Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
ANALISIS PENGUATAN (REINFORCEMENT) DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA PADA
PEMBELAJARAN TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai
Gelar Sarjana Pendidikan (S. Pd)
oleh
Nabila Az Zahra
NIM. 11160183000001
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2020 M/1441
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul “Analisis Penguatan (Reinforcement) dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta” disusun oleh Nabila Az Zahra, Nomor Induk Mahasiswa 11160183000001,
Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Telah melalui
bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya ilmiah yang berhak untuk diujikan
pada sidang munaqosah sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 06 Juli 2020
Yang Mengesahkan,
Dosen Pembimbing
Dra. Hj. Zikri Neni Iska, M.Psi
NIP. 19690206 1995503 2 001
SURAT PERNYATAAN KARYA SENDIRI
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Nabila Az Zahra
Tempat/Tgl. Lahir : Jakarta, 14 Januari 1999
NIM : 11160183000001
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi : Analisis Penguatan (Reinforcement) dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas I di
MI Pembangunan UIN Jakarta
Dosen Pembimbing : Dra. Hj. Zikri Neni Iska, M.Psi
Dengan ini menyatakan :
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli sendiri, yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan untuk memperoleh Gelar Strata Satu (S1) di Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang digunakan dalam penulisan skripsi ini telah dicantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya hasil sendiri atau
merupakan plagiat dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima
konsekuensi berdasarkan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 06 Juli 2020
Penulis
Nabila Az Zahra
i
ABSTRAK
Nabila Az Zahra, NIM 11160183000001. “Analisis Penguatan (Reinforcement)
dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas
I di MI Pembangunan UIN Jakarta” Skripsi Jurusan Pendidikan Guru
Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh guru yang masih belum optimal dalam
memberikan penguatan kepada siswa dalam aspek afektif, adanya perilaku siswa
yang melanggar aturan, perilaku kurang disiplin yang masih muncul seperti tidak
mau berbaris dengan rapi, tidak merapikan kembali peralatan setelah digunakan,
tidak menyelesaikan tugas sampai tuntas, tidak antri dalam menunggu giliran,
terlambat ketika datang ke sekolah, dan tidak memperhatikan guru saat
pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemberian penguatan
(reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran tematik
kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan
pendekatan naratif. Teknik pengumpulan data dikumpulkan melalui angket,
wawancara, dan dokumentasi. Pemeriksaan keabsahan data menggunakan
triangulasi teknik yang dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang
sama dengan teknik yang berbeda.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk-bentuk penguatan
(reinforcement) yang dilakukan guru antara lain yaitu penguatan (reinforcement)
verbal dan non verbal. Penguatan (reinforcement) diberikan kepada individu
ataupun kelompok dengan penuh kebermaknaan, sungguh-sungguh dan penuh
ketulusan, menghindari respon negatif siswa, dan dengan variasi.
Kata kunci: Penguatan (Reinforcement), Kedisiplinan, Pembelajaran Tematik
ii
ABSTRACT
Nabila Az Zahra, NIM 11160183000001. "Reinforcement Analysis in Improving
Student Discipline in Thematic Learning Class I at MI Pembangunan UIN
Jakarta" Thesis, Education Program Elementary School, Faculty of Tarbiyah
and Teaching, Syarif Hidayatullah Islamic University Jakarta.
This research is motivated by teachers who are still not optimal in providing
reinforcement to students in the affective aspects, the behavior of students who
break the rules, lack of discipline behavior that still appears as if they do not want
to line up neatly, do not tidy up the equipment after use, do not complete the task to
completion , not queuing up in waiting their turn, being late when coming to school,
and not paying attention to the teacher when learning. This study aims to analyze
the provision of reinforcement in enhancing student discipline in the thematic
learning class I at MI Pembangunan UIN Jakarta.
The method used in this study is a qualitative method with a narrative
approach. Data collection techniques were collected through questionnaires,
interviews, and documentation. Checking the validity of the data using
triangulation techniques is done by checking the data to the same source with
different techniques.
The results of this study indicate that the forms of reinforcement made by
teachers include verbal and non verbal reinforcement. Reinforcement
(reinforcement) is given to individuals or groups with full meaningfulness, earnest
and full of sincerity, avoiding negative student responses, and with variations.
Keywords: Reinforcement, Discipline, Thematic Learning
iii
حِيم حْمَنِ الره ِ الره بِسْمِ اللَّه
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang
telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi
khalifah dimuka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian
bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat, hidayah, dan karunia Allah SWT, penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini, dengan judul “Analisis Pengutaan (Reinforcement)
dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas I di
MI Pembangunan UIN Jakarta”. Sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang
ada, penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa tidak sedikit
kesulitan yang dialami. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini tidak terlepas dari berbagai pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh
karena itu penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan, arahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Ucapan terima kasih khususnya penulis
sampaikan kepada :
1. Prof. Dr. Hj. Amany Burhanuddin Umar Lubis, Lc., M.A., selaku Rektor
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Sururin, M.Ag. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN
Syarif Hidayatullah Jakart
iv
3. Asep Ediana Latip, M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah yang telah memberikan arahan, motivasi dan memudahkan
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Rohmat Widyanto, M.Pd, Sekretaris Prodi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyah yang telah memberikan arahan kepada penulis.
5. Dra. Hj. Zikri Neni Iska, M.Psi. Selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
tulus dan ikhlas telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan kepada penulis hingga pada tahap penyelesaian
skripsi ini.
6. Seluruh Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
yang telah memberikan ilmu selama perkuliahan hingga akhirnya skripsi ini
dapat selesai dengan baik.
7. Wahyudi, S.Pd. Selaku Kepala Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
Jakarta yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melaksanakan
penelitian di MI Pembangunan UIN Jakarta.
8. Drs. H. Yon Sugiono Selaku Kepala P2JM Madrasah Pembangunan UIN
Jakarta yang telah memberikan izin, bimbingan dan arahan kepada penulis
dalam melaksanakan penelitian di MI Pembangunan UIN Jakarta
9. Seluruh Guru Kelas I Madrasah Pembangunan UIN Jakarta yang telah
bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian di MI
Pembangunan UIN Jakarta
10. Kedua Orang Tua Tercinta (Muslih dan Nurkomariah) yang telah
mengasuh, membimbing, mendidik dan memberikan motivasi yang teramat
banyak hingga penulis mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.
11. Keluarga Besar PGMI UIN Jakarta Angkatan 2016, yang telah memberikan
motivasi dan arahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Akhirnya penulis berharap semoga amal baik semua pihak jasa-
jasanya mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT dan hanya
v
kepada Allah jualah penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya.
Jakarta, 06 Juli 2020
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................................ ii KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi DAFTAR TABEL .............................................................................................. viii
DAFTAR BAGAN ................................................................................................ ix DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .......................................................................... 4
C. Pembatasan Masalah ......................................................................... 5
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 5
E. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5
F. Manfaat Penelitian ............................................................................. 5
BAB II KAJIAN TEORI ...................................................................................... 7
A. Hakikat Penguatan (Reinforcement) ................................................ 7
1. Pengertian Penguatan (Reinforcement) .................................... 7
2. Prinsip Penguatan (Reinforcement)........................................... 8
3. Tujuan Penguatan (Reinforcement) ........................................ 10
4. Komponen-komponen Penguatan (Reinforcement) ............... 11
5. Syarat-syarat Penguatan (Reinforcement) .............................. 13
6. Cara Penggunaan Penguatan (Reinforcement) ...................... 14
B. Hakikat Disiplin ............................................................................... 15
1. Pengertian Disiplin ................................................................... 15
2. Tujuan Disiplin ......................................................................... 17
3. Unsur-unsur Disiplin ................................................................ 18
4. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin...................................... 20
5. Cara Menanamkan Disiplin..................................................... 21
6. Indikator Disiplin...................................................................... 23
C. Pembelajaran Tematik .................................................................... 24
1. Pengertian Pembelajaran Tematik ......................................... 24
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik ..................................... 25
3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik ............................. 26
4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik ........... 27
5. Tema yang digunakan pada Kelas I........................................ 28
D. Hasil Penelitian Relevan .................................................................. 28
E. Kerangka Berfikir ............................................................................ 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 32
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 32
B. Metode Penelitian............................................................................. 32
C. Subjek Penelitian ............................................................................. 33
D. Instrumen Data ................................................................................ 34
E. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 38
F. Analisis Data ..................................................................................... 41
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ........................................................ 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 43
A. Gambaran Umum MI Pembangunan UIN Jakarta ..................... 43
B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian ............................................... 48
C. Pembahasan ...................................................................................... 68
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 73
A. Kesimpulan ....................................................................................... 73
B. Saran ................................................................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 75
LAMPIRAN-LAMPIRAN ................................................................................. 79
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Langkah-langkah Scientific Menggunakan Kata Kerja Operasional ... 26
Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian ......................................................................... 32
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Angket Pemberian Penguatan (reinforcement) dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran Tematik ......... 34
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Wawancara Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran Tematik ......... 37
Tabel 3. 4 Interpretasi Presentase Angket ............................................................ 39
Tabel 4. 1 Jumlah Peserta Didik ........................................................................... 48
Tabel 4. 2 Penguatan (reinforcement) dalam bentuk verbal ................................. 48
Tabel 4. 3 Penguatan (reinforcement) dalam bentuk non verbal .......................... 50
Tabel 4. 4 Penguatan (reinforcement) dengan variasi ........................................... 56
Tabel 4. 5 Penguatan (reinforcement) dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketulusan ............................................................................................... 57
Tabel 4. 6 Penguatan (reinforcement) dengan penuh kebermaknaan ................... 60
Tabel 4. 7 Penguatan (reinforcement) dengan menghindari respon negatif ......... 63
ix
DAFTAR BAGAN
Bagan 2. 1 Kerangka Berfikir Analisis Reinforcement dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Kelas I pada Pembelajaran Tematik di MI
Pembangunan UIN Jakarta .................................................................. 31
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Profil MI Pembangunan UIN Jakarta
Lampiran 2 : Data Siswa
Lampiran 3 : Daftar Wawancara
Lampiran 4 : Hasil Wawancara
Lampiran 5 : Daftar Angket
Lampiran 6 : Surat Bimbingan Skripsi
Lampiran 7 : Surat Permohonan Izin Penelitian
Lampiran 8 : Surat Keterangan Melakukan Penelitian
Lampiran 9 : Dokumentasi
Lampiran 10 : Lembar Uji Referensi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan. Setiap orang
berhak medapatkan pendidikan untuk mengembangkan potensi dan karakter
yang ada pada diri mereka.
Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pendidikan nasional
berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, dan bertanggung
jawab.1
Pengertian di atas menjelaskan pentingnya pendidikan dalam
mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang memiliki
kekuatan dalam hal spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan.
Madrasah Ibtidaiyah merupakan dasar pendidikan pada jenjang
pendidikan berikutnya, oleh karena itu pendidikan di Madrasah Ibtidaiyah
hendaknya dilakukan dengan cara yang tepat agar mampu menjadi landasan
kuat untuk jenjang pendidikan berikutnya. Pada jenjang pendidikan dasar
kurikulum yang digunakan adalah kurikulum 2013 atau kurtilas dimana
pembelajarannya merupakan pembelajaran tematik. Pembelajaran tematik
merupakan pembelajaran yang mengelompokkan beberapa mata pelajaran
menjadi suatu tema tertentu.
Dalam pembelajaran tematik pembelajaran dilaksanakan menyesuaikan
dengan tahapan perkembangan siswa, karakteristik siswa, konsep belajar dan
pembelajaran bermakna.2 Salah satu aspek perkembangan yang penting untuk
1 Nurkholis, “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi,” Jurnal Kependidikan 1, no.
1 (2013): 24–44. 2 Nurul Hidayah, “Pembelajaran Tematik Integratif Di Sekolah Dasar,” Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran Dasar 2, no. 1 (2015): 34–49.
2
dikembangkan yaitu perkembangan moral. Perilaku yang sesuai dengan aturan
dan norma yang ada di dalam masyarakat yaitu perilaku moral. Kedisiplinan
merupakan salah satu nilai moral yang perlu ditanamkan kepada siswa.
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. Guru memiliki kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan
serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Guru juga memiliki kemampuan dalam menggunakan metode, model
ataupun teknik dalam pembelajaran yang akan meningkatkan kedisiplinan
siswa. Selain itu guru merupakan teladan bagi siswa yang masih suka datang
terlambat ke sekolah sehingga kemungkinan siswa yang terlambat datang ke
sekolah karena mencontoh keteladanan guru yang tidak baik.3
Sedangkan siswa merupakan sasaran dari proses pembelajaran yang akan
berdampak tepat nilai kedisiplinan pada perilaku siswa jika guru terus
mengasah kemampuan mengajar yang ada pada dirinya. Kedispilinan siswa
dapat dikatakan rendah disebabkan karena siswa tidak paham dengan peraturan
sekolah yang ada sehingga siswa sering melanggar dan siswa yang susah
diberitahu. kurangnya kesadaran diri siswa dalam mematuhi peratuan yang
berlaku, siswa tidak paham dengan peraturan sekolah yang berlaku, siswa
sering melanggar peraturan, siswa susah diberitahu, dan siswa pura-pura tidak
tahu.4
Seorang guru tidak hanya dituntut dapat menyampaikan materi dengan
baik melainkan guru juga harus dapat memberikan penguatan kepada siswanya,
karena dengan penguatan guru mampu mengubah perilaku peserta didik ke arah
yang lebih baik. Atas dasar itu pendidik harus bijak dalam mengambil tindakan
yang akan menimbulkan dampak positif atau negatif pada siswa. Untuk
mengatasi hal tersebut dalam pendidikan dan pengajaran diperlukan kecakapan
guru dalam mengajar dan dalam menggunakan sarana pembelajaran yang
relevan dengan kebutuhan siswa serta bagaimana cara guru membimbing siswa
3 Mahasti Windha Wardhani, “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa SDN
Kepek Pengasih Kulon Progo Yogyakarta,” Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar 19 (2018): 1–
10. 4 Ibid.
3
menjadi lebih disiplin sehingga terciptanya suasana pembelajaran yang nyaman
dan diharapkan proses pembelajaran tematik dapat terlaksana dengan baik.
Meningkatkan kualitas pembelajaran merupakan tugas guru agar siswa
dapat melakukan pembelajaran dengan menyenangkan. Untuk mencapai tujuan
tersebut guru dapat memberikan penguatan kepada siswa, karena dengan
memberikan penguatan siswa merasa dihargai segala sikap, prestasi dan juga
usahanya. Selain itu dengan adanya penguatan atau reinforcement siswa akan
berusaha meningkatkan sikap positif dan menghilangkan sikap negatif yang ada
pada dirinya.
Peneliti telah melakukan pengamatan pada saat kegiatan Pengenalan
Lapangan Persekolahan II selama dua bulan terhadap siswa kelas I C di MI
Pembangunan UIN Jakarta, guru lebih menekankan pada perkembangan
kognitif siswa dalam pembelajaran, namun guru juga sudah menanamkan nilai-
nilai moral kepada siswa. Salah satu nilai moral yang sudah ditanamkan oleh
guru kepada siswa yaitu nilai kedisiplinan yang dapat dilihat dengan adanya
kegiatan rutin berbaris sebelum masuk ke dalam kelas. Kegiatan tersebut
membiasakan siswa untuk bersabar dalam menunggu giliran masuk ke dalam
kelas. Guru juga nemanamkan sikap tertib dan tenang dalam berdoa kepada
siswa melalui kegiatan berdoa sebelum dan sesudah belajar. Namun beberapa
penanaman kedisiplinan yang dilakukan oleh guru masih belum optimal,
peneliti menemukan ada beberapa perilaku yang melanggar aturan. Perilaku
kurang disiplin yang masih muncul seperti tidak mau berbaris dengan rapi, tidak
merapikan kembali peralatan setelah digunakan, tidak menyelesaikan tugas
sampai tuntas, tidak antri dalam menunggu giliran, terlambat ketika datang ke
sekolah, dan tidak memperhatikan guru saat pembelajaran seperti bertengkar
atau bermain saat pembelajaran serta mengganggu teman yang sedang belajar.
Penelitian ini sudah diteliti oleh Lasria Gultom dan Meri Fuji Asiahaan
di Kelas II SD Sekolah Kristen ABC, dalam penelitiannya menyatakan bahwa
penerapan reward dan konsekuensi dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan
kelas 2 SD di Sekolah Kristen ABC di Sulawesi Utara. Penelitian lain yang
dilakukan oleh Sk. Rezaul Hoque di wilayah Bangaon 24 Parganas Utara
4
Benggala Barat, India dalam penelitiannya yang menyatakan bahwa pentingnya
teori pengkondisian Skinner dalam proses belajar mengajar. Dan juga penelitian
yang dilakukaIdenn oleh Sikha Basti Nursetya dan Erwin Setyo Kriswanto di
SMAN 1 Wates Kabupaten Kulon Progo, dalam penelitiannya menyatakan
bahwa kedisiplinan siswa meningkat dengan adanya tindakan reinforcement
yang diterapkan oleh guru.
Berdasarkan latar belakang di atas, MI Pembangunan UIN Jakarta
merupakan lembaga yang menerapkan pembelajaran tematik dan guru
menggunakan penguatan (reinforcement) sebagai suatu cara untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa. Guru kelas I khususnya mempunyai cara
tersendiri bagaimana penguatan (reinforcement) yang diberikan tersebut dapat
direspon siswa dengan baik sehingga dapat meningkatkan kedisiplinan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Analisis Penguatan (Reinforcement) dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa pada Pembelajaran Tematik Kelas I di MI
Pembangunan UIN Jakarta.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, pada penelitian
ini terdapat beberapa masalah yang dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. pengembangan aspek perkembangan anak belum seimbang karena lebih
menekankan pada aspek kognitif,
2. belum optimalnya upaya guru dalam menanamkan kedisiplinan siswa,
3. keteladanan guru yang tidak baik sehingga dicontoh oleh siswa,
4. masih ada siswa yang tidak disiplin dalam pembelajaran,
5. kurangnya kesadaran diri siswa dalam mematuhi peratuan yang berlaku,
6. siswa tidak paham dengan peraturan sekolah,
7. siswa sering melanggar peraturan,
8. siswa sulit diberitahu bahkan siswa pura-pura tidak tahu peraturan.
5
C. Pembatasan Masalah
Dari identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, tidak semua
masalah akan diteliti mengingat keterbatasan waktu dan tenaga penulis. Agar
penelitian ini dapat dilaksanakan dengan baik maka penulis membatasi
penelitian mengenai :
1. cara guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa dengan menggunakan
penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran,
2. kedisiplinan yang dimaksud dalam penelitian ini antara lain dalam hal
kehadiran, penyelesaian tugas hingga tuntas, penggunaan benda sesuai dengan
fungsinya, kerapihan peralatan setelah digunakan dan ketaatan dalam menaati
aturan.
D. Perumusan Masalah
Setelah membatasi masalah yang akan diteliti, peneliti merumuskan
permasalahan dalam penelitian ini yaitu bagaimana cara meningkatkan
kedisiplinan siswa dengan menggunakan penguatan (reinforcement) dalam
pembelajaran tematik pada siswa kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui cara meningkatkan kedisiplinan dengan menggunakan penguatan
(reinforcement) dalam pembelajaran tematik pada siswa kelas I di MI
Pembangunan UIN Jakarta.
F. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain :
1. Manfaat Teoretis
Dapat menambah wawasan pengetahuan tentang reinforcement dan
kedisiplinan siswa kelas I dalam pembelajaran tematik, dan dapat dijadikan
6
sebagai bahan rujukan pengembangan ilmu dan teori-teori pembelajaran
serta bahan informasi bagi pengembangan peneliti selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti
Peneliti dapat memperoleh jawaban dari permasalahan yang ada dan
menambah wawasan pengetahuan tentang penguatan (reinforcement)
dan juga kedisipilinan siswa, serta menambah pengalaman dan pelajaran
berharga bagi peneliti.
b. Bagi pendidik
Memberikan informasi kepada pendidik dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa dengan penguatan (reinforcement), dan dapat
dijadikan bahan pertimbangan dan pengembangan keterampilan guru
dalam melaksanakan serta merancang pembelajaran.
c. Bagi peserta didik
Dapat meningkatkan kedisiplinan siswa dalam proses pembelajaran
sehingga lebih disiplin dalam proses pembelajaran.
d. Bagi sekolah
Menjadi masukan bagi lembaga tentang pentingnya pemberian
penguatan (reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
dalam pembelajaran.
7
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Hakikat Penguatan (Reinforcement)
1. Pengertian Penguatan (Reinforcement)
Dalam pendidikan reinforcement atau penguatan dapat menjadi
pendorong siswa dalam proses pembelajaran. reinforcement yang diberikan
akan membuat peserta didik lebih disiplin dan dapat belajar dari kesalahan
serta memperbaikinya dalam proses pembelajaran.
Reinforcement adalah memberikan atau menghilangkan suatu
rangsangan dalam proses belajar dengan tujuan untuk meningkatkan
kemungkinan dari sebuah perilaku dengan.5 Penguatan adalah konsekuensi
yang meningkatkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.6 Reinforcement
adalah respon positif terhadap suatu tingkah laku tertentu dari siswa yang
memungkinkan tingkah laku tersebut timbul kembali.7
Menurut Mulyasa, reinforcement merupakan respons terhadap suatu
perilaku yang dapat meningkatkan kemungkinan terulangnya kembali
perilaku tersebut.8 Reinforcement adalah berbagai bentuk respon yang
merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku dengan tujuan untuk
memberikan informasi umpan balik sebagai suatu tindakan dorongan atau
koreksi yang bersifat verbal atau diungkapkan dengan kata-kata langsung
maupun non verbal atau dilakukan dengan gerak, isyarat, pendekatan, dan
sebagainya,.9
5 Muhammad Fathurrohman, Belajar Dan Pembelajaran Modern (Yogyakarta: Garudhawaca,
2017), h. 98. 6 Darwis, Menghukum Atau Memulihkan (Makassar: Sah Media, 2018), h. 99. 7 P. Ratu Ile Tokan, Sumber Kecerdasan Manusia (Jakarta: Grasindo, 2016), h. 59. 8 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21 (Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia, 2019), h.
32. 9 Darmadi, Manajemen Sumber Daya Manusia Kekepalasekolahan (Melejitkan Produktivitas
Kerja Kepala Sekolah Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi) (Yogyakarta: Deepublish, 2018),
h. 88.
8
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian yaitu: 1)
penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsip bahwa frekuensi
respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung
(rewarding), 2) penguatan negatif adalah penguatan berdasarkan prinsip
bahwa frekuens respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan).10 Dalam rangka penguatan
kelas, penguatan positif bertujuan untuk mempertahankan dan memelihara
perilaku positif, sedangkan penguatan negatif merupakan penguatan
perilaku dengan cara menghentikan atau menghapus rangsangan yang tidak
menyenangkan.11
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
penguatan atau reinforcement merupakan segala bentuk respon yang
bersifat verbal ataupun non verbal yang terdiri dari penguatan positif dan
negatif yang bertujuan untuk memberikan umpan balik ataupun dorongan
terhadap suatu tindakan.
2. Prinsip Penguatan (Reinforcement)
Dalam memberikan penguatan pada proses pembelajaran, guru perlu
memperhatikan prinsip yang terdapat dalam reinforcement tersebut
sehingga lebih efektif. Adapun prinsip yang perlu dipedomani dalam
pemberian penguatan yaitu keantusiasan dan kehangatan, kebermaknaan
bagi siswa, penghindaran atas penguatan atau respons negatif.12
a. Kehangatan dan keantusiasan. Suara, mimik, dan gerakan badan
guru merupakan bukti adanya kehangatan dan keantusiasan
sehingga membuat penguatan yang diberikan menjadi lebih efektif.
b. Kebermaknaan. Yakinkan pada diri siswa bahwa penguatan yang
diberikan adalah penguatan yang wajar, sehingga benar-benar
bermakna bagi siswa. Penguatan yang berlebihan harus dihindari,
karena akan mematikan motivasi siswa atau mungkin siswa akan
merasa direndahkan.
10 Darwis, Menghukum Atau Memulihkan, h. 19. 11 Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru (Jakarta: Kencana, 2016), h.
71. 12 Besse Marhawati, Pengantar Pengawasan Pendidikan (Yogyakarta: Deepublish, 2018), h.
83.
9
c. Menghindari penggunaan respon yang negatif. Respon negatif
berupa komentar bernada menghina, atau ejekan yang kasar perlu
dihindari karena akan mematahkan semangat siswa untuk
mengembangkan dirinya. Jika siswa tidak dapat memberikan
jawaban seperti yang diharapkan, guru jangan langsung
menyalahkannya, tetapi memindahkan giliran menjawab kepada
siswa lain.13
Ada lima prinsip penguatan berupa imbalan atau penghargaan,
antara lain sebagai berikut:14
a. Choosing the right reinforcing agents yaitu memilih agen penguat yang
tepat. Akan ada hasil dan kondisi yang berbeda ketika pemilihan
penguat dilakukan dengan tidak tepat.
b. Reward immediately after the behavior to have the best result yaitu
hadiah harus diberikan segera atau tidak menundanya untuk
mendapatkan hasil yang terbaik.
c. Extent of reinforcement yaitu keputusan tentang tingkat penguatan.
Sejauh mana siswa kehilangan hadiah adalah faktor penting misalnya
pertimbangan seorang guru yang selalu mendorong peran hadiah dan
hukuman dalam pembelajaran.
d. Novelty of situation and reinforcing agent yaitu kebaruan situasi dan
guru sebagai penguat. Dalam suatu kondisi orang lebih suka terlibat
dalam situasi yang baru daripada melakukan tugas berulang.
e. Constructiveness yaitu seorang anak harus diberikan penghargaan
dengan cara yang konstruktif dan menghindarkan kesombongan,
penghargaan diri dan keterpusatan pada diri sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
prinsip dalam reinforcement antara lain keantusiasan dan kehangatan,
kebermaknaan bagi siswa, penghindaran atas penguatan atau respons
13 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, h. 32-33. 14 Ahmadreza Fatahian Kelishadroky et al., “The Role of Reward and Punishment in
Learning,” International Journal of Advanced Biotechnology and Research 7, no. special issue
(2016): 780–788, https://doaj.org.
10
negatif dan pemberian penguatan dengan cara yang konstruktif atau
menghindarkan kesombongan, penghargaan diri dan keterpusatan pada diri
siswa.
3. Tujuan Penguatan (Reinforcement)
Penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran memiliki beberapa
tujuan yang hendak dicapai antara lain bertujuan untuk meningkatkan
perhatian siswa dan membantu siswa belajar bila pemberian penguatan
dilakukan secara selektif15, membangkitkan dan memelihara motivasi
siswa, memudahkan siswa untuk belajar, mengontrol dan memodifikasi
tingkah laku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya tingkah
laku yang produktif.16
Menurut Hasibuan dan Moedjiono tujuan pemberian reinforcement
antara lain yaitu perhatian siswa menjadi meningkat, proses belajar
menjadi mudah dan lancar, membangkitkan dan mempertahankan
motivasi, sikap siswa yang mengganggu dapat dikontrol dan dirubah
menjadi tingkah laku produktif, dalam belajar siswa dapat
mengembangkan dan mengatur diri sendiri, siswa dapat mengarahkan
cara berfikir yang baik dan inisiatif pribadi.17
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pemberian penguatan (reinforcement) dapat meningkatkan perhatian siswa,
membantu siswa belajar, membangkitkan dan memelihara motivasi,
mengontrol dan mengubah perilaku siswa yang kurang positif,
mengembangkan kepercayaan diri siswa untuk mengatur dirinya sendiri
dalam belajar, dan mengarahkan cara berfikir yang baik. Penguatan
(reinforcement) dapat digunakan untuk mengontrol dan mengubah perilaku
siswa. Salah satu perilaku yang dapat dikontrol yaitu perilaku disiplin.
Penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran tematik dapat membuat
proses belajar menjadi lebih mudah dan lancar serta hal tersebut dapat
15 Rifma, Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru, h. 71. 16 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, h. 32. 17 Naniek Kusumawati and Endang Sri Maruti, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar
(Madiun: AE Media Grafika, 2019), h. 25.
11
mengontrol perilaku disiplin siswa dan merubah perilaku tidak disiplin
siswa menjadi perilaku disiplin atau perilaku yang lebih baik.
