Upload
others
View
10
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL
BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Artikel Ilmiah
Diajukan guna memenuhi tugas akhir
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Komputer
di Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
Peneliti :
Lidwina Nenci Puspita (702010102)
Krismiyati, S.Pd., M.A
Program Studi Teknik Informatika dan Komputer
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
November 2014
ii
iii
iv
v
vi
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK
PAIR SHARE BERBANTUAN AKSES INTERNET TERHADAP HASIL
BELAJAR TIK SISWA KELAS IX SEMESTER I TAHUN PELAJARAN
2013/2014
1)
Lidwina Nenci Puspita 2)
Krismiyati, S.Pd., M.A.
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60, Salatiga 50711, Indonesia
Email : 1)
Abstract
The purpose of this study was to know the influence of student learning
achievment using internet in cooperative learning model Think pair share on ICT
subjects. The use of conventional learning models, unattractive learning process, and the
absence of learning media affect the ICT grade which is below the average set by the
school. Based on the factors and problems existed under the observation and interviews
conducted by teachers and students, then conducted research with the influence of
Internet use in cooperative learning model Think pair share. This research was
conducted by using experimental methods pretest-posttest design with control group
design. The population in this study were students of class IX. Hypothesis testing using
the Independent Sample T-Test. Posttest results of hypothesis testing with the t test is P
(0.000)
2
1. Pendahuluan Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, khususnya
Teknologi Informasi saat ini sudah berkembang dengan pesat dan merambah
ke segala bidang, termasuk di dunia pendidikan. Penerapan yang paling
umum dilakukan adalah penggunaan teknologi informasi dan komunikasi
untuk membuat materi pengajaran, penyampaian bahan ajar maupun
komunikasi dengan siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi
pada tahap awal lebih terkonsentrasi pada penggunaan teknologi informasi
sebagai media pendukung pembelajaran di kelas. Guru sebagai pengelola
pembelajaran harus mengemas pembelajaran yang efektif dan bermakna bagi
siswa. Pembelajaran akan memiliki makna, jika pembelajaran yang dikemas
guru dapat dinikmati oleh siswa dan dapat memotivasi siswa untuk
meningkatkan hasil belajarnya. Mengajar adalah menata lingkungan agar
pembelajaran termotivasi dalam menggali makna serta menghargai
ketidakseragaman” [1].
Di beberapa sekolah, khususnya di Laboratorium TIK SMP 8 sudah
terpasang akses internet WiFi, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan guru
dalam kegiatan belajar mengajar (KBM). Guru menyampaikan materi
pelajaran dan evaluasi masih secara konvensional dan membuat siswa pasif di
dalam kelas sehingga siswa lebih tertarik untuk membuka situs media sosial
seperti facebook, twitter, dll, daripada mendengarkan guru menerangkan
materi. Di akhir pelajaran guru melakukan evaluasi tetapi tidak ada siswa
yang mengajukan pertanyaan. Pada kenyataannya, kondisi ini hanya membuat
siswa menghafal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut
saat menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan dengan
konsep yang dimiliki. Siswa kurang mampu menghubungkan antara apa yang
mereka pelajari dengan bagaimana pengetahuan tersebut akan dimanfaatkan/
diaplikasikan pada situasi baru. Sehingga hasil belajar siswa pun relatif
rendah.
Hal semacam ini membuat hasil belajar siswa SMP 8 Salatiga
menurun, pada mata pelajaran TIK dengan nilai kriteria ketuntasan minimal
(KKM) 75 dan jumlah siswa perkelas sebanyak 32 siswa dan siswa yang
mendapat nilai di atas KKM 35% dan siswa yang mendapat nilai di bawah
KKM 65%. Oleh karena itu diperlukan inovasi belajar yang menyenangkan
dan model pembelajaran yang aktif dalam dunia pendidikan, agar tercapainya
tujuan utama pembelajaran. Menghadapi tantangan semacam ini, maka guru
sebagai salah satu sumber pengetahuan peserta didik perlu berpikir secara
kreatif mendesain dan menerapkan model-model pembelajaran yang belum
dan pernah ada diterapkan dan berhasil.
Melihat latar belakang tersebut, perlu adanya perubahan model
pembelajaran untuk memotivasi siswa agar giat belajar terutama dalam mata
pelajaran TIK. Untuk mengatasi permasalahan tersebut maka model
pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dapat meningkatkan kreatifitas
dan keaktifan siswa. Metode TPS dalam pendekatan kooperatif yang
dimaksud metode TPS adalah Model pembelajaran ini tergolong tipe
koperatif dengan sintaks: Guru menyajikan materi klasikal, berikan persoalan
3
kepada siswa dan siswa bekerja kelompok dengan cara berpasangan
sebangku-sebangku (think-pairs), presentasi kelompok (share), kuis
individual, buat skor perkembangan tiap siswa, umumkan hasil kuis dan
berikan reward [2].
Model pembelajaran TPS ini merupakan model pembelajaran yang
dilakukan untuk meningkatkan belajar kolaboratif dan mendorong
kepentingan dan keuntungan sinergi itu. Oleh karena hal itu TPS memiliki
prosedur yang ditetapkan secara eksplisit untuk memberikan siswa waktu
yang lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama
lain” [3]. Hal ini efektif baik untuk guru maupun siswa untuk mengetahui
ide-ide dari pasangan, dan kegiatan sharing ini dilanjutkan sampai semua
pasangan mendapat giliran mempresentasikan hasil diskusinya. Berangkat
dari latar belakang masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk mengetahui
lebih jauh pengaruh penerapan model pembelajaran ini terhadap hasil belajar
TIK. Agar lebih fokus, maka peneliti memilih judul penelitian ini yaitu:
pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share berbantuan
akses internet terhadap hasil belajar TIK siswa SMP N 8 Salatiga kelas IX
semester I tahun pelajaran 2013/2014.
2. Tinjauan Pustaka Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian terdahulu dilakukan oleh Yusuf tentang upaya
peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode pembelajaran Think pair
share (TPS). Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dengan menggunakan
Think pair share mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM). Nilai
Post-test kelompok eksperimen lebih tinggi dengan perhitungan dan terlihat
bahwa terhitung 9,330>1,675. Berdasarkan data dan analisisnya maka ada
peningkatan yang bermakna dalam prestasi belajar mata pelajaran PKn pada
kelompok eksperimen jika menggunakan metode TPS. Sehingga dapat
disimpulkan penggunaan metode TPS, hasil belajar dan minat belajar siswa
semakin meningkat [4].
