23
METODE CEPAT VISUALISASI DAN KUANTIFIKASI PEMBENTUKAN BIOFILM VIBRIO CHOLERAE EL TOR MENGGUNAKAN SOFTWARE IMAGE-J Asep awaludin Prihanto Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Teknik visualisasi dan kuantifikasi biofilm menjadi sangat populer dan berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa metode visualisasi dan kuantifikasi biofilm menggunakan confocal laser scanning microscopy (CLSM), transmission electron microscopy (TEM), scanning electron microscopy (SEM) dan pendekatan fluorescence berdasarkan pewarna fluorogenik yang dimasukkan pada bakteri pembentuk biofilm. Namun metode pengamatan penempelan bakteri pada proses pembentukan biofilm tersebut masih merupakan metode yang relatif mahal dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan tentang visualisasi dan kuantifikasi pembentukan biofilm yang murah dan cepat. Vibrio cholerae El Tor ditumbuhkan dalam media marine luria bertani kemudian diinkubasi selama 1-72 jam. pembentukan biofilm Vibrio cholerae El Tor divisualisasi dan dikuantifikasi menggunakan software Image-J. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada satu jam pertama, V. Cholerae El Tor masih masih berbentuk mikrokoloni yang sangat sedikit. Namun setelah 24 jam, biofilm mulai terbentuk tipis pada permukaan sedangkan pada 48, dan 72 jam terjadi proses pematangan biofilm dengan ditandai masih meningkatnya pembentukan biofilm. Kata kunci: biofilm, image-J, kuantifikasi, Vibrio cholerae El Tor, visualisasi ISOLASI CYSTEINE PROTEINASE INHIBITOR DARI TELUR IKAN LAUT DENGAN METODE PENGENDAPAN ASETON Ustadi, Murwantoko, Nurfitri Ekantari, Bagus Adiprana dan M. Ali Rahman Hakim Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Inhibitor protease di purifikasi dari sampel telur ikan Manyung dan ikan Tongkol. Berat molekul inhibitor protease dari telur ikan Manyung dan telur ikan Tongkol berturut-turut adalah 115,7 kDa dan 35 kDa. Aktivitas penghambatan spesifik telur ikan Manyung sebesar 20.18 U/mg dengan 475.28 kali lipat tingkat kemurnian dari ekstrak aseton awal, lebih tinggi dari telur ikan Tongkol dengan aktivitas penghambatan sebesar 0.36 U/mg dengan 7.02 kali. Inhibitor protease dari telur ikan Manyung dan Tongkol aktif menghambat pada suhu inkubasi 65 o C, dengan aktivitas penghambatan berturut-turut sebesar 28.6 % dan 24.8 %. Kata kunci: aktivitas penghambatan, protease inhibitor, purifikasi, telur ikan ASAM AMINO KERANG ATACTODEA STRIATA MEMBANTU PEMULIHAN LEVER AMINO ACID OF ATACTODEA STRIATA SHELL RECOVERY FOR THE LEVER

PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

  • Upload
    vudang

  • View
    222

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

METODE CEPAT VISUALISASI DAN KUANTIFIKASI PEMBENTUKAN BIOFILM VIBRIO CHOLERAE EL TOR MENGGUNAKAN SOFTWARE IMAGE-J

Asep awaludin PrihantoProgram Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya

Teknik visualisasi dan kuantifikasi biofilm menjadi sangat populer dan berkembang dalam beberapa dekade terakhir. Beberapa metode visualisasi dan kuantifikasi biofilm menggunakan confocal laser scanning microscopy (CLSM), transmission electron microscopy (TEM), scanning electron microscopy (SEM) dan pendekatan fluorescence berdasarkan pewarna fluorogenik yang dimasukkan pada bakteri pembentuk biofilm. Namun metode pengamatan penempelan bakteri pada proses pembentukan biofilm tersebut masih merupakan metode yang relatif mahal dan membutuhkan waktu yang relatif lama. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab kebutuhan tentang visualisasi dan kuantifikasi pembentukan biofilm yang murah dan cepat. Vibrio cholerae El Tor ditumbuhkan dalam media marine luria bertani kemudian diinkubasi selama 1-72 jam. pembentukan biofilm Vibrio cholerae El Tor divisualisasi dan dikuantifikasi menggunakan software Image-J. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada satu jam pertama, V. Cholerae El Tor masih masih berbentuk mikrokoloni yang sangat sedikit. Namun setelah 24 jam, biofilm mulai terbentuk tipis pada permukaan sedangkan pada 48, dan 72 jam terjadi proses pematangan biofilm dengan ditandai masih meningkatnya pembentukan biofilm.

Kata kunci: biofilm, image-J, kuantifikasi, Vibrio cholerae El Tor, visualisasi

ISOLASI CYSTEINE PROTEINASE INHIBITOR DARI TELUR IKAN LAUT DENGAN METODE PENGENDAPAN ASETON

Ustadi, Murwantoko, Nurfitri Ekantari, Bagus Adiprana dan M. Ali Rahman HakimJurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada

Inhibitor protease di purifikasi dari sampel telur ikan Manyung dan ikan Tongkol. Berat molekul inhibitor protease dari telur ikan Manyung dan telur ikan Tongkol berturut-turut adalah 115,7 kDa dan 35 kDa. Aktivitas penghambatan spesifik telur ikan Manyung sebesar 20.18 U/mg dengan 475.28 kali lipat tingkat kemurnian dari ekstrak aseton awal, lebih tinggi dari telur ikan Tongkol dengan aktivitas penghambatan sebesar 0.36 U/mg dengan 7.02 kali. Inhibitor protease dari telur ikan Manyung dan Tongkol aktif menghambat pada suhu inkubasi 65 oC, dengan aktivitas penghambatan berturut-turut sebesar 28.6 % dan 24.8 %.

Kata kunci: aktivitas penghambatan, protease inhibitor, purifikasi, telur ikan

ASAM AMINO KERANG ATACTODEA STRIATA MEMBANTU PEMULIHAN LEVER AMINO ACID OF ATACTODEA STRIATA SHELL RECOVERY FOR THE LEVER

Celcius WaranmaselembunJurusan Teknologi Hasil Perikanan, Program Studi Teknologi Hasil Perikanan Politeknik Perikanan Negeri Tual

Kualitas protein sangat ditentukan oleh lengkap tidaknya asam amino penyusunnya. umumnya asam-asam amino ini mempunyai kegunaan besar bagi kesehatan manusia. Secara umum beberapa asam amino yang mempunyai kegunaan besar untuk kesehatan baik secara langsung maupun tidak langsung diantaranya adalah treonin, metionin, isoleusin, leusin, histidin, lisin, phenilalanin, asam aspartat, asam glutamat, valin, glisin, alanin, prolin, sistin. Kerang Atactodea striata telah digunakan oleh masyarakat di kepulauan Kei Maluku Tenggara sebagai obat tradisional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kerang Atactodea striata memiliki kandungan asam amino yang sangat berperan dalam membantu penyembuhan penyakit lever. Asam-asam amino tersebut adalah glutamat (12,08 %), Treonin (3,78), lisin (3,39), phenilalanin (2,43), glisin (2,28), metionin (1,63) dan Histidin (1,35).

Page 2: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

Kata kunci: asam amino, Atactodea striata, lever

PENGARUH pH MEDIUM f/2 TERHADAP PERTUMBUHAN SALINE WATER AQUACULTURE DIATOM NITZSCHIA SP. ISOLAT JEPARA DAN KANDUNGAN ASAM LEMAK YANG BERPOTENSI UNTUK BIODIESEL

Dhiah Novalina dan Rarastoeti PratiwiFakultas Biologi Universitas Gadjah Mada. Jalan Teknika Selatan, Sekip Utara Yogyakarta

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki luas dan kekayaan sumber hayati laut terbesar didunia. Diatom Nitzschia sp. merupakan salah satu mikroalgae laut yang berpotensi sebagai sumber biodiesel dengan potensi lengkap. Pertumbuhan dan kelangsungan hidupnya dipengaruhi oleh nutrien dan kondisi lingkungan. Salah satu kondisi lingkungan yang berpengaruh adalah pH, perubahan pH menyebabkan perubahan reaksi fisiologis dan enzimatis. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pH yang diperlukan untuk pertumbuhan optimal dan penghasilan lipid total serta kandungan asam lemak Nitzschia sp. Tahap pertama penelitian ini adalah penentuan pH untuk pertumbuhan optimal. Tahap keduanya adalah ekstraksi lipid total dan analisis kandungan asam lemak. Tahap pertama, biakan Nitzschia sp. diinokulasikan ke dalam medium f/2 dengan 5 variasi pH (pH 4, 5, 6, 7 dan 8) dan masing-masing 5 ulangan. Setiap 24 jam sekali dihitung selnya dengan Haemocytometer. Data berupa kecepatan pertumbuhan dan waktu generasi dianalisis dengan ANOVA dan LSD. Pada tahap kedua, Nitzschia sp. diperbanyak pada pH 4, 7 dan 8 sampai jumlah selnya mencapai 1 juta sel. Ekstraksi lipid dilakukan dengan metode soxhletasi, ekstraknya ditransesterifikasi selanjutnya hasil transesterifikasi dianalisis kandungan asam lemaknya dengan GC-MS. Hasil menunjukkan bahwa pertumbuhan Nitzschia sp. dan penghasilan lipid total optimal pada pH 7 dengan kecepatan pertumbuhan 0,031 sel/jam dan waktu generasi 26,107 jam. Kandungan asam lemak yang optimal untuk biodiesel adalah pada pH 7, dengan persentase asam lemak jenuh tertinggi 43,75% dan tak jenuh terendah 27,35%. Dengan ini disimpulkan bahwa pH berpengaruh signifikan terhadap kecepatan pertumbuhan dan kandungan asam lemak Nitzschia sp. Pertumbuhan dan kandungan asam lemak yang optimal untuk biodiesel adalah pada pH 7.

