38
BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN – SETJEN DPR RI Pergerakan Tingkat P engangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi Februari 2008 1 Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi Dra. Sri Lestari, M.M Witingsih Yuhelmi, S.E. M.M Titik Kurnianingsih, S.E Suparmono Sekretariat Jenderal DPR RI - National Legislative Strengthening Program Februari 2008

penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 1

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat

Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Dra. Sri Lestari, M.M Witingsih Yuhelmi, S.E. M.M

Titik Kurnianingsih, S.E Suparmono

Sekretariat Jenderal DPR RI - National Legislative Strengthening Program

Februari 2008

Page 2: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 2

Abstrak

Pengangguran merupakan masalah jangka panjang yang hanya dapat diselesaikan secara konsepsional dan komprehensif. salah satu faktor terjadinya pengangguran adalah pertumbuhan ekonomi yang tidak berkualitas. Kondisi ini pada akhirnya mengakibatkan terhentinya daya serap tenaga kerja di hampir seluruh sektor ekonomi khususnya sektor pertanian dan sektor manufaktur. Tulisan ini mengambil enam propinsi sebagai sampel, yaitu Propinsi Jambi, Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, Sulawesi Tengah dan Sulawesi Utara. Penulisan ini bertujuan untuk melihat hubungan pergerakan jumlah pengangguran dengan pertumbuhan sektor ekonomi di enam propinsi sampel tersebut dalam periode 2002 - 2005. Disamping analisis secara deskriptif juga dilakukan analisis dengan regresi sederhana secara spasial. Hasil yang didapatkan adalah sektor ekonomi yang mendominasi struktur ekonomi di enam propinsi sampel tidak selalu merupakan sektor yang paling mempengaruhi pergerakan jumlah penganggurannya.

I. P E N D A H U L U A N

1.1. Latar Belakang

BPS baru-baru ini kembali mengumumkan penurunan angka pengangguran per Agustus 2007. Angka ini turun dari tahun sebelumnya, dari 10,9 juta jiwa pada tahun 2006 menjadi 10,01 juta jiwa pada Februari 2007. meskipun mengalami penurunan, namun pengangguran tetap merupakan masalah jangka panjang yang hanya dapat diselesaikan secara konsepsional dan komprehensif.

Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun di Indonesia yang mengalami peningkatan, dan baru pada tahun 2006 mengalami penurunan.

Tabel 1. Jumlah pengangguran tahun 2000 – 2006

Tahun

Jumlah Pengangguran

(ribu orang)

Persentase dari Angkatan Kerja

(%)

2001 8.000 8,10 2002 9.100 9,06 2003 9.531,1 9,28 2004 10.251 9,86 2005 11.899 11,24 2006 10.932 10,28 2007* 10.001 9,11

Sumber : Badan Pusat Statistik

Page 3: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 3

Catatan : * Februari 2007

Penurunan jumlah pengangguran yang terjadi pada tahun 2006 cukup menggembirakan, banyak pihak optimis bahwa pada tahun 2008 tingkat pengangguran secara nasional dapat terus ditekan hingga di bawah 9 persen seperti target pada RKP (8-9 persen). Namun betapapun, angka-angka tersebut masih dibawah target Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) 2004-2009, yang ditetapkan sebesar 5 persen.

Namun, penghitungan jumlah pengangguran sebenarnya berkaitan dengan definisi dari pengangguran itu sendiri. Menurut definisi pengangguran yang digunakan Badan Pusat Statistik (BPS) orang dikatakan tidak menganggur jika telah bekerja dalam satu jam secara tidak terputus dalam periode satu minggu terakhir yang diperoleh dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Definisi penganggur yang digunakan BPS dinilai banyak pihak sangat longgar sehingga batas antara orang yang bekerja dan pengangguran sangat tipis. Definisi pengangguran yang digunakan membawa konsekuensi bahwa orang yang membantu mengatur lalu lintas di persimpangan jalan tetap dapat dikategorikan sebagai pekerja atau bukan penganggur. Demikian juga para buruh cangkul tidak tetap yang hanya bekerja satu jam dalam seminggu terakhir saat survei, sementara mereka menganggur selama jeda waktu survei (selama 6 bulan misalnya) tidak dikategorikan sebagai penganggur.

Definisi tersebut memang sesuai dengan definisi yang digunakan oleh International Labor Organization (ILO), yang mendefinisikan penganggur sebagai orang yang tidak bekerja minimal satu jam dalam satu periode terakhir. Namun, ILO memberikan arti ’periode’ dengan sangat luas tergantung masing-masing negara. Ada negara yang memilih untuk menggunakan minggu, bulan atau bahkan 6 bulan sebagai batasan satu periode waktu. Batasan periode ini yang dapat membedakan hasil dari penghitungan jumlah pengangguran, karena semakin sempit periode waktu yang digunakan maka akan semakin sedikit angkatan kerja yang terjaring sebagai penganggur. Negara-negara pengguna definisi ini sangat terbatas (termasuk Indonesia) karena negara-negara industri umumnya menganggap seseorang menganggur bila bekerja kurang dari 35 jam per minggu.

Hasil penelitian Hananto Sigit, 2001 menyimpulkan bahwa pada saat kondisi sebelum krisis, dimana rata-rata angka pertumbuhan ekonomi selama periode 1982-1997 sebesar 6.7 persen, secara keseluruhan pasar kerja di Indonesia tidak terlalu sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tenaga kerja relatif stabil, sementara pertumbuhan ekonomi berfluktuasi. Pada masa akhir sebelum krisis, pertumbuhan ekonomi lebih banyak didorong oleh penggunaan modal dan tenaga kerja, khususnya akumulasi modal secara cepat namun tidak efisien dalam penggunaannya, dari pada peningkatan produktivitas (INFOMET, 2001). Seiring dengan pola pertumbuhan perekonomian nasional, krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan perubahan struktur pertumbuhan ekonomi maupun pasar kerja.

Beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak membawa dampak positif terhadap jumlah pengangguran yang ada. Terjadi paradoks antara pertumbuhan ekonomi dengan jumlah pengangguran, pertumbuhan ekonomi tidak

Page 4: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 4

diikuti oleh peningkatan kesempatan kerja sehingga penurunan jumlah pengangguran tidak terjadi1, seperti ditunjukkan dalam tabel berikut:

Tabel 2. PDB dan Jumlah Pengangguran

Sumber : BPS dan data seic

Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi yang dapat mengurangi tingkat pengangguran harus pertumbuhan ekonomi yang merata dan berkualitas. Banyak pihak yang meragukan kualitas dari pertumbuhan ekonomi yang dicapai. Kinerja makro ekonomi Indonesia yang membaik dalam tiga tahun terakhir ini ternyata belum bisa mengatasi masalah tingkat pengangguran dan kemiskinan yang masih tinggi

2. Pertumbuhan ekonomi yang dicapai lebih ditopang oleh menggelembungnya investasi di pasar modal dan bukan pada investasi di sektor riil. Kondisi ini pada akhirnya mengakibatkan terhentinya daya serap tenaga kerja di hampir seluruh sektor ekonomi khususnya sektor pertanian dan sektor manufaktur 3.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional sampai tahun ini masih bertumpu pada sektor konsumsi dan disinyalir belum mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Apakah kondisi seperti ini terjadi pada enam propinsi sampel yang diambil.

1.2. Masalah

Angka pengangguran di Indonesia terus meningkat. Walaupun mulai tahun 2006 telah mengalami penurunan, namun angka tersebut masih hampir sama dengan setengah jumlah penduduk Malaysia. Tingginya angka pengangguran bukan tidak mungkin akan membawa permasalahan sosial yang serius.

1 Menurut Faisal Basri, kondisi ini disebabkan terjadinya kemerosotan sektor formal dalam menyerap pertumbuhan angkatan kerja, banyak pekerja yang tadinya bekerja di sektor formal kemudian beralih ke sektor informal, dan kurang tingginya pertumbuhan ekonomi yang dicapai. 2 Disampaikan oleh Deputi Gubernur BI, Miranda Gultom, dalam forum Round Table Discussion ke-5 PPSK-BI bertema Pemberdayaan Sektor Riil Untuk mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Melalui Peningkatan Koordinasi Kebijakan Fiskal dan Moneter yang diadakan di Gedung BI, Jakarta, pada tanggal 31 Oktober 2007. 3 Dorojatun Kuntjoro Jakti mengatakan bahwa penyelesaian masalah pengangguran ini harus dihadapi lewat upaya peningkatan investasi dari jenis yang mampu menciptakan kesempatan kerja dalam jumlah besar untuk menaikkan laju pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan upaya memelihara kestabilan ekonomi makro, utamanya tekanan inflasi.

Tahun PDB

(dalam triliun rupiah)

Jumlah Pengangguran

(dalam ribu jiwa) 2001 1.389,8 8.005 2002 1443,0 9.132,1 2003 1.579,6 9.531,1 2004 1.660,6 10.251 2005 1.749,5 11.899 2006 1.846,7 10.932

Page 5: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 5

Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dinilai beberapa pihak sebagai salah satu strategi untuk mengurangi tingginya angka pengangguran, karena pertumbuhan ekonomi yang demikian akan membawa dampak pada kesejahteraan rakyat. Tulisan ini mengemukakan permasalahan, bagaimanakah hubungan antara pergerakan jumlah pengangguran dengan pertumbuhan sektor ekonomi di enam propinsi sampel.

1.3. Tujuan

Paper ini dimaksudkan untuk mengetahui : 1. Hubungan antara pergerakan jumlah pengangguran dengan pertumbuhan sektor

ekonomi di enam propinsi sampel. 2. Sektor ekonomi yang dominan dalam hubungannya dengan pergerakan jumlah

pengangguran di enam propinsi di Indonesia dalam periode 2002 - 2005.

1.4. Metode Analisis

1. Analisis dilakukan dengan studi pustaka berupa penelusuran literatur baik text book maupun tulisan dari jurnal yang terkait dengan pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor pendukungnya.

2. Analisis juga dilakukan menggunakan alat analisis statistik SPSS dengan regresi sederhana untuk mengetahui hubungan antara jumlah pengangguran dan pertumbuhan ekonomi di enam propinsi sampel.

3. Pengumpulan data sekunder terutama data kuantitatif.

1.5. Pemilihan Propinsi

Pemilihan Propinsi dilakukan dengan metode stratified random berdasarkan tingkat pertumbuhan dan tingkat pendapatan per kapita yang dikelompokkan oleh Badan Pusat Statistik pada tahun 2005.

1. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat pendapatan tinggi (high growth dan high Income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat.

2. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan rendah dan tingkat pendapatan tinggi (low growth dan high income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Kalimantan Timur.

3. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan dan tingkat pendapatan rendah (low growth dan low income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Jambi.

4. Propinsi dengan tingkat pertumbuhan tinggi dan pendapatan rendah (high growth dan low income). Untuk kriteria ini dipilih Propinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.

1.6. Sistematika Penulisan

I. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang 1.2. Permasalahan 1.3. Tujuan Penulisan

Page 6: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 6

1.4. Metodologi Penulisan 1.5. Pemilihan Propinsi 1.6. Sistematika Penulisan

II. Landasan Teori Dalam bab ini disajikan landasan teori yang berkaitan dengan Produk Domestik Bruto (PDB) sebagai model pertumbuhan ekonomi dan teori yang berhubungan dengan pengangguran.

III. Analisis Dalam bab ini akan disajikan analisis yang dilakukan sesuai metode yang digunakan.

IV. Kesimpulan dan Saran Dalam bab ini akan disajikan kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil analisis yang diperoleh.

II. L A N D A S A N T E O R I

2.1 Pendapatan Domestik Bruto (PDB)

Dalam bukunya “ Pengantar Teori Makro Ekonomi” Sadono Sukirno mendefinisikan pendapatan nasional sebagai nilai seluruh barang jadi dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara dalam satu tahun tertentu.

Penghitungan pendapatan nasional dilakukan dengan pendekatan nilai satuan uang (value) dalam mata uang domestik, bukan volume atau kuantitas barang/jasa yang dihasilkan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari kesulitan menghitung produk yang dihasilkan dengan satuan yang berbeda-beda.

Namun penghitungan PDB dengan cara ini memiliki kelemahan: 1. Nilai produksi dalam suatu tahun tidak mencerminkan terjadinya peningkatan

volume produksi dari tahun sebelumnya. 2. Karena nilai yang dihitung masih termasuk nilai kenaikan harga barang (inflasi),

sehingga hanya dengan menghitung kenaikan nilai pendapatan nasional tahun terakhir dibandingkan nilai tahun sebelumnya tidak terlihat peningkatan volume produksi yang sebenarnya.

Untuk mengatasi masalah ini dilakukan penghitungan pendapatan nasional dengan “harga tetap” atau dikenal dengan Pendapatan Nasional riil dan pendapatan nasional yang dihitung dengan harga yang berlaku disebut dengan pendapatan nasional menurut “harga berlaku” atau PDB nominal.

2.2 Penghitungan Pendapatan Nasional

Pendekatan yang digunakan dalam penghitungan pendapatan nasional yaitu pendekatan pengeluaran, pendekatan produksi, dan pendekatan pendapatan. Namun

Page 7: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 7

Indonesia hanya menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan pengeluaran dan pendekatan produksi.

Pendekatan pengeluaran

Pendekatan pengeluaran dihitung dengan menggunakan persamaan

Y=C+I+G+(X-M), dimana

Y = pendapatan nasional (PDB) C = Total pengeluaran individu I = pengeluaran swasta G = pengeluaran Pemerintah X = pengeluaran luar negeri atas produk domestik M = pengeluaran domestik atas produk luar negeri dengan notasi

Pendekatan produksi

Pendekatan produksi dilakukan dengan cara menghitung nilai tambah produksi (value added) dari berbagai sektor ekonomi, seperti sektor pertanian, sektor jasa, sektor manufaktur dan lain-lain.

Pendekatan pendapatan

Pendekatan pendapatan dilakukan dengan cara menghitung pendapatan seluruh faktor produksi, yaitu : pendapatan para pekerja (gaji dan upah), pendapatan perusahaan individu, pendapatan dari sewa, bunga neto (kecuali bunga pinjaman konsumsi dan pinjaman pemerintah), dan keuntungan perusahaan.

2.3 Ketenagakerjaan

2.3.1 Angkatan kerja (labor force) Angkatan kerja adalah penduduk dengan usia mulai dari 16 tahun baik laki-laki maupun perempuan yang sudah bekerja baik di sektor formal maupun sektor informal serta yang tidak bekerja (menganggur).

2.3.2 Penduduk yang bekerja (kesempatan kerja) Penduduk yang bekerja atau kesempatan kerja dapat dibagi atas kesempatan kerja pada sektor formal maupun sektor informal dan juga atas kriteria kota/ desa dan laki-laki/ perempuan.

2.3.3 Pengangguran (unemployment) Pengangguran menurut Sakernas adalah : 1. Orang yang tidak bekerja dan sedang mencari pekerjaan. 2. Orang yang sedang mempersiapkan suatu usaha atau pekerjaan baru. 3. Orang yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak akan mendapatkan

pekerjan, atau lebih dikenal dengan penganggur “putus asa”. 4. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.

Sedangkan pengangguran menurut ilmu ekonomi adalah : 1. Pengangguran terbuka, adalah pengangguran yang dapat diihat dengan kasat

mata bahwa seseorang sama sekali tidak bekerja.

Page 8: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 8

2. Pengangguran friksional (normal) adalah pengangguran yang timbul karena

keinginan untuk mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. 3. Pengangguran struktural adalah pengangguran karena terjadinya krisis ekonomi,

kemajuan teknologi di sektor lain, perubahan cita rasa masyarakat, dan adanya pesaing baru.

4. Pengangguran teknologi adalah pengangguran karena terjadinya penggantian tenaga manusia dengan mesin.

5. Penganguran siklikal adalah penganguran akibat menurunnya kegiatan ekonomi (siklus ekonomi).

6. Pengangguran tidak kentara/ tersembunyi adalah kondisi suatu pekerjaan yang menggunakan tenaga kerja yang berlebihan.

7. Pengangguran musiman adalah pengangguran yang sering terjadi di sektor pertanian berkaitan dengan musim cocok tanam yang sedang menurun kegiatannya.

8. Pengangguran setengah penganggur adalah pengangguran dimana seseorang bekerja dibawah 40 jam dalam seminggu.

2.4 Hukum Okun

Hukum Okun menggambarkan hubungan antara perubahan tingkat pengangguran akibat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) di atas tingkat pertumbuhan PDB secara normal. Menurut hukum Okun, pertumbuhan PDB memiliki hubungan negatif dengan perubahan tingkat pengangguran.

Secara matematis, hukum Okun dinyatakan sebagai berikut :

, dimana : adalah output dari tenaga kerja (full-employment) Y adalah output riil u adalah tingkat yang pengangguran alami u adalah pengangguran nyata c adalah faktor penghubung perubahan antara pengangguran ke perubahan output

2.5 Sumitro Djojohadikusumo

Pengalaman empiris sejak perang dunia II menunjukkan bahwa di negara-negara berkembang secara menyeluruh jumlah penduduk dan angkatan kerja bertambah dengan laju yang lebih pesat, dibandingkan dengan peluasan lapangan kerja yang bersifat produktif penuh. Dengan kata lain, pengangguran (secara terbuka maupun terselubung) lebih meluas, dibandingkan dengan kesempatan bagi angkatan kerja untuk mendapat pekerjaan yang bersifat produktif penuh.

Usaha penanggulangan pengangguran di negara-negara berkembang akan kurang berhasil, jika hanya dengan mengandalkan pertumbuhan industri modern. Hal itu satu sama lain harus dilihat dalam rangka umum proses modernisasi yang meliputi pula pengembnagan perekonomian daerah pedesaan maupun pembangunan lapisan industri kecil dan menengah di kota dan sekitarnya.

Page 9: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 9

III. A N A L I S I S

3.1. Analisis Deskriptif

Dari data yang didapatkan, menunjukkan bahwa dalam lima tahun terakhir Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) di enam propinsi sampel mengalami peningkatan. Peningkatan PDRB yang terjadi di enam propinsi tersebut secara umum tidak disertai dengan penurunan jumlah pengangguran. Seperti ditunjukkan dalam tabel berikut

Tabel 3. PDRB dan Pengangguran di Enam Propinsi (2002-2006) Jambi Jateng Jabar Kaltim Sulut Sulteng

Thn PDRB Unem PDRB Unem PDRB Unem PDR

B Unem PDRB Unem PDRB Unem

2002 10,8 67.092 123,03 1081.69 211,4 2191.53 87,9 135,19 11,3 102,18 9,6 86,505

2003 11,3 74.376 129,2 1133.19 221,6 1979.07 89,5 44,645 11,7 49,974 10,2 43,003

2004 11,9 73.108 135,8 1299.22 233,1 2319.72 91,1 120,72 12,1 107,01 10,9 60,692

2005 12,6 133.964 143,1 1641.57 245,8 2692.226 93,6 135,59 12,7 136,44 11,7 85,171

2006 78.264 1356.91 2561.525

178 141,87 119,06

Sumber : BPS dan data seic

Secara teori, pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat membantu penciptaan kesempatan kerja, namun seperti dikatakan sebelumnya ternyata rata-rata pertumbuhan ekonomi yang terjadi di enam propinsi sampel tidak membawa dampak terhadap perluasan kesempatan kerja sehingga tidak banyak tenaga kerja yang terserap.

Rata-rata pertumbuhan ekonomi yang dicapai di enam propinsi sampel dimungkinkan selama ini belum dinikmati oleh sebagian besar masyarakat. Pertumbuhan ekonomi tidak terjadi pada sektor riil, sehingga tidak mampu mengurangi jumlah pengangguran. Dalam grafik berikut ditunjukkan bahwa secara umum telah terjadi gap yang semakin melebar antara indeks produksi manufaktur dengan indeks GDP riil. Hal ini menunjukkan sumbangan industri manufaktur bagi pertumbuhan ekonomi semakin menurun.

