Upload
vuthuy
View
252
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN
PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP HASIL
BELAJAR IPA SISWA KELAS V SDN GUGUS
WIJAYA KUSUMA NGALIYAN SEMARANG
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh
Sastriani
1401413620
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2017
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Penandatangan di bawah ini:
nama : Sastriani
NIM : 1401413620
prodi/jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap
Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma
Ngaliyan Semarang”.
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar hasil karya sendiri, bukan hasil jiplakan
dari karya tulis orang lain baik sebagian atau seluruhnya. Pendapat atau temuan
orang lain dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Ter-
hadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan
Semarang” karya,
Nama : Sastriani
NIM : 1401413620
Program Studi : PPG-PGSD
telah disetujui pembimbing untuk diajukan ke Panitia Ujian Skripsi.
iv
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan
Semarang” karya,
nama : Sastriani
NIM : 1401413620
Program Studi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
telah dipertahankan dalam Panitia Sidang Ujian Skripsi Program PGSD, FIP,
Universitas Negeri Semarang pada hari Senin, tanggal 5 juni 2017
Semarang, Juli 2017
Panitia Ujian,
v
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
“ Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu
kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat ”.
(Winston Chuchill)
“ Maka sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan “
(QS. Al- Insyirah: 5)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan untuk kedua orang tua tercinta Ayah Abdul Hafid dan
Ibu Nurhamidah.
vi
PRAKATA
Puji syukur peneliti ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan
Semarang” dapat terselesaikan dengan baik. Peneliti menyadari bahwa dalam
penelitian ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan dari berbagai pihak, oleh karena
itu dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang;
2. Prof. Dr. Fakhruddin, M.Pd., Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang;
3. Drs. Isa Ansori, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang;
4. Desi Wulandari, S.Pd., M.Pd. Dosen Penguji utama yang telah menguji
dengan teliti sehingga kesalahan-kesalahan dalam skripsi dapat diketahui.
5. Dra. Kurniana Bektiningsih, M. Pd., Dosen pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi kepada peneliti selama
penyusunan skripsi.
6. Dra. Munisah, M.Pd., Dosen pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, saran dan motivasi kepada penulis selama penyusunan
skripsi.
7. Suyati, S, Pd, SD., Kepala SDN Bringin 02 yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian.
8. Sriyanti, S. Pd., Kepala SDN Bringin 01 yang telah memberikan ijin kepada
peneliti untuk melaksanakan penelitian;
9. Siti Mubarokah, S. Pd, SD., Guru Kelas V SDN Bringin 02 yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti selama pelaksanaan
penelitian ini.
10. Siswa/siswi kelas V SDN Podorejo 01 yang turut membantu dalam ujicoba
instrumen
vii
11. Siswa/siswi kelas V SDN Bringin 02 yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian
12. Siswa/siswi kelas V SDN Bringin 01 yang telah membantu dalam pelaksanaan
penelitian
13. Keluarga besar Program Pendidikan Profesi Guru Terintegrasi (PPGT) PGSD
Fakultas Ilmu Pendidikan UNNES angkatan 2013 yang saling memberikan
pengetahuan, semangat, dan motivasi kepada peneliti.
14. Semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada peneliti dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Demikian yang dapat peneliti sampaikan, semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak.
viii
ABSTRAK
Sastriani. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma
Ngaliyan Semarang. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar,
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I: Dra.
Kurniana Bektiningsih, M. Pd., Pembimbing II: Dra. Munisah, M.Pd. 356.
Halaman.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar dapat mengembangkan serta melatih
siswa untuk dapat memecahkan berbagai permasalahan yang berhubungan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Model pembe-
lajaran yang digunakan adalah model PBL. Rumusan masalah dalam penelitian ini
yaitu apakah ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap Hasil Belajar IPA
Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang. Penelitian
bertujuan untuk menguji pengaruh model pembelajaran PBL Terhadap Hasil
Belajar IPA Siswa Kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang.
Desain penelitian ini menggunakan quasi experimental design dengan bentuk
nonequivalent control group design. Populasi dalam penelitian ini seleruh siswa
kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang tahun ajaran 2016/2017.
Sampel penelitian ini siswa kelas V SDN Bringin 02 (kelas eksperimen) dengan
model PBL dan SDN Bringin 01 (kelas kontrol) dengan model konvensional
dengan teknik cluster sampling. Teknik pengumpulan data; dokumentasi dan tes.
Analisis data awal menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, uji kesamaan
rata-rata, dan analisis data akhir menggunakan uji, normalitas, uji homogenitas, uji
perbedaan rata-rata dan uji N-Gain.
Hasil analisis data hasil belajar menggunakan software SPSS 21 diperoleh
data nilai Sig >0,05 pada kolom Levene’s Test for Equality of variances data
memiliki varians yang sama, nilai yang terdapat pada baris Equal variances
assumed nilai thitung sebesar 2,154 dan nilai signifikansi sebesar 0,35. Nilai ttabel
dengan df = 67 dan taraf signifikansi 0,025 (uji 2 pihak) yaitu 1,996 (Sugiyono,
2016: 454). nilai thitung > ttabel (2,154 > 1,996) dan nilai signifikansi yang diperoleh
yaitu 0,35 (0,35 < 0,05), sehingga Ho ditolak dan Ha diterima dengan kata lain
model PBL lebih tinggi dari pada model konvensional terhadap hasil belajar IPA.
Hasil itu didukung dengan peningkatan skor pretest ke posttest melalui uji N-Gain.
N-Gain kelas eksperimen 0,70787 (kategori tinggi) dan kelas kontrol 0,57471
(kategori sedang).
Simpulan; ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas V SDN Bringin 02. Saran bagi para guru untuk menerapkan model
pembelajaran yang inovatif, antara lain dengan PBL yang telah terbukti dapat
meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
Kata Kunci: hasil belajar; IPA; model PBL
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ....................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................................. iii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .................................................................. iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN ..................................................................... v
PRAKATA ........................................................................................................ vi
ABSTRAK ....................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... ix
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ............................................................................... 7
1.3 Pembatasan Masalah .............................................................................. 8
1.4 Rumusan Masalah .................................................................................. 8
1.5 Tujuan Penelitian ................................................................................... 8
1.6 Manfaat Penelitian ................................................................................. 9
1.6.1 Manfaat Teoretis .................................................................................... 9
1.6.2 Manfaat Praktis ...................................................................................... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ......................................................................... ..11
2.1 Kajian Teori .......................................................................................... .11
2.1.1 Hakikat Belajar...................................................................................... .11
2.1.2 Prinsip-prinsip Belajar .......................................................................... .13
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar ............................................. .14
2.1.4 Hakikat Pembelajaran ........................................................................... .16
2.1.5 Komponen Pembelajaran ...................................................................... .16
2.1.6 Pembelajaran IPA di SD ....................................................................... .18
x
2.1.7 Hasil Belajar .......................................................................................... .25
2.1.8 Model Pembelajaran.............................................................................. .29
2.1.9 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) ......................... .30
2.1.10 Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar ................................................... .36
2.2 Kajian Empiris ...................................................................................... .38
2.3 Kerangka Berpikir ................................................................................. .42
2.4 Hipotesis Penelitian ............................................................................... .45
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 46
3.1 Desain Penelitian ................................................................................... .46
3.1.1 Prosedur Penelitian................................................................................ 47
3.1.2 Subjek Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian .................................. 49
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................ 49
3.2.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 49
3.2.2 Sampel Penelitia .................................................................................... 50
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 51
3.3.1 Variabel Bebas ...................................................................................... 52
3.3.2 Variabel Terikat .................................................................................... 52
3.4 Definisi Operasional Variabel ............................................................... 53
3.4.1 Model PBL ............................................................................................ 53
3.4.2 Hasil Belajar .......................................................................................... 53
3.5 Instrumen dan Teknik Pengumpulan Data ............................................ 53
3.5.1 Wawancara Tidak Terstruktur............................................................... 54
3.5.2 Observasi ............................................................................................... 54
3.5.3 Dokumentasi ......................................................................................... 55
3.5.4 Tes ......................................................................................................... 55
3.6 Uji Coba Instrumen Penelitian .............................................................. 56
3.6.1 Uji Validitas .......................................................................................... 56
3.6.2 Uji Reliabilitas ...................................................................................... 58
3.6.3 Uji Taraf Kesukaran .............................................................................. 59
3.6.4 Uji Daya Beda Soal ............................................................................... 61
xi
3.7 Teknik Analisis Data ............................................................................. 62
3.7.1 Uji Prasyarat Analisis ............................................................................ 63
3.7.1.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 63
3.7.1.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 63
3.7.2 Analisis Data Awal ............................................................................... 64
3.7.2.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 64
3.7.2.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 65
3.7.2.3 Uji Kesamaan Rata-rata ........................................................................ 67
3.7.3 Analisis Data Akhir ............................................................................... 67
3.7.3.1 Uji Normalitas ....................................................................................... 67
3.7.3.2 Uji Homogenitas ................................................................................... 68
3.7.3.3 Uji t ....................................................................................................... 68
3.7.3.4 Data N-Gain .......................................................................................... 69
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................... 71
4.1 Hasil Penelitian ..................................................................................... 71
4.1.1 Deskripsi Analisis Prasyarat Data ......................................................... 71
4.1.2 Analisis Deskriptif Data Penelitian ....................................................... 72
4.1.3 Analisis Data Awal ............................................................................... 75
4.1.3.1 Tes Awal ............................................................................................... 76
4.1.3.1.1 Uji Normalitas .................................................................................... 78
4.1.3.1.2 Uji Homogenitas ................................................................................ 79
4.1.3.1.3 Uji Kesamaan Rata-rata .................................................................... 80
4.1.4 Analisis Data Akhir ............................................................................... 83
4.1.4.1 Analisis Data Hasil Belajar ................................................................... 83
4.1.4.1.1 Uji Normalitas .................................................................................. 83
4.1.4.1.2 Uji Homogenitas ............................................................................... 84
4.1.4.1.3 Uji Perbedaan .................................................................................. 85
4.1.4.1.4 Uji Data N-Gain ............................................................................... 88
