Upload
lamlien
View
225
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
1
PENGARUH KARAKTERISTIK PERUSAHAAN TERHADAP
PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL DALAM
LAPORAN TAHUNAN PERUSAHAAN MANUFAKTUR PADA
BURSA EFEK INDONESIA
Angga Budi Premana
Drs. H. Sudarno, M.Si.,Akt.,Ph.D
ABSTRACT
This study aims to analyze and provide empirical evidence of the influence of firm characteristics on the broad disclosure of corporate social responsibility. Firm characteristics were used in this study are size which proxied by total assets owned by the company, leverage, profitability which proxied with Return on Assets (ROA), and the ownership base. Ownership base distinguished by foreign and domestic ownership. While the Social Disclosure measured by Corporate Social Disclosure Index (CSDI).
This study is a quantitative model using multiple regression analysis to determine the direction and effect relationship dependent and independent variables. Multiple regression analysis performed on timeseries data for the period 2008-2009 in 41 manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange (BEI). Thus, the total object of the study was 82.
The results showed that the only leverage and total assets can significantly affect the area of corporate social disclosure. Leverage indicates a negative direction where the smaller the level of leverage of an enterprise, the broader level of its social disclosure. Management with high level of leverage tend to reduce social responsibility disclosures they made to avoid the attention of the debtholders. While total assets showed a positive direction where the greater the total assets held by the companies, the broader social disclosure they made. The higher the asset held, the higher the impact that will result, including social and environmentalimpacts. Key words: Size, Total Assets, Leverage, Profitability, Return on Assets, Ownership Base, Corporate Social Disclosure Index (CSDI)
2
PENDAHULUAN Latar Belakang
Di tengah semakin berkembangnya teknologi informasi, masyarakat
menjadi semakin kritis dengan segala informasi yang menyangkut tentang semua
kegiatan perusahaan, termasuk aktivitas tanggung jawab sosial yang dilakukan
perusahaan. Informasi merupakan kebutuhan penting bagi para investor dan calon
investor dalam proses pengambilan keputusan. Adanya informasi yang lengkap
dan akurat dapat membantu investor untuk melakukan pengambilan keputusan
secara tepat sehingga hasilnya sesuai dengan yang diharapkan. Berbagai
penelitian yang terkait dengan pengungkapan tanggung jawab sosial mempunyai
keberagaman hasil. Seperti penelitian yang dilakukan Devina (2004) yang
menggunakan variabel size, tipe industri, karakteristik high profil, ROA dan basis
kepemilikan menunjukkan hasil bahwa size perusahaan berpengaruh signifikan
positif terhadap pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Tipe industri
berpengaruh positif signifikan, karakteristik high profil perusahaan berupaya
memperluas ruang lingkup pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Sedangkan
ROA dan basis kepemilikan tidak berpengaruh terhadap pertanggungjwaban
sosial.
Dalam penelitian Sembiring (2005) dan Sulastini (2007) mengungkapkan
bahwa size perusahaan berpengaruh signifikan terhadap pertanggungjawaban
sosial perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh secara parsial dan dewan
komisaris berpengaruh signifikan. Sedangkan Rawi (2008) menunjukkan hasil
bahwa hanya kepemilikan manajerial saja yang mempunyai pengaruh signifikan
terhadap pertanggungjawaban sosial. Kepemilikan institusi, umur, total asset dan
leverage tidak berpengaruh secara signifikan terhadap pertanggungjawaban sosial.
Veronica (2008) mengungkapkan hanya ROA dan Dewan Komisaris saja
yang mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pengungkapan sosial.
Sedangkan variabel penelitian lain yaitu size, leverage tidak berpengaruh secara
signifikan.
3
Adapun dampak sosial yang ditimbulkan oleh masing-masing perusahaan
tentunya tidak selalu sama, mengingat banyak faktor yang membedakan satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya sekalipun mereka berada dalam satu jenis
usaha yang sama. Faktor-faktor yang membedakan perusahaan tersebut disebut
dengan karakteristik perusahaan, yang diantaranya size (ukuran perusahaan),
profitabilitas, basis kepemilikan, tingkat likuiditas, umur perusahaan, tipe
industri, Leverage dll. Semakin kuat karakteristik yang dimiliki oleh suatu
perusahaan tersebut dalam menghasilkan dampak sosial bagi publik tentunya
menghasilkan pemenuhan tanggung jawab sosial yang kuat terhadap publik.
Pengungkapan informasi dalam laporan tahunan perusahaan itu dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory disclosure)
dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) merupakan pengungkapan minimum yang harus
diungkapkan (diwajibkan peraturan). Sedangkan pengungkapan sukarela
(voluntary discosure) dapat diartikan perusahaan bebas memilih jenis informasi
yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat mendukung dalam pengambilan
keputusan. Adapun salah satu jenis pengungkapan informasi sukarela adalah
pengungkapan sosial yang dilakukan perusahaan. Di Indonesia, peraturan yang
mengatur tentang disclosure adalah keputusan BAPEPAM No. Kep -38/ PM/
1996 (Hadi dan Sabeni, 2002). Pengungkapan sosial muncul karena adanya
kesadaran masyarakat tentang lingkungan sekitar, keberhasilan perusahaan tidak
hanya pada laba semata tetapi ditentukan juga oleh kepedulian perusahaan
terhadap masyarakat sekitar ( Yuliani, 2003).
4
TELAAH PUSTAKA
Landasan Teori
Berbagai perspektif teori telah digunakan untuk menjelaskan praktik
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Beberapa studi tentang
pengungkapan sosial telah menggunakan teori legitimasi dan teori agensi sebagai
basis dalam menjelaskan praktik pengungkapan sosial. Penelitian ini
menggunakan teori legitimasi dan teori agensi sebagai dasar dalam menjelaskan
praktik pengungkapan sosial.