Penelitian lain dilakukan oleh Ulfa tentang pengaruh penggunaan
metode pembelajaran kooperatif Think pair share terhadap hasil belajar IPS
terpadu. Hasil analisis ditunjukan dari nilai rata-rata kelas eksperimen
sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,77 dan kelas kontrol
sebelum diberi perlakuan pada saat pretest yaitu 46,65. Dari hasil pengamatan
di kelas yang diajar dengan metode TPS memberdayakan kemampuan
berpikir siswa, melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran, dan
dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan [5].
Berdasarkan analisis penelitian yang dilakukan oleh Yusuf dan Ulfa,
dapat dilihat perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini yaitu
peneliti menggunakan model TPS dengan berbantuan Internet. Penelitian
sebelumnya telah menunjukan keberhasilannya dalam penggunaan model
pembelajaran kooperatif tipe Think pair share. Peneliti memilih dua
penelitian tersebut karena sangat relevan untuk penelitian berikutnya di
4
lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu, peneliti yakin bahwa pada
penelitian ini juga akan berhasil meningkatkan hasil belajar TIK siswa.
Kooperatif Model pembelajaran kooperatif adalah “model yang mengajak siswa
belajar bersama, saling menyumbangkan pikiran dan bertanggung jawab
terhadap pencapaian hasil belajar secara individu dan kelompok”. Pada
hakikanya cooperative learning sama denga kerja kelompok. Oleh karena itu,
banyak guru mengatakan tidak ada suatu yang aneh dalam pembelajaran
kooperatif learning karena meraka beranggapan telah biasa melakukan
pembelajaran kooperatif learning dalam bentuk belajar kelompok [6].
Dari pendapat para ahli di atas, dapat simpulkan bahwa yang
dimaksud dengan model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran
yang melibatkan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran secara
bersama–sama dalam kelompok kecil yaitu terdiri dari 4 atau 6 orang,
sehingga siswa mampu menyumbangkan pendapatnya dalam pembelajaran
yang dibahas dalam kelompok tersebut untuk mendapatkan pencapaian hasil
belajar yang telah di bahas.
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think pair share Model pembelajaran Think pair share merupakan salah satu model
pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini berbasis pembelajaran
diskusi kelas. Think pair share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-
rekannya dari Universitas Maryland pada tahun 1981 dan diadopsi oleh
banyak peneliti di bidang pembelajaran kooperatif pada tahun-tahun
selanjutnya. Melalui cara seperti ini diharapkan siswa mampu bekerja sama,
saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil
secara koooperatif. Think pair share merupakan “suatu cara yang efektif
untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas” [7].
Dengan asumsi bahwa semua diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan dan proses yang digunakan dalam
Think pair share “dapat memberi siswa waktu yang lebih banyak untuk
berfikir, untuk merespon dan saling membantu”. Pembelajaran dengan Think
pair share ini akan memberikan variasi tersendiri dalam lingkungan belajar
siswa [2]. Think pair share memiliki prosedur yang ditetapkan secara
eksplisit untuk memberikan siswa waktu yang lebih banyak untuk berpikir,
menjawab, dan saling membantu satu sama lain” [3]. Dengan Think pair
share siswa belajar dari satu sama lain dan berupaya bertukar ide dalam
kelompoknya. Rasa percaya diri siswa meningkat dan semua siswa
mempunyai kesempatan berpartisipasi di kelas karena sudah memikirkan
jawaban atas pertanyaan guru, tidak seperti biasanya hanya siswa-siswa
tertentu saja yang menjawab.
Strategi yang memperkenalkan gagasan tentang waktu „tunggu atau
berpikir‟ pada elemen interaksi pembelajaran kooperatif yang saat ini menjadi
salah satu faktor ampuh dalam meningkatkan respon siswa terhadap
pertanyaan [8]. Manfaat TPS antara lain : (1) memungkinkan siswa untuk
5
bekerja sendiri dan bekerja sama dengan orang lain; (2) mengoptimalkan
partisipasi siswa; (3) memberi kesempatan kepada siswa untuk menunjukan
partisipasi mereka kepada orang lain. Kemampuan yang umumnya
dibutuhkan dalam strategi ini adalah sharing informasi, bertanya, meringkas
gagasan orang lain, dan paraphrasing.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Think pair share adalah siswa
diberikan kesempatan untuk berpikir secara individu bagaimana memecahkan
masalah yang diberikan guru, setelah itu siswa berdiskusi secara berpasangan
sehingga siswa dapat berbagi ide dengan teman pasangannya, kemudian
siswa secara berpasangan berbagi ide kepada seluruh teman di kelas tentang
apa yang mereka diskusikan.
Hasil Belajar
Belajar dan mengajar sebagai suatu proses mengandung tiga unsur
yang dapat dibedakan, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman
(proses) belajar mengajar, dan hasil belajar” [9]. Hasil belajar adalah
kemampuan-kemapuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya [10]. Hasil belajar adalah suatu kegiatan yang telah dikerjakan,
diciptakan baik secara individual atau kelompok. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia hasil belajar adalah “penguasaan pengetahuan atau
ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan
dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru”.
Hasil belajar bisa diartikan menjadi sebuah hasil yang dicapai oleh
siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas dalam jangka
waktu tertentu, biasanya prestasi disekolah berbentuk pemberian nilai (angka)
dari guru kepada siswa sebagai indikasi siswa tersebut telah menguasi materi
pelajaran yang telah disampaikan. Baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya [11].
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan
sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan
lingkungannya [12].
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa yang
dimaksud dengan hasil belajar adalah pola-pola perbuatan atau peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sikap berupa kemampuan yang dicapai siswa
selama berlangsungnya proses belajar mengajar di kelas.
Internet
Internet adalah “salah satu bentuk media komunikasi dan informasi
yang interaktif”. Wujud internet adalah jaringan komputer yang terhubung
diseluruh dunia. Internet digunakan untuk mengirim informasi antar komputer
keseluruh dunia. Sehingga melalui internet kita bisa mengakses dan bertukar
informasi secara cepat. Kata internet sendiri berasal dari Interconnection
Networking. Menurut sejarahnya internet juga merupakan pemikiran-
pemikiran para ahli yang sangat inovatif dan dampaknya sangat besar bagi
6
perkembangan dunia. Melihat begitu banyaknya kapasitas serta layanan yang
luas, sungguh dapat menjangkau daerah pelosok yang ada didunia ini [13].
