Upload
doananh
View
225
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INTRUCTION (PEMBELAJARAN LANGSUNG) TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN FISIKA DI SMP N 1 INDRAPURI
TIM PENELITI :
1. BIRRUL WALIDAIN,S.P.d,M.Pd (KETUA) NIDN:01-1011-8403
2. EVISARVIANA S.Pd (ANGGOTA)
UNIVERSITAS SERAMBI MEKKAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDA ACEH 2013
HALAMAN PENGESAHAN
Judul :Pengaruh Model Pembelajaran Direct Intruction (Pembelajaran Langsung) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika Di SMP N 1 Indrapuri
Peneliti/Pelaksana
Nama Lengkap : BIRRUL WALIDAIN,S.Pd,M.Pd
Perguruan Tinggi : Universitas Serambi Mekkah
NIDN : 0901182
Jabatan Fungsional :
Program Studi : Fisika
Nomor HP :085260554339
Alamat Surel (e-mail) :[email protected] Anggota
Nama lengkap : EVI SARVIANA S.Pd
NIDN :
Perguruan Tinggi : Universitas Serambi Mekkah
Nama Institusi Mitra :
Alamat :
Penanggung Jawab :
Tahun Pelaksanaan :
Biaya Tahun Berjalan :
Biaya Keseluruhan :
Mengetahui, Banda Aceh, Desember 2013
Dekan Fakultas FKIP USM Ketua,
(Drs.M.Isa Rani,M.Pd) (Birrul Walidain,S.Pd,M.PD)
NIP : 19640206 198903 1 003 NIDN :0110118403
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat
dan hidayah-Nyalah penulis diberi kesempatan dan kemampuan dalam
menyelesaikan skripsi ini yang merupakan tugas akhir untuk meraih gelar sarjana
pendidikan dapat diselesaikan.
Salawat dan salam pada junjungan alam Nabi Muhammad SAW, yang
telah membimbing umatnya dari alam jahiliyah ke alam islamiah, yaitu alam yang
penuh dengan ilmu pengetahuan seperti yang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti yang kita rasakan saat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan penelitian ini masih jauh
dari kesempurnaan dan banyak kekurangan disebabkan keterbatasanya
pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu saran dan
kritik yang membangun sangat penulis harapkan demi perbaikkan dan
kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya penulis mengharapkan agar segala jasa
baik dari berbagai pihak mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT,
semoga skripsi ini dapat
bermamfaat bagi penulis khususnya dan semua pihak yang membutuhkannya.
Aamiin yaarabba’alamin … Banda Aceh, Desember 2013
Penulis
ii
ABSTRAK
model pembelajaran direct instruction atau pembelajaran langsung “Merupakan suatu model pengajaran yang bersifat teacher center.Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adakah apakah ada pengaruh model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 1 Indrapuri? Dengan tujuan untuk mengetahui untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 1 Indrapuri.Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indrapuri yang terdiri dari 6 kelas dengan jumlah siswa 168 orang, yang terdiri dari 28 orang kelas VIII-1 dan 26 orang kelas VIII2.Adapun sampel dalam penelitian ini diambil secara acak.Kegiatan pengolahan data diawali dengan Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh thit = 1,91 dan ttab dengan taraf signifikan α =0,05 dan dk = 52, dengan cara interpolasi t0,95 (52) = 1,67 sehingga diperoleh thit > ttab. Hal ini berarti tolak Ho dan terima Ha pada taraf signifikan α = 0,05 .Sehingga bahwa penerapan model pembelajaran langsung pada konsep gerak lurus berpengaruh terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indrapuri Aceh Besar.
ii
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK ................................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................................. iv DAFTAR TABEL .................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah .................................................................... 4 1.3 Tujuan Penelitian ..................................................................... 4 1.4 Manfaat Penelian ..................................................................... 4 1.5 Anggapan Penelitian................................................................. 5 1.6 Hipotesis Penelitian .................................................................. 5 1.7 Definisi Operasional ................................................................ 6
BAB II LANDASAN TEORI ..................................................................... 7
2.1 Pengertian Model Pembelajaran ............................................... 7 2.2 Pengertian Pembelajaran Direct Intruction .............................. 7 2.3 Tujuan Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran
Langsung) ................................................................................. 16 2.4 Langkah Pembelajaran Langsung ............................................ 17 2.5 Strategi Belajar ......................................................................... 18 2.6 Prestasi Belajar ......................................................................... 20
BAB III METODELOGI PENELITIAN ................................................... 24
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian .................................................. 24 3.2 Populasi dan Sampel................................................................. 24 3.3 Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 24 3.4 Teknik Pengolahan Data .......................................................... 25
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN............................ 28
4.1 Pengumpulan Data dan Pengolahan Data................................. 28 4.2 Uji Hipotesis ............................................................................. 41 4.3 Pembahasan .............................................................................. 43
BAB V PENUTUP ...................................................................................... 45 5.1 Kesimpulan ................................................................................ 45 5.2 Saran .......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Model Pengajaran Langsung ........................... 17
Tabel 4.1
Nilai Pretest Masing-Masing Kelas .............................................
28
Tabel 4.2
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol ..............
30
Tabel 4.3
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen .......
32
Tabel 4.4
Nilai Post-test Masing-masing Kelas ...........................................
34
Tabel 4.5
Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test siswa kelas Eksperimen ...................................................................................
36
Tabel 4.6
Daftar Distribusi frekuensi untuk uji normalitas dari nilai post- test siswa eksperimen. ..................................................................
37
Tabel 4.7
Daftar distribusi frekuensi dari nilai post-test kelas kontrol .......
39
Tabel 4.8
Daftar Distribusi frekuensi untuk uji Normalitas nilai Post-Test kelas kontrol .................................................................................
40
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Proses belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai mendidik.
Nilai mendidik mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik.
Interaksi yang bernilai mendidik dikarenakan kegiatan pembelajaran yang di
lakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang dirumuskan sebelum
pembelajaran di lakukan guru karena dengan menggunakan model-model
pembelajaran.
Harapan yang tidak sirna dan selalu guru tuntut adalah bagaimana bahan
pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh siswa secara tuntas. Hal ini
merupakan masalah yang cukup sulit yang di rasakan guru. Kesulitan itu
dikarenakan siswa bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikan, tetapi
mereka juga makhluk sosial dengn latar belakang yang berlainan.
Surachmad (1968:58) berpendapat sebagai berikut: “Apabila seorang guru
sudah menyadari bahwa tujuan khusus yang akan dicapainya itu harus melalui
proses didalam satu situasi yang khusus itu akan memakai cara tertentu, hakikat
inilah yang di pakai oleh guru sebagai petunjuk memilih satu atau serangkaian
metode yang efektif”. Tampaknya, semua yang dikemukakan di atas tentang
faktor yang perlu diperhatikan dalam penggunaan metode mengajar sejalan
dengan apa yang dikemukakan oleh Amto Enge Abdullah, dkk (1983:183)
sebagai berikut:
1
1. Metode mengajar sesuai dengan tujuan 2. Metode mengajar sesuai dengan para siswa 3. Kegiatan belajar mengajar serasi dengan lingkungan, dan 4. Pelajaran terkoordinasi dengan baik.
Berdasarkan pendapat di atas, jelaslah bahwa model pembelajaran dapat
berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting. Model pembelajaran tertentu
memungkinkan guru dapat mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan bukan
tujuan pembelajaran.
Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
suatu strategi, metode atau prosedur. Model pembelajaran mencakup suatu
pendekatan pembelajaran yang menyeluruh, misalnya model pembelajaran direct
instruction (pembelajaran langsung). Model pembelajaran ini menuntut guru
untuk dapat memberi suatu pengetahuan dan prosudur, siswa sering kali
menggunakan tentang cara-cara melakukan sesuatu. Dalam model pembelajaran
langsung, siswa sering mengunakan bermacam-macam keterampilan metodelogis
dan prosedural, seperti melakukan percobaan,melakukan diskusi dan melakukan
presentasi.
