12
100 Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan Perilaku Konsumtif Mahasiswa (Studi Fenomenologi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang) Achmad Gilang M aulana 1 , Aveda M adya M uliawati 2 , Daffa Shafira Salsabillah 3 , Rizky Firmansyah 4 Universitas Negeri Malang *[email protected] Abstrak Di era ekonomi digital sekarang ini, fenomena influencer marketing menjadi salah satu pilihan bagi perusahaan dalam memasarkan produknya. Fenomena ini bisa terjadi karena influencer dianggap sebagai sosok panutan bagi para pengikutnya, banyak orang yang ingin menjadi sama seperti sosok panutan mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai fenomena influencer marketing yang membentuk perilaku konsumtif mahasiswa, yang mana pada penelitian ini berfokus pada mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang menggunakan pendekatan fenomenologi dengan menggunakan metode wawancara kepada beberapa mahasiswa Akuntansi yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa influencer marketing malalui sosial media berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mahasiswa. Hal ini dikarenakan influencer dapat mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat dengan berbagai cara antara lain dengan menggunakan teknik editing video yang baik, bahasa yang persuasif, serta tingkat kredibilitas influencer itu sendiri. Kata Kunci: Influencer Marketing , perilaku konsumtif Abstract In today's digital economy, the influencer marketing phenomenon is an option for companies to market their products. This phenomenon can occur because influencers are considered role models for their followers, many people want to be just like their role models. This study aims to learn more about the influencer marketing phenomenon that shapes student consumptive behavior, which in this study focuses on accounting students, Universitas Negeri Malang. This research uses qualitative research that uses a phenomenological approach by using the interview method to several accounting students who are selected based on certain criteria. This study concluded that influencer marketing through social media has an effect on student consumptive behavior. This is because influencers can influence people's purchasing decisions in various ways, including by using good video editing techniques, persuasive language, and the level of credibility of the influencers themselves. Keywords: Influencer Marketing, consumption behavior PENDAHULUAN Saat ini sistem perekonomian Indonesia memasuki era digital atau dapat juga disebut “Era Ekonomi Digital”. Ekonomi digital ini termasuk dalam istilah yang sering digunakan untuk mendeskripsikan mengenai dampak terhadap perkembangan teknologi informatika dan komunikasi yang pesat yang berdampak pada kondisi sosial-ekonomi. Sektor yang terkena dampak meliputi sektor barang maupun jasa saat proses pengembangan, proses produksi, proses penjualan maupun suplainya tergantung kepada seberapa jauh teknologi digital dapat menjangkau (Zimmerman, 2000). Pada era ekonomi digital yang berkembang hingga saat ini, persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga perusahaan perlu melakukan inovasi untuk memicu bertumbuhnya jumlah pembelian (Leonardo & Erdiansyah, 2020). Guna meningkatkan jumlah pembelian, maka diperlukan stategi agar bids mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat. Keputusan pembelian tersebut berasal dari sejumlah keputusan yang ada Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8, Hal 100-111 No. ISSN 2797-0760

Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

  • Upload
    others

  • View
    33

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

100

Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan Perilaku

Konsumtif Mahasiswa (Studi Fenomenologi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang)

Achmad Gilang Maulana1, Aveda Madya Muliawati2, Daffa Shafira Salsabillah3, Rizky Firmansyah4

Universitas Negeri Malang

*[email protected]

Abstrak Di era ekonomi digital sekarang ini, fenomena influencer marketing menjadi salah satu pilihan bagi

perusahaan dalam memasarkan produknya. Fenomena ini bisa terjadi karena influencer dianggap sebagai

sosok panutan bagi para pengikutnya, banyak orang yang ingin menjadi sama seperti sosok panutan

mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai fenomena influencer marketing

yang membentuk perilaku konsumtif mahas iswa, yang mana pada penelitian ini berfokus pada mahasiswa

Akuntansi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang

menggunakan pendekatan fenomenologi dengan menggunakan metode wawancara kepada beberapa

mahasiswa Akuntansi yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan

bahwa influencer marketing malalui sosial media berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mahasiswa.

Hal ini dikarenakan influencer dapat mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat dengan berbagai

cara antara lain dengan menggunakan teknik editing video yang baik, bahasa yang persuasif, serta tingkat

kredibilitas influencer itu sendiri.

Kata Kunci: Influencer Marketing, perilaku konsumtif

Abstract

In today's digital economy, the influencer marketing phenomenon is an option for companies to market

their products. This phenomenon can occur because influencers are considered role models for their

followers, many people want to be just like their role models. This study aims to learn more about the

influencer marketing phenomenon that shapes student consumptive behavior, which in this study focuses

on accounting students, Universitas Negeri Malang. This research uses qualitative research that uses a

phenomenological approach by using the interview method to several accounting students who are

selected based on certain criteria. This study concluded that influencer marketing through social media

has an effect on student consumptive behavior. This is because influencers can influence people's

purchasing decisions in various ways, including by using good video editing techniques, persuasive

language, and the level of credibility of the influencers themselves.