Internet adalah suatu interkoneksi sebuah jaringan komputer yang dapat
memberikan layanan informasi secara lengkap”. Dan, terbukti bahwa internet
dilihat sebagai media maya yang dapat menjadi rekan bisnis. Politik, sampai
hiburan, semuanya tersaji lengkap di dalam media ini. Internet adalah jaringan
satelit komunikasi yang fungsinya sangat beragam dan tentu merupakan
pendukung internet diseluruh dunia”.
Dari pendapat para ahli diatas, dapat disimpulkan bahwa internet adalah
seluruh jaringan yang terhubung/terkoneksi satu sama lain yang dapat
memberikan informasi secara lengkap serta dapat menjadi alat komunikasi
bagi orang-orang diseluruh dunia.
3. Metode Penelitian Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
eksperimental (Experimental Research). Penelitian eksperimen pada kelas
yang akan diberi perlakuan (Treatmen) atau disebut kelompok eksperimen
(Experimental Group) dan kelas kelompok pembanding yang disebut
kelompok kontrol (Control Group). Bentuk desain penelitian ini adalah pretest
Post-test control group design. Bentuk desain penelitian dapat dilihat pada
tabel 1 [14]. Tabel 1.
Pretest-Post-test Control Group design
R O1 X O2
R O3 O4
Keterangan :
R : Kelas eksperimen dan kelas kontrol dipilih secara random.
O1 : Pretest untuk kelompok eksperimen
O2 : Post-test untuk kelompok eksperimen
O3 : Pretest untuk kelompok kontrol
O4 : Post-test untuk kelompok kontrol
X : Perlakuan (treatment) untuk kelompok eksperimen yaitu pada kelas IXE
SMPN 8 Salatiga yaitu pengaruh pemanfaatan internet dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Think pair share.
Untuk melihat pengaruh perlakuan adalah (O2 – O1) – (O4 – O3)
Populasi yang akan digunakan dalam penelitian adalah seluruh siswa
kelas IX di SMPN 8 Salatiga. Sampel yang digunakan adalah IXE dan IXB
yang berjumlah 55 orang.
Adapun langkah-langkah (prosedur) penelitian yang dilakukan, adalah
sebagai berikut [15]: (1) Memilih sebuah subjek penelitian yaitu SMP Negeri
8 Salatiga. (2) Menggolongkan subjek menjadi dua kelas antara kelompok
eksperimen yaitu kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga yang dikenai variabel
perlakuan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think pair share dan kelompok kontrol yaitu kelas IXB SMP
Negeri 8 Salatiga yang diberikan pembelajaran seperti biasa guru kelas
7
mengajar yaitu cara konvensional. (3)Menyusun kisi-kisi yang dikembangkan
dalam instrumen pretest dan Post-test. (4) Mengujicobakan instrumen pretest
pada kelas uji coba yaitu kelas IXG SMP Negeri 8 Salatiga. (5) Menganalisis
data hasil pretest untuk menguji apakah instrumen valid dan reliabel. (6)
Memberikan pretest pada kelas IXE dan IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (7)
Menganalisis hasil pretest yang dilakukan pada kelas IXE dan IXB SMP
Negeri 8 Salatiga untuk mengetahui bahwa kedua kelas tidak ada perbedaan
yang signifikan. (8) Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan
pengaruh pemanfaatan intenet dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Think pair share di kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga, untuk kelas IXB SMP
Negeri 8 Salatiga dengan pembelajaran yang dilakukan guru seperti biasa
(tanpa menggunakan model pembelajaran). (9) Melaksanakan posttest pada
kelas IXE dan kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga. (10) Hitung perbedaan
antara hasil pretest dan posttest untuk masing-masing kelompok (pretest-
posttest kelompok eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), (pretest-
posttest kelompok kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga). (11)
Bandingkan perbedaan tersebut untuk menentukan apakah pengaruh
pemanfaatan internet dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe
Think pair share itu berpengaruh yang lebih besar pada kelompok eksperimen
yaitu kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga. Jadi (pretest-posttest kelompok
eksperimen kelas IXE SMP Negeri 8 Salatiga), (pretest-posttest kelompok
kontrol kelas IXB SMP Negeri 8 Salatiga) dalam menghitung dan
menganalisis data dilakukan dengan bantuan software SPSS 16.0 (Statistical
Product and Service Solution ). (12) Interpretasi hasil penghitungan data.
Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran model kooperatif tipe TPS(Think-Pair-Share) adalah sebagai
berikut:
Prosedur model think pair share
Guru Siswa
Langkah pertama yaitu Think (berpikir)
1. Guru mengajukan masalah yang dikaitkan dengan
pelajaran
2. Guru memberi waktu untuk berfikir sendiri jawabannya.
3. Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS).
1. Siswa menyimak dan memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2. Siswa mendengarkan penjelasan masalah yang diberikan guru.
3. Siswa mengerjakan Lembar Kerja Siswa (LKS)
Langkah kedua yaitu Pair (berpasangan)
1. Guru meminta siswa berpasangan 1 orang dengan 1
orang yang heterogen.
2. Guru meminta siswa 4-5 menit mendiskuskan apa yang yang
diperoleh.
1. Siswa berkumpul sesuai dengan kelompok yang dibentuk guru.
2. Siswa berinteraksi selama waktu yang disediakan sehingga dapat
menyatukan gagasan apabila suatu
masalah dapat diidentifikasi.
8
Langkah ketiga yaitu Share (Berbagi)
1. Guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi hasil
diskusinya.
2. Guru memberi kesempatan siswa untuk menuliskan ide-
idenya.
1. Siswa secara bergantian maju kedepan kelas membacakan hasil
diskusi dengan waktu 1 menit.
2. Siswa menulis hasil diskusi dengan bahasanya sendiri (bahasa baku).
Selain eksperimen, adapun langkah-langkah pembelajaran untuk kelas
kontrol yang diterapkan dengan model pembelajaran secara konvensional,
adalah sebagai berikut: (1) Guru memberikan informasi atau mendiskusikan
bersama siswa dari materi pelajaran yang disampaikan. (2) Guru memberi
latihan soal yang dikerjakan secara individu oleh siswa. (3) Guru bersama
siswa membahas latihan soal. (4) Guru memberi tugas kepada siswa sebagai
pekerjaan rumah.
