42
Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu Kebul Bemisia tabaci Genn Pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum frutescens Linn Yuli Angreani G111 14 045 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2018

Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

Kebul Bemisia tabaci Genn Pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum

frutescens Linn

Yuli Angreani

G111 14 045

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 2: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

i

HALAMAN JUDUL

Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

Kebul Bemisia tabaci Genn Pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum

frutescens Linn

Oleh

YULI ANGREANI

G111 14 045

Laporan Praktik Lapang Dalam Mata Ajaran Minat Utama

Hama Tumbuhan

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

DEPARTEMEN HAMA DAN PENYAKIT TUMBUHAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2018

Page 3: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

ii

Page 4: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

iii

Page 5: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

serta yang Maha Pemberi Pertolongan kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan

kepada suri tauladan bagi umat sepanjang zaman nabi Muhammad SAW serta

keluarga dan sahabatnya, semoga kita semua tidak pernah jauh dari ajarannya.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan

sepenuhnya dari berbagai pihak, oleh karenan itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan terima kasih yang sebanyak banyaknya kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Ismail Tama, ibunda Rabania, dan

seluruh keluarga untuk kasih sayangnya serta doa restu dan dukungan

yang terasa begitu melimpah menyertai setiap langkah ananda.

2. Dr. Ir. A. Nasruddin, M.Sc dan Asman, SP., MP, selaku pembimbing yang

telah meluangkan waktu dan pikirannya dengan sabar menghadapi penulis sejak

dimulai penelitian hingga selesainya penulisan skripsi.

3. Prof. Dr. Ir. Nur Amin, Prof. Dr. Ir. Tutik Kuswinanti, M.Sc, dan Dr. Sri

Nur Aminah, SP., M.Si selaku penguji tugas akhir yang senantiasa memberikan

saran demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Andi Nurhawaidah, Herawati, Sri Amalia, Sarina, Faisal, Jusmawi, Kak

Awi, Kak Eka Ahwia, Dan seluruh teman-teman Agroteknologi 2014,

Eksoskeleton 14, Himpunan Mahasiswa Perlindungan Tanaman yang

mungkin tidak sempat saya sebutkan satu persatu atas motivasi, bantuan dan

waktunya yang membuat hari-hari dilingkungan kampus menjadi lebih hangat

untuk dinikmati bersama.

5. Nurul Annisa, Nurfadilah, SE. , Mamiek Muslikha, dan Makbul selaku

saudara dan sahabat yang senantiasa memberikan semangat dan dorongan buat

penulis. Semoga Allah SWT melimpahkan karunianya sehingga tugas akhir ini

bisa bermanfaat.

Makassar , Maret 2018

Yuli Angreani

Page 6: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

v

Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu Kebul

Bemisia tabaci Genn Pada Tanaman Cabai Rawit Capsicum Frutescens Linn

Yuli Angreani, A. Nasruddin, Asman

([email protected])

Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian,

Universitas Hasanuddin

Ringkasan

Cabai rawit merupakan salah satu tanaman hortikultura yang memiliki

nilai ekonomi tinggi. Kutu Kebul Bemisia tabaci merupakan hama penting pada

tanaman cabai rawit di Indonesia. Penggunaan varietas tahan dan sistem jarak

tanam merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi serangan B. tabaci. Tujuan

penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh varietas cabai dan jarak tanam

terhadap serangan B. tabaci pada tanaman cabai rawit. Penelitian ini dilaksanakan

di Teaching Farm Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin dari bulan Oktober

2017 – Februari 2018. Rancangan penelitian yang digunakan adalah petak terpisah

dengan 4 ulangan. Sebagai plot utama adalah varietas cabai rawit ( Anjasmara,

Bara, Dewata F1, Mahameru, dan Santika F1). Sebagai anak petak adalah jarak

tanam (70cm x 70cm dan 70cm x 35cm). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

pada interaksi antara varietas Bara dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm

menghasilkan populasi kutu kebul B. tabaci yang rendah dengan tingkat

kerusakan tanaman mencapai 4,3 %. Terjadi peningkatan kerusakan tanaman

akibat serangan dari kutu kebul B. tabaci seiring dengan bertambahnya umur

tanaman.

Kata Kunci : Kutu Kebul, Bemisia tabaci, cabai rawit, Capsicum frutescense L.,

Populasi

Page 7: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

vi

The effect of varieties and plant spacing Against the Tobacco

Whitefly Bemisia tabaci Genn on Chili Pepper Capsicum

frutescens Linn

Yuli Angreani, A.Nasruddin, Asman

([email protected])

Abstract

The chili pepper is a horticulture with a value high economic. The tobacco

whitefly Bemisia tabaci is an important insect affecting chili pepper production in

Indonesia. The use of resistant varieties and plant spacing’s are alternatives to

minimize damage caused by this pest. The study was designed to find out the

difference in performance among five selected chili pepper varieties against B.

tabaci and to assess the effect of plant spacing on B. tabaci population. The study

was conducted at Teaching Farm of Agriculture faculty, Hasanuddin University

from October 2017 to February 2018. Split plot designs with four replications

were used in this experiment. Varieties were used as main plots, while plant

spacing was used as subplots. The result showed that the Bara variety with the

plant spacing of 70 cm x 35 cm showed the least preferred by the B. tabaci

resulting of 4,3 % total damage.

Keywords: Tobacco whitefly, Bemisia tabaci, small pepper, Capsicum frutescense

L., Population

Page 8: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

vii

DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................ i

Halaman Pengesahan .................................................................................. ii

Kata Pengantar ............................................................................................ iv

Ringkasan ..................................................................................................... v

Daftar Isi ...................................................................................................... vii

Daftar Tabel ................................................................................................. ix

Daftar Gambar ............................................................................................ x

Daftar Lampiran ......................................................................................... xi

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ........................................................................... 1

1.2 Tujuan dan manfaat .................................................................... 3

1.3. Hipotesis ..................................................................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai Rawit ................................................................ 4

2.1.1 Klasifikasi Cabai Rawit .................................................. 4

2.1.2 Karakteristik Morfologi Cabai Rawit ............................. 4

2.2 Kutu Kebul ................................................................................. 8

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi Bemisia tabaci ...................... 8

2.2.2 Gejala Serangan .............................................................. 10

III. METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu ..................................................................... 12

3.2 Bahan dan Alat ........................................................................... 12

3.3 Metode Penelitian ....................................................................... 12

3.3.1 Rancangan Percobaan ..................................................... 12

3.3.2 Pengelolaan Lahan .......................................................... 12

3.3.3 Penentuan Sampel ........................................................... 13

3.3.4 Parameter Pengamatan .................................................... 14

Page 9: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

viii

IV. HASIL

4.1 Hasil ........................................................................................... 16

4.1.1 Rata – Rata Jumlah Telur ................................................ 16

4.1.2 Rata – Rata Jumlah Nimfa............................................... 17

4.1.3 Rata – Rata Jumlah Imago............................................... 18

4.1.4 Persentase Tingkat Kerusakan ......................................... 19

4.2 Pembahasan ................................................................................ 21

V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan ................................................................................. 23

5.2 Saran ........................................................................................... 23

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 24

LAMPIRAN ................................................................................................. 26

Page 10: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Rata – rata jumlah telur kutu kebul pada berbagai varietas dengan

perlakuan jarak tanam pada pengamatan setiap 3 hari (butir/tanaman) ............... 16

Tabel 2. Rata – rata jumlah imago kutu kebul pada berbagai varietas dengan

perlakuan jarak tanam pada pengamatan setiap hari 3 hari (ekor/tanaman) ........ 18

Page 11: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

x

DAFTAR GAMBAR

No. Hal

1. Jarak Tanam 70 cm x 70 cm ......................................................................... 13

2. Jarak Tanam 70 cm x 35 cm ......................................................................... 13

3. Rata – rata jumlah nimfa per tanaman pada berbagai varietas dan jarak

tanam pada pengamatan setiap 3 hari (ekor/tanaman) ................................... 17

