Upload
others
View
21
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH PEMBELAJARAN INTERLOCKED PROBLEM
POSING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS SISWA
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
Disusun Oleh :
ANA MATOFANI NIM . 1113017000045
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
ABSTRAK
Ana Matofani (1113017000045). Pengaruh Pembelajaran Interlocked Problem
Posing Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa. Skripsi
Jurusan Pendidikan Matematika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Maret 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh pembelajaran interlocked
problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Penelitian
dilakukan di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2017/2018. Indikator
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diukur dalam penelitian ini
yaitu: (a) berpikir lancar dan (b) berpikir fleksibel. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan desain randomized control group
posttest only. Pengambilan sampel menggunakan teknik cluster random sampling.
Sampel terdiri dari dua kelas yaitu 31 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas
kontrol. Instrumen yang digunakan pada penelitian ini yaitu tes kemampuan
berpikir kreatif matematis berbentuk essay.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai rata-rata hasil tes kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen sebesar 74 dan kelas kontrol
sebesar 60,33. Selanjutnya dengan menggunakan uji t, diperoleh harga t hitung
3,632 dan sig.(2-tailed) = 0,001 < 0,05, maka H0 ditolak. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan
siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Kata Kunci : Interlocked Problem Posing, Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
ii
ABSTRACT
Ana Matofani (1113017000045). “The Effect of Interlocked Problem Posing
Instruction on Student’s Mathematical Creative Thinking”. The Thesis of
Mathematematic’s Education Department, Faculty of Tarbiya and Teaching
Sciences, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, March 2018.
The aim of this research is to analyze the effect of Interlocked Problem Posing
Instruction on Student’s Mathematical Creative Thinking. This research was
conducted at MTsN 1 Tangerang Selatan on academic year of 2017/2018. The
indicators of mathematical creative thinking that measured are, (a) fluency and (b)
flexibility. A quasi experiment with two group randomized post-test only control
group design method was used. Sample consisted of two groups with experiment
group of 31 student and control group of 30 students selected by cluster random
sampling technique. The research instrument was the ability test of mathematical
creative thinking in the form of essay.
The results showed that the average score of students mathematical creative
thinking at experiment group was 74 and control group was 60,33. Futhermore,
using the t test, obtained t count value 3,632 and sig. (2-tailed) = 0,001 < 0,05, then
H0 was rejected. So it can be concluded that student’s mathematical creative
thinking who taught by interlocked problem posing instruction is higher than that
of students taught by conventional learning.
Keyword: Interlocked Problem Posing, Mathematical Creative Thinking
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah segala puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT., karena
dengan limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga, para sahabat dan para pengikutnya hingga akhir
zaman.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh
gelar sarjana pendidikan pada program pendidikan matematika. Selama penulisan
skripsi ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih terdapat banyak kekurangan
dalam penulisan skripsi ini, karena kamampuan dan pengetahuan penulis terbatas
dan terdapat berbagai hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi. Akan tetapi,
berkat kekuatan doa, dorongan motivasi dan berbagai pihak yang sangat membantu
penulisan dalam menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu ucapan terimakasih
penulis ucapkan kepada:
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Kadir, M.Pd selaku ketua Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Ilmu
Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Dr. Abdul Muin, S.Si, M.Pd., Sekretaris Jurusan Pendidikan Matematika
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Gelar Dwirahayu, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing I yang senantiasa
sabar dan telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi selama proses penyusunan skripsi.
5. Eva Musyrifah, S.Pd, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang senantiasa
sabar dan telah berkenan meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan,
arahan, dan motivasi selama proses penyusunan skripsi.
6. Dr. Tita Khalis Maryati, M.Kom Selaku Dosen Penasihat Akademik yang
selalu memberikan bimbingan, arahan, perhatian, dan motivasi untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
iv
7. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika UIN Syarif Hidayatullah
yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis
selama mengikuti perkuliahan. Semoga ilmu yang telah Bapak dan Ibu
berikan mendapat keberkahan-Nya.
8. Staff Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta yang telah memberikan kemudahan dalam proses administrasi.
9. Bapak Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan yang telah menerima dan memberikan izin untuk melakukan
penelitian.
10. Teristimewa untuk Ayahanda Tasari dan Ibunda Mafroh tercinta yang tak
pernah lelah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan kepada penulis.
Semoga Ayah dan Ibu selalu diberikan kesehatan, keberkahan dan selalu
dalam lindungan Allah SWT.
11. Saudara kandung penulis, Eria Febriani, Fara Dilla Sari, Asri Juwita Sari,
Afdal Riziq, dan Indri Rahma Saputri serta kakak ipar penulis Ariansyah
yang senantiasa membantu, memotivasi dan mendoakan penulis dalam
menempuh pendidikan.
12. Sahabat seatap tercinta, Ferrara Ferronica, Idayatun Ni’amah, Ismi Syukria
Farhana, Rini, Yuli Herawati, kak Dentika Mila, dan kak Iis Khusnul
Khotimah yang selalu menemani hari-hari penulis dengan penuh canda dan
tawa serta dukungan dalam berbagai hal. Semoga tali silaturahmi yang
terjalin tidak pernah putus.
13. Teman seperjuangan selama proses bimbingan Hanna Ramadhana Widuri
dan Lathifah Rahmi yang selalu menyemangati, membantu, dan memotivasi
untuk terus berjuang.
14. Teman seperjuangan Jurusan Pendidikan Matematika angkatan 2013 yang
selalu memotivasi, bertukar informasi dan ilmu yang dimiliki.
15. Kakak tingkat terbaik Resti Amin, S.Pd. yang telah meluangkan waktu
untuk membantu selama penulisan skripsi.
16. Muhammad Faiz Rabbani yang telah meluangkan waktu dan tenaga untuk
membantu penulis dalam pembuatan video animasi pembelajaran.
v
17. Sahabat tersayang sejak SMK, Dhea Nuralif Islamiah, Ian Partawinata,
Ahmad Fauzy, Maerifah, Adam Abdillah. yang selalu menemani penulis
dan memberikan dukungan hingga saat ini.
Ucapan terima kasih juga ditunjukkan kepada semua pihak yang namanya
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah selalu melimpahkan
rahmat-Nya dan memberikan perlindungan baik dunia maupun akhirat. Aamiin yaa
robbal’alamin.
Akhir kata, penulis memohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan
dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran dari siapapun yang membaca skripsi
ini akan penulis terima dengan hati yang lapang. Penulis berharap semoga skripsi
ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang khususnya bagi yang
membacaranya.
Jakarta, Februari 2018
Penulis
vi
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i
ABSTRACT ............................................................................................................ ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... vi
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .................................................................................. 6
C. Batasan Masalah ....................................................................................... 6
D. Perumusan Masalah .................................................................................. 6
E. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
F. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS ...................................................... 8
A. Deskriptif Teoritik .................................................................................... 8
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis.................................................. 8
a. Pengertian Berpikir ............................................................................... 8
b. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ........................... 9
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ............................ 11
2. Pembelajaran Interlocked Problem Posing ............................................. 14
a. Pengertian Pembelajaran Interlocked Problem Posing ...................... 14
b. Tahapan Pembelajaran Interlocked Problem Posing .......................... 16
B. Hasil Penelitian yang Relevan ................................................................ 20
C. Kerangka Berpikir Penelitian .................................................................. 21
D. Hipotesis Penelitian ................................................................................ 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ......................................................... 25
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 25
vii
B. Metode dan Desain Penelitian ................................................................ 25
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 26
D. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 26
E. Instrumen Penelitian ............................................................................... 26
1. Uji Validitas ............................................................................................ 28
a. Validitas Isi ......................................................................................... 28
b. Validitas Eksperimen .......................................................................... 29
2. Uji Reliabilitas ........................................................................................ 30
3. Tingkat Kesukaran .................................................................................. 31
4. Uji Daya Pembeda .................................................................................. 32
F. Teknik Analisis Data............................................................................... 33
1. Uji Normalitas ......................................................................................... 34
2. Uji Homogenitas ..................................................................................... 35
3. Uji Hipotesis ........................................................................................... 35
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................... 37
A. Deskripsi Data ......................................................................................... 37
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol .......................................................................................... 37
2. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator .......................... 40
3. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ................... 42
B. Analisis Data ........................................................................................... 55
1. Uji Prasyarat Analisis ............................................................................. 55
a. Uji Normalitas..................................................................................... 55
b. Uji Homogenitas ................................................................................. 56
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata ................................................................. 56
C. Pembahasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa ................ 58
1. Indikator Berpikir Lancar ....................................................................... 59
2. Indikator Berpikir Fleksibel .................................................................... 61
D. Keterbatasan Masalah ............................................................................. 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 64
viii
A. Kesimpulan ............................................................................................. 64
B. Saran ....................................................................................................... 65
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 66
ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Indikator Berpikir Kreatif .................................................................... 14
Tabel 2.2 Tahapan Pendekatan Pembelajaran Interlocked Problem Posing ... 18
Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Penelitian .................................................................. 25
Tabel 3.2 Desain Penelitian .................................................................................. 25
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis 27
Tabel 3.4 Hasil Uji Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis .... 28
Tabel 3.5 Hasil Perhitungan Uji Validitas .......................................................... 30
Tabel 3.6 Klasifikasi Koefisien Realibilitas ....................................................... 30
Tabel 3.7 Hasil Perhitungan Realibilitas ............................................................. 31
Tabel 3.8 Klasifikasi Tingkat Kesukaran ............................................................ 31
Tabel 3.9 Hasil Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran ......................................... 32
Tabel 3.10 Klasifikasi Daya Pembeda ................................................................... 32
Tabel 3.11 Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda ................................................ 33
Tabel 3.12 Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Test Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis ................................................................................ 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
................................................................................................................ 37
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen ................................................................................ 38
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Kontrol ........................................................................................ 39
Tabel 4.4 Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator ......................................... 41
Tabel 4.5 Pernyataan-Pernyataan Siswa Pada LKS Pertama ............................ 44
Tabel 4.6 Pertanyaan-Pertanyaan Siswa Pada LKS Kedua ............................... 46
Tabel 4.7 Pernyataan-Pertanyaan Siswa Pada LKS Ketiga .............................. 47
Tabel 4.8 Pertanyaan-Pertanyaan Siswa Pada LKS Keempat .......................... 48
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ..................................... 55
x
Tabel 4.10 Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.................. 56
Tabel 4.11 Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol .... 57
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Siklus Interlocked Problem Posing ............................................... 16
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir Penelitian ........................................................ 23
Gambar 4.1 Grafik Perbedaan Penyebaran Data Kelas Eksperimen ................. 39
Gambar 4.2 Grafik Penyebaran Data Kelas Kontrol ......................................... 40
Gambar 4.3 Diagram Batang Persentase Skor Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ............... 42
Gambar 4.4 Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 1 ..................................... 44
Gambar 4.5 Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 2 ..................................... 45
Gambar 4.6 Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 3 ..................................... 46
Gambar 4.7 Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 4 ..................................... 47
Gambar 4.8 Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 5 ..................................... 48
Gambar 4.9 Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Ignition .................................. 49
Gambar 4.10 Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Contruction ........................... 50
Gambar 4.11 Proses Pembelajaran Tahap Discussion ........................................ 51
Gambar 4.12 Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Discussion ............................. 51
Gambar 4.13 Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Development ......................... 52
Gambar 4.14 Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Solution ................................. 53
Gambar 4.15 Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ...................................... 54
Gambar 4.16 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada
Indikator Berpikir Lancar .............................................................. 60
Gambar 4.17 Jawaban Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Pada
Indikator Berpikir Fleksibel .......................................................... 62
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ................ 69
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ...................... 90
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen ...................................... 112
Lampiran 4 Pedoman Penskoran Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ... 134
Lampiran 5 Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ............ 135
Lampiran 6 Kunci Jawaban Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis .................................................................................... 137
Lampiran 7 Rubrik Penilaian Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis .................................................................................... 142
Lampiran 8 Hasil Tes Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Eksperimen ........................................................................ 143
Lampiran 9 Hasil Tes Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Kelas Kontrol ............................................................................... 144
Lampiran 10 Hasil Perhitungan Uji Validitas Dan Realibitas Instrumen Tes
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Dengan Menggunakan
Spss .............................................................................................. 145
Lampiran 11 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis ........................................................................ 146
Lampiran 12 Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Tes Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis ........................................................................ 147
Lampiran 13 Uji Validitas Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa dengan Menggunakan CVR ............................ 148
Lampiran 14 Hasil Uji Validitas Isi (CVR) ...................................................... 151
Lampiran 15 Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis ............................. 151
Lampiran 16 Uji Referensi ................................................................................ 152
Lampiran 17 Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing I .......................... 158
Lampiran 18 Surat Bimbingan Dosen Pembimbing II ...................................... 159
Lampiran 19 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................... 160
Lampiran 20 Surat Keterangan Penelitian ........................................................ 161
Lampiran 21 Hasil Cek Plagiarisme ................................................................. 162
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada masa sekarang, pendidikan merupakan hal yang penting bagi
seseorang untuk dapat dinilai atau diukur intelektual dan juga hal yang paling
mendukung seseorang untuk mengalami perubahan pikiran dan kepribadian.
Berdasarkan UU. Nomor 20 Tahun 2003 pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa
secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.1 Oleh
karena itu, pendidikan nasional memiliki tujuan untuk mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang baik serta bertanggung jawab. Dalam mencapai tujuan tersebut,
terutama kreatif dapat diperoleh dari pembelajaran matematika.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang paling dasar dalam
mempengaruhi perkembangan teknologi dan berperan penting dalam berbagai
disiplin ilmu. Kurikulum 2013 mengupayakan peningkatan mutu pendidikan untuk
menghasilkan lulusan yang kreatif, mandiri, mampu bekerja sama, solidaritas,
memiliki jiwa kepemimpinan, empati, toleransi, dan mampu menghadapi
kehidupan pada masa yang akan datang.2 Berdasarkan tujuan tersebut, terlihat
bahwa kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu poin penting dalam
pelaksanaan pembelajaran matematika.
1 UU. Nomor 20 Tahun 2003, http://www.pendis.kemenag.go.id , diunduh tanggal 23 Mei
2016 pukul. 20.00 WIB. 2 PERMENDIKBUD Nomor 81A Tahun 2013, http://luk.staff.ugm.ac.id, diunduh tanggal
28 September 2017 pukul 13.00 WIB.
2
Kemampuan berpikir kreatif merupakan hal penting yang harus dimiliki
semua orang. Mempunyai kemampuan berpikir kreatif seseorang akan lebih mudah
dalam menghadapi suatu permasalahan yang ia hadapi dengan tepat dan benar.
Seseorang yang mempunyai kemampuan berpikir kreatif juga mampu menciptakan
sesuatu yang baru sepeti ide, gagasan, maupun produk, tidak hanya dalam
pembelajaran tetapi juga dalam bermasyarakat.
Kegiatan pembelajaran matematika SMP/MTs peserta didik perlu dibekali
dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistemis, kritis, dan kreatif. Menurut
Jonhson, berpikir kreatif adalah berpikir yang mengisyaratkan ketekunan, disiplin
pribadi dan perhatian melibatkan aktivitas-aktivitas mental seperti mengajukan
pertanyaan, mempertimbangkan informasi-informasi baru dan ide-ide yang tidak
biasa, membuat keterkaitan, khususnya antara sesuatu yang serupa, mengaitkan
satu dengan yang lainnya secara bebas, menerapkan imajinasi pada setiap situasi
yang membangkitkan ide baru dan berbeda, dan memperhatikan intuisi.3 Berpikir
kreatif termasuk salah satu kategori kemampuan berpikir tingkat tinggi. Oleh
karena itu, berpikir kreatif dapat memecahkan masalah matematika karena siswa
dapat memperoleh pemecahan masalah dengan menggabungkan/mengaitkan
beberapa ide (informasi) yang telah didapat secara tepat dan menjadi suatu ide yang
baru.
Utari dalam artikelnya menyebutkan, bila masalah matematik yang diajukan
kurang baik, lebih bersifat prosedural, atau kurang mendorong siswa berpikir lebih
lanjut maka siswa hanya akan memiliki pengetahuan yang prosedural atau
mekanikal saja dan kurang peluang untuk memiliki kemampuan matematik tingkat
tinggi (high order mathematical thinking).4 Oleh karena itu, dibutuhkan
pembelajaran yang tidak bersifat prosedural dan berpusat pada siswa untuk
terciptanya kemampuan matematik tingkat tinggi siswa.
3 Tatag Eko Yuli Siswono, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan
Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa
University.Press,2008), h.15. 4 Utari Sumarno, Mathematical Problem Posing, Rasional, Pengertian, Pembelajaran dan
Pengukurannya, (Bandung: Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung dan Pascasarjana UPI. 2015),
h.2.
3
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan salah satu tujuan
pendidikan. Namun, pada kenyataannya, hasil survei Trends in International
Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2015 untuk siswa kelas VIII
menempatkan siswa Indonesia pada urutan ke-45 dari 50 negara dengan nilai rata-
rata untuk kemampuan matematika secara umum adalah 397. Nilai tersebut masih
jauh dari standart minimal nilai rata-rata kemampuan matematika yang ditetapkan
TIMSS yaitu 500. Berdasarkan skor yang telah diperoleh, terdapat presentase nilai
tentang bilangan, geometri, dan paparan data dalam domain konten berturut-turut
adalah 24%, 28%, dan 31%. Sedangkan pada domain kognitif yaitu mengetahui,
mengaplikasi dan bernalar adalah 32%, 24%, dan 20%. Kemampuan berpikir
kreatif matematis masuk ke dalam kategori domain kognitif mengaplikasikan dan
bernalar dengan demikian kemampuan berpikir kreatif matematis masih tergolong
rendah.5
Menurut hasil skor Programme for International Student Assessment
(PISA) tahun 2015, siswa Indonesia masih di bawah rata-rata negara dalam
Organisation for Economic Cooperation dan Development (OECD) meskipun
mengalami peningkatan 21 poin dari tahun 2012 dengan nilai rata-rata untuk
kemampuan matematika secara umum adalah 386. Jika dilihat dari kemampuan
siswa Indonesia pada level 5-6 (mengevaluasi/menilai, dan mencipta), hanya
mendapat nilai 0,8 dari rata-rata 15,3.6 Kemampuan berpikir kreatif matematis
masuk dalam kategori level 5 dan 6, dengan demikian hasil tersebut menunjukkan
bahwa kemampuan berpikir kreatif tergolong masih rendah. Salah satu penelitian
Fardah yang menjelaskan bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
tingkat sekolah dasar dan menengah masih dalam kategori rendah, yaitu sebesar
46,67%.7 Berdasarkan PISA dan didukung penelitian Fardah, menunjukkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa masih tergolong rendah.
5 TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), TIMSS 2015. 6 PISA 2015 Results Excellence and Equity in education volume 1, OECD Publishing,2016.
(http://dx.doi.org/10.1787/9789264266490-en) 7 Dini Kinati Fardah, Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa dalam
Matematika Melalui Open-Ended, Jurnal KREANO FMIPA UNNES, vol 3, No. 2, 2012.
4
Jika dilihat lebih dekat lagi, berdasarkan penelitian PPKT yang telah peneliti
lakukan di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan melalui pemberian soal kemampuan
berpikir kreatif matematis kepada siswa kelas VIII diperoleh bahwa tingkat
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa hanya mencapai rata-rata 39,743%.
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada aspek berpikir lancar (fluency)
hanya mencapai 50%. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada aspek
berpikir luwes (flexibility) hanya mencapai 48,058%. Kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa pada aspek berpikir rinci (elaboration) hanya mencapai 15%,
sedangkan kemampuan berpikir matematis siswa dengan indikator berpikir orisinil
(originality) hanya mencapai 25,567%. Dengan demikian hasil tersebut
menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif di MTsN 1 Kota Tangerang
Selatan tergolong masih rendah.
Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan mengenai
penyempurnaan pola pikir pada kurikulum 2013 menyebutkan bahwa pola
pembelajaran haruslah aktif, berpusat pada peserta didik, serta guru hanyalah
sebagai fasilitator. Menurut NCTM, prinsip pembelajaran yaitu para siswa harus
belajar matematika dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru
dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya.8 Hal ini sesuai dengan prinsip
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa bahwa siswa dituntut untuk aktif agar
dapat menunjukkan banyak ide dan daya imajinatifnya untuk mengerjakan soal
yang berbeda dengan membangun pemahaman baru dari pengalaman dan
pengetahuan sebelumnya. Menurut Siswono, salah satu pembelajaran untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif adalah problem posing.9 Maka dari itu,
dibutuhkan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif.
Berdasarkan uraian di atas, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah
dengan menerapkan pembelajaran interlocked problem posing. Pembelajaran
interlocked problem posing merupakan salah satu pendekatan pembelajaran
8 John A. Van De Walle, (penerjemah: Suyono), Sekolah Dasar dan Menengah Matematika
Pengembangan dan Pengajaran Jilid 1 Edisi ke 6, ( Virginia Commonwealth University : Erlangga,
2008), h.3. 9 Tatag Eko Yuli Siswono, op.cit., h. 50.
5
problem posing, siswa membuat masalah atau soalnya sendiri dan menyelesaikan
masalah yang diajukan. Menurut Osman Cankoy, treatment Interlocked problem
bersifat lebih reasonable (logis), solvable (dapat dipecahkan), dan berkurangnya
result-unknown problem (masalah yang tidak diketahui hasilnya) dibandingkan
dengan problem posing. Pembelajaran interlocked problem posing memiliki 5
tahap, yaitu ignition, contruction, discussion, development, dan solution.
Tahap ignition, guru memberikan impuls sebagai pemicu awal agar siswa
dapat mengajukan masalah yang berpotensial untuk diselesaikan. Pada tahap ini
siswa diajak untuk mengekplorasi pengetahuan awalnya serta mengajukan masalah
yang sesuai dengan topik.
Tahap kedua yakni tahap construction. Siswa membangun konsep dari
impuls yang telah diberikan oleh guru ke dalam struktur kognitifnya. Pada tahap ini
siswa dilatih untuk mengungkapkan ide-ide dan siswa dapat membangun konsep
dari impuls yang telah diberikan oleh guru.
Tahap ketiga adalah tahap discussion. Siswa berdiskusi dengan temannya
untuk menyelesaikan/ memberikan jawaban terkait soal pada tahap construction.
Pada tahap ini siswa dapat mendiskusikan penyelesaian terkait soal yang telah
diberikan dan siswa dapat memeriksa serta menemukan kesalahan dari
penyelesaian soal yang dibuat oleh teman atau kelompok lain.
Tahap keempat adalah tahap development, siswa mendapatkan soal dengan
model soal yang telah dikembangkan oleh guru dari tahap sebelumnya. Pada tahap
ini siswa dilatih agar dapat menyelesaikan masalah yang lebih tinggi dengan
menerapkan pemahaman konsep yang lebih yang telah didapatkan dan mampu
merubah cara pemikiran.
