Upload
dinhhanh
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user i
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
DIINTEGRASIKAN DENGAN STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
DAN KETERAMPILAN SOSIAL
SKRIPSI
Oleh:
UMI NURJANNAH
K4308122
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iii
PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI)
DIINTEGRASIKAN DENGAN STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD)
TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI
DAN KETERAMPILAN SOSIAL
Oleh:
UMI NURJANNAH
K4308122
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
JUNI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vi
MOTTO
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”.
(Qs. Insyirah: 6)
”Lakukan hal walaupun sekecil apapun yang kamu bisa lakukan hari ini dan lakukan
dengan rasa syukur, senang, dan selalu berdoa. Mintalah restu orang tuamu karena
restu orang tua adalah restu Allah. Lakukan hal yang bermanfaat bagi orang lain
walaupun hanya sedikit yang bisa kita lakukan ”
(Penulis)
” Ingat Allah selalu dengan ibadah, berdoa, dan usaha. Allah akan selalu memberikan
jalan jika kau selalu lakukan itu”
(Almh. Ibu-ku)
” Setiap orang punya prosesnya masing-masing, tetap sabar, semangat, dan
istiqomah. Janganlah banyak mengeluh ikhlas menjalani semuanya”
(My Sister)
“Seorang pahlawan boleh saja salah dan gagal bila tertimpa musibah tetapi ia tidak
boleh kalah, tak boleh menyerah kepada kelemahannya, ia tak boleh menyerah
kepada tantangan-tantangan yang ada, ia tak boleh menyerah kepada keterbatasan
yang ada pada dirinya. Ia harus melawan menembus gelap menjemput fajar karena
kepahlawanan itu adalah piala yang direbut bukan yang dihadiahkan. ”
(No Name)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user vii
PERSEMBAHAN
Ya Rabb,
kami yakin setelah ada kesulitan
Kau berikan kemudahan bagi kami
Kau berikan jalan keluar bagi kami.
Ya Rabb, Jalan kami masih panjang,
masih banyak perjalanan berliku setelah ini.
Berilah kemudahan dalam kami menuntut ilmu
maka bimbinglah kami dengan hidayahMu
dan Syafaat Rasul Mu, Hingga Engkau Ridha
dengan keberhasilan kami. Kami yakin
tak ada pertolongan selain dari Mu Ya Rabb
Ya Rabb bimbinglah setiap langkah, setiap ucapan,
setiap tulisan yang akan kami persembahkan
untuk umat ini.
Aamiin
Kupersembahkan skripsi ini sebagai ungkapan rasa syukurku kepada ALLAH SWT,
serta ungkapan rasa sayang dan cintaku kepada kedua orang tuaku, seluruh kakak dan
kakak ipar, keponakan, semua guru-guruku, sahabat dan semua orang yang kucintai.
Terima kasih atas aliran Do’anya.... hanya Allah sebaik-baik pembalas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user viii
ABSTRAK Umi Nurjannah. K4308122. PENGARUH PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) DIINTEGRASIKAN DENGAN STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR TINGKAT TINGGI DAN KETERAMPILAN SOSIAL. Skripsi, Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juni 2012. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembelajaran PBI+STAD terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan keterampilan sosial siswa kelas X SMA Negeri Colomadu tahun ajaran 2011/2012. Pembelajaran PBI+STAD merupakan menggabungan sintaks PBI dalam STAD. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (Quasi Experimental Research) menggunakan rancangan Postest Only Control Group Design. Variabel bebas adalah model pembelajaran PBI+STAD. Variabel terikat adalah kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial siswa. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Teknik pengambilan sampel dengan Cluster Random Sampling. Sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas X-2 sebagai kelas eksperimen menggunakan model pembelajaran PBI+STAD serta siswa kelas X-7 sebagai kelas kontrol menggunakan model pembelajaran ceramah bervariasi dengan kegiatan pembelajaran yaitu ceramah, diskusi, dan demonstrasi. Teknik pengumpulan data kemampuan berpikir tingkat tinggi menggunakan teknik tes. Pengukuran keterampilan sosial menggunakan angket. Uji prasyarat terdiri tes normalitas dan homogenitas. Normalitas menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Hasil uji Normalitas menandakan bahwa data terdistribusi normal. Uji homogenitas menggunakan uji Levene’s Test yang menunjukkan semua kelompok homogen. Teknik analisis data menggunakan statistik deskriptif dan statistik inferensial yaitu uji-t dengan bantuan program SPSS 16 dengan taraf signifikansi 5%. Hasil uji-t menyatakan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi memiliki harga tO > ttabel = 2.00 > 0.104 dan untuk keterampilan sosial siswa memiliki harga t0 > ttabel = 2.00 > 1.51. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan : 1) Model pembelajaran PBI+STAD tidak berpengaruh terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi pada siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar, 2) Model pembelajaran PBI+STAD tidak berpengaruh terhadap keterampilan sosial pada siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar.
Kata Kunci: PBI, STAD, PBI+STAD, Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi,
Keterampilan Sosial
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user ix
ABSTRACT Umi Nurjannah. K4308122. THE INFLUENCE OF LEARNING PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI) INTEGRATED WITH STUDENT TEAM ACHIVEMENT DIVISION (STAD) TOWARDS HIGHER ORDER THINKING AND SOCIAL SKILLS. Thesis. Surakarta: Biology Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University.2012
This research purposed to know the influence of learning PBI+STAD towards higher level of social and thinking skill of 10th grade students in SMA Negeri Colomadu school year 2011/2012. PBI+STAD are combined learning models of syntax PBI on STAD.
This research is a quasi experimental research using Posttest Only Control Group Design. The independent variable was the model of PBI+STAD learning. The dependent variable is the higher order thinking and social skill of students. General population is all 10th grade students from second semester in SMA Negeri Colomadu Karanganyar school year 2011/2012. The sampling technique used Cluster random Sampling. Samples in this research are class X-2 as an experiment class using a model of PBI+STAD and the class X-7 as a control class using models of learning that vary with lectures, discussions, and demonstrations. The technique of data collection of higher order thinking skill used technique test. The measurement of social skill used a questionnaire.
Prerequisite test analysis consisted of normality test and homogeneity test. Normality test was done with Kolmogorov Smirnov method. Normality test results indicated that the data were normally distributed. Homogeneity test applied Levene’s Test. The result showed that all groups are homogeneous. Data analysis technique for testing of hypothesis in this research is t-test with the aid of SPSS program version 16 significance level 5%. The result showed that higher order thinking are t0 > ttabel = 2.00 > 0.104 and social skill are t0 > ttabel = 2.00 > 1.51. The research concluded that (1) PBI+STAD learning model does not affect the higher order thinking skills in 10th grade students in SMA Negeri Colomadu Karanganyar, (2) PBI+STAD learning model does not affect the social skills in 10th grade students in SMA Negeri Colomadu Karanganyar.
Keywords: PBI, STAD, PBI+STAD, Higher Order Thinking, Social Skill
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user x
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang yang telah
memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita semua, khususnya penulis sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
Dalam penulisa skripsi ini, penulis telah menerima banyak bantuan dari
berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Prof. Furqon Hidayatulloh, Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret (UNS) yang telah memberikan izin penelitian.
2. Sukarmin, S.Pd, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP UNS yang
telah menyetujui penyusunan skripsi.
3. Puguh Karyanto, S.Si, M.Si, Ph.D selaku Ketua Program P.Biologi FKIP UNS
yang telah menyetujui penyusunan skripsi
4. Bowo Sugiharto, S.Pd, M.Pd selaku pembimbing akademik atas bimbingan dan
arahannya selama menempuh perkuliahan.
5. Dr. Baskoro Adi Prayitno, M.Pd selaku dosen pembimbing skripsi I, atas
dukungan, arahan, dan bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga
terselesaikannya skripsi ini.
6. Joko Ariyanto, S.Si, M.Si selaku dosen pembimbing skripsi II, atas dukungan,
arahan, dan bimbingannya dengan penuh kesabaran sehingga terselesaikannya
skripsi ini.
7. Sukarni, M.Hum selaku kepala SMA Negeri Colomadu, yang telah memberikan
kesempatan tempat guna pengambilan data dalam penelitian
8. Triut Susilaningsih, S.Pd selaku guru mata pelajaran Biologi kelas X di SMA
Negeri Colomadu yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam
penelitian.
9. Keluarga besarku tercinta Ibundaku (Almh) Endang Sudarmi yang telah
memberikan doa, bimbingan, dan nasehatnya kepada semua anaknya hingga
menjadi seperti ini. Ayahku Kaelani Achmad Dimyati yang telah berkorban
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xi
banyak, memberikan doa, pengertian, kasih sayang, dan perhatian. Semua kakak
dan kakak ipar, keponakan, dan semua keluarga besar tercinta, yang selalu
memberikan doa, dorongan semangat, motivasi, kesabaran, nasehat, serta
bantuan moral maupun materiil. Semoga ALLAH memberikan balasan terbaik
untuk semuanya. Aamiin
10. Ririk, Sri Wul, Tika, Agasta, Shelli dan teman-teman lain yang satu bimbingan
terima kasih kebersamaan kalian saat menunggu untuk berebut absen buat
konsultasi.
11. Yenny, Afi, Parmi, dan anak-anak kost Barokah 2 yang telah memberikan
dorongan, dukungan, dan kebersamaannya dan juga buat Mbak Putri
terimakasih buat dukungan dan penyemangatnya buatku.
12. Teman-teman terbaik P.Biologi 2008, atas kebersamaan dan kerjasamanya
selama ini.
13. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu per satu, terima kasih banyak
semuanya.
Semoga amal kebaikan semua pihak mendapat imbalan dari Allah SWT.
Masih banyak kekurarangan dalam penulisan skripsi ini, namun penulis berharap
semoga bermanfaat bagi semua pihak.
Surakarta, Juni 2012
Penulis,
Umi Nurjannah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN...............................................................
i
ii
HALAMAN PERSETUJUAN.............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN............................................................... v
ABSTRAK............................................................................................. viii
DAFTAR ISI.......................................................................................... xii
DAFTAR TABEL.................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................
xvi
xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................... 6
C. Pembatasan Masalah..................................................................... 7
D. Perumusan Masalah...................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian.......................................................................... 8
F. Manfaat Penelitian....................................................................... 9
BAB II. LANDASAN TEORI
A.
Tinjauan Pustaka dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
1) Pengertian Pembelajaran PBI.................................... 10
2) Langkah-langkah Pembelajaran PBI......................... 13
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiii
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran PBI.......... 15
b. Pembelajaran Student Team Achivement (STAD)
1) Pengertian Pembelajaran STAD................................. 16
2) Langkah-langkah Pembelajaran STAD...................... 17
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran STAD...... 20
c. Pembelajaran PBI diintegrasikan dengan STAD
1) Pengertian Pembelajaran PBI+STAD....................... 21
2) Langkah-langkah Pembelajaran PBI+STAD............ 22
3) Potensi Pembelajaran PBI+STAD............................. 25
d. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
1) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi..... 26
2) Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.. 27
3) Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi dalam Pembelajaran.......................................
29
e. Keterampilan sosial
1) Pengertian Keterampilan Sosial................................. 30
2) Aspek-aspek Keterampilan Sosial............................. 31
3) Pemberdayaan Keterampilan Sosial dalam
Pembelajaran.............................................................
32
2. Penelitian Relevan................................................................. 34
C.
D.
Kerangka Pemikiran.....................................................................
Hipotesis Penelitian......................................................................
36
40
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian...................................................... 41
B. Rancangan Penelitian................................................................... 42
C. Populasi dan Sampel Penelitian.................................................... 43
D. Teknik Pengambilan Sampel........................................................ 44
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xiv
E. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 45
F. Validitas Instrumen Penelitian...................................................... 46
G. Teknik Analisis Data.................................................................... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi..................................... 51
2. Keterampilan Sosial Siswa......................................................
3. Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran.........................
52
53
B. Uji Analisis Prasyarat
1. Uji Normalitas.................................................................. 55
2. Uji Homogenitas.............................................................. 56
C. Uji Hipotesis................................................................................ 56
D. Pembahasan Data
1. Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi...............................
58
2. Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Keterampilan
Sosial..........................................................
67
3. Model Pembelajaran PBI+STAD sebagai Temuan Baru
Peneliti.............................................................................
69
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Simpulan..................................................................................... 71
B. Implikasi..................................................................................... 71
C
Saran........................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA........................................................................... 73
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Tahap-Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Problem
Based Instruction (PBI)................................................
14
Tabel 2.2 Langkah Pembelajaran STAD (Student Team
Achivement Division)...................................................
17
Tabel 2.3 Nilai Perkembangan Siswa.......................................... 19
Tabel 2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran PBI+STAD.............. 23
Tabel 2.5 Dimensi Proses Kognitif ............................................. 31
Tabel 3.1 Tahap Rencana Pelaksanaan Penelitian....................... 41
Tabel 3.2
Tabel 3.3
Rancangan Penelitian...................................................
Hasil Uji Keseimbangan Kelas X SMA Negeri
Colomadu....................................................................
42
44
Tabel 3.4 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert.................... 46
Tabel 3.5
Tabel 3.6
Rangkuman Hasil Validitas Hasil Tes Berpikir
Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial......................
Koefisien Korelasi........................................................
48
49
Tabel 3.7
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes Berpikir
Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial.....................
Distribusi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi .............................................................
Deskripsi Nilai Angket Keterampilan Sosial Siswa....
Data Nilai Angket Respon Siswa terhadap Model
Pembelajaran yang Berbeda.........................................
Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi dan Keterampilan Sosial...................................
Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Tingkat
49
51
53
54
55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvi
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tinggi dan Keterampilan Sosial...................................
Hasil Hipotesis Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD
terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi............
Hasil Hipotesis Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD
terhadap Keterampilan Sosial.......................................
56
57
58
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xvii
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Hasil Pembelajaran PBI................................................. 12
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran...................................................... 38
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian..................................................... 39
Gambar 4.1
Gambar 4.2
Gambar 4.3
Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Tingkat
Tinggi pada Kelas Ekspeimen dan Kontrol..................
Grafik Perbandingan Keterampilan Sosial pada Kelas
Eksperimen dan Kontrol..............................................
Grafik Perbandingan Persentase Nilai Respon Belajar
Siswa pada Kelas Eksperimen dan Kontrol.................
52
53
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1.
1.1
1.2
1.3
1.4
1.5
1.6
Lampiran 2.
Lampiran 3.
3.1
3.2
3.3
3.4
3.5
3.6
3.7
3.8
Lampiran 4.
Lampiran 5.
Lampiran 6.
Lampiran 7.
Lampiran 8.
8.1
8.2
8.3
Hasil Observasi........................................................................
Dokumentasi Observasi Awal.................................................
Observasi Soal Kognitif yang Dibuat Guru.............................
Wawancara Siswa....................................................................
Wawancara Guru......................................................................
Lembar Observasi Aktivitas Belajar Siswa..............................
Dokumentasi Nilai....................................................................
Uji Validitas dan Reliabilitas...................................................
Instrumen Penelitian.................................................................
Silabus......................................................................................
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran.........................................
LKS.........................................................................................
Alat Pembelajaran...................................................................
Soal Kemampuan Berpikir Tinggi...........................................
Angket Keterampilan Sosial....................................................
Angket Respon Belajar Siswa.................................................
Lembar Observasi Keterlaksanaan Sintaks.............................
Foto Dokumentasi Penelitian..................................................
Absensi Siswa.........................................................................
Pembagian Kelompok STAD...................................................
Keterlaksanaan Sintaks tiap Pertemuan ..................................
Hasil Penelitian........................................................................
Hasil Nilai Kognitif Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi.....
Hasil Nilai Angket Keterampilan Sosial..................................
Hasil Angket Respon Balikan Siswa.......................................
77
78
80
84
93
98
102
105
109
110
114
145
151
153
161
166
171
173
182
185
189
199
200
203
208
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user xix
Lampiran 9.
Lampiran 10
Uji Keseimbangan...................................................................
Uji Prasyarat.............................................................................
213
215
10.1 Uji Normalitas.......................................................................... 216
10.2 Uji Homogenitas..................................................................... 223
Lampiran 11. Uji Hipotesis........................................................................... 225
Lampiran 12 Perijinan................................................................................. 229
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Proses pembelajaran memerlukan guru sebagai pembelajar yang sebaiknya
dapat mengembangkan kapasitas belajar, kompetensi dasar, dan potensi yang
dimiliki oleh siswa secara penuh. Proses pembelajaran yang didalamnya terdapat
proses seperti hal tersebut akan mampu melihat adanya partisipasi siswa dalam
pembelajaran, siswa terampil dalam proses pembelajaran, siswa mampu
mengembangkan cara-cara belajar mandirinya, siswa berperan dalam
merencanakan serta melaksanakan kegiatan belajar, dan mampu melakukan
penilaian proses pembelajaran itu sendiri sehingga pada pembelajaran lebih
mengutamakan pengalaman siswa dalam melakukan proses pembelajaran.
Hasil dari proses pembelajaran yang penting bagi siswa diantaranya
keterampilan sosial sebagai nilai afektif siswa dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi sebagai nilai kognitif siswa. Keterampilan sosial perlu dilatihkan pada
siswa dengan melatihkan siswa untuk berkomunikasi, berinteraksi dengan orang
lain, berpendapat, dan lain sebagainya. Kemampuan berpikir tingkat tinggi juga
sangat penting bagi siswa dikarenakan keberhasilan dalam belajar siswa tidak
hanya nilai kognitif akhir yang didapatkan siswa tetapi juga dalam proses belajar
siswa mampu terlatihkan untuk berpikir kritis, logis, sistematis, dan objektif
sehingga siswa tidak hanya berpikir abstrak melainkan mampu berpikir fakta
menuju konsep. Siswa yang memiliki keterampilan sosial dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi nantinya akan mampu menjawab tantangan di kehidupan
nyata yang mengharuskan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain dan
menjawab permasalahan-permasalahan yang ada dikehidupan sehari-hari.
