Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH REINFORCEMENT GURU TERHADAP
MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS V MI MA’ARIF
PANJENG PONOROGO TAHUN AJARAN 2019/2020
SKRIPSI
Oleh :
Siti Fatmasari
210616198
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI PONOROGO
SEPTEMBER 2020
ii
ABSTRAK
Fatmasari, Siti. 2020. Pengaruh Reinforcement Guru Terhadap Motivasi Belajar Siswa
Kelas V MI Ma’arif Panjeng Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020, Skripsi, jurusan
Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Institut Agama Islam Negeri Ponorogo. Pembimbing Dr. Moh. Miftahul Choiri,
M.A
Kata Kunci: Penguatan Guru (Reinforcement), Motivasi Belajar.
Reinforcement adalah cara guru untuk merespon secara positif terhadap tingkah laku
tertentu siswa, agar tingkah laku yang baik tersebut dapat terulang kembali atau menjadi lebih baik
lagi. reinforcement penting untuk menguatkan motivasi belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng
Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020 karena akan meningkatkan motivasi belajar pada siswa.
Motivasi belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam belajar. Sebagai daya penggerak
dari dalam diri individu untuk melakukan kegiatan belajar, untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan serta pengalaman sehingga siswa sungguh-sungguh untuk belajar dan termotivasi
untuk mencapai prestasi.
Penelitian ini bertujuan : 1)Untuk mengetahui reinforcement guru di MI Ma‟arif Panjeng
Ponorogo.2)Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo.3)Untuk
mengetahui apakah terdapat pengaruh reinforcement guru terhadap motivasi belajar siswa di MI
Ma‟arif Panjeng Ponorogo.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Jenis metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode ex-postfacto dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas V di
MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020 sebanyak 2 (dua) kelas (Ar-Rahman dan
Ar-Rahim) dengan siswa berjumlah 47 orang. penelitian ini menggunakan teknik non probability
sampling (adalah sebuah teknik sampling yang tidak memperhatikan banyak variabel dalam
penarikan sampel), khususnya Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (sesuai kebutuhan peneliti). Adapun sampel penelitian ini adalah
kelas Ar-Rahman dengan siswa sejumlah 24 orang dimana kelas yang pertama lebih unggul
dibandingkan kelas yang kedua.. Teknik pengumpulan data menggunakan Angket/kuesioner (skala
cek list). Teknik analisis data yang di gunakan adalah regresi linier sederhana.
Berdasarkan hasil analisis data dengan melakukan uji deskriptif, maka dapat disimpulkan
: 1) Reinforcement guru di kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponnorogo tahun pelajaran 2019/2020
dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu : tinggi, sedang, dan rendah. dalam kategori
tinggi terdapat 6 siswa dengan persentase 25 %, kategori sedang terdapat 14 siswa dengan
persentase 58,3%, dan kategori rendah terdapat 4 siswa dengan persentase 16,7%. Diambil
kesimpulan reinforcement guru termasuk kategori sedang dengan jumlah persentase 58,3 %, hal
tersebut menunjukkan bahwa reinforcement guru berada di atas kategori rendah. Sehingga, dapat
mendukung perkembangan motivasi belajar siswa ke arah yang baik atau positif. 2) Motivasi
belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng tahun pelajaran 2019/2020 dalam penelitian ini
dikelompokkan menjadi 3, yaitu pujian, hadiah, dan angka/nilai. dalam kategori memberikan
pujian terdapat 9 siswa dengan persentase 37,5%, kategori memberikan hadiah 1 siswa dengan
persentase 4,1 %, dan kategori memberikan angka/nilai 14 siswa dengan persentase 58,3 %. Hal
tersebut menunjukkan bahwa Motivasi Belajar sangat mendukung siswa menuju ke arah yang baik
atau positif. Motivasi pemberian nilai/angka diterapkan mampu membentuk banyak siswa yang
belajar untuk mencapai angka-angka yang baik. Sehingga yang dikejar siswa dan dicapai dalam
ujian adalah nilai yang baik pada raport mereka. Angka yang baik itu bagi para siswa adalah
sebagai motivasi yang sangat kuat. 3) Reinforcement guru memiliki pengaruh yang signifikan
teradap motivasi belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020
dengan nilai signifikasi (Sig.) sebesar 0,001 yang berarti bahwa nilai signifikansi (Sig.) tersebut
lebih kecil dari pada probabilitas 0,05. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara Reinforcement Guru (X) dan
Motivasi Belajar (Y).
iii
iv
v
vi
vii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Belajar adalah aktivitas di sekolah merupakan inti dari proses
pendidikan di sekolah. Belajar merupakan alat utama bagi siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran sebagai unsur proses pendidikan di sekolah.
Tujuan pembelajaran dalam suatu kegiatan pembelajaran hanya dapat dicapai
jika ada interaksi belajar mengajar antara guru dan siswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Interaksi tersebut harus dalam proses komunikasi yang
aktif dan edukatif antara guru dengan siswa saling menguntungkan kedua
belah pihak agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efisien dan
efektif. Hanya dengan proses pembelajaran yang baik, tujuan pembelajaran
dapat dicapai sehingga siswa mengalami perubahan perilaku melalui kegiatan
belajar.1
Belajar tak akan pernah dilakukan tanpa suatu dorongan yang kuat.
Dorongan yang kuat untuk belajar disebut motivasi. Motivasi ini tumbuh
karena ada keinginan untuk mengetahui dan memahami sesuatu dan
mendorong serta mengarahkan siswa sehingga sungguh-sungguh untuk
mencapai prestasi.2 Motivasi belajar timbul karena faktor instrinsik dan
ekstrinsik. Faktor instrinsik (dari dalam diri) berupa; 1) dorongan atau
keinginan akan kebutuhan belajar, 2) harapan dan 3) cita-cita. Sementara
1Abdul Hadis, Psikologi dalam Pendidikan (Bandung: Alfabeta, 2006), 59-60.
2Iskandar, Psikologi Pendidikan (Jakarta: Referensi, 2012), 181.
2
faktor ekstrinsik (dari luar diri) berupa; 1) adanya penghargaan, 2) lingkungan
belajar yang menyenangkan, dan 3) kegiatan atau Motivasi yang menarik.3
Motivasi sangat strategis dalam aktivitas belajar seseorang. Tidak ada
seorang pun yang belajar tanpa motivasi. Tidak ada motivasi berarti tidak ada
kegiatan belajar. Motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan
yang timbul pada diri seseorang untuk melakukan tindakan dengan tujuan
tertentu. Motivasi juga bisa juga bentuk usaha-usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.4
Pentingnya kemandirian bagi siswa, dapat dilihat dari situasi
kompleksitas kehidupan dewasa ini, yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi kehidupan siswa. Dalam konteks proses belajar, terlihat
adanya fenomena siswa yang kurang mandiri dalam belajar, yang dapat
menimbulkan gangguan mental setelah memasuki pendidikan lanjutan,
kebiasaan belajar yang kurang baik (seperti tidak betah belajar lama atau
belajar hanya menjelang ujian, membolos, menyontek, dan mencari bocoran
soal-soal ujian) dan akhlak yang kurang terpuji (kebiasaan bullying serta
tawuran di kalangan pelajar). Fenomena-fenomena di atas, menuntut dunia
pendidikan untuk mengembangkan kemandirian siswa.5
3Ibid
4Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 152.
5Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012),
189.
3
Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda dan tidak dapat
disamakan antara satu dengan yang lain. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari
tingkah laku siswa dalam kesehariannya dan juga dapat dilihat oleh guru pada
saat proses kegiatan belajar mengajar berlangsung. Perbedaan-perbedaan
karakteristik siswa tersebut juga mempengaruhi motivasi belajar yang
dimiliki setiap siswa. Motivasi belajar siswa dapat muncul dari dalam dirinya
sendiri dan ada juga yangmuncul karena pengaruh dari luar, seperti penguatan
dari guru.
Guru harus mempunyai cara-cara dan prinsip-prinsip dalam pemberian
penguatan sehingga memungkinkan siswa dapat termotivasi dalam
belajarnya. Pola dan frekuuensi pemberian penguatan harus diberikan sesuai
dengan kebutuhan siswa sehingga pemberian penguatan akan menjadi efektif
dan efesien.
Menurut Sanjaya,6 penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingngkah laku guru terhadap
tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi atau umpan
balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Sejalan dengan pendapat sanjaya, Usman7
mendefinisikan penguatan sebagai salah satu bentuk respon, baik itu yang
bersifat verbal maupun non verbal, yang merupakan bagian tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa. Penguatan bertujuan untuk memberikan
6Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta; Kencana, Kencana, 163.
7Moh, Uzer Usman.(2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung:PT.Remaja, 80.
4
informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima (siswa) atas
perbuatanya sebagai suatu tindak dorongan ataupun koreksi. Dengan
demikian, penguatan dapat diartikan sebagai cara guru unruk merespon
secara positif terhadap tingkah laku tertentu siswa agar tingkah laku yang
baik tersebut dapat terulang kembali atau menjadi labih baik lagi.
Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, Usman8 menyatakan
bahwa penguatan mempunyai pengaruh baik bagi siswa yang berupa sikap
positif terhadap proses belajar siswa dan bertujuan sebagai berikut : 1)
Meningkatkan perhatian siswa terhadap pembelajaran, 2) Merangsang dan
meningkatkan motivasi belajar dan 3) Meningkatkan kegiatan belajar dan
membina tingkah laku siswa yang produktif. Artinya, penguatan sangat
diperlukan demi menunjang pembelajaran. Dengan penguatan guru siswa
lebih dapat termotivasi dalam belajar.
Berdasarkan penjajakan awal di lokasi penelitian penulis menemukan
beberapa masalah, seperti; a) Sebagian siswa motivasinya rendah karena
disebabkan oleh cara mengajar guru yang monoton, seingga membuat siswa
merasa bosan dengan kondisi kelas yang ada, sebagian siswa terlihat jenuh
dan kurang konsentrasi dalam mengikuti proses pembelajaran, siswa
cenderung sibuk dengan urusannya sendiri ketika guru sedang menerangkan
materi pelajaran di depan kelas dan terkadang izin keluar untuk membeli jajan
Akibatnya kegiatan belajar mengajar pun menjadi kurang maksimal, b)
8Opict, 81.
5
Kurangnya kemandirian belajar dari sebagian siswa, dan cenderung
menunggu intruksi dari guru untuk belajar.9
Mengatasi permasalahan tersebut, proses kegiatan belajar mengajar di
MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo dibuat bervariasi, terkadang dilakukan di luar
kelas, seperti di perpustakaan dan musholla. Proses pembelajaran seperti ini
diharapkan dapat memotivasi dan menjembatani Motivasi siswa yang
beragam dalam rangka membangun suasana belajar yang menyenangkan.
Selain itu, guru-guru juga selalu memberikan motivasi kepada siswa agar
siswa mau mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Karena motivasi
siswa dalam proses pembelajaran sangat penting dalam memacu semangat
belajar siswa agar dapat mengembangkan diri secara optimal dalam rangka
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa.10
Berangkat dari latar belakang di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Reinforcement Guru
Terhadap Motivasi Belajar Siswa Kelas V Mi Ma‟arif Panjeng Ponorogo
Tahun Ajaran 2019/2020”.
B. Batasan Masalah
Agar tidak menimbulkan penafsiran yang bias, peneliti membatasi
permasalahan yang akan diteliti hanya pada keterampilan guru dalam
memberikan penguatan dan motivasi belajar pada siswa kelas V MI Ma‟arif
Panjeng Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020.
9Hasil Observasi di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo dengan kode 01/O/07-II/2020.
10
Hasil wawancara dengan Pak Sugenng Hariyannto, Guru Mata Pelajaran Aqidah Akhlak
dengan kode 01/O/07-II/2020.
6
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan batasan penelitian sebelumnya,
maka masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana reinforcement guru di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo?
2. Bagaimana motivasi belajar di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo?
3. Apakah terdapat pengaruh reinforcement guru terhadap motivasi belajar
siswa di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo?
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan sasaran yang ingin dicapai dalam
penelitian. Sesuai dengan fokus yang telah dirumuskan dalam rumusan
masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui reinforcement guru di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo.
2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa di MI Ma‟arif Panjeng
Ponorogo.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh reinforcement guru terhadap
motivasi belajar siswa di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini sangat penting dan bermanfaat dari beberapa sisi, yaitu:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai sumbangan pemikiran tentang penguatan guru terhadap motivasi
belajar siswa.
2. Secara Praktis
Penelitian ini akan bermanfaat untuk:
7
a. Peneliti
Penelitian ini menjadi sarana bagi peneliti dalam pengembangan
pengetahuan dan kemampuan berkaitan dengan penelitian dan
penelitian karya ilmiah.
b. MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
memecahkan berbagai permasalahan yang dialami guru dan siswa
dalam mengatasi berbagai problematika berkaitan Motivasi Belajar
Siswa.
c. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Ponorogo
Penelitian ini dapat menjadi sumbangan pemikiran dalam
pengembangan teori yang berkaitan dengan Motivasi Belajar Siswa.
F. Sistematika Pembahasan
Untuk dapat memberikan gambaran mengenai penelitian ini dapat
disusun sistematika penulisan sebagai berikut.
Bab 1: Pendahuluan, pertama berisi tentang latar belakang masalah
yang menjelaskan alasan dilakukannya penelitian ini. Kedua, batasan masalah
yang hendak membatasi masalah agar tidak melebar terlalu jauh dari topik
pembahasan. Ketiga, rumusan masalah yang memuat pertanyaan-pertanyaan
yang hendaj dicari jawabannya dalam penelitian. Keempat adalah tujuan
penelitian, yaitu kalimat pernyataan yang mengungkapkan hal-hal yang ingin
dicapai dalam penelitian. Kelima adalah manfaat penelitian yang berisi
berbagai kegunaan dari penelitian baik secara teoritis maupun praktis.
8
Keenam adalah sistematis pembahasan yang menjelaskan tentang urutan pada
laporan penelitian. Bab II: Landasan Teori, Telaah Hasil Penelitian
Terdahulu, Kerangka Berpikir, dan Pengajuan Hipotesis. Pada bab ini
pertama menguraikan deskripsi teori mengenai pengaruh reinforcement guru
terhadap motivasi belajar siswa Kedua, telaah hasil penelitian terdahulu yang
sesuai dengan variabel penelitian. Ketiga, kerangka berpikir yang
menjelaskan perbedaan variabel yang diteliti. Keempat, pengajuan hipotesisi
penelitian yang merupakan jawaban sementara dari penelitian yang dianggap
paling mungkin dan sifatnya adalah sebagai dugaan dari peneliti mengenai
jawaban rumusan masalah. Bab III: Metodologi Penelitian. Bab ini pertama
menguraikan rancangan penelitian yang berisi penjelasan tentang jenis
penelitian serta langkah-langkah penelitian. Kedua adalah populasi dan
sampel, yaitu berisi penjelasan sasaran penelitian. Ketiga adalah instrumen
pengumpulan data yang menjelaskan alat yang digunakan untuk memperoleh
data penelitian. Keempat adalah teknik pengumpulan data, yaitu menguraikan
cara-cara yang digunakan untuk memperoleh data penelitian. Dan kelima
adalah teknik analisis data, yaitu menjelaskan tentang beberapa rumus yang
digunakan dalam penelitian.
Bab IV: Hasil Penelitian. Bab ini menguraikan tentang gambaran umum
lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis),
interpretasi dan pembahasan.
Bab V: Penutup. Bab ini berisi kesimpulan dan saran. Bab ini berfungsi
mempermudah pembaca dalam mengambil inti sari dari penelitian ini.
9
BAB II
TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU, LANDASAN TEORI
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu
Dalam sebuah penelitian, hasil penelitian terdahulu penting diketahui
berkaitan dengan dua hal; 1) untuk memastikan bahwa penelitian yang
dilakukan merupakan penelitian yang baru dan bukan pengulangan atau sama
dengan penelitian yang sudah ada, dan 2) untuk mengetahui apakah penelitian
yang dilakukan merupakan lanjutan, pengembangan atau bantahan dari
penelitian sebelumnya. Adapun hasil temuan penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Elva Pariani dengan judul “Pengaruh Motivasi terhadap hasil
belajar Mata Pelajaran Akidah Akhlak Siswa Kelas V Min 12 Bandar
Lampung Tahun Ajaran 2016/2017”. Dengan rumusan masalah: Adakah
hubungan yang positif antara Motivasi dengan hasil belajar mata pelajaran
akidah akhlak siswa kelas V di MIN 12 Bandar Lampung?
Dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa Motivasi siswa kelas V MIN
12 Bandar Lampung dapat diketahui bahwa meannya 70. Hal ini
menunjukkan bahwa Motivasi siswa dalam kategori sangat kuat. Sedangan
hasil belajar Akidah Akhlak siswa kelas V MIN 12 Bandar Lampung juga
diketahui meannya adalah 79,2. Jenis penelitian menggunakan pendekatan
kuantitatif dengan teknik analisis product moment. Teknik penggumpulan
data menggunakan angket dan tes. Metode yang digunakan adalah
10
Pengaruh product moment dengan taraf signifikan 5%. Pada perhitungan
rhitung 0,9134 dan rtabel 0,413 pada taraf signifikan 5% rhitung > rtabel
(0,9134 > 0,143) dengan demikian dapat diketahui H0 ditolak sedangkan
H1 diterima. Dari perhitungan ini berarti menunjukkan terdapat Pengaruh
yang signifikan antara motivasi mata pelajaran Akidah Akhlak pada kelas
V di MIN 12 Bandar Lampung.
2. Penelitian Agus Vinaryo. dengan judul: “Pengaruh Pemberian Hadiah dan
Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas IV SD
Sekabupaten Agam Tahun Ajaran 2017/2018”. Penelitian tersebut
menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara
motivasi belajar terhadap prestasi belajar pada siswa kelas IV SD
Sekabupaten Agam Tahun Ajaran 2017/2018, Fhitung 10,936 lebih besar
dari Ftabel 3,96 (Fh > Ft). Dari kesimpulan penelitian tersebut kita dapat
mengetahui bahwa motivasi belajar memiliki pengaruh baik terhadap
prestasi belajar siswa.
3. Penelitian Masruroh Luthfiyana dengan judul: “Pengaruh Motivasi
terhadap hasil belajar Siswa Kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo Tahun
Pelajaran 2018/2019”. Dengan rumusan masalah: 1) Bagaimana Motivasi
siswa kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo? 2) Bagaimana hasil belajar siswa
kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo? 3) Adakah Pengaruh Motivasi terhadap
hasil belajar siswa kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo?
Dengan hasil penelitian Hasil penelitian ditemukan bahwa Motivasi siswa
kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo bervariasi hal ini dipaparkan dengan 1)
11
berkategori visual dengan persentase 20,59% sebanyak 7 responden dari
34 responden, 2) Kategori auditori dengan persentase 47,05% sebanyak 16
responden dari 34 responden, 3) kategori kinestetik dengan persentase
26,47% sebanyak 9 responden dari 34 responden, 4) Kategori visual
auditori dengan persentase 2,95% sebanyak 1 responden dari 34
responden, 5) kategori auditori kinestetik dengan persentase 2,95%
sebanyak 1 responden dari 34 responden. hasil belajar siswa kelas VB SD
Ma‟arif Ponorogo adalah yang kategori baik dengan persentase 17,64%
sebanyak 6 responden dari 34 responden, Sedangkan kategori cukup
dengan persentase 64,70% sebanyak 22 responden dari 34 responden dan
kategori kurang 17,64% sebanyak 6 responden dari 34 responden.
Terdapat Pengaruh yang signifikan antara Motivasi dengan hasil belajar
siswa kelas VB SD Ma‟arif Ponorogo, hal ini terlihat dari hasil analisis
data pada taraf signifikan 5% 0,349 dan 0,494 maka Ha diterima.
4. Penelitian Sulaikah dengan judul “Pengaruh Motivasi dan Minat Siswa
Terhadap hasil belajar Mata Pelajaran Bahsa Arab Kelas VIII MTs Negeri
sidoarjo Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan rumusan masalah: 1)
Bagaimana Pengaruh Motivasi terhadap hasil belajar pada mata pelajaran
Bahasa Arab Kelas VIII MTs Negeri Sidoarjo?, 2) Bagaimana Pengaruh
minat dengan hasil belajar pada mata pelajaran Bahsa Arab Kelas VIII
MTs Negeri Sidoarjo?, 3) Apakah terdapat hubungan yang positif
signifikan antara motivasi dan minat siswa terhadap hasil belajar pada
mata pelajaran Bahsa Arab Kelas VIII MTs Negeri Sidoarjo?
12
Dengan hasil penelitiannya sebagai berikut (1) Motivasi minat siswa kelas
VIII Mts Negeri Sidoarjo, dalam kategori cukup yakni mencapai 58%; (2)
Minat siswa kelas VIII MTs Negeri Sidoarjo, dalam kategori cukup yakni
mencapai 67%; (3) hasil belajar siswa kelas VIII MTs Negeri Sidoarjo,
dalam ketegori cukup yakni mencapai 58%; (4) Ada Pengaruh positif dan
signifikan antara motivasi dan minat siswa terhadap hasil belajar mata
pelajaran Bahasa Arab kelas VIII MTs Negeri Sidoarjo Tahun pelajaran
2016/2017 dengan koefisien sebesar (0,45644474/0,456). Pada taraf
signifikan 5% tc: 0,456 dan tt: 0,217 taraf signifikan 1%: dan tt: 0,283,
sehingga to>tt maka Ha diterima dan Ho tidak diterima.
Dari ke empat penelitian diatas terdapat persamaan dan perbedaan
dengan penelitian yang peneliti lakukan. Persamaan yang terdapat adalah
pada variabel X berupa motivasi, Meskipun penelitian Agus Vinaryo dan
Sulaikah memiliki variabel X lain, yaitu minat (regresi linear berganda).
Demikian variabel Y , hasil/prestasi juga memiliki kesamaan. Kesamaan
lain juga terjadi pada obyek penelitian dari 3 orang peneliti, yakni siswa
setingkat SD, kecuali pada Sulikah yang meneliti siswa SMP. Selain itu
metode yang digunakan juga sama menggunakan metode kuantitatif.
Sedangkan yang membedakan terdapat pada lokasi sekolah.
B. Landasan Teori
1. Belajar
a) Pengertian
13
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri
setiap orang sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena
adanya interaksi antara seseorang dengan lingkungannya.11
Belajar
secara umum diartikan sebagai perubahan pada individu yang terjadi
melalui pengalaman, dan bukan karena pertumbuhan atau
perkembangan tubuhnya atau karakteristik seseorang sejak lahir.
Belajar adalah suatu proses untuk merubah tingkah laku sehingga di
peroleh pengetahuan dan keterampilan untuk menjadi lebih baik dari
sebelumnya.
Belajar hakikatnya adalah suatu proses yang ditandai dengan
adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari
proses belajar dapat di indikasikan dalam berbagai bentuk seperti
berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, kecakapan,
keterampilan dan kemampuan, serta perubahan aspek-aspek yang lain
yang ada pada individu yang belajar.12
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur
yang fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau
11
Arsyad Azhar, Media Pembelajaran (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2011), 1. 12
Trianto Ibnu Badar Al-Tabany, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, dan
Kontekstual (Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), 17.
14
keluarga sendiri.13
Oleh karenanya pemahaman yang benar mengenai
arti belajar dengan segala aspek, bentuk, dan manifestasinya mutlak
diperlukan oleh para pendidik. Kekeliruan atau ketidak lengkapan
persepsi mereka terhadap proses pembelajaran dan hal-hal yang
berkaitan dengannya mungkin mengakibatkan kurang bermutunya hasil
belajar yang dicapai siswa. Sebagian besar orang beranggapan bahwa
belajar adalah semata – mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta–
fakta yang tersaji dalam bentuk informasi/materi pelajaran. Orang yang
beranggapan demikian biasanya akan merasa bangga ketika anak-anak
telah mampu menyebutkan kembali secara lisan sebagian besar
informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang diajarkan oleh
pendidik.
Disamping itu ada juga sebagian orang yang memandang belajar
sebagai latihan belaka seperti yang tampak ada latihan membaca dan
menulis. Berdasarkan persepsi seperti ini, biasanya mereka akan merasa
cukup puas bila anak–anak mereka telah mampu memperlihatkan
ketrampilan jasmaniah tertentu walaupun tanpa pengetahuan mengenai
arti, hakikat dan tujuan ketrampilan tersebut.14
Untuk menghindari
ketidak lengkapan persepsi tersebut maka pendidik membutuhkan
metode pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran yaitu
dengan Motivasi. Sehingga berdasarkan penjelasan diatas dapat
13
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 63. 14
Ibid, 64.
15
disimpulkan bahwa belajar adalah proses menerima suatu stimulus yang
menghasilkan suatu perubahan, yang dilakukan sengaja atau tidak
sengaja untuk mencapai suatu tujuan yang diinginkan oleh individu.
b) Prinsip Belajar
Brown, mengungkapkan bahwa jika ingin belajar sukses,
prinsipnya adalah15
:
1) Komitmen secara fisik, mental, dan emosional.
Secara fisik misalnya dengan menyediakan waktu khusus
untuk belajar, terlibat secara fisik dan aktif dalam mencari bahan-
bahan belajar. Secara mental, misalnya memproses informasi yang
didapat dengan sungguh-sungguh bukan sekedar hanya mendengar,
mengaitkan informasi yang diterima dengan pengalaman yang
dialami. Secara emosional, misalnya mengupayakan belajar dalam
suasana senang, menyukai pelajaran meskipun susah.
2) Praktik
Informasi yang kita dapat bisa bermanfaat bila kita mencoba
untuk mempraktikkan bukan hanya dipelajari dan dipahami saja.
3) Mengetahui betul apa yang menarik
Bila siswa mengetahui apa yang menarik baginya maka siswa
akan aktif dalam mencari informasi tentang hal tersebut dan akan
mencurahkan seluruh kemampuan yang dimiliki.
15
Amin Pujiarti, “Pengaruh Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD Negeri
Percobaan 4 Wates Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013”. Skripsi (Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta, Sepetember 2013), 11-13.
16
4) Kenalilah kepribadian diri sendiri
Apabila telah memahami diri sendiri dan apa yang diinginkan
maka mempelajari sesuatu yang sesuai dengan diri dan keinginan
menjadi lebih mudah untuk dilakukan.
5) Rekam semua informasi sesuai Motivasi masing-masing
Siswa memiliki kecenderungan Motivasi masing-masing,
siswa yang memiliki kecenderungan Motivasi Visual sebaiknya
merekam informasi melalui indera penglihatan, Audio melalui indera
pendengaran, dan Kinesthetic melalui praktik atau tindakan.
6) Belajar bersama orang lain
Cara termudah untuk belajar adalah jika melakukannya secara
bersama-sama, jika sedang malas maka ada teman yang
menyemangati untuk belajar dan kadang dalam belajar
membutuhkan suasana persaingan.
7) Motivasii diri sendiri
Kita harus menghargai diri sendiri meskipun banyak
kelemahan pada diri tapi di balik itu semua juga pasti ada kelebihan
sehingga harus bersyukur dan tidak boleh putus asa.
c) Tujuan Belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya
system lingkungan (kondisi) belajar yang lebih kondusif. Hal ini akan
berkaiatan dengan mengajar. Mengajar diartikan sebagai suatu usaha
penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proes
17
belajar. Sistem lingkungan belajar ini sendiri terdiri atau dipengaruhi
oleh berbagai komponen yang masing-masing saling memengaruhi.
Komponen-komponen system lingkungan itu saling memengaruhi
secara bervariasi sehingga setiap peristiwa belajar memiliki profil yang
unik dan kompleks. Masing-masig profil sistem lingkungan belajar
diperuntukkan tujuan-tujuan belajar yang berbeda. Secara umum tujuan
belajar ada tiga jenis, yaitu:16
1) Untuk Mendapatkan Pengetahuan
Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pemilikan
pengetahuan dan kemampuan berpikir sebagai yang tidak dapat
dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan
kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah
yang memiliki kecenderungan lebih besar perkembangannya di
dalam kegiatan belajar.
2) Penanaman Konsep dan Keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga
memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal keterampilan yang bersifat
jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-
keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan
menitikberatkan pada keterampilan gerak/penampilan dari anggota
16
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada,
2012), 25-27.
18
tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan
rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-
masalah keterampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung
pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan
penghayatan, dan keerampilan berpikir serta kreativitas untuk
menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.
3) Pembentukan sikap
Dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi anak
didik, guru harus lebih bijak dan hati-hati dalam pendekatannya.
Untuk itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan
berpikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri
sebagai contoh atau model. Pembentukan sikap mental dan perilaku
anak didik, tidak akan terlepas dari soal penanaman nilai-nilai,
transfer of values. Oleh karena itu, guru tidak sekedar
“pengajar”,tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan
memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Jadi pada intinya,
tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap mental/nilai-nilai. Pencapaian
tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.
d) Teori-Teori belajar
Banyak sekali teori yang berkaitan dengan belajar. Masing-
masing teori memiliki kekhasan tersendiri dalam mempersoalkan
19
belajar. Alfarabi dalam Al-Tabany17
mengatakan bahwa untuk
memahami belajar secara mendalam perlu dipahami istilah-istilah
seperti disiplin (ta’dib) koreksi/assesment (taqwim), pembelajaran
(ta’lim), pendidikan (tarbiyah). Al-farabi percaya bahwa belajar pada
hakikatnya merupakan proses mencari ilmu pengetahuan yang
muaranya tiada lain untuk memperoleh nilai-nilai, ilmu pengetahuan,
dan keterampilan praktis dalam upaya untuk menjadi manusia yang
sempurna.
1) Teori Belajar Behaviorisme
Sebagai tokoh behaviorisme radikal, skinner mengatakan
bahwa belajar dapat dipahami, dijelaskan, dan diprediksi secara
keseluruhan melalui kejadian yang dapat diamati, yakni perilaku
peserta didik beserta anteseden dan konsekuensi lingkungannya.
Menurut Skinner dalam Yaumi; untuk mengamati konsekuensi dari
perilaku dapat ditunjukkan dalam perilaku berikutnya apakah
cenderung diulangi atau diambil sebagai pelajaran. Oleh karena itu
belajar adalah perubahan dalam tingkah laku sebagai akibat dari
interaksi antara stimulus dan respon. Belajar menurut kaum
behavioris menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati
dari hasil hubungan timbal balik antara guru sebagai pemberi
17
Op.Cit 17.
20
stimulus dan murid sebagai perespon tindakan stimulus yang
diberikan.18
2) Teori Pemprosesan Informasi
Teori pemprosesan informasi memandang aspek lingkungan
memegang peranan penting dalam belajar. Teori pemprosesan
informasi sebagaimana dijelaskan oleh Byrnes19
yang memandang
belajar sebagai suatu upaya untuk memproses, memperoleh, dan
menyimpan informasi melalui short term memory (memori jangka
pendek) dan long term memory (memori jangka panjang), dalam hal
ini belajar terjadi secara internal dalam diri peserta didik. Jika
stimulus merupakan input dan perilaku menjadi output, maka proses
yang terjadi diantara keduanya merupakan proses informasi.
Pemprosesan informasi kognitif difokuskan pada berbagai
aspek pembelajaran dan bagaimana aspek-aspek tersebut dapat
memfasilitasi atau merintangi belajar dan memori. Teori ini juga
menekankan pada bagaiman menggunakan stategi yang fokusnya
pada perhatian peserta didik, mendorong proses pengkodean dan
retrieval pemerolehan kembali informasi dan menyediakan
praktikpraktik pembelajaran yang efektif dan berguna. Belajar
menurut teori ini bukan hanya dapat diamati melalui perubahan
perilaku, melainkan juga peruahan struktur mental internal seseorang
18
Muhammad Yaumi, Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran (Jakarta: Kencana Prenada
Media Group, 2013), 28-29. 19
Ibid, 30.
21
yang memberikan kapasitas padanya untuk menunjukkan perubahan
perilaku. Struktur mental yang dimaksud mencakup pengetahuan,
keyaakinan, keterampilan, harapan, dan mekanisme lainnya dalam
otak peserta didik.
3) Teori Belajar Situated
Situated Learning Theory atau disebut dengan situated
cognition muncul dari derasnya arus pemahaman belajar yang hanya
melihat daru aspek perubahan perilaku dan memori tanpa
mengaitkan dengan aspek sosial khususnya keadaan budaya.
Pandangan umun tentang situated learning adalah jika kita membawa
peserta didik pada situasi dunia nyata (auntentic context) dan
berinteraksi dengan orang lain, distulah terjadi proses belajar.
Artinya, selama peserta didik belum dihadapakan dengan situasi
nyata berarti mereka belum dapat dikatakan belajar sesungguhnya.