Tahap terakhir adalah tahap solution. Pada tahap ini siswa dapat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Siswa dapat mencentuskan
banyak gagasan, penyelesaian masalah dan siswa dapat menghasilkan banyak
jawaban yang bervariasi.
Berdasarkan uraian di atas peneliti berasumsi bahwa kemampuan berpikir
kreatif siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran interlocked problem posing.
Sehingga, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul:
6
“Pengaruh Pembelajaran Interlocked Problem Posing Terhadap Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis Siswa”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti dapat mengidentifikasi
masalah-masalah yang timbul dalam penelitian sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa ternyata masih rendah.
2. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di kelas kurang melibatkan siswa secara
aktif untuk membangun kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
3. Pembelajaran matematika yang berlangsung dengan menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing belum banyak digunakan guru di
sekolah.
4. Guru hanya memberikan soal yang bersifat rutin dan prosedural yang belum
memuat kemampuan berpikir kreatif matematis.
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah penelitian ini bertujuan agar penelitian yang
dilakukan terarah dan dapat tercapai dengan baik, maka penulis membatasi fokus
penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah interlocked problem
posing dengan pembanding pembelajaran konvensional.
2. Kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelitian ini dibatasi pada dua
indikator yaitu: berpikir lancar, berpikir fleksibel.
3. Siswa yang menjadi subjek penelitian siswa SMP/MTs kelas VII.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah yang diuraikan di atas,
maka perumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran interlocked problem posing?
7
2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran konvensional?
3. Apakah kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi
dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, tujuan penelitian ini adalah:
1. Menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran interlocked problem posing.
2. Menganalisis kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran konvensional.
3. Membandingkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan
dengan pembelajaran interlocked problem posing dengan kemampuan berpikir
kreatif matematis menggunakan pembelajaran dengan pembelajaran
konvensional.
F. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberi
manfaat baik bagi pembelajaran matematika maupun dalam upaya meningkatkan
kualitas dan hasil pembelajaran matematika.
1. Bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan menjadi salah satu bahan rujukan
untuk mengadakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pembelajaran
interlocked problem posing atau kemampuan berpikir kreatif matematis.
2. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai alternatif pembelajaran
yang dapat diterapkan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis.
3. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan menjadi suatu dorongan untuk
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis.
4. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangsih pemikiran
untuk bisa meningkatkan mutu sekolah.
8
BAB II
KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS
A. Deskriptif Teoritik
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
a. Pengertian Berpikir
Perilaku kognitif dalam tingkat tertinggi adalah berpikir. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, berpikir adalah penggunaan akal budi agar
dapat mempertimbangkan dan memutuskan suatu masalah. Menurut Siswono,
berpikir adalah kondisi mental seseorang dalam menghadapi suatu masalah
atau solusi.1 Menurut Ruggiero, berpikir merupakan aktivitas mental dalam
membantu merumuskan atau menyelesaikan masalah, membuat keputusan,
atau menjawab rasa keingintahuan.2 Berpikir menurut Pail Mussen dan Mark
R.Rossenzweig adalah mengacu pada banyak macam aktivitas yang
melibatkan manipulasi konsep dan lambang serta pengajuan objek. Berpikir
menurut Resnick yaitu seperti klarifikasi, induksi, deduksi, dan penalaran.
Berpikir yaitu suatu proses yang kompleks dan non algoritmik dimulai dengan
pembentukan pengertian, pembentukan pendapat, dan penarikan kesimpulan.3
Oleh karena itu, berpikir adalah penggunaan akal budi untuk membantu
menyelesaikan masalah.
Manusia memiliki adaptasi yang baik yang dilandasi dengan cara
berpikir yang dapat menciptakan teknologi dan berbagai bentuk kehidupan
sesuai budaya. Proses berpikir sejak manusia mempersepsikan dirinya
didukung oleh landasan teologi dan empirik. Dari aspek landasan teologis
menurut konsep Islam bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah,
dibekali di dalam diri manusia berupa akal, ruh, dan tubuh, ada dorongan
1 Tatag Yuli Eko, Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan dan Pemecahan
Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif, (Surabaya: Unesa University Press,
2008), h. 12. 2 Ibid.,. h.13. 3Ali Hamzah, dan Muhlisrarini, Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika,
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014), h. 37.
9
kewajiban belajar bagi manusia. Akal inilah yang menjadi fundamen kuat
didalam kita berpikir dan nalar.4
Berpikir merupakan kondisi mental seseorang yang dapat dibedakan
menjadi lima jenis, yaitu: 5
1) Berpikir logis adalah cara berpikir siswa dalam menarik kesimpulan
menurut logika dan dapat dibuktikan dengan kesimpulan yang sesuai
dengan pengetahuan-pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.
2) Berpikir analisis adalah cara berpikir siswa dalam menguraikan, merinci,
dan menganalisa informasi-informasi untuk mengetahui suatu informasi
dengan akal dan pikiran yang logis.
3) Berpikir sistematis adalah cara berpikir siswa dalam mengerjakan atau
menyelesaikan tugas sesuai dengan tahapan/ urutan/ langkah-langkah yang
efektif dan efisien.
4) Berpikir kritis adalah cara berpikir siswa dalam membandingkan dua
informasi atau lebih.
5) Berpikir kreatif adalah proses untuk membentuk atau menemukan ide baru.
Dari beberapa pemaparan diatas, maka peneliti menyimpulkan bahwa
berpikir adalah kondisi mental dalam menemukan solusi dari suatu masalah
dan berpikir dibedakan menjadi lima jenis yaitu berpikir logis, berpikir analisis,
berpikir sistematis, berpikir kritis dan berpikir kreatif.
b. Pengertian Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kreatif berarti memiliki daya
cipta, memiliki kemampuan untuk mencipta. Sedangkan matematis adalah
bersifat matematika atau sangat pasti dan tepat. Alex Sobour mendefinisikan
kreatif sebagai suatu yang beragam diikuti dengan logika serta pengertian yang
bersifat intuitif untuk menciptakan suatu keadaan atau benda.6 Evans
menjelaskan kreativitas merupakan proses untuk menemukan hubungan-
hubungan baru, melihat perspektif baru, membentuk kombinasi dua atau lebih
4 Ibid. 5 Tatag Yuli Eko Siswono, op.cit., h. 13-14. 6 M. Fadillah, Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan, (Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri, 2014), h. 63.
10
konsep yang sudah ada.7 Sedangkan berpikir kreatif adalah kondisi mental
untuk membuat hubungan (connections) secara terus menerus sampai
ditemukan kombinasi yang benar atau tidak ditemukan solusi.8 Menurut Krulik
dan Rudnick, berpikir kreatif adalah hasil berpikir yang bersifat asli, reflektif,
dan dapat menciptakan produk yang kompleks, yang dihasilkan dari hubungan
antara ide baru dan efektivitasnya.9 Menurut Munandar, berpikir kreatif adalah
dapat memberikan berbagai macam jawaban berdasarkan informasi yang
diberikan dengan adanya penekanan keragaman jumlah.10 Kesimpulan dari
beberapa definisi diatas, peneliti menyimpulkan bahwa berpikir kreatif
matematis merupakan kegiatan atau aktivitas dalam memecahkan masalah
matematika secara tepat, efektif, dan efisien sehingga dapat menghasilkan
temuan baru seperti ide, konsep, pengalaman, maupun pengetahuan.
Kendala pertumbuhan kreativitas di berbagai sekolah menurut
Munandar, yaitu:11
1) Sikap Guru
Sikap guru berpengaruh pada tingkat motivasi siswa, ditunjukan dalam
suatu studi bahwa motivasi siswa rendah jika guru terlalu dominan dan
motivasi siswa meningkat apabila siswa diberikan otonomi lebih banyak.
2) Mekanisme Belajar Menghafal
Salah satu belajar yang kurang tepat yaitu menghimpun pengetahuan
dengan metode menghafal tanpa memahami hubungan antar fakta.
3) Kegagalan
Kegagalan dapat memberikan dampak terhadap motivasi intrinsik dan
kreativitas siswa. Kegagalan tidak bisa dihindari, tetapi yang terpenting cara
guru membantu siswa dalam memahami dan menafsirkan kegagalan tersebut.
7 Tatag Yuli Eko Siswono, op.cit., h. 7. 8 Ibid., h. 14. 9 Ibid., h.21. 10 Alimuddin, Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui Tugas-
Tugas Pemecahan Masalah, Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan Penerapan MIPA.
(Yogyakarta: UNY, 2009), h.356. 11 Yeni Rachmawati dan Euis Kurniati, Strategi Pengembangan Kreativitas Pada Usia
Taman Kanak-kanak, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 9-10.
11
4) Tekanan akan konformitas
Tekanan yang berlebihan terhadap konformitas tradisi, di rumah, di
sekolah, ataupun lingkungan dapat menghambat pengembangan kreativitas.
Sebaliknya seorang anak diberi kebebasan untuk menjadi dirinya sendiri.
Dibawah ini beberapa karakteristik perilaku anak yang cerdas sebagai
berikut:12
1) Berpikir dengan lincah ditandai dengan rasa ingin tahu yang tinggi, aktif,
dan giat dalam bertanya, serta menyelesaikan soal dengan cepat.
2) Tepat serta cermat dalam bertindak ditandai dengan memperhitungkan
setiap konsekuensi yang muncul dari tindakan tersebut.
3) Memiliki semangat dalam bersaing (kompetitif) yang tinggi, baik dengan
diri sendiri maupun orang lain.
4) Selalu ingin menjadi lebih baik dari waktu ke waktu.
5) Cepat menemukan dan mudah menangkap perbedaan yang akan dijadikan
sebagai bahan dasar menemukan kreativitas lebih lanjut
6) Menggunakan kesadaran yang tinggi untuk mengumpulkan informasi
sehingga mereka belajar dari pengalaman untuk dapat memanfaatkan dan
mengembangkan dirinya.
7) Memiliki kepekaan dan rasa empati tinggi, serta responsif
8) Memiliki kemauan belajar yang tinggi dan tidak mudah putus asa dalam
setiap prosesnya.
9) Tidak kaku serta memiliki spontanitas terhadap berbagai macam stimulan
yang muncul baik dari lingkungan intern maupun ekstern.
10) Memiliki kemampuan menghadapi frustasi sehingga tidak mudah
menyerah, rasa percaya tinggi dan mandiri.
11) Mampu mengendalikan diri dan emosi yang baik.
c. Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Berpikir kreatif matematis diukur dengan menggunakan ketentuan
penilaian berupa indikator berpikir kreatif matematis. Menurut Olson,
12 Yeni rachmawati dan Euis Kurniati,op.cit,. h. 20-21
12
kreativitas merupakan produk berpikir kreatif terdiri ada dua unsur, yaitu
kefasihan dan keluwesan:13
1) Kefasihan ditunjukan dengan gagasan besar dan pemecahan masalah
secara lancar dan tepat.
2) Keluwesan mengacu pada gagasan yang beragam untuk memecahkan
masalah.
Berdasarkan kognisi dan proses berpikir, Munandar memperjelas
beberapa karakteristik siswa yang berpikir kreatif dalam proses pembelajaran
yaitu:14
1) Keterampilan berpikir lancar (Fluency)
a) Mencetuskan banyak gagasan, menyelesaikan masalah, atau pertanyaan
b) Memberikan berbagai saran atau cara untuk melakukan sesuatu
c) Memiliki alternatif jawaban
2) Keterampilan berpikir luwes (Flexibility)
a) Menghasilkan gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang bervariasi
b) Sudut pandang yang berbeda untuk melihat masalah
c) Mencari banyak alternatif yang beragam
d) Mampu merubah cara pemikiran
3) Orisinil (Originality)
a) Mampu menciptakan ungkapan baru dan khas
b) Mengungkapkan diri dengan memikirkan cara yang berbeda
c) Dapat membuat hubungan yang berbeda dari setiap unsur
4) Memperinci (Elaboration)
a) Mampu mengembangkan serta memperkaya gagasan
b) Membuat objek, gagasan, atau situasi menjadi lebih menarik dengan
menambahkan atau memperinci.
13 Tatag Yuli Eko Siswono, Op.cit,. h. 18. 14 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta:
Gramedia,1999), h. 88-89.
13
Menurut Parnes, proses kreatif memacu pada lima macam perilaku
kreatif, yaitu:15
1) Fluency (Kelancaran), yaitu mengemukakan ide untuk memecahkan
masalah.
2) Flexibility (Keluwesan), yaitu menghasilkan berbagai macam ide untuk
memecahkan masalah dengan cara yang berbeda.
3) Originaly (Keaslian), yaitu memberikan respon yang unik dan berbeda.
4) Elaboration (Keterperincian), yaitu pengarahan ide secara detail agar dapat
diwujudkan.
5) Sensitivity (kepekaan) adalah respon terhadap situasi dengan tanggap dalam
menghadapi masalah.
Haylock mengatakan berpikir kreatif ada tiga kriteria, yaitu:16
1) Kefasihan adalah banyaknya respon yang dapat diterima (the number of
acceptable response)
2) Fleksibilitas adalah banyaknya jenis respon yang berbeda (the number of
different kinds of response)
3) Keaslian adalah tanggapan yang berbeda diungkapkan dalam sebuah
kelompok (the statical infrequency of the response in relation to the peer
group).
Menurut Silver, ada tiga komponen dalam menilai kemampuan berpikir
kreatif,sebagai berikut:17
1) Kefasihan (Fluency) yaitu mengacu banyaknya ide untuk merespon sebuah
perintah.
2) Fleksibilitas (Flexibility) yaitu adanya perubahan pendekatan dalam
merespon perintah
3) Kebaruan (Novelty) yaitu dapat menciptakan ide baru dalam merespon
perintah.
15 Yeni rachmawati dan Euis Kurniati, op.cit., h. 14. 16 Tatag Yuli Eko Siswono, op.cit., h. 22. 17 Ibid., h. 23.
14
Indikator berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
Tabel 2.1
Indikator Berpikir Kreatif
Aspek Indikator
Berpikir
Lancar
1) Mencetuskan gagasan, penyelesaian masalah
atau pertanyaan yang bervariasi
2) Memberikan banyak cara atau saran yang
berbeda dalam menjawab soal
Berpikir
Fleksibel
1) Menghasilkan gagasan, jawaban atau
pertanyaan yang bervariasi.
2) Mencari banyak alternatif yang berbeda-beda.
2. Pembelajaran Interlocked Problem Posing
a. Pengertian Pembelajaran Interlocked Problem Posing
Problem Posing (Pengajuan Masalah) memberikan keluasan bagi siswa
belajar mandiri dalam merumuskan dan menyelesaikan masalah (soal) yang
diajukan.18 Pentingnya pengajuan masalah atau pertanyaan dalam matematik,
menurut Polya untuk mengatasi kesulitan siswa dalam menyelesaikan masalah
yaitu:19
a) Memberikan siswa pertanyaan yang mengarah pada penyelesaian masalah
b) Membantu siswa dalam menggali pengetahuan dan menyusun pertanyaan
sesuai kebutuhan masalah
c) Memberikan isyarat pada siswa untuk menyelesaikan masalah, bukan
langkah-langkahnya
d) Membantu siswa dalam mengatasi kesulitannya
18 Tatag Yuli Eko Siswono, Problem Posing: Sebuah Alternatif Pembelajaran Yang
Demokratis, (Universitas Negeri Surabaya: Kumpulan Karya 2000-2004), h.1. 19 Utari Sumarno, Mathematical Problem Posing: Rasional, Pengertian, Pembelajaran dan
Pengukurannya, (Bandung : Pascasarjana STKIP Siliwangi Bandung dan Pascasarjana UPI, 2015),
h.1.
15
Sedangkan menurut Perak, problem posing menawarkan banyak
manfaat, diantaranya adalah:20
a) Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan
memahami konsep matematika
b) Menghasilkan pemikiran beragam dan fleksibel.
c) Menghindari kesalahpahaman dari guru maupun siswa.
d) Meningkatkan sikap dan keyakinan siswa dalam matematika.
Pengajuan masalah adalah bentuk pendekatan pembelajaran
matematika yang menekankan pada perumusan masalah atau soal yang
merupakan alternatif pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan
berpikir kreatif dan bernalar matematis.21 Maka dari itu, pengajuan masalah
bisa dijadikan sebagai alternatuf pembelajaran untuk mengembangkan
kemampuan berpikir kreatif.
Menurut Silver aplikasi problem posing dibagi menjadi tiga bentuk
aktivitas kognitif matematika yang berbeda, yaitu:22
a) Pengajuan pre- solusi (pre- solution) yaitu siswa membuat soal dari situasi
yang diberikan oleh gurunya.
b) Pengajuan didalam solusi (within solution posing) yaitu siswa merumuskan
ulang soal yang telah diselesaikan.
c) Pengajuan setelah solusi (post solution posing) yaitu siswa membuat soal
yang baru dengan cara memodifikasi dari soal yang telah diselesaikan.
Menurut Osman Cankoy, pembelajaran interlocked problem posing
(IPP) merupakan salah satu pendekatan pembelajaran problem posing. Osman
Cankoy melakukan penelitian komparasi antara pembelajaran interlocked
problem posing (IPP) dengan traditional problem posing (TPP) ditemukan
bahwa pembelajaran dengan treatment IPP yaitu siswa membuat soal yang
bersifat reasonable (logis), solvable (dapat dipecahkan), dan berkurangnya
20 Kazuaki Kojima,et.al., Experimental study of learning support through examples in
mathematical problem posing, (Japan: Teikyo University, 2015), h.3. 21 Kadir, Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya
Terhadap Hasil Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan Matematika FITK UIN Jakarta: 2011)
h.207. 22 Tatag Yuli Siswono, op.cit., h.40.
16
Yes
result-unknown problem (masalah yang tidak diketahui hasilnya). Selain itu,
pembelajaran IPP dianggap lebih efektif dalam untuk fokus dan tertarik
belajar.23
Perbedaan interlocked problem posing dengan problem posing adalah
problem posing yaitu siswa memberikan pertanyaan sebanyak-banyaknya,
sedangkan interlocked problem posing yaitu siswa memberikan pertanyaan
secara berkesinambungan. IPP merupakan suatu instructional approach. yaitu
suatu pendekatan metodologik pembelajaran matematika dengan cara
mengadaptasi konsep ke dalam struktur kognitif sesuai dengan cara guru
menyajikannya.24 Konsep yang diadaptasi diharapkan akan lebih mudah bagi
siswa dalam menyelesaikan soal/masalah baik yang rutin maupun tidak rutin.
Maka dari itu, interlocked problem posing suatu pendekatan
pembelajaran problem posing (pengajuan masalah), siswa diberikan keluasan
untuk belajar secara aktif dan mandiri dengan merumuskan dan menyelesaikan
masalah/soal sendiri yang telah diajukan secara berdiskusi dengan temannya
dan guru hanya berperan memberikan impuls dan sebagai fasilitator.
b. Tahapan Pembelajaran Interlocked Problem Posing
Tahapan pembelajaran interlocked problem posing menurut Osman
Cankoy terdiri dari beberapa tahapan pembelajaran dapat dilihat pada Gambar
2.2 dengan penjelasan sebagai berikut:25
Gambar 2.1
Siklus Interlocked Problem Posing
23 Osman Cankoy, Interlocked Problem Posing and Children’s Problem Posing
Performance In Free Structured Situation, Jurnal Internasional Pendidikan Sains dan Matematika,
(National Science Council: Taiwan, 2013), h.224. 24 Ali Hamzah dan Muhlisrarini, op.cit, h. 232 25 Osman Cankoy, op.cit, h.226.
Ignition
Contruction
Discussion
Development
Solution
17
1) Ignition
Pada tahap ignition, guru memberikan suatu impuls sebagai pemicu awal
agar siswa dapat mengajukan masalah yang berpotensial untuk diselesaikan.
Untuk itu, kegiatan-kegiatan pembelajaran pada tahap ignition, yaitu:
a) Guru memberikan impuls berupa video/animasi/gambar.
b) Siswa mengamati video, animasi, serta gambar yang diberikan oleh guru.
c) Siswa mengidentifikasi hal yang diberikan guru seperti situasi masalah,
informasi, contoh-contoh soal, penjelasan materi, dan lain sebagainya.
2) Construction
Setelah siswa diberikan suatu impuls pada tahap ignition, selanjutnya siswa
membangun konsep ke dalam struktur kognitifnya sesuai dengan cara guru
menyajikannya. Pada tahap construction, siswa dapat melakukan berbagai
kegiatan yaitu:
a) Mencatat hal-hal yang relevan berdasarkan informasi atau situasi
masalah yang guru berikan.
b) Merumuskan, menyusun, mendesain soal/masalah berdasarkan situasi
yang guru berikan.
c) Membuat beberapa pertanyaan terkait dengan suatu hal yang guru
berikan.
d) Menulis dan melengkapi soal/masalah yang guru berikan.
e) Merumuskan soal/masalah dari jawaban yang telah diberikan.
f) Membangun konsep dari impuls yang diberikan guru.
3) Discussion
Pada tahap discussion, siswa berdiskusi dengan temannya untuk
menyelesaikan/ memberikan jawaban terkait soal pada tahap construction.
Pada tahap ini, siswa memerlukan bimbingan guru dalam memantau diskusi
ditiap kelompok. Kegiatan yang dapat dilakukan pada tahap diskusi yaitu:
a) Mempresentasikan dan mendiskusikan penyelesaikan terkait soal yang
telah diberikan.
b) Memeriksa dan menemukan kesalahan dari penyelesaian soal yang
dibuat oleh teman atau kelompok lain.
18
4) Development
Melanjutkan kegiatan discussion, siswa mengembangkan model soal dari
soal-soal pada tahap sebelumnya. Pada tahap development, kegiatan yang
dapat dilakukan yaitu:
a) Menemukan kemungkinan potensi soal/masalah.
b) Menyusun kembali soal dari informasi yang diberikan.
c) Menyusun kembali soal dengan mengembangkan model soal dari soal-
soal pada tahap sebelumnya.
5) Solution
Pada tahap ini, siswa menyelesaikan soal-soal matematika yang diberikan
guru secara individu.
Tahapan pendekatan pembelajaran interlocked problem posing
yang digunakan pada penelitian ini yaitu:
Tabel 2.2
Tahapan Pendekatan Pembelajaran Interlocked Problem Posing
Tahapan Kegiatan Pembelajaran
Ignition Siswa mengidentifikasi informasi dan membuat
pertanyaan dari video animasi (impuls) yang guru
berikan.
Contruction Siswa membangun konsep dari impuls yang diberikan
guru
Discussion Siswa berdiskusi dengan temannya untuk
menyelesaikan/ memberikan jawaban terkait dengan
materi aritmatika sosial.
Development Guru mengembangkan model soal dari soal-soal pada
tahap sebelumnya.
