15
Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 1 Halaman 1-174 Malang, April 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879 38 PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AUDIT Lukito Fauji 1) Made Sudarma 2) M. Achsin 2) 1) Kantor Akuntan Publik (KAP) Made Sudarma, Thomas, & Dewi, Jl. Dorowati No. 8 Malang 2) Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono No. 165 Malang 65145, Jawa Timur. Surel : [email protected] Tanggal Masuk: 6 Februari 2015 Tanggal Revisi: 8 Januari 2015 Tanggal Diterima: 16 April 2015 http://dxdoiorg/DOI: 1018202/jamal2015046005 Abstrak: Penerapan Sistem Pengendalian Mutu dalam Meningkat- kan Kualitas Audit. Penelitian bertujuan menguji pengaruh simultan, parsial, dan pengaruh dominan variabel penerapan Sistem Pengendal- ian Mutu (SPM) Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit Populasi penelitian adalah auditor dan staf auditor KAP Malang berjum- lah 76 orang Metode analisis digunakan regresi linier berganda, pengu- jian hipotesis F-test, t-testdan variabel berpengaruh dominan berdasar- kan standardized coefficient beta (β). Variabel SPM berpengaruh simultan terhadap kualitas audit Independensi, penugasan personal, konsultasi, dan supervisi berpengaruh parsial terhadap kualitas audit, sedangkan pemekerjaan, pengembangan profesional, promosi, penerimaan keber- lanjutan klien, dan inspeksi tidak berpengaruh parsial terhadap kualitas audit Penugasan personal adalah variabel berpengaruh dominan terha- dap kualitas audit Abstract: The Quality Control System Application on development of the Quality Audit. The research purpose is to test the simultaneouseffect, partial, and the dominant influence of the variable application of Registered Public Accountants (RPA) Quality Control Systems (QCS) on Audit Quality. The population was auditors and staff auditors in Malang numbered 76 people. The analysis method is multiple linear regression analysis, the F- test, t-test, and the dominant variables determined based standardized coefficient beta (β). Variables of QCS have effect on audit quality simultane- ous. Independence, personal engagement, consultation, and supervision have a partial effect on audit quality, while the rest variable have no effect on audit quality. Personal assignment is variable dominant. Kata Kunci: Kuisioner, Auditor, Sistem Pengendalian Mutu, Kualitas Audit. Keberadaan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) mutlak dibutuhkan bagi Kantor Akun- tan Publik dalam upaya menjaga sekaligus mengendalikan kualitas audit Standar Pe- ngendalian Mutu (SPM) memberikan pan- duan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan me- matuhi berbagai standar sebagaimana Stan- dar Profesional Akuntan Publik yang diter- bitkan oleh Institut Akuntan Publik Indone- sia (IAPI 2011) Quality control atau Sistem Pengendalian Mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan spesifikasi yang telah ditetapkan sebelum- nya yang diwujudkan dengan mengunakan pedoman atau standar yang telah ditetapkan (Wahyudiono 2000) Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelang- garan yang ada dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo 2001) Audit quality adalah analisis terhadap kualitas yang ditin- jau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah, kemudian diidentifikasi adanya hubungan antara atribut kualitas audit dan kualitas audit yang dirasakan (Lowenshon et al. 2005) Para pengguna laporan keuangan

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

  • Upload
    others

  • View
    16

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Jurnal Akuntansi Multiparadigma JAMAL Volume 6 Nomor 1 Halaman 1-174 Malang, April 2015 ISSN 2086-7603 e-ISSN 2089-5879

38

PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM MENINGKATKAN KUALITAS AUDIT

Lukito Fauji1)

Made Sudarma2)

M. Achsin2)

1) Kantor Akuntan Publik (KAP) Made Sudarma, Thomas, & Dewi, Jl. Dorowati No. 8 Malang 2) Universitas Brawijaya Jl. M.T. Haryono No. 165 Malang 65145, Jawa Timur.Surel : [email protected]

Tanggal Masuk: 6 Februari 2015 Tanggal Revisi: 8 Januari 2015Tanggal Diterima:16 April 2015

http://dx doi org/DOI: 10 18202/jamal 2015 04 6005

Abstrak: Penerapan Sistem Pengendalian Mutu dalam Meningkat­kan Kualitas Audit. Penelitian bertujuan menguji pengaruh simultan, parsial, dan pengaruh dominan variabel penerapan Sistem Pengendal-ian Mutu (SPM) Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap Kualitas Audit Populasi penelitian adalah auditor dan staf auditor KAP Malang berjum-lah 76 orang Metode analisis digunakan regresi linier berganda, pengu-jian hipotesis F-test, t-testdan variabel berpengaruh dominan berdasar-kan standardized coefficient beta (β). Variabel SPM berpengaruh simultan terhadap kualitas audit Independensi, penugasan personal, konsultasi, dan supervisi berpengaruh parsial terhadap kualitas audit, sedangkan pemekerjaan, pengembangan profesional, promosi, penerimaan keber-lanjutan klien, dan inspeksi tidak berpengaruh parsial terhadap kualitas audit Penugasan personal adalah variabel berpengaruh dominan terha-dap kualitas audit

Abstract: The Quality Control System Application on development of the Quality Audit. The research purpose is to test the simultaneouseffect, partial, and the dominant influence of the variable application of Registered Public Accountants (RPA) Quality Control Systems (QCS) on Audit Quality. The population was auditors and staff auditors in Malang numbered 76 people. The analysis method is multiple linear regression analysis, the F-test, t-test, and the dominant variables determined based standardized coefficient beta (β). Variables of QCS have effect on audit quality simultane-ous. Independence, personal engagement, consultation, and supervision have a partial effect on audit quality, while the rest variable have no effect on audit quality. Personal assignment is variable dominant.

Kata Kunci: Kuisioner, Auditor, Sistem Pengendalian Mutu, Kualitas Audit.

Keberadaan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) mutlak dibutuhkan bagi Kantor Akun-tan Publik dalam upaya menjaga sekaligus mengendalikan kualitas audit Standar Pe-ngendalian Mutu (SPM) memberikan pan-duan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan me-matuhi berbagai standar sebagaimana Stan-dar Profesional Akuntan Publik yang diter-bitkan oleh Institut Akuntan Publik Indone-sia (IAPI 2011) Quality control atau Sistem Pengendalian Mutu merupakan suatu proses yang dilakukan untuk memastikan bahwa suatu output dapat memenuhi tujuan dan

spesifikasi yang telah ditetapkan sebelum-nya yang diwujudkan dengan mengunakan pedoman atau standar yang telah ditetapkan (Wahyudiono 2000)

Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelang-garan yang ada dalam sistem akuntansi kliennya (De Angelo 2001) Audit quality adalah analisis terhadap kualitas yang ditin-jau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah, kemudian diidentifikasi adanya hubung an antara atribut kualitas audit dan kualitas audit yang dirasakan (Lowenshon et al. 2005) Para pengguna laporan keuangan

Page 2: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 39

berpendapat bahwa kualitas audit yang di-maksud terjadi jika auditor dapat memberi-kan jaminan bahwa tidak ada salah saji yang material (no material mis statements) atau kecurangan (fraud) dalam laporan keuang-an auditee Auditor sendiri memandang kualitas audit terjadi apabila mereka bekerja sesuai standar profesional yang ada, dapat menilai resiko bisnis auditee dengan tujuan untuk meminimalisasi resiko litigasi, dapat meminimalisasi ketidakpuasan auditee dan menjaga kerusakan reputasi auditor (Boyn-ton et al. 2002)