Kata kunci: asam lemak, biodiesel, kecepatan pertumbuhan, Nitzschia sp., pH medium

KEMUNDURAN MUTU ABON IKAN NILA MERAH (OREOCHROMIS NILOTICUS TREWAVAS) YANG DIPROSES SECARA DEEP FRYING DAN PAN FRYING SELAMA PENYIMPANAN SUHU KAMAR

Eko Nurcahya Dewi 1) Ratna Ibrahim dan Nuzulia Yuaniva2)

1) Staf Pengajar PS.Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP2) Alumni PS.Teknologi Hasil Perikanan FPIK UNDIP

Spiced shredded fish meat is a kind of preserved food made from spiced fish meat and processed by boiling and frying. The most of oil content after frying process causes rancidity after the product is stored at room temperature. The aim of the research was to find out the product deterioration which is processed by different frying methods and the length of the storage time during 29 days at the room temperature to the hedonic quality, moisture content, PV value, TBA value, and color intensity value (AASC) of the spiced shredded Red Tilapia meat. The experiment design used was a Completely Randomized Design with factorial pattern . Data on moisture content, PV, TBA value, and color intensity value were analyzed with ANOVA. To find out the differences among the treatments the Duncan’s New Multiple Range Test was applied out. The hedonic data was analyzed with the Kruskal Wallis test. The result of the research showed that the different frying methods gave a highly significant influence (p<0,01) to the moisture content on 1st day, the hedonic value on texture spesification on 15thand29th day, PV value on 1st, 15thand29th , and AASC value on 29th day for both of the products. The length of the storage time gave a highly significant influence (P<0,01) to the hedonic value on appeareance, aroma and taste spesification for both of products on 1stand29th and 15thand29th day. Moisture content gave a highly significant influence (p<0,01) for both of the products on 1stand29th. TBA value gave a highly significant influence (p<0,01) for product processed by deep

Page 3: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

frying on 15thand29th and also AASC value gave a highly significant influence (p<0,01) for product processed by deep frying on 1stand29th.

Keywords : deep frying, pan frying, quality spiced shredded, red tilapia meat,

MUTU BAKSO IKAN TENGGIRI YANG MENGANDUNG ANTOSIANIN DARI TEPUNG UBI JALAR UNGU

*Fien Sudirjo dan **A.M. Tapotubun *Dosen Politeknik Perikanan Negeri Tual** Dosen pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Pattimura Ambon

Bakso Ikan merupakan makanan yang sudah sangat dikenal secara luas. Pembuatan bakso ikan dengan menggunakan tepung ubi jalar ungu berkaitan dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya hidup sehat. Bahan pangan yang kini mulai banyak diminati konsumen bukan saja yang mempunyai komposisi gizi yang baik serta penampakan dan citarasa yang menarik , tetapi juga harus memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi tubuh, seperti antosianin pada ubi jalar ungu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mutu bakso ikan Tenggiri yang mengandung antosianin dari tepung ubi jalar ungu, baik secara sensoris, fisik dan kimiawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara sensoris, nilai bakso kontrol dan A tidak berbeda nyata tapi berbeda nyata dengan B dan C. Secara fisik nilai bakso ikan control A,B, dan C berbeda nyata, dan secara kimiawi kadar air untuk masing masing bakso berbeda nyata dan kadar protein Kontrol dan A tidak berbeda, tapi berbeda nyata dengan B dan C.Protein tertinggi pada B yaitu 17.69%. Sedangkan kandungan antosianin pada bakso C lebih tinggi daripada bakso A dan B.

Kata kunci: antosianin, bakso ikan tenggiri, ubi jalar ungu

PENGARUH PENAMBAHAN SPIRULINA PLATENSIS PADA PERMEN JELI EUCHEUMA COTTONII TERHADAP KARAKTERISTIK DAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN

Frisca Tristian Yuliarta, Siti Ari Budhiyanti, Nurfitri EkantariJurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, UGM

Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan S. platensis terhadap tingkat penerimaan konsumen dan karakteristik permen jeli E. cottonii. Perlakuan penambahan S. platensis yang digunakan yaitu 0,00%; 0,25%; 0,50%; 0,75% dan 1,00%. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktor tunggal dilanjutkan dengan uji perbedaan berganda Duncan pada tingkat kepercayaan 95%.Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa semakin tinggi konsentrasi S. platensis yang ditambahkan dapat meningkatkan kadar air, kadar protein dan kadar beta karoten, sedangkan tidak mempengaruhi kadar serat kasar dan tingkat kekenyalan. Pengujian kesukaan (aroma, rasa, tekstur dan warna) menunjukkan bahwa kosumen dapat menerima produk permen jeli dengan penambahan S. platensis hingga 1,00%. Permen jeli terbaik ditinjau dari kandungan gizi dan tingkat penerimaan konsumen dihasilkan dari perlakuan dengan penambahan S. platensis 1,00% memiliki kadar protein 26,18%, beta karoten 14,57 RE, serat kasar 6,42%, air 54,44% dan tingkat kekenyalan 68,56%.

Kata kunci: Eucheuma cottonii, karakteristik, penerimaan konsumen, permen jeli, Spirulina platensis

KARAKTERISTIK ANTIOKSIDAN EKSTRAK KASAR DARI RUMPUT LAUT GRACILARIA LICHENOIDES TERHADAP PH DAN SUHU

HardokoFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya Malang

Free radical inside human body can be harmful for health. Antioxidant is a compound that able to constrain those free radical. Seaweeds have been demonstrated to have decent antioxidant properties. In this research, fresh and dried red seaweed Gracilaria lichenoides was examined the

Page 4: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

antioxidant activity and total phenolic content using three different solvent (methanol, acetone, and hexane). Antioxidant activity was measured using DPPH method, total phenolic content was measured using Follin-Ciocalteu method, and identification of the active compound was done using GC-MS. In addition, effect of temperature (40˚C, 50˚C, 60˚C, and 70˚C) and pH (5, 6, 7, and 8) on the antioxidant activity of seaweed extract was investigated. Stability of antioxidant was measured using UV-Vis spectrofotometry. The result showed that acetone fresh seaweed extract had the highest antioxidant activity which was significantly different to another extract with IC50 values was 6607.39±170.92 ppm. Methanol extract displayed the highest total phenolic content (30.6±0.3 mg GAE/g extract on fresh seaweed and 2.67±0.02 mg GAE/g extract on dried seaweed) which was significantly different to another extract. At 40˚C and neutral pH, seaweed extract showed the highest antioxidant activity with IC50 values was 5399.33±109.87 ppm.

Keywords: antioxidant activity, IC50 , Gracilaria lichenoides, phenolic

STUDI KANDUNGAN FUKOSANTIN LIMA JENIS RUMPUT LAUT COKELAT DI PERAIRAN MADURA

Heriyantoa, Kartini Zaelanieb and Leenawaty Limantaraa**aMa Chung Research Center for Photosynthetic Pigment, Ma Chung University, Malang, East Java-Indonesia bFaculty of Fisheries and Marine Science, Brawijaya University, Malang, East Java-Indonesia

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan kandungan fukosantin dari Sargassum duplicatum, Sargassum polycystum, Sargassum filipendula, Padina australis dan Turbinaria conoides menggunakan metode Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT) berdasarkan luas puncak fukosantin dan secara spektrofotometri berdasarkan metode Seely et al. (1972). Kandungan fukosantin secara spektrofotometri dianalisa dengan spektrofotometer UV-Tampak, UV-1700 PharmaSpec (Shimadzu, Kyoto) dan kemudian dihitung dengan persamaan Seely et al. (1972) dalam satuan mg/g berat kering ± Standard Error (SE). Analisa KCKT dilakukan dengan LC-20AD (Shimadzu, Kyoto) dilengkapi dengan oven kolom dan detektor photodiode array SPD-M20A. Shim-pack VP-ODS C 18 digunakan sebagai kolom dan dilengkapi dengan kolom pelindung. Analisa pigmen dilakukan berdasarkan metode Hegazi et al. (1998) yang telah dimodifikasi. Luas puncak fukosantin pada kromatogram KCKT dideteksi pada 450 nm. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Padina australis memiliki kandungan fukosantin tertinggi diantara rumput laut cokelat yang diteliti dengan ke dua metode yang digunakan. Hal ini berkaitan dengan morfologi Padina australis tersusun atas thalus yang berbentuk menyerupai daun, selain itu rumput laut ini tumbuh di dasar laut. Urutan kandungan fukosantin dengan metode spektrofotometri adalah sebagai berikut: Padina australis (0,2674 ± 0,0115) > Turbinaria conoides (0,2134 ± 0,0269) ≈ Sargassum filipendula (0,1957 ± 0,0432) ≈ Sargassum duplicatum (0,1649 ± 0,0231) ≥ Sargassum polycystum (0,1578 ± 0,0226). Sedangkan urutan kandungan fukosantin menggunakan metode KCKT, berdasarkan luas puncak fukosantin, adalah sebagai berikut: Padina australis (25437038) > Sargassum duplicatum (11686894) > Sargassum polycystum (9882128) > Sargassum filipendula (9379105) > Turbinaria conoides (7792758).