Teori Legitimasi
Definisi teori legitimasi adalah suatu kondisi atau status, yang ada ketika
suatu sistem nilai perusahaan kongruen dengan sistem nilai dari sistem sosial yang
lebih besar di mana perusahaan merupakan bagiannya. Teori legitimasi penting
bagi organisasi karena teori legitimasi didasari oleh batasan-batasan, norma-
norma, nilai-nilai dan peraturan sosial yang membatasi perusahaan agar
memperhatikan kepentingan sosial dan dampak dari reaksi sosial yang dapat
ditimbulkan. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa
keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.
Teori Agensi
Teori agensi muncul untuk mengatasi konflik agensi yang dapat terjadi
dalam hubungan keagenan. Adanya pemisahan kepemilikan oleh principal dan
pengendalian oleh agen dalam sebuah organisasi cenderung menimbulkan konflik
keagenan antara principal dan agen. Yang dimaksud principal adalah pemegang
saham atau investor sedangkan agen adalah orang yang diberi kuasa oleh
principal yaitu manajemen yang mengelola perusahaan yang terdiri dari dewan
komisaris dan dewan direksi.
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Perusahaan merupakan bagian dari suatu sistem sosial yang terbentuk dari
suatu proses panjang. Sebagai bagian dari sub sistem dari lingkungan masyarakat,
maka masalah yang dihadapi oleh masyarakat merupakan masalah pula bagi
5
perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan juga mempunyai tanggung jawab atas
masalah yang ada di masyarakat. Disamping itu, selain menggunakan dana dari
pemegang saham, perusahaan juga menggunakan saham dari sumber lain yang
sebagian berasal dari masyarakat, sehingga hal yang wajar jika masyarakat
mempunyai harapan tertentu terhadap perusahaan (Hasibuan, 2001).
Menurut Sofyan Safri Harahap (1993), ada beberapa alasan yang
mendukung dan menentang konsep tanggung jawab sosial perusahaan. Adapun
alasan-alasan yang dikemukakan oleh para pendukung tanggung jawab sosial
adalah sebagai berikut:
1. Keterlibatan sosial merupakan respon terhadap keinginan dan harapan
masyarakat terhadap peranan perusahaan. Dalam jangka panjang hal ini akan
sangat menguntungkan perusahaan.
2. Keterlibatan sosial memungkinkan mempengaruhi perbaikan lingkungan
masyarakat yang mungkin akan menurunkan biaya produksi.
3. Meningkatkan nama baik perusahaan dan akan menimbulkan simpati
pelanggan, karyawan, investor, dan lain-lain.
4. Menghindari campur tangan pemerintah dalam melindungi masyarakat.
Campur tangan pemerintah cenderung membatasi peran perusahaan, sehingga
jika perusahaan memiliki tanggung jawab sosial perusahaan, mungkin dapat
mengurangi campur tangan pemerintah.
5. Dapat menunjukkan respon positif perusahaan terhadap norma dan nilai yang
berlaku dalam masyarakat sehingga mendapat simpati msyarakat.
6. Sesuai dengan keinginan pemegang saham, dalam hal ini publik.
7. Mengurangi rasa kebencian masyarakat terhadap prusahaan yang kadang-
kadang sulit diatasi.
8. Membantu kepentingan nasional seperti konservasi alam, pemeliharaan
barang-barang seni budaya, peningkatan pendidikan rakyat, lapangan kerja,
dan lain-lain.
Sedangkan alasan yang dikemukakan oleh para penentang tanggung jawab
sosial adalah sebagai berikut:
6
1. Mengalihkan perhatian perusahaan dari tujuan utama mencari laba. Hal ini
akan menimbulkan pemborosan.
2. Memungkinkan keterlibatan perusahaan terhadap permainan kekuasaan atau
politik secara berlebihan yang sebenarnya bukan lapangannya.
3. Menimbulkan lingkungan bisnis yang monopolitik bukan pluralistik.
4. Ketelibatan sosial menimbulkan dana dan tenaga yang cukup besar yang tidak
dapat dipenuhi oleh dana perusahaan yang terbatas, yang dapt menimbulkan
kebangkrutan dan menurunkan tingkat pertumbuhan perusahaan.
5. Keterlibatan dalam kegiatan sosial yang demikian kompleks memerlukan
tenaga para ahli yang belum tentu dimiliki oleh perusahaan.
Menurut Martin Freedman (Siegel dan Marconi,1989 dalam Devina 2004),
ada tiga pendekatan dalam pelaporan kinerja sosial:
1. Pemeriksaan sosial (social audit). Pemeriksaan sosial mengukur dan
melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program-program
yang berorientasi sosial dari operasi-operasi perusahaan. Pemeriksaan sosial
dilakukan dengan membuat suatu daftar akivitas-aktivitas perusahaan yang
memiliki konsekuensi sosial, lalu auditor akan mencoba mengestimasi atau
mengukur dampak-dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas sosial
tersebut.
2. Laporan sosial (social report). Berbagai alternatif format laporan untuk
menyajikan laporan sosial telah diajukan oleh para akademisi dan
praktisioner.
3. Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan (disclosure in annual report).
Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas
perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan.
pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain
laporan tahunan, laporan interim, prospektus, pengumuman kepada bursa
efek, atau melalui media massa.