Upaya yang dilakukan untuk pening-katan kualitas jasa audit adalah dengan menerapkan Sistem Pengendalian Mutu KAP Hal ini menyatakan bahwa setiap KAP wajib menerapkan Sistem Pengedalian Mutu yang menjelaskan unsur-unsur pengenda-lian mutu serta hal-hal yang terkait de ngan implementasi secara efektif pada sistem tersebut Standar Pengendalian Mutu berisi panduan bagi Kantor Akuntan Publik dalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik, mencakup kebijakan dan prosedur pengen-dalian mutu, penerapan tanggung jawab, komunikasi dan pemantauan (SPAP 2011: 17000 1) Adapun unsur pengendalian mutu itu sendiri sebagaimana terdapat dalam SPM Seksi 100 [PSPM No 01] Sistem Pengenda-lian Mutu Kantor Akuntan Publik terbagi atas (1) independensi, (2) penugasan perso-nel, (3) konsultasi, (4) supervisi, (5) pemeker-jaan (hiring), (6) pengembangan profesional, (7) promosi (advancement), (8) penerimaan dan keberlanjutan klien, dan 9) inspeksi

Jumlah kantor akuntan publik di In-donesia dari tahun ke tahun semakin ber-tambah sejalan dengan perkembangan per-ekonomian dan bisnis Pada tahun 2010 ini terdapat 502 kantor akuntan publik yang di-golongkan dalam akuntan publik besar, se-dang, dan kecil (IAPI 2011) Banyaknya Kan-tor Akuntan Publik yang beroperasi saat ini, tidak dipungkiri dapat menimbulkan per-saingan antar kantor akuntan publik Selain pemasaran, kualitas audit juga harus di-tingkatkan Salah satu unsur penting dalam menilai kualitas audit adalah kepatuh an terhadap SPAP khususnya dalam penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) Semen-tara itu berdasarkan survei yang dilakukan ter hadap beberapa kantor akuntan publik memberikan bukti bahwa untuk mening-katkan kualitas audit, setiap kantor akun-

tan publik harus melakukan quality review. Quality review atau peer review proses de-ngan signifikan memberikan peningkat­an terhadap pengendalian mutu (SPM) dari kantor akuntan publik serta meningkatkan konsistensi dan mutu praktek yang dilaku-kan sebelumnya

Hal utama yang mendasari dan mem-bedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah adanya pene-tapan unsur-unsur SPM itu sendiri sebagai variabel dalam penelitian Pada penelitian-penelitian sebelumnya, penentuan varia-bel penerapan SPM kebanyakan tidak di-lakukan secara menyeluruh dan terperinci sebagaimana unsur Standar Pengendalian Mutu (SPM) yang dilkeluarkan oleh Insti-tut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 2011:17000 1, sedangkan dalam penelitian ini seluruh unsur SPM diangkat sebagai variabel dalam memprediksikan pengaruh-nya terhadap kualitas audit Penetapan se-bagian unsur SPM se bagai variabel bebas tentunya akan menyulitkan dalam memberi-kan gambaran secara menyeluruh dalam penerapannya sekaligus tidak akan bisa menetapkan unsur SPM yang berpengaruh terhadap kualitas audit

Sementara itu, pemilihan KAP di Kota Malang pada penelitian ini lebih dikarena-kan Kota Malang merupakan kota terbesar kedua di Jawa Timur dengan jumlah Kantor Akuntan Publik (KAP) yang cukup banyak, yakni 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik (IAPI Cab Malang 2013) dibandingkan kota-kota lainnya di Jawa Timur, seperti Jember, Madiun, Kediri, dan yang lainnya Namun pada kenyataannya hanya ada 3 (tiga) Kan-tor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang yang terdaftar di BAPEPAM dan Lemba-ga Keuang an (LK) karena dianggap telah memenuhi persyaratan sebagaimana ke-tentuan dalam Keputusan Ketua Badan Pe-ngawas Pasar Modal dan Lembaga Keuang-an No Kep-41/Bl/2008 Persyaratan dimak-sud antara lain menekankan pada mutu KAP dalam keduduk annya sebagai Rekan pada Kantor Akuntan yang memiliki pedo-man pengendalian mutu dan menyampai-kan dokumen pedoman pengendalian mutu tersebut kepada BAPEPAM sebagai standar yang berlaku pada Kantor Akuntan Publik yang bersangkutan Hal ini dapat dimaknai bahwa sebagian besar KAP di Kota Malang kurang memiliki kepedulian terhadap mutu itu sendiri, jika tidak mau dikatakan sebagai

Page 3: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

40 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

KAP yang tidak bermutu Oleh karena itu, tentunya KAP-KAP lain yang tidak terdaftar di BAPEPAM dan Lembaga Keuangan (LK) akan tertantang untuk mulai berbenah diri dengan menyusun dan menerapkan pedo-man pengendalian mutu dengan mengacu pada Standar Pengendalian Mutu (SPM) pada Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 2011:17000 1

Penelitian ini sekaligus berusaha meng-uji dan menganalisa sembilan unsur pene-rapan SPM terhadap kualitas audit pada Kantor Akuntan Publik (KAP) dengan meng-angkat seluruh unsur-unsur SPM tersebut sebagai variabel penelitian Hal ini dikare-nakan dalam penerapan SPM itu sendiri ti-dak ada anggapan bahwa salah satu unsur SPM merupakan unsur yang paling pen ting dibanding lainnya Oleh karena itu hasil penelitian ini akan lebih komprehensif dan bisa digeneralisasikan untuk kondisi Kantor Akuntan Publik (KAP) di Indonesia khusus-nya KAP yang berukuran (firm size) mene-ngah dan kecil

METODE Populasi penelitian ini adalah auditor

dan staf auditor yang bekerja di 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik yang berdomisili di Kota Malang, dengan unit analisis individu yang dalam kesehariannya bekerja sebagai auditor di Kantor Akuntan Publik di Kota Malang Pemilihan unit analisis ini karena para auditor tersebut merupakan pelaku kegiatan yang terkait langsung dengan penerap an Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dan Kualitas Audit

Jenis data dalam penelitian ini adalah data primer, yang diperoleh secara langsung dari sumber asli yaitu melalui kuesioner Teknik pengumpulan data melalui metode survey dengan responden adalah 76 au ditor Variabel dalam penelitian ini dibedakan menjadi variabel bebas (independent) yakni Independensi (X1), Penugasan Personal (X2), Konsultasi (X3), Supervisi (X4), Pemekerjaan (X5), Pengembangan Profesional (X6), Pro-mosi (X7), Penerimaan dan Keberlanjutan Klien (X8), Inspeksi (X9); dan variabel terikat Kualitas Audit (Y)

Independensi (X1). Independensi adalah sikap dan etika auditor untuk memi-liki sikap netral dan tidak bias serta meng-hindari konflik kepentingan dalam meren-canakan, melaksanakan dan melaporkan pekerjaan yang dilakukan Di mana prinsip objektivitas disyaratkan agar auditor dapat

melaksanakan audit dengan jujur dan tidak mengkompromikan kualitas (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaimana penjelasan unsur-un-sur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembangkan oleh Elfarini (2007), Purnomo (2007), dan Irawati (2011) yang menyebutkan bahwa indikator inde-pendensi adalah karakteristik auditor yang berhubungan dengan kemampuan auditor untuk mengatasi tekanan dari manajemen untuk mengatasi konflik.

