22
PESTISIDA HAYATI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1.2 Pengendalian hayati merupakan salah satu komponen penting dalam Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Pengendalian hayati adalah pemanfaatan musuh alami untuk mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. Pengendalian hayati merupakan taktik pengelolaan hama yang dilakukan secara sengaja dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya sebagai pengendali hama bekerja secara tergantung kepadatan, sehingga keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan yang cocok bagi perkembangan musuh alami merupakan prasarat akan keberhasilan pengendalian hayati. Dalam pengendalian hayati terdapat penggunaan pestisida Hayati yang

agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

PESTISIDA HAYATIBAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

1.2

      Pengendalian   hayati   merupakan   salah   satu   komponen   penting   dalam   Pengendalian   Hama Terpadu   (PHT).   Pengendalian   hayati   adalah   pemanfaatan   musuh   alami   untuk   mengendalikan serangga hama atau penggunaan agens antagonis untuk mengendalikan patogen tanaman. 

     Pengendalian   hayati  merupakan   taktik  pengelolaan  hama  yang  dilakukan   secara   sengaja  dengan memanfaatkan atau memanipulasikan musuh alami untuk menurunkan atau mengendalikan populasi hama. Pengendalian hayati pada dasarnya adalah usaha untuk memanfaatkan dan menggunakan musuh alami sebagai pengendali populasi hama yang merugikan. 

    Pengendalian hayati sangat dilatarbelakangi oleh berbagai pengetahuan dasar ekologi, terutama teori tentang pengaturan populasi oleh pengendali alami dan keseimbangan ekosistem. Musuh alami dalam fungsinya   sebagai   pengendali   hama   bekerja   secara   tergantung   kepadatan,   sehingga   keefektifannya ditentukan pula oleh kehidupan dan perkembangan hama yang bersangkutan. Ketersediaan lingkungan yang   cocok  bagi   perkembangan   musuh   alami  merupakan   prasarat   akan   keberhasilan   pengendalian hayati.  

    Dalam pengendalian hayati terdapat  penggunaan pestisida Hayati yang merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari berbagai jenis tanaman yang memiliki kandungan spesifik dalam tingkah laku   dan   metabolisme   organisme   pengganggu   tanaman(OPT)   serta   bahan   lainnya   umumnya   masih bersifat sederhana dan apabila masuk ke dalam tanah, air akan mudah terdegradasi secara alami dan tidak mencemari lingkungan, relatif lebih aman bagi manusia dan ternak. 

1.2 Tujuan 

Page 2: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah : 

   a. Untuk memahami pengertian dari pestisida hayati 

   b. Untuk memahami pestisida hayati dengan menggunakan virus 

   c. Untuk memahami pestisida hayati dengan menggunakan bakteri 

  d.Untuk   memahami   pestisida   hayati   dengan   menggunakan   nematoda     e. Untuk memahami pestisida hayati dengan menggunakan jamur 

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Pestisida Hayati 

    Pestisida Hayati, merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari berbagai jenis tanaman yang memiliki kandungan spesifik dalam tingkah laku dan metabolisme organisme pengganggu tanaman(OPT) serta bahan lainnya umumnya masih bersifat sederhana dan apabila masuk ke dalam tanah, air akan mudah terdegradasi secara alami dan tidak mencemari lingkungan, relatif lebih aman bagi manusia dan ternak.  

     Pestisida   hayati   dapat   pula   berupa   virus,   bakteri,   Nematoda   patogen,   serta   Jamur.   Dimana keempatnya mempunyai cara-cara tersendiri dalam menginfeksi inangnya. 

Page 3: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

2.2 Pestisida Hayati dengan Menggunakan Virus

     NPV adalah virus yang berbentuk segi banyak dan terdapat di dalam inclusion bodies yang disebut polihedra dan bereplikasi di dalam inti sel (nukleus). NPV memiliki badan inklusi berbentuk polihedral yang merupakan kristal protein pembungkus virion dengan diameter 0.2 – 20 mm. Kristal protein ini disebut dengan protein polihedrin yang berukuran kurang lebih 29.000 sampai 31.000 Dalton. Kristal protein ini berfungsi sebagai pelindung infektifitas partikel virus dan menjaga viabilitasnya di alam serta melindungi DNA virus dari degradasi akibat sinar ultra violet matahari.