Solution Siswa menyelesaikan soal-soal matematika yang
diberkan guru secara individu pada tahap
development.
19
3. Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan secara
tradisional. Pengertian pengajaran secara konvensional dipandang bersifat
mekanistik dan merupakan otonomi guru untuk mengajar, menjadi pusat kegiatan.26
Menurut Nana Sujana dalam Kadir, proses pembelajaran dengan
pendekatan konvensional pada umumnya sebagai berikut:27
a. Siswa hanya duduk, mencatat, mendengar dan menghafal.
b. Sumber informasi terpusat pada guru.
c. Siswa tidak dituntut untuk menemukan konsep
d. Guru menggunakan metode ceramah
e. Suasana kelas membosankan
f. Siswa terlihat pasif
g. Banyaknya materi pembelajaran
h. Banyak membuang waktu
Adapun langkah-langkah dalam penerapan pembelajaran dengan
pendekatan ekspositori dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
a. Persiapan
1) Guru mengkondisikan kelas agar tercipta situasi yang kondusif dalam
pembelajaran.
2) Guru mengabsen siswa-siswa di kelas
3) Ketua kelas sebagai pemimpin doa
4) Guru yang menyiapkan alat dan bahan untuk mengajar
b. Apersepsi
Tahap ini guru menanyakan terkait materi sebelumnya atau materi prasyarat
yang akan dibahas dan siswa memberikan kesimpulan informasi/ulasan dari
tampilan video animasi yang diberikan guru terkait dengan materi.
26Suyono dan Hariyanto, op.cit., h. 16. 27Kadir, op.cit., h. 206.
20
c. Penyajian
Tahap ini guru memberikan penjelasan materi dengan menggunakan metode
ceramah atau menugaskan siswa membaca buku. Setelah itu siswa diperbolehkan
memberikan pertanyaan terkait dengan materi yang telah diajarkan.
d. Evaluasi
Tahap ini siswa memberikan ulasan tentang apa yang telah dipelajari,
setelah itu guru memberikan pertanyaan/soal untuk mengetahui penguasaan materi
yang telah diajarkan kepada siswanya.
B. Hasil Penelitian yang Relevan
Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang dijadikan referensi bagi penulis,
diantaranya sebagai berikut:
1. Penelitian Osman Cankoy (2014) yang dituangkan dalam jurnal Internasional
“Interlocked Problem Posing And Children’s Problem Posing Performence In
Free Structured Situation” disimpulkan bahwa penggunaan pembelajaran
Interlocked Problem Posing yaitu soal yang dibuat siswa lebih logis, dapat
dipecahkan, dan terstruktur dibandingkan pembelajaran problem posing
konvensional.28
2. Penelitian quasi eksperimen oleh Resti Amin Nurhaini (2017), “Pengaruh
Pembelajaran Interlocked Problem Posing Terhadap Kemampuan Penalaran
Kuantitatif di kelas VII MTs Al-Ihsan Pamulang”. Didapatkan hasil bahwa
Kemampuan penalaran kuantitatif siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran Interlocked Problem Posing lebih tinggi dibandingkan siswa
dengan pembelajaran konvensional.29
3. Penelitian quasi eksperimen oleh Nurmalianis (2014) dengan judul “Pengaruh
Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa”. Didapatkan hasil bahwa kemampuan berpikir kreatif matematis yang
diajarkan dengan strategi konflik kognitif lebih tinggi dibandingkan dengan
28 Osman Cankoy, op.cit. 29 Resti Amin Nurhaini, Pengaruh Pembelajaran Interlocked Problem Posing Terhadap
Kemampuan Penalaran Kuantitatif, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2017, tidak
dipublikasi.
21
strategi ekspositori dan strategi konflik kognitif lebih efektif dalam
mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis.30
4. Penelitian quasi eksperimen oleh Kadir (2011) yang dituangkan dalam jurnal
pendidikan dan kebudayaan “Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem
Posing dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Matematika”. Kesimpulannya
adalah pembelajaran matematika dengan pendekatan problem posing mampu
membuat siswa aktif dan kreatif dan hasil belajar matematika siswa pada pokok
bahasan aritmatika sosial yang diajar menggunakan pendekatan problem posing
lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan pendekatan konvensional.31
C. Kerangka Berpikir Penelitian
Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan, dan teknologi telah
berkembang pesat. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi ditandai dengan
adanya komputer, listrik, kereta api, handphone, televisi , dsbnya yang merupakan
hasil karya kreativitas yang dikembangkan oleh orang yang mempunyai
kemampuan berpikir kreatif. Munandar menekankan perlunya kreativitas dipupuk,
disebabkan beberapa faktor dibawah ini:32
1. Kreativitas merupakan menifestasi dari individu. Orang berkreasi merupakan
kebutuhan primer manusia dalam mengembangkan dirinya seperti
dikembangkan oleh teori Maslow.
2. Kreativitas atau berpikir kreatif sebagai kemampuan untuk menyelesaikan
berbagai masalah dan masih kurang mendapatkan perhatian dalam dunia
pendidikan.
3. Menyibukan diri dengan kreativitas dapat bermanfaat untuk diri sendiri dan
lingkungan. Selain itu, memberikan kepuasan individu bahkan keuntungan
materi.
4. Kreativitas dapat meningkatkan kualitas hidup manusia. Dalam era
pembangunan ini, kesejahteraan dan kejayaan masyarakat dan negara
30 Nurmalianis, Pengaruh Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa, (Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta), 2014, tidak dipublikasi. 31 Kadir, op.cit.,h. 32Yeni rachmawati dan Euis Kurniati, op.cit., h. 36-37.
22
bergantung pada sumbangan kreatif, berupa ide baru, penemuan baru, dan
teknologi baru, untuk mencapai hal ini, sikap, pemikiran, dan perilaku kreatif
harus dipupuk pada siswa.
Oleh karena itu, diperlukan adanya program-program pembelajaran dapat
memelihara potensi kreatif siswa. Pembelajaran yang bermakna adalah
pembelajaran yang tidak hanya bersifat prosedural. Penelitian ini, menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing karena dengan pembelajaran interlocked
problem posing diperkirakan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa. Indikator berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi berpikir lancar dan berpikir fleksibel.
Pembelajaran interlocked problem posing adalah suatu pendekatan
pembelajaran, siswa menghubungkan antar masalah atau soal yang mereka
rumuskan atau ajukan hingga menjadi suatu soal/masalah yang layak dapat melatih
kemampuan berpikir kreatif matematis karena siswa dapat mencetuskan dan
menghasilkan banyak gagasan, jawaban, atau pertanyaan yang beragam,
menyelesaikan masalah atau pertanyaan dengan mencari banyak alternatif, mempu
membuat ide baru, unik, dan menarik.
Tahap pertama ignition, yaitu siswa mengidentifikasi informasi dan
mengajukan masalah dari video animasi yang telah guru berikan agar siswa dapat
membangun konsep yang terkait materi aritmatika sosial. Tahap ini, mengajak
siswa untuk mengekplorasi pengetahuan awalnya dengan menggali informasi serta
mengajukan beberapa pertanyaan.
Tahap kedua construction, yaitu siswa membangun konsep dari impuls yang
telah diberikan oleh guru ke dalam struktur kognitifnya. Tahap ini, mengajak siswa
dalam mengungkapkan ide-ide atau bahkan siswa dapat membangun konsep dari
impuls yang telah diberikan oleh guru.
Tahap ketiga discussion, yaitu siswa berdiskusi dengan temannya untuk
menyelesaikan/ memberikan jawaban terkait soal yang diberikan guru. Tahap ini,
siswa dapat mendiskusikan penyelesaian terkait soal yang telah diberikan dan
memeriksa serta menemukan kesalahan dari jawaban yang dibuat oleh teman atau
kelompok lain.
23
Tahap keempat development, yaitu guru mengembangkan model soal dari
soal-soal ditahap sebelumnya. Pada tahap ini siswa dilatih agar dapat
menyelesaikan masalah yang lebih tinggi dengan menerapkan pemahaman konsep
yang lebih yang telah didapatkan dan mampu merubah cara pemikiran.
Tahap terakhir adalah tahap solution. Pada tahap ini siswa dapat
menyelesaikan soal-soal yang diberikan oleh guru. Siswa dapat mencentuskan
banyak gagasan, penyelesaian masalah dan siswa dapat menghasilkan banyak
jawaban yang bervariasi.
Keterkaitan kemampuan berpikir kreatif matematis dengan pembelajaran
interlocked problem posing secara jelas, disajikan gambar berikut:
Pembelajaran
Interlocked Problem
Posing
Berpikir Kreatif
Matematis
Pembelajaran
Konvensional
Gambar 2.2
Kerangka Berpikir Penelitian
Ignition
n
Construction
Discussion
Development
Solution
Persiapan
Apersepsi
Penyajian
Evaluasi
Kelas eksperimen > Kelas Kontrol
Berpikir
Lancar
Berpikir
Fleksibel
Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kreatif Matematis
24
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan
sebelumnya, maka penulis mengajukan hipotesis yaitu:
“Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan
pembelajaran Interlocked Problem Posing lebih tinggi daripada kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diajar menggunakan pembelajaran
konvensional.
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan kelas VII.
Waktu penelitian dilaksanakan di semester genap tahun ajaran 2017/2018 yaitu
pada bulan Januari 2018. Jadwal persiapan dan pelaksanaan kegiatan penelitian
disajikan dalam Tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1
Jadwal Kegiatan Penelitian
No. Jenis Kegiatan Sept Okt Nov Des Jan Feb
1. Persiapan dan perencanaan √ √ √ √
2. Observasi √ √
3. Pelaksanaan pembelajaran √
4. Analisis data √
5. Laporan penelitian √
B. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen.
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Two Group
Randomized Subject Post-test Only. Berikut adalah bentuk desain penelitian yang
disajikan dalam bentuk Tabel 3.2 sebagai berikut:
Tabel 3.2
Desain Penelitian
Kelompok (Kelas) Treatment Post-test
Eksperimen XE Y
Kontrol XK Y
26
Ket.:
XE: Perlakuan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran interlocked problem
posing.
XK: Perlakuan pada kelas kontrol yaitu dengan pembelajaran konvensional
Y : Hasil post-test.
C. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini terbagi dua yaitu populasi target dan populasi
terjangkau. Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di MTsN 1
Kota Tangerang Selatan. Populasi terjangkau adalah seluruh siswa kelas VII.
Sampel penelitian ini berasal dari populasi terjangkau dengan cara
pengambilan sampel dari seluruh kelas VII dengan teknik cluster random sampling.
Sampel akan dipilih dari dua kelas secara acak yang akan menjadi kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok ekperimen adalah kelas dengan
perlakuan pembelajaran interlocked problem posing. Sedangkan kelompok kontrol
adalah kelas dengan perlakuan pembelajaran konvensional.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh dalam penelitian ini adalah data skor kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa. Data tersebut diperoleh melalui pemberian tes kemampuan
berpikir kreatif matematis di akhir pembelajaran. Peneliti memberikan tes berupa
soal uraian dengan materi aritmatika sosial sebanyak 5 butir soal pada kedua
kelompok penelitian.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes tulis berbentuk
uraian yang diberikan dalam bentuk post-test. Tes tersebut dibuat untuk mengukur
kemampuan berpikir kreatif matematis yang terdiri dari 5 soal uraian. Soal
pengujian kemampuan berpikir kreatif matematis diberikan sesuai dengan indikator
yaitu kemampuan berpikir lancar dan kemampuan berpikir lancar dan kemampuan
27
berpikir fleksibel. Kisi-kisi tes yang akan digunakan pada penelitian ini dapat
dilihat pada Tabel 3.3 dengan Kompetensi Dasar (KD) dibawah ini:
KD 3.11: Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara).
KD 4.11: Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika sosial (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara).
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Dimensi Berpikir Kreatif Indikator Berpikir Kreatif Pada
Soal Aritmatika Sosial
Nomor
Soal
Berpikir Lancar (Fluency):
Kemampuan
mengemukakan gagasan/ide
untuk memecahkan suatu
masalah secara lancar dan
tepat.
Menentukan beragam saran jenis
tabungan yang dipilih bersadarkan
suku bunga dan potongan
administrasi.
1
Menentukan gagasan/ide memilih
sistem pembayaran berdasarkan
uang muka, angsuran perbulan dan
lama angsuran.
3
Menentukan gagasan/ide memilih
barang yang akan dibeli berdasarkan
neto dan harga.
4
Berpikir Flexibel
(Flexibility):
Kemampuan menemukan
gagasan/ide yang berbeda-
beda untuk memecahkan
suatu masalah.
Menghasilkan gambar situasi yang
beragam berdasarkan luas tanah,
dan letak geografis tanah.
2a
Menghasilkan harga penjualan
dengan sudut pandang yang berbeda
berdasarkan gambar situasi.
2b
Menghasilkan permasalahan lain
yang beragam berdasarkan
keuntungan yang sama.
5
28
Sebelum digunakan, instrumen harus diuji dengan beberapa pengujian
seperti berikut:
1. Uji Validitas
a. Validitas Isi
Uji validitas isi dilakukan dengan memberikan form penilaian kepada
para ahli matematika yang terdiri dari dua dosen jurusan Pendidikan Matematika
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan 6 guru matematika MTsN 1 Kota
Tangerang Selatan. Form penelitian instrumen berisi tiga kriteria penilaian yaitu
esensial (E), tidak esensial (TE), dan tidak relevan (TR) serta kolom saran.
Metode perhitungan validitas isi yang digunakan peneliti adalah metode
CVR (Content Validity Ratio). Rumus CVR yang digunakan adalah:1
CVR = 𝑛𝑒−
𝑁
2𝑁
2
Keterangan:
CVR : Konten validitas rasio (Content Validity Ratio).
𝑛𝑒 : Jumlah penilai yang menyatakan item soal esensial.
N : Jumlah penilai.
Jika nilai CVR pada butir soal tidak memenuhi nilai CVR yang telah
ditentukan pada tabel nilai minimum CVR, maka soal tersebut tidak valid dan
akan dihilangkan atau diperbaiki sesuai saran para ahli. Hasil uji validitas isi
yang telah dilakukan pada penelitian ini diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas Isi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
No
Soal
Nilai
CVR
Minimum
Skor
Keterangan Keputusan
1 0.75 0.75 Valid Digunakan,
diperbaiki
2a 0.75 0.75 Valid Digunakan,
diperbaiki
1 C. H Lawshe, A Quantitative Approach to Content Validity, Personel Psychology, INC, 1975,
h.567-568.
29
2b 0.75 0.75 Valid Digunakan,
diperbaiki
3 0.75 0.75 Valid Digunakan,
diperbaiki
4 0.25 0.75 Tidak Valid Tidak digunakan
5 0.75 0.75 Valid Digunakan,
diperbaiki
b. Validitas Eksperimen
Uji validitas menggunakan rumus correlation product moment sebagai
berikut:1
𝑟hitung= N ΣXY−(ΣX)(ΣY)
√(N ΣX2−(ΣX)2) . (N ΣY2−(ΣY)2)
Ket.:
rhitung: Koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang
dikorelasikan.
N : Jumlah subjek.
X : Skor item.
Y : Skor total.
ΣX : Jumlah skor items.
ΣY : Jumlah skor total.
ΣX2 : Jumlah kuadrat skor item.
ΣY2 : Jumlah kuadrat skor total.
Kriteria pengujian validitas pada soal dengan membandingkan soal dari
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dan 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 pada taraf signifikansi 5% (𝛼 = 0,05). Soal dikatakan valid
apabila 𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≥ 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 . Sebaliknya soal dikatakan tidak valid jika nilai
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 .
Berdasarkan hasil perhitungan validitas dengan cara yang sudah
disebutkan di atas, dari 5 butir soal diperoleh 5 butir soal valid dan 1 butir soal
tidak valid. Perhitungan uji validitas disajikan pada Tabel 3.5 berikut.
1 Ali Hamzah, Evaluasi Pembelajaran Matematika, (Depok: Raja Grafindo Persada), 2014,
h.220.
30
Tabel 3.5
Hasil Perhitungan Uji Validitas
Nomor
Soal
Validitas Kriteria
𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 𝑟𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙
1. 0,716 0,3550 Valid
2a. 0,661 0,3550 Valid
2b. 0,847 0,3550 Valid
3. 0,412 0,3550 Valid
4. 0,203 0,3550 Tidak Valid
5. 0,589 0,3550 Valid
2. Uji Reliabilitas
Suatu instrumen dapat dikatakan memiliki tingkat kepercayaan yang
tinggi jika dapat memberikan hasil yang tetap.2 Reliabilitas yang digunakan
yaitu rumus Alpha sebagai berikut:3
𝑟11=(𝑘
𝑘−1)(1 −
Σσ𝑖2
σ𝑖2 )
Ket.:
𝑟11 : Reliabilitas yang dicari.
σ𝑖2 : Varians total.
Interpretasi terhadap besarnya angka indeks correlation product moment
sebagi berikut.4
Tabel 3.6
Klasifikasi Koefisien Reliabilitas
2 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara), 2013,
h.100. 3 Ali Hamzah, op.cit, h.233. 4 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Rajagrafindo Persada), 2012, h.193.
Besar “r” Product
Moment
Interpretasi
0,00 – 0,20 Sangat rendah
0,20 – 0,40 Rendah
0,40 – 0,70 Sedang
0,70 – 0,90 Tinggi
0,90 – 1,00 Sangat tinggi
31
Perhitungan hasil uji realibilitas pada penelitian ini disajikan dalam Tabel
3.7 sebagai berikut:
Tabel 3.7
Hasil Perhitungan Realibilitas
Variabel Hasil Uji Interpretasi
Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis
0,675 Derajat realibilitas
sedang
3. Tingkat Kesukaran
Uji taraf kesukaran butir soal adalah indikator yang menunjukkan
kualitas dari butir soal tersebut.5 Untuk menghitung tingkat kesukaran butir soal
menggunakan rumus sebagai berikut:6
P = 𝐵
𝐽𝑆
Keterangan:
P : Indeks kesukaran.
B : Jumlah skor siswa peserta tes pada butir soal tertentu.
JS : Jumlah skor maksimum seluruh siswa peserta tes.
Berikut adalah klasifikasi taraf kesukaran.7
Tabel 3.8
Klasifikasi Tingkat Kesukaran
Indeks Kesukaran Klasifikasi Soal
0,00 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
0,71 – 1,00 Mudah
5 Ali Hamzah, Op.cit., h.244-245. 6 Suharsimi Arikunto, Op.cit., h.223. 7 Ibid., h.225
32
Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran pada penelitian ini disajikan pada
Tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Hasil Perhitungan Uji Tingkat Kesukaran
Nomor
Soal
Indeks
Kesukaran
Interpretasi
1 0,2931 Sukar
2a 0,43103 Sedang
2b 0,5 Sedang
3 0,59483 Sedang
4 0,60345 Sedang
5 0,30172 Sukar
4. Uji Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda dilakukan untuk mengetahui kemampuan suatu
soal dalam membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah. Rumus untuk mencari perhitungan daya pembeda adalah
sebagai berikut:8
𝐷 =𝐵𝐴
𝐽𝐴−
𝐵𝐵
𝐽𝐵
Ket.:
𝐽𝐴: Banyaknya siswa kelompok atas.
𝐽𝐵: Banyaknya siswa kelompok bawah.
𝐵𝐴: Banyaknya siswa kelompok atas yang menjawab soal benar.
𝐵𝐵: Banyaknya siswa kelompok bawah yang menjawab soal benar.
Berikut adalah klasifikasi daya pembeda.9
Tabel 3.10
Klasifikasi Daya Pembeda
8 Ali Hamzah, op.cit., h.243. 9 Suharsimi Arikunto, op.cit., h.232.
Nilai D Klasifikasi
0,00 – 0,20 Jelek
0,21 – 0,40 Cukup
0,41 – 0,70 Baik
33
Hasil perhitungan uji daya pembeda pada penelitian ini disajikan pada Tabel
3.11 sebagai berikut:
Tabel 3.11
Hasil Perhitungan Uji Daya Pembeda
Nomor
Soal
Hasil Daya
Pembeda
Keterangan
1 0,43333 Baik
2a 0,35 Cukup
2b 0,51667 Baik
3 0,21667 Cukup
4 0,11667 Jelek
5 0,23333 Cukup
Hasil rekapitulasi uji coba karakteristik butir soal instrumen tes kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa disajikan pada Tabel 3.12 berikut:
Tabel 3.12
Hasil Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis
No
Soal
Validi
-tas Isi
Validitas
Eksperi-
men
Realibi-
litas
Tingkat
Kesuk-
aran
Daya
Pembeda
Keterangan
1 Valid Valid Sedang Sukar Baik Digunakan,di
perbaiki
2a Valid Valid Sedang Cukup Digunakan
2b Valid Valid Sedang Baik Digunakan
3 Valid Valid Sedang Cukup Digunakan,
diperbaiki
4 Tidak
Valid
Tidak
Valid
Sedang Jelek Tidak
digunakan
5 Valid Valid Sukar Cukup Digunakan,
diperbaiki
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif, yaitu dengan perhitungan
yang sistematis karena berhubungan dengan nilai berupa angka (hasil post-test).
0,71 – 1,00 Baik sekali
Negatif Semuanya tidak baik
34
Data tersebut kemudian diolah untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan
pembelajaran interlocked problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa. Sebelum mengolah data hasil kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa untuk menguji hipotesis penelitian, dilakukan uji prasyarat berupa
uji normalitas dan uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu distribusi sampel
berasal dari distribusi normal atau tidak normal.10 Uji normalitas banyak
macamnya, namun yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji Shapiro-Wilk
dengan menggunakan perangkat lunak SPPS. Adapun uji Shapiro-Wilk sebagai
berikut:11
W =(∑ 𝑎𝑛,𝑗𝑈(𝑗))𝑛
𝑖=12
(𝑋𝑘−�̅�)′ 𝐴−1 (𝑋𝑘−�̅�)
Sebelum melakukan uji normalitas, terlebih dahulu diterapkan perumusan
hipotesis statistik sebagai berikut:
H0: Sampel berasal dari populasi bersitribusi normal.
H1: Sampel berasal dari populasi bersitribusi tidak normal.
Untuk menentukan hipotesis yang akan dipilih, dilihat berdasarkan nilai
yang ditunjukan oleh Asymp.Sig. (2-tailed) atau p-value. Kriteria pengambilan
keputusan sebagai berikut:12
a. Jika p-value ≤ 0,05, maka 𝐻0 ditolak, yaitu populasi berasal dari distribusi tidak
normal.
b. Jika p-value > 0,05, maka 𝐻0 diterima, yaitu populasi berasal dari distribusi
normal.
10 Kadir, Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel
dalam Penelitian, (Jakarta: Rajawali Pers), 2015, h.143. 11 Shapiro, S. S and Wilk, M. B, An Analysis of Variance Test for Normality (complete sampel).
