124
PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI KABUPATEN TULANG BAWANG (Tesis) Oleh MAYA YULIANTI PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM …digilib.unila.ac.id/54565/3/TESIS TANPA BAB PEMBAHASAN.pdf · abstrak pengeruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah

Embed Size (px)

Citation preview

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,

IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI

KABUPATEN TULANG BAWANG

(Tesis)

Oleh

MAYA YULIANTI

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

PENGERUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH, IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP

EEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI

KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

Maya Yulianti

Makalah ini meneliti mengenai pengaruh etos kerja guru terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, Penelitian ini adalah

untuk menganalisis dan mendeskripsikan pengaruh supervisi akademik kepala

sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di

SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, Peneliti menggunakan metode cluster

sampling serta kuesioner tertutup. Temuan kami menunjukan bahwa dari 6 SMA

Negeri Kabupaten Tulang Bawang dengan 123 guru sebagai sample didapatkan

bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala

sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di

SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang.

Kata kunci: supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah, etos kerja guru

ABSTRACT

The influence of the academic supervision of the principal, the School Climate and the work ethic of teachers On the

effectiveness of Learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency

By Maya Yulianti

This paper examines the influence of teachers ' work ethic about against the

effectiveness of learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency, this research is

to analyze and describe the influence of the academic supervision of the principal,

the school climate and ethos teacher's work against the effectiveness of learning in

SMA Negeri Tulang Bawang Regency, cluster sampling method using

Researchers as well as the closed questionnaire. Our findings indicate that from 6

SMA Negeri Tulang Bawang Regency with 123 teachers as sample is obtained

that there is a significant and positive influence on the academic supervision of

the principal, the school climate and the work ethic of teachers towards the

effectiveness of the learning in SMA Negeri Tulang Bawang Regency

Keywords: principal academic supervision, school climate, teacher work

ethic

PENGARUH SUPERVISI AKADEMIK KEPALA SEKOLAH,

IKLIM SEKOLAH DAN ETOS KERJA GURU TERHADAP

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN DI SMA NEGERI

KABUPATEN TULANG BAWANG

Oleh

MAYA YULIANTI

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

Magister Pendidikan

Pada

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Peneliti lahir di Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada

tanggal 15 Juli 1994, anak pertama dari tiga bersaudara

pasangan Bapak Ruddy Witjaksono dan Ibu Marinten

Umirani. Peneliti mengawali pendidikan non formal pada

tahun 1999- 2000 di TK Dharma Wanita Kabupaten

Tulang Bawang. Pendidikan formal dimulai pada tahun 2000-2006 peneliti

melanjutkan pendidikan di SDN 1 Bumi Dipasena Mulya Kabupaten Tulang

Bawang, kemudian melanjutkan di SMPN 1 Rawajitu Timur Kabupaten Tulang

Bawang pada tahun 2006-2009, setelah itu peneliti melanjutkan ke SMAN 2

Kotabumi Kabupaten Lampung Utara pada tahun 2009-2012.

Pada tahun 2012 peneliti diterima di Program studi Pendidikan Pancasila dan

Kewarganegaraan Universitas Lampung melalui Seleksi Nasional masuk

Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN), Peneliti sekarang bekerja di SMAN 2

Kotabumi Kabupaten Lampung Utara. Pada tahun 2016 peneliti melanjutkan S2

Program Studi Magister Manajemen Pendidikan.

MOTTO

Tujuan pendidikan itu untuk mempertajam kecerdasan, memperkukuh kemauan

serta memperhalus perasaan

(Tan Malaka)

PERSEMBAHAN

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan hidayah-Nya tesis ini telah diselesaikan. Tidaklah terlupa shalawat serta salam kepada Rasullullah Muhammad SAW atas penunjuk jalan kebenaran bagi umat

manusia dimuka bumi ini

Tesis ini kupersembahkan kepada:

Almamaterku tercinta Universitas Lampung

Bapakku tercinta Ruddy Witjaksono dan Ibuku Marinten Umirani yang senantiasa menyayangiku dan mendoakan keberhasilanku. Kasih sayang kalian

adalah hal yang tak ternilai sepanjang hayatku

SANWANCANA

Alhamdulillah, Peneliti bersyukur kepada Allah SWT yang telah

memberikan berkah rahmat baik berupa kesempatan dan kesehatan kepada

peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaiakan penelitian ini. Penelitian

ini nantinya diharapkan dapat dilanjutkan menjadi sebuah tesis tentang

Supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang. Peneliti juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang

telah berperan membantu peneliti dalam menyelesaikan penyusunan tesis

ini baik berupa bimbingan atau arahan, motivasi dan juga semangat,

ucapan terimakasih terutama peneliti sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, MP., selaku Rektor Universitas

Lampung beserta seluruh staf dan jajarannya.

2. Dr. Muhamad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung beserta staf dan

jajarannya.

3. Prof. Mustofa, Ph.D., selaku Direktur Pascasarjana Universitas

Lampung beserta staf dan jajarannya.

4. Dr. Riswanti Rini, M.Si., Selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

beserta staf dan jajarannya.

5. Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku ketua Program studi Magister

Manajemen Pendidikan dan penguji II, yang telah memberikan

perhatian, bimbingan, saran dan sumbangan pemikiran kepada

peneliti.

6. Dr. Irawan Suntoro, M.S., Selaku pembimbing pertama yang

telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, motivasi,

kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.

7. Hasan Hariri, S.Pd., M.B.A., Ph.D., Selaku pembimbing kedua

yang telah memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran,

motivasi, kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.

8. Dr. Sumadi, M. S., Selaku dosen pembahas yang telah

memberikan perhatian, bimbingan, kritik, saran, motivasi,

kemudahan dan sumbangan pemikiran kepada peneliti.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, khususnya program studi Magister Manajemen

Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan

kepada peneliti.

10. Kedua orang tuaku Bapak Ruddy Witjaksono dan Ibu

Marinten Umirani yang telah memberikan perhatian, doa serta

finansial yang tidak akan pernah terbayarkan.

11. Adik-adikku Syahrul Sudarsono dan Irfan Witjaksono

terimakasih atas dukungan, bantuan, perhatian dan cinta kasih

yang telah diberikan.

12. Untuk Sandi yang telah memberikan perhatian serta motivasi yang

tidak ternilai, terimakasih.

13. Untuk sahabat-sahabat terbaikku terimakasih Arista, Yesi, Risma,

Anna, Widi, Desi, Yudista, Ade, Ferba yang selalu ada disaat aku

membutuhkan.

14. Adik-adikku tersayang yang selalu memberikan semangat Elfrida,

Annisa, Afifah, Tika, Tia, Ester, Vini, Devi, Zeli, Rani.

15. Seluruh teman-teman satu angkatan Manajemen Pendidikan

(MP09): Aprohan Saputra, Asyer Rosandi, Budi Suhati Lestari,

Kadek Setat, Leni Aprilia, Juwita Rubaihan, Waspodo

Ariwibowo, Johan Listiawan dan Indro Sektiani dan Dwi Kartika

Yanti semangat dan kecerian bersama kalian adalah berkah dalam

kegiatan kuliah.

Dan seluruh pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu.

Semoga amal baik yang telah mereka curahkan mendapat imbalan yang

terbaik dari Allah SWT. Semoga tulisan sederhana ini dapat menjadi

manfaat bagi peneliti dan umumnya bagi para pembaca. Amiin.

Bandar Lampung, 1 Agustus 2018

Peneliti

Maya Yulianti

NPM. 1623012009

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...................................................................................................... i

RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ ii

MOTTO .......................................................................................................... iii

PERSEMBAHAN .......................................................................................... iv

SANWACANA ............................................................................................... v

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... vii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 6

1.3 Pembatasan Masalah .......................................................................... 7

1.4 Rumusan Masalah .............................................................................. 7

1.5 Tujuan Penelitian ............................................................................... 8

1.6 Kegunaan Penelitian .......................................................................... 9

1.7 Ruang Lingkup Penelitian .................................................................. 11

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka ................................................................................. 12

2.1.1 Efektivitas Pembelajaran .......................................................... 12

2.1.2 Supervisi Kepala Sekolah ......................................................... 23

2.1.2.1 Tujuan Supervisi .......................................................... 26

2.1.2.2 Peranana Supervisi Pendidikan .................................... 28

2.1.2.3 Fungsi Supervisi ........................................................... 31

2.1.2.4 Prinsip-prinsip Supervisi .............................................. 35

2.1.2.5 Teknik Supervisi Kepala Sekolah ................................ 36

2.1.3 Iklim Sekolah ............................................................................ 43

2.1.3.1 Jenis Iklim Kerja Sekolah ............................................. 46

2.1.3.2 Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah ................... 48

2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja ...................... 50

2.1.3.4 Unsur Iklim Sekolah ..................................................... 51

2.1.3.5 Urgensi Iklim Sekolah .................................................. 55

2.1.4 Etos Kerja Guru ........................................................................ 57

2.1.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja............... 60

2.1.4.2 Aspek-aspek Etos Kerja Guru ...................................... 63

2.2 Penelitian yang Relevan ..................................................................... 67

2.3 Kerangka Pikir ................................................................................... 69

2.4 Hipotesis............................................................................................. 73

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode, Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................... 74

3.2 Populasi dan Sampel .......................................................................... 75

3.3 Variabel Penelitian ........................................................................... 79

3.4 Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 84

3.5 Uji Instrumen Penelitian ................................................................... 85

3.6 Uji Reliabilitas .................................................................................. 91

3.7 Uji Prasyarat analisis Data ................................................................. 93

3.8 Teknik Analisis Data .......................................................................... 96

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ................................................................................ 98

4.1.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian .............................................. 98

4.1.1.1 Deskripsi data variabel efektivitas pembelajaran ...... 99

4.1.1.2 Deskripsi data variabel Supervisi akademik

kepala sekolah ............................................................ 100

4.1.1.3 Deskripsi data variabel Iklim Sekolah ....................... 102

4.1.1.4 Deskripsi data variabel Etos Kerja Guru .................... 103

4.1.2 Uji Prasyarat Analisis Data..................................................... 105

4.1.2.1 Uji Normalitas ........................................................... 105

4.1.2.2 Uji Homogenitas ........................................................ 106

4.1.2.3 Uji Linearitas .............................................................. 107

4.1.2.4 Uji Multikolinieritas ................................................... 109

4.1.3 Pengujian Hipotesis ............................................................... 111

4.1.4 Kesimpulan Analisis Statistik ................................................. 118

4.2 Pembahasan ...................................................................................... 119

4.3 Keterbatasan Penelitian ................................................................... 124

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ......................................................................................... 126

5.2 Implikasi ............................................................................................. 127

5.3 Saran ................................................................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

1.1 Efektivitas Pembelajaran .......................................................................... 3

3.1 Jumlah Guru di Kabupaten Tulang Bawang ........................................... 87

3.2 Total Sampel Penelitian .......................................................................... 89

3.3 Daftar Pembobotan Penilaian Variabel Efektivitas Pembelajaran .......... 91

3.4 Daftar Pembobotan Supervisi Akademik Kepala Sekolah ..................... 92

3.5 Daftar Pembobotan Iklim Sekolah .......................................................... 93

3.6 Daftar Pembobotan Etos Kerja Guru ....................................................... 94

3.7 Hasil Uji Validitas Efektivitas pembelajaran .......................................... 98

3.8 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah ....................... 99

3.9 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah ......................................................... 100

3.10 Hasil Uji Validitas Etos Kerja Guru ..................................................... 101

3.11 Daftar Interprestasi Nilai R ................................................................... 102

3.12 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ........................................... 102

4.1 Deskripsi Data Penelitian ...................................................................... 103

4.2 Deskripsi data Variabel Efektivitas Pembelajaran ................................ 103

4.3 Deskripsi data Supervisi Akademik Kepala Sekolah............................ 105

4.4 Deskripsi data Iklim Sekolah ................................................................ 106

4.5 Deskripsi data Etos Kerja Guru ............................................................ 108

4.6 Uji Normalitas ....................................................................................... 100

4.7 Rekapitulasi Hasil Ujian Normalitas .................................................... 110

4.8 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Supervisi

Akademik Kepala Sekolah .................................................................... 110

4.9 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Iklim di

Sekolah .................................................................................................. 111

4.10 Uji Homogenitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Etos Kerja Guru

di SMA ................................................................................................. 111

4.11 Rekapitulasi Hasil Uji Homogenitas ..................................................... 111

4.12 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Supervisi Akademik

Kepala Sekolah ..................................................................................... 112

4.13 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Iklim Sekolah ... 112

4.14 Uji Linearitas Efektivitas Pembelajaran Berdasarkan Etos Kerja Guru 113

4.15 Rekapitulasi Hasil Uji Linieritas ........................................................... 113

4.16 Uji Mulktikolinieritas............................................................................ 114

4.17 Hasil Rekap Uji Mulktikolinieritas ....................................................... 115

4.18 Hasil Analisis Koefisien Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap

Efektivitas Pembelajaran ...................................................................... 116

4.19 Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah terhadap Efektivitas

Pembelajaran ......................................................................................... 117

4.20 Hasil Analisis Koefisien Iklim Sekolah terhadap Efektivitas

Pembelajaran ......................................................................................... 117

4.21 Pengaruh Iklim Sekolah terhadap Efektivitas Pembelajaran ................ 118

4.22 Hasil Analisis Koefisien Supervisi Etos Kerja Guru terhadap Efektivitas

Pembelajaran ......................................................................................... 119

4.23 Pengaruh Etos Kerja Guru Terhadap Efektivitas Pembelajaran .......... 120

4.30 Analisis Annova Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Iklim Sekolah dan

Etos Kerja Guru terhadap Efektivitas pembelajaran ............................. 120

DAFTAR GAMBAR

2.1 Skema Kerangka Pikir ............................................................................ 72

4.1 Histogran Data Variabel Efektivitas Pembelajaran ............................. 104

4.2 Histogran Data Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah ........... 106

4.3 Histogran Data Variabel Iklim Sekolah ............................................... 108

4.4 Histogran Data Variabel Etos Kerja Guru ............................................ 110

DAFTAR LAMPIRAN

1. Tabel F dan Tabel T ............................................................................ 148

2. Kisi-kisi angket ................................................................................... 157

3. Angket .................................................................................................. 162

4. Surat izin penelitian ............................................................................. 170

5. Uji Validitas ........................................................................................ 177

6. Uji Reliabilitas ...................................................................................... 190

7. Correlation Supervisi akademik kepala sekolah................................... 193

8. Reliability Supervisi Akademik Kepala Sekolah ................................. 195

9. Correlation Iklim Sekolah ................................................................... 200

10. Reliability Iklim Sekolah .................................................................... 205

11. Correlation Etos kerja guru ................................................................ 207

12. Reliability Etos kerja guru .................................................................. 211

13. Data Ordinal Efektivitas Pembelajaran .............................................. 213

14. Data Ordinal Supervisi Akademik Kepala Sekolah .......................... 218

15. Data Ordinal Iklim Sekolah ................................................................ 223

16. Data Ordinal Etos Kerja Guru ............................................................ 228

17. Rekapitulasi data hasil penelitian (data ordinal) ................................ 233

18. Uji Normalitas .................................................................................... 236

19. Uji Homogenitas ................................................................................. 237

20. Uji Linieritas ....................................................................................... 239

21. Uji Multikolinieritas ........................................................................... 241

22. Hipotesis ............................................................................................. 245

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan memegang peranan yang penting dalam upaya meningkatkan Sumber

Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Husni, 2004:235). Melalui pendidikan

diharapkan mutu dan martabat manusia Indonesia dapat ditingkatkan, Mutu

pendidikan yang baik dapat dilihat dari proses pembelajaran yang terjadi serta

hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Engberg, 2007: 241-258) Adanya Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional

Pendidikan dimaksudkan sebagai acuan dasar oleh setiap pengelola,

penyelenggara dan satuan pendidikan dalam meningkatkan kinerja dan

memberikan layanan pendidikan yang bermutu. Menurut (Gurrin, 2002: 330-366)

tujuan pendidikan dikatakan tercapai apabila efektifitas pembelajaran yang

berlangsung mengalami perkembangan dan peningkatan.

Pendidikan formal selalu diikuti pengukuran dan penilaian, demikian juga dengan

efektifitas pembelajaran dapat diketahui kedudukan siswa yang cepat, sedang atau

lambat dalam menerima materi pelajaran untuk menentukan keberhasilan siswa.

Menurut Hasna (2015:211), persoalan yang sering dipertanyakan pada kurun

waktu sekarang ini adalah mengenai mutu pendidikan, yang terutama pada

jenjang pendidikan formal khususnya pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah

2

Atas (SMA). Hal ini menunjukkan arti bahwa tujuan pendidikan secara

keseluruhan belum tercapai. Oleh karena itu perlu adanya upaya untuk

meningkatkan mutu pendidikan secara terpadu, dan terencana guna tercapainya

efektifitas belajar.

Efektivitas berasal dari kata efektif, yang berarti dapat memberikan hasil, berhasil

guna, memberikan suatu pengaruh, serta adanya kesan (Kenn, 2008: 59-79).

Menurut PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bahwa

suasana pembelajaran yang efektif yaitu suasana belajar yang interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, inovatif dan menemukan sendiri. Menurut

Pewewardy (2004: 32-60), suatu proses pembelajaran dapat dikatakan berhasil

baik atau efektif, jika kegiatan pembelajaran tersebut dapat membangkitkan

proses belajar.

Suatu pembelajaran akan efektif menurut Kashima (2006 : 471-485) apabila

memenuhi persyaratan utama keefektifan pengajaran yaitu, (a) presentase waktu

belajar siswa yang tinggi dicurahkan terhadap KBM, (b) rata-rata prilaku

melaksanakan tugas yang tinggi di antara siswa, (c) ketetapan antara kandungan

materi ajar dengan kemampuan siswa (orientasi keberhasilan belajar) diutamakan,

dan (d) mengembangkan suasana belajar yang akrab dan positif.

Efektifitas pembelajaran di Kabupaten Tulang Bawang sangat rendah dan mutu

pendidikanya secara otomatis juga rendah (Kemendikbud, 2016), terbukti dengan

rendahnya mutu pendidikan di Lampung masih berada di urutan 27 dari 34

propinsi. Hal ini disampaikan Ketua Dewan Pendidikan Lampung (DPL), Mahfud

Santoso, saat di temui di lingkungan Pemprov Lampung, selasa (17/5/2017).

3

Menurutnya ranking 27 ini merupakan hal yang memalukan. Sebab, Lampung

terkenal memiliki sumber daya alam yang baik tidak dibarengi dengan kualitas

sumber daya manusianya, salah satu faktanya adalah data efektivitas pembelajaran

di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang, berada di bawah 60% sebagaimana

ditunjukan pada:

Tabel 1.1 Efektivitas Pembelajaran di SMA N Kabupaten Tulang Bawang

No Indikator efektivitas pembelajaran Persentase

1 Kualitas pembelajaran 53, 00

2 Kesesuaian tingkat pembelajaran 57,00

3 Intensif 54,00

4 Waktu 60,00

Sumber: Laporan Kepengawasan Sekolah Menengah Atas Kabupaten Tulang

Bawang tahun 2016-2017

Berdasarkan data di atas terlihat bahwa nilai rata-rata indikator pencapaian

efektivitas pembelajaran di Kabupaten Tulang Bawang di bawah 60% dari 100%

yang harus dicapai, hal ini menunjukan bahwa masih belum efektivnya

pembelajaran yang berlangsung di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

Sejalan dengan hal tersebut agar efektivitas dapat berjalan dengan baik diperlukan

suatu pendorong atau faktor yang dapat membuat efektivitas pembelajaran di

sekolah berhasil dengan peserta didik mampu menyelesaikan pembelajaran sesuai

dengan yang sudah diajarkan, Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

efektivitas pembelajaran adalah kepala sekolah. Kepala sekolah adalah seorang

yang diberi tugas tambahan untuk melakukan kepemimpinan yang dikenal dengan

supervisi akademik. Supervisi akademik yang diterapkan kepala sekolah tentunya

sangat efektif, karena dapat memberikan bantuan, bimbingan dan pembinaan

kepada guru agar mereka mampu bekerja lebih baik dalam membimbing peserta

4

didik serta dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah serta

mempengaruhi iklim sekolah menjadi lebih baik lagi.

Iklim sekolah atau suasana lingkungan kerja di sekolah adalah segala sesuatu

yang dialami oleh guru dan warga sekolah lain ketika berinteraksi di dalam

lingkungan sekolah. Manakala guru berinteraksi dengan lingkungan sekolah,

terdapat satu variabel yang perlu disikapi guru secara positif agar dalam

menjalankan tugas lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam kaitan ini Usman

(2009:202) lebih lanjut menjelaskan bahwa iklim sekolah atau suasana kerja dapat

bersifat kasat mata atau fisik dan dapat pula bersifat tidak kasat mata atau

„emosional‟. Pemantauan ini menjadi sumber informasi yang sangat dibutuhkan

untuk mengadakan perubahan dan pengembangan organisasi. Maknanya, iklim

sekolah yang kondusif mempengaruhi kinerja anggota organisasi sekolah. Dengan

kata lain, maju atau mundur sekolah salah satunya bergantung pada kemampuan

sekolah tersebut meciptakan lingkungannya dan kesediaan lingkungan untuk

menerima keberadaanya. Guru berinteraksi dengan iklim sekolah atau suasana

kerja misalnya lewat ruang kerja yang menyenangkan, rasa aman dalam bekerja,

penerangan dan sirkulasi udara yang memadai, sarana dan prasarana yang

memadai, jaminan sosial yang memadai, promosi, jabatan, kedudukan,

pengawasan, dan lain-lain. Lingkungan dan iklim organisasi menjadi variabel

penting sebab kenyataanya menunjukkan bahwa semakin banyak organisasi yang

secara ilmiah memantau kekuatan lingkungan.