SMA Negeri Colomadu merupakan SMA Negeri di Kabupaten
Karanganyar. Siswa di SMA Negeri Colomadu memiliki input kemampuan
belajar yang bervariasi. Hasil observasi awal di SMA Negeri Colomadu
menunjukkan kegiatan pembelajaran di kelas masih berpusat pada guru sedangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
siswa cenderung hanya mencatat serta mendengarkan penjelasan guru. Siswa
terlihat kurang dalam menanggapi pendapat orang lain, tidak ada siswa yang
bertanya kepada guru maupun temannya yang lain, serta tidak adanya kegiatan
presentasi (Lampiran 1). Temuan ini mengindikasikan rendahnya keterampilan
sosial siswa khususnya keterampilan berkomunikasi dan bekerja sama.
Permasalahan penting lainnya adalah hasil analisis terhadap soal-soal yang
digunakan guru pada kegiatan ulangan harian menunjukkan bahwa soal-soal yang
dikembangkan masih terbatas pada tipe soal mengingat (C1), memahami (C2),
dan mengaplikasikan (C3) sehingga guru kurang melatihkan siswa dalam aspek
menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta(Lampiran 1). Didominasinya soal-soal
bertipe C1, C2, dan C3 dari tes ulangan harian siswa mengindikasikan guru
kurang melatihkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi.
Berdasarkan temuan hasil observasi (Lampiran 1), proses pembelajaran
biologi yang masih terpusat pada guru terlihat dapat menyebabkan siswa kurang
aktif dan kurang menimbulkan semangat dalam belajar, seperti siswa cenderung
bosan, tidak memperhatikan guru, serta kurang merangsang partisipasi siswa.
Akibatnya, penguasaan materi siswa kurang, keterampilan sosial siswa rendah,
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa memprihatinkan. Kenyataan yang
didapat ini berkebalikan dengan pendapat Zakaria dan Iksan (2007:36)
menyatakan bahwa pada proses pembelajaran, siswa tidak hanya perlu
pengetahuan tetapi juga keterampilan komunikasi, keterampilan pemecahan
masalah, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh karena itu, diperlukan
solusi model pembelajaran yang tepat untuk memberdayakan keterampilan sosial
dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran. Model pembelajaran hendaknya
berorientasi pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif di dalam
pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran bertujuan untuk menciptakan
kondisi pembelajaran efektif. Penggunaan model pembelajaran yang tepat dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
mendorong siswa untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat
mencapai tujuan belajar.
Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) merupakan model
pembelajaran yang mengutamakan siswa saling bekerja sama satu dengan lainnya
agar lebih memahami dalam mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan
bekerja sama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan
komunikasi yang baik, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial, dan
sikap toleransi terhadap perbedaan individu. Hal ini sesuai pendapat Jacobsen,
Eggen, dan Kauchak (2009:231) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif
dapat diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti mengajarkan
tujuan-tujuan akademik tradisional, keterampilan dasar, dan kemampuan berpikir
tingkat tinggi.
Penerapan pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dapat
memusatkan perhatian siswa pada kegiatan pembelajaran sehingga tidak banyak
kesempatan bagi siswa untuk berbuat gaduh di kelas. Dengan menggunakan
pembelajaran PBI, siswa dapat menggali informasi melalui permasalahan yang
ada dikehidupan sehari-harinya. Siswa dituntut lebih banyak melakukan kegiatan
belajar dengan cara mengamati, mengidentifikasi, membuat hipotesis,
merencanakan penelitian atau percobaan, mengumpulkan data, mengorganisasi
dan memaknakan data, membuat kesimpulan, serta mengkomunikasikan hasil
penelitian atau percobaannya. Munculnya suatu permasalahan dalam
pembelajaran PBI dapat memancing siswa untuk berpendapat dan berpikir kritis
terhadap permasalahan konsep biologi dengan tuntunan instruksi guru.
Pembelajaran PBI menyajikan permasalahan untuk dibahas dan dicari jalan
keluarnya di kelas. Argumentasi tersebut diperkuat oleh Trianto (2010:92) bahwa
PBI merupakan pembelajaran yang menuntut siswa menyelesaikan permasalahan
autentik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri
dan kemampuan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, percaya
diri, serta siswa menggunakan bermacam-macam keterampilannya seperti bekerja
sama dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Student Team Achivement Division (STAD) merupakan pembelajaran yang
memfasilitasi siswa belajar dalam kelompok kecil yang memiliki tingkat
kemampuan yang berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompok tiap anggota
saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami bahan pembelajaran.
Selama bekerja dalam satu kelompok, anggota kelompok diharapkan mampu
mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru dan dapat saling membantu
teman dalam mencapai ketuntasan materi. Pengetahuan dan keterampilan siswa
dapat diamati dalam kegiatan pembelajaran melalui penerapan STAD. Guru pada
pembelajaran STAD berperan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi.
Pada model STAD guru berperan menciptakan suatu lingkungan belajar yang
kondusif bagi peserta didik. STAD merupakan salah satu model kooperatif yang
paling sederhana dan merupakan salah satu model kooperatif yang paling baik
untuk permulaan bagi para guru yang baru menerapkan model kooperatif.
Pelaksanaan model STAD dapat meningkatkan keterampilan sosial yaitu
partisipasi siswa karena siswa belajar melalui kelompok diskusi, dengan kegiatan
diskusi menuntut siswa untuk berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam tim
atau bekerja sama untuk mendapatkan skor yang tinggi bagi masing-masing
kelompok tim. Skor yang didapatkan menentukan reward yang diberikan guru
kepada tim yang mampu memberikan nilai perkembangan tinggi dari anggota
timnya. Menurut Slavin (2009:12), model pembelajaran STAD merupakan tipe
pembelajaran kooperatif yang mampu memotivasi siswa supaya dapat saling
mendukung dan membantu satu sama lain dalam mengusai kemampuan yang
dibelajarkan oleh guru.
Berdasarkan uraian pada paragraf di atas, pembelajaran PBI berbeda
dengan pembelajaran STAD. Pembelajaran PBI berpotensi mampu
memberdayakan berpikir tingkat tinggi karena PBI menuntut siswa terampil
menyelesaikan permasalahan dalam pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat
menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi, tetapi pada pembelajaran ini guru tidak dapat melihat
perkembangan siswa dikarenakan antar tim/kelompok cenderung saling
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
berkompetisi menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
Hal ini berbeda dengan pembelajaran STAD yang kurang mampu melatihkan
siswa untuk berpikir tingkat tinggi dan lebih melatihkan keterampilan sosial
seperti bekerja sama dan berkomunikasi melalui kelompok diskusi yang
menuntut siswa untuk berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam tim atau
bekerja sama untuk mendapatkan skor yang tinggi bagi masing-masing kelompok
tim. Pada pembelajaran STAD guru juga dapat melihat perkembangan siswa
karena guru menyediakan reward yang diberikan kepada tim yang mampu
memberikan nilai perkembangan tinggi dari anggota timnya. Untuk
menghilangkan nuansa pembelajaran yang cenderung kompetitif dan juga
melatihkan berpikir tingkat tinggi siswa pada sintaks Problem Based Instruction
(PBI) maka perlu dipadukan dengan sintaks Student Team Achivement Division
(STAD) yang bersifat kolaboratif karena terdapat penilaian perkembangan tiap
siswa dalam mencapai ketuntasan materi dan dapat membantu siswa dalam
meningkatkan keterampilan sosial. Diintegrasikannya Problem Based Instruction
(PBI) dan Student Team Achivement Division (STAD) maka nuansa kolaboratif
akan muncul dan membuat siswa dapat meningkatkan keterampilan sosial yaitu
berperan aktif dan kerjasama dalam kelompoknya serta dapat melatih siswa
berpikir tingkat tinggi dengan permasalahan-permasalahan fenomena kehidupan
sehari-hari.
Model pembelajaran yang digunakan untuk mengatasi rendahnya
keterampilan sosial dan berpikir tingkat tinggi adalah melalui pembelajaran PBI
yang diintegrasikan dalam STAD (PBI+STAD). Penerapan PBI+STAD berpotensi
dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pencarian pengetahuan melalui
suatu permasalahan, observasi, bertanya, mengajukan dugaan, pengumpulan data,
dan penyimpulan sehingga dengan penerapan PBI+STAD dapat mendorong siswa
untuk berpikir lebih tinggi, aktif berpartisipasi dalam pembelajaran,
berkomunikasi dengan baik, siap mengemukakan pendapatnya, saling bekerja
sama dengan orang lain, menghargai orang lain, dan melatih siswa untuk
menuliskan hasil diskusinya ke dalam bentuk tulisan secara sistematis. Hasil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
penelitian ini diharapkan mampu melatihkan siswa untuk dapat berpikir tingkat
tinggi dan melatihkan keterampilan sosial siswa seperti bekerja sama dan
berkomunikasi maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
sebagai berikut, ”Pengaruh Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Diintegrasikan dengan Student Team Achivement Division (STAD) terhadap
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, maka dapat diidentifikasi masalah
sebagai berikut.
1. Proses pembelajaran biologi masih terpusat pada guru seperti menggunakan
metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas.
2. Keterampilan sosial siswa rendah, terlihat dari kegiatan siswa cenderung hanya
mencatat dan mendengarkan penjelasan guru. Siswa terlihat kurang dalam
menanggapi pendapat orang lain, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru
maupun teman, dan tidak adanya kegiatan presentasi.
3. Guru kurang melatihkan siswa dalam berpikir tingkat tinggi yang terlihat dari
soal-soal yang digunakan guru pada kegiatan ulangan harian menunjukkan
bahwa soal-soal yang dikembangkan masih terbatas pada tipe soal C1
(mengingat), C2 (memahani), dan C3 (mengaplikasikan), sehingga guru kurang
melatihkan siswa dalam menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
4. Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru
mengembangkan model-model pembelajaran.
5. Pembelajaran PBI dapat melatihkan siswa pada tim/kelompok untuk berpikir
tingkat tinggi dalam menyelesaikan masalah.
6. Pembelajran STAD mampu melatihkan keterampilan sosial seperti bekerja
sama dan berkomunikasi. Selain itu, guru dapat melihat perkembangan siswa
karena guru menyediakan reward sebagai penyemangat siswa untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
mendapatkan skor yang tinggi bagi masing-masing kelompok tim dan nilai
perkembangan tinggi bagi setiap anggota tim.
7. Pembelajaran PBI+STAD diharapkan mampu untuk melatihkan siswa untuk
dapat berpikir tingkat tinggi dan melatihkan keterampilan sosial siswa seperti
bekerja sama dan berkomunikasi.
C. Pembatasan Masalah
Guna memperoleh kedalaman kajian dan menghindari perluasan masalah
atau permasalahan yang dikaji dapat terarah dan mendalam, maka dalam
penelitian ini peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut
1. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester genap SMA Negeri
Colomadu Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Obyek Penelitian
a. Keterampilan sosial (social skill) dapat diartikan sebagai kecakapan yang
dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat yang banyak macam budayanya,
demokratis, dan masyarakat global yang penuh dengan tantangan yang dilihat
dari keaktifan dalam proses pembelajaran yang dibatasi dalam:
1) berkomunikasi dengan indikator empiriknya yaitu menanggapi pendapat
orang lain, bertanya kepada teman, bertanya kepada guru, menjawab
pertanyaan teman, menjawab pertanyaan guru, menyimpulkan materi di
depan kelas, berpendapat dalam diskusi kelompok, mencatat hasil diskusi,
dan merangkum materi.
2) kerjasama dengan indikator empiriknya yaitu membuat rencana dengan
orang lain, memimpin diskusi kelompok, mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pendapat teman, mendengarkan kegiatan presentasi,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
membantu teman, menghargai pendapat teman, dan memecahkan masalah
diskusi.
b. Keterampilan berpikir tingkat tinggi diterapkan dalam membedakan, penerapan
yang sederhana dan analisis, strategi kognitif, serta menghubungkan
pengetahuan sebelumnya dari suatu konten materi yang dilihat dari
penyelesaian soal-soal kognitif bertipe menganalisis (C4), mengevaluasi (C5),
dan kreasi/mencipta (C6).
c. PBI+STAD ini dilakukan dengan dengan skenario pembelajaran yang bertahap
sesuai langkah-langkah pembelajaran PBI+STAD yang diawali dengan
memberikan suatu fenomena/permasalahan yang ada di kehidupan sehari-hari.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka permasalahan yang menjadi
pokok penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap
keterampilan sosial siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun
ajaran 2011/2012?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu
Karanganyar tahun ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian perumusan masalah dapat ditarik tujuan penelitian
adalah sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui pengaruh model PBI+STAD terhadap keterampilan sosial
siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran 2011/2012.
2. Untuk mengetahui pengaruh model PBI+STAD terhadap kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar tahun ajaran
2011/201
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi pihak-pihak sebagai berikut.
1. Bagi siswa
a. Meningkatkan keterampilan sosial yang ditunjukkan dari hasil observasi dari
ranah afektif siswa dalam pembelajaran Biologi.
b. Meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi yang ditunjukkan dari
kemampuan siswa dalam meyelesaikan soal-soal berpikir tingkat tinggi
c. Memberikan suasana belajar yang lebih kondusif dan variatif sehingga
pembelajaran tidak monoton dan dapat membawa dampak pada peningkatan
keterampilan sosial siswa dan kemampuan berpikir tingkat tinggi.
d. Mengajarkan siswa untuk berkerja sama dalam kelompok-kelompok,
memecahkan masalah bersama, berpendapat dan bertanggung jawab.
2. Bagi Guru
a. Menambah wawasan tentang model pembelajaran yang efektif dalam
mencapai tujuan pembelajaran.
b. Memberikan solusi terhadap kendala pelaksanaan pembelajaran biologi
khususnya terkait dengan keterampilan sosial dan kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
3. Bagi Institusi
Memberikan masukan atau saran dalam upaya mengembangkan suatu proses
pembelajaran yang mampu meningkatkan keterampilan sosial dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa SMA Negeri Colomadu sehingga meningkatkan
sumber daya pendidikan untuk menghasilkan output yang berkualitas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan
1. Kajian Teori
a. Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
1) Pengertian Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Pembelajaran berdasarkan masalah menurut Trianto (2010:92)
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa mengerjakan
permasalahan autentik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian, percaya diri, serta siswa menggunakan
bermacam-macam keterampilannya seperti bekerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Pembelajaran berbasis masalah menurut Nurhadi (2004:109) dikenal
dengan nama lain seperti pembelajaran proyek (project based teaching),
pendidikan berdasarkan pengalaman (experience based education),
pembelajaran autentik (authentic learning), dan pembelajaran berakar pada
kehidupan nyata (anchored instruction).
Suprijono (2011:70) menyatakan bahwa pembelajaran PBI
menekankan pada berpikir tingkat tinggi yang memfasilitasi siswa
mengembangkan kemampuan berpikir yaitu berpikir dari fakta ke konsep
sehingga siswa tidak hanya mampu mendeskripsikan secara faktual apa yang
diamati tetapi juga secara analitis atau konseptual. Mudjiman (2006:55)
menambahkan bahwa dengan pembelajaran PBI, siswa membentuk
pengetahuan baru melalui langkah analisis terhadap pengetahuan-
pengetahuan baru yang mereka kumpulkan. Proses ini berkebalikan dengan
pembelajaran tradisional dengan guru mengajarkan pengetahuan-pengetahuan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
baru kemudian memberikan masalah kepada siswa untuk dipecahkan dengan
pengetahuan yang telah diajarkan.
Pembelajaran PBI tidak dirancang untuk guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa, melainkan membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan
keterampilan intelektual. Guru bertugas membantu siswa merumuskan tugas-
tugas dan bukan menyajikan tugas pelajaran. Objek pelajaran tidak dipelajari
dari buku teks tetapi dari masalah yang ada di sekitarnya sehingga mampu
membuat siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya. Yamin
(2008:85) menyatakan bahwa PBI merupakan model yang merangsang
berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang
disampaikan siswa.
Ciri khusus Problem Based Instruction (PBI) menurut Arends
(2008:42-43) yaitu driving question or problems (siswa mengajukan
pertanyaan atau masalah) yang merupakan pengajaran berdasarkan masalah
dengan cara mengorganisasikan dan mengajukan pertanyaan/masalah
kehidupan nyata, menghindari jawaban sederhana, dan memungkinkan
adanya berbagai solusi untuk situasi tersebut. Interdisciplinary focus (siswa
berfokus pada keterkaitan antardisiplin) yaitu PBI berpusat pada mata
pelajaran tertentu tetapi masalah yang akan diselidiki dipilih nyata sehingga
siswa dapat meninjau masalah tersebut dari berbagai mata pelajaran ketika
menyelesaikan masalah. Authentic investigation (siswa melakukan
penyelidikan autentik) yaitu PBI mengharuskan siswa melakukan
penyelidikan autentik sesuai masalah yang sedang dipelajari untuk mencari
penyelesaian nyata terhadap masalah nyata dengan menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis dan membuat ramalan,
mengumpulkan dan melakukan eksperimen (jika diperlukan), serta membuat
dan merumuskan kesimpulan. Producting of artifacts and exhibit (siswa
menghasilkan produk dan memamerkannya) yaitu PBI menuntut siswa
menghasilkan produk dalam bentuk karya nyata dan peragaan yang
menjelaskan penyelesaian masalah yang ditemukan dan direncanakan siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
untuk didemonstrasikan kepada temannya tentang apa yang telah mereka
pelajari. Collaboration (siswa melakukan kolaborasi) yaitu ciri PBI dengan
siswa bekerja sama satu dengan yang lain secara berpasangan atau kelompok
kecil dengan maksud memberi motivasi untuk secara berkelanjutan terlibat
dalam tugas-tugas kompleks, memperbanyak peluang berbagi inkuiri dan
dialog, serta mengembangkan keterampilan sosial dan berpikir.
Tujuan pembelajaran PBI menurut Arends (2008:43) dapat dilihat
pada Gambar 2.1 berikut.