     NPV telah ditemukan pada 523 spesies serangga, sebagian besar NPV bersifat spesifik inang, yaitu hanya dapat menginfeksi dan mematikan spesies inang alaminya. Sehingga pada mulanya penamaan NPV disesuaikan dengan nama inang asli dimana dia pertama kali diisolasi sebagai contoh NPV yang menginfeksi ulat Spodoptera litura dinamai Spodoptera litura Nucleopolyhedrovirus (SlNPV) dan yang menginfeksi ulat Spodoptera exigua dinamai Spodoptera exigua Nucleopolyhedrovirus (SeNPV). 

Mekanisme dan Siklus Hidup NPV di Alam

     Di alam, NPV biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dan tanah. Jika termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk ke dalam saluran pencernaan yang memiliki pH tinggi (> 10), maka polihedra akan pecah melepaskan virion  infektif.  Virion  yang terlepas  dari  matrik  protein   (pembungkus)  akan memulai   infeksi   ke   dalam   sel-sel   saluran   pencernaan   ulat   yang   kemudian   DNA   akan   mengadakan reflikasi di inti sel. 

Page 4: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

    Proses infeksi SlNPV atau SeNPV dimulai dari tertelannya polihedra (berisi virus) bersama pakan. Di dalam   saluran   pencernaan   yang   bersuasana   alkalis,   polihedra   larut   sehingga   membebaskan   virus (virion). Selanjutnya virus menginfeksi sel-sel yang rentan. Dalam waktu 1 – 2 hari setelah polihedra tertelan,   ulat   yang   terinfeksi   akan   mengalami   gejala   abnormal   secara   morfologis,   fisiologis   dan perilakunya.  

     Secara  morfologis,   hemolimfa  ulat   yang   semula   jernih   berubah   keruh  dan   secara  fisiologis,   ulat tampak berminyak  dan perubahan  warna tubuh  menjadi  pucat  kemerahan,   terutama bagian  perut. Sedangkan secara perilaku,  ulat  cenderung merayap ke pucuk tanaman,  yang kemudian mati dalam keadaan menggantung dengan kaki semunya pada bagian tanaman. 

     Permukaan kulit ulat akan mengalami perubahan warna dari pucat mengkilap pada awal terinfeksi kemudian akan menghitam dan hancur. Apabila tersentuh, tubuh ulat akan mengeluarkan cairan kental berbau seperti nanah yang berisi partikel virus. Ulat mati dalam waktu 3 – 7 hari setelah polihedra VIR (berisi   virus)   tertelan.   Sebelum   mati   ulat   masih   dapat   merusak   tanaman,   namun   kerusakan   yang diakibatkan ulat yang sudah terinfeksi sangat rendah, karena terjadi penurunan kemampuan makan dari ulat grayak sampai 84 %. 

     VIR-L  dan VIR-X  yang berbahan  aktif  SeNPV dan SlNPV diaplikasikan  dengan alat   semprot,   sama seperti yang digunakan untuk menyemprot pestisida (knapsack sprayer). Aplikasi sebaiknya ditujukan untuk mengendalikan ulat instar 1 – 3. Penyemprotan sebaiknya diarahkan ke permukaan daun bagian bawah dan dilakukan pada sore atau malam hari agar tidak langsung terkena pengaruh sinar matahari, disamping itu ulat grayak Spodoptera memiliki sifat nocturnal yaitu mencari makan pada malam hari.  

(instar : fase antar 2 ganti kulit larva/ulat) 

Page 5: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

2.3 Pestisida Hayati dengan Menggunakan Bakteri

     Bakteri  bisa  menekan  pertumbuhan  patogen  dalam tanah   secara  alamiah,  beberapa  genus  yang banyak mendapat perhatian yaitu Agrobacterium, Bacillus, dan Pseudomonas. 