Situated learning biasanya memfasilitasi memfasilitasi peserta didik
terliba secara aktif dalam berbagai tugas yang diaplikasikan dengan
dunia nyata. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kondisi belajar
dan memotivasi peserta didik dengan menyediakan berbagai konteks
belajar yang sudah dirancang sebelumnya.
4) Teori Kontruktivisme tentang Belajar
Teori kontruktivisme dikembangkan oleh piaget dengan nama
individual cognitive theory dan Vygotsky dalam teorinya yang
disebut social cultural contructivist theory. Kontruktivisme kognitif
22
yang dikembangkan oleh piaget umumnya menganggap bahwa
tujuan pendidikan adalah untuk mendidik individual anak dengan
cara mendukung terbentuknya minat dan kebutuhan. Oleh karena itu
anak adalah subjek dan perkembangan kognitif individu anak adalah
penekana studi.
Belajar dalam pandangan kontruktivisme betul-betul menjadi
usaha individu dalam mengkontruksi makna tentang sesuatu yang
dipelajari. Kontruktivisme merupakan pendekatan yang berpusat
pada anak yang berusaha untuk mengidentifikasi, melalui studi
ilmiah, yang merupakan jalur alami perkembangan kognitif.
Kontruksi pengetahuan terjadi sebagai hasil dari pengalaman dalam
melaksanakan pekerjaan melalui tugas dilema yang dierikan.
Kontruktivisme sosial menekankan proses pendidikan melalui
transformasi sosial, dan mencerminkan teori perkembangan manusia
meletakkan individu dalam konteks sosial budaya. Pengembangan
individu terbentuk dari interaksi sosial dimana makna budaya terbagi
dalam kelompok yang kemudian diinternalisai oleh individu.
Individu membangun pengetahuan melalui interaksinya dengan
lingkungan dan dalam proses perubahan individu dan lingkungan.
Subjek kajian adalah hubungan dialektis antara individu, lingkungan
sosial dan budaya.20
5) Teori Skema dan Muatan Kognitif
20
Yaumi, Op.Cit. 42-44.
23
Teori skema pertama kali dihembuskan oleh piaget pada tahun
1926 ketika membahas proses belajar yang melibatkan asimilasi,
akomadasi, dan skemata. Skema adalah gambaran atau pola mental
sederhana dari suatu tindakan, suatu bentuk informasi yang
terorganisasi untuk menginterpretasi sesuatu yang dilihat, didengar,
dicium, dan diraba. Teori skema menekankan hakikat dan tujuan dari
skemata sebagai elemen penting dalam proses kognitif.
Skemata merupakan alat untuk memahami dunia. Melalui
penggunaan skemata situasi setiap hari tidak membutuhkan
pemikiran yang mendalam. Orang dapat mengorganisasi dengan
cepat persepsi baru kedalam skemata dannbertindak secara efektif
tanpa dibarengi dengan upaya keras. Teri skema menekankan bahwa
begitu pentingnya pengetahuan awal dalam dalam memfasilitasi dan
mentransfer tugas belajar. Dengan kata lain, pengetahuan awal dapat
membantu dan mempermudah membangun pengetahuan baru dari
hasil kombinasi dari pengetahuan yang baru saja diperoleh dengan
pengetahuan yang diperoleh sebelumnya.21
2. Motivasi Belajar
a. Pengertian Motivasi
21
Ibid, 34-35.
24
Kata motivasi sangat sering didengar dalam kehidupan sehari-
hari. Banyak sekali, bahkan sudah umum orang menyebut dengan
“motif” untuk menunjukkan mengapa seseorang itu berbuat sesuatu.
Kata “motif”, diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang
untuk melakukan sesuatu. Motif dapat dikatakan sebagai daya
penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-
aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan 22
Berawal dari kata
“motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak
yang dapat menjadi aktif. Motif menjadi pada saat-saat tertentu,
terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan yang sangat mendesak.
Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila ada seorang siswa, misalnya
tidak berbuat sesuatu yang tidak seharusnya dikerjakan, maka harus
diselidiki sebab-sebabnya.23
Motivasi dapat juga dikatakan sebagai serangkaian usaha untuk
menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga seseorang mau dan ini
melakukan sesuatu, dan bila ia tidak suka, maka berusaha untuk
meniadakan perasaan tidak suka itu.24
Jadi motivasi itu dapat
dirangsang oleh faktor dari luar tetapi motivasi itu tumbuh didalam diri
seseorang.
b. Motivasi Belajar
22
Sardiman , Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2007), 73-74. 23
S. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2010), 70 24
Ibid, 70-71.
25
Motivasi belajar adalah daya penggerak dari dalam diri individu
untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada
keinginan untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan
mendorong serta mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-
sungguh untuk belajar dan termotivasi untuk mencapai prestasi.
Motivasi belajar mempunyai peranan untuk menimbulkan gairah,
perasaan senang dan semangat untuk belajar. Siswa yang memiliki
motivasi kuat, akan mempunyai banyak energi untuk melakukan
kegiatan belajar.25
Motivasi belajar dapat diumpamakan dengan kekuatan mesin
pada sebuah mobil, mobil yang berkekuatan tinggi menjamin lajunya
mobil, biarpun jalan menanjak dan mobil membawa muatan yang berat.
Namun motivasi belajar tidak hanya memberikan kekuatan pada daya
upaya belajar, tetapi juga memberikan arah yang jelas. Mobil yang
bertenaga mesin kuat dapat mengatasi banyak rintangan yang
ditemukan di jalan, namun belum memberikan kepastian bahwa mobil
akan sampai di tempat tujuan. Hal ini tergantung pada sopir. Maka
dalam bermotivasi belajar, siswa sendiri berperan baik sebagai mesin
yang kuat atau lemah, maupun sebagai sopir yang memberikan arah.26
25
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, 75. 26
Ibid, 93.
26
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,
sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang
diminatinya. Sebaliknya tanpa minat dan semangat seseorang tidak
mungkin melakukan sesuatu yang disukainya. Hal ini menyebabkan
pendidik harus memberikan motivasi kepada siswanya agar sistem
belajar didalam kelas maupun diluar kelas akan berjalan dengan baik.
Karena motivasi merupakan daya dalam diri untuk mendorongnya
melakukan sesuatu, atau menyebabkan kesiapannya untuk memulai
rangkaian tingakah laku atau perbuatan.27
Motivasi dapat timbul dari
dalam individu maupun dari luar, hal ini akan diuraikan sebagai berikut:
1) Motivasi Instrinsik, yaitu ingin mencapai tujuan yang terkandung
dalam proses belajar.28
Jenis motivasi ini sebab terjadi dari dalam
individu tanpa paksaan orang lain, melainkan atas kemauan sendiri.
Misalnya anak muda ingin belajar karena ingin mendapatkan ilmu.
Oleh karena itu ia rajin belajar agar mendapatkan ilmu.
2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu jenis motivasi yang timbul dari pengaruh
luar individu. Apakah dari ajakan orang lain, suruhan, paksaan
27
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2011), 22. 28
Ibid, 22-23.
27
sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan
sesuatu atau belajar, karena di suruh atau dipaksa orang lain.29
c. Teori Motivasi
Ada berbagai macam teori dalam motivasi yang harus dipahami,
oleh seorang pendidik antara lain:30
1) Teori Insting, menurut teori ini tindakan setiap diri manusia
diasumsikan seperti tingkah jenis makhluk. Tindakan manusia itu
dikatakan selalu berkait dengan insting dan pembawaan
2) Teori Fisiologis, teori ini juga disebut dengan ”Behaviour
theories”.Menurut teori ini semua tindakan manusia itu berakar pada
usaha untuk memnuhi kepuasan dan kebutuhan organik atau
kebutuhan untuk kepentingan fisik. Atau disebut juga dengan
kebutuhan primer.
3) Teori Psikoanalitik, teori ini mirip dengan teori insting, tetapi lebih
ditekankan pada unsur-unsur kejiwaan yang ada pada diri manusia.
Bahwa setiap tindakan manusia ada unsur Ego. Selanjutnya untuk
melengkapi uraian mengenai makna dan teori tentang motivasi itu,
perlu dikemukakan adanya beberapa ciri motivasi yaitu, tekun
menghadapi tugas, dapat bekerja terus berlama- lamaan, tidak pernah
29
H. Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2012), 106. 30
Amzah Uno B, Teori Motivasi dan Pengukurannya Dibidang Pendidikan (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), 102.
28
berhenti sebekum selesai, ulet menghadapi kesulitan, tidak
memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik mungkin.31
d. Fungsi Motivasi dalam Belajar
Berkaitan dengan kegaiatan belajar motivasi sangat berperan
penting dalam kegiatan belajar. Motivasi tidaka hanya digunakan oleh
para pelajar namun pendidik, pekerja dan pada karyawanpun juga
membutuhkan motivasi. Motivasi memiliki fungsi sebagai berikut:
1) Motivasi bersifat mengarahkan dan mengatur tingkah laku. Motivasi
dalam kehidupan nyata sering digambarkan sebagai, pembimbing,
pengarah,dan pengoreintasi suatu tujuan tertentu dari individu.
Tingkah laku individu dikatakan bermotif jika bergerak menuju ke
arah tertentu. Dengan demikian suatu motif dipastikan memiliki arah
tujuan, tertentu, mengandung ketekunan dan kegigihan dalam
bertindak. Tidak dapat dimungkiri jika suatu tingkah laku yang
bermotif itu bersifat komplek karena struktur keadaan yang ada telah
menentukan tingkah laku individu yang bersangkutan.32
2) Motivasi sebagai penyeleksi tingakah laku individu. Motif di punyai
pada diri individu sehingga membuat individu yang bersangkutan
bertindak secara terarah kepada suatu tujuan yang telah terpilih yang
telah diniatkan oleh individu tersebut. Dengan pernyataan lain, motif
membuat individu menghindari dari perilaku yang tidak terarah atau
31
Ibid, 105. 32
Purwa Atmaja Prawira, Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Baru (Yogyakarta: Ar-
Ruzz Media, 2013), 320.
29
buyar.dalm bertingkah laku guna mencapai tujuan tertentu yang telah
di rencanakan.33
e. Bentuk-bentuk Motivasi Belajar
Di dalam kegiatan belajar peranan motivasi sangat diperlukan.
Dengan motivasi, siswa dapat mengembangkan aktivitas dan inisiatif,
dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam melakukan
kegiatan belajar.34
Dalam kegiatan itu perlu diketahui bahwa cara dan jenis
menumbuhkan motivasi bermacam-macam. Tetapi untuk motivasi
ekstrinsik kadang tepat, dan kadang kurang sesuai. Hal ini para
pendidik harus berhati-hati dalam menumbuhkan dan memberi motivasi
bagi kegiatan belajar para siswa. Ada beberapa cara untuk
menumbuhkan motivasi belajar siswa antara lain:35
1) Memberi Angka/Nilai
Angka dalam hal ini adalah sebagai nilai pada kegiatan
belajarnya. Banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka-angka
yang baik. Sehingga yang dikejar siswa dan dicapai dalam ujian
adalah nilai yang baik pada raport mereka. Angka yang baik itu bagi
para siswa adalah sebagai motivasi yang sangat kuat. Tetapi ada
juga, bahkan banyak siswa yang hanya belajar untuk naik kelas saja.
Oleh karena itu, langkah selanjutnya yang harus dicapai oleh
33
Ibid, 321. 34
Miftah Thoha, Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2008), 205. 35
Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar-Mengajar, l 91-9.
30
pendidik adalah bagaimana cara memberikan angka yang sesuai
dengan standar kemampuannya, tidak hanya sekedar kognitif saja
tetapi juga harus melihat ketrampilan dan afeksinya.
2) Hadiah
Hadiah juga dapat dikatakan sebagai motivasi, tetapi tidaklah
selalu demikian. Karena hadiah untuk suatu pekerjaan, mungkin
tidak akan menarik bagi seseorang yang tidak senang dalam
pekerjaan tersebut. Sebagai contoh hadiah yang diberikan untuk
siswa yang mendapatkan nilai baik, mungkin tidak terlalu menarik
bagi siswa yang tidak mendapatkan nilai yang baik. Bentuk
pemberian hadiah akan sangat mudah meningkatkan motivasi belajar
siswa, namun pendidik tidak boleh membiasakan dengan
pemberian hadiah terus menerus, dikarenakan pemberian hadiah
akan membuat siswa menjadi bergantung semata-mata demi hadiah
bukan karena keinginan untuk belajar.
3) Saingan atau Kompetisi
Persaingan, baik individu atau kelompok dapat meningkatkan
prestasi belajar.
4) Ego Involvement
Ego involvemnt adalah menumbuhkan kesadaran pada siswa
agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai
tantangan sehingga mau bekerja keras dengan memeprtaruhkan
harga dirinya
31
5) Pujian
Apabila ada siswa yang sukses dan berhasil menyelesaikan
tugas dengan baik, perlu diberikan pujian sebagai motivasi yang
positiv bagi siswa. Dengan pujian ini siswa akan merasa
senang dan dapat meningkatkan gairah belajar siswa. Dengan dipuji
biasanya siswa merasa bahwa usaha belajar yang telah ia
timbulkan tidak sia-sia dan membuat semangat siswa semakin
besar dalam proses pembelajaran yang akan berpengaruh pada
pembelajaran dikemudian hari.
f. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar peranan motivasi sangat
diperlukan. Motivasi bagi siswa dapat mengembangkan aktifitas dan
inisiatif, dapat mengarahkan akan memelihara ketekunan dalam
melakukan kegiatan belajar. Dalam kaitannya dengan itu perlu
diketahui ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi
belajar, yaitu:36
1) Kematangan
Dalam pemberian motivasi, faktor kematangan fisik, sosial dan
psikis haruslah diperhatikan, karena hal itu dapat mempengaruhi
motivasi. Seandainya dalam pemberian motivasi itu tidak
36
Mulyadi. Psikologi Pendidikan (Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN Sunan
Ampel Malang, 2001), 92-93.
32
memperhatikan kematangn maka akan mengakibatkan frustasi dan
mengakibatkan hasil belajar tidak optimal.
2) Usaha Yang Bertujuan
Setiap usaha yang dilakukan mempunyai tujuan yang ingin
dicapai. Semakin jelas tujuan yang ingin dicapai, akan semakin kuat
dorongan untuk belajar.
3) Pengetahuan mengenai hasil dalam motivasi
Dengan mengetahui hasil belajar, siswa terdorong untuk lebih
giat belajar. Apabila hasil belajar itu mengalami kemajuan, siswa
akan berusaha untuk mempertahankan atau meningkat intensitas
belajarnya untuk mendapatkan prestasi yang lebih baik di kemudian
hari. Prestasi yang rendah menjadikan siswa giat belajar guna
memperbaikinya.
4) Partisipasi
Dalam kegiatan mengajar perluh diberikan kesempatan pada
siswa untuk berpartisipasi dalam seluruh kegiatan belajar. Dengan
demikian kebutuhan siswa akan kasih sayang dan kebersamaan dapat
diketahui, karena siswa merasa dibutuhkan dalam kegiatan belajar
itu.
5) Penghargaan dan hukuman
Pemberian penghargaan itu dapat membangkitkan siswa untuk
mempelajari atau mengerjakan sesuatu. Tujuan pemberian
penghargaan berperan untuk membuat pendahuluan saja.
33
Pengharagaan adalah alat, bukan tujuan. Hendaknya diperhatikan
agar penghargaan ini menjadi tujuan. Tujuan pemberian
penghargaan dalam belajar adalah bahwa setelah seseorang
menerima pengharagaan karena telah melakukan kegiatan belajar
yang baik, ia akan melanjutkan kegiatan belajarnya sendiri di luar
kelas. Sedangkan hukuman sebagai reinforcement yang negatif tetapi
kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
g. Indikator Motivasi Belajar dalam Penelitian
Indikator motivasi belajar yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:37
1) Orientasi Keberhasilan
a) Sensitif terhadap hal-hal yang berkaitan dengan peningkatan
prestasi unggul
b) Kegiatan pencapaian prestasi unggul
2) Antisipasi kegagalan
a) Cermat menentukan target prestasi
b) Usaha menanggulangi penghambat pencapaian keberhasilan
3) Inovasi
a) Menemukan suatu cara yang lebih mudah dan singkat
b) Menyukai tantangan
37
S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian (Yogyakarta; Pustaka
Pelajar, 2013), 237.