Keywords: Influencer Marketing, consumption behavior

PENDAHULUAN

Saat ini sistem perekonomian Indonesia memasuki era digital atau dapat juga disebut

“Era Ekonomi Digital”. Ekonomi digital ini termasuk dalam istilah yang sering digunakan untuk

mendeskripsikan mengenai dampak terhadap perkembangan teknologi informatika dan

komunikasi yang pesat yang berdampak pada kondisi sosial-ekonomi. Sektor yang terkena

dampak meliputi sektor barang maupun jasa saat proses pengembangan, proses produksi, proses

penjualan maupun suplainya tergantung kepada seberapa jauh teknologi digital dapat

menjangkau (Zimmerman, 2000). Pada era ekonomi digital yang berkembang hingga saat ini,

persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga perusahaan perlu melakukan

inovasi untuk memicu bertumbuhnya jumlah pembelian (Leonardo & Erdiansyah, 2020). Guna

meningkatkan jumlah pembelian, maka diperlukan stategi agar bids mempengaruhi keputusan

pembelian masyarakat. Keputusan pembelian tersebut berasal dari sejumlah keputusan yang ada

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance,

and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8, Hal 100-111

No. ISSN 2797-0760

Page 2: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

101

dalam diri individu yang bersangkutan (Mulyawati, Kumadji, & Kusumawa, 2015). Dalam

rangka mempengaruhi keputusan pembelian, maka perusahaan perlu melakukan kegiatan

marketing.

Proses marketing dilakukan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang

diperjualbelikan oleh sebuah entitas bisnis (Hariyanti & Wirapraja, 2018). Penyampaian

tersebut harus dilakukan dengan menggunakan bahasa yang baik dan komunikatif, sehingga

dapat mudah difahami oleh konsumen mengenai produk yang dipromosikan (Kotler, P. &

Keller, K. L. , 2007). Komunikasi pemasaran tersebut bisa dengan menggunakan media brosur,

koran, majalah, televisi, radio, maupun billboard (Rose, 2020). Namun, untuk saat ini di masa

digitalisasi ekonomi para pebisnis perlu merubah strategi pemasarannya dan mencari strategi

pemasaran yang lebih efektif dan juga berbiaya rendah dengan memanfaatkan perkembangan

teknologi yang ada. Salah satu contohnya yaitu strategi pemasaran melalui media sosial (Kirtis

& Karahan, 2011).

Banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan internet guna mempromosikan

produk mereka dan media sosial adalah salah satu target terbesar mereka dalam pemasaran

internet ( Chianasta & Wijaya, 2014). Media sosial tersebut diciptakan sebagai wadah bagi

orang-orang untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, serta berbagi informasi dalam berbagai

bentuk yang dapat disebarkan secara mudah serta cepat sehingga dapat mempengaruhi gaya

hidup, cara pandang, serta budaya dari suatu bangsa (Kristiani, 2017). Dengan basis pengguna

media sosial yang tinggi, ini memiliki keuntungan besar bagi perusahaan karena banyak orang

akan mengenali atau melihat pasar mereka. Media sosial memberikan pengaruh yang besar bagi

perubahan sosial di masyarakat, terkhusus pada generasi muda. Pengguna internet di Indonesia

pada rentang usia 15- 19 tahun mencapai 91%, lalu pada rentang usia 20-24 tahun sebesar

88,5%, 25-29 tahun sebesar 82,7%, 30-34 tahun sebesar 76,5%, dan 35-39 tahun sebesar 68,5%.

(Maulana, Manulang, & Salsabila, 2020)

Strategi pemasaran melalui sosial media sangat beragam caranya, salah satunya yang

menarik perhatian yakni dengan melalui perantara Influencer dalam proses promosi produk.

Influencer dapat dianggap sebagai selebritas “kecil” karena mereka memiliki popularitas yang

relatif tinggi, dan mereka menggunakannya untuk pengaruh sosial masyarakat (Jin, Muqaddam,

& Ryu, 2019). Influencer ini biasanya berperan dalam memberikan pengaruh karena pandangan

atau pendapatnya dapat berpengaruh dalam keputusan pembelian seseorang (Handika & Darma,

2018). Strategi pemasaran melalui sosial media influencer memiliki skala pemasaran yang lebih

besar, lebih natural dan juga menghubungkan pasar dengan konsumen lebih langsung, pesan

marketing yang disampaikan oleh Influencer juga diperkuat dengan beberapa pemanis untuk

lebih mempengaruhi target dari audience mereka (Johansen & Guldvik, 2017). Namun,

fenomena social media influencer yang sedang marak saat ini dapat memberikan pengaruh yang

besar terhadap perilaku konsumtif masyarakat.

Pengguna sosial media secara tidak langsung menjadikan influencer sebagai role model

mereka untuk menyesuaikan diri dengan sikap dan pengaruh yang diberikan oleh Influencer.

Hal tersebut dapat memberikan kepuasan bagi mereka sendiri karena telah menggunakan

sesuatu yang sama dengan para influencer tersebut. Oleh karena itu, influencer media sosial

dapat menciptakan niat para konsumen untuk membeli produk yang digunakan ataupun yang

dipromosikannya (Choi & Rifon, 2012). Peristiwa inilah yang dapat membuat konsumen terjerat

pada pembelian suatu barang yang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan karena

adanya faktor keinginan yang kurang bermanfaat, seperti gengsi, mengikuti trend, menaikan

Page 3: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

102

prestise, dan berbagai alasan lainnya yang dianggap kurang begitu berguna. Hal tersebut

menyebabkan yang tidak perlu dan menjadi perilaku konsumtif (Anggraini & Santhoso, 2017).