Guru yang berkualitas memiliki ciri berupa sejumlah kompetensi. Kompetensi-

kompetensi tersebut adalah keefektifan guru, kemampuan kognitif guru,

kepribadian guru, manajemen kelas, penguasaan teknologi informasi, dan

5

komitmen dan tanggung jawab serta diselaraskan dengan kesejahteraan guru.

Guru tenaga pendidik memiliki peran yang sangat penting dan strategis dalam

mencapai tujuan pembangunan dalam bidang pendidikan. Menurut Baedhowi

(2006:278), guru merupakan the keyperson in the classroom. Sebutan figur kunci

di dalam ruang kelas dan sebagai tenaga pendidik bagi guru, memang sangat

beralasan mengingat peran guru tidak dapat digantikan oleh apapun, pada tataran

ini guru berpengetahuan, berwawasan, berkompetensi, dan bersertifikat, amat

diperlukan kehadirannya. Hal ini pula merupakan indikator guru yang profesional.

Ketika proses pembelajaran berlangsung, guru merupakan komponen yang

berperan penting dalam membentuk sikap, keterampilan, pengetahuan, dan

karakter, peserta didik. Ia juga merupakan salah satu unsur penting dalam proses

internalisasi sistem nilai dalam pendidikan. Hal tersebut bermakna terdapat

sebuah tanggung jawab guru untuk membawa peserta didik pada suatu taraf

kedewasaan dan taraf kematangan tertentu dengan iklim sekolah yang baik .

Ketiga hal di atas sangat memberikan pengaruh terhadap efektivitas pembelajaran,

oleh karena itu dari itu peneliti melakukan penelitian pendahuluan, dilatar

belakangi penelitian-penelitian terdahulu yang sudah dilakukan, yaitu penelitian

yang sudah dilakukan oleh Rohmawati (2015) terhadap guru TK. Tujuan dari

penelitian tersebut adalah untuk melihat seberapa efektif pembelajaran yang sudah

berlangsung di kelas A2 TK Miftahul Huda Kecamatan Turen Kabupaten

Malang. Sebagian besar penelitian mengenai efektivitas pembelajaran dilakukan

secara kualitatif. Untuk itu penelitian ini sangat penting untuk dilakukan karena

dengan mengacu dari penelitian sebelumnya dapat dilihat bahwasanya efektivitas

6

pembelajaran sangat penting di dalam proses pembelajaran guna kemajuan dunia

pendidikan di Indonesia dengan banyak faktor yang mempengaruhinya seperti

supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah serta etos kerja guru. Dilihat

dari permasalahan pendidikan di atas dan dukungan dari teori-teori yang ada, serta

hasil observasi awal maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul :

“Pengaruh Supervisi Akademik, Iklim Sekolah dan Etos Kerja Guru

terhadap Efektivitas Pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang ”

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka penulis

mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1.2.1 Supervisi kepala sekolah yang belum dijalankan dengan maksimal

1.2.2 Kurangnya motivasi yang diberikan kepala sekolah kepada anggota

sekolah

1.2.3 Komitmen guru terhadap tugas-tugasnya belum dilaksanakan dengan

baik

1.2.4 Etos Kerja guru masih belum optimal

1.2.5 Kompetensi yang seharusnya dimiliki guru masih belum dikuasai oleh

guru

1.2.6 Motivasi untuk berprestasi guru masih kurang

1.2.7 Iklim atau sarana belajar kerja belum berjalan secara optimal bagi

kerja guru

1.2.8 Sarana dan prasarana belum memadai guna menunjang proses

pembelajaran di sekolah

7

1.2.9 Sudah banyak penelitian yang membahas mengenai efektivitas

pembelajaran terkait dengan faktor-faktor lainya tetapi belum ada yang

membahas mengenai supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah

dan etos kerja guru di Tulang Bawang

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, peneliti perlu

membatasi masalah guna menghindari salah penafsiran dan menyesuaikan

dengan kemampuan, pengetahuan, waktu dan materi peneliti. Adapun batasan

masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1.3.1 Kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru belum efektif dalam

mencapai tujuan pembelajaran.

1.3.2 Supervisi akademik kepala sekolah yang masih belum memberikan

kontribusi dalam memimpin sekolahnya

1.3.3 Iklim sekolah belum tercipta dengan baik antar anggota sekolah

1.3.4 Etos kerja guru belum terlaksana secara optimal di dalam proses

pembelajaran di sekolah

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah:

1.4.1 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang?

8

1.4.2 Apakah terdapat pengaruh iklim sekolah memiliki terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?

1.4.3 Apakah terdapat pengaruh etos kerja guru memiliki terhadap

efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?

1.4.4 Apakah terdapat pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim

sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di

SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah untuk

menganalisis dan mendeskripsikan :

1.5.1 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

1.5.2 Pengaruh iklim sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA

Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

1.5.3 Pengaruh etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMA

Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

1.5.4 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan iklim sekolah

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang.

9

1.5.5 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah dan etos kerja guru

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang.

1.5.6 Pengaruh iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

1.5.7 Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos

kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri

Kabupaten Tulang Bawang.

1.6 Kegunaan Penelitian

1.6.1 Secara Praktis

1.6.1.1 Bagi Guru

Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang lebih efektif

dengan sikap etos kerja yang memiliki kualitas, memiliki

motivasi belajar dan pandangan yang baik dalam melaksanakan

pendidikan di sekolah guna membentuk sikap siswa dalam

berinteraksi dan menjadi siswa yang dapat bergaul dengan baik

di lingkunganya.

1.6.1.2 Bagi Siswa

Untuk mengoptimalkan tingkat efektifitas dalam pembelajaran

melalui iklim sekolah yang memadahi dalam rangka menjadi

generasi penerus bangsa yang berahklak mulia, cerdas, cakap,

kreatif serta menjadi warga Negara yang baik.

10

1.6.1.3 Bagi Sekolah

Bagi sekolah yang bersangkutan sebagai kontribusi untuk lebih

memperhatikan supervisi akademik kepala sekolah, etos kerja

guru dan iklim sekolah untuk proses pembelajaran dalam usaha

meningkatkan efektifitas pembelajaran siswa.

1.6.1.4 Bagi Kepala Sekolah

Bagi Kepala Sekolah untuk meningkatkan kemampuan kepala

sekolah khususnya dalam supevisi akademik guna

meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa.

1.6.1.5 Bagi Dinas Pendidikan

Bagi Dinas Pendidikan diharapkan dalam membuat kebijakan

sesuai dengan keadaan yang terjadi di sekolah dan sesuai dengan

yang dibutuhkan siswa.

1.6.2 Secara Teoretis

Secara teoritis penelitian ini berguna untuk memperkaya dan

mengembangkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kontribusi

supervisi akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang. Penelitian ini juga bermanfaat agar siswa dapat memiliki

pengetahuan, keterampilan sikap dan nilai serta perilaku nyata dalam

kehidupan masyarakat dan Negara, baik di sekolah maupun di lingkungan

masyarakat.

11

1.7 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini mencakup:

1.7.1 Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu pendidikan

khususnya manajemen pendidikan, khususnya mengenai

manajemen Sumber daya manusia dalam meningkatkan efektivitas

pembelajaran siswa.

1.7.2 Ruang Lingkup Subjek

Ruang lingkup subjek dalam penelitian ini adalah Guru SMA

Negeri Kabupaten Tulang Bawang

1.7.3 Ruang Lingkup Objek

Ruang lingkup objek penelitian ini adalah supervisi akademik

kepala sekolah (x1) dan iklim sekolah (x2) etos kerja guru (x3)

terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten

Tulang Bawang (y).

1.7.4 Ruang Lingkup Tempat

Ruang lingkup tempat dalam penelitian ini adalah SMA Negeri

Kabupaten Tulang Bawang

1.7.5 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan sesuai dengan surat izin penelitian

pendahuluan yang telah dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung sampai dengan selesai

penelitian ini.

12

II. KAJIAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Bab ini menguraikan tentang efektivitas belajar sebagai variabel terikat dalam

penelitian ini, selanjutnya menguraikan mengenai variabel bebasnya yang diduga

memberikan pengaruh tingkat efektivitas pembelajaran siswa yaitu, supervisi

akdemik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru. Selanjutnya diuraikan

juga penelitian yang relevan dengan penelitian ini dengan jurnal nasional dan

jurnal internasional, serta menguraikan kerangka pikir dari penelitian ini dan

mengajukan hipotesis penelitian. Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengulas

secara teoretis hal-hal yang berhubungan dengan hipotesis penelitian, mencari

tahu tentang penelitian yang sudah ada sebagai pendukung penelitian ini, serta

menyusun hipotesis penelitian ini.

2.1.1 Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan salah satu standar mutu pendidikan dan

sering kali diukur dengan tercapainya tujuan, atau dapat juga diartikan sebagai

ketepatan dalam mengelola suatu situasi, ”doing the right things”. Penyediaan

kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat

membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang di pelajari (Gregory,

2011: 904–934). Efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu

proses interaksi antarsiswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi

edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dapat

13

dilihat dari aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung, respon siswa

terhadap pembelajaran dan penguasaan konsep siswa. Menurut Rohmawati (2015

:234), pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan

kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa

untuk belajar.

Untuk mencapai suatu konsep pembelajaran yang efektif dan efisien perlu adanya

hubungan timbal balik antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan secara

bersama, selain itu juga harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah,

sarana dan prasarana, serta media pembelajaran yang dibutuhkan untuk membantu

tercapainya seluruh aspek perkembangan siswa. Butter (2006) yang termasyhur

dalam bidang pendidikan psikologi, dan dalam bukunya yang berjudul“A Model

of School Learning”, menyatakan bahwa Instructional Effectiveness tergantung

pada lima faktor yaitu, (1) Attitude, (2) Ability to understand instruction, (3)

Perseverance, (4) Opportunity, (5) Quality of instruction.

Dengan mengetahui beberapa indikator tersebut menunjukkan bahwa suatu

pembelajaran dapat berjalan efektif apabila terdapat sikap dan kemauan dalam diri

anak untuk belajar, kesiapan diri anak dan guru dalam kegiatan pembelajaran,

serta mutu dari materi yang disampaikan. Apabila kelima indikator tersebut tidak

ada maka kegiatan belajar mengajar anak tidak akan berjalan dengan baik.

Kegiatan pembelajaran yang efektif sangat dibutuhkan anak untuk membantu

mengembangkan daya pikir anak dengan tanpa mengesampingkan tingkat

pemahaman anak sesuai dengan usia perkembangannya.

14

Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran keberhasilan dari proses

interaksi dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dilihat dari

aktivitas selama pembelajaran, respon dan penguasaan konsep. Seperti halnya

yang telah diketahui bahwa kegiatan belajar mengajar harus senantiasa

ditingkatkan efektivitas dan efisiennya, demi meningkatkan mutu dari pada

pendidikan itu sendiri (Norlidah, 2013:579). Oleh karena itu, untuk meningkatkan

efektivitas belajar tanpa harus menyita banyak waktu, maka seorang guru harus

pandai dalam memilih metode apa yang harus digunakan agar dapat cepat

ditangkap siswa apa yang disampaikannya. Kata efektivitas berasal dari bahasa

Inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki

pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan

keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan.

Andaritidya (2014:220) menyatakan bahwa

Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar

dalam diri siswa. ketercapaian atau keberhasilan suatu tujuan sesuai

dengan rencana dan kebutuhan yang diperlukan, baik dalam

penggunaan data, sarana maupun waktunya. Seseorang dikatakan

telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi

perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi

mengerti, dan sebagainya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kegiatan dikatakan efektif bila

kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan

yang diinginkan. Kriteria efektivitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah

apabila tiga aspek yang meliputi: (1) kemampuan guru dalam mengelola

pembelajaran baik; (2) aktivitas siswa dalam pembelajaran baik; (3) hasil belajar

siswa tuntas secara klasikal. Syarat mutlak yang harus dimiliki seorang guru

15

adalah penguasaan materi dan cara penyampaiannya. Seorang guru yang tidak

menguasai materi yang akan diajarkan tidak akan bisa mengajar dengan baik

(Indiyani, 2006: 10-28). Demikian pula bila seorang guru tidak menguasai

berbagai cara penyampaian materi, maka akan dapat menimbulkan kesulitan

peserta didik dalam memahami materi. Selain itu, seorang guru yang baik harus

memiliki kemampuan dalam menerapkan prinsip – prinsip psikologis,

kemampuan dalam menyelenggarakan proses belajar mengajar serta kemampuan

dalam memyesuaikan diri dengan situasi yang baru. Dalam penelitian ini,

kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran yang akan diamati adalah:

1) Menarik perhatian

2) Menimbulkan motivasi

3) Menunjukkan kaitan

4) Memberi acuan

5) Meninjau kembali

6) Mengevaluasi

7) Memberi dorongan psikologis atau tindak lanjut

8) Motivasi dalam hal apersepsi

9) Bahasa sederhana dan jelas

10) Pemberian contoh

11) Sistematika penjelasan

12) Variasi dalam penyampaian

13) Balikan atau pertanyaan penyerap

14) Ketepatan strategi dengan tujuan pembelajaran

15) Kesesuaian strategi dalam langkah – langkah pembelajaran

16) Variasi suara

17) Mengarahkan perhatian siswa

18) Kontak mata

19) Ekspresi roman muka

20) Gerakan tangan

a. Aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran.

Banyak aktivitas-aktivitas yang dilakukan anak-anak disekolah, tidak hanya

mendengarkan dan mencatat seperti yang lazim disekolah tradisional. Berikut ini

berbagai macam kegiatan murid antara lain:

16

1) Visual activities sepeti membaca, memperhatikan, menggambar,

demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain, dan lain-lain.

2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,

diskusi, interupsi, dan lain-lain.

3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, musik, pidato, dan lain-

lain.

4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, tes, angket,

menyalin, dan lain-lain.

5) Motor activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model, mereparasi, bermain, berkebun, memelihara binatang, dan lain-lain

6) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, dan lain-

lain

7) Mental activities seperti menanggap, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan lain-lain.

8) Emotional activities seperti menaruh minat, bosan, gembira dan lain-lain.

Pada penelitian ini, peniliti akan meneliti aktifitas siswa yang meliputi:

1. kerapian dan ketertiban siswa

2. kesiapan alat-alat tulis

3. kesiapan menerima materi pelajaran

4. persiapan buku-buku LKS

5. sikap dan perilaku

6. mendengarkan penjelasan

7. keaktifan menjawab pertanyaan

17

8. keaktifan bertanya

9. keaktifan dalam diskusi

10. keaktifan dalam mengerjakan tugas.

b. Hasil belajar

Berdasarkan Kurikulum 2004 (Kurikulum Berbasis Kompetensi), terdapat kriteria

ketuntasan belajar perorangan dan klasikal yaitu:

1) Siswa dikatakan tuntas secara individu jika siswa menyerap 75 % (sesuai

kriteria ketuntasan minimal).

2) siswa dikatakan tuntas secara klasikal apabila minimal 75 % siswa

mengalami ketuntasan individu. Jadi dalam penelitian ini siswa dikatakan

tuntas secara klasikal jika jumlah siswa yang tuntas secara individu 75 %

dari jumlah seluruh siswa.

Keefektifan program pembelajaran ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:

1) Berhasil menghantarkan siswa mencapai tujuan-tujuan instruksional yang

telah ditetapkan

2) Memberikan pengalaman belajar yang atraktif, melibatkan siswa secara

aktif sehingga menunjang pencapaian tujuan instruksional

3) Memiliki sarana-sarana yang menunjang proses belajar mengajar

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa proram pembelajaran yang baik

adalah bagimana guru berhasil menghantarkan anak didiknya untuk mendapatkan

pengetahuan dan memberikan pengalaman belajar yang intraktif. Berdasarkan ciri

pembelajaran efektif seperti yang digambarkan di atas, keefektifan program

pembelajaran tidak hanya ditinjau dari tingkat prestasi belajar, melainkan harus

18

pula ditinjau dari segi proses dan sarana penunjang. Aspek hasil meliputi tinjauan

terhadap hasil belajar siswa setelah mengikuti program pembelajaran yang

mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan fsikomotorik. Aspek proses meliputi

pengamatan terhadap keterampilan siswa, motivasi, respon, kerjasama, partisipasi

aktif, tingkat kesulitan pada penggunaan media, waktu serta teknik pemecahan

masalah yang ditempuh siswa saat kegiatan belajar mengajar berlangsung aspek

sarana penunjang meliputi tinjauan-tinjauan terhadap fasilitas fisik dan bahan

serta sumber yang diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar seperti ruang

kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.

Mishadin (2012:271) berpendapat bahwa:

Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat

digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran dan

membimbing pembelajaran dikelas atau yang lain. Model

pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya para guru boleh

memilih model pembelajaran yang sesuai dan efisien untuk

merancang tujuan pendidikannya.

Menurut Djamarah (2006:145)

Metode adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan”. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode

diperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan

tujuan yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir. Tetapi juga

penggunaan metode yang bervariasi tidak akan mengguntungkan

kegiatan belajar mengajar bila penggunaanya tidak tepat dan sesuai

dengan situasi yang mendukungnya dan dengan kondisi psikologis

anak didik.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan dalam kegiatan belajar

mengajar strategi dan metode adalah hal yang diperhatikan, metode diperlukan

oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai

setelah pengajaran berakhir.

19

a. Materi Pembelajaran

Salah satu faktor penting yang berpengaruh terhadap keberhasilan

pembelajaran secara keseluruhan adalah kemampuan dan keberhasilan

guru dalam merancang materi pembelajaran. Materi pembelajaran pada

hakikatnya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari silabus, yakni

perencanaan, prediksi, dan proyeksi tentang apa yang akan dilakukan pada

saat kegiatan pembelajaran. Materi pembelajaran hendaknaya dipilih

seoptimal mungin untuk membantu peserta didik dalam mencapai standar

kompotensi dan kompotensi dasar. Hal-hal yang perlu diperhatikan

berkenaan dengan pemilihan materi pembelajaran adalah jenis

pembelajaran, cakupan urutan dan perlakuan (trea ment) terhadap

pembelajaran tersebut.

Menurut Susilo (2014 :132)

Bahan atau materi pelajaran (learning materialis) adalah ”segala

sesuatu yang menjadi isi kurikulum yang harus dikuasai oleh siswa

sesuai kompetensi dasar dalam rangka pencapaian standar kompetensi

setiap mata pelajaran dalam satuan pendidikan”. Sedangkan materi

pembelajaran merupakan bagian terpenting dalam proses

pembelajaran, bahkan dalam pengajaran yang berpusat pada materi

pelajaran (subjetcented teacing).

b. Media Pembelajaran

Media pembelajaran yang dalam efektifitas, pembelajaran harus memenuhi

bebeberapa syarat. Media pembelajaran harus meningkatkan motivasi

pembelajar selain itu juga harus merangsang pembelajaran mengingat apa

yang sudah dipelajari selain memberikan rangsangan baru, media yang

baik juga akan mengaktifkan pembelajar dalam mmberikan tanggapan,

umpan balik dan juga endorong siswa melakukan praktek-praktek yang

20

benar selama proses belajar mengajar berlangsung. Pada pengertian ini

media bukan hanya alat perantara seperti tv, radio, slide, bahan cetakan,

akan tetapi meliputi orang atau manusia sebagai sumber belajar atau juga

berupa kegiatan semacam diskusi, seminar, karyawisata, simulasi dan lain

sebagainya yang dikondisikan untuk menambah pengetahuan dan

wawasan, mengubah sikap atau untuk menambah keterampilan.

c. Evaluasi Pembelajaran

Pada perencanaan dan desain sistem instruksional atau pembelajaran,

rancangan evaluasi merupakan hal yang sangat penting dikembangkan.

Hal ini disebabkan melalui evaluasi yang tepat, kita dapat menentukan

eektifitas program dan keberhasilan siswa melaksanakan kegiatan

pembelajaran, sehingga informasi dari kegiatan evaluasi seorang desainer

pembelajaran dapat mengambil keputusan apakah progrm pembelajaran

yang dirancangnya perlu diperbaiki atau tidak, bagian-bagian mana yang

dianggap memiliki kelemahan sehingga perlu diperbaiki.

d. Gaya Mengajar Guru

Menurut Djamarah (2006:15) guru adalah “ salah satu unsur manusia

dalam proses pendidikan”. Pada proses pendidikan di sekolah, guru

memegang tugas ganda yaitu sebagai pengajar atau pendidik. “sebagai

pengajar guru bertugas menuangkan sejumlah bahan pelajaran kedalam

otak anak didik, sedankan sebagai pendidik guru bertugas membimbing

dengan membina anak didik agar menjadi manusia susila yang cakap,

aktif, kreatif, dan mandiri.