     Pseudomonas  merupakan salah satu  genus  dari  Famili  Pseudomonadaceae.  Bakteri   ini  berbentuk batang lurus atau lengkung, ukuran tiap sel bakteri 0.5-0.1 1μm x 1.5- 4.0 μm, tidak membentuk spora dan bereaksi negatif terhadap pewarnaan Gram. Pseudomonas terbagi atas grup, diantaranya adalah sub-grup   berpendarfluor   (Fluorescent)   yang   dapat   mengeluarkan   pigmen   phenazine.   Kebolehan menghasilkan pigmen phenazine juga dijumpai pada kelompok tak berpendarfluor yang disebut sebagai spesies   Pseudomonas   multivorans.   Sehubungan   itu   maka   ada   empat   spesies   dalam   kelompok Fluorescent yaitu Pseudomonas aeruginosa, P. fluorescent, P. putida, dan P. multivorans 

     Pseudomonas   sp.   telah   diteliti   sebagai   agen   pengendalian   hayati   penyakit   tumbuhan.   Strain P.fluorescens dan P. putida yang diaplikasikan pada umbi kentang telah menggalakkan pertumbuhan umbi kentang. Pseudomonas pendarfluor meningkatkan hasil panen umbi kentang 5-33%, gula beet 4-8 ton/ha. dan menambah berat akar tumbuhan radish 60-144%. Strain ini  dan strain-strain yang sama dengannya disebut sebagai  rizobakteri  perangsang per tumbuhan tanaman (Plant  Growth-Promoting Rhizobacteria, PGPR). Sebutan sebagai rizobakteri pada bakteri Pseudomonas spp. Kemampuan PGPR sebagai   agen  pengendalian   hayati  adalah   karena   kemampuannya   bersaing   untuk   mendapatkan   zat makanan, atau karena hasil-hasil  metabolit seperti siderofor, hidrogen sianida, antibiotik, atau enzim ekstraselluler yang bersifat antagonis melawan pathogen. 

     Perlakuan   benih   timun   menggunakan   strain   PGPR   menyebabkan   ketahanan   sistemik   terhadap penyakit antraknosa yang disebabkan Colletotrichum arbiculare. Aplikasi P.fluorescens strain S97 pada benih kacang telah menimbulkan ketahanan terhadap serangan penyakit hawar disebabkan P. syringe pv.   phaseolicola.   P.   fluorescens   strain   CHAO   menyebabkan   ketahanan   pada   tumbuhan   tembakau terhadap serangan virus nekrotik tembakau. 

     Baru-baru   ini   telah   dibutikan   bahwa   Pseudomonas   spp.  dapat  menstimulir  timbulnya   ketahanan tanaman terhadap infeksi jamur patogen akar, bakteri dan virus. Bahwa ekstrak lipopolisakarida (LPSs) 

Page 6: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

dari   membran   luar   P.fluorescens   menyebabkan   ketahanan   sistemik   terhadap   infeksi   Fusarium oxysporom f.sp. dianthi pada tumbuhan bunga carnation. Sianida yang dihasilkan P. fluorescens stroin CHAO merangsang pembentukan akar rambut pada tumbuhan tembakau dan menekan pertumbuhan Thielaviopsis   basicola   penyebab   penyakit   busuk   akar,   diduga   bahwa   sianida   mungkin   penyebab timbulnya ketahanan sistemik (ISR). Siderofor pyoverdine dari P. fluorescens strain CHAO adalah sebab timbulnya ketahanan sistemik pada tumbuhan tembakau terhadap  infeksi  virus nekrosis tembakau.  

    Perlakuan bakteri pada benih tumbuhan lobak dan umbi kentang menggunakan P. fluorescens strain menunjukkan   pengaruh   pertumbuhan   yang   nyata.   Sedangkan   P.   putida   strain   telah   meningkatkan pertumbuhan akar  dan produksi  umbi  kentang.  Siderofor  dari  P.  fluoresces  dapat  berperan sebagai perangsang pertumbuhan tumbuhan dan menekan pertumbuhan F. oxysporon f sp. raphani penyebab penyakit   layu   Fusarium   pada   tum   buhan   lobak.   Hambatan   terhadap   penyakit   layu   Fusarium   pada tumbuhan carnation diduga disebabkan persaingan terhadap unsur besi. 