Perilaku konsumtif biasanya ditandai dengan tindakan yang dilakukan secara berlebihan

dalam menggunakan suatu produk (Mustomi & Puspasari, 2020). Selain itu, perilaku konsumtif

juga bisa ditandai dengan tindakan memakai suatu produk dengan tidak tuntas. Hal ini dapat

diartikan bahwa seseorang tertarik untuk membeli sebuah produk bukan karena miliknya yang

dipakai telah habis, melainkan karena adanya hadiah atau bonus yang ditawarkan atau bahkan

produk tersebut tengah menjadi trend (Anggraini & Santhoso, 2017). Berdasarkan pemaparan

latar belakang dan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :

“Fenomena Influencer Marketing dalam Pembentukan Perilaku Konsumtif

Mahasiswa (Studi Fenomenologi terhadap Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas

Negeri Malang)”

TINJAUAN PUSTAKA

Influencer

Influencer berasal dari kata influence atau dalam bahasa Indonesia disebut

mempengaruhi, yang berarti influencer adalah orang yang mempengaruhi orang lain atau orang

yang berpengaruh. Influencer adalah seseorang atau figur yang ada dalam media sosial yang

memiliki banyak pengikut dan hal yang mereka sampaikan pada media sosial itu dapat

mempengaruhi perilaku dari pengikutnya (Hariyanti & Wirapraja, 2018). Tujuan utama

perusahaan menggunakan influencer adalah meningkatkan kesadaran merek (Tjandrawibawa,

2020). Influencer dapat dikategorikan sebagai microcelebrity yang berarti sebuah gaya baru

dalam perilaku online dimana seseorang berusaha untuk meningkatkan popularitasnya di

internet dengan menggunakan berbagai macam teknologi seperti video, blog, atau situs jejaring

sosial (Amalia & Putri, 2019).

Aspek yang dilihat dari seorang influencer yaitu Reach, Resonance, dan Relevance.

Reach, dapat diukur dari jumlah pengikut yang melakukan like, share, retweet, comment.

Resonance, yaitu tindakan followers atau pengikut yang melakukan share atau membagikan lagi

konten dari influencer tersebut. Sedangkan Relevance yaitu tingkat kesesuaian antara nilai-nilai

yang dianut oleh influencer dengan brand image produk tersebut (Ryan & Jones , 2009). Dari

uraian dapat ditarik kesimpulan bahwa akun media sosial influencer memiliki kemampuan

untuk mempengaruhi, mengubah opini dan perilaku secara online di media sosial (Evelina &

Handayani, 2018). Oleh karena itu kepopuleran influencer yang dianggap memiliki fanbase

yang kuat ini kini telah dimanfaatkan oleh pelaku industri atau para pemilik brand sebagai salah

satu strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan produknya.

Celebrity Endorsement

Celebrity endorsement merupakan taktik komunikasi yang digunakan oleh marketing

dalam membangun nama antara merek dengan konsumen. Celebrity endorsement mampu

memberikan timba balik serta preferensi pembelian yang baik dibandingkan dengan orang biasa

(Soesatyo & Rumambi, 2013). Selebriti endorsment terbukti sukses untuk untuk menarik

perhatian dari konsumen. Dalam melakukan endorsment kepada endoser sebuah perusahaan

akan mengirimkan sampel dari produk yang akan diendorse. Endorsement yang lakukan oleh

endorser biasanya berbentuk ulasan positif dari sebuah produk pada laman sosial media

Page 4: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

103

mereka. Sehingga ulasan tersebut merupakan sebuah ulasan jujur karena para endorser telah

mengenal dengan baik produk yang akan mereka endorse-kan (Nasih, dkk, 2020).

Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan preferensi beli yang menjadi kecenderungan

konsumen untuk menentukan keputusan yang berhubungan dengan membeli suatu merek,

dan diukur menggunakan tingkat konsumen dalam melakukan pembelian dalam (Soesatyo &

Rumambi, 2013)). Keputusan pembelian dipengaruhi oleh motif beli konsumen serta faktor

eksternal yang besar (Keller, 2001). Faktor – faktor eksternal yang dimaksud seperti

pengetahuan dari pelanggan, persepsi konsumen, kemasan atau desain produk, dan endorse dari

selebriti, informasi tentang merek yang telah digunakan oleh anggota kelompok lainnya juga

mempengaruhi keputusan untuk melewatkan merek yang sudah ada dan beralih ke pembelian

merek yang digunakan oleh anggota kelompok lain (Witt, 1969) dalam (Younus, Rasheed , &

Zia, 2015)). Sehingga besar orientasi anggota konsumen berdampak pada anggota lain untuk

membeli merek tertentu yang digunakan oleh anggota kelompok lainnya (Younus, Rasheed , &

Zia, 2015).

