Upload
others
View
33
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
100
Penga Fenomena Influencer Marketing Dalam Pembentukan Perilaku
Konsumtif Mahasiswa (Studi Fenomenologi Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang)
Achmad Gilang Maulana1, Aveda Madya Muliawati2, Daffa Shafira Salsabillah3, Rizky Firmansyah4
Universitas Negeri Malang
Abstrak Di era ekonomi digital sekarang ini, fenomena influencer marketing menjadi salah satu pilihan bagi
perusahaan dalam memasarkan produknya. Fenomena ini bisa terjadi karena influencer dianggap sebagai
sosok panutan bagi para pengikutnya, banyak orang yang ingin menjadi sama seperti sosok panutan
mereka. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari lebih lanjut mengenai fenomena influencer marketing
yang membentuk perilaku konsumtif mahas iswa, yang mana pada penelitian ini berfokus pada mahasiswa
Akuntansi Universitas Negeri Malang. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yang
menggunakan pendekatan fenomenologi dengan menggunakan metode wawancara kepada beberapa
mahasiswa Akuntansi yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan
bahwa influencer marketing malalui sosial media berpengaruh terhadap perilaku konsumtif mahasiswa.
Hal ini dikarenakan influencer dapat mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat dengan berbagai
cara antara lain dengan menggunakan teknik editing video yang baik, bahasa yang persuasif, serta tingkat
kredibilitas influencer itu sendiri.
Kata Kunci: Influencer Marketing, perilaku konsumtif
Abstract
In today's digital economy, the influencer marketing phenomenon is an option for companies to market
their products. This phenomenon can occur because influencers are considered role models for their
followers, many people want to be just like their role models. This study aims to learn more about the
influencer marketing phenomenon that shapes student consumptive behavior, which in this study focuses
on accounting students, Universitas Negeri Malang. This research uses qualitative research that uses a
phenomenological approach by using the interview method to several accounting students who are
selected based on certain criteria. This study concluded that influencer marketing through social media
has an effect on student consumptive behavior. This is because influencers can influence people's
purchasing decisions in various ways, including by using good video editing techniques, persuasive
language, and the level of credibility of the influencers themselves.
Keywords: Influencer Marketing, consumption behavior
PENDAHULUAN
Saat ini sistem perekonomian Indonesia memasuki era digital atau dapat juga disebut
“Era Ekonomi Digital”. Ekonomi digital ini termasuk dalam istilah yang sering digunakan untuk
mendeskripsikan mengenai dampak terhadap perkembangan teknologi informatika dan
komunikasi yang pesat yang berdampak pada kondisi sosial-ekonomi. Sektor yang terkena
dampak meliputi sektor barang maupun jasa saat proses pengembangan, proses produksi, proses
penjualan maupun suplainya tergantung kepada seberapa jauh teknologi digital dapat
menjangkau (Zimmerman, 2000). Pada era ekonomi digital yang berkembang hingga saat ini,
persaingan dalam dunia bisnis menjadi semakin ketat, sehingga perusahaan perlu melakukan
inovasi untuk memicu bertumbuhnya jumlah pembelian (Leonardo & Erdiansyah, 2020). Guna
meningkatkan jumlah pembelian, maka diperlukan stategi agar bids mempengaruhi keputusan
pembelian masyarakat. Keputusan pembelian tersebut berasal dari sejumlah keputusan yang ada
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance,
and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8, Hal 100-111
No. ISSN 2797-0760
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
101
dalam diri individu yang bersangkutan (Mulyawati, Kumadji, & Kusumawa, 2015). Dalam
rangka mempengaruhi keputusan pembelian, maka perusahaan perlu melakukan kegiatan
marketing.
Proses marketing dilakukan untuk memperkenalkan produk atau jasa yang
diperjualbelikan oleh sebuah entitas bisnis (Hariyanti & Wirapraja, 2018). Penyampaian
tersebut harus dilakukan dengan menggunakan bahasa yang baik dan komunikatif, sehingga
dapat mudah difahami oleh konsumen mengenai produk yang dipromosikan (Kotler, P. &
Keller, K. L. , 2007). Komunikasi pemasaran tersebut bisa dengan menggunakan media brosur,
koran, majalah, televisi, radio, maupun billboard (Rose, 2020). Namun, untuk saat ini di masa
digitalisasi ekonomi para pebisnis perlu merubah strategi pemasarannya dan mencari strategi
pemasaran yang lebih efektif dan juga berbiaya rendah dengan memanfaatkan perkembangan
teknologi yang ada. Salah satu contohnya yaitu strategi pemasaran melalui media sosial (Kirtis
& Karahan, 2011).