21

Menurut Zahra (2014:233) peran Guru:

Guru mempunyai fungsi dan peran yang jauh berbeda dari fungsi

dan peran seorang guru sebagaimana yang dipahami orang saat

ini, Guru bukanlah pengajar yang menuangkan ilmu

pengetahauan, ajaran-ajaran, perintah atau pengarahan kepada

peserta, melainkan fungsi utama peran guru adalah menfasilitasi

berlangsungnya proses belajar yang memungkinkan siswa dapat

mengembangkan dirinya, pengetahunnya, pemahamannya,

perilakunya serta keterampilan-keterampilan yang dikuasainya.

Proses belajar itu terjadi secara internal dan bersifat pribadi dalam diri siswa, agar

proses belajar mengarah pada tercapainya tujuan dan kurikulum maka guru harus

merencanakan dengan sistematis berbagai pengalaman belajar yang

memungkinkan perubahan tingkah laku siswa sesuai dengan apa yang diharapkan,

aktivitas guru untuk menciptakan kondisi yang memungkinkan proses belajar

siswa berlangsung optimal disebut kegiatan kegiatan pembelajaran. Guru bertugas

membantu orang belajar dengan cara memanipulasi lingkungan sehingga siswa

dapat belajar dengan mudah, artinya guru harus mengadakan pemilihan terhadap

berbagai strategi pembelajaran yang ada dan paling memungkinkan agar proses

belajar siswa berlangsung optimal.

Berdasarkan apa yang terjadi di lapangan menurut apa yang sudah dialami dan

dilihat guru salah satu penyebab efektivitas pembelajaran yg tidak berjalan dengan

baik adalah tidak adanya tujuan pendidikan yang jelas sebelum kegiatan

pembelajaran dilaksanakan. Hal ini menyebabkan peserta didik dan pendidik tidak

tahu tujuan apa yang akan dihasilkan sehingga tidak mempunyai gambaran yang

jelas dalam proses pendidikan. Jelas hal ini merupakan masalah terpenting jika

kita menginginkan efektifitas pembelajaran berjalan dengan optimal. Bagaimana

mungkin tujuan akan tercapai jika kita tidak tahu apa tujuan kita.

22

Selama ini, banyak pendapat beranggapan bahwa pendidikan formal dinilai hanya

menjadi formalitas saja untuk membentuk sumber daya manusia Indonesia. Tidak

perduli bagaimana hasil pembelajaran formal tersebut, yang terpenting adalah

telah melaksanakan pendidikan di jenjang yang tinggi dan dapat dianggap hebat

oleh masyarakat. Anggapan seperti itu jugalah yang menyebabkan efektifitas

pembelajaran di Indonesia sangat rendah. Setiap orang mempunyai kelebihan

dibidangnya masing-masing dan diharapkan dapat mengambil pendidikaan sesuai

bakat dan minatnya bukan hanya untuk dianggap hebat oleh orang lain.

Dalam pendidikan di sekolah menegah misalnya, seseorang yang mempunyai

kelebihan dibidang sosial dan dipaksa mengikuti program studi IPA akan

menghasilkan efektifitas pengajaran yang lebih rendah jika dibandingkan peserta

didik yang mengikuti program studi yang sesuai dengan bakat dan minatnya. Hal-

hal sepeti itulah yang banyak terjadi di Indonesia. Dan sayangnya masalah gengsi

tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan rendahnya efektifitas pendidikan di

Indonesia.

Maka, dalam proses pembelajaran diharapkan guru dan siswa memahai setiap

tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Terlebih bagi seorang guru, karena

gurulah yang akan menjadi panutan siswa-siswanya. Pendidikan yang efektif akan

membuat pembelajaran dalam kelas menjadi menyenangkan dan proses

pembelajaran mencapai tujuannya.

23

2.1.2 Supervisi Kepala Sekolah

Supervisi secara etimologi berasal dari kata “super” dan “visi” yang mengandung

arti melihat dan meninjau dari atas atau menilai dari atas yang dilakukan oleh

pihak atasan terhadap aktivitas, kreativitas, dan kinerja bawahan (Mulyasa, 2000:

154). Menurut Purwanto (2005:76) mengemukakan bahwa supervisi suatu

aktivitas yang menentukan kondisi-kondisi/ syarat-syarat yang esensial, yang akan

menjamin tercapainya tujuan-tujuan pendidikan, sehingga supervisi merupakan

segala bantuan dari para pemimpin sekolah yang tertuju kepada perkembangan

kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan-

tujuan pendidikan, yang berupa dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi

pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru-guru, seperti bimbingan dalam usaha

dan pelaksanaan pembaruan-pembaruan dalam pendidikan dan pengajaran,

pemilihan alat-alat pelajaran dan metode-metode lebih baik, cara-cara penilaian

yang sistematis terhadap fase seluruh proses pengajaran, dan sebagainya.

Indrafachrudi (2006:88) mengartikan supervisi sebagai berikut :

Supervision of instruction is the effort to stimulate, coordinate, and

guide the continued growth of the teachers in a school, both

individually and collectively, in better understanding and more

effective performance at all the functions of instruction so that they

may be bettter able to stimulate and guide the continued growth of

every pupil toward the richest and most intelligent participation in

modern democratic society.

Mulyasa (2004:45), mengungkapkan kepala sekolah sebagai supervisor harus

diwujudkan dalam kemampuan menyusun, dan melaksanakan program supervisi

pendidikan, serta memanfaatkan hasilnya, Nugraha (2015) menerangkan supervisi

kepala sekolah merupakan suatu proses yang dirancang secara khusus untuk

membantu para guru dan supervisor agar dapat menggunakan pengetahuan dan

24

keterampilannya dalam memberikan layanan kepada orang tua peserta didik dan

sekolah Kepala sekolah dituntut memiliki kompetensi yang baik sebagai

pemimpin sekolah. kemampuan kepala sekolah dalam melakukan supervisi

merupakan salah satunya. Supervisi kepala sekolah yang dilaksanakan dengan

efektif dan efisien akan membantu guru dalam pembelajaran serta dapat

meningkatkan kinerja guru. Terdapat beberapa tokoh yang mengemukakan

pendapatnya tentang supervisi, diantaranya:

a. Ngalim (2006: 103) berpendapat bahwa supervisi adalah suatu aktivitas

yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai lainnya dalam

melakukan pekerjaan mereka secara efektif Supervisi diartikan sebagai

pelayanan yang disediakan oleh pemimpin untuk membantu para guru,

orang yang dipimpin agar menjadi personil yang cakap sesuai dengan

perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya dan pendidikan pada

khususnya agar mampu meningkatkan efektivitas proses belajar mengajar

di sekolah. Disini supervisi diartikan sebagai suatu usaha layanan dan

bantuan berupa bimbingan dari kepala sekolah kepada para guru dan

pegawai lainnya.

b. Burhanudin (2006: 285) berpendapat supervisi yaitu bantuan dalam

mengembangkan situasi belajar mengajar kearah yang lebih baik, dengan

jalan memberikan bimbingan dan pengarahan kepada guru dan pegawai

lainnya untuk meningkatkan kualitas kerja mereka dibidang pengajaran

dengan berbagai aspeknya.

c. Nawawi (1996: 196) berpendapat bahwa supervisi yaitu pelayanan yang

disediakan pemimpin untuk membantu agar semakin cakap atau terampil

25

dalam melaksanakan tugas-tugasnya, sesuai dengan tuntuan

perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dibidang tugasnya

tersebut.

Dalam kaitannya dengan supervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah, menurut

Purwanto (2004: 32) pengertian supervisi adalah suatu aktivitas pembinaan yang

direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam

melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Menurut Jones (2003: 155), supervisi

merupakan bagian tak terpisahkan dari seluruh proses administrasi pendidikan

yang ditujukan terutama untuk mengembangkan efektivitas kinerja personalia

sekolah yang berhubungan dengan tugas-tugas utama pendidikan. Menurut Carter

(2000: 17), supervisi adalah usaha-usaha dari petugas sekolah dalam memimpin

para guru dan pegawai lainnya dalam memperbaiki pengajaran termasuk

menstimulasi , menyeleksi pertumbuhan jabatan dan perkembangan para guru

serta merevisi tujuan-tujuan pendidikan, bahan pengajaran, dan metode serta

evaluasi pengajaran. Dari beberapa pendapat dan pengertian tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa supervisi bukanlah kegiatan sesaat seperti inspeksi, tetapi

merupakan kegiatan yang berkelanjutan dan berkesinambungan sehingga para

guru selalu berkembang dalam mengerjakan tugas dan mampu memecahkan

masalah pendidikan dan pengajaran secara efektif dan efisien. Pada hakekatnya

supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang

berkelanjutan, pengembangan kemampuan personil, perbaikan situasi belajar

mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan

pribadi peserta didik. Dengan kata lain, dalam supervisi terdapat proses pelayanan

untuk membantu atau membina para guru. Pembinaan ini menyebabkan perbaikan

26

atau peningkatan kemampuan yang kemudian ditransfer kedalam perilaku

mengajar sehingga tercipta suasana belajar mengajar yang lebih baik lagi sehingga

pada akhirnya juga meningkatkan kualitas dari peserta didik.

2.1.2.1 Tujuan Supervisi

a. Tujuan Umum

Arikunto (2004:40), Tujuan umum supervisi memberikan bantuan teknis dan

bimbingan kepada guru (dan staf sekolah yang lain) agar personil tersebut mampu

meningkatkan kualitas kinerjanya, terutama dalam melaksanakan tugas, yaitu

melaksanakan proses pembelajaran. Yang terpenting adalah bahwa pemberian

bantuan dan pembimbing tersebut didasarkan atas data yang lengkap, tepat,

akurat, dan rinci, serta benar-benar sesuai dengan kenyataan.

b. Tujuan Khusus

Tujuan dari supervisi yaitu:

1) Meningkatkan kinerja siswa sekolah dalam perannya sebagai peserta didik

yang belajar dengan semangat tinggi, agar dapat mencapai prestasi belajar

secara optimal.

2) Meningkatkan mutu kinerja guru di sekolah sehingga berhasil membantu

dan membimbing siswa mencapai prestasi belajar dan pribadi sebagaimana

diharapkan.

3) Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan

terlaksana dengan baik di dalam proses pembelajaran di sekolah serta

mendukung dimilikinya kemampuan pada diri lulusan sesuai dengan

tujuan lembaga.

27

4) Meningkatkan keefektifan dan keefisiensian sarana dan prasarana yang

ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu

mengoptimalkan keberhasilan belajar siswa.

5) Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah, khususnya dalam mendukung

terciptanya suasana kerja yang optimal, yang selanjutnya siswa dapat

mencapai prestasi belajar sebagaimana diharapkan. Dalam mensupervisi

pengelolaan ini supervisor harus mengarahkan perhatiannya pada

bagaimana kinerja kepala sekolah dan para walinya dalam mengelola

sekolah, meliputi aspek-aspek yang ada kaitannya dengan faktor penentu

keberhasilan sekolah.

6) Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sedemikian rupa sehingga

tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif bagi kehidupan

sekolah pada umumnya, khususnya pada kualitas pembelajaran yang

menunjukkan keberhasilan lulusan.

Menurut Sahertian (2000:19), tujuan supervise merupakan pemberian layanan dan

bantuan untuk mengembangkan situasi belajar-mengajar yang dilakukan guru di

kelas. Tujuan dari supervisi semakin diperjelas dan dipertegaskan oleh

Indrafachrudin (2006:88), yaitu:

1) Membantu guru melihat dengan lebih jelas tujuan pendidikan yang

sebenarnya dan peranan khusus sekolah dalam usaha mencapai tujuan.

2) Membantu guru melihat dengan lebih jelas persoalan dan kebutuhan murid

pemuda dan membantu mereka sedapat mungkin agar dapat memenuhi

kebutuhan itu.

28

3) Membantu guru mengembangkan kecakapan mengajar yang lebih besar.

4) Membantu guru melihat kesukaran murid belajar dan membantu

merencanakan pelajaran yang efektif.

5) Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam

suatu tim efektif, bekerja sama secara intelligent, dan saling menghargai

untuk mencapai tujuan yang sama.

6) Membantu memberi pengertian kepada masyarakat mengenai program

sekolah agar mereka dapat mengerti dan membantu usaha sekolah.

2.1.2.2 Peranana Supervisi Pendidikan

Salamah (2004:79-155) mengungkapkan bahwa supervisi mempunyai peranan

cukup strategis dalam meningkatkan prestasi kerja guru, yang pada gilirannya

akan meningkatkan prestasi sekolah. Ciri utama supervisi adalah perubahan

kearah yang lebih baik, proses belajar mengajar lebih efektif dan efisien, sehingga

supervisi pendidikan bertujuan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses

belajar mengajar yang akan diimbangi dengan meningkatnya kinerja guru dan

berdampak positif terhadap prestasi sekolah. Sahertian (2000:130) mengutarakan

supervisi pendidikan meliputi supervisi kurikulum, potensi pembelajaran, metode

pengajaran, pengembangan bahan ajar, dan evaluasi pendidikan, dimana

penjabarannya sebagai berikut:

1) Supervisi Kurikulum

Merupakan bantuan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah maupun

pengawas/penilik kepada para guru dalam menghadapi kesulitankesulitan

dalam pelaksanaan kurikulum. Tugas supervisor adalah:

29

a) Mensupervisi tentang perangkat pembelajaran yang harus dibuat guru

b) Mensupervisi terhadap pemahaman kurikulum, termasuk di dalamnya

yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD).

c) Supervisi tentang potensi pembelajaran Supervisi tentang potensi

pembelajaran digunakan untuk memotivasi guru agar merencanakan apa

yang akan disajikan dalam proses pembelajaran.

Bantuan yang diberikan supervisor adalah:

1) Merancangkan program belajar mengajar Guru di bawah pembinaan

supervisor dapat mengembangkan model-model rancangan belajar

mengajar sesuai dengan kreatifitasnya. Misalnya:

a) Merencanakan mengenai segala apa yang akan diajarkan

b) Menetapkan bagaimana cara menyajikan pelajaran

2) Melaksanakan proses pembelajaran

Supervisor berfungsi memberikan motivai dan bantuan kepada guru dalam

mengahadapi kesulitan belajar siswa yang bermasalah. Salah satu

kemampuan guru yang perlu ditingkatkan adalah kemampuan dalam

mengelola kelas, yaitu mengatur bagaimana agar suasana kelas hidup,

memberdayakan berbagai sumber belajar sehingga menambah dorongan-

dorongan yang kreatif dari para siswa yang belajar.

3) Menilai proses dan hasil belajar

Kunjungan kelas dapat digunakan oleh kepala sekolah sebagai salah satu cara

melihat langsung proses pembelajaran. Hal ini dapat mengetahui kelemahan

dan keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran dan tingkat

penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan sehingga dapat diupayakan

30

solusi, pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat

memperbaiki kekurangan, mempertahankan maupun meningkatkan

keunggulan dalam pembelajaran.

4) Mengembangkan manajemen kelas

Supervisor membantu guru daam menganalisis faktor-faktor yang

menyebabkan timbulnya perilaku yang bermasalah. Siswa yang bermasalah

mungkin disebabkan karena guru yang malas, suka mengkritik, terlalu keras

dalam mendidik ataupun suka merokok, sehingga iklim belajar menjadi tidak

menyenangkan.

5) Supervisi metode pengajaran

a) Membantu guru merencanakan demontrasi mengajar dalam rangka

memperkenalkan metode-metode pengajaran baru

b) Mendiskusikan metode-metode belajar dengan guru

c) Kepala sekolah melakukan peninjauan terhadap kesesuaian metode

pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran

d) Supervisi pengembangan bahan ajar

e) Membantu guru dalam memilih buku-buku yang diperlukan bagi

muridmurid

f) Membimbing guru dalam menyusun dan mengembangkan sumber-sumber

atau unit-unit pengajaran (pengembangan bahan ajar)

6) Supervisi evaluasi pendidikan

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan

sejauh mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan telah tercapai.

Guru adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas hasil yang diperoleh

31

dalam proses pembelajaran. Guru perlu dibekali dengan evaluasi sebagai ilmu

yang mendukung tugasnya, yakni mengevaluasi hasil belajar. Tugas supervisor

adalah mengevaluasi apakah hasil belajar yang telah diciptakan dari tahun ke

tahun mengalami kenaikan atau tidak, sudah memenuhi standar/ sesuai dengan

harapan yang diinginkan oleh sekolah atau belum.

2.1.2.3 Fungsi Supervisi

Fungsi utama supervisi modern ialah menilai dan memperbaiki faktor-faktor

yang mempengaruhi proses pembelajaran peserta didik Sahertian (2000:21).

Dijelaskan juga bahwa fungsi utama supervisi bukan perbaikan pembelajaran

saja, tapi untuk mengkoordinasi, menstimulasi, dan mendorong ke arah

pertumbuhan profesi guru. Ada analisis yang lebih luas yang terbagi menjadi

delapan fungsi supervisi:

1) Mengkoordinasi semua usaha sekolah

Dikerenakan perubahan yang terus-menerus terjadi, maka kegiatan sekolah

juga makin bertambah. Yang dimaksud dengan usaha-usaha sekolah misalnya:

a) Usaha tiap guru

Jika ada guru yang mengajar bidang studi yang sama dan tiap guru ingin

mengemukakan idenya dan menguraikan materi pelajaran menurut

pandangannya ke arah peningkatan. Usaha-usaha yang bersifat individu itu

perlu dikoordinasi.

32

b) Usaha-usaha sekolah

Dalam menentukan kebijakan, merumuskan tujuan-tujuan atas setiap

kegiatan sekolah termasuk program-program sepanjang tahun ajaran perlu

ada koordinasi yang baik.

c) Usaha-usaha bagi pertumbuhan jabatan

Setiap guru ingiin bertumbuh dalam jabatannya. Melalui membaca buku-

buku dan gagasan-gagasan baru guru-guru ingin belajar terus-menerus,

baik melalui inservice training, extension course, workshop, seminar guru-

guru selalu berusaha meningkatkan diri sekaligus merupakan hiburan

intelektual (intelectual intertainment). Untuk itu perlu ada koordinasi.

Tugas mengkoordinasi ini adalah tugas supervisi.

d) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah

Dalam masyarakat demokratis kepemimpinan yang demokratis perlu

dikembangkan. Kepemimpinan itu suatu keterampilan yang harus

dipelajari. Dan itu harus melalui latihan terus-menerus. Dengan melatih

dan memperlengkapi guru-guru agar mereka memiliki keterampilan dalam

kepemimpinan di sekolah.

e) Memperluas pengalaman guru-guru

Akar dari pengalaman terletak pada sifat dasar manusia. Manusia selalu

ingin mencapai kemajuan yang semaksimal mungkin. Seorang yang akan

jadi pemimpin, bila ia mau belajar dri pengalaman nyata di lapangan,

melalui pengalaman baru ia dapat belajar untuk memperkaya dirinya

dengan pengalaman belajar baru.

33

f) Menstimulasi usaha-usaha yang kreatif

Supervisi bertugas untuk menciptakan suasana yang memungkinkan guru-

guru dapat berusaha meningkatkan potensi-potensi kreativitas dalam

dirinya. Kemampuan untuk menstimulasi guru-guru agar mereka tidak

hanya berdasarkan instruksi atasan, tapi mereka adalah pelaku aktif dalam

proses belajar-mengajar.

g) Memberi fasilitas dan penilaian yang terus-menerus

Melalui penelitian dapat diketahui kelemahan dan kelebihan dari hasil dan

proses belajar-mengajar. Penilaian itu harus bersifat menyeluruh dan

kontinu. Menyeluruh berarti penilaian itu menyangkut semua aspek

kegiatan di sekolah. Kontinu dalam arti penilaian berlangsung setiap saat,

yaitu pada awal, pertengahan di akhiri dengan melakukan sesuatu tugas.

Mengadakan penilaian secara teratur merupakan suatu fungsi utama dari

supervisi pendidikan.

h) Menganalisis situasi belajar-mengajar

Analisis dilakukan agar usaha memperbaiki situasi belajar mengajar dapat

tercapai. Fungsi dari supervisi adalah menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perbaikan belajar mengajar. Penganalisisan memberi

pengalaman baru dalam menyusun strategis dan usaha ke arah perbaikan.

i) Memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada setiap anggota staf

Supervisi memberi dorongan stimulasi dan membantu guru agar

mengembangkan pengetahuan dalam keterampilan hal mengajar.

Kemampuan-kemampuan hanya dicapai bila ada latihan, mengulang dan

dengan sengaja dipelajari.

34

j) Memberikan wawasan yang lebih luas dan terintegrasi dalam merumuskan

tujuan-tujuan pendidikan dan meningkatkan kemampuan mengajar guru-

guru. Untuk mencapai suatu tujuan yang lebih tinggi harus berdasarkan

pada tujuan-tujuan sebelumnya. Ada hierarki kebutuhan yang harus

selaras. Setiap guru pada suatu saat sudah harus mampu mengukur

kemampuannya.