4.2 Pembahasan ........................................................................................... 89
4.2.1 Pemaknaan Temuan Penelitian ............................................................. 89
4.3 Implikasi Hasil Penelitian .................................................................... .103
xii
4.3.1 Implikasi Teoretis................................................................................. .103
4.3.2 Implikasi Praktis .................................................................................. .104
4.3.3 Implikasi Pedagogis ............................................................................. .104
BAB V PENUTUP .......................................................................................... 106
5.1 Simpulan .............................................................................................. .106
5.2 Saran ..................................................................................................... .106
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 109
LAMPIRAN .................................................................................................... 112
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Ruang Lingkup Materi IPA SDN Kelas V Semester II KTSP ..... …24
Tabel 2.2 Langkah-langkah Model PBL ....................................................... …34
Tabel 3.1 Populasi Penelitian ........................................................................ …50
Tabel 3.2 Uji Validitas Soal .......................................................................... …57
Tabel 3.3. Data Hasil Reliabilitas .................................................................... ..59
Tabel 3.4 Analisis Tingkat Kesukaran ........................................................... ...60
Tabel 3.5 Analisis Daya Beda Soal ............................................................... …62
Tabel 3.6 Uji Normalitas Data Populasi ....................................................... …65
Tabel 3.7 Uji Homogenitas Data Populasi .................................................... …66
Tabel 3.8 Data N-Gain .................................................................................. …70
Tabel 4.1 Data Siswa SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang..... …72
Tabel 4.2 Data Rekap Tes Akhir Siswa ........................................................ ....73
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Eksperimen ....................... ....74
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Tes Akhir Kelas Kontrol ............................. …74
Tabel 4.5 Hasil Data Tes Awal ..................................................................... …76
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Eksperimen ....................... …77
Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Tes Awal Kelas Kontrol .............................. …77
Tabel 4.8 Uji Normalitas Data Awal Kelas Eksperimen .............................. …78
Tabel 4.9 Uji Normalitas Data Awal Kelas Kontrol ..................................... …79
Tabel 4.10 Uji Homogenitas Data Awal .......................................................... ...80
Tabel 4.11 Uji Kesamaan Rata-rata ................................................................. ...82
Tabel 4.12 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Eksperimen .............................. …83
Tabel 4.13 Uji Normalitas Data Akhir Kelas Kontrol .................................... …84
Tabel 4.14 Uji Homogenitas Data Akhir ........................................................ …85
Tabel 4.15 Uji Perbedaan ................................................................................ …87
Tabel 4.16 Hasil N-Gain ................................................................................. …88
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ 44
Gambar 3.1 Desain Penelitian .......................................................................... 46
Gambar 3.2 Hubungan Variabel Independen-Dependen ................................. 52
Gambar 4.1 Perbandingan Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol ....... 75
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran .......................................................................................................... 112
Lampiran 1 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Bringin 01 ......................... 113
Lampiran 2 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Bringin 02 ......................... 115
Lampiran 3 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Ngaliyan 05 ...................... 117
Lampiran 4 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Podorejo 01....................... 118
Lampiran 5 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Podorejo 02....................... 119
Lampiran 6 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Podorejo 03....................... 121
Lampiran 7 Daftar Nilai UTS IPA Kelas V SDN Wates 02 ........................... 122
Lampiran 8 Uji Normalitas Nilai UTS Populasi ............................................. 123
Lampiran 9 Uji Homogenitas Nilai UTS Populasi ......................................... 124
Lampiran 10 Kisi-kisi Instrumen Penelitian .................................................... 125
Lampiran 11 Soal Tes Uji Coba ....................................................................... 128
Lampiran 12 Kunci Jawaban Soal Uji Coba .................................................... 135
Lampiran 13 Lembar Validasi Soal Objektif Bentuk Pilihan Ganda ............... 136
Lampiran 14 Perhitungan Validitas Soal Uji Coba .......................................... 147
Lampiran 15 Uji Validitas ................................................................................ 149
Lampiran 16 Uji Reliabilitas ............................................................................ 151
Lampiran 17 Kelas Atas Kelas Bawah............................................................. 152
Lampiran 18 Perhitungan Taraf Kesukaran Soal ............................................. 154
Lampiran 19 Uji Daya Beda Soal .................................................................... 156
Lampiran 20 Kisi-kisi Tes Awal dan Tes Akhir .............................................. 158
Lampiran 21 Soal Pretest dan Posttest ............................................................ 161
Lampiran 22 Kunci Jawaban ............................................................................ 165
Lampiran 23 Daftar Nilai Pretest Siswa Kelas Eksperimen ............................ 166
Lampiran24 Daftar Nilai Pretest Siswa Kelas Kontrol.................................... 168
Lampiran 25 Uji Homogenitas dan Kesamaan Rata-rata ................................. 170
Lampiran 26 Silabus Kelas Eksperimen .......................................................... 172
Lampiran 27 RPP Kelas Eksperimen ............................................................... 181
Lampiran 28 Silabus Kelas Kontrol ................................................................. 257
Lampiran 29 RPP Kelas Kontrol...................................................................... 267
xvi
Lampiran 30 Daftar Nilai Posttest Siswa Kelas Eksperimen........................... 334
Lampiran 31 Daftar Nilai Posttest Siswa Kelas Kontrol ................................. 336
Lampiran 32 Uji Homogenitas dan Uji Perbedaan .......................................... 338
Lampiran 33 Hasil Uji N-Gain ......................................................................... 340
Lampiran 34 Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian ........................ 341
Lampiran 35 Lembar Validasi Instrumen Penelitian Soal Uji Coba................ 342
Lampiran 36 Surat Keterangan telah Melaksanakan Observasi Bringin 01 ... 344
Lampiran 37 Surat Keterangan telah Melaksanakan Observasi Bringin 02 ... 345
Lampiran 38 Surat Ijin Penelitian Bringin 02 .................................................. 346
Lampiran 39 Surat Ijin Penelitian Bringin 01 .................................................. 347
Lampiran 40 Dokumentasi Penelitian .............................................................. 348
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana penunjang untuk menuju pertumbuhan,
perkembangan dan kemajuan suatu bangsa, hal ini dapat terlihat dari tujuan
pendidikan yang tercantum dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional bab II pasal 3, yang berbunyi sebagai berikut:
Pendidkan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertang-gung jawab.
Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 162) mengemu-
kakan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa memiliki kemam-
puan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang
Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya,
(2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3) mengembang-
kan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang sa-
ling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat, (4)
2
mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, meme-
cahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesadaran untuk
berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam, (6)
meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan
keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.
Demi tercapainya fungsi dan tujuan pendidikan tersebut, pendidikan di
Indonesia harus dilaksanakan sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan.
Peraturan Pemerintah tentang Standar Nasional Pendidikan Nomor 32 Tahun 2013
pasal 1 ayat 16 disebutkan bahwa “Kurikulum adalah seperangkat rencana dan
pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang diguna-
kan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu”.
Permendikbud Nomor 61 tahun 2014 KTSP adalah kurikulum operasional
yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Pengembangan KTSP jenjang pendidikan dasar dan menengah mengacu pada
Standar Nasional Pendidikan, Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum, dan
Pedoman Implementasi Kurikulum. KTSP dikembangkan oleh satuan pendidikan
dengan melibatkan komite sekolah/madrasah, dan kemudian disahkan oleh kepala
dinas pendidikan atau kantor kementerian agama provinsi dan kabupaten/kota
sesuai dengan kewenangannya. Pada dasarnya IPA merupakan salah satu pelajaran
yang tercantum pada kurikulum KTSP.
3
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu
tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta
prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan
sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian pengalaman
langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan memahami
alam sekitar secara ilmiah, Trianto, (2007:99-100).
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa
dan guru, peningkatan hasil belajar siswa dapat diusahakan oleh seorang guru
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan model atau strategi pembelajaran,
kenyataan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar dan salah satunya adalah melalui penggunaan
model pembelajaran Problem-Based Learning. Duch (dalam Aris Shoimin 2014:
130), Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai
konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan
masalah serta memperoleh pengetahuan.
Wisudawati dan Sulistyowati (2015: 88), Problem Based Learning (PBL)
digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi (HOT atau higher- order
thinking) dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar “how to
learn”. Peran guru dalam PBL adalah mengajukan masalah, memberikan perta-
4
nyaan dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog. Guru harus memberikan
kesempatan siswa menambah kemampuan menemukan dan kecerdasan. Dalam
PBL ini, lingkungan harus ditata sedemikian rupa sehingga nyaman dan terbuka
untuk saling bertukar ide.
Aris Shoimin (2014: 132) ada 8 kelebihan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) yaitu sebagai berikut: (1) siswa didorong untuk memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata; (2) siswa memiliki
kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui aktivitas belajar; (3)
pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubungannya
tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa dengan meng-
hafal atau menyimpan informasi. (4) terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui
kerja kelompok. (5) siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan,
baik dari perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi. (6) siswa memiliki
kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri. (7) siswa memiliki kemampuan
untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam kegiatan diskusi atau presentasi hasil
pekerjaan mereka. (8) kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi
melalui kerja kelompok dalam bentuk peer teaching.
Hasil belajar adalah ukuran kemampuan dari kinerja yang diperoleh siswa
dalam belajar. Sudjana (2016: 3), mendefinisikan hasil belajar siswa pada haki-
katnya adalah perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang
lebih luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris. Abdurrahman,
(2010: 42) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh
5
siswa setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari dalam diri anak dan faktor yang berasal dari lingkungan.
Hasil observasi dan wawancara dengan tujuh guru kelas V SDN Gugus
Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang, ditemukan permasalahan pada pembelajaran
IPA yaitu hasil belajar IPA siswa belum optimal, siswa kurang fokus dalam
memperhatikan penjelasan dari guru, banyak siswa yang sibuk sendiri ketika
pembelajaran berlangsung, sumber belajar kurang lengkap (buku paket), sarana
dan prasarana di kelas kurang memadai (alat peraga), dan nilai rata-rata Ujian
Tengah Semester (UTS) masih terdapat siswa yang tidak tuntas dengan kriteria
ketuntasan minimal (KKM) 65. Rendahnya pemahaman konsep IPA ini dise-
babkan oleh beberapa faktor; model pembelajaran yang digunakan guru belum
inovatif sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa dalam belajar dan
berkurangnya minat siswa dalam pembelajaran IPA. Metode yang digunakan guru
ketika di dalam pembelajaran cukup bervariasi, guru sudah menerapkan
pembelajaran secara diskusi atau pembelajaran berbasis kelompok, guru membagi
kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 3-4 siswa yang heterogen,
namun dalam penerapan model pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai
dengan sintaknya sehingga siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran.