Instrumen dalam penelitian ini yaitu perbandingan hasil belajar
dengan menggunakan treatment yang berbeda dan wawancara guru dan
siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan antara lain : Metode test
adalah serentetan pertanyaan latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang
dimiliki oleh individu atau kelompok. Nilai siswa (tes) pretest dan posttest
bertujuan untuk mengukur tingkat pencapaian penguasaan siswa terhadap
materi yang diajarkan. Instrumen tes ini disusun bersama guru mata pelajaran TIK
dengan kisi-kisi seperti gambar dibawah ini.
Tabel 2. Indikator Soal Tes
No Indikator No soal
1 Menyebutkan pengertian internet dengan
tepat
2,3,7,9,10,
2 Menyebutkan pengertian intranet dengan
benar
11,12,13
3 Menceritakan sejarah perkembangan
internet dengan cermat
16,17,18,1
4
5
6
Menyebutkan fungsi-fungsi layanan
dalam internet dengan jelas dan teliti
Menjelaskan manfaat internet dengan
benar
Menjelaskan dampak negatif internet
dengan benar
1,4,9,22,25
6,3,8,14
15,21,23,24
Metode observasi, yang bertujuan untuk melihat dan mengamati secara
langsung kemudian mencatat perilaku dan kejadian yang terjadi pada keadaan
yang sebenarnya saat proses belajar mengajar berlangsung. Obeservasi ini
dilakukan tiap-tiap individu yang akan diteliti.
9
Tabel 3. Observasi aktivitas belajar siswa
No. Indikator
Aktivitas
Sub
Indikator
Skor
1 2 3 4
1 Visual Memperhatikan saat guru
memberikan penjelasan
Memperhatikan pada saat teman
mempresentasikan hasil diskusi
2 Lisan Bertanya pada teman atau guru
tentang materi yang belum dipahami
Mampu mengemukakan pendapat
atau merespon pertanyaan dalam
diskusi kelompok
3 Mendengarkan Mendengarkan guru saat
memberikan penjelasan
Mendengarkan penyajian hasil
diskusi yang dipresentasikan
kelompok
4 Menulis Menulis penjelasan guru dan hasil
diskusi kelompok
5 Metric Mampu menyelesaikan Tugas
Mampu mempresentasikan hasil
diskusi secara serius
6 Emosional Bersemangat dan menaruh minat
selama kegiatan pembelajaran
Kriteria presentase aktivitas siswa adalah sebagai berikut [16] :
(1) Kurang baik : persentase aktivitas peserta didik < 25% (2) Cukup baik : 25% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 50% (3) Baik : 50% ≤ persentase aktivitas peserta didik < 75% (4) Sangat baik : persentase aktivitas peserta didik ≥ 75%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑥 × 100%
Teknik dokumentasi ini digunakan untuk mendapatkan daftar nama siswa,
hasil tes TIK sebelumnya dan foto saat kegiatan pembelajaran. Nilai tes
(pretest dan posttest), yang selanjutnya akan digunakan sebagai analisis
dalam penelitian.
Tahap penelitian yang terakhir adalah evaluasi. Hasil pretest dan Post-
test dievaluasi untuk dapat mengetahui berbagai hasil pembelajaran siswa.
Tahap evaluasi terdiri dari : (1) Pemberian skor. (2) menghitung nilai rata-rata
kelompok dan nilai maksimum serta minimum. (3) melakukan uji normalitas.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang berdistribusi
normal atau tidak. (4) melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas
10
dilakukan untuk mengetahui apakah data masing-masing kelompok memiliki
varian yang sama atau berbeda. (5) melakukan uji T kesamaan dan perbedaan
dua rata-rata denganstatistik Independent sampel T-Test. Pengujian ini
dilakukan untuk mengetahui apakah ada persamaan atau perbedaan antara
rata-rata nilai pretest dan Post-test kelas eksperimen dan kelas kontrol. (6)
pengujian hipotesis.
4. Hasil Penelitian dan Pembahasan Tahap pertama sebelum melakukan tindakan yaitu melakukan
observasi pada saat proses kegiatan mengajar berlangsung dengan wawancara
kepada guru di SMPN 8 Salatiga. Wawancara tersebut menunjukan yaitu
bahwa cara penyampaian materi yang digunakan masih dilakukan secara
konvensional, oleh sebab itu penggunaan metode konvensional menyebabkan
motivasi dan kemauan siswa rendah sehingga dalam proses pembelajaran
siswa menjadi pasif dan tidak berperan aktif dalam pembelajaran dan
menyebabkan pemahaman siswa terhadap materi kurang dan hasil belajar
siswa juga menjadi tidak memenuhi standar KKM. Proses pembelajaran
dimulai dengan memberikan soal pretest pada semua kelas yang akan
dijadikan subjek penelitian. Melalui hasil pretest tersebut kemudian
ditentukan kelas yang akan menjadi kelas eksperimen dan kontrol.
Hasil nilai rata-rata pretest yaitu 70.00 untuk kelas IXB dan 69.00
untuk kelas IXE, sehingga dapat di tentukan bahwa yang menjadi kelas
eksperimen yaitu kelas IXE sedangkan kelas kontrol yaitu IXB, dan masing-
masing kelas berjumlah 27 siswa pada kelas kontrol dan 28 siswa pada kelas
eksperimen. Setelah menentukan pembagian kelas, kegiatan pembelajaran
dimulai dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think pair share dan metode konvensional pada kelas
kontrol. Pemberian perlakuan (treatment) akan diberikan selama dua kali
pertemuan pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
Proses pembelajaran dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam
model pembelajaran Think pair share dimulai dengan memberikan pretest
pada kelas eksperimen (XIE). Langkah pertama yang dilakukan saat
pembelajaran adalah mengenalkan siswa akan pengaruh pemanfaatan internet
dalam model pembelajaran Think pair share. Pengenalan ini berupa : (1)
Pengenalan model pembelajaran kooperatif Tipe Think pair share, (2)
Pengenalan Internet dan bagaimana cara memanfaatkan internet dengan benar
untuk menggali informasi.
Awal pertemuan guru mengawali pembelajaran dengan mengucapkan
salam dan doa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek kehadiran siswa.
