Pengajaran Berpusat Pada Siswa Dan Pendekatan Kontruktivisme Dalam

Embed Size (px)

Citation preview

Pengajaran Berpusat pada Siswa dan Pendekatan Kontruktivisme dalam Pengajaran

Oleh : Heky Hendrasto (09725021) Pendidikan Sains Kelas B

A. Apakah Pandangan Belajar Menurut Teori Konstruktivisme? Teori-teori konstruktivis adalah teori-teori yang menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru dibandingkan dengan aturan lama dan memperbaiki aturan lama itu apabila tidak sesuai lagi (hal. 2). Strategi konstruktivis sering disebut pengajaran yang terpusat pada siswa atau student-centered instruction (hal. 3).

1. Sejarah KonstruktivismeRevolusi konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan. Konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vygotsky, dimana keduanya menekankan bahwa perubahan kognitif hanya terjadi jika konsepsi-konsepsi telah yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui suatu proses ketidakseimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi baru (hal. 3) Piaget dan Vygotsky juga menekankan adanya hakikat sosial dari belajar dan keduanya menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan perubahan pengertian atau belajar.1

2. Proses top-down (proses dari atas ke bawah) Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top-down (dari atas ke bawah) dari pada bottom-up (dari bawah ke atas). (hal. 7) Istilah top-down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah yang kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) ketrampilan-ketrampilan dasar yang diperlukan (hal. 7) 3. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif pendekatan konstruktivis dalam pengajaran menerapkan pembelajaran kooperatif secara luas, berdasarkan teori bahwa siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (hal. 8).

2

4. Pembelajaran generatif atau Generative Learning (Halaman 9) Pembelajaran generatif adalah teori yang menekankan pengintegrasian aktif materi baru dengan skemata yang ada dibenak siswa. 5. Pembelajaran dengan Penemuan Metode pengajaran dimana siswa didorong untuk menemukan prinsipprinsip untuk diri mereka sendiri (hal. 10). Keuntungan pembelajaran dengan penemuan: - Menumbuhkan keingintahuan - Mengajarkan pemecahan masalah secara mandiri - Mengajarkan keterampilan berpikir kritis (hal.11). 6. Pembelajaran dengan Pengaturan Diri Pembelajar pengaturan diri (Self-regulated learner Pembelajar pengaturan diri) adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana serta kapan menggunakan pengetahuan itu (hal.12).3

7. Scaffolding Scaffolding didasarkan pada konsep Vygotsky tentang konsep pembelajaran dengan bantuan (assisted kearning). pembelajaran dengan bantuan adalah metode mengajar dengan mana guru memandu pengajaran sedemikian rupa sehingga siswa akan menguasai tuntas dan mendarahdagingkan keterampilan keterampilan yang memungkinkan pemfungsian kognitif yang lebih tinggi (hal. 13). 8. Metode konstruktivis dalam beberapa bidang studi Metode konstruktivis dan metode berpusat pada siswa telah hadir dan mendominasi pemikiran terkini dalam seluruh kurikulum bidang studi (hal. 15). Pengajaran terbalik (reciprocal teaching) adalah metode pengajaran berdasarkan prinsip-prinsip pengajuan pertanyaan, yang mana keterampilan-keterampilan metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru untuk memperbaiki kinerja membaca siswa yang membaca pemahamannya rendah (hal.15).

4

Pertanyaan Bab A : Jelaskan perbedaan antara pengajaran dengan konsep top-down dan bottom-up? (hal. 7) Jawab : - Top down berarti bahwa siswa mulai dengan masalah-masalah kompleks untuk dipecahkan dan selanjutnya memecahkan atau menemukan (dengan bantuan guru) keterampilan-keterampilan dasar yang diperlukan. - Bottom-up berarti keterampilan-keterampilan dasar secara bertahap dilatihkan untuk mewujudkan keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks. Pendekatan konstruktivis dalam pengajaran lebih menekankan pada pengajaran top- down daripada bottom-up

