Upload
dinhnguyet
View
246
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH TRAITS KEPRIBADIAN, EKSPRESI EMOSI
DAN DUKUNGAN SOSIAL ONLINE TERHADAP
SUBJECTIVE WELL-BEING PENGGUNA
MEDIA SOSIAL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh :
Raiza Gumala
1113070000119
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1439 H / 2018 M
v
MOTTO
Mereka berkata bahwa setiap orang membutuhkan tiga hal yang akan membuat
mereka berbahagia di dunia, yaitu seseorang untuk dicintai, sesuatu untuk
dilakukan dan sesuatu untuk diharapkan.
(Frederick E. Crane)
Kerahmatan dalam perkataan menciptakan keyakinan, kerahmatan dalam
pemikiran menciptakan kedamaian dan kerahmatan dalam memberi
menciptakan kasih.
(Benjamin Franklin)
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Mei 2018
C) Raiza Gumala
D) Pengaruh Traits Kepribadian, Ekspresi Emosi dan Dukungan Sosial Online
terhadap Subjective Well-Being pengguna media sosial
E) xiv + 87 halaman + lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh traits kepribadian
(extraversion, neuroticism dan psikotisme), ekspresi emosi (positive
expressivity, negative expressivity dan impuls strength) dan dukungan sosial
online (tangible support, belonging support, self-esteem support dan
appraisal support) terhadap subjective well-being pengguna media sosial.
Penelitian ini dilakukan pada 302 pengguna media sosial dengan rentang usia
18-25 tahun. Adapun teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik non-probability sampling. Untuk alat ukur subjective well-being
menggunakan Satisfaction With Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and
Negative Experience (SPANE). Untuk alat ukur traits kepribadian
menggunakan skala Eysenck Personality Questionnaire Revised (EPQ-R).
Untuk alat ukur ekpresi emosi mengadaptasi dan memodifikasi alat ukur
Berkeley Expressivity Questionnaire (BEQ). Untuk dukungan sosial online
menggunakan Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL). Uji
validitas alat ukur menggunakan teknik confirmatory factor analysis (CFA)
dengan bantuan software Mplus 7. Sedangkan analisis data menggunakan
teknik analisis regresi berganda dengan bantuan software SPSS 22.0.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan traits
kepribadian, ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap subjective
well-being pengguna media sosial sebesar 27.9%. Hasil uji hipotesis minor
menunjukkan variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap subjective
well-being ialah extraversion, neuroticism, positive expressivity, negative
expressivity, belonging support dan self-esteem support.
Dengan demikian, hipotesis nihil yang menyatakan tidak terdapat pengaruh
yang signifikan traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan psikotisme),
ekspresi emosi (positive expressivity, negative expressivity dan impuls
strength) dan dukungan sosial online (tangible support, belonging support,
self-esteem support dan appraisal support) terhadap subjective well-being
pengguna media sosial ditolak. Implikasi dari penelitian ini diharapkan dapat
dikaji kembali dan dikembangkan pada penelitian selanjutnya.
G) Bahan Bacaan : 43 Jurnal + 6 Ebook + 5 Buku + 5 Artikel + 1 Skripsi
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) May 2018
C) Raiza Gumala
D) The Effect of Personality Traits, Emotional Expressivity and Online Social
Support on Subjective Well-Being social media user
E) xiv + 87 pages + Appendix
F) This study aim to examine the effect of personality traits (extraversion,
neuroticism and psychoticism), emotional expressivity (positive
expressivity, negative expressivity and impulse strength) and online social
support (tangible support, belonging support, self-esteem support and
appraisal support) on subjective well-being social media user.
This study was conducted to 302 social media user ranging age between
18 to 25 years. The sampling technique used is non-probabililty sampling
technique. Subjective well-being are measured using two instruments:
Satisfaction With Life Scale (SWLS) and Scale of Positive and Negative
Experience (SPANE). For the personality traits scale using Eysenck
Personality Questionnaire-Revised (EPQ-R). For emotional expressivity
scale adapted and modified Berkeley Expressivity Questionnaire (BEQ).
For online social support scale using Interpersonal Support Evaluation
List Developed (ISEL). The validity of measuring equipment using
confirmatory factor analysis technique (CFA) with the help of software
Mplus 7 and the data analysis using multiple regression analysis
techniques with the help of software SPSS 22.0.
The results of this study indicate there is a significant effect of personality
traits, emotional expressivity and online social support on the subjective
well-being social media user equal 27.9%. Minor hypothesis test results
shows there is a significance influence on subjective well-being which are
extraversion, neuroticism, positive expressivity, negative expressivity,
belonging support and self-esteem support.
Thereby, zero hypothesis states that there are no significant effect of
personality traits (extraversion, neuroticism and psychoticism), emotional
expressivity (positive expressivity, negative expressivity and impulse
strength) and online social support (tangible support, belonging support,
self-esteem support and appraisal support) on subjective well-being social
media user is rejected. Implications of this study are expected can be
reviewed and developed in subsequent research.
G) The literature: 43 Journal + 6 Ebook + 5 Book + 5 Article + 1 minithesis
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillahirabbil‘alamin, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, hidayah dan kasih sayang yang diberikan-Nya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “PENGARUH
TRAITS KEPRIBADIAN, EKSPRESI EMOSI DAN DUKUNGAN SOSIAL
ONLINE TERHADAP SUBJECTIVE WELL-BEING PENGGUNA MEDIA
SOSIAL”. Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh
karena itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag., M.Si Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta seluruh wakil dekanat dan jajaran dekanat lainnya
yang telah membimbing seluruh mahasiswa demi terciptanya kemajuan ilmu
pengetahuan.
2. Neneng Tati Sumiati, M.Si., Psikolog dosen pembimbing. Terima kasih telah
membimbing penulis hingga penelitian ini selesai, terima kasih atas segala
dukungan, bimbingan, arahan dan kritik, serta saran yang membangun bagi
penulis dan waktu yang diberikan selama bimbingan..
3. Zulfa Indira Wahyuni, M.Psi dosen pembimbing akademik yang telah
membantu, mendukung dan memberi masukan selama masa perkuliahan.
4. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan yang dengan penuh kesabaran
dan keikhlasan, serta para staf dan karyawan Fakultas Psikologi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu selama proses administrasi.
5. Mahasiswa/i FISIP dan FKIK UMJ responden penelitian yang telah membantu
penulis dalam penelitian ini.
6. Bapak M. Hasby A.M, SH., MH dan Ibu Hafni S.Pd., SE orang tua penulis,
serta Wahyu Hidayat, SE., Dekriansyah Fajri, S.Psi dan Rizky Ramdhani, SE
ix
kakak penulis, serta keluarga besar penulis. Terima kasih yang tak terhingga
untuk setiap dukungan, kasih sayang dan kesabaran serta segala doa yang tak
henti-hentinya dipanjatkan untuk penulis, sehingga penulis dapat
menyelesaikan perkuliahan dan penyusunan skripsi ini.
7. Semua sahabat terdekat penulis, Zakia Sabiq, S.Psi, Noor Uyun Nadhifah, Sri
Ratna Dani P, Mega Anggraeni, Amelia Suci Latifah, Annisa Mufliyanti, Dewi
Ratih Ayu Safitri, Hutami Dwi Arthasari, Roro Dea Pangestika, Ria Febriyanti,
Tisa Anindya Savitri, Lia Kurnia Loka dan Fathia Nabila Agfa S.Psi yang
selalu memberikan dukungan, motivasi dan kesabaran dalam mendampingi
peneliti selama penulisan skripsi. Terima kasih untuk masa kuliah yang lebih
berwarna.
8. Agusti Yolandari, S.Psi yang telah sangat membantu penulis dalam
menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Serta Dwi Apcita Estorina, S.Pd, Imam
Akbar, S.Kep, Rauzan Sumara, S.Si, Afifah Hajidah dan Yovieta Lestari, S.Pd,
terima kasih banyak untuk segala dukungan yang diberikan selama ini.
9. Seluruh keluarga besar KPA MAHACHALA yang telah memberikan
pengalaman dan pembelajaran yang kekeluargaan selama masa kuliah. Terima
kasih atas seluruh saran, masukan dan kritikan yang membangun bagi penulis.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih banyak
atas dukungan, doa dan pengertian sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini.
Akhir kata, semoga seluruh dukungan, bantuan dan bimbingan dapat
dibalas dengan balasan yang sebaik-baiknya. Selain itu melihat kekurangan dan
keterbatasan penulis, maka segala kritik dan saran yang bersifat membangun
sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan penelitian ini.
Jakarta, 31 Mei 2018
Peneliti
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL....................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iii
HALAMAN PERNYATAAN........................................................................ iv
HALAMAN MOTTO..................................................................................... v
ABSTRAK....................................................................................................... vi
ABSTRACT..................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR..................................................................................... viii
DAFTAR ISI.................................................................................................... x
DAFTAR TABEL........................................................................................... xii
DAFTAR GAMBAR...................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1-11
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................ 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah........................................ 8
1.2.1 Pembatasan masalah...................................................... 8
1.2.2 Perumusan masalah....................................................... 9
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian................................................. 10
1.3.1 Tujuan penelitian........................................................... 10
1.3.2 Manfaat penelitian......................................................... 11
1.3.2.1 Manfaat Teoritis................................................ 11
1.3.2.2 Manfaat Praktis................................................. 11
BAB II LANDASAN TEORI........................................................................ 12-34
2.1 Subjective Well-Being................................................................ 12
2.1.1 Definisi Subjective Well-Being...................................... 13
2.1.2 Dimensi Subjective Well-Being...................................... 14
2.1.3 Pengukuran Subjective Well-Being................................ 15
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Subjective Well-Being................................................... 16
2.2 Traits Kepribadian..................................................................... 18
2.2.1 Definisi Traits Kepribadian........................................... 18
2.2.2 Dimensi Traits Kepribadian.......................................... 20
2.2.3 Pengukuran Traits Kepribadian.................................... 21
2.3 Ekspresi Emosi.......................................................................... 22
2.3.1 Definisi Ekspresi Emosi................................................ 22
2.3.2 Dimensi Ekspresi Emosi............................................... 23
2.3.3 Pengukuran Ekspresi Emosi.......................................... 24
2.4 Dukungan Sosial Online........................................................... 25
2.4.1 Definisi Dukungan Sosial online................................... 25
2.4.2 Dimensi Dukungan Sosial Online................................. 27
2.4.3 Pengukuran Dukungan Sosial Online........................... 28
2.5 Kerangka Berpikir...................................................................... 29
xi
2.6 Hipotesis Penelitian .................................................................. 33
BAB III METODE PENELITIAN............................................................... 35-59
3.1 Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan.............................. 35
3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional........................... 35
3.3 Instrumen Pengumpulan Data .................................................. 38
3.4 Uji Validitas Konstruk ............................................................. 41
3.4.1 Uji Validitas Konstruk Skala Subjective Well-Being.... 44
3.4.2 Uji Validitas Konstruk Skala Traits Kepribadian......... 45
3.4.2.1 Extraversion....................................................... 45
3.4.2.2 Neuroticism........................................................ 46
3.4.2.3 Psychoticism...................................................... 47
3.4.3 Uji Validitas Konstruk Skala Ekspresi Emosi............. 48
3.4.4 Uji Validitas Konstruk Skala Dukungan Sosial Online 50
3.4.4.1 Appraisal Support............................................. 50
3.4.4.2 Tangible Support............................................... 51
3.4.4.3 Self-Esteem Support.......................................... 52
3.4.4.4 Belonging Support............................................. 53
3.5 Tehnik Analisis Data ............................................................... 54
BAB IV HASIL PENELITIAN.................................................................... 60-74
4.1 Gambaran Subjek Penelitian..................................................... 60
4.2 Hasil Analisis Deskriptif........................................................... 61
4.3 Kategorisasi Skor...................................................................... 63
4.4 Hasil Uji Hipotesis.................................................................... 65
4.4.1 Pengujian Proporsi Varians
Masing-Masing Independent Variable.......................... 71
BAB V KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN...................................... 75-82
5.1 Kesimpulan................................................................................ 75
5.2 Diskusi....................................................................................... 76
5.3 Saran.......................................................................................... 81
5.3.1 Saran Metodologis......................................................... 81
5.3.2 Saran Praktis.................................................................. 81
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 83
LAMPIRAN.................................................................................................... 89
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan.............................................................. 38
Tabel 3.2 Blue Print Skala Subjective Well-Being..................................... 39
Tabel 3.3 Blue Print Skala Traits Kepribadian.......................................... 39
Tabel 3.4 Blue Print Skala Ekspresi Emosi.............................................. 40
Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial Online................................ 41
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Subjective Well-Being.............................. 45
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion............................................. 46
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Neuroticism.............................................. 47
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Psychoticism............................................. 48
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Ekspresi Emosi.......................................... 49
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Appraisal Support..................................... 50
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Tangible Support....................................... 52
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Self-Esteem Support.................................. 53
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Belonging Support.................................... 54
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian.......................................... 60
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian...................................... 62
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor.......................................................... 63
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel......................................................... 63
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi............................................... 66
Tabel 4.6 Tabel Anova............................................................................... 67
Tabel 4.7 Koefisien Regresi......................................................................... 68
Tabel 4.8 Proporsi Varians Masing-Masing Independent Variable............. 72
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir...................................................... 33
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian................................................................... 89
Lampiran 2 Kuesioner Penelitian.................................................................. 90
Lampiran 3 Output Uji Validitas.................................................................. 100
Lampiran 4 Output Uji Regresi..................................................................... 108
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Dewasa ini, jutaan orang di seluruh dunia menggunakan media sosial untuk
mengungkapkan pikiran dan perasaan sehari-hari. Perkembangan teknologi
berupa internet memunculkan beragam ruang untuk berinteraksi baik melalui
surat elektronik, blog, maupun media sosial atau jejaring sosial. Khususnya
implikasi jangka panjang dalam hal subjective well-being dan kinerja kognitif
telah dipertanyakan di kalangan muda, mengingat kurangnya pengalaman hidup,
persepsi tentang diri dan oleh karena itu, kerentanan di kalangan muda lebih besar
(Wenninger, Krasnova dan Buxmann, 2014).
Kepuasan hidup merupakan aspek kognitif dari subjective well-being.
Aswin (2017) menyatakan bahwa kepuasan hidup pengguna media sosial
terancam dikarenakan berbagai hal, misalnya melakukan perbandingan sosial
(Frison dan Eggermont, 2016), penggunaan media sosial secara pasif (Wenninger,
Krasnova dan Buxmaan, 2014), merasa iri (Appel, Crusius dan Alexander, 2015;
Krasnova, Wenninger, Widjaja dan Buxmann, 2013), merasa cemburu (Muise,
Christofides dan Desmarais, 2009; Utz dan Beukeboom, 2011), merasa kesepian
(Burke, Marlow dan Lento, 2010). Selain itu, individu memiliki keyakinan bahwa
kehidupan individu lain lebih menyenangkan (Chou & Edge, 2012).
Penelitian yang dilakukan oleh The Happiness Institute (dalam Aswin,
2017) melaporkan mengenai seberapa besar pengaruh media sosial terhadap
kebahagiaan secara umum, kebahagiaan termasuk emosi menyenangkan yang
2
merupakan aspek afektif dari subjective well-being. Sebanyak 1.095 reponden
terlibat dalam penelitian yang dilakukan pada tahun 2015 ini, sebagian
diantaranya diminta untuk tidak mengakses situs jejaring sosial Facebook selama
seminggu dan diminta untuk megevaluasi kehidupannya dari dimensi yang
berbeda. Hasil penelitian dengan menggunakan metode eksperimen menemukan
bahwa responden yang tidak mengakses Facebook selama seminggu melaporkan
perasaan bahagia (88%), menikmati hidup (84%), antusias (61%) dan tegas
(64%). Partisipan yang tidak mengakses Facebook juga melaporkan peningkatan
kepuasan kehidupan sosialnya dibandingkan dengan partisipan yang mengakses
Facebook selama seminggu. Sedangkan, partisipan yang dibolehkan mengakses
Facebook selama seminggu melaporkan rasa sedih (34%), cemas (54%), marah
(20%), depresi (33%) dan kesepian (25%), selain itu partisipan juga melaporkan
merasa membuang-buang waktu, hanya memiliki sedikit waktu, merasa tertekan,
serta merasa lebih kurang bahagia dibandingkan individu lain (Tromholt, Lundby,
Andsbjerg dan Wiking, 2015).
Chou dan Edge (2012) juga menemukan bahwa individu yang mengakses
Facebook lebih lama akan lebih mudah mengingat pesan positif dan gambar-
gambar bahagia yang memberikan impresi bahwa individu lain lebih bahagia.
Hasil dari penelitian tersebut juga melaporkan bahwa semakin lama individu
mengakses Facebook, semakin kuat kepercayaan individu mengenai kebahagiaan
individu lain dan semakin setuju bahwa hidup tidak adil. Jika ditinjau lebih jauh,
aktivitas selama mengakses situs jejaring sosial berperan penting dalam
meningkatkan atau menurunkan kepuasan hidup. Argumen ini diperkuat hasil
3
penelitian yang dilakukan oleh Wenninger, Krasnova, dan Buxmann (2014) yang
melaporkan penggunaan pasif (passive following) berdampak negatif bagi
kepuasan hidup, sedangkan penggunaan aktif seperti posting dan chatting
berdampak positif terhadap kepuasan hidup pengguna situs jejaring sosial.
Kross et al. (2013) juga mengungkapkan bahwa mengakses Facebook
secara terus menerus dapat menurunkan subjective well-being, baik dalam aspek
afektif maupun kognitif. Dengan kata lain, semakin lama individu mengakses
Facebook, semakin buruk perasaan individu dari waktu ke waktu dan kepuasan
hidup juga mengalami penurunan. Menurut Kross et al. (2013) kemungkinan
penurunan kepuasan hidup ini terjadi diakibatkan pada saat individu mengakses
situs jejaring sosial, individu telah merasa buruk (misalnya, merasa bosan,
kesepian, cemas, atau merasa tertekan). Tidak hanya dari segi bagaimana individu
menggunakan situs jejaring sosial (apakah menggunakannya secara pasif atau
aktif), perasaan iri juga dituding sebagai prediktor penurunan kepuasan hidup
pengguna situs jejaring sosial.
Penelitian yang dilakukan oleh Krasnova, Wenninger, Widjaja, Buxmann
(2013) melaporkan perasaan iri sebagai ancaman tersembunyi bagi kepuasan
hidup pengguna situs jejaring sosial. Perasaan iri muncul di media sosial akibat
pengguna membandingkan diri dengan individu lain dalam domain yang relevan
dengan dirinya. Membandingkan diri merupakan salah satu langkah untuk menilai
seberapa baik kehidupan individu selama ini. Penilaian ini nantinya akan
berpengaruh pada kepuasan hidup individu. Tidak dapat dipungkiri bahwa situs
jejaring sosial menjadi salah satu sarana munculnya emosi iri.
4
Perasaan iri merupakan aspek afektif dari subjective well-being bisa
muncul karena individu lain memiliki atribut yang diinginkan, terlebih jika atribut
tersebut sulit didapatkan oleh individu. Adanya fitur berbagi foto serta video di
situs jejaring sosial akan merangsang munculnya perasaan iri ketika mengakses
situs jejaring sosial yang pada akhirnya mengancam kepuasan hidup jika individu
tidak mengetahui bagaimana cara menekan perasaan ini. Berbagai uraian di atas
mengindikasikan bahwa kepuasan hidup pengguna mendapatkan ancaman dari
cara menggunakan hingga emosi yang muncul ketika mengakses situs jejaring
sosial. Alih-alih membuat pengguna terhibur, situs jejaring sosial menjadi media
yang dapat merusak penilaian individu mengenai kehidupannya.
Dari hasil survei yang penulis sebarkan pada bulan November 2017
terhadap 127 mahasiswa Universitas Muhammadiyah Jakarta usia 18 hingga 25
tahun, dari 122 mahasiswa yang mengisi pernyataan, 54.9% menghabiskan waktu
di atas enam jam per minggu untuk mengakses situs jejaring sosial. Jika pengguna
hanya memonitor perkembangan tanpa melakukan aktivitas lain di situs jejaring
sosial, maka kemungkinan untuk merasa lebih buruk dari pengguna lain akan
dirasakan. Hal ini tentunya akan memunculkan perbandingan sosial yang
kemudian melahirkan perasaan iri pada pengguna lain, sedangkan perasaan iri
dilaporkan menjadi ancaman tersembunyi bagi para pengguna situs jejaring sosial
(Aswin, 2017).
Suasana hati dan emosi diberi label afektif, mewakili evaluasi individu
tentang peristiwa yang terjadi dalam kehidupan, mencakup afek positif dan afek
negatif (Diener, Suh, Lucas & Smith, 1999). Afek positif mengacu pada emosi
5
menyenangkan yang meliputi antusiasme, keceriaan dan kebahagiaan hidup
(Diener, 2000). Sedangkan afek negatif merupakan emosi dan mood yang tidak
menyenangkan (Diener, 2000).
Afek positif dan afek negatif merupakan salah satu aspek dari subjective
well-being. Subjective well-being merupakan istilah psikologis dari “kebahagiaan”
(Seligman dan Csikszentmihalyi, 2000). Subjective well-being oleh Diener dan
Oishi (2002) diartikan sebagai evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap
hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi emosional terhadap peristiwa serta
penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan kehidupan.
Individu dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi jika merasa
puas dengan kondisi hidupnya, sering merasakan emosi positif dan jarang
merasakan emosi negatif, sehingga lebih mampu mengontrol emosinya dan
menghadapi berbagai peristiwa dalam hidup dengan lebih baik. Sebaliknya,
subjective well-being individu rendah jika tidak mengalami emosi yang
menyenangkan, meningkatnya suasana hati negatif dan kepuasan hidup yang
rendah, individu dengan subjective well-being yang rendah, memandang rendah
hidupnya dan menganggap peristiwa yang terjadi sebagai hal yang tidak
menyenangkan dan oleh sebab itu timbul emosi yang tidak menyenangkan seperti
kecemasan, depresi dan kemarahan (Myers & Diener, 1995). Dengan kondisi
subjective well-being yang baik diharapkan pengguna media sosial dapat memiliki
hubungan sosial yang baik dengan individu lain, baik secara online maupun
offline.