Dampak lebih lanjut menjadikan mata pelajaran IPA dianggap sulit oleh siswa,
sehingga hasil belajar siswa masih banyak yang nilainya belum mencapai KKM.
Permasalahan tersebut memerlukan solusi dengan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif dan menarik pada pembelajaran IPA. Model
pembelajaran inovatif yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran secara
6
langsung sehingga siswa tidak merasa bosan. Guru perlu memilih model pembe-
lajaran yang dapat memperbaiki hasil belajar IPA siswa, model pembelajaran yang
dipilih peneliti adalah model pembelajaran PBL.
Penelitian lain yang sejenis telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya antara
lain yaitu Alfian, dkk (2015) jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Penge-
tahuan Alam, Universitas Negeri Semarang berjudul ”Efektivitas Pembelajaran
Model PBL Menggunakan Audio Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa
Mapel IPA Kelas VII”, penelitian eksperimen ini bertujuan untuk melihat seberapa
efektif model PBL menggunakan audio visual untuk meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII SMPN 3 Bodeh Pemalang. Metode penelitian menggunakan
penelitian eksperimen yang terdiri dari dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol. Hasil akhir analisis didapat pada kelas eksperimen diperoleh nilai rata-
rata 78,03 dengan uji gain sebesar 0,59. sedangkan pada kelas kontrol didapat nilai
rata-rata 68, 68 dengan uji gain 0,41. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pene-
rapan model PBL menggunakan audio visual efektif meningkatkan hasil belajar
siswa kelas VII mata pelajaran IPA pada pokok bahasan perubahan wujud zat.
Christiana, dkk. tahun 2014 yang berkaitan dengan Pengaruh Model
Problem Based Learning Berbasis Penilaian Proyek terhadap Kemampuan Ber-
pikir Kritis IPA SD Gugus VIII Sukawati. Hasil penelitiannya adalah terdapat
perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir kritis IPA antara siswa kelas V
SDN 1 Singapadu Kaler (sebagai kelas eksperimen) yang menggunakan model
PBL berbasis penilaian proyek dengan siswa kelas V SDN 1 Singapadu Tengah
(sebagai kelas kontrol) yang menggunakan pembelajaran konvensional. Oleh
7
karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model PBL berbasis penilaian
proyek berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis IPA siswa kelas V Gugus
VIII Kecamatan Sukawati tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian yang dilakukan oleh Padmavathy dan Mareesh K. (2013) dengan
judul Effectiveness of Problem Based Learning In Mathematics, adapun hasil
penelitiannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar Matematika
antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran PBL
dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran kovensional. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran PBL efektif
terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas VIII SMP.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui pengaruh
model pembelajaran PBL pada pembelajaran IPA di kelas V SDN Wijaya Kusuma
Ngaliyan Semarang melalui penelitian eksperimen dengan judul pengaruh model
pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V
SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang”.
1.2 Identifikasi Masalah Penelitian
Dari uraian latar belakang tersebut dapat diidentifikasikan 5 masalah yang
ditemukan sebagai berikut:
(1) dalam proses pembelajaran guru belum maksimal dalam menerapkan model-
model pembelajaran yang inovatif
(2) siswa kurang aktif di dalam proses pembelajaran IPA
(3) hasil belajar IPA siswa belum optimal,
8
(4) sumber belajar kurang lengkap, sarana dan prasarana di kelas kurang
memadai dalam pembelajaran IPA
(5) pembelajaran berpusat pada guru
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, peneliti hanya memba-
tasi masalah yang akan diteliti agar pembelajaran lebih aktif dan permasalahan lebih
terarah, penelitian ini akan menguji hasil belajar IPA pada materi pembentukan
tanah, jenis-jenis tanah, struktur bumi, dan daur air yang menerapkan model pem-
belajaran PBL dan model pembelajaran model konvensional dengan metode se-
hari-hari yang dilakukan oleh guru.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan pembatasan
masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
Apakah ada pengaruh model pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan
Semarang?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan tersebut, dapat dirumus-
kan tujuan penelitian sebagai berikut:
Untuk menguji pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang.
9
1.6 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoretis dan
praktis. Rincian manfaat penelitiannya, yaitu:
1.6.1 Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis dalam penelitian ini yaitu a) sebagai bahan referensi atau
pendukung penelitan selanjutnya; b) menambah kajian tentang hasil penelitian
pembelajaran IPA; dan c) mengembangkan praktik pembelajaran pada mata
pelajaran IPA.
1.6.2 Manfaat Praktis
Manfaat praktis merupakan manfaat yang secara langsung dapat dirasakan
dampaknya saat penelitian dilakukan. Manfaat praktis dari penelitian ini antara lain
bagi:
1.6.2.1 Guru
(1) membantu guru untuk lebih kreatif dalam melaksanakan pembelajaran
dengan pemilihan model-model pembelajaran yang sesuai dengan siswa dan
materi, terutama pada pembelajaran IPA.
(2) menjadi alternatif bagi guru untuk menerapkan model pembelajaran yang
tidak hanya berpusat pada guru dan dapat mengaitkan materi dengan kehi-
dupan sehari-hari yang dilihat dan dialami oleh siswa
1.6.2.2 Siswa
(1) menerima pengalaman belajar yang bervariasi sehingga siswa dapat lebih
tertarik dan senang mengikuti pembelajaran IPA.
10
(2) mencari pemecahan masalah sendiri, mengembangkan kemampuan berpikir
kritis, mengembangkan dan mengemukakan ide-idenya.
1.6.2.3 Sekolah
(1) menumbuhkan kerja sama antar guru yang berdampak positif pada kualitas
pembelajaran khususnya pembelajaran IPA di SD.
(2) menjadi acuan dan rekomendasi dalam perbaikan pembelajaran dan mene-
tapkan kebijakan-kebijakan sekolah, tertutama yang berkaitan dengan proses
belajar mengajar di kelas.
1.6.2.4 Peneliti
Menambah pengetahuan dalam menciptakan proses pembelajaran dan
keterampilan dalam melakukan pembelajaran dengan menggunakan model pem-
belajaran PBL.
11
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori
2.1.1 Hakikat Belajar
Belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Winkel (dalam Purwanto, 2016: 38-39) belajar merupakan proses dalam diri
individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan da-
lam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam
interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Biggs (dalam Syah, 2007: 67-68) mendefinisikan belajar dalam tiga macam
rumusan, yaitu: rumusan kuantitatif; rumusan institusi; rumusan kualitatif. Secara
kuantitatif belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan
kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Jadi, belajar dalam hal ini dipandang
dari sudut berapa banyak materi yang dikuasai siswa. Secara Institusional, belajar
dipandang sebagai proses validasi terhadap penguasaan siswa atas materi-materi
yang telah ia pelajari. Adapun pengertian belajar secara kualitatif ialah proses
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa. Jadi, belajar dalam hal ini difokuskan pada tercapainya
daya pikir dan tindakan yang berkualitas umtuk memecahkan masalah-masalah
yang kini dan nanti dihadapi siswa.
12
Djamarah (2008: 13) mengatakan belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa
raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari penga-
laman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang melibatkan kognitif,
efektif dan psikomotorik. Slameto (2010: 2) menjelaskan belajar ialah suatu proses
usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku
yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi
dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali
baik sifat maupun jenisnya, karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri
seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.
Dimyati dan Mudjiono (2010: 7) belajar merupakan tindakan dan perilaku
siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa
sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar. Proses
belajar terjadi berkat siswa memperoleh sesuatu yang ada di lingkungan sekitar.
Lingkungan lingkungan yang dipelajari oleh siswa berupa keadaan alam, benda-
benda, hewan, tumbuhan-tumbuhan, manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan
belajar. Tindakan belajar tentang suatu hal tersebut tampak sebagai perilaku belajar
yang tampak dari luar. Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan,
dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengar-
kan, meniru dan lain sebagainya, juga belajar itu akan lebih baik, kalau si subjek
belajar itu mengalami atau melakukannya, jadi tidak bersifat lisan.
Simpulan dari beberapa pengertian belajar tersebut yaitu belajar merupakan
suatu proses usaha individu untuk mencapai perubahan perilaku dari hasil sebuah
pengalaman individu itu dalam interaksinya terhadap lingkungannya. Berhasil atau
13
tidaknya perubahan perilaku yang merupakan hasil belajar tergantung pada proses
belajar individu tersebut, oleh karena itu diperlukan seorang guru dalam proses
belajar tersebut agar hasil dari suatu pembelajaran dapat sesuai yang diinginkan.
2.1.2 Prinsip-prinsip belajar
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni, 2011: 95) mengembangkan prinsip-prinsip
belajar meliputi: keterdekatan (contigulity), pengulangan (repetition), dan pengua-
tan (reinforcement). Prinsip keterdekatan bahwa situasi stimulus yang hendak
direspon oleh pembelajar harus disampaikan sedekat mungkin waktunya dengan
respon yang diinginkan. Prinsip pengulangan bahwa situasi stimulus dan responnya
perlu diulang-ulang, atau dipraktekkan, agar belajar dapat diperbaiki. Prinsip
penguatan menyatakan bahwa belajar sesuatu yang baru akan diperkuat apabila
belajar yang lalu diikuti oleh perolehan hasil yang menyenangkan. Selain ketiga
prinsip tersebut, Gagne juga mengusulkan tiga prinsip lain yang menjadi kondisi
internal yang harus ada. Ketiga prinsip itu adalah: (a) informasi faktual (factual
information), (b) kemahiran intelektual (intellectual skill); dan (c) strategi
(strategy).
Prinsip belajar tersebut sejalan dengan ketiga prinsip yang dikemukakan
Suprijono (2016:4), yakni: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku
sebagai hasil memiliki ciri-ciri: perubahan yang disadari (dari tidak tahu menjadi
tahu), kontinu, fungsional, positif atau berakumulasi, aktif, permanen atau tetap,
bertujuan dan terarah, serta mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan. Kedua,
belajar merupakan proses kesatuan funsional dari berbagai komponen belajar.