     Ketahanan   sistemik   akan   terjadi   pada   timun   terhadap   infeksi   Colletotrichum   orbiculare   setelah inokulasi  benih timun dengan strain PGPR. Benih kacang dengan P. fluorescens strain menyebabkan ketahanan sistemik terhadap infeksi Pseudomonas syringae pv. phaseolicola. Strain Pseudomonas spp. menyebabkan ketahanan sistemik tumbuhan timun terhadap Pythium aphanidetmatum. Contoh-contoh PGPR yang mampu berperan sebagai agen penyebab ketahanan sistemik tersebut di atas adalah karena perlakuan akar,   tanah, atau biji  dengan rizobakteri.  Mekanisme kerja dari  agen pengendalian hayati umumnya digolongkan sebagai persaingan zat makanan, parasitisme, dan antibiosis. 

    Kemampuan Streptomyces  griseus  pengeluar  antibiotik streptomisin  dan strain  mutasi   yang tidak menghasilkan antibiotik dalam menekan pertumbuhan Bacillus subtilis temyata tidak berbeda tingkat antagonisnya,   jadi   dapat   disimpulkan   bahwa   antibiotik   bukan   satu-satunya   penyebab   timbulnya antagonis. Pseudomonas fluorescens adalah agen pengendalian hayati penyakit take-all pada gandum yang  disebabkan  Gaeumannomyces  graminis  var.   tritici.  Bakteri   ini   terbukti  menghasilkan  antibiotic phenazin yang menekan pertumbuhan G. graminis dalam pengendalian hayati 

2.4 Pestisida Hayati dengan Menggunakan Nematoda

     Untuk dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian,diperlukan perbaikan dan penyempurnaan sistem budidaya tanaman yang telah dilaksanakan. Penyempurnaan yang dimaksud adalah menyangkut semua aspek seperti produksi (budidaya tanaman),  panen, penanganan pasca panen dan pemasaran 

Page 7: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

hasil  pertanian.  Salah satu aspek yang paling besar pengaruhnya pada sistem budidaya pertanian di Indonesia   adalah   adanya   serangan   organisme   pengganggu   tanaman   (OPT)   yang   tediri   dari   hama, penyakit dan gulma. Dari ketiga macam OPT tersebut, hama memiliki potensi yang sangat besar dalam menimbulkan kerusakan dan kerugian pada komoditas pertanian baik yang ada di lapangan maupun yang ada di gudang. Serangan hama dapat mengurangi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan. Menurunnya kualitas produk karena performance yang jelek atau mungkin karena adanya perubahan warna, rasa dan bau pada produk yang dihasilkan. Serangan hama juga mengurangi kuantitas produk, yang disebabkan karena pengurangan berat, ukuran, dan lain-lain. 

SIKLUS HIDUP NEMATODA STEINERMA

Siklus Hidup Nematoda : 

Juvenil infective (JT) yang baru keluar dari induk dan bergerak bebas didalam tanah untuk menghasilkan generasi baru 

JT   stadium  ke-3   (jantan   dan   betina),   jantan   dan   betina   kawin  untuk   menghasilkan   generasi   baru  Nematoda Steinernema betina akan memproduksi banyak juvenil infektif generasi baru di dalam tanah JI akan berkembang biak menjadi nematoda jantan dan betina dewasa 

Page 8: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Deskripsi Taksonomi 

Filum      : Nematelminthes

Ordo      : Dorylaimida

Famili     : Steinernematidae

Genus     : Steinernema

Spesies   : Steinernema spp. 

     Berbagai   cara   yang   dilakukan   untuk   mengendalikan   hama   diantaranya   adalah   kultur   teknis (pengaturan   jarak   tanam,   varietas   tahan,   dll),   fisis,   mekanis,   hayati   dan   kimiawi.   Kelima   cara pengendalian tersebut merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lain atau dilakukan secara terpadu. 

     Pengendalian   hayati   merupakan   upaya   pengendalian   hama   dengan   memanfaatkan   musuh  alami serangga sehingga mampu menekan kerusakan yang ditimbulkan oleh organisme tersebut. Musuh alami hama  yang  ada  di   lapangan   jumlahnya   sangat   banyak   baik   dari   golongan   serangga,   jamur,  bakteri maupun  nematoda.  Dari   keempat  musuh  alami   tersebut,  nematoda  merupakan  musuh  alami   yang potensial   untuk   mengendalikan   hama   baik   di   lapangan   maupun   yang   ada   di   gudang.   Salah   satu nematoda entomopatogen yang sudah banyak dikenal adalah Steinernema spp. Nematoda ini bersifat broad spectrum serta virulen dan mampu membunuh hama dalam waktu yang relatif singkat yaitu 48 jam.  