Banyak perusahaan di seluruh dunia menggunakan internet guna mempromosikan
produk mereka dan media sosial adalah salah satu target terbesar mereka dalam pemasaran
internet ( Chianasta & Wijaya, 2014). Media sosial tersebut diciptakan sebagai wadah bagi
orang-orang untuk berkomunikasi, bertukar pikiran, serta berbagi informasi dalam berbagai
bentuk yang dapat disebarkan secara mudah serta cepat sehingga dapat mempengaruhi gaya
hidup, cara pandang, serta budaya dari suatu bangsa (Kristiani, 2017). Dengan basis pengguna
media sosial yang tinggi, ini memiliki keuntungan besar bagi perusahaan karena banyak orang
akan mengenali atau melihat pasar mereka. Media sosial memberikan pengaruh yang besar bagi
perubahan sosial di masyarakat, terkhusus pada generasi muda. Pengguna internet di Indonesia
pada rentang usia 15- 19 tahun mencapai 91%, lalu pada rentang usia 20-24 tahun sebesar
88,5%, 25-29 tahun sebesar 82,7%, 30-34 tahun sebesar 76,5%, dan 35-39 tahun sebesar 68,5%.
(Maulana, Manulang, & Salsabila, 2020)
Strategi pemasaran melalui sosial media sangat beragam caranya, salah satunya yang
menarik perhatian yakni dengan melalui perantara Influencer dalam proses promosi produk.
Influencer dapat dianggap sebagai selebritas “kecil” karena mereka memiliki popularitas yang
relatif tinggi, dan mereka menggunakannya untuk pengaruh sosial masyarakat (Jin, Muqaddam,
& Ryu, 2019). Influencer ini biasanya berperan dalam memberikan pengaruh karena pandangan
atau pendapatnya dapat berpengaruh dalam keputusan pembelian seseorang (Handika & Darma,
2018). Strategi pemasaran melalui sosial media influencer memiliki skala pemasaran yang lebih
besar, lebih natural dan juga menghubungkan pasar dengan konsumen lebih langsung, pesan
marketing yang disampaikan oleh Influencer juga diperkuat dengan beberapa pemanis untuk
lebih mempengaruhi target dari audience mereka (Johansen & Guldvik, 2017). Namun,
fenomena social media influencer yang sedang marak saat ini dapat memberikan pengaruh yang
besar terhadap perilaku konsumtif masyarakat.
Pengguna sosial media secara tidak langsung menjadikan influencer sebagai role model
mereka untuk menyesuaikan diri dengan sikap dan pengaruh yang diberikan oleh Influencer.
Hal tersebut dapat memberikan kepuasan bagi mereka sendiri karena telah menggunakan
sesuatu yang sama dengan para influencer tersebut. Oleh karena itu, influencer media sosial
dapat menciptakan niat para konsumen untuk membeli produk yang digunakan ataupun yang
dipromosikannya (Choi & Rifon, 2012). Peristiwa inilah yang dapat membuat konsumen terjerat
pada pembelian suatu barang yang bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan, melainkan karena
adanya faktor keinginan yang kurang bermanfaat, seperti gengsi, mengikuti trend, menaikan
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
102
prestise, dan berbagai alasan lainnya yang dianggap kurang begitu berguna. Hal tersebut
menyebabkan yang tidak perlu dan menjadi perilaku konsumtif (Anggraini & Santhoso, 2017).
Perilaku konsumtif biasanya ditandai dengan tindakan yang dilakukan secara berlebihan
dalam menggunakan suatu produk (Mustomi & Puspasari, 2020). Selain itu, perilaku konsumtif
juga bisa ditandai dengan tindakan memakai suatu produk dengan tidak tuntas. Hal ini dapat
diartikan bahwa seseorang tertarik untuk membeli sebuah produk bukan karena miliknya yang
dipakai telah habis, melainkan karena adanya hadiah atau bonus yang ditawarkan atau bahkan
produk tersebut tengah menjadi trend (Anggraini & Santhoso, 2017). Berdasarkan pemaparan
latar belakang dan data diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“Fenomena Influencer Marketing dalam Pembentukan Perilaku Konsumtif
Mahasiswa (Studi Fenomenologi terhadap Mahasiswa Jurusan Akuntansi Universitas
Negeri Malang)”
TINJAUAN PUSTAKA
Influencer
Influencer berasal dari kata influence atau dalam bahasa Indonesia disebut
mempengaruhi, yang berarti influencer adalah orang yang mempengaruhi orang lain atau orang
yang berpengaruh. Influencer adalah seseorang atau figur yang ada dalam media sosial yang
memiliki banyak pengikut dan hal yang mereka sampaikan pada media sosial itu dapat
mempengaruhi perilaku dari pengikutnya (Hariyanti & Wirapraja, 2018). Tujuan utama
perusahaan menggunakan influencer adalah meningkatkan kesadaran merek (Tjandrawibawa,
2020). Influencer dapat dikategorikan sebagai microcelebrity yang berarti sebuah gaya baru
dalam perilaku online dimana seseorang berusaha untuk meningkatkan popularitasnya di
internet dengan menggunakan berbagai macam teknologi seperti video, blog, atau situs jejaring
sosial (Amalia & Putri, 2019).
Aspek yang dilihat dari seorang influencer yaitu Reach, Resonance, dan Relevance.
Reach, dapat diukur dari jumlah pengikut yang melakukan like, share, retweet, comment.