Proses belajar sangat dipengaruhi oleh penggunaan model pembelajran,
penggunaan model pembelajaran langsung merupakan salah satu cara untuk
mengerjakan konsep dan keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa
yang berprestasi rendah. Berdasarkan observasi sementara di SMPN 1 Indrapuri
guru mengajar dengan menggunakan model pembelajaran konvensional dengan
berbagai metode karena melihat tingkat pemahaman siswa yang bervariasi atau
berbeda-beda, begitu pula dengan prestasi yang dicapaipun berbeda-beda, rata-
rata nilai siswa 5,8 belum mencapai target kriteria ketuntasan minimal yang telah
ditetapkan untuk kelas VIII yaitu 60.
Setiap model memerlukan sistem pengelolaan dan lingkungan yang
berbeda. Setiap pendekatan memberikan peran yang berbeda kepada siswa, pada
ruang fisik, dan pada system social kelas. Menurut Wasis (2004:5) model
pembelajaran direct instruction atau pembelajaran langsung “Merupakan suatu
model pengajaran yang bersifat teacher center. Dalam menerapkan model
pembelajaran langsung, guru harus menerapkan pengetahuan atau keterampilan
yang akan dilatihkan kepada siswa secara langkah demi langkah”. Model
pembelajan langsung dapat berjalan dengan optimal apabila siswa duduk
berhadapan-hadapan dengan guru,yang sering kali didekat papan tulis. Dalam
pembelajaran langsung siswa perlu tenang dan memperhatikan uraian serta segala
sesuatu yang dilakukan oleh guru. Jika siswa tidak memperhatikan apa yang di
jelaskan dan dilakukan guru, maka siswa tidak akan dapat mengulangi apa yang di
kerjakan guru.
Apabila model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung)
yang diterapkan oleh guru dapat berjalan dengan baik, maka akan membantu
siswa dalam memahami materi pelajaran. Jika siswa dapat memahami pelajaran
dengan baik, maka prestasi belajar siswa akan meningkat. Oleh karena itu guru
perlu memahami sintak-sintak dari model pembelajaran direct instruction
(pembelajaran langsung).
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah di uraikan di atas, maka
timbul permasalahan apakah model pembelajaran direct instruction (pembelajaran
langsung) dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada konsep tekanan. Untuk
menjawab permasalahan ini, maka perlu melakukan penelitian dengan judul :
“Pengaruh Model Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran
Langsung) Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Fisika di
SMP Negeri 1 Indrapuri”.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Adapun yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah
ada pengaruh model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung)
terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 1
Indrapuri?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan permasalahan di atas yang menjadi penulis
kemukakan maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran direct instruction (pembelajaran
langsung) terhadap prestasi belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMP
Negeri 1 Indrapuri.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi kontribusi positif bagi dua aspek
penting baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat dari penelitian
ini adalah:
1. Secara teoritis, kegunaan penelitian ini adalah menjelaskan model
pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung), sehingga
penelitian ini dapat menjadi referensi tentang model pembelajaran.
2. Seacara praktis, kegunaan model pembelajaran direct instruction
(pembelajaran langsung) adalah sebagai perbaikan proses pembelajaran
dalam meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat menjadi refleksi
bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran direct instruction
(pembelajaran langsung).
1.5 Anggapan Dasar
Adapun anggapan dasar yang merupakan titik acuan atau titik tumpu
dalam penelitian ini adalah:
1. Pokok bahasan tekanan merupakan salah satu materi yang diajarkan pada
siswa SMP/sederajat.
2. Model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung)
merupakan model pembelajaran yang di gunakan untuk mengajarkan
materi tekanan.
1.6 Hipotesis Penelitian
Adapun yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh
model pembelajaran direct instruction (pembelajaran langsung) terhadap prestasi
belajar siswa pada mata pelajaran Fisika di SMP Negeri 1 Indrapuri.
1.7 Definisi Operasional
1. Model pembelajaran adalah proses atau tindakan yang dilaksanakan saat
terjadi interaksi antara guru dan siswa dalam kelas.
2. Pembelajaran direct instruction merupakan model pembelajaran yang
bersifat guru sebagai pusat perhatian dan diajarkan selangkah demi
selangkah.
3. Prestasi belajar adalah pencapaian tujuan belajar dan hasil belajar sebagai
produk dari proses belajar .
4. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan ( rangakaian kegiatan)
termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau
kekuatan dalam pembelajaran.
BAB II
LANDASAN TEORETIS
2.1 Pengertian Model Pembelajaran
Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori sosial yang merupakan
perluasan dari teori trasdisional. Menurut Bandura dalam buku (Sudibyo, 2004:3)
“Sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan
menggugat tingkah laku orang lain”. Sedangkan menurut Sardiman (1992:22)
“Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian
kegiatan”. Berdasarkan pendapat di atas dapat di jelaskan bahwa sebagian besar
tingkah laku siswa harus menggantungkan diri sepenuhnya pada hasil-hasil
kegiatannya sendiri. Sebagian besar tingkah laku siswa dipelajari secara observasi
melalui pemodelan dari observasi terhadap prilaku orang lain. Seorang
membentuk pengertian bagaimana melakukan tingkah laku baru.
Menurut Dimyati dan Mujiono (2006:78) mengatakan bahwa:
Belajar merupakan kegiatan sehari-hari bagi siswa sekolah, kegiatan belajar tersebut ada yang dilakukan di sekolah, dirumah, dan ditempat lain seperti di mesium, perpustakaan, kebun binatang, sawah, sungai dan hutan. Ditinjau dari segi guru kegiatan belajar siswa tergolong dirancang dalam desain intruksional.
2.2 Pengertian Pembelajaran Direct Intruction
Model pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang
sebenarnya bersifat guru sebagai pusat perhatian dan lebih mengutamakan strategi
pembelajaran yang baik guna memperluas informasi materi ajar, dikatakan juga
Pembelajaran yang baik guna memperluas informasi materi ajar, dikatakan juga
model pembelajaran langsung yang berorientasi kepada guru (teacher centered
approach). Menurut Arends (1997:77) “Bahwa model pembelajaran mengacu
pada pendekatan pembelajaran tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran dan pengeloloan kelas”. Berdasarkan pendapat di atas
dikatakan dengan model pembelajaran adalah “Kerangka konstektual yang
menggambarakan prosedur sistematis dalm mengorganisasikan pengalaman
belajar untuk mencapai tujuan belajar dan berfungsi sebagai pedoman bagi
perancangan pengajaran para guru dalam melaksakan pembelajaran”. Kemudian
dalma memilih istilah model pembelajaran ada dua alasan yaitu:
1. Istilah model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas dari pada
suatu strategi model atau prosedur.
2. Model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang menggena.
Dikatakan demikian sebab dalam model ini guru memegang peran yang
sangat dominan. Guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan
yang akan dilatihkan kepada siswa secara selangkah demi selangkah. Melalui
model pembelajaran ini guru menyampaikan materi pembelajaran secara
terstuktur hal ini sesuai dengan pernyataan Sanjaya (2004:105) “Pembelajaran
direct instruction atau pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang
berorientasikan kepada guru, guru memegang peran yang sangat dominan dan
materi yang disampaikan adalah terstruktur”.
Ciri-ciri pada pembelajaran direct intruction :
1. Proses pembelajaran langsung didominasi oleh keaktifan guru
2. Susunan kelas ditentuka oleh guru sebagai perancang kondisi
3. Lebih mengutamakan keluasan materi ajar dari pada proses terjadinya
pembelajaran
4. Materi ajar bersumber dari guru.
Peranan siswa dan guru dalam interaksi belajar mengajar ditentukan oleh
strategi ataupun metode belajar mengajar yang digunakan dalam proses mengajar
yang bersifat eksposition, peranan lebih aktif dimainkan oleh guru. Guru
menyiapkan seluruh bahan ajar dan guru pula yang menyampaikan seluruh bahan
ajar kepada siswa dalam strategi belajar ini interksi belajar mengajar terjadi hanya
antara guru dan siswa.