    Nematoda Steinernema bersimbiosis dengan satu bakteri yaitu Xenorhabdus luminescens. Simbiosis antara   nematoda   dan   bakteri   bersifat   mutualisme   (saling   menguntungkan)   dimana   nematoda mendapatkan nutrisi yang dihasilkan oleh bakteri sedangkan bakteri merasa terlindungi oleh nematoda. 

Page 9: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Biologi   Steinernema  

     Nematoda Steinernema paling banyak terdapat di tanah. Selain itu juga, mampu hidup di permukaan daun, di tempat-tempat yang banyak mengandung bahan organik, di air tawar dan air laut. Di dalam tanah, nematoda hidup dengan cara memanfaatkan bahan organik atau memakan serangga-serangga atau organisme lain. 

     Di dalam tubuh serangga nematoda dapat berkembang biak dengan cepat sampai menghasilkan 2 sampai 3 generasi. Siklus hidup nematoda dari telur menjadi dewasa memerlukan waktu kurang lebih 14 hari. Apabila terdapat nutrisi yang melimpah siklus hidupnya bisa lebih cepat lagi dan sebaliknya apabila tidak tersedia nutrisi yang cukup maka daur hidup nematoda bisa lebih lama. 

   Organisme ini bisa bertahan di dalam tanah, dengan cara inaktif dalam jangka waktu tertentu dan akan melakukan migrasi  ke tempat  lain apabila  tidak ada persediaan makanan yang cukup .  Perpindahan nematoda dari suatu tempat ke tempat lain bisa dilakukan secara pasif yakni dengan bantuan air, angin atau terbawa oleh alat-alat pertanian. Gerakan aktif nematoda sangat lambat dan ditempuh dengan waktu yang sangat panjang. 

Cara menyerang hama

      Cara nematoda menyerang hama adalah nematoda masuk ke dalam tubuh larva serangga melalui lubang tubuh alami seperti spirakel, anus, atau termakan oleh larva serangga. Setelah berada di dalam tubuh larva, nematoda langsung melepaskan bakteri simbiosisnya ke dalam usus larva serangga. Bakteri inilah yang membunuh larva dengan cara mengeluarkan zat yang bersifat antibiotik atau racun terhadap serangga.  

     Dalam waktu 1-2 hari   larva mati.  Larva yang mati biasanya ditunjukkan dengan gejala  yang khas tergantung warna permukaan tubuh ulat.  Ulat hongkong yang terserang nematoda ini menunjukkan gejala warna tubuh coklat  kehitaman,  tubuh  lembek dan sedikit  mengeluarkan cairan.  Setelah  larva mati,   nematoda   memperbanyak  diri   dengan  memanfaatkan   nutrisi   yang   ada  di   dalam   tubuh   larva tersebut.   Selanjutnya   induk   nematoda   menghasilkan   2-3   generasi   baru   di   dalam   tubuh   inangnya tersebut. Setelah nutrisi di dalam tubuh larva tersebut habis maka nematoda melakukan migrasi dengan cara keluar dari tubuh larva dan mencari inang lain.

Page 10: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Kisaran inang Steinernema

       Nematoda Stenernema spp. memiliki  kisaran inang yang sangat  luas baik hama yang menyerang tanaman perkebunan, hortikultura maupun tanaman pangan. Untuk hama tanaman perkebunan yang telah berhasil  dikendalikan dengan nematoda Steinernema antara lain Helopelthis sp.  pada tanaman kakao.   Steinernema   juga   mampu   mengendalikan   hama   yang   menyerang   tanaman   hotikultura diantaranya  Spodoptera  exigua  dan Spodoptera   litura   (bawang merah),  Croccidolomia  binotalis  dan Plutela Xylostella ( Kubis ), Helicoverpa armigera (tomat) sedangkan hama tanaman pangan yang dapat dikendalikan  oleh  organisme   ini  adalah  hama putih   (Nimphula  depuntalis),  Corcira  cephalonica   ,dll. Populasi Steinernema tinggi disebabkan kondisi tanah yang sangat cocok yakni tanah berpasir dan juga serangan hama S. exigua pada bawang merah dan S. litura pada cabai yang tinggi. Dengan adanya inang yang cocok tersebut nematoda Steinernema dapat bertahan lama dan berproduksi dengan baik. 