6
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi subjective well-being. Salah
satunya adalah kepribadian. Tatarkiewicz dalam Diener (2009) menyatakan
bahwa kepribadian merupakan hal yang lebih berpengaruh pada subjective well-
being dibandingkan dengan faktor lainnya, hal ini dikarenakan beberapa variabel
kepribadian menunjukkan kekonsistenan dengan subjective well-being. Wang dan
Zhang (2012) menyatakan bahwa faktor kepribadian berhubungan dengan
penggunaan media sosial individu. Berdasarkan hasil penelitiannya, individu
dengan kepribadian extrovert lebih suka menggunakan fungsi komunikatif pada
media sosial untuk pembaruan status, memberi komentar dan menambah teman.
Sedangkan individu dengan kepribadian neuroticism lebih suka menggunakan
pembaruan status sebagai salah satu cara mengekspresikan dirinya. Individu
dengan kepribadian neuroticism menemukan kepuasan dalam hidupnya ketika
mengakses internet sehingga cenderung menggunakan media sosial untuk
melarikan diri dari masalah yang dihadapi.
Pengaruh dari ekspresi emosi juga bisa menjadi salah satu faktornya, hal
ini diungkapkan oleh Liu, Tov, Konsinski dan Qiu (2015) dalam jurnalnya yang
bertujuan untuk menganalisis pembaruan status di Facebook untuk menentukan
tingkatan ekspresi emosi mana yang memprediksi SWB pengguna media sosial—
khususnya self-reported kepuasan hidupnya. Dalam jurnalnya ditemukan bahwa
ekspresi emosi positif pada Facebook tidak berhubungan dengan kepuasan hidup,
sedangkan ekspresi emosi negatif dalam jangka waktu sembilan sampai sepuluh
bulan secara signifikan berhubungan dengan kepuasan hidup. Temuan tersebut
menunjukkan bahwa kedua tipe ekspresi emosi dan jangka waktu dari pembaruan
7
status menentukan mana ekspresi emosi saat pembaruan status di Facebook yang
efektif untuk merefleksikan subjective well-being penggunanya. Temuan ini
menyoroti karakteristik media sosial online dan meningkatkan pemahaman
tentang bagaimana konten buatan pengguna mencerminkan keadaan psikologis
penggunanya.
Selain kepribadian dan ekspresi emosi, Yasmeen, Khan, Jamshaid,
Salman, dan Abbas (2015) menyatakan bahwa well-being didapatkan dari
dukungan sosial. Menurut Argyle (dalam Carr, 2004), dukungan sosial terhadap
subjective well-being dapat meningkatkan penilaian kepuasan hidup individu.
Diener dan Seligman (2002) menemukan bahwa individu yang sangat bahagia
memiliki hubungan sosial yang luas dan memuaskan serta menghabiskan sedikit
waktu sendirian dibandingkan dengan individu biasa. Sebaliknya, individu yang
tidak bahagia memiliki hubungan sosial yang secara signifikan lebih buruk
dibanding rata-rata.
Wong dan Ma (2016) menyatakan dukungan sosial sebagai salah satu
fungsi komunikasi yang tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi. Wong dan Ma
(2016) berpendapat bahwa komunikasi melalui media online dapat memiliki
tingkatan efek yang sama dengan komunikasi secara umum sebagai dukungan
sosial. Dukungan sosial online dapat diperoleh melalui media sosial seperti
Facebook, twitter dan Instagram.
Penelitian Uchida (2008) menunjukkan bahwa dalam budaya independen
Euro-Amerika, pengaruh dukungan emosional cenderung lemah, terutama
dikalangan dewasa yang bukan pelajar. Sebaliknya, dalam konteks budaya Asia
8
yang saling ketergantungan, hubungan antara dukungan emosional dan well-being
dirasakan langsung. Lebih lanjut hasil penelitian Siedlecki et al. (2013)
menunjukkan bahwa beberapa aspek subjective well-being berbeda kaitannya
dengan aspek dukungan sosial. Secara khusus, kepuasan hidup diprediksi oleh
keterikatan keluarga dan pemberian dukungan, afek positif diprediksi oleh
keterikatan keluarga dan pemberian dukungan sedangkan afek negatif diprediksi
oleh dukungan yang dirasakan.
Berdasarkan uraian fenomena dan kajian literatur mengenai Subjective
well-being yang telah dilakukan oleh para peneliti sebelumnya inilah yang
membuat penulis merasa terdorong untuk melakukakan penelitian mengenai
Pengaruh Traits Kepribadian, Ekspresi Emosi dan Dukungan Sosial Online
terhadap Subjective well-being pengguna Media Sosial.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan Masalah
Agar penelitian ini lebih terarah, penelitian ini dibatasi pada pengaruh variabel
Traits Kepribadian, Ekspresi Emosi dan Dukungan Sosial Online terhadap
subjective well-being. Adapun pengertian konsep yang digunakan adalah sebagai
berikut:
1. Subjective well-being adalah evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap
hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi emosional terhadap peristiwa serta
penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan kehidupan (Diener dan
Oishi, 2002).
9
2. Traits Kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun
potensial dari organisme dan mewakili karakteristik individu sebagaimana
ditentukan oleh keturunan dan lingkungan (Eysenck dalam Alwisol, 2009).
3. Ekspresi Emosi adalah perubahan perilaku yang menyertai emosi (Gross dan
Jhon, 1997).
4. Dukungan sosial online yaitu mengacu pada sumber materi, informasi, dan
psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, dimana individu dapat
mengendalikannya untuk membantu menanggulangi stres (Cohen, 2004).
5. Responden penelitian ini adalah pengguna aktif media sosial seperti Facebook,
Instagram, Snapchat, WhatsApp dan Line.
1.2.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, penulis
mengajukan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Apakah ada pengaruh signifikan traits kepribadian, ekspresi emosi dan
dukungan sosial online terhadap subjective well-being?
2. Apakah ada pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel traits
kepribadian terhadap subjective well-being?
3. Apakah ada pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel traits
kepribadian terhadap subjective well-being?
4. Apakah ada pengaruh yang signifikan psychoticism pada variabel traits
kepribadian terhadap subjective well-being?
5. Apakah ada pengaruh yang signifikan positive expressivity pada variabel
ekspresi emosi terhadap subjective well-being?
10
6. Apakah ada pengaruh yang signifikan negative expressivity pada variabel
ekspresi emoi terhadap subjective well-being?
7. Apakah ada pengaruh yang signifikan impulse strength pada variabel
ekspresi emosi terhadap subjective well-being?
8. Apakah ada pengaruh yang signifikan appraisal support pada variabel
dukungan sosial online terhadap subjective well-being?
9. Apakah ada pengaruh yang signifikan tangible support pada variabel
dukungan sosial online terhadap subjective well-being?
10. Apakah ada pengaruh yang signifikan self-esteem support pada variabel
dukungan sosial online terhadap subjective well-being?
11. Apakah ada pengaruh yang signifikan belonging support pada variabel
dukungan sosial online terhadap subjective well-being?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Terdapat dua tujuan dari penelitian ini, pertama untuk menguji pengaruh traits
kepribadian (extraversion, neuroticism dan psychoticism), ekspresi emosi
(positive expressivity, negative expressivity dan impuls strength) dan dukungan
sosial online (appraisal support, tangible support, self-esteem support dan
belonging support) terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Kedua,
untuk menguji pengaruh masing-masing independent variable terhadap subjective
well-being pengguna media sosial.
11
1.3.2 Manfaat Penelitian
1.3.2.1 Manfaat teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan teori dari
psikologi sosial yang diaplikasikan dalam dunia maya. Selain itu diharapkan dapat
membantu menerangkan faktor-faktor psikologis yang berpengaruh secara
signifikan terhadap subjective well-being.
1.3.2.2 Manfaat praktis
Secara praktis, hasil penelitian dapat dijadikan rujukan bagi orang tua maupun
tenaga pendidik, dalam memberikan intervensi maupun arahan yang tepat bagi
individu dalam menemukan identitas dirinya dengan melakukan hal-hal yang
positif, serta dapat memantau perkembangan individu yang menggunakan jejaring
sosial sebagai media yang membantu perkembangannya. Selain itu, bagi
pengguna media sosial dapat memberikan gambaran untuk mengkontrol diri
dengan baik agar dapat terjalin interaksi sosial yang baik dan lancar dalam dunia
maya.
12
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1 Subjective Well-Being
2.1.1 Definisi Subjective Well-Being
Seligman dan Csikszentmihalyi (2000) mendefinisikan subjective well-being
sebagai apa yang individu pikirkan dan bagaimana perasaan individu tentang
kehidupannya. Subjective well-being dapat disimpulkan sebagai pencapaian
kognitif dan afektif individu ketika mengevaluasi keberadaannya. Dalam
praktiknya, subjective well-being didefinisikan sebagai istilah ilmiah untuk apa
yang dialami oleh individu biasa sebagai kebahagiaan.
Menurut Diener dan Oishi (2002) subjective well-being adalah evaluasi
kognitif dan afektif individu terhadap hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi
emosional terhadap peristiwa serta penilaian kognitif terhadap kepuasan dan
pemenuhan kehidupan. Dengan demikian, subjective well-being merupakan suatu
konsep umum yang mencakup mengalami emosi yang menyenangkan, rendahnya
tingkat suasana hati negatif dan kepuasan hidup yang tinggi. Pengalaman positif
yang diwujudkan dalam subjective well-being yang tinggi adalah konsep inti
psikologi positif karena membuat hidup bermanfaat.
Definisi lain subjective well-being dijelaskan oleh Eddington dan Shuman
(2005) yaitu sebagai penilaian individu terhadap kehidupannya yang meliputi
penilaian kognitif dan afektif. Penilaian kognitif meliputi kepuasan hidup dan
penilaian afektif meliputi mood dan emosi, yaitu perasaan emosional positif dan
negatif. Individu dikatakan memiliki subjective well-being jika merasa puas
13
dengan kondisi kehidupannya, sering mengalami emosi positif dan jarang
mengalami emosi negatif.
Diener, Suh, Lucas dan Smith (1999) mengungkapkan subjective well-
being sebagai sebuah kategori yang luas dari fenomena yang mencakup respon
emosional, domain kepuasan dan penilaian umum akan kepuasan hidup.
Subjective well-being dapat dikonseptualisasikan sebagai keadaan sementara
(mood) maupun trait yang relatif stabil (kepuasan hidup). Mood dan emosi diberi
label afektif, mewakili evaluasi peristiwa yang terjadi dalam kehidupan individu.
Subjective well-being dalam penelitian ini dijelaskan menggunakan
definisi Diener dan Oishi (2002). Diener dan Oishi (2002) mendefinisikan
subjective well-being sebagai evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap
hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi emosional terhadap peristiwa serta
penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan kehidupan. Alasan penulis
menggunakan definisi Diener dan Oishi (2002), karena dapat mewakili dan sesuai
dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis.
2.1.2 Dimensi Subjective Well-Being
Terdapat dua komponen umum dalam subjective well-being yaitu kognitif dan
afektif:
1. Dimensi kognitif
Dimensi kognitif dari subjective well-being adalah evaluasi terhadap kepuasan
hidup (Life Satisfaction) individu. Life satisfaction adalah evaluasi terhadap
kepuasan hidup secara global, individu melakukan penilaian terhadap
kehidupannya secara menyeluruh (Diener, 2009). Campbell, Converse dan
14
Rodgers (dalam Diener, 2009) mengatakan bahwa kompoen kognitif ini
merupakan kesenjangan yang dipersepsikan antara keinginan dan pencapaiannya
terpenuhi atau tidak. Dimensi kognitif subjective well-being mencakup area
kepuasan/ domain satisfaction individu di berbagai bidang kehidupannya yang
berkaitan dengan diri sendiri, keluarga, kelompok teman sebaya, kesehatan,
keuangan, pekerjaan dan waktu luang. Indikator pengguna media sosial dikatakan
kognitif yaitu desire to change life, satisfaction with current life, satisfaction with
past, satisfaction with future dan significant with others’ views of one’s life.
2. Dimensi afektif
Dimensi dasar dari subjective well-being adalah afek, termasuk mood dan emosi
yang menyenangkan dan tidak menyenangkan. Dimensi afek ini mencakup afek
positif yang merupakan emosi positif yang menyenangkan (Diener, 2000),
meliputi simptom-simptom antusiasme, keceriaan, dan kebahagiaan hidup. Dan
afek negatif yaitu emosi dan mood yang tidak menyenangkan (Diener, 2000).
Afek negatif merupakan kehadiran simptom yang menyatakan bahwa hidup tidak
menyenangkan (Watson, 2002). Indikator pengguna media sosial dikatakan afektif
jika dalam empat minggu terakhir mengalami perasaan positif, negatif, baik,
buruk, menyenangkan, tidak menyenangkan, bahagia, sedih, takut, gembira,
marah dan puas.
Diener (2009) menyatakan bahwa kepuasan hidup dan afek positif dan
negatif cenderung berkorelasi. Hal ini disebabkan oleh penilaian individu terhadap
peristiwa, aktivitas dan kejadian dalam hidupnya. Sekalipun kedua hal ini
berkaitan, namun keduannya berbeda, kepuasan hidup merupakan penilaian
15
mengenai hidup individu secara menyeluruh, sedangkan afek positif dan negatif
terdiri dari reaksi-reaksi berkelanjutan terhadap kejadian-kejadian yang dialami.
2.1.3 Pengukuran Subjective Well-Being
Terdapat tiga alat ukur yang dikembangkan oleh Diener yang dapat digunakan
untuk mengukur subjective well-being yaitu:
1. Satisfaction With Life Scales (SWLS) yang terdiri dari lima item dengan
mengukur penilaian kognitif individu terhadap kepuasan hidupnya.
2. Flourishing Scale (FS) yang terdiri dari delapan item dirancang untuk
mengukur social-psychological.
3. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) untuk mengukur perasaan
positif dan negatif terlepas dari asal individu, tingkat gairah atau sifat dalam
budaya barat. Skala ini terdiri dari 12 item.
4. Positive Affect Schedule (PANAS) untuk mengukur evaluasi afek positif dan
afek negatif dalam satu waktu dengan menggunakan skala likert. Alat ukur ini
terdiri dari 10 afek positif dan 10 afek negatif.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan alat ukur yang diadaptasi dari
Satisfaction With Life Scales (SWLS) untuk mengukur evaluasi kognitif yaitu
nilai kepuasan hidup individu secara global. Dan untuk mengukur komponen
afektif, penulis menggunakan Scale of Positive and Negative Experience
(SPANE). Alasan penulis menggunakan skala SWLS dan SPANE, karena alat
ukur ini sesuai dengan penelitian ini dan alat ukur ini memiliki validitas dan
realibitas yang baik.
16
2.1.4 Faktor-Faktor yang memengaruhi Subjective Well-Being
Ada beragam faktor yang mempengaruhi subjective well-being diantaranya
perbedaan jenis kelamin, agama dan spiritualitas, kualitas hubungan sosial,
dukungan sosial, kepribadian dan ekspresi emosi:
1. Perbedaan Jenis Kelamin
Eddington dan Shuman (2005) menyatakan penemuan menarik mengenai
perbedaan jenis kelamin dan subjective well-being. Wanita lebih banyak
mengungkapkan afek negatif dan depresi dibandingkan dengan pria, dan lebih
banyak mencari bantuan terapi untuk mengatasi gangguan ini; namun pria dan
wanita mengungkapkan tingkat kebahagiaan global yang sama. Lebih lanjut,
Shuman menyatakan bahwa hal ini disebabkan karena wanita mengakui adanya
perasaan tersebut sedangkan pria menyangkalnya.
2. Agama dan Spiritualitas
Ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa subjective well-being
berkorelasi signifikan dengan keyakinan agama (Eddington dan Shuman, 2005).
Ellison dan koleganya (dalam Eddington dan Shuman, 2005) menyatakan bahwa
setelah mengontrol faktor usia, penghasilan dan status pernikahan responden,
subjective well-being berkaitan dengan kekuatan yang berhubungan dengan Yang
Maha Kuasa, dengan pengalaman berdoa dan keikutsertaan dalam keagamaan.
Pengalaman keagamaan menawarkan kebermaknaan hidup, termasuk
kebermaknaan pada masa krisis (Pollner dan koleganya dalam Eddington dan
Shuman, 2005). Taylor dan Chatters (dalam Eddington dan Shuman, 2005)
menyatakan agama juga menawarkan pemenuhan kebutuhan sosial individu
17
melalui keterbukaan pada jaringan sosial yang terdiri dari individu yang memiliki
sikap dan nilai yang sama.
3. Kualitas hubungan sosial
Penelitian yang dilakukan oleh Seligman (dalam Diener dan Scollon, 2003)
menunjukan bahwa individu yang paling bahagia memiliki kualitas hubungan
sosial yang dinilai baik. Diener dan Scollon (2003) menyatakan bahwa hubungan
yang dinilai baik harus mencakup dua dari tiga hubungan sosial. Hubungan sosial
yang dimaksud adalah keluarga, teman dan hubungan romantis.
4. Dukungan sosial
Menurut Yasmeen, Khan, Jamshaid, Salman dan Abbas (dalam Wong dan Ma,
2016) menyatakan bahwa well-being didapatkan dari dukungan sosial. Menurut
Taylor (2006) hadirnya individu yang memberikan dukungan sosial akan
meningkatkan kemampuan individu dalam menghadapi stres sehingga mampu
menghasilkan tingkat subjective well-being yang lebih tinggi. Wong dan Ma
(2016) menyatakan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi yang
tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi, komunikasi melalui media online juga
dapat memiliki tingkatan efek yang sama dengan komunikasi secara umum
sebagai dukungan sosial. Dukungan sosial online dapat diperoleh melalui media
sosial seperti Facebook, twitter dan Instagram.
5. Kepribadian
Tatarkiewicz (dalam Diener, 2009) menyatakan bahwa kepribadian merupakan
hal yang lebih berpengaruh pada subjective well-being dibandingkan dengan
faktor lainnya. Hal ini dikarenakan beberapa variabel kepribadian menunjukkan
18
kekonsistenan dengan subjective well-being. Extraversion mempengaruhi afek
positif sedangkan neuroticism mempengaruhi afek negatif. Para peneliti
berpendapat bahwa extravesion dan neuroticism paling berhubungan dengan
subjective well-being karena kedua trait tersebut mencerminkan tempramen
individu.
6. Ekspresi Emosi
Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) menyatakan bahwa ekspresi emosi dalam
menganalisis pembaruan status di Facebook dapat menentukan tingkatan ekspresi
emosi mana yang memprediksi subjective well-being pengguna media sosial—
khususnya self-reported kepuasan hidup. Ekspresi emosi yang memprediksi
subjective well-being diberi jangka waktu tertentu agar efektif untuk menentukan
subjective well-being pengguna media sosial saat pembaruan status di Facebook.
Temuan ini menyoroti karakteristik media sosial online dan meningkatkan
pemahaman tentang bagaimana konten buatan pengguna mencerminkan keadaan
psikologis penggunanya.
Pada penelitian ini, penulis menggunakan faktor kepribadian, ekspresi
emosi dan dukungan sosial untuk diteliti, untuk menguji apakah benar bahwa
faktor-faktor tersebut mempengaruhi subjective well-being pengguna media
sosial.
2.2 Traits Kepribadian
2.2.1 Definisi Traits Kepribadian
Mischel, Shoda dan Smith (2003) mendefinisikan kepribadian sebagai suatu
konsep psikologis yang memiliki banyak arti, merefleksikan kekayaan dan
19
kompleksi dari fenomena tentang istilah yang digunakan. Istilah personality atau
kepribadian memiliki banyak definisi, tetapi tidak ada definisi tunggal yang
diterima secara universal. Kepribadian sering disamakan dengan social skill dan
keefektifan.
Hall dan Lindzey (1993) menyatakan kepribadian disamakan dengan
aspek-aspek unik atau khas dari tingkah laku. Dalam hal ini, kepribadian
merupakan istilah untuk menunjukkan hal-hal khusus tentang individu dan yang
membedakannya dari semua individu lain. Definisi ini mengemukakan bahwa
kepribadian merupakan bagian dari individu yang paling mencerminkan atau
mewakili si pribadi.
Menurut Gordon Allport (dalam Alwisol, 2009), kepribadian adalah
organisasi dinamis dalam individu sebagai sistem psikofisik yang menentukan
cara yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Allport (dalam
Hall dan Lindzey, 1993) menyatakan bahwa kepribadian merupakan apa orang itu
sesungguhnya. Kepribadian meliputi apa yang paling khas dan paling karakteristik
dalam diri individu.
Eysenk (dalam Alwisol, 2009) berpendapat bahwa dasar umum sifat-sifat
kepribadian berasal dari keturunan, dalam bentuk tipe dan trait. Eysenk juga
berpendapat bahwa tingkah laku dipelajari dari lingkungan. Menurut Eysenk
kepribadian adalah keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari
organisme, sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan.
Traits kepribadian dalam penelitian ini menggunakan teori Eysenk (dalam
Alwisol, 2009). Traits kepribadian menurut Eysenk (dalam Alwisol, 2009) adalah
20
keseluruhan pola tingkah laku aktual maupun potensial dari organisme,
sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan. Alasan penulis
menggunakan teori kepribadian Eysenck karena teori ini memiliki dua diantara
tiga dimensi traits kepribadian yang lebih berpengaruh dan menunjukkan
kekonsistenan dengan subjective well-being berdasarkan dari penelitian
sebelumnya.
2.2.2 Dimensi Traits Kepribadian
Hans Eysenck (dalam Alwisol, 2009) mengungkapkan tiga dimensi dari
kepribadian yaitu extraversion, neuroticism dan psychoticism:
1. Ekstraversion
Faktor ini merupakan dimensi yang penting dalam kepribadian, dimana
ekstraversion dapat memprediksi banyak tingkah laku sosial. Individu yang
memiliki ekstraversion tinggi akan mengingat semua interaksi sosial, berinteraksi
dengan lebih banyak orang dibandingkan dengan individu yang memiliki tingkat
ekstraversion rendah. Indikator pengguna media sosial dikatakan extraversion jika
memiliki ciri antusias, mudah bergaul, emosi positif, aktif, ambisius dan ramah
(Eysenck dan Eysenck dalam Feist dan Feist, 2009).