Gambar 2.1. Hasil Pembelajaran Problem Based Instruction (Sumber: Arends, 2008: 43)
Tujuan PBI menurut Arends (2003:158-159) dapat dijelaskan bahwa thinking
and problem-solving skills (keterampilan berpikir dan pemecahan masalah)
yaitu beragam ide digunakan untuk mendiskripsikan cara orang berpikir dan
memecahkan masalah dari ide yang digunakan untuk menggambarkan cara
orang berpikir, menjelaskan proses berpikir, keterampilan berpikir, dan
berpikir tingkat tinggi. Trianto (2010:95) mengungkapkan bahwa berpikir
merupakan proses melibatkan operasi mental seperti penalaran dan
kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan
sehingga dikatakan bahwa PBI melatih siswa untuk memiliki keterampilan
berpikir tingkat tinggi. Arends (2003:160) menyatakan bahwa adult role
modeling (pemodelan peran orang dewasa) yaitu pembelajaran PBI
Pembelajaran
Berbasis Masalah
Keterampilan
berpikir/penyelidikan dan
keterampilan mengatasi masalah
Perilaku dan keterampilan sosial sesuai
peran orang dewasa
Keterampilan untuk
belajar mandiri
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
membantu siswa tampil dalam situasi kehidupan nyata dan belajar pentingnya
peran orang dewasa karena pengajaran berbasis masalah mendorong siswa
untuk kerja sama menyelesaikan tugas, mendorong dalam kegiatan
pengamatan, dan berdialog dengan orang lain sehingga siswa dapat
memahami peran orang yang diamati atau yang diajak berdialog dan
mendorong siswa terlibat dalam penyelidikan sehingga mampu menafsirkan,
menjelaskan, serta dapat membangun pemahamannya sendiri terhadap
fenomena permasalahan yang dihadirkan secara mandiri. Membuat siswa
menjadi independent and automous learners (pembelajar yang otonom dan
mandiri) yaitu pembelajaran PBI berusaha membantu siswa menjadi
pembelajar mandiri dengan bimbingan guru yang senantiasa memberikan
semangat dan reward ketika siswa mengajukan pertanyaan maupun mencari
sendiri solusi berbagai masalah nyata sehingga siswa belajar untuk
melaksanakan tugasnya secara mandiri.
2) Langkah-Langkah Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Peran guru dalam PBI adalah mengajukan masalah, memfasilitasi
penyelidikan, dan melakukan dialog dengan siswa sampai masalah tersebut
terpecahkan. Masalah yang diajukan guru didapat dari permasalahan-
permasalahan dikehidupan nyata dan memerlukan proses berpikir tingkat
tinggi dalam pemecahan masalah. Pembelajaran Problem-based Instruction
menekankan proses penyelesaian masalah oleh siswa. Guru berperan
menyajikan masalah dan mengajukan pertanyaan yang mengarahkan siswa
untuk memecahkan masalah dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut
diuraikan Ibrahim bahwa tugas guru dalam kelas PBI yaitu mengorientasikan
siswa pada masalah yang ada pada kehidupan sehari-hari, membimbing siswa
dalam melakukan penyelidikan, memfasilitasi kegiatan diskusi, serta
mendukung belajar siswa (Trianto.2010:97).
Tahapan pembelajaran PBI menurut Suprijono (2011:73), terdiri dari
5 fase yang merupakan tindakan berpola yang diciptakan agar hasil
pembelajaran PBI dapat terlaksana. Melengkapi pendapat tersebut, Nurhadi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
(2004:111) menyatakan bahwa pengajaran berbasis masalah terdiri dari lima
tahapan utama dimulai dengan guru memperkenalkan siswa terhadap situasi
masalah dan diakhiri penyajian serta analisis hasil kerja siswa.
Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) dapat dilihat pada Tabel 2.1 berikut.
Tabel 2.1. Tahap-tahap Pelaksanaan Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)
Tahapan Tingkah Laku Guru Tahap 1 Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap 2 Mengorganisasi siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
Tahap 3 Membimbing penyelidikan individual dan kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalahnya.
Tahap 4 Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model serta membantu mereka berbagi tugas dengan temannya
Tahap 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.
(Sumber: Nurhadi, 2004:111)
Tahap-tahap pembelajaran PBI dijelaskan Suprijono (2011:74) yaitu
pada fase pertama yang perlu dielaborasikan antara lain tujuan utama
pembelajaran yaitu mengumpulkan permasalahan penting dan menjadi
pembelajar mandiri. Permasalahan yang diselesaikan siswa memiliki banyak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
solusi yang terkadang saling bertentangan sehingga selama menganalisis,
memecahkan masalah, serta ketika menjelaskan siswa didorong melontarkan
pertanyaan, mencari informasi, dan didorong mengekspresikan ide
argumentasinya secara bebas. Pada fase kedua, siswa diharuskan
mengembangkan keterampilan kolaborasi/kerja sama diantara siswa dan
memfasilitasi dalam menyelesaikan permasalahan. Fase ketiga, guru
membantu siswa menentukan metode pemecahan masalah. Fase keempat,
ketika melakukan penyelidikan/penyelesaian masalah siswa diharuskan
membuat hasil penyelesaian masalah. Fase kelima yaitu guru membantu
siswa menganalisis, mengevaluasi proses berpikir siswa, dan keterampilan
berpikir dalam penyelesaian masalah berdasarkan metode penyelesaian
masalah yang siswa gunakan.
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI)
Kendala yang dihadapi dalam PBI menurut Mudjiman (2006:57)
yaitu siswa yang malu-malu sehingga tidak dapat berpartisipasi aktif dalam
kelompok, adanya siswa yang mengganggu, siswa tidak mampu mengatasi
masalah, siswa terus menerus bergantung dengan guru, adanya siswa yang
dominan sehingga terkesan akan memaksakan kehendak kepada kelompok,
dan kadangkala terdapat kelompok yang tidak kompak.
Dampak pembelajaran PBI adalah pemahaman yang berkaitan
tentang pengetahuan dengan dunia nyata dan bagaimana menggunakan
pengetahuan dalam pemecahan masalah kompleks. Dampak pengiringnya
yaitu mempercepat pengembangan pembelajaran mandiri, menciptakan
lingkungan kelas yang demokratis, dan efektif dalam mengatasi keragaman
siswa (Santyasa. 2005:13).
Yazdani dalam Nur (2011a:33-34) mengungkapkan keuntungan
pembelajaran berbasis masalah yaitu menekankan makna bukan fakta yaitu
siswa terlibat dalam pembelajaran bermakna, meningkatkan pengarahan diri
yaitu ketika siswa berupaya keras menyelesaikan permasalahan maka siswa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
akan mampu melatih sikap tanggung jawabnya sehingga pemahaman lebih
tinggi dan pengembangan keterampilan yang lebih baik, melatihkan
keterampilan interpersonal dan kerja tim, sikap memotivasi diri sendiri,
meningkatnya hubungan keakraban antara guru dan siswa, meningkatkan
tingkat pembelajaran dari keterampilan belajar, pemecahan masalah, teknik-
teknik evaluasi diri, dan hubungan dengan lingkungan.
Sudjana (1996:93-95) menambahkan bahwa model pembelajaran
berbasis masalah mempunyai beberapa kelebihan antara lain siswa
memperoleh pengalaman praktis, kegiatan belajar lebih menarik, bahan
pengajaran lebih dihayati dan dipahami, siswa dapat belajar dari berbagai
sumber, interaksi sosial antarsiswa lebih banyak dikembangkan, siswa belajar
melakukan analisis dan sintesis secara simultan, siswa dibiasakan berpikir
logis dan sistematis dalam pemecahan masalah. Kekurangannya PBI antara
lain menuntut sumber dan sarana belajar yang cukup, kegiatan belajar siswa
bisa membawa resiko yang merugikan jika kegiatan belajar tidak dikontrol
dan dikendalikan oleh guru, usaha para siswa asal-asalan apabila masalah
tidak berbobot sehingga cenderung untuk menerima jawaban atau dugaan
sementara.
Selain itu menurut Trianto (2010:96-97), kelebihan PBI adalah
realistik dengan kehidupan siswa, konsep sesuai dengan kebutuhan siswa,
memupuk inkuiri siswa, ingatan konsep siswa menjadi kuat, dan memupuk
kemampuan problem solving. Kekurangan PBI adalah persiapan
pembelajaran yang kompleks, sulitnya mencari problem yang relevan, sering
terjadi miss-konsepsi, dan memerlukan waktu yang lebih banyak.
b. Pembelajaran Student Team Achievment Division (STAD)
1) Pengertian Pembelajaran Student Team Achievment Division (STAD)
Student Team Achievment Division (STAD) merupakan pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana. Pembelajaran kooperatif tipe STAD
dicirikan oleh suatu struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif.
Jacobsen, et al., (2009:235) menyatakan bahwa STAD yaitu memasangkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
pada satu tim siswa yang berkemampuan tinggi dan berkemampuan rendah
dengan rata-rata terdiri dari lima atau enam orang, serta skor tim didasarkan
pada sejauh mana siswa mampu meningkatkan skor mereka dalam tes
keterampilan dan hal yang istimewa dalam STAD yaitu siswa direward atas
penampilan kelompok sehingga dapat mendorong kerja sama kelompok.
Pembelajaran STAD, siswa belajar membentuk sendiri
pengetahuannya berdasarkan pengalaman dan kerja sama setiap siswa dalam
kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Pada
pembelajaran STAD, siswa dilatih bekerja sama dan bertanggung jawab
terhadap tugas sedangkan guru berfungsi sebagai fasilitator yang mengatur
dan mengawasi jalannya proses belajar. Pendapat tersebut diperkuat oleh
Isjoni (2011:74) bahwa tipe STAD dikembangkan oleh Slavin yang
merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan aktivitas dan
interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
2) Langkah-langkah Pembelajaran STAD (Student Team Achievment
Division)
Menurut Nur (2011b:20), STAD terdiri dari lima komponen utama
yaitu presentasi kelas, kerja tim, kuis, perbaikan individual, dan penghargaan
tim. Langkah-langkah pembelajaran STAD menurut Slavin (2009:143-146)
dijabarkan sesuai pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2. Langkah pembelajaran Student Team Achievment Division (STAD)
Tahap Tingkah Laku Guru
Tahap 1 Presentasi kelas
Guru menyajikan konten materi pelajaran sebagaimana yang biasa di lakukan
Tahap 2 Tim / Pembagian kelompok
Guru membagi siswa sehingga setiap kelompok yang terdiri dari empat orang memiliki siswa-siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan kelompok-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
Lanjutan Tabel 2.2 Langkah pembelajaran Student Team Achievment Division (STAD)
Tahap Tingkah Laku Guru kelompok tersebut juga beragam dalam hal
gender dan etnisitas Tahap 3 Kuis individual
Guru mengelola kuis-kuis individual untuk setiap siswa
Tahap 4 Melihat kemajuan siswa
Guru memeriksa kelompok-kelompok untuk kemajuan pembelajaran
Tahap 5 Rekognisi
Guru memberikan penghargaan tim
Langkah-langkah pembelajaran STAD dapat dijelaskan menurut
Isjoni (2011:74-76) antara lain tahap penyajian materi atau presentasi kelas
yaitu guru memulai dengan menyampaikan indikator yang harus dicapai dan
memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang materi yang akan dipelajari
dilanjutkan guru memberikan persepsi dan menyajikan materi baik secara
klasikal maupun melalui audiovisual.
Tahap kerja kelompok yaitu siswa diberikan lembar kerja sebagai
bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok, siswa saling berbagi
tugas dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas sehingga semua
anggota kelompok memahami materi yang dibahas sedangkan guru hanya
sebagai fasilitator dan motivator. Norman (2005:16) menyatakan bahwa
proses bekerja dalam kelompok mengajarkan siswa tentang keterampilan-
ketrampilan yang penting dalam hidup seperti kepemimpinan, pemecahan
masalah, dan komunikasi. Interaksi dalam kelompok belajar kooperatif
memungkinkan siswa untuk melatih kemampuan melalui mengamati,
melakukan, dan menerima umpan balik pada perilaku sosial. Pembagian
kelompok menurut Nur (2011b:25), siswa ditempatkan pada tim yang
seimbang sehingga setiap tim tersusun dari yang tingkat kinerjanya memiliki
rentang mulai dari rendah ke rata-rata sampai tinggi dan tingkat kinerja rata-
rata dari seluruh tim di dalam kelas tersebut kurang lebih sama.
Penempatkan siswa ke dalam tim, digunakan daftar siswa yang diranking
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
menurut kinerjanya, suku, dan jenis kelamin sehingga tercapai suatu
keseimbangan.
Tahapan selanjutnya yaitu tes individu yang digunakan untuk
mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai siswa mengenai
materi yang telah dibahas.
Pada tahap perhitungan skor perkembangan individu, skor
perkembangan individu dihitung berdasarkan skor awal dengan maksud agar
siswa terpacu untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan
kemampuannya. Menurut Slavin (2009:159), untuk poin kemajuan siswa
harus mengumpulkan poin untuk tim berdasarkan tingkat skor kuis
melampaui skor awal yang dapat dilihat dengan menggunakan Tabel 2.3
berikut.
Tabel 2.3. Nilai Perkembangan Siswa
Sumber: ( Slavin. 2009:159)
Pada tahapan rekognisi tim digunakan untuk menentukan tim yang
mendapatkan sertifikat penghargaan atas performa siswa. Pemberian
penghargaan kepada kelompok menurut Slavin (2009:151-161) yaitu
berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal)
ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara penentuan nilai
penghargaan kelompok dijelaskan dengan langkah yaitu menentukan nilai
dasar (awal) masing-masing siswa dengan nilai dasar (awal) dapat berupa
nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya;
menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja
dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I
Skor tes Nilai perkembangan Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5 1- 10 poin di bawah skor awal 10 Skor awal naik 10 poin diatas skor awal 20 10 poin atau lebih di atas skor dasar 30 Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
dan kuis II kepada setiap siswa, yang kita sebut dengan nilai kuis terkini;
serta menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan
berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing
siswa.
Penentuan kelompok mana yang akan diberi penghargaan menurut
Slavin (2009:160), terdapat tiga kriteria penghargaan yaitu kelompok
dengan rata-rata skor 15 sebagai kelompok baik, kelompok dengan rata-rata
skor 20 sebagai kelompok sangat baik, dan kelompok dengan rata-rata skor
25 sebagai kelompok super.
3) Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran STAD (Student Team
Achievment Division)
Jacobsen, et al., (2009:235) menyatakan bahwa STAD merupakan
strategi pembelajaran kooperatif yang penerapannya luas menjangkau
kebanyakan materi pelajaran dan tingkatan kelas. Pendapat lain
dikemukakan Isjoni (2011:74) bahwa STAD merupakan salah satu tipe
kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara
siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai
materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. Pendapat ini
ditambahkan oleh Jacobsen, et al., (2009:231) bahwa pembelajaran
kooperatif diterapkan untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu seperti
mengajarkan tujuan akademik tradisional, keterampilan dasar, dan
kemampuan berpikir tingkat tinggi.
Lima elemen dasar yang menjadi landasan dari semua pembelajaran
kooperatif yang efektif menurut Johnson & Johnson yaitu interaksi sosial
diterapkan untuk memfasilitasi pembelajaran, siswa bekerja bersama dalam
kelompok untuk menyelesaikan tugas, sasaran pembelajaran melahirkan
tujuan kelompok yang mengarah pada aktivitas pembelajaran dalam
kelompok, guru bertanggung jawab atas pembelajaran siswa secara individu,
serta siswa mengembangkan keterampilan kerja sama dan sasaran konten
pembelajaran (Jacobsen, et al., 2009:231).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Khan dan Inamullah (2011:212) menyatakan bahwa STAD memiliki
interaksi yang baik antar siswa, dapat meningkatkan sikap positif terhadap
pelajaran, lebih efektif, dan dapat meningkatkan keterampilan interpersonal.
STAD menambahkan sumber tambahan belajar dalam kelompok sehingga
siswa-siswa yang berprestasi tinggi dapat berperan sebagai tutor yang
memungkinkan siswa untuk bekerja dengan teman-temannya dalam
menguasai materi dan berhasil.
Sesuai argumentasi diatas maka dapat dijabarkan kelebihan
pembelajaran STAD yaitu adanya interaksi sosial, siswa banyak
mendapatkan pengalaman, dapat mengembangkan keterampilan sosial
dalam bekerja sama maupun berkolaborasi, siswa mendapatkan pengalaman
yang lebih, serta dapat memberikan motivasi kepada siswa yang
berkemampuan rendah. Kekurangan STAD yaitu guru harus mempersiapkan
pembelajaran secara matang, membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih,
pada waktu diskusi dimungkinkan permasalahan yang dibahas meluas, serta
pada saat diskusi dimungkinkan didominasi pada seseorang, sehingga
mengakibatkan ada siswa yang pasif.
c. Pembelajaran PBI diintegrasikan dengan STAD
1) Pengertian Pembelajaran PBI diintegrasikan dengan STAD
PBI+STAD merupakan perpaduan antara model pembelajaran
berbasis masalah (PBI) didalam pembelajaran STAD. Trianto (2010:92)
menyatakan bahwa PBI merupakan pembelajaran yang menuntut siswa
menyelesaikan permasalahan autentik untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri, mengembangkan inkuiri dan kemampuan berpikir lebih tinggi,
mengembangkan kemandirian, percaya diri, dan siswa menggunakan
bermacam-macam keterampilannya seperti bekerja sama dalam
menyelesaikan permasalahan yang diberikan. Pembelajaran STAD menurut
Isjoni (2011:74) merupakan salah satu pembelajaran tipe kooperatif yang
dikembangkan Slavin yang menekankan adanya aktivitas dan interaksi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam
menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi maksimal.
Sesuai dalam penelitian Arnyana (2006:698), pelaksanaan belajar
berbasis masalah memiliki ciri siswa bekerja sama dalam kelompok untuk
bersama-sama memecahkan masalah. Jones (1999); Bloom (1998); Wang, et
al., (1998); Ommundsen (2001) dalam Arnyana (2006:698) mengemukakan
bahwa belajar berbasis masalah sangat penting dipasangkan dengan strategi
kooperatif karena melalui pembelajaran kooperatif siswa berpeluang berbagi
keterampilan, berdialog, mengembangkan kecakapan sosial, dan
kemampuan berpikir.