4. Komponen-komponen Penguatan (Reinforcement)
Terdapat berbagai komponen penguatan (reinforcement) dalam
pembelajaran yang dapat digunakan guru ketika proses belajar mengajar di
kelas. Adapun komponen-komponen penguatan terdiri dari penguatan
verbal, penguatan dengan mimik atau gerakan badan, dengan cara
mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan simbol atau
benda.18
Sedangkan menurut Syaripuddin, komponen penguatan
(reinforcement) dibagi menjadi dua yaitu penguatan verbal dan penguatan
non verbal. Berikut ini adalah penjelasannya; 19
a. Penguatan Verbal
1) Dengan kata-kata; bagus, yaa, benar, tepat sekali, bagus sekali, baik,
bagus, seratus untuk kamu, itu baru jempol dan lain sebagainya.20
2) Dengan kalimat; si A patut diteladani oleh teman-teman sekelas.
Bagus sekali hasil karyamu! Hebat, kalian telah melaksanakan tugas
dengan baik, dan sebagainya.
b. Penguatan Non Verbal
1) Penguatan berupa mimik dan gerak badan yang dapat memberikan
kesan positif terhadap siswa21 misalnya; senyuman, anggukan,
acungan ibu jari, tepuk tangan, dan kadang-kadang dilaksanakan
bersama-sama dengan penguatan verbal. Misalnya ketika guru
memberikan penguatan verbal “bagus” pada saat yang bersamaan ia
mengacungkan jempolnya atau bertepuk tangan.
18 Marhawati, Pengantar Pengawasan Pendidikan, h. 83-84. 19 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, h. 35-37. 20 Kusumawati and Maruti, Strategi Belajar Mengajar Di Sekolah Dasar, h. 25. 21 Ibid.
12
2) Penguatan dengan cara mendekati; yakni guru mendekati siswa
untuk menyatakan adanya perhatian dan kegembiraan terhadap hasil
pekerjaannya. Agar suasana lebih hangat dan antusias, penguatan ini
dibantu dengan penguatan verbal. Contohnya berdiri atau duduk
disamping siswa yang sedang berdiskusi, sedang praktik
keterampilan, dan lain sebagainya.22
3) Penguatan dengan sentuhan; guru dapat menyatakan persetujuan dan
penghargaan terhadap siswa atas usaha dan penampilannya dengan
cara menepuk pundak, menjabat tangan atau mengangkat tangan
siswa yang menang dalam pertandingan atau berprestasi di kelas.
Dalam penggunaan penguatan dengan sentuhan harus bijaksana
artinya dipertimbangkan umur, jenis kelamin, latar belakang
kebudayaan setempat, dan sebagainya.
4) Penguatan dengan kegiatan yang menyenangkan; guru dapat
menggunakan kegiatan-kegiatan atau tugas-tugas yang disenangi
oleh siswa sebagai penguatan. Lebih bermakna bagi siswa kalau
kegiatan dan tugas-tugas yang akan digunakan sebagai penguatan itu
berhubungan dengan penampilan yang diberi penguatan. Misalnya,
siswa yang memiliki prestasi pada pelajaran musik, ditunjuk untuk
memimpin paduan suara. Yang berprestasi dalam tilawatil Qur’an
ditugasi memandu rekan-rekannya dalam membaca Alquran.
5) Penguatan berupa simbol atau benda; dalam penguatan ini
digunakan bermacam-macam simbol atau benda. Simbol disini
antara lain adalah tanda komentar tertulis pada buku siswa,
sedangkan yang berupa benda dapat berupa kartu bergambar,
bintang, plastik, lencana, dan benda-benda lain yang tidak terlalu
mahal. Penguatan ini bisa sebagai insentif akan tetapi jangan terlalu
sering digunakan, terutama yang berupa benda.
22 Ibid.
13
Berdasarkan pendapat di atas, komponen-komponen reinforcement
dibagi menjadi dua yaitu penguatan verbal dan penguatan non verbal.
Penguatan verbal dapat dengan kata-kata ataupun kalimat dari guru,
sedangkan penguatan non verbal dapat dilakukan dengan mimik dan gerak
badan, dengan cara mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan
serta dapat berupa simbol atau benda.
5. Syarat-syarat Penguatan (Reinforcement)
Ada beberapa syarat yang harus dilakukan guru dalam memberikan
penguatan (reinforcement) pada proses pembelajaran, antara lain:
a. Penguatan harus diberikan dengan sungguh-sungguh, penuh
ketulusan;
b. Penguatan yang diberikan harus memiliki makna yang sesuai
dengan kompetensi yang diberi penguatan;
c. Hindarkan respon negatif terhadap jawaban siswa;
d. Penguatan harus dilakukan segera setelah sesuatu kompetensi
ditampilkan;
e. Penguatan yang diberikan hendaknya bervariasi.23
Menurut Winataputra dalam pelaksanaan pembelajaran dengan
penguatan, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut ini:24
a. Sasaran penguatan
Sasaran penguatan yang diberikan oleh guru harus jelas. Misalnya
memberikan penguatan kepada siswa tertentu, kepada kelompok
siswa, ataupun kepada seluruh siswa secara utuh, misalnya : “Wah
Ibu bangga benar dengan kedisiplinan kelas II ini”.
b. Penguatan harus diberikan dengan segera
Agar dampak positif yang diharapkan tidak menurun bahkan
hilang, penguatan haruslah diberikan segera setelah siswa
menunjukkan respon yang diharapkan. Dengan perkataan lain,
23 Ibid., h. 26. 24 Dewi Maslichah Kumalaningrum, “Pemberian Penguatan (Reinforcement) Dalam
Pembelajaran Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Di Kelas
VIII SMP Al-Azhar Menganti Gresik,” MATHEdunesa 2, no. 1 (2013).
14
tidak ada waktu tunggu antara respon yang ditunjukkan dengan
penguatan yang diberikan.
c. Variasi dalam penggunaan
Pemberian penguatan haruslah dilakukan dengan variasi yang kaya
hingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang menerimanya.
Penguatan verbal dengan kata-kata yang sama, misalnya : bagus,
bagus, bagus, akan kehilangan makna, hingga tidak berarti apaapa
bagi siswa. Oleh karena itu, guru hendaknya berusaha mencari
variasi baru dalam memberi penguatan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ada beberapa syarat yang harus
diperhatikan antara lain; sasaran penguatan individual atau kelompok,
penguatan harus diberikan dengan segera, sungguh-sungguh, penuh
ketulusan dan bermakna serta dalam pemberian penguatan harus dilakukan
dengan bervariasi sehingga dampaknya cukup tinggi bagi siswa yang
menerimanya.
6. Cara Penggunaan Penguatan (Reinforcement)
Penguatan (reinforcement) yang diberikan guru kepada siswa
dilakukan dengan berbagai cara. Ada lima cara yang digunakan dalam
memberikan penguatan (reinforcement) kepada siswa, antara lain yaitu:
a. Penguatan kepada pribadi tertentu. Penguatan yang diberikan harus
jelas kepada siapa ditujukan, sebab bila tidak jelas akan tidak efektif.25
Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara pandangan guru harus tegas
diarahkan kepada anak yang memperoleh penguatan dan berusaha
menyebutkan nama siswa yang bersangkutan.26
25 Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta: Kencana,
2017), 192. 26 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, 34.
15
b. Penguatan kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan
penghargaan kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas
dengan baik.
c. Pemberian penguatan dengan segera. Penguatan diberikan sesegera
mungkin setelah munculnya perilaku siswa.27 Penguatan yang ditunda
menyebabkan penguatan tersebut kurang efektif dan menjadi tidak
bermakna.28
d. Variasi dalam penggunaan. Jenis penguatan yang diberikan sebaiknya
bervariasi, tidak terbatas pada satu jenis penguatan saja karena hal
tersebut akan menimbulkan rasa kebosanan dan semakin lama akan
kurang efektif.29 Oleh sebab itu penguatan sebaiknya dilakukan dengan
variatif antara komponen penguatan verbal maupun non verbal.30
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami bahwa dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ada beberapa cara yang dilakukan
dalam menggunakan penguatan (reinforcement) antara lain yaitu penguatan
kepada pribadi tertentu misalnya dengan menyebutkan nama siswa,
penguatan kepada kelompok siswa misalnya memberikan penghargaan
kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan baik,
penguatan dengan segera atau tidak menunda, dan variasi dalam
penggunaan penguatan misalnya menggabungkan beberapa komponen-
komponen penguatan (reinforcement).
B. Hakikat Disiplin
1. Pengertian Disiplin
Disiplin merupakan salah satu aspek penilaian afektif yang
dilakukan dalam pembelajaran. Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada
suatu aturan yang dilakukan secara sadar tanpa adanya paksaan dari orang
27 Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 192. 28 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, 34. 29 Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 192. 30 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, 34.
16
lain. Sikap disiplin harus dilatih dan ditingkatkan pada siswa karena dengan
disiplin proses pembelajaran akan berjalan dengan baik.
Menurut Ametembun, secara etimologis disiplin berasal dari Bahasa
Inggris “dicipline” yang artinya pengikut atau penganut. Sedangkan secara
terminologis disiplin berarti keadaan tertib dimana para pengikut itu tunduk
dengan senang hati kepada ajaran-ajaran para pemimpinnya.31 Menurut
Moeliono disiplin adalah ketaatan (kepatuhan) kepada peraturan tata tertib,
aturan, atau norma dan sebagainya.32 Disiplin adalah suatu sikap yang
menunjukkan keterkaitan siswa terhadap peraturan sekolah. Disiplin adalah
suatu keadaan tertib untuk tunduk pada peraturan-peraturan dengan senang
hati.33 Disiplin yang diberikan guru merupakan instruksi sistematis yang
diberikan kepada siswa dalam rangka mengontrol perilakunya dan
mengarahkannya ke hal yang baik dan dapat diterima secara sosial.34
Disiplin adalah ketaatan dan ketepatan pada suatu aturan yang
dilakukan secara sadar tanpa adanya dorongan atau paksaan pihak lain atau
suatu keadaan dimana sesuatu itu berada dalam tertib, teratur, dan
semestinya tidak ada pelanggaran-pelanggaran baik secara langsung
maupun tidak langsung.35 Dalam pengertian lain disiplin adalah suatu
bentuk tingkah laku dimana seseorang menaati peraturan dan kebiasaan-
kebiasaan sesuai dengan waktu dan tempatnya.36
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
disiplin merupakan ketaatan atau kepatuhan pada peraturan yang telah
ditetapkan dan dilakukan secara sadar dan senang hati dengan tujuan untuk
mengarahkan perilaku ke hal yang baik dan dapat diterima.
31 Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa
(Yogyakarta: Deepublish, 2017), h. 321. 32 Ibid. 33 Ahmad Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya)
(Jakarta: Prenadamedia Group, 2018), h. 119. 34 Lara Fridani and APE Lestari, Inspiring Education (Jakarta: Gramedia, 2009), h. 131. 35 Rinja Efendi and Delita Gustriani, Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar (Pasuruan: Qiara
Media, 2020), h. 38. 36 Sri Shofiyati, Hidup Tertib (Jakarta: Balai Pustaka, 2012), h. 15.
17
2. Tujuan Disiplin
Disiplin sangat penting dan dibutuhkan siswa untuk mecapai tujuan
pendidikan. Untuk mengantarkan siswa dalam mencapai keberhasilan
dalam belajar, disiplin menjadi prasyarat bagi pembentukan sikap, perilaku,
dan tata kehidupan.
Menurut Williamson, tujuan disiplin adalah untuk self-discipline,
self-direction, self growth and self-development yang artinya tujuan disiplin
untuk peneguhan diri, kekuatan diri, serta pertumbuhan dan perkembangan
diri siswa.37 Tujuan disiplin bagi para siswa adalah agar siswa memahami
perilakunya sendiri dan dapat mengambil inisiatif atas pilihan yang diambil
selain itu siswa dilatih untuk belajar bertanggung jawab.38 Menurut Tulus,
beberapa fungsi disiplin antara lain:39
a. Menata kehidupan bersama
Disiplin berfungsi untuk menyadarkan seseorang bahwa dirinya perlu
menghargai orang lain dengan cara menaati dan mematuhi peraturan
yang berlaku.
b. Membangun kepribadian
Disiplin yang diterapkan di lingkungan dapat memberikan dampak
positif bagi pertumbuhan kepribadian seseorang terutama siswa yang
sedang tumbuh kepribadiannya.
c. Melatih kepribadian
Sikap disiplin tidak terbentuk dalam waktu yang singkat namun
membutuhkan waktu yang panjang. Diperlukan pembiasaan, latihan,
mencoba dan berusaha dengan gigih.
d. Pemaksaan
Disiplin dapat terjadi karena dorongan kesadaran diri dan adanya
pemaksaan dan tekanan dari luar. Disiplin dapat berfungsi sebagai
pemaksaan kepada seseoarng untuk mengikuti peraturan yang berlaku
37 Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya), h. 123. 38 Fridani and Lestari, Inspiring Education, h. 131. 39 Ibid.
18
melalui pendampingan guru, pembiasaan, dan latihan yang
menyadarkan siswa pentingnya disiplin.
e. Hukuman
Hukuman mengandung fungsi pendidikan yakni menyadarkan
seseorang untuk meninggalkan perbuatan tidak baik dan melakukan
perbuatan baik. Hukuman dapat memberi dorongan dan kekuatan bagi
siswa untuk menaati dan mematuhi peraturan yang berlaku.
f. Menciptakan lingkungan kondusif
Disiplin mendukung terlaksananya proses pembelajaran yang berjalan
lancar yang dicapai dengan merancang peraturan kemudian
diimplementasikan secara konsisten dan konsekuen sehingga
penciptakan lingkungan pendidikan yang aman, tenang, tentram, tertib,
dan teratur.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
tujuan disiplin antara lain yaitu untuk peneguhan diri, kekuatan diri, serta
pertumbuhan dan perkembangan diri siswa. selain itu agar siswa memahami
perilakunya sendiri dan dapat mengambil inisiatif atas pilihan yang diambil
serta siswa dilatih untuk belajar bertanggung jawab. Disiplin juga bertujuan
untuk menata kehidupan bersama, membangun dan melatih kepribadian,
memberi dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk menaati dan mematuhi
peraturan yang berlaku, dan menciptakan lingkungan kondusif.
3. Unsur-unsur Disiplin
Disiplin diharapkan dapat mendidik siswa untuk berperilaku sesuai
dengan norma dan aturan yang berlaku. Unsur disiplin meliputi peratran
sebagai pedoman perilaku, konsistensi dalam peraturan, hukuman untuk
pelanggaran dan penghargaan untuk perilaku yang baik.40 Begitupula
40 Shofiyati, Hidup Tertib, h. 21.
19
menurut Hurlock, siswa hendaknya memiliki empat unsur disiplin antara
lain yaitu:41
a. Peraturan
Peraturan merupakan pola yang dibuat untuk bertingkah laku. Dalam
pendidikan peraturan berfungsi untuk memperkenalkan perilaku yang
disetujui kepada siswa.
b. Hukuman
Hukuman berarti menjatuhkan hukuman kepada seseorang karena
kesalahan yang telah diperbuat. Hukuman berfungsi untuk
menghalangi pengulangan tindakan, mendidik anak untuk mengetahui
benar atau salah, memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang
tidak baik.
c. Penghargaan
Penghargaan merupakan setiap bentuk penghargaan atas hasil yang
baik. Penghargaan dapat berupa pujian, kata-kata, senyuman, ataupun
materi/benda. Penghargaan memiliki nilai mendidik, memotivasi untuk
melakukan perilaku positif, dan memperkuat perilaku positif.
d. Konsistensi
Konsistensi berarti tingkat keseragaman atau stabilitas yang berfungsi
untuk mendidik, memotivasi untuk melakukan tindakan positif dan
menjauhi tindakan negatif serta membantu perkembangan siswa untuk
hormat pada aturan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur
dalam disiplin ada empat yaitu, adanya peraturan untuk memperkenalkan
perilaku pada siswa, konsistensi dalam peraturan untuk mendidik dan
memotivasi melakukan perbuatan positif dan menjauhi perbuatan negatif,
hukuman untuk menghalangi pengulangan perilaku negatif, dan
penghargaan untuk memperkuat perilaku positif. Dalam meningkatkan
41 Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya), h. 124-125.
20
kesisiplinan pada siswa, reinforcement merupakan salah satu unsur disiplin.
Dengan adanya reinforcement positif berupa penghargaan, perilaku positif
atau disiplin akan diperkuat dan akan meningkatkan perilaku positif
tersebut. Begitu pula dengan adanya reinforcement negatif berupa
hukuman, perilaku negatif atau tidak disiplin akan dihindari dan tidak terjadi
pengulangan perilaku negatif tersebut.
4. Faktor yang Mempengaruhi Disiplin
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi dalam pembentukan sikap
disiplin. Hal terpenting dalam pembentukan disiplin adalah siswa harus
mampu melaksanakan disiplin atas kesadaran sendiri dan disiplin dapat
dibentuk melalui pembiasaan disiplin.42
Faktor yang dapat mempengaruhi kedisiplinan siswa yaitu faktor
pendidikan yaitu usaha sadar dan sistematis yag berlangsung seumur hidup
dalam rangka mengalihkan pengetahuan dari seseorang kepada orang lain,
faktor genetik yaitu segala sesuatu yang dibawa pada setiap individu sejak
lahir dan terdapat pula keturunan/warisan dari orang tua, dan faktor
lingkungan yaitu jika kondisi lingkungan baik, pegaruh yang diambil
seseorang tersebut juga baik dan sebaliknya. 43
Faktor yang dapat mempengaruhi disiplin siswa yaitu faktor guru,
alat sekolah, kondisi gedung dan waktu sekolah.44 Faktor guru sangat
dominan dalam mempengaruhi kedisiplinan siswa45 yang disebabkan
karena guru merupakan teladan bagi siswa.46 Selain itu guru kurang
kualifikasi misalnya dalam penggunaan metode pembelajaran, hubungan
antara guru dan siswa, dan guru tidak memiliki kecakapan dalam
mendiagnosis kesulitan belajar siswa. faktor dari siswa yaitu kurangnya
42 Ibid., h. 126. 43 Shofiyati, Hidup Tertib, h. 23. 44 Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya), h. 129. 45 Wardhani, “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa SDN Kepek Pengasih
Kulon Progo Yogyakarta.” 46 Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya), h. 129.
21
kesadaran diri siswa dalam mematuhi peraturan yang berlaku seperti sikap
siswa yang tidak disiplin saat pembelajaran, dan faktor dari lingkungan
yaitu ketidaktertiban seperti suasana gaduh di sekolah.47
Banyak faktor yang mempengaruhi sikap disiplin siswa dalam
belajar antara lain yaitu keteladanan orang tua sebab sikap dan tingkah laku
orang tua akan ditiru oleh anak dan sangat mempengaruhi sikap anak
tersebut. 48 Selain itu, faktor kewibawaan dapat memberi pengaruh positif
bagi anak. Menurut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bahwa
kewibawaan adalah pancaran kepribadian yang menimbulkan pengaruh
positif sehingga orang lain mematuhi perintah dan larangannya.49
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa antara lain faktor pendidikan,
genetik, guru, keteladanan, kewibawaan, sarana prasarana sekolah, dan juga
faktor siswa sendiri. Dalam proses pembelajaran, faktor guru merupakan
salah satu faktor yang dominan atau sangat penting. Pemberian
reinforcement oleh guru dapat digunakan dalam pembelajaran akan
mempengaruhi kedisiplinan siswa.. Pemberian reinforcement dapat menjadi
stimulus yang akan merangsang peserta didik untuk melakukan suatu
perubahan perilaku negatif menjadi perilaku positif ataupun menghilangkan
perilaku negatif.
5. Cara Menanamkan Disiplin
Cara menanamkan disiplin pada anak dapat dilakukan dengan
bervariasi ada yang otoriter bahkan dengan tindakan tegas, ada yang
demokratis terutama orang tua yang sudah memiliki tingkat pendidikan
yang lebih tinggi, disamping itu dalam penanaman sikap disiplin kepada
anak dilakukan dengan cara penanaman sikap keteladanan dan memberikan
47 Wardhani, “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan Siswa SDN Kepek Pengasih
Kulon Progo Yogyakarta.” 48 Darmadi, Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar Siswa,
322. 49 Ibid.
22
hadiah jika berprestasi.50 Menurut Hurlock dalam menanamkan disiplin
pada sswa diantaranya yaitu dengan penanaman disiplin otoriter dan keras,
disiplin permisif, dan disiplin demokratis, penjelasannya sebagai berikut:51
a. Disiplin otoriter dan keras
Disiplin otoriter merupakan pengendalian tingkah laku berdasarkan
tekanan, dorongan dan pemaksaan dari luar diri seseorang. Ciri disiplin
otoriter ini antara lain guru menetapkan peraturan tanpa kompromi,
guru tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan pendapat, dan guru menghukum siswa yang tidak
mematuhi peraturan.
b. Disiplin permisif
Disiplin permisif berarti sedikitnya disiplin atau tidak ditanamkan
disiplin pada siswa. siswa diberikan kebebasan untuk melakukan
sesuatu berdasarkan kehendak dan keputusannya sendiri. Ciri disiplin
permisif ini antara lain yaitu guru bersikap acuh terhadap kepentingan
siswa, guru hanya sebagai penonton dalam pembelajaran, longgarnya
pengawasan guru, guru tidak memberikan peraturan tetapi
membebaskan siswa untuk mengontrol dirinya sendiri
c. Disiplin demokratis
Disiplin demokratis adalah gabungan dari cara pendisiplinan yang baik
dari disiplin otoriter dan permisif. Disiplin demokratis dilakukan
dengan penjelasan, diskusi, dan penalaran untuk membantu siswa
mengerti pentingnya disiplin. Ciri disiplin demokratis antara lain yaitu
guru berdialog, bekerjasama dan berdiskusi dengan siswa dalam
menetapkan peraturan, guru memberikan siswa kesempatan untuk
mengemukakan pendapatnya, dan guru menjelaskan manfaat dari
peraturan yang telah dibuat.
50 Syamsul Bachri Thalib, Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif (Jakarta:
Kencana Prenadamedia Group, 2010), h. 82. 51 Nurmilah Yusdiani, Umar Sulaiman, and Yusuf Seknun, “Penanaman Budaya Disiplin
Terhadap Peserta Didik Kelas VI MIS Guppi Laikang Kecamatan Kajang Kabupaten Bulukumba,”
Jurnal Lentera Pendidikan VII (2018): 233–251.
23
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa penanaman
disiplin pada siswa dapat dilakukan melalui tiga cara yaitu dengan disipln
otoriter, disiplin permisif, dan disiplin demokratis. Disiplin demokratis
dapat dilakukan di sekolah dasar karena disiplin ini merupakan gabungan
dari cara pendisiplinan yang baik antara disiplin otoriter dan disiplin
permisif. Disiplin demokratis memberikan kesempatan pada siswa untuk
berpendapat, guru berdialog, bekerjasama, berdiskusi tentang penerapan
peraturan yang akan dilakukan, selain itu guru juga menjelaskan pentingnya
disiplin yang dilakukan. Dalam pembelajaran guru dapat menggunakan
reinforcement untuk menerapkan disiplin dalam belajar karena
reinforcement menekankan hubungan perilaku dengan konsekuensinya.
Ketika siswa berperilaku baik sesuai aturan konsekuensinya, maka siswa
mendapatkan penghargaan, pujian dan lain lain yang akan membuat siswa
akan mengulangi perilaku tersebut sesering mungkin.
6. Indikator Disiplin
Menurut Elizabeth Hurlock beberapa indikator penting dalam
disiplin atara lain peraturan, hukuman, penghargaan, dan konsistensi.52
Menurut Daryanto, indikator disiplin belajar yaitu ketaatan terhadap tata
tertib dan kegiatan pembelajaran di sekolah serta melaksanakan tugas-tugas
yang menjadi tanggung jawabnya.53
Menurut kemendiknas indikator disiplin antara lain:54
a. Datang ke sekolah dan masuk kelas pada waktunya
b. Duduk pada tempat yang telah ditetapkan
c. Berpakaian sopan dan rapi
d. Menyelesaikan tugas pada waktunya
52 Susanto, Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan Aplikasinya), h. 126. 53 Rahmat Putra Yudha, Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Peserta Didik Serta Hubungannya
Dengan Hasil Belajar (Pontianak: Yudha english Gallery, 2018), h. 26. 54 Rianawati, Implementasi Nilai-Nilai Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama
Islam (PAI) (Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014), h. 37.
24
e. Saling menjaga dengan teman agar semua tugas kelas terlaksana
dengan baik
f. Selalu mengajak teman menjaga ketertiban kelas
g. Mengingatkan teman yang melanggar peraturan dengan kata-kata
sopan dan tidak menyinggung
C. Pembelajaran Tematik
1. Pengertian Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi pembelajaran dari berbagai kompetensi dasar
satu atau beberapa mata pelajaran.55 Pembelajaran tematik terpadu juga
dijelaskan dalam Permendikbud No. 57/2014 yang mengungkapkan bahwa
pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang
mengaitkan beberapa mata pelajaran menggunakan tema sehingga dapat
memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.56
Dalam pengertian lain pembelajaran tematik adalah proses
pembelajaran yang dilakukan untuk mengembangkan sikap,
pengetahuan keterampilan atau pengalaman siswa yang disajikan
dengan memadukan berbagai kompetensi dasar yang bersumber dari
mata pelajaran yang berbeda berdasarkan tema tertentu sehingga
terbentuk pengetahuan siswa yang holistik, integratif, dan
komprehensif.57
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran tematik merupakan suatu model pembelajaran yang
memadukan beberapa materi dalam setiap mata pelajaran dari berbagai
55 Ibadullah Malawi and Ani Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi) (Jawa
Timur: AE Media Grafika, 2017), h. 3. 56 Andi Prastowo, Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu (Jakarta: Kencana, 2019), h. 64. 57 Asep Ediana Latip, Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik (Jakarta:
UIN Jakarta Press, 2013), h. 10-11.
25
kompetensi dasar menjadi suatu tema tertentu sehingga dapat memberikan
pengalaman bermakna kepada siswa.
2. Karakteristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakterisitik yang menajdi ciri khas
tersendiri bagi pembelajaran tersebut. Menurut Akhmad Sudrajat,
pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain: berpusat pada
siswa, memberikan pengalaman langsung, pemisahan mata pelajaran tidak
begitu jelas, menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran, bersifat
fleksibel, hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa,
menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.58
Pembelajaran tematik memiliki ciri khas sebagai berikut:59
a. Pengalaman dan kegiatan belajar relevan dengan tingkat perkembangan
dan kebutuhan anak usia sekolah dasar.
b. Kegiatan-kegiatan yang dipilih dalam pelaksanaan pembelajaran
tematik bertolak dari minat dan kebutuhan siswa.
c. Kegiatan belajar dipilih yang bermakna dan berkesan bagi siswa
sehingga hasil belajar dapat bertahan lebih lama.
d. Memberi penekanan pada keterampilan berfikir siswa
e. Menyajikan kegiatan belajar yang bersifat pragmatis sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemui siswa dalam lingkungannya
f. Mengembangkan keterampilan sosial siswa, seperti kerjasama,
toleransi, komunikasi, dan tanggap pada gagasan orang lain.
Menurut Majid dan Rochman (2014) dan Triyanto (2010), the
characteristics of thematic learning are as follows: (1) Student –
centered, (2) Direct experience, (3) Ambiguous separation of subject
matters, (4) Concepts from various subject matters, (5) Flexible, (6)
Learning outcomes in accordance with the interests and needs of
student, and (7) The principles of learning while playing and having
58 Malawi and Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi), h. 6. 59 Latip, Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik, h. 4.
26
fun.60 Berdasarkan pendapat tersebut dapat diartikan bahwa
pembelajaran tematik memiliki karakteristik antara lain berpusat pada
siswa, pengalaman langsung, pemisahan materi pelajaran yang tidak
begitu jelas atau ambigu, konsep dari berbagai materi pelajaran,
bersifat fleksibel, hasil belajar sesuai dengan minat dan kebutuhan
siswa dan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan.