34
4) Tanggung jawab
a) Kesempurnaan penyelesaian tugas
b) Percaya diri dan tangguh dalam menyelesaikan tugas
3. Reinforcement Guru
a. Pengertian Reinforcement
Menurut Wina Sanjaya,38
Keterampilan dasar penguatan adalah
segala bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah
laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau
responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau koreksi.
Sejalan dengan Moh. Uzer Usman39
yang mendefinisikan
penguatan (reinforcement) sebagai segala bentuk respon, baik itu yang
bersifat verbal maupun nonverbal, yang merupakan bagian tingkah laku
guru terhadap tingkah laku siswa. Penguatan bertujuan untuk
memberikan informasi atau umpan balik (feedback) bagi si penerima
(siswa) atas perbuatannya sebagai suatu tindak dorongan ataupun
koreksi.
Tidak berbeda jauh dengan Syaiful Bahri Djamarah40
yang
mengungkapkan bahwa penguatan berupa hadiah atau hukuman adalah
38
Wina Sanjaya. (2006). Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta: Kencana, 163. 39
Moh. Uzer Usman. (2006). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 80 40
Syaiful Bahri Djamarah. (2005). Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif.
Jakarta: PT Rineka Cipta, 118.
35
kedua respon yang memiliki tujuan yang sama, yaitu ingin mengubah
tingkah laku seseorang.
Berdasarkan uraian pendapat para ahli di atas, maka penguatan
dapat diartikan sebagai cara guru untuk merespon secara positif
terhadap tingkah laku tertentu siswa agar tingkah laku yang baik
tersebut dapat terulang kembali atau menjadi lebih baik lagi.
b. Tujuan Pemberian Penguatan
Dalam hubungannya dengan proses pembelajaran, Moh. Uzer
Usman41
menyatakan bahwa penguatan mempunyai pengaruh baik bagi
siswa yang berupa sikap positif terhadap proses belajar siswa dan
bertujuan sebagai berikut:
1) Meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran
2) Merangsang dan meningkatkan motivasi belajar
3) Meningkatkan kegiatan belajar dan membina tingkah laku siswa
yang produktif.
Tujuan keterampilan memberi penguatan menurut Udin Syaiful
Bahri Djamarah42
, yaitu:
1) Meningkatkan perhatian siswa pada pelajaran
2) Meningkatkan motivasi belajar siswa
3) Memudahkan siswa untuk belajar
41
Opcit, 81. 42
Opcit, 65
36
4) Mengeliminir tingkah laku siswa yang negatif dan membina tingkah
laku positif siswa
Tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan di dalam
kelas menurut Syaiful Bahri Djamarah43
adalah untuk:
1) Meningkatkan perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila
pemberian penguatan digunakan secara selektif.
2) Memberi motivasi kepada siswa.
3) Dipakai untuk mengontrol atau mengubah tingkah laku siswa yang
mengganggu, dan meningkatkan cara belajar yang produktif.
4) Mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur diri sendiri
dalam pengalaman belajar.
5) Mengarahkan terhadap pengembangan berpikir yang divergen
(berbeda) dan pengambilan inisiatif yang bebas.
Mengacu pada pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan
bahwa tujuan penggunaan keterampilan memberi penguatan dalam
pembelajaran adalah untuk memotivasi siswa agar lebih percaya diri
untuk mengembangkan dirinya dan juga mengarahkan tingkah laku
siswa agar lebih baik. Hal ini berperan penting untuk meningkatkan
kualitas kegiatan belajar-mengajar. Dengan pemberian penghargaan,
siswa akan merasa diperhatikan dan dihargai sehingga siswa akan
mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang diperolehnya.
43
Ibid, 118.
37
c. Prinsip Penggunaan Keterampilan Pemberian Reinforcement
Guru harus mengetahui cara-cara dan prinsip-prinsip dalam
pemberian penguatan sehingga memungkinkan siswa dapat termotivasi
dalam belajarnya. Pola dan frekuensi pemberian penguatan harus
diberikan sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga pemberian
penguatan akan menjadi efektif dan efisien.
Syaiful Bahri Djamarah44
menyebutkan bahwa terdapat empat
prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dalam memberi penguatan
kepada siswa, yaitu:
1) Hangat dan antusias
2) Hindari penggunaan penguatan negatif
3) Penggunaan bervariasi
4) Bermakna
Prinsip penggunaan keterampilan oleh Moh. Uzer Usman45
dibedakan menjadi tiga, yaitu:
1) Kehangatan dan keantusiasan
2) Kebermaknaan
3) Menghindari penggunaan respon yang negatif
Prinsip-prinsip penggunaan penguatan menurut J.J. Hasibuan dan
moedjiono,46
yaitu:
44
Ibid, 124. 45
Opcit 82. 46
JJ. Hasibuan & Moedjiono (2006). Proses Belajar Mengajar. Bandung; PT. Remaja Rosda
Karya, 46.
38
1) Penuh kehangatan dan keantusiasan
2) Menghindari penggunaan respon negatif
3) Bermakna bagi siswa
4) Dapat bersifat pribadi atau kelompok
Prinsip-prinsip keterampilan penguatan menurut Udin Syaefudin
Saud47
, yaitu.
1) Kehangatan dan antusias
2) Kebermaknaan
3) Menghindari respon yang negatif
4) Penguatan pada perseorangan
5) Penguatan pada kelompok siswa
6) Penguatan yang diberikan dengan segera
7) Penguatan yang diberikan secara variatif
Melissa Olive48
membagi six primary reinforcement rules
(enam prinsip dasar penguatan) sebagai berikut:
1) Reinforcing (reinforcers should be reinforcing)
Penguatan (reinforcement) digunakan untuk memperkuat
supaya dapat meningkatkan perilaku yang diinginkan atau
diharapkan.
2) Pairing (pair secondary (potential) reinforcers with primary
reinforcers)
47
Udin Syaefudin Saud. (2011). Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta, 66. 48
Olive, Melissa, et al. (2015). Reinforcement, 101.
39
Pilih item dan kegiatan yang mencerminkan bidang minat yang
sesuai usia. Hal ini dapat digunakan secara insidental untuk
mengajarkan keterampilan baru serta memiliki manfaat tambahan
tidak membuat anak menonjol dan berpotensi lebih diterima oleh
teman-temannya.
3) Switch it up (reinforcers should be rotated)
Untuk mencegah kejenuhan dari kegiatan penguatan tertentu,
orangtua dan guru harus terus bekerja sama untuk menambahkan
hal-hal baru ke daftar reinforcer sehingga akan selalu ada pilihan
yang tersedia untuk memberikan penguatan.
4) Contingent and Immediate (reinforcers should be given contingently
and immediately kupon a correct response)
Penguatan harus diberikan secara tepat dan segera, sehingga
akan membangun hubungan antara perilaku yang diharapkan dengan
penguatan yang diberikan. Apabila penguatan yang diberikan tidak
tepat sasaran maka akan mengurangi kekuatan dari reinforcement
tersebut.
5) Fading (reinforcement must be faded-gradually-over time)
Frekuensi dan bentuk penguatan harus memudar dari waktu
kewaktu. Artinya, jika awalnya penguatan diberikan pada skala 1:1,
dan umpan balik yang diberikan adalah eksplisit (misalnya “Kamu
menyentuh mobil, good job”). Seiring berjalannya waktu,
reinforcement diberikan setelah waktu berubah (misalanya V/R 5
40
menit) dan dengan pujian generik (“nice job”). Untuk menganalisis
tingkat penguatan dan jenis penguatan ketika terjadi peningkatan
ketidakpatuhan, maka pemberian penguatan mungkin perlu
ditingkatkan lagi untuk mendapatkan perilaku di bawah kontrol.
6) Consistency (reinforcement schedule should be followed
consistently)
Penguatan sebaiknya diberikan secara konsisten. Semakin
konsisten guru dan orangtua dalam memberikan penguatan, maka
anak juga akan semakin konsisten menunjukkan tanggapan dari apa
yang diharapkan.
Thorndike (dalam Dimyati dan Mudjiono)49
mengemukakan
hukum-hukum
stimulus sebagai berikut :
1) Law of readiness: jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh
kesiapan untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi
memuaskan. Guru memberikan stimulus kepada siswa bertujuan
untuk mendapatkan reaksi yang bagus. Apabila siswa sudah siap
maka dia akan memberikan reaksi yang bagus dan tepat.
2) Law of exercise: makin banyak dipraktekkan atau digunakannya
hubungan stimulus respon, maka makin kuat hubungan tersebut.
Praktek perlu disertai dengan reward. Apabila hubungan timbal balik
49
Dimyati dan Mudjiono. (2006). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka
Cipta., 31.
41
antar stimulus dan respon sering digunakan, hal tersebut akan
berdampak baik. Reward atau hadiah perlu digunakan sebagai
feedback bagi siswa yang dapat merespon stimulus yang diberikan
dengan baik.
3) Law of effect: apabila terjadi hubungan antara stimulus dan respon,
dan dibarengi dengan state of affairs yang memuaskan, maka
hubungan itu menjadi lebih kuat. Apabila hubungan dibarengi state
of affairs yang mengganggu, maka kekuatan hubungan menjadi
berkurang. Apabila stimulus yang diberikan tepat sasaran, maka
siswa akan dapat merespon dengan baik stimulus tersebut. Namun
apabila guru kurang tepat dalam memberikan stimulus kepada siswa
maka respon yang akan didapatkan juga akan kurang memuaskan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dalam memberi
penguatan guru harus memperhatikan prinsip-prinsip yang ada supaya
penguatan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh siswa.
Penguatan yang digunakan harus bervariasi dan bermakna, penguatan
juga harus disampaikan dengan antusias oleh guru. Karena jika guru
tidak memperhatikan dan menerapkan prinsip-prinsip dalam
penggunaan penguatan, maka penguatan yang diberikan akan kurang
tepat sasaran dan kurang bermakna bagi siswa. Sebaiknya guru juga
menghindari memberi penguatan negatif kepada siswa karena hal
tersebut dapat mematahkan semangat siswa untuk mengembangkan
dirinya
42
.
d. Cara Memberikan Penguatan
Menurut Moh. Uzer Usman50
terdapat empat cara
memberikan penguatan, yaitu:
1) Penguatan kepada pribadi tertentu
2) Penguatan kepada kelompok
3) Pemberian penguatan dengan segera
4) Variasai dalam penggunaan
Cara menggunakan komponen-komponen dalam memberika
penguatan menurut J.J. Hasibuan dan moedjiono51
, yaitu:
1) Dalam menggunakan komponen harus bervariasi
2) Pemberian penguatan lebih baik dilakukan secara langsung dan
segera
3) Untuk keperluan tertentu, penggunaan penguatan tak penuh dapat
diberikan
Model penggunaan pemberian penguatan menurut Syaiful Bahri
Djamarah52
dibedakan menjadi empat, yaitu:
1) Penguatan seluruh kelompok
2) Penguatan yang ditunda
3) Penguatan partial
4) Penguatan perorangan
50
Opcit, 83. 51
Opcit, 60. 52
Opcit 122-123.
43
Dari pendapat di atas, maka guru harus mengetahui dan
memahami cara-cara penggunaan penguatan supaya dapat
menggunakannya dengan tepat. Guru harus memperhatikan waktu yang
tepat dalam pemberian penguatan baik secara individu maupun
keseluruhan siswa. Pemberian penguatan akan bermakna, efektif, dan
efisien jika guru memperhatikan hal-hal tersebut. Berikut ini
penjelasannya:
1) Penguatan kepada pribadi tertentu
Penguatan ini ditujukan kepada satu orang, sehingga penguatan
yang diberikan harus jelas ditujukan kepada siapa, sebab apabila
tidak jelas maka akan kurang efektif. Maka, sebelum memberikan
penguatan, sebaiknya guru menyebut nama siswa yang bersangkutan
terlebih dahulu sambil menatap kepadanya, sehingga penguatan yang
diberikan tidak salah sasaran.
2) Penguatan kepada kelompok
Selain diberikan kepada individu, penguatan juga dapat
diberikan kepada sekelompok siswa, misalnya apabila suatu tugas
telah diselesaikan dengan baik oleh satu kelas, guru mengijinkan
kelas tersebut untuk istirahat lebih awal.
3) Pemberian penguatan dengan segera
Penguatan sebaiknya diberikan segera setelah muncul tingkah
laku atau respon siswa yang diharapkan. Karena akan menjadi
44
kurang efektif apabila penguatan tersebuat telat atau tertunda
diberikan.
4) Variasai dalam penggunaan
Penguatan yang digunakan hendaknya bervariasi, tidak hanya
satu jenis saja yang digunakan karena hal ini akan akan
menimbulkan kebosanan sehingga penguatan yang diberikan
menjadi kurang efektif.
e. Jenis-jenis dan Komponen Pemberian Penguatan
Dalam memberikan penguatan perlu mempertimbangkan untuk
siapa penguatan tersebut akan diberikan. Hal ini dapat dilakukan
dengan melihat variasi siswa dalam kelas (kelamin, agama, ras), dan
juga kelompok usia tertentu. Misalnya saja pemberian penguatan
terhadap kelompok tentu berbeda dengan pemberian penguatan
terhadap individu, atau pemberian penguatan kepada siswa berusia 6
tahun tentu akan berbeda dengan pemberian penguatan kepada siswa
berusia 12 tahun karena siswa kelas rendah memiliki karakteristik yang
berbeda dengan siswa kelas tinggi.
Skinner (dalam Dimyati dan Moedjiono)53
membedakan jenis-
jenis stimulus menjadi enam, yaitu:
1) Positive reinforcement, yaitu penyajian stimulus yang meningkatkan
probabilitas suatu respon.
53
Opcit., 33-34.
45
2) Negative reinforcement, yaitu pembatasan stimulus yang tidak
menyenangkan, stimulus yang jika dihentikan akan mengakibatkan
probabilitas respon.
3) Hukuman, yaitu pemberian stimulus yang tidak menyenangkan
misalnya contradiction or reprimand. Bentuk hukuman lain berupa
penangguhan stimulus yang menyenangkan (removing a pleasant or
reinforcing stimulus).
4) Primary reinforcement, yaitu stimulus pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan fisiologis.
5) Secondary or learned reinforcement.
6) Modifikasi tingkah laku guru, yaitu perlakuan guru terhadap siswa
berdasarkan minat dan kesenangan mereka.
Menurut Moh. Uzer Usman54
penguatan dibedakan menjadi dua,
yaitu:
1) Penguatan verbal
2) Penguatan nonverbal, penguatan ini dapat dilakukan dengan
berbagai cara, diantaranya adalah :
a) Penguatan gerak isyarat
b) Penguatan pendekatan
c) Penguatan dengan sentuhan (contact)
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan
e) Penguatan berupa simbol atau benda
54
Opcit., 81.
46
f) Penguatan tak penuh (partial)
Dalam memberikan penguatan perlu mempertimbangkan jenis-
jenis penguatan yang sesuai dan juga mempertimbangkan komponen
keterampilan yang tepat. Komponen-komponen tersebut menurut
Syaiful Bahri Djamarah55
, yaitu:
1) Penguatan verbal
2) Penguatan gestural
3) Penguatan kegiatan
4) Penguatan mendekati
5) Penguatan sentuhan
6) Penguatan tanda
J.J. Hasibuan dan moedjiono56
membagi komponenkomponen
keterampilan memberi penguatan menjadi enam, yaitu: (a) Penguatan
verbal, (b) Penguatan gestural, (c) Penguatan dengan cara mendekati,
(d) Penguatan dengan sentuhan, (e) Penguatan dengan memberikan
kegiatan yang menyenangkan, (f) Penguatan berupa tanda atau benda.
Komponen-komponen keterampilan penguatan menurut Udin
Syaefudin Saud57
, yaitu:
1) Penguatan verbal
2) Penguatan non verbal
Penguatan non verbal meliputi beberapa hal, seperti:
55
Opcit., 120-122. 56
Opcit., 59. 57
Opcit., 65-66.
47
a) Penguatan berupa gerakan mimik dan badan
b) Penguatan dengan cara mendekati
c) Penguatan dengan kegiatan menyenangkan
d) Penguatan berupa simbol dan benda
e) Penguatan tak penuh
Dari pendapat ahli di atas, maka komponen-komponen dalam
keterampilan pemberian penguatan dapat dijabarkan sebagai berikut.