4. Persentase Tingkat Kerusakan pada perlakuan varietas dan jarak tanam

(%) ................................................................................................................. 19

5. Persentase Tingkat Kerusakan pada Pengamatan 43 HST, 50 HST, 57

HST, 63 HST dan 70 HST ............................................................................ 20

Page 12: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

xi

DAFTAR LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1a. Rata – rata Jumlah Telur ...................................................... 26

Tabel Lampiran 1b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Telur ................................ 26

Tabel Lampiran 2a. Rata – rata Jumlah Nimfa .................................................... 27

Tabel Lampiran 2b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Nimfa .............................. 27

Tabel Lampiran 3a. Rata – rata Jumlah Imago .................................................... 28

Tabel Lampiran 3b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Imago .............................. 28

Tabel Lampiran 4a. Tingkat Kerusakan Tanaman ................................................ 29

Tabel Lampiran 4b. Sidik Ragam Tingkat Kerusakan .......................................... 29

Page 13: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman cabai merupakan salah satu sayuran buah yang memiliki peluang bisnis

yang baik. Besarnya kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri menjadikan cabai

sebagai komoditas menjanjikan. Permintaan cabai yang tinggi untuk kebutuhan bumbu

masakan, industri makanan, dan obat-obatan merupakan potensi untuk meraup

keuntungan. Tidak heran jika cabai merupakan komoditas hortikultura yang mengalami

fluktuasi harga paling tinggi di Indonesia (Nurfalach, 2010).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu tanaman hortikultura

dari famili Solanaceae yang memiliki nilai ekonomi tinggi (Cahyono, 2003). Cabai

rawit digunakan sebagai bumbu masakan dan bahan obat (Heyne, 1987). Kebutuhan

cabai rawit terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk dan kemajuan

teknologi (Herlinda dkk, 2007). Produksi cabai rawit Indonesia pada tahun 2014 dengan

luas 134.869 ha sebesar 869.938 ton atau 6,45 ton/ha, sedangkan cabai besar dengan

luas 120.847 ha sebesar 1.045.182 ton atau 8,65 ton/ha. Di Provinsi Sulawesi selatan,

produksi cabe rawit dengan produksi 23.781 ton atau 8,32 ton/ha (Direktorat Jenderal

Hortikultura, 2015). Produktivitas cabai tersebut masih rendah dibandingkan

potensinya. Potensi produktivitas cabai dapat mencapai 20 ton/ha (Syukur dkk., 2012).

Tantangan yang sering dihadapi petani dalam proses budidayanya yaitu serangan

hama dan penyakit disamping harga komoditi yang sangat fluktuatif. Banyak organisme

pengganggu tanaman (OPT) yang berasosiasi dengan tanaman cabai, baik yang bersifat

hama maupun penyakit. Hama-hama utama tanaman cabai antara lain : Kutu kebul,

Spodoptera sp, kutu daun, thrips (Wardani, 2006).

Page 14: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

2

Tanaman cabai yang terserang kutu kebul menunjukkan gejala batang mengalami

nekrosis yaitu matinya bagian batang tanaman cabai. Kerusakan pada tanaman

disebabkan oleh imago dan nimfa yang mengisap cairan yang ada pada batang tanaman,

berupa gejala nekrosis pada batang akibat rusaknya sel – sel dan jaringan pada batang.

Serangan kutu kebul juga dapat menyebabkan daun menggeriting. Daun tanaman cabai

berwarna hijau muda mencolok, pucuk menumpuk keriting diikuti dengan bentuk

helaian daun menyempit atau cekung, tanaman tumbuh tidak normal menjadi lebih

kerdil. Hal ini disebabkan nutrisi yang ada pada tanaman cabai dihisap oleh kutu kebul

untuk kelangsungan hidupnya (Supiana dan Iin, 2015). Diasumsikan bahwa varietas dan

jarak tanam cabai mempengaruhi populasi kutu kebul. Salah satu cara untuk mengetahui

populasi kutu kebul ialah dengan pengamatan langsung di lapangan.

Pengendalian secara terpadu dapat dilakukan dengan penggunaan varietas tahan,

pengendalian secara fisik, maupun mekanik, pemanfaatan musuh alami (predator,

parasitoid, dan entomopatogen) dan pengendalian kimia. Pengendalian menggunakan

varietas tahan menjadi salah satu alternatif untuk menghindari serangan hama kutu

kebul dan varietas yang beredar di pasaran antara lain Anjasmara, Bara, Dewata F1,

Mahameru, Santika F1. Dari varietas tersebut belum dievaluasi tingkat serangan hama

kutu kebul. Selain varietas, jarak tanam diduga juga berpengaruh terhadap pengendalian

populasi kutu kebul karena dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman cabai rawit.

Setiadi (2007) juga mengatakan bahwa cabai memerlukan jarak tanam yang tepat

sehingga penggunaan cahaya di awal pertumbuhan secara maksimum.

Berdasarkan penelitian sebelumnya Setiawati et al (2008) menyatakan bahwa

varietas cabai dan sistem tanam mempengaruhi kerusakan tanaman akibat serangan B.

tabaci. Hirano et al. (1993) juga melaporkan bahwa kualitas inang sangat

Page 15: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

3

mempengaruhi kelimpahan populasi B. tabaci. Oleh karena itu penulis terdorong untuk

melakukan penelitian “Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

Kebul (Bemisia tabaci Genn) Pada Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens Linn)

agar keberadaan hama ini dapat lebih diperhatikan dan segera dilakukan pengendalian.

1.2 Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengaruh berbagai varietas cabai rawit

dengan jarak tanam yang berbeda terhadap populasi kutu kebul Bemisia tabaci pada

tanaman cabai rawit.

Adapun manfaatnya sebagai bahan informasi untuk petani dalam mengendalikan

hama kutu kebul dengan varietas yang tahan dan penggunaan jarak tanam yang lebih

efektif.

1.3 Hipotesis

Dari interaksi beberapa varietas cabai rawit dan dua jenis jarak tanam terdapat

interaksi yang memiliki tingkat populasi kutu kebul B. tabaci yang rendah.

Page 16: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tanaman Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

2.1.1 Klasifikasi Cabai Rawit (Capsicum frutescens L.)

Tanaman cabai rawit (Capsicum frutescens L.) termasuk kedalam golongan

tanaman semusim atau tanaman berumur pendek yang tumbuh sebagai perdu atau

semak dengan tinggi mencapai 1,5 meter. Cabai rawit memiliki beberapa nama daerah

antara lain: di Sulawesi selatan sendiri menyebutnya lading dan lada. Dalam bahasa

bugis cabai rawit disebut ladangbiccu dan lading batoa. Sementara orang – orang

Makassar biasa menyebutnya lada atau lada biccere. Cabai rawit dikenal dengan nama

thai pepper (Tjandra, 2011). Klasifikasi cabai rawit yaitu, Kingdom: Plantae, Divisi:

magnoliophyta, Kelas: Magnoliopsida, Ordo: Solanales, Famili: Solanaceae, Genus:

Cpsicum, Spesies: Capsicum frutescens L (Simpson, 2010).

2.1.2 Karateristik Morfologi Cabai Rawit

Tanaman cabai rawit termasuk tanaman semusim yang tumbuh sebagai perdu

dengan tinggi tanaman mencapai 1,5 m. Tanaman dapat ditanam di lahan kering

(tegalan) dan di lahan basah (sawah). Kondisi lingkungan sangat berpengaruh terhadap

pertumbuhan dan produksi cabai rawit. Keadaan iklim dan tanah merupakan dua hal

pokok yang harus diperhatikan dalam menentukan lokasi penanaman cabai rawit

(Pijoto, 2003).