2. Neuroticism
Menurut Feist dan Feist (2009), individu dengan skor neuroticism tinggi
cenderung untuk bereaksi berlebihan secara emosional dan mempunyai kesulitan
untuk kembali ke kondisi normal setelah terstimulasi secara emosional. Individu
yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif serta rasa khawatir dan rasa
tidak aman, secara emosional labil. Sedangkan individu dengan neuroticism yang
21
rendah akan cenderung lebih gembira dan puas terhadap hidup dibandingkan
individu yang memiliki tingkat neuroticism yang tinggi. Indikator pengguna
media sosial dikatakan neuroticism yaitu memiliki kesulitan bersosialisasi, sulit
dalam menjalin hubungan dan berkomitmen, memiliki self-esteem yang rendah,
mudah mengalami kecemasan, suasana hati mudah berubah, dan mudah depresi.
3. Psychoticism
Individu yang memiliki psychoticism tinggi tidak harus psikotik, tetapi
mempunyai prediposisi untuk mengidap stress dan mengembangkan gangguan
psychoticism. Skor psychoticism yang tinggi mungkin masih bisa berfungsi
normal, tetapi ketika stres berat itu sudah lewat, fungsi normal kepribadian sulit
diraih kembali (Alwisol, 2009). Indikator pengguna media sosial dikatakan
psychoticism yaitu memiliki trait yang dingin, egosentrik, impulsif, antisosial,
tidak empatik, dan keras hati.
2.2.3 Pengukuran Traits Kepribadian
Diantara instrumen-instrumen yang pernah dikembangkan Eysenck, ada empat
inventori yang pengaruhnya luas, dalam arti digunakan oleh banyak pakar untuk
melakukan penelitian atau untuk memahami klien, maupun dalam arti menjadi ide
untuk mengembangkan tes yang senada, diantaranya:
1. Maudley Personality Inventory (MPI), mengukur E dan N dan korelasi antara
keduanya.
2. Eysenck Personality Inventory (EPI), mengukur E dan N secara independen.
22
3. Eysenck Personality Questionnaire (EPQ), mengukur E, N, P, (merupakan
revisi dari EPI, tetapi EPI yang hanya mengukur E dan N masih tetap
dipublikasikan).
4. Eysenck Personality Questionnaire-Revised (EPQ-R) revisi dari EPQ.
Dalam penelitian ini penulis mengadaptasi skala Eysenck Personality
Questionnaire (EPQ-R) yang dikembangkan oleh Eysenck (2013) yang mengukur
traits kepribadian melalui tiga dimensi. Skala Eysenck Personality Questionnaire
(EPQ-R) yang dikembangkan oleh Eysenck (2013) memiliki 24 item pernyataan.
Alasan penulis menggunakan skala Eysenck Personality Questionnaire (EPQ-R),
karena alat ukur ini sesuai dengan penelitian ini dan alat ukur ini memiliki
validitas dan realibitas yang baik.
2.3 Ekspresi Emosi
2.3.1 Definisi Ekspresi Emosi
Barchard (2001) mendefinisikan ekspresi emosi sebagai kecenderungan untuk
mengekspresikan reaksi emosional individu dalam perilaku yang dapat diamati.
Kecenderungan mengekspresikan emosi positif (disebut positive expressivity)
dapat dibedakan secara empiris dengan kecenderungan untuk mengekspresikan
emosi negatif (disebut negative expressivity). Positive expressivity memiliki
korelasi yang tinggi dengan extraversion dan negative expressivity memiliki
korelasi yang tinggi dengan neuroticism.
Definisi lain oleh Gross dan Jhon (1997), ekspresi emosi mengacu pada
perubahan perilaku yang menyertai emosi. Lebih lanjut, Gross dan Jhon (1997)
menyatakan emosi muncul ketika ada pemicu eksternal maupun internal. Jika
23
emosi telah terpicu, maka cenderung merespon (termasuk perubahan psikologis,
perasaan subjektif dan impuls perilaku) yang mempersiapkan individu untuk
merespon secara adaptif.
Snyder (dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004) mendefinisikan ekspresi emosi
sebagai perbedaan individu, individu memonitor perilaku ekspresif secara verbal
dan non-verbal. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa aspek perilaku sengaja digunakan
individu untuk menyampaikan perasaan kepada individu lain. Aspek perilaku
seperti itu tampak sangat fleksibel, mudah berubah, sadar dan disengaja.
Kring, Smith dan Neale (1994) lebih menekankan ekspresi emosi sebagai
perbedaan individu. Menurut Kring, Smith, dan Neale (1994) individu secara
terang-terangan memperlihatkan emosinya. Lebih lanjut, dijelaskan bahwa aspek
perilaku secara tidak sengaja di kontrol (misalnya, ekspresi wajah, gemetar)
digunakan untuk menyampaikan perasaan kepada individu lain.
Ekspresi dalam penelitian ini didefinisikan sebagai perubahan perilaku
yang menyertai emosi (Gross & Jhon, 1997). Alasan penulis menggunakan teori
yang diusung oleh Gross dan Jhon (1997) karena penulis menganggap bahwa
definisi tersebut sesuai dengan apa yang ingin diteliti. Dua diantara tiga
dimensinya juga lebih berpengaruh dan menunjukkan kekonsistenan dengan
subjective well-being berdasarkan dari penelitian yang sebelumnya.
2.3.2 Dimensi Ekspresi Emosi
Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004) menjelaskan tiga dimensi dari
Ekspresi Emosi, yaitu positive expressivity, negative expressivity dan impulse
strength:
24
1. Positive Expressivity
King dan Emmons (dalam Gross dan Jhon, 1997) menjelaskan bahwa
ekspresivitas positif adalah kecenderungan respon emosi positif yang
diekspresikan melalui perilaku. Indikator pengguna media sosial dikatakan
positive expressivity jika respon emosi positif diekspresikan melalui perilaku
bahagia, antusiasme dan semangat.
2. Negative Expressivity
King dan Emmons (dalam Gross dan Jhon, 1997) mendefinisikan negative
expressivity sebagai kecenderungan respon emosi negatif yang diekspresikan
melalui perilaku. Indikator pengguna media sosial dikatakan negative expressivity
jika respon emosi negatif diekspresikan melalui perilaku marah, kesal, tidak
peduli, sedih dan muak .
3. Impuls Strength (Kekuatan Impuls)
Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004) menjelaskan impuls strength
sebagai sebuah pengalaman emosi yang kuat, melalui pengalaman emosi itu
individu terdorong untuk mengekspresikan emosi atau perasaan serta sangat sulit
bagi individu untuk menyembunyikan atau menahan emosinya. Indikator
pengguna media sosial dikatakan impuls strength jika diekspresikan dengan
mengekspresikan emosi atau perasaan individu dan tidak mampu
menyembunyikan perasaannya.
2.3.3 Pengukuran Ekspresi Emosi
Ekspresi Emosi dapat diukur berdasarkan beberapa instrumen atau alat ukur,
diantaranya:
25
1. Positive Expressivity and Negativity Expressivity Scale oleh Barchard (2001).
2. Self-Expressiveness Questionnaire (SEFQ) oleh Halberstadt dan kolega (1995)
yang terdiri dari dua dimensi, yaitu positive emotional expressivity dan
negative emotional expressivity.
3. Berkeley Expressivitty Questionnaire (BEQ) oleh Gross dan Jhon (1997) untuk
mengukur Ekspresi Emosi individu yang terdiri dari 16 item dibagi dalam tiga
bentuk: Negative Expressivity, Positive Expressivity dan Impulse Strength.
Dalam penelitian ini, penulis memodifikasi alat ukur Berkeley
Expressivitty Questionnaire (BEQ) yang diadaptasi dari Gross dan John dalam
(Lavee & Ben-Ari, 2004) agar sesuai dengan sampel. Skala Berkeley Expressivitty
Questionnaire (BEQ) terdiri dari 10 item pernyataan setelah dimodifikasi
berdasarkan aspek ekspresi emosi. Skala ini disusun berdasarkan aspek ekspresi
emosi yang meliputi negative expressivity, positive expressivity dan impulse
strength.
2.4 Dukungan Sosial Online
2.4.1 Definisi Dukungan Sosial Online
Uchino dalam Sarafino dan Smith (2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai
persepsi individu pada rasa kenyamanan, perhatian, penghargaan, informasi
ataupun bantuan yang diterima dari orang lain. Dukungan bisa didapatkan dari
berbagai sumber seperti pasangan, keluarga, teman atau komunitas. Individu yang
mendapatkan dukungan sosial merasa dicintai, dihargai dan dianggap bagian dari
hubungan sosial seperti keluarga atau komunitas.
26
Menurut Taylor (2006), dukungan sosial adalah pemberian informasi,
bantuan tingkah laku maupun materi yang di dapat dari hubungan sosial sehingga
membuat individu merasa dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai.
Individu dengan dukungan sosial yang tinggi mengalami stress lebih sedikit ketika
menghadapi pengalaman yang menegangkan. Individu dengan dukungan sosial
tinggi, pada situasi menegangkan dapat mengendalikannya dengan lebih mudah.
Cohen (2004) menyatakan dukungan sosial online mengacu pada sumber
materi, informasi, dan psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, sehingga
individu dapat mengendalikannya untuk membantu menanggulangi stres. Pada
situasi stres yang tinggi, individu yang dekat dengan individu lain mungkin lebih
mudah makan dan tidur, olahraga yang cukup dan jauh dari kekerasan. Individu
yang diberi dukungan sosial akan memiliki lebih sedikit kemungkinan untuk
merasa cemas atau depresi atau bahkan meninggal.
Dalam penelitian ini, dukungan sosial online yang dimaksud merupakan
dukungan sosial online dengan merujuk pada definisi dari Cohen. Cohen (2004)
menyatakan dukungan sosial online mengacu pada sumber materi, informasi dan
psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, sehingga individu dapat
mengendalikannya untuk membantu menanggulangi stres. Alasan penulis
menggunakan teori Cohen, karena penulis menganggap definisi tersebut sesuai
dengan apa yang ingin diteliti dan dimensi-dimensinya lebih berpengaruh dan
menunjukkan kekonsistenan dengan subjective well-being bagi pengguna media
sosial berdasarkan penelitian sebelumnya.
27
2.4.2 Dimensi Dukungan Sosial Online
Cohen, Mermelstein, Kamarck, dan Hoberman (1985) membagi dukungan sosial
online ke dalam empat bentuk, diantaranya tangible support, belonging support,
self-esteem support dan appraisal support:
1. Tangible support (Dukungan Instrumental), bantuan yang bersifat pelayanan
seperti membantu dalam melakukan kegiatan sehari-hari maupun bantuan
secara finansial. Indikator pengguna media sosial dikatakan memiliki tangible
support yaitu memiliki individu di media sosial untuk membantu memperbaiki
sesuatu, memberi bantuan ketika keadaan darurat, membantu dalam melakukan
kegiatan sehari-hari, memberi bantuan finansial dan memberi bantuan ketika
tersesat.
2. Belonging support, suatu bentuk bantuan dimana individu tahu bahwa ada
individu lain yang dapat diandalkan ketika individu ingin melakukan suatu
kegiatan bersama. Indikator pengguna media sosial dikatakan memiliki
belonging support yaitu ketika mendapat bantuan dari individu di media sosial
untuk diajak berbicara saat kesepian, memiliki keluarga dan teman yang dapat
sering diajak berbicara, suka menghabiskan waktu dengan individu yang
memiliki karakter berbeda dengan dirinya, memiliki teman ketika ingin
melakukan suatu kegiatan bersama dan memiliki individu yang dapat
diandalkan.
3. Self-esteem support (Dukungan Harga Diri), suatu bentuk bantuan yang
membuat individu merasakan adanya perasaan positif akan dirinya bila
dibandingkan keadaan yang dimiliki dengan individu lain seusianya. Indikator
28
pengguna media sosial dikatakan memiliki self-esteem support yaitu mendapat
feedback positif dari individu lain, memiliki individu di media sosial yang
memberi perhatian, memiliki individu di media sosial yang membuat individu
merasa lebih baik dari individu sebaya, memiliki kepuasan hidup lebih tinggi
dibandingkan individu lain dan merasa bagian dari kelompok.
4. Appraisal support (Dukungan Informasi), suatu bentuk bantuan yang
membantu individu dalam memahami kejadian yang menekan dengan lebih
baik serta memberikan pilihan strategi coping yang harus dilakukan guna
menghadapi kejadian tersebut. Indikator pengguna media sosial dikatakan
memiliki appraisal support yaitu memberi pilihan strategi coping, membantu
menangani masalah keluarga, memberi saran menangani masalah pribadi,
memberi saran mengenai karir dan membantu memahami masalah yang
dimiliki.
2.4.3 Pengukuran Dukungan Sosial Online
Dalam beberapa penelitian terdapat beberapa instrumen atau alat ukur yang dapat
digunakan untuk mengukur Dukungan Sosial Online, diantaranya:
1. Skala konstruk teori dukungan sosial dari Sarafino dan Smith (2011) yang
membagi dimensi dukungan sosial menjadi dukungan emosi atau penghargaan,
dukungan nyata atau dukungan instrumental, dukungan informasi dan
dukungan persahabatan.
2. Skala untuk mengukur jenis Perceived Dukungan Sosial diukur dengan
membuat tujuh item yang dikembangkan oleh Kim dan Lee (2011) yang
diadaptasi dari Interpersonal Support Evaluation List Scale (ISEL). Item-
29
itemnya disesuaikan agar dapat merefleksikan konteks dari penggunaan media
sosial.
3. Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL) dari Cohen dan
Huberman (1983) yang membagi dimensi dukungan sosial menjadi tangible
support, belonging support, self-esteem support dan appraisal support.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan skala konstruk teori dukungan
sosial online dari Cohen dan Huberman (1983) yang memiliki 40 item pernyataan.
Skala ISEL dari Cohen dan Huberman (1983) dimodifikasi berdasarkan penelitian
Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016) agar sesuai dengan sampel.
Alasan penulis menggunakan skala konstruk teori dukungan sosial online dari
Cohen dan Huberman (1983) yang dimodifikasi berdasarkan penelitian Wong,
Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016), karena alat ukur ini sesuai dengan
penelitian serta memiliki validitas dan realibitas yang baik.
2.5 Kerangka Berpikir
Penggunaan jejaring sosial seperti Facebook, Instagram, Snapchat, WhatsApp,
Line dan sejenisnya, biasanya memiliki interaksi dengan individu lain yang
memungkinkan adanya permintaan pertemanan. Dalam proses pertemanan, setiap
individu yang menduduki posisi tertinggi dalam pengggunaan media sosial ingin
memiliki banyak teman. Sehingga, individu tersebut merasakan bahwa akan
adanya dukungan sosial yang didapatkan dan hal ini berdampak pada subjective
well-being. Ketika individu memiliki pertemanan yang banyak, memiliki
komunikasi yang baik dengan teman-temannya, maka akan merasa sangat bahagia
(Kim & Lee, 2011) yang berarti individu tersebut memiliki emosi yang positif.
30
Pengguna jejaring sosial dikatakan memiliki subjective well-being yang tinggi
ketika individu tersebut merasa puas dengan kondisi hidupnya, sering merasakan
emosi positif dan jarang merasakan emosi negatif (Diener dan Oishi, 2002).
Penelitian yang dilakukan Diener, Lucas dan Oishi (2002) menunjukkan
bahwa kepribadian merupakan salah satu prediktor subjective well-being yang
paling konsisten. Kepribadian selalu mempengaruhi cara individu dalam
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap suatu situasi psikologis atau
stimulus. Individu yang memiliki kecemasan berkomunikasi yang tinggi
merupakan individu yang menarik diri dan tidak mampu menyesuaikan diri secara
sosial (McCroskey, Daly dan Sorensen, 1976). Sedangkan individu yang memiliki
kecemasan berkomunikasi yang rendah merupakan individu yang mampu
menyesuaikan diri secara sosial dan berhasil di dalam masyarakat.
Sejumlah hasil penelitian menemukan bahwa trait kepribadian yang
ditemukan paling berhubungan dengan subjective well-being adalah extraversion
dan neuroticism (Diener dan Lucas dalam Diener, 2009). Extraversion
mempengaruhi afek positif sedangkan neuroticism mempengaruhi afek negatif.
Para peneliti berpendapat bahwa extravesion dan neuroticism paling berhubungan
dengan subjective well-being karena kedua trait tersebut mencerminkan
tempramen individu. Hal ini didukung oleh Fujita (dalam Eddington dan Shuman,
2005) yang menyatakan bahwa ekstroversi berkorelasi dengan afek
menyenangkan, sedangkan neurotisme dan afek tidak menyenangkan tidak bisa
dibedakan.
31
Wang dan Zhang (2012) melakukan penelitian tentang pengaruh faktor
kepribadian big five terhadap penggunaan aktivitas spesifik jejaring sosial
menemukan, bahwa individu yang extraverts lebih suka menggunakan fungsi
komunikatif pada Facebook, seperti pembaruan status, memberi komentar dan
menambah teman. Hal ini sesuai dengan tipe kepribadian extraverts secara offline,
bahwa individu dengan tipe kepribadian extraverts suka berkomunikasi dengan
individu lain, terbuka dan ramah. Sedangkan, individu dengan tipe kepribadian
neuroticism lebih suka menggunakan pembaruan status sebagai salah satu cara
untuk mengekspresikan diri dalam Facebook.
Hans Eysenck (dalam Feist dan Feist, 2009) menyatakan individu dengan
tingkat neuroticism yang rendah akan cenderung lebih gembira dan puas terhadap
hidup. Sedangkan individu dengan neuroticism yang tinggi adalah individu yang
mudah mengalami kecemasan, rasa marah, depresi dan memiliki kecenderungan
emotionally reactive. Individu yang seperti ini dapat dikatakan memiliki tingkat
kecemasan berkomunikasi yang tinggi jika perasaan cemasnya muncul pada saat
dirinya berkomunikasi dengan individu lain.
Lavee dan Ben-Ari (2004) menyatakan bahwa Neuroticism dan ekspresi
emosi terkait secara konseptual. Wilson dan Gullone dalam Lavee dan Ben-Ari,
2004 melalui studi observasional dan self-report telah mendokumentasikan bahwa
neuroticism berhubungan positif dengan pengalaman emosi negatif dan ekspresi
emosi negatif (Keltner; Larsen and Ketelaar; Waltson dan Clark, dalam Lavee dan
Ben-Ari, 2004) serta berhubungan negatif dengan pengalaman emosi positif dan
ekspresi emosi positif (Kardum dalam Lavee dan Ben-Ari, 2004).
32
Selain kepribadian dan ekspresi emosi, well-being juga didapatkan dari
dukungan sosial (Yasmeen et al dalam Wong dan Ma, 2016). Wong dan Ma
(2016) menyatakan dukungan sosial sebagai salah satu fungsi komunikasi yang
tidak lagi didasarkan oleh faktor lokasi. Eiswen Tsz Kin Wong dan Will Wai-Kit
Ma (2016) berpendapat bahwa komunikasi via online dapat memberi efek yang
sama dengan komunikasi secara umum sebagai dukungan sosial.
Pengalaman penggunaan media sosial terutama untuk berkenalan dengan
individu baru dan banyaknya publikasi dengan media sosial membentuk
pemaknaan individu tentang hubungan yang dijalin melalui jejaring sosial dalam
dunia online. Pengaruh dukungan sosial terhadap subjective well-being karena
dukungan sosial dapat meningkatkan penilaian kepuasan hidup individu. Diener
dan Seligman (2002) menemukan bahwa individu yang sangat bahagia memiliki
hubungan sosial yang luas dan memuaskan serta menghabiskan sedikit waktu
sendirian dibandingkan dengan individu biasa. Sebaliknya, orang yang tidak
bahagia memiliki hubungan sosial yang secara signifikan yang lebih buruk.
Berdasarkan beberapa kajian literatur dan penelitian yang telah dilakukan
sebelumnya, penulis mengasumsikan adanya pengaruh antara ketiga variabel
Traits Kepribadian, Ekspresi Emosi dan Dukungan Sosial Online terhadap
Subjective well-being pengguna media sosial. Adapun kerangka berfikir penelitian
tentang variabel-variabel yang berpengaruh terhadap dependent variabel
digambarkan pada Gambar 2.1 bagan kerangka berfikir.
33
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
2.6 Hipotesis Penelitian
2.6.1 Hipotesis mayor
Ada pengaruh signifikan traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan
psychoticism), ekspresi emosi (positive expressivity, negative expressivity dan
impuls strength), dan dukungan sosial online (appraisal support, tangible support,
self-esteem support dan belonging support) terhadap subjective well-being
pengguna media sosial.
2.6.2 Hipotesis minor
H1
= Ada pengaruh yang signifikan extraversion pada variabel traits kepribadian
terhadap subjective well-being
34
H2
= Ada pengaruh yang signifikan neuroticism pada variabel traits kepribadian
terhadap subjective well-being
H3
= Ada pengaruh yang signifikan psychoticism pada variabel traits kepribadian
terhadap subjective well-being
H4
= Ada pengaruh yang signifikan positive expressivity pada variabel ekspresi
emosi terhadap subjective well-being
H5
= Ada pengaruh yang signifikan negative expressivity pada variabel ekspresi
emosi terhadap subjective well-being
H6
= Ada pengaruh yang signifikan impuls strength pada variabel ekspresi emosi
terhadap subjective well-being
H7
= Ada pengaruh yang signifikan appraisal support pada variabel dukungan
sosial online terhadap subjective well-being
H8
= Ada pengaruh yang signifikan tangible support pada variabel dukungan
sosial online terhadap subjective well-being
H9
= Ada pengaruh yang signifikan self-esteem support pada variabel dukungan
sosial online terhadap subjective well-being
H10
= Ada pengaruh yang signifikan belonging support pada variabel dukungan
sosial online terhadap subjective well-being
35
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambil Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah sekumpulan individu yang berada di wilayah
Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi. Karakteristiknya adalah berikut
usia 18 sampai dengan 25 tahun dan pengguna aktif jejaring sosial Facebook,
Instagram, WhatsApp, Line dan Snapchat. Jumlah populasi dalam penelitian ini
tidak teridentifikasi dengan baik, sehingga dimasukkan ke dalam keterbatasan
dalam penelitian.