 Gambar I                                                     Gambar II 

I   :   Ulat   spodoptera   litura   (instar-1)   yang   terserang   Steinernema   spII   :   Gejala   serangan   Steinernema   spp   pada   Ulat   Spodoptera   litura   instar   III  

Page 11: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

2.5 Pestisida Hayati dengan Menggunakan Jamur

      Dalam   pengaplikasiaannya   banyak   sekali   pestisida   hayati   yang   aman   digunakan   di   dalam pengendalian hama. Berikut ini adalah penggunaan jamur di dalam pengenndalian hayati. Contoh jamur yang kami gunakan di dalam makalah ini adalah Beauveria bassiana. 

Beauveria bassiana 

Gambar- gambar mikroskopis Beauveria bassiana

Gambar-gambar serangga yang terinfeksi Beauveria bassiana 

  Jamur entomopatogen, B. bassiana dapat diperoleh dari tanah terutama pada bagian atas (top soil) 5 – 15   cm   dari   permukaan   tanah,   karena   pada   horizon   ini   diperkirakan   banyak   terdapat   inokulum   B. bassiana.   Teknik   untuk   memperoleh   jamur   entomopatogen,   B.   bassiana   dari   tanah   adalah   dengan menggunakan metoda umpan serangga (insect bait method) seperti dapat dilihat pada Gambar 1.

Page 12: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Gambar 1. Teknik untuk memperoleh jamur entomopatogen melalui metoda umpan serangga (insect bait method). 

    Jamur B. bassiana dapat bertahan di dalam tanah sebagai kompetitor lemah dan terdistribusi secara heterogen sehingga dapat diisolasi dari sampel tanah pada kedalaman 5 – 15 cm. 

     Isolat   jamur   B.   bassiana   diambil   dari   tanah.   Tanah   asal   isolat   diambil   secara   acak   di   sekitar pertanaman   pisang.   Tanah   diambil   dengan   menggalinya   pada   kedalaman   5–10   cm   masing-masing sebanyak 4 x 500 g kemudian dimasukkan ke kantongan plastik diberi label berupa lokasi dan tanggal pengambilan sampel. 

     Tanah kemudian diayak dengan ayakan 600 mesh dan dimasukkan ke dalam kotak plastik berukuran 13 x 13 x 10 cm masing-masing sebanyak 400 g (tiap daerah menggunakan 4 buah kotak).  Larva T. molitor   stadia   larva   instar  3   yang   baru  berganti   kulit   (kulitnya  masih   berwarna  putih)  dimasukkan kedalam kotak  yang  berisi   tanah  masing-masing   sebanyak  10  ekor,   sebagai  perangkap  umpan  agar terserang jamur B. bassiana (insect bait methode). Larva ini kemudian ditutupi dengan selapis tipis tanah dan dilembabkan dengan menyemprotkan aquadest steril diatasnya. Selanjutnya kotak ditutupi dengan potongan kain puring hitam ukuran 25 x 25 cm yang juga telah dilembabkan. Larva T.  molitor yang diduga terserang jamur B. bassiana diamati 3 hari setelah diperlakukan kemudian diamati setiap harinya dan   segera   setelah   terserang   jamur   B.   bassiana   diisolasi   sebagai   sumber   isolat.  

     Larva yang terinfeksi jamur B. bassiana terlebih dahulu disterilisasi permukaan dengan 1% Natrium hipoklorit selama 3 menit.  Kemudian dibilas dengan air steril  sebanyak 3 kali  dan dikering anginkan 

Page 13: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

diatas kertas filter steril. Larva tersebut kemudian diletakkan dalam petridish berisi tissu lembab steril dan diinkubasikan untuk merangsang pertumbuhan jamur. Spora yang keluar dari tubuhnya kemudian diambil   menggunakan   jarum   inokulasi   dan   dibiakkan   pada   PDA   (Potato   Dextrose   Agar)   dan diinkubasikan selama 7 hari. 

