21
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Kedudukan Pemupukan Dalam Sistem Produksi Tanaman Proses produksi tanaman erat kaitannya dengan budidaya tanaman itu sendiri. Jika dilihat dari sudut pandang Downey dan Erickson (1987) yang memandang agribisnis sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga sistem yang berkaitan yaitu, the input supply sector, the farm production sector, dan the product marketing sector maka budidaya terletak pada sistem “the farm production sector”. Peranan sektor ini adalah mengubah input pertanian menjadi output atau komoditas primer pertanian. Dalam budidaya tanaman yang dimaksud dengan merubah input menjadi output adalah merubah bibit yang ditanam menjadi tanaman dewasa yang menghasilkan buah, daun, batang, akar/umbi, bunga, dan lainya yang merupakan produksi tanaman. Pada konteks ini input yang dimaksud adalah bibit dan outputnya adalah hasil produksi tanaman yang dapat berupa buah, daun, batang, 3

pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

  • Upload
    -

  • View
    253

  • Download
    5

Embed Size (px)

DESCRIPTION

gambaran tentang pengaruh jenis pupuk, dosis pupuk, waktu pemupukan, dan cara pemupukan terhadap prosuksi tanaman

Citation preview

Page 1: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Kedudukan Pemupukan Dalam Sistem Produksi Tanaman

Proses produksi tanaman erat kaitannya dengan budidaya tanaman itu

sendiri. Jika dilihat dari sudut pandang Downey dan Erickson (1987) yang

memandang agribisnis sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga sistem yang

berkaitan yaitu, the input supply sector, the farm production sector, dan the

product marketing sector maka budidaya terletak pada sistem “the farm

production sector”. Peranan sektor ini adalah mengubah input pertanian menjadi

output atau komoditas primer pertanian.

Dalam budidaya tanaman yang dimaksud dengan merubah input menjadi

output adalah merubah bibit yang ditanam menjadi tanaman dewasa yang

menghasilkan buah, daun, batang, akar/umbi, bunga, dan lainya yang merupakan

produksi tanaman. Pada konteks ini input yang dimaksud adalah bibit dan

outputnya adalah hasil produksi tanaman yang dapat berupa buah, daun, batang,

akar/umbi, bunga, dan lain sebagainya. Output inilah yang memiliki nilai

ekonomis jika diolah atau dipasarkan.

Dalam pengelolaan input menjadi output dalam budidaya tanaman sangat

melibatkan faktor biologis tanaman. Salah satu faktor biologis tersebut adalah

kebutuhan tanaman akan unsur hara. Unsur hara dibutuhkan baik pada saat

pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Asupan unsur hara juga sangat

mempengaruhi tinggi rendahnya produksi tanaman, karena pada hakekatnya hara

yang diserap tanaman akan digunakan dalam proses pertumbuhan dan

3

Page 2: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

perkembangannya termasuk dalam proses pembentukan cadangan makanan.

Cadangan makanan inilah yang secara umum biasanya menjadi produksi tanaman

itu. Meski pada beberapa tanaman yang produksinya berupa umbi, batang, daun,

ataupun bunga.

Melihat pentingnya unsur hara, maka salah satu cara untuk meningkatkan

produksi tanaman adalah meberikan asupan unsur hara kepada tanaman melalui

pemupukan. Dengan demikian pemupukan menjadi salah satu tindakan penting

yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman jika ingin mendapatkan

produksi yang tinggi. Namun ada berbagai hal yang harus diperhatikan

sehubungan dengan peningkatan produksi melalui pemupukan. Adapun hal-hal

tersebut yaitu jenis pupuk, dosis pemupukan, cara pemupukan, waktu pemupukan,

dan intensitas pemupukan.

2.2. Pengaruh Jenis Pupuk Terhadap Produksi Tanaman

Berdasarkan senyawa yang dikandungnya pupuk dibedakan kedalam dua

jenis yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik ialah pupuk yang

berupa senyawa organik. Kebanyakan pupuk alam tergolong pupuk organikseperti

pupuk kandang, kompos, dan guano. Pupuk anorganik atau mineral merupakan

pupuk yang terbuat dari senyawa anorganik melalui proses sintetis, sehingga biasa

juga disebut sebagai pupuk sintetis. Hampir semua pupuk buatan tergolong pupuk

anorganik. Seperti Urea, ZA, TSP, KCL, dan lain-lain.