Perilaku Konsumtif

Perilaku konsumtif secara singkat dapat diartikan sebagai tindakan individu untuk

melakukan konsumsi akibat rangsangan atau ajakan. Perilaku konsumtif merupakan perilaku

mengkonsumsi suatu produk yang tidak terlalu diperlukan khususnya yang barang sekunder

atau barang yang tidak terlalu dibutuhkan seperti barang primer. Perilaku konsumtif ini terjadi

karena kecenderungan materialistik oleh masyarakat serta hasrat yang besar untuk memiliki

benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya (Pulungan & Febriaty, 2018). Kata konsumtif

memang biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan

nilai uang lebih besar dari nilai produksi untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan

pokok (Pulungan & Febriaty, 2018).

Gaya hidup konsumtif akan menyebabkan pola hidup yang boros dan menimbulkan

kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa

memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal serta perlu atau tidak, sehingga bagi orang

dengan kondisi ekonomi rendah mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan

yang seperti itu. Selain itu, gaya hidup konsumtif akan cenderung membuat seseorang untuk

tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang (Fudyartanta, K, 2012). Ada beberapa Indikator

mengenai perilaku konsumtif, antara lain : 1) Membeli barang karena iming-iming hadiah, 2)

Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, 3) Membeli produk hanya sekedar

menjaga simbol status, 4) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model atau

influencer yang mengiklankan, 5) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga

mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, 6) Mencoba lebih dari dua produk

sejenis (Sumartono, 2002)

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi

fenomenologis. Studi fenomenologis ini mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah

individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena.

Page 5: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

104

Deskripsi ini terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya. Tujuan

dari ini yaitu peneliti kualitatif mengidentifikasi fenomena atau objek dari pengalaman manusia

dapat berupa insomnia, kesendirian, kemarahan dan lainnya (Creswell & John W., 2015).

Metode fenomenologi dipilih karena penelitian ini ingin berfokus menggali pengalaman

responden. Pengalaman tersebut yaitu pengalaman mengenai faktor yang membuat mereka

(para responden) tertarik untuk membeli produk atau barang yang telah dipromosikan oleh

influencer melalui endorsement marketing pada sosial media di era ekonomi digital saat ini.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data dari penelitian ini adalah data primer didapatkan melalui teknik

pengumpulan data yaitu wawancara. Obyek dari penelitian ini adalah bagaimana sebuah

endorsement marketing oleh para influencer dapat menarik perhatian masyarakat untuk membeli

suatu produk sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat terutama kalangan

mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Subjek yang

diambil untuk penelitian ini yaitu 5 orang mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang dengan pertimbangan bahwa dilokasi tersebut

terdapat mahasiswa yang berperilaku konsumtif. Subjek tersebut telah dipilih berdasarkan

beberapa kriteria tertentu antara lain : 1) Termasuk mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas

Ekonomi Universitas Negeri Malang; 2) Mahasiswa tersebut merupakan pengguna sosial media;

3) Mahasiswa tersebut telah mem-follow beberapa influencer pada sosial media mereka.

Analisis Data

Dalam penelitian fenomenologi ini, peneliti menggunakan 5 tahapan metode-metode

analisis yang terstruktur dan spesifik yang dikembangkan oleh Moustakas (1994) sebagai

berikut (Creswell & John W., 2015) :

1. Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari

2. Membuat daftar pernyataan penting

3. Mengambil pernyataan penting tersebut kemudian dikelompokkan menjadi unit makna

atau tema

4. Menuliskan deskripsi tekstural mengenai apakah yang dialami dari partisipan

5. Mendeskripsikan deskripsi stuktural mengenai bagaimana pengalaman tersebut bisa

terjadi.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Social Media Marketing oleh Influencer (Endorsement)

Social media marketing yang dilakukan oleh seorang influencer biasa disebut

endorsement. Dalam melakukan endorsement, influencer akan membuat video review lengkap

dengan menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami dan bersifat persuasif dalam

menyampaikan informasi mengenai keunggulan produk yang dipromosikan. Video tersebut

biasanya dibagikan melalui fitur instagram story serta instagram feeds, maupun youtube pada

akun milik influencer yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari beberapa

informan kami sebagai berikut :

“Saya mem-follow beberapa Influencer seperti Tasya farasya, dan Suhay Salim.

Endorsement yang mereka lakukan biasanya dengan membuat review lengkap

mengenai produk dan menyebutkan kelebihan produk tersebut dengan kata – kata

Page 6: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

105

persuasif yg mengajak followers-nya untuk membeli. Keduannya sebenarnya kalo

(dijadikan sebagai) role model enggak, cuma pengaruh mereka terhadap gaya

hidup saya dari brand – brand yang dipromosikan oleh mereka yang memuat saya

tertarik. Semuanya kalo (melakukan) endorsement setiap hari. (melihat video

endorse) Tertarik tapi pada produk – produk tertentu saja.” (AM. Malang, 3 Maret

2021)

“Saya mem-follow influencer pada instagram seperti Suhay Salim, Jerome Polin,

dan Raditya Dika. Video endorse biasanya di up story instagram, isinya review

singkat tentang keunggulan barang endorse nya gitu. Saya memfollow influencer

yang benar – benar membuat saya tertarik untuk melihat akun media sosialnya.