Grafik 1. Indeks PDB Riil dan Indeks Produksi Manufaktur

10 0

110

120

130

14 0

150

16 0

20 0 0 20 0 1 20 0 2 20 0 3 20 0 4 20 0 5 20 0 6 20 0 7E 20 0 8 F

Sum be r: BPS, p roye ksi Econit

In d eks (20 0 0 =10 0 )

In d eks GDP r i i l

In d eks Pr o d u ksi M an u f ak t u r

Page 10: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 10

Selain itu, kebijakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat, secara langsung ataupun tidak akan berdampak pada perekonomian di enam propinsi tersebut. Berbagai kebijakan industri dan perdagangan yang tidak berpihak pada kepentingan industri nasional semakin mendorong percepatan deindustrialisasi. Sektor industri mengalami pertumbuhan negatif dan tumbuh di bawah tingkat pertumbuhan PDB sejak beberapa tahun terakhir. Pertumbuhan negatif sebagian besar ternyata terjadi di berbagai sub sektor padat karya. Artinya, sub sektor manufaktur yang mengalami pertumbuhan negatif sebagian adalah sub-sektor dimana usaha kecil dan menengah terkonsentrasi4. Padahal, usaha penanggulangan pengangguran akan berhasil jika terjadi juga pengembangan pada industri kecil dan menengah, tidak hanya mengandalkan industri modern5. Melihat kondisi tersebut maka tidak mengherankan bila pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak mampu mengurangi pengangguran dan kemiskinan

Selanjutnya, Bila dilihat dari sektor lapangan usaha yang mendominasi struktur perekonomian masing-masing Propinsi, lima propinsi didominasi oleh sektor lapangan usaha yang labour intensive sedangkan sisanya didominasi oleh lapangan usaha yang capital intensive. Bila dikaitkan dengan kemampuan mengurangi angka pengangguran, maka propinsi dengan struktur perekonomian yang didominasi sektor lapangan usaha labour intensive secara umum memiliki rata-rata pertumbuhan pengangguran yang lebih rendah dibandingkan dengan propinsi yang struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor lapangan usaha yang capital intensive. Hal ini dapat diartikan bahwa propinsi dengan struktur perekonomian labour intensive relatif mampu menurunkan angka penganggurannya lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi dengan struktur ekonomi capital intensive. Hal ini wajar saja terjadi karena struktur perekonomian labour intensive jelas akan membutuhkan tenaga kerja lebih banyak, dan lapangan usaha yang tersedia di propinsi tersebut dimungkinkan sebagian besar adalah bersifat padat karya dan bukan padat modal.

Tabel 4. Propinsi dan Rata-rata Pertumbuhan Pengangguran No Propinsi Dominasi sektor ekonomi Rata-rata pertumbuhan

pengangguran (%) 1 Jambi Pertanian 12,70 2 Jawa Tengah Industri pengolahan 7,11 3 Jawa Barat Industri pengolahan 4,68 4 Kaltim Pertambangan & penggalian 38,58 5 Sulut Pertanian 30,18 6 Sulteng Pertanian 3,05

Sumber : Data Seic, diolah

3.2. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif yang dilakukan menggunakan alat analisis SPSS. Karena keterbatasan data, maka digunakan regresi sederhana yang dilakukan secara spasial untuk tiap sektor ekonomi.

4 Economic Outlook 2008, Econit, Advisory Group in Economics, Industry & Trade, Januari 2008

5 Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, Sumitro Djojohadikusumo, LP3ES

Page 11: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 11

3.2.1. Propinsi Jambi

A. Profil Ekonomi Propinsi Jambi

Pertanian Potensi pertanian di Jambi tersebar di daerah Kabupaten Tanjung Jabung, dengan komoditas utama padi dan palawija.

Hasil produksi buah-buahan di Jambi adalah alpukat, mangga, rambutan, duku, durian, jeruk, dan pisang. Hasil sayur-sayuran yang menonjol adalah kentang, tomat, ketimun terong, dan kangkung. Di luar komoditas itu, Jambi menghasilkan bawang merah, lombok, kacang panjang, kubis, petai, buncis, labu siam, dan buah-buahan seperti mangga, jambu, pepaya, dan sawo.

Industri dan Pertambangan Perkembangan industri di Propinsi Jambi, dalam dua tahun, yakni 1996-1998 relatif maju pesat, baik dilihat dari unit usaha, tenaga kerja, investasi maupun produksinya. Pada tahun 1997 perusahaan di Jambi berjumlah sekitar 6.869 unit, tahun berikutnya (1998) menjadi 7.429 unit, terdiri dari perusahaan besar, sedang, kecil dan rumah tangga. Jenis perusahaan yang ada antara lain industri minuman, makanan dan tembakau; industri tekstil, pakaian jadi dan kulit; industri pengolahan kayu dan rotan serta rumput-rumputan; industri kimia dan bahan dari kimia; industri logam dan mesin; industri bahan galian bukan logam; dan Iain-lain. Hasil produksi industri menengah dan kecil antara lain kerajinan kayu, sulaman, bordir, pengalengan udang beku, pengolahan ikan, pengolahan kayu, dan kerajinan rotan. Propinsi Jambi memiliki berbagai bahan tambang dan mineral, seperti batubara yang terdapat di Kabupaten Rantau Pandan, Bungo Tebo termasuk bahan galian lainnya yang sangat potensial untuk dikembangkan lagi, seperti minyak bumi, emas, biji besi, tembaga, kaolin, fospat, dan marmer

Kehutanan Hasil kehutanan terbesar dari Jambi adalah kayu bulat. Potensi hasil hutan yang tersebar di Propinsi Jambi meliputi Kabupaten Batanghari, Bungo Tebo, dan Sorolangon Bangko dengan komoditas utamanya kayu bulat (gelondongan), rotan, damar, dan getah jelutung yang belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal dan modern. Persoalannya menyangkut investasi serta kualitas SDM yang ada di daerah ini.

Perikanan Potensi perikanan darat dan tambak yang hasilnya berupa ikan dan udang belum berkembang dengan baik.

Peternakan Pengelolaan peternakan di Jambi juga belum dapat dikatakan berhasil dan optimal. Berbagai kendala masih banyak dihadapi oleh masyarakat dan Pemda Tingkat I Jambi, khususnya dinas peternakan. Hasil ternak utama tahun 1997 adalah sapi, sapi perah, kambing, ayam kampung, ayam broiler, ayam petelur, dan itik. Masih terdapat hasil ternak lain yang jumlahnya belum signifikan, seperti kerbau, domba, babi, dan kuda. Hasil peternakan di Jambi sebenarnya belum optimal dan masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi.

Page 12: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 12

Jumlah populasi ternak di Jambi tahun 1998 adalah sapi, kerbau, kambing, babi, ayam kampung, ayam petelur, ayam broiler pedaging, dan itik. Pembudidayaan ternak di daerah Jambi tidak mudah. Pengembangan dan penerapan teknologi sektor peternakan di daerah ini sering kali berbenturan dengan kultur masyarakat setempat. Penerapan teknologi dan pemeliharaan ternak besar menghendaki ternak dipelihara secara baik di kandangnya, sedangkan pola kebiasaan masyarakat setempat adalah ternak justru dilepas begitu saja. Resistensi yang tinggi dari masyarakat setempat untuk mengandangkan ternak menyebabkan sentuhan teknologi tinggi di sektor peternakan ini sulit dijangkau.

Perkebunan Porensi perkebunan meliputi kelapa sawit dan karet, yang banyak terdapat di wilayah Jambi bagian timur. Produk hasil perkebunan utama tahun 1997 antara lain karet, kelapa, kelapa sawit (CPO), kayu manis, teh, dan pinang. Masih terdapat sejumlah komoditas perkebunan lainnya meski hasilnya sedikit, seperti cengkih, coklat, kemiri, dan sebagainya. Seperti halnya daerah Sumatra lainnya, Propinsi Jambi memiliki potensi yang cukup besar di sektor pertanian dan perkebunan. Andaikata kedua sektor ini dapat terus dikembangkan, tidak tertutup kemungkinan akan meningkatkan pendapatan asli daerah Jambi yang relatif masih rendah.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jambi

Tabel 5. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jambi (2002-2006)

TAHUN PDRB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 10,803,423.29 67.092

2003 11,343,279.54 74.376

2004 11,953,885.47 73.108

2005 12,619,972.18 133.964

2006 78.264

Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS) dan data seic

Page 13: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 13

Tabel 6. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Propinsi Jambi (2000-2006)

Sektor Ekonomi

Tahun Pertanian

Pertambangan & Penggal

ian

Industri Pengolaha

n

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan

& Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

2000 3079,26

1192,26

1408,2

54,80

204,59

1609,35

749,595

364,404

906,79

2001 3522,93

1883,72

1646,11

67,91

233,32

1889,2

879,53

672,036

1037,01

2002 4159,22

2409,33

1926,94

102,89

258,99

2219,42

1002,31

441,615

1319,81

2003 1729,04

2494,86

2027,4

156,29

527,93

2444,24

1128,08

604,773

1815,92

2004 5314,71

2893,03

2293,89

191,002

727,28

2788,81

1272,3

786,912

2220,02

2005 6053,44

4063,25

2702,26

218,94

980,21

3438,99

1610,04

897,487

2522,39

2006 6917,96

4702,93

3124,08

244,98

1189,45

3958,15

1973,86

1015,215

2935,145

Sumber : data seic

Hasil analisis sebagai berikut

Tabel 7. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jambi

Sektor Ekonomi

Pertanian Pertamban

gan & Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.560 0.581 0.503 0.535 0.561 0.545 0.504 0.535 0.511

Std.error

0.2754 0.2600 0.2759

0.2698

0.2642 0.2677 0.2757

0.2698 0.2744

Constant

-1.596 0.081 -0.966 2.175 2.297 -0.620 0.738 1.492 0.931

Ln 0.700 0.537 0.692 0.433 0.324 0.631 0.510 0.444 0.456

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran dengan tiap sektor lapangan usaha.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,26-0,27 atau 0,26 persen sampai dengan 0,27 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :

Sektor pertanian sebesar -1,596 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 1,596 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertanian.

Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,081 menunjukkan sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran 0,081 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian.

Sektor industri pengolahan sebesar -0,966 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 0,966 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor industri pengolahan.

Page 14: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 14

Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 2,175 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 2,175 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor listrik, gas dan air bersih.

Sektor bangunan sebesar 2,297 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 2,297 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor bangunan.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -0,620 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 0,620 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor perdagangan, hotel dan restoran.

Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,738 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0,738 persen pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar 1,492 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 1,492 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.

Sektor jasa sebesar 0,931 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0,931 persen setiap 1 persen pertumbuhan sektor jasa .

Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari tabel diatas terlihat bahwa semua sektor ekonomi kurang berpengaruh terhadap pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jambi. Namun dari semua sektor tersebut, pertanian (0,700) merupakan sektor yang lebih mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor pertanian merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jambi. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi Jambi. Dari angka konstanta di atas, sektor pertanian mampu menyerap pengangguran sebesar 1,596 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi di Propinsi Jambi. Sedangkan bangunan (0,324) merupakan sektor yang mempunyai tingkat elastisitas terendah sehingga dapat diartikan bahwa sektor ini tidak terlalu mempengaruhi pergerakan jumlah pengangguran di propinsi Jambi.