Menurut Hewindati, dkk., (2006), melaporkan bahwa batang tanaman cabai rawit

memiliki struktur yang keras dan berkayu, berwarna hijau gelap, berbentuk bulat, halus,

dan bercabang banyak. Percabangan terbentuk setelah batang tanaman mencapai

ketinggian berkisar 30 cm - 45 cm. Cabang tanaman beruas - ruas, setiap ruas ditumbuhi

Page 17: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

5

daun dan tunas/cabang. Batang utama dari tanaman cabai rawit berkisar antara 20 cm -

28 cm dan diameter batang antara 1,5 cm - 2,5 cm. Percabangan batang berwarna hijau

dengan panjang mencapai 5 cm - 7 cm serta diameter batang cabang dikotonom sekitar

0,5 cm - 1 cm. Bentuk percabangan menggarpu dengan posisi daun berselang - seling,

daun berbentuk hati, lonjong atau agak bulat telur.

Permukaan daun cabai berbentuk memanjang oval dengan ujung

meruncing/oblongus acutus, tulang daun berbentuk menyirip dilengkapi urat daun. Pada

permukaan daun bagian atas berwarna hijau tua, sedangkan pada bagian permukaan

bawah berwarna hijau muda. Panjang daun berkisar antara 9 cm - 15 cm dengan lebar

3,5 cm - 5 cm. Selain itu daun cabai rawit merupakan daun tunggal, bertangkai dengan

panjang 0,5 cm - 2,5 cm, letak tersebar. Pada helai daun berbentuk bulat telur sampai

elips, ujung runcing, pangkal runcing, tepi rata dan pertulangan daun menyirip

(Hewindati dkk., 2006).

Menurut Cahyono (2003) menyatakan bahwa bunga cabai rawit berbentuk seperti

terompet atau bintang dengan warna bunga umumnya putih, namun ada beberapa jenis

cabai yang memiliki warna bunga ungu. Buah cabai rawit berbentuk seperti kerucut

memanjang dan lurus. Bunga tanaman cabai rawit berada pada ketiak daun, dengan

mahkota berwarna putih. Penyerbukan bunga termasuk kedalam penyerbukan sendiri

(self pollinated crop) dapat juga terjadi secara silang dengan keberhasilan sekitar 56%.

Buah cabai rawit memiliki keanekaragaman dalam hal bentuk dan ukuran. Buah

cabai rawit dapat berbentuk bulat/pendek dengan ujung runcing atau berbentuk kerucut.

Ukuran buah bervariasi berdasarkan pada jenisnya. Pada cabai rawit kecil mempunyai

ukuran antara 2 cm - 2,5 cm dan lebar 5 mm sedangkan cabai rawit yang cenderung

besar memiliki ukuran panjang mencapai 3,5 cm dan lebar mencapai 12 mm. Bagian

Page 18: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

6

ujung buah meruncing, mempunyai permukaan yang licin dan mengkilap, posisi buah

menggantung pada cabang tanaman. Buah cabai rawit mempunyai bentuk dan warna

yang beragam, namun setelah masak besar berwarna merah (Cahyono, 2003).

Secara umum varietas cabai rawit dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok

besar yaitu cabai rawit kecil, cabai rawit hijau, dan cabai rawit putih. Cabai rawit kecil

sesuai dengan namanya mempunyai ukuran kecil dan pendek yaitu hanya sekitar 1-2

cm. meskipun ukurannya paling kecil, rasa cabai ini paling pedas diantara jenis jenis

cabai rawit lainnya. Cabai rawit hijau memiliki panjang sekitar 3-4 cm. ukuran buah ini

agak gemuk, rasanya pedas, tetapi tidak sepedas cabai rawit kecil. Cabai rawit putih

memiliki ukuran buah yang hamper sama dengan cabai rawit hijau (Tjandra, 2011).

Cabai rawit memiliki beberapa macam varietas diantaranya Anjasmara, bara, dewata

F1, Mahameru, santika F1 dan lain – lain.

A. Anjasmara

Anjasmara merupakan cabai rawit untuk dataran rendah hingga dataran

menengah, batang memiliki banyak percabangan. Produktivitas cabai ini tergolong

tinggi. Buah berwarna putih kehijauan, orange, kemudian merah. Tinggi tanaman

sekitar 90 – 115 cm dengan panjang buah 5 - 6 cm diameter 0,9 – 1,2 cm berat 0,8 – 1,1

gr. Buah merunduk tahan terhadap virus, dapat dipanen 110 – 130 HST. Potensi buah

pertanaman 1 – 1,3 kg/tanaman.

B. Bara

Bara merupakan jenis kultivar cabai rawit yang mempunyai adaptasi yang luas,

bisa ditanam di dataran rendah hingga dataran tinggi, batang tanaman tegak dengan

banyak cabang. Warna buah hijau mudah mengkilap, ketika matang berwarna merah

mengkilap. Panjang buah 3-4 cm dan bentuk buah ramping dan melancip di ujung buah.

Page 19: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

7

Dapat dipanen pada umur 115 hari setelah penanaman. Potensi produksi pertanaman

adalah 400 – 500 g.

C. Dewata F1

Dewata F1 merupakan cabai rawit untuk dataran rendah dengan umur panen 65

– 75 hari setelah tanam. Buah tegak bermunculan dari permukaan tajuk sehingga

memudahkan pemanenan. Warna buah hijau agak keputihan dan warna merah

mengkilap jika sudah matang. Bobot per Buah 2 – 4 g dan potensi hasil 10 – 12 ton/ha.

D. Mahameru

Mahameru merupakan cabai rawit yang bukan berasal dari jeins hibrida. Cabai

ini untuk dataran rendah hinggah dataran menengah. Buah muda berwarna putih dan

buah masak berwarna merah. Pertumbuhan tanaman tegak dengan membentuk banyak

peercabangan. Buah lebat dengan panjang buah 3,4 – 4 cm dengan diameter 1,2 cm.

E. Santika F1

Santika F1 merupakan cabai rawit hibrida untuk dataran rendah hingga dataran

tinggi , tipe tanaman menyebar dan tingginya sedang, toleran terhadap iklim panas dan

tahan layu bakteri. Buah gemuk melancip 3,5 x 1 cm, pedas, warna buah hijau

kemudian merah tua dan mengkilap. Mulai panen umur 80 – 85 HST, dengan potensi

hasil 0,45 – 0,65 kg/tanaman, 8 – 12 ton/ha.

Pada umumnya produksi setiap satuan luas tercapai dengan populasi tinggi,

karena tercapainya penggunaan cahaya secara maksimum di awal pertumbuhan. Pada

akhirnya penampilan masing – masing tanaman secara individu menurun karena

persaingan untuk cahaya dan faktor pertumbuhan lain. Tanaman memberikan respon

dengan mengurangi ukuran baik pada seluruh tanaman maupun pada bagian – bagian

tertentu (Setiadi, 2007).

Page 20: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

8

Apabila jarak tanam terlalu rapat maka penampilan masing – masing tanaman

secara individu menurun karena persaingan untuk cahaya dan faktor lainnya. Kerapatan

tanaman persatuan luas juga akan mengakibatkan perubahan iklim, mikro yang dapat

mempengaruhi pertumbuhan dan hasil tanaman cabai rawit (Setiadi, 2007).

2.2 Kutu kebul

Kutu kebul Bemisia tabaci pertama kali ditemukan sebagai hama tanaman

tembakau pada tahun 1889, di Yunani (Hirano et al., 2007). B. tabaci juga mampu

membentuk biotip baru dan menyebarkan virus (Henneberry & Castel, 2001). Saat ini

telah tercatat 24 biotip B. tabaci yang tersebar di dunia (Carabali et al., 2007). B. tabaci

memiliki penyebaran yang luas, di Asia tercatat B. tabaci tersebar di 37 negara, Afrika

39 negara, Eropa 26 negara, Amerika 30 negara dan Oceania 14 negara (Deptan,

2007b).

