Upload
others
View
14
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI THORIQOH QODIRIYYAH
NAQSYABANDIYYAH TERHADAP KESEHATAN MENTAL
REMAJA DI PESANTREN JAGAT ‘ARSY
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos.)
Oleh
Munawaroh
11160520000079
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
PENGARUH BIMBINGAN ROHANI THORIQOH QODIRIYYAH
NAQSYABANDIYYAH TERHADAP KESEHATAN MENTAL
REMAJA DI PESANTREN JAGAT ‘ARSY
TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
(S.Sos.)
Oleh
Munawaroh
11160520000079
PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
ABSTRAK
MUNAWAROH (11160520000079). Pengaruh Bimbingan
Rohani Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN)
terhadap Kesehatan Mental Remaja di Pesantren Jagat
‘Arsy, Tangerang Selatan. Skripsi ini dibimbing oleh Dr.
Fauzun Jamal, Lc., M.A.
Menurut Riset Kesehatan Dasar, tahun 2013 prevalensi gangguan
mental emosional pada penduduk berumur ≥ 15 tahun di
Indonesia hanya 6 persen. Pada tahun 2018 prevalensinya
meningkat menjadi 9,8 persen. Peningkatan gangguan dan sakit
mental terus bertambah hingga tahun 2019 dengan kasus-kasus
terkait kesehatan mental lainnya. Hal ini mengakibatkan
bertambahnya beban negara dan penurunan produktivitas untuk
jangka waktu yang panjang. Permasalahan kesehatan mental
remaja yang ada di Indonesia ini dapat diupayakan agar
penduduknya mengalami perubahan yang positif dari waktu ke
waktu. Salah satu upaya yang dilakukan adalah kegiatan
bimbingan rohani.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh bimbingan
rohani thoriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah terhadap kesehatan
mental remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif. Sampel diambil dari 159 populasi dengan
menggunakan teknik sampling insidental. Analisis data yang
digunakan adalah uji regresi linier sederhana, uji koefisien
korelasi, uji koefisien determinasi, dan uji T (Parsial) dengan
menggunakan bantuan SPSS 20.0 for windows.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bimbingan rohani TQN
berpengaruh signifikan dan positif terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy. Adapun nilai signifikannya
sebesar (0,000) yang artinya kurang dari 0,5. Hal ini disebabkan
karena responden menerima tujuan, metode, materi, pembimbing,
sarana dan prasarana, serta pelaksanaan amaliyah TQN dengan
baik di Pesantren Jagat ‘Arsy.
Kata Kunci: Bimbingan Rohani, Thooriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN), Remaja, Kesehatan
Mental
ii
ABSTRACT
MUNAWAROH (11160520000079). Effect of Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) Spiritual Guidance on
Adolescent Mental Health in Jagat ‘Arsy Islamic Boarding
School, Tangerang Selatan. This thesis is guided by Dr.
Fauzun Jamal, Lc,. M.A.
According to the Basic Health Research, in 2013 the prevalence
of mental emotion disorder in population aged ≥ 15 years in
Indonesia was only 6 percent. In 2018 the prevalence increased to
9,8 percent. Mental ilness and disorders continue to increase until
2019 with other mental health-related cases. This resulted in an
increased state burden and decreased productivity for a long
period of time. Adolescent mental health problems that exist in
Indonesia can be overcome so that its people experience positive
changes from time to time. One attempt to be endeavored is
spiritual guidance activities.
This study aims to determine the effect of Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah spiritual guidance on teenagers’ mental health
at Jagat ‘Arsy Islamic Boarding School, Tangerang Selatan. The
approach used in this research is quantitative approach. The
samples drawn from 159 juvenile population by using incidental
sampling technique. Analysis of the data used is simple linear
regression test, correlation coefficient test, determination
coefficient test, and T test (partial) using SPSS 20.0 for windows.
The results of this study indicate that TQN spiritual guidance
gives significant and positive effect on tenagers’ mental health at
Jagat ‘Arsy Islamic Boarding School. The significance value
equals (0,000) which means less than 0,5. This is due to goals,
methods, material, mentors, facilities and infrastructure well-
acceptance by the respondent as well as great implementation of
TQN amaliyah (spiritual practice) in Jagat ‘Arsy Islamic
Boarding School.
Keywords: Spiritual Guidance, Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN), Teenagers, Mental
Health.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang tak pernah lekang memberikan segala
bentuk kenikmatan untuk semua makhluk-Nya. Semoga kita
termasuk golongan yang senantiasa diberikan taufik dan hidayah-
Nya sehingga dapat mencapai kemuliaan hidup di dunia dan di
akhirat kelak. Segala puji bagi Allah SWT Yang Maha Pengasih
Lagi Maha Penyayang yang senantiasa telah menganugerahkan
rahmat, nikmat, taufik dan inayah-Nya kepada penulis dalam
rangka menyelesaikan karya skripsi dengan judul “Pengaruh
Bimbingan Rohani Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah
(TQN) terhadap Kesehatan Mental Remaja di Pesantren
Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan” karya skripsi ini disusun
untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana
Sosial (S.Sos) bidang jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam
di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Shalawat serta salam semoga selalu terlimpahkan kepada
junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga, para
sahabat, dan orang-orang yang mengikuti jejak perjuangannya,
yang tak pernah mengenal lelah memperjuangkan agama Islam
sehingga manusia dapat mengetahui jalan yang benar dan jalan
yang batil.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada kedua orang tua, yang senantiasa
mendukung, membimbing, dan melimpahkan restunya dalam
menempuh jenjang pendidikan ini. Penulis juga merasa bersyukur
iv
kepada pihak-pihak terkait atas bantuan, dorongan, bimbingan,
serta arahan yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi dengan baik. Oleh karena itu, tidak lupa penulis
menghaturkan rasa ta’zim dan terimakasih sebesar-besarnya
kepada yang terhormat:
1. Bpk. Suparto, .Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Dr. Siti Napsiyah, MSW
selaku Wakil Dekan I, Dr. Sihabudin Noor, MA selaku
Wakil Dekan II, dan Drs. Cecep Castrawijaya, MA selaku
Wakil Dekan III.
2. Bpk. Ir. Noor Bekti Negoro., S.E, M.Si selaku Ketua
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah.
3. Ibu Artiarini Puspita Arwan, M.Psi selaku Sekretaris
Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas
Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah.
4. Bpk. Dr. Fauzun Jamal, Lc., MA selaku dosen
pembimbing skripsi yang dengan tulus dan ikhlas
membimbing dan memotivasi penulis selama menyusun
skripsi ini.
5. Seluruh Dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi, khususnya Dosen Jurusan Bimbingan dan
Penyuluhan Islam yang telah memberikan ilmu, semoga
berkah dan bermanfaat
v
6. Syekh Muhammad Abdul Gaos Saefulah Maslul selaku
Pembimbing Rohani TQN sekaligus Mursyid ke-38 TQN
PP Suryalaya-Sirnarasa, KH Budi Rahman Hakim selaku
Pembimbing Rohani TQN sekaligus Pendiri Pesantren
Jagat ‘Arsy, Siti Amaniyah, S.Ag selaku Direktur
Pesantren Jagat ‘Arsy, Tata Masta, S.Ag selaku Kepala
Sekolah Pesantren Jagat ‘Arsy, Maftuhah Umami, M.Pd
selaku Wakil Kepala Sekolah Pesantren Jagat ‘Arsy, dan
seluruh staff yang terkait dengan Pesantren Jagat ‘Arsy.
7. Kedua orang tua penulis (Gusti Achmad Yasin dan
Chotimah) atas perhatian, pengorbanan, kasih sayang, dan
dukungan yang diberikan kepada penulis, serta adik
penulis (Dewi Khodijah Lii Chubbalillah) atas keceriaan
dan hiburan saat penulis sedang jenuh.
8. Sahabat dan saudara seperjuangan penulis: Susi Mulyani,
Siti Masrifah, Ufaira Nabila, dan Chaerina, serta
Mahasiswa Bimbingan dan Penyuluhan Islam Angkatan
2016 yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Terakhir penulis ucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu atas
perhatian, bimbingan, dan dukungannya kepada penulis untuk
terus berjuang dalam menuntut ilmu. Semoga kita selalu ada
dalam lindungan Allah dan skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua. Amiin.
Tangerang Selatan, 15 April 2020
Munawaroh
vi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
ABSTRAK ..................................................................................... i
ABSTRACT .................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ................................................................. iii
DAFTAR ISI ................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ...................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................. x
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................... 1
B. Batasan Masalah................................................................. 8
C. Rumusan Masalah .............................................................. 8
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian .......................................... 9
E. Tinjauan Kajian Terdahulu .............................................. 10
F. Sistematika Penulisan ...................................................... 14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ................................................................. 15
1. Bimbingan Rohani ........................................................ 15
2. Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) .......... 28
3. Kesehatan Mental ......................................................... 31
4. Remaja .......................................................................... 40
B. Kerangka Pemikiran ......................................................... 43
C. Hipotesis ........................................................................... 49
vii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian....................................... 50
B. Populasi dan Sampel ........................................................ 51
C. Tempat dan Waktu Penelitian .......................................... 52
D. Subjek dan Objek Penelitian ............................................ 53
E. Variabel Penelitian ........................................................... 53
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel ................... 54
G. Sumber Data ..................................................................... 55
H. Instrumen Penelitian......................................................... 55
I. Teknik Pengumpulan Data ............................................... 62
J. Skala Penelitian ................................................................ 63
K. Teknik Pengolahan Data .................................................. 64
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Pesantren Jagat ‘Arsy .......................................... 68
B. Visi dan Misi Pesantren Jagat ‘Arsy ................................ 70
C. Program Unggulan Pesantren Jagat ‘Arsy ....................... 71
D. Kondisi Pesantren Jagat ‘Arsy ......................................... 74
E. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan ...................... 78
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan .......................................................................... 90
B. Saran ................................................................................. 90
DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 92
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Bimbingan Rohani TQN .............. 57
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kesehatan Mental ......................... 58
Tabel 3.3 Hasil Out Put Uji Reliabilitas Variabel X (Bimbingan
Rohani TQN) ............................................................................... 61
Tabel 3.4 Hasil Out Put Uji Reliabilitas Variabel X (Bimbingan
Rohani TQN) ............................................................................... 61
Tabel 3.6 Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan 66
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan di Pesantren Jagat ‘Arsy .................. 76
Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin .... 79
Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia ................... 79
Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jangka Tinggal di
Pesantren ..................................................................................... 80
Tabel 4.5 Tingkat Bimbingan Rohani TQN yang diterima Remaja
di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan ............................... 81
Tabel 4.6 Tingkat Kesehatan Mental Remaja di Pesantren Jagat
‘Arsy Tangerang Selatan ............................................................. 82
Tabel 4.7 Uji Normalitas ............................................................. 84
Tabel 4.8 Uji Regresi .................................................................. 85
Tabel 4.9 Uji Koefisien Korelasi ................................................ 86
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi............................................... 87
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Prevalensi Gangguan Mental Emosional pada
Penduduk berumur ≥ 15 Tahun Menurut Provinsi. ....................... 2
Gambar 1.2 Jumlah remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy dari tahun
2013 sampai tahun 2019................................................................ 7
Gambar 2. Kerangka pemikiran bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) dalam memengaruhi
kesehatan mental remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang
Selatan ......................................................................................... 48
Gambar 4.1 Struktur Pengurus Lembaga Pesantren Jagat ‘Arsy
..................................................................................................... 76
x
DAFTAR LAMPIRAN
1. Definisi Operasional
2. Angket Penelitian
3. Data Skor Responden Variabel X (Bimbingan Rohani TQN)
4. Data Skor Responden Variabel Y (Kesehatan Mental)
5. Dokumentasi
6. Persetujuan Proposal Skripsi
7. Surat Permohonan Bimbingan Skripsi
8. Surat Izin Penelitian (Skripsi)
9. Surat Keterangan Penelitian Pesantren Jagat ‘Arsy
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kondisi kesehatan mental seperti depresi,
kegelisahan, perubahan suasana hati, dan yang lainnya telah
menjadi isu umum saat ini. Hal ini disebabkan karena adanya
perubahan zaman yang semakin serba cepat dan penuh
dengan tekanan. Tekanan hidup yang semakin meningkat
membuat tidak sedikit orang mengalami gangguan mental
bahkan sakit mental. Data World Health Organization
(WHO) tentang kondisi kesehatan mental pada tahun 2016
menyatakan bahwa terdapat sekitar 35 juta orang terkena
depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21 juta terkena
skizofrenia, dan 47,5 juta terkena dimensia.1 Dari data
tersebut dapat disimpulkan bahwa bipolar menduduki urutan
pertama dalam gangguan kesehatan mental, yang kemudian
disusul oleh depresi, dimensia, dan skizofrenia.
Adi Ahdiat menyebutkan bahwa depresi dapat
disembuhkan dengan kombinasi terapi dan obat antidepresan.
Namun, di Indonesia 91% dari pengidap depresi tidak
berobat.2 Hal ini mengakibatkan pengidap gangguan mental
dari tahun 2013 sampai 2018 terus bertambah. Menurut Riset
1 Departemen Kesehatan. 2016. “Data WHO tentang Gangguan dan
Penyakit Mental/Jiwa”, diakses dari http://www.depkes.go.id, pada tanggal 19
April 2019.
2 Adi Ahdiat. 2019. “Pengidap Gangguan Mental Menigkat,
Mayoritas Tidak Berobat”, diakses dari https://m.kbr.id, pada tanggal 06
Februari 2020.
2
Kesehatan Dasar, tahun 2013 prevalensi gangguan mental
emosional penduduk Indonesia hanya 6%. Pada tahun 2018
prevalensinya meningkat menjadi 9,8%.3
Riset Kesehatan Dasar juga mengungkapkan secara
kuantitatif tentang adanya peningkatan pengidap gangguan
mental yang terjadi pada 34 Provinsi di Indonesia. Adapun
terdapat lima provinsi yang memiliki jumlah pengidap
gangguan mental tertinggi, diantaranya: Sulawesi Tengah,
Gorontalo, Nusa Tenggara Timur, Banten, dan Maluku
Utara.
Gambar 1.1 Prevalensi Gangguan Mental Emosional
pada Penduduk berumur ≥ 15 Tahun Menurut Provinsi.4
Gambar di atas menunjukkan prevalensi gangguan
mental emosiomal pada penduduk berumur ≥ 15 Tahun
menurut provinsi dari tahun 2013 sampai 2018 terus
3 Adi Ahdiat. 2019. “Pengidap Gangguan Mental Menigkat,
Mayoritas Tidak Berobat”, diakses dari https://m.kbr.id, pada tanggal 06
Februari 2020.
4 Ibid,.
3
mengalami peningkatan. Adapun peningkatan prevalensi
gangguan mental ini mengakibatkan bertambahnya beban
negara dan penurunan produktivitas untuk jangka waktu
yang panjang. Peningkatan gangguan dan sakit mental terus
bertambah hingga tahun 2019 dengan kasus-kasus terkait
kesehatan mental lainnya.
Kasus bunuh diri menjadi tema dalam hari kesehatan
mental tahun 2019. Pengangkatan tema ini disebabkan
karena di masyarakat persoalan bunuh diri belum
mendapatkan perhatian yang serius.5 Bahkan, kasus ini tidak
hanya terjadi pada orang dewasa, tapi juga pada remaja.
Tekanan hidup yang semakin lama semakin meningkat dan
gaya hidup masyarakat yang semakin individualis dan apatis
menyebabkan meningkatnya krisis empati. Hal ini membuat
banyak individu merasa putus asa, terisolir, kesepian sampai
akhirnya memilih untuk bunuh diri. Faktor yang terlibat
dalam kasus ini biasanya berupa tekanan yang terjadi terjadi
di sekolah, keluarga, bahkan karakter individu sendiri yang
tidak menolong, seperti pendiam, tertutup, dan lain-lain.
Menurut WHO, separuh dari gangguan kesehatan
mental dimulai dari 14 tahun, banyak kasus yang tidak
terdeteksi bahkan diabaikan. Kesehatan mental tak hanya
mengancam orang dewasa tapi juga remaja. Terlebih masa
remaja merupakan waktu terjadinya perubahan dan
5 Nina Hertiwi Putri. 2019. “Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Fokus pada
Pencegahan Bunuh Diri”, diakses dari https://www.sehatq.com, pada tanggal
11 Februari 2020.
4
penyesuaian, baik dari segi fisik, mental, maupun sosial.6
Karl Peltzer dan Supa Pengpid juga mengungkap
penelitiannya terkait prevalensi depresi di Indonesia yang
berskala nasional. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan
tingginya prevalensi gejala depresi pada masyarakat
Indonesia yang mencapai 21,8 %. Prevelensi berdasarkan
usia menunjukkan tingkat depresi tinggi ditemukan pada
rentang usia remaja atau dewasa muda, dan cendrung
menurun seiring dengan bertambahnya usia.7
Banyak remaja yang mengalami berbagai masalah
dari sisi psikologis, seperti cemas, stres, frustasi, dan
gangguan lainnya. Terutama jika mereka tidak dapat
menyesuaikan diri dengan tuntutan tersebut. Menurut
Mubarok, akibat dari sikap hipokrit yang berkepanjangan,
maka manusia modern mengidap gangguan mental, antara
lain berupa: kecemasan, kesepian, kebosanan, perilaku
menyimpang, dan psikosomatis.8 Maka, upaya dalam
meningkatkan kesehatan mental adalah hal yang penting
untuk digunakan. Pencegahan dalam kesehatan mental jauh
lebih baik dibanding pengobatan.
Upaya dalam mencari solusi tersebut dapat disikapi
dengan optimis. Manusia sebagai makhluk hidup, merupakan
6 Cigna. 2019. “Anak Muda dan Kesehatan Mental, Mengapa
Generasi Muda Rentan Stres?”, diakses dari http://www.cigna.co.id, pada
tanggal 18 Desember 2019.
7 Dicky Sugianto. 2018. “Menilik Prevalensi Gejala Depresi di
Indonesia”, diakses dari https://www.intothelightid.org, pada tanggal 19 April
2019.
8 Achmad Mubarok, Jiwa dalam Al-Qur’an; Solusi Krisis Keruhanian
Manusia Modern, (Jakarta: Paramadina, 2000), hlm. 8.
5
makhluk yang dinamik dalam pengertian bahwa manusia
dapat mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan
dalam segi fisiologis maupun psikologis.9 Oleh karena itu,
permasalahan kesehatan mental remaja yang ada di Indonesia
ini dapat diupayakan agar penduduknya mengalami
perubahan yang positif dari waktu ke waktu.