Resonance, yaitu tindakan followers atau pengikut yang melakukan share atau membagikan lagi
konten dari influencer tersebut. Sedangkan Relevance yaitu tingkat kesesuaian antara nilai-nilai
yang dianut oleh influencer dengan brand image produk tersebut (Ryan & Jones , 2009). Dari
uraian dapat ditarik kesimpulan bahwa akun media sosial influencer memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi, mengubah opini dan perilaku secara online di media sosial (Evelina &
Handayani, 2018). Oleh karena itu kepopuleran influencer yang dianggap memiliki fanbase
yang kuat ini kini telah dimanfaatkan oleh pelaku industri atau para pemilik brand sebagai salah
satu strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan produknya.
Celebrity Endorsement
Celebrity endorsement merupakan taktik komunikasi yang digunakan oleh marketing
dalam membangun nama antara merek dengan konsumen. Celebrity endorsement mampu
memberikan timba balik serta preferensi pembelian yang baik dibandingkan dengan orang biasa
(Soesatyo & Rumambi, 2013). Selebriti endorsment terbukti sukses untuk untuk menarik
perhatian dari konsumen. Dalam melakukan endorsment kepada endoser sebuah perusahaan
akan mengirimkan sampel dari produk yang akan diendorse. Endorsement yang lakukan oleh
endorser biasanya berbentuk ulasan positif dari sebuah produk pada laman sosial media
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
103
mereka. Sehingga ulasan tersebut merupakan sebuah ulasan jujur karena para endorser telah
mengenal dengan baik produk yang akan mereka endorse-kan (Nasih, dkk, 2020).
Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian merupakan preferensi beli yang menjadi kecenderungan
konsumen untuk menentukan keputusan yang berhubungan dengan membeli suatu merek,
dan diukur menggunakan tingkat konsumen dalam melakukan pembelian dalam (Soesatyo &
Rumambi, 2013)). Keputusan pembelian dipengaruhi oleh motif beli konsumen serta faktor
eksternal yang besar (Keller, 2001). Faktor – faktor eksternal yang dimaksud seperti
pengetahuan dari pelanggan, persepsi konsumen, kemasan atau desain produk, dan endorse dari
selebriti, informasi tentang merek yang telah digunakan oleh anggota kelompok lainnya juga
mempengaruhi keputusan untuk melewatkan merek yang sudah ada dan beralih ke pembelian
merek yang digunakan oleh anggota kelompok lain (Witt, 1969) dalam (Younus, Rasheed , &
Zia, 2015)). Sehingga besar orientasi anggota konsumen berdampak pada anggota lain untuk
membeli merek tertentu yang digunakan oleh anggota kelompok lainnya (Younus, Rasheed , &
Zia, 2015).
Perilaku Konsumtif
Perilaku konsumtif secara singkat dapat diartikan sebagai tindakan individu untuk
melakukan konsumsi akibat rangsangan atau ajakan. Perilaku konsumtif merupakan perilaku
mengkonsumsi suatu produk yang tidak terlalu diperlukan khususnya yang barang sekunder
atau barang yang tidak terlalu dibutuhkan seperti barang primer. Perilaku konsumtif ini terjadi
karena kecenderungan materialistik oleh masyarakat serta hasrat yang besar untuk memiliki
benda-benda tanpa memperhatikan kebutuhannya (Pulungan & Febriaty, 2018). Kata konsumtif
memang biasanya digunakan untuk menunjuk pada perilaku konsumen yang memanfaatkan
nilai uang lebih besar dari nilai produksi untuk barang dan jasa yang bukan menjadi kebutuhan
pokok (Pulungan & Febriaty, 2018).
Gaya hidup konsumtif akan menyebabkan pola hidup yang boros dan menimbulkan
kecemburuan sosial, karena orang akan membeli semua barang yang diinginkan tanpa
memikirkan harga barang tersebut murah atau mahal serta perlu atau tidak, sehingga bagi orang
dengan kondisi ekonomi rendah mereka tidak akan sanggup untuk mengikuti pola kehidupan
yang seperti itu. Selain itu, gaya hidup konsumtif akan cenderung membuat seseorang untuk
tidak memikirkan kebutuhan yang akan datang (Fudyartanta, K, 2012). Ada beberapa Indikator
mengenai perilaku konsumtif, antara lain : 1) Membeli barang karena iming-iming hadiah, 2)
Membeli produk demi menjaga penampilan diri dan gengsi, 3) Membeli produk hanya sekedar
menjaga simbol status, 4) Memakai produk karena unsur konformitas terhadap model atau
influencer yang mengiklankan, 5) Munculnya penilaian bahwa membeli produk dengan harga
mahal akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, 6) Mencoba lebih dari dua produk
sejenis (Sumartono, 2002)
METODE PENELITIAN
Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi
fenomenologis. Studi fenomenologis ini mendeskripsikan pemaknaan umum dari sejumlah
individu terhadap berbagai pengalaman hidup mereka terkait dengan konsep atau fenomena.
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
104
Deskripsi ini terdiri dari apa yang mereka alami dan bagaimana mereka mengalaminya. Tujuan
dari ini yaitu peneliti kualitatif mengidentifikasi fenomena atau objek dari pengalaman manusia
dapat berupa insomnia, kesendirian, kemarahan dan lainnya (Creswell & John W., 2015).