Jenis pupuk yang digunakan dalam pemupukan turut menentukan produksi

tanaman pada saat panen. Kesalahan dalam memilih jenis pupuk yang digunakan

akan menyebabkan produksi yang didapatkan tidak optimal. Sehingga petani perlu

4

Page 3: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

mempelajari dan mengetahui sifat dan karakter dari jenis pupuk yang ada. Dengan

demikian dapat diketahui jenis pupuk yang mana yang lebih efisien untuk

peningkatan produksi tanaman.

Berdasarkan penelitian terhadap jagung manis, diperoleh fakta bahwa

penggunaan pupuk baik organik maupun anorganik mampu meningkatkan

produksi jagung. Tetapi terdapat perbedaan pada presentase tinggi rendahnya

produksi pada penggunaan kedua jenis pupuk tersebut. Produksi jagung manis

meningkat sebesar 58,91% untuk perlakuan pupuk organik dan 241,33% untuk

perlakuan pupuk anorganik dosis rekomendasi dibandingkan perlakuan tanpa

pemupukan, yaitu hanya mampu menghasilkan 3,627 ton/ha. Penggunaan pupuk

anorganik lebih meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis,

dimana hasil yang dicapai meningkat sebesar 114,8% dibandingkan perlakuan

pupuk organik yang menghasilkan 5,7635 ton/ha. Kombinasi pupuk organik 10

ton/ha + anorganik (urea) 150 kg N/ha mampu meningkatkan hasil sebesar

20,42% dibandingkan perlakuan pupuk anorganik dosis rekomendasi, dan

meningkat sebesar 158,66% dibandingkan perlakuan poupuk organik. Kombinasi

pupuk organik + urea 200 kg N/ha mampu meningkatkan hasil sebesar 17,26%

dibandingkan perlakuan pupuk anorganik dosis rekomendasi, dan bila

dibandingkan dengan pupuk organik maka hasil meningkat sebesar 151,88%.

Penggunaan pupuk anorganik memang dapat meningkatkan produksi

tanaman secara signifikan. Namun peningkatan produksi tersebut hanya terjadi

pada beberapa siklus produksi. Peningkatan produksi tertinggi mungkin terjadi

pada panen pertama, namun pada penen-panen berikutnya penambahan

5

Page 4: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

produksinya menurun meskipun produktifitasnya meningkat. Setelah melewati

fase optimalnya, produktifitas tanaman akan menurun dari waktu ke waktu. Hal

ini terjadi karena pupuk anorganik mengandung senyawa kimia yang hanya

diperuntukkan untuk tanaman tetapi tidak untuk tanah.

Kandungan hara yang terdapat pada pupuk anorganik merupakan hara yang

siap pakai. Sehingga begitu diberikan maka tidak butuh waktu lama bagi tanaman

untuk menyerapnya dan menggunakannya. Tidak tanggung-tanggung semua hara

tersebut diserap oleh tanaman. Nutrisi atau unsur hara yang diserap itu terdiri dari

unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg, S) dan unsur hara mikro (Fe, Mn, Bo, Mo,

Cu, Zmn, Cl, dan Co) dalam bentuk anion (-) dan kation (+). Oleh karena itu

maka dalam setiap panenan banyak sekali unsur hara yang terangkut dari dalam

tanah. Oleh karena itu maka kalau panenan terus menerus dilakukan pada lahan

pertanian tersebut berarti sekian banyak nutrisi yang terangkut tanpa dikembalikan

lagi kedalam tanah.

Meskipun hara yang hilang tersebut dikembalikan lagi ke tanah dengan

penggunaan pupuk anorganik tetap saja produktifitas tanaman menurun. Hal ini

terjadi karena hara/nutrisi yang diberikan oleh pupuk anorganik adalah hara untuk

tanaman. Sementara tanah juga membutuhkan nutrisi/hara tersebut untuk

kesimbangannya. Dengan demikian jelaslah bahwa penggunaan pupuk anorganik

secara terus menurus akan menurunkan produktifitas tanah.