Dalam penelitian ini, jumlah sampel ditetapkan sebanyak 300 orang. Pada
bulan November penulis menyebar kuesioner online yang diisi oleh 175
responden dan offline disebar sebanyak 200. Sedangkan jumlah kuesioner offline
yang kembali sebanyak 128 kuesioner, dikarenakan terdapat beberapa item yang
tidak terisi sehingga perlu untuk di drop dan tidak diikutsertakan dalam penelitian.
Total sampel dalam penelitian ini yaitu 302 responden.
Teknik pengambilan sampel menggunakan non probability sampling.
Responden dipilih berdasarkan kriteria yang ditentukan dan kesediaan untuk
merespon. Penulis menggunakan dua media penggumpulan data yaitu offline dan
online.
3.2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis menggunakan
variabel subjective well-being sebagai variabel terikat (dependent variable) dan traits
kepribadian sebagai variabel bebas (independent variable) pertama, ekspresi emosi
36
sebagai variabel bebas (independent variable) kedua dan dukungan sosial online
sebagai variabel bebas (independent variable) ketiga.
Adapun definisi operasional dari setiap variabel dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Subjective well-being adalah evaluasi kognitif dan afektif individu terhadap
hidupnya, evaluasi ini termasuk reaksi emosional terhadap peristiwa serta
penilaian kognitif terhadap kepuasan dan pemenuhan kehidupan.
2. Traits Kepribadian adalah pola tingkah laku yang mewakili karakteristik
individu sebagaimana ditentukan oleh keturunan dan lingkungan yang diukur
berdasarkan tiga dimensi, yaitu:
a. Ekstraversion dicirikan dengan kepribadian antusias, mudah bergaul,
emosi positif, aktif, ambisius dan ramah.
b. Neuroticism dicirikan sulit bersosialisasi, sulit menjalin hubungan, self-
esteem yang rendah, mudah cemas, suasana hati mudah berubah dan
mudah depresi.
c. Psychoticism dicirikan dingin, egosentrik, impulsif, antisosial, tidak
empatik dan keras hati.
3. Ekspresi Emosi adalah perubahan perilaku yang menyertai emosi melalui
media sosial ketika individu tersebut merasakan emosi tertentu, yaitu:
a. Positive Expressivity mengacu pada respon emosi positif melalui perilaku
bahagia, antusias, semangat.
b. Negative Expressivity mengacu pada respon emosi negatif melalui perilaku
marah, kesal, tidak peduli, sedih, muak.
37
c. Impuls Strength (kekuatan impuls) meliputi pengalaman emosi yang kuat
yang mendorong individu untuk mengekspresikan emosi dan sulit bagi
individu untuk menahan emosinya.
4. Dukungan sosial online adalah dukungan yang mengacu pada sumber materi,
informasi dan psikologi yang diperoleh dari jaringan sosial, yaitu:
a. Appraisal Support (Dukungan Informasi) yaitu memberi pilihan strategi
coping, menangani masalah keluarga, memberi saran menangani masalah
pribadi, memberi saran mengenai karir dan membantu memahami masalah
yang dimiliki.
b. Tangible Support (Dukungan Instrumental) yaitu membantu memperbaiki
sesuatu, memberi bantuan dalam keadaan darurat, membantu melakukan
kegiatan sehari-hari, memberi bantuan finansial dan memberi bantuan ketika
tersesat
c. Self-Esteem Support (Dukungan Harga Diri) yaitu mendapat feedback
positif dari individu lain, merasa mendapat perhatian dari individu lain,
merasa lebih baik dari individu sebaya, kepuasan hidup lebih tinggi
dibandingkan individu lain dan merasa bagian dari kelompok.
d. Belonging Support yaitu memiliki teman untuk diajak berbicara saat
kesepian, memiliki keluarga dan teman untuk sering diajak bertemu dan
berbicara, menghabiskan waktu dengan individu yang memiliki karakter
berbeda dengan dirinya, memiliki teman untuk melakukan kegiatan bersama
dan memiliki individu yang dapat diandalkan.
38
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dengan
mengadaptasi model Likert. Setiap item diukur melalui empat kategori jawaban
yaitu, sangat setuju (SS), setuju (S), tidak setuju (TS), sangat tidak setuju (STS).
Hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya jumlah respon yang bersifat netral
dan memudahkan responden dalam memilih. Model ini dibagi menjadi dua
kategori item pernyataan yaitu favorable dan unfavorable serta menentukan nilai.
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan
Jawaban Favorable Unfavorable
STS ( sangat tidak setuju) 1 4
TS ( tidak setuju ) 2 3
S ( setuju ) 3 2
SS ( sangat setuju ) 4 1
Dalam penelitian ini skala yang digunakan terdiri dari empat alat ukur, yaitu
skala subjective well-being, skala traits kepribadian, skala ekspresi emosi dan
skala dukungan sosial online.
1. Skala Subjective Well-Being
Skala subjective well-being yang digunakan dalam penelitian ini diadaptasi dari
satisfaction with life scale (SWLS) yang disusun oleh Diener dan koleganya
(1985) untuk mengukur evaluasi kognitif terdiri dari 5 item pernyataan.
Sedangkan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) oleh Diener dan
koleganya (2009) untuk mengukur evaluasi afektif terdiri dari 12 item pernyataan.
39
Tabel 3.2 Blue Print Skala Subjective Well-Being
2. Skala Traits Kepribadian
Dalam penelitian ini penulis mencoba memodifikasi pengukuran yang diadaptasi
dari Eysenck (dalam Francis, Brown dan Philipchalk, 1992). Alat ukur ini terdiri
dari 24 item untuk mengukur empat dimensi kepribadian. Namun, dalam
penelitian ini penulis hanya melakukan uji validitas pada 18 dari 24 item yang
ada. Alasan penulis hanya menggunakan 18 item karena penulis hanya
menggunakan tiga dimensi kepribadian dari Eysenck.
Tabel 3.3 Blue Print Skala Traits Kepribadian
40
3. Skala Ekspresi Emosi
Ekspresi Emosi diukur dengan menggunakan alat ukur Berkeley Expressivitty
Questionnaire (BEQ) yang diadaptasi dari Gross dan John (dalam Lavee dan Ben-
Ari, 2004). Penulis melakukan modifikasi alat ukur BEQ berdasarkan indikator
dari tiga dimensi yang ada. Alasan penulis memodifikasi alat ukur BEQ untuk
menyesuaikan item skala dengan subjek penelitian. Alat ukur ini terdiri dari 10
item pernyataan untuk mengukur tiga dimensi dari Gross dan John (dalam Lavee
dan Ben-Ari, 2004), yaitu ekspresi emosi positif, ekspresi emosi negatif dan
impuls strength
Tabel 3.4 Blue Print Skala Ekspresi Emosi
No Dimensi Indikator Nomor Item
Jumlah Fav Unfav
1 Positive
Expressivity
- - Bahagia
- - Antusias
- - Semangat
3
2
5
3 item
2 Negative
Expresivity
- - Marah
- - Kesal
- - Tidak peduli
- - Sedih
- - Muak
7
10
1
6
9
5 item
3 Impuls
Strength
- - Pengalaman emosi kuat
- - Sulit menahan emosi
8
4 2 item
Jumlah 10 item
4. Skala Dukungan Sosial Online
Dukungan sosial online diukur dengan mengadaptasi dan memodifikasi
Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL) dari Cohen dan
Huberman (1983). Skala Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL)
dari Cohen dan Huberman (1983) dimodifikasi berdasarkan penelitian Wong dan
Ma (2016). Alasan penulis memodifikasi Interpersonal Suport Evaluation List
41
Developed (ISEL) dari Cohen dan Huberman (1983) berdasarkan penelitian Wong
dan Ma (2016) untuk menyesuaikan item skala dengan subjek penelitian. Alat
ukur Interpersonal Suport Evaluation List Developed (ISEL) terdiri dari 40 item
pernyataan.
Tabel 3.5 Blue Print Skala Dukungan Sosial Online
3.4 Uji Validitas Konstruk
Untuk menguji validitas alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan CFA (Confirmatory Factor Analysis) dengan software Mplus 7.
42
Umar dalam Febriana (2015) menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan untuk
mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait berupa kemampuan yang didefinisikan
secara operasional sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk
mengukurnya. Kemampuan ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap
faktor ini dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subtes
bersifat unidimensional.
3. Dengan data yang tersedia dapat digunakan untuk mengestimasi matriks
korelasi antar item yang seharusnya diperoleh jika memang unidimensional.
Matriks korelasi ini disebut sigma (Σ), kemudian dibandingkan dengan matriks
dari data empiris, yang disebut matriks S. Jika teori tersebut benar
(unidemensional) maka tentunya tidak ada perbedaan antara matriks Σ -
matriks S atau bisa juga dinyatakan dengan Σ - S = 0.
4. Pernyataan tersebut dijadikan hipotesis nihil yang kemudian diuji dengan chi-
square. Jika hasil chi-square tidak signifikan (p > 0.05), maka hipotesis nihil
tersebut “tidak ditolak”. Artinya teori unidimensionalitas tersebut dapat
diterima bahwa item ataupun sub tes instrumen hanya mengukur satu faktor
saja. Sedangkan, jika nilai Chi–Square signifikan (p<0.05), artinya bahwa item
tersebut mengukur lebih dari satu faktor atau bersifat multidimensional. Maka
perlu dilakukan modifikasi terhadap model pengukuran.
43
5. Adapun dalam memodifikasi model pengukuran dilakukan dengan cara
membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan pengukuran. Hal ini terjadi
ketika suatu item mengukur selain faktor yang hendak diukur. Setelah beberapa
kesalahan pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi, maka akan
diperoleh model yang fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan
pada langkah selanjutnya.
6. Jika model fit, maka langkah selanjutnya menguji apakah item signifikan atau
tidak mengukur apa yang hendak diukur, dengan yang hendak di ukur, dengan
menggunakan t-test. Jika hasil t-test tidak signifikan (t<1,96) maka item
tersebut tidak signifikan dalam mengukur apa yang hendak diukur, bila perlu
item yang demikian dieliminasi dan sebaliknya.
7. Selain itu, apabila dari hasil CFA terdapat item yang koefisien muatan
faktornya negatif, maka item tersebut juga harus di drop. Sebab hal ini tidak
sesuai dengan sifat item, yang bersifat positif (favorable).
8. Kemudian, apabila terdapat korelasi parsial atau kesalahan pengukuran item
terlalu banyak berkorelasi dengan kesalahan pengukuran lainnya, maka item
tersebut akan dieliminasi. Sebab, item yang demikian selain mengukur apa
yang hendak diukur, ia juga mengukur hal lain (multidimensi). Adapun asumsi
dieliminasi atau tidaknya item adalah jika tidak terdapat lebih dari tiga korelsi
parsial atau kesalahan pengukuran yang berkorelasi dengan item lainnya.
9. Terakhir, setelah dilakukan langkah-langkah seperti yang telah disebukan di
atas. Dan mendapatkan item dengan muatan faktor signifikan (t>1.96) dan
44
positif. Maka, selanjutnya item-item yang signifikan (t>1.96) dan positif
tersebut diolah untuk nantinya didapatkan faktor skornya
3.4.1 Uji Validitas Skala Subjective well-being
Penulis menguji apakah 17 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu Subjective well-being. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 984.593, df = 119, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.146 dan CFI= 0.723. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 20 (dua puluh) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
chi-square = 205.585, df = 99, p-value = 0.00000, RMSEA = 0.048 dan CFI=
0.966. Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item Subjective well-being
disajikan pada tabel 3.6.
45
Tabel 3.6 Muatan Faktor Item Subjective well-being
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan dan semua
koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor dari
item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan di
drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung faktor
skor.
3.4.2 Uji Validitas Skala Traits Kepribadian
3.4.2.1 Extraversion
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
extraversion. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit,
dengan chi-square = 15.115, df = 9, p-value = 0.0878, RMSEA = 0.000 dan CFI=
0.981. Jika dilihat dari nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu extraversion.
46
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item extravesion disajikan
pada tabel 3.7.
Tabel 3.7 Muatan Faktor Item Extraversion
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat satu item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 15.
Dengan demikian, item 15 di drop dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan
faktor skor.
3.4.2.2 Neuroticism
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
neuroticism. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor fit,
dengan chi-square = 25.231, df = 9, p-value = 0.0027, RMSEA = 0.042 dan CFI=
0.960. Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
47
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item neuroticism disajikan
pada tabel 3.8.
Tabel 3.8 Muatan Faktor Item Neuroticism
No Item Koefisien Standar Error Nilai t P-Value Signifikan
Item 1 0.750 0.074 10.104 0.000 V
Item 9 0.456 0.077 5.884 0.000 V
Item 11 0.681 0.063 10.885 0.000 V
Item 14 0.778 0.061 12.743 0.000 V
Item 18 0.804 0.057 14.134 0.000 V
Item 21 0.570 0.074 7.737 0.000 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa semua item signifikan (t > 1.96) dan
semua koefisien sudah bermuatan positif. Artinya semua koefisien muatan faktor
dari item sesuai dengan sifat item. Dengan demikian item-item tersebut tidak akan
di drop, sehingga telah memenuhi kriteria dan digunakan untuk menghitung
faktor skor.
3.4.2.3 Psychoticism
Penulis menguji apakah 6 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor yaitu
psychoticism. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor
tidak fit, dengan chi-square = 12.639, df = 9, p-value = 0.1796, RMSEA = 0.000
dan CFI= 0.860. Jika dilihat nilai chi-square menghasilkan p-value > 0.05 (tidak
signifikan), yang artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat
diterima, bahwa seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu psychoticism.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
48
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item psychoticism disajikan
pada tabel 3.9.
Tabel 3.9 Muatan Faktor Item Psychoticism
No Koefisien Standar Error Nilai t P-Value Signifikan
Item 3 0.024 0.129 0.189 0.850 X
Item 6 0.672 0.190 3.531 0.000 V
Item 8 0.270 0.128 2.104 0.035 V
Item 12 0.821 0.209 3.939 0.000 V
Item 16 0.461 0.174 2.651 0.008 V
Item 22 0.373 0.132 2.829 0.005 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat satu item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 3.
Dengan demikian, item 3 di drop dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan
faktor skor.
3.4.3 Uji Validitas Skala Ekspresi Emosi
Penulis menguji apakah 10 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu Ekspresi Emosi. Pada uji validitas ini, dalam melakukan CFA penulis
menggabung ketiga dimensi ekspresi emosi, dengan alasan kualitas item tidak
baik. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu faktor tidak fit,
dengan chi-square = 250.085, df = 35, p-value = 0.0000, RMSEA = 0.126 dan
CFI= 0.463. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak 9
(sembilan) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 59.060, df = 26, p-value = 0.0002, RMSEA = 0.043 dan CFI= 0.913.
49
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item ekspresi emosi
disajikan pada tabel 3.10.
Tabel 3.10 Muatan Faktor Item Ekspresi Emosi
No Koefisien Standar Error Nilai t P-Value Signifikan
PE
Item 2 0.396 0.068 5.794 0.000 V
Item 3 0.610 0.072 8.432 0.000 V
Item 5 -0.126 0.105 -1.196 0.232 X
NE
Item 1 0.329 0.071 4.665 0.000 V
Item 6 -0.311 0.073 -4.242 0.000 X
Item 7 0.240 0.067 3.590 0.000 V
Item 9 -0.314 0.071 -4.421 0.000 X
Item10 -0.106 0.068 -1.559 0.119 X
IS
Item 4 -0.168 0.067 -2.494 0.013 X
Item 8 -0.693 0.066 -10.493 0.000 X
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat enam item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 5 dari
dimensi positive expresivity, item 6, 9, 10 dari dimensi negative expresivity dan
item 4, 8 dari dimensi impuls strength. Dengan demikian, item tersebut di drop
dan tidak ikut dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
50
3.4.4 Uji Validitas Skala Dukungan Sosial Online
3.4.4.1 Appraisal support
Penulis menguji apakah 10 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu appraisal support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 376.451, df = 35, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.164 dan CFI= 0.651. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 9 (sembilan) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
chi-square = 61.980, df = 26, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.046 dan CFI= 0.963.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item appraisal support
disajikan pada tabel 3.11.
Tabel 3.11 Muatan Faktor Item Appraisal Support
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
51
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 11 dan
item 36. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
penghitungan faktor skor.
3.4.4.2 Tangible support
Penulis menguji apakah 10 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu tangible support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 327.097, df = 35, p-value = 0.00000,
RMSEA = 0.150 dan CFI= 0.499. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 10 (sepuluh) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada
item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan
chi-square = 59.686, df = 25, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.046 dan CFI= 0.940.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item tangible support
disajikan pada tabel 3.12.
52
Tabel 3.12 Muatan Faktor Item Tangible Support
No Koefisien Standar Error Nilai t P-Value Signifikan
Item 2 0.439 0.057 7.717 0.000 V
Item 9 -0.183 0.062 -2.948 0.003 X
Item 14 0.076 0.062 1.238 0.216 X
Item 16 0.603 0.053 11.342 0.000 V
Item 18 0.624 0.045 13.859 0.000 V
Item 23 0.639 0.048 13.351 0.000 V
Item 29 0.171 0.059 2.882 0.004 V
Item 33 0.622 0.043 14.430 0.000 V
Item 35 0.188 0.059 3.182 0.001 V
Item 39 0.243 0.063 3.837 0.000 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat ditttlihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 9 dan
item 14. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
penghitungan faktor skor.
3.4.4.3 Self-esteem support
Penulis menguji apakah 10 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu self-esteem support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model
satu faktor tidak fit, dengan chi-square = 143.823, df = 35, p-value = 0.0000,
RMSEA = 0.085 dan CFI= 0.664. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
sebanyak 4 (empat) kali terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 69.739, df = 31, p-value = 0.0001, RMSEA = 0.044 dan CFI= 0.871.
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI model ini telah fit dengan data. Oleh karena itu, penulis
menyimpulkan model ini fit dengan data.
53
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan.
Koefisien muatan faktor untuk item self-esteem support disajikan pada tabel 3.13.
Tabel 3.13 Muatan Faktor Item Self-Esteem Support
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 4, item 8
dan item 37. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut dianalisis
dalam penghitungan faktor skor.
3.4.4.4 Belonging support
Penulis menguji apakah 10 item bersifat unidimensional mengukur satu faktor
yaitu belonging support. Dari hasil awal analisis CFA yang dilakukan, model satu
faktor tidak fit, dengan chi-square = 467.852, df = 35, p-value = 0.0000, RMSEA
= 0.186 dan CFI= 0.497. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi sebanyak
11 (sebelas kali) terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item
dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit, dengan chi-
square = 56.105, df = 24, p-value = 0.0002, RMSEA = 0.044 dan CFI= 0.963.
54
Jika dilihat dari nilai chi-square, model ini belum fit tetapi jika dilihat dari
RMSEA dan CFI (Cumulative Fit Index) model ini telah fit dengan data. Oleh
karena itu, penulis menyimpulkan model ini fit dengan data.
Langkah selanjutnya adalah melihat signifikan atau tidaknya item dalam
mengukur apa yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tertentu
perlu di drop atau tidak. Dalam hal ini yang diuji adalah hipotesis nihil tentang
koefisien muatan faktor, jika nilai t > 1.96 artinya item tersebut signifikan dan
begitu juga sebaliknya. Koefisien muatan faktor untuk item belonging support
disajikan pada tabel 3.14.
Tabel 3.14 Muatan Faktor Item Belonging Support
No Koefisien Standar Error Nilai t P-Value Signifikan
Item 5 0.816 0.050 16.491 0.000 V
Item 7 0.544 0.056 9.628 0.000 V
Item 10 -0.022 0.066 -0.327 0.743 X
Item 12 0.597 0.052 11.504 0.000 V
Item 15 0.095 0.063 1.511 0.131 X
Item 21 0.372 0.060 6.187 0.000 V
Item 25 0.038 0.067 0.559 0.576 X
Item 27 -0.062 0.065 -0.950 0.342 X
Item 31 0.422 0.054 7.822 0.000 V
Item 34 0.338 0.064 5.326 0.000 V
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1.96); X = tidak signifikan (t < 1.96)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa setiap item dikatakan signifikan (t >
1.96) tetapi terdapat dua item yang tidak signifikan (t < 1.96) yaitu item 10, item
15, item 25 dan item 27. Dengan demikian, item tersebut di drop dan tidak ikut
dianalisis dalam penghitungan faktor skor.
3.5 Tehnik Analisis Data
Sebelum melakukan analisis data, penulis melakukan estimasi faktor skor dari
item-item yang telah memenuhi kriteria item yang valid. Sehingga didapat faktor
skor pada tiap variabel. Dengan demikian perbedaan kemampuan masing-masing
55
item dalam mengukur apa yang hendak diukur ikut menentukan dalam
menghitung faktor skor (true score). True score inilah yang akan dianalisis dalam
analisis berikutnya.
Selanjutnya penulis mentransformasikan faktor skor yang diukur kedalam
T score, dengan mean=50 dan standar deviasi (SD)=10. Sehingga tidak ada
responden yang mendapat skor negatif dan setiap variabel memiliki satuan yang
sama. Adapun rumus T score adalah:
T score = (10*faktor skor) + 50
Selanjutnya untuk analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini
adalah teknik analisis regresi berganda. Teknik analisis regresi berganda ini
digunakan untuk menentukan ketepatan prediksi dan ditunjukkan untuk
mengetahui besarnya pengaruh dari variable bebas (independent variable), yaitu
traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan psychoticism), ekspresi emosi
(positive expresivity, negative expresivity dan impuls strength) dan dukungan
sosial online (appraisal support, tangible support, self-esteem support dan
belonging support) terhadap subjective well-being (dependent variable). Regresi
berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk model
hubungan antara dependent variable dengan lebih dari satu independent variable.