Berdasarkan pendapat di atas, pembelajaran tematik memiliki
karakteristik yang menjadi kekhasan tersendiri dalam pembelajaran
tersebut. Karakteristik tersebut antara lain, berpusat pada siswa,
memberikan pengalaman langsung, pemisahan materi pelajaran yang belum
jelas, konsep dari berbagai materi, fleksibel, hasil belajar sesuai dengan
minat dan kebutuhan siswa, dan prinsip-prinsip pembelajaran sambil
bermain dan bersenang-senang.
3. Langkah-langkah Pembelajaran Tematik
Langkah-langkah dalam pembelajaran tematik meliputi kegiatan
mengamati, menanya, menalar, mencoba, membentuk jejaring.61 atau
membangun jaringan dan berkomunikasi.62 Kegiatan yang menggambarkan
langkah-langkah scientific di atas diantaranya menggunakan kata kerja
operasional sebagai berikut:63
Tabel 2. 1
Langkah-langkah scientific menggunakan kata kerja operasional
Observing mengamati, melihat, menyimak, membaca
Questioning menanya, mendiskusikan, menanyakan, membuat
pertanyaan, mengajukan pendapat
60 Chumdari Chumdari et al., “Implementation of Thematic Instructional Model in Elementary
School,” International Journal of Educational Research Review 3, no. 4 (2018): 23–31. 61 Latip, Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik, h. 52. 62 Ridwan Abdullah Sani, Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum 2013
(Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h. 71. 63 Latip, Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik, h. 53.
27
Associating menalar, menghubungkan, merumuskan,
menyimpulkan, menyusun, membandingkan
Eksploring/
Eksperimenting
mencoba, mempraktekkan, menguji, membuat,
menggunakan, simulasi
Networking mengkomunikasikan, menyampaikan,
membagikan, mempresentasikan, menanggapi
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah dalam pembelajaran tematik meliputi mengamati,
menanya, menalar, mencoba dan mengkomunikasikan. Langkah tersebut
merupakan langkah dengan menggunakan pendekatan scientific.
4. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Tematik
Terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan dalam pembelajaran
tematik. Dengan tema diharapkan akan memberikan banyak keuntungan,
diantaranya:64
a. Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu,
b. Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama,
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan,
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengaitkan
mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa,
e. Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena
materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
Keunggulan dalam pembelajaran tematik yaitu merepresentasikan
kemudahan untuk memahami mata pelajaran, karena pemahaman mata
pelajaran didukung oleh tema yang secara substantive merepresentasikan
64 Malawi and Kadarwati, Pembelajaran Tematik (Konsep Dan Aplikasi), h. 5.
28
pengalaman siswa sehingga setiap mata pelajaran menjadi mudah
dipahami.65
Pembelajaran tematik juga memiliki kelemahan terutama dalam
pelaksanaannya. Pelaksanaan tersebut terutama pada perencanaan dan
pelaksanaan evaluasi yang lebih banyak menuntut guru untuk
melakukan evaluasi proses, bukan sekedar evaluasi dampak
pembelajaran langsung saja. Keterbatasan pembelajaran tematik
meliputi enam aspek, yaitu: aspek guru, aspek siswa, aspek sarana dan
sumber pembelajaran, aspek kurikulum, aspek penilaiann dan aspek
suasana pembelajaran.66
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa pembelajaran
tematik memiliki kelebihan dan kekurangan. Oleh karena itu, kecermatan
guru dalam pemilihan metode pembelajaran sangat diperlukan untuk
keberhasilan proses belajar mengajar yang dapat meningkatkan kualitas
hasil pembelajaran.
5. Tema yang digunakan pada Kelas I
Dalam pembelajaran tematik sekolah dasar pada setiap tahun
ajaran baru ada delapan tema yang digunakan. Untuk kelas I tema yang
digunakan antara lain; 1) Diriku, 2) Kegemaaranku, 3) Kegiatanku, 4)
Keluargaku, 5) Pengalamanku, 6) Lingkungan Bersih, Sehat, dan Asri, 7)
Benda, Hewan, dan Tanaman di Sekitarku, dan 8) Peristiwa alam.
Berdasarkan beberapa tema tersebut dibagi lagi menjadi empat tema yang
digunakan dalam setiap semester. Dalam satu tema terdiri dari empat
subtema dan setiap subtema terdiri dari enam pembelajaran.
D. Hasil Penelitian Relevan
1. Lasria Gultom dan Meri Fuji Asiahaan, dalam penelitiannya yang berjudul
“Penerapan Reward dan Konsekuensi untuk Meningkatkan Kedisiplinan
Siswa Kelas II SD Sekolah Kristen ABC” yang dilakukan dengan
65 Latip, Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik, h. 12. 66 Prastowo, Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu, h. 13.
29
menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan model
penelitian spiral dari Kemmis dan Taggart dan teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah observasi. Berdasarkan hasil analisis data
menggunakan triangulasi lembar ceklis telah diperoleh hasil bahwa dengan
penerapan reward dan konsekuensi dapat meningkatkan kedisiplinan siswa
dengan mempertahankan kekonsistenan dalam penerapannya dan disertai
dengan penggunaan Bahasa non verbal.67
2. Sk. Rezaul Hoque, dalam penelitiannya yang berjudul “Effect of
Reinforcement on Teaching – Leranig Process” yang dilakukan dengan
menggunakan metode penelitian studi kasus seratus siswa kelas IX di
wilayah Bangaon 24 Parganas Utara. Hasil penelitian ini mendukung
pentingnya teori pengkondisian Skinner dalam proses belajar mengajar. Hal
tersebut diantisipasi bahwa kelompok yang diberikan penguatan
memberikan rata-rata yang lebih tinggi pada mingguan nilai kuis dan ini
didukung oleh analisis statistik.68
3. Sikha Basti Nursetya dan Erwin Setyo Kriswanto, dalam penelitiannya yang
berjudul “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas X SMA Negeri 1
Wates dalam Mengikuti Pembelajaran Penjasorkes melalui Reinforcement
(Penguatan)” yang dilakukan dengan menggunakan metode Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) dan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah
observasi dan wawancara kepada guru. Hasil analisis data dilakukan secara
kualitatif dan kuantitatif menunjukkan bahwa tingkat kedisiplinan siswa
kelas X D SMA Negeri 1 Wates meningkat dengan adanya tindakan
reinforcement (penguatan) yang diterapkan oleh guru.69
67 Lasria Gultom and Meri Fuji Siahaan, “Penerapan Reward Dan Konsekuensi Untuk
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas II SD Sekolah Kristen ABC,” A Jurnal of Language,
Literature, Culture, dan Education 12, no. 2 (2016): 100–116. 68 Sk. Rezaul Hoque, “Effect of Reinforcement on Teaching – Learning Process,” IOSR
Journal of Humanities and Social Science 7, no. 1 (2013): 13–16. 69 Sikha Basti Nursetya and Erwin Setyo Kriswanto, “Upaya Meningkatkan Kedisiplinan
SIswa Kelas X SMA Negeri 1 Wates Dalam Mengikuti Pembelajaran Penjasorkes Melalui
Reinforcement (Penguatan),” Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia 10, no. 2 (2014): 8–12.
30
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang telah dipaparkan, ada
persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan
peneliti lakukan. Persamaan yang terdapat dalam penelitan tersebut yaitu
meneliti tentang penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran dan meneliti
tentang upaya peningkatan kedisiplinan siswa. Namun ada beberapa perbedaan
dalam penelitian tersebut yaitu lokasi dan obyek penelitian yang berbeda.
Penelitian yang akan peneliti lakukan difokuskan kepada peningkatan
kedisiplinan dengan pemberian penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran
tematik pada siswa kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
E. Kerangka Berfikir
Dalam pembelajaran tematik pembelajaran dilaksanakan menyesuaikan
dengan tahapan perkembangan siswa, karakteristik siswa, konsep belajar dan
pembelajaran bermakna.70 Salah stau aspek perkembangan yang penting untuk
dikembangkan yaitu perkembangan moral. Perilaku yang sesuai dengan aturan
dan norma yang ada di dalam masyarakat yaitu perilaku moral dan kedisiplinan
merupakan salah satu nilai moral yang perlu ditanamkan kepada siswa.
Guru merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam
pembelajaran. Guru memiliki kemampuan dalam merencanakan, melaksanakan
serta mengevaluasi kegiatan pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai. Namun terkadang dalam pembelajaran guru mengalami berbagai
permasalahan dalam hal memberikan penguatan (reinforcement). Seorang guru
tidak hanya dituntut dapat menyampaikan materi dengan baik melainkan guru
juga harus dapat memberikan penguatan kepada siswanya, karena dengan
penguatan guru mampu mengubah perilaku peserta didik ke arah yang lebih
baik. Guru dapat menerapkan pemberian penguatan atau reinforcement sebagai
pendorong siswa untuk meningkatkan kedisiplinannya.
70 Hidayah, “Pembelajaran Tematik Integratif Di Sekolah Dasar.”
31
Bagan 2. 1
Kerangka Berfikir Analisis Penguatan (Reinforcement) dalam Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas I
Kedisiplinan siswa masih tergolong rendah
1. Pengembangan aspek perkembangan anak belum
seimbang, lebih menekankan pada aspek kognitif,
2. Belum optimalnya upaya guru dalam menanamkan
kedisiplinan siswa,
3. Masih ada siswa yang tidak disiplin dalam pembelajaran.
Pemberian penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran
tematik
Pembelajaran dengan penguatan (reinforcement) dapat
meningkatkan kedisiplinan siswa.
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2020/2021, dari bulan Mei 2020 di MI Pembangunan UIN Jakarta yang
terletak di Jalan Ibnu Taimia IV Komplek Dosen UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, Tangerang Selatan.
Tabel 3. 1 Pelaksanaan Penelitian
No Kegiatan
Bulan
Nov Des Jan Feb Mei Juni Jul Ags
1 Observasi Sekolah
2 Penyusunan
Proposal
3 Seminar Proposal
4 Pelaksanaan
Penelitian
5 Pengolahan data,
analisis, dan
penyusunan
laporan
6 Seminar Hasil
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif dengan pendekatan naratif. Metode penelitian kualitatif
adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah dengan maksud
menafsirkan fenomena yang terjadi dimana peneliti adalah intrumen kunci,
33
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive sampling,
teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
daripada generalisasi.71
Tujuan penelitian kualitatif secara mendasar ada dua yaitu: 1)
menggambarkan dan mengungkapkan (to describe and explore), dan 2)
menggambarkan dan menjelaskan (to describe and explain). Menurut
Moleong, tujuan penelitian kualitatif antara lain menjelaskan, meramalkan,
dan mengontrol fenomena melalui pengumpulan data terfokus dari data
numerik.72
Tahap pertama, peneliti mengumpulkan data kualitatif tentang
penguatan (reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada
pembelajaran tematik, peneliti berusaha mendapatkan informasi yang
mendalam mengenai gambaran hasil penelitian atau kejadian-kejadian yang
diteliti, selanjutnya digambarkan ke dalam bentuk kuesioner, wawancara
dan dokumentasi.
Tahap kedua, peneliti akan menganalisis setiap data yang diperoleh,
sehingga tujuan penelitian ini dapat tercapai, dimana dalam penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui bentuk-bentuk, penerapan serta faktor
pendukung dan penghambat pemberian penguatan (reinforcement) dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran tematik kelas I yang
dilaksanakan di MI Pembangunan UIN Jakarta.
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah subjek yang menjadi pusat perhatian atau
sasaran peneliti73. Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh obyek yang
71 Albi Anggito and Johan Setiawan, Metodologi Penelitian Kualittaif (Sukabumi: Jejak
Publisher, 2018), 8. 72 Ibid., 14. 73 Ismail Nurdin and Sri Hartati, Metodologi Penelitian Sosial (Surabaya: Media Sahabat
Cendekia, 2019), 108.
34
dijadikan sasaran penelitian. Sedangkan Informan merupakan orang yang
memberikan informasi.74 Dalam penelitian ini teknik yang digunakan untuk
menentukan subjek penelitian yaitu menggunakan purposive sampling,
yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.75 Peneliti
memilih orang-orang yang dianggap dapat memberikan infromasi mengenai
bahasan dalam penelitian ini. Beberapa informan tersebut yaitu sebagai
berikut:
1. Guru Tematik Kelas I MI Pembangunan UIN Jakarta
2. Team Teaching Kelas I MI Pembangunan UIN Jakarta
3. Guru Bidang Studi Kelas I MI Pembangunan UIN Jakarta
D. Instrumen Data
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur
fenomena alam maupun sosial yang diamati.76 Pada penelitian ini peneliti
menggunakan instrumen kuesioner/angket, wawancara, dan dokumentasi.
1. Kuesioner/Angket
Kuesioner ini diberikan kepada informan untuk mendapatkan
infromasi mengenai pemberian penguatan (reinforcement) dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran tematik kelas I di
MI Pembangunan UIN Jakarta. Adapun kisi-kisi angket yang digunakan
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 2 Kisi-kisi Angket Pemberian Penguatan
(reinforcement) dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada
Pembelajaran Tematik
Indikator Sub Indikator
Guru memberikan reinforcement dalam
bentuk verbal dengan kata-kata (Bagus,
74 Ibid. 75 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D (Bandung: Alfabeta, 2017),
85. 76 Ibid., h. 102.
35
Guru memberikan
reinforcement dalam
bentuk verbal
Hebat, Tepat Sekali, Benar, Baik, dan lain-
lain)
Guru memberikan reinforcement dalam
bentuk verbal dengan kalimat (Bagus sekali
hasil karyamu!, Hebat kalian melaksanakan
tugas dengan baik!, Bapak/Ibu setuju
dengan pendapatmu, itu pertanyaan yang
baik sekali, dan lain-lain)
Guru memberikan
reinforcement dalam
bentuk non verbal
Penguatan berupa mimik dan gerak badan
(senyuman, anggukan, acungan ibu jari,
tepuk tangan, dan lain-lain)
Penguatan dengan cara mendekati (berjalan
mendekati siswa, berdiri di dekat siswa,
duduk di dekat siswa/kelompok, berdiri
diantara siswa, dan lain-lain)
Penguatan dengan sentuhan (menepuk
pundak/bahu, menjabat tangan atau
mengangkat tangan siswa yang berprestasi di
kelas, sentuhan kepala, dan lain-lain)
Penguatan dengan kegiatan yang
menyenangkan (cerita, permainan,
mendengarkan musik, bernyanyi, dan lain-
lain)
Penguatan berupa simbol atau benda
(tanda komentar tertulis pada buku siswa,
kartu bergambar, bintang, hadiah, dan lain-
lain)
36
Penguatan kepada
individu
Penguatan diberikan langsung kepada siswa
yang bersangkutan
Penguatan kepada
kelompok
Penguatan diberikan kepada kelompok siswa
Guru memberikan
reinforcement dengan
sungguh-sungguh dan
penuh ketulusan
Bersemangat dan tulus
Guru memberikan
reinforcement dengan
penuh kebermaknaan
Guru tepat waktu dalam memberikan
penguatan dan penguatan diberikan dengan
segera
Guru memberikan
reinforcement dengan
menghindari respon
negative
Menghindari respon negatif dilakukan
dengan memarahi siswa atau memberikan
hukuman
Guru memberikan
reinforcement dengan
variasi
Penguatan dilakukan dengan variasi dari
berbagai komponen penguatan
2. Wawancara atau Interview
Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk memperoleh
informasi dari informan dengan tanya jawab sepihak guna memperoleh
data yang berkenaan dengan kondisi dan situasi dalam pembelajaran di
MI Pembangunan UIN Jakarta. Data yang dicari untuk mengetahui
informasi mengenai objek penelitian antara lain bentuk-bentuk
penguatan (reinforcement), implikasi pemberian penguatan
(reinforcement), dan faktor-faktor pendukung serta penghambat
pemberian penguatan (reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan
37
siswa pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta. Adapun kisi-kisi wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3. 3 Kisi-kisi Wawancara Pemberian Penguatan
(Reinforcement) dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa pada
Pembelajaran Tematik
No Indikator
1 Pemberian reinforcement dalam bentuk verbal
2 Pemberian reinforcement dalam bentuk non verbal
3 Pemberian reinforcement dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketulusan
4 Pemberian reinforcement dengan penuh kebermaknaan
5 Pemberian reinforcement dengan menghindari respon negative
6 Pemberian reinforcement dengan variasi
7 Pemberian reinforcement pada siswa yang datang terlambat
8 Pemberian reinforcement pada siswa yang dapat
menyelesaikan tugas hingga tuntas
9 Pemberian reinforcement pada siswa yang dapat menggunakan
benda sesuai dengan fungsinya
10 Pemberian reinforcement pada siswa yang mengambil dan
mengembalikan benda pada tempatnya
11 Pemberian reinforcement pada siswa yang berusaha menaati
aturan yang telah disepakati
12 Faktor pendukung dalam pemberian reinforcement untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa
13 Faktor penghambat atau kendala dalam pemberian
reinforcement untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
3. Dokumentasi
Metode ini digunakan peneliti untuk memperoleh data dari
bagian tata usaha mengenai latar belakang MI Pembangunan, struktur
organisasi MI Pembangunan, data guru dan siswa 2019/2020, tata tertib
38
MI Pembangunan, dan sarana dan prasarana MI Pembangunan.
Adapun tujuan peneliti menggunakan metode dokumentasi ini adalah
untuk melengkapi data dari metode kuesioner atau angket dan
wawancara atau interview.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dilakukan melalui beberapa teknik yaitu
angket, wawancara, dan dokumentasi.
1. Kuesioner atau Angket
Kuesioner atau angket merupakan teknik pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan
tertulis kepada responden.77 Kuesioner atau angket digunakan untuk
mendapatkan infromasi dari informan mengenai penguatan
(reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada
pembelajaran tematik. Alternatif jawaban yang digunakan dalam angket
ini adalah selalu, sering, kadang-kadang, dan tidak pernah. Untuk
keperluan analisis data kuantitatif, maka jawaban dalam skala Likert ini
diberikan skor sebagai berikut:
a. Selalu diberi skor 5
b. Sering diberi skor 4
c. Kadang-kadang diberi skor 3
d. Hampir tidak pernah 2
e. Tidak pernah diberi skor 1
Langkah-langkah dalam menganalisis angket skala respon guru
antara lain:
a. Memberi skor pada setiap item pernyataan
b. Menghitung skor total dan rata-rata dari setiap guru
77 Ibid., 142.
39
c. Menghitung presentase jawaban guru pada setiap item dengan
menggunakan rumus:78
𝑃 =𝑓
𝑛 𝑥 100 %
Keterangan:
P = Presentase
𝑓 = Frekuensi jawaban
𝑛 = Banyak responden
Menginterpretasikan data dengan menggunakan kriteria persentase
angket, kemudian diklasifikasi ke dalam Tabel berikut:
Tabel 3. 4 Interpretasi Presentase Angket 79
Persentase Interpretasi
0% Tak seorang pun
0% ≤ P 25% Sebagian kecil
25% ≤ P 50% Hampir setengahnya
50% Setengahnya
50% ≤ P 75% Sebagian besar
75% ≤ P 100% Hampir seluruhnya
100% Seluruhnya
78 Solehatin and Chairul Anam, E-Quisioner Terhadap Tingkat Pemanfaatan Layanan Wi-Fi
Kabupaten Banyuwangi (Yogyakarta: Deepublish, 2019), 17. 79 Nurdinah Hanifah and Julia, Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar (Membedah
Anatomi Kurikulum 2013 Untuk Membangun Masa Depan Pendidikan Yang Lebih Baik)
(Sumedang: UPI Sumedang Press, 2014), 281.
40
2. Wawancara atau Interview
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data untuk
mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam yang dapat
dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan
telepon.80 Dalam penelitian ini wawancara digunakan untuk
memperoleh informasi dari informan dengan tanya jawab sepihak guna
memperoleh data yang berkenaan dengan kondisi dan situasi dalam
pembelajaran di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Wawancara yang digunakan yaitu wawancara terstruktur.
Wawancara terstruktur digunakan bila telah mengetahui dengan pasti
tentang informasi yang akan diperoleh oleh karena itu peneliti sudah
menyiapkan instrument penelitian berupa pertanyaan tertulis yang
alternatif jawabannya pun telah disiapkan.81
Adapun data yang dicari untuk mengetahui informasi mengenai
objek penelitian antara lain bentuk-bentuk penguatan (reinforcement),
implikasi pemberian penguatan (reinforcement), dan faktor-faktor
pendukung serta penghambat pemberian penguatan (reinforcement)
dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran tematik
kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan metode pengambilan data mengenai
benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-
peraturan, notulen rapat, catatan harian, dan sebagainya.82 Metode ini
digunakan peneliti untuk memperoleh data dari bagian tata udaha
mengenai :
a. latar belakang MI Pembangunan,
b. struktur organisasi MI Pembangunan,
80 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 137. 81 Ibid., 233. 82 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Jakarta: Rineka Cipta,
2013), 201.
41
c. data guru dan siswa tahun ajaran 2019/2020,
d. sarana dan prasarana MI Pembangunan.
e. peraturan-peraturan sekolah
Adapun tujuan peneliti menggunakan metode dokumentasi ini
adalah untuk melengkapi data dari metode kuesioner atau angket dan
wawancara atau interview.
F. Analisis Data
Data-data yang telah ditemukan dan dikumpulkan selama
penelitian harus dianalisis sehingga menjadi data yang bermakna. Analisis
data ini merupakan proses mengolah dan mengintrepretasi data dengan
tujuan untuk menempatkan informasi yang diperoleh hingga memiliki
makna yang jelas sesuai dengan tujuan penelitian. Analisis data dalam
penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif.
Analisis data deskriptif kualitatif yaitu analisis data yang
menggambarkan kenyataan yang ada dan dijabarkan dalam bentuk narasi
dari lembar instrument yang diperoleh. Dalam penelitian ini analisis data
deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis tentang pemberian
penguatan (reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
padapembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Langkah-langkah peneliti dalam menganalisis data menggunakan
model Miles dan Huberman sebagai berikut:83
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting dan dicari tema serta polanya.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran
83 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D, 246–253.
42
yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan
pengumpulan data selanjutnya.
2. Penyajian Data
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan
data. Dalam penelitian ini penyajian data dilakukan dalam bentuk uraian
singkat.
3. Penarikan Kesimpulan
Langkah terakhir dalam menganalisis data kualitatif adalah penarikan
kesimpulan. Kesimpulan yang dikemukakan peneliti harus didukung
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten sehingga kesimpulan yang
dikemukakan tersebut merupakan temuan baru yang memiliki sifat
kredibel dan dapat menjawab rumusan masalah yang sudah dirumuskan.
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan triangulasi. Menurut Wiliam dalam Sugiyono menyatakan bahwa
triangulasi dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai cara dan
berbagai waktu. Dengan demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi
teknik pengumpulan data, dan triangulasi waktu. Adapun dalam peneltiian
ini dilakukan dengan menggunakan triangulasi teknik.84
Triangulasi teknik dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data diperoleh
dengan wawancara lalu dicek dengan dokumentasi, dan kuesioner. Bila
dengan tiga teknik pengujian kredibilitas data tersebut menghasilkan data
yang berbeda maka peneliti melakukan diskusi lebih lanjut kepada sumber
data yang bersangkutan atau yang lainnya, untuk memasikan data mana
yang lebih benar atau mungkin semua benar karena sudut pandangnya
berbeda-beda.
84 Ibid., 273.
43
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum MI Pembangunan UIN Jakarta
1. Sejarah Berdirinya MI Pembangunan UIN Jakarta
Madrasah Pembangunan lahir berawal dari keinginan tokoh-
tokoh di Departemen Agama dan IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
akan adanya pendidikan Islam yang representatif. Pada awal tahun
1972, Panitia Pembangunan Gedung Madrasah Komprehensif dibentuk
oleh Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M. Toha Yahya
Omar (alm). Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum III IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta, dimulai pembangunan gedung madrasah
yang ditandai dengan peletakan batu pertama oleh Menteri Agama RI
pada masa itu, yaitu Prof. H.A. Mukti Ali dan Rektor IAIN Syarif
Hidayatullah.
Tanggal 17 November 1973, gedung madrasah diserahterimakan
dari Pimpinan Bagian Proyek Pembinaan Bantuan Untuk Madrasah
Swasta Pemda DKI Jakarta kepada IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun 1974, pertama kali Madrasah Pembangunan membuka tingkat
Ibtidaiyah. Jumlah muridnya baru 58 orang, terdiri dari Kelas I: 43
orang, Kelas II: 8 orang, dan Kelas III: 7 orang. Permulaan kegiatan
belajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974. Tanggal inilah
yang kemudian ditetapkan sebagai "Hari Kelahiran" Madrasah
Pembangunan.
Pada awal tahun 1977, Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Tsanawiyah. Siswa angkatan pertama berjumlah 19 orang.
Bulan Juli 1991, dibuka kelas jauh tingkat Ibtidaiyah di Pamulang,
bekerja sama dengan Yayasan Al Hidayah sebagai penyedia lahan.
Sesuai dengan keputusan Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
sejak awal September 1974 pembinaan Madrasah Pembangunan
44
dilaksanakan oleh Tim Pembinaan yang dipimpin oleh Dekan Fakultas
Tarbiyah. Tugas tim ini di antaranya adalah menyiapkan Madrasah
Pembangunan sebagai 'madrasah laboratorium' Fakultas Tarbiyah
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Pada tahun 1978, Madrasah Pembangunan ditetapkan sebagai
Madrasah Pilot Proyek Percontohan oleh Departemen Agama RI
melalui Surat Keputusan Dirjen Bimas Islam Depag RI Nomor:
Kep/D/03/1978. Berdasarkan keputusan tersebut, kemudian
diselenggarakan kegiatan penataran penulisan modul dan uji coba
pembelajaran dengan sistem modul. Empat modul bidang studi
Alquran Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia, dan Matematika telah
diujicobakan sampai dengan tahun 1985.
Mulai tahun 1988, berdasarkan Surat Keputusan Rektor IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta Nomor: 06 Tahun 2008, wewenang
pembinaan dan pengelolaan Madrasah Pembangunan dilipahkan
kepada Yayasan Syarif Hidayatullah Jakarta. Pengembanan sebagai
'madrasah laboratorium dilaksanakan bersama-sama dengan Fakultas
Tarbiyah IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tahun Pelajaran 1991/1992 Madrasah Pembangunan membuka
tingkat Aliyah. Siswa yang diterima pertama kali sebanyak 32 orang
terdiri dari 10 laki-laki dan 22 perempuan. setelah empat tahun
berjalan, berkenaan dengan kebijakan pemerintah dalam hal
pendidikan (khususnya Madrasah Aliyah), pada Tahun Pelajaran
1995/1996 MA Pembangunan tidak menerima pendaftaran siswa baru
lagi.
Tahun 1996/1997, sebanyak 31 orang siswa terakhir lulus dari
MA Pembangunan IAIN Jakarta. Seiring dengan perubahan IAIN
Syarif Hidayatullah Jakarta menjadi Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta, sejak tahun 2002 Madrasah Pembangunan
IAIN Jakarta mengikuti perubahan nama menjadi Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta.
45
Tahun Pelajaran 2006/2007 atas dorongan Rektor UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dan banyaknya permintaan masyarakat, Madrasah
Pembangunan UIN Jakarta kembali membuka tingkat Aliyan. Jumlah
siswa pertama yang diterima adalah 47 siswa terbagi dalam 2
rombongan belajar. Setelah tiga tahun berjalan, akhir tahun 2009
Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta telah diakreditasi dengan
hasil grade A kategori Sangat Memuaskan.
Tahun 2008 Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah
Pembangunan UIN Jakarta ditetapkan sebagai Madrasah Standar
Nasional oleh Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta
dengan nomor: Kw.09.4/4/5/HK.005/2081/2008.
2. Identitas MI Pembangunan UIN Jakarta
a. Nama Madrasah : Madrasah Ibtidaiyah Pembangunan UIN
b. Nama Kepala Sekolah : Wahyudi, S.Pd
c. Nomor Statistik : 112317110024
d. Status Madrasah : Swasta
e. Status Akreditasi : Akreditasi A
f. Alamat : Jl. Ibnu Taimia IV Komplek UIN Jakarta
Kelurahan :Pondok Pinang
Kecamatan : Kebayoran Lama
Kotamadya : Jakarta Selatan
Provinsi : DKI Jakarta
Telepon : 021-7402172, 7401143
Fax : 7421156
Kode Pos : 15419
g. Tahun Didirikan : 1974
h. Status Tanah : Pemerintah (9790 m²)
Wakaf/Hibah (7000 m²)
1) Luas Tanah : 16.790 m²
2) Luas Bangunan : 4.484 m²
46
3. Visi, Misi, dan Tujuan MI Pembangunan UIN Jakarta
a. Visi MI Pembangunan UIN Jakarta
Menjadi lembaga pendidikan dasar dan menengah yang
unggul dan terkemuka dalam pembinaan keislaman, keilmuan dan
ke-Indonesiaan, dengan mengapresiasi potensi didik serta
perkembangan era global.
b. Misi MI Pembangunan UIN Jakarta
1) Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan
beriman, bertaqwa dengan kemampuan kompetitif serta
memiliki keunggulan-keunggulan komparatif.
2) Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terdapat
keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan
perkembangan jasmani siswa, dan dapat melahirkan lulusan
yang cerdas, kuat serta sehat.
3) Melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada
pembinaan ke-Islaman, sains dan teknologi serta apresitatif
terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak
pada kepribadian Indonesia.
4) Melakukan pembinaan tenaga pendidik sebagai tenaga
profesional yang menguasai aspek keilmuan, keterampilan
mengajar, kepribadian pedagogis serta komunikasi global
yang dijiwai akhlak mulia.
5) Melakukan pembinaan tenaga kependidikan sebagai tenaga
profesional yang menguasai bidang ilmu yang mendukung
tugasnya, etos kerja yang tinggi, serta kepribadian yang Islami.
6) Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas
belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-
luasnya, sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai
pusat pembelajaran.
47
7) Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui
berbagai aktivitas belajar intra maupun ekstrakurikuler.
c. Tujuan MI Pembangunan UIN Jakarta
1) Terselenggaranya pendidikan dasar dan menengah yang akan
melahirkan lulusan beriman dan bertaqwa serta memiliki
kemampuan kompetitif serta keunggulan komparatif;
2) Terwujudnya peserta didik yang yang memiliki keseimbangan
antara kekuatan jasmani dan rohani serta kepekaan dan
kepedulian sosial;
3) Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada
pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif
terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak
pada kepribadian Indonesia dan kemampuan potensi anak; d.
Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang
menguasai bidang keilmuan yang diasuhnya secara luas,
mendalam dan komprehensif serta memiliki kemampuan
untuk mengajarkannya (teaching skill), berkepribadian
pedagogis dan berakhlak mulia;
4) Tersedianya tenaga kependidikan profesional yang dalam
menguasai tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang
relevan, memiliki etos kerja, loyalitas, dan dedikasi yang
tinggi yang dilandasi akhlak mulia;
5) Tersedianya sarana prasarana dan fasilitas sumber belajar yang
dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
dapat belajar seluas-luasnya, sehingga madrasah benar-benar
berfungsi sebagai pusat pembelajaran;
4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan MI Pembangunan UIN
Jakarta
MI Pembangunan UIN Jakarta dikepalai oleh Bapak Wahyudi,
S.Pd dan memiliki tenaga pendidik serta tenaga kependidikan yang
berjumlah 91 orang. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran.
48
5. Peserta Didik
Data keseluruhan peserta didik di MI Pembangunan UIN Jakarta
Tahun Ajaran 2019/2020 berjumlah 1340 siswa yang terdiri dari kelas
I s.d. VI sebagai berikut :
Tabel 4. 1 Jumlah Peserta Didik
No Kelas Jumlah
1 I (Satu) 208
2 II (Dua) 224
3 III (Tiga) 239
4 IV (Empat) 238
5 V (Lima) 219
6 VI (Enam) 212
Jumlah Keseluruhan 1340
B. Deskripsi Data dan Hasil Penelitian
1. Bentuk-bentuk Pemberian Penguatan (Reinforcement) dalam
Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Tematik Kelas I
di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh oleh peneliti
berdasarkan metode yang digunakan, maka hasil penelitian dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Penguatan (Reinforcement) dalam bentuk verbal
Tabel 4. 2 Penguatan (reinforcement) dalam bentuk verbal
Indikator Sub Indikator Guru Kelas I Tematik
Reinforcement dalam bentuk
verbal
Dengan Kata-kata
83% 84% 80% 81%
49
Dengan Kalimat 84% 82%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, penguatan
(reinforcement) dalam bentuk verbal yang diberikan guru dalam
pembelajaran tematik mendapatkan presentase sebesar 81%.
Penguatan verbal yang diberikan antara lain penguatan dengan
kata-kata 80% dan penguatan dengan kalimat 82%. Sedangkan
secara keseluruhan guru kelas I pada pembelajaran tematik
maupun umum mendapatkan presentase sebesar 84%. Penguatan
verbal yang diberikan antara lain penguatan dengan kata-kata 83%
dan penguatan dengan kalimat 84%. Hal tersebut membuktikan
bahwa hampir seluruh guru kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta memberikan penguatan verbal terhadap siswa. Hal ini
sesuai dengan hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku guru
Tematik kelas 1 B mengatakan:
“Penguatan dalam bentuk verbal saya berikan dengan
cara memberikan komentar berupa kata-kata, pujian,
dukungan, dan pengakuan sebagai penguatan tingkah laku
dan kinerja siswa”.
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Dhini selaku guru
kelas I C mengatakan:
“Pemberian penguatan dalam bentuk verbal
dilakukan dengan mengucapkan kata kata atau kalimat
pujian positif seperti hebat bagus, keren, luar biasa dan lain
lain”
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Rini selaku
guru kelas I E mengatakan:
“Reinforcement dalam bentuk verbal selama di kelas
misalnya: memberikan pujian, memberikan pernyataan
motivasi, bercerita tentang kisah motivasi, membiasakan
perkataan baik, dan lain-lain”
50
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa
pemberian reinforcement dalam bentuk verbal yang dilakukann
oleh guru pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan
UIN Jakarta antara lain yaitu dengan pujian, dukungan, cerita
motivasi dan perkataan yang baik.
b. Reinforcement dalam bentuk non verbal
Tabel 4. 3 Penguatan (reinforcement) dalam bentuk non verbal
Indikator Sub Indikator Guru Kelas I Tematik
Reinforcement dalam bentuk
non verbal
berupa mimik dan gerak badan
85%
80%
86%
79%
dengan cara mendekati
90% 87%
dengan sentuhan 70% 70%
dengan kegiatan yang
menyenangkan 80% 77%
74% 73%
51
Berupa simbol atau benda
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, penguatan
(reinforcement) dalam bentuk non verbal yang diberikan guru
dalam pembelajaran tematik mendapatkan presentase sebesar
79%. Reinforcement dalam bentuk non verbal yang diberikan
antara lain reinforcement berupa mimik dan gerakan badan 86%,
reinforcement dengan cara mendekati 87%, reinforcement dengan
sentuhan 70%, reinforcement dengan kegiatan yang
menyenangkan 77%, dan reinforcement berupa symbol atau benda
73%. Reinforcement secara keseluruhan guru kelas I pada
pembelajaran tematik maupun umum mendapatkan presentase
sebesar 80%. Reinforcement non verbal yang diberikan antara lain
reinforcement berupa mimik dan gerakan badan 85%,
reinforcement dengan cara mendekati 90%, reinforcement dengan
sentuhan 70%, reinforcement dengan kegiatan yang
menyenangkan 80%, dan reinforcement berupa simbol atau benda
74%. Hal tersebut membuktikan bahwa hampir seluruh guru kelas
I di MI Pembangunan UIN Jakarta memberikan reinforcement
dalam bentuk non verbal terhadap siswa. Hal ini sesuai dengan
hasil wawancara dengan Bu Umu selaku guru Tematik kelas 1 D
mengatakan:
“Penguatan dalam bentuk non verbal saya lakukan
dengan memberikan dukungan dan motivasi melalui mimik,
mendekati, sentuhan, simbol, dan kegiatan yang
menyenangkan.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Gusniati selaku guru
kelas I F mengatakan:
“Pemberikan penguatan dengan mimik (seperti
senyuman), penguatan dengan gerak tubuh/gesture (seperti
anggukan kepala, acungan jempol dan tepuk tangan),
52
penguatan dengan sentuhan (seperti berjabat tangan,
menepuk bahu) dan dapat juga penguatan dengan cara
mendekati siswa yang sedang mengerjakan tugas.”
Demikian pula hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku
guru kelas I B mengatakan:
“Penguatan nonverbal penguatan berupa mimik dan
gerakan badan (gestur), contoh: senyuman, anggukan
kepala, acungan jempol, tepuk tangan, dan lain sebagainya.
bisa juga dengan cara mendekati siswa yang sedang
mengerjakan tugas dan dengan sentuhan.”
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa
pemberian reinforcement dalam bentuk non verbal yang dilakukan
oleh guru pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan
UIN Jakarta antara lain yaitu dengan mimik wajah, gerak tubuh,
sentuhan dan dengan mendekati siswa.
2. Cara Pemberian Penguatan (Reinforcement) yang dilakukan oleh guru
dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Pada Pembelajaran Tematik
Kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Pemberian penguatan (reinforcmement) merupakan upaya untuk
meningkatkan kedisiplinan siswa dalam kegiatan belajar mengajar di
dalam kelas maupun di luar kelas. Karena itu pembelajaran dapat
terlaksana dengan baik jika siswa disiplin dalam belajar. Untuk
meningkatkan aspek-aspek kedisiplinan pada siswa penguatan
(reinforcement) yang diberikan guru antara lain;
a. Penguatan (reinforcement) kepada individu
Penguatan (reinforcement) harus diberikan secara jelas
kepada siswa agar pemberian penguatan (reinforcement) menjadi
lebih efektif. Dari hasil wawancara dengan Bu Gusniati selaku
wali kelas I F mengatakan bahwa :
“saya memberikan penguatan kepada siswa yang
tidak mengembalikan benda pada tempatnya dengan mimik
atau gesture tidak menyenangkan seperti kening berkerut
53
dan mengeleng-geleng kepala menyuruh siswa yang
bersangkutan untuk menempatkan benda pada tempatnya
dan berikan penekanan bahwa kita harus menempatkan
benda pada tempatnya agar rapi, selain itu saya juga
mendekati siswa yang sedang mengerjakan tugas.”
Selain itu hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku wali
kelas I B mengatakan:
“agar siswa dapat mengembalikan benda pada
tempatnya cukup dengan gerakan tangan sambil tersenyum
kepada siswa yang bersangkutan dan tunjukkan tempat
yang tepat untuk menyimpannya.”.
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Rini selaku wali
kelas I E mengatakan:
“Penguatan yang dilakukan kepada siswa agar siswa
dapat menempatkan benda pada tempatnya melalui ajakan
untuk bertanggung jawab memelihara barang milik sendiri.
Semua barang harus diberi nama. Sebelum pulang semua
anak anak harus memeriksa kelengkapan barang miliknya.
Kami juga biasa menegur anak untuk merapikan sendiri
benda miliknya.”
Selain itu dalam panduan peserta didik MI Pembangunan
UIN Jakarta pada BAB IV mengenai tata tertib peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah salah satunya yaitu turut serta memelihara
dan menjaga barang-barang milik pribadi, teman, dan madarasah.
Berdasarkan hasil wawancara dan panduan peserta didik
dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah menetapkan peraturan
mengenai etika dan estetika dalam hal turut serta memelihara dan
menjaga barang-barang milik pribadi, teman, dan madrasah.
Dalam menangani siswa yang agar dapat menggunakan benda
pada tempatnya biasanya guru memberikan penguatan verbal
dengan ajakan untuk bertanggung jawab memelihara barang milik
sendiri serta penguatan non verbal dengan gerakan tangan sambil
tersenyum, mimik dan gesture yang tidak menyenangkan seperti
kening mengkerut atau menggelengkan kepala yang ditujukan
54
pada siswa yang tidak meletakkan benda pada tempatnya. Hal
tersebut membuktikan bahwa guru memberikan penguatan
langsung kepada siswa yang bersangkutan dalam hal kedisiplinan
seperti menempatkan benda pada tempatnya.
Hal tersebut juga sesuai dengan konsep mengenai cara
pemberian penguatan menurut Syarippudin, menyatakan bahwa
penguatan (reinforcement) dapat dilakukan dengan cara
pandangan guru harus tegas diarahkan kepada anak yang
memperoleh penguatan dan berusaha menyebutkan nama siswa
yang bersangkutan.85
b. Penguatan (reinforcement) kepada kelompok siswa
Penguatan (reinforcement) juga diberikan kepada
kelompok siswa yang berhak mendapatkan penguatan. Misalnya
memberikan penghargaan kepada kelompok siswa yang dapat
menjalankan tugas dengan baik atau kelompok siswa yang disiplin
dalam belajar seperti menaati peraturan yang berlaku di dalam
kelas. Peraturan dibuat berdasarkan kesepakatan dan harus ditaati.
Peraturan diperlukan dalam pembelajaran agar terciptanya
pembelajaran yang efektif. Dalam peraturan biasanya ada sanksi
jika peraturan tersebut dilanggar.
Pada panduan panduan peserta didik MI Pembangunan UIN
Jakarta pada BAB IV mengenai tata tertib peserta didik Madrasah
Ibtidaiyah terdapat sanksi bagi peserta didik yang tidak
melaksanakan kewajiban atau melanggar peraturan tata tertib.
Sanksi yang diberikan berupa peringatan lisan, pemberian
tugas, peringatan tertulis, skorsing, ataupun dikeluarkan dari
madrasah.
85 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, 34.
55
Dari hasil wawancara dengan Bu Linda selaku wali kelas I
A mengatakan bahwa :
“Setelah diberikan penguatan positif, siswa menjadi
lebih semangat, lebih temotivasi, lebih meningkatkan sikap
baiknya karena merasa dihargai. Jika ada siswa atau
kelompok siswa yang tidak menaati peraturan yang telah
ditetapkan oleh guru atau peraturan di kelas akan diberikan
sanki, sanksi nya sudah ditentukan misalnya dengan
membaca surat-surat pendek, penghapusan bintang pada
papan reward (yang diberlakukan untuk kelompok) atau
kalau tidak disiplin guru tidak akan tayangkan video, atau
hal yang biasa disenangi anak atau hal yang biasa dilakukan
anak, jika anak tidak disiplin jadi tidak dilaksanakan.”
Selain itu dari hasil wawancara dengan Pak Catur selaku
team teaching kelas I C mengatakan bahwa :
“Biasanya kelompok siswa yang tertib dalam
pembelajaran atau lebih dulu merapikan peralatan milik
pribadi di dalam suatu kelompok, maka kelompok siswa
tersebut akan diberikan penghargaan atau pujian.
Penghargaan yang diberikan berupa tanda bintang di papan
reward dan untuk kelompok siswa yang paling banyak
mengumpulkan bintangnya di papan reward, kelompok
tersebut diperbolehkan salaman kepada bapak/ibu guru
untuk pamit pulang lebih dulu dibandingkan kelompok lain.
Selain itu saya juga kadang berkeliling mendekati
kelompok siswa ataupun berdiri disamping kelompok siswa
untuk memantau segala aktivitas siswa dalam
pembelajaran”
Berdasarkan hasil wawancara dan panduan peserta didik
dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah menetapkan peraturan
mengenai tata tertib peserta didik Madrasah Ibtidaiyah terdapat
sanksi bagi peserta didik yang tidak melaksanakan kewajiban atau
melanggar peraturan tata tertib. Dalam menangani siswa yang agar
dapat menaati peraturan yang telah ditetapkan biasanya guru
memberikan penguatan positif atau memberikan sanksi kepada
kelompok siswa dengan prinsip bahwa sanksi itu tidak dilakukan
dengan kekerasan melainkan dengan edukasi yang mendidik agar
tidak terjadi masalah psikologis pada siswa. Selain itu penguatan
56
(reinforcement) yang dilakukan guru kepada kelompok siswa
yaitu dengan mendekati kelompok yang sedang diskusi, berdiri
disamping kelompok siswa dan guru memberikan penghargaan
kepada kelompok siswa dengan tanda/simbol bintang pada papan
reward bagi kelompok siswa yang tertib di dalam kelas.
Hal tersebut sesuai dengan konsep mengenai cara pemberian
penguatan menurut Syarippudin, menyatakan bahwa Penguatan
kepada kelompok siswa, yaitu dengan memberikan penghargaan
kepada kelompok siswa yang dapat menyelesaikan tugas dengan
baik.86
c. Reinforcement dengan variasi
Tabel 4. 4 Penguatan (reinforcement) dengan variasi
Indikator Guru Kelas I Tematik
Reinforcement dengan variasi 73% 72%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ketika pembelajaran guru
melakukan nya dengan variasi. Hal tersebut dapat dilihat pada
hasil presentase pemberian reinforcement dengan variasi yang
dilakukan oleh guru tematik mendapatkan presentase sebesar 72%
dan secara keseluruhan guru kelas I mendapatkan presentase 73%.
Hal tersebut membuktikan bahwa sebagian besar guru kelas I di
MI Pembangunan UIN Jakarta memberikan reinforcement dengan
variasi. Hal ini sesuai dengan dengan hasil wawancara dengan Bu
Rini selaku guru Tematik kelas 1 E mengatakan:
“Reinforcement dalam bentuk verbal selama di kelas
misalnya: memberikan pujian, memberikan pernyataan
motivasi, bercerita tentang kisah motivasi, membiasakan
perkataan baik, dll. Sedangkan reinsforcement non- verbal
86 Ibid.
57
dilakukan melalui sentuhan misal membelai kepala,
merapikan pakaian, gestur tubuh misal memberikan senyum
dan mimik tidak suka jika peserta didik melanggar aturan,
memutar video-video motivasi, bertepuk tangan,
mengacungkan jempol, dan lain-lain. Kami di kelas juga
menerapkan rewards and punishment untuk melatih peserta
didik berkomitmen dan bertanggung jawab dalam
mematuhi aturan yang telah dibuat bersama.”
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Linda selaku
guru kelas I A mengatakan:
“Penguatan biasanya dilakukan secara bervariasi bisa
dengan kata-kata atau gesture. Kata-kata pun tentu saja
bervariasi jadi tidak monoton. Manfaatnya juga anak-anak
mempunyai diksi yang baru atau diksi nya lebih banyak dari
kata-kata sebelumnya.”
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan sebagian guru
pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta memberikan penguatan atau reinforcement dengan variasi
antara lain variasi dalam bentuk verbal maupun non verbal.
d. Reinforcement dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan
Tabel 4. 5 Penguatan (reinforcement) dengan sungguh-sungguh
dan penuh ketulusan
Indikator Sub Indikator Guru Kelas I Tematik
Reinforcement
dengan
sungguh-
sungguh dan
penuh
ketulusan
Bersemangat 92% 95%
90% 93%
Tulus 97% 95%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, , dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ketika pembelajaran guru
melakukan nya dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan.
Hal tersebut dapat dilihat pada hasil presentase pemberian
reinforcement dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan
58
pada guru tematik sebesar 93% dan secara keseluruhan guru kelas
I mendapatkan presentase 95%. Hal tersebut membuktikan bahwa
hampir seluruh guru kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta
memberikan reinforcement dengan sungguh-sungguh dan penuh
ketulusan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
dengan Pak Hasan selaku guru Tematik kelas 1 D mengatakan:
“penguatan diberikan dengan cara menganggap
mereka adalah anak-anak kita semua, tunjukkan sikap yang
hangat dan antusias, bahwa penguatan itu benar-benar tulus
dan diberikan sebagai balasan atas respons yang diberikan
siswa.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Dhini selaku guru
kelas I C mengatakan:
“Mengajar dengan hati, menyayangi peserta didik
dan memberikan perhatian dengan tulus Insya Allah anak
anak akan merasakan ketulusan guru dan akan tercapai
tujuan pemberian penguatan.”
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Lena selaku
guru kelas I H mengatakan:
“Memberikan penguatan dengan wajah berseri,
tersenyum dan suara yang riang menunjukkan penuh
perhatian.”
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa
pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan oleh guru
pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta dilakukan dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan
seperti menganggap anak sendiri, menunjukkan sikap hangat dan
antusias, mengajar dengan hati, menyayangi, dan menunjukkan
sikap penuh perhatian.
Selain itu pemberian penguatan (reinforcement) dapat
dikatakan sungguh-sungguh dibuktikan dengan adanya peraturan
dalam panduan peserta didik MI Pembangunan UIN Jakarta pada
59
BAB IV mengenai tata tertib dalam hal kehadiran peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah berisi hal-hal sebagai berikut:
a. Berada di kelas pada pukul 07.00 WIB.
b. Terlambat masuk sepuluh menit atau lebih harus melapor
kepada koordinator piket.
c. Tiga kali terlambat masuk dengan alasan apa pun akan
mendapatkan sanksi.
d. Berhalangan hadir karena sakit, izin, atau hal lain harus
memberi kabar tertulis atau lisan kepada wali kelas/wakasis.
e. Tidak hadir tanpa memberi kabar akan dikenakan sanksi.
Peraturan mengenai kehadiran peserta didik juga
dilaksanakan di dalam kelas. berdasarkan hasil wawancara
dengan Bu Linda selaku wali kelas I A mengatakan bahwa :
“Untuk siswa yang datang terlambat ke sekolah
sebelumnya dikelas ada peraturan bagi siswa yang
terlambat yang pertama dilakukan mengucapkan salam,
meminta maaf dan memberikan alasannya. Kemudian
setelah itu guru memberikan penguatan positif dengan kata
kata “kamu besok bisa lebih cepat lagi ya”. Kemudian anak
membaca istighfar atau membaca surat pendek tergantung
situasi dan kondisi di kelas. Kemudian siswa dipantau,
kalau misalnya sudah beberapa kali Alhamdulillah tidak
terlambat lagi selama 3-4 kali (tergantung perjanjian kepada
siswa), guru akan memberikan sesuatu. Biasanya hadiahnya
itu makanan, penghapus atau apapun yang biasa dilakukan
di kelas.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Lena selaku wali
kelas I H mengatakan:
“Dengan memberikan arahan dan bimbingan kepada
siswa yang terlambat. Mendekati siswa apa sebab dia
terlambat, dan menjelaskan bahwa tidak boleh datang
terlambat dan yang datang terlambat akan diberi sanksi
seperti membaca salah satu surat pendek Al Qur’an. Dan
dengan penuh semangat , antusias sambil menyakinkan
dengan memegang bahunya “ besok tidak akan datang
terlambat lagi”. Diperhatikan setiap hari, apabila anak
tersebut tidak datang terlambat lagi maka diberikan pujian
agar termotivasi untuk selalu datang tepat waktu.”
60
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Rini selaku wali
kelas I E mengatakan:
“Siswa yang datang terlambat biasanya kami akan
menghubungi orang tuanya apakah ada kendala dan
mencari tau penyebab si anak datang terlambat untuk
mempermudah penyelesaian masalah. Jika terlambat karena
kebiasaan bangun pagi, biasanya kami berikan motivasi
(bisa melalui kata-kata atau video motivasi) kemudian kami
juga memberikan rewards untuk peserta didik yang datang
lebih awal untuk memotivasi seluruh anak agar datang tepat
waktu.”
Berdasarkan Berdasarkan hasil wawancara, angket dan
panduan peserta didik dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah
menetapkan peraturan sebagai bentuk penguatan yang diberikan
dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan. Salah satu
peraturan yang ditetapkan yaitu mengenai kehadiran peserta didik
yaitu berada di dalam kelas pada pukul 07.00 WIB dan jika
terlambat selama sepuluh menit harus melapor kepada koordiantor
piket, lalu jika tiga kali terlambat masuk akan mendapatkan sanksi.
Peraturan tersebut juga dibuat di dalam kelas oleh wali kelas dalam
menangani siswa yang terlambat masuk ke dalam kelas, dengan
adanya peraturan khusus ketika datang terlambat, mencatat dan
memantau siswa, menghubungi orang tua, memotivasi siswa agar
tidak terlambat dengan video motivasi atau memberikan hadiah
jika siswa sudah tidak datang terlambat lagi, dan memberikan
sanksi. Sanksi yang diberikan tidak berupa hukuman keras atau
fisik melainkan hukuman yang mendidik seperti membaca surat
pendek, beristigfar, atau menghapus tanda bintang pada papan
reward.
e. Penguatan (Reinforcement) dengan penuh kebermaknaan
Tabel 4. 6 Penguatan (reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan
61
Indikator Sub
Indikator
Guru Kelas
I Tematik
Reinforcement
dengan penuh
kebermaknaan
Tepat waktu
dalam
memberikan
penguatan
84% 80%
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ketika pembelajaran guru
melakukan nya dengan penuh kebermaknaan. Hal tersebut dapat
dilihat pada hasil presentase pemberian reinforcement diberikan
dengan tepat waktu oleh guru tematik sebesar 80% dan secara
keseluruhan guru kelas I mendapatkan presentase 80%. Hal
tersebut membuktikan bahwa hampir seluruh guru kelas I di MI
Pembangunan UIN Jakarta memberikan reinforcement dengan
penuh kebermaknaan kepada siswa. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Bu Lena selaku guru Tematik kelas 1 H
mengatakan:
“penguatan diberikan sesuai dengan tingkah laku
atau penampilan siswa tersebut tidak memberikan
penguatan yang berlebihan.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Rini selaku guru
kelas I E mengatakan:
“Sama hal nya dengan pemberian reinforcement
dengan penuh sungguh-sungguh dan ketulusan. Guru juga
berkomitmen, konsisten dan adil dalam memberikan
reinforcement untuk setiap anak.”
Demikian pula hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku
guru kelas I B mengatakan:
“Memberikan penguatan dengan cara meyakinkan
siswa bahwa penguatan yang wajar dan tidak berlebihan,
memberikan penguatan sesegera mungkin setelah muncul
respons atau tingkah laku tertentu. Penguatan yang
diberikan adalah penguatan yang wajar sehingga benar-
62
benar bermakna bagi siswa. Hindari penguatan berlebihan
karna dapat mematikan motivasi siswa. Penguatan juga
harus diberikan segera mungkin karena penguatan yang
tertunda tidak lagi efektif lagi dan kurang bermakna.dengan
wajah berseri, tersenyum dan suara yang riang
menunjukkan penuh perhatian.”
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan bahwa
pemberian reinforcement yang dilakukan oleh guru pada
pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta
dilakukan dengan penuh kebermaknaan seperti diberikan secara
wajar atau tidak berlebihan, konsisten adil bagi setiap siswa, dan
tepat waktu. Untuk meningkatkan kedisiplinan siswa salah
satunya siswa dapat menyelesaikan tugas hingga tuntas, hal
tersebut terdapat dalam panduan peserta didik MI Pembangunan
UIN Jakarta pada BAB IV mengenai tata tertib peserta didik
Madrasah Ibtidaiyah pada saat kegiatan belajar mengajar salah
satunya yaitu mengerjakan dan menyelesaikan semua tugas yang
diberikan oleh guru dengan sebaik-baiknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan Bu Rini selaku wali
kelas I E mengatakan bahwa :
“Bagi anak-anak yang belum menyelesaikan
tugasnya biasanya diminta untuk menyelesaikannya di
rumah disamping diberi motivasi juga agar mengerjakan
tugas lebih cepat untuk ke depannya. Biasanya di kelas kami
menerapkan pemberian bintang/reward bagi 10 anak yang
dapat mengerjakan tugas paling cepat jadi semua anak
termotivasi untuk menyelesaikan tugas lebih cepat lagi.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Umu selaku wali
kelas I D mengatakan:
“Untuk siswa yang tugasnya belum selesai, biasanya
diminta melanjutkan di sekolah atau dirumah sesuai
kondisi. Biasanya juga bintangnya di hapus, “kalau
misalnya kalian belum selesai dalam waktu sekian harusnya
dikumpulkan, bintangnya di papan reward dihapus 1”
“kalau belum selesai sampai pulang sekolah, bintangnya
dihapus 2”.
63
Demikian pula hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku
wali kelas I B mengatakan:
“saya biasanya memberikan kata-kata motivasi
dengan kisah-kisah positif/kesuksesan.”