(Biometrika, 1965), h.592. 12 Kadir, op.cit., h.157
35
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji-F untuk
mengetahui apakah skor hasil uji statistik pada dua kelompok yang independen.
Adapun rumus uji F diekspresikan sebagai berikut.13
𝐹 = 𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑣𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑡𝑒𝑟𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙=
𝑠12
𝑠22
Dengan derajat kebebasan (db): db1 = (n1 – 1) dan db2 = (n2 – 1)
Adapun hipotesis statistiknya:
H0: 𝜎12 = 𝜎2
2
H1: 𝜎12 ≠ 𝜎2
2
Ket.: 𝜎12 : Varians data kontrol.
𝜎22 : Varians data eksperimen.
Keputusan hipotesis mana yang akan dipilih, mengacu pada nilai yang
ditunjukkan oleh Asymp.Sig. (2-tailed) atau p-value. Pada output pada kolom
levene’s Tes for Equality of Variances dengan kriteria pengambilan keputusan
sebagai berikut:
Jika p-value ≤ 𝛼(0,05) maka H0 ditolak, yaitu varians nilai kemampuan berpikir
kreatif kedua kelompok tidak homogen.
Jika p-value > 𝛼(0,05) maka H0 diterima, yaitu varians nilai kemampuan
berpikir kreatif kedua kelompok homogen.
3. Uji Hipotesis
Berdasarkan uji prasyarat yang dilakukan dan hasilnya adalah data
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen, maka uji hipotesis yang
dilakukan adalah uji-t dengan langkah-langkah sebagai berikut.14
a. Merumuskan hipotesis
Sebelum pengujian hipotesis, terlebih dahulu ditentukan hipotesis
sebagai berikut:
H0: 𝜇1 ≤ 𝜇2
H1: 𝜇1 > 𝜇2
13 Ibid., h.162. 14Ibid., h.296.
36
Keterangan:
𝜇1: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen.
𝜇2: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol.
b. Menghitung harga “t” observasi ditulis “t0 atau 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔” dengan rumus:
𝑡0 =�̅�1−�̅�2
𝑆𝑒, dimana 𝑆𝑒 = √
(𝑛1+𝑛2)(Σ𝑦12+Σ𝑦2
2)
(𝑛1)(𝑛2)(𝑛1+𝑛2−2)
Σ𝑦12 = Σ𝑌1
2 −(Σ𝑌1)2
𝑛1 dan Σ𝑦2
2 = Σ𝑌22 −
(Σ𝑌2)2
𝑛2
c. Menentukan harga “𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙” berdasarkan derajat bebas, yaitu db = n1+ n2 – 2 (n1
dan n2 jumlah data kelompok 1 dan 2)
d. Membandingkan harga t0 dan tabel dengan 2 kriteria:
Jika 𝑡0 ≤ 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka hipotesis nihil (H0) diterima.
Jika 𝑡0 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka hipotesis nihil (H0) ditolak.
Karena untuk memudahkan perhitungan, peneliti menggunakan software
SPSS yaitu analisis Independent Samples T-test dengan demikian maka kriteria
pengambilan keputusan pada pengujian hipotesis ini sebagai berikut:
1) Jika p-value (𝑠𝑖𝑔. 2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) ≤ 𝛼(0,05), maka H0 ditolak.
2) Jika p-value (𝑠𝑖𝑔. 2 − 𝑡𝑎𝑖𝑙𝑒𝑑) > 𝛼(0,05), maka H0 diterima.
e. Kesimpulan pengujian
Jika H0 diterima, berarti tidak ada perbedaan parameter rata-rata
populasi. Namun, jika H0 ditolak, berarti ada perbedaan parameter rata-rata
populasi.
f. Menentukan proporsi varians (effect size)
Proporsi varians adalah ukuran mengenai besarnya pengaruh variabel
perlakuan (bebas) terhadap kriterium (variabel tak bebas). Rumusnya adalah:
𝑟2 =𝑡0
2
𝑡02+𝑑𝑏
dengan kriteria sebagai berikut.
Efek kecil: 0,01 < 𝑟2 ≤ 0,09
Efek sedang: 0,09 < 𝑟2 ≤ 0,25
Efek besar: 𝑟2 > 0,2
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa MTsN 1 Kota Tangerang Selatan. Pada penelitian ini, yang
menjadi sampel adalah 31 siswa kelas VII-1 sebagai kelas eksperimen dan 30 siswa
kelas VII-2 sebagai kelas kontrol. Pada kelas eksperimen siswa diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran interlocked problem posing dan pada kelas kontrol
diajarkan dengan menggunakan pembelajaran konvensional
Pokok bahasan yang diajarakan pada proses penelitian ini adalah materi
aritmatika sosial. Akhir proses pembelajaran, kedua kelas yang dijadikan sampel
penelitian diberikan posttest dengan soal yang sama. Posttest yang diberikan berupa
4 butir soal uraian yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kreatif matematis
siswa yang terbagi dalam 2 indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Kedua indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yang diukur antara lain,
adalah berpikir lancar (fluency) dan berpikir fleksibel (flexibility). Berikut ini akan
disajikan data hasil perhitungan posttest untuk kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol
Berdasarkan data hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh hasil
statistik deskriptif dari kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang disajikan
pada Tabel 4.1 berikut:
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Jumlah Siswa (N) 30 30
Minimum 45 25
Maksimum 95 85
Mean 74 60,33
38
Median 75 60
Std. Deviasi 12,41 16,44
Varians 154,13 270,57
Berdasarkan Tabel 4.1 jumlah siswa di kelas eksperimen dan jumlah siswa
di kelas kontrol sama banyak, karena pada saat posttest ada 1 siswa pada kelas
ekperimen yang sakit. Nilai tertinggi kelas ekperimen lebih besar jika dibandingkan
dengan nilai tertinggi kelas kontrol dengan selisih 10. Adapun nilai terendah kelas
eksperimen lebih besar dibandingkan dengan nilai terendah pada kelas kontrol
dengan selisih 20. Selain itu, perolehan nilai rata-rata kelas eksperimen yaitu 74
lebih besar dibandingkan dengan rata-rata kelas kontrol yaitu 60,33. Begitu pula
median pada kelas eksperimen lebih besar dibandingkan dengan kelas kontrol.
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen
Interval Skor Frekuensi
Fi F(%)
41-50 2 6,67
51-60 4 13,33
61-70 6 20
71-80 10 33,33
81-90 7 23,33
91-100 1 3,33
Total Frekuensi 30
Berdasarkan data penyebaran nilai diatas, nilai rata-rata kelas eksperimen
adalah 74. Sebanyak 18 siswa atau 60% siswa memperoleh nilai di atas rata-rata,
sedangkan 12 siswa atau 40% siswa memperoleh nilai di bawah rata-rata. Bila
digambarkan secara visual penyebaran data dari kelas eksperimen akan terlihat
seperti Gambar 4.1 berikut:
39
Gambar 4.1
Grafik Perbedaan Penyebaran Data Kelas Eksperimen
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas
Kontrol
Interval Skor Frekuensi
Fi F(%)
21-30 2 6,66
31-40 2 6,66
41-50 6 20
51-60 6 20
61-70 6 20
71-80 6 20
81-90 2 6,66
Total Frekuensi 30
Pada Tabel 4.3 terlihat bahwa terdapat 16 siswa atau 53,33% memperoleh
nilai di bawah rata-rata yaitu 60,33. Sedangkan 14 siswa atau 46,67% memperoleh
nilai rata-rata. Penyebaran data kelas kontrol, bila digambarkan secara visual akan
terlihat seperti Gambar 4.2.
2
4
6
10
7
1
0
2
4
6
8
10
12
4 1 - 5 0 5 1 - 6 0 6 1 - 7 0 7 1 - 8 0 8 1 - 9 0 9 1 - 1 0 0
PENYEBARAN DATA
Kelas Eksperimen
40
Gambar 4.2
Grafik Penyebaran Data Kelas Kontrol
Meskipun jumlah siswa pada kelas eksperimen dan kontrol sama pada
Gambar 4.1 dan 4.2, sebaran data pada kelas eksperimen lebih merata dibandingkan
dengan kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibanding kelas kontrol.
2. Perbandingan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator
Peneliti selanjutnya melakukan analisis lebih dalam terhadap kemampuan
berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol ditinjau dari
indikatornya. Indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa dalam
penelitian ini terdiri dari 2 indikator, yaitu berpikir lancar dan berpikir fleksibel.
Selanjutnya perbandingan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
eksperimen dan kelas kontrol tersebut akan disajikan pada Tabel 4.4 sebagai
berikut.
2 2
6 6 6 6
2
0
1
2
3
4
5
6
7
2 1 - 3 0 3 1 - 4 0 4 1 - 5 0 5 1 - 6 0 6 1 - 7 0 7 1 - 8 0 8 1 - 9 0
PENYEBARAN DATA
Kelas Kontrol
41
Tabel 4.4
Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol Berdasarkan Indikator.
No
.
Indikator Skor
Ideal
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Skor
Siswa �̅� % Skor
sisw
a
�̅� %
1. Berpikir lancar 8 190 6,3 79,2 150 5 62,5
2. Berpikir fleksibel 8 169 5,6 70,4 137 4,6 57
Keterangan:
�̅�: Skor rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
%: Persentase skor rata-rata indikator kemampuan berpikir kreatif matematis siswa.
Pada indikator berpikir lancar, diperoleh selisih persentase skor 16,7%
dimana kelas eksperimen memperoleh skor lebih tinggi yaitu 190 atau sebesar
79,2% dan kelas kontrol memperoleh skor 150 atau 62,5%. Hal ini menunjukkan
adanya pengaruh pembelajaran di kelas eksperimen terhadap kemampuan berpikir
lancar.
Pada indikator berpikir fleksibel, diperoleh selisih persentase skor 13,4%
dimana kelas eksperimen memperoleh skor lebih tinggi yaitu 169 atau sebesar
70,4% dan kelas kontrol memperoleh skor 137 atau 57%. Namun, selisih pada
indikator berpikir fleksibel lebih rendah dibandingkan indikator berpikir lancar.
Berdasarkan uraian-uraian hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen memiliki capaian
lebih unggul dari capaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas
kontrol. Sehingga dapat diartikan bahwa ada pengaruh positif dari penerapan
pembelajaran interlocked problem posing terhadap capaian kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa.
Secara visual persentase skor rata-rata siswa kelas eksperimen dan kelas
kontrol berdasarkan indikator kemampuan berpikir kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa disajikan dalam Gambar 4.3 sebagai berikut.
42
Gambar 4.3
Diagram Batang Persentase Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis
Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
3. Proses Pembelajaran Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Pembelajaran interlocked problem posing merupakan salah satu
pengembangan dari problem posing. Pembelajaran interlocked problem posing
mempunyai lima tahapan proses pelaksanaan yaitu ignition, construction,
discussion, development, dan solution.
Empat tahapan tersebut membantu siswa untuk menemukan konsep dari
materi yang dipelajari berdasarkan masalah yang diajukan siswa berdasarkan
pengamatan dari video yang ditampilkan. Perbedaan interlocked problem posing
dengan problem posing adalah jika problem posing, siswa hanya memberikan
pertanyaan sebanyak-banyaknya, sedangkan interlocked problem posing yaitu
siswa memberikan pertanyaan secara berkesinambungan.
Pada penelitian ini, untuk membantu dalam proses pembelajaran setiap
pertemuan siswa diberikan tampilan video animasi yang berkaitan dengan materi
dan lembar kerja siswa yang akan mereka kerjakan bersama dengan diskusi
kelompok beranggotakan 5 orang. LKS terdiri dari keempat tahapan pembelajaran.
Pada pertemuan pertama dalam pelaksanaan penelitian, proses
pembelajaran belum dapat berjalan sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa belum
79,2
70,462,5
57
Berpikir Lancar Berpikir Fleksibel
Persentase Indikator Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
43
terbiasa dengan belajar secara berkelompok. Beberapa siswa cenderung
mengerjakan LKS secara individu dan beberapa siswa terlihat pasif. Mereka lebih
senang bertanya pada guru dan melakukan pembagian tugas untuk mengerjakan
LKS dibanding dengan berdiskusi secara berkelompok. Selain itu, siswa masih sulit
diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi di depan kelas.
Secara rinci, berikut ini tahapan proses pembelajaran interlocked problem
posing:
a. Ignition
Pada tahap ini, guru memberikan impuls berupa video animasi mengenai
topik yang akan dipelajari. Menggunakan video animasi pada tahap ini diharapkan
dapat lebih menarik minat siswa sehingga dapat teroptimalisasi tujuan
pembelajaran. Tahap ini dilaksanakan melalui diskusi kelompok, siswa
mengidentifikasi informasi dari video animasi tersebut dan membuat tiga
pertanyaan setiap pertemuan. Jumlah video yang digunakan peneliti yaitu 5 video
dan setiap pertemuan peneliti menggunakan satu video yang sesuai dengan subbab
yang dipelajari pada pertemuan itu. Berikut pemaparan mengenai video yang
ditampilkan pada setiap pertemuan:
1) Pertemuan Pertama
44
Gambar 4.4
Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 1
Video animasi pembelajaran satu dipakai pada pertemuan pertama
pembelajaran terkait dengan subbab harga jual, harga beli, untung, rugi. Pertemuan
pertama ini siswa belum terbiasa mengidentifikasi informasi dan mengajukan
masalah/pertanyaan berdasarkan video. Terlihat dari jawaban yang di tulis pada
LKS siswa, bahwa siswa kebanyakan masih kesulitan dalam mengidentifikasi
informasi dan membuat pertanyaan berdasarkan video animasi yang ditampilkan.
Hampir sebagian besar siswa tidak fokus dalam memperhatikan video yang
ditampilkan. Menyebabkan siswa kebingungan dalam mengidentifikasi informasi
dan mengajukan pertanyaan. Sebanyak 26 siswa mengajukan pertanyaan yang
sudah jelas jawabannya terdapat di video atau mengajukan pertanyaan yang tidak
bermutu dan hanya ada 5 siswa yang membuat pertanyaan sesuai dengan harapan
peneliti. Pertanyaan yang dibuat pada LKS pertama adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Pertanyaan-pertanyaan Siswa Pada LKS Pertama
Pertanyaan yang Tidak Sesuai Pertanyaan yang Sesuai
1) Siapa nama bapak yang naik motor?
2) Apa saja barang-barang yang dibeli
bapak tersebut?
3) Berapa total harga belanjaan seorang
bapak di agen sembako?
4) Berapa total harga belanjaan seorang
anak kecil di toko berkah?
5) Berapa harga barang masing-masing
yang dibeli anak kecil itu?
1) Berapa keuntungan yang
diperoleh seorang bapak
dari penjualan di toko
berkah?
2) Berapa persen keuntungan
yang diperoleh pemilik toko
berkah?
3) Mengapa bapak pemilik
toko berkah tersebut
45
6) Kenapa nama toko bapak tersebut
toko berkah?
menjual barang
dagangannya lebih mahal
dari harga belinya?
2) Pertemuan Kedua
Gambar 4.5
Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 2
Video Animasi Pembelajaran 2 digunakan pada pertemuan kedua terkait
dengan subbab diskon. Pertemuan kedua ini siswa sudah mulai terbiasa dengan
mengidentifikasi masalah dan mengajukan masalah. Siswa sudah mulai fokus
dalam memperhatikan video yang ditampilkan. Terlihat siswa sudah ada kemajuan
dalam mengindentifikasi masalah dengan bahasa mereka sendiri dan mengajukan
pertanyaan meskipun ada beberapa siswa yang masih kesulitan. Ada 20 siswa yang
masih mengajukan pertanyaan yang tidak sesuai dengan harapan peneliti.
Pertanyaan yang dibuat pada LKS kedua adalah sebagai berikut:
46
Tabel 4.6
Pertanyaan-pertanyaan Siswa Pada LKS Kedua
Pertanyaan yang Tidak Sesuai Pertanyaan yang Sesuai
1) Berapa harga tas, sepatu, dan sandal
setelah di diskon?
2) Berapa harga tas yang dibeli oleh ibu
itu?
3) Berapa total harga yang dibayarkan
oleh ibu?
4) Apakah jika dia membayar kartu debit
diskon yang diberikan akan berkurang?
1) Apa yang dimaksud
dengan diskon?
2) Kenapa diskon 30% dan
20% + 10% berbeda?
Bagaimana perhitungan
harga diskon berdasarkan
persen?
3) Pertemuan Ketiga
Gambar 4.6
Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 3
Video animasi pembelajaran 3 adalah video untuk pertemuan ketiga yang
berkaitan dengan subbab bruto, tara, dan neto. Terlihat dari jawaban yang ditulis
47
siswa pada LKS, adanya kemajuan siswa dalam membuat pertanyaaan. Ada 25
siswa yang membuat 2 pertanyaan sesuai, sedangkan 1 pertanyaan yang tidak
sesuai. Pertanyaan-pertanyaan yang dibuat siswa pada LKS ketiga ini adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Pertanyaan-pertanyaan Siswa Pada LKS Ketiga
Pertanyaan yang Tidak Sesuai Pertanyaan yang Sesuai
1) Apa saja benda yang didalam
laci?
2) Apa kegunaan beras tersebut?
3) Berapa berat masing-masing tiap
benda yang diambil oleh anak
perempuan itu?
1) Apa yang dimaksud dengan
bruto?
2) Apa yang dimaksud dengan
Neto?
3) Apakah sama neto dan bruto?
4) Pertemuan Keempat
Gambar 4.7
Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 4
Video animasi yang keempat ini adalah video untuk pertemuan keempat
yang terkait dengan subbab bunga majemuk. Pertemuan keempat ini terlihat ada 25
siswa yang mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan harapan peneliti, dan ada 6
48
siswa yang mengajukan 2 pertanyaan yang sesuai sedangkan 1 pertanyaan tidak
sesuai. Berikut pertanyaan-pertanyaan yang diajukan siswa pada LKS keempat:
Tabel 4.8
Pertanyaan-pertanyaan Siswa Pada LKS Keempat
Pertanyaan yang
Tidak Sesuai
Pertanyaan yang Sesuai
1) Kenapa
harga motor
besar dan
motor kecil
berbeda?
2) Berapa harga
motor besar
dan motor
kecil itu?
1) Apakah harga dengan menggunakan angsuran per
11x dan 29x itu berbeda?
2) Apakah yang dimaksud dengan harga OTR?
3) Apakah harga motor dengan menggunakan
angsuran lebih besar dari harga tunai?
4) Apa yang dimaksud dengan angsuran?
5) Apa yang dimaksud dengan uang muka?
6) Apakah semua transaksi menggunakan angsuran
dan uang muka?
3) Pertemuan Kelima
Gambar 4.8
Cuplikan Video Animasi Pembelajaran 5
Video animasi pembelajaran 5 ini adalah video terakhir yang digunakan
dalam penelitian ini, digunakan untuk subbab pajak. Pertemuan kelima ini siswa
sudah mampu mengajukan pertanyaan. Terlihat bahwa semua siswa menuliskan
49
pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan harapan peneliti. Berikut pertanyaan-
pertanyaan yang diajukan pada LKS kelima:
1) Apa yang dimaksud dengan P.Rest 10%?
2) Kenapa harga yang tertera beda dengan harga yang dibayarkan?
3) Kenapa harga P.Rest 10% itu 2.046?
4) Bagaimana cara menghitung harga pajak?
5) Apakah semua restoran menggunakan pajak restoran?
6) Apakah yang dimaksud dengan pajak?
7) Apakah harga pajak sesuai dengan harga yang dibayar?
8) Mengapa kita harus membayar pajak?
9) Apa kegunaan pajak?
10) Apakah pajak hanya untuk restoran?
Contoh hasil pekerjaan siswa pada tahap ignition ini disajikan dalam Gambar
4.9 berikut.
Gambar 4.9
Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Ignition
Berdasarkan Gambar 4.9, dapat dilihat bahwa siswa sudah mampu
mengidentifikasi informasi dari video animasi dan mengajukan pertanyaan. Cerita
yang digunakan dalam pembuatan video berupa cerita yang sering terjadi di
kehidupan sehari-hari dan memungkinkan siswa dapat memahami makna dari video
tersebut, sehingga siswa tidak terlalu kesulitan dalam mengolah informasi dan
mengajukan pertanyaan pada tahap ini. Pemaparan di atas menunjukkan bahwa
50
siswa sudah mampu menyajikan kembali dengan bahasanya sendiri dan membuat
pertanyaan sesuai dengan topik yang akan dibahas. Tahapan ini melatih siswa untuk
menemukan informasi yang dibutuhkan serta mengajukan masalah yang sesuai
dengan topik.
b. Contruction
Setelah mengidentifikasi informasi dan membuat pertanyaan, selanjutnya
pada tahap contruction siswa mulai membangun konsep melalui pertanyaan-
pertanyaan yang ada di LKS berdasarkan video animasi yang telah ditampilkan
pada tahap sebelumnya. Hasil pekerjaan siswa pada tahap construction ini disajikan
dalam Gambar 4.10 berikut.
Gambar 4.10
Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Contruction
Berdasarkan Gambar 4.10 menunjukkan bahwa siswa sudah merumuskan dan
menyusun konsep sesuai dengan situasi yang diberikan. Hal ini ditunjukkan ketika
siswa dapat mengetahui benar atau tidaknya suatu pernyataan, siswa dapat
mendefinisikan dan menyimpulkan dari informasi yang telah diperoleh. Cara siswa
mendefinisikan dan menyimpulkan sesuai dengan bahasanya sendiri. Pada tahap ini
siswa dilatih untuk dapat mengungkapkan ide-ide dan siswa dapat membangun
konsep dari impuls yang diberikan oleh guru.
51
c. Discussion
Gambar 4.11
Proses Pembelajaran Tahap Discussion
Pada tahap ini siswa berdiskusi untuk menyelesaikan masalah terkait
dengan soal yang telah diberikan pada LKS. Siswa diminta untuk
mempersentasikan hasil diskusinya di depan kelas. Masalah yang ada pada tahap
ini dibuat secara berkesinambungan yang bertujuan agar siswa dapat membentuk
konsep materi itu sendiri. Pada saat perwakilan siswa mempersentasikan hasil
diskusinya, siswa yang lain memeriksa jawaban yang telah mereka kerjaan untuk
mengetahui ada/tidaknya kesalahan penyelesaian soal yang telah dikerjakan oleh
kelompok lain. Hasil pekerjaan siswa pada tahap discussion ini disajikan dalam
Gambar 4.12 berikut.