Kata kunci: fukosantin, KCKT, rumput laut cokelat, spektrofotometri

PENGARUH PENAMBAHAN KARAGINAN TERHADAP SIFAT FISIK BAKSO DAGING MANYUNG

Ignatius Dimas Lasakti Putra, Ustadi, dan Nurfitri EkantariJurusan Perikanan Fakultas Pertanian Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan karaginan sebagai pengenyal terhadap sifat fisik (kekenyalan) bakso daging manyung. Pengaruh karaginan dapat dilihat dari kekenyalan, struktur mikroskopis adonan bakso, struktur mikroskopis bakso masak, kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar protein, dan nilai hedonik bakso ikan masak yang meliputi atribut warna, bau, tekstur, rasa, dan keseluruhan. Penelitian ini terdiri dari enam perlakuan penambahan karaginan, yaitu tanpa penambahan; penambahan 0,5%; 1%; 1,5%; 2%; dan 2,5%. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Tahap-tahap pembuatan bakso daging manyung meliputi penyiangan dan pencucian

Page 5: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

ikan manyung, pemfiletan daging manyung, penggilingan daging. Daging manyung yang sudah lumat ditambahkan semua bahan kemudian dicetak dan direbus dalam air mendidih hingga matang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan karaginan sebesar 1,5% meningkatkan kekenyalan bakso daging manyung (p<0,05) dan memiliki nilai kekenyalan 95,05 % dan Fmax 82,08 N. Memiliki kadar air 73,47 %, kadar abu 1,24 %, kadar lemak 2,83 %, dan kadar protein 12,36 %. Penambahan karaginan memberikan pengaruh terhadap struktur mikroskopis adonan dan irisan bakso ikan. Secara sensoris dengan pengujian kesukaan tidak terdapat pengaruh pada atribut warna, bau, dan rasa.

Kata kunci: bakso daging manyung, karaginan, kekenyalan

EKSTRAKSI GELATIN DARI TULANG IKAN UNTUK BAHAN DASAR PEMBUATAN CANGKANG KAPSUL

JuniantoFakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Unpad

Pembuatan cangkang kapsul dari gelatin tulang ikan sangat penting artinya untuk negara Indonesia yang mayoritas warganya adalah muslim. Gelatin yang terbuat dari tulang ikan sangat terjamin kehalalannya sedangkan gelatin yang terbuat dari tulang hewan mamalia masih diragukan kehalalannya. Isu-isu lain yang dapat mengkhawatirkan pemakaian gelatin dari hewan mamalia adalah penyakit sapi gila dan antrak. Tujuan penelitian adalah mengetahui rendemen, karakteristik proksimat dan fisikokimia gelatin dari tulang ikan dan kaki Ayam sebagai bahan farmasi pembuatan cangkang kapsul. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap yang terdiri dari empat perlakuan jenis tulang dan 6 ulangan. Keempat perlakuan tersebut adalah tulang ikan Nila, tulang ikan Tuna, campuran tulang ikan Nila-Tuna (1 :1 b/b), dan tulang kaki Ayam. Gelatin hasil ekstraksi dari keempat perlakuan tersebut diamati rendemen, karakteristik proksimat (kadar air, abu, protein, dan asam amino), dan karakteristik fisikokimia (pH, viskositas, dan kekuatan gel). Data dianalisis dengan statistik parametrik uji F dan uji Jarak Berganda Duncan pada taraf kepercayaaan 95%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rendemen gelatin tertinggi diperoleh dari ekstraksi tulang ikan Nila, kemudian diikuti tulang campuran ikan Nila-Tuna, tulang ikan Tuna dan tulang kaki Ayam dengan nilai masing-masing adalah 11,19; 10,21; 9,43; dan 6,38%. Karakteristik proksimat dan fisikokimia gelatin yang dihasilkan dari ekstraksi tulang ikan Nila, tulang ikan Tuna, tulang campuran ikan Nila-Tuna, dan tulang kaki Ayam memenuhi standar sebagai bahan farmasi.

Kata kunci: ekstraksi, gelatin, kapsul, tulang ikan

PEMBUATAN BIODIESEL DARI LIMBAH MINYAK TEPUNG IKAN SARDIN DENGAN KATALIS ABU AMPAS TEBU

Latif Sahubawa, Ustadi, MastoriJurusan Perikanan Fakultas Pertanian UGM

The research objectives is determine conversion, chemical composition, and characteristics of biodiesel on the esterification and transesterification reaction, with sugarcane residue ash treatment (2%, 4%, & 6% : w/v). Esterification process carried out with adition sulfuric acid (H2SO4) of 1% (v/v) until 30 minutes and the transesterification process with adition methanol of 22% (v/v) until 1 hours at temperature of 60oC. The Biodiesel has analyzed by 1HNMR, GCMS, and ASTM methods. Analysis result of ASTM that compared with ASTMD 6751 and SNI standards. The results showed that the levels of free fatty acid (FFA) from sardine fish meal oils waste amounted 5.17 of acid number. The results of biodiesel transesterification with sugarcane ashes catalyst 2%, showed the optimum value. 1HNMR analysis results showed that almost all of triglycerides have been converted into methyl esters in the process of esterification and transesterification through two stages. The Analysis result of GCMS showed that the methyl ester compounds formed is similar with the fragmentation of palmitic methyl ester, palmitoleat, myristic, and pentanoat. The results of physical testing of biodiesel showed that: (1) the relative density measurement = 0.8442, (2) kinematic viscosity = 0.856 cSt, (3) water content = 0.00%, and (4) pour point = -33oC, in accordance with the ASTMD-6751 and SNI

Page 6: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

standards, while (5) the flash point = 12.5o C and (6) carbon residue = 2.107% do not fulfill ASTMD-6751 and SNI standars.

Key words: biodiesel, esterification, oil fish flour waste, sugarcane residue ash, transesterification

ANALISIS POTENSI SPONGE LAUT SEBAGAI BIOAKUMULATOR LOGAM BERAT Pb, Cd DAN Cu DARI PERAIRAN LAUT

Muh. Farid Samawi, Shinta Werorilangi, Rahmadi TambaruFakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar

Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi sponge laut sebagai bioakumulator logam berat Pb, Cd dan Cu. Dilakukan pada perairan laut dengan kondisi pencemaran yang berbeda yaitu pulau Samalona dan Pulau Laelae Kota Makassar. Hasil penelitian ditemukan lima jenis yang sama yaitu Xestospongia testudinaria, Clathria sp, Pseudoceratina sp, Calispongia1 sp dan Calispongia2 sp. Hasil analisis menunjukkan bahwa Sponge laut jenis Xestospongia testudinaria mengakumulasi logam Pb sebesar 4,813±0,8171 mg/L lebih besar dibanding jenis lain. Sementara sponge laut jenis Calispongia1 sp mengakumulasi logam Cd sebesar 21,3676±0,7471 mg/L dan Cu sebesar 3,3015±0,0978 lebih besar dibanding jenis lain. Kondisi pencemaran mempengaruhi besarnya kandungan logam berat Pb, Cd dan Cu dalam sponge laut.

Kata kunci: bioakulmulator, logam berat Pb, Cd dan Cu, sponge laut

PENINGKATAN DAYA TAHAN DAN MUTU PRODUK IKAN KEMBUNG PEREMPUAN (RASTRELLIGER BRACHYSOMA) ASIN KERING MELALUI PENGGUNAAN BUMBU

Nursinah AmirDepartment Of Fisheries, Faculty of Marine Science and Fisheries, Hasanuddin University

The objectives of this research were to study the influence of tamarind, turmeric and garlic to improvement of shelf life and quality of salt dry short mackerel (Rastrelliger brachysoma). This research used the random device of group. Subdividing conducted by the period of storage (0, 4, and 8 week). Treatment given by using eight combination of spices with three repetition. Weight of short mackerel were used on each treatment ± 420 g, amount of NaCl equal to 2100 ml concentration 15%. Comparison of spices every treatment is 5 g for the salt, 1 g for tamarind, 0,25 g for turmeric and 1 g for garlic. The procedure of this research were making product spiced-salt dry short mackerel (Rastrelliger brachysoma), continued with quality and shelf life test. Observed parameter is water rate, salt rate, protein rate, fat rate, free faty acid, peroxide number, total of bacteria and sensory quality. The result of this research show that treatment have significant effect to water rate, salt, protein, fat, peroxide number, total of bacteria and sensory quality (visible and flesh texture). Free faty acid and sensory quality (smell and taste) uninfluenced by treatment that is given.

