21
A. Arti Definisi Dan Pengertian Pengangguran Pngangguran memiliki dimensi yang cukup luas, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang menjadi pengangguran. Seseorang menganggur bisa saja karena memang telah memiliki pandapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Atau juga seseorang menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya atau belum mendapatkan kesempatan kerja itu sendiri. Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan (Simanjuntak, 1998:5). Jumlah penduduk yang makin besar membawa akibat jumlah angkatan kerja makin besar pula. Ini berarti semakin besar juga jumlah orang yang mencari kerja atau menganggur. Pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran, karena dengan pembangunan ekonomi diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih dari tingkat pertumbuhan penduduk. Sehingga kegiatan perekonomian akan meningkat dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menganggur. Menurut Teori Klasik (1729-1790), pengangguran itu bersifat sukarela, karena tidak sesuainya tingkat upah dengan aspirasi pekerja. Bertambahnya jumlah pengangguran dalam masyarakat terjadi karena orang menunggu pada masa transisi dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Teori ini menyebutkan bahwa untuk mengurangi pengangguran tidak diperlukan campur tangan pemerintah karena pengangguran yang terjadi sifatnya sukarela. Selain itu unit-unit pelaku ekonomi percaya bahwa upah dan tingkat harga yang fleksibel dapat menyesuaikan diri secara otomatis untuk mencapai titik keseimbangan dalam perekonomian. B.PENGERTIAN PANGANGGURAN Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak

Pengangguran Aceh 76

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Pengangguran Aceh 76

A. Arti Definisi Dan Pengertian Pengangguran

Pngangguran memiliki dimensi yang cukup luas, terdapat berbagai faktor yang menyebabkan orang menjadi pengangguran. Seseorang menganggur bisa saja karena memang telah memiliki pandapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Atau juga seseorang menganggur karena belum mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya atau belum mendapatkan kesempatan kerja itu sendiri. Pengangguran adalah orang yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan (Simanjuntak, 1998:5).

Jumlah penduduk yang makin besar membawa akibat jumlah angkatan kerja makin besar pula. Ini berarti semakin besar juga jumlah orang yang mencari kerja atau menganggur. Pembangunan ekonomi sangat diperlukan untuk memperkecil tingkat pengangguran, karena dengan pembangunan ekonomi diharapkan pertumbuhan ekonomi dapat dipertahankan pada tingkat yang lebih dari tingkat pertumbuhan penduduk. Sehingga kegiatan perekonomian akan meningkat dan selanjutnya dapat memperkecil jumlah orang yang menganggur. Menurut Teori Klasik (1729-1790), pengangguran itu bersifat sukarela, karena tidak sesuainya tingkat upah dengan aspirasi pekerja. Bertambahnya jumlah pengangguran dalam masyarakat terjadi karena orang menunggu pada masa transisi dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain. Teori ini menyebutkan bahwa untuk mengurangi pengangguran tidak diperlukan campur tangan pemerintah karena pengangguran yang terjadi sifatnya sukarela. Selain itu unit-unit pelaku ekonomi percaya bahwa upah dan tingkat harga yang fleksibel dapat menyesuaikan diri secara otomatis untuk mencapai titik keseimbangan dalam perekonomian.

B.PENGERTIAN PANGANGGURAN

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya. Orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolan smp, sma, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.

. Rumus Menghitung Tingkat Pengangguran

Untuk mengukur tingkat pengangguran pada suatu wilayah bisa didapat dar prosentase membagi jumlah pengangguran dengan jumlah angkaran kerja.

Tingkat Pengangguran = Jml Yang Nganggur / Jml Angkatan Kerja x 100%

C. Jenis & Macam Pengangguran

1. Pengangguran Friksional / Frictional UnemploymentPengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

Page 2: Pengangguran Aceh 76

Pengangguran Struktural / Structural Unemployment

Pengangguran struktural adalah keadaan di mana penganggur yang mencari lapangan pekerjaan tidak mampu memenuhi persyaratan yang ditentukan pembuka lapangan kerja. Semakin maju suatu perekonomian suatu daerah akan meningkatkan kebutuhan akan sumber daya manusia yang memiliki kualitas yang lebih baik dari sebelumnya.

3. Pengangguran Musiman / Seasonal Unemployment

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus nganggur. Contohnya seperti petani yang menanti musim tanam, tukan jualan duren yang menanti musim durian.

4. Pengangguran Siklikal

Pengangguran siklikal adalah pengangguran yang menganggur akibat imbas naik turun siklus ekonomi sehingga permintaan tenaga kerja lebih rendah daripada penawaran kerja.

Tambahan :Pengangguran juga dapat dibedakan atas pengangguran sukarela (voluntary unemployment) dan dukalara (involuntary unemployment). Pengangguran suka rela adalah pengangguran yang menganggur untuk sementara waktu karna ingin mencari pekerjaan lain yang lebih baik. Sedangkan pengangguran duka lara adalah pengengguran yang menganggur karena sudah berusaha mencari pekerjaan namun belum berhasil

Menyikapi data kemiskinan dan pengangguran yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik Aceh dan Bappeda Aceh beberapa pekan lalu Partai Rakyat Aceh mendesak Pemerintahan Aceh untuk memberantas kemiskinan dan mengurangi pengangguran. Sebab pengangguran saat ini mencapai 76,89 persen dari 4,2 juta warga Aceh.