1) Penguatan Verbal
Penguatan verbal merupakan penguatan yang diberikan
melalui ucapan dan kata-kata, contoh cara penggunaannya adalah
sebagai berikut:
a) Penguatan berupa ucapan kata-kata pujian seperti tepat, bagus,
benar, betul, dan lain-lain.
b) Penguatan berupa kalimat pujian seperti “hasil pekerjaanmu
sudah bagus”, “saya senang dengan pekerjaanmu”, dan lain-lain.
c) Penguatan tak penuh berupa pujian tak penuh seperti “ya,
jawabanmu sudah baik, tetapi masih perlu disempurnakan lagi”.
2) Penguatan Non Verbal
a) Penguatan gestural berupa mimik dan gerakan badan, penguatan
ini dapat berupa: acungan jempol, senyuman, kerut kening, wajah
cerah. Gerakan-gerakan itulah yang disebut dengan bentuk
pemberian penguatan gestural.
48
b) Penguatan dengan cara mendekati, penguatan mendekati siswa
secara fisik digunakan untuk penguatan verbal. Misalnya: guru
duduk di dekat siswa, guru berdiri di samping siswa, berjalan
dekat siswa dan sebagainya
c) Penguatan dengan sentuhan, penguatan sentuhan erat sekali
hubungannya dengan penguatan mendekati, penguatan sentuhan
terjadi apabila guru menyentuh siswa secara fisik. Misalnya:
menepuk bahu, merangkul, dan sebagainya.
d) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan. Dalam hal ini
guru dapat menggunakan kegiatan-kegiatan yang disenangi oleh
siswa sebagai penguatan. Misalnya, apabila siswa sudah
menyelesaikan pekerjaan dengan baik, maka dia dapat diminta
untuk membantu teman lainnya yang masih kesulitan.
e) Penguatan berupa symbol atau benda. Dalam penguatan ini guru
dapat menggunakan kartu bergambar lencana, bintang dari
plastik, medali dan benda-benda lainnya sebagai penghargaan.
Komponen-komponen tersebut yang akan digunakan peneliti
dalam menyusun kisi-kisi skala penguatan guru. Kisi-kisi tersebut
selanjutkan akan dijabarakan ke dalam butir-butir pernyataan dalam
skala penguatan yang kemudian digunakan peneliti untuk memperoleh
data penguatan guru di MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo.
49
C. Kerangka Berpikir
r x y
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
Berdasarkan landasan teori dan telaah pustaka di atas, maka kerangka
berfikir dari penelitian ini adalah: Jika Reinforcement Guru berpangaruh,
maka Motivasi Belajar Siswa Kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo Tahun
Ajaran 2019/2020 akan meningkat.
D. Pengajuan Hipotesis
Berdasarkan landasan teori dan kerangka berfikir di atas, maka
selanjutnya dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:
“Terdapat pengaruh yang signifikan Reinforcement Guru terhadap Motivasi
Belajar Siswa Kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo Tahun Ajaran
2019/2020.
Reinforcement
Guru (X)
Motivasi
Belajar (Y)
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut
Sugiono dalam bukunya yang berjudul Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif, dan R & D menyebutkan bahwa : “Metode penelitian kuantitatif
dapat diartikan sebagai metode yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan
data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat
kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan”.58
Penelitian ini tidak mengubah atau memberi perlakuan pada variabel
tersebut sehingga desain penelitian ini adalah ex-post facto. Sugiono dalam
Riduwan mengemukakan bahwa “Penelitian ex-post facto adalah suatu
penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi dan
kemudian melihat ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian ini tidak dapat mengontrol dan
memanipulasi variabel X atau variabel bebasnya”.59
Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu variabel independen
(bebas) dan variabel dependen (terikat).
58Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfa
Beta,2012) 8.
59
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfa Beta, 2013) 50.
1. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penguatan guru
(reinforcement)
2. Variabel Terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah motivasi belajar
Hal ini dapat di gambarkan sebagai berikut :
X Y
r x y
Gambar 3.1
Rancangan Penelitian
Keterangan:
X: Reinforcement Guru
Y: Motivasi Belajar
: garis pengaruh/keterikatan
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Menurut Suharsimi Arikunto, Populasi adalah keseluruhan dari
subyek penelitian atau wilayah generasi yang terdiri atas objek atau
subyek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
diterapakan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan.60
Dalam penelitian ini populasinya adalah siswa kelas V di MI Ma‟arif
Panjeng Ponorogo Tahun Ajaran 2019/2020 sebanyak 2 (dua) kelas (Ar-
Rahman dan Ar-Rahim) dengan siswa berjumlah 47 orang.
60 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 134.
Reinforcement
Guru
Motivasi
Belajar
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang memiliki ciri-ciri
keadan tertentu yang akan diteliti atau sampel didefenisikan sebagai
anggota populasi yang dipilih dengan menggunakan prosedur tertentu
sehingga diharapkan dapat mewakian populasi.61
Penelitian ini
menggunakan teknik Non Probability Sampling (adalah sebuah teknik
sampling yang tidak memperhatikan banyak variabel dalam penarikan
sampel), khususnya Purposive Sampling, yaitu teknik penentuan sampel
dengan pertimbangan tertentu (sesuai kebutuhan peneliti)62
Adapun
sampel penelitian ini adalah Kelas Ar-Rahman dengan siswa sejumlah 24
orang dimana kelas yang pertama lebih unggul dibandingkan kelas yang
kedua.
C. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan
tersebut menjadi sistematika dan dipermudah olenya.63
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati. Semua fenomena yang ada
dalam penelitian disebut variabel penelitian64
.Menurut Suharsimi Arikunto
instrumen pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan
oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan tersebut
menjadi sistematis dan dipermudah olehnya.65
61
Nanang Martono, Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Data Sekunder (Jakarta:
Grafindo Persada, 2011) 74.
62
Ibid, 50 63
Suharsimi Arikunto, Management Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008) hal 134
64 Ibid, 50
65
Ibid, 50
Untuk membuat instrumen yang baik diperlukan prosedur pembuatan
instrumen. Prosedur yang digunakan untuk membuat instrumen yang baik
yaitu perencanaan, penulisan butir soal, penyutingan, uji coba, penganalisian
hasil dan penggandaan revisi pada item-item yang di anggap kurang baik.
Berdasarkan pendapat tersebut, penelitian ini menggunakan langkah-langkah
penggandaan instrumen sebagai berikut :
1. Perencanaan
Instrument yang digunakan untuk menguji variabel penguatan guru
dan motivasi belajar dengan menggunakan skala. Skala yang digunakan
berbentuk check list untuk mempermudah siswa dalam menjawab karena
semua jawaban sudah tertera dan siswa dapat memberi check list pada
kolom jawaban sesuai dengan kondisi.
2. Penulisan Butir Soal
Skala dibuat dalam bentuk check list agar responden dapat
langsung menuangakan jawabannya kedalam skala sesuai dengan keadaan
yang senarnya. Pernyataan-pernyataan yang ada dalam skala berupa
kalimat positif, setiap butir soal instrument memakai skala likert yang
telah di modifikasi dengan lima alternatif pilihan yaitu sangat setuju,
setuju, cukup setuju, kurang stuju, dan sangat tidak setuju.
Sugiono66
, mengungkapkan bahwa skala Likert digunakan untuk
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial. Angket yang digunakan dalam penelitian ini
66
Ibid ,50
menggunakan skala Likert, maka variabel yang akan diukur dijabarkan
menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut akan dijadikan
sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item instrumen yang dapat
berupa pernyataan atau pertanyaan.
Sebelum menyusun skala diperlukan konsep alat ukur yang sesuai
dengan penelitian yang akan dilaksanakan. Kisi-kisi skala penelitian
variabel penguatan guru dan motivasi belajar akan di jabarkan sebagai
berikut:
di lakukan penyebaran angket untuk variabel penguatan guru dengan
kisaran secara kontinus 1-5 dengan alternative jawaban :
1. Sangat Setuju (skor 5)
2. Setuju (skor 4)
3. Cukup Setuju (skor 3)
4. Kurang Setuju (sekor 2)
5. Sangat Tidak Setuju (skor 1)
Tabel 3.2
Kisi-kisi Instrumen Angket Reinforcement Guru (X)
No Indikator Sub indikator Nomor
item
1.
Penguatan positif
verbal
a. Pujian 3, 16, 20
b. Komentar 8, 12
c. Dukungan 22
Lanjutan Tabel 3.2
2. Penguatan positif
non verbal
a. Mimik muka seperti
senyuman 17
b. Mendekati anak 9,19
c. Sentuhan 5
d. Dengan kegiatan yang
menyenagkan 18,21
e. Simbol seperti tanda tangan
atau benda seperti hadiah
1,2,4,6,7,
10, 11
3. Penguatan negatif a. Hukuman 13,14, 15,
23, 24, 25
Sedangkan untuk variabel Motivasi belajar menggunakan penilaian
pengetahuan dengan soal berupa pilihan ganda, jawaban singakat, dan
esay.
Skoring:
a. Pilihan Ganda = jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0
b. Jawaban Singkat = jawaban benar skor 1, jawaban salah skor 0
c. Esai = No 21 skor tertinggi 4
No 22 skor tertinggi 4
No 23 skor tertinggi 4
No 24 skor tertinggi 4
No 25 skor tertinggi 4
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Motivasi Belajar Siswa (Y)
No Indikator Sub Indikator Nomor
Item
1.
Faktor intrinsik :
a) Adanya hasrat
dan keinginan
untuk berhasil
Dapat mengerjakan dengan
maximal dan
menjelaskannya dengan
baik
21, 22,
23, 24,
25
b) Adanya harapan
dan cita-cita masa
depan
Belajar sesuai pengetahuan
yang ia peroleh agar
terhindar dari sifat-sifat
tercela
2, 3, 4,
6, 8, 13,
16, 19
2.
Faktor ektrinsik :
a. Adanya dorongan
dan kebutuhan
belajar
Bisa membedakan arti atau
istilaih – istilah yang belum
ia mengerti sebelumnya
1, 5,11,
14, 15, 17,
18, 20
b. Adanya kegiatan
yang menarik
dalam belajar
Menggunakan metode
pembelajara Mind Mapping
agar bisa menjawab
pertanyaan dengan baik dan
benar
7, 9,
10,12
3. Penyuntingan
Penyusunan instrumen dalam penelitian ini, peneliti berkonsultasi
terlebih dahulu dengan ahli (expert judgment) tentang aspek-aspek yang
akan diukur berdasarkan teori tertentu, yaitu bapak Dr. Moh. Miftahul
Choiri, M.A selaku dosen pembimbing.
Pada saat konsultasi dengan dosen pempimbing, peneliti
menyampaikan kisi-kisi skala instrumen dan skala penelitian. Kemudian
dosen pembimbing memeriksa dan memberi masukan terkait kisi-kisi
instrumen dan skala penelitian tersebut. Setelah diberi masukan mengenai
tata tulis dan bahasa yang digunakan dalam skala penelitian, peneliti
melakukan penyuntingan kembali terhadap skala penelitian yang telah
disusun dan dinyatakan lolos oleh dosen pembimbing pada hari Selasa
tanggal 04 Februari 2020. Selanjutnya instrumen akan diuji cobakan
kepada responden.
4. Uji Coba
Untuk mengetahui sebuah instrumen yang akan digunakan valid dan
reliabel maka dapat diketahui dengan melakukan uji validitas dan uji
reliabilitas instrumen, yaitu menggunakan bantuan program SPSS Versi 21.
a. Uji Validitas
Menurut Gay dalam Sukardi, Suatu instrumen dikatakan valid
jika instrumen yang digunakan dapat mengukur apa yang seharusnya
diukur.67
Menurut Sugiyono, ada tiga cara pengujian validitas yaitu
pengujian validitas konstrak (Construct Validity), pengujian validitas isi
(Content Validity), dan pengujian validitas eksternal. Validitas yang
digunakan dalam penelitian ini adalah validitas konstrak. Dimana
67 Melani nur „asyifa 2016 “keterkaitan penngembangan koleksi dengan kepuasan
pemustaka tunarungu di perpustakaan sekolah luarbiasa negeri bandung”, 121.
peneliti berkonsultasi terlebih dahulu dengan ahli (expert judgment)
tentang aspek-aspek yang akan diukur berdasarkan teori tertentu.68
Setelah berkonsultasi dengan ahli, instrumen kemudian diuji
cobakan kepada responden pada hari Kamis tanggal 06 Februari 2020.
Untuk menguji instrumen variabel penguatan guru (x) dan motivasi
belajar (y) data dianalisis dengan menggunakan rumus korelasi product
moment dari Karl Pearson. Menggunakan rumus product moment
karena digunakan untuk melihat korelasi skor item butir pernyataan
dengan skor total dari butir pernyataan. Rumus korelasi product
moment sebagai berikut:
(∑ ) (∑ )(∑ )
√* ∑ (∑ )+* ∑ (∑ )+
rxy : korelasi product moment
x : total nilai keseluruhan per item
Dalam perhitungannya peneliti menggunakan bantuan program
SPSS Versi 21, di mana dalam menentukan kriteria penafsiran
mengenai distribusi (r tabel) sebagai berikut: distribusi (r tabel ) untuk α =
0,05 dan derajad kebebasan (dk = n-1). Kaidah keputusan yaitu: jika r
hitung > r tabel berarti valid, sebaliknya r hitung < r tabel berarti tidak valid.69
Uji coba instrumen dilakukan pada siswa kelas V Ar-Rahman saja
sesuai dengan izin meneliti, karena dengan karakter yang dimiliki oleh
68 Ibid, 50
69Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, 21
Update PLS Regresi Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro., 106
siswanya adalah sama yaitu sama-sama satu tingkatan dengan taraf
perkembangan yang sama.
Hasil analisis uji validitas yang dilakukan pada hari Kamis
tanggal 06 Februari 2020, menggunakan rumus korelasi Product
moment dengan bantuan program SPSS Versi 21, dan diketahui untuk
hasil skala penguatan guru pada pengisian angket negatif sejumlah dua
puluh (20) butir angket pernyataan yang valid dan lima (5) butir angket
pernyataan yang tidak vallid. pengisian angket positif sejumlah dua
puluh (20) butir angket yang valid. Sedangkan untuk variabel motivasi
belajar terdapat dua puluh lima (25) butir pernyataan yang valid. Untuk
perincian setiap butir item pernyataan yang valid dan yang tidak valid
dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Skala Angket Negatif Reinforcement Guru
Kelas Ar-Rahman.
Nomor
item
r hitung
r tabel
(df = N – 2 dengan taraf
signifikansi 5%)
Keterangan
Item_1 0,600 0,432 Valid
Item_2 0,655 0,432 Valid
Item_3 0,520 0,432 Valid
Item_4 0,542 0,432 Valid
Item_5 0,032 0,432 Tidak Valid
Item_6 0,616 0,432 Valid
Item_7 0,580 0,432 Valid
Lanjutan Tabel 3.4
Item_8 0,597 0,432 Valid
Item_9 0,681 0,432 Valid
Item_10 0,667 0,432 Valid
Item_11 0,691 0,432 Valid
Item_12 0,257 0,432 Tidak Valid
Item_13 0,542 0,432 Valid
Item_14 0,478 0,432 Valid
Item_15 0,655 0,432 Valid
Item_16 0,044 0,432 Tidak Valid
Item_17 0,610 0,432 Valid
Item_18 0,756 0,432 Valid
Item_19 0,510 0,432 Valid
Item_20 0,248 0,432 Tidak Valid
Item_21 0,680 0,432 Valid
Item_22 0,343 0,432 Tidak Valid
Item_23 0,375 0,432 Valid
Item_24 0,739 0,432 Valid
Item_25 0,580 0,432 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat dua puluh (20) butir
pertanyaan instrumen penguatan guru pada angket negatif adalah valid,
antara lain nomor: 1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,13,14,15,17,18,19,21,23,24,25
Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pehitungan r hitung dari masing-
masing nomor di atas yang lebih besar dari r tabel yaitu, (0,432).
Kemudian, butir-butir pertanyaan yang dinyatakan valid digunakan
untuk pengambilan data dalam penelitian ini.
Tabel 3.5
Hasil Uji Validitas Skala Angket Positif Reinforcement Guru
Kelas Ar-Rahman
Nomor
item r hitung
r tabel
(df = N – 2 dengan
taraf signifikansi 5%)
Keterangan
Item_1 0,816 0,432 Valid
Item_2 0,731 0,432 Valid
Item_3 0,701 0,432 Valid
Item_4 0,711 0,432 Valid
Item_5 0,775 0,432 Valid
Item_6 0,509 0,432 Valid
Item_7 0,485 0,432 Valid
Item_8 0,668 0,432 Valid
Item_9 0,770 0,432 Valid
Item_10 0,464 0,432 Valid
Item_11 0,613 0,432 Valid
Item_12 0,553 0,432 Valid
Item_13 0,661 0,432 Valid
Item_14 0,522 0,432 Valid
Item_15 0,625 0,432 Valid
Item_16 0,570 0,432 Valid
Item_17 0,514 0,432 Valid
Item_18 0,799 0,432 Valid
Item_19 0,731 0,432 Valid
Item_20 0,669 0,432 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat dua puluh (20) butir
pertanyaan instrumen penguatan guru pada angket positif adalah valid,
antara lain nomor: 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,
Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pehitungan r hitung dari masing-
masing nomor di atas yang lebih besar dari r tabel, yaitu (0,432).