Kutu kebul merupakan hama yang sangat polifag menyerang berbagai jenis

tanaman, antara lain tanaman hias, sayuran, buah-buahan maupun tumbuhan liar atau

gulma. Hama ini tersebar sangat luas di seluruh dunia, baik di daerah tropis atau

subtropis. Di Afrika, India, dan Amerika Selatan dikenal sebagai vektor penyakit pada

kapas (Suharto, 2007).

2.2.1 Klasifikasi dan Morfologi B. tabaci Genn.

Klasifikasi B. tabaci Kingdom: Animalia, Phylum: Arthropoda, Kelas: Insekta,

Ordo: Hemiptera, Famili: Aleyrodidae, Genus: Bemisia, Spesies: Bemisia tabaci Genn

(Hidayat et al., 2004). Morfologi dari serangga ini adalah sebagai berikut:

a. Stadia Telur

Telur yang baru diletakkan berwarna putih mutiara dan berubah kecoklatan

menjelang menetas. Telur akan menetas setelah 5 hari diletakkan dengan kisaran suhu

Page 21: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

9

32,5 0C, sedangkan pada suhu 17

0C telur menetas setelah 23 hari. Telur diletakkan di

bawah permukaan daun pucuk pada pukul 08.00 - 12.00 (Henneberry and Castle, 2001).

Imago dapat meletakkan telur sebanyak 28 - 300 butir telur, tergantung inang dan suhu

(Mau and Kessing, 2007). Pada tanaman kapas dengan kisaran suhu 9,4 - 42 0C imago

menghasilkan 28 - 160 butir telur, pada tembakau dengan suhu 9,4 - 34,4 0C

menghasilkan 44 - 47 butir telur, sedangkan pada tanaman kentang dengan suhu 31,9 -

38,0 0C mampu menghasilkan 38 - 394 butir telur (Henneberry and Castle, 2001).

b. Stadia Nimfa

Nimfa yang baru menetas berukuran 0,3 mm, nimfa instar ke - 1 berbentuk bulat

telur dan pipih, berwarna kuning kehijauan, dan bertungkai yang berfungsi untuk

merangkak. Nimfa instar ke - 2 sampai ke - 4 tidak bertungkai dan berukuran 0,4 - 0,8

mm (Hirano et al., 2007).

Nimfa terdiri dari 4 instar, masa instar pertama 3 - 5 hari, instar ke - II 2 - 6 hari,

instar ke - III 2 - 4 hari dan stadia terakhir 2 - 5 hari (Henneberry & Castle, 2001). Total

masa nimfa 2 - 4 minggu (Mau & Kessing, 2004). Selama masa pertumbuhan nimfa

hanya berada di daun (Hirano et al., 1993). Setelah menusuk daun, nimfa akan

berpindah tempat. Nimfa aktif makan pada instar 1 - 3 (Bohmflak et al., 2007).

c. Stadia Imago

Imago berukuran ± 1 mm dengan sayap berwarna putih dan ditutupi tepung

seperti lilin (Hirano et al., 2007). Imago yang berumur 1 - 4 hari dapat langsung

menghasilkan telur tanpa melakukan perkawinan (Sanderson, 2008). Serangga ini

bersifat parthenogenesis, telur yang tidak dibuahi akan menghasilkan turunan jantan

(Henneberry and Castle, 2001). Imago betina mampu menghasilkan 7 butir telur/ hari

(Bohmflak et al., 2007). Umur imago betina lebih panjang daripada imago jantan.

Page 22: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

10

Betina berumur 13 - 62 hari dan jantan 4 - 12 hari, pada suhu 14 - 32 0C (Henneberry

and Castle, 2001). Imago aktif antara pukul 06.00 - 10.00. Waktu terbang maksimum

pada pukul 06.00 - 10.00. Imago jantan mampu terbang lebih lama dibandingkan betina

(Henneberry and Castle, 2001).

Imago akan berpindah setiap 48 jam sekali. Perilaku terbang B. tabaci terbagi

dua, yaitu terbang jarak jauh (long flight distance) dan terbang jarak dekat (short flight

distance). Terbang jarak dekat imago hanya terbang di bawah kanopi tanaman

sedangkan terbang jarak jauh bila terbang dari satu tanaman ke tanaman lain (Carabali

et al., 2007). Kemampuan terbang imago kurang dari 4,6 m (Mau and Kessing, 2004)

dengan ketinggian kurang dari 4 m. Angin dapat membantu penyebaran B. tabaci secara

pasif (Deptan, 2007b).

Hirano et al. (1993) melaporkan bahwa kualitas inang sangat mempengaruhi

kelimpahan populasi B. tabaci. Karakteristik fisik yang mempengaruhi ketertarikan B.

tabaci adalah rambut daun, tebal daun, dan bentuk daun, sedangkan karakteristik kimia

adalah pH dan cairan daun (Berlinger,1986). Kruger (2001) menyebutkan bahwa B.

tabaci yang dipaparkan pada berbagai varietas tanaman mempunyai kontribusi dalam

penekanan populasi B. tabaci dalam sistem PHT.

2.2.2 Gejala Serangan

Serangan yang disebabkan oleh B. tabaci dibagi atas 3 tipe: (1) kerusakan

langsung, (2) kerusakan tidak langsung, dan (3) penularan virus (Berlinger, 1986).

Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang menghisap

cairan daun (Deptan, 2007a) mengakibatkan daun tanaman mengalami klorosis, layu,

gugur daun dan mati (Mau and Kessing, 2007).

Page 23: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

11

Helai daun yang mengalami vein clearing mulai dari daun pucuk berkembang

menjadi warna kuning yang jelas, tulang daun menebal dan daun menggulung ke atas

(cupping). Infeksi lanjut mengakibatkan daun mengecil dan berwarna kuning terang

tanaman kerdil dan tidak berubah (Deptan, 2007a). Bemisia tabaci menghasilkan

ekskresi berupa madu yang merupakan media yang baik untuk pertumbuhan embun

jelaga yang berwarna hitam (Cladosporium sp. dan Alternaria sp.) menyebabkan proses

fotosintesis tidak berjalan dengan normal. Imago betina B. tabaci menghasilkan embun

jelaga yang lebih banyak selama siklus hidup mereka.

Proses makan imago dan nimfa B. tabaci sangat berbahaya pada tanaman karena

dapat bertindak sebagai vektor virus. B. tabaci menularkan Geminivirus secara persisten

yaitu sekali makan pada tanaman yang mengandung virus, selamanya sampai mati dapat

ditularkan (Deptan, 2007a).

Kerusakan langsung pada tanaman disebabkan oleh imago dan nimfa yang

mengisap cairan daun, berupa gejala becak nekrotik pada daun akibat rusaknya sel - sel

dan jaringan daun. Ekskresi kutu putih menghasilkan madu yang merupakan media

yang baik untuk tempat tumbuhnya embun jelaga yang berwarna hitam. Hal ini

menyebabkan proses fotosintesa tidak berlangsung normal. Selain kerusakan langsung

oleh isapan imago dan nimfa, kutu putih sangat berbahaya karena dapat bertindak

sebagai vektor virus. Yang dapat menyebabkan kehilangan hasil sekitar 20 - 100 %.

Sampai saat ini tercatat 60 jenis virus yang ditularkan oleh kutu putih antara lain :

Geminivirus, Closterovirus, Nepovirus, Carlavirus, Potyvirus, Rod-shape DNA Virus

(Deptan, 2007b). Setiawati, W. et al (2008) menjelaskan bahwa varietas cabai yang

digunakan dan sistem tanam mempengaruhi kerusakan tanaman akibat serangan B.

tabaci.

Page 24: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

12

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Teaching Farm Fakultas Pertanian, Universitas

Hasanuddin, Makassar pada bulan Oktober 2017 sampai Februari 2018.