Keyword: quality, shelf life, short mackerel, spices

PENGARUH PENGAWETAN BAHAN MENTAH TERHADAP MUTU KULIT TERSAMAK IKAN KAKAP PUTIH (LATES CALCARIFER)

Nurul Hak**Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Telah dicoba menyamak kulit ikan kakap putih (Barramundi) dari bahan mentah kulit kakap yang diawet dengan cara di garam dan di beku masing-masing selama 3 bulan. Hasil kulit tersamak diuji organoleptik dan mutu fisiknya berdasarkan SNI. 06-7127-2005 (suhu kerut, oC), SNI. 06-1117-1989 (kekuatan jahit, kg/cm), SNI. 06-1795-1990 (kekuatan tarik, kg/cm2) dan SNI. 06-1795-1990 (kemuluran, %) dan dicoba dibandingkan dengan mutu kulit sapi SNI 06-4263-1996 yang terdaftar dalam Standar Nasional Indonesia. Hasil percobaan menunjukkan bahwa kulit mentah kakap putih yang di awet selama 3 bulan dengan cara di awet garam dan di awet beku tidak menunjukkan

Page 7: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

perbedaan yang nyata dan memenuhi bahan untuk dijadikan kulit tersamak. Hasil kulit tersamaknya secara organoleptik berisi, liat, lemas, simetris dan corak permukaannya spesifik, yang mempunyai kekuatan tarik 258 - 286 kg/cm2, kekuatan regang (kemuluran) 55 - 61 %, kekuatan jahit 203 - 247 kg/cm, suhu kerut 82 - 83oC, sehingga sangat prospektif untuk dijadikan barang-barang kerajinan kulit.

Kata kunci: kulit Ikan Kakap, kulit tersamak, pengawetan, penyamakan

UJI SITOTOKSISITAS EKSTRAK (CRUDE EXTRACT ) KARANG LUNAK (OCTOCORALLIA:ALCYONACEA) DARI KEPULAUAN SPERMONDE KOTA MAKASSAR

Shinta Werorilangi 1) dan Abdul Haris 1

1)Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Unhas.

Uji sitotoksik ekstrak kasar karang lunak dari Kepulauan Spermonde, Kota Makassar dillakukan pada bulan Juni – September 2009 dengan tujuan mengidentifikasi jenis karang lunak yang memiliki potensi bioaktiv terhadap Artemia salina. Uji bioaktivitas sitotoksik dilakukan dengan menggunakan Brine Srimp Lethality Test (BST) (Suradikusuma, 2001). Jenis karang lunak yang ditemukan pada ketiga lokasi sampling (Pulau Barrang Lompo, Pulau Lumu lumu, dan Pulau Lanjukan) terdiri dari 23 spesies, 10 genus dan 3 kelas, yaitu Alcyoniidae, Nephteidae, dan Xeniidae. Semua ekstrak kasar yang diuji bersifat toksik terhadap Artemia salina. LC50 berkisar antara 5,98 – 21,62 mcg/ml. Pada ekstrak metanol, terdapat 4 spesies yang tergolong highly toxic, yaitu Dendronephthya sp1, Dendronephthya sp4, Alcyonium sp2, dan Sinularia sp2. Sedangkan pada ekstrak kloroform, juga terdapat 4 spesies yang tergolong highly toxic, yaitu Dendronephthya sp1, Dendronephthya sp 3 , Lobophytum sp1, dan Discosoma sp 1. Dari ke delapan spesies yang tergolong sangat toksik tersebut, ekstrak metanol Sinularia sp2 yang memiliki LC50 yang terendah, yaitu 5,98 mcg/ml, sehingga dapat digolongkan sebagai ekstrak yang paling tinggi toksisitasnya terhadap Artemia. Sedangkan Dendronephthya sp1 yang tergolong highly toxic pada kedua ekstrak, baik methanol (LC50: 8.24 mcg/ml) dan kloroform (LC50: 9.02 mcg/ml).

Kata kunci: Artemia salina, ekstrak kasar, karang lunak, makassar, spermonde

PIGMEN RUMPUT LAUT COKLAT SEBAGAI ZAT PEWARNA ALAMI ALTERNATIF DAN STABILITASNYA

Warkoyo dan E.A. SaatiProgram Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Malang

Produsen makanan dan minuman di Indonesia dalam melakukan bisnisnya masih banyak menggunakan bahan tambahan makanan yang kurang terpantau, baik ketepatan jenis maupun takaran penggunaannya. Dan disinyalir, adanya makanan dan minuman yang beredar di pasaran mengandung pewarna non-makanan (untuk tekstil), dan pewarna makanan yang sudah dilarang oleh pemerintah. Untuk itu penggalian potensi kekayaan hayati sangat diperlukan sebagai upaya “kembali ke alam”. Zat pewarna alami yang bersifat aman untuk digunakan, dan dapat dikembangkan antara lain dari pigmen karotenoid, kurkumin, dan antosianin yang dapat diperoleh dari jaringan tanaman (Nollet, 1996), dan salah satunya adalah dari rumput laut. Menurut Susanto (2007), rumput laut coklat, merah, dan hijau hingga hijau kebiruan banyak mengandung pigmen karotenoid dan lutein. Metode ekstraksi pigmen (termasuk jenis pelarut) yang tepat dari bahan alam yang spesifik amat penting untuk diketahui agar dapat dihasilkan kualitas pigmen yang baik dan maksimal serta bermanfaat bagi masyarakat. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis pigmen karotenoid yang dikandung dalam rumput laut coklat dengan menggunakan beberapa jenis pelarut, dan stabilitasnya pada berbagai penyinaran lampu dan umur simpan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing pelarut memberikan peak absorbansi maksimal pada kisaran 410,5-471,5 nm. Jenis pigmen yang dikandung adalah xantofil dari kelompok fukosantin dan lutein. Penggunaan pelarut aseton menghasilkan kualitas pigmen terbaik dibanding pelarut lainya. Kualitas pigmen rumput laut coklat mempunyai nilai pH 6,10-6,13, kadar 1,28 mg/100 g, dan rendemen pigmen 6,24%.

Page 8: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

Pigmen yang dihasilkan stabil sampai penyimpanan 7 hari, tetapi tidak stabil dengan penyinaran 40-100 Watt.

Kata kunci: pelarut, pigmen, rumput laut coklat

PENGARUH PENAMBAHAN MINYAK NABATI TERHADAP NILAI SENSORIS PRODUK MAYONAISE YANG DIFORTIFIKASI TETELAN DAGING IKAN TUNA (THUNNUS SP.)

Diah Ikasari dan Th. Dwi SuryaningrumPeneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Tetelan daging ikan tuna merupakan limbah pengolahan tuna untuk ekspor telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan fortifikasi pada produk mayonaise. Penelitian mengenai penggunaan minyak nabati pada pengolahan mayonaise yang difortifikasi daging ikan tuna telah dilakukan. Minyak nabati dengan konsentrasi 60%, 70 %, dan 80% dari jumlah total adonan dicampur dengan kuning telor, gula, garam, mustard dan dikocok hingga mengembang. Adonan kemudian dicampur dengan tetelan daging ikan tuna kukus yang dihancurkan dan diberi garam, lada, dan MSG, dengan perbandingan tuna : mayonnaise = 40 : 60. Selanjutnya mayonaise tuna dimasukkan ke dalam pouch dan di vacuum sealing untuk dipasteurisasi suhu 80oC selama 30 menit. Pengamatan dilakukan terhadap uji organoleptik (uji atribut dan kesukaan), analisis proksimat dan mikrobiologi (TPC) produk mayonnaise tuna. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan uji atribut untuk parameter warna, nilai tertinggi diperoleh pada mayonaise tuna dengan penambahan minyak nabati 80%, yaitu berwarna krem kekuningan. Sedangkan untuk parameter bau dan rasa tidak berbeda nyata diantara perlakuan. Perbedaan yang nyata diantara perlakuan ditunjukkan oleh parameter konsistensi, dengan nilai tertinggi pada penambahan minyak nabati 70%, yaitu. yang lembut, melekat dan merata pada permukaan roti. Berdasarkan uji kesukaan, penambahan minyak nabati sebesar 70% paling disukai oleh panelis karena menghasilkan mayonaise tuna yang memiliki tekstur yang lembut serta daya oles yang merata. Sedangkan berdasarkan analisa proksimat dan mikrobiologi mayonaise tuna dengan berbagai perlakuan penambahan minyak nabati memiliki kadar air 46.9-52.9%, kadar abu 1.71-2.13%, kadar protein 10.21-10.49%, kadar lemak 34.52-40.98% dan jumlah total bakteri <25 x 101 – 3,25 x 102 cfu/gram.