3.2.2 Propinsi Jawa Tengah

A. Profil Ekonomi Propinsi Jawa Tengah

Perkebunan Perkebunan di Propinsi Jawa Tengah pada umumnya merupakan perkebunan rakyat dan perkebunan milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN), dengan komoditas andalan teh yang terdapat di Wonosobo, Tegal, Batang, dan Banjarnegara. Hasil komoditas kelapa, kopi, tembakau, kakao, dan vanili, banyak terdapat di Temanggung, Klaten, dan Magelang. Sementara itu, perkebunan coklat dikembangkan di Wonogiri dan karet di Grobogan. Hasil perkebunan lain meliputi kapuk, kelapa, pala, kapas, dan jambu mete.

Semua tanaman perkebunan itu menyebar di seluruh daerah JawaTengah, kecuali jenis tanaman tertentu seperti gambir, misalnya, yang hanya terdapat di eks

Page 15: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 15

keresidenan Kedu (Temanggung, Bagelen, Wonosobo, Magelang, dan Muntilan) dan tembakau Vorvstenland (vorvstenlanden) yang hanya terdapat di daerah Klaten dan sekitarnya. Daun tembakau jenis ini sangat baik untuk kulit cerutu, sehingga banyak diekspor ke Eropa barat, antara lain ke Jerman dan Belanda.

Perikanan Potensi perikanan tersebar di beberapa daerah di seluruh Propinsi Jateng berupa perikanan darat, air tawar dan laut, sekaligus memanfaatkan Zona Eekonomi Ekslusif (ZEE). Kedua jenis komoditas perikanan ini masih dapat dikembangkan lebih optimal lagi, dengan menggunakan peralatan penangkap ikan yang modern. Dengan hasil yang dimiliki Jawa Tengah ini, kini sudah saatnya dikembangkan agrobisnis perikanan yang dapat dijadikan basis (penopang) pembangunan ekonomi daerah. Untuk prospek ke depan, sektor perikanan darat dan laut harus dapat dijadikan potensi andalan daerah Jawa Tengah.

Peternakan Potensi peternakan di Jawa Tengah relatif belum berkembang optimal. Masih banyak kendala yang dihadapi, antara lain berupa skill (SDM) para pengelola, sarana dan prasarana, serta investasi atau modal.

Kehutanan Berdasarkan data BPS 1998, luas hutan yang ada di Jawa Tengah mencapai sekitar 0,65 juta hektar atau 19,88 % dari seluruh luas wilayah yang ada. Luas areal hutan tersebut terbagi menjadi hutan produksi 93 %, hutan lindung enam 6 %, dan sisanya hutan suaka/ wisata alam 1 %. Salah satu komoditas hasil hutan di Jawa Tengah adalah kayu jati, kayu pertukangan, dan sebagainya. Selama tiga tahun terakhir, hasilnya sangat fluktuatif sekali.

Pertambangan Di sektor pertambangan dan galian, Propinsi Jawa Tengah memiliki berbagai potensi tambang dan bahan galian, seperti emas di Wonogiri dan Kedu, tembaga di Surakarta dan Wonogiri, biji besi di Wonogiri, batu bara di Surakarta dan Rembang. Selain itu, ada bahan galian lain seperti manner di Semarang, Banyumas, Banjarnegara, Wonosobo, Klaten dan Pemalang; fosfat di Semarang, Banyumas, Kebumen dan Purworejo. Pasir besi terdapat di sepanjang pantai selatan Cilacap dan Kebumen, sementara batu kapur, batu gunung tersebar di beberapa daerah Propinsi Jawa Tengah.

Potensi pertambangan yang cukup melimpah di daerah Jawa Tengah belum dapat digali dan dimanfaatkan secara optimal. Barang tambang, seperti yang sudah disebutkan di atas hingga sekarang belum banyak yang dieksplorasi karena berbagai kendala, misalnya dana dan kualitas SDM yang ada.

Perindustrian Pembangunan di sektor industri merupakan prioritas utama pembangunan ekonomi tanpa mengabaikan pembangunan disektor lain. Sektor industri dibedakan menjadi industri besar dan sedang serta industri kecil dan rumahtangga. Perusahaan industri besar dan sedang di Jawa Tengah pada tahun 2003 tercatat sebesar 3.339 unit perusahaan dengan 575,36 ribu orang tenaga kerja. Berarti, dari tahun sebelumnya jumlah perusahaan industri besar dan sedang dan jumlah tenaga

Page 16: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 16

kerja masing-masing turun 3,90 persen dan 1,89 persen.

Pada tahun yang sama, nilai output industri besar dan sedang mencapai 56,95 triliun rupiah, lebih rendah 5,73 persen dari nilai output tahun 2002. Nilai tambahan bruto (NTB) atas dasar hargapasar turun, dari 22,87 triliun rupiah pada tahun 2002 menjadi 22,01 triliun rupiah pada tahun 2003. Nilai tambah bruto terbesar dihasilkan oleh industri pengolahan tembakau yaitu senilai 7,70 triliun rupiah dan mempekerjakan 84,7 ribu orang. Nilai terbesar kedua dihasilkan oleh industri tekstil dengan NTB sebesar 4,70 triliun rupiah dan menyerap tenaga kerja sebanyak 133 ribu orang. Perusahaan industri mesin dan perlengkapannya merupakan sub sektor industri dengan NTB terkecil, yakni 5 milyar rupiah.

Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Jawa Tengah, terdapat 644 ribu perusahaan industri kecil dan menengah pada tahun 2004 atau meningkat relatif kecil dibandingkan jumlah perusahaan tahun sebelumnya. Jumlah tenaga kerja yang diserap

sebanyak 2,63 juta orang. Nilai produksi industri kecil dan menengah pada tahun yang sama mencapai 5,27 triliun atau meningkat 0,16 persen dari tahun sebelumnya.

Total nilai investasi industri kecil dan menengah yang ditanamkan di jawa Tengah tahun 2004

sebesar 1,21 triliun rupiah atau naik sekitar 1,16 persen dibandingkan dengan tahun 2003.

Pertanian Potensi pertanian di Jawa Tengah tersebar di seluruh wilayah propinsi. Daerah ini juga termasuk satu di antara propinsi penyandang (lumbung) pangan nasional, terutama padi. Hasil utama pertanian di Jawa Tengah antara lain adalah padi, palawija, dan hortikultura. Komoditas hasil pertanian lain yang banyak terdapat di daerah Jawa Tengah adalah sayur-sayuran dan buah-buahan, seperti kacang tanah, kedelai, bawang merah, lombok, kubis, kentang, petai, pisang, mangga, durian, pepaya, dan nanas.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jawa Tengah

Tabel 8. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Tengah (2002-2006)

TAHUN PDB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 123,038,541.13 1081.69

2003 129,166,462.45 1133.19

2004 135,789,872.31 1299.22

2005 143,051,213.88 1641.57

2006 1356.91

Page 17: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 17

Sumber : BPS dan Data Seic

Tabel 9. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Propinsi Jawa Tengah (2000-2006) LAPANGAN USAHA

Tahun Pertanian

Pertambangan &

Penggalian

Industri Pengolaha

n

Listrik, Gas & Air

Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan &

Komunikasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

2000 26124,65

1100,33

35688,2

867,87

5262,49

26065,3

5181,71

4340,63

10070,6

2001 29654,85

1289,61

41253,4

1023,2

6237,93

28967,5

6253,97

4968,06

13579

2002 33668,13

1407,81

48176,2

1544,5

7393,91

31830,5

7924,19

5767,94

14255,7

2003 33813,53

1668,79

56032,1

2009,25

8891,13

35660,6

9899,17

6448,27

17459

2004 38492,12

1855,13

63136,6

2361,91

10899,1

38870,5

10959,3

7212,98

19647,5

2005 44806,49

2276,91

79037,44

2815,65

13517,7

46694,1

13852,02

8339,49

23095,5

2006 57364,98

2869,482

92646,43

3153,227

15962,32

55362,79

16801,49

9592,397

28243,58

Sumber : Data Seic

Hasil analisis sebagai berikut

Tabel 10. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jawa Tengah

Sektor Ekonomi

Pertanian Pertamban

gan & Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.662 0.736 0.792 0.821 0.813 0.751 0.772 0.777 0.751

Std.error

0.1426 0.1288 0.1161

0.1085

0.1108 0.1256 0.1209

0.1196 0.1257

Constant

1.994 3.841 1.643 3.446 3.143 1.190 3.095 1.515 2.477

Ln 0.487 0.438 0.497 0.480 0.432 0.562 0.435 0.634 0.473

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran dengan tiap sektor lapangan usaha.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,10-0,14 atau 0,10 persen sampai dengan 0,14 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor tersebut, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak berdampak pada pergerakan jumlah pengangguran di propinsi tersebut.

Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti propinsi sebelumnya, semua sektor ekonomi kurang berpengaruh terhadap pergerakan pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa tengah. Namun dari semua sektor tersebut sektor bangunan (0,432) merupakan sektor yang lebih mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran,

Page 18: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 18

artinya sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah.

3.2.3. Propinsi Jawa Barat

A. Profil Ekonomi Propinsi Jawa Barat

Pertambangan Daerah Jawa Barat mempunyai berbagai potensi bahan tambang dan galian, seperti minyak dan gas bumi di daerah Cirebon dan Indramayu, tambang emas di Gunung Pongkor, Gunung Limbung, dan Purwakarta. Selain itu, Jawa Barat juga memiliki bahan galian marmer di daerah Tasikmalaya, Bandung, dan Sukabumi. Batu kwarsa banyak terdapat di Bogor, Sukabumi, Bekasi dan Cirebon, fosfat banyak terdapat di daerah Ciamis dan Sukabumi, serta bentonit, zeloit dan gips tersebar di beberapa daerah.

Industri Kontribusi industri cukup menonjol bagi perekonomian nasional, termasuk bagi daerah Jawa Barat. Hampir 60% industri pengolahan berlokasi di Jawa Barat, sehingga perekonomian nasional sangat dipengaruhi oleh kinerja industri di daerah ini. Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor industri memiliki kontribusi terbesar dan menduduki peringkat pertama, disusul oleh sektor pertanian. Sektor industri ini, khususnya industri pengolahan, mampu menyerap jumlah tenaga kerja terbesar kedua sesudah pertanian.

Berbagai industri di Jawa Barat sudah berkembang dengan pesat, antara lain industri pesawat terbang, industri senjata ringan, dan telekomunikasi di Bandung dan industri dinamit di Tasikmalaya. Industri lain yang cukup menonjol antara lain industri besi baja di Cilegon, industri elektronik di Bandung, industri kertas di Padalarang dan Bekasi, industri semen di Cibinong, Citeureup, dan Cirebon, industri pupuk di Cikampek, aneka industri dengan komoditas tekstil, benang tenun, dan pakaian jadi di daerah cekungan Bandung, serta industri minuman, makanan, rokok, kulit, keramik di sekitar Bandung, Tangerang, Bekasi, dan Cirebon. Industri-industri kecil dan rumah tangga yang banyak terdapat di Bekasi, Bogor, Tangerang, Depok, Kota Bandung, Cianjur, dan Tasikmalaya juga berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir.