Menurut Ibrahim dan Nana (1994:45) mengatakan bahwa:
Kegiatan belajar yang bersifat ekspositian baik pada tahap perencanaan maupun pada pelaksaan mengajar, dalam pendekatan ini guru berperan lebih aktif lebih banyak melakukan aktifitas dibandingkan siswanya. Guru telah mengelola dan mempersiapkan bahan ajar secara tuntas, lalu menyampaikan kepada siswa. Metode mengajar yang biasa digunakan pengajaran eksposition atau tehnik penyampaian semacam kuliah adalah ceramah dan demontrasi.
Dalam pemabelajaran direct instruction (pembelajaran langsung) sering
juga diterapkan tehnik pemberian dan penyampaian materi secara lansung
memperlihatkan atau memperkenalkan benda-benda langsung kepada siswa.
2.2.1 Karakteristik Model Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran
Langsung)
Salah satu karakteristik dari model pembelajaran langsung adalah adanya
sintaks atau tahapan pembelajaran. Guru yang akan menggunakan model
pembelajaran langsung juga harus memperhatikan variabel-variabel lingkungan
lainnya, yaitu fokus akademik, arahan dan kontrol guru, harapan yang tinggi
untuk kemajuan siswa, waktu, dan nampak netral dari pembelajaran.
Dengan demikian pembelajaran langsung sangat mengoptimalkan
penggunan model pembelajaran langsung adalah sebagai berikut:
1. Orientasi
Sebelum menyajikan dan menjelaskan materi baru, akan sangat menolong
siswa jika guru memberikan kerangka pembelajaran dan orientasi terhadap materi
yang akan disampaikan. Bentuk-bentuk orientasi dapat berupa:
a. Kegiatan pendahuluan untuk mengetahui pengetahuan yang relevan
dengan pengetahuan yang dimiliki siswa;
b. Mendiskusikan atau menginformasikan tujuan pelajaran;
c. Memberikan pembelajaran/arahan mengenai kegiatan yang akan
dilakukan.
d. Menginformasikan materi/konsep yang akan digunakan dan kegiatan yang
akan dilakukan selama pembelajaran; dan
e. Menginformasikan kerangka pelajaran.
2. Presentasi
Pada fase ini guru dapat menyajikan materi pelajaran baik berupa konsep
maupun keterampilan. Penyajian materi dapat berupa :
a. Penyajian materi dalam langkah-langkah kecil sehingga materi dapat
dikuasai siswa waktu relatif pendek;
b. Pemberian contoh-contoh konsep;
c. Pemodelan atau peragaan keterampilan dengan cara demostrasi atau
penjelasan langkah-langkah kerja terhadap tugas;
d. Menghindari disgresi;
e. Menjelaskan ulang hal-hal yang sulit;
3. Latihan Terstruktur
Pada fase ini guru memandu siswa untuk melakukan latihan-latihan. Peran
guru yang penting dalam fase ini adalah memberikan umpan balik terhadap
respon siswa dan memberikan penguatan terhadap respon siswa yang benar dan
mengoreksi respon siswa yang salah.
4. Latihan Terbimbing
Pada fase ini guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih
konsep atau kesimpulan.
5. Latihan Mandiri
Pada fase ini siswa melakukan kegiatan latiahan secara mandiri, fase ini
dapat dilalui siswa jika telah mengusai tahap-tahap penegerjaan tugas 85-90%
dalam fase bimbingan latihan. (Bruce dan Weil:1996)
Borich dalam Udin S, (1992:107) mengemukakan sintaks pembelajaran
langsung sebagai berikut :
1. Review harian 2. Penyajian bahan baru 3. Membimbing koreksi dan umpan balik 4. Memberi latihan 5. Memberi latihan bebas 6. Review mingguan dan bulanan
Slavin (2003:222) menggunakan tujuh langkah dalam sintaks
pembelajaran langsung sebagai berikut :
1. Menginformasikan tujuan pembalajaran dan orientasi pelajaran kepada siswa guru menyampaikan
2. Mereview pengetahuan dan keterampilan prasyarat 3. Menyampaikan materi pelajaran. Dalam fase ini, guru menyampaikan
materi, menyajikan informasi, memberikan contoh-contoh, mendemonstrasikan konsep dan sebagainya.
4. Melaksanakan bimbingan, dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menilai tingkat pemahaman siswa dan mengoreksi kesalahan konsep.
5. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih 6. Menilai kinerja siswa dan memberikan umpan balik 7. Memberikan latiahan mandiri, dalam fase ini, guru dapat memberikan
tugas-tugas mandiri kepada siswa untuk meningkatkan pemahamannya terhadap materi yang telah mereka pelajari.
Berdasarkan sintaks di atas, model pembelajaran langsung mengutamakan
pendekatan deduktif, dengan titik berat pada proses belajar konsep dan
keterampilan motorik. Suasana pemebelajaran terkesan lebih tersktrur dengana
peranan guru yang lebih dominan.
Killen (1998:2) mengemukakan beberapa kelebihan model pembelajaran
langsung jika diterapkan secara efektif, sebagai berikut:
1. Siswa dapat mengetahui tujuan-tujuan pembelajaran secara jelas. 2. Waktu untuk berbagai kegiatan pembelajaran dapat di kontrol dengan
ketat. 3. Guru dapat mengendalikan urutan kegiatan pembelajaran. 4. Terdapat penekaan pada pencapaian akademik. 5. Kinerja siswa dapat di pantau secara cermat. 6. Umpan balik bagi siswa beriontasi akademik. Selain itu, model
pembelajaran langsung juga disukai karena memberi guru kendali penuh atas apa, kapan, dan siswa belajar, serta memiliki dasar penelitian yang kuat.
2.2.2 Strategi Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran Langsung)
Strategi pembelajaran langsung merupakan pembelajaran yang banyak
diarahkan oleh guru. Strategi ini efektif untuk menentukan informasi atau
membangun keterampilan tahap demi tahap. Pembelajaran langsung biasanya
bersifat deduktif.
Kelebihan strategi ini adalah mudah untuk direncanakan dan digunakan,
sedangkan kelemahan utamanya dalam mengembangkan kemampuan-
kemampuan, proses-proses, dan sikap yang diperlukan untuk pemikiran kritis dan
hubunganinterpersonal serta belajar kelompok. Agar siswa dapat mengembangkan
sikap dan pemikiran kritis, strategi pembelajaran langsung perlu dikombinasikan
dengan strategi pembelajaran yang lain .
2.2.3 Kelebihan Menggunakan Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung memberi guru kendali penuh atas
lingkungan pembelajaran. Berikut beberapa kelebihannya:
1. Dengan model pembelajaran langsung, guru mengendalikan isi materi dan
urutan informasi yang diterima oleh siswa sehingga dapat
mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa.
2. Dapat diterapkan secara efektif dalam kelas yang besar maupun kecil.
3. Dapat digunakan untuk poin-poin penting atau kesulitan-kesulitan yang
mungkin dihadapi siswa sehingga hal-hal tersebut dapat diungkapkan.
4. Dapat menjadi cara yang efektif untuk mengajarkan informasi dan
pengetahuan faktual yang sangat terstruktur.
5. Merupakan cara yang paling efektif untuk mengajarkan konsep dan
keterampilan-keterampilan yang eksplisit kepada siswa yang berprestasi
rendah.
6. Dapat menjadi cara untuk menyampaikan informasi yang banyak dalam
waktu yang relatif singkat yang dapat diakses secara secara oleh seluruh
siswa.
7. Memungkinkan guru untuk menyampaikan ketertarikan pribadi mengenai
mata pelajaran (melalui presentasi yang antusias) yang dapat merangsang
ketertarikan dan antusiasme siswa.
8. Ceramah merupakan cara yang bermanfaat untuk menyampaikan
informasi kepada siswa yang tidak sutra membaca atau tidak memiliki
keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi.
9. Secara umum, ceramah adalah cara yang berpaling memungkinkan untuk
menciptakan lingkungan yang tidak mengancam dan bebas stres bagi
siswa.
10. Model pembelajaran langsung dapat digunakan untuk membangun model
pembelajaran dalam bidang studi tertentu.
11. Pengajaran yang eksplisit membekali siswa dengan “cara-cara disipliner
dalam memandang dunia (dan) dengan menggunakan perspektif perspektif
altematiryang menyadarkan siswa akan keterbatasan perspektif yang
inheren dalam, pemikiran sehari-hari.
12. Model pembelajaran langsung yang menekankan kegiatan mendengar
(misalnya ceramah) danmengamati (misalnya demonstrasi) dapat
membantu siswa yang cocok belajar dengan cara-cara ini.
13. Ceramah dapat bermanfat untuk menyampaikan pengetahuan yang tidak
secara langsung bagi siswa, termasuk contoh-contoh yang relevan dan
hasil-hasil penelitian terkini.
14. Model pembelajaran langsung (terutama demonstrasi) dapat memberi
siswa tantangan untuk mempertimbangkan kesenjangan yang terdapat
diantara teori (yang seharusnya terjadi) dan observasi (kenyataan yang
mereka lihat).
15. Demonstrasi memungkinkan siswa untuk berorientasi pada hasil-hasil dari
suatu tugas dan bukan teknik-teknik dalam menghasilkannya.
16. Siswa yang tidak dapat mengarahkan diri sendiri dapat tetap, berprestasi
apabila, model pembelajaran langsung digunakan secara efektif.
17. Model pembelajaran langsung bergantung pada kemampuan refleksi guru
sehingga guru dapat terus-menerus mengevaluasi dan memperbaikinya.
2.2.4 Keterbatasan Model Pembelajaran Langsung
Berikut adalah beberapa keterbatasan model pembelajaran langsung:
1. Model pembelajaran langsung bersandar pada kemampuan siswa untuk
mengasimilasikan informasi melalui kegiatan mendengarkan, mengamati,
mencatat
2. Dalam model pembelajaran langsung, sulit untuk mengatasi perbeclaan
dalam hal kemampuan, pengetahuan awal, tingkat pembelajaran dan
pemahaman, gaya belajar, atau ketertarikan siswa.
3. Karena siswa hanya memiliki sidikit kesempatan untuk terlibat secara
aktif, sulit bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan sosial dan
interpersonal mereka.
4. Karena guru memainkan peran pusat dalam model ini, kesuksesan strategi
pembelajaran ini bergantung pada image guru.
5. Terdapat beberapa bukti penelitian bahwa tingkat struktur dankendali guru
yang tinggi dalam kegiatan pembelajaran, yang menjadi karakteristik
modelpembelajaran langsung, dapat berdampak negatif terhadap
kemampuan penyelesaian masalah, kemandirian, dan keingintahuan siswa.
6. Model pembelajaran langsung sangat bergantung pada gaya komunikasi
guru.
7. Jika materi yang disampaikan bersifat kompleks, rinci, atau abstrak, model
pembelajaran langsung mungkin tidak dapat memberi siswa kesempatan
yang cukup untuk memproses dan memahami informasi yang
disampaikan.
8. Model pembelajaran langsung memberi siswa cara pandang guru
mengenai bagaimana materi disusun dan disintesis, yang tidak selalu dapat
dipahami atau tidak dapat dipahami oleh siswa.
9. Jika model pembelajaran langsung tidak banyak melibatkankan siswa,
siswa akan kehilangan perhatian dan hanya akan mengingat sedikit isi
materi yang disampaikan.
10. Jika terlalu sering digunakan, model pembelajaran langsung akan
membuat siswa percaya bahwa guru akan memberitahu mereka semua
yang perlu mereka ketahui.
11. Karena model pembelajaran langsung melibatkan banyak komunikasi satu
arah, guru sulit untuk mendapatkan umpan balik.
12. Beberapa hal (seperti psikomotorik) tidak dapat diajarkan melalui model
pembelajaran langsung.
2.3 Tujuan Pembelajaran Direct Instruction (Pembelajaran Langsung)
Adapun tujuan pembelajaran langsung untuk memudahkan guru dalam
menyampaikan materi yang diajarkan, sehingga ilmu dan informasi yang
disampaikan mudah dipahami oleh siswa. Dengan demikian hasil belajar siswa
akan lebih meningkat sesuai dengan tujuan pembelajaran di harapkan.
Menurut Suryobroto (2003:28) “model pembelaran direct instruction atau
pembelajaran langsung dikembangkan untuk mengefesienkan materi ajar agar
sesuai dengan waktu yang diberikan dalam suatu periode tertentu. Dengan model
ini cakupan materi ajar yang disampaikan lebih luas di bandingkan dengan model-
model pembelajaran yang lain”.
2.4 Langkah Pembelajaran Langsung
Pengajaran langsung, menurut Kardi (1997:3) “Dapat berbentuk ceramah,
demonstrasi, pelatihan atau praktek, dan kerja kelompok”. Pengajaran langsung
digunakan untuk menyampaikan pelajaran yang ditransformasikan langsung oleh
guru kepada siswa.
Pada model pengajaran langsung terdapat lima fase yang sangat penting
seperti ditunjukkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1 Tahapan-tahapan Model Pengajaran Langsung
Fase Peran Guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan
mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
informasi latar belakang pelajaran, penting
pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan
pengetahuandan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan
benar, atau menyajikan informasi tahap demi
tahap
Fase 3
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan memberi bimbingan
pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemahaman dan
mengecek umpan balik
Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan
tugas dengan baik, memberi umpan balik
Fase 5
Memberikan kesempatan
untukpelatihan lanjutan dan
penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan
pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus
pada penerapan kepada situasi lebih kompleks
dan kehidupan sehari-hari
Pada fase persiapan, guru memotivasi siswa agar siap menerima presentasi
materi pelajaran yang dilakukan melalui demonstrasikan tentang keterampilan
tertentu. Pembelajaran diakhiri dengan pemberian kesempatan kepada siswa untuk
melakukan pelatihan dan pemberian umpan batik tersebut, guru perlu selalu
mencoba memberikan kesempatan pada siswa untuk menetapkan pengetahuan
atau keterampilan yang dipelajari ke dalam situasi kehidupan nyata.
2.5 Strategi Belajar
Strategi belajar merupakan alas untuk membantu siswa “belajar bagaimana
belajar” (learn how to learn), yaitu bagaimana memahami, menyimpan, dan
mengingat kembali keterampilan dan informasi. Pengaruh strategi pembelajaran
terhadap hasil belajar siswa telah ditunjukkan oleh banyak hasil penelitian.
Strategi belajar dapat dikuasai guru dalam waktu yang cepat dan kemudian dapat
diajarkannya kepada siswa-siswanya. Namun, hal ini memerlukan perubahan pola
berpikir guru, karena guru tradisional hanya menyediakan waktu yang sangat
terbatas untuk aspek pembelajaran ini.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal
berikut:
1. Mengidentifikasikan serta menetapkan spefikasi dan kualifikasi perubahan
tingkah laku dan kepribadian siswa sebagaimana yang diharapkan.
2. Memilih dan sistem pendekatan belajar mengajar berdasarkan aspirasi dan
pandangan hidup masyarakat.
3. Memilih dan menetapkan prosedur, dan teknik belajar mengajar yang
paling dianggap tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh
guru dalam menunaikan kegiatan belajar mengajar.
4. Menetapkan norma-norma dan batas minimal keberhasilan atau kriteria
serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman. Oleh yang
guru yangmelakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang
selanjutnya dijadikan umpan balik buat penyempurnaan sistem
intruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Dari uraian di atas ada empat masalah pokok yang sangat penting yang
dapat dan harus dijadikan pedoman buat pelaksanaan kegiatan belajar mengajar
agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan.
Tujuan utama mengajarkan strategi belajar ini adalah untuk menghasilkan
pembelajaran yang dapat mengendalikan diri sendiri. Menurut Djamarah
(2004:23) pembelajaran mandiri memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Secara teliti mendialogis suatu situasi pembelajaran tertentu. 2. Memilih suatu strategi belajar untuk memecahkan suatu masalah belajar
yang diharapkan. 3. Memonitor keefektifan straategi tersebut. 4. Cukup termotivasi untuk terlibat dalam situasi pembelajaran itu tuntas.
Suatu contoh pembelajaran mandiri adalah seseorang yang mengetahui
kapan penting untuk merangkum atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan sambil
membaca halaman dalam suatu buku atau mendengarkan presentasi guru.
Pembelajaran ini juga mengetahui kapan saatnya tidak penting menerapkan suatu
strategi, seperti pada saat guru sedang menceritakan suatu humor atau
mengingatkan kembali suatu pengalaman yanng menarik. Dengan kata lain,
seorang pembelajar dapat memilih strategi belajar yang cocok.
Fase persiapan dan motivasi diikuti oleh presentasi mated ajar yang
ataudidemonstrasikan tentang keterampilan tertentu. Pembelajaran ini termasuk
juga pemberian kesempatan kepada siswa untuk pelatihan dan pemberian umpan
balik terhadap kesulitan siswa. Pada fase pelatihan dan pemberian umpan balik
tersebut, guruperlu selalu mencoba memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menerapkan pengetahuan atau keterampilan yang dipelajari kedalam kehidupan
nyata. Agar tercapainya kurikulum yang diharapkan, maka dalam proses belajar
mengajar terdapat beberapa faktor yang menunjang keberhasilan suatu proses
belajar, diantaranya metode, atau strategi pembelajaran sarana dan sebagainya.
2.6 Prestasi Belajar
2.6.1 Pengertian Prestasi Belajar
Setiap siswa yang melakukan kegiatan belajar pada akhirnya ingin
mengetahui hasilnya. Hasil dari kegiatan belajar itulah yang dinamakan
prestasi belajar. Prestasi tidak dapat dilepaskan dengan proses belajar.
Prestasi merupakan kecakapan nyata yang dapat diukur dan belajar
merupakan proses perubahan tingkah laku yang baru sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut
Suryabrata (2001:232) “Prestasi belajar dapat dikatakan sebagai hasil
kecakapan yang baru dari proses belajar seseorang yang mempunyai prestasi
yang baik dalam belajarnya, berarti ia mendapatkan hasil kecakapan yang
baru dari apa yang dipelajarinya”.
Belajar di sekolah mengakibatkan siswa memperoleh suatu perubahan
tingkah laku berupa pengetahuan, sikap atau perilaku sesuai dengan tujuan
belajar. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen
Pendidikan Nasional (1992:700) prestasi belajar adalah: “Hasil belajar yang
diperoleh dari kegiatan persekolahan yang bersifat kognitif dan biasanya
ditentukan melalui pengukuran dan penilaian”.
Setiap menyelesaikan suatu proses belajar pasti ingin mengetahui
keberhasilan belajar yang telah dicapai artinya sejauh mana perubahan
tingkah laku seperti yang diisyaratkan dalam tujuan belajar sudah terpenuhi.
Hasil belajar di sekolah dapat diketahui melalui penilaian, baik test maupun
non test. Hasil pengukuran ini akan mencerminkan kemampuan seseorang
menyerap pelajaran, inilah yang sering disebut sebagai prestasi belajar.
Prestasi merupakan hasil yang dicapai ketika mengerjakan tugas atau
kegiatan tertentu. Menurut Darsono (2004:75) “Prestasi belajar adalah
penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata
pelajaran, lazimnya ditunjukkandengan nilai tes atau angka nilai yang
diberikan oleh guru”. Senada dengan itu, belajar menurut Bloom dalam
Darsono (2000:32) dirumuskan sebagai perubahan tingkah laku yang meliputi
tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Menurut Suryabrata (2001:296) “Dalam dunia pendidikan, yang
dimaksud dengan prestasi belajar adalah hasil yang dicapai, dilakukan,
dikerjakan.Nilai merupakan perumusan terakhir yang dapat diberikan oleh
guru mengenai kemajuan atau prestasi belajar siswa selama masa tertentu”.
Untuk mengetahui prestasi belajar siswa bisa dilihat pada nilai-nilai yang
tertera dalam raport.Siswa yang nilai raportnya tinggi dikatakan mempunyai
prestasi belajar tinggi, sebaliknya siswa yang nilai raportnya rendah dikatakan
mempunyai prestasi belajar rendah.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan tentang prestasi belajar
sebagai berikut:
1. Prestasi belajar merupakan hasil proses belajar.
2. Prestasi belajar merupakan kemampuan nyata yang dapat diukur dan
dinilai meliputi kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
3. Prestasi belajar dapat diketahui melalui raport dalam bentuk nilai atau
angka raport.
2.6.2 Fungsi dan Kegunaan Prestasi Belajar
Sepanjang rentang kehidupannya, manusia selalu mengejar suatu
prestasi atau hasil usaha menurut aktivitas yang dilakukan dansesuai dengan
tingkat kemampuan masing-masing yang akan memberikan kepuasan tertentu
pada diri manusia khususnya yang berada di lingkungan sekolah.
Menurut Arifin (1990:3) adapun fungsi dari prestasi belajar yaitu:
1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai anak didik.
2. Prestasi belajar sebagai lambang pemunsan hasrat ingin tahu. 3. Prestasi belajar sebagai informasi dalam inovasi pendidikan. 4. Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. 5. Prestasi belajar sebagai indikator terhadap daya serap (kecerdasan)
anak didik.
Sedangkan Arifin (1990:4) juga mengemukakan kegunaan prestasi
belajar itu sendiri:
1. Sebagai umpan batik bagi pendidik dalam mengajar. 2. Untuk keperluan diagnostik. 3. Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan. 4. Untuk keperluan penempatan dan penjurusan. 5. Untuk menentukan isi kurikulum. 6. Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.
Mengingat betapa pentingnya fungsi dan kegunaan dari prestasi
belajar, maka siswa diharapkan untuk selalu berusaha mencapai prestasi
belajar yang seoptimal mungkin.
BAB III METODOLOGI
PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada SMP Negeri 1 Indrapuri Kabupaten Aceh
Besar, pelaksanaan pengambilan data dalam penelitian ini mulai tanggal 17 s/d 26
Oktober 2011.
3.2. Populasi dan Sampel
Menurut Arikunto (1998:115) “Populasi adalah seluruh komunitas yang
menjadi aspek atau perhatian”. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indrapuri yang terdiri dari 6 kelas dengan
jumlah siswa 168 orang, yang terdiri dari 28 orang kelas VIII-1 dan 26 orang kelas
VIII-2. Adapun sampel dalam penelitian ini diambil secara acak.
3.3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian yang penulis lakukan adalah eksperimental yaitu dengan
menyajikan materi fisika tentang tekanan pada kelas kontrol dan eksperimen.
Perlakukan yang dibebankan antara kedua kelas tersebut adalah cara belajarnya,
untuk eksperimen disajikan menggunakan model pembelajaran direct intruction
(pembelajaran langsung). sebelum proses pembelajaran dilakukan pres-test yang
bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sebelum proses
pembelajaran selesai selanjutnya dilakukan post-test.
2
3.4. Teknik Pengolahan Data
3.4.1 Uji Homogenitas
Kegiatan pengolahan data diawali dengan melakukan uji
homogenitas. Uji homogenitas dilakukan dengan mentabulasikan
data ke dalam daftar distribusi frekuensi. Menurut Sudjana (200:
47) menggunakan langkah-langkah yang harus ditempuh yaitu :
1. Tentukan rentang (r) ialah data terbesar dikurangi data terkecil.
2. Tentukan banyaknya kelas interval (k) dengan menggunakan aturan sturges,
yaitu: banyak kelas =1 + 3,3 log n
3. Tentukan panjang kelas interval P dengan rumus P = rentang Banyak kelas
4. Mencari nilai rata-rata (x) dan varians (s2) dan simpangan baku (s) Menurut
Sudjana (2002:67) untuk menghitung rata-rata menggunakan rumus:
x = ∑= fixi fi
Keterangan:
x = Skor rata-rata siswa
xi = Nilai tengah
fi = Frekuensi kelas interval data
Selanjutnya untuk menentukan varians Sudjana (2002:95)
menggunakan:
s 2 = ∑= ( fixi) − 1
n
Keterangan:
S2 = Varians
n = Banyak siswa
Menguji kesamaan varians menurut Sudjana (2002:250) menggunakan
rumus:
F = varians terbesar varians terkecil
3.4.2 Uji Normalitas
Untuk menguji normalitas data terlebih dahulu dibuat ke dalam daftar
distribusi kemudian dihitung rata-rata varians dan simpangan baku. Untuk
menguji kenormalan sampel, menurut Sudjana (2002: 273) menggunakan rumus:
k 2
x 2 = ∑ (Oi − Ei) i= I Ei
Z = xi − x s
Keterangan:
Ei = Frekuensi diharapkan
Oi = Frekuensi pengamatan
Z = Skor
3.4.3 Pengujian Hipotesis
Hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian ini adalah :
Ho : µ1 = µ2 : Prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model
pembelajaran direct intruction (pembelajaran langsung)
sama dengan prestasi belajar siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional
Ho : µ1 > µ2 : Prestasi belajar siswa yang diajarkan melalui model
2
pembelajaran direct intruction (pembelajaran langsung)
lebih baik dari prestasi belajar siswa yang diajarkan
dengan model pembelajaran konvensional.
Untuk pengujian hipotesis digunakan taraf signifikan 0.05 dengan derajat
kebebasan (dk) = nl+ n2 – 2. Dengan uji satu pihak yaitu kanan. Adapun ketentuan
untuk penerimaan dan penolakan hipotesis adalah :
1. Menolak hipotesis nihil (Ho) dan menerima hipotesis alternatif (Ha) bila
thitung ≥ ttabel
2. Menerima hipotesis nihil (Ho) dan menolak hipotesis altematif (Ha) bila
thitung < ttabel
Data yang diperoleh dalam penelitian ini berupa nilai (angka) yang
diperoleh dari hasil tes.
Untuk menganalasis data diperlukan suatu alat analisis, yaitu
menggunakan uji statistik. Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik t-test.
Menurut Sudjana (2002:239) statistik yang digunakan:
(n1 − 1)s2 + (n2 − 1)s 2
s2 = 1 dan n1 + n2 − 2
t = x1 − x 2
1 + 1 n1 n 2
Keterangan :
x1 = Nilai rata-rata siswa kelas eksperimen
x 2 = Nilai rata-rata siswa kelas kontrol
S = Varians gabungan kelas eksperimen dan kelas kontrol.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
4.1.1. Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini, peneliti mengadakan tes. Tes
adalah sederetan pertanyaan, atau latihan yang digunakan untuk mengukur
keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki
suatu individu atau kelompok. Butir tes yang dimaksud berbentuk choise yang
terdiri dari 20 soal dengan skor 5 bagi tiap soal yang menjawab benar. Adapun
rincian nilai pretest masing-masing kelas adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1
Nilai Pretest Masing-Masing Kelas
No Kelas Kontrol Kelas Eksperimen NIS Nilai Pretest No NIS Nilai Pretes
(1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 5568 50 1 5516 50 2 5570 50 2 5517 80 3 5571 30 3 5518 50 4 5572 40 4 5519 80 5 5573 50 5 5520 60 6 5574 80 6 5521 50 7 5575 40 7 5522 50 8 5576 60 8 5523 50 9 5577 60 9 5524 70 10 5578 40 10 5525 70 11 5579 40 11 5526 60 12 5580 40 12 5527 40 13 5581 40 13 5528 40 14 5582 70 14 5529 70 15 5583 50 15 5512 70 16 5584 80 16 5530 50
δ 11
17 5585 50 17 5531 60 18 5586 40 18 5532 60 19 5589 50 19 5533 50 20 5589 50 20 5533 40 21 5457 40 21 5534 40 22 5340 30 22 5535 60 23 5590 40 23 5536 30 24 5591 40 24 5537 50 25 5592 60 25 5538 30 26 5593 50 26 5539 30
27 5540 50 28 5541 40
Sumber : Hasil Penelitian, 2011
4.1.2. Pengolahan Data
4.1.2.1.Uji Homogenitas
Uji homogenitas sampel berguna untuk mengetahui apakah sampel berasal
dari populasi yang berkemampuan sama (distribusi normal). data yang digunakan
adalah data nilai pretes sebelum pokok bahasan tekanan. Hipotesis yang akan diuji
pada taraf signifikasi α = 0,05 yaitu :
H0 : 2 ≤ δ 2
Ha : δ 2 ≥ δ 2
1 1
Kriteria pengujian hipotesis adalah tolak “Ha” jika F > F α (n1 – 1, n2 – 1)
dalam H0 diterima.
a. Berdasarkan data distribusi frekuensi untuk data nilai pretest siswa kelas
kontrol adalah sebagai berikut :
- Rentang : data terbesar dikurangi data terkecil
R = 80 – 30
= 50
Kelas Interval
fi
x i
f i x i
x i − x (x − x ) f (x − x )
30 – 37 2 33,5 67 - 15,8 249,64 499,28 38 – 45 10 41,5 415 - 7,8 60,84 608,4 46 – 53 8 49,5 396 0,2 0,04 0,32 54 – 62 3 58 174 8,7 75,69 227,07 63 – 70 1 66,5 66,5 17,2 295,84 295,84 71 – 78 0 74,5 0 25,2 635,04 0 79 – 86 2 82,5 165 33,2 1102,24 2204,48 Jumlah 26 1283,5 3835,39
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 26
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 1 + 3,3 (1,41)
= 5,65 (dibulatkan K = 6)
- Lebar kelas interval (P) adalah :
P = R K
= 50
6
= 8,3 (dibulatkan P = 8)
Panjang kelas interval yang diambil adalah 8
Selanjutnya disusun tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas kontrol
Tabel 4.2 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Kontrol
2 2 i i i
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata ( x ) dan standar deviasi dari
tabel distribusi frekuensi di atas, maka diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut :
s
s
s
=
2
= ∑ f x x 2 i i
∑ f i
= 1283,5 26
= 49,3
2 ∑
s2 = f i (x i − x) n − 1
2 3835,39 2 26 − 1
2 = 3835,39 2 25
2 = 153,41
s2 = 153,41
s2 = 12,38
Jadi, nilai rata-rata adalah 49,3 dan standar deviasinya adalah 12,38.
b.Berdasarkan data distribusi frekuensi untuk data nilai pretest siswa kelas
eksperimen adalah sebagai berikut :
- Rentang : data terbesar dikurangi data terkecil
R = 80 – 30
= 50
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 28
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 28
= 1 + 3,3 (1,44)
= 5,75 (dibulatkan 6)
Lebar kelas interval (P) adalah:
P = R K
= 50 6
= 8,3 (dibulatkan P = 8)
Panjang kelas interval yang diambil adalah 8
Selanjutnya disusun tabel distribusi frekuensi nilai pretest kelas
eksperimen.
Tabel 4.3 Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Kelas Eksperimen
Kelas
Interval
fi
x i
f i x i
x i − x (x i − x ) 2
2
f i (x i − x ) 30 – 37 3 33,5 100,5 - 19,1 364,81 1094,43 38 – 45 5 41,5 207,5 - 11,1 123,21 616,05 46 – 53 9 49,5 445,5 - 3,1 9,61 86,49 54 – 62 5 58 290 5,4 29,16 145,8 63 – 70 4 66,5 266 13,9 193,21 772,84 71 – 78 0 74,5 0 21,9 479,61 0 79 – 86 2 82,5 165 29,9 894,01 1788,02 Jumlah 28 1474,5 4503,63
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata ( x ) dan standar deviasi dari
tabel distribusi frekuensi di atas, maka diperoleh nilai rata-rata sebagai
berikut :
x = ∑ f i x i ∑ f i
= 1474,5 28
= 52,6
1
1
2
S2
Dan standar deviasinya adalah :
2 = ∑ f i (x i − x) s1
n -1
= 4503,63 28 -1
= 4503,63
27
s 2 = 166,80
s1 = 166,80
s1 = 12,91
Jadi, nilai rata-rata adalah 52,6 dan standar deviasinya adalah 12,91.
Berdasarkan perhitungan di atas, telah diperoleh varians dari masing-
masing kelompok yaitu kelas eksperimen s 2 = 166,80 dan kelas kontrol
s2 =153,41. Dari perhitungan varians masing-masing kelompok, maka
diperoleh :
S2
F = 1
2
= 166,80
153,41
= 1,08
Dari tabel 4.2. dan 4.3 diperoleh distribusi F adalah :
F = 1
α (n 2 1
− 1, n 2
− 1)
= F 0,5 (28 – 1 , 26 – 1) = F 0,05 (27, 25) = 1,96
Ternyata Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan dapat dikatakan kedua
varians homogen.
4.1.2.2. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan kelompok untuk mengetahui apakah sebaran
data masing-masing kelompok dalam penelitian berdistribusi normal datau tidak.
Data yang digunakan adalah data nilai post-test materi tekanan, hipoteis statistik
yang digunakan adalah sebagai berikut :
Ho = Data berdistribusi normal
Ha = Data tidak berdistribusi normal
Adapun rincian nilai post-test tekanan masing-masing kelompok adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.4 Nilai Post-test Masing-masing Kelas
No Kelas Kontrol Kelas Eksperimen
NIS Nilai Postest No NIS Nilai Postes (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 5568 55 1 5516 60 2 5570 60 2 5517 80 3 5571 70 3 5518 65 4 5572 60 4 5519 70 5 5573 70 5 5520 75 6 5574 80 6 5521 60 7 5575 50 7 5522 65 8 5576 70 8 5523 80 9 5577 60 9 5524 60
10 5578 70 10 5525 90 11 5579 60 11 5526 80 12 5580 70 12 5527 50 13 5581 50 13 5528 65
14 5582 55 14 5529 70 15 5583 65 15 5512 60 16 5584 85 16 5530 65 17 5585 80 17 5531 70 18 5586 55 18 5532 85 19 5589 50 19 5533 60 20 5589 60 20 5533 70 21 5457 50 21 5534 75 22 5340 60 22 5535 85 23 5590 60 23 5536 75 24 5591 65 24 5537 75 25 5592 75 25 5538 85 26 5593 80 26 5539 50
27 5540 60 28 5541 50 Sumber : Hasil Penelitian, 2011
a. Untuk data nilai post-test kelas eksperimen diperoleh sebagai berikut :
- Rentang : data terbesar dikurangi data terendah
R = 90 – 50
= 40
- Banyak kelas interval (K) dengan n = 28
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 28
= 1 + 3,3 (1,44)
= 5,75 (dibulatkan 6)
- Lebar kelas interval (P) adalah :
P = R K
= 40 6
= 6,66 (dibulatkan 7)
Nilai Post-Test
fi
x i
f i x i
x i − x (x − x ) f (x − x )
50 – 56 3 53 159 - 16,5 272,25 816,75 57 – 63 6 60 360 - 9,5 90,25 541,5 64 – 70 8 67 536 - 3,5 6,25 50 71 – 77 4 74 296 4,5 20,25 81 78 – 84 3 81 243 11,5 132,25 396,75 85 – 91 4 88 352 18,5 342,25 1369
Jumlah 28 1946 3255
1
Tabel 4.5.Daftar Distribusi Frekuensi Nilai Post-Test siswa kelas Eksperimen
2 2 i i i
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata ( x ) dan standar deviasi dari
distribusi frekuensi di atas, maka diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut :
x1 = ∑ f (x i − x)
n − 1
= 1946 28
= 69,5
Dan standar deviasinya adalah :
∑ f (x - x) 2
s 2 = i 1 n -1
= 3255 28 -1
= 3255 27
s 2 = 120,55
s1 = 120,55
s1 = 10,97
K
Selanjutnya ditentukan interval untuk menghitung luas dibawah kurva
normal bagi tiap-tiap kelas interval. Batas kelas kesatu dibatasi oleh 49,5 dan
56,5 dengan :
Z score = x i - x
S
Tabel 4.6.Daftar Distribusi frekuensi untuk uji normalitas dari nilai post-test siswa eksperimen.
Nilai Post-
Test Batas
Kelas x
Z
Daftar F Luas
Daerah
Ei
Oi
49,5 - 1,82 0,4656 50 – 56 56,5 - 1,19 0,3810 0,0826 2,3128 3 56 – 63 63,5 - 0,55 0,2088 0,1742 4,8776 6 64 – 70 70,5 0,09 0,0359 0,1729 4,8412 8 71 – 77 77,5 0,73 0,2673 0,2314 6,4792 4 78 – 84 84,5 1,37 0,4147 0,1474 4,1272 3 85 – 91 91,5 2,00 0,4772 0,0598 1,6744 4
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Dari data di atas dapat diperoleh :
χ 2 = ∑ Oi − Ei
i=1 Ei
Bila diuraikan lebih lanjut, maka diperoleh :
2 2 2 2 2
χ 2 = (3 − 2,3128) + (6 − 4,8776) + (6 − 4,7608) + (8 − 4,8412) + (4 − 6,4792) + 2,3128 (4 − 4,1272)2
4,1272
4,8776 (4 − 1,6744)2
+ 1,6744
4,7608 4,8412 6,4792
2 2 2 2 2 2
χ 2 = (0,6872) + (1,1224) + (1,2392) + (3,1588) + (−2,4792) + (−1,1272) + 2,3128 4,8776 4,7608 4,8412 6,4792 4,1272
(2,3256)2
1,6744
2
χ 2 = (0,472224384) + (1,25978176) + (1,53561664) + (9,97801744) + (6,14643264) + 2,3128 4,8776 4,7608 4,8412 6,4792
(1,27057984) + (5,40841536)
4,1272 1,67442
χ 2 = 0,20 + 1,12 + 0,32 + 2,06 + 0,95 + 3,07 + 3,23
χ 2 = 10,95
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan banyak kelas K = 6 derajat
kebebasan (dk) untuk distribusi chi kuadrat besarnya adalah dk = K-2 = 6-2 = 4
Dari tabel 4.7 diperoleh χ 2 0,95 (4) = 9,49 kreiteria pengujian adalah tolak Ho
apabila χ 2
hitung > χ 2 tabel , dengan α sebagai taraf nyata untuk pengujian dalam
hal ini Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
b. Untuk data distribusi frekuensi untuk kelas kontrol diperoleh sebagai
berikut:
- Rentang : Data terbesar dikurangi data terkecil
R = 85 – 50
= 35
- Banyak kelas intervasl (K) dengan n = 26
K = 1 + 3,3 log n
= 1 + 3,3 log 26
= 1 + 3,3 (1,41)
= 5,71 (dibulatkan 6)
Nilai test
fi
x i
f i x i
x i − x (x − x ) f (x − x ) 50 – 55 8 52,5 420 - 11,31 127,9161 1023,33 56 – 61 6 58,5 351 - 5,31 28,1961 169,18 62 – 67 2 64,5 129 0,69 0,4761 0,95 68 – 73 5 70,5 352,5 6,69 44,7561 223,78 74 – 79 1 76,5 76,5 12,69 161,0361 161,0361 80 – 85 4 82,5 330 18,69 349,3161 1397,26 Jumlah 26 1659 2975,5361
- Lebar kelas interval (P) adalah :
P = R K
= 35
6
= 5,83 (dibulatkan 6)
Panjang kelas interval adalah 6
Tabel 4.7.Daftar distribusi frekuensi dari nilai post-test kelas kontrol
2 2 i i i
Sumber : Hasil perhitungan 2011
Berdasarkan rumus mencari nilai rata-rata x dan standar deviasi dari
distribusi frekuensi di atas, maka diperoleh nilai rata-rata sebagai berikut :
x = ∑ f i x i ∑ f i
= 1659
26
= 63,81
Dan standar deviasinya adalah :
∑ f (x - x) 2
s 2 = i 2 n - 1
2
K
= 2,9755361 26 -1
= 2,9755361
25
s 2 = 119,02
s2 = 119,02
s2 = 10,92
Jadi, nilai rata-rata adalah 63,81 dan standar deviasinya adalah 10,92.
Selanjutnya ditentukan interval untuk menghitung luas bawah kurva
normal bagi tiap-tiap kelas interval, batas kelas kesatu dibatasi oleh 49,5 dan
55,5 dengan :
Zscore = x i − x s
Tabel 4.8. Daftar Distribusi frekuensi untuk uji Normalitas nilai Post-
Test kelas kontrol
Nilai Post-
Test Batas
Kelas x
Z
Daftar F Luas
Daerah
Ei
Oi
49,5 - 1,31 0,4049 50 – 55 55,5 - 0,76 0,2764 0,1285 3,341 8 56 – 61 61,5 - 0,21 0,0832 0,1932 5,0232 6 62 – 67 67,5 0,34 0,1331 0,0499 1,2974 2 68 – 73 73,5 0,88 0,3106 0,1775 4,615 5 74 – 79 79,5 1,44 0,4251 0,1145 2,977 1 80 – 85 85,5 1,97 0,4756 0,0505 1,313 4
Sumber : Hasil Perhitungan, 2011
Dari data di atas dapat diperoleh :
χ 2 = ∑ O i − E i i=1 E i
Bila diuraikan lebih lanjut, maka diperoleh :
2 2 2 2 2
χ 2 = (8 − 3,341)
+ (6 − 5,0232)
+ (2 − 1,2977)
+ (5 − 4,615)
+ (1 − 2,977)
+ 3,341 5,0232 1,2977 4,615 2,977
(4 − 1,313) 2
1,313
χ 2 = (4,659) 2
3,341 (0,9768) 2
+ 5,0232
(0,7023) 2 +
1,2977 (0,385)2
+ 4,615
(−1,977) 2 +
2,977 (2,687)2
+ 1,313
χ 2 = (21,706281) + (0,95413824) + (0,49322529) + (0,148225) + (3,908529) +
3,341 5,0232 1,2977 4,615 2,977
(7,219969) 1,313
χ 2 = 6,49 + 0,19 + 0,38 + 0,03 + 1,31 + 5,49
χ 2 = 13,89
Dengan taraf signifikan α = 0,05 dan banyak kelas K = 6 derajat
kebebasan (dk) untuk distribusi chi kuadrat besarnya adalah dk = K-2 = 6-2 = 4
Dari tabel 4.5 diperoleh χ 2
0,95 (4) = 7,81kreiteria pengujian adalah tolak Ho
apabila χ 2
hitung > χ 2 tabel , dengan α sebagai taraf nyata untuk pengujian dalam
hal ini Ha diterima. Ini menunjukkan bahwa sampel berasal dari populasi
berdistribusi normal.
4.2. Uji Hipotesis
Langkah selanjutnya adalah menghitung atau membandingkan kedua hasil
perhitungan tersebut, dari perhitungan sebelumnya diperoleh mean dan standar
deviasi pada masing-masing kelompok yaitu :
1
2
x1 = 69,5 s 2 = 120,55
x 2 = 63,81 s 2 = 119,02
Selanjutnya nilai s dapat dicari :
(n − 1)s 2 + (n − 1)s 2 s 2 = 1 2
n1 +n 2 −2
s 2 = (28 − 1)120,56 + (26 − 1)119,02 28 + 26 − 2
s 2 = (27)20,56 + (25)19,02
54 − 2
s 2 = 3255,12 + 2975,5 52
s 2 = 6230,62
52
s 2 = 119,819
s 2 = 10,946
Untuk nilai s = 10,946 maka diperoleh :
t = x1 − x2
s 1
+ 1
n1 n2
t = 69,5 − 63,81
10,946 1 + 1 28 26
t = 5,69
10,946 1 + 1 364 364
t = 5,69
10,946 27 364
t = 5,69 10,946 0,074
t = 5,69
10,946(0,272)
t = 5,69 2,977
t = 1,91
Pada taraf signifikan α =0,05 dan derajat kebebasan (dk) = (n = n2–2) = 52
dengan peluang (1-α).
Kriteria pengujian adalah sebagai berikut :
- Tolak Ho thit ≥ ttab
- Terima Ho apabila thit > ttab
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh thit = 1,91 dan ttab dengan
taraf signifikan α =0,05 dan dk = 52, dengan cara interpolasi t0,95 (52) = 1,67
sehingga diperoleh thit > ttab. Hal ini berarti tolak Ho dan terima Ha pada taraf
signifikan α = 0,05. Dengan demikian data menunjukkan bahwa prestasi belajar
siswa yang diajarkan melalui model pembelajaran langsung lebih baik dari siswa
yang diajarkan melalui model pembelajaran konvensional.
4.3. Pembahasan
Seperti yang dikemukakan ada bab I bahwa penelitian ini bermaksud untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran siswa dalam menguasai materi tekanan
pada kelas VIII SMP Negeri 1 Indrapuri Aceh Besar. Setelah melakukan
pengolahan data ternyata sampel yang diambil dalam penelitian ini adalah sampel
yang homogen. Artinya bahwa sampel-sampel yang berasal dari populasi yang
sama dan dapat mewakili populasinya. Untuk data nilai tes setelah melakukan
pengujian normalitas sebaran data, ternyata data menyebar secara normal untuk
pengujian hipotesis dapat dilakukan dengan menggunakan uji-t.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan siswa menguasai konsep tekanan telah mencapai tahap keberhasilan.
Namun walaupun demikian prestasi belajar lebih baik, tetapi setiap model
pembelajaran mempunyai kekurangan dan kelebihan. Materi fisika yang sukar,
yang memerlukan pemahaman konsep secara luas, akurat efisien dan cepat dalam
pemecahan masalah fisika seperti materi tekanan yang mengefektifkan waktu dan
memberi pemahaman konsep kepada siswa cocok menerapkan model
pembelajaran Direct instruction (pembelajaran langsung).
Oleh karena itu seorang guru harus bisa memilih dan menggunakan
metode pembelajaran dan teknik pembelajaran sesuai dengan materi yang
diajarkan. Pemilihan metode dan teknik pembelajaran tidak begitu saja ditentukan
oleh selera guru, tetapi memilih metode tersebut tergantung juga pada tujuan
pembelajaran yang hendak dicapai, kemampuan siswa, pengetahuan awal serta
umur siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Bedasarkan hasil pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan
model pembelajaran langsung pada konsep gerak lurus berpengaruh terhadap hasil
belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Indrapuri Aceh Besar.
5.2. Saran-Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka perlu kiranya penulis memberikan
saran-saran yang beramanfaat dalam rangka peningkatan mutu pendidikan.
a. Disarankan kepada guru supaya menggunakan model pembelajarann
langsung. Namun demikian, sebelum metode ini diterapkan lebih baik
dipertimbangkan dahulu, karena model pembelajaran ini memiliki sedikit
kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan keterampilan social dan
interpersonal mereka.
b. Diharapkan kepada siswa-siswi SMP Negeri 1 Indrapuri agar terus
meningkatkan belajar fisika secara lebih serius, karena dengan upaya
tersebut dapat memperbaiki prestasi belajar secara lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Arends. 1977. Model Pembelajaran Kooperatif (Online) (http://instant.student.fkip.uns.id/files/2009, diakses 21 Mei 2010)
Djamarah. S. B. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.
Hasil-Belajar-Pengertian-Dan-Definisi. Html, diakses 18 Juni 2009. Indramunawar.
2009. Hasil Belajar Merupakan Hal Yang Dapat Dipandang Dari Dua Sisi Yaitu Sisi Guru Dan Sisi Siswa. (Online). (http://www.blogspot.com/2009/06/).
Kertiasa. N. 1993. Fisika Untuk Sekolah Menengah Umum Kelas 1. Jakarta : CV.
Citra Karya Banda Aceh.
Muniono, Dimyati. 2005. Belajar Dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Nurdin
Syarifuddin. 2004. Guru Professional dan Implementasi Kurikulum. Jakarta : Quantum Teaching.
Nsant. 2009. Model Pembelajaran Langsung Merupakan Model Pembelajaran
Yang Lebih Berpusat Pada Guru. (Online). (http://instant.student.fkip.uns.id/files/2009,diakses18Juli2009).
Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung : Tarsito.
Sdibyo. 2004. Landasan Teori Dalam Pengembangan Model Pengajaran Jakarta :
Depdiknas.
Sanjaya, Wina. 2004. Landasan Teori Dalam Pengembangan Model Pengajaran Kompetensi. Jakarta : Gramedia Grafika.
Syaudih. S. Nana, Ibrahim. R. 2004. Perencanaan Pengajaran. Jakarta : Rineka
Cipta.
Zaifbio. 2010. Konsep-Dasar-Strategi-Pembelajaran-3/. (Online) (http://wordpress.com/2010/01/14. diakses 26 Mei 2010)