Tujuan dari supervisi adalah meningkatkan kualitas pembelajaran, yang

harapan akhirnya juga pada prestasi belajar siswa. Tentu saja peningkatan

tersebut tidak dapat hanya mengenai satu aspek saja, tetapi semua unsur

yang terkait dengan proses pembelajaran, antara lain siswa itu sendiri, guru

dan personel lain, peralatan, pengelolaan, maupun lingkungan tempat

belajar. Dengan berpijak pada batasan tersebut diatas, maka disimpulkan

ada tiga fungsi dari supervisi menurut Arikunto (2004:13), yaitu:

1) Fungsi Meningkatkan Mutu Pembelajaran

Supervisi yang berfungsi meningkatkan mutu pembelajaran merupakan

supervisi dengan ruang lungkup yang sempit, tertuju pada aspek akademik,

khususnya yang terjadi diruang kelas ketika guru sedang memberikan

bantuan dan arahan kepada siswa. Fokus utama supervisi adalah

bagaimana dan perilaku siswa yang belajar, dengan bantuan atau tanpa

bantuan guru secara langsung dan seberapa tinggi keberhasilan siswa

kepada belajar.

2) Fungsi Memicu Unsur yang Terkait dengan pembelajaran

Supervisi yang berfungsi memicu atau penggerak terjadinya perubahan

tertuju pada unsur-unsur yang terkait dengan atau bahkan yang merupakan

35

faktor-faktor yang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas

pembelajaran.

3) Fungsi Membina dan Memimpin

Supervisi adalah kegiatan yang diarahkan kepada penyediaan

kepemimpinan bagi para guru dan tenaga pendidikan lain, maka sudah

jelas bahwa supervisi mempunyai fungsi memimpin yang dilakukan oleh

pejabat yang diserahi tugas memimpin sekolah, yaitu kepala sekolah,

diarahkan kepada guru dan tenaga tatausaha. Namun, dipertegas lagi

bahwa sasaran utama dari supervisi adalah guru, dengan asumsi jika guru

sudah baik, akan ada dampaknya bagi siswa.

2.1.2.4 Prinsip-prinsip Supervisi

Besarnya tanggung jawab kepala sekolah sebagi supervisor, maka untuk

menjalankan tindakan-tindakan supervisi dengan baik hendaknya kepala sekolah

memahami prinsip-prinsip pelaksanaan supervisi. Purwanto (2004:117),

mengungkapkan bahwa prinsip supervisi adalah:

1) Supervisi hendaknya bersifat konstruktif dan kreatif, yaitu pada yang

dibimbing dan diawasi harus dapat menimbulkan dorngan untuk bekerja.

2) Supervisi harus didasarkan atas keadaan dan kenyataan yang

sebenarbenarnya (realistis, mudah dilaksanakan)

3) Supervisi harus sederhana dan informal dalam pelaksanaannya.

4) Supervisi harus dapat memberikan perasaan aman pada guru-guru dan

pegawai-pegawai sekolah yang disupervisi.

36

5) Supervisi harus didasarkan atas hubungan profesional, bukan atas dasar

hubungan pribadi.

6) Supervisi harus selalu memperhitungkan kesanggupan, sikap, dan

mungkin prasangka guru-guru dan pegawai sekolah.

7) Supervisi tidak bersifat mendesak (otoriter) karena dapat menimbulkan

perasaan gelisah atau bahkan antipati dari guru-guru.

8) Supervisi tidak boleh didasarkan atas kekuasaan pangkat, kedudukan, atau

kekuasaan pribadi.

9) Supervisi tidak boleh bersifat mencari-cari kesalahan dan kekurangan.

10) Supervisi adalah sebuah kegiatan yang hsilnya memerlukan proses yang

terkadang tidak sederhana. Oleh karena itu tidak dapat terlalu cepat

mengharapkan hasil, dan tidak boleh lekas merasa kecewa.

11) Supervisi hendaknya juga bersifat preventif, korektif, dan kooperatif.

Preventif berarti berusaha mencegah jangan sampai timbul hal-hal yang

negatif, dengan cara mengantisipasi. Korektif berarti memperbaiki

kesalahankesalahan yang telah diperbuat. Kooperatif berarti berusaha

melakukan dan mengatasi secara bersama-sama ketika terjadi hal yang

tidak diinginkan.

2.1.2.5 Teknik Supervisi Kepala Sekolah

Purwanto (2004:120), mengungkapkan bahwa supervisi dapat dilakukan dengan

berbagai cara, dengan tujuan agar apa yang diharapkan tercapai. Secara garis

besar, cara atau teknik supervisi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu teknik

perseorangan dan teknik kelompok.

37

1) Teknik perseorangan

Yang dimaksud dengan teknik perseorangan ialah supervisi yang

dilakukan secara perseorangan, yaitu:

a) Mengadakan kunjungan kelas (classroom visitation) Tujuannya untuk

mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah memenuhi

syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,

untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih

perlu diperbaiki. Setelah kunjungan kelas selesai, selanjutnya diadakan

diskusi empat mata antara supervisor dengan guru yang bersangkutan.

Supervisor memberikan saran-saran atau nasihat-nasihat yang

diperlukan, dan gurupun dapat mengajukan pendapat dan asal-usul

yang konstruktif demi perbaikan proses belajar-mengajar selanjutnya.

b) Mengadakan kunjungan observasi (observation visits) Guru-guru dari

suatu sekolah sengaja ditugaskan untuk melihat atau mengamati

seorang guru yang sedang mendemontrasikan cara-cara mengajar suatu

mata pelajaran tertentu. Demonstran ditunjuk seorang guru dari

sekolah sendiri atau sekolah lain, yang dianggap memiliki kecakapan

atau keterampilan mengajar sesuai dengan tujuan diadakan kunjungan

kelas, atau akan lebih baik jika dilakukan oleh kepala sekolah. Pada

prinsipnya hal ini sama dengan kegiatan kunjungan kelas.

c) Membimbing guru-guru tentang cara-cara mempelajari pribadi siswa

dan atau mengatasi problema yang dialami siswa Banyak masalah

yang dialami guru dalam mengatasi kesulitankesulitan belajar siswa.

Meskipun di sekolah telah dibentuk bimbingan dan konseling tetapi

38

peran dari guru akan lebih efektif jika guru menjadi pembimbing yang

utama. Oleh karena itu, peranan supervisor terutama kepala sekolah

dalam hal ini sangat diperlukan.

d) Membimbing guru-guru dalam hal-hal yang berhubungan dengan

pelaksanaan kurikulum sekolah. Antara lain:

(1) Menyusun Program semester

(2) Menyusun atau membuat program satuan pelajaran

(3) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan pengelolaan kelas

(4) Melaksanakan teknik-teknik evaluasi pengajaran

(5) Menggunakan media dan sumber dalam proses belajar-mengajar

(6) Mengorganisasi kegiatan-kegiatan siswa dalam bidang

ekstrakurikuler, study tour dan sebagainya.

2) Teknik kelompok

a) Mengadakan pertemuan atau rapat (meetings)

Perencanaan yang didalamnya adanya rapat-rapat secara periodik

dengan guru-guru untuk membicarakan berbagai hal yang

berhubungan dengan proses dan hasil belajar-mengajar.

b) Mengadakan diskusi kelompok (group discussions)

Kelompok-kelompok yang telah terbentuk itu diprogramkan untuk

mengadakan pertemuan atau diskusi guna membicarakan hal-hal

yang berhubungan dengan usaha pengembangan dan peranan

proses belajarmengajar.

39

c) Mengadakan penataran-penataran (inservice training)

Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti

penataran yang sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing

guru-guru dalam mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah

diikutinya. Kepala sekolah berperan mengelola dan membimbing

pelaksanaan tidak lanjut dari hasil penataran agar dapat

dipraktekkan oleh guru. Sedangkan jika dari cara menghadapi guru

yang dibimbing, menurut Indrafachrudi (2006:93), dapat dibedakan

menjadi teknik langsung dan teknik tidak langsung:

(1) Teknik langsung

(a) Menyelenggarakan rapat guru

(b) Menyelenggarakan workshop

(c) Kunjungan kelas

(d) Mengadakan conference

(2) Teknik tidak langsung

(a) Melalui Bulletin board

(b) Questionnaire

(c) Membaca terpimpin

Supervisi kepala sekolah adalah pembinaan dari kepala sekolah yang diberikan

kepada guru yang bertujuan memperbaiki dan mengoptimalkan proses belajar

mengajar. Dalam penelitian ini indikator yang digunakan untuk supervisi kepala

sekolah berdasar pendapat dan uraian diatas, peneliti menggabungkan beberapa

pendapat dari Purwanto (2005:120) dan Sahertian (2000:130), sebagai indikator

dalam penelitian ini, yaitu:

40

1) Kunjungan kelas

Tujuannya untuk mengobservasi bagaimana guru mengajar, apakah sudah

memenuhi syarat-syarat didaktis atau metodik yang sesuai. Dengan kata lain,

untuk melihat apa kekurangan atau kelemahan yang sekiranya masih perlu

diperbaiki. Selama kunjungan kelas, kepala sekolah mengambil tempat di

belakang kelas dan mengamati hal yang terjadi dari dekat. Supervisor tidak boleh

mengganggu guru ketika guru itu bertugas (Indrafachrudin, 2006:98).

2) Pemberian semangat kerja guru

Banyak masalah yang dialami guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan belajar

siswa. Meskipun di sekolah telah dibentuk bimbingan dan konseling tetapi peran

dari guru akan lebih efektif jika guru menjadi pembimbing yang utama. Oleh

karena itu, peranan supervisor terutama kepala sekolah dalam hal ini sangat

diperlukan untuk memberikan semangat bagi guru (Purwanto,2005:121).

3) Rapat-rapat pembinaan

Perencanaan yang didalamnya adanya rapat-rapat secara periodik dengan guru-

guru untuk membicarakan berbagai hal yang berhubungan dengan proses dan

hasil belajar-mengajar (Purwanto,2005:122). Dimana ada pembedaan rapat

berdasar waktu (Indrafachrudin, 2006:99), yaitu:

a) rapat diadakan pada waktu tertentu, seperti rapat permulaan tahun ajaran

baru rapat akhir tahun ajaran dan rapat mingguan, bulanan dan rapat

kenaikan kelas

b) rapat diadakan sewaktu-waktu, karena ada kejadian atau keperluan, guru

diundang untuk berunding

41

c) rapat dalam keadaan darurat, diadakan dalam keadaan mendesak.

4) Pemahaman tentang kurikulum

Merupakan bantuan bimbingan yang diberikan oleh kepala sekolah maupun

pengawas/ penilik kepada para guru dalam menghadapi kesulitan-kesulitan dalam

pelaksanaan dan pemahaman kurikulum. Tugas supervisor adalah:

a) mensupervisi tentang perangkat pembelajaran yang harus dibuat guru

b) mensupervisi terhadap pemahaman kurikulum, termasuk di dalamnya

yaitu Standar Isi (SI), Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD)

(Sahertian, 2000:130).

5) Pengembangan metode pengajaran

Tugas supervisor adalah:

a. membantu guru merencanakan demontrasi mengajar dalam rangka

memperkenalkan metode-metode pengajaran baru

b. mendiskusikan metode-metode belajar dengan guru

c. kepala sekolah melakukan peninjauan terhadap kesesuaian metode

pembelajaran dengan pelaksanaan pembelajaran

6) Pengembangan bahan ajar

Pengembangan bahan ajar dilakukan berdasarkan suatu proses yang sistematik

agar kesahihan dan keterpercayaan bahan ajar dapat dijamin. Ada beberapa faktor

yang dapat berpengaruh terhadap kualitas bahan ajar yaitu isi, cakupan,

keterbacaan, bahasa, ilustrasi, perwajahan, dan pengemasan. Kualitas bahan ajar

sangat tergantung pada ketepatan dalam memperhitungkan faktor-faktor tersebut

dalam pengembangan bahan ajar (Wuryanto,2010).

42

7) Potensi pembelajaran

Supervisi tentang potensi pembelajaran digunakan untuk memotivasi guru agar

merencanakan apa yang akan disajikan dalam proses pembelajaran. Bantuan yang

diberikan supervisor adalah:

a) merancangkan program belajarmengajar

b) melaksanakan proses belajar-mengajar

c) menilai proses dan hasil belajar

d) mengembangkan manajemen kelas (Sahertian,2000:134).

8) Evaluasi pendidikan

Evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh

mana, dalam hal apa, dan bagaimana tujuan pendidikan telah tercapai. Tugas

supervisor adalah mengevaluasi apakah hasil belajar yang telah diciptakan dari

tahun ke tahun mengalami kenaikan atau tidak, sudah memenuhi standar/ sesuai

dengan harapan yang diinginkan oleh sekolah atau belum (Sahertian, 2000:130).

9) Kegiatan diluar mengajar

Memberikan kesempatan kepada guru-guru untuk mengikuti penataran yang

sesuai dengan bidang tugasnya, dan membimbing guru-guru dalam

mempraktekkan hasil-hasil penataran yang telah diikutinya. Kepala sekolah

berperan mengelola dan membimbing pelaksanaan tidak lanjut dari hasil

penataran agar dapat dipraktekkan oleh guru Purwanto (2005:120).

Kepala sekolah sebagai supervisor harus mempunyai kemampuan dalam

menyusun dan melaksanakan program supervisi pendidikan, serta mampu

menterjemahkan dan memanfaatkan hasil supervisi tersebut Kemampuan

menyusun program supervisi pendidikan harus diwujudkan dalam penyusunan

43

program supervisi kelas, pengembangan program supervisi untuk kegiatan

kurikuler, pengembangan program supervisi perpustakaan, supervisi laboratorium,

dan supervisi ujian. Kemampuan melaksanakan supervisi pendidikan dalam

diwujudkan dalam pelaksanaan program supervisi klinis, program supervisi

nonklinis, dan program supervisi kegiatan ekstrakurikuler. Sedangkan

kemampuan memanfaatkan hasil supervisi pendidikan tercermin dalam

pemanfaatan hasil supervisi untuk meningkatkan kinerja guru dan pemanfaatan

hasil supervisi untuk mengembangkan sekolah (Mulyasa, 2004:98).

Menurut pendapat guru salah satu upaya peningkatan profesional guru adalah

melalui supervisi pengajaran. Pelaksanaan supervisi pengajaran perlu dilakukan

secara sistematis oleh kepala sekolah dan pengawas sekolah bertujuan

memberikan pembinaan kepada guru-guru agar dapat melaksanakan tugasnya

secara efektif dan efisien. Dalam pelaksanaannya, baik kepala sekolah dan

pengawas menggunakan lembar pengamatan yang berisi aspek-aspek yang perlu

diperhatikan dalam peningkatan kinerja guru dan kinerja sekolah. Untuk

mensupervisi guru digunakan lembar observasi yang berupa alat penilaian

kemampuan guru (APKG), sedangkan untuk mensupervisi kinerja sekolah

dilakukan dengan mencermati bidang akademik, kesiswaan, personalia, keuangan,

sarana dan prasarana, serta hubungan masyarakat.

2.1.3 Iklim Sekolah

iklim sekolah merupakan kualitas dan karakter dari kehidupan

sekolah, berdasarkan pola perilaku siswa, orang tua dan pengalaman personil

sekolah tentang kehidupan sekolah yang mencerminkan norma-norma, tujuan,

nilai, hubungan interpersonal, praktek belajar dan mengajar, serta struktur

44

organisasi). Iklim sekolah ini juga dapat diartikan sebagai suatu suasana

atau kualitas dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa

berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak dapat membantu

terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala sesuatu di sekitar lingkungan

sekolah (Idrus, 2006: 94-106)

Marshall (2002:2) mengemukakan bahwa:

“(a) school climate can affect many areas and people within schools.

For example, a positive school climate has been associated with fewer

behavioral and emotional problems for students, (b) school climate in

highrisk urban environments indicates that a positive, supportive, and

culturally conscious school climate can significantly shape the degree

of academic success experienced by urban students, (c) school climate

research suggests that positive interpersonal relationships and optimal

learning opportunities for students in all demographic environments

can increase achievement levels and reduce maladaptive behavior. (d)

found that a positive school climate is associated with increased job

satisfaction for school personnel. (e) research has shown that providing

a positive and supportive school climate for students is important for a

smooth and easy transition to a new school . (f) school climate,

including trust, respect, mutual obligation, and concern for other’s

welfare can have powerful effects on educators’ and learners’

interpersonal relationships as well as learners’ academic achievement

and overall school progress”.

Menurut Nitisemito (2000) pengertian iklim organisasi adalah : “organizational

climate as those characteristics that distinguish the organization from other

organizations and that influence the behavior of peopels in the organizations”

Berkaitan dengan konteks sekolah, Hoy dan Miskel (1991: 221), menyatakan

“school climate is a relatively enduring quality of the school environment that is

experienced by participants, affects their behavior, and is based on their

collective perceptions of behavior in schools” Menurut Creamers (2014:121),

iklim sekolah merupakan suasana yang terdapat di dalam suatu sekolah. Iklim

sekolah menggambarkan keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang

45

dan mesra ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada

iklim kerja sekolah terjadi, karena disebabkan terdapat hubungan yang baik di

antara kepala sekolah, guru, dan diantara guru dan peserta didik.

Iklim sangat penting karena memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap

perkembangan anak-anak dari segi pengenalan tentang konsep diri, kemandirian

bekerja dan belajar dengan efektif dan kemampuan mengadakan hubungan yang

baik dengan orang lain (Supardi, 2013: 53). Sekolah merupakan tempat yang

tenang dan terjamin untuk bekerja dan belajar, iklim sekolah yang positif

merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil- personil yang

terlibat dalam organisasi sekolah yang dapat memberikan dorongan untuk

bertindak yang mengarah pada prestasi siswa yang tinggi, iklim sekolah itu bisa

diciptakan atau dibentuk yang artinya iklim sekolah yang kurang baik bisa diubah

dan dibentuk menjadi baik bila sekolah memang menginginkannya. Interaksi

didalam kelas baik yang lisan maupun tertulis mutlak diperlakukan dan akan

memberikan dampak proses belajar dan hasil belajar yang positif. Interaksi

semacam ini harus selalu dijaga bahkan harus ditingkatkan bila memungkinkan

(Yuliani, 2003). Merujuk pada beberapa pendapat tentang iklim sekolah yang

telah di kemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa iklim kerja sekolah adalah

suasana di lingkungan sekolah yang dapat mempengaruhi aktivitas kerja di

sekolah. Menurut Jablon (2006: 1-5) juga membagi aspek iklim sekolah atas tiga

aspek:

1. Kejelasan peraturan sekolah terhadap perilaku kekerasan, kejelasan ini

terjadi secara konsisten dan peraturan yang adil. Meliputi pertimbangan

46

para siswa mengenai kebijakan sekolah atau prosedur yang mengarah pada

pengurangan kekerasan.

2. Dukungan yang diberikan guru terhadap siswa meliputi hubungan guru

dan siswa yang dapat mendukung siswa.

3. Sejauh mana keterlibatan siswa dalam pembuatan keputusan dan

rancangan intervensi untuk pencegahan kekerasan di sekolah. Hal ini dapat

dilihat dengan mengukur perasaan responden bagaimana peran siswa

dalam melihat isu kekerasan di sekolah.

2.1.3.1 Jenis Iklim Kerja Sekolah

Iklim kerja di sekolah yang satu tidak sama dengan sekolah yang lain. Banyak

faktor yang menjadi penyebab terjadinya perbedaan iklim kerja di sekolah,

semuanya itu biasa disebut dengan kepribadian atau iklim sekolah. Berkenaan

dengan perbedaan iklim di setiap sekolah, Wilson (2004: 293-299) membagi

iklim kerja di sekolah ke dalam 4 (empat) jenis, antara lain: (a) iklim kerja

terbuka, (b) iklim kerja mengikat, (c) iklim kerja tidak mengikat, dan (d) iklim

kerja tertutup. Iklim organisasi terbuka ditandai oleh seorang pemimpin dan

bawahannya bersikap jujur dan saling menghargai satu sama lainnya.

Senada dengan pendapat tersebut di atas Miskel (1991:225) menyatakan bahwa:

“The model of the open climate is portrayed as an energetic, lively

organization which is moving toward its goals while, simultaneously,

providing satisfaction for the group members social needs. Leadership

acts emerge from both the teachers and the principal. Neither task

achievement, but in both instances satisfaction seems to be obtained

easily and almost effortlessly”.

47

Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pada iklim kerja

terbuka, semangat kerja karyawan sangat tinggi, dorongan pimpinan untuk

memotivasi karyawannya agar berprestasi sangat besar, sehingga kepuasan kerja

dapat dicapai dengan mudah. Iklim kerja mengikat ditandai oleh adanya anggota

organisasi yang profesional sedangkan top manajer kurang profesional. Iklim

kerja tidak mengikat, bercirikan manajer sangat agresif dan profesional,

sementrara anggota organisasi kurang profesional. Iklim kerja tertutup ditandai

oleh adanya pimpinan yang tidak mendukung aktivitas organisasi, bahkan justru

menghambat aktivitas organisasi.