3.2 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah pupuk kandang, tanaman cabai rawit varietas

Anjasmara, varietas Bara, varietas Mahameru, varietas Santika F1, dan varietas Dewata

F1 yang diperoleh dari toko tani.

Alat yang digunakan adalah alat tulis menulis (ATK), kaca pembesar, meteran,

cangkul, sekop, patok, tali.

3.3 Metode Penelitian

3.3.1 Rancangan Percobaan

Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan petak terpisah (RPT) dengan

empat ulangan . Perlakuan yang digunakan sebagai petak utama adalah varietas cabai

merah yaitu Anjasmara, Bara, Mahameru, Santika F1, dan Dewata F1 sedangkan

sebagai anak petak adalah jarak tanam 70 cm x 70 cm dan jarak tanam 70 cm x 35 cm.

Setiap petakan terdapat dua baris tanaman dengan jumlah 10 tanaman panjang baris 7

m. Bedengan dibuat dalam bentuk petakan sebanyak 40 buah dengan ukuran 1 m x 7 m,

jarak antara bedengan 50 cm.

3.3.2 Pengelolaan Lahan

Bedengan yang akan digunakan untuk penanaman benih cabe diolah dengan

menggunakan traktor dan dicangkul sedalam 20 – 30 cm. Media tanam terdiri dari tanah

dicampur dengan pupuk kandang (1:1). Ukuran bedengan yang akan digunakan adalah

Page 25: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

13

7 m x 1 m dengan ketinggian 30 cm untuk menghindari genangan air. Proses

Penyemaian dilakukan selama 30 hari kemudian dipindahkan pada bedengan yang

tersedia. Penyiraman dilakukan setiap pagi dan sore hari. Penyiangan dilakukan pada

setiap dua minggu sekali dengan cara membersihkan rumput dari bedengan.

3.3.3 Penentuan Sampel

Penentuan sampel tanaman cabai dilakukan dengan pola seperti gambar (1) dan

(2) sebanyak 5 tanaman setiap bedengan.

Gambar 1. Jarak Tanam 70 cm x 70 cm

Gambar 2. Jarak Tanam 70 cm x 35 cm

Keterangan :

1 = Varietas Anjasmara, 2 = Varietas Bara, 3 = Varietas Dewata F1, 4 = Varietas

Mahameru, 5 = Varietas Santika F1

Perlakuannya adalah sebagai berikut :

Petak Utama :

V1 = Varietas Anjasmara

V2 = Varietas Bara

V3 = Varietas Dewata F1

V4 = Varietas Mahameru

V5 = Varietas Santika F1

Page 26: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

14

Anak Petak :

T1 = Jarak tanam 70 cm x 70 cm

T2 = Jarak tanam 70 cm x 35 cm

3.3.4 Parameter Pengamatan

Pengamatan dilakukan melalui dua tahap yaitu pertama pengamatan gejala

serangan pada seluruh daun tanaman; kedua pengamatan populasi kutu kebul Bemisia

tabaci pada tanaman sampel.

Pengamatan dilakukan setiap tiga hari sekali dan dimulai 40 hari setelah tanam

(HST). Pada tanaman sampel dinilai luas kerusakannya. Nilai (skor) kerusakan (v)

berdasarkan luas daun seluruh tanaman yang terserang, yaitu :

0 = tidak ada kerusakan sama sekali

1 = luas kerusakan > 0 – 25 %

3 = luas kerusakan > 25 – 50 %

5 = luas kerusakan > 50 - 75 %

7 = luas kerusakan > 75 – 90 %

9 = luas kerusakan > 90 – 100 %

Kerusakan tanaman cabai akibat serangan B. Tabaci dihitung dengan rumus :

P = ∑

x 100 %

P = tingkat kerusakan tanaman (%)

n = jumlah tanaman yang memiliki nilai v yang sama

Z = nilai kategori serangan tertinggi

N = jumlah tanaman yang diamati

Adapun cara untuk menghitung jumlah telur, nimfa, dan imago kutu kebul ialah

dengan mengamati tiga daun muda dan tiga daun tua dari tanaman sampel

Page 27: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

15

menggunakan kaca pembesar. Populasi kutu kebul dihitung secara manual kemudian

dicatat.

Data pengamatan dianalisis dengan sidik ragam dan uji Beda Nyata Terkecil

pada taraf 5 %.

Page 28: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Rata – Rata Jumlah Telur

Data Pengamatan jumlah telur kutu kebul dan sidik ragamnya (Lampiran Tabel 1a

dan 1b) menunjukkan bahwa perlakuan varietas cabai rawit serta interaksinya

berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata. Rata –

rata jumlah telur kutu kebul pada berbagai varietas cabai rawit pada perlakuan jarak

tanam pada pengamatan setiap 3 hari dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata – rata jumlah telur kutu kebul pada berbagai varietas dengan perlakuan

jarak tanam pada pengamatan setiap 3 hari (butir/tanaman)

Jarak Tanam

Varietas Rata -

rata Anjasmara

(V1)

Bara

(V2)

Dewata

F1(V3)

Mahameru

(V4)

Santika

F1 (V5)

70 cm x 70 cm

(T1) 4.30 2.60 3.25 3.80 3.55 3.50

70 cm x 35 cm

(T2) 5.95 2.05 2.50 6.50 3.75 4.15

Rata - rata 5.13a 2.33b 2.88b 5.15a 3.65b

NP BNT 0.05 0.79

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf berbeda nyata pada taraf uji lanjut

BNT0,05

Berdasarkan uji BNT pada taraf 0,05 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

perlakuan varietas Mahameru (V4) menghasilkan rata – rata jumlah telur tertinggi yaitu

5,15 butir/tanaman dan berbeda nyata dengan varietas Anjasmara (V1) dengan 5,13

butir/tanaman , Varietas Santika F1 (V5) dengan 3,65 butir/tanaman, Varietas Dewata

F1 (V3) dengan 2,88 butir/tanaman, dan Varietas Bara dengan 2,33 butir/tanaman. Pada

perlakuan jarak tanam menghasilkan rata – rata jumlah telur tertinggi yaitu jarak tanam

Page 29: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

17

70 cm x 35 cm (T2) yaitu 4,15 butir/tanaman dan berbeda nyata dengan jarak tanam 70

cm x 70 cm (T1) yaitu 3,50 butir/tanaman.

4.1.2 Rata – Rata Jumlah Nimfa

Hasil Pengamatan dan sidik ragam jumlah nimfa pada (Lampiran Tabel 2a dan

2b) menunjukkan bahwa perlakuan varietas cabai rawit, perlakuan jarak tanam dan

interaksinya berpengaruh tidak nyata. Rata – rata jumlah nimfa per tanaman pada

berbagai varietas pada perlakuan jarak tanam pada pengamatan setiap 3 hari dapat

dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Rata – rata jumlah nimfa per tanaman pada perlakuan berbagai varietas dan

jarak tanam pada pengamatan setiap 3 hari (ekor/tanaman)

Pada Gambar 3. menunjukkan bahwa rata – rata jumlah nimfa terendah terdapat

pada varietas Bara (V2) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 1,05

ekor/tanaman dibandingkan dengan varietas Bara (V2) dengan jarak tanam 70 cm x 70

cm (T1) yaitu 1,20 ekor/tanaman, varietas Santika F1 (V5) dengan jarak tanam 70 cm x

70 cm (T1) yaitu 1,30 ekor/tanaman, varietas Dewata F1 (V3) dengan jarak tanam 70

cm x 70 cm (T1) 1,35 ekor/tanaman, varietas Dewata F1 (V3) dengan jarak tanam 70

2.30b

1.20b 1.35b

2.55a

1.30b

2.80a

1.05b

1.40b

2.10b

1.75b

0.00

0.50

1.00

1.50

2.00

2.50

3.00

3.50

V1 = Var.Anjasmara

V2 = Var. Bara V3 = Var.Dewata F1

V4 = Var.Mahameru

V5 = Var.Santika F1

Rat

a -

rata

Ju

mla

h N

imfa

T1 = Jarak Tanam 70 cm x 70 cm T2 = Jarak Tanam 70 cm x 35 cm

Page 30: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

18

cm x 35 cm (T2) yaitu 1,40 ekor/tanaman, Santika F1 (V5) dengan jarak tanam 70 cm x

35 cm (T2) yaitu 1,75 ekor/tanaman, Mahameru (V4) dengan jarak tanam 70 cm x 35

cm (T2) yaitu 2,10 ekor/tanaman, Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm

(T1) yaitu 2,30 ekor/tanaman, Mahameru (V4) dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1)

yaitu 2,55 ekor/tanaman, Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu

2,80 ekor/tanaman.