Masalah itu dicuatkan Sekretaris Jendral PRA Thamrin Ananda dalam pidatonya ketika membuka Konferensi Wilayah Partai Rakyat Aceh (DPWPRA) Kota Banda Aceh di Aula BKKBN Lampineung, Rabu (4/7). "Penurunan angka pengangguran dan kemiskinan bukan dengan berutang pada negara lain, ini sama saja gali lobang tutup lobang dan rakyat tetap miskin," kata Thamrin. Mantan aktivis mahasiswa ini menyindir Pemerintahan Aceh yang berencana berutang ke luar negeri sebesar 500 juta dolar AS untuk program pembangunan kelapa sawit. Katanya, untuk menekan angka pengganguran dan kemiskinan yang begitu besar di Aceh, bukan dengan membuka kebun kelapa sawit yang modalnya berutang dari negara lain atau dari Dana Moneter Internasional (IMF).

Menurut dia, untuk mengurangi menekan angka kemiskinan yang begitu besar Pemerintah Aceh harus membuka lapangan kerja dengan cara membuka industri milik pemerintah daerah bukan dengan cara mengambil hutang. "Untuk membuka

Page 3: Pengangguran Aceh 76

beberapa sektor produksi tidak harus dengan berutang, karena Pemerintah Aceh memiliki potensi keuangan dari dana pemberdayaan ekonomi di BRR atau dari yang lainnya," urai dia. Menyangkut pengangguran, pria yang disapa Nanda ini menyebutkan sudah akut, apalagi hingga saat ini pengangguran di Aceh telah mencapai 76,89 persen dari jumlah penduduk di Aceh yang mencapai 4,2 juta. Dari 76,89 persen, 43,68 persen merupakan pengangguran terbuka dan 33,21 persen tertutup atau semi pengganguran. "Dari jumlah pengangguran begitu banyak masalah kemiskinan pun semakin akut yang mencapai hingga 48,23 persen hingga saat ini," urai dia.

Disebutkan, jika angka pengangguran masih tinggi maka mustahil Aceh mampu menekan kemiskinan. "Kemiskinan musuh utama perdamaian, karena perdamaian abadi bukan hanya disebabkan oleh berkurangnya intensitas konflik bersenjata, namun perdamaian abadi selalu ditandai dengan berkurangnya angka kemiskinan," tukasnya. Di tempat terpisah, Kasi Informasi Departemen Ketenagakerjaaan (Depnaker) Aceh, T. Darni SH, kepada wartawan, kemarin mengatakan untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, pada tahun depan pemerintah berencana memprioritas pembangunan pemberdayaan ekonomi masyarakat, memperluas kesempatan kerja dan penanggulangan kemiskinan.

"Sasaran penanggulangan kemiskinan adalah berkurangnya penduduk miskin dari 49,5 persen tahun 2007 menjadi 25 persen pada tahun 2008. Sedangkan sasaran peningkatan kesempatan kerja, investasi dan ekspor adalah menurunnya jumlah pengangguran dari 331.949 orang menjadi 200.000 orang," katanya.(b05)

Page 4: Pengangguran Aceh 76
Page 5: Pengangguran Aceh 76

Jumlah Pengangguran di Aceh Tercatat 166.000 Orang

Jumlah pengangguran di Provinsi Aceh per Februari 2010 mengalami penambahan sebanyak 1.000 orang dibandingkan Agustus 2009, yaitu dari 165.000 orang menjadi 166.000 orang.

Namun tercatat mengalami penurunan sebesar 7 ribu orang lebih dibanding Februari 2009 yang mencapai 174 ribu orang.

Angkatan kerja mencapai 1.933 juta orang, bertambah sekitar 34 ribu dibanding Agustus 2009 sebesar 1.898 juta orang atau bertambah 67 ribu orang dibanding Februari 2009 sebesar 1.865 juta orang.

Sementara jumlah penduduk yang bekerja di Provinsi Aceh pada Februari 2010 mencapai 1.767 juta orang atau mengalami penambahan 33 ribu orang dibandingkan Agustus 2009 sebesar 1,733 juta orang.

Perubahan

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh, Syech Suhaimi SE kepada wartawan Senin (10/5) menyatakan, keadaan ketenagakerjaan di Aceh diwarnai dengan perubahan beberapa indikator yang cukup signifikan kea rah yang lebih baik, walaupun di beberapa daerah terjadi musibah bencana alam.

"Musibah dan bencana alam yang terjadi di beberapa daerah memang mempunyai dampak terhadap aktivitas ekonomi dan lapangan kerja, tetapi menjadi tidak signifikan setelah pemulihan dapat diselesaikan," ujar Syech Suhaimi.