Miskel (1991:226) menyebutkan“The prototype of the closed climate is the school

which is characterized by a high degree of apathy among the teachers and

principal. Morale is low. Little satisfaction is obtained with respect to either task

achievement or social needs. The behavior of teachers and the principal is

primarily "inauthentic," and the organization is stagnant”. Ungkapan tersebut di

atas menggambarkan bahwa pada iklim kerja yang tertutup, semangat kerja

karyawan sangat rendah, dorongan pimpinan untuk memotivasi karyawannya

berprestasi sangat rendah, sehingga kepuasan kerja juga sangat sulit

untuk didapatkan. Berdasarkan jenis-jenis iklim kerja yang telah dijelaskan di atas

dapat diketahui bahwa jenis iklim kerja yang terbuka akan menumbuhkan

kepercayaan antara pimpinan dengan anggota organisasi, sehingga

memungkinkan untuk menumbuhkan motivasi kerja yang lebih baik bagi seluruh

anggota organisasi di sekolah.

48

2.1.3.2 Dimensi Pengukuran Iklim Kerja Sekolah

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suasana kerja di sekolah. Untuk

mengetahui kondisi iklim kerja disekolah dapat diukur dengan menggunakan

berbagai macam dimensi. Loukas (2004: 209-233) menjabarkan pengukuran iklim

sekolah ke dalam empat dimensi, yaitu: (a) safety, (b) teaching and learning, (c)

interpersonal relationships, dan (d) institutional environment. Dimensi safety

terdiri atas (a) rules and norms, meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan

dengan jelas dan dilaksanakan secara konsisten, ( b) physical safety meliputi

perasaan siswa dan orang tua yang merasa aman dari kerugian fisik di sekolah,

dan (c) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa aman

dari cemoohan, sindiran, dan pengecualian.

Dimensi teaching and learning terdiri atas: (a) support for learning,

menunjukkan adanya dukungan terhadap praktek-praktek pengajaran, seperti

tanggapan yang positif dan konstruktif, dorongan untuk mengambil risiko,

tantangan akademik, perhatian individual, dan kesempatan untuk menunjukkan

pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai cara, dan (b) social and civic

learning, menunjukkan adanya dukungan untuk pengembangan pengetahuan dan

keterampilan sosial, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan masalah,

refleksi dan tanggung jawab, serta pembuatan keputusan yang etis.

Dimensi interpersonal relationships ketiga terdiri atas: (a) respect for

diversity, menunjukkan adanya sikap saling menghargai terhadap perbedaan

individu pada semua tingkatan, yaitu antara siswa dengan siswa, orang tua dengan

49

siswa, dan orang tua dengan orang tua, (b) social support adults, menunjukkan

adanya kerjasama dan hubungan yang saling mempercayai antara orang tua

dengan orang tua untuk mendukung siswa dalam kaitannya dengan harapan tinggi

untuk sukses, keinginan untuk mendengar, dan kepedulian pribadi, dan (c) social

support students menunjukkan adanya jaringan hubungan untuk mendukung

kegiatan akademik dan pribadi siswa.

Dimensi institutional environment, terdiri atas (a) school connectedness/

engagement, meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki, dan norma-

norma umum untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan

keluarga, dan (b) physical surroundings, meliputi kebersihan, ketertiban, dan daya

tarik fasilitas dan sumber daya dan material yang memadai. Berdasarkan pendapat

Litwin dan Stringer seperti yang dikutip oleh Linda Holbeche (2005:101)

mengklasifikasikan dimensi iklim kerja sekolah sebagai berikut :

a. Tanggung jawab, karyawan diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas

dan menyelesaikannya, diberi motivasi yang lebih untuk melaksanakan

tugas tanpa harus selalu mencari persetujuan manajer, diberi

keberanian menanngung resiko dari pekerjaan tanpa rasa takut dimarahi.

b. Fleksibilitas, karyawan diberi kebebasan untuk lebih inovatif

c. Standar, diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan ditandai

dengan adanya dorongan untuk maju

d. Komitmen tim, orang akan memberikan apa yang terbaik yang mereka

bisa lakukan jika mereka memiliki komitmen terhadap organisasi.

e. Kejelasan, kejelasan terhadap apa yang menjadi tujuan, tingkatan

tanggung jawab, nilai-nilai organisasi. Hal ini penting diketahui oleh

karyawan agar mereka tahu apa yang sesungguhnya diharapkan dari

mereka dan mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi

orgganisasi.

f. Penghargaan, karyawan dihargai sesuai dengan kinerjanya. Manajer

harus lebih banyak memberikan pengakuan daripada kritikan. Sistem

promosi harus dibuat untuk membantu karyawan meraih puncak

prestasi. Kesempatan berkembang harus menggunakan penghargaan dan

peningkatan kinerja.

50

g. Gaya kepemimpinan, ketika gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi

yang ada maka hasil akan dicapai.

Berdasarkan uraian pendapat tentang dimensi iklim kerja sekolah di atas,

dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan iklim kerja sekolah adalah

suasana kerja yang mempengaruhi aktivitas di sekolah yang dapat dilihat

berdasarkan dimensi: (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b) hubungan

antara sesama anggota organisasi, (c) tanggung jawab, (d) imbalan yang adil, (e)

pengendalian, struktur, dan birokrasi yang nalar, dan (f) keterlibatan pegawai dan

partisipasi.

2.1.3.3 Faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja

Faktor yang dapat mempengaruhi iklim kerja seperti yang telah

dikemukakan sebelumnya, yaitu suasana kerja yang dapat mempengaruhi aktivitas

kerja. Pendapat yang menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi iklim kerja

seperti yang dikemukakan oleh Hardjana (2006:1-36) yang menyebutkan faktor-

faktor yang mempengaruhi iklim kerja antara lain:

a. Ecologie, berhubungan dengan faktor lingkungan fisik dan

material organisasi, sebagai contoh , ukuran, usia, fasilitas dan kondisi

bangunan.

b. Milieu, berhubungan dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk

ke dalam dimensi ini segala sesuatu mengenai orang-orang dalam

organisasi.

c. Sosial system, berhubungan dengan struktur organisasi dan

administrasi. Termasuk dimensi ini adalah struktur organisasi sekolah,

51

cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang yang terlibat di

dalamnya, pola komunikasi di antara orang-orang dalam organisasi dan

lain-lain.

d. Culture, berhubungan dengan nilai, sistim kepercayaan, norma dan

cara berpikir yang merupakan karakteristik orang-orang dalam organisasi.

2.1.3.4 Unsur Iklim Sekolah

Menurut para ahli (Ross, 2003: 215-246) terdapat 3 dimensi iklim sekolah,

meliputi:

1) The physical dimension includes: (a) appearance of the school building

and its classrooms; (b) school size and ratio of students to teachers in the

classroom; (c) order and organization of classrooms in the school; (d)

availability of resources, and (e) safety and comfort.

2) The social dimension includes: (a) quality of interpersonal relationships

between and among students, teachers, and staff; (b) quitable and fair

treatment of students by teachers and staff; (c) degree of competition and

social comparison between students; and (d) degree to which students,

teachers, and staff contribute to decision-making at the school.

3) The academic dimension includes: (a) quality of instruction; (b) teacher

expectations for student achievement; and (c) monitoring student progress

and promptly reporting results to students and parents.

52

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, terdapat tiga dimensi mengenai iklim

sekolah, yaitu:

1) Dimensi fisik: tampilan gedung dan ruang kelas, ukuran sekolah dan rasio

peserta didik dengan guru di kelas, ketersediaan sumber daya, serta

keselamatan dan kenyamanan

2) Dimensi sosial: kualitas hubungan interpersonal antara peserta didik, guru,

dan staf, keadilan perlakuan peserta didik oleh guru dan staf, tingkat

persaingan dan perbandingan sosial di antara peserta didik, dan tingkat

kontribusi peserta didik, guru, dan staf dalam pembuatan keputusan di

sekolah

3) Dimensi akademik: kualitas petunjuk, harapan guru pada prestasi peserta

didik, monitoring kemajuan peserta didik dan pelaporan hasil belajar

kepada peserta didik dan orang tua.

Sedangkan menurut Hughes (2008: 1-14) terdapat beberapa kriteria untuk

mengevaluasi kinerja, yaitu: menetapkan pengarahan, instruksi supervisi,

organisasi dan manajemen, budaya dan iklim sekolah, dan pengembangan

profesional. Budaya dan iklim sekolah lebih lanjut dijabarkan pada:

1) Komunikasi yang efektif dengan para staf, peserta didik, orang tua, dan

komunitas

2) Mengekspresikan ide dengan jelas ke dalam bentuk tertulis maupun lisan,

saling mendengarkan dan merespon

3) Mendorong hubungan interpersonal yang positif, dicirikan oleh atmosfer

kepercayaan, keterbukaan, dan kolaborasi; (4) fleksibel dan adil; (5)

53

menunjukkan perhatian personel untuk masing-masing individu, dapat

diperoleh dan nampak

4) Menetapkan pemecahan masalah yang efektif, proses pengambilan

keputusan

5) Menujukan isu perhatian dan memecahkan konflik

6) Menciptakan sebuah atmosfer yang melibatkan partisipasi dalam proses

pembuatan keputusan

7) Memecahkan masalah secara kooperatif, mendelegasikan secara efektif,

mempromosikan kesempatan kepemimpinan

8) Memfasilitasi penyelenggaraan sebuah dewan orang tua dan mendorong

keterlibatan orang tua secara aktif

9) Menjamin para orang tua menerima komunikasi teratur dari sekolah.

Hardjana, (2006:26) mengemukakan pendapatnya mengenai dimensi iklim

organisasi, antara lain:

1) tanggung jawab (responsibility): derajat pendelegasian yang diterima oleh

karyawan

2) standar kerja (standards): harapan tentang kualitas kerja karyawan

3) ganjaran (reward): pengakuan dan ganjaran untuk kerja yang baik dan

penolakan terhadap kinerja yang buruk

4) ramah, semangat kelompok (friendly, teamspirit): bahu-membahu, saling

mempercayai (trust). Kemudian, di dalam implementasi kurikulum 2004

(Yamin, 2006:110)

54

Para ahli menyarankan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif dan

akademik, baik secara fisik maupun nonfisik. Lingkungan nonfisik memiliki

peran yang besar juga dalam mempengaruhi kondisi belajar, terutama pengaturan

lingkungan belajar, penampilan guru, sikap guru, hubungan harmonis antara guru

dan siswa, serta organisasi dan bahan pembelajaran secara tepat sesuai dengan

kemampuan dan perkembangan siswa. Berdasarkan pada uraian-uraian di atas,

dapat disimpulkan bahwa unsurunsur yang mempengaruhi iklim sekolah antara

lain: iklim yang bersifat fisik dan sosial. Iklim fisik sekolah meliputi: keadaan

bangunan dan ruang kelas, kebersihan dan kenyamanan ruang, muatan kelas

dengan jumlah siswa, pengaturan cahaya dan suhu ruangan. Iklim sosial sekolah

yaitu hubungan antarpersonil di sekolah, tanggung jawab kerja, motivasi, sikap

guru, tingkat partisipasi personil di dalam pembuatan keputusan, serta

penghargaan dan yang ada diantara anggota sekolah.

Iklim sekolah dalam penelitian ini diukurmelalui indikator: (1) tanggung jawab

kerja tugas dan peran yang didelegasikan oleh pimpinan berisi tugas utama guru

(mengajar, mendidik, dan melatih peserta didik) serta tugas tambahan guru baik di

dalam sekolah maupun di luar sekolah, berani menanggung resiko, kesediaan

menghadapi berbagai karakteristik peserta didik, serta penggunaan waktu dan

tenaga dengan baik; (2) hubungan antarpersonil di sekolah: keramahan,

keterbukaan, musyawarah mufakat, serta tenggang rasa antarguru; dan (3)

dukungan kerja: suasana nyaman dan damai, serta saling bahu-membahu dalam

kegiatan sekolah (Hardjana, 2006: 26).

55

2.1.3.5 Urgensi Iklim Sekolah

Miskel (2008: 200) menjabarkan konsep iklim sekolah yang terbuka. Ikim sekolah

yang terbuka ditandai dengan kerjasama dan menghargai di antara guru dan

kepala sekolah. Kepala sekolah mendengarkan dan terbuka pada saran guru,

memberi ketulusan dan pujian, serta menghargai kompetensi profesional dari guru

(dengan memberi dukungan). Kepala Sekolah juga memberikan kebebasan pada

guru untuk bekerja dengan sedikit pengawasan dan larangan. Perilaku guru

mendukung keterbukaan dan interaksi profesional antarguru, masing-masing

mengenal satu sama lain dan menjalin persahabatan yang erat, serta saling bekerja

sama. Tidak berbeda jauh dari konsep tersebut, terdapat literatur yang

mengembangkan konsep sekolah efektif. Adapun sekolah yang efektif ini di

dalamnya disebutkan bahwa iklim sekolah yang positif dapat dikembangkan dan

dipelihara agar mendukung perkembangan sekolah, baik dari segi mutu lulusan

maupun proses pendidikan di sekolah. Menurut Garrett (1998: 237-246) aspek-

aspek organisasi yang dapat mengarah pada upaya peningkatan mutu di antaranya

adalah:

1) Staf membutuhkan lingkungan kerja yang kondusif, lingkungan kerja yang

baik secara fisik maupun psikis sehingga dapat menumbuhkan suatu iklim

yang menyenangkan dalam bekerja.

2) Tersedianya perangkat kerja berupa sarana dan fasilitas yang memadai

baik peralatan pokok yang harus ada maupun peralatan penunjang yang

dapat memudahkan penyelesaian pekerja sehingga staf mampu

menampilakan hasil kerja yang optimal

56

3) Prosedur dan teknis kerja yang jelas sehingga dapat menumbuhkan sikap

tanggung jawab

4) Staf memerlukan dorongan dan pengakuan atas kesuksesan dan prestasi

yang diraihnya.

Berdasarkan pada berbagai literatur tersebut, maka dapat diketahui bahwa iklim

sekolah mempunyai peran penting dalam membangun sekolah yang bermutu.

Iklim sekolah yang baik akan menciptakan kinerja guru menjadi tinggi. Adapun

dengan adanya iklim sekolah dapat mempengaruhi kinerja guru, perilaku dan

sikap guru, mempengaruhi proses pembelajaran di kelas, serta berpengaruh pada

partisipasi guru pada suatu kegiatan di sekolah. Iklim sekolah yang buruk akan

menciptakan kinerja guru menjadi rendah dan suasana yang tidak menyenangkan

di antara personil di sekolah, sehingga tujuan pembelajaran kurang atau tidak

tercapai dengan maksimal, berpengaruh pada prestasi peserta didik, hubungan

antarguru dan staf yang kurang harmonis, serta guru kurang terlibat dalam

pengambilan keputusan di sekolah. Oleh karena itu, iklim sekolah merupakan

salah satu hal yang perlu diperhatikan agar tercapai lembaga pendidikan yang

bermutu.

Menurut pendapat guru menyatakan bahwa Iklim sekolah yang kondusif turut

membantu ke arah mewujudkan sekolah yang lebih baik, iklim sekolah juga

merupakan faktor utama yang menentukan keadaan kualitas pembelajaran yang

dihadapi oleh pelajar di sekolah. Ia adalah faktor penting di dalam menentukan

sekolah dalam pencapaian efektivitas pembelajarannya, jika efektivitas

pembelajarannya itu diukur dengan pembelajaran murid dan pencapaian di dalam

57

akademik yang cemerlang. Iklim sekolah yang positif akan menghasilkan pelajar

yang mempunyai kelakuan yang baik, riang dan dapat berinteraksi dengan

baik. Jika keadaan iklim sekolah tertutup fungsi maka guru kurang

mengapresiasikan pengetahuanya. Biasanya guru dapat mengapresiasikan

pengetahuanya dalam keadaan iklim yang terbuka di mana pendapat dan perasaan

boleh dikeluarkan dengan bebas. Pendapat ditimbangkan berasaskan kebutuhan

bukan keinginan.

2.1.4 Etos Kerja Guru

Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, watak,

karakter serta keyakinan atas sesuatu. Sedangkan dalam istilah Inggris ethos

diartikan sebagai watak atau semangat fundamental suatu budaya, berbagai

ungkapan yang menunjukkan kepercayaan, kebiasaan, atau perilaku suatu

kelompok masyarakat. (Cekin, 2015:164) memaparkan bahwa etos kerja dapat

diartikan sebagai konsep tentang kerja atau paradigma kerja yang diyakini oleh

seseorang atau sekelompok orang sebagai baik dan benar yang diwujudnyatakan

melalui perilaku kerja mereka secara khas. Etos menunjukkan pada sifat, watak,

dan kualitas kehidupan bangsa, moral dan gaya estetis. Etos kerja berkaitan erat

dengan budaya kerja, sehingga akan menghasilkan produktivitas dan kualitas

kerja.

Suatu pekerjaan akan lebih terasa ringan apabila dikerjakan dengan semangat

yang kuat demi memehuhi tanggung jawab kerja yang diemban. Begitu pula

dengan guru, apabila hanya berorientasi pada suatu bentuk usaha komersial maka

58

meraka akan cenderung mengajar dengan seenaknya tanpa memperhatikan apa

yang diperoleh peserta didiknya dari pembelajaran yang berlangsung (Goncalves,

166:2014). Maka Etos kerja perlu dimiliki seorang guru agar dapat mencapai

standar yang telah ditetapkan. Etos kerja ini bisa bersifat positif atau negatif

sehingga dapat mempengaruhi. etos kerja adalah totalitas kepribadian dirinya serta

caranya mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada

sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal yang optimal

sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya dan antara manusia

dengan makhluk lainnya dapat terjalin dengan baik. Menurut Kamphaus

(2007:342-356) melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab

terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimakan pencapaian standar kerja

guru salah satunya satndar kompetensi professional guru.

Etos Kerja merupakan suatu pandangan dan sikap suatu bangsa atau umat. Bila

individu-individu dalam komunitas memandang kerja sebagai suatu hal yang

luhur bagi eksistensi manusia, maka etos kerjanya akan cenderung tinggi.

Sebaliknya sikap dan pandangan terhadap kerja sebagai sesuatu yang bernilai

rendah bagi kehidupan, maka Etos Kerja dengan sendirinya akan rendah (Sumadi,

2007:59-70). Sebagai guru etos kerja itu sangat penting, karena sebesar apapun

etos kerja sangat menentukan produktivitas yang akan dihasilkan. Menurut

(Suparwoto, 2011: 87-110) Kompetensi profesional mengharuskan guru untuk

terus mengembangkan pengetahuannya serta mampu mengelola pembelajaran

oleh karena itu etos kerja diperlukan agar guru lebih produktif dalam menjalankan

tugasnya.

59

Etos kerja merupakan kondisi internal yang mendorong dan mengendalikan

perilaku kearah terwujudnya kualitas kerja yang ideal. Etos Kerja profesional

adalah seperangkat perilaku positif yang berakar pada keyakinan fundamental

yang disertai komitmen total pada paradigma kerja yang integral. Menurutnya,

jika seseorang, suatu organisasi, atau suatu komunitas menganut paradigma kerja,

mempercayai, dan berkomitmen pada paradigma kerja tersebut, semua itu akan

melahirkan sikap dan perilaku kerja mereka yang khas. Dari uraian diatas jelaslah

bahwa etos kerja adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap guru yang pada

akhirnya berujung pada budaya kerja yang dimiliki guru. Apabila guru memiliki

etos kerja yang baik maka guru akan senantiasa melakukan tugasnya secara

optimal. Melalui berbagai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Etos Kerja

merupakan seperangkat sikap atau pandangan mendasar yang dipegang seseorang

agar dapat meningkatan kualitas kehidupan sehingga mempengaruhi perilaku

kerjanya. Berdasarkan uraian tersebut, maka suatu individu atau kelompok

masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi atau positif, apabila

menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut: (1) Menempatkan pandangan tentang

kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi manusia; (2) Kerja yang

dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia; (3) Kerja

dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana

pengembangan diri.

Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja

yang rendah atau negatif, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya,

yaitu: (1) Kerja dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri; (2) kerja

60

dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan; (3) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk

rutinitas hidup. Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok

masyarakat, akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Dengan etos kerja,

guru memiliki dorongan agar selalu melakukan yang terbaik sesuai profesinya.

Apabila dikaitkan dengan situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”,

maka etos kerja yang tinggi akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang

harus ditumbuhkan dalam kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka

pandangan dan sikap kepada manusianya untuk mengikis sikap kerja yang asal-

asalan, tidak berorientasi terhadap mutu atau kualitas yang semestinya. Sehingga

melalui etos kerja guru diharapkan mampu mencapai mutu pendidikan yang lebih

baik melalui penguasaan kompetensi guru yang lebih baik pula.

2.1.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja sebagai berikut (Suryaman,

2004:110) :

(1) Agama

Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh rendahnya

kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif turut

menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah;

(2) Budaya

Masyarakat yang memiliki sistem nilai budaya maju akan memiliki etos

kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat yang memiliki sistem nilai

budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja yang rendah, bahkan

bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.

61

(3) Sosial Politik

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya struktur politik yang mendorong masyarakat untuk bekerja keras

dan dapat menikmati hasil kerja keras dengan penuh. Etos kerja harus

dimulai dengan kesadaran akan pentingnya arti tanggung jawab kepada

masa depan bangsa dan Negara.