Adapun kondisi psikologis yang positif diperoleh dari
kondisi mental yang sehat. Sehat dalam pandangan agama,
bukan hanya bebas dari penyakit atau cacat jasmani, tetapi
juga rohani. Islam memperkenalkan istilah afiyat yang pada
hakikatnya menggambarkan berfungsinya seluruh potensi
jasmani dan rohani manusia sehingga mampu mencapai
tujuan kehadirannya di bumi ini. Manusia yang sehat ialah
“manusia yang sejahtera dan seimbang jasmani dan
rohaninya secara berlanjut dan berdaya guna”.10
Pengertian
sehat tersebut juga diperkuat dalam WHO yang menyatakan
bahwa sehat adalah suatu keadaan jasmani, rohani, dan sosial
yang sempurna dan bukan hanya bebas dari penyakit dan
kelemahan.11
Oleh karena itu, Daradjat menjelaskan bahwa
kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gejala-
gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri,
9 Bimo Walgito, Pengantar Psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1989), hlm. 43.
10
Quraish Shihab,“Membumikan” Al-Quran (Fungsi dan Peran
Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat), (Bandung: PT Mizan Pustaka, 1992),
hlm. 293.
11
Khoirul Amru Harahap dan Reza Pahlevi Dalimunthe, Dasyatnya
Doa dan Zikir. (Jakarta: Qultummedia, 2008), hlm. 112.
6
dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada
semaksimal mungkin dan membawa kepada kebahagiaan
bersama serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam hidup.12
Dalam rangka menjaga kesehatan mental, atau menangani
kondisi mental yang sudah tidak sehat, kebutuhan akan
psikolog, psikiater, konselor, bahkan pembimbing ruhani,
juga menjadi penting.
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah di Jagat
‘Arsy merupakan salah satu pesantren yang memberikan
bimbingan rohani pada remaja untuk mendapatkan
ketenangan jiwa. Pada awalnya, kegiatan bimbingan rohani
ini hanya diikuti oleh 39 orang remaja. Seiring berjalannya
waktu, jumlah remaja yang mengikuti kegiatan tersebut
semakin banyak.
Masyarakat pada umumnya mengenal Pesantren Jagat
‘Arsy melalui kegiatan manaqib yang diselenggarakan setiap
bulan. Kegiatan ini merupakan bagian dari bimbingan rohani
TQN. Tidak sedikit masyarakat yang merasakan manfaat
dari kegiatan tersebut merekomendasikan keluarga mereka
untuk turut serta dalam kegiatan bimbingan rohani TQN
secara rutin.
12 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta:PT Toko Gunung
Agung, 1996), hlm. 13-14.
7
Gambar 1.2 Jumlah remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy dari
tahun 2013 sampai tahun 2019.
Gambar di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2013
sampai tahun 2019 terdapat peningkatan jumlah remaja yang
masuk ke pesantren dan mengikuti bimbingan rohani. Pada
tahun 2013 jumlah remaja mencapai 39 orang. Selanjutnya,
akhir tahun 2019 jumlah remaja meningkat sampai 159
orang. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan
jumlah remaja sampai empat kali lipat dari tahun 2013.
Adapun bimbingan rohani Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN) pada remaja di Jagat ‘Arsy ini
sebenarnya tidak banyak berbeda dengan bimbingan rohani
pada umumnya. Akan tetapi, ada beberapa alasan
pelaksanaan bimbingan rohani TQN pada remaja di Jagat
‘Arsy Tangerang Selatan diteliti; Pertama, metode
bimbingannya menghimpun amaliyah dzikir, khotaman,
manaqib, tawassul, amalan sholat fardhu dan sunnah, serta
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
Jumlah Remaja di Pesantren Jagat 'Arsyـ
8
ziarah kubur. Kedua, memadukan materi bimbingan antara
aqidah, syari’ah, dan akhlaq yang berorientasi pada
mengagungkan dan meneladani akhlaq para mursyid sampai
kepada Rosulullah SAW. Ketiga, Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah di Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan ini tidak
hanya bergerak untuk memberikan bimbingan rohani saja,
akan tetapi juga bergerak dalam misi-misi sosial,
kesejahteraan ekonomi, dan pendidikan.
Dari beberapa pemaparan di atas, maka penulis
tertarik untuk meneliti tentang bimbingan rohani TQN yang
dilaksanakan di Jagat ‘Arsy dengan judul “PENGARUH
BIMBINGAN ROHANI THORIQOH QODIRIYYAH
NAQSYABANDIYYAH TERHADAP KESEHATAN
MENTAL REMAJA DI PESANTREN JAGAT ‘ARSY
TANGERANG SELATAN”.
B. Batasan Masalah
Agar permasalahan dalam penelitian ini tidak melebar, maka
peneliti perlu memberikan batasan pada hal-hal yang
berhubungan dengan pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan.
C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah terhimpun pada pertanyaan
penelitian, yaitu:
9
Apakah ada pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang sudah
dikemukakan, penelitian ini bertujuan untuk:
Menjelaskan pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah terhadap kesehatan
mental remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang
Selatan.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Akademis
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
untuk mengembangkan pelaksanaan bimbingan
rohani di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangengan Selatan,
serta menambah literatur dan khasanah keilmuan
jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat membantu
berbagai pihak untuk menyelesaikan berbagai
permasalahan psikologis serta gangguan mental
khususnya dengan bimbingan rohani yang
dilaksanakan di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang
Selatan, serta membantu para remaja untuk
10
menemukan cara dalam menyelesaikan masalah
psikologisnya.
E. Tinjauan Kajian Terdahulu
Dalam menyusun skripsi ini penulis telah melakukan
studi pustaka. Sejauh pengamatan penulis, telah ditemukan
beberapa penelitian yang berhubungan dengan kesehatan
mental.
1. Udy Hariyanto, “Pengaruh Bimbingan Agama terhadap
Kesehatan Mental Jamaah Majelis Rasulullah Pancoran
Jakarta Selatan”, (Jakarta: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015).
Penelitian ini berisi tentang pengaruh bimbigan agama
terhadap kesehatan mental Jamaah Majelis Rasulullah
Pancoran Jakarta Selatan. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan analisis menggunakan uji
regresi linier sederhana. Dalam skripsi ini disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh bimbingan agama yang
siginifikan terhadap kesehatan mental Jamaah Majelis
Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan.
2. Etri Yuniatun, “Pengaruh Dzikir bagi Kesehatan Mental
Santri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci
Purwokerto”, (Purwokerto: Fakultas Dakwah Institut
Agama Islam Negeri Purwokerto, 2016). Penelitian ini
berisi tentang pengaruh dzikir terhadap kesehatan mental
santri di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci
Purwokerto. Penelitian ini menggunakan pendekatan
11
kualitatif deskriptif yang menyimpulkan bahwa
pengaruh dzikir yang dilakukan bagi kesehatan mental
santri adalah menimbulkan perasaan yang tenang dan
tenteram sehingga santri dalam menghadapi
permasalahan lebih tenang, atau dengan kata lain tidak
terlalu memikirkan suatu permasalahan.
3. Septian Aji Nugroho, “Pengaruh Bimbingan Rohani
terhadap Kecemasan Pasien di RSUD Dr. Mowardi
Surakarta”, (Surakarta: Fakultas Dakwah dan Ilmu
Komunikasi Institut Agama Islam Negeri Surakarta,
2017). Penelitian ini berisi tentang pengaruh bimbingan
rohani terhadap kecemasan pasien di RSUD Dr.
Mowardi Surakarta. Pendekatan yang digunakan yaitu
pendekatan kuantitatif dengan analisis korelasi Pearson
Product Moment yang menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang negatif dan signifikan antara bimbingan
rohani dengan kecemasan pasien di RSUD Dr. Mowardi
Surakarta.
4. Anisatun Nur Fariidah, “Pengaruh Bimbingan Rohani
Terhadap Kesembuhan Pasien di RSUP Dr. Sardgito
Yogyakarta”, (Yogyakarta: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta, 2017). Penelitian ini berisi tentang
pengaruh bimbingan rohani terhadap kesembuhan Pasien
di RSUP Dr. Sardgito Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode
analisis data menggunakan pengujian prasyarat analisis
12
(uji normalitas dan uji linieritas) yang menyimpulkan
bahwa terdapat pengaruh positif bimbingan rohani
terhadap motivasi kesembuhan pasien di RSUD Dr.
Mowardi Surakarta.
5. Fatikhah, “Pelaksanaan Bimbingan Agama Islam Untuk
Menurunkan Kecemasan akan Kematian pada Lansia Di
Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang Gading
Semarang”, (Semarang: Fakultas Dakwah dan
Komunikasi UIN Walisongi Semarang, 2019). Penelitian
ini berisi tentang pelaksanaan bimbingan agama Islam
pada lansia dan bagaimana kontribusi pembimbing
agama Islam untuk menurunkan kecemasan akan
kematian di Rumah Pelayanan Sosial Lansia Pucang
Gading Semarang. Penelitian ini menggunakan
pendekatan kualitatif deskriptif yaitu data yang berupa
informasi uraian dalam bentuk bahasa kemudian
dikaitkan dengan data lain untuk mendapatkan gambaran
baru atau mengguatkan gambaran yang sudah ada.
Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan
wawancara observasi dan dokumentasi. Dari Skripsi ini,
dapat disimpulkan bahwa pertama pelaksanaan
bimbingan agama Islam di RPSL Pucang Gading secara
umum metode yang digunakan pembimbing agama
untuk menurunkan kecemasan pada lansia menggunakan
metode langsung. Penerapan metode menggunakan
metode kelompok berupa metode ceramah dan dzikir
dilakukan secara berjamaah di aula dengan materi yang
13
disesuikan Alqur’an dan Hadits berupa materi aqidah,
ibadah, dan akhlaq dengan tujuan agar lansia lebih
termotivasi semangat untuk hidup agar terus tekun
beribadah dan terus mendekatkan diri kepada Allah
SWT. Kedua kontribusi pembimbing agama Islam dalam
menurunkan kecemasan pada lansia yaitu dengan
menjalankan fungsi dan tujuan bimbingan serta
pemenuhan kebutuhan rohani lansia. Pemenuhan
kebutuhan rohani digunakan untuk mengembalikan
keyakinan dan memenuhi kewajiban agama, kebutuhan
untuk menenangkan, menentramkan jiwa, dan menjadi
pendorong motivasi bagi lansia sehingga timbul
semangat untuk mencapai tujuan.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini menjelaskan tentang bimbingan rohani
yang berbasis thoriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah.
Sedangkan pada penelitian sebelumnya tidak
menjelaskan tentang bimbingan rohani yang berbasis
toriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah.
2. Obyek penelitian ini adalah remaja di Pesantren Jagat
‘Arsy. Sementara obyek penelitian sebelumnya adalah
lansia, jamaah, santri, dan pasien di Rumah Sakit.
3. Subjek penelitian ini adalah kesehatan mental dengan
dimensi pikiran, perasaan, perbuatan, dan psikosomatis.
14
Sementara pada penelitian sebelumnya tidak
menjelaskan dimensi psikosomatis.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan penelitian ini terbagi dalam lima bab,
yaitu:
Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang hal-hal yang
menyangkut latar belakang, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, tinjauan pustaka, dan sistematika
penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka, bab ini menjelaskan tentang
landasan teori, kerangka pemikiran, dan hipotesis.
Bab III Metode Penelitian, bab ini menjelaskan tentang
metode penelitian yang meliputi populasi dan sampel,
tempat dan waktu penelitian, sumber data, instrumen
penelitian, teknik pengumpulan data, dan teknik
pengolahan data.
Bab IV Temuan Penelitian dan Pembahasan, bab ini
menjelaskan tentang temuan hasil penelitian dan
pembahasan.
Bab V Simpulan dan Saran, dalam bab ini dijelaskan
tentang kesimpulan dari hasil penelitian dan saran.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Bimbingan Rohani
a. Pengertian Bimbingan
Bimbingan menurut bahasa atau etimologi
berasal dari bahasa Inggris “guidance”, atau “to
guide” yang memiliki arti to direct, pilot, manager
atau steer (menunjukkan, menentukan, mengatur, atau
mengemudikan).13
Bimbingan menurut istilah dapat
diartikan sebagai suatu proses pemberian bantuan
kepada individu yang dilakukan secara
berkesinambungan agar individu tersebut dapat
memahami dirinya sendiri. Sehingga, dia sanggup
mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara
wajar.14
Selanjutnya, definisi bimbingan yang
pertama dikemukakan dalam Year’s Book of
Education 1995, bahwa bimbingan adalah suatu
proses yang membantu individu melalui usahanya
sendiri untuk menemukan dan mengembangkan
kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial.15
13 Deni, Febrini, Bimbingan Konseling, (Yograkarta: CV. Andi
Offset, 2004), hlm. 5. 14
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta:
PT RinekaCipta, 1995), hlm. 1. 15
Hallen A, Bimbingan dan Konseling, (Jakarta: Ciputat Press, 2002),
hlm. 3.
16
Selain itu, Prayitno mengemukakan bahwa
bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada
orang lain, baik secara perorangan (individu) maupun
kelompok agar mereka dapat berkembang menjadi
pribadi-pribaadi yang mandiri dengan mengenal diri
sendiri dan lingkungannya, secara positif dan
dinamis, mengambil keputusan diri sendiri,
mengarahkan diri sendiri dan mewujudkan diri
sendiri.16
Surya juga mengemukakan definisi
bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan
yang terus menerus dan sistematis dari pembimbing
kepada yang dibimbing agar tercapai kemandirian
dalam pemahaman diri, penerimaan diri, pengarahan
diri, dan perwujudan diri dalam mencapai tingkat
perkembangan yang optimal dan penyesuain diri
dalam lingkungan.17
Dari beberapa pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa bimbingan adalah bantuan kepada
perorangan atau kelompok agar dapat menerima dan
memahami potensi dan keadaan dirinya, sehingga
dapat menjadi pribadi yang mandiri dan memperoleh
kebahagian diri dan kesejahteraan sosial. Proses
bimbingan dapat berjalan dengan baik jika terdapat
usaha yang dibimbing dan tidak mengandalkan
16
Muhammad Lutfi, Dasar-dasar Bimbingan dan Penyuluhan Islam,
(Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2009) 17
Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbingan dan Penyuluhan, (Jakarta:
PT RinekaCipta, 1995), cet, ke-1, hlm. 2.
17
pembimbing. Tugas seorang pembimbing adalah
mengarahkan dan membantu yang dibimbing agar
dapat menerima dan memahami potensi dan keadaan
diri. Adapun dari beberapa penjelasan di atas, teori
yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah
teori bimbingan menurut Prayitno.
b. Pengertian Rohani
Rohani berasal dari kata “roh” yang berarti
sesuatu (unsur yang ada dalam jasad) yang diciptakan
Tuhan sebagai penyebab adanya kehidupan; nyawa.
Rohani adalah bagian manusia yang terdiri dari
organ-organ yang tidak terlihat atau ghaib yang
eksistensinya dapat kita rasakan. Fungsi organ rohani
ini adalah untuk memberikan kehidupan dan
mendukung perkembangan kehidupan manusia.18
Dalam sumber yang lain dijelaskan bahwa
pengertian roh adalah sebagai potensi rohaniah yang
menjadikan manusia dapat mengenal Allah SWT dan
mendekatkan diri kepada-Nya. Unsur rohani itulah
yang mengantar manusia lebih mengenal Allah SWT.
Beriman, berbudipekerti luhur, serta berperasaan
halus.19
Dari beberapa pendapat di atas, disimpulkan
bahwa rohani adalah unsur di dalam jasad yang
18
Umary Barmawie, Materia Akhlak, (Solo: Ramadhani, 1995), hlm.
20.
19
Anwar Sutoyo, Manusia dalam Perpektif Al-Qur’an, (Semarang:
Program Pasca Sarjana Univesitas Negeri Semarang, 2012), hlm. 158.
18
menjadi penyebab adanya kehidupan. Namun, rohani
tidak dapat dilihat sebagaimana jasad. Akan tetapi,
keberadaannya dapat dirasakan. Adapun unsur rohani
ini mengantar manusia untuk lebih mengenal
penciptanya.
c. Definisi Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani disini berfokus pada
bimbingan rohani Islam, yaitu bimbingan rohani yang
menggunakan dasar-dasar agama Islam (materi-
materi keislaman). Bimbingan rohani Islam adalah
suatu pelayanan bantuan yang diberikan pembimbing
rohani Islam kepada jamaah yang ingin
mengembangkan dimensi dan potensi
keberagamaannya seoptimal mungkin, baik secara
individu maupun kelompok, agar menjadi manusia
yang mandiri dan dewasa dalam beragama, dalam
bimbingan akidah, ibadah, akhlak dan muamalah,
melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung berdasarkan keimanan dan ketakwaan
yang terdapat dalam Al-Qur’an dan Hadist.20
Selanjutnya, Arifin menjelaskan bahwa bimbingan
rohani Islam adalah suatu usaha pemberian bantuan
kepada seseorang yang mengalami kesulitan, baik
lahiriyah maupun batiniah, yang menyangkut
kehidupan di masa kini dan masa mendatang.
Bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang mental
20 Yahya Jaya, Spiritualisasi Islam, (Jakarta: Ruhama, 1994), hlm. 6.
19
dan spiritual, dengan maksud agar orang yang
bersangkutan mampu mengatasi kesulitannya dengan
kemampuan yang ada pada dirinya sendiri, melalui
dari kekuatan iman dan takwa.21
Dari beberapa pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa pengertian bimbingan rohani
secara umum adalah suatu bantuan yang diberikan
pembimbing rohani kepada jamaah yang sedang
mengalami masalah dalam hidup dan ingin
mengembangkan dimensi serta potensinya seoptimal
mungkin, baik secara individu maupun kelompok.
Adapun teori yang digunakan oleh penulis adalah
sebagaimana yang jelaskan oleh Arifin terkait
bimbingan rohani Islam.
d. Tujuan Bimbingan Rohani
Tujuan bimbingan rohani pada dasarnya
memberikan tuntunan atau terapi psikis berupa
dorongan spiritual dan rasa optimisme kepada mereka
yang menderita sakit. Kondisi psikis yang stabil akan
sangat menunjang penyembuhan diri dari sakit,
terlebih lagi yang menderita penyakit psikosomatik.
Adapun tujuan dari bimbingan rohani Islam menurut
Faqih adalah membantu individu agar memiliki sikap,
21 M.H Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluh
Agama, (Jakarta: Golden Tayaran Pres, 1988), hlm. 2.