Penugasan Personal (X2). Penugasan Personal adalah Kebijakan dan prosedur Kantor Akuntan Publik dalam hal penu-gasan pemeriksaan untuk memberikan keyakin an memadai bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh auditor yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikat an tersebut (SPAP-SPM 200 2011) In-dikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaimana penjelasan dalam unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembangkan oleh Christiawan (2005), Amilin (2010) yang menyebutkan bahwa indikator penugasan personal adalah aktivitas perencanaan penugasan yang men-dukung personel untuk mendapatkan kom-petensi pengalaman

Konsultasi (X3). Konsultasi adalah ke-bijakan, prosedur dan fasilitas konsultasi yang baik oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sehingga para pemeriksa yang menghadapi suatu masalah dapat dengan mudah berkon-sultasi (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaima-na penjelasan dalam unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembangkan oleh Christiawan (2005) yang menyebutkan bahwa indikator konsultasi adalah proses untuk membuat personel me-mahami dan memecahkan setiap masalah dalam kerangka konsep akuntansi dan au-diting yang diperkenankan dalam standar

Supervisi (X4). Supervisi adalah bim-bingan dan penugasan terhadap para asisten yang diperlukan untuk mencapai tujuan au-dit dan menjaga mutu audit (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaimana penjelasan dalam unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembangkan oleh Hadi (2007) yang menyebutkan bahwa indikator supervisi adalah aspek kepemim-pinan dan mentoring yang berpengaruh ter-hadap kualitas audit

Page 4: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 41

Pemekerjaan (X5). Pemekerjaan adalah Kebijakan dan prosedur yang ditetap-kan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) di Kota Malang dalam pengangkatan peme-riksa yang berpengaruh terhadap kualitas audit (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaima-na penjelasan terkait unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembangkan oleh Elfarini (2007) dan Purnomo (2007) yang menyebutkan bahwa indikator pemekerjaan adalah keahlian dan kompetensi yang diproksikan dalam penga-laman dan pengetahuan

Pengembangan Profesional (X6). Pengembangan Profesional adalah Kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam pengembang-an professional memungkinkan personal memenuhi tanggung jawabnya (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran varia-bel ini disusun sebagaimana penjelasan dalam unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembang-kan oleh Irwansyah (2010) yang menyebut-kan bahwa indikator pengembangan profe-sional adalah profesionalisme auditor dalam pelaksanaan dan penyusunan laporan audit serta kemahiran profesional auditor dalam memahami standar pekerjaan dan standar pelaporan

Promosi (X7). Promosi adalah Kebi-jakan dan prosedur Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam hal memberikan keyakinan me-madai bahwa setiap personel auditor memi-liki kualifikasi yang disyaratkan (SPAP­SPM 200 2011) Indikator dan item pertanyaan variabel ini disusun sebagaimana penjelas-an terkait unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 2011 dan dikembang-kan oleh Liliawati (2006) yang menyebutkan bahwa indikator promosi adalah kualifikasi personel meliputi karakter, intelijensi, per-timbangan dan motivasi

Penerimaan dan Keberlanjutan Klien (X8). Penerimaan dan Keberlanjutan Klien adalah Kebijakan dan prosedur Kan-tor Akuntan Publik (KAP) dalam peneri-maan dan pemeliharaan hubungan dengan klien sehingga KAP terhindar dari klien yang memiliki itikad tidak baik (SPAP-SPM 200 2011) Indikator dan pengukuran variabel ini disusun sebagaimana penjelasan unsur-unsur SPM dalam SPAP-SPM 200 2011 dan hasil pengembangan penelitian Behn et al. (2008) dan Widagdo et al. (2002) yang me-nyebutkan bahwa indikator penerimaan

dan keberlanjutan klien adalah pengalaman melakukan audit, pemahaman kebutuhan klien, keterlibatan pimpinan KAP dan keter-libatan komite audit

Inspeksi (X9). Inspeksi adalah Kebi-jakan dan prosedur Kantor Akuntan Pu-blik (KAP) yang berkaitan dengan penguji-an pelaksanaan sistem pengendalian mutu sehingga KAP dapat mengetahui apakah sistem telah memadai dan dilaksanakan dengan baik (SPAP-SPM 200 2011) Indi-kator dan pengukuran variabel ini disu-sun sebagaimana penjelasan unsur-unsur SPM yang tercantum dalam SPAP-SPM 200 (2011) yang menyebutkan bahwa indikator inspeksi adalah prosedur dalam memelihara mutu pemeriksaan akuntan

Kualitas Audit (Y). Kualitas audit adalah kemungkinan (joint probability) di-mana auditor akan menemukan dan me-laporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi klien (De Angelo 2001) kemungki-nan seorang auditor akan memberikan pen-emuan mengenai suatu pelanggaran dalam sistem akuntansi klien dan adanya pelang-garan dalam pencatatannya Kualitas audit juga merupakan analisis terhadap kualitas yang ditinjau dari aturan yang dibuat oleh aparatur pemerintah kemudian diidentifi-kasi adanya hubungan antara atribut kuali-tas audit dan kualitas audit yang dirasakan (Lowenshon et al. 2005)

Kualitas audit dalam penelitian ini di-identifikasi berdasarkan 11 (sebelas) indi-kator, yaitu: Pengalaman melakukan audit (SPAP, SA Seksi 210, 2011); Memahami in-dustri klien (Wolk dan Wooton 1997 dalam Widagdo et al. 2002); Responsif atas kebu-tuhan klien (Arens dan Loebbecke 2001); Taat pada standar umum (Arens dan Loe-bbecke 2001 dan SPAP 2011); Sikap hati-hati (Arens dan Loebbecke 2001 dan SPAP 2011); Komitmen yang kuat terhadap kuali-tas audit (Behn, et al. 2008); Keterlibatan pimpin an KAP (Menon dan Williams 2004; Glazer dan Fabian 2001); Melakukan peker-jaan lapangan dengan tepat (Arens dan Loe-bbecke 2001); Keterlibatan komite audit (Me-non dan Williams 2004; Glazer dan Fabian 2001); Standar etika yang tinggi (Arens dan Loebbecke 2001), dan Tidak mudah percaya (SPAP, 2011)

Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner dengan menggunakan skala Li-kert 1-5, yakni: Sangat Setuju (5), Setuju (4), Netral (3), Tidak Setuju (2), dan Sangat Tidak Setuju (1) Pengujian validitas dan

Page 5: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

42 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

reliabilitas terlebih dahulu dilakukan atas ins trumen penelitian-kuisioner Uji validitas dilakukan dengan teknik korelasi product moment dengan kriteria jika koefisien kore-lasi rxy lebih besar dari rtabel product moment atau probabilitas hitung (sig.) lebih kecil dari level of significance (α = 5%) berarti item kuisioner dinyatakan valid Uji reliabilitas atas kuisioner menggunakan metode Alpha Cronbach dengan kriteria pengujian adalah jika harga r (koefisien alpha-cronbach) lebih besar dari 0,6 maka berarti instrumen atau kuisioner tersebut dinyatakan Reliabel (Ari-kunto 2006)

Metode analisis data menggunakan regresi linier berganda, yaitu untuk men-cari hubungan fungsional variabel bebas terhadap variabel terikat, model regresi li-nier berganda yang disajikan supaya dapat dianalisis dan memberikan hasil yang repre-sentatif (BLUE-Best Linier Unbiased Estima-tion), maka model tersebut harus memenuhi asumsi dasar klasik Uji ini meliputi mul-tikolonieritas, autokorelasi, heteroskedasti-sitas, dan normalitas (Ghozali 2005) Persamaan regresi untuk variabel tersebut adalah:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + β5X5 + β6X6 + β7X7 + β8X8 + β9X9 + e;

Di mana:Y= kualitas audit, α= bilan-gan konstanta, β= koefisien garis regresi, X1 = independensi, X2 = penugasan personal, X3 = konsultasi, X4= supervisi, X5= pengangka-tan pemeriksa, X6= pengembangan profe-sional, X7 = promosi, X8= penerimaan dan

pemeliharaan hubungan dengan klien, X9= inspeksi, dan e=error

Pengujian pengaruh simultan dilaku-kan dengan uji signifikansi F-test, dengan kriteria jika nilai signifikansi F lebih kecil dari level of significance (α) maka secara ber-sama-sama variabel independen berpenga-ruh signifikan terhadap variabel dependen. Pengujian pengaruh parsial menggunakan t-test, dengan kriteria jika nilai signifikansi t lebih kecil dari level of significance (α) maka secara parsial variabel independen berpe-ngaruh signifikan terhadap variabel depen-den Penentuan variabel dominan ditetap-kan berdasarkan (standardized coefficient) atau beta (β) yang memiliki nilai tertinggi

Perhitungan uji validitas dan reliabili-tas kuisioner, deskripsi data, asumsi kla-sik, regresi linier berganda, dan pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan bantuan program statistik yaitu Statistical Package for the SocialSciences (SPSS) 17.0 for Windows.