(4) Kondisi Lingkungan/Geografis

Etos kerja dapat muncul dikarenakann faktor kondisi geografis. Etos kerja

tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan

sumber daya manusia akan membuat seseorang mempunyai etos kerja

keras.

(5) Struktur Ekonomi

Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat dipengaruhi oleh ada atau

tidaknya struktur ekonomi, yang mampu memberikan insentif bagi

anggota masyarakat untuk bekerja keras dan menikmati hasil kerja keras

mereka dengan penuh

(6) Motivasi Intrinsik Individu

Individu yang akan memiliki etos kerja yang tinggi adalah individu yang

bermotivasi tinggi. Maka etos kerja juga dipengaruhi oleh motivasi

seseorang yang bukan bersumber dari luar diri, tetapi yang tertanam dalam

diri sendiri, yang sering disebut dengan motivasi intrinsik.

62

Sebagai jabatan profesional guru harus selalu mengembangkan ilmu yang dimiliki

serta memiliki dorongan yang kaut agar menjadi lebih kreatif dan produktif. Dari

ratusan teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, dalam jurnal

menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama. Keempat pilar inilah yang

sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua jenis dan sistem keberhasilan

yang berkelanjutan (sustainable success system) pada semua tingkatan. Keempat

elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah konsep besar yang disebutnya

sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa Sanskerta) yang berarti Empat Darma

Keberhasilan Utama, yaitu:

a. mencetak prestasi dengan motivasi superior

b. membangun masa depan dengan kepemimpinan visioner

c. menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif

d. meningkatkan mutu dengan keunggulan insan.

Keempat darma ini kemudian dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja Sinamo

(2008:20) sebagai berikut: (1) Kerja adalah rahmat; karena kerja merupakan

pemberian dari Yang Maha Kuasa,maka individu harus dapat bekerja dengan

tulus dan penuh syukur; (2) Kerja adalah amanah; kerja merupakan titipan

berharga yang dipercayakan pada kita sehingga secara moral kita harus bekerja

dengan benar dan penuh tanggung jawab; (3) Kerja adalah panggilan; kerja

merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan jiwa kita sehingga kita

mampu bekerja dengan penuh integritas; (4) Kerja adalah aktualisasi; pekerjaan

adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia yang tertinggi sehingga

kita akan bekerja keras dengan penuh semangat; (5) Kerja adalah ibadah; bekerja

merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang Khalik, sehingga melalui

63

pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan agung Sang Pencipta dalam

pengabdian; (6) Kerja adalah seni; kerja dapat mendatangkan kesenangan dan

kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta, kreasi baru, dan gagasan inovatif;

(7) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat membangkitkan harga diri sehingga

harus dilakukan dengan tekun dan penuh keunggulan; (8) Kerja adalah Pelayanan;

manusia bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi

untuk melayani sehingga harus bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan

hati.

Berdasarkan pemamaran diatas maka peneliti menggunakan indikator dari teori

Sinamo. Akan tetapi karena keterbatasan, peneliti menggunakan lima dari delapan

aspek etos kerja menurut sebagai indikator dalam penelitian ini yaitu : (1) menjadi

guru adalah amanah; (2) menjadi guru adalah aktualisasi; (3) menjadi guru adalah

seni; (4) menjadi guru adalah kehormatan; dan (5) menjadi guru adalah pelayanan.

2.1.4.2 Aspek-aspek Etos Kerja Guru

Menurut Sinamo (2005:98) setiap manusia memiliki spirit/roh keberhasilan, yaitu

motivasi murni untuk meraih dan menikmati keberhasilan. Roh inilah yang

menjelma menjadi perilaku yang khas seperti kerja keras, disiplin, teliti, tekun,

integritas, rasional, bertanggung jawab dan sebagainya melalui keyakinan,

komitmen, dan penghayatan atas paradigma kerja tertentu. Dengan ini maka orang

berproses menjadi manusia kerja yang positif, kreatif dan produktif. Dari ratusan

teori sukses yang beredar di masyarakat sekarang ini, Sinamo (2005: 99)

menyederhanakannya menjadi empat pilar teori utama.

64

Keempat pilar inilah yang sesungguhnya bertanggung jawab menopang semua

jenis dan sistem keberhasilan yang berkelanjutan (sustainable success system)

pada semua tingkatan. Keempat elemen itu lalu dia konstruksikan dalam sebuah

konsep besar yang disebutnya sebagai Catur Dharma Mahardika (bahasa

Sanskerta) yang berarti Empat Darma Keberhasilan Utama, yaitu: 1) Mencetak

prestasi dengan motivasi superior, 2) Membangun masa depan dengan

kepemimpinan visioner, 3) Menciptakan nilai baru dengan inovasi kreatif, 4)

Meningkatkan mutu dengan keunggulan insane. Keempat darma ini kemudian

dirumuskan pada delapan aspek Etos Kerja sebagai berikut: a) Kerja adalah

rahmat; karena kerja merupakan pemberian dari Yang Maha, b) Kerja adalah

amanah; kerja merupakan titipan berharga yang dipercayakan pada kita sehingga

secara moral kita harus bekerja dengan benar dan penuh tanggung jawab, c) Kerja

adalah panggilan; kerja merupakan suatu dharma yang sesuai dengan panggilan

jiwa kita sehingga kita mampu bekerja dengan penuh integritas, d) Kerja adalah

aktualisasi; pekerjaan adalah sarana bagi kita untuk mencapai hakikat manusia

yang tertinggi sehingga kita akan bekerja keras dengan penuh semangat, e) Kerja

adalah ibadah; bekerja merupakan bentuk bakti dan ketaqwaan kepada Sang

Khalik, sehingga melalui pekerjaan individu mengarahkan dirinya pada tujuan

agung Sang Pencipta dalam pengabdian, f) Kerja adalah seni; kerja dapat

mendatangkan kesenangan dan kegairahan kerja sehingga lahirlah daya cipta,

kreasi baru, dan gagasan inovatif, g) Kerja adalah kehormatan; pekerjaan dapat

membangkitkan harga diri sehingga harus dilakukan dengan tekun dan penuh

keunggulan, h) Kerja adalah pelayanan manusia bekerja bukan hanya untuk

65

memenuhi kebutuhannya sendiri saja tetapi untuk melayani sehingga harus

bekerja dengan sempurna dan penuh kerendahan hati.

Wiyono (2007) juga memaparkan secara eksplisit beberapa sikap yang seharusnya

mendasar bagi seseorang dalam memberi nilai pada kerja, yang disimpulkan

sebagai berikut: 1) Bekerja adalah hakikat kehidupan manusia, 2) Pekerjaan

adalah suatu berkat Tuhan, 3) Pekerjaan merupakan sumber penghasilan yang

halal dan tidak amoral, 4) Pekerjaan merupakan suatu kesempatan untuk

mengembangkan diri dan berbakti, 5) Pekerjaan merupakan sarana pelayanan.

Dalam penulisannya, Kusnan (2004:47) menyimpulkan pemahaman bahwa Etos

Kerja menggambarkan suatu sikap, maka ia menggunakan lima indikator untuk

mengukur etos kerja. Menurutnya etos kerja mencerminkan suatu sikap yang

memiliki dua alternatif, positif dan negatif. Suatu individu atau kelompok

masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan

tanda-tanda sebagai berikut: a) Mempunyai penilaian yang sangat positif terhadap

hasil kerja manusia, b) Menempatkan pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal

yang amat luhur bagi eksistensi manusia, c) Kerja yang dirasakan sebagai

aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia, d) Kerja dihayati sebagai suatu

proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana yang penting dalam

mewujudkan cita-cita, e) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah. Bagi individu

atau kelompok masyarakat yang memiliki etos kerja yang rendah, maka akan

ditunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya (Kusnan, 2004: 72), yaitu; 1) Kerja

dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri, 2) Kurang dan bahkan tidak

menghargai hasil kerja manusia, 3) Kerja dipandang sebagai suatu penghambat

66

dalam memperoleh kesenangan, 4) Kerja dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan,

5) Kerja dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.

Dari berbagai aspek yang ditampilkan ketiga tokoh diatas, dapat dilihat bahwa

aspek-aspek yang diusulkan oleh dua tokoh berikutnya telah termuat dalam

beberapa aspek Etos Kerja yang dikemukakan oleh Sinamo, sehingga penulisan

ini mendasari pemahamannya pada delapan aspek Etos Kerja yang dikemukakan

oleh Sinamo sebagai indikator terhadap Etos Kerja.

Sekolah merupakan sistem sosial yang didalamnya terdiri dari berbagai individu

yang saling berinteraksi. Hal ini sejalan dengan pendapat Sulistyorini (2000:42),

sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi satu

dengan lainnya. Interaksi antar individu di sekolah pengaruh organisasi yang

dinamis yang akan mewarnai situasi organisasi sekolah. Pengaruh yang dinamis

antar pribadi tersebut akan saling berpengaruh terhadap munculnya tingkah laku

pribadi-pribadi dalam organisasi tersebut. Sarana dan prasarana sekolah,

kepemimpinan kepala sekolah, lingkungan pembelajaran di kelas dan sekolah

mempunyai pengaruh yang besar dalam mewujudkan sekolah yang efektif.

Berhubungan dengan hal tersebut (Pinkus, 2009:14), menyatakan “school climate

as the quality and character of school life based on patterns of students', parents'

and school personnel's experience of school life and reflects norms, goals, values,

interpersonal relationships, teaching and learning practices, and

organizational structures”

67

2.2 Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian sejenis sebelumnya yang memberi inspirasi penelitian adalah

sebagai berikut:

a) Anne Veronica Omwanda. Penelitian berjudul: The Effects Of Work

Climate On Teachers' Job Performance In Public Primary Schools In

Nairobi North District (2009). (Pengaruh Iklim Kerja Pada Kinerja Guru

Di Sekolah Dasar Negeri Di Nairobi Kabupaten Utara 2009). Penelitian ini

berusaha untuk menilai dampak iklim kerja terhadap kinerja guru.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian survei untuk mengekplorasi

iklim kerja yang ada. Stratified random sampling dan teknik simple

random dalam menentukan sampel penelitian dan data didapat dengan

menggunakan kuisioner. Temuan utama dari studi ini menunjukkan bahwa

unsur-unsur utama iklim kerja bahwa kinerja guru yang terkena dampak

adalah hubungan kerja yang buruk, kerja tim (staf kolegialitas) dan

motivasi. Mereka juga ditemukan menjadi penentu utama kinerja guru.

Persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang akan saya teliti.

Persamaan tertelak pada fokus permasalahan yaitu sama-sama ingin

mencari pengaruh iklim sekolah, data diperoleh menggunakan kuisioner,

merupakan penelitian kuantitaif dan pada variabel iklim kerja. Sedangkan

perbedaan terletak pada pengambilan sampel pada penelitian diatas

menggunakan Stratified random sampling, sedangkan penelitian yang

akan saya teliti menggunakan Proportional Random Sampling.

b) Paul D. Hirtz, Susan L. Murray dan Ctherine A. Riordan. Penelitian

berjudul The Effects of Leadership on Quality (2007). (Pengaruh

68

Kepemimpinan pada Mutu 2007). Penelitian memeriksa manajemen mutu

telah difokuskan terutama pada organisasi manufaktur dengan perhatian

khusus diarahkan karyawan organisasi. Dalam penelitian ini, gaya

kepemimpinan transformasional dalam transaksional dan nontransaksional

klasifikasi dievaluasi relatif terhadap kinerja organisasi berdasarkan

kriteria dari Baldrige Quality Award. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

kepemimpinan memang memiliki mempengaruhi pada kualitas, dan gaya

transformasional dan transaksional tertentu lebih efektif. Persamaan

penelitian ini dengan penelitian yang akan saya teliti terletak pada bahwa

kepemimpinan diharapkan mempengaruhi mutu. Sedangkan perbedaan

dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan pengaruh

kepemimpinan menggunakan gaya kepemimpinan.

c) Pengaruh antara Sikap Guru terhadap Kepemimpinan Kepala Sekolah,

Motivasi Kerja Guru, dan Kompetensi Pedagogik dengan Kinerja Guru

SMA di Lampung Utara, Rospasari (2011) dengan menggunakan cara

proportional Random Sampling dalam penentuan sample dan data yang

didapat dengan menggunakan angket/kuisioner bahwa terdapat pengaruh

positif dan signifikan antara kompetensi pedagogik dengan kinerja guru

sebesar 68,5%. Adapun persamaan dan perbedaan dalam penelitian yang

akan saya teliti yaitu fokus permasalahan sama-sama ingin mencari apakah

ada pengaruh, dan dalam pengambilan sampling menggunakan cara yang

sama yaitu Proportional Random Sampling, mnggunakan kuisioner dan

indikator dalam kepemimpinan kepala sekolah yaitu dengan mengukur

aspek educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan

69

motivato. Sedangkan perbedaan penelitian ini terletak pada fokus

permasalahan yang akan dicari yaitu terhadap variabel kinerja guru

sedangkan penelitian saya terhadap efektivitas pembelajaran.

2.3 Kerangka Pikir

1) Pengaruh supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang

Peningkatan efektivitas pembelajaran sekolah dapat dilihat dari indikator,

mutu masukan, mutu proses, mutu SDM, mutu fasilitas, mutu manajemen,

dan biaya, maka perlu ada dukungan dari kemampuan supervisi kepala

sekolah guna meningkatkan efektivitas pembelajaran disekolah tersebut.

Kepala sekolah hendaknya dapat menjalankan fungsi dan tugas dengan

sebaik-baiknya serta memainkan peran yang sesuai, yakni sebagai

pemimpin sekaligus sebagai supervisor. Di samping itu, sekolah sebagai

agen perubahan, maka kepala sekolah harus memahami dan

mengembangkan ketrampilannya dalam melaksanakan perubahan itu,

apabila kepala sekolah ingin sekolah yang dipimpinnya menjadi lebih

efektif. Dengan demikian, diduga terdapat pengaruh positif dan signifikan

antara supervisi akademik kepala sekolah terhadap efektivitas pendidikan.

2) Terdapat pengaruh antara iklim sekolah terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang

Untuk menciptakan peningkatan efektivitas pembelajaran perlu kita

ketahui tentang dimensi kualitas terlebih dahulu. Dimensi kualitas yang

dimaksud adalah dimensi kerja organisasi, iklim sekolah, nilai tambah,

kesesuaian dengan kualifikasi, kualitas pelayanan dan daya tahan hasil

pembangunan, serta persepsi masyarakat. Dari berbagai dimensi kualitas

70

tersebut semuanya saling berkesinambunagan pula. Dari pengertian diatas

iklim sekolah termasuk salah satu dalam meningkatkan efektivitas

pembelajaran. Iklim kerja sekolah merupakan seperangkat sifat terukur

dan lingkungan kerja, berdasarkan persepsi kolektif masyarakat yang

tinggal dan bekerja di lingkungan dan terbuti mempengaruhi tingkah laku

mereka. Sebuah konsep umum yang mencerminkan kualitas kehidupan

organisasi. Dengan demikian iklim sekolah yang baik dapat memberikan

pengaruh terhadap efeektivitas pembelajarn menjadi lebih baik lagi.

3) Terdapat pengaruh antara etos kerja guru terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang

Etos kerja adalah usaha yang dilakukan dari hasil kerja yang dapat dicapai

oleh seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai

dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka

mencapai tujuan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar

hukum dan sesuai dengan moral maupun etika. Dalam organisasi

pendidikan di sekolah, etos kerja guru dalam kelas merupakan faktor yang

dominan dalam meningkatkan efektivitas pembelajaran. Artinya, kalau

guru yang terlibat dalam kegiatan pembelajaran mempunyai tingkat

kinerja yang bagus, akan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran,

begitu juga sebaliknya. Etos kerja merupakan kegiatan yang dilakukan

untuk melaksankan tugas dan tanggung jawab sesuai dengan harapan dan

tujuan yang telah ditetapkan. Hal ini, dapat di pahami jika guru yang

mempunyai etos kerja yang bagus dalam kelas akan mampu menjelaskan

pelajaran dengan baik, mampu menumbuhkan motivasi belajar siswa

71

dengan baik, mampu menggunakan media pembelajaran dengan baik,

mampu membimbing dan mengarahkan siswa dalam pembelajaran

sehingga siswa akan memiliki semangat dan motivasi dalam belajar,

senang dengan kegiatan pembelajaran yang diikuti, dan merasa mudah

memahami materi yang disajikan oleh guru. Dengan demikian, diduga

terdapat pengaruh antara etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran.

4) Pengaruh Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Etos Kerja Guru dan

Iklim Sekolah secara bersama-sama Terhadap Efektivitas

Pembelajaran

Supervisi Akademik Kepala Sekolah di harapkan mampu menciptakan

iklim sekolah dan etos kerja guru yang kondusif, sehingga dengan iklim

kerja dan kinerja guru yang kondusif dapat meningkatkan efektivitas

pembelajaran. Iklim sekolah adalah serangkaian keadaan lingkungan yang

dirasakan secara langsung dan tidak langsung oleh karyawan. Hal ini,

menggambarkan bahwa iklim sekolah sebagai beberapa keadaan atau

kondisi dalam satu rangkaian yang secara langsung atau tidak langsung,

sadar atau tidak sadar, dapat mempengaruhi karyawan. Guru merupakan

tenaga pengajar dan merupakan faktor sentral didalam sistem

pembelajaran terutama pada pendidikan formal seperti sekolah. Guru

mempunyai peranann dalam mentransformasikan input pendidikan

sehingga menghasilkan output yang baik tentunya dengan proses yang

sesuai dengan kurikulum, dan adanya kompetensi dari guru, sehingga

diharapkan adanya peningkatan kualitas dalam proses belajar mengajar.

Hal ini berarti, pendidikan yang baik dan unggul tetap akan bergantung

pada kondisi kompetensi guru. Iklim sekolah yang menggambarkan

suasana dan hubungan kerja antara sesama pendidik, antara pendidik

72

dengan kepala sekolah, antara pendidik dengan tenaga kependidikan

lainnya serta antar dinas di lingkungannya merupakan wujud dari

lingkungan kerja yang kondusif. Iklim kerja sekolah dapat digambarkan

melalui sikap saling mendukung (supportive), tingkat persahabatan

(colegial), tingkat keintiman (intimate), serta kerja sama (cooperative).

Kondisi yang terjadi atas keempat dimensi iklim sekolah tersebut

berpotensi meningkatkan kinerja pendidik. Dengan demikian, diduga

terdapat signifikan antara Supervisi Akademik Kepala Sekolah, iklim

sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas pembelajaran.

Berdasarkan pada uraian di atas, maka kerangka berfikir penelitian dapat

disajikan pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Skema Kerangka Pikir

Supervisi

Akademik Kepala

Sekolah (x¹)

Iklim Sekolah (x²)

Etos Kerja Guru

(x³)

Efektivitas

Pembelajaran (y)

73

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (Arikunto

2010). Berdasarkan deskripsi teoritis dan kerangka pikir, hipotesis dalam

penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik

kepala sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri

Kabupaten Tulang Bawang

2) Terdapat pengaruh positif dan signifikan iklim sekolah terhadap

efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang

3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan etos kerja guru terhadap

efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang

4) Terdapat pengaruh positif dan signifikan supervisi akademik

kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap

efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang

74

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode, Pendekatan dan Jenis Penelitian

Metode dalam suatu penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Metode sangat

diperlukan untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang ada pada saat

penelitian dilaksanakan. Hal ini berguna untuk memperoleh keakuratan data

dan pengembangan pengetahuan serta untuk menguji suatu kebenaran di

dalam pengetahuan tersebut. Oleh sebab itu setiap penelitian diperlukan

adanya metode atau cara untuk mencapai tujuan penelitian yang dilakukan

oleh seseorang, maka dari dari itu penulis menggunakan metode penelitian

korelasional yang menyatakan bahwa suatu alat statistik yang dapat

digunakan untuk membandingkan hasil pengukuran dua variabel yang

berbeda-beda agar dapat menentukan tingkat pengaruh antara variabel X

dan variabel Y dengan mencari t hitung dan f hitung (Arikunto,2006:270).

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif yaitu

penelitian yang difokuskan pada kajian fenomena objektif utuk dikaji secara

kuantitatif (Musfiqon, 2012). Pengumpulan data dilakukan dengan

menggunakan kuisioner, kemudian analisis data dilakukan secara kuantitatif

menggunakan SPSS versi 20. Jenis penelitian yang digunakan dalam

penelitian ini adalah penelitian jenis ex post facto yaitu dimana peneliti

75

berusaha menentukan penyebab kejadian peristiwa pengaruh dan yang

mempengaruhi telah terjadi dan diteliti oleh peneliti dalam tinjauan ke

belakang (Sugiyono, 2016).

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel bebas yaitu

supervisi akademik kepala sekolah (x1) iklim sekolah (x2) dan etos kerja

guru (x3) terhadap variabel terikat yaitu efektifitas pembelajaran (y).

3.2 Populasi dan Sampel

3.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subyek atau obyek yang menjadi sasaran

penelitian. Menurut Sugiyono (2009:117) populasi adalah wilayah

generalisasi yang terdiri dari obyek atau subyek yang mempunyai

kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah guru di SMA Negeri Kabupaten Tulang

Bawang yang terdiri dari 20 sekolah dengan 24 jumlah kecamatan yang

ada di Kabupaten Tulang Bawang.