Kemudian, butir-butir pertanyaan yang dinyatakan valid digunakan
untuk pengambilan data dalam penelitian ini.
Tabel 3.6
Hasil Uji Validitas Skala Motivasi Belajar Pada Nilai Pengetahuan
Kelas Ar-Rahman.
Item_Soal r hitung
r tabel
(df = N – 2 dengan
taraf signifikansi 5%)
Keterangan
Romawi_1 0,668 0,432 Valid
Romawi_2 0,599 0,432 Valid
Romawi_3 0,832 0,432 Valid
Tabel di atas menunjukkan bahwa terdapat tiga romawi (3) dari dua
puluh lima (25) butir pertanyaan instrumen penguatan guru pada
angket positif adalah valid, antara lain nomor :
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23,24,25.
Hal ini dapat dilihat dari hasil akhir pehitungan r hitung dari masing-
masing nomor di atas yang lebih besar dari r tabel yaitu, (0,432).
Kemudian, butir-butir pertanyaan yang dinyatakan valid digunakan
untuk pengambilan data dalam penelitian ini
b. Uji Reliabilitas
Suatu alat pengukur dikatakan reliable bila alat itu dalam
mengukur suatu gejala pada waktu yang berlainan senantiasa
manunjukan hasil yang sama. Jadi alat yang reliabel secara konsisten
memberi hasil pengukuran yang sama.70
Reliabilitas berarti kepercayaan, keterandalan atau konsistensi.
Suatu pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali
pelaksanaan pengukuran terhadap subyek yang sama diperoleh hasil
yang relatif sama. Uji reliabilitas digunakan untuk mengukur sejauh
mana suatu alat ukur bisa dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpulan data.
Pada reliabilitas menunjukkan satu pengertian bahwa suatu
instrumen dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan
data karena instrumen tersebut sudah baik. Dengan menggunakan
instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka
diharapkan hasil penelitian akan menjadi valid dan reliabel juga. Jadi
instrumen yang valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk
mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel. Menurut
sugiyono, pengujian reliabilitas dengan internal consistency yaitu
dengan cara mengujicobakan instrument sekali saja.
Uji reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha,
karena skor item bukan nol atau satu. Sebagaimana yang dijelaskan
oleh suharsimi arikunto, bahwa rumus alpha digunakan untuk mencari
reliabilitas instrumen yang skornya bukan nol atau satu, misalnya
angket atau soal dalam bentuk uraian. Rumus alpha tersebut adalah:
70Ibid
{
} {
∑
}
Dimana:
rII : Reliabilitas instumen
K : Banyaknya butir pertanyaan
∑ : Jumlah varian butir
: Varian total
Menurut Nunnaly pada pengujian statistik crobach’alpha,
instrumen dikatakan reliabel untuk mengukur variabel bila memiliki
nilai alpha lebih besar dari 0,60. Menurut Kountur tingkat reliabilitas
pada umumnya dapat diterima pada nilai sebesar 0,60. Test yang
reliabilitasnya di bawah 0,60 dianggap tidak reliable.71 Jika alpha
rendah, kemungkinan satu atau beberapa item tidak reliabel: Segera
identifikasi dengan prosedur analisis per item. Item Analysis adalah
kelanjutan dari tes Alpha sebelumnya guna melihat item-item tertentu
yang tidak reliabel. Lewat Item Analysis ini maka satu atau beberapa
item yang tidak reliabel dapat dibuang sehingga Alpha dapat lebih
tinggi lagi nilainya.72 Untuk mempermudah penghitungan data, peneliti
menggunakan bantuan program SPSS Versi 21.
Langkah selanjutnya adalah menafsirkan perolehan angka
koefisien reliabilitas dengan berpedoman pada pendapat Sugiyono,
71
Ghozali, Imam. 2013. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, 21
Update PLS Regresi Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro, 339-354. 72
Konsultan Statistik, Regresi Linear Berganda (diunggah 28 Nopember 2018), 61.
yaitu menggunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi yang
diperoleh atau nilai r. Interpretasi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 3.7
Interpretasi Nilai r
Interval Koefisiensi Interpretasi
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0,20 - 0,399 Rendah
0,40 - 0,599 Sedang
0,60 - 0,799 Kuat
0,80 - 1,000 Sangat Kuat
Hasil analisis uji reliabilitas yang dilakukan pada siswa kelas V
Ar-Rahman pada hari Kamis tanggal 06 Februari 2020. Diketahui nilai
koefisien reliabilitas untuk skala Reinforcement Guru pengisian angket
negatif sebesar 0,743 dan pengisian angket positif sebesar 0,755.
dan untuk skala motivasi belajar sebesar 0,746 pada skala
penguatan guru tersebut memiliki koefisien reliabilitas berada pada
interval 0,60 - 0,799 dengan kategori kuat sehingga angket tersebut
dinyatakan reliabel. sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk
pengumpulan data penelitian.
c. Tindak Lanjut
Setelah melakukan uji coba pada instrumen penelitian yang terdiri
dari uji validitas dan uji reliabilitas, maka tindakan selanjutnya yang
dilakukan oleh peneliti adalah dengan menghapus semua butir
pertanyaan yang tidak valid maupun tidak reliabel dari angket
(kuesioner) penelitian ini.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dalam penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.73
Adapun
teknik pengumpulan data penelitian ini adalah angket/kuesioner (skala check
list), yaitu:
Untuk memperoleh data primer yang diperlukan, teknik yang digunakan
adalah pengisian angket atau kuesioner. Angket atau kuesioner merupakan
suatu teknik atau cara pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak
langsung bertanya-jawab tidak langsung bertanya jawab dengan responden).74
Kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data dengan memberikan daftar
pertanyaan atau pernyataan kepada responden dengan harapan akan memberi
respon atas pertanyaan tersebut, dalam penelitian ini kuesioner menggunakan
pertanyaan atau pernyataan.75
Selanjutnya Arikunto, menjelaskan bahwa pengumpulan data dengan
metode angket (questionnaire) instrumennya dibedakan menjadi empat jenis,
yaitu angket (questionnaire), daftar cocok (checklist), skala (scale), inventor
73
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D
(Bandung: Alfabeta, 2012), 308 74
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2009), 219.
75
Suharsimi Arikunto, Management Penelitian (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), 134
(inventory). instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
(scale).
Skala merupakan sebuah instrumen pengumpul data yang bentuknya
seperti daftar cocok tetapi alternatif yang disediakan merupakan sesuatu yang
berjenjang.Skala ini dipilih untuk mengetahui pengaruh penguatan guru
terhadap motivasi belajar Siswa Kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
Tahun Ajaran 2019/2020 .
E. Teknik Analisis Data
Setelah data-data yang penulis perlukan terkumpul, maka langkah
selanjutnya adalah menganalisis data. Analisis data yang penulis gunakan
pada penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Teknik analisis data
dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik.76
Statistik inferensial,
(sering juga disebut statistik induktif atau statistik probabilitas) adalah teknik
statistik yang digunakan untuk menganalisis data sampel dan hasilnya
diberlakukan untuk populasi.77
Pada statistik inferensial terdapat statistik
parametris dan non parametris. Peneliti menggunakan statistik parametris
dengan alasan jenis data yang dianalisis dalam skala interval. Statistik
parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah
data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Dalam regresi harus
terpenuhi asumsi linieritas78
76Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Alfabeta, 2010), 207
77
Ibid., 209
78Ibid., 211
Sehingga data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji normalitas dan
linieritasnya terlebih dahulu sebelum digunakan untuk menguji hipotesis.
a. Uji Prasyarat Analisis
Sebelum melakukan analisis data, perlu diteliti terlebih dahulu
keabsahan data yang diolah. Dalam penelitian ini, digunakan uji
normalitas untuk mengetahui kenormalan distribusi data, dan uji linieritas
untuk mengetahui kelinieran hubungan antar variabel bebas dan variabel
terikat.
1) Uji Normalitas
Uji normalitas dihitung untuk mengetahui apakah data yang
terkumpul berdistrubusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam
penelitian ini menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan bantuan
SPSS Versi 21. Dalam pengambilan keputusan, Duwi Priyatno
menyatakan bahwa data yang dinyatakan berdistribusi normal yaitu jika
signifikansi > 0,05. Suatu data membentuk distribusi normal apabila
jumlah data diatas dan dibawah rata-rata adalah sama, demikian juga
dengan simpangan bakunya.
2) Uji Linieritas
Uji linieritas bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel
mempunyai hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji
linearitas dilakukan dengan menggunakan test of linierity pada taraf
signifikansi 0,05 dengan bantuan program SPSS Versi 21. Variabel
dikatakan mempunyai hubungan yang linier apabila memiliki nilai sig.
linearity < 0,05 dan nilai Sig. Deviation from Linearity > 0,05.
b. Uji Hipotesis
Analisis regresi linier sederhana adalah sebuah koefisien untuk
mengetahui ketergantungan suatu variabel terhadap variabel yang lain.
Analisis regresi tujuannya bukan untuk mengukur derajat keeratan
hubungan antara dua variable, tetapi untuk menduga besarnya arah
hubungan itu dan besarnya variabel dependen jika variabel independen
diketahui. Pengolahan data dengan SPSS:
Langkah-langkah persiapan:79
1) Buka computer, ambil Program SPSS, klik File. Data akan
memberikan tampilan Variable Viel dan Data View.
2) Ambil Variable View (dibagian bawah), beri nama variable untuk data
yang akan dianalisis. Isi kolom name. Type: Numeric. Wight: 8.
Decimals: 2. Label: Keterangan untuk melengkapi kolom name.
3) Setelah selesai pengisian pada Variable View, klik Data View, akan
muncul kolom sesuai dengan pengisian. Isi data angka setiap kolom.
4) Selesai Save (simpan) untuk mengamankan data.
Langkah-langkah Pengolahan data:80
1) Klik menu Analyze di atas, ambil Regression, ambil Linier, klik.
79
Marwan Salahuddin, Statistika Pendidikan Islam Metode Analisis Penelitian Kuantitatif
(Yogyakarta: Qmedia, 2016), 159-160
80
Marwan Salahuddin, Statistika Pendidikan Islam Metode Analisis Penelitian Kuantitatif
(Yogyakarta: Qmedia, 2016), 160
2) Setelah keluar kotak Liner Regression, pindahkan variabel-variabel
pada kotak Independent dan Dependent dengan klik tanda panah yang
berada di tengah ke dalam kotak tersebut.
3) Pilih menu Statistics dan Plots, klik OK.
4) Pada kotak Linier Regression : Statistics, pilih Estimates, Model fit,
Descriptives, kemudian pilih Durbin Waston pada Residuals, klik
Continue. Pada kotak Linier Regression Plots pilih Normal Probability
Plots dan klik Continue, kemudian klik OK, maka keluarlah output
SPSS.
5) Hasil output SPSS dapat disimpan dengan cara klik File, Save,
kemudian berilah nama file sesuai yang diinginkan.
71
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Identitas dan keadaan MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo merupakan satu-satunya Madrasah
Ibtidaiyah (MI) yang terletak di Kelurahan Panjeng, Kecamatan Jenangan,
Kabupaten Ponorogo, tepatnya di jalan Pahlawan No.20 kode pos 63492.
Madrasah ini masih berstatus swasta dengan NSM. 111235020022 dan
NPSN. 60714272 berakreditasi B . Kegiatan belajar mengajar yang ada di
madrasah ini dilaksanakan pada pagi hari mulai dari pukul 07.00 WIB
sampai 13.00 WIB.
MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo berbatasan langsung dengan
masyarakat yang mana madrasah ini berada di lingkungan penduduk dan
di samping madrasah terdapat Masjid Jami‟ Panjeng. Adapun batas-batas
wilayah dari MI Ma‟arif Panjeng adalah sebagai berikut.81
a. Timur : Kantor kelurahan balei desa Panjeng
b. Selatan : Perempatan jalan ibrahim
c. Barat : Sawah
d. Utara : Rumah Penduduk
2. Sejarah Singkat Perkembangan
81
Melihat di dokumen Profil Ma‟arif Panjeng Ponorogo dengan kode 01/O/07-
II/2020.
Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Panjeng adalah sebuah lembaga
pendidikan di bawah naungan Lembaga Pendidikan Ma‟arif Cabang
Ponorogo dan Kementrian Agama Kabupaten Ponorogo yang berada di
Desa Panjeng. Dalam sejarah berdirinya Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif
Panjeng di awali dengan mendirikan atau membuka Tarbiyatul Athfal
(TA) oleh organisasi Nahdlatul Ulama‟ Desa Panjeng Jenangan Ponorogo
pada tahun 1948 yaitu suatu program pendidikan anak-anak untuk
masyarakat desa Panjeng. Saat itu materi, sarana & prasarana pendidikan
masih sangat sederhana.
Pada perkembangannya program ini pun tidak terbatas pada
masyarakat desa Panjeng tetapi juga masyarakat desa sekitarnya. Dengan
demikian banyaknya siswa yang menyelesaikan pendidikan di Tarbiyatul
Athfal dan adanya minat yang tinggi dari masyarakat untuk mendapatkan
pendidikan lebih lanjut. Maka pada tahun 1950 para pengasuh membuka
program lanjutan dari Tarbiyatul Athfal yang di beri nama Madrasah
Wajib Belajar (MWB) yang kegiatannya dilaksanakan pada pagi hari dan
masih menggunakan rumah-rumah penduduk sebagai kelasnya.
Setelah mendapat perluasan tanah wakaf sebelah selatan Masjid
Jami‟ Panjeng dari bapak H.IHSAN, mulai lah direncanakan mendirikan
gedung madrasah yang ketika itu di ketuai oleh bapak Umar Rowie, Bapak
Tulus (penulis) dan Bapak H.Syukur (Bendahara) dengan swadaya dari
anggota organisasi NU.
Diawal keberadaannya Madrasah wajib belajar (MWB) ketika
ujian masih bergabung dengan SR/SD karena belum dapat melaksanakan
ujian sendiri. Pada tahun 1970 setelah adaa Surat Keputusan Bersama
(SKB), Madrasah Wajib Belajar (MWB) berubah namanya menjadi
Madrasah Ibtidaiyah (MI) yang setara dengan Madrasah Dasar, Ijazahnya
juga sama dengan Madrasah Dasar. Dalam perkembangannya Madrasah
Ibtidaiyah dapat melaksanakan ujian sendiri dan juga mendapatkan
bantuan guru PNS dari Depag.
Adapun para guru di Madrasah Ibtidaiyah pada waktu itu adalah :
1. Bapak Amingun
2. Bapak Suryadi
3. Bapak H. Aspan Faqih
4. Ibu Sriningsih
5. Bapak Sutrisno Mansuri
6. Bapak Nahrowi
3. Status Madrasah
Pada tahun 1993 Madrasah Ibtidaiyah Ma‟arif Panjeng
mendapatkan status terdaftar dengan nomor sertifikat : LM/3/194/1978
yang kemudian diperbarui pada tahun 1993 dengan Nomor :
Mm.04/05.00/PP.03.2/0321/1993.
Pada tahun 1996 MI Ma‟arif Panjeng mendapatkan status di akui
dengan nomor : Mm.04/05.00/PP.00.4/1487/1996, kemudian diperbarui
dengan nomor Mm.04/05.03/PP.02.3/3321/2001.
4. Visi Mis
a. Visi
Menjadi Madrasah Ibtidaiyah Yang Berbudi, Bermutu, Dan
Berprestasi.