Metode fenomenologi dipilih karena penelitian ini ingin berfokus menggali pengalaman
responden. Pengalaman tersebut yaitu pengalaman mengenai faktor yang membuat mereka
(para responden) tertarik untuk membeli produk atau barang yang telah dipromosikan oleh
influencer melalui endorsement marketing pada sosial media di era ekonomi digital saat ini.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data dari penelitian ini adalah data primer didapatkan melalui teknik
pengumpulan data yaitu wawancara. Obyek dari penelitian ini adalah bagaimana sebuah
endorsement marketing oleh para influencer dapat menarik perhatian masyarakat untuk membeli
suatu produk sehingga dapat mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat terutama kalangan
mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Malang. Subjek yang
diambil untuk penelitian ini yaitu 5 orang mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang dengan pertimbangan bahwa dilokasi tersebut
terdapat mahasiswa yang berperilaku konsumtif. Subjek tersebut telah dipilih berdasarkan
beberapa kriteria tertentu antara lain : 1) Termasuk mahasiswa jurusan akuntansi murni Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Malang; 2) Mahasiswa tersebut merupakan pengguna sosial media;
3) Mahasiswa tersebut telah mem-follow beberapa influencer pada sosial media mereka.
Analisis Data
Dalam penelitian fenomenologi ini, peneliti menggunakan 5 tahapan metode-metode
analisis yang terstruktur dan spesifik yang dikembangkan oleh Moustakas (1994) sebagai
berikut (Creswell & John W., 2015) :
1. Mendeskripsikan pengalaman personal dengan fenomena yang sedang dipelajari
2. Membuat daftar pernyataan penting
3. Mengambil pernyataan penting tersebut kemudian dikelompokkan menjadi unit makna
atau tema
4. Menuliskan deskripsi tekstural mengenai apakah yang dialami dari partisipan
5. Mendeskripsikan deskripsi stuktural mengenai bagaimana pengalaman tersebut bisa
terjadi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Social Media Marketing oleh Influencer (Endorsement)
Social media marketing yang dilakukan oleh seorang influencer biasa disebut
endorsement. Dalam melakukan endorsement, influencer akan membuat video review lengkap
dengan menggunakan bahasa yang sangat mudah dipahami dan bersifat persuasif dalam
menyampaikan informasi mengenai keunggulan produk yang dipromosikan. Video tersebut
biasanya dibagikan melalui fitur instagram story serta instagram feeds, maupun youtube pada
akun milik influencer yang bersangkutan. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari beberapa
informan kami sebagai berikut :
“Saya mem-follow beberapa Influencer seperti Tasya farasya, dan Suhay Salim.
Endorsement yang mereka lakukan biasanya dengan membuat review lengkap
mengenai produk dan menyebutkan kelebihan produk tersebut dengan kata – kata
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
105
persuasif yg mengajak followers-nya untuk membeli. Keduannya sebenarnya kalo
(dijadikan sebagai) role model enggak, cuma pengaruh mereka terhadap gaya
hidup saya dari brand – brand yang dipromosikan oleh mereka yang memuat saya
tertarik. Semuanya kalo (melakukan) endorsement setiap hari. (melihat video
endorse) Tertarik tapi pada produk – produk tertentu saja.” (AM. Malang, 3 Maret
2021)
“Saya mem-follow influencer pada instagram seperti Suhay Salim, Jerome Polin,
dan Raditya Dika. Video endorse biasanya di up story instagram, isinya review
singkat tentang keunggulan barang endorse nya gitu. Saya memfollow influencer
yang benar – benar membuat saya tertarik untuk melihat akun media sosialnya.
(tertawa) hanya Suhay Salim saja yang sering melakukan endorse. Satu hari
keliatannya 4 sampai 5 kali endorsement. Tapi saya sering skip kalau sedang lihat
insta-story tentang video endorsement mereka cuma buat liat barang yang menarik
aja” (AN. Malang, 12 Maret 2021)
“Saya biasanya mem-follow beberapa influencer di dunia otomotif dan gaming.