HASIL DAN PEMBAHASANResponden dalam penelitian ini adalah

auditor dan staf auditor yang bekerja di Kan-tor Akuntan Publik (KAP) Kota Malang de-ngan penjelasan sebagaimana Tabel 1

Instrumen penelitian ini adalah kue-sioner yang digunakan sebagai alat pe-ngumpul data Sebagai alat pengumpul data kuisioner harus layak sehingga data yang dihasilkan juga data yang baik Kuisioner ini terlebih dahulu dilakukan pengujian va-liditas dan reliabilitas sebagai upaya untuk

Page 6: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 43

menguji tingkat kelayakan kuesioner se-bagai alat pengumpul data

Hasil Uji Validitas. Pengujian validi-tas kuisioner dilakukan berdasarkan teknik korelasi product moment dengan mengkore-lasikan setiap skor butir terhadap skor total dari variabel yang bersangkutan Pengambil-an keputusan valid tidaknya butir kuisioner ditentukan dengan membandingkan antara probabilitas hitung (sig.) koefisien korelasi (r) dan level of significance (α) Butir kuisioner dinyatakan valid apabila nilai probabilitas hitung lebih kecil dari level of significance (sig. < α) Ikhtisar pengambilan keputusan butir kuisioner tidak valid untuk masing-masing variabel penelitian dapat dilihat pada Tabel 2

Hasil Uji Reliabilitas Pengujian relia-bilitas kuisioner dilakukan dengan menggu-nakan rumus alpha-cronbach dengan kriteria jika nilai alpha-cronbach lebih besar dari 0 6

maka butir kuisioner tersebut dinyatakan reliabel Hasil pengujian menunjukkan bah-wa nilai alpha cronbach untuk semua vari-abel lebih besar dari 0,6 sehingga semua item pernyataan pada masing-masing varia-bel dinyatakan reliabel Adapun ikhtisar uji relia bilitas dapat dilihat pada Tabel 3

Item pernyataan pada masing-masing variabel dinyatakan reliabel. Hal ini mem-berikan pemahaman bahwa item pernyata-an (instrumen) yang dipergunakan untuk melakukan pengukuran pada masing-ma-sing variabel penelitian sudah baik dan dapat dipercaya sebagai alat pengumpul data Hal ini menunjukkan juga bahwa intrumen yang dipakai tidak bersifat tendensius dan meng-arahkan responden untuk memilih pada jawaban tertentu Dengan demikian, sudah barang tentu bahwa data yang dihasilkan dari instrumen yang reliabel merupakan data yang baik dan dapat dipercaya

Page 7: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

44 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

Hasil Uji Multikolinieritas. Uji mul-tikolonieritas dilakukan dengan kriteria pengambilan keputusan jika nilai toleransi ≤ 1 berarti tidak ada korelasi antar variabel bebas dan jika VIF tidak melebihi 10 maka model dinyatakan tidak terkena persoalan multikolonier Hasil pengujian menunjuk-kan bahwa semua variabel bebas memiliki nilai tolerance kurang dari 1 dan nilai VIF ti-dak lebih besar dari 10 sehingga semua vari-abel dalam penelitian ini terbebas dari gejala multikolonieritas Ikhtisar hasil uji multiko-lonieritas dapat dilihat pada Tabel 4

Tidak ditemukannya korelasi antar variabel bebas menunjukkan tidak adanya problem multikolineritas (multikol) Hal ini memberikan pemahaman bahwa variabel in-dependensi, penugasan personal, konsulta-si, supervisi, pemekerjaan, pengembangan profesional, promosi, penerimaan keberlan-jutan klien, dan inspeksi memiliki hubungan linier sempurna atau pasti sebagai variabel penjelas dalam memprediksikan kualitas audit pada model regresi

Hasil Uji Heteroskedastisitas. Uji He-teroskedastisitas dilakukan dengan melihat pola titik-titik pada scatterplot regresi Kri-teria scatterplot pada uji heteroskedastisitas menyebutkan bahwa jika titik-titik menye-bar di atas dan di bawah angka 0 pada sum-bu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas atau data homogen Adapun hasil scatterplot dapat dilihat pada Gambar 1 Scatterplot menunjukkan bahwa titik-titik data menye-bar di antara angka 0 pada sumbu Y dan ti-dak membentuk pola tertentu Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa data tidak terjadi gejala heterokesdastisitas atau data dinyatakan homogin Hal ini memberi-kan pemahaman bahwa data penelitian ber-asal dari populasi yang memiliki karakteris-tik yang sama yakni auditor dan staf auditor yang bekerja di 8 (delapan) Kantor Akuntan Publik di Kota Malang Oleh karena itu sam-pel yang dihasilkan pun bersifat represen-tatif dalam menggambarkan karakteristik populasi

Page 8: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 45

Autokorelasi. Hasil penghitungan diketahui nilai dW (Durbin-Watson) adalah 1,986 Sementara itu, nilai dU dengan jum-lah sampel (n) = 52, variabel bebas (k) = 9, dan α = 5% diketahui nilai dU = 1,974 Hal ini berarti bahwa kriteria tidak terjadi auto korelasi telah terpenuhi (1,974<1,986<2,026) sehingga syarat regresi linier berganda terpenuhi

Normalitas. Normalitas data merupa-kan salah satu syarat yang harus dipenuhi dalam melakukan perhitungan regresi linier berganda karena model regresi yang baik jika semua data berdistribusi normal Peng-ujian normalitas dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diago-nal dari grafik normalitas (Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual). Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Grafik normalitas dapat dilihat pada Gambar 2

Sebaran titik-titik (data) menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, sehingga data dinyatakan berdistribusi normal Pengujian normalitas atau uji distribusi normal sekaligus untuk melihat sejauhmana sampel yang diambil mampu mewakili distribusi populasi Jika distribusi sampel adalah normal dapat di-katakan sampel yang diambil mewakili populasi, dan sebaliknya Oleh karena hasil pengujian menunjukkan adanya normalitas, maka kebutuhan sampel penelitian diang-gap sudah cukup mewakili populasi sehing-ga model regresi sudah cukup baik dalam pengertian variabel bebas cukup representa-tif sebagai penjelas bagi variabel terikat

Hasil Analisis Regresi Linier Bergan­da. Analisis regresi linier berganda dimak-sudkan untuk untuk mengukur pengaruh variabel Independensi (X1), Penugasan Per-sonal (X2), Konsultasi (X3), Supervisi (X4), Pemekerjaan (X5), Pengembangan Profesional (X6), Promosi (X7), Penerimaan dan Keberlan-jutan Klien (X8), dan Inspeksi (X9) terhadap Kualitas Audit (Y) Ikhtisar output regresi linier berganda berikut uji signifikansi dan standarized coefficients beta dapat dilihat pada Tabel 5 Persamaan regresi linier berganda pada Ta-bel 5 adalah:

Y = 16,483 + 0,578X1+ 0,542X2 + 0,456X3 + 0,399X4 - 0,379X5 - 0,023X6 - 0,099X7 + 0,068X8 + 0,058X9

Persamaan regresi linier ini memberi-kan pengertian bahwa nilai Kualitas Audit memiliki nilai sebesar 16,483 apabila varia-bel bebas independensi, penugasan personal, konsultasi, supervisi, pemekerjaan, pengem-bangan profesional, promosi, penerimaan dan keberlanjutan klien, dan inspeksi sebe-sar 0. Nilai koefisien regresi positif terdapat pada variabel independensi (0,578), penu-gasan personal (0,542), konsultasi (0,456), supervisi (0,399), penerimaan dan keberlan-jutan klien (0,068), dan inspeksi (0,058) Hal ini memberikan pengertian bahwa setiap ke-naikan satu satuan masing-masing variabel bebas ini akan berdampak pada peningka-tan kualitas audit sebesar nilai koefisien re-gresi masing-masing variabel yang bersang-kutan apabila kedelapan variabel bebas lain-

Page 9: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

46 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

nya tetap/konstan Selanjutnya, untuk nilai koefisien regresi negatif terjadi pada variabel pemekerjaan (-0,379), pengembangan pro-fesional (-0,023), dan promosi (-0,099) Hal ini memberikan pengertian bahwa setiap ke naikan satu satuan variabel-variabel ini maka akan berdampak pada penurunan kualitas audit sebesar nilai koefisien re-gresi masing-masing variabel tersebut apa-bila kedelapan variabel bebas lainnya tetap/konstan

Penerapan Sistem Pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam meningkatkan Kualitas Audit. Hasil pengu-jian menunjukkan bahwa nilai signifikansi F sebesar 137,81 dengan tingkat probabilitas (sig. F) sebesar 0,000 Hal ini menunjukkan probabilitas hitung <level of significance (P < 0,05) yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara simultan variabel Penerap­an Sistem Pengendalian Mutu yang terdiri dari independensi, penugasan personal, konsultasi, supervisi, pemekerjaan, pengem-bangan profesional, promosi, penerimaan dan keberlanjutan klien, dan inspeksi terha-

dap kualitas audit Nilai Koefisien Ditermi-nasi (R2) sebesar 0,967 dengan Adsjusted R2 sebesar 0,960 Hal ini memberikan penger-tian bahwa 96% kualitas audit dipengaruhi oleh independensi, penugasan personal, konsultasi, supervisi, pemekerjaan, pengem-bangan profesional, promosi, penerimaan keberlanjutan klien, dan Inspeksi, sedang-kan sisanya sebesar 4% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam pene-litian ini

Hasil penelitian ini konsisten dengan hasil penelitian Liliawati (2006) dan Susat-woko (2007) yang menyimpulkan adanya hubungan positif penerapan sistem pengen-dalian mutu kantor akuntan publik dengan efektivitas perencanaan audit dan kualitas audit Hal ini berarti bahwa jika sistem pen-gendalian mutu KAP diterapkan dengan baik, maka perencanaan audit akan lebih efektif yang berdampak pada kualitas audit yang baik pula Hasil penelitian ini juga seiring dengan hasil penelitian Malone et al. (2006) yang menyimpulkan bahwa pe ngendalian mutu akuntan publik merupakan suatu

Persamaan regresi linier berganda pada Tabel 5 adalah:Y = 16,483 + 0,578X1+ 0,542X2 + 0,456X3 + 0,399X4 - 0,379X5 -

0,023X6 - 0,099X7 + 0,068X8 + 0,058X9

Page 10: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 47

proses memantau kinerja audit personel au-ditor dan mengambil tindakan untuk menya-kinkan bahwa suatu mutu audit telah terca-pai Kuatnya pengendalian mutu, prosedur review, disiplin penerapan audit program dan pemahaman auditor terha dap prose-dur dan penalti akan menurunkan perilaku yang menyebabkan rendahnya mutu (kuali-tas) audit Hasil-hasil penelitian tersebut didukung pendapat Agoes (2006) yang me-nyatakan bahwa faktor-faktor yang mem-pengaruhi kualitas audit yang dilaksanakan FAPM adalah penerapan standar audit dan penerapan standar pengendalian mutu

Standar Pengendalian Mutu Kan-tor Akuntan Publik (KAP) diarahkan untuk memberikan panduan bagi kantor akuntan publik di dalam melaksanakan pengenda lian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesio-nal Akuntan Publik Institut Akuntan Pu blik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Akuntan Publik yang diterbitkan oleh IAPI (SPSP-SPM 2011)

Penerapan Independensi dalam me­ningkatkan Kualitas Audit. Hasil pengu-jian t-test menunjukkan bahwa variabel in-dependensi berpengaruh signifikan terha-dap kualitas audit (0,202<P) Hal ini sejalan dengan penelitian Elfarini (2007), Purnomo (2007), dan Irawati (2011) Elfarini (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa in-dependensi yang diproksikan dalam lama hubungan dengan klien, tekanan dari klien, telaah dari rekan auditor dan jasa non audit menyimpulkan bahwa Independensi berpe-ngaruh terhadap kualitas audit Sementara itu, Purnomo (2007) menyebutkan indepen-densi yang diproksikan dalam tekanan dari klien, lama hubungan dengan klien, dan te-laah rekan auditor menyimpulkan adanya pengaruh signifikan independensi terhadap kualitas audit Sedangkan Irawati (2011) menyimpulkan bahwa independensi berpen-garuh terhadap kualitas audit

Adanya pengaruh siginifikan indepen-densi terhadap kualitas audit tentunya cu-kup beralasan Kenyataan menunjukkan bahwa dalam prakteknya, seluruh KAP di Kota Malang dalam setiap melakukan penu-gasan pemeriksaan kepada para auditornya, para auditor ini diwajibkan untuk membuat surat pernyataan independen sebagai ke-lengkapan kertas kerja pemeriksaan Surat pernyataan independensi itu sendiri me-nyatakan bahwa auditor akan memperta-

hankan sikap independennya sebagaimana diatur oleh IAPI Selanjutnya surat per-nyataan independensi tersebut akan ditan-datangani oleh personil yang bersangkutan sebagai tanda kesanggupan untuk melak-sanakan tugas audit

Penerapan Penugasan Personel dalam meningkatkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa varia-bel Penugasan Personal berpengaruh signifi-kan terhadap kualitas audit (0,027<P) Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa penu-gasan personel memiliki pengaruh signifi-kan terhadap kualitas audit Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurchasanah dan Rahmanti (2003), Christiawan (2005), dan Amilin (2010) Nurchasanah dan Rah-manti (2003) menyebutkan bahwa penga-laman melakukan audit berpengaruh signifi-kan terhadap kualitas audit, sementara itu Christiawan (2005) menyimpulkan bahwa penugasan personel mampu memberikan keyakinan memadai apabila dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis Hasil pene-litian menyimpulkan bahwa personel audit berpengalaman akan menerapkan analisis yang lebih teliti, terinci dan runtut dalam mendeteksi gejala kekeliruan dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman dan berpengaruh positif terhadap kuali-tas audit Pengalaman personel audit akan meningkatkan kompetensi personel dalam menjalankan setiap penugasan sehingga ter-capainya kualitas audit Selanjutnya Amilin (2010) meyimpulkan bahwa penugasan per-sonal, proses memberikan pengalaman ke-pada personel diawali dengan membuat ren-cana penugasan dengan mempertimbang-kan kompleksitas dan kompetensi personel Dengan adanya perencanaan ini personel diharapkan akan memperoleh pangalaman berdasarkan pertumbuhan kompetensinya

Adanya pengaruh penugasan perso-nel terhadap kualitas audit tentunya cukup beralasan Hal ini didukung kenyataan bah-wa setiap KAP di Kota Malangdalam melaku-kan penugasan kepada auditornya telah mempertimbangkan kemampuan, kapasi-tas, dan kompetensi personilnya sehingga dalam hasil pemeriksaan terjaga kualitas-nya Di samping itu, secara umum KAP di Kota Malang menetapkan prosedur analitis berupa pengevaluasian informasi keuangan yang dibuat dengan mempelajari hubung-an yang masuk akal antara data keuangan dan data non keuangan Prosedur analitis