14
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman hasil interaksi antara siswa dengan
lingkungannya.
Simpulan dari beberapa pendapat tersebut bahwa belajar diperlukan keter-
dekatan agar stimulus yang diberikan dapat direspon dengan baik yang dilakukan
secara berulang-ulang serta dilakukan penguatan agar hasil belajar dapat diperbaiki
dan meningkat.
2.1.3 Faktor-faktor yang Memengaruhi Belajar
Slameto (2010:54), faktor yang memengaruhi belajar banyak jenisnya,
tetapi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar dan faktor
eksternal adalah faktor yang ada di luar individu yang dapat memengaruhi belajar.
2.1.3.1 Faktor Internal Siswa
Faktor internal merupakan faktor yang ada dalam diri individu yang sedang
belajar. Faktor intern terdiri dari tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psiko-
logis, dan faktor kelelahan. Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut:
(1) Faktor jasmaniah, terdiri dari faktor kesehatan dan faktor cacat tubuh. Agar
seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan agar kesehatan
badannya tetap terjamin dengan cara selalu berolahraga, makan teratur, tidur
yang cukup, ibadah dan rekreasi. Jika sesorang memiliki cacat tubuh dan bela-
jarnya akan terganggu maka sebaiknya ia belajar pada lembaga pendidikan
khusus.
(2) Faktor psikologis, terdiri dari intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kema-
tangan dan kesiapan. Siswa yang memiliki tingkat intelgensi yang tinggi akan
15
lebih berhasil dari pada yang memiliki tingkat intelegensi yang rendah. Siswa
memiliki satu objek tertentu yang menjadi pusat perhatiannya dengan minat
yang sangat besar, dan kesiapan untuk melaksanakan pembelajaran.
(3) Faktor kelelahan, faktor kelelahan pada diri seseorang sulit untuk dipisahkan,
namun dapat dibedakan menjadi dua yaitu, kelelahan jasmani dan kelelahan
rohani (bersifat psikis). Ketika tubuh lemah lunglai dan adanya kebosanan maka
akan mempengaruhi belajar.
2.1.3.2 Faktor Eksternal Siswa
Faktor eksternal yang dapat memengaruhi belajar, dapatlah dikelompokkan
menjadi tiga faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Uraian selengkapnya yaitu sebagai berikut:
(1) Faktor keluarga, siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga
berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah
tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Oleh karena itu keluarga seharusnya
mampu mendidik anak dengan baik dan memberikan contoh yang baik.
(2) Faktor sekolah, yang mampu memengaruhi belajar ini mencakup metode
mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan ge-
dung, metode belajar, dan tugas rumah. Pada faktor ini peran guru sangatlah
penting dalam menciptakan suasana belajar yang menyenangkan.
(3) Faktor masyarakat, pengaruh ini terjadi karena keberadaan siswa dalam masya-
rakat yaitu, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat, yang
semuanya memengaruhi belajar.
16
2.1.4 Hakikat Pembelajaran
Belajar dan pembelajaran merupakan dua kata yang berbeda, namun sangat
erat kaitannya satu sama lain. Kedua kegiatan tersebut saling menunjang dan saling
mempengaruhi. Belajar merupakan suatu kegiatan yang terdapat dalam pem-
belajaran. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 2013 pada Pasal 1 Ayat 19 dije-
laskan bawha pembelajaran adalah proses interaksi antar siswa, antara siswa dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Susanto (2016: 19)
pembelajaran adalah proses untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik.
Gagne (dalam Rifa’i dan Anni 2011: 192) pembelajaran merupakan serang-
kaian peristiwa eksternal siswa yang dirancang untuk mendukung proses internal
belajar. Peristiwa belajar ini dirancang agar memungkinkan siswa memproses
informasi nyata dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Huda (2013:
2) pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakog-
nisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika sese-
orang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-
hari karena, belajar merupakan proses alamiah setiap orang.
Simpulan, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dalam melakukan belajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.1.5 Komponen Pembelajaran
Sebagai sebuah sistem pembelajaran mempunyai komponen-komponen.
Rifa’i dan Anni (2011: 194) mendeskripsikan komponen-komponen pembelajaran
terdiri dari 6 komponen yaitu tujuan, subjek belajar, materi pembelajaran, strategi
17
pembelajaran, media pembelajaran, evaluasi dan penunjang. Komponen-komponen
pembelajaran tersebut diuraikan sebagai berikut:
2.1.5.1 Tujuan Pembelajaran
Setelah siswa melakukan proses belajar mengajar, selain memperoleh hasil
belajar siswa juga akan memperoleh apa yang disebut dampak pengiring (nurturant
effect) dampak pengiring dapat berupa sikap ingin tahu, kesadaran pentingnya
belajar dan sebagainya. Dampak pengiring merupakan tujuan yang pencapaiannya
sebagai akibat mereka menghayati di dalam sistem lingkungan pembelajaran yang
kondusif, dan memerlukan waktu jangka panjang.
2.1.5.2 Subjek Belajar
Subjek belajar dalam sistem pembelajaran merupakan komponen utama
karena berperan sebagai subjek sekaligus objek. Sebagai subjek karena siswa
adalah individu yang melakukan proses belajar mengajar itu sendiri, sedangkan
sebagai objek karena kegiatan pembelajaran diharapkan dapat mencapai perubahan
perilaku pada diri siswa sebagai subjek belajar.
2.1.5.3 Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran merupakan komponen utama dalam proses pembela-
jaran, karena materi pelajaran merupakan bahan dari proses pembelajaran itu sen-
diri yang akan memberi warna dan bentuk dari kegiatan pembelajaran. Materi pela-
jaran yang komprehensif, terorganisasi secara sistematis dan deskripsikan dengan
jelas akan berpengaruh juga terhadap intensitas proses pembelajaran.
18
2.1.5.4 Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran merupakan pola umum mewujudkan proses pembe-
lajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam
penerapan strategi pembelajaran pendidik perlu memilih, model-model pembela-
jaran yang tepat, metode mengajar yang sesuai dan teknik-teknik mengajar yang
menunjang pelaksanaan metode mengajar untuk menentukan strategi pembelajaran
yang tepat pendidik pelajaran dan sebagainya agar strategi pembelajaran tersebut
dapat berfungsi maksimal. Media pembelajaran adalah alat atau wahana yang
digunakan pendidik dalam proses pembelajaran untuk membantu proses pembe-
lajaran.
2.1.5.5 Penunjang Pembelajaran
Komponen penunjang yang dimaksud dalam sistem pembelajaran adalah
fasilitas belajar, buku sumber, alat pelajaran, bahan pelajaran dan semacamnya.
Komponen penunjang berfungsi memperlancar, melengkapi dan mempermudah
terjadinya proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan tentang komponen pembelajaran tersebut, dapat
disimpulkan bahwa komponen pembelajaran terdiri dari tujuan, subyek belajar,
materi pembelajaran, strategi pembelajaran, media pembelajaran dan penunjang.
2.1.6 Pembelajaran IPA di SD
2.1.6.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Wisudawati dan Sulistyowati (2015: 22), menjelaskan bahwa IPA meru-
pakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu mempelajari fenomena
alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality) atau kejadian (events)
19
dan hubungan sebab-akibat. IPA juga merupakan ilmu yang pada awalnya
diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif) namun pada
perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan berdasarkan teori
(deduktif).
Trianto (2007: 99), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencaritahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-
prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.
Samatowa (2016: 3), Ilmu Pengetahuan Alam merupakan terjemahan kata-
kata dalam bahasa inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam
(IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam. IPA mem-
bahas tentang gejala-gejala alam yang disusun secara sistematis yang didasar-kan
pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh manusia.
Berdasarkan pengertian hakikat ilmu pengetahuan alam tersebut, disim-
pulkan bahwa IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik khusus yaitu
mempelajari fenomena alam yang faktual (factual), baik berupa kenyataan (reality)
atau kejadian (events) dan hubungan sebab-akibat. IPA juga merupakan ilmu yang
pada awalnya diperoleh dan dikembangkan berdasarkan percobaan (induktif)
namun pada perkembangan selanjutnya IPA juga diperoleh dan dikembangkan
berdasarkan teori (deduktif).
20
2.1.6.2 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Pembelajaran IPA merupakan seni yang unik dalam mendidik seseorang
memahami IPA dan menerapkannya dalam kehidupan mereka. Wisudawati dan
Sulistyowati (2015: 26) Pada hakikatnya pembelajaran IPA dapat digambarkan
sebagai suatu sistem, yaitu sistem pembelajaran IPA sebagaimana sistem-sistem
lainnya terdiri dari atas komponen masukan pembelajaran, proses pembelajaran,
dan keluaran pembelajaran. Objek pembelajaran IPA harus memperhatikan
karakteristik IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk. Objek IPA adalah proses
IPA dan produk IPA. Atas dasar hal ini, pembelajaran IPA meliputi pembelajaran
proses dan produk IPA. Objek proses belajar IPA adalah kerja ilmiah (prosedur),
sedangkan objek produk IPA adalah pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual,
pengetahuan prosedural, dan pengetahuan metakognitif IPA.
Definisi IPA sebagai “pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratur, belaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
eksperimen” (Wisudawati dan Sulistyowati 2015: 24). Merujuk pada definisi
tersebut maka IPA memiliki empat unsur utama yaitu:
1) Sikap; maksudnya adalah dalam proses IPA mengandung cara kerja, sikap, dan
cara berfikir. Dalam memecahkan masalah atau persoalan, seorang ilmuan
berusaha mengambil sikap tertentu yang memungkinkan usaha mencapai hasil
yang diharapkan. Sikap ini dinamakan sikap ilmiah. IPA menimbulkan rasa
ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat. Permasalahan IPA dapat dipecahkan dengan menggunakan
cara yang bersifat open ended. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam
21
hal ini adalah sikap ingin tau, percaya diri, bertanggung jawab,berani dan kerja
sama.