Pertemuan pertama merupakan tindakan awal penelitian dilakukan pengaruh
pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share. Langkah
pertama siswa dibimbing untuk mengerjakan pretest terlebih dahulu. Setelah
selesai mengerjakan pretest, siswa dijelaskan mengenai pengaruh
pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share dan
bagaimana langkah-langkah pelaksanaannya serta tujuan dari pembelajaran
11
dengan model pembelajaran Think pair share. Urutan selanjutnya siswa
dijelaskan tentang bagaimana memanfaatkan dengan benar.
Pengenalan tentang pemanfaatan internet dijelaskan supaya siswa
dapat memanfaatkan internet dengan benar, sehingga mempermudah proses
pembelajaran. Langkah dalam memanfaatkan internet yaitu : (1) Siswa diberi
pengenalan tentang pengertian internet, (2) siswa diberi pengenalan tentang
sejarah internet, (3) Siswa diberi pengenalan tentang fungsi-fungsi layanan
dalam internet, (4) Siswa diberi pengenalan tentang manfaat internet, (5)
Siswa diberi pengenalan dampak negatif internet.
Gambar 1. Perlakuan pertama pada kelas eksperimen
Penelitian selanjutnya guru mengawali pembelajaran dengan
mengucapkan salam dan doa, kemudian dilanjutkan dengan mengecek
kehadiran/presensi siswa. Kemudian guru apersepsi dengan menanyakan
pembahasan materi minggu lalu dan membahas materi yang belum dipahami
siswa. Setelah itu tahap-tahap pengaruh pemanfaatan internet dalam model
pembelajaran Think pair share dipertemuan kedua adalah : (1) Guru memberi
topik permasalahan yang akan diselesaikan siswa. (2) Pada tahap Think siswa
berpikir secara mandiri untuk menyelesaikan soal yang diberikan guru selama
5-10 menit. (3) Siswa dapat mencari dan menjawab topik permasalahan yang
diberikan guru dengan berbantuan media internet. (4) Kemudian guru
membagi siswa kedalam 14 kelompok. (5) Pembagian kelompok dilakukan
oleh guru supaya kelompok yang dihasilkan heterogen. (6) Kelompok dibagi
secara berpasangan. (7) Tahapan berikutnya Pair dimana siswa sudah berada
dalam kelompok pasangannya dan menyelesaikan topik permasalahan yang
telah diberikan guru dengan berdiskusi dengan kelompok pasangannya
selama 10-15 menit. (8) Siswa secara berpasanagan dapat mencari dan
menjawab topik permasalahan yang diberikan guru dengan berbantuan media
internet. (9) Guru membimbing siswa dalam mengerjakan topik masalah yang
telah diberikan, siswa yang belum paham diberi kesempatan untuk bertanya.
(10) Kemudian tahap selanjutnya Share dimana guru meminta pasangan-
pasangan untuk berbagi didepan kelas dengan kelompok berpasangan
keseluruhan kelas.
Tahapan yang terakhir siswa kembali lagi kedalam posisi duduk awal
dan siswa mengerjakan soal Post-test yang diberikan guru selama 10 menit
dengan tertib dan tenang. Guru berpesan pada siswa agar mengerjakan tes
dengan tenang dan tidak diperbolehkan bekerja sama dengan siswa yang lain.
Hasil posstest akan digunakan untuk membandingkan hasil belajar dari
sebelum menggunakan model pembelajaran Think pair share berbantuan
12
internet dan sesudah menggunakan model pembelajaran Think pair share
berbantuan internet. Selama proses pembelajaran berlangsung siswa sebagian
besar untuk awal-awal merasa kesulitan pada saat berdiskusi kelompok secara
berpasangan, pada saat akan menjelaskan pada teman karena belum terbiasa
menggunakan model pembelajaran Think pair share tetapi siswa lama-
kelamaan menjadi terbiasa dengan pengaruh pemanfaatan internet dalam
model pembelajaran Think pair share. Siswa menjadi lebih antusias untuk
memecahkan masalah bersama teman satu kelompok pasangannya yang
sudah dibentuk oleh guru kelas.
Siswa menjadi lebih aktif mengajukan pertanyaan kepada guru
maupun kepada teman yang berbeda kelompok. Pada saat proses
pembelajaran berlangsung tidak ada siswa yang gaduh atau sibuk sendiri
karena siswa mempunyai tugas yang dibebankan untuk segera diselesaikan
saat itu juga. Pembelajaran Think pair share membuat mental siswa menjadi
lebih baik karena adanya sesi menjelaskan pada siswa lain didepan kelas.
Tugas guru dalam pengaruh pemanfaatan internet dalam model
pembelajaran kooperatif Think pair share hanya mengawasi agar setiap
kelompok benar-benar melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik dan
guru sekaligus memberikan pengarahan apabila ada kelompok siswa yang
bertanya. Guru memberikan pertanyaan seputar diskusi yang dilakukan pada
kelompok. Setelah akhir pembelajaran guru memberikan kesimpulan tentang
materi pembelajaran yang sudah dipelajari oleh siswa.
Gambar 2. Perlakuan kedua pada kelas Eksperimen
Hasil wawancara mengenai respon guru dan respon siswa terhadap
pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe
Thik Pair Share terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran TIK : Guru
menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan internet dalam model
pembelajaran Think pair share membantu dalam memberikan pelajaran
dikelas, karena dengan melakukan pemanfaatan dalam model pembelajaran
Think pair share ini membuat siswa menjadi lebih antusias dalam mengikuti
13
pembelajaran. Peranan guru dalam pemanfaatan internet dalam model
pembelajaran Think pair share hanya sebagai fasilitator sehinggga akan
meringankan tugas guru. Siswa menyatakan bahwa pengaruh pemanfaatan
internet dalam model pembelajaran Think pair share ini membuat siswa
merasa belajar dengan terarah dan konsentrasi penuh pada pembelajaran.
Siswa senang dengan adanya pemanfaatan internet dalam kegiatan
pembelajaran.
Guru menyatakan bahwa penyampaian materi dalam pembelajaran
lebih kreatif dan membuat siswa lebih fokus memperhatikan materi yang
sedang disampaikan guru. Siswa lebih antusias dan merasa tertantang karena
selain harus mempelajari materi yang diberikan oleh guru, siswa juga harus
mempresentasikan hasil dari permasalahan yang telah diberikan. Siswa lebih
mengerti tentang materi yang diberikan dikarenakan didalam kegiatan
pembelajaran siswa diberi topik permasalahan yang harus dipecahkan secara
mandiri dan kelompok berpasangan. Siswa merasa tertantang untuk
memahami materi karena didalam kegiatan pembelajaran diadakan sesi
presentasi.