(tertawa) hanya Suhay Salim saja yang sering melakukan endorse. Satu hari

keliatannya 4 sampai 5 kali endorsement. Tapi saya sering skip kalau sedang lihat

insta-story tentang video endorsement mereka cuma buat liat barang yang menarik

aja” (AN. Malang, 12 Maret 2021)

“Saya biasanya mem-follow beberapa influencer di dunia otomotif dan gaming.

Karena saya tertarik dengan bidang itu, nggak lupa dengan kepribadian influencer

nya juga. Biasanya sih mereka mem-posting kira-kira 5-10 kali. Dan konten yang

diendorse seperti peralatan game, pakaian, skincare, aplikasi e-commerce. Yang

biasanya saya lihat sih biasanya mereka meng-upload video review dan endorse

nya di feed ig (Instagram) sama story” (MI. 3 Maret 2021)

“Untuk influencer di media sosial yang saya follow itu ada seperti dr. Tirta dan

Yoshi Setyawan atau Yoshiolo. Mereka me-review terhadap produk yang diberi

oleh produsen sepatu lokal. Untuk reviewnya sih biasanya dilakukan melalui

instagram post (feeds) atau video youtube nya. Saya tertarik dengan konten mereka

karena saya jadi bisa mendapatkan review atau rekomendasi tentang sneakers dari

para orang yang sudah expert di dunia per-sneakers-an. Terkadang memang

membuat saya tertarik dengan produk tersebut, namun kebanyakan tidak jadi saya

beli.” (RE. 12 Maret 2021)

“Beberapa Influencer yang sudah saya follow di ig itu Tasya Farasya, Awkarin,

sama Rachel Venya. Untuk fitur yang dipake buat endorse biasanya snap story

sama feed Instagram. Untuk jumlahnya kalau di rata2 sih kurang lebih 5-10 kali

perhari ya. Untuk yang melalui fitur snap story dan 3-5 kali untuk yang melalui

feeds. Saya sering merasa ingin membeli nya barang endorse gitu hanya karena

setelah melihat postingan promosi tersebut. Bahkan sekalipun saya tidak sedang

membutuhkan, barang tersebut terkadang tetap saya beli karena saya tertarik

melihat postingan influencer yang bersangkutan” (AB. 3 Maret 2021)

Dari hasil wawancara tersebut, kita juga dapat mengatahui bahwa seorang influencer

bisa dikatakan hampir setiap hari menerima endorsement yang mana kurang lebih 5-10 kali

perharinya. Namun dari banyaknya video tersebut tidak seluruhnya akan dilihat oleh masyarakat

khususnya followers mereka. Kebanyakan dari masyarakat hanya melihat konten endorsement

yang memiliki daya tarik tersendiri serta sesuai dengan produk yang menjadi ketertarikan saja.

Page 7: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

106

Tidak jarang dari masyarakat akan langsung merasa tertarik pada setiap video endorsement yang

diposting. Namun, ketertarikan mereka bukan berarti selalu ingin membeli produknya, mereka

bisa juga hanya ingin melihat video tersebut untuk mencari rekomendasi barang mana yang

lebih berkualitas sehingga mereka tidak salah pilih dalam membeli barang.

Pengaruh Influencer Marketing terhadap Perilaku Konsumtif.

Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa informan dapat

diketahui bahwa ketertarikan masyarakat terhadap sebuah produk hasil endorse disebabkan

karena para influencer memiliki peran besar dalam meningkatkan keputusan pembelian

masyarakat terutama para followers atau pengikutnya di media sosial. Cara mereka untuk

meningkatkan keputusan pembelian ini tentunya sangat beragam. Misalnya dengan

menggunakan teknik editing video yang baik untuk menarik perhatian followersnya,

sebagaimana dengan pernyataan dari salah satu informan kami sebagai berikut :

“Untuk barang-barang yang diendorse tersebut kadang-kadang saya pengen

membeli sih, karena barang yang dipromosikan itu menarik dan sepertinya sesuai

kebutuhan, seperti alat gaming. Selain itu juga karena barang yang diendorse

tersebut sudah diujikan oleh mereka (influencer), lalu penyampaiannya atau kata-

katanya yang digunakan juga menarik dan editing video yang menarik sehingga

menggiurkan bagi saya” (MI, Malang 3 Maret 2021)

Produk – produk yang digunakan oleh influencer juga selalu dikaitkan dengan trend

yang sedang berkembang pada masa sekarang sehingga ketika mampu untuk membeli produk

tersebut, masyarakat akan merasakan perasaan bahwa mereka telah mengikuti trend yang ada

dan membuat rasa percaya diri pada diri mereka meningkat. Seperti yang telah disampaikan

oleh salah satu informan kami sebagai berikut :

“Saya beli produk yang menurut saya menarik, tapi sering beli barang yang tidak

sesuai kebutuhan. Misalnya waktu Suhay sering endorse skincare yang saat dicoba

sangat cocok di wajahnya, namun kan jelas masih belum tentu cocok di wajah aku,

tapi karena si Suhay menjelaskannya sangat meyakinkan pengen beli aja. Selain

itu, sekarang skincare kan juga lagi trend supaya wajah lebih glowing, jadi ya apa

salahnya pengen ikut – ikutan aja biar wajah saya bisa ikut glowing juga seperti

Suhay Salim.” (AN. Malang 12 Maret 2021)