4.1.3 Rata – Rata Jumlah Imago

Hasil Pengamatan jumlah imago kutu kebul dan sidik ragamnya (Lampiran Tabel

3a dan 3b) menunjukkan bahwa perlakuan varietas cabai rawit serta interaksinya

berpengaruh nyata, sedangkan perlakuan jarak tanam tidak berpengaruh nyata. Rata –

rata jumlah imago kutu kebul pada berbagai varietas cabai rawit pada perlakuan jarak

tanam pada pengamatan setiap 3 hari dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata – rata jumlah imago kutu kebul pada berbagai varietas dengan perlakuan

jarak tanam pada pengamatan setiap 3 hari (ekor/tanaman)

Jarak Tanam Varietas

Rata – rata V1 V2 V3 V4 V5

T1 0.80 0.60 0.65 0.60 0.65 0.66

T2 0.65 0.70 0.60 0.80 0.80 0.71

Rata - rata 0.73a 0.65b 0.63b 0.70a 0.73a

NP BNT 0.05 0.09

Keterangan : Angka - angka yang diikuti huruf berbeda nyata pada taraf uji lanjut

BNT0,05

Berdasarkan uji BNT pada taraf 0,05 pada Tabel 2 menunjukkan bahwa

perlakuan varietas Anjasmara (V1) menghasilkan rata – rata jumlah imago tertinggi

yaitu 0.73 ekor/tanaman dan berbeda nyata dengan varietas Santika F1 (V5) dengan

0.73 ekor/tanaman, varietas Mahameru (V4) dengan 0.70 ekor/tanaman , varietas Bara

dengan 0.65 ekor/tanaman, varietas Dewata F1 (V3) dengan 0.63 ekor/tanaman, dan.

Page 31: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

19

Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan rata – rata jumlah telur tertinggi yaitu jarak

tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 0.71 ekor/tanaman dan tidak berpengaruh nyata dengan

jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 0.66 ekor/tanaman.

4.1.4 Persentase Tingkat Kerusakan

Hasil pengamatan dan sidik ragam persentase tingkat kerusakaan tanaman cabai

rawit (Lampiran 4a dan 4b) menunjukkan bahwa perlakuan varietas cabai rawit

berpengaruh sangat nyata sedangkan perlakuan jarak tanam dan interaksinya tidak

berpengaruh nyata. Persentase tingkat kerusakan tanaman berbagai varietas pada

perlakuan jarak tanam dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Persentase tingkat kerusakan pada perlakuan varietas dan jarak tanam

Dari Gambar 4. menunjukkan bahwa pada tingkat kerusakan tertinggi terdapat

pada varietas Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 19,8 %

dan tingkat kerusakan terendah terdapat pada varietas Bara (V2) dengan jarak tanam 70

cm x 70 cm (T1) yaitu 4,3 %, sedangkan Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x

35 cm (T1) yaitu 16,0 %, Mahameru (V4) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu

11,8 %, Mahameru (V4) dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 11,8 %, varietas

19.8

16.0

4.3 4.3

11.3

7.0 11.8 11.8

6.0 4.5

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

T1 = Jarak Tanam 70 cm x 70 cm T2 = Jarak Tanam 70 cm x 35 cm

tin

gkat

ke

rusa

kan

(%

)

V1 = Varietas Anjasmara V2 = Varietas Bara

V3 = Varietas Dewata F1 V4 = Varietas Mahameru

V5 = Varietas Santika F1

Page 32: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

20

Dewata F1 (V3) dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 11,3 %, varietas Dewata

F1 (V3) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 7,0 %, varietas Santika F1 (V5)

dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 6,0 %, Santika F1 (V5) dengan jarak

tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 4,5 %, varietas Bara (V2) dengan jarak tanam 70 cm x

35 cm (T2) yaitu 4,3 %.

Gambar 6. Persentase tingkat kerusakan pada pengamatan 43 HST, 50 HST, 57 HST, 63

HST, Dan 70 HST.

Grafik pada Gambar 6. menunjukkan bahwa kerusakan tertinggi terjadi pada

pengamatan 70 HST yaitu Perlakuan Varietas Mahameru dengan jarak tanam 70 cm x

70 cm (T1V1) dan Terendah pada 43 HST yaitu Varietas Bara dengan jarak tanam 70

cm x 35 cm. Terjadi peningkatan tingkat kerusakan dari pengamatan 43 HST (Hari

Setelah Tanam) sampai dengan 70 HST (Hari Setelah Tanam).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

43 HST 50 HST 57 HST 63 HST 70 HST

T1V1 T1V2 T1V3 T1V4 T1V5

T2V1 T2V2 T2V3 T2V4 T2V5

Page 33: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

21

4.2 Pembahasan

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa perlakuan varietas Mahameru (V4)

menghasilkan rata – rata jumlah telur tertinggi yaitu 5,15 butir/tanaman dan berbeda

nyata dengan varietas Anjasmara (V1) dengan 5,13 butir/tanaman , Varietas Santika F1

(V5) dengan 3,65 butir/tanaman, Varietas Dewata F1 (V3) dengan 2,88 butir/tanaman,

dan Varietas Bara dengan 2,33 butir/tanaman. Pada perlakuan jarak tanam

menghasilkan rata – rata jumlah telur tertinggi yaitu jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2)

yaitu 4,15 butir/tanaman dan berbeda nyata dengan jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1)

yaitu 3,50 butir/tanaman. Tingginya rata – rata jumlah telur pada varietas Mahameru

terkait dengan jenis varietas yang memiliki tingkat ketahanan terhadap serangan kutu

kebul. Hal ini sesuai dengan pendapat Hirano et al. (1993) melaporkan bahwa kualitas

inang sangat mempengaruhi kelimpahan populasi B. tabaci.

Parameter jumlah nimfa menunjukkan bahwa rata – rata jumlah nimfa terendah

terdapat pada varietas Bara (V2) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 1,05

ekor/tanaman dan tertinggi adalah Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm

(T2) yaitu 2,80 ekor/tanaman. Varietas yang berbeda mempengaruhi fisik dari masing

masing tanaman sehingga juga memberikan pengaruh terhadap ketertarikan kutu kebul

untuk berkembang. Hal ini sesuai dengan pendapat Berlinger (1986) menyatakan bahwa

karakteristik fisik yang mempengaruhi ketertarikan B. tabaci adalah rambut daun, tebal

daun, dan bentuk daun, sedangkan karakteristik kimia adalah pH dan cairan daun.

Pada Parameter jumlah imago menunjukkan bahwa perlakuan varietas

Anjasmara (V1) menghasilkan rata – rata jumlah imago tertinggi yaitu 0.73

ekor/tanaman dan berbeda nyata dengan varietas Santika F1 (V5) dengan 0.73

ekor/tanaman, varietas Mahameru (V4) dengan 0.70 ekor/tanaman , varietas Bara

Page 34: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

22

dengan 0.65 ekor/tanaman, varietas Dewata F1 (V3) dengan 0.63 ekor/tanaman, dan.

