pantai Penaga, Desa Batu Ampar, Desa Pulau Panjang Barat, Desa Sabang Muduk, Desa Air Pancur, Desa Tanjung Lampung Dan Kelurahan Batu Hitam Di Wilayah Kabupaten Natuna

Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

2. Data Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

Tabel 3.3

Daftar Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

No Judul

Rancangan Peraturan Daerah Nomor setelah

Perda diundangkan 1. Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah

Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014 01

2 Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

10

3 Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014

13

Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

3. Data Fasilitasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

Tabel 3.4 Daftar Fasilitasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tahun 2014

No Nomor Perda

Judul Perda

1. 11 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Natuna

2. 12 Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Badan Pengelola Perbatasan Kabupaten Natuna

Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

4. Data Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

Tabel 3.5 Daftar Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

No Nomor

Perda Judul Perda

1. 07 Pengelolaan Barang Milik Daerah 2. 15 Pembentukan Desa, Desa Mahligai, Desa Teluk

Baruk, Desa Air Batu, Desa Pantai Ria, Desa Penyong, Desa Sebintang, Desa Setenggar, Desa Sekalong, Desa Nusa Jaya, Desa Pasir Timah, Desa Teluk Melam, Desa Air Bunga , Desa Danau, Desa Batu Berian Utara, Desa Pantai Penaga, Desa Batu Ampar, Desa Pulau Panjang Barat, Desa Sabang Muduk, Desa Air Pancur, Desa Tanjung Lampung Dan Kelurahan Batu Hitam Di Wilayah Kabupaten Natuna

Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

5. Data Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014 yang belum diklarifikasi

Tabel 3.6

Daftar Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014 yang belum dilakukan klarifikasi

No Nomor

Perda Judul Perda

1. 02 Penyertaan Modal Pemerintah Kabupaten Natuna Kepada Perusahaan Daerah Air Minum Tirta Nusa Kabupaten Natuna

2. 03 Bangunan Gedung 3. 04 Pengelolaan Pertambangan Dan Batu Bara 4. 05 Pengelolaan Air Tanah 5. 06 Sistem Pengelolaan Pembangunan Fartisifatif

Kabupaten Natuna 6. 08 Penyelenggaraan Perlindungan Anak Kabupaten

Natuna 7. 09 Badan Permusyawaratan Desa 8. 14 Pembentukan Kecamatan Bunguran

Batubi,Kecamatan Pulau Tiga Barat Dan Kecamatan Suak Midai

Sumber : Biro Hukum Sekretariat Daerah Provinsi Kepri

BAB IV

PENGAWASAN GUBERNUR KEPULAUAN RIAU TERHADAP PRODUK

HUKUM KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI KEPULAUAN RIAU

(Studi Kasus Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014)

A. Kewenangan Gubernur.

Dalam menjalankan fungsi pengawasan, Gubernur sebagai wakil

Pemerintah Pusat mempunyai kewenangan yang diberikan oleh Undang-

undang. Didalam Pasal 8 ayat (2) UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang

Pemerintahan Daerah menyebutkan bahwa “Pembinaan dan pengawasan oleh

Pemerintah Pusat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) terhadap

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan oleh Daerah kabupaten/kota

dilaksanakan oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat”. Dan pada Pasal

91 UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah menyebutkan

bahwa “Dalam melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap

penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah

kabupaten/kota dan Tugas Pembantuan oleh Daerah kabupaten/kota, Presiden

dibantu oleh gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat”.

B. Menetapkan Standar.

1. Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

Standar yang digunakan sebagai acuan dalam pengawasan adalah :

a) UU Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

b) UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

c) PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah

d) PP Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah

Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah

Daerah Kabupaten/Kota

e) Permendageri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang

Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

f) Permendageri Nomor 1 Tahun Tahun 2013 Tentang Pedoman

Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun

Anggaran 2014

g) Permendageru Nomor 1 Tahun 2014 Tentang Pembentukan Produk

Hukum

2. Klarifikasi Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

a. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 07 Tahun 2014

Dalam melakukan penilaian terhadap Peraturan Daerah

Kabupaten Natuna Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang

Milik Daerah. Standar yang digunakan sebagai acuan dalam

pengawasan adalah :

1) UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

2) PP Nomor 27 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Barang Milik

Negara/Daerah

3) Permendageri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah

b. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014

Dalam melakukan penilaian terhadap Peraturan Daerah

Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014. Standar yang digunakan

sebagai acuan dalam pengawasan adalah :

1) UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

2) UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

3) PP Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksana Undang-

undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa

4) Permendageri Nomor 80 Tahun 2015 Tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah

C. Melakukan Penilaian.

1. Penilaian terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

Dalam melakukan pengawasan terhadap Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Natuna Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014, Rancangan Peraturan

Daerah Kabupaten Natuna Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Natuna Tahun

Anggaran 2013, dan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten

Natuna Tahun Anggaran 2014, jenis pengawasan yang dilakukan adalah

pengawasan preventif.