Namun, disisi lain juga terdapat beberapa orang yang hanya akan menggunakan video

endorsement berbentuk review sebagai pertimbangan untuk meyakinkan plihannya terhadap

produk yang ingin dibelinya. Seperti pengalaman yang disampaikan oleh salah satu informan

kami sebagai berikut :

“Untuk produk yang direview, membuat saya tertarik untuk membeli, tapi biasanya yang

saya beli hanya untuk merk yang saya sukai, lalu saya menonton video review untuk

meyakinkan saya untuk membeli produk tersebut atau tidak, karena kalau mereka

memberikan review yang bagus, maka saya semakin yakin bahwa produk yang akan saya

beli tersebut memang benar-benar bagus” (RE. Malang, 12 Maret 2021)

Secara keseluruhan, faktor yang paling berpengaruh pada keputusan pembelian

masyarakat yaitu cara menyampaikan dari pihak influencer yang bersangkutan. Mereka biasa

menggunakan bahasa yang sekiranya sangat mudah dipahami dan bersifat persuasif dalam

menyampaikan informasi mengenai keunggulan produk yang bersangkutan. Selain itu, daya

tarik juga dapat berasal dari kecocokan barang saat digunakan atau dicoba oleh influencer saat

Page 8: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

107

melakukan promosi. Kedua faktor tersebut tercermin dalam pengalaman yang telah diceritakan

oleh beberapa informan kami sebagai berikut :

“Karena influencer itu sudah cukup dikenal oleh orang – orang jadi produk yang

dikenakan pada video endorse terlihat menarik. barang-barang yang saya beli

kebanyakan karena saya tertarik ketika produk tersebut dipromosikan oleh

influencer. Mungkin cara promosi yang menarik apalagi produk yang ditawarkan

merupakan produk yg saya sukai walaupun saya tidak membutuhkannya.” (AM. 3

Maret 2021)

“Saya tertarik mungkin karena dari penjelasannya, ke 3 influencer yang saya

sebutkan di awal tadi penjelasannya sangat detail, pemilihan kata-katanya juga

sangat membujuk. Selain itu waktu barangnya dipakai sama si influencer itu bisa

terlihat bagus dan cocok gitu. Disisi lain, saya juga percaya karena ke 3 influencer

yang saya sebutkan tadi itu punya rules atau aturan tertentu tentang barang2

endorse-an yang mereka promosikan, jadi saya yakin barang-barang yang di

promosikan mereka pasti kualitasnya bagus, sehingga saya tidak perlu takut untuk

mencobanya atau membelinya” (AB. 3 Maret 2021)

Dari sekian hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa influencer marketing

melalui sosial media berpengaruh terhadap perilaku konsumtif masyarakat. Pengaruh tersebut

dibuktikan dengan sebagian besar informan kami yang tetap membeli barang atau produk

endorse tanpa mempertimbangkan nilai kepentingan atau kegunaan atas produk tersebut. Hal

tersebut dipicu oleh peran influencer dalam meningkatkan keputusan pembelian masyarakat

seperti teknik editing video, cara penyampaian yang persuasif, kecocokan produk saat

digunakannya, serta produk yang mengikuti trend. Namun selain itu, keputusan pembelian juga

dapat dipicu karena rasa percaya pada influencer yang telah terkenal kredibilitasnya. Serta tidak

lupa bahwa video endorsement berupa review juga dapat digunakan sebagai pertimbangan

beberapa masyarakat untuk memilih barang yang akan dibeli. Hal-hal tersebut akan semakin

menimbulkan rasa ingin memiliki atau membeli produk yang dipromosikan pada masyarakat

sehingga mereka akan menjadi semakin konsumtif.

Perasaan yang Timbul Setelah Membeli Barang yang Dipromosikan oleh Influencer.

Produk – produk yang dibeli tanpa memikirkan nilai kegunaannya melalui konten video

endorsement tidak jarang akan berujung pada perasaan penyesalan. Tidak sedikit masyarakat

merasa kecewa karena produk yang dibelinya tidak sesuai ekspektasi mereka. Hal ini mungkin

disebabkan karena ketika produk sudah datang dan mereka kenakan, produk tersebut tidak

terlihat bagus dan cocok sebagaimana ketika produk tersebut dikenakan oleh influencer.

“Sering banget nyesel habis beli skincare, soalnya banyak yang enggak cocok.

Mungkin karena jenis kulitku beda sama Suhay ya. Tapi kadang kalau cocok ya

seneng dan puas.” (AN. Malang, 12 Maret 2021)

“Saya pernah ada perasaan menyesal saat saya tertarik membeli produk kecantikan

yang pernah di endorse influencer. Saat dipakai oleh influencer produknya jadi

bagus, namun ketika sudah saya pakai produknya tidak sebagus seperti yang

digunakan influencer tadi, jadinya tidak sesuai dengan yang saya harapkan dan

timbul rasa kecewa dan menyesal” (AB. 3 Maret 2021)

Page 9: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

108

Penyesalan juga dapat dirasakan ketika produk yang dibeli tersebut tidak memiliki nilai

guna. Influencer tak jarang melakukan endorsement pada produk yang bukan bagian dari barang

primer. Influencer biasanya mempromosikan produk inovasi yang menarik atau yang masih

jarang ditemukan, barang-barang branded, atau bisa juga barang-barang yang sedang ada dalam

tren masakini. Oleh karena itu, masyarakat yang membelinya hanya semata-mata untuk

kesenangan atau kepuasan diri sendiri atau bisa juga untuk mengikuti perkembangan tren yang

ada yang mana hal tersebut dapat juga mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat.