Berdasarkan pendapat diatas, dapat dikatakan bahwa PBI+STAD
merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa menyelesaikan
permasalahan autentik dengan berinteraksi atau kerja sama diantara siswa
yang lain dengan tujuan dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri,
kemampuan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, percaya
diri, dan saling membantu diantara teman dalam menguasai materi pelajaran
guna mencapai prestasi maksimal.
2) Langkah-langkah Pembelajaran Pembelajaran PBI diintegrasikan
dengan STAD
Langkah-langkah pembelajaran PBI+STAD merupakan langkah
pembelajaran yang mengintegrasikan atau memadukan model pembelajaran
PBI dalam STAD. Langkah-langkah pembelajaran PBI+STAD dapat dilihat
pada Tabel 2.4 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
Tabel 2.4 Langkah-Langkah Pembelajaran PBI yang Diintegrasikan dengan STAD
FASE KEGIATAN Fase1 (menjelaskan)
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan, memotivasi siswa agar terlibat pada aktivitas kegiatan pembelajaran. (PBI dan STAD)
Fase 2 (Pembentukan kelompok)
Guru membentuk kelompok kooperatif dengan membagi siswa sehingga setiap kelompok yang terdiri dari empat orang memiliki siswa-siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah dan kelompok-kelompok tersebut juga beragam dalam hal gender dan etnisitas. (STAD)
Fase 3 (Diskusi permasalahan)
Dilakukan kerja kelompok kooperatif (STAD) • Guru memberikan permasalahan disetiap
kelompok (PBI) • Guru meminta siswa untuk mendiskusikan
masalah di setiap kelompok (PBI) Fase 4 (presentasi kelas)
Guru meminta siswa untuk untuk mempresentasikan atau mengkomunikasikan suatu materi. (PBI dan STAD)
Fase 5 (kuis)
Guru memberikan tes individu kepada siswa (STAD)
Fase 6 (rekognisi tim)
Guru memberikan penghargaan kepada siswa sesuai hasil peningkatan belajar siswa dalam kelompok (STAD)
(Dikembangkan sendiri oleh penulis)
Tahapan-tahapan dari sintaks pembelajaran PBI+STAD dapat
dijabarkan yaitu tahap menjelaskan yang merupakan tahapan dari model PBI
dalam STAD. Tahap menjelaskan pada pembelajaran PBI menurut Nur
(2011a:57) yaitu menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan komponen
yang dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah, dan memotivasi siswa agar
terlibat dalam kegiatan memecahkan masalah. Tahap menjelaskan pada
pembelajaran STAD menurut Isjoni (2011:74), guru memulai dengan
menyampaikan indikator yang harus dicapai dan memotivasi siswa tentang
materi yang akan dipelajari kemudian dilanjutkan memberikan persepsi dan
menyajikan materi baik secara klasikal maupun melalui audiovisual.
Lamanya kegiatan guru dalam menyajikan materi bergantung pada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
kekompleksan materi yang akan dibahas. Model pembelajaran STAD pada
tahap menjelaskan guru perlu menekankan hal-hal antara lain
mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan apa yang akan
dipelajari siswa dalam kelompok, menekankan bahwa belajar adalah
memaknai bukan menghafal, memberikan umpan balik untuk mengetahui
pemahaman siswa, memberikan penjelasan tentang suatu jawaban, serta
beralih pada materi selanjutnya jika siswa telah memahami permasalahan
yang ada.
Tahap pembentukan kelompok merupakan tahapan pada
pembelajaran STAD. Slavin (2009:144) menyatakan bahwa dalam
pembentukan kelompok terdiri dari empat atau lima siswa yang mewakili
seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras, dan
etnisitas sehingga tiap kelompok seimbang. Pada tiap kelompok ditekankan
bahwa setiap anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun
harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.
Tahap diskusi permasalahan merupakan perpaduan antara tahapan
PBI dan STAD. Kerja kelompok dilakukan sesuai peraturan kerja kelompok
STAD yaitu tiap kelompok ditekankan bahwa setiap anggotanya melakukan
yang terbaik untuk tim dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk
membantu tiap anggotanya. Lembar kerja kelompok yang digunakan adalah
lembar kerja PBI berisi suatu permasalahan autentik yang harus diselesaikan
dengan mengumpulkan informasi yang sesuai sehingga permasalahan dapat
dipecahkan.
Tahap presentasi kelas merupakan tahapan pada STAD maupun PBI
yaitu siswa diminta untuk mengkomunikasikan hasil diskusi permasalahan
misalnya laporan hasil diskusi, video maupun model sesuai permasalahan
yang diberikan.
Tahap kuis merupakan tahap pada STAD yang bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman atau keberhasilan belajar yang telah
dicapai. Pada tahap ini menurut Nur (2011b:32), siswa tidak diperkenankan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
untuk saling membantu sehingga siswa bertanggung jawab secara individual
dalam memahami suatu materi.
Tahap rekognisi merupakan tahapan khas yang dimiliki STAD yaitu
tahap pemberian penghargaan kepada siswa maupun tim setelah diadakan
tes dan diketahui kemajuan belajar siswa dalam memahami materi tersebut.
Nur (2011b:33) menambahkan bahwa siswa akan memperjelas hubungan
antara bekerja dengan baik dan menerima penghargaan sehingga akan dapat
meningkatkan motivasi siswa untuk berbuat yang terbaik
3) Potensi Pembelajaran PBI diintegrasikan dengan STAD
Jones (1999); Bloom (1998); Wang, et al., (1998); Ommundsen
(2001) dalam penelitian Arnyana (2006:698) mengemukakan bahwa belajar
berbasis masalah sangat penting dipasangkan dengan strategi kooperatif
karena melalui pembelajaran kooperatif siswa berpeluang berbagi
keterampilan, berdialog, mengembangkan kecakapan sosial, dan
kemampuan berpikir.
PBI+STAD merupakan dua model pembelajaran yang keduanya
memiliki kelebihan dan kekurangan. Diintegrasikannya pembelajaran PBI
dengan STAD maka kedua pembelajaran akan saling melengkapi kelebihan
dan kekurangannya masing-masing sehingga menjadi perpaduan model
pembelajaran yang dapat diterapkan.
Kelebihan diterapkannya perpaduan pembelajaran PBI dalam STAD
maka kekurangan yang ada pada pembelajaran PBI yang memiliki nuansa
kompetitif/persaingan antar kelompok akan tertutupi oleh keunggulan
pembelajaran STAD yang bersifat kolaboratif karena terdapat penilaian
kemajuan siswa sehingga PBI+STAD memiliki potensi untuk meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa (keunggulan pembelajaran berbasis
masalah/PBI) dan juga keterampilan sosial diantaranya kerja sama dan
partisipasi siswa dalam berkomunikasi sebagai keunggulan pembelajaran
STAD. Pembelajaran PBI yang dipadukan dalam pembelajaran STAD akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
memiliki kekurangan yaitu membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
menyelesaikan semua sintaks PBI+STAD.
d. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
1) Pengertian Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
McMillan (2004 dalam Jacobsen, et al., 2009:173) menyatakan
bahwa kebanyakan guru mengajukan pertanyaan untuk lima tujuan utama
yaitu untuk melibatkan siswa dalam pelajaran, mendorong pemikiran dan
pemahaman siswa, meninjau kembali isi pelajaran yang penting, mengontrol
siswa, dan menilai kemajuan siswa.
Konsep hirarki berpikir menurut Campbell (2006 dalam Rustaman.
tiada tahun:7) meliputi: thinking skills (membandingkan,
mengklasifikasikan, berhipotesis); thinking strategies (memecahkan
masalah, membuat keputusan); creative thinking (membuat model, berpikir
metaphorical) dan cognitive spirit (berpandangan terbuka, mencari
alternative, dan tidak men-judgment).
King, Goodson, dan Rohani (tiada tahun:1) menyatakan bahwa
kemampuan berpikir tingkat tinggi memperkenalkan berpikir kritis, berpikir
logika, berpikir reflektif, berpikir metakognisi, dan berpikir kreatif yang
terjadi ketika siswa menemukan masalah yang jarang didengarnya,
ketidaktentuan, pertanyaan-pertanyaan, atau suatu pilihan. Kemampuan
berpikir tingkat tinggi diterapkan dalam membedakan, penerapan yang
sederhana dan analisis, strategi kognitif, serta menghubungkan pengetahuan
sebelumnya dari suatu konten materi.
Menurut Lauren Resnick (dalam Arends.2008:44) tentang berpikir
tingkat tinggi yaitu bersifat non algorithmic yaitu merupakan bagian dari
aksi yang menunjukkan kemajuan, cenderung kompleks yaitu mampu
berpikir dalam berbagai prespektif atau mampu menggunakan sudut
pandang manapun, kerapkali menghasilkan suatu solusi yang banyak
pilihannya, menyertakan nuansa berpendapat dan interpretasi, menyertakan
suatu aplikasi dari kriteria yang banyak seperti suatu permasalahan yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
kadang bertentangan satu dengan yang lain, selalu menyertakan
ketidakpastian karena tidak semua yang berhubungan dengan tugas yang
ditangani telah diketahui, menunjukkan pengaturan diri dari proses berpikir
karena tidak dapat membuat diri seorang individu untuk berpikir tingkat
tinggi bila orang lainlah yang menentukan setiap langkahnya, menunjukkan
arti yang mengesankan dan menemukan struktur yang tampak tidak
beraturan di suatu permasalahan, serta merupakan usaha penuh karena
mental kerja ditunjukkan dalam kegiatan elaborasi dan usaha dalam
berpendapat.
Syarat yang harus dimiliki siswa agar berhasil dalam belajar yakni
kemampuan untuk berpikir tingkat tinggi yang ditandai dengan berpikir
kritis, logis, sistematis, dan objektif. Menurut Arends (2008:44),
keterampilan dan proses berpikir tingkat tinggi dapat diajarkan dengan
kurikulum yang dikembangkan pada pembelajaran serupa Problem Based
Intruction.
2) Aspek-aspek Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Tingkatan berpikir tingkat tinggi menurut Gardner (dalam Rustaman
tiada tahun:16) dikemukakan bahwa mengumpulkan dan memahami
pengetahuan dasar, pemrosesan dan analisis informasi, penalaran, serta
berpikir tingkat tinggi. Mensintesis dan mengevaluasi (inti urutan berpikir
lebih tinggi) umumnya meliputi membuat penilaian individu tentang
kepentingan informasi relatif terhadap diri seseorang, membuat rencana
bagaimana menggunakan informasi dalam kehidupan sehari-hari, dan
mengintegrasikan informasi dengan pengetahuan atau informasi lain.
Dalam konteks taksonomi kognitif, pertanyaan tingkat rendah
menjadikan tingkatan mengingat/remembering sebagai target pencapainnya.
Lima tingkatan lain yaitu memahami/understanding, menerapkan/applying,
menganalisis/analyzing, mengevaluasi/evaluating, dan menciptakan/creating
semuanya menjadi target pertimbangan dalam pertanyaan tingkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
(Jacobsen et al., 2009:175). Dimensi proses kognitif dapat dilihat pada Tabel
2.5 berikut.
Tabel 2.5 Dimensi Proses Kognitif Menurut Anderson (2010: 101) KATEGORI DAN PROSES KOGNITIF
NAMA-NAMA LAIN DEFINISI DAN CONTOH
C4: MENGANALISIS—Memecah-mecah materi menjadi bagian-bagian penyusunnya dan menentukan hubungan-hubungan antarbagian itu dan hubungan antara bagian tersebut dan keseluruhan struktur atau tujuan 4.1 Membedakan
Menyendirikan, memilah, memfokuskan, memilih
Membedakan bagian materi pelajaran yang relevan dari yang tidak relevan, bagian yang penting dari yang tidak penting
4.2 Mengorganisasikan
Menemukan koherensi, memadukan, membuat garis besar, mendeskripsikan peran, menstruktur
Menentukan bagaimana elemen-elemen bekerja atau berfungsi dalam sebuah struktur (misalnya, menyusun bukti-bukti dalam cerita sejarah jadi bukti-bukti yang mendukung dan menentang suatu penjelasan historis)
4.3 mengatribusikan Mendekonstruksi
Menentukan sudut pandang, bias, nilai atau maksud dibalik materi pelajaran
C5: MENGEVALUASI—Mengambil keputusan berdasarkan kriteris dan / atau standar
5.1 Memeriksa
Mengoordinasi, mendeteksi, memonitor, menguji
Menemukan inkonsistensi atau kesalahan dalam suatu proses atau produk; menentukan apakah suatu proses dan produk memilki konsistensi internal; menemukan efektivitas suatu prosedur yang sedang dipraktikkan
5.2 mengkritik Menilai Menemukan inkonsistensi antara suatu produk dan kriteria eksternal; menentukan apakah suatu produk memilki konsistensi eksternal; menemukan ketepatan suatu prosedur untuk menyelesaikan masalah
C6: MENCIPTA—Memadukan bagian-bagian untuk membentuk sesuatu yang baru dan koheren atau untuk membuat suatu produk yang orisinal
6.1 merumuskan
Membuat hipotesis
Membuat hipotesis-hipotesis berdasarkan criteria
6.2 merencanakan
Mendesain
Merencanakan prosedur untuk menyelesaikan suatu tugas
6.3 memproduksi Mengkonstruksi
Menciptakan suatu produk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
3) Pemberdayaan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dalam
Pembelajaran
Menurut Jacobsen, et al., (2009:175-176), untuk meningkatkan pola
pikir tingkat tinggi tentang konten yang sedang siswa pelajari maka
pertanyaan tingkat tinggi akan lebih efektif dalam mencapai tujuan, hal ini
karena pertanyaan-pertanyaan tingkat tinggi yang efektif mengharuskan
siswa menyatakan sebuah gagasan dengan menggunakan bahasa mereka
sendiri. Kemampuan berpikir meliputi kemampuan dalam menggali
informasi, mengolah informasi, mengambil keputusan, dan kemampuan
memecahkan masalah.
Mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, menurut
Suprijono (2011:70) dapat dikembangkan dengan cara belajar penemuan
yang memfasilitasi siswa mengembangkan proses berpikir yaitu berpikir
dari suatu fakta ke konsep sehingga siswa dapat mendeskripsikan secara
analitis atau konseptual. Trianto (2010:95) menambahkan bahwa untuk
melatihkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, dapat digunakan
model pembelajaran PBI yang memberikan dorongan kepada siswa untuk
tidak hanya berpikir yang bersifat nyata tetapi berpikir terhadap ide-ide yang
abstrak dan kompleks.
Hasting (2001); Duch, Allen, dan White (2002) dalam Arnyana
(2006:705) menemukan bahwa model berbasis masalah secara signifikan
dapat meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Dalam
pemberdayaan kemampuan berpikir tingkat tinggi yaitu dalam aspek
menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6) maka menurut
Anderson (2010:120-129) bahwa dalam menganalisis diperlukan
pengembangan kemampuan siswa dalam membedakan fakta dan opini,
menghubungkan kesimpulan dengan pernyataan pendukungnya,
membedakan materi yang relevan dan yang tidak relevan, menghubungkan
ide-ide/menangkap suatu pendapat, membedakan ide pokok dari ide-ide
pendukungnya dan menentukan bukti pendukung yang sesuai tujuan.
Kegiatan mengevaluasi perlu dikembangkan proses-proses kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
memeriksa dan mengkritik terhadap keputusan yang telah diambil
berdasarkan kriteria. Sedangkan dalam mencipta siswa perlu untuk
mengembangkan dalam menggambarkan suatu permasalahan, memahami
tugas dan mencari solusinya dan merencanakan solusinya, serta
melaksanakan suatu rencana.
Ramirez dan Ganaden (2008:24-25) pada penelitian Tobin, Capie
dan Bettencourt (1988) menyatakan bahwa untuk memberdayakan
kemampuan berpikir tingkat tinggi maka harus terdapat peran aktif guru
dalam mengajar dengan memberikan perhatian dan mempertahankan supaya
siswa dapat terlibat nyata dengan membentuk siswa dalam kelompok-
kelompok kecil supaya siswa dapat terlibat lebih aktif. Selain itu Fisher,
Gerdes, Logue, Smith dan Zimmerman (1998) juga melakukan penelitian
bahwa peningkatan pengetahuan dan penggunaan kemampuan berpikir
tingkat tinggi yaitu dengan menerapkan program pengalaman belajar.
e. Keterampilan Sosial
1) Pengertian Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial menurut Arends (2008:28) adalah perilaku-
perilaku yang mendukung kesuksesan hubungan sosial dan memungkinkan
individu bekerja sama dengan orang lain secara efektif. Pendapat serupa
diungkapkan Widoyoko (2009:213) bahwa keterampilan sosial diartikan
sebagai keterampilan yang dibutuhkan untuk hidup dalam masyarakat yang
banyak macam budayanya, demokratis, dan masyarakat global yang penuh
dengan tantangan. Isjoni (2011:110) menambahkan bahwa salah satu sikap
yang dimiliki siswa sebagai hasil dari proses pembelajaran adalah
keterampilan sosial, merupakan sikap yang ada pada setiap siswa sebagai
hasil dari proses pemaknaan terhadap proses belajar yang terlihat dari
perbuatan siswa seperti tanggap terhadap masalah kebersihan kelas, tanggap
terhadap keamanan di kelas, dan lain sebagainya.
Chaplin menyatakan bahwa keterampilan sosial merupakan bentuk
perilaku, perbuatan, dan sikap yang ditampilkan oleh individu ketika
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
berinteraksi dengan tepat terhadap orang lain sehingga memberikan
kenyamanan bagi orang yang berada disekitarnya (Siska.2011:32).
Melengkapi pendapat Chaplin tersebut, keterampilan sosial mencakup
perilaku seperti empati yaitu siswa mengekspresikan rasa haru dengan
memberikan perhatian kepada teman yang sedang tertekan karena suatu
masalah dan mengungkapkan perasaan teman yang sedang mengalami
konflik sebagai bentuk bahwa siswa menyadari perasaan yang dialami
temannya, kemurahan hati atau kedermawanan yang ditandai dengan siswa
berbagi dan memberikan suatu barang miliknya pada temannya, kerja sama
misalkan ketika siswa mengambil giliran atau bergantian dan menuruti
perintah secara sukarela tanpa menimbulkan pertengkaran, dan memberi
bantuan yaitu siswa membantu teman untuk melengkapi tugas dan membantu
orang lain yang membutuhkan.