Dikatakan, selama satu tahun ini pada periode Februari 2009 hingga Februari 2010, jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yang bekerja mengalami perubahan.

Penduduk perempuan yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 47 ribu orang, sementara penduduk laki-laki meski mengalami penambahan tapi tidak setinggi perempuan yaitu sebanyak 26 ribu orang.

Untuk tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Provinsi Aceh pada Februari 2010 mencapai 8,60 persen, mengalami penurunan dibanding keadaan pada Agustus 2009 (8,71 persen), demikian juga terhadap keadaan Februari 2009 (9,31 persen).

Situasi ketenagakerjaan pada Februari 2010 juga ditandai dengan meningkatnya jumlah pekerja di beberapa sektor. Sektor yang mengalami peningkatan dengan jumlah tertinggi dibanding dengan keadaan Februari 2009 adalah sektor jasa kemasyarakatan sebesar 56 ribu orang.

Diikuti sektor perdagangan, rumah makan sebesar 23 ribu orang lebih dan sektor pertanian sebesar 8 ribu orang lebih. Sektor yang mengalami peningkatan paling rendah adalah konstruksi yang hanya sebesar 7 ribu orang. (mhd)

Page 6: Pengangguran Aceh 76

Pengangguran di Provinsi Kaya SDM dan SDA

SDM (Sumberdaya Manusia) di Acehyang kaya sumberdaya alam (SDA), ibarat ayam yang terkurung dalam lumbung padi. Biro pemerintahan Provinsi Aceh mencatat, jumlah penduduk Aceh hingga April 2009 mencapai 4,67 juta jiwa. Atau meningkat 645.341 jiwa bila dibandingkan empat tahun lalu yang tercatat sebanyak 4,05 juta jiwa. “2.35 juta jiwa di antaranya laki-laki dan sisanya 2,32 juta jiwa perempuan.

Penduduk terbanyak berada di Kabupaten Pidie yang mencapai 438.233 jiwa, disusul Aceh Timur 392.639 jiwa, dan Bireuen 397.580 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk yang paling sedikit terdapat di Kabupaten Simeulu yang hanya 84.005 jiwa. Ekonomi Aceh masih ditopang oleh kegiatan konsumsi yaitu sebesar 56 persen (sumber, Bank Indonesia Banda Aceh).

Kebiasaan konsumtif merupakan paradok ekonomi. Kegiatan konsumtif terutama dilakukan oleh rumah tangga. “Peluang untuk tumbuh ekonomi kerakyatan sangat besar, namun bukan kegiatan produksi yang berkembang di Aceh. Hingga hari ini pasokan barang ke Aceh masih sangat bergantung pada luar daerah terutama dari Medan Sumatera Utara. Tidak ada ketegasan pemerintah Aceh untuk mengatur regulasi kegiatan ekspor impor sendiri dan memutuskan mata rantai perdagangan dengan Medan, oleh Belanda memang Medan diwarisi infrastruktur pelabuhan yang lebih baik. Dalam urusan ekspor barangkali Pemerintah Aceh lebih bangga dengan gelar “Aceh punya barang Medan punya nama”.

Kondisi perekonomian Aceh dari tahun 2001 sampai 2008 terus merosot.”Ini utamanya disebabkan produksi gas alam, pemasukan utama Aceh dari bagi hasil semakin sedikit, dari 1,294 triliun pada tahun 2007, dan 2 triliun lebih pada tahun 2008, menjadi 533 miliar tahun 2009 (PerMenKeu No.52/PMK.07/2009). Sektor ril di Aceh kurang berkembang. “Ada Rp11,1 triliun dana yang menganggur di bank-bank di seluruh Aceh karena mereka kesulitan mencari pengusaha sektor ril yang kredibel, Gubernur BI mengatakan “bank-bank di Aceh hanya beternak duit saja di BI”. Yang banyak di Aceh adalah para kontraktor, itu pun bukan kontraktor profesional yang siap bersaing untuk menjadi kontraktor konstruksi skala internasional seperti yang sedang dibutuhkan di Arab Saudi, Irak, Yaman, dan Palestina.

Karena umumnya pemilik perusahaan kontraktor di Aceh adalah mejadi kontraktor dadakan karena kedekatan dengan penguasa dan hanya bersifat temporer saja, orientasi mereka semata mata profit taking (fee) setelah menang lalu kontraknya dijual kepada kontraktor lain yang punya modal namun tidak punya koneksi ke pejabat pemerintah. Perusahaan kontraktor di Aceh mirip dengan beberapa perusahaan kontraktor Jepang seperti Kumagai Gumi dan Kajima, yang berkantor pusat di negara Singapura namun dikendalikan oleh Yakuza di negara Jepang.