Page 11: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

48 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

dilakukan dalam tiga tahapan audit, yaitu: (1) tahap perencanaan; (2) tahap pengujian atau tahap pekerjaan lapangan; dan (3) ta-hap penyimpulan hasil audit

Pada tahap perencanaan, prosedur analitis berguna untuk membantu auditor merencanakan sifat, penentuan waktu, dan luas prosedur audit Pada tahap pengujian atau tahap pekerjaan lapangan, prosedur ini merupakan prosedur audit yang optio-nal, dilakukan sebagai salah satu pengujian substantif untuk menghimpun bahan bukti tentang asersi tertentu yang terkait dengan saldo rekening ataupun kelompok transaksi Selanjutnya, pada tahap penyimpulan hasil audit, prosedur analitis berguna sebagai alat untuk penelaahan akhir tentang rasionalitas laporan keuangan auditan

Penerapan Konsultasi dalam mening­katkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel konsulta-si berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit (0,027<P) Hasil penelitian ini me-nyimpulkan bahwa konsultasi memiliki pe-ngaruh siginifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Christiawan (2005) menyimpulkan bahwa konsultasi berpengaruh terhadap kuali-tas audit karena kebijakan konsultasi yang ada di Kantor Akuntan Publik merupakan alat untuk memberikan pengalaman kepa-da personel Proses konsultasi yang terjadi membuat personel akan memahami setiap masalah dan memecahkan masalah terse-but dalam kerangka konsep akuntansi dan auditing yang diperkenankan oleh standar Dukungan bagian tertentu dalam Kantor Akuntan Publik yang bertugas melakukan riset dan memberikan pertimbangan akan menambah pengetahuan personel untuk memecahkan masalah yang sama dihadapi

Adanya pengaruh konsultasi terhadap kualitas audit didukung adanya kenyataan bahwa setiap KAP di Kota Malang mene-rapkan budaya konsultasi yang dijalankan untuk mendorong dan memberi keyakinan serta kemampuan para personil auditornya dalam menjalankan pemeriksaan Jika per-sonil yang bersangkutan menemui perma-salahan ataupun kesulitan dalam mengam-bil keputusan tertentu, maka personil terse-but bisa berkonsultasi dengan pihak yang mempunyai wewenang dan kemampuan yang cukup (para senior) sehingga dapat memberikan solusi

Penerapan Supervisi terhadap Kuali­tas Audit. Hasil pengujian t-test menunjuk-kan bahwa variabel supervisi berpengaruh

signifikan terhadap kualitas audit (0,011<P). Supervisi merupakan upaya memberikan keyakinan memadai bahwa Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa supervisi memiliki pengaruh siginifikan terhadap kualitas au-dit Hasil penelitian ini seiring dengan hasil penelitian Hadi (2007) yang menyimpulkan bahwa supervisi yang diproksikan dalam bentuk kepemimpinan dan mentoring mem-punyai pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit Hal tersebut karena pada kondisi tertentu akuntan khususnya akun-tan pemula masih memerlukan bimbingan supervisi dalam melakukan tugasnya

Adanya pengaruh supervisi terhadap kualitas audit didukung adanya kenyata-an bahwa setiap KAP di Kota Malang men-jalankan kegiatan supervisi dengan baik Supervisi tersebut diarahkan untuk men-jamin apakah hasil pemerikasaan telah se-suai dengan prosedur yang telah ditetapkan atau belum Supervisi juga diarahkan untuk menghindari kesalahan material sekaligus sebagai sarana dalam upaya meningkatkan kemampuan personil disemua tingkatan au-ditor pada KAP di Kota Malang dalam men-jalankan pemeriksaan sehingga dapat me-ningkatkan kualitas audit

Penerapan Pemekerjaan (Hiring) ter­hadap Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel pemeker-jaan tidak berpangaruh signifikan terhadap kualitas audit (0,082>P) Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa pemekerjaan ti-dak memiliki pengaruh siginifikan terhadap kualitas audit Hasil penelitian ini tidak seja-lan dengan hasil peneilitan Purnomo (2007) yang menyatakan bahwa pemekerjaan yang ditandai dengan keahlian atau kompetensi yang diproksikan dalam pengalaman dan pengetahuan memiliki terhadap kualitas au-dit dan penelitian Elfarini (2007) yang me-nyimpulkan bahwa pemekerjaan dengan kompetensi yang diproksikan oleh penga-laman dan pengetahuan berpengaruh positif terhadap kualitas audit

Ketiadaan pengaruh penerapan peme-kerjaan terhadap kualitas audit pada KAP di Kota Malang didukung kenyataan bahwa pemekerjaan kurang mendapat porsi yang cukup karena KAP di Malang relatif kecil se-hingga terjadi permasalahan dalam hal biaya operasional jika menggunakan auditor yang mempunyai karakteristik semestinya dan kompeten Artinya, pihak KAP akan menga-lami kerugian karena fee yang diterima tidak cukup untuk membayar personil sebagaima-na yang dipersyaratkan, yakni mempunyai karakteristik semestinya dan kompeten

Page 12: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 49

Penerapan Pengembangan Profesio­nal dalam meningkatkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel pengembangan profesional tidak berpangaruh signifikan terhadap kuali-tas audit (0,813>P) Hal ini tidak konsisten dengan hasil penelitian Irwansyah (2010) yang menyimpulkan bahwa profesionalisme akuntan publik berpengaruh terhadap kua-litas audit Semakin tinggi tingkat profesio-nalisme auditor maka akan semakin baik pula kualitas audit Dalam pelaksanaan au-dit dan penyusunan laporan, auditor yang menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, maksudnya auditor agar mendalami standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan dengan semestinya Penerapan kecermatan dan keseksamaan diwujudkan dengan melaku-kan review secara kritis pada setiap tingkat supervisi terhadap pelaksanaan audit dan terhadap pertimbangan yang digunakan Dengan demikian maka kualitas audit akan tetap terjaga

Tidak adanya pengaruh pengembangan profesional terhadap kualitas audit didu-kung oleh kenyataan bahwa setiap KAP di Kota Malang relatif kurang memperhatikan upaya pengembangan profesional ini dikare-nakan permasalahan biaya Atas dasar per-timbangan biaya ini, dalam upaya pengem-bangan professional auditor, KAP di Kota Malang hanya melakukan pelatihan internal dan diskusi-diskusi diantara personil KAP itu sendiri

Penerapan Promosi dalam mening­katkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel promosi tidak berpangaruh signifikan terhadap kual-itas audit (0,405>P) Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Liliawati (2006) yang menyimpulkan bahwa terdapat hubu ngan positif antara penerapan promosi de ngan kualitas audit Jika promosi audior ber-dasarkan kualifikasi seperti yang disyarat-kan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi diterapkan dalam KAP maka ke-percayaan atas promosi bagi auditor terse-but semakin meningkatkan tanggung jawab auditor dalam melaksanakan pemeriksaan yang berdampak pada meningkatnya kuali-tas audit

Kenyataan menunjukkan bahwa pro-mosi personil merupakan otoritas pimpin an KAP tanpa adanya standar ataupun ukuran secara jelas dan tegas Sekalipun promosi personil dilakukan oleh pimpinan dengan

memperhatian karakter, kemampuan, dan loyalitas, namun demikian dalam prak-teknya seleksi personil tidak dilakukan tes secara formal Promosi lebih didasarkan pada kemampuan dan jumlah hasil peker-jaan personil