Gambar 4.12
Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Discussion
52
Pada Gambar 4.12 ditunjukkan bahwa siswa mampu menyelesaikan
masalah-masalah yang telah disajikan. Tahap ini siswa dilatih berdiskusi untuk
menyelesaikan soal yang diberikan oleh guru, siswa dapat memeriksa serta
menemukan kesalahan dari penyelesaian soal yang dibuat oleh teman atau
kelompok lainnya. Selain itu, siswa berinteraksi dengan siswa lainnya dan dilatih
untuk menumbuhkan rasa percaya diri dengan mempersentasikan hasil diskusinya,
serta dalam mengajukan pendapatnya.
d. Development
Pada tahap ini, siswa diberikan masalah aritmatika sosial yang lebih tinggi
dari masalah yang ada pada tahap discussion secara individu, bertujuan agar peneliti
dapat mengetahui sejauh mana konsep yang telah didapat dari tiap individu. Hasil
pekerjaan siswa pada tahap development ini disajikan dalam Gambar 4.13 berikut.
Gambar 4.13
Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Development
Berdasarkan Gambar 4.13 menunjukkan bahwa siswa mampu
menyelesaikan masalah aritmatika sosial yang disajikan pada LKS. Pada tahapan
ini siswa dilatih agar dapat menyelesaikan masalah yang lebih tinggi dengan
menerapkan pemahaman konsep yang telah didapatkan dari tahap sebelumnya dan
mampu mengubah cara pemikiran.
e. Solution
Tahap Solution merupakan tahap terakhir dari pembelajaran interlocked
problem posing. Pada tahap ini siswa diminta untuk menyelesaikan masalah
aritmatika sosial secara individu. Hal ini bertujuan agar peneliti dapat mengetahui
sejauh mana konsep yang telah didapat dari tiap individu, dan dilatih untuk dapat
mencetuskan penyelesaian masalah dan mampu menerapkan konsep yang telah
53
didapatkan pada tahap sebelumnya. Hasil pekerjaan siswa pada tahap development
ini disajikan dalam Gambar 4.14 berikut.
Gambar 4.14
Hasil Pekerjaan Siswa Pada Tahap Solution
Selama proses pembelajaran kelas eksperimen menggunakan pembelajaran
interlocked problem posing, dari pertemuan pertama hingga pertemuan terakhir
siswa melakukan pembelajaran secara berkelompok dengan bantuan LKS dan video
animasi. Tahapan-tahapan pada proses pembelajaran interlocked problem posing
ini mendorong siswa untuk merumuskan masalah berdasarkan situasi, dapat
menemukan ide-ide dan konsep materi yang diberikan, sekaligus mendorong siswa
untuk mempresentasikan hasil dari ide tersebut. Sedangkan pembelajaran yang
dilakukan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional.
Pembelajaran konvensional yang dilakukan pada penelitian ini merupakan
pembelajaran ekspositori. Pada tahapan pembelajaran dengan ekspositori, pertama
peneliti membuka pembelajaran dengan mempersiapkan siswa untuk dapat
menerima pembelajaran dengan kondusif. Kemudian peneliti meminta siswa untuk
mengamati video animasi yang ditampilkan, setelah video ditampilkan peneliti
mengajak siswa untuk menjelaskan kembali isi video tersebut dan melanjutkan
dengan kesimpulan yang dijelaskan oleh peneliti. Video animasi tersebut adalah
video yang digunakan pada kelas eksperimen. Setelah siswa mengetahui tentang
konsep yang tertuang pada video, siswa dipancing untuk memberikan contoh lain
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan konsep video yang ditampilkan.
54
Selanjutnya, untuk menggali informasi mereka mengenai konsep materi,
siswa diminta untuk menggali konsep materi yang ada pada buku paket mereka.
Guru menjelaskan materi dan memberikan contoh soal yang keterkaitannya sama
dengan kelas ekperimen tetapi menggunakan metode ceramah. Kemudian siswa
diminta mengerjakan latihan soal dan guru membimbing siswa yang mengalami
kesulitan saat mengerjakan latihan soal. Setelah selesai mengerjakan, siswa diminta
untuk mempresentasikan hasil jawaban mereka dengan menuliskan di papan tulis.
Kemudian peneliti memberikan kesempatan kepada siswa lain untuk mengajukan
pertanyaan terkait dengan hasil dari soal yang dipresentasikan temannya dan materi
yang telah dipelajari. Terakhir, peneliti memberikan kesimpulan mengenai materi
yang telah dipelajari dan memberikan latihan individu untuk dikerjakan di rumah.
Pada proses pembelajaran konvensional dengan ekspositori terlihat bahwa peran
peneliti lebih dominan, sehingga kesempatan siswa untuk dapat membangun
pemahaman konsepnya secara mandiri lebih sedikit.
Gambar 4.15
Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol
Berdasarkan temuan yang diperoleh saat penelitian di kelas eksperimen,
siswa yang tergolong mempunyai kemampuan matematika tinggi akan terlihat lebih
aktif dan mudah dalam memahami konsep materi yang sedang dipelajari selama
proses pembelajaran interlocked problem posing. Bagi siswa yang tergolong
mempunyai kemampuan matematika sedang, pembelajaran interlocked problem
posing tergolong sulit namun mereka masih bisa mengimbangi dan turut aktif dalam
proses pembelajaran. Sedangkan bagi siswa yang tergolong mempunyai
kemampuan rendah akan membutuhkan waktu lebih lama dalam memahami,
55
merumuskan, dan menemukan konsep materi untuk dapat menyeimbangkan
dengan siswa yang lain. Peneliti akan membimbing jika terdapat kesulitan saat
proses pembelajaran.
B. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yaitu teknik analisis yang
proses analisisnya dilakukan dengan perhitungan matematis. Data pada penelitian
ini berupa angka dari hasil posttest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
kelas eksperimen dan siswa kelas kontrol. Proses pengolahan data dimulai dengan
uji normalitas dan uji homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan proses pengujian
hipotesis. Pada penelitian ini seluruh proses pengujian dilakukan dengan bantuan
perangkat lunak SPSS.
1. Uji Prasyarat Analisis
a. Uji Normalitas
Pada penelitian ini uji normalitas yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk
yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Dengan perumusan hipotesis berikut:
𝐻0: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal
𝐻1: Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal
Adapun hasil perhitungan uji normalitas yang diperoleh pada penelitian ini
disajikan dalam Tabel 4.9 sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Normalitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
Eksperimen ,152 30 ,074 ,948 30 ,151
Kontrol ,155 30 ,064 ,959 30 ,287
Berdasarkan Tabel 4.9 hasil uji normalitas yang terlihat pada kolom
Shapiro-Wilk menunjukkan bahwa data skor hasil tes kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, keduanya berdistribusi
normal. Hal ini tunjukkan pada nilai Sig. skor kemampuan berpikir kreatif
56
matematis siswa pada kelas eksperimen sebesar 0,151 dan pada kelas kontrol
sebesar 0,287. Nilai kedua kelas tersebut lebih besar dari nilai 𝛼 yang telah
ditentukan yaitu sebesar 0,05. Hasil ini mengakibatkan 𝐻0 dapat diterima dan 𝐻1
ditolak, yang artinya sampel pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari
populasi yang berdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas yang digunakan pada penelitian ini adalah Levene’s Test
dengan menggunakan perangkat lunak SPSS, dengan perumusan hipotesis sebagai
berikut:
H0: 𝜎12 = 𝜎2
2 (varians kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas
homogen)
H1: 𝜎12 ≠ 𝜎2
2 (varians kemampuan berpikir kreatif matematis kedua kelas
tidak homogen)
Adapun hasil uji homogenitas dengan Levene’s Test pada taraf signifikasi
𝛼 = 0,05 dapat dilihat pada tabel 4.10.
Tabel 4.10
Hasil Uji Homogenitas Tes Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Levene Statistic df1 df2 Sig.
3,367 1 58 ,072
Berdasarkan pada Tabel 4.10 hasil uji homogenitas pada signifikasi = 0,072
> 0,05. Hal ini mengakibatkan 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak, artinya bahwa hasil
posttest kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol berasal dari varians yang homogen.
2. Uji Kesamaan Dua Rata-Rata
Berdasarkan pengujian normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa
data skor tes kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada kedua kelas
berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen. Oleh karena itu, uji
kesamaan dua rata-rata dapat dilakukan dengan menggunakan analisis Independent
57
Samples t Test yang terdapat pada perangkat lunak SPSS. Berikut perumusan
hipotesis statistik yang diajukan:
H0: 𝜇1 ≤ 𝜇2
H1: 𝜇1 > 𝜇2
Keterangan:
𝜇1: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas eksperimen.
𝜇2: Rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis pada kelas kontrol.
Adapun hasil uji kesamaan dua rata-rata posttest kelas eksperimen dan kelas
kontrol disajikan pada Tabel 4.11 sebagai berikut.
Tabel 4.11
Hasil Uji Homogenitas dan Uji Hipotesis Kemampuan Berpikir Kreatif
Matematis Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
t Df Sig. (2-
tailed)
Mean
Difference
Std. Error
Difference
Lower Upper
Equal
variances
assumed
3,632 58 ,001 13,667 3,763 6,135 21,198
Equal
variances
not assumed
3,632 53,945 ,001 13,667 3,763 6,123 21,210
Berdasarkan Tabel 4.11 terlihat bahwa hasil uji kesamaan dua rata-rata kelas
eksperimen dan kontrol pada kolom Equal variances assumed menunjukkan nilai
t = 3,632 dengan df = 58 dan p-value = sig. (2-tailed) = 0,001 < 0,05. Hal ini
menunjukkan penolakan terhadap 𝐻0 dan penerimaan 𝐻1, yang artinya rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen yang diajarkan
dengan menggunakan pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi
daripada rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran konvensional. Dapat dikatakan bahwa pembelajaran
interlocked problem posing berpengaruh positif terhadap kemampuan berpikir
kreatif matematis siswa. Adapun pengaruh pembelajaran dengan interlocked
58
problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa tergolong
kategori sedang sesuai dengan harga effect size yaitu 0,1853.
C. Pembahasan Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis Siswa
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan rata-rata
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol,
karena adanya perbedaan perlakuan pada kedua kelas tersebut. Kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa kelas eksperimen yang menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing capaiannya lebih tinggi dibandingkan
dengan kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional. Hal ini
menunjukkan adanya pengaruh pembelajaran interlocked problem posing terhadap
kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang mana pengaruh tersebut terlihat
pada hasil nilai rata-rata kemampuan berpikir kreatif matematis siswa kelas
ekperimen lebih tinggi yaitu 74 sedangkan rata-rata kelas kontrol 60,33.
Temuan penelitian mengungkapkan bahwa kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran interlocked
problem posing lebih tinggi dibandingkan dengan yang diajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini berarti bahwa pembelajaran interlocked
problem posing mendukung peningkatan terhadap kemampuan berpikir kreatif
matematis siswa. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Osman
Cankoy menunjukkan bahwa interlocked problem posing siswa mampu membuat
soal yang reasonable, solvable, dan result-unknown problem, sehingga dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa. Hasil penelitian ini
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kadir yang menunjukkan
bahwa implementasi pendekatan pembelajaran problem posing mampu membuat
siswa aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Ditinjau dari setting
pembelajaran, penelitian ini serupa dengan yang dilakukan oleh Nurmalianis yang
menunjukkan bahwa strategi konflik kognitif dengan setting kooperatif lebih efektif
dalam mempengaruhi kemampuan berpikir kreatif matematis dibandingkan dengan
strategi ekspositori. Serupa juga dengan yang dilakukan oleh Resti Amin Nurhaini
59
yang menunjukkan bahwa pembelajaran interlocked problem posing dengan
setting kooperatif lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.
Proses pembelajaran interlocked problem posing merupakan
pengembangan dari problem posing, dimana siswa diminta untuk mengajukan
masalah dari video animasi pembelajaran mengenai aritmatika sosial yang telah
ditampilkan. Setelah itu siswa menyusun konsep dari masalah yang diajukan dan
berdasarkan video animasi yang ditampilkan tersebut tertuang dalam lembar kerja
siswa sehingga siswa dapat dengan bebas dan aktif mengeksplorasi pengetahuannya
sendiri. Pembelajaran interlocked problem posing menjadikan pembelajaran
matematika yang diperoleh siswa menjadi lebih bermakna karena siswa dapat aktif,
mengeksplorasi, serta menyusun konsep yang didapat dari pengetahuannya sendiri
sehingga pendekatan ini membantu siswa meningkatkan kemampuan berpikir
kreatif matematis.
Kemampuan berpikir kreatif matematis dalam penelian ini terdiri dari dua
indikator yaitu berpiki lancar dan berpikir fleksibel. Hasil posttest menunjukkan
adanya perbedaan cara menjawab siswa kelas ekperimen yang diajarkan dengan
menggunakan pembelajaran interlocked problem posing dan siswa kelas kontrol
yang diajar dengan menggunakan pembelajaran kovensional. Perbedaan itu terlihat
pada cara menjawab soal untuk masing-masing indikator berpikir kreatif matematis
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol.
1. Indikator Berpikir Lancar
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk indikator berpikir
lancar yaitu dapat mencetuskan banyak gagasan, penyelesaian masalah atau
pertanyaan dan memberikan banyak cara atau saran untuk melakukan berbagai hal.
Salah satu contoh soal yang masuk kemampuan berpikir lancar adalah sebagai
berikut.
Sebuah dealer penjualan sepeda motor menawarkan tiga jenis sistem pembayaran dalam penjualan
motor X. Ketiga jenis sistem pembayaran tersebut disajikan dalam tabel berikut.
Tipe
Angsuran
Uang Muka (Rp) Angsuran per bulan
(Rp)
Lama angsuran
A Rp 800.000,00 Rp 480.000,00 35 bulan
B Rp 1.400.000,00 Rp 425.000,00 35 bulan
C Rp 1.900.000,00 Rp 250.000,00 40 bulan
60
Jika kamu yang diberikan penawaran tersebut, sebutkan 2 alternatif sistem pembayaran
manakah yang akan kamu pilih! Jelaskan menurut pendapatmu!
Berikut ini disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk soal nomor 3.
(a)
(b)
Gambar 4.16
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (a) dan Kelas Kontrol (b) Pada Indikator
Berpikir Lancar
Pada soal di atas siswa diminta untuk memberikan 2 alternatif sistem
pembayaran yang akan dipilih dan memberikan penjelasan sesuai dengan pendapat
mereka masing-masing. Pada Gambar 4.16 bahwa kedua kelas tersebut sudah
mampu berpikir lancar, namun yang membedakan adalah pada kelas eksprimen
jawaban mereka lebih cermat didasarkan pada bukti seperti cara perhitungannya.
Sedangkan kelas kontrol berpikir lancarnya kurang cermat tidak disertai
61
perhitungan. Perbedaan ini terjadi karena adanya perlakuan pembelajaran
interlocked problem posing pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol hanya
menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran interlocked problem
posing lebih melatih siswa dalam berpikir lancar secara cermat dan tepat, sesuai
tahapan yang ada pada ignition, contruction, discussion dan development, serta
memberikan kesempatan besar bagi siswa untuk berpikir lancar secara individu.
Sedangkan pada pembelajaran konvensional siswa dilatih berpikir lancar tidak
begitu besar karena guru yang lebih dominan dalam pembelajaran yang
berlangsung.
2. Indikator Berpikir Fleksibel
Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa untuk indikator berpikir
fleksibel bertujuan untuk menghasilkan gagasan, jawaban atau pertanyaan yang
bervariasi dan mencari banyak alternatif atau arah yang berbeda-beda. Salah satu
contoh yang masuk kemampuan berpikir fleksibel adalah sebagai berikut:
Saya membeli sandal dengan harga Rp 130.000,00. Saya harus menjual dengan harga Rp
143.000,00. Berapa persen keuntungan yang saya dapatkan?, dan buatlah 2 permasalahan lain
yang menghasilkan persentase keuntungan yang sama dari masalah diatas!
Berikut ini disajikan contoh jawaban yang diberikan siswa kelas eksperimen
dan kelas kontrol untuk soal nomor 4.
(a)
62
(b)
Gambar 4.17
Jawaban Siswa Kelas Eksperimen (a) dan Kelas Kontrol (b) Pada Indikator
Berpikir Fleksibel
Pada soal di atas siswa diminta untuk membuat 2 permasalahan lain dari
infomasi yang diberikan. Gambar 4.17 menunjukkan bahwa siswa kelas kontrol
memberikan jawaban dengan struktur yang sama dari soal tersebut padahal kata
berapa persen keuntungan yang saya dapatkan tidak perlu dituliskan kembali
sedangkan kelas eksperimen memberikan jawaban yang dibutuhkan dan lebih rinci
disertai perhitungan untuk membuktikan bahwa permasalahan yang mereka berikan
sudah tepat atau belum.
Perbedaan ini terjadi karena pada kelas ekperimen yang menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing sudah terbiasa menggali pengetahuannya
dan menyusun pertanyaan pada dirinya sendiri sesuai dengan kebutuhan masalah,
jika ada kesulitan baru guru membantu dan siswa juga sudah terbiasa menghindari
kesalahpahaman dari guru. Sesuai tahapan yang ada pada ignition, construction,
dan solution. Sedangkan pada kelas kontrol guru lebih dominan dalam proses
pembelajarannya dan siswa hanya meniru apa yang disampaikan guru. Berdasarkan
hasil keseluruhan jawaban yang diberikan siswa kelas ekperimen dan kelas kontrol
pada soal ini cukup jauh berbeda dalam menjawab soal ini.
D. Keterbatasan Masalah
Peneliti telah melakukan berbagai upaya agar penelitian ini dapat
memperoleh hasil yang optimal, akan tetapi peneliti menyadari bahwa penelitian
ini masih memiliki banyak kekurangan. Masih ada beberapa kendala yang peneliti
hadapi sehingga membuat penelitian ini mempunyai keterbatasan diantaranya:
63
1. Pada pertemuan awal penelitian ini, kegiatan belajar tidak sampai pada
kegiatan presentasi hasil diskusi dan development. Hal ini dikarenakan peneliti
tidak mengetahui bahwa proyektor yang ada di kelas ternyata rusak. Akhirnya,
peneliti dibantu guru wakil sarana dan prasarana mencari proyektor yang
sedang tidak digunakan dan dalam kondisi tidak rusak.
2. Terdapat siswa yang masih tidak fokus saat ditampikan video animasi.
Mengakibatkan dalam membuat pertanyaan siswa menanyakan pertanyaan
yang jawabannya sudah jelas terdapat dalam video animasi yang ditampilkan.
3. Ditemukan beberapa siswa malas mengerjakan tugas dan kurang aktif dalam
pembelajaran kelompok memungkinkan adanya variabel lain seperti minat dan
motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika.
4. Adanya perbedaan kecepatan siswa dalam menangkap materi pembelajaran
menggunakan pembelajaran interlocked problem posing dengan kemampuan
tinggi, sedang, dan rendah.
64
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dari penelitian yang dilakukan
di MTsN 1 Kota Tangerang Selatan mengenai pengaruh pembelajaran interlocked
problem posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa diperoleh
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing sudah tergolong baik dengan
perolehan nilai rata-rata sebesar 74, jika dibandingkan dengan kelas kontrol.
Pencapaian siswa kelas eksperimen pada masing-masing indikator kemampuan
berpikir kreatif matematis yaitu indikator berpikir lancar dengan persentase
perolehan sebesar 79,2% dan indikator berpikir fleksibel dengan persentase
perolehan sebesar 62,5%.
2. Kemampuan berpkir kreatif matematis yang diajarkan menggunakan
pembelajaran konvensional masih tergolong cukup dengan perolehan nilai
rata-rata sebesar 60,33, jika dibandingkan dengan perolehan nilai rata-rata
kelas eksperimen. Pencapaian siswa kelas kontrol pada masing-masing
indikator kemampuan berpikir kreatif matematis yaitu indikator berpikir lancar
dengan persentase perolehan sebesar 70,4% dan indikator berpikir fleksibel
dengan persentase perolehan sebesar 57%.
3. Kemampuan berpikir kreatif matematis yang diajarkan menggunakan
pembelajaran interlocked problem posing lebih tinggi dibanding kemampuan
berpikir kreatif matematis siswa yang diajarkan dengan menggunakan
pembelajaran konvensional. Hal ini berdasarkan nilai rata-rata dari hasil
posttest kemampuan berpikir kreatif matematis yang diperoleh kelas
�̅�𝑒𝑘𝑠𝑝𝑒𝑟𝑖𝑚𝑒𝑛 > �̅�𝑘𝑜𝑛𝑡𝑟𝑜𝑙 dengan analisis hasil posttest menggunakan uji hipotesis
65
statistika uji-t dengan harga t =3,632 dan sig. (2-tailed) = 0,001 < 0,05 pada
taraf kepercayaan 95%.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh peneliti, ada beberapa saran
terkait penelitian ini, diantaranya:
1. Penelitian ini hanya melihat pengaruh pembelajaran interlocked problem
posing terhadap kemampuan berpikir kreatif matematis siswa pada pokok
bahasan aritmatika sosial. Oleh karena itu, diharapkan penelitian ini dapat
menjadi salah satu bahan rujukan untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
yang berkaitan dengan interlocked problem posing atau kemampuan berpikir
kreatif matematis
2. Berdasarkan hasil penelitian pembelajaran interlocked problem posing mampu
meningkatkan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa, sehingga
pembelajaran ini dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif yang dapat
diterapkan dalam proses pembelajaran dikelas.
3. Penelitian ini diharapkan dapat lebih memperhatikan perawatan sarana dan
prasarana untuk mendukung pengembangan proses belajar, seperti proyektor.
Selain itu, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangsih
pemikiran untuk bisa meningkatkan mutu sekolah.
4. Berdasarkan penelitian ini, dengan pembelajaran interlocked problem posing
diharapkan siswa terdorong untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif
matematis.
66
DAFTAR PUSTAKA
Alimuddin. Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa melalui
Tugas-Tugas Pemecahan Masalah. Prosiding Seminar Nasional Penelitian
dan Penerapan MIPA. Yogyakarta: UNY, 2009.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara,
2013.
Cankoy, Osman. Interlocked Problem Posing and Children’s Problem Posing
Performance In Free Structured Situation. Jurnal Internasional Pendidikan
Sains dan Matematika. National Science Council: Taiwan, 2013.
De Walle, John A. Van. (penerjemah: Suyono). Sekolah Dasar dan Menengah
Matematika Pengembangan dan Pengajaran Jilid 1 Edisi ke 6. Jakarta:
Erlangga, 2008.
Fadillah, M. Edutainment Pendidikan Anak Usia Dini Menciptakan Pembelajaran
Menarik, Kreatif dan Menyenangkan. Jakarta: Fajar Interpratama Mandiri,
2014.
Fardah, Dini Kinati . Analisis Proses dan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa
dalam Matematika Melalui Open-Ended, Jurnal KREANO FMIPA
UNNES, vol 3, No. 2, 2012.
Hamzah, Ali. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Depok: RajaGrafindo Persada,
2014.