5

B. Bagaimana Pembelajaran Kooperatif Digunakan dalam Pengajaran? Pembelajaran kooperatif adalah metode pengajaran dimana siswa bekerja dalam kelompok yang campur kemampuannya.(hal. 25). Pembelajaran kooperatif mengacu pada metode pengajaran di mana siswa bekerja bersama dalam kelompok kecil saling membantu dalam belajar (hsl. 25). Banyak terdapat pendekatan kooperatif yang berbeda satu dengan yang lainnya (hal. 25). Siswa mendapat kesempatan bekerjasama untuk memastikan banhwa seluruh kelompok telah menguasai segala sesuatu tentang pelajaran tersebut dalam persiapan untuk kuis, bekerja dalam suatu format belajar kelompok (hal. 25). Di dalam skenario yang lain, kelompok kooperative dapat digunakan untuk memecahkan sebuah masalah kompleks (hal. 26).

6

1. Metode-metode Pembelajaran Kooperatif Student Teams-Achievenment Divisions (STAD) adalah metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokkan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota (hal. 26). Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah program komprehensif untuk pengajaran membaca dan menulis di kelas-kelas tinggi sekolah dasar (hal. 28). Jigsaw adalah model pembelajaran kooperatif di mana siswa ditempatkan ke dalam tim beranggota-enam orang untuk mempelajari materi akademik yang telah dipecah menjadi bagianbagian untuk tiap anggota (hal. 29).

7

Belajar bersama (learning together) adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa dengan kelompok heterogin beranggota empat atau lima orang dalam menangani suatu tugas (hal. 30). Penelitian kelompok (group investigation) adalah model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil di mana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, dan diskusi kelompok , dan kemudian mempersentasikan penemuan mereka pada kelas (hal. 30). Skrip kooperatif (cooperative script) adalah metode belajar di mana siswa bekerja berpasangan dengan bergantian secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari (hal. 35).

8

2. Penelitian Tentang Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Kooperatif dapat dibedakan jadi dua kategori : -Metode Belajar Kelompok (hal. 38). siswa terutama bekerja sama saling membantu mempelajari informasi atau keterampilan yang relatif telah terdefinisikan dengan baik. -Belajar Berdasarkan Proyek (hal. 38). melibatkan siswa bekerja dalam kelompok untuk menyusun suatu laporan, eksperimen, atau proyek yang lain. Disamping hasil belajar ranah atau domain kognitif, metode pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh positif pada sejumlah hasil belajar seperti memperbaiki hubungan antar kelompok, percaya diri dan sikap terhadap sekolah (hal. 41).

9

Pertanyaan Bab B: Jelaskan apa yang dimaksud dengan metode pembelajaran kooperatif tipe STAD? (hal. 26). Jawab : STAD merupakan metode pembelajaran kooperatif untuk pengelompokan kemampuan campur yang melibatkan pengakuan tim dan tanggung jawab kelompok untuk pembelajaran individu anggota.

10

C. Bagaimana Mengajarkan Pemecahan Masalah dan Keterampilan Berfikir? Pemecahan masalah (problem solving) adalah penerapan pengetahuan dan keterampilan untuk mecapai tujuan tertentu (hal. 42). Pemecahan masalah adalah suatu keterampilan yang dapat diajarkan dan dipelajari (Polya, 1957; Bransford & Stern, 1993) (hal. 43). 1. Langkah-langkah di dalam Proses Pemecahan Masalah Tahap awal di dalam pemecahan suatu masalah adalah mengidentifikasi tujuan dari permasalahannya dan menemukan bagaimana cara penyelesaiannya (hal.43). Mean-end Analysis adalah menentukan apa masalah yang dihadapi dan apa yang perlu dilakukan menyangkut mean-end analysis atau analisis cara-tujuan (hal. 43)