Indikator-indikatornya ketercapaian visi:
1) Tertib sholat lima waktu
2) Berbakti pada orang tua & guru
3) Berperilaku sosial yang baik
4) Disiplin dan percaya diri
5) Tartil baca Al-Qur‟an
6) Hafal juz „amma
7) Gemar membaca
8) Mencitai kebersihan
9) Berprestasi di bidang akademik
10) Berprestasi di bidang non akademik
b. Misi
MI Ma’arif Panjeng menyelenggarakan pendidikan dasar
yang bermutu yang menjamin semua siswa berbudi, mencapai
prestasi terbaik dalam bidang akademik dan non-akademik melalui
pendidikan yang membelajarkan dan pengelolaan madrasah yang
berkualitas
c. Tujuan
Dengan berpedoman pada Visi dan Misi yang telah
dirumuskan serta kondisi riil madrasah, maka ditetapkan tujuan
jangka menengah untuk periode 2016-2020 yang ingin dicapai
adalah :
1) Meluluskan siswa yang berakhlak yang mulia dengan
dilandasi Imtaq yang kuat terhadap Allah SWT.
2) Meluluskan siswa yang mampu bersaing dalam meraih
prestasi dalam aspek akademik maupun non akademik
3) Meluluskan siswa yang menguasai dasar-dasar pengetahuan
dan teknologi untuk melanjutkan pendidikan ke sekolah
favorit pada jenjang yang lebih tinggi;
4) Meluluskan siswa yang mencintai nilai-nilai luhur
masyarakat dan kebudayaannya (local wisdom)
5) Mewujudkan warga Madrasah yang peduli terhadap
kebersihan dan keindahan lingkungan Madrasah.
6) Mewujudkan lingkungan akademik dan suasana belajar
yang kondusif
5. Struktur Organisasi MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
Struktur organisasi merupakan suatu bagan yang memuat pembagian
tugas di suatu lembaga atau perkumpulan tertentu. Pembagian tugas ini
bertujuan agar program-program organisasi belajar dapat berjalan dengan baik
dan seiring atau sejalan dengan harapan agar segala sesuatu yang menjadi
tujuan bersama dapat tercapai secara maksimal.
Struktur organisasi MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo yang dipimpin oleh
bapak Miftahul Huda, S.Pd.I, dibuat dengan adanya koordinasi dan kerja
sama dalam pelaksanaannya. Struktur organisasi ini dibuat dengan tujuan agar
kewajiban dan tugas yang diberikan kepada masing-masing guru tidak
tumpang tindih serta dapat berjalan sesuai dengan kondisi nyata di lapangan.82
6. Sarana dan Pasaarana MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
a. Fisik Bangunan
Keadaan fisik bangunan di MI Ma‟arif Panjeng belum
memadahi, 3 ruang kelas memakai ruang kelas darurat untuk
kegiatan pembelajaran. Untuk kegiatan pembiasaa, shalat, termasuk
praktek ibadah menggunakan sarana masjid jami‟. Ruang
Perpustakaan, kantin, Koperasi dan gudang sudah menggunakan
ruang tersendiri.
b. Keadaan Ruangan
1) Untuk meja-kursi murid untuk saat ini sudah cukup
memadai
2) 6 kelas sudah ada meja gurunya dan 7 kelas belum ada meja
gurnya
3) Papan tulis sudah menggunakan whiteboard
4) kelas sudah menggunakan media LCD Projector untuk
pembelajaran secara permanen
B. Deskripsi Data
82Melihat di dokumen Profil Ma‟arif Panjeng Ponorogo dengan kode 01/O/07-II/2020
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya Pengaruh
Reinforcement Guru terhadap Motivasi Belajar siswa kelas V MI Ma‟arif
Panjeng Ponorogo Tahun Pelajaran 2019/2020, maka penelitian ini telah
dilakukan dengan mengikuti rancangan penelitian dan aturan yang telah di
tetapkan. Hasil pengumpulan data menggunakan angket (kuesioner) dengan
sampel seluruh siswa kelas V Ar-Rahman yang berjumlah 24 siswa untuk
Reinforcement Guru (X), dan Motivasi Belajar (Y) dilakukan perhitungan
skor hingga diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Data tentang bagaimana reinforcement guru di kelas V MI Ma’arif
Panjeng Ponnorogo tahun pelajaran 2019/2020
a. Angket Negatif
Reinforcement guru yang di peroleh siswa pada skala uji
angket negatif, dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu
: tinggi, sedang, dan rendah. pengelompokkan skala angket negatif
reinforcement guru siswa dalam penelitian ini menggunakan nilai
Mx (mean) dan SD (standart deviasi) dengan bantuan program
SPSS Versi 21. Perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti
menggunakan program spss diperoleh nilai Mx sebesar 78,21 dan
nilai SD sebesar 10,009. Sehingga, perhitungan menentukan
kategori/tingkat reinforcement guru adalah sebagai berikut.
Mx+1.SD = 78,21+(10,009)
= 78,21+10,009
= 88,219 dibulatkan menjadi 88
Mx-1.SD = 78,21 - (10,009)
= 78,21 - 10,009
= 68,201 dibulatkan menjadi 68
Dari perhitungan diatas dapat diketahui bahwa skor > 88
dikategorikan tinggi, skor < 68 dikategorikan rendah, dan 68 ≥ skor ≥
88 dikategorikan sedang. Berdasarkan perhitungan skor dari angket
(kuesioner) diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.1
Hasil Uji Skala Angket Negatif (Kuesioner)
Reinforcement Guru
Resp. Skor Kategori Resp. Skor Kategori
1. 86 Sedang 13. 70 Sedang
2. 70 Sedang 14. 80 Sedang
3. 70 Sedang 15. 72 Sedang
4. 82 Sedang 16. 75 Sedang
5. 93 Tinggi 17. 75 Sedang
6. 60 Rendah 18. 97 Tinggi
7. 76 Sedang 19. 74 Sedang
8. 77 Sedang 20. 93 Tinggi
9. 70 Sedang 21. 74 Sedang
10. 94 Tinggi 22. 63 Rendah
11. 86 Sedang 23. 75 Sedang
12. 74 Sedang 24. 91 Tinggi
Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk kategori reinforcement guru pada skala angket negatif yang
tinggi terdapat 5 siswa, untuk kategori reinforcement guru yang
sedang terdapat 17 siswa, dan untuk kategori reinforcement guru
yang rendah terdapat 2 siswa. Sehingga, diketahui bahwa pengaruh
reinforcement guru siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
paling banyak adalah kategori sedang sebanyak 17 siswa.
b. Angket Positif
Reinforcement guru yang di peroleh siswa pada skala uji
angket positif, dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu
: tinggi, sedang, dan rendah. skala angket positif reinforcement
guru dalam penelitian ini menggunakan nilai Mx (mean) dan SD
(standart deviasi) dengan bantuan program SPSS Versi 21.
Perhitungan yang telah dilakukan oleh peneliti menggunakan
program spss diperoleh nilai Mx sebesar 82,17 dan nilai SD sebesar
11,262. Sehingga, perhitungan menentukan kategori/tingkat
reinforcement guru adalah sebagai berikut.
Mx+1.SD = 82,17+(11,262)
= 82,17+11,262
= 93,432 dibulatkan menjadi 93
Mx-1.SD = 82,17 - (11,262)
= 82,17 – 11,262
= 70,908 dibulatkan menjadi 71
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa skor > 93
dikategorikan tinggi, skor < 71 dikategorikan rendah, dan 71 ≥ skor ≥
93 dikategorikan sedang. Berdasarkan perhitungan skor dari angket
(kuesioner) diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.2
Hasil Uji Skala Angket Positif (Kuesioner)
Reinforcement Guru
Resp. Skor Kategori Resp. Skor Kategori
1. 77 Sedang 13. 70 Rendah
2. 72 Sedang 14. 91 Sedang
3. 91 Sedang 15. 87 Sedang
4. 70 Rendah 16. 98 Tinggi
5. 89 Sedang 17. 99 Tinggi
6. 71 Sedang 18. 100 Tinggi
7. 76 Sedang 19. 78 Sedang
8. 72 Sedang 20. 70 Rendah
9. 83 Sedang 21. 98 Tinggi
10. 71 Sedang 22. 94 Tinggi
11. 80 Sedang 23. 95 Tinggi
12. 70 Sedang 24. 70 Rendah
Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk kategori reinforcement guru pada skala angket positif yang
tinggi terdapat 6 siswa, untuk kategori reinforcement guru yang
sedang terdapat 14 siswa, dan untuk kategori reinforcement guru
yang rendah terdapat 4 siswa. Sehingga, diketahui bahwa
reinforcement guru siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo
paling banyak adalah kategori sedang sebanyak 14 siswa.
2. Data tentang bagaimana motivasi belajar siswa kelas V MI Ma’arif
Panjeng tahun pelajaran 2019/2020
Motivasi Belajar diterima siswa dari guru mereka dalam penelitian
ini dikelompokkan menjadi 3, yaitu pujian, hadiah, dan angka/nilai.
Untuk mengetahui kategori motivasi belajar, peneliti menggunakan
acuan sebagai berikut.
a. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan pujian lebih besar dari
pada skor Motivasi Belajar memberikan hadiah dan Motivasi
Belajar memberikan angka/nilai, maka tergolong dalam kategori
Motivasi Belajar memberikan pujian
b. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan hadiah lebih besar dari
pada skor Motivasi Belajar memberikan pujian dan Motivasi
Belajar memberikan angka/nilai, maka tergolong dalam kategori
Motivasi Belajar memberikan hadiah.
c. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan angka/nilai ebih besar
dari pada skor Motivasi Belajar memberikan pujian dan skor
Motivasi Belajar memberikan hadiah maka tergolong dalam
Motivasi Belajar memberikan angka/nilai.
d. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan pujian sama besar
dengan skor Motivasi Belajar memberikan hadiah, maka tergolong
dalam Motivasi Belajar memberikan pujian.
e. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan hadiah sama besar
dengan skor Motivasi Belajar memberikan angka/nilai, maka
tergolong dalam Motivasi Belajar memberikan hadiah.
f. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan pujian sama besar skor
Motivasi Belajar memberikan angka/nilai, maka tergolong dalam
Motivasi Belajar memberikan pujian.
g. Apabila skor Motivasi Belajar memberikan hadiah sama besar skor
Motivasi Belajar memberikan angka/nilai, maka tergolong dalam
Motivasi Belajar memberikan hadiah.
h. Dan apabila ke tiga skor, skor Motivasi Belajar memberikan
hadiah, skor Motivasi Belajar memberikan pujian, skor Motivasi
Belajar memberikan angka/nilai jumlahnya sama maka tergolong
dalam Motivasi Belajar memberikan hadiah.
Berdasarkan perhitungan skor dari angket (kuesioner)
diperoleh hasil sebagai berikut.
Tabel 4.3
Hasil Skala Angket (Kuesioner)
Motivasi Belajar
Resp. Motivasi Belajar Total
Skor Kategori
Pujian Hadiah Angka/Nilai
1. 8 7 8 23 Pujian
2. 7 8 10 25 Angka/Nilai
3. 9 7 8 24 Pujian
4. 9 9 7 25 Pujian
5. 7 7 10 24 Angka/Nilai
Lajutan Tabel 4.3
6. 8 8 8 24 Hadiah
7. 7 7 8 22 Angka/Nilai
8. 8 7 8 23 Pujian
9. 8 8 12 28 Angka/Nilai
10. 7 7 12 26 Angka/Nilai
11. 8 7 10 25 Angka/Nilai
12. 7 7 8 22 Angka/Nilai
13. 9 7 8 24 Pujian
14. 8 6 12 26 Angka/Nilai
15. 8 7 8 23 Pujian
16. 8 7 10 25 Angka/Nilai
17. 7 7 8 22 Angka/Nilai
18. 6 8 12 26 Angka/Nilai
19. 8 9 10 27 Angka/Nilai
20. 9 7 8 24 Pujian
21. 8 7 8 23 Pujian
22. 8 7 10 25 Angka/Nilai
23. 8 7 8 23 Pujian
24. 6 8 12 26 Angka/Nilai
Berdasarkan tabel di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
untuk kategori skor Motivasi Belajar memberikan pujian terdapat 9
siswa, untuk kategori skor Motivasi Belajar memberikan hadiah
terdapat 1 siswa, dan untuk kategori skor Motivasi Belajar
memberikan Angka/Nilai terdapat 14 siswa. Sehingga, diketahui
bahwa Pengaruh Motivasi Belajar Siswa kelas V MI Ma‟arif
Panjeng Ponorogo paling banyak adalah kategori pemberian
Angka/Nilai sebanyak 14 siswa.
3. Apakah terdapat pengaruh pemberian reinforcemenrt guru
terhadap motvasi belajar siswa kelas V MI Ma’arif Panjeng tahun
pelajaran 2019/2020
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti siswa
kelas V MI Ma‟arif Panjeng tahun pelajaran 2019/2020 dengan metode
pengumpulan data melalui intrumen Sekala angket positif (kuesioner)
pengaruh reinforcement guru (X) dan Sekala angket positif (kuesioner)
pengaruh reinforcement guru (X) terhadap motivasi belajar peserta
didik (Y), maka diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.4
pengaruh pemberian reinforcemenrt guru terhadap
motvasi belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng
tahun pelajaran 2019/2020
Lanjutan Tabel 4.4
C. Analisis Data
1. Uji Prasyarat Penelitian
Ada dua asumsi utama dalam permodelan regresi yang digunakan
dalam penelitian ini, yaitu normalitas dan linieritas.
a. Uji normalitas
Uji normalitas dibuat untuk mengetahui distribusi data dalam
variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Secara umum, data
yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang
memiliki distribusi normal. Normalitas data dapat dilihat dengan
menggunakan uji normal Kolmogorov-Smirnov.
Berikut adalah hasil dari uji normalitas Kolmorogov-Smirnov
pada Reinforcement Guru dan Motivasi Belajar dengan menggunakan
program SPSS Versi 21.
Tabel 4.5
Hasil Uji Normalitas Skala Angket Negatif Kolmogorov-Smirnov
Reinforcement Guru
Berdasarkan tabel 4.4, diketahui bahwa hasil perhitungan
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikansi 0,469 di mana signifikansi tersebut lebih dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari angket
(koesioner) memiliki distribusi normal dan dapat dilakukan uji
coba selanjutnya.
Tabel Angket 4.6
Hasil Uji Normalitas Skala Angket Positif Kolmogorov-Smirnov
Reinforcement Guru
Berdasarkan tabel 4.5, diketahui bahwa hasil perhitungan
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikansi 0,341 di mana signifikansi tersebut lebih dari 0,05.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari angket
(koesioner) memiliki distribusi normal dan dapat dilakukan uji
coba selanjutnya.
Tabel 4.7
Hasil Uji Normalitas Skala Motivasi Belajar
Kolmogorov-Smirnov
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui bahwa hasil perhitungan
uji normalitas Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai
signifikansi 0,785 di mana signifikansi tersebut lebih dari 0,05.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa data yang diperoleh dari
angket (kuesioner) memiliki distribusi normal dan dapat dilakukan
uji coba selanjutnya.
b. Uji Linearitas
Uji linieritas dilakukan untuk membuktikan bahwa masing-
masing varibel bebas mempunyai hubungan yang linier dengan
variabel terikat. Hasil yang diperoleh melalui uji linieritas akan
menentukan teknik-teknik analisis data yang dipilih dapat
digunakan atau tidak. Apabila dari hasil uji linieritas didapatkan
mkesimpulan bahwa distribusi data peneltian dikategorikan linier,
maka data penelitian dapat digunakan dengan metode-metode
tertentu.
Berikut adalah hasil dari uji linieritas pada Reinforcement
Guru dan Motivasi Belajar dengan menggunakan program SPSS
Versi 21.
Tabel 4.8
Hasil Uji Linearitas Skala Angket Negatif Reinforcement Guru
Pada Motivasi Belajar
Berdasarkan pada tabel 4.7 di atas, dapat diketahui bahwa
nilai Deviation From Linearity Sig. adalah 0,227 lebih besar dari
pada 0,05. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang
linier antara Skala Angket Negatif Reinforcement Guru dan
Motivasi Belajar.
Tabel 4.9
Hasil Uji Linearitas Skala Angket Positif Reinforcement Guru Pada
Motivasi Belajar
Berdasarkan pada tabel 4.8 di atas, bahwa nilai Deviation
From Linearity Sig. adalah 0,956 lebih besar dari pada 0,05.
Sehingga, dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang linier Skala
Angket Positif Reinforcement Guru dan Motivasi Belajar.
2. Hipotesis
Uji Regresi Linier Sederhana
Regresi linier sederhana adalah sebuah koefisien untuk mengetahui
ketergantungan suatu variabel terhadap variabel yang lain. Analisis regresi
tujuannya bukan untuk mengukur derajat keeratan hubungan antara dua
variable, tetapi untuk menduga besarnya arah hubungan itu dan besarnya
variabel dependen jika variabel independen diketahui.