Sagala (2010:69) menyatakan bahwa dalam menekankan
perkembangan keterampilan untuk berpartisipasi dalam proses sosial yang
demokratis diperlukan model pembelajaran berbasis interaksi sosial yaitu
menekankan hubungan individu masyarakat, terlibat dalam proses
demokratis, dan bekerja sama secara produktif dalam masyarakat.
2) Aspek-Aspek Keterampilan Sosial
Keterampilan sosial terbentuk dari interaksi antarsiswa maupun
siswa dengan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
(Rustaman. 2005:95). Melengkapi pendapat tersebut, Isjoni (2011:42-43)
menyatakan bahwa keterampilan sosial (social skill) seperti keterampilan
untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari orang
lain, bekerja sama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku
yang menyimpang dalam kehidupan kelas yang memungkinkan siswa untuk
mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan secara penuh
dalam suasana belajar karena siswa akan berperan sebagai tutor teman
sebayanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Hashemi dan Pouyamanesh (2011:185) mengemukakan bahwa
Zaragosa, Waihan, dan Makintash yang telah mempelajari 27 penelitian
keterampilan sosial untuk siswa dengan masalah perilaku menyebutkan
bahwa keterampilan sosial bergantung pada guru dan orang tua, teman
sebaya, dan persepsi siswa sendiri.
Keterampilan sosial yang perlu dimiliki siswa menurut Widoyoko
(2009:213) meliputi keterampilan berkomunikasi baik secara lisan maupun
tertulis dan keterampilan bekerja sama dengan orang lain. Keterampilan
berkomunikasi siswa yaitu keterampilan untuk memilih kapan, dengan siapa,
dan bagaimana siswa harus berinteraksi dengan orang lain. Keterampilan
bekerja sama dilakukan melalui penilaian terhadap kemampuan menjadi
pemimpin dengan indikatornya yaitu senang menjadi pemimpin, mudah
bekerja sama dan mudah berinteraksi dengan orang lain, mau mendengarkan
saran orang lain, kesediaan memelihara keutuhan kelompok, menghargai
pendapat orang lain, kesediaan membantu orang lain, mampu membangun
semangat kelompok. Suprijono (2011:62) menambahkan bahwa komponen
keterampilan sosial adalah kecakapan berkomunikasi, kecakapan bekerja
kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Yamin (2008:114) menyatakan bahwa interaksi tidak terlepas dari
unsur komunikasi yaitu memberikan pesan, pengetahuan, dan pikiran-pikiran
sehingga menggugah partisipasi siswa serta permasalahan yang dipecahkan
menjadi milik dan tanggung jawab bersama untuk bekerja sama
menyelesaikannya.
3) Pemberdayaan Keterampilan Sosial dalam Pembelajaran
Jacobsen, et al., (2009:231-232) menyatakan bahwa pembelajaran
kooperatif membuat siswa mempelajari konten materi pembelajaran sekaligus
belajar keterampilan interaksi sosial. Keterampilan interaksi sosial meliputi
mengambil alih, mendengarkan, belajar untuk tidak setuju secara konstruktif,
memberikan timbal balik, mencapai persetujuan umum, dan melibatkan
setiap anggota kelompok sehingga dapat dikatakan bahwa kelompok
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
merupakan syarat yang harus ada dalam memproses keterampilan sosial
siswa sebagai sarana untuk berkomunikasi dan saling bekerja sama. Seorang
siswa dikatakan mampu berketerampilan sosial yaitu ketika siswa mampu
berkomunikasi dengan baik antar sesamanya di dalam suatu kelompok.
Mudjiman (2006:129) mengemukakan bahwa dengan menjalin
suasana keakraban melatih keterampilan menerima dan menyampaikan pesan
secara efektif serta membantu mengembangkan hubungan professional
diantara siswa. Melengkapi pendapat tersebut, Widoyoko (2009:28)
menambahkan bahwa dengan menguasai keterampilan sosial maka siswa
diharapkan mempunyai prestasi sosial dalam masyarakat, mampu mengatasi
berbagai macam permasalahan maupun tantangan hidup, mampu mengambil
peluang yang ada dalam lingkungan hidupnya sehingga siswa dapat sukses
dalam hidup bermasyarakat.
Keterampilan sosial seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap
teman, mengkritik ide, berani mempertahankan pemikirannya, dan siswa
belajar secara mandiri dapat dikembangkan dengan menjalin hubungan
antarpribadi (Nurhadi, 2004:113). Sagala (2010:70) menyatakan bahwa
keterampilan sosial dalam pembelajaran dapat dikembangkan dengan model
interaksi sosial misalnya penentuan kelompok GI (Group investigation),
inkuiri (penemuan), mengajar bermain peran, dan model pembelajaran
kelompok lainnya. Trianto (2010:99) menambahkan bahwa pengembangan
keterampilan bekerja sama di antara siswa dengan saling membantu dapat
dilakukan dengan model pengajaran berdasarkan masalah.
Hal yang diperlukan dalam mencapai keterampilan sosial siswa
menurut Isjoni (2011:111) adalah adanya usaha mengembangkan dalam
mencapai keterampilan sosial seperti usaha mengembangkan pemikiran siswa
untuk dapat menganalisis hal-hal yang terjadi dalam masyarakat. Menurut
Suprijono (2011:72) menambahkan bahwa untuk mengembangkan
keterampilan sosial siswa diperlukan adanya kolaborasi antarsiswa dalam
pembelajaran berbasis masalah yang mendorong penyelidikan dan dialog
bersama.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34 2. Penelitian yang Relevan
a. Penelitian Berkaitan tentang Pembelajaran PBI maupun STAD
1) Menurut penelitian eksperimental dari Arnyana (2006:704-709), hasil
analisis kovarian data hasil belajar sebagai berikut.
a) Ada perbedaan hasil belajar antara siswa yang belajar dengan perangkat
model BBM (Belajar Berdasarkan Masalah) dan MPL (Model
Pengajaran Langsung) dan siswa yang belajar dengan perangkat model
BBM memiliki hasil belajar lebih baik dibandingkan dengan siswa yang
belajar dengan perangkat MPL. Hal ini dijelaskan secara deskriptif oleh
Arnyana (2006) bahwa model BBM, di samping bertujuan
meningkatkan hasil belajar, juga melatih siswa berpikir tingkat tinggi.
Hasting (2001); Duch, Allen, dan White (2002) dalam Arnyana (2006)
menemukan bahwa model BBM secara signifikan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
b) Terjadi interaksi antara perangkat model belajar dengan strategi
kooperatif. Interaksi antara perangkat model BBM dengan strategi
kooperatif STAD memberi pengaruh baik dalam meningkatkan hasil
belajar. Dari hasil ini tampak bahwa model BBM baik dikombinasikan
dengan strategi kooperatif dalam meningkatkan hasil belajar. Hal ini
sejalan dengan hasil penelitian Jones (1996); Bloom (1998); Herreid
(2000) dalam Arnyana (2006) yang menunjukkan bahwa dalam belajar
berdasarkan masalah siswa diharapkan berkolaborasi dalam
memecahkan masalah. Dalam proses pemecahan masalah seperti ini
siswa secara bersama-sama dan saling membatu terlibat dalam proses
memperoleh informasi dan membangun pengetahuan mereka bersama.
2) Berdasarkan penelitian Khan dan Inamullah (2011) menyatakan bahwa tidak
ada pengaruh yang signifikan antara prestasi siswa menggunakan
pembelajaran STAD dan pembelajaran tradisional.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35 b. Penelitian Berkaitan tentang Keterampilan Sosial
Menurut penelitian dari Sarimaya (tiada tahun), bahwa untuk penguasaan
keterampilan sosial akan didapatkan sebagai berikut.
1) Setelah belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif, penguasaan
keterampilan sosial lebih tinggi. Hasil rata-rata (mean) hasil tes akhir lebih
besar dan berbeda secara signifikan dibandingkan dengan tes awal
2) Perbedaan tersebut diperkuat dari hasil uji perbedaan dengan kelompok
kontrol. Dalam setiap pasangan sekolah eksperimen dengan sekolah
kontrol diperoleh hasil bahwa skor rata-rata keterampilan sosial dari
sekolah-sekolah eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor sekolah
kelompok kontrol dengan perbedaan yang sangat berarti
3) Pembelajaran kooperatif memberikan hasil lebih baik dalam
mengembangkan keterampilan sosial
4) Adanya kecenderungan bahwa implementasi model pembelajaran
kooperatif memberikan dampak yang variatif terhadap keterampilan sosial
siswa terutama pada siswa dari sekolah kategori menengah.
c. Penelitian Berkaitan Tentang Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Penelitian Corebima (tiada tahun:33) dalam tinjauan “Learning Strategies
Having Bigger Potency to Empower Thingking Skill and Concept Gaining of
Lower Academic Student” menyatakan bahwa strategi pembelajaran yang
memiliki potensi besar memberdayakan berpikir tinggi (70.6%) yaitu TEQ
(Thinking Empowerment by Questioning) + Jigsaw, konsep map (contextually),
Inkuiri, GI, PBI, pembelajaran sosial, tugas non klasikal.
B. Kerangka Pemikiran
Pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang mampu melibatkan
aktivitas siswa dalam proses pembelajaran. Kualitas proses pembelajaran perlu
ditingkatkan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Berdasarkan prinsip
student centered, peserta didik merupakan pusat dari suatu kegiatan belajar yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36 diwujudkan dengan adanya aktivitas belajar yang merupakan prinsip yang sangat
penting dalam interaksi belajar mengajar. Siswa berperan sebagai obyek dan
subyek pembelajaran. Guru berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran.
Hasil obeservasi awal di SMA Negeri Colomadu menunjukkan
pembelajaran di kelas masih terpusat pada guru, siswa cenderung hanya mencatat
dan mendengarkan penjelasan guru, siswa terlihat kurang dalam menanggapi
pendapat orang lain, tidak ada siswa yang bertanya kepada guru maupun
temannya yang lain, dan tidak adanya kegiatan presentasi selama pembelajaran.
Hal ini menunjukkan rendahnya keterampilan sosial khususnya keterampilan
berkomunikasi dan bekerja sama. Permasalahan lain yang terlihat dari soal-soal
yang digunakan guru dalam kegiatan ulangan harian terlihat cenderung memiliki
tipe soal mengingat (C1), memahami (C2), dan mengaplikasikan (C3) sehingga
guru kurang melatihkan siswa dalam menganalisis, mengevaluasi dan mencipta.
Didominasinya soal-soal yang bertipe C1, C2, dan C3 dari tes ulangan harian
siswa mengindikasikan guru kurang melatihkan siswa dalam berpikir tingkat
tinggi.
Proses pembelajaran biologi yang masih terpusat pada guru seperti
menggunakan metode ceramah, tanya jawab, pemberian tugas menyebabkan
siswa kurang aktif dan kurang menimbulkan semangat dalam belajar, seperti
siswa cenderung bosan, tidak memperhatikan guru, serta kurang merangsang
partisipasi siswa. Akibatnya, penguasaan materi siswa kurang, keterampilan sosial
siswa rendah, dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa memprihatinkan. Oleh
karena itu, diperlukan solusi model pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan
keterampilan sosial dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Pembelajaran PBI berpotensi mampu memberdayakan kemampuan
berpikir tingkat tinggi karena PBI menuntut siswa terampil menyelesaikan
masalah dalam pembelajaran di kelas sehingga siswa dapat menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri, dan keterampilan berpikir
lebih tinggi. Hal lain diungkapkan bahwa pada pembelajaran PBI guru tidak dapat
melihat perkembangan siswa dikarenakan antar tim/kelompok cenderung saling
berkompetisi menjadi yang terbaik dalam menyelesaikan masalah yang diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37 Pada pembelajaran STAD guru dapat melihat perkembangan siswa tetapi kurang
mampu melatihkan siswa untuk berpikir tingkat tinggi tetapi lebih melatihkan
keterampilan sosial seperti bekerja sama dan berkomunikasi karena pada
pembelajaran STAD guru menyediakan reward sebagai penyemangat siswa untuk
mendapatkan skor yang tinggi bagi masing-masing kelompok tim dan nilai
perkembangan dari anggota timnya sehingga mengharuskan siswa saling bekerja
dalam satu kelompok agar anggota kelompok mampu mencapai ketuntasan materi
yang disajikan oleh guru dan dapat saling membantu teman dalam mencapai
ketuntasan materi. Tindakan yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
keterlibatan siswa (keterampilan sosial) dan kemampuan siswa dalam berpikir
tingkat tinggi dalam proses pembelajaran adalah dengan mengintegrasikan antara
pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) dengan Student Team Achivement
Division (STAD) yang dilihat seperti Gambar 2.2 berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran
Model Pembelajaran
(+) (-) (-) (+)
Pemberian
permasalahan-
permasalahan
yang bersifat
konkret
Akibatnya: siswa
dapat menyusun
pengetahuannya
sendiri,
mengembangkan
inkuiri, dan
kemampuan
berpikir tingat
tinggi
Tidak adanya
penilaian
perkembangan tiap
siswa sehingga
cenderung bersifat kompetitif antar
kelompok
Akibatnya : terdapat
kesenjangan prestasi
belajar antar siswa
Terdapat penilaian
kelompok serta
perkembangan tiap siswa
karena ada reward untuk
tim dan tim yang memiliki
nilai perkembangan tinggi
dari anggota timnya
Mengharuskan siswa
bekerja sama dalam
kelompok diskusi
sehingga terjadi tutorial
teman sebaya untuk
menuntaskan materi
Akibatnya: kesenjangan
prestasi antar siswa
rendah dan keterampilan
sosial siswa meningkat
Pemebelajaran
bersifat
sederhana dan
masih bersifat
konvensional
karena gagasan
utamanya
memotivasi siswa
dalam bekerja
sama
Akibatnya:
Kurang
melatihkan
kemampuan
berpikir tingkat
tinggi siswa
TERTUTUPI
MENUTUPI
PBI +STAD dapat melatihkan: - Kemampuan berpikir tingkat tinggi - Keterampilan sosial yaitu bekerja sama dan berkomunikasi - Kesenjangan prestasi belajar antar siswa rendah
PBI STAD
Hipotesis: 1) Ada pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan sosial siswa 2) Ada pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39 Dengan kerangka berpikir pada Gambar 2.2, paradigma penelitian dalam
melaksanakan kegiatan penelitian secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 2.3
berikut.
Keterangan : X : Model Pembelajaran X0 : Model Pembelajaran Konvensional dengan ceramah bervariasi X1 : Model Pembelajaran PBI yang diintegrasikan dengan STAD Y1 : Keterampilan Sosial Y2 : Kemampuan berpikir tingkat tinggi XX0Y1 : Keterampilan sosial siswa yang ditunjukkan dengan penilaian
afektif siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional dengan ceramah bervariasi
XX0Y2 : Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang ditunjukkan dengan nilai kognitif siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional dengan ceramah bervariasi
XX1Y1 : Keterampilan sosial siswa yang ditunjukkan dengan penilaian afektif siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBI yang diintegrasikan dengan STAD
XX1Y2 : Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa yang ditunjukkan dengan nilai kognitif siswa pada pembelajaran menggunakan model pembelajaran PBI yang diintegrasikan dengan STAD
Gambar 2.3 Paradigma Penelitian
X
Xo
Y1 XXOY1
Y2 XX0Y2
X1
Y1 XX1Y1
Y2 XX1Y2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
C. Hipotesis
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir, maka hipotesis penelitian
dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Ada pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan
sosial siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar Tahun Ajaran
2011/2012.
2. Ada pengaruh model pembelajaran PBI+STAD terhadap kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar
Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri
Colomadu Tahun Pelajaran 2011/2012 semester genap yang beralamat di
Perumahan Fajar Indah Baturan Colomadu Karanganyar.
2. Waktu Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini akan dilakukan secara bertahap. Adapun
tahap-tahap pelaksanaan direncanakan sesuai Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Tahapan Rencana Pelakasanaan Penelitian
No Kegiatan Waktu pelaksanaan
Okt Nov Des Jan Feb Mar Aprl Mei Juni 1 Tahap Persiapan
• Pengajuan Judul
• Penyusunan proposal
• Penyusunan instrumen
• Seminar proposal
• Perijinan penelitian
2 Tahap pelaksanaan
• Pengambilan data
• Pengujian instrumen
• Pengolahan data
3 Tahap penyelesaian
• Analisa data
• Penyusunan laporan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
a. Tahap Persiapan
Tahap persiapan meliputi pengajuan judul skripsi, penyusunan proposal,
penyusunan instrumen penelitian, seminar proposal, dan pengajuan perijinan
penelitian. Tahap ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Januari 2012.
b. Tahap Penelitian
Tahap penelitian meliputi kegiatan yang berlangsung di lapangan, yaitu
pengambilan data yaitu pelaksanaan pembelajaran Problem Based Instruction
(PBI) yang diintegrasikan dengan Student Team Achivement Division (STAD),
pengujian instrumen dan pengolahan data. Tahap ini dilaksanakan pada bulan
Maret 2012.
c. Tahap Penyelesaian
Tahap penyelesaian meliputi analisis data dan penyusunan laporan. Tahap
ini dilaksanakan pada bulan Mei 2012 sampai dengan selesai.
B. Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian menggunakan eksperimen semu (Quasi
exsperimental research) dengan desain posttest-only control group design . Pada
kelas eksperimen diberikan model pembelajaran PBI yang diintegrasikan dengan
STAD sedangkan pada kelas kontrol menggunakan model pembelajaran
konvensional yang biasa digunakan untuk mengajar yaitu model ceramah
bervariasi. Tiap-tiap model pembelajaran tersebut dilihat pengaruhnya terhadap
keterampilan sosial dan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Rancangan penelitian
posttest-only control group design digambarkan pada Tabel 3.2 berikut.
Tabel 3.2 Rancangan Penelitian Postest-Only Control Group Design Group Treatment Post Tes Eksperimen Group (R) X O2
Control Group (R) - O4
(Sugiyono. 2011:76)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
Keterangan:
X : Perlakuan yang diberikan kepada kelompok eksperimen yaitu
dengan penggunaan model pembelajaran PBI+STAD
O2 dan O4 : Tes akhir yang diberikan kepada kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol
- : Tanpa perlakuan (metode pembelajaran ceramah bervariasi
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas X semester II SMA
Negeri Colomadu tahun pelajaran 2011/2012.