Untuk perinciannya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

76

Tabel 3.1 Jumlah guru di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang

tahun ajaran 2017/2018

Sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang ( 2017)

Populasi dalam penelitian ini dari 20 SMAN di Kabupaten Tulang Bawang yang

terdiri dari 600 jumlah guru. Kemudian dengan menggunakan Cluster Sampling

yaitu membagi populasi berdasarkan kecamatan dari 20 kecamatan yang ada di

kabupaten Tulang Bawang diambil 6 kecamatan dengan 6 SMA Negeri yang

menjadi sampel dalam penelitian ini dengan jumlah guru sebanyak 178, seperti

tabel di bawah ini:

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SMAN 1 Banjar Agung 30

2 SMAN 1 Penawar Aji 31

3 SMAN 1 Rawajitu Selatan 30

4 SMAN 1 Dente Teladas 25

5 SMAN 1 Gedung Aji Baru 32

6 SMAN 3 Menggala 33

7 SMAN 1 Penawartama 32

8 SMAN 1 Tanjung Raya 27

9 SMAN 1 Tulang Bawang Udik 31

10 SMAN 2 Menggala 30

11 SMAN 1 Banjar Margo 32

12 SMAN 2 Dente Teladas 24

13 SMAN 1 Gedung Aji 30

14 SMAN 1 Tulang Bawang Tengah 30

15 SMAN 1 Menggala 31

16 SMAN 1 Meraksa Aji 31

17 SMAN 1 Banjar Agung 30

18 SMAN 2 Menggala 32

19 SMAN 1 Tumijajar 27

20 SMAN 1 Gedung Meneng 30

Total Populasi 600

77

Tabel 3.2 Jumlah Populasi Penelitian yang di ambil berdasarkan kecamatan

yang ada di Kabupaten Tulang Bawang

No Kecamatan Nama Sekolah Jumlah Guru

1 Penawar Aji SMAN 1 Penawar Aji 31 2 Rawajitu Selatan SMAN 1 Rawajitu Selatan 30 3 Penawartama SMAN 1 Penawartama 32 4 Gegung Aji SMAN 1 Gedung Aji 30 5 Tulang Bawang Udik SMAN 1 Tulang Bawang Udik 31 6 Dente Teladas SMAN 1 Dente Teladas 24 Jumlah 178

3.2.2 Sampel

Sampel adalah “sebagian anggota yang diambil dari keseluruhan objek yang

akan diteliti serta dianggap mewakili populasi diambil dengan

menggunakan teknik tertentu”. Penelitian ini merupakan penelitian sampel

karena subjek yang diteliti hanya sebagian dari populasi. Kemudian

dilakukan penentuan jumlah sampel pada masing-masing sekolah dengan

menentukan proporsinya sesuai dengan jumlah guru pada sekolah yang

diteliti. Jumlah sampel setiap sekolah didapatkan dengan menggunakan

rumus slovin sebagai berikut:

n =

Keterangan.

N : jumlah populasi

n : jumlah sampel

d : presisi atau batas toleransi kesalahan pengambilan sampel yang digunakan

sebesar 0.05

Sehingga perhitunganya adalah sebagai berikut :

n =

n =

( )

n =

78

n = 123 Adapun penentuan proportional random sampling, dengan rumus:

S =

. N (Sulistyastuti,2007)

Keterangan:

S : Target jumlah sampel

x : jumlah populasi setiap sekolah

y : jumlah populasi

n : Jumlah keseluruhan sampel

Hasil yang didapatkan dari masing-masing proporsional random sampling adalah

sebagai berikut:

Tabel 3.2 Total Sampel Penelitian

No Nama Sekolah Populasi Perhitungan Sampel

Sampel

1 SMAN 1 Penawar Aji 31

x 123 = 21 21

2 SMAN 1 Rawajitu Selatan 30

x 123 = 21 21

3 SMAN 1 Penawartama 32

x 123 = 23 22

4 SMAN 1 Gedung Aji 30

x 123 = 21 21

5 SMAN 1 Tulang Bawang Udik

31

x 123 = 21 21

6 SMAN 1 Dente Teladas 24

x 123 = 17 17

Total Sampel 178 123 Sumber : Hasil Observasi dan Perhitungan Penelitian (2017)

Pengambilan sampel di setiap unit sekolah diambil secara acak, Langkah-langkah

yang dimaksudkan adalah (1) Masing-masing guru akan dipilih sejumlah yang

ditentukan sebelumnya, (2) dibuat potongan kertas kecil sejumlah guru di sekolah

tersebut dan ditulis nama-nama guru yang ada di sekolah tersebut, (3) nama-nama

guru yang ditulis pada potongan kertas, kemudian digulung dan dimasukan dalam

tabung dan dikocok, lalu dikeluarkan satu per satu, (4) gulungan kertas yang

79

keluar, dicatat sebagai sampel dan dikocok lagi hingga keluar nama yang lain

sebanyak jumlah guru yang dibutuhkan. Begitu dilakukan seterusnya pada sekolah

yang lain hingga terpenuhi sejumlah guru yang akan dijadikan sampel penelitian.

3.3 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2010:155) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya, di

dalam penelitian ini menggunakan tiga variabel, yaitu variabel bebas dan variabel

terikat.

3.3.1 Variabel Terikat

Variabel terikat dilambangkan dengan (y) adalah variabel yang akan diukur

untuk mengetahui pengaruh lain, sehingga sifatnya sangat tergantung pada

variabel lain (Purwanto, 2007:116). Variabel terikat pada penelitian ini

adalah Efektifitas Pembelajaran.

1. Variabel Terikat Efektivitas Pembelajaran (Y)

a. Definisi Konseptual Variabel Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas Pembelajaran adalah ketercapaian hasil yang dicapai

dengan hasil yang diharapkan dengan memanfaatkan sumber daya

yang ada, untuk menciptakan dan melaksanakan proses KBM guna

mendapatkan hasil yang maksimal baik dipandang dalam segi

manajemen dan mutu.

80

b. Definisi Operasional Variabel Efektivitas Pembelajaran

Definisi operasional variabel efektivitas pembelajaran adalah skor

total yang diperoleh dari kuisioner efektivitas pembelajaran yang

meliputi kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran, aktivitas

siswa dalam pembelajaran, serta hasil belajar siswa. Terdiri dari 25

butir penyataan.Variabel efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini

akan diukur menggunakan skala Likert, dengan lima pilihan, Masing-

masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti tertera pada

tabel di bawah ini.

Tabel 3.3 Daftar pembobotan Penilaian Variabel Efektivitas

Pembelajaran

No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

1. (S) Selalu 5

2. (Sr) Sering 4

3. (KK) Kadang-kadang 3

4. (J) Jarang 2

5. (TP) Tidak Pernah 1

3.3.2 Variabel Bebas

Variabel bebas dilambangkan dengan x adalah variabel penelitian yang

mempengaruhi variabel lain. Variabel bebas pada penelitian ini adalah

Supervisi akademik kepala sekolah (x¹) iklim sekolah (x²) dan etos kerja

guru (x³)

3.3.2.1 Variabel bebas Supervisi Akademik kepala sekolah

a. Definisi konseptual supervisi akademik kepala sekolah

Supervisi akademik merupakan serangkaian kegiatan bantuan

profesional yang berupa pemberian dorongan, bimbingan dan arahan

81

dari kepala sekolah kepada guru agar dapat meningkatkan

kemampuanya dalam melaksanakan proses pembelajaran.

b. Definisi operasional supervisi akademik kepala sekolah

Supervisi akademik kepala sekolah berdasarkan persepsi guru terhadap

kepala sekolah dalam menjalankan kewajibanya yang diukur

berdasarkan 3 dimensi yaitu , perencanaan supervisi akademik kepala

sekolah, pelaksanaan supervisi akademik kepala sekolah dan tindak

lanjut supervisi akademik kepala sekolah. Beberapa aspek supervisi

akademik kepala sekolah yang telah disebutkan di atas kemudian

dijabarkan ke dalam beberapa indikator untuk mendapatkan butir-butir

instrumen variabel supervisi akademik kepala sekolah dengan

menggunakan penilaian seperti tabel di bawah ini .

Tabel 3.4 Daftar pembobotan penilaian supervisi akademik kepala

sekolah

No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

1. (S) Selalu 5

2. (Sr) Sering 4

3. (KK) Kadang-kadang 3

4. (J) Jarang 2

5. (TP) Tidak Pernah 1

3.3.2.2 Variabel bebas Iklim sekolah

a. Definisi konseptual iklim sekolah

Iklim sekolah ini dapat diartikan sebagai suatu suasana atau kualitas

dari sekolah untuk membantu individu masing-masing merasa

berharga secara pribadi, bermartabat dan penting secara serentak

dapat membantu terciptanya suatu perasaan memiliki terhadap segala

82

sesuatu di sekitar lingkungan sekolah (Idrus, 2006: 94-106). Iklim

sekolah juga dapat dipandang sebagai suasana hubungan antar

personil yang ada di sekolah tersebut, Iklim sekolah menggambarkan

keadaan warga sekolah tersebut dalam keadaan riang dan mesra

ataupun kepedulian antara satu sama lainnya. Hubungan mesra pada

iklim kerja sekolah terjadi, karena disebabkan terdapat hubungan yang

baik di antara kepala sekolah, guru, dan diantara guru dan peserta

didik.

b. Definisi operasional iklim sekolah

Iklim sekolah menurut persepsi guru merupakan suasana lingkungan

sekolah yang mempengaruhi prilaku anggota dalam lingkungan

sekolah tersebut, yang dapat dilihat berdasarkan beberapa indikator

yaitu, (a) hubungan antara atasan dengan bawahan, (b) hubungan

antara sesama anggota sekolah, (c) tanggung jawab, (d) imbalan, (e)

struktur kerja, (f) keterlibatan dan partisipasi. Variabel efektivitas

pembelajaran dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala

Likert, dengan lima pilihan, Masing-masing pilihan diberi nilai

dengan pembobotan seperti tertera pada tabel di bawah ini.

Tabel 3.5 Daftar pembobotan Iklim sekolah

No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

1. (S) Selalu 5

2. (Sr) Sering 4

3. (KK) Kadang-kadang 3

4. (J) Jarang 2

5. (TP) Tidak pernah 1

83

3.3.2.3 Variabel etos kerja guru

a. Definisi konseptual etos kerja guru

Etos kerja merupakan totalitas kepribadian dirinya serta cara

mengekspresikan, memandang, meyakini dan memberikan makna ada

sesuatu, yang mendorong dirinya untuk bertindak dan meraih amal

yang optimal sehingga pola hubungan antara manusia dengan dirinya

dan antar manusia dengan makhluk lainya dapat terjalin dengan baik.

Melalui etos kerja guru semakin memiliki rasa tanggung jawab

terhadap profesinya, sehingga guru akan mengoptimalkan pencapaian

standar kerja guru salah satunya standar kompetensi profesional guru.

b. Definisi operasional variabel

Definisi operasional variabel etos kerja guru menurut persepsi guru

merupakan rasa tanggung jawab seorang guru terhadap profesinya,

yang di ukur berdasarkan indikator meliputi konsep kerja guru,

tanggung jawab guru terhadap profesinya, budaya kerja guru.Variabel

etos kerja guru dalam penelitian ini akan diukur menggunakan skala

Likert, Masing-masing pilihan diberi nilai dengan pembobotan seperti

tertera pada tabel :

Tabel 3.6 Deskripsi data Variabel Etos Kerja Guru

No. Alternatif Jawaban Bobot Nilai

1. (S) Selalu 5

2. (Sr) Sering 4

3. (KK) Kadang-kadang 3

4. (J) Jarang 2

5. (TP) Tidak Pernah 1

84

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa teknik pengumpulan data, hal ini

dimaksudkan untuk mendapatkan data yang lengkap dan valid, yang dapat

mendukung keberhasilan dalam penelitian ini validitas yang digunakan

sebagai berikut :

3.4.1 Teknik Pokok

Teknik pokok dalam penelitian ini adalah kuesioner (angket) merupakan

teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi

seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk

dijawabnya. Apabila ada kesulitan dalam memahami kuesioner, responden

bisa langsung bertanya kepada peneliti. Angket ini digunakan untuk

mendapatkan informasi mengenai bagaimana supervisi akademik kepala

sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektifitas

pembelajaran. Dengan menggunakan skala likert, yaitu sebuah instrument

atau alat ukur yang mewajibkan pengamat untuk menetapkan subyek

kepada kategori atau kontinum dengan memberikan nomor atau angka

pada kategori tersebut.

Berdasarkan penjelasan tersebut, angket yang digunakan dalam penelitian

ini adalah termasuk angket langsung dan tertutup. Disebut langsung sebab

disebarkan langsung kepada responden dan dikumpulkan pada waktu itu

juga, sedang disebut tertutup karena responden terikat pada jawaban yang

telah disediakan oleh peneliti.

85

3.4.2 Teknik Penunjang

Teknik penunjang dalam penelitian ini adalah dokumentasi, studi

kepustakaan, teknik-teknik tersebut digunakan sebagai data pelengkap.

Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data mengenai

jumlah guru yang di teliti di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

3.5 Uji Instrumen Penelitian

Penggunaan instrumen untuk mendapatkan data pada sampel yang telah

ditentukan harus diuji coba terlebih dahulu karena instrumen yang digunkan

tergolong non baku. Instrumen yang digunakan didesain dan dikembangkan oleh

peneliti dengan memodifikasi instrumen yang telah ada. Beberapa syarat

instrumen dapat digunakan dalam penelitian dan mampu menggali data yang

diharapkan. Nasution (2004:169) memberi ciri-ciri harus memenuhi dua

persyaratan penting, yakni valid dan reliabel.

3.5.1 Uji Validitas Instrumen

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas internal.

Menurut Arikunto, (2008:65) Validitas ini merupakan validitas yang dicapai

manakala terdapat kesesuaian antar bagian instrumen secara keseluruhan.

Sebuah instrumen dapat dikatakan valid apabila instrumen tersebut

mengukur apa yang hendak diukur.

86

Validitas merupakan parameter yang menunjukan tingkat kevalidan atau

kesahihan suatu instrumen. Pengujian validitas alat ukur terlebih dahulu

dilakukan penentuan harga korelasi antarbagian dari alat ukur secara

keseluruhan dengan cara mengorelasikan tiap alat ukur dengan skor total

yang merupakan jumlah setiap skor item soal. Kegiatan menghitung

validitas alat ukur atau instrumen harus memiliki validitas tinggi. Validitas

instrumen pada penelitian ini diukur dengan menggunakan rumus Product

Moment dari Pearson. Rumus yang dimaksud adalah sebagai berikut :

Keterangan:

rxy : koefisiensi korelasi

n : jumlah responden

x : skor butir

y : skor total

Kesesuaian harga rxy yang diperoleh melalui perhitungan dengan menggunakan

rumus tersebut kemudian dikonsultasikan kepada tabel r kritik Product Moment

dengan kaedah keputusan sebagai berikut. Jika rhitung >rtabel , maka instrumen

tersebut dikategorikan valid.

Tetapi sebaliknya, manakala rhitung <rtabel , maka instrumen tersebut

dikategorikan tidak valid dan tidak layak untuk digunakan pengambilan data.

Reliabilitas bermakna bahwa suatu instrumen terpercaya untuk digunakan sebagai

alat pengumpul data. Menurut Arikunto, (2008:86). Suatu instrumen dapat

n

Y

n

X

yx

n

yxxy

xyr2

2

2

2

87

dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi manakala instrumen tersebut

dapat memberikan hasil yang tetap atau ajeg.

3.5.1.1 Hasil Uji Validitas Efektivitas Pembelajaran (Y)

No item Pertanyaan

rhitung rtabel Interpretasi

1 0,444 0,862 Valid

2 0,444 0,830 Valid

3 0,444 0,773 Valid

4 0,444 0,773 Valid

5 0,444 0,827 Valid

6 0,444 0,827 Valid

7 0,444 0,788 Valid

8 0,444 0,843 Valid

9 0,444 0,830 Valid

10 0,444 0,636 Valid

11 0,444 0,827 Valid

12 0,444 0,862 Valid

13 0,444 0,224 Tidak Valid

14 0,444 0,830 Valid

15 0,444 0,773 Valid

16 0,444 0,733 Valid

17 0,444 0,827 Valid

18 0,444 0,827 Valid

19 0,444 0,807 Valid

20 0,444 0,830 Valid

21 0,444 0,827 Valid

22 0,444 0,826 Valid

23 0,444 0,619 Valid

24 0,444 0,830 Valid

25 0,444 0,788 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner

Berdasarkan tabel 3.5.1.1 Terdapat 1 butir pertanyaan yang tidak dapat digunakan

karena tidak valid, sedangkan data lainnya dapat digunakan.

88

3.5.1.2 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

Berdasarkan hasil hitung uji validitas terhadap 20 sampel uji coba, selanjutnya

hasil tersebut dikonsultasikan dengan nilai kritis (rtabel) pada taraf signifikansi

5% (0,05)dengan jumlah sampel 25, diperoleh angka rtabel sebesar 0,444.

Untuk menentukan valid atau tidaknya suatu item pertanyaan supervisi akademik

kepala sekolah dalam kuesioner kriteria ujinya adalah jika rhitung lebih rendah

daripada rtabel maka butir item tersebut tidak valid.

Adapun rangkuman hasil uji validitas butir-butir angket yang diuji validitasnya

adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8 Hasil Uji Validitas Supervisi Akademik Kepala Sekolah (X1)

No item Pertanyaan

rhitung rtabel Interpretasi

1 0,444 0,741 Valid

2 0,444 0,793 Valid

3 0,444 0,806 Valid

4 0,444 0,859 Valid

5 0,444 0,809 Valid

6 0,444 0,919 Valid

7 0,444 0,817 Valid

8 0,444 0,797 Valid

9 0,444 0,793 Valid

10 0,444 0,809 Valid

11 0,444 0,859 Valid

12 0,444 0,809 Valid

13 0,444 0,919 Valid

14 0,444 0,817 Valid

15 0,444 0,797 Valid

16 0,444 0,793 Valid

17 0,444 0,809 Valid

18 0,444 0,793 Valid

19 0,444 0,797 Valid

20 0,444 0,793 Valid

21 0,444 0,809 Valid

89

22 0,444 0,919 Valid

23 0,444 0,817 Valid

24 0,444 0,797 Valid

25 0,444 0,793 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 25 pertanyaan variabel supervisi kepala

sekolah dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.

3.5.1.3 Hasil Uji Validitas Iklim Sekolah (X2)

No item Pertanyaan

rhitung rtabel Interpretasi

1 0,444 0,793 Valid

2 0,444 0,777 Valid

3 0,444 0,821 Valid

4 0,444 0,844 Valid

5 0,444 0,376 Tidak Valid

6 0,444 0,884 Valid

7 0,444 0,798 Valid

8 0,444 0,366 Tidak Valid

9 0,444 0,777 Valid

10 0,444 0,918 Valid

11 0,444 0,777 Valid

12 0,444 0,821 Valid

13 0,444 0,844 Valid

14 0,444 0,295 Tidak Valid

15 0,444 0,777 Valid

16 0,444 0,918 Valid

17 0,444 0,821 Valid

18 0,444 0,844 Valid

19 0,444 0,781 Valid

20 0,444 0,777 Valid

21 0,444 0,918 Valid

22 0,444 0,345 Tidak Valid

23 0,444 0,781 Valid

24 0,444 0,918 Valid

25 0,444 0,781 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner

90

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 21 pertanyaan variabel iklim sekolah

dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.

3.5.1.4 Hasil Uji Validitas Etos Kerja Guru (X3)

No item Pertanyaan

rhitung rtabel Interpretasi

1 0,444 0,762 Valid

2 0,444 0,822 Valid

3 0,444 0,844 Valid

4 0,444 0,425 Tidak Valid

5 0,444 0,776 Valid

6 0,444 0,896 Valid

7 0,444 0,823 Valid

8 0,444 0,376 Tidak Valid

9 0,444 0,822 Valid

10 0,444 0,776 Valid

11 0,444 0,822 Valid

12 0,444 0,844 Valid

13 0,444 0,422 Tidak Valid

14 0,444 0,792 Valid

15 0,444 0,792 Valid

16 0,444 0,822 Valid

17 0,444 0,776 Valid

18 0,444 0,822 Valid

19 0,444 0,844 Valid

20 0,444 0,833 Valid

21 0,444 0,379 Tidak Valid

22 0,444 0,835 Valid

23 0,444 0,421 Tidak Valid

24 0,444 0,835 Valid

25 0,444 0,792 Valid Sumber data : Diolah dari hasil jawaban responden pada uji coba kuesioner

Berdasarkan Tabel diatas diketahui bahwa 20 pertanyaan variabel etos kerja guru

dinyatakan valid dan dapat digunakan sebagai pengambilan data.

91

3.6 Uji Reliabilitas

Suatu alat ukur dikatakan reliabel apabila meempunyai tahap kepercayaan yang

tinggi dan bila alat ukur itu digunakan pada waktu yang berlainan akan

menunjukkan hasil yang relatif sama. Dengan kata lain reliabilitas menunjukkan

pada suatu pengertian bahwa suatu instrument dapat dipercaya untuk digunakan

sebagai pengumpul data (Arikunto, 2002:170).