Hamzah, Ali dan Muhlisrarini. Perencanaan dan Strategi Pembelajaran
Matematika. Jakarta: PT Grafindo Persada, 2014.
Kadir. Implementasi Pendekatan Pembelajaran Problem Posing dan Pengaruhnya
Terhadap Hasil Belajar Matematika. Jurnal Pendidikan Matematika FITK
UIN Jakarta: 2011.
Kadir. Statistika Terapan: Konsep, Contoh dan Analisis Data dengan Program
SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers, 2015.
Kojima, Kazuaki, et.al. Experimental study of learning support through examples
in mathematical problem posing. Japan: Teikyo University, 2015.
67
Lawshe, C. H. A Quantitative Approach to Content Validity, Personel Psychology,
INC, 1975.
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
Gramedia, 1999.
Nurmalianis. Pengaruh Strategi Konflik Kognitif Terhadap Kemampuan Berpikir
Kreatif Matematis Siswa. Jakarta: Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2014.
Nurhaini, Resti Amin. Pengaruh Pembelajaran Interlocked Problem Posing
Terhadap Kemampun Penalaran Kuantitatif. Jakarta: Skripsi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, 2017.
PERMENDIKBUD Nomor 81A Tahun 2013, http://luk.staff.ugm.ac.id, diakses
tanggal 28 September 2017 pukul 13.00 WIB.
PISA 2015 Results Excellence and Equity in education volume 1, OECD
Publishing, 2016. (http://dx.doi.org/10.1787/9789264266490-en), diunduh
tanggal 14 Juli 2017 pada pukul 16.00 WIB.
Rachmawati, Yeni dan Euis Kurniati. Strategi Pengembangan Kreativitas Pada
Usia Taman Kanak-kanak. Jakarta: Kencana, 2010.
Shapiro, S. S and Wilk, M. B, An Analysis of Variance Test for Normality (complete
sampel). Biometrika, 1965.
Siswono, Tatag Yuli Eko. Model Pembelajaran Matematika Berbasis Pengajuan
dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir
Kreatif. Surabaya: Unesa University.Press,2008.
Siswono, Tatag Yuli Eko. Problem Posing: Sebuah Alternatif Pembelajaran Yang
Demokratis. Universitas Negeri Surabaya: Kumpulan Karya 2000-2004.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajagrafindo Persada,
2012.
Suyono dan Hariyanto. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, Cet.1, 2011.
TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study), TIMSS 2015.
(http://www.tims2015.org), diunduh tanggal 14 Juli 2017 pada pukul 15.00
WIB.
68
Utari-Sumarmo. Mathematical Problem Posing, Rasional, Pengertian,
Pembelajaran dan Pengukurannya. Bandung: Pascasarjana STKIP
Siliwangi Bandung dan Pascasarjana UPI. 2015.
UU. Nomor 20 Tahun 2003, http://www.pendis.kemenag.go.id , diakses tanggal 23
Mei 2017 pukul. 20.00 WIB.
LAMPIRAN 1 69
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.1 Menentukan harga penjualan
3.11.2 Menentukan harga pembelian
3.11.3 Menentukan persentase keuntungan
3.11.4 Menentukan persentase kerugian
70
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika sosial (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
4.11.1 Menginterpretasikan harga penjualan dalam kehidupan sehari-hari
4.11.2 Menginterpretasikan harga pembelian dalam kehidupan sehari-hari
4.11.3 Menginterpretasikan persentase keuntungan dalam kehidupan
sehari-hari
4.11.4 Menginterpretasikan persentase kerugian dalam kehidupan sehari-
hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.1 Menentukan harga penjualan
3.11.2 Menentukan harga pembelian
3.11.3 Menentukan persentase keuntungan
3.11.4 Menentukan persentasi kerugian
4.11.1. Menginterpretasikan harga penjualan dalam kehidupan sehari-hari
4.11.2. Menginterpretasikan harga pembelian dalam kehidupan sehari-hari
4.11.3. Menginterpretasikan persentase keuntungan dalam kehidupan
sehari-hari
4.11.4. Menginterpretasikan persentase kerugian dalam kehidupan
sehari-hari
D. Materi Ajar
Harga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya.
Harga beli sering disebut modal.
Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada
pembeli.
71
Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian.
Laba = harga penjualan – harga pembelian
Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan kurang dari harga pembelian.
Rugi = harga pembelian – harga penjualan
Persentase untung = 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 x 100%
Persentase rugi = 𝑟𝑢𝑔𝑖
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 x 100%
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Pembelajaran Interlocked Problem Posing
2. Metode pembelajaran: Pemberian LKS, penugasan, diskusi, latihan soal
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku siswa matematika kelas VII
2. Lembar kerja siswa (LKS)
3. Video animasi pembelajaran
4. Proyektor
5. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta memeriksa
kehadiran siswa
5’
72
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran
yang akan dilaksanakan
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan apersepsi berupa materi prasyarat yang
akan dibahas
2. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 4 siswa.
3. Guru menampilkan video animasi tentang penjualan dan
pembelian didepan kelas.
4. Guru memberikan LKS 1 ke setiap siswa.
Tahapan LKS terdiri dari:
a. Ignition : Siswa menulis informasi apa saja yang
didapatkan dan siswa diharuskan membuat 3 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah
ditampilkan guru.
b. Construction : Siswa membangun konsep harga penjualan,
harga pembelian dari video yang telah ditampilkan.
c. Discussion : Siswa berdiskusi secara berkelompok
mengerjakan soal yang terdapat di LKS dan
mempersentasikan hasil yang telah diperoleh di depan
kelas seta membangun konsep tentang untung, rugi, persen
untung dan persen rugi.
d. Development : Siswa diberikan soal yang lebih tinggi
tingkatannya dari model soal sebelumnya.
e. Solutions : Siswa dapat menyelesaikan soal pada tahap
development secara individu.
110’
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari (refleksi)
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
5’
73
I. Penilaian
Teknik : Tugas kelompok, tugas individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir pada LKS.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 1 74
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.5 Menentukan diskon
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
75
Indikator:
4.11.5 Menginterpretasikan diskon dalam kehidupan sehari-hari.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.5 Menentukan diskon
4.11.5. Menginterpretasikan diskon dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Diskon adalah potongan harga.
Rumus: Harga bersih = harga kotor – rabat (diskon)
Keterangan: harga kotor adalah harga barang sebelum dipotong rabat (diskon).
harga bersih adalah harga barang sesudah dipotong rabat (diskon).
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Pembelajaran Interlocked Problem Posing
2. Metode pembelajaran: Pemberian LKS, penugasan, diskusi, latihan soal
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku siswa matematika kelas VII
2. Lembar kerja siswa (LKS)
3. Video animasi pembelajaran
4. Proyektor
5. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
76
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta memeriksa
kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran yang
akan dilaksanakan
5’
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan apersepsi berupa materi prasyarat yang
akan dibahas
2. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 4 siswa.
3. Guru menampilkan video animasi tentang diskon didepan
kelas.
4. Guru memberikan LKS 2 ke setiap siswa.
Tahapan LKS terdiri dari:
a. Ignition : Siswa menulis informasi apa saja yang
didapatkan dan siswa diharuskan membuat 3 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah
ditampilkan guru.
b. Construction : Siswa membangun konsep diskon dari
video yang telah ditampilkan.
c. Discussion : Siswa berdiskusi secara berkelompok
mengerjakan soal yang terdapat di LKS dan
mempersentasikan hasil yang telah diperoleh di depan
kelas.
d. Development : Siswa diberikan soal yang lebih tinggi
tingkatannya dari model soal sebelumnya.
e. Solutions : Siswa dapat menyelesaikan soal pada tahap
development secara individu.
70’
77
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari (refleksi)
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
5’
I. Penilaian
Teknik : Tugas kelompok, tugas individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir pada LKS.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 1 78
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.6 Menentukan bruto
3.11.7 Menentukan neto
3.11.8 Menentukan tara
79
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
4.11.6 Menginterpretasikan bruto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.7 Menginterpretasikan neto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.8 Menginterpretasikan tara dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.6 Menentukan bruto
3.11.7 Menentukan neto
3.11.8 Menentukan tara
4.11.6 Menginterpretasikan bruto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.7 Menginterpretasikan neto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.8 Menginterpretasikan tara dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Brutto :Berat Kotor atau berat benda beserta tempatnya.
Tarra :Berat tempatnya.
Netto :Berat bersih atau berat benda tersebut saja tanpa tempatnya.
Hubungan Bruto, Neto, dan Tara
Misal diketahui Neto = N, Tara = T, dan Bruto = B
Persentase Neto = %N , Persentase Tara = %T
Persentase neto dapat dirumuskan
80
%N = 𝑁
𝐵 x 100%
Persentase tara dapat dirumuskan
%T = 𝑇
𝐵 x 100%
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Pembelajaran Interlocked Problem Posing
2. Metode pembelajaran: Pemberian LKS, penugasan, diskusi, latihan soal
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku siswa matematika kelas VII
2. Lembar kerja siswa (LKS)
3. Video animasi pembelajaran
4. Proyektor
5. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta memeriksa
kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran yang
akan dilaksanakan
5’
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan apersepsi berupa materi prasyarat yang
akan dibahas
2. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 4 siswa.
81
3. Guru menampilkan video animasi tentang bruto, neto dan
tara didepan kelas.
4. Guru memberikan LKS 3 ke setiap siswa.
Tahapan LKS terdiri dari:
a. Ignition : Siswa menulis informasi apa saja yang
didapatkan dan siswa diharuskan membuat 3 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah
ditampilkan guru.
b. Construction : Siswa membangun konsep bruto, neto, dan
tara dari video yang telah ditampilkan.
c. Discussion : Siswa berdiskusi secara berkelompok
mengerjakan soal yang terdapat di LKS dan
mempersentasikan hasil yang telah diperoleh di depan
kelas.
d. Development : Siswa diberikan soal yang lebih tinggi
tingkatannya dari model soal sebelumnya.
e. Solutions : Siswa dapat menyelesaikan soal pada tahap
development secara individu.
110
’
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari (refleksi)
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
5’
I. Penilaian
Teknik : Tugas kelompok, tugas individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir pada LKS.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 1 82
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.9 Menentukan tunggal
4.11 Menjelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
83
4.11.9 Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan
sehari-hari.
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.6 Menentukan bunga tunggal
4.11.6. Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Bunga tunggal adalah bunga yang dihitung hanya berdasarkan besarnya modal
saja.
Rumus : n
12 x % bunga x modal
Keterangan : n = berapa bula
Bunga = besar % bunga
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Pembelajaran Interlocked Problem Posing
2. Metode pembelajaran: Pemberian lembar kerja, penugasan, diskusi, latihan
soal
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku siswa matematika kelas VII
2. Lembar kerja siswa (LKS)
3. Video animasi pembelajaran
4. Proyektor
5. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
84
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta memeriksa
kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran
yang akan dilaksanakan
5’
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan apersepsi berupa materi prasyarat yang
akan dibahas
2. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 4 siswa.
3. Guru menampilkan video animasi tentang bunga tunggal
didepan kelas.
4. Guru memberikan LKS 4 ke setiap siswa.
Tahapan LKS terdiri dari:
a. Ignition : Siswa menulis informasi apa saja yang
didapatkan dan siswa diharuskan membuat 3 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah
ditampilkan guru.
b. Construction : Siswa membangun konsep bunga dari
video yang telah ditampilkan.
c. Discussion : Siswa berdiskusi secara berkelompok
mengerjakan soal yang terdapat di LKS dan
mempersentasikan hasil yang telah diperoleh di depan
kelas serta membangun konsep bunga tunggal.
d. Development : Siswa diberikan soal yang lebih tinggi
tingkatannya dari model soal sebelumnya.
70’
85
e. Solutions : Siswa dapat menyelesaikan soal pada tahap
development secara individu.
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari (refleksi)
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
5’
I. Penilaian
Teknik : Tugas kelompok, tugas individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir pada LKS.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 1 86
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Eksperimen)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40 menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.10 Menentukan pajak
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
4.11.10 Menginterpretasikan pajak dalam kehidupan sehari-hari.
87
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.7 Menentukan pajak
4.11.7. Menginterpretasikan pajak dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Pajak adalah suatu biaya tambahan yang dibebankan berdasarkan besar uang
yang terkena pajak.
Rumus : % pajak x besar uang yang terkena pajak
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Pembelajaran Interlocked Problem Posing
2. Metode pembelajaran: Pemberian LKS, penugasan, diskusi, latihan soal
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII
2. Lembar Kerja (LKS)
3. Video animasi pembelajaran
4. Proyektor
5. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Guru membuka pertemuan dengan salam dan berdo’a
88
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta memeriksa
kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur pembelajaran
yang akan dilaksanakan
5’
Kegiatan Inti
1. Guru memberikan apersepsi berupa materi prasyarat yang
akan dibahas
2. Guru mengorganisir siswa ke dalam kelompok yang terdiri
dari 4 siswa.
3. Guru menampilkan video animasi tentang pajak didepan
kelas.
4. Guru memberikan LKS 5 ke setiap siswa.
Tahapan LKS terdiri dari:
a. Ignition : Siswa menulis informasi apa saja yang
didapatkan dan siswa diharuskan membuat 3 buah
pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah
ditampilkan guru.
b. Construction : Siswa membangun konsep pajak dari video
yang telah ditampilkan.
c. Discussion : Siswa berdiskusi secara berkelompok
mengerjakan soal yang terdapat di LKS dan
mempersentasikan hasil yang telah diperoleh di depan
kelas.
d. Development : Siswa diberikan soal yang lebih tinggi
tingkatannya dari model soal sebelumnya.
e. Solutions : Siswa dapat menyelesaikan soal pada tahap
development secara individu.
70’
Kegiatan Penutup
Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi yang
telah dipelajari (refleksi)
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
5’
89
I. Penilaian
Teknik : Tugas kelompok, tugas individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir pada LKS.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 2 90
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3 x 40menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.11 Menentukan harga penjualan
3.11.12 Menentukan harga pembelian
3.11.13 Menentukan persentase keuntungan
3.11.14 Menentukan persentase kerugian
91
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
4.11.11 Menginterpretasikan harga penjualan dalam kehidupan sehari-
hari
4.11.12 Menginterpretasikan harga pembelian dalam kehidupan sehari-
hari
4.11.13 Menginterpretasikan persentase keuntungan dalam kehidupan
sehari-hari
4.11.14 Menginterpretasikan persentase kerugian dalam kehidupan
sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.8 Menentukan harga penjualan
3.11.9 Menentukan harga pembelian
3.11.10 Menentukan persentase keuntungan
3.11.11 Menentukan persentasi kerugian
4.11.8. Menginterpretasikan harga penjualan dalam kehidupan sehari-
hari
4.11.9. Menginterpretasikan harga pembelian dalam kehidupan sehari-
hari
4.11.10. Menginterpretasikan persentase keuntungan dalam kehidupan
sehari-hari
4.11.11. Menginterpretasikan persentase kerugian dalam kehidupan
sehari-hari
92
D. Materi Ajar
Harga beli adalah harga barang dari pabrik, grosir, atau tempat lainnya.
Harga beli sering disebut modal.
Harga jual adalah harga barang yang ditetapkan oleh pedagang kepada
pembeli.
Untung atau laba adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan lebih dari harga pembelian.
Laba = harga penjualan – harga pembelian
Rugi adalah selisih antara harga penjualan dengan harga
pembelian jika harga penjualan kurang dari harga pembelian.
Rugi = harga pembelian – harga penjualan
Persentase untung = 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑛𝑔
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 x 100%
Persentase rugi = 𝑟𝑢𝑔𝑖
𝑚𝑜𝑑𝑎𝑙 x 100%
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Saintifik
2. Metode pembelajaran: Ekspositori
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII
2. Video animasi pembelajaran
3. Proyektor
4. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen
Pendidikan Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII
Semester 2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
93
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan
berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar
serta memeriksa kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan
10’
Tahapan Kegiatan Inti
Apersepsi
Guru memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari tentang harga penjualan, harga
pembelian, untung, rugi, persen untung dan
persen rugi.
Guru menautkan materi prasyarat yang akan
dibahas
10’
Penyajian Mengamati
Guru memberikan penjelasan materi dengan
metode ceramah mengenai harga penjualan,
harga pembelian, untung, rugi, pensen untung,
dan persen rugi berdasarkan video.
Siswa mengamati penjelasan materi dan video
yang guru berikan
Menanya
Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya
kepada siswa
Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak
dimengerti
Mengumpulkan Informasi
Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan
90’
94
Siswa mencari informasi lain dari berbagai
referensi terkait harga pembelian, harga
penjualan, untung, rugi dan persen untung dan
persen rugi.
Mengasosiasi
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Siswa mengerjakan latihan soal yang guru
berikan.
Mengomunikasikan
Salah satu siswa mempresentasikan hasil
jawabannya di depan kelas
Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.
Tahapan Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru bersama siswa menyimpulkan tentang
materi yang telah dipelajari (refleksi)
Guru memberikan latihan soal dan penugasan
untuk tiap kelompok
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
10’
I. Penilaian
Teknik : Tugas Individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 2 95
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.5Menentukan diskon
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
96
4.11.5 Menginterpretasikan diskon dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.12 Menentukan diskon
4.11.12. Menginterpretasikan diskon dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Diskon adalah potongan harga.
Rumus: Harga bersih = harga kotor – rabat (diskon)
Keterangan: harga kotor adalah harga barang sebelum dipotong rabat (diskon).
harga bersih adalah harga barang sesudah dipotong rabat (diskon).
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Saintifik
2. Metode pembelajaran: Ekspositori
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII
2. Video animasi pembelajaran
3. Proyektor
4. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
97
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan
berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar
serta memeriksa kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan
10’
Tahapan Kegiatan Inti
Apersepsi
Guru memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari tentang diskon.
Guru menautkan materi prasyarat yang akan
dibahas
10’
Penyajian Mengamati
Guru memberikan penjelasan materi dengan
metode ceramah mengenai diskon berdasarkan
video.
Siswa mengamati penjelasan materi dan video
yang guru berikan
Menanya
Guru mencoba menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa dengan
cara bertanya kepada siswa
Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak
dimengerti
Mengumpulkan Informasi
Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan
Siswa mencari informasi lain dari berbagai
referensi terkait diskon.
Mengasosiasi
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
50’
98
Siswa mengerjakan latihan soal yang guru
berikan.
Mengomunikasikan
Salah satu siswa mempresentasikan hasil
jawabannya di depan kelas
Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.
Tahapan Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru bersama siswa menyimpulkan tentang
materi yang telah dipelajari (refleksi)
Guru memberikan latihan soal dan penugasan
untuk tiap kelompok
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
10’
I. Penilaian
Teknik : Tugas Individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 2 99
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (3 x 40menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.15 Menentukan bruto
3.11.16 Menentukan neto
3.11.17 Menentukan tara
100
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
Indikator:
4.11.6 Menginterpretasikan bruto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.7 Menginterpretasikan neto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.8 Menginterpretasikan tara dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.9 Menentukan bruto
3.11.10 Menentukan neto
3.11.11 Menentukan tara
4.11.9 Menginterpretasikan bruto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.10 Menginterpretasikan neto dalam kehidupan sehari-hari
4.11.11 Menginterpretasikan tara dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Brutto :Berat Kotor atau berat benda beserta tempatnya.
Tarra :Berat tempatnya.
Netto :Berat bersih atau berat benda tersebut saja tanpa tempatnya.
Hubungan Bruto, Neto, dan Tara
Misal diketahui Neto = N, Tara = T, dan Bruto = B
Persentase Neto = %N , Persentase Tara = %T
Persentase neto dapat dirumuskan
%N = 𝑁
𝐵 x 100%
101
Persentase tara dapat dirumuskan
%T = 𝑇
𝐵 x 100%
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Saintifik
2. Metode pembelajaran: Ekspositori
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII.
2. Video pembelajaran animasi.
3. Proyektor .
4. Whiteboard dan spidol.
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan Tri Wahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya
untuk SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan
berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta
memeriksa kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan
10’
Tahapan Kegiatan Inti
Apersepsi
Guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-
hari tentang harga penjualan dan harga pembelian.
Guru menautkan materi prasyarat yang akan
dibahas
10’
Penyajian Mengamati 90’
102
Guru memberikan penjelasan materi dengan
metode ceramah mengenai bruto, tara dan netto
berdasarkan video.
Siswa mengamati penjelasan materi dan video yang
guru berikan
Menanya
Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya
kepada siswa
Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak
dimengerti
Mengumpulkan Informasi
Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan
Siswa mencari informasi lain dari berbagai
referensi terkait bruto, tara dan netto.
Mengasosiasi
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Siswa mengerjakan latihan soal yang guru berikan.
Mengomunikasikan
Salah satu siswa mempresentasikan hasil
jawabannya di depan kelas
Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.
Tahapan Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi
yang telah dipelajari (refleksi)
Guru memberikan latihan soal dan penugasan
untuk tiap kelompok
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
10’
I. Penilaian
Teknik : Tugas Individu.
103
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 2 104
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.9 Menentukan bunga tunggal
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
105
Indikator:
4.11.9 Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan sehari-hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.9 Menentukan bunga tunggal
4.11.9. Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan sehari-hari
D. Materi Ajar
Bunga tunggal adalah bunga yang dihitung hanya berdasarkan besarnya modal
saja.
Rumus : n
12 x % bunga x modal
Keterangan : n = berapa bulan
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Saintifik
2. Metode pembelajaran: Ekspositori
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII
2. Video pembelajaran animasi
3. Proyektor
4. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
106
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan
berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar serta
memeriksa kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan
10’
Tahapan Kegiatan Inti
Apersepsi
Guru memberikan contoh dalam kehidupan sehari-
hari tentang bunga tunggal.
Guru menautkan materi prasyarat yang akan
dibahas
10’
Penyajian Mengamati
Guru memberikan penjelasan materi dengan
metode ceramah mengenai bunga tunggal
berdasarkan video.
Siswa mengamati penjelasan materi dan video yang
guru berikan
Menanya
Guru mencoba menghubungkan materi pelajaran
dengan pengalaman siswa dengan cara bertanya
kepada siswa
Siswa bertanya bila terdapat materi yang tidak
dimengerti
Mengumpulkan Informasi
Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan
Siswa mencari informasi lain dari berbagai
referensi terkait bunga tunggal.
50’
107
Mengasosiasi
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Siswa mengerjakan latihan soal yang guru berikan.
Mengomunikasikan
Salah satu siswa mempresentasikan hasil
jawabannya di depan kelas
Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.