Pengungkapan kinerja sosial pada laporan tahunan perusahaan seringkali
dilakukan dengan sukarela oleh perusahaan. Adapun alasan-alasan perusahaan
7
untuk mengungkapkan kinerja sosial secara sukarela (Henderson dan Pierson,
1998 dalam Henry dan Murtanto, 2001) antara lain:
1. Internal decision making. Manajemen membutuhkan informasi untuk
menentukan efektivitas dan informasi sosial tertentu dalam mencapai tujuan
sosial perusahaan. data harus tersedia agar biaya dari pengungkapan tersebut
dapat dibandingkan dengan manfaatnya bagi perusahaan. Walaupun hal ini
sulit diidentifikasi dan diukur, namun analisis secara sederhana lebih baik
dilakukan daripada tidak sama sekali.
2. Product differentiation. Manajer dari perusahaan yang bertanggung jawab
secara sosial memiliki insentif untuk membedakan diri dari pesaing yang tidak
bertanggung jawab secara sosial kepada masyarakat. Akuntansi kontemporer
tidak memisahkan pencatatan biaya manfaat aktivitas sosial perusahaan dalam
laporan keuangan, sehingga perusahaan yang tidak bertanggungjawab akan
terlihat lebih sukses daripada perusahaan yang bertanggungjawab. Hal ini
mendorong perusahaan yang bertanggung jawab untuk mengungkapkan
informasi tersebut sehingga masyarakat dapat membedakan dari perusahaan
lain.
3. Enlightened self interest. Perusahaan melakukan pengungkapan untuk
menjaga keselarasan sosialnya dengan para stakeholder yang terdiri dari
stockholder, kreditur, karyawan, pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat
karena mereka dapat mempengaruhi pendapatan penjualan dan harga saham
perusahaan.
Karakteristik Perusahaan
Size Perusahaan
Size perusahaan merupakan variabel penduga yang banyak digunakan untuk
menjelaskan variasi pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan.
perusahaan yang berukuran lebih besar cenderung memiliki public demand akan
informasi yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan yang berukuran lebih kecil.
8
Leverage
Rasio financial Leverage disini merupakan perbandingan antara total
kewajiban dengan total Asset. Dengan kata lain rasio financial Leverage
menunjukkan kapasitas perusahaan untuk memenuhi kewajiban baik itu
kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
Profitabilitas
Profitabilitas merupakan faktor yang membuat manajemen menjadi bebas
dan fleksibel untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kapada
pemegang saham (Heinze, 1976 dalam Hackston&Milne, 1996), hubungan antara
profitabilitas dan tingkat pengungkapan pertanggungjawaban sosial adalah bahwa
ketika perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan tersebut. Sebaliknya ketika tingkat profitabilitas rendah
perusahaan akan berharap pengguna laporan akan membaca “good news” kinerja
perusahaan.
Basis Kepemilikan
Basis kepemilikan adalah tingkat kepemilikan saham, dimana dibedakan
menjadi dua yaitu berbasis asing dan lokal. Perusahaan yang mayoritas
kepemilikan sahamnya dimiliki asing dikategorikan berbasis asing, sedangkan
yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh lokal maka disebut berbasis lokal.
Pengembangan Hipotesis
1. Hipotesis pertama (H1) bahwa, Size perusahaan mempunyai pengaruh positif
(+) signifian terhadap luas pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan;
2. Hipotesis kedua (H2) bahwa Leverage perusahaan mempunyai pengaruh
negatif (-) signifikan terhadap luas pengungkapan pertanggungjawaban sosial
perusahaan;
9
3. Hipotesis ketiga (H3) bahwa Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif (-)
signifikan terhadap luas pengungkpan pertanggungjawaban sosial perusahaan;
4. Hipotesis keempat (H4) bahwa Basis kepemilikan mempunyai pengaruh
positif (+) signifikan terhadap luas pengungkapan sosial perusahaan.
METODE PENELITIAN
Variabel Dependen Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial
Pengungkapa tanggung jawab sosial adalah data yang diungkapkan oleh
perusahaan berkaitan dengan aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan
yang meliputi tema sebagai berikut: lingkungan, energi, kesehatan dan
keselamatan tenaga kerja, lain-lain tentang tenaga kerja, produk, keterlibatan
masyarakat dan umum (Sembiring, 2003).
Skor diberikan 1 untuk perusahaan yang mengungkapkan sesuai dengan
elemen informasi yang diinginkan dan diberikan skor 0 bila tidak mengungkapkan
untuk setiap item pengungkapan. Selanjutnya, skor dari setiap item dijumlahkan
dibagi skor yang diharapkan untuk memperoleh indeks pengungkapan pada
masing-masing perusahaan sampel. Total item yang diharapkan diungkapkan oleh
perusahaan berjumlah 78 item pengungkapan (Sembiring, 2003)
Rumus yang digunakan untuk mengukur indeks pengungkapan tanggung
jawab sosial adalah sebagai berikut: (Sembiring, 2005)
j jCSDI
nX
= Ij
Dimana:
CSDIj : Pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan j
∑ Xij : Total Pengungkapan Sosial sesuai dengan elemen-elemen
informasi yang diharapkan pada perusahaan j. 1 = jika item i
diungkapkan; 0 = jika item i tidak diungkapkan.