Karena saya tertarik dengan bidang itu, nggak lupa dengan kepribadian influencer
nya juga. Biasanya sih mereka mem-posting kira-kira 5-10 kali. Dan konten yang
diendorse seperti peralatan game, pakaian, skincare, aplikasi e-commerce. Yang
biasanya saya lihat sih biasanya mereka meng-upload video review dan endorse
nya di feed ig (Instagram) sama story” (MI. 3 Maret 2021)
“Untuk influencer di media sosial yang saya follow itu ada seperti dr. Tirta dan
Yoshi Setyawan atau Yoshiolo. Mereka me-review terhadap produk yang diberi
oleh produsen sepatu lokal. Untuk reviewnya sih biasanya dilakukan melalui
instagram post (feeds) atau video youtube nya. Saya tertarik dengan konten mereka
karena saya jadi bisa mendapatkan review atau rekomendasi tentang sneakers dari
para orang yang sudah expert di dunia per-sneakers-an. Terkadang memang
membuat saya tertarik dengan produk tersebut, namun kebanyakan tidak jadi saya
beli.” (RE. 12 Maret 2021)
“Beberapa Influencer yang sudah saya follow di ig itu Tasya Farasya, Awkarin,
sama Rachel Venya. Untuk fitur yang dipake buat endorse biasanya snap story
sama feed Instagram. Untuk jumlahnya kalau di rata2 sih kurang lebih 5-10 kali
perhari ya. Untuk yang melalui fitur snap story dan 3-5 kali untuk yang melalui
feeds. Saya sering merasa ingin membeli nya barang endorse gitu hanya karena
setelah melihat postingan promosi tersebut. Bahkan sekalipun saya tidak sedang
membutuhkan, barang tersebut terkadang tetap saya beli karena saya tertarik
melihat postingan influencer yang bersangkutan” (AB. 3 Maret 2021)
Dari hasil wawancara tersebut, kita juga dapat mengatahui bahwa seorang influencer
bisa dikatakan hampir setiap hari menerima endorsement yang mana kurang lebih 5-10 kali
perharinya. Namun dari banyaknya video tersebut tidak seluruhnya akan dilihat oleh masyarakat
khususnya followers mereka. Kebanyakan dari masyarakat hanya melihat konten endorsement
yang memiliki daya tarik tersendiri serta sesuai dengan produk yang menjadi ketertarikan saja.
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
106
Tidak jarang dari masyarakat akan langsung merasa tertarik pada setiap video endorsement yang
diposting. Namun, ketertarikan mereka bukan berarti selalu ingin membeli produknya, mereka
bisa juga hanya ingin melihat video tersebut untuk mencari rekomendasi barang mana yang
lebih berkualitas sehingga mereka tidak salah pilih dalam membeli barang.
Pengaruh Influencer Marketing terhadap Perilaku Konsumtif.
Berdasarkan wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa informan dapat
diketahui bahwa ketertarikan masyarakat terhadap sebuah produk hasil endorse disebabkan
karena para influencer memiliki peran besar dalam meningkatkan keputusan pembelian
masyarakat terutama para followers atau pengikutnya di media sosial. Cara mereka untuk
meningkatkan keputusan pembelian ini tentunya sangat beragam. Misalnya dengan
menggunakan teknik editing video yang baik untuk menarik perhatian followersnya,
sebagaimana dengan pernyataan dari salah satu informan kami sebagai berikut :
“Untuk barang-barang yang diendorse tersebut kadang-kadang saya pengen
membeli sih, karena barang yang dipromosikan itu menarik dan sepertinya sesuai
kebutuhan, seperti alat gaming. Selain itu juga karena barang yang diendorse
tersebut sudah diujikan oleh mereka (influencer), lalu penyampaiannya atau kata-
katanya yang digunakan juga menarik dan editing video yang menarik sehingga
menggiurkan bagi saya” (MI, Malang 3 Maret 2021)
Produk – produk yang digunakan oleh influencer juga selalu dikaitkan dengan trend
yang sedang berkembang pada masa sekarang sehingga ketika mampu untuk membeli produk
tersebut, masyarakat akan merasakan perasaan bahwa mereka telah mengikuti trend yang ada
dan membuat rasa percaya diri pada diri mereka meningkat. Seperti yang telah disampaikan
oleh salah satu informan kami sebagai berikut :
“Saya beli produk yang menurut saya menarik, tapi sering beli barang yang tidak
sesuai kebutuhan. Misalnya waktu Suhay sering endorse skincare yang saat dicoba
sangat cocok di wajahnya, namun kan jelas masih belum tentu cocok di wajah aku,
tapi karena si Suhay menjelaskannya sangat meyakinkan pengen beli aja. Selain
itu, sekarang skincare kan juga lagi trend supaya wajah lebih glowing, jadi ya apa
salahnya pengen ikut – ikutan aja biar wajah saya bisa ikut glowing juga seperti
Suhay Salim.” (AN. Malang 12 Maret 2021)
Namun, disisi lain juga terdapat beberapa orang yang hanya akan menggunakan video
endorsement berbentuk review sebagai pertimbangan untuk meyakinkan plihannya terhadap
produk yang ingin dibelinya. Seperti pengalaman yang disampaikan oleh salah satu informan
kami sebagai berikut :
“Untuk produk yang direview, membuat saya tertarik untuk membeli, tapi biasanya yang