Kata kunci: mayonaise, minyak nabati, tetelan daging tuna

PENGARUH PENAMBAHAN GELATIN KOMERSIAL DAN GELATIN KULIT IKAN TUNA (THUNNUS SP.)SEBAGAI STABILISER DALAM ICING CAKE’S

Diah Lestari Ayudiarti dan SuryantiBalai Besar Riset Pengolahan produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Icing adalah lapisan gula yang terbuat dari campuran gula, mentega, air dan putih telur atau susu. Icing biasanya digunakan sebagai penutup lapisan cake’s. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan gelatin komersial dan gelatin kulit ikan tuna terhadap icing cake’s dibandingkan dengan icing cake’s komersial. Proses pembuatan icing cake’s dilakukan dengan menambahkan gelatin komersial dan gelatin ikan dengan konsentrasi 0,5% dan 1%. Parameter yang diamati meliputi kadar air, kadar abu, kekutatan tarik dan organoleptik. Hasil analisa menunjukkan bahwa icing cake’s yang mendekati karakter fisik icing cake’s komersial adalah icing cake’s yang menggunakan gelatin tuna 1% dengan kadar air 6,92%, kadar abu 0,19% dan kekuatan tarik 2383,42 gf/cm2. Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa rata-rata panelis lebih menyukai icing cake’s dari gelatin komersial karena tidak berasa dan tidak berbau ikan.

Kata kunci: gelatin ikan, gelatin komersial, icing cake’s

PENGARUH JENIS PENGEMAS TERHADAP DAYA SIMPAN GEL PENGHARUM RUANGAN

Ellya Sinurat dan Murdinah

Page 9: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

Peneliti Balai Besar Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Penelitian penentuan uji daya simpan gel pengharum ruangan menggunakan dua pengemas yaitu aluminium foil dan plastik HDPE (high density poly ethylene) telah dilakukan. Formulasi produk gel pengharum ruangan terdiri dari: karaginan (ATC) dan Locus Bean Gum (LBG) sebagai bahan pembentuk gel , garam, pewarna, fragrance ; pengawet dan aquades. Metode uji penyimpanan yang dilakukan adalah accelerated (dipercepat). Penyimpanan dilakukan pada 2 suhu yang berbeda yaitu 25 dan 45 oC dengan waktu pengujian dilakukan setiap minggu selama 6 minggu. Parameter uji yang dilakukan selama penyimpanan yaitu uji sifat fisik (sineresis dan tekstur), organoleptik (intesnsitas bau dan tekstur) serta uji mikrobiologi (TPC). Sebagai parameter titik kritis untuk mutu gel pengharum ruangan adalah hasil organoleptik dengan parameter intensitas bau. Diperoleh daya simpan gel pengharum ruangan jenis pengemas aluminium foil lebih lama (8 minggu) dibandingkan dengan plastik HDPE (4 minggu) berdasarkan intensitas bau.

Kata kunci: accelerated, aluminium foil, gel pengharum ruangan, HDPE

KEMUNDURAN MUTU KERIPIK CUMI-CUMI (OMMASTREPHES SLOANI PACIFIES)KERING OVEN SELAMA PENYIMPANAN

Ijah MuljanahPeneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Jakarta

Penelitian pengamatan kemunduran mutu cumi-cumi kering selama penyimpanan telah dilakukan. Cumi-cumi dihilangkan kepala, isi perut dan kantung tintanya kemudian dibelah dan dicuci. Selanjutnya dilakukan penggaraman dengan menggunakan larutan garam dengan konsentrasi 1%, 1,5% dan 2% (b/b) selama 1 jam dan dikeringkan dalam oven pada suhu 45 0C -50 0 C selama 40 jam. Cumi-cumi kering yang dihasilkan disimpan selama 3 bulan pada suhu kamar. Pengamatan dilakukan setiap bulan terhadap sifat kimia yang meliputi kadar air, TVN, nitrogen total, uji mikrobiologi yang meliputi jumlah total bakteri dan jumlah kapang, dan uji organoleptik yang meliputi rupa, bau, warna dan rasa dengan menggunakan uji hedonik. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penggaraman dengan konsentrasi 1 % (b/b) menghasilkan cumi kering oven terbaik dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Penyimpanan selama 3 bulan cumi kering oven masih dapat diterima oleh panelis baik dari segi organoleptik dan kimia.

Kata kunci: cumi-cumi kering, oven, penyimpanan, sifat kimia

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KEPALA UDANG TERHADAP PENINGKATAN UNSUR HARA N PADA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK RUMPUT LAUT

Jamal Basmal

Percobaan pembuatan pupuk organik menggunakan kombinasi rumput laut Sargassum sp dengan tepung kepala udang telah dilakukan. Rumput laut Sargassum sp terlebih dahulu dikeringkan untuk selanjutnya di buat menjadi tepung kemudian diformulasikan dengan tepung kepala udang. Perlakuan konsentrasi tepung kepala udang berturut-turut: 5%, 8% dan 12% (b/b). Hasil analisa kandungan unsur hara N (nitrogen) pada rumput laut sebesar 1,27%, sedangkan tepung kepala udang sebesar: 6,35%. Kombinasi tepung rumput laut dengan tepung kepala udang terbukti dapat meningkatkan kandungan unsur hara N di dalam pupuk organik dengan trend peningkatan setara dengan konsentrasi tepung kepala udang yang ditambahkan ke dalam tepung rumput laut Sargassum sp. Kisaran unsur hara N di dalam pupuk organik rumput laut antara 1,39% - 1,51%. Nilai terbaik diantara perlakuan yang diberikan ditemukan pada perlakuan penambahan tepung kepala udang 12% dengan unsur hara N = 1,51%, P = 0,86%, K = 8,61%, dan nilai KTK 190,31 (me/100g).

Kata kunci: nitrogen (N), pupuk organik, Sargassum sp., tepung kepala udang

TOKSISITAS SUBKRONIK RESIDU FORMALIN PADA IKAN KEMBUNG TERHADAP KADAR PROTEIN DARAH DAN HISTOPATOLOGI LAMBUNG, USUS DAN LIMPA MENCIT

Jovita Tri Murtini*, Relimey Duhita Hayuningtyas**, dan Ros Sumarny***

Page 10: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

*) Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan**) Mahasiswa Universitas Pancasila, Jakarta***) Dosen Universitas Pancasila, Jakarta

Penelitian subkronik residu formalin pada ikan kembung terhadap lambung, usus dan limpa mencit telah dilakukan. Formalin merupakan bahan kimia berbahaya yang disalahgunakan oleh masyarakat untuk mengawetkan makanan. Pada penelitian ini hewan coba mencit dibagi menjadi 4 kelompok masing-masing kelompok terdiri atas18 ekor yang diberi perlakuan pakan berbeda, yaitu kelompok kontrol negatif (tepung ikan tanpa formalin), kelompok D1 (tepung ikan dengan residu formalin 3 ppm), kelompok D2 (tepung ikan dengan residu formalin 6 ppm) dan kelompok D3 (tepung ikan dengan residu formalin 12 ppm). Pemberian sediaan uji sebanyak 0,8 ml dilakukan secara oral, selama 28 hari. Parameter yang diamati adalah kadar protein darah pada hari ke 14, 28 dan 42, sedangkan histopatologi organ lambung, usus dan limpa diamati pada hari ke 14 dan 28. Dari penelitian diperoleh hasil bahwa dengan semakin meningkatnya dosis, terjadi hiperproteinemia sampai hari ke 28 dan terjadi penurunan kadar protein darah pada hari ke-42 (pada masa pemulihan). Pada pengamatan kadar albumin darah diperoleh bahwa terdapat perbedaan yang nyata antar semua kelompok terhadap variabel dosis dan waktu sampling. Untuk kelompok perlakuan mengalami kerusakan pada organ lambung dan usus di hari ke-28, sedangkan organ limpa tidak terjadi kerusakan sehingga dapat disimpulkan bahwa pemberian sediaan suspensi tepung ikan yang mengandung formalin pada kelompok perlakuan selama 28 hari dapat meningkatkan kadar protein darah dan menyebabkan kerusakan pada lambung serta usus, meskipun tidak menyebabkan kerusakan pada limpa.

Kata kunci: kadar protein, lambung, residu formalin, toksisitas subkronik, usus, limpa

EKTRAKSI MINYAK IKAN DARI TROPICAL CATFISH SKALA LABORATORIUM

Luthfi Assadad dan Bagus SB UtomoBalai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Menipisnya cadangan minyak dan gas bumi mendorong berbagai penelitian dilakukan untuk menemukan berbagai sumber energi alternatif baru dan terbarukan. Salah satu sumber energi alternatif tersebut adalah bioenergi yang berasal dari minyak ikan. Berkaitan dengan hal tersebut telah dilakukan penelitian untuk mengetahui potensi produksi minyak ikan dari tropical catfish, yaitu ikan patin (Pangasius sp.) dan lele (Clarias sp.). Kedua jenis ikan ini banyak terdapat di Indonesia serta merupakan komoditas yang diunggulkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dikembangkan. Pada penelitian ini, ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan proses pemanasan dan pengepresan menggunakan alat press hidrolik berkekuatan 1,7 kpsi, dilanjutkan dengan proses degumming dan pemisahan antara minyak dan zat-zat pengotor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen minyak ikan yang dihasilkan sebesar 15,91% untuk ikan patin dan 1,22% untuk ikan lele. Hasil ini menunjukkan bahwa ikan patin cukup potensial digunakan sebagai sumber minyak untuk pembuatan bioenergi, tetapi ikan lele tidak cocok untuk sumber minyak karena kandungan minyaknya yang sangat rendah.