Salah satu cara untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah penggunaan

bahan organik sebagai pupuk. Meski pada kenyataanya pupuk organik tidak

memberikan produktifitas yang signifikan dalam beberapa siklus pertama

6

Page 5: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

produksi namun secara jangka panjang penggunaan pupuk organik lebih efektif

daripada pupuk anorganik. Peningkatan produktifitas tanaman dengan

menggunakan pupuk organik baru dapat dilihat setalah penggunaanya dalam

jangka waktu yang lama. Hal ini dapat dilihat pada salah satu kebun percontohon

PT Mars Symbioscience Indonesia Kelurahan Noling, Kecamatan Bupon,

Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan. Tanaman kako yang menggunakan pupuk

kompos pada 5 tahun pertama produksinya lebih rendah daripada tanaman kakao

yang menggunakan pupuk anorganik. Tetapi setelah tahun ke-6 produksi tanaman

yang menggunakan pupuk anorganik mulai mengalami penurunan tetapi

sebaliknya tanaman kakao yang menggunakan pupuk organik mengalami

peningkatan produksi.

2.3. Pengaruh Dosis Pupuk Terhadap Produksi Tanaman

Pupuk harus diberikan sesuai dosis yang direkomendasikan. Dosis pupuk

dinyatakan dalam bentuk kg pupuk/ha atau kg hara/ha. Pemberian pupuk atau hara

dibawah dosis yang direkomendasikan akan menyebabkan produksi tanaman

menjadi tidak optimal. Pemberian pupuk atau hara melebihi dosis yang

direkomendasikan akan berabahaya bagi tanaman itu sendiri karena dapat

menimbulkan keracunan pada tanah dan tanaman, selain itu terjadi pemborosan

pupuk. Sehingga pemupukan terbaik berada pada kisaran jumlah optimal.

J. Von Liebig pada sekitar pertengahan abad ke-19 berpendapat atau

melahirkan hipotesa yang dikenal dengan “Hukum Minimum” yang menyatakan

“Pertumbuhan dan perkembangan tanaman itu akan demikian bergantung dari

tersedianya faktor-faktor yang esensial yang berada dalam minimum”. Yang

7

Page 6: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

dimaksud dengan faktor-faktor esensial yang berada dalam minimum yaitu faktor

unsur hara yang esensial, yang dalam keberadaan/ketersediaanya adalah yang

paling minim dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya, atau faktor (unsur hara)

dengan intensitas kerjanya yang paling sedikit. Kemudian baik atau buruknya

pertumbuhan/perkembangan tanaman itu atau meningkat dan berkurangnya hasil

yang diberikan tanaman tersebut, dapat terjadi kalau faktor yang minim itu

dipengaruhi oleh adanya pertambahan dan pengurangan.

Pertambahan dan pengurangan yang dimaksud adalah tinggi rendahnya

jumlah hara (dosis) pada pemupukan. Tinggi rendahnya jumlah hara yang

diberikan atau dosis pupuk turut menentukan produksi tanaman. Berdasarkan

perlakuan dosis pupuk organik pada ubi jalar lokal ungu diperoleh kesimpulan

bahwa dosis pupuk berpengaruh nyata tehadap jumlah umbi/tanaman. Jumlah

umbi/tanaman terbanyak dicapai pada dosis pupuk15 ton/ha sebesar 4,37 dan

terendah tanpa perlakuan dosis 0 ton/ha sebesar 2,85.

Tabel Dosis Pupuk Organik Terhadap Jumlah Umbi/Tanaman Ubi Jalar Lokal Ungu

Dosis Pupuk Organik ton/ha Indeks Panenan

0 2,85

5 3,23

10 3,50

15 4,37

Pada pertanian intensif, pemberian penambahan dosis yang diperlukan

tanaman sebaiknya diperhatikan pula tentang adanya “Hukum Penambahan Hasil

Yang Makin Berkurang, dengan demikian penambahan dosis terhadap

8

Page 7: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

pemupukan dapat memberikan hasil yang efektif dan ekonomis. Hukum itu

berbunyi”Bila jumlah yang makin besar dari satu faktor variabel ditambah pada

jumlah tertentu dari satu faktor tetap, akhirnya akan dicapai satu keadaan dimana

setiap tambahan satu unit faktor variabel menambah lebih sedikit kepada produk

keseluruhan daripada satu unit faktor variabel sebelumnya”.