Human resource.SDM Aceh dengan angkatan kerja cenderung menginginkan kerja sebagai PNS. “Hasrat menjadi PNS mengurangi hasrat untuk menjadi enterpreuner atau pengusaha. Padahal peluang untuk menjadi pengusaha sangat terbuka lebar. Paling tidak menjadi pengusaha untuk memproduksi barang-barang yang dibutuhkan sehari-hari oleh

Page 7: Pengangguran Aceh 76

masyarakat Aceh, namun pengusaha muda di Aceh lebih tertarik membangun ruko ketimbang menjadi produsen dalam industri kecil. Industri hampir tidak ada yang melirik, bahkan sector garment dan perikanan yang mendapatkan bantuan asing dan pemerintah pusat pun tidak mampu dijalankan oleh Pemda dengan alasan keterbatasan sumberdaya manusia. Sebelum tsunami jumlah angkatan kerja di Aceh tercatat 2,53 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja hanya 2,25 juta. Sebesar 0,28 juta orang adalah pengangguran.”Jumlah pencari kerja itu setiap hari bertambah, sejalan dengan makin berkurangnya kegiatan rehabilitasi dan rekonstruksi di Aceh akibat aktivitas kegiatan BRR dan lembaga swadaya masyarakat (LSM/NGO) nasional dan internasional yang terus berkurang di Aceh,”. Tidak mustahil para aktivist yang selama ini sibuk bekerja menjadi pendamping NGO asing dan nyaris tidak ada demonstrasi karena mereka sibuk bekerja, berpotensi untuk kembali turun ke jalan berdemo tentang apa saja jika kelak mereka menganggur.

Berdasarkan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh, pada Agustus 2008, jumlah angkatan kerja di Provinsi NAD mencapai 1,793 juta dan perhitungan Februari hingga Agustus 2008 terjadi penambahan angkatan kerja lebih kurang 12.000 orang. Sementara jumlah pengangguran terbanyak di Pemko Lhokseumawe mencapai 14,35 persen. Di Provinsi NAD, setiap semester terjadi penambahan jumlah pengangguran mencapai 7.000 orang. Berdasarkan data tahun lalu, pada Februari 2008 jumlah angka pengangguran di NAD sebanyak 164.000 orang, sementara data Agustus 2008 jumlah masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan meningkat menjadi 171.000 orang.

Hasil wawancara dengan beberapa pencari kerja di Aceh sungguh mencengangkan, mayoritas responden (69%) ingin menjadi pegawai negeri sipil (PNS) meskipun dengan berbagai cara, mulai dari mengandalkan memo dan surat rekomendasi kerabat dekat yang kebetulan sedang berkuasa, hingga membayar puluhan juta rupiah pun mau asal diterima menjadi PNS, bahkan isteri para pengusaha sukses di Aceh ikutan melobby agar mendapatkan status PNS. Alasanya sederhana: “seorang PNS

di Aceh meskipun golongan rendah namun dapat hidup serba kecukupan, mampu membeli rumah dan mobil (fenomena ini merupakan salah satu keajaiban dunia setelah tembok besar di China), dan menurut rakyat, di Aceh sangat sulit membedakan antara rumah pengusaha dengan rumah PNS, tidak seperti di Jakarta”. kata salah seorang responden pencari kerja di Banda Aceh.

Lalu agaimana trik mendapatkan tambahan penghasilan di luar gaji? Bukan rahasia umum lagi bahwa korupsi secara berjama’ah di negeri syari’at sudah dianggap lumrah oleh sebahagian orang, namun tidak semua PNS di provinsi Aceh seperti itu. Karena masih ada PNS yang bersedia bekerja banting tulang di luar jam dinas, seperti dosen, guru, dan tenaga medis serta yang lainnya.

Jika ada Pemda yang tidak mampu menjalankan industri bantuan asing maka sebenarnya siapakah yang berhak diberi gelar bodoh, pemerintah atau rakyat? Pertanyaan mendasar tersebut sering dilontarkan diantara generasi muda Aceh masa kini, bila kita lihat dari segi Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) dari tahun ke tahun semakin meningkat, untuk tahun 2009 adalah sebesar Rp.9,7 triliun jika dikelola dengan baik, adil dan bijaksana, sesuai dengan perencanaan awal, tentu saja akan mampu menciptakan lapangan kerja yang tidak sedikit, namun konon

Page 8: Pengangguran Aceh 76

kabarnya kebanyakan kebijakan mandeg di tingkat kepala dinas. Mengapa demikian? Disinyalir dan kuat dugaan bahwa: orang-orang yang diangkat menjadi kepala dinas adalah orang-orang yang

tidak punya kapabilitas dalam bidang yang ditunjuk, namun diangkat berdasarkan patron nepotisme, karena kroni, dan tergantung selera penguasa yang memiliki perasaan like or dislike, bukan menggunakan hati nurani dan commonsense. Negeri ini memang sudah terlalu lama dibangun bukan dengan menggunakan akal sehat, sebagaimana imani oleh Hitler “Hanya orang-orang sakit jiwalah yang selalu haus kekuasaan dan tak akan pernah puas dengan kekuasaan, bagai meminum air laut”. Bahkan ada diantara kepala dinas yang memang sudah terlanjur terlahir pada era ekonomi susah dan gizi buruk, sehingga selalu sakit-sakitan dan tidak mampu menjalankan tugas dengan baik.