2. Sampel Penelitian
Peneliti tidak meneliti seluruh individu dalam populasi melainkan hanya
meneliti beberapa sampel, karena keterbatasan waktu, tenaga, dan dana. Harapan
peneliti hasil yang didapat sudah dapat menggambarkan populasi yang
bersangkutan. Pada penelitian ini menggunakan satu kelas eksperimen yaitu kelas
X-2 berjumlah 32 siswa dan satu kelas kontrol yaitu kelas X-7 berjumlah 33
siswa.
D. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
cluster random sampling. Pada penelitian ini untuk menentukan kelas sampel
yang akan digunakan, sebelumnya dilakukan uji anava untuk mengetahui
kesetaraan kelas X di SMA Negeri Colomadu dengan menggunakan data nilai asli
Biologi ulangan tengah semester 2 di SMA Negeri Colomadu sehingga
didapatkan 7 kelas yang setara kemudian dilakukan pengambilan secara random
dua kelas untuk dijadikan sampel yaitu kelas X-2 berjumlah 32 siswa dan satu
kelas kontrol yaitu kelas X-7 berjumlah 33 siswa. Hasil penyetaraan populasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
berdasarkan hasil program SPSS 16 dengan taraf signifikansi 5% menggunakan
uji anava menjadikan sampel yang digunakan setara dapat dapat dilihat pada
Tabel 3.3 berikut.
Tabel 3.3. Hasil Uji Keseimbangan kelas X SMA Negeri Colomadu
Hasil uji keseimbangan serara lengkap terdapat pada lampiran 9. Tabel 3.3
menunjukkan bahwa nilai signifikansi (α) > 0,05 yaitu 0,085 > 0,05 sehingga
tidak ada perbedaan rata-rata prestasi di kelas X SMA Negeri Colomadu.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang menjadi sumber objek pengamatan dan
sebagai faktor yang berperan dalam peristiwa yang diteliti. Dalam penelitian ini
terdapat satu variabel bebas dan dua variabel terikat, yaitu :
a. Variabel bebas
Variabel bebas merupakan variabel perlakuan yaitu variabel yang dipilih
untuk dicari pengaruhnya terhadap variabel terikat. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah model pembelajaran yang digunakan yaitu model ceramah
bervariasi (Xo) pada kelas kontrol dan model STAD diintegrasikan dengan PBI
(X1) pada kelas eksperimen.
b. Variabel terikat
Variabel terikat adalah variabel yang kehadirannya dipengaruhi oleh
variabel yang lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah keterampilan sosial
(Y1) dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Y2).
Signifikansi (α) Kriteria Keputusan Uji Ho 0,085 >0,05 Diterima, Setara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
2. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini metode yang akan digunakan untuk mengumpulkan
data adalah sebagai berikut.
a. Metode Tes
Metode tes pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data yang
menghadapkan sejumlah pertanyaan-pertanyaan kepada subyek penelitian yang
digunakan untuk mengukur keterampilan pengetahuan, inteligensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki siswa. Teknik tes digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi yang dicerminkan dari hasil belajar siswa pada
ranah kognitif pada aspek analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6). Tes
berpikir tingkat tinggi berbentuk tes uraian yang terdapat pada lampiran 3.5.
b. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data dengan
melihatnya dalam dokumen-dokumen yang telah ada. Teknik dokumentasi ini
dilakukan dengan mengumpukan data, mengambil catatan-catatan dan menelaah
dokumen yang ada yang dimiliki kaitan dengan objek penelitian. Data yang
dikumpulkan dengan metode ini adalah data nilai siswa (nilai asli ulangan tengah
semester 2 sebagai ranah kognitif) yang digunakan untuk mengetahui tingkat
kesetaraan siswa kemampuan akademik antara kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol. Data nilai asli ulangan tengah semester 2 selengkapnya terdapat
pada lampiran 1.6.
c. Metode Angket
Metode angket pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data melalui
pengajuan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada subjek penelitian, responden,
atau sumber data, dan jawabannya diberikan pula secara tertulis. Angket yang
diberikan siswa secara lengkap ditunjukkan pada lampiran 3.6 dan 3.7. Tujuan
penyebaran angket pada penelitian ini ialah untuk mengukur keterampilan sosial
siswa dan mengukur respon belajar siswa. Penyusunan item-item angket
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Angket yang digunakan
adalah angket tertutup dimana responden diminta untuk memilih satu jawaban
yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberi tanda silang (x)
atau tanda checklist (√). Skor penilaian menurut Likert yang telah diadaptasi oleh
penulis dengan mentiadakan aspek netral dapat dilihat seperti pada Tabel 3.4
berikut.
Tabel 3.4 Skor Penilaian Berdasarkan Skala Likert
(Diadaptasi dari Sugiyono.2011:94)
d. Metode observasi
Observasi (pengamatan) pada penelitian ini yaitu mengumpulkan data
dimana peneliti (atau orang yang ditugasi) melakukan pengamatan terhadap
kegiatan siswa. Metode observasi pada penelitian ini dengan menggunakan lembar
observasi yang berfungsi untuk mengamati keterlaksanaan sintaks pembelajaran
PBI +STAD. Lembar keterlaksanaan sintaks secara lengkap terdapat pada lampiran
3.8.
F. Validitas Instrumen Penelitian
Penilaian ranah kognitif menggunakan bentuk tes uraian. Instrumen
penilaian ranah afektif yang digunakan berupa angket untuk mendapat data dari
siswa dan lembar observasi untuk penilaian yang dilakukan oleh guru. Jenis
angket yang digunakan adalah angket tertutup. Sebelum digunakan untuk
mengambil data penelitian, instrumen tersebut diujicobakan terlebih dahulu untuk
mengetahui kualitas soal. Kelayakan instrumen yang digunakan dalam penelitian
ini maka dilakukan uji kelayakan yang diuji dengan statistik sebagai berikut.
Skor untuk aspek yang dinilai Nilai
(+) (-) SS Sangat Setuju S Setuju TS Tidak Setuju STS Sangat Tidak Setuju
4 3 2 1
1 2 3 4
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
1. Validitas
Validitas adalah kemampuan suatu alat ukur untuk mengukur apa yang
seharusnya diukur. Kondisi valid untuk suatu instrument penelitian diperlukan
validitas logis dengan instrument dirancang secara baik mengikuti teori dan
ketentuan yang ada. Validitas logis untuk soal tes uraian maupun angket dalam
penyusunannya divalidasi dengan menggunakan content validity (validitas isi) dan
construct validity (validitas konstruk).
a. Content validity (validitas isi)
Pada penelitian ini, tes maupun angket dikatakan memiliki validitas isi
apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan materi atau isi
pelajaran yang diberikan. Untuk mempertinggi validitas isi, dalam membuat soal
melalui langkah-langkah yaitu mengidentifikasi bahan-bahan yang telah diberikan
beserta tujuan intruksionalnya, membuat kisi-kisi dari soal tes maupun angket
yang akan ditulis, menyusun soal tes maupun butir angket beserta kuncinya dan
menelaah soal tes maupun butir angket sebelum dicetak (Budiyono.2003:58-59).
b. Construct validity (validitas konstruk)
Pada penelitian ini, tes maupun angket memiliki validitas konstruksi
apabila butir-butir soal yang membangun tes dan butir-butir item angket yang
membangun angket tersebut mengukur setiap aspek berpikir yang menjadi tujuan
instruksional yaitu kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial.
Konsep-konsep pada materi yang diukur bersifat abstrak sehingga diperlukan
penjabaran indikator-indikatornya. Mengukur indikator ini berarti mengukur
bangunan (konstruk) suatu konsep. Validitas konstruk terdiri dari 3 aspek yaitu
menentukan domain yang dapat diamati yang terkait konstruk, berdasarkan riset
empirik dan analisis statistik, mengadakan studi mengenai perbedaan individual
dan/atau eksperimen (Budiyono.2003:64).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Pada penelitian ini pengujian validitas konstruk yaitu dengan cara telaah
ahli dan analisis statistik. Validitas soal uraian maupun angket dalam penelitian ini
selain menjaga validitas logisnya, validitas butir soal uraian dan angket dihitung
dengan menggunakan rumus koefisien Product moment dari Karl Pearson dengan
bantuan SPSS 16 dengan taraf signifikansi 5%. Dengan syarat harga rhitung < r tabel
maka korelasi tidak signifikan sehingga item pertanyaan dikatakan tidak valid. Dan
sebaliknya, jika ruv>rtabel maka item pertanyaan dinyatakan valid
(Sugiyono.2011:128).
Uji validitas tes berpikir tingkat tinggi dan angket keterampilan sosial siswa
disajikan pada Tabel 3.5 dan selengkapnya pada Lampiran 2.
Tabel 3.5 Rangkuman Hasil Uji Validitas Hasil Tes Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial
Instrumen Penelitian Jumlah Item Keputusan Uji Validitas
Valid Invalid Berpikir Tingkat Tinggi 5 5 - Keterampilan Sosial 45 35 10
Berdasarkan Tabel 3.5 dapat diketahui bahwa hasil perhitungan uji
validitas tes keterampilan sosial menunjukkan semua item soal valid. Hasil uji
angket keterampilan sosial siswa sebanyak 45 soal sedang item yang tidak valid
sebanyak 10 soal.
2. Reliabilitas
Suatu tes dikatakan mempunyai taraf reliabilitas yang tinggi jika tes
tersebut dapat memberikan hasil yang tetap apabila diteskan berulang-ulang. Untuk
menghitung tingkat reliabilitas, soal tes uraian dan item angket pada penelitian ini
menggunakan uji Alpha (α).
Dengan ketentuan koefisien korelasi yang dapat dilihat pada Tabel 3.6
berikut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Tabel 3.6 Koefisien Korelasi
Sumber: Riduwan (2009:110)
Hasil uji reliabilitas tes berpikir tingkat tinggi dan angket keterampilan
sosial siswa disajikan pada Tabel 3.7 dan selengkapnya pada Lampiran 2
Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Tes Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial
Instrumen Penelitian Jumlah Item
Indeks Reliabilitas
Keputusan Uji
Berpikir Tingkat Tinggi 5 0.792 Korelasi Tinggi Keterampilan Sosial 45 0.914 Korelasi Sangat
Tinggi
Berdasarkan Tabel 3.7 menunjukkan bahwa hasil uji reliabilitas tes
berpikir tingkat tinggi menggunakan rumus Alpha karena reliabilitas skornya
bukan 1 atau 0 diperoleh r11 = 0,792 yang berarti bahwa koefisien reliabilitas soal
tes kognitif tinggi. Uji reliabilitas angket keterampilan sosial menggunakan rumus
Alpha juga diperoleh r11 = 0,9414 yang berarti reliabilitas angket keterampilan
sosial sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji reliabilitas dapat diketahui bahwa
instrumen penelitian reliabel untuk digunakan.
G. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif
dan statistik inferensial. Statistik deskriptif untuk mendeskripsikan atau
menggambarkan data variabel terikat tentang keterampilan sosial dan kemampuan
berpikir tingkat tinggi siswa. Statistik inferensial digunakan untuk menguji
Koefisien korelasi Kriteria realibilitas 0,8 – 1,00 Sangat tinggi 0,6 – 0,799 Tinggi 0,4 – 0,599 Cukup 0,2 – 0,399 Rendah
0,00 – 0,199 Sangat rendah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
hipotesis penelitian yaitu menggunakan uji-t. Sebelum dilakukan uji hipotesis
diperlukan uji prasyarat yaitu uji homogenitas menggunakan metode Levene Test
dengan bantuan SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi 5% dan uji normalitas
menggunakan metode Kolomogorov Smirnov dengan bantuan SPSS versi 16
dengan taraf signifikansi 5%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 51
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
1. Deskripsi Data Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa Pada
Pembelajaran Biologi
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diukur dari tes pada sub-
materi molusca yang bertipe analisis (C4), evaluasi (C5), dan mencipta (C6).
Data kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa diambil dari dua kelas yaitu
kelas X-2 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 32 siswa
menggunakan pembelajaran PBI+STAD dan X-7 sebagai kelompok kontrol
yang berjumlah 33 siswa menggunakan pembelajaran ceramah bervariasi.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada sub materi molusca,
secara ringkas dapat disajikan dalam Tabel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Hasil Tes Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
No.
Interval Kelas Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
Jumlah Persentase Jumlah Persentase 1 96-86 6 18 % 6 19.% 2 85-75 6 18 % 9 28% 3 74-64 13 39 % 6 19 % 4 63-53 1 3 % 2 6% 5 52-42 5 15 % 7 22% 6 41-31 0 0 % 1 3% 7 30-20 1 3 % 0 0% 8 19-9 1 3% 1 3%
Rata-rata 67.94 67.44 SD 19.52 19.43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi pada Kelas Eksperimen dan Kontrol
Berdasarkan Gambar 4.1 menunjukkan bahwa rata–rata berpikir
tingkat tinggi siswa pada kelas eksperimen yang mempunyai nilai lebih
rendah (67.44) dengan standar deviasi 19.43 daripada rata–rata berpikir
tingkat tinggi siswa pada kelas kontrol yang mempunyai nilai lebih tinggi
(67.94) dengan standar deviasi 19.52.
2. Deskripsi Data Keterampilan Sosial Siswa
Data keterampilan sosial dalam pembelajaran biologi diambil dari
nilai angket yang diisi oleh siswa dalam sub-materi molusca. Data tersebut
diambil dari data dua kelas yang digunakan yaitu kelas X-2 sebagai
kelompok eksperimen yang berjumlah 32 siswa menggunakan pembelajaran
PBI+STAD dan X-7 sebagai kelompok kontrol yang berjumlah 33 siswa
menggunakan pembelajaran ceramah bervariasi di SMA Negeri Colomadu
Karanganyar. Data nilai angket keterampilan sosial disajikan pada Tabel 4.2
berikut.
kontrol eksperimen
Nilai Rata-rata 67.94 67.44
67.1
67.2
67.3
67.4
67.5
67.6
67.7
67.8
67.9
68
Rta
-rat
a N
ilai K
em
amp
uan
Ber
pik
ir
Tin
gka
t Tin
ggi S
isw
a
Sd 19.52 19.43
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
Tabel 4.2 Deskripsi Nilai Angket Keterampilan Sosial Siswa
Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Nilai Keterampilan Sosial Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
Berdasarkan Gambar 4.2 menunjukkan bahwa rata–rata keterampilan
sosial pada kelas eksperimen memiliki rata-rata nilai lebih rendah (76.12)
dengan standar deviasi 6.05 daripada kelas kontrol (78.64) dengan standar
deviasi 7.17.
3. Deskripsi Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran
Data respon siswa terhadap model pembelajaran yang diajarkan pada
sub-materi Molusca diambil dari nilai angket respon yang diisi oleh siswa
diakhir pembelajaran. Data tersebut diambil dari data dua kelas yang
digunakan yaitu kelas X-2 sebagai kelompok eksperimen yang berjumlah 32
siswa menggunakan pembelajaran PBI+STAD dan X-7 sebagai kelompok
kontrol eksperimen
nilai rata-rata 78.64 76.12
74.5
75
75.5
76
76.5
77
77.5
78
78.5
79
Rat
a-ra
ta N
ilai K
ete
ram
pila
n S
osi
al
Kelompok Nilai
Tertinggi Nilai
Terendah Rata-rata
Std. deviation
Kontrol 96,43 67,86 78.64 7.17 Eksperimen 90,71 63,29 76.12 6.05
Sd 7.17 6.05
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
kontrol yang berjumlah 33 siswa menggunakan pembelajaran ceramah
bervariasi di SMA Negeri Colomadu Karanganyar. Data nilai angket respon
siswa disajikan pada Tabel 4.3 berikut.
Tabel 4.3 Data Nilai Angket Respon Siswa terhadap Model Pembelajaran yang Berbeda
No Indikator Kelas
Kontrol Kelas
Eksperimen 1 Ketertarikan terhadap Model
Pembelajaran 75% 76%
2 Disiplin dan Tanggung Jawab 80% 80% 3 Kesesuaian Materi 84% 80% 4 Efisiensi Tenaga dan Pikiran 73% 70% 5 Tugas Siswa 74% 68% 6 Efisiensi Waktu 71% 65% 7 Motivasi Belajar 82% 77% 8 Pemahaman 81% 75% 9 Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi 83% 74%
10 Menguasai Konsep 82% 74% 11 Keberanian Berpendapat 67% 71% 12 Keterampilan Menulis 78% 77% 13 Keterampilan Berbicara 79% 76% 14 Saling Menghormati 85% 80% 15 Saling Memahami 73% 78% 16 Tidak Saling Menjatuhkan 84% 71%
Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Presentase Nilai Respon Belajar Siswa pada Kelas Kontrol dan Eksperimen
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
kontrol 75 80 84 73 74 71 82 81 83 82 67 78 79 85 73 84
eksperimen 76 80 80 70 68 65 77 75 74 74 71 77 76 80 78 71
0%
10%
20%
30%
40%
50%
60%
70%
80%
90%
Pre
sen
tase
Nila
i Res
po
n B
ela
jar
Sisw
a
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Berdasarkan Tabel 4.3 menunjukkan bahwa respon siswa terhadap
penerapan model pembelajaran yang berbeda akan menghasilkan respon yang
berbeda pula.
B. Uji Prasyarat Analisis
1. Uji Normalitas
Hasil uji normalitas penggunaan model pembelajaran yang berbeda
terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial siswa
berdasarkan hasil program SPSS.16 dengan taraf signifikansi 5% dapat dilihat
pada Tabel 4.4 berikut.