Penerapan Penerimaan dan Keberlan­jutan Klien dalam meningkatkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel penerimaan dan keberlan-jutan klien tidak berpangaruh signifikan ter-hadap kualitas audit (0,830>P) Hal ini tidak seiring dengan hasil penelitian Putri (2010) yang menyimpulkan bahwa penerimaan dan keberlanjutan klien dipengaruhi oleh faktor kepuasan klien Kepuasan klien itu sendiri akan terwujud apabila KAP mampu menun-jukkan kualitas audit bagi klien Sejalan dengan ini (Widagdo et al. 2002), dan (Behn et al. 2008) dalam masing-masing peneliti-annya menyimpulkan bahwa kualitas au-dit berpengaruh secara signifikan terha-dap kepuasan klien Dalam hal ini atribut-atribut kualitas audit tersebut antara lain pengalaman melakukan audit, memahami industri klien, responsif atas kebutuhan klien, melakukan pekerjaan lapangan de-ngan tepat, keterlibatan pimpinan KAP, dan keterlibatan komite audit

Tidak adanya pengaruh penerimaan dan keberlanjutan klien terhadap kualitas audit dalam penelitian ini didukung oleh ke-nyataan bahwa KAP di Kota Malang dalam penerimaan dan keberlanjutan klien lebih mengedepankan tingginya persaingan dalam memperebutkan klien dan kurang memper-hatikan prinsip kehati-hatian Hal ini dilaku-kan karena rata-rata KAP di Kota Malang relatif kecil sehingga lebih mengutamakan pendapatan sebagai upaya untuk menutup biaya operasional

Penerapan Inspeksi dalam mening­katkan Kualitas Audit. Hasil pengujian t-test menunjukkan bahwa variabel inspek-si tidak berpangaruh signifikan terhadap kualitas audit (0,834>P) Hal ini tidak seja-lan dengan hasil penelitian (Widagdo et al. 2002) yang menyimpulkan bahwa kebijakan dan prosedur sistem pengendalian mutu yang diterapkan oleh Kantor Akuntan Pu-blik dimaksudkan untuk memelihara mutu pemeriksaan akuntan (inspeksi), sehingga diharapkan pengguna laporan audit percaya bahwa laporan audit yang dihasilkan sesuai kualitas sebagaimana standar auditing yang ditetapkan oleh IAI Tidak adanya pengaruh inspeksi terhadap kualitas audit didukung

Page 13: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

50 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

kenyataan bahwa setiap KAP di Kota Malang kurang memperhatikan unsur inspeksi ini dikarenakan pelaksanaan inspeksi dianggap pemborosan dan memerlukan biaya

Penerapan Penugasan Personal Meru­pakan Variabel yang Berperan Dominan dalam Meningkatkan Kualitas Audit. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai stan-dardized coefficients beta untuk variabel In-dependensi (X1) = 0,224; variabel Penugasan Personal (X2) = 0,517; variabel Konsultasi (X3) = 0,228; dan variabel Supervisi (X4) = 0,382 Oleh karena variabel Penugasan Personal (X2) memiliki nilai standardized coefficients beta lebih besar dibanding variabel lainnya, sehinggapenugasan personal dinyatakan se-bagai variabel yang berpengaruh dominan terhadap Kualitas Audit Hal ini tidak sei-ring dengan penelitian Duff (2004) yang me-nyimpulkan bahwa empat dimensi kualitas audit adalah kualitas teknis, kualitas jasa, hubungan auditor-auditee, independensi Hasil penelitian ini juga tidak mendukung hasil penelitian Irwansyah (2010) yang me-nyimpulkan bahwa ketaatan pada regulasi, kompetensi, independensi dan profesional-isme akuntan publik berpengaruh terhadap kualitas audit, sementara independensi ber-pengaruh dominan terhadap kualitas audit

Penugasan Personal merupakan varia-bel yang berpengaruh dominan terhadap Kualitas Audit dibanding delapan variabel Penerapan SPM lain dalam penelitian ini dikarenakan personil auditor merupakan ujung tombak dalam proses audit dan ber-hadapan langsung dengan klien Di samping itu, dalam setiap penugasan, KAP di Kota Malang terlebih dahulu menilai kemampuan personil dalam memenuhi standar umum auditing Kemampuan memenuhi standar umum ini terdiri atas tiga tahap, yaitu: (1) menentukan kompetensi personil auditor untuk melaksanakan audit; (2) melakukan evaluasi terkait independensi auditor; dan (3) menentukan Kemampuan auditor dalam melaksanakan audit secara cermat dan seksama

Penentuan kompetensi untuk melak-sanakan audit oleh pihak KAP di Kota Malang didasarkan pada kompetensi teknis auditor dalam melaksanakan penugasan au-dit Langkah yang dilakukan untuk menen-tukan kompetensi dalam melaksanakan au-dit, yaitu mengidentifikasi tim audit yang di-perlukan dan mempertimbangkan perlunya konsultasi dan tenaga spesialis Sementara itu dalam pengevaluasian independensi au-

ditor, setiap KAP di Kota Malang menuntut sikap mental independen dari auditor dalam melaksanakan audit KAP tersebut mengha-ruskan auditor bersikap independen, artinya tidak mudah dipengaruhi, karena auditor ini melaksanakan pekerjaannya untuk kepen-tingan umum dan menjaga dirinya sehingga tidak kehilangan persepsi independensi dari masyarakat Kerja auditor akan sia-sia se-andainya auditor tidak independen dalam penampilan meskipun auditor benar-benar independen in fact (senyatanya)

Penentuan kemampuan melaksanakan audit secara cermat dan seksama, setiap KAP di Kota Malang menetapkan bahwa dalam melaksanakan audit dan penyusunan laporan para auditornya wajib mengguna-kan kemahiran profesionalnya dengan cer-mat dan seksama Penggunaan kemahiran profesional secara cermat dan seksama dalam semua aspek audit mengartikan bahwa auditor wajib melaksanakan tugas-nya dengan kesungguhan dan kecermatan, atau kepedulian profesional Kecermatan dan keseksamaan profesional meliputi kete-litian dalam memeriksa kelengkapan kertas kerja, me ngumpulkan bahan bukti audit yang memadai, dan menyusun laporan au-dit yang lengkap Sebagai seorang profe-sional, auditor harus menghindari kelalaian dan ketidakjujuran Penentuan kemampuan auditor melaksanakan kecermatan dan ke-seksamaan, yaitu: (1) waktu yang ditetapkan untuk menyelesaikan audit Semakin lama waktu yang ditetapkan untuk me nyelesaikan audit (dead line) semakin siap dan leluasa bagi auditor untuk melaksanakan audit den-gan cermat dan seksama; dan (2) pembuatan rencana pekerjaan lapangan mempertim-bangkan tiga hal yaitu perencanaan waktu, anggaran biaya, dan personil Pertimbangan mengenai ketiga hal tersebut, dilakukan dengan mempertimbangkan juga berbagai proyek lainnya yang sedang maupun yang akan ditangani suatu kantor akuntan publik (Arens et al. 2001)

SIMPULANSistem Pengendalian Mutu (SPM) Kan-

tor Akuntan Publik yang ditandai dengan in-dependensi, penugasan personal, konsulta-si, supervisi, pemekerjaan, pengembang an profesional, promosi, penerimaan dan keber-lanjutan klien, dan inspeksi memiliki pen-garuh signifikan secara simultan terhadap kualitas audit Sementara itu, independensi, penugasan personal, konsultasi, dan super-

Page 14: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

Fauji, Sudarma, Achsin, Penerapan Sistem Pengendalian Mutu (SPM) dalam... 51

visi masing-masing memiliki pengaruh sig-nifikan secara parsial terhadap kualitas au-dit, sedangkan pemekerjaan, pengembang an profesional, promosi, penerimaan keberlan-jutan klien, dan inspeksi masing-masing ti-dak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap kualitas audit Selanjutnya, penu-gasan personal merupakan variabel yang berpengaruh dominan terhadap kualitas au-dit jika dibanding independensi, konsultasi, supervisi, pemekerjaan, pengembangan pro-fesional, promosi, penerimaan dan keberlan-jutan klien, dan inspeksi