Pernyataan ini sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh beberapa informan kami sebagai

berikut :

“Merasa puas, tetapi kadang-kadang perasaan menyesal juga ada karena membeli

barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan.” (AM. Malang 3 Maret 2021)

“Saya merasa puas kalau sudah membeli produk yang mereka review bagus, ya

meskipun kadang nyesel juga karena saya sudah punya banyak di rumah jadinya ya

bingung mau pakainya bagaimana, tapi tetep senang karena bisa beli produk yang

dapat review bagus” (RE. Malang 12 Maret 2021)

Namun selain rasa penyesalan, ada beberapa orang yang merasa bahwa produk yang

dibeli karena endorse dari influencer yang dia ikuti justru membuat dia semakin percaya diri

karena telah mendapatkan informasi tentang keunggulan produk tersebut. Hal ini tercermin dari

pernyataan salah satu informan kami sebagai berikut :

“Setelah membeli barang tersebut, saya merasa percaya diri, selain sudah dijelaskan

keunggulannya oleh influencer yang saya follow, Brand nya juga terkenal dan dijamin

bagus, sehingga ketika saya memakai produk tersebut jadi semakin percaya diri dan ada

kebanggaan tersendiri ketika memakai produk tersebut.” (MI. Malang, 3 Maret 2021)

Dari paparan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa akan timbul rasa menyesal

maupun rasa percaya diri atau bangga pada diri masyarakat setelah membeli produk hasil

endorsement. Walaupun sering timbul rasa penyesalan, tidak bisa dipungkiri juga bahwa baik

secara disadari maupun tidak, masyarakat akan merasa senang, bangga, dan lebih percaya diri

setelah berhasil membeli produk yang telah dipromosikan oleh influencer-influencer

kepercayaan mereka masing-masing.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang merupakan mahasiswa

jurusan akuntansi Universitas Negeri Malang, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar

masyarakat yang memiliki akun sosial media telah mengikuti atau mem-follow beberapa

influencer yang mana hampir setiap harinya menerima endorsement. Para influencer tersebut

dapat mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat dengan berbagai cara antara lain dengan

menggunakan teknik editing video yang baik, serta bahasa yang mudah dipahami dan bersifat

persuasif dalam mempromosikan produk. Selain itu, keputusan pembelian masyarakatjuga dapat

dipicu dari kecocokan barang saat digunakan influencer ketika promosi, serta timbul rasa

percaya dari masyarakat terhadap kredibilitas yang dimiliki oleh beberapa influencer. Oleh

karena itu, masyarakat akan tertarik untuk membeli produk endorse tersebut tanpa

mempedulikan tingkat kepentingannya sehingga mereka akan menjadi semakin konsumtif.

Disisi lain, beberapa masyarakat yang telah membeli produk endorse merasa kecewa

karena produk yang dibelinya tidak sesuai ekspektasi mereka. Rasa menyesalpun juga timbul

Page 10: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

109

karena produk yang dibeli tersebut bukan merupakan barang yang dibutuhkan dan membelinya

hanya semata-mata untuk kesenangan atau mengikuti tren. Namun, selain rasa penyesalan juga

akan timbul perasaan senang, bangga, dan lebih percaya diri setelah berhasil membeli produk

yang telah dipromosikan oleh influencer-influencer kepercayaan mereka masing-masing.

Dengan itu, dapat diketahui bahwa influencer marketing melalui sosial media berpengaruh

terhadap perilaku konsumtif masyarakat khususnya pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan

Akuntansi Universitas Negeri Malang.

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mengubah

metode pemasarannya bagi perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis di era ekonomi digital

khususnya yang sebelumnya belum menerapkan influencer marketing. Hal ini dikarenakan

pengaruh yang diberikan oleh influencer dalam mempromosikan suatu produk dapat

memberikan dampak kepada pengikutnya berkaitan dengan keputusan pembelian. Hal ini

terbilang efektif untuk meningkatkan penjualan perusahaan, Saran yang diberikan penelitian ini

untuk konsumen agar dapat lebih mengontrol perilaku konsumtif mereka dan menghindari

melakukan pembelian produk tanpa tanpa mempertimbangkan nilai guna barang tersebut

sehingga perasaan menyesal setelah melakukan pembelian barang dapat dihindari.

Untuk penelitian di masa mendatang, penelitian dapat menggunakan metode penelian

kuantitatif. Hal ini bertujuan supaya hasil yang diberikan dapat memiliki cangkupan yang lebih

luas dan general dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian juga dapat dilakukan pada

responden berjumlah lebih banyak serta berada ditempat lain yang memiliki karakteristik

berbeda dari responden dari penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Chianasta, F., & Wijaya, S. (2014, January ). The Impact of Marketing Promotion through

Social Media on People’s Buying Decision of Lenovo in Internet Era: A Survey of

Social Media Users in Indonesia. International Journal of Scientific and Research

Publications, Vol. 4(No. 1).