Berdasarkan hasil wawancara dan panduan peserta didik
dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah menetapkan peraturan
mengenai penyelesaian tugas yang diberikan guru dengan sebaik-
baiknya. Dalam menangani siswa yang tidak tuntas dalam
menyelesaikan tugas guru biasanya guru memberikan tambahan
waktu bagi siswa atau dapat dikerjakan di rumah. Guru juga
memberikan tanda bintang bagi siswa yang tepat waktu
menyelesaikan tugas, ataupun memberikan hukuman dengan
menghapus tanda bintang bagi siswa yang tidak dapat
menyelesaikan tugas dengan tuntas. Selain itu guru juga
memotivasi siswa agar dapat menyelesaikan tugas dengan baik
yang dilakukan dengan memberikan kata-kata motivasi atau kisah-
kisah positif/kesuksesan. Hal-hal yang dilakukan guru tersebut
merupakan upaya pemberian penguatan (reinforcement) dengan
penuh kebermaknaan yang dilakukan oleh pihak sekolah maupun
guru kelas dalam meningkatkan kedisiplinan siswa.
f. Penguatan (Reinforcement) dengan menghindari respon negatif
Tabel 4. 7 Penguatan (reinforcement) dengan menghindari respon
negatif
Indikator Sub Indikator Guru Kelas I Tematik
Reinforcement dengan menghindari respon negatif
Memarahi Siswa
50% 50% 50% 50%
64
Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa, , dalam
memberikan penguatan (reinforcement) ketika pembelajaran guru
melakukan nya dengan menghindari respon negatif. Hal tersebut
dapat dilihat pada hasil presentase pemberian reinforcement
dengan cara memarahi siswa dan memberi hukuman yang
dilakukan oleh guru tematik mendapatkan presentase sebesar 50%
dan secara keseluruhan guru kelas I mendapatkan presentase 50%.
Hal tersebut membuktikan bahwa guru kelas I di MI Pembangunan
UIN Jakarta yang memberikan reinforcement dengan menghindari
respon negatif hanya setengahnya saja. Hal ini sesuai dengan hasil
wawancara dengan Bu Linda selaku guru Tematik kelas 1 A
mengatakan:
“Sebisa mungkin saya menghindari untuk penguatan
respon negatif, tentunya akan membuat anak tidak nyaman
atau sedih.”
Selain itu hasil wawancara dengan Pak Hasan selaku guru
kelas I B mengatakan:
“Iya, hal tersebut harus dihindari karna dapat
mematahkan semangat.”
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Umu selaku
guru kelas I D mengatakan:
“iya, karena hal tersebut dapat membuat siswa tidak
semangat dalam belajar karena merasa direndahkan..”
Dari hasil wawancara tersebut disimpulkan sebagian guru
pada pembelajaran tematik kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta memberikan penguatan atau reinforcement dengan
menghindari respon negatif. Karena menurut mereka hal tersebut
dapat mematahkan semangat siswa dan timbulnya
ketidaknyamanan pada siswa. Dalam mengatasi masalah
mengenai kedisiplinan siswa seperti dalam hal menggunakan
benda sesuai dengan fungsinya, guru sangat menghindari respon
65
negatif siswa. Penguatan (reinforcement) yang diberikan guru
merupakan penguatan (reinfporcement) yang mengedukasi,
memotivasi, dan tidak menimbulkan respon negatif pada siswa.
Pada panduan peserta didik MI Pembangunan UIN Jakarta
pada BAB IV mengenai tata tertib peserta didik Madrasah
Ibtidaiyah salah satunya yaitu turut serta memelihara 5K
(Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, dan Kekeluargaan). Hal
tersebut merupakan suatu etika dalam proses pembelajaran di
dalam kelas ataupun kegiatan lain di lingkungan sekolah.
Dari hasil wawancara dengan Bu Linda selaku wali kelas I
A mengatakan bahwa :
“Bagi siswa yang tidak menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya, biasanya saya dekati anak itu kemudian
menanyakan “ini benda untuk apa ya?” “ini benda
seharusnya digunakan dimana?” jadi anak diajak diskusi,
biasanya anak menjawab, contoh “(bola) biasanya
digunakan di lapangan bu”, “kenapa main bolanya disini?
Inikan untuk belajar”. Setelah itu anak diberikan nasihat dan
bimbingan.”
Selain itu hasil wawancara dengan Bu Dhini selaku wali
kelas I C mengatakan:
“Untuk siswa yang tidak menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya, saya biasanya menasehati dan memberi
tahu kegunaan benda tersebut. Memberikan pengetahuan
sebab akibat jika ia tidak menggunakan benda sebagaimana
mestinya”.
Demikian pula hasil wawancara dengan Bu Rini selaku wali
kelas I E mengatakan:
“untuk anak yang tidak menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya saya biasanya melakukan edukasi
penggunaan benda yang baik dan benar. Saya peragakan
langsung cara menggubakan benda yang benar (misal cara
memegang pensil, cara duduk yang baik) juga dibantu
dengan tampilan gambar melalui LCD.”
66
Berdasarkan hasil angket, wawancara dan panduan peserta
didik dapat disimpulkan bahwa sekolah sudah menetapkan
peraturan mengenai etika dan estetika dalam hal turut serta
memelihara 5K (Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan,
dan Kekekluargaan). Dalam menangani siswa yang tidak
menggunakan benda pada tempatnya biasanya guru menghindari
respon negative siswa, guru memberikan penguatan verbal dengan
mengajak diskusi kegunaan benda dan sebab akibat jika benda
tidak digunakan sesuai dengan fungsinya, guru juga memberikan
arahan dan bimbingan kepada siswa, dan memberikan penguatan
non verbal melalui edukasi penggunaan benda yang baik dengan
peragaan dan tampilan gambar melalui LCD karena hal tersebut
juga merupakan bagian dari hal yang disenangi oleh siswa.
3. Faktor-faktor Pendukung dan Penghambat Pemberian Penguatan
(Reinforcement) dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Pada
Pembelajaran Tematik Kelas I di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Keberhasilan suatu kegiatan belajar dipengaruhi oleh faktor-
faktor yang menjadi pendukung dan juga penghambat di dalam suatu
kegiatan pembelajaran tersebut. Demikian juga dengan pelaksanaan
pemberian reinforcement dalam meningkatkan kedisiplinan siswa
kelas I pada pembelajaran Tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta.
a. Faktor Pendukung
Faktor pendukung merupakan hal yang penting dalam
pencapaian hasil maksimal ketika pemberian reinforcement guna
meningkatkan kedisiplinan siswa kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta diungkap oleh Bu Linda selaku wali kelas I A sebagai
berikut.
“Yang menjadi faktor pendukung dalam pemberian
penguatan biasanya dari minat siswa itu sendiri, fasilitas,
sarana prasarana yang lengkap, kreativitas guru, serta
perhatian orang tua.”
67
Sedangkan menurut Pak Hasan selaku wali kelas I B sebagai
berikut.
“Faktor pendukung, keterampilan mengajar dan kesadaran
penuh akan kebutuhan siswa, dan termasuk keterampilan
memberikan penguatan.”
Demikian pula menurut Bu Umu selaku wali kelas I D
sebagai berikut.
“Faktor pendukung yaitu adanya kerjasama dari guru dan
orangtua, respon positif dari siswa, dan sarana prasarana
yang memadai.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa yang menjadi faktor pendukung dalam pemberian penguatan
(reinforcement) dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada
pembelajaran tematik yaitu minat siswa itu sendiri, sarana
prasarana yang lengkap dan memadai, kreativitas
guru/keterampilan memberikan penguatan, serta perhatian dan
kerjasama orang tua.
b. Faktor Penghambat
Faktor penghambat merupakan hal yang mungkin pasti
terjadi ketika memberikan penguatan (reinforcement) guna
meningkatkan kedisiplinan siswa kelas I di MI Pembangunan UIN
Jakarta diungkap oleh Bu Linda selaku wali kelas I A sebagai
berikut.
“Yang menjadikan hambatan biasanya siswa belum ada
kemandirian dalam belajar, kemandirian dalam perilaku
juga, belum ada rasa tanggung jawab untuk disiplin dalam
belajar.”
Sedangkan menurut Pak Catur selaku team teaching kelas I
C sebagai berikut:
68
“Ketika penguatan, ada beberapa anak yang sudah bisa baca
namun untuk menulis harus dibantu dan dieja huruf ya satu
persatu. Ada juga yang anak ya lagi gak bagus moodnya jadi
nya gak mau nulis maunya baca aja. Sejauh itu yang saya
dapatkan hambatan ya itu. Kalau anak ya malas mengeja
jadi baca ya kurang lancar tapi kalau semangat baca
perkembangan membacanya cepat.”
Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat disimpulkan
bahwa penguatan (reinforcement) yang diberikan guru sudah
dilakukan semaksimal mungkin dan yang menjadi penghambat
dalam memberikan penguatan guna meningkatkan kedisiplinan
siswa dalam belajar yaitu terdapat pada faktor siswa itu sendiri.
Contohnya siswa belum bisa mandiri dalam belajar, dan belum ada
rasa tanggung jawab untuk disiplin dalam belajar.
C. Pembahasan
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang dilengkapi
hasil angket dan studi dokumentasi maka diperoleh hasil penelitian
mengenai reinforcement dalam meningkatkan kedisiplinan siswa pada
pembelajaran tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta sebagai berikut:
1. Bentuk-bentuk pemberian penguatan (reinforcement) dalam
meningkatkan kedisiplinan siswa pada pembelajaran Tematik di MI
Pembangunan UIN Jakarta.
Bentuk-bentuk penguatan (reinforcement) yang sering diberikan
oleh guru dalam meningkatkan kedisiplinan siswa kelas I pada
pembelajaran tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta adalah bentuk
penguatan verbal seperti pujian, penghargaan, dan sebagainya, hal ini
terbukti dengan presentase penguatan verbal yang diberikan guru pada
pembelajaran tematik sejumlah 81%. Sedangkan bentuk penguatan non
verbal yang sering diberikan guru seperti senyuman, mendekati siswa,
acungan jempol, memberikan simbol atau tanda, dan sebagainya, hal ini
69
terbukti dengan presentase penguatan non verbal yang diberikan guru
pada pembelajaran tematik sejumlah 78%.
Dari pernyataan di atas relevan dengan kajian teori mengenai
komponen-komponen penguatan (reinforcement) yang terdiri dari
penguatan verbal, penguatan dengan mimik atau gerakan badan, dengan
cara mendekati, sentuhan, kegiatan yang menyenangkan, dan simbol
atau benda.87
2. Cara pemberian penguatan (reinforcement) dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa pada pembelajaran Tematik di MI Pembangunan
UIN Jakarta.
Cara pemberian penguatan (reinforcement) yang dilakukan guru
yaitu dengan menerapkan syarat penggunaan penguatan (reinforcement)
ataupun cara penggunaan penguatan (reinforcement) seperti
memberikan penguatan (reinforcement) kepada individu ataupun
kelompok, pemberian penguatan (reinforcement) dengan sungguh-
sungguh dan penuh ketulusan, dengan penuh kebermaknaan, dengan
mengindari respon negatif, dan dengan variari dalam memberikan
penguatan (reinforcement). Pemberian penguatan (reinforcement)
memiliki prinsip bahwa dengan adanya penguatan (reinforcement) dapat
meningkatkan pengulangan perilaku positif siswa dan menghilangkan
pengulangan perilaku negatif siswa, khususnya pada pembelajaran
tematik di MI Pembangunan UIN Jakarta.
Sekolah sudah menetapkan peraturan mengenai kehadiran peserta
didik yaitu berada di dalam kelas pada pukul 07.00 WIB dan jika
terlambat selama sepuluh menit harus melapor kepada koordiantor
piket, lalu jika tiga kali terlambat masuk akan mendapatkan sanksi.
Selain itu sekolah sudah menetapkan peraturan mengenai penyelesaian
tugas yang diberikan guru dengan sebaik-baiknya., memelihara 5K
87 Marhawati, Pengantar Pengawasan Pendidikan, h. 83-84.
70
(Keamanan, Ketertiban, Kebersihan, Keindahan, dan Kekeluargaan),
memelihara dan menjaga barang-barang milik pribadi, teman, dan
madrasah, dan terdapat sanksi bagi peserta didik yang tidak
melaksanakan kewajiban atau melanggar peraturan tata tertib.
Penguatan yang diberikan pada siswa dalam aspek kehadiran
yaitu dengan adanya peraturan khusus ketika datang terlambat, mencatat
dan memantau siswa, menghubungi orang tua, memotivasi siswa agar
tidak terlambat dengan video motivasi atau memberikan hadiah jika
siswa sudah tidak datang terlambat lagi, dan memberikan sanksi.
Penguatan yang diberikan pada siswa yang tidak dapat menyelesaikan
tugas hingga tuntas guru memberikan tambahan waktu bagi siswa atau
dapat dikerjakan di rumah, memberikan tanda bintang bagi siswa yang
tepat waktu menyelesaikan tugas, memberikan hukuman dengan
menghapus tanda bintang bagi siswa yang tidak dapat menyelesaikan
tugas dengan tuntas, memotivasi siswa agar dapat menyelesaikan tugas
dengan baik yang dilakukan dengan memberikan kata-kata motivasi
atau kisah-kisah positif/kesuksesan.
Kemudian, dalam menangani siswa yang tidak menggunakan
benda pada tempatnya akan diberikan penguatan verbal dengan
mengajak diskusi kegunaan benda dan sebab akibat jika benda tidak
digunakan sesuai dengan fungsinya, memberikan arahan dan bimbingan
kepada siswa, dan memberikan penguatan non verbal melalui edukasi
penggunaan benda yang baik dengan peragaan dan tampilan gambar
melalui LCD. Selain itu, dalam agar siswa dapat menggunakan benda
pada tempatnya penguatan yang diberikan yaitu penguatan verbal
dengan ajakan untuk bertanggung jawab memelihara barang milik
sendiri serta penguatan non verbal dengan gerakan tangan sambil
tersenyum, mimik dan gesture yang tidak menyenangkan seperti kening
mengkerut atau menggelengkan kepala yang ditujukan pada siswa yang
tidak meletakkan benda pada tempatnya.
71
Penguatan (reinforcement) diberikan kepada siswa dengan
mengacu pada konsep cara pemberian penguatan antara lain yaitu
penguatan kepada pribadi tertentu, penguatan kepada kelompok siswa,
penguatan dengan segera, dan variasi dalam penggunaan.88 Penguatan
positif atau pemberian sanksi kepada siswa dilakukan dengan prinsip
bahwa penguatan diberikan dengan keantusiasan, kebermaknaan,
kehangatan dan dilakukan dengan cara yang konstruktif atau
menghindarkan kesombongan, penghargaan diri dan keterpusatan pada
diri siswa. Dalam pemberian sanksi pun tidak dilakukan dengan
kekerasan melainkan dengan edukasi yang mendidik agar tidak terjadi
masalah psikologis pada siswa.
Hal tersebut relevan dengan prinsip dalam penerapan pemberian
penguatan yaitu dengan kehangatan, keantusiasan, kebermaknaan,
menghindari penggunaan respon yang negatif89, konstruktif dan
menghindarkan kesombongan, penghargaan diri serta keterpusatan pada
diri sendiri. 90 Hal tersebut juga relevan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Gultom dan Siahaan yang menyatakan bahwa penerapan
reward dan konsekuensi dapat meningkatkan tingkat kedisiplinan siswa
kelas II SD di Sekolah Kristen ABC di Sulawesi Utara.91
Berdasarkan teori behavior atau yang sering disebut adanya
stimulus respon (S-R) psikologis, dapat diartikan bahwa tingkah laku
manusia salah satunya dikendalikan oleh penguatan (reinforcement) dari
lingkungan.92 Tujuan adanya penguatan (reinforcement) yang diberikan
guru dalam pembelajaran yaitu mengontrol dan memodifikasi tingkah
laku siswa yang kurang positif, serta mendorong munculnya tingkah
88 Rusman, Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, 192. 89 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, h. 32-33. 90 Kelishadroky et al., “The Role of Reward and Punishment in Learning.” 91 Gultom and Siahaan, “Penerapan Reward Dan Konsekuensi Untuk Meningkatkan
Kedisiplinan Siswa Kelas II SD Sekolah Kristen ABC.” 92 Moh. Zaiful Rosyid, Ulfatur Rahmah, and Rofiqi, Reward Dan Punishment (Konsep Dan
Aplikasi) (Malang: Literasi Nusantara, 2019), 10.
72
laku yang produktif.93 Dengan adanya penguatan (reinforcement) yang
diberikan guru kepada siswa dengan mengacu kepada konsep dan
prinsip yang berlaku bertujuan untuk mengontrol serta memodifikasi
tingkah laku siswa yang kurang disiplin menjadi lebih disiplin
khususnya dalam pembelajaran tematik.
93 Syaripuddin, Sukses Mengajar Di Abad 21, h. 32.
73
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penguatan (reinforcement) dalam bentuk non verbal yang diberikan
guru dalam pembelajaran tematik mendapatkan presentase sebesar 79%.
Penguatan (reinforcement) dalam bentuk verbal yang diberikan guru dalam
pembelajaran tematik mendapatkan presentase sebesar 81%. Reinforement
dengan sungguh-sungguh dan penuh ketulusan pada guru tematik sebesar
93%. Reinforcement dengan penuh kebermaknaan oleh guru tematik sebesar
80%. Reinforcement dengan menghindari respon negative yang dilakukan
oleh guru tematik mendapatkan presentase sebesar 50%. Reinforcement
dengan variasi yang dilakukan oleh guru tematik mendapatkan presentase
sebesar 72%.
Cara pemberian penguatan (reinforcement) yang diberikan guru
pada siswa antara lain yaitu penguatan (reinforcement) kepada pribadi
tertentu dengan mengarahkan pandangan kepada siswa yang bersangkutan
atau menyebutkan nama siswa yang bersangkutan, penguatan
(reinforcement) kepada kelompok siswa misalnya dengan memberikan
penghargaan kepada kelompok siswa yang tertib dalam pembelajaran,
penguatan (reinforcement) dengan segera seperti memberikan penguatan
(reinforcement) secara langsung ketika munculnya respon siswa yang
positif ataupun negatif, dan variasi dalam penggunaan seperti
menggabungkan beberapa komponen-komponen penguatan
(reinforcement) dalam pembelajaran.
Peningkatan aspek-aspek kedisiplinan pada siswa dalam pemberian
penguatan (reinforcement) yang diberikan guru antara lain yaitu; dengan
datang tepat waktu, dapat menyelesaikan tugas dengan tuntas,
menggunakan benda sesuai dengan fungsinya, mengambil dan
74
mengembalikan benda pada tempatnya, berusaha menaati aturan yang telah
disepakati.
B. Saran
Berdasarkan hasil pembahasan di atas, ada beberapa hal yang dapat
dilakukan sebagai saran dalam rangka meningkatkan kedisiplinan siswa
pada pembelajaran tematik melalui pemberian penguatan (reinforcement):
1. Bagi Sekolah
Sekolah hendaknya lebih bekerjasama dengan guru dalam membina
kedisiplinan siswa. Sekolah juga mendukung guru dalam memberikan
penguatan pada pembelajaran tematik agar siswa lebih bersemangat
dalam belajar dan dapat meningkatkan sikap kedisiplinannya.
2. Bagi Guru Tematik
Guru hendaknya lebih memperhatikan kedisiplinan siswa pada setiap
pembelajaran dan lebih menegakkan sikap kedisiplinan bagi siswa agar
tingkat kedisiplinan siswa menjadi lebih merata terutama pada siswa
yang masih kurang baik dalam sikap kedisiplinannya.
3. Bagi Peneliti
Peneliti diharapkan dapat meneliti aspek sikap lain yang dapat
dipengaruhi dengan adanya penguatan (reinforcement) khususnya pada
pembelajaran tematik. Hal tersebut diharapkan dapat lebih diketahui
mengenai aspek sikap atau kognitif apa saja yang dapat ditingkatkan
dengan adanya penguatan (reinforcement) dalam pembelajaran tematik.
75
DAFTAR PUSTAKA
Anggito, Albi, and Johan Setiawan. Metodologi Penelitian Kualittaif. Sukabumi:
Jejak Publisher, 2018.
Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta, 2013.
Chumdari, Chumdari, Sri Anitah Sri Anitah, Budiyono Budiyono, and Nunuk
Nunuk Suryani. “Implementation of Thematic Instructional Model in
Elementary School.” International Journal of Educational Research Review
3, no. 4 (2018): 23–31.
Darmadi. Manajemen Sumber Daya Manusia Kekepalasekolahan (Melejitkan
Produktivitas Kerja Kepala Sekolah Dan Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi). Yogyakarta: Deepublish, 2018.
———. Pengembangan Model Metode Pembelajaran Dalam Dinamika Belajar
Siswa. Yogyakarta: Deepublish, 2017.
Darwis. Menghukum Atau Memulihkan. Makassar: Sah Media, 2018.
Efendi, Rinja, and Delita Gustriani. Manajemen Kelas Di Sekolah Dasar. Pasuruan:
Qiara Media, 2020.
Fathurrohman, Muhammad. Belajar Dan Pembelajaran Modern. Yogyakarta:
Garudhawaca, 2017.
Fridani, Lara, and APE Lestari. Inspiring Education. Jakarta: Gramedia, 2009.
Gultom, Lasria, and Meri Fuji Siahaan. “Penerapan Reward Dan Konsekuensi
Untuk Meningkatkan Kedisiplinan Siswa Kelas II SD Sekolah Kristen ABC.”
A Jurnal of Language, Literature, Culture, dan Education 12, no. 2 (2016):
100–116.
Hanifah, Nurdinah, and Julia. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan Dasar
(Membedah Anatomi Kurikulum 2013 Untuk Membangun Masa Depan
76
Pendidikan Yang Lebih Baik). Sumedang: UPI Sumedang Press, 2014.
Hidayah, Nurul. “Pembelajaran Tematik Integratif Di Sekolah Dasar.” Jurnal
Pendidikan dan Pembelajaran Dasar 2, no. 1 (2015): 34–49.
Hoque, Sk. Rezaul. “Effect of Reinforcement on Teaching – Learning Process.”
IOSR Journal of Humanities and Social Science 7, no. 1 (2013): 13–16.
Kelishadroky, Ahmadreza Fatahian, Ali Shamsi, Mohmadreza Bagheri, and
Mojtaba Mansorihasanabadi. “The Role of Reward and Punishment in
Learning.” International Journal of Advanced Biotechnology and Research 7,
no. special issue (2016): 780–788. https://doaj.org.
Kusumawati, Naniek, and Endang Sri Maruti. Strategi Belajar Mengajar Di
Sekolah Dasar. Madiun: AE Media Grafika, 2019.
Latip, Asep Ediana. Pembelajaran Tematik Dalam Kajian Teoritik Dan Praktik.
Jakarta: UIN Jakarta Press, 2013.
Malawi, Ibadullah, and Ani Kadarwati. Pembelajaran Tematik (Konsep Dan
Aplikasi). Jawa Timur: AE Media Grafika, 2017.
Marhawati, Besse. Pengantar Pengawasan Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish,
2018.
Maslichah Kumalaningrum, Dewi. “Pemberian Penguatan (Reinforcement) Dalam
Pembelajaran Matematika Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua
Variabel (SPLDV) Di Kelas VIII SMP Al-Azhar Menganti Gresik.”
MATHEdunesa 2, no. 1 (2013).
Nurdin, Ismail, and Sri Hartati. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Media
Sahabat Cendekia, 2019.
Nurkholis. “Pendidikan Dalam Upaya Memajukan Teknologi.” Jurnal
Kependidikan 1, no. 1 (2013): 24–44.
Nursetya, Sikha Basti, and Erwin Setyo Kriswanto. “Upaya Meningkatkan
Kedisiplinan SIswa Kelas X SMA Negeri 1 Wates Dalam Mengikuti
77
Pembelajaran Penjasorkes Melalui Reinforcement (Penguatan).” Jurnal
Pendidikan Jasmani Indonesia 10, no. 2 (2014): 8–12.
Prastowo, Andi. Analisis Pembelajaran Tematik Terpadu. Jakarta: Kencana, 2019.
Rianawati. Implementasi Nilai-Nilai Karakter Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI). Pontianak: IAIN Pontianak Press, 2014.
Rifma. Optimalisasi Pembinaan Kompetensi Pedagogik Guru. Jakarta: Kencana,
2016.
Rosyid, Moh. Zaiful, Ulfatur Rahmah, and Rofiqi. Reward Dan Punishment
(Konsep Dan Aplikasi). Malang: Literasi Nusantara, 2019.
Rusman. Belajar Dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana, 2017.
Sani, Ridwan Abdullah. Pembelajaran Saintifik Untuk Implementasi Kurikulum
2013. Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Shofiyati, Sri. Hidup Tertib. Jakarta: Balai Pustaka, 2012.
Solehatin, and Chairul Anam. E-Quisioner Terhadap Tingkat Pemanfaatan
Layanan Wi-Fi Kabupaten Banyuwangi. Yogyakarta: Deepublish, 2019.
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta,
2017.
Susanto, Ahmad. Bimbingan Konseling Di Sekolah (Konsep, Teori Dan
Aplikasinya). Jakarta: Prenadamedia Group, 2018.
Syaripuddin. Sukses Mengajar Di Abad 21. Surabaya: Uwais Inspirasi Indonesia,
2019.
Thalib, Syamsul Bachri. Psikologi Pendidikan Berbasis Analisis Empiris Aplikatif.
Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2010.
Tokan, P. Ratu Ile. Sumber Kecerdasan Manusia. Jakarta: Grasindo, 2016.
78
Wardhani, Mahasti Windha. “Faktor-Faktor Penyebab Rendahnya Kedisiplinan
Siswa SDN Kepek Pengasih Kulon Progo Yogyakarta.” Jurnal Pendidikan
Guru Sekolah Dasar 19 (2018): 1–10.
Yudha, Rahmat Putra. Motivasi Berprestasi Dan Disiplin Peserta Didik Serta
Hubungannya Dengan Hasil Belajar. Pontianak: Yudha english Gallery, 2018.
Yusdiani, Nurmilah, Umar Sulaiman, and Yusuf Seknun. “Penanaman Budaya
Disiplin Terhadap Peserta Didik Kelas VI MIS Guppi Laikang Kecamatan
Kajang Kabupaten Bulukumba.” Jurnal Lentera Pendidikan VII (2018): 233–
251.
79
LAMPIRAN-LAMPIRAN
80
Lampiran I
STRUKTUR ORGANISASI
MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
________________ : Garis Instruktif
_ _ _ _ _ _ _ _ _ _ _ : Garis Koordinatif
YAYASAN
FITK UIN
JAKARTA
KOMITE
MADRASAH
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
Kepala Bagian
Tata Usaha
SUBBAG
ADM DIKJAR
SUBBAG
ADM UMUM & HUMAS
SUBBAG
KEPEG & KEUANGAN
Kepala
MA
Kepala
MTs
Kepala
MI
Wakabid.
Kurikulum
Wakabid.
Kesiswaan
Wakabid.
Kurikulum
Wakabid.
Kesiswaan
Waka
I
Waka
IV
Waka
III
Waka
II
PUSAT LITBANG DAN
JAMINAN MUTU
PUSAT SISTEM INFORMASI,
DOKUMENTASI DAN
PUBLIKASI
PERPUSTAKAAN LABORATORIUM
81
DAFTAR TENAGA PENDIDIK DAN KEPENDIDIKAN
MADRASAH PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
TAHUN 2018
N
O. NAMA NIP
J
K
GO
L
JABAT
AN
THN
LUL
US
Mata
Pelajaran
1 Drs. H. Sugiono 1967 0410 2007 101
001 L
IV/
b
Kepala
Pusat
Litbang
S-
I 1992 IPS PNS
2 Dra. Hj. Siti
Rasyidah, M.Pd
1960 0623 1985
0320 01 P
IV/
c
Wali
Kelas 4
G
S-
2 2013
Matematik
a, Teamtik PNS
3 Drs. Tamani 0 L IV/
c
Wali
Kelas
S-
I 1989
Tematik,
Bhs. Arab,
SKI
PM
4 Drs. Matsani 1965 0515 2007
0110 55 L
IV/
c
Wali
Kelas 3
H
S-
I 1990
Matematik
a, Tematik PM
5 Drs. H.
Samingan
1964 0405 2007
0110 34 L
IV/
c
Wali
Kelas 6
B
S-
I 1990
Bhs.