Kata kunci: Ikan Lele, Ikan Patin, minyak ikan, tropical catfish

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK MARINE FUNGI YANG BERASOSIASI DENGAN BIOTA LAUT DARI PANTAI BINUANGEUN, BANTEN DAN PERAIRAN SEKITAR MANADO

Muhammad Nursid1, Kartika Puspa Eka2, Prih Samianto3, Ekowati Chasanah4

1,4 : Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta2,3 : Fakultas Farmasi Universitas Pancasila, Jakarta

Fungi yang berasosiasi dengan biota laut diketahui mampu menghasilkan senyawa metabolit sekunder yang berpotensi dalam bidang farmasi. Salah satu bioaktivitas dari senyawa metabolit sekunder dari fungi yang banyak diteliti adalah sebagai bahan antioksidan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan senyawa metabolit sekunder yang dihasilkan dari fungi yang berasosiasi dengan dengan biota laut yang diambil dari pantai Binuangeun, Banten dan perairan

Page 11: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

sekitar Manado. Senyawa metabolit sekunder diperoleh melalui ekstraksi dengan etil asetat terhadap miselium dan broth fungi yang dikultivasi dalam 100 ml media cair malt extract agar (MEA) selama 4 minggu. Uji antioksidan dilakukan dengan metode 1,1-difenil-2-pikrilhidrazil (DPPH). Hasil uji memperlihatkan bahwa strain fungi dengan kode MFB-08-09 dan MFB-10-09 mampu meredam radikal bebas DPPH masing-masing sebesar 67% dan 53% pada dosis 100 µg/ml. Hasil perhitungan analisis probit memperlihatkan bahwa MFB-08-09 dan MFB-10-09 memiliki nilai IC50 berturut-turut sebesar 106,04 µg/ml dan 188,41 µg/ml. Fungi MFB-08-09 diisolasi dari rumput laut merah Halymenia sp. sedangkan fungi MFB-10-09 diisolasi dari spons yang belum teridentifikasi. Hasil analisis spektroskopik infra merah (FTIR) terhadap ekstrak kasar MFB-08-09 memperlihatkan bahwa senyawa yang terdapat pada ekstrak tersebut merupakan golongan senyawa fenolik yang mengandung gugus karbonil.

Kata kunci: antioksidan, isolasi, marine fungi, senyawa fenolik

RISET PENINGKATAN NILAI TAMBAH UDANG UKURAN KECIL MENJADI PRODUK SPICY SHRIMP SNACK

Murniyati*, Fera Roswita Dewi** dan Irma Hermana** Peneliti pada Balai Besar Riset pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Calon Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Telah dilakukan penelitian pengolahan udang kecil non ekonomis menjadi produk spicy shrimp snack atau udang berbumbu dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambahnya. Bahan baku yang digunakan adalah udang putih jenis Penaeus vannamei ukuran kecil (80-100 ekor/kg) yang dilumatkan dan dicampur dengan surimi. Perlakuan yang digunakan adalah kombinasi bahan baku dalam proses pembuatan udang berbumbu, yaitu formula A (udang 40%, surimi 40%), B (udang 50%, surimi 30%) dan C (udang 60%, surimi 20%). Masing-masing formulasi diberi bahan tambahan tepung terigu, bumbu (gula, garam, lada, cabe, lecitin, natrium benzoat), dibentuk sebagai lembaran, dikeringkan selama 10 jam dalam oven suhu 55oC, dikukus selama 15 menit, dikeringkan kembali selama 12 jam pada suhu 55oC. Pengamatan dan analisis yang dilakukan meliputi organoleptik (kenampakan, bau, rasa dan tekstur), kimiawi (kadar air, kadar lemak, protein, abu, Aw) serta mikrobiologi (Angka Lempeng Total/ALT, Coliform, E.coli, kapang). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara organoleptik panelis lebih menyukai perlakuan C dengan kenampakan (rupa dan warna) cemerlang, berwarna merah bata, bersih, menarik, gurih, homogen dan ketebalan merata. Kadar protein untuk perlakuan C adalah sebesar 29,68%; lemak 0,63%; Aw 0,716; ALT 1,2x10 2

koloni/gram; E.coli negatif dan kapang <10 koloni per gram. Kombinasi udang dan surimi dalam formula pembuatan udang berbumbu memberikan pengaruh yang nyata (p<0,05) terhadap nilai organoleptik kenampakan, protein, lemak, abu dan Aw.

Kata kunci: nilai tambah, Penaeus vannamei, udang berbumbu

PENGARUH LARUTAN PENGAWET PADA PENANGANAN AWAL RUMPUT LAUT TURBINARIA CONOIDES TERHADAP MUTU NATRIUM ALGINAT

Nurhayati *) dan Tazwir **) *) Staff Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan**) Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Penelitian ini mempelajari pengaruh perendaman rumput laut Turbinaria conoides dalam larutan pengawet terhadap rendemen dan mutu natrium alginat yang dihasilkan. Rumput laut biasanya disimpan dalam waktu yang lama sebelum akhirnya digunakan dalam proses ekstraksi natrium alginat sehingga diperlukan adanya pengawetan rumput laut untuk mempertahankan rendemen dan mutu natrium alginat. Variasi pengawetan yang dilakukan adalah tanpa perendaman, perendaman rumput laut dalam larutan HCl 1% selama 1 jam, dan perendaman dalam NaOH 1% selama 1 jam. Tahap selanjutnya adalah pencucian dengan air tawar lalu pengeringan dibawah sinar matahari. Ekstraksi natrium alginat dilakukan menggunakan metode Yunizal (2000). Parameter yang diamati antara lain rendemen, kadar air, kadar abu, viskositas, dan derajat putih natrium alginat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengawetan dengan perendaman dalam bahan kimia menghasilkan rendemen

Page 12: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

natrium alginat yang lebih tinggi dibandingkan tanpa perendaman. Perlakuan tanpa perendaman memberikan nilai rendemen natrium alginat sebesar 29,1% dengan kadar air 24,7%, kadar abu 26%, viskositas 45,5 cps, dan derajat putih 27,1%. Sedangkan perlakuan perendaman dalam bahan kimia menghasilkan rendemen natrium alginat tertinggi yaitu pada perendaman dalam NaOH 1%, yaitu sebesar 38,1% dengan kadar air 26,2%, kadar abu 21,7%, viskositas 3,9 cps, dan derajat putih 22,6%. Perlakuan perendaman dalam HCl 1% memberikan hasil rendemen natrium alginat sebesar 31,2%, dengan kadar air 25%, kadar abu 22,4%, viskositas 14,8%, dan derajat putih 52%. Dengan demikian, perlakuan yang menghasilkan mutu terbaik diperoleh pada perendaman dalam HCl 1% selama 1 jam.

EKSTRAKSI MINYAK IKAN DARI LIMBAH PADAT PENGOLAHAN IKAN TUNA Putri Wullandari1 & Rinta KusumawatiBalai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan Calon peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan.

Penelitian mengenai ekstraksi minyak ikan tuna telah dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh volume air pada tahap perebusan dan suhu ekstraksi terhadap rendemen, kadar FFA (Free Fatty Acids), dan komposisi asam lemak dominan dari minyak ikan yang diperoleh. Metode ekstraksi mengacu pada Suhartini & Hidayat (2005), yang terdiri dari tahap pencacahan, pengepresan, pemasakan/perebusan, pengepresan, dan pemisahan minyak dari air. Volume air untuk ekstraksi divariasikan 200, 300, dan 400%; sedangkan suhu ekstraksi divariasikan antara 60, 70, dan 80C. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi minyak ikan tuna yang diperoleh adalah 2,0% dari perlakuan ekstraksi menggunakan air 300% dan suhu 70°C dengan karakteristik minyak berwarna kuning kecoklatan. Pada perlakuan tersebut juga diperoleh kadar asam lemak bebas (FFA) tertinggi yaitu 7,86%, sedangkan jenis asam lemak yang dominan adalah asam lemak tak jenuh. Kata kunci: ekstraksi, FFA, minyak ikan, rendemen, suhu

PERTUMBUHAN SPIRULINA PLATENSIS  DAN EKSTRAKSI KANDUNGAN MINYAKNYA MENGGUNAKAN PELARUT  YANG BERBEDA   Rini Susilowati *dan Sri Amini* Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Mikroalga merupakan tumbuhan tingkat rendah yang sangat beragam jenisnya. Keragaman mikroalga memberikan variasi senyawa di dalam sel, salah satunya adalah kandungan minyaknya. Selama kultivasi, kelimpahan sel Spirulina platensis tertinggi dicapai pada hari ke 14 yaitu  4,46  log sel/mL dan laju pertumbuhan (k) tertinggi pada hari ke 10 yaitu  1,77. Selanjutnya dilakukan ekstraksi kandungan minyak S. platensis dengan menggunakan pelarut  yang berbeda yaitu hexane dan petroleum eter. Hasil ekstraksi menunjukkan kandungan minyak tertinggi pada umur ke 5 hari yaitu 2,49% biomassa kering dengan pelarut hexane dan 2,27% biomassa kering dengan pelarut petroleum eter. Uji statistik dengan menggunakan ANOVA memperlihatkan hasil tidak berbeda nyata terhadap kandungan minyak pada kedua pelarut.