Persamaan regresi berganda penelitian ini adalah sebagai berikut:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 + b10X10+ e
Keterangan:
Y = Nilai prediksi Y (Subjective well-being)
a = Konstan intersepsi
b = Koefisien regresi untuk masing-masing independent variable
56
X1 = Extraversion
X2 = Neuroticism
X3 = Psychoticism
X4 = Positive Expressivity
X5 = Negative Expressivity
X6 = Impuls Strength
X7 = Appraisal support
X8 = Tangible support
X9 = Self-esteem support
X10 = Belonging support
e = Residual dari dependent variable
Untuk menilai apakah model regresi yang dihasilkan merupakan model
yang paling sesuai (memiliki error terkecil), dibutuhkan beberapa pengujian dan
analisis. Dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis berganda, digunakan
agar dapat menjawab hipotesis dalam Bab II. Untuk mendapat hasil analisis
regresi berganda penulis menggunakan software SPSS versi 22.0.
Selanjutnya dari analisis regresi berganda ini akan diperoleh nilai R2 (R
square) untuk mengetahui berapa persen (%) sumbangan dependent variable yang
dijelaskan oleh independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap
dependent variable.
Adapun rumus untuk menghitung R2
, digunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
R2
= Proporsi varians yang dijelaskan oleh keseluruhan independent variable
SSreg = Jumlah kuadrat regresi yang dapat dihitung jika koefisien regresi telah
diperoleh.
SSy = Jumlah kuadrat dari dependent variable (Y)
57
Selanjutnya R2
dapat diuji signifikansinya dengan uji F. Adapun rumus
untuk uji F terhadap R2
adalah :
dengan df= K dan (N-K-1)
Keterangan:
K = banyaknya independent variable
N = besarnya sampel
Apabila nilai F itu siginifikan (p<0,05), maka berarti seluruh independent
variable secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
dependent variable. Adapun jika F signifikan, langkah berikutnya menguji
signifikansi pengaruh masing-masing independent variable terhadap dependent
variable. Hal ini dilakukan melalui uji t (t-test) terhadap setiap koefisien regresi.
Jika nilai t > 1,96 maka IV yang bersangkutan memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap dependent variable dan sebaliknya. Adapun rumus uji t yang digunakan
adalah:
Keterangan:
bi = koefisien regresi untuk independent variable (i)
Sbi = standar deviasi sampling atau standar error dari
Sebagai langkah terakhir adalah uji signifikan terhadap proporsi varians
yang disumbangkan oleh masing-masing independent variable dalam
mempengaruhi dependent variable. Dalam hal ini penulis melakukan analisis
regresi berganda yang bersifat berjenjang atau stepwise. Artinya dilakukan
58
analisis regresi berulang-ulang dimulai dengan hanya satu independent variable
kemudian dengan dua independent variable, dilanjutkan dengan tiga independent
variable dan seterusnya sampai independent variable ke sepuluh. Setiap kali
dilakukan analisis regresi akan diperoleh nilai R2. Setiap kali ditambahkan
independent variable baru diharapkan terjadi peningkatan R2 secara signifikan.
Jika pertambahan R2 (R
2 change) signifikan secara statistik maka berarti
independent variable baru yang ditambahkan tersebut cukup penting secara
statistik maupun dalam upaya memprediksi dependent variable serta untuk
menguji hipotesis apakah independent variable bersangkutan signifikan
pengaruhnya. Setiap pertambahan R2
ketika satu independent variable baru
ditambahkan adalah menunjukan besarnya sumbangan unik independent variable
tersebut terhadap bervariasinya dependent variable setelah pengaruh dari beberapa
independent variable terdahulu diperhitungkan dampaknya. Oleh sebab itulah
analisis regresi secara sequential seperti ini dikenal dengan sebutan stepwise
regression.
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji signifikan tidaknya
pertambahan proporsi varian (R2 change) adalah sebagai berikut :
dengan
Disini, adalah nilai R2 yang dihasilkan setelah IV baru ditambahkan ke
dalam persamaan dan adalah nilai R2
yang diperoleh sebelum IV baru
ditambahkan. Sedangkan T adalah banyaknya independent variable pada , dan S
adalah banyaknya independent variable pada N adalah besarnya sampel
59
penelitian. Rumus ini bersifat generik, artinya bisa digunakan untuk menguji
signifikan tidaknya pertambahan R2
baik untuk pertambahan satu independent
variable maupun untuk pertambahan beberapa independent variable. Jika nilai F
yang dihasilkan signifikan berarti proporsi varian yang dapat dijelaskan dan
merupakan sumbangan dari independent variable yang ditambahkan adalah
signifikan secara statistik. Jadi, rumus ini bisa diuji signifikan tidaknya
pertambahan independent variable baik hanya dengan menambahkan satu
independent variable maupun dengan menambahkan beberapa independent
variable sekaligus.
60
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 Gambaran Subjek Penelitian
Responden dalam penelitian ini adalah 302 pengguna aktif media sosial wilayah
Jabodetabek. Tabel 4.1 merupakan gambaran umum subjek penelitian berdasarkan
jenis kelamin, usia, pekerjaan, tipe pengguna media sosial dan frekuensi
penggunaan media sosial.
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Penelitian
Gambaran Umum Subjek Penelitian N = 302 Persentase (%)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
76
226
8.8%
26.2%
Usia 18-21 202 23.4%
22-25 100 11.6%
Pekerjaan Mahasiswa
Karyawan
266
13
30.8%
1.5%
Lainnya 23 2.7%
Tipe Pengguna
media sosial
Sporadic
Lurker
Socializer
Debater
Advanced
Tidak mengisi
34
41
128
7
91
1
3.9%
4.7%
14.8%
0.8%
10.5%
0.1%
Frekuensi
Penggunaan
<1 jam
1-2 jam
>6 jam
Tidak mengisi
16
114
167
5
1.9%
13.2%
19.3%
0.6%
Dari tabel 4.1 dapat dilihat bahwa jumlah perempuan lebih banyak
daripada jumlah laki-laki. Jumlah laki-laki sebanyak 76 orang (8.8%), sementara
jumlah perempuan sebanyak 226 orang (26.2%). Selanjutnya, berdasarkan status
61
pekerjaan, berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah pengguna
media sosial dengan status mahasiswa lebih banyak daripada pengguana media
sosial dengan status karyawan dan lainnya. Jumlah pengguna media sosial dengan
status mahasiswa sebanyak 226 orang (30.8%), sementara jumlah pengguna
media sosial dengan status karyawan sebanyak 13 orang (1.5%) dan lainnya
sebanyak 23 orang (2.7%). Berdasarkan tipe pengguna media sosial, jumlah tipe
sporadic sebanyak 34 orang (3.9%), tipe lurker sebanyak 41 orang (4.7%), tipe
debater sebanyak 7 orang (0.8%), tipe advanced sebanyak 91 orang (10.5%) dan
1 orang (0.1%) tidak mengisi. Terakhir, berdasarkan frekuensi waktu penggunaan
media sosial dalam sehari, responden yang menggunakan media sosial <1 jam
sebanyak 16 orang (1.9%), 1-2 jam sebanyak 114 orang (13.2%), >6 jam 167
orang (19.3%) dan sisanya yang tidak mengisi sebanyak 5 orang (0.6%).
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Skor yang digunakan dalam analisis statistik pada penelitian ini adalah skor murni
(true score) yang merupakan hasil proses konversi dari raw score. Proses ini
dilakukan untuk memudahkan dalam melakukan perbandingan antar skor hasil
penelitian variabel-variabel yang diteliti, dengan demikian semua raw score pada
setiap variabel harus diletakkan pada skala yang sama. Hal ini dilakukan dengan
mentrasformasikan raw score menjadi z-score, agar nilai z-score menjadi positif
perlu dilakukan perhitungan t-score = (10*factor score) + 50.
Untuk menjelaskan gambaran umum deskripsi dari variabel-variabel yang
diteliti, indeks yang dijadikan acuan dalam penelitian ini adalah skor mean,
62
standar deviasi, nilai minimum dan maksimum dari setiap variabel penelitian.
Skor tersebut disajikan dalam tabel berikut ini.
Dari tabel 4.2 dapat dilihat bahwa skor subjective well-being, extraversion,
neuroticism, psychoticism, positive expressivity, negative expressivity, appraisal
support, tangible support, self-esteem support dan belonging support diletakkan
pada skala yang sama dengan mean 50 dan standar deviasi 10.
Dari tabel 4.2 juga dapat diketahui skor terendah subjective well-being
adalah 7.81 dan skor tertinggi adalah 70.83. Pada variabel extraversion skor
terendah yaitu 35,69 dan skor tertinggi 60,74. Pada variabel neuroticism, skor
terendah yaitu 31,64 dan skor tertinggi 60,07. Pada variabel psikotisme skor
terendah yaitu 46,84 dan skor tertinggi 93,08. Pada variabel positive expressivity
skor terendah yaitu 17,49 dan skor tertinggi 74,11. Pada variabel negative
expressivity skor terendah yaitu 25,12 dan skor tertinggi 78,06. Pada variabel
appraisal support skor terendah yaitu 21,28 dan skor tertinggi 70,52. Pada
variabel tangible support skor terendah yaitu 22,95 dan skor tertinggi 75,27. Pada
Tabel 4.2 Deskripsi Statistik Variabel Penelitian
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Subjective Well Being 302 7,81 70,83 50,0002 9,34158
Extraversion 302 35,69 60,74 50,0003 8,28436
Neuroticism 302 31,64 60,07 50,0010 8,44473
Psychoticism 302 46,84 93,08 50,0002 6,92728
Positive 302 17,49 74,11 49,9995 9,99874
Negative 302 25,12 78,06 50,0002 10,00007
Appraisal Support 302 21,28 70,52 49,9999 8,87376
Belonging Support 302 24,56 69,23 50,0000 8,56279
Self Esteem Support 302 23,07 71,63 50,0003 7,89873
Tangible Support 302 22,95 75,27 50,0001 8,32571
Valid N (listwise) 302
63
variabel self-esteem support skor terendah yaitu 23,07 dan skor tertinggi 71,63.
Pada variabel belonging support skor terendah yaitu 24,56 dan skor tertinggi
69,23.
4.3 Kategorisasi Skor
Setelah melakukan deskripsi dari masing-masing variabel, maka hal yang perlu
dilakukan adalah pengkategorisasian terhadap data penelitian dengan
menggunakan standar deviasi dan mean dari t-score. Kategorisasi dalam
penelitian ini dibuat menjadi dua kategori yaitu tinggi dan rendah. Dalam hal ini
ditetapkan norma sebagai berikut:
Tabel 4.3 Pedoman Interpretasi Skor
Kategori Rumus
Rendah X < Mean - 1SD
Tinggi X > Mean + 1SD
Uraian mengenai gambaran kategori skor variabel berdasarkan tinggi dan
rendahnya variabel yang digunakan dalam penelitian ini akan disajikan pada tabel
di bawah ini:
Tabel 4.4 Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisaasi Skor Variabel
Variabel Rendah % Tinggi %
Subjective well-being 156 51.7% 146 48.3%
Extraversion 156 51.7% 146 48.3%
Neuroticism 125 41.4% 177 58.6%
Psychoticism 261 86.4% 41 13.6%
Positive Expressivity 143 47.4% 159 52.6%
Negative Expressivity 142 47.0% 160 53.0%
Appraisal support 127 42.1% 175 57.9%
Tangible support 142 47.0% 160 53.0%
Self Esteem support 158 52.3% 144 47.7%
Belonging support 132 43.7% 170 56.3%
64
Dari tabel 4.4 dapat dilihat bahwa pengguna media sosial yang memiliki
subjective well-being yang berkategori rendah sebanyak 156 orang (51.7%) dan
pengguna media sosial yang memiliki subjective well-being tinggi sebanyak 146
orang (48.3%).
Untuk variabel extraversion terlihat bahwa pengguna media sosial yang
memiliki extraversion yang berkategori rendah sebanyak 156 orang (51.7%) dan
pengguna media sosial yang memiliki subjective well-being tinggi sebanyak 146
orang (48.3%).
Untuk variabel neuroticism terlihat bahwa pengguna media sosial yang
memiliki neuroticism dengan kategori rendah sebanyak 125 orang (41.4%) dan
pengguna media sosial yang memiliki neuroticism yang tinggi sebanyak 177
orang (58.6%).
Untuk variabel psychoticism terlihat bahwa pengguna media sosial yang
memiliki psychoticism dengan kategori rendah sebanyak 261 orang (86.4%) dan
pengguna media sosial yang memiliki psychoticism yang tinggi sebanyak 41
orang (13.6%).
Untuk variabel positive ekspresivity terlihat bahwa pengguna media sosial
yang memiliki positive ekspresivity dengan kategori rendah sebanyak 143 orang
(47.4%) dan pengguna media sosia yang memiliki positive ekspresivity yang
tinggi sebanyak 159 orang (52.6%).
Untuk variabel negative ekspresivity terlihat bahwa pengguna media sosial
yang memiliki negative ekspresivity dengan kategori rendah sebanyak 142 orang
65
(47.0%) dan pengguna media sosial yang memiliki negative ekspresivity yang
tinggi sebanyak 160 orang (53.0%).
Untuk variabel appraisal support terlihat bahwa pengguna media sosial
yang memiliki appraisal support dengan kategori rendah sebanyak 127 orang
(42.1%) dan pengguna media sosial yang memiliki appraisal support yang tinggi
sebanyak 175 orang (57.9%).
Untuk variabel tangible support terlihat bahwa pengguna media sosial
yang memiliki tangible support dengan kategori rendah sebanyak 142 orang
(47.0%) dan pengguna media sosial yang memiliki tangible support tinggi
sebanyak 160 orang (53.0%).
Untuk variabel self-esteem support terlihat bahwa pengguna media sosial
yang memiliki self-esteem support dengan kategori rendah sebanyak 158 orang
(52.3%) dan pengguna media sosial yang memiliki self-esteem support yang
tinggi sebanyak 144 orang (47.7%).
Terakhir, untuk variabel belonging support terlihat bahwa pengguna media
sosial yang memiliki belonging support dengan kategori rendah sebanyak 132
orang (43.7%) dan pengguna media sosial yang memiliki belonging support yang
tinggi sebanyak 170 orang (56.3%).
4.4 Hasil Uji Hipotesis
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing independent
variable terhadap dependent variable dalam penelitian ini, analisisnya dengan
menggunakan multiple regression. Data yang dianalisis yaitu true score yang
diperoleh dari hasil analisis faktor. Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis
66
dengan teknik analisis regresi berganda dengan menggunakan software SPSS
22.0. Dalam analisis regresi ada tiga hal yang dilihat, yaitu melihat besaran R-
square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dependent variable yang
dijelaskan oleh independent variable, kedua apakah secara keseluruhan
independent variable berpengaruh secara signifikan terhadap dependent variable,
ketiga melihat signifikan atau tidaknya koefisien regresi dari independent
variable. Pengujian hipotesis dilakukan dengan beberapa tahapan. Langkah
pertama penulis melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%)
varians dependent variable yang dijelaskan oleh independent variable.
Berdasarkan data tabel 4.5 dapat dilihat bahwa perolehan R square sebesar
0.279 atau 27.9%. Artinya proporsi varians dari subjective well-being yang
dijelaskan oleh variabel traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan
psychoticism), ekspresi emosi (positive expressivity dan negative expressivity) dan
dukungan sosial online (appraisal support, tangible support, self-esteem support
dan belonging support) terhadap subjective well-being pengguna media sosial
adalah sebesar 27.9%. Sedangkan 72.1% sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di
luar penelitian ini.
Tabel 4.5 Model Summary Analisis Regresi
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,529a ,279 ,257 8,05144
a. Predictors: (Constant), Tangible, Negative, Psychoticism, Self-Esteem, Positive,
Extraversion, Neuroticism, Appraisal, Belonging
67
Langkah kedua penulis menganalisis pengaruh dari seluruh independent
variabel terhadap subjective well-being. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada
tabel 4.6.
Berdasarkan tabel 4.6, dapat dilihat perolehan uji F terhadap R2 bahwa
pengaruh traits kepribadian, ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap
subjective well-being signifikan yaitu 0.000 (p < 0.05). Hal ini menolak hipotesis
nihil (mayor) yang berbunyi “tidak ada pengaruh yang signifikan dari dimensi
traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan psychoticism), ekspresi emosi
(positive expressivity dan negative expressivity) dan dukungan sosial online
(appraisal support, tangible support, self-esteem support dan belonging support)
terhadap subjective well-being pengguna media sosial”. Artinya ada pengaruh
traits kepribadian (extraversion, neuroticism dan psychoticism), ekspresi emosi
(positive expressivity dan negative expressivity) dan dukungan sosial online
(appraisal support, tangible support, self-esteem support dan belonging support)
terhadap subjective well-being pengguna media sosial
Langkah terakhir yaitu melihat koefisien regresi dari masing-masing
independent variable. Untuk mengetahui signifikan tidaknya koefisien regresi
yang dihasilkan, dapat dilihat melalui kolom Sig., (kolom keenam). Jika Sig., <
Tabel 4.6 Tabel Anova
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression 7337,678 9 815,298 12,577 ,000b
Residual 18929,113 292 64,826
Total 26266,791 301
a. Dependent Variable: Subjective Well-Being
b. Predictors: (Constant), Tangible, Negative, Psikotisme, Self-Esteem, Positive, Extraversion,
Neuroticism, Appraisal, Belonging
68
0.05 maka koefisien regresi yang dihasilkan signifikan pengaruhnya terhadap
subjective well-being, begitupun sebaliknya. Adapun besarnya koefisien regresi
dari masing-masing independent variable terhadap subjective well-being dapat
dilihat pada tabel 4.7.
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7 dapat disampaikan persamaan
regresi sebagai berikut:
Subjective well-being’ = 32.761 + 0.143 (extraversion)* - 0.246 (neuroticism)* +
0.009 (psychoticism) + 0.180 (positive expresivity)* – 0.124 (negative
expresivity)* - 0.026 (appraisal support) + 0.272 (belonging support)* + 0.278
(self-esteem support)* - 0.141 (tangible support)
Dari hasil koefisien regresi di atas terdapat enam independent variable
yang signifikan pengaruhnya terhadap subjective well-being, yaitu extraversion,
neuroticism, positive expresivity, negative expresivity, belonging support dan self-
Tabel 4.7 Koefisien Regresi
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1 (Constant) 32,761 8,317 3,939 ,000
Extraversion ,143 ,059 ,127 2,416 ,016*
Neuroticism -,246 ,061 -,223 -4,067 ,000*
Psikotisme ,009 ,069 ,007 ,134 ,893
Positive ,180 ,050 ,192 3,600 ,000*
Negative -,124 ,050 -,133 -2,495 ,013*
Appraisal Support -,026 ,079 -,025 -,331 ,741
Belonging Support ,272 ,082 ,249 3,325 ,001*
Self Esteem Support ,278 ,065 ,235 4,301 ,000*
Tangible Support -,141 ,074 -,126 -1,897 ,059
a. Dependent Variable: Subjective Well-Being
69
esteem support. Penjelasan dari masing-masing koefisien regresi yang diperoleh
masing-masing independent variable adalah sebagai berikut:
1. Variabel extraversion: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.143 dengan
signifikansi 0.016 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
signifikan extraversion pada variabel traits kepribadian terhadap subjective
well-being. Tanda pada koefisien adalah positif, artinya semakin tinggi nilai
extraversion, maka semakin tinggi subjective well-being pada pengguna media
sosial.
2. Variabel neuroticism: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.246 dengan
signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada pengaruh yang
signifikan neuroticism pada variabel traits kepribadian terhadap subjective
well-being. Tanda panah koefisien adalah negatif, artinya semakin tinggi nilai
neuroticism maka semakin rendah subjective well-being pada pengguna media
sosial.
3. Variabel psychoticism: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.009 dengan
signifikansi 0.893 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, psychoticism
pada variabel traits kepribadian tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
subjective well-being.
4. Variabel positive expresivity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.180
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan positive expresivity pada variabel ekspresi emosi
terhadap subjective well-being. Tanda panah pada koefisien adalah positif,
70
artinya semakin tinggi positive expresivity yang diperoleh, maka semakin
tinggi subjective well-being pada pengguna media sosial.
5. Variabel negative expresivity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar –0.124
dengan signifikansi 0.013 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan negative expresivity pada variabel ekspresi emosi
terhadap subjective well-being. Tanda panah koefisien adalah negatif, artinya
semakin tinggi nilai negative expresivity maka semakin rendah subjective well-
being pada pengguna media sosial.
6. Variabel appraisal support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.026
dengan signifikansi 0.741 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, appraisal
support pada variabel dukungan sosial online tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap subjective well-being.
7. Variabel belonging support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.272
dengan signifikansi 0.001 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan belonging support pada variabel dukungan sosial
online terhadap subjective well-being. Tanda panah pada koefisien adalah
positif, artinya semakin tinggi belonging support yang diperoleh, maka
semakin tinggi subjective well-being pada pengguna media sosial.
8. Variabel self-esteem support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0.278
dengan signifikansi 0.000 (sig < 0.05) sehingga H0 ditolak. Artinya, ada
pengaruh yang signifikan self-esteem support pada variabel dukungan sosial
online terhadap subjective well-being. Tanda panah pada koefisien adalah
71
positif, artinya semakin tinggi self-esteem support yang diperoleh, maka
semakin tinggi subjective well-being pada pengguna media sosial.
9. Variabel tangible support: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0.141
dengan signifikansi 0.059 (sig > 0.05) sehingga H0 diterima. Artinya, tangible
support pada variabel dukungan sosial online tidak berpengaruh secara
signifikan terhadap subjective well-being.
Kemudian langkah selanjutnya penulis menguji penambahan proporsi
varians dari tiap independent variable, jika independent variable tersebut
dimasukkan satu per satu kedalam analisis regresi. Tujuannya adalah melihat
penambahan proporsi varians dari tiap independent variable apakah signifikan
atau tidak.