Amalia, A., & Putri, G. (2019). Analisa Pengaruh Influencer Social Media Terhadap Keputusan

Pembelian Konsumen Generasi Z di Kota Surabaya. Sosial : Jurnal Penelitian Ilmu-

Ilmu Sosial, 20(2).

Anggraini, R., & Santhoso, F. (2017). Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku

Konsumtif pada Remaja. Gadjah Mada Journal Of Psychology, 3(3), 131-140.

Choi, S., & Rifon, N. (2012). It Is a Match: The Impact of Congruence between Celebrity Image

and Consumer Ideal Self on Endorsement Effectiveness. Psychology and Marketing.

Creswell, & John W. (2015). Penelitian Naratif dan Desain Riset. Jogjakarta. Jogjakarta: PT

Pustaka Belajar.

Evelina, L., & Handayani, F. (2018). Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk

(Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra). Warta ISKI, 1(1), 71-82.

Fudyartanta, K. (2012). Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Pustaka Belajar.

Handika, M. R., & Darma, G. S. (2018, April). Strategi Pemasaran Bisnis Kuliner

Menggunakan Influencer Melalui Media Sosial Instagram. Jurnal Manajemen dan

Bisnis, Vol. 15(No, 2).

Hariyanti, N. T., & Wirapraja, A. (2018). Pengaruh Influencer Marketing Sebagai Strategi

Pemasaran Digital Era Moderen (Sebuah Studi Literatur). Jurnal Eksekutif, Vol. 15(No.

1).

Page 11: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

110

Jin, S., Muqaddam, A., & Ryu, E. (2019). Instafamous and social media influencer marketing.

Marketing Intelligence & Planning.

Johansen, I. K., & Guldvik, C. S. (2017). Influencer Marketing and Purchase Intentions: How

does influencer marketing affect purchase intentions? Norwegian School of Economics.

Kirtis, K., & Karahan, F. (2011). To Be or Not to Be in Social Media Arena as the Most

CostEfficient Marketing Strategy after the Global Recession. Procedia Social and

Behavioral Sciences, 260–268.

Kotler, P., & Keller, K. L. . (2007). 2009. Marketing Management. Praha: Grada, 1, 788.

Kristiani, N. (2017). Analisis Pengaruh Iklan Di Media Sosial Dan Jenis Media Sosial Terhadap

Pembentukan Perilaku Konsumtif Mahasiswa Di Yogyakarta. Jurnal Bisnis dan

Ekonomi (JBE), 4(2), 196 – 201.

Leonardo, & Erdiansyah, R. (2020, Oktober). Pengaruh Celebrity Endorsement dan Perceived

Advertising Value Terhadap Keputusan Pembelian di Fore Coffee. Prologia, Vol. 4(No.

2), 229 – 236.

Maulana, I., Manulang, J., & Salsabila, O. (2020, Maret). Pengaruh Social Media Influencer

Terhadap Perilaku Konsumtif di Era Ekonomi Digital. Majalah Ilmiah Bijak, 17(1), 28-

34.

Mulyawati, R., Kumadji, S., & Kusumawa, A. (2015). Pengaruhcelebrity Endorser Terhadap

Sikap Konsumen Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian (Survei pada Mahasiswi

Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Angkatan 2013 dan 2014 Pengguna

Produk Perawatan Wajah Merek Garnier). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 4(1).

Mustomi, D., & Puspasari, A. (2020). The Influence Of Social Media On Consumptive

Behavior Of Students. Cermin : Jurnal Penelitian, 4(1).

Nasih, dkk. (2020, Desember). Influencer Dan Strategi Penjualan: Studi Netnografi Pada

Pengguna Jasa Selebgram Sebagai Media Promosi. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.

5(No. 2), 135-144.

Pulungan, D., & Febriaty, H. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Dan Literasi Keuangan Terhadap

Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurnal Riset Sains Manajemen, 2(3), 103-110.

Rose, B. (2020). Pengaruh Authenticity, Brand Fit, Community, Dan Content Dalam Mukbang

Influencer Di Youtube Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Influencer Marketing

Terhadap Keputusan Pembelian Produk Restoran Magal Pada Subscribers Tanboykun).

Jurnal Ilmu Komunikasi.

Ryan , D., & Jones , C. (2009). Understanding Digital Marketing: Marketing Strategies for

Engaging the Digital Generation. Journal of Direct, Data and Digital Marketing

Practice, 10(4), 383–387.

Soesatyo, N., & Rumambi, L. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model : Sikap

Audience Terhadap Iklan Dan Merek Serta Pengaruhnya Pada Minat Beli “Top

Coffee”. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(2), 1-12.

Sumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta.

Tjandrawibawa, P. (2020, Maret). The Effect of Using Instagram Influencers in Building

Conseva’s Brand Awareness. The Winner, 21(1), 67-73.

Younus, S., Rasheed , F., & Zia, A. (2015). Identifying the Factors Affecting Customer

Purchase Intention. Global Journal of Management and Business Research: An

Administration and Management, 15 (2).

Page 12: Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan

Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760

111

Zimmerman, H.-D. (2000). Understanding the Digital Economy: Challengers for New Business

Models. Americas Conference on Information Systems (AMCIS).