2. Penilaian terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014

a. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 07 Tahun 2014

Adapun Penilaian dari Tim Kepanitian adalah Peraturan

Daerah tersebut bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan

yang lebih tinggi dan meminta agar isi Peraturan Daerah tersebut

disempurnakan

b. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014

Penilaian dari Tim Kepanitian adalah Peraturan Daerah

tersebut bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan yang

lebih tinggi. Peraturan Daerah tersebut bertentangan dengan Pasal 8

ayat (5) dan ayat (7) Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa dan Pasal 11 Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014

tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014

tentang Desa yang menyebutkan bahwa “Pembentukan Desa dilakukan

melalui Desa Persiapan dan Desa Persiapan dapat ditingkatkan

statusnya menjadi Desa dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)

tahun sejak ditetapkan sebagai Desa Persiapan”, serta Pasal 15 ayat (1)

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa dan Pasal 13 ayat

(7) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa yang

menyebutkan bahwa “Rancangan Peraturan Daerah tentang

pembentukan, penghapusan, penggabugan dan/atau perubahan status

desa menjadi kelurahan atau kelurahan menjadi desa yang telah

mendapatkan persetujuan bersama DPRD diajukan kepada Gubernur

untuk dievaluasi”. Penyusunan Peraturan Daerah tersebut telah

melanggar tertib regulasi yang meliputi : tertib kewenangan, tertib

prosedur, tertib substansi dan tertib implementasi.

D. Melakukan Tindakan.

1. Tindakan terhadap Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun 2014 a. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014

Tindakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 415 Tahun 2014 Tentang

Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran

2014 dan Rancangan Peraturan Bupati Natuna Tentang Penjabaran

Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2014

yang pointnya adalah meminta kepada Bupati Natuna agar segera

menetapkan dan mengundangkan ke dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Natuna.

b. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2013

Tindakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 992 Tahun 2014 Tentang

Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna

Tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013 Dan Rancangan Peraturan

Bupati Natuna tentang Penjabaran Pertanggungjawaban Pelaksanaan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2013

yang pointnya adalah meminta kepada Bupati Natuna agar segera

menetapkan dan mengundangkan ke dalam Lembaran Daerah

Kabupaten Natuna

c. Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tentang

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014

Tindakan yang diambil adalah dengan mengeluarkan

Keputusan Gubernur Kepulauan Riau Nomor 1285 Tahun 2014

Tentang Hasil Evaluasi Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Natuna Tentang Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Perubahan

Kabupaten Natuna Tahun Anggaran 2014 yang pointnya adalah

meminta kepada Bupati Natuna agar segera menetapkan dan

mengundangkan ke dalam Lembaran Daerah Kabupaten Natuna

2. Tindakan terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Tahun

2014 a. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 07 Tahun 2014

Tindakan yang diambil oleh Gubernur Kepulauan Riau

terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014

adalah dengan mengeluarkan Surat Rekomendasi Nomor :

188.34/1193/SET tanggal 8 Desember 2015 tentang Klarifikasi

Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 07 Tahun 2014. Isi dari

rekomendasi tersebut meminta kepada Bupati Natuna agar

berkoordinasi dengan DPRD Kabupaten Natuna untuk

menyempurnakan materi muatan Peraturan Daerah dimaksud agar

sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang lebih tinggi.

b. Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014

Tindakan yang diambil oleh Gubernur Kepulauan Riau

terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014

adalah dengan mengeluarkan Surat Rekomendasi Nomor :

188.34/049/SET tanggal 27 Januari 2015 tentang Klarifikasi Peraturan

Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014. Adapun isi dari

Rekomendasi tersebut adalah :

1) Melanggar Tertib Regulasi yang meliputi : Tertib Kewenangan,

Tertib Prosedur, Tertib Substansi, Tertib Implementasi

2) Meminta kepada Bupati Natuna agar berkoordinasi dengan DPRD

Kabupaten Natuna untuk mencabut Peraturan Daerah Kabupaten

Natuna Nomor 15 Tahun 2014

3) Akan mengeluarkan Keputusan Gubernur tentang Pembatalan

Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 20114, jika

tidak dicabut oleh Bupati dan DPRD Kabupaten Natuna

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jumlah Peraturan Daerah Kabupaten Natuna yang dikeluarkan oleh