saya beli hanya untuk merk yang saya sukai, lalu saya menonton video review untuk
meyakinkan saya untuk membeli produk tersebut atau tidak, karena kalau mereka
memberikan review yang bagus, maka saya semakin yakin bahwa produk yang akan saya
beli tersebut memang benar-benar bagus” (RE. Malang, 12 Maret 2021)
Secara keseluruhan, faktor yang paling berpengaruh pada keputusan pembelian
masyarakat yaitu cara menyampaikan dari pihak influencer yang bersangkutan. Mereka biasa
menggunakan bahasa yang sekiranya sangat mudah dipahami dan bersifat persuasif dalam
menyampaikan informasi mengenai keunggulan produk yang bersangkutan. Selain itu, daya
tarik juga dapat berasal dari kecocokan barang saat digunakan atau dicoba oleh influencer saat
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
107
melakukan promosi. Kedua faktor tersebut tercermin dalam pengalaman yang telah diceritakan
oleh beberapa informan kami sebagai berikut :
“Karena influencer itu sudah cukup dikenal oleh orang – orang jadi produk yang
dikenakan pada video endorse terlihat menarik. barang-barang yang saya beli
kebanyakan karena saya tertarik ketika produk tersebut dipromosikan oleh
influencer. Mungkin cara promosi yang menarik apalagi produk yang ditawarkan
merupakan produk yg saya sukai walaupun saya tidak membutuhkannya.” (AM. 3
Maret 2021)
“Saya tertarik mungkin karena dari penjelasannya, ke 3 influencer yang saya
sebutkan di awal tadi penjelasannya sangat detail, pemilihan kata-katanya juga
sangat membujuk. Selain itu waktu barangnya dipakai sama si influencer itu bisa
terlihat bagus dan cocok gitu. Disisi lain, saya juga percaya karena ke 3 influencer
yang saya sebutkan tadi itu punya rules atau aturan tertentu tentang barang2
endorse-an yang mereka promosikan, jadi saya yakin barang-barang yang di
promosikan mereka pasti kualitasnya bagus, sehingga saya tidak perlu takut untuk
mencobanya atau membelinya” (AB. 3 Maret 2021)
Dari sekian hasil wawancara tersebut, dapat diketahui bahwa influencer marketing
melalui sosial media berpengaruh terhadap perilaku konsumtif masyarakat. Pengaruh tersebut
dibuktikan dengan sebagian besar informan kami yang tetap membeli barang atau produk
endorse tanpa mempertimbangkan nilai kepentingan atau kegunaan atas produk tersebut. Hal
tersebut dipicu oleh peran influencer dalam meningkatkan keputusan pembelian masyarakat
seperti teknik editing video, cara penyampaian yang persuasif, kecocokan produk saat
digunakannya, serta produk yang mengikuti trend. Namun selain itu, keputusan pembelian juga
dapat dipicu karena rasa percaya pada influencer yang telah terkenal kredibilitasnya. Serta tidak
lupa bahwa video endorsement berupa review juga dapat digunakan sebagai pertimbangan
beberapa masyarakat untuk memilih barang yang akan dibeli. Hal-hal tersebut akan semakin
menimbulkan rasa ingin memiliki atau membeli produk yang dipromosikan pada masyarakat
sehingga mereka akan menjadi semakin konsumtif.
Perasaan yang Timbul Setelah Membeli Barang yang Dipromosikan oleh Influencer.
Produk – produk yang dibeli tanpa memikirkan nilai kegunaannya melalui konten video
endorsement tidak jarang akan berujung pada perasaan penyesalan. Tidak sedikit masyarakat
merasa kecewa karena produk yang dibelinya tidak sesuai ekspektasi mereka. Hal ini mungkin
disebabkan karena ketika produk sudah datang dan mereka kenakan, produk tersebut tidak
terlihat bagus dan cocok sebagaimana ketika produk tersebut dikenakan oleh influencer.
“Sering banget nyesel habis beli skincare, soalnya banyak yang enggak cocok.
Mungkin karena jenis kulitku beda sama Suhay ya. Tapi kadang kalau cocok ya
seneng dan puas.” (AN. Malang, 12 Maret 2021)
“Saya pernah ada perasaan menyesal saat saya tertarik membeli produk kecantikan
yang pernah di endorse influencer. Saat dipakai oleh influencer produknya jadi
bagus, namun ketika sudah saya pakai produknya tidak sebagus seperti yang
digunakan influencer tadi, jadinya tidak sesuai dengan yang saya harapkan dan
timbul rasa kecewa dan menyesal” (AB. 3 Maret 2021)
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
108
Penyesalan juga dapat dirasakan ketika produk yang dibeli tersebut tidak memiliki nilai
guna. Influencer tak jarang melakukan endorsement pada produk yang bukan bagian dari barang
primer. Influencer biasanya mempromosikan produk inovasi yang menarik atau yang masih
jarang ditemukan, barang-barang branded, atau bisa juga barang-barang yang sedang ada dalam
tren masakini. Oleh karena itu, masyarakat yang membelinya hanya semata-mata untuk
kesenangan atau kepuasan diri sendiri atau bisa juga untuk mengikuti perkembangan tren yang
ada yang mana hal tersebut dapat juga mempengaruhi perilaku konsumtif masyarakat.