Logika produksi marjinal yang semakin berkurang ialah bahwa faktor

tetap (dalam hal ini bidang tanah yang tetap luas dan kemampuannya), tetap

membatasi jumlah hasil tambahan yang dapat diperoleh dengan jalan

menambahnkan lebih banyak faktor variabel (dosis pupuk). Berikut contonya

Bidang Tanah Dosis Pupuk Indeks Hasil Panen Keterangan

=A= - 100 Tanpa dipupuk

=A= A 150 Peningktan ( makin

ditambah dosisnya,

hasilnya tidak

sebanding dengan

penambahan pertama)

=A= 2a 175

=A= 3a 187.5

=A= 4a 193,75

=A= 5a 196,87

=A= 6a 198,43 Optimum

=A= 7a 196,87 Penurunan

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa penentuan dosis pemupukan

diakategorikan kedalam tiga kondisi yaitu, kondisi defisensi, kondisi optimum,

dan kondisi berlebihan. Keefisienan pemupukan berada pada kondisi optimum.

Untuk menjaga pemupukan tetap berada disekitar kondisi optimum maka

diperlukan penentuan dosis yang tepat pada setiap pemupukan agar pada

9

Page 8: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

pemupukan berikutnya tidak terjadi penurunan produksi yang signifikan. Berikut

contoh konsentrasi hara pada kelapa sawit pada kondisi difisiensi, optimum, dan

berlebihan

Unsur

Hara

Satuan Difisiensi Optimum Berlebihan

<6tahun >6tahun <6tahun >6tahun <6tahun >6tahun

N % <2,5 <2,3 2,6-2,9 2,4-2,8 >3,1 >3,0

P % <0,15 <0,14 0,16-0,19 0,15-0,18 >0,25 >0,25

K % <1,00 <0,75 1,10-1,30 0,90-1,20 >1,90 >1,90

Mg % <0,20 <0,20 0,30-0,45 1,25-1,40 >0,70 >0,70

Ca % <0,30 <0,25 0,50-0,70 1,50-0,75 >1,00 >1,00

S % <0,20 <0,20 0,25-0,40 0,25-0,35 >0,60 >0,60

Cl % <0,25 <0,25 0,50-0,70 0,50-0,70 >1,00 >1,00

2.4. Pengaruh Waktu Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman

Waktu pemupukan harus didasarkan oleh beberapa faktor penentu seperti

iklim (terutama curah hujan), sifat fisik tanah, logistik (pengadaan) pupuk, serta

adanya sifat sinergis dan anatogonis atar-unsur hara. Ketepatan dalam

mempertimbangkan atau memperhitungkan faktor-faktor tersebut sangat

menentukan keefisienan pemupukan. Semakin efisien suatu pemupukan maka

semakin optimal pula produksi tanaman yang dapat dicapai.

Respon tanaman terhadap pemberian pupuk tergantung pada dua kondisi

yang saling berhubungan, yaitu keadaan tanaman itu sendiri dan ketersediaan hara

di dalam tanah. Hubungan antara kedua faktor ini dapat bersifat langsung

10

Page 9: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

sehingga pada saat aplikasi pupuk maka tanaman harus tanaman diperlakukan

sedemikian rupa agar tanggap terhadap pemberian pupuk. Semakin besar respon

tanaman maka semakin banyak unsur hara dalam tanah (pupuk) yang dapat

diserap oleh tanaman untuk pertumbuhan dan produksi.

Pengetahuan teknis tentang sifat sinergis dan antagonis serapan hara pada

beberapa unsur sangat penting diketahui saat melakukan pemupukan. Secara

umum, sifat sinergis dan antagonis yaitu N-K (sinergis), dan N-P, N-Mg, K-Mg

(antagonis).Pemberian pupuk N dan P, yang berpotensi antagonisme secara

langsung menyebabkan terjadinya periode dimana unsur N yang rersedia tidak

begitu banyak diserap tanaman karena kurangnya energi akibat P belum tersedia

walaupun sudah diaplikasikan. Oleh karena itu pemberian P harus lebih awal .