Indonesia
& Tematik
PNS
6 Drs. H. M.
Nasruddin
1963 1119 20070
11008 L
IV/
b
Wali
Kelas
S-
I 1990
Al-qur'an,
Tahfidz,
SKI, Fiqh
PNS
82
7 Dra. Hj. Nunik
Dwi Kurnia
1964 0717 2007
0120 16 P
IV/
b
Wali
Kelas 5
A
S-
I 1990
Matematik
a, Tematik PNS
8 Drs. Mariyadi 1966 0307 2007
0110 36 L
IV/
b
Wali
Kelas 6
E
S-
1 1990
PJOK,
Aqidah PM
9 Dra. Umu
Sa'diyah
1966 0524 2007
012017 P
IV/
b
Wali
Kelas 1
D
S-
I 1991
Tematik,
Aqidah,
Alqur'an
Tahfidz,
Fiqh
PNS
10 Drs. A. Gani 1965 0206 2007
0110 19 L
IV/
b
Wali
Kelas 6
A
S-
I 1991
Al-qur'an,
Tahfidz,
SKI, Fiqh
PM
11 Dra. Asikah 1963 0704 2007
0120 10 P
IV/
b
Wali
Kelas
S-
I 1991
Tematik,
Aqidah &
Al-qur'an,
Tahfidz
PNS
12 Drs. Ibrahim 1963 1112 2007
0110 19 L
IV/
b
Wali
Kelas 6
D
S-
I 1990
IPA,
Aqidah PNS
13 Dra. Hj. Iis
Maisyatul M. 0 P
IV/
b
Wali
Kelas 6
H
S-
I 1992 PAI PNS
14
Drs.
Muttaqillah,
M.Pd.
1965 1107 2007
0110 24 L
IV/
b
Staf
Pengaja
r
S-
2 2011
Bhs.
Indonesia, PNS
83
Aqidah,
Tilawati
15 Dra. Ria
Aryasatyani
1968 0701 2007
1020 01 P
IV/
b
Wali
Kelas 2
C
S-
I 1993
Tematik,
Aqidah,
Alqur'an
Tahfidz,
Fiqh
PNS
16 Dra. Retno RPL. 1969 0310 2007
1020 01 P
IV/
b
Guru
BP/BK
S-
I 1990 BK PNS
17 Gusniati, S.Ag. 1968 0819 2007
102001 P
IV/
a
Wali
Kelas 3
B
S-
I 1996
Tematik,
Aqidah &
Al-qur'an
Tahfidz
PNS
18 Drs. Dani
Wahyudi
1965 0915 2007
011028 L
IV/
a
Staf
Pengaja
r
S-
I 1996
Bhs.
Indonesia
& Tematik
PNS
19 Drs. Haeruddin 1963 0705 2007
011035 L
IV/
a
Wakasi
s 1-3
S-
I 1989
Tematik,
Aqidah,
Alqur'an
Tahfidz,
Fiqh
PNS
20 Drs. Imam
Santoso
1968 0827 2007
101001 L
IV/
a
Wali
Kelas 6
G
S-
I 1992
Bhs.
Inggris,
Aqiah.
PNS
21 Drs. Suhaili 1964 0523 2007
0110 15 L
IV/
a
Wali
Kelas 5
C
S-
I 1992
Tematik,
Aqidah,
IPA.
PNS
84
22 Drs. H. Endang
Rahayu
1964 0617 2007
0110 13 L
IV/
a
Staf
Pengaja
r
S-
I 1991
IPA,
Tematik,
SKI, Fiqh,
Tilawati
PNS
23 Drs. Suhapid 1965 0515 2007
0110 55 L
IV/
a
Wali
Kelas 5
E
S-
I 1991
Bhs.
Indonesia,
Aqidah
PNS
24 Ali Ridho, S.Ag. 1970 0615 2007
101001 L
IV/
a
Wali
Kelas 5
H
S-
I 1996
Matematik
a PNS
25 Ridwan, S.Ag. 1969 0915 2007
0110 50 L
IV/
a
Staf
Pengaja
r
S-
I 1995
Bhs.
Indonesia,
SKI, Fiqh
PNS
26 Firman
Hamdani, S.Ag.
1971 0223 2007
0110 13 L
IV/
a
Kepala
Pusat
Sistem
Inform
asi
S-
I 1995 Bhs. Arab PM
27 Hj. Afifah
Hidayati, S.Ag.
1968 1101 2007
102001 P
IV/
a
Wali
Kelas 3
G
S-
I 1993
SKI, Bhs.
Arab,
Aqidah,
Tilawati
PNS
28 Wahyudi, S.Pd. 1971 0723 2007
0110 18 L
IV/
a
Kepala
MI
S-
I 1997
Matematik
a, Aqidah. PNS
29 H. Abdul Halim,
S.Ag.
1968 1110 2007
01100 L
IV/
a
Wali
Kelas 5
G
S-
I 1994
Al-qur'an,
Tahfidz, PNS
85
SKI,
Tematik
30 Hasanuddin,
S.Ag.
1969 0215 2007
101001 L
IV/
a
Wali
Kelas
1B
S-
I 1994
Tematik,
Aqidah &
Al-qur'an,
Tahfidz
PNS
31 H. TB. Ade
Jamhari, S.Pd.
1961 1225 1987 031
000 L
III/
d
Wali
Kelas 5
B
S-
I 2014
Tematik,
IPS, PKn,
Tilawati
PNS
32 Ermawati, M.Si. 1969 0201 2007
0120 32 P
III/
d
Wali
Kelas 4
C
S-
2 2014
Tematik,
Fiqh PNS
33 Muhammad
Dahlan, S.Pd.
1971 0219 2007
101001 L
III/
d
Wali
Kelas 4
D
S-
I 1997
Tematik,
Fiqh,
Aqidah,
SKI
PNS
34 Suharno, M.Pd 1972 0929 2007
101004 L
III/
d
Wali
Kelas 4
H
S-
2 2016
SBK,
Tematik PNS
35 Sri Hartati, S.Pd. 1974 0710 2007
102002 P
III/
d
Guru
BP/BK
Ibt.
S-
1 1998
Tilawati,
BK PNS
36 Dra. Khusnul
Khotimah, M.Pd
1964 0821 2007
102016 P
III/
d
Staf
Pengaja
r
S-
2 2013
Bhs.
Inggris,
Tilawati
PNS
86
37 Drs. H. Muh.
Rusdi
1968 0531 2007
101001 L
III/
d
Wali
Kelas 3
C
S-
I 1991
Matematik
a,
Tilawati,
Aqidah
PNS
38 Afif Abdul Latif,
M. Ag
1970 1005 2007
011057 L
III/
d
KALA
B
S-
2 2014
Al-qur'an,
Tahfidz,
Fiqh,
Tilawati
PNS
39 Drs. Ahmad
Santoso
1968 0622 2007
101001 L
III/
d
Wali
Kelas 4
E
S-
I 1993
Tematik,
Fiqh,
Aqidah,
SKI
PNS
40 Maemunah,S.Pd
.I.
1969 0306 2007
1020 02 P
III/
c
Wali
Kelas 2
D
S-
1 2008
SBK,
Tematik PNS
41 Enung Mulyani,
S.Pd.I.
1971 1908 2007
0120 17 P
III/
c
Wali
Kelas
S-
1 2009
Tematik,
Al-qur'an
Tahfidz,
Bhs. Arab
PNS
42 Lulu Rosmilia,
S.Pd.
1970 0919 2007
102001 P
III/
c
Wali
Kelas 5
F
S-
I 2003
Matematik
a,
Tilawati,
Aqidah
PM
43 Nia Marlina,
S.Ag.
1977 0312 2014 112
003 P
III/
c
Wali
Kelas 6
C
S-
1 2004
Bhs. Arab,
Aqidah,
Tilawati.
PM
87
44
Ema
Nursyamsiah,
S.Pd.I
1978 0813 2014 112
003 P
III/
c
Wali
Kelas 3
D
S-
1 2002
Tematik,
Bhs. Arab
& PAI
PM
45 H.M. Faiz, MA. 0 L III/
c
Wali
Kelas
4A
S-
2 2008
Al-
qur'an,Tah
fidz,
Tematik ,
SKI,
Tilawati
PM
46 Sri Nurhayati,
S.Pd.I
1978 1123 2014 112
002 P
III/
c
Wali
Kelas
S-
1 2004
Tematik,
Bhs. Arab,
Al-qur'an
Tahfidz,
Fiqh
PM
47 Putri Aula
Pertiwi, S.KM. 0 P
III/
c
Wali
Kelas 6
F
S-
1 2004 IPA PM
48 Ai Yuliawati,
S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 1
F
S-
1 2005
Bhs.
Inggris,
Aqidah,
Tilawati
PM
49 Evi Kusumah,
S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 4
B
S-
1 2000
PJOK,
Aqidah PM
50 Linda Nurlinda,
S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas
1A
S-
1 2005
PJOK,
Aqidah PM
88
51 Mumu Munawi,
S.Pd.I 0 L
III/
b
Wali
Kelas 1
G
S-
1 2005
Al-qur'an
Tahfidz,
Aqidah,
Bhs. Arab
PM
52 Hj. Sri Nuryati,
S.Pd 0 P
III/
b
WakaK
ur Ibt
S-
1 2005
Tematik,
IPS, PKn. PM
53 Yenny
Handayani, S.IP. 0 P
III/
b
Staf
Pengaja
r
S-
1 2003
IPS, PKn,
Tematik,
Tilawati
PM
54 Lena Marliana,
S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 2
A
S-
1 2004
Tematik,
Fiqh,
Aqidah,
SKI
PM
55 Upit Sarimanah,
S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 3
A
S-
1 2005
Tematik,
Bhs.
Inggris
PNS
56 Endah Rahmah
Hidayati, S.Si. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 2
B
S-
1 2005
IPA,
Tilawati PM
57 H. Muhaemin,
M.Ag. 0 L
III/
b
Wakasi
s 4-6
S-
2 2016
Al-qur'an,
Tahfidz,
SKI,
Tilawati
PM
58
Desi
Rahmawati,
S.Pd.
1980 1214 2007
102002 P
III/
b
Wali
Kelas
S-
1 2004
Tematik,
Al-qur'an
Tahfidz &
PM
89
Bhs.
Inggris
59 Himmatun,
M.Pd 0 P
III/
b
Wali
Kelas 3
F
S-
2 2011
Matematik
a,
Tematik,
Aqidah.
PM
60 Nurrahmy, S.Pd. 0 P III/
b
Wali
Kelas 1
H
S-
1 2005
Tematik,
Al-qur'an
Tahfidz &
Bhs.
Inggris
PM
61 Indri Pramasti ,
S.Pd. 0 P
III/
b
Guru
Buku
BK
S-
1 2006 Tematik PM
62 Puji Nur
Hikmah, S.Pd. 0 P
III/
b
Wali
Kelas 5
D
S-
1 2006
Tematik,
Aqidah PM
63 Nurohman,
S.Pd.I. 0 L
III/
b
Wali
Kelas 3
E
S-
1 2005
Alqur'an,
Tahfidz,
Fiqh
PM
64 Syukri Rifa'i,
S.Pd.I. 0 L
III/
b
Wali
Kelas 4
F
S-
1 2006
Tematik,
Alqur'an
Tahfidz,
Bhs. Arab
PM
65 Ronny Asfar,
S.Pd. 0 L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2001
PJOK,
Tilawati PM
90
66 Endang
Purwanto, S.Pd.I 0 L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2009
Bhs. Arab,
Tematik,
Tilawati
PM
67 Rita Hayati,
S.Pd. 0 P
III/
a
Wali
Kelas 2
H
S-
1 2009
Matematik
a, Aqidah,
Tilawati
PM
68 Agus Muhamad,
S.IP. 0 L
III/
a
Wali
Kelas 2
F
S-
1 2006
Tematik,
Fiqh,
Aqidah,
SKI
PM
69 Syukrini
Irfiyanda, S.Pd. 0 P
III/
a
Wali
Kelas
1E
S-
1 2009
Tematik,
Al-qur'an
Tahfidz,
Aqidah
PM
70 Yeti Nurhayati,
S.Pd. 0 P
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2010
Tilawati,
Fiqh,
Matematik
a.
PM
71
Dhini
Kusumawati,
S.Pd.
0 P III/
a
Wali
Kelas
1C
S-
1 2010
Tilawati,
Matematik
a.
PM
72 Sarmadan Noor
Daulay, S.Pd 0 L
III/
a
Wali
Kelas 2
G
S-
1 2010
Tematik,
Aqidah,
Alqur'an
Tahfidz,
Fiqh
PM
91
73
Wahyu
Nurhidayanti,
S.Kom
0 P III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2009
Komputer,
Tilawati PM
74 Hafizatul
Mukminah, ST 0 P
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2004
Komputer,
Tilawati PM
75 Sriyono, ST 0 L III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2010
Komputer,
Tilawati PM
76 Anita, S.Psi 0 P III/
a
Guru
BP/BK
S-
1 2011 Tilawati. PM
77 Rita Zahara,
S.Pd 0 P
III/
a
Wali
Kelas 2
E
S-
1 2011
Tilawati,
Fiqh,
Aqidah.
PM
78 Ihah Solihah,
S.Pd 0 p
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2012
Tilawati,
SKI, Fiqh PM
79 Nurmalasari,
S.Pd p
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2013
Bhs. Arab,
Fiqh,
Tilawati
PM
80 Fajar Candra
Perdapa, M.Pd L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
2 2016
Tilawati,
Fiqh,
Aqidah,
IPS, PKn
PM
81 Putri Hidayati,
S.Pd.I p
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2014
Tilawati,
Aqidah,
Fiqh
PM
92
82 Catur Budi
Pangestu, S.Pd L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2014
Tilawati,
Matematik
a
PM
83 Ahmad Fauzan,
SE 201608079 L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2011
PJOK,
Tilawati
PM
84 Juniar Sofianti,
S.Pd p
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2013
Al Qur'an
Tahfidz,
Tematik,
Aqidah,
Cape
g
85 Chitra Sari
Nilalohita, S.Pd p
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2017 Tematik
Cape
g
86 Handoyo
Kusuma, S. Pd L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2017
Al Qur'an
Tahfidz,
Bhs. Arab
PM
87 Muhammad,
S.Pd.I L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2016
Al Qur'an
Tahfidz,
Aqidah,
SKI, Fiqh
Cape
g
88 Ahmad Fuad
Basyir, S.Pd.I L
III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2015
Al Qur'an
Tahfidz,
Aqidah,
Fiqh
Cape
g
89
Aceng Fuad
Hasim Ikbal,
S.Pd.I.
L III/
a
Staf
Pengaja
r
S-
1 2015 PAI
kont
rak
93
Lampiran II
DATA SISWA
No Kelas Jumlah
1 I (Satu) 208
2 II (Dua) 224
3 III (Tiga) 239
4 IV (Empat) 238
5 V (Lima) 219
6 VI (Enam) 212
Jumlah Keseluruhan 1340
94
Lampiran III
WAWANCARA
Guru Pembelajaran Tematik
1. Apakah pengertian pemberian penguatan (reinforcement) menurut Bapak/Ibu
sebagai guru?
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi pemberian penguatan (reinforcement) kepada
siswa?
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan penguatan (reinforcement) dalam
bentuk verbal?
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan penguatan(reinforcement) dalam
bentuk non-verbal?
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan penguatan (reinforcement) dengan
penuh sungguh-sungguh dan ketulusan?
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu memberikan penguatan (reinforcement) dengan
penuh kebermaknaan?\\\
7. Apakah Bapak/Ibu memberikan penguatan (reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
8. Apakah Bapak/Ibu memberikan penguatan (reinforcement) dengan variasi?
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memberikan penguatan (reinforcement) pada
siswa yang datang terlambat ke sekolah?
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memberikan penguatan (reinforcement) yang
tidak dapat menyelesaikan tugas hingga tuntas?
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memberikan penguatan (reinforcement) yang
tidak menggunakan benda sesuai dengan fungsinya?
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memberikan penguatan (reinforcement) jika
ada siswa yang tidak menenmpatkan benda pada tempatnya?
95
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu dalam memberikan penguatan (reinforcement) jika
ada siswa yang tidak menaati peraturan yang telah ditetapkan?
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana respon siswa setelah diberikan penguatan
(reinforcement) positif ataupun negatif?
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa yang menjadi faktor pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa?
96
Lampiran IV
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Syukrini Irfiyanda, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I E
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Reinforcment adalah pemberian stimulus
untk memperkuat anak untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu.
Reinforcement bisa bersifat positif bisa
juga negatif.
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi
pemberian penguatan
(reinforcement) kepada siswa?
Fungsi Reinforcement : memotivasi
peserta didik dlm. meningkatkan
perhatian dan konsentrasi dlm belajar,
mendidik atau membiasaan anak untuk
berbuat baik, meningkatkan dan
menumbuhkan rasa percaya diri dan
berani, membuat anak lebih kreatif dan
produktif, dan lain-lain
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Reinforcement dalam. Bentuk verbal
selama di kelas misalnya: memberikan
pujian, memberikan pernyataan motivasi,
bercerita tentang kisah motivasi,
membiasakan perkataan baik, dan lain-
lain
97
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Reinforcement non- verbal :
- melalui sentuhan misal membelai
kepala, merapikan pakaian
- gestur tubuh misal membrikan senyum
dan mimik tidak suka jika peserta didik
melanggar aturan
- memutar video2 motivasi
- bertepuk tangan, mengacungkan
jempol, dan lain-lain
Kami di kelas juga menerapkan rewards
and punishment untuk melatih peserta
didik berkomitmen dan bertanggung
jawab dalam mematuhi aturan yang telah
dibuat bersama
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
sungguh-sungguh dan
ketulusan?
dengan metode timing dan konsistensi.
Misal: saat anak tidak mematuhi aturan
yang sudah disepakti bersama atau
berbuat yang tidak baik(dia lun sudah
paham kalau itu perbuatan yang tidak
baik) maka guru langsung memberikan
treatment bisa berupa teguran atau
punishment lainnya dengan tidak
menunda waktunya. Maksdnya di saat itu
juga. Sehingga penguatan yang diberikan
akan lebih bermakna untuk si Anak.
98
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan?
Sama hal nya dengan pemberian
reinforcement dengan penuh sungguh-
sungguh dan ketulusan. Guru juga
berkomitmen dan konsisten dalam
memberikan reinsformance dan adil
untuk setiap anak.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Ya. Saya memberikan penguatan dengan
menghindari respon negative siswa.
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Ya. Saya memberikan penguatan dengan
variasi
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Siswa yang datang terlambat biasanya
kami akan menghubungi ortunya apakah
ada kendala dan mencari tau penyebab si
anak datang terlambat utk mempermudah
penyelesaian masalah. Jika terlambat
karena kebiasaan bangun pagi, biasanya
kami berikan motivasi (bisa melalui kata-
kata atau video motivasi) kemudian kami
juga memberikan rewads utk peserta
didik yang datang lebih awal untuk
memotivasi seluruh anak agar datang
tepat waktu
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
Bagi anak-anak yang belum
menyelesaikan tugasnya biasanya
diminta untuk menyelesaikannya di
99
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
rumah disamping diberi motivasi juga
agar mengerjakan tugas lebih cepat untuk
ke depannya. Biasanya di kelas kami
menerapkan pemberian bintang/reward
bagi 10 anak yang dapat mengerjakan
tugas paling cepat jadi semua anak
termotivasi untuk menyelesaikan tugas
lebih cepat lagi
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Melalui edukasi penggunaan benda yang
baik dan benar. Kami peragakan langsung
cara menggubakan benda yang benar
(misal cara memegang pensil, cara duduk
yang baik) juga dibantu dengan tampilan
gambar melalui LCD
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
Melalu ajakan untuk bertanggung jawab
memelihara barang milik sendiri. Semua
barang harus diberi nama. Sebelum
pulang semua anak anak harus memeriksa
kelengkapan barang miliknya. Kami juga
biasa menegur anak untuk merapikan
sendiri benda miliknya
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
Saya juga menerapkan punishment di
dalam kelas. Punishment sebisa mungkin
yang bersifat edukasi dan tidak
menimbulkan masalah psikologis anak.
Misalnya anak disuruh menulis kalimat
thoyibah 10 kalimat.. Kalau dia
melakukan kesalahan dia mngerjakan
soal lebih banyak dibanding teman-teman
100
lainnya. Punishment yang kami lakukan
di kelas : jika anak menulisnya tidak rapi
atau asal-asalan anak disuruh hapus lagi
tulisannya lalu diulang, anak juga dapat
PR menulis di rumah. Tapi kalau sudah
rapi tidak lagi. Jadi anak-anak akan lebih
teliti dalam menulis.
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana
respon siswa setelah diberikan
penguatan (reinforcement)
positif ataupun negatif?
Respon siswa positif dan dapat mengikuti
semua arahan. Mereka juga jadi lebih
disiplin tidak hanya selama di sekolah
tapi kebiasaan ini juga mereka terapkan di
rumah dan dalam kehidupan di luar
rumah dan sekolah. Selain itu Motivasi
belajar meningkat, Besoknya anak tidak
terlambat ke sekolah tapi ada juga yang
masih terlambat karena berbagai kendala
bisa orang tua atau jemputan yang telat,
Hampir semua anak mengerjakan tugas
tepat waktu.
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa?
Faktor Pendukung : konsistensi, dan
timing yang tepat. Pemberian
reinformance juga harus sesuai dengan
situasi dan kondisi juga
mempertimbangkan psikologis anak.
Dukungan orang tua dan lingkungan
sosial juga turut mempengaruhi.
Hal-hal di atas juga dapat menjadi faktor
pengahambat jika diberikan secara
kontradiksi
101
Kamis, 11 Juni 2020
Syukrini Irfiyanda, S.Pd
102
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Hasanuddin, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I B
Hari/Tanggal : Kamis, 11 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Reinforcement (Penguatan) adalah
rangsangan yang diberikan untuk
memperkuat kemungkinan munculnya
suatu prilaku yang baik.
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi
pemberian penguatan
(reinforcement) kepada siswa?
Fungsi pemberian penguatan thdp siswa
antara lain untuk: Meningkatkan
perhatian dan motivasi siswa saat
pembelajaran, mengembangkan cara
berfikir ke arah yang lebih baik, dan
mengontrol tingkah laku siswa ke arah
yang lebih produktif.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Caranya dengan memberikan komentar
berupa kata-kata pujian, dukungan,
pengakuan, sebagai penguatan tingkah
laku dan kinerja siswa.
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Penguatan nonverbal penguatan berupa
mimik dan gerakan badan (gestur),
contoh: senyuman, anggukan kepala,
acungan jempol, tepuk tangan, dan lain
sebagainya. bisa juga dengan cara
103
mendekati siswa yang sedang
mengerjakan tugas dan dengan sentuhan.
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
sungguh-sungguh dan
ketulusan?
Dengan cara menganggap mereka adalah
anak-anak kita semua, tunjukkan sikap
yang hangat dan antusias, bahwa
penguatan itu benar-benar tulus dan
diberikan sebagai balasan atas respons
yang diberikan siswa.
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan?
Dengan cara meyakinkan siswa bahwa
penguatan yang wajar dan tidak
berlebihan memberikan penguatan
sesegera mungkin setelah muncul respons
atau tingkah laku tertentu. Penguatan
yang diberikan adalah penguatan yang
wajar sehingga benar-benar bermakna
bagi siswa.Hindari penguatan berlebihan
karna dapat mematikan motivasi siswa.
Penguatan juga harus diberikan segera
mungkim karena penguatan yang
tertunda tidak lagi efektif lagi dan kurang
bermakna.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Iya... sangat kita hindari karena respon
negatif yang bernada hinaan, sindiran,
dan ejekan harus dihindari karena dapat
mematahka semangat.
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Betul... supaya tidak menimbulkan
kebosanan sehingga tidak efektif lagi.
104
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Dengan cara memberikan penguatan
antusiasme untuk datang lebih awal dan
tidak terlambat.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
Dengan memberikan kata-kata motivasi
dengan kisah-kisah positif/kesuksesan.
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Dengan memberikan penguatan baik
secara verbal atau nonverbal.
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
agar siswa dapat mengembalikan benda
pada tempatnya cukup dengan gerakan
tangan sambil tersenyum dan tunjukkan
tempat yang tepat untuk menyimpannya
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
Dengan sentuhan lembut dan nasehat
positif.
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana
respon siswa setelah diberikan
Lebih bermakna yang diberikan
penguatan positif
105
penguatan (reinforcement)
positif ataupun negatif?
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa?
Faktor pendukung: Keterampilan
mengajar dan kesadaran penuh akan
kebutuhan siswa, dan termasuk
keterampilan memberikan penguatan.
Faktor penghambat : Tidak memiliki
kesadaran utk memberikan penguatan da
keterampilan mengajar dan memberikan
penguatan.
Kamis, 11 Juni 2020
Hasanuddin, S.Pd
106
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Lena Marliana, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I H
Hari/Tanggal : Senin, 15 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Reinforcement adalah respon dalam
pembelajaran yang diberikan guru
terhadap perilaku siswa sebagai dorongan
atau koreksi agar siswa dapat
mempertahankan dan meningkatkan
perilakunya dalam belajar
2. Menurut Bapak/Ibu apa
fungsi pemberian penguatan
(reinforcement) kepada
siswa?
Untuk meningkatkan motivasi belajar
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Memberikan penguatan dengan kata-kata
pujian atau kata-kata positif
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Memberikan penguatan dengan mimik
(seperti senyuman), penguatan dengan
gerak tubuh/gesture (seperti anggukan
kepala, acungan jempol dan tepuk tangan),
penguatan dengan sentuhan (seperti
berjabat tangan, menepuk bahu) dan dapat
107
juga penguatan dengan cara mendekati
siswa yang sedang mengerjakan tugas.
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
penuh sungguh-sungguh dan
ketulusan?
Memberikan penguatan dengan wajah
berseri, tersenyum dan suara yang riang
menunjukkan penuh perhatian
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
penuh kebermaknaan?
Memberikan penguatan sesuai dengan
tingkah laku atau penampilan siswa
tersebut tidak memberikan penguatan
yang berlebihan.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Ya karena dapat mengurangi motivasi/
semangat siswa
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Ya
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Dengan memberikan arahan dan
bimbingan kepada siswa yang terlambat.
Mendekati siswa apa sebab dia terlambat,
dan menjelaskan bahwa tidak boleh datang
terlambat dan yang datang terlambat akan
diberi sanksi seperti membaca salah satu
surat pendek Al Qur’an. Dan dengan
penuh semangat , antusias sambil
108
menyakinkan dengan memegang bahunya
“ besok tidak akan datang terlambat lagi”.
Diperhatikan setiap hari, apabila anak
tersebut tidak datang terlambat lagi maka
diberikan pujian agar termotivasi untuk
selalu datang tepat waktu.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
Siswa yang tidak selesai tugasnya disuruh
untuk menyelesaikan dirumah dan
diberikan tambahan tugas
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Dengan mimik atau gesture tidak
menyenangkan seperti kening berkerut dan
mengeleng-geleng kepala menyuruh siswa
menggunakan benda sesuai dengan fungsi,
jika sudah dilakukan beri penekanan
bahwa menggunakan benda harus sesuai
dengan fungsinya
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
Dengan mimik atau gesture tidak
menyenangkan seperti kening berkerut dan
mengeleng-geleng kepala menyuruh siswa
siswa menempatkan benda pada tempatnya
dan berikan penekanan bahwa kita harus
menempatkan benda pada tempatnya agar
rapi
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
Dengan mimik dan gesture raut muka
kecewa, siswa yang tidak mentaati
peraturan diberikan tugas tambahan seperti
hapalan perkalian/ membacakan surat
109
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
pendek Al Qur’an dan lain-lain dan
menghapus bintang/reward nya
14. Menurut Bapak/Ibu
bagaimana respon siswa
setelah diberikan penguatan
(reinforcement) positif
ataupun negatif?
Siswa menjadi lebih termotivasi, lebih
perhatian, siswa mengetahui kesalahannya
dan dapat mengubah /memperbaiki
kesalahannya menjadi perilaku yanglebih
positif
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa?
Sarana dan prasarana yang memadai,
adanya respon dari peserta didik dan
kreativitas guru dalam memberikan
penguatan pada proses belajar mengajar
Senin, 15 Juni 2020
Lena Marliana, S.Pd
110
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Dra. Umu Sa’diyah
Jabatan : Guru Kelas I D
Hari/Tanggal : Selasa,16 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Artinya respon yang diberikan guru
terhadap perilaku siswa agar siswa dapat
meningkatkan perilakunya dalam belajar
secara aktif.
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi
pemberian penguatan
(reinforcement) kepada siswa?