Potensi lain yang dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan berbagai aneka industri dan industri utama di Jawa Barat adalah perguruan tinggi dan lembaga penelitian yang ada di daerah itu, seperti Institut Teknologi Bandung (ITB), Institut Teknologi Bogor (IPB), LAPAN, dan Badan Reaktor Atom Negara (BATAN). Selain itu, besarnya jumlah penduduk dan SDM yang berkualitas merupakan potensi pendukung untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi tinggi (Iptek) di Jawa Barat.

Jumlah industri utama di Jawa Barat (1997) adalah sebagai berikut: industri makanan, minuman dan tembakau berjumlah 1000 unit dengan tenaga kerja

Page 19: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 19

119.745 orang; industri tekstil pakaian jadi dan kulit sebanyak 1.744 unit dengan tenaga kerja 783.745 orang; industri kayu dan barang-barang dari kayu termasuk alat-alat kayu 483 unit dengan tenaga kerja 7.174 orang; jumlah industri kertas dan barang dari kertas cetakan dan penerbitan 207 unit dengan tenaga kerja 46.428 orang; industri barang galian bukan logam kecuali minyak bumi 815 unit dengan tenaga kerja 82.308 orang; industri logam dasar 63 unit dengan tenaga kerja 19.755 orang; industri mesin dan peralatan lain 903 unit dengan tenaga kerja 209.776 orang; dan industri pengolahan lain berjumlah 143 unit dengan tenaga kerja 37.988 orang. Hasil produksi industri kecil berupa makanan dan minuman, sandang dan kulit, kimia dan bahan-bahan bangunan, kerajinan umum dan logam mengalami perkembang-an pesat.

Total jumlah industri di Jawa Barat (1997) berjumlah sekitar 6.085 unit, baik industri besar, sedang maupun kecil, dan menyerap tenaga kerja lebih dari 1,5 juta orang. Investasi di daerah Jawa Barat tahun 1998 adalah: persetujuan PMA US$81,035,000 dan persetujuan PMDN Rp 8.117.050.000.000. Jumlah tersebut untuk waktu sekarang sudah terlampau kecil.

Kehutanan Selain itu, di Jawa Barat juga terdapat potensi hutan alam dan hutan tanaman yang belum dimanfaatkan sepenuhnya, meskipun potensi itu tidak sebesar daerah Sumatra dan Kalimantan. Dalam konteks ini, hutan punya peranan penting untuk menjaga stabilitas sumber daya alam dan memiliki empat fungsi, yakni hutan lindung, hutan produksi, hutan suaka dan wisata, serta hutan cadangan. Luas kawasan hutan di daerah Jawa Barat dari tahun, ke tahun mengalami penurunan yang cukup signifikan karena ulah dan keserakahan manusia. Peningkatan produksi yang paling tinggi adalah produksi rotan. Hal ini disebabkan oleh menjamurnya perusahaan mebel yang menggunakan bahan baku rotan. Hasil industri ini diminati oleh banyak orang dalam beberapa tahun terakhir.

Perikanan Budidaya perikanan di Jawa Barat berupa perikanan laut dan darat yang didukung oleh perikanan air tawar di waduk Saguling, Jatiluhur, Cirata, dan sungai-sungai serta budi daya udang sampai sekarang belum sepenuhnya dikembangkan secara optimal. Zone Ekonomi

Ekslusif (ZEE) juga belum dimanfaatkan padahal dalam era kelautan seperti sekarang ini potensi perikanan di daerah Jawa Barat seharusnya dapat dikembangkan lebih baik lagi.

Perikanan laut sampai sekarang belum ditunjang oleh peralatan yang memadai, seperti masih banyaknya nelayan yang menggunakan perahu tempel. Ini disebabkan karena mayoritas nelayan di daerah Jawa Barat adalah nelayan gurem.

Peternakan Peternakan yang potensial untuk dikembangkan di Jawa Barat antara lain unggas, sapi, kambing, dan sapi perah. Hasil produksi peternakan di Jabar masih bisa dikembangkan.

Pertanian

Page 20: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 20

Dalam struktur perekonomian di Jawa Barat, sektor pertanian merupakan sektor dominan kedua terbesar setelah industri. Potensi pertanian di Jawa Barat tersebar secara merata di seluruh daerah, yang meliputi komoditas padi, palawija, dan hortikultural. Selain itu, jenis sayuran dan buah-buahan di daerah Jawa Barat memiliki potensi yang sangat menjanjikan.

Hasil pertanian pangan lainnya berupa sayur-sayuran dan buah-buhan juga benyak terdapat di Jawa Barat, misalnya kacang tanah, kacang hijau, daun bawang, bawang merah, kentang, kubis, lobak, petsai, kacang panjang, wortel, buncis, bayam, ketimun, cabe, terong, labu siam, kacang merah, tomat, alpokat, jeruk, durian, duku, jambu biji, jambu air, jambu bol, nenas, mangga, pepaya, pisang, sawo, salak serta rambutan.

Melihat hasil pertanian di atas, dapat dikatakan bahwa daerah Jawa Barat memiliki potensi yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan secara optimal. Hasil buah-buahan dan sayur-sayuran merata di seluruh daerah kabupaten yang ada di Jabar. Jika semua itu dapat dikembangkan melalui program intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian serta dikelola secara proresional dengan peralatan yang lebih modern, daerah Jawa Barat akan mendapat tambahan penghasilan yang besar dari sektor pertanian. Apalagi kalau hasil pertanian itu diekspor ke negera lain, hasilnya akan menambah devisa negara dalam jumlah cukup besar.

Perkebunan Perkebunan di Jawa Barat pada umumnya merupakan perkebunan rakyat, perkebunan swasta besar, dan perkebunan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dengan komoditas utama berupa teh, karet, kelapa, kelapa sawit, tebu, kopi, cengkeh, coklat, dan sebagainya.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Jawa Barat

Tabel 11. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Jawa Barat (2002-2006)

TAHUN PDRB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 211,391,702.74 2191.53

2003 221,628,173.72 1979.07

2004 233,057,690.94 2319.72

2005 245,798,061.75 2692.226

2006 2561.525

Sumber : BPS dan Data Seic

Page 21: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 21

Tabel 12. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Jawa Barat (2000-2006)

LAPANGAN USAHA

Tahun Pertanian

Pertambangan &

Penggalian

Industri Pengolaha

n

Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan & Komunik

asi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

2000 28784,19

17548,19

79949,9

3644,34

5254,51

35567,8

7314,26

5351,15

12099,8

2001 32881,33

32881,33

94307,56

4693,74

5880,71

41228,2

8702,43

6324,19

16071,5

2002 35996,49

35996,49

105504

5506,44

6539,82

44461,48

10851,81

7107,72

17244,29

2003 37734,66

37734,66

120654,2

7517,59

7133,93

50356,48

13612,91

7967,4

21712,48

2004 41081,57

41081,57

127493,3

8556

8480,28

57567,98

16082,08

9104,54

25731,53

2005 46430,74

46430,74

173067,7

10061,1

11452,9

74280,7

20712,35

11789,58

28296,88

2006 52653,02

52653,02

214242,1

11303,48

14348,88

91884,71

27831,31

12754,93

34277,66

Sumber : Data Seic

Hasil analisis sebagai berikut

Tabel 13. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Jawa Barat

Sektor Ekonomi

Pertanian Pertamban

gan & Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.824 0.870 0.794 0.717 0.854 0.818 0.776 0.861 0.729

Std.error

0.080 0.069 0.086 0.098 0.075 0.081 0.089 0.072 0.097

Constant

0.820 3.787 3.753 4.909 4.880 3.996 5.224 3.885 4.292

Ln 0.651 0.433 0.337 0.315 0.315 0.341 0.260 0.423 0.342

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran dengan tiap sektor lapangan usaha.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,06-0,09 atau 0,06 persen sampai dengan 0,09 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan menunjukkan bahwa tidak terjadi penurunan pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi masing-masing sektor tersebut, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi yang terjadi tidak berdampak pada pergerakan jumlah pengangguran di propinsi tersebut.

Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi. Seperti Propinsi sebelumnya, semua sektor ekonomi kurang berpengaruh terhadap pergerakan jumlah pengangguran. Namun dari tabel diatas terlihat bahwa pengangkutan dan komunikasi (0,260) merupakan sektor yang lebih mendekati elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi

Page 22: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 22

Jawa Barat. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Barat.

3.2.4. Propinsi Kalimantan Timur

A. Profil Propinsi Kalimantan Timur

Potensi Perkebunan Pembangunan perkebunan di Kalimantan Timur diarahkan untuk meningkatkan kontribusi perkebunan dalam akselerasi pemulihan ekonomi seperti peningkatan pendapatan masyarakat, perluasan kesempatan kerja serta meningkatkan perannya dalam memperbaiki indikator ekonomi makro. Upaya yang telah dilakukan, memberikan berbagai manfaat dan kemajuan antara lain dalam sumbangannya terhadap pendapatan domestik bruto, pengembangan wilayah dan konservasi kelestarian sumber daya alam dan lingkungan hidup

Sub sektor perkebunan mempunyai peranan yang sangat penting baik dalam pengembangan wilayah, ekonomi, sosial maupun ekologi. Peranan tersebut semakin penting karena perkebunan merupakan sub sektor yang berbasis sumber daya alam yang tidak tergantung pada komponen impor, sehingga mampu menghadapi situasi krisis ekonomi.

Sejalan dengan pertambahan luas areal, maka produksi perkebunan pun mengalami kenaikan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan luas areal tanaman yang produktif (tanaman menghasilkan) sebagai akibat dari hasil-hasil kegiatan peremajaan dan perluasan areal pembangunan perkebunan. Dengan meningkatnya luas areal perkebunan terjadi pula peningkatan jumlah Tenaga Kerja Perkebunan (TKP) yang terlibat dalam kegiatan usaha tani perkebunan. Pada tahun 2005 jumlah petani seluruhnya 242.597 TKP, maka pada tahun 2006 menjadi 296.012 TKP berarti mengalami kenaikan sebanyak 53.415 KK petani

Potensi Kelautan dan Perikanan Perkembangan produksi ikan tangkapan ikan laut, produksi perikanan tambak dan produksi prikanan perairan umum mengalami peningkatan. Potensi produksi sumberdaya ikan di Kalimantan Timur diperkirakan sebesar ± 339.998 ton pertahun dengan rincian sebagai berikut : Perairan laut : 139.200 ton dimanfaatkan sekitar 40,94 %. Perairan Umum : 69.348 ton dimanfaatkan sekitar 20,40 % Budidaya tambak : 122.450 ton dimanfaatkan sekitar 36,02 % Budidaya air tawar : 9.000 ton dimanfaatkan sekitar 2,64 %. Peluang Ekspor hasil perikanan Kalimantan Timur sebagian besar ke negara Jepang dan ke beberapa negara tujuan seperti Amerika, Hongkong, Malaysia, Singapura serta beberapa negara Eropa.