Bagaimana dengan nasib SDM) di negeri kaya yang bernama Aceh? Bagi pengangguran di Aceh “SDM” punya arti tersendiri, “SDM” bisa berarti: “Semua Dari Matang”, “Sedikit Dari Meureudu”, “Sedikit Dari Meulaboh”. Namun bagi mantan kombatan, pateng, juru radio, atom, rungkhoem, juru maguen GAM yang menjadi pengangguran, dan Korban Konflik yang cacat seumur hidup lalu terpaksa menjadi pengemis jalanan “SDM” memiliki makna yang berbeda pula: “Sudah Dok Mandum” kata mereka.

Job lessOrang-orang yang banyak menganggur dalam hidup ini, biasanya menjadi penebar isu dan desas desus yang tak bermanfaat, itu karena akal fikiran mereka selalu melayang-layang tak tahu arah. Saat yang paling berbahaya bagi akal adalah manakala pemiliknya menganggur dan tak berbuat apa-apa. Orang seperti itu ibarat mobil yang berjalan tanpa sopir, akan mudah oleng ke kanan dan ke kiri atau menubruk apa saja yang ada di depannya. Bila pada suatu hari kita mendapati diri kita menganggur tanpa kegiatan, bersiaplah untuk bersedih, gundah dan cemas. Sebab dalam keadaan kosong itulah pikiran kita akan menerawang kemana-mana, mulai dari mengingat masa lalu, menyesali kenyataan masa kini, hingga mencemaskan suramnya masa depan yang belum tentu akan kita alami. Dan itu membuat fikiran kita tak terkendali maka akan sudah lepas kontrol. Sebagaimana firman Allah swt: “Mereka rela berada bersama orang-orang yang tidak pergi berperang, dan hati mereka telah dikunci mati, maka mereka tidak mengetahui (kebahagiaan beriman dan berjihad)”. QS. at-Taubah (9) : 87.

Dalam hadih maja; “Meunyoe goet pade di blang hana padumna tulo pajoh, meunyoe rakyat kaseunang hana padumna le soe peukiroh”. Inilah keinginan saya menyampaikan daripada duduk melamun di penjara dengan memikirkan hukuman penjara seumur hidup. Saya berharap para generasi muda Aceh yang belum beruntung mendapatkan pekerjaan, mari kita isi setiap waktu luang dengan kesibukan yang bermanfaat.

Page 9: Pengangguran Aceh 76

Di Banda Aceh, Pengangguran Capai 14.000 Orang 

Banda Aceh – Dinas Sosial dan Tenaga Kerja (Dinsosnaker) Kota Banda Aceh mencatat angka pengangguran di Banda Aceh mencapai 14.000 orang. “Itu data terbaru yang masuk ke Dinsosnaker Banda Aceh pascarehabiltasi dan rekonstruksi Aceh,” kata Kepala Dinsosnaker Purnama Karya saat dihubungi di Banda Aceh, Senin (13/7).

Purnama mengatakan, dari jumlah tersebut, angka tertinggi adalah pengangguran setelah menyelesaikan pendidikan dan kemudian pengangguran karena kehilangan pekerjaan. “Sangat disayangkan, siswa-siswi yang baru menyelesaikan pendidikannya dan masih terkatung-katung mencari pekerjaan,” katanya.

Purnama mengakui, terbatasnya lapangan pekerjaan termasuk pemicu permasalahan semakin bertambahnya jumlah pengangguran tersebut. “Apalagi pascakepergian LSM lokal dan asing dari Aceh justru sangat berpengaruh terhadap hilangnya lahan pekerjaan di Aceh,” katanya.

Menurut Purnama, jumlah pengangguran di Banda Aceh itu dinilai masih wajar untuk sebuah kota yang terus berkembang. “Indikator masih wajar itu terlihat dari jumlah penduduk kota Banda Aceh yang mencapai 232 ribu jiwa. Jadi jumlah pengangguran itu berada di posisi tengah tidak terlalu tinggi tetapi juga tidak rendah,” katanya.

Berkaitan penanggulangan masalah ini, pemerintah melalui Dinsosnaker, berupaya menekan angka pertumbuhan pengangguran dengan memperbanyak pelatihan peningkatan kapasitas bagi masyarakat terutama bagi yang belum memiliki pekerjaan. “Ini kita lakukan untuk memberdayakan masyarakat mandiri dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan untuk mereka sendiri,” katanya.

Selain itu pemerintah kota juga terus memberdayakan balai latihan tenaga kerja (BLK) guna membina siswa-siswa yang putus sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka. “Balai tenaga kerja itu cukup optimal meningkatkan kemampuan anak-anak yang putus sekolah dan memberikan mereka pembekalan untuk menciptakan pekerjaannya,” katanya.