2) Proses: IPA sebagai proses adalah strategi atau cara yang dilakukan para ahli
saintis dalam menemukan berbagai hal tersebut sebagai implikasi adanya
temuan-temuan tentang kejadian-kejadian atau peristiwa-peristiwa alam. Jadi
dalam prosesnya kita bisa berfikir dalam memecahkan suatu masalah yang ada
dilingkungan. Melalui proses ini kita bisa mendapatkan temuan-temua ilmiah,
dan perwujudannya berupa kegiatan ilmiah yang disebut penyelidikan ilmiah.
Proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya prosedur
yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi,
pengukuran, dan penarikan kesimpulan. Sebagai contoh IPA sebagai proses
dalam penelitian ini adalah mengamati media pembelajaran berupa plastisin
dengan warna yang berbeda-beda serta materi tentang struktur lapisan bumi
dan melakukan diskusi sesuai dengan model pembelajaran PBL. Jadi siswa
memperoleh pengetahuan baru dengan melakukan kegiatan tersebut sehingga
pemahaman siswa terhadap materi dapat bertahan lama.
3) Produk: IPA sebagai produk adalah kumpulan hasil kegiatan dari para ahli
saintis sejak berabad-abad, yang menghasilkan berupa fakta, data, konsep,
prinsip, dan teori-teori. Jadi hasil yang berupa fakta yaitu dari kegiatan empirik
(berdasarkan fakta), sedangkan data, konsep, prinsip dan teori dalam IPA
merupakan hasil kegiatan analitik. IPA sebagai produk dalam penelitian ini
diwujudkan dalam bentuk mempelajari materi tentang struktur lapisan bumi.
22
4) Aplikasi: IPA sebagai aplikasi adalah penerapan metode ilmiah dan konsep
IPA dalam kehidupan sehari-hari. Contohnya seperti membuat lapisan
struktur bumi yang dibentuk dari plastisin dengan warna yang berbeda-beda.
Dalam proses pembelajaran IPA keempat unsur itu diharapakan dapat mun-
cul sehingga siswa dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh dan menggu-
nakan rasa ingin tahunya untuk memahami fenomena alam melalui kegiatan peme-
cahan masalah yang menerapkan langkah-langkah metode ilmiah.
Ada dua hal yang berkaitan dengan IPA dan tidak bisa terpisahkan yaitu
IPA sebagai prosedural, pengetahuan IPA yang berupa pengetahuan faktual,
konseptual, prosedural, dan metakognitif, dan IPA sebagai proses, yaitu kerja
ilmiah. Saat ini objek kajian IPA menjadi semakin luas, meliputi konsep IPA,
proses nilai, dan sikap ilmiah, aplikasi IPA dalam kehidupan sehari-hari dan
kreativitas (Kemendiknas, 2011). Belajar IPA berarti belajar kelima objek atau
bidang kajian tersebut. Jadi IPA merupakan rumpun ilmu, memiliki karakteristik
khusus, yaitu mempelajari fenomena alam faktual, baik yang berupa kenyataan,
atau kejadian, dan hubungan sebab-akibat.
2.1.6.3 Tujuan Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar
Pembelajaran sains di sekoah dasar dikenal dengan pembelajaran ilmu
pengetahuan alam (IPA). Konsep IPA di sekolah dasar merupakan konsep yang
masih terpadu, karena belum dipisahkan secara tersendiri, seperti mata pelajaran
kimia, biologi, dan fisika. Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:
162) dikemukakan bahwa mata pelajaran IPA di SD/MI bertujuan agar siswa
memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) memperoleh keyakinan terhadap kebe-
23
saran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteratu-ran
alam ciptaan-Nya, (2) mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-
konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, (3)
mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya
hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan
masyarakat, (4) mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan, (5) meningkatkan kesada-
ran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan
alam, (6) meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteratu-
rannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan, (7) memperoleh bekal pengetahuan, kon-
sep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/
MTs.
2.1.6.4 Ruang Lingkup Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah salah satu mata pelajaran di sekolah
dasar (SD). Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (2006: 162) disebutkan
bahwa ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek- aspek berikut:
(1) makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan
interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan, (2) benda/materi, sifat-sifat dan
kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas, (3) energi dan perubahannya meliputi:
gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana, dan (4) bumi
dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit. Stan-
dar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) IPA di SD/MI merupakan
standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi
24
acuan dalam pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK
dan KD didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk membangun ke mampuan,
bekerja ilmiah, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru.
Ruang lingkup IPA yang dipelajari yaitu bumi dan alam semesta. Berikut
ini merupakan standar kompetensi dan kompetensi dasar pembelajaran IPA kelas
V semester 2.
Tabel 2.1
SK-KD IPA kelas V Semester 2
Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
Energi dan Perubahannya
5. Memahami hubungan
antara gaya, gerak, dan
energy, serta fungsinya
5.1 mendeskripsikan hubungan antara gaya,
gerak dan energy melalui percobaan (gaya
gravitasi, gaya gesek, gaya magnet)
5.2 menjelaskan pesawat sederhana yang dapat
membuat pekerjaan lebih mudah dan lebih
cepat
6. Menerapkan sifat-sifat
cahaya melalui kegiatan
membuat suatu
karya/model
6.1 mendeskripsikan sifat-sifat cahaya
6.2 membuat suatu karya/model, misalnya
periskop atau lensa dari bahan sederhana
dengan menerapkan sifat-sifat cahaya
Bumi dan Alam Semesta
7. Memahami perubahan
yang terjadi di alam dan
hubungannnya dengan
penggunaan sumber daya
alam
7.1 mendeskripsikan proses pembentukan
tanah karena pelapukan
7.2 mengidentifikasi jenis-jenis tanah
7.3 mendeskripsikan struktur bumi
7.4 mendeskripsikan proses daur air dan
kegiatan manusia yang dapat
mempengaruhinya
25
Berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar IPA kelas V semes-
ter 2, maka peneliti membatasi pada standar kompetensi 7 kompetensi dasar 7.1
sampai 7.4, dengan indikator-indikator sebagai berikut:
Indikator KD 7.1:
7.1 menggolongkan batuan berdasarkan warna, kekerasan permukaan (kasar
dan halus)
7.2 menjelaskan proses pembentukan tanah karena pelapukan.
Indikator KD 7.2:
7.2.1 mengidentifikasi komposisi dan jenis-jenis tanah, misalnya tanah berpasir,
tanah liat, dan tanah humus.
Indikator KD 7.3:
7.3.1 menjelaskan proses terjadinya bumi
7.3.2 menyebutkan struktur lapisan bumi
Indikator KD 7.4:
7.4.1 menguraikan proses terjadinya daur air
7.4.2 menjelaskan kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air
7.4.3 memberi contoh kegiatan manusia yang mempengaruhi daur air
2.1.7 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah ukuran kemampuan dari kinerja yang diperoleh siswa
dalam belajar. Rifa’i dan Anni (2011: 85), mengatakan hasil belajar merupakan
perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami kegiatan belajar.
Perolehan aspek-aspek perubahan tersebut tergantung pada apa yang dipelajari
siswa.
26
Sudjana (2016: 3), mendefinisikan hasil belajar siswa pada hakikatnya adalah
perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang lebih luas
mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotorik. Abdurrahman (2010: 42),
mengemukakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa
setelah melalui kegiatan belajar. Hasil belajar tersebut dipengaruhi oleh faktor yang
berasal dari dalam diri anak dan faktor yang berasal dari lingkungan.
Dimyati dan Mudjiono (2010: 3-4), juga menyebutkan hasil belajar
merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi
guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa,
hasil belajar merupakan berakhirnya pengajaran dari puncak proses belajar.
Winkel (dalam Purwanto, 2016: 44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian
hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukanya suatu aktivitas
atau proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan
belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu
yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil
belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia berubah
dalam sikap dan tingkah lakunya.
Bloom dalam Rifa’i dan Anni (2015: 68), menyampaikan tiga taksonomi
yang disebut dengan ranah belajar, yaitu: ranah kognitif (cognitive domain), ranah
afektif (affective domain), dan ranah psikomotorik (psychomotoric domain). Penje-
lasannya yaitu sebagai berikut:
27
(1) Ranah kognitif menggambarkan perilaku yang menekankan aspek intelektual,
seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Kemampuan
kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarkis, yang terdiri atas me-
ngingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan meng-
kreasi.
(2) Ranah afektif berkaitan dengan perasaan, sikap, minat, dan nilai. Kategori
tujuannya mencerminkan hirarkhi yang bertentangan dari keinginan untuk
menerima sampai dengan pembentukan pola hidup. Kategori tujuan siswa
afektif adalah penerimaan (receiving), penanggapan (responding),
(3) Ranah psikomotorik berkaitan dengan kemampuan fisik seperti keterampilan
motorik dan syaraf, manipulasi objek, dan koordinasi syaraf. Penjabaran
ranah psikomotorik ini sangat sukar karena seringkali tumpang tindih dengan
ranah kognitif dan afektif. Misalnya di dalam tujuan peserta didik seperti:
menulis kalimat sempurna. Hal ini dapat mencakup ranah kognitif (penge-
tahuan tentang bagan-bagan kalimat), ranah afektif (keinginan untuk meres-
pon), dan psikomotorik (koordinasi syaraf). Kategori jenis perilaku untuk
ranah psikomotorik menurut Elizabeth Simpson adalah persepsi (perception),
kesiapan (set), gerakan terbimbing (guided response), gerakan terbiasa
(mechanism), gerakan kompleks (complex overt response), penyesuaian
(adaptation), dan kreativitas (originality).
Dari beberapa pengertian hasil belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah perubahan perilaku berupa aspek kognitif, afektif dan
psikomotor yang diperoleh setelah melalui kegiatan belajar. Dengan demikian, hasil
28
belajar IPA merupakan perubahan perilaku berupa aspek kognitif, afektif dan
psikomotor yang diperoleh setelah mempelajari IPA sehingga siswa dapat
mencapai hasil yang maksimal dan memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis. Dalam
penelitian ini memfokuskan hasil belajar IPA siswa pada aspek kognitif.
Ranah kognitif menggambarkan perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. Kemam-
puan kognitif adalah kemampuan berpikir secara hirarkis yang terdiri atas
mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan mengkreasi.
Penjelasannya yaitu sebagai berikut:
(1) Mengingat didefinisikan sebagai mengulang materi pelajaran sebelumnya.