Pernyataan ini sejalan dengan yang telah diungkapkan oleh beberapa informan kami sebagai
berikut :
“Merasa puas, tetapi kadang-kadang perasaan menyesal juga ada karena membeli
barang yang sebenarnya tidak saya butuhkan.” (AM. Malang 3 Maret 2021)
“Saya merasa puas kalau sudah membeli produk yang mereka review bagus, ya
meskipun kadang nyesel juga karena saya sudah punya banyak di rumah jadinya ya
bingung mau pakainya bagaimana, tapi tetep senang karena bisa beli produk yang
dapat review bagus” (RE. Malang 12 Maret 2021)
Namun selain rasa penyesalan, ada beberapa orang yang merasa bahwa produk yang
dibeli karena endorse dari influencer yang dia ikuti justru membuat dia semakin percaya diri
karena telah mendapatkan informasi tentang keunggulan produk tersebut. Hal ini tercermin dari
pernyataan salah satu informan kami sebagai berikut :
“Setelah membeli barang tersebut, saya merasa percaya diri, selain sudah dijelaskan
keunggulannya oleh influencer yang saya follow, Brand nya juga terkenal dan dijamin
bagus, sehingga ketika saya memakai produk tersebut jadi semakin percaya diri dan ada
kebanggaan tersendiri ketika memakai produk tersebut.” (MI. Malang, 3 Maret 2021)
Dari paparan hasil wawancara diatas, dapat diketahui bahwa akan timbul rasa menyesal
maupun rasa percaya diri atau bangga pada diri masyarakat setelah membeli produk hasil
endorsement. Walaupun sering timbul rasa penyesalan, tidak bisa dipungkiri juga bahwa baik
secara disadari maupun tidak, masyarakat akan merasa senang, bangga, dan lebih percaya diri
setelah berhasil membeli produk yang telah dipromosikan oleh influencer-influencer
kepercayaan mereka masing-masing.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa responden yang merupakan mahasiswa
jurusan akuntansi Universitas Negeri Malang, dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar
masyarakat yang memiliki akun sosial media telah mengikuti atau mem-follow beberapa
influencer yang mana hampir setiap harinya menerima endorsement. Para influencer tersebut
dapat mempengaruhi keputusan pembelian masyarakat dengan berbagai cara antara lain dengan
menggunakan teknik editing video yang baik, serta bahasa yang mudah dipahami dan bersifat
persuasif dalam mempromosikan produk. Selain itu, keputusan pembelian masyarakatjuga dapat
dipicu dari kecocokan barang saat digunakan influencer ketika promosi, serta timbul rasa
percaya dari masyarakat terhadap kredibilitas yang dimiliki oleh beberapa influencer. Oleh
karena itu, masyarakat akan tertarik untuk membeli produk endorse tersebut tanpa
mempedulikan tingkat kepentingannya sehingga mereka akan menjadi semakin konsumtif.
Disisi lain, beberapa masyarakat yang telah membeli produk endorse merasa kecewa
karena produk yang dibelinya tidak sesuai ekspektasi mereka. Rasa menyesalpun juga timbul
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
109
karena produk yang dibeli tersebut bukan merupakan barang yang dibutuhkan dan membelinya
hanya semata-mata untuk kesenangan atau mengikuti tren. Namun, selain rasa penyesalan juga
akan timbul perasaan senang, bangga, dan lebih percaya diri setelah berhasil membeli produk
yang telah dipromosikan oleh influencer-influencer kepercayaan mereka masing-masing.
Dengan itu, dapat diketahui bahwa influencer marketing melalui sosial media berpengaruh
terhadap perilaku konsumtif masyarakat khususnya pada mahasiswa Fakultas Ekonomi Jurusan
Akuntansi Universitas Negeri Malang.
Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk mengubah
metode pemasarannya bagi perusahaan-perusahaan atau pelaku bisnis di era ekonomi digital
khususnya yang sebelumnya belum menerapkan influencer marketing. Hal ini dikarenakan
pengaruh yang diberikan oleh influencer dalam mempromosikan suatu produk dapat
memberikan dampak kepada pengikutnya berkaitan dengan keputusan pembelian. Hal ini
terbilang efektif untuk meningkatkan penjualan perusahaan, Saran yang diberikan penelitian ini
untuk konsumen agar dapat lebih mengontrol perilaku konsumtif mereka dan menghindari
melakukan pembelian produk tanpa tanpa mempertimbangkan nilai guna barang tersebut
sehingga perasaan menyesal setelah melakukan pembelian barang dapat dihindari.
Untuk penelitian di masa mendatang, penelitian dapat menggunakan metode penelian
kuantitatif. Hal ini bertujuan supaya hasil yang diberikan dapat memiliki cangkupan yang lebih
luas dan general dari penelitian yang telah dilakukan. Penelitian juga dapat dilakukan pada
responden berjumlah lebih banyak serta berada ditempat lain yang memiliki karakteristik
berbeda dari responden dari penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chianasta, F., & Wijaya, S. (2014, January ). The Impact of Marketing Promotion through
Social Media on People’s Buying Decision of Lenovo in Internet Era: A Survey of
Social Media Users in Indonesia. International Journal of Scientific and Research
Publications, Vol. 4(No. 1).
Amalia, A., & Putri, G. (2019). Analisa Pengaruh Influencer Social Media Terhadap Keputusan
Pembelian Konsumen Generasi Z di Kota Surabaya. Sosial : Jurnal Penelitian Ilmu-
Ilmu Sosial, 20(2).
Anggraini, R., & Santhoso, F. (2017). Hubungan antara Gaya Hidup Hedonis dengan Perilaku
Konsumtif pada Remaja. Gadjah Mada Journal Of Psychology, 3(3), 131-140.
Choi, S., & Rifon, N. (2012). It Is a Match: The Impact of Congruence between Celebrity Image
and Consumer Ideal Self on Endorsement Effectiveness. Psychology and Marketing.