(3.1)
10
nj : Jumlah item yang diharapkan untuk parameter Lingkungan pada
perusahaan ,n =78
Variabel Independen
Size Perusahaan
. Size perusahaan yang diukur dengan total Asset akan ditransformasikan
dalam logaritma natural untuk menyamakan nilai dengan variabel lain karena
total Asset perusahaan lainnya lebih besar dibandingkan dengan variabel-variabel
lain dalam penelitian ini. Maka untuk menghitung size adalah sebagai berikut:
Sz it = logn∑Assetjit (3.2)
Dimana:
Sz it : Size perusahaan i pada periode t
logn∑Assetit : Nilai logaritma natural total asset perusahaan i pada periode t
3.1.2.1. Leverage
Leverage menunjukkan seberapa besar asset perusahaan yang diperoleh atau
didanai dari utang. Variabel ini diukur dengan membagi total utang dengan total
asset. Pengukuran Leverage pada penelitian ini sejalan dengan pengukuran
Leverage untuk negara berkembang. Pada negara berkembang, batasan antara
utang jangka panjang dan utang jangka pendek secara jelas cukup sulit
(Pandey,2003 dalam Rawi, 2008). Lebih lanjut Pandey 2003 menganjurkan untuk
menggunakan total utang di negara berkembang karena lebih mendekati realitas
yang ada. Secara sistematis kebijakan utang diformulasikan sebagai berikut :
itAssetTDit=
it Debt
Dimana:
TDit : Jumlah Total utang perusahaan i periode t
∑Asset it : Total Asset yang dimiliki oleh perusahaan i pada periode t
(3.3)
11
Profitabilitas
Profitabilitas diartikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba atau profit dalam upaya meningkatkan nilai pemegang saham. Terdapat
beberapa ukuran untuk menentukan profitabilitas perusahaan, yaitu :return of
equity, return on assets, earning per share, net profit dan operating ratio.
Variabel profitabilitas dalam penelitian ini menggunakan Return On Asset (ROA).
itAsset
EATit=it ROA
Dimana:
ROAit : Return On Asset perusahaan i pada periode t
EATit : Laba Bersih Setelah Pajak perusahaan i pada periode t
∑Asset it : Total Asset yang dimiliki oleh perusahaan i pada periode t
Basis Kepemilikan
Basis Kepemilikan perusahaan diartikan sebagai tingkat kepemilikan saham
yang dikuasai oleh dana asing dan domestik. Perusahaan yang komposisi
sahamnya sebagian besar dimiliki oleh asing digolongkan berbasis asing, begitu
pula pada perusahaan yang sebagian sahamnya dimiliki oleh domestik
dikategorikan berbasis domestik (Devina, 2004).
Pengukuran untuk basis kepemilikan perusahaan digunakan skala nominal
dengan variabel dummy 0 dan 1. Apabila kepemilikan perusahaan berbasis asing
diberi nilai 1, sedangkan nilai 0 diberikan untuk perusahaan berbasis domestik.
Dengan simpulan bahwa perusahaan yang sebagian besar sahamnya dimilki oleh
perusahaan asing digolongkan dalam perusahaan berbasis asing.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia tahun 2008- 2009, sedangkan metode pemilihan sampel
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode judgement sampling, yaitu
salah satu bentuk purposive sampling dengan mengambil sampel yang telah
(3.4)
12
ditentukan sebelumnya berdasarkan maksud dan tujuan penelitian selama periode
penelitian.
Metode Analisis Data
Penelitian ini menggunakan dua metode analisis deskriptif dan analisis
regresi. Analisis deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan variabel-variabel
yang ada dalam penelitian, sedangkan analisis regresi bertujuan untuk menguji
hubungan antara varibel dependen dan variabel independen.
Analisis Statistik Deskriptif
Alat yang digunakan untuk menggambarkan dan mendeskripsikan rata-rata,
median, maksimum, minimum, dan standar devisiasi. Dalam statistik parametrik
data harus terdistribusi secara normal. Untuk memastikan bahwa data masing-
masing variabel terdistribusi secara normal, maka dalam statistik deskriptif,
skewness dan kurtosis digunakan sebagai alat analisis. Skewness mengukur
kemencengan dari data dan kurtosis mengukur puncak dari distribusi data
(Ghozali, 2006). Data yang terdistribusi secara normal mempunyai nilai skewness
mendekati nol.
Analisis Regresi
Suatu penelitian membutuhkan analisis data dan interpretasinya yang
bertujuan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam mengungkap
fenomena tertentu. Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam
bentuk yang lebih mudah dibaca dan di interpretasikan. Teknik analisis yang
digunakan untuk mengetahui variabel-variabel karakteristik perusahaan yang
mempengaruhi pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Karakteristik perusahaan tersebut terdiri
atas 4 yaitu, size atau ukuran perusahaan, Leverage, profitabilitas, dan basis
kepemilikan. Maka digunakan persamaan umum regresi linear berganda atas 4
variabel independen dengan model sebagai berikut:
CSDI = a + b1Size + b2Leverage + b3ROA + b4Owners + e (3.5)
Dimana :
CSDI = Pengungkapan Sosial Perusahaan
Size = Size perusahaan berdasarkan logaritma natural dari total Asset
13
Leverage = Tingkat Leverage perusahaan
ROA = Profitabilitas berdasarkan Rasio laba setelah pajak terhadap total
asset
Owners = Basis kepemilikan, Dummy untuk mengklasifikasikan; asing = 1;
domestik = 0
b = koefissien regresi
e = error
a = konstanta
HASIL PENELITIAN
Deskripsi Objek Penelitian
Objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah populasi dari
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2008-2009. Sampel yang
dipilih dari populasi tersebut menggunakan metode judgement sampling.Pada
tahun 2008-2009 perusahaan manufaktur yang mencatatkan sahamnya di Bursa
Efek Indonesia berjumlah 147 perusahaan. Hanya sebesar 65 perusahaan yang
mempublikasikan laporan tahunannya (annual report) secara umum di official
website perusahaan atau website BEI. Dari 65 annual report, sebesar 24 annual
report tidak menyediakan data secara lengkap berkaitan dengan variabel
penelitian. Dengan demikian, total objek yang memenuhi kriteria sampel adalah
82 (41 objek dikali 2 tahun periode penelitian).
Analisis Data
Statistik Deskriptif
1. Leverage, tingkat leverage masing-masing perusahaan adalah beragam. Nilai
maksimum adalah 0,97 dan minimum 0,10. Secara rata-rata dari 71 sampel,
nilai leverage adalah 0,48 dengan std.dev masih jauh dibawah nilai mean yaitu
0,19. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketergantungan perusahaan
terhadap utang masih dalam batas normal di bawah 0,50.
14
2. Return On Asset (ROA). Dari 71 sampel, nilai minimum dan maksimum
adalah -0,06 dan 0,26. Sedangkan rata-rata ROA adalah 0,09 dengan std.dev
masih dibawah nilai mean yaitu 0,08. Dapat ditarik kesimpulan bahwa hanya
sebesar 9% laba yang diperoleh dari keseluruhan nilai asset yang digunakan,
sehingga perusahaan dapat dikatakan belum berkinerja seefektif dan seefisien
mungkin.
3. Owners (Basis Kepemilikan). Dilihat dari nilai mean 0,5 dengan std.dev 0,5,
dapat dikatakan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel adalah
seimbang jumlahnya antara perusahaan yang berbasis kepemilikan asing
maupun dalam negeri.
4. Corporate Social Disclosure Index (CSDI). Nilai minimum dan maksimum
masing-masing adalah 0,04 dan 0,37, sedangkan mean 0,15 dengan std.dev
0,07. Nilai ini masih jauh dibawah harapan yaitu 1, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kesadaran melakukan pengungkapan Sosial adalah masih
sangat rendah.
5. Asset. Total Asset sebagai proksi dari size perusahaan. Nilai minimum dan
maksimum yang ditunjukan dari 71 sampel adalah 24,6 dan 32,14 dengan
mean 28,3 std.dev jauh dibawah mean yaitu 1.6. Dilihat dari hasil ini maka
dapat dikatakan bahwa size perusahaan-perusahaan sampel dalam penelitian
ini adalah relatif sepadan.
Uji Asumsi Klasik
Uji Multikolinieritas
Multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation
faktor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukan setiap variabel independen manakah
yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dari hasil Uji multikolinieritas
tabel 4.5, tidak ada nilai tolerance dari seluruh variabel penelitian kurang dari 0,1
atau nilai VIF lebih dari 10, maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel
Independen pada model regresi tidak terjadi multikolinieritas.
15
Uji Heteroskedastisitas
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini heteroskedestisitas
dideteksi dengan grafik plot. Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik
menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada
sumbu Y.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heteroskedastisitas pada
model regresi, sehingga model regresi layak untuk memprediksi variabel
independen Total Asset, Leverage, Return On Asset (ROA), dan Basis
Kepemilikan.
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas (Scatterplot)
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
3.2.2.1. Uji Autokorelasi
Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah model regresi linier ada korelasi
antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada
periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem
korelasi. Dalam penelitian ini Autokorelasi dideteksi dengan Run-test. Dari hasil
Output SPSS pada tabel 4.6 menunjukan bahwa nilai test adalah -0,00019 dengan
16
probabilitas 0,549 signifikan pada 0,05 yang berarti residual random atau tidak
terjadi autokorelasi antar nilai residual pada model regresi.
Hasil Uji Autokorelasi Runs Test
Unstandardized
Residual
Test Valuea -.00019
Cases < Test Value 35
Cases >= Test Value 36
Total Cases 71
Number of Runs 39
Z .599
Asymp. Sig. (2-tailed) .549
a. Median
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
3.2.2.2. Uji Normalitas
Uji normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan analisis grafik
dan 1-Sample K-S. Pada gambar 4.2 dan 4.3 dapat disimpulkan bahwa grafik
histogram memberikan pola distribusi normal, sedangkan pada grafik normal plot
terlihat titik-titik berada pada garis diagonal sehingga model regresi 1 tidak
menyalahi asumsi normalitas. Hal ini konsisten dengan uji non-parametrik pada
tabel 4.7, dimana nilai kolmogorov-smirnov adalah 0,598 dengan probabilitas
0,867 signifikan pada 0,05 yang berarti data terdistribusi secara normal.
Gambar 4.2
Hasil Uji Normalitas (Histogram)
17
Gambar 4.3
Hasil Uji Normalitas (Normal Plot)
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
Uji Non-Parametrik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 71
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06271519
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .071
Negative -.048
Kolmogorov-Smirnov Z .598
Asymp. Sig. (2-tailed) .867
18
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 71
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .06271519
Most Extreme Differences Absolute .071
Positive .071
Negative -.048
Kolmogorov-Smirnov Z .598
Asymp. Sig. (2-tailed) .867
a. Test distribution is Normal.
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
Uji Pengujian Hipotesis
Uji Statistik F
Uji F digunakan untuk menguji kelayakan model regresi (fit test). Dari hasil
Uji regresi berganda statistik F pada tabel 4.8 menunjukan bahwa nilai sig.< 5%
yaitu 0,00, sehingga model regresi layak untuk memprediksi variabel Total Asset,
Leverage, ROA, dan Basis Kepemilikan.
Tabel 4.8
Hasil Uji Statistik F ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .143 4 .036 8.549 .000a
Residual .275 66 .004
Total .418 70
a. Predictors: (Constant), LnAsset, Roa, Owners, Leverage
b. Dependent Variable: CSDI
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
19
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen. Pada tabel 4.9, menunjukan nilai
adjusted R Squere sebesar 0,301. Hal ini berarti bahwa sebesar 30,1% variasi
Indeks Pengungkapan Sosial Perusahaan (CSDI) dapat dijelaskan oleh 4 variabel
yaitu , sedangkan 60,9% lainnya dapat dijelaskan oleh faktor-faktor diluar ketiga
variabel independen tersebut.
Tabel 4.9
Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 .584a .341 .301 .06459
a. Predictors: (Constant), LnAsset, Roa, Owners, Leverage
b. Dependent Variable: CSDI
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
Uji Statistik t
Tabel 4.9 diatas digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing
variabel independen pada model regresi terhadap variabel dependen. Dari output
spss, dapat dilihat bahwa pengaruh karakteristik-karakteristik perusahaan terhadap
luas pengungkapan sosial perusahaan adalah berbeda-beda. Variabel size yang
diproksikan dengan Total Asset menunjukan nilai coefficient beta 0.028.
Coefficient beta positif menunjukan hubungan antara CSDI dan Total Asset adalah
positif. Semakin tinggi Total Asset Perusahaan, Semakin tinggi Pengungkapan
Sosial Perusahaan. Selain itu pada model regresi, LnAsset menunjukan nilai t
sebesar 5,632 sig. 0,000 < 0,1. Hal itu menunjukan bahwa Total Asset
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CSDI. Dengan demikian, hipotesis
pertama (H1) yang menyatakan bahwa “Size perusahaan mempunyai pengaruh
positif signifian terhadap luas Pengungkapan Pertanggungjawaban Sosial
Perusahaan”, diterima
20
Tabel 4.10
Uji Statistik t Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) -.583 .140 -4.180 .000
Leverage -.113 .045 -.292 -2.523 .014 .748 1.337
Roa -.090 .115 -.089 -.780 .438 .760 1.316
Owners -.015 .016 -.095 -.913 .365 .913 1.095
LnAsset .028 .005 .584 5.632 .000 .930 1.076
a. Dependent Variable: CSDI
Sumber: Data skunder yang diolah, 2011
Variabel leverage menunjukan nilai coefficient beta -0,113. Nilai negatif
menunjukan bahwa leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Luas
Pengungkapan Sosial Perusahaan. Semakin rendah leverage, semakin tinggi
Pengungkapan Sosial Perusahaan. Pengaruh antara kedua variabel ini adalah
signifikan, hal ini terlihat dari nilai t yaitu -2,253 sig. 0,014 < 0,05. Dengan
demikian, hipotesis kedua (H2) yang menyatakan bahwa “Leverage perusahaan
mempunyai pengaruh negatif (-) signifikan terhadap luas Pengungkapan
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan”, diterima.
Beda halnya dengan variabel leverage dan size yang memiliki hubungan
signifikan dengan CSDI, 2 variabel independen yang lain yaitu ROA dan Basis
Kepemilikan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan CSDI. ROA
menunjukan nilai t -0,780 sig. 0,438 lebih besar dari 0,05, sedangkan Basis
kepemilikan menunjukan nilai t -0,913 sig. 0,913 jauh diatas 0,05. Dengan
demikian hipotesis ketiga (H3) yang menyatakan bahwa “Profitabilitas
mempunyai pengaruh negatif (-) signifikan terhadap luas pengungkapan
Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan”, ditolak. Demikian juga hipotesis
21
keempat (H4) yang menyatakan bahwa “Basisi kepemilikan mempunyai pengaruh
positif (+) signifikan terhadap luas Pengungkapan Sosial Perusahaan”, ditolak.
Pembahasan
Hubungan Antara Total Asset yang dikuasai dengan Luas Pengungkapan
Sosial Perusahaan
Penelitian ini membuktikan bahwa hubungan antara total asset yang
dikuasai perusahaan dengan luas Pengungkapan Sosial perusahaan adalah positif
dan signifikan. Hal ini berarti bahwa semakin tinggi asset yang dikuasai
perusahaan semakin luas Pengungkapan Sosial yang dilakukan perusahaan.
Penelitian ini juga sekaligus membuktikan dan mendukung penelitian-penelitian
terdahulu, seperti penelitian Sulastini (2007), Devina (2004) yang menunjukan
hasil yang sama.
Semakin luasnya Pengungkapan Sosial pada perusahaan yang menguasai
asset yang besar dimungkinkan karena tekanan dari berbagai pihak dalam arti
stakeholder perusahaan. Semakin tinggi asset yang dikuasai, maka semakin tinggi
dampak yang akan ditimbulkan termasuk dampak sosial dan lingkungan.
Shareholder mengharapkan agar perusahaan dapat mengelola asset dengan sebaik-
baiknya dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkannya. Oleh karena itu,
memicu perusahaan yang menguasai asset besar memperluas Pengungkapan
Sosial.
Pada penelitian Devina (2004) yang lebih mengacu pada teori legitimasi
berpendapat bahwa untuk mendapat legistimasi, perusahaan besar akan
melakukan aktivitas sosial lebih banyak agar mempunyai pengaruh terhadap
pihak-pihak internal maupun eksternal yang mempunyai kepentingan terhadap
perusahaan. Selain itu perusahaan besar merupakan emiten yang banyak disoroti,
pengungkapan yang lebih besar merupakan pengurangan biaya politis sebagai
wujud tanggung jawab sosial perusahaan.
Hubungan Antara Tingkat Leverage dengan Luas Pengungkapan Sosial
Perusahaan
22
Penelitian ini telah membuktikan secara empiris bahwa terdapat pengaruh
negatif dan signifikan antara tingkat leverage dengan luas Pengungkapan Sosial
perusahaan. Jadi, Semakin rendah tingkat leverage perusahaan, semakin luas
Pengungkapan Sosial perusahaan. Berdasarkan teori agensi bahwa Manajemen
perusahaan dengan tingkat leverage yang tinggi cenderung mengurangi
pengungkapan tanggung jawab sosial yang dibuatnya agar tidak menjadi sorotan
dari para debtholders (Sembiring, 2005). Semakin besar tingkat Leverage semakin
besar kecenderungan untuk melanggar perjanjian kredit sehingga perusahaan akan
melaporkan laba sekarang lebih tinggi. Supaya laba yang dilaporkan lebih tinggi
maka manager akan mengurangi biaya-biaya termasuk mengurangi biaya untuk
mengungkapkan pertanggungjawaban sosial.
Hubungan Antara Return On Asset dengan Luas Pengungkapan Sosial
Perusahaan
Hasil penelitian ini telah membatah pernyataan dari Kokubu et. al (2001)
dalam Sembiring (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan positif
antara kinerja ekonomi suatu perusahaan dengan pengungkapan tanggung jawab
sosial. Hal ini dikaitkan dengan teori agensi dengan premis bahwa perolehan
laba yang semakin besar akan membuat perusahaan mengungkapkan informasi
sosial yang lebih luas. Sebaliknya, penelitian ini membuktikan secara empiris
bahwa Return On Asset (ROA) berpengaruh negatif dengan luas Pengungkapan
Sosial perusahaan. Semakin kecil ROA, semakin luas Pengungkapan Sosial yang
dilakukan perusahaan. Namun demikian, hubungan antara keduannya adalah tidak
signifikan. Hasil yang tidak signifikan dalam penelitian ini dapat disebabkan oleh
keterbatasan sampel penelitian.
Penelitian ini lebih sejalan dengan pernyataan Donovan dan Gibson
(2000) dalam Sembiring (2005) walaupun hanya dapat membuktikan arah
pengaruh negatif antara ROA dan luas Pengungkapan Sosial. dari sisi teori
legitimasi, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan. Hal ini didukung dengan argumentasi bahwa ketika
perusahaan memiliki tingkat laba yang tinggi, perusahaan (manajemen)
23
menganggap tidak perlu melaporkan hal-hal yang dapat mengganggu informasi
tentang sukses keuangan perusahaan. Sebaliknya, pada saat tingkat profitabilitas
rendah, mereka berharap para pengguna laporan akan membaca “good news”
kinerja perusahaan.
Hubungan Antara Basis Kepemilikan dengan Luas Pengungkapan Sosial
Perusahaan
Penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh yang signifikan
antara Basis Kepemilikan dengan luas Pengungkapan Sosial Perusahaan. Hal ini
konsisten dengan penelitian Suripto dan Buridwan (1999) dalam Devina (2004),
Hasibuan (2001). Penelitian ini sekaligus menolak dengan tegas teori yang
menyatakan bahwa perusahaan asing mendapatkan pelatihan yang lebih baik
dalam bidang akuntansi dari perusahaan induk di luar negeri, perusahaan tersebut
mungkin mempunyai sistem informasi yang lebih efisien untuk memenuhi
kebutuhan internal dan kebutuhan perusahaan induk, dan kemungkinan
permintaan yang lebih besar pada perusahaan berbasis asing dari pelanggan,
pemasok dan masyarakat umum. Sehingga perusahaan berbasis kepemilikan asing
akan melakukan Pengungkapan Sosial lebih luas dari pada perusahaan berbasis
kepemilikan lokal.
Penilitian ini bahkan menemukan bahwa arah dari pengaruh Basis
Kepemilikan adalah negatif. Hal ini berarti, perusahaan dengan basis kepemilikan
lokal lebih besar melakukan Pengungkapan Sosial dari pada perusahaan dengan
Basis Kepemilikan Asing. Hal ini memberi bukti nyata, bahwa perusahaan dengan
Basis Kepemilikan Asing cenderung hanya mementingkan profit dari pada
keperdulian terhadap Sosial dan Lingkungan sehingga enggan
mengungkapkannya. Sedangkan perusahaan dengan Basis Kepemilikan lokal
cenderung sadar akan keberlangsungan hidup lingkungan tempat tinggalnya
sendiri, sehingga melakukan tanggungjawab Sosial dan melakukan Pengungkapan
Sosial yang lebih luas.
24
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dan memberikan bukti empiris
hubungan antara karakteristik perusahaan yaitu size, leverage, profitabilitas dan
basis kepemilikan perusahaan dengan luas Pengungkapan Sosial Perusahaan.
Berdasarkan hasil analisis didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Size yang diproksikan dengan total Asset yang dikuasai perusahaan
mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap luas Pengungkapan
Sosial Perusahaan. Dengan demikian, semakin tinggi asset yang dikuasai
perusahaan, semakin tinggi pula perusahaan tersebut melakukan
Pengungkapan Sosial.
2. Leverage mempunyai pengaruh negatif dan signifikan terhadap luas
Pengungkapan Sosial Perusahaan, semakin besar tingkat leverage semakin
kecil pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan.
3. Profitabilitas yang diproksikan dengan Return On Asset (ROA) tidak
berpengaruh terhadap luas Pengungkapan Sosial perusahaan.
4. Basis Kepemilikan perusahaan tidak berpengaruh terhadap luas Pengungkapan
Sosial perusahaan.
Keterbatasan
Penelitian ini mempunyai beberapa keterbatasan yaitu:
1. Variabel Pengungkapan Sosial hanya diukur melalui annual report, sedangkan
media Pengungkapan Sosial sangat luas tidak hanya pada annual report
2. Sesuai dengan populasi dan penetapan sampel dalam penelitian ini, maka
periode penelitian terlalu pendek, sehingga sampel yang diperoleh kurang
besar untuk mengetahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap luas
Pengungkapan Sosial.
3. Pengungkapan Sosial diukur secara keseluruhan, tidak diukur berdasarkan
tema-tema yang ada dalam Pengungkapan Sosial (lingkungan, energi,
kesehatan, dan keselamatan karyawan, lain-lain tentang karyawan, produk,
25
keterlibatan masyarakat dan umum), sehingga tidak dapat diketahui pengaruh
karakteristik perusahaan terhadap masing-masing tema Pengungkapan Sosial
tersebut.
Saran
Berdasarkan keterbatasan penelitian, maka saran yang diberikan bagi
penelitian selanjutnya adalah:
1. Mempertimbangkan media-media lain selain laporan tahunan (annual report)
untuk mengukur Pengungkapan Sosial perusahaan sehingga dapat lebih
menggambarkan Pengungkapan Sosial dan lingkungan perusahaan yang
sebenarnya. Media lain yang dapat digunakan adalah sustainability report,
media cetak (majalah CSR, majalah Corporate Governance, dan majalah-
majalah bisnis lainnya), serta official website perusahaan.
2. Untuk penetapan populasi dan sampel sesuai dengan penelitian ini, sebaiknya
periode penelitian diperpanjang sehingga mendapatkan gambaran yang lebih
baik tentang pengaruh karakteristik perusahaan dengan Pengungkapan Sosial.
3. Menjadikan tema-tema Pengungkapan Sosial (lingkungan, energi, kesehatan,
dan keselamatan karyawan, lain-lain tentang karyawan, produk, keterlibatan
masyarakat dan umum) sebagai variabel-variabel tersendiri, Sehingga dapat
diketahui pengaruh karakteristik perusahaan terhadap masing-masing tema
Pengungkapan Sosial tersebut.
26
DAFTAR PUSTAKA
Anis Chariri dan Imam Ghozali. 2007~, “Teori Akuntansi”. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Devina, Florence. 2004, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap
Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan Perusahaan Go Publik
di Bursa Efek Jakarta”. Semarang: Tesis Magister Akuntansi FE
UNDIP.
Ghozali, Imam. 2006. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS.
Semarang: Badan Penerbit UNDIP.
Gunawan, Yuniati. 2000, “Analisa Pengaruh Informasi Tahunan Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dibursa Efek Jakarta”.Simposium
Nasional Akuntansi III
Hackston, D and Milne, MJ,. 1996, “Some Determinants of Social and
Environmental Disclosure in New Zealand Companies .” Accounting,
Auditing and Accountability Journal . Vol. 8 No. 2 pp. 78—101.
Hadi, Nor dan Arifin Sabeni, 2002. “Analisa Faktor – faktor yang
mempengaruhi Luas Pengungkapan Sukarela Dalam Laporan Tahunan
Perusahaan Go Public di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Maksi Vol. 1,
Agustus
Hasibuan, Muhamad Rizal. 2001, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Sosial (Socila Disclosure)Dalam Laporan
TahunanEmiten di BEJ dan BES”. Semarang: Tesis Magister
Akuntansi FE UNDIP.
27
Murtanto, Henry, 2001. “Analisis Pengungkapan Sosial pada Laporan
Tahunan”, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 1, No.
2 : 21-48.
Rawi. 2008, “Pengaruh Kepemilikan Manajemen, Institusi, dan Leverage
terhadap Corporate Social Responsibility pada Perusahaan
Manufaktur yang Listing di Bursa Efek Indonesia”. Semarang: Tesis
Magister Akuntansi FE UNDIP.
Rosmasita, Hardhina. 2007, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pengungkapan Sosial (Social Disclosue) dalam Laporan Keuangan
Tahunan Peusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta.” Yogyakarta :
Skripsi FE Universitas Islam Indonesia.
Saleh, Norman Mohd (2008), “Ownership structure and
inntellectual capital performance in Malaysia”, http://www.ssrn.com
Sembiring, E. Resmanda. 2003. “ Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Studi Empiris Pada
Perusahaan Yang Tercatat ( Go-public ) di Bursa Efek Jakarta.
Sembiring, E Resmanda. 2005. “Karakteristik Perusahaan dan
Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial: Study Empiris pada
Perusahaan yang Tercatat di Bursa Efek Jakarta”. Solo, 15-66
September: Simposium Nasional Akuntansi VIII.
Sofyan Safri Harahap. 1993. Teori Akuntansi. Edisi ke satu. PT. Raja
Grafindo Perkasa
Sulastini, Sri. 2007, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Social
Disclosure Perusahaan Manufaktur yang Telah Go Publik”. Semarang:
Skripsi FE UNNES.
Veronica, Theodora Martina. 2008, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggungjawab Sosial pada Perusahaan
28
Sektor Pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
Jakarta: Skripsi FE Univesitas Gunadarma.
Wibowo, Budi Fatlika. 2009, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Praktik Pengungkapan Corporate Social Responsibility
dalam Laporan Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Listing Di
BEI.” Malang: Skripsi FE Universitas Muhammadiyah Malang.
Wulandari, Etik. 2009, “Analisi Pengaruh Karakteristik Perusahaan
Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial.” Surakarta: Skripsi
FE Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Yuliani, Rahma, 2003, “Pengaruh karakteristik Perusahaan Terhadap
Praktek Pengungkapan Sosial dan Lingkungan di Indonesia”, Tesis
S2, Universitas Diponegoro, Semarang.
Yuningsih. 2004, “Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Praktik
Pengungkapan Tanggung jawab Sosial dan Lingkungan Perusahaan
Publik. “ Jurnal Akuntansi dan Keuangan Balance Vol.1. No. 2April-
September.