Guru melihat hasil belajar siswa, hasil belajar dengan pengaruh
pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share lebih baik
jika dibandingkan dengan metode konvensional. Meskipun pada kelas dengan
pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran Think pair share
terdapat 3 siswa yang tidak memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM)
tetapi KKM sudah sangat bagus. Siswa merasa senang mengikuti
pembelajaran karena nilai yang didapat lebih bagus karena siswa merasa
mampu menjawab topik permasalahan yang diberikan guru.
Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil wawancara antara guru dan
siswa bahwa pengaruh pemanfaatan dalam model pembelajaran kooperatif
tipe Think pair share pada mata pelajaran TIK yaitu mendapat respon positif
dari guru kelas karena membuat siswa lebih antusias dalam mengikuti
pembelajaran. Hasil belajar siswa lebih baik karena kegiatan pembelajaran
berpusat pada siswa dan guru hanya sebagai fasilitator.
Hasil observasi aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kontrol
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Hasil presentase observasi aktivitas siswa
No Indikator Kelas
Selisih Eksperimen Kontrol
1 Visual 95 % 65 % 30 %
2 Lisan 89 % 56 % 33 %
3 Mendengarkan 94 % 63 % 31 %
4 Menulis 82 % 57 % 25 %
5 Metric 88 % 58 % 30 %
6 Emosional 98 % 64 % 34 %
𝑱𝒖𝒎𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒌𝒐𝒓
𝑺𝒌𝒐𝒓 𝒎𝒂𝒙 × 𝟏𝟎𝟎% 91.16 % 60.50 % 30.66%
14
Berdasarkan tabel 4 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan aktivitas
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Perbedaan tersebut
ditunjukkan dengan hasil tiap indikator yang diperoleh pada kedua kelas,
bahwa pada kelas eksperimen aktivitas siswa lebih tinggi dari kelas kontrol.
Pada indikator 1 ditunjukkan angka pada kelas eksperimen sebesar 95%,
artinya aktivitas siswa dapat dikategorikan sudah siap mengikuti proses
pembelajaran. Namun pada kelas kontrol indikator pada nomor 1, aktivitas
siswa belum memenuhi standar dalam melakukan proses pembelajaran.
Penilaian demikian juga berlaku pada seluruh indikator yang ada pada lembar
observasi tresebut sesuai dengan hasil yang diperoleh pada tiap indikator.
Keseluruhan jumlah pada kelas eksperimen dikategori berkriteria
sangat baik, hal ini ditunjukan dengan persentase sebesar 91.16%. pada kelas
kontrol dikategorikan berkriteria cukup baik, hal ini ditunjukkan dengan hasil
persentase sebesar 60.50%. skor psersentase yang diperoleh dihitung dengan
menggunakan bantuan aplikasi pengolah angka. Perbedaan persentase lembar
observasi siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tersebut
menunjukkan bahwa aktifitas belajar siswa dengan pengaruh pemanfaatan
internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think pair share lebih
tinggi daripada kelas kontrol dengan metode konvensional terhadap hasil
belajar TIK siswa kelas IX semester 1. Artinya pemanfaatan internet dalam
model pembelajaran kooperatif tipe think pair share tersebut dapat
menjadikan aktivitas belajar siswa lebih aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.
Sebelum melakukan pretest dan Post-test pada kelas eksperimen dan
kontrol pada penelitian ini dilakukan uji validitas soal terlebih dahulu.
Validitas adalah menunjuk kepada sejauh mana suatu alat mampu mengukur
pa yang seharusnya diukur. Uji coba instrumen dilakukan di kelas IXF.
Terlihat bahwa ada 16 item soal tes valid dengan harga korelasi (r)
menunjukkan bahwa koefisien validitas bergerak dari 0,218 sampai 0,773 dan
terdapat tiga kriteria validitas yaitu validitas rendah, validitas cukup validitas
tinggi. Kriteria validitas rendah berjumlah 5 yaitu nomor 6, 10, 19, 23 dan 24.
Kriteria validitas cukup berjumlah 7 yaitu nomor 1, 2, 4, 7, 11, 13 dan 21.
Sedangkan kriteria validitas tinggi berjumlah 4 yaitu 8, 9, 12 dan 14. Dari 16
soal yang valid maka soal ini dipergunakan untuk Post-test.. berdasarkan
hasil dari r hitung yang dibandingkan dengan r tabel pada tiap butir soal,
maka butir soal yang valid adalah jika thitung > rtabel, yaitu pada butir soal
nomor 1, 2, 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 19, 21, 23 dan 24, Sedangkan soal
yang tidak valid adalah 3, 5, 15, 16, 17, 18, 20, 22 dan 25.
Setelah melakukan uji validitas, maka dilakukan uji reliablitas.
Reliabilitas instrumen menggunakan alpha dari Cronbach‟s yang memberikan
koefisien reliabilitas sebesar 0,865. Setelah dilakukan analisa, hasil
menunjukkan bahwa instrumen layak digunakan untuk mengukur variabel
penelitian dengan berpedoman pada kriteria tingkat reliabilitas instrumen
yang dikemukakan George dan Mallery (1995) bahwa reliabilitas dapat
diterima jika nilainya 0,7 ˂ α ≤ 0,8.
15
Setelah didapatkan soal-soal yang valid kemudian dilakukan pretest
dan Post-test kepada kelas kontrol dan eksperimen. Nilai- nilai dari pretest
dan Post-test yang telah didapatkan, sebelum melakukan pengujian hipotesis
penelitian, terlebih dahulu akan mendeskripsikan mengenai nilai rata-rata
siswa, nilai minimum, dan maksimum dari data pretest dan Post-test.