4.4.1 Pengujian proporsi varians masing-masing independent variable
Selanjutnya, penulis ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varians
dari masing-masing independen variabel terhadap subjective well-being. Pada
tabel 4.8 kolom pertama adalah independent variable yang dianalisis secara satu
per satu. Kolom kedua merupakan penambahan varians dependent variable dari
tiap independent variable yang dimasukkan secara satu per satu tersebut. Kolom
ketiga merupakan nilai murni varians dependent variable dari tiap independent
variable yang dimasukkan secara satu per satu. Kolom keempat adalah nilai F
hitung bagi independent variable yang bersangkutan. Kolom DF adalah derajat
bebas bagi independent variable yang bersangkutan, yang terdiri dari numerator
dan denumerator yang telah ditentukan sebelumnya, nilai kolom inilah yang akan
dibandingkan dengan nilai F hitung. Apabila nilai F hitung lebih besar daripada F
72
tabel, maka kolom selanjutnya yaitu kolom signifikansi akan dituliskan dan
sebaliknya.
Penulis selanjutnya juga melihat besarnya proporsi varian dependent
variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari masing-masing
independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung pertambahan proporsi
varian dependent variable yang merupakan sumbangan atau pengaruh dari
masing-masing independent variable, hal ini dilakukan dengan menghitung
pertambahan proporsi varians setiap kali independent variable dimasukkan dalam
persamaan. Besarnya R2 (R
2 change) ini dapat dilihat pada tabel 4.8 dibawah ini:
Tabel 4.8 Proporsi varians untuk masing-masing Independent Variable
Model R R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Change Statistics
R Square
Change F Change
df1
df2
Sig. F
Change
1 ,246a ,060 ,057 9,07014 ,060 19,286 1 300 ,000*
2 ,369b ,136 ,131 8,70994 ,076 26,326 1 299 ,000*
3 ,374c ,140 ,131 8,70825 ,003 1,116 1 298 ,292
4 ,422d ,178 ,167 8,52793 ,038 13,736 1 297 ,000*
5 ,452e ,204 ,190 8,40487 ,026 9,760 1 296 ,002*
6 ,455f ,207 ,191 8,40306 ,003 1,127 1 295 ,289
7 ,471g ,222 ,203 8,33885 ,015 5,561 1 294 ,019*
8 ,520h ,270 ,251 8,08708 ,049 19,591 1 293 ,000*
9 ,529i ,279 ,257 8,05144 ,009 3,599 1 292 ,059
Dari tabel 4.8, dapat dijelakan sebagai berikut:
1. Variabel extraversion memberikan sumbangan sebesar 6% dalam varians
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig < 0.05)
dan df 1 = 1 dan df 2 = 300. Artinya sumbangan extraversion signifikan
terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-being.
73
2. Variabel neuroticism memberikan sumbangan sebesar 7.6% dalam varians
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig < 0.05)
dan df 1 = 1 dan df 2 = 299. Artinya sumbangan neuroticism signifikan
terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-being.
3. Variabel psychoticism memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam varians
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.292 (sig > 0.05)
dan df 1 = 1 dan df 2 = 298. Artinya sumbangan psychoticism idak signifikan
terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-being.
4. Variabel positive expressivity memberikan sumbangan sebesar 3.8% dalam
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig <
0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 297. Artinya sumbangan positive expresivity
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
5. Variabel negative expresivity memberikan sumbangan sebesar 2.6% dalam
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.004 (sig <
0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 296. Artinya sumbangan negative expresivity
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
6. Variabel appraisal support memberikan sumbangan sebesar 0.3% dalam
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.267 (sig >
0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 295. Artinya sumbangan appraisal support tidak
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
74
7. Variabel belonging support memberikan sumbangan sebesar 1.5% dalam
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.019 (sig <
0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 294. Artinya sumbangan belonging support
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
8. Variabel self-esteem support memberikan sumbangan sebesar 4.9% dalam
varians subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar 0.000 (sig <
0.05) dan df 1 = 1 dan df 2 = 293. Artinya sumbangan self-esteem support
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
9. Variabel tangible support memberikan sumbangan sebesar 0.9% dalam varians
subjective well-being, dengan signifikan F change sebesar, 0.056 (sig > 0.05)
dan df 1 = 1 dan df 2 = 292. Artinya sumbangan tangible support tidak
signifikan terhadap penambahan proporsi varians keseluruhan subjective well-
being.
Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa terdapat enam
independent variable yaitu extraversion, neuroticism, positive expresivity,
negative expresivity, belonging support dan self-esteem support yang signifikan
sumbangannya terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Sumbangan
terbesar diberikan oleh variabel neuroticism 7.6%, extraversion 6%, self esteem-
support 4,9%, positive expresivity 3.8%, negative expresivity 2.6% dan belonging
support 1.5%.
75
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Setelah melakukan penelitian dan didapatkan hasil yang kemudian dianalisis oleh
penulis, didapatkan kesimpulan yang juga merupakan jawaban dari permasalahan
penelitian. Berdasarkan analisis data penelitian maka kesimpulan yang didapatkan
dari penelitian ini adalah: “ada pengaruh yang signifikan dari traits kepribadian,
ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap subjective well-being
pengguna media sosial”.
Selanjutnya, hasil uji hipotesis minor yang menguji signifikansi setiap
koefisien regresi terhadap dependent variable, pada penelitian ini terdapat enam
independent variable yang memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
subjective well-being pengguna media sosial, yaitu extraversion, neuroticism,
positive expresivity, negative expresivity, belonging support, dan self-esteem
support.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan dari extraversion, neuroticism, positive expresivity, negative
expresivity, belonging support dan self-esteem support terhadap subjective well-
being pengguna media sosial. Penulis menyimpulkan bahwa subjective well-being
secara signifikan dipengaruhi oleh extraversion, neuroticism, positive expresivity,
negative expresivity, belonging support, dan self-esteem support.
76
5.2 Diskusi
Berdasarkan hasil uji hipotesis, didapatkan kesimpulan bahwa pengaruh traits
kepribadian, ekspresi emosi dan dukungan sosial online terhadap subjective well-
being pengguna media sosial yang dilakukan penulis menunjukkan bahwa ada
pengaruh yang signifikan dari seluruh independent variable terhadap subjective
well-being pengguna media sosial. Besarnya pengaruh seluruh independent
variable terhadap subjective well-being adalah sebesar 27.9%. Sedangkan 72.1%
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
Variabel extraversion pada traits kepribadian memiliki pengaruh
signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Variabel
ekstraversion memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai
ekstraversion maka semakin tinggi subjective well-being pengguna media sosial.
Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz (dalam
Diener, 2009) dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut Diener
dan Lucas dalam (Diener, Lucas, dan Oishi, 2002) extraversion merupakan traits
kepribadian yang ditemukan paling berhubungan dengan subjective well-being.
Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005) yang menyatakan bahwa
extraversion berkorelasi dengan afek menyenangkan.
Variabel neuroticism pada traits kepribadian memiliki pengaruh signifikan
terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Variabel neuroticism
memiliki tanda negatif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai neuroticism
maka semakin rendah subjective well-being pengguna media sosial. Hasil ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz (dalam Diener, 2009)
77
dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut Diener dan Lucas
dalam (Diener, Lucas dan Oishi, 2002) neuroticism merupakan salah satu traits
kepribadian yang ditemukan paling berhubungan dengan subjective well-being.
Hal ini didukung oleh Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005) yang
neurotisme dan afek tidak menyenangkan tidak bisa dibedakan. Magnus dan
Diener (dalam Eddington dan Shuman, 2005) menunjukkan bahwa skor
neuroticism memprediksi kepuasan hidup selama empat tahun; kepribadian lebih
memprediksi kepuasan hidup.
Variabel psychoticism pada traits kepribadian memiliki pengaruh yang
tidak signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Variabel
psychoticism memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi nilai
psychoticism, maka semakin tinggi subjective well-being pada pengguna media
sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Tatarkiewicz
(dalam Diener, 2009) dan Fujita (dalam Eddington dan Shuman, 2005). Menurut
Diener dan Lucas dalam (Diener, Lucas, dan Oishi, 2002) traits kepribadian yang
ditemukan paling berhubungan dengan subjective well-being adalah neuroticism
dan extraversion.
Variabel positive expressivity pada ekspresi emosi memiliki pengaruh
signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Variabel
positive expressivity memiliki tanda positif pada koefisien, artinya semakin tinggi
positive expressivity yang diperoleh maka semakin tinggi subjective well-being
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Lin, Tov dan Liu
(2014) dan penelitian Qiu, Lin, Leung dan Tov (2012). Namun tidak sejalan
78
dengan penelitian Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015). Perbedaan hasil penelitian
ini dengan Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) dikarenakan faktor skala alat
ukur, skala respon, jumlah sampel yang berbeda, jumlah platform dan adanya
pembentukan kelompok periode pembaruan status di media sosial.
Variabel negative expressivity pada ekspresi emosi memiliki pengaruh
signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Variabel
negative expressivity memiliki tanda negatif pada koefisien, artinya semakin
tinggi ekspresi emosi negatif yang diperoleh maka semakin rendah subjective
well-being pengguna media sosial. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Lin, Tov dan Liu (2014). Penelitian ini sejalan dengan Liu, Tov,
Konsinski, dan Qiu (2015) yang menunjukkan bahwa tipe negative expressivity
dalam jangka waktu sembilan sampai sepuluh bulan secara signifikan
berhubungan dengan kepuasan hidup dengan arah hubungan negatif dan efektif
untuk merefleksikan subjective well-being pengguna media sosial.
Variabel impulse strength pada ekspresi emosi tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Liu, Tov, Konsinski, dan Qiu (2015) dan Qiu, Lin,
Leung dan Tov (2012). Variabel ini tidak sejalan karena terjadi kesalahan saat
memodifikasi alat ukur. Kesalahan terjadi ketika penulis melakukan uji validitas,
dalam melakukan CFA penulis menggabung ketiga dimensi ekspresi emosi,
dengan alasan kualitas item tidak baik. Dari hasil uji validitas, semua item
variabel impulse strength harus di drop dan tidak ikut dianalisis dalam
penghitungan faktor skor karena itemnya tidak signifikan (t < 1.96).
79
Variabel appraisal support pada dukungan sosial online memiliki
pengaruh yang tidak signifikan terhadap subjective well-being pengguna media
sosial. Variabel appraisal support memiliki tanda pada koefisien adalah negatif,
artinya semakin tinggi nilai appraisal support maka semakin rendah subjective
well-being pada pengguna media sosial. Penelitian ini sejalan dengan Kim (2014).
Menurut Kim (2014) dukungan sosial melalui Facebook tidak memiliki pengaruh
signifikan terhadap kepuasan hidup. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma (2016) yang menunjukkan adanya
pengaruh signifikan. Perbedaan hasil ini mungkin dikarenakan perbedaan
prosedur penelitian, jumlah sampel, kriteria sampel dan p-value (p < 0.001) pada
penelitian yang dilakukan oleh Wong, Eiswen Tsz Kin dan Will Wai-Kit Ma
(2016).
Variabel tangible support pada dukungan sosial online memiliki pengaruh
yang tidak signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial.
Variabel tangible support memiliki tanda koefisien negatif, artinya semakin tinggi
nilai tangible support maka semakin rendah subjective well-being pada pengguna
media sosial. Hasil ini tidak sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
(2016) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan subjective
well-being walaupun efeknya kecil. Perbedaan hasil ini dengan Wong dan
koleganya (2016) dikarenakan perbedaan prosedur penelitian, jumlah sampel,
kriteria sampel dan p-value (p < 0.001) pada penelitian yang dilakukan.
Variabel self-esteem support pada dukungan sosial online memiliki
pengaruh signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial.
80
Variabel self-esteem support memiliki tanda panah koefisien positif, artinya
semakin tinggi self-esteem support maka semakin tinggi subjective well-being
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
(2016) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan subjective
well-being walaupun efeknya kecil.
Variabel belonging support pada dukungan sosial online memiliki
pengaruh signifikan terhadap subjective well-being pengguna media sosial.
Variabel belonging support memiliki tanda panah koefisien positif, artinya
semakin tinggi belonging support maka semakin tinggi subjective well-being
pengguna media sosial. Hasil ini sejalan dengan penelitian Wong dan koleganya
(2016) yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan dengan subjective
well-being walaupun efeknya kecil.
Terdapat keterbatasan dalam penelitian ini. Pada penelitian ini terdapat
variabel yang tidak terukur saat uji validitas, yaitu variabel impuls strength
sehingga dimensi tersebut harus di drop dan tidak memiliki pengaruh secara
signifikan. Selain itu, sampel dan demografi dalam penelitian ini tidak dapat
dikonfirmasi terutama yang disebar secara online. Penelitian ini juga memiliki
kelemahan pada sebaran responden, secara faktual populasi jumlah mahasiswa
seharusnya lebih sedikit dibandingkan umum, namun jika dilihat dari sampel
jumlah mahasiswa lebih banyak, sehingga terdapat ketidakcocokan antara
populasi dan sampel.
81
5.3 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyadari bahwa terdapat banyak
kekurangan dalam penelitian yang dilakukan. Untuk itu, penulis memberikan
beberapa saran sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya yang
terkait dengan penelitian serupa, yaitu saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran Metodologis
1. Besarnya pengaruh seluruh independent variable terhadap subjective well-
being adalah sebesar 27.9%, sedangkan 72.1% sisanya dipengaruhi oleh
variabel lain. Oleh karena itu, penulis menyarankan untuk penelitian
selanjutnya dapat menambah variabel lainnya seperti perbedaan jenis kelamin,
kualitas hubungan sosial, agama dan spiritualitas yang mungkin mempengaruhi
subjective well-being.
2. Skala ukur ekspresi emosi dalam penelitian ini disusun berdasarkan indikator
dari dimensi ekspresi emosi, namun saat melakukan uji validitas terlihat
kualitas item tidak baik. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan
skala ukur lain yang lebih baik untuk mengukur ekspresi emosi, agar hasil yang
didapatkan bisa menjelaskan konstruk variabel terikat dengan lebih baik.
5.3.2 Saran Praktis
1. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa variabel neuroticism memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap subjective well-being pengguna media
sosial dengan tanda panah pada koefisien adalah negatif. Oleh karena itu,
disarankan para pengguna media sosial dengan tipe kepribadian neuroticism
untuk mengurangi perasaan cemas yang berlebihan dengan mengikuti
82
konseling ataupun terapi untuk mengurangi emosi negatif yang dimiliki secara
berlebihan, sehingga mengurangi reaksi berlebihan secara emosional dalam
menyatakan segala hal yang dirasakan melalui jaringan sosial agar dapat
memenuhi kebutuhan komunikasi ataupun dalam mencari dan menjalin
pertemanan dengan orang lain baik secara online maupun offline.
2. Dalam penelitian ini, subjective well-being juga dipengaruhi oleh ekspresi
emosi negatif. Hal ini menunjukkan bahwa semakin individu mengekspresikan
emosi negatif di media sosial maka semakin rendah subjective well-being
individu tersebut. Sehingga para pengguna media sosial disarankan lebih sering
mengekspresikan emosi positif dan mengurangi ekspresi emosi negatif dengan
mengikuti pelatihan ekspresi emosi untuk meningkatkan ekspresi emosi positif.
3. Dukungan sosial online juga mempengaruhi subjective well-being pengguna
media sosial, yaitu variabel self-esteem support dan belonging support yang
berpengaruh secara signifikan terhadap subjective well-being pengguna media
sosial dengan tanda panah pada koefisien adalah positif. Oleh karena itu, perlu
untuk meningkatkan self-esteem support dengan lebih sering bersyukur dengan
keadaan diri yang individu miliki agar tetap merasa keadaan dirinya lebih
positif dari orang lain.
83
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Appel, H., Crusius, J., & Gerlach, A. L. (2015). Social comparison, envy, and
depression on Facebook: A study looking at the effects of high
comparison standards on depressed individuals. Journal of Social and
Clinical Psychology, 34(4), 277-289
Aswin, Indah Megawati. (2017). Hubungan penggunaan pasif dan iri dengan
kepuasan hidup pengguna situs jejaring sosial. Skripsi: Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Barchard, K. A. (2001). positive expressivity scale and negative expressivity
scale: Initial psychometric characteristics. Western Psychological
Association, 1-11
Burke, M., Marlow, C., & Lento, T. (2010). Social network activity and social
well-being. Proceedings of the SIGCHI Conference on Human
Factors in Computing Systems, 1909–1912. ACM
Carr, A (2004). Positive psychology: The science of happiness and human
strengths. New York: Brunner-Routledge
Cohen, S. (2004). Social relationships and health. American Psychologist, 676-
684
Cohen, S & McKay, G. (1984). Social support, stress and the buffering
hypothesis: A theoreical analysis. Dalam S. E. Taylor & J. E. Singer
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 253-267). Hillsdale
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Measuring
the functional components of social support. (I. G. Sarason, & B. R.
Sarason, Penyunt.) Social Support: Theory, Research and
Applications, 73-94
Chou, H.-T. G., & Edge, N. (2012). “They are happier and having better lives than
I am”: The impact of using facebook on perceptions of others’ lives.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(2), 117–121
84
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal
for a national index. American Psychologist, 55, 34-43
Diener, E. (2009). Assesing subjective well-being: progress and opportunities.
Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing well-being: The collected works
of Ed Diener (Social Indicators Research Series 39 ed., 25-65.
Springer
Diener, E. (2009). The Science of well-being: The collected works of Ed Diener.
(E. Diener, Penyunt.) New York: Springer
Diener, E., & Scollon, C. (2003). Subjective well-being is desirable, but not the
summun bonum. Paper to be delivered at the university of minnesota
interdisciplinary workshop on well-being, 1-20
Diener, E., & Seligman, E. P. (2002). Very happy people. Psychological science,
13(1), 81-84
Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being: The science of
happiness and life satisfaction. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 63-73). Oxford
University Press
Diener, E., Suh, M. E., Lucas, R. E., Smith, H. L. (1999). Subjective well-being:
Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276 – 302
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New measures of well-being: Flourishing and
Positive and Negative Feelings. Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing
Well-Being: The Collected Works of Ed Diener (Social Indicators
Research Series 39 ed., 247-266). Springer
Duggan, M., Ellison, N. B., Lampe, C., Lenhart, A., & Maden, M. (2015). Social
Media Update 2014. Diakses pada 06 April 2018 dari
http://www.pewinternet.org/2015/01/09/social-media-update-2014/
Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness).
Continuing psychology education: 6 continuing education hours
85
Facebook Newsroom. (2017). Diakses pada 06 April 2018 dari Company Info:
https://newsroom.fb.com/company-info/
Febriana, R. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen pass (procrastination
assesment scale for student) dengan metode confirmatory factor
analysis (CFA). (P. Febrayosi, Penyunt.) Jurnal Pengukuran Psikologi
dan Pendidikan Indonesia, IV, 267-277
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7 edition ed.). New York
Francis, L. J., Brown, L. B., & Philipchalk, R. (1992). The development of an
abbreviated form of the revised eysenck personality questionnaire
(EPQR-A): Its use among students in England, Canada, The U.S.A
and Australia. Person.individ.Diff, 13, 443-449
Frison, E., & Eggermont,. (2016). Exploring the relationships between different
types of Facebook use, perceivec online social support and
adolescents' depressed mood. Social Science Computer Review, 34(2),
153-171
Gerson, J., Plagnol, A. C., & Corr, P. J. (2016). Subjective well-being and social
media: do personality traits moderate the impact of social comparison
on facebook? Computers in Human Behavior, 63, 813-822
Gross, J. J., & Jhon, O. P. (1997). Revealing feelings: Facets of emotional
expressivity in self-reports, peer ratings and behavior. Journal of
Personality and Social Psychology, 72, 435-448
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (3rd ed.). (A.
Supratiknya, Penyunt., & Yustinus, Penerj.) Yogyakarta: Kanisius
Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-being.
International Journal of Communication, 2201-2221
Kim, J. Y., Chung, N., & Ahn, K. M. (2014). Why people use social networking
services in Korea: The mediating role of self-disclosure on subjective
well-being. Information Development, 30, 276-287
Kim, J., & Lee, J.-E. R. (2011). The facebook paths to happiness: effect of the
number of facebook friends and self-presentation on subjective well-
86
being. Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking, 14, 359-
364
Krasnova, H., Wenninger, H., Widjaja, T., & Buxmann, P. (2013). Envy on
facebook: A hidden threat to users’ life satisfaction?. Proceedings of
Wirtschafts informatik, 92, 1–16
Kring, A. M., Smith, D. A., & Neale, J. M. (1994). Individual differrences in
dispotional expressiveness: Development and validation of the
emotional expressivity scale. Journal of Personality and Social
Psychology, 66, 934-949
Lavee, Y., & Ben-Ari, A. (2004). Emotional expressiveness and neuroticism: Do
they predict marital quality?. Jounal of Family Psychology, 18, 620-
627
Lin, H., Tov, W., & Liu, Q. (2014). Emotional disclosure on social networking
size: The role of network structure and psychological needs.
Computers in Human Behavior, 342-350
Liu, P., Tov, W., Konsinski, M., & Qiu, D. J. (2015). Do facebook status updates
reflect subjective well-being?. Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking
Lonnqvist, J.-E., & Deters, F. G. (2016). Facebook friends, subjective well-being,
social support and personality. Computers in Human Behavior, 55,
113-120
McCroskey, J. C., Daly, J. A., & Sorensen, G. (1976). Personality correlates Of
communication apprehension: A research note. 2(4), 376-380
Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2003). Introduction to Personality (7th
ed.). New York: John Wiley & Sons, INC
Muise, A., Christofides, E., & Desmarais, S. (2009). More information than you
ever wanted: Does Facebook bring out the green-eyed monster of
jealousy?. Cyber Psychology and Behavior, 12(4), 441–444.
Myers, D.G., dan Diener, E. (1995). Who is happy. Psychological Science, 6 (1),
10-19
87
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., BS, Lin, L. Y., et al.