Tabel 4.4 Hasil Uji Normalitas Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial
Variable terikat komponen Pembelajaran Ceramah Bervariasi
Pembelajaran PBI+STAD
Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Nilai Z 1.083 0,772 Keputusan Uji Normal Normal
Keterampilan Sosial
Nilai Z 0,658 0,637 Keputusan Uji Normal Normal
Hasil uji normalitas kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan sosial siswa berdasarkan model pembelajaran yang berbeda
secara lengkap terdapat pada Lampiran 10.1. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa
hasil uji Kolmogorov Smirnov. Data dikatakan normal apabila nilai
Kolmogorov-Smirnov Z (Z) lebih dari nilai signifikasi 0,05 sehingga
keputusan uji H0 diterima. Hal tersebut mengindikasikan bahwa semua sampel
pada penelitian ini terdistribusi normal. Pada kelas eksperimen menggunakan
model PBI+STAD untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan
sosial memiliki nilai Z > 0,05 sehingga data tersebut adalah data yang
terdistribusi normal dan pada kelas kontrol yang menggunakan model
pembelajaran ceramah bervariasi untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
serta kemampuan keterampilan sosial memiliki nilai Z > 0,05 sehingga data
tersebut adalah data yang terdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Hasil uji homogenitas kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan sosial siswa berdasarkan model pembelajaran yang berbeda
sesuai hasil program SPSS 16 dengan taraf signifikansi 5% dapat dilihat
seperti Tabel 4.5 berikut.
Tabel 4.5 Hasil Uji Homogenitas Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi dan Keterampilan Sosial
Variable terikat Komponen Hasil Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Nilai signifikansi 0,725 Keputusan Uji Homogen
Keterampilan Sosial Nilai signifikansi 0,120 Keputusan Uji Homogen
Hasil uji homogenitas kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
keterampilan sosial siswa sesuai hasil program SPSS 16 dengan taraf
signifikansi 5% secara lengkap terdapat pada Lampiran 10.2. Tabel 4.5
menunjukkan bahwa hasil uji Levene's Test terlihat bahwa angka signifikansi
pada Based of Mean pada variabel kemampuan berpikir tingkat tinggi sebesar
0,725 > 0,05 maka varian populasi dikatakan identik atau dikatakan variansi
setiap sampel sama (homogen) dan untuk variabel keterampilan sosial
memiliki nilai signifikansi pada Based of Mean sebesar 0,120 > 0,05 maka
varian populasi dikatakan identik atau dikatakan variansi setiap sampel sama
(homogen).
C. Uji Hipotesis
Uji hipotesis pada penelitian ini menggunakan uji-t (independent sample
test) dengan bantuan program SPSS 16 dengan signifikansi 5%. Hal ini
dikarenakan pada uji prasyarat data terdistribusi normal maupun homogen.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
1. Uji Hipotesis : Pembelajaran PBI+STAD mempengaruhi kemampuan berpikir
tingkat tinggi siswa
H0 = Tidak ada pengaruh pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
HA = Ada pengaruh pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
Hasil uji hipotesis pertama berdasarkan uji-t dengan bantuan SPSS 16
dengan taraf signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.6 berikut.
Tabel 4.6 Hasil Hipotesis Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Siswa.
Asymp. Sig.(2-tailed) Kriteria Keputusan uji H0 0.916 α> 0.05 Ditolak,
tidak terdapat perbedaan
Hasil hipotesis untuk kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan
bantuan SPSS 16 selengkapnya pada lampiran 11. Tabel 4.6 diatas dapat
terlihat bahwa hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,916 > 0,05 sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan berpikir
tingkat tinggi siswa antara pembelajaran ceramah bervariasi dengan
pembelajaran PBI+STAD.
2. Uji Hipotesis: Pembelajaran PBI+STAD mempengaruhi keterampilan sosial
siswa.
H0 = Tidak ada pengaruh pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan
berpikir tingkat tinggi siswa.
HA = Ada pengaruh pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan berpikir
tingkat tinggi siswa.
Hasil uji hipotesis kedua berdasarkan uji-t dengan bantuan SPSS 16
taraf signifikansi 5% disajikan pada Tabel 4.7 berikut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Tabel 4.7 Hasil Hipotesis Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Keterampilan Sosial
Asymp. Sig.(2-tailed) Kriteria Keputusan uji H0 0.245 α> 0.05 Ditolak,
tidak terdapat perbedaan
Hasil hipotesis untuk keterampilan sosial dengan bantuan SPSS 16
dengan taraf signifikansi 5% selengkapnya pada lampiran 11. Tabel 4.7 dapat
terlihat bahwa hasil Asymp. Sig. (2-tailed) = 0,245 > 0,05 sehingga Ho ditolak
dan Ha diterima, yang berarti tidak terdapat perbedaan yang signifikan
keterampilan sosial antara pembelajaran ceramah bervariasi dengan
pembelajaran PBI+STAD.
D. Pembahasan Data
1. Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Kemampuan Berpikir
Tingkat Tinggi.
Berdasarkan hasil uji-t diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh
pembelajaran PBI+STAD terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
Kemampuan berpikir tingkat tinggi menunjukkan hasil pembelajaran dengan
PBI+STAD tidak lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran ceramah
bervariasi. Hal ini bertentangan dengan teori awal yang menyatakan adanya
perbedaan hasil kognitif antara pembelajaran berbasis masalah maupun
pembelajaran kooperatif yang diterapkan dibandingkan pembelajaran
konvensional.
Penelitian-penelitian sebelumnya yang telah dilakukan dan
menunjukkan tidak adanya pengaruh pada pembelajaran PBI maupun STAD
juga telah banyak terjadi, seperti halnya Kleinfeld, Liotta et al., (2001 dalam
O’Donoghue, Grainne, Sinead McMahon, Catherine Doody, Kathyrn
Smith,Tara Cusack. 2011:61) pada penelitiannya tentang hasil pembelajaran
berdasarkan masalah terhadap pengetahuan yang dilakukan dalam pendidikan
terapi okupasi mengungkapkan tidak ada perbedaan dalam skor tes akhir
satuan kelompok pembelajaran berbasis masalah dalam perbandingan dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
kelompok kontrol dan juga selain itu analisis lebih lanjut ditemukan bahwa
tidak ada beda signifikan pada pemikiran tingkat tinggi antara kelompok
pembelajaran berbasis masalah dengan kelompok kontrol. Lohse et al., (2003
dalam O’Donoghue et al., 2011:61) secara keseluruhan pemeriksaan nilai
mengungkapkan tidak ada beda signifikan antara kurikulum pembelajaran
berbasis masalah dan kelompok tradisional. Khan dan Innamullah (2011:211)
juga mengungkapkan bahwa hasil penelitiannya menunjukkan bahwa prestasi
siswa dari kelompok STAD dan tradisional tidak signifikan. Khan dan
Innamullah (2011:213) juga mengungkapkan penelitian lain yaitu Courtney
dan Nicholson (1992) yang meneliti mahasiswa pascasarjana dalam bidang
ilmu statistik tidak menemukan perbedaan signifikan dalam prestasi antara
kelompok STAD dan tradisional. Arnyana (2006:709) dalam analisis lebih
lanjut pada penelitiannya menunjukkan kombinasi model dengan strategi
kooperatif yang paling baik dalam meningkatkan hasil belajar adalah model
BBM dengan strategi kooperatif GI, kemudian berturut-turut diikuti oleh
model BBM dengan strategi kooperatif STAD, MPL dengan strategi
kooperatif GI, dan yang paling rendah hasil belajarnya adalah MPL dengan
strategi kooperatif STAD.
Tidak adanya pengaruh pada model pembelajaran PBI+STAD
dibandingkan dengan pembelajaran ceramah bervariasi dapat terjadi karena
disebabkan beberapa faktor kemungkinan yaitu faktor peneliti sendiri, faktor
dari siswa yang belajar pada saat tersebut, faktor keterlaksanaan sintaks pada
pembelajaran tersebut, maupun faktor instrumen yang peneliti buat. Menurut
Khan dan Inamullah (2011:213) inilah yang disebut dengan efek penelitian
atau eksperimen.
Status peneliti dalam penelitian ini yang bukanlah seorang guru jadi
kemungkinan siswa menjadi lebih bebas dan tak ada rasa takut karena
pengajar siswa-siswa tersebut adalah seorang peneliti. Selain itu faktor
subyektifitas peneliti dalam mengoreksi soal uraian yang dikerjakan siswa
tidak dapat dipungkiri, karena adanya soal uraian membuat siswa dapat
menjawab bermacam-macam bentuk pengungkapan dan peneliti pun akan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
memberikan tanggapan berupa nilai dengan persepsi dan kondisi peneliti saat
itu dalam mengoreksi walaupun terdapat rubrik penilaian soal. Hal tersebut
sesuai pendapat Arikunto (2009:163) bahwa keburukan dari soal uraian yaitu
cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subyektif dan
pemeriksaan soalnya lebih sulit sebab membutuhkan pertimbangan individual
lebih banyak dari penilai.
Kelompok pembelajaran kooperatif ini telah dibuat secara heterogen
dan terstruktur agar siswa dapat belajar secara berkelompok untuk dapat
saling membantu antar teman dalam belajar tetapi maksud dan motivasi yang
diberikan peneliti pada saat itu kemungkinan kurang tersampaikan kepada
siswa sehingga siswa masih menganggap antar kelompok saling bersaing
untuk menjadi yang terbaik. Tidak tersampaikannya motivasi ini terlihat pada
respon siswa tentang motivasi belajar yang rendah yaitu 77% pada kelompok
eksperimen dan 82% pada kelompok kontrol. Motivasi pada siswa sangat
mempengaruhi keberhasilan siswa dalam kelompok untuk saling membantu
antar kelompok sehingga semua anggota kelompok berhasil dalam
belajarnya. Siswa yang dapat menghargai keberhasilan kelompok maka akan
mendorong siswa untuk saling membantu dalam mencapai keberhasilan
setiap siswa bukan kompetitif kelas. Menurut Slavin (1996:44) fakta yang
didapatkan bahwa hasil prestasi maupun keterampilan siswa dalam
berkelompok bergantung pada perilaku seorang guru yang harus cukup untuk
memotivasi siswa untuk terlibat dalam perilaku yang membantu kelompok
untuk dihargai, karena intensif kelompok akan dapat melatih siswa untuk
mendorong tujuan yang diarahkan pada perilaku diantara kelompok. Menurut
Johson dalam Khan dan Inamullah (2011:213) bahwa pada siswa yang
belajar dalam kelompok kooperatif bukan berarti hanya dengan tujuan tugas
kelompok dapat terselesaikan. Jika motivasi pada siswa kurang, Iqbal dalam
Khan dan Inamullah (2011:213) menambahkan bahwa karakteristik
pembelajaran STAD memungkinkan siswa saling ketergantungan pada orang
lain serta terdapat tekanan teman sebaya karena pengaruh memperebutkan
penghargaan yang akan diberikan guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Rerata nilai kognitif yang mengukur kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa pada pembelajaran PBI+STAD lebih rendah 0,5 poin
dibandingkan dengan pembelajaran ceramah bervariasi pada kelas kontrol.
Hal ini kemungkinan disebabkan karena siswa yang sudah terbiasa dengan
pembelajaran yang terpusat pada guru. Semua materi disampaikan oleh guru
secara lengkap sehingga saat materi dicari sendiri oleh siswa dalam
kelompok, siswa merasa kurang yakin dan percaya pada konsep materi yang
diselesaikan sendiri bersama teman-teman kelompoknya. Akibatnya materi
yang siswa dapatkan pun kurang optimal.
Penerapan PBI+STAD pada SMA Negeri Colomadu Karanganyar
dilakukan di kelas maupun di laboratorium biologi SMA Negeri Colomadu.
Langkah pembelajaran pada kelas eksperimen dilakukan sesuai langkah
PBI+STAD yang telah dikembangkan peneliti. Pada kelas eksperimen
kegiatan pembelajaran dimulai dari fase menjelaskan yaitu peneliti mencoba
menjelaskan materi terlebih dahulu sebelum siswa terlalu jauh menganalisis
masalah yang terdapat pada sub-materi molusca.
Sebelum fase menjelaskan dimulai, peneliti telah memberikan suatu
motivasi kepada siswa tentang pembelajaran PBI+STAD yaitu meminta siswa
untuk saling bekerja sama dan saling membantu antar anggota kelompok
selama proses pembelajaran kecuali ketika pelaksanaan kuis karena terdapat
nilai kemajuan individu diakhir pembelajaran yang akan diukur oleh peneliti.
Penjelasan tentang adanya nilai kemajuan individu yang berpengaruh pada
kerja masing-masing kelompok, peneliti juga memberikan gambaran tentang
adanya penilaian tersebut dipapan tulis dengan menampilkan penilaian STAD
dan menjelaskan prosesnya. Hal ini bertujuan agar siswa dapat mengetahui
gambaran arti pentingnya kerja sama dalam kelompok tersebut.
Fase menjelaskan dimulai dengan menjelaskan konsep tentang
animalia secara umum melalui bagan yang dibuat peneliti dan proses
selanjutnya pada fase menjelaskan ini siswa diminta untuk berdiskusi dan
mengisi LKS yang berbentuk bagan tentang molusca selama beberapa menit.
Kegiatan tersebut dimaksudkan agar siswa mengenal terlebih dahulu tentang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
materi yang akan disampaikan peneliti sehingga siswa siap dengan materi
tersebut. Kegiatan peneliti selanjutnya pada fase menjelaskan setelah siswa
melakukan kegiatan diskusi yaitu meminta siswa untuk mendengarkan
penjelasan materi yang diberikan peneliti dan mencocokkan hasil diskusi
mereka dengan penjelasan yang diberikan peneliti tentang materi molusca
tersebut. Pada fase menjelaskan ini ketika peneliti mulai melakukan kegiatan
ceramah didepan kelas dan juga sekaligus sebagai konfirmasi akan diskusi
siswa dengan teman sebangkunya terlihat bahwa siswa sedikit bosan untuk
mendengarkan sehingga mereka cenderung untuk mencari aktivitas lain
selain hanya mendengarkan penjelasan yang disampaikan di depan kelas.
Ketidakperhatian siswa ini sebenarnya juga akan mempengaruhi konsep
materi yang masuk kedalam diri siswa yang nantinya akan berimbas pada
pemahaman siswa yang tidak sempurna atau kurang. Sesuai pendapat
Slameto (1995:56) bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa
harus memiliki perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Berdasarkan
respon siswa terhadap penguasaan konsep terbukti bahwa pada kelas
eksperimen lebih rendah 74% daripada kelas kontrol yaitu 82% dan berimbas
pada pemahaman siswa pada kelas eksperimen yang rendah 75% daripada
kelas kontrol 81%.
Fase pembentukan kelompok dilakukan pada kelas eksperimen yang
bertujuan supaya siswa dalam kelompok lebih mudah untuk memecahkan
suatu permasalahan yang telah disiapkan peneliti. Fase orientasi masalah
dimulai dengan peneliti memberikan fasilitas berupa LKS yang berisi
petunjuk dalam menyelesaikan masalah dengan melakukan pengamatan
obyek yang berada dimeja tiap kelompok. Pada setiap kelompok, peneliti
bergantian mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan dengan
mengamati benda-benda nyata yang ada didepan siswa. Peneliti melakukan
hal tersebut agar siswa mampu menentukan cara membagi tanggung jawab
tentang tugas masing-masing siswa dalam kelompok untuk memecahkan
masalah serta siswa dapat melakukan pembelajaran bermakna sehingga siswa
mampu memiliki pemahaman yang lebih tinggi tentang materi tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
Sesuai pendapat Yazdani dalam Nur (2011a:33-34) bahwa pembelajaran
berbasis masalah membuat siswa terlibat dalam pembelajaran bermakna dan
meningkatkan pengarahan diri yaitu ketika siswa berupaya keras
menyelesaikan permasalahan maka siswa akan mampu melatih sikap
tanggung jawabnya, pemahaman lebih tinggi, dan pengembangan
keterampilan yang lebih baik, melatihkan keterampilan interpersonal dan
kerja tim, sikap memotivasi diri sendiri, meningkatnya hubungan keakraban
antara guru dan siswa, meningkatkan tingkat pembelajaran dari keterampilan
belajar, pemecahan masalah, teknik-teknik evaluasi diri, dan hubungan
dengan lingkungan. Siswa terlihat kurang optimal pada fase orientasi masalah
dalam melakukan pengamatan. Siswa kurang mengoptimalkan benda-benda
pengamatan yang ada dihadapannya, terlihat siswa hanya cenderung
menjawab permasalahan dengan langsung mencari solusi pada literatur yang
siswa miliki tanpa mencocokkan dengan benda nyata yang ada dihadapan
siswa. Peneliti menemukan bahwa banyak siswa tidak memiliki buku literatur
apapun. Pemahaman yang lebih akan didapat siswa jika siswa melakukan
kegiatan pengamatan tersebut dengan benar sehingga siswa mampu berpikir
ilmiah dan mampu menarik kesimpulan pada pengamatan tersebut. Pendapat
tersebut diperkuat oleh K,Roestiyah (2008:80) yang menyatakan bahwa
dengan teknik eksperimen siswa akan mampu mencari dan menemukan
sendiri berbagai jawaban atas masalah yang dihadapi dengan mengadakan
pengamatan/penyelidikan sendiri sehingga siswa akan terlatih dalam berpikir
ilmiah. Berdasarkan angket respon balikan siswa terbukti bahwa dengan
pemahaman yang rendah maka kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pun
rendah yaitu 74% pada kelas eksperinem dan 83% pada kelas kontrol
Fase penyajian hasil karya pada kelas eksperimen dilakukan dengan
mempresentasikan hasil karya siswa pada penyelidikan suatu permasalahan
sebelumnya dengan membuat simpulan penyelidikan permasalahan dalam
bentuk presentasi dan mempresentasikannya. Semua siswa terlihat telah
mengerjakan tugas tersebut, hanya ketika mempresentasikan siswa terlihat
malu dan kurang percaya diri dalam berkomunikasi. Kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
mempresentasikan suatu pelajaran didepan kelas oleh siswa sendiri
merupakan hal yang asing dilaksanakan karena tak pernah siswa melakukan
kegiatan presentasi sebelumnya. Proses dalam kegiatan presentasi ini secara
tidak langsung mengarahkan siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap
hasil penyelidikan dan proses-proses yang digunakan oleh siswa dan
kelompok. Refleksi dan evaluasi penting dilakukan karena siswa
membutuhkan pembenaran dan penguatan dari pengetahuan yang mereka
peroleh. Kegiatan akhir pada fase penyajian hasil karya ini, terdapat siswa
yang berani mengkomunikasikan kesimpulan pada sub-materi molusca
walaupun siswa tersebut ragu dan kurang percaya diri. Kelemahan pada fase
penyajian hasil karya ini adalah banyak siswa yang tidak memperhatikan
penyajian hasil karya temannya yang sedang mempresentasikan di depan
kelas sehingga siswa yang menjadi pendengar sibuk dengan hasil karya
kelompoknya masing-masing akibatnya tak ada yang berani bertanya dan tak
ada pertanyaan untuk presentator, selain itu karena perhatian yang kurang
maka refleksi dan evaluasi kurang tercapai secara maksimal yang berakibat
pada pemahaman siswa yang kurang. Pemahaman siswa yang kurang terlihat
pada respon balikan siswa yang menyatakan bahwa pemahaman siswa pada
kelas kontrol lebih tinggi 81% dibandingkan kelas eksperimen yang hanya
75% dan berimbas pada kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada kelas
eksperimen lebih rendah daripada kelas kontrol yaitu 74% pada kelas
eksperimen dan 83% pada kelas kontrol. Pada kegiatan presentasi kelas ini
terkendala dengan waktu yang tersedia terbatas sehingga tidak dapat semua
kelompok melakukan refleksi dan evaluasi didepan kelas. Waktu yang
terbatas akan mengurangi penguasaan konsep yang ada. Khan dan
Innamullah (2011:213) dalam penelitiannya berpendapat bahwa dalam waktu
yang terbatas untuk siswa dalam kegiatan STAD, maka waktu yang
digunakan untuk penguasaan topik pun juga terbatas.