Pengujian reliabilitas instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji reliabilitas

internal yang diperoleh dengan cara menganalisis data dari suatu hasil uji coba

dengan menggunakan rumus Chronbach Alpha dengan program SPSS.

Langkah-langkah dalam mencari reliabilitas dengan metode alpha sebagai

berikut:

Langkah I:

Menghitung varians skor tiap item dengan rumus:

Keterangan:

S1 : varians skor tiap-tiap item

∑12 :

jumlah kuadrat item

(∑X1)2

: kuadrat jumlah item.

N : jumlah responden

S1 =

( )

92

Langkah II:

Menjumlahkan varians semua item dengan rumus sebagai berikut:

∑S1 = S1 + S2 + S3 +.....S2

Keterangan:

∑S1 : jumlah varians semua item.

S1 : varians item ke- i = 1,2,3,.... n

Langkah III:

Menghitung varians total dengan rumus sebagai berikut:

S1 =

( )

Keterangan:

S1 : varians total

∑ : jumlah kuadrat X total

(X1)2 : kuadrat jumlah X total

N : jumlah responden

Langkah IV:

Masukkan nilai alpha dengan rumus sebagai berikut:

r11= (

) (

)

Keterangan:

r11 : nilai reliabilitas

∑S1 : jumlah skor tiap-tiap item

S1 : varians total

K : jumlah item.

Langkah V:

Menentukan derajat reliabilitas, dengan tabel. Dengan harga reliabilitas yang

diperoleh, hasilnya dikonsultasikan dengan rtabel rata-rata signifikansi 5% atau

internal kepercayaan 95%. Jika harga perhitungan lebih besar dari rtabel maka

instrumen dinyatakan reliabel. Reliabilitas instrumen hasil uji coba kemudian

diinterprestasikan berdasarkan tabel berikut:

93

Tabel 3.11 Daftar Interprestasi Nilai r (Reliabilitas Instrument)

No Besarnya Nilai r Interprestasi

1 Antara 0,80 – 1,00 Tinggi

2 Antara 0,60 – 0,80 Cukup

3 Antara 0,40 – 0,60 Rendah

4 Antara 0,20 – 0,40 Sangat rendah

5 Antara 0,00 – 0,20 Tidak berkorelasi

Sumber: Ridwan (2008:13)

Kriteria uji jika nilai alpha > nilai r tabel dengan signifikan 5% dengan n=20

r(0,05,20) tabel =0,444 dinyatakan butir-butir instrumen reliabel (Sulistyo,

2010:47). Hasil uji reliabilitas variabel efektivitas pembelajaran (y), supervisi

akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2), etos kerja guru (x3), disajikan

pada tabel berikut :

Tabel 3.12 Hasil uji reliabilitas instrumen penelitian

No Variabel Penelitian Alpha ( )

Kondisi Keterangan

1 Efektivitas Pembelajaran 0,965 > 0,444 Reliabel

2 Supervisi Akademik Kepala Sekolah 0,989 > 0,444 Reliabel

3 Iklim Sekolah 0,767 > 0,444 Reliabel

4 Etos Kerja Guru 0,962 > 0,444 Reliabel Sumber : Data primer uji coba instrumen tahun 2018

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa instrumen efektivitas pembelajaran (y),

supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2), etos kerja guru (x3)

dinyatakan reliabel dan dapat dipergunakan sebagai instrumen.

3.7 Uji Prasyarat analisis Data

Uji prasyarat analisis data yang akan digunakan adalah prasyarat untuk parametrik

dan regresi linier berganda. Pada bagian ini akan dibahas uji prasyarat analisis

data yang meliputi uji normalitas, homogenitas, linieritas, dan ujimultikolinieritas.

94

3.7.1 Uji Normalitas

Pengujian normalitas data digunakan untuk dilakukan terhadap semua variabel

yang diteliti, yaitu meliputi variabel supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim

sekolah (x2), etos kerja guru (x3), efektivitas pembelajaran (y). Hasil pengujian

terhadap sampel penelitian digunakan untuk menyimpulkan apakah populasi yang

diamati berdistribusi normal atau tidak. Apabila hasil pengujian data normal

adalah hasil perhitungan statistik dapat digeneralisasikan pada populasinya. Uji

normalitas dilakukan dengan baik secara manual maupun menggunakan komputer

dengan program SPSS. Dalam penelitian ini, uji normalitas dapat digunakan uji

kolmogrov > 0,05 berarti berdistribusi normal. Untuk keperluan pengujian normal

tidaknya distribusi masing-masing data dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H0 : Data tidak berdistribusi normal

HI : Data berdistribusi normal

Kriteria uji : tolak H0 jika nilai sig > 0,05 dan terima H0 untuk selainnya

3.7.2 Uji Homogenitas

Tujuan uji homogenitas sampel adalah untuk mengetahui apakah data sampel

yang diambil merupakan sampel yang berasal dari populasi bervarian homogen.

Pengujian homogenitas dilakukan terhadap semua variabel dependen yang diteliti,

yaitu meliputi variabel supervisi akademik kepala sekolah (x1), iklim sekolah (x2),

etos kerja guru (x3), efektivitas pembelajaran (y). Untuk keperluan pengujian

digunakan metode uji analisis One-way anova, dengan langkah-langkah berikut :

H0 : varian populasi tidak homogen

H1 : varian populasi adalah homogen

95

Dengan kriteria uji: tolak H0 jika nilai sig > 0,05 dan terima H0 untuk selainnya.

3.7.3 Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang ada

merupakan persamaan linier atau berupa persamaan non linier. Hipotesis yang

digunakan untuk menguji linieritas garis regresi tersebut dinyatakan sebagai

berikut :

H0 : Model regresi berbentuk non linier

HI : Model regresi berbentuk linier

Untuk menyatakan apakah garis regresi tersebut linier atau tidak, kriteria ujinya

adalah tolak H0 jika nilai Sig < (0,05) dan terima H0 untuk selainnya.

3.6.4 Multikolinieritas

Uji Multikolinieritas untuk membuktikan ada tidaknya hubungan yang linear

antara variabel bebas satu dengan variabel bebas lainnya. Hal yang diharapkan

adalah tidak terjadi adanya hubungan yang linier (Multikolinieritas) diantara

variabel-variabel bebas. Karena apabila terjadi hubungan antara variabel bebas

maka :

a. Tingkat ketelitian prediksi atau pendugaan sangat rendah sehingga tidak

akurat

b. Koefisien regresi akan bersifat tidak stabil karena adanya perubahan data

kecil akan mengakibatkan perubahan yang signifikan pada variabel bebas

(y)

96

c. Sulit untuk memisahkan pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap

variabel terikatnya

Hipotesis yang digunakan untuk membuktikan ada tidaknya Multikolinieritas

adalah :

H0 : Tidak terdapat hubungan antar variabel bebas

HI : Terdapat hubungan antar variabel bebas

Kriteria pengambilan keputusan

Untuk mendeteksi ada atau tidaknya Multikolinieritas didalam model regresi

adalah dengan melihat Tolerance dan Variance Inflation Factor dengan kriteria :

a. Mempunyai angka tolerance di atas (>) 0,10 tidak terjadi Multikolinieritas

b. Mempunyai nilai VIF di bawah (<) 10,00 tidak terjadi Multikolinieritas

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Regresi Linier Sederhana

Regresi linier sederhana digunakan untuk menguji hipotesis pertama, kedua dan

ketiga. Regresi linier sederhana didasarkan pada hubungan fungsional ataupun

kausal satu variabel independen dengan satu variabel dependen.

Persamaan garis regresi sederhana (dengan satu prediktor ) adalah :

Y = a + a¹X

Keterangan :

Y : nilai yang diprediksi (variabel terikat)

a : harga bilangan konstant

a¹ : harga koefisien prediktor

X : nilai variabel bebas

97

Untuk mencari nilai a dan a¹ digunakan rumus :

a = ( )( ) ( )( )

( )

a¹= ( )( )

( )

3.8.2 Regresi Linier Berganda

Uji korelasi ganda atau persamaan regresi ganda digunakan untuk menguji

hipotesis ke empat sampai dengan hipotesis ke tujuh rumus :

Y = a+a1 x1 + a2 x2 + a3 x3

Dimana :

Y : Variabel Efektivitas pembelajaran

x1 : Variabel Supervisi Akademik Kepala Sekolah

x2 : Variabel Iklim sekolah

x3 : Etos Kerja Guru

a1, a2, dan a3 : Koefisien regresi yang dicari

Kemudian dilanjutkan menguji hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut :

Pengaruh x1, x2, x3 terhadap Y secara simutan (uji F)

a. H0 : 0, artinya x1, x2, x3 secara simultan (bersama-sama) tidak

berpengaruh signifikan terhadap Y

b. H0 : 0, artinya x1, x2, x3 secara simultan (bersama-sama)

berpengaruh signifikan terhadap Y

Kaidah pengambilan keputusan :

a. Jika Sig F hitung > Sig F tabel maka H0 ditolak

b. Jika Sig F hitung < Sig F tabel maka H0 diterima

126

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai

berikut :

1) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala

sekolah terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri kabupaten

Tulang Bawang, yakni semakin tinggi kepala sekolah menjalankan

supervisinya maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran

yang akan ditunjukan oleh guru

2) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan iklim sekolah terhadap

efektivitas pembelajaran di SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang, yakni

semakin baik iklim sekolah maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas

pembelajaran yang akan ditunjukan oleh guru

3) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan etos kerja guru dalam

menjalankan tugasnya terhadap efektivitas pembelajaran di SMA Negeri

kabupaten Tulang Bawang, yakni semakin baik guru menjalankan

tugasnya maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran yang

akan ditunjukan oleh guru

127

4) Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan supervisi akademik kepala

sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru terhadap efektivitas

pembelajaran di SMA Negeri kabupaten Tulang Bawang, yakni semakin

tinggi kepala sekolah menjalankan supervisinya dengan iklim sekolah

yang baik serta di dukung dengan guru yang menjalankan tugasnya dengan

baik maka semakin tinggi pula tingkat efektivitas pembelajaran yang akan

ditunjukan oleh guru

5.2 Implikasi

Berdasarkan kesimpulan yang telah diambil dari hasil penelitian ini baik secara

parsial maupun bersama-sama mempunyai pengaruh yang meyakinkan terhadap

efektivitas pembelajaran. Hal ini menunjukan bahwa untuk meningkatkan

efektivitas pembelajaran dapat dilakukan dengan meningkatkan supervisi

akademik kepala sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru.

5.2.1 Implikasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk memperkuat pengetahuan dan teori bahwa variabel

efektivitas guru dipengaruhi oleh berbagai variasi atau variabel bebas. Dalam

kaitanya ini hasil penelitian yang diperoleh konsisten dengan teori yang

digunakan. Dengan merujuk pada penelitian, maka dalam memaksimalkan kinerja

guru perlu dipertimbangkan untuk memperhatikan ketiga variabel penelitian yaitu:

Supervisi Akademik Kepala Sekolah, Iklim Sekolah, dan Etos Kerja guru.

128

5.2.2 Implikasi Teoretis

Berdasarkan kesimpulan di atas diketahui bahwa variabel bebas yang diteliti baik

secara parsial maupun bersama-sama mempunyai pengaruh yang meyakinkan

terhadap variabel terikatnya.hal ini menunjukan bahwa untuk meningkatkan

efektivitas guru dapat dilakukan dengan meningkatkan supervisi akademik kepala

sekolah, iklim sekolah dan etos kerja guru.

5.2.2.1 Meningkatkan Supervisi Akademik Kepala Sekolah

Supervisi akademik kepala sekolah memberikan kontribusi yang positif dan

signifikan terhadap peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri

Kabupaten Tulang Bawang. Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk

memperhatikan aspek supervisi akademik kepala sekolah guna menciptakan

kondisi sekolah yang baik dan bermutu.

5.2.2.2 Meningkatkan Iklim Sekolah

Iklim sekolah memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap

peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk memperhatikan aspek yang dapat

meningkatkan iklim sekolah, menciptakan suasana yang komunikasi yang baik,

menciptakan struktur kerja yang nyaman bagi seluruh anggota sekolah.

5.2.2.3 Meningkatkan Etos Kerja Guru

Etos kerja guru memberikan kontribusi yang positif dan signifikan terhadap

peningkatan efektivitas pembelajaran di SMA Negeri Kabupaten Tulang Bawang.

Hal ini mengharuskan pihak terkait untuk memperhatikan aspek yang dapat

129

meningkatkan Etos kerja guru, menciptakan kesempatan guru untuk terus

berprestasi guna mencapai kinerja guru yang maksimal.

5.3 Saran

Setelah penulis menyelesaikan penelitian, membahas, menganalisa data, dan

mengambil kesimpulan dari hasil penelitian maka penulis ingin menyarankan

bahwa:

1. Bagi guru

Guru hendaknya untuk dapat meningkatkan efektivitas pembelajaran,

karena sebagai seorang pendidik, guru merupakan ujung tombak dalam

proses pembelajaran yang aktiv, kreatif, efektif, dan inovatif dan

menyenangkan sehingga nantinya siswa dapat menerapkanya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Kepala Sekolah

Iklim sekolah dan etos kerja guru memberikan kontribusi terhadap

efektivitas pembelajaran, dengan demikian diharapkan kepala sekolah

mampu memerankan supervisi akademiknya dengan baik dan bijaksana

sehingga tercipta kondisi iklim sekolah yang baik.

3. Bagi Sekolah

Sekolah hendaknya menyusun manajemen etos kerja guru, iklim sekolah

dan supervisi akademik kepala sekolah guna menciptakan efektivitas

pembelajaran yang baik dan berjalan lancar.

130

DAFTAR PUSTAKA

Andaritidya, A. (2014). "Effectiveness of stad cooperative learning on improving

behavior engagement in mathematics subjects of fifth grade elementary

students. ." educational psychology. 2(7).

Andre Hardjana. (2006). Iklim Organisasi: Lingkungan Kerja Manusiawi. Jurnal

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.

Jakarta: Rineka Cipta.

Baedhowi. 2006. Tantangan Peningkatan Profesionalisme Tenaga Pendidik pada

Bumi Aksara.

Butter R & Hermanns J. 2006. “Impact of Experienced Professionalism on

Professional Culture in Probation”. European Journal of Experiment.

University of Bucharest Vol. 3, No.3, 2011, pp 31 – 42 ISSN: 2006 – 2203.

Çekin, A. (2015). "The Investigation of Critical Thinking Dispositions of

Religious Culture and Ethics Teacher Candidates (The Case of Ankara

University and Kastamonu University in Turkey). Journal of Education

and Learning." Education and Learning 9(2): 158-164.

Djamarah and Zain (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta, Rineka Cipta.

Engberg, M. E., & Mayhew, M. J. (2007). The influence of first-year “success”

courses on student learning and democratic outcomes. Journal of College

Student Development, 48(3), 241-258.

Garrett, K.J. (1998). Cooperative learning in social work research courses:

Helping students help one another. Journal of Social Work Education,

34, 237-246.

Gregory, A., Cornell, D., Fan, X. 2011. The Relationship of School Structure

and Support to Suspension Rates for Black and White High School

Students. American Educational Research Journal. August 2011, Vol.

48, No. 4, pp. 904–934

131

Gurin, P., Dey, E. L., Hurtado, S., & Gurin, G. (2002). Diversity and higher

education: Theory and impact on educational outcomes. Harvard

Educational Review, 72, 330-366.

Hasnah (2014). Guru Sekolah Menengah Kejuruan. Jurnal Manajemen

Sumberdaya Manusia (Vol. 2 No. 1 Desember 2007). Hlm. 59-70.

Hoy, Wayne K. & Cecil G. Miskel. 2014. Administrasi Pendidikan: Teori, Riset,

dan Prakti. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hughes, J. N., Luo, W., Kwok, O-M., & Loyd, L. K. (2008). Teacher-student

support, effortful engagement, and achievement: A 3-year

longitudinal study. Journal of Educational Psychology, 100, 1-14.

Husni, I. (2014). "Determine the Relationship Work Ethic with The Performance

of Teachers." Economic education 2(2): 341-831.

Indiyani, N.E., Widodo, P.B., & Listiara, A. (2006). Efektivitas metode

pembelajaran gotong royong (cooperative learning) untuk menurunkan

kecemasan siswa dalam menghadapi pelajaran matematika: Suatu studi

eksperimental pada siswa di SMP 26 Semarang. Jurnal Psikologi

Universitas Diponegoro, 3, 10-28.

Indrafachrudi. 2010. Manajemen Sekolah (Teori Dasar dan Praktik dilengkapi

dengan contoh Rencana Strategik dan Operasional). Bandung: Refika

Aditama.

Jablon, J.R., & Wilkinson, M. (2006). Using engagement strategies to

facilitate children‟s learning and success. Beyond The Journal, 1, 1-5.

Kamphaus, RW., Thorpe, JS., Winsor, AP., Pierce, A, Kroncke, Ap., Dowdy,

E.T, dan VanDeventer, MC. 2007. Educational and

Psychological Measurement. Volume 67 .Number 2. Hal. 342-356

Kashima, E. S., & Loh, E. (2006). International students‟ acculturation: Effects

of international, conational, and local ties and need for closure. International

Journal of Intercultural Rela- tions, 30, 471-485.

Keen, C., & Hall, K. (2008). Engaging with difference matters: Longitudinal

student outcomes of cocurricular service learning programs. Journal of

Higher Education, 80(1), 59-79.

Loukas, A. Suzuki,R Horton,K.D. 2004. Examining the Moderating Role of

Perceived School Climate in Early Adolescent Adjustment. Journal of

Research on Adolescence, 14, 2, 209-233.

132

Mishadin (2012). "Efektivitas media pembelajaran berbasis komputer Pada mata

pelajaran elektronika terhadap prestasi belajar siswa kelas XI di SMK 1

Sedayu Bantul." technical education 1(3): 173-188.

Muhammad Idrus. (2006). Implikasi Iklim Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja

dan Kualitas Kehidupan Kerja Karyawan. Jurnal Psikologi Universitas

Diponegoro (Vol.3 No. 1). Hlm. 94-106.

Mulyasa, E.. 2012. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta.

Nitisemito, J. 2000. Pengaruh Iklim Sekolah Terhadap Motivasi Belajar”.

Jurnal Pembelajaran, (Volume 30 No.02), Universitas Negeri Padang

Press

Norlidah dan A. Binadja (2013:579). "Efektivitas pembelajaran kimia dengan

pendekatan salingtemas ditinjau dari minat dan hasil belajar siswa." 1 2.

Nugraha, Mulyawan Safwandy. (2015). Pelaksanaan Supervisi Akademik Oleh

Kepala Madrasah Aliyah Swasta di Kabupaten Sukabumi Jawa Barat. Jurnal

Pendidikan Islam Nadwa. Vol.9,Nomor 1, April 2015

Pewewardy, C., & Frey, B. (2004). American Indian students‟ perceptions of

racial climate, multicultural support services, and ethnic fraud at a

predominantly White university. Journal of American Indian Education,

43(1), 32-60.

Rohmawati, A. (2015). "effectiveness of learning in class A2 Kindergarten

Miftahul Huda Kecamatan Turen Kabupaten Malang. ." early childhood

education 9(1).

Ross, M.S, Lowther, D.L. 2003. Impacts of the Connect School Reform Design on

Classroom Instruction, School Climate, and Student Achievement in

Inner-City Schools. Journal of Education For Students Placed at Risk, 8,

2,215-246.

Salamah. (2004). Efektivitas Guru Sekolah Dasar di Kota Yogyakarta. Jurnal

Dinamika Pendidikan (Volume 2 Nomor 2). Hlm. 79-155.

Sunarso dan Sumadi. (2007). Analisis Faktor yang Berpengaruh Terhadap Kinerja

Supardi (2013:53). "Pengaruh fasilitas belajar dan lingkungan belajar terhadap

motivasi belajar siswa program keahlian apk di smk taruna jaya gresik."

Economic education 1.

Suparwoto, dkk. (2011). Evaluasi Etos kerja guru Guru IPA SD, SMP, dan SMA

Pasca Sertifikasi. Jurnal Kependidikan (Nomor 1 Volume 41). Hlm. 87-

110.

133

Suryaman, 2004. Budaya Organisasi di Sekolah. Jurnal Buana Pendidikan, 110

Susilo, F. A. (2014). "Peningkatan efektivitas pada proses pembelajaran." 1 2:

166-195.

Wilson, D. 2004. The Interface of School Climate and School Connectedness

and Relationship with Aggression and Victimization. Journal of School

Health, 7,74,293-299.

Wiyono, B. 2007. Hubungan Lingkungan Belajar, Kebiasaan Belajar dan

Motivasi Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa SMP Kotamadya

Mojokerto. Jurnal Pendidikan Vol 15 No 1 Tahun 2007. FIP. Universitas

Negeri Malang.

Yuliani, 2003. Pengaruh Iklim Kelas terhadap Motivasi Belajar.

Jurnal Pembelajaran, (Volume 30 No.02), Universitas Negeri Padang

Press

Zahra. 2014. Total Quality Management in Education, Manajemen Mutu

Pendidikan. Cetakan ke.XI. Jogjakarta: IRCiSoD.