(2017). Social media use and perceived social isolation amoung young
adults in the U.S. Behalf of American Journal of Preventive Medicine
Qiu, L., Lin, H., Leung, A. K., & Tov, W. (2012). Putting their best foot forward:
emotional disclosure on facebook. Cyberpsychology, Behavior and
Social Networking, 15(10), 569-572
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial
interations (7th ed.). United States of America: John Wiley & Sons
Inc
Seligman, M. E., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology: An
introduction. American Psychologist, 55, 5-14
Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2013). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicator, 117(2), 561–576. Doi:10.1007/s11205-013-
0361-4
Taylor, S. E. (2006). Health Psychology (6 ed.). New York: McGraw-Hill
Tromholt, M., Lundby, M., Andsbjerg, K., & Wiking, M. (Eds.). (2015). The
Facebook experiment does social media affect the quality of our lives.
Diakses pada 02 Juli 2018 dari http://www.univcongress.info/en/the-
facebook-experimentdoes-social-media-affect-the-quality-of-our-lives
19461/
Uchida, Y., Kitayama, S., Mesquita, B., Reyes, J. S. S., & Morling, B. (2008). Is
perceived emotional support benefical? well-being and health in
independent and interdependent cultures. Personality and social
psychology bulletin, 34 (741). Doi: 10.1177/014616728315157
Utz, S., & Beukeboom, C. J. (2011). The role of social network sites in romantic
relationships: Effects on jealousy and relationship happiness. Journal
of Computer-Mediated Communication, 16(4), 511–527
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. CyberPsychology & Behavior, 584-590
88
Wang, J., Zhang, L., J., D., Su, & Q., Z. (2012). The relationship among the big
five personality factors, self esteem, narcissism, and sensation-seeking
to chinese university students uses of social networking sites (SNSs).
Computers in Human Behavior, 28, 2313-1319. Doi:
org/10.1016/j.chb.2012.07.001
Watson, D. (2002). Positive affectivity: The disposition to experience pleasurable
emotional states. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez (Penyunt.),
Handbook of Positive Psychology (hal. 106). New York: Oxford
University Press
Wenninger, H., Krasnova, H., & Buxmann, P. (2014). Activity matters:
Investigating the influence of facebook on life satisfaction of teenage
users. Twenty Second European Conference on Information Systems,
1-18
Wong, E. T., & Ma, W. W.-K. (2016). Exploring relationship between online
social support and individual online subjective well-being among
young adults. ICA Annual coference (International Communication
Association)
Yasmeen, B., Khan, M. Z., Jamshaid, N., Salman, M., & Abbas, S. (2015). Heart
and kidney patients: Correlational patterns of social support with
coping strategies and subjective well-being. The Profesional Medical
Journal, 22, 235-243
83
DAFTAR PUSTAKA
Alwisol. (2009). Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press
Appel, H., Crusius, J., & Gerlach, A. L. (2015). Social comparison, envy, and
depression on Facebook: A study looking at the effects of high
comparison standards on depressed individuals. Journal of Social and
Clinical Psychology, 34(4), 277-289
Aswin, Indah Megawati. (2017). Hubungan penggunaan pasif dan iri dengan
kepuasan hidup pengguna situs jejaring sosial. Skripsi: Universitas
Gadjah Mada, Yogyakarta
Barchard, K. A. (2001). positive expressivity scale and negative expressivity
scale: Initial psychometric characteristics. Western Psychological
Association, 1-11
Burke, M., Marlow, C., & Lento, T. (2010). Social network activity and social
well-being. Proceedings of the SIGCHI Conference on Human
Factors in Computing Systems, 1909–1912. ACM
Carr, A (2004). Positive psychology: The science of happiness and human
strengths. New York: Brunner-Routledge
Cohen, S. (2004). Social relationships and health. American Psychologist, 676-
684
Cohen, S & McKay, G. (1984). Social support, stress and the buffering
hypothesis: A theoreical analysis. Dalam S. E. Taylor & J. E. Singer
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 253-267). Hillsdale
Cohen, S., Mermelstein, R., Kamarck, T., & Hoberman, H. M. (1985). Measuring
the functional components of social support. (I. G. Sarason, & B. R.
Sarason, Penyunt.) Social Support: Theory, Research and
Applications, 73-94
Chou, H.-T. G., & Edge, N. (2012). “They are happier and having better lives than
I am”: The impact of using facebook on perceptions of others’ lives.
Cyberpsychology, Behavior, and Social Networking, 15(2), 117–121
84
Diener, E. (2000). Subjective well-being: The science of happiness and a proposal
for a national index. American Psychologist, 55, 34-43
Diener, E. (2009). Assesing subjective well-being: progress and opportunities.
Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing well-being: The collected works
of Ed Diener (Social Indicators Research Series 39 ed., 25-65.
Springer
Diener, E. (2009). The Science of well-being: The collected works of Ed Diener.
(E. Diener, Penyunt.) New York: Springer
Diener, E., & Scollon, C. (2003). Subjective well-being is desirable, but not the
summun bonum. Paper to be delivered at the university of minnesota
interdisciplinary workshop on well-being, 1-20
Diener, E., & Seligman, E. P. (2002). Very happy people. Psychological science,
13(1), 81-84
Diener, E., Emmons, R. A., Larsen, R. J., & Griffin, S. (1985). The satisfaction
with life scale. Journal of Personality Assessment, 49(1), 71-75
Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2002). Subjective well-being: The science of
happiness and life satisfaction. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez
(Penyunt.), Handbook of Positive Psychology (hal. 63-73). Oxford
University Press
Diener, E., Suh, M. E., Lucas, R. E., Smith, H. L. (1999). Subjective well-being:
Three decades of progress. Psychological bulletin, 125(2), 276 – 302
Diener, E., Wirtz, D., Tov, W., Kim-Prieto, C., Choi, D., Oishi, S., & Biswas-
Diener, R. (2009). New measures of well-being: Flourishing and
Positive and Negative Feelings. Dalam E. Diener (Penyunt.), Assesing
Well-Being: The Collected Works of Ed Diener (Social Indicators
Research Series 39 ed., 247-266). Springer
Duggan, M., Ellison, N. B., Lampe, C., Lenhart, A., & Maden, M. (2015). Social
Media Update 2014. Diakses pada 06 April 2018 dari
http://www.pewinternet.org/2015/01/09/social-media-update-2014/
Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness).
Continuing psychology education: 6 continuing education hours
85
Facebook Newsroom. (2017). Diakses pada 06 April 2018 dari Company Info:
https://newsroom.fb.com/company-info/
Febriana, R. (2015). Uji validitas konstruk pada instrumen pass (procrastination
assesment scale for student) dengan metode confirmatory factor
analysis (CFA). (P. Febrayosi, Penyunt.) Jurnal Pengukuran Psikologi
dan Pendidikan Indonesia, IV, 267-277
Feist, J., & Feist, G. J. (2009). Theories of personality (7 edition ed.). New York
Francis, L. J., Brown, L. B., & Philipchalk, R. (1992). The development of an
abbreviated form of the revised eysenck personality questionnaire
(EPQR-A): Its use among students in England, Canada, The U.S.A
and Australia. Person.individ.Diff, 13, 443-449
Frison, E., & Eggermont,. (2016). Exploring the relationships between different
types of Facebook use, perceivec online social support and
adolescents' depressed mood. Social Science Computer Review, 34(2),
153-171
Gerson, J., Plagnol, A. C., & Corr, P. J. (2016). Subjective well-being and social
media: do personality traits moderate the impact of social comparison
on facebook? Computers in Human Behavior, 63, 813-822
Gross, J. J., & Jhon, O. P. (1997). Revealing feelings: Facets of emotional
expressivity in self-reports, peer ratings and behavior. Journal of
Personality and Social Psychology, 72, 435-448
Hall, C. S., & Lindzey, G. (1993). Teori-Teori Psikodinamik (Klinis) (3rd ed.). (A.
Supratiknya, Penyunt., & Yustinus, Penerj.) Yogyakarta: Kanisius
Kim, H. (2014). Enacted social support on social media and subjective well-being.
International Journal of Communication, 2201-2221
Kim, J. Y., Chung, N., & Ahn, K. M. (2014). Why people use social networking
services in Korea: The mediating role of self-disclosure on subjective
well-being. Information Development, 30, 276-287
Kim, J., & Lee, J.-E. R. (2011). The facebook paths to happiness: effect of the
number of facebook friends and self-presentation on subjective well-
86
being. Cyberpsychology, Behaviour, and Social Networking, 14, 359-
364
Krasnova, H., Wenninger, H., Widjaja, T., & Buxmann, P. (2013). Envy on
facebook: A hidden threat to users’ life satisfaction?. Proceedings of
Wirtschafts informatik, 92, 1–16
Kring, A. M., Smith, D. A., & Neale, J. M. (1994). Individual differrences in
dispotional expressiveness: Development and validation of the
emotional expressivity scale. Journal of Personality and Social
Psychology, 66, 934-949
Lavee, Y., & Ben-Ari, A. (2004). Emotional expressiveness and neuroticism: Do
they predict marital quality?. Jounal of Family Psychology, 18, 620-
627
Lin, H., Tov, W., & Liu, Q. (2014). Emotional disclosure on social networking
size: The role of network structure and psychological needs.
Computers in Human Behavior, 342-350
Liu, P., Tov, W., Konsinski, M., & Qiu, D. J. (2015). Do facebook status updates
reflect subjective well-being?. Cyberpsychology, Behavior and Social
Networking
Lonnqvist, J.-E., & Deters, F. G. (2016). Facebook friends, subjective well-being,
social support and personality. Computers in Human Behavior, 55,
113-120
McCroskey, J. C., Daly, J. A., & Sorensen, G. (1976). Personality correlates Of
communication apprehension: A research note. 2(4), 376-380
Mischel, W., Shoda, Y., & Smith, R. E. (2003). Introduction to Personality (7th
ed.). New York: John Wiley & Sons, INC
Muise, A., Christofides, E., & Desmarais, S. (2009). More information than you
ever wanted: Does Facebook bring out the green-eyed monster of
jealousy?. Cyber Psychology and Behavior, 12(4), 441–444.
Myers, D.G., dan Diener, E. (1995). Who is happy. Psychological Science, 6 (1),
10-19
87
Primack, B. A., Shensa, A., Sidani, J. E., Whaite, E. O., BS, Lin, L. Y., et al.
(2017). Social media use and perceived social isolation amoung young
adults in the U.S. Behalf of American Journal of Preventive Medicine
Qiu, L., Lin, H., Leung, A. K., & Tov, W. (2012). Putting their best foot forward:
emotional disclosure on facebook. Cyberpsychology, Behavior and
Social Networking, 15(10), 569-572
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2011). Health psychology: Biopsychosocial
interations (7th ed.). United States of America: John Wiley & Sons
Inc
Seligman, M. E., & Csikszentmihalyi, M. (2000). Positive psychology: An
introduction. American Psychologist, 55, 5-14
Siedlecki, K. L., Salthouse, T. A., Oishi, S., & Jeswani, S. (2013). The
relationship between social support and subjective well-being across
age. Social Indicator, 117(2), 561–576. Doi:10.1007/s11205-013-
0361-4
Taylor, S. E. (2006). Health Psychology (6 ed.). New York: McGraw-Hill
Tromholt, M., Lundby, M., Andsbjerg, K., & Wiking, M. (Eds.). (2015). The
Facebook experiment does social media affect the quality of our lives.
Diakses pada 02 Juli 2018 dari http://www.univcongress.info/en/the-
facebook-experimentdoes-social-media-affect-the-quality-of-our-lives
19461/
Uchida, Y., Kitayama, S., Mesquita, B., Reyes, J. S. S., & Morling, B. (2008). Is
perceived emotional support benefical? well-being and health in
independent and interdependent cultures. Personality and social
psychology bulletin, 34 (741). Doi: 10.1177/014616728315157
Utz, S., & Beukeboom, C. J. (2011). The role of social network sites in romantic
relationships: Effects on jealousy and relationship happiness. Journal
of Computer-Mediated Communication, 16(4), 511–527
Valkenburg, P. M., Peter, J., & Schouten, A. P. (2006). Friend networking sites
and their relationship to adolescents' well-being and social self-
esteem. CyberPsychology & Behavior, 584-590
88
Wang, J., Zhang, L., J., D., Su, & Q., Z. (2012). The relationship among the big
five personality factors, self esteem, narcissism, and sensation-seeking
to chinese university students uses of social networking sites (SNSs).
Computers in Human Behavior, 28, 2313-1319. Doi:
org/10.1016/j.chb.2012.07.001
Watson, D. (2002). Positive affectivity: The disposition to experience pleasurable
emotional states. Dalam C. R. Snyder, & S. J. Lopez (Penyunt.),
Handbook of Positive Psychology (hal. 106). New York: Oxford
University Press
Wenninger, H., Krasnova, H., & Buxmann, P. (2014). Activity matters:
Investigating the influence of facebook on life satisfaction of teenage
users. Twenty Second European Conference on Information Systems,
1-18
Wong, E. T., & Ma, W. W.-K. (2016). Exploring relationship between online
social support and individual online subjective well-being among
young adults. ICA Annual coference (International Communication
Association)
Yasmeen, B., Khan, M. Z., Jamshaid, N., Salman, M., & Abbas, S. (2015). Heart
and kidney patients: Correlational patterns of social support with
coping strategies and subjective well-being. The Profesional Medical
Journal, 22, 235-243
89
LAMPIRAN 1
Surat Izin Penelitian
90
LAMPIRAN 2
Kuesioner Penelitian
Assalamu'alaikum Wr. Wb
Saya mahasiswi Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Saat ini saya sedang melakukan penelitian sebagai
persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi. Saya mengharapkan
bantuan Anda untuk mengisi kuesioner ini.
Dalam menjawab kuesioner ini tidak ada jawaban salah atau benar. Anda
bebas dalam menentukan jawaban yang paling sesuai dengan keadaan Anda.
Setiap jawaban yang Anda berikan akan dijamin kerahasiaannya dan hanya
digunakan untuk kepentingan penelitian saja.
Bacalah petunjuk pengisian terlebih dahulu. Setelah selesai mengisi
kuesioner ini mohon diteliti kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan
yang tidak terjawab atau terlewati.
Atas kesediaan dan perhatiannya, saya ucapkan terima kasih.
Wasalamu'alaikum Wr. Wb
Jakarta, November 2017
Hormat Saya,
Raiza Gumala
91
Inform Consent
Data Responden
Nama/ Inisial :
Domisili :
Usia :
Jenis Kelamin :
1. Laki-Laki
2. Perempuan
Pekerjaan saat ini :
1. Pelajar
2. Mahasiswa
3. Karyawan
4. Lainnya (Sebutkan)_______________________
Saya menyatakan bersedia untuk mengisi kuesioner ini dan akan mengisi sesuai
dengan keadaan diri saya.
Hormat saya,
Nama/ Inisial
92
Petunjuk pengisian bagian 1
Pada bagian ini, Anda diminta untuk memberikan jawaban pada pernyataan-
pernyataan tersebut yang sesuai dengan diri Anda pada kolom jawaban yang telah
disediakan dengan memberi tanda checklist (V).
Skala 1
1. Media sosial merupakan bagian dari aktivitas harian saya.
Sangat tidak setuju
Tidak setuju
Setuju
Sangat setuju
2. Apa kegunaan media sosial bagi Anda?
Saya menggunakan media sosial secara kebetulan dan tidak menentu
(kadang-kadang)
Saya menggunakan media sosial secara konstan (terus-menerus), tetapi
hanya untuk mengamati saja tanpa berkontribusi
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk bersosialisasi dengan
orang lain
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk diskusi serius tentang
masalah publik
Saya menggunakan media sosial secara konstan untuk bersosialisasi dan
diskusi masalah publik
3. Berapa banyak media sosial yang Anda miliki?
1 – 2
3 – 4
5 – 6
Lebih dari 7
4. Media sosial apa saja yang Anda gunakan?
*centang semua yang sesuai
Line
Snapchat
Lainnya (sebutkan)______________________________
5. Media sosial apa yang paling sering Anda gunakan?
*centang semua yang sesuai
Line
Snapchat
Lainnya (sebutkan)_____________________________
6. Kira-kira berapa total teman di media sosial yang Anda miliki?
Kurang dari 200
93
200-600
601-1000
Lebih dari 1000
7. Dalam seminggu terakhir, rata-rata, seberapa banyak per hari Anda
menggunakan media sosial secara aktif?
Kurang dari 1 jam
1-2 jam
Lebih dari 6 jam
8. Seberapa senang Anda menggunakan media sosial?
*tandai salah satu yang sesuai
(sangat senang) 7 6 5 4 3 2 1 (Sangat tidak
senang)
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak
terjawab atau terlewati.
Petunjuk pengisian bagian 2
Pada bagian ini Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan tersebut
yang sesuai dengan diri Anda dengan memberi tanda checklist (V) pada kolom
jawaban. Mohon untuk mengisi secara terbuka dan jujur. Adapun pilihan
jawabannya adalah sebagai berikut :
SS : Sangat setuju
S : Setuju
TS : Tidak setuju
STS : Sangat tidak setuju
Skala 2
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Sebagian besar hidup saya hampir mendekati tipe ideal
saya.
2. Kondisi penggunaan media sosial saya sangat baik.
3. Saya puas dengan penggunaan media sosial saya.
4. Sejauh ini saya mendapatkan hal-hal penting yang saya
inginkan dalam penggunaan media sosial.
5. Jika saya bisa mengulang hidup saya, saya tidak akan
mengubah apapun.
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Skala 3
Dalam empat minggu terakhir ini saya mengalami perasaan...
No. Pernyataan Tidak
Pernah Jarang Sering Selalu
1. Positif
2. Negatif
3. Baik
4. Buruk
94
5. Menyenangkan
6. Tidak menyenangkan
7. Bahagia
8. Sedih
9. Takut
10. Gembira
11. Marah
12. Puas
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Skala 4
No. Pernyataan Ya Tidak
1. Apakah suasana hati Anda sering naik turun?
2. Apakah Anda orang yang banyak bicara?
3. Apakah hutang Anda membuat Anda khawatir?
4. Apakah Anda lebih bersemangat?
5. Apakah Anda pernah bersikap egois dengan mementingkan diri Anda
sendiri dibandingkan berbagi apapun?
6. Maukah Anda minum obat yang mungkin memiliki efek aneh atau
berbahaya?
7. Pernahkah Anda menyalahkan seseorang karena melakukan sesuatu
yang Anda tahu benar-benar kesalahan Anda?
8. Apakah Anda lebih memilih untuk betindak sesuai keinginan Anda
dibandingkan berdasarkan peraturan?
9. Apakah Anda sering merasa 'muak'?
10. Pernahkah Anda mengambil sesuatu (bahkan pin atau kancing) milik
orang lain?
11. Apakah Anda menyebut diri Anda orang yang gugup?
12. Apakah Anda berfikir bahwa pernikahan adalah hal yang kuno?
13. Bisakah Anda dengan mudah memeriahkan pesta yang agak
membosankan?
14. Apakah Anda seseorang yang mudah khawatir?
15. Apakah Anda sering menjadi bagian dari acara sosial?
16. Apakah Anda khawatir jika Anda tahu ada kesalahan dalam
pekerjaan Anda?
17. Pernahkah Anda curang dalam bermain game?
18. Apakah Anda sering merasa 'gelisah'?
19. Apakah Anda pernah memanfaatkan seseorang?
20. Apakah Anda kebanyakan diam saat berada bersama orang lain?
21. Apakah Anda sering merasa kesepian?
22. Apakah lebih baik mengikuti peraturan masyarakat daripada
mengikuti aturan sendiri?
23. Apakah orang lain menganggap Anda sangat bersemangat?
24. Apakah Anda selalu mempraktikkan apa yang Anda nasihatkan?
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
95
Skala 5
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Kadang saya menangis saat melihat postingan menyedihkan
di media sosial.
2. Saya tertawa terbahak-bahak setiap melihat postingan meme
di media sosial.
3. Saya menunjukkan perasaan saya ketika saya bahagia
dengan mempostingnya di media sosial.
4. Saya menghindari meposting apapun yang saya rasakan ke
dalam media sosial.
5. Saya menghindari memposting hal-hal negatif yang terjadi
pada saya saat update di media sosial.
6. Saya tidak masalah untuk memposting hal-hal buruk yang
menimpa saya di media sosial.
7. Saya menggerutu saat melihat postingan yang
menyenangkan dari orang lain.
8. Jika saya tersindir dengan postingan negatif teman saya,
saya menceritakannya ke teman dekat saya.
9. Saya menghapus komentar negatif yang diberikan pada
postingan saya.
10. Saya tidak peduli bila ada yang memberi komentar negatif
pada postingan saya.
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Petunjuk pengisian bagian 6
Pada bagian ini, Anda diminta untuk menjawab pernyataan-pernyataan dibawah ini yang
sesuai dengan diri Anda pada kolom jawaban dengan memberi tanda checklist (V). Adapun
pilihan Jawabannya sebagai berikut:
1. Pasti salah, jika Anda yakin pernyataan itu salah
2. Mungkin salah, jika Anda pikir itu salah tapi tidak terlalu pasti
3. Mungkin benar, jika Anda pikir itu benar tapi tidak sepenuhnya pasti
4. Pasti benar, jika anda yakin itu benar tentang Anda
Skala 6
No. Pernyataan Pasti
salah
Mungkin
salah
Mungkin
benar
Pasti
benar
1. Ada beberapa orang di media sosial
yang saya percaya untuk
membantu memecahkan masalah
saya.
2. Jika saya memerlukan bantuan
untuk memperbaiki alat atau
memperbaiki kendaraan saya, ada
seseorang di media sosial yang
akan menolong saya.
3. Sebagian besar teman saya di
media sosial lebih menarik dari
96
saya.
4. Ada seseorang di media sosial yang
bangga dengan prestasi saya.
5. Saat saya merasa kesepian, ada
beberapa orang di media sosial
yang bisa saya ajak bicara.
6. Tidak ada teman saya di media
sosial yang merasa nyaman
membicarakan masalah pribadi
yang intim.
7. Saya sering bertemu atau berbicara
dengan keluarga atau teman di
media sosial.
8. Kebanyakan orang yang saya tahu
di media sosial sangat memikirkan
saya.
9. Jika saya perlu ke bandara pagi-
pagi sekali, saya sulit mencari
seseorang di media sosial untuk
mengantar saya.
10. Saya merasa seperti saya tidak
diikutsertakan oleh teman saya di
media sosial.
11. Tidak ada orang di media sosial
yang bisa memberi saya pandangan
objektif tentang bagaimana saya
menangani masalah saya.