Manfaat pemupukan yang maksimum dapat tercapai bila curah hujan antara

100-250 mm per bulan. Pada masa ini, kondisi tanah cukup basah tetapi

belumjenuh sehingga memudahkan terserapnya unsur hara oleh tanaman. Untuk

kondisi Indonesia, periode optimal tersebut terjadi di antara 4-6. Periode

setelahnya termasuk bulan yang terlalu basah atau terlalu kering. Sehingga sangat

penting untuk memperhatikan hal ini demi keefisienan pemupukan.

Aplikasi pupuk urea pada musim kemarau (curah hujan kurang dari 100 mm

per bulan) tidak disarankan karena memliki potensi penguapan yang tinggi.

Sebaliknya, pada kondisi curah hujan lebih dari 250 mm per bulan, aplikasi pupuk

yang mudah larut seperti urea, ZA, kieserit, MOP, TSP, CuSO4, dan ZnSO4 juga

tidak disarankan karena berpotensi kehilangan tinggi melalui proses pencucian

oleh aliran permukaan dan erosi. Jika terjadi prose penguapan atau pencucian

11

Page 10: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

kadar hara yang ada dalam pupuk akan menipis sehingga efisiensi dari dosis yang

direkomendasikan menjadi tidak optimal. Ketidak optimalan tersebut

berpengaruh terhadap produksi tanaman.

Faktor lain yang harus diperhatikan sehubungan dengan waktu pemberian

pupuk adalah fase-fase atau proses pertumbuhan tanaman. Kebutuhan tanaman

akan bermacam-macam pupuk selama pertumbuhan dan perkembangannya

terutama dalam hal pengambilan atau pengisapannya adalah tidak sama,

membutuhkan waktu yang berbeda dan tidak sama banyaknya. Sebab selama

pertumbuhan dan perkembangannya dari kecambah hingga matinya tanaman

terdapat berbagai prose pertumbuhan yang intensitasnya berbeda-beda. Ini berarti

bahwa sepanjang pertumbuhannya ada saat-saat dimana tanaman itu memerlukan

pertukaran zat secara intensif agar pertumbuhannya berlangsung dengan baik, ada

saat-saat pembungaan, pembuahan, dan dengan sendirinya ada saat-saat

diperlukannya unsur hara yang cukup bagi pembentukan bagian-bagian tanaman.

Misalnya pada tanaman padi ada waktu bagi pembentukan rumpun (anak), pada

tanaman teh ada waktu untuk bertunas, pada tanaman mentimun setelah berbunga

banyak melakukan pembentukan buah, yang kenyataanya pada waktu-waktu

tersebut diperlukan unsur hara/zat-zat pembentuk yang cukup sesuai dengan

kegiatan pertukaran zatnya yang intensif.

Dengan kata lain, bahwa sesuai dengan kegiatan kepentingan proses

fisiologisnya, tanaman itu memerlukan unsur hara yang cukup. Berdasar kegiatan

kepentingannya itu perlu pemupukan yang sesuai dengan keperluannya yang

menurut hasil-hasil penyelidikan berada dalam kekurangan tersedianya dalam

12

Page 11: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

tanah. Dengan demikian maka jelaslah bahwa pemupukan itu tidak boleh

dilakukan sembarang waktu, harus memperhatikan waktu dibutuhkannya serta

macamnya unsur hara yang berada dalam keadaan defesiensif. Dengan demikian

pula maka pemberian pupuk akan bermanfaat.

2.5. Pengaruh Cara Pemupukan Terhadap Produksi Tanaman

Cara menempatkan pupuk yang akan diaplikasikan sangat mempengaruhi

jumlah pupuk yang dapat diserap akar tanaman. Dengan penempatan/aplikasi

yang tepat, kapasitas bawa (carrying capacity) pupuk dapat ditingkatkan.