Gambar   2.   Perbandingan   stadia   larva   dan   serangga   dewasa   C.   sordidus   yang   sehat   dengan   yang terinfeksi B. bassiana. 

a. Larva yang sehat, 

b. larva yang terinfeksi B. bassiana (permukaan tubuhnya tertutup miselium jamur berwarna putih),  

c. serangga dewasa yang sehat, 

d. serangga dewasa yang abnormal (cacat). 

   Isolat jamur B. bassiana dapat mematikan serangga dewasa dan pra dewasa (telur, larva, pupa) hama penggerek   bonggol   pisang,   C.   sordidus   Bila   pupa   yang   terinfeksi   B.   bassiana   dapat   hidup,   namun serangga   imagonya   akan   cacat   dimana   perkembangan   sayapnya   tidak   sempurna   (gambar   2   d)  

    Jamur B. bassiana terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages)   seperti   antara   segmen-segmen   antena,   antara   segmen   kepala   dengan   toraks   ,   antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna putih (Gambar 3). Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala (head capsule) dengan toraks atau diantara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur keluar pertama kali pada bagian-bagian tersebut 

Gambar   3.   Gejala   pada   serangga   dewasa   C.   sordidus   yang   terinfeksi   oleh   jamur   B.bassiana.  

a. Gejala 3 hari setelah kematian, 

Page 14: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

b. Gejala 5 hari setelah kematian, 

c. Gejala 7 hari setelah kematian, 

d. Gejala 10 hari setelah kematian. 

     Serangga dewasa C. sordidus yang masih hidup namun telah terinfeksi masuk ke dalam batang semu yang digunakan sebagai penutup perangkap bonggol setelah aplikasi jamur B. bassiana, kemudian akan mati di dalam batang semu. Kematian serangga dewasa C. sordidus akan meningkat karena di dalam batang semu kelembabannya relatif lebih tinggi (berair) (Gambar 4). 

Gambar 4. Serangga dewasa C. sordidus yang terinfeksi jamur B. bassiana berada di dalam batang semu penutup perangkap setelah aplikasi di lapangan 

     Prospek penggunaan jamur B. bassiana cukup baik karena dari hasil penelitian bahwa jamur tersebut mampu mematikan 95% serangga yang diuji. 

Gambar contoh produk Beauveria bassiana yang sudah dikemas secara industri 

Beauveria bassiana Pengendali Walang Sangit 

     Serangan organisme pengganggu  tumbuhan   (OPT)  merupakan salah  satu   faktor  pembatas  dalam peningkatan produksi  pertanian.  Untuk pengendalian OPT,   jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan pestisida kimia. Padahal penggunaan pestisida yang tidak bijaksana banyak menimbulkan 

Page 15: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

dampak   negatif,   antara   lain   terhadap   kesehatan   manusia   dan   kelestarian   lingkungan   hidup. Memperhatikan pengaruh negatif  pestisida   tersebut,  perlu  dicari   cara-cara  pengendalian  yang   lebih aman   dan   akrab   lingkungan.   Hal   ini   sesuai   konsepsi   pengendalian   hama   terpadu   (PHT),   bahwa pengendalian OPT dilaksanakan dengan mempertahankan kelestarian lingkungan, aman bagi produsen dan konsumen serta menguntungkan petani.  Salah satu alternatif pengendalian adalah pemanfaatan jamur penyebab penyakit pada serangga, yaitu jamur patogen Beauveria bassiana. 

    Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana  efektif  mengendalikan  hama  walang   sangit,  wereng  batang   coklat,   dan  kutu   (Aphis   sp.).  

CARA KERJA B. bassiana 

     Jamur B.  bassiana masuk ketubuh serangga   inang melalui  kulit,  saluran pencernaan,  spirakel  dan lubang lainnya.  Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang   membentuk   tabung   kecambah,   kemudian   masuk   menembus   kulit   tubuh.  

      Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Namun apabila keadaan kurang menguntungkan perkembangan jamur hanya berlangsung di dalam tubuh inang. 

GEJALA SERANGAN

Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi, dan jamur menutupi tubuh inang dengan warna putih. 

HAMA SASARAN

Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. 