12. Ada beberapa orang di media sosial
yang saya suka menghabiskan
waktu dengan mereka meski
berbeda karakter dengan saya.
13. Saya berpikir bahwa teman-teman
saya di media sosial merasa bahwa
saya tidak pandai membantu
mereka memecahkan masalah
mereka.
14. Jika saya sakit dan membutuhkan
seseorang (teman, anggota
keluarga, atau kenalan) untuk
membawa saya kepada dokter, saya
akan kesulitan menemukan
seseorang di media sosial.
15. Jika saya ingin melakukan
perjalanan sehari (misalnya ke
pegunungan, pantai, atau luar
negeri), saya akan kesulitan
menemukan seseorang di media
sosial untuk pergi dengan saya.
16. Jika saya membutuhkan tempat
tinggal selama seminggu karena
97
keadaan darurat (misalnya air atau
listrik keluar dari apartemen atau
rumah saya), saya dapat dengan
mudah menemukan seseorang di
media sosial yang akan membantu
saya.
17. Saya merasa tidak ada seorangpun
di media sosial yang menjadi
tempat menceritakan kekhawatiran
dan ketakutan saya yang paling
pribadi.
18. Jika saya sakit, saya dapat dengan
mudah menemukan seseorang di
media sosial untuk membantu saya
mengerjakan tugas sehari-hari
saya.
19. Ada seseorang di media sosial yang
bisa saya mintai pendapat untuk
membantu menangani masalah
keluarga saya.
20. Saya bisa melakukan sesuatu
dengan baik seperti kebanyakan
orang.
21. Jika saya memutuskan suatu sore
untuk pergi ke bioskop, saya dapat
dengan mudah mencari seseorang
di media sosial untuk pergi
bersama saya.
22. Ketika saya membutuhkan saran
tentang bagaimana menangani
masalah pribadi, saya mengenal
seseorang di media sosial yang bisa
membantu saya.
23. Jika saya memerlukan pinjaman
darurat sebesar Rp 1.000.000, ada
seseorang di media sosial yang bisa
meminjamkannya.
24. Secara umum, orang-orang di
media sosial tidak mempercayai
saya.
25. Kebanyakan orang yang saya kenal
di media sosial tidak menikmati hal
yang sama dengan yang saya
lakukan.
26. Ada seseorang di media sosial yang
bisa saya ajak untuk dimintai
nasihat tentang membuat rencana
karir atau mengubah karir saya.
27. Saya sering tidak diikutsertakan
dalam obrolan grup di media
98
sosial.
28. Sebagian besar teman saya di
media sosial lebih berhasil
membuat perubahan dalam
kehidupan mereka daripada saya.
29. Jika saya harus pergi ke luar kota
selama beberapa minggu, akan sulit
untuk menemukan seseorang di
media sosial yang akan merawat
rumah atau apartemen saya
(tanaman, hewan peliharaan,
kebun, dll).
30. Tidak ada seseorang di media
sosail yang bisa saya percaya untuk
memberi saya nasihat keuangan
yang baik.
31. Jika saya ingin makan siang
dengan seseorang, saya dapat
dengan mudah menemukan
seseorang di media sosial untuk
bergabung dengan saya.
32. Saya lebih puas dengan hidup saya
daripada dengan kebanyakan
orang.
33. Jika saya terdampar 10 mil dari
rumah, ada seseorang di media
social yang bisa saya hubungi yang
akan datang dan menjemput saya.
34. Tidak ada seorangpun di media
sosial yang akan merayakan pesta
ulang tahun untuk saya.
35. Saya sulit menemukan seseorang di
media sosial yang akan
meminjamkan mobil mereka
selama beberapa jam.
36. Jika krisis keluarga muncul, akan
sulit untuk menemukan seseorang
di media sosial yang bisa memberi
saya saran tentang cara
menanganinya.
37. Saya lebih dekat dengan teman-
teman saya di media sosial
daripada kebanyakan orang lain.
38. Setidaknya ada satu orang di media
sosial yang saya tahu dapat
memberi saran yang benar-benar
saya percaya.
39. Jika saya membutuhkan bantuan
untuk pindah ke rumah atau
apartemen baru, saya akan
99
mengalami kesulitan mencari
seseorang di media sosial untuk
membantu saya.
40. Saya mengalami kesulitan untuk
mengikuti teman-teman saya di
media sosial.
Mohon periksa kembali jawaban Anda agar tidak ada pernyataan yang tidak terjawab
atau terlewati.
Terima Kasih
100
LAMPIRAN 3
Output Uji Validitas
1. SUBJECTIVE WELL-BEING
SYNTAX SUBJECTIVE WELL-BEING
TITLE:UJI VALIDITAS SUBJECTIVE WELL BEING;
DATA: FILE IS SWB.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE SWB1-SWB17;
USEVAR ARE SWB1-SWB17;
CATEGORICAL ARE SWB1-SWB17;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
DEFINE: IF SWB1<2 THEN SWB1=2; IF SWB4<2 THEN SWB4=2; IF
SWB6<2 THEN SWB6=2;
IF SWB8<2 THEN SWB8=2; IF SWB10<2 THEN SWB10=2; IF SWB12<2
THEN SWB12=2;
IF SWB15<2 THEN SWB15=2;
MODEL: SWB BY SWB1* SWB2-SWB17*;
SWB@1;
SWB3 WITH SWB2;
SWB14 WITH SWB13;
SWB13 WITH SWB11;
SWB11 WITH SWB9;
SWB9 WITH SWB7;
SWB11 WITH SWB7;
SWB16 WITH SWB14;
SWB13 WITH SWB7;
SWB13 WITH SWB9;
SWB16 WITH SWB11;
SWB4 WITH SWB3;
SWB16 WITH SWB13;
SWB14 WITH SWB11;
SWB16 WITH SWB9;
SWB3 WITH SWB1;
SWB14 WITH SWB7;
SWB16 WITH SWB7;
SWB7 WITH SWB6;
SWB2 WITH SWB1;
SWB9 WITH SWB8;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
101
PATH DIAGRAM SUBJECTIVE WELL-BEING
2. TRAITS KEPRIBADIAN
SYNTAX EXTRAVERSION
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE EXT1-EXT6;
CATEGORICAL ARE EXT1-EXT6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: EXT BY EXT1* EXT2-EXT6*;
EXT@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM EXTRAVERSION
102
SYNTAX NEUROTICISM
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE NEU1-NEU6;
CATEGORICAL ARE NEU1-NEU6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: NEU BY NEU1* NEU2-NEU6*;
NEU@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM NEUROTICISM
SYNTAX PSYCHOTICISM
TITLE:UJI VALIDITAS KEPRIBADIAN;
DATA: FILE IS KEPRIBADIAN1.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EXT1-EXT6 NEU1-NEU6 PSI1-PSI6;
USEVAR ARE PSI1-PSI6;
CATEGORICAL ARE PSI1-PSI6;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: PSI BY PSI1* PSI2-PSI6*;
PSI@1;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
103
PATH DIAGRAM PSYCHOTICISM
3. EKSPRESI EMOSI
SYNTAX EKSPRESI EMOSI
TITLE:UJI VALIDITAS EKSPRESI EMOSI;
DATA: FILE IS EE.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE EE1-EE10;
USEVAR ARE EE1-EE10;
CATEGORICAL ARE EE1-EE10;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
DEFINE: IF EE3>3 THEN EE3=3; IF EE6>3 THEN EE6=3;
MODEL: EE BY EE1* EE2-EE10*;
EE@1;
EE8 WITH EE7;
EE5 WITH EE3;
EE9 WITH EE3;
EE7 WITH EE3;
EE6 WITH EE5;
EE7 WITH EE6;
EE4 WITH EE1;
EE6 WITH EE3;
EE10 WITH EE3;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM EKSPRESI EMOSI
104
4. DUKUNGAN SOSIAL ONLINE
SYNTAX APPRAISAL SUPPORT
TITLE:UJI VALIDITAS DUKSOS ONLINE;
DATA: FILE IS DUKSOS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE APP1-APP10 BE1-BE10 SE1-SE10 TA1-TA10;
USEVAR ARE APP1-APP10;
CATEGORICAL ARE APP1-APP10;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: APP BY APP1* APP2-APP10*;
APP@1;
APP8 WITH APP3;
APP8 WITH APP4;
APP9 WITH APP8;
APP4 WITH APP3;
APP9 WITH APP3;
APP3 WITH APP2;
APP9 WITH APP4;
APP4 WITH APP2;
APP10 WITH APP4;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM APPRAISAL SUPPORT
SYNTAX TANGIBLE SUPPORT
TITLE:UJI VALIDITAS DUKSOS ONLINE;
DATA: FILE IS DUKSOS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE APP1-APP10 BE1-BE10 SE1-SE10 TA1-TA10;
USEVAR ARE TA1-TA10;
105
CATEGORICAL ARE TA1-TA10;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: TA BY TA1* TA2-TA10*;
TA@1;
TA7 WITH TA2;
TA10 WITH TA9;
TA9 WITH TA7;
TA3 WITH TA2;
TA10 WITH TA7;
TA9 WITH TA2;
TA10 WITH TA2;
TA10 WITH TA4;
TA7 WITH TA6;
TA10 WITH TA3;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL 5);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM TANGIBLE SUPPORT
SYNTAX SELF-ESTEEM SUPPORT
TITLE:UJI VALIDITAS DUKSOS ONLINE;
DATA: FILE IS DUKSOS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE APP1-APP10 BE1-BE10 SE1-SE10 TA1-TA10;
USEVAR ARE SE1-SE10;
CATEGORICAL ARE SE1-SE10;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
DEFINE: IF SE3>3 THEN SE3=3; IF SE5<2 THEN SE5=2; IF SE6<2 THEN
SE6=2;
MODEL: SE BY SE1* SE2-SE10*;
SE@1;
SE3 WITH SE2;
SE9 WITH SE3;
106
SE7 WITH SE4;
SE6 WITH SE5;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
PATH DIAGRAM SELF-ESTEEM
SYNTAX BELONGING SUPPORT
TITLE:UJI VALIDITAS DUKSOS ONLINE;
DATA: FILE IS DUKSOS.TXT;
VARIABLE: NAMES ARE APP1-APP10 BE1-BE10 SE1-SE10 TA1-TA10;
USEVAR ARE BE1-BE10;
CATEGORICAL ARE BE1-BE10;
!ANALYSIS: ESTIMATOR=BAYES; FBITERATIONS=20000;
!DEFINE: IF SN5<2 THEN SN5=2;
MODEL: BE BY BE1* BE2-BE10*;
BE@1;
BE8 WITH BE3;
BE9 WITH BE6;
BE5 WITH BE3;
BE8 WITH BE7;
BE10 WITH BE8;
BE10 WITH BE3;
BE8 WITH BE5;
BE10 WITH BE7;
BE7 WITH BE3;
BE7 WITH BE5;
BE8 WITH BE6;
PLOT: TYPE=PLOT3;
OUTPUT: STDYX; MODINDICES (ALL);
!SAVEDATA: FILE IS SUBNORM.DAT; SAVE=FSCORES(100);
107
PATH DIAGRAM BELONGING SUPPORT
108
LAMPIRAN 4
Output Uji Regresi
Descriptives
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean
Std.
Deviation
Subjective Well Being 302 7,81 70,83 50,0002 9,34158
Extraversion 302 35,69 60,74 50,0003 8,28436
Neuroticism 302 31,64 60,07 50,0010 8,44473
Psikotisme 302 46,84 93,08 50,0002 6,92728
Positive 302 17,49 74,11 49,9995 9,99874
Negative 302 25,12 78,06 50,0002 10,00007
Appraisal 302 21,28 70,52 49,9999 8,87376
Belonging 302 24,56 69,23 50,0000 8,56279
Self Esteem 302 23,07 71,63 50,0003 7,89873
Tangible 302 22,95 75,27 50,0001 8,32571
Valid N (listwise) 302
Regresi
Variables Entered/Removeda
Model
Variables
Entered
Variables
Removed Method
1 Tangible,
Negative,
Psikotisme,
SelfEsteem,
Positive,
Extraversion,
Neuroticism,
Appraisal,
Belongingb
. Enter
Model Summary
Model R R
Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics
R Square Change
F Change df1 df2
Sig. F Change
1 ,529a ,279 ,257 8,05144 ,279 12,577 9 292 ,000
a. Dependent Variable: SubjectiveWellBeing b. All requested variables entered.
109
a. Predictors: (Constant), Tangible, Negative, Psikotisme, SelfEsteem, Positive, Extraversion, Neuroticism, Appraisal, Belonging
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 7337,678 9 815,298 12,577 ,000b
Residual 18929,113 292 64,826
Total 26266,791 301
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 32,761 8,317 3,939 ,000
Extraversion ,143 ,059 ,127 2,416 ,016
Neuroticism -,246 ,061 -,223 -4,067 ,000
Psikotisme ,009 ,069 ,007 ,134 ,893
Positive ,180 ,050 ,192 3,600 ,000
Negative -,124 ,050 -,133 -2,495 ,013
Appraisal -,026 ,079 -,025 -,331 ,741
Belonging ,272 ,082 ,249 3,325 ,001
SelfEsteem ,278 ,065 ,235 4,301 ,000
Tangible -,141 ,074 -,126 -1,897 ,059
a. Dependent Variable: SubjectiveWellBeing
Model Summary
Model R
R
Square
Adjusted
R
Square
Std. Error of
the
Estimate
Change Statistics
R
Square
Change
F
Change df1 df2
Sig. F
Change
1 ,246a ,060 ,057 9,07014 ,060 19,286 1 300 ,000
a. Dependent Variable: SubjectiveWellBeing b. Predictors: (Constant), Tangible, Negative, Psikotisme, SelfEsteem, Positive, Extraversion, Neuroticism, Appraisal, Belonging
110
2 ,369b ,136 ,131 8,70994 ,076 26,326 1 299 ,000
3 ,374c ,140 ,131 8,70825 ,003 1,116 1 298 ,292
4 ,422d ,178 ,167 8,52793 ,038 13,736 1 297 ,000
5 ,452e ,204 ,190 8,40487 ,026 9,760 1 296 ,002
6 ,455f ,207 ,191 8,40306 ,003 1,127 1 295 ,289
7 ,471g ,222 ,203 8,33885 ,015 5,561 1 294 ,019
8 ,520h ,270 ,251 8,08708 ,049 19,591 1 293 ,000
9 ,529i ,279 ,257 8,05144 ,009 3,599 1 292 ,059
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 1586,578 1 1586,578 19,286 ,000b
Residual 24680,213 300 82,267
Total 26266,791 301
2 Regression 3583,738 2 1791,869 23,620 ,000c
Residual 22683,053 299 75,863
Total 26266,791 301
3 Regression 3668,361 3 1222,787 16,125 ,000d
Residual 22598,430 298 75,834
Total 26266,791 301
4 Regression 4667,306 4 1166,826 16,044 ,000e
Residual 21599,486 297 72,726
Total 26266,791 301
5 Regression 5356,800 5 1071,360 15,166 ,000f
Residual 20909,991 296 70,642
a. Predictors: (Constant), Extraversion
b. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism
c. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme
d. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive
e. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative
f. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal
g. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal, Belonging
h. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal, Belonging, Self
Esteem
i. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal, Belonging, Self
Esteem, Tangible
111
Total 26266,791 301
6 Regression 5436,411 6 906,068 12,832 ,000g
Residual 20830,381 295 70,611
Total 26266,791 301
7 Regression 5823,078 7 831,868 11,963 ,000h
Residual 20443,714 294 69,536
Total 26266,791 301
8 Regression 7104,356 8 888,044 13,578 ,000i
Residual 19162,436 293 65,401
Total 26266,791 301
9 Regression 7337,678 9 815,298 12,577 ,000j
Residual 18929,113 292 64,826
Total 26266,791 301
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 36,143 3,198 11,301 ,000
Extraversion ,277 ,063 ,246 4,392 ,000
2 (Constant) 54,492 4,714 11,560 ,000
Extraversion ,220 ,062 ,195 3,575 ,000
Neuroticism -,310 ,060 -,280 -5,131 ,000
3 (Constant) 58,997 6,356 9,282 ,000
a. Dependent Variable: Subjective Well Being
b. Predictors: (Constant), Extraversion
c. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism
d. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme
e. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive
f. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative
g. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal
h. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal,
Belonging
i. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal,
Belonging, Self Esteem
j. Predictors: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative, Appraisal,
Belonging, Self Esteem, Tangible
112
Extraversion ,213 ,062 ,189 3,435 ,001
Neuroticism -,316 ,061 -,285 -5,204 ,000
Psikotisme -,077 ,073 -,057 -1,056 ,292
4 (Constant) 52,806 6,445 8,193 ,000
Extraversion ,196 ,061 ,174 3,219 ,001
Neuroticism -,353 ,060 -,319 -5,861 ,000
Psikotisme -,084 ,072 -,062 -1,171 ,242
Positive ,185 ,050 ,198 3,706 ,000
5 (Constant) 57,318 6,514 8,799 ,000
Extraversion ,177 ,060 ,157 2,938 ,004
Neuroticism -,330 ,060 -,299 -5,521 ,000
Psikotisme -,058 ,071 -,043 -,821 ,412
Positive ,226 ,051 ,242 4,436 ,000
Negative -,161 ,051 -,172 -3,124 ,002
6 (Constant) 55,127 6,832 8,069 ,000
Extraversion ,167 ,061 ,148 2,744 ,006
Neuroticism -,328 ,060 -,296 -5,475 ,000
Psikotisme -,062 ,071 -,046 -,866 ,387
Positive ,217 ,052 ,233 4,220 ,000
Negative -,158 ,051 -,169 -3,059 ,002
Appraisal ,060 ,056 ,057 1,062 ,289
7 (Constant) 51,000 7,002 7,284 ,000
Extraversion ,166 ,061 ,147 2,743 ,006
Neuroticism -,315 ,060 -,285 -5,281 ,000
Psikotisme -,051 ,071 -,038 -,723 ,470
Positive ,214 ,051 ,229 4,193 ,000
Negative -,155 ,051 -,166 -3,029 ,003
Appraisal -,069 ,078 -,065 -,883 ,378
Belonging ,189 ,080 ,173 2,358 ,019
8 (Constant) 30,269 8,249 3,669 ,000
Extraversion ,131 ,059 ,116 2,212 ,028
Neuroticism -,236 ,061 -,213 -3,890 ,000
113
Psikotisme ,005 ,070 ,004 ,073 ,942
Positive ,183 ,050 ,196 3,658 ,000
Negative -,130 ,050 -,139 -2,599 ,010
Appraisal -,071 ,076 -,068 -,942 ,347
Belonging ,225 ,078 ,206 2,872 ,004
Self Esteem ,287 ,065 ,243 4,426 ,000
9 (Constant) 32,761 8,317 3,939 ,000
Extraversion ,143 ,059 ,127 2,416 ,016
Neuroticism -,246 ,061 -,223 -4,067 ,000
Psikotisme ,009 ,069 ,007 ,134 ,893
Positive ,180 ,050 ,192 3,600 ,000
Negative -,124 ,050 -,133 -2,495 ,013
Appraisal -,026 ,079 -,025 -,331 ,741
Belonging ,272 ,082 ,249 3,325 ,001
Self Esteem ,278 ,065 ,235 4,301 ,000
Tangible -,141 ,074 -,126 -1,897 ,059
Excluded Variablesa
Model Beta In t Sig.
Partial
Correlation
Collinearity
Statistics
Tolerance
1 Neuroticism -,280b -5,131 ,000 -,284 ,968
Psikotisme -,033b -,581 ,562 -,034 ,990
Positive ,145b 2,615 ,009 ,150 ,998
Negative -,154b -2,764 ,006 -,158 ,986
Appraisal ,098b 1,734 ,084 ,100 ,971
Belonging ,180b 3,239 ,001 ,184 ,979
Self Esteem ,313b 5,770 ,000 ,317 ,960
Tangible ,014b ,244 ,807 ,014 ,965
2 Psikotisme -,057c -1,056 ,292 -,061 ,983
Positive ,196c 3,676 ,000 ,208 ,971
a. Dependent Variable: Subjective Well Being
114
Negative -,115c -2,105 ,036 -,121 ,963
Appraisal ,091c 1,669 ,096 ,096 ,970
Belonging ,159c 2,956 ,003 ,169 ,972
Self Esteem ,257c 4,666 ,000 ,261 ,893
Tangible -,014c -,251 ,802 -,015 ,955
3 Positive ,198d 3,706 ,000 ,210 ,970
Negative -,109d -1,993 ,047 -,115 ,950
Appraisal ,093d 1,713 ,088 ,099 ,969
Belonging ,158d 2,936 ,004 ,168 ,972
Self Esteem ,254d 4,535 ,000 ,254 ,862
Tangible -,011d -,201 ,840 -,012 ,953
4 Negative -,172e -3,124 ,002 -,179 ,887
Appraisal ,066e 1,221 ,223 ,071 ,948
Belonging ,137e 2,573 ,011 ,148 ,959
Self Esteem ,235e 4,250 ,000 ,240 ,853
Tangible -,024e -,449 ,654 -,026 ,949
5 Appraisal ,057f 1,062 ,289 ,062 ,945
Belonging ,128f 2,435 ,015 ,140 ,956
Self Esteem ,219f 3,982 ,000 ,226 ,844
Tangible -,022f -,416 ,678 -,024 ,949
6 Belonging ,173g 2,358 ,019 ,136 ,489
Self Esteem ,227g 4,104 ,000 ,233 ,837
Tangible -,084g -1,282 ,201 -,075 ,624
7 Self Esteem ,243h 4,426 ,000 ,250 ,828
Tangible -,146h -2,143 ,033 -,124 ,563
8 Tangible -,126i -1,897 ,059 -,110 ,561
a. Dependent Variable: Subjective Well Being
b. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion
c. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism
d. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme
e. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive
f. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative
g. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative,
Appraisal
115
h. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative,
Appraisal, Belonging
i. Predictors in the Model: (Constant), Extraversion, Neuroticism, Psikotisme, Positive, Negative,
Appraisal, Belonging, Self Esteem