Tahapan Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru bersama siswa menyimpulkan tentang materi
yang telah dipelajari (refleksi)
Guru memberikan latihan soal dan penugasan
untuk tiap kelompok
Guru mengucapkan salam penutup pertemuan
10’
I. Penilaian
Teknik : Tugas Individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 2 108
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(Kelas Kontrol)
Satuan Pendidikan : SMP/MTs
Kelas/Semester : VII (Tujuh) / Genap
Mata Pelajaran : Matematika
Materi Pokok : Aritmatika
Alokasi Waktu : 1 pertemuan (2 x 40menit)
A. Kompetensi Inti
1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
2. Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli
(toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan
keberadaannya.
3. Memahami pengetahuan (faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa
ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait
fenomena dan kejadian tampak mata.
4. Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret (menggunakan,
mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak (menulis,
membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang
dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang/teori.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi
3.11 Menganalisis aritmatika sosial (penjualan, kerugian, bunga tunggal,
persentase, bruto, neto, tara)
Indikator:
3.11.10 Menentukan bunga tunggal
4.11 Menyelesaikan masalah berkaitan dengan aritmatika social (penjualan,
pembelian, potongan, keuntungan, kerugian, bunga tunggal, persentase,
bruto, neto, tara)
109
Indikator:
4.11.10 Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan sehari-
hari
C. Tujuan Pembelajaran
Dengan kegiatan pembelajaran kooperatif, penugasan, diskusi, serta
presentasi dalam pembelajaran aritmatika sosial ini diharapkan siswa memiliki
tanggungjawab sosial dan kemampuan bekerja sama, aktif belajar dan
mengembangkan pengetahuannya, serta siswa mampu untuk:
3.11.10 Menentukan bunga tunggal
4.11.10 Menginterpretasikan bunga tunggal dalam kehidupan sehari-
hari
D. Materi Ajar
Pajak adalah suatu biaya tambahan yang dibebankan berdasarkan besar uang
yang terkena pajak.
Rumus : Pajak = % pajak x besar uang yang terkena pajak
E. Metode Pembelajaran
1. Pendekatan pembelajaran: Saintifik
2. Metode pembelajaran: Ekspositori
F. Alat/Media/Sumber Pembelajaran
1. Buku Siswa Matematika Kelas VII
2. Video animasi pembelajaran
3. Proyektor
4. Whiteboard dan spidol
G. Sumber Belajar
- Nurharini, Dewi dan TriWahyuni. Matematika Konsep dan Aplikasinya untuk
SMP/MTs Kelas VII. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan
Nasional. 2008.
- As’ari, Abdur Rahman, dkk. Matematika untuk SMP/MTs kelas VII Semester
2 edisi Revisi. Jakarta: Kemendikbud. 2016.
110
H. Kegiatan Pembelajaran
Tahapan Kegiatan Pendahuluan Alokasi
Waktu
Persiapan Guru membuka pertemuan dengan salam dan
berdo’a
Guru menyiapkan kelas, menanyakan kabar
serta memeriksa kehadiran siswa
Guru menyampaikan tujuan dan prosedur
pembelajaran yang akan dilaksanakan
10’
Tahapan Kegiatan Inti
Apersepsi
Guru memberikan contoh dalam kehidupan
sehari-hari tentang pajak.
Guru menautkan materi prasyarat yang akan
dibahas
10’
Penyajian Mengamati
Guru memberikan penjelasan materi dengan
metode ceramah mengenai pajak berdasarkan
video.
Siswa mengamati penjelasan materi dan
video yang guru berikan
Menanya
Guru mencoba menghubungkan materi
pelajaran dengan pengalaman siswa dengan
cara bertanya kepada siswa
Siswa bertanya bila terdapat materi yang
tidak dimengerti
Mengumpulkan Informasi
Siswa mencatat penjelasan yang guru berikan
Siswa mencari informasi lain dari berbagai
referensi terkait pajak.
Mengasosiasi
50’
111
Guru memberikan latihan soal kepada siswa
Siswa mengerjakan latihan soal yang guru
berikan.
Mengomunikasikan
Salah satu siswa mempresentasikan hasil
jawabannya di depan kelas
Guru memberi umpan balik atau konfirmasi.
Tahapan Kegiatan Penutup
Evaluasi Guru bersama siswa menyimpulkan tentang
materi yang telah dipelajari (refleksi)
Guru memberikan latihan soal dan
penugasan untuk tiap kelompok
Guru mengucapkan salam penutup
pertemuan
10’
I. Penilaian
Teknik : Tugas Individu.
Bentuk instrumen : Soal Uraian.
Instrumen : Terlampir.
Jakarta, Desember 2017
Pengajar,
Ana Matofani
LAMPIRAN 3 112
Indikator:
3.11.1 Menentukan harga penjualan
3.11.2 Menentukan harga pembelian
3.11.3 Menentukan persentase keuntungan
3.11.4 Menentukan persentase kerugian
4.11.1 Menginterpretasikan harga penjualan dalam
kehidupan sehari-hari
4.11.2 Menginterpretasikan harga pembelian dalam
kehidupan sehari-hari
4.11.3 Menginterpretasikan persentase keuntungan
dalam kehidupan sehari-hari
4.11.4 Menginterpretasikan persentase kerugian
dalam kehidupan sehari-hari
Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen
LEMBAR KERJA SISWA 1
Materi : Aritmatika Sosial
Kelas : VII (tujuh)
Nama : ______________________
Kelompok : __________________________
Petunjuk Penggunaan LKS:
Isi identitas kelompok
kalian pada kolom yang
tersedia
Perhatikan video (impuls)
yang diberikan guru untuk
mengisi LKS
Ikuti instruksi yang guru
berikan untuk mengisi LKS
Pada LKS terdiri dari 5
tahap yaitu Ignition,
Constructiont, discussion,
development, solutions.
113
I. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari video yang telah ditampilkan oleh
guru!
II. Buatlah 3 pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah ditampilkan oleh
guru!
Dari ilustrasi diatas didapatkan:
Pak Kasim membeli barang dagangannya di Agen Sembako dengan rincian berikut:
a. 3 dus mie (48 pcs) dengan harga Rp 90.000,00/dus = 3 x 90.000 = Rp
270.000,00
b. 12 sabun detergen dengan harga Rp 9.500,00/pcs = 12 x 9.500 = Rp
114.000,00
c. 2 dus aqua gelas (isi 48 @240ml) dengan harga Rp 24.000,00/dus = 2 x 24.000
= Rp48.000,00
d. 2 dus susu kotak (isi 40 @125ml) dengan harga Rp 89.000,00/dus = 2 x 89.000
= Rp 178.000,00
Setelah itu Pak Kasim menjual barang dagangannya di Toko Berkah (miliknya)
dengan rincian sebagai berikut:
a. Mie = Rp 2.500,00/pcs
b. Sabun detergen = Rp 10.000,00/pcs
Construction
Ignition
114
c. Aqua gelas = Rp 500,00/pcs
d. Susu kotak = 3.500/pcs
I. Berilah tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan kata
benar/salah!
II. Berilah kesimpulan apa dimaksud dengan harga penjualan dan harga pembelian!
Jelaskan menurut pendapat kelompok kalian!
I. Lengkapilah tabel berikut ini!
Tabel 1
No Harga
Pembelian
Harga
Penjualan
Untung Rugi
1. 15.000 20.000 ..... __
2. 3.000 5.000 ..... __
3. 2.500 1.500 __ .....
4. 4.000 2.500 __ .....
5. 500 1.000 ..... __
6. 25.000 23.000 __ .....
7. 5.000 ..... 2.000 __
8. 3.500 ..... 750 __
9. ..... 6.000 250 __
10. ..... 5.600 350 __
No Pernyataan Tanggapan
1. Harga penjualan selalu lebih besar dari harga pembelian
2. Harga penjualan sama dengan
harga pembelian
3. Harga penjualan selalu lebih kecil dibanding harga pembelian
Discussion
Harga Penjualan :
Harga Pembelian :
115
11. 7.000 ..... __ 250
12. 5.300 ..... __ 300
13. ..... 4.500 __ 150
14. ..... 10.500 __ 500
II. Definisikan pengertian untung dan rugi berdasarkan Tabel I diatas!
III. Lengkapilah tabel-tabel berikut ini!
No Harga
Pembelian
Harga
Penjualan
% Untung Untung
1. 20.000 22.000 10% .....
2. 500 600 20% .....
3. ..... 2.100 5% 100
4. ..... 5.100 70% 2.100
5. 10.000 ..... 1% 100
6. 12.000 ..... 30% 3.600
Tabel III
No Harga
Pembelian
Harga
Penjualan
% Rugi Rugi
1. 20.000 18.000 10% .....
2. 500 400 20% .....
3. ..... 4.000 50% 4.000
4. ..... 2.100 30% 900
5. 4.500 ..... 25% 1.125
6. 800 ..... 40% 320
Tabel IV
No Harga Pembelian
Harga Penjualan
Untung % Untung
1. 50.000 55.000 ..... .....
2. 40.000 ...... 6000 .....
3. ..... 37.500 7.500 .....
Untung :
Rugi:
116
S
o
l
u
t
i
o
n
Tabel V
No Harga Pembelian
Harga Penjualan
Rugi % Rugi
1. 6.000 4.200 ..... .....
2. 2.000 ..... 800 .....
3. ..... 1.500 500 .....
IV. Definisikan pengertian persen untung dan persen rugi berdasarkan tabel diatas!
V. Presentasikan jawaban kalian didepan kelas!
Pak Roni seorang penjual kaos. Pak Roni membeli 500 kaos dari grosir
seharga Rp 30.000,00. Jika ongkos perjalanan sebesar Rp 200.000,00
dihitung sebagai biaya operasional, tentukan harga jual kaos tersebut
agar Pak Roni untung 30% per kaos.
Development
Persen untung :
Persen rugi:
LAMPIRAN 3 117
LEMBAR KERJA SISWA 2
Materi : Aritmatika Sosial
Kelas : VII (tujuh)
Nama : ______________________
Kelompok : __________________________
Petunjuk Penggunaan LKS:
Isi identitas kelompok
kalian pada kolom yang
tersedia
Perhatikan video (impuls)
yang diberikan guru untuk
mengisi LKS
Ikuti instruksi yang guru
berikan untuk mengisi LKS
Pada LKS terdiri dari 5
tahap yaitu Ignition,
Constructiont, discussion,
development, solutions.
Indikator:
3.11.5 Menentukan diskon
4.11.5 Menginterpretasikan diskon dalam
kehidupan sehari-hari
118
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
I. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari video yang telah ditampilkan oleh
guru!
II. Buatlah 3 pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah ditampilkan oleh
guru!
Dari ilustrasi diatas didapatkan:
Pada saat seorang ibu memasuki lantai 3, dan berjalan ia melihat banyak
terpampang kata diskon. Terlihat struk pada item sepatu mendapat diskon 30%,
pada item sandal mendapat diskon 20%+10%, pada item tas mendapat diskon
50%, untuk lebih jelasnya lihat gambar struk berikut ini:
Construction
Ignition
119
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
III. Berilah tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan kata
benar/salah!
IV. Berilah kesimpulan apa dimaksud dengan diskon! Jelaskan menurut pendapat
kelompok kalian!
VI. Lengkapilah tabel berikut ini!
Tabel 1
No Harga awal Harga diskon Harga yang harus
dibayarkan
1. 10.000 1.500 .....
2. 13.000 ..... 12.000
3. ..... 250 6.500
No Pernyataan Tanggapan
1. Semua barang yang dijual di mall
bertuliskan diskon
2. Beberapa barang yang dijual di mall
bertuliskan diskon
3. Tidak ada barang di mall yang bertuliskan diskon
4. Diskon mengakibatkan semakin
bertambah uang yang harus dibayarkan
5. Diskon mengakibatkan semakin
berkurang uang yang harus dibayarkan
6. Diskon tidak hanya ada di mall
7. Diskon hanya ada di mall
8. Penulisan diskon dapat berbentuk harga
9. Penulisan diskon hanya berbentuk %
10. Nilai diskon 30% sama dengan
20%+10%
11. Nilai diskon 30 % berbeda dengan 20%+10%
Discussion
Diskon :
120
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
S
o
l
u
t
i
o
n
Tabel II
No Harga awal % Diskon Harga diskon
Harga yang harus dibayar
1. 10.000 10% 1.000 .....
2. 5.000 5% ..... 4.750
3. ..... 20% 5.000 20.000
4. 2.000 ..... 400 1.600
5. 6.000 ..... 3.000 3.000
6. 3.000 ..... 900 2.100
7. 27.000 ..... 13.500 .....
8. 35.000 ..... ..... 30.000
9. ..... ..... 2.000 38.000
VII. Presentasikan jawaban kalian didepan kelas!
Suatu ketika Zainul pergi ke toko baju di suatu mall. Zainul menemui
suatu baju dengan merek sama. Toko A menuliskan harga baju
Rp80.000,00 dengan diskon 20%. Sedangkan toko B menuliskan
harga Rp90.000,00 dengan diskon 30%. Baju di toko manakah yang
sebaiknya dibeli oleh Zainul? Jelaskan.
Development
LEMBAR KERJA SISWA 3
Materi : Aritmatika Sosial
Kelas : VII (tujuh)
Nama : ______________________
Kelompok : __________________________
Petunjuk Penggunaan LKS:
Isi identitas kelompok kalian
pada kolom yang tersedia
Perhatikan video (impuls)
yang diberikan guru untuk
mengisi LKS
Ikuti instruksi yang guru
berikan untuk mengisi LKS
Pada LKS terdiri dari 5
tahap yaitu Ignition,
Constructiont, discussion,
development, solutions.
Indikator:
3.11.5 Menentukan bruto
3.11.6 Menentukan neto
3.11.7 Menentukan tara
4.11.6 Menginterpretasikan bruto dalam
kehidupan sehari-hari
4.11.7 Menginterpretasikan neto dalam
kehidupan sehari-hari
4.11.8 Menginterpretasikan tara dalam
kehidupan sehari-hari
4.11.9
122
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
I. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari video yang telah ditampilkan oleh
guru!
II. Buatlah 3 pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah ditampilkan oleh
guru!
Dari ilustrasi diatas didapatkan:
Neto : Isi Susu kotak (250 ml), Biskuit (10 g), Beras (1,49 kg)
Bruto : Massa Susu beserta kemasannya, Massa Biskuit beserta
kemasannya, Massa Beras beserta karungnya (1,5 kg)
Tara : Massa Kemasan Susu, Massa kemasan Biskuit, Massa
karung beras
Construction
Ignition
123
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
V. Berilah tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan kata
benar/salah!
VI. Berilah kesimpulan apa dimaksud dengan bruto, tara dan neto! Jelaskan
menurut pendapat kelompok kalian!
VIII. Lengkapilah tabel berikut ini!
No Bruto Neto Tara
1. 50 kg 49 kg .....
2. 25 kg ..... 0,5 kg
3. ..... 1,85 g 1,5 g
4. 6 g ..... 1,2 g
5. ... kg 349,45 kg 550 g
6. 6 kg ... kg 450 g
7. 8 kg 7,75 kg ... g
No Pernyataan Tanggapan
1. Neto lebih berat dari bruto
2. Neto lebih berat dari tara
3. Bruto lebih berat dari neto
4. Bruto lebih berat dari tara
5. Tara lebih berat dari neto
6. Tara lebih berat dari bruto
Discussion
Bruto :
Tara:
Neto:
124
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
S
o
l
u
t
i
o
n
8. 5000 g ... kg 2%
9. 10 kg 99% ... kg
10. 15 kg ... kg 3%
IX.Presentasikan jawaban kalian didepan kelas!
Seorang pedagang membeli 6 karung kedelai dengan bruto masing-masing 80 kg
dan tara 3%. Jika harga pembelian kedelai tiap kg Rp4.000,00.
a. Tentukan besarnya tara!
b. Tentukan Jumlah uang yang harus dibayarkan!
Development
125
LEMBAR KERJA SISWA 4
Materi : Aritmatika Sosial
Kelas : VII (tujuh)
Nama : ______________________
Kelompok : __________________________
Petunjuk Penggunaan LKS:
Isi identitas kelompok
kalian pada kolom yang
tersedia
Perhatikan video (impuls)
yang diberikan guru untuk
mengisi LKS
Ikuti instruksi yang guru
berikan untuk mengisi LKS
Pada LKS terdiri dari 5
tahap yaitu Ignition,
Constructiont, discussion,
development, solutions.
Indikator:
3.11.8 Menentukan bunga tunggal
4.11.9 Menginterpretasikan bunga
tunggal dalam kehidupan sehari-
hari
126
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
I. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari video yang telah ditampilkan oleh
guru!
II. Buatlah 3 pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah ditampilkan oleh
guru!
Dari ilustrasi diatas didapatkan:
TYPE (HARGA OTR/HARGA TUNAI)
UANG MUKA
ANGSURAN PERBULAN
11x 29x
MOTOR KECIL Rp. 15.900.000
2.400.000 1.605.000 719.000
MOTOR BESAR Rp. 30.500.000
4.600.000 2.918.000 1.342.000
Construction
Ignition
127
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
III. Lengkapilah tabel berikut ini sesuai dengan ilustrasi di atas!
Type Harga Total Cicilan + Uang Muka
11x 29x
Motor Kecil ..... .....
Motor Besar ..... .....
IV. Berilah tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan kata
benar/salah!
V. Perbedaan/selisih harga tunai dan harga cicilan pada kasus diatas, disebut
dengan “BUNGA”
VI. Lengkapilah tabel penjualan motor berikut ini!
Tabel 1
No Harga tunai Harga Keseluruhan
dengan cicilan
Bunga
1. 50.000.000 55.000.000 .....
2. 45.000.000 ..... 3.000.000
3. ..... 20.000.000 2.000.000
No Pernyataan Tanggapan
1. Harga tunai sama besarnya dengan harga
keseluruhan (total) menggunakan cicilan 11x
2. Harga tunai lebih besar dari pada harga
keseluruhan (total) menggunakan cicilan 29x
3. Harga keseluruhan yang harus dibayar dengan
cicilan 11 kali angsuran lebih besar daripada 29 kali angsuran
4. Harga keseluruhan yang harus dibayar dengan
cicilan 11 kali angsuran lebih kecil daripada 29
kali angsuran
5. Harga keseluruhan yang harus dibayar dengan cicilan 11 kali angsuran sama dengan 29 kali
angsuran
Discussion
Jadi, Bunga = .................................... ...............................
128
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
Tabel II
No Harga tunai Harga Keseluruhan dengan cicilan
Bunga % Bunga
1. 30.000.000 30.000.000 ..... 0%
2. 10.000.000 ..... 100.000 1%
3. ..... 5.250.000 250.000 5%
4. 40.000.000 40.800.000 ..... .....
5. 50.000.000 ..... 1.500.000 .....
6. ..... 66.000.000 6.000.000 .....
VII. Bunga juga dapat terjadi di bidang perbankan
Tabel Bunga Tunggal
No Tabungan Awal
% Bunga Pertahun
Tabungan Selama 1
Tahun
Tabungan Selama 6
Bulan
1. 200.000 2% 204.000 202.000
2. 500.000 3% 515.000 507.500
3. 800.000 5% 840.000 ......
4. 600.000 3% ..... 609.000
5. 1.000.000 ..... 1.100.000 1.050.000
6. 700.000 4% ..... .....
7. 900.000 ..... 845.000 .....
8. 50.000 ..... ..... 50.250
VIII. Berilah kesimpulan definisi bunga tunggal berdasarkan tabel diatas!
IX.Presentasikan jawaban kalian didepan kelas!
129
“Jika kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup
menahan perihnya kebodohan” (Imam Syafi’i)
S
o
l
u
t
i
o
n
Pak Ali meminjam uang di bank sebesar Rp 10.000.000,00 dengan bunga 5%
perbulan. Jika lama meminjam 5 bulan, besar angsuran yang harus dibayar setiap
bulan adalah.....
Development
130
LEMBAR KERJA SISWA 5
Materi : Aritmatika Sosial
Kelas : VII (tujuh)
Nama : ______________________
Kelompok : __________________________
Petunjuk Penggunaan LKS:
Isi identitas kelompok
kalian pada kolom yang
tersedia
Perhatikan video (impuls)
yang diberikan guru untuk
mengisi LKS
Ikuti instruksi yang guru
berikan untuk mengisi LKS
Pada LKS terdiri dari 5
tahap yaitu Ignition,
Constructiont, discussion,
development, solutions.
Indikator:
3.11.10 Menentukan pajak
4.11.10 Menginterprestasikan pajak dalam
kehidupan sehari-hari
131
I. Informasi apa saja yang kalian dapatkan dari video yang telah ditampilkan oleh
guru!
II. Buatlah 3 pertanyaan yang berkaitan dengan video yang telah ditampilkan oleh
guru!
Dari ilustrasi diatas didapatkan:
Pajak terdapat pada struk bertuliskan
P.Rest yaitu Rp 2.046,00
Construction
Ignition
132
III. Berilah tanggapan terhadap pernyataan-pernyataan berikut dengan kata
benar/salah!
No Pernyataan Benar/Salah
1. Harga barang yang dikenakan pajak sama dengan harga awal barang
2. Semakin besar nilai pajak yang dibebankan maka
semakin besar harga yang harus dibayarkan
3. Semakin besar nilai pajak yang dibebankan maka
semakin kecil harga yang harus dibayarkan
IV. Berilah kesimpulan apa dimaksud dengan pajak! Jelaskan menurut pendapat
kelompok kalian!
V. Lengkapilah tabel-tabel berikut ini!
Tabel 1
No. Harga jual
(Rp)
Pajak (Rp) Harga yang harus dibayar
(Rp)
1. 10.000 1.000 .....
2. 12.000 500 .....
3. ..... 5.000 100.000
4. 2.000 ..... 2.250
5. 8.200 ..... 8.000
6. 7.250 ..... 7.500
Tabel II
No. Harga Jual (Rp)
Pajak (%) Pajak (Rp) Harga yang harus dibayar (Rp)
1. 15.000 10% ..... .....
2. ...... 20% 4.000 .....
3. 25.000 25% ..... .....
Discussion
Pajak:
133
S
o
l
u
t
i
o
n
Tabel III
No. Harga Jual
(Rp)
Harga yang dibayar Pajak (%)
1. 8.000 8.800 .....
2. 5.000 6.000 .....
3. 2.500 3.500 .....
VI. Presentasikan jawaban kalian didepan kelas!
Ibu membeli 3 liter minyak goreng dengan harga Rp7.500,00 per liter dan 4 kg
sabun detergen dengan harga Rp8.500,00 per kg. Jika besarnya pajak penjualan 10%,
berapa rupiah ibu harus membayar?
Development
LAMPIRAN 4 134
LAMPIRAN PEDOMAN PENSKORAN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS
Dimensi
yang
diukur
Skor Respon siswa terhadap soal atau masalah
Berpikir
lancar
(Fluency)
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban
yang salah.