Deskripsi data pretest guna untuk mengetahui kemampuan awal siswa
sebelum siswa menerima pembelajaran dan mengukur kemampuan awal
siswa. Data pretest yang diperoleh dari tes tertulis berupa tes pilihan ganda
sebanyak 16 soal. Sedangkan deskriptif data Post-test digunakan untuk
mengetahui kemampuan siswa setelah dilakukan proses pembelajaran yang
diberikan perlakuan maupun tidak diberikan perlakukan. Soal yang diberikan
sama dengan soal pada saat pretest. Berdasarkan hasil penghitungan data,
didapati statistik Deskripsi data pretest dan post-test kelas eksperimen dan
kontrol adalah sebagai berikut:
Grafik 1
Rat-rata Nilai Pretest dan Posttest
kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen
Eksperimen Kontrol Peningkatan
Pretest 68.89 69.33 0.44
Postest 82.79 72.81 9.98
Peningkatan 13.9 3.48
Berdasarkan grafik 1 terlihat bahwa perbedaan rata-rata nilai pretest
kelas eksperimen dan kontrol tidak jauh berbeda, yakni pada kelas
eksperimen 68,89 dan pada kelas kontrol 69,33. Dari data tersebut dapat
dilihat bahwa kedua kelas tersebut memiliki kecenderungan kelas yang sama.
Kemudian pada postest terlihat bahwa rata-rata kelas eksperimen dan kontrol
memiliki perbedaan , yakni pada kelas eksperimen 82,79 dan pada kelas
kontrol 72,81.
Setelah mendeskripsikan data pretest dan Post-test, selanjutnya
dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebelum dilakukan pengujian
hipotesis. Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data tersebut
berdistribusi normal atau tidak antara kelas kontrol dan eksperimen.
Pengujian ini dilakukan dengan statistik Kolmogorof-Smirnov dengan
bantuan program aplikasi penghitungan. Hasil uji normalitas dapat dilihat
pada tabel berikut.
Tabel 5. Normalitas Pretest
Kelas Z Sig. (P) α Kesimpulan
Kontrol 818 0.516 0.05 Normal
Eksperimen 1.245 0.090 Normal
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa nilai pretest kelas
eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal dengan melihat Sig.
16
Kolmogorov-Smirnov ˃ 0,05. Variabel pertama atau kelompok eksperimen nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,090 sedangkan untuk variabel kedua atau kelompok kontrol nilai Sig. Kolmogorov-Smirnov adalah 0,516. Nilai alpha 0,05, kelas kontrol pada kolom sig. 0.516 < 0.05 sedangkan kelas
eksperimen pada kolom sig. 0.090 > 0.05. Sehingga hasil pretest kelas
eksperimen dan kelas kontrol memiliki distribusi normal karena nilai P lebih
besar dari nilai α.
Setelah diketahui bahwa skor pretest berdistribusi normal, selajutnya
dilakukan uji homogenitas untuk mengetahui apakah kedua kelompok kelas
kontrol dan kelas eksperimen memiliki tingkat varians data yang sama
sehingga dapat dijadikan kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hasil uji
homogenitas tes awal (pre-test) kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat
dilihat pada tabel 6.
Tabel 6. Test of Homogeneity of Variances Nilai
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
1.097 4 22 .383
Pada uji ini jika nilai signifikan > 0.050 maka nilai tersebut dapat
dikategorikan homogen, sedangkan jika nilai signifikan < 0.050 maka nilai
tersebut dikategorikan tidak homogen. Berdasarkan tabel 4.10 dapat diketahui
bahwa nilai df1 sebesar 4,dan nilai df2 sebesar 22 dengan sig. 0,383 > 0,050
maka dapat disimpulkan kedua varian memiliki varian yang sama atau
dengan kata lain kedua kelas homogen. Sehingga data hasil belajar siswa
eksperimen dan kontrol dapat memiliki varience yang sama atau homogen.
Dengan melihat data normalitas yang berdistribusi normal dan data
homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk pengujian kesamaan
rata-rata nilai pretest dari kelas kontrol dan eksperimen dengan menggunakan
uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent Sample T-Test. Jika
signifikansi < 0,05 dari nilai alpha yang ditentukan maka H1 diterima,
sedangkan jika signifikansi > 0,05 maka H0 ditolak. Pengujian hipotesis
dilakukan kepada siswa untuk melihat persamaan kemampuan awal siswa
antara yang meggunakan perlakuan dan yang menggunakan konvensional
terhadap rata-rata nilai pretest pada masing-masing kelas. Pengujian hipotesis
di uji melalui uji indenpenden sampel T-test dengan mengunakan taraf
signifikansi 5%. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Independent sample t-test Pretest
Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α
Pretest Eksperimen 68.89 53 0.876 0.05
Kontrol 69.33
17
Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat bahwa nilai signifikan 0.876 < 0.05,
maka terdapat persamaan antara kelas kontrol dan eksperimen setelah
dilakukan pretest-Post-test.
Seluruh analisis data pretest sudah dilakukan, maka selanjutnya
analisi data Post-test. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normalitas
data hasil tes akhir posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen dan
diujikan dengan one-sample kolmogrof-smirnov test. Hasil uji posttest
tersebut terdapat pada tabel 8 berikut.
Tabel 8. Normalitas Post-test
Kelas Z Sig. (P) Α Kesimpulan
Kontrol 1.290 072 0.0
5
Normal
Eksperimen 1.210 107 Normal
Kriteria pada uji normalitas apabila sig. > α maka nikai tersebut
berdistribusi normal. Berdasarkan uji normalitas yang terdapat pada tabel
4.15 bahwa pada kelas kontrol nilai sig. nernilai 0.072, dan pada kelas
eksperimen nilai sig. bernilai 0.107. Jadi dapat disimpulkan bahwa kedua
kelas tersebut berdistribusi normal.
Setelah didapatkan bahwa data Post-test berdistribusi normal, maka
dilakukan uji homogenitas. Uji ini digunakan untuk mengetahui kedua
kelompok memiliki tingkat varians data yang sama, yang selanjutnya akan
menjadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Analisis homogenitas
menggunakan uji Levene’s dengan program aplikasi data statistik hasil uji
homogenitas data posttest terdapat pada tabel 9 berikut.
Tabel 9. Test of Homogeneity of Variances
Nilai
Levene
Statistic
df1 df2 Sig.
.585 3 22 .631
Apabila pada uji ini nilai signifikan > 0.05 maka bernilai homogen,
sedangkan jika nilai signifikan < 0.05 maka bernilai tidak homogen. Pada
tabel 4.16 nilai signifikan posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen
bernilai 0.631 > 0.05, sehingga dapat disimpulkan bahwa data tersebut
memiliki varians yang sama (homogen).