Bupati Natuna dan DPRD Kabupaten Natuna pada tahun 2014 sebanyak 15

(lima belas) Perda. Namun belum semuanya Perda tersebut diawasi oleh

Gubernur Kepulauan Riau. Jumlah Ranperda yang dievaluasi sebanyak 3

(tiga) Ranperda, sedangkan yang diklarifikasi sebanyak 2 (dua) Perda. Namun

selain 5 (lima) Ranperda dan Perda tersebut diatas, ada 2 (dua) Ranperda yang

difasilitasi oleh Gubernur Kepulauan Riau yang termasuk kedalam kategori

Pengawasan Preventif. Sedangkan 8 (delapan) Peraturan Daerah Kabupaten

Natuna Tahun 2014 sampai saat ini masih dalam tahap pengawasan. Didalam

mengawasi Perda Kabupaten Natuna Tahun 2014, ada 1 (satu) Perda yang

dianggap bermasalah yaitu Perda Kabupaten Natuna Nomor 15 Tahun 2014.

B. Saran – Saran

1. Saran terhadap Pengawasan Produk Hukum Kabupaten/Kota

Kepada Gubernur Kepulauan Riau diharapkan agar dapat

menambah jumlah anggaran dan jumlah pegawai khususnya dengan

pendidikan jurusan S.1 Hukum dan S.2 Hukum baik dalam penerimaan

CPNS ataupun Tenaga Harian Lepas dilingkungan Pemerintah Provinsi

Kepulauan Riau dan dapat menjalin kerjasama dengan akademisi karena

banyaknya jumlah Produk Hukum Se-Provinsi Kepri yang harus diawasi.

2. Saran terhadap Peraturan Daerah Kabupaten Natuna Nomor 15

Tahun 2014. Demi kepastian hukum, Gubernur Kepulauan Riau diharapkan segera

membatalkan Peraturan Daerah dimaksud dan melakukan komunikasi

politik lebih lanjut dengan Bupati Natuna, ketua dan anggota DPRD

Kabupaten Natuna, LSM dan tokoh masyarakat Kabupaten Natuna terkait

masalah Pencabutan Peraturan Daerah ini.

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-Buku

S. Prayudi Atmasudirjo, 1995, Hukum Administrasi Negara, Cetakan

Kesepuluh, GHalia Indonesia, Jakarta Sujamto, 1986. Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Ghalia Indonesia

(cetakan II), Jakarta Bagir Manan, 1974, Beberapa Hal di Sekitar Otonomi Daerah Sebagai Sistem

Penvelenggaraan Pemerintahan, Majalah Padjadjaran Jilid V, Bina Cipta, Bandung

Fathoni Abdurrahmat, 2006, Organisasi dan Manajemen, cetakan pertama,

Penerbit : Rineka Cipta, Jakarta Reksohadiprodjo, Sukanto, 2008, Dasar-dasar Manajemen, edisi keenam,

cetakan kelima, Penerbit : BPFE, Yogyakarta Amirullah dan Budiyono, Haris. 2004. Pengantar Manajemen. Yogyakarta:

Graha Ilmu. George R. Terry, 2006. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia).

PT. Bumi Aksara: Bandung Harahap, Sofyan S. 2004. Management Control System (Sistem Pengawasan

Manajemen). Jakarta: Pustaka Quantum Manullang, M. 2004. Dasar-Dasar Manajemen. Yogyakarta: Gajah Mada

University Press. Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Mufham, Al-Amin. 2006. Manajemen Pengawasan. Jakarta: penerbit Kalam Muchsan, SH. 2000. Sistem Pengawasan Terhadap Perbuatan Aparat

Pemerintah Dan Peradilan Tata Usaha Negara di Indonesia. Jogjakarta : Liberty

Sugiyono, 2008, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R& D, cetakan

keempat, Penerbit : Alfabeta, Bandung Syafiie, Inu Kencana. 2011. Manajemen Pemerintahan. Bandung. Pustaka

Rineka Cipta Syafrudin, Ateng. 1991. Titik Berat Otonomi Daerah Pada Daerah Tingkat II

Dan Pembangunannya. Jakarta : Rineka Cipta Maria Farida Indrati Soeprapto, 2002, Ilmu Perundang-undangan : Dasar-

dasar dan Pembentukannya, Yogyakarta, Kanisius Tim Kreatif. 2010. Sistem Informasi Pengawasan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah Secara Nasional. Jakarta : Teks Media Winardi. 2000. Manajer dan Manajemen. Bandung: Citra Aditya Bakti.

B. Sumber Lainnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-undangan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 01 2014 Tentang Pembentukan

Produk Hukum Daerah