Pemerintah juga mengharapkan para orang tua yang ingin melanjutkan pendidikan anaknya dapat mengambil keputusan tepat dalam menentukan masa depan putra-putrinya. “Kita berharap orang tua yang merasa tidak mampu lagi melanjutkan pendidikan anaknya ke jenjang lebih tinggi dapat memilih SMK sebagai alternatifnya, karena setidaknya selepas itu si anak memiliki kemampuan dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan,” katanya. (antara)

Page 10: Pengangguran Aceh 76

Pengangguran Aceh Utara capai 40 ribu jiwa Warta - Aceh WASPADA ONLINE

ACEH UTARA - Angka pengangguran di kabupaten Aceh Utara masih cukup tinggi mencpai 40 ribu jiwa. Hal ini disebabkan sempitnya lapangan pekerjaan. Angka sebanyak ini akan disulit ditekan, jika tidak dibarengi dengan ploting anggaran APBK Aceh Utara untuk kebutuhan tersebut.

”Rakyat Aceh Utara sukar keluar dari kemiskinan. Bayangkan, sekarang ada sekitar 40 ribu penduduk masih berpredikat pengangguran, tak memiliki sumber mata pencaharian. Ini sebernanya permasalahan yang paling mendasar yang tak kunjung terselesaikan, “ kata kepala Disnakermobduk, Saifullah, tadi malam.

Begitupun, tahun ini, Pemkab Aceh Utara hanya mengalokasikan dana untuk penanganan ketenagakarjaan senilai Rp1,1 miliar. Dana sebanyak itu juga digunakan untuk kebutuhan sosial dan mobilitas penduduk. Diperkirakan, dana sebanyak itu akan habis digunakan untuk kegiatan sosial dan kemanusiaan.

Penyebab, masyarakat Aceh Utara terus dibalut kemiskinan antara lain minimnya lapangan pekerjaan, tidak memiliki keahlian dan modal usaha. Hal ini telah pernah dilakukan survei oleh pihaknya beberapa waktu lalu. Karena itu, para warga terpaksa menggeluti pekerjaan sebagai buruh kasar bangunan dan petani sawah.

Karena itu, guna menekan angka pengangguran di Aceh Utara, pemerintah harus segera melaksanakan kegiatan pelatihan dan pemberdayaan masyarakat yang terarah dan berkelanjuatan. Karena pengembangan SDM yang paling mendasar dalam menciptakan lapangan kerja.

ACEH UTARA-AER

Jumlah angka pengangguran di Aceh Utara hingga penghujung 2008 mencapai 46.567 jiwa. Dengan rincian 29.645 laki-laki dan 16.922 perempuan. Rata-rata mereka adalah lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) dan perguruan tinggi.

Kepala Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) dan Mobilitas Penduduk Aceh Utara, T. Diauddin menjelaskan, rata-rata penduduk yang menganggur tersebut berumur antara 15-44 tahun. Terdiri dari 12.265 laki-laki dan 5.003 perempuan lulusan SMA, serta 2.562 laki-laki dan 2.013 perempuan lulusan perguruan tinggi. Disusul lulusan Sarjana Muda dengan jumlah 1.383 laki-laki dan 2.138 perempuan. Selanjutnya, untuk Diploma I dan II sebanyak 856 laki-laki dan 1.651 perempuan.

"Membludaknya angka pengangguran tersebut disebabkan banyak fakor. Mulai dari sistem kerja, taraf pendidikan, bakat dan minat, hingga pengatahuan seputar informasi pekerjaan," imbuh Diauddin.

Page 11: Pengangguran Aceh 76

Digilas PHKSementara itu, tercatat 1.023 karyawan di Aceh Utara mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh beberapa perusahaan. 19 orang dari karyawan koperasi PT. KKA, 37 orang di PT Pangan Catering, dan sisanya petugas medis cuma-cuma Rumah Sakit Exxon Mobil Oil Indonesia. PHK ini merupakan ekses dari krisis ekonomi global dan menurunnya hasil produksi. Diperkirakan, jika krisis tersebut berlanjut, akan terjadi PHK secara massal di beberapa perusahaan vital di kabupaten tersebut.

Staf Disnaker dan Mobilitas Penduduk Aceh Utara, Samsul, mengatakan. seharusnya perusahaan tidak perlu merumahkan pekerja. Sebab PHK yang dilakukan akan berdampak terhadap 4.092 tanggungan. Akibatnya, angka pengangguran melonjak dan terjadi dimana-dimana.

"Seharusnya, perusahaan dapat menyiasati dengan solus

12.488 Penganggur Di Lhokseumawe

Lhokseumawe WASPADA OnlinePemko Lhokseumawe, yang dikenal dengan julukan petro dolar, memiliki 12.488 jiwa pengangguran atau 7,25% dari jumlah warga kota setempat sebanyak 172.328 jiwa. Hal itu terjadi akibat sempitnya lowongan pekerjaan.

Data tersebut Waspada dapatkan dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Tenaga Kerja Kota Lhokseumawe, ketika melaksanakan survei, selama tahun 2006.

"Dari jumlah sebanyak itu, tertinggi terdapat di Kec. Banda Sakti, yaitu 4.940 jiwa, sedangkan jumlah pengangguran terendah di Kecamatan Blang Mangat, 1.637 jiwa," kata Rusdi kepada Waspada, Rabu (4/4) Kepala Bidang Tenaga Kerja pada dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Tenaga Kerja setempat.

Perbedaan yang timbul di Kecamatan Banda Sakti dengan Kecamatan Blang Mangat, hanya diakibatkan besar kecilnya masing-masing daerah.

Ia juga mengatakan, penyebab utama terjadinya pengangguran, diantaranya lapangan kerja yang ada sangat terbatas, faktor ekonomi keluarga dan banyak penduduk daerah lain yang masuk ke Kota Lhokseumawe.

"Bahkan yang menjadi kendala saat ini, pihak pemberi kerja, seperti NGO/LSM dan industri-industri kecil dan menengah tidak pernah melapor kepada kita saat menerima tenaga kerja, seharusnya itu perlu dibuat laporan ke kita, agar mereka mudah terdata," paparnya.

Untuk membendung jumlah pengangguran yang fantastis tersebut, kata Rusdi, pemerintah kota setempat harus berani menciptakan lapangan kerja yang baru, agar para penganggur tersebut dapat dipekerjakan, contohnya di bidang pertanian dan industri kecil menengah (IKM).

Page 12: Pengangguran Aceh 76

Selama tahun 2006, pihaknya juga telah melakukan pelatihan keterampilan bagi 300 orang pengangguran, berupa pelatihan menjahit bordir, pertukangan kayu, bengkel dan las. "Tapi bagi mereka hanya kita berikan pelatihan saja, sedangkan modal usaha tidak diberikan, karena tidak punya anggaran dana untuk itu," imbuhnya.

Namun dalam tahun 2007 ini, pihaknya juga telah mengusulkan dana ke DPRD Lhokseumawe untuk pelatihan keterampilan bagi pengangguran dan modal usaha.

"Informasi yang kita terima, pihak DPRD banyak yang mencoret usulan tersebut, dengan alasan mereka akan melakukan pendataan kembali terhadap jumlah pengangguran yang ada di Kota Lhokseumawe, kemudian baru diberikan pelatihan dan modal usaha," tandasnya. (

Written by Serambi Indonesia    Thursday, 16 July 2009 11:41

BANDA ACEH - Tahun 2012, diperkirakan akan menjadi tahun yang sulit bagi Pemerintah Aceh. Hasil survei pasar kerja (SPK) yang dilakukan International Labour Organization (ILO/EAST) bersama Aceh Institute, menunjukkan adanya kekuatiran akan terjadi besarnya proyeksi kesenjangan negatif pada 2012, antara kesempatan kerja yang tersedia dengan jumlah tenaga kerja. Kondisi ini tentunya berdampak pada terjadinya ledakan angka pengangguran dalam jumlah besar.

Hal itu diungkap Lokal Program Officer ILO/EAST, Mirza Keusuma usai seminar Survei

Pasar Kerja (SPK), kepada pers, di Banda Aceh, Selasa (14/7). Ia menyebutkan, survei pasar kerja (SPK) itu dilakukan di tiga wilayah yaitu Aceh Besar, Pidie/Pidie Jaya, dan Banda Aceh. Disebutkan, untuk Aceh Besar, kesempatan kerja yang tersedia mencapai 176.154, sedangkan angkatan kerja mencapai 216.036 sehingga terjadi kesenjangan mencapai 40.157 jiwa. Hal yang sama juga dialami Banda Aceh dan Pidie/Pidie Jaya. Untuk Banda Aceh kesempatan kerja mencapai 51.062, sedangkan angkatan kerja mencapai 67.179 atau terjadi kesenjangan 16.117 jiwa.

Sementara kecenderungan yang lebih tinggi terjadi di Kabupaten Pidie, termasuk Pidie Jaya yaitu kesempatan kerja mencapai 118.984, sedangkan angkatan kerja mencapai 397.214 atau terjadi

2012: Pengangguran di Aceh Meningkat Tajam

 REPRO

Page 13: Pengangguran Aceh 76

kesenjangan 278.231 jiwa. Mirza menyebutkan, proses SPK dilakukan secara bertahap dimulai dengan kegiatan curah pendapat, yang melibatkan pemangku kepentingan, lokarya, wawancara, dan focus group discussion (FGD).

Sedangkan untuk memprediksi jumlah kesempatan kerja tersebut secara keseluruhan digunakan data BPS dan dianalisa menggunakan sofware statistic (SPSS) dan memakai peralatan regresi linier sederhana. “Variable dependentnya jumlah kesempatan kerja dan variable dependentnya adalah product domestic regional bruto antara 2003 sampai 2007,” ujar Mirza didampingi Peneliti Aceh Institute, Syafruddin Chan.

Dikatakan, SPK juga menyoroti kurangnya fasilitas pelatihan yang merujuk pada kebutuhan pasar kerja yang ada. Pelatihan keterampilan yang ada pada umumnya telah dilaksanakan dan telah berlangsung selama bertahun-tahun tanpa mengalami perubahan berarti untuk dapat menjawab pasar kerja ke depan.

Masih didorong SDADari hasil SPK tersebut juga disimpulkan bahwa ke depan, pembangunan ekonomi di Aceh masih tetap didorong oleh sumber daya alam. Sementara dari hasil SPK ternyata kesempatan kerja yang tersedia lebih banyak didominasi oleh sektor jasa dan perdagangan (52%). “SPK juga merujuk pada sedikitnya realisasi berbagai kesepakatan investasi yang selama tiga tahun belakangan ini didengungkan, dari 40 MoU hampir tidak ada yang terealisai,” katanya.

Menurutnya, hal yang agak sedikit menggembirakan adalah, pada 2012 diprediksi akan terbuka 85.528 kesempatan kerja baru di tiga wilayah SPK yakni Aceh Besar, Pidie/Pidie Jaya, dan Banda Aceh dari berbagai sektor. Kondisi ini dinilai menjadi tantangan bagi pemerintah setempat untuk pro aktif mengambil kesempatan tersebut dalam upaya mengurangi angka pengangguran dengan melakukan berbagai upaya pelatihan. Jika tidak, kata Mirza kondisi akan semakin menyulitkan pemerintah ke depan.

“Hal yang penting dilakukan adalah bagaimana pemerintah harus mengisi kesempatan kerja baru ini dengan mendidik tenaga kerja terampil agar tenaga mereka bisa terserap dalam upaya memperkecil angka pengangguran. Kalau tidak, maka kesempatan ini akan dimanfaatkan oleh tenaga-tenaga kerja dari luar Aceh,” ujarnya.

Mirza menambahkan, menindaklanjuti hasil SPK tersebut, ILO/EAST menyatakan akan melakukan program pelatihan kepada 1200 pemuda putus sekolah untuk vacational training dan 1500 lainnya pelatihan di sektor kewirausahaan. Pelatihan ini akan dilakukan di enam kabupaten/kota yakni Banda Aceh, Aceh Besar, Sabang, Pidie, Lhokseumawe dan Langsa. “Program pelatihan ini dilakukan tidak semata berdasarkan minat atau bakat tapi lebih pada kebutuhan pasar kerja ke depan,” ujarnya.(sar)

Page 14: Pengangguran Aceh 76

Persentase Penganggur Baru yang BelumPernah Bekerja Menurut Kelompok Umur diPedesaan dan Perkotaan Indonesia, 2003

Kel UmurPengangguran yang Belum pernah bekerja

Pedesaan Perkotaan

15-19 46,8 30,9

20-24 30,9 39,5

25-29 9,8 16,4

30-34 4,0 5,6

35-39 2,6 2,8

40-44 1,9 2,0

45-49 2,3 1,7

50-54 1,7 1,2

55-59 -- --

60+ -- --Jumlah(% baris)

100,0(47,4)

100,0(52,6)

Sumber BPS 2004)

Persentase Penganggur Baru Yang Belum Pernah BekerjaMnurut Tingkat Pendidikan di Pedesaan danPerkotaan

Tinggkatpendidikan

Pengangguran yang Belum Pernah Bekerja

Pedesaan Perkotaan

Tidak sekolah 2,3 0,6

Tdk Tamat SD 7,1 4,6

SD 31,9 14,7

SLTP 30,5 08,0

SLTA Umum 18,1 33,2

SLTA Kejuruan 7,2 18,1

Dip/Akd 1,7 4,5

Universitas 1,2 5,9

Page 15: Pengangguran Aceh 76

Jumlah(% baris)

100,0(47,7)

100,0(56,6)

5.1. KesimpulanPenganggur baru di pedesaan proporsinya lebih sedikitdibandingkan dengan di perkotaan, walau perbedaannya tidakterlampau jomplang. Kondisi ini berbeda dengan penganggurulangan yang pernah bekerja, dimana proporsi mereka yangberada di daerah pedesaan jauh lebih sedikit dibandingkandengan di perkotaan.Jika dilihat dari struktur umur, penganggur baru lebihdidominasi oleh mereka yang berumur muda, dibandingkandengan penganggur yang pernah bekerja. Keadaan tersebutterlihat sama, baik di pedesaan maupun perkotaan. Sedangkan,jika ditinjau dari aspek tingkat pendidikan, penganggur barumemiliki kualifikasi yang lebih bagus dari para penganggurlama, baik di pedesaan maupun diperkotaan.Berdasarkan perhitungan tingkat pengangguran, ternyatadi wilayah pedesaan tingkat penganggurannya lebih rendah,dibandingkan dengan di perkotaan. Kemungkinan besardiakibatkan banyaknya migran pencari kerja dari pedesaanyang mencari kerja di kota. Dilihat dari struktur umur, tingkatpengangguran yang tinggi berada pada mereka yang berumurmuda. Sedangkan dari sisi pendidikan, yang memiliki tingkatpengagguran tinggi adalah pada kelompok SLTP dan SLTA.