Fase kuis pada kelas eksperimen terlihat siswa yang kurang siap akan
adanya kegiatan postest karena terlihat bahwa siswa banyak yang kaget
ketika ulangan akan dimulai sehingga berakibat pada nilai akhir siswa yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
kurang optimal. Hal ini sependapat dengan Slameto (1995:59) bahwa jika
siswa belajar dan memiliki kesiapan maka hasil belajarnya akan lebih baik.
Fase terakhir pada pembelajaran PBI+STAD adalah rekognisi siswa
yang bertujuan untuk melihat kemajuan siswa dalam mempelajari materi.
Pada sub-materi molusca ini peneliti melihat bahwa kemajuan siswa tersebut
cenderung optimal karena semua kelompok merupakan kelompok super dan
hanya satu kelompok merupakan kelompok hebat walaupun banyak siswa
yang nilainya masih dikatakan kurang. Slavin (1996:57) menyatakan bahwa
efek yang dapat terjadi dari penghargaan kelompok berdasarkan
pembelajaran individual, secara tidak langsung mereka hanya memotivasi
siswa untuk terlibat dalam perilaku tertentu sehingga dikatakan dengan
penghargaan kelompok hanya memberikan motivasi eksternal bukan internal
siswa.
Kelas kontrol merupakan kelas dengan pembelajaran ceramah
bervariasi yang terdiri dari kegiatan ceramah, diskusi, dan demonstrasi.
Perbedaan kelas eksperimen dengan kelas kontrol selain model pembelajaran
yang diberikan berbeda, pada kelas kontrol materi yang dipelajari pada tiap
pertemuannya terbagi atau dengan kata lain materi tidak semua terselesaikan
pada satu pertemuan melainkan pada pertemuan selanjutnya materi akan
dilanjutkan jika belum terselesaikan. Pada kelas kontrol disetiap pertemuan
terdapat kegiatan ceramah, diskusi walaupun hanya dengan teman sebangku,
serta kegiatan demonstrasi baik benda aslinya maupun gambar. Selain itu
pada kelas kontrol ini siswa juga diminta tugas presentasi sebagai tugas akhir
yang secara tidak langsung siswa juga melakukan penemuan seperti halnya
pada kelas eksperimen walaupun tidak disajikan. Pada kelas kontrol dengan
pembelajaran ceramah bervariasi dengan proses kegiatan berupa ceramah,
diskusi, dan demonstrasi maka dapat dikatakan bahwa pada pembelajaran
ceramah bervariasi ini memiliki kelebihan yaitu diantaranya:
a. Dengan kegiatan ceramah siswa akan memperoleh informasi yang tidak
mudah serta membantu siswa memadukan informasi dari sumber-sumber
yang berbeda (Jacobsen, David A. et al.,2009:215).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
b. Efektivitas diskusi ceramah dapat membantu siswa menghubungkan
gagasan-gagasan yang baru kedalam wujud pengetahuan yang terpadu dan
terorganisir, selain itu dengan kegiatan diskusi ceramah dapat
mengombinasikan fleksibilitas dan kesederhanaan ceramah dengan
keuntungan-keuntungan pengajaran yang interaktif untuk mengajarkan
wujud pengetahuan terorganisir dan dengan suatu pengenalan terlebih
dahulu maka dapat membuat siswa tertarik dan perhatian siswa terpelihara
sehingga proses keterpaduan akan menjadi lebih luas dan lebih dalam
(Jacobsen, David A. et al.,2009:219-222).
c. Adanya kegiatan demonstrasi maka penerimaan siswa terhadap pelajaran
akan lebih berkesan secara mendalam dan juga siswa dapat mengamati dan
memperhatikan yang diperlihatkan guru selama pelajaran
(K,Roestiyah.2008:83).
d. Kegiatan demontrasi pada kelas kontrol membuat siswa mendapat variasi
pembelajaran dengan melihat benda nyata maupun gambar walaupun
siswa hanya dapat melihat dengan perhatiannya. Siswa dapat
mencocokkan ciri yang ada pada benda nyata tersebut dengan teori yang
siswa bahas sehingga siswa tidak hanya berpikir abstrak tetapi siswa juga
melakukan kegiatan pengamatan langsung. Perhatian siswa itulah yang
akan mendapatkan hasil yang lebih baik. Sesuai pendapat Slameto
(1995:56) bahwa untuk mendapatkan hasil belajar yang baik siswa harus
memiliki perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya. Yamin (2008:76)
menambahkan bahwa kegiatan demonstrasi ini akan dapat menolong siswa
secara efektif atas jawaban suatu pertanyaan karena siswa mendapat
gambaran secara jelas dari hasil pengamatannya.
Proses pembelajaran pada kelas kontrol ini dapat dikatakan mendapat
input cara pembelajaran yang serupa bahkan lebih mendalam daripada
pembelajaran PBI+STAD pada kelas eksperimen. Faktor lain yang
mempengaruhi ketercapaian hasil kemampuan berpikir tingkat tinggi sebagai
nilai kognitif selain model pembelajaran yang diterapkan tetapi juga adanya
faktor internal yang turut berpengaruh yaitu motivasi belajar, aspek fisiologis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
(kesehatan siswa), dan aspek psikologis (minat dan gaya belajar) serta faktor
eksternal yaitu lingkungan belajar siswa yang memiliki kondisi bahwa
pembelajaran kelas eksperimen selalu dilakukan pada waktu siang hari dan
kelas kontrol pada pagi hari, dukungan orang tua, sarana dan prasarana yang
mendukung dalam pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam bimbingan
belajar diluar sekolah yang turut mempengaruhi ketercapaian hasil belajar.
Hal inilah yang dimungkinkan menjadi penyebab kemampuan berpikir
tingkat tinggi pada pembelajaran PBI+STAD lebih rendah 0,5 poin
dibandingkan dengan pembelajaran ceramah bervariasi pada kelas kontrol.
2. Pengaruh Pembelajaran PBI+STAD terhadap Keterampilan Sosial
Siswa
Hasil uji hipotesis menunjukkan tidak terdapat pengaruh antara
pembelajaran PBI+STAD terhadap keterampilan sosial. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya.
Hal ini dimungkinkan seperti halnya yang peneliti analisis pada hipotesis
sebelumnya yaitu pembelajaran kelas kontrol dan kelas eksperimen memiliki
kemiripan. Kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran bernuansa
kooperatif yang dipadukan dengan pembelajaran berbasis masalah
sebenarnya telah melatihkan keterampilan sosial siswa yaitu pada
pembelajaran kelompok pada fase orientasi siswa pada masalah serta pada
fase presentasi. Pada fase ini siswa melaksanakan kegiatan kerjasama dan
juga meminta siswa untuk selalu berinteraksi antar teman kelompoknya.
Sependapat dengan Isjoni (2011:16), pembelajaran kooperatif akan dapat
menumbuhkan kerja sama, berinteraksi, dan membuat siswa dapat terlibat
aktif dalam prores pembelajaran.
Pada pembelajaran ceramah bervariasi yang memiliki tiga komponen
pada proses pembelajarannya yaitu kegiatan ceramah, diskusi, dan
demontrasi dapat melatihkan siswa berketerampilan sosial yang lebih
mendalam. Pada pembelajaran kelas kontrol akan lebih melatihkan
keterampilan sosial karena pembelajaran diskusi walaupun hanya dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
teman sebangku akan menumbuhkan kerja sama dan interaksi dengan orang
lain, walaupun hanya dengan teman sebangku siswa mampu berkomunikasi
maupun berdebat dengan teman sebangkunya. Melengkapi keterampilan
sosial yang didapat pada kegiatan diskusi juga akan didapat pada kegiatan
demonstrasi karena dengan kegiatan demonstrasi siswa akan mendapatkan
pengalaman praktik dan siswa mendapatkan pertanyaan yang dapat dijawab
lebih teliti waktu kegiatan demonstrasi. Yamin (2008:75) menyatakan bahwa
kesempatan melakukan latihan keterampilan sosial dapat terlatihkan melalui
kegiatan demonstrasi.
Kelas kontrol memiliki nilai keterampilan sosial yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kelas eksperimen dikarenakan 3 komponen dalam
proses pembelajaran tersebut tejadi disetiap pertemuan sehingga keterampilan
sosial siswa yang didapat pada kelas kontrol lebih mendalam atau lebih
terlatih dibandingkan dengan kelas eksperimen. Penyebab lain selain adanya
kegiatan diskusi dan kegiatan demonstrasi adalah adanya pemberian tugas
akhir secara berkelompok yang diberikan kepada siswa sehingga dengan
tugas kelompok tersebut pun pada kelas kontrol ini keterampilan sosial dalam
hal bekerja sama dan berinteraksi dengan orang lain pun juga akan dapat
terjalin.
Keterampilan sosial pada kelas eksperimen hanya terjalin saat siswa
melaksanakan kegiatan kelompok di laboratorium maupun di luar kelas yaitu
ketika siswa melakukan fase orientasi masalah dan kegiatan dalam penyiapan
karya yang akan dipamerkan. Pada kegiatan eksperimen dalam pemecahan
masalah pada kelas eksperimen, siswa cenderung tidak terkontrol dalam
kelompoknya terlihat siswa ada yang berjalan-jalan kekelompok lain dan lain
sebagainya. Pada kegiatan penyajian hasil karya siswa cenderung masih
menunjuk teman sekelompok untuk mempresentasikan dan kebanyakan siswa
lain yang menjadi pendengar kurang memperhatikan karena sibuk dengan
persiapan presentasinya di depan kelas sehingga membuat perhatian,
pemahaman konsep, dan eksplorasi untuk berkomunikasi sangatlah kurang
pada fase ini dan menjadikan siswa menjadi pendengar yang pasif apalagi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
ditambah waktu yang terbatas dalam pelaksanaan penyajian hasil karya
sehingga tidak semua siswa dapat melatih kemampuan verbalnya di depan
kelas.
Berdasarkan hasil respon siswa 78% menyatakan pembelajaran
PBI+STAD lebih mampu menumbuhkan rasa saling memahami dibanding
kelas kontrol 73% yang dimungkinkan dikarenakan latar belakang
pembelajaran PBI+STAD dalam proses pembelajaran kelompoknya lebih
besar dibandingkan dengan diskusi berpasangan. Fase menjelaskan pada
kelas eksperimen dalam proses pembelajaranya ada saatnya guru
menceramahkan konsep penting materi yang bertujuan agar mendukung
proses pemecahan masalah. Proses penyampaian materi secara verbal ini
mengurangi keterampilan siswa untuk menggali pengetahuannya sendiri.
Respon siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen juga
menunjukkan tentang perasaan terhadap pembelajaran Biologi yang siswa
terima pada sub-materi molusca yaitu pada kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran ceramah bervariasi yang terdiri dari kegiatan
ceramah, diskusi, dan demonstrasi memiliki ketertarikan 75% sedangkan
pada kelas eksperimen hanya 76% menggunakan pemebelajaran PBI+STAD.
Berdasarkan pengamatan, banyak faktor lain yang mempengaruhi
keterampilan sosial selain model pembelajaran yang diterapkan tetapi juga
adanya faktor internal yang turut berpengaruh yaitu motivasi belajar, aspek
fisiologis (kesehatan siswa), dan aspek psikologis (minat dan gaya belajar)
serta faktor eksternal yaitu lingkungan belajar siswa yang memiliki kondisi
bahwa pembelajaran kelas eksperimen selalu dilakukan pada waktu siang hari
dan kelas kontrol pada pagi hari, dukungan orang tua, sarana dan prasarana
yang mendukung dalam pembelajaran, serta keikutsertaan siswa dalam
bimbingan belajar diluar sekolah yang turut mempengaruhi ketercapaian hasil
belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
3. Model Pembelajaran PBI+STAD sebagai Temuan Penelitian
Pembelajaran PBI+STAD merupakan pembelajaran yang
mengintegrasikan dua model pembelajaran yaitu PBI dalam STAD. PBI
merupakan model pembelajaran yang menggunakan suatu masalah yang
diberikan kepada siswa supaya dapat merangsang siswa untuk melakukan
pemikiran suatu hal yang fakta/nyata yang terdapat dihadapannya agar
masalah yang bersifat nyata tersebut dapat menjadi konsep yang mudah
dipahami siswa. Proses PBI tersebut dapat dikatakan dapat melatihkan siswa
untuk melakukan pemikiran yang lebih tinggi. Suprijono (2011:70)
menjelaskan bahwa pembelajaran PBI menekankan pada berpikir tingkat
tinggi yang memfasilitasi siswa mengembangkan kemampuan berpikir yaitu
berpikir dari fakta kekonsep sehingga siswa tidak hanya mampu
mendeskripsikan secara faktual apa yang diamati tetapi juga secara analitis
atau konseptual. Trianto (2010:92) menambahkan hasil yang didapatkan
dalam penerapan pembelajaran PBI adalah siswa mengerjakan permasalahan
autentik untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan
inkuiri dan kemampuan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian,
percaya diri, serta siswa menggunakan bermacam-macam keterampilannya
seperti bekerja sama dalam menyelesaikan permasalahan yang diberikan.
Siswa yang belajar dalam jumlah siswa dalam kelas yang besar
berbeda hasilnya dengan siswa yang belajar pada kelompok kecil.
Pemahaman akan lebih didapat pada kelas yang memiliki kelompok kecil.
Kegiatan-kegiatan kelompok merupakan solusi pada kelas yang memiliki
jumlah siswa yang besar sehingga guru mudah dalam menyampaikan materi,
siswa lebih mudah menangkap pelajaran, serta siswa juga terlatihkan dalam
bekerja sama. Menurut Isjoni (2011:74) pembelajaran STAD menekankan
aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling
membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang
maksimal sehingga STAD memiliki memiliki potensi yaitu dapat
meningkatkan keterampilan sosial siswa sehingga prestasi siswa lebih
maksimal dengan bantuan teman dalam sekelompoknya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Berdasarkan penelitian yang telah peneliti lakukan hasil yang terjadi
berkebalikan dengan teori yang ada. Penelitian yang telah peneliti lakukan
menyatakan bahwa pembelajaran PBI+STAD tidak berpengaruh terhadap
kemampuan berpikir tingkat tinggi maupun keterampilan sosial siswa jika
dibandingkan dengan kontrol yang menggunakan menggunakan model
pembelajaran ceramah bervariasi yang mencakup kegiatan ceramah, diskusi,
dan demonstrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user 72
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. SIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh model pembelajaran
PBI+SATD terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial
siswa dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran PBI+STAD tidak berpengaruh terhadap kemampuan
berpikir tingkat tinggi pada siswa kelas X SMA Negeri Colomadu
Karanganyar.
2. Model pembelajaran PBI+STAD tidak berpengaruh terhadap keterampilan
sosial pada siswa kelas X SMA Negeri Colomadu Karanganyar.
B. IMPLIKASI
1. Implikasi Teoretis
Hasil penelitian secara teoretis dapat digunakan sebagai bahan kajian
dan referensi pada penelitian sejenis mengenai model pembelajaran PBI yang
dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif khususnya STAD.
2. Implikasi Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pertimbangan bagi guru
dalam memberikan pembelajaran biologi yaitu dengan memberikan
permasalahan nyata kepada siswa dalam kerja kelompok serta menerapkan
model pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa sehingga dapat
mengoptimalkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa dan keterampilan
sosial siswa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
C. SARAN
1. Guru
a. Guru mata pelajaran biologi hendaknya mampu menumbuhkan dan
meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial
siswa sehingga siswa memiliki keterampilan yang lebih dari segi kognitif dan
afektifnya dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-harinya.
b. Guru dalam menerapkan PBI yang dikombinasikan dengan pembelajaran
kooperatif khususnya STAD perlu memperhatikan kegiatan siswa dalam
setiap fasenya dan tugas yang diberikan kepada siswa, sehingga pemahaman
dan konsep materi yang didapat siswa sempurna sehingga kemampuan siswa
dalam berpikir tingkat tinggi dan keterampilan sosial siswa dapat optimal.
c. Guru dalam menerapkan PBI yang dikombinasikan dengan pembelajaran
kooperatif khususnya STAD hendaknya mampu mengatur waktu pelaksanaan
dengan baik sehingga semua aspek pembelajaran dapat disampaikan.
2. Peneliti
Penelitian ini sangat terbatas pada kemampuan peneliti, maka perlu
diadakan penelitian yang lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran
PBI yang dikombinasikan dengan pembelajaran kooperatif khususnya STAD
dalam ruang lingkup yang lebih luas serta faktor-faktor lain yang turut
berpengaruh terhadap pembelajaran.