Pada tingkat ini siswa dituntut untuk mengenali atau mengetahui adanya kon-
sep, fakta, atau istilah dan lain sebagainya, tanpa harus memahami atau dapat
menggunakan.
(2) Memahami didefinisikan sebagai kemampuan untuk menangkap atau mem-
bangun makna dari materi. Pada tingkat kemampuan ini siswa dituntut untuk
memahami yang berarti mengetahui sesuatu hal dan dapat melihatnya dari
beberapa segi.
(3) Menerapkan didefinisikan sebagai kemampuan menggunakan bahan belajar,
atau untuk menerapkan materi dalam situasi baru pada tingkat ini siswa
dituntut mampu memilih dan menggunakan teori, hukum, atau metode secara
tepat ketika berhadapan dengan situasi baru.
29
(4) Menganalisis didefinisikan sebagai kemampuan memecahkan atau membeda-
kan bagian dari bahan ke dalam komponen sehingga memudahkan untuk
memahami struktur organisasinya.
(5) Mengevaluasi didefinisikan sebagai kemampuan menilai, memeriksa, dan
bahkan kritik nilai bahan untuk tujuan tertentu.
(6) Mengkreasi didefinisikan sebagai kemampuan dalam mengaplikasikan kon-
sep materi pelajaran menjadi suatu produk atau membuat suatu pola atau
struktur dari berbagai unsur sehingga dapat membentuk struktur atau makna
baru.
Simpulan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimi-
liki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Kemampuan-kemampuan
tersebut mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotoris. Pada penelitian ini
hasil belajar yang digunakan yaitu hasil belajar kognitif siswa.
2.1.8 Model Pembelajaran
Penggunaan model pembelajaran dengan tepat dapat menjadi penentu ke-
berhasilan dalam pelaksanaan pembelajaran. Suprijono (2016:64) model pembe-
lajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi
pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap imple-
mentasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional di kelas. Model
pembelajran dapat di artikan pula sebagai pola yang digunakan untuk penyusunan
kurikulum, mangatur materi, dan memberi petunjuk kepada guru di kelas.
30
Soekamto (dalam Shoimin 2014: 23-24), model pembelajaran adalah
kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengor-
ganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan ber-
fungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar. Hal ini berarti model pembelajaran
memberikan kerangka dan arah bagi guru untuk mengajar.
Arends, (dalam Trianto, 2007: 1) model pembelajaran adalah suatu peren-
canaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran
mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalam-
nya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, ling-
kungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Pembelajaran merupakan proses belajar mengajar yang melibatkan siswa
dan guru, peningkatan hasil belajar siswa dapat diusahakan oleh seorang guru
dengan berbagai cara, baik dengan penggunaan model atau strategi pembelajaran,
kenyataan menunjukkan bahwa model pembelajaran yang digunakan guru sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar dan salah satunya adalah melalui penggunaan
model pembelajaran Problem Based Learning.
2.1.9 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
Teori-teori yang akan dibahas mengenai model pembelajaran Problem-
Based Learning (PBL) meliputi pengertian model Problem-Based Learning (PBL),
karakteristik model Problem-Based Learning (PBL), langkah-langkah model
31
Problem-Based Learning (PBL) dan kelebihan dan kekurangan model Problem-
Based Learning (PBL). Berikut merupakan penjelasan dari teori-teori tersebut.
2.1.9.1 Pengertian Model Problem-Based Learning (PBL)
Problem-Based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM) adalah model pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata
sebagai konteks untuk para siswa belajar berpikir kritis dan keterampilan meme-
cahkan masalah serta memperoleh pengetahuan, Duch dan Finkle (dalam Aris
Shoimin 2014: 130). PBM merupakan pengembangan kurikulum dan sistem
pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan
dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para siswa dalam
peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur dengan
baik. Dua definisi tersebut mengandung arti bahwa PBL dan PBM merupakan
suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari-hari.
Wisudawati dan Sulistyowati, (2015: 88) Problem-Based Learning (PBL)
digunakan untuk mendukung pola berpikir tingkat tinggi ( HOT atau higher- order
thinking ) dalam situasi yang berorientasi masalah, termasuk belajar “how to
learn”. Peran guru dalam PBL adalah mengajukan masalah, memberikan perta-
nyaan dan memfasilitasi untuk penyelidikan dan dialog. guru harus memberikan
kesempatan siswa menambah kemampuan menemukan dan kecerdasan. Dalam
PBL ini, lingkungan harus ditata sedemikian rupa sehingga nyaman dan terbuka
untuk saling bertukar ide. (Wisudawati dan Sulistyowati, 2015: 90) PBL bertujuan
untuk membantu siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir, menye-
lesaikan masalah, dan keahlian intelektual.
32
2.1.9.2 Karakteristik Model Pembelajaran Problem-Based Learning (PBL)
atau Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Barrow, Min Liu (dalam Aris Shoimin 2014: 130) menjelaskan 5 karak-
teristik dari PBL, yaitu sebagai berikut :
(1) Learning is student-centered
Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitik beratkan kepada siswa sebagai
orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori konstruktivisme
dimana siswa di dorong untuk dapat mengembangkan pengetahuannya
sendiri.
(2) Authentic problems from the organizing focus for learning
Masalah yang disajikan kepada siswa adalah masalah yang otentik sehingga
siswa mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat mene-
rapkannya dalam kehidupan profesionalnya nanti.
(3) New information is acquired through self-directed learning
Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum mengetahui dan
memahami semua pengetahuan prasyaratnya sehingga siswa berusaha untuk
mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi lainnya.
(4) Learning occurs in small groups
Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun
pengetahuan secara kolaboratif, PBM dilaksanakan dalam kelompok kecil.
33
(5) Teachers act as facilitators
Pada pelaksaan PBM, guru hanya berperan sebagai fasilitator. Meskipun begi-
tu guru harus selalu memantau perkembangan aktivitas siswa dan mendorong
mereka agar mencapai target yang hendak dicapai.
2.1.9.3 Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem-Based Learning
(PBL)
Sintak atau Langkah-langkah Pembelajaran dalam PBL Arends, (dalam
Wisudawati dan Sulistyowati, 2015: 91-92) yaitu pada tabel 3.1 sebagai berikut:
34
Tabel 2.2
Langkah-langkah model pembelajaran PBL
No Tahap Langkah Kegiatan
1. Fase 1
Memberikan orientasi
suatu masalah pada sis-
wa
Guru membahas tujuan pembelajaran, men-
deskripsikan, dan memotivasi siswa untuk
terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah.
2. Fase 2
Mengorganisasi peserta
didik untuk meneliti
Guru membantu siswa untuk mendefinisikan
dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
terkait dengan permasalahannya.
3. Fase 3
Mendampingi dalam pe-
nyelidikan sendiri mau-
pun kelompok
Guru mendorong siswa mendapatkan infor-
masi yang tepat, melaksanakan eksperimen,
serta mencari penjelasan dan solusi.
4. Fase 4
Mengembangkan dan
mempresentasikan hasil
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkan hasil-hasil yang tepat, seperti
laporan, rekaman video, serta model-model
dan membantu mereka untuk menyampaikan
kepada orang lain.
5. Fase 5
Analisis dan evaluasi
dari proses pemecahan
masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi terhadap investigasinya dan proses-
proses yang mereka gunakan.
35
2.1.9.4 Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran PBL
Menurut Aris Shoimin (2014: 132) ada 8 kelebihan model pembelajaran
PBL yaitu sebagai berikut:
(1) Siswa didorong untuk memiliki kemampuan memecahkan masalah dalam
situasi nyata.
(2) Siswa memiliki kemampuan membangun pengetahuannya sendiri melalui
aktivitas belajar.
(3) Pembelajaran berfokus pada masalah sehingga materi yang tidak ada hubu-
ngannya tidak perlu dipelajari oleh siswa. Hal ini mengurangi beban siswa
dengan menghafal atau menyimpan informasi.
(4) Terjadi aktivitas ilmiah pada siswa melalui kerja kelompok.
(5) Siswa terbiasa menggunakan sumber-sumber pengetahuan, baik dari
perpustakaan, internet, wawancara, dan observasi.
(6) Siswa memiliki kemampuan menilai kemajuan belajarnya sendiri.
(7) Siswa memiliki kemampuan untuk melakukan komunikasi ilmiah dalam
kegiatan diskusi atau presentasi hasil pekerjaan mereka.
(8) Kesulitan belajar siswa secara individual dapat diatasi melalui kerja kelompok
dalam bentuk peer teaching.
Aris Shoimin (2014: 132) ada 2 kekurangan model pembelajaran PBL yaitu
sebagai berikut:
(1) PBL tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, ada bagian guru
berperan aktif dalam menyajikan materi. PBL lebih cocok untuk pembe-
36
lajaran yang menuntut kemampuan tertentu yang kaitannya dengan peme-
cahan masalah.
(2) Dalam suatu kelas yang memiliki tingkat keragaman siswa yang tinggi akan
terjadi kesulitan dalam pembagian tugas.
2.1.10 Karakteristik Siswa di Sekolah Dasar
Rifa’i dan Anni (2011: 3), pada waktu guru merumuskan tujuan pembelaja-
ran, mereka menggunakan gagasan dan informasi mengenai karakteristik peserta
didik. Masalah yang dihadapi oleh pendidik yaitu pemahaman terhadap siswa, se-
perti masalah perbedaan kemampuan, kekuatan dan kelemahan, serta tahap-tahap
perkembangan siswa.
Berkaitan dengan pendidikan anak usia sekolah dasar, guru perlu mema-
hami dengan benar sifat dan karakteristik siswa agar dapat mendidik dan mengajar
dengan baik dan benar, sehingga potensi dan kemampuan yang dimiliki siswa dapat
terbina serta terasah dengan optimal.
Piaget (dalam Rifa’i dan Anni, 2011: 27), perkembangan kognitif mencakup
empat tahap, yaitu:
(1) Tahap Sensori Motorik (0–2 tahun), yaitu tahap dimana bayi menyusun
pemahaman dunia dengan mengoordinasikan pengalaman indera (sensori)
mereka (seperti melihat dan mendengar) dengan gerakan motorik (otot) mere-
ka (menggapai, menyentuh). Pada awal tahap ini, bayi hanya memperlihatkan
pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini,
bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks.