20
kesadaran, pemahaman, atau perilaku22
sebagai
berikut:
1) Tujuan umum: Membantu individu mewujudkan
dirinya menjadi manusia seutuhnya agar
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2) Tujuan khusus :
a) Membantu individu agar dapat menghadapi
masalah.
b) Membantu individu mengatasi masalah yang
sedang dihadapinya.
c) Membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang baik
atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan terjadi
sumber masalah bagi dirinya dan orang lain.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa, tujuan dari bimbingan rohani adalah
membantu individu agar memiliki pemahaman yang
baik, sehingga dapat mengatasi masalah yang
dihadapi. Membantu individu dalam menciptakan dan
memelihara perasaan bahagia. Memelihara perilaku
individu agar yang sudah baik akan tetap baik atau
bahkan lebih baik. Membantu memberikan terapi
22 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 36-37.
21
psikis sehingga berpengaruh dalam mempertahankan
kesehatan fisik, atau terhindar dari psikosomatik.
e. Fungsi Bimbingan Rohani
Adapun fungsi bimbingan rohani secara umum23
adalah sebagai berikut:
1) Fungsi Preventif: membantu individu menjaga
atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi Kuratif atau Korektif: membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya.
3) Fungsi Presentatif: membantu individu menjaga
agar situasi dan kondisi yang semula tidak baik
(mengandung masalah) menjadi baik
(terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama.
4) Fungsi Development atau Pengembangan:
membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah
baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik
sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya.
Dari pemaparan tersebut dapat dipahami
bahwa bimbingan rohani berfungsi untuk mencegah
timbunya masalah pada individu, memecahkan
masalah yang ada, menjaga kondisi agar yang belum
23 Aunur Rahim Faqih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), hlm. 37.
22
baik menjadi baik dan bertahan kebaikannya, serta
mengembangkan individu untuk menjadi lebih baik.
f. Metode dan Teknik Bimbingan Rohani
Bimbingan rohani memiliki metode dan teknik
yang beragam. Metode adalah cara untuk mendekati
masalah sehingga diperoleh hasil yang memuaskan.
Sedangkan teknik merupakan penerapan metode
dalam praktek.24
Terdapat dua metode bimbingan
rohani, yaitu metode langsung dan tidak langsung.25
Metode langsung adalah pembimbing
melakukan komunikasi langsung dengan orang yang
dibimbing. Metode ini dapat klasifikasi menjadi dua,
yaitu secara individual dan kelompok. Metode
individual adalah pada saat pembimbing memberikan
bimbingan secara langsung kepada individu yang
dibimbing. Teknik yang digunakan adalah
percakapan, kunjungan ke rumah (home visit), dan
observasi kerja.26
Metode kelompok adalah metode yang sama
dengan (group guidance). Namun, dalam
pelaksanaannya, pembimbing mengarahkan
pembicaraan dan diskusi pada masalah keagamaan
24 Ati Mu’jizati, “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam Memelihara
Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit Umum Islam Harapan Anda
Tegal,” Skripsi, (tidak dipublikasikan) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo,
(Semarang: 2009), hlm. 33.
25
Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan
Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 50.
26
Ibid,.
23
dan sasarannya pada yang dibimbing yang memiliki
masalah yang sama. Pembimbing melakukan
komunikasi langsung dengan cara berkelompok.27
Adapun contohnya, bimbingan yang dilakukan
dengan cara memberikan materi tertentu (ceramah)
kepada suatu kelompok.
Metode tidak langsung adalah cara yang
digunakan pembimbing melalui media komunikasi
massa. Metode ini dapat dilakukan secara individu
atau kelompok. Pada metode individu, dapat
dilakukan melalui telepon, surat menyurat, dan
sebagainya. Sedangkan pada metode kelompok, dapat
dilakukan melalui buku, papan bimbingan, surat
kabar atau majalah, brosur, radio (media audio), dan
televisi.28
Disisi lain, Arifin menyebutkan beberapa
metode bimbingan rohani,29
diantaranya adalah
sebagai berikut:
1) Wawancara, salah satu cara memperoleh fakta-
fakta kejiwaan yang dapat dijadikan bahan
pemetaan tentang bagaimana sebenarnya hidup
kejiwaan yang dibimbing pada saat tertentu yang
memerlukan bantuan.
27 Tohari Musnamar, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan dan
Konseling Islam, (Yogyakarta: UII Press, 1992), hlm. 50.
28
Ibid., hlm. 52.
29
M.H Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluh
Agama, (Jakarta: Golden Tayaran Pres, 1988), hlm. 44-50.
24
2) Metode Group Guidance (Bimbingan secara
berkelompok), yakni cara pengungkapan jiwa
atau batin oleh yang dibimbing serta
pembinaanya melalui kegiatan kelompok seperti
ceramah, diskusi, seminar, simposium, atau
dinamika kelompok dan sebagainya
3) Metode Non Direktif (Cara yang tidak
mengarahkan), metode ini mempunyai dua
macam yakni:
a) Client Centered yaitu cara pengungkapan
tekanan batin yang didasarkan menjadi
penghambat klien dengan sistem pancingan
yang berupa satu atau dua pertanyaan yang
terarah.
b) Metode edukatif, yaitu cara pengungkapan
tekanan perasaan yang menghambat
perkembangan belajar dengan mengorek
sampai tuntas perasaan atau sumber perasaan
yang menyebabkan hambatan dan
ketegangan.
4) Metode Psikoanalisis (penganalisaan jiwa),
metode ini untuk memperoleh data-data tentang
mental tertekan bagi penyembuhan jiwa klien
tersebut.
5) Metode Direktif (Metode yang bersifat
mengarahkan), metode ini bersifat mengarahkan
kepada klien untuk berusaha mengatasi kesulitan
25
(problema) yang di hadapi. Pengarahan yang
diberikan kepada klien ialah dengan memberikan
secara langsung jawaban-jawaban terhadap
permasalahan yang menjadi sebab kesulitan yang
dihadapi atau dialami klien.
6) Metode lainnya, seperti metode simetri yaitu
suatu cara yang dipergunakan untuk mengetahui
kedudukan klien dalam kelompok.
Dalam konsep ini, metode dan teknik yang ada
dapat digunakan secara keseluruhan. Penggunaan
metode dan teknik dapat disesuaikan dengan kondisi
yang dibimbing. Penggunakan metode dan teknik
bimbingan yang tepat, akan membantu pembimbing
dalam mencapai tujuan bimbingan rohani. Adapun
dalam penelitian ini penulis menggunakan teori yang
diungkapkan oleh Tohari Musnamar terkait metode
langsung dan tidak langsung.
g. Materi Bimbingan Rohani
Pada dasarnya meteri bimbingan rohani sama
dengan materi dakwah. Menurut Shihab, materi
bimbingan adalah bahan yang disampaikan
pembimbing rohani atau da’i dalam proses pemaparan
nilai-nilai dan ajaran-ajaran agama Islam untuk
mengajak manusia kepada jalan yang diridhoi Allah,
dan dapat mengubah perilaku yang dibimbing atau
mad’u agar dapat menerima ajakan dan
menjalankannya, agar mendapat kebaikan di
26
akhirat.30
Penjelasan tersebut dapat disimpulkan
bahwa materi bimbingan rohani sama dengan materi
dakwah, materi yang diberikan dalam proses
bimbingan rohani biasanya meliputi aqidah, akhlak,
dan syari’ah.
h. Pembimbing Rohani
Menurut Kamus Bahasa Indonesia,
pembimbing adalah orang yang membimbing atau
menuntun.31
Dari pengertian tersebut, menurut
penulis pembimbing rohani adalah orang yang
membimbing atau menyampaikan materi bimbingan
rohani.
Adapun syarat pembimbing rohani dijelaskan
oleh Elfi Mu’awanah dan Rifa Hidayah, sebagai
berikut:
1) Memiliki sifat baik
2) Bertawakkal
3) Sabar
4) Tidak emosional
5) Memiliki retorika yang baik
Di sisi lain, M Arifin berpendapat bahwa
untuk menjadi pembimbing, perlu untuk dapat
melakukan hal-hal sebagai berikut32
:
30 Quraisy Shihab, Tafsir al-Mishbah Jilid 2, (Jakarta: Lentera Hati,
2000), hlm. 143-144.
31
Departemen pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta: Balai Pustaka, 2002), hlm. 152.
32
M Arifin, Pedoman Pelaksaan Bimbingan Penyuluhan Agama,
(Jakarta: Golden Tayaran Press, 1988), hlm. 26.
27
1) Menjadi pembawa norma agama, yakni
dengan sanggup meyakinkan akan kebenaran
agamanya, serta dapat mengahayati serta
mengamalkannya.
2) Memiliki sikap dan kepribadian yang
menarik bagi yang dibimbing dan orang
yang berada di lingkungan sekitar.
3) Memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi
serta memiliki loyalitas dan konsisten
terhadap tugas-tugas dan pekerjaannya.
4) Memiliki kematangan jiwa dalam bertindak
dan sanggup mengahadapi permasalahan.
Dari pemaparan di atas, dapat disimpulkan
bahwa seorang pembimbing harus memiliki sifat yang
baik, bertawakkal, sabar, tidak emosional, memiliki
retorika yang baik, sanggup menyakinkan, memiliki
kepribadian yang menarik, dan bertanggung jawab.
Adapun dari beberapa kriteria yang disebutkan
terkait pembimbing, dalam penelitian ini penulis
menggunakan teori yang dijelaskan oleh Elfi
Mu’awanah dan Rifa Hidayah.
i. Sarana Prasarana Bimbingan Rohani
Sarana prasarana merupakan bagian integral
dari keseluruhan kegiatan bimbingan yang memiliki
fungsi dan peran untuk mencapai tujuan bimbingan.
Agar pemenuhan sarana dan prasarana efektif dan
efesien, diperlukan suatu analisis kebutuhan yang
28
tepat dalam perencanaan pemenuhannya.33
Menurut
Arikunto, Sarana adalah segala macam peralatan yang
digunakan utnuk mempermudah penyampaian
materi.34
Sedangkan prasarana menurut Daryanto
adalah segala macam peralatan, peralatan,
perlengkapan, dan benda-benda yang yang digunakan
untuk mempermudah jalannya kegiatan.35
Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan
bahwa sarana prasarana adalah Peralatan yang
digunakan untuk memudahkan penyampaian materi
dan penyelenggaraan bimbingan rohani. Dalam
penelitian ini penulis menggunakan teori Arikanto
terkait sarana dan Daryanto terkait prasarana.
2. Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN)
Thariqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN)
merupakan thoriqoh gabungan. Seperti namanya,
qodiriyyah berasal dari Abdul Qodir Jaelani yang
mengamalkan dzikir jahr (keras) dan naqsyabandiyyah
dari Syekh Bahauddin An-Naqsyabandi yang
mengamalkan dzikir khofi (di dalam hati). Adapun TQN
33 Amirin Tatang M, Pengertian Sarana dan Prasarana Pendidikan,
(Jakarta: PT Grafindo Persada, 2011), hlm. 50.
34
Suharsimi Arikunto, Organisasi dan Administrasi Pendidikan
Teknologi dan Kejuruan, (Jakarta: PT Grafindo Persada, 1993), hlm. 81.
35
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta,
2006), Cet.IV, hlm. 51.
29
ini digabungkan oleh Syekh Ahmad Khotib bin Abdul
Goffar Syambas sekaligus sebagai syekh atau mursyid.36
Dalam pengamalannya, TQN memiliki mata
rantai amalan yang dilakukan, diantaranya:
a. Zikir harian
Zikir harian adalah zikir TQN yang
dilaksanakan setiap ba’da sholat fardhu dan
bisa juga setelah sholat sunnah dengan
tatacara yang telah dilakukan. Bagi ikhwan
TQN PP Suryalaya diharuskan mengamalkan
zikir kalimat toyyibah sekurang-kurangnnya
165 kali dan lebih banyak lebih baik. Dalam
TQN terdapat dua macam zikir, diantaranya
zikir jahr (keras), dan zikir khofi (tersembunyi
di dalam hati). Zikir jahr dilaksanakan setiap
ba’da sholat fardhu dan bisa juga setelah
sholat sunnah dengan tatacara yang telah
dilakukan. Sedangkan zikir khofi dilakukan
kapanpun dan dimanapun.37
b. Khotaman
Khotaman berasal dari bahasa arab yang
artinya menyelesaikan. Khotaman merupakan
penunjang utama untuk mencapai ma’rifat dan
36 Sri Mulyati, Tarekat-tarekat Muqtabaroh di Indonesia, (Jakarta:
Kencana, 2004), hlm. 252.
37
Madrasan TQN PP Suryalaya, Pesantren Peradaban Dunia Jagat
‘Arsy: Kitab Uqudul Juman, (Tangerang Selatan: Jagat ‘Arsy Press, 2013),
hlm. xiii-xv.
30
juga berfungsi sebagai doa yang digunakan
untuk memohon kepada Allah dalam urusan
dunia dan akhirat. Kegiatan ini biasanya
dilakukan setelah sholat fardhu beserta
zikirnya. Dalam pelaksanaannya dapat
dilakukan berjamaah atau munfarid
(mandiri).38
c. Manaqib
Manaqiban adalah acara khidmat. Oleh karena
itu, para ikhwan harus disiplin, khusu’, dan
tawaddu’. Adapun kegiatan39
di dalamnya
meliputi:
1) Khidmat amaliyah yang terdiri dari:
a) Pembacaan ayat suci al-Quran
b) Pembacaan Sholawat Nabi SAW
c) Pembacaan Tanbih
d) Pembacaan Tawassul
e) Pembacaan manaqib Syekh Abdul
Qodir Al-Jailani
2) Khidmat Ilmiah (berisi tausiah dan
ceramah-ceramah dari para Muballigh)
3) Penutup dengan pembacaan sholawat bani
hasyim tiga kali
38 Madrasan TQN PP Suryalaya, Pesantren Peradaban Dunia Jagat
‘Arsy: Kitab Uqudul Juman, (Tangerang Selatan: Jagat ‘Arsy Press, 2013),
hlm. xvi.
39
Ibid, hlm. xviii-xix.
31
d. Tawassul
Tawassul artinya berperantara, dalam halini
maksudnya seorang ikhwan TQN PP
Suryalaya dianjurkan untuk bertawassul
kepada nabi Muhammad SAW, para sahabat,
para salafus salihin dalam berdoa. Tawassul
ini biasanya dilakukan pada saat manaqib
syekh Abdul Qodir Al-Jaelani, menunggu
waktu buka puasa, acara-acara walimahan,
seperti ulang tahun, tolak bala, hendak
bepergian, dan masih banyak lagi.40
e. Amalan harian sholat fardhu dan sunnah
Amalan harian sholat fardhu dan sunnah
diantaranya berupa sholat-sholat sunnah
rawatib dan sholat sunnah lainnya.
f. Ziaroh kubur
3. Kesehatan Mental
a. Pengertian Kesehatan Mental
Kesehatan mental adalah istilah yang tidak
asing dalam ilmu kejiwaan. Adapun ilmu kesehatan
mental merupakan cabang termuda dari ilmu jiwa,
40 Madrasan TQN PP Suryalaya, Pesantren Peradaban Dunia Jagat
‘Arsy: Kitab Uqudul Juman, (Tangerang Selatan: Jagat ‘Arsy Press, 2013),
hlm. xx-xxi.
32
yang mana tumbuh akhir abad ke -19.41
Istilah mental
mempunyai arti ganda, ada yang mengartikannya
sebagai jiwa, nyawa, sukma, roh, akan tetapi ada pula
yang mengartikannya semangat.42
Dari istilah ini,
penulis menganggap bahwa mental memiliki arti
linier dengan jiwa atau ruh, maksudnya bahwa mental
sama dengan jiwa atau ruh, demikian sebaliknya.
Jadi, penulis dalam bagian tertentu menggunakan
istilah mental dan mungkin di bagian lain
menggunakan istilah jiwa atau ruh.
Secara umum, para ahli memiliki pandangan
masing-masing mengenai istilah kesehatan mental,
mereka mendefinisikan kesehatan mental dari
berbagai sudut pandang yang berbeda. Daradjat
mendefinisikan kesehatan mental merupakan
terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa
(neurose) dan gejala-gejala penyakit jiwa (psychose),
kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta
lingkungan dimana ia hidup. Pengetahuan dan yang
bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan
segala potensi, bakat, dan pembawaan, yang ada
semaksimal mungkin. Sehingga, membawa kepada
kebahagiaan diri dan orang lain, serta terhindar dari
41 A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental, (Jakarta:
Amzah, 2000), hlm. 75.
42
M.I.F Baihaqi dkk, Psikiatri (Konsep dan Gangguan-gangguan),
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2005), hlm. 3.
33
gangguan-gangguan dan penyakit jiwa. Kesehatan
mental mengakibatkan terwujudnya keharmonisan
yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa,
serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi
problem-probem biasa yang terjadi.43
Di sisi lain,
Marie Johanda mengemukakan bahwa kesehatan
mental tidak terbatas pada terhindarnya manusia dari
gangguan jiwa, akan tetapi manusia harus memiliki
sifat atau kerakter yang baik.44
Selanjutnya, Abdul Aziz El-Quussiy juga
mengemukakan bahwa kesehatan mental adalah
keserasian yang sempurna atau integrasi antara
fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-macam, disertai
kemampuan untuk menghadapi kegoncangan-
kegoncangan jiwa yang ringan, yang biasa terjadi
pada orang, di samping secara positif dapat
merasakan kebahagiaan dan kemampuan dirinya.45
Dari berbagai pendapat di atas, dapat
disimpulkan bahwa kesehatan mental adalah
kemampuan penyesuaian diri dengan diri sendiri,
orang lain, dan lingkungan yang sempurna, serta
kemampuan menghadapi goncangan-goncangan jiwa
sehingga terhindar dari gangguan jiwa (neurose) dan
43 Zakiyah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
2001), hlm 4-6.
44
Jalaluddin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta:
Kalam Mulia, 1998), hlm. 77.
45
Abdul Aziz El-Quussiy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm.14.
34
sakit jiwa (psychose) serta dapat merasakan
kebahagiaan dan kemampuan dirinya. Adapun dari
beberapa teori di atas, penulis menggunakan teori
Abdul Aziz El-Quussiy.
b. Ciri-ciri Sehat Mental dan Kurang Sehat Mental
1) Ciri Manusia yang Sehat Mental
Orang yang sehat mentalnya ialah orang
yang dalam rohani atau dalam hatinya selalu
merasakan tenang, aman, dan tentram.46
Menurut
Karl Menninger, sehat mental adalah penyesuaian
manusia terhadap lingkungannya dan orang lain
dengan keefektifan dan kebahagiaan yang optimal.
Dalam mental yang sehat terdapat kemampuan
untuk memelihara intelegensi yang siap untuk
digunakan, perilaku yang dipertimbangkan secara
sosial, dan perasaan yang bahagia.47
Adapun yang berpendapat bahwa orang yang
sehat mentalnya adalah orang-orang yang mampu
merasakan kebahagiaan dalam hidup. Karena,
orang-orang inilah yang dapat merasakan dirinya
berguna, berharga dan mampu menggunakan
segala potensi dan bakatnya semaksimal mungkin,
serta membawa kebahagiaan bagi dirinya sendiri
dan orang lain. Di samping itu, ia mampu
46 Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: RajaWali Pers, Edisi Revisi
2015), cet. 17 hlm. 143.
47
Zainal Aqib, Konseling Kesehatan Mental, (Bandung: Yrama
Widya, 2013) hlm. 57.
35
menyesuaikan diri dalam arti yang luas (dengan
dirinya, orang lain, dan suasana sekitar). Orang-
orang inilah yang terhindar dari kegelisahan dan
gangguan mental, serta tetap terpelihara moralnya.
Orang yang sehat mentalnya tidak akan
merasa putus asa, pesimis atau apatis, karna ia
dapat menghadapi semua rintangan atau
kegagalan dalam hidup dengan tenang dan wajar
serta dapat menerima kegagalan itu sebagai suatu
pelajaran yang akan membawa kesuksesan.
Apabila kegagalan itu dihadapi dengan tenang,
dianalisa, dicari penyebabnya, atau ditemukan
faktor-faktor yang tidak pada tempatnya. Maka
dapat dijadikan pelajaran bagi masa mendatang,
yaitu menghindari semua hal-hal yang membawa
kegagalan.48
Kartono berpendapat bahwa orang yang
memiliki mental sehat memiliki tanda-tanda khas49
,
diantaranya:
1) Adanya koordinasi dari segenap energi,
potensi, dan aktivitasnya.
2) Memiliki integritas dan regulasi terhadap
struktur kepribadian.
3) Efesien dalam setiap tindakannya.
48 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
2001), hlm. 16.
49
Kartini Kartono, Patologi Sosial, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada, 1999), hlm. 230.
36
4) Memiliki tujuan hidup.
5) Bergairah, dan tenang harmonis batinnya.
Dari kriteria-kriteria tersebut menunjukkan
bahwa sehat mental tidak terbebas dari gangguan
batin saja, akan tetapi juga harus
berkesinambungan dengan berbagai sisi
kehidupannya.
2) Manusia yang Kurang Sehat Mental
Orang yang sehat atau terganggu mentalnya
tidak mudah untuk diketahui, karena tidak mudah
diukur, diperiksa, atau dilihat dengan alat-alat
seperti halnya dengan kesehatan badan. Biasanya,
yang dijadikan bahan atau tanda-tanda dari
kesehatan mental adalah pikiran, perasaan, dan
perbuatan. Karenanya, bila seseorang terganggu
kesehatan mentalnya, akan terjadi goncangan
emosi yang mengakibatkan kelainan tingkah laku
atau tindakanya. Kesehatan mental yang terganggu
juga dapat mempengaruhi kehidupan seseorang.
Pengaruh tersebut dapat dibagi dalam empat
kelompok besar50
yaitu:
a) Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap
Perasaan
Gangguan perasaan yang disebabkan oleh
terganggunya kesehatan mental ialah: rasa
50 Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: Gunung Agung,
2001), hlm. 17-23.
37
cemas (gelisah), iri hati, sedih, merasa
rendah diri, pemarah, ragu (bimbang) dan
sebagainya.
b) Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap
Pikiran
Pengaruh kesehatan mental terhadap pikiran
sangat besar. Gejala yang terlihat,
diantaranya: sering lupa, tidak bisa
berkonsentrasi tentang sesuatu hal yang
paling penting, kemampuan berpikir
menurun, sehingga orang merasa ia tidak
lagi cerdas, pikirannya tidak bisa digunakan
dan sebagainya.
c) Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap
Perbuatan
Hati yang tidak tentram dan mental yang
kurang sehat, sangat memengaruhi perbuatan
dan tindakan seseorang. Misalnya, orang
yang merasa tertekan, atau merasa gelisah
dan akan berusaha mengatasi perasaan yang
tidak enak itu dengan jalan
mengungkapkannya keluar.
d) Pengaruh Kesehatan Mental Terhadap
Kesehatan Fisik
Kesehatan mental menentukan kesehatan
fisik. Akhir-akhir ini banyak sekali penyakit
yang dinamakan psychosomatic, yaitu
38
penyakit badan yang disebabkan oleh
mental. Seperti contoh, kulit kering, tekanan
darah tinggi, sesak nafas, serangan jantung,
dan masih banyak lagi. Penyakit-penyakit
tersebut timbul karena adanya tekanan pada
perasaan yang mengakibatkan seseorang
tidak mampu menghadapi memahami
potensi dan masalahnya.
Psikosomatis menurut Chandrashekhar C R,
dan Math S B dalam Hifsa Nisar dan Rahul
Srivastava 51
:
The term psychosomatic derived from
Greek word “Psyche” meant “soul or
mind” and “Soma” (body). In ancient
times, “psyche” meant “soul or
mind”and recently it has been referred
to as behaviour. Soma implies the body
of organism. It has used to refer to a
variety of concepts from diseases to
biopsyhosocial research to consultation
liaison work and is frequently used to
depict illnes in a pejorative way.
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan
bahwa psikosomatis berasal dari bahasa
Yunani, “Psyche” yang artinya jiwa atau
51 Hifsa Nisar dan Rahul Srivastava, “Fundamental Concept of
Psychosomatic Disorders: A Review”, (International Journal of Contemporary
Medicine Surgery and Radiology, Vol. 3, Issue:1, 2018), hlm. 12.
39
pikiran dan “Soma” yang artinya tubuh.
Kedua kata tersebut digunakan untuk
merujuk kepada berbagai konsep dari
penyakit kepada penelitian biopsikososial
yang merupakan metode interaksi yang
melibatkan biologi, psikologi, dan faktor
sosial.
Di sisi lain, Bahman Tofighi dalam Hifsa
Nisar dan Rahul Srivastava menjelaskan52
bahwa:
“Psychosomatic symptoms that are
cause by emotional factors and involve a
single organ system usually under
autonomic nervous system innervations”
Pernyataan diatas dapat menjelaskan bahwa
gejala psikosomatis disebabkan karena faktor
emosional dan melibatkan sistem organ
tunggal yang biasanya berada di bawah sitem
saraf otonom. Psikosomatis juga dijelaskan
J.P Chaplin (2004) dalam kamus psikologi
sebagai suatu penyakit yang disebabkan
karena satu kombinasi dari faktor organis
dan faktor psikologis. Kartono (1989) juga
menjelaskan psikosomatis sebagai bentuk
berbagai macam penyakit yang disebabkan
52 Hifsa Nisar dan Rahul Srivastava, “Fundamental Concept of
Psychosomatic Disorders: A Review”, (International Journal of Contemporary
Medicine Surgery and Radiology, Vol. 3, Issue:1, 2018), hlm. 12.
40
oleh konflik-konflik psikologi dan
kecemasan yang kronis. Psikosomatis
sebagai sistem syaraf dan sistem fisik yang
gagal karena kecemasan-kecemasan, konflik
psikis, dan gangguan mental.53
Demikian ciri-ciri mental yang sehat dan
mental yang kurang sehat. Adapun gangguan
mental yang telah disebutkan di atas merupakan
golongan gangguan mental yang ringan, sedangkan
untuk golongan gangguan mental yang berat
disebut dengan gangguan jiwa (neurose) dan sakit
jiwa (psychose). Adapun dari penjelasan di atas,
penulis mengunakan teori Zakiah Daradjat untuk
menjelaskan ciri-ciri mental sehat dan tidak sehat.
4. Remaja
a. Pengertian Remaja
Tidak sedikit definisi yang menjelaskan tentang
remaja, diantaranya:
1) Save M Dagon, menerangkan bahwa remaja
merupakan tahap pertumbuhan anak menuju
dewasa yang terjadi mulai saat puber sampai usia
17-18 tahun.54
53 Psikologi Akademia. 2016. “Psikosomatis dalam Psikologi Klinis”,
diakses dari http://psikodemia.com, pada tanggal 21 Januari 2020. 54
Save M Dagun, Kamus Besar Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: LPKN,
1997), hlm. 956
41
2) WHO (Organisasi Kesehatan Dunia)
sebagaimana yang dikutip oleh Sarlito W
Sarwono,55
mendefinisikan bahwa remaja adalah
suatu masa dimana:
a) Individu berkembang dari saat pertama kali
ia menunjukkan tanda-tanda seksual
sekundernya sampai saat ia mencapai
kematangan seksualnya.
b) Individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-
kanak menjadi dewasa.
c) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial
ekonomi yang penuh kepada keadaan yang
relatif lebih mandiri.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa
remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak
menuju masa dewasa. Masa ini penuh dengan
perubahan-perubahan baik biologis maupun
psikologis dan sosial. Perubahan-perubahan ini
nampak pada perilaku sehari-hari, yang terkadang
bersifat normal dan terkadang bersifat menyimpang.
Dari beberapa definisi di atas, dalam penelitian ini
penulis menggunakan teori Save M Dagon.
55
Sarlino Wirawan Sarwono, Psikologi Remaja, (Jakarta: Rajawali
Press, 2000), hlm. 6.
42
b. Ciri-ciri Remaja
Ciri-ciri remaja56
sebagai berikut:
1) Kegelisahan: Keadaan yang tidak tenang
menguasai remaja karena memiliki berbagai
macam keiginan yang tidak selalu dapat
terpenuhi. Merasa tidak dapat melalukan banyak
hal. Memiliki keingintahuan yang besar terhadap
dunia luar. Namun, mereka memiliki semakin
banyak rasa kegelisahan karena keinginan-
keinginan yang tidak tersalurkan.
2) Pertentangan: pertentangan-pertentangan yang
terjadi dalam diri mereka sehingga menimbulkan
kebingunan bagi diri mereka sendiri.
3) Berkeinginan besar untuk mencoba segala hal
yang belum diketahui.
4) Keinginan ingin mencoba selain diarahkan pada
diri sendiri juga diarahkan kepada orang lain.
5) Mengkhayal dan berfantasi.
6) Aktivitas kelompok.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
ciri-ciri remaja meliputi adanya rasa kegelisahan
karena keinginan dan keingintahuan terhadap banyak
hal, namun tidak selalu dapat tersalurkan secara
optimal. Adanya pergejolakan pada diri sendiri
berupa pertentangan-pertentangan sehingga
56
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulya, 1982), hlm. 82.
43
menimbulkan kebingungan tersendiri. Masih banyak
khayalan dan fantasi tersendiri pada remaja ditambah
adanya aktivitas kelompok yang tidak sedikit.
c. Faktor-faktor yang Memengaruhi Remaja
Faktor-faktor yang memengaruhi seorang
remaja dibagi menjadi dua57
:
1) Faktor-faktor yang berada dalam diri individu,
yaitu: faktor hereditas (keturunan) dan faktor
konstitusi.
2) Faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu,
meliputi: faktor eksogen: terdiri dari berbagai
komponen lingkungan, seperti lingkungan
keluarga, lingkungan sosial, lingkungan
geografis, dan, fasilitas-fasilitas yang ada dalam
lingkungan seperti makanan dan kesempatan.
Dari pernyataan di atas, dapat disimpulkan
bahwa faktor yang memengaruhi remaja terdiri dari
internal dan eksternal. faktor internal terdiri dari
faktor keturunan dan konstitusi. Sedangkan faktor
eksternal terdiri dari lingkungan.
B. Kerangka Pemikiran
Pesantren Jagat ‘Arsy merupakan sebuah pesantren
yang didirikan oleh KH. Budi Rahman Hakim pada tahun
2013. Pada tahun pertama berdirinya pesantren ini, jumlah
santri di dalamnya adalah 38 orang remaja tingkat Sekolah
57
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Remaja, (Jakarta: PT BPK Gunung
Mulya, 1982), hlm. 35-41.
44
Menengah Atas (SMA). Tahun selanjutnya, Pesantren ini
membuka tempat pendidikan bagi tingkat Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Jumlah remaja yang menjadi santri di
pesantren ini semakin meningkat. Saat ini, jumlah santri di
Pesantren Jagat ‘Arsy adalah 159 orang. Hal ini
menunjukkan bahwa jumlah santri di Pesantren Jagat ‘Arsy
meningkat empat kali lipat dari jumlah santri pada tahun
pertama.
Setiap hari pesantren ini tidak lepas dari kegiatan
bimbingan rohani. Santri dibimbing dengan bimbingan
rohani Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiiyah (TQN).
Pembimbing yang rutin melaksanakan bimbingan di
pesantren Jagat ‘Arsy berjumlah tiga orang, diantaranya:
Syekh Muhammad Abdul Ghaos Saefullah Maslul (Mursyid
TQN ke 38), KH Budi Rahman Hakim, dan KH Irfan Zidni
Al-Wahhabi. Selain dari pada pembimbing rohani,
implementasi keseharian dari kegiatan bimbingan rohani
TQN ini didampingi oleh guru asrama dan guru sekolah di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
Adapun bimbingan rohani TQN di dalamnya
membahas akidah, ibadah, dan syariah. Pembahasan ini
diimplementasikan melalui kegiatan amalan-amalan TQN,
diantaranya:
1. Zikir harian (zikir jahr dan zikir khofi)
Merupakan kegiatan yang dilaksanakan setiap setelah
sholat fardu dan dapat dilaksanakan juga setelah
sholat sunnah dengan tata cara yang telah ditentukan.
45
Kegiatan zikir ini dapat dilakukan bersama atau
individual.
2. Khotaman
Kegiatan khotaman ini biasanya dilakukan setelah
kegiatan zikir. Di Pesantren Jagat Arsy, kegiatan
khotaman dilaksanakan setiap setelah zikir ba’da
magrib dan ba’da isya. Adapun di hari senin dan
kamis, pelaksanaan khotaman di tambah setelah zikir
ba’da dzuhur. Kegiatan khotaman ini dapat dilakukan
bersama atau individual. Hanya saja, dilakukan
bersama lebih disarankan.
3. Manaqib
Setiap bulan pesantren Jagat ‘Arsy selalu
mengadakan bimbingan rohani di dalam kegiatan
manaqib yang mengundang masyarakat umum untuk
turut serta. Masyarakat umum ini rutin mengikuti
bimbingan rohani tersebut bersama dengan para
santri. Pada awalnya jumlah jamaah tidak mencapai
200 orang. Namun, pada tahun 2019 ini jamaah
meningkat mencapai sekitar 750 orang.58
Selanjutnya,
kegiatan manaqib ini biasanya dilaksanakan setiap
hari sabtu pada minggu kedua di setiap bulannya.
Adapun kegiatan59
di dalamnya meliputi:
58 Hal ini diungkapkan oleh informan 2 (Dira) selaku bagian
konsumsi yang menyiapkan makanan sesuai jumlah jamaah.
59
Urutan kegiatan diungkapkan oleh infoman 3 (Chaerina) selaku
bagian dari jamaah. Adapun menurutnya, penjelasan secara lebih detail dari
pada susunan acara dan manfaatnya kegiatan ini terdapat pada kitab “Uqudul
Zuman” dan kitab “Miftahussudur”.
46
4) Khidmat amaliyah yang terdiri dari:
f) Pembacaan al-Quran dan sholawat
g) Tawassul
h) Manqobah
i) Tanbih
5) Khidmat Ilmiah (berisi tausiah dan ceramah-
ceramah dari para kyai)
6) Doa
4. Tawassul
Kagiatan tawassul biasanya dilakukan pada saat
kegiatan manaqib, menantikan waktu berbuka puasa,
hendak bepergian, dan masih banyak lagi.
5. Amalan harian sholat fardu dan sunnah
Amalan harian sholat fardu dan sunnah dilakukan
oleh santri setiap hari, seperti sholat tahajjud, mandi
taubat, sholat dhuha, sholat rawatib, dan lain-lain.
6. Ziarah kubur
Kegiatan ini dilakukan setiap tahun sekali oleh para
santri untuk mengunjungi makam walisongo dan
wali-wali Allah yang lainnya.
Adapun mereka yang hadir pada kegiatan bimbingan
rohani ini memiliki alasan yang cendrung sama. Menurut
informan mayoritas diantara mereka yang melakukan amalan
TQN untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
menenangkan diri dengan berdzikir. “Tujuan kita melakukan
amalan-amalan ini adalah untuk mendekatkan diri kepada
Allah, dan bisa menenangkan diri dengan berdzikir. Apalagi
47
kalau lagi emosi, kalau kita bawa dzikir jadi lebih reda”. 60
Lebih lanjut informan menjelaskan bahwa bimbingan rohani
TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy dapat mempengaruhi pikiran,
perasaan, perbuatan, dan kesehatan fisik. “Aku merasa kalau
rajin melaksanakan amaliyah, aku lebih pandai mengontrol
dan melindungi diri dari pengaruh orang lain, kalau sedang
tidak rajin mengamalkan rasanya seperti ada yang kurang,
kalau melaksanakan mandi taubat juga bisa menghilangkan
asma dan maag, soalnya dulu aku suka kambuh asma dan
maag, kalau sekarang sudah jarang”.
Informan lain juga menjelaskan terkait manfaat zikir
yang dilakukan dapat memperbaiki pikiran, perasaan, dan
perbuatan. “Amalan yang setiap hari dilaksanakan itu
memiliki banyak manfaat, kalau dzikir itukan dapat
menghapus 4000 dosa besar, itu biar akhlak kita jadi baik,
tenang, dapat melepas semua beban”. Selanjutnya informan
menjelaskan bahwa terdapat dampak bagi diri sendiri ketika
tidak melaksanakan amalan TQN. “Kalau tidak melakukan
amalan TQN Kyla ngerasa nggak enak, seperti ada yang
hilang. Kalau sedang khawatir sama mami, Kyla kalau
disuruh dzikir tiba-tiba tenang aja gitu, ngerasa ada yang
ngelindungin mami”. Adapun Amalan TQN yang sesuai
dengan bimbingan rohani TQN ini dapat memengaruhi
kesehatan fisik, hal ini sebagaimana yang dituturkan oleh
informan bahwa, “Amalan TQN buat kesehatan juga bisa.
60 Hal ini dituturkan oleh informan 1 (Reiysa Widyadana) selaku
santri di Pesantren Jagat ‘Arsy.
48
Kata Abah Aos, kalau lagi sakit itu coba dzikir. Kyla dulu
suka sesak napas, kata Abah Aos coba deh kamu dzikir dulu,
akhirnya Kyla dzikir, trus kalau udah zikir, Kyla ketagihan
sampai 600 kali, habis itu tiba-tiba udah, hilang semuanya,
ngak pusing lagi, ngak sesak napas lagi”.61
Dari beberapa gambaran di atas, kerangka berpikir
mengenai pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN) terhadap kesehatan mental remaja
di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan terdapat pada
gambar 1.
Gambar 2. Kerangka pemikiran bimbingan rohani
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) dalam
memengaruhi kesehatan mental remaja di Pesantren
Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan
Berdasarkan kerangka pikir di atas, menggambarkan
bahwa pengaruh bimbingan rohani dapat diteliti melalui
pikiran, perasaan, perilaku, dan kesehatan fisik. Oleh karena
itu, yang membuat penelitian ini berbeda dengan penelitian
61 Hal ini dituturkan oleh informan 2 (Kyla Cahya Hayati) selaku
santri di Pesantren Jagat ‘Arsy.
Kesehatan
Mental(Y)
Y1 Pikiran
Y2 Perasaan
Y3 Perbuatan
Y4 Kesehatan fisik
(psikosomatis)
Bimbingan Rohani TQN (X)
X1 Tujuan bimbingan rohani
X2 Metode bimbingan rohani
X3 Materi bimbingan rohani
X4 Pembimbing
X5 Sarana prasarana
X6 Amalan TQN
49
yang lain adalah tidak hanya melihat pada pengaruh
bimbingan rohani thoriqoh qodiriyyah naqsyabandiyyah
dalam memengaruhi kesehatan mental remaja melalui
pikiran, perasaan, dan perilaku saja, tapi juga sampai pada
pengaruh bimbingan rohani terhadap kesehatan mental
melalui kesehatan fisik dengan fokus pembahasan
psikosomatis.
C. Hipotesis
Hipotesis adalah pernyataan atau dugaan yang
bersifat sementara terhadap suatu masalah penelitian yang
kebenarannya masih lemah, sehingga harus diuji secara
empiris.62
Berdasarkan perumusan masalah yang telah
dikemukakan maka hipotesis yang akan dijawab dan
dibuktikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 : Tidak ada pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan.
Ha : Terdapat pengaruh bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan.
62 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitatif, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 137
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah
salah satu pendekatan yang banyak menggunakan angka,
mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data, serta
penampilan dari hasilnya.63
Menurut Sugiyono, metode
penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode
penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, yang
berguna untuk meneliti suatu populasi atau sampel tertentu.64
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang
menggunakan angka-angka statistik untuk menjelaskan data-
data yang diperoleh dari penelitian.
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian survei.
Penelitian survei merupakan penelitian yang mengambil
sampel dari suatu populasi dan menggunakan angket atau
kuesioner sebagai alat pengumpulan data.65
Angket atau
kuesioner merupakan alat pengambilan data berupa daftar
pertanyaan atau pernyataan yang diajukan untuk responden.
63 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), hlm. 27.
64
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D,
(Bandung: Alfabeta, 2012), hlm.7.
65
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, Metode Penelitian Survei,
(Jakarta: LP3ES, 1995), Cet. Ke-2. hlm. 3.
51
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi berasal dari kata bahasa Inggris
population, yang berarti jumlah penduduk. Dalam
metode penelitian kata populasi amat populer digunakan
untuk menyebutkan serumpun atau sekelompok objek
yang menjadi sasaran penelitian. Oleh karenanya,
populasi penelitian merupakan keseluruhan objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan,
tumbuhan, udara, gejala, nilai, peristiwa, sikap hidup,
dan sebagainya, sehingga objek-objek ini bisa menjadi
sumber data penelitian.66
Populasi adalah keseluruhan
objek yang mempunyai satu karakteristik yang sama.67
Adapun populasi remaja yang secara aktif mengikuti
bimbingan rohani di Pesantren Jagat ‘Arsy berjumlah
159 orang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut.68
Dalam pengambilan
sampel, teknik yang digunakan adalah sampling
insidental yaitu teknik penentuan sampel berdasarkan
kebetulan, siapa saja yang kebetulan bertemu peneliti
dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang
66 Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana Perdana Group, 2009), hlm. 99.
67
Purwanto, Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007), hlm. 45.
68
Sugiyono, Metode Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm. 80.
52
yang kebetulan ditemui tersebut cocok sebagai sumber
data.69
Adapun dalam menentukan besaran sampel, penulis
menggunakan rumus Slovin.70
𝑛 =𝑁
(1 + 𝑁𝑒2)
Keterangan:
n : Besaran sampel
N : Besaran Populasi
e : Nilai Kritis (batas ketelitian) = 10%
Dari rumusan tersebut, maka diperoleh jumlah sampel
yang diteliti dalam penelitian ini, yaitu:
𝑛 =159
(1+159(10%)2)=
159
(1+1,59)= 61,38
Dari hasil tersebut jika dibulatkan menjadi 62 sehingga
total sampel yang diteliti yaitu sebanyak 62 orang.
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian skripsi ini yaitu Pesantren Jagat
‘Arsy Tangerang Selatan. Alasan penulis memilih lokasi
selain yang telah dipaparkan pada bab pendahuluan adalah
karena Pesantren Jagat ‘Arsy merupakan tempat yang paling
sering dan rutin diadakan kegiatan bimbingan rohani
langsung oleh mursyid dari Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah serta salah satu tempat kegiatan bimbingan
69 Sugiyono, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 67.
70
Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian
Kuantitaif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), hlm. 137.
53
rohani yang jamaahnya terus meningkat dari tahun ke tahun.
Selain itu, Jagat ‘Arsy juga merupakan tempat yang strategis
dan mudah dijangkau. Dengan demikian akan mempermudah
penulis dalam mengumpulkan data penelitian. Adapun
penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan, yaitu mulai
bulan Januari 2019 sampai bulan Maret 2020.
D. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian merupakan benda, hal, atau orang
yang melekat pada variabel penelitian dan menjadi
permasalahan.71
Subjek penelitian dalam skripsi ini adalah
Remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan, Banten.
Adapun objek penelitian merupakan barang yang hendak
diteliti oleh peneliti.72
Objek dalam penelitian ini adalah
Kesehatan Mental.
E. Variabel Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat satu variabel
independen (bebas) sebagai variabel X dan satu variabel
dependen (terikat) sebagai variabel Y.
1. Variabel Independen (X)
Menurut Robbins, variabel independen atau bebas
adalah sebab yang diperkirakan dari beberapa
71 Andi Prastowo, Memahami Metode-metode Penelitian,
(Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hlm. 28.
72
Ibid, hlm. 29.
54
perubahan dalam variabel terkait.73
Variabel ini
biasanya dinotasikan dengan simbol X.
Variabel X dalam penelitian ini adalah Bimbingan
Rohani Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah
(TQN) yang meliputi aspek tujuan bimbingan rohani,
metode bimbingan rohani, materi bimbingan rohani,
pembimbing, sarana dan prasarana, amalan TQN.
2. Variabel Dependen (Y)
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan
faktor utama yang ingin dijelaskan atau diprediksi
atau dipengaruhi oleh beberapa faktor lain. Variabel
ini biasanya dinotasikan sebagai variabel Y.74
Variabel Y dalam penelitian ini adalah kesehatan
mental yang meliputi aspek pikiran, perasaan,
perbuatan, dan kesehatan badan yang berfokus pada
psikosomatis.
F. Definisi Operasional dan Indikator Variabel
Definisi operasional adalah definisi yang brdasarkan
pada sifat-sifat variabel yang diteliti, bersifat spesifik dan
menggambarkan karakteristik variabel-variabel peneliti dan
juga hal-hal yang dianggap penting. Dari definisi operasional
selanjutnya akan didapatkan indikator variabel yang
dijadikan acuan untuk mengukur variabel yang diteliti. Tabel
definisi operasional dan indikator dalam penelitian ini
73 Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis, Disertasi,
dan Karya Ilmiah, (Jakarta: Prenadamedia Group, 2011), Cet. Ke-1, hlm. 48.
74
Ibid., hlm. 48.
55
terlampir dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
penelitian.
G. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data tersebut
diperolah.75
Sumber data dalam penelitian ini diantaranya:
1. Data Primer
Data Primer yaitu data yang langsung diperoleh dari
sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek
penelitian.76
Sumber data pertama dalam penelitian ini
yaitu remaja di Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari
sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita
butuhkan.77
Data sekunder yang digunakan dalam
penelitian ini berupa dokumen-dokumen, catatan-catatan,
buku-buku serta rekaman-rekaman.
H. Instrumen Penelitian
a. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang mewujudkan
suatu tingkat kevalidan suatu instrument. Suatu istrumen
dikatakan valid apabila mampu mengukur data dari
variabel yang diteliti secara tepat. Adapun pentingnya uji
75 Suharsimi Arikunto, Prosedur Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2010), hlm. 172.
76
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Kuantitatif, (Jakarta:
Kencana, 2010), hlm. 122.
77
Ibid., hlm. 122.
56
validitas ini adalah untuk mengetahui sejauh mana
ketepatan/kebenaran suatu instrumen agar dapat
dijadikan sebagai alat ukur.
Dalam penelitian ini, untuk menguji variabel angket
digunakan rumus korelasi product moment78
sebagai
berikut :
𝑟𝑥𝑦 =𝑛Σ𝑥𝑦 − (Σ𝑥)(Σ𝑦)
√{𝑛Σ𝑥2 − (Σ𝑥)2}{𝑛Σ𝑦2 − (Σ𝑦)2}
Keterangan :
Σxy = Koefisien korelasi antara variable X dan
Y
N = Jumlah responden
ΣX = Jumlah skor tiap butir
ΣY = Jumlah skor total
Untuk mengetahui apakah rXY signifikan atau tidak,
maka dikonsultasikan dengan r table. Dikatakan
signifikan jika r XY > r table. Setelah rXY diketahui,
maka untuk mengetahui variabel X terhadap Y dengan
menguadratkan rXY.
Pada uji Instrumen ini peneiti menggunakan software
SPSS 20 for windows.
78 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: PT Bineka Cipta, 1993), hlm. 70.
57
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Bimbingan Rohani TQN
No.
Pernyataan
R Hitung
/ rXY
R Tabel Keterangan
1 0,509**
0,334 Valid
2 0,334* 0,334 Valid
3 0,223 0,334 Tidak Valid
4 0,297 0,334 Tidak Valid
5 0,394* 0,334 Valid
6 0,502**
0,334 Valid
7 0,751**
0,334 Valid
8 0,481**
0,334 Valid
9 0,429* 0,334 Valid
10 0,518**
0,334 Valid
11 0,392* 0,334 Valid
12 0,547**
0,334 Valid
13 0,567**
0,334 Valid
14 0,424* 0,334 Valid
15 0,713**
0,334 Valid
16 0,706**
0,334 Valid
17 0,520**
0,334 Valid
18 0,577**
0,334 Valid
19 0,531**
0,334 Valid
20 0,407**
0,334 Valid
21 0,660**
0,334 Valid
22 0,656**
0,334 Valid
23 0,684**
0,334 Valid
58
24 0,654**
0,334 Valid
25 0,662**
0,334 Valid
26 0,585**
0,334 Valid
Dari tabel di atas, terdapat 26 butir pernyataan skala
bimbingan rohani TQN yang telah dilakukan uji validitas
dengan teknik product moment. Uji validitas ini
dilakukan pada 35 responden yang merupakan ikhwan
TQN PP Suryalaya-Sirnarasa Tangerang Selatan dengan
taraf signifikansi sebesar 5% yang memperoleh skor
sebesar 0,334. Adapun pernyataan yang valid berjumlah
24 butir, sedangkan 2 butir pernyataan dinyatakan tidak
valid. Dengan demikian, maka 24 butir pernyataan skala
bimbingan rohani TQN yang valid akan digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
Tabel 3.2 Hasil Uji Validitas Kesehatan Mental
No.
Pernyataan
R Hitung
/ rXY
R Tabel Keterangan
1 0,417*
0,334 Valid
2 0,402* 0,334 Valid
3 0,232 0,334 Tidak Valid
4 0,384* 0,334 Valid
5 0,484**
0,334 Valid
6 0,247**
0,334 Tidak Valid
7 0,530**
0,334 Valid
8 0,639**
0,334 Valid
59
9 0,459**
0,334 Valid
10 0,593**
0,334 Valid
11 0,607**
0,334 Valid
12 0,623**
0,334 Valid
13 0,629**
0,334 Valid
14 0,627**
0,334 Valid
15 0,624**
0,334 Valid
16 0,514**
0,334 Valid
17 0,466**
0,334 Valid
18 0,445**
0,334 Valid
19 0,434**
0,334 Valid
20 0,684**
0,334 Valid
21 0,293 0,334 Tidak Valid
22 0,385* 0,334 Valid
23 0,497**
0,334 Valid
24 0,235 0,334 Tidak Valid
Adapun tabel di atas, terdiri dari 24 butir pernyataan
skala kesehatan mental yang telah dilakukan uji validitas
dengan teknik product moment. Uji validitas ini
dilakukan pada 35 responden dengan taraf signifikansi
sebesar 5% yang memperoleh skor sebesar 0,334.
Adapun pernyataan yang valid berjumlah 20 butir,
sedangkan 4 butir pernyataan dinyatakan tidak valid.
Dengan demikian, maka 20 butir pernyataan skala
60
kesehatan mental yang valid akan digunakan untuk
penelitian selanjutnya.
b. Uji Reliabilitas
Reabilitas merupakan suatu instrumen yang cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik.79
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika dapat dipercaya
dan mampu mengungkap data. Pengukuran reliabilitas
bertujuan untuk mengetahui ketepatan instrumen atau
data yang diteliti, Rumus yang digunakan:
𝑟11 = (𝑘
𝑘 − 1) (
1 − Σ ∂𝑏2
𝑏𝑡2)
Keterangan :
r11 = Reliabilitas instrumen
k = Banyaknya butir pertanyaan
bt2 = variabel total
Σ ∂b2 = Jumlah varian butir
Instrumen dikatakan reliabel bila r hitung > r table (r0> r)
dan nilai r positif. Selanjutnya, dalam uji ini penulis
menggunakan teknik crobach’s alpha, dimana suatu
instrumen dikatakan reliabel jika memperoleh nilai
crobach’s alpha ≥ 0,6.80
Dengan kata lain, r hitung
merupakan nilai crobach’s alpha, sedangkan r table adalah
0,6.
79 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktek, (Jakarta: PT Bineka Cipta, 1993), hlm. 171.
80
Imam Ghozali, Aplikasi Analisis Multivarians dengan Program
SPSS, (Semarang: UNDIP, 2003), hlm. 41.
61
Adapun hasil dari uji reliabilitas variabel bimbingan
rohani TQN berdasarkan program SPSS 20.0 for window
diperoleh hasil output sebagai berikut:
Tabel 3.3 Hasil Out Put Uji Reliabilitas Variabel X
(Bimbingan Rohani TQN)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,889 26
Hasil output pada tabel 4, menunjukkan nilai cronbach’s
alpha untuk variabel bimbingan rohani TQN sebesar
0,889.
Selanjutnya, hasil dari uji reliabilitas variabel bimbingan
rohani TQN berdasarkan program SPSS 20.0 for window
diperoleh hasil output sebagai berikut:
Tabel 3.4 Hasil Out Put Uji Reliabilitas Variabel X
(Bimbingan Rohani TQN)
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha
N of Items
,848 24
Hasil output pada tabel 4, menunjukkan nilai cronbach’s
alpha untuk variabel kesehatan mental sebesar 0,848.
Dari kedua tabel hasil uji reliabilitas di atas
menunjukkan bahwa nilai cronbach’s alpha variabel
bimbingan rohani lebih besar dari nilai cronbach’s alpha
62
variabel kesehatan mental. Adapun hasil keduanya
menunjukkan reliabel karena hasil skor variabel X
(0,889) dan variabel Y (0,848) menunjukkan nilai
cronbach’s alpha ≥ 0,6.
I. Teknik Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data tidak hanya sekedar
mengumpulkan data semata, tetapi harus menggunakan
teknik yang cocok dengan masalah yang dikemukakan, sebab
pengumpulan data dengan teknik yang cocok akan
mendapatkan hasil yang lebih baik dan maksimal dalam
mencari dan mengumpulkan data-data yang diperlukan.
Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode
angket atau kuisioner. Angket adalah usaha mengumpulkan
informasi dan menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis,
untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden.81
Berdasarkan beberapa pengertian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa angket merupakan pertanyaan tertulis
yang diajukan kepada responden untuk mengetahui informasi
yang berhubungan dengan responden atau hal-hal lain yang
ingin diketahui. Dengan demikian jelas bahwa metode
angket ini untuk mendapatkan data maupun keterangan yang
benar dan dapat dipertanggung jawabkan. Karena dengan
metode angket ini diharapkan remaja dapat memberikan data
yang sejujurnya dengan menjawab pertanyaan secara tertulis.
81 Suharsimi Arikunto, Prosedur Pendekatan Praktek, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hlm. 128.
63
Dalam hal ini angket digunakan untuk mengetahui pengaruh
bimbingan rohani TQN terhadap kesehatan mental remaja.
J. Skala Penelitian
Dalam membuat angket, diperlukan teknik
pengukuran sebagai tolak ukur untuk setiap jawaban serta
mempermudah subjek penelitian. Penelitian ini
menggunakan skala likert sebagai teknik pengukurannya.
Adapun dalam skala likert ini terdapat empat kategori pilihan
jawaban.
Tabel 3.5 Skala likert
Skala Likert Sangat
Setuju
(SS)
Setuju
(S)
Tidak
Setuju
(TS)
Sangat
Tidak
Setuju
(STS)
Pernyataan
Positif 5 4 2 1
Pernyataan
Negatif 1 2 4 5
Pilihan respon skala empat memiliki variabilitas
respon yang lebih baik dibandingkan pilihan skala tiga
karena mampu mengungkap perbedaan sikap responden
dengan lebih maksimal. 82
Peluang bagi responden dalam
bersikap netral tidak ada jika pilihan respon skala lima. Hal
ini mendorong responden untuk menentukan sikap terhadap
fenomena sosial yang dinyatakan dalam instrumen
penelitian.
82 S. Eko Putro Widoyoko, Teknik Penyusunan Instrumen Penelitian,
(Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2012), hlm. 106.
64
K. Teknik Pengolahan Data
Dari hasil pengumpulan data, perlu dilakukan analisa
terhadap data yang ada. Hal ini dimaksud agar data menjadi
lebih sederhana, kemudian dibaca dan diinterprestasi. Setelah
data terkumpul kemudian diproses, disederhanakan, dan
dihubungkan satu sama lain. Adapun teknik pengolahan data,
penulis menggunakan beberapa teknik, sebagai berikut:
1. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah
sampel yang digunakan mempunyai distribusi normal atau
tidak. Dalam model regresi linier, asumsi ini ditunjukkan
oleh nilai error yang berdistribusi normal. Model regresi
yang baik adalah model regresi yang dimiliki distribusi
normal atau mendekati normal, sehingga layak dilakukan
pengujian secara statistik. Pengujian normalitas data
menggunakan Test of Normality Kolmogorov-Smirnov
dalam program SPSS. Menurut Singgih Santoso dasar
pengambilan keputusan bisa dilakukan berdasarkan
probabilitas (Asymtotic Significance), 83
yaitu:
1) Jika probabilitas > 0,05 maka distribusi dari model
regresi adalah normal.
2) Jika probabilitas < 0,05 maka distribusi dari model
regresi adalah tidak normal.
83 Santoso Singgih, Aplikasi SPSS pada Statisktik Parametrik,
(Jakarta: PT Exel Media Komputindo, 2012), hlm. 293.
65
2. Uji Regresi
Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan
model analisis regresi linier sederhana. Analisis regresi
linier sederhana adalah untuk mengetahui apakah ada atau
tidaknya pengaruh antara kedua sebab akibat yaitu
variabel X dan variabel Y. Dengan menggunakan rumus:
Y= a + bX
Keterangan :
Y = Variabel terkait (kriterium)
X = Variabel bebas (predictor)
a = Nilai interceph (konstan)
b = Koefisien arah regresi
3. Uji Koefisien Korelasi
Uji koefisien korelasi digunakan untuk mencari arah
dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih, baik
hubungan yang bersifat simetris, kausal, maupun
resiprokal.84
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan
dan arah hubungan antara variabel independen yaitu
bimbingan rohani TQN dengan variabel dependen yaitu
kesehatan mental. Dalam mengetahui kekuatan hubungan
kedua variabel terdapat cara untuk menginterpretasikan
nilai yang diperoleh dari uji koifisien korelasi melalui
pedoman berikut:
84 Sugiyoto, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 260.
66
Tabel 3.6 Interval Koefisien Korelasi dan Kekuatan
Hubungan85
No Interval Nilai Kekuatan Hubungan
1
2
3
4
5
6
7
KK= 0,00
0,00 < KK ≤ 0,20
0,20 < KK ≤ 0,40
0,40 < KK ≤ 0,70
0,70 < KK ≤ 0,90
0,90 < KK ≤ 1,00
KK = 1,00
Tidak ada
Sangat rendah atau lemah
sekali
Rendah atau lemah tapi pasti
Cukup berarti atau sedang
Tinggi atau kuat
Sangat tinggi atau kuat sekali,
dapat diandalkan
Sempurna
4. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan varians dari variabel dependen.86
Dalam
SPSS 16.0 for windows, koefisien determinasi dapat
diketahui dari nilai R square pada tabel model summary.
Nilai interval R square antara nol sampai dengan satu.
Adapun nilai koefisien determinasi atau R square
besarnya merupakan kuadrat dari koefisien korelasi (r2).
Rumus yang digunakan untuk menghitung koefisien
determinasi sebagai berikut:
KD = r2
x 100%
Keterangan: KD = Koefisien determinasi
r2
= Kuadrat Koefisien Korelasi
85 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, (Jakarta:
Bumi Aksara, 2004), hlm.44.
86
Sugiyoto, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 231.
67
5. Uji T (Parsial)
Adapun Uji t atau uji parsial merupakan uji statistik
yang digunakan untuk menganalisis pengaruh atau
hubungan antara variabel independen dan dependen,
dimana salah satu variabel independennya dibuat tetap
dan dikendalikan.87
Di dalam SPSS 20.0 for windows
terdapat pada tabel ANOVA dan tertulis sig. Dari nilai
signifikan tersebut dapat diketahui hubungan yang linier
antara variabel bimbingan rohani TQN dan kesehatan
mental.
87 Sugiyoto, Statistik untuk Penelitian, (Bandung: Alfabeta, 2012),
hlm. 235.
68
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah Pesantren Jagat ‘Arsy
Lembaga pendidikan berbasis Pesantren ini terletak di
desa Rawa Mekar Jaya, Tangerang Selatan, Banten,
Indonesia. Suasana dan penataan arsitekturnya hijau, asri,
dan nyaman. Di atas area lahan 3,1 Ha ini, yayasan
Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy merintis, menyusun konsep,
dan membangun sarana pendidikan pesantren dengan
memadukan secara ajeg ilmu amaliyah dan amal ilmiyah.
Suasana pembelajaran ditunjang oleh harmoni lingkungan
yang rindang dan menyegarkan.88
Embrio Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy yang
merupakan pendidikan informal diniyah berasal dari, yakni
Mesjid Sirrul ‘Arsy yang dibangun pada tahun 2009. Peserta
didiknya adalah anak-anak desa sekitar. Aktivitas masjid pun
berkembang terus, penyelenggaraan pengajian mingguan
bagi para ibu rumah tangga yang disambut positif oleh
masyarakat sekitar, hingga terus berkembang menjadi
majelis ta’lim bagi para ibu dan majelis dzikir thoriqoh bagi
masyarakat umum.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan cikal bakal
berdirinya sebuah lembaga pendidikan formal yang
dirancang khusus untuk usia remaja, yaitu Pesantren Jagat
88 Jagat ‘Arsy. 2016. “Sejarah Pesantren Jagat ‘Asry”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
69
‘Arsy. Persiapan pendirian pesantren sebagai lembaga
pendidikan formal dilakukan pada pertengahan tahun 2012
awal. Selama setahun masa persiapan, tepat pada bulan Juni
2013 Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy resmi dibuka.
Pembukaan Pesantren dihadiri langsung oleh
Pangersa Guru pendiri Jagat ‘Arsy, Wali Mursyid TQN PP
Suryalaya, Hadrotusyeikh Muhammad Abdul Gaos Saefulloh
Maslul Al-Qodiri An Naqsyabandi, dan Bapak Dahlan Iskan
(Menteri BUMN saat itu) serta disaksikan oleh Wakil
Menteri Agama kala itu, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar.
Pesantren Peradaban Dunia Jagat ‘Arsy hadir untuk
memberikan kontribusi keilmuan dan ketaqwaan bagi
masyarakat khususnya di daerah Tangerang Selatan dan juga
Indonesia. Lembaga ini mempunyai visi untuk membangun
sumber daya manusia yang mulia di hadapan Allah SWT dan
mulia di antara manusia, yang dibuktikan dengan kontribusi
kemanfaatannya terhadap pembangunan peradaban dunia.
Jagat ‘Arsy dirintis oleh pasangan jiwa Abah Jagat (KH Budi
Rahman Hakim, MSW BSW ) dan Ambu Jagat (Siti
Amaniah).89
89 Jagat ‘Arsy. 2016. “Sejarah Pesantren Jagat ‘Arsy”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
70
B. Visi dan Misi Pesantren Jagat ‘Arsy
1. Visi
Melahirkan sumber daya manusia, masa depan yang
religius, saintis, berjiwa entrepreneur, berwawasan
Internasional dan cinta lingkungan.
2. Misi
a. Menciptakan suasana pendidikan kepesantrenan yang
sejuk dan membebaskan dengan memberikan ruang
kreativitas, kritisme, entrepreneurship, dan berwawasan
internasional.
b. Mengimplementasi kurikulum integral antara muatan
peneguhan moral spiritual, tradisi keilmuan Islam
klasik, dan kompetensi dasar-dasar saintis modern
international melalui system asrama (boarding) melalui
penerapan managemen pendidikan sistematik,
terencana, dan terkontrol.
c. Menjalankan system pendidikan praktis bagi peresapan
keimanan, ketakwaan, dan akhlaqul karimah dengan
penanaman semangat riset, etos, intelektual, dan
inovasi teknologi. 90
90 Fahmi. 2018. “Sosialisasi Visi Misi Pesantren Peradaban Dunia
Jagat ‘Arsy”, diakses dari https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari
2020.
71
C. Program Unggulan Pesantren Jagat ‘Arsy
1. Bimbingan Riyadhoh atau Bimbingan Rohani
Thoriqoh Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN)
Bimbingan riyadhoh atau bimbingan rohani
dilaksanakan setiap hari melalui kegiatan sholat wajib
berjamaah, shalat tahajud, sholat dhuha, puasa sunnah
senin-kamis dan pelaksanaan dzikir jahr setiap selesai
sholat berjamaah.
Selain kegiatan bimbingan rohani TQN yang berjalan
setiap hari, terdapat kegiatan bimbingan rohani yang
berlangsung setiap minggu dan setiap bulan. Kegiatan
bimbingan rohani TQN yang berjalan setiap minggu
adalah kegiatan bimbingan rohani yang sampaikan oleh
K.H Irfan Zidni, di dalam kegiatan bimbingan rohani ini
remaja dapat bertanya dan berkonsultasi terkait kegiatan
amaliyah TQN yang dilakukan di Pesantren Jagat ‘Arsy.
Adapun kegiatan bimbingan rohani yang berjalan setiap
bulan dikemas dalam kegiatan manaqib yang dibimbing
langsung oleh Syekh Muhammad Abdul Ghaos
Saefullah Maslul (Mursyid TQN ke-38 sekaligus
pembimbingan rohani TQN), K.H. Budi Rahman Hakim
(Wakil talqin, Pendiri Pesantren Jagat ‘Arsy, sekaligus
pembimbing rohani TQN), K.H. Irfan Zidni (Wakil
talqin, sekaligus pembimbing rohani TQN), dan wakil
talqin lainnya.91
91 Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
72
2. Pengajaran Al-Qur`an dan Kitab Kuning
Pengajaran Al-Qur`an dan kitab kuning dilaksanakan
pada jadwal yang telah ditetapkan (yaitu pada mata
pelajaran kepesantrenan) diasuh oleh ustadz/ustadzah
yang memang kompeten dalam mengajarkan Al-Qur`an
dan kitab kuning dengan metode yang inovatif hasil dari
rancangan guru JAIB dan memanfaatkan teknologi
multimedia.92
3. Pengajaran penggunaan Bahasa Arab dan Inggris
Pembelajaran bahasa Arab dan Inggris, selain
mengambil pada waktu jam pembelajaran reguler sesuai
jadwal yang telah ditetapkan juga dilaksanakan melalui
berbagai kegiatan tambahan, klub percakapan, parade
pidato, pembacaan dongeng, membuat sinopsis buku dan
latihan menulis. Kegiatan ini dilakukan dengan
pemanfaatan teknologi multimedia.
4. Pengembangan Bakat Siswa
Pengembangan bakat siswa dilakukan melalui kegiatan
ektrakurikuler. Pihak sekolah secara reguler
memfasilitasi momen ekspresi siswa, seperti lomba,
panggung seni olahraga dan semacamnya.
5. Live in Out Bound
Kegiatan live in (hidup bersama komunitas) dilakukan
secara reguler, dan dilaksanakan oleh siswa untuk
seluruh jenjang, dengan modifikasi kegiatan sesuai taraf
92 Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
73
tumbuh kembang kognitif dan psikologis siswa. Sebagai
variasi menu dalam penumbuhan kemandirian dan
pengasahan rasa kepedulian sosial.93
6. Pengembangan Ketrampilan Vokasional
Pada jenjang SMP, pengembangan keterampilan
vokasional dilakukan melalui pengembangan
keterampilan individual yang akan menjadi bekal
kemandirian siswa di masa depan, (speed reading,
cooking, membaca dan menulis arab, dll). Pada jenjang
SMA pengembangan keterampilan vokasional
dilakukan melalui pelatihan keterampilan.
7. Studium General
Sebagai sarana untuk memperkaya khazanah
pengalaman siswa, merekatkan siswa dengan orang
tuanya sendiri atau sesama orang tua siswa, sekaligus
untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan keahlian
yang dimiliki oleh orang tua siswa, diselenggarakan
kegiatan talkshow yang menghadirkan orang tua sebagai
pembicara.
8. Field Trip
Untuk membantu para siswa mengenal daerahnya
sekaligus memahami dinamika pembangunan daerah,
dilaksanakan pembelajaran pembangunan melalui
kegiatan riset individu/kelompok berbentuk observasi,
wawancara, studi literatur, dan wisata pendidikan dalam
93 Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
74
bentuk kunjungan kepada tempat tertentu yang
mencerminkan salah satu dinamika pembangunan
daerah, dengan didampingi oleh pemandu profesional.94
9. Studi Luar Negeri
Pelaksanaan ibadah umroh untuk meningkatkan untuk
kesadaran beragama siswa, juga mengunjungi negara
lainnya. Sebagai ajang bagi siswa untuk
mengimplementasikan kemampuan akademik dan
bahasa, serta menambah wawasan internasional
sekalligus pengenalan budaya Indonesia keluar.
10. Love Our Earth
Setiap siswa akan mendapatkan kepercayaan untuk
menanam satu pohon, bunga, buah maupun tanaman lain
yang disukainya. Selain untuk penghijauan dengan
program ini pada waktu yang sama ketelatenan,
ketekunan dan kepedulian siswa akan terlatih.
D. Kondisi Pesantren Jagat ‘Arsy
1. Santri dan Ustadz
Para santri yang mendalami ilmu agama di
Pondok Pesantren Jagat ‘Arsy berjumlah 159 yang
terdiri dari 92 santri putra dan 67 santri putri.
Keseluruhan santri tersebut adalah santri murni yang
terbagi di SMP dan SMA. Di pondok pesantren ini
semua santri wajin tinggal (mukim) di pondok tersebut.
94 Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
75
Para santri di bimbing oleh guru akademik 57 orang dan
non akademik 24 orang.95
2. Sumber Dana
Demi kelancaran proses kegiatan belajar
mengajar di yayasan Pesantren Jagat ‘Arsy ini, telah
diupayakan sumber dana yang bermula dari pendiri,
yaitu KH. Budi Rahman Hakim. Kemudian dikelola,
hingga bersumber dari SPP santri dan usaha ekonomi
yang dimiliki yayasan, yang meliputi cafe sufi, kantin,
Jagat Mart.
3. Sarana dan Prasarana
Dalam menunjang berbagai kegiatan yang di
sediakan oleh pihak pondok pesantren seperti belajar
mengajar dan lain sebagainya, berupa lahan tanah baik
lahan terbangun maupun lahan terbuka. Di atas tanah
tersebut telah di bangun berbagai sarana seperti asrama,
gedung pertemuan/aula, masjid, perpustakaan, kantor
dan lain sebagainya. Secara lebih rinci sarana dan
prasarana yang tersedia seperti satu kantor untuk
keperluan berbagai kegiatan administrasi, satu masjid
untuk kegiatan ibadah santri, kantin untuk memenuhi
berbagai kebutuhan para santri yang belum terpenuhi,
dan aula untuk ruang pertemuan.
95 Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id, pada tanggal 11 Januari 2020.
76
4. Struktur Pengurus Lembaga
Gambar 4.1 Struktur Pengurus Lembaga Pesantren
Jagat ‘Arsy
5. Kegiatan-kegiatan di Pesantren Jagat ‘Arsy
Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan di Pesantren Jagat ‘Arsy
No. Waktu Senin-Jumat Sabtu Minggu
1 03.00-
05.00
Tahajjud,
Sholat subuh
2 05.00-
05.30
Language
Session - Isyroq
3 05.30- Aktivitas Olahraga Kegiatan
PESERTA DIDIK
ADMIN
PESANTREN
Nanda Ariantika
KEPALA
ASRAMA PUTRA
M. Ridwan Faisal,
S.Hum
PIMPINAN PESANTREN
(KEPALA SMP/SMA)
Tata Masta, S.Ag
HUMAS
PESANTREN
Oji Fahruroji, S.Pd
PENDIRI PESANTREN
KH.Budi Rahman Hakim, Ph.D
KEPALA ASRAMA
PUTRI
Siti Khoirunnisa,
S.Pd.I
BENDAHARA
PESANTREN
Rifkiyanti, S.E
GURU ASRAMA
PUTRA
GURU ASRAMA
PUTRI
77
06.45 personal –
Persiapan
sekolah –
sarapan
kebersihan
4 06.45-
07.15
Dhuha session,
ikrar – Sholat
dhuha
Olahraga Kegiatan
kebersihan
5 07.15-
08.00
Academic
Sesion
Personal
Activites /
Breakfast /
Dhuha
Kegiatan
kebersihan
6 08.00-
08.45
Academic
Sesion
Life Skill
Session
Personal
Activites /
Breakfast /
Dhuha
7 08.45-
09.30
Academic
Session
Life Skill
Sesion
Free Time
8 09.30-
10.15
Academic
Session
Life Skill
Sesion
Free Time
9 10.15-
11.00
Academic
Session
Life Skill
Sesion
Free Time
10 11.00-
11.45
Academic
Session
Life Skill
Sesion
Free Time
11 11.45-
13.15
DZUHUR JAMAAH PRAYER –
DZIKIR – HADITS – QUR`AN &
LUNCH
12 13.15-
14.00
Kepesantrenan Life Skill
Sesion
Free Time
13 14.00-
14.45
Kepesantrenan Life Skill
Sesion
Free Time
14.45- ASHAR JAMAAH PRAYER –
78
15.30 (DZIKIR – HADITS – QUR`AN)
14 15.30-
17.00
Life Skill Sesion Life Skill
Sesion
Additional
Activities
15 17.00-
18.00
Magrib Preparation
16 18.00-
19.00
MAGRIB PRAYER – DZIKIR –
KHATAMAN & DINNER
17 19.00-
20.00
ISYA` PRAYER – DZIKIR –
KHATAMAN
Islamic Studies
Activities
Personal
Activites
Islamic
Studies
Activities
18 20.00-
21.30
Individual Learning / Personal Activities
19 21.30-
22.00
Sleeping Preparation
20 22.00-
03.00
Sleeping
E. Temuan Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Klasifikasi Responden
Responden dalam penelitian ini adalah remaja
yang ada di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan,
Banten. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak
62 responden yang diambil menggunakan teknik
sampling insidental. Adapun jumlah tersebut dihasilkan
dari perhitungan sampel menggunakan rumus slovin.
Hasil dari klasifikasi responden adalah sebagai berikut:
79
Tabel 4.2 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
Laki-laki 30 48,4 48,4 48,4
Peremp
uan 32 51,6 51,6 100,0
Total 62 100,0 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
perempuan sedikit lebih banyak dari pada responden
laki-laki. Responden perempuan menunjukkan 51,6%,
sedangkan responden laki-laki menunjukkan 48,4%. Hal
ini menunjukkan bahwa, hanya terdapat perbedaan
sebanyak 3,2% antara jumlah responden laki-laki dan
responden perempuan.
Tabel 4.3 Klasifikasi Responden Berdasarkan Usia
Usia
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
12-13 tahun 38 61,3 61,3 61,3
14-15 tahun 16 25,8 25,8 87,1
16-17 tahun 8 12,9 12,9 100,0
Total 62 100,0 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
didominasi oleh remaja dengan umur 12-13 tahun
80
sebanyak 38 orang atau 61,3%, sedangkan 25,8%
responden berumur 14-15 tahun. Adapun sisanya adalah
responden dengan umur 16-17 tahun.
Tabel 4.4 Klasifikasi Responden Berdasarkan Jangka
Tinggal di Pesantren
Jangka Tinggal
Frequency Percent Valid
Percent
Cumulative
Percent
Valid
1 tahun 31 50,0 50,0 50,0
2 tahun 16 25,8 25,8 75,8
3 tahun 11 17,7 17,7 93,5
5 tahun 1 1,6 1,6 95,2
6 tahun 3 4,8 4,8 100,0
Total 62 100,0 100,0
Tabel di atas menunjukkan bahwa responden
didominasi oleh remaja yang tinggal di pesantren dengan
jangka waktu satu tahun sebanyak 50%. Sedangkan
responden yang tinggal dalam jangka dua tahun
sebanyak 25,8%. Selebihnya, responden remaja yang
tinggal di pesantren dalam jangka waktu tiga tahun
sebanyak 17,7%, lima tahun sebanyak 1,6%, dan enam
tahun sebanyak 4,8%.
81
2. Gambaran Umum Responden
a. Gambaran Umum Bimbingan Rohani TQN yang
Diterima Remaja
Gambaran umum responden berdasarkan
tingkat bimbingan rohani TQN yang diterima
remaja sebagai berikut:
Tabel 4.5 Tingkat Bimbingan Rohani TQN yang
Diterima Remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy
Tangerang Selatan
No
Kategori
Tingkat
Bimbingan
Rohani
Jumlah
Skor
Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Rendah 81- 99,5 31 50%
2 Tinggi 99,6-118 31 50%
Jumlah 62 100%
Berdasarkan tabel 4.5, bimbingan rohani
yang diterima responden 50% berada dalam kategori
rendah, dan 50% berada dalam kategori tinggi.
Tingkat Bimbingan Rohani TQN yang diterima
responden ini dilihat dari beberapa aspek. Aspek
bimbingan rohani TQN terdiri dari tujuan, metode,
materi, pembimbing, sarana-prasarana, serta amalan
TQN.
Menurut Arifin, bimbingan rohani adalah
usaha Pemberian bantuan kepada seseorang yang
mengalami kesulitan, baik lahiriyah maupun
82
batiniyah, yang menyangkut kehidupan di masa kini
dan masa mendatang. Bantuan tersebut berupa
pertolongan di bidang mental dan spiritual, dengan
maksud agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi kesulitannya dengan kemampuan yang
ada pada dirinya sendiri.96
Adapun bimbingan
rohani TQN ini terdiri dari beberapa aspek, yaitu
tujuan, metode, materi, pembimbing, sarana-
prasarana, dan amalan TQN.
b. Gambaran Umum Kesehatan Mental Remaja
Gambaran umum responden berdasarkan
tingkat kesehatan mental remaja sebagai berikut:
Tabel 4.6 Tingkat Kesehatan Mental Remaja di
Pesantren Jagat ‘Arsy Tangerang Selatan
No
Kategori
Tingkat
Kesehatan
Mental
Jumlah
Skor
Jawaban
Responden
Frekuensi Persentase
1 Rendah 58-79 22 35%
2 Tinggi 80-100 40 65%
Jumlah 62 100%
Berdasarkan tabel 4.6, Mayoritas remaja
memiliki tingkat kesehatan mental yang tinggi, yaitu
sebanyak 65%. Adapun remaja dengan kesehatan
mental yang rendah sebanyak 35%. Tingkat
96 M.H Arifin, Pedoman Pelaksanaan Bimbingan dan Penyuluh
Agama, (Jakarta: Golden Tayaran Pres, 1988), hlm. 2.
83
kesehatan mental responden ini dilihat dari beberapa
aspek. Aspek kesehatan mental terdiri dari pikiran,
perasaan, perbuatan, dan kesehatan fisik
(psikosomatis).
Menurut Abdul Aziz El-Quusyi, kesehatan
mental adalah keserasian yang sempurna atau
integrasi antara fungsi-fungsi jiwa yang bermacam-
macam, disertai kemampuan untuk menghadapi
kegoncangan-kegoncangan jiwa yang ringan, yang
biasa terjadi pada orang, di samping secara positif
dapat merasakan kebahagiaan dan kemampuan
dirinya.97
Adapun Zakiyah Daradjat mengungkapkan
beberapa aspek dari kesehatan mental, diantaranya
pikiran (memahami potensi, mampu berpikir jernih,
mampu menyesuaian diri dan lain-lain), perasaan
(ketenangan, kebahagiaan, percaya diri, dan lain-
lain), perbuatan (suka bergaul, suka menolong, aktif,
mampu mengambil keputusan dengan baik, dan
lain-lain), dan kesehatan fisik (psikosomatis, yaitu
penyakit badan yang disebabkan oleh mental).
3. Analisis Data
Tahap selanjutnya, yaitu analisis pengaruh
bimbingan rohani TQN terhadap kesehatan mental
remaja di Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan.
97 Abdul Aziz El-Quussiy, Pokok-pokok Kesehatan Jiwa/Mental,
(Jakarta: Bulan Bintang, 1974), hlm.14.
84
Setelah data diolah menggunakan SPSS 20.0 for
windows hasil yang didapatkan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji Normalitas ini dilakukan menggunakan
bantuan SPSS 20.0 for windows.Adapun hasilnya
adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7 Uji Normalitas
D
a
r
i
t
a
b
e
C
Dari tabel 4.7, dapat diketahui bahwa nilai
signifikan sebesar 0,812. Hal ini menunjukkan
bahwa sebaran data variabel bimbingan rohani TQN
dengan kesehatan mental remaja di Pesantren Jagat
‘Arsy Tangerang Selatan, Banten terdistribusi
normal karena 0,812 > 0,05. Dengan demikian,
sampel ini layak untuk dilakukan pengujian secara
statistik.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa,b
Mean 0E-7
Std. Deviation 6,57504049
Most Extreme
Differences
Absolute ,081
Positive ,050
Negative -,081
Kolmogorov-Smirnov Z ,637
Asymp. Sig. (2-tailed) ,812
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
85
b. Uji Regresi
Uji regresi linier sederhana dilakukan
dengan menggunakan bantuan software SPSS 20.0
for windows. Setelah dilakukan pengolahan data,
menunjukkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.8 Uji Regresi
Berdasarkan tabel 4.8, nilai a = 19,479 dan
nilai b = 0,619. Maka dapat diperolah persamaan
regresi linier sederhana sebaga berikut:
Y = a + Bx
Y = 19,479 + 0,619X
Dimana: Y = Variabel Kesehatan Mental
X = Variabel Bimbingan Rohani TQN
Dalam persamaan regresi linier sederhana
menunjukkan nilai konstanta sebesar 19,479 yang
apabila nilai bimbingan rohani TQN nol, maka besar
kesehatan mental 19,479. Adapun nilai 0,619
merupakan koefisien regresi yang menunjukkan
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 19,479 9,003
2,164 ,034
Bimbingan
Rohani
TQN
,619 ,090 ,665 6,889 ,000
a. Dependent Variable: Kesehatan Mental
86
bahwa akan terjadi peningkatan atau penurunan
variabel kesehatan mental sebesar 0,619 apabila
terdapat perubahan pada variabel bimbingan rohani
TQN. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan variabel rohani TQN berpengaruh
terhadap variabel kesehatan mental remaja di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
c. Uji Koefisien Korelasi
Tabel 4.9 Uji Koefisien Korelasi
Correlations
Bimbingan
Rohani TQN
Kesehatan
Mental
Bimbingan
Rohani TQN
Pearson Correlation 1 ,665**
Sig. (2-tailed) ,000
N 62 62
Kesehatan
Mental
Pearson Correlation ,665** 1
Sig. (2-tailed) ,000
N 62 62
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa
korelasi antara variabel bimbingan rohani TQN
dengan variabel kesehatan mental adalah 0,665
dengan nilai signifikan 0,000. Selanjutnya, angka
yang diperoleh dikonsultasikan dengan tabel interval
korelasi. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat
hubungan yang cukup berarti atau sedang serta arah
hubungan yang positif antara variabel bimbingan
rohani TQN dengan variabel kesehatan mental.
87
d. Uji Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi dapat diketahui
melalui tabel model summary. Dari pengolahan data
di dalam SPSS 20.0 for windows menunjukkan hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.10 Koefisien Determinasi
Tabel tersebut dapat menunjukkan bahwa
nilai koefisien determinasi atau r2
(R Square)
sebesar 0,442 dimana nilai koefisien determinasi
yang telah disesuaikan (adjusted R Square) sebesar
0,432. Selanjutnya menggunakan rumus koefisien
determinasi sebagai berikut:
KD = r2 x 100%
= 0,432 x 100%
= 43,2%
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa
bimbingan rohani TQN berpengaruh sebanyak
43,2% terhadap kesehatan mental remaja di
Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan, banten.
Adapun 56,8% dipengaruhi oleh variabel-variabel
selain bimbingan rohani TQN.
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,665a ,442 ,432 6,630
a. Predictors: (Constant), Bimbingan Rohani TQN
b. Dependent Variable: Kesehatan Mental
88
e. Uji T (Parsial)
Hasil pengolahan data menggunakan SPSS
20.0 for windows mengenai uji koefisien terdapat
dalam tabel 4.8. Jika t-hitung > t-tabel dengan taraf
signifikan < 0,05 menunjukkan hubungan linieritas
yang signifikan. Dalam tabel 6 memiliki nilai
signifikan 0,000 < 0,05 dimana Ha diterima dan Ho
ditolak. Adapun nilai thitung sebesar 6,889 dengan
ttabel sebesar 2,000 atau nilai 6,889 > 2,000. Hal ini
dapat disimpulkan bahwa variabel X memiliki
kontribusi terhadap Variabel Y, nilai t yang positif
menunjukkan bahwa variabel X memiliki pengaruh
yang searah dengan variabel Y, artinya semakin
tinggi nilai variabel X maka semakin tinggi nilai
variabel Y. Data tersebut menunjukkan bahwa
bimbingan rohani TQN memiliki pengaruh dan
hubungan linier yang signifikan terhadap kesehatan
mental.
Hasil analisis data menunjukkan bimbingan
rohani TQN memberikan pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap kesehatan mental remaja di
Pesantren Jagat ‘Arsy Tangeraang Selatan. Hal ini
selaras dengan hasil penelitian Hariyanto yang
menyatakan bahwa bimbingan agama berpengaruh
positif dan signifikan terhadap kesehatan mental
89
jamaah,98
yang artinya semakin tinggi bimbingan agama,
semakin tinggi pula kesehatan mental jamaah. Nugroho
juga menyatakan bahwa bimbingan rohani memberikan
pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
kecemasan pasien,99
yang artinya semakin tinggi
bimbingan rohani maka semakin rendah kecemasan
pasien. Hasil penelitian Faridah juga menyatakan, bahwa
bimbingan rohani berpengaruh positif terhadap
kesembuhan pasien,100
yang artinya semakin tinggi
bimbingan rohani maka semakin tinggi pula kesembuhan
pasien.
98 Udy Hariyanto, Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Agama terhadap
Kesehatan Mental Jamaah Majelis Rasulullah Pancoran Jakarta Selatan”,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), hlm. 87.
99
Septian Aji Nugroho, Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Rohani
terhadap Kecemasan Pasien di RSUD Dr. Mowardi Surakarta”, (Surakarta:
Institut Agama Islam Negeri Surakarta, 2017), hlm. 90.
100
Anisatun Nur Faridah, Skripsi: “Pengaruh Bimbingan Rohani
Terhadap Kesembuhan Pasien di RSUP Dr. Sardgito Yogyakarta”,
(Yogyakarta: Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017),
hlm. 89
90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Kesimpulan penelitian menunjukkan bahwa variabel
bimbingan rohani TQN berpengaruh positif dan signifikan
sebesar 43,2% terhadap variabel kesehatan mental remaja di
Pesantren Jagat ‘Arsy, yang artinya semakin tinggi
bimbingan rohani TQN semakin tinggi pula kesehatan
mental remaja, begitupun sebaliknya, semakin rendah
bimbingan rohani TQN semakin rendah pula kesehatan
mental remaja. Dalam persamaan regresi linier sederhana,
nilai konstanta sebesar 19,479 yang apabila nilai bimbingan
rohani TQN nol, maka besar kesehatan mental 19,479.
Adapun nilai 0,619 merupakan koefisien regresi yang
menunjukkan bahwa akan terjadi peningkatan atau
penurunan variabel kesehatan mental sebesar 0,619 apabila
terdapat perubahan pada variabel bimbingan rohani TQN.
B. Saran
Berdasarkan analisis data, hasil penelitian, dan
pembahasan yang telah dilakukan, maka peneliti memberi
saran sebagai berikut:
1. Pesantren Jagat ‘Arsy, Tangerang Selatan, Banten
diharapkan dapat terus meningkatkan pelaksanaan
bimbingan rohani Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN) dan menjadikannya sebagai
wadah bagi para remaja dalam meningkatkan kesehatan
91
mental yang berpengaruh kepada aspek pikiran,
perasaan, perbuatan, dan kesehatan fisik mereka.
2. Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta diharapkan dapat menjadi tempat
bagi mahasiswa untuk mempelajari kesehatan mental
yang berpengaruh pada kesehatan fisik khususnya
psikosomatis dalam perspektif Islam.
3. Peneliti lanjutan untuk memperluas materi dan metode
TQN dapat dilakukan di lokasi yang sama.
92
DAFTAR PUSTAKA
A, Hallen. 2002. Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ciputat
Press.
Ahdiat, Adi. 2019. “Pengidap Gangguan Mental Menigkat,
Mayoritas Tidak Berobat”, diakses dari https://m.kbr.id.
Arifin, M. 1988. Pedoman Pelaksaan Bimbingan Penyuluhan
Agama. Jakarta: Golden Tayaran Press.
Arikunto, Suharsimi. 1993. Organisasi dan Administrasi
Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, Jakarta: PT Grafindo
Persada Daryanto, M. 2006.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta: Rineka Cipta.
Aqib, Zainal. 2013. Konseling Kesehatan Mental. Bandung:
Yrama Widya
Baihaqi, M.I.F dkk. 2005. Psikiatri (Konsep dan Gangguan-
gangguan) Bandung: PT. Refika Aditama.
Barmawie, Umary. 1995. Materia Akhlak. Solo: Ramadhani.
Bungin, Burhan.2010. Metodologi Penelitian Kuantitatif.
Jakarta: Kencana.
Cigna. 2019. “Anak Muda dan Kesehatan Mental, Mengapa
Generasi Muda Rentan Stres?”, diakses dari
http://www.cigna.co.id.
Dagun, Save M. 1997. Kamus Besar Ilmu Pengetahuan. Jakarta:
LPKN.
Daradjat, Zakiah. 1996. Kesehatan Mental. Jakarta:PT Toko
Gunung Agung.
93
Daradjat, Zakiah. 2001. Kesehatan Mental. Jakarta: Gunung
Agung.
Departemen Kesehatan. 2016. “Data WHO tentang Gangguan
dan Penyakit Mental/Jiwa”, diakses dari
http://www.depkes.go.id.
Departemen Pendidikan Nasional. 2002. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
El-Quussiy, Abdul Aziz. 1974. Pokok-pokok Kesehatan
Jiwa/Mental. Jakarta: Bulan Bintang.
Fahmi. 2018. “Sosialisasi Visi Misi Pesantren Peradaban Dunia
Jagat ‘Arsy”, diakses dari https://jagatarsy.sch.id.
Faqih, Aunur Rahim. 2004. Bimbingan dan Konseling dalam
Islam. Yogyakarta: UII Press.
Faridah, Anisatun Nur. 2017. Pengaruh Bimbingan Rohani
Terhadap Kesembuhan Pasien di RSUP Dr. Sardgito
Yogyakarta,. Skripsi, Universitas Islam Negeri Sunan
Kalijaga Yogyakarta.
Febrini, Deni. 2004. Bimbingan Konseling. Yograkarta: CV. Andi
Offset.
Ghozali, Imam. 2003. Aplikasi Analisis Multivarians dengan
Program SPSS. Semarang: UNDIP.
Gunarsa, Singgih D. 1982. Psikologi Remaja. Jakarta: PT BPK
Gunung Mulya.
Harahap, Khoirul Amru dan Reza Pahlevi Dalimunthe. 2008.
Dasyatnya Doa dan Zikir. Jakarta: Qultummedia.
94
Hariyanto, Udy. 2015. Pengaruh Bimbingan Agama terhadap
Kesehatan Mental Jamaah Majelis Rasulullah Pancoran
Jakarta Selatan. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hasan, Iqbal. 2004. Analisis Data Penelitian dengan Statistik.
Jakarta: Bumi Aksara.
Hifsa Nisar dan Rahul Srivastava, 2018. “Fundamental Concept
of Psychosomatic Disorders: A Review”. International
Journal of Contemporary Medicine Surgery and
Radiology, Vol. 3, Issue:1.
Jaelani, A.F. 2000. Penyucian Jiwa dan Kesehatan Mental.
Jakarta: Amzah.
Jagat ‘Arsy. 2016. “Sejarah Pesantren Jagat ‘Arsy”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id.
Jagat ‘Arsy. 2019. “Program Unggulan”, diakses dari
https://jagatarsy.sch.id.
Jalaluddin dan Ramayulis. 1998. Pengantar Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta: Kalam Mulia
Jalaluddin. 2015. Psikologi Agama. Jakarta: RajaWali Pers.
Jaya, Yahya. 1994. Spiritualisasi Islam. Jakarta: Ruhama.
Juliansyah Noor. 2011. Metodologi Penelitian Skripsi, Tesis,
Disertasi, dan Karya Ilmiah. Jakarta: Prenadamedia
Group.
Kartono, Kartini. 1999. Patologi Sosial. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada
Lutfi, Muhammad. 2009. Dasar-dasar Bimbingan dan
Penyuluhan Islam. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN
Syarif Hidayatullah.
95
Madrasan TQN PP Suryalaya, 2013. Pesantren Peradaban Dunia
Jagat ‘Arsy: Kitab Uqudul Juman. Tangerang Selatan:
Jagat ‘Arsy Press.
M, Amirin Tatang.2011. Pengertian Sarana dan Prasarana
Pendidikan. Jakarta: PT Grafindo Persada.
Musnamar, Tohari. 1992. Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan
dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.
Mubarok, Achmad. 2000. Jiwa dalam Al-Qur’an; Solusi Krisis
Keruhanian Manusia Modern. Jakarta: Paramadina.
Mu’jizati, Ati, 2009. “Peran Bimbingan Rohani Islam dalam
Memelihara Kesabaran Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit
Umum Islam Harapan Anda Tegal,” Skripsi, (tidak
dipublikasikan) Fakultas Dakwah IAIN Walisongo.
Semarang.
Mulyati, Sri. 2004. Tarekat-tarekat Muqtabaroh di Indonesia.
Jakarta: Kencana.
Nugroho, Septian Aji. 2017. Pengaruh Bimbingan Rohani
terhadap Kecemasan Pasien di RSUD Dr. Mowardi
Surakarta. Skripsi, Institut Agama Islam Negeri
Surakarta.
Prasetyo, Bambang dan Lina Miftahul Jannah. 2008. Metode
Penelitian Kuantitaif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Prastowo, Andi. 2011. Memahami Metode-metode Penelitian.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Psikologi Akademia. 2016. “Psikosomatis dalam Psikologi
Klinis”, diakses dari http://psikodemia.com
96
Purwanto. 2007. Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Putri, Nina Hertiwi. 2019. “Hari Kesehatan Jiwa Sedunia Fokus
pada Pencegahan Bunuh Diri”. diakses dari
https://www.sehatq.com.
Sarwono, Sarlino Wirawan. 2000. Psikologi Remaja. Jakarta:
Rajawali Press.
Shihab, Quraish. 1992. “Membumikan” Al-Quran (Fungsi dan
Peran Wahyu dalam Kehidupan Masyarakat). Bandung:
PT Mizan Pustaka.
Shihab, Quraisy. 2000. Tafsir al-Mishbah Jilid 2. Jakarta: Lentera
Hati.
Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian
Survei. Jakarta: LP3ES.
Singgih, Santoso. 2012. Aplikasi SPSS pada Statisktik
Parametrik.Jakarta: PT Exel Media Komputindo.
Sugianto, Dicky. 2018. “Menilik Prevalensi Gejala Depresi di
Indonesia”, diakses dari https://www.intothelightid.org.
Sukardi, Dewa Ketut. 1995. Proses Bimbingan dan Penyuluhan.
Jakarta: PT RinekaCipta.
Sugiyono. 2009. Metode Kuantitatif, Kuantitatif dan R&D.
Bandung: Alfabeta, 2009.
Sugiyono. 2012. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sutoyo, Anwar. 2012. Manusia dalam Perpektif Al-Qur’an.
Semarang: Program Pasca Sarjana Univesitas Negeri
Semarang.
97
Walgito, Bimo. 1989. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta:
Andi Offset.
Widoyoko, S. Eko Putro. 2012. Teknik Penyusunan Instrumen
Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
LAMPIRAN
LAMPIRAN I
DEFINISI OPERASIONAL DAN INDIKATOR VARIABEL PENELITIAN
Variabel Teori Dimensi Definisi Operasional Indikator
Bimbingan
Rohani Thoriqoh
Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah
(TQN) (X)
Teori M. Arifin
Bimbingan rohani
adalah usaha
Pemberian bantuan
kepada seseorang
yang mengalami
kesulitan, baik
lahiriyah maupun
batiniah, yang
menyangkut
kehidupan di masa
kini dan masa
mendatang.
Bantuan tersebut
berupa pertolongan
Aspek bimbingan
rohani meliputi:
1. Tujuan
Bimbingan
Rohani.
2. Metode
Bimbingan
Rohani.
3. Materi
Bimbingan
Rohani.
4. Pembimbing.
5. Sarana dan
Prasarana.
6. Amalan TQN
Bimbingan rohani
adalah bantuan yang
diberikan pembimbing
rohani secara terus
menerus kepada
jamaah yang sedang
mengalami masalah
hidup dan ingin
mengembangkan
potensinya semaksimal
mungkin, baik secara
individu maupun secara
kelompok.
Materi adalah segala
Tujuan Bimbingan
Rohani
1. Remaja mengetahui
tujuan Bimbingan
Rohani TQN yang
diberikan oleh
pembimbing.
2. Remaja merasakan
adanya perubahan
tingkah laku
menjadi lebih baik
dan dapat
memberikan
manfaat kepada
orang lain.
di bidang mental
dan spiritual,
dengan maksud
agar orang yang
bersangkutan
mampu mengatasi
kesulitannya
dengan
kemampuan yang
ada pada dirinya
sendiri.
bahan atau pesan-pesan
yang disampaikan
dalam kegiatan
bimbingan rohani,
diantaranya terkait
aqidah, akhlak, dan
syariah.
Tujuan bimbingan
rohani, diantaranya:
1. Menghasilkan
perubahan tingkah
laku yang lebih
baik, sehingga
dapat memberikan
manfaat kepada
diri.
2. Membantu
individu agar
memiliki
3. Remaja memiliki
pemahaman yang
baik, sehingga
dapat mengatasi
masalah yang
dihadapi.
4. Remaja mengalami
perubahan perilaku
yang lebih baik.
Metode Bimbingan
Rohani.
1. Remaja memahami
metode yang
digunakan dalam
proses bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
pemahaman yang
baik, sehingga
dapat mengatasi
masalah yang
dihadapi.
3. Individu dapat
menciptakan dan
memelihara
perasaan bahagia.
4. Memelihara
perilaku individu
agar yang sudah
baik akan tetap
baik atau bahkan
lebih baik.
Metode adalah cara
yang ditempuh untuk
mencapai tujuan dari
2. Remaja menyukai
metode yang
digunakan
pembimbing.
3. Metode yang
digunakan sesuai
dengan materi yang
disampaikan.
4. Metode yang
digunakan tidak
membosankan.
Materi Bimbingan
Rohani.
1. Remaja memahami
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing.
2. Remaja menyukai
bimbingan rohani.
Metode dalam
bimbingan rohani
meliputi:
1. Metode langsung:
Individual, seperti
percakapan pribadi
dan kunjungan ke
rumah.
Kelompok:
2. Metode tidak
langsung:
Individual: melalui
surat menyurat,
chating, telepon,
dan lain-lain.
Kelompok:
melalui majalah,
buku, brosur,
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing.
3. Remaja menerima
materi yang sesuai
dengan kebutuhan.
4. Remaja
mengaplikasikan
materi yang
disampaikan oleh
pembimbing.
Pembimbing
1. Pembimbing rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy
memiliki sifat yang
baik
2. Pembimbing rohani
media audio, dan
media audio
visual.
Pembimbing adalah
orang yang
menyampaikan materi
bimbingan terhadap
orang yang dibimbing.
Seorang pembimbing
harus memiliki sifat
yang baik,
bertawakkal, sabar,
tidak emosional,
memiliki retorika yang
baik, sanggup
menyakinkan, memiliki
kepribadian yang
menarik, dan
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy
memiliki kecakapan
dalam
menyampaikan
materi bimbingan.
3. Pembimbing rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy
memiliki
kepribadian yang
menarik
4. Pembimbing rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy
memiliki
spritualitas yang
baik
bertanggung jawab.
Sarana/Prasarana
adalah alat yang
digunakan untuk
mencapai tujuan dan
penunjang utama
berjalannnya suatu
proses.
Amalan TQN adalah
pengamalan TQN yang
terdiri dari beberapa
amalan, diantaranya:
1. Zikir harian.
2. Khotaman.
3. Manaqib.
4. Tawassul.
5. Amalan harian
sholat fardu dan
Sarana dan
Prasarana
1. Sarana dan
prasarana yang
digunakan dalam
proses bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy memadai.
2. Sarana dan
prasarana yang
digunakan dalam
proses bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy menunjang
dan membantu
jalannya kegiatan
bimbingan rohani.
sunnah.
6. Ziarah kubur.
3. Sarana dan
prasarana yang
digunakan
menambah
efektifitas kegiatan
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
Amalan TQN
1. Remaja sering
melaksanakan zikir
setiap setelah
sholat fardu sesuai
dengan bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
2. Remaja sering
melaksanakan
khotaman sesuai
dengan bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
3. Remaja sering
mengikuti kegiatan
manaqib sesuai
dengan bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
4. Remaja sering
membaca tawassul
sesuai dengan
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
5. Remaja sering
melaksanakan
amalan harian
sholat fardu dan
sunnah sesuai
dengan bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
6. Remaja mengikuti
ziarah kubur sesuai
dengan bimbingan
rohani TQN di
Pesantren Jagat
‘Arsy.
Kesehatan
Mental (Y)
Teori Abdul Aziz
El-Quussiy
Kesehatan mental
adalah keserasian
Aspek kesehatan
mental meliputi:
1. Pikiran
2. Perasaan
Kesehatan mental
adalah penyesuaian diri
dengan lingkungan dan
orang lain yang
Pikiran
1. Remaja dapat
memahami potensi
yang ada pada
yang sempurna
atau integrasi
antara fungsi-
fungsi jiwa yang
bermacam-macam,
disertai
kemampuan untuk
menghadapi
kegoncangan-
kegoncangan jiwa
yang ringan, yang
biasa terjadi pada
orang, di samping
secara positif dapat
merasakan
kebahagiaan dan
kemampuan.
3. Perbuatan
4. Kesehatan
Badan
(Psikosomatis)
sempurna, serta
kemampuan
menghadapi
goncangan-goncangan
jiwa sehingga terhindar
dari gangguan jiwa
(neurose) dan sakit
jiwa (psychose) serta
dapat merasakan
kebahagiaan dan
kemampuan dirinya.
Kesehatan mental dapat
dilihat dari 4 kategori
besar, diantaranya:
1. Pikiran
2. Perasaan
3. Perbuatan
4. Kesehatan Badan
dirinya.
2. Remaja dapat
menyesuaikan diri
dengan
lingkungannya
setelah mengikuti
bimbingan rohani.
3. Remaja mampu
berpikir dengan
jernih setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
4. Remaja mampu
berpikir maju
setelah mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
Perasaan
1. Remaja merasa
lebih tenang setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
2. Remaja merasakan
kebahagiaan
setelah mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy
3. Remaja lebih
merasa rileks/santai
setelah mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy
4. Remaja merasa
lebih percaya diri
setelah mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
Perbuatan
1. Remaja lebih suka
bergaul setelah
mengikuti
bimbingan Rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy
2. Remaja dapat
menyesuaikan diri
dengan baik
terhadap
lingkungan dan
orang lain setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
3. Remaja lebih suka
menolong setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
4. Remaja aktif dalam
kegiatan di
Pesantren maupun
masyarakat setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
5. Remaja dapat
mengendalikan
emosinya setelah
mengikuti
bimibngan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
6. Remaja dapat
mengambil
keputusan dengan
jernih setelah
mengikuti
bimbingan rohani
di Pesantren Jagat
‘Arsy.
Kesehatan Badan
1. Penapasan remaja
lebih lancar setelah
mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
2. Remaja lebih fokus
dalam
mengerjakan
sesuatu setelah
mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
3. Remaja jarang
minum obat setelah
mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
4. Pola makan remaja
lebih teratur
setelah mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
5. Remaja dapat
bergerak lebih
nyaman dalam
beraktivitas setelah
mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
6. Beban pikiran
remaja semakin
berkurang setelah
mengikuti
bimbingan rohani
TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
LAMPIRAN II
ANGKET PENELITIAN
I. Petunjuk Pengisian
1. Bacalah setiap pernyataan dengan baik dan teliti.
2. Isilah dengan jujur dan benar.
3. Jawablah pertanyaan dengan memilih salah satu dari 4
alternatif jawaban.
4. Pilihlah salahsatu jawaban yang tersedia dengan memberi
tanda (√) dari setiap pertanyaan yang dianggap paling tepat
dengan menggunakan skala berikut:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
II. Identitas Responden
Nama : ..........................................
Usia : .............. tahun
Jenis Kelamin : a. Laki-laki b. Perempuan
Jangka Tinggal di Pesantren : ...... tahun
Daftar Pernyataan Bimbingan Rohani Thoriqoh Qodiriyyah
Naqsyabandiyyah (TQN)
No
Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani dari Unsur
Tujuan
1. Saya mengetahui tujuan bimbingan
rohani TQN yang diberikan
pembimbing.
2. Saya merasakan adanya perubahan
tingkah laku menjadi lebih baik dan
dapat memberikan manfaat kepada
orang lain.
3. Saya memiliki pemahaman yang baik,
sehingga dapat mengatasi masalah
yang dihadapi.
4. Saya tidak mengalami perubahan
perilaku yang lebih baik
No
Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani dari Unsur
Metode
5. Saya memahami metode yang
digunakan pembimbing.
6. Saya menyukai metode yang
digunakan pembimbing.
7. Metode yang digunakan pembimbing
sesuai dengan materi yang
disampaikan.
8. Saya merasa bosan dengan metode
yang digunakan.
No
Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani dari Unsur
Materi
9. Saya memahami materi yang
disampaikan pembimbing.
10. Saya tidak menyukai materi yang
disampaikan pembimbing.
11. Materi yang disampaikan
pembimbing sesuai dengan kebutuhan
saya.
12. Saya mengaplikasikan materi yang
disampaikan pembimbing.
No
Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani dari Unsur
Pembimbing
13. Pembimbing rohani saya memiliki
sifat yang baik.
14. Pembimbing rohani saya tidak
memiliki kecakapan dalam
menyampaikan materi bimbingan.
15. Pembimbing rohani saya memiliki
kepribadian yang menarik.
16. Pembimbig rohani saya memiliki
spiritualitas yang baik.
No
Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani dari Unsur
Sarana dan Prasarana
17. Sarana dan prasarana yang digunakan
dalam proses bimbingan rohani TQN
di Pesantren Jagat ‘Arsy memadai.
18. Sarana dan prasarana yang digunakan
dalam proses bimbingan rohani TQN
di Pesantren Jagat ‘Arsy menunjang
kegiatan bimbingan rohani.
19. Sarana dan prasarana yang digunakan
dalam proses bimbingan rohani TQN
di Pesantren Jagat ‘Arsy membantu
kegiatan bimbingan rohani.
20. Adanya sarana dan prasarana
menghambat efektivitas kegiatan
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
No Pernyataan
SS S TS STS Bimbingan Rohani TQN
21. Saya sering melaksanakan zikir setiap
setelah sholat fardu sesuai dengan
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
22. Saya sering melaksanakan khotaman
sesuai dengan bimbingan rohani TQN
di Pesantren Jagat ‘Arsy.
23. Saya sering mengikuti kegiatan
manaqib sesuai dengan bimbingan
rohani TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
24. Saya sering membaca tawassul sesuai
dengan bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
25. Saya jarang melaksanakan amalan
harian sholat fardu dan sunnah sesuai
dengan bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
26. Saya tidak mengikuti ziaroh kubur
sesuai dengan bimbingan rohani TQN
di Pesantren Jagat ‘Arsy.
Daftar Pernyataan Kesehatan Mental
No
Pernyataan
SS S TS STS Kesehatan Mental dari Aspek
Pikiran
27. Saya dapat memahami potensi yang
ada pada diri saya setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
28. Saya dapat belajar dari kesalahan dan
kegagalan setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
29. Saya tidak mampu berpikir dengan
jernih setelah mengikuti bimbingan
rohani TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
30. Saya tidak mampu berpikir maju
setelah mengikuti bimbingan rohani
TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
31. Saya mampu berpikir positif setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
32. Saya lebih mudah mengingat sesuatu
setelah mengikuti bimbingan rohani
TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
No
Pernyataan
SS S TS STS Kesehatan Mental dari Aspek
Perasaan
33. Saya merasa tidak tenang setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
34. Saya merasakan kebahagiaan setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy
35. Saya merasa lebih rileks/santai setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy
36. Saya merasa lebih percaya diri setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
37. Saya merasa lebih tentram setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy
38. Saya jarang bersyukur setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
No
Pernyataan
SS S TS STS Kesehatan Mental dari Aspek
Perbuatan
39. Saya tidak suka bergaul setelah
mengikuti bimbingan Rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy
40. Saya tidak dapat menyesuaikan diri
dengan baik terhadap lingkungan dan
orang lain setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
41. Saya lebih suka menolong setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
42. Saya aktif dalam kegiatan pesantren
dan masyarakat setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
43. Saya dapat mengendalikan emosinya
setelah mengikuti bimibngan rohani
TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
44. Saya dapat mengambil keputusan
dengan jernih setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
No
Pernyataan
SS S TS STS Kesehatan Mental dari Aspek
Kesehatan Fisik (Psikosomatis)
45. Saya kurang fokus dalam mengerjakan
sesuatu setelah mengikuti bimbingan
rohani TQN di Pesantren Jagat ‘Arsy.
46. Pernapasan saya tidak lancar setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
47. Saya jarang minum obat setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
48. Pola makan saya lebih teratur setelah
mengikuti bimbingan rohani TQN di
Pesantren Jagat ‘Arsy.
49. Saya bergerak lebih nyaman dalam
beraktivitas setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
50. Saya merasa beban pikiran saya
berkurang setelah mengikuti
bimbingan rohani TQN di Pesantren
Jagat ‘Arsy.
LAMPIRAN III
DATA SKOR RESPONDEN VARIABEL X (BIMBINGAN ROHANI TQN)
LAMPIRAN IV
DATA SKOR RESPONDEN VARIABEL Y (KESEHATAN MENTAL)
LAMPIRAN V
DOKUMENTASI
Remaja saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) bersama KH Budi Rahman
Hakim.
Remaja saat mengikuti kegiatan Bimbingan rohani TQN di Kanzul
‘Arsy berupa praktik amaliyah TQN.
Remaja saat mengikuti bimbingan rohani TQN berupa tadarus al-Quran
untuk memperlancar dalam membaca al-Quran serta mempermudah
proses penghafalan doa dan dzikir dalam amalan TQN.
Remaja saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani TQN di masjid
Sirrul ‘Arsy berupa praktik menjalankan amalan TQN.
Remaja Remaja saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani TQN di
asrama berupa praktik menjalankan amalan TQN.
Remaja saat mengikuti kegiatan bimbingan rohani Thoriqoh
Qodiriyyah Naqsyabandiyyah (TQN) berupa kegiatan manaqib bersama
Syekh Muhammad Abdul Gaos dan para wakil talqin.
LAMPIRAN VI
PERSETUJUAN PROPOSAL SKRIPSI
LAMPIRAN VII
SURAT PERMOHONAN BIMBINGAN SKRIPSI
LAMPIRAN VIII
SURAT IZIN PENELITIAN (SKRIPSI)
LAMPIRAN IX
SURAT KETERANGAN PENELITIAN PESANTREN
JAGAT ‘ARSY