  Kata kunci: ekstraksi, mikroalga, minyak nabati, pertumbuhan,

PENGARUH BAHAN KIMIA SEBAGAI PENGAWET SARGASSUM POLYCISTUM TERHADAP MUTU NATRIUM ALGINAT YANG DIHASILKAN

Rinta Kusumawati*) dan Nurul Hak*)

*) Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Rumput laut sebagai bahan baku ekstraksi fikokoloid seringkali tidak langsung digunakan, sehingga perlu dilakukan penanganan awal untuk pengawetannya. Penggunaan bahan kimia telah diketahui dapat mengawetkan rumput laut. Penelitian ini menggunakan larutan bahan kimia yang bervariasi,

Page 13: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

yaitu NaOH 0,5%, NaOH 1%, Ca(OH)2 jenuh, dan HCl 1%. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan mutu natrium alginat yang dihasilkan dari bahan baku rumput laut Sargassum polycistum yang mendapat perlakuan penanganan awal menggunakan larutan bahan kimia terhadap kontrol (tanpa perlakuan perendaman dengan bahan kimia). Teknik pengawetan yang dilakukan adalah dengan cara merendam rumput laut yang telah dicuci dan dibersihkan dalam larutan bahan kimia selama 1 jam, kemudian dicuci kembali dan dikeringkan dengan sinar matahari dan dikemas dalam karung plastik dengan penyimpanan dalam suhu ruang. Ekstraksi rumput laut kering mengacu pada metode Yunizal (2004), sedemikian hingga diperoleh tepung natrium alginat yang kemudian dianalisis mutunya. Hasil analisis menunjukkan bahwa rendemen natrium alginat dari kontrol dan perlakuan dengan NaOH 0,5%; NaOH 1%, Ca(OH)2 jenuh, dan HCl 1%, yaitu 25,5; 28,7; 34,7; 28,0; dan 36,5%. Kadar air masing-masing 18,0; 22,1; 23,6; 15,9; dan 27,3%. Kadar abu masing-masing 30,5; 25,7; 26,8; 29,4; dan 30,9%. Viskositas masing-masing 2,5; 28,7; 29,8; 64,0; dan 26,7 cPs. Derajat putih masing-masing 59,0; 38,1; 38,2; 38,7; dan 22,4%. Analisis statistik de Garmo terhadap keseluruhan data analisis menunjukkan bahwa perlakuan pengawetan terbaik terhadap Sargassum polycistum adalah dengan menggunakan larutan HCL 1%.

Kata kunci: ekstraksi, natrium alginat, pengawetan, Sargassum polycistum,

PENELITIAN PENGOLAHAN ABON IKAN TUNA DENGAN ALAT PENGERING MEKANIS

Rosmawaty Peranginangin* dan Ijah Muljanah**Peneliti dari Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Penelitian pengolahan abon dengan menggunakan alat pengering mekanis telah dilakukan. Bahan baku yang digunakan adalah ikan tuna beku. Tahapan proses pembuatan abon adalah : ikan tuna beku di lelehkan, direbus, pengepresan, pemarutan menjadi serat-serat abon, penambahan bumbu, pengeringan dalam alat mekanis suhu 80oC. Untuk mengetahui efisiensi kapasitas alat pengering mekanis ddigunakan dua perlakuan berat bahan baku ikan tuna yaitu 6 kg dan 20 kg. Selama pengeringan dalam alat pengering mekanis diambil sampel setiap satu jam untuk dianalisis kadar airnya sampai abon dinyatakan matang. Kandungan protein, abu dan lemak dianalisis pada abon yang sudah matang. Hasil penelitian dengan bahan baku ikan tuna 6 kg menjadi abon dengan lama pengeringan 2,5 jam diperoleh: rendemen sebesar 23.2%, kadar air 18.82%, kadar abu 3.54%, kadar protein 38.43% dan kadar lemak 5.20%. Sedangkan dengan bahan baku 20 kg ikan tuna diperoleh abon dengan lama pengeringan 6 jam dengan rendemen 32.5%, kadar air 9.3%, kadar abu 4.32%, kadar protein 39.86% dan kadar lemak 8.42%.

PENGGUNAAN BAHAN PEMUCAT PADA EKSTRAKSI AGAR DARI RUMPUT LAUT GRACILLARIA VERRUCOSA

Siti Nurbaity Kartika Apriani dan MurdinahBalai Besar Riset Pengolahan Produk dan BIoteknologi Kelautan dan Perikanan

Penelitian penggunaan bahan pemucat pada ekstraksi agar dari rumput laut Gracillaria verrucosa hasil budidaya telah dilakukan. Bahan pemucat biasanya digunakan untuk menghilangkan pigmen rumput laut sehingga diperoleh produk akhir berupa tepung agar yang lebih putih. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektifitas bahan pemucat pada ekstraksi agar dari rumput laut Gracillaria verrucosa. Beberapa jenis bahan pemucat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, kapur tohor (CaO), Natrium hipoklorit (NaOCl), dan Titanium dioksida (TiO2). Konsentrasi masing-masing jenis bahan pemucat yang digunakan adalah 0,5% dengan waktu perendaman selama 30 menit. Tepung agar yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan berbagai jenis bahan pemucat diamati mutunya meliputi kadar air, kadar abu, derajat putih, kekuatan gel, dan rendemen. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa penggunaan jenis bahan pemucat titanium dioksida 0,5% menghasilkan tepung agar dengan nilai derajat putih yang lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan jenis bahan pemucat lainnya. Karakteristik tepung agar yang dihasilkan dengan jenis bahan pemucat titanium dioksida memiliki nilai derajat putih 56,7 %,kadar air 10.43 %, kekuatan gel 84,8 g/cm2, kadar abu 20.67 %, dan rendemen 13.53 %.

Page 14: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

Kata kunci: agar-agar, bahan pemucat, ekstraksi, Gracillaria verrucosa, mutu

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN DAN TINGKAT PENERIMAAN KONSUMEN SELAI APEL MALANG YANG DIPERKAYA SPIRULINA PLATENSIS

Puspita Akbar Adhy Aksay, Iwan Yusuf Bambang Lelana, Siti Ari BudhiyantiJurusan Perikanan Universitas Gadjah Mada

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan dan tingkat penerimaan konsumen selai apel (P. malus) yang diperkaya dengan S. platensis. Tingkat kesukaan konsumen ditinjau dari atribut warna, aroma, rasa dan tekstur. Aktivitas antioksidan diuji dengan metode RSA-DPPH. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 7 perlakuan ( 0%, 0,13%, 0,25%, 0,37%, 0,50%, 0,63% dan 0,75% ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan S. platensis berpengaruh nyata pada tingkat kesukaan panelis (p<0,05). Penambahan S. platensis meningkatkan aktifitas antioksidan pada produk dengan persamaan regresi y = 2,213x + 57,79 dan koefisien determinasi R2= 0,96. Perlakuan terbaik yang dapat diterima oleh panelis dan memberikan peningkatan aktivitas antioksidan adalah penambahan S. platensis sebesar 0,50%.

Kata kunci : penerimaan, antioksidan, selai, apel malang, S. platensis

PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN MINYAK NABATI MIKROALGAE PORPHYRIDIUM CRUENTUM

Sri Amini** Peneliti Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi, Jakarta

Penelitian pengaruh umur terhadap kandungan minyak nabati mikroalgae jenis Porphyridium cruentum telah dilakukan dilaboratorium Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan Perikanan Jakarta. Kultivasi Porphyridium cruentum dilakukan dalam wadah ukuran 100 liter air laut kadar garam 20 ppt,diaerasi terus menerus dan ditempatkan diluar ruangan yang terkena sinar matahari. Kultivasi dilakukan 3 kali ulangan dan media pertumbuhannya dipupuk menggunakan Conwy. Pengamatan pertumbuhan diamati setiap 2 hari sekali dan pemanenan biomassa Porphyridium cruentum dilakukan setiap 5, 9 dan 15 hari sekali untuk dianalisis kandungan minyak nabatinya. Ekstraksi minyak nabati Porphyridium cruentum menggunakan pelarut hexana. Hasil penelitian menunjukkan pertumbuhan sel Porphyridium cruentum tertinggi terdapat pada umur 9 hari = 6,45 log sel/mL dan laju pertumbuhannya pada umur 5 hari (k=2,88). Kandungan minyak nabati Porphyridium cruentum tertinggi terdapat pada umur 9 hari yaitu 3,0 %.

Kata kunci: ekstraksi, minyak nabati, mikroalgae, Porphyridium cruentum

PENGARUH TEKNIK PENYARINGAN PADA EKTRAKSI BAKTO AGAR DARI RUMPUT LAUT BLUDRU (RHODYMENIA SP.) TERHADAP KUALITAS PRODUK YANG DIHASILKAN

Subaryono dan Murdinah

Penelitian untuk melihat pengaruh teknik penyaringan pada ekstraksi bakto agar dari rumput laut Bludru (Rhodymenia sp.) terhadap kualitas produk yang dihasilkan telah dilakukan. Perlakuan yang dicobakan adalah penyaringan dengan penyaring nylon 300 mesh, penyaringan dengan penyaring nylon 300 mesh dengan penambahan cellite, dan penyaringan dengan kertas saring whatman No 1 dengan penambahan cellite. Penelitian dilakukan dengan rancangan acak lengkap (RAL) dengan tiga kali ulangan. Parameter yang diamati meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, gel strength, kadar sulfat, titik leleh, titik jendal dan pH.Analisa data dilakukan dengan uji sidik ragam (anova) dan apabila terdapat pengaruh yang nyata dilanjutkan dengan uji Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan teknik penyaringan berpengaruh nyata terhadap rendemen, kadar abu dan kekuatan gel, tetapi tidak berpengaruh terhadap kadar air, kadar sulfat, titik jendal, titik leleh dan pH produk bakto agar yang dihasilkan. Rendemen tertinggi sebesar 36,65% dihasilkan pada bakto agar yang diekstrak

Page 15: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

dengan penyaringan menggunakan nylon 300 mesh. Kadar abu terendah sebesar 1,42% dihasilkan pada penyaringan menggunakan kertas whatman no 1 dengan penambahan cellite. Gel strength tertinggi sebesar 438.6 g/cm2 dihasilkan pada penyaringan menggunakan kertas whatman no 1 dengan penambahan cellite.