Perbedaan penelitian ini dengan pene-litian-penelitian yang lain adalah dalam hal penetapan unsur-unsur SPM sebagai varia-bel dalam penelitian Pada sebagian besar penelitian-penelitian lain, penetapan varia-bel SPM tidak dilakukan secara menyeluruh dan terperinci sebagaimana Standar dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) 2011:17000 1 Hal ini tentunya kerang mampu mengakomodir permasalahan-per-masalahan yang ada terkait penerapan SPM itu sendiri Sementara itu, dalam penelitian ini kesembilan unsur SPM dijadikan variabel prediktor terhadap kualitas audit sehingga akan lebih mampu memberikan gambaran menyeluruh berbagai persoalan penerapan SPM dalam kaitannya dengan kualitas audit

Penelitian ini dilakukan pada KAP yang berukuran (firm size) menengah dan kecil Hal ini tentunya akan memberikan gam-baran sejauh mana kemampuan KAP-KAP pada firm size memiliki itikad dan kemam-puan dalam menerapkan SPM untuk dapat mengasilkan jasa yang baik yang diukur ber-dasarkan hasil audit yang berkualitas

DAFTAR RUJUKANAgoes, S 2006 Auditing: Pemeriksaan Akun-

tan oleh Kantor Akuntan Publik Edisi Kedua LPFE Universitas Indonesia Jakarta

Amilin 2010 Analisis Dampak Karakteristik Personal, Pengalaman Audit, dan In-dependensi Akuntan Publik Terhadap Penerapan Etika Akuntan Publik dan Implikasinya Terhadap Kualitas Audit (Survei Terhadap Para Akuntan Publik di Indonesia Disertasi tidak dipublika-sikan Program Pascasarjana Universi-tas Padjadjaran. Bandung

Arens, A A, dan J K Loebbecke 2001 Audit-ing an Integrated Approach 8 edition Prentice Hall, International Inc New Jersey

Arikunto, S 2006 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi VI PT Rineka Cipta Jakarta

Badan Pengawas Keuangan dan Pembangun-an (BPKP) 2007 Modul Diklat Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Ja-karta

Behn, B K , J-H Choi, dan T Kang 2008 “Audit Quality and Properties of Ana-lyst Earnings Forecasts” The Accoun-ting Review 83 Edition 2, hlm 327-349

BPKP 2007 Manajemen Pengawasan. Diklat Penjenjangan Auditor Pengendali Teknis Pusat Pendidikan dan Pelatihan Penga-wasan. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan Edisi Keempat ISBN 979-3873-23-X Bogor

Christiawan, Y J 2005 “Aktivitas Pe-ngendalian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis (Studi Kasus pada Beberapa Kantor Akuntan Publik di Surabaya” Jurnal Akuntansi & Keuang-an, Vol 7 No 1, hlm 61- 88

De Angelo, L E , 2001 “Auditor Size and Au-dit Quality” Journal of Accounting and Economics, Vol 3, hlm 183-199

Duff 2004 Understanding Audit Quality: The View of Auditors, Auditees and In-vestors Diunduh tanggal 01 Januari 2012 <http://aaahg org/AM2005/dis-play cfm?filename=sub10_1867 pdf& MIMEType=application%2Fpdf>

Elfarini, E C 2007 Pengaruh Kompetensi Dan Independensi Auditor Terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris Pada Kantor Akuntan Publik di Jawa Te-ngah Skripsi Fakultas Ekonomi Uni-versitas Negeri Semarang, Semarang

Ghozali, I 2005 Aplikasi Analisis Multivari-ate dengan Program SPSS Universitas Diponegoro Semarang

Glazer, A S dan L F Sheri 2001 “Best Practices far CPA Firms” Journal of A ccountancy September hlm 93-97

Hadi, S 2007 “Pengaruh Tindakan Super-visi terhadap Kepuasan Kerja Akuntan Pemula” Jurnal Akuntansi Manajemen Vol 11, No 2 Desember 2007 hlm 187- 198

Harhinto, T 2004 Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Kualitas Audit Studi Empiris Pada KAP di Jawa Timur Tesis Universitas Diponegoro Sema-rang

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) 2011 Standar Profesional Akuntan Pu-blik Penerbit Salemba Empat Jakarta

Page 15: PENERAPAN SISTEM PENGENDALIAN MUTU (SPM) DALAM

52 Jurnal Akuntansi Multiparadigma, Volume 6, Nomor 1, April 2015, Hlm. 38-52

Irawati, S N 2011 Pengaruh Kompetensi dan Independensi Auditor terhadap Kualitas Audit Pada kantor Akuntan Publik di Makassar Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universi-tas Hasanuddin Makassar

Irwansyah 2010 Pengaruh Ketaatan Re-gulasi, Kompetensi dan Independensi Akuntan Publik Terhadap Profesional-isme Akuntan Publik dan Implikasin-ya atas Kualitas Audit (Survei pada akuntan publik yang menjadi anggota FAPM) Disertasi tidak dipublikasikan Program Pascasarjana UNPAD Ban-dung

Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor: Kep-41/Bl/2008 tentang Pendaftaran Akuntan yang Melakukan Kegiatan di Pasar Modal

Liliawati 2006 Hubungan Antara Penera-pan Sistem Pengendalian Mutu KAP dengan Efektivitas Perencanaan Audit (Persepsi Auditor pada 20 KAP di Ban-dung Skripsi Fakultas Ekonomi Uni-versitas Widyatama Bandung

Lowenshon, S , E L, Johnson dan J R El-der 2005 “Auditor Specialization and Perceived Audit Quality, Auditee Sa-tisfaction, and Audit Fees in the Local Government Audit Market” Journal of Accounting and Public Policy 26 hlm 705-732

Malone, Charles F , and Roberts, Robin W , 2006 Factors Associated with the In-cidence of Reduced Audit Quality Be-haviors Diunduh tanggal 01 Januari

2012 <http://papers ssrn com/sol3/papers cfm?abstract_id=2639>

Menon, K dan Williams J 2004 “The Use of Audit Committees for Monitoring” Journal of Accounting and Public Policy Vol 13, hlm 121-139

Nurchasanah, R dan Rahmanti, W 2003 Analisis Faktor-Faktor Penentu Kuali-tas Audit Jurnal Akuntansi dan Mana-jemen Agustus hlm 47-60

Purnomo, A 2007 Persepsi Auditor tentang Pengaruh Faktor-Faktor Keahlian dan Independensi Terhadap Kualitas Au-dit Diunduh tanggal 01 Januari 2012 <http://www library@lib unair ac id>

Putri, W S 2010 Pengaruh Atribut Kuali-tas Kualitas Audit terhadap Keputus-an Klien (Studi Empiris pada Bank Perkreditan Rakyat Daerah Istimewa Yog yakarta) Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro Semarang

Susatwoko, Y 2007 Pengaruh Kode Etik, SPAP, Standar Pengendalian Mutu, dan Profesional Auditor terhadap Kualitas audit dalam Praktik Skripsi Akuntansi FE UPN Yogyakarta

Wahyudiono, Bambang 2000 Evaluasi Atas Penerapan Sistem Pengendalian Mutu pada KAP H dan M Tesis Program Pas-ca Sarjana Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta

Widagdo, R S Lesmana, dan S A Irwandi, 2002 Analisis Pengaruh Atribut-Atribut Kualitas Audit terhadap Kepuas an Klien (Studi Empiris pada Perusahaan yang Terdaftar di BEJ Simposium Nasio nal Akuntansi 5 Semarang