Creswell, & John W. (2015). Penelitian Naratif dan Desain Riset. Jogjakarta. Jogjakarta: PT
Pustaka Belajar.
Evelina, L., & Handayani, F. (2018). Penggunaan Digital Influencer dalam Promosi Produk
(Studi Kasus Akun Instagram @bylizzieparra). Warta ISKI, 1(1), 71-82.
Fudyartanta, K. (2012). Psikologi Perkembangan. Jogjakarta: Pustaka Belajar.
Handika, M. R., & Darma, G. S. (2018, April). Strategi Pemasaran Bisnis Kuliner
Menggunakan Influencer Melalui Media Sosial Instagram. Jurnal Manajemen dan
Bisnis, Vol. 15(No, 2).
Hariyanti, N. T., & Wirapraja, A. (2018). Pengaruh Influencer Marketing Sebagai Strategi
Pemasaran Digital Era Moderen (Sebuah Studi Literatur). Jurnal Eksekutif, Vol. 15(No.
1).
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
110
Jin, S., Muqaddam, A., & Ryu, E. (2019). Instafamous and social media influencer marketing.
Marketing Intelligence & Planning.
Johansen, I. K., & Guldvik, C. S. (2017). Influencer Marketing and Purchase Intentions: How
does influencer marketing affect purchase intentions? Norwegian School of Economics.
Kirtis, K., & Karahan, F. (2011). To Be or Not to Be in Social Media Arena as the Most
CostEfficient Marketing Strategy after the Global Recession. Procedia Social and
Behavioral Sciences, 260–268.
Kotler, P., & Keller, K. L. . (2007). 2009. Marketing Management. Praha: Grada, 1, 788.
Kristiani, N. (2017). Analisis Pengaruh Iklan Di Media Sosial Dan Jenis Media Sosial Terhadap
Pembentukan Perilaku Konsumtif Mahasiswa Di Yogyakarta. Jurnal Bisnis dan
Ekonomi (JBE), 4(2), 196 – 201.
Leonardo, & Erdiansyah, R. (2020, Oktober). Pengaruh Celebrity Endorsement dan Perceived
Advertising Value Terhadap Keputusan Pembelian di Fore Coffee. Prologia, Vol. 4(No.
2), 229 – 236.
Maulana, I., Manulang, J., & Salsabila, O. (2020, Maret). Pengaruh Social Media Influencer
Terhadap Perilaku Konsumtif di Era Ekonomi Digital. Majalah Ilmiah Bijak, 17(1), 28-
34.
Mulyawati, R., Kumadji, S., & Kusumawa, A. (2015). Pengaruhcelebrity Endorser Terhadap
Sikap Konsumen Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian (Survei pada Mahasiswi
Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Angkatan 2013 dan 2014 Pengguna
Produk Perawatan Wajah Merek Garnier). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 4(1).
Mustomi, D., & Puspasari, A. (2020). The Influence Of Social Media On Consumptive
Behavior Of Students. Cermin : Jurnal Penelitian, 4(1).
Nasih, dkk. (2020, Desember). Influencer Dan Strategi Penjualan: Studi Netnografi Pada
Pengguna Jasa Selebgram Sebagai Media Promosi. Jurnal Manajemen dan Bisnis, Vol.
5(No. 2), 135-144.
Pulungan, D., & Febriaty, H. (2018). Pengaruh Gaya Hidup Dan Literasi Keuangan Terhadap
Perilaku Konsumtif Mahasiswa. Jurnal Riset Sains Manajemen, 2(3), 103-110.
Rose, B. (2020). Pengaruh Authenticity, Brand Fit, Community, Dan Content Dalam Mukbang
Influencer Di Youtube Terhadap Keputusan Pembelian (Studi Influencer Marketing
Terhadap Keputusan Pembelian Produk Restoran Magal Pada Subscribers Tanboykun).
Jurnal Ilmu Komunikasi.
Ryan , D., & Jones , C. (2009). Understanding Digital Marketing: Marketing Strategies for
Engaging the Digital Generation. Journal of Direct, Data and Digital Marketing
Practice, 10(4), 383–387.
Soesatyo, N., & Rumambi, L. (2013). Analisa Credibility Celebrity Endorser Model : Sikap
Audience Terhadap Iklan Dan Merek Serta Pengaruhnya Pada Minat Beli “Top
Coffee”. Jurnal Manajemen Pemasaran, 1(2), 1-12.
Sumartono. (2002). Terperangkap dalam Iklan. Bandung: Alfabeta.
Tjandrawibawa, P. (2020, Maret). The Effect of Using Instagram Influencers in Building
Conseva’s Brand Awareness. The Winner, 21(1), 67-73.
Younus, S., Rasheed , F., & Zia, A. (2015). Identifying the Factors Affecting Customer
Purchase Intention. Global Journal of Management and Business Research: An
Administration and Management, 15 (2).
Prosiding National Seminar on Accounting, Finance, and Economics (NSAFE), 2021, Vol. 1 No. 8 ISSN 2797-0760
111
Zimmerman, H.-D. (2000). Understanding the Digital Economy: Challengers for New Business
Models. Americas Conference on Information Systems (AMCIS).