Pada perlakuan jarak tanam menghasilkan rata – rata jumlah imago tertinggi yaitu jarak

tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 0.71 ekor/tanaman dan tidak berpengaruh nyata dengan

jarak tanam 70 cm x 70 cm (T1) yaitu 0.66 ekor/tanaman. Tingginya rata – rata jumlah

imago pada varietas Anjasmara terkait dengan jenis varietas yang memiliki tingkat

ketahanan terhadap serangan kutu kebul. Hal ini sesuai dengan pendapat Kruger (2001)

bahwa B. tabaci yang dipaparkan pada berbagai varietas tanaman mempunyai

kontribusi dalam penekanan populasi B. tabaci dalam sistem PHT.

Dari data pengamatan tingkat kerusakan menunjukkan bahwa pada tingkat

kerusakan tertinggi terdapat pada varietas Anjasmara (V1) dengan jarak tanam 70 cm x

70 cm (T1) yaitu 19,8 % dan tingkat kerusakan terendah terdapat pada varietas Bara

(V2) dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm (T2) yaitu 4,3 %. Beberapa faktor yang

menyebabkan tingginya tingkat kerusakan pada tanaman cabai rawit diantaranya adalah

penggunaan varietas dan jarak tanam. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiawati, W. et al

(2008) bahwa varietas cabai yang digunakan dan sistem tanam mempengaruhi

kerusakan tanaman akibat serangan B. tabaci.

Dari hasil pengamatan dan penelitian sebelumnya dapat diketahui bahwa kutu

kebul mneyerang pada stadia nimfa dan imago. Hasil pengamatan tingkat kerusakan

juga menunjukkan bahwa terjadi peningkatan populasi tingkat kerusakan dari

pengamatan 43 HST (Hari Setelah Tanam) sampai dengan 70 HST (Hari Setelah

Tanam). Hal ini sesuai dengan pendapat Hirano et al. (1993) bahwa ada budidaya

kedelai, penanaman satu jenis tanaman secara luas dan terus menerus pada suatu

lahan/tempat yang sama akan mengakibatkan serangan B. tabaci meningkat secara

cepat.

Page 35: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

23

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Populasi telur kutu kebul Bemisia tabaci terendah adalah Varietas Bara dan

tertinggi adalah Mahameru. Populasi nimfa kutu kebul B. tabaci terendah adalah

varietas Bara dan tertinggi adalah Anjasmara. Populasi imago kutu kebul B.

tabaci terendah adalah Dewata F1 dan tertinggi adalah Anjasmara.

2. Pada interaksi antara varietas Bara dengan jarak tanam 70 cm x 35 cm

menunjukkan tingkat populasi kutu kebul B. tabaci yang terendah dengan

tingkat kerusakan tanaman mencapai 4,3 %.

3. Terjadi peningkatan kerusakan tanaman akibat serangan dari kutu kebul B.

tabaci seiring dengan bertambahnya umur tanaman.

5.2 Saran

Perlakuan varietas Bara pada jarak tanam 70 cm x 35 cm memberikan hasil

terbaik dengan populasi kutu kebul B. tabaci terendah, dengan ini dapat disarankan

untuk diaplikasikan pada budidaya cabai dan diperlukan penelitian lanjut terkait

produksi berbagai varietas dengan jarak tanam berbeda.

Page 36: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

24

DAFTAR PUSTAKA

Berlinger. M.J. 1986. Host Plant Resistance to Bemisia tabaci. Agric,. Ecosytems

Environ. 17:69-82

Bohmflak GT, Friesbie, RE, Sterling WL, Metzer RB, Knutson AE. 2007.

Identification, biology and sampling of cotton insect. [Internet]. [Diunduh 2016

Okt 9]. Tersedia pada: http://extentopubs.tamu.edu/bulletins/b-933.html

Cahyono, B. 2003. Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius.p.28-32.

Carabali A, Belloti AC, Lerma JM., 2007. Adaptation of biotipe B of B. tabaci to

cassava. [Internet]. [Diunduh 2016 Okt 7]. Tersedia pada:

https://cgspace.cgiar.org/handle/10568/57887

Departemen Pertanian. 2007a. Statistik Pertanian. Pusat Data dan. Informasi

Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta.

Departemen Petanian. 2007b. Bemisia tabaci (Genn). Dalam: Nasution NR. 2010.

Pengaruh jenis perangkap sintetis untuk mengendalikan hama kutu putih

Bemisia tabaci Genn. (Homoptera: Aleyrodidae) pada tanaman tembakau Deli

(Nicotiana tabacum L.). [Skripsi]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Dian Supiana Nurtjahyani, Iin Murtini. 2015. Karakterisasi Tanaman Cabai Yang

Terserang Hama Kutu Kebul. University Research Colloquium.

Ditlinhor. 2015. Statistik Data Produksi dan Luas Panen cabai Besar dan Cabai Rawit.

http://www.pertanian.go.id/ap_pages/mod/datahorti (diakses 2 februari 2018).

Henneberry TJ, Castel SJ. 2001. Bemisia: pest status, economics, biology, and

population dynamics. Di dalam Harris KF, Smith OP, Duffus JE, editor. Virus-

insect-plant interactions. London: academic press. Hlm 247-278.

Herlinda, S., Mayasari. R., Adam, T dan Y.Pujiastuti. 2007. Populasi dan Serangan

Lalat Buah Bactrocera dorsalis serta Potensi parasitoidnya pada pertanaman

cabai (capsicum annum L. seminar nasional dan kongres ilmu pengetahuan

wilayah barat, diakses pada 2 februari 2018.

Hewindati, Yuni Tri et al. 2006. Hortikultura. Jakarta: Penerbit Universitas Terbuka.

Heyne, K. 1987. Tumbuhan Berguna Indonesia Jilid III. Jakarta: Yayasan Sarana Wana

Jaya.p.38-40

Hidayat, O. et al.. 2004. Kajian ciri morfologi dan molekuler kutu kebul (Homoptera :

Aleyrodidae) sebagai dasar pengendalian penyakit geminivirus pada tanaman

sayuran. http://www.ppm.ipb.ac,id/index.php.htm?view=abstrak/penelitian

Diakses Pada tanggal 25 Februari 2018

Page 37: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

25

Hirano K, Budiyanto E, Winami S. 1993. Biological characteristics and forecasting

outbreaks of the whitefly , Bemisia Tabaci, a vector of virus diesases in

soybean fields. http://www.agnet.org/library/itb/134.pdf.

Kruger. K. 2001. Whityfly Control: the Use of Intercropping with Different Tomato

Cultivar. Plan Protection. 58:7-8.

Mau, R.L.F. dan J.L.M. Kessing. 2007. Bemisia tabaci (Gennadius). Department of

Entomology Honolulu, Hawaihttp://www.extento.hawaii.edu/kbase/crop/

Type/b_tabaci.htm.Diakses Tanggal 29 mei 2017.

Nurfalach, D. R. 2010. Budidaya Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.) di

UPTD Perbibitan Tanaman Hortikultura Pakopen. Tugas Akhir.

Pitojo, S. 2003. Benih Cabai. Yogyakarta: Kanisius.p.23-24.

Rukmana, R.H 2002. Usaha Tani Cabai Rawit. Yogyakarta: Kanisius.p.31-33.

Sanderson, M. A. And R.a. Paul. 2008. Perennial Forages As Second Generation

Bioenergy Crop. Internasional Journal Of Molecular Science, 9, 768-788.

Setiawati, W. dan B. K. Udiarto. 2005. Pengelolaan Tanaman Terpadu pada Tanaman

Cabai Merah dalam Upaya Mengatasi Serangan Penyakit Virus Kuning.

Makalah disampaikan pada Pertemuan Apresiasi Penerapan Penganggulangan

Virus Cabai, Yogyakarta, 14-15 April 2005. 16 Hlm.