Fungsinya memberi motivasi kepada
siswa agar dapat meningkatkan prestasi
belajarnya.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Dengan memberikan kata-kata pujian,
dukungan, dan dorongan yang membuat
siswa puas dan terdorong untuk belajar
lebih aktif lagi.
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Penguatan dalam bentuk non verbal saya
lakukan dengan memberikan dukungan
dan motivasi melalui mimik, mendekati,
sentuhan, simbol, dan kegiatan yang
menyenangkan.
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
Memberi penguatan dengan sesuatu yang
membuat siswa senang seperti dengan
senyuman dan perhatian.
111
sungguh-sungguh dan
ketulusan?
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan?
Dengan memberikan penguatan secara
wajar dan tidak berlebihan.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Iya, karena respon negatif membuat
siswa tidak semangat dalam belajar
karena merasa direndahkan.
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Iya, agar siswa lebih bersemangat dakam
belajar.
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Dengan memberikan arahan dan nasihat
kepada siswa yang terlambat.
Menanyakan kenapa dia terlambat.
Sambil menjelaskan bahwa terlambat
berarti melanggar aturan yang sudah
disepakati. Selanjutnya mengingatkan
agar tidak mengulangi lagi. Menyarankan
agar berangkat ke sekolah lebih pagi lagi.
Dan ketika besoknya yidak terlambat
lagi, guru memberikan pujian kepada
siswa tersebut.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
Dengan selalu memberi motivasi bahwa
dia pasti bisa menyelesaikan tugas.
112
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
Apabila ternyata belum bisa juga agar
bisa dilanjutkan di rumah.
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Dengan memberitahu melalui mimik atau
gerak tubuh bahwa yang dia lakukan
salah. Sambil memberitahu fungsi dari
benda tersebut.
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
Dengan memberikan penjelasan bahwa
kalau dia sudah meletakkan benda pada
tempatnya maka dia akan mudah
mencarinya kembali bila sewaktu-waktu
ingin memakainya lagi.
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
Dengan mengingatkan kembali aturan
yang ada di kelas. Menjelaskan bahwa
melanggar aturan berarti akan mendapat
sangsi seperti menghapus papan tulis,
istighfar, dan bintang atau rewardnya
dikurangi
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana
respon siswa setelah diberikan
penguatan (reinforcement)
positif ataupun negatif?
Mereka menerima, dan siswa mengetahui
kesalahañnya dan berjanji untuk tidak
mengulang lagi.
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa?
Faktor pendukung: adanya kerjasama
dari guru dan orangtua, respon positif dari
siswa, dan sarana prasarana yang
memadai
Faktor penghambat: tidak ada kerjasama
antara orangtua dan guru, respon negatif
113
dari siswa, dan sarana prasarana tidak
memadai.
Selasa,16 Juni 2020
Dra. Umu Sa’diyah
114
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Gusniati, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I F
Hari/Tanggal : Rabu, 17 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian
pemberian penguatan
(reinforcement) menurut
Bapak/Ibu sebagai guru?
Reinforcement adalah umpan balik yang
diberikan oleh guru sebagai suatu bentuk
penghargaan untuk memperkuat perilaku
yang diinginkan dan memberi
hukuman/ memadamkan perilaku yang
tidak diinginkan.
2. Menurut Bapak/Ibu apa
fungsi pemberian penguatan
(reinforcement) kepada
siswa?
sebagai pendorong bagi peserta didik untuk
lebih giat melakukan suatu kegiatan dan
agar siswa merasa mendapat apresiasi
terhadap apa yang ia lakukan
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam
bentuk verbal?
Memberikan penguatan dengan kata-kata
pujian atau kata-kata positif, seperti kata2
bagus, benar, ya, tepat sekali dan lain-lain
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Memberikan penguatan dengan mimik
(seperti senyuman), penguatan dengan
gerak tubuh/gesture (seperti anggukan
kepala, acungan jempol dan tepuk tangan),
penguatan dengan sentuhan (seperti
115
berjabat tangan, menepuk bahu) dan dapat
juga penguatan dengan cara mendekati
siswa yang sedang mengerjakan tugas.
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
penuh sungguh-sungguh dan
ketulusan?
Memberikan penguatan dengan wajah
berseri, tersenyum dan suara yang riang
menunjukkan penuh perhatian
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
penuh kebermaknaan?
Memberikan penguatan sesuai dengan
tingkah laku atau penampilan siswa
tersebut tidak memberikan penguatan yang
berlebihan.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon
negative?
Ya karena dapat mengurangi motivasi
belajar siswa
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Ya
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan
penguatan (reinforcement)
pada siswa yang datang
terlambat ke sekolah?
Pertama yang saya lakukan adalah mencari
tau dahulu apa penyebab anak telat datang
k sekolah, setelah itu baru kita cari
solusinya dengan memberi pengarahan dan
bimbingan serta memberikan pengertian
kalau datang terlambat itu merupakan
akhlak yang kurang baik
116
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan
penguatan (reinforcement)
yang tidak dapat
menyelesaikan tugas hingga
tuntas?
Siswa yang tidak selesai tugasnya disuruh
untuk menyelesaikan dirumah dan
diberikan tambahan tugas
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan
penguatan (reinforcement)
yang tidak menggunakan
benda sesuai dengan
fungsinya?
Dengan mimik atau gesture tidak
menyenangkan seperti kening berkerut dan
mengeleng-geleng kepala menyuruh siswa
menggunakan benda sesuai dengan fungsi,
jika sudah dilakukan beri penekanan bahwa
menggunakan benda harus sesuai dengan
fungsinya
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan
penguatan (reinforcement)
jika ada siswa yang tidak
menenmpatkan benda pada
tempatnya?
Dengan mimik atau gesture tidak
menyenangkan seperti kening berkerut dan
mengeleng-geleng kepala menyuruh siswa
siswa menempatkan benda pada tempatnya
dan berikan penekanan bahwa kita harus
menempatkan benda pada tempatnya agar
rapi
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan
penguatan (reinforcement)
jika ada siswa yang tidak
menaati peraturan yang telah
ditetapkan?
Menegur dengan lembut dan memberikan
pengertian akibat dari tidak mematuhi tata
tertib itu bisa merugikan diri sendiri dan
orang lain
14. Menurut Bapak/Ibu
bagaimana respon siswa
setelah diberikan penguatan
Siswa menjadi lebih termotivasi, lebih
perhatian, siswa mengetahui kesalahannya
dan dapat mengubah /memperbaiki
117
(reinforcement) positif
ataupun negatif?
kesalahannya menjadi perilaku yanglebih
positif
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor
pendukung dan penghambat
dalam pemberian penguatan
untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa?
Sarana dan prasarana yang memadai,
adanya respon dari peserta didik dan
kreativitas guru dalam memberikan
penguatan pada proses belajar mengajar
Rabu, 17 Juni 2020
Gusniati, S.Pd
118
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I DI MI
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Dhini Kusumawati, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I C
Hari/Tanggal : Kamis, 18 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Memberikan penghargaan yang dapat
mendorong atau menambah semangat
peserta didik dalam Pembelajaran
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi
pemberian penguatan
(reinforcement) kepada siswa?
Untuk meningkatkan perhatian, motivasi
dan pemahaman peserta didik
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Pemberian penguatan dalam bentuk
verbal dilakukan dengan mengucapkan
kata kata atau kalimat pujian positif
seperti hebat bagus, keren, luar biasa dan
lain lain
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Memberikan reward bintang. Bintang
dapat di tukar dengan benda seperti stiker
dan alat tulis jika sudah mencapai jumlah
tertentu. Memberikan pendekatan atau
pendampingan saat belajar terutama
untuk peserta didik yang kurang
119
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
sungguh-sungguh dan
ketulusan?
Mengajar dengan hati, menyayangi
peserta didik dan memberikan perhatian
dengan tulus Insya Allah anak anak akan
merasakan ketulusan guru dan akan
tercapai tujuan pemberian penguatan
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan?
Memberikan penguatan sesuai dengan
karakteristik peserta didik sehingga dapat
diterima peserta didik dengan baik
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Ya
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Ya
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Menanyakan alasan, memberikan
motivasi agar tidak terlambat lagi misal
jika besok tidak terlambat akan dapat
hadiah bintang, dan jika terlambat sudah
sering terjadi akan disampaikan bahwa ia
juga akan dapat "hadiah" misal menulia
kalimat "Saya selalu datang tepat waktu"
agar peserta didik termotivasi atau
tersugesti untuk tepat waktu
120
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
Memberikan pendampingan saat
pembelajaran dan setelah pembelajaran.
Memberikan kalimat motivasi ataupun
melakukan hal yang dapat memotivasi
anak menuntaskan tugas
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Menasehati memberi tahu kegunaan
benda tersebut. Memberikan
penhetahuan sebab akibat jika ia tidak
menggunakan benda sebagaimana
mestinya
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
Menasehati, memberikan contoh
merapihkan benda benda pada
tempatnya. Didampingi untuk bbrp kali,
lama lama cukup diawasi
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
Menasehati memberikan pengertian
untuk apa aturan tersebut dibuat dan
memberi pengetahuan mengenai sebab
akibat jika tidak menaati peraturan
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana
respon siswa setelah diberikan
penguatan (reinforcement)
positif ataupun negatif?
Respon siswa positif
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor pendukung
dan penghambat dalam
pemberian penguatan untuk
Pendukung: lingkungan, fasilitas, rasa
tulus kedekatan peserta didik dan guru,
dan lain-lain
121
meningkatkan kedisiplinan
siswa?
Kamis, 18 Juni 2020
Dhini Kusumawati, S.Pd
122
HASIL WAWANCARA GURU TEMATIK KELAS I
DI MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Responden : Linda Nurlinda, S.Pd
Jabatan : Guru Kelas I A
Hari/Tanggal : Jum’at, 19 Juni 2020
No Pertanyaan Jawaban
1. Apakah pengertian pemberian
penguatan (reinforcement)
menurut Bapak/Ibu sebagai
guru?
Penguatan atau reinforcement menurut
saya yaitu berbagai respon yang
diberikan guru terhadap tingkah laku
siswa dengan tujuan untuk memberikan
semangat, dorongan atau penghargaan
terhadap sikap yang telah dilakukan
siswa dalam pembelajaran.
2. Menurut Bapak/Ibu apa fungsi
pemberian penguatan
(reinforcement) kepada siswa?
Fungsi pemberian penguatan kepada
siswa diantaranya untuk meningkatkan
perhatian siswa dalam belajar, untuk
meningkatkan prestasi belajar,
meningkatkan rasa percaya diri anak, dan
meningkatkan sikap baik yang ada pada
diri anak.
3. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dalam bentuk
verbal?
Pemberian penguatan dalam bentuk
verbal biasanya dengan memberikan kata
tepat, hebat, keren, bagus, luar biasa,
masyaAllah bagusnya, masyaAllah
hebatnya, pintar, cerdas, pokoknya kata-
123
kata positif yang membuat anak lebih
meningkatkan lagi semangatnya
4. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan
penguatan(reinforcement)
dalam bentuk non-verbal?
Pemberian penguatan dalam bentuk non
verbal yang biasa saya lakukan misalnya
dengan mimik muka yang senang,
dengan senyuman, dengan gesture,
dengan acungkan jempol, tepuk tangan,
sentuhan ke kepala, dengan mendekati
siswa, ataupun bisa juga dengan tanda.
Saya biasanya memberikan tanda bintang
untuk yang tepat waktu, lebih dulu
datang, atau yang disiplin pasti saya
kasih bintang di papan reward. Atau juga
biasanya dengan makanan atau hadiah
kecil lainnya yang membuat anak senang.
5. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
sungguh-sungguh dan
ketulusan?
Pemberian penguatan dengan sungguh
sungguh dan ketulusan biasanya
dilakukan dengan konsisten dan
kontinyu, wajah berseri dan antusias,
benar-benar datangnya dari hati, terlihat
dari suara dan mimik muka yang
menyenangkan dan hangat.
6. Bagaimana cara Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan penuh
kebermaknaan?
Penguatan akan terasa bermakna jika
penguatan itu diberikan sesuai dengan
sikap perilaku siswa, jadi misalnya
memang siswa itu pantas diberikan
penguatan. maka berikan lah penguatan.
Jadi akan terasa bahwa dirinya itu telah
124
sesuai dengan sikap baik yang telah
dilakukannya.
7. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
menghindari respon negative?
Sebisa mungkin saya menghindari untuk
penguatan respon negatif, tentunya akan
membuat anak tidak nyaman atau sedih.
8. Apakah Bapak/Ibu
memberikan penguatan
(reinforcement) dengan
variasi?
Penguatan biasanya dilakukan secara
bervariasi bisa dengan kata-kata atau
gesture. Kata-kata pun tentu saja
bervariasi jadi tidak monoton.
Manfaatnya juga anak-anak mempunyai
diksi yang baru atau diksi nya lebih
banyak dari kata-kata sebelumnya.
9. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) pada siswa
yang datang terlambat ke
sekolah?
Untuk siswa yang datang terlambat ke
sekolah sebelumnya dikelas ada
peraturan bagi siswa yang tetlambat yang
pertama dilakukan mengucapkan salam,
meminta maaf dan memberikan
alasannya. Kemudian setelah itu guru
memberikan penguatan positif dengan
kata kata “kamu besok bisa lebih cepat
lagi ya”. Kemudian anak membaca
istighfar atau membaca surat pendek
tergantung situasi dan kondisi di kelas.
Kemudian guru mencatat siswa yang
terlambat dipapan tulis sesuai dengan
waktu datangya siswa. Jika dipantau
ternyata anak itu tidak terlambat lagi,
guru memberikan bintang di papan
125
reward. Kalau misalnya sudah beberapa
kali Alhamdulillah tidak terlambat lagi
selama 3-4 kali (tergantung perjanjian
kepada siswa), guru akan memberikan
sesuatu. Biasanya hadiahnya itu
makanan, penghapus atau apapun yang
biasa dilakukan di kelas.
10. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
dapat menyelesaikan tugas
hingga tuntas?
Untuk siswa yang tugasnya belum
seelsai, biasanya diminta melanjutkan di
sekolah atau dirumah sesuai kondisi.
Biasanya juga bintangnya suka di hapus,
“kalau misalnya kalian belum selesai
dalam waktu sekian harusnya
dikumpulkan, bintangnya di papan
reward dihapus 1” “kalua belum selesai
sampai pulang sekolah, bintangnya
dihapus 2”.
11. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) yang tidak
menggunakan benda sesuai
dengan fungsinya?
Bagi siswa yang tidak menggunakan
benda sesuai dengan fungsinya, biasanya
saya dekati anak itu kemudian
menanyakan “ ini benda untuk apa ya?”
“ini benda seharusnya digunakan
dimana?” jadi anak diajak diskusi,
biasanya anak menjawab, contoh “(bola)
biasanya digunakan di lapangan bu”,
“kenapa main bolanya disini? Inikan
untuk belajar”. Setelah itu anak diberikan
nasihat dan bimbingan.
126
12. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menenmpatkan
benda pada tempatnya?
jika ada siswa yang tidak menempatkan
benda pada tempatnya biasanya saya
suka meminta siswa untuk menempatkan
kembali benda itu pada tempatnya yang
benar dan menasihatinya supaya tidak
mengulangi nya lagi.
13. Bagaimana cara Bapak/Ibu
dalam memberikan penguatan
(reinforcement) jika ada siswa
yang tidak menaati peraturan
yang telah ditetapkan?
jika ada siswa yang tidak menaati
peraturan yang telah ditetapkan oleh guru
atau peraturan di kelas akan diberikan
sanki, sanksi nya sudah ditentukan
misalnya dengan membaca surat-surat
pendek, penghapusan bintang pada papan
reward atau kalau tidak disiplin guru
tidak akan tayangkan video, atau hal yang
biasa disenangi anak atau hal yang biasa
dilakukan anak, jika anak tidak disiplin
jadi tidak dilaksanakan.
14. Menurut Bapak/Ibu bagaimana
respon siswa setelah diberikan
penguatan (reinforcement)
positif ataupun negatif?
Setelah diberikan penguatan positif,
siswa menjadi lebih semangat, lebih
temotivasi, lebih meningkatkan sikap
baiknya karena merasa dihargai.
15. Menurut Bapak/Ibu hal apa
yang menjadi faktor pendukung
dan penghambat dalam
pemberian penguatan untuk
meningkatkan kedisiplinan
siswa?
Yang menjadi faktor pendukung dalam
pemberian penguatan biasanya dari minat
siswa itu sendiri, fasilitas, sarana
prasarana yang lengkap, kreativitas guru,
serta perhatian orang tua.
Yang menjadikan hambatan biasanya
siswa belum ada kemandirian dalam
belajar, kemandirian dalam perilaku juga,
127
belum ada rasa tanggung jawab untuk
disiplin dalam belajar.
Jum’at, 19 Juni 2020
Linda Nurlinda, S.Pd
128
Lampiran V
INSTRUMEN ANGKET GURU
PEMBERIAN PENGUATAN (REINFORCEMENT) DALAM
MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA PADA PEMBELAJARAN
TEMATIK KELAS I
DI MI PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
Nama Guru :
Guru Bidang Studi :
Petunjuk:
1. Tulislah identitas anda dengan lengkap pada tempat yang tersedia.
2. Anda dipersilahkan menjawab setiap pertanyaan di bawah ini dengan cara
memberi checklist pada jawaban yang Anda anggap paling benar.
3. Kesungguhan dan kejujuran Anda dalam menjawab sangat kami harapkan.
4. Atas bantuan Anda kami sampaikan terima kasih.
Keterangan:
1. Selalu
2. Sering
3. Kadang-kadang
4. Hampir Tidak Pernah
5. Tidak Pernah
Pertanyaan:
No Pertanyaan
Alternatif
Jawaban
1 2 3 4 5
1 Apakah anda pernah menggunakan kata-kata “bagus”
ketika memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
129
2
Apakah anda pernah menggunakan kata-kata “hebat”
ketika memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
3 Apakah anda pernah menggunakan kata-kata “tepat”
ketika memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
4
Apakah anda pernah mengucapkan kalimat “Bagus
sekali hasil karyamu” ketika memberi penguatan pada
siswa saat proses KBM?
5
Apakah anda pernah mengucapkan kalimat “Hebat
kamu melaksanakan tugas dengan baik” ketika memberi
penguatan pada siswa saat proses KBM?
6
Apakah anda pernah mengucapkan kalimat “itu
pertanyaan yang baik sekali” ketika memberi penguatan
pada siswa saat proses KBM?
7 Apakah anda pernah memberikan senyuman ketika
memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
8 Apakah anda pernah mengangguk menyetujui ketika
memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
9 Apakah anda pernah menaikkan jempol tangan ketika
memberi penguatan pada siswa saat proses KBM?
10 Apakah anda pernah bertepuk tangan ketika memberi
penguatan pada siswa saat proses KBM?
11 Apakah anda pernah mendekati bangku siswa ketika
memberi penguatan saat proses KBM?
12 Apakah anda pernah mendekati kelompok diskusi ketika
memberi penguatan saat proses KBM?
130
13 Apakah anda pernah berdiri disamping kelompok
diskusi ketika memberi penguatan saat proses KBM?
14 Apakah anda pernah menepuk pundak/bahu siswa ketika
memberi penguatan saat proses KBM?
15 Apakah anda pernah menjabat tangan siswa ketika
memberi penguatan saat proses KBM?
16 Apakah anda pernah mengangkat tangan siswa yang
berprestasi di kelas pada saat proses KBM?
17
Apakah anda pernah memberikan sentuhan kepala
kepada siswa ketika memberi penguatan pada saat
proses KBM?
18
Apakah anda pernah memberikan kegiatan bercerita
pada siswa ketika memberikan penguatan data proses
KBM?
19
Apakah anda pernah memberikan kegiatan permainan
pada siswa ketika memberikan penguatan data proses
KBM?
20
Apakah anda pernah memberikan kegiatan
mendengarkan musik pada siswa ketika memberikan
penguatan data proses KBM?
21
Apakah anda pernah memberikan kegiatan bernyanyi
pada siswa ketika memberikan penguatan data proses
KBM?
22
Apakah anda pernah memberikan komentar tertulis pada
buku pekerjaan siswa ketika memberi penguatan saat
proses KBM?
131
23
Apakah anda pernah memberikan simbol atau tanda
pada siswa sebagai lambang penghargaan ketika
memberi penguatan saat proses KBM?
24
Apakah anda pernah memberikan hadiah kepada siswa
sebagai penghargaan ketika memberi penguatan saat
proses KBM?
25 Apakah anda bersemangat ketika memberi penguatan
kepada siswa saat proses KBM?
26 Apakah anda tulus dalam memberikan penguatan
kepada siswa pada saat proses KBM?
27 Apakah anda tepat waktu dalam memberikan penguatan
kepada siswa ?
28 Apakah anda memarahi siswa ketika memebrikan
penguatan pada saat proses KBM?
29 Apakah anda memberikan hukuman kepada siswa ketika
memberikan penguatan pada saat proses KBM?
30 Apakah beberapa (satu atau lebih) siswa datang ke
sekolah sebelum pukul 07.00?
31 Apakah siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru
sesuai dengan perintah?
32 Apakah siswa mengerjakan semua tugas yang diberikan
guru sampai tuntas?
33 Apakah siswa menyelesaikan tugas yang diberikan guru
dengan tepat waktu?
34 Apakah siswa menggunakan alat tulis sesuai dengan
fungsinya?
132
35
Apakah siswa menggunakan alat pendukung
pembelajaran (seperti krayon, gunting, lem) sesuai
dengan fungsinya?
36 Apakah siswa mengembalikan alat tulis atau alat
pendukung yang telah digunakan dengan rapi?
37 Apakah siswa mengembalikan mukena/sajadah pada
loker yang telah disediakan?
38 Apakah siswa membuang sampah pada tempatnya?
39 Apakah siswa tertib pada saat pembelajaran?
40 Apakah siswa memperhatikan guru saat pembelajaran?
41 Apakah siswa tertib pada saat baris berbaris?
42 Apakah siswa mematuhi peraturan yang berlaku di
dalam kelas?
43 Apakah terdapat suasana gaduh di sekolah?
44 Apakah anda menciptakan hubungan baik dengan
siswa?
45 Apakah anda memberikan penguatan dalam mengatasi
kesulitan belajar siswa?
133
Lampiran VI
134
Lampiran VII
135
Lampiran VIII
136
Lampiran IX
137
138
139
140
141
142
Lampiran X
143
144
145
146
147
Lampiran XI
Lesson Plan Tematik
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 148 dari 190
LESSON PLAN
Satuan Pendidikan : MIS Pembangunan UIN Jakarta
Kelas/Semester/TP : I / 2 / 2019-2020
Muatan Pelajaran : Tematik (PPKN, Bahasa Indonesia, SBDP)
Tema/Subtema : Peristiwa Alam (Tema 8) / Bencana Alam (Subtema 4)
Materi Pokok : Ucapan terima kasih menolong dan membuat kreasi dari tanah liat
dimensi
Spirit Islam : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan
(Q.S Al-Alaq : 1) Alokasi Waktu : 4 X 30 Menit
Pembelajaran ke- : 1
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
PPKN
1.2 Menunjukkan sikap patuh aturan agama
yang dianut dalam kehidupan sehari-hari
di rumah
2.2 Melaksanakan aturan yang berlaku
dalam kehidupan sehari-hari di rumah
3.4 Mengidentifikasi bentuk kerja sama
dalam keberagaman di rumah.
4.4 Menceritakan pengalaman kerja sama
dalam keberagaman di rumah.
1.2.1 Siswa dapat menunjukkan sikap
patuh pada aturan agama Islam.
2.2.1 Siswa dapat mematuhi aturan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.4.1 Siswa dapat mengetahui arti
menolong
4.4.1 Siswa dapat menceritakan contoh
kegiatan menolong kepada teman
Bahasa Indonesia
3.8 Merinci ungkapan penyampaian terima
kasih, permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, ajakan,
pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa yang santun
secara lisan dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata bahasa daerah
4.8 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, dengan
3.8.1 Siswa dapat menentukan kalimat
terima kasih
4.8.1 Siswa dapat mempraktekkan ucapan
terima kasih
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 149 dari 190
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
I. Kegiatan Pendahuluan
1. Siswa menjawab salam guru.
2. Semua siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
3. Guru melakukan absen siswa.
4. Siswa melakukan tepuk angka.
5. Siswa menjawab pertanyaan guru.
6. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pembelajaran hari ini, yaitu tentang , aturan makan di
rumah, ungkapan pujian, membuat karya tiga dimensi
7. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai hari ini.
10
menit Sikap
Karakter:
Percayadiri,
disiplin, kasih
sayang
menggunakan bahasa yang santun
kepada orang lain secara lisan dan tulis
SBDP
3.4 Mengenal bahan alam dalam berkarya.
4.4 Membuat karya dari bahan alam.
3.4.1 Siswa dapat mengetahui langkah-
langkah membentuk bongkahan tanah
liat
4.4.1 Siswa dapat membuat kreasi dari tanah
liat
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 150 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
II. Kegiatan Inti
Kegiatan I
1. Berkaitan dengan bencana alam, guru meminta siswa
untuk membaca teks di Buku Siswa.
2. Selesai membaca, guru bertanya kepada siswa tentang isi
dari teks
tersebut.
3. Siswa secara bergiliran menjawab pertanyaan guru.
4. Guru memberikan pertanyaan yang mengarahkan kepada
jawaban tentang ungkapan terima kasih.
5. Setelah itu siswa diminta untuk membaca percakapan
antara Siti dan temantemannya yang terdapat di Buku
Siswa.
6. Minta siswa untuk mengamati siapa saja nama tokoh yang
sedang berdialog.
7. Kemudian, minta siswa untuk menjelaskan apa isi
percakapan
tersebut. Guru lalu bertanya kepada siswa tentang isi
percakapan tersebut.
8. Tujuan kegiatan ini untuk lebih menguatkan tentang Guru
juga bertanya adakah kalimat terima kasih pada
percakapan tersebut dan meminta siswa mengulangi
percakapan yang memuat kalimat terima kasih.
pengenalan kalimat terima kasih.
9. Guru mengajak siswa untuk melakukan permainan dengan
sebutan “Jika saya ...”.
10. Guru memberikan contoh cara
memainkannya. Guru mengucapkan
sebuah kalimat yang berawal dari kata
“Jika saya..”.
11. Kalimat yang diucapkan berdasarkan pada sebuah situasi.
Misalkan situasinya tentang Edo yang jatuh dari sepeda.
Guru berkata, “Jika saya menolong Edo yang terjatuh dari
sepeda
...”. Guru lalu meminta salah seorang siswa menyambung
100
menit
21st Century
Skills (4C)
Communication
Collaboration
Critical thinking
Creativity
MIA:
Spasial-visual
Kinestetik
Linguistik
Interpesonal
Matematis Logis
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 151 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
kalimatnya dengan mengucapkan kalimat yang dimulai
dari “... maka”.
12. Siswa lalu menyambung kalimat dari guru dengan, “...
maka saya mengatakan ‘Terima kasih, Guru sudah
menolong saya saat jatuh dari sepeda”.
Kegiatan II
1. Guru bertanya kepada siswa: Apakah siswa pernah
menolong korban bencana alam? Di mana dan kapan?
Bencana alam jenis apa yang pernah ditolong?
Bagaimana cara
menolongnya? Apa yang keluarga siswa lakukan saat
menolong korban bencana alam? Untuk menjawab
pertanyaan tersebut, siswa diminta berdiskusi dengan
teman secara berkelompok.
2. Guru meminta siswa untuk membuat kelompok yang
terdiri dari 5 orang. Siswa berkumpul dengan siswa lain
yang mendapat nomor yang sama, yaitu nomor 1 dengan
nomor 1, nomor 2 dengan nomor 2, dan seterusnya.
3. Setelah terbentuk, guru meminta agar
setiap kelompok berdiskusi tentang
pengalaman di keluarga untuk menolong
korban bencana alam
4. Setiap anggota kelompok saling bercerita
tentang pengalaman menolong korban
bencana alam.
5. Kemudian, guru meminta setiap siswa untuk bercerita di
depan teman kelompok masing-masing tentang
pengalaman
menolong korban bencana alam bersama
keluarga. Bagaimana anggota keluarga saling bekerja
sama untuk menolong korban bencana alam?
6. Guru mengamati jalannya diskusi dan sesi bercerita di
setiap kelompok
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 152 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
7. Guru mengamati bagaimana sikap saat bercerita dan
mendengarkan
8. Setelah selesai bercerita, guru menunjuk perwakilan 1-2
kelompok untuk bercerita di depan kelas. Perwakilan
kelompok menceritakan hasil diskusi dan pengalaman
menolong korban bencana alam yang pernah dilakukan
oleh siswa bersama anggota keluarganya.
Kegiatan III
1. Guru lalu menjelaskan bahwa tanah bisa
juga dimanfaatkan untuk membuat karya.
Karya yang bisa dibuat adalah karya yang
menggunakan tanah liat.
2. Guru lalu mengambil sebongkah tanah
liat dan menunjukkan kepada siswa.
3. Guru mendemonstrasikan langkah-langkah
membuat bentuk dari tanah liat.
4. Guru mencontohkan pembuatan satu bentuk kreasi dari
tanah liat.
5. Guru minta siswa mengamati proses pembuatan contoh
kreasi dari tanah liat.
6. Guru lalu meminta siswa tetap berada di kelompok
masing-masing.
7. Guru membagikan bongkahan tanah liat untuk setiap
kelompok.
8. Setiap kelompok diminta untuk saling bekerja sama dan
tolong-menolong membuat berbagai bentuk dari tanah liat.
9. Guru meminta setiap kelompok untuk membuat bentuk
kreasi tanah liat seperti yang dicontohkan oleh guru. Hal
ini agar siswa dapat terampil mengolah tanah liat untuk
membuat sebuah bentuk. Hal ini juga memudahkan guru
untuk mengawasi dan membantu siswa dalam proses
membuat kreasi dari tanah liat.
ITD MI-WKR-05
Rev.00/1 Juni
2016 153 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
III. Kegiatan Penutup
1. Refleksi:
Siswa menyebutkan kembali contoh ucapan terima kasih
Siswa menyebutkan kembali menolong teman
Siswa menyebutkan kembali cara membuat kreasi dari
tanah liat
2. Kesimpulan:
Siswa dan guru membuat kesimpulan.
3. Merayakan:
Siswa melakukan tepuk Hebat.
4. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru tentang
pembelajaran selanjutnya adalah materi baru,
yaitu Pengalamanku.
5. Siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
10
menit
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2019
Ketua Paralel Kelas 1 Guru Tematik Kelas
1
Syukrini Irfiyanda, S.Pd. Catur Budi Pangestu,
S.Pd
Catatan Guru :
1. Special moment :
……………………
2. Kendala :
……………………
3. Ide baru yang dapat dikembangkan:
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
154 dari 190
LESSON PLAN
Satuan Pendidikan : MIS Pembangunan UIN Jakarta
Kelas/Semester/TP : I / 2 / 2019-2020
Muatan Pelajaran : Tematik (Bahasa Indonesia)
Tema/Subtema : Peristiwa Alam (Tema 8) / Bencana Alam (Subtema 4)
Materi Pokok : kalimat terima kasih
Spirit Islam : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S
Al-Alaq : 1) Alokasi Waktu : 4 X 30 Menit
Pembelajaran ke- : 2
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahasa Indonesia
3.9 Merinci ungkapan penyampaian terima
kasih, permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, ajakan,
pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan menggunakan
bahasa yang santun secara lisan dan
tulisan yang dapat dibantu dengan
kosakata bahasa daerah
4.9 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan pemberian
pujian, dengan menggunakan bahasa
yang santun kepada orang lain secara
lisan dan tulis
3.9.1 Siswa dapat mengetahui kalimat
terima kasih
4.8.1 Siswa dapat mempraktekkan kalimat
terima kasih
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
155 dari 190
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
I. Kegiatan Pendahuluan
8. Siswa menjawab salam guru.
9. Semua siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
10. Guru melakukan absen siswa.
11. Siswa melakukan tepuk angka.
12. Siswa menjawab pertanyaan guru.
13. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pembelajaran hari ini, yaitu tentang kalimat terima kasih
14. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai hari ini.
10
menit Sikap
Karakter:
Percaya diri,
disiplin, kasih
sayang
II. Kegiatan Inti
1. Siswa laki-laki diberikan waktu selama 15 menit untuk
melakukan aktivitas air. Setelah itu bergantian dengan
siswa perempuan untuk melakukan kegiatan yang sama
2. Setelah semua siswa selesai melakukan aktivitas air,
siswa diminta untuk berganti pakaian kembali dengan
seragam sekolah. Siswa diminta kembali ke kelas.
3. Siswa dipersilakan beristirahat sambil minum air putih
4. Selesai beristirahat, siswa kembali ke tempat duduk
masing-masing.
5. Guru kemudian bertanya kepada siswa bagaimana kalimat
terima kasih yang bisa diungkapkan saat beraktivitas tadi.
6. Siswa lalu menjawab pertanyaan dari guru secara
bergiliran
100
menit
21st Century
Skills (4C)
Communication
Collaboration
Critical thinking
Creativity
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
156 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
7. Selesai tanya jawab, guru menunjukkan sebuah teks
bacaan dan ditempel di papan tulis.
8. Guru meminta siswa kembali berkelompok yang terdiri
dari 5 (lima) orang. Guru membentuk kelompok dengan
cara siswa satu per satu mengambil gulungan kertas
dalam toples. Setelah semua siswa mengambil gulungan
kertas, siswa bersama-sama membuka dan membaca
sebuah kata yang tertulis pada kertas. Kata yang
digunakan berkaitan dengan bencana alam, seperti banjir,
tanah longsor, gempa bumi, dan lain-lain
9. Siswa yang mendapat kata yang sama berkumpul dalam
sebuah kelompok
10. Guru meminta setiap kelompok membaca teks tentang
bencana banjir. Setiap kelompok merancang percakapan
berisi kalimat terima kasih dan tanggapan tentang kalimat
terima kasih yang dilontarkan berdasarkan teks tersebut.
11. Setiap kelompok mendapat waktu selama 7 (tujuh)
menit untuk berdiskusi. Saat waktu diskusi selesai, setiap
kelompok diminta maju ke depan kelas untuk
mempraktikkan ungkapan kalimat terima kasih
berdasarkan teks bacaan beserta tanggapannya.
12. Bila semua kelompok telah selesai presentasi, guru
dan siswa sama-sama mengevaluasi ungkapan kalimat
terima kasih yang telah dipraktikkan.
13. Siswa kembali ke tempat duduk masing-masing.
MIA:
Spasial-visual
Kinestetik
Linguistik
Interpesonal
Matematis Logis
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
157 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
III. Kegiatan Penutup
4. Refleksi:
Siswa menyebutkan kembali kalimat terima kasih
5. Kesimpulan:
Siswa dan guru membuat kesimpulan.
6. Merayakan:
Siswa melakukan tepuk Hebat.
6. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru tentang
pembelajaran selanjutnya adalah materi baru,
yaitu Pengalamanku.
7. Siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
10
menit
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2019
Ketua Paralel Kelas 1 Guru Tematik Kelas 1
Syukrini Irfiyanda, S.Pd. Catur Budi Pangestu, S.Pd
Catatan Guru :
4. Special moment :
……………………
5. Kendala :
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
158 dari 190
6. Ide baru yang dapat dikembangkan:
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
159 dari 190
LESSON PLAN
Satuan Pendidikan : MIS Pembangunan UIN Jakarta
Kelas/Semester/TP : I / 2 / 2019-2020
Muatan Pelajaran : Tematik (PPKN, Bahasa Indonesia dan Matematika)
Tema/Subtema : Peristiwa Alam (Tema 8) / Bencana Alam (Subtema 4)
Materi Pokok : kalimat terima kasih, suhu benda dan bentuk kerja sama
Spirit Islam : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S
Al-Alaq : 1) Alokasi Waktu : 4 X 30 Menit
Pembelajaran ke- : 3
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
PPKN
1.3 Menunjukkan sikap patuh aturan agama
yang dianut dalam kehidupan sehari-hari
di rumah
2.3 Melaksanakan aturan yang berlaku
dalam kehidupan sehari-hari di rumah
3.4 Mengidentifikasi bentuk kerja sama
dalam keberagaman di rumah.
4.4 Menceritakan pengalaman kerja sama
dalam keberagaman di rumah.
3.2.1 Siswa dapat menunjukkan sikap
patuh pada aturan agama Islam.
3.2.2 Siswa dapat mematuhi aturan dalam
kehidupan sehari-hari.
3.4.1 Siswa dapat menuliskan bentuk kerja
sama
4.4.1 Siswa dapat menerapkan kerja sama
di lingkungan rumah
Bahasa Indonesia
3.10 Merinci ungkapan penyampaian terima
kasih, permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, ajakan,
pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa yang santun
secara lisan dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata bahasa daerah
3.10.1 Siswa dapat menuliskan kalimat
terima kasih
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
160 dari 190
C. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
I. Kegiatan Pendahuluan
15. Siswa menjawab salam guru.
16. Semua siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
17. Guru melakukan absen siswa.
18. Siswa melakukan tepuk angka.
19. Siswa menjawab pertanyaan guru.
20. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pembelajaran hari ini, yaitu tentang kalimat terima kasih,
suhu benda dan bentuk kerja sama
21. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai hari ini.
10
menit Sikap
Karakter:
Percayadiri,
disiplin, kasih
sayang
II. Kegiatan Inti 100
4.10 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, dengan
menggunakan bahasa yang santun
kepada orang lain secara lisan dan tulis
4.8.1 Siswa dapat mengungkapkan kalimat
teirma kasih
Matematika
3.9 Membandingkan panjang, berat, lamanya
waktu, dan suhu menggunakan
benda/situasi konkret.
4.9 Mengurutkan benda/kejadian/keadaan
berdasarkan panjang, berat, lamanya
waktu, dan suhu.
3.9 Siswa dapat menentukan perbedaan dan
persamaan suhu benda
4.9 Siswa dapat membedakan perbedaan dan
persamaan suhu benda
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
161 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
Kegiatan I
1. Guru meminta siswa untuk bermain peran tentang suasana
bencana alam tetapi menggunakan kalimat ungkapan
terima kasih dalam percakapannya. (lihat buku siswa)
2. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang
terdiri atas lima orang.
3. Guru membentuk kelompok dengan cara siswa satu per
satu mengambil gulungan kertas dalam toples.
4. Setelah semua siswa mengambil gulungan kertas,
bersama–sama membuka dan membaca sebuah kata yang
tertulis pada kertas. Kata yang digunakan berkaitan
dengan bencana alam, seperti banjir, tanah longsor, gempa
bumi, dan lain-lain.
5. Siswa yang mendapat kata yang sama berkumpul dalam
sebuah kelompok.
6. Setiap kelompok akan bermain peran tentang bencana
banjir seperti teks bacaan yang telah dipelajari di hari
sebelumnya.
7. Setiap kelompok diberi waktu 15 menit untuk merancang
percakapan dan adegan yang sesuai dengan tema
kelompok.
8. Setiap kelompok juga diminta untuk menentukan peran
apa akan dibawakan oleh siswa yang mana.
9. Setelah waktu habis, secara bergiliran setiap siswa diminta
untuk maju ke depan kelas dan bermain peran sesuai tema
masing-masing kelompok.
10. Kelompok yang belum mendapat giliran mendengarkan
dengan tenang.
11. Guru mengamati jalannya bermain peran per kelompok
dan mendengarkan dengan saksama ungkapan terima
menit
21st Century
Skills (4C)
Communication
Collaboration
Critical thinking
Creativity
MIA:
Spasial-visual
Kinestetik
Linguistik
Interpesonal
Matematis Logis
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
162 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
kasih yang terdapat dalam adegan bermain peran per
kelompok.
12. Setelah semua kelompok selesai bermain peran, guru dan
siswa bersamasama berdiskusi dan mengevaluasi
kegiatan yang baru saja dilakukan.
13. Bersama-sama memberi masukan kepada setiap
kelompok tentang keunggulan dan kekurangan
permainan peran dari setiap kelompok.
14. Guru berterima kasih kepada setiap kelompok yang telah
menampilkan kegiatan yang baik.
Kegiatan II
1. Guru bertanya pada siswa. Coba rasakan udara sekitar,
apakah terasa panas atau dingin atau hangat. Siswa
memberikan jawaban yang beragam. Ada yang
mengatakan hangat, dingin, dan panas
2. Guru kembali bertanya. Mengapa jawaban siswa
berbeda-beda? Apa penyebabnya?
3. Sekarang minta siswa membaca Buku Siswa. Apakah
Lani dan Edo juga berbeda pendapat?
4. Guru lalu menyampaikan informasi bahwa kita bisa
membedakan suhu dingin, hangat, dan panas dari telapak
tangan sebagai indera peraba. Namun tidak bisa
mengukur suhu pastinya.Untuk mengenal indera peraba
agar dapat membedakan suhu, guru meminta siswa
melakukan beberapa demonstrasi
5. Guru meminta lima orang siswa untuk memegang
dengan telapak tangan suhu benda di dalam kelas.
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
163 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
6. Minta siswa untuk memegang kursi, meja, dan papan
tulis. Rasakan suhunya dengan telapak tangan. Panas
atau dingin atau hangat?
7. Minta juga siswa untuk memegang dahi masingmasing.
Rasakan suhunya dengan telapak tangan. Panas atau
dingin atau hangat? Mengapa demikian?
8. Guru lalu mengajak semua siswa ke luar kelas dan
berkumpul di halaman sekolah.
9. Minta kelima siswa tadi untuk memegang benda-benda
yang ada di halaman dengan telapak tangan. Seperti batu,
batang pohon, dan tanah. Rasakan suhunya. Panas atau
dingin atau hangat? Mengapa?
10. Guru lalu memanggil kelima siswa tadi untuk berkumpul
kembali bersama teman-teman.
11. Guru meminta kelima siswa tadi untuk menceritakan apa
yang telah dilakukan dan bagaimana suhu yang
dirasakan.
12. Guru dan semua siswa kemudian berdiskusi membahas
aktivitas yang telah dilakukan oleh kelima siswa tadi.
13. Guru lalu menjelaskan bahwa itulah yang disebut
mengukur suhu benda tetapi dengan perabaan telapak
tangan
14. Guru membagi siswa dalam kelompok yang terdiri atas
lima orang.Setiap kelompok akan melakukan percobaan
mengukur suhu benda dengan perabaan telapak tangan.
15. Guru lalu membagikan lembar kerja ke setiap kelompok
untuk diisi
16. Minta setiap kelompok untuk mencari lima benda di
dalam kelas dan lima benda di luar kelas.
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
164 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
17. Semua siswa di setiap kelompok memegang semua
benda tersebut dan meraba suhunya, apakah suhunya
terasa panas, dingin, atau hangat.
18. Hasilnya ditulis di lembar kerja yang telah dibagikan.
19. Setelah selesai, semua kelompok berkumpul kembali di
kelas.
20. Guru meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan
hasil percobaan mengukur suhu benda dengan telapak
tangan.
Kegiatan III
1. Guru memuji siswa dan berterima kasih telah mengikuti
semua kegiatan dengan semangat.
2. Guru juga memuji kerja sama yang dilakukan oleh setiap
anggota kelompok sehingga pekerjaan dapat dilakukan
dengan lebih cepat dan hasil yang optimal.
3. Guru lalu meminta siswa kembali bekerja sama untuk
mendiskusikan kerja sama yang dilakukan di rumah saat
melakukan suatu kegiatan untuk menolong korban
bencana alam atau kegiatan sosial lainnya.
4. Masing-masing anggota kelompok menceritakan
kegiatan kerja sama tersebut
5. Siswa kemudian menuliskan penjelasannya tentang
kegiatan kerja sama yang dilakukan di rumah.
6. Selesai menulis, siswa lalu menceritakan hasil tulisannya
di depan teman sekelas.
7. Tulisan siswa dipajang di dalam kelas.
III. Kegiatan Penutup
7. Refleksi:
Siswa menyebutkan kembali kalimat terima kasih
Siswa menyebutkan kembali membedakan suhu benda
10
menit
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
165 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
Siswa menyebutkan kembali bentuk kerja sama
8. Kesimpulan:
Siswa dan guru membuat kesimpulan.
9. Merayakan:
Siswa melakukan tepuk Hebat.
8. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru tentang
pembelajaran selanjutnya adalah materi baru, yaitu
Pengalamanku.
9. Siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2019
Ketua Paralel Kelas 1 Guru Tematik Kelas 1
Syukrini Irfiyanda, S.Pd. Catur Budi Pangestu, S. Pd
Catatan Guru : 7. Special moment :
……………………
8. Kendala :
……………………
9. Ide baru yang dapat dikembangkan:
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
166 dari 190
LESSON PLAN
Satuan Pendidikan : MIS Pembangunan UIN Jakarta
Kelas/Semester/TP : I / 2 / 2019-2020
Muatan Pelajaran : Tematik (Bahasa Indonesia dan SBDP)
Tema/Subtema : Peristiwa Alam (Tema 8) / Bencana Alam (Subtema 4)
Materi Pokok : Permintaan tolong dan kreasi dari tanah liat
Spirit Islam : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S
Al-Alaq : 1) Alokasi Waktu : 4 X 30 Menit
Pembelajaran ke- : 4
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahasa Indonesia
3.11 Merinci ungkapan penyampaian terima
kasih, permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, ajakan,
pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa yang santun
secara lisan dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata bahasa daerah
4.11 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, dengan
menggunakan bahasa yang santun
kepada orang lain secara lisan dan tulis
3.11.1 Siswa dapat menunjukkan ungkapan
permintaan tolong
4.8.1Siswa dapat mengungkapkan ungkapan
permintaaan tolong
SBDP
3.4. Mengenal bahan alam dalam berkarya.
4.4 Membuat karya dari bahan alam.
3.4 Siswa dapat menuliskan alat dan bahan
membuat kreativitas dari tanah liat
4.4 Siswa dapat membuat kreativitas dari
tanah liat
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
167 dari 190
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
I. Kegiatan Pendahuluan
22. Siswa menjawab salam guru.
23. Semua siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
24. Guru melakukan absen siswa.
25. Siswa melakukan tepuk angka.
26. Siswa menjawab pertanyaan guru.
27. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pembelajaran hari ini, yaitu tentang permintaan tolong
dan membuat kreativitas dari tanah liat
28. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai hari ini.
10
menit Sikap
Karakter:
Percayadiri,
disiplin, kasih
sayang
II. Kegiatan Inti
Kegiatan I
1. Guru meminta siswa membaca Buku Siswa.
2. Guru meminta 2 orang siswa untuk maju ke depan kelas
dan memeragakan percakapan yang terdapat di Buku
Siswa.
3. Siswa yang lain mendengarkan dengan tenang dan
menyimak percakapan tersebut.
4. Guru bertanya kepada siswa, apakah dapat mendengar
ungkapan permintaan tolong dari percakapan tadi?
Mengapa seseorang meminta tolong? Bagaimana
caranya meminta tolong? Siswa memberikan jawaban
yang beragam.
100
menit
21st Century
Skills (4C)
Communication
Collaboration
Critical thinking
Creativity
MIA:
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
168 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
5. Setelah itu, guru mengulangi kembali tentang ungkapan
permintaan tolong
6. Siswa mengerjakan latihan tentang menulis kalimat
ungkapan meminta tolong.
7. Guru lalu meminta siswa secara acak untuk
menyampaikan jawaban dari latihan yang sudah
dikerjakan.
8. Guru memantau siswa mana yang sudah dapat menulis
kalimat permintaan tolong dan mana yang belum.
Kegiatan II
1. Guru mengajak siswa untuk membuat kreasi dari tanah
liat.
2. Pada kesempatan ini, siswa diminta membuat kreasi
pilihan sendiri. Siswa boleh memilih bentuk kreasi tanah
liat berdasarkan gambar-gambar kreasi bentuk tanah liat
yang telah jadi. Gambar tersebut juga menunjukkan
langkah-langkah pembuatannya. Di bawah ini contoh
kreasi dari tanah liat
Spasial-visual
Kinestetik
Linguistik
Interpesonal
Matematis Logis
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
169 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
3. Setelah selesai membuat kreasi dari tanah liat, semua hasil
karya siswa dijemur agar kering dan awet bentuknya.
4. Bila sudah kering, hasil karya siswa boleh dibawa pulang.
III. Kegiatan Penutup
10. Refleksi:
Siswa menyebutkan kembali permintaan tolong
Siswa menyebutkan kembali kreasi dari tanah liat.
11. Kesimpulan:
Siswa dan guru membuat kesimpulan.
12. Merayakan:
Siswa melakukan tepuk Hebat.
10. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru tentang
pembelajaran selanjutnya adalah materi baru,
yaitu Pengalamanku.
11. Siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
10
menit
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2019
Ketua Paralel Kelas 1 Guru Tematik Kelas 1
Syukrini Irfiyanda, S.Pd. Catur Budi Pangestu, S.Pd
Catatan Guru :
10. Special moment :
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
170 dari 190
11. Kendala :
……………………
12. Ide baru yang dapat dikembangkan:
……………………
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
171 dari 190
LESSON PLAN
Satuan Pendidikan : MIS Pembangunan UIN Jakarta
Kelas/Semester/TP : I / 2 / 2019-2020
Muatan Pelajaran : Tematik (Bahasa Indonesia dan Matematika)
Tema/Subtema : Peristiwa Alam (Tema 8) / Bencana Alam (Subtema 4)
Materi Pokok : permintaan tolong dan suhu benda
Spirit Islam : Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan (Q.S
Al-Alaq : 1) Alokasi Waktu : 4 X 30 Menit
Pembelajaran ke- : 5
A. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi
Bahasa Indonesia
3.12 Merinci ungkapan penyampaian terima
kasih, permintaan maaf, tolong, dan
pemberian pujian, ajakan,
pemberitahuan, perintah, dan petunjuk
kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa yang santun
secara lisan dan tulisan yang dapat
dibantu dengan kosakata bahasa daerah
4.12 Mempraktikan ungkapan terima kasih,
permintaan maaf, tolong,dan pemberian
pujian, dengan menggunakan bahasa
yang santun kepada orang lain secara
lisan dan tulis
3.12.1 Siswa dapat menunjukkan ungkapan
permintaan tolong
4.8.1 Siswa dapat mengungkapkan ungkapan
permintaan tolong
Matematika
3.13 Membandingkan panjang, berat,
lamanya waktu, dan suhu menggunakan
benda/ situasi konkret.
4.13 Mengurutkan benda kejadian/keadaan
berdasarkan panjang, berat, lamanya
waktu, dan suhu.
3.9 Siswa dapat menentukan perbedaan dan
persamaan suhu benda
4.9 Siswa dapat membedakan perbedaan dan
persamaan suhu benda
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
172 dari 190
B. LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
I. Kegiatan Pendahuluan
29. Siswa menjawab salam guru.
30. Semua siswa berdoa sebelum pelajaran dimulai.
31. Guru melakukan absen siswa.
32. Siswa melakukan tepuk angka.
33. Siswa menjawab pertanyaan guru.
34. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang
pembelajaran hari ini, yaitu tentang permintaan tolong
dan suhu benda
35. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dicapai hari ini.
10
menit Sikap
Karakter:
Percayadiri,
disiplin, kasih
sayang
II. Kegiatan Inti
Kegiatan I
1. Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Setiap
kelompok mendapatkan dua buah gambar tentang bencana
alam. (lihat Buku Siswa)
2. Setiap kelompok diminta mengamati gambar-gambar
tersebut. Bersama teman kelompok, siswa berlatih cara
meminta tolong kepada orang lain berdasarkan
100
menit
21st Century
Skills (4C)
Communication
Collaboration
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
173 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
gambar. Siswa di setiap kelompok belajar membuat
kalimat minta tolong dari gambar yang disediakan.
3. Guru berkeliling dan mengamati kerja di setiap kelompok.
Saat waktu mengerjakan selesai, guru meminta setiap
kelompok untuk ke depan kelas secara bergiliran.
4. Setiap kelompok menyampaikan jawaban dan
mempraktikkan cara mengungkapkan kalimat minta
tolong berdasarkan gambar.
5. Setelah semua kelompok selesai, guru dan siswa sama-
sama mengevaluasi kalimat minta tolong yang tadi
dipraktikkan.
Kegiatan II
1. Guru bertanya pada siswa. Apabila terjadi bencana
alam di sebuah tempat, apa yang harus dilakukan oleh
penduduk di tempat tersebut? Apakah yang biasanya
terjadi di tempat pengungsian? Bagaimana kita bisa
mengetahuinya, apakah seseorang itu sakit atau tidak?
2. Siswa memberikan jawaban yang beragam. Salah
satunya adalah badannya panas.
3. Kemudian, guru mengajak siswa untuk memegang dahi
masing-masing, mengecek apakah panas atau tidak.
Setelah itu coba pegang dahi teman sebangku, apakah
panas atau tidak.
4. Guru lalu menunjuk beberapa siswa untuk
menyampaikan hasil mengecek suhu tubuh siswa,
panas atau tidak. Ternyata ada yang merasa biasa saja,
Critical thinking
Creativity
MIA:
Spasial-visual
Kinestetik
Linguistik
Interpesonal
Matematis Logis
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
174 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
ada juga dahi yang terasa hangat atau panas. Mungkin
teman di kelas ada yang sedang tidak enak badan atau
sakit. Coba ditanyakan dan dicek.
5. Guru lalu menyampaikan informasi bahwa kita bisa
membedakan suhu dingin, hangat, dan panas dari
telapak tangan.
6. Guru lalu mengajak siswa untuk bereksperimen tentang
mengukur dan merasakan suhu panas dan dingin.
7. Guru lalu menyiapkan tiga buah ember yang berisi air.
Satu ember berisi air panas, satu ember berisi air es, dan
satu ember berisi air dengan suhu normal. (lihat Buku
Siswa
8. Guru meminta salah satu siswa untuk ke depan kelas
untuk memberi contoh cara melakukan eksperimen.
9. Guru melakukan seperti apa yang diinstruksikan pada
Buku Siswa.
10. Setelah itu, guru membagi siswa dalam kelompok yang
terdiri atas lima orang. Setiap kelompok mendapatkan
satu set peralatan percobaan seperti yang tadi
didemonstrasikan.
11. Minta setiap kelompok untuk melakukan percobaannya
masing-masing
12. Setiap kelompok diberi waktu 10 menit untuk
bereksperimen. Setiap hasil percobaan ditulis di lembar
kerja yang telah disediakan.
13. Guru mengamati kegiatan di setiap kelompok.
ITD MI-WKR-05 Rev.00/1 Juni
2016
175 dari 190
Kegiatan Peserta Didik / Guru Waktu
Penguatan
Pendidikan
Karakter
(PPK),
21st Century
Skills, dan MIA
14. Setelah semua kelompok bereksperimen, minta
perwakilan kelompok untuk membacakan hasil
percobaannya
15. Guru dan siswa lalu bersama-sama berdiskusi tentang
hasil percobaansemua kelompok. Mengapa ada
perbedaan hasil? Guru menjelaskan alasannya.
III. Kegiatan Penutup
13. Refleksi:
Siswa menyebutkan kembali permintaan tolong
Siswa menyebutkan kembali suhu benda
14. Kesimpulan:
Siswa dan guru membuat kesimpulan.
15. Merayakan:
Siswa melakukan tepuk Hebat.
12. Siswa mendengarkan informasi yang diberikan guru tentang
pembelajaran selanjutnya adalah materi baru, yaitu
Pengalamanku.
13. Siswa mengakhiri pembelajaran dengan berdoa
10
menit
Mengetahui, Jakarta, 1 Juli 2019
Ketua Paralel Kelas 1 Guru Tematik Kelas 1
176
Riwayat Hidup Penulis
Nabila Az Zahra, Lahir di Jakarta pada tanggal 14
Januari 1999. Alamat Jl. Pepaya I RT002/RW005
Kelurahan Jagakarsa, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta
Selatan, DKI Jakarta. Anak kedua dari tiga bersaudara.
Orang tua penulis bernama Muslih dan Nur Komariah,
dan kakak penulis bernama Hammam Huwaidi, serta adik
penulis bernama Syahid Syakir.
Penulis memulai studi di MI Ruhul Ulum pada tahun
2004-2010, kemudian melanjutkan studi di Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTs N)
2 Ciganjur pada tahun 2010-2013, lalu melanjutkan studi di Madrasah Aliyah
Negeri (MAN) 13 Jakarta pada tahun 2013-2016. Kemudian penulis mendaftar
SPAN-PTKIN di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta dan
lulus pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan.