88
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA Skripsi Disusun Oleh: Chafidhoh NIM. K 2306020 PROGRAM FISIKA JURUSAN P.MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

  • Upload
    vunhi

  • View
    238

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA

Skripsi

Disusun Oleh:

Chafidhoh

NIM. K 2306020

PROGRAM FISIKA JURUSAN P.MIPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 2: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA

Oleh:

Chafidhoh NIM K2306020

Skripsi

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

2011

Page 3: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

Page 4: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

PENGESAHAN

Page 5: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

ABSTRAK

Chafidhoh. PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Sebelas Maret Surakarta, Februari 2011

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui

ada tidaknya : (1) perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II; (2) perbedaan

pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah; (3)

interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Student Team

Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

dengan disain faktorial 2 x 2. Populasi penelitian adalah semua siswa kelas X

Madrasah Aliyah Al-Mukmin Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010. Pengambilan

sampel diambil secara acak (cluster random sampling) sehingga didapat 2 kelas,

kelas XC terdiri dari 31 siswa dengan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe

STAD sebagai kelompok eksperimen dan kelas XD terdiri dari 33 siswa dengan

perlakuan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sebagai kelompok kontrol.

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah dengan teknik observasi, tes

dan angket. Teknik analisis data menggunakan anava dua jalan dengan isi sel tak

sama, kemudian dilanjutkan dengan uji lanjut anava yaitu komparasi ganda

metode Scheffe’.

Dari hasil penelitian dapat disimpulkian bahwa (1) ada perbedaan

pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa { (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap

kemampuan kognitif siswa tidak signifikan {( FA =3.693) < ( Ftabel = 4.00)}, (2)

ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori

Page 6: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

rendah terhadap kemampuan kognitif siswa {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

dan dari hasil uji lanjut anava didapatkan bahwa perbedaan pengaruh antara

interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan

kognitif siswa adalah signifikan {(FB =4.233) > (Ftabel = 4.00)}, (3) tidak ada

interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

{( FAB = 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.

Implikasi dari hasil penelitian ini adalah pembelajaran dengan

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dapat

diterapkan dalam pembelajaran Fisika. Kedua tipe pembelajaran ini hampir sama

baiknya jika digunakan dalam pembelajaran Fisika untuk materi Listrik Dinamis

di SMA. Selain itu, implikasi dari hasil penelitian ini adalah interaksi sosial siswa

yang tinggi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap prestasi belajar siswa.

Oleh karena itu, interaksi sosial siswa perlu ditingkatkan agar diperoleh

kemampuan kognitif yang optimal.

Page 7: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Chafidhoh. THE INFLUENCE OF PHYSICS LEARNING WITH

COOPERATIVE LEARNING TYPE STUDENT TEAMS-ACHIVEMENT

DIVISIONS (STAD) AND JIGSAW II REVIEWED FROM STUDENTS

SOCIAL INTERACTION TOWARD STUDENTS COGNITIVE ABILITY.

Thesis. Surakarta: Education and Teacher Training Faculty. Sebelas Maret

University. February 2011

The purpose of this research is to find out whether there are : (1) the

difference of the influence between cooperative learning model Student Teams-

Achievement Divisions (STAD) type and jigsaw II type; (2) the difference of the

influence of high and low category of students’ social interaction; (3) the

interaction between the influence of Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) and jigsaw II, the type of cooperative learning, and students’ social

interaction toward students’ cognitive ability; on the subject of Dynamic

Electricity.

The method used in this research is experiment 2 x 2 factorial design. The

population of this research was first year students (X class) of Madrasah Aliyah

Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo at the 2009/2010 academic years. This research use

cluster random sampling technique and found two classes, XC class which

consists of 31 students with cooperative learning type STAD as experiment group

and XD class which consists of 33 students with cooperative learning type jigsaw

II as control group. The techniques of collecting data of this research were the

documentation, testing, and questionnaire. The techniques of data analysis are use

two way analysis of variation with different cell then proceed with Scheffe’s

double comparison method.

Based on this research, it can be concluded (1) there is difference of the

influence between cooperative learning model of Student Teams-Achievement

Divisions (STAD) type and jigsaw II type toward students’ cognitive ability

({ (FA = 4,315) > (F0.05;1,60 = 4.00)}, and from Scheffe’s method was obtained that

the difference is not significant {( FA =3.693) < ( F table = 4.00)}, (2) there is

difference of influence between the high and low category of students’ social

interaction toward students’ cognitive ability {( FB = 4,624) > (F0.05;1,60 = 4.00)},

Page 8: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

and from Scheffe’s method is obtained that the difference is significant {(FB

=4.233) > (F table = 4.00)}, (3) there is no interaction between influence of using

cooperative learning type Student Teams-Achievement Divisions (STAD) and

jigsaw II and students’ social interaction toward students’ cognitive ability {( FAB

= 0,699) < (F0.05;1,60 = 4.00)}.

The implication of this research is Student Teams-Achievement Divisions

(STAD) and jigsaw II, type of cooperative learning models, can be applied at

physics learning. Both type of this learning are much the same in quality, if used

in learning physics at topics Dynamic Electricity in Senior High School. The other

implication of this research is student with high social interaction has more

significant influence to students’ cognitive ability than student with lower social

interaction. Hence social interaction should be increased to get optimal students’

cognitive ability.

Page 9: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

MOTTO

“Allah menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran

dan As Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang

dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan

hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman

Allah).”

(QS. Al Baqarah : 269)

“Sesungguhnya setelah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila telah selesai

(dari suatu urusan) , kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Dan

hanya kepada Tuhanlah hendaknya kamu berharap.”

(Q.S. Al-Insyirah: 6-8 )

Page 10: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan kepada:

Bapak dan Ibu tercinta yang selalu

melimpahkan do’a dan kasih sayang.

Kakak-kakakku dan adikku yang selalu

memberiku semangat.

Teman-temanku di Karimah yang selalu

mendoakan dan memberiku dukungan

Teman-teman P. Fisika angkatan 2006

Page 11: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dipanjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

rahmat dan hidayah-Nya skripsi ini dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian

persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian

penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan

yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya , penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat:

1. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si. Selaku Ketua Jurusan P. MIPA FKIP

UNS.

2. Ibu Dra. Rini Budiharti, M.Pd. Selaku Ketua Program Pendidikan Fisika

Jurusan P. MIPA FKIP UNS dan juga pembimbing I atas curahan pikiran,

tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan Skripsi ini.

3. Bapak Drs. Edy Wiyono, M.Pd. Selaku Pembimbing Akademik atas bantuan

dan bimbingannya.

4. Bapak Dwi Teguh Raharjo, S.Si, M.Si selaku pembimbing II atas curahan

pikiran, tenaga, waktu, dan ketulusan bimbingannya dalam menyelesaikan

Skripsi ini.

5. Ustadz Muchson, S.Ag Selaku Kepala Sekolah Madrasah Aliyah Al-Mukmin

Ngruki Sukoharjo yang telah memberikan ijin penelitian.

6. Bapak Suryanto, S.Pd selaku guru Fisika MA Al-Mukmin Ngruki Sukoharjo.

7. Siswa kelas XC dan XD MA Al-Mukmin tahun ajaran 2009-2010 atas

kerjasamanya.

8. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari

sempurna. Namun demikian penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi

perkembangan ilmu pengetahuan.

Surakarta, Februari 2011

Penulis

Page 12: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL i

HALAMAN PENGESAHAN ii

DAFTAR ISI iii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah 1

B. Identifikasi Masalah 3

C. Pembatasan Masalah 4

D. Perumusan Masalah 4

E. Tujuan Penelitian 4

F. Manfaat Penelitian 5

BAB II. LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 6

1. Teori Belajar 6

2. Pembelajaran Fisika 9

3. Model Pembelajaran Kooperatif 11

4. Tipe Pembelajaran Student Team Achivement Divisions

(STAD)

14

5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II 18

6. Interaksi Sosial 21

7. Kemampuan Kognitif Siswa 25

8. Konsep Listrik Dinamis 27

B. Penelitian yang Relevan 36

C. Kerangka Berpikir 36

D. Perumusan Hipotesis 39

BAB III. METODELOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 40

1. Tempat Penelitian 40

2. Waktu Penelitian 40

Page 13: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

B. Metode Penelitian 40

C. Populasi dan Sampel 41

1. Populasi 41

2. Sampel 41

D. Variabel Penelitian 42

1. Variabel Bebas 42

2. Variabel Terikat 43

E. Teknik Pengumpulan Data 44

F. Instrumen Penelitian 44

1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa 45

a. Validitas 45

b. Reliabilitas 46

c. Taraf Kesukaran 47

d. Daya Pembeda 47

2. Instrumen Angket Interaksi Sosial Siswa 48

a. Validitas 49

b. Reliabilitas 49

G. Teknik Analisa Data 50

1. Uji Prasyarat Analisis 50

a. Uji Normalitas 50

b. Uji Homogenitas 51

2. Uji Hipotesis 52

a. Uji Anava Dua Jalan 52

b. Uji Lanjut Anava 56

BAB IV. HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data 58

1. Data Angket Interkasi Sosial Siswa 58

2. Data Kemampuan Kognitif Siswa 60

B. Pengujian Prasyarat Analisis 62

1. Uji Normalitas 62

2. Uji Homogenitas 63

Page 14: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

C. Hasil Pengujian Hipotesis 63

1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan 63

2. Hasil Uji Lanjut Anava 65

D. Pembahasan Hasil Analisis Data 66

1. Uji Hipotesis Pertama 66

2. Uji Hipotesis Kedua 67

3. Uji Hipotesis Ketiga 67

E. Keterbatasan Penelitian 68

BAB V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan 69

B. Implikasi 69

C. Saran 70

DAFTAR PUSTAKA 71

Page 15: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu 16

Tabel 3.1. Desain Faktorial Penelitian 2 x 2 (A x B) 41

Tabel 3.2. Jumlah AB 53

Tabel 3.3. Rangkuman Analisis 56

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok

Eksperimen

58

Tabel 4.2. Disribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelompok

Kelompok Kontrol

59

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Eksperimen

60

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Kontrol

61

Tabel 4.5. Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas Kemampuan

Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen dan KElompok

Kontrol

62

Tabel 4.6. Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Isi Sel Tak sama 63

Tabel 4.7. Rangkuman Analisis Komparasi Ganda 65

Page 16: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Bagan Pembelajaran Kooperatif STAD 17

Gambar 2.2. Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran Jigsaw II 19

Gambar 2.3. Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II 20

Gambar 2.4. Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional 27

Gambar 2.5. Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan yang

Melewati Suatu Luasan Tertentu

28

Gambar 2.6. Rangkaian untuk menyelidiki Pengaruh Suhu Pada

Hambatan Kawat

29

Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum 1 Kirchoff Serta Analogi

Mekaniknya

31

Gambar 2.8. a. Dua Buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri

b. Rangkaian Pengganti Peralatan

31

31

Gambar 2.9. Rangkaian Hambatan Paralel 32

Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan 33

Gambar.2.11. Rangkaian Paralel Sumber Tegangan Identik 33

Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Weatstone 34

Gambar 2.13. Paradigma Penelitian 39

Gambar 4.1. Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok

Eksperimen

59

Gambar 4.2. Histogram Data Interaksi Sosial Siswa Kelompok Kontrol 60

Gambar 4.3. Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

Eksperimen

61

Gambar 4.4. Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok

Kontrol

62

Page 17: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Jadwal Penelitian 74

2. Rencana Pembelajaran I 75

3. Lembar Diskusi Siswa (LDS) I 80

4. Jawaban LDS I 87

5. Soal Kuis I 90

6. Tampilan Flash I 93

7. Rencana Pembelajaran II 95

8. Lembar Diskusi Siswa (LDS) II 100

9. Jawaban LDS II 106

10. Soal Kuis II 108

11. Tampilan Flash II 111

12. Rencana Pembelajaran III 113

13. Lembar Diskusi Siswa (LDS) III 117

14. Jawaban LDS III 122

15. Soal Kuis III 124

16. Tampilan Flash III 127

17. Lembar Rangkuman Tim 128

18. Sertifikat Penghargaan 133

19. Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa (Uji Coba) 135

20. Uji Coba Angket Interaksi Sosial Siswa 136

21. Kisi-Kisi Angket Interaksi Sosial Siswa 140

22. Angket Interaksi Sosial Siswa 141

23. Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba Angket Interaksi Sosial 144

24. Kisi-Kisi Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 147

25. Tabel Item Soal Tes Uji Coba Kemampuan Kognitif Siswa Pokok

Bahasan Listrik Dinamis

148

26. Soal-Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 151

27. Jawaban Soal Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba) 165

Page 18: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

28. Kisi-Kisi Soal Tes Kognitif 166

29. Tabel Item Soal Tes Kemampuan Kognitif Siswa Pokok Bahasan

Listrik Dinamis

167

30. Soal-Soal Tes Kognitif 170

31. Jawaban Soal Kognitif 181

32. Uji Validitas, Reliabilitas, Tingkat Kesukaran dan Daya Beda Soal

Tes Kemampuan Kognitif (Uji Coba)

182

33. Data Induk Penelitian 186

34. Data Keadaan Awal Siswa 189

35. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen 191

36. Uji Normalitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Kontrol 192

37. Uji Homogenitas Keadaan Awal Siswa Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

193

38. Uji Kesamaan Keadaan Awal Antara Kelas Eksperimen dengan

Kelas Kontrol

195

39. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Eksperimen 197

40. Uji Normalitas Kemampuan Kognitif Siswa Kelompok Kontrol 198

41. Uji Homogenitas Kemampuan Kognitif Kelompok Eksperimen dan

Kelompok Kontrol

199

42. Uji Hipotesis Analisis Variansi Dua Jalan Sel Tak Sama 201

43. Uji Lanjut Pasca Anava 204

44. Tabel-Tabel Statistik 206

45. Surat-Surat 212

Page 19: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu upaya sadar untuk mengembangkan

kemampuan dan kepribadian manusia. Masyarakat yang baik dan berkualitas

dapat terwujud dengan adanya proses pendidikan yang baik dan berkualitas pula.

Upaya mewujudkan masyarakat yang berkualitas tersebut menjadi tanggung

jawab bersama baik pemerintah maupun masyarakat.

Mengingat pemahaman di atas maka sekolah mendapatkan prioritas

utama dalam menjalankan proses pendidikan guna mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, dan ketrampilan yang diperlukan oleh dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara. Oleh karena itu, sekolah diharapkan mampu

melahirkan calon penerus pembangunan masa depan yang cerdas spiritual,

emosional dan intelektual.

Keberhasilan pendidikan nasional selalu terkait dengan usaha untuk

mencapai keberhasilan pembelajaran di sekolah. Oleh karena itu, secara langsung

berhasil tidaknya proses pendidikan dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran

dan hasil belajar yang dicapai dalam pelaksanaan sistem pendidikan di sekolah.

Suatu proses pembelajaran akan berhasil dengan baik bila komponen-

komponennya saling berinteraksi dengan baik. Komponen-komponen

pembelajaran tersebut antara lain: guru, siswa, bahan ajar, sarana pra sarana, dll.

Dalam proses pembelajaran, guru dan siswa memegang peranan yang

sangat penting. Guru merupakan seorang pendidik profesional yang mempunyai

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih dan

mengevaluasi peserta didik guna mengembangkan potensi dirinya. Sedangkan

siswa merupakan seorang individu yang senantiasa belajar untuk mengembangkan

potensi yang dimilikinya hingga diperoleh hasil belajar yang baik. Oleh karena

1

Page 20: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

itu, interaksi yang baik antara keduanya akan memberikan hasil yang positif

terhadap tujuan pembelajaran.

Baik tidaknya hasil belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

tersebut dapat digolongkan menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa sebagai peserta

didik, misalnya minat belajar siswa, gaya belajar siswa, motivasi berprestasi,

interaksi sosial siswa, kecerdasan, dan lain-lain. Sedangkan faktor eksternal

adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau dari rangsangan pihak luar,

misalnya pendekatan / model pembelajaran.

Pendekatan dan model pembelajaran merupakan faktor eksternal yang

harus disusun dengan menyesuaikan karakteristik materi yang akan disampaikan,

sebab tidak semua model cocok untuk setiap materi pelajaran. Selain itu,

pendekatan dan model yang digunakan juga harus mampu menarik minat belajar

siswa, sehingga siswa akan merasa nyaman dalam belajar dan hasil yang

diperoleh akan memuaskan. Dengan kata lain, melalui pendekatan dan model

yang tepat, maka hasil belajar yang didapat akan maksimal.

Ada banyak model pembelajaran yang dikembangkan oleh para ahli

dalam rangka meningkatkan hasil belajar siswa. Model pembelajaran tersebut

antara lain model pembelajaran kontekstual, model pembelajaran terpadu, model

pembelajaran kooperatif, model pembelajaran quantum, model pembelajaran

inkuiri dan lain-lain, yang dalam penggunaannya harus disesuaikan dengan hasil

belajar yang ingin dicapai serta materi yang akan disampaikan.

Saat ini masih banyak guru yang menggunakan model pembelajaran yang

berpusat pada guru (Teacher Centered Learning atau TCL). Penggunaan model

pembelajaran yang berpusat pada guru ini sedikit sekali melibatkan siswa dalam

proses pembelajaran, akibatnya siswa pasif, merasa bosan dan minat belajarnya

menjadi rendah. Apalagi dalam pelajaran Fisika yang memang sejak dulu

dianggap mata pelajaran yang sukar, siswa menjadi semakin tidak tertarik untuk

belajar Fisika. Padahal Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

ditempuh oleh siswa sekolah menengah.

Page 21: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Agar pembelajaran Fisika menjadi lebih menarik, guru harus menerapkan

model pembelajaran yang sesuai dengan ciri Fisika dan melibatkan keaktifan

siswa dalam proses pembalajaran atau dengan kata lain guru harus menerapkan

model pembelajaran yang berpusat pada siswa ( Student Centered Learning atau

SCL). Selain itu juga model yang dipilih harus sesuai dengan karakteristik materi

Fisika yang akan dipelajari, sebab materi pelajaran Fisika mempunyai

karakteristik yang berbeda antara materi yang satu dengan materi yang lain.

Salah satu model pembelajaran yang menerapkan SCL adalah model

pembelajaran Kooperatif. Dalam pembelajaran Kooperatif siswa belajar secara

bersama dalam suatu kelompok sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam

kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Model pembelajaran

kooperatif ada beberapa tipe, diantaranya adalah tipe Student Teams-Achivement

Divisions (STAD), Team-Game-Turnament (TGT), Team-Assisted

Individualization (TAI), Jigsaw II, Group Investigation dan lain-lain.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti mengambil judul

penelitian “PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS-

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW II DITINJAU DARI

INTERAKSI SOSIAL SISWA TERHADAP KEMAMPUAN KOGNITIF

SISWA”

B. Identifikasi Masalah

Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

diidentifikasi permasalahan-permasalahan sebagai berikut :

1. Keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor

eksternal

2. Pembelajaran Fisika selama ini cenderung Teacher Centered Learning

(TCL)

3. Tidak semua model pembelajaran sesuai dengan ciri fisika

4. Karakteristik materi Fisika variatif

Page 22: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

C. Pembatasan Masalah

Agar dalam pembahasan permasalahan ini lebih mendalam dan

cakupannya tidak terlalu luas maka permasalahan-permasalahan yang ada dibatasi

sebagai berikut :

1. Faktor internal dibatasi pada interaksi sosial siswa

2. Faktor eksternal dibatasi pada model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan Jigsaw II.

3. Hasil belajar siswa dibatasi pada kemampuan kognitif.

4. Materi fisika yang disampaikan dibatasi pada pokok bahasan Listrik

Dinamis kompetensi dasar 1 untuk SMA kelas X

D Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan

pembatasan masalah yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Adakah perbedaan pengaruh antara model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II terhadap

kemampuan kognitif siswa ?

2. Adakah pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi

dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa ?

3. Adakah interaksi antara pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan

interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

E. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara model pembelajaran

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions

(STAD) dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa.

Page 23: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

2. Mengetahui ada tidaknya perbedaan pengaruh antara interaksi sosial

siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif

siswa.

3. Mengetahui ada tidaknya interaksi antara pengaruh model pembelajaran

kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw

II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

F. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara

lain :

1. Memberikan masukan tentang alternatif model pembelajaran yang

berpusat pada siswa (SCL)

2. Dapat dijadikan sebagai informasi masukan oleh siswa tentang cara belajar

dengan model pembelajaran yang baru dengan memanfaatkan teman satu

kelompok sehingga siswa dapat saling bertukar pikiran antara sesama

anggota kelompok, saling mendengarkandan saling menghargai pendapat

orang lain.

3. Memberikan masukan bagi guru bahwa interaksi sosial mempengaruhi

hasil belajar siswa.

4. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan atau referensi ilmiah untuk

penelitian lebih lanjut.

Page 24: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Teori Belajar

a. Pengertian Belajar

Setiap orang menjadi dewasa karena belajar dan pengalaman selama

hidupnya. Sebagian orang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata

mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

informasi atau materi pelajaran. Belajar selalu berkenaan dengan perubahan-

perubahan pada diri orang yang belajar, apakah itu mengarah kepada yang lebih

baik ataupun yang kurang baik. Hal lain yang selalu terkait dengan belajar adalah

pengalaman yang berbentuk interaksi dengan orang lain atau lingkungannya.

Unsur perubahan dan pengalaman hampir selalu ditekankan dalam

rumusan atau definisi tentang belajar. Menurut Muhibbin Syah (2008:92) ”secara

umum belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku

individu yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan

lingkungan yang melibatkan proses kognitif ”. Sedangkan menurut Oemar

Hamalik (2003:154) “Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif mantap

berkat latihan dan pengalaman”.

Ngalim Purwanto (1990: 85) mendefinisikan ”Belajar merupakan suatu

perubahan yang terjadi melalui latihan atau pengalaman dalam arti perubahan-

perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap

sebagai hasil belajar”.

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa

belajar adalah suatu proses dimana terjadi suatu perubahan dalam diri individu

yang muncul karena pengalaman. Perubahan menyangkut semua aspek

kepribadian individu, dapat berkenaan dengan penguasaan dan penambahan

pengetahuan, kecakapan, sikap, nilai, motivasi, kebiasaan, minat dan sebagainya.

Demikian juga dengan pengalaman, berkenaan dengan segala bentuk pengalaman

6

Page 25: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

atau hal-hal yang pernah dialami, seperti membaca, melihat, mendengar,

merasakan, melakukan, merencanakan, menganalisis dan memecahkan masalah.

b. Tujuan Belajar

Dalam arti luas, tujuan belajar adalah suatu pernyataan tentang

perubahan yang diharapkan. Perubahan ini diinginkan dan dinilai oleh guru dan

pelatih, diharapkan akan terjadi dalam pemikiran, perbuatan, dan perasaan siswa

sebagai hasil dari pengalaman pendidikan dan latihan.

Dimyati (2006: 10) menyebutkan bahwa setelah belajar orang akan

memiliki ketrampilan, pengetahuan, sikap dan nilai. Sebenarnya tujuan belajar

sangat banyak dan bervariasi, namun secara umum menurut Robert M. Gagne

dalam Hasibuan (1989 :5) menyebutkan bahwa tujuan belajar adalah memperoleh

ketrampilan sebagai berikut :

1) Keterampilan intelektual

2) Strategi kognitif seperti memecahkan berbagai macam masalah

3) Informasi verbal yang merupakan pengetahuan yang berupa informasi

dan fakta.

4) Keterampilan motorik seperti keterampilan menulis, mengetik,

menggunakan berbagai alat ukur dan sebagainya.

5) Sikap dan nilai

Dari tujuan-tujuan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan belajar

adalah memperoleh pengetahuan, pemahaman konsep, ketrampilan, dan

pembentukan sikap yang meliputi aspek kognitif (keilmuan), psikomotorik dan

afektif (sikap).

c. Prinsip-Prinsip Belajar

Belajar seperti halnya perkembangan berlangsung seumur hidup, apa

yang dipelajari dan bagaimana belajarnya pada setiap fase perkembangan

berbeda-beda. Banyak teori yang membahas masalah belajar, tiap teori bertolak

dari asumsi dasar tertentu tentang belajar. Meskipun demikian, ada beberapa

pandangan umum yang sama atau relatif sama diantara asumsi-asumsi tersebut.

Beberapa kesamaan ini dipandang sebagai prinsip belajar. Beberapa prinsip umum

belajar tersebut adalah:

Page 26: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

(a) Belajar merupakan bagian dari perkembangan; (b) Belajar berlangsung

seumur hidup; (c) Keberhasilan belajar dipengaruhi oleh faktor-faktor

bawaan; (d) Belajar mencakup semua aspek kehidupan; (e) Kegiatan belajar

berlangsung pada setiap tempat dan waktu; (f) Belajar berlangsung dengan

guru atau tanpa guru; (g) Belajar yang berencana dan disengaja menuntut

motivasi yang tinggi; (h) Perbuatan belajar bervariasi dari yang paling

sederhana sampai yang sangat kompleks; (i) Dalam belajar dapat terjadi

hambatan-hambatan; (j) Untuk kegiatan belajar tertentu diperlukan adanya

bantuan atau bimbingan dari orang lain. (Nana Syaodih Sukmadinata, 2003:

165-166)

Dari prinsip-prinsip tersebut dapat diketahui bahwa belajar merupakan

bagian dari perkembangan yang terjadi seumur hidup dan mencakup semua aspek

kehidupan. Belajar dapat berlangsung dimanapun dan dapat bervariasi dari

kegiatan yang paling sederhana hingga yang kompleks. Dalam belajar ada yang

memerlukan bimbingan dari orang lain dan ada yang tidak.

d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Usaha dan keberhasilan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-

faktor yang mempengaruhi antara lain faktor fisiologis, psikologis, lingkungan belajar

dan sistem instruksional (Slameto, 2003).

1) Faktor fisiologis seperti pendengaran dan penglihatan sangat mempengaruhi

segala kegiatan belajar mengajar, dalam hal ini yang termasuk kondisi

fisiologis diantaranya yaitu kesegaran jasmani, keletihan, kekurangan gizi,

kurang tidur dan kesakitan yang diderita.

2) Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa diantaranya

adalah aspek intelegensi atau kecerdasan dan bakat, minat, motivasi,

perhatian, berpikir dan ingatan.

3) Faktor lingkungan belajar menurut Slameto (2003) dapat dibedakan menjadi

beberapa faktor, diantaranya lingkungan dalam sekolah dan lingkungan luar

sekolah yang masing-masing dapat dibedakan lagi atas lingkungan alam,

lingkungan fisik dan sosial.

Faktor lingkungan belajar di dalam sekolah mencakup keadaan suhu,

kelembaban dan pertukaran udara serta cahaya dalam ruangan yang semuanya

mencakup sistem ventilasi dan penerangan ruangan. Faktor lingkungan

belajar di luar sekolah mencakup topografi, flora, fauna, dan jenis mata

Page 27: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

pencaharian penduduk sekitar yang dapat dijadikan sumber bahan belajar dan

sumber inspirasi bagi warga sekolah dalam menunjang proses belajar

mengajar yang baik.

4) Faktor sistem instruksional yang dapat mempengaruhi proses belajar

mengajar adalah kurikulum, bahan belajar yang mempengaruhi strategi

belajar yang akan digunakan dan metode penyajian.

Dari faktor-faktor tersebut dapat juga digolongkan menjadi faktor

internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam

diri siswa, misalnya bakat, minat, motivasi, sakit, letih dan lain-lain. Sedangkan

faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa seperti lingkungan

balajar, model pembelajaran, dan lain-lain.

2. Pembelajaran Fisika

a. Hakikat Fisika

Fisika merupakan ilmu yang lahir berdasarkan fakta, hasil pemikiran

maupun hasil eksperimen yang dilakukan oleh para ahli. Fisika merupakan cabang

ilmu pengetahuan alam, sehingga karakteristik yang dimiliki oleh ilmu

pengetahuan alam berlaku pada Fisika. Fisika dalam sekala besar dibagi menjadi 2

yaitu fisika eksperimen dan fisika teori. Menurut Brockhous yang dikutip Herbert

Druxes bahwa : ”Fisika adalah pelajaran tentang kejadian alam, yang

memungkinkan penelitian dengan pengukuran dan percobaan, pengujian secara

sistematis dan berdasarkan peraturan umum”. (Herbert Druxes, 1986 ; 3 )

Menurut Brandi/Dahmen yang juga dikutip oleh Herbert Druxes bahwa :

”Fisika adalah suatu uraian tertutup tentang semua kejadian Fisikalis yang

berdasarkan beberapa hukum dasar ” ( Herbert Druxes, 1986 : 3). Sejalan dengan

itu, Gerthsen yang dikutip oleh Herbert Druxes menyatakan bahwa ”Fisika adalah

suatu teori yang menerangkan gejala-gejala alam sesederhana mungkin dan

berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataan. Persyaratan utama

untuk pemecahan persoalan adalah dengan mengamati gejala-gejala tersebut”.

(Herbert Druxes, 1986 : 3)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dikatakan bahwa Fisika adalah

salah satu cabang dari ilmu pengetahuan alam yang berusaha menguraikan serta

menjelaskan hukum-hukum alam dan kejadian-kejadian di alam dengan gambaran

Page 28: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

menurut pemikiran manusia, yang mempunyai karakteristik antara lain ; kuantitas,

observasi, eksperimen, prediksi, dan proses yang dapat dipelajari dengan teori,

pengamatan dan eksperimen.

b. Tujuan Pembelajaran Fisika

Fungsi dan tujuan mata pelajaran Fisika di SMA dan MA adalah sebagai

sarana untuk :

1) Menyadari keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan

keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

2) Memupuk sikap ilmiah yang mencakup:

a) Jujur dan obyektif terhadap data.

b) Terbuka dan menerima pendapat berdasarkan bukti-bukti tertentu.

c) Ulet dan tidak cepat putus asa.

d) Kritis terhadap pernyataan ilmiah yaitu tidak mudah percaya tanpa

ada dukungan hasil observasi empiris.

e) Dapat bekerjasama dengan orang lain.

3) Mengembangkan kemampuan berpikir analisis induktif dan deduktif

dengan menggunakan konsep dan prinsip fisika untuk menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara

kualitatif maupun kuantitatif.

4) Menguasai pengetahuan, konsep dan prinsip fisika serta mempunyai

keterampilan mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

percaya diri sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dan

sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih

tinggi.

5) Membentuk sikap positif terhadap fisika dengan menikmati dan

menyadari keindahan keteraturan perilaku alam serta dapat menjelaskan

berbagai peristiwa alam dan keluasan penerapan fisika dalam teknologi.

Dari pendapat tersebut, pembalajaran fisika tidak hanya memberikan

produk ilmiah, tetapi lebih jauh bagaimana memperoleh produk ilmiah tersebut.

Untuk mencapai tujuan tersebut, guru dalam pembelajaran Fisika hendaklah

merangsang perhatian siswa terhadap Fisika, merangsang keingintahuan siswa,

Page 29: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

mengajar Fisika untuk menimbulkan keinginan meneliti, mengajarkan fisika

sebagai konsep, bukan faktor-faktor yang terlepas-lepas dan menekankan pada

pemikiran serta penalaran bukan hafalan. Sehingga dalam diri siswa akan

tertanam sikap ilmiah dan memperoleh produk ilmiah secara bermakna.

Sehingga dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

fisika berorientasi pada hakikat fisika.

3. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran

Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa

faktor, diantaranya adalah pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model

pembelajaran yang tepat akan mampu membawa peran serta siswa dan dapat

membangkitkan motivasi belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran dapat

tercapai.

Menurut kamus lengkap bahasa indonesia model diartikan sebagai mode,

ragam, acuan, ukuran yang dicontoh.

Menurut Gazali dalam Slameto (2003:30) pembelajaran merupakan

proses penanaman pengetahuan pada seseorang dengan cara paling singkat dan

tepat. Proses pembelajaran ini bertujuan untuk mengembangkan aktivitas dan

kreativitas peserta didik melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar.

Dengan demikian model pembelajaran dapat dikatakan sebagai suatu acuan yang

digunakan oleh guru untuk menyampaikan bahan pembelajaran sekaligus

mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik untuk mencapai tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan sebelumnya.

Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran

yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari

penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

Pada suatu proses pembelajaran tidak ada model pembelajaran yang tepat

untuk semua topik dan semua situasi. Oleh karena itu, dalam memilih model

pembelajaran guru harus senantiasa memperhatikan kondisi siswa, sarana

Page 30: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

prasarana yang ada serta materi pembelajaran yang akan dipelajari agar tujuan

pembelajaran yang telah ditentukan dapat tercapai.

b. Pembahasan Tentang Model Pembelajaran Kooperatif

1) Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merupakan bentuk pembelajaran yang lebih

menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu kelompok

sehingga terjadi interaksi antar siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan

masalah belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Slavin

(2008: 4) ”Dalam pembelajaran kooperatif siswa akan bekerja dalam kelompok-

kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari

materi pelajaran”.

Pembelajaran kooperatif secara umum mempunyai karakeristik yang

membedakan dengan pembelajaran yang lain. Karakteristik tersebut adalah: (a)

Siswa belajar dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama; (b) Setiap

kelompok anggotanya berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin

dan asal suku; (c) Guru melakukan pemantauan dan memberikan bantuan jika

terjadi masalah dalam kerjasama antar anggota kelompok; (d) Adanya saling

interaksi positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi antar anggota

kelompok; (e) Adanya penghargaan kelompok.

Keberhasilan dalam pembelajaran kooperatif akan tercapai jika

memenuhi lima prinsip utama yaitu :

a) Keheterogenan kelompok

b) Keterampilan bekerja sama

c) Sumbangan dari ketua kelompok

d) Ketergantungan pribadi yang positif

e) Otonomi kelompok

Dalam keheterogenan kelompok, siswa dikelompokkan berdasarkan

perbedaan-perbedaan menurut kemampuan, jenis kelamin dan asal suku. Adanya

keheterogenan kelompok ini akan membuat proses pembelajaran kooperatif dapat

berjalan lebih efektif.

Page 31: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

Kerja sama dalam suatu kelompok sangat dibutuhkan untuk mencapai

tujuan bersama. Dengan kerjasama yang baik didapatkan pemahaman yang lebih

baik pula. Hal ini sesuai dengan pendapat Zafer Tanel dan Mustafa Erol (2008 :

132) yang menyatakan “ interaction of student with each other when solving

problem, deciding on a solution by discussing with each other and evaluating

different views provide them a better understanding”. Dalam suatu kerja sama,

dibutuhkan adanya keterampilan-keterampilan khusus yang dimiliki oleh setiap

anggota kelompok. Keterampilan tersebut dapat berupa keterampilan

berkomunikasi, keterampilan berdiskusi, keterampilan dalam memecahkan

masalah dan sebagainya.

Dalam suatu kelompok perlu dipilih seorang ketua kelompok untuk

mengatur kelompok tersebut. Ketua kelompok dipilih berdasarkan

kemampuannya yang lebih dibandingkan dengan anggota lain dalam

kelompoknya. Adanya sumbangan dari ketua kelompok yang berupa informasi,

pengetahuan, keterampilan, penjelasan dan sebagainya yang diberikan kepada

anggota kelompok yang lain dapat mempengaruhi keberhasilan dalam pencapaian

hasil belajar.

Setiap anggota kelompok membutuhkan pengembangan kemampuan dan

pengetahuan yang dimiliki yang dapat dilakukan dengan cara berinteraksi dan

bekerja sama satu sama lain. Artinya, dalam proses belajar setiap siswa saling

bergantung sama lain. Adanya ketergantungan pribadi yang positif antar siswa

dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan dan pengetahuan

yang dimiliki.

Dalam otonomi kelompok, setiap kelompok berusaha untuk menjadi

yang terbaik, sehingga setiap anggota kelompok bertanggung jawab sepenuhnya

terhadap nama kelompoknya. Dalam hal ini, jika terdapat kelompok yang

mengalami kesulitan maka kelompok tersebut bertanya pada gurunya, bukan pada

kelompok lain.

2) Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif

Penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam prakteknya memiliki

beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa hal yang dipandang menjadi

Page 32: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

kelebihan dari model pembelajaran kooperatif dibanding menggunakan model lain

adalah: (a) Meningkatkan kemampuan akademik siswa; (b) Memperbaiki

hubungan antar kelompok; (c) Meningkatkan kemampuan siswa dalam berdiskusi;

(d) Meningkatkan rasa percaya diri siswa; (e) Menumbuhkan keinginan untuk

menggunakan kemampuan dan keahlian yang dimiliki oleh siswa; (f)

Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas; (g) Meningkatkan

kemampuan siswa dalam bersosialisasi dengan siswa lainnya.

Setiap model pembelajaran selain mempunyai kelebihan, juga

mempunyai kelemahan. Kelemahan model pembelajaran kooperatif antara lain:

(a) Pelaksanaanya memerlukan persiapan yang rumit; (b) Apabila terjadi

persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk; (c) Apabila ada siswa yang

malas atau yang ingin berkuasa dalam kelompoknya menyebabkan kegiatan

belajar kelompok tidak berjalan dengan baik; (d) Adanya siswa yang tidak

memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam belajar kelompok, sehingga

kegiatan belajar kelompok menjadi tidak efektif; (e) Siswa yang tidak cocok

dengan anggota kelompoknya kurang bisa bekerja sama dalam memahami materi

maupun dalam menyelesaikan tugas.

4. Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions (STAD)

a. Pengertian Tipe Pembelajaran Student Team Achievement Divisions

(STAD)

Tipe pembelajaran STAD adalah salah satu tipe pembelajaran yang

dikemukakan oleh Slavin. Tipe pembelajaran ini merupakan teori belajar

konstruktivisme yang berdasarkan pada teori belajar kognitif. Dalam hal ini guru

berperan sebagai fasilitator belajar dan bertugas menciptakan situasi belajar yang

kondusif bagi siswa, sedangkan siswa bekerja sama dalam kelompoknya dalam

memecahkan masalah-masalah belajar yang berkaitan dengan materi pelajaran

yang disampaikan oleh guru.

Tipe pembelajaran STAD terdiri atas lima komponen utama. Menurut

Slavin (2008: 143-146), komponen tersebut adalah:

(1) Presentasi materi pelajaran

(2) Kegiatan kelompok

(3) Pelaksanaan kuis individual

Page 33: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

(4) Nilai perkembangan individu

(5) Penghargaan kelompok

Presentasi materi pelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan oleh

guru di dalam kelas. Kegiatan ini berupa penyampaian informasi, pengetahuan

atau hal-hal lain yang berkenaan dengan materi yang akan dipelajari oleh siswa.

Dalam kegiatan kelompok, siswa ditempatkan dalam kelompok-

kelompok yang masing-masing beranggotakan empat atau lima orang yang

berbeda-beda menurut tingkat kemampuan, jenis kelamin atau ras (suku). Siswa

bekerja dengan kelompok mereka dengan dipandu oleh Lembar Kegiatan Siswa

(LKS) atau tugas yang diberikan oleh guru. Dalam hal ini jawaban tugas atau

lembar kegiatan siswa didiskusikan oleh siswa bersama anggota kelompoknya.

Bila ada siswa yang merasa kesulitan maka siswa yang mampu harus membantu

kesulitan teman sekelompoknya. Jika kelompok tidak dapat mengatasi, maka

perlu meminta bantuan guru. Guru harus selalu mengawasi para siswa saat

kegiatan kelompok ini berlangsung, sehingga guru dapat mengetahui dan

membantu siswa yang kesulitan dalam kelompok belajarnya.

Pelaksanaan kuis individual berlangsung kira-kira setelah satu atau dua

periode penyampaian materi oleh guru dan setelah satu atau dua periode kerja

kelompok. Selama kuis berlangsung setiap siswa harus mengerjakan sendiri dan

tidak boleh bekerja sama dengan siswa lain meskipun dengan teman kelompoknya

sendiri. Berdasarkan hal tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap dirinya

sendiri mengenai pemahaman materi pelajaran yang diterima. Hasil pekerjaan

kuis diberi skor dengan cara dicocokkan bersama-sama atau dikumpulkan untuk

dikoreksi oleh guru.

Komponen berikutnya adalah nilai perkembangan individu. Tujuan

utama dengan adanya nilai perkembangan individu adalah untuk memberikan

hasil akhir yang maksimal pada setiap peserta didik. Hal ini akan dapat diperoleh

kalau peserta didik bekerja lebih keras dalam melaksanakan kuis. Nilai

perkembangan individu didasarkan pada nilai awal pokok bahasan atau materi

sebelumnya. Besarnya nilai perkembangan individu dapat dihitung dengan

ketentuan sebagai berikut:

Page 34: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

Tabel 2.1. Nilai Perkembangan Individu

Nilai Kuis Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin dibawah nilai awal 5

Turun dari 1 sampai 10 poin dibawah nilai awal 10

Sama dengan nilai awal sampai dengan 10 poin

diatas nilai awal 20

Lebih dari 10 poin diatas nilai awal 30

Betul semua (nilai sempurna) 30

(Sumber: Slavin, 2008:159)

Komponen terakhir dalam model STAD adalah penghargaan kelompok.

Penghargaan kelompok ditentukan berdasarkan nilai rata-rata kelompok yang

diperoleh dengan cara menghitung nilai perkembangan dari setiap anggota

kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok tersebut. Berdasarkan nilai

perkembangan yang diperoleh kelompok, terdapat tiga tingkat penghargaan yang

diberikan untuk prestasi kelompok:

(1) Super Team (Tim Istimewa), diberikan kepada kelompok yang

memperoleh skor rata-rata lebih besar atau sama dengan 25 poin;

(2) Great Team (Tim Hebat), diberikan kepada kelompok yang

memperoleh skor rata-rata antara 20 sampai dengan 25 poin;

(3) Good Team (Tim Baik), diberikan kepada kelompok dengan skor rata-

rata 15 sampai dengan 20 poin.

Proses pembelajaran dengan model STAD dapat dibuat bagan sebagai

berikut

Page 35: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

Gambar 2.1. Bagan Pembelajaran kooperatif STAD

Menurut Mohamad Nur (2005:23-27), dalam penggunaan model

pembelajaran STAD, guru perlu mempersiapkan hal-hal berikut :

a. Bahan ajar

Bahan ajar dapat dibuat sendiri oleh guru berupa lembar keja atau

lembar diskusi siswa (LKS/LDS) yang dilengkapi dengan kunci

jawabannya. Selain dua hal tersebut, guru juga harus mempersiapkan

kuis untuk tiap kompetensi dasar yang direncanakan untuk diajarkan.

b. Penempatan siswa dalam tim

Tim siswa dalam STAD harus terdiri dari 4 sampai 5 siswa yang

mewakili heterogenitas siswa dalam kelas.

c. Penentuan skor dasar awal

Skor dasar awal diperoleh dari nilai kuis atau nilai ujian sebelumnya.

b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran STAD

Setiap tipe pembelajaran tidak ada yang sempurna. Masing-masing

memiliki kelebihan dan kelemahan. Beberapa kelebihan dari tope pembelajaran

STAD antara lain: (1) Siswa dan guru mendapatkan kemudahan untuk memahami

materi pelajaran; (2) Siswa secara kooperatif dapat menyelesaikan pokok-pokok

materi yang dipelajari; (3) Siswa dapat meningkatkan hasil belajarnya dengan

adanya kerja sama semua unsur yang ada dalam kelas; (4) Siswa dapat

meningkatkan kemampuannya dalam berdiskusi dan menyelesaikan tugas.

Penghargaan Kelompok

Nilai Perkembangan Individu

Pelaksanaan Kuis Individual

Kegiatan Kelompok

Presentasi Materi Pelajaran

Page 36: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

Di samping kelebihan-kelebihan tersebut, tipe pembelajaran STAD juga

memiliki kelemahan-kelemahan. Beberapa kelemahan dari tipe pembelajaran

STAD adalah: (1) Apabila ada siswa yang tidak cocok dengan anggota

kelompoknya, maka siswa tersebut kurang bisa bekerjasama dalam memahami

materi; (2) Ada siswa yang kurang memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam

kelompok belajar; (3) Apabila ada anggota kelompok yang malas, maka usaha

kelompok dalam memahami materi maupun untuk memperoleh penghargaan

kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Jadi, tipe pembelajaran kooperatif STAD merupakan tipe pembelajaran

yang menekankan pada kegiatan belajar siswa secara bersama dalam suatu

kelompok untuk saling membantu satu sama lain, sehingga terjadi interaksi antar

siswa dalam kelompoknya untuk memecahkan masalah belajar. Penerapan tipe

pembelajaran kooperatif STAD bertujuan agar siswa lebih termotivasi dalam

belajar dan meningkatkan interaksi sosial siswa dalam kelompok belajarnya.

5. Tipe Pembelajaran Jigsaw II

a. Pengertian Tipe pembelajaran Jigsaw II

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II merupakan modifikasi dari

model pembelajaran tipe Jigsaw yang sebelumnya dikembangkan oleh Aronson

(Chan Kam-wing, 2004). Tipe pembelajaran Jigsaw II juga merupakan salah satu

tipe pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Slavin.

Dalam Jigsaw II siswa bekerja dalam tim-tim heterogen seperti pada

STAD. Siswa ditugasi mempelajari materi pelajaran, dan diberikan ”lembar ahli”

yang berisi topik yang berbeda untuk anggota setiap tim. Setelah selesai

mempelajari materi, siswa dari tim berbeda dengan topik yang sama bertemu

dalam sebuah ”kelompok ahli” untuk membahas topik mereka selama kurang

lebih 30 menit. Para ahli ini kemudian kembali kepada tim asal mereka dan secara

bergantian mengajar teman satu timnya tentang topik ”keahlian mereka”.

Akhirnya siswa diberi kuis tentang seluruh topik, dan skor kuis tersebut menjadi

skor tim seperti pada STAD.

Berikut skema kerja kelompok pada pembelajaran kooperatif tipe jigsaw

II

Page 37: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

Gambar 2.2. Skema Kerja Kelompok Pada Tipe Pembelajaran

Jigsaw II

Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II adalah sebagai berikut :

(a) Siswa dibagi dalam beberapa kelompok asal. Setiap kelompok

beranggotakan 3-5 siswa, tiap siswa diberi nomor.

(b) Guru memberikan suatu permasalahan, pertanyaan, atau dalam bentuk

LKS

(c) Masing-masing siswa dalam kelompok asal yang sama mempelajari

materi yang berbeda satu sama lain.

(d) Siswa dari kelompok asal yang mempelajari materi yang sama,

selanjutnya berkumpul dengan anggota kelompok lain guna membentuk

kelompok gabungan ( kelompok ahli ). Dalam kelompok ahli, mereka

membahas materi yang sama.

(e) Setelah selesai berdiskusi, setiap anggota kembali ke kelompok asalnya.

Anggota kelompok ahli dengan masing-masing materi yang dikuasai

memberikan penjelasan kepada teman kelompoknya.

(f) Guru memberikan pertanyaan secara acak kepada siswa dengan

menyebutkan nomornya

(g) Diadakan test individual dengan penghargaan kepada kelompok yang

memperoleh nilai tinggi.

Menurut Mohamad Nur (2005 : 69) Secara rinci, kegiatan dalam metode

Jigsaw II dapat dijadwalkan sebagai berikut :

(1) Membaca

Siswa menerima topik – topik ahli dan membaca bahan yang ditugaskan

untuk mencari informasi.

Page 38: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(2) Diskusi kelompok ahli

Siswa dengan topik ahli yang sama bertemu mendiskusikan informasi

tersebut dalam kelompok-kelompok ahli.

(3) Laporan tim

Para ahli kembali ke tim asal mereka untuk mengajarkan topik-topik

mereka kepada teman satu tim mereka.

(4) Kuis

Siswa mengerjakan kuis individual yang mencakup seluruh topik.

(5) Penghargaan tim

Skor tim dihitung seperti pada STAD.

Proses pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dibuat bagan sebagai

berikut

Gambar 2.3. Bagan Pembelajaran Kooperatif Jigsaw II

b. Kelebihan dan Kelemahan Tipe Pembelajaran Jigsaw II

Kelebikan dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigasaw II adalah :

(1) Keaktifan setiap siswa dapat dimonitoring, sebab setiap siswa mempunyai

tanggung jawab terhadap materi yang menjadi tanggungjawabnya; (2) Jigsaw II

juga memberikan pengalaman pada siswa untuk berani berbicara dan

menyampaikan materi ataupun pendapatnya kepada teman sekelompok dengan

Membaca

Diskusi Kelompok Ahli

Laporan Tim

Kuis

Penghargaan Tim

Page 39: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

caranya sendiri; (3) Melatih siswa bagaimana cara berkomunikasi dengan baik

dan saling bekerja sama dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

Selain memiliki kelebihan Jigsaw II tentu saja memiliki kekurangan,

diantaranya adalah : (1) Apabila ada siswa yang kurang tepat dalam

menyampaikan materi, maka akan mempengaruhi hasil belajar kelompokkya; (2)

Membutuhkan banyak waktu; (3) Siswa yang dominan akan mendominasi dalam

kegiatan kelompok, dan siswa yang lambat akan cenderung pasif dan minder,

sedang siswa yang pandai kadang merasa bosan dengan anggota kelompok yang

lamban; (4) Guru kemungkinan akan merasa kerepotan saat mengatur jalannya

diskusi dan saat pergantian kelompok.

6. Interaksi Sosial

a. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia selain sebagai makhluk individu, juga merupakan makhluk

sosial. Hal ini berarti manusia akan selalu membutuhkan bantuan atau peranan

orang lain dalam kehidupannya, terutama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Oleh karena itu, ia akan cenderung hidup bersama-sama atau berkelompok. Dalam

kebersamaan tersebut, tentunya mereka akan saling berkomunikasi. Proses

komunikasi inilah yang merupakan salah satu bentuk interaksi sosial.

Menurut Bonner dalam Abu Ahmadi (2002: 54) ” Interaksi sosial adalah

suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga kelakuan individu yang satu

akan mempengaruhi, mengubah atau memperbaiki kelakuan individu yang lain

dan sebaliknya”. Menurut psikologi tingkah laku, interaksi sosial adalah interaksi

yang berisikan saling perangsangan dan pereaksian antara kedua belah pihak

individu. Sedangkan menurut Young dalam Ary H Gunawan (2001: 31) ”Interaksi

sosial adalah kontak timbal balik antara dua orang atau lebih”.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih.

Hubungan tersebut akan saling mempengaruhi individu yang satu dengan individu

yang lain sehingga terjadi suatu komunikasi.

Page 40: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

b. Jenis-jenis Interaksi sosial

Menurut Ary Gunawan ( 2001: 32-33 ) jenis-jenis interaksi sosial dapat

ditinjau dari berbagai segi, yaitu :

1) Dari Subjeknya dibedakan menjadi:

a. Interaksi antara orang per orang

b. Interaksi antara orang dengan kelompok

c. Interaksi antar kelompok

2) Menurut caranya

a. Interaksi langsung

b. Interaksi simbolik

3) Menurut Bentuknya

a. Kerjasama

b. Persaingan

c. Pertikaian

d. Akomodasi

4) Interaksi Sosial Siswa

Menurut Sardiman A.M (2007: 111) “Siswa atau anak didik adalah salah

satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar

mengajar”. Dengan kata lain siswa adalah seseorang yang bertindak sebagai

pencari, penerima, dan penyimpan isi pelajaran yang dibutuhkan untuk mencapai

tujuan. Siswa akan menjadi faktor penentu, sehingga menuntut dan dapat

mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya.

Berdasarkan pengertian ini, dapat dikatakan bahwa interaksi sosial siswa

merupakan interaksi sosial yang dilakukan oleh siswa dalam belajar

Proses belajar mengajar yang berlangsung dalam dunia pendidikan

memiliki banyak unsur yang perlu diperhatikan. Salah satu unsur yang

diperhatikan pertama kali adalah siswa, karena siswa yang mempunyai tujuan,

baru setelah itu menurun ke unsur-unsur yang lain. Misalnya materi yang

diajarkan, bahan apa yang diperlukan, bagaimana cara mengajarkan, alat apa yang

cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan atau

karakteristik siswa. Itulah sebabnya siswa merupakan subyek belajar yang

Page 41: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

nantinya akan menjalin hubungan, baik dengan guru maupun dengan sesama

siswa. Berdasarkan hal tersebut maka didapatkan pengertian bahwa interaksi

sosial siswa adalah hubungan yang saling mempengaruhi antara siswa dengan

guru atau siswa dengan siswa dalam kegiatan belajar mengajar.

e. Interaksi Sosial dalam Proses Pembelajaran

Proses pembelajaran merupakan proses kegiatan interaksi antara dua

unsur manusia, yaitu siswa sebagai pihak yang belajar dan guru sebagai pihak

yang mengajar, dengan demikian siswa sebagai subyek pokoknya. Hal ini sejalan

dengan apa yang dikemukakan oleh Sardiman A.M (2007: 2) bahwa Interaksi

belajar mengajar mengandung arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar

di satu pihak dengan warga belajar (siswa, anak didik, peserta didik/subyek

belajar) yang sedang melaksanakan belajar di pihak lain.

Interaksi sosial dalam proses pembelajaran berkenaan dengan komunikasi

atau hubungan timbal balik atau hubungan dua arah antar siswa dan guru atau

siswa dengan siswa dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Interaksi sosial

dalam proses pembelajaran dapat terlihat pada: (1) Tanya jawab atau dialog antara

guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa; (2) Bantuan guru terhadap

siswa yang mengalami kesulitan belajar, baik secara individual maupun

kelompok; (3) Keberadaan guru dalam situasi belajar mengajar sebagai fasilitator

belajar; (4) Adanya kesempatan mendapatkan umpan balik secara

berkesinambungan dari hasil belajar yang diperoleh siswa. Atau dengan kata lain

adakah keterbukaan, perhatian, saling tanggap dan ketergantungan baik antara

siswa dengan guru maupun antara siswa dengan siswa lain ataukah tidak ada.

Interaksi sosial yang baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa

dalam proses pembelajaran akan menentukan pencapaian tujuan belajar maupun

tujuan pendidikan itu sendiri. Salah satu tujuan pendidikan adalah adanya

perubahan tingkah laku dan kepribadian peserta didik, hingga mencapai

kepribadian yang utuh dan mandiri.

f. Ciri-ciri Interaksi sosial siswa dalam proses pembelajaran

Dalam proses pandidikan, interaksi yang terjadi antar komponen

pendidikan haruslah bersifat edukatif, secara sadar mempunyai tujuan mendidik,

Page 42: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

untuk mengantarkan anak didik menuju kedewasaannya. Ciri-ciri interaksi

belajar-mengajar antara lain sebagai berikut:

1) Interaksi belajar-mengajar mempunyai tujuan

2) Ada sesuatu prosedur yang direncanakan, didesain dan ditetapkan

3) Ditandai adanya aktifitas siswa

4) Ditandai dengan satu penggarapan materi yang khusus

5) Guru berperan sebagai pembimbing

6) Membutuhkan disiplin (pola tingkah laku diatur sedemikian rupa)

7) Adanya batas waktu. (Edi Suardi dalam Sardiman A. M. 2007: 15)

Sardiman A. M. (2001: 22) mengemukakan bahwa “Proses interaksi itu

adalah 1) Proses Internalisasi dari sesuatu ke dalam diri yang belajar. 2) dilakukan

secara aktif dengan segenap panca indera ikut beroperasi”. Dalam hal ini

partisipasi merupakan peran aktif peserta didik dalam interaksi. Menurut Nana

Sudjana (1996: 61) keaktifan peserta didik dapat dilihat dalam hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya

2) Terlibat dalam pemecahan masalah

3) Bertanya kepada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami

persoalan yang dihadapi

4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk pemecahan

masalah

5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru

6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil-hasil yang diperolehnya

7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalahh yang sejenis

8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang telah diperolehnya

dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

g. Interaksi Sosial di Luar Proses Pembelajaran

Hubungan guru dengan siswa dalam proses belajar-mengajar merupakan

faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan pelajaran yang

diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yanag dipergunakan, namun jika

hubungan guru-siswa merupakan hubungan yanag tidak harmonis, maka dapat

menciptakan suatu keluaran yang tidak diinginkan. Sardiman A. M. (2001: 145)

mengemukakan bahwa “kegiatan belajar-mengajar, tidak hanya melalui

presentasi atau sistem di depan kelas. Dalam hal ini, salah satu cara adalah adanya

Page 43: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

contact-hours di dalam hubungan guru-siswa”. Contact-hours adalah jam-jam

bertemu antara guru-siswa di luar jam-jam presentasi atau mengajar di depan

kelas seperti biasanya.

Pada saat-saat semacam itu dapat dikembangkan komunikasi dua arah.

Guru dapat menanyai dan mengungkapkan keadaan siswa dan sebaliknya siswa

mengajukan berbagai persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi. Terjadilah

proses interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat

membantu keberhasilan studi para siswa. Berhasil dalam arti tidak hanya sekedar

tahu atau mendapatkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada soal

sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik.

7. Kemampuan Kognitif Siswa

Istilah ”cognitive” berasal dari kata cognition yang artinya mengetahui.

Dalam arti luas, cognition ( kognisi ) berarti perolehan, penataan, dan penggunaan

pengetahuan (Neiser, 1976 dalam Slameto 1995 : 12). Dalam perkembangannya

istilah kognitif menjadi populer sebagai salah satu ranah kemampuan manusia

yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan pemahaman,

pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesenjangan dan

keyakinan.

Kemampuan kognitif dapat diartikan sebagai kemampuan individu untuk

menggunakan pengetahuan yang dimiliki secara optimal untuk memecahkan

masalah yang berhubungan dengan diri dan lingkungan sekitar. Oleh karena itu

pendidikan dan pembelajaran perlu diupayakan agar kemampuan kognitif para

siswa dapat berfungsi secara positif dan bertanggungjawab.

Untuk mengembangkan kemampuan kognitif siswa dalam memecahkan

masalah dengan menggunakan pengetahuan yang dimiliki serta keyakinan

terhadap nilai-nilai moral yang menyatu dalam pengetahuannya, guru diharapkan

melatih penggunaan pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu ( procedural

knowledge) yang relevan dengan kemampuan normatif (declarative knowledge).

Hal ini berhubungan dengan penggunaan pendekatan dan metode mengajar yang

memungkinkan siswa menggunakan strategi belajar yang berorientasi pada

pemahaman mendalam terhadap isi pelajaran. Sehubungan dengan hal ini,

Page 44: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Muhibbin Syah (1995: 84) mengemukakan bahwa guru diharapkan mampu

menjauhkan siswa, strategi dan preferensi akal, yang hanya mengarah pada aspirsi

asal naik atau lulus.

Menurut WS Winkel (1996) dasar pembagian kemampuan kognitif

sering menjadi pedoman dalam menggolongkan jenis perilaku, misalnya dalam

taksonomi tujuan instruksional yang dikembangkan oleh BS Bloom da kawan-

kawannya. BS Bloom dan kawan-kawannya menjadi kelompok pelopor dalam

menyumbangkan klasifikasi tujuan instruksional (education objective). Adapun

klasifikasi kemampuan kognitif Bloom adalah sebagai beriku :

a. Pengetahuan (knowledge)

Kemampuan kognitif ini mencakup ingatan siswa akan hal-hal yang

pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat meliputi fakta,

kaidah, dan prinsip yang diketahui.

b. Pemahaman (comprehension)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menangkap

makna dan arti dari bahan yang dipelajari. Hal itu meliputi pengertian

terhadap hubungan antar faktor, hubungan antar konsep, hubungan sebab

akibat, dan penarikan kesimpulan.

c. Penerapan ( application)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk menerapkan

suatu kaidah atau prinsip-prinsip pada suatu kasus atau masalah yang

konkret dan baru atau penggunaan pengetahuan tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.

d. Analisis (analysis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk merinci

suatu kesatuan kedalam bagian-bagian, sehingga struktur keseluruhan atau

organisasinya dapat dipahami dengan baik. Adapun kemampuan ini

dinyatakan dalam penganalisaan bagian-bagian pokok atau komponen-

komponen dasar bersama-sama dengan hubungan antar bagian-bagian itu.

e. Sintesis (synthesis)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

suatu kesatuan atau pola baru meliputi menggabungkan berbagai informasi

menjadi suatu kesimpulan atau konsep.

f. Evaluasi (evaluation)

Kemampuan kognitif ini mencakup kemampuan siswa untuk membentuk

suatu pendapat mengenai sesuatu atau beberapa hal bersama

pertanggungjawaban pendapat tersebut yang berdasarkan kriteria tertentu,

kemampuan ini dinyatakan dalam memberikan penilaian terhadap sesuatu.

Menurut Nana Sudjana (2006 : 2), dari keenam tingkatan tersebut, kedua

aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya

Page 45: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

termasuk kognitif tingkat tinggi. Setiap penguasaan tiap tingkatan tersebut

berdasarkan pada jenjang perkembangan usia dan kedewasaan anak didik. Pada

jenjang SMA kemampuan kognitif yang harus dikuasai adalah satu sampai

jenjang empat, yaitu dari pengetahuan sampai analisis.

8. Konsep Listrik Dinamis

a. Kuat arus listrik

Arus listrik adalah aliran partikel-partikel bermuatan listrik. Pada abad ke-

19, sebelum elektron ditemukan, arus listrik ditetapkan sebagai partikel-partikel

bermuatan positif yang bergerak dari kutub positif ke kutub negatif baterai. Arah

arus ini disebut arah arus listrik konvensional. Pergerakan muatan ini terjadi pada

bahan yang disebut konduktor. Arah aliran elektron berlawanan dengan arah

aliran partikel bermuatan positif (gambar 2.4). Jadi, seharusnya arus listrik

didefinisikan berdasarkan aliran muatan negatif atau arus elektron. Oleh karena

muatan negatif yang mengalir dalam satu arah ekivalen dengan muatan positif

yang mengalir dalam arah berlawanan, maka arus listrik tetap didefinisikan

berdasarkan aliran muatan positif (arus konvensional).

Arus konvensionalArus elektron

Gambar 2.4. Arus Elektron Berlawanan dengan Arus Konvensional

Arus listrik selalu mengalir dari tempat yang berpotensial tinggi ke tempat yang

berpotensial rendah.

Makin banyak muatan positif yang mengalir melalui suatu penampang

kawat dalam suatu selang waktu dt, makin besar arus listriknya. Besaran yang

menyatakan kualitas arus listrik disebut kuat arus listrik I. Kuat arus listrik I

didefinisikan sebagai banyak muatan positif dq yang mengalir melalui penampang

seutas kawat penghantar per satuan waktu dt, seperti terlihat pada Gambar 2.5.

Page 46: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

dt

dqI ................................................................................................ (2.1)

Untuk arus searah, banyak muatan listrik yang mengalir melalui penampang

kawat adalah konstan terhadap waktu, sehingga persamaan (2.1) dapat dituliskan

t

qI .................................................................................................. (2.2)

I = kuat arus listrik

dt = selang waktu

dq = banyaknya muatan yang mengalir

Permukaan

Gambar 2.5. Kuat Arus Listrik Merupakan Kelajuan Muatan

yang Melewati Suatu Luasan Tertentu.

Dengan demikian, satuan arus listrik dalam SI adalah coulomb per sekon (C/s)

yang lebih dikenal dengan ampere (A). Besaran kuat arus I dan waktu t termasuk

besaran pokok sedangkan muatan q adalah besaran turunan.

b. Hukum Ohm

Hukum ohm menyatakan “tegangan V pada ujung-ujung sebuah

komponen ohmik (komponen yang memenuhi hukum ohm) adalah sebanding

dengan kuat arus I yang melalui komponen itu, asal suhu komponen dijaga tetap”.

Selanjutnya pembagian antara V dan I disebut hambatan R, secara matematis

dapat di tulis sebagai IV

konstant I

V

RI

V

maka diperoleh IRV ……………………………………...……….………(2.4)

dimana V = Tegangan (V)

I = Kuat arus (A)

R = Hambatan (Ω)

Page 47: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

c. Faktor faktor yang mempengaruhi hambatan

1) Suhu

Umumnya, hambatan jenis bahan berubah jika suhu berubah. Hal

tersebut dapat dibuktikan dengan percobaan seperti pada gambar (2.6) di bawah

ini.

Gambar 2.6. Rangkaian untuk Menyelidiki Pengaruh Suhu

Pada Hambatan Kawat

Ketika kumparan menjadi panas dan berwarna merah, maka lampu

berpijar lebih redup. Ini menandakan bahwa kuat arus yang melalui lampu

berkurang. Karena tegangan baterai tetap, maka hambatan kumparan kawat yang

bertambah. Dengan demikian dapatlah disimpulkan bahwa hambatan bertambah

jika suhunya naik.

Dalam suatu batas perubahan suhu tertentu, perubahan fraksi hambatan

jenis (/0) sebanding dengan perubahan suhu (T):

0

= T ……………… .................................................. .(2.5)

dengan = - 0 …………………………………………………(2.6)

T = T – T0 ………………………………………………….(2.7)

dengan menggabungkan persamaan (2.4), (2.5) dan (1.6) akan diperoleh

persamaan sebagai berikut:

T1ot ………………………………………………(2.8)

Keterangan: ρt = hambat jenis setelah suhu dinaikkan (Ωm)

ρo = hambat jenis mula-mula (Ωm)

α = tetapan suhu (/oC)

ΔT = perubahan suhu (oC)

Kumparan

Pembakar Bunsen

Page 48: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

Identik dengan persamaan (2.8) di atas nilai hambatan penghantar logam

bertambah dengan naiknya suhu. Oleh karena hambatan suatu penghantar

bergantung pada hambatan jenis yang merupakan fungsi linier dari suhu maka

hambatan penghantar juga merupakan fungsi linier dari suhu.

T1RR ot ……………………………………………..(2.9)

Keterangan Rt = hambatan setelah suhu dinaikkan (Ω)

Ro = hambatan mula-mula (Ω)

α = tetapan suhu hambat jenis (C

1o

)

ΔT = perubahan suhu (oC)

2) Panjang, luas penampang, dan jenis bahan suatu penghantar

Besar hambatan suatau penghantar pada suhu tertentu sebanding dengan

panjang hambatan, jenis penghantar dan berbanding terbalik dengan luas

penampangnya:

A

LR

A

LR ……………………………..(2.10)

Keterangan : R = hambatan (Ω)

L = panjang penghantar (m)

A = luas penampang penghantar (m2)

= hambat jenis (Ωm).

Untuk kawat berbentuk kawat yang penampangnya berbentuk lingkaran, maka

dapat dicari luas penampangnya jika jari-jari atau diameternya diketahui,yaitu:

2rA atau 4

DA

2 . ……………………………………………(2.11)

Besaran ρ adalah suatu tetapan yang disebut hambatan jenis kawat. ρ

merupakan sifat khas bahan kawat dan tidak tergantung ukuran atau bentuk kawat.

Artinya, untuk jenis bahan kawat yang sama, nilai ρ adalah tetap. Karena satuan R

dalam Ω, L dalam m dan A dalam m2, maka satuan ρ adalah Ωm.

d. Hukum I Kirchhoff

Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan sehingga akan

terdapat banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan

tiga cabang atau lebih. Hubungan jumlah kuat arus listrik yang masuk ke titik

Page 49: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

simpul sama dengan jumlah kuat arus listrik yang keluar daripadanya dikenal

sebagai hukum I Kirchhoff.

Hukum I Kirchhoff tersebut sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan

muatan listrik seperti tampak di dalam analogi yang ada pada Gambar 2.7 berikut.

Hukum I Kirchhoff secara matematis dapat dituliskan sebagai

Imasuk = Ikeluar ................................................................................ (2.12)

Aliran masuk Aliran keluar

Gambar 2.7. Skema Diagram untuk Hukum I Kirchhoff

Serta Analogi Mekaniknya

Pembahasan di atas merupakan salah satu dasar kita dalam mempelajari

rangkaian seri dan paralel selain hukum Ohm.

e. Susunan seri dan parallel rangkaian listrik

1) Rangkaian seri hambatan

Baterai

(a)

ai

c

I I

ba cR

1R

2

V

V

R3

(b)

Gambar 2.8 (a) Dua buah Lampu yang Dihubungkan Secara Seri dan

(b) Rangkaian Pengganti Peralatan Tersebut.

Berdasarkan hokum I Kirchhoff, maka kuat arus yang melalui setiap komponen

rangkaian pada Gambar 2.8 besarnya sama.

III )R()R( 21 ……………………………….………………………(1.13)

Tegangan total adalah jumlah dari teganagn masing-masing penghantar

VbcVabVac ……………………………….……………..….…(2.14)

Page 50: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

212)R(1)R(s RRIRIRIIR21

…….……………………..…....(2.15)

Hambatan penggantinya adalah

21seri RRR ………………………………..………………..…….(2.16)

dan Perbandingan potensialnya adalah

2

1

bc

ab

R

R

V

V ..…..…………………………...…………………….…….(2.17)

2) Rangkaian paralel hambatan

Gambar 2.9. Rangkaian Hambatan Paralel

Dengan menggunakan hukum I Kirchhoff, untuk rangkaian pada Gambar 2.9

diperoleh

I = I1 + I2 ........................................................................................... (2.18)

I = gab2121 R

V

R

1

R

1V

R

v

R

V

............................................... (2.19)

Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hambatan gabungan (Rgab) beberapa

hambatan yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai

R

1

R

1

R

1

21gab

....................................................................... (2.20)

Apabila ada n buah hambatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan

penggantinya Rgab akan memenuhi

R

1 ...

R

1

R

1

R

1

n21gab

.................................................. (2.21)

Untuk dua komponen R1 dan R2 yang disusun paralel maka hambatan pengganti,

paralel dapat dihitung lebih cepat dengan persamaan khusus:

Rgab = R R

R x R

n penjumlaha

perkalian

21

21

................................................ (2.22)

I1

I2

I3

I I

E

Page 51: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

3) Rangkaian seri sumber tegangan identik

Gambar 2.10. Rangkaian Seri Sumber Tegangan

Kuat arus yang mengalir pada rangkaian sumber tegangan yang disusun secara

seri seperti pada Gambar 2.10 adalah :

Rr

EI

.......................…………………………..………(2.23)

Keterangan : ΣE = jumlah sumber tegangan.

Σ r = jumlah hambatan dalam.

R = hambatan luar.

I = kuat arus.

4) Rangkaian paralel sumber tegangan identik

Gambar 2.11. Rangkaian Parallel Sumber Tegangan Identik

Kuat arus yang mengalir pada sumber tegangan identik yang dirangkai secara

paralel seperti pada Gambar 2.11 adalah :

nRr

nEIatau

Rn

r

EI

………………................................(2.24)

Keterangan n = jumlah sumber tegangan yang diparalel.

n

r= hambatan penganti dari sumber.

E1r1

E2r2

E3r3

R

I I

E1r1 E2r2 E3r3

R I

Page 52: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

f. Prinsip Jembatan Wheatstone

Rangkaian Jembatan Wheatstone ditunjukkan pada gambar 2.12 berikut:

Gambar 2.12. Rangkaian Jembatan Wheatstone.

Pada rangkaian Gambar 2.12 diatas jarum galvanometer peka G akan

menyimpang ke kiri atau ke kanan dari kedudukan seimbangnya ( kedudukan

setimbang ditunjukkan jarum menunjuk angka nol, angka nol berada pada tengah-

tengah seluruh skala).

Dengan mengatur nilai hambatan, bias membuat jembatan seimbang

(melalui galvanometer = 0). Pada keadaan ini arus yang melalui R1 dan R2 sama

besar dan arus yang melalui R3 dan R4 sama besar, sehingga

ADAB VV .........…………………………………………….… (2.25)

DCBC VV ..…………………………………………….…........ (2.26)

Sehingga :

3211 RIRI ………………………………………..…..........……..(2.27)

4221 RIRI ………………………………………............…….…..(2.28)

Dari persamaan (2.27) dan (2.28) didapatkan:

2

4

1

3

2

1

R

R

R

R

I

I sehingga

2

4

1

3

R

R

R

R atau 3241 RRRR ………………………..(2.29)

dari persamaan diatas dapat disimpulkan bahwa pada rangkaian Wheatstone yang

seimbang, hasil kali dua hambatan yang saling berhadapan sama besar.

G

R1 R2

R3 R4 I I

A

B

C

D

I1

I2

I1

I2

Page 53: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

g. Energi listrik

Jika membahas tentang listrik maka tidak bisa lepas dari sumber arus.

Misalnya baterai, akumulator atau generator (PLN). Sumber arus itu sering juga

disebut sumber tegangan dan sebenarnya merupakan sumber energi. Energinya

adalah energi listrik. Energi listrik adalah energi yang mampu menggerakkan

muatanmuatan listrik pada suatu beda potensial tertentu.

Energi untuk memindahkan muatan sebesar Q dari satu titik ke titik lain

yang berbeda potensial V memenuhi hubungan berikut.

W = Q V

dimana Q = I t. Dengan substitusi nilai Q ini diperoleh persamaan berikut:

W=VIt . ...........................................................................................................(2.30)

dengan : W = energi listrik yang diserap hambatan (joule)

V = beda potensial ujung-ujung hambatan (volt)

I = kuat arus yang mengalir pada hambatan (A)

t = waktu aliran (s)

dengan mensubstitusikan V = IR pada persamaan 2.30 diperoleh persamaan

berikut

t

R

VW

RtIW

2

2

........................................................................................................(2.31)

h. Daya listrik

Jika diamati data-data pada lampu, alat-alat listrik lain atau bahkan pada

meteran PLN akan didapatkan besaran yang bersatuan watt. Misalnya data lampu

100 watt/220 volt. Besaran yang bersatuan watt inilah yang dinamakan daya.

Daya listrik merupakan besarnya energi yang mengalir atau diserap alat

tiap detik. Definisi lain, daya didefinisikan sebagai laju aliran energi. Dari

definisi ini daya listrik dapat dirumuskan seperti di bawah.

t

WP ............................................................................................................(2.32)

Jika nilai W disubstitusikan dari persamaan 2.30 pada persamaan 2.32 dapat

diperoleh hubungan berikut :

Page 54: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

RIP

VIP

2

R

VP

2

..........................................................................................................(2.33)

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD sebelumnya telah

dilakukan oleh Francis A Adesoji dan Tunde L Ibraheem pada tahun 2009

mengenai materi kimia kinetik. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa “

STAD cooperative learning strategy had the potensial to improve students

learning outcome”. Jadi, STAD dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Pada tahun 2009 Keymal Doymus dan kawan-kawan melakukan

penelitian dengan membandingkan dua tipe pembelajaran kooperatif, Group

Investigation dan Jigsaw. Hasil penelitian tersebut nyatakan bahwa “group

investigation cooperative teaching was found to be no more effective in term of

academic achivement than the jigsaw our study”. Jadi, pembelajaran kooperatif

tipe Group Investigation tidaklah lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran

tipe Jigsaw dalam kaitannya dengan prestasi akademik siswa. Pada penelitian ini

digunakan dua tipe pembelajaran kooperatif, yaitu tipe STAD dan Jigsaw II yang

merupakan pengembangan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw.

Pada penelitian ini juga digunakan interaksi sosial siswa sebagai tinjauan.

Penelitian mengenai interaksi sosial ini pernah dilakukan oleh Ela Nisriyana

khususnya pada interaksi dalam kelompok teman sebaya yang dikaitkan dengan

motivasi belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menyebutkan “Ada hubungan

yang signifikan antara interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya dengan

motivasi belajar pada siswa” (Ela N,2007 : 52).

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah dan landasan

teori di atas dapat dikemukakan kerangka berfikir sebagai berikut:

Pencapaian tujuan dalam proses belajar mengajar yang digunakan sebagai

tolak ukur adalah tingkat prestasi siswa. Banyak faktor yang mempengaruhi

Page 55: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

proses belajar mengajar atau mempengaruhi tinggi rendahnya prestasi belajar

siswa. Diantara faktor tersebut adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat

serta interaksi sosial siswa.

Model kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II diterapkan pada dua kelas yang

berbeda yang tentu saja tiap siswanya memiliki tingkat interaksi sosial yang

berbeda dengan kemampuan awal yang homogen.

1. Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan

Jigsaw II Terhadap Kemampuan Kognitif Fisika Siswa

Dalam penelitian ini, model pembelajaran yang digunakan adalah model

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II. Kedua tipe pembelajaran tersebut dirancang

dengan mengutamakan kegiatan kerjasama dalam tim. Dengan kerja sama tim,

diharapkan dapat membantu siswa memecahkan permasalahan dalam

pembelajaran bersama dengan timnya

Pada pembelajaran dengan model kooperatif tipe STAD diawali dengan

presentasi kelas oleh guru yang kemudian dilanjutkan dengan diskusi dalam

kelompok. Adanya pembentukan kelompok adalah untuk memastikan bahwa

setiap anggota dapat bekerja sama dan memiliki tanggungjawab untuk belajar

serta menjadikan kelompoknya sebagai kelompok terbaik sehingga secara

individual siswa akan mengerjakan kuis dengan sebaik-baiknya. Adapun pada

pembelajaran dengan model kooperatif tipe Jigsaw II tidak diawali dengan

presentasi kelas oleh guru, akan tetapi siswa membaca bahan yang akan dipelajari

kemudian mendiskusikannya dalam kelompok ahli kemudian menjelaskannya

kepada teman kelompok asal.

Dengan demikian kemampun kognitif kelompok khususnya penguasaan

kemampuan konsep Fisika menjadi tanggung jawab bersama dalam setiap anggota

kelompok. Hal ini akan memberikan kesempatan yang sama bagi semua siswa

dalam memperoleh hasil kuis yang baik. Kemampuan kognitif Fisika siswa

dengan pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan akan

lebih baik dibandingkan dengan siswa yang mengikuti kegiatan model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II. Hal ini disebabkan dalam model

pembelajaran kooperatif tipe STAD, selain siswa dapat bekerja sama dalam

Page 56: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

kelompok, siswa juga sebelumnya telah memperoleh pengetahuan dari presentasi

guru.

2. Pengaruh Interaksi sosial Terhadap Prestasi Belajar Fisika Siswa

Faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah tingkat interaksi

sosial siswa. Tingkat interaksi sosial siswa dibedakan menjadi dua, yaitu tingkat

interaksi sosial kategori tinggi dan kategori rendah. Siswa yang mempunyai

tingkat interaksi sosial tinggi akan memperoleh prestasi yang tinggi pula. Siswa

yang mempunyai tingkat interaksi sosial tinggi akan mampu menghadapi

permasalahan pembelajaran yang dihadapinya, yaitu dengan mengkomunikasikan

permasalahan tersebut pada guru atau teman sehingga didapatkan cara

pemecahannya. Sedangkan siswa yang mempunyai tingkat interaksi sosial rendah

tidak akan leluasa mengungkapkan permasalahan pembelajaran yang dihadapinya

baik pada guru maupun teman, sehingga permasalahannya lebih sukar dipecahkan

dan akhirnya prestasi belajarnya tidak akan sebaik siswa yang mempunyai tingkat

interaksi sosial tinggi.

3. Interaksi Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran dan Interaksi Sosial

Model pembelajaran dan interaksi sosial siswa merupakan faktor yang

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran yang tepat

dan interaksi sosial yang baik akan mampu meningkatkan pencapaian prestasi

belajar siswa. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

didukung oleh tingkat interaksi sosial yang tinggi akan sangat membantu siswa

dalam meningkatkan prestasi belajar Fisika siswa.

Untuk menjelaskan kerangka berfikir tersebut, dapat digambarkan

paradigma penelitian sebagai berikut :

Page 57: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

Gambar 2.13. Paradigma Penelitian

D. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran diatas, maka dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

1. Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II terhadap

kemampuan kognitif siswa.

2. Ada pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan

kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa

3. Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan Jigsaw II dengan

interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa

Kelompok

eksperimen

Pembelajaran

kooperatif tipe

STAD(A1)

Keadaan

awal sama

Kelompok

kontrol

Pembelajaran

kooperatif tipe

Jigsaw II(A2)

Kemampuan

kognitif

Interaksi sosial

kategori rendah

(B2)

Interaksi sosial

kategori tinggi

( B1)

Interaksi sosial

kategori rendah

(B2)

Interaksi sosial

kategori tinggi

( B1)

Page 58: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah Aliyah Al-Mukmin Sukoharjo

2. Waktu Penelitian

Secara garis besar penelitian ini dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :

a. Tahap persiapan meliputi : pengajuan judul skripsi, pembuatan prorosal

penelitian, permohonan pembimbing, dan permohonan perijinan kepada

lembaga terkaiat yang dilaksanakan Agustus 2009 sampai Nopember 2009

b. Tahap pelaksanaan meliputi : uji coba instrumen penelitian, penentuan

populasi dan sampel penelitian, pelaksanaan mengajar, dan pengambilan data

yang dilaksanakan hingga Mei 2010

c. Tahap penyelesaian meliputi : analisis data, penyusunan laporan, dan

konsultasi dengan pembimbing, yang dilaksanakan April 2010 hingga Januari

2011

B. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Dengan

rancangan disain faktorial 2x2 (AXB), A adalah model pembelajaran dan B

adalah interaksi sosial siswa. Sampel terpilih dibagi menjadi dua kelompok, yaitu

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kedua kelompok diuji dengan uji t

untuk mengetahui keseimbangan keadaan awal. Perlakuan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD diberikan kepada kelompok eksperimen, sedang kelompok

kontrol dengan tipe jigsaw II. Untuk mengetahui tingkat interaksi sosial siswa,

diberikan angket interaksi sosial pada kedua kelompok. Desain penelitian tersebut

disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut :

40

Page 59: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

Tabel 3.1 Desain Faktorial Penelitian 2 x 2 (A x B)

A

B

Model Pembelajaran Kooperatif

STAD (A1) Jigsaw II(A2)

Interaksi

sosial

Tinggi (B1) A1B1 A2B1

Rendah (B2) A1B2 A2B2

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X MA Al-

Mukmin Sukoharjo tahun ajaran 2009/2010

2. Sampel

Dari populasi tersebut diambil sampel dua kelompok dengan teknik

cluster random sampling, yaitu pengambilan sampel kelas secara acak. Satu

kelompok sebagai kelompok eksperimen dan satu kelompok yang lain sebagai

kelompok kontrol. Sampel yang terambil adalah kalas XC sebagai kelompok

aksperimen dan kelas XD sebagai kelompok kontrol.

Untuk mengetahui apakah kedua sampel, kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol, mempunyai keadaan awal yang sama sebelum keduanya diberi

perlakuan maka dilakukan uji kesamaan keadaan awal dengan prosedur sebagai

berikut :

1) Hipotesis

H0 : Tidak ada perbedaan antara keadaan awal siswa kedua kelompok

eksperimen dan kontrol

H1 : Ada perbedaan antara keadaan awal siswa kedua kelompok eksperimen

dan kontrol

2) Statistik Uji

𝑡 = 𝑥1 −𝑥2

𝑠 1

𝑛1−

1

𝑛2

dimana 𝑠2 = 𝑛1−1 𝑠1

2+ 𝑛2−1 𝑠22

𝑛1+𝑛2−2

Keterangan :

𝑥1 = rata-rata skor kelompok eksperimen

𝑥2 = rata-rata skor kelompok kontrol

𝑆 = simpangan baku kuadrat gabungan

𝑛1 = jumlah subyek kelompok eksperimen

Page 60: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

𝑛2 = jumlah subyek kelompok kontrol

3) Daerah Kritik

𝑡 𝑡 > 𝑡1−

1

2𝛼 ;𝑛1+𝑛2−2

, : taraf signifikansi = 0,05

4) Keputusan Uji

Ho diterima jika : -t1-1/2α < t < t1-1/2α , yang berarti tidak ada perbedaan antara

keadaan awal siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Untuk harga t lainnya H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan antara keadaan

awal kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

( Sudjana, 2002 : 239 )

Sebagai data keadaan awal digunakan nilai mid semester genap tahun

ajaran 2009-2010 ( data terlampir ). Setelah dilakukan uji normalitas dan

homogenitas, data tersebut dinyatakan berdistribusi normal dan homogen

sehingga memenuhi syarat untuk diuji kesamaan keadaan awalnya. Untuk lebih

jelasnya dapat dilihat pada lampiran 35, 36 dan 37.

Dari hasil uji kesamaan keadaan awal dengan uji t didapatkan tobs sebasar

-0.525 dan dari tabel distribusi t untuk uji t dua pihak diketahui bahwa ttabel adalah

2.00 dengan db = 62 dan taraf signifikansi 5%. Sehingga - ttabel < tobs < ttabel =

-2.00< -0.525< 2.00 dan dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan keadaan

awal antara siswa kelompok eksperimen dengan siswa kelompok kontrol. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 38.

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ada dua, yaitu variabel bebas utama dan

variabel bebas moderator. Variabel bebas utamanya adalah pembelajaran Fisika

dengan menggunakan model kooperatif dan variabel bebas moderatornya adalah

interaksi sosial siswa.

a. Model Pembelajaran Kooperatif

1) Definisi Operasional

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

memanfaatkan kerja sama dalam kelompok kecil yang biasanya

Page 61: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

beranggotakan 4 sampai 5 orang, dimana keberhasilan kelompok

ditentukan oleh keaktifan dari masing-masing anggota kelompok

tersebut.

2) Indikator

Tercapainya proses belajar mengajar sesuai tujuan pembelajaran yang

ditentukan sebelumnya.

3) Skala Pengukuran

Skala pengukuran variabel ini adalah nominal dengan dua kategori, yaitu:

a) Model kooperatif tipe STAD

b) Model kooperatif tipe Jigsaw II

b. Interaksi Sosial

1) Definisi Operasional

Interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang atau lebih sehingga

kelakuan individu yang satu akan mempengaruhi, mengubah atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya.

2) Indikator

Skala sikap yang digunakan untuk mengukur tingkat interaksi sosial siswa.

3) Skala Pengukuran

Skala pengukuran variabel ini adalah nominal, dengan dua kategori :

a) Tingkat interaksi sosial kategori tinggi jika nilai interaksi sosial lebih

tinggi dari nilai rata-rata gabungan yang diperoleh.

b) Tingkat interaksi sosial kategori rendah jika nilai interaksi sosial lebih

rendah dari nilai rata-rata gabungan yang diperoleh.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan kognitif Fisika

siswa.

a. Definisi Operasional

Kemampuan kognitif Fisika adalah penguasaan pengetahuan atau

keterampilan kognitif yang dikembangkan pada mata pelajaran Fisika pada

pokok bahasan Listrik Dinamis

Page 62: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

b. Indikator

Kemampuan kognitif Fisika pada pokok bahasan Listrik Dinamis ( skor total

yang diperoleh siswa dalam menjawab soal tes pokok bahasan Listrik

Dinamis)

c. Skala Pengukuran

Skala pengukuran variabel ini adalah interval 0 s.d 100

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi teknik

dokumentasi, teknik tes kemampuan kognitif, dan teknik angket interaksi sosial

siswa.

a. Teknik dokumentasi digunakan untuk mengetahui keadaan awal. Teknik ini

dilakukan dengan mengumpulkan nilai siswa yaitu nilai ujian mid semester

genap tahun ajaran 2009-2010

b. Teknik tes digunakan untuk mengetahui efek perlakuan terhadap kemampuan

kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis yang dilakukan dengan

memberikan sejumlah soal tes obyektif kepada sampel.

c. Teknik angket interaksi sosial siswa

Angket interaksi sosial siswa digunakan untuk mengukur tingkat interaksi

sosial siswa. Tingkat interaksi sosial dibedakan menjadi dua tingkat, yaitu

kategori tinggi dan rendah. Dengan ketentuan :

Kategori tinggi jika xx

Kategori rendah jika xx

Dengan x : nilai interaksi sosial siswa

x : nilai rerata gabungan

F. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Instrumen pembelajaran, meliputi Rencana Pembelajaran (RP) dan Lembar

Diskusi Siswa (LDS)

Page 63: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

b. Instrumen pengambilan data, yaitu soal berbentuk pilihan ganda dengan 5

pilihan jawaban sebanyak 35 butir untuk dikerjakan dalam waktu 90 menit.

Kemudian diberi angket interaksi sosial yang terdiri dari 30 pernyataan dan 4

alternatif jawaban.

Sebelum digunakan sebagai pengambil data, soal tes dan angket

interaksi sosial harus memenuhi syarat tertentu. Syarat tersebut dapat diuraikan

sebagai berikut :

1. Instrumen Tes Kemampuan Kognitif Siswa

Sebelum digunakan instrumen tes diuji coba di kelas X B MA Al-

Mukmin pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 untuk mengetahui kualitas

soal yang meliputi validitas item, reliabilitas tes, derajad kesukaran item, dan daya

pembeda item.

a. Validitas

Item soal dikatakan valid apabila item tersebut mempunyai kesejajaran

dalam skor soal. Untuk mengetahui validitas item digunakan teknik poin biserial,

yaitu

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 =𝑀𝑝 −𝑀𝑡

𝑆𝐷𝑡 𝑝

𝑞

Keterangan :

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 = Koefisien korelasi point biserial

𝑀𝑝 = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul dari item yang dicari

validitasnya

𝑀𝑡 = Rerata skor soal

𝑆𝐷𝑡 = Standar deviasi dari skor total

𝑝 = Proporsi siswa yang menjawab betul item

= 𝐵𝑎𝑛𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑛𝑗𝑎𝑤𝑎𝑏 𝑏𝑒𝑡𝑢𝑙

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑕 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢 𝑕 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑞 = Proporsi siswa yang menjawab salah (q = 1- p )

( Anas Sudijono, 2008 : 185)

Kriteria item :

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 ≥ rtabel = Soal dikatakan valid

Page 64: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 < rtabel = Soal dikatakan invalid

Berdasarkan perhitungan terhadap 47 item tes uji coba kemampuan

kognitif Fisika siswa diperoleh keputusan ada 35 item tes yang valid, yaitu item

nomor 1, 2, 3, 5, 6, 8, 9, 12, 13, 15, 17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30,

31, 32, 34, 35, 36, 37, 38, 39, 40, 42, 43, 44 dan 46. Untuk lebih lengkapnya lihat

lampiran 32.

b. Reliabilitas

Reliabilitas tes adalah tingkat atau derajat konsisten item bersangkutan,

yaitu berkenaan dengan pertanyaan apakah suatu item atau alat ukur teliti dapat

dipercaya sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Item dikatakan reliabel

jika selalu memberi hasil yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

Uji reliabilitas soal tes pada penelitian ini menggunakan rumus KR – 20, yaitu :

𝑟11 = 𝑘

𝑘−1

𝑉𝑡− 𝑝𝑞

𝑉𝑡

( Suharsimi Arikunto, 2006 :188 )

dengan :

𝑟11 = Reliabilitas tes secara keseluruhan

𝑛 = banyaknya item

𝑉𝑡 = Variansi total

𝑝𝑞 = Jumlah hasil perkalian antara p dan q

𝑝 = Proporsi subyek yang menjawab dengan benar

𝑞 = Proporsi subyek yang menjawab dengan salah

Kriteria reliabilitas adalah :

0,00 ≤ 𝑟11 < 0,20 = reliabilitas tes sangat rendah

0,20 ≤ 𝑟11 < 0,40 = reliabilitas tes rendah

0,40 ≤ 𝑟11 < 0,60 = reliabilitas tes cukup

0,60 ≤ 𝑟11 < 0,80 = reliabilitas tes tinggi

0,80 ≤ 𝑟11 < 1,00 = reliabilitas tes sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas terhadap instrumen tes uji

coba kemampuan kognitif siswa diperoleh r11 = 0,932. Sehingga keputusan yang

diambil adalah angket reliabel dengan kategori sangat tinggi.

Page 65: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

c. Taraf Kesukaran

Taraf kesukaran tes adalah kemampuan tes tersebut dalam menjaring

banyaknya subyek peserta tes yang dapat mengerjakan dengan betul.

Rumus yang digunakan untuk menghitung indeks kesukaran adalah :

𝑃 =𝐵

𝐽𝑆

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 208 )

dengan :

P = Indeks kesukaran

B = Banyaknya siswa yang menjawab benar

JS = Jumlah siswa peserta tes

Klasifikasi soal :

0,00 ≤ 𝑃 ≤ 0,30= soal dikatakan sukar

0,30 < 𝑃 ≤ 0,70 = soal dikatakan sedang

0,70 < 𝑃 ≤ 1,00 = soal dikatakan mudah

Berdasarkan hasil analisis didapatkan soal dengan kriteria mudah pada

nomor item 4, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 15, 17, 19, 21, 22, 25, 27, 40, 41, 42, 43, dan

45. Item dengan taraf kesukaran sedang adalah nomor 2, 5, 16, 23, 24, 26, 28, 30,

31, 32, 33, 35, 36, 37, 38, 39, 44, dan 46. Item dengan taraf kesukaran sukar

adalah nomor 1, 3, 13, 14, 18, 20, 29, 34, dan 47. Untuk lebih lengkapnya lihat

lampiran 32.

d. Daya Pembeda

Daya pembeda tes adalah kemampuan tes tersebut dalam memisahkan

subyek yang pandai dan subyek yang kurang pandai Angka yang menunjukkan

daya beda disebut indeks diskriminasi.

Adapun rumus yang digunakan adalah :

𝐷 = 𝐵𝐴𝐽𝐴

−𝐵𝐵𝐽𝐵

= 𝑃𝐴 − 𝑃𝐵

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 213 )

dengan :

D = Indeks diskriminasi

Page 66: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

BA = Banyaknya kelompok atas yang menjawab butir soal benar

BB = Banyaknya kelompok bawah yang menjawab butir soal benar

JA = Jumlah siswa kelompok atas

JB = Jumlah siswa kelompok bawah

PA = Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab butir soal benar

PB = Proporsi siswa kelompok bawah yang menjawab butir soal benar

Klasifikasi :

D > 0,70 : soal daya bedanya baik sekali

0,40 < D≤ 0,70 : soal daya bedanya baik

0,20 < 𝐷 ≤ 0,40 : soal daya bedanya cukup

D ≤ 0,20 : soal daya bedanya jelek

Setelah dilakukan analisis, item dengan daya beda jelek adalah nomor 4,

7, 10, 11, 14, 22, 26, 41, 45, dan 47. Item dengan daya beda cukup adalah nomor

1, 3, 8, 15, 16, 17, 19, 21, 24, 25, 27, 29, 33, 34, 38, 40, 42, dan 43. Item dengan

daya beda baik adalah nomor 2, 6, 9, 12, 13, 18, 20, 23, 28, 30, 31, 35, 37, 44, dan

46. Sedangkan item dengan daya beda baik sekali adalah nomor 5, 32, 36, dan 39.

Untuk lebih lengkapnya lihat lampiran 32.

2. Instrumen Angket Interaksi Sosial Siswa

Penyusunan item angket interaksi sosial siswa dikelompokkan menjadi

item positif dan negatif. Pernyataan positif diberikan nilai sebagai berikut :

Jawaban selalu : 4

Jawaban sering : 3

Jawaban kadang-kadang : 2

Jawaban tidak pernah : 1

Untuk pernyataan negatif diberikan nilai sebagai berikut :

Jawaban selalu : 1

Jawaban sering : 2

Jawaban kadang-kadang : 3

Jawaban tidak pernah : 4

Page 67: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

Sebelum digunakan, angket interaksi sosial siswa diujicobakan di kelas

XB MA Al-Mukmin pada semester genap tahun ajaran 2009/2010 untuk

mengetahui validitas dan reliabilitas angket.

a. Validitas

Untuk menghitung validitas item digunakan teknik product moment :

2222xy

YYNXXN

Y.XXYNr

dengan :

rxy : Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

N : Jumlah subyek

X : jumlah skor item tiap nomor soal yang dijawab benar

Y : jumlah skor item seluruh nomor soal yang dijawab

Jika rxy > rxy tabel, maka item soal dikatakan valid

( Suharsimi Arikunto, 2006 : 170 )

Berdasarkan analisis, terdapat 30 item angket uji coba interaksi sosial

siswa yang valid yaitu nomor 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 10, 11, 12, 13, 15, 16, 17, 18, 21,

22, 24, 25, 28, 29, 32, 33, 34, 35, 36, 37, 38, 40, dan 41. Untuk lebih lengkapnya

lihat lampiran 23.

b. Reliabilitas

Karena skor pada pengukuran interaksi sosial merupakan rentangan, maka

digunakan rumus alpha :

𝑟11 = 𝑘

𝑘 − 1 1 −

𝜎𝑏2

𝜎𝑡2

Keterangan :

r11 : reliabilitas instrumen

k : banyaknya butir soal

𝜎𝑏2: jumlah varians butir

𝜎𝑡2: varians total

Jika r11 > r tabel instrumen dikatakan reliabel. Rumus alpha digunakan

karena instrumen tingkat interaksi sosial siswa tidak menggunakan skor 1 atau 0

melainkan skala yang memiliki rentangan 0 sampai 4.

Page 68: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

( Suharsimi Arikunto, 2006:196 )

Berdasarkan analisis terhadap instrumen angket uji coba interaksi sosial

siswa diperoleh r 11 = 0, 908 sedangkan r tabel = 0,381 sehingga keputusan yang

diambil adalah angket reliabel.

G. Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan teknik analisis variansi dua jalan dengan

frekuensi sel tidak sama. Untuk melihat apakah data yang sudah ada memenuhi

prasyarat analisis diperlukan uji prasyarat analisis. Adapun penjabarannya adalah

sebagai berikut :

1. Uji Prasyarat Analisis

a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah uji untuk mengetahui apakah sampel penelitian berasal

dari populasi yang berdistribusi normal.

Prosedur :

1) Hipotesis

H0 : sampel berasal dari populasi berdistribusi normal

H1 : sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

2) Statistik Uji

L = 𝑀𝑎𝑥 𝐹 𝑧𝑖 − 𝑆 𝑧𝑖

Dimana :

𝑧𝑖 =𝑥𝑖−𝑥

𝑠 dan 𝐹 𝑧𝑖 = 𝑃 𝑧 ≤ 𝑧𝑖

S(zi) proporsi z < zi terhadap seluruh cacah zi

3) Daerah kritik

Lobs < L;v dimana v = ukuran sampel = n

L ;v diperoleh dari tabel liliefors

4) Keputusan Uji

Jika Lobs ≥ L;v, maka H0 ditolak ; jika Lobs < L;v, maka H0 diterima

( Sudjana, 1992 : 466-467 )

Page 69: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel berasal dari

populasi yang homogen atau tidak homogen. Metode yang digunakan untuk

uji homogenitas adalah metode Bartlett.

1) Hipotesis

H0 : 𝛼1 = 𝛼2, sampel berasal dari populasi yang tidak homogen

H1 : 𝛼1 ≠ 𝛼2, sampel berasal dari populasi yang homogen

2) Statistik Uji

𝜒2 =2,303

𝑐 𝑓𝑗 log𝑀𝑆𝑒𝑟𝑟𝑜𝑟 − 𝑓𝑗 log 𝑆𝑗

2

Dimana :

𝜒2 ∝ 𝜒2 (𝑘 − 1)

k = banyaknya populasi = banyaknya sampel

f = derajad kebebasan untuk MSerror = N-k

fj = derajad kebebasan untuk 𝑆𝑗2 = 𝑛𝑗 − 1

j = 1,2,......k

N = banyaknya seluruh nilai ( ukuran )

nj = banyaknya nilai ( ukuran) sampel ke-j = ukuran sampel ke-j

xj = nilai dari masing-masing sampel

c = 1 +

jfk j

11

)1(3

1

MSerror =

j

j

f

SS

𝑓𝑗 = 𝑛𝑗 − 1

𝑆𝑗2 =

𝑆𝑆𝑗

𝑛𝑗 − 1; 𝑆𝑆𝑗 = 𝑥𝐽

2 −( 𝑥𝑗 )2

𝑛𝑗

3) Daerah Kritik

DK = { χ2 | χ

2 > χ

2 α;k-1 }; Taraf signifikansi : α = 0,05

4) Keputusan uji:

Jika 𝜒2 ≥ 𝜒2; ; 𝑘 − 1 maka H0 ditolak, yang berarti sampel berasal

dari populasi yang tidak homogen.

Page 70: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

Jika 𝜒2 < 𝜒2; ; 𝑘 − 1 maka H0 diterima, yang berarti sampel berasal

dari populasi yang homogen.

( Budiyono, 1998 : 62 )

2. Uji Hipotesis

Teknik analisis data yang digunakan untuk menganalisis data hasil

penelitian adalah dengan menggunakan Uji Analisis Variansi (anava) Dua Jalan

dengan frekuensi sel tidak sama, karena yang akan dicari adalah pengaruhnya

terhadap kemampuan kognitif siswa pada dua faktor yaitu model pembelajaran

kooperatif (A) dan interaksi sosial siswa (B).

a. Uji anava dua jalan

1) Asumsi

a) Populasi-populasi berdistribusi normal

b) Populasi-populasi homogen

c) Sampel dipilih secara acak

d) Variabel terikat berskala pengukuran interval

e) Variabel bebas berskala pengukuran nominal

2) Model

ijkijjiijk ε(ααββαμX

dengan:

ijkX = Observasi pada subyek ke-k dimana faktor I kategori ke-i

dan faktor II kategori ke-j.

i = 1, 2, 3, ..., p

j = 1, 2, 3, ..., q

k = 1, 2, 3, ..., n

µ = Grand Mean

αi = Efek faktor I kategori I terhadap ijkX

βj = Efek faktor II kategori II terhdap ijkX

αβij = Kombinasi efek faktor I dan II terhadap ijkX (sering disebut

interaksi)

ijk = Kesalahan pada ijkX

Page 71: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

3) Hipotesis

a) H11 : αi ≠ 0 untuk paling sedikit satu αi yang tidak nol

Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif

siswa .

H01 : αi = 0 untuk semua harga i = 1, 2, 3, ..., p

Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif

siswa.

b) H12 : βj ≠ 0 untuk paling sedikit satu βj yang tidak nol

Ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi

dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

H02 : βj = 0 untuk semua harga j = 1, 2, 3, ..., q

Tidak ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori

tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

c) H13: αβij ≠ 0 untuk paling sedikit satu harga (i,j)

Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

H03: αβij = 0 untuk semua harga (i,j)

Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

4) Komputasi

a) Tabel 3.2 Jumlah AB

B

A

Interaksi Sosial Siswa Total

Tinggi (B1) Rendah (B2)

MODEL

PEMBELAJARAN

Eksperomen(A1) A1B1 A1B2 A1=…

Kontrol(A2) A2B1 A2B2 A2=…

Total B1=….. B2=…… G=…

Page 72: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

Keterangan :

A : Penggunaan model pembelajaran kooperatif

B : Interaksi sosial siswa

A1 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

A2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

B1 : Interaksi sosial siswa kategori tinggi

B2 : Interaksi sosial siswa kategori rendah

A1B1 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Interaksi sosial siswa kategori tinggi

A1B2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

dan Interaksi sosial siswa kategori rendah

A2B1 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II

dan Interaksi sosial siswa kategori tinggi

A2B2 : Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dan

interaksi sosial siswa kategori rendah

b) Komponen jumlah kuadrat

(1) pq

G 2

p = Banyak kategori variabel A

q = Banyak kategori variabel B

(2) ijSS ;

k ijk

k

ijk

ijkijn

X

XSS

2

2

(3) qAi

2

(4) p

B j

2

(5) 2

ijBA

c) Jumlah kuadrat (JK)

ji ij

h

n

pqn

,

1

Page 73: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

JKA = hn {(3) - (1)}

JKB = hn {(4) - (1)}

JKAB = hn {(5) - (4) - (3) + (1)}

JKG = (2)

JKT = JKA + JKB + JKAB+ JKG

d) Derajat kebebasan (dk)

dkA = p - 1

dkB = q - 1

dkAB = (p - 1)(q - 1) = pq - p - q + 1

dkG = pq(n – 1)= pqn – pq = N – pq

dkT = N – 1

e) Rerata kuadrat (RK)

RKA = A

A

dkJK

RKB = B

B

dkJK

RKAB = AB

AB

dkJK

RKG = G

G

dkJK

f) Statistik uji (F)

FA = G

A

RKRK

FB = G

B

RKRK

FAB = G

AB

RKRK

5) Daerah kritik

DKA= pqNpA FF

,1;

DKB = pqNqB FF

,1;

DkAB = pqNqpAB FF

,11;

6) Keputusan uji

H01 ditolak jika pqNpA FF

,1;

H02 ditolak jika pqNqB FF

,1;

H03 ditolak jika pqNqpAB FF

,11;

+

+

Page 74: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

7) Rangkuman analisis

Tabel 3.3 Rangkuman Analisis

Sumber Variansi JK dk RK F P

Efek Utama

A

B

JKA

JKB

dkA

dkB

RKA

RKB

FA

FB

< α atau > α

< α atau > α

Interaksi(AB) JKAB dkAB RKAB FAB < α atau > α

Kesalahan JKG dkG RKG - -

Total JKT dkT - - -

b. Uji lanjut anava

Uji lanjut anava adalah tindak lanjut dari analisis variansi apabila hasil

analisis variansi menunjukkan hipotesis Ho ditolak. Hal ini digunakan untuk

melakukan pelacakan terhadap perbedaan rerata setiap pasangan kolom, baris, dan

setiap pasangan sel. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Komparasi ganda

dengan Metode Schefe.

Langkah-langkah metode Schefe :

1) Mengidentifikasi semua pasangan komparasi rerata.

2) Menemukan hipotesis yang bersesuaian dengan komparasi tersebut.

3) Mencari harga statistik uji F dengan menggunakan rumus :

Komparasi rerata antar baris :

..

2

..

..

11

ji

ji

ji

nnRKG

xxF

Komparasi rerata antar kolom :

ji

ji

ji

nnRKG

xxF

..

2

..

..

11

Page 75: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

Komparasi rerata antar sel :

ikij

ikij

ikij

nnRKG

xxF

11

2

4) Menentukan taraf signifikansi (α)

5) Menentukan daerah kritik (DK) dengan menggunakan rumus :

DKio - jo : {Fio - jo > (p - 1) Fα ; (p - 1), N – pq}

DKoi - oj : {Foi - oj > (q - 1) Fα ; (q - 1), N – pq}

DKij - ik : {Fij - ik > (p - 1)(q - 1) Fα ; (p - 1)(q - 1), N – pq}

6) Menyusun rangkaian analisis

7) Menentukan keputusan uji untuk setiap pasang komparasi rerata :

Ho ditolak jika Fhitung > Ftabel ; berarti perbedaan efek signifikan

Ho diterima jika Fhitung ≤ Ftabel ; berarti perbedaan efek tidak signifikan

Page 76: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data

Jumlah kelompok yang digunakan sebagai sampel penelitian adalah dua

kelompok, yaitu kelas XC sebagai kelompok eksperimen terdiri dari 31 siswa dan

kelas XD sebagai kelompok kontrol terdiri dari 33 siswa, sehingga secara

kesuluruhan ada 64 siswa.

Data yang diperoleh dari penelitian ini terdiri-dari data skor hasil tes

kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik Dinamis dan data tingkat interaksi

sosial siswa kelas XC sebagai kelompok eksperimen dan kelas XD sebagai

kelompok kontrol, semester Genap Tahun Ajaran 2009-2010 MA Al-Mukmin

Ngruki Sukoharjo. Adapun data secara rinci adalah sebagai berikut :

1. Data Angket Interaksi Sosial Siswa

Nilai angket interaksi sosial siswa untuk kelompok eksperimen memiliki

rentang 69 sampai 98 dengan rerata 83,10 standar deviasi 7,72 dan variansi 59,62.

Sedangkan untuk siswa kelompok kontrol memiliki rentang antara 59 sampai 111

dengan rerata 83,33 standar deviasi 10,75 dan variansi 115,48. Rata-rata gabungan

dari dua kelompok tersebut adalah 83.219. Hal ini dapat dilihat pada lampiran 40.

Distribusi frekuensi data interaksi sosial siswa pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.1 dan 4.1. Histogram

data interaksi sosial siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

disajikan pada Gambar 4.1 dan 4.2 berikut :

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Siswa

Kelompok Eksperimen

No Interval

Kelompok

Titik Frekuensi

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 69-73 71 4 12.90

2 74-78 76 3 9.68

3 79-83 81 11 35.48

4 84-88 86 6 19.36

58

Page 77: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

5 89-93 91 2 6.45

6 94-98 96 5 16.13

Jumlah

31 100.00

Gambar 4.1 Histogram Data Interaksi Sosial Siswa

Kelompok Eksperimen

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Data Interaksi Sosial Kelompok Kontrol

No Interval

Kelompok

Titik Frekuensi

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 59-67 63 3 9.10

2 68-76 72 5 15.15

3 77-85 81 11 33.33

4 86-94 90 11 33.33

5 95-103 99 2 6.06

6 104-112 108 1 3.03

Jumlah 33 100.00

0

2

4

6

8

10

12

0 71 76 81 86 91 96

Fre

kue

nsi

Nilai Tengah

Page 78: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

Gambar 4.2 Histogram Data Interaksi Sosial Siswa

Kelompok Kontrol

2. Data Kemampuan Kognitif Siswa

Data kemampuan kognitif siswa kelompok eksperimen yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD memiliki rentang nilai

antara 34 sampai 78 dengan rerata 55,42; standar deviasi 12,33 dan variansi

152,05. Sedangkan nilai kemampuan kognitif siswa kelompok kontrol yang

menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II memiliki rentang

antara 30 sampai 76 dengan rerata 50,24; standar deviasi 9.79 dan variansi 95,94.

Hal ini dapat dilihat pada lampiran 38.

Distribusi frekuensi data kemampuan kognitif siswa kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada Tabel 4.3 dan Tabel 4.4. Untuk

memperjelas distribusi data tersebut dapat dilihat histogram pada Gambar 4.3 dan

Gambar 4.4.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif

Siswa Kelompok Eksperimen

No Interval

Kelompok

Titik Frekuensi

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 31-38 34.5 2 6.45

2 39-46 42.5 5 16.13

3 47-54 50.5 9 29.03

0

2

4

6

8

10

12

0 63 72 81 90 99 108

Fre

kue

nsi

Nilai Tengah

Page 79: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

4 55-62 58.5 6 19.36

5 63-70 66.5 5 16.13

6 71-78 74.5 4 12.90

Jumlah

31 100

Gambar 4.3 Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Eksperimen

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Data Kemampuan Kognitif

Siswa Kelompok Kontrol

No Interval

Kelompok

Titik Frekuensi

Tengah Mutlak Relatif (%)

1 30-38 34 2 6.06

2 39-47 43 13 39.39

3 48-56 52 13 39.39

4 57-65 61 3 9.10

5 66-74 70 1 3.03

6 75-83 79 1 3.03

Jumlah

33 100

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

0 34.5 42.5 50.5 58.5 66.5 74.5

Fre

kue

nsi

Nilai Tengah

Page 80: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

Gambar 4.4 Histogram Data Kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Kontrol

B. Pengujian Prasyarat Analisis

Analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah analisis variansi

dua jalan (2x2). Prasyarat yang harus dipenuhi untuk menggunakan anava adalah

populasi berdistribusi normal dan homogen yang dapat diketahui dengan

melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dengan teknik uji Liliefors

dan uji homogenitas dengan uji Bartlett. Hasil uji prasyarat analisis adalah sebagai

berikut :

1. Uji Normalitas

Hasil uji normalitas kemampuan kognitif siswa kelompok eksperimen

dan kelompok kontrol dengan taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.5 Rangkuman Hasil Analisis Uji Normalitas kemampuan Kognitif Siswa

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

No Kelompok Lmaks Ltabel Kesimpulan

1 Eksperimen 0.094 0.159 Ho diterima

2 Kontrol 0.1268 0.154 Ho diterima

Dari tabel dapat diketahui bahwa untuk tiap uji diperoleh Lo<Ltabel ,

maka dapat disimpulkan bahwa Ho diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan

0

2

4

6

8

10

12

14

0 34 43 52 61 70 79

Fre

kue

nsi

Nilai Tengah

Page 81: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

bahwa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi yang

berdistribusi normal. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 39 dan 40.

2. Uji Homogenitas

Dari hasil analisis yang dilakukan terhadap data kemampuan kognitif

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan uji Bartlett

diperoleh harga 0,1432 Hitung . Sedangkan 2

Tabel = 3,84 pada taraf signifikansi

5%. Karena 2

Tabel

2

Hitung , maka distribusi frekuensi dari data nilai kognitif siswa

pada pokok bahasan Listrik Dinamis kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

adalah homogen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran 41.

C. Hasil Pengujian Hipotesis

1. Hasil Analisis Variansi Dua Jalan

Dari hasil uji normalitas dan uji homogenitas dapat diketahui bahwa

prasyarat analisis telah terpenuhi, maka data yang diperoleh dapat dianalisis

dengan anava dua jalan. Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama

terhadap kemampuan kognitif siswa ditinjau dari interaksi sosial siswa adalah

sebagai berikut.

Tabel 4.6 Rangkuman Anava Dua Jalan dengan Isi Sel Tak Sama

Sumber

Variansi JK dk RK Fobs Ftabel p

Efek Utama

A (Baris) 505,132 1 125.569 4,315 4.00 < 0.05

B (Kolom) 541,387 1 162.595 4,624 4.00 < 0.05

AB (Interaksi) 81,817 1 18.616 0,699 4.00 > 0.05

Galat 7024,370 60 156.360 - - -

Total 8152,706 63 - - - -

Perhitungan anava dua jalan dengan isi sel tak sama selengkapnya dapat

dilihat pada lampiran 42.

Page 82: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

Berdasarkan tabel 4.7 dapat diuraikan pengujian hipotesis sebagai berikut :

a) Uji hipotesis pertama (Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa)

H1A : Ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif

siswa

H0A : Tidak ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif

siswa

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik

uji FA = 4,315, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FA = 4,315>

F0.05;1,60 = 4.00 maka H0A ditolak dan H1A diterima sehingga dapat disimpulkan

ada perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif

tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa.

b) Uji hipotesis kedua (Ada pebedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa

kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa)

H1B : Ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan

kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

H0B : Tidak ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori

tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik

uji FB = 4,624, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FB = 4,624 >

F0.05;1,60 = 4.00 maka H0B ditolak dan H1B diterima sehingga dapat disimpulkan

ada perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan

kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa.

c) Uji hipotesis ketiga (Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dan

Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa)

Page 83: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

H1AB: Ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

H0AB: Tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model pembelajaran

kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

Dari hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama diperoleh statistik

uji FAB = 0,699, sedangkan harga kritiknya F0.05;1,60 = 4.00. Karena FAB = 0,699

< F0.05;1,60 = 4.00 maka H0B diterima dan H1B ditolak sehingga dapat

disimpulkan tidak ada interaksi antara pengaruh penggunaan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa

terhadap kemampuan kognitif siswa.

2. Hasil Uji Lanjut Anava

Uji anava hanya memberikan kesimpulan ada atau tidaknya perbedaan

pengaruh dari variabel-variebel bebas terhadap variabel terikat dalam penelitian

ini. Selanjutnya jika terdapat perbedaan pengaruh maka perlu dilakukan uji lanjut

anava untuk mengetahui manakah beda rerata dari anava yang memberikan

pengaruh lebih signifikan. Berdasarkan hasil uji anava, H0A dan H0B ditolak

sehingga perlu uji lanjut komparasi ganda metode Scheffe. Rangkuman hasil

analisis komparasi ganda dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.7 Rangkuman Analisis Komparasi Ganda

Komparasi

Rerata

Rerata Statistik Uji

ji

G

ji

ij

nnRK

xxF

11

2

Harga

Kritik

p

iX jX

A1 vs A2 55.419 50.242 3.693 4.00 > 0.05

B1 vs B2 55.893 50.305 4.233 4.00 < 0.05

Perhitungan uji lanjut anava selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 43.

Dari hasil analisis komparasi ganda antar baris didapatkan FA =3.693 dan

Ftabel = 4.00. Sehingga diketahui bahwa FA =3.693 < Ftabel = 4.00 dan dapat

disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh antara penggunaan model pembelajaran

Page 84: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

Kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa tidak

signifikan.

Untuk hasil komparasi ganda antar kolom didapatkan FB =4.233 dan

Ftabel = 4.00. Sehingga diketahui bahwa FB =4.233 > Ftabel = 4.00 dan dapat

disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori

tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa adalah signifikan.

Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa dengan tingkat interaksi sosial yang tinggi

memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap kemampuan kognitif siswa dari

pada siswa yang mempunyai tingkat interaksi sosial rendah.

D. Pembahasan Hasil Analisis Data

Berikut ini adalah pembahasan hasil analisis variansi dua jalan dengan isi

sel tak sama dan uji komparasi ganda sehubungan dengan pengajuan hipotesis

yang telah dikemukakan pada BAB II.

1. Uji Hipotesis Pertama

Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FA =

4,315, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FA = 4,315 > F0.05;1,60 = 4.00

maka H0A ditolak dan H1A diterima sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan

pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa. Karena hasil yang diperoleh adalah

H0A ditolak maka kemudian dilakukan uji lanjut anava. Dari hasil uji lanjut

diperoleh FA = 3.693 dan Ftabel = 4.00, ini menunjukkan bahwa perbedaan

pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan.

Hasil penelitian untuk hipotesis pertama ini tidak sesuai dengan yang

telah diprediksikan. Hal ini dapat disebabkan karena pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan Jigsaw II hanya memiliki sedikit perbedaan, yaitu pada STAD guru

terlebih dulu menyampaikan garis besar materi pelajaran yang kemudian

dilanjutkan dengan kegiatan kelompok berupa diskusi tentang hasil simulasi yang

telah dilakukan. Sedangkan pada Jigsaw II siswa membaca sendiri materi

kemudian mendiskusikan dalam kelompok ahli dan diteruskan dengan diskusi

Page 85: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

dalam kelompok asal tentang hasil simulasi. Atau dengan kata lain yang

membedakan antara dua tipe pembelajaran kooperatif tersebut adalah hanya pada

perolehan informasi sebelum dilakukannya kegiatan diskusi hasil simulasi.

2. Uji Hipotesis Kedua

Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FB =

4,624, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FB = 4,624> F0.05;1,60 = 4.00

maka H0B ditolak dan H1B diterima sehingga dapat diketahui bahwa ada perbedaan

pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah

terhadap kemampuan kognitif siswa.

Dengan komparasi ganda didapatkan FB =4.233 dan Ftabel = 4.00. Karena

FB =4.233 > Ftabel = 4.00 maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan pengaruh

antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap

kemampuan kognitif siswa adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa

siswa dengan tingkat interaksi sosial yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih

baik terhadap kemampuan kognitif siswa dari pada siswa yang mempunyai tingkat

interaksi sosial rendah. Hal ini disebabkan karena siswa dengan tingkat interaksi

sosial yang tinggi akan mudah mengkomunikasikan kesulitan belajarnya kepada

teman maupun guru sehingga siswa dapat mengatasi kesulitan belajar tersebut.

Sedangkan siswa dengan tingkat interaksi sosial rendah sukar untuk

mengkomunikasikan kesulitan belajarnya, sehingga kesulitan belajarnya sukar

diatasi .

Jadi, hasil penelitian untuk hipotesis kedua ini sesuai dengan teori dan

hipotesis yang telah dikemukakan, yaitu bahwa interaksi sosial berpengaruh

terhadap kemampuan kognitif siswa.

3. Uji Hipotesis Ketiga

Hasil analisis variansi dua jalan dengan isi sel tak sama adalah FAB =

0,699, dengan harga kritik F0.05;1,60 = 4.00. Karena FAB = 0,699 < F0.05;1,60 = 4.00

maka H0B diterima dan H1B ditolak sehingga dapat disimpulkan tidak ada interaksi

antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa. Tidak

adanya interaksi ini maksudnya adalah :

Page 86: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

a. Dari sisi baris: pada siswa dengan interaksi sosial kategori tinggi,

pembelajaran STAD dan Jigsaw II akan memberikan pengaruh yang sama

terhadap kemampuan kognitif siswa, demikian juga untuk siswa dengan

interaksi sosial kategori rendah.

b. Dari sisi kolom: pada pembelajaran STAD, antara siswa dengan interaksi

sosial kategori tinggi dan kategori rendah tidak ada perbedaan kemampuan

kognitif, hal yang sama juga berlaku untuk pembelajaran dengan Jigsaw II.

Jadi penggunaan pembelajaran kooperatif, tipe STAD dan JigsawII, dan interaksi

sosial siswa memberikan pengaruh sendiri-sendiri terhadap kemampuan kognitif

siswa.

E. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, yaitu kurang optimalnya

pelaksanaan penggunaan model pembelajaran. Misalnya dalam kegiatan diskusi,

partisipasi siswa untuk berdiskusi kurang optimal.

Keterbatasan lain dalam penelitian ini adalah tidak dapat memperoleh

hasil mengenai tipe pembelajaran yang lebih efektif untuk digunakan dalam

pembelajaran Fisika, karena diperoleh hasil model pembelajaran kooperatif tipe

STAD dan Jigsaw II memberikan perbedaan pengaruh yang tidak signifikan.

Page 87: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan analisis yang telah dilakukan, maka

dapat disimpulkan :

1. Berdasarkan Uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan

pengaruh antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa. Sedangkan berdasarkan uji

lanjut Anava didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan pengaruh antara

penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan Jigsaw II

terhadap kemampuan kognitif siswa tidak signifikan.

2. Berdasarkan uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa ada perbedaan

pengaruh antara interaksi sosial siswa kategori tinggi dan kategori rendah

terhadap kemampuan kognitif siswa, dan berdasarkan uji lanjut Anava

didapatkan kesimpulan bahwa perbedaan pengaruh antara interaksi sosial

siswa kategori tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa

adalah signifikan. Sehingga dapat dikatakan bahwa siswa dengan tingkat

interaksi sosial yang tinggi memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap

kemampuan kognitif siswa dari pada siswa yang mempunyai tingkat interaksi

sosial rendah.

3. Berdasarkan uji Anava didapatkan kesimpulan bahwa tidak ada interaksi

antara pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II dengan interaksi sosial siswa terhadap kemampuan kognitif siswa.

B. Implikasi

1. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang tidak

signifikan antara penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan

Jigsaw II terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok bahasan Listrik

Dinamis. Hal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru dalam

menentukan model pembelajaran yang tepat bagi peserta didik.

Page 88: PENGARUH PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN ...eprints.uns.ac.id/4699/1/188161011201110521.pdf · pengaruh pembelajaran fisika dengan model pembelajaran kooperatif tipe

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara interaksi sosial siswa kategori

tinggi dan kategori rendah terhadap kemampuan kognitif siswa pada pokok

bahasan Listrik Dinamis. Hal ini dapat digunakan sebagai referensi bagi guru

bahwa faktor interaksi sosial siswa pada khususnya dan faktor lain yang

mempengaruhi pembelajan pada umumnya, perlu diperhatikan.

C. Saran

Berdasarkan kesimpulan dan implikasi dari penelitian ini, maka peneliti

mengemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Guru harus menggunakan model dan metode pembelajaran yang tepat dan

bervariasi sesuai dengan materi yang dibelajarkan, sebab hal ini dapat

membuat siswa lebih bersemangat dalam belajar dan hasil belajarnya lebih

maksimal.

2. Guru harus memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa, baik yang bersifat internal maupun eksternal

3. Guru harus memperhatikan dan memahami kesulitan yang dialami siswa

dalam proses pembelajaran, sehingga guru dapat membantu menyelesaikan

kesulitan tersebut.