Peningkatan efisiensi pemupupukan ini mencakup aspek upaya bagaimana pupuk

itu lebih cepat zampai kezona yang dibutuhkan dan seminimum mungkin hilang

karena adanya aliran permukaan dan penguapan. Dengan terjadinya efisiensi

pemupukan maka produksi tanaman dapat optimal sesuai dengan tujuan

pemupukan tersebut.

Untuk mencapai efisiensi tersebut maka yang harus diperhatikan adalah

cara aplikasi/pemberian pupuk. Cara aplikasi pupuk pada tanaman berbeda-beda

tergantung dari jenis tanaman dan jenis pupuk yang digunakan. Berikut ini adalah

beberapa cara aplikasi/penempatan pupuk yang dapat dilakukan agar efisiensi

pemupukan optimal.

a) Penyebaran

Biasanya pupuk yang tidak larut dalam air dan yang bagian-bagian utamnya

terikat sacara kimiawi, disebarkan secara merata, dilakukan setelah atau sebelum

pengolahan tanah dan selanjutnya dibenamkan.

13

Page 12: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

b) Plow Sole Palcement

Dilakukan pada saat pengolahan tanah dengan menempatkan pupuk yang

diperlukan secara langsung di belakang pembajaknya. Dengan cara inipun

pemupukan dapat merata dan terbenam dalam tanah. Biasanya pupuk yang tidak

mudah larut. Biassanya pemupukan seperti ini diterapakan pada tanaman

semusim.

c) Side Band Placement

Dengan cara ini pupuk ditempatkan pada tanah selain benih atau tanaman.

Pada sisi satu atau pada kedua sisinya, dengan jarak masing-masing 5 cm-7,5 cm

dari tempat benih atau tumbuh tanaman dan dalamnya sekitar 2,5 cm -5 cm dari

permukaan tanah. Salah satu contohnya adalah pemupukan pada tanaman jagung.

d) In The Row Placement

Dengan cara menempatkan pupuk pada lubang-lubang benih atau sepanjang

larikan dimana benih-benih ditanam. Biasanya cara seperti ini digunakan untuk

penebaran pupuk dasar/awal yang biasanya dilakukan pada saat penanaman.

Pupuk biasanya ditaburkan terlebih dahulu pada lubang tanah, lalu ditimbun

dengan tanah, baru kemudian bibit dimasukkan kedalam lubang tanam, dan

selanjutnya ditimbun secara keseluruhan hingga lubang tanam tertutup.

e) Top Dressed/Side Dressed Placement

Pupuk yang diperlukan ditempatkan pupuk diatas permukaan tanah di

sekitar tempat tumbuh tanaman. Biasanya dalam menempatkan pupuk di atas

permukaan tempat tumbuh tanaman atau di sisi tanaman, tanahnya dikorek sedikit

agar penempatan pupuk berlangsung dengan baik, kemudian ditutup agar tidak

14

Page 13: pengaruh pemupukan terhadap produksi tanaman

tercuci atau terangkut oleh air hujan. Pemupukan sebaiknya dilakukan menjelang

musim hujan dan minggu pertama sesudah musim penghujan, dengan demikian

pencucian atau pengangkutan oleh air dapat terhindarkan.

f) Penyemprotan

Penyemprotan hanya dapat dilakukan dengan pupuk yang mudah melarut

dalam air dan tujuannya agar unsur-unsur yang terkandung dalam larutan pupuk

buatan itu dapat dihisap oleh daun atau batang tanaman. Jadi tidak saja akar yang

dapat mengisap unsur-unsur yang terkandung dalam pupuk, daun-daun

tanamanpun dapat melakukannya.

Dari berbagai cara aplikasi pupuk tersebut ada dua inti penting yaitu

pupuk yang sukar melarut dan pupuk yang mudah melarut. Pada prinsipnya untuk

pupuk yang sukar melarut butuh waktu bagi tanaman untuk dapat

menggunakannya yaitu pada saat zat hara pupuk tersebut melarut. Sehingga pupuk

yang sukar melarut harus terbenam kedalam tanah agar tidak menguap saat terjadi

pemanasan dan tidak tercuci saat hujan turun. Sementara untuk pupuk yang

mudah larut dapat diaplikasikan langsung ketanaman dengan cara penyemprotan

karena dapat segera di hisap dan digunakan oleh tanaman.

15