Page 16: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) dan wereng   batang   coklat   (Nilaparvata   lugens)   pada   tanaman   padi   serta   hama   kutu   (Aphis   sp.)   pada tanaman sayuran. 

KEUNGGULAN

Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida alami, yaitu : 

1.   Selektif   terhadap   serangga   sasaran   sehingga   tidak   membahayakan   serangga   lain   bukan   sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu. 

2. Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami. 

3. Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman 

4. Mudah diproduksi dengan teknik sederhana. 

     Untuk  memperoleh hasil  pengendalian yang efektif,  penyemprotan  sebaiknya dilakukan sore hari (pukul   15.00   –   18.00)   untuk   mengurangi   kerusakan   oleh   sinar   ultraviolet.   Formulasi   B.   bassiana sebaiknya disimpan di tempat yang sejuk untuk mempertahankan efektivitasnya, dan sedapat mungkin dihindarkan dari pengaruh panas secara langsung. 

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

   Pestisida Hayati, merupakan pestisida yang bahan dasarnya berasal dari berbagai jenis tanaman yang memiliki kandungan spesifik dalam tingkah laku dan metabolisme organisme pengganggu tanaman(OPT) serta bahan lainnya umumnya masih bersifat sederhana dan apabila masuk ke dalam tanah, air akan 

Page 17: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

mudah terdegradasi secara alami dan tidak mencemari lingkungan, relatif lebih aman bagi manusia dan ternak.  

     Di alam, NPV biasanya ditemukan pada permukaan tanaman dan tanah. Manakala termakan oleh serangga inang (ulat) dan masuk ke dalam saluran pencernaan yang memiliki pH tinggi (> 10), maka polihedra akan pecah melepaskan virion infektif. Virion yang terlepas dari matrik protein (pembungkus) akan memulai infeksi ke dalam sel-sel saluran pencernaan ulat yang kemudian DNA akan mengadakan reflikasi di inti sel. 

     Pseudomonas   sp.   telah   diteliti   sebagai   agen   pengendalian   hayati   penyakit   tumbuhan.   Strain P.fluorescens dan P. putida yang diaplikasikan pada umbi kentang telah menggalakkan pertumbuhan umbi kentang. Pseudomonas pendarfluor meningkatkan hasil panen umbi kentang 5-33%, gula beet 4-8 ton/ha. dan menambah berat akar tumbuhan radish 60-144%. 

    Nematoda menyerang hama adalah nematoda masuk ke dalam tubuh larva serangga melalui lubang tubuh alami seperti spirakel, anus, atau termakan oleh larva serangga. Setelah berada di dalam tubuh larva, nematoda langsung melepaskan bakteri simbiosisnya ke dalam usus larva serangga. Bakteri inilah yang  membunuh   larva  dengan  cara  mengeluarkan  zat   yang  bersifat  antibiotik  atau   racun  terhadap serangga. 

     Jamur B.  bassiana masuk ketubuh serangga  inang melalui  kulit,  saluran pencernaan,  spirakel  dan lubang lainnya.  Inokulum jamur yang menempel pada tubuh serangga inang akan berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kulit tubuh. 

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous. 2009. http://www.distan.pemda-diy.go.id. Diakses pada tanggal 17 November 2009 Anonymous. 2009. http : //mencholeo.wordpress.com/beauveria-bas siana-pengendaali-walang-sangit/. Diakses pada 17 Desember 2009 Anonymous. 2009. http://www.dishut.jabarprov.go.id/data/arsip/Pengendalianhayati.doc. diakses pada 17 Desember 2009 Rukmana,R. 2002. Hama Tanaman dan Teknik Pengendalian.Yogyakarta : Kanisius. Tjahjadi,N. 2005. Hama dan Penyakit Tanaman.Yogyakarta : Kanisius. Winarno, Baskoro. 1989. Pengantar Praktis pengelolaan Hama Terpadu. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya : Malang. 

Diposkan oleh zooserz di 08:01 

Page 18: agroinfotek.files.wordpress.com · Web viewBerbagai cara yang dilakukan untuk mengendalikan hama diantaranya adalah kultur teknis (pengaturan jarak tanam, varietas tahan, dll), fisis,

0 komentar: