86
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENGARUH ABJAD 8 (ALPHABET 8S) DALAM MENGATASI KESULITAN MENULIS (DYSGRAPHIA) DAN MEMBACA (DYSLEXIA) ANAK TUNA GRAHITA RINGAN SKRIPSI Oleh : Sony Abdian Pranata NIM K 5105029 PENDIDIKAN LUAR BIASA JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

PENGARUH ABJAD 8 (ALPHABET 8S) DALAM MENGATASI … · PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan bagi anak berkebutuhan

  • Upload
    others

  • View
    4

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    i

    PENGARUH ABJAD 8 (ALPHABET 8S) DALAM MENGATASI

    KESULITAN MENULIS (DYSGRAPHIA) DAN MEMBACA

    (DYSLEXIA) ANAK TUNA GRAHITA RINGAN

    SKRIPSI

    Oleh :

    Sony Abdian Pranata

    NIM K 5105029

    PENDIDIKAN LUAR BIASA

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ii

    PENGARUH ABJAD 8 (ALPHABET 8S) DALAM MENGATASI

    KESULITAN MENULIS (DYSGRAPHIA) DAN MEMBACA

    (DYSLEXIA) ANAK TUNA GRAHITA RINGAN

    Oleh :

    Sony Abdian Pranata

    NIM K 5105029

    Skripsi

    Ditulis dan dajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

    Pendidikan Program Studi Pendidikan Khusus Jurusan Ilmu Pendidikan

    PENDIDIKAN LUAR BIASA

    JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

    UNIVERSITAS SEBELAS MARET

    SURAKARTA

    2011

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iii

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    iv

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    v

    ABSTRAK

    Sony Abdian Pranata, PENGARUH ABJAD 8 (ALPHABET 8S) DALAMMENGATASI KESULITAN MENULIS (DYSGRAPHIA) DAN MEMBACA(DYSLEXIA) ANAK TUNA GRAHITA RINGAN. Skripsi, Surakarta : FakultasKeguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret Surakarta, Agustus2010.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh positif abjad 8(alphabet 8s) sebagai media belajar membaca dan menulis terhadap peningkatankemampuan menulis dan membaca bidang studi Bahasa Indonesia pada anak tunagrahita yang mengalami kesulitan menulis (dysgraphia) dan kesulitan membaca(dyslexia). Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas eksperimendalam tiga siklus. Subjek dalam penelitian ini adalah 6 siswa kelas VI SLB – CSetya Darma Surakarta tahun ajaran 2009/2010. teknik pengumpulan data padavariabel kesulitan menulis (dysgraphia) menggunakan tes tertulis dan variabelkesulitan membaca (dyslexia) menggunakan tes lisan. Teknik analisa data yangdigunakan adalah menggunakan analisis deskriptif kualitatif.

    Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa abjad 8 (alphabet 8s)berpengaruh positif dalam mengatasi kesulitan menulis (dysgraphia) dan kesulitanmembaca (dyslexia) anak tuna grahita ringan kelas VI SLB – C Setya DarmaSurakarta tahun ajaran 2009/2010.

    Kata kunci: pengaruh positif abjad 8 (alphabet 8s), kesulitan menulis(dysgraphia), kesulitan membaca (dyslexia), anak tuna grahita ringan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vi

    ABSTRACT

    Sony Abdian Pranata, THE INFLUENCE OF ALPHABET 8S INOVERCOMING WRITING DIFFICULTY (DYSGRAPHIA) AND READINGDIFFICULTY (DYSLEXIA) OF DOWN SYNDROM CHILD.

    The aims of this research is to know the positive impact of alphabet 8 asmedium learning of writing and reading to the increasing of writing and readingability in Indonesian language study for down syndrome child. This research usesthe experiment action research method in three cycles. The subject on thisresearch are six pupils of sixth grade of SLB – C Setya Darma Surakarta in theyear 2009/2010. The technique in collecting data of the dysgraphia and dyslexiavariable used oral test. The data analytical used analysis qualitative descriptive.

    The result of this research shows that alphabet 8 affected positively inovercoming dysgraphia and dyslexia down syndrom of sixth grade of SLB – CSetya Darma Surakarta in the year 2009/2010.

    Keywords: the positive impact of alphabet 8s, writing disability(dysgraphia),reading disability (dyslexia), mild mental reatarded child

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    vii

    MOTTO

    Ilmu itu didapat melalui lidah bagi orang yang gemar bertanya & melalui akalbagi mereka yang suka berpikir.

    (HR. Abdullah bin Abbas r.a)

    Setiap individu adalah unik, setiap dari mereka berkembang dan belajar dengancara mereka, tidak ada istilah murid bodoh atau guru pintar, yang ada hanyalahmetode pendekatan belajar yang kurang tepat.

    (Penulis)

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    viii

    PERSEMBAHAN

    Karya ini dipersembahkan dan didedikasikan

    untuk:

    Ibu dan Bapak

    Kakakku dan keluarganya

    Almamater.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    ix

    KATA PENGANTAR

    Tidak ada kata yang pantas diucapkan penulis selain syukur alhamdulillah

    kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam yang Maha Pengasih dan Maha

    Penyayang, atas seijin-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

    untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

    Penulis menyadari bahwa terselesaikannya laporan penulisan atau skripsi

    ini tidak lepas dari bantuan serta dukungan, baik materil maupun moril yang

    diberikan oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini dengan

    rendah hati penulis ingin mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

    yang terhormat:

    1. Bapak Prof. Dr. Muhammad Furqon Hidayatullah, M.Pd selaku dekan

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    2. Bapak Drs. R. Indianto, M.Pd selaku ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

    Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

    Surakarta.

    3. Bapak Drs. Salim Choiri, M.Kes selaku ketua Program Studi Pendidikan

    Khusus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas

    Maret Surakarta.

    4. Bapak Prof. Dr. Ravik Karsidi, M.S selaku Pembimbing I.

    5. Bapak Drs. Salim Choiri, M.Kes selaku Pembimbing II.

    6. Bapak Sutarno, S.Pd selaku kepala SLB-C Setya Darma Surakarta.

    7. Ibu Sri muryani, S.Pd selaku kepala SDLB-C Setya Darma Surakarta.

    8. Bapak Drs Andar S selaku guru kelas VI SDLB-C Setya Darma Surakarta.

    9. Keluargaku, Ibu dan Bapak, Kakakku Mas Sandy beserta keluarganya,

    Ndunk Vita serta Ir. Retno Setyowati Gito D, MS.

    10. Teman-teman stressing C serta teman-teman PLB angkatan 2005, sukses

    untuk kalian.

    11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    x

    Penulis menyadari bahwa penulisan karya ini masih terdapat banyak

    kekurangan, untuk itu penulis dengan besar hati menerima kritik dan saran yang

    membangun, sehingga dapat memperkaya penulisan skripsi ini. Semoga karya

    tulis ini mampu memberikan manfaat bagi penulis maupun para pembaca yang

    berfokus pada anak-anak yang membutuhkan pendidikan khusus.

    Surakarta, Januari 2011

    Penulis

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xi

    DAFTAR ISI

    Halaman

    HALAMAN JUDUL ............................................................................... i

    HALAMAN PENGAJUAN..................................................................... ii

    HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. iii

    HALAMAN PENGESAHAN .................................................... ............... iv

    HALAMAN ABSTRAK.......................................................................... v

    HALAMAN MOTTO.............................................................................. vii

    HALAMAN PERSEMBAHAN............................................................... viii

    KATA PENGANTAR ............................................................................. ix

    DAFTAR ISI ........................................................................................... xi

    BAB I PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah...................................................... 1

    B. Perumusan Masalah ............................................................ 5

    C. Tujuan Penelitian ................................................................ 5

    D. Manfaat Penelitian .............................................................. 5

    BAB II LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka................................................................. 7

    1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita............................ 7

    a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan ..................... 7

    b. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan.................. 7

    c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita Ringan ..............….... 9

    d. Faktor Penyebab Tuna Grahita ................................. 10

    2. Tinjauan Tentang Kesulitan Menulis / Disgrafia

    (Dysgraphia) ............................................. ..................... 12

    a. Pengertian Kesulitan Menulis / Disgrafia

    (Dysgraphia)............................................................ 12

    b. Karakteristik Anak Berkesulitan Menulis /

    Disgrafia (Dysgraphia) ............................. ………… 13

    3. Tinjauan Tentang Kesulitan Membaca / Disleksia

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xii

    (Dyslexia)...................................................................... 15

    a. Pengertian Kesulitan Membaca / Disleksia

    (Dyslexia) ................................................................ 15

    b. Karakteristik Anak Berkesulitan Membaca /

    Disleksia (Dyslexia) ................................................. 16

    c. Jenis-jenis Anak Berkesulitan Membaca /

    Disleksia (Dyslexia) ................................................. 19

    4. Tinjauan Tentang Media Pendidikan ............................. 20

    a. Pengertian Media Pendidikan................................... 20

    b. Fungsi dan Manfaat Media Pendidikan..................... 21

    c. Klasifikasi Media Pendidikan................................... 22

    5. Tinjauan Abjad 8 (Alphabet 8s) ..................................... 23

    a. Latar Belakang Abjad 8 (Alphabet 8s) ..................... 23

    b. Fungsi Abjad 8 (Alphabet 8s) ................................... 24

    B. Kerangka Berpikir ............................................................... 26

    C. Hipotesis ............................................................................. 28

    BAB III METODE PENELITIAN

    A. Setting Penelitian................................................................. 31

    1. Tempat penelitian .......................................................... 31

    2. Waktu Penelitian............................................................ 31

    3. Siklus Penelitian Tindakan............................................. 31

    B. Subjek Penelitian................................................................. 31

    C. Data dan Sumber Data ......................................................... 32

    D. Teknik pengumpulan data.................................................... 33

    1. Tes................................................................................. 33

    2. Pengamatan atau Observasi............................................ 34

    E. Validitas Data...................................................................... 35

    1. Validitas ........................................................................ 35

    2. Triangulasi..................................................................... 37

    F. Teknik Analisis Data ........................................................... 37

    G. Indikator Kinerja ................................................................. 38

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiii

    H. Prosedur Penelitian .............................................................. 39

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penelitian......................................................... 43

    1. Siklus Pertama (Pertemuan Pertama).............................. 44

    2. Siklus Kedua (Pertemuan Kedua) .................................. 51

    3. Siklus Ketiga (Pertemuan Ketiga) ................................. 57

    B. Pembahasan Hasil Penelitian ............................................... 63

    BAB V PENUTUP

    A. Kesimpulan Penelitian ......................................................... 69

    B. Saran ................................................................................... 70

    DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 71

    LAMPIRAN ............................................................................................ 73

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xiv

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel 1. Perolehan Skor Tes Menulis dan Membaca Siswa ...................... 43

    Tabel 2. Perolehan Skor Tes Menulis dan Membaca Siswa ...................... 49

    Tabel 3. Perolehan Skor Tes Menulis dan Membaca Siswa ...................... 55

    Tabel 4. Perolehan Skor Tes Menulis dan Membaca Siswa............................ 60

    Tabel 5. Perolehan Skor Tes Menulis dan Membaca Siswa ...................... 62

    Tabel 6. Daftar Responden Siswa............................................................. 63

    Tabel 7. Perkembangan Perolehan Skor Tes Menulis

    dan Membaca Siswa ................................................................................ 65

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xv

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar 1. Ilustrasi tentang anak yang mengalami

    kesulitan menulis (disgrafia). .................................................. 14

    Gambar 2. Bentuk alphabet 8s yang digambarkan menurut

    belahan otak manusia.............................................................. 24

    Gambar 3. Bentuk 8 Tidur yang diperagakan ........................................... 25

    Gambar 4. Bentuk abjad 8 (alphabet 8s) yang terkandung

    huruf yang menjadi bagiannya.................................................... 26

    Gambar 5. Kerangka Berfikir Penelitian................................................... 27

    Gambar 6. Skema penelitian .................................................................... 41

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    xvi

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Lampiran 1. Definisi Abjad 8 (Alphabet 8s) ............................................. 73

    Lampiran 2. Kisi-kisi Instrumen Abjad 8 (Alphabet 8s)............................ 75

    Lampiran 3. Definisi Kesulitan Menulis (Dysgraphia) ............................ 78

    Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Kesulitan Menulis (Dysgraphia)............ 80

    Lampiran 5. Definisi Kesulitan Membaca (Dyslexia) ............................... 82

    Lampiran 6. Kisi-kisi Instrumen Kesulitan Membaca (Dyslexia).............. 85

    Lampiran 7. Soal Tes Kemampuan Menulis dan Membaca ...................... 87

    Lampiran 8. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ..................................... 92

    Lampiran 9. Pengitungan Data Menulis dan Membaca............................. 98

    Lampiran 10. Dokumentasi ...................................................................... 108

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Perkembangan dunia pendidikan di Indonesia, khususnya pendidikan bagi

    anak berkebutuhan khusus telah mengalami perkembangan yang cukup bagus.

    Mulai dari penyelenggaraan pendidikan secara segregatif hingga integratif.

    Namun, apapun bentuk penyelenggaraan pendidikan yang diberlakukan hal utama

    yang harus diperhatikan adalah dalam penyelenggaraan pelayanan pendidikan

    secara khusus untuk mereka yang berkebutuhan khusus. Tujuan dari pelayanan

    pendidikan khusus adalah memaksimalkan keterampilan yang tersisa pada anak

    berkebutuhan khusus. Dalam mempelajari atau membelajarkan keterampilan

    kepada mereka, tidak terlepas dari kemampuan untuk menulis dan membaca

    dalam memperoleh informasi dari lingkungan sekitar.

    Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang

    studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan

    untuk membaca maka ia akan banyak mengalami kesulitan dalam mempelajari

    berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Oleh karena itu anak harus

    belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar (Mulyono Abdurrahman,

    1999: 200). Maka kemampuan membaca hendaklah diajarkan pada anak sejak

    usia dini agar anak tidak mengalami kesulitan dalam membaca yang berpengaruh

    pada kemampuan menulis. Kemampuan menulis dan membaca sangat penting

    untuk keperluan belajar pada individu. Karena pada dasarnya kemampuan

    membaca dan menulis sangat erat kaitannya dalam proses belajar.

    Kemampuan menulis dan membaca pada umumnya diajarkan pada kelas

    persiapan atau permulaan. Kemampuan tersebut diajarakan secara bersamaan atau

    secara bertahap sesuai dengan kebijakan institusi penyelenggara pendidikan.

    Membaca merupakan salah satu jenis kemampuan berbahasa tulis yang sifatnya

    reseptif. Reseptif yang dimaksudkan adalah dengan membaca maka individu akan

    memperoleh informasi, ilmu dan pengetahuan serta pengalaman baru yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    2

    dituliskan orang lain. Semua yang diperoleh dengan membaca akan

    memungkinkan individu tersebut mampu mempertinggi daya pikir, mempertajam

    penalaran dan memperluas wawasannya.

    Pada awal anak belajar membaca, mereka menyadari pula, bahwa bahasaujaran yang biasa digunakan dalam percakapan dapat dituangkan dalambentuk lambang tulisan. Mulai saat itu, timbullah kesadaran pada anaktentang perlunya belajar menulis. Dengan demikian, proses belajar menulisterkait erat dengan proses belajar berbicara dan membaca (MulyonoAbdurrahman, 1999: 224).Ketika dalam proses belajar menulis dan membaca, anak mengalami

    hambatan dan kesulitan dalam belajar menulis, maka hal ini akan berdampak pada

    kemampuan membaca. Mulyono Abdurrahman (1999: 228) menyatakan bahwa

    ”Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau disleksia

    (dyslexia) karena kedua jenis kesulitan tersebut sesungguhnya saling terkait”.

    Hornsby (1984 : 9) dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 204) mendefinisikan

    disleksia tidak hanya kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis. Definisi

    Hornsby tersebut dapat dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca

    dengan menulis. Anak yang berkesulitan membaca umumnya juga kesulitan

    menulis.

    Anak berkebutuhan khusus—dalam hal ini anak tuna grahita ringan—

    memiliki kemampuan akademis yang rendah sehingga berdampak pada

    kemampuan untuk belajar dan memperoleh informasi melalui membaca dan

    menulis. Smith dkk (2002: 99) dalam Bandi Delphie (2006: 16) menyatakan

    bahwa ”Fungsi kognitif, meliputi pengetahuan akademik dasar (seperti

    pengetahuan tentang warna), membaca, menulis, fungsi-fungsi pengenalan

    terhadap angka, waktu, uang, dan pengukuran”. Kebanyakan anak-anak yang

    memiliki masalah pembelajaran juga mengalami masalah disgrafia (Jamila K. A.

    Muhammad, 2008: 137).

    Anak tuna grahita ringan adalah anak yang memiliki kemampuan

    intelektual dibawah rata-rata, kemampuan berfikirnya rendah, perhatian dan daya

    ingatnya lemah, dan sukar berfikir abstrak (Mulyono Abdurrahman dan Sudjadi,

    1994 : 19). Fungsi kognitif atau kemampuan intelektual pada anak tuna grahita

    yang rendah menyebabkan anak kesulitan dalam menerima dan menguasai

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    3

    pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah. Kemampuan akademik dalam

    penguasaan pelajaran di sekolah tidak terlepas pada kemampuan membaca dan

    menulis. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya, anak tuna grahita

    membutuhkan pelayanan dalam pendidikan yang dapat disesuaikan dengan

    kemampuannya.

    Sistem pendidikan dan pengajaran anak berkelainan khususnya anak tunagrahita ringan berbeda dengan pendidikan anak normal pada umumnya.Untuk anak tuna grahita ringan lebih bersifat individual, fleksibel, dengancara informal, dan harus bersifat konkrit serta dapat menarik perhatiansehingga membantu mempermudah anak dalam menerima pelajaran(Mohammad Amin, 1999: 155).Pelaksanaan membaca anak tuna grahita pada umumnya rendah, oleh

    sebab itu guru perlu mengupayakan berbagai cara agar anak memiliki ketertarikan

    belajar membaca. Tersedianya media pembelajaran penting sekali dalam upaya

    merangsang perhatian anak, membangkitkan motivasi belajar, membantu

    mempermudah pemahaman materi yang diberikan, sehingga meningkatkan

    prestasi belajar anak. Dengan demikian kehadiran guru untuk mengarahkan

    kegiatan belajar mengajar yang menggunakan media pendidikan sangat

    diperlukan. interaksi antara anak dan guru serta media pembelajaran inilah yang

    sebenarnya merupakan wujud nyata dari tindak belajar. Sehubungan dengan hal

    tersebut, maka guru dituntut untuk dapat memilih dan menggunakan media

    pembelajaran yang tepat dalam mengajar membaca permulaan khususnya bagi

    anak tuna grahita ringan karena penyesuaian kemampuan mereka terhadap media

    belajar atau metode dalam pembelajaran mereka. Mengingat banyaknya jenis

    media dan tidak semua media sama efektifnya untuk semua mata pelajaran. Oleh

    karena itu guru sebagai pengelola proses belajar mengajar perlu memperhatikan

    cocok tidaknya media yang akan digunakan dalam proses belajar mengajar.

    Kemanfaatan dari media pendidikan yang digunakan secara tepat dalam proses

    belajar mengajar sudah tidak diragukan lagi. Di satu sisi hal itu terjadi karena

    tidak tersedianya media yang sesuai atau kesalahan guru dalam menggunakan

    media yang ada. Di sisi lain sudah menjadi kenyataan bahwa proses belajar

    mengajar yang terjadi pada saat ini cenderung memberikan kedudukan guru yang

    lebih dominan. Selain itu guru kurang menyadari bahwa media pendidikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    4

    seharusnya merupakan bagian internal dari proses belajar mengajar. Hal ini sesuai

    dengan pendapat Arif S. Sadiman (1996: 1) bahwa ”Proses belajar mengajar pada

    hakikatnya merupakan proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari

    sumber pesan melalui sarana atau media tertentu ke penerima pesan”.

    Media pembelajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar sangat

    beragam baik bentuk dan variasinya, tetapi pada prinsipnya dibagi dalam tiga

    kategori yaitu audio, visual dan audio visual. Abjad 8 (alphabet 8s) merupakan

    media pembelajaran dalam pendidikan yang tergolong dalam media visual. Paul

    E. Dennison (2008: 253) mengemukakan bahwa ”8 Tidur mengajari orang untuk

    menggunakan kedua matanya dalam kedua bidang visual, dan karenanya penting

    sekali untuk meningkatkan keterampilan membaca”.

    Abjad 8 (alphabet 8s) melibatkan menulis huruf-huruf alfabet di dalam

    lingkaran yang dibuat oleh 8 Tidur—hanya huruf kecil yang digunakan dan

    sebuah 8 Tidur digambar setelah setiap huruf. Tujuannya adalah secara kinestetik

    merasakan bahwa huruf-huruf alfabet mula-mula bulat dan berakhir di garis

    tengah, atau dimulai dengan garis lurus ke bawah pada garis tengah dan bergerak

    ke kanan. 8 Tidur merupakan keseluruhan yang di dalamnya terdapat semua huruf

    yang menjadi bagiannya (Paul E. Dennison, 2008: 253-254).

    Bentuk 8 telah digunakan selama bertahun-tahun dalam pelatihan di

    sekolah-sekolah khusus untuk membantu murid yang menderita ”disleksia” dan

    ”disgrafia” parah. Dr. Dennison diperkenalkan dengan bentuk 8 untuk menulis

    pada suatu program pelatihan intern di lembaganya di California (tahun 1974),

    dan segera memasukkannya ke dalam programnya sendiri untuk mengembangkan

    koordinasi mata-tangan dan keterampilan visual yang lain. Pembaruan pola

    belajar (repatterning) pada murid untuk belajar huruf-huruf merupakan suatu

    modifikasi gerakan 8 yang khusus diadaptasi oleh Dr. Dennison (Paul E.

    Dennison dan Gail E. Dennison, 2005: 14).

    Berdasarkan pengalaman peneliti sebagai guru sekolah luar biasa, dalam

    melaksanakan proses belajar mengajar khususnya dalam mengajar menulis dan

    membaca, belum menggunakan media pembelajaran yang menyesuaikan

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    5

    kebutuhan siswa untuk belajar dengan menggunakan kedua matanya dalam kedua

    bidang visual yang untuk meningkatkan keterampilan membaca.

    Atas dasar latar belakang masalah di atas, penulis akan meneliti lebih jauh

    pengaruh penggunaan media pembelajaran berupa abjad 8 (alphabet 8s) untuk

    membantu anak tuna grahita yang mengalami kesulitan dalam menulis dan

    membaca. Oleh karena itu judul dalam penelitian ini adalah ”Pengaruh Abjad 8

    (Alphabet 8s) Dalam Mengatasi Kesulitan Menulis (Dysgraphia) Dan Membaca

    (Dyslexia) Anak Tuna Grahita Ringan”

    B. Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut : Apakah abjad 8 (alphabet 8s) sebagai media belajar

    menulis dan membaca berpengaruh dalam mengatasi kesulitan menulis dan

    membaca dalam bidang studi Bahasa Indonesia pada anak tuna grahita kelas D6 di

    SLB C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009 ?

    C. Tujuan Penelitian

    Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan yang diharapkan dalam

    penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh abjad 8 (alphabet 8s) sebagai

    media belajar menulis dan membaca dalam mengatasi kesulitan menulis dan

    membaca dalam bidang studi Bahasa Indonesia pada anak tuna grahita kelas D5 di

    SLB C Setya Darma Surakarta Tahun Ajaran 2008/2009.

    D. Manfaat Penelitian

    Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

    a. Merupakan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan dan ilmu

    pengetahuan pada umumnya dan Pendidikan Luar Biasa pada khususnya

    karena pada dasarnya abjad 8 (alphabet 8s) dapat dipelajari oleh siapapun

    dengan cara membuatnya yang sederhana.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    6

    b. Bagi guru, sebagai bahan wacana mengenai abjad 8 (alphabet 8s) dalam

    memberikan pengajaran menulis dan membaca kepada siswa sehingga

    kemampuan menulis dan membaca mencapai batas ketuntasan belajar.

    c. Bagi orang tua dapat menambah dan memperluas referensi mengenai

    masalah yang berkaitan dengan anak tuna grahita ringan yang mengalami

    disgrafia dan disleksia.

    d. Sebagai wacana bagi peneliti yang akan datang dalam menangani anak

    yang mengalami kesulitan membaca (dysgraphia) dan kesulitan membaca

    (dyslexia).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    7

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    A. Tinjauan Pustaka

    1. Tinjauan Tentang Anak Tuna Grahita

    a. Pengertian Anak Tuna Grahita Ringan

    Emi Dasiemi (1997: 38) memberikan batasan anak tuna gahita ringan atau

    debil yaitu anak yang mempunyai IQ antara 50/55 – 70/75, kurang mampu

    mencari nafkah sendiri, namun masih mampu menerima pendidikan atau latihan

    meskipun terbatas.

    Menurut Munzayanah (1997: 22) anak tuna grahita ringan adalah anak

    yang mengalami gangguan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh

    kepribadiannya sehingga mereka tidak mampu hidup dengan kekuatan sendiri di

    dalam masyarakat meskipun dengan cara hidup yang sederhana.

    Sedangkan Mohammad Amin (1995: 34) menyatakan bahwa anak tuna

    grahita ringan adalah anak yang mengalami hambatan dalam fungsi kecerdasan,

    social, emosi, kepribadian dan fungsi mental lain sehingga anak tidak dapt

    menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

    Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat diambil suatu pengertian

    bahwa anak tuna grahita ringan adalah anak yang mempunyai kecerdasan mental

    antara 50/55 – 70/75, mereka masih memiliki potensi yang dapat dikembangkan

    apabila mendapatkan pendidikan dan laithan yang sesuai dengan kemampuannya.

    b. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan

    Mohammad Amin (1995 : 37) menyebutkan bahwa karakteristik anak tuna

    grahita menurut tingkat ketunagrahitaannya adalah sebagai berikut :

    1. Karakteristik Anak Tuna Grahita Ringan

    Karakteristik yang tampak pada anak tuna grahita ringan diantaranya adalah

    mereka lancar berbicara tapi kurang perbendaharaan kata, mengalami kesukaran

    berfikir abstrak tapi masih mampu mengikuti kegiatan akademik dalam batas-

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    8

    batas tertentu. Pada umur 16 tahun baru mencapai umur kecerdasan yang sama

    dengan anak umur 12 tahun.

    2. . Karakteristik Anak Tuna Grahita Sedang

    Karakteristik yang tampak pada anak tuna grahita sedang adalah mereka hampir

    tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran akademik. Mereka umumnya dilatih

    untuk merawat diri dan aktifitas sehari-hari. Pada umur dewasa mereka baru

    mencapai tingkat kecerdasan yang sama dengan anak umur 7 tahun.

    3. Karakteristik Anak Tuna Grahita Berat Dan Sangat Berat

    Karakteristik yang tampak pada anak tuna grahita berat dan sangat berat adalah

    mereka sepanjang hidupnya akan selalu bergantung pada pertolongan dan bantuan

    dari orang lain. Mereka tidak dapat memelihara diri, tidak dapat membedakan

    bahaya atau tidak, kurang dapat bercakap-cakap. Kecerdasannya hanya dapat

    berkembang paling tinggi seperti anak normal yang berusia 3 atau 4 tahun.

    Karakteristik anak tuna grahita yang dikemukakan oleh Munzayanah

    (1997: 22) adalah sebagai berikut :

    1. Anak Idiota) Mereka tidak dapat bercakap-cakap karena kemampuan berfikirnya rendahb) Tidak mampu mengerjakan atau mengurus dirinya sendiri meskipun diberi

    latihanc) Hidupnya seperti bayi yang selalu muhkan perawatan dan pertolongand) Kadang-kadang tingkah lakunya dikuasai oleh gerakan yang berlangsung

    dari luar kesadarannya, jadi bersifat otomatise) Jarang mencapai umur panjang karena adanya proses kemunduran organ-

    organ didalam tubuhnya (deteriorisasi)2. Anak Imbisil

    a) Dapat menggunakan kata-kata yang sederhanab) Dapat dilatih untuk merawat diri sendiric) Dapat dilatih untuk aktifitas hidup sehari-harid) Masih membutuhkan pengawasan orang laine) Sulit mengadakan sosialisasi

    3. Anak Debil Atau Morona) Dapat dilatih untuk bermacam-macam tugas yang lebih tinggi atau

    kompleksb) Dapat dilatih dalam bidang social atau intelektual dalam batas-batas

    tertentu, misalnya membaca, menulis, menghitungc) Dapat dilatih untuk pekerjaan-pekerjaan rutin maupun keterampilan

    4. Anak mongolism atau mongoloida) Matanya letaknya miring dan biasanya jarak antara dua mata lebih jauh

    bila dibandingkan dengan anak normal, serta mata sipit

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    9

    b) Muka datar, bundar dan lebarc) Bibir tebal dan lebard) Lidah panjang dan lebar dsampai biasanya menjulur keluare) Hidung pesek dan pangkal hidung melebarf) Tengkorak dari muka sampai daerah belakang kepala pendek sampai jari

    kelima.Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    karakteristik anak tuna grahita ringan masih bisa mengikuti kegiatan akademik

    pada batas-batas tertentu tetapi tidak bisa berpikir abstrak, mereka masih dapat

    dilatih untuk tugas yang lebih tinggi dan kompleks. Karakteristik anak tuna

    grahita sedang adalah mereka hampir tidak bisa mengikuti kegiatan akademik,

    pada umumnya mereka dilatih untuk merawat diri sendiri dan kegiatan sehari-hari.

    Karakteristik anak tuna grahita berat dan sangat berat adalah mereka tidak dapat

    merawat diri sendiri dan hampir tergantung pada bantuan orang lain.

    c. Klasifikasi Anak Tuna Grahita

    Umumnya sistem sekolah masih menggunakan klasifikasi ringan, sedang,

    dan berat, atau debil, imbisil, dan idiot. Klasifikasi tersebut lebih dikenal dengan

    istilah tuna grahita atau retardasi mental. Shonkoff (1996) dalam John W.

    Santrock (2007: 224-225) menyebutkan bahwa retardasi mental digolongkan

    menjadi retardasi mental ringan, moderat, berat dan parah. Sekitar 85 persen

    murid dengan retardasi mental termasuk dalam kategori ringan (mild).

    Tipe retardasi mental:

    1. Ringan, dengan rentang IQ 55 - 70.2. Moderat, dengan rentang IQ 40 - 54.3. Berat, dengan rentang IQ 25 - 39.4. Parah, dengan rentang IQ < 25.

    Munzayanah (1997: 20) mengklasifikasikan anak tuna grahita menjadi 5

    macam sebagai berikut :

    1. Klasifikasi menurut etiologi antara lain :a) Anak tuna grahita karena keturunanb) Anak tuna grahita karena gangguan fisikc) Anak tuna grahita karena kerusakan pada otak

    2. Klasifikasi menurut tujuan pendidikannyaa) Anak tuna grahita mampu rawat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    10

    b) Anak tuna grahita mampu latihc) Anak tuna grahita mampu didik

    3. Klasifikasi menurut tipe klinisa) Mongol (mongolism, mongolooid)b) Microchephalisc) Cretinisme (kretin, kerdil, cebol)d) Hidrocephalise) Cerebral palsy

    4. Klasifikasi dari “The American Psychiatric Association” adalah :a) Mild deficiencyb) Moderate deficiencyc) Severe deficiency

    5. Klasifikasi menurut American Association on Mental Deficiency (AAMD)atas dasar tinjauan medika) Penyakit karena infeksib) Penyakit karena intoksitasic) Penyakit karena traumad) Penyakit karena ketergantungan metaboisme, pertumbuhane) Penyakit karena pengaruh hormone

    Klasifikasi menurut tipe klinis yang dikemukakan oleh Mohammad Amin

    (1995: 27) adalah :

    1. Down syndrome2. Cretin3. Hydrocephalus4. Microcephal, macrocephal

    Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

    anak tuna grahita diklasifikasikan atas debil yaitu anak yang masih mampu didik,

    imbisil yaitu anak yang mampu rawat, dan idiot yaitu anak yang mampu latih.

    d. Faktor Penyebab Tuna Grahita

    Anak yang mengalami tuna grahita bisa disebabkan oleh beberapa faktor.

    Faktor tersebut bisa berupa secara medis dalam perkembangan saat masih dalam

    kandungan, ketika kelahiran dan setelah kelahiran. Berikut ini beberapa factor

    yang bisa mempengaruhi anak mengalami tuna grahita.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    11

    Menurut Yanet dalam buku “Gangguan Psikiatrik Pada Anak-Anak

    Dengan Retardasi Mental” oleh Triman Prasadio (1976: 14), penyebab tuna

    grahita digolongkan menjadi dua kelompok :

    1. Kelompok Biomedik

    a) Prenatal, dapat terjadi karena :

    (a) Infeksi pada ibu sewaktu mengandung

    (b) Gangguan metabolisme

    (c) Irradiasi sewaktu umur kehamilan antara 2 – 6 minggu

    (d) Kelainan kromosom

    (e) Malnutrisi

    b) Natal, antara lain :

    (a) Anoxia

    (b) Asphysia

    (c) Prematuritas dan postmaturitas

    (d) Kerusakan otak

    c) Postnatal, dapat terjadi karena :

    (a) Malnutrisi

    (b) Infeksi : mnginitis dan encephalitis

    (c) Trauma

    2. Kelompok sosiokultural : psikomedik atau lingkungan

    Kelompok etiologi ini dipengaruhi oleh proses psikososial dalam keluarga.

    Faktor penyebab tuna grahita menurut Mulyono Abdurrachman dan

    Sudjaji (1994: 30) adalah :

    1. Genetic

    a) Kerusakan biokimia

    b) Abnormalitas kromosomal

    2. Sebab-sebab pada masa prenatal

    a) Infeksi rubella (cacar)

    b) Faktor resus (Rh)

    3. Sebab-sebab pada masa natal :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    12

    a) Luka saat kelahiran

    b) Sesak nafas

    c) Prematuritas

    4. Sebab-sebab pada masa postnatal :

    a) Infeksi

    b) Encephalitis

    c) Meningitis

    d) Malnutrisi

    5. Faktor-faktor sosiokultural

    Faktor-faktor sosiokultural dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya yang

    berkembang di lingkungan dimana anak bertumbuh dan kembang.

    Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa faktor penyebab

    terjadinya tuna grahita meliputi :

    a) Faktor sebelum lahir (prenatal), yang melip[uti kelukaan pada otak dan

    gangguan psikologik

    b) Faktor saat lahir (natal), yang meliputi kelukaan pada otak

    c) Faktor sesudah lahir (postnatal), penyakit luar yang berakibat infeksi

    pada otak

    2. Tinjauan Tentang Kesulitan Menulis / Disgrafia (Dysgraphia)

    a. Pengertian Kesulitan Menulis / Disgrafia (Dysgraphia)

    Beberapa anak usia sekolah yang berada di SLB atau di sekolah reguler

    yang memiliki intelegensi normal atau di atas rata-rata, tidak menutup

    kemungkinan bahwa mereka mengalami gangguan dalam belajar dalam mata

    pelajaran tertentu, salah satunya adalah ketidakmampuan dalam menulis.

    Kesulitan belajar menulis sering disebut juga disgrafia (dysgraphia)

    (Jordon seperti dikutip oleh Hallahan, Kafman, & Lloyd, 1985: 237). Mulyono

    Abdurrahman, (1999: 227) menyatakan bahwa ”Kesulitan belajar menulis yang

    berat disebut juga agrafia. Disgrafia menunujuk pada adanya ketidakmampuan

    mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika”.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    13

    Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan disgrafia sebagai

    ketidakmampuan untuk menulis secara tepat; mungkin merupakan bagian dari

    kelainan bahasa yang disebabkan oleh gangguan pada lobus parietalis atau sistem

    motorik. Disebut juga dengan status dysgraphycus (Tim Penerjemah EGC, 1994:

    579).

    Disgrafia adalah masalah pembelajaran spesifik yang berdampak terhadap

    kesulitan dalam menyampaikan hal yang ada dalam pikiran dalam bentuk tulisan,

    yang akhirnya malah menyebabkan tulisannya menjadi buruk (Jamila K. A.

    Muhammad, 2008: 137).

    Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kesulitan menulis /

    disgrafia (dysgraphia) adalah ketidakmampuan individu dalam proses belajar

    menulis huruf.

    b. Karakteristik Anak Berkesulitan Menulis / Disgrafia (Dysgraphia)

    Anak yang mengalami gangguan dalam belajar sering kali mendapatkan

    kesulitan dalam belajar menulis. Mereka sering kali menulis dengan lambat dan

    kesalahan ejaan karena ketidakmampuan mereka dalam menyesuaikan huruf

    dengan bunyinya. Berikut ini beberapa penjelasannya.

    Jamila K. A. Muhammad (2008: 138) menyebutkan bahwa tanda-tanda

    masalah disgrafia adalah sebagai berikut :

    1. Anak-anak dapat berkomunikasi dengan baik tetapi menghadapi masalahdalam kemampuan menulis.

    2. Menggunakan tanda baca yang tidak benar, ejaan yang salah, mengulangkalimat atau perkataan yang sama.

    3. Salah dalam mengartikan pertanyaan yang diberikan.4. Sulit menulis nomor menurut urutannya.5. Tidak konsisten dalam membuat tuisan yang bervariasi dalam kemiringan

    huruf dan ukuran tulisan.6. Kalimat atau kata tidak ditulis lengkap, sering terdapat huruf atau kata

    yang terlewat.7. Garis dan batas halaman kertas tidak sama antara satu halaman dan

    halaman yang lain.8. Jarak antar-kata tidak konsisten.9. Menggenggam alat tulis sangat erat, biasanya mereka menulis dengan

    bertumpu pada pangkal lengan dan memegang pensil hingga menempelkertas.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    14

    10. Sering berbicara sendiri saat menulis.11. Selalu memerhatikan tangan yang sedang menulis.12. Lambat dalam menulis.

    Paul E. Dennison dan Gail E. Dennison dalam bukunya yang berjudul

    Edu-K for Kids (2004: 39) mengilustrasikan anak yang mengalami kesulitan

    menulis atau disgrafia sebagai berikut :

    Gambar 1. Ilustrasi tentang anak yang mengalami kesulitan menulis (disgrafia).

    Dalam ilustrasi tersebut di atas menggambarkan seorang anak yang sedang

    menyalin tulisan yang tertulis pada papan tulis. Tulisan yang berbunyi ”Ada beda

    badak dengan kuda nil” pada papan tulis, disalin oleh anak pada bukunya

    dengan tulisan ”Aba deba dabak bengan kuba nil”. Hal itu menunjukkan bahwa

    anak tersebut tidak dapat membedakan antara huruf ”b” dan ”d” yang mempunyai

    bentuk hampir serupa. Tulisan tidak ditulis atau disalin pada buku tidak sesuai

    dengan tulisan yang sudah tertera pada papan tulis. Selain itu, anak juga

    mengalami kesalahan saat membaca tulisan tersebut ketika akan ditulis pada buku,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    15

    hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis dan membaca saling terkait satu

    dengan yang lainnya.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa anak yang

    mengalami kesulitan memiliki karakteristik dapat berkomunikasi dengan baik

    tetapi mengalami kesulitan menulis yang diantaranya dalam penggunaan tanda

    baca, ejaan, kata atau kalimat yang ditulis tidak lengkap sebagaimana mestinya

    dengan terdapatnya huruf atau kata yang terlewat.

    3. Tinjauan Tentang Kesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

    a. Pengertian Kesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

    Kesulitan belajar membaca sering disebut juga disleksia (dyslexia).

    Perkataan disleksia berasal dari Yunani yang artinya “kesulitan membaca.” Ada

    nama-nama lain yang menunjuk kesulitan belajar membaca, yaitu corrective

    readers (Hallahan, Kaufman, & Lloyd, 1985 : 202); sedangkan kesulitan belajar

    membaca yang berat sering disebut aleksia (alexia) (Lerner : 1981 : 295).

    Kamus Kedokteran Dorland mendefinisikan disleksia sebagai

    ketidakmampuan untuk membaca secara mengerti oleh karena lesi sentral (Tim

    Penerjemah EGC, 1994 : 580).

    Istilah lain yang digunakan untuk merujuk pada disleksia adalah buta

    huruf atau alexia. Perkataan disleksia berasal dari bahasa Yunani yaitu “dys” dan

    “lexia”. “dys” berarti kesulitan sedangkan “lexia” berarti kata. Disleksia

    didefinisikan sebagai ketidakmampuan dalam memperoleh pengetahuan dari

    proses pembelajaran akibat kesulitan dalam menafsirkan kalimat (Jamila K. A.

    Muhammad, 2008 : 140).

    Bryan dan Bryan seperti dikutip oleh Mercer (1979 : 200) dalam Mulyono

    Abdurrahman (1999 : 204) mendefinisikan disleksia sebagai suatu sindroma

    kesulitan dalam mempelajari komponen-komponen kata dan kalimat,

    mengintegrasikan komponen-komponen kata dan kalimat, dan dalam belajar

    segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu, arah, dan masa. Hornsby (1984 : 9)

    dalam Mulyono Abdurrahman (1999 : 204) mendefinisikan disleksia tidak hanya

    kesulitan belajar membaca tetapi juga menulis. Definisi Hornsby tersebut dapat

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    16

    dipahami karena ada kaitan yang erat antara membaca dengan menulis. Anak

    yang berkesulitan membaca umumnya juga kesulitan menulis.

    Jovita maria ferliana dalam Lisa Weinstein (2007 : xxiv) mengemukakan

    beahwa disleksia sering kita kenal dengan ketidakmampuan mengenal huruf dan

    suku kata dalam bentuk tertulis. Atau dengan kata lain, ketidakmampuan dalam

    membaca.

    Ketidakmampuan dalam membaca juga berkaitan erat dengan kesulitan

    menulis, hal senada dikemukakan oleh Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa

    Weinstein (2007 : xxiv) :

    Penderita disleksia sebenarnya mangalami kesulitan membedakan bunyifonetik yang menyusun sebuah kata. Mereka bisa menangkap kata-kata tersebutdengan indera pendengarnya. Namun, ketika harus menuliskannya pada selembarkertas, mereka mengalami kesulitan harus menuliskannya dengan huruf-hurufyang mana saja. Dengan demikian, dia juga kesulitan menuliskan apa yang iainginkan ke dalam kalimat-kalimat panjang secara akurat.

    Anak-anak penderita disleksia adalah anak-anak yang menghadapi

    kesulitan dalam membaca, menulis dan mengeja. Tetapi tidak banyak anak-anak

    yang tidak menyadari hal ini dan yang dirugikan adalah mereka sendiri karena

    dianggap sebagai anak yang malas, bodoh, dan lamban (Jamila K. A. Muhammad,

    2008 : 140).

    Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa anak

    berkesulitan membaca atau disleksia adalah anak yang mengalami kesulitan dalam

    belajar membaca, menulis dan mengeja serta kesulitan dalam mempelajari

    komponen-komponen kata dan kalimat, mengintegrasikan komponen-komponen

    kata dan kalimat, dan dalam belajar segala sesuatu yang berkenaan dengan waktu,

    arah, dan masa.

    b. Karakteristik Anak Berkesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

    Kebanyakan anak-anak disleksia tidak dapat mengimbangi daya ingat akan

    huruf dengan perkataan dan menghadapi masalah dalam mnegingat bentuk huruf,

    bunyi huruf, dan gabungan kata. Beberapa huruf yang sering emnjadi masalah

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    17

    bagi mereka adalah huruf b dan d, dan kata-kata lain yang hamper sama ejaannya

    (Jamila K. A. Muhammad, 2008 : 142).

    Ott (1997) dalam Jamila K. A. Muhammad (2008 : 142) menguraikan ciri-

    ciri anak-anak disleksia sebagai berikut :

    1. UmumSecara umum, anak yang mengalami kesulitan membaca dapat

    digambarkan bahwa perkembangan penuturan dan bahasa lambat, kemampuanmengeja lemah, kemampuan membaca lemah, keliru membedakan kata yanghampir sama, sulit mengikuti arahan, sulit dalam menyalin tulisan, sulitmelewati jalan yang memiliki banyak belokan.

    2. Pengamatan dan tingkah lakuCiri-ciri yang terlihat pada anak berkesulitan menulis juga dapat

    diamati dari tingkah laku yang ada, seperti halnya salah jika menentukan arah,bingung untuk menentukan waktu, sering merasa tertekan, sering salah dalammemakaikan sepatu pada kaki yang benar, kemampuan untuk mandiri yangrendah.

    3. Koordinasi antara pandangan dengan penglihatanSecara fisik, karakteristik yang muncul pada anak berkesulitan

    mumbaca dapat diamati berdasarkan koordinasi antara pandangan denganpenglihatan diantaranya sulit mengeja dengan benar, sering melupakan hurufyang ada pada awal kata, sering menambah huruf pada akhir kata, bermasalahdalam penyusunan huruf, sulit dalam memahami perkataan, daya ingat lemah,sulit membuat abstraksi terhadap suatu kata.

    4. Kemampuan motorikKarakteristik anak berkesulitan belajar, secara motorik dapat diamati

    dengan adanya koordinasi yang lemah, selalu menggerakkan tangan denganterlampau cepat, lambat dalam menulis, tulisan buruk dan sulit dibaca, sulitmemegang pensil dengan benar, kesulitan dalam menggunakan gunting, sulitmenjaga keseimbangan badan, sulit untuk menendang dengan benar, sulituntuk menaiki tangga dengan benar.

    Menurut Mercer C (1983: 309) ada empat kelompok karakteristik

    kesulitan belajar membaca, yaitu berkenaan dengan :

    1. Kebiasaan membaca2. Kekeliruan mengenal kata3. Kekeliruan pemahaman4. Gejala-gejala serbaneka.

    Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa Weinstein (2007: xxvi)

    mengemukakan bahwa kekurangan anak disleksia dalam membaca adalah sebagai

    berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    18

    1. Membaca dengan amat lamban dan terkesan tidak yakin atas apa yang iaucapkan.

    2. Menggunakan jarinya untuk mengikuti pandangan matanya yang beranjakdari satu teks ke teks berikutnya.

    3. Melewatkan beberapa suku kata, kata, fraa, bahkan baris-baris dalam teksyang dibaca.

    4. Menambahkan kata-kata atau frasa-frasa yang tidak ada dalam teks yangdibaca.

    5. Membolak-balik susunan huruf atau suku kata dengan memasukkan huruf-huruf lain.

    6. Salah melafalkan kata-kata yang sedang ia baca walalupun kata-katatersebut sudah akrab.

    7. Mengganti suku kata dengan kata lainnya sekalipun kata yang digantitidak memiliki arti penting dalam teks yang dibaca.

    8. Membuat kata-kata sendiri yang tidak memiliki arti.9. Mengabaikan tanda-tanda baca.

    Menurut Mulyono Abdurrahman (1999: 205) anak berkesulitan membaca

    sering mengalami kekeliruan dalam mengenal kata. Kekeliruan jenis ini

    mencakup penglihatan, penyisipan, penggantian, pembalikan, salah ucap,

    pengubahan tempat, tidak mengenal kata, dan tersentak-sentak.

    Pendapat Vernon yang juga dikutip oleh Hargrove dan Poteet (1984: 164)

    dalam Mulyono Abdurrahman (1999: 206) mengemukakan perilaku anak

    berkesulitan belajar membaca sebagai berikut :

    1. Memiliki kekurangan dalam diskriminasi penglihatan2. Tidak mampu menganalisis kata menjadi huruf-huruf3. Memiliki kekurangan dalam memori visual4. Memiliki kekurangan dalam melakukan diskriminasi auditoris5. Tidak mampu memahami simbol bunyi6. Kurang mampu mengintegrasikan penglihatan dengan pendengaran7. Kesulitan dalam mempelajari asosiasi simbol-simbol ireguler (khusus

    yang berbahasa inggris)8. Kesulitan dalam mengurutkan kata-kata dan huruf-huruf9. Membaca kata demi kata10. Kurang memiliki kemampuan dalam berpikir konseptual.

    Perilaku lain yang biasa dilakukan oleh anak yang mengalami disleksia

    muncul ketika belajar menulis (Jovita Merliana Ferliana dalam Lisa Weinstein,

    2007: xxvi-xxvii) adalah sebagai berikut :

    1. Menuliskan huruf-huruf dengan urutan yang salah dalam sebuah kata.2. Tidak menuliskan sejumlah huruf dalam kata-kata yang ingin ia tulis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    19

    3. Menambahkan huruf-huruf pada kata-kata yang ia tulis.4. Mengganti satu huruf dengan huruf lainnya, sekalipun bunyi huruf-huruf

    tersebut tidak sama.5. Menuliskan sederetan huruf yang tidak memiliki hubungan sama sekali

    dengan bunyi kata-kata yang ingin di atuliskan.6. Mengabaikan tanda-tanda baca yang terdapat dalam teks-teks yang sedang

    ia baca.Berdasarkan beberapa uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa perilaku

    atau karakteristik anak yang mengalami disleksia dapat diamati secara fisik yang

    terlihat pada motoriknya, koordinasi penglihatan dan pengamatan tingkah laku

    dalam kemampuan menulis mengalami hambatan dalam proses menulis yang

    sedang dilakukannya.

    c. Jenis-Jenis Anak Berkesulitan Membaca / Disleksia (Dyslexia)

    Anak yang mengalami kesulitan dalam belajar membaca, beberapa

    diantaranya mengalami gangguan dalam penglihatannya atau pendengarannya, hal

    ini bukan karena mereka mengalami gangguan pada mata yang mengharuskan

    mereka menggunakan bantuan kacamata untuk membaca atau gangguan pada

    telinga yang mengharuskan mereka menggunakan bantuan alat bantu dengar,

    melainkan gangguan berupa koordinasi penglihatan atau pendengaran yang

    berhubungan dengan kemampuan akademis dalam mengingat hal yang dilihatnya

    atau mengenal bunyi dalam kata.

    Menurut Jamila K. A. Muhammad (2008: 141) disleksia dapat dibagi

    menjadi tiga kategori, yaitu :

    1. Disleksia visual

    Disleksia visual berkaitan dengan masalah anak-anak dalam menggunakan

    indera penglihatan. Walaupun anak-anak tersebut dapat melihat dengan

    baik, ia tidak dapat membedakan, menginterpretasi, dan mengingat hal

    yang dilihatnya.

    2. Disleksia auditoris

    Disleksia auditoris berkaitan dengan masalah anak-anak dalam

    menggunakan indera pendengaran. Walaupun anak-anak tersebut dapat

    mendengar, ia mengalami kesulitan dalam membedakan bunyi,

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    20

    menyimpulkan kesamaan dan perbedaannya, mengenal dengan baik bunyi

    perkataan, dan juga bermasalah dalam membagi perkataan dalam

    kelompok suku kata.

    3. Disleksia visual-auditoris

    Anak-anak dalam kategori ini berada pada tahap yang agak serius karena

    kedua inderanya, yaitu penglihatan dan pendengaran, tidak dapat

    membantunya menginterpretasikan apa yang dilihat dan didengarnya.

    Berdasarkan penjelasan tersebut, jenis anak berkesulitan membaca dapat

    dibedakan antara lain disleksia visual yang berkaitan dengan kemampuan

    penglihatan dalam proses menulis, disleksia auditoris yang berkaitan dengan

    kemampuan pendengaran dalam proses menulis, dan disleksia visual-auditoris

    yang berkaitan dengan kemampuan penglihatan dan pendengaran dalam proses

    menulis.

    4. Tinjauan Tentang Media Pendidikan

    a. Pengertian Media Pendidikan

    Secara harfiah media berasal dari bahasa Latin yaitu bentuk jamak dari

    medium yang berarti perantara atau segala sesuatu yang membawa atau

    menyalurkan informasi antara sumber dan penerima.

    Menurut Koyok dan Zulkarnaen seperti dikutip Imam Supadi (1987: 18)

    mengartikan media sebagai suatu yang dapat menyalurkan pesan yang dapat

    merangsang pikiran, perasaan dan kemauan seseorang sehingga dapat mendorong

    terciptanya proses belajar mengajar pada dirinya.

    Menurut Oemar Hamalik (1982: 23) “media pendidikan adalah alat,

    metode dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan

    komunikasi dan interaksi antara guru dan anak didik dalam proses pendidikan dan

    pengajran di sekolah”.

    Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa media

    pendidikan adalah bahan atau materi yang dituangkan ke dalam peralatan yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    21

    dapat menyimpan dan menyalurkan informasi atau kesan yang dikandungnya

    kepada penerima untuk tujuan pendidikan atau pengajaran.

    Media pendidikan yang dimaksud dalam hal ini adalah abjad 8 (alphabet

    8s), sebagai alat untuk menyampaikan informasi dari guru sebagai penyampai

    kepada siswa sebagai penerima agar apa yang disampaikan dapat dipahami oleh

    siswa sesuai dengan yang diharapkan.

    b. Fungsi Dan Manfaat Media Pendidikan

    Media pendidikan sangat penting dalam proses belajar mengajar

    mengingat fungsi pendidikan yang sangat strategis bagi kemajuan ilmu

    pengetahuan dan teknologi dalam hal ini mengenai penyampaian materi belajar

    melalui media pendidikan. Sebagaimana diungkapkan oleh Roestijah NK (1982:

    29) yang menyatakan bahwa media pendidikan mempunyai fungsi sebagai

    berikut:

    1. Fungsi EdukatifMedia pendidikan dapat memberi pengaruh baik yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

    2. Fungsi SosialMelalui media pendidikan hubungan antara anak didik akan lebih baik,sebab mereka secara gotong royong dapat bersama-sama menggunakanmedia tersebut.

    3. Fungsi EkonomisDengan satu macam alat, media pendidikan sudah dapat dinikmati olehsejumlah anak didik dan dapat dipergunakan sepenjang waktu.

    4. Fungsi PolitisDengan media pendidikan maka sumber pendidikan dari pusat akansampai ke sekolah-sekolah.

    5. Fungsi Seni BudayaDengan adanya media pendidikan berarti kita dapat mengenal bermacam-macam hasil budaya manusia sehingga pengetahuan anak tentang nilai-nilai budaya manusia makin bertambah luas.

    Media pendidikan yang digunakan dalam proses belajar mengajar

    mempunyai manfaat. Adapun nilai atau manfaat media pendidikan menurut

    pendapat Roestijah. NK (1982: 70) adalah sebagai berikut :

    1. Menambah dan meningkatkan pengetahuan anak2. Mencegah verbalisme

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    22

    3. Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung4. Membantu menumbuhkan pikiran pengertian yang teratur dan sistematis5. Mengembangkan sikap eksploratif6. Berorientasi pada lingkungan dan memberi kemanfaatan dalam

    pengamatan7. Mengembangkan motivasi kegiatan belajar serta memberikan pengalaman

    yang menyeluruh.

    Dengan melihat pada fungsi, nilai atau manfaat media pendidikan Oemar

    Hamalik (1982: 27) mengemukakan bahwa terdapat pula sejumlah nilai atau

    manfaat praktis dari media pendidikan yaitu sebagai berikut :

    1. Media pendidikan melampaui batas pengalaman pribadi anak didik2. Media pendidikan melampaui batas ruang dan waktu3. Media pendidikan memberikan informasi atau kesamaan dalam

    pengamatan4. Media pendidikan memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara

    siswa dan lingkungan5. Media pendidikan akan memberikan pengertian atau konsep yang

    sebenarnya secara realistis dan teliti6. Media pendidikan membangkitkan keinginan dan minat-minat baru7. Media pendidikan membangkitkan motivasi dan merangsang anak didik8. Media pendidikan memiliki pengalaman yang menyeluruh

    Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli tersebut

    dapat disimpulkan bahwa media pendidikan yang dalam hal ini abjad 8 (alphabet

    8s) mempunyai kelebihan dalam membantu proses belajar membaca terhadap

    anak didik yaitu :

    1. Memberikan pengalaman yang nyata dan langsung

    2. Menambah dan merangsang perhatian anak

    3. Memberikan motivasi kegiatan belajar dan merangsang kegiatan anak

    4. Membantu anak memahami isi cerita

    5. Lebih ekonomis dengan satu media pembelajaran, dapat dipakai oleh

    sejumlah anak didik dan dapat digunakan sepanjang waktu

    c. Klasifikasi Media Pendidikan

    Klasifikasi media pendidikan menurut Koyok dan Zulkarnaen seperti yang

    dikutip Imam Supadi (1987: 21) adalah sebagai berikut :

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    23

    1. Media visual, terdiri dari gambar atau foto, sketsa, diagram, chart, grafik,

    peta dan globe.

    2. Media auditif (dengar), terdiri dari radio magnetic, tape recorder, dan

    laboratorium bahasa.

    3. Projector slide media, antara lain terdiri dari slide, film, OHP.

    Sedangkan klasifikasi media pendidikan menurut Amir Hamzah Sulaiman

    (1985: 27) adalah sebagai berikut :

    1. Media audio, yaitu alat-alat yang dapat menghasilkan bunyi seperti casset,

    tape recorder, dan radio.

    2. Media visual, yaitu alat-alat yang dapat memperlihatkan bentuk dan rupa,

    yakni kita kenal sebagai alat peraga, media visual ini terbagi atas :

    a) Media visual dua dimensi yang meliputi :

    (1) Media visual dua dimensi pada bidang yang tidak transparan,

    seperti gambar-gambar, lembaran balik, wayang beber, grafik,

    poster, foto, dan lain-lain.

    (2) Media visual dua dimensi pada bidang yang transparan, seperti

    slide, film, strip, dan lembaran transparansi.

    b) Media visual tiga dimensi

    3. Media audio visual, yaitu alat-alat yang dapat menghasilkan rupa dan

    suara dalam satu unit misalnya TV dan film suara.

    Berdasarkan kedua pendapat diatas maka diketahui bahwa posisi abjad 8

    (alphabet 8s) dalam klasifikasi pendidikan terdapat dalam kelompok media visual

    dua dimensi pada bidang yang tidak transparan.

    5. Tinjauan Tentang Abjad 8 (Alphabet 8s)

    a. Latar Belakang Abjad 8 (Alphabet 8s)

    Abjad 8 mengadaptasi dari bentuk 8 Tidur sebagai tempat meletakkan

    huruf kecil dari a ke t (huruf-huruf ini berkembang dari sistem Arab; huruf u

    sampai z dari abjad Romawi). Aktivitas ini mengintegrasikan gerakan yang

    menyangkut pembentukan huruf-huruf, memampukan penulisnya untuk

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    24

    menyebrangi garis tengah visual tanpa mengalami kebingungan. Setiap huruf

    secara jelas ditempatkan pada salah satu sisi, kiri atau kanan dari garis tengah.

    Banyak huruf mulai atau berakhir dengan menulis garis ke bawah. Bagi

    kebanyakan murid, penulisan huruf kecil membaik maka tulisan tangan pun

    umumnya juga lebih mudah (Paul E. Dennison et al, 2005: 13).

    Gambar 2. Bentuk alphabet 8s yang digambarkan menurut belahan otakmanusia.

    (Paul E. Dennison et al, 2004 : 40).

    b. Fungsi Abjad 8 (alphabet 8s)

    Menurut Paul E. Dennison et al (2005: 14) abjad 8 (alphabet 8s) memiliki

    fungsi sebagai berikut :

    1. Mengaktifkan otak untuk :a) Menyebrangi garis tengah kinestetik-perabaan untuk menulis dengan

    dua sisi otak pada bidang tengahb) Meningktakan kesadaran periferc) Koordinasi mata-tangand) Mengenali dan membedakan simbol atau huruf

    2. Kemampuan akademika) Kemampuan gerakan motorik-halusb) Kemampuan menulis indahc) Menulis miringd) Mengejae) Menulis kreatif

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    25

    3. Hubungan perilaku dan sikap tubuha) Pada saat menulis mata, tengkuk, bahu, dan pergelangan tangan lebih

    relaksb) Meningkatkan konsenterasi saat menulisc) Lebih terampil dalam kegiatan yang melibatkan koordinasi mata-

    tangan

    8 Tidur mengajari orang untuk menggunakan kedua matanya dalam kedua

    bidang visual, dan karenanya penting sekali untuk meningkatkan ketrampilan

    membaca (Paul E. Dennison, 2008: 253). Selain itu, 8 Tidur mengajarkan

    perhatian visual dan memperbaiki keterampilan motilitas (kapasitas untuk

    membuat gerakan) yang berhubungan dengan penglihatan yang dibutuhkan untuk

    membaca (Paul E. Dennison, 2008: 253).

    Gambar 3. Bentuk 8 Tidur yang diperagakan.( Paul E. Dennison et al, 2005: 10)

    Abjad 8 melibatkan menulis huruf-huruf alfabet di dalam lingkaran yang

    dibuat oleh 8 Tidur—hanya huruf kecil yang digunakan dan sebuah 8 tidur

    digambar setelah setiap huruf. Tujuannya adalah secara kinestetik merasakan

    bahwa huruf-huruf alfabet mula-mula bulat dan berakhir di garis tengah, atau

    dimulai dengan garis lurus ke bawah pada garis tengah dan bergerak ke kanan. 8

    Tidur merupakan keseluruhan yang di dalamnya terdapat semua huruf yang

    menjadi bagiannya (Paul E. Dennison, 2008: 254).

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    26

    Gambar 4. Bentuk abjad 8 (alphabet 8s) yang terkandung huruf yangmenjadi bagiannya.

    (Paul E. Dennison et al, 2005: 14).

    B. KERANGKA BERPIKIR

    Kerangka berpikir dalam sebuah penelitian sangat penting artinya, karena

    akan dapat memberikan gambaran hubungan antara variabel yang diteliti. Adapun

    kerangka berpikir yang penulis kemukakan adalah sebagai berikut :

    1. Anak tuna grahita ringan adalah anak yang memiliki kecerdasan yang

    rendah sehingga sangat perlu untuk diberikan pelayanan khusus.

    2. Fungsi kognitif sangat erat kaitannya dengan kemampuan membaca dan

    menulis pada anak untuk mendukung proses belajar. Tetapi anak tuna

    grahita ringan memiliki kecerdasan yang rendah sehingga berdampak pada

    fungsi kognitifnya.

    3. Dengan kemampuan dasar yang dimiliki anak tuna grahita apabila diberi

    kesempatan dan penanganan yang tepat, maka akan dapat mencapai hasil

    belajar seperti yang maksimal sesuai kemampuannya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    27

    4. Dengan penerapan penggunaan abjad 8 (alphabet 8s) sebagai media

    belajar membaca dan menulis, diharapkan dapat mengatasi kesulitan

    menulis (dysgraphia) dan membaca (dyslexia) pada anak tuna grahita

    ringan.

    Kerangka pemecahan masalah dan gambaran pola pemecahannya adalah

    sebagai berikut :

    Diskusi Penerapan metodepemecahan masalah abjad 8 (alphabet 8s)

    Evaluasi Efek

    Gambar 5. Kerangka Berfikir Penelitian

    Keadaan Sekarang Perlakuan Hasil Keluaran

    Anak tuna grahitaringan dengankesulitan membaca(dyslexia) dankesulitan menulis(dysgraphia) denganhasil pembelajaranBahasa Indonesiarendah

    1. Pelatihanpembelajaran abjad8 (alphabet 8s)

    2. Simulasipembelajaran abjad8 (alphabet 8s)

    Anak tuna grahitaringandengan kesulitanmembaca (dyslexia)dan kesulitanmenulis(dysgraphia) denganhasil pembelajaranBahasa Indonesiayang meningkatsehinggakesulitannya teratasi

    Evaluasi Awal Evaluasi Akhir

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    28

    C. HIPOTESIS

    Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap suatu penelitian,

    yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris (Sumadi Suryabrata, 2003 :

    21). Berdasarkan tinjauan teori di atas dalam penelitian ini terdapat hipotesis yang

    akan dibuktikan, hipotesis dalam penelitian ini adalah :

    1. Dengan diterapkan model abjad 8 (alphabet 8s) sebagai media belajar

    menulis dan membaca berpengaruh positif terhadap peningkatan

    kemampuan menulis dan membaca bidang studi Bahasa Indonesia pada

    anak tuna grahita yang mengalami kesulitan membaca (dyslexia) dan

    kesulitan menulis (dysgraphia).

    2. Dengan diterapkan model abjad 8 (alphabet 8s) sebagai media belajar

    menulis dan membaca, dapat mengatasi kesulitan membaca (dyslexia) dan

    kesulitan menulis (dysgraphia) yang dialami anak tuna grahita ringan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    29

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Untuk mendapatkan kebenaran dari suatu hasil penelitian diperlukan

    adanya metodologi yang tepat. Metodologi juga berfungsi untuk mengarahkan

    proses berpikir agar penelitian menghasilkan kebenaran yang obyektif dan dapat

    mengantarkan peneliti kearah tujuan yang diinginkan yaitu hasilnya dapat

    dipertanggungjawabkan.

    Dengan berorientasi pada judul penelitian, maka metode yang penulis

    gunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian tindakan. (action

    research). Paul Suparno (2007: 5) menerangkan bahwa “Secara umum, riset

    tindakan dimaksudkan sebagai riset yang dilakukan oleh seseorang yang sedang

    praktik dalam suatu pekerjaan, untuk digunakan dalam pengembangan pekerjaan

    itu sendiri”. Dalam hal ini seseorang yang dimaksudkan sedang praktik dalam

    suatu pekerjaan adalah penulis yang bertindak sebagai pengajar. Praktik yang

    dilakukan saat mengajar bertujuan untuk mengembangkan kemampauan siswa

    dalam pelajaran tertentu.

    Kemmis dan McTaggart (1988, dalam Kemmis, 1997) dalam Paul

    Suparno (2007: 6) menjelaskan bahwa:

    “Riset tindakan sebagai bentuk refleksi diri kolektif yang dilakukan olehpara partisan dalam situasi sosial dengan tujuan untuk memajukanproduktivitas, rasionalitas, keadilan pada persoalan social, atau praktikpendidikan. Partisipannya adalah guru, siswa, kepala sekolah, orang tua,anggota masyarakat. Dalam dunia pendidikan, riset tindakan digunakandalam pengembangan kurikulum, profesi, program sekolah, perencanaan,dan kebijakan sekolah.”Kemajuan praktik pendidikan yang ingin dicapai penulis adalah

    kemampuan siswa dalam menulis dan membaca, yang menjadi partisipan

    diantaranya penulis, siswa, guru kelas, dan kepala sekolah.

    Dalam Zainal Aqib (2006: 19) menyebutkan bahwa terdapat empat jenis

    penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut.

    1. Penelitian Tindakan Kelas Diagnostik.

    2. Penelitian Tindakan Kelas Partisipatori.

    3. Penelitian Tindakan Kelas Empiris.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    30

    4. Penelitian Tindakan Kelas Eksperimental (Chein, 1990).

    Zainal Aqib (2006: 20) mengungkapkan bahwa suatu penelitian dikatakan

    sebagai PTK partisipan apabila peneliti terlibat langsung didalam proses

    penelitian sejak awal sampai dengan hasil penelitian yang berupa laporan. Dengan

    demikian, sejak perencanaan penelitian peneliti senantiasa terlibat dalam proses

    belajar mengajar, selanjutnya peneliti memantau, mencatat, dan mengumpulkan

    data, lalu menganalisis data serta berakhir dengan melaporkan hasil penelitiannya.

    Di dalam kaitannnya dengan kegiatan belajar-mengajar, dimungkinkan

    terdapat lebih dari satu strategi atau teknik yang diterapkan untuk mencapai suatu

    tujuan instruksional. Dengan diterapkannya PTK ini diharapkan peneliti dapat

    menentukan cara mana yang paling efektif dan efisien dalam rangka mencapai

    tujuan pengajaran. Cara yang diguakan peneliti dalam pembelajaran yang

    bertujuan untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kesulitan menulis

    (dysgraphia) dan kesulitan membaca (dyslexia) adalah dengan memberikan

    perlakuan abjad 8 (alphabet 8s) kepada siswa tersebut yang mengalami hal itu.

    Zainal Aqib (2006: 20) menjelaskan bahwa yang dikategorikan sebagai PTK

    eksperimen ialah apabila PTK diselenggarakan dengan berupaya menerapkan

    berbagai teknik atau strategi secara efektif dan efisien di dalam suatu kegiatan

    belajar-mengajar

    Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa penelitian

    tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian tindakan (action research).

    Penelitian tindakan yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian tindakan kelas

    yang jenis partisipan dan eksperimen. Dimana abjad 8 (alphabet 8s) digunakan

    untuk mengatasi atau setidaknya mengurangi kesulitan menulis (dysgraphia) dan

    kesulitan membaca (dyslexia) pada siswa. Dalam konteks pendidikian, penelitian

    tindakan kelas diartikan sebagai bentuk kegiatan refleksi diri yang dilakukan oleh

    pengajar/guru dalam situasi kependidikan yang digunakan untuk perencanaan dan

    pengembangan yang bertujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    31

    A. Setting Penelitian

    1. Tempat Penelitian

    Dalam memperoleh data sebagai pemecahan masalah yang diajukan,

    peneliti akan melaksanakan penelitiannya di SLB – C Setya Darma Surakarta

    yang beralamat di Jl. Mr. Sartono No. 32 Cengklik Surakarta dengan

    pertimbangan sebagai berikut:

    a. Di SLB – C Setya Darma Surakarta terdapat data yang diperlukan peneliti,

    sehingga memungkinkan untuk digunakan sebagai lokasi penelitian.

    b. Lokasi SLB – C Setya Darma Surakarta cukup strategis dilihat dari segi

    transportasi dengan banyaknya sarana transportasi yang melewati daerah

    tersebut.

    2. Waktu Penelitian

    Penelitian akan dilaksanakan pada awal semester II Tahun Ajaran

    2009/2010, yaitu bulan Januari sampai dengan bulan Februari 2010. penentuan

    waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena penelitian

    tindakan memerlukakn beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar

    mengajar yang efektif.

    3. Siklus Penelitian Tindakan

    Penelitian tindakan ini dilaksanakan melalui tiga siklus untuk setiap

    kompetensi dasar untuk melihat peningkatan hasil belajar dan aktivitas siswa

    dalam mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia melalui pembelajaran abjad 8

    (alphabet 8s). Dalam penelitian ini terdapat dua kompetensi dasar, jadi

    keseluruhan ada enam siklus dan pre tes-post tes.

    B. Subjek Penelitian

    Dalam penelitian ini yang penulis jadikan subjek penelitian adalah anak

    tuna grahita dengan kesulitan menulis (digraphia) dan kesulitan membaca

    (dyslexia) di kelas 6 SLB – C Setya Darma Surakarta yang berjumlah 6 siswa

    dengan komposisi 4 siswa.laki-laki dan 2 siswa perempuan.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    32

    C. Data dan Sumber Data

    Data yang diperoleh sebagai sumber data didapatkan dari :

    1. Siswa

    Data yang berasal dari siswa dimaksudkan untuk mendapatkan data

    tentang hasil belajar bidang studi Bahasa Indonesia dalam kemampuan

    belajar menulis dan membaca serta aktivitas siswa dalam proses

    belajar mengajar.

    2. Guru

    Data yang berasal dari guru (penulis sebagai peneliti) bertujuan untuk

    mengukur tingkat keberhasilan implementasi pembelajaran abjad 8

    (alphabet 8s), hasil pembelajaran serta aktivitas siswa dalam proses

    belajar mengajar.

    3. Teman Sejawat atau Kolabolator

    Teman sejawat dan kolabolator dimaksudkan sebagai sumber data

    untuk melihat implementasi penelitian tindakan kelas secara

    komprehensif, baik dari sisi siswa maupun guru (penulis sebagai

    peneliti). Teman sejawat dalam penelitian ini adalah guru kelas yang

    mengetahui keadaan siswa dan kelas yang diajar sejauh ini. Sedangkan

    yang menjadi kolabolator dalam penelitian ini adalah Kepala Sekolah.

    Selain yang disebutkan diatas, sumber data yang digunakan, baik sebagai

    data utama maupun pendukung dalam penelitian ini adalah :

    1. Dokumen (catatan hasil belajar dan portofolio)

    2. Laporan pengamatan

    3. Tes

    4. Video atau foto

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    33

    D. Teknik Pengumpulan Data

    1. Tes

    Teknik pengumpulan data cenderung lebih bersifat mencari tujuan yang

    diharapkan (purposive) karena dipandang lebih mampu menangkap kelengkapan

    dan kedalaman data didalam menghadapi realitas yang tidak tunggal. Pelaksanaan

    penelitian tindakan ini dibantu dengan tes untuk mengumpulkan data yang

    diperlukan dalam penelitian ini. Tes dilakukan sebelum melakukan intervensi

    dalam mengatasi kesulitan menulis (dysgraphia) dan kesulitan membaca

    (dyslexia) yang dialami oleh anak tuna grahita ringan, kemudian diberi perlakuan

    dengan menggunakan abjad 8 (alphabet 8s) sebanyak 3 kali dan tes setelah anak

    mendapatkan intervensi dengan menggunakan abjad 8 (alphabet 8s). Tes tersebut

    adalah tes tertulis dengan pengamatan dari peneliti.

    Suharsimi Arikunto (1996: 138) mengemukakan bahwa ”Tes adalah

    serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

    ketrampilan yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Sedangkan menurut

    Sumadi Suryabrata (1993: 26) berpendapat bahwa ”Tes adalah pertanyaan-

    pertanyan yang harus dijawab dan atau perintah-perintah yang harus dijalankan

    yang berdasarkan atas bagaimana testi menjawab pertanyaan-pertanyaan dan atau

    tidak melakukan perintah-perintah itu”.

    Dari kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa tes adalah

    serangkaian pertanyaan atau perintah yang harus dijawab serta mendasar untuk

    mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan ataua bakat yang

    dimiliki oleh individu atau kelompok, dengan cara membandingkan dengan

    standar atau dengan testi lain.

    Berdasarkan atas cara menyelesaikannya, test dapat dibedakan menjadi

    tiga jenis yaitu:

    1. Tes Tertulis

    Tes tertulis adalah tes yang soal-soalnya maupun jawabannya disampaikan

    secara tertulis.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    34

    2. Tes Lisan

    Tes lisan adalah tes dimana soal-soalnya maupun jawabannya disampaikan

    secara lisan.

    3. Tes Perbuatan

    Tes perbuatan adalah tes yang pertanyaan-pertanyaannya atau perintah-

    perintahnya disampaikan melalui tugas-tugas dan penilaiannya biasanya

    dilakukan dengan baik terhadap proses pelaksanaan tugas-tugas maupun

    terhadap hasil yang telah dicapai testi.

    Di dalam penelitian ini, penulis menggunakan tes tertulis dan tes lisan

    berupa butir soal/instrument soal yang dibuat oleh penulis untuk mendapatkan

    sebuah data. Metode tes digunakan untuk mengumpulkan data tentang hasil

    belajar kemampuan menulis dan membaca anak tuna grahita ringan.

    2. Pengamatan atau Obserasi

    Dalam kegiatan pengumpulan data, pengamatan atau observasi digunakan

    untuk melihat seberapa jauh dampak atau akibat dari tindakan telah mencapai

    sasaran. Ada beberapa teknik dalam observasi yang dapat digunakan. Kunandar

    (2009: 146) menjelaskan teknik-teknik observasi sebagai berikut :

    1. Obseravsi terbuka adalah apabila sang pengamat atau observermelakukan pengamatannya dengan mengambil pensil, kemudianmencatatkan segala sesuatu yang terjadi di kelas.

    2. Observasi terfokus adalah apabila penelitian ingin memfokuskanpermasalahan kepada upaya-upaya guru dalam membangkitkansemangat belajar siswa dengan memberikan respons kepadapertanyaan guru, sebaiknya dilakukan penelitian tindakan kelas yangmemfokuskan kepada meningkatkan kualitas bertanya.

    3. Observasi terstruktur merupakan pengamatan yang dilakukan olehseorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitian dimana yangdiamati itu sesuatu yang bersifat terstruktur.

    4. Observasi sistematik merupakan pengamatan yang dilakuakan olehseorang peneliti terhadap subjek atau objek penelitia dimana yangdiamati itu sesuatu yang bersifat kuantitatif dengan menggunakanskala-skala.

    Paul Suparno (2007: 45) menyebutkan bahwa “dalam observasi langsung,

    peneliti langsung mengamati subek atau hal yang mau diteliti, terjun langsung

    dengan melihat, merasakan, mendengarkan, berpikir tentang subjek atau hal yang

    diteliti”.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    35

    Penelitian ini menggunakan pengamatan secara langsung dan terbuka

    untuk memperoleh data tentang aktivitas siswa dalam pembelajaran dan

    implementasi pembelajaran abjad 8 (alphabet 8s). Dalam pengamatan ini, penulis

    yang akan menjadikan hasil pengamatan sebagai pelengkap/penjelas dari data

    yang dikumpulkan/dicatat dari data yang dikumpulkan melalui metode tes dan

    lembar pengamatan dalam penelitian.

    E. Validitas Data

    1. Validitas

    Kondisi instrument yang baik sangat berpengaruh terhadap data penelitian

    yang akan didapatkan peneliti melalui tes. Tes yang baik harus memenuhi syarat

    validitas (kesahihan).

    Validitas sering diartikan dengan kesahihan. Suatu alat ukur atau

    instrument disebut memiliki validitas bilamana alat ukur tersebut isinya layak

    mengukur objek yang seharusnya diukur dan sesuai criteria terrtentu. Artinya ada

    kesesuaian antara alat ukur dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.

    Menurut Suharsimi Arikunto (1996: 158) “Sebuah instrument dapat

    dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang dinginkan serta dapat

    mengungkap data dari varibel yang diteliti secara tepat”

    Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 144), ada empat macam validitas

    sesuai dengan cara pengujiannya, yaitu :

    a) Validitas kurikulum

    b) Validitas konstruksi

    c) Validitas empiris

    d) Validitas prediksi

    Saifudin Azwar (2003: 5), berpendapat bahwa “tes dikatakan mempunyai

    validitas yang tinggi apabila alat tersebut dapat menjalankan fungsi ukurnya atau

    memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya”.

    Penelitian ini menggunakan validitas kurikulum karena dapat mengungkap

    seberapa valid tes itu berhubungan dengan pelajaran menulis dan membaca yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    36

    diberikan oleh peneliti dengan berpedoman pada kurikulum yang tercantum dalam

    standar kompetensi dan kompetensi dasar.

    McNiff (2002: 105-107) dalam Paul Suparno (2007: 63) mengungkapkan

    bahwa “validitas akan menentukan apakah hasil penelitian dapat diterima sebagai

    pengetahuan atau tidak, paling sedikit ada tiga model validitasi, yaitu (1) validitasi

    pribadi (self validation), (2) lewat teman, dan (3) secara ilmiah’. Validitasi pribadi

    dilakukan sendiri oleh penulis, kemudian validitasi lewat teman dilakukan melalui

    teman sejawat dan kolabolator, teman sejawat dalam hal ini adalah guru kelas

    yang mengetahui keadaan siswa dan kelas sejauh ini, dan yang bertindak sebagai

    kolabolator adalah kepala sekolah.

    Borg dan Gal (2003) dalam Rochiati (2005) dalam Kunandar (2009: 104-

    106) menjelaskan bahwa ada lima tahap kriteria validitas, yaitu sebagai berikut:

    1. Validitas hasil, yang peduli dengan sejauh mana tindakan dilakukan untukmemecahakn masalah dan mendorong dilakukannya penelitian tindakankelas atau dengan kata lain, seberapa jauh keberhasilan dapat dicapai.

    2. Validitas proses, yaitu memeriksa kelayakan proses yang dikembangkandalam berbagai fase penelitian tindakan.

    3. Validitas demokratis, yaitu merujuk kepada sejauh mana PTK berlangsungsecara kkolaboratif dengan para mitra peneliti, dengan perspektif yangberagam dan perhatian terhadap bahan yang dikaji.

    4. Validitas katalistik (dari kata katalisator), yakni sejauh mana penelitianberupaya mendorong partisipan mereorientasikan, memfokuskan danmemberi semangat untuk membuka diri terhadap transformasi visi merekadalam menghadapi kenyataan kondisi praktik mengajar mereka sehari-hari.

    5. Validitas dialog, yaitu merujuk kepada dialog yang dilakukan dengansebaya mitra peneliti dalam menyusun dan merview hasil penelitianbeserta penafsirannya.Validitas yang digunakan penulis untuk memvaliditasikan data yang

    dikumpulkan adalah menggunakan validitas proses dan validitas dialog. Dalam

    validitas proses, proses yang berlangsung memperhatikan sumber data yang

    beragam, perspektif yang majemuk dan triangulasi data. Validitas dialog

    dilakukan bersama teman sejawat yaitu guru kelas dan kepala sekolah sebagai

    kolabolator.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    37

    2. Triangulasi

    Dalam penelitian tindakan, triangulasi sama pentingnya dalam penelitian

    kualitatif, hal ini bertujuan agar kesimpulan penelitiannya dapat sungguh valid,

    akurat dan dipercaya. Paul Suparno (2007: 71) menyebutkan bahwa “Pada riset

    tindakan—karena sampelnya sedikit, bahkan kadang hanya satu orang—

    kesimpulan menjadi lebih valid bila datanya diambil dari berbagai sudut pandang.

    Disinilah triangulasi ambil peran besar dalam menambah validitas penelitian

    tindakan”.

    Kunandar (2009: 124) menjelaskan bahwa “Dalam rangka memperoleh

    data yang akurat dan obyektif, dalam PTK, guru (peneliti) juga perlu melakukan

    triangulasi sumber data, yaitu menggunakan berbagai sumber untuk meningkatkan

    mutu data dengan cara cek silang”.

    Triangulasi yang dapat digunakan ada beberapa macam. Kunandar (2009:

    124) menyebutkan beberapa macam triangulasi:

    1. Theorical triangulation atau triangulasi teori, yakni menggunakan teoridalam upaya menelaah sesuatu.

    2. Data triangulation atau triangulasi data, yakni mengambil data dariberbagai suasana, waktu, tempat dan jenis.

    3. Source triangulation atau triangulasi sumber, yakni mengambil data dariberbagai sumber.

    4. Method triangulation atau triangulasi metode, yakni menggunakanberbagai metode pengumpulan data.

    5. Instrumental triangulation atau triangulasi instrument, yakni denganmenggunakan berbagai jenis alat atau instrument.

    6. Analytic triangulation atau triangulasi analitik, yakni menggunakanberbagai metode atau cara analisis.Dalam penelitian ini, menggunakan triangulasi data dan triangulasi sumber

    karena dua macam triangulasi tersebut sangat mendukung untuk memvalidkan

    data yang dikumpulkan penulis dalam penelitian tindakan.

    F. Teknik Analisis Data

    Untuk membuktikan benar tidaknya hipotesis penelitian yang diajukan

    maka setelah data terkumpul, diadakan pengolahan data sehingga dapat

    menghasilkan suatu kesimpulan. Teknik analisis data merupakan cara yang

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    38

    digunakan dalam mengolah data dan menganalisis data yang diperoleh dalam

    penelitian guna membuktikan hipotesis yang telah diajukan.

    Konsisten dengan desain penelitian yang dipilih, maka pre test dan post

    test dalam penelitian ini diberikan pada kelompok yang sama. Pre test digunakan

    untuk mengukur kemampuan menulis dan membaca siswa sebelum diberi

    perlakuan. Sedangkan post test digunakan untuk mengukur kemampuan menulis

    dan membaca setelah diberikan perlakuan.

    Analisa data adalah proses mengorganisasikan dan mengumpulkan data

    kedalam pola, kategori dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditentukan tema

    dan merumuskan hipotesis. Analisa data yang digunakan dalam penelitian ini

    adalah analisa data kualitatif dan kuantitatif.

    Analisa data kualitatif yaitu analisa data yang berupa informasi berbentuk

    kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa yang berkaitan dengan

    tingkat pemahaman terhadap pembelajaran, sikap siswa, aktivitas siswa dalam

    proses belajar mengajar, perhatian/antusias, kepercayaan diri dan motivasi dalam

    pembelajaran. Paul Suparno (2007: 72) menyebutkan bahwa “Analisis induktif ini

    secara sederhana hendak menemukan pola (pattern) dari data-data yang telah kita

    kumpulkan. Tentu pola-pola itu yang sesuai dengan topic dan tujuan dari

    penelitian kita”.

    Analisis data yang digunakan peneliti adalah analisa deskriptif kuantitatif

    dengan cara membandingkan nilai rata-rata dan persentase keberhasilan belajar

    yang diperoleh dari nilai sebelum dengan sesudah tindakan.

    G. Indikator Kinerja

    Dalam penelitian tindakan ini yang akan dilihat indikator kinerjanya selain

    siswa adalah guru (penulis sebagai peneliti), karena guru merupakan fasilitator

    dalam pembelajaran yang berpengaruh besar dalam proses pembelajaran terhadap

    kinerja siswa. Indikator kinerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

    Keberhasilan dalam proses belajar mengajar yang ditandai oleh meningkatnya

    nilai rata-rata pos tes sesudah tindakan lebih baik daripada siklus sebelumnya.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    39

    H. Prosedur Penelitian

    Prosedur penelitian adalah kejelasan langkah-langkah penelitian dari awal

    hingga akhir. Tahapan-tahapan dari penelitian ini adalah :

    Siklus I

    Siklus pertama dalam PTK ini terdiri dari perencanaan, pelaksanaan, pengamatan

    dan refleksi sebagai berikut.

    1. Perencanaan (Planing)

    a. Tim peneliti melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui

    kompetensi dasar yang akan disampaikan kepada siswa dengan

    menggunakan pembelajaran abjad 8 (alphabet 8s).

    b. Membuat rencana pembelajaran abjad 8 (alphabet 8s) berupa RPP.

    c. Membuat media pembelajaran abjad 8 (alphabet 8s).

    d. Membuat lembar kerja siswa.

    e. Membuat instrumen yang digunakan dalam siklus PTK.

    f. Menyusun alat evaluasi pembelajaran.

    2. Pelaksanaan (Acting)

    a. Mengondisikan kelas sebagai persiapan pembelajaran.

    b. Menyajikan materi pembelajaran abjad 8 (alphabet 8s).

    c. Siswa melakukan kegiatan abjad 8 (alphabet 8s).

    d. Guru memberikan kuis atau pertanyaan berdasarkan materi yang

    disampaikan.

    e. Siswa diberikan kesempatan untuk memberikan tanggapan.

    f. Penguatan dan kesimpulan materi pembelajaran secara bersama-

    sama.

    g. Melakukan pengamatan atau observasi pada sikap siswa yang positif

    dan negatif dalam pembelajaran yang berlangsung.

    3. Pengamatan (Observation)

    a. Mengamati situasi kegiatan belajar mengajar.

    b. Mengamati keaktifan siswa.

    c. Mengamati kemampuan siswa dalam pembelajaran.

  • perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

    commit to user

    40

    4. Refleksi (Reflection)

    Penelitian tindakan kelas ini berhasil apabila memenuhi beberapa syarat

    sebagai berikut :

    a. Sebagian besar berani dan mampu untuk menjawab pertanyaan dari

    guru.

    b. Sebagian besar berani dan mampu untuk bertanya tentang materi

    pelajaran hari itu.

    c. Sebagian besar perhatian/antusias terhadap materi pelajaran hari itu.

    d. Sebagian besar siswa aktif dalam mengerjakan tugas yang diberikan

    oleh guru.

    e. Penyelesaian tugas sesuai dengan waktu yang d