Simpson, M. G. 2010. Plant Sistematics. Elseveir, Burlington. USA. Inc. Publishers,

sunderland, Massachusetts, U.S.A.

Suharto, 2007. Pengenalan dan pengendalian Hama tanaman Pangan. Yogyakarta:

Kanisius.

Syukur, M., Sujiprihati, S., Koswara, J., dan Widodo, J. 2012. Ketahanan terhadap

Antraknosa yang Disebabkan oleh Colletotrichum acutatum pada Beberapa

Genotipe Cabai (Capsicum annuum L.) dan Korelasinya dengan Kandungan

Kapsaicin dan Peroksidase. Jurnal Agronomi Indonesia. 37 (3):233-239.

Tjandra, E., 2011. Panen Cabai Rawit di polybag. Cahaya Atma Pustaka. Yogyakarta

Wardani N. 2006. Keragaan hama/penyakit pada cabai merah di daerah dengan

ketinggian dan jenis tanah yang berbeda.

Page 38: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

26

LAMPIRAN

Tabel Lampiran 1a. Rata – rata Jumlah Telur

Petak Utama Anak Petak Kelompok Total

Rata -

rata (V) (T) I II III IV

V1 T1 6.60 5.00 1.80 3.80 17.20 4.30

T2 9.00 5.20 4.40 5.20 23.80 5.95

Sub total 15.6 10.2 6.2 9 41.00

V2 T1 0.60 2.20 3.80 3.80 10.40 2.60

T2 0.80 3.60 1.00 2.80 8.20 2.05

Sub total 1.4 5.8 4.8 6.6 18.60

V3 T1 2.00 5.00 2.00 4.00 13.00 3.25

T2 3.00 5.20 0.80 1.00 10.00 2.50

Sub total 5 10.2 2.8 5 23.00

V4 T1 4.60 4.40 2.40 3.80 15.20 3.80

T2 9.20 7.00 5.20 4.60 26.00 6.50

Sub total 13.8 11.4 7.6 8.4 41.20

V5 T1 4.80 5.20 2.40 1.80 14.20 3.55

T2 3.00 8.00 1.80 2.20 15.00 3.75

Sub total 7.8 13.2 4.2 4 29.20

Total 43.6 50.8 25.6 33 153.00 3.83

Tabel Lampiran 1b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Telur

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

0.05 0.01

Kelompok 3 37.37 12.46 3.08 3.49 5.95 tn

Petak Utama 4 53.03 13.26 3.28 3.26 5.41 *

Acak (A) 12 48.55 4.05

Anak Petak 1 4.23 4.23 3.08 4.54 8.68 tn

Interaksi 4 17.61 4.40 3.21 3.06 4.89 *

Acak (B) 15 20.59 1.37

Total 39 181.38 4.65

Page 39: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

27

Tabel Lampiran 2a. Rata – rata Jumlah Nimfa

Petak Utama Anak

Petak Kelompok

Total Rata -

rata (V) (T) I II III IV

V1 T1 2.80 2.40 1.60 2.40 9.20 2.30

T2 4.20 1.80 2.00 3.20 11.20 2.80

Sub total 7 4.2 3.6 5.6 20.40

V2 T1 0.60 1.20 1.80 1.20 4.80 1.20

T2 0.40 2.00 0.60 1.20 4.20 1.05

Sub total 1 3.2 2.4 2.4 9.00

V3 T1 0.60 1.60 1.00 2.20 5.40 1.35

T2 1.40 1.80 0.60 1.80 5.60 1.40

Sub total 2 3.4 1.6 4 11.00

V4 T1 3.60 2.60 1.60 2.40 10.20 2.55

T2 2.00 1.80 2.60 2.00 8.40 2.10

Sub total 5.6 4.4 4.2 4.4 18.60

V5 T1 2.00 1.80 0.80 0.60 5.20 1.30

T2 1.40 3.80 0.60 1.20 7.00 1.75

Sub total 3.4 5.6 1.4 1.8 12.20

Total 19 20.8 13.2 18.2 71.20 1.78

Tabel Lampiran 2b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Nimfa

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

0.05 0.01

Kelompok 3 3.27 1.09 1.28 3.49 5.95 tn

Petak

Utama 4 10.45 2.61 3.06 3.26 5.41 tn

Acak (A) 12 10.25 0.85

Anak Petak 1 0.44 0.44 1.00 4.54 8.68 tn

Interaksi 4 3.57 0.89 2.02 3.06 4.89 tn

Acak (B) 15 6.65 0.44

Total 39 34.63 0.89

Page 40: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

28

Tabel Lampiran 3a. Rata – rata Jumlah Imago

Petak

Utama

Anak

Petak Kelompok

Total Rata -

rata (V) (T) I II III IV

V1 T1 1.00 0.80 0.80 0.60 3.20 0.80

T2 0.80 0.60 0.60 0.60 2.60 0.65

Sub total 1.8 1.4 1.4 1.2 5.80

V2 T1 0.60 0.60 0.60 0.60 2.40 0.60

T2 0.60 0.60 0.60 1.00 2.80 0.70

Sub total 1.2 1.2 1.2 1.6 5.20

V3 T1 0.80 0.60 0.60 0.60 2.60 0.65

T2 0.60 0.60 0.60 0.60 2.40 0.60

Sub total 1.4 1.2 1.2 1.2 5.00

V4 T1 0.60 0.60 0.60 0.60 2.40 0.60

T2 0.80 0.80 0.80 0.80 3.20 0.80

Sub total 1.4 1.4 1.4 1.4 5.60

V5 T1 0.80 0.60 0.60 0.60 2.60 0.65

T2 0.60 0.80 0.60 0.80 2.80 0.70

Sub total 1.4 1.4 1.2 1.4 5.40

Total 7.2 6.6 6.4 6.8 27.00 0.68

Tabel Lampiran 3b. Sidik Ragam Rata – rata Jumlah Nimfa

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

0.05 0.01

kelompok 3 0.04 0.01 0.93 3.49 5.95 tn

petak utama 4 0.05 0.01 1.00 3.26 5.41 tn

acak (A) 12 0.15 0.01

anak petak 1 0.01 0.01 0.93 4.54 8.68 tn

interaksi 4 0.15 0.04 3.78 3.06 4.89 *

acak (B) 15 0.14 0.01

total 39 0.53 0.01

Page 41: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

29

Tabel Lampiran 4a. Tingkat Kerusakan Tanaman

Perlakuan Tingkat Kerusakan (%)

Jarak Tanam 70 cm x

70 cm

Anjasmara 19.8

Bara 4.3

Dewata F1 11.3

Mahameru 11.8

Santika F1 6.0

Jarak Tanam 70 cm x

35 cm

Anjasmara 16.0

Bara 4.3

Dewata F1 7.0

Mahameru 11.8

Santika F1 4.5

Tabel Lampiran 4b. Sidik Ragam Tingkat Kerusakan

SK DB JK KT F.HITUNG F.TABEL

0.05 0.01

Kelompok 3 425.63 141.88 1.16 3.49 5.95 tn

Petak Utama 4 6042.81 1510.70 12.39 3.26 5.41 **

Acak (A) 12 1463.44 121.95

Anak Petak 1 225.63 225.63 0.61 4.54 8.68 tn

Interaksi 4 204.06 51.02 0.14 3.06 4.89 tn

Acak (B) 15 5507.81 367.19

Total 39

355.63

Page 42: Pengaruh Varietas dan Jarak Tanam Terhadap Populasi Kutu

30

LAMPIRAN GAMBAR

VAR. ANJASMARA

VAR. BARA

VAR. DEWATA F1

VAR. MAHAMERU

VAR. SANTIKA F1

TELUR B. tabaci

NIMFA B. tabaci

IMAGO B. tabaci