1 Memberikan sebuah jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang kurang jelas dan tepat.
2 Memberikan satu jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang jelas dan tepat.
3 Memberikan lebih dari satu jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang kurang jelas dan tepat.
4 Memberikan lebih dari satu jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang jelas dan tepat.
Berpikir
fleksibel
(Flexibility)
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban
yang salah.
1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan
terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga
hasilnya salah.
2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses
perhitungan dan hasilnya benar.
3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (bervariasi)
tetapi hasilnya ada yang salah karena adanya kekeliruan
dalam proses perhitungan.
4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (bervariasi),
proses perhitungan dari hasilnya benar.
LAMPIRAN 5 135
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
1. Kamu ingin membuka rekening di sebuah bank, dihadapkan dengan 2 pilihan
jenis tabungan, diantaranya sebagai berikut. (fluency)
Jenis
Tabungan
Suku Bunga Potongan
Administrasi
(Per Bulan)
BAI 0 s/d < Rp 500.000,00 = 0%
Rp 500.000,00 – Rp 5.000.000,00 = 1%
Rp 5.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = 1%
Rp 50.000.000,00 – Rp 100.000.000,00 = 1,25%
> Rp 100.000.000,00 = 1,75 %
Rp 5.500,00
BIA 0 s/d < Rp 500.000,00 = 0%
Rp 500.000,00 – Rp 5.000.000,00 = 1%
Rp 5.000.000,00 – Rp 50.000.000,00 = 1%
Rp 50.000.000,00 – Rp 100.000.000,00 = 1,50%
> Rp 100.000.000,00 = 2.25 %
Rp 12.000,00
Jika kamu ingin menabung minimal 1 tahun, sebutkan 2 alternatif pilihan yang
akan kamu ambil! Jelaskan alasanmu!
2. Ibu Eria memiliki tanah berbentuk persegi yang luasnya 400 𝑚2. Tanah itu
berada di belakang sebuah pabrik tekstil. Di sebelah kiri tanah tersebut ada
sebuah sungai, di sebelah kanan ada gang kecil dan tanah tersebut berada
dipinggir jalan raya. Sebagian tanah tersebut akan dijual sehingga tersisa tanah
seluas 100 𝑚2. (flexibility)
a. Gambarkan dua situasi soal diatas!
b. Berapa uang yang dihasilkan dari penjualan tanah tersebut? Jelaskan menurut
pendapatmu, sesuai dengan situasi yang kamu gambarkan!
3. Sebuah dealer penjualan sepeda motor menawarkan tiga jenis sistem
pembayaran dalam penjualan motor X. Ketiga jenis sistem pembayaran tersebut
disajikan dalam tabel berikut.
Tipe Angsuran Uang Muka
(Rp)
Angsuran per bulan
(Rp)
Lama angsuran
A Rp 800.000,00 Rp 480.000,00 35 bulan
B Rp 1.400.000,00 Rp 425.000,00 35 bulan
C Rp 1.900.000,00 Rp 250.000,00 40 bulan
136
Jika kamu yang diberikan penawaran tersebut, sebutkan 2 alternatif sistem
pembayaran manakah yang akan kamu pilih! Jelaskan menurut pendapatmu!
4. Saya membeli sandal dengan harga Rp 130.000,00. Saya harus menjual dengan
harga Rp 143.000,00. Berapa persen keuntungan yang saya dapatkan?, dan
buatlah 2 permasalahan lain yang menghasilkan persentase keuntungan yang
sama dari masalah diatas!
LAMPIRAN 6 137
KUNCI JAWABAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS
1. Kemungkinan 1
Jika kamu menabung di bank dengan uang di kisaran 0 – Rp 500.000,00
Maka sebaiknya yuli menabung menggunakan jenis tabungan BAI, karena
dengan suku bunga yang sama yaitu 0% tetapi potongan BAI lebih kecil
dibandingkan dengan BIA.
Kemungkinan II
Jika kamu menabung di bank dengan uang dikisaran Rp 500.000,00 – Rp
5.000.000,00 dan Rp 5.000.000,00 – Rp 50.000.000,00
Maka sebaiknya Yuli menabung menggunakan jenis tabungan BAI, karena
dengan suku bunga yang sama yaitu 1% tetapi potongan BAI lebih kecil
dibandingkan dengan BIA.
Kemungkinan III
Jika kamu menabung di bank dengan uang dikisaran Rp 50.000.000,00 – Rp
100.000.000,00
Karena suku bunga yang berbeda dan potongan uang tabungan berbeda
diperlukan perhitungan sebagai berikut:
Misalkan uang tabungan kamu sebesar Rp 75.000.000,00
- Tabungan BAI suku bunga 1,25% dan potongan Rp 5.500,00/bulan
1,25
100 x Rp 75.000.000,00 = Rp 937.500,00
Jadi uang tabungan kamu dalam setahun menjadi Rp 75.000.000,00 + Rp
937.500,00 – 12 (Rp 5.500,00) = Rp 75.871.500,00
- Tabungan BIA suku bunga 1,50% dan potongan Rp 12.000,00/bulan
1,50
100 x Rp 75.000.000,00 = Rp 1.125.000,00
Jadi uang tabungan kamu dalam setahun menjadi Rp 75.000.000,00 + Rp
1.125.000,00 – 12 (Rp 12.000,00) = Rp 75.981.000,00
Jadi berdasarkan perhitungan di atas sebaiknya kamu menabung menggunakan
tabungan BAI.
138
Kemungkinan IV
Jika kamu menabung di bank dengan uang dikisaran > Rp 100.000.000,00
Karena suku bunga yang berbeda dan potonga uang tabungan berbeda
diperlukan perhitungan sebagai berikut:
Misalkan uang tabungan kamu sebesar Rp 120.000.000,00
- Tabungan BAI suku bunga 1,75% dan potongan Rp 5.500,00/bulan
1,75
100 x Rp 120.000.000,00 = Rp 2.100.000,00
Jadi uang tabungan kamu dalam setahun menjadi Rp 120.000.000,00 + Rp
2.100.000,00 – 12 (Rp 5.500,00) = Rp122.034.500,00
- Tabungan BIA suku bunga 2,25% dan potongan Rp 12.000,00/bulan
2,25
100 x Rp 120.000.000,00 = Rp 2.700.000,00
Jadi uang tabungan Yuli menjadi Rp 120.000.000,00 + Rp 2.700.000,00 – 12
(Rp 12.000,00) = Rp 122.566.000,00
Jadi berdasarkan perhitungan di atas sebaiknya kamu menabung menggunakan
Tabungan BIA.
2. a. Kemungkinan 1
JL.Raya
Pabrik
Tekstil
Sisa
G
a
n
g
139
Kemungkinan II
Kemungkinan III
b. Luas yang dijual 300 𝑚2
Jawaban I
Jika harga tanah Ibu Eria Rp 250.000,00/𝑚2karena tanah yang dijual akses
jalannya mudah dan tanahnya yang dijual teratur bentuknya maka jumlah
uang yang akan didapatkan adalah 300 𝑚2 x Rp 250.000,00/𝑚2= Rp
75.000.000,00.
Jawaban II
Jika harga tanah Ibu Eria Rp 150.000,00/𝑚2 karena akses jalannya hanya
dapat melewati gang kecil maka jumlah yang akan didapatkan adalah 300
𝑚2 x Rp 150.000,00/𝑚2 = Rp 45.000.000,00
JL.Raya
Pabrik
Tekstil
Sisa
G
a
n
g
JL.Raya
Pabrik
Tekstil
sa
G
a
n
g Si
140
Jawaban III
Jika harga tanah Ibu Eria Rp 200.00,00/𝑚2 karena akses jalannya mudah
bisa lewat jalan raya dan gang kecil tetapi bentuk tanah yang berkelok-kelok
maka jumlah yang akan didapatkan adalah 300 𝑚2 x Rp 200.000,00/𝑚2 =
Rp 60.000.000,00
3. Tipe Angsuran A : Rp 800.000,00 + 35 (Rp 480.000,00) = Rp 17.600.000,00
Tipe Angsuran B : Rp 1.200.000,00 + 35 (Rp 425.000,00) = Rp 12.275.000,00
Tipe Angsuran C : Rp 3.000.000,00 + 40 (Rp 250.000,00) = Rp 13.000.000,00
Kemungkinan I : Saya memilih Tipe A karena uang mukanya ringan.
Kemungkinan II : Saya memilih Tipe B karena jumlah total uang yang harus
dibayar lebih ringan.
Kemungkinan III : Saya memilih Tipe C karena cicilan angsuran perbulannya
ringan.
4. Untung = Rp 143.000,00 – Rp 130.000,00 = Rp 13.000,00
% untung = 𝑅𝑝 13.000,00
𝑅𝑝 130.000,00 =
10
100 = 10%
Kemungkinan I
Saya membeli buku tulis seharga Rp 45.000,00
Untung = 10
100 x Rp 45.000,00 = Rp 4.500,00
Saya harus menjual buku tulis seharga Rp 45.000,00 + Rp 4.500,00 = Rp
49.500,00
Jadi, jika saya membeli buku tulis seharga Rp 45.000,00 maka saya harus
menjual buku tulis tersebut dengan harga Rp 49.500,00
Kemungkinan II
Saya membeli bunga seharga Rp 175.000,00
Untung = 10
100 x Rp 175.000,00 = Rp 17.500,00
Saya harus menjual buku tulis seharga Rp 175.000,00 + Rp 17.500,00 =
Rp 192.500,00
141
Jadi, jika saya membeli bunga seharga Rp 175.000,00 maka saya akan menjual
dengan harga Rp 192.500,00
Kemungkinan III
Saya membeli sepatu seharga Rp 225.000,00
Untung = 10
100 x Rp 225.000,00 = Rp 22.500,00
Saya harus menjual buku tulis seharga Rp 225.000,00 + Rp 22.500,00 =
Rp 247.500,00
Jadi, jika saya membeli sepatu seharga Rp 225.000,00 maka saya akan menjual
dengan harga Rp 247.500,00
LAMPIRAN 7 142
RUBRIK PENILAIAN INSTRUMEN KEMAMPUAN BERPIKIR
KREATIF MATEMATIS
Aspek yang
diukur
Skor Respon siswa terhadap soal atau masalah
Berpikir
lancar
(Fluency)
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban
yang salah.
1 Memberikan sebuah jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang kurang jelas dan tepat.
2 Memberikan satu jawaban yang relevan dengan
penyelesaian masalah yang jelas dan tepat.
3 Memberikan lebih dari satu jawaban yang relevan
dengan penyelesaian masalah yang kurang jelas dan
tepat.
4 Memberikan lebih dari satu jawaban yang relevan
dengan penyelesaian masalah yang jelas dan tepat.
Berpikir
fleksibel
(Flexibility)
0 Tidak memberikan jawaban atau memberikan jawaban
yang salah.
1 Memberikan jawaban hanya dengan satu cara dan
terdapat kekeliruan dalam proses perhitungan sehingga
hasilnya salah.
2 Memberikan jawaban dengan satu cara, proses
perhitungan dan hasilnya benar.
3 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (bervariasi)
tetapi hasilnya ada yang salah karena adanya kekeliruan
dalam proses perhitungan.
4 Memberikan jawaban lebih dari satu cara (bervariasi),
proses perhitungan dari hasilnya benar.
LAMPIRAN 8 143
HASIL TES INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS KELAS EKSPERIMEN
Responden Soal 1 Soal 2a Soal 2b Soal 3 Soal 4 Jumlah
R1 3 3 4 3 4 17
R2 3 4 2 3 3 15
R3 3 2 1 2 4 12
R4 3 4 4 3 2 16
R5 4 3 1 4 0 12
R6 3 4 4 2 4 17
R7 3 2 2 4 2 13
R8 4 4 3 4 2 17
R9 4 3 3 4 0 14
R10 4 3 4 3 2 16
R11 3 2 2 2 0 9
R12 3 2 1 3 2 11
R13 3 4 4 3 4 18
R14 4 3 0 4 3 14
R15 3 3 3 3 3 15
R16 4 3 2 4 4 17
R17 2 4 1 3 0 10
R18 3 3 3 1 1 11
R19 4 3 3 4 2 16
R20 3 4 4 2 2 15
R21 4 3 3 3 3 16
R22 4 3 2 3 2 14
R23 4 4 4 3 4 19
R24 3 4 3 2 4 16
R25 3 4 3 3 4 17
R26 4 3 3 4 4 18
R27 2 3 2 4 4 15
R28 3 4 4 2 3 16
R29 3 4 4 1 2 14
R30 4 2 2 4 2 14
LAMPIRAN 9 144
HASIL TES INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF
MATEMATIS KELAS KONTROL
Responden Soal 1 Soal 2a Soal 2b Soal 3 Soal 4 Jumlah
R1 3 3 4 3 1 14
R2 3 2 1 3 2 11
R3 3 4 3 2 1 13
R4 3 4 4 4 2 17
R5 2 3 2 2 0 9
R6 2 1 1 2 3 9
R7 1 3 1 0 0 5
R8 2 3 3 4 2 14
R9 3 2 3 2 2 12
R10 4 3 4 2 2 15
R11 3 3 3 3 2 14
R12 3 2 2 3 2 12
R13 2 4 4 3 4 17
R14 4 3 3 0 0 10
R15 3 3 3 2 3 14
R16 3 2 2 2 2 11
R17 2 1 1 3 2 9
R18 3 2 2 0 0 7
R19 3 2 2 2 1 10
R20 3 3 1 2 2 11
R21 2 4 3 1 2 12
R22 1 1 1 3 2 8
R23 2 1 1 1 1 6
R24 2 2 1 3 2 10
R25 3 3 3 3 4 16
R26 3 4 3 3 2 15
R27 2 3 2 4 4 15
R28 3 4 4 2 3 16
R29 3 4 3 2 2 14
R30 4 3 3 4 2 16
LAMPIRAN 10 145
HASIL PERHITUNGAN UJI VALIDITAS DAN REALIBITAS
INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
DENGAN MENGGUNAKAN SPSS
i. Hasil Perhitungan Uji Validitas
ii. Hasil Perhitungan Uji Realibilitas
LAMPIRAN 11 146
HASIL UJI TINGKAT KESUKARAN INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Responden Butir Soal
No 1 No 2a No 2b No 3 No 4 No 5
R1 4 4 4 4 3 2
R2 2 2 4 2 3 1
R3 2 2 2 2 2 0
R4 2 2 2 3 3 1
R5 2 2 4 3 2 3
R6 2 4 4 0 4 1
R7 1 2 1 1 3 0
R8 2 3 3 2 1 2
R9 2 1 1 2 3 1
R10 0 0 2 4 1 3
R11 3 0 3 3 2 4
R12 0 1 1 0 1 0
R13 0 1 1 3 2 0
R14 1 3 4 3 0 2
R15 0 1 0 1 1 0
R16 0 2 2 3 4 1
R17 0 0 2 0 4 1
R18 4 2 2 3 3 1
R19 0 1 1 4 2 2
R20 0 2 1 3 2 0
R21 3 4 4 4 0 3
R22 0 1 1 2 0 1
R23 1 1 2 4 4 0
R24 0 2 2 4 4 1
R25 0 1 0 2 2 1
R26 0 0 0 1 2 0
R27 0 0 0 3 4 2
R28 3 4 4 2 4 2
R29 0 2 1 1 4 0
Jumlah 34 50 58 69 70 35
Taraf
Kesukaran 0,2931 0,43103 0,5 0,59483 0,60345 0,30172
Interpretasi Sukar Sedang Sedang Sedang Sedang Sukar
LAMPIRAN 12 147
HASIL UJI DAYA PEMBEDA INSTRUMEN TES KEMAMPUAN
BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
Responden Butir Soal
Ranking No 1 No 2a No 2b No 3 No 4 No 5
R1 4 4 4 4 3 2 1
R28 3 4 4 2 4 2 2
R21 3 4 4 4 0 3 3
R5 2 2 4 3 2 3 4
R6 2 4 4 0 4 1 5
R11 3 0 3 3 2 4 6
R18 4 2 2 3 3 1 7
R2 2 2 4 2 3 1 8
R4 2 2 2 3 3 1 9
R8 2 3 3 2 1 2 10
R14 1 3 4 3 0 2 11
R24 0 2 2 4 4 1 12
R16 0 2 2 3 4 1 13
R23 1 1 2 4 4 0 14
R9 2 1 1 2 3 1 15
Jumlah 31 36 45 42 40 25
Pa 0,516 0,6 0,75 0,7 0,66 0,416
R9 2 1 1 2 3 1 15
R10 0 0 2 4 1 3 16
R19 0 1 1 4 2 2 17
R3 2 2 2 2 2 0 18
R27 0 0 0 3 4 2 19
R7 1 2 1 1 3 0 20
R20 0 2 1 3 2 0 21
R29 0 2 1 1 4 0 22
R13 0 1 1 3 2 0 23
R17 0 0 2 0 4 1 24
R25 0 1 0 2 2 1 25
R22 0 1 1 2 0 1 26
R12 0 1 1 0 1 0 27
R15 0 1 0 1 1 0 28
R26 0 0 0 1 2 0 29
Jumlah 5 15 14 29 33 11
Pb 0,0833 0,25 0,233 0,483 0,55 0,183
Daya
Pembeda 0,43333 0,35 0,51667 0,21667 0,11667 0,23333
Interprertasi Baik Cukup Baik Cukup Jelek Cukup
LAMPIRAN 13 148
UJI VALIDITAS INSTRUMEN TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS SISWA SMP
KELAS VII DENGAN METODE CONTENT VALIDITY RATIO (CVR) POKOK BAHASAN
ARITMATIKA SOSIAL Untuk menguji validitas secara isi dari instrumen tes kemampuan berpikir kreatif matematis, para penilai diharapkan memberikan
penilaiannya dengan memberikan tanda () pada kolom E: Esensial (soal tersebut sangat penting untuk mengukur kemampuan berpikir
kreatif matematis), TE: Tidak Esensial (soal tersebut tidak terlalu penting untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif matematis),
atau TR: Tidak Relevan (soal tersebut tidak ada kaitannya dengan kemampuan berpikir kreatif matematis) pada masing-masing soal
yang berbentuk tes uraian di bawah ini.
No Soal E TE TR Saran
1. Yuli ingin membuka rekening di sebuah bank, ia dihadapkan dengan 2 pilihan
jenis tabungan, diantaranya sebagai berikut.
149
Jika kamu sebagai yuli, pilihan manakah yang akan kamu ambil? Jelaskan
alasanmu! (Sebutkan lebih dari satu saran)
2. Ibu Eria memiliki tanah berbentuk persegi, 400 𝑚2. Tanah itu berada di
belakang sebuah pabrik tekstil, di sebelah kiri tanah tersebut ada sebuah sungai,
di sebelah kanan ada gang kecil dan tanah tersebut berada dipinggir jalan raya.
Sebagian tanah tersebut akan dijual sehingga tersisa tanah 100 𝑚2.
a. Gambarkan lebih dari satu, situasi soal diatas!
b. Berapa uang yang dihasilkan dari penjualan tanah tersebut? Jelaskan
menurut pendapatmu, sesuai dengan situasi yang kamu gambarkan!
3. Sebuah dealer penjualan sepeda motor menawarkan tiga jenis penawaran dalam
penjualan motor X. Ketiga jenis sistem pembayaran tersebut disajikan dalam
tabel berikut.
Tipe
Angsuran
Uang Muka
(Rp)
Angsuran per
bulan (Rp)
Lama angsuran
A 800.000 480.000 35 bulan
B 1.600.000 457.000 35 bulan
C 1.900.000 444.000 35 bulan
Jika Anda yang diberikan penawaran tersebut, sistem pembayaran manakah
yang akan anda pilih? Jelaskan menurut pendapatmu!
150
4. Suatu ketika Indri berbelanja pasta gigi ke suatu minimarket. Ketika masuk di
minimarket, Fandi melihat 3 jenis kemasan pasta gigi untuk merek yang akan
dia beli. Ringkasan kemasan dan harga masing-masing pasta gigi tersebut
disajikan sebagai berikut.
Neto (ml) Harga (Rp)
Pasta gigi A 170 8.000
Pasta gigi B 250 11.500
Pasta gigi C 350 16.000
Andaikan Indri ingin membeli 1 pasta gigi, berikan saran kepada Indri
sebaiknya membeli pasta gigi yang mana. Dan jelaskan menurut pendapatmu!
5. Persentase keuntungan diperoleh dari besar keuntungan dibagi harga
pembelian dikali 100%. Perhatikan contoh berikut! Saya membeli sandal
dengan harga Rp 130.000,00. Saya harus menjual dengan harga Rp
143.000,00.
a. Berapa persen keuntungan yang saya dapatkan?
b. Buatlah lebih dari satu permasalahan lain yang menghasilkan persentase
keuntungan yang sama dari masalah diatas.
Ciputat, ...........……........ 2018
__________________________
Penilai
LAMPIRAN 14 151
HASIL UJI VALIDITAS ISI (CVR)
TES KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS
No
Soal
E TE TR N Ne N/2 (ne-
N/2
)
((ne-
N/2)/(
N/2))
Nilai
CVR
Minim
um
Skor
Keterangan Keputusan
1 7 0 1 8 7 4 3 0,75 0,75 0,75 Valid Digunakan,
diperbaiki
2a 7 0 1 8 7 4 3 0,75 0,75 0,75 Valid Digunakan,
diperbaiki
2b 7 0 1 8 7 4 3 0,75 0,75 0,75 Valid Digunakan,
diperbaiki
3 7 0 1 8 7 4 3 0,75 0,75 0,75 Valid Digunakan,
diperbaiki
4 5 2 1 8 5 4 1 0,25 0,25 0,75 Tidak Valid Tidak
Digunakan
5 7 0 1 8 7 4 3 0,75 0,75 0,75 Valid Digunakan
Diperbaiki
Keterangan:
E = Esensial
TE = Tidak Esensial
TR = Tidak Relevan
LAMPIRAN 15 152
UJI REFERENSI
153
154
155
156
157
LAMPIRAN 16 158
Surat Bimbingan Skripsi Dosen Pembimbing I
LAMPIRAN 17 159
Surat Bimbingan Dosen Pembimbing II
LAMPIRAN 18 160
Surat Permohonan Izin Penelitian
LAMPIRAN 19 161
Surat Keterangan Penelitian
162
LAMPIRAN 21
REPORT OF THE PLAGIARISM
CHECK THE REPORT CERTIFIES THAT THE ATTACHED WORK
Cek Plagiat
WAS CHECKED WITH THE PLAGIARISM PREVENTION
SERVICE MY.PLAGRAMME.COM AND HAS:
SIMILARITY
15% MATCHES
25% PARAPHRASE
2%
IMPROPER CITATIONS
0%
File name: BAB II.docx
File checked: 2018-03-14
Report generated: 2018-03-14