37
(2) Tahap Praoperasional (2–7 tahun), yaitu tahap dimana pemikiran lebih
bersifat simbolis, egoisentris dan lebih bersifat intuitif, sehingga tidak
melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran pada tahap ini terbagi menjadi
dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Sub-tahap simbolis (2–4 tahun),
yaitu tahap dimana anak secara mental sudah mampu mempresentasikan
objek yang tidak nampak dan penggunaan bahasa mulai berkembang ditun-
jukkan dengan sikap bermain, sehingga muncul egoisme dan animisme.
Sementara, sub-tahap intuitif (4–7 tahun), yaitu tahap dimana anak mulai
menggunakan penalaran dan ingin tahu jawaban dari semua pertanyaan; dise-
but intuitif karena anak merasa yakin akan pengetahuan dan pemahaman
mereka, namun tidak menyadari bagaimana mereka bisa mengetahui cara-
cara apa yang mereka ingin ketahui. Mereka mengetahui, tetapi tanpa meng-
gunakan pemikiran rasional.
(3) Tahap Operasional Konkret (7–11 tahun), yaitu tahap dimana anak mampu
mengoperasikan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda konkret.
(4) Tahap Operasional Formal (7–15 tahun), yaitu tahap dimana anak sudah
mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis.
Berdasarkan teori Piaget tersebut, siswa kelas V berada pada tahap
operasional konkret, dimana siswa sudah mampu mengoperasikan berbagai logika,
namun masih dalam bentuk benda konkret. Karena pada saat konkret maka siswa
membutuhkan media pembelajaran. Contohnya ketika dalam pembelajaran IPA
materi struktur bumi, dimana siswa dibantu dengan media plastisin agar memudah-
kan dalam membuat lapisan struktur bumi, karena bumi terdiri dari beberapa la-
38
pisan, dari paling luar sampai lapisan paling dalam adalah kerak bumi, selimut/
mantel bumi, dan inti bumi, dengan adanya media plastisin siswa lebih mudah
untuk mengerti materi struktur bumi tersebut.
2.2 Kajian Empiris
Hasil penelitian terdahulu yang menggunakan model pembelajaran Problem
Based Learning (PBL) yaitu :
(1) Penelitian yang dilakukan oleh Zejnilagic-Hajric, et al (2015) berjudul The
Effects of Problem-Based Learning on Students’ Achievements in Primary
School Chemistry. Adapun hasil penelitiannya adalah adanya perbedaan
prestasi belajar Kimia antara siswa kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran PBL dengan siswa kelas kontrol yang menggunakan
pembelajaran konvensional. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model
PBL lebih efektif daripada metode konvensional terhadap hasil belajar Kimia
siswa kelas VIII sekolah di Sarajevo.
(2) Penelitian yang dilakukan oleh Joy (2014) berjudul Effect of Problem-Based
Learning Strategy on Students’ Achievement in Senior Secondary Schools
Chemistry in Enugu State. Adapun hasil penelitiannya adalah terdapat
perbedaan rata-rata nilai Kimia antara kelas eksperimen yang menggunakan
model pembelajaran PBL dengan kelas kontrol yang menggunakan metode
ekspositori. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
PBL lebih efektif daripada metode ekspositori terhadap hasil belajar Kimia
siswa menengah atas di Zona Pendidikan Udi.
39
(3) Penelitian ini dilakukan oleh Nisa Wulandari, dkk (2015) berjudul “Penerapan
Model Problem-Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran IPA Terpadu
Untuk Meningkat Aspek Sikap Literasi Sains Siswa SMP”. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis penerapan model Problem Based Learning
(PBL) pada pembelajaran IPA Terpadu untuk meningkatkan aspek sikap
kemampuan literasi sains siswa SMP. Penelitian ini menggunakan metode
Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Non equivalent Pre-test Pos-test
Control Group Design. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas VII di salah
satu SMPN di Kota Bandung kelas eksperimen dan kontrol yang berjumlah
54 orang yang dipilih menggunakan teknik Purposive Sampling. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan tes skala sikap literasi
sains yang disusun berdasarkan skala Likert. Teknik analisis data menggu-
nakan uji Normalitas, uji Homogenitas, dan uji t (Independent Sample T-
Test) terhadap nilai N-gain dari tes skala sikap literasi sains mengguna-
kan program IBM SPSS Statistics 22 dan Microsoft Excel. Hasil rata-rata N-
gain kelas eksperimen dan kontrol yang diperoleh adalah 0,48 dan 0,32
dengan kategori peningkatan sedang. Berdasarkan hasil uji hipotesis pada
nilai N-gain diperoleh nilai Sig. (1-tailed) 0.011 < 0,050, berarti H 0
ditolak dan H1 diterima. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model PBL
memberi kontribusi yang lebih baik terhadap peningkatan aspek sikap literasi
sains siswa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa implementasi model PBL lebih
baik dalam meningkatkan kemampuan literasi sains pada aspek sikap secara
signifikan.
40
(4) Penelitian ini dilakukan oleh Emi Destianingsih, dkk (2015) Program Studi
Pendidikan Fisika FKIP Universitas Sriwijaya. Berjudul “Pengaruh Model
Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa
Pada Pembelajaran Fisika Kelas XI Di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk”.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Problem Based
Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah siswa pada
pembelajaran pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung
Lubuk dan mengetahui keterlaksanaan model problem based learning
pada pembelajaran fisika kelas XI di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk.
Penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2014/2015.
(5) Penelitian ini dilakukan oleh Wafik Khoiri, dkk (2013) Jurusan Matematika
FMIPA Universitas Negeri Semarang. Berjudul “Problem Based Learning
Berbantuan Multimedia Dalam Pembelajaran Matematika Untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui bahwa pembelajaran menggunakan PBL berbantuan multimedia
kemampuan pemecahan masalah siswa mencapai ketuntasan klasikal, ke-
mampuan berpikir kreatif siswa meningkat dan lebih baik daripada siswa yang
menggunakan pembelajaran ekspositori, serta terdapat pengaruh positif
antara kemampuan berpikir kreatif dengan kemampuan pemecahan masalah
siswa. Jenis penelitian ini termasuk dalam penelitian quasi eksperimen.
Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Kudus. Pemilihan
sampel dilakukan dengan cluster random sampling sehingga terpilih kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Pengumpulan data dilakukan dengan metode
41
dokumentasi, tes dan wawancara. Dari hasil penelitian ini diperoleh kemam-
puan pemecahan masalah siswa kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan
klasikal. Rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eks-
perimen lebih baik daripada rata-rata hasil tes kemampuan berpikir kreatif
siswa kelas kontrol. Terdapat korelasi yang positif antara kemampuan
berpikir kreatif dan kemampuan pemecahan masalah pada kelas eksperimen
Rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa kelas eksperimen
lebih baik daripada rata-rata peningkatan kemampuan berpikir kreatif siswa
kelas kontrol.
(6) Penelitian ini dilakukan oleh Gunantara, dkk (2014) Jurusan PGSD, FIP
Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Berjudul “Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan
Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas V”. Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah pada
mata pelajaran Matematika melalui penerapan model pembelajaran
Problem Based learnig (PBL). Subjek pada penelitian ini berjumlah 28 orang.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data tentang kemampuan
pemecahan masalah matematika dengan metode observasi dan tes. Hasil
penelitian ini menunjukan bahwa penerapan model pembelajaran Problem
Based learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
yakni dari siklus I ke siklus II sebesar 16,42% dari kriteria sedang menjadi
tinggi. Hasil penelitian menunjukan bahwa model pembelajaran Problem
42
Based Learning (PBL) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
pada mata pelajaran Matematika.
(7) Penelitian yang dilakukan oleh Diantari, dkk. (2014) berjudul Pengaruh
Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbasis Hypnoteaching
terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V SD. Adapun hasil
penelitiannya adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar
Matematika antara siswa kelas V SDN 1 Dalung (sebagai kelas eksperimen)
yang menggunakan model pembelajaran PBL berbasis hypnoteaching dengan
siswa kelas V SDN 2 Dalung (sebagai kelas kontrol) yang menggunakan
pembelajaran kovensional. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
penerapan model pembelajaran PBL berbasis Hypnoteaching berpengaruh
terhadap hasil belajar Matematika siswa kelas V SDN Gugus I Kecamatan
Kuta Utara Kabupaten Badung, Bali tahun ajaran 2013/2014.
2.3 Kerangka Berpikir
Hasil observasi dan wawancara dengan guru kelas V SDN Bringin 01 dan
SDN Bringin 02 Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang, ditemukan permasa-
lahan pada pembelajaran IPA yaitu hasil belajar IPA siswa belum optimal, siswa
kurang fokus dalam memperhatikan penjelasan dari guru, banyak siswa yang
sibuk sendiri ketika pembelajaran berlangsung, sumber belajar kurang lengkap
(buku paket), sarana dan prasarana di kelas kurang memadai (alat peraga), dan nilai
rata-rata Ujian Tengah Semester (UTS) masih terdapat siswa yang tidak tuntas
dengan KKM 65. Rendahnya pemahaman konsep IPA ini disebabkan oleh
43
beberapa faktor, antara lain model pembelajaran yang digunakan guru belum
inovatif sehingga mengakibatkan kejenuhan pada siswa dalam belajar dan
berkurangnya minat siswa dalam pembelajaran IPA. Metode yang digunakan guru
ketika di dalam pembelajaran cukup bervariasi, guru sudah menerapkan pembe-
lajaran secara diskusi atau pembelajaran berbasis kelompok, guru membagi kelas
menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 3-4 siswa yang heterogen, namun
dalam penerapan model pembelajaran belum maksimal dan belum sesuai dengan
sintaknya sehingga siswa kurang antusias mengikuti pembelajaran. Dampak lebih
lanjut menjadikan mata pelajaran IPA dianggap sulit oleh siswa, sehingga hasil
belajar siswa masih banyak yang nilainya belum mencapai KKM.