Kata kunci: bakto agar, ekstraksi, penyaringan, Rhodymenia sp., rumput laut

EKSTRAKSI PEMANFAATAN LIMBAH KULIT IKAN KAKAP PUTIH (LATES CALCALIFER ) SECARA ASAM MENJADI GELATIN

Tazwir * dan Fera Roswita Dewi ** Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta

Sampai saat ini Indonesia masih mengimpor gelatin sebagai bahan tambahan untuk produk makanan maupun farmasi. Limbah hasil perikanan yang mencapai 37,9 % yang berupa kepala, tulang, kulit , sirip, duri dan isi perut hingga saat ini belum dimanfatkan secara optimal, hanya terbatas untuk makanan ternak dan ikan. Salah satu cara pemanfaatannya adalah diolah menjadi gelatin. Ekstrksi gelatin dari kulit ikan kakap putih secara asam telah dilakukan pada suhu 60 -70 0C selama 5 jam, kemudian disaring dan dikeringkan dalam oven pada suhu 55 0 C, lembaran yang diperoleh digiling sehingga diperoleh bubuk gelatin. Parameter pengamatan meliputi sifat fungsional yaitu rendemen, kekuatan gel, viskositas, titik leleh dan titik jendal serta kandungan asam aminonya. Hasil penelitian menunjukan bahwa gelatin yang dihasilkan mempunyai rendemen sebesar 11.5 %, kekuatan gel 335.3 gr bloom, viskositas 13.6 cPs, titik leleh sebesar 23.5 0C dan titik jendal 9.66 0C. Nilai tersebut diatas sudah memenuhi criteria gelatin pangan, farmasi maupun standard SNI dan British standar 757, 1975. Komposisi asam amino terbanyak adalah asam glutamate 2,107 %, lisin 1,038 %, leusin 1,005 % dan asam aspartat 0,673 %.

Kata kunci: ekstraksi, gelatin, kakap putih

PENAMBAHAN EKSTRAK FLAVOR KEPALA UDANG TERHADAP SIFAT KARAKTERISTIK BUMBU PASTA NASI GORENG

Theresia Dwi Suryaningrum dan Ijah Muljanah **) **) Peneliti pada Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Limbah kepala udang yang mengandung protein cukup tinggi masih potensial untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku flavor enhancer. Penelitian pemanfaatan ekstrak flavor limbah udang untuk bumbu pasta nasi goreng telah dilakukan. Limbah kepala udang dihancurkan kemudian dihidrolisis dengan menggunakan enzim papain kasar 0.5% (b/v) dan garam 0.5% (b/v) pada suhu 55-60oC selama 1 jam. Ekstrak yang diperoleh sebagian disterilisasi dan sebagian dipasteurisasi. Penambahan ekstrak flavor terhadap bumbu nasi goreng dilakukan berdasarkan hasil percobaan pendahuluan yaitu dengan penambahan ekstrak flavor 50% dan 25 % dari bumbu nasi goreng yang digunakan. Pengamatan dilakukan terhadap rendemen, pH, proksimat analisis (kadar air, kadar abu, protein, lemak) jumlah lempeng bakteri (TPC), serta uji sensori terhadap rasa, bau dan warna nasi goreng yang dilakukan dengan cara mengaplikasikan bumbu ke dalam 250 g nasi putih untuk dibuat nasi goreng. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rendemen tertinggi diperoleh dari bumbu pasta nasi goreng yang ditambah dengan flavor 50% yang diekstraksi dengan cara sterilisasi. Perlakuan penambahan ekstrak flavor 50% menghasilkan bumbu pasta dengan kadar air, protein dan pH lebih tinggi yang berbeda nyata(P< 0.05), dibandingkan dengan penambahan ekstrak flavor 25%. Sedangkan penambahan ekstrak flavor yang diperoleh secara pasteurisasi menghasilkan bumbu nasi goreng dengan kadar air, kadar abu, kadar protein dan pH yang lebih tinggi dibandingkan dengan ekstrak flavor yang diperoleh dengan cara sterilisasi. Jumlah bakteri bumbu pasta dari berbagai perlakuan yang diberikan kurang dari 25 x 102 sel/g. Sedangkan pengamatan secara sensori terhadap warna, panelis memberikan nilai tertinggi pada bumbu nasi goreng yang ditambah dengan ekstrak flavor limbah udang 50% yang diperoleh dengan cara pasteurisasi. Sedangkan bau dan rasa panelis memberikan nilai tertinggi terhadap bumbu nasi goreng yang ditambah ekstrak flavor 50% yang diperoleh dengan sterilisasi. Secara umum perlakuan terbaik diperoleh dengan menggunakan ekstrak flavor yang disterilisasi dengan konsentrasi ekstrak 50%.

Page 16: PENGARUH UMUR PERTUMBUHAN PADA KANDUNGAN

PENGARUH SUHU PEMANASAN TERHADAP RENDEMEN MINYAK DARI LIMBAH PENGOLAHAN PATIN

Tri Nugroho Widianto dan Putri WullandariBalai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan

Penggunaan bahan bakar fosil yang terus meningkat menyebabkan ketersedianan bahan bakar fosil semakin menipis serta menyebabkan masalah lingkungan seperti pemanasan global. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut, diantaranya menciptakan energi alternatif seperti biodiesel dari minyak ikan. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh suhu pemanasan terhadap rendemen minyak ikan yang dihasilkan dari ekstraksi limbah pengolahan patin. Limbah ikan yang digunakan yaitu limbah hasil filet ikan patin (Pangasius sp.). Ekstraksi minyak ikan dilakukan dengan proses pemanasan pada suhu 70, 80, 90 dan 1000C dan pengepresan menggunakan alat press hidrolik berkekuatan 1.5 kpsi, dilanjutkan dengan proses degumming dan pemisahan antara minyak dan zat-zat pengotor. Hasil uji Anova menunjukkan bahwa perlakuan suhu pemanasan tidak memberikan pengaruh nyata terhadap rendemen minyak ikan yang dihasilkan.

Kata kunci: limbah patin, minyak ikan, patin

PENGARUH SUHU DAN WAKTU KARBOKSIMETILASI TERHADAP SIFAT FISIKOKIMIA KARBOKSIMETIL KITOSAN

Yusro Nuri Fawzya1, Rina Novianty2, Abdul Mun’im3 dan Asri Pratitis1

1) Balai Besar Riset Pengolahan Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan2) Alumni Fakultas MIPA, Universitas Indonesia 3) Fakultas MIPA, Universitas Indonesia

Kitosan merupakan biopolimer alam yang diketahui memiliki keunggulan dalam hal bioaktivitas, kesesuaian digunakan oleh tubuh (biocompatible) dan kemampuannya diuraikan secara alami, sehingga banyak dimanfaatkan dalam berbagai bidang, terutama bidang pangan, farmasi dan bioteknologi. Namun salah satu sifat yang membatasi penggunaannya dalam bidang farmasi adalah kelarutannya, yang hanya larut dalam larutan asam lemah, sehingga banyak upaya untuk menghasilkan kitosan larut air, salah satunya adalah karboksimetil kitosan. Penelitian ini dimaksudkan untuk mempelajari pengaruh suhu dan waktu proses karboksimetilasi terhadap sifat fisikokimia karboksimetil kitosan. Proses karboksimetilasi dilakukan terhadap kitosan pada suhu 50, 70 dan 90oC selama 1 dan 2 jam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kenaikan suhu dan waktu karboksimetilasi meningkatkan hasil (yield), kelarutan dan derajat substitusi karboksimetil kitosan, namun menurunkan viskositasnya. Dengan demikian perlakuan karboksimetilasi pada suhu 90oC selama 2 jam memberikan hasil, kelarutan dan derajat substitusi tertinggi, yaitu 107,8%; 99, 03% dan 1.1. Pada perlakuan ini, viskositas yang dihasilkan adalah sebesar 80,99 cPs. Sedangkan perlakuan yang dinilai memberikan hasil optimal adalah proses karboksimetilasi kitosan pada suhu 50oC selama 2 jam. Pada kondisi ini, yield, kelarutan dan viskositas KMK yang dihasilkan berturut-turut adalah 97,69%, 96,39% dan 154,38 cps.

Kata kunci: karboksimetilasi, sifat fisikokimia, suhu, waktu