Potensi Kehutanan Kontribusi sektor kehutanan dan industri turunannya terhadap perekonomian nasional, khususnya dalam pemulihan krisis ekonomi akan sangat banyak apabila seluruh potensi yang tersedia dimanfaatkan secara optimal. Akan tetapi pada saat

Page 23: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 23

ini sektor kehutanan mengalami penurunan kualitas hutan secara drastis yang diakibatkan antara lain eksploitasi hutan yang berlebihan, konversi/pembukaan kawasan hutan untuk peruntukan lain dan bencana alam seperti kebakaran hutan. Maraknya kegiatan illegal logging antara lain disebabkan oleh lebarnya kesenjangan antara kapasitas industri dengan ketersediaan bahan baku, hal ini merupakan dampak dari kebijakan pengurangan jatah tebangan tahunan secara nasional (soft landing).

Potensi Peternakan Perkembangan populasi ternak pada tahun 2006 secara umum mengalami kenaikan terutama ternak sapi, kambing.

Potensi Industri Potensi industri di Kaltim, baik yang memanfaatkan sumber daya alam, khususnya industri pengolahan hasil hutan, perkebunan, dan hasil laut, maupun yang berbasis iptek, seperti petrokimia, peralatan pengeboran lepas pantai, metanol, dan galangan kapal, masih memiliki peluang dan potensi yang besar untuk dikembangkan secara lebih modern. Hanya persoalan investasi yang sampai sekarang masih menjadi kendala utama. Kendala lain menyangkut kualitas sumber daya manusia dan moralitas birokrasi setempat.

Jumlah perusahaan industri besar dan sedang di Kaltim masih didominasi oleh subsektor industri kayu, yaitu mencapai 66 perusahaan (46,51 %) dan menyerap 47.902 orang tenaga kerja. Meski selama tiga tahun terakhir produksi kayu di Kaltim mengalami penurunan akibat kesulitan pasokan bahan baku, daerah Kaltim masih merupakan penghasil kayu terbesar dibandingkan propinsi lain.

Potensi Pertambangan Daerah Kalimantan Timur memiliki banyak hasil tambang dan bahan galian yang tersebar di beberapa kabupaten. Kekayaan minyak bumi dan gas alam di Kaltim terdapat di pantai timur, termasuk di daratan sekitar Balikpapan, Pulau Bunyu, Pulau Tarakan, dan Bontang, serta di daerah lepas pantai yang memanjang dari utara sampai selatan. Begitu juga dengan tambang batubara, tambang tersebut ditemukan di beberapa daerah, antara lain di Kutai, Pasir, Berau, Bulungan dan Kota Samarinda. Endapan bahan galian golongan C banyak terdapat di Kabupaten Pasir, Berau, Kutai, Kota Samarinda dan Kota Balikpapan. Bahan galian ini antara lain berupa kaolin, bentonit, batu kapur, pasir kuarsa, dan pasir besi. Hasil tambang lainnya yang banyak terdapat di Kaltim adalah emas, timah hitam, fosfat, besi, dan nikel.

Potensi Kawasan Konservasi Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Berau telah direncanakan kawasan konservasi pulau-pulau kecil di Kepulauan Derawan. Potensi kawasan konservasi ini dilihat dari keanekaragaman hayati yang ada di kepulauan ini antara lain satwa endemik, dan tempat-tempat penting lain. Selain memiliki beberapa ekosistem tropis yang terdiri dari ekosistem terumbu karang, ekosistem lamun, dan ekosistem mangrove, Kepulauan Derawan juga memiliki spesies yang dilindungi dan khas.

Page 24: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 24

Kilang Minyak Balikpapan Kilang minyak ini terletak di tepi teluk Balikpapan, meliputi daerah seluas 2,5 Km2 . Kilang ini merupakan kilang tua yang dibangun tahun 1922. Saat pecah Perang Dunia II kilang ini hancur akibat pemboman hebat yang dilancarkan oleh pihak Sekutu dan pembangunan kembali kilang yang hancur ini dimulai tahun 1950.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur

Tabel 14. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Kalimantan Timur (2002-2006)

TAHUN PDRB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 87.850.398,00 135,19

2003 89.483.542,00 44,645

2004 91.050.494,61 120,72

2005 93.589.180,92 135,59

2006 178

Sumber : BPS dan Data Seic

Tabel 15. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Kalimantan Timur (2000-2006) LAPANGAN USAHA

Tahun Pertanian

Pertambangan &

Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan

& Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

2000 5.658

28.678

34.992

167

1.979

5.254

2.802

1.527

1.391

2001 6.101

32.763

37.768

211

2.457

5.866

3.098

1.780

1.847

2002 6.674

32.206

37.574

256

2.788

6.247

3.666

1.948

2.411

2003 7.439

40.364

38.938

345

3.128

6.806

4.766

2.186

2.982

2004 8.502

52.958

49.037

409

3.539

8.498

4.840

2.605

3.316

2005 9.536

76.699

65.989

536

4.045

10.464

6.024

3.029

3.968

2006 10.563

82.701

71.806

577

4.681

12.867

6.953

3.468

4.964

Sumber : Data Seic

Page 25: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 25

Hasil analisis sebagai berikut

Tabel 16. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Kalimantan Timur

Sektor Ekonomi

Pertanian

Pertambangan &

Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.507 0.501 0.626 0.395 0.512 0.593 0.328 0.536 0.441

Std.error

0.5309 0.5329 0.4805

0.5659

0.5290 0.4960 0.5818

0.5200 0.5528

Cons. t -8.526 -2.470 -7.489 0.901 -6.202 -4.872 -1.393 -4.870 -2.241 Ln 1.465 0.660 1.126 0.635 1.335 1.058 0.715 1.220 0.855

Sektor listrik, gas dan air bersih, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor jasa memiliki angka R dibawah 0,5. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga sektor tersebut memiliki tingkat korelasi yang lemah dengan angka pengangguran. Sedangkan sektor lainnya memiliki korelasi yang kuat dengan pergerakan jumlah pengangguran, karena angka R yang dihasilkan untuk keenam sektor tersebut diatas 0,5.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,4-0,5 atau 0,4 persen sampai dengan 0,5 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :

Sektor pertanian sebesar -8,526 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 8,526 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertambangan dan penggalian sebesar -2,470 menunjukkan sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran 2,470 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor industri pengolahan sebesar -7,489 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 7,489 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,901 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0,901 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor bangunan sebesar -6,202 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 6,202 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -4,872 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 4,872 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -1.393 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 1,393 persen pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar -4,870 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 4,870 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi

Page 26: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 26

Sektor jasa sebesar -2,241 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 2,241 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari tabel diatas terlihat bahwa pertanian (1,465) merupakan sektor yang paling elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi ini. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa tidak terlalu mempengaruhi jumlah pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur.

3.2.5 Propinsi Sulawesi Utara

A. Profil Ekonomi Sulawesi Utara

Potensi pertambangan dan industri Di sektor industri, khususnya agroindustri, daerah ini mempunyai potensi yang cukup besar, lebih khusus lagi pada industri pengolah hasil pertanian, perikanan dan sumber alam lainnya. Industri ini didukung oleh pemanfaatan iptek, kualitas SDM, dan posisi strategis Sulawesi Selatan yang terletak di dalam lingkar perdagangan Pasifik.

Di bidang pertambangan, sumber daya mineral, seperti tembaga, bijih besi, nikel, emas, serta bahan galian batu kapur, kaolin, sangat potensial untuk dikembangkan secara optimal. Selain itu, di daerah Lahendong, telah ditemukan panas bumi yang potensial untuk dikembangkan menjadi tenaga listrik dengan kekuatan ribuan megawatt.

Potensi kehutanan Propinsi Sulut juga memiliki kawasan hutan yang potensial. Pemanfaatan hasil hutan di Sulawesi Utara sampai sekarang baru mencapai sekitar 47,5 % dari seluruh areal hutan produksi yang ada. Jenis hutan yang ada di Sulut adalah hutan lindung, hutan PPA, hutan bakau, dan hutan produksi yang terdiri dari hutan produksi tetap, terbatas, dan konversi. Luas hutan di daerah Sulut adalah seperti berikut ini: hutan lindung 331.254,90 ha, hutan PPA 396.565 ha, hutan bakau 23.776 ha, hutan produksi tetap 568.380 ha, hutan produksi terbatas 169.966 ha, dan hutan konversi 35.487 ha.

Potensi perikanan dan peternakan Potensi sumber daya perikanan di Sulawesi Utara sangat potensial. Tetapi, hingga sekarang potensi tersebut belum dimanfaatkan secara optimal, terutama di wilayah perairan laut utara Sulut, perairan Teluk Tomini, serta perairan darat di Bolaang Mongodow dan Minahasa.

Potensi pertanian dan perkebunan Hasil produksi pertanian pangan di Sulawesi Utara pada umumnya sama seperti propinsi lain berdasarkan data BPS 1998, yakni padi, jagung, ubi kayu, ubi jalar,

Page 27: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 27

kacang dedelai, kacang hijau, kacang tanah, sayur-sayuran dan buah-buahan. Dilihat dari perkembangan pertanian di Sulut 1998, beberapa hasil komoditas utama cukup menggembirakan.

Lahan yang luas dan berkualitas, sebagai sumber daya paling utama bagi pembangunan pertanian dan perkebunan di daerah Sulut, merupakan potensi yang dapat diandalkan dalam penanaman kelapa (kopra), terutama di Minahasa dan Kepulauan Sangihe-Talaud. Begitu pula dengan tanaman kopi dan cengkeh, tanaman tersebut banyak terdapat di Gorontalo, Bolaang Mongondow, dan Minahasa. Sementara itu, tanaman pala banyak terdapat di Kepulauan Sangihe-Talaud.