Berikut adalah hasil dari uji regresi linier sederhana antara Skala
Angket Negatif Pengaruh Reinforcement Guru, Skala Angket Positif
Pengaruh Reinforcement Guru, dan Motivasi Belajar, dengan
menggunakan program SPSS Versi 21.
Tabel 4.10
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Skala Angket Negatif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) dengan Coefficients
Berdasarkan tabel 4.9 di atas, dapat diketahui nilai signifikasni
(Sig.) dari uji regresi linier sederhana antara Skala Angket Negatif
Pengaruh Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) adalah 0,001.
Nilai Sig. tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara antara Skala Angket Negatif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y).
Tabel 4.11
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Skala Angket Negatif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) dengan
Model Summary
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, diketahui bahwa nilai R Square
sebesar 0,400 yang berarti bahwa Skala Angket Negatif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) terhadap Motivasi Belajar (Y) adalah sebesar 40,0
%, sedangkan 60,0 % Motivasi Belajar dipengaruhi oleh variabel
independen yang lainnya.
Tabel 4.12
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Skala Angket Positif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) dengan Coefficients
Berdasarkan table 4.11 di atas, dapat diketahui nilai signifikasni
(Sig.) dari uji regresi linier sederhana antara Skala Angket Positif
Pengaruh Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) adalah 0,001.
Nilai Sig. tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05, sehingga dapat
diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti ada
pengaruh yang signifikan antara Angket Positif Pengaruh Reinforcement
Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y)
Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Linier Sederhana Skala Angket Positif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) dan Motivasi Belajar (Y) dengan
Model Summary
Berdasarkan tabel 4.12 di atas, diketahui bahwa nilai R Square
sebesar 0,436 yang berarti bahwa Skala Angket Positif Pengaruh
Reinforcement Guru (X) terhadap Motivasi Belajar (Y) adalah sebesar 43,6
%, sedangkan 56,4 % Motivasi Belajar dipengaruhi oleh variabel
independen yang lainnya.
D. Interpretasi dan Pembahasan
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang
fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang pendidikan.
Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu
amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia
berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarga sendiri.
Keterampilan dasar penguatan (Reinforcement) adalah segala
bentuk respon yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru
terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan untuk memberikan informasi
atau umpan balik bagi siswa atas perbuatan atau responnya yang diberikan
sebagai suatu dorongan atau koreksi. Oleh karena itu, peneliti melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh reinforcement guru dengan variabel
independen, yaitu pemberian informasi atau umpan balik untuk siswa atas
perbuatan atau responnya yang diberikan sebagai suatu dorongan atau
koreksi.
Motivasi belajar adala daya penggerak dari dalam diri individu
untuk melakukan kegiatan belajar untuk menambah pengetahuan dan
ketrampilan serta pengalaman. Motivasi ini tumbuh karena ada keinginan
untuk bisa mengetahui dan memahami sesuatu dan mendorong serta
mengarahkan minat belajar siswa sehingga sungguh-sungguh untuk belajar
dan termotivasi untuk mencapai prestasi.
Oleh karena itu, peneliti melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh reinforcement guru dengan variabel independen, yaitu motivasi
belajar siswa. Penelitian ini dilakukan menggunakan angket (kuesioner) yang
dibagikan kepada siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo yang berjumlah
24 siswa.
Angket (kuesioner) yang dibagikan kepada responen, sebelumnya
telah dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas angket negatif & positif oleh
peneliti kepada siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo yang berjumlah
24 siswa. Kemudian dilakukan tindak lanjut dengan menghapus butir-butir
pertanyaan yang tidak valid sebagai alat pengambilan data dalam penelitian ini.
Dari angket (kuesioner) yang sudah valid dan telah diisi oleh
responden tersebut, peneliti melakukan perhitungan skor yang kemudian
peneliti lanjutkan dengan perhitungan menggunakan program SPSS Versi 21
untuk menjawab rumusan masalah dan mencapai tujuan pada penelitian ini.
Berdasarkan analisis yang digunakan pada angket (kuesioner), maka
terbukti bahwa ada pengaruh yang signifikan antara pengaruh reinforcement
guru terhadap motivasi belajar siswa. Uraian pembahasan untuk setiap
hipotesis adalah sebagai berikut.
1. Reinforcement Guru siswa kelas V MI Ma’arif Panjeng Ponnorogo
tahun pelajaran 2019/2020
a. Angket Negatif
Berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan oleh
peneliti, dapat diketahui bahwa Skala Angket Negatif
Reinforcement Guru kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo dalam
kategori tinggi terdapat 5 siswa dengan persentase 20,8%, kategori
sedang terdapat 17 siswa dengan persentase 70,8 %, dan kategori
rendah terdapat 2 siswa dengan persentase 8,3 %. Adapun kategori
tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini
Gambar 4.1
Grafik Skala Angket Negatif Reinforcement Guru
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa secara
umum Skala Angket Negatif Reinforcement Guru Kelas V MI
Ma‟arif Panjeng Ponorogo adalah Reinforcement Guru yang
termuasuk kategori sedang dengan jumlah persentase 70,8 %, hal
tersebut menunjukkan bahwa Reinforcement Guru berada di atas
kategori rendah. Sehingga, dapat mendukung perkembangan
motivasi belajar siswa ke arah yang baik atau positif.
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Tinggi 20,80% Sedang 70,80% Rendah 8,30%
Skala Angket Negatif Reinforcement Guru
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
penguatan dapat diartikan sebagai cara guru untuk merespon secara
positif terhadap tingkah laku tertentu siswa agar tingkah laku yang
baik tersebut dapat terulang kembali atau menjadi lebih baik lagi.
b. Angket Positif
Berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan oleh peneliti,
dapat diketahui bahwa Skala Angket Positif Reinforcement Guru
kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo dalam kategori tinggi terdapat
6 siswa dengan persentase 25 %, kategori sedang terdapat 14 siswa
dengan persentase 58,3%, dan kategori rendah terdapat 4 siswa dengan
persentase 16,7%. Adapun kategori tersebut dapat dilihat pada grafik
berikut ini.
Gambar 4.2
Grafik Skala Angket Positif Reinforcement Guru
Dari grafik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa secara
umum Skala Angket Positif Reinforcement Guru kelas V MI
Ma‟arif Panjeng Ponorogo adalah Reinforcement Guru yang
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
Tinggi 25% Sedang 58,30% Rendah 16,70%
Skala Angket Positif Reinforcement Guru
termasuk kategori sedang dengan jumlah persentase 58,3 %, hal
tersebut menunjukkan bahwa Reinforcement Guru berada di atas
kategori rendah. Sehingga, dapat mendukung perkembangan
motivasi belajar siswa ke arah yang baik atau positif.
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, maka
penguatan dapat diartikan sebagai cara guru untuk merespon secara
positif terhadap tingkah laku tertentu siswa agar tingkah laku yang
baik tersebut dapat terulang kembali atau menjadi lebih baik lagi.
2. Data tentang Motivasi Belajar Siswa kelas V MI Ma’arif Panjeng
Ponorogo tahun pelajaran 2019/2020.
Berdasarkan kategorisasi yang telah dilakukan oleh peneliti,
Belajar Siswa Kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo dalam kategori
memberikan pujian terdapat 9 siswa dengan persentase 37,5%, kategori
memberikan hadiah 1 siswa dengan persentase 4,1 %, dan kategori
memberikan angka/nilai 14 siswa dengan persentase 58,3 %. Adapun
kategori tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.
Gambar 4.3
Grafik Motivasi Belajar
0,00%
20,00%
40,00%
60,00%
80,00%
Pujian 37,50 % Hadiah 4,10 % Nilai / Angka 58,30 %
Motivasi Belajar
Berdasarkan grafik di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa
Motivasi Belajar Siswa Kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo adalah
Pemberian angka/nilai dengan jumlah persentase 58,3 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa Motivasi Belajar sangat mendukung siswa menuju
ke arah yang baik atau positif.
Motivasi pemberian nilai/angka diterapkan mampu membentuk
banyak siswa yang belajar untuk mencapai angka-angka yang baik.
Sehingga yang dikejar siswa dan di capai dalam ujian adalah nilai yang
baik pada raport mereka. Angka yang baik itu bagi para siswa adalah
sebagai motivasi yang kuat.
Selanjutnya, untuk menjawab rumusan masalah yang kedua yaitu
adakah pengaruh yang signifikan antara Pengaruh Reinforcement Guru
terhadap Motivasi Belajar siswa peneliti melakukan uji regresi linier
sederhana pada variabel independen skala angket negatif reinforcement
guru, skala angket positif reinforcement guru (X1) dan motivasi belajar
(Y). Hasil yang diperoleh adalah nilai signifikansi (Sig.) sebesar 0,001
yang berarti bahwa nilai signifikansi (Sig.) tersebut lebih kecil dari pada
probabilitas 0,05, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara skala
angket negatif reinforcement guru, skala angket positif reinforcement
guru (X1) terhadap motivasi belajar (Y).
Dengan hasil penelitian di atas, diharapkan tenaga pendidik
atau guru mampu menciptakan suasana pembelajaran yang efektif.
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa
dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap pada
diri seseorang. Minat besar sekali pengaruhnya terhadap belajar, sebab
dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya tanpa minat dan semangat seseorang tidak mungkin
melakukan sesuatu yang disukainya. Hal ini menyebabkan pendidik
harus memberikan motivasi kepada siswanya agar sistem belajar
didalam kelas maupun diluar kelas akan berjalan dengan baik.
Karena motivasi merupakan daya dalam diri untuk
mendorongnya melakukan sesuatu, atau menyebabkan kesiapannya
untuk memulai rangkaian tingakah laku atau perbuatan.83
Motivasi
dapat timbul dari dalam individu maupun dari luar, hal ini akan
diuraikan sebagai berikut:
1) Motivasi Instrinsik, yaitu ingin mencapai tujuan yang
terkandung dalam proses belajar.84
Jenis motivasi ini sebab
terjadi dari dalam individu tanpa paksaan orang lain,
melainkan atas kemauan sendiri. Misalnya anak muda ingin
belajar karena ingin mendapatkan ilmu. Oleh karena itu ia rajin
belajar agar mendapatkan ilmu.
83
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2011), 22 84
Ibid, 22-23
2) Motivasi Ekstrinsik, yaitu jenis motivasi yang timbul dari
pengaruh luar individu. Apakah dari ajakan orang lain,
suruhan, paksaan sehingga dengan kondisi yang demikian
akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar, karena di
suruh atau dipaksa orang lain.85
85
H.Djaali, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2012), 106
102
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan landasan teori dan hasil analisis serta mengacu pada
perumusan masalah yang telah diuraikan di atas, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut :
1. Reinforcement guru di kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponnorogo tahun
pelajaran 2019/2020 dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 kategori yaitu :
tinggi, sedang, dan rendah. dalam kategori tinggi terdapat 6 siswa dengan
persentase 25 %, kategori sedang terdapat 14 siswa dengan persentase
58,3%, dan kategori rendah terdapat 4 siswa dengan persentase 16,7%.
Diambil kesimpulan reinforcement guru termasuk kategori sedang dengan
jumlah persentase 58,3 %, hal tersebut menunjukkan bahwa reinforcement
guru berada di atas kategori rendah. Sehingga, dapat mendukung
perkembangan motivasi belajar siswa ke arah yang baik atau positif.
2. Motivasi belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng tahun pelajaran
2019/2020 dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi 3, yaitu pujian,
hadiah, dan angka/nilai. dalam kategori memberikan pujian terdapat 9
siswa dengan persentase 37,5%, kategori memberikan hadiah 1 siswa
dengan persentase 4,1 %, dan kategori memberikan angka/nilai 14 siswa
dengan persentase 58,3 %. Hal tersebut menunjukkan bahwa Motivasi
Belajar sangat mendukung siswa menuju ke arah yang baik atau positif.
Motivasi pemberian nilai/angka diterapkan mampu membentuk banyak
siswa yang belajar untuk mencapai angka-angka yang baik. Sehingga yang
dikejar siswa dan dicapai dalam ujian adalah nilai yang baik pada raport
mereka. Angka yang baik itu bagi para siswa adalah sebagai motivasi yang
sangat kuat.
3. Reinforcement guru memiliki pengaruh yang signifikan teradap motivasi
belajar siswa kelas V MI Ma‟arif Panjeng Ponorogo tahun pelajaran
2019/2020 dengan nilai signifikasi (Sig.) sebesar 0,001 yang berarti bahwa
nilai signifikansi (Sig.) tersebut lebih kecil dari pada probabilitas 0,05.
Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti ada pengaruh yang signifikan antara Reinforcement Guru (X)
dan Motivasi Belajar (Y).
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang peneliti sampaikan
kepada pihak-pihak tertentu, yaitu:
1. Bagi para pendidik, Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan
unsur yang fundamental dalam menyelenggarakan setiap jenis dan jenjang
pendidikan. Ini berarti, bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa
baik ketika ia berada di sekolah maupun lingkungan rumah atau keluarga
sendiri.86
86
Muhibbin Syah, M. Ed, Psikologi Belajar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada), 63
2. Bagi para calon peneliti, peneliti ini menggunakan pengaruh reinforcement
guru terhadap motivasi belajar siswa. Mungkin peneliti selanjutnya dapat
menggunakan reinforcement oleh guru mata pelajaran dan implikasinya
terhadap bimbingan dan konseling.
DAFTAR PUSTAKA
Sardiman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja grafindo
Persada. 2012.
____________. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja
grafindo Persada. 2007.
Al-Tabany, Trianto Ibnu Badar. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif,
Progresif, dan Kontekstual. Jakarta: Prenadamedia Group. 2014.
Arikunto, Suharsimi. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. 2008.
Atmaja Prawira, Purwa. Psikologi Pendidikan Dalam Prespektif Baru.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. 2013.
Azhar, Arsyad. Media Pembelajaran. Jakarta: Rajagrafindo Persada. 2011.
Desnita. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.
2012.
Djamarah, Syaiful Bahri. Guru dan Anak Didik Dalam Interaksi Edukatif. Jakarta:
PT Rineka Cipta. 2008.
H. Djaali. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2012.
Hadis, Abdul. Psikologi Dalam Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2006.
Imam, Ghozali. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS, 21
Update PLS Regresi Edisi 7. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro. 2013.
Iskandar . Psikologi Pendidikan. Jakarta: Referensi. 2012.
Martono, Nanang. Metode Penelitian Kuantitatif Analisis Isi Data Sekunder.
Jakarta: Grafindo Persada. 2011.
Melani nur „asyifa “keterkaitan penngembangan koleksi dengan kepuasan
pemustaka tunarungu di perpustakaan sekolah luarbiasa negeri
bandung”, 2016.
Melissa et al, Olive. Reinforcement, 2015.
Moedjiono dan JJ. Hasibuan. Proses Belajar Mengajar. Bandung; PT. Remaja
Rosda Karya.2006.
Mujiono dan Dimyati. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta.
2006.
Mulyadi. Psikologi Pendidikan. Malang: Biro Ilmiah Fakultas Tarbiyah IAIN
Sunan Ampel Malang, 2001.
Nasution, S. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2010
Pujiarti, Amin. “Pengaruh Motivasi dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas V SD
Negeri Percobaan 4 Wates Kulon Progo Tahun Ajaran 2012/2013”.
Skripsi. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri
Yogyakarta. Sepetember 2013.
Riduwan, Belajar Mudah Penelitian untuk Guru, Karyawan, dan Peneliti Pemula,
(Bandung: Alfa Beta, 2013).
Sanjaya, Wina. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Jakarta; Kencana, Kencana. 2006.
Saud, Udin Syaefudin. Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Alfabeta. 2011.
Sayodih Sukamdinata, Nana. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja
Rosdakarya. 2009.
Statistik, Konsulatan. Regresi Linear Berganda. diunggah : 28 Nopember, 2018.
Sugiono. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta. 2010.
______. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan
R&D Bandung: Alfabeta. 2012.
Syah, Muhibbin. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Thoha, Miftah. Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada. 2008.
Uno B, Amzah. Teori Motivasi dan Pengukurannya Dibidang Pendidikan.
Jakarta: Bumi Aksara. 2006.
Uzer Usman, Moh. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. 2011.
________________. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya. 2006.
Widoyoko, S. Eko Putro. Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian. Yogyakarta;
Pustaka Pelajar. 2013.
Yaumi, Muhammad. Prinsip-prinsip Desain Pembelajaran. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group. 2013.