Dengan melihat data Post-test normalitas yang berdistribusi normal
dan data homogenitas yang diketahui homogen, sehingga untuk menguji
perbedaan dua rata-rata nilai Post-test dari kelas kontrol dan eksperimen
dengan menggunakan uji parametrik, yaitu uji t dengan statistik Independent
Sample T-Test. Pada uji T (Independent Samples T Test) H1 akan diterima
apabila nilai signifikan bernilai > 0.05, dan jika nilai signifikan < 0.05 maka
H0 ditolak. Uji T dilakukan setelah ada uji normalitas dan homogenitas data,
18
dan digunakan untuk menguji perbedaan nilai rata-rata pada kelas kontrol dan
kelas eksperimen dengaan taraf signifikan 5%.
Rumusan hipotesis yang akan diuji pada pembahasan dalam kasus ini
yaitu :
H1 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa daripada menggunakan metode konvensional pada mata
pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.
H0 : Pengaruh pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran
kooperatif tipe Think pair share tidak efektif untuk meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran TIK di kelas XI SMPN 8 Salatiga.
Kriteria pengambilan keputusan :
Jika sig Fhitung > 0.05 maka H0 diterima, H1 ditolak Jika sig Fhitung < 0.05 maka H0 ditolak, H1 diterima
Hasil perhitungan data uji T dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Hasil Uji Independent sample t-test Posttest
Keterangan Kelas Mean df Sig(P) α
Post-test Eksperimen 82.79 53 0.000 0.05
Kontrol 72.81
Pada tabel 10 dapat dilihat bahwa nilai signifikan adalah 0.000 < 0.05,
maka H1 diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan nilai posttest pada kelas kontrol dan kelas eksperimen, artinya pada
kedua kelas ini mempunyai kemampuan yang berbeda. Hal ini membuktikan
bahwa Pengaruh pemanfaatan internet dalam model pembelajaran kooperatif
tipe Think pair share lebih efektif untuk meningkatkan hasil belajar siswa
daripada menggunakan metode konvensional pada mata pelajaran TIK di
kelas XI SMPN 8 Salatiga.
Hasil analisis data penelitian yang dibuktikan melalui analisis uji
statistic dengan bantuan software SPSS 16.0 menunjukan bahwa kemampuan
awal siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen adalah sama (homogen). Hal
ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil pretest kedua kelas dan dibuktikan
dengan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi 0,000 < 0,005, maka dapat
dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotess dalam penelitian ini diterima untuk
melihat persamaan rata-rata. Hasilnya menunjukan bahwa tidak terdapat
perbedaan kemampuan awal antara kelas eksperimen dan kontrol. Hal ini
wajar karena kedua kelas tersebut belum mendapatkan perlakuan dan materi
belajar.
Setelah proses pembelajaran dilaksanakan dengan memberikan
perlakuan dengan model pembelajaran Think pair share berbantuan internet
pada kelas eksperimen dan perlakuan menggunakan metode konvensional
pada kelas kontrol, menunjukan bahwa hasil belajar akhir kedua kelompok
mengalami perbedaan. Perbedaan hasil belajar ditunjukan oleh nilai rata-rata
kelas eksperimen 82.79 dan pada kelas kontrol 72.81 dari nilai rata-rata
19
posttest terlihat bahwa hasil belajar kelas eksperimen lebih tinggi
dibandingkan kelas kontrol.
Pelaksanaan pembelajaran pada kelompok eksperimen, awalnya
mengalami sedikit hambatan. Pembelajaran yang baru bagi guru dan siswa
memerlukan waktu untuk penyesuaian. Tetapi hambatan-hambatan yang
terjadi perlahan dapat dikurangi. Aktifitas di dalam kelas yang bervariatif
dapat menambah semangat, motivasi, karakter berbagi, membantu dalam
memecahkan masalah dan dapat menciptakan lingkungan belajar positif,
sehingga pelajaran menjadi lebih interaktif dan efektif. Seluruh uraian yang
telah dijabarkan menunjukan bahwa secara umum pengaruh pemanfaatan
internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share
memberikan pengaruh yang berarti dan efektif dalam meningkatkan hasil
belajar pada mata pelajaran TIK siswa kelas IX SMPN 8 Salatiga.
5. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh pemanfaatan internet
dalam model pembelajaran kooperatif tipe Think pair share dapat diambil
kesimpulan : 1) Berdasarkan hasil uji t dengan perbandingan nilai signifikansi
0,000< 0,005, maka dapat dinyatakan berpengaruh signifikan dan hipotesis
dalam penelitian ini diterima. Hipotesis dalam penelitian ini adalah pengaruh
pemanfaatan akses internet dalam model pembelajaran kooperatif tipe think
pair share berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas IX SMPN 8
Salatiga pada materi TIK. 2) Hasil belajar meningkat dengan nilai posttest
kelas eksperimen lebih tinggi jika dibandingkan dengan kelas kontrol.
Dengan rata-rata nilai kelas eksperimen 82.79 dan rata-rata nilai kelas kontrol
72.81. 3) Keaktifan pada kelas eksperimen dan kontrol memiliki perbedaan
selisih 30.66%, dengan perbandingan kelas eksperimen 91.16% dan kelas
kontrol 60.50%.
20
6. Daftar Pustaka [1] Yuwana, S.Y. 2004. Pembelajaran yang efektif. Jurnal.
[2] Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi
Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
[3] Ibrahim, dkk. 2005. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya : UNESA -
University Press.
[4] Yusuf. 1993. Upaya peningkatkan prestasi belajar PKn melalui metode
pembelajaran Think pair share (TPS) bagi siswa kelas VIIC SMP N
Abdi Surakarta”.
[5] Ulfa. I.M. 2010. Pengaruh penggunaan metode pembelajaran kooperatif
Think pair share terhadap hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VII di
SMP N 2 Lawang”
[6] Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa. Media.
[7] Arends, 1997. Classroom Intructional Management. Dalam Trianto.
2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Konstruktif. Jakarta: Prestasi
Pustaka.
[8] Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
[9] Sudjana, 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
[10] Sudjana, 2011. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung:
Rosdakarya. Hlm 22.
[11] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
[12] Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta. Hlm. 02
[13] Krisianto, Andy. 2014. Internet Untuk Pemula. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo. Hlm.01
[14] Sugiyono 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
[15] Arikunto. S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: PT Rhineka Cipta.
[16] Sadirman, A. M. 2004. Interaksi dan motivasi belajar mengajar.
Jakarta: Raja Grafinda Persada