Potensi rumput laut Sulawesi Utara terletak di laut terbuka yang sangat baik untuk pertumbuhan rumput laut secara alamiah. Rumput laut di Sulut belum terkontaminasi dengan limbah rumah tangga maupun limbah pabrik. Sepanjang garis pantai kota Manado merupakan lokasi yang berpotensi untuk rumput laut.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara

Tabel 17. PDB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Sulawesi Utara (2001-2006)

TAHUN PDB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 11.291.462,78 102,18

2003 11.652.793,37 49,974

2004 12.149.501,26 107,01

2005 12.744.549,77 136,44

141,87 Sumber : BPS dan Data Seic

Page 28: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 28

Tabel 18. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Sulawesi Utara (2000-2006)

LAPANGAN USAHA

Tahun Pertanian

Pertambangan & Penggal

ian

Industri Pengolaha

n

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan

& Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

2000 2.243

1.193

877

75

1.456

1.408

1.159

339

1.816

2001 2.490

875

980

84

1.655

1.581

1.360

736

1.954

2002 2.794

856

1.122

97

1.829

1.753

1.696

812

2.118

2003 2.744

824

1.325

111

2.211

1.986

1.782

892

2.287

2004 3.019

814

1.467

115

2.371

2.332

1.980

967

2.663

2005 3.616

847

1.583

182

2.874

2.877

2.689

1.057

3.040

2006 4.169

967

1.901

195

3.205

3.288

2.883

1.281

3.615

Sumber : Data Seic

Hasil analisis sebagai berikut

Tabel 19. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Sulawesi Utara

Sektor Ekonomi

Pertanian Pertamban

gan & Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.759 0.539 0.543 0.641 0.557 0.667 0.717 0.605 0.685

Std.error

0.3153 0.4082 0.4068

0.3718

0.4025 0.3609 0.3376

0.3858 0.3528

Constant

-9.661 -17.645 -3.822 0.433 -3.649 -3.811 -4.930 -5.437 -5.923

Ln 1.767 3.295 1.158 0.854 1.059 1.084 1.244 1.458 1.334

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran dengan tiap sektor lapangan usaha.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,3-0,4 atau 0,3 persen sampai dengan 0,4 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :

Sektor pertanian sebesar -9,661 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 9,661 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertambangan dan penggalian sebesar -17,645 menunjukkan sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran 17,645 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor industri pengolahan sebesar -3,822 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 3,822 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Page 29: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 29

Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 0,433 menunjukkan bahwa sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran sebesar 0.433 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor bangunan sebesar -3,649 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 3,649 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -3,811 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 3,811 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -4,930 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 4,930 persen pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar -5,437 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,437 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi

Sektor jasa sebesar -5,923 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,923 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Angka Ln menunjukkan elastisitas tiap sektor ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari tabel diatas terlihat bahwa pertambangan dan penggalian (3,295) merupakan sektor yang paling elastis terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi ini. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih tidak terlalu mempengaruhi jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara.

3.2.6. Propinsi Sulawesi Tengah

A. Profil Ekonomi Sulawesi Tengah

Pertanian Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu: Pertanian Tanaman Pangan 1. Padi Angka produksi padi Sulawesi Tengah tahun 2005 sebanyak 716.905 ton. Bila dibandingkan terhadap tahun 2004 dengan produksi padi 694.921 ton berarti mengalami peningkatan sekitar 3,16 persen. Peningkatan produksi tersebut disebabkan oleh meningkatnya produktivitas dari 39,48 kw/ha tahun 2004 menjadi 40,85 kw/ha tahun 2005, meskipun terjadi penurunan pada luas panen dari 179.029 ha tahun 2004 menjadi 175.489 ha di tahun 2005.

2. Palawija Tanaman palawija terdiri atas tanaman jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedele dan kacang hijau. Produksi palawija pada tahun 2005 mengalami peningkatan, kecuali komoditi ubi jalar, bila dibandingkan tahun sebelumnya.

Produksi jagung tahun 2005 sebanyak 57.617 ton, dibandingkan dengan tahun 2004 yang produksinya hanya mencapai 53.452 ton, maka ini berarti terjadi peningkatan

Page 30: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 30

sebesar 26,45 persen. Untuk Ubi Kayu produksi tahun 2005 tarcatat sebesar 48.255 ton, angka ini naik sebesar 6,98 persen dari angka 2004 yang hasilnya hanya mencapai 45.106 ton. Lain halnya dengan produksi ubi jalar yang tahun 2004 produksinya sebesar 27.903 ton turun menjadi 23.768 ton pada tahun 2005 (turun 14,81 persen).

3. Produksi kacang tanah pada tahun 2004 yang produksinya sebanyak 7.308 ton, meningkat menjadi 9.201 tahun 2005 atau terjadi peningkatan sebesar 25,90 persen.

4. Kemudian kacang kedele pada tahun 2005 mengalami peningkatan produksi, di mana pada tahun 2004 produksinya sebanyak 2.085 ton naik menjadi 2.240 ton tahun 2005 atau naik sebesar 7,43 persen. Sementara untuk produksi kacang hijau pada tahun 2005 juga mengalami peningkatan produksi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 1.310 ton tahun 2004 menjadi 1.380 ton tahun 2005 atau terjadi peningkatan sebesar 5,34 persen.

5. Peningkatan produksi komoditi palawija tahun 2005 tersebut terutama disebabkan adanya peningkatan luas panen setiap komoditi.

6. Tanaman sayur-Sayuran Tanaman sayur-sayuran di Sulawesi Tengah yang tercatat perkembangannya meliputi tujuh belas jenis tanaman sayur-sayuran mulai dari Bawang daun, Kentang, Kubis, sampai dengan Kangkung. Di Tahun 2005 dari 17 jenis tanaman sayur sayuran yang mempunyai produksi terbesar adalah sayuran jenis tomat yang mencapai 58.260 ton. Sementara yang memiliki luas areal panen terluas adalah kacang-kacangan yang tercatat sebesar 1.392 ha. Sedangkan ditinjau dari produktivitasnya dari 17 jenis tanaman tersebut yang tertinggi adalah tanaman bawang merah dengan 7,16 kw/ha.

7. Buah-buahan Luas panen dan produksi tanaman buah-buahan masih menggambarkan keadaan data pada tahun 2005, yang mencakup 21 jenis tanaman buah-buahan diantaranya jeruk, pisang, nenas, durian dan lain sebagainya.

Potensi Industri Banyaknya perusahaan besar/sedang di Sulteng pada 1998 ada 65 unit perusahaan yang menyerap 4.816 orang tenaga kerja. Rinciannya adalah sebagai berikut: industri makanan, minuman, dan tembakau sebanyak 15 unit usaha, menyerap 946 orang tenaga kerja; industri tekstil, pakaian jadi dan kulit ada 34 unit, menyerap 3.213 orang tenaga kerja, industri kayu dan barang dari kayu ada 4 unit, menyerap 114 orang tenaga kerja, industri kertas dan barang dari kertas ada 11 unit, menyerap 493 orang tenaga kerja, industri kimia dan barang dari kimia sebanyak 2 unit, menyerap 58 orang tenaga kerja. Sektor industri memiliki potensi untuk dikembangkan dengan lebih optimal.

Potensi Kehutanan Daerah Sulteng memiliki potensi hasil hutan yang cu kup besar, terutama kayu bakau, kayu hitam, kayu meranti, kayu kuning, serta hasil hutan lainnya, seperti rotan dan damar. Luas hutan di Sulteng berdasarkan data BPS 1998 adalah sebagai berikut: hutan lindung 1.489.923 hektar; hutan produksi biasa 483.034 hektar; hutan

Page 31: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 31

produksi terbatas 1.476.316 hektar; hutan konversi 269.411 hektar; hutan suaka alam dan hutan wisata 676.246 hektar.

Sementara itu, produksi hasil hutan di Sulteng pada 1998 menurut jenisnya adalah kayu bulat 250.443 m3; kayu gergajian 34.306 m3; kayu hitam gergajian 109 m3; rotan 20.959 ton; dan damar 582 ton.

Pertambangan Begitu juga di sektor pertambangan, daerah Sulawesi Tengah memiliki berbagai bahan mineral seperti emas, nikel, bijih besi, mangan, mika skis, limestone, granit, marmer, kaolin, gypsum, dan batubara. Seluruh potensi tambang mineral tersebut tersebar di beberapa wilayah dati II. Sementara itu, cadangan (deposit) minyak bumi dan gas terdapat di Kabupaten Donggala dan Poso.

Peternakan dan Perikanan Sulteng termasuk propinsi yang berpotensi cukup besar atas hasil perikanan, baik darat maupun laut. Persoalannya adalah modal untuk pengadaan sarana-prasarana penangkap an ikan belum terjangkau dan dimiliki nelayan.

Pertanian dan Perkebunan Hasil pertanian yang dihasilkan daerah Sulteng adalah padi sawah dan ladang, jagung, ubi kayu, ubi jalar, kacang tanah, kacang kedelai dan kacang hijau.

Jenis tanaman yang telah diusahakan dalam usaha perkebunan di Kalteng baru tujuh komoditas, yakni kelapa, kopi, teh, coklat, karet, kapuk, kelapa sawit, dan jambu mete. Di antara hasil perkebunan tersebut, kelapa sawit, kelapa, dan coklat merupakan hasil perkebunan andalan di Sulteng. Komoditas andalan ini berpotensi untuk meningkatkan pendapatan daerah Sulteng.

B. Pertumbuhan Ekonomi dan Jumlah Pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah

Tabel 20. PDRB dan Jumlah Pengangguran Propinsi Sulawesi Tengah (2002-2006)

TAHUN PDRB (juta rupiah)

JUMLAH PENGANGGURAN (dalam ribu jiwa)

2002 9.600.363,96 86,505

2003 10.196.749,88 43,003

2004 10.925.465,10 60,692

2005 11.728.617,22 85,171

2006 119,06

Sumber : BPS dan Data Seic

Page 32: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 32

Tabel 21. Pertumbuhan sektor ekonomi Propinsi Sulawesi Tengah (2000-2006)

LAPANGAN USAHA

Tahun Pertanian

Pertambangan & Penggal

ian

Industri Pengolaha

n

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel

& Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan

& Jasa Perusahaan

Jasa-Jasa

2000 3.775

172

660

59

551

1.099

586

392

1.355

2001 4.587

193

856

73

611

1.247

725

436

1.652

2002 5.217

209

961

87

688

1.450

801

483

1.898

2003 5.838

226

1.070

100

760

1.569

872

527

2.052

2004 6.597

263

1.139

110

893

1.786

960

658

2.252

2005 7.784

371

1.279

125

1.080

2.083

1.094

759

2.541

2006 8.660

563

1.402

141

1.249

2.332

1.234

902

2.849

Sumber : Data Seic

Tabel 22. Hasil Analisis Kuantitatif, Propinsi Sulawesi Tengah

Sektor Ekonomi

Pertanian Pertamban

gan & Penggalian

Industri Pengola

han

Listrik, Gas &

Air Bersih

Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran

Pengangkutan

& Komuni

kasi

Keuangan Persewaan & Jasa Perusaha

an

Jasa-Jasa

Angka R

0.567 0.712 0.530 0.516 0.610 0.610 0.598 0.608 0.601

Std.error

0.3695 0.3153 0.3806

0.3844

0.3556 0.3557 0.3596

0.3562 0.3588

Constant

-5.107 0.444 -5.497 -0.705 -2.274 -4.760 -4.936 -1.650 -6.778

Ln 1.069 0.676 1.390 1.065 0.966 1.209 1.342 0.921 1.433

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya angka R diatas 0,5 yang menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang kuat antara jumlah pengangguran dengan tiap sektor lapangan usaha.