Permasalahan tersebut memerlukan solusi dengan menerapkan model
pembelajaran yang inovatif dan menarik pada pembelajaran IPA. Model
pembelajaran inovatif yang dapat melibatkan siswa dalam pembelajaran secara
langsung sehingga siswa tidak merasa bosan. Guru perlu memilih model
pembelajaran yang dapat memperbaiki hasil belajar IPA siswa, model pem-
belajaran yang dipilih peneliti adalah model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL). Dengan model PBL, siswa didorong untuk dapat memiliki
kemampuan memecahkan masalah dalam situasi nyata dan membangun pengeta-
huannya sendiri melalui aktivitas belajar. Apabila pembelajaran menggunakan
model PBL dalam mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah diterapkan
dengan baik, maka hasil belajar IPA dengan penerapan model PBL akan lebih
bagus daripada hasil belajar IPA dengan penerapan model Konvensional. Dengan
demikian model PBL berpengaruh terhadap hasil belajar IPA.
44
Berikut adalah alur kegiatan yang peneliti rancang sebagai kerangka berpi-
kir dalam melakukan penelitian eksperimen.
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Tes Awal
Pembelajaran IPA di SD
Kelas Kontrol
dengan model
konvensional
Tes Akhir
Hasil Tes Akhir
Kelas Kontrol
Hasil Tes Akhir
Kelas Eksperimen
Hasil belajar pada kelas eksperimen
lebih besar daripada kelas kontrol
Kelas Eksperimen
dengan model PBL
45
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah pene-
litian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat
pertanyaan (Sugiyono, 2016: 96).
Berdasarkan kerangka berpikir, kajian teori, dan kajian empiris tersebut, dapat
dirumuskan hipotesis-hipotesis penelitian, yaitu sebagai berikut:
Ha: Ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar IPA
siswa kelas V SD Negeri Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang.
H0: Tidak ada pengaruh penerapan model pembelajaran PBL terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas V SD Negeri Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang.
106
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan uji perbedaan rata-rata data hasil belajar dapat diketahui bahwa
nilai ttabel dengan df = 67 dan taraf signifikansi 0,025 (uji 2 pihak) yaitu 1,996
(Sugiyono, 2016: 454). Oleh karena nilai thitung > ttabel (2,154 > 1,996) dan nilai
signifikansi yang diperoleh yaitu 0,35 (0,35 < 0,05), sehingga terdapat perbedaan
yang signifikan nilai tes akhir antara siswa kelas V yang mendapat pembelajaran
meng-gunakan model PBL dengan yang menggunakan model konvensional. Maka
dapat disimpulkan bahwa “Ada pengaruh model pembelajaran PBL terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang”.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian eksperimen yang telah dilaksanakan pada
pembelajaran IPA materi pembentukan tanah, jenis-jenis tanah, struktur bumi, dan
daur air dengan menggunakan model pembelajaran PBL dan metode konvensional
pada siswa kelas V SDN Gugus Wijaya Kusuma Ngaliyan Semarang, penulis
menyampaikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Bagi Sekolah
Sekolah sebaiknya melengkapi fasilitas dan sarana prasarana yang men-
dukung model pembelajaran, serta memberikan keleluasaan kepada guru
107
untuk menerapkan model pembelajaran yang sesuai, sehingga dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran.
5.2.2 Bagi Guru
5.2.2.1 Guru hendaknya memilih dan menggunakan model pembelajaran yang
inovatif dan sesuai dengan materi pembelajaran sehingga siswa lebih
termotivasi dalam belajar.
5.2.2.2 Guru hendaknya lebih banyak melibatkan peran siswa secara aktif dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran IPA, dimana siswa mengkontruksi
pengetahuan mereka sendiri sehingga pembelajaran lebih bermakna. Cara
yang dilakukan antara lain lebih menekankan pada keterlibatan siswa
secara optimal dan dapat membentuk siswa yang dapat berfikir kritis dan
mandiri, misalnya model pembelajaran PBL.
5.2.2.3 Guru hendaknya mampu mengelola proses pembelajaran dengan baik
sehingga kendala maupun gangguan yang terjadi selama proses
pembelajaran dapat segera teratasi dengan baik.
5.2.2.4 Guru hendaknya dapat menjadikan model PBL sebagai alternatif dalam
pembelajaran, karena melalui model PBL siswa dapat memecahkan
masalah yang nyata sehingga dapat meningkatkan kemampuan siswa
berfikir kritis dan kreatif.
5.2.3 Bagi Siswa
(1) Dalam pembelajaran, siswa hendaknya bisa menumbuhkan motivasi dan
minat belajar, mengkontruksi pengetahuannya sendiri melalui aktivitas
belajar IPA, serta meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dalam
108
situasi nyata pada pembelajaran IPA sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal.
(2) Siswa diharapkan dapat berfikir kreatif dalam mengikuti pembelajaran
untuk bertukar pikiran atau pendapat dalam kegaiatan kelompok diskusi
tentang materi pelajaran yang diajarkan.
(3) Pada saat diterapkan model pembelajaran PBL, siswa diharapkan mem-
perhatikan penjelasan atau jawaban yang disampaikan oleh siswa atau ke-
lompok lain, baik dalam berdiskusi maupun saat kelompok lain mem-
presentasikan hasil diskusi.
109
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. A. 2013. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto, Suharsimi. B. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara.
Abdurrahman, Mulyono. 2010. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.
Jakarta: Rineka Cipta.
Alfin, dkk. 2015. Efektivitas Pembelajaran Model PBL Menggunakan Audio Visual
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mapel IPA Kelas VII. jurusan Fisika,
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri
Semarang. ISSN 2252-6935.
ejournal.uksw.edu/scholaria/article/download/233/211
Christiana, P.P., dkk. 2014. Pengaruh Model Problem Based Learning Berbasis
Penilaian Proyek terhadap Kemampuan Berpikir Kritis IPA SD Gugus VIII
Sukawati. e-Journal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha.
5(3)8:46.download.portalgaruda.org/article.php?...
Diantari, P., dkk. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbasis Hypnoteching terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V
SD. Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. 5(3)8:49.
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/3103/2577.
Dimyati dan Mudjiono. 2010. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Djaramah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Emi Destianingsih, dkk. 2015. Pengaruh Model Problem Based Learning
Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa Pada Pembelajaran Fisika
Kelas XI Di SMA Negeri 1 Tanjung Lubuk. Program Studi Pendidikan Fisika
FKIP Universitas Sriwijaya. ISSN: 2355 – 7109. 18(12)11:55.
ejournal.unsri.ac.id/index.php/jipf/article/download/3423/1810
Gunawan , Muhammad Ali. 2013. Statistik untuk Penelitian Pendidikan.
Yogyakarta: Parama Publishing.
Gunantara, dkk. 2014. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa
Kelas V. Jurusan PGSD, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja.
Jurnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Jurusan PGSD
(Vol: 2, No:1, Tahun 2014)
ejournal.undiksha.ac.id/index.php/JJPGSD/article/download/2058/1795
Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
110
Joy, Anyafulude. 2014. Effect of Problem-Based Learning Strategy on Students’
Achievement in Senior Secondary Schools Chemistry in Enugu State. IOSR
Journal of Research & Method in Education (IOSR-JRME). ISSN 2320-7388.
5(3)9:54 www.iosrjournals.org/iosr-jrme/papers/Vol...3/.../D04352731....
Lestari, K. E. & Yudhanegara, M. R. 2017. Penelitian pendidikan matematika.
Bandung: Refika Aditama.
Masdwijanto. 2011, 03. Standar Isi. Retrieved from masdwijanto.files.wordpress.
com:https://masdwijanto.files.wordpress.com/2011/03/standar-isi-sd.pdf
(diunduh 20 Desember 2016)
Nisa Wulandari, dkk. 2015. Penerapan Model Problem-Based Learning (PBL)
Pada Pembelajaran IPA Terpadu Untuk Meningkat Aspek Sikap Literasi
Sains Siswa SMP. ISBN: 978-602-19655-8-0.
ejournal.unesa.ac.id/article/19338/37/article.pdf
Nur ridho, 2011.model pembelajaran kooperatif . skp.unair.ac.id/repository/Guru-
Indonesia/Modelpembelajarank_nurridho_10592.pdf
Purwanto. 2016. Evaluasi Hasil Belajar. Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 32 Tahun 2013. Tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Padmavathy, R.D., Mareesh. K. 2013. Effectiveness of Problem Based Learning In
Mathematics. Internasional Multidisciplinary e-Journal. ISSN 2277-4262.
5(3)9:09. www.shreeprakashan.com/.../2013128181315606.6.%20Padm
Priyatno, Duwi. 2016. Belajar Alat Analisis Data dan Cara Pengolahannya
dengan Spss. Yogyakarta: Penerbit Gava Media.
Rifa’i, Achmad dan Catharina Tri Anni. 2011. Psikologi Pendidikan. Semarang:
UNNES PRESS
Riduwan. 2015. Belajar mudah Penelitian Untuk Guru Karyawan dan Peneliti
Pemula. Bandung: Alfabeta.
Shoimin, Aris. 2014. 68 Model Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: AR-Ruzz Media.
Samatowa, Usman. 2016. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Indeks.
Slameto. 2010. Belajar Dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, kualitatif,
dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. 2013. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Suprijono, Agus. 2016. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi Paikem.
Yogjakarta: Pustaka Pelajar
Sudjana, Nana. 2016. Penelitian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Sudjana. 2005. Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
111
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Susanto, Ahmad. 2016. Teori Belajar Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta:
Prenadamedia Group.
Syah, Muhibbin. 2007. Psikologi Belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Trianto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek. Jakarta:
Prestasi pustaka.
Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003. Tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
Widoyoko, Eko Putro. 2016. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wisudawati, Asih Widi dan Eka Sulistiyowati. 2015. Metodelogi Pembelajaran
IPA. Jakarta: Bumi Aksara.
Wafik Khoiri, dkk. 2013. Problem Based Learning Berbantuan Multimedia Dalam
Pembelajaran Matematika Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang. ISSN
2252-6927.
jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/JEPMT/article/download/3230/2285
Zejnilagić-Hajrić, M., et al. 2015. The Effects of Problem-Based Learning on
Students’ Achievements in Primary School Chemistry. Bulletin of the
Chemists and Technologists of Bosnia and Herzegovina. ISSN 2232-7266.
5(3)9:58. www.pmf.unsa.ba/hemija/glasnik/files/.../5-17-22-Zejnilagi.pd...