11

3. Mengajar Pemecahan Masalah yang Kreatif Inkubasi adalah pemecahan masalah secara kreatif amat berbeda dengan proses langkah demi langkah secara analitis yang digunakan untuk memecahkan masalah (hal. 48). Berfikir reflektif adalah tindakan menganalisis diri sendiri dan pemikiran diri sendiri (hal. 49). Tidak tergesa-gesa mengambil keputusan. Di dalam pemecahan masalah secara kreatif, siswa harus didorong untuk tidak tergesagesa mengambil keputusan untuk mempertimbangkan semua kemungkinan sebelum mencoba memecahkan suatu pemecahan (hal. 49). Curah pendapat atau brainstorming, Dalam curah pendapat dua atau lebih individu menyarankan sebanyak mungkin pemecahan untuk suatu masalah sebanyak yang dapat mereka pikirkan, tanpa melihat betapa tampak menggelikannya ide itu (hal. 49). Iklim yang sesuai. Pemecahan masalah secara kreatif tertunjang oleh lingkungan yang santai , bahkan lingkungan yang segar (hal. 50). Analisis. Salah satu metode pemecahan masalah secara kreatif yang sering disarankan adalah menganalisis dan mendaftar karakteristik utama atau unsur-unsur spesifik dari suatu masalah (hal. 50).12

Analisis cara-tujuan adalah teknik pemecahan masalah yang mendorong pengidentifikasian tujuan (ends) dari suatu masalah situasi saat ini, dan apa yang perlu dilakukan (means) untuk mengurangi perbedaan antara dua kondisi tersebut (hal. 44). Penyajian masalah untuk kebanyakan masalah, penyajian masalah dalam bentuk grafik mungkin merupakan suatu alat yang efektif dalam menemukan suatu pemecahan masalah (hal. 45). 2. Hambatan-hambatan di dalam Pemecahan Masalah Kadang-kadang kita gagal melihat jawaban terhadap suatu masalah karena kita tidak dapat membebaskan diri kita sendiri dari pengetahuan dan asumsi atau anggapan dasar yang kita kenal (hal. 46). Fungsi terpancang-mati (functional fixedness) adalah terblokirnya pemikiran menuju pemecahan masalah yang disebabkan ketidakmampuan untuk melihat penggunaan-penggunaan baru dari obyek-obyek atau ide-ide yang telah kita kenal (hal. 47). Faktor emosi dapat juga menymbang pemblokiran atau rintangan dalam pemecahan masalah (hal. 47).

13

4. Pengajaran Keterampilan Berfikir

Instrumental Enrichment (Pengayaan Keterampilan Berfikir) adalah program keterampilan berfikir di mana siswa mengerjakan suatu rangkaian latihan paper-and-pencil yang dirancang untuk mengembangkan berbagai kemampuan intelektual (hal. 54). Pendekatan lain terhadap pengajaran keterampilan berfikir adalah memasukkan pengajaran itu ke dalam pelajaran sehari-hari dan pengalaman-pengalaman kelas, untuk menciptakan suatu budaya berfikir. (hal. 57). 5. Berpikir Kritis Berfikir kritis (critical thinking) adalah kemampuan untuk membuat keputusan rasional tentang apa yang dilakukan dan apa yang diyakini (hal. 61).

14

Pertanyaan Bab C : Apa saja hambatan-hambatan yang dapat menyebabkan suatu masalah tidak dapat dipecahkan? (hal. 46) Jawab : Hambatan-hambatannya adalah : 1. Fungsi terpancang mati (functional fixedness) adalah terblokirnya pemikiran menuju pemecahan masalah yang disebabkan ketidakmampuan untuk melihat penggunaanpenggunaan baru dari obyek-obyek atau ide-ide yang telah dikenal. 2. Faktor emosi dapat juga menyumbang pemblokiran atau rintangan dalam pemecahan masalah.

15

Pertanyaan yang tidak bisa dijawab: Bab A. Dalam pembelajaran dengan bantuan atau assisted learning, guru berfungsi sebagai agen budaya. Jelaskan fungsi guru sebagai agen budaya! (Hal. 14) Bab B. Mengapa metode pembelajaran kooperatif memiliki pengaruh yang positif pada sejumlah hasil belajar seperti memperbaiki hubungan antar kelompok, percaya diri dan sikap terhadap sekolah di samping hasil belajar ranah atau domain kognitif? (Hal. 41) Bab C. Jelaskan bagaimana Instrumental Enrichment dapat membantu meningkatkan keterampilan berfikir siswa? (Hal. 54)

16