Dari semua sektor ekonomi didapatkan besarnya standar error adalah 0,31-0,38 atau 0,31 persen sampai dengan 0,38 persen. Makin kecil standar error akan membuat model regresi semakin tepat dalam memprediksi variabel dependen.

Angka konstanta yang didapatkan untuk tiap sektor ekonomi sebagai berikut :

Sektor pertanian sebesar -5,107 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,107 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pertambangan dan penggalian sebesar 0,444 menunjukkan sektor ini akan meningkatkan jumlah pengangguran 0,444 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor industri pengolahan sebesar -5,497 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 5,497 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Page 33: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 33

Sektor listrik, gas dan air bersih sebesar -0,705 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 0.705 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor bangunan sebesar -2,274 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 2,274 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi

Sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar -4,760 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan pengangguran sebesar 4,760 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar -4,936 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 4,936 persen pengangguran setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar -1,650 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 1,650 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Sektor jasa sebesar -6,778 menunjukkan bahwa sektor ini akan menurunkan jumlah pengangguran sebesar 6,778 persen setiap 1 persen pertumbuhan ekonomi.

Dari tabel diatas terlihat bahwa jasa merupakan sektor yang paling berpengaruh (1,433) terhadap jumlah pengangguran, artinya sektor ini merupakan sektor yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah. Penurunan ataupun pertumbuhan sektor ini akan sangat mempengaruhi fluktuasi jumlah pengangguran di Propinsi ini. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian, bangunan dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tidak terlalu mempengaruhi jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah.

Hasil analisis menunjukkan bahwa untuk Propinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat pertumbuhan sektor-sektor ekonomi tidak berdampak pada pergerakan jumlah pengangguran. Hal ini dimungkinkan telah digunakannya teknologi padat modal dalam berproduksi sehingga mengurangi pendayagunaan tenaga kerja yang tidak membawa perluasan lapangan kerja produktif dan hanya mempertajam masalah pengangguran. Penggunaan peralatan modal secara pukul rata dengan menghemat pemanfaatan tenaga kerja memang dapat membawa hasil produksi dan pertumbuhan ekonomi yang lebih pesat, namun perlu diingat bahwa kondisi demikian akan menyebabkan terjadinya kesenjangan yang semakin besar antara pertumbuhan produksi dan pertumbuhan lapangan kerja produktif.

Selain itu didapatkan juga bahwa sektor-sektor ekonomi yang mendominasi struktur perekonomian di suatu propinsi tidak selalu menjadi sektor yang dominan dalam menggerakkan angka pengangguran. Lima dari enam propinsi sampel menunjukkan bahwa pergerakan jumlah penganggurannya lebih didominasi oleh pertumbuhan sektor ekonomi yang bukan merupakan sektor ekonomi utama dalam pertumbuhan ekonominya, sebagai berikut:

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Jambi, dan sektor inilah yang paling dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi ini. Pertanian di Propinsi ini tersebar di kabupaten Tanjung Jabung dengan komoditas utama padi dan palawija. Cara bertani dimungkinkan dilakukan secara tradisional, dengan lebih banyak menggunakan tenaga kerja daripada peralatan modern

Page 34: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 34

sehingga sektor ini lebih banyak menyerap tenaga kerja dan lebih dominan dalam pergerakan angka penganggurannya.

Sektor industri manufaktur merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Jawa Tengah, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor bangunan (0,432).

Sektor industri manufaktur merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Jawa Barat, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi (0,260).

Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Kalimantan Timur, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor pertanian (1,465). Sektor pertanian (sub sektor kehutanan) merupakan sektor kedua yang sangat mendominasi struktur perekonomian propinsi Kalimantan Timur setelah sektor pertambangan dan penggalian. Namun saat ini Pemerintah Daerah Kalimantan Timur berupaya mengembangkan sub sektor lain sehingga pertanian tidak bertumpu hanya pada sub sektor kehutanan. Upaya yang dilakukan Pemerintah Daerah kalimantan Timur dilakukan tidak hanya dalam penggunaan teknologi namun juga penyerapan tenaga kerja, karena sebagaimana diketahui bahwa sektor pertanian adalah sektor padat karya. Sehingga sektor pertanian lebih dominan dalam mempengaruhi pergerakan jumlah pengangguran.

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Sulawesi Utara, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor tambang dan penggalian (3,295).

Sektor pertanian merupakan sektor utama dalam struktur perekonomian Propinsi Sulawesi Tengah, namun fluktuasi jumlah pengangguran yang dimiliki lebih dipengaruhi oleh sektor jasa (1,433). Sektor jasa merupakan satu dari empat sektor yang paling mendominasi struktur perekonomian Propinsi Sulawesi Tengah. Hingga saat ini sektor jasa masih mendominasi total kegiatan ekonomi daerah, terutama di Kota Palu. Hingga tahun 2000, 34,63 persen penduduk usia kerja kota Palu terserap di sektor jasa. Untuk itu Pemerintah daerah Sulawesi Tengah memberi perhatian utama pada pengembangan sektor jasa ini.

IV. S I M P U L A N D A N R E K O M E N D A S I

4.1. Simpulan

1. Untuk keenam propinsi sampel, terjadi paradoks antara rata-rata pertumbuhan ekonomi dengan angka pengangguran.

2. Untuk keenam propinsi sampel, propinsi dengan struktur perekonomian yang didominasi sektor lapangan usaha labour insentive relatif mampu menurunkan jumlah penganggurannya lebih tinggi dibandingkan dengan propinsi yang struktur perekonomiannya didominasi oleh sektor lapangan usaha yang capital intensive.

Page 35: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 35

3. Untuk keenam propinsi sampel, sektor lapangan usaha yang mendominasi struktur

perekonomian di suatu propinsi, ternyata tidak selalu menjadi sektor yang dominan dalam pergerakan jumlah pengangguran.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jambi dipengaruhi oleh sektor pertanian.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Tengah dipengaruhi oleh sektor bangunan.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Jawa Barat dipengaruhi oleh sektor pengangkutan dan komunikasi.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Kalimantan Timur dipengaruhi oleh sektor Pertanian.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Utara dipengaruhi oleh sektor tambang dan penggalian.

Pergerakan jumlah pengangguran di Propinsi Sulawesi Tengah dipengaruhi oleh sektor jasa.

4.2. Rekomendasi

Pemerintah hendaknya mempertimbangkan kembali arah kebijakan ekonomi yang diambilnya dengan lebih berfokus pada sektor padat karya sehingga pertumbuhan ekonomi yang dicapai tidak bersifat eksklusif (exclusive economic growth) dan mampu menurunkan angka pengangguran.

R EFERENSI

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2000, 2000, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2001, 2001, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2002, 2002, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2003, 2003, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2004, 2004, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2005, 2005, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Agustus 2006, 2006, BPS-Statistik Indonesia, Jakarta

Page 36: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 36

Badan Pusat Statistik, Keadaan Angkatan Kerja di Indonesia Februari 2007, 2007, BPS-

Statistik Indonesia, Jakarta

Djojohadikusumo, Sumitro, Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan, 1993, LP3ES, Jakarta

ECONIT Advisory Group, Economic Outlook 2008, 2008, ECONIT, Jakarta

Irawan, M. Suparmoko, Ekonomika Pembangunan, 2002, FE UGM, Yogyakarta

Kemu, Suparman Zen, R. Nurhidayat, Analisis : Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi (PDB) Terhadap Penciptaan kesempatan Kerja, 2005, BAPPEKI

Santoso, Singgih, Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, 2001, Gramedia, Jakarta

Artikel-artikel

Page 37: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

Pergerakan Tingkat Pengangguran dan Tingkat Pertumbuhan Ekonomi di Enam Provinsi

Februari 2008 37

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah pengangguran tahun 2000 – 2006 Tabel 2. PDB dan Jumlah Pengangguran Tabel 3. PDRB dan Pengangguran di Enam Provinsi (2002-2006) Tabel 4. Provinsi dan Rata-rata Pertumbuhan Pengangguran Tabel 5. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jambi (2002-2006) Tabel 6. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Jambi (2000-2006) Tabel 7. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jambi Tabel 8. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jawa Tengah (2002-2006) Tabel 9. Pertumbuhan Sektor Ekonomi Provinsi Jawa Tengah (2000-2006) Tabel 10. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jawa Tengah Tabel 11. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Jawa Barat (2002-2006) Tabel 12. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Jawa Barat (2000-2006) Tabel 13. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Jawa Barat Tabel 14. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Kalimantan Timur (2002-2006) Tabel 15. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Kalimantan Timur (2000-2006) Tabel 16. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Kalimantan Timur Tabel 17. PDB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Sulawesi Utara (2001-2006) Tabel 18. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sulawesi Utara (2000-2006) Tabel 19. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Sulawesi Utara Tabel 20. PDRB dan Jumlah Pengangguran Provinsi Sulawesi Tengah (2002-2006) Tabel 21. Pertumbuhan sektor ekonomi Provinsi Sulawesi Tengah (2000-2006) Tabel 22. Hasil Analisis Kuantitatif, Provinsi Sulawesi Tengah

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. Indeks PDB Riil dan Indeks Produksi Manufaktur

Page 38: penggerakkan tingkat pengangguran dan tingkat … Tingkat Pengangguran dan ... Jawa Jengah, Jawa Barat, kalimantan Timur, ... Tabel berikut menunjukkan jumlah pengangguran per tahun

BIRO A

NALISA A

NGGARAN DAN P

ELAKSANAAN A

PBN – SETJE

N DPR R

I

This document was created with Win2PDF available at http://www.win2pdf.com.